Upload
elmo
View
2.414
Download
6
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Proposal Skripsi Pengembangan Produk terhadap Volume Penjualan.Rangkaian dari outline skripsi manajemen pemasaran
Citation preview
USULAN PENELITIAN
PENGEMBANGAN PRODUK DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN
PADA TOKO “GROBAK TOYS”
Diajukan oleh:
TERRY JULIANDI
NPM: 06.0072.SM
JENJANG PENDIDIKAN PROGRAM SARJANA (S1)JURUSAN MANAJEMEN PROGRAM STUDI MANAJEMEN
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI AMMMATARAM
2010
PERSETUJUAN USULAN PENELITIAN SKRIPSI
PENGEMBANGAN PRODUK DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN
PADA TOKO “GROBAK TOYS”
Diajukan oleh:
TERRY JULIANDI
NPM: 06.0072.SM
Mataram, ........................................ Mataram, ........................................
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping
Hj. Indah Ariffianti, S.E., M.M. Zulkarnaen, S.E. NIK: 3310199 NIK: 802047101
PENGEMBANGAN PRODUK DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN PADA TOKO “GROBAK TOYS”
1. LATAR BELAKANG
Pemasaran merupakan suatu proses merencanakan dan menjalankan
serangkaian konsep mengenai harga, promosi dan konsep distribusi terhadap suatu
ide-ide, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memuaskan individu,
organisasi dan masyarakat. Pemasaran memiliki fokus bagaimana agar kita dapat
mengubah suatu kebutuhan menjadi suatu keinginan, keinginan untuk memiliki,
keinginan untuk menggunakan dan keinginan untuk memuaskan diri. Oleh karena
itu terdapat dua bagian penting dalam proses pemasaran yakni produsen sebagai
penyedia barang dan jasa, serta konsumen sebagai pemakai barang dan jasa yang
ditawarkan oleh produsen.
Menerapkan pemasaran bagi produsen berarti melakukan usaha-usaha untuk
mengetahui apa yang dibutuhkan oleh konsumen, dan berusaha membuat suatu
produk atau jasa yang dihasilkan dapat memuaskan kebutuhan-kebutuhan tersebut
serta melakukan usaha-usaha untuk meyakinkan konsumen tersebut bahwa produk
atau jasa yang dihasilkan sesuai dengan yang dibutuhkan. Di sisi lain, keinginan
konsumen berbeda-beda dan sangat cepat berubah, karena adanya faktor-faktor
penyebab antara lain kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, pertumbuhan
ekonomi, perkembangan kebudayaan dan kebijakan pemerintah.
Di dalam praktiknya, perusahaan biasanya mengembangkan produk yang
identik dengan produk lamanya, atau menciptakan suatu produk yang baru. Hal
ini dilakukan untuk menjaga citra perusahaan yang telah dibentuk oleh lini produk
1
2
terlebih dahulu. Situasi ini menunjukkan adanya tingkat persaingan yang semakin
ketat antar produsen, sehingga memaksa perusahaan untuk lebih meningkatkan
daya saing dengan cara lebih jeli melihat situasi dan kondisi dalam menerapkan
kebijakan pemasarannya.
Aktivitas pengembangan produk dapat dilakukan dengan baik jika
perusahaan selalu berinteraksi dengan konsumen untuk mengetahui keinginan dan
kebutuhan konsumen. Pengembangan produk dilakukan dalam bentuk
pengembangan kualitas, disain, kemasan dan pelayanan yang diberikan pada
konsumen. Hal ini diperlukan karena kesetiaan konsumen terhadap produk bukan
merupakan sesuatu yang tetap, karena selalu ada produk-produk pesaing.
Kemampuan perusahaan untuk menarik konsumen sebanyak-banyaknya akan
mengakibatkan konsumen semakin tergantung kepada produk yang dihasilkan dan
melakukan pembelian secara berulang-ulang.
Toko “Grobak Toys” merupakan usaha dagang yang menjual topi. Untuk
mengikuti perkembangan model dan tren yang diinginkan oleh konsumen, maka
toko “Grobak Toys” perlu melakukan pengembangan produk yang dijual, baik
dengan memberikan variasi terhadap merk yang dijual, jenis topi yang dijual,
kemasan dan disain topi. Hal ini dalam rangka untuk mempertahankan dan
mengembangkan kelangsungan hidup perusahaannya. Selama ini toko “Grobak
Toys” hanya menjual topi jenis biasa, sehingga dengan berkembang dan
bervariasinya keinginan masyarakat, toko “Grobak Toys” mencoba untuk menjual
topi yang lebih variatif, yaitu dengan menambah lini produk yang ada dengan
tambahan merk dan jenis topi.
3
Dari latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan mengambil judul, “Pengembangan Produk dalam
Meningkatkan Volume Penjualan di Toko ‘Grobak Toys’.”
2. PERUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang di atas, penulis mengambil perumusan masalah sebagai
berikut:
a. Apakah pengembangan produk topi dapat meningkatkan volume penjualan
pada toko “Grobak Toys”?
b. Seberapa besar pengaruh pengembangan produk topi dalam meningkatkan
volume penjualan pada toko “Grobak Toys”?
3. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah:
a. Untuk mengetahui apakah pengembangan produk topi dapat meningkatkan
volume penjualan pada toko “Grobak Toys”.
b. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pengembangan produk topi dalam
meningkatkan volume penjualan di toko “Grobak Toys”.
4. MANFAAT PENELITIAN
a. Secara akademis, merupakan salah satu syarat untuk mencapai kebulatan
studi strata satu (S1) pada STIE AMM Mataram.
b. Secara teoritis, diharapkan penelitian ini mampu membantu mahasiswa untuk
mengetahui tentang manajemen pemasaran, terutama dalam mencari tahu
bagaimana hubungan antara pengembangan produk baru dengan volume
penjualan.
4
c. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi masukan untuk
manajemen toko “Grobak Toys” dalam strategi pemasaran ke depan, terutama
untuk mengetahui apakah pengembangan produk yang dilakukan berpengaruh
secara signifikan atau tidak terhadap perolehan laba.
5. TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
5.1 Hasil Penelitian Terdahulu
Mukodam (2005), tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tahap-
tahap pengembangan produk apa saja yang dilakukan, untuk mengetahui faktor-
faktor yang mendorong dalam melakukan pengembangan produk, serta untuk
mengetahui besar peranan pengembangan produk dalam meningkatkan volume
penjualan. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
korelasi Pearson yang didukung dengan analisis koefisien determinasi, serta untuk
mengetahui signifikan nilai korelasi dilakukan uji t satu pihak. Hasil penelitian ini
adalah terdapat hubungan yang cukup kuat antara pengembangan produk dengan
volume penjualan, yaitu dengan nilai r = 0,9502.
Nugraha (2008), tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tahap-tahap
pengembangan produk apa saja yang dilakukan, untuk mengetahui faktor-faktor
yang mendorong dalam melakukan pengembangan produk, serta untuk
mengetahui berapa besar peranan pengembangan produk dalam meningkatkan
volume penjualan. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis korelasi Pearson yang didukung dengan analisis koefisien determinasi,
serta untuk mengetahui signifikan nilai korelasi dilakukan uji hipotesis (uji t) satu
pihak. Hasil yang didapat dari analisis korelasi Pearson dapat diketahui bahwa
5
nilai r = 0,9067 yang menunjukkan hubungan yang cenderung sangat kuat dan
searah. Hal tersebut mengandung arti bahwa peningkatan biaya pengembangan
produk akan meningkatkan volume penjualan, begitu juga sebaliknya.
Adapun persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah sama-
sama meneliti pengembangan produk terhadap volume penjualan dengan analisis
data regresi linear sederhana, koefisien korelasi dan koefisien determinasi.
Sedangkan perbedaannya adalah penelitian ini mencoba untuk meneliti pada
perusahaan dagang, sedangkan pada penelitian terdahulu perusahaan yang diteliti
adalah perusahaan manufaktur.
5.2 Landasan Teori
5.2.1 Definisi Pemasaran
Banyak definisi yang dikemukakan oleh para pakar pemasaran, namun
belum ada suatu keseragaman tentang definisi pemasaran antara pakar yang satu
dengan yang lain. Beberapa orang menyamakan pemasaran dengan penjualan dan
promosi yang agresif, tetapi pemasar yang hebat tidak bertindak seperti itu.
Pemasaran bukanlah promosi yang sensasional, tetapi penyusunan program yang
terencana dengan biak untuk memenangkan pelanggan. Pemasar yang baik akan
membuat orang-orang menginginkan produk tersebut, bukan lagi menawarkan
produk mereka.
Menurut Engel, et.al. (2002: 4), pemasaran adalah proses perencanaan dan
pelaksanaan konsepsi, penetapan harga, promosi dan distribusi gagasan, barang,
dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memenuhi sasaran individual dan
organisasional.
6
In (2004: 2) menyatakan bahwa pemasaran merupakan penyesuaian
kemampuan dan keterbatasan perusahaan dengan perubahan situasi untuk
menciptakan nilai bagi pelanggan, staf, dan pemilik saham sambil menghindari
dan mengontrol konflik dengan pesaing.
Sedangkan Kotler (2006: 4) menyebutkan bahwa pemasaran adalah proses
sosial dan manajerial dengan mana seseorang atau kelompok memperoleh apa
yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran produk
dan nilai.
Definisi tersebut didasarkan pada konsep-konsep inti: kebutuhan, keinginan
dan permintaan, produk, kegunaan, nilai dan kepuasan, pertukaran, transaksi dan
hubungan, pasar, pemasaran dan pemasar.
5.2.2 Definisi Manajemen Pemasaran
Manajemen pemasaran terjadi jika setidak-tidaknya salah satu pihak dalam
pertukaran potensial mempertimbangkan sasaran dan sarana untuk memperoleh
tanggapan yang diinginkan dari pihak lain.
Kotler (2006: 14) menyebutkan:
Definisi manajemen pemasaran yang disahkan tahun 1985 oleh Asosiasi Pemasaran Amerika (American Marketing Association) adalah proses perencanaan dan pelaksanaan konsepsi, penetapan harga, promosi dan distribusi gagasan, barang dan jasa untuk menghasilkan pertukaran yang memenuhi sasaran-sasaran perorangan dan organisasi.
Definisi ini memandang manajemen pemasaran sebagai suatu proses yang meliputi analisis, perencanaan, implementasi dan pengendalian; bahwa ia mencakup gagasan, barang dan jasa; bahwa manajemen pemasaran dilandasi oleh gagasan pertukaran; dan bahwa tujuannya adalah menghasilkan kepuasan bagi pihak-pihak yang terlibat.
7
5.2.3 Definisi Bauran Pemasaran
Bauran pemasaran mengacu pada strategi terpadu yang memadukan produk,
harga, promosi dan distribusi. Masing-masing unsur dari bauran tersebut
memerlukan masukan dari penelitian konsumen. Penelitian menjadi sangat kritis
ketika pemasaran meluas melintasi batasan budaya ke latar internasional. Untuk
itu, perusahaan harus memutuskan bagaimana mengalokasi seluruh anggaran
biaya pemasaran untuk berbagai alat dalam bauran pemasaran. Bauran pemasaran
merupakan sebuah konsep kunci dalam teori pemasaran modern.
Kotler (2006: 93) menyebutkan bahwa bauran pemasaran adalah campuran
dari variabel-variabel pemasaran yang dapat dikendalikan yang digunakan oleh
suatu perusahaan untuk mengejar tingkat penjualan yang diinginkan dalam pasar
sasaran.
Adapun unsur-unsur dalam bauran pemasaran adalah sebagai berikut:
1. Penetapan posisi produk
Manusia memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka dengan produk.
Secara luas produk didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat ditawarkan kepada
seseorang untuk memuaskan suatu kebutuhan atau keinginan (Kotler, 2006: 5).
Kunci dalam penempatan produk adalah selalu mendapatkan tempat yang cocok
yang mewakili hasrat konsumen yang tidak terpenuhi dan memanfaatkan peluang
itu secara agresif (Engel, et.al., 2002: 15).
2. Keputusan penetapan harga
Harga adalah jumlah uang yang harus dibayar pelanggan untuk memperoleh
produk tersebut (Kotler, 2006: 96). Keputusan penetapan harga tidak pernah boleh
8
dibiarkan dilakukan secara kebetulan. Ada saatnya penetapan harga disesuaikan
dengan hukum permintaan, tapi suatu saat bisa jadi penetapan harga justru
berlawanan dengan hukum permintaan. Bila suatu merk mampu membawa citra
bergengsi, maka kurva permintaan akan cenderung miring ke belakang, sehingga
menaikkan harga dapat menaikkan penjualan (Engel, et.al., 2002).
3. Strategi periklanan dan promosi
Kotler (2006: 97) menyebutkan bahwa promosi menunjuk pada berbagai
kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk mengkomunikasikan kebaikan
produknya dan membujuk para pelanggan dan konsumen sasaran untuk membeli
produk itu. Suatu perusahaan harus dapat memutuskan untuk berkonsentrasi pada
pangsa pasar di mana perusahaan tersebut secara historis sudah menghasilkan
yang terbaik, misalnya pada kelompok usia tertentu. Sebuah promosi dengan tema
yang tepat akan dapat merefleksikan motivasi yang mendasari dan manfaat yang
diharapkan yang didapatkan melalui penelitian pasar (Engel, et.al., 2002).
4. Seleksi saluran distribusi
Tempat menunjukkan pada berbagai kegiatan yang dilakukan perusahaan
untuk membuat produk tersedia dan dapat diperoleh bagi konsumen sasaran
(Kotler, 2006: 96). Bagaimana dan di mana konsumen lebih suka membeli apa
yang ditawarkan suatu perusahaan? Pertanyaan tersebut dapat dijawab dengan
mudah melalui penelitian konsumen, sehingga dapat meminimalkan risiko
keputusan distribusi yang keliru (Engel, et.al., 2002: 16).
9
5.2.4 Produk
Seperti yang sudah dipaparkan di atas, bahwa salah satu unsur dari bauran
pemasaran adalah produk. Menurut Angipora (2004: 26) produk merupakan
kombinasi barang dan jasa yang ditawarkan oleh seseorang atau lembaga untuk
memenuhi kebutuhan dan keinginan pasar. Sedangkan Kotler (2006: 54)
menyebutkan bahwa produk adalah sesuatu yang dapat ditawarkan ke dalam pasar
untuk diperhatikan, dimiliki, dipakai, atau dikonsumsi sehingga dapat memuaskan
keinginan atau kebutuhan.
Keberadaan produk dapat dikatakan sebagai titik sentral dari kegiatan
pemasaran, karena semua kegiatan dari unsur-unsur bauran pemasaran lainnya
berawal dan berpatokan pada produk yang dihasilkan. Adapun unsur-unsur dalam
bauran produk terdiri atas keanekaragaman atau macam-macam produk, kualitas,
disain, ciri-ciri/bentuk produk, merk dagang, kemasan, ukuran, pelayanan,
jaminan/garansi dan pengembalian.
Jadi, pada dasarnya konsumen membeli suatu produk tidak hanya sekedar
membeli kumpulan atribut fisik, tetapi pada sasarannya mereka membayar sesuatu
untuk memuaskan kebutuhan dan keinginannya.
5.2.5 Tingkatan Produk
Angipora (2004) menyebutkan bahwa terdapat lima tingkatan produk,
sehingga tiap-tiap tingkat mampu menambahkan lebih banyak nilai pelanggan dan
pada akhirnya kelima tingkat tersebut akan membentuk suatu hirarki nilai
pelanggan. Kelima tingkatan produk tersebut terdiri atas:
10
1. Produk utama/inti (core benefit) adalah produk yang sesungguhnya dibeli
konsumen karena memiliki manfaat utama atau sesungguhnya.
2. Produk dasar (basic product) adalah produk yang mencerminkan versi dasar
(fungsional) dari suatu produk.
3. Produk yang diharapkan (expected product) yaitu suatu kumpulan atribut dan
kondisi yang biasanya diharapkan dan disetujui pelanggan ketika mereka
membeli produk tersebut.
4. Produk yang ditingkatkan (augmented product) yaitu suatu pelayanan
tambahan yang diberikan untuk memenuhi keinginan pelanggan dan bahkan
melampaui harapan mereka, sehingga mampu membedakan penawaran
perusahaan dengan penawaran perusahaan pesaing.
5. Produk potensial (potential product) adalah semua tambahan yang mencakup
segala peningkatan dan transformasi pada produk yang mungkin dilakukan di
masa mendatang.
5.2.6 Hirarki Produk
Pada dasarnya setiap produk secara hirarkis berhubungan dengan produk
tertentu lainnya. Hirarki produk ini dimulai dari kebutuhan dasar sampai dengan
tipe produk yang akan memuaskan kebutuhan tersebut. Kotler (2006)
mengidentifikasi tujuh tingkat hirarki produk sebagai berikut:
1. Kelompok kebutuhan, merupakan kebutuhan inti yang nantinya akan
membentuk kelompok produk.
2. Kelompok produk, merupakan seluruh kelas produk yang dapat memuaskan
suatu kebutuhan inti dengan tingkat efektivitas yang kurang lebih memadai.
11
3. Kelas produk, merupakan sekumpulan produk di dalam kelompok produk
yang dianggap memiliki hubungan fungsional tertentu.
4. Lini produk, merupakan sekumpulan produk di dalam kelas produk yang
berhubungan erat karena fungsinya yang sama atau karena dijual pada
kelompok konsumen yang sama atau karena dipasarkan melalui saluran
distribusi yang sama, atau karena harganya berada dalam skala yang sama.
5. Tipe produk, adalah barang atau hal yang berada dalam lini produk dan
memiliki bentuk tertentu dari sekian banyak kemungkinan bentuk.
6. Merk, merupakan nama yang dihubungkan/diasosiasikan dengan satu atau
lebih barang atau hal yang melihat dalam lini produk dan digunakan untuk
mengenal sumber atau ciri barang/hal tersebut.
7. Jenis produk, adalah sesuatu yang khusus di dalam suatu merk atau lini
produk yang dapat dibedakan dengan ukuran, harga, penampilan atau atribut
yang lain.
5.2.7 Klasifikasi Produk
Pemasar mengklasifikasikan produk ke dalam berbagai jenis berdasarkan
karakteristik-karakteristik produknya. Gagasan yang mendasari pemikiran ini
ialah bahwa masing-masing jenis produk perlu memiliki strategi bauran
pemasaran yang memadai. Kotler (2006) menyebutkan klasifikasi produk dan
implikasinya terhadap strategi pemasaran adalah sebagai berikut:
1. Barang tahan lama, tidak tahan lama dan jasa.
Berdasarkan daya tahan atau berwujud tidaknya, produk bisa
diklasifikasikan dalam tiga kelompok:
12
a. Barang tidak tahan lama, merupakan barang berwujud yang biasanya
dikonsumsikan satu atau beberapa kali. Barang ini dikonsumsi dengan
cepat dan sering dibeli, maka strategi yang bisa digunakan adalah
menyebarkannya seluas mungkin, menarik keuntungan per unit tidak
terlalu besar, serta memasang iklan dengan gencar untuk merangsang
orang agar mencoba dan memiliki.
b. Barang tahan lama, merupakan barang berwujud yang biasanya bisa
bertahan lama dengan banyak pemakaian. Jenis barang ini menuntut cara
penjualan perorangan, keuntungan yang lebih besar dan jaminan penjual
yang lebih pasti.
c. Jasa, yaitu kegiatan, manfaat atau kepuasan yang ditawarkan untuk dijual.
Strategi yang digunakan pada umumnya membutuhkan lebih banyak
pengawasan mutu, tingkat kepercayaan tinggi dan kesesuaian.
2. Barang konsumsi.
Barang konsumsi dikelompokkan berdasarkan kebiasaan konsumen
dalam membeli. Barang konsumsi dibedakan menjadi:
a. Barang kebutuhan sehari-hari (convenience goods), merupakan barang
yang pada umumnya sering dibeli, segera dan memerlukan usaha yang
sangat kecil dalam pembandingan dan pembeliannya. Barang ini dibagi
menjadi barang pokok yang dibeli konsumen secara tetap, barang impulsif
yang dibeli tanpa perencanaan dan barang darurat yang dibeli bila
kebutuhan konsumen sudah mendesak. Strategi yang digunakan adalah
dengan menempatkan barangnya di beberapa tempat yang tersebar.
13
b. Barang belanjakan (shopping goods), merupakan barang yang dibeli
konsumen dengan cara membanding-bandingkan berdasar kesesuaian,
mutu, harga, dan modalnya. Barang ini dipisahkan menjadi barang
homogen yang memiliki kesamaan dalam hal mutu namun cukup berbeda
dalam hal harga dan heterogen yang lebih beragam jenis dan mutunya.
Strategi yang digunakan untuk barang homogen adalah dengan
menawarkan harga yang kompetitif, sedangkan untuk barang heterogen
adalah dengan memperbanyak variasi barang, agar selera konsumen bisa
terpenuhi.
c. Barang khusus (specialty goods), merupakan barang yang memiliki ciri
unik dan/atau merk khas di mana sekelompok konsumen bersedia
berusaha lebih keras dalam proses membeli. Strategi yang digunakan
adalah dengan memberi tahu konsumen di mana lokasi penjualannya,
pemasar tidak perlu menyediakan tempat penjualan yang mudah dicapai,
karena konsumen akan tetap berusaha membelinya meskipun tempat
tersebut jauh sekalipun.
d. Barang yang tidak dicari (unsought goods), merupakan barang yang tidak
terpikirkan oleh konsumen untuk membeli, konsumen cenderung tidak
mengetahui tentang barang ini. Barang ini membutuhkan tantangan yang
besar untuk memasarkannya, sehingga strategi yang perlu dilakukan
adalah dengan melakukan pemasaran secara gencar dalam bentuk iklan
maupun penjualan perorangan.
14
3. Barang industri.
Barang industri dapat dikelompokkan dari segi bagaimana peran mereka
dalam proses produksi dan biaya relatifnya. Barang ini dikelompokkan ke
dalam tiga kelompok, yaitu:
a. Bahan jadi dan suku cadang, yaitu barang-barang yang seluruhnya masuk
ke dalam produk jadi. Kebanyakan bahan jadi dan suku cadang dijual
langsung kepada pemakai industri. Harga dan mutu pelayanan di sini
merupakan pertimbangan pemasaran yang utama, sementara merk dan
iklan cenderung kurang penting.
b. Barang modal, yaitu barang-barang yang sebagian masuk ke hasil barang
jadi akhir. Barang modal dipecah menjadi dua kelompok, yaitu instalasi
dan peralatan tambahan. Barang instalasi pada umumnya dibeli langsung
dari produsen dengan didahului dengan negosiasi yang panjang dan lama.
Sehingga strategi yang digunakan adalah dengan menggunakan tenaga
penjual yang ahli, serta harus bersedia merancang segala spesifikasi yang
rumit dan juga pelayan purna jual. Iklan tetap diadakan meskipun jauh
kurang penting dibanding penjualan perorangan. Barang peralatan
tambahan memiliki konsumen yang tersebar secara geografis, banyak
meskipun pesanan masing-masing kecil. Mutu, ciri-ciri, harga dan
pelayanan merupakan pertimbangan utama dalam pemilihan strategi
pemasaran. Peran tenaga penjual cenderung menjadi lebih penting dari
pada iklan, walaupun iklan pun dapat dimanfaatkan dengan efektif.
15
c. Perbekalan dan pelayanan, merupakan jenis produk yang sama sekali tidak
masuk ke barang jadi akhir. Perbekalan biasa dipasarkan melalui pedagang
perantara karena jumlah pembelinya yang sangat banyak, tersebar secara
geografis dan rendahnya nilai per satuannya. Harga dan pelayanan
merupakan faktor pertimbangan yang penting dalam strategi pemasaran
karena seragamnya pembekal dan kesetiaan pada merk tidak tinggi.
Sedangkan pelayanan dipasarkan berdasar pada reputasi dan keahlian dari
pemasok. Selain itu, perlengkapan yang lengkap dalam melakukan usaha
pelayanan, terutama dengan perlengkapan aslinya menjadi salah satu
pertimbangan konsumen dalam memilih pelayanan yang baik.
5.2.8 Daur Hidup Produk
Konsep daur hidup produk adalah suatu upaya untuk mengenali berbagai
tahap yang berbeda dalam sejarah penjualan suatu produk (Kotler, 2006: 462).
Pada tahap-tahap ini terdapat peluang dan masalah yang berbeda-beda dalam
kaitannya dengan strategi pemasaran dan potensi laba. Adapun tahap-tahap daur
hidup produk adalah sebagai berikut:
1. Perkenalan. Periode pertumbuhan penjualan lambat karena produk baru saja
diperkenalkan kepada konsumen. Biaya sangat tinggi sehingga produk tidak
menghasilkan laba sama sekali.
2. Pertumbuhan (growth). Pasar dengan cepat menerima produk baru sehingga
penjualan melonjak dan menghasilkan laba yang besar.
3. Kedewasaan (maturity). Periode dimana pertumbuhan penjualan mulai
menurun karena produk sudah bisa diterima oleh sebagian besar pembeli
Penjualan
Laba
Perkenalan Pertumbuhan Kedewasaan Kemunduran
Usia Produk
Penjualan dan L
aba
16
potensial. Jumlah keuntungan stabil atau menurun yang disebabkan oleh
meningkatnya biaya pemasaran untuk melawan persaingan yang ketat.
4. Penurunan (decline). Dalam periode ini penjualan menurun dengan tajam
diikuti dengan menyusutnya laba.
Tahap-tahap daur hidup produk tersebut dapat digambarkan dalam bentuk
sebagai berikut:
Gambar 5.1 Daur hidup penjualan dan laba
5.2.9 Perencanaan Produk
Salah satu tanggung jawab bagian pemasaran adalah untuk membantu
perusahaan dalam mengidentifikasi kebutuhan dan kesempatan akan pasar yang
baru serta menanggapi kebutuhan dan kesempatan tadi secara cermat dan efektif
dengan mencari jalan keluar atas pemecahan produk tersebut (Kotler, 2006).
Tanggung jawab tersebut harus dilaksanakan dengan cepat, mengingat bahwa
produk memiliki daur hidup, sehingga produk yang sekarang dalam masa
kedewasaan sebentar lagi akan mengalami kemunduran. Produk tersebut perlu
17
diganti dengan produk yang baru supaya volume penjualan perusahaan dapat
dipertahankan, bahkan ditingkatkan.
Masalah perencanaan produk baru bisa ditempuh dengan dua metode, yaitu
akuisisi dan pengembangan produk baru. Akuisisi bisa ditempuh dengan tiga
bentuk. Pertama, perusahaan menyusun rencana akuisisi perusahaan termasuk
penelitian mengenai perusahaan-perusahaan yang lebih kecil dan memiliki lini
produk yang menarik. Kedua, perusahaan bisa mengusahakan akuisisi paten, yaitu
pengalihan atau pembelian hak atas produk-produk baru dari pemegang hak paten.
Ketiga, perusahaan melakukan akuisisi lisensi untuk memproduksi berbagai
produk.
Pengembangan produk baru dapat ditempuh dengan dua bentuk pokok.
Pertama, perusahaan menjalankan pengembangan produk baru intern dengan
membentuk bagian penelitian dan pengembangan sendiri. Kedua, perusahaan
memilih pengembangan produk baru dengan kontrak, yaitu menyewa jasa peneliti
atau biro pengembangan produk yang independen agar menyiapkan segalanya
mengenai produk tertentu bagi perusahaan.
Dalam melakukan perencanaan dan pengembangan produk, bagian
pemasaran perlu memperhatikan beberapa hal yang berhubungan dengan
keputusan strategis perusahaan dalam usaha untuk tetap hidup dan bertahan.
Angipora (2002: 201-205) menyebutkan bahwa hal-hal yang perlu
dipertimbangkan tesebut adalah sebagai berikut:
1. Produk yang mana yang harus dibuat dan dibeli oleh perusahaan?2. Apakah perusahaan perlu memasarkan lebih banyak atau lebih sedikit
setelah memutuskan dan menetapkan produk mana yang akan dikembangkan dan mana yang akan dihasilkan?
18
3. Apakah manfaat baru dari setiap produk?4. Untuk setiap produk, merk dan kemasan serta label apa yang akan
digunakan?5. Bagaimana seharusnya corak dan disain sebuah produk?6. Berapa seharusnya jumlah dari setiap produk yang harus dihasilkan?7. Bagaimana seharusnya penetapan harga atas sebuah produk?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas merupakan dasar dan awal dari
kegiatan perusahaan yang harus dilakukan oleh bagian perencanaan dan
pengembangan produk dalam suatu perusahaan.
5.2.10 Pengembangan Produk Baru
Kotler (2006: 2) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan produk baru
adalah produk asli, penyempurnaan produk, modifikasi produk dan merk-merk
baru yang dikembangkan sendiri di bagian penelitian.
Sementara Booz, et.al. dalam Kotler (2006: 2) menggolongkan produk baru
menjadi beberapa golongan, yaitu:
1. Produk baru bagi dunia. Produk ini mencipta pasar yang baru sama sekali.2. Lini produk baru. Dengan produk ini perusahaan untuk pertama kalinya
memasuki pasar yang sudah ada.3. Tambahan pada lini produk yang sudah ada. Produk yang menambah lini
produk yang sudah ada di suatu perusahaan.4. Penyempurnaan/revisi atas produk yang sudah ada. Produk yang baru
dengan daya kerja/kegunaan yang disempurnakan atau dengan nilai yang lebih tinggi dan mengganti produk yang sudah ada.
5. Penempatan kembali/repositioning. Produk yang sudah ada dipasarkan pada pasar baru atau segmen pasar baru.
6. Penekanan biaya. Produk yang daya kerja/kegunaannya sama dengan yang sudah ada pada biaya yang lebih rendah.
Biasanya suatu perusahaan menggabungkan beberapa dari enam golongan
di atas. Kenyataannya, hanya sekitar 10% dari produk baru tersebut yang benar-
benar baru. Jenis produk tersebut melibatkan biaya yang sangat tinggi dan risiko
yang sangat besar karena benar-benar baru baik, bagi perusahaan maupun pasar.
Penjualan
Laba
Perkenalan Pertumbuhan Kedewasaan Kemunduran
Usia Produk
Penjualan dan L
aba
Laba produk baru dibutuhkan untuk menopang pertumbuhan perusahaan
19
Pentingnya inovasi produk dilatarbelakangi oleh adanya pembenaran
terhadap sosio ekonomi bisnis untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan
konsumen secara terus menerus. Angipora (2002) menyebutkan bahwa untuk
memenuhi tanggung jawab perusahaan dalam memuaskan kebutuhan dan
keinginan konsumen, maka diperlukan pertimbangan-pertimbangan dalam
melakukan perencanaan dan pengembangan produk, di antaranya adalah:
1. Produk memiliki daur hidup.
2. Produk akan menentukan laba.
3. Produk baru sangat penting bagi perusahaan.
4. Konsumen yang semakin selektif.
Pertimbangan di atas dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 5.2 Daur hidup penjualan dan laba serta pengaruh produk baru terhadap laba perusahaan
Angipora (2006: 212) menyebutkan bahwa pengembangan produk baru
dalam istilah yang terbatas meliputi kegiatan teknis seperti:
1. Riset produk yang dibutuhkan oleh konsumen pada masa yang akan datang.
20
2. Rekayasa (engineering) yang berkaitan dengan pembuatan produk yang diperlukan.
3. Disain yang berkaitan dengan perencanaan terhadap suatu produk yang akan dibuat.
Pengembangan produk baru merupakan masalah yang mendasar bagi
perusahaan untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidup perusahaannya,
baik saat ini maupun di masa yang akan datang. Dalam melakukan pengembangan
produk baru, perusahaan akan selalu memperhatikan perubahan kebutuhan,
keinginan dan motivasi dari konsumen melalui pelaksanaan pengembangan
produk baru secara berkala berdasarkan kepada perencanaan pemasaran umumnya
dan perencanaan produk khususnya yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
5.2.11 Langkah-langkah dalam Pengembangan Produk Baru
Dalam usaha mencapai tujuan perusahaan dalam bidang pemasaran,
manajemen perlu memperhatikan langkah-langkah dalam pengembangan produk
baru. Penetapan yang jelas apakah pengembangan produk baru tersebut perlu
dilanjutkan atau tidak harus berdasarkan pada langkah-langkah yang sudah
disusun oleh manajemen perusahaan. Jika pada langkah tertentu, riset pasar
membuktikan bahwa pengembangan produk tidak akan menghasilkan keuntungan
yang signifikan, maka manajemen harus dapat mengambil keputusan apakah akan
membatalkan atau perlu mencari data dan informasi tambahan guna melengkapi
produk sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pasar.
Angipora (2002: 214-222) menyebutkan langkah-langkah yang harus
dilakukan perusahaan dalam melakukan pengembangan produk baru antara lain:
21
1. Pemunculan gagasan/pengembangan ide.
Gagasan dapat muncul dari konsumen, pesaing, perantara, ahli
pemasaran, departemen pemasaran, manajemen puncak, atau bahkan dari
karyawan sendiri.
2. Penyaringan gagasan/ide
Tidak semua gagasan merupakan gagasan yang baik, sehingga
diperlukan penyaringan untuk menetapkan gagasan mana yang paling baik
untuk kinerja ke depan perusahaan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam menyaring gagasan di antaranya adalah:
a. Gagasan tersebut harus sesuai dengan strategi perusahaan secara
keseluruhan.
b. Gagasan tersebut harus didasarkan pada sumber daya dan keahlian yang
dimiliki oleh perusahaan seperti kemampuan keuangan, teknologi dan
manajerial.
c. Gagasan tersebut harus memiliki pasar potensial yang memadai.
3. Pengembangan dan pengujian konsep.
Setelah melakukan kedua langkah di atas, gagasan yang muncul masih
berupa gagasan umum. Untuk itu, tim pengembangan produk harus menelaah
lebih mendalam agar gagasan-gagasan tersebut menjadi konsep yang lebih
spesifik. Adapun konsep tersebut adalah sebagai berikut:
a. Kelompok konsumen mana yang akan membeli produk baru tersebut.
b. Apa manfaat utama dari gagasan pengembangan produk baru yang dapat
diterima oleh para konsumen.
22
Langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian dengan
memperlihatkan suatu disain yang lengkap dan menanyakan langsung kepada
calon konsumen untuk mengetahui pendapat mereka tentang gagasan
pengembangan produk yang akan dilakukan dan bagaimana pendapat mereka
untuk menyempurnakan gagasan-gagasan tersebut.
4. Analisis bisnis.
Langkah ini merupakan langkah yang dianggap kritis, karena pada
langkah ini tim pengembangan produk baru harus mampu memperkirakan
secara jelas biaya, laba, tingkat pengembalian investasi dan arus kas
perusahaan, jika produk yang dikembangkan sudah diproduksi secara
komersial.
5. Pengembangan produk.
Pada tahap ini, semua konsep atas produk baru tersebut sudah harus
memiliki bentuk konkrit. Seperti prototipe, model-model, disain dan
sebagainya. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam usaha membantu
keberhasilan tim antara lain:
a. Keterlibatan multi fungsi.
b. Keterlibatan purna waktu yang simultan.
c. Kolokasi.
d. Komunikasi konstan.
e. Sumber daya tersedia secara penuh.
f. Keterlibatan pihak luar.
23
6. Pengujian pasar.
Pengujian pasar dilakukan sebagai dasar untuk mengukur reaksi calon
konsumen terhadap hasil pengembangan produk yang sesungguhnya terjadi di
hadapan konsumen dan dilakukan dalam daerah geografis terbatas. Perusahaan
akan mengamati dengan seksama kinerja elemen-elemen pemasaran lainnya
melalui segmen pasar tertentu dan mengevaluasi untuk melihat berbagai
kemungkinan terjadinya kesuksesan yang lebih besar dengan segmen pasar
yang lebih luas atau bahkan kegagalan yang akan dialami.
7. Komersialisasi.
Tahap ini berarti bahwa seluruh komponen elemen bauran produk yang
didukung oleh elemen pemasaran lainnya telah siap untuk diproduksi dan
didistribusikan dengan skala penuh ke pasar sasaran.
5.2.12 Sasaran Pengembangan Produk Baru
Dalam usaha untuk memberikan arah yang jelas bagi manajemen untuk
mengambil keputusan terhadap pengembangan produk baru, tentunya sasaran dari
usaha pengembangan harus ditetapkan secara jelas. Angipora (2002: 227-229)
secara spesifik menetapkan ada empat jenis sasaran pokok bagi pengembangan
produk baru, yaitu:
1. Program modifikasi lini produk.
Modifikasi dari produk lama pada umumnya dipilih dengan sasaran
meningkatkan penjualan dari lini produk yang ada saat ini. Perubahan besar
pada rancangan atau bahkan sekedar perubahan sederhana pada kemasan dapat
mengakibatkan pemakaian yang lebih cepat atas produk.
24
2. Program perluasan lini produk.
Sasaran dari program ini adalah untuk menjangkau suatu segmen pasar
baru di pasar, artinya penerapan program ini adalah untuk menjaring
pelanggan pesaing dalam segmen di mana perusahaan ini tidak mempunyai
produk untuk ditawarkan, atau untuk merangsang permintaan. Untuk
memasukinya perlu diciptakan produk yang sama sekali baru dengan
karakteristik produk yang berbeda dengan produk yang ada sekarang.
3. Program produk pelengkap.
Produk pelengkap adalah produk yang pada umumnya digunakan
bersama-sama dengan produk yang sudah ada. Produk tersebut dikembangkan
untuk meningkatkan penjualan produk yang sudah ada ataupun untuk
memantapkan pertumbuhan penjualan di pasar yang bersangkutan.
4. Program diversifikasi.
Diversifikasi merupakan suatu kebijaksanaan penambahan produk bar
guna melayani pasar yang baru. program diversifikasi pada umumnya
dirancang untuk mendirikan perusahaan baru guna mencapai sasaran seperti
peluang pertumbuhan baru atas stabilitas penjualan.
5.2.13 Dilema Pengembangan Produk Baru
Perkembangan dunia usaha yang penuh persaingan menghadapkan
perusahaan berada pada posisi dilematis. Di satu sisi, perusahaan harus selalu
mempersiapkan pengembangan produk baru, di sisi lain, perhitungan dalam
pengeluaran biaya untuk mengembangkan produk baru tersebut juga harus
menjadi pertimbangan perusahaan. Seringkali dihadapi bahwa biaya yang
25
dikeluarkan oleh perusahaan untuk mengembangkan produk yang baru lebih besar
dari anggaran yang sudah diperhitungkan sebelumnya. Selera konsumen yang
berubah-ubah, teknologi baru, daur hidup suatu produk yang semakin pendek,
persaingan dari perusahaan lain, baik dalam maupun luar negeri, bahkan peraturan
pemerintah semakin menempatkan perusahaan pada posisi yang sulit.
Kotler (2006: 4) merumuskan beberapa penyebab yang bisa mengakibatkan
makin sulitnya keberhasilan pengembangan produk di masa yang akan datang,
antara lain adalah:
1. Kurangnya gagasan pada jenis barang tertentu. Beberapa ilmuwan menyatakan sedikitnya teknologi baru yang setara dengan penemuan mobil, televisi, komputer dan foto copy dan obat-obat mujarab.
2. Pasar yang terpecah-pecah. Persaingan yang tajam menyebabkan pasar terpecah-pecah. Perusahaan-perusahaan terpaksa mengarahkan produk barunya pada segmen pasar yang lebih sempit, bukan pasar/massa dan ini berarti penjualan dan laba yang lebih kecil dari masing-masing barang.
3. Kendala sosial dan pemerintah. Produk baru harus memenuhi persyaratan umum seperti keselamatan konsumen dan tidak mencemarkan lingkungan. Peraturan-peraturan pemerintah menyebabkan lambatnya pembauran pada industri obat-obatan dan juga membuat produsen peralatan industri, kimia, mobil dan mainan lebih berhati-hati dalam hal disain dan periklanan.
4. Mahalnya proses pengembangan produk baru. Untuk menghasilkan satu atau dua gagasan yang baik, perusahaan harus mulai dengan banyak gagasan tentang produk baru. Biaya pengembangan dan peluncuran untuk masing-masing produk akan meningkat tinggi terutama pada laju inflasi yang nyata pada biaya-biaya produksi, periklanan dan distribusi.
5. Kurangnya modal. Kebanyakan perusahaan tidak mampu mengumpulkan dana yang diperlukan bagi penelitian untuk inovasi yang sesungguhnya. Akhirnya mereka hanya menekankan pada modifikasi dan peniruan.
6. Pendeknya rentang waktu menyelesaikan produk. Tidak sedikit pesaing yang mungkin saja mendapat gagasan yang sama pada saat yang sama pula, dan pada akhirnya kemenangan tadi diperoleh lebih cepat. Karenanya, kesiapan perusahaan untuk mempersingkat waktu pengembangan perlu dipertinggi dengan menggunakan rancangan dan teknik memproduksi berbantu komputer, mencari mitra usaha, menguji konsep secara dini, dan merencanakan strategi yang unggul.
Produk Topi
Volume Penjualan
Pengembangan Produk:Harga beli produk
Biaya kirimBiaya pemeliharaan
Hasil
Regresi linear sederhana
26
7. Pendeknya masa manfaat bagi produk yang berhasil. Bila suatu produk baru berhasil di pasar, para pesaing dengan cepat akan menirunya, sehingga dengan demikian memperpendek daur hidup produk baru tadi.
Ada dua hal besar yang harus diperhatikan untuk berhasilnya suatu
pemasaran produk baru. Pertama, perusahaan harus meningkatkan efektivitas
seluruh pengelolaan organisasinya dalam menangani proses pengembangan
produk baru. Kedua, perusahaan harus menangani setiap tahap dalam proses
dengan teknik-teknik yang terbaik.
6. KERANGKA BERPIKIR
Gambar 6.1 Kerangka Berpikir
7. HIPOTESIS
Dari latar belakang dan penelitian terdahulu, penulis dapat mengambil
hipotesis sebagai berikut.
Ha1 : Pengembangan produk topi dapat meningkatkan volume penjualan
pada toko “Grobak Toys”.
Ha2 : Pengaruh pengembangan produk topi dalam meningkatkan volume
penjualan sebesar lebih dari 90%.
27
8. METODE PENELITIAN
8.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang penulis ambil adalah penelitian asosiatif. Penelitian
asosiatif adalah penelitian untuk mengetahui berapa besar kontribusi variabel-
variabel bebas terhadap variabel terikatnya serta besarnya arah hubungan yang
terjadi (Umar, 2003: 36). Dalam penelitian ini, penulis ingin mengetahui berapa
besar kontribusi biaya pengembangan produk topi terhadap volume penjualan, dan
bagaimana hubungan biaya pengembangan produk topi dalam meningkatkan
volume penjualan pada toko “Grobak Toys”.
8.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini penulis lakukan dengan metode studi kasus. Metode studi
kasus menghendaki suatu kajian yang rinci, mendalam, menyeluruh atas obyek
tertentu yang biasanya relatif kecil selama kurun waktu tertentu, termasuk
lingkungannya (Umar, 2003: 32). Untuk itu, penulis mengambil toko “Grobak
Toys” sebagai lokasi penelitian. Toko “Grobak Toys” adalah toko yang menjual
topi yang berada di lantai dasar Mataram Mall. Dalam perkembangannya, toko
“Grobak Toys” telah melakukan beberapa kali pengembangan produk dalam
usaha bertahan dari para pesaing, dengan melakukan penambahan lini produk.
8.3 Teknik dan Alat Pengumpulan Data
8.3.1 Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
28
1. Wawancara. Penulis mewancarai pemilik toko “Grobak Toys” tentang
bagaimana proses pengembangan produk yang dilakukan, dan faktor-faktor
apa saja yang mendorong pemilik untuk melakukan pengembangan produk.
2. Dokumentasi. Penulis mencatat biaya dan volume penjualan yang diperoleh
selama pengembangan produk dilakukan oleh pemilik toko “Grobak Toys”.
8.3.2 Alat Pengumpulan Data
Sedangkan alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan menggunakan pedoman (guide sheet) wawancara. Penulis
membuat suatu daftar pertanyaan tentang apa saja yang akan penulis tanyakan
kepada pemilik toko “Grobak Toys” dalam hubungannya dengan pengembangan
produk yang dilakukan oleh pemilik toko “Grobak Toys”. Seperti bagaimana
proses pengembangan produk, faktor-faktor apa saja yang menyebabkan pemilik
toko “Grobak Toys” melakukan pengembangan produk, berapa biaya yang
dikeluarkan dalam usaha pengembangan produk dan bagaimana volume penjualan
setelah adanya pengembangan produk.
8.4 Jenis dan Sumber Data
8.4.1 Jenis Data
1. Data Kualitatif
Data kualitatif adalah data yang berbentuk kalimat, kata atau gambar
(Sugiyono, 2010: 23). Data kualitatif yang penulis gunakan pada penelitian ini
adalah tentang bagaimana proses pengembangan produk dan faktor-faktor
yang mempengaruhi pemilik toko “Grobak Toys” dalam melakukan
pengembangan produk.
29
2. Data Kuantitatif
Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka, atau data kualitatif
yang diangkakan (skoring) (Sugiyono, 2010: 23). Data kuantitatif pada
penelitian ini berupa biaya pengeluaran dalam pengembangan produk dan
volume penjualan selama enam tahun terakhir.
8.4.2 Sumber Data
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan sumber data sekunder. Sumber
data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut, misalnya
dalam bentuk tabel, grafik, diagram, gambar, dan sebagainya, sehingga lebih
informatif jika digunakan oleh pihak lain (Umar, 2003: 60). Dalam penelitian ini,
penulis memperoleh datanya dari pemilik toko “Grobak Toys” langsung.
8.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
8.5.1 Variabel Penelitian
1. Biaya pengembangan produk, sebagai variabel independen.
2. Volume penjualan, sebagai variabel dependen.
8.5.2 Definisi Operasional Variabel
1. Biaya pengembangan produk dalam penelitian ini adalah biaya yang
dikeluarkan untuk membeli produk. Seperti: harga beli produk, biaya
pemeliharaan, dan biaya kirim.
2. Volume penjualan dalam penelitian ini adalah jumlah penjualan produk
selama satu tahun dalam satuan rupiah.
30
8.6 Analisis Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua metode analisis data sebagai
berikut:
1. Metode kualitatif. Metode ini penulis gunakan untuk memberikan gambaran
tentang bagaimana proses pengembangan produk dan faktor-faktor yang
mempengaruhi pengembangan produk.
2. Metode kuantitatif. Dalam metode ini, penulis menggunakan regresi linear
sederhana, analisis korelasi dan koefisien determinasi.
Analisis regresi linear sederhana digunakan untuk mengetahui bentuk
hubungan antara dua variabel (Muhidin dan Abdurahman, 2009: 187). Dalam
penelitian ini penulis ingin mengetahui bentuk hubungan antara biaya
pengembangan produk dengan volume penjualan pada toko “Grobak Toys”.
Persamaan regresi linear sederhana dirumuskan sebagai berikut:
Y = a + bX
a = ∑ Y−b∑ X
N
b = N .¿¿
(Muhidin dan Abdurahman, 2009: 188)
Dimana:
Y = variabel dependen, yaitu volume penjualan
X = variabel independen, yaitu biaya pengembangan produk
a = penduga bagi intercept, yaitu volume penjualan jika tidak ada biaya
pengembangan produk.
31
b = penduga bagi koefisien regresi, yaitu untuk mengetahui bagaimana
pengaruh biaya pengembangan produk terhadap volume penjualan.
Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan antara
dua variabel (Muhidin dan Abdurahman, 2009: 187). Dalam penelitian ini analisis
korelasi digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan antara biaya
pengembangan produk dengan volume penjualan. Persamaan yang digunakan
dalam melakukan analisis korelasi adalah sebagai berikut:
r = N ∑ XY−∑ X∑Y√¿¿¿
(Muhidin dan Abdurahman, 2009: 123)
Adapun untuk mengetahui tingkat keeratan hubungan tersebut digunakan
nilai koefisien korelasi dari Guilford Empirical Rulesi sebagai berikut:
Tabel 7.1 Nilai Koefisien Korelasi dari Guilford Empirical Rulesi
Nilai Korelasi Keterangan
0,00 – < 0,20 Hubungan sangat lemah (diabaikan, dianggap tidak ada)
≥ 0,20 – < 0,40 Hubungan rendah
≥ 0,40 – < 0,70 Hubungan sedang/cukup
≥ 0,70 – < 0,90 Hubungan kuat/tinggi
≥ 0,90 – < 1,00 Hubungan sangat kuat/tinggi
Sumber: Muhidin dan Abdurahman (2009: 128)
Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh pengembangan produk topi dalam meningkatkan volume penjualan.
Persamaan yang digunakan dalam mencari koefisien determinasi adalah sebagai
berikut:
32
Kd = r2 x 100%
Dimana:
Kd = koefisien determinasi
r = koefisien korelasi
Dalam penelitian ini, perhitungan koefisien regresi linear sederhana,
koefisien korelasi, dan koefisien determinasi, seluruhnya menggunakan bantuan
analisis data ToolPak analysis dari Microsoft Excel 2007.
9. JADWAL PENELITIAN
No KegiatanJune/2010 July/2010 August/2010
I II III IV I II III IV I II III IV1 Persiapan Judul2 Penyusunan Proposal3 Konsultasi4 Seminar Proposal5 Penelitian6 Konsultasi7 Ujian dan Perbaikan
33
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Mukodam. 2005. Peranan Pengembangan Produk dalam Meningkatkan Volume Penjualan di PT. Multi Garmentama Bandung. http://dspace. widyatama.ac.id. Diunduh tanggal 6 Maret 2010.
Engel, James F., Blackwell, Roger D., dan Miniard, Paul W. 2002. Perilaku Konsumen Jilid 1 terjemahan. F. X. Budiyanto. Tangerang: Binarupa Aksara.
Harry Nugraha. 2008. Peranan Pengembangan Produk Jaket dalam Meningkatkan Volume Penjualan pada Perusahaan On-Line di Bandung. http://dspace.widyatama.ac.id. Diunduh tanggal 5 Maret 2010.
Husein Umar. 2003. Metode Riset Akuntansi Terapan. Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia.
In, Charlie. 2004. Mengukir Strategi Pemasaran untuk Meningkatkan Bisnis & Profit Anda terjemahan. Septian Yuda. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Kotler, Philip. 2006. Manajemen Pemasaran – Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian Jilid 1 terjemahan. Jaka Wasana. Jakarta: Penerbit Erlangga.
_______. 2006. Manajemen Pemasaran – Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian Jilid 2 terjemahan. Jaka Wasana. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Marius P. Angipora. 2002. Dasar-dasar Pemasaran edisi kedua. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
STIE AMM Mataram. 2010. Pedoman Penyusunan Skripsi. Mataram: LP3M STIE AMM Mataram.
Sambas Ali Muhidin dan Maman Abdurahman. 2009. Analisis Korelasi, Regresi, dan Jalur dalam Penelitian. Bandung: Penerbit Pustaka Setia.
Sugiyono. 2010. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.