33
KETUBAN PECAH DINI

ppt kpd

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ppt kpd

KETUBAN PECAH DINI

Page 2: ppt kpd

PENDAHULUAN

• Selaput ketuban normalnya pecah secara spontan pada waktu proses persalinan yaitu pada akhir kala I atau awal kala II, diakibatkan oleh kontraksi uterus yang berulang-ulang

• Sampai saat ini masih banyak perbedaan pendapat mengenai penatalaksanaan ketuban pecah dini yang bervariasi dari tidak melakukan apapun sampai pada tindakan yang berlebihan.

Page 3: ppt kpd

FISIOLOGI CAIRAN KETUBAN

• Di dalam ruang yang diliputi oleh selaput janin yang terdiri daripada lapisan amnion dan korion terdapat likuor amnii.

• Pada kehamilan normal, air ketuban atau cairan amnion memberikan ruang bagi janin untuk tumbuh, bergerak, dan berkembang.

• Tanpa cairan amnion, uterus akan berkontraksi dan menekan janin.

• Pada pertengahan usia kehamilan, cairan amnion menjadi sangat penting bagi perkembangan paru janin. Tidak cukupnya cairan amnion pada pertengahan usia kehamilan akan menyebabkan terjadinya hipoplasia paru yang dapat menyebabkan kematian.

Page 4: ppt kpd

DEFINISI KPD• Ketuban pecah dini (KPD) atau spontaneus/ early/

premature rupture of the membrane (PROM) mempunyai bermacam-macam batasan, teori dan definisi.

• Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum proses persalinan yang dapat terjadi pada kehamilan preterm dan pada kehamilan aterm.

• Ketuban pecah dini preterm adalah ketuban yang pecah sebelum kehamilan 37 minggu dan tidak sedang dalam masa persalinan.

Page 5: ppt kpd

• Ada teori yang menghitung berapa jam sebelum inpartu, dan ada juga yang menyatakan dalam ukuran pecahnya ketuban sebelum inpartu , yaitu bila pembukaan serviks pada kala I kurang dari 3 cm pada primipara dan pada multipara kurang dari 5 cm.

• Namun pada prinsipnya adalah ketuban yang pecah sebelum waktunya.

Page 6: ppt kpd

ETIOLOGI

• Masih belum diketahui secara pasti• Banyak teori : defek kromosom, kelainan kolagen,

infeksi, inkompetensi serviks, gemelli, hidramnion, kehamilan preterm, disproporsi sefalopelvik serta perubahan pada selaput ketuban baik secara biomekanik dan fisiologik.

• Pada sebagian besar kasus ternyata berhubungan dengan infeksi (sampai 65 %).

Page 7: ppt kpd

• Karena hilangnya elastisitas yang terjadi pada daerah tepi robekan selaput ketuban dengan perubahan yang besar.

• Hilangnya elastisitas selaput ketuban ini sangat erat kaitannya dengan jaringan kolagen, yang dapat terjadi karena penipisan oleh infeksi atau rendahnya kadar kolagen.

• Kolagen pada selaput ketuban terdapat pada amnion di daerah lapisan kompakta, fibroblas serta pada korion di daerah lapisan retikuler dan trofoblas, dimana sebagian besar jaringan kolagen terdapat pada lapisan penunjang (dari epitel amnion sampai dengan epitel basal korion)

Page 8: ppt kpd

• Sintesis mahupun degradasi jaringan kolagen dikontrol oleh sistem aktifitas dan inhibisi interleukin-1 dan prostaglandin.

• Adanya infeksi dan inflamasi menyebabkan bakteri penyebab infeksi mengeluarkan enzim protease dan mediator inflamasi interleukin-1 dan prostaglandin.

• Mediator ini menghasilkan kolagenase jaringan sehingga terjadi depolimerisasi kolagen pada selaput korion atau amnion menyebabkan selaput ketuban tipis, lemah, dan mudah pecah spontan.

• Selain itu mediator tersebut membuat uterus berkontraksi sehingga membran mudah ruptur akibat tarikan saat uterus berkontraksi

Page 9: ppt kpd

Taylor dkk telah menyelidiki bahwa ketuban pecah dini ada hubungannya dengan hal-hal sebagai berikut :

1. Adanya hipermotilitas rahim yang sudah lama terjadi sebelum ketuban pecah. Penyakit-penyakit seperti pielonefritis, sistitis, servisitis, dan vaginitis terdapat bersama-sama dengan motilitas rahim.

2. Selaput ketuban terlalu tipis (kelainan ketuban).

3. Infeksi (amnionitis atau korioamnionitis).

4. Faktor-faktor lain yang merupakan predisposisi ialah multipara, malposisi, disproporsi, serviks yang inkompeten, dan lain-lain.

5. Ketuban pecah dini artifisial (amniotomi), dimana ketuban dipecahkan terlalu dini.

Page 10: ppt kpd

FAKTOR PREDISPOSISI • Kehamilan multipel: kembar dua (50%), kembar tiga

(90%)• Riwayat persalinan preterm sebelumnya : resiko

meningkat 2-4x• Terdapat riwayat ketuban pecah dini pada kehamilan

sebelumnya• Tindakan senggama : tidak berpengaruh terhadap

resiko, kecuali jika higiene buruk, predisposisi terhadap infeksi.

• Kekurangan vitamin dan mineral• Merokok : menyebabkan kekurangan tembaga dan

asam askorbik yang berakibat pertumbuhan struktur abnormal.

Page 11: ppt kpd

• Perdarahan pervaginam : trimester pertama (resiko 2x), trimester kedua dan ketiga (20x)

• Bakteriuria : resiko 2x (prevalensi 7%)• pH vagina di atas 4.5 : resiko 32%• Serviks tipis/kurang dari 39 mm : resiko 25%• Flora vagina abnormal : resiko 2-3x• Fibronectin > 50 ng/ml : resiko 83%• Kadar CRH (corticotrophin releasing hormone) maternal

tinggi, misalnya pada stress psikolologis dapat menjadi stimulasi persalinan preterm

Page 12: ppt kpd

Gejala subjektif

• Pasien dengan ketuban pecah dini mengeluh adanya keluar air ketuban sama ada berwarna putih keruh, jernih, kuning, hijau, atau kecoklatan.

• Keluarnya air ketuban ini sama ada dalam jumlah sedikit-sedikit atau sekaligus banyak.

• Dapat disertai demam jika sudah ada infeksi. • Pasien tidak sedang dalam masa persalinan. • Pasien juga tidak merasakan adanya nyeri maupun

kontraksi uterus. • Riwayat haid pasien, umur kehamilan pasien

diperkirakan dari hari pertama haid terakhir dan umur kehamilan lebih dari 20 minggu

Page 13: ppt kpd

Pemeriksaan Fisik

• Pemeriksaan umum : Suhu normal kecuali dapat meninggi jika disertai infeksi, dan dapat disertai takikardi.

• Pemeriksaan abdomen : • Uterus lunak dan tidak nyeri tekan. • Tinggi fundus uteri harus diukur dan dibandingkan

dengan tinggi yang diharapkan menurut hari pertama haid terakhir.

• Pemeriksaan palpasi abdomen dapat memberikan perkiraan ukuran janin dan presentasi janin.

Page 14: ppt kpd

Pemeriksaan pelvis • Memeriksa adanya cairan yang berisi mekoneum.

Verniks kaseosa, rambut, lanugo, atau bila telah terinfeksi dan berbau.

• Inspekulo: • Lihat dan perhatikan apakah memang air ketuban

keluar dari ostium uteri eksternum dan apakah ada bagian selaput ketuban yang sudah pecah.

• Gunakan kertas lakmus, dan apabila warnanya berubah menjadi biru (basa) maka ia adalah air ketuban dan bila merah ia kemungkinan adalah urin.

• Bila diagnosa tidak pasti, adanya lanugo, atau bentuk kristal daun pakis cairan amnion kering (ferning) dapat membantu menegakkan diagnosis.

Page 15: ppt kpd

• Bila kehamilan belum cukup bulan, penentuan rasio lesitin-sfingomielin dan fosfatidilgliserol membantu dalam evaluasi kematangan paru janin.

• Bila ada kecurigaan infeksi, apusan diambil dari kanalis servikalis untuk pemeriksaan kultur serviks terhadap streptokokus beta grup B, klamidia, dan gonorea (pada populasi tertentu).

• Pemeriksaan vagina juga mengidentifikasi bagian presentasi janin dan menyingkirkan kemungkinan prolaps tali pusat.

• Periksa dalam harus dihindari kecuali jika pasien jelas berada dalam masa persalinan atau telah ada keputusan untuk melahirkan.

• Pemeriksaan pH forniks posterior adalah basa.• Pemeriksaan histopatologis didapatkan air ketuban.

Page 16: ppt kpd

• Jarak antara pecahnya ketuban dan permulaan persalinan disebut periode laten = LP = lag periode.

• Makin muda umur kehamilan, makin panjang LP-nya. Sedangkan lamanya persalinan lebih pendek, yaitu primi 10 jam dan multi 6 jam.

• Jika pasien mengalami infeksi intraamnion, dari pemeriksaan fisik didapatkan suhu maternal >38 0 C, takikardi fetal, nyeri pada fundus, discharge vagina yang purulen dan takikardi maternal.

Page 17: ppt kpd

Pemeriksaan Penunjang

• Dengan tes lakmus, cairan amnion akan mengubah kertas lakmus merah menjadi biru.

• Pemeriksaan leukosit darah, bila meningkat > 15000, mungkin ada infeksi.

• USG untuk menentukan indeks cairan amnion, usia kehamilan, letak janin, berat janin, letak plasenta, gradasi plasenta serta jumlah air ketuban.

• Kardiotokografi untuk menentukan ada tidaknya kegawatan janin. Jika ada infeksi intrauterin atau peningkatan suhu, bunyi jantung janin akan meningkat.

• Amniosentesis digunakan untuk mengetahui rasio lesitin- sfingomielin dan fosfatidilsterol yang berguna untuk mengevaluasi kematangan janin.

Page 18: ppt kpd

Diagnosa Banding

• Fistula vesiko vaginal dengan kehamilan• Stress inkontinensia

Page 19: ppt kpd

TATALAKSANA• Salah satu masalah kontroversial dalam ilmu obstetri.

Seluruh pasien yang menampakkan gejala KPD sebaiknya dibawa ke rumah sakit untuk dievaluasi.

• Pengelolaan KPD tergantung dari tingkat kehamilan pasien.

• Pada KPD yang terjadi saat aterm, ibu dan bayi diobservasi ketat pada 24 jam pertama untuk menilai apakah persalinan terjadi secara alami.

• Jika persalinan tidak terjadi setelah 24 jam, kebanyakan dokter akan menginduksi persalinan untuk mencegah perpanjangan waktu antara KPD dan persalinan karena akan meningkatkan resiko infeksi.

Page 20: ppt kpd

• Prematur KPD membutuhkan pengelolaan yang lebih sulit.

• Semakin muda janin, semakin besar kemungkinan meninggal atau menderita kerusakan serius yang permanen bila persalinan prematur.

• Tergantung dari usia janin dan infeksi, dokter harus bisa memutuskan diantara menunda persalinan sampai janin matur, atau menginduksi persalinan dan mempersiapkan komplikasi persalinan prematur.

• Anjuran mengenai penatalaksanaan optimum dari kehamilan dengan komplikasi ketuban pecah dini tergantung pada umur kehamilan janin, tanda infeksi intrauterin, dan populasi pasien. Ketuban pecah dini pada kehamilan aterm atau preterm dengan atau tanpa komplikasi harus dirujuk ke rumah sakit.

Page 21: ppt kpd

Upaya untuk menghindari persalinan pada saat terjadi ketuban pecah dini dibagi menjadi dua bentuk yang penting

1. nonintervensi atau penanganan menunggu, dimana tidak ada tindakan yang dilakukan dan hanya menunggu persalinan spontan.

2. intervensi yang dapat mencakup terapi kortikosteroid yang diberikan dengan atau tanpa preparat tokolitik untuk menghentikan persalinan preterm sehingga kortikosteroid mendapatkan cukup waktu guna menginduksi maturitas pulmoner.

Page 22: ppt kpd

• Langkah pertama dalam penanganan KPD adalah mengidentifikasikan pasien mana yang perlu segera ditangani.

1. Rawat rumah sakit

2. Jika ada perdarahan pervaginam dengan nyeri perut, pikirkan solusio plasenta

3. Jika ada tanda-tanda infeksi (demam, cairan vagina berbau) berikan antibiotik:• Ampisillin 2gr IV per 6 jam selama 48 jam, ditambah

gentamisin 5 mg/kbBB I.V setiap 24 jam.• Jika persalinan pervaginam, hentikan antibiotic pasca

persalinan.• Jika persalinan dangan seksio sesarea, lanjutkan

antibiotika dan berikan metronidazol 500 mg I.V/8 jam sampai bebas demam selama 48 jam.

Page 23: ppt kpd

4. Jika tidak ada infeksi dan kehamilan <37 minggu:

i. Berikan antibiotika untuk mengurangi morbiditas ibu dan janin, yaitu ampisillin 4x500mg selama 7 hari ditambah eritromisin 3x250 mg per oral selama 7 hari.

ii. Berikan kortikosteroid kepada ibu untuk memperbaiki kematangan paru janin:

iii. Betametason 12 mg I.M dalam 2 dosis/12 jam

iv. Deksametason 6 mg I.M dalam 4 dosis/6 jam. (Jangan berikan kortikosteroid jika ada infeksi).

v. Lakukan persalinan pada kehamilan 37 minggu.

vi. Jika terdapat his dan darah lendir, kemungkinan terjadi persalinan preterm.

Page 24: ppt kpd

5. Jika tidak terdapat infeksi dan kehamilan > 37 minggu:

i. Jika ketuban telah pecah > 18 jam, berikan antibiotika profilaksis untuk mengurangi resiko infeksi streptokokus grup B.

ii. Ampisilin 2 gr I.V setiap 6 jam

iii. atau Penisilin G 2 juta unit IV setiap 6 jam sampai persalinan

iv. jika tidak ada infeksi pasca persalinan: hentikan antibiotika

v. Nilai serviks. Jika serviks sudah matang lakukan induksi persalinan dengan oksitosin. Jika belum, matangkan dengan prostaglandin dan infus oksitosin atau lahirkan dengan seksio sesarea

Page 25: ppt kpd

• Beberapa pendapat mengenai pimpinan persalinan dalam KPD antara lain:

1. Bila anak belum viable (kurang dari 36 minggu), penderita dianjurkan beristirahat di tempat tidur dan diberikan antibiotika profilaksis, spasmolitika, dan roboransia dengan tujuan mengundur waktu sampai anak viable.

2. Bila anak sudah viable (lebih dari 36 minggu), lakukan induksi partus 6-12 jam setelah lag-phase dan berikan antibiotika profilaksis. Pada kasus induksi dengan PGE2 dan atau drips sintosinon gagal, lakukan tindakan operatif.

3. Jadi pada KPD, penyelesaian persalinan bisa partus spontan, ekstraksi vakum, ekstraksi forsep, embriotomi bila anak sudah meninggal, seksio sesarea bila ada indikasi obstetrik.

Page 26: ppt kpd

PENANGANAN BERDASARKAN UMUR GESTASIPasien dengan umur gestasi >36 minggu• Pasien tersebut harus segera dilahirkan pada fase ini

mengingat paru-paru fetus telah matang. • Induksi harus segera dilakukan bila serviks telah

matang. • Bila dengan induksi serviks tidak matang, maka harus

dilakukan seksio. • Dalam masa menunggu tidak boleh lebih dari 24 jam

untuk dilahirkan pervaginam. Dalam penelitian hal ini tidak menimbulkan terjadinya infeksi maternal dan neonatal.

• Sebelumnya penting untuk menentukan puncak kepala telah engaged. Bila persalinan tidak maju dalam 24 jam maka pasien harus dilakukan induksi.

Page 27: ppt kpd

Pasien dengan umur gestasi 32-36 minggu

1. Komplikasi tersering yang timbul pada pasien masa ini adalah khorioamnionitis.

2. Induksi dengan oksitosin harus dilakukan bila serviks telah matang.

3. Namun sayangnya dalam banyak kasus serviks belum matang dan induksi biasanya berakhir dengan seksio.

4. Berdasarkan hasil penelitian bahwa resiko dilakukan induksi dibandingkan bila menunggu/ekspektatif adalah lebih besar.

Page 28: ppt kpd

• Oleh karena itu lebih baik dilakukan penatalaksanaan menunggu yang dikombinasikan dengan terapi antibiotika.

• Hal tersebut dapat menurunkan angka mortalitas perinatal, morbiditas infeksi neonatal dan insiden HMD (Hyalin Membran Disease).

• Antibiotika yang dipergunakan ampicillin sulbactam 2x1,5 gr i.v, per 6 jam.

• Ada sumber lain yang mengatakan, jika pasien telah mencapai usia kehamilan 32-35 minggu dan mengalami ketuban pecah dini, tanpa diketahui mengenai kematangan paru janin, persalinan bisa dilakukan dengan disertai adanya fasilitas NICU yang lengkap untuk menangani komplikasi bayi prematur yang mungkin terjadi.

Page 29: ppt kpd

Pasien dengan umur gestasi 26-32 minggu• Resiko yang predominan pada umur gestasi ini adalah

HMD. • Penggunaan glukortikoid dan memperpanjang masa

laten sangat bermanfaat pada umur gestasi ini dengan syarat tidak terdapatnya tanda-tanda amnionitis.

• Maksud dari memperpanjang masa laten adalah untuk mematangkan paru-paru fetus.

• Pemberian preparat tokolitik tidak terlalu bermanfaat dalam memperpanjang masa laten pasien KPD namun dapat berguna pada pasien yang berkontraksi yang mungkin menjelang persalinan dan belum mendapatkan manfaat dari glukortikoid untuk pematangan paru.

Page 30: ppt kpd

• KPD pada pasien dengan masa gestasi ini harus segera dirawat di rumah sakit dan bed rest.

• Fetus harus selalu dimonitor setiap hari untuk menghindari timbulnya infeksi diberikan pematangan paru dengan betamethason (Celestone) 12 mg oral per hari terbagi menjadi 2 dosis selama 24 jam, dan ampicillin 1 gr iv per 6 jam. Terbutalin 2,5-5 mg oral per 6 jam atau diganti dengan nifedipin 10 mg oral per 4-6 jam.

• Sangat tidak perlu dan berbahaya bila terdapat tanda-tanda infeksi, tanda-tanda dimulainya persalinan, atau bila terdapat tanda-tanda fetal distress.

• Persalinan sangat tergantung dari kematangan serviks. Bila serviks telah matang, kepala telah masuk ke dalam rongga pelvis dan persalinan cepat dapat diantisipasi maka diharapkan persalinan secara pervaginam. Kalau serviks tidak matang lebih baik dilakukan seksio.

Page 31: ppt kpd

KOMPLIKASI

• Infeksi intrapartum (korioamnitis) asenden dari vagina ke intrauterin.

• Persalinan prematur : setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan. Periode laten tergantung umur kehamilan.

• Infeksi : resiko infeksi pada ibu dan bayi akan meningkat jika bayi tidak lahir dalam waktu 24-36. Janin mungkin sudah terkena infeksi. Pada bayi dapat terjadi septikemia, pneumonia, omfalitis. Pada ibu terjadi korioamnionitis. Selain itu dapat dijumpai infeksi puerpuralis (nifas), peritonitis, dan septikemia.

Page 32: ppt kpd

• Hipoksia dan asfiksia : dengan pecahnya ketuban, terjadi oligohidramnion yang menekan tali pusat hingga terjadi asfiksia atau hipoksia. Terdapat hubungan antara terjadinya gawat janin dan derajat oligohidramnion, semakin sedikit air ketuban, janin semakin gawat.

• Sindrom deformitas janin : ketuban pecah dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan pertumbuhan janin terhambat, kelainan disebabkan kompresi muka dan anggota badan janin, serta hipoplasi pulmonar.

Page 33: ppt kpd

TERIMA KASIH