PKP skabies

Embed Size (px)

DESCRIPTION

sk

Citation preview

Makalah Penyajian Kasus Dipersiapkan Skabies

OlehShela Putri Sundawa0806324500Umaima Kamila0806324583

Narasumber : Dr. Hendragini, SpKK

Modul Ilmu Kesehatan Kulit dan KelaminFakultas Kedokteran Universitas Indonesia2012

BAB IPENDAHULUAN

Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin kesehatan, menyokong penampilan dan kepribadian seseorang. Fungsi utama kulit ialah proteksi, absorpsi, ekskresi, persepsi, pengatur suhu tubuh, pembentukan pigmen, pembentukan vitamin D dan keratinisasi.Skabies merupakan penyakit endemic yang masih banyak terjadi di Indonesia, khususnya Jakarta. Penyakit ini dapat mengenai semua ras dan golongan diseluruh dunia. Penyakit skabies banyak dijumpai pada anak dan orang dewasa muda, insidenya sama pada pria dan wanita. Menurut Departemen Kesehatan RI prevalensi skabies di Puskesmas seluruh Indonesia pada tahun 1989 dan 1990 adalah 6% dan 3,9%. Prevalensi skabies sangat tinggi pada lingkunan dengan tingkat kepadatan penghuni yang tinggi dan kebersihan yang kurang memadaiOleh karena itu, kami sebagai dokter umum perlu menguasai penyakit skabies.

BAB IIIILUSTRASI KASUS

2.1IdentitasNama : Ny. SJenis kelamin : PerempuanUsia : 72 tahunStatus perkawinan : KawinPekerjaan : Ibu rumah tanggaAlamat : Lengkong Kulon, Kec. Pagedengan, TangerangBangsa: IndonesiaAgama : Islam

2.2AnamnesisTanggal Pemeriksaan : 12 Januari 2012Keluhan Utama : Gatal di seluruh badan sejak 20 hari yang laluKeluhan tambahan : -Riwayat penyakit sekarang (termasuk pengobatan yang telah didapat):Pasien mengeluh gatal di seluruh tubuh sejak 20 hari sebelum kunjungan. Gatal pertama dirasakan di tangan yang kemudian menyebar ke kaki dan perut. Untuk menghilangkan rasa gatal pasien menggaruk daerah yang menurutnya gatal. Gatal terutama dirasakan di malam hari saat beraktivitas maupun saat tidak melakukan apa-apa. Pasien sempat berobat ke Puskesmas dan diobati oleh dokter di Puskesmas dengan diberikan salep. Namun keluhan gatal yang dirasakan tidak membaik. Sebelumnya pasien tidak pernah mengalami keluhan gatal di seluruh tubuh seperti yang saat ini dirasakan. Riwayat alergi (-)Riwayat penyakit keluarga:Cucu-cucu pasien yang tinggal bersama dalam satu rumah juga mengalami keluhan yang sama. Salah satu cucu pasien bersekolah di pondok dan sedang pulang ke rumah. Terdapat riwayat pemakaian handuk bersama dan tidur sekamar. 2.3Status GeneralisKeadaan umum : tampak sakit ringan, kesadaran compos mentisKeadaan gizi : cukupJantung: kesan dalam batas normalParu: kesan dalam batas normalAbdomen : terdapat beberapa lesi kulit, selengkapnya lihat status dermatologikusEkstremitas : edem (-), akral hangatKelenjar Getah Bening : tidak ada pembesaran KGB

2.4Status Dermatologikus/Venereologikus

Pada sela-sela jari tangan bilateral, lengan bawah bilateral, perut dan betis bilateral terdapat papul eitematosa berjumlah multipel dengan penyebaran diskret, di atasnya terdapat krusta dan erosi.

2.5Pemeriksaan Laboratorium/Penunjang: -2.6Resume:Wanita, 72 tahun, datang dengan keluhan gatal di seluruh tubuh sejak 20 hari yang lalu. Gatal terutama dirasakan saat malam hari baik saat beraktifitas maupun tidak. Awal gatal terasa di tangan kemudian menyebar ke perut dan kaki. Cucu-cucu yang tinggal bersama mengeluhkan hal yang sama. Terdapat riwayat pemakaian handuk bersama dan tidur bersama. Hasil pemeriksaan dermatologikus pada sela-sela jari tangan bilateral, lengan bawah bilateral, perut dan betis bilateral terdapat papul eitematosa berjumlah multipel dengan penyebaran diskret, di atasnya terdapat krusta dan erosi.

2.7Diagnosis Kerja : Skabies2.8Diagnosis Banding : Kandidsosis kutis, dermatitis atopi, creeping eruption2.9Pemeriksaan Anjuran : kerokan kulit untuk menemukan tungau

2.10Pengobatan/Tatalaksana :1. Non medikamentosa : Memberi tahu pasien bahwa ia terkena skabies yang merupakan penyakit menular yang bisa disembuhkan, asal menjaga kebersihan Meminta pasien mengajak anggota keluarga yang lain untuk berobat Pakaian, handuk dan seprei dicuci dengan air panas Handuk tidak digunakan bersama-sama lagi dan sering dijemur jika selesai dipakai Pakaian setelah selesai mandi segera dicuci dan pakaian yang telah dipakai tidak dipakai bergantian dnegan anggota keluarga yang lain Jangan menggaruk Kontrol seminggu lagi2. Medikamentosa :a. Sistemik : CTM 4 mg 1 x sehari saat malam harib. Topikal : a. krim permetrin 5% sekali untuk seluruh tubuh, mandi setelah 10 jam pengolesan, ulang seminggu lagib. emulsi benzil benzoat (20-25%) setiap malam selama 3 hari berturut-turut2.11PrognosisAd vitam : bonamAd sanationam : bonamAd fungsionam : bonam

BAB IIITINJAUAN PUSTAKA3.1 DefinisiSkabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoples scabiei var, hominis dan produknya. Banyak factor yang menunjang perkembangan penyakit ini, antara lain: social ekonomi yang rendah, higiene yang buruk, hubungan seksual yang sifatnya promiskuitas, kesalahan diagnosis dan perkembangan dermografik serta ekologik. Penyakit ini dapat dimasukan dalan penyakit akibat hubungan seksual.13.2 Cara Penularan Cara penularan dapat terjadi secara kontak langsung maupun kontak tak langsung.- kontak langsung (kontak kulit dengan kulit)- kontak tak langsung (melalui benda)Penularan biasanya oleh Sarcoptes scabiei betina yang sudah dibuahi atau kadang oleh bentuk larva. Sarcoptes scabiei var. animalis yang dapat menulari manusia.3.3 EtiologiSarcoptes scabiei termasuk filum Arthropoda, kelas Arachnida, ordo Ackarima, super family Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var hominis. Secara morfologik merupakan tungau kecil. Siklus hidup tungau ini : setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi di kulit, yang jantan akan mati, kadang masih hidup beberapa hari dalam terowongan yang digali betina. Tungau betina yang dibuahi menggali terowongan dalam stratum korneum dan meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai 40 atau 50 butir.1,2 Betina yang dibuahi dapat hidup selama sebulan, telur akan menetas dalam waktu 3-5 hari dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva dapat tinggal dalam terowongan, tapi dapat juga keluar. Setelah 2-3 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk. Jantan dan betina dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklusnya memerlukan waktu 8-12 hari.3.4 Patogenesis Kelainan kulit disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Gatal disebabkan oleh sensitisasi terhadap sekreta dan eksreta tungau yang memerlukan waktu sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder.3.5 Gejala KlinisGejala klinis yang dikeluhkan oleh pasien biasanya adalah gatal di badan. Untuk menegakkan diagnosis diperlukan penegakan 2 dari 4 cardinal sign yang antara lain adalah1. Pruritus nokturna : gatal malam hari disebabkan akitivitas tungau lebih tinggi pada suhu yang lembab dan panas.2. Penyakit ini menyerang kelompok, dalam sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. 3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat predileksi yang berwarna putih atau keabua berbentuk garis lurus atau berkelok, panjang 1 cm, pada ujung terowongan ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf (pustule, ekskoriasi). Tempat predileksi biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis, seperti : sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola mame, umbilicus, bokon, genitalia eksterna dan perut bagian bawah.4. Menemukan tungauSkabies Norwegia (skabies berkusta)Bentuk skabies ini ditandai dengan dermatosis berkusta pada tangan dan kaki, kuku yang distrodik dan skuama yang generalisata. Bentuk ini menular, gatalnya sedikit. Tungau dapat ditemukan dalam jumlah yang besar. Penyakit ini terdapat pada penderita dengan reterdasi mental, kelemahan fisis, gangguan imunologik dan psikosis.3.6 DiagnosisDiagnosis definitive untuk scabies menurut Fitzpatrick adalah dengan identifikasi mikroskopik untuk menemukan scabies, telur, ataupun skiballa. Caranya adalah dengan meneteskan minyak di atas terowongan kemudian mengerok secara longitudinal dengan pisau scalpel ukuran 15. Hasil kerokan kemudian diletakkan di object glass.3Sedangkan menurut buku ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin terbitan FKUI, cara mengambil kerokan kulit untuk menemukan tungau antara lain adalah1:1. Carilah terowongan, pada ujung yang terlihat papul/vesikel dicongkel dengan jarum dan diletakkan di atas kaca obyek, lalu ditutup dengan kaca penutup dan dilihat dengan mikroskop cahaya2. Disikat dengan cara menyikat dan ditampung dengan kertas putih kemudian diihat dengan kaca pembesaran3. Membuat biopsi irisan4. Dengan biopsi eksisional dan diperiksa dengan pewarnaan HENamun tungau biasnya tidak ditemukan di tempat predileksi karena garukan yang telah dilakukan. Kesulitan ini terutama terjadi pada dewasa yang melakukan garukan lebih hebat daripada anak-anak.43.7 PengobatanPengobatan scabies harus mencakup beberapa aspek, yaitu non-medikamentosa dan medikamentosa. Pasien perlu diedukasi mengenai cara penularan penyakit, cara pembasmian tungau dan pentingnya higienitas .2,3 Pengobatan medikamentosa dapat dilakukan dengan pengobatan topikal untuk membunuh tungau dan pengobatan sistemik untuk mengurangi keluhan gatal pada pasien.Jenis obat topikal1:1. Belerang endap (sulfur presipitatum) dengan kadar 4-20% dalam bentuk salap atau krim. Pengunaanya tidak boleh kurang dari 3 hari. Kekurangannya berbau dan mengotori pakaian dan kadang menimbulkan iritasi. 2. Emulsi benzil benzoas (20-25%), efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap malam selam 3 hari. Sering memberikan iritasi, kadang makin gatal setelah dipakai.3. Gama benzene heksa klorida (gameksan=gammexane) kadarnya 1% dalam krim atau losio, termasuk obat pilihan, jarang memberi iritasi. 4. Krotamiton 10% dalam krim atau losio, merupakan obat pilihan, antiskabies dan anti gatal.5. Permetrin dengan kadar 5% dalam krim, aplikasi hanya sekali dan dihapus setelah 10 jam.

3.8 PrognosisPada umumnya prognosis untuk pasien scabies adalah baik. Namun tidak jarang dapat terjadi impetigenisata karena infeksi sekunder yang terjadi setelah penggarukan yang intensif.3 Pada pasien yang tidak diobati, keadaan ini bisa terus ada hingga waktu yang lama.

BAB IVDISKUSI

Pasien merupakan seorang wanita, 72 tahun dengan keluhan gatal di seluruh tubuh sejak 20 hari yang lalu. Gatal terutama dirasakan saat malam hari baik saat beraktifitas maupun tidak. Awal gatal terasa di tangan kemudian menyebar ke perut dan kaki. Cucu-cucu yang tinggal bersama mengeluhkan hal yang sama. Terdapat riwayat pemakaian handuk bersama dan tidur bersama. Hasil pemeriksaan dermatologikus pada sela-sela jari tangan bilateral, lengan bawah bilateral, perut dan betis bilateral terdapat papul eitematosa berjumlah multipel dengan penyebaran diskret, di atasnya terdapat krusta dan erosi.Dilihat dari keluhan utamanya saja yaitu gatal di seluruh tubuh maka diagnosis bandingnya ada banyak sekali yaitu tinea corporis, kandidosis kutis, dermatitis atopi, neurodermatitis, dermatitis numularis, pedikulosis korporis, skabies, urtikaria, prurigo hebra, psoriasis, creeping eruption dan sebagainya. Pertanyaan kapan gatal dirasakan, yang oleh pasien diakui terutama pada malam hari dapat mengurangi diagnosis banding menjadi lebih sempit yaitu neurodermatitis, skabies, dan creeping eruption. Pada malam hari baik saat beraktifitas maupun tidak gatal dirasakan sehingga diagnosis banding neurodermatitis dapat dihilangkan.1,2Pasien mengaku awal gatal di tangan yang kemudian semakin menyebar. Jika dilihat dari perjalanan penyakit, creeping eruption predileksinya adalah di tungkai, plantar, tangan, anus, bokong dan paha, atau bagian tubuh lain yang sering berkontak dengan larva. Untuk skabies, predileksinya adalah di kulit tubuh yang tipis yaitu sela-sela jari, siku bagian luar, areola mammae, lipat ketiak bagian dalam, umbilukus, bokong, genitalia eksterna pada pria dan perut bagian bawah.1 Pasien ini mengaku gatal yang pertama dirasa adalah di tangan sehingga untuk kedua penyakit masih sesuai. Selain pasien, keluarga pasien yang tinggal bersamanya yaitu cucu-cucunya juga mengeluhkan gatal di seluruh tubuh yang terjadinya hampir bersamaan dengan pasien. Skabies merupakan penyakit yang dapat menyebar baik melalui kontak langsung maupun tidak langsung. Salah satu tanda kardinalnya yaitu menyerang manusia secara berkelompok dan pasien memang tinggal bersama cucu-cucunya yang menurut pengakuannya mengalami gejala yang saama. Sedangkan creeping eruption tidak menyerang manusia secara berkelompok sehingga sangat jarang apabila keluhan di satu keluarga dikarenakan adanya cutaneus larva migrant ini. Pasien juga mengaku terdaapt riwayat penggunaan handuk bersama dan tidur bersama sehingga semakin memperkuat diagnosis ke arah skabies.1,2 Diagnosis banding creeping eruption dapat disingkirkan dari sini. Status dermatologikus menunjukkan pada sela-sela jari bilateral, lengan bilateral, perut dan betis bilateral terdapat papul eritematosa berjumlah multipel dengan penyebaran diskret dengan terdapat krusta dan erosi di atasnya. Gambaran papul di sela jari sangat sesuai dengan skabies yang memiliki predileksi di tempat tersebut. Dari hasil pemeriksaan ini, diagnosis ditegakkan menjadi skabies. Karena 2 dari 4 tanda kardinal skabies yaitu pruritus nokturna, menyerang masyarakat berkelompok, menemukan terowongan dan menemukan tungau, terdapat pada pasien ini. Pada pasien ini memang tidak ditemukan terowongan dan tungaunya, namun hal ini dapat dilakukan selanjutnya dengan pembantu diagnosis. Namun tanpa dilakukan pembantu diagnosis pun melalui penemuan tungau, diagnosis dapat ditegakkan menjaid skabies karena kriteria penemuan 2 dari 4 tanda kardinal tadi.Setelah anamnesis yang semakin dalam, ternyata salah satu cucu pasien yang tinggal di pondok sedang pulang ke rumah. Sangat dimungkinkan jika skabies awalanya berawal dari cucu pasien ini, karena lokasi pondok yang lembab sehingga disukai oleh skabies. Setelah terkena skabies di pondok saat cucu pasien ini pulang kemudian dia menularkan skabiesnya pada anggota keluarganya yang lain yaitu sepupunya yang juga tinggal bersama dengannya dan pasien.Untuk penatalaksanaan skabies sangat penting jika pasien diberitahu dan dijelaskan tentang penyakitnya. Skabies merupakan penyakit yang cukup menular untuk orang di sekitar pasien sehingga anggota keluarga pasien yang lain perlu diajak datang untuk berobat. Anggota keluarga yang lain yang tinggal serumah yang tanpa gejala juga perlu diajak berobat karena dapat terjadi hiposensitisasi pada orang ini sehingga jika tidak diobati ia dapat menjadi pembawa yang nantinya dapat menginfeksi orang lain lagi.Skabies mati pada hawa yang panas, oleh karena itu mencuci pakaian, handuk, dan lain-lain dengan air panas sangat penting dalam penatalaksanaan. Pada pasien juga terdapat riwayat penggunaan handuk bersama-sama sehingga dapat diberikan nasihat untuk membedakan handuk setiap anggota keluarga karena penyakit lain selain skabies juga dapat menular dengan mudah melalui handuk apalagi yang lembab. Namun penting dilihat pula status ekonomi pasien, jika pasien tidak terlihat berkecukupan, perlu ditanyakan berapa banyak handuk yang dimiliki di rumah supaya nasihat yang diberikan tidak makin memberatkan pasien dan membuatnya takut berobat lagi. Jika pasien hanya memiliki satu handuk maka nasihat yang sesuai adalah untuk menjemur handuk di tempat yang panas setiap kali selesai dipakai oleh seorang anggota keluarga.Karena keluhan pasien adalah gatal diseluruh tubuh, maka perlu ditekankan pada pasien untuk tidak menggaruk tubuhnya yang gatal. Garukan akan semakin memperparah kelainan kulit dan malah dapat menimbulkan infeksi sekunder yang membuat penyakit yang dideritanya semakin parah.Pasien juga perlu diberitahu untuk kembali seminggu lagi untuk menilai hasil pengobatannya. Anggota keluarga yang lain perlu diminta untuk segera berobat tidak menunggu kontol pasien yaitu seminggu kemudian.Pengobatan medikamentosa pada pasien ini terdiri dari 2 bentuk yaitu sistemik dan topikal. Untuk pengobatan sistemik diresepkan CTM 4 mg sekali pada malam hari pada pasien karena gatal terutama dirasakan pada malam hari dan karena pasien adalah ibu rumah tangga maka efek sedatif CTM tidak akan terlalu mengganggu aktivitas. Untuk pengobatan topikal dapat diberikan krim permetrin 5% yang memiliki khasiat yang cukup tinggi dalam membunuh skabies di semua stadium. Cara penggunannya adalah digunakan di seluruh tubuh dan setelah 10 jam pengolesan krim dibersihkan. Penggunaan krim permetrin 5% perlu diulang seminggu kemudian. Emulsi benzil benzoat 20-25% juga diresepkan untuk dipakai setiap malam selama 3 hari berturut-turut. Setelah pasien diminta kontrol untuk seminggu lagi, perlu dilihat bagaimana hasil pengobatannya jika masih muncul lesi baru lagi maka lesi ini perlu segera diobati.Prognosis pada pasien ini baik untuk ad vitam, ad sanasionam dan ad fungsionamnya adalah bonam. Jika edukasi dapat dilakukan dengan baik dan pasien dapat mematuhi nasihat yang diberikan maka prognosis untuk kekambuhan atau ad sanasionam adalah baik. Oleh karena itu prognosis ad sanationam pada pasien ini dipikirkan bonam. Sedangkan untuk prognosis ad vitam maka sudah tentu baik, karena penyakit ini tidak mempengaruhi organ-organ penting. Untuk prognosis ad vitam, maka dipikirkan bahwa fungsi kulit akan tetap baik sehingga prognosis ad fungsionamnya adalah bonam.

BAB VPENUTUP

Setelah anamnesis dan pemeriksaan fisik, disimpulkan pada pasien ini diagnosis kerjanya adalah skabies. Skabies merupakan penyakit yang memiliki prognosis baik jika pasien segera ditatalaksana dengan benar.Kami berharap pembuatan makalah ini akan membuat kami semakin mengerti bagaimana penatalaksanaan pasien skabies sehingga kami dapat menjadi dokter yang bermanfaat bagi pasien dan untuk kesehatan masyarakat Indonesia.

Daftar Pustaka1. Handoko RP. Skabies. Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2007. h22-5.2. James WD. Berger TG, Elston DM. Andrews Disease of the Skin: Clinical Dermatology. Edisi 11. USA: Elsevier. 2011. h442-4.3. Wolf K, dkk (ed). Fitzpatricks Dermatology in General Medicine. Edisi 7. New York: McGraw Hill. 2001. h2029-32.4. Goodheart HP. Goodhearts same-site different diagnosis. Philadelpia: Lippincot William Wilkins. 2011.