41
BAB I PENDAHULUAN Pengetahuan dasar tentang penyakit skabies diletakkan oleh Von Hebra, bapak dermatologi modern. Penyebabnya ditemukan pertama kali oleh Benomo pada tahun 1687, kemudian oleh Mellanby dilakukan percobaan induksi pada sukarelawan selama perang dunia II 1 . Skabies yang mempunyai sinonim berupa the itch, gudik, budukan, atau gatal agogo merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei varhominis, dan produknya 1 . Terdapat lebih dari 300 juta orang di seluruh dunia yang menderita skabies. Skabies adalah penyakit endemik di seluruh dunia, dapat menyerang seluruh ras dan berbagai tingkat sosial, namun gambaran akurat mengenai prevalensinya sulit didapatkan. Sebuah penelitian terbaru menyatakan bahwa prevalensi skabies meningkat di United Kingdom, dan skabies lebih sering terjadi di daerah perkotaan, pada anak-anak dan wanita, dan pada musim dingin dibandingkan saat musim panas. Lingkungan padat penduduk, yang sering terdapat pada negara-negara berkembang dan hampir selalu berkaitan dengan kemiskinan dan higiene yang buruk, dapat meningkatkan penyebaran skabies 2 . 1

Lapsus Skabies

Embed Size (px)

DESCRIPTION

skabies

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

Pengetahuan dasar tentang penyakit skabies diletakkan oleh Von Hebra, bapak dermatologi modern. Penyebabnya ditemukan pertama kali oleh Benomo pada tahun 1687, kemudian oleh Mellanby dilakukan percobaan induksi pada sukarelawan selama perang dunia II 1.Skabies yang mempunyai sinonim berupa the itch, gudik, budukan, atau gatal agogo merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei varhominis, dan produknya 1.Terdapat lebih dari 300 juta orang di seluruh dunia yang menderita skabies. Skabies adalah penyakit endemik di seluruh dunia, dapat menyerang seluruh ras dan berbagai tingkat sosial, namun gambaran akurat mengenai prevalensinya sulit didapatkan. Sebuah penelitian terbaru menyatakan bahwa prevalensi skabies meningkat di United Kingdom, dan skabies lebih sering terjadi di daerah perkotaan, pada anak-anak dan wanita, dan pada musim dingin dibandingkan saat musim panas. Lingkungan padat penduduk, yang sering terdapat pada negara-negara berkembang dan hampir selalu berkaitan dengan kemiskinan dan higiene yang buruk, dapat meningkatkan penyebaran skabies 2.Skabies ditularkan melalui kontak langsung kulit dengan kulit maupun dengan kontak tidak langsung melalui benda-benda yang dipakai bersama, misalnya handuk, pakaian, sprei, dan sarung bantal. Semakin banyak jumlah parasit dalam satu individu, maka semakin besar kemungkinan terjadinya penularan dalam lingkungan yang sama. Terdapat berbagai gambaran klinis skabies yang berbeda pada berbagai individu. Gambaran ini dapat menyulitkan diagnosis sehingga menyebabkan terapi yang tidak tepat. Apabila beberapa anggota keluarga mengeluhkan kulit yang gatal, skabies harus dipikirkan sebagai salah satu diagnosis 2.

Mengingat bahwa kasus skabies ini mempunyai angka kejadian yang masih tinggi di masyarakat, sehingga perlu dilakukan pelaporan kasus skabies untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam mencegah dan mengatasinya.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 DefinisiPenyakit Skabies adalah penyakit kulit menular yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei varian hominis dan produknya. Penyakit ini sering juga disebut dengan nama lain kudis, The itch, Seven year itch, Gudikan, Gatal Agogo, Budukan.1

2.2 EpidemiologiSkabies ditemukan disemua negara dengan prevalensi yang bervariasi. Dibeberapa negara yang sedang berkembang prevalensi skabies sekitar 6% - 27% populasi umum dan cenderung tinggi pada anak-anak serta remaja.1Ada dugaan bahwa setiap siklus 30 tahun terjadi epidemik skabies. Banyak faktor yang menunjang perkembangan penyakit ini, antara lain : sosial ekonomi yang rendah, hygiene yang buruk, hubungan seksual yang sifatnya promiskuitas, kesalahan diagnosis, perkembangan demografik dan ekologik. Prevalensi skabies sangat tinggi pada lingkungan dengan tingkat kepadatan penghuni yang tinggi dan kebersihan yang kurang memadai.1

2.3 EtiologiPenyakit skabies disebabkan oleh Sarcoptes Scabiei termasuk filum Arthopoda, kelas Arachnida, ordo Ackarina, superfamili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabei var. hominis. Secara morfologi merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini berwarna putih kotor, dan tidak bermata. Ukurannya yang betina berkisar antara 330-450 mikron x 250-350 mikron, sedangkan jantan lebih kecil, yakni 200-240 mikron x 150-200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki di depan sebagai alat untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada yang jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat.3,4,5,6Siklus hidup tungau ini sebagai berikut, setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi di atas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup dalam terowongan yang digali oleh yang betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2-3 milimeter sehari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk betina yang telah dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telurnya akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan, tetapi dapat juga keluar. Setelah 2-3 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8-12 hari.3,4,6

Gambar 2.1 Tungau skabies 4

2.4 PatogenesisKelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap sekret dan ekskret tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder. Kelainan kulit dan gatal yang terjadi dapat lebih luas dari lokasi tungau. 1,3,5

Gambar 2.2. Siklus hidup tungau skabies 62.5 Cara Penularan Penularan penyakit skabies dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung, adapun cara penularannya adalah: 1,3,4,5,61. Kontak langsung (kulit dengan kulit) Penularan skabies terutama melalui kontak langsung seperti berjabat tangan, tidur bersama dan hubungan seksual. Pada orang dewasa hubungan seksual merupakan hal tersering, sedangkan pada anak-anak penularan didapat dari orang tua atau temannya. 2. Kontak tidak langsung (melalui benda) Penularan melalui kontak tidak langsung, misalnya melalui perlengkapan tidur, pakaian atau handuk dahulu dikatakan mempunyai peran kecil pada penularan. Namun demikian, penelitian terakhir menunjukkan bahwa hal tersebut memegang peranan penting dalam penularan skabies dan dinyatakan bahwa sumber penularan utama adalah selimut. Skabies norwegia, merupakan sumber utama terjadinya wabah skabies pada rumah sakit, panti jompo, pemondokkan/asrama dan rumah sakit jiwa, karena banyak mengandung tungau.

2.6Gejala Klinis 1,3,4,6Ada 4 tanda kardinal:1. Pruritus nokturna, yaitu gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktifitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas. 2. Penyakit ini menyerang secara kelompok, mereka yang tinggal di asrama, barak-barak tentara, pesantren maupun panti asuhan berpeluang lebih besar terkena penyakit ini. Penyakit skabies amat mudah menular melalui pemakaian handuk, baju maupun seprai secara bersama-sama. Penyakit Skabies mudah menyerang daerah yang tingkat kebersihan diri dan lingkungan masyarakatnya rendah. 3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan ini ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf (pustul, ekskoriasi, dan lain-lain). Tempat predileksinya biasanya merupakan tempat dengan stratum komeum yang tipis, yaitu: sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola mammae (wanita), umbilikus, bokong, genitalia ekstema (pria), dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki.4. Menemukan tungau merupakan hal yang paling diagnostik, dapat ditemukan satu atau lebih stadium tungau ini. Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda kardinal tersebut.Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda kardinal tersebut.

2.7 Pembantu Diagnosis1Cara menemukan tungau:1. Carilah mula-mula terowongan, kemudian ujung yang terlihat papul atau vesikel dicongkel dengan jarum dan diletakkan di atas sebuah kaca objek, lalu ditutup dengan kaca penutup dan dilihat dengan mikroskop cahaya.2. Dengan cara menyikat dengan sikat dan ditampung di atas selembar kertas putih dan dilihat dengan kaca pembesar.3. Dengan membuat biopsy irisan, caranya: lesi dijepit dengan 2 jari kemudian dibuat irisan tipis dengan pisau dan diperiksa dengan mikroskop cahaya.4. Dengan biopsy eksisional dan diperiksa dengan perwarnaan hematoksilin eosin.

2.8 Diagnosis Banding1Ada pendapat yang mengatakan penyakit skabies ini merupakan the great imitator karena dapat menyerupai penyakit kulit dengan keluhan gatal. Sebagai diagnosis banding adalah prurigo hebra dan dermatitis atopik.

2.9Pengobatan 1,3,4,5,6Pada pasien skabies terapi nonmedikamentosa yang diberikan berupa:a. Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit dan cara penularannyab. Menjelaskan bahwa skabies adalah penyakit menularc. Menerangkan pentingnya menjaga kebersihan perseorangan dan lingkungan tempat tinggald. Mencuci piring, selimut, handuk, dan pakaian dengan bilasan terakhir dengan menggunakan air panase. Menjemur kasur, bantal, dan guling secara rutinf. Bila gatal sebaiknya jangan menggaruk terlalu keras karena dapat menyebabkan luka dan resiko infeksig. Menjelaskan pentingnya mengobati anggota keluarga yang menderita keluhan yang sama

Terapi Medikamentosa yang diberikan pada pasien berupa :Syarat obat yang ideal adalah: 1. Harus efektif terhadap semua stadium tungau2. Harus tidak menimbulkan iritasi dan tidak toksik3. Tidak berbau atau kotor serta tidak merusak atau mewarnai pakaian4. Mudah diperoleh dan harganya murah.Cara pengobatannya ialah seluruh anggota keluarga harus diobati (termasuk penderita yang hiposensitisasi).

Jenis obat topikal:a. Belerang endap (sulfur presipitatum) Dengan kadar 4-20% dalam bentuk salep atau krim. Preparat ini tidak efektif terhadap stadium telur, maka penggunaannya tidak boleh kurang dari 3 hari. Kekurangannya yang lain adalah berbau dan mengotori pakaian dan kadang menimbulkan iritasi. Dapat dipakai pada bayi kurang dari 2 tahun.b. Emulsi Benzil-benzoat (20-25 %) Efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap malam selama tiga hari. Sering terjadi iritasi dan kadang-kadang makin gatal setelah dipakai. c. Gama Benzena Heksa Klorida (gameksan) Kadarnya 1% dari krim atau lotion, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semua stadium, mudah digunakan dan terjadi iritasi. Tidak dianjurkan pada anak dibawah 6 tahun dan wanita hamil karena toksik terhadap susunan saraf pusat. Pemberian cukup sekali, kecuali jika masih ada gejala ulangi seminggu kemudian. d. Krotamiton 10 % Dalam krim atau lotion, merupakan obat pilihan. Mempunyai dua efek sebagai antiskabies dan antigatal, harus dijauhkan dari mata, mulut, dan uretra. Efektivitas yang kurang dalam membunuh skabies dewasa dan telurnya.e. Permetrin Kadar 5% dalam krim, kurang toksik dibandingkan gameksan. Efektivitas sama, aplikasi hanya sekali dan dihapus setelah 10 jam. Bila belum sembuh diulangi setelah seminggu. Tidak dianjurkan pada bayi dibawah umur 2 bulan. Penggunaannya dengan cara dioleskan ditempat lesi selama 8 jam kemudian dicuci bersih. Krim permetrin 5% diberikan pada malam hari karena aktivitas tungau lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas yaitu pada malam hari. Pemilihan pengobatan topical dengan permetrin 5% mengingat efektif pada semua stadium skabies dan toksisitasnya yang rendah. Serta penggunannya yang mudah dan dapat diperoleh dengan mudah di apotek.

2.10Pencegahan 3,51. Mandi secara teratur dengan menggunakan sabun 2. Mencuci pakaian, sprai, sarung bantal, selimut dan lainnnya secara teratur minimal 2 kali dalam seminggu 3. Menjemur kasur dan bantal minimal 2 minggu sekali 4. Tidak saling bertukar pakaian dan handuk dengan orang lain 5. Hindari kontak dengan orang-orang atau kain serta pakaian yang dicurigai terinfeksi skabies 6. Menjaga kebersihan rumah dan berventilasi cukup.7. Menjaga kebersihan tubuh sangat penting untuk menjaga infestasi parasit. Sebaiknya mandi dua kali sehari, serta menghindari kontak langsung dengan penderita, mengingat parasit mudah menular pada kulit.

2.11Prognosis1Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat serta syarat pengobatan dan menghilangkan faktor predisposisi, penyakit ini dapat di berantas dan memberikan prognosis yang baik.

BAB IIILAPORAN KASUS

3.1. Identitas PasienNama:Tn. I.RJenis kelamin:Laki -LakiUmur:19 tahunPendidikan: SMAPekerjaan: MahasiswaAlamat:Komplek Sarinage blok A No. 07 kenten laut, PalembangStatus: Belum MenikahKunjungan: PertamaTanggal:28 April 2015

3.2.AnamnesisDiperoleh secara autoamnesa pada tanggal 28 April 2015, pukul 16.00 WIB.

3.2.1Keluhan utama : Terdapat bintil kemerahan di tangan, lengan dan kaki sejak 2 bulan yang lalu.

3.2.2Keluhan tambahan :Bintil bintil tersebut terasa gatal

3.2.3Riwayat Perjalanan Penyakit : 2 bulan yang lalu, pasien mengeluh timbul bintil berwarna kemerahan di sela jari manis tangan kiri sebanyak 1 buah dan berukuran sebesar kepala jarum pentul. Bintil terasa gatal namun tidak nyeri ataupun panas. Demam tidak ada. 1 hari setelahnya, bintil kemerahan timbul di sela - sela jari kedua tangan sebanyak 6 - 8 buah dengan ukuran sebesar kepala jarum pentul. Keluhan gatal pada bintil bintil terutama dirasakan pada malam hari dan pasien suka menggaruknya. 1 bulan yang lalu, pasien mengaku bintil semakin banyak. Bintil - bintil tersebut juga timbul di bagian tubuh yang lain seperti di kedua pergelangan tangan, lengan bawah dan kaki. Semua bintil berukuran sebesar kepala jarum pentul dan sebagian ada yang berisi cairan. Pasien menyangkal timbul bintil di bagian perut,ketiak, siku bagian luar, bokong dan genital. Pasien menggunakan bedak herosin untuk menghilangkan rasa gatal, tetapi keluhan gatal hanya berkurang sesaat dan gatal kembali muncul. Pasien belum berobat. 3 minggu yang lalu, pasien berobat ke dokter umum dan diberi Supertetra kapsul dimakan 1 x sehari dan salep nosib untuk obat luar. Pasien mengaku jarang mengoleskan salep, namun makan obat teratur selama 2 minggu sampai obat habis. Bintil dirasakan semakin banyak dan keluhan gatal juga tidak berkurang hingga akhirnya pasien datang berobat ke poliklinik RSUD Palembang BARI.

3.2.4Riwayat penyakit dahulu :Riwayat penyakit kulit dengan keluhan yang sama disangkal, riwayat asma (-), rhinitis alergi (-), riwayat alergi obat dan makanan (-), penyakit kulit yang sering berulang dari bayi atau anak (-).

3.2.5Riwayat penyakit dalam keluarga :Keluhan serupa dialami oleh paman dan kakak sepupu pasien yang tinggal serumah.

3.3.Pemeriksaan Fisik 3.3.1 Status GeneralisKeadaan UmumKesadaran: Compos MentisTekanan darah: 100/70 mmHgNadi: 87x /mntPernapasan: 20 x/mntSuhu: 36,80 CBB: 52 kgTB: 165 cmKeadaan SpesifikKepalaLeherThoraxDalam batas normalEkstremitas AtasEkstremitas Bawah

3.3.2. Status Dermatologikus

Gambar 1. Regio Interdigital Manus dextra

Papul eritemaGambar 2. Regio dorsum manus

PapulGambar 3. Regio 1/3 distal antebrachii anterior

Papul eritem Gambar 4. Regio Abdominalis

PapulGambar 5. Regio dorsum pedis destra et sinistraStatus Dermatologikus:Regio interdigital manus dextra et sinistra, dorsum manus dextra et sinistra, 1/3 distal antebrachii anterior dextra et sinistra, dorsum pedis dextra et sinistra, terdapat papul eritema multiple dengan diameter 0,1 cm - 0,4 cm diskret, dan krusta berwarna kuning kecoklatan.Regio umbilikalis, genitalia eksterna dan femoralis dextra et sinistra ditemukan papul eritema multiple dengan diameter 0,1 cm - 0,3 cm, diskret.

3.4.Pemeriksaan Penunjanga. Pemeriksaan Penunjang DermatologisAnjuran pemeriksaan : - Uji tetrasiklinTetrasiklin dioleskan pada kanalikuli yang dicurigai, kemudian dibersihkan dan diperiksan dengan lampu Wood, dinyatakan positif (+) jika floresensi kuning keemasan pada kanalikuli.

-Burrow Ink TestPapul diusap dengan tinta, sampai seluruh papul tertutup, kemudian dengan cepat dibersihkan dengan alkohol, dinyatakan positif bila jejak tinta masuk ke dalam kanalikuli dengan membentuk garis yang karakteristik, gelap, dan berkelok-kelok.

b. Pemeriksaan Laboratorium DermatologisAnjuran pemeriksaan:- Kerokan kulit dengan KOHPapul yang baru dibentuk dan utuh ditetesi dengan KOH, kemudian dikerok dengan scalpel steril. Hasil kerokan diletakkan di gelas obyek dan ditutup dengan lensa mantap, lalu diperiksa di bawah mikroskop.Dinyatakan positif (+) jika ditemukan Sarcoptes scabiei dewasa, larva, telur atau skibala dalam kerokan.

-Epidermal shave biopsyPapul yang dicurigai diiris dengan scalpel No. 15 sejajar dengan permukaan kulit. Biopsi dilakukan sangat superfisial sehingga perdarahan tidak terjadi dan tidak perlu anestesi. Spesimen diletakkan pada gelas objek, ditetesi dengan KOH, dan diperiksa di bawah mikroskop.

3.5.Diagnosis Banding1. Skabies2. Dermatitis Atopik 3. Prurigo Hebra

3.6. Diagnosis KerjaSkabies

3.7.Penatalaksanaana. Umum Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit dan cara penularannya Menjelaskan bahwa skabies adalah penyakit menular Menerangkan pentingnya menjaga kebersihan perseorangan dan lingkungan tempat tinggal Mencuci piring, selimut, handuk, dan pakaian dengan bilasan terakhir dengan menggunakan air panas Menjemur kasur, bantal, dan guling secara rutin Bila gatal sebaiknya jangan menggaruk terlalu keras karena dapat menyebabkan luka dan resiko infeksi Menjelaskan pentingnya mengobati anggota keluarga yang menderita keluhan yang sama Memberi penjelasan bahwa pengobatan dengan penggunaan krim yang dioleskan pada seluruh badan tidak boleh terkena air, jika terkena air harus diulang kembali.

b. Khusus Obat sistemikCetirizine dengan dosis 10 mg 1x/hari Obat TopikalKrim permetrin 5% untuk satu kali pemakaian.Dipakai pada malam hari sebelum tidur, dioleskan keseluruh tubuh kecuali bagian muka dan rambut kepala, sambil sedikit digosok dan didiamkan 8 10 jam kemudian dicuci keesokan paginya. Bila belum terdapat perbaikan diulangi lagi setelah 1 minggu pemakaian.

3.8.Prognosisa. quo ad vitam: bonamb. quo ad functionam: bonamc. quo ad sanationam: bonam

BAB IVANALISA KASUS

Diagnosis pada kasus ini ditegakkan berdasarkan anamnesis, gejala klinik, dan pemeriksaan fisik yang dilakukan. Pasien dapat didiagnosis menderita penyakit skabies, dimana hal ini sesuai dengan teori yang ada bahwa dengan ditemukannya 2 dari 4 tanda kardinal skabies maka diagnosis klinis dapat ditegakkan.11. Pruritus nokturna (gatal pada malam hari ) karena akitivitas tungau lebih tinggi pada malam hari2. Ditemukan pada sekelompok manusia, misalnya mengenai seluruh keluarga, sebagian tetangga yang berdekatan3. Ditemukannya kanalikulus pada tempat predileksi yang berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan ditemukan papul dan vesikel.4. Menemukan tungau. Merupakan hal yang paling diagnostik. Dimana tanda kardinal yang ditemukan pada pasien adalah pruritus nokturna, yaitu keluhan gatal terutama dirasakan pasien pada malam hari; dan gejala yang sama juga terjadi pada paman serta kakak sepupu yang tinggal serumah dengan pasien.Pada teori dikatakan bahwa tempat predileksi skabies merupakan daerah dengan stratum korneum yang tipis, seperti: sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola mammae (wanita), umbilikus, bokong, genitalia ekstema (pria), dan perut bagian bawah. Ini terjadi karena setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi di atas kulit, tungau betina yang telah dibuahi menggali terowongan dalam stratum korneum sambil meletakkan telurnya 2 sampai 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50 butir sehingga menimbulkan gejala klinis di kulit. Pada saat anamnesa, pasien mengaku bintil bintil hanya timbul pada sela jari tangan, pergelangan tangan, lengan bawah dan kaki. Namun, pada saat dilakukan pemeriksaan fisik bintil bintil tersebut juga ditemukan pada kedua paha, sekitar pusar dan genital eksterna. Pada bagian paha dan genital eksterna, pasien menolak untuk diambil gambar.Efloresensi lesi pada skabies adalah ditemukannya papul, vesikel, urtika dan lain-lain. Pada pasien ditemukan; Regio interdigital manus dextra et sinistra, dorsum manus dextra et sinistra, 1/3 distal antebrachii anterior dextra et sinistra, dorsum pedis dextra et sinistra, terdapat papul eritema multiple dengan diameter 0,1 cm - 0,4 cm diskret, dan krusta berwarna kuning kecoklatan. Regio umbilikalis, genitalia eksterna dan femoralis dextra et sinistra ditemukan papul eritema multiple dengan diameter 0,1 cm - 0,3 cm, diskret.Hal yang dapat dilakukan lagi untuk menegakkan diagnosis yaitu melakukan pemeriksaan penunjang. Untuk menegakkan diagnosis skabies dibutuhkan pemeriksaan kerokan kulit dengan KOH. Papul yang baru dibentuk dan utuh ditetesi dengan KOH, kemudian dikerok dengan scalpel steril. Hasil kerokan diletakkan di gelas obyek dan ditutup dengan lensa mantap, lalu diperiksa di bawah mikroskop. Dinyatakan positif (+) jika ditemukan Sarcoptes scabiei dewasa, larva, telur atau skibala dalam kerokan.1 Pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan kerokan kulit dengan KOH karena keterbatasan alat dan bahan.

Tabel 4.1. Diagnosis BandingKasus

SkabiesDermatitis atopikPrurigo Herba

Anamnesis Pasien mengeluh gatal, terutama pada malam hari. Keluhan serupa dialami oleh paman dan kakak sepupu yang tinggal serumah dengan pasien.Menyingkirkan diagnosis:Penyakit kulit yang sering berulang dari bayi atau anak (-).Riwayat asma (-), rhinitis alergi (-), riwayat alergi obat dan makanan (-)Keluhan gatal terutama pada malam hari.Menyerang manusia secara berkelompok, misalnya sebuah keluarga terkena infeksi.Penularan secara kontak langsung; kontak kulit dengan kulit, secara tidak langsung; melalui pakaian, handuk, sprei, bantal, dll.Keluhan gatal dapat hilang timbul sepanjang hari, berhubungan dengan riwayat atopi pada keluarga atau penderita (asma bronkial, dermatitis atopik, rinitis alergi)Peka terhadap gigitan serangga kemudian timbul bentol dengan rasa gatal dan digaruk. Infeksi fokal, misalnya tonsil atau saluran cerna, alergi makanan. Didasari faktor atopi.Penyakit kulit kronik dimulai sejak bayi atau anak.

Predileksi Di sela sela jari tangan, pergelangan tangan, lengan bawah bagian volar, umbilikus, paha, genital dan kedua kaki.Tempat predileksinya biasanya merupakan tempat dengan stratum komeum yang tipis, yaitu: sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola mammae (wanita), umbilikus, bokong, genitalia ekstema (pria), dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki.Pada remaja lokalisasi lesi terdapat di lipat siku, lipat lutut, samping leher, dahi dan sekitar mata.Pada dewasa distribusi lesi kurang karakteristik, sering mengenai tangan dan pergelangan tangan, dapat pula ditemukan setempat, misalnya di bibir, vulva, puting susu atau skalp.

Tempat predileksi di ekstremitas bagian ekstensor dan simetris,dapat meluas ke bokong dan perut, muka dapat pula terkena. Biasanya bagian distal lengan dan tungkai lebih parah daripada bagian proksimal. Tungkai lebih parah daripada lengan.

Prurigo mitis, hanya terbatas di ekstremitas bagian ekstensor dan sembuh sebelum akilbalik. Prurigo feroks (agria), lokasi lesi lebih luas dan berlanjut hingga dewasa.

EfloresensiTerdapat papul eritema multiple, sebagian erosi, ekskoriasi dilapisi krusta berwarna kuning kecoklatan.

Kelainan kulit mula-mula berupa papul, vesikel, urtika dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder.Akibat garukan oleh penderita karena keluhan yaitu gatal, sehingga timbul bermacam-macam kelainan kulit berupa papul, likenifikasi, eritema, erosi, eksoriasi, eksudasi dan krusta.Kelainan yang khas adalah adanya papul-papul miliar tidak berwarna, berbentuk kubah, lebih mudah diraba daripada dilihat. Garukan menimbulkan erosi, ekskoriasi, krusta, hiperpigmentasi danlikenifikasi. Jikatelah kronik, tampak kulit yang sakit lebih gelap kecoklatan dan berlikenifikasi.

Pada kasus ini dipikirkan diagnosis banding yaitu dermatitis atopik, meskipun memberikan kelainan kulit yang hampir sama namun pada dermatitis atopik gejala utamanya adalah pruritus (gatal) yang hilang timbul sepanjang hari, akibatnya penderita akan menggaruk sehingga timbul bermacam macam kelainan kulit, dan pada dermatitis atopik tidak akan ditemukan adanya terowongan (kanalikuli). Dari hasil anamnesa juga tidak didapatkan adanya anggota keluarga atau penderita sendiri yang memiliki riwayat atopi atau riwayat kepekaan pada sekelompok penyakit seperti asma bronkial, dermatitis atopik dan rhinitis alegi.Sedangkan prurigo hebra adalah penyakit kulit kronis dimulai sejak bayi atau anak, pada kasus ini pasien mengaku baru pertama kali memiliki penyakit dengan keluhan seperti ini. Pada kasus prurigo, kulit penderita lebih peka terhadap gigitan serangga, misalnya nyamuk. Disamping itu banyak pendapat penyakit ini didasari faktor atopi dan beberapa faktor lain yang berperan, antara lain: suhu, alergi makanan dan infeksi fokal seperti tonsil atau saluran cerna. Pada kasus ini tidak didapatkan riwayat atopi pada penderita atau keluarga, riwayat alergi makanan ataupun kepekaan pasien terhadap gigitan serangga, juga tidak ada infeksi sebelumnya pada pasien. Tanda khas prurigo adalah papul-papul miliar tidak berwarna, berbentuk kubah, sangat gatal sedangkan pada kasus ini ditemukan papul eritema tidak berbentuk seperti kubah.Penatalaksanaan non medikamentosa yaitu dengan memberikan penjelasan kepada pasien tentang penyakit yang diderita, rajin makan obat dan kontrol kembali untuk melihat hasil terapi dan perkembangan penyakitnya. Bagi seluruh anggota keluarga dengan keluhan yang sama juga harus diobati. Menjaga kebersihan individu dan keluarga, seluruh pakaian di rumah dicuci dengan menggunakan air hangat, semua bantal, kasur dan benda-benda lain yang tidak bisa dicuci dapat dijemur dibawah sinar matahari agar tujuan dari pengobatan skabies dapat tercapai.Untuk penatalaksanaan medikamentosa yang sesuai dengan teori yaitu diberikan pengobatan topikal untuk membasmi skabies, obat-obatan tersebut adalah belerang endap atau sulfur presipitatum dengan kadar 4-20%, emulzi benzil-benzoat 20-25%, gama benzena heksa klorida atau gameksan, krotamiton 10% dan permetrin 5%. Pada kasus ini diberikan krim permetrin 5%, dipakai pada malam hari sebelum tidur, dioleskan keseluruh tubuh kecuali bagian muka dan rambut kepala, sambil sedikit digosok dan didiamkan 8 hingga 10 jam kemudian dicuci keesokan paginya. Bila belum terdapat perbaikan diulangi lagi setelah 1 minggu pemakaian. Pemilihan permetrin 5% karena efektif terhadap semua stadium tungau, jarang menimbulkan iritasi dan toksiksitasnya rendah, aplikasi hanya sekali dan dihapus setelah 10 jam serta obat ini mudah diperoleh di apotek.Karena pasien mengeluh gatal maka diberikan obat simtomatik untuk menghilangkan rasa gatal. Obat yang dapat diberikan adalah Anti histamin 1 generasi kedua terdiri dari 2 obat yaitu cetrizine dan loratadine. Pada kasus ini diberikan cetirizine dengan dosis 10 mg 1x/hari. Cetrizine merupakan obat antihistamin 1 generasi kedua, obat ini hanya mempunyai sedikit atau bahkan tidak mempunyai kerja sedatif atau stimulasi karena lebih banyak dan lebih kuat terikat dengan protein plasma, sehingga mengurangi kemampuannya melintasi otak, sedangkan antihistamin 1 generasi pertama lebih menyebabkan sedatif dikarenakan generasi pertama kurang selektif dan mampu berpenetrasi pada sistem saraf pusat (SSP) lebih besar. Pemilihan cetrizine dikarenakan dosis yang digunakan lebih kecil yaitu 5-10 mg/hari. Selain itu, cetirizine sangat efektif dalam pengobatan pruritus (gatal) sehingga cocok untuk pengobatan skabies dengan keluhan gatal yang terkait lesi di kulit seperti pada kasus ini. Cetirizine adalah obat antialergi generasi terbaru dengan bahan aktif CetirizineDihidroklorida tidak bersifat sedatif sehingga cocok digunakan untuk pasien ini yang berprofesi sebagai mahasiswa. Cetirizine juga relatifaman diberikan dalam jangka panjang. Obat ini memiliki efek metabolisme di hepar lebih minimal.Prognosis dari skabies berdasarkan teori adalah baik dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat serta syarat pengobatan dan menghilangkan faktor predisposisi sehingga penyakit ini dapat diberantas. Pada pasien ini prognosisnya adalah baik dengan penjabaran sebagai berikut: 0. Quo ad vitam : bonam karena penyakit skabies tidak mengancam nyawa.0. Quo ad functionam: bonam karena tidak mengakibatkan gangguan fungsi organ-organ tubuh0. Quo ad sanationam: bonam karena penyakit ini dapat sembuh dengan pengobatan yang benar dan kepatuhan pasien dalam pengobatan, serta diperlukan juga pengobatan kepada keluarga pasien yang mengalami keluhan yang sama

DAFTAR PUSTAKA1. Handoko RP. 2011. Skabies. Dalam: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Ke-6. Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, Indonesia, hal. 122-125.2. Bart J. Currie, F.R.A.C.P., and James S. McCarthy, F.R.A.C.P. Permethrin and Ivermectin for Scabies. New England Journal of Medicine : 20103. Sularsito Sri Adi, Soebaryo Retno Widowati, Kuswadji. Dermatologi Praktis. Ed 1. PERDOSKI : 19894. Wiederkehr, M. Schwart, R. A. 2006. Scabies Available at http:/www.emedicine.com.DERM.topic471.htm 5. Stone, S.P, scabies and pediculosis, in : Freedberg, et al. Fitzpatricks Dermatology in General Medicine 6th edition. Volume 1. McGraw-Hill Profesional : 20036. Wiryadi, Benny E. 2011. Prurigo. Dalam: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Ke-6. Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, Indonesia, hal. 273-275.7. Sularsito, Sri Adi dan Suria Djuanda. 2011. Dermatitis. Dalam: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Ke-6. Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, Indonesia, hal. 138-147.8. Andra : Optimalisasi terapi Antihistamin dalam Majalah Farmacia, Volume 6, Jakarta, 2006, p.64.9. Udin Sjamsudin, Hedi RD : Histamin dan Antihistamin dalam Farmakologi Dan Terapi ,edisi 4, Bagian Farmakologi FKUI, Jakarta, 1995, p. 252-260.10. Sjabana Dripa : Farmakologi Dasar dan Klinik, Salemba Medika, Jakarta, 2005, p. 467-487

DISKUSI

1. Mengapa memilih permetrine 5% sebagai obat penalaksanaan skabies pada kasus ini?

Pemilihan pengobatan topical dengan permetrin 5%:1. Efektif terhadap semua stadium tungau2. Dapat digunakan pada semua umur, kecuali bayi dibawah umur 2 bulan dan wanita hamil.3. Mudah digunakan, aplikasi hanya satu kali dan dapat diulang satu minggu kemudian jika masih ada gejala. 4. Tidak menimbulkan iritasi5. Kurang toksik dibandingkan gameksan6. Tidak merusak atau mewarnai pakaian

2. Apakah masih perlu menemukan tungau pada kasus ini untuk menegakkan diagnosis?

Empat tanda kardinal tersebut skabies:a) Pruritus nokturna (gatal pada malam hari).b) Ditemukan pada sekelompok manusia, misalnya mengenai seluruh keluarga, sebagian tetangga yang berdekatan.c) Ditemukannya kanalikulus.d) Menemukan tungau.

Pada pasien ini ditemukan pruritus nokturna, yaitu keluhan gatal terutama dirasakan pasien pada malam hari; dan gejala yang sama juga terjadi pada paman serta kakak sepupu yang tinggal serumah dengan pasien. Tanpa menemukan adanya tungau, diagnosis skabies pada pasien ini sudah dapat ditegakkan, karena ditemukan 2 dari 4 tanda kardinal scabies.

3. Mengapa anda memilih diagnosa banding Dermatitis Atopik dan Prurigo Herba?

Saya memilih diagnosis banding dermatitis atopik dan prurigo herba:a. Lesi berupa papulPada kasus ini ditemukan lesi berupa papul eritema. Pada dermatitis atopik lesi berupa papul eritema dan berskuama serta dapat dijumpai likenifikasi. Pada prurigo herba lesinya adalah papul-papul miliar tidak berwarna dan berbentuk kubah.b. Memiliki predileksi yang hampir sama.Pada kasus ini pasien datang dengan keluhan bintil-bintil kemerahan yang timbul di kedua tangan dan kaki. Pada dermatitis atopik lesi sering mengenai tangan dan pergelangan tangan, sedangkan prurigo herba lesi juga terdapat di bagian distal lengan dan tungkai.c. Keluhan gatal pada lesiPada kasus dermatitis atopi dan prurigo herba juga memiliki keluhan gatal pada lesi yang timbul, namun pada dermatitis atopik keluhan gatal dapat bertambah saat pasien berkeringat dan pada prurigo herba keluhan gatal dapat hilang timbul sepanjang hari, sedangkan pada skabies keluhan gatal terutama dirasakan pada malam hari.28