21
Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) dan Pemberdayaan Masyarakat Oleh : Budiman LPM Universitas Gunadarma, Jakarta, 2010 dibawakan pada Lokakarya Nasional PkM dan CSR Ke-1 2010 di Universitas Pelita Harapan, Karawaci, Tangerang Tangerang, 08 Agustus 2010 ABSTRAK Dalam program pemberdayaan masyarakat, dan bergulir merupakan satu aspek penting akan tetapi kelembagaainnya masih perlu penyempurnaan. Makalah ini membahas salah satu alternataif kelembagaan yang mungkin dilakukan. Pembahasan menggunakan metode deskriptif tentang kasus perguliran dana mikro yang dilakukan sebagai bagian dari program pengabdian kepada masyarakat (PKM) menggunakan penelitian aksi. Dengan menggunakan skema perguliran dana mikro yang disebut skema rutin, kegiatan PKM dapat memberikan hasil yang baik bagi pemberdayaan masyarakat. Kelurahan sebagai basis kegiatan dapat memanfaatkan lembaga masyarakat yang telah ada menjadi unsur pokok bagi pencapaian hasil berdaya tersebut, meskipun masih diperlukan penyesuaian jika akan diterapkan di level wilayah yang lebih luas, apalagi jika diharapkan dapat mensinergikan antara kegiatan PKM, pemberdayaan masyarakat dan Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan. Hal-hal pokok yang dicakup dalam model ini adalah kelurahan sebagai basis kegiatan, LKM berbadan hukum sebagai pelaksana, lingkungan Rt sebagai fokus kerja, dan pendampingan berkelanjutan dilakukan secara intensif. Kata Kunci : pengabdian kepada masyarakat, perguliran dana mikro, pemberdayaan masyarakat Latar Belakang, Masalah dan Tujuan Pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu aspek penting yang harus dilakukan pada saat ini karena ketidakberdayaan masyarakat menjadi salah satu sumber dari permasalahan nasional yang sedang dihadapi saat ini. Ketidakberdayaan itu mulai ------------------------------------------------------ document.doc, 5 Agustus 2010 1

PKM dan pemberdayaan masyarakat

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PKM dan pemberdayaan masyarakat

Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) dan Pemberdayaan Masyarakat Oleh : Budiman

LPM Universitas Gunadarma, Jakarta, 2010

dibawakan pada Lokakarya Nasional PkM dan CSR Ke-1 2010di Universitas Pelita Harapan, Karawaci, Tangerang

Tangerang, 08 Agustus 2010

ABSTRAK

Dalam program pemberdayaan masyarakat, dan bergulir merupakan satu aspek penting akan tetapi kelembagaainnya masih perlu penyempurnaan. Makalah ini membahas salah satu alternataif kelembagaan yang mungkin dilakukan. Pembahasan menggunakan metode deskriptif tentang kasus perguliran dana mikro yang dilakukan sebagai bagian dari program pengabdian kepada masyarakat (PKM) menggunakan penelitian aksi.Dengan menggunakan skema perguliran dana mikro yang disebut skema rutin, kegiatan PKM dapat memberikan hasil yang baik bagi pemberdayaan masyarakat. Kelurahan sebagai basis kegiatan dapat memanfaatkan lembaga masyarakat yang telah ada menjadi unsur pokok bagi pencapaian hasil berdaya tersebut, meskipun masih diperlukan penyesuaian jika akan diterapkan di level wilayah yang lebih luas, apalagi jika diharapkan dapat mensinergikan antara kegiatan PKM, pemberdayaan masyarakat dan Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan. Hal-hal pokok yang dicakup dalam model ini adalah kelurahan sebagai basis kegiatan, LKM berbadan hukum sebagai pelaksana, lingkungan Rt sebagai fokus kerja, dan pendampingan berkelanjutan dilakukan secara intensif.

Kata Kunci : pengabdian kepada masyarakat, perguliran dana mikro, pemberdayaan masyarakat

Latar Belakang, Masalah dan Tujuan

Pemberdayaan masyarakat merupakan salah

satu aspek penting yang harus dilakukan

pada saat ini karena ketidakberdayaan

masyarakat menjadi salah satu sumber dari

permasalahan nasional yang sedang dihadapi

saat ini. Ketidakberdayaan itu mulai dari

kelompok yang paling kecil, keluarga atau

rumahtangga, sampai dengan kelompok

yang besar, seperti lembaga-lembaga

pemerintahan.

Seperti diketahui, khususnya di Jakarta, saat

ini di wilayah kelurahan banyak terdapat

program-program pemberdayaan

masyarakat, yang berupa perguliran dana

untuk dipergunakan bagi kepentingan

pemberdayaan rakyat tersebut. Program-

program tersebut antara lain terdiri atas :

Jaring Pengaman Sosial (JPS), P2KP

(Program Pengentasan Kemiskinan

Perkotaan), Program Pemberdayaan

Masyarakat Kelurahan (PPMK), dan

program-program pengembangan

masyarakat lainnya yang berasal dari

departemen pemerintah seperti dari

Kementrian Pertanian dan Kementrian

Koperasi dan Usaha Kecil-Menengah.

Dari program-program yang pernah dan

sedang dilaksanakan sampai sekarang

tersebut, jika kita total jumlah uang yang

telah disalurkan oleh semua program di

------------------------------------------------------document.doc, 5 Agustus 2010

1

Page 2: PKM dan pemberdayaan masyarakat

Jakarta ada dana sekitar Rp. 4.000.000.000,-

(empat milyar rupiah) di setiap kelurahan.

Jumlah ini merupakan jumlah dana yang

sangat besar sekali untuk orde reformasi ini

yang belum pernah terjadi sebelumnya di era

Orde Baru. Besaran itu baru berupa uang

tunai dan belum dalam bentuk lain seperti

peralatan yang diberikan oleh program-

program pemberdayaan oleh departemen-

departemen teknis.

Pertanyaan yang timbul sekarang adalah

apakah masyarakat di tingkat kelurahan

tersebut mampu untuk melakukan perguliran

uang dari dana yang masuk ke wilayah

tersebut sehingga dapat terjadi proses

distribusi pendapatan atau distribusi

ekonomi yang lebih merata di kalangan

warga kelurahan sebagai satu kesatuan

wilayah otonomi ?

Pertanyaan lain yang timbul adalah sampai

seberapa jauh kepentingan integral

“pemberdayaan masyarakat” telah

diimplementasikan di lapangan di satu

kesatuan wilayah “kelurahan” ?

Kedua pertanyaan yang muncul tersebut

merupakan hal yang menarik untuk diamati,

dikaji dan dianalisis, dan kemudian

dicarikan kemungkinan-kemungkinan

pengembangannya di masa depan agar dapat

dicapai salah satu tujuan program

pemberdayaan masyarakat berupa

“masyarakat mandiri”.

Salah satu jawaban atas pertanyaan-

pertanyaan tersebut adalah

dikembangkannya kegiatan Pengabdian

Kepada Masyarakat (PKM) yang merupakan

salah satu dharma dari tiga dharma yang ada

di perguruan tinggi, yaitu pendidikan,

penelitian dan pengabdian kepada

masyarakat. Pada masyarakat yang

berkembang, PKM harusnya menjadi

“motor penggerak” perguruan tinggi untuk

mengembangkan lembaganya dan juga

untuk mengembangkan masyarakatnya

sebagai lingkungan ekstern, serta yang tidak

kalah pentingnya adalah PKM dapat

menjadi sumber bagi pengembangan ilmu

pengetahuan, teknologi dan seni yang

diajarkan di perguruan-perguruan tinggi.

Apa orientasi dari PKM agar dapat

mendukung program pemberdayaan

masyarakat yang dimaksud ? Merujuk pada

uraian ahli dikemukakan bahwa penekanan

terhadap aspek tertentu sebagai prioritas

gagasan penyempurnaan program

penanggulangan kemiskinan adalah dengan

membentuk lembaga yang bertanggung-

jawab mengkoordinasi program yang

fokusnya berpola pemberdayaan

(Sumodiningrat, 2001 : 12).

Uraian berikut memberikan satu contoh

kasus pemberdayaan masyarakat melalui

kegiatan PKM, hasil yang diperoleh dan

analisis atas hasil tersebut dari sisi pandang

pemberdayaan masyarakat.

Pemberdayaan Masyarakat : Kasus Perguliran Dana Mikro di Kelurahan Lenteng Agung, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan.

Kegiatan ini merupakan salah satu dari

kegiatan PKM oleh Lembaga Pengabdian ------------------------------------------------------document.doc, 5 Agustus 2010

2

Page 3: PKM dan pemberdayaan masyarakat

kepada Masyarakat (LPM) Universitas

Gunadarma. Kegiatan ini bermula dari

kegiatan pengentasan kemiskinan

bekerjasama dengan BKKBN pada tahun

1996 yang lalu. Dari pengalaman yang ada

dan berdasarkan analisis terhadap hasil yang

diperoleh kemudian dikembangkan kegiatan

PKM berupa perguliran dana mikro kepada

kelompok masyarakat. Kegiatan berupa

pendampingan kelompok, di mana setiap

bulan dilakukan pertemuan rutin kelompok.

Kegiatan perguliran dana mikro kredit

kelompok mandiri masyarakat kelurahan

Lenteng Agung, tepatnya dilaksanakan di Rt

11 dan Rt 12, Rw 07. Kegiatan dimulai

tanggal 01 Juli 2004 sampai dengan

sekarang dan sudah mempunyai jumlah

peserta sebanyak 15 orang, semua peserta

mikro kredit adalah ibu-ibu (100%). Peserta

tersebut terbagi menjadi dua kelompok,

yaitu peserta tetap atau asli jumlahnya

sebanyak 7 orang, mereka semua pedagang

(100%) dan peserta tambahan dengan

jumlah sebanyak 8 orang terdiri atas 3 orang

pedagang dan 5 orang ibu rumahtangga.

Peserta tetap adalah peserta yang sudah

diseleksi dari kegiatan perguliran dana

sebelumnya serta mempunyai usaha atau

wiraswasta, sedangkan peserta tambahan

adalah peserta yang belum pernah mengikuti

kegiatan perguliran sebelumnya. Peserta

tambahan bisa dilayani karena ada

rekomendasi dari anggota sebelumnya dan

kelompok dapat memperoleh akumulasi

dana mandiri dari kas yang dibayarkan oleh

peserta.

Pola Perguliran dengan Skema Rutin

Pola perguliran dana mikro dilakukan

dengan memberikan dana stimulan kepada

kelompok masyarakat, dengan

pendampingan diperkenalkan pola

perguliran yang diinginkan, dan kemudian

dilakukan proses monitoring dan evaluasi

terhadap proses dan hasil yang diperoleh.

Proses perguliran dana mikro tersebut dapat

dijelaskan pada tabel berikut ini.

Tabel Perguliran Dana Mikro : Skema Rutin

Tahap Tmb Pmj Akm. Pmj Ang-

PokokKas

MasukDana

MasukSisa Dana Angsuran

Masuk

Total Tambahan

DanaLunas Baru

0     2500000    1 5 5 500000 50000 550000 0 50000 0 52 1 6 600000 60000 660000 100000 160000 0 13 1 7 700000 70000 770000 200000 270000 0 14 1 8 800000 80000 880000 300000 380000 0 15 1 9 900000 90000 990000 400000 490000 0 1

Putaran I   350,000 1,350,000   1,000,000     350,000

6 2 6 600000 60000 1660000 660000 660000 5 27 1 5 500000 50000 550000 0 50000 18 1 5 500000 50000 550000 0 50000 19 1 5 500000 50000 550000 0 50000 1

------------------------------------------------------document.doc, 5 Agustus 2010

3

Page 4: PKM dan pemberdayaan masyarakat

10 1 5 500000 50000 550000 0 50000 1Putaran

II   260000   1,210,000

Tahap Tmb Pmj Akm. Pmj Ang-

PokokKas

MasukDana

MasukSisa Dana Angsuran

Masuk

Total Tambahan

DanaLunas Baru

11 1 5 500000 50000 550000 0 50000 112 1 5 500000 50000 550000 0 50000 113 1 5 500000 50000 550000 0 50000 114 1 5 500000 50000 550000 0 50000 115 1 5 500000 50000 550000 0 50000 1

Putaran III   250000 0 250,000 16 1 5 500000 50000 550000 0 50000 117 1 5 500000 50000 550000 0 50000 118 1 5 500000 50000 550000 0 50000 119 1 5 500000 50000 550000 0 50000 120 1 5 500000 50000 550000 0 50000 1

Putaran IV   250000   0 250,000

21dan

seterusnya          22          23          24          25          

Sumber : dikembangkan dari TAT-LPM-UG, 2004.Catatan : *) skema merupakan skema yang telah diperbaiki, berdasarkan uji-coba di lapangan.

------------------------------------------------------document.doc, 5 Agustus 2010

4

Page 5: PKM dan pemberdayaan masyarakat

Pelaksanaan perguliran seperti pada tabel di

atas uraiannya adalah sebagai berikut :

- modal awal perguliran adalah Rp.

2.500.000,- (dua juta lima ratus ribu

rupiah)

- jumlah peserta yang mendapat pinjaman

dana bergulir pada saat awal 5 orang,

sehingga masing-masing mendapat

pinjaman sebanyak Rp. 500.000,- (lima

ratus ribu rupiah)

- jangka waktu cicilan adalah 5 (lima) bulan,

seperti diputuskan oleh peserta, sehingga

besarnya cicilan adalah Rp. 100.000,-

(seratus ribu rupiah) per bulan.

- untuk masing-masing peserta dikenai

kewajiban untuk membayar kas kelompok

sebesar Rp. 10.000,- (sepuluh ribu rupiah)

setiap kali pembayaran cicilan sebagai

dana kas untuk kelompok, seperti

diputuskan oleh peserta.

- pada setiap bulannya akan terjadi kondisi-

kondisi sebagai berikut :

a. penambahan peserta yang diberi

pinjaman dana minimal sebanyak 1

orang. Dana berasal dari cicilan

peserta sebelumnya dan akumulasi kas

kelompok.

b. penambahan kas kelompok

minimal sebesar Rp. 50.000,-

- akhir tahap perguliran I (periode cicilan ke

6) :

ditambahkan modal sebesar Rp.

1.000.000,- (satu juta rupiah).

diperoleh total kas sebesar Rp.

350.000,- (tiga ratus lima puluh ribu

rupiah) dan total sisa dana angsuran

yang masuk sebesar Rp. 1.000.000,-

(satu juta rupiah), sehingga total

tambahan modal untuk perguliran

adalah sebesar Rp. 1.350.000,- (satu

juta tiga lima puluh ribu rupiah).

Penggunaan tambahan modal ini

diputuskan oleh peserta.

saat ini jumlah peserta total adalah 10

orang, atau telah bertambah sebanyak

5 orang dari saat awal perguliran

dimulai.

- pada akhir tahap perguliran berikutnya

yaitu tahap II, diperoleh hasil sebagai

berikut :

tambahan total kas sebesar Rp.

200.000,- (dua ratus ribu rupiah) dan

total tambahan sisa dana angsuran

yang masuk sebesar Rp. 660.000,-

(enam ratus enam puluh ribu rupiah),

ditambah dengan sisa tambahan dana

pada putaran satu sebesar Rp.

350.000,- (tiga ratus lima puluh ribu

rupiah) sehingga total tambahan

modal untuk perguliran putaran

berikutnya adalah sebesar Rp.

1.210.000,- (satu juta dua ratus

sepuluh ribu rupiah).

tambahan peserta sebanyak 5 orang,

setiap satu kali tahap putaran

perguliran.

pada akhir tahap perguliran berikutnya, III

dan seterusnya, diperoleh hasil sebagai

berikut :

tambahan total kas sebesar Rp.

250.000,- (dua ratus lima puluh ribu

rupiah) dan total tambahan sisa dana

angsuran yang masuk sebesar Rp. 0,-

Page 6: PKM dan pemberdayaan masyarakat

(nol rupiah), sehingga total tambahan

modal untuk perguliran putaran

berikutnya adalah sebesar Rp.

250.000,- (dua ratus lima puluh ribu

rupiah).

tambahan peserta sebanyak 5 orang,

setiap satu kali tahap putaran

perguliran.

begitu seterusnya, sampai dengan

kelompok membubarkan diri atau

dibubarkan. Pertambahan dana pada

putaran selanjutnya oleh karena itu hanya

berasal dari akumulasi kas yang diberikan

oleh masing-masing peserta perguliran

dana. Pertambahan dana dari akumulasi

sisa dana angsuran tidak terjadi lagi,

karena semua habis dialokasikan kepada

peserta baru berikutnya.

Dengan demikian tidak ada dana yang

disimpan oleh pengelola karena semua

dana yang terkumpul dialokasikan untuk

digulirkan kepada peserta, jika ada dana

tersisa maka jumlahnya akan sedikit dan

jika sudah mencapai jumlah untuk satu

paket perguliran yaitu Rp. 500.000,- (lima

ratus ribu rupiah) maka dana tersebut bisa

langsung kembali digulirkan kepada

peserta baru lainnya.

Dalam pelaksanaan di lapangan sejak bulan

Juli 2004 sampai dengan Juni 2010, dari segi

realisasi proses perguliran dengan skema rutin

sejumlah hasil yang diperoleh adalah :

1. proses perguliran dana

dapat berjalan seperti yang direncanakan,

di mana dana yang diberikan sebagai dana

stimulan kepada kelompok telah

mengalami peningkatan jumlah. Sampai

dengan akhir kegiatan pengamatan, Juni

2010, pola rutin ini telah memasuki tahap

perguliran yang banyak.

2. pada akhir periode

perguliran satu, kelompok sudah dapat

menghimpun dana bagi pengembalian

pinjaman (jika modal awal berasal dari

luar) sebesar Rp. 1.350.000,- (satu juta tiga

ratus lima puluh ribu rupiah) atau lebih

kurang 50% dari jumlah modal pinjaman.

Sisa pinjaman sebesar Rp. 1.150.000,-

(satu juta seratus lima puluh ribu rupiah)

dibayar dengan tambahan modal pada

periode perguliran dana berikutnya, atau

lebih kurang sebanyak 3 kali periode

perguliran. Setelah itu kelompok tidak

mempunyai kewajiban kepada pihak luar.

(dengan asumsi bahwa kelompok tidak

memperoleh tambahan modal apapun atau

tidak melakukan transaksi peminjaman

apapun selama periode pengembalian

cicilan berlangsung). Secara keseluruhan

jangka waktu pengembalian pinjaman

paling lama adalah 20 (dua puluh) bulan.

3. pada akhir periode

perguliran satu, selain yang seperti

disebutkan di item 1, pada kelompok

masih terdapat uang sebesar Rp.

2.500.000,- (dua juta rupiah) yang

bergulir. Jumlah uang ini kemudian

menjadi modal mandiri bagi kelompok,

yang dapat dipergulirkan secara terus-

menerus.

Setelah periode perguliran satu berakhir,

kelompok masih memperoleh akumulasi

modal mandiri yang berasal dari tambahan

Page 7: PKM dan pemberdayaan masyarakat

jasa dan tambahan kas dari skema

perguliran yang ada.

Dalam proses perguliran, dengan

menggunakan data sejak tahun 2009 maka

secara kuantitatif hasil yang diperoleh

diantaranya adalah :

- jumlah dana yang digulirkan adalah

sebesar Rp. 21.100.000,- (dua puluh satu

juta seratus rupiah), dengan rata-rata dana

yang disalurkan per bulan adalah Rp.

1.200.000,- (satu juta dua ratus ribu

rupiah), dan rata-rata kas yang diperoleh

per bulan adalah Rp. 100.000,- (seratus

ribu rupiah). Dana kas tersebut berfungsi

sebagai tambahan modal dana perguliran

kelompok.

- terjadi tunggakan oleh peserta akan tetapi

tunggakan tersebut pada akhir periode

perguliran dapat dilunasi sepenuhnya. Jika

dihitung dalam persentase maka 6 orang

peserta tetap (40%) merupakan peserta

yang sangat lancar dalam pengembalian

pinjaman, 3 orang (20%) lancar, 3 orang

(20%) kurang lancar, ada 3 orang sisanya

(20%) meragukan.

- perkembangan usaha peserta yang

melakukan usaha ekonomi umumnya tetap

atau survive

Selain pola perguliran menggunakan

skema rutin, pada kelompok juga dilakukan

perguliran dana menggunakan pola dadakan.

Pola ini diberikan berupa peminjaman dana

dalam jumlah terbatas, seperti Rp. 100.000,-

(seratus ribu rupiah), dalam jangka waktu

hanya satu bulan atau paling lama dua bulan,

dan dengan alasan yang mendesak.

Analisis dan Pembahasan : PKM dan

Pemberdayaan Masyarakat

Kegiatan PKM yang dilaksanakan ditujukan

selain untuk melaksanakan salah satu dharma

perguruan tinggi juga untuk dapat

memberdayakan masyarakat. Dengan merujuk

pada sejumlah pustaka maka dapat disimpulkan

bahwa dalam proses pemberdayaan

masyarakat, ada 4 ciri yang harus dapat

diidentifikasi dari kegiatan yang dilakukan,

yang mencakup :

1. keberlanjutan

(sustainability), maksudnya bahwa proses

pemberdayaan berlangsung sepanjang

waktu dalam jangka panjang bahkan

setelah fasilitator sudah tidak lagi bertugas

(Bossel, 1999)

2. mandiri (self-sustain), di

mana masyarakat tidak lagi mempunyai

ketergantungan yang besar kepada pihak

dari luar wilayah mereka (Djohani, 1996;

Rowlands dalam Eade, 1996; World Bank,

2002)

3. integratif (integrative),

pemberdayaan melibatkan segala aspek

yang ada di dalam masyarakat (Robbins,

1991; Sen, 1999; Friedmann, 1992)

4. partisipatif (participative),

pemberdayaan melibatkan semua pihak

yang terkait (stakeholder) di dalam

masyarakat di mana proses tersebut

dilaksanakan (World Bank, 2002; Conger

dan Kanungo, 1988; Ohama, 2001)

Setelah dilakukan pelaksanaan yang cukup

lama lebih kurang 6 tahun menggunakan skema

perguliran dana mikro yang ditentukan maka

Page 8: PKM dan pemberdayaan masyarakat

pencapaian hasil dibandingkan dengan

indikator keberhasilan pemberdayaan

masyarakat yang telah ditetapkan dijelaskan

dalam uraian berikut.

Pola perguliran dana alternatif yang dilakukan,

yaitu pola perguliran dengan skema rutin, dapat

ditindaklanjuti bagi kegiatan berikutnya.

Pertama kali telah dilakukan identifikasi

kekuatan dan kelemahan dari skema rutin.

Uraian sejelasnya adalah sebagai berikut :

a. Kekuatan

1. modal awal yang dibutuhkan tidak

terlalu besar, dan jumlah modal dapat

dilakukan perubahan sesuai dengan

kebutuhan.

2. pengelolaan sederhana, langsung

dikelola oleh masyarakat, sedangkan

pihak luar dapat berfungsi sebagai

fasilitator dan pengawas pelaksanaan.

Lingkup masyarakat yang tidak terlalu

luas, yaitu lingkup wilayah Rt,

membuat pengawasan atas

pelaksanaan pengelolaan perguliran

dana menjadi baik.

3. dapat memenuhi hampir semua

indikator keberhasilan pemberdayaan

masyarakat dengan pola perguliran

yang telah ditetapkan, dengan

demikian pola tersebut dapat

diharapkan untuk membantu

masyarakat melakukan pemberdayaan

diri mereka. Masyarakat dapat

mengembalikan pinjaman (jika

pinjaman berasal dari luar

masyarakat), mereka dapat memiliki

modal mandiri, dan mereka juga dapat

memperoleh akumulasi dari modal

mandiri yang mereka miliki.

4. pinjaman dapat secara fleksibel

digunakan untuk konsumsi atau untuk

usaha, walaupun fokus penggunaan

adalah pada konsumsi. Fokus ini

secara tidak langsung dapat membantu

masyarakat untuk menyediakan modal

sendiri sehingga dapat terhindar dari

pola simpan-pinjam yang merugikan

dari sumber modal yang lain, seperti

bank keliling.

5. dalam jangka panjang, akan terjadi

akumulasi modal mandiri yang lebih

besar, dengan demikian pemenuhan

modal yang dibutuhkan oleh

masyarakat oleh mereka sendiri

semakin terbuka kesempatannya. Hal

itu juga berarti ketergantungan

masyarakat terhadap sumber modal

dari luar lingkungannya semakin

diperkecil.

b. Kelemahan

1. jangka waktu pengembalian kepada

pihak peminjam dari luar relatif lama,

sekitar 4 periode perguliran. Dalam

kasus di atas pengembalian

berlangsung selama 20 bulan,

walaupun pengembalian untuk 50%

pertama dapat dilakukan pada periode

pertama perguliran (5 bulan pertama

perguliran).

2. pertambahan peserta untuk setiap kali

tahap cicilan hanya 1 (satu) orang, hal

tersebut akan dapat menyebabkan

timbulnya jumlah antrian calon

peminjam.

Page 9: PKM dan pemberdayaan masyarakat

3. pola perguliran harus dilakukan secara

“ketat”, tidak fleksibel, di mana skema

pinjaman sudah ditentukan khususnya

dengan pertambahan peserta, dalam

pelaksanaan yang telah terjadi,

pertambahan peserta setiap periode

cicilan hanya satu orang. Dengan

demikian jika diinginkan target yang

berbeda maka perlu dilakukan

modifikasi pada pola yang ditetapkan.

4. pengawasan yang ketat oleh

masyarakat atas pengelolaan

perguliran hanya dapat dilakukan pada

lingkup yang tidak terlalu luas

sehingga menyebabkan perluasan

cakupan pelayanan pada wilayah yang

lebih besar, seperti lingkungan

wilayah 1 kelurahan, perlu modifikasi

lebih lanjut.

Dari semua uraian yang dibahas maka pola

perguliran dengan skema di atas jika ingin

diharapkan melayani aspek ekonomi produktif

perlu dimodifikasi lebih lanjut, akan tetapi dari

pengamatan pola tersebut terlihat diterima oleh

kelompok masyarakat sebagai alternatif

penyedia dana masyarakat. Oleh karena itu

pola perguliran tersebut dapat diistilahkan

dengan perguliran dana untuk “ekonomi

kesejahteraan” karena berfokus pada

penyediaan dana bagi kebutuhan konsumsi

masyarakat dan bukan termasuk penyedia dana

bagi kegiatan ekonomi produktif.

Penutup

Dari pelaksanaan kegiatan dan analisis yang

dilakukan, dapat disimpulkan bahwa

pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan

secara bersamaan dengan kegiatan pengabdian

kepada masyarakat. Keempat ciri berdaya yang

diuraikan, hampir semuanya dapat dicapai oleh

kelompok menggunakan pola perguliran dana

yang ada. Namun demikian masih diperlukan

perbaikan terhadap pola perguliran dana yang

telah dilakukan. Model pemberdayaan

masyarakat yang digunakan adalah model

pemberdayaan masyarakat berbasis kelurahan

(Budiman, 2007). Model ini menekankan

pelaksanaan kegiatan di tingkat paling kecil

yaitu kelurahan menggunakan lembaga

masyarakat yang memang sudah ada

sebelumnya atau lembaga yang baru dibentuk

berupa kelompok-kelompok masyarakat.

Model ini menekankan pada proses

pengawasan yang ketat terhadap kegiatan yang

dilakukan, sehingga jika ada masalah yang

muncul dapat dengan segera dicarikan

penyelesaiannya. Model ini juga dapat

dilakukan secara partisipatif di mana

keterlibatan peserta dalam kegiatan mempunyai

intensitas tinggi, mulai dari perencanaan

sampai dengan penentuan tindak-lanjut

terhadap apa yang telah dicapai sebelumnya.

Ada sejumlah alasan yang dikemukakan dalam

pengajuan model tersebut, di antaranya adalah :

1. Kelompok kecil yang dimaksud

minimal adalah di level kelurahan.

Kelurahan menjadi salah satu sasaran

karena di kelurahan pada saat ini masih

menjadi wilayah otonom di mana

masyarakatnya cukup banyak akan tetapi

dengan keragaman yang cukup tinggi,

khususnya lagi di daerah perkotaan,

sehingga kesuksesan program

Page 10: PKM dan pemberdayaan masyarakat

pemberdayaan di level kelurahan

diharapkan dapat menjadi dasar bagi

pengembangan perluasan program

pemberdayaan dalam skala yang lebih

besar.

2. dalam pelaksanaan pola manajemen

diperlukan wilayah pengawasan yang

terjangkau dan dari penelitian ditemukan

bahwa wilayah kelurahan/desa merupakan

wilayah dalam jangkauan yang tepat bagi

pelaksanaan pengawasan program. Warga

yang masih memiliki ikatan yang erat

sehingga mereka mengenal dengan baik

antara sesama warga dibandingkan dengan

wilayah yang lebih luas seperti kecamatan.

3. luas wilayah pengawasan tersebut

berkaitan dengan proses pemeliharaan

keberlanjutan dari program pemberdayaan

yang dilakukan. Dalam wilayah

kelurahan/desa salah satu ciri kondisi

berdaya dari masyarakat akan lebih mudah

diwujudkan yaitu keberlanjutan.

4. dalam proses pemberdayaan ada

tahapan-tahapan yang perlu dilakukan, dan

tahap awal adalah konsolidasi organisasi

(konsolidasi internal). Pada tahap ini

dilakukan identifikasi sumberdaya yang

dapat dimanfaatkan bagi pelaksanaan kerja

dan kelurahan merupakan lingkup yang

tepat terjangkau untuk melakukan itu

dalam waktu yang relatif singkat dan

dengan hasil yang relatif lebih baik.

Model pemberdayaan masyarakat bisa

dilakukan dengan berpijak pada beberapa hal

pokok utama, yaitu :

1. wilayah yang menjadi fokus kerja adalah

wilayah kelurahan/desa, di mana

lurah/kepala desa dan aparatnya menjadi

koordinator bagi pelaksanaan program

pemberdayaan masyarakat seperti program

perguliran dana mikro yang merupakan

salah satu bagian dari program

pemberdayaan masyarakat dan

pembangunan masyarakat kelurahan.

2. pengelola keuangan dana bergulir adalah

lembaga keuangan mikro (LKM) yang

berbadan hukum, hal itu dimaksudkan

untuk dapat menjamin adanya akses dana

yang lebih besar kepada sumber dana

lainnya seperti perbankan dan lembaga

keuangan non-perbankan lainnya, dan

untuk dapat menjamin kepastian hukum

terhadap peserta yang kemudian

mengalami tunggakan pembayaran

pinjaman

3. lingkungan rt menjadi lingkungan yang

menjadi fokus bagi pelaksanaan perguliran

dana mikro, di mana penyeleksian calon

peserta dan pengawasan perguliran melalui

kelompok masyarakat yang sengaja

dibentuk di lingkungan tersebut.

Kelompok juga menjadi hal penting karena

kontrol peserta perguliran tidak dapat

dilakukan oleh perorangan sesama peserta

atau individu lainnya, kontrol melalui

kelompok memberikan pengaruh yang

lebih besar dibanding dengan kontrol oleh

perorangan.

4. untuk dapat mencapai

keberlanjutan dari segi proses, dilakukan

pendampingan oleh pendamping yang

direkrut oleh pemerintah daerah. Model

ditujukan dapat mencapai keberhasilan

dalam jangka panjang maka untuk itu

Page 11: PKM dan pemberdayaan masyarakat

pemilihan pendamping didasarkan pada

kesediaan untuk dapat bekerja secara

berkelanjutan dalam jangka panjang. Salah

satu alternatif yang dapat dijadikan

pendamping adalah perguruan tinggi, di

mana terdapat dharma pengabdian kepada

masyarakat. Pemerintah pusat, propinsi

atau kotamadya, memberikan dukungan

guna proses pembinaan kepada peserta dan

kelompok, khususnya dalam hal

kewirausahaan dan pengelolaan keuangan

keluarga. Disamping itu departemen

terkait, seperti Departemen Sosial dan

Departemen Koperasi dan UKM, dapat

memberikan pendampingan pula kepada

kelompok atau LKM sesuai dengan

program departemen masing-masing

dengan koordinasi dengan program

pembangunan kelurahan. Departemen-

departemen teknis terkait juga diharapkan

dapat memberikan dukungan bagi

pemberian dana-dana sosial bagi anggota

masyarakat yang memang tidak atau

belum mampu untuk melakukan kegiatan

ekonomi produktif yaitu anak-anak, orang

cacat dan orang lanjut usia.

Jika PKM dan proses pemberdayaan

masyarakat akan dikaitkan dengan program

Corporate Social Responsibility (CSR)

perusahaan maka yang perlu diperhatikan

bahwa dalam program CSR itu sendiri belum

ada kesamaan bahasa dalam merumuskan dan

memaknai CSR (Wahyudi dan Azheri, 2008 :

31). Di satu sisi CSR berkaitan dengan

harmonisasi dengan lingkungan dan di sisi

yang lain CSR juga menuntut adanya

komitmen perusahaan dalam proses

pembangunan ekonomi yang berkelanjutan

(sustainable economic development). Dari sisi

cakupan, CSR mencakup minimal 4 aspek

eksternal di luar perusahaan yaitu pasar,

kondisi lokasi kerja, masyarakat, dan

lingkungan. Dengan demikian mengaitkan

CSR dengan kedua hal tersebut adalah

mungkin, akan tetapi jika melihat proses

pemberdayaan agar dapat mencapai hasil

maksimal membutuhkan pendampingan secara

intensif dan dalam jangka panjang maka CSR

seharusnya juga bisa mencari alternatif pola

yang sesuai dengan kondisi lingkungan dan

masyarakat di mana CSR akan dilaksanakan.

Sebagai catatan akhir, berikut disajikan

beberapa tips bagi kelancaran perguliran dana

mikro, yaitu :

- dalam kelompok, harus dipilih ketua

kelompok yang memang dapat dipercaya

oleh semua anggota

- lingkungan yang dilibatkan adalah

lingkungan kecil, yang paling tepat dan

terkecil adalah rukun tetangga (rt), sebagai

basis kelompok

- jumlah dana yang digulirkan

diperhitungkan sesuai dengan kondisi

masyarakat sekitar. Dalam kasus di atas

Rp. 500.000,- per orang merupakan

pengembangan dari pola sebelumnya yang

hanya berjumlah Rp. 200.000,- per orang

yang dianggap sebagai yang paling tepat

sesuai dengan lingkungan di mana

perguliran dilakukan pada waktu itu dan

sesuai dengan tujuan perguliran dana yang

Page 12: PKM dan pemberdayaan masyarakat

bisa untuk kepentingan konsumsi selain

untuk usaha ekonomi.

- perlu dilakukan pertemuan rutin bulanan,

sebagai wadah bagi anggota masyarakat

melakukan kontrol atas perguliran dana

yang dilakukan dan kinerja dari masing-

masing peserta

- jika dimungkinkan akan sangat baik jika

dilakukan pendampingan oleh fasilitator

sampai dengan kelompok menjadi

mandiri : dalam pengambilan keputusan

dan dalam hal dana. Pendampingan

terutama diperlukan untuk membenahi

pencatatan dan pengembangan usaha yang

dilakukan oleh masing-masing anggota.

- dalam kaitannya dengan CSR, program

CSR sendiri harus memberikan kebebasan

kepada masyarakat untuk memilih jenis

kegiatan produktifnya sendiri, langsung

atau tidak langsung terkait dengan proses

produksi yang dilakukan oleh perusahaan.

Daftar Pustaka

Budiman, 2007, Pengembangan Model Pemberdayaan Masyarakat melalui Program Perguliran Dana Mikro pada Masyarakat Perkotaan, Disertasi pada Universitas Gunadarma, Jakarta.

_______, 1999, Laporan Pelaksanaan Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Kuliah Kerja Nyata Usaha (KKNU) dan Magang Kewirausahaan (MKU) 31 Agustus 1998 s/d 31 Januari 1999, Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat (LPM) Universitas Gunadarma, Jakarta.

Bossel, Hartmut; 1999; Indicators for Sustainable Development : Theory, Methods,

Applications; International Institute for Sustainable Development, Canada.

Conger, Jay A., Rabindra N. Kanungo,.Jul 1988, The Empowerment Process : Integrating Theory And Practice; dalam Academy of Management. The Academy of Management Review. Briarcliff Manor:.Vol.13, Iss. 3; pg. 471, 12 pgs

Djohani, Rianingsih (editor), 1996, Berbuat Bersama Berperan Setara : Acuan Penerapan Participatory Rural Appraisal, Konsorsium Pengembangan Dataran Tinggi Nusa Tenggara, Bandung.

Friedman, John, 1992, Empowerment : The Politics of Alternative Development, Blackwell Publishers, Cambridge, USA.

Ohama, Yutaka, 2001, Conceptual Framework of Participatory Local Social Development (PLSD) diselenggarakan oleh JICA, Nagoya.

Sen, Amartya, 1999, dalam Marris, Robin, 1999, Ending Poverty, Thames & Hudson, Slovenia.

Sumodiningrat, Gunawan, 2001, Kepemimpinan dan Pemberdayaan Ekonomi Rakyat, Pidato Pengukuhan Guru Besar pada Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta..

Robbins, Stephen P, 1991, Management, 3 rd

ed.; Prentice-Hall Int.

Rowlands, Jo, 1996, Empowerment Examined, dalam Deborah Eade (ed.) Development and Social Diversity, Oxfam, UK, hal. 86 – 92.

Wahyudi, Isa dan Busyra Azheri, 2008, Corporate Social Responsibility : Prinsip, Pengaturan dan Implementasi, In-Trans Publishing, Malang-Jawa Timur.

World Bank, Poverty Reduction and Economic Management (PREM); 2002; Empowerment and Poverty Reduction : A Sourcebook; World Bank.

Page 13: PKM dan pemberdayaan masyarakat