Upload
boy-cool
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PERTANYAAN
1. Penjelasan lebih lanjut tentang cara penularan hepatitis BJawab:
Ada dua macam cara penularan Hepatitis B, yaitu transmisi vertikal dan transmisi
horisontal.
a. Transmisi vertikal
Penularan terjadi pada masa persalinan (Perinatal). VHB ditularkan dari ibu
kepada bayinya yang disebut juga penularan Maternal Neonatal. Penularan cara
ini terjadi akibat ibu yang sedang hamil terserang penyakit Hepatitis B akut atau
ibu memang pengidap kronis Hepatitis B (Dalimartha, 2004).
b. Transmisi horisontal
Adalah penularan atau penyebaran VHB dalam masyarakat. Penularan terjadi
akibat kontak erat dengan pengidap Hepatitis B atau penderita Hepatitis B akut.
Misalnya pada orang yang tinggal serumah atau melakukan hubungan seksual
dengan penderita Hepatitis B (Dalimartha, 2004).
Cara penularan paling utama di dunia ialah dari ibu kepada bayinya saat proses
melahirkan. Kalau bayinya tidak divaksinasi saat lahir bayi akan menjadi carrier
seumur hidup bahkan nantinya bisa menderita gagal hati dan kanker hati. Selain
itu penularan juga dapat terjadi lewat darah ketika terjadi kontak dengan darah
yang terinfeksi virus Hepatitis B (Misnadiarly, 2007).
2. Masa inkubasi virusnya gmn?\Jawab:
Masa inkubasi (saat terinfeksi sampai timbul gejala) sekitar 24-96 minggu
(Misnadiarly, 2007). Menurut Sudoyo (2006), masa inkubasi VHB berkisar dari 15–
180 hari (rata-rata 60-90 hari).
3. Kelompok yang rentan?Jawab:
Adapun kelompok yang rentan terkena Hepatitis B adalah :
a. Anak yang baru lahir dari ibu yang terkena Hepatitis B
b. Tinggal serumah atau berhubungan seksual dengan penderita Hepatitis B
c. Mereka yang tinggal atau sering bepergian ke daerah endemis Hepatitis B
(Misnadiarly, 2007).
4. Program imunisasi di Indonesia gmn?Jawab:
Program imunisasi di Indonesia dibagi menjadi 2 (dua), yaitu:
a. Imunisasi Wajib
Imunisasi yang diwajibkan meliputi BCG (Bacille Calmette Guerin), Polio,
Hepatitis B, DTP (Difteria, Tetanus, Pertusis) dan campak.
b. Imunisasi yang Dianjurkan
Imunisasi yang dianjurkan diberikan kepada bayi/anak mengingat beban penyakit
(burden of disease) namun belum masuk ke dalam program imunisasi nasional
sesuai prioritas. Imunisasi dianjurkan adalah Hib (Haemophillus Influenza Tipe
b), pneumokokus, influenza, MMR (Measles, Mumps, Rubella), tifoid, Hepatitis
A, varisela, rotavirus, dan HPV (Human Papilloma Virus) (Hadinegoro, 2008).
Vaksin Hepatitis B harus segera diberikan setelah lahir, mengingat
vaksinasi Hepatitis B merupakan upaya pencegahan yang efektif untuk
memutuskan rantai penularan melalui transmisi maternal dari ibu kepada bayinya.
Ada dua tipe vaksin Hepatitis B yang mengandung HbsAg, yaitu (1) vaksin yang
berasal dari plasma, dan (2) vaksin rekombinan. Kedua vaksin ini aman dan
imunogenik walaupun diberikan pada saat lahir karena antibodi anti HBsAg ibu
tidak mengganggu respons terhadap vaksin (Wahab, 2002).
Imunisasi Hepatitis B pasif dilakukan dengan memberikan Hepatitis B
Imunoglobulin (HBIg) yang akan memberikan perlindungan sampai 6 bulan.
HBIg tidak selalu tersedia di kebanyakan negara berkembang, di samping itu
harganya yang relatif mahal. Imunisasi aktif dilakukan dengan vaksinasi Hepatitis
B. Dalam beberapa keadaan, misalnya bayi yang lahir dari ibu penderita Hepatitis
B perlu diberikan HBIg mendahului atau bersama-sama dengan vaksinasi
Hepatitis B. HBIg yang merupakan antibodi terhadap VHB diberikan secara intra
muskular dengan dosis 0,5 ml, selambat-lambatnya 24 jam setelah persalinan
(Dalimartha, 2004). Vaksin Hepatitis B (hepB) diberikan selambat-lambatnya 7
hari setelah persalinan. Untuk mendapatkan efektivitas yang lebih tinggi,
sebaiknya HBIg dan vaksin Hepatitis B diberikan segera setelah persalinan
(Dalimartha, 2004).
5. Perbedaan pengaruh hepatitis pada kehamilan dan pada janin?Jawab:1. Pengaruh hepatits virus pada kehamilan
Bila hepatitis virus terjadi pada trimester I atau permulaan trimeseter II maka
gejala-gejala nya akan sama dengan gejala hepatitis virus pada wanita tidak hamil.
Meskipun gejala-gejala yang timbul relatip lebih ringan dibanding dengan gejala-
gejala yang timbul pada trimester III, namun penderita hendaknya tetap dirawat di
rumah sakit.
Hepatitis virus yang terjadi pada trimester III, akan menimbulkan gejala-gejala
yang lebih berat dan penderita umumnya menunjukkan gejala-gejala fulminant. Pada
fase inilah acute hepatic necrosis sering terjadi, dengan menimbulkan mortalitas Ibu
yang sangat tinggi, dibandingkan dengan penderita tidak hamil.
Pada trimester III, adanya defisiensi faktor lipo tropic disertai kebutuhan janin
yang meningkat akan nutrisi, menyebabkan penderita mudah jatuh dalam acute
hepatic necrosis Tampaknya keadaan gizi ibu hamil sangat menentukan prognose.
Penyelidik lain juga menyimpulkan, bahwa berat ringan gejala hepatitis virus pada
kehamilan sangat tergantung dari keadaan gizi Ibu hamil. Gizi buruk khususnya
defisiensi protein, ditambah pula meningkatnya kebutuhan protein untuk
pertumbuhan janin,menyebabkan infeksi hepatitis virus pada kehamilan memberi
gejala-gejala yang jauh lebih berat.Pengaruh kehamilan terhadap berat ringannya
hepatitis virus,telah diselidiki oleh ADAM, yaitu dengan cara mencari hubungan
antara perubahan-perubahan koagulasi pada kehamilan dengan beratnya gejala-gejala
hepatitis virus.
Diketahui bahwa pada wanita hamil, secara fisiologik terjadi perubahan-
perubahan dalam proses pembekuan darah, yaitu dengan kenaikan faktor-faktor
pembekuan dan penurunan aktivitas fibrinolitik, sehingga pada kehamilan mudah
terjadi DIC(Disseminated Intra Vascular Coagulation). Dalam penelitianini terbukti
bahwa DIC tidak berperan dalam meningkatkan beratnya hepatitis virus pada
kehamilan.Tetapi sebaliknya, bila sudah terjadi gejala-gejala hepatitis virus yang
fulminant, barulah DIC mempunyai arti.
2. Pengaruh hepatitis pada janin
Hepatitis virus pada kehamilan dapat ditularkan kepada janin, baik in utero
maupun segera setelah lahir. Penularan virus ini pada janin, dapat terjadi dengan
beberapa cara, yaitu :
a. Melewati placenta
b. Kontaminasi dengan darah dan tinja Ibu pada waktu persalinan
c. Kontak langsung bayi baru lahir dengan Ibunya
d. Melewati Air Susu Ibu, pada masa laktasi.
Baik virus A maupun virus B dapat menembus placenta, sehingga terjadi hepatitis virus
in utero dengan akibat janin lahir mati, atau janin mati pada periode neonatal. Jenis virus
yang lebih banyak dilaporkan dapat menembus placenta, ialah virus type B. Beberapa bukti,
bahwa virus hepatitis dapat menembus placenta, ialah ditemukannya hepatitis antigen
dalam tubuh janin in utero atau pada janin barulahir. Selain itu telah dilakukan pula autopsy
pada janin-janin yang mati pada periode neonatal akibat infeksi hepatitis virus. Hasil autopsy
menunjukkan adanya perubahan-perubahan pada hepar, mulai dari nekrosis sel-sel hepar
sampai suatu bentuk cirrhosis. Perubahan-perubahan yang lanjut pada heparini, hanya
mungkin terjadi bila infeksi sudah mulai terjadi sejak janin dalam rahim.
Kelainan yang ditemukan pada hepar janin, lebih banyak terpusat pada lobus kiri. Hal ini
membuktikan, bahwa penyebaran virus hepatitis dari Ibu ke janin dapat terjadi secara
hematogen.Angka kejadian penularan virus hepatitis dari Ibu ke janin atau bayinya,
tergantung dari tenggang waktu antara timbulnya infeksi pada Ibu dengan saat persalinan.
Angka tertinggi didapatkan, bila infeksi hepatitis virus terjadi pada kehamilan trimester III.
Meskipun pada Ibu-Ibu yang mengalami hepatitis virus pada waktu hamil, tidak memberi
gejala-gejala icterus pada bayi-nya yang baru lahir, namun hal ini tidak berarti bahwa bayi
yang baru lahir tidak mengandung virus tersebut.Ibu hamil yang menderita hepatitis virus B
dengan gejala-gejala klinik yang jelas, akan menimbulkan penularan pada janinnya jauh
lebih besar dibandingkan dengan Ibu-Ibu hamil yang hanya merupakan carrier tanpa gejala
klinik.
Dilaporkan, bahwa Ibu hamil yang mengalami hepatitis virus B, dengan gejala yang jelas,
48% dari bayinya terjangkit hepatitis, sedang pada Ibu-lbu hamil yang hanya sebagai carrier
Hepatitis Virus B antigen, hanya 5% dari bayinya mengalami virus B antigenemia. Meskipun
hepatitis virus, belum jelas pengaruh nya terhadap kelangsungan kehamilan, namun
dilaporkan bahwa kelahiran prematur terjadi pada 66% kehamilan yang disertai
hepatitisvirus B. Adanya icterus pada Ibu hamil tidak akan menimbulkan kerena icterus pada
janin. Icterus terjadi akibat adanya unconjugated bilirubin yang melewati placenta dari Ibu-
Ibu hamil yang mengalami hemolitik jaundice. Bila penularan hepatitis virus pada janin
terjadi pada waktu persalinan maka gejala-gejalanya baru akan nampak dua sampai tiga
bulan kemudian. Sampai sekarang belum dapat dibuktikan, bahwa hepatitis virus pada Ibu
hamil dapat menimbulkan kelainan congenital pada janinnya. Pada pemeriksaan placenta,
dari kehamilan yang disertai hepatitis virus, tidak dijumpai perubahan-perubahan yang
menyolok, hanya ditemukan bercak-bercak bilirubin. Bila terjadi penularan virus B in utero,
maka keadaan ini tidak memberikan kekebalan pada janin dengan kehamilan berikutnya.
6. Pencegahannya gmn mas bro??Jawab:
Semua Ibu hamil yang mengalami kontak langsung dengan penderita hepatitis
virus A hendaknya diberi immuno globulinsejumlah 0,1 cc/kg. berat badan. Gamma
globulin ternyatatidak efektif untuk mencegah hepatitis virus B. Gizi Ibu hamil
hendaknya dipertahankan seoptimal mungkin, karena gizi yang buruk mempermudah
penularan hepatitis virus. Untuk kehamilan berikutnya hendaknya diberi jarak
sekurang-kurangnya enam bulan setelah persalinan, dengan syarat setelah 6 bulan
tersebut semua gejala dan pemeriksaan laborato-rium telah kembali normal. Setelah
persalinan, pada penderita hendaknya tetap dilakukan pemeriksaan laboratorium
dalam waktu dua bulan, empat bulan dan enam bulan kemudian.