Upload
truongcong
View
217
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PERSEPSI GURU TENTANG KINERJA PENGAWAS DALAM MELAKSANAKAN SUPERVISI STANDAR PROSES
DI SMP N 87 JAKARTA
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd) Pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
Disusun Oleh :
AFIFAH AWWALIYAH 105018200705
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN
JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul: “Persepsi Guru Tentang Kinerja Pengawas Dalam Melaksanakan
Supervisi Standar Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah
dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasyah pada, 24 Juni 2010 di hadapan dewan
penguji. Karena Itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S 1 (S.Pd) dalam
bidang Kependidikan Islam – Manajemen Pendidikan.
Jakarta, Juli 2010
Panitia Ujian Munaqasyah
Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program Studi) Tanggal Tanda Tangan
Rusydy Zakaria, M.Ed., M.Phill. ...…… ……………… NIP.: 19650530 198503 1 002 Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Prodi) Mu’arif SAM., Drs., M.Pd. ............ ...................... NIP.: 19650717 199403 1 005 Penguji I
Rusydy Zakaria, M.Ed., M.Phill. ………. ……………… NIP.: 19650530 198503 1 002 Penguji II
Drs. Syafril, M.Pd. ............. ....................... NIP,: 19460601 196705 1 001
Mengetahui :
Dekan,
Dede Rosyada, Prof., Dr. MA
NIP.: 19571005 198703 1 003
PERSEPSI GURU TENTANG KINERJA PENGAWAS DALAM MELAKSANAKAN SUPERVISI STANDAR PROSES
DI SMP N 87 JAKARTA
Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
(S. Pd) Pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Di Susun Oleh :
AFIFAH AWWALIYAH 105018200705
Pembimbing:
Dra. Nurlena Rifa’i, MA. Ph.d NIP. 19591020 198603 2 001
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN
JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010
SURAT PERNYATAAN KARYA PENULIS
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Afifah Awwaliyah
NIM : 105018200705
Program Studi : Manajemen Pendidikan
Jurusan : Kependidikan Islam
Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Dengan ini menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Strata (S1) di
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau
merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi berdasarkan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 15 Juni 2010
Penulis
Afifah Awwaliyah
ABSTRAK
Nama : Afifah Awwaliyah NIM : 105018200705 Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Judul : Persepsi Guru Tentang Kinerja Pengawas Dalam Melaksanakan
Supervisi Standar Proses
Supervisi standar proses merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan oleh pengawas pendidikan. Dalam melakukan supervisi ini, ada beberapa peran yang harus dijalankan oleh seorang pengawas, yaitu sebagai koordinator, konsultan, pemimpin kelompok dan evaluator. Masing-masing peran tersebut harus dijalankan dengan baik sesuai dengan prinsip dan prosedur supervisi, oleh karena itu dibutuhkannya pengawas yang baik dan professional jika pengawas sekolah memiliki kemampuan supervisi yang berkualitas, maka kualitas kepala sekolah pun akan meningkat, kepala sekolah juga harus dibekali kemampuan mengelola sekolah secara profesional sehingga akan terlihat perkembangan sekolahnya, Salah satu sasaran supervisi adalah penerapan standar proes pendidikan di suatu sekolah, karena penerapan standar proses pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan.
Untuk menjadi seorang pengawas ada beberapa persyaratan yang yang harus dipenuhi, seperti latar belakang pendidikan, pengalaman kerja dan sebagainya. Di SMP N 87 Jakarta pengawas memiliki latar belakang pendidikan S1 (Strata Satu). Pengawas pernah bekerja sebagai guru dan kepala sekolah, dengan usianya 50 tahun saat ini sudah satu tahun ia menjabat sebagai pengawas di sekolah ini
Tujuan dari penelitian ini adalah: untuk mengetahui bagaimana kinerja pengawas dalam melaksanakan supervisi standar proses, yaitu sebagai koordinator, konsultan, pemimpin kelompok dan evaluator. Penelitan ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Sumber data penelitian ini yaitu seluruh guru SMP N 87 Jakarta yang berjumlah 38 orang. Teknik pengambilan yang digunakan adalah angket dengan menggunakan skala likert untuk para guru dengan 4 alternatif jawaban.
Dari hasil pengolahan data yang didapat, yaitu kinerja kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi standar proses kurang efektif karena pengawas jarang melakukan kunjungan ke sekolah, kadang-kadang dalam satu semester hanya sekali atau tidak pernah datang, dan pengawas akan diundang pada saat sekolah sedang membutuhkan ide dan saran, biasanya pada saat rapat sekolah.
Kata Kunci: Kinerja pengawas dan Standar Proses
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi rabbil Alamin, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Tuhan
semesta alam, yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah dan inayahNYA,
sehingga penulisan skripsi ini terselesaikan. Sholawat beserta salam semoga
senantiasa tercurah limpahkan kehadirat baginda Nabi Muhammad SAW, yang
telah mengantarkan kita dari zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Dengan selesainya penulisan skripsi ini sebagai persyaratan memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan pada program S1 Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, maka penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga
kepada:
1. Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, MA., Rektor Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA., Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Drs. Rusydy Zakaria, M. Ed, M.Phill dan Drs. H. Mu’arif SAM, M.Pd,
Ketua Jurusan Kependidikan Islam dan Ketua program studi Manajemen
Pendidikan yang telah memberikan bimbingan dan kemudahan dalam
penyusunan skripsi ini.
4. Dra. Nurlena Rifa’i, MA. Ph.d Pembimbing dalam penyusunan skripsi ini
yang dengan penuh kesabaran dan kearifan telah memberikan bimbingan,
arahan, koreksi dan masukan-masukan kepada penulis demi
kesempurnaannya penulisan skripsi ini.
5. Drs. Syauki M.Pd., Dosen penasehat akademik yang telah memberikan
bimbingan selama menempuh pendidikan di Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Segenap Dosen dan staf Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan kontribusi keilmuan kepada
penulis selama belajar di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
ii
iii
7. Segenap pimpinan, dewan guru dan karyawan SMP N 87 Jakarta yang
telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk melakukan penelitian
guna memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.
8. Orang tua Tercinta, Ayahanda (H. Abdul Hakim) dan Ibunda (Hj.
Musta’inatun) yang telah mengasuh penulis dengan penuh kasih sayang,
memberikan dorongan baik moril, materil maupun spiritual. Karena cinta
kasih beliaulah, penulis dapat menjalani hidup dan memperoleh
kesempatan belajar sampai saat ini.
9. Adik penulis Lulu Af’idah dan Ulil Azmi yang telah memberikan
dorongan dan do’a kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Temen–temen KI-MP Angkatan 2005. Khususnya Kelas B, kepada
Hamroh, Damayanti, Atas semua motivasi dan bantuannya semoga
pertemanan kiat tetap terjalin sampai akhir nanti.
Penulis sadar, bahwa penulisan sripsi ini belumlah sempurna. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan sumbangan pemikiran, saran dan kritik untuk
kesempurnaan skripsi ini.
Akhirnya, mohon dibukakan pintu maaf apabila dalam penulisan skripsi ini
terdapat hal-hal yang kurang berkenan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat,
khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca sekalian.
Jakarta, 15 Juni 2010
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ............................................................................................................ i
KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ iv
DAFTAR TABEL .................................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah .............................................................................. 7
C. Pembatasan Masalah ............................................................................. 7
D. Perumusan Masalah .............................................................................. 8
E. Manfaat Penelitian ................................................................................ 8
BAB II KAJIAN TEORI
A. Persepsi ................................................................................................. 9
1. Pengertian ....................................................................................... 9
2. Hakikat persepsi .............................................................................. 10
3. Faktor yang mempengaruhi persepsi ............................................. 11
B. Kinerja .................................................................................................. 12
1. Pengertian ........................................................................................ 12
2. System penilaian kinerja ................................................................. 13
3. Tujuan ............................................................................................ 13
4. Faktor yang mempengaruhi kinerja ................................................ 14
C. Pengawas .............................................................................................. 15
1. Pengertian ....................................................................................... 15
2. Fungsi pengawas ............................................................................. 16
3. Kompetensi pengawas ..................................................................... 16
4. Ruang lingkup kepengawasan ......................................................... 23
iv
v
D. Supervisi pendidikan ............................................................................. 24
1. Pengertian ........................................................................................ 24
2. Tujuan supervisi .............................................................................. 26
3. Prinsip supervisi .............................................................................. 27
4. Fungsi supervisi .............................................................................. 28
5. Peran supervisi pendidikan ............................................................. 28
E. Standar proses pendidikan .................................................................... 29
1. Pengertian ....................................................................................... 29
2. Fungsi Standar proses pendidikan .................................................. 31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan penelitian ................................................................................. 37
B. Tempat dan Waktu Penelitian.............................................................. 37
C. Metode Penelitian ............................................................................... 37
D. Populasi dan Sampel ............................................................................ 38
E. Teknik dan Istrumen pengumpulan data ............................................. 38
F. Teknik pengelolaan dan analisis data .................................................. 41
BAB IV HASILPENELITIAN
A. Deskripsi data ....................................................................................... 42
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................ 62
B. Saran. ..................................................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Kisi kisi instrumen penelitian..................................................................................... 39
Mengkoordinasikan kegiatan belajar mengajar oleh guru ......................................... 44
mengkoordinasi tugas mengajar satu mata pelajaran yang dibina oleh
beberapa guru .......................................................................................................... 44
mengkoordinasi kegiatan yang dilakukan oleh para guru dalam
proses pembelajaran ................................................................................................... 45
membantu guru yang mengalami kesulitan dalam mengatasi anak
yang sulit belajar ....................................................................................................... 46
membantu guru dalam mengatasi masalah yang berkaitan dengan
kenakalan pelajar yang dilakukan saat proses pembelajaran ..................................... 46
membantu guru dalam mengatur tingkat kedisiplinan siswa ..................................... 47
membimbing guru dalam menyusun silabus tiap mata pelajaran .............................. 47
membimbing guru dalam memilih dan menggunakan strategi/metode/teknik
pembelajaran yang dapat mengembangkan potensi siswa ......................................... 48
membimbing guru dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) untuk tiap mata pelajaran ................................................................................ 49
membimbing guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran............................... 49
membimbing guru dalam pengelolaan kelas .......................................................... 50
membimbing guru dalam mengelola, merawat, mengembangkan
vi
dan menggunakan media pendidikan dan fasilitas pembelajaran untuk
setiap mata pelajaran .................................................................................................. 50
membantu guru agar lebih cepat memahami kurikulum ............................................ 51
memimpin guru dalam mengembangkan kurikulum ................................................. 52
memimpin guru dalam mengembangkan materi pelajaran ........................................ 52
memotivasi para guru untuk meningkatkan kinerjanya ............................................. 53
membantu para guru dalam melakukan evaluasi pada saat proses
pembelajaran .......................................................................................................... 53
membantu para guru mengevaluasi hasil belajar siswa ............................................. 54
membantu guru dalam menyusun alat evaluasi ......................................................... 55
menilai kurikulum yang dikembangkan oleh para guru ............................................. 55
memberikan pengarahan terhadap guru dalam proses pembelajaran
yang harus dilaksanakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berprestasi aktif .................................. 56
memberikan masukan terhadap guru untuk memberikan keteladanan
dalam proses pembelajaran ....................................................................................... 56
melakukan perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses
pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses
pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif
dan efisien .............................................................................................................. 57
menilai hasil pembelajaran menggunakan berbagai tekhnik penilaian
vii
viii
dapat berupa tes tertulis, observasi, tes praktik, dan penugasan
per-orangan atau kelompok, sesuai dengan kompetensi dasar
yang harus dikuasai .................................................................................................... 58
memberikan saran-saran, usulan, atau ide kepala sekolah, khususnya
guru, dalam pengelolaan pembelajaran ...................................................................... 59
melakukan pemantauan terhadap guru mengenai pengambilan langkah
tindak lanjut yang diperlukan dalam proses pembelajaran ........................................ 59
menyusun program dan memberikan bantuan khususnya yang
berhubungan dengan penyediaan sarana dan prasarana yang diperlukan
oleh sekolah atau guru untuk pengelolaan proses pembelajaran ............................... 60
melaksanakan pengawasan terhadap jalannya proses pembelajaran
khususnya yang dilakukan oleh para guru ............................................................... 61
DAFTAR LAMPIRAN
1. Angket Guru
2. Pengajuan Judul Skripsi
3. Surat Bimbingan Skripsi
4. Surat Permohonan Izin Observasi
5. Surat Permohonan Izin Penelitian
6. Daftar Uji Referensi
7. Surat Keterangan Melakukan Penelitian Dari Sekolah
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Undang-undang no. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menyatakan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.1
Dari pengertian pendidikan di atas, ada beberapa hal yang sangat
penting untuk kita ketahui. Pertama, pendidikan bukanlah suatu proses yang
asal-asalan, akan tetapi proses yang bertujuan sehigga segala sesuatu yang
dilakukan guru dan siswa harus mengarah ke tujuan. Kedua, pendidikan tidak
boleh mengesampingkan proses belajar. Ketiga, proses pendidikan harus
berorientasi kepada siswa. Keempat, proses pendidikan berujung kepada
pembentukan sikap, pengembangan kecerdasan atau intelektual serta
pengembangan keterampilan anak sesuai dengan kebutuhan.
Keempat hal yang berkaitan dengan pendidikan itu menunjukkan betapa
pentingnya proses pendidikan yang mengarah pada tujuan pendidikan.
1 DEPDIKNAS, Himpunan Peraturan/ketentuan Bidang Pendidikan Dasar dan Menengah,
Tahun 2007, h. 10
1
2
Dengan demikian ketika kita memberikan pelajaran fisika, seharusnya kita
berfikir bagaimana mata pelajaran fisika dapat membentuk anak yang
memiliki kecerdasan dan keterampilan sesuai dengan tujuan pendidikan.
Demikian juga ketika kita memberikan materi ekonomi seharusnya kita
berfikir bagaimana materi ekonomi yang kita berikan bisa membantu
mengembangkan sikap kecerdasan dan keterampilan sesuai dengan tujuan
pendidikan. Manakala ini sudah terbentuk, maka semua guru mata pelajaran
apapun yang diberikannya akan mengarah pada tujuan bersama.
Tampaknya, pelaksanaan pendidikan kita di sekolah belum sesuai
dengan harapan di atas. Para guru di sekolah masih bekerja sendiri-sendiri
sesuai dengan mata pelajaran yang diberikannya, seakan akan mata pelajaran
yang satu terlepas dari mata pelajaran secara menyeluruh. Untuk itu
diperlukan suatu standar yang mengatur proses pembelajaran yang biasa
disebut dengan standar proses pendidikan.
Standar proses pendidikan menurut Peraturan Pemerintah No. 19 tahun
2005 Bab 1 Pasal 1 Ayat 6 adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan
dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk
mencapai standar kompetensi lulusan. Dari penerapan pemerintah di atas, ada
beberapa hal yang perlu digaris bawahi. Pertama, standar proses pendidikan
berlaku untuk setiap lembaga pendidikan formal, dengan demikian seluruh
sekolah seharusnya melaksanakan proses pembelajaran seperti yang
dirumuskan dalam standar proses pendidikan ini. Kedua, standar proses
pendidikan berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran, yang berarti dalam
standar proses pendidikan berisi tentang bagaimana seharusnya proses
pembelajaran berlangsung. Dengan demikian, standar proses pendidikan
dimaksud dapat dijadikan pedoman bagi guru dan pengelola pembelajaran.
Ketiga, standar proses pendidikan diarahkan untuk mencapai standar
kompetensi lulusan.2
Dari ketiga hal tersebut masih terdapat kelemahan guru dalam
mengembangkan proses pembelajaran, banyak guru yang melaksanakan
2 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran………., h. 4
3
pembelajaran sesuai dengan seleranya sendiri, bukan didasarkan pada standar
proses yang berlaku. Untuk itu perlunya pegawas dalam melaksanakan
supervisi standar proses agar proses pembelajaran menjadi efektif.
Supervisi menurut Sergiovanni adalah suatu proses yang digunakan
oleh personalia sekolah yang bertanggung jawab terhadap aspek-aspek tujuan
sekolah dan yang bergantung secara langsung kepada para personalia yang
lain, untuk menolong mereka menyelesaikan tujuan sekolah itu.3
Dari pernyataan di atas harus diketahui bahwa supervisi itu bukan
peranan, tetapi merupakan suatu proses. Proses tersebut terjadi di sekolah
yang digunakan oleh personalia-personalia tertentu untuk menolong para
personalia yang lain dalam usaha mencari tujuan pendidikan.
Menurut Marks nilai supervisi terletak pada perkembangan dan
perbaikan situasi belajar mengajar yang direfleksikan pada perkembangan
para siswa. Perbaikan situasi belajar mengajar berhubungan erat dengan
pengelolaan kelas, ialah suatu usaha untuk (1) menciptakan, memperbaiki,
dan memelihara organisasi, kelas agar para siswa dapat mengembangkan
minat, bakat, dan kemampuannya secara maksimal, (2) menyeleksi fasilitas
belajar yang tepat dengan problem dan situasi kelas, (3) mengkoordinasikan
kemauan siswa mencapai tujuan pendidikan, (4) meningkatkan moral kelas.4
Situasi belajar mengajar di sekolah-sekolah kita sekarang ini
menggambarkan suatu keadaan yang sangat kompleks. Kekalutan yang ada
adalah akibat faktor-faktor obyektif yang saling mempengaruhi sehingga
mengakibatkan menurunnya hasil belajar. Karena itu perlu menciptakan
situasi yang memungkinkan murid-murid dapat belajar dengan baik dan guru-
guru dapat membimbing dalam suasana kreatif di mana mereka merasa
bertumbuh dalam jabatan mengajar mereka. Kalau faktor-faktor obyektif
dalam situasi belajar di sekolah dianalisa maka kita akan melihat banyak
sekali variabel yang turut menentukan proses belajar dan mengajar itu. Usaha
memperbaiki variabel-variabel itu ialah dengan jalan membantu guru-gru
3 Made Pidarta, Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), ed. 2, cet. I, h. 2
4 Made Pidarta, Pemikiran Tentang………, h. 2-3
4
agar mereka mampu memecahkan persoalan-persoalan yang mereka hadapi.
Secara operasional dapat dikemukakan beberapa tujuan kongkrit dari
supervisi pendidikan:
1. Membantu guru melihat dengan jelas tujuan-tujuan pendidikan 2. Membantu guru dalam membimbing pengalaman belajar muruid-murid 3. Membantu guru dalam menggunakan sumber-sumber pengalaman
belajar 4. Membantu guru dalam menggunakan metode-metode dan alat-alat
pelajaran moderen 5. Membantu guru dalam memenuhi kebutuhan belajar murid 6. Membantu guru dalam hal menilai kemajuan murid-murid dan hasil
pekerjaan guru itu sendiri 7. Membantu guru dalam membina reaksi mental atau moral kerja guru
dalam rangka pertumbuhan pribadi dan jabatan mereka 8. Membantu guru baru di sekolah sehingga mereka merasa gembira
dengan tugas yang diperolehnya 9. Membantu guru agar waktu dan tenaga tercurahkan sepenuhnya dalam
pembinaan sekolahnya.5
Salah satu sasaran supervisi adalah penerapan standar proes pendidikan
di suatu sekolah, karena penerapan standar proses pendidikan yang berkaitan
dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk
mencapai standar kompetensi lulusan. Secara umum penerapan standar proses
di sekolah-sekolah yaitu mengacu kepada visi, misi dan tujuan sekolah
tersebut, karena standar proses itu adalah Menerapkan standar berarti
menggunakan kriteria berdasarkan kriteria mutu. Dalam pengelolaan
pendidikan Indonesia kriteria minimal itu adalah standar nasional pendidikan.
Kriteria minimal sama dengan batas minimal mutu yang menjadi patokan
target pencapaian yang ditetapkan satuan pendidikan, idealnya di atas standar
nasional. Dalam menerapkan standar terdapat dua kata kunci yaitu adanya
kriteria yang dipersyaratkan dan adanya proses pengukuran. Hal yang diukur
dalam mutu adalah proses dan hasil. Oleh karena itu indikator mutu meliputi
indikator operasional dan indikator produk. Kedua bidang itu penting untuk
diukur karena dari hasil penelitian para ahli terbukti bahwa produk yang baik
5 Piet . A. Sahertian dan Frans Mataheru Dip, Prinsip & Tekhnik Supervisi Pendidikan,
(Surabaya: Usaha Nasional, 1981), h. 23-24
5
itu datang dari proses yang bermutu. Proses yang bermutu harus melahirkan
produk yang bermutu pula.
Dalam mencapai standar proses yang baik dibutuhkan pengawas yang
baik pula, jika pengawas sekolah memiliki kemampuan supervisi yang
berkualitas, maka kualitas kepala sekolah pun akan meningkat. Seperti halnya
pengawas sekolah, kepala sekolah juga harus dibekali kemampuan mengelola
sekolah secara profesional sehingga akan terlihat perkembangan sekolahnya.
Menurut Nana Sudjana tugas pokok pengawas sekolah adalah melakukan
penilaian dan pembinaan dengan melaksanakan fungsi-fungsi supervisi, baik
supervisi akademik maupun supervisi manajerial. Berdasarkan tugas pokok
dan fungsi di atas minimal ada tiga kegiatan yang harus dilaksanakan
pengawas yakni:
1. Melakukan pembinaan pengembangan kualitas sekolah, kinerja kepala sekolah, kinerja guru, dan kinerja seluruh staf sekolah,
2. Melakukan evaluasi dan monitoring pelaksanaan program sekolah beserta pengembangannya,
3. Melakukan penilaian terhadap proses dan hasil program pengembangan sekolah secara kolaboratif dengan stakeholder sekolah.6 Pengawasan dalam bidang pendidikan bukan hanya sekedar kontrol
atau melihat apakah kegiatan yang ada telah berlangsung sesuai dengan
skenario yang telah ditetapkan, tetapi lebih dari pada itu, pengawasan dalam
bidang pendidikan mencakup visi dan misi serta kondisi atau syarat personel
maupun material yang diperlukan dalam mencipatakan lahirnya siatuasi
belajar mengajar yang kondusif dan tepat guna. Pelaksanaan pengawasan
bukan hanya mengawasi
Guru dan pegawai yang ada di sekolah menjalani tugas sesuai dengan
instruksi, dan berusaha membina hubungan yang baik dengan guru yang
lainnya, seharusnya secara bersamaan guru dan pengawas menyusun strategi
kerja yang lebih efektif. Dalam pelaksanaan pengawasan dalam lingkungan
pendidikan, guru bukanlah dianggap sebagai bawahan yang tidak memiliki
daya tawar, tetapi guru harus ditempatkan sebagai sosok partner kerja yang
6 Akhmad Sudrajat, “Tugas Pokok dan Fungsi Pengawas”, dari www. Tugas Pokok dan
Fungsi Pengawas Sekolah « Akhmad Sudrajat Lets Talk About Education.htm, 8 April 2008
6
mampu saling memberi sehingga tercipata suasana kerja yang saling
melengakapi diantara guru dan pengawas.
Pelaksanaan pengawasan yang dilakukan supervisor seharusnya satu
bulan sekali akan tetapi di sekolah ini hanya satu semester satu kali. Dalam
pemerikasaannya pengawas memeriksa semua keadaan sekolah seperti
administrasi, kebersihan, perlengkapan sekolah hanya dalam waktu sehari,
dan itupun hanya sebentar.
Penerapan Standar proses yang ada di sekolah ini sudah diterapkan.
Akan tetapi cara penerapan standar proses di sekolah ini sama saja seperti
sekolah-sekolah lainnya yaitu kurang mengajak anak didiknya untuk aktif,
kreatif dan kemandirian sesuai dengan bakat dan minat. Seorang guru akan
berhasil jika dalam pembelajarannya sesuai dengan perencanaan sebelumnya.
Karena standar Proses akan tercapai atau berhasil jika dalam pelaksanaanya
mengacu pada standar kompetensi peserta didik.
Dalam mencapai standar proses ini dibutuhkan supervisor yang baik
untuk mengawasi berjalannya pembelajaran, dan masih banyak pengawas
yang tidak paham tentang standar proses sehingga proses pembelajaran tidak
sesuai dengan tujuan pembelajaran, sedangkan standar proses tersebut untuk
mencapai standar kompetensi lulusan, selain dari pengawas luar (eksternal)
pengawas dari dalam (internal) juga berperan dalam mengontrol standar
proses yang berjalan di sekolah ini. Untuk berjalannya standar proses dengan
baik dan masih banyak guru yang belum paham akan standar proses tersebut
sehingga proses pembelajaran tidak efektif, dan belum lengkapnya sarana
prasarana yang ada di sekolah seperti infokus, masih banyak guru yang belum
menggunakan infokus untuk proses pembelajaran, seharusnya pegawas lebih
memperhatikan kebutuhan sekolah tersebut untuk proses pembelajaran dan
paham akan standar proses tersebut.
Dari adanya feomena tersebut, maka peneliti merasa penting untuk
melakukan penelitian yang berhubungan dengan kinerja pengawas. Dengan
demikian peneliti tertarik untuk mengajukan skripsi dengan judul
7
“PERSEPSI GURU TENTANG KINERJA PENGAWAS DALAM
MELAKSANAKAN SUPERVISI STANDAR PROSES DI SMP N 87
JAKARTA”
B. Identifikasi Masalah Dari latar belakang yang telah diuraikan dapat diidentifikasi beberapa
masalah sebagai berikut:
1. Proses pembelajaran tidak sesuai dengan konsep pembelajaran yang
mengacu pada standar proses
2. Banyaknya guru yang tidak mengerti konsep pembelajaran yang
mengacu pada standar proses
3. Pengawas belum paham akan konsep pembelajaran yang mengacu pada
standar proses
4. Upaya pengawas agar para guru paham konsep pembelajaran yang
mengacu pada standar proses
5. Sarana prasarana media pembelajaran yang belum lengkap untuk proses
pembelajaran yang mengacu pada standar proses
6. Belum efektifnya kinerja supervisor
7. Rendahnya prestasi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran
yang bermutu
C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka untuk memfokuskan
penelitian penulis membatasi permasalahan pada:
1. Banyaknya guru yang tidak mengerti konsep pembelajaran yang
mengacu pada standar proses
2. Belum efektifnya kinerja supervisor
3. Rendahnya prestasi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran
yang bermutu
8
D. Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka penulis
merumuskan permasalahan “Bagaimana kinerja pengawas dalam
meningkatkan kinerja guru dalam melaksanakan konsep pembelajaran yang
mengacu pada standar proses
E. Manfaat Penelitian
• Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan
tentang kinerja pengawas dalam melaksanakan supervisi standar proses
• Bagi sekolah, penelitian ini diharapkan menjadi masukan tentang
pentingnya pengawasan standar proses.
• Bagi jurusan Kependidikan Islam Program Studi Manajemen Pendidikan
dan Civitas Akademika UIN Syarif Hidayatullah, diharapkan dapat
menambah perbendaharaan karya ilmiah serta mejadi tolok ukur dalam
mengembangkan administrasi pendidikan
9
BAB II
KAJIAN TEORITIK
A. Persepsi
1. Pengertian Persepsi
Persepsi berasal dari bahasa Inggris, yaitu perception, yang berarti
pengamatan1. Menurut Sarlito Wirawan Sarwono, kemampuan untuk
membeda-bedakan, mengelompokkan, memfokouskan objek-objek disebut
sebagai kemampuan untuk mengorganisasikan pengamatan atau disebut
persepsi.2
Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan.
Penginderaan adalah merupakan suatu proses diterimanya stimulus oleh
individu melalui alat penerima yaitu alat indera. Namun proses tersebut tidak
berhenti di situ saja, pada umumnya stimulus tersebut diteruskan oleh syaraf
ke otak sebagai pusat susunan syaraf, dan proses selanjutnya merupakan
proses persepsi. Karena itu proses persepsi tidak dapat lepas dari proses
penginderaan, dan proses penginderaan merupakan proses yang mendahului
terjadinya persepsi. Proses penginderaan terjadi setiap saat, yaitu pada waktu
individu menerima stimulus yang mengenai dirinya melalui alat indera. Alat
indera merupakan penghubung antara individu dengan dunia luar. Stimulus
1 W.J.S Poerwadarminta, Kamus lengkap Inggris Indonesia, (Bandung: Hasta, 1982), h. 143.
9
2 Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1982), cet. II, h. 39.
10
yang mengenai induvidu itu kemudian diorganisasikan, diinterpretasikan
sehingga individu menyadari tentang apa yang diinderanya itu. Proses inilah
yang dimaksud dengan persepsi.
Dengan persepsi individu dapat menyadari, dapat mengerti tentang
keadaan lingkungan yang ada di sekitarnya, dan juga tentang keadaan diri
individu yang bersangkutan. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa
dalam persepsi stimulus dapat datang dari luar diri individu, tetapi juga dapat
datang dari dalam diri individu yang bersangkutan. Bila yang dipersepsi
dirinya sendiri sebagai objek persepsi, inilah yang disebut persepsi diri (self-
perception). Karena dalam persepsi itu merupakan aktifitas yang integrated,
maka seluruh apa yang ada dalam diri individu seperti perasaan, pengalaman,
kemampuan berfikir, kerangka acuan, dan aspek-aspek lain yang ada dalam
diri individu akan ikut berperan dalam persepsi tersebut. Berdasarkan atas hal
tersebut, dapat dikemukakan bahwa dalam persepsi itu sekalipun stimulusnya
sama, tetapi karena pengalaman tidak sama, kemampuan berfikir tidak sama,
kerangka acuan tidak sama, adanya kemungkinan hasil persepsi antara
individu satu dengan individu yang lain tidak sama. Keadaan tersebut
memberikan gambaran bahwa persepsi itu memang bersifat individual.
2. Hakikat persepsi.3
1. Persepsi Merupakan Kemampuan Kognitif
Persepsi ternyata banyak melibatkan kegiatan kognitif. Pada awal
pembentukan persepsi, orang telah menentukan apa yang telah akan
diperhatikan. Setiap kali kita memusatkan perhatian lebih besar
kemungkinan kita akan memperoleh makna dari apa yang kita tangkap,
lalu menghubungkannya dengan pengalaman yang lalu, dan dikemudian
hari akan diingat kembali
2. Peran Atensi Dalam Persepsi
Selama kita tidak dalam keadaan tidur, maka sejumlah rangsangan
yang besar sekali saling berlomba menurut perhatian kita. Biasanya,
3 Abdul Rahman Shaleh, Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar, ( Jakarta: Prenada
Media, 2004), cet. I, h. 91-93.
11
manusia dan hewan lainnya akan memilih mana rangsangan tersebut yang
paling menarik dan paling mengesankan. Keterbukaan kita untuk memilih
inilah yang disebut dengan atensi atau perhatian.
Beberapa psikologi melihat atensi sebagai jenis alat saringan (filter),
yang akan menyaring semua informasi pada titik yang berbeda dalam
proses persepsi. Sebaliknya, psikologi lain yakni bahwa manusia mampu
memusatkan atensinya terhadap apa yang mereka kehendaki untuk
dipersepsikan, dengan secara aktif melibatkan diri mereka dengan
pengalaman-pengalaman tanpa menutup rangsangan lain yang saling
bersaing.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi
Persepsi merupakan proses mengorganisasikan yang berwujud diterimanya
stimulus oleh individu melalui alat inderanya dan menggabungkan data-data
indera kita untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat
menyadari sekeliling kita.
Menurut Sarlito Wirawan Sarwono terdapat enam faktor yang
mempengaruhi persepsi.4 yaitu:
1. Perhatian: biasanya kita tidak menangkap seluruh rangsanagan yang ada di sekitar kita sekaligus, tetapi kita memfokuskan perhatian kita pada satu atau dua objek saja. Perbedaan fokus antara satu dengan orang lain, menyebabkan perbedaan persepsi antara mereka.
2. Set: set adalah harapan seseorang akan rangsangan yang akan timbul. Misalnya, pada seorang pelari yang siap di garis “start” terdapat set bahwa akan terdengar bunyi pistol di saat mana ia harus mulai berlari.
3. Kebutuhan: kebutuhan-kebutuhan sesaat maupun yang menetap pada diri seseorang, akan mempengaruhi persepsi orang tersebut.
4. Sistem Nilai: sistem nilai yang berlaku dalam suatu masyarakat berpengaruh pula terhadap persepsi.
5. Ciri Kepribadian: ciri kepribadian akan mempengaruhi pula persepsi. 6. Gangguan Kejiwaan: gangguan kejiwaan dapat menimbulkan kesalahn
persepsi yang disebut halusinasi. Berbeda dengan ilusi, halusinasi bersifat individual, jadi hanya dialami oleh penderita yang bersangkutan saja
4 Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, cet. VIII, h. 43-44.
12
B. Kinerja 1. Pengertian Kinerja
Kinerja berasal dari pengertian performance. Ada pula yang
memberikan pengertian performance sebagai hasil kerja atau prestasi kerja.
Namun sebenarnya kinerja mempunyai makna yang lebih luas, bukan hanya
hasil kerja, tetapi termasuk bagaimana proses pekerjaan berlangsung.5 Dalam
kamus bahasa Indonesia, kinerja diartikan sebagai “sesuatu yang ingin
dicapai, prestasi yang diperlihatkan dan kemampuan kerja seseorang”.6
Menurut Wibowo kinerja adalah merupakan implementasi dari rencana yang
telah disusun. Implementasi kinerja dilakukan oleh sumber daya manusia
yang memiliki kemampuan, kompetensi, motivasi, dan kepentingan.7 Kinerja
dapat diartikan sebagai prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja,
hasil kerja atau unjuk kerja.8
Dari beberapa pendapat diatas, kita bisa mengambil kesimpulan, bahwa
dalam kinerja ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Pertama, dalam
kinerja harus ada objek yang dituju dan dicapai. Dengan ditentukannya objek
yang akan dicapai diharapkan dalam proses menuju itu tidak melenceng dan
salah arah. Sehingga kinerja itu akan berjalan dengan baik sesuai dengan apa
yang dituju. Kedua, kemampuan seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan
yang ditampilkan atau diwujudkan melalui tingkah laku yang terlihat pada
prestasi kerjanya dalam mencapai tujuan. Apersepsi pemahaman serta
kemampuan bertingkah laku sesuai harapan dapat diidentifikasi sebagai
faktor kerja, kemampuan kerja yang tinggi atau rendah dapat terlihat dari apa
yang telah diapai dan prestasi yang diperoleh dalam suatu pekerjaan.
5 Wibowo, Manajemen Kinerja, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h. 7 6 DEPDIKNAS, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), h. 570. 7 Wibowo, Manajemen Kinerja,………….h. 4. 8 E. mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006),
cet. VIII, h. 136.
13
2. System Penilaian Kinerja9
Penilaian kinerja adalah proses menilai hasil karya personel dala suatu
organisasi melalui instrument penilaian kinerja.
Melalui penilaian ini kita dapat mengetahui apakah pekerjaan itu sudah
sesuai atau belum dengan uraian pekerjaan yang telah disusun sebelumnya.
Dengan melakukan penilaian demikian, seorang pemimpin akan
menggunakan uraian pekerjaan sebagai tolok ukur. Bila pelaksanaan
pekerjaan sesuai atau melebihi uraian pekerjaan, berarti pekerjaan itu berhasil
dilaksanakan dengan baik. Bila di bawah uraian pekerjaan, maka berarti
pelaksanaan pekerjaan tersebut kurang.
Penilaian kinerja mencakup faktor-faktor antara lain:
1) Pengamatan, yang merupakan proses menilai dan menilik perilaku
yang ditentukan oleh system pekerjaan.
2) Ukuran, yang dipakai untuk mengukur prestasi kerja seorang
personel dibandingkan, dengan uraian pekerjaan yang telah
ditetapkan untuk personel tersebut.
3) Pengembangan, yang bertujuan untuk memotivasi personel
mengatasi kekurangannya dan mendorong yang bersangkutan untuk
mengembagkan kemampuan dan potensi yang ada pada dirinya.
Penilaian kinerja biasanya dilaksanakan sekali setahun. Cara
penilaiannya adalah dengan membandingkan hasil pekerjaan yang telah
dilaksanakan itu dengan uraian pekerjaan atau dengan pekerjaan sejenis
lainnya yang telah dilaksanakan oleh personel lainnya dalam jangka waktu
satu tahun.
3. Tujuan Penilaian Kinerja10
Penilaian kinerja pada dasarnya mempunyai dua tujuan utama, yaitu:
1) Penilaian kemampuan personel
9 Yaslis Ilyas, Kinerja: Teori, Penilaian, dan Penelitian, (Depok: Pusat Kajian Ekonomi
Kesehatan, 2002), cet. III, h. 87-88. 10 Yaslis Ilyas, Kinerja: Teori…..h. 88-89.
14
Merupakan tujuan yang mendasar dalam rangka penilaian personel
secara individu, yang dapat digunakan sebagai informasi untuk
penilaian efektivitas manajemen sumber daya manusia.
2) Pengembangan personel
Sebagai informasi untuk pengambilan keputusan untuk pengembangan
personel seperti: promosi, mutasi, rotasi, terminasi, dan penyesuaian
kompensasi.
Secara spesifik penilaian kinerja bertujuan anatara lain untuk:
• Mengenali SDM yang perlu dilakukan pembinaan.
• Menentukan criteria tingkat pemberian kompensasi.
• Memperbaiki kualitas pelaksanaan pekerjaan.
• Bahan perencanaan manajemen program SDM masa datang.
• Memperoleh umpan balik atas hasil prestasi personel.
4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kinerja
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja diantaranya:11
• Faktor Kemampuan (ability)
Secara psikologis, kemampuan terdiri dari kemampuan potensi (IQ)
dan kemampuan reality (knowledge + skill). Artinya, pimpinan dan
karyawan yang memiliki IQ di atas rata-rata (IQ 110-120) dengan
pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam
mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka ia akan lebih mudah menapai
kinerja yang diharapkan. Oleh karena itu, pegawai perlu ditempatkan pada
pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya.
• Faktor Motivasi (motivation)
Motivasi diartikan suatu sikap (attitude) pimpinan dan karyawan
terhadap situasi kerja di lingkungan organisasinya. Mereka yang bersikap
positif terhadap situasi kerjanya akan menunjukkan motivasi kerja tinggi
11 Anwar Prabu Mangkunegara, Evaluasi Kinerja SDM, (Bandung: PT Refika Aditama 2006),
h. 13-14
15
dan sebaliknya jika mereka bersikap negative terhadap situasi kerjanya
akan menunjukkan motivasi kerja yang rendah. Situasi kerja yang
dimaksud mencakup antara lain hubungan kerja, fasilitas kerja, iklim kerja,
kebijakan pimpinan, pola kepemimpinan kerja dan kondisi kerja.
C. Pengawas 1. Pengertian Pengawas
Pengawas adalah salah satu tenaga kependidikan, yang bertugas
memberikan pengawasan agar tenaga kependidikan (guru, kepala sekolah,
personil lainnya di sekolah) dapat menjalankan tugasnya dengan baik12.
Pengawas adalah pejabat fungsional yang berkedudukan sebagai
pelaksana tekhnis untuk melakukan pengawasan pendidikan terhadap
sejumlah sekolah yang telah ditunjuk dan ditetapkan dalam upaya
meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar untuk mencapai tujuan
pendidikan13. Dari pengertian tersebut jelaslah bahwa keberadaan pengawas
sangat dibutuhkan untuk dapat memantau seluruh kegiatan pendidikan dan
pembelajaran yang berlangsung pada setiap unit sekolah. Keberadaan
pengawas bukanlah untuk mencari cari kesalahan dan kekurangan yang
dilakukan sekolah dalam melaksanakan peran dan fungsinya, tetapi pengawas
lebih berfungsi sebagai pemberi solusi atas masalah dan hambatan yang
dialami sekolah.
Peraturan pemerintah no 19 Tahun 2005 Bab VI mengenai standar
pendidik dan tenaga kependidikan, dalam pasal 1 Pengawasan pada
pendidikan formal dilakukan oleh pengawas satuan pendidikan. Pasal 2
kriteria minimal untuk menjadi pengawas satuan pendidikan meliputi,
pertama berstatus sebagai guru sekurang-kurangnya 8 (delapan) tahun atau
12 Amiruddin Siahaan dkk, Manajemen Pengawas Pendidikan, (Ciputat: Quantum Teaching,
2006) cet. I, h. 1 13 N.A. Suprawoto, “Hakikat Pengawas Sekolah”, dari www.N.A.suprawoto.wordpress.com, 15
Desember 2009.
16
kepala sekolah sekurang-kurangnya 4 (empat) tahun pada jenjang pendidikan
yang sesuai dengan satuan pendidikan yang diawasi.14
2. Fungsi Pengawas
Menurut Rohani HM (1991:72) terdapat 8 fungsi pengawas, yaitu:
a. Mengkoordinasikan semua usaha sekolah b. Memperlengkapi kepemimpinan sekolah c. Memperluas pengalaman guru-guru d. Menstimulasi usaha-usaha yang kreatif e. Memberikan fasilitas penilaian yang terus menerus f. Menganalisis situasi belajar dan mengajar g. Memberikan pengetahuan/skill setiap anggota/ staff h. Membantu meningkatkan kemampuan mengajar guru.15
3. Kompetensi Pengawas
Secara sederhana kompetensi diartikan seperangkat kemampuan yang
meliputi pengetahuan, sikap, nilai dan keterampilan yang harus dimiliki dan
dimiliki seseorang dalam rangka melaksanakan tugas pokok, fungsi dan
tanggungjawab pekerjaan dan/jabatan yang disandangnya.
Kompetensi pengawas sekolah adalah seperangkat kemampuan yang
meliputi pengetahuan,sikap,nilai dan keterampilan yang harus dikuasai dan
ditampilkan oleh pengawas sekolah dalam melaksanakan pengawasan
akademik dan pengawasan manajerial pada sekolah-sekolah binaannya16
Menurut Nana Sudjana ada 6 kompetensi pengawas diantaranya:17
1. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian pengawas sekolah/madrasah adalah
kemampuan pengawas sekolah dalam menampilkan dirinya atau
performance diri sebagai pribadi yang:
14 Risa, “Perekrutan Pengawas Sekolah”, dari www. Kriteria Pengawas Sekolah. htm, 4 September 2009
15 Amiruddin Siahaan dkk, Manajemen Pengawas Pendidikan, h. 4 16 Indra, “Pengertian Kompetensi Pengawas Sekolah”, dari www. Blog Pengawas
Indonesia.htm, 28 Maret 2009. 17 Suwarto, “Pengawas Sekolah yang Profesional”, dari www. Kompetensi Pengawas
Sekolah.html,
17
1. bertanggungjawab dalam melaksanakan tugas pokoknya
2. kreatif dalam bekerja dan memecahkan masalah
3. ingin tahu hal-hal baru tentang ilmu pengetahuan, teknologi dan
seni
4. memiliki motivasi kerja dan bisa memotivasi orang lain dalam
bekerja.
Makna dari kompetensi kepribadian sebagaimana dikemukakan di atas
adalah sikap dan perilaku yang ditampilkan pengawas sekolah dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya mengandung empat
karakteristik di atas. Ini berarti sosok pribadi pengawas sekolah harus
tampil beda dengan sosok pribadi yang lain dalam hal tanggung jawab,
kreatifitas, rasa ingin tahu dan motivasi dalam bekerja. Sosok pribadi
tersebut diharapkan menjadi kebiasaan dalam perilakunya.
2. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial pengawas sekolah adalah kemampuan pengawas
sekolah dalam membina hubungan dengan berbagai pihak serta aktif
dalam kegiatan organisasi profesi pengawas.
Kompetensi sosial pengawas sekolah mengindikasikan dua
keterampilan yang harus dimiliki pengawas sekolah yakni(1) keterampilan
berkomunikasi baik lisan atau tulisan termasuk keterampilan bergaul
dan(2) keterampilan bekerja dengan orang lain baik secara individu
maupun secara kelompok/ organisasi. Keterampilan ini mensyaratkan
tampilnya sosok pribadi pengawas yang luwes, terbuka, mau menerima
kritik serta selalu memandang positif orang lain. Kompetensi kepribadian
dan kompetensi sosial pengawas sekolah sebagaimana dijelaskan di atas
hanya tambahan dari kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial guru
dan kepala sekolah Karena pengawas sekolah/madrasah berasal dari guru
atau kepala sekolah sehingga kompetensi kepribadian dan kompetensi
sosial guru atau kepala sekolah sudah melekat pada dirinya.
18
3. Kompetensi Supervisi Akademik
Kompetensi supervisi akademik adalah kemampuan pengawas sekolah
dalam melaksanakan pengawasan akademik yakni menilai dan membina
guru dalam rangka mempertinggi kualitas proses pembelajaran yang
dilaksanakannya agar berdampak terhadap kualitas hasil belajar siswa.
Kompetensi supervisi akademik intinya adalah membina guru dalam
meningkatkan mutu proses pembelajaran. Oleh sebab itu sasaran supervisi
akademik adalah guru dalam proses belajar mengajar (pembelajaran).
Materi pokok dalam proses pembelajaran adalah (penyusunan silabus dan
RPP, pemilihan strategi/metode/teknik pembelajaran, penggunaan media
dan teknologi informasi dalam pembelajaran, menilai proses dan hasil
pembelajaran serta penelitian tindakan kelas).
Berikut adalah kompetensi inti dari dimensi kompetensi supervise
akademik.
1. menguasai konsep, prinsip, teori dasar, karakteristik dan
kecenderungan perkembangan tiap mata pelajaran
2. menguasai konsep, prinsip, teori dasar, karakteristik dan
kecenderungan proses pembelajaran/pembimbingan tiap mata
pelajaran
3. membimbing guru dalam menyusun silabus mata pelajaran
berdasarkan standar isi, standar kompetensi dan kompetensi dasar
serta prinsip-prinsip pengembangan KTSP.
4. membimbing guru dalam memilih dan menggunakan
strategi/metode/teknik pembelajaran/’bimbingan setiap mata
pelajaran membimbing guru dalam menyusun rencana pelaksanaan
pembelajaran tiap mata pelajaran.
5. membimbing guru dalam menyususn rencana pelaksanaan
pembelajaran tiap mata pelajaran.
6. membimbing guru dalam melaksanakan pembelajaran di
laboratorium dan di lapangan.
19
7. membimbing guru dalam mengelola, merawat, mengem -bangkan
dan menggunakan media serta fasilitas pembe-lajaran/bimbingan.
8. membimbing guru dalam memanfaatkan teknologi informasi untuk
pembelajaran/bimbingan
4. Kompetensi supervisi manajerial
Kompetensi supervisi manajerial adalah kemampuan pengawas
sekolah dalam melaksanakan pengawasan manajerial yakni menilai dan
membina kepala sekolah dan tenaga kependidikan lain yang ada di sekolah
dalam mempertinggikualitas pengelolaan dana dministasi sekolah.
Standar administrasi dan pengelolaan sekolah secara konseptual dan
operasional tersirat dan tersurat dalam rumusan kompetensi inti kepala
sekolah (Permendiknas No. 13 Tahun 2007) khususnya pada dimensi
kompetensi manajerial. Selain itu dalam kompetensi manajerial pengawas
sekolah, pengawas dituntut juga untuk menguasai program dan kegiatan
bimbingan konseling serta memantau pelaksanaan standar nasional
pendidikan di sekolah binaannya. Untuk itu pengawas sekolah harus
menguasai teori, konsep serta prinsip tentang metode dan teknik supervisi
pendidikan berikut aplikasinya dalam penyusunan program dan praktek
pengawasan manajerial.
Berikut ini kompetensi inti yang harus dimliki pengawas sekolah
dalam dimensi kompetensi supervisi manajerial.
1. menguasai pengetahuan tentang metode, teknik dan prinsip-prinsip
supervisi dalam meningkatkan mutu pendidikan
2. menguasai teknik menyusun program pengawasan berdasarkan
visi, misi, tujuan dan program pendidikan sekolah binaan
3. menyusun metode kerja dan instrumen yang diperlukan untuk
melaksanakan tugas pokok dan fungsi pengawasan di sekolah
binaannya
4. teknik menyusun laporan hasil-hasil pengawasan dan
menindaklanjutinya untuk perbaikan program pengawasan
berikutnya pada sekolah binaannya
20
5. membina kepala sekolah dalam pengelolaan dan administrasi
satuan pendidikan berdasarkan manajemen peningkatan mutu
pendidikan di sekolah
6. membina kepala sekolah dan guru dalam melaksanakan bimbingan
konseling di sekolah
7. mendorong guru dan kepala sekolah dalam merefleksikan hasil-
hasil yang dicapainya untuk menemukan ke-lebihan dan
kekurangan dalam melaksanakan tugas pokoknya
8. memantau pelaksanaan standar nasional pendidikan dan
memanfaatkan hasil-hasilnya untuk membantu kepala sekolah
mempersiapkan akreditasi sekolahnya.
5. Kompetensi Evaluasi Pendidikan
Kompetensi evaluasi pendidikan adalah kemampuan pengawas sekolah
dalam kegiatan mengumpulkan, mengolah, menafsirkan dan
menyimpulkan data dan informasi untuk menentukan tingkat keberhasilan
pendidikan.
Materi pokok kompetensi evaluasi pendidikan adalah penilaian proses
dan hasil belajar, penilaian program pendidikan, penilaian kinerja guru,
kinerja kepala sekolah dan kinerja sekolah. Penilaian itu sendiri diartikan
sebagai proses memberikan pertimbangan berdasarkan kriteria yang telah
ditentukan. Oleh sebab itu ciri dari kegiatan penilaian adalah adanya obyek
yang dinilai, adanya kriteria yang dijadikan indikator keberhasilan dan
adanya interpretasi dan judgement. Setiap kegiatan penilaian akan
menghasilkan data hasil penilaian yang harus diolah dan dianalisis untuk
pengambilan keputusan.
Dimensi kompetensi evaluasi pendidikan terdiri atas enam kompetensi
inti yakni:
1. menyusun kriteria dan indikator keberhasilan
pembelajaran/bimbingan
2. membimbing guru dalam menentukan aspek-aspek yang penting
dinilai dalam pembelajaran/bimbingan
21
3. menilai kinerja kepala sekolah, guru dan staf sekolah dalam
melaksanakan tugas pokok dan tanggungjawabnya dalam
meningkatkan mutu pendidikan
4. memantau pelaksanaan pembelajaran/bimbingan dan hasil belajar
siswa serta menganalisisnya untuk perbaikan mutu
pembelajaran/bimbingan
5. membina guru dalam memanfaatkan hasil penilaian untuk
perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran/ bimbingan
6. mengolah dan menganalisis data hasil penilaian kinerja kepala
sekolah, guru dan staf sekolah.
6. Kompetensi Penelitian dan pengembangan
Kompetensi penelitian dan pengembangan adalah kemarnpuan
pengawas sekolah dalam merencanakan dan melaksanakan penelitian
pendidikan/pengawasan serta menggunakan hasil-hasilnya untuk
kepentingan peningkatan mutu pendidikan.
Penelitian adalah kegiatan mengumpulkan, mengolah, menafsirkan dan
menyimpulkan data dan informasi untuk memecahkan masalah praktis dan
untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Penelitian merupakan metode
ilmiah yakni memecahkan masalah dengan menggunakan logika berpikir
yang didukung oleh data empiris. Logika berpikir tampak dalam prosesnya
dengan menempuh langkah-langkah yang sistematis mulai dari
pengumpulan data, mengolah dan menafsirkan data, menguji data sampai
menarik kesimpulan. Data dikatakan empiris sebab menggambarkan apa
yang terjadi di lapangan.
Dalam kompetensi penelitian materi yang perlu dikuasai pengawas
sekolah antara lain pendekatan, metode dan jenis penelitian, merencanakan
dan melaksanakan penelitian, mengolah dan menganalisis data, menulis
laporan hasil penelitian sebagai karya tulis ilmiah serta memanfaatkan
hasil-hasil penelitian. Kompetensi penelitian bagi pengawas bermanfaat
ganda yakni manfaat untuk dirinya sendiri agar dapat menyusun karya
22
tulis ilmiah (KTI) berbasis penelitian dan manfaat untuk membina guru
dan kepala sekolah dalam hal merencanakan dan melaksanakan penelitian
khususnya penelitian tindakan.
Dimensi kompetensi penelitian dan pengembangan terdiri atas delapan
kompetensi inti yakni:
1. menguasai berbagai pendekatan, jenis dan metode penelitian dalam
pendidikan
2. menentukan masalah kepengawasan yang penting diteliti baik
untuk keperluan tugas pengawasan maupun untuk pengembangan
karir profesinya
3. menyusun proposal penelitian pendidikan baik penelitian kualitatif
maupun penelitian kuantitatif
4. melaksanakan penelitian pendidikan untuk pemecahan masalah
pendidikan dan perumusan kebijakan pendidikan yang bermanfaat
bagi tugas pokok dan tanggungjawabnya
5. mengolah dan menganalisis data hasil penelitian pendidikan baik
data kualitatif maupun data kuantitatif
6. menulis karya tulis ilmiah dalam bidang pendidikan dan
kepengawasan dan memanfaatkannya untuk perbaikan mutu
pendidikan
7. menyusun pedoman/panduan dan atau buku/modul yang
diperlukan untuk melaksanakan tugas pengawasan
8. memberikan bimbingan kepada guru tentang penelitian tindakan
kelas baik perencanaan maupun pelaksanaannya di sekolah.
Dalam pengertian kompetensi pengawas sekolah sebagaimana
dikemukakan di atas tersirat adanya tiga ciri utama kompeten. Ketiga ciri
tersebut adalah:
a. Adanya substansi atau materi yang harus dikuasai pengawas
sekolah yang terkait dengan pelaksanaan tugas pokoknya
23
b. Adanya performance atau tampilan prilaku nyata dari pengawas
sekolah dalam dalam melaksanakan tugas pokoknya sebagai
pencerminan dari materi yang telah dikuasainya serta
c. Adanya hasil dari performance/tampilan perilaku nyata pengawas
sekolah dalam bentuk hasil-hasil pengawasan yang tampak dari
kinerja sekolah yang dibinanya
4. Ruang Lingkup Kepengawasan
Tugas pokok pengawas sekolah/satuan pendidikan adalah melakukan
penilaian dan pembinaan dengan melaksanakan fungsi-fungsi supervisi,
baik supervisi akademik maupun supervisi manajerial. Berdasarkan tugas
pokok dan fungsi di atas minimal ada tiga kegiatan yang harus
dilaksanakan pengawas yakni:
1. Melakukan pembinaan pengembangan kualitas sekolah, kinerja kepala sekolah, kinerja guru, dan kinerja seluruh staf sekolah,
2. Melakukan evaluasi dan monitoring pelaksanaan program sekolah beserta pengembangannya,
3. Melakukan penilaian terhadap proses dan hasil program pengembangan sekolah secara kolaboratif dengan stakeholder sekolah.18
Berdasarkan dari tugas pokok pengawas satuan pendidikan, maka
ruang lingkup kegiatan dalam program pengawasan adalah sebagai
berikut:
1. Penilaian kinerja yang akan dilakukan terhadap:
a. Kepala sekolah
b. Guru
c. Tenaga kependidikan lain (tenaga administrasi, laboran,
pustakawan).
2. Pembinaan yang akan dilakukan terhadap:
a. Organisasi sekolah dalam persiapan menghadapi akreditasi
sekolah
18 Akhmad Sudrajat, “Tugas Pokok Pengawas”, dari www. Tugas Pokok dan Fungsi Pengawas Sekolah « Akhmad Sudrajat Lets Talk About Education.htm, 8 April 2008
24
b. Kepala sekolah dalam pengelolaan dan administrasi sekolah.
c. Guru dalam hal perencanaan, pelaksanaan dan penilaian proses
pembelajaran/bimbingan berdasarkan kurikulum yang berlaku
d. Tenaga kependidikan lain (tenaga administrasi, laboran,
pustakawan) dalam pelaksanaan tugas pokoknya masing-
masing
e. Penerapan berbagai inovasi pendidikan/pembelajaran
f. Pengawas pada jenjang di bawahnya dalam bentuk bimbingan
untukmelaksanakan tugas pokok kepengawasan.
3. Pemantauan yang akan dilakukan terhadap:
a. Pengelolaan dan administrasi sekolah
b. Pelaksanaan delapan standar nasional pendidikan
c. Lingkungan sekolah
d. Pelaksanaan ujian sekolah dan ujian nasional
e. Pelaksanaan penerimaan siswa baru
f. Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler
g. Sarana belajar (alat peraga, laboratorium, perpustakaan).19
D. Supervisi Pendidikan 1. Pengertian supervisi.
Supervisi adalah segala bantuan dari para pemimpin sekolah, yang tertuju
kepada perkembangan kepemimpinan guru-guru dan personel sekolah lainnya
di dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan20.
Dalam Dictionary of Education Good Carter (1959) memberi pengertian
bahwa supervisi adalah usaha dari petugas-petugas sekolah dalam memimpin
guru-guru dan petugas-petugas lainnya dalam memperbaiki pengajaran,
termasuk menstimulasi, menyeleksi pertumbuhan jabatan dan perkembangan
19 Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pertanian
Departemen Pendidikan Nasional 2009 20 Ngalim Purwanto, Administrasi Dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 1991) cet. IV, h. 76
25
guru-guru serta merevisi tujua-tujuan pendidikan, bahwa pengajaran dan
metode serta evaluasi pengajaran21.
Ada bermacam-macam konsep supervisi. Secara historis mula-mula
diterapkan konsep supervisi yang tradisional, yaitu pekerjaan inpeksi,
mengawasi dalam pengertian mencari kesalahan dan menemukan kesalahan
dengan tujuan untuk diperbaiki. Perilaku supervisi yang tradisional ini disebut
snooper vision, yaitu tugas memata-matai untuk menemukan kesalahan.
Konsep seperti ini menyebabkan guru-guru menjadi takut dan mereka kerja
dengan tidak baik karena takut dipersalahkan. Kemudian berkembang
supervisi yang bersifat ilmiah, ialah:
1. Sistematis, artinya dilaksanakan secara teratur, berencana dan kontinu.
2. Objektif dalam pengertian ada data yang didapat berdasarkan observasi
nyata bukan berdasarkan tafsiran pribadi.
3. Menggunakan alat pencatat yang dapat memberikan informasi sebagai
umpan balikuntuk mengadakan penilaian terhadap proses pembelajaran
di kelas.
Seorang sepervisor harus bekerja dengan dan melalui para karyawan
dalam melaksanakan pekerjaanya secara tepat waktu dengan mutu yang tinggi
dan batasan anggaran yang telah ditetapkan. Menjadi supervisor andalan
berarti mencapai keberhasilan melalui orang lain. Hal ini dikenalkan sebagai
melibatkan orang lain. Terdapat dua hal yang berpengaruh pada keterampilan
melibatkan orng lain, yaitu:22
1. Pribadi (personal power): melibatkan orang lain karena meraka “mau”
(orang lain terlibat)
2. Kedudukan/posisi (positon power): melibatkan orang lain karena mereka
“harus” (melibatkan orang lain).
Supevisi yang andal akan melibatkan orang lain secara positif: bawahan,
teman sejawat, dan para konsumennya. Pelaksanaannya didasari pada
kemampuan pribadi yang luar biasa.
21 Piet A. Sahartian, Konsep Dasar & Teknik Supervis Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000) cet. I, h. 17
22 Rick Conlow, Menjadi Supervisor Hebat, (Jakarta: PT. Victory Jaya Abadi, 2003), cet. I, h. 7
26
2. Tujuan Supervisi
Tujuan supervisi adalah memberikan layanan dan bantuan untuk
mengembangkan situasi belajar-mengajar yang dilakukan guru di kelas23.
Pendapat ini sesuai dengan apa yang dikemukakan Olive bahwa sasaran
(dominan) supervisi pendidikan ialah:
1. Mengembangkan kurikulum yang sedang dilaksanakan di sekolah
2. Meningkatkan proses belajar-mengajar di sekolah.
3. Mengembangkan seluruh staf di sekolah.
Ary Gunawan mengemukakan tujuan pelaksanaan supervisi adalah sebagai
berikut:
a. Membina guru-guru untuk lebih memahami tujuan umum pendidikan
b. Membina guru-guru guna mengatasi problem-problem siswa demi
kemajuan prestasi belajarnya
c. Membina guru-guru dalam mempersiapkan siswa-siswanya untuk
menjadi anggota masyarakat yang produktif, kreatif, etis, serta religius.
d. Membina guru-guru dalam meningkatkan kemampuan mengevaluasi,
mendignosa kesulitan belajar.
e. Membina guru-guru dalam memperbesar kesadaran tentang tata kerja
yang demokratis, kooperatif, serta kegotong royongan
f. Memperbesar ambisi guru-guru dan karyawan dalam meningkatkan
mutu profesinya.
g. Membina guru-guru dan karyawan dalam meningkakan popularitas
sekolahnya.
h. Melindungi guru-guru dan karyawan pendidikan terhadap tuntutan
serta kritik-kritik tak wajar dari masyarakat24.
23 Piet A. Sahertian, Konsep Dasar Supervisi & Tekhnik Supervisi Pendidikan, h. 19 24 Ary Gunawan, Administrasi Sekolah, (Jakarta: Rineke Cipta, 1996), cet. Ke 1, hal. 198
27
Dengan demikian jelas bahwa tujuan supervisi ialah memberikan layanan
dan bantuan untuk meningkatkan kualitas mengajar guru di kelas yang pada
gilirannya untuk meningkatkan kualitas belajar siswa. Bukan saja
memperbaiki kemampuan mengajar tapi juga untuk pengembangan potensi
kualitas guru.
3. Prinsip Supervisi25
Masalah yang dihadapi dalam melaksanakan supervisi di lingkungan
pendidikan ialah bagaimana cara mengubah pola pikir yang bersifat otokrat
dan korektif menjadi sikap yang konstruktif dan kreatif. Untuk itu supervisi
harus dilaksanakan berdasarkan data, fakta yang objektif. Maka prinsip
supervisi yang dilaksanakan adalah:
1) Prinsip Ilmiah (scientific)
Prinsip ilmiah mengandung ciri-ciri sebagai berikut:
a. Kegiatan supervisi dilaksanakan berdasarkan data objektif yang
diperoleh dalam kenyataan pelaksanaan proses belajar mengajar.
b. Untuk memperoleh data perlu diterapkan alat perekam data, seperti
angket, observasi, percakapan pribadi, dan seterusnya.
c. Setiap kegiatan supervisi dilaksanakan secara sistematis, berencana
dan kontinu.
2) Prinsip Demokratis
Servis dan bantuan yang diberikan kepada guru berdasarkan hubungan
kemanusiaan yang akrab dan kehangatan sehingga guru-guru merasa aman
untuk mengembangkan tugasnya. Demokratis mengandung makna
menjunjung tinggi harga diri dan martabat guru, bukan bedasarkan atasan
dan bawahan, tapi berdasarkan rasa kesejawatan.
3) Prinsip Kerjasama
Mengembangkan usaha bersama atau menurut istilah supervisi ‘sharing
of idea, sharing of experience’, memberi support mendorong, menstimulasi
guru, sehingga mereka merasa tumbuh bersama.
25 Piet A. Sahertian, Konsep Dasar Supervisi & Tekhnik Supervisi Pendidikan, h. 20
28
4) Prinsip Konstruktif dan Kreatif
Setiap guru akan merasa termotifasi dalam mengembangkan potensi
kreatifitas kalau supervisi mampu menciptakan suasana kerja yang
menyenangkan, bukan melalui cara-cara menakutkan.
4. Fungsi supervisi
Menurut Swearingen dalam bukunya Super Vision of Intruction –
Foundation and Dimension (1961). Ia mengemukakan 8 fungi supervisi:
a. Mengkoordinasikan semua usaha sekolah
b. Memperlengkapi kepemimpinan sekolah
c. Memperluas pengalaman guru-guru
d. Menstimulasi usaha-usaha yang kreatif
e. Memberi fasilitas dan penilaian yang terus-menerus
f. Menganalisis situasi belajar-mengajar
g. Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada setiap anggota staf
h. Memberi wawasan yang lebih luas dan terintegrasi dalam merumuskan
tujuan-tujuan pendidikan dan menigkatkan kemampuan mengajar
guru-guru26
5. Peranan Supervisi Pendidikan27
Seorang supervisor dapat berperan sebagai:
1) Koordinator
Sebagai koordinator ia dapat mengkoordinasi program belajar-mengajar,
tugas tugas anggota staf berbagai kegiatan yang berbeda-beda diantara guru-
guru. Contoh kongkret mengkoordinasi tugas mengajar satu mata pelajaran
yang dibina oleh berbagai guru.
2) Konsultan
Sebagai konsultan ia dapat memberi bantuan, bersama mengkonsultasikan
masalah yang dialami guru baik secara individual maupun secara kelompok.
26 Piet A. Sahertian, Konsep Dasar……….., hal. 21 27 Piet A. Sahertian, Konsep Dasar……….., hal. 25-26
29
Misalnya, kesulitan dalam mengatasi anak yang sulit belajar, yang
menyebabkan guru sendiri sulit mengatasi dalam tatap muka dikelas.
3) Pemimpin kelompok
Sebagai pemimpin kelompok ia dapat memimpin sejumlah staf guru dalam
mengembangkan potensi kelompok, pada staf meengembangkan kurikulum,
materi pelajaran dan kebutuhan profesional guru-guru secara bersama. Sebagai
pemimpin kelompok ia dapat mengembngkan keterampilan dan kiat-kiat
dalam bekerja untuk kelompok (working for the group), bekerja dengan
kelompok (working with the group) dan bekerja melalui kelompok (working
through the group).
4) Evaluator
Sebagai evaluator ia dapat membantu guru-guru dalam menilai hasil dan
proses belajar, dapat menilai kurikulum yang sedang dikembangkan. Ia juga
belajar menatap dirinya sendiri. Ia dibantu dalam merefleksi dirinya, yaitu
konsep dirinya (self concept), ide/cita-cita dirinya (self idea), realitas dirinya
(self reality) (P. Wiggens, 1965). Misalnya, di akhir semester ia dapat
mengadakan evaluasi diri sendiri dengan memperoleh umpan balik dari setiap
peserta didik yang dapat dipakai sebagai bahan untuk memperbaiki dan
meningkatkan dirinya.
E. Standar Proses Pendidikan 1. Pengertian Standar Proses
Standar proses merupakan proses pembelajaran interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi
aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta
psikologi peserta didik.28
28 Badan Standar Nasional 2005.
30
Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai
standar kompetensi lulusan29.
Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat identitas mata pelajaran,
standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), indikator pencapaian
kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber
belajar.
RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta
didik dalam upaya mencapai KD. Setiap guru pada satuan pendidikan
berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran
berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang
yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,
minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Standar proses, baik yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan,
penilaian, dan pengawas pembelajaran dikembangkan oleh BSNP, dan
ditetapakan dengan peraturan Menteri. Secara garis besar standar proses
pembelajaran tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut.
a. Proses Pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta
didik untuk berprestasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
prekarsa, kreatifitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
b. Setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan proses pembelajaran,
pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan
pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses
pembelajaran yang efektif dan efisien.
29 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran……….h. 4
31
b. Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana
pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan
pembelajaran, materi ajar, metode, sumber belajar, dan penilaian hasil
belajar.
c. Pelaksanaan proses pembelajaran harus memperhatikan jumlah
maksimal peserta didik per kelas dan beban mengajar maksimal per
pedidik, rasio maksimal buku teks pembelajaran setiap peserta didik dan
rasio maksimal jumlah peserta didik.
d. Penilaian hasil pembelajar menggunakan berbagai tekhnik penilaian
dapat berupa tes tertulis, observasi, tes praktik, dan penugasan per-
orangan atau kelompok, sesuai dengan kompetensi dasar yang harus
dikuasai.
e. Pengawasan proses pembelajaran meliputi pemantauan, supervisi,
evaluasi, pelaporan, dan pengambilan langkah tindak lanjut yang
diperlukan30.
2. Fungsi Standar Proses Pendidikan
Secara umum, standar proses pendidikan (SPP) sebagai standar minimal
yang harus dilakukan memiliki fungsi sebagai pengendalian proses pendidikan
untuk memperoleh kualitas hasil dan proses pembelajaran. Menurut Wina
Sanjaya dalam bukunya Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan ada 5 fungsi Standar Proses Pendidikan:
a. Fungsi SPP dalam Rangka Mencapai Standar Kompetensi yang Harus
Dicapai
Proses pendidikan berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan
pendidikan, yakni kompetensi yang harus dicapai dalam ikhtiar pendidikan.
Bagaimana pun bagus dan idealnya suatu rumusan kompetensi, pada
akhirnya keberhaasilannya sangat tergantung kepada pelaksanaan proses
pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Berkaitan dengan hal itu, SPP
30 E. Mulyasa, Implementasi KTSP Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2009) cet. Ke 2, hal. 25
32
berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan serta program yang
harus dilaksanakan oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran untuk
mencapai tujuan-tujuan tersebut.
b. Fungsi SPP bagi Guru
Untuk mencapai tujuan pendidikan, yakni standar kompetensi yang
harus dimiliki siswa, guru sebagai ujung tombak pelaksanaan pendidik di
lapangan sangat menentukan keberhasilannya. Bagaimanapun idealnya suatu
kurikulum tanpa diikuti oleh kemampuan guru dalam
mengimplementasikannya dalam kegiatan proses pendidikan, maka
kurikulum itu tidak akan memiliki makna. Berkaitan dengan itu, standar
proses pendidikan bagi guru berfungsi sebagai pedoman dalam membuat
perencanaan program pembelajaran, baik program untuk periode tertentu
maupun program pembelajaran harian, dan sebagai pedoman untuk
implementasi program dalam kegiatan nyata dilapangan. Oleh sebab itu,
guru perlu memahami dan menghayati prinsip-prinsip SPP.
c. Fungsi SPP bagi Kepala Sekolah
Kepala sekolah adalah orang yang secara struktural bertanggung jawab
dalam mengendalikan mutu pendidikan secara langsung. Dengan demikian,
bagi kepala sekolah SPP berfungsi:
• Sebagai barometer atau alat pengukur keberhasilan program pendidikan
di sekolah yang dipimpinnya. Kepala sekolah dituntut untuk menguasai
dan mengontrol apakah kegiatan-kegiatan proses pendidikan yang
dilaksanakan itu berpijak pada standar proses yang telah ditentukan atau
tidak.
• Sebagai sumber utama dalam merumuskan berbagai kebijakan sekolah
khususnya dalam menentukan dan mengusahakan ketersediaan berbagai
keperluan sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk menunjang
keberhasilan proses pendidikan.
d. Fungsi SPP bagi Para Pengawas (Supervisor)
Bagi para pengawas, SPP berfungsi sebagai pedoman, patokan, atau
ukuran dalam menetapkan bagaimana yang perlu disempurnakan atau
33
diperbaiki oleh setiap guru dalam pengelolaan proses pembelajaran. Dengan
demikian, para pengawas perlu memahami dengan benar hakikat SPP.
Melalui pemahaman itu selanjutnya pengawas dapat memberikan masukan
dan bimbingan kepada para guru untuk meingkatkan kualitas proses
pembelajaran
e. Fungsi SPP bagi Dewan Sekolah dan Dewan Pendidikan
Fungsi utama dewan sekolah dan dewan pendidikan adalah fungsi
perencanan dan pengawasan. Fungsi ini amat penting untuk menjaga
kualitas pendidikan. Untuk melaksanakan fungsi tersebut baik dewan atau
komite sekolah maupun dewan pendidikan perlu memahami SPP. Melalui
pemahaman SPP, maka lembaga ini dapat melaksanakan fungsi dalam:
• Menyusun program dan memberikan bantuan khususnya yang
berhubungan dengan penyediaan sarana dan prasarana yang diperlukan
oleh sekolah atau guru untuk pengelolaan proses pembelajaran yang
sesuai dengan standar minimal;
• Memberikan saran-saran, usulan, atau ide kepala sekolah, khususnya
guru, dalam pengelolaan pembelajaran yang sesuai dengan standar
minimal;
• Melaksanakan pengawasan terhadap jalannya proses pembelajaran
khususnya yang dilakukan oleh para guru.
Pengawas merupakan salah satu tenaga pendidikan yang bertugas
memberikan pengawasan agar tenaga kependidikan (guru, kepala sekolah,
personel lainnya di sekolah) dapat menjalankan tugasnya dengan baik. Dari
pengertian ini dapat diketahui bahwa tugas pengawas salah satunya adalah
memperbaiki kinerja guru di sekolah.
Guru adalah orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan tugas
belajar mengajar di kelas. Ini mengharuskan guru mengerti tentang standar
proses pendidikan. Tugas pengawas adalah membuat standar proses dapat
diterapkan dengan baik oleh para guru.
34
Tugas pengawas dalam melaksanakan supervisi standar proses meliputi
beberapa hal, yakni meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1. Koordinator
a. Mengkoordinasikan pelaksanaan KBM
b. Mengkoordinasi tugas-tugas guru dalam berbagai kegiatan yang
berbeda-beda.
2. Konsultan
a. Membantu para guru dalam mengatasi masalah individual
b. Membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi guru secara
kelompok
3. Pemimpin kelompok
Sebagai pemimpin kelompok, pengawas memimpin para guru dalam
mengembangkan profesinalismenya.
4. Evaluator
a. Membantu para guru dalam menilai hasil proses belajar mengajar
b. Membantu para guru dalam menilai kurikulum yang sedang
dikembangkan.
Dari ke delapan fungsi pengawas yang dikutip oleh Rohani di dalam
bukunya Amiruddin Siahaan yang berjudul manajemen pengawas
pendidikan terdapat konsep kerangka berfikir yaitu bahwasannya dengan
kondisi pengawas saat ini yang kurang efektif dikarenakan pengawas jarang
berkunjung, tidak disiplin, dan tidak memberikan saran terhadap guru
bagaimana pembuatan RPP yang mengacu pada standar proses, sehingga
para guru kurang memahami proses KBM yang mengacu pada standat
proses. Yaitu proses pembelajaran secara aktif, inspiratif, menantang dan
menyenangkan. Oleh karena itu dibutuhkannya pengawas yang efektif dan
professional. Pengawas yang efektif dan professional yaitu memberikan
layanan kepada stakeholder pendidikan, terutama kepada guru-guru, baik
secara individu maupun secara kelompok dalam usaha memperbaiki kualitas
proses dan hasil pembelajaran, dan mengoreksi, memperbaiki bila
35
ditemukan adanya penyimpangan yang akan mengganggu pencapaian
tujuan. Akan tetapi kondisi pengawas di sekolah ini kurang efektif dan tidak
memberikan arahan kepada guru konsep pembelajaran yang mengacu pada
standar proses. Stategi yang tepat untuk mengatasi pengawas yang kurang
efektif dan kurang professional yaitu dengan diberikannya pelatihan,
bimbingan dan pendidikan tentang kepengawasan, agar kinerja pengawas
lebih baik dan professional.
17
37
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja pengawas dalam
melaksanakan supervisi standar proses di SMP N 87 Jakarta.
B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP N 87 Jakarta. Adapun waktu
pelaksanaan penelitan yaitu sejak diterimanya proposal skripsi sampai selesai.
C. Metode Penelitian Metode yang digunakan adalah dengan menggunakan pendekatan
kuantitatif dan kualitatif dalam bentuk deskriptif analisis, yaitu menganalisa
keterkaitan antara variabel-variabel dalam suatu fenomena yang diteliti dan
menguraikan data-data yang ada untuk disimpulkan.
37
38
1. Field Reseach (Penelitian Lapangan)
Yaitu dengan cara meneliti langsung objeknya, metode ini menggunakan
fenomena yang di lapangan tanpa membuat manipulasi terhadap variable
yang akan dilhat atau diukur.
D. Populasi dan sampel
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian suatu tempat tertentu.
Populasi penelitian ini adalah para guru yang berjumlah 38 orang.
Sampel adalah sebagian subjek yang diteliti/diselidiki dari keseluruhan
subjek penelitian (populasi). Dalam penelitian ini penulis mengambil sampel
dari semua guru yang berjumlah 38 orang karena jumlah populasi di bawah
100 orang dan keberagaman latar belakang guru yang berbeda-beda.
E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian
ini, maka penulis menggunakan beberapa metode pengumpulan data yang
disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai.
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan antara lain:
1. Observasi yaitu pengamatan dan pencatatan dengan sistematika fenomena
yang diselidiki dalam arti luas. Observasi ini dilakukan dengan cara
mengunjungi SMP N 87 Jakarta
2. Angket Sebagai alat pengumpulan data yang digunakan dengan
memberikan pertanyaan-pertanyaan pada angket yang diisi oleh para guru
3. Interview (wawancara) yaitu dialog langsung antara peneliti dengan
responden yang akan diwawancarai, sebelum memulai wawancara
sipeneliti atau pewawancara terlebih dahulu menyediakan daftar-daftar
pertanyaan yang sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti, guna
untuk memperoleh secara langsung informasi yang sebenarnya.
39
Tabel 1
Kisi-kisi Instrumen Persepsi Guru Tentang Kinerja Pengawas Dalam
Melaksanakan Supervisi Standar Proses Di Sekolah SMP 87 Jakarta
Fokus
Penelitian
Dimensi Indikator No. Butir
Soal
Persepsi guru
tentang
kinerja
pengawas
dalam
melaksanakan
supervisi
standar
proses
Koordinator
Konsultan
Pemimpin
Kelompok
Evaluator
SPP
mencapai
• Mengkoordinasikan
pelaksanaan KBM
• Mengkoordinasi tugas-
tugas guru dalam berbagai
kegiatan yang berbeda-
beda
• Membantu para guru
dalam mengatasi masalah
secara individual
• Membantu menyelesaikan
masalah yang dihadapi
guru secara berkelompok.
Memimpin para guru dalam
mengembangkan
profesionalismenya.
• Membantu para guru
dalam menilai hasil dan
proses belajar
• Membantu para guru
dalam menilai kurikulum
yang sedang
dikembangkan.
Standar proses sebagai alat
1
2,3
4,5,6
7,8,9,10,11,12,
13
14,15,16
17,18,19
20
21,22
40
standar
kompetensi
yang harus
dicapai.
SPP bagi
guru
SPP bagi
kepal
sekolah
SPP bagi
pengawas.
SPP bagi
dewan
sekolah dan
dewan
pendidikan.
untuk mencapai tujuan
pendidikan.
standar proses pendidikan
berfungsi sebagai pedoman
dalam membuat perencanaan
program pembelajaran.
sebagai alat pengukuran
keberhasilan program
pendidikan.
memberikan masukan dan
bimbingan kepada para guru
untuk meningkatkan kualitas
proses pembelajaran.
melakukan perencanaan dan
pengawasan.
23
24
25
26,27,28
41
F. Teknik pengelolaan dan analisis Data
Data yang berasal dari kepustakaan digunakan sebagai teori yang
dijadikan pedoman penulis untuk penelitian lapangan. Adapun data yang
telah dikumpulkan dalam penelitian ini selanjutnya diolah dan dianalisis
dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif.
Adapun teknik pengolahan data sebagai berikut:
1. Editing, yaitu memeriksa kelengkapan dan pengisian angket atau
kuesioner yang berhasil dikumpulkan.
2. Skoring, yaitu memberikan nilai pada setiap jawaban angket.
3. Tabulating, yaitu mentabulasikan data jawaban yang berhasil
dikumpulkan ke dalam tabel yang telah disediakan.
4. Menghitung prosentase jawaban dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
P = Angka Presentase
F = Frekuensi jawaban yang diberikan responden
N = Jumlah Responden1
1 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), h. 43
42
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data Supervisi standar proses merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan
oleh pengawas pendidikan. Dalam melakukan supervisi ini, ada beberapa
peran yang harus dijalankan oleh seorang pengawas, yaitu sebagai
koordinator, konsultan, pemimpin kelompok dan evaluator. Masing-masing
peran tersebut harus dijalankan dengan baik sesuai dengan prinsip dan
prosedur supervisi.
Untuk mengetahui kinerja pengawas dalam melakukan supervisi standar
proses tersebut peneliti menggunakan dua alat pengumpulan data, yaitu
wawancara dan angket. Adapun hasil penelitian tersebut dapat dideskripsikan
sebagai berikut:
1. Hasil wawancara
Untuk menjadi seorang pengawas ada beberapa persyaratan yang yang
harus dipenuhi, seperti latar belakang pendidikan, pengalaman kerja dan
sebagainya. Di SMP N 87 Jakarta pengawas memiliki latar belakang
pendidikan S1 (Strata Satu). Pengawas pernah bekerja sebagai guru dan
kepala sekolah, dengan usianya 50 tahun saat ini sudah satu tahun ia
menjabat sebagai pengawas di sekolah ini.
Dalam melakukan pekerjaannya sebagai supervisor, pengawas
adakalanya melakukan kesalahan, karena pengawas jarang melakukan
kunjungan ke sekolah, kadang-kadang dalam satu semester hanya sekali
atau tidak pernah datang, (dari hasil wawancara dengan wakil kepala
sekolah). Untuk itu, kepala sekolah harus melakukan upaya untuk 42
43
mengatasi masalah tersebut. Dalam hal ini, upaya yang dilakukan kepala
sekolah diantaranya meminta pengawas untuk sering datang ke sekolah,
meminta masukan kepada pengawas berkaitan dengan masalah-masalah
yang dihadapi oleh sekolah.
Adapun upaya yang dikalukan untuk meningkatkan kinerja pengawas
yaitu:
1. Menurut kepala sekolah
Pengawas sekolah dituntut untuk memiliki kemampuan mengelola
program peningkatan mutu pendidikan, mulai dari proses perancangan
kegiatan, pelaksana dan pemantauan serta evaluasi hasil program tersebut,
membantu sekolah melakukan evaluasi diri untuk mengenali kelemahan
dan kelebihannya, Jika pelaksanaan pengawasan secara prosedural sudah
sesuai dengan konsep dan dasar supervisi, maka implikasinya pada
pendidikan akan menghasilkan mutu pendidikan dan akhirnya tercipta
pendidikan bermutu
2. Menurut guru
Diperlukannya standardisasi kompetensi pengawas sekolah sebagai
jaminan kesamaan penguasaan kompetensi yang diperlukan, dalam hal
pengawasan sekolah sehingga sekolah dapat lebih dilayani dan dibina
secara efektif, efisien dan produktif. Tujuan disusunnya standar
kompetensi pengawas sekolah adalah sebagai acuan untuk mengukur
kemampuan dan kinerja pengawas sekolah dalam pelaksanaan tugas
kepengawasannya di sekolah, melakukan pembinaan dan peningkatan
mutu pengawas sekolah, dan meningkatkan kinerja pengawas sekolah
sesuai dengan profesinya
2. Hasil penyebaran angket
Hasil penyebaran angket yang diberikan kepada guru mengenai
persepsi guru tentang kinerja pengawas dalam melakukan supervisi
standar proses di SMP N 87 Jakarta menunjukkan hasil sebagai berikut:
44
1. Mengkoordinasikan pelaksanaan KBM
Tabel 2
Mengkoordinasikan kegiatan belajar mengajar oleh guru.
No Alternatif Jawaban Frekuensi %
1 a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
1
5
16
16
2,63
13,15
42,11
42,11
Jumlah (N) 38 100
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden dalam menjawab
pertanyaan kebanyakan memilih jawaban kadang-kadang dan tidak pernah.
Hal ini sesuai dengan jawaban responden yaitu kadang-kadang 42,11%,
tidak pernah 42,11%, sering 13,15%, selalu 2,63%. Ini berarti bahwa
pengawas tidak pernah mengkoordinasikan kegiatan belajar mengajar oleh
guru. Keberadaan pengawas sangat dibutuhkan untuk mengkoordinasikan
KBM agar para guru paham tentang KBM yang mengacu pada standar
proses
2. Mengkoordinasi tugas-tugas guru dalam berbagai kegiatan
yang berbeda-beda
Tabel 3
Mengkoordinasi tugas mengajar satu mata pelajaran yang
dibina oleh beberapa guru.
No Alternatif Jawaban Frekuensi %
2 a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
1
4
27
6
2,63
10,53
71,05
15,79
Jumlah (N) 38 100
45
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden dalam
menjawab pertanyaan kebanyakan memilih jawaban kadang-kadang, hal
ini sesuai dengan jawaban responden yaitu kadang-kadang 71,05%, tidak
pernah 15,79%, sering 10,53%, selalu 2,63%. Ini berarti bahwa pengawas
jarang mengkoordinasi tugas mengajar satu mata pelajaran yang dibina
oleh beberapa guru sehingga pengawas kurang efisien dalam
melaksanakan tugas-tugasnya.
Tabel 4
Mengkoordinasi kegiatan yang dilakukan oleh para guru
dalam proses pembelajaran.
No Alternatif Jawaban Frekuensi %
3 a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
1
3
27
7
2,63
7,9
71,05
18,42
Jumlah (N) 38 100
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden dalam
menjawab pertanyaan kebanyakan memilih jawaban kadang-kadang, hal
ini sesuai dengan jawaban responden yaitu kadang-kadang 71,05%, tidak
pernah 18,42%, sering 7,9%, selalu 2,63%. Ini berarti bahwa pengawas
jarang mengkoordinasi kegiatan yang dilakukan oleh para guru dalam
proses pembelajaran sehingga pengawas tidak tahu akan kesulitan yang di
hadapi oleh guru dalam proses pembelajaran.
46
3. Membantu para guru dalam mengatasi masalah secara
individual
Tabel 5
Membantu guru yang mengalami kesulitan dalam mengatasi
anak yang sulit belajar
No Alternatif Jawaban Frekuensi %
4 a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
1
1
22
14
2,63
2,63
57,9
36,84
Jumlah (N) 38 100
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden dalam
menjawab pertanyaan kebanyakan memilih jawaban kadang-kadang, hal
ini sesuai dengan jawaban responden yaitu kadang-kadang 57,9%, tidak
pernah 36,84%, sering 2,63%, selalu 2,63%. Ini berarti bahwa pengawas
jarang membantu guru yang mengalami kesulitan dalam mengatasi anak
yang sulit belajar.
Tabel 6
Membantu guru dalam mengatasi masalah yang berkaitan
dengan kenakalan pelajar yang dilakukan saat proses
pembelajaran
No Alternatif Jawaban Frekuensi %
5 a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
1
3
22
12
2,63
7,
57,9
31,57
Jumlah (N) 38 100
47
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden dalam
menjawab pertanyaan kebanyakan memilih jawaban kadang-kadang, hal
ini sesuai dengan jawaban responden yaitu kadang-kadang 57,9%, tidak
pernah 31,57%, sering 7,9%, selalu 2,63%. Ini berarti bahwa pengawas
jarang membantu guru dalam mengatasi masalah yang berkaitan dengan
kenakalan pelajar yang dilakukan saat proses pembelajara. Sehingga guru
kurang memperhatikan anak-anak yang sulit belajar.
Tabel 7
Membantu guru dalam mengatur tingkat kedisiplinan siswa
No Alternatif Jawaban Frekuensi %
6 a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
1
2
25
10
2,63
5,26
65,79
26,32
Jumlah (N) 38 100
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden dalam
menjawab pertanyaan kebanyakan memilih jawaban kadang-kadang, hal
ini sesuai dengan jawaban responden yaitu kadang-kadang 65,79%, tidak
pernah 26,32%, sering 5,26%, selalu 2,63%. Ini berarti bahwa pengawas
jarang membantu guru dalam mengatur tingkat kedisiplinan siswa
sehingga masih adanya siswa yang kurang disiplin.
4. Membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi guru
secara berkelompok.
Tabel 8
Membimbing guru dalam menyusun silabus tiap mata
pelajaran
No Alternatif Jawaban Frekuensi %
48
7 a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
1
4
10
23
2,63
10,52
26,32
60,53
Jumlah (N) 38 100
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden dalam
menjawab pertanyaan kebanyakan memilih jawaban tidak pernah, hal ini
sesuai dengan jawaban responden yaitu tidak pernah 60,53%, kadang-
kadang 26,32%, sering 10,52%, selalu 2,63%. Ini berarti bahwa sebagian
besar pengawas tidak pernah membimbing guru dalam menyususn silabus
tiap mata pelajaran, sehingga masih banyaknya guru yang tidak mengerti
proses KBM yang mengacu pada standar proses.
Tabel 9
Membimbing guru dalam memilih dan menggunakan
strategi/metode/teknik pembelajaran yang dapat
mengembangkan potensi siswa
No Alternatif Jawaban Frekuensi %
8 a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
3
5
24
6
7,9
13,16
63,15
15,79
Jumlah (N) 38 100
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden dalam menjawab
pertanyaan kebanyakan memilih jawaban kadang-kadang, hal ini sesuai
dengan jawaban responden yaitu kadang-kadang 63,15%, tidak pernah
15,79%, sering 13,16%, selalu 7,9%. Ini berarti bahwa pengawas jarang
membimbing guru dalam memilih dan menggunakan
strategi/metode/teknik pembelajaran yang dapat mengembangkan potensi
49
siswa. Metode/tekhnik pembelajaran sangat dibutuhkan untuk proses
pembelajaran, oleh karena itu pengawas harus lebih memperhatikan sarana
KBM yang kurang memadai di sekolah ini.
Tabel 10
Membimbing guru dalam menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) untuk tiap mata pelajaran
No Alternatif Jawaban Frekuensi %
9 a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
1
10
11
16
2,63
26,32
28,95
42,10
Jumlah (N) 38 100
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden dalam
menjawab pertanyaan kebanyakan memilih jawaban tidak pernah, hal ini
sesuai dengan jawaban responden yaitu tidak pernah 42,10%, kadang-
kadang 28,95%, sering 26,32%, selalu 2,63%. Ini berarti bahwa sebagian
besar pengawas tidak pernah membimbing guru dalam menyususn rencana
pelaksanaan
pembelajaran (RPP) untuk tiap mata pelajaran, sehingga masih banyaknya
guru yang tidak tepat membut RPP untuk proses pembelajaran yang efektif
dan menarik.
Tabel 11
Membimbing guru dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran
No Alternatif Jawaban Frekuensi %
10 a. Selalu
b. Sering
1
4
2,63
10,52
50
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
23
10
60,53
26,32
Jumlah (N) 38 100
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden dalam
menjawab pertanyaan kebanyakan memilih jawaban kadang-kadang, hal
ini sesuai dengan jawaban responden yaitu kadang-kadang 60,53%, tidak
pernah 26,32%, sering 10,52%, selalu 2,63%. Ini berarti bahwa pengawas
jarang membimbing guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.
Tabel 12
Membimbing guru dalam pengelolaan kelas
No Alternatif Jawaban Frekuensi %
11 a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
1
2
20
15
2,63
5,26
52,63
39,48
Jumlah (N) 38 100
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden dalam
menjawab pertanyaan kebanyakan memilih jawaban kadang-kadang, hal
ini sesuai dengan jawaban responden yaitu kadang-kadang 52,63%, tidak
pernah 39,48%, sering 5,26%, selalu 2,63%. Ini berarti bahwa pengawas
jarang membimbing guru dalam pengelolaan kelas, dengan pengelolan
kelas yang kurang baik dapat membuat siswa jenuh untuk belajar.
Tabel 13
Membimbing guru dalam mengelola, merawat,
mengembangkan dan menggunakan media pendidikan dan
fasilitas pembelajaran untuk setiap mata pelajaran
51
No Alternatif Jawaban Frekuensi %
12 a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
1
6
22
9
2,63
15,79
57,9
23,68
Jumlah (N) 38 100
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden dalam
menjawab pertanyaan kebanyakan memilih jawaban kadang-kadang, hal
ini sesuai dengan jawaban responden yaitu kadang-kadang 57,9%, tidak
pernah 23,68%, sering 15,79%, selalu 2,63%. Ini berarti bahwa pengawas
jarang membimbing guru dalam mengelola, merawat, mengembangkan
dan menggunakan media pendidikan dan fasilitas pembelajaran untuk
setiap mata pelajaran. Dengan adanya media yang lengkap siswa akan
semangat untuk belajar dan guru pun bisa mengembangkan kretifitasnya
untuk proses pembelajaran.
Tabel 14
Membantu guru agar lebih cepat memahami kurikulum
No Alternatif Jawaban Frekuensi %
13 a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
1
4
24
9
2,63
10,53
63,16
23,68
Jumlah (N) 38 100
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden dalam
menjawab pertanyaan kebanyakan memilih jawaban kadang-kadang, hal
ini sesuai dengan jawaban responden yaitu kadang-kadang 63,16%, tidak
pernah 23,68%, sering 10,53%, selalu 2,63%. Ini berarti bahwa pengawas
52
jarang membantu guru agar lebih cepat memahami kurikulum. Sehingga
masih banyaknya guru yang kurang mengerti kurikulum.
5. Memimpin para guru dalam mengembangkan
profesionalismenya.
Tabel 15
Memimpin guru dalam mengembangkan kurikulum
No Alternatif Jawaban Frekuensi %
14 a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
1
3
21
13
2,63
7,9
55,26
34,21
Jumlah (N) 38 100
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden dalam
menjawab pertanyaan kebanyakan memilih jawaban kadang-kadang, hal
ini sesuai dengan jawaban responden yaitu kadang-kadang 55,26%, tidak
pernah 34,21%, sering 7,9%, selalu 2,63%. Ini berarti bahwa pengawas
jarang memimpin guru dalam mengembangkan kurikulum.
Tabel 16
Memimpin guru dalam mengembangkan materi pelajaran
No Alternatif Jawaban Frekuensi %
15 a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
1
5
22
10
2,63
13,16
57,89
26,32
Jumlah (N) 38 100
53
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden dalam
menjawab pertanyaan kebanyakan memilih jawaban kadang-kadang, hal
ini sesuai dengan jawaban responden yaitu kadang-kadang 57,89%, tidak
pernah 26,32%, sering 13,16%, selalu 2,63%. Ini berarti bahwa pengawas
jarang memimpin guru dalam mengembangkan materi pelajaran.
Pengawas memberikan arahan kepada guru agar lebih memahami materi
yang akan diberikan kepada siswa.
Tabel 17
Memotivasi para guru untuk meningkatkan kinerjanya
No Alternatif Jawaban Frekuensi %
16 a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
2
32
4
0
5,26
84,21
10,53
0
Jumlah (N) 38 100
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden dalam
menjawab pertanyaan kebanyakan memilih jawaban sering, hal ini sesuai
dengan jawaban responden yaitu sering 84,21%, kadang-kadang 10,53%,
selalu 5,26%, tidak pernah 0%. Ini berarti bahwa pengawas sering
memotivasi para guru untuk meningkatkan kinerjanya. Motivasi dari
pengawas sangat dibutuhkan utuk para guru untuk meningkatkan
kinerjanya.
6. Membantu para guru dalam menilai hasil dan proses
belajar
Tabel 18
Membantu para guru dalam melakukan evaluasi pada saat
proses pembelajaran
54
No Alternatif Jawaban Frekuensi %
17 a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
3
3
25
7
7,89
7,89
65,79
18,43
Jumlah (N) 38 100
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden dalam
menjawab pertanyaan kebanyakan memilih jawaban kadang-kadang, hal
ini sesuai dengan jawaban responden yaitu kadang-kadang 65,79%, tidak
pernah 18,43%, sering 7,89%, selalu 7,89%. Ini berarti bahwa pengawas
jarang membantu para guru dalam melakukan evaluasi pada saat proses
pembelajaran.
Tabel 19
Membantu para guru mengevaluasi hasil belajar siswa
No Alternatif Jawaban Frekuensi %
18 a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
0
4
23
11
0
10,53
60,53
28,94
Jumlah (N) 38 100
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden dalam
menjawab pertanyaan kebanyakan memilih jawaban kadang-kadang, hal
ini sesuai dengan jawaban responden yaitu kadang-kadang 60,53%, tidak
pernah 28,94%, sering 10,53%, selalu 0%. Ini berarti bahwa pengawas
jarang membantu para guru mengevaluasi hasil belajar siswa.
55
Tabel 20
Membantu guru dalam menyusun alat evaluasi
No Alternatif Jawaban Frekuensi %
19 a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
0
3
15
20
0
7,9
39,47
52,63
Jumlah (N) 38 100
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden dalam
menjawab pertanyaan kebanyakan memilih jawaban tidak pernah, hal ini
sesuai dengan jawaban responden yaitu tidak pernah 52,63%, kadang-
kadang 39,47%, sering 7,9%, selalu 0%. Ini berarti bahwa pengawas
jarang membantu guru dalam menyusun alat evaluasi.
7. Membantu para guru dalam menilai kurikulum yang
sedang dikembangkan.
Tabel 21
Menilai kurikulum yang dikembangkan oleh para guru
No Alternatif Jawaban Frekuensi %
20 a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
1
4
19
14
2,63
10,53
50
36,84
Jumlah (N) 38 100
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden dalam
menjawab pertanyaan kebanyakan memilih jawaban kadang-kadang, hal
ini sesuai dengan jawaban responden yaitu kadang-kadang 50%, tidak
pernah 36,84%, sering 10,53%, selalu 2,63%. Ini berarti bahwa pengawas
jarang menilai kurikulum yang dikembangkan oleh para guru.
56
8. Standar proses sebagai alat untuk mencapai tujuan
pendidikan.
Tabel 22
Memberikan pengarahan terhadap guru dalam proses
pembelajaran yang harus dilaksanakan secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta
didik untuk berprestasi aktif
No Alternatif Jawaban Frekuensi %
21 a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
2
31
4
1
5,26
81,58
10,53
2,63
Jumlah (N) 38 100
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden dalam
menjawab pertanyaan kebanyakan memilih jawaban sering, hal ini sesuai
dengan jawaban responden yaitu sering 81,58%, kadang-kadang 10,53%,
selalu 5,26%, tidak pernah 2,63%. Ini berarti bahwa pengawas sering
memberikan pengarahan terhadap guru dalam proses pembelajaran yang
harus dilaksanakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berprestasi aktif. Tugas pengawas salah
satunya yaitu memberikan arahan terhadap guru dalam proses KBM yang
mengacu pada standar proses.
Tabel 23
Memberikan masukan terhadap guru untuk memberikan
keteladanan dalam proses pembelajaran
No Alternatif Jawaban Frekuensi %
22 a. Selalu 3 7,89
57
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
17
17
1
44,74
44,74
2,63
Jumlah (N) 38 100
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden dalam
menjawab pertanyaan kebanyakan memilih jawaban sering, hal ini sesuai
dengan jawaban responden yaitu sering 44,74%, kadang-kadang 44,74%,
selalu 7,89%, tidak pernah 2,63%. Ini berarti bahwa pengawas sering
memberikan masukan terhadap guru untuk memberikan keteladanan dalam
proses pembelajaran.
9. Standar proses pendidikan berfungsi sebagai pedoman
dalam membuat perencanaan program pembelajaran.
Tabel 24
Melakukan perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan
proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan
pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses
pembelajaran yang efektif dan efisien
No Alternatif Jawaban Frekuensi %
23 a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
0
13
24
1
0
34,21
63,16
2,63
Jumlah (N) 38 100
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden dalam
menjawab pertanyaan kebanyakan memilih jawaban kadang-kadang, hal
ini sesuai dengan jawaban responden yaitu kadang-kadang 63,16%, sering
34,21%, tidak pernah 2,63%, selalu 0%. Ini berarti bahwa pengawas jarang
58
melakukan perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses
pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses
pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan
efisien.
10. Sebagai alat pengukuran keberhasilan program
pendidikan.
Tabel 25
Menilai hasil pembelajaran menggunakan berbagai tekhnik
penilaian dapat berupa tes tertulis, observasi, tes praktik, dan
penugasan per-orangan atau kelompok, sesuai dengan
kompetensi dasar yang harus dikuasai
No Alternatif Jawaban Frekuensi %
24 a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
0
18
20
0
0
47,37
52,63
0
Jumlah (N) 38 100
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden dalam
menjawab pertanyaan kebanyakan memilih jawaban kadang-kadang, hal
ini sesuai dengan jawaban responden yaitu kadang-kadang 52,63%, sering
47,37%, tidak pernah 0%, selalu 0%. Ini berarti bahwa pengawas jarang
menilai hasil pembelajaran menggunakan berbagai tekhnik penilaian dapat
berupa tes tertulis, observasi, tes praktik, dan penugasan per-orangan atau
kelompok, sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai.
59
11. Memberikan masukan dan bimbingan kepada para guru
untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran.
Tabel 26
Memberikan saran-saran, usulan, atau ide kepala sekolah,
khususnya guru, dalam pengelolaan pembelajaran
No Alternatif Jawaban Frekuensi %
25 a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
2
28
7
1
5,26
73,68
18,41
2,63
Jumlah (N) 38 100
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden dalam
menjawab pertanyaan kebanyakan memilih jawaban sering, hal ini sesuai
dengan jawaban responden yaitu sering 73,68%, kadang-kadang 18,41%,
selalu 5,26%, tidak pernah 2,63%. Ini berarti bahwa pengawas sering
memberikan saran-saran, usulan, atau ide kepala sekolah, khususnya guru,
dalam pengelolaan pembelajaran.
12. Melakukan perencanaan dan pengawasan.
Tabel 27
Melakukan pemantauan terhadap guru mengenai
pengambilan langkah tindak lanjut yang diperlukan dalam
proses pembelajaran
No Alternatif Jawaban Frekuensi %
26 a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
0
18
17
3
0
47,37
44,74
7,89
Jumlah (N) 38 100
60
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden dalam
menjawab pertanyaan kebanyakan memilih jawaban sering, hal ini sesuai
dengan jawaban responden yaitu sering 47,37%, kadang-kadang 44,74%,
tidak pernah 7,89%, selalu 0%. Ini berarti bahwa pengawas sering
melakukan pemantauan terhadap guru mengenai pengambilan langkah
tindak lanjut yang diperlukan dalam proses pembelajaran.
Tabel 28
Menyusun program dan memberikan bantuan khususnya yang
berhubungan dengan penyediaan sarana dan prasarana yang
diperlukan oleh sekolah atau guru untuk pengelolaan proses
pembelajaran
No Alternatif Jawaban Frekuensi %
27 a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
0
16
19
3
0
42,11
50
7,89
Jumlah (N) 38 100
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden dalam
menjawab pertanyaan kebanyakan memilih jawaban kadang-kadang, hal
ini sesuai dengan jawaban responden yaitu kadang-kadang 50%, sering
42,11%, tidak pernah 7,89%, selalu 0%. Ini berarti bahwa pengawas jarang
menyusun program dan memberikan bantuan khususnya yang
berhubungan dengan penyediaan sarana dan prasarana atau guru untuk
pengelolaan proses pembelajaran. Sarana dan presarana sangat dibutuhkan
disetiap sekolah untuk proses pembelajaran, dengan adanya sarana yang
lengkap maka proses pembelajaran akan lebih efektif.
61
Tabel 29
Melaksanakan pengawasan terhadap jalannya proses
pembelajaran khususnya yang dilakukan oleh para guru
No Alternatif Jawaban Frekuensi %
28 a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
1
7
21
9
2,63
18,43
55,26
23,68
Jumlah (N) 38 100
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden dalam
menjawab pertanyaan kebanyakan memilih jawaban kadang-kadang, hal
ini sesuai dengan jawaban responden yaitu kadang-kadang 55,26%, tidak
pernah 23,68%, sering 18,43%, selalu 2,63%. Ini berarti bahwa pengawas
jarang melaksanakan pengawasan terhadap jalannya proses pembelajaran
khususnya yang dilakukan oleh para guru. Proses
62
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan Supervisi standar proses sangat penting di lakukan oleh pengawas
sekolah, karena dalam mencapai standar proses yang baik dibutuhkan
pengawas yang baik, jika pengawas sekolah memiliki kemampuan supervisi
yang berkualitas, maka kualitas kepala sekolah pun akan meningkat, kepala
sekolah harus dibekali kemampuan mengelola sekolah secara profesional
sehingga akan terlihat perkembangan sekolahnya, Salah satu sasaran supervisi
adalah penerapan standar proses pendidikan di suatu sekolah, karena
penerapan standar proses pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan
pembelajaran pada satu satuan pendidikan bertujuan untuk mencapai standar
kompetensi lulusan.
Untuk menjadi seorang pengawas ada beberapa persyaratan yang yang
harus dipenuhi, seperti latar belakang pendidikan, pengalaman kerja dan
sebagainya. Di SMP N 87 Jakarta pengawas memiliki latar belakang
pendidikan S1 (Strata Satu). Pengawas pernah bekerja sebagai guru dan kepala
sekolah, dengan usianya 50 tahun saat ini sudah satu tahun ia menjabat
sebagai pengawas di sekolah ini.
Berdasarkan deskripsi dan analisis data dan hasil wawancara dengan
wakil kepala sekolah bahwa kinerja kepala sekolah dalam melaksanakan
supervisi standar proses kurang efektif karena pengawas jarang melakukan
kunjungan ke sekolah, kadang-kadang dalam satu semester hanya sekali atau
62
63
tidak pernah datang, dan pengawas akan diundang pada saat sekolah sedang
membutuhkan ide dan saran, biasanya pada saat rapat sekolah.
B. Saran
1. Hendaknya pengawas lebih sering berkunjung ke sekolah umtuk membina
dan membantu guru dalam meningkatkan kualitas proses
pembelajaran/bimbingan dan kualitas hasil belajar.
2. Hendaknya pengawas sekolah dapat menjadi partner kerja yang serasi
dengan pihak sekolah dalam memajukan sekolahnya.
3. Hendaknya pengawas harus lebih memperhatikan tingkat pendidikan guru,
agar guru dapat melaksanakan kegiatan belajar mengajar yang baik sesuai
dengan bidangnya masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standar Nasional 2003. Conlow, Rick, Menjadi Supervisor Hebat, Cet. I, Jakarta: PT. Victory Jaya Abadi,
2003. Gunawan, Ary, Administrasi Sekolah, Cet. I, Jakarta: Rineke Cipta, 1996. DEPDIKNAS, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2003 DEPDIKNAS, Himpunan Peraturan/ketentuan Bidang Pendidikan Dasar dan Menengah,
Tahun 2007 Ilyasa, Yaslis, Kinerja: Teori, Penilaian, dan Penelitian, Cet. III, Depok: Pusat
Kajian Ekonomi Kesehatan, 2002. Indra, “Pengertian Kompetensi Pengawas Sekolah”, dari www. Blog Pengawas
Indonesia.htm, 28 Maret 2009. Mangkunegara, Anwar. Prabu, Evaluasi Kinerja Sdm, Bandung: PT Refika
Aditama 2006 Mulyasa, E, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Cet. VIII, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2006 Mulyasa, E, Implementasi KTSP Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah, Cet. II,
Jakarta: Bumi Aksara, 2009. Pidarta, Made, Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan, Ed. 2, Jakarta: Bumi
Aksara, Cet. I, 1992.
Poerwadarminta, W J.S, Kamus lengkap Inggris Indonesia, Bandung: Hasta, 1982.
Purwanto, Ngalim, Administrasi Dan Supervisi Pendidikan, Cet. IV, Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 1991. Pusat Penembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Pertanian Departemen Pendidikan Nasional 2009.
Sahertian, Piet. A dan Frans Mataheru Dip, Prinsip & Tekhnik Supervisi Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional, 1981.
Sahartian, Piet. A, Konsep Dasar & Teknik Supervis Pendidikan, Cet. I, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000.
Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
Ed. 1, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, Cet. V, 2008.
Sarwono, Sarlito. Wirawan, Pengantar Umum Psikologi, Cet. II, Jakarta: Bulan Bintang, 1982.
Shaleh, Abdul. Rahman dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar,
Cet. I, Jakarta: Prenada Media, 2004. Siahaan, Amiruddin dkk, Manajemen Pengawas Pendidikan, Cet. I, Ciputat:
Quantum Teaching, 2006. Sudrajat, Akhmad, “Tugas Pokok dan Fungsi Pengawas ”, dari www. Tugas
Pokok dan Fungsi Pengawas Sekolah « Akhmad Sudrajat Lets Talk About Education.htm, 8 April 2008.
Suprawoto, N.A, “Hakikat Pengawas Sekolah”, dari www.N.A.
suprawoto.wordpress.com, 15 Desember 2009.
Suwarto, “Pengawas Sekolah yang Profesional”, dari www. Kompetensi Pengawas Sekolah.html.
Wibowo, Manajemen Kinerja, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007
ANGKET PENELITIAN
A. Petunjuk Pengisisan Angket
a. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi guru tentang
kinerja pengawas dalam melaksanakan supervisi standar proses di
SMP Pondok Pinang.
b. Jawablah angket di bawah ini secara jujur sesuai dengan kenyataan
yang ada di sekolah.
c. Kerahasiaan jawaban dapat dipertanggungjawabkan oleh peneliti.
d. Berilah tanda checlis (V) pada jawaban Bapak/Ibu guru kehendaki
dengan keterangan sebagai berikut:
S : Selalu
SR : Sering
KK : kadang-kadang
TP : Tidak Pernah
e. Peneliti ucapkan banyak terima kasih atas waktu dan kesediaannya
untuk mengisi angket penelitian ini.
No. Pertanyaan Alternatif Jawaban S SR KK TP
1 Pengawas mengkoordinasi pelaksanaan KBM 2 Pengawas mengkoordinasi tugas mengajar satu
mata pelajaran yang dibina oleh beberapa guru
3 Pengawas mengkoordinasi kegiatan yang dilakukan oleh para guru dalam proses pembelajaran
4 Pengawas membantu guru yang mengalami kesulitan dalam mengatasi anak yang sulit belajar
5 Pengawas membantu guru dalam mengatasi masalah yang berkaitan dengan kenakalan pelajar yang dilakukan saat proses pembelajaran
6 Pengawas membantu guru dalam mengatur tingkat kedisiplinan siswa
7 Pengawas membimbing guru dalam menyusun silabus tiap mata pelajaran
8 Pengawas membimbing guru dalam memilih dan
menggunakan strategi/metode/teknik pembelajaran yang dapat mengembangkan potensi siswa
9 Pengawas membimbing guru dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk tiap mata pelajaran
10 Pengawas membimbing guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran
11 Pengawas membimbing guru dalam pengelolaan kelas
12 Pengawas membimbing guru dalam mengelola, merawat, mengembangkan dan menggunakan media pendidikan dan fasilitas pembelajaran untuk setiap mata pelajaran
13 Pengawas membantu guru agar lebih cepat memahami kurikulum
14 Pengawas memimpin guru dalam mengembangkan kurikulum
15 Pengawas memimpin guru dalam mengembangkan materi pelajaran
16 Pengawas memotivasi para guru untuk meningkatkan kinerjanya
17 Pengawas membantu para guru dalam melakukan evaluasi pada saat proses pembelajaran
18 Pengawas membantu para guru mengevaluasi hasil belajar siswa
19 Pengawas membantu guru dalam menyusun alat evaluasi
20 Pengawas menilai kurikulum yang dikembangkan oleh para guru
21 pengawas memberikan pengarahan terhadap guru dalam proses pembelajaran yang harus dilaksanakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berprestasi aktif
22 Pengawas memberikan masukan terhadap guru untuk memberikan keteladanan dalam proses pembelajaran
23 Pengawas melakukan perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien
24 Pengawas menilai hasil pembelajaran menggunakan berbagai tekhnik penilaian dapat
berupa tes tertulis, observasi, tes praktik, dan penugasan per-orangan atau kelompok, sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai
25 Pengawas memberikan saran-saran, usulan, atau ide kepala sekolah, khususnya guru, dalam pengelolaan pembelajaran
26 Pengawas melakukan pemantauan terhadap guru mengenai pengambilan langkah tindak lanjut yang diperlukan dalam proses pembelajaran
27 Pengawas menyusun program dan memberikan bantuan khususnya yang berhubungan dengan penyediaan sarana dan prasarana yang diperlukan oleh sekolah atau guru untuk pengelolaan proses pembelajaran
28 Pengawas melaksanakan pengawasan terhadap jalannya proses pembelajaran khususnya yang dilakukan oleh para guru
KERANGKA BERFIKIR
Input Proses Out put
kondisi kinerja pengawas
1. Pengawas jarang berkunjung
2. Pengawas kurang disiplin 3. Pengawas tidak
memberikan saran terhadap pembuatan RPP yang mengacu pada standar proses
Masalah
1. kurang efektifnya kinerja pengawas
2. guru tidak mengerti konsep pembelajaran yang mengacu pada standar proses
Strategi
1. Pengawas di berikan pelatihan
2. Pengawas diberikan pendidikan tentang kepengawasan
3. Pengawas di berikan pembinaan
Hasil
pengawas yang efektif dan profesional