36
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Perdarahan Postpartum a. Pengertian 1) Perdarahan Postpartum Perdarahan post partum adalah perdarahan yang terjadi setelah persalinan (Manuaba, 2010). Perdarahan postpartum adalah perdarahan pervaginam 500 cc atau lebih setelah kala III selesai (setelah plasenta lahir) (Wiknjosastro, 2000). Perdarahan postpartum ada kalanya merupakan perdarahan yang hebat dan menakutkan sehingga dalam waktu singkat wanita jatuh ke dalam syok, ataupun merupakan perdarahan yang menetes perlahan-lahan tetapi terus menerus dan ini juga berbahaya karena akhirnya jumlah perdarahan menjadi banyak yang mengakibatkan wanita menjadi lemas dan juga jatuh dalam syok (Mochtar, 1998).

Perd Post Partum Jadi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

makalah asuhan kebidanan ibu nifas pathologi lanjut. makalah ini berisikan tinjauan pustakan mengenai perdarahan post partum pada ibu nifas

Citation preview

Page 1: Perd Post Partum Jadi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Perdarahan Postpartum

a. Pengertian

1) Perdarahan Postpartum

Perdarahan post partum adalah perdarahan yang terjadi

setelah persalinan (Manuaba, 2010). Perdarahan postpartum

adalah perdarahan pervaginam 500 cc atau lebih setelah kala III

selesai (setelah plasenta lahir) (Wiknjosastro, 2000).

Perdarahan postpartum ada kalanya merupakan

perdarahan yang hebat dan menakutkan sehingga dalam waktu

singkat wanita jatuh ke dalam syok, ataupun merupakan

perdarahan yang menetes perlahan-lahan tetapi terus menerus

dan ini juga berbahaya karena akhirnya jumlah perdarahan

menjadi banyak yang mengakibatkan wanita menjadi lemas dan

juga jatuh dalam syok (Mochtar, 1998).

Prawirohardjo (2006) mendefinisikan perdarahan post

partum sebagai perdarahan yang melebihi 500 cc, atau

perdarahan yang lebih dari normal.

2) Perdarahan Post Partum Dini

Prawirohardjo (2006) mendefinisikan perdarahan post

partum primer sebagai perdarahan yang terjadi setelah bayi

lahir dalam 24 jam pertama persalinan.

Page 2: Perd Post Partum Jadi

Sependapat dengan Prawirohardjo (2006), Manuaba

(2010) mendefinisikan perdarahan post partum primer sebagai

perdarahan post partum yang terjadi dalam 24 jam pertama

setelah persalinan.

b. Penyebab Perdarahan Postpartum

Manuaba (2010) mengemukakan bahwa penyebab utama

perdarahan postpartum primer adalah atonia uteri, retensio

plasenta, sisa plasenta, robekan jalan lahir dan inversio uteri

Demikian juga Mochtar(2006) memberikan perincian penyebab

perdarahan post partum sebagai berikut :

1) Atonia uteri 50% - 60%

2) Retensio plasenta 16% - 17%

3) Sisa plasenta 23% - 24%

4) Laserasi jalan lahir 4% - 5%

5) Kelainan darah 0,5% - 0,8% (Mochtar, 1998).

Manuaba (2010) mengungkapkan bahwa perdarahan post

partum merupakan penyebab penting kematian maternal,

khususnya di negara berkembang, yang kemudian diketahui bahwa

ada beberapa faktor yang meningkatkan resiko terjadinya

perdarahan post partum yaitu seperti :

Page 3: Perd Post Partum Jadi

1) Grandemultipara

2) Jarak persalinan pendek yang kurang dari 2 tahun

3) Persalinan dengan tindakan, termasuk didalamya persalinan

dengan narkosa,pertolongan kala uri sebelum waktunya,

persalinan dengan tindakan paksa dan persalinan oleh dukun.

c. Gejala Klinik Perdarahan Postpartum

Seorang wanita hamil yang sehat dapat kehilangan darah

sebanyak 10% dari volume total tanpa mengalami gejala-gejala

klinik, gejala-gejala baru tampak pada kehilangan darah sebanyak

20%. Gejala klinik berupa perdarahan pervaginam yang terus-

menerus setelah bayi lahir. Kehilangan banyak darah tersebut

menimbulkan tanda-tanda syok yaitu penderita pucat, tekanan

darah rendah, denyut nadi cepat dan kecil, ekstrimitas dingin, dan

lain-lain (Wiknjosastro, 2008).

Prawirohardjo (2006) mengemukakan bahwa perdarahan

post partum dapat dideteksi dari munculnya tanda dan gejala

sebagai berikut :

a) Pasien mengeluh lemah/ limbung

b) Berkeringat dingin

c) Menggigil

d) Hiperpnea

e) Tekanan Darah sistolik < 90 nnHg

Page 4: Perd Post Partum Jadi

f) Nadi > 100 x/menit

g) Hb < 8 gr%

d. Diagnosis Perdarahan Postpartum

Diagnosis perdarahan postpartum dapat digolongkan berdasarkan

tabel berikut ini :

DiagnosisPerdarahan Postpartum

Gejala dan tanda yang selalu ada

Gejala dan tanda yang kadang-kadang ada

Diagnosis kemungkinan

1. Uterus tidak berkontraksi dan lembek

Perdarahan segera setelah anak lahir (Perdarahan Pascapersalinan Primer atau P3)

Syok Atonia uteri

2. Perdarahan segera (P3)

Darah segar yang mengalir segera setelah bayi lahir (P3)

Uterus kontraksi baik

Plasenta lengkap

Pucat Lemah Menggigil

Robekan jalan lahir

3. Plasenta belum lahir setelah 30 menit

Perdarahan segera (P3)

Uterus kontraksi baik

Tali pusat putus akibat traksi berlebihan

Inversio uteri akibat tarikan

Perdarahan lanjutan

RetensioPlasenta

4. Plasenta atau sebagian selaput (mengandung pembuluh darah)

Uterus berkontraksi tetapi tinggi fundus tidak

Tertinggalnya sebagian plasenta

Page 5: Perd Post Partum Jadi

tidak lengkap Perdarahan segera

(P3)

berkurang

5. Uterus tidak teraba Lumen vagina terisi

massa Tampak tali pusat

(jika plasenta belum lahir)

Perdarahan segera (P3)

Nyeri sedikit atau berat

Syok neurogenik

Pucat dan limbung

Inversio uteri

a. Penyebab Perdarahan Postpartum Primer

1) Atonia Uteri

Atonia uteri merupakan suatu kondisi terjadinya kegagalan

konraksi otot rahim yang menyebabkan pembuluh darah pada

bekas implantasi plasenta terbuka, sehingga menimbulkan

perdarahan (Manuaba, 2010).

Prawirohardjo (2006) berpendapat bahwa atonia uteri adalah

keadaan dimana uterus tidak berkontraksi dan lembek yang

mengakibatkan perdarahan setelah anak lahir.

Atonia uteri dapat terjadi sebagai akibat :

a) Partus lama

b) Pembesaran uterus yang berlebihan pada waktu hamil

c) Multiparitas

d) Solusio Plasenta

Page 6: Perd Post Partum Jadi

Selain karena sebab di atas atonia uteri juga dapat timbul

karena salah penanganan kala III persalinan, yaitu memijat

uterus dan mendorongnya ke bawah dalam usaha melahirkan

plasenta, dimana sebenarnya plasenta belum terlepas dari

dinding uterus (Wiknjosastro, 2005).

Penegakan diagnosa atonia uteri sangat penting agar

penatalaksanaan yang diberikan menjadi tepat sasaran,

Prawirohardjo (2006) mengemukakan langkah-langkah

penanganannya sebagai berikut :

a) Kenali dan tegakkan diagnosa atonia uteri.

b) Lakukan pemasangan infus dan uterotonika, lakukan

kompresi bimanual.

c) Pastikan plasenta lahir lengkap (bila ada indikasi

tertinggalnya sebagian plasenta, maka lakukan evakuasi

sisa plasenta) dan tak ada laserasi jalan lahir.

d) Berikan transfusi darah bila sangat diperlukan.

e) Lakukan uji baku darah.

f) Bila perdarahan masih berlangsung maka tindakan yang

harus diberikan sesuai tingkat fasilitas kesehatan adalah :

Pada fasilitas keehatan dasar :

Kompressi bimanual eksterna

Kompressi bimanual interna

Kompressi aorta abdominalis

Pada Rumah Sakit rujukan :

Ligasi arteri uterina dan ovarika

Page 7: Perd Post Partum Jadi

Histerektomi

Manuaba (2010) menjabarkan penatalaksanaan atonia

dalam bagan berikut :

Bidan dapat mengambil langkah-langkah sebagai berikut :

Penanganan UmumInfusUterotonika IM/IV dripTindakan Mekanis (massase fundus)RujukanTamponade Uterovaginal

PERDARAHAN KARENA ATONIA UTERI

Tak ada reaksi Reaksi ada tetapiPerdarahan berlangsung

Reaksi baik,Perdarahan berkurang, dan kontraksi baik

Kemungkina sisa plasenta atau tampon basah

Tak ada reaksi

Perdarahan berhentiPerdarahan terus

HisterektomiUsia >35 tahunGrandemultiparaParitas kecilLigasi arteri hipogastriaPerawatan post operatif

Konservatif AntibiotikUterotonikaSuportif (preparat zat besi,

vitamin)

Tindakan persalinan

Partus lama/ persalinan terlantar

Trauma persalinan

Predisposisi KU lemah Grandemultipara Jarak hamil < 2th Overdistensi rahim

Page 8: Perd Post Partum Jadi

a) Meningkatkan upaya preventif :

Meningkatkan penerimaan gerakan keluarga berencana

sehingga memperkecil jumlah grandemultipara dan

memperpanjang jarak hamil.

Melakukan konsultasi atau merujuk kehamilan dengan

overdistensi uterus, hidramnion dan kehamilan kembar.

Mengurangi peranan pertolongan persalinan oleh dukun.

b) Bidan dapat segera melakukan rujukan ibu dengan didahului

tindakan ringan :

Memasang infus-memberikan cairan pengganti.

Memberikan uterotonika intramuskular, intravena atau

dengan drip.

Melakukan massase uterus sehingga kontraksi rahim

makin cepat dan makin kuat.

Ibu sebaiknya diantar.

2) Retensio Plasenta

Prawirohardjo (2006) mendefinisikanretensio plasenta

sebagai kondisi tertahannya atau belum lahirnya plasenta

hingga atau melebihi 30 menit setelah bayi lahir, hal ini

berkaitan dengan lokasi implantasi jonjot korion plasenta, yang

kemudian dibagi menjadi beberapa definisi yang berbeda antara

lain :

a) Plasenta Adhesiva

Adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta

sehingga menyebabkan kegagalan mekanisme separasi

fisiologis.

b) Plasenta Akreta

Page 9: Perd Post Partum Jadi

Adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga memasuki

sebagian lapisan miometrium.

c) Plasenta Inkreta

Adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga mencapai/

memasuki miometrium.

d) Plasenta Perkreta

Adalah implantasi jonjot korion plasenta yang menembus

lapisan otot sehingga mencapai lapisan serosa dinding

uterus.

e) Plasenta Inkarserata

Adalah tertahannya plasenta di dalam cavum uteri, yang

disebabkan oleh konstriksi ostium uteri.

Penatalaksanaan retensio plasenta tergantung dari jenis

retensio plasentanya, yang dijabarkan sebagai berikut :

Penanganan retensio plasenta dengan separasi parsial :

Pastikan terjadinya separasi parsial

Regangkan tali pusat dan minta pasien mengejan, bila tak

lahir, coba traksi terkontrol tali pusat.

Pasang infus oksitosin 20 IU dalam 500 cc NS/ RL 40 tpm,

bila perlu kombinasikan dengan misoprostol 400 mg

perrektal.

Bila belum lahir, lakukan manual plasenta secara hati-hati.

Restorasi cairan untuk mengatasi hipovolemia.

Page 10: Perd Post Partum Jadi

Transfusi darah bila perlu

Antibiotik profilaksis (ampisillin 2 g/ IV + metronidazole 1 g

supp)

Observasi kemungkinan syok, infeksi dan perdarahan

lanjut.

Penanganan plasenta Inkarserata :

Pastikan diagnosis

Siapkan peralatan untuk menghilangkan konstriksi servik

pilih eter atau fluothane.

Pasang infus oksitosin 20 IU dalam 500 cc NS/ RL 40 tpm.

Manuver sekrup

Perawatan lanjutan

Penanganan plasenta akreta :

Pastikan diagnosa plasenta akreta

Eksporasi untuk melihat seberapa bagian plasenta yang

tertanam, jika tertanam sebagian maka lakukan manual

plasenta, jika sebagian tetap tak dapat dikeluarkan dan tak

ada perdarahan maka berikan uterotonika dan

pengawasan lanjut.

Page 11: Perd Post Partum Jadi

Bila sebagian plasenta tertanam dalam atau tertanam

seluruhnya tanpa ada perdarahan, maka tindakannya

adalah histerektomi.

3) Sisa Plasenta

Sewaktu suatu bagian dari plasenta tertinggal, maka uterus

tidak dapat berkontraksi secara efektif dan keadaan ini dapat

menimbulkan perdarahan. Perdarahan postpartum yang terjadi

segera jarang disebabkan oleh retensi potongan-potongan kecil

plasenta. Inspeksi plasenta segera setelah persalinan bayi

harus menjadi tindakan rutin. Jika ada bagian plasenta yang

hilang, uterus harus dieksplorasi dan potongan plasenta

dikeluarkan.

Penanganannya adalah :

Pastikan diagnosa

Berikan antibiotika ampisillin 1 gr IV dosis awal, kemudian

dilanjutkan dengan 3 x 1 gram peroral, dikombinasikan

dengan metronidazol 1 gr supp dan dilanjutkan dengan 3 x

500 mg peroral

Dilatasi dan kuretage atau AVM

Bila kadar Hb < 8 gr% maka lakukan transfusi darah, bila

kadar Hb > 8 gr% maka berikan Sf 600 mg/ hari selama 10

hari

Page 12: Perd Post Partum Jadi

4) Robekan Jalan Lahir

Robekan jalan lahir selalu memberikan perdarahan dalam

jumlah yang bervariasi banyaknya. Perdarahan yang berasal

dari jalan lahir selalu harus dievaluasi yaitu sumber dan jumlah

perdarahan sehingga dapat diatasi. Sumber perdarahan dapat

berasal dari perineum, vagina, serviks, dan robekan uterus

(ruptura uteri). Perdarahan dapat dalam bentuk hematoma dan

robekan jalan lahir dengan perdarahan bersifat arterill atau

pecahnya pembuluh darah vena. Untuk dapat menetapkan

sumber perdarahan dapat dilakukan dengan pemeriksaan

dalam dan pemeriksaan spekulum setelah sumber perdarahan

diketahui dengan pasti, perdarahan dihentikan dengan

melakukan ligasi (Manuaba, 2010).

Penanganangan Ruptur Perineum dan Robekan dinding

vagina :

1. Lakukan eksplorasi untuk mengidentifikasi lokasi laserasi

dan sumber perdarahan.

2. Lakukan irigasi pada tempat luka dan bubuhi larutan

antiseptic.

3. Jepit dengan ujung klem sumber perdarahan kemudian

ikat dengan benang yang dapat diserap.

4. Lakukan penjahitan luka mulai dari bagian yang paling

distal terhadap operator.

Page 13: Perd Post Partum Jadi

5. Khusus pada rupture perineum komplit (hingga anus dan

sebagian rectum) dilakukan penjahitan lapis demi lapis

dengan bantuan busi pada rectum, sebagai berikut :

Setelah prosedur aseptic-antiseptic pasang busi

rectum hingga ujung robekan.

Mulai penjahitan dari ujung robekan dengan

jahitan dan simpul submukosa, menggunakan

benang poliglikolik no.2/0 (Dexon/Vicryl) hingga ke

sfingter ani. Jepit kedua sfingter ani dengan klem

dan jahit dengan benang no. 2/0.

Lanjutkan penjahitan ke lapisan otot perineum dan

submukosa dengan benang yang sama (atau

chromic 2/0) secara jelujur.

Mukosa vagina dan kulit perineum dijahit secara

submukosa dan sub kutikuler.

Berikan antibiotic profilaksis (ampicillin 2gr dan

metronidazol 1gr per oral). Terapi penuh

antibiotika hanya diberikan apabila luka tampak

kotor atau dibubuhi ramuan tradisional atau

terdapat tanda-tanda infeksi yang jelas (Sarwono,

2006).

Page 14: Perd Post Partum Jadi

Penanganan Robekan Servik

Robekan servik sering terjadi pada sisi lateral karena

servik yang terjulur, akan mengalami robekan pada

posisi spina isciadika tertekan oleh kepala bayi.

Bila kontraksi uterus baik, placenta lahir lengkap, tapi

terjadi perdarahan banyak maka segera lihat bagian

lateral bawah kiri dan kanan dari porsio.

Jepitkan klem ovum pada kedua sisi portio yang

robek sehingga perdarahan dapat segera dihentikan.

Jika setelah eksplorasi lanjutan tidak dijumpai

robekan lain, lakukan penjahitan. Jahitan dimulai dari

ujung atas robekan kemudian kearah luar sehingga

semua robekan dapat dijahit.

Setelah tindakan, periksa tanda vital pasien, kontraksi

uterus, tinggi fundus uteri, dan perdarahan pasca

tindakan.

Beri antibiotika profilaksis, kecuali bila jelas ditemui

tanda-tanda infeksi.

Bila terjadi defisit cairan, lakukan restorasi dan bila

kadar hb dibawah 8gr%, berikan tranfusi darah

(Sarwono, 2006).

Page 15: Perd Post Partum Jadi

5) Inversio Uteri

Inversio uteri merupakan keadaan dimana fundus uteri

masuk ke dalam kavum uteri, dapat secara mendadak atau

terjadi perlahan (Manuaba, 1998).

Pada inversio uteri bagian atas uterus memasuki kavum

uteri, sehingga fundus uteri sebelah dalam menonjol ke dalam

kavum uteri. Peristiwa ini jarang sekali ditemukan, terjadi tiba-

tiba dalam kala III atau segera setelah plasenta keluar. Sebab

inversio uteri yang tersering adalah kesalahan dalam memimpin

kala III, yaitu menekan fundus uteri terlalu kuat dan menarik tali

pusat pada plasenta yang belum terlepas dari insersinya.

Menurut perkembangannya inversio uteri dibagi dalam

beberapa tingkat (Wiknjosastro, 2005) :

1. Fundus uteri menonjol ke dalam kavum uteri, tetapi belum

keluar dari ruang tersebut

2. Korpus uteri yang terbalik sudah masuk ke dalam vagina

3. Uterus dengan vagina semuanya terbalik, untuk sebagian

besar terletak di luar vagina.

Gejala-gejala inversio uteri pada permulaan tidak selalu

jelas. Akan tetapi, apabila kelainan itu sejak awal tumbuh

Page 16: Perd Post Partum Jadi

dengan cepat, seringkali timbul rasa nyeri yang keras dan bisa

menyebabkan syok.

b. Pencegahan Perdarahan Postpartum Primer

Penanganan terbaik perdarahan postpartum adalah

pencegahan. Mencegah atau sekurang-kurangnya bersiap siaga

pada kasus-kasus yang disangka akan terjadi perdarahan adalah

penting. Tindakan pencegahan tidak saja dilakukan sewaktu

bersalin, namun sudah dimulai sejak wanita hamil dengan antenatal

care yang baik. Pengawasan antenatal memberikan manfaat

dengan ditemukannya berbagai kelainan secara dini, sehingga

dapat diperhitungkan dan dipersiapkan langkah-langkah dalam

pertolongan persalinannya

a. Manajemen Aktif Kala III

Manajemen aktif persalinan kala III terdiri atas intervensi

yang direncanakan untuk mempercepat pelepasan plasenta

dengan meningkatkan kontraksi rahim dan untuk mencegah

perdarahan pasca persalinan dengan menghindari atonia uteri,

komponennya adalah (Shane, 2002) :

1) Memberikan obat uterotonika (untuk kontraksi rahim) dalam

waktu dua menit setelah kelahiran bayi

Penyuntikan obat uterotonika segera setelah melahirkan

bayi adalah salah satu intervensi paling penting yang digunakan

untuk mencegah perdarahan pasca persalinan.

Page 17: Perd Post Partum Jadi

2) Menjepit dan memotong tali pusat segera setelah

melahirkan

Pada manajemen aktif persalinan kala III, tali pusat segera

dijepit dan dipotong setelah persalinan, untuk memungkinkan

intervensi manajemen aktif lain. Penjepitan segera dapat

mengurangi jumlah darah plasenta yang dialirkan pada bayi

yang baru lahir. Diperkirakan penjepitan tali pusat secara dini

dapat mencegah 20% sampai 50% darah janin mengalir dari

plasenta ke bayi. Berkurangnya aliran darah mengakibatkan

tingkat hematokrit dan hemoglobin yang lebih rendah pada bayi

baru lahir, dan dapat mempunyai pengaruh anemia zat besi

pada pertumbuhan bayi. Satu kemungkinan manfaat bagi bayi

pada penjepitan dini adalah potensi berkurangnya penularan

penyakit dari darah pada kelahiran seperti HIV.

3) Melakukan penegangan tali pusat terkendali sambil secara

bersamaan melakukan tekanan terhadap rahim melalui

perut

Penegangan tali pusat terkendali mencakup menarik tali

pusat ke bawah dengan sangat hati-hati begitu rahim telah

berkontraksi, sambil secara bersamaan memberikan tekanan ke

atas pada rahim dengan mendorong perut sedikit di atas tulang

pinggang. Dengan melakukannya hanya selama kontraksi

rahim, maka mendorong tali pusat secara hati-hati ini membantu

Page 18: Perd Post Partum Jadi

plasenta untuk keluar. Tegangan pada tali pusat harus

dihentikan setelah 30 atau 40 detik bila plasenta tidak turun,

tetapi tegangan dapat diusahakan lagi pada kontraksi rahim

yang berikut.

c. Beberapa Faktor yang Memengaruhi Perdarahan Postpartum

Primer

a. Umur

Dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman

untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun. Kematian

maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia di bawah 20

tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi daripada kematian maternal

yang terjadi pada usia 20-29 tahun. Kematian maternal meningkat

kembali sesudah usia 30-35 tahun (Wiknjosastro, 2008)

b. Paritas

Paritas merupakan faktor risiko yang memengaruhi

perdarahan postpartum primer. Pada paritas yang rendah (paritas

1) dapat menyebabkan ketidaksiapan ibu dalam menghadapi

persalinan sehingga ibu hamil tidak mampu dalam menangani

komplikasi yang terjadi selama kehamilan, persalinan dan nifas.

Sedangkan semakin sering wanita mengalami kehamilan dan

melahirkan (paritas lebih dari 3) maka uterus semakin lemah

sehingga besar risiko komplikasi kehamilan (Manuaba, 2010).

Page 19: Perd Post Partum Jadi

c. Jarak Antar Kelahiran

Bila jarak kehamilan dan persalinan ibu kurang dari 2 tahun maka

kondisi rahim belum pulih secara sempurna, yang dapat

meningkatkan resiko perdarahan peda persalinan berikutnya.

d. Riwayat Persalinan Buruk Sebelumnya

Riwayat persalinan di masa lampau sangat berhubungan

dengan hasil kehamilan dan persalinan berikutnya. Bila riwayat

persalinan yang lalu buruk petugas harus waspada terhadap

terjadinya komplikasi dalam persalinan yang akan berlangsung.

Riwayat persalinan buruk ini dapat berupa abortus, kematian janin,

eklampsi dan preeklampsi, sectio caesarea, persalinan sulit atau

lama, janin besar, infeksi dan pernah mengalami perdarahan

antepartum dan postpartum.

e. Anemia

Anemia dapat mengurangi daya tahan tubuh ibu dan

meninggikan frekuensi komplikasi kehamilan serta persalinan.

Anemia juga menyebabkan peningkatan risiko perdarahan pasca

persalinan. Rasa cepat lelah pada penderita anemia disebabkan

metabolisme energi oleh otot tidak berjalan secara sempurna

karena kekurangan oksigen. Selama hamil diperlukan lebih banyak

zat besi untuk menghasilkan sel darah merah karena ibu harus

memenuhi kebutuhan janin dan dirinya sendiri dan saat bersalin ibu

Page 20: Perd Post Partum Jadi

membutuhkan hemoglobin untuk memberikan energi agar otot-otot

uterus dapat berkontraksi dengan baik (Manuaba, 2010) .

Page 21: Perd Post Partum Jadi

DAFTAR PUSTAKA

Williams Obstretics 21 st Ed: F.Gary Cunningham (April 27,2001) Ilmu kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB : Ida Bagus Gde

Manuaba dkk, 2010 Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan

Neonatal : Sarwono Prawirohardjo, 2006 Ilmu Kebidanan : Sarwono Prawirohardjo, 2008 Israr, Yayan A dkk. 2008. Perdarahan Postpartum (Postpartum

Haemorrhagic). Pekanbaru: Fakultas Kedokteran Universitas Riau.

RSUD Arifin Achmad Pekanbaru.

http://belibis-a17.com/2008/09/29/perdarahan-postpartum-post-

partum-hemorrhagic/

________ . 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan

Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo

Page 22: Perd Post Partum Jadi

PERDARAHAN POSTPARTUM DINI

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas kelompokmata kuliah askeb lanjut I

Dosen Pengampu: Dwiana Estiwidani. SST, MPH

Kelompok 7 :

1. Dessy Nur Septiani (P07123411005)2. Farida Nur Aini (P07123411007)3. Rizki Amalia (P07123411028)

PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN KLINIKKEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA2012

Page 23: Perd Post Partum Jadi

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Kematian dan kesakitan akibat komplikasi kehamilan, persalinan,

dan masa nifas saat ini didunia masih sangat tinggi. Tahun 2007 setiap

1 menit di dunia seorang ibu meninggal dunia. Dengan demikian dalam

1 tahun ada sekitar 600.000 orang ibu meninggal saat melahirkan.

Sedangkan di Indonesia dalam 1 jam terdapat 2 orang ibu meningal

karena komplikasi kehamilan, persalinan dan massa nifas.

Penyebab langsung kematian ibu di Indonesia yaitu akibat

perdarahan 28%, eklampsia (24%), dan infeksi (11%). Adapun

penyebab tidak langsung kesakitan dan kematian ibu adalah kejadian

anemia pada ibu hamil sekitar 50% dan ibu nifas 49% serta karena

kurang protein.

Perdarahan setelah melahirkan atau post partum hemorrhagic

(PPH) adalah konsekuensi perdarahan berlebihan dari tempat

implantasi plasenta, trauma di traktus genitalia dan struktur sekitarnya,

atau keduanya.

Diperkirakan ada 14 juta kasus perdarahan dalam kehamilan setiap

tahunnya paling sedikit 128.000 wanita mengalami perdarahan sampai

meninggal. Sebagian besar kematian tersebut terjadi dalam waktu 4

Page 24: Perd Post Partum Jadi

jam setelah melahirkan. Di Inggris (2000), separuh kematian ibu hamil

akibat perdarahan disebabkan oleh perdarahan post partum.

Di Indonesia, Sebagian besar persalinan terjadi tidak di rumah

sakit, sehingga sering pasien yang bersalin di luar kemudian terjadi

perdarahan post partum terlambat sampai ke rumah sakit, saat datang

keadaan umum/hemodinamiknya sudah memburuk, akibatnya

mortalitas tinggi. Menurut Depkes RI, kematian ibu di Indonesia (2002)

adalah 650 ibu tiap 100.000 kelahiran hidup dan 43% dari angka

tersebut disebabkan oleh  perdarahan  post partum.

Apabila terjadi perdarahan yang berlebihan pasca persalinan harus

dicari etiologi yang spesifik. Atonia uteri, retensio plasenta (termasuk

plasenta akreta dan variannya), sisa plasenta, dan laserasi traktus

genitalia merupakan penyebab sebagian besar perdarahan post

partum. Dalam 20 tahun terakhir, plasenta akreta mengalahkan atonia

uteri sebagai penyebab tersering perdarahan post partum yang

keparahannya mengharuskan dilakukan tindakan histerektomi (Israr,

2008).

2. Identifikasi Masalah

Kematian dan kesakitan akibat komplikasi kehamilan, persalinan,

dan masa nifas saat ini didunia masih sangat tinggi, setiap 1 menit di

dunia seorang ibu meninggal yang berarti dalam 1 tahun ada sekitar

600.000 orang ibu meninggal saat melahirkan. Sedangkan di

Page 25: Perd Post Partum Jadi

Indonesia dalam 1 jam terdapat 2 orang ibu meningal karena

komplikasi kehamilan, persalinan dan massa nifas sebagi akibat

perdarahan 28%, eklampsia (24%), dan infeksi (11%). Adapun

penyebab tidak langsung kesakitan dan kematian ibu adalah kejadian

anemia pada ibu hamil sekitar 50% dan ibu nifas 49% serta karena

kurang protein.

3. Tujuan

Memberikan gambaran tentang perdarahan pot partum primer dan

penatalaksanaannya agar dapat digunakan sebagai referensi dalam

pelaksanaan tindakan kebidanan di lapangan.

4. Manfaat

Manfaat dari makalah ini adalah dengan diberikannya informasi

tentang perdarahan postpartum dini dari penyebab sampai cara

penangannya sehingga bisa dilakukan antisipasi atau pencegahannya

oleh tenaga kesehatan (bidan).

Page 26: Perd Post Partum Jadi