26
ABSTRAK Permukiman adalah tempat atau ruang untuk hidup dan berkehidupan bagi sekelompok manusia (Doxiadis, 1971). Kebutuhan tempat ini didasarkan pada kegiatan yang dilakukan manusia. Kegiatan yang dilakukan ini mampu menjadi citra tersendiri bagi permukiman tesebut yang membedakan dengan permukiman lain sekaligus menjadi potensi yang mampu mengangkat “derajat”nya. Kelurahan Mangunharjo merupakan salah satu keluruhan di Kecamatan Tembalang yang telah berkembang menjadi kawasan perumahan baru karena secara geografis menarik bagi beberapa developer. Kelurahan ini juga memiliki potensi dalam hal kegiatan ekonomi masyarakatnya yakni home industry Telur Asap yang berlokasi di RW 005 . Potensi ini sangat patut dijadikan poin penting dalam pengembangan kawasan permukiman menuju sesuatu yang memberi dampak besar bagi masyarakat, terutama di bidang ekonomi. Pemerataan peran masyarakat di setiap RW dalam proses produksi perlu diperhatikan agar tidak terjadi ketimpangan sosial. tujuh RW yang menjadi wilayah kelurahan Mangunharjo perlu melibatkan peran masyrakat terkait pengembangan potensi ekonomi (telur asap) baik dari proses produksi pemasaran ataupun penghasil bahan baku. RW 005 sebagai basis produksi ditetapkan sebagai pusat produksi Telur Asap (Pembuatan Teur Asin, Pengasapan dan Packing). RW 002 dengan posisinya yang berada di jalur utama kelurahan sangat potensial menjadi area pemasaran dengan diadakan kawasan pertokoan Telur Asap di jalur utama tersebut. RW 003 dan 004 sebagi wilayah dengan potensi lahan ternak yang baik mampu menyuplai telur bebek sebagai bahan baku utama Telur Asap. Sementara RW 001 dan 007 memiliki area pertanian yang besar sangat potensial sebagai pemasok sekam untuk bahan bakar dalam proses pengasapan. Pengembangan yang terintegrasi sektor ekonomi pada Kelurahan Mangunharjo terutama dari segi home base enterprises masyarakatnya merupakan

Perancangan Permukiman-paper Singkat

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Paper singkat/jurnal dari tugas Permukiman 1. Usulan Redesain Kelurahan Mangunharjo sebagai Pusat Home Industry Telur Asap di Semarang, by Purdyah Ayu

Citation preview

Page 1: Perancangan Permukiman-paper Singkat

ABSTRAK

Permukiman adalah tempat atau ruang untuk hidup dan berkehidupan bagi

sekelompok manusia (Doxiadis, 1971). Kebutuhan tempat ini didasarkan pada kegiatan yang

dilakukan manusia. Kegiatan yang dilakukan ini mampu menjadi citra tersendiri bagi

permukiman tesebut yang membedakan dengan permukiman lain sekaligus menjadi potensi

yang mampu mengangkat “derajat”nya.

Kelurahan Mangunharjo merupakan salah satu keluruhan di Kecamatan Tembalang

yang telah berkembang menjadi kawasan perumahan baru karena secara geografis menarik

bagi beberapa developer. Kelurahan ini juga memiliki potensi dalam hal kegiatan ekonomi

masyarakatnya yakni home industry Telur Asap yang berlokasi di RW 005 . Potensi ini

sangat patut dijadikan poin penting dalam pengembangan kawasan permukiman menuju

sesuatu yang memberi dampak besar bagi masyarakat, terutama di bidang ekonomi.

Pemerataan peran masyarakat di setiap RW dalam proses produksi perlu diperhatikan agar

tidak terjadi ketimpangan sosial. tujuh RW yang menjadi wilayah kelurahan Mangunharjo

perlu melibatkan peran masyrakat terkait pengembangan potensi ekonomi (telur asap) baik

dari proses produksi pemasaran ataupun penghasil bahan baku.

RW 005 sebagai basis produksi ditetapkan sebagai pusat produksi Telur Asap

(Pembuatan Teur Asin, Pengasapan dan Packing). RW 002 dengan posisinya yang berada di

jalur utama kelurahan sangat potensial menjadi area pemasaran dengan diadakan kawasan

pertokoan Telur Asap di jalur utama tersebut. RW 003 dan 004 sebagi wilayah dengan

potensi lahan ternak yang baik mampu menyuplai telur bebek sebagai bahan baku utama

Telur Asap. Sementara RW 001 dan 007 memiliki area pertanian yang besar sangat

potensial sebagai pemasok sekam untuk bahan bakar dalam proses pengasapan.

Pengembangan yang terintegrasi sektor ekonomi pada Kelurahan Mangunharjo

terutama dari segi home base enterprises masyarakatnya merupakan potensi yang sangat

baik bagi kemajuan Kelurahan tersebut. Pada akhirnya perkembangan ini tidak hanya dapat

dialami oleh Kelurahan Mangunharjo semata tetapi Kota Semarang pada umumnya baik

dari segi wisata maupun ekonominya.

Kata Kunci : Potensi, Produksi, Kelurahan

Page 2: Perancangan Permukiman-paper Singkat

PENDAHULUAN

Permukiman adalah tempat atau ruang untuk hidup dan berkehidupan bagi

sekelompok manusia (Doxiadis, 1971) selain itu permukiman, merupakan suatu kawasan

berupa desa atau kota yang mempunyai fungsi utama sebagai lingkungan tempat tinggal,

bermukim, berkiprah dalam kerja dan usaha, berhubungan dengan sesama sebagai

masyarakat, untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Berbagai kegiatan yang dilakukan

manusia dalam sebuah permukiman akan membentuk sebuah citra tersendiri bagi

permukiman tersebut, karenanya antara satu permukiman dengan permukiman lain akan

memiliki identitas atau ciri khas yang berbeda sebagai bentuk keragaman kegiatan antar satu

permukiman dengan permukiman lain.

Kota Semarang sebagai ibukota Jawa Tengah memiliki berbagai akifitas yang

menjadi citra kota yang telah dikenal oleh banyak masyarakat. Kegiatan pada sector ekonomi

misalnya : Kota Semarang telah dikenal sebagai pusat produksi Lumpia, Wingko Babat dan

Bandeng Presto. Kecamatan Tembalang sebagai salah satu kawasan yang telah dikenal di

Kota Semarang karena terdapat Kampus UNDIP juga memiliki potensi lain yang juga dapat

memberi kontrobusi besar bagi perkembangan Kota Semarang. Potensi ini tepatnya berasal

dari warga di Kelurahan Mangunharjo.

Tidak hanya keadaan geografis yang menjadikan Kelurahan ini menarik sehingga

diincar oleh beberapa developer untuk mengembangkan kawasan perumahan di area ini,

tetapi juga sumber daya manusianya memiliki kegiatan home industry yang berkembang

dengan baik yakni produksi Telur Asap. Hal tersebut akan sangat menarik dan berpotensi

sebagai poin untuk mengembangkan kelurahan Mangunharjo terutama dalam bidang

Ekonomi. Keberadaan RW lain di Keluruhan Mangunharjo pun dapat menjadi sector

pendukung dari proses produksi Telur Asap ini sebagai pemasok bahan baku dan area

pemasaran Telur Asap sehingga tiap wilayah di Kelurahan Mangunharjo dapat diberdayakan

secara optimal.

Pengembangan sektor ekonomi pada Kelurahan Mangunharjo baik dari segi home

base enterprises maupun bisnis properti merupakan potensi yang sangat baik bagi kemajuan

Kelurahan tersebut. Pada akhirnya perkembangan ini tidak hanya dapat dialami oleh

Kelurahan Mangunharjo semata tetapi Kota Semarang pada umumnya baik dari segi wisata

maupun ekonominya.

Page 3: Perancangan Permukiman-paper Singkat

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Umum Permukiman

Permukiman atau dalam bahasa inggris disebut ‘settlement’ berasal dari kata ’to

settle’ yang dapat mempunyai arti: 1) Menempati atau mendiami suatu area; 2)

Menetap/bertempat tinggal. Selain definisi tadi, Gideon Golany (1995) dalam ‘Ethics and

Urban Design‘ menyatakan bahwa masyarakat terbentuk dari kelompok-kelompok sosial

kecil yang tersebar, iklim lingkungan dan faktor geografis akan berpengaruh pada makanan,

peralatan, pakaian, tempat tinggal, tradisi sosial bahasa dan kebudayaan, Golany juga

menambahkan bahwa awal dari suatu perkembangan fisik pemukiman yang menetap

merupakan hasil dari tuntutan kebutuhan sosial masyarakat. Faktor sosial menjadi yang

pertama dan penentu dari fungsi dan bentuk pemukiman.

Home Base Enterprises

Studi tentang perekonomian informal sangat dianjurkan oleh Tiwari (2006), karena

kemampuannya untuk memberikan kesempatan kerja dan pendapatan bagi masyarakat miskin

perkotaan, dan berguna dalam mengembangkan kebijakan pembangunan yang tepat bagi

sektor informal.

Sejarah penelitian tentang ekonomi informal dapat ditelusuri ke tahun 1950-an dan

1960-an, ketika beberapa ekonom mendalilkan bahwa kebijakan ekonomi dan sumber daya,

bila dikombinasikan, maka bisa mengubah apa yang disebut "ekonomi tradisional" ke dalam

ekonomi modern yang dinamis. Namun, bertentangan dengan harapan, dengan pertengahan

1960-an ekonomi tradisional dan tingkat pengangguran terus berkembang, terutama di

negara-negara berkembang. Becker (2004) menegaskan kembali bahwa langkah-langkah

mengenai ekonomi informal harus diambil sebagai beberapa langkah menuju pengentasan

kemiskinan.

Sebuah Home Based Enterprises adalah sub-kelompok ekonomi informal. "Rumah"

didefinisikan sebagai unit hunian dan/atau struktur yang melekat pada unit hunian dan/atau

area terbuka yang berdekatan dengan unit hunian. Strassmann (1987) mendefinisikan suatu

HBE sebagai usaha yang dekat dengan rumah daripada di sebuah bangunan komersial atau

industri atau daerah. ILO (1972) menyebutkan bahwa HBE ditandai denngan ketergantungan

pada sumber daya masyarakat, kepemilikan oleh keluarga, skala kecil, teknologi padat karya,

Page 4: Perancangan Permukiman-paper Singkat

keterampilan yang diperoleh di luar sistem sekolah formal, dan terakhir, tidak diatur dan

kurangnya pengakuan hukum atau pemerintah.

Secara konseptual bisnis rumahan dapat didefinisikan sebagai badan usaha yang

menjual produk atau jasa ke pasar dioperasikan oleh orang wiraswasta, dengan atau tanpa

karyawan, yang menggunakan properti residensial sebagai dasar dari operasional perusahaan.

Hal ini dapat dikategorikan dalam dua jenis bisnis : orang-orang di mana pekerjaan (produksi

atau jasa) terjadi di rumah, dan orang-orang di mana pekerjaan terjadi jauh dari rumah

dengan rumah yang berfungsi sebagai basis administrasi.

Tinjauan Magnet Kota

Teori Tempat Sentral (Central Place)

Teori ini memaparkan tentang persebaran dan besarnya pemukiman (hierarkipemukiman dan

persebarannya). Bahwa berbagai jenis barang pada orde yang samacenderung bergabung

pada pusat wilayahnya, sehingga pusat itu menjadi lokasikosentrasi (kota). Dengan kata lain

terciptanya suatu kota didorong oleh paraprodusen berbagai jenis barang pada orde yang

sama cenderung berlokasi pada titik sentral di wilayahnya.Walter Christaller (Jerman, 1933)

mengemukakan tentang teori tempat sentral(Theory central place). Christaller menyusun teori

ini untuk menjawab tigapertanyaan utama yaitu, apakah yang menentukan banyaknya,

besarnya, dan persebaran kota. Teori ini menyangkut hierarki pemukiman dan persebarannya

secarageografis.Menurut Christaller terdapat konsep yang disebut jangkaun (range) dan

batasambang (treshold).

Range adalah jarak yang perlu ditempuh manusia untuk mendapatkan barang

kebutuhan pada suatu waktu tertentu saja

Treshold adalah jumlah minimal penduduk yang diperlukan untuk kelancaran dan

keseimbangansuplai barang.Dalam teori ini diasumsikan pada wilayah datar yang luas

dihuni oleh sejumlah penduduk dengan kondisi yang merata. Dalam memenuhi

kebutuhannya, enduduk memerlukan berbagai jenis barang dan jasa, seperti makanan,

minuman,perlengkapan rumah tangga, pelayanan pendidikan, dan pelayanan

kesehatan. Untuk memperoleh kebutuhan tersebut penduduk harus menempuh jarak

tertentu dari rumahyang disebut range.

Lima asumsi yang digunakan Christaller untuk membangun teori denganpendekatan

ilmu geografi ekonomi, antara lain:

Page 5: Perancangan Permukiman-paper Singkat

Karena para konsumen yang menanggung ongkos angkutan, maka jarak ke

tempat pusat yang dinyatakan dalambiaya dan waktu sangat penting

karena konsumen yang menanggung ongkosangkutan, maka jangkauan (range)

suatu barang ditentukan oleh jarak yangdinyatakan dalam biaya dan waktu

semua konsumen dalam usaha mendapatkanbarang dan jasa yang dibutuhkan

menuju ke tempat pusat yang paling dekat letaknya

kota-kota berfungsi sebagai tempat sentral bagi wilayah sekitarnya. Artinya

adahubungan antara besarnya tempat pusat dan besarnya (luas) wilayah

pasaran,banyaknya penduduk dan tingginya pendapatan di wilayah yang

bersangkutan

wilayah tersebut digagaskan sebagai dataran dimana penduduknya tersebar

meratadan ciri-ciri ekonomisnya sama (besar penghasilan sama).

Dengan adanya teori range danthreshold mengakibatkan masyarakat terpacu untuk

membentuk suatu kegiatan perekonomian yang mudah dijangkau dalam lingkungannya. Hal

ini diwujudkan dalam kegiatan ekonomi informal yang akhir-akhir ini sering berkembang di

permukiman. Salah satu wujud dari ekonomi informal di antaranya adalah unit rumah

usaha/home base enterprises (HBEs). Jenis pengembangan usaha informal sebagian besar

dilakukan oleh warga berpenghasilan rendah. Oleh karena itu kegiatan HBE ini perlu

didukung perkembangannya terutama di Negara berkembang karena HBE cukup memberikan

kontribusi yang positif dalam perekonomian.

POTENSI KELURAHAN MANGUNHARJO

Kelurahan Mangunharjo merupakan satu

sari dua belas kelurahan yang ada di kecamatan

Tembalang. Meskipun secara geografis posisinya

berada di tengah Kecamatan Tembalang ini tidak

menunjang kelurahan Mangunharjo untuk dapat

lebih menonjol dibanding kelurahan lain. Hal ini

disebabkan karena secara adminstrasi Kelurahan

Mangunharjo kurang mampu menyeimbangi

kelurahan lainya seperti Kelurahan

Tembalang(terdapat Kampus UNDIP) atau

Page 6: Perancangan Permukiman-paper Singkat

Kelurahan Bulusan (terdapat Kantor Kecamatan dan banyak Kos – kosan serta sarana niaga)

dalam hal perannya terhadap masyarakat Semarang secara umum.

Pada dasarnya Kelurahan Mangunharjo memiliki beragam potensi yang luar biasa

untuk mampu membuatnya menonjol dan terkenal terutama di Kota Semarang.Potensi ini

dapat dilihat pada RW 002 dan RW 005. Keduanya memiliki kelebihan masing – masing

yang apabila diperhatikan dan dikelola secara baik dan benar akan menjadi saling mendukung

satu sama lain sehingga secara bersama – sama akan mengangkat derajat Kelurahan

Mangunharjo itu sendiri. Oleh karena itu diusulkan beberapa rancangan desain terkait dengan

pengembangan potensi Kelurahan Mangunharjo.

ANALISA WILAYAH KELURAHAN MANGUNHARJO

1. Kunandio – 2102011013099

2. Sheila Arsitasiwi – 21020110130100

3. Kenyo Ayu A – 21020110130101

4. Puspita Karisma K – 21020110130103

RW I

Mata pencaharian dominan : Buruh Tani

Lahan terbangun : 10,75 ha

Lahan tidak terbangun : 52,33 ha

Pada wilayah RW I luas lahan tidak terbangun lebih banyak dibanding dengan luas

lahan terbangun yaitu mencapai +- 40ha, pencaharian yang paling dominan adalah

buruh tani, hal ini dapat disimpulkan bahwa lahan tidak terbangun ersebut di dominasi

dengan sawah dan ladang, lahan ini dapat dijadikan sebagai tempat pencaharian buruh

tani, selain buruh tani, pada RW I juga terdapat warga yang bermata pencaharian

sebagai petani asli, sama hal nya dengan buruh tani, hal ini juga didukung dengan

ketersediaan lahan tidak terbangun yang ckup luas pada area RW I. Selain itu pada

wilayah ini juga terdapat warga yang bermata pencaharian sebagai peternak, lahan

tidak terbangun pada wilayah ini juga mendukung warga yang bermata pencaharian

sebagai peternak untuk menggembala ternaknya

Jika dikaitkan dengan konsep Home Based Enterprice dengan ingi mengembangkan

potensi niaga telur asap yang berpusat di RW IV, maka RW ini berpotensi sebagai

wilayah yang dapat memasok bahan mentah dari telur asap yaitu telur dari peternak.

RW II

Page 7: Perancangan Permukiman-paper Singkat

Mata pencaharian dominan : Buruh Tani

Lahan terbangun : 34,03 ha

Lahan tidak terbangun : 51,91 ha

RW II merupakan wilayah terluas di kelurahan Mangunharjo. Pada wilayah RW II ini

hampir sama dengan RW I yaitu pencaharian yang paling dominan adalah buruh tani,

lahan tidak terbangun pada wilayah RW II juga lebih banyak dibandingkan dengan

lahan terbangun yaitu 51,91, akan tetapi perbandingan antara lahan terbangun dengan

lahan tidak terbangun tidak sebesar pada wilayah RW I, pada wilayah RW II ini juga

tidak terdapat warga yang bermata pencaharian sebagai petani asli. Selain itu pada

wilayah ini juga terdapat warga yang bermata pencaharian sebagai peternak, lahan

tidak terbangun pada wilayah ini juga mendukung warga yang bermata pencaharian

sebagai peternak untuk menggembala ternaknya.

Wilayah RW II terletak pada daerah yang selalu dilalui oleh masyarakat umum,

sehingga wilayah ini berpotensi dikembangkna menjadi area yang dapat

dikomersilkan, terbukti dengan telah terbangunnya perumahan-perumahan menengah

keatas yang dibangun diatas lahan RW II. Kembali kepada konsep Home Based

Enterprice, wilayah ini sangat berpotensi sebagai tempat pemasaran Home Industri

Telur Asap

RW III

Mata pencaharian dominan : Karyawan Swasta

Lahan terbangun : 19,26 ha

Lahan tidak terbangun : 15,73 ha

Lahan terbangun pada wilayah RW III ini lebih luas dibandingkan dengan lahan tidak

terbangun, hal ini berpengaruh terhadap mata pencaharian dominan warganya yaitu

karyawan swasta, terdapat juga buruh tani tetapi tidak terlalu dominan. Kebanyakan

buruh tani yang ada di wilayah ini bekerja di daerah lain. Kembali pada konsep Home

Based Enterprice, warga RW ini memiliki potensi sebagai sumber daya manusia

penghasil usaha Telur Asap, letaknya yang berdekatan dengan RW V yang berpotensi

sebagai pusat pembuatan telur asap mendukung warga RW III untuk menjadi sumber

daya manusia pembuatan telur asap

RW IV

Mata pencaharian dominan : Karyawan Swasta

Lahan terbangun : 5,48 ha

Lahan tidak terbangun : 1.52 ha

Page 8: Perancangan Permukiman-paper Singkat

RW IV merupakan wilayah yang memiliki luasan paling kecil, dengan luas wilayah

tersebut lahan yang terbangun lebih banyak dengan lahan yang tidak terbangun, hal

ini dapat disimpulkan bahwa wilayah ini lebih banyak didominasi dengan rumah huni

warga, dan wilayah ini termasuk wilayah yang terdiri dari warga berpenghasilan

menengah, terbukti dengan dominasi mata pencaharian di wilayah ini yaitu karyawan

swasta, PNS dan petani. Untuk warga yang berpenghasilan sebagi petani sebagian

besar memiliki lahan pertanian diluar wilayah RW IV

RW V

Mata pencaharian dominan : PNS

Lahan terbangun : 11,73 ha

Lahan tidak terbangun : 4,78 ha

Wilayah RW V juga termasuk wilayah dengan luasan yang tidak begitu besar, tetapi

wilayah ini memiliki kepadatan yang tinggi dengan luasan lahan terbangun lebih

besar dibanding dengan luasan lahan yang tidak terbangun, wilayah ini termasuk

wilayah dengan warga yang memiliki penghasilan menengah karena wilayah ini di

dominasi dengan warga yang bermatapencaharian PNS, Karyawan, dan POLRI.

Dapat disimpulkan bahwa wilayah ini merupakan wilayah yang sudah mulai maju,

selain itu wilayah ini juga memiliki potensi dalam bidang niaga yaitu home industri

Telur Asap, untuk itu wilayah ini sangat berpotensi dijadikan pusat pembuatan telur

asap

RW VI

Mata pencaharian dominan : Karyawan Swasta

Lahan terbangun : 18,48 ha

Lahan tidak terbangun : 41,95 ha

Wilayah RW VI merupakn wiayah perumahan POLRI, yang dahulunya didominasi

dengan warga yang bermatapencaharian sebagai POLRI, akan tetapi sekarang wilayah

ini sudah didominasi dengan warga yang bermata pencaharian sebagi karyawan

swasta, tetapi pensiunan POLRI juga masih menetap disini.

Lahan yang tidak terbangun pada wilayah ini lebih besar dibandingkan dengan lahan

terbangunnya, dengan adanya warga yang bermatra pencaharian sebagai petani, dapat

disimpulkan bahwa lahan tidak terbangun disini didominasi dengan sawah dan ladang

milik petani sekitar.

RW VII

Page 9: Perancangan Permukiman-paper Singkat

Mata pencaharian dominan : PNS

Lahan terbangun : 17,92 ha

Lahan tidak terbangun : 30,13 ha

RW VII terletak di sebelah RW II , sehingga wilayah ini berpotensi dikembangkan

menjadi area yang dapat dikomersilkan, terbukti dengan telah terbangunnya

perumahan-perumahan menengah keatas yang dibangun diatas lahan RW VII.

Wilayah ini juga masih memiliki lahan tidak terbangun lebih luas dibandingkan lahan

terbangun, wilayah ini juga memiliki lahan yang masih berupa ladang dan area yang

digunakan sebagi tempat menggembala, dapat disimpulkan bahwa area terbuka di

wilayah RW VII selain digunakan oleh petani setempat juga digunakan sebagi tempat

menggembala hewan ternak oleh peternak-peternak di sekitar wilayah RW VII, selain

itu ladang yang terdapat pada RW VII selain digarap oleh petani setempat, juga

digarap oleh buruh tani dari luar RW VII.

5. Khoirunisa – 21020110130104

6. Muh. Muhlishin – 21020110130105

7. Faza Razaka D -21020110130106

8. Purdyah Ayu – 21020110130107

RW 1

RW 1 memiliki luas wilayah 63,074 Ha dengan jumlah penduduk 1145 jiwa dan kepadatan 0.0018 jiwa/m2.

Luas wilayah terbangun 10,75 Ha dan luas wilayah tak terbangunnya 52,33 Ha. Penduduk kebanyakan bermata pencaharian sebagai buruh tani.

Analisa :Dengan kepadatan 0.0018 jiwa/m2 yang berarti jumlah penduduk pada RW 1 masih sedikit bila dibandingkan dengan luas wilayahnya, maka benar bila pada RW 1 masih banyak lahan yang belum terbangun, yaitu 52,33 Ha. Lahan yang belum terbangun berupa sawah dan ladang, hal ini sesuai dengan mata pencaharian dominan yang ada di RW 1 yaitu buruh tani (29%) yang berarti masyarakat pada RW 1 mengerjakan sawah atau ladang milik orang lain/petani (16%).

RW 2

63,074 ha

52,33ha

10,75ha 0.0018

jiwa/m2

1145BuruhTani

Page 10: Perancangan Permukiman-paper Singkat

RW 2 memiliki luas wilayah 85,946 Ha dengan jumlah penduduk 1087 jiwa dan kepadatan 0.0012 jiwa/m2.

Luas wilayah terbangun 34,03 Ha dan luas wilayah tak terbangunnya 51,91 Ha. Penduduk kebanyakan bermata pencaharian sebagai petani.

Analisa :Serupa dengan RW 1, kepadatan pada RW 2 yaitu 0.0012 jiwa/m2, maka benar bila pada RW 2 masih banyak lahan yang belum terbangun, yaitu 51,91 Ha. Lahan yang belum terbangun berupa sawah dan ladang, hal ini sesuai dengan mata pencaharian dominan yang ada di RW 1 yaitu buruh tani (28%) yang berarti masyarakat pada RW 2 mengerjakan sawah atau ladang milik orang lain. Dalam diagram mata pencaharian, tidak dijumpai pekerjaan petani, hal ini dikarenakan jumlah petani sangat sedikit, dengan kata lain, kebanyakan pemilik sawah atau ladang di RW 2 berasal dari luar RW 2.

RW 3

RW 3 memiliki luas wilayah 24,64 Ha dengan jumlah penduduk 1149 jiwa dan kepadatan 0.0046 jiwa/m2.

Luas wilayah terbangun 19,26 Ha dan luas wilayah tak terbangunnya 15,73 Ha. Penduduk kebanyakan bermata pencaharian sebagai karyawan swasta dan PNS.

Analisa :Kepadatan pada RW 3 yaitu 0.0046 jiwa/m2, pada RW 2 lahan terbangunnya yaitu 19,26 Ha berupa permukiman warga dan fasilitas umum. Lahan yang belum terbangun seluas 15,73 Ha berupa sawah dan ladang.Mata pencaharian dominan penduduknya yaitu karyawan swasta (35%) dan PNS (26%), tempat bekerja mereka kebanyakan berada di luar RW 3, sehingga rumah mereka hanya dijadikan sebagai tempat istirahat sepulang dari bekerja. Lahan terbuka pada RW 3 yang berupa sawah, ladang dan peternakan dikerjakan oleh para buruh tani di RW 3, serupa dengan

85,946ha

51,91ha

34,03ha

0.0012 jiwa/m2

1087BuruhTani

24,64ha

15,73 ha

19,26ha

0.0046 jiwa/m2

1149 KaryawanSwasta

Page 11: Perancangan Permukiman-paper Singkat

RW 2 pada diagram mata pencaharian tidak dijumpai pekerjaan petani, hal ini dikarenakan jumlah petani sangat sedikit, dengan kata lain, kebanyakan pemilik sawah atau ladang di RW 3 berasal dari luar RW 3.

RW 4

RW 4 memiliki luas wilayah 7,36 Ha dengan jumlah penduduk 1133 jiwa dan kepadatan 0.00153 jiwa/m2.

Luas wilayah terbangun 5,48 Ha dan luas wilayah tak terbangunnya 1,52 Ha. Penduduk kebanyakan bermata pencaharian sebagai karyawan swasta dan petani.

Analisa :RW 4 memiliki kepadatan penduduk tertinggi bila dibandingkan dengan RW lain di Kelurahan Mangunharjo yaitu 0.0153 jiwa/m2. Lahan terbangun seluas 5,48 Ha berupa permukiman dan fasilitas umum untuk warga. Mata pencaharian dominannya karyawan swasta dan petani. Karyawan swasta tempat bekerjanya kebanyakan berada di luar RW 4. Sedangkan petani/pemilik lahan, pada RW 4 tidak ditemukan banyak lahan terbuka seperti sawah dan ladang, sehingga kemungkinan para petani ini memiliki tanah di luar RW 4.

RW 5

RW 5 memiliki luas wilayah 16,052 Ha dengan jumlah penduduk 1995 jiwa dan kepadatan 0.00124 jiwa/m2.

Luas wilayah terbangun 11,73 Ha dan luas wilayah tak terbangunnya 4,78 Ha. Penduduk kebanyakan bermata pencaharian sebagai PNS dan karyawan swasta.

7,36ha

1,52 ha

5,48ha

0.0153 jiwa/m2

1133 KaryawanSwasta

16,052ha

4,78ha

11,73ha

0.0124 jiwa/m2

1995PNS

Page 12: Perancangan Permukiman-paper Singkat

Analisa :RW 5 memiliki kepadatan penduduk tertinggi kedua pada Kelurahan Mangunharjo yaitu 0.0124 jiwa/m2. Lahan terbangun seluas 11,73 Ha berupa permukiman dan fasilitas umum untuk warga. Mata pencaharian dominannya PNS dan karyawan swasta. PNS dan karyawan swasta tempat bekerjanya ada yang berada di dalam maupun di luar RW 4.

RW 6

RW 6 memiliki luas wilayah 59,68 Ha dengan jumlah penduduk 1280 jiwa dan kepadatan 0.0021 jiwa/m2.

Luas wilayah terbangun 18,48 Ha dan luas wilayah tak terbangunnya 41,95 Ha. Penduduk kebanyakan bermata pencaharian sebagai karyawan swasta dan pensiunan.

Analisa :Kepadatan pada RW 6 yaitu 0.0021 jiwa/m2, pada RW 2 lahan terbangunnya yaitu 18,48 Ha berupa permukiman warga dan fasilitas umum. Lahan yang belum terbangun seluas 41,95 Ha berupa ladang dan peternakan.Mata pencaharian dominan penduduknya yaitu karyawan swasta (32%) dan peternak (17%), tempat bekerja karyawan swasta kebanyakan berada di luar RW 3, sehingga rumah mereka hanya dijadikan sebagai tempat istirahat sepulang dari bekerja. Lahan terbuka pada RW 3 yang berupa ladang dan peternakan digunakan oleh para peternak untuk beternak sapi, kerbau dan ayam.

RW 7

59,68ha

41,95 ha

18,48ha

0.0021 jiwa/m2

1280 KaryawanSwasta

48,06ha

30,13 ha

17,92ha

0.0014 jiwa/m2

717PNS

Page 13: Perancangan Permukiman-paper Singkat

RW 7 memiliki luas wilayah 48,06 Ha dengan jumlah penduduk 717 jiwa dan kepadatan 0.0014 jiwa/m2.

Luas wilayah terbangun 17,92 Ha dan luas wilayah tak terbangunnya 30,13 Ha. Penduduk kebanyakan bermata pencaharian sebagai PNS dan karyawan swasta.

Analisa :RW 7 memiliki kepadatan penduduk sebesar 0.0014 jiwa/m2. Lahan terbangun seluas 17,92 Ha berupa permukiman dan fasilitas umum untuk warga. Mata pencaharian dominannya PNS dan karyawan swasta. PNS dan karyawan swasta tempat bekerjanya ada yang berada di dalam maupun di luar RW 7.

Usulan Rancangan Desain:

1. Optimalisasi ruang dengan mengoptimalkan tata guna lahan kawasan kelurahan

Mangunharjo terkait potensi ekonominya sebagai daerah produksi Telur Asap.

Pusat Produksi Telur Asap

Membuat kawasan industri sebagai pusat produksi masal telur asap pada RW 005.

Pusat produksi ini merupakan pusat dimana Telur Asap melewati proses

pengasapan dan packing.

Pusat Pertokoan Telur Asap

Membuat kawasan pertokoan sebagai pusat pemasaran telur asap yang diproduksi

di RW 005

Lokasi yang dipilih untuk pengembangan kawasan pertokoan ini diusulkan berada

di RW 002. Hal ini didasarkan pada beberapa hal sebagai berikut :

o Lokasi RW 002 lebih strategis :

- berada di ruas jalan utama kecamatan sehingga lebih banyak arus

lalu lintas yang terjadi disana. Secara otomatis lokasi ini lebih

sering dilewati oleh masyarakat.

o Area di RW 002 telah banyak dikembangkan sebagi kawasan perumahan

baru. Sehingga nantinya akan memiliki massa yang lebih banyak untuk

menjadi sasaran pemasaranya.

o Sarana pada RW 002 lebih lengkap.

Page 14: Perancangan Permukiman-paper Singkat

Pusat Produksi Baha Baku Telur Asap

Bahan baku dalam pembuatan Telur Asap yang paling utama adalah Telur dan

sekam(untuk proses pengasapan). Kelurahan Mangunharjo juga memiliki potensi

– potensi lain terkait dalam pembuatan bahan baku ini.

o Bahan Baku Telur

Kelurahan Manguharjo memiliki beberapa daerah potensial berupa lahan

peternakan. Ini berada pada beberapa RW 003 dan 004.Tentu saja lahan

potensial ini dioptimalkan sebagai area peternakan bebek untuk

memproduksi telur bebek sebagai bahan baku utama Telur Asap.

= Jalan Utama di Kelurahan Mangunharjo

= Area Perumahan di Kelurahan Mangunharjo

Page 15: Perancangan Permukiman-paper Singkat

o Sekam

Saat ini produsen Telur Asap masih mendatangkan sekam dari daerah lain

di kota Semarang. Padahal kelurahan Mangunharjo memiliki potensi

tersendiri dalam produksi sekam karena beberapa lahan di Kelurahan

Mangunjharjo adalah lahan pertanian seperti RW 007 dan RW 001. Kedua

RW ini dapat secara penuh memasok sekam untuk proses pengasapan

Telur Asap.

Membuat ruang komunal bagi warga dan anak-anak untuk bersosialisai dan

juga bermanfaat sebagai RTH di beberapa RW terutama di RW 002(Lokasi dipilih

dekat dengan area pertokoan yang telah disebutkan di awal).

Hal ini ditujukan agar ketika ruang komunal itu berjalan sebagaimana mestinya maka

akan terjadi interaksi sosial disana sehingga akan memicu masyarakat sekitar untuk

meramaikan kwasan tersebut. Hal ini akan menarik perhatian masyarakat luar

kelurahan ataupun luar kota yang lewat untuk berkunjung.

= Kawasan Perumahan di Kelurahan Mangunharjo

= Jalan Utama di Kelurahan Mangunharjo

= Area Perumahan di Kelurahan Mangunharjo

Pusat Produksi

Ruang Komunal

Pusat Pertokoan Telur Asap

Page 16: Perancangan Permukiman-paper Singkat

KESIMPULAN

Kelurahan Mangunharjo sebagai satu wilayah kecil di Kota Semarang memiliki potensi

yang esar bagi perkembangan ekonomi Kota Semarang. Home Bases Enterprises berupa

produksi Telur Asap menjadi poin utama potensi yang dimiliki oleh Kelurahan mangunharjo.

Potensi ini dapat dikembangkan dan diintegrasikan antar wilayah (dalam hal ini adalh RW di

kelurahan)secara optimal agar dapat berkembang dengan baik. Pemerataan peran dalam

proses produksi Telur Asap di seluruh RW Kelurahan Mangunharjo dapat menghindarkan

terjadinya kecemburuan warga karena konsentrasi hanya berada pada RW 005 sebagai pusat

produksi Telur Asap dan RW 002 sebagai pusat pemasaran Telur Asap. Ini sekaligus dapat

memberi dampak positif bagi berkembangnya ekonomi masyarakat Kelurahan Mangunharjo

secara merata.

Pengembangan sektor ekonomi pada Kelurahan Mangunharjo baik dari segi home

base enterprises maupun bisnis properti merupakan potensi yang sangat baik bagi kemajuan

Kelurahan Mangunharjo secara khusus dan Kota Semarang secara umum.