85
LAPORAN INSPEKSI SARANA SANITASI PERMUKIMAN DI WILAYAH PUSKESMAS NGAMPILAN Laporan Ini Disusun Sebagai Tugas Akhir Mata Kuliah Sanitasi Permukiman Semester V Disusun Oleh : KELOMPOK PUSKESMAS NGAMPILAN KELAS NON REGULER Dilla Dwi Arinta P07133110052 Istiqomah Astri Ayu R.A P07133110065 Lina Hanarisanty P07133110070 Maria Pradnyayu P P07133110073 Priestiana Mugi Rahayu P07133110081 Waskitho Adiyoga P07133110094

Penyehatan Permukiman

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Penyehatan Permukiman

LAPORAN

INSPEKSI SARANA SANITASI PERMUKIMAN

DI WILAYAH PUSKESMAS NGAMPILAN

Laporan Ini Disusun Sebagai Tugas Akhir Mata Kuliah Sanitasi Permukiman Semester V

Disusun Oleh :

KELOMPOK PUSKESMAS NGAMPILAN

KELAS NON REGULER

Dilla Dwi Arinta P07133110052

Istiqomah Astri Ayu R.A P07133110065

Lina Hanarisanty P07133110070

Maria Pradnyayu P P07133110073

Priestiana Mugi Rahayu P07133110081

Waskitho Adiyoga P07133110094

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN

2012

Page 2: Penyehatan Permukiman

LAPORAN

INSPEKSI SARANA SANITASI PERMUKIMAN

DI WILAYAH PUSKESMAS NGAMPILAN

Laporan Ini Disusun Sebagai Tugas Akhir Mata Kuliah Sanitasi Permukiman Semester V

Disusun Oleh :

KELOMPOK PUSKESMAS NGAMPILAN

KELAS NON REGULER

Dilla Dwi Arinta P07133110052

Istiqomah Astri Ayu R.A P07133110065

Lina Hanarisanty P07133110070

Maria Pradnyayu P P07133110073

Priestiana Mugi Rahayu P07133110081

Waskitho Adiyoga P07133110094

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN

2012

Page 3: Penyehatan Permukiman

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kepada kehadiratnya, yang telah melimpahkan

segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan praktik Sanitasi

Permukiman di wilayah kerja Puskesmas Ngampilan.

Kami harapkan kegiatan ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan masyarakat di

wilayah kerja Puskesmas Ngampilan pada umumnya. Penyusunan laporan ini tidak terlepas dari

bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih

kepada :

1. Tuntas Bagyono, SKM. M.Kes selaku Ketua Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik

Kesehatan Yogyakarta.

2. Siti Hani Istiqomah, SKM, M.Pd dan Bapak Sigit Sudaryanto, SKM, M.Pd, selaku dosen

mata kuliah Sanitasi Permukiman yang telah memberikan bimbingan pengarahan sehingga

laporan ini dapat terselesaikan.

3. dr. Prie Aka Mahdayanti selaku Kepala Puskesmas Ngampilan yang telah memberikan ijin

praktek Sanitasi Permukiman di wilayah kerja Puskesmas Ngampilan.

4. Waiwan Saimina, Amd selaku pembimbing dari Puskesmas Ngampilan, yang telah

membantu dan membimbing kami selama menjalani praktek di Puskesmas Ngampilan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan laporan praktik Sanitasi Permukiman

ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk ini kami mengharapkan saran dan

kritik yang sifatnya membangun terhadap penyusunan laporan ini dimasa yang akan datang.

Yogyakarta, November 2012

Penyusun

Page 4: Penyehatan Permukiman

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL.......................................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN................................................................................................ ii

KATA PENGANTAR........................................................................................................ iii

DAFTAR ISI....................................................................................................................... iv

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ....................................................................................................... 1

B. Tujuan .................................................................................................................... 3

C. Manfaat................................................................................................................... 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Rumah..................................................................................................................... 5

B. Permukiman............................................................................................................ 6

C. Masalah Perumahan Di Indonesia.......................................................................... 7

BAB III. ALAT, BAHAN DAN PROSEDUR KERJA

A. Alat ........................................................................................................................ 10

B. Bahan...................................................................................................................... 10

C. Prosedur Kerja........................................................................................................ 10

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi........................................................................................ 13

B. Lingkup Penilaian Rumah....................................................................................... 17

C. Pembahasan............................................................................................................. 28

Page 5: Penyehatan Permukiman

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................................................. 40

B. Saran....................................................................................................................... 41

LAMPIRAN

Page 6: Penyehatan Permukiman

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan Kesehatan Nasional bertujuan untuk meningkatkan kemampuan hidup

sehat bagi setiap penduduk dalam rangka mencapai derajat kesehatan yang optimal serta

pembangunan yag dilaksanakan seyogyanya berdampak positif terhadap lingkungan sehat,

perilaku sehat, serta perumahan dan permukiman yang sehat.

Masalah rumah dan permukiman di Indonesia bukan hanya terletak pada kurangnya

jumlah rumah di daerah perkotaan, tetapi menyangkut aspek kualitas rumah dan aspek non

fisik yaitu perilaku yang sangat mempengaruhi kesehatan rumah.

Rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia, disamping kebutuhan

sandang, pangan dan kesehatan. Oleh karena itu rumah haruslah sehat dan nyaman agar

penghuninya dapat berkarya untuk meningkatkan produktifitas. Kontruksi rumah dan

lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan merupakan faktor resiko sumber

penularan berbagai jenis penyakit, khususnya penyakit yang berbasis lingkungan.

Secara umum rumah dapat dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:

1. Memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain pencahayaan, penghawan dan ruang gerak

yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu.

2. Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain privacy yang cukup, komunikasi yang sehat

antar anggota keluarga dan penghuni rumah.

3. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni rumah dengan

penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga, bebas vektor penyakit

dan tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar matahari pagi,

terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran, disamping pencahayan dan

penghawaan yang cukup.

4. Memenuhi persayaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul karena

keadaan luar maupun dalam rumah antara lain, posisi garis sempadan jalan, kontruksi

yang tidak mudah roboh, tidak mudah terbakar dan tidak cenderung membuat

penghuninya jatuh tergelincir.

Page 7: Penyehatan Permukiman

Konstruksi rumah dan lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan merupakan

faktor resiko sumber penularan penyakit berbasis lingkungan. Penyakit ISPA dan TBC erat

kaitannya dengan kondisi sanitasi perumahan. Penyediaan air bersih, pembuangan limbah,

sampah dan tinja yang tidak sehat dapat menjadi resiko timbulnya penyakit diare dan

cacingan.

Faktor resiko pada bangunan rumah yang berpengaruh pada penularan penyakit dan

timbulnya kecelakaan antara lain ventilasi, pencahayaan, kapadatan penghuni, kelembaban

udara kamar (tidur) dan kualitas udara dalam ruangan.

Untuk mewujudkan lingkungan perumahan yang sehat harus memperhatikan lokasi,

kualitas tanah dan air tanah, kualitas udara ambien, kebisingan, getaran dan radiasi, sarana

dan prasarana lingkungan (saluran air, pembuangan sampah, jalan, tempat bermain, dan

sebagainya), binatang penular penyakit (vektor), dan penghijauan.

Bila lingkungan perumahan tidak diperhatikan, maka dapat memudahkan terjadinya

penularan dan penyebaran penyakit, seperti diare, cacingan, ISPA, TBC, demam berdarah,

malaria, typhus, leptospirosis, dan dapat menyebabkan kecelakaan seperti kebakaran,

tertusuk paku atau kaca, terpeleset, terantuk, dan sebagainya.

Supaya lingkungan rumah kita tidak merupakan sumber penularan penyakit maka

diperlukan partisipasi kita semua untuk turut memelihara serta menjaga lingkungan dan

rumah supaya tetap bersih dan sehat sehingga menjadi tempat penghunian yang aman dan

nyaman.

Mata kuliah Penyehatan Lingkungan Permukiman melatih mahasiswa untuk mengenal

permasalahan kesehatan rumah dan lingkungan permukiman, analisis faktor resiko dan

penyebab rendahnya kualitas rumah dan permukiman, merumuskan alternatif pemecahan

masalah dengan menitik beratkan pemberdayaan masyarakat dalam menciptakan perumahan

sesuai dengan syarat-syarat kesehatan rumah SK Menkes No. 829/Menkes/SK/VII/1999 dan

permukiman sehat.

Untuk memberikan pengalaman kapada mahasiswa agar mampu dalam pengelolaan

lingkungan perumahan, maka diberikan praktik lapangan yaitu Survey Data Dasar (SDD).

Kegiatan ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Kota Yogyakarta.

Page 8: Penyehatan Permukiman

B. Tujuan

1. Umum

Mahasiswa dapat mengumpulkan data dan informasi tentang kondisi rumah dan

lingkungan untuk penyusunan rencana program ditingkat kelurahan guna mengatasi

masalah perumahan dan lingkungan permukiman dengan mendayagunakan sumber daya

yang tersedia di masyarakat.

2. Khusus

a. Terkumpulnya data tentang:

1) Keadaan lingkungan dan demografi

2) Data rumah sehat

3) Potensi yang dimiliki SDA dan DSM

4) Data penyakit berbasis lingkungan dan potensi resiko

b. Tersusunnya rencana kegiatan pemecahan masalah

C. Manfaat

1. Bagi Masyarakat Ngampilan

a. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang rumah sehat dan lingkungan sehat

b. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya rumah dan lingkungan sehat

2. Bagi Puskesmas Ngampilan

a. Mendapat masukkan dan informasi yang membangun bagi Puskesmas Ngampilan

terutama dibidang kesehatan lingkungan

b. Mendapat bantuan tenaga dalam menangani masalah-masalah sanitasi di wilayah

kerja Puskesmas Ngampilan

3. Bagi Mahasiswa Kesehatan Lingkungan

a. Sebagai media silaturahmi dan kerjasama yang baik antara instansi pemerintah

b. Sebagai tempat untuk membantu mahasiswa melakukan praktik kuliah lapangan

dengan orientasi langsung ke masyarakat.

Page 9: Penyehatan Permukiman

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Rumah

Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana

pembinaan keluarga menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No.

829/Menkes/SK/VII/1999.

Menurut Azrul Azwar, rumah bagi manusia mempunyai arti:

1. Sebagai tempat untuk melepaskan lelah, beristirahat setelah penat melaksanakan

kewajiban sehari-hari.

2. Sebagai tempat untuk bergaul dengan keluarga atau membina rasa kekeluargaan bagi

segenap anggota keluarga yang ada.

3. Sebagai tempat untuk melindungi diri dari bahaya yang datang mengancam.

4. Sebagai lambang status sosial yang dimiliki, yang masih dirasakan hingga saat ini.

5. Sebagai tempat untuk meletakkan atau menyimpan barang-barang berharga yang

dimiliki, yang terutama masih ditemui pada masyarakat pedesaan.

Rumah sehat diartikan sebagai tempat berlindung/bernaung dan tempat untuk

beristirahat, sehingga menumbuhkan kehidupan yang sempurna baik fisik, rokhani maupun

sosial.

Menurut Ditjen Cipta karya komponen yang harus dimiliki rumah sehat adalah:

1. Fondasi yang kuat untuk meneruskan beban bangunan ke tanah dasar memberi

kestabilan bangunan dan merupakan penghubung antara bangunan dengan tanah.

2. Lantai kedap air dan tidak lembab, tinggi minimum 10 cm dari pekarangan dan 25 cm

dari badan jalan, bahan kedap air, untuk rumah panggung dapat terbuat dari papan atau

anyaman bambu.

3. Memiliki jendela dan pintu yang berfungsi sebagai ventilasi dan masuknya sinar

matahari dengan luas minimum 10% luas lantai.

4. Dinding rumah kedap air yang berfungsi untuk mendukung atau menyangga atap,

menahan angin dan air hujan, melindungi dari panas dan debu dari luar serta menjaga

kerahasiaan (privacy) penghuninya.

Page 10: Penyehatan Permukiman

5. Langit-langit untuk menahan dan menyerap panas terik matahari.

6. Atap rumah yang berfungsi sebagai penahan panas sinar matahari.

Rumah yang sehat menurut Winslow dan APHA harus memenuhi persyaratan antara

lain:

1. Memenuhi kebutuhan fisiologis

a. Pencahayaan

b. Ventilasi (Perhawaan)

c. Gangguan suara/kebisingan (noise)

d. Cukup tempat bermain anak

2. Memenuhi kebutuhan psikologis

3. Mencegah penularan penyakit

a. Penyediaan air

b. Bebas dari kehidupan serangga dan tikus

c. Pembuangan sampah

d. Pembuangan air limbah

e. Pembuangan tinja

4. Mencegah terjadinya kecelakaan

B. Permukiman

Dalam buku “The Lexicon Webster Dictionary” pengertian permukiman dapat

dirumuskan sebagai suatu keadaan atau tempat dimana manusia dapat menetap/tinggal pada

kedudukan yang tetap sehingga keluarga dapat berkembang secara harmonis dalam kondisi

yang menguntungkan.

Menurut WHO, permukiman adalah “Suatu Struktur Fisik” dimana orang

menggunakannya untuk tempat berlindung, juga lingkungan dari struktur tersebut termasuk

semua fasilitas dan pelayanan yang diperlukan, perlengkapan yang berguna untuk kesehatan

jasmani, rokhani dan sosialnya yang baik untuk keluarga dan individu.

Sedangkan menurut undang-undang nomor 4 tahun 1992 permukiman adalah bagian

dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan

maupun pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian

dan tempat kegiatan yang mendukung peri kehidupan dan penghidupan.

Page 11: Penyehatan Permukiman

Berdasarkan sifatnya permukiman dapat dibedakan beberapa jenis yaitu:

1. Permukiman/perkampungan tradisional.

2. Perkampungan darurat.

3. Perkampungan Kumuh (slum area).

4. Permukiman Transmigrasi.

5. Perkampungan untuk kelompok-kelompok khusus.

6. Permukiman baru (real state).

C. Masalah Perumahan di Indonesia

Masalah rumah dan permukiman di Indonesia berakar dari pergeseran konsentrasi

penduduk dari desa ke kota. Pertumbuhan penduduk kota di Indonesia yang cukup tinggi,

sekitar 4% pertahun, lebih tinggi dari pertumbuhan nasional, dan kecenderungan yang tinggi

tumbuhnya kota-kota di Indonesia. Sayangnya, terjadi keadaan yang tidak sesuai antara

tingkat kemampuan dengan kebutuhan sumber daya manusia untuk lapangan kerja yang ada

di perkotaan, mengakibatkan timbulnya kelas sosial yang tingkat ekonominya sangat rendah.

Hal ini berakibat terhadap tingkat pemenuhan kebutuhan dasar kaum papa itu yang

dikatakan sangat minim. Rumah dan tempat hunian mereka tidak lebih merupakan tempat

untuk tetap survive di tengah kehidupan kota. Kualitas permukiman mereka dianggap rendah

dan tidak memenuhi standar hidup yang layak.

Berbagai program pengadaan perumahan telah dilakukan Pemerintah dan swasta (real

estat). Tetapi apa yang dilakukan belum mencukupi, baik dari segi kualitas maupun

kuantitas. Dari segi jumlah ternyata Pemerintah dan swasta hanya mampu menyediakan

lebih kurang 10% saja dari kebutuhan rumah, sementara sisanya dibangun sendiri oleh

masyarakat. Darei segi kualitas, banyak pihak yang berpendapat bahwa program yang ada

belum menyentuh secara holistik dimensi sosial masyarakat, sehingga masih perlu

diupayakan perbaikan-perbaikan.

Beberapa masalah pokok dalam bidang perumahan di Indonesia antara lain:

1. Perbedaan persepsi tentang rumah layak huni. Masalah penyelesaian teknis ekonomi

yang tidak sepihak, tanpa melibatkan masyarakat pemakai yang berhubungan erat

dengan latar belakang budaya, tradisi dan perilaku mereka. Hal ini menimbulkan

kesenjangan dalam memandang rumah yang layak huni. Salah satu akibatnya adalah

Page 12: Penyehatan Permukiman

rumah siap huni berupa rumah susun, misalnya ditinggalkan oleh penghuninya, atau

berkembang menjadi sangat rawan akan kriminalitas atau dipugar, yang tentunya

membutuhkan biaya tambahan.

2. Ketidakseimbangan sediaan (supply) dan permintaan (demand). Kebutuhan paling

banyak adalah berasal dari golongan rumah menengah ke bawah, sementara ada

kecenderungan pihak pengembang, terutama swasta membangun untuk masyarakat

menengah atas yang memang menjanjikan keuntungan yang lebih besar.

3. Keberlanjutan (sustainability) rumah dan perumahan. Belum ada sistem yang efektif

untuk mengevaluasi perumahan, agar dapat diperoleh gambaran kehidupan masyarakat

di dalamnya pasca okupansi. Padahal hal ini penting untuk perbaikan kualitas

perumahan secara berkelanjutan.

4. Ketidakseimbangan aksesibilitas masyarakat terhadap fasilitas pelayanan kota.

Masyarakat berpendapatan rendah yang membangun rumahnya dalam batas

kemampuannya pada ruang-ruang kota, seperti prasarana dan sanitasi lingkungannya.

Hal ini menunjukkan tidk terlindunginya hak-hak mereka sebagai warga kota.

5. Pola pembangunan perumahan dan permukiman masih memberikan gambaran bahwa

aspek kesehatan lingkungan belum dijadikan dasar komponen yang diperlukan dalam

perencanaan teknis.

6. Masih banyak dijumpai lingkungan permukiman baru di perkotaan yang tidak menjamin

peningkatan status kesehatan keluarga. Seperti ukuran yang terlalu kecil dibanding

dengan jumlah penghuni, tata letak yang terlalu dekat dengan pusat industri dan

kegiatan lalu lintas yang padat, mutu bangunan yang Sub Standar.

7. Di Pedesaan pada umumnya, perumahan masih berkaitan erat dengan budaya atau

tradisi setempat yang sering kali tidak memenuhi kondisi kesehatan lingkungan.

8. Belum terlaksananya secara optimal fungsi dan peranan sektor-sektor yang terkait

dalam sistem penanganan perumahan dan lingkungan terutama di daerah kumuh

perkotaan, daerah pemukiman baru perkotaan dan pemukiman transmigrasi.

Page 13: Penyehatan Permukiman

BAB III

ALAT, BAHAN, DAN PROSEDUR KERJA

A. Alat

1. Sound Level Meter

2. Lux Metet

3. Thermohigrometer

4. Anemometer

5. Kalkulator

B. Bahan

1. Alat Tulis

2. Check List

C. Prosedur Kerja

1. Sound Level Meter

Pengukuran kebisingan di wilayah Kelurahan Notoprajan dan Kelurahan Ngampilan

Kecamatan Ngampilan

Cara Kerja:

a. Menentukan titik sampling yang baik, jarak dari titik pemantul 2–3 meter

b. Meletakkan/memegang sound level meter pada ketinggian 1,00–1,20 meter

c. Mengarahkan mikrofon ke sumber suara

d. Menghidupkan sound level meter dengan cara menggeser tombol ON/OFF

e. Menyetel respon F (fast) dan filter A pada intensitas yang kontinue atau slow pada

intensitas impulsiv

f. Menggeser range suara

g. Mencatat angka yang muncul pada display setiap 5 detik pada formulir Bis

h. Melakukan pengukuran seperti tersebut diatas selama 12–15 menit

i. Mengelompokkan hasil pengukuran dengan formulir Bis 2

j. Menghitung tingkat kebisingan sesuai dengan rumus.

Page 14: Penyehatan Permukiman

2. Lux Meter

Pengukuran pencahayaan di wilayah Kelurahan Notoprajan Kecamatan Ngampilan

Cara Kerja:

a. Menentukan titik yang akan dilakukan pengukuran pencahayaan (pada lokasi dengan

ukuran 5x8 meter diambil 5 titik)

b. Membuka lux meter

c. Memegang lux meter dengan menengadahkan lux meter

d. Menyalakan lux meter

e. Menunggu beberapa saat hingga terlihat nilai yang tercantum cukup konstan

f. Mencatat nilai hasil pengukuran pencahayaan

g. Melakukan hal tersebut diatas pada titik-titik yang lain sampai selesai (setiap

pergantian titik, lux meter dimatikan terlebih dahulu).

3. Thermohigrometer

Pengukuran suhu dan kelembaban di wilayah Kelurahan Ngampilan dan Kelurahan

Notoprajan Kecamatan Ngampilan

Cara Kerja:

a. Menentukan titik yang akan dilakukan pengukuran suhu dan kelembaban

b. Menggantung thermohigrometer pada dinding selama 15 menit

c. Melihat dan mencatat hasil pengukuran suhu dan kelembaban

4. Anemometer

Pengukuran kecepatan angin diwilayah Kelurahan Ngampilan dan Notoprajan Kecamatan

Ngampilan

Cara Kerja :

a. Menentukan titik yang akan dilakukan pengukuran kecepatan angin

b. Anemometer diarahkan dibagian belakang ventilasi, kemudian menghidupkan

anemometer dengan cara

Tekan tombol ON/OFF

Tekan vell, tunggu sampai muncul huruf m/s

Tunggu 5 menit, tekan read selama 5 detik

c. Melihat dan mencatat hasil pengukurannya (pengukuran dilakukan sebanyak 5 kali).

Page 15: Penyehatan Permukiman

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi

Puskesmas Ngampilan yang terletak di jalan Munir NG II/215 Kelurahan Notoprajan

Kecamatan Ngampilan Kota Yogyakarta mempunyai wilayah kerja dua kelurahan. Adapun

gambaran umum wilayah kerja akan dijelaskan pada uraian di bawah ini:

1. Kondisi Geografis Kecamatan Ngampilan

a. Nama : Kecamatan Ngampilan

b. Batas Wilayah :

Utara : Wilayah kelurahan Pringgokusuman

Timur : Wilayah kelurahan Ngupasan, Kec Gondokusuman

Selatan : Wilayah kelurahan Gedongkiwo, Kec Mantrijeron

Barat : Wilayah kelurahan Wirobrajan, Kec Wirobrajan

c. Jarak Pusat Pemerintah Wilayah Kecamatan

Kelurahan terjauh : 0,5 km

Ibukota Kota : 5 km

Ibukota Provinsi : 2,5 km

d. Jumlah Kelurahan :

1. Kelurahan Ngampilan

2. Kelurahan Notoprajan

e. Jumlah RW : 21 RW

f. Jumlah RT : 120 RT

g. Luas wilayah : 183,1579 Ha

h. Ketinggian tempat : 114 mdpal`

i. Rerata curah hujan : 1500 mm/th

j. Topografi : 0-3% (datar)

k. Luas dan Penggunaan lahan

Sawah/ladang : -

Pekarangan/bangunan : 69,76 ha

Fasilitas umum : 12,12 ha

Page 16: Penyehatan Permukiman

Jalur hijau : 11,74 ha

Pekuburan : 0,48 ha

l. Demografi

Jumlah penduduk: 19.854 jiwa

Laki-laki : 9.775 jiwa

Perempuan : 10.079 jiwa

m. Laju pertumbuhan penduduk

Jumlah KK : 5211 KK

Kepadatan Penduduk : 2704 jiwa/km2

2. Tingkat Sosial Ekonomi Penduduk

Sosial Ekonomi merupakan salah satu faktor yang mempunyai pengaruh terhadap

berhasil tidaknya upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat berdasarkan hasil

pendataan keluarga prasejahtera yang dilakasanakan oleh BKKBN Kecamatan

Ngampilan tahun 2009 dapat diketahui bahwa 2826 jiwa (11,69%) penduduk Kecamatan

Ngampilan dalam kondisi status GAKIN. Hal ini menunjukkan terjadinya penurunan

status sosial ekonomi warga penduduk Kecamatan Ngampilan bila dibandingkan dengan

tahun lalu dimana (15,70%) penduduk Kecamatan Ngampilan Kota Yogyakarta dalam

kondisi keluarga Prasejahtera atau GAKIN.

Adanya kelembagaan sosial di masyarakat akan mempengaruhi kondisi sosial yang

ada, yang diharapkan dapat memberdayakan masyarakat untuk berperan serta dalam

pembangunan di kecamatan Ngampilan. Dari kegiatan koordinasi dan komunikasi antar

unsur-unsur atau komponen baik pribadi atau organisasi maka akan terjalin hubungan

timbal balik antara pemerintah, swasta dengan masyarakat.

3. Data Demografi Dan Sarana Kesehatan

Desa/Kelurahan : Notoprajan dan Ngampilan

Kecamatan : Ngampilan

Kabupaten/Kota : Kota Yogyakarta

Page 17: Penyehatan Permukiman

a. Kependudukan

1) Jumlah Penduduk

Jenis Kelamin Jumlah %

Laki-laki 9.775 orang 49,23

Perempuan 10.079 orang 50,77

Jumlah 19.854 orang 100

2) Kelompok Umur menurut usia

a) Kelompok pendidikan

No Kelompok Umur Banyaknya %

1. 0 - 3 th 1.002 orang 4,8

2. 4 - 6 th 807 orang 3,9

3. 7 - 12 th 1743 orang 8,3

4. 13 - 15 th 818 orang 3,9

5. 16 - 18 th 1310 orang 6,3

6. 19 th ke atas 15184 orang 72,8

Jumlah 20864 orang 100

b) Tingkat Pendidikan

No Pendidikan Banyaknya %

1. Taman kanak – kanak 0 orang 0

2. SD 3.438 orang 22,5

3. SMP 3.748 orang 24,6

4. SLTA 5.348 orang 35,1

5. Akademi (D1 – D3) 724 orang 4,7

6. Sarjana (S1 – S2) 1.994 orang 13,1

Jumlah 15.252 orang 100

Page 18: Penyehatan Permukiman

3) Sarana Kesehatan

No Jenis Sarana Banyaknya

1. Posyandu 23 buah

2. Puskesmas Pembantu 1 buah

3. Puskesmas 1 buah

4. Apotek/Depot Obat 6 buah

5. RS -

6. Dokter Praktik 24 buah

7. Bidan Praktik 1 buah

8. Kader Kesehatan 13 orang

4) Sarana Kesehatan Lingkungan

No Jenis Sarana Banyaknya

1. TPS 1 buah

2. MCK 46 buah

3. SAB 641 buah

4. Jamban 1084 buah

5) Sarana Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Banyaknya

1. TK 8 buah

2. Sekolah Dasar 9 buah

3. SLTP 3 buah

4. SLTA 3 buah

5. Akademi / PT 1 buah

Page 19: Penyehatan Permukiman

6) Tempat Ibadah

No Jenis Sarana Banyaknya

1. Masjid 18 buah

2. Gereja 2 buah

3. Pura -

4. Vihara -

7) Sarana Sosial Lain

No Jenis sarana Banyaknya

1. Pasar 1 buah

2. Terminal -

3. Hotel Melati 3 buah

4. Restaurant/Rumah makan 10

B. Lingkup Penilaian Rumah Meliputi Komponen Rumah, Sarana Sanitasi Dan Perilaku

Penghuni

1. Komponen rumah

a. Langit-langit

Keadaan langit-langit Frekuensi %

Tidak ada 49 40,8

Ada, bersih, rawan kecelakaan 38 31,7

Ada, bersih, kuat & tinggi min 2,75 m 33 10,8

Jumlah 120 100

Keterangan:

Dari 120 rumah penduduk yang disurvey, 32,5% tidak memiliki langit-langit, yang

memiliki langit-langit dalam keadaan bersih namun rawan kecelakaan sebanyak

31,6%. Sedangkan langit-langit yang memenuhi syarat yaitu bersih, kuat, dan tinggi

sebanyak 35,8%.

Page 20: Penyehatan Permukiman

b. Dinding

Keadaan dinding Frekuensi %

Non permanen 18 15

Semi permanan/tembok tidak diplester 42 35

Permanen dan kedap air 60 50

Jumlah 120 100

Keterangan:

Dari 120 rumah penduduk yang disurvey, 50% keadaan dindingnya permanen dan

kedap air. Namun yang masih dalam keadaan non permanen sebanyak 15% dan yang

semi permanen/tembok tidak diplester sebanyak 35%. Rumah dengan kriteria tersebut

belum dapat dikatakan sebagai rumah sehat.

c. Lantai

Keadaan lantai Frekuensi %

Tanah/papan 5 4,1

Seluruh lantai plester kasar (trasah) 62 51,7

Seluruhnya kedap air dan sebagian dikeramik 26 21,7

Seluruh lantai pasangan keramik 27 22,5

Jumlah 120 100

Keterangan:

Berdasarkan hasil survey 4,1% keadaan lantai rumah penduduk masih tanah, 51,2%

kondisi lantai masih plester kasar (trasah), 21,7% kondisi lantai seluruhnya kedap air

dan sebagian dikeramik dan 22,5% kondisi lantai seluruhnya pasangan keramik.

Lantai merupakan komponen penting dalam penilaian rumah sehat karena lantai

selalu berhubungan dengan kondisi pemiliknya.

Page 21: Penyehatan Permukiman

d. Pintu

Keadaan pintu Frekuensi %

Hanya ada pintu utama 46 38,3

Setiap ruang tidur terpasang pintu 72 60

Setiap pintu ruang tidur dipasang kasa nyamuk 2 1,7

Jumlah 120 100

Keterangan:

Keadaan pintu penduduk yang memenuhi syarat untuk sarana bergerak dan

bersosialisasi dengan penghuni yaitu setiap ruang tidur terpasang pintu jumlahnya

sebesar 60% dari 120 rumah yang disurvey dan setiap pintu ruang tidur dipasang

kasa nyamuk sebesar 1,7% dari 120 rumah.

e. Jendela kamar tidur

Keadaan Frekuensi %

Tidak ada 52 43,3

Ada 68 56,7

Jumlah 120 100

Jendela ruang keluarga

Keadaan Frekuensi %

Tidak ada 53 44,2

Ada 67 55,8

Jumlah 120 100

Keterangan:

Berdasarkan tabel diatas, baru 43,3% kamar tidur yang memiliki jendela dan 55,8%

ruang keluarga yang memiliki jendela. Hal tersebut memenuhi syarat karena jendela

merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah rumah sebagai sarana sirkulasi

udara.

Page 22: Penyehatan Permukiman

f. Ventilasi

Keadaan Frekuensi %

Tidak ada 29 24,2

ada, < 10% LL 49 40,8

ada, 10% LL tidak dipasang kaca 37 30,8

Ada, 10% LL dipasang kaca 5 4,2

Jumlah 120 100

Keterangan:

Berdasarkan hasil survey, 40,8% rumah penduduk telah memiliki ventilasi namun

ventilasi kurang dari 10% dari luas lantai. Kriteria ventilasi belum memenuhi syarat,

sehingga perlu ditambahkan alat bantu untuk mengatur system perhawaan dalam

rumah, atau dapat juga dengan membuka jendela rumah dan kamar.

g. Lubang asap dapur

Keadaan Frekuensi %

Tidak ada 114 95

Ada 6 5

Ada dan berfungsi dengan baik - -

Jumlah 120 100

Keterangan:

Sebagian besar (95%) rumah penduduk tidak memiliki lubang asap dapur dan yang

telah memiliki lubang asap dapur namun tidak berfungsi dengan baik sebesar 5%.

Dengan melihat data tersebut dapat dikatakan bahwa pemilik rumah belum

mengetahui manfaat dari lubang asap dapur tersebut.

Page 23: Penyehatan Permukiman

h. Pencahayaan alamiah

Keadaan Frekuensi %

Tidak terang, tidak dapat digunakan untuk membaca 9 7,5

Kurang terang, bila untuk membaca terasa sakit 61 50,8

Terang, enak untuk membaca dan tidak silau 50 41,7

Jumlah 120 100

Keterangan:

Sebagian besar rumah penduduk (50,8%) keadaan pencahayaan alamiah kurang

memenuhi syarat yaitu kurang terang, bila untuk membaca terasa sakit. Dan yang

tidak terang, tidak dapat dipergunakan untuk membaca sebesar 41,7%. Sedangkan

yang memenuhi syarat yaitu 7,5% dan enak untuk membaca.

2. Sarana Sanitasi

a. SAB

Jenis Yang Digunakan Frekuensi %

Sumur gali 40 33,3

Sumur pompa tangan/sanyo 45 37,5

PDAM 35 29,2

Jumlah 120 100

Keterangan:

Berdasarkan hasil survey, sumber air bersih yang digunakan oleh sebagian besar

penduduk (37,5%) adalah Sumur yang menggunakan sambungan rumah/sanyo,

sumur PDAM 33,3% dan 29,2% sudah menggunakan sumur gali.

Kepemilikan dan Kualitas SAB Frekuensi %

Bukan milik sendiri 17 14,1

Ada, milik sendiri, tidak memenuhi syarat 9 7,5

Ada, bukan milik sendiri dan memenuhi syarat 56 46,7

Page 24: Penyehatan Permukiman

Ada, milik sendiri dan memenuhi syarat 38 31,7

Jumlah 120 100

Keterangan:

Berdasarkan kepemilikan dan kualitas sarana air bersih, 14,1% penduduk belum

memiliki sarana air bersih sendiri, mereka menggunakan sumur umum yang berada

disekitar permukiman mereka. Dan yang sudah memiliki sarana air bersih sendiri

yang memenuhi syarat sebesar 31,7%.

b. Jamban keluarga

Kondisi Frekuensi %

Tidak ada 27 22,5

Ada dan tidak memenuhi syarat 40 33,3

Ada dan memenuhi syarat 53 44,2

Jumlah 120 100

Keterangan:

Dilihat dari kepemilikan jamban keluarga, 44,2% penduduk sudah memiliki jamban

keluarga yang memenuhi syarat dan yang belum memiliki jamban keluarga sebesar

22,5%.

c. Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)

Kondisi SPAL Frekuensi %

Tidak ada 40 33,3

Ada, jarak dengan sumber air < 10 m, atau ke saluran

terbuka17 14,2

Ada, jarak dengan sumber air >10 m, atau ke saluran

kota63 52,5

Jumlah 120 100

Keterangan:

Page 25: Penyehatan Permukiman

Dilihat dari kepemilikan SPAL, dari 120 rumah hanya 14,2% penduduk sudah

memiliki SPAL yang jarak dengan sumber airnya >10 meter atau ke saluran kota,

52,5% penduudk memiliki SPAL yang jarak sumber airnya <10 meter atau ke saluran

terbuka dan 33,3% penduduk tidak memiliki SPAL.

d. Tempat sampah

Kondisi Tempat Sampah Frekuensi %

Tidak ada 28 23,3

Ada, tidak kedap air dan tidak tertutup 81 67,5

Ada, kedap air dan berpenutup 11 9,2

Jumlah 120 100

Keterangan:

Berdasarkan kepemilikan tempat sampah, 67,5% penduduk sudah memiliki tempat

sampah namun tidak kedap air dan tidak bertutup. Penduduk belum menyadari

pentingnya menggunakan tempat sampah yang bertutup dan kedap air. Sedangkan

penduduk yang sudah memiliki tempat sampah yang bertutup dan kedap air sebesar

9,2% dan 23,3% yang tidak memiliki tempat sampah.

3. Perilaku Penghuni

a. Membuka jendela

Perilaku Frekuensi %

Tidak pernah 27 22,5

Kadang-kadang 58 48,3

Setiap hari 35 29,2

Jumlah 120 100

Page 26: Penyehatan Permukiman

Keterangan:

Kebiasaan penduduk untuk membuka jendela setiap hari (29,2%). Namun sebagian

besar penduduk priode membuka jendelanya hanya kadang-kadang saja 48,3% dan

22,5% masyarakat yang tidak pernah membuka jendela.

b. Menyapu dan mengepel rumah

Perilaku Frekuensi %

Seminggu 17 14,2

Setiap 3 hari 26 21,6

Setiap hari 77 64,2

Jumlah 120 100

Keterangan:

Kebiasaan penduduk untuk menyapu dan mengepel setiap hari sebagian besar

(64,2%) sudah dilakukan, akan tetapi masih ada 14,2% yang menyapu dan mengepel

rumah satu minggu sekali.

c. Cara membuang tinja, termasuk bayi

Perilaku Frekuensi %

Ke sungai/kebun/kolam 1 0,8

Ke WC/jamban 119 99,2

Jumlah 120 100

Keterangan:

Berdasarkan hasil survey, 99,2% penduduk sudah membuang tinja ke WC/jamban.

Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk memiliki kesadaran untuk

menerapkan kepeduliannya atas kesehatan lingkungan.

Page 27: Penyehatan Permukiman

d. Pengelolaan sampah

Perilaku Frekuensi %

Dibuang ke sungai/kebun 1 0,8

Ke TPS petugas sampah 119 99,2

Dimanfaatkan daur ulang - -

Jumlah 120 100

Keterangan:

Sebagian besar penduduk (99,2%) sudah membuang sampah di TPS atau petugas

sampah. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk sudah memiliki kesadaran akan

pentingnya kebersihan dan menjaga lingkungan agar tetap sehat.

e. Menguras kamar mandi

Perilaku Frekuensi %

Seminggu 31 25,8

Setiap 3 hari 27 22,5

Setiap hari 62 51,7

Jumlah 120 100

Keterangan:

Berdasarkan hasil survey, 51,7% penduduk sudah menyadari akan pentingnya 3M

yang salah satunya menguras bak mandi setiap hari. 22,5% penduduk menguras bak

mandi 3 hari sekali, akan tetapi masih ada 25,8% yang belum menyadari akan

pentingnya 3M dan menguras bak mandinya hanya sekali dalam seminggu.

4. Lain – lain

a. Kepadatan penghuni

Kepadatan penghuni Frekuensi %

< 8 m2 per orang 34 28,3

> 8 m2 per orang 86 71,7

Jumlah 120 100

Page 28: Penyehatan Permukiman

Keterangan:

Kepadatan penghuni rumah 71,7% sudah memenuhi syarat yaitu kepadatan penghuni

> 8 m2 per orang.

b. Tikus

Keberadaan tikus Frekuensi %

Ada 84 70

Tidak ada 36 30

Jumlah 120 100

Keterangan:

Sebagian besar rumah penduduk (70%) terdapat tikus. Hal ini menunjukkan bahwa

kebersihan rumah dan lingkungan masih kurang.

c. Lalat

Keberadaan lalat Frekuensi %

> 5 ekor 73 60,8

< 5 ekor 47 39,2

Jumlah 120 100

Keterangan :

Berdasarkan hasil survey, 39,2% lalat pada rumah penduduk <5 ekor dan 60,8%

keberadaan lalatnya >5 ekor. Hal ini menunjukkan bahwa kebersihan rumah masih

kurang.

Page 29: Penyehatan Permukiman

d. Kecoa

Keberadaan kecoa Frekuensi %

Ada 89 74,2

Tidak ada 31 25,8

Jumlah 120 100

Keterangan:

Sebagian besar rumah penduduk (74,2%) terdapat kecoa. Hal ini menunjukkan rumah

tersebut tingkat kebersihannya masih kurang. 25,8% tingkat kebersihan rumahnya

baik.

e. Nyamuk

Keberadaan nyamuk Frekuensi %

Ada 103 85,8

Tidak ada 17 14,2

Jumlah 120 100

Keterangan:

Sebagian besar rumah penduduk (85,8%) terdapat nyamuk. Hal ini menunjukkan

kebersihan dan sanitasi rumah masih kurang.

f. Kandang ternak

Keberadaan kandang ternak Frekuensi %

Menyatu dengan rumah - 0

Terpisah dari rumah < 10 m 19 15,8

Terpisah dari rumah > 10 m/tidak punya ternak 101 84,2

Jumlah 120 100

Keterangan:

Berdasarkan hasil survey, 84,2% rumah yang memiliki kandang ternak sudah terpisah

dari rumah >10 m/tidak punya ternak. Hal ini menunjukkan penduduk sudah sadar

Page 30: Penyehatan Permukiman

akan pentingnya kesehatan walaupun masih ada 15,8% yang masih belum

menerapkan hal tersebut.

C. Pembahasan

1. Rumah dan Komponen-Komponen Rumah

Dari hasil penilaian rumah sehat, didapatkan hasil dari 120 rumah yang diperiksa

terdapat 10 atau 8,3% termasuk rumah yang tidak sehat karena total skore nilai dibawah

614, 31 atau 25,8% termasuk rumah yang kurang sehat dengan rentang skore antara 614-

1007, dan 79 atau 65,8% termasuk rumah sehat dengan rentang total skore nilai antara

1008-1388. Dapat dilihat pada lingkup penilaian rumah sehat, masih ada beberapa

komponen rumah yang belum memenuhi syarat. Penilaian rumah tersebut mengacu pada

standar yang ditetapkan yaitu pada Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) No.

829/Menkes/SK/VII/1999 tentang persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan

pemukiman.

Dari komponen-komponen yang ada, yaitu komponen rumah. diantaranya pintu,

ada 46 rumah atau 38,3% dari 120 rumah yang diperiksa hanya memiliki pintu utama.

Pada ventilasi juga masih terdapaat beberapa rumah yang tidak mempunyai ventilasi,

yaitu terdapat 29 rumah atau 24,2% rumah tidak mempunyai ventilasi. Hal ini terjadi

karena disebabkan lahan untuk setiap rumah terbatas, selain itu juga rumah penduduk

yang satu dengan yang lain saling berhimpitan sehingga tidak memungkinkan dibuatnya

lubang ventilasi di samping kanan atau kiri rumah. Rata-rata setiap rumah hanya

memiliki lubang ventilasi di depan rumah dekat pintu masuk utama sehingga

menyebabkan udara yang ada di dalam rumah tidak segar setiap hari khususnya pada

ruangan yang tidak ada ventilasinya selain ruang tamu karena proses pertukaran udara

dari luar ke dalam tidak bisa terjadi dan dapat mengakibatkan 3 kemungkinan, yaitu

kekurangan oksigen dalam udara, bertambahnya konsentrasi CO2 serta adanya bahan-

bahan racun organis yang ikut terhirup. Selain alasan di atas ventilasinya kurang

disebabkan karena bersatunya dapur dengan ruang tidur atau ruang lain tempat aktivitas

keluarga. Kemudian komponen rumah selanjutnya yang kurang memenuhi persyaratan

kesehatan dengan persentase tinggi adalah aspek pencahayaan untuk setiap rumah yang

diperiksa kurang terang, bila untuk membaca terasa sakit yaitu sebesar 54%. Berkaitan

Page 31: Penyehatan Permukiman

dengan lubang ventilasi yang kurang pencahayaan untuk setiap rumah juga kurang bagus

menurut kesehatan. Karena lubang ventilasi yang kecil pencahayaan dari luar (sinar

matahari yang masuk rumah) sedikit. Apalagi bagian atap rumah yang semuanya tertutup

oleh genteng atau plafon dan tidak terdapat genteng kaca sehingga ruangan menjadi gelap

atau kurang cahaya. Ada juga beberapa rumah untuk bagian ruang tamunya saat siang

hari bila masuk ke dalam rumah terasa gelap harus menyalakan lampu yang ada karena

gelap, tidak terang.

Pada lubang asap dapur terdapat 114 rumah atau 95% dari 120 rumah yang

diperiksa tidak memiliki lubang asap dapur. Untuk komponen sarana sanitasi, pada

keadaan jamban keluarga terdapat 40 rumah atau 33,3% dari 120 rumah yang diperiksa

memiliki jamban sendiri namun tidak memenuhi syarat. Jamban yang kotor dapat

menimbulkan bau yang kurang sedap, dapat juga mengundang vector penyakit.

2. Sarana Sanitasi

Selain itu, untuk komponen tempat sampah terdapat 81 rumah atau 67,5% dari 120 rumah

yang kami periksa memiliki tempat sampah namun tidak kedap air dan tidak tertutup.

Tempat sampah dengan kondisi yang demikian dapat menimbulkan bau yang tidak sedap,

mengundang lalat dan semut. Hal demikian dapat menyebabkan pencemaran lingkungan

dan gangguan estetika. Tempat sampah yang tidak kedap air, bila terkena air dapat

menyebabkan sampah yang di dalam tempat sampah menjadi basah dan lembek dan

menimbulkan bau yang kurang sedap. Tempat sampah yang tidak tertutup akan

mengundang datangnya lalat yang apabila lalat tersebut hinggap ke makanan dan

makanan tersebut dimakan oleh manusia, maka dapat menyebabkan sakit perut,

keracunan makanan dan gangguan sistem pencernaan. Selain itu juga bila tempat sampah

tidak ada tutupnya bau sampah yang ada bila terkena angin dapat tersebar kemana-mana

dan bisa menimbulkan pencemaran udara disekitarnya.

Selanjutnya mengenai saluran pembuangan air limbah yang digunakan untuk setiap

rumah yang diperiksa di kelurahan Ngampilan dan Notoprajan, rata-rata ada saluran

pembuangan air limbah, tetapi jaraknya dengan sumber air kurang dari 10% atau

dibuang ke saluran terbuka yaitu sebesar 17% dan yang tidak ada SPAL 40 rumah atau

33,3%. Karena lahan yang tidak ada serta kelurahan Ngampilan dan Notoprajan juga

Page 32: Penyehatan Permukiman

termasuk kawasan pemukiman padat jadi tidak mungkin jika setiap rumah membangun

saluran pembuangan air limbah dengan jarak lebih dari 10 meter dari sumber air yang

digunakan. Bila limbah yang dihasilkan dibuang ke saluran terbuka dapat menyebabkan

pencemaran lingkungan seperti bau yang tidak enak, gangguan estetika, dapat menjadi

sarang atau tempat berkembang biaknya binatang pengganggu. Namun jarak antara

sumber air yang digunakan dengan saluran pembuangan air limbah yang terlalu dekat

atau kurang dari 10 meter dapat mengakibatkan sumber air tesebut tercemar oleh air

limbah yang ada di saluran pembuangan jika pembangunan sumber air tersebut

dindingnya atau ada bagian yang tidak rapat dan tidak kedap air. Sumber air yang

digunakan tersebut bila tercemar air limbah dan tetap digunakan oleh warga untuk

kebutuhan sehari-hari dapat menyebabkan beberapa penyakit seperti : penyakit kulit dan

gangguan saluran pencernaan seperti diare.

3. Perilaku

Pada komponen perilaku penghuni yaitu pada kebiasaan membuka jendela masih

banyak yang membuka jendela rumahnya hanya kadang-kadang yaitu sebesar 58 rumah

atau 48,3%. Hal ini mengakibatkan udara yang ada di dalam rumah tidak segar setiap hari

khususnya pada ruang tamu yang jendelanya dibuka kadang-kadang saja. Proses

pertukaran udara dari luar ke dalam tidak bisa terjadi dan dapat mengakibatkan 3

kemungkinan, yaitu kekurangan oksigen dalam udara, bertambahnya konsentrasi CO2

serta adanya bahan-bahan racun organis yang ikut terhirup. Selain alasan diatas jendela

dibuka terkadang disebabkan karena rumah penduduk yang berdempetan dengan rumah-

rumah dan dengan jalan sempit atau jalan yang sering dilalui oleh kendaraan roda 2.

Masih banyak warga yang menguras kamar mandi, setiap seminggu sekali. yaitu

terdapat 31 rumah atau 25,8% dari 120 rumah yang diperiksa menguras kamar mandi

setiap seminggu sekali. Untuk komponen lain-lain, diantaranya kepadatan penghuni

terdapat 34 rumah atau 28,3% dari 120 rumah yang diperiksa kepadatannya <8m2 per

orang. Keadaan rumah yang seperti ini tidak sehat, karena kurangnya ruang untuk tiap

anggota keluarga

Page 33: Penyehatan Permukiman

4. Keberadaan Vektor Di Rumah Warga

Selain itu keberadaan vector seperti tikus, kecoa dan nyamuk juga masih banyak

dijumpai. Untuk tikus, yaitu sebanyak 84 rumah atau 70% penghuni masih menjumpai

tikus di rumahnya. Hal ini dapat disebabkan karena rumah berdekatan dengan selokan.

Untuk keberadaan kecoa juga banyak, yaitu terdapat 89 rumah atau 74,2% dari 120

rumah yang diperiksa penghuninya masih sering menjumpai kecoa di rumah. Dari tikus,

kecoa dan nyamuk yang paling banyak dijumpai yaitu nyamuk. Sebanyak 103 rumah atau

85,5% dari jumlah rumah yang disurvey penghuninya masih menjumpai banyak nyamuk

di rumahnya. Keberadaan nyamuk ini dapat terjadi karena kebiasaan penghuni seperti

menggantung pakaian, membiarkan container yang berisi air, dll.

5. Penilaian Lingkungan Pemukiman

Untuk penilaian lingkungan pemukiman yang berada di kelurahan Ngampilan dan

Notoprajan adalah lingkungan pemukiman di daerah tersebut merupakan kawasan

pemukiman padat, rumah-rumah warga saling berdekatan/berhimpit-himpitan dengan

jumlah penghuni rumah yang kebanyakan tidak sesuai dengan luas rumah yang dihuni

dalam artian terlalu banyak penghuni. Pemukiman di daerah Bausasran ini fasilitas jalan

untuk umum yang ada sangat sempit, hanya bisa dilewati oleh 1 orang saja. Ada jalan

utama yang cukup lebar. Lingkungan pemukimannya sudah lumayan bersih, tidak terlihat

sampah-sampah berserakan. Pemukiman yang padat penduduk seperti di daerah bantaran

sungai ini akan mempunyai risiko yang besar terhadap terjadinya penularan penyakit

apabila ada salah satu keluarga yang terkena DBD misalnya saja maka dengan jarak

antara rumah warga yang satu dengan yang lain begitu dekat rumah sebelahnya akan

mempunyai risiko tertular DBD lebih besar. Selain itu, di daerah pemukiman tersebut

untuk sumur gali yang digunakan ada beberapa keluarga yang tidak mempunyai sumur

gali mereka menggunakan satu sumber air untuk digunakan secara bersama-sama.

Namun penataan rumah warga kurang sesuai dengan kesehatan seperti misalnya saja,

rumah warga menghadap ke selatan di belakangnya lagi ada rumah, untuk depan rumah

warga yang berada di belakang ini berhubungan dengan dapur dan toilet rumah warga

yang di depan hanya terpisah oleh jalan sempit. Hal ini dapat menyebabkan gangguan

estetika dan mengganggu kenyamanan. Kondisi rumah warga rata-rata sudah

Page 34: Penyehatan Permukiman

menggunakan dinding permanen/ tembok hanya ada beberapa rumah yang masih

menggunakan papan atau triplek sebagai dinding rumah. Di lingkungan tersebut juga

terdapat rumah-rumah yang dikontrakkan serta ada juga pondok pesantren sehingga

kawasan tersebut menjadi semakin padat penghuni.

6. Penyakit Berbasis Lingkungan

Dari hasil survey penyakit berbasis lingkungan didapatkan 3 penyakit yaitu

penyakit kult, diare dan ISPA. Penyakit yang paling banyak yaitu penyakit kulit sebanyak

6 rumah, diare 2 rumah dan ISPA 2 rumah. Timbulnya penyakit ini dapat dipicu karena

masih banyak masyarakat yang memiliki rumah serta sarana kesehatan yang belum

memenuhi syarat kesehatan, hal ini mayoritas merujuk pada rendahnya kualitas ekonomi

dan pendidikan masyarakat. Selain itu juga dipengaruhi oleh kebiasaan beberapa anggota

keluarga yang belum menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dalam

kehidupan sehari-hari. Beberapa factor yang kami temukan dalam masyarakat yang dapat

berperan sebagai penyebab timbulnya penyakit-penyakit tersebut antara lain masih

adanya perilaku penduduk yang memiliki kebiasaan tidak membuka jendela baik ruang

keluarga maupun kamar tidur. Padahal luas bangunan rumah warga di kedua kelurahan

ini tergolong tidak sehat karena sebagian besar adalah rumah petak yang memiliki luas

berkisar 10m2-20m2. Bahkan terdapat warga yang menempati rumah dengan luas seperti

di atas namun ditempati oleh 3KK. Karena terbatasnya luas ruangan yang dimiliki ini

menyebabkan kontak antar anggota keluarga menjadi lebih sering terjadi. Selain itu dari

hasil pengukuran fisiologis dan penilaian pada komponen rumah di atas masih terdapat

rumah yang pencahayaannya belum memenuhi persyaratan dan beberapa rumah tidak

mempunyai ventilasi. Hal ini mengakibatkan tidakadanya pertukaran udara di dalam

rumah. Kondisi yang seperti ini dapat menyebabkan penyebaran penyakit ISPA menjadi

lebih besar dalam penularannya dalam satu keluarga. Factor lain yaitu pada komponen

sarana sanitasi masih ada beberapaa yang kurang bagus. Diantaranya pada kepemilikan

dan kualitas Sarana Air Bersih terdapat 9 rumah yang memiliki Sarana Air Bersih sendiri

namun tidak memenuhi syarat. Air yang akan diminum sebaiknya diolah terlebih dahulu

sampai benar-benar masak agar bakteri mati dan aman untuk diminum. Kebiasaan

memasak air sampai matang dapat mengurangi risiko terkena diare. Keadaan jamban

Page 35: Penyehatan Permukiman

keluarga yang tidak bagus juga dapat menimbulkan bau yang tidak sedap, dan

mengundang vector penyakit. Terdapat 40 rumah yang memiliki jamban sendiri namun

tidak memenuhi syarat. Kebiasaan tidak mencuci tangan menggunakan sabun setelah

BAB dapat menyebabkan mudah terkena diare, karena bakteri dari tinja tersebut akan

mencemari apapun yang kita pegang. Selain itu, kepemilikan tempat sampah juga masih

banyak yang tidak kedap air dan tidak tertutup. Terdapat 81 rumah yang memiliki tempat

sampah namun tidak kedap air dan tidak tertutup. Keadaan tempat sampaah yang seperti

ini dapat mengundang vector penyakit dan menimbulkan bau yang menyengat. Lalat

misalnya, binatang pembawa penyakit. Apabila terdapat banyak lalat di rumah,

kemungkinan untuk tertular penyakit sangat mudah. Melihat factor-faktor tersebut, wajar

jika diare masih banyak dikeluhkan oleh masyarakat Ngampilan. Factor lain yang dapat

mempengaruhi penyakit diare yaitu kebiasaan tidak mencuci tangan sebelum makan.

Membiasakan berperilaku hidup bersih dan sehat misalnya dengan mencuci tangan

setelah beraktivitas dan sebelum makan dapat mengurangi risiko terkena penyakit diare.

Penyakit ketiga yang dikeluhkan oleh masyarakat Gedongtengen yaitu penyakit kulit. Hal

ini dapat terjadi karena air yang digunakan untuk mandi tidak memenuhi syarat. Factor

risiko lain yang kami temukan dalam lingkungan masyarakat ini adalah kebiasaan warga

memelihara hewan seperti kucing, anjing, ayam serta yang paling banyak yaitu peternak

burung. Hewankucing dan anjing biasanya dipelihara dalam satu rumah oleh warga.

Sedaangkan untuk ayam dan burung kebanyakan diletakkan di luara rumah dengan jarak

yang tidak jauh. Dengaan luas rumah yang sempit, dapat memungkinkan sering

terjadinya interaksi antara hewan dengan manusia.

Setelah dilakukan survei mengenai penyakit berbasis lingkungan seperti diare,

ISPA, Malaria, TB Paru, Penyakit kulit, DBD yang dilakukan bersamaan dengan survei

penilaian rumah sehat sebanyak 100 rumah maka diperoleh hasil sebagai berikut :

Penyakit yang tertinggi yaitu ISPA atau infeksi saluran pernafasan akut sebesar 23. ISPA

merupakan penyakit infeksi akut yang melibatkan organ saluran pernapasan, hidung,

sinus, faring, atau laring. Penyebab ISPA kebanyakan adalah virus. Kejadian ISPA yang

tinggi berkaitan dengan komponen rumah yaitu mengenai ventilasi yang buruk serta

pencahayaan yang kurang baik menurut kesehatan. Mengenai ventilasi yang buruk, ISPA

berkaitan dengan udara yang ada di dalam rumah, karena ventilasi rumah warga yang

Page 36: Penyehatan Permukiman

kurang dari 10% luas lantai maka proses pertukaran udara di dalam rumah terhambat,

udara luar tidak bisa masuk atau untuk setiap hari tidak ada pergantian udara segar,

kondisi ini menjadikan rumah menjadi lembab dan udara yang dihirup sehari-hari

menjadi udara yang tidak segar lagi. Udara dalam rumah mengalami kenaikan

kelembaban yang bersumber dari penguapan cairan tubuh melalui kulit dan pernapasan.

Jika ventilasi ruangan buruk, maka udara lembab tersebut tidak dapat bertukar dengan

udara dari luar rumah. Udara basah yang dihirup berlebihan akan menyebabkan gangguan

fungsi paru-paru atau pernafasan. Pemaparan terhadap hal tersebut secara terus-menerus

dapat menyebabkan ISPA Penyakit ISPA sering ditemukan pada bayi, balita dan ibunya

yang tinggal dalam rumah dengan ventilasi buruk. Selain itu juga kepadatan penghuni

rumah yang tinggi kebutuhan udara per orang setiap harinya menjadi berkurang sehingga

kebutuhan udara tidak bisa dipenuhi. Kemudian dari aspek pencahayaan yang kurang

terang, Penyakit ISPA terjadi juga dapat disebabkan oleh pencahayaan yang kurang

terang di dalam rumah. Pencahayaan yang kurang terang atau gelap akan menyebabkan

penyebab ISPA yaitu virus bertahan di dalam rumah karena tidak terkena sinar matahari

langsung, virus ISPA tersebut akan mati atau tidak aktif bila terkena sinar matahari secara

langsung. Untuk itu sangat penting sekali mengatur pencahayaan di dalam rumah supaya

anggota keluarga aman, tidak terkena penyakit ISPA tersebut. Kebiasaan membuka

jendela setiap hari supaya dilakukan untuk mencegah terjadinya ISPA. Lubang ventilasi

yang terbuka tersebut akan memberikan keuntungan seperti: terjadi proses pertukaran

udara dan cahaya sinar matahari dari luar bisa masuk ke dalam rumah.

Penyakit tertinggi kedua yaitu adalah diare sebanyak 16 . Diare (atau dalam

bahasa kasar disebut menceret) adalah sebuah penyakit di mana penderita mengalami

rangsangan buang air besar yang terus-menerus dan tinja atau feses yang masih memiliki

kandungan air berlebihan. Diare kebanyakan disebabkan oleh beberapa infeksi virus

tetapi juga seringkali akibat dari racun bakteria.Berkaitan dengan penilaian rumah sehat

yang dilakukan, terjadinya penyakit diare tersebut disebabkan karena tingginya lalat dan

kecoa yang berada di dalam rumah warga yaitu sebesar 55% dan 79%. Banyaknya lalat di

dalam rumah berkaitan erat dengan saluran pembuangan air limbah yang terbuka dan

tempat sampah yang tidak mempunyai tutup. Karena dua hal tersebut dapat mengundang

datangnya lalat, lalat tersebut tidak langsung pergi begitu saja, lalat kemudian masuk ke

Page 37: Penyehatan Permukiman

dalam rumah warga dan hinggap di makanan, makanan menjadi tercemar, tapi karena

warga tidak tahu makanan tersebut tetap di makan setelah itu mengalami diare karena

makanan yang tercemar. Selanjutnya untuk kecoa berhubungan dengan kondisi rumah

yang berantakan serta kamar mandi yang kotor sehingga menyebabkan kepadatan kecoa

di dalam rumah tinggi. Sama halnya seperti lalat tadi kecoa juga dapat menularkan

penyakit melalui makanan. Selain itu terjadinya penyakit diare dapat disebabkan karena

menggunakan sumber air yang tercemar bakteri E. Coli, karena lokasi sumber air yang

dekat dengan jamban, sumur tersebut dapat tercemar, akibatnya orang yang

mengkonsumsi air itu akan terkena diare. Faktor lain yang bisa menjadi penyebab diare

yaitu mengenai kebiasaan mencuci tangan setelah BAB sebelum makan , bila seseorang

lupa tidak mencuci tangan setelah BAB dan setelah itu makan bisa terjadi diare. Untuk

itu penting sekali supaya mencuci tangan setelah BAB supaya tidak terjadi diare.

Penyakit tertinggi ketiga yaitu penyakit kulit sebesar 10. Penyakit kulit seperti

panu, kudis disebabkan karena perilaku manusia yang kurang menjaga kebersihan tubuh.

Seperti panu misalnya panu terjadi disebabkan karena keringat yang menempel pada

tubuh terlalu lama dan tidak mandi. Selain itu penyakit kulit bisa terjadi karena

menggunakan air kotor/ air tercemar untuk mandi sehingga tubuh menjadi gatal-gatal dan

bisa juga menyebabkan alergi. Sebaiknya setiap orang menerapkan perilaku hidup bersih

dan sehat dalam kehidupan sehari-hari untuk mencegah terjadinya penyakit yang tidak

dikehendaki terutama penyakit berbasis lingkungan seperti di atas.

7. Hasil Pengukuran

a. Suhu dan Kelembaban

Dari 10 rumah yang diperiksa, semua rumah suhunya melebihi standar. Hal

seperti ini bisa terjadi karena kurangnya ventilasi pada ruangan, selain itu juga dapat

disebabkan karena kebiasaan penghuni yang tidak memebuka jendela setiap hari.

Ruangan yang pengap dapat menaikkan suhu ruangan tersebut. . Untuk hasil

pengukuran yang dilakukan terhadap 14 rumah, mengenai suhu dan kelembaban

rumah yang diperiksa, untuk suhu setiap rumah warga yang diukur berkisar anata

30,8-33oC. Apabila dibandingkan dengan standar yang ada yaitu sebesar 18-30 oC,

maka rumah-rumah yang diperiksa tidak memenuhi standar yang ada. Suhu rumah

Page 38: Penyehatan Permukiman

yang dilakukan pengukuran terlalu panas. Dan untuk kelembaban terhadap 10 rumah

yang dilakukan pengukuran, kelembaban dari semua rumah yang diperiksa berkisar

antara 64-79% yaitu melebihi dari standar kelembaban yaitu 40-60%. Suhu dan

kelembaban yang tinggi dapat disebabkan kondisi udara yang panas karena

kurangnya jumlah ventilasi yang mengatur sirkulasi udara sehingga tidak adanya

pengatur pertukaran udara secara menyilang.Agar rumah memenuhi persyaratan

kesehatan khususnya agar suhu rumah tidak terlalu tinggi perlu dilakukan upaya-

upaya seperti penambahan ventilasi, atau menggunakan kipas angin.

b. Pencahayaan

Untuk pencahayaan perumahan, baik pencayahaan alami dan atau buatan,

langsung/tidak langsung dapaat menerangi seluruh ruangaan, minimal intensitasnya

60 lux dan tidak menyilaukan (persyaratan kesehatan rumah tinggal berdasarkan

Kepmenkes No. 829/1999). Dari pengukuran yang dilakukan di ruang keluarga,

terdapat 4 rumah yang memenuhi persyaratan. Sedangakn di kamar, semua rumah

yang dilakukan pengukuran tidak memenuhi persyaratan. Sebaiknya kamar

ditambahkan genteng kaca agar sinar matahari bisa masuk, atau jika tempatnya

memungkinkan/tidak berhimpitan dengan rumah lainnya bisa ditambahkan jendela

agar tidak terlalu gelap, bisa juga dengan penambahan lampu pijar.

c. Kebisingan

Untuk parameter kebisingan, dilakukan pengukuran dengan sumber kebisingan

yang berasal dari jalan raya. Pengukuran dilakukan setiap 5 detik selama 10 menit

sebanyak 1 kali dalam 1 titik. Pengukuran dilakukan di dua titik yaitu di jalan raya

dekat pemukiman dan di pemukiman dengan jarak 100 meter dari jalan raya. Dari

pengukuran yang dilakukan didapatkan hasil pada masing-masing titik. Pengukuran

parameter kebisingan dilakukan di kelurahan Ngampilan dan Notoprajan. Untuk

kelurahan Ngampilan, didapatkan hasil di jalan raya sebesar 70,575 dB, dan di

pemukiman 100 meter dari jalan raya sebesar 53,2 dB. Begitu pula di kelurahan

Notoprajan, didapatkan hasil di jalan raya sebesar 67,675 dB dan di pemukiman 100

meter dari jalan raya sebesar 46,8 dB. Berdasarkan Kepmenkes No.

Page 39: Penyehatan Permukiman

829/MENKES/SK/VII/1999 dapat disimpulkan intensitas kebisingan pada masing-

masing tempat tersebut melebihi standar. Hal itu dikarenakan sumber bising yang ada

di wilayah tersebut adalah ramainya lalulintas di jalan raya yang dekat dengan

pemukiman. Dengan melihat hal ini maka dapat diketahui bahwa kebisingan yang

diterima oleh masyarakat belum dapat ditoleransi sehingga dampak dari kebisingan

ini bisa berakibat pada gangguan kesehatan.

Page 40: Penyehatan Permukiman

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil survey rumah sehat yang telah dilakukan di Wilayah Ngampilan,

didapatkan :

a. Jumlah rumah sehat : 79 rumah

b. Jumlah rumah kurang sehat : 31 rumah

c. Jumlah rumah tidak sehat : 10 rumah

2. Dari survei penyakit yang dilakukan diwilayah Ngampilan diperoleh hasil bahwa

penyakit yang terbanyak diderita di wilayah Ngampilan adalah penyakit Kulit.

3. Berdasarkan survei fisiologis rumah dan tingkat kebisingan lingkungan, dari 10 rumah

yang disurvei di dapatkan hasil:

a. Suhu :

10 rumah termasuk tidak memenuhi syarat

b. Kelembaban :

10 rumah termasuk tidak memenuhi syarat

c. Pencahayaan :

4 rumah termasuk memenuhi syarat

6 rumah termasuk tidak memenuhi syarat

d. Kecepatan Angin:

10 rumah termasuk memenuhi syarat

e. Kebisingan : memenuhi syarat

4. Berdasarkan hasil survei lapangan, tentang penyakit berbasis lingkungan, penyakit

tertinggi adalah penyakit kulit sebanyak 4 rumah, penyakit Diare 2 rumah, dan Penyakit

ISPA 2 rumah.

Page 41: Penyehatan Permukiman

B. Saran

1. Lokasi permukiman belum semuanya sehat tetapi masih perlu perbaikan atau

ditingkatkan kualitasnya.

2. Diharapkan untuk rumah-rumah yang tidak memenuhi persyaratan pencahayaan,

kebisingan, suhu dan kelembaban dapat melakukan tindakan sebagai berikut :

a.Pada bagian belakang atau samping dibiarkan menjadi daerah terbuka (tidak ada

dinding atau atap) dan digunakan sebagai pencahayaan alami.

b. Pemberian genteng kaca pada atap rumah.

c.Pemasangan lubang angin yang disesuaikan dengan luas ruangan.

3. Diharapkan untuk mengatasi pembuangan sampah padat sebaiknya dengan:

a. Pengolahan sampah sendiri pada tingkat produsen dan sebaiknya memilah-milah

sampah rumah tangga yang dihasilkan (sampah kertas, plastik, besi atau kaca dan

sampah organik).

b. Penyediaan tempat sampah yang kedap air, tertutup, dan tahan karat.

Page 42: Penyehatan Permukiman

LAMPIRAN

Page 43: Penyehatan Permukiman

LAMPIRAN 1

FORMULIR PENGUKURAN PENCAHAYAAN, SUHU DAN KELEMBABAN, SERTA

KECEPATAN ANGIN PADA RUMAH DI KELURAHAN NGAMPILAN DAN

KELURAHAN NOTOPRAJANNOTOPRAJAN KOTA YOGYAKARTA

No Nama Rumah Kelurahan

Asal

RW/

RT

Hasil Pengukuran

Pencahayaan

Ruang (Lux)

Rata-

Rata

(Lux)

Suhu

(oC)

Kele

mbab

an

(%)

Ane

mom

eter

(m/s)Titik

1

Titik

2

Titik

3

1. Hari Kumara Ngampilan 03 121 49 25 65 31 65 33

2. Tantri Ngampilan 03 49 51 49 49,7 31 64 61

3. Heru Susanto Ngampilan 03 52 53 52 52,3 30,8 64 42

4. Harjo Prayotio Ngampilan 03 49 20 49 59 31 66 104

5. Sudiarto Ngampilan 03 42 52 42 45,3 30,9 65 123

6. Bastari Notoprajan 04 69 11 14 31,3 31 79 43

7. Suradiyono Notoprajan 04 44 56 53 51 31,4 78 53

8. Exan Notoprajan 04 64 90 65 73 33 78 30

9. Titer Notoprajan 04 46 76 115 79 32 78 31

10. Imron Notoprajan 04 512 137 103 250,6 33 64 128

Page 44: Penyehatan Permukiman

LAMPIRAN 2

Kebisingan di pinggir jalan raya Kelurahan Ngampilan RW 03

Formulir Bis-1

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 65,6 76 71 66,2 70,2 65,1 65,5 71 69,7 71,9

2 64,5 70,8 72 70,8 70,9 65,3 69,6 69,6 71 68,8

3 66 64 69,6 70,8 69,5 68 69,9 71,6 67,7 75,8

4 67,1 76,5 70,4 69,6 67,9 68,6 69,6 71 67 74

5 68 75,3 70,6 70,4 67,9 69,6 70,2 69,9 68,6 71,8

6 62 71,3 69,3 70,8 69,6 69,3 68,4 72,7 65,8 72

7 67,8 84,3 68,8 73,9 68,7 74,1 69,9 75,6 68,8 72

8 68,6 94 69,9 70,6 68,2 70,1 70,6 72,3 68,7 73

9 67,7 81,1 70,8 83 66,6 76,1 69,6 71,5 66,1 71,2

10 67,9 75,4 70,9 70,8 65,8 64,9 71,1 72,7 72,5 67

11 70,4 79,9 87,1 69,3 65,8 64,6 73,2 70,8 71,6 67,8

12 69,1 77,8 66,7 67,4 64,6 66,3 72,8 69,2 67 70,8

FORMULIR BIS 2

KELAS

INTERVAL

JUMLAH PERSEN

( % )

JUMLAH

KUMULATIF

PERSEN

KUMULATIF

Page 45: Penyehatan Permukiman

INTENSITA

S BUNYI( % )

50 – 54

55 – 59

60 – 64 2 1,8 2 1,8

65 – 69 49 40,8 51 42,6

70 – 74 55 45,8 106 88,4

75 – 79 9 7,5 115 95,9

80-84 3 2,5 118 98,4

85-89 1 0,8 119 99,2

90-94 1 0,8 120 100

X=L+( P1P 1+P 2 ) . c

¿70+( 646+8 ).5

¿70+(0,115 x5 )

¿55+0,575

¿70,575 dB

Kebisingan di area permukiman, jarak 100 m dari pinggir jalan raya Kelurahan

Ngampilan RW 03

Formulir Bis-1

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 56 61 61,5 60 60, 63,5 62,9 66 66 63,5

Page 46: Penyehatan Permukiman

5

2 62,7 63,

3

60,6 60,8 60,

9

62 60,4 61,

7

61,5 59,6

3 59 53,

8

53,2 53,3 54,

7

56,1 51,1 49,

3

53 56,6

4 57 54,

3

51,3 51,7 56,

6

52,9 49,7 50,

5

52,4 48,9

5 56 54,

7

52,1 52,8 53,

3

53,7 50,4 51,

2

51,6 48,3

6 57,2 56 51,8 53,8 54,

8

50,6 52,2 51,

4

54,2 41,3

7 56 54,

8

52,7 52,7 53,

3

51,6 50,7 53,

6

54,5 51,3

8 57,5 51,

5

52,5 49,9 57 50,8 51,7 53,

9

51,7 53,9

9 57,6 50,

5

52,7 53,2 54,

9

53,1 50,2 55,

2

49,2 52

10 55,2 51,

8

51,7 54,2 54,

3

52 50 54 51 51,7

11 54,7 50 52,8 53,2 57,

2

54,5 42,7 55,

4

51,3 50,8

12 55,6 48,

1

53,4 55,2 57,

8

49,2 42,9 57,

9

53,7 50,4

Page 47: Penyehatan Permukiman

FORMULIR BIS 2

KELAS

INTERVAL

INTENSITAS

BUNYI

JUMLAHPERSEN

( % )

JUMLAH

KUMULATIF

PERSEN

KUMULATIF

( % )

40 – 44 4 3,3 4 3,3

45 – 49 7 5,8 11 9,1

50 – 54 60 50 71 59,1

55 – 59 30 25 101 84,1

60 – 64 17 14,2 118 98,3

65 – 69 2 1,7 120 100

70 – 74

X=L+( P1P 1+P 2 ) . c

¿50+( 5353+30 ) .5

¿50+(0,64 x 5 )

¿50+3,2

¿53,2dB

Page 48: Penyehatan Permukiman

Kebisingan di Pinggir jalan raya Kelurahan Notoprajan RW 04

Formulir Bis-1

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 66,7 65,5 68,8 71,8 69,1 69 73,5 90,5 71,1 88,4

2 64,1 60,6 64,2 65,2 65,3 69,6 73,3 71,2 61,3 57,4

3 63,5 63,3 66,4 68,4 68,6 65,9 72,1 70,8 58,1 64,2

4 66,8 69,1 68,6 65,3 66,1 63,7 67,5 66,3 65,3 69,9

5 70,9 71,3 73,2 67 70 70,4 63,5 61,4 59,5 61

6 61,6 67,1 64,8 77,4 62,4 64,7 69,2 67,3 68,7 64,3

7 61,1 63,2 66,3 64,8 66,4 69,9 73,3 73,2 75,2 74,1

8 65,4 67,8 65,3 63,8 68,6 69 64,9 64,5 69,2 73,2

9 67,9 75,9 66,1 68,7 66,6 63,5 65,6 65,7 69,4 75,9

10 68,9 67,1 66,4 66,9 61,6 64,3 64,9 68,2 66,8 68,7

11 68,6 69 70,3 73,5 66 66,7 66,6 69,4 72,6 70

12 69,6 70,1 72,5 66,3 70,1 68,1 66,3 62 57,3 57,1

FORMULIR BIS 2

KELAS JUMLAH PERSEN JUMLAH PERSEN

Page 49: Penyehatan Permukiman

INTERVAL

INTENSITAS

BUNYI

( % ) KUMULATIFKUMULATIF

( % )

50 – 54

55 – 59 5 4,3 5 4,3

60 – 64 22 18,3 27 22,6

65 – 69 60 50 87 72,6

70 – 74 27 22,5 114 95,1

75 – 79 4 3,3 118 98,4

80-84

85-89 1 0,8 119 99,2

90-94 1 0,8 120 100

X=L+( P1P 1+P 2 ) . c

¿65+( 3838+33 ) .5

¿65+(0,535 x 5 )

¿65+2,675

¿67,675 dB

Kebisingan di area permukiman, jarak 100 m dari pinggir jalan raya Kelurahan

Notoprajan RW 04

Formulir Bis-1

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 47,7 48,6 47,7 50,3 46 48,7 57,1 50,5 44,4 43,2

Page 50: Penyehatan Permukiman

2 45,6 49,6 47,7 47,5 41,8 43,3 69,8 52,8 51,1 45,9

3 51,1 46,5 55,9 55,1 48,6 46,5 50 50,1 57,4 61

4 47,5 45,8 44,2 42,9 46 46,6 53,1 55,9 50,2 50,5

5 43,4 43 48,5 47,4 43,9 44,5 50,6 46,4 42,1 41,4

6 45,7 43,8 43,4 56,6 63,5 66,3 55,2 44 54,7 48,4

7 50 43,2 44,9 47,7 44,4 44,2 49,5 55 55,5 48,1

8 45,7 43 43 45,4 41,2 46,5 48,4 55,5 45,9 45,3

9 44 64,5 49,9 49,2 47,4 46,6 48,2 47,5 47,3 46,5

10 42,6 48,6 48,9 43,1 50,9 43,3 43,4 45,4 51 49,4

11 47,9 59,5 60,8 49,9 45,2 43,7 43,5 49,4 42,7 43,7

12 42,3 40,4 46,2 46,8 44,2 43,1 50,7 48 48,9 46,3

FORMULIR BIS 2

KELAS

INTERVAL

INTENSITAS

BUNYI

JUMLAHPERSEN

( % )

JUMLAH

KUMULATIF

PERSEN

KUMULATIF

( % )

40 – 44 33 27,5 33 27,5

45 – 49 52 43,3 85 70,8

Page 51: Penyehatan Permukiman

50 – 54 18 15 103 85,8

55 – 59 11 9,2 114 95

60 – 64 3 2,5 117 97,5

65 – 69 2 1,7 119 99,2

70 – 74 1 0,8 120 100

X=L+( P1P 1+P 2 ) . c

¿45+( 1919+34 ).5

¿45+ (0,36 x5 )

¿45+1,8

¿46,8 dB

Page 52: Penyehatan Permukiman

LAMPIRAN 3

Pengukuran Kebisingan ditepi jalan dan pengukuran pencahayaan dirumah warga

Kondisi Jamban warga

Page 53: Penyehatan Permukiman

Kondisi Tempat Pembuangan akhir sampah dan kondisi lingkungan

Wawancara dirumah warga dan minta izin survey rumah ke Pak Imron (Pak RW)

Pengukuran suhu, kelembaban ruang dan kecepatan angin