Upload
others
View
8
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
vi
PERAN PEMERINTAH DALAM PEMBERDAYAAN KOMUNITAS MASYARAKAT LOKAL (Studi Pada Pengembangan Wisata
Bonto Lojong Desa UjungBulu Kabupaten Jeneponto)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana Pendidikan pada program Studi Pendidikan Sosiologi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh Asrullah
NIM. 105381108017
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM PENDIDIKAN SOSIOLOGI
JULI, 2021
vii
viii
ix
x
xi
MOTTO
Waktu bagaikan pedang. Jika kamu tidak memanfaatkannya dengan baik, maka ia akan memanfaatkan mu!
(H. R. Bukhari dan Muslim)
Sesungguhnya bermain-main dengan waktu barangkali hal yang sepatutnya tidak anda lakukan.anda tidak bisa menghentikan atau pun mengulang waktu jika ingin memperbaiki suatu kesalahan!!!
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya ini Sebagai darma baktiku untuk Ayahanda dan
Ibundaku tercinta Serta saudara dan keluargaku tersayang..
xii
ABSTRAK
Asrullah, 2021. Peran Pemerintah Dalam Pemberdayaan Komunitas Masyarakat Lokal (Studi Pada Pengembangan Wisata Bonto Lojong Desa UjungBulu Kabupaten Jeneponto). Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan. Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Bapak Drs. H. Nurdin, dan Pembimbing II Lukman Ismail.
Peran merupakan aspek dinamis kedudukan (status), apabila seseorang melaksanakan kewajiban sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peranan. Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui bentuk peranan pemerintah, faktor pendukung dan penghambat dalam pemberdayaan komunitas masyarakat lokal pada pengembangan Wisata Bonto Lojong Desa Ujung Bulu Kabupaten Jeneponto.
Penelitian ini merupakan penelitian fenomenologi dengan menggunakan 10 informan dengan metode pengumpulan data menggunakan metode wawancara dan dianalisis secara deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan Eksistensi peran pemerintah di Ujung Bulu Kabupaten Jeneponto telah ditunjukkan dengan pelaksanaan yang sampai saat ini masih di kembangkan. Bentuk peran pemerintah dalam pengembangan wisata bonto lojong berupa; kerjasama dengan masyarakat lokal dan komunitas, perbaikan sarana dan prasarana, peningkatan kualitas objek wisata. Faktor penghambat perkembangan objek wisata bonto lojong yaitu; kemajuan teknologi, politik dan keamanan, dan demografi. Faktor pendukung perkembangan objek wisata bonto lojong yaitu; keindahan alam yang mempesona, akses mudah di jangkau, wisata bonto lojong sejuk, dan keindahan alam. Peran pemerintah pada masyarakat desa Ujung Bulu Kabupaten Jeneponto terkait pengembangan objek wisata bonto lojong.
Kata kunci: Pemerintah, Wisata, Komunitas
xiii
ABSTRACT Asrullah, 2021. The Government's Role in Empowering Local Communities (Study on Bonto Lojong Tourism Development, Ujung Bulu Village, Jeneponto Regency). Faculty of Teacher Training and Education. University of Muhammadiyah Makassar. Advisor I Mr. Drs. H. Nurdin, and Advisor II Lukman Ismail. Role is a dynamic aspect of position (status), if a person carries out obligations according to his position, then he carries out a role. The purpose of this study was to determine the form of the government's role, supporting and inhibiting factors in empowering local communities in the development of Bonto Lojong Tourism, Ujung Bulu Village, Jeneponto Regency. This research is a phenomenological research using 10 informants with the method of data collection using the interview method and analyzed descriptively qualitatively. The results of the study show that the role of the government in Ujung Bulu, Jeneponto Regency has been shown by the implementation which is still being developed. The form of the government's role in the development of bonto lojong tourism is; cooperation with local communities and communities, improvement of facilities and infrastructure, improvement of the quality of tourism objects. The inhibiting factors for the development of the Bonto Lojong tourist attraction are; technological advances, politics and security, and demographics. The supporting factors for the development of the Bonto Lojong tourist attraction are; enchanting natural beauty, easy access to reach, cool bonto lojong tours, and natural beauty. The role of the government in the Ujung Bulu village community, Jeneponto Regency, is related to the development of the Bonto Lojong tourist attraction. Keywords: Government, Tourism, Community
xiv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjat kan kepada kehadiran Allah Subhanahu wata’ala atas
segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya yang telah memberikan nikmat empat
ketrampilan berbahasa kepada manusia yang terdiri dari ketrampilan menyemak yang
berkaitan dengan pendengaran yang di perintahkan untuk mendengar hal yang baik-baik
saja. Kemudian, ketrampilan membaca yang berkaitan dengan penglihatan untuk
melihat tanda-tanda kebesaran Allah Subhana wata’ala. Selanjutnya, ketrampilan
berbicara yang berkaitan dengan ucapan yang bertujuan untuk menyampai kan hal-hal
yang positif. Dan ketrampilan menulis yang bertujuan untuk mengikat ilmu yang telah
diperoleh. Penulis bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah Subhanahu wata’ala.
Selawat dan salam tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad
Salallahu Alaihi Wasallam, beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya. Beliau adalah
nabi yang telah menggulung tikar-tikar kejahiliahan dan membentangkan permaidani
keislaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti saat ini. Sehingga umat
manusia dapat merasakan nikmatnya ilmu pengetahuan.
Terima kasih penulis sampaikan kepada orang tua ayahanda Bannu dan ibu
Haspia tercinta atas doa dan kasih sayangnya yang tak pernah padam agar menjadi anak
yang sukses. Penulis tak pernah lupa atas semua yang telah mereka berikan. Semoga
mereka selalu diberikan umur yang panjang, kesehatan, dan dilindungi Allah Subhana
Wata’ala.
Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar,
Erwin Akib, M,Pd., Ph.D. dekan fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
xv
Muhammadiyah Makassar, Drs. H. Nurdin, M,Pd. Ketua Prodi Ketua Prodi Pendidikan
Sosiolog, Kaharuddin, S.Pd., M.Pd., Ph,D. sekretaris prodi pendidikan sosiologi.
Drs. H. Nurdin, M.Pd. Selaku Pembimbing I yang dengan penuh kesabaran dan
keikhlasan membimbing penulis dalam penyelesaian Skripsi ini dan Lukman Ismail,
S.Pd.,M.Pd. Selaku pembimbing II yang selalu bijaksana memberikan bimbingan,
nasehat serta waktunya selama pembimbingan pembuatan Skripsi, Bapak dan Ibu Dosen
Jurusan Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Makassar, Team Zheyeng yang selalu mensupport untuk
menyelesaikan Skripsi ini, Seluruh teman-teman angkatan, terutama untuk kelas
Sosiologi B 2017 yang senantiasa mengisi hari-hari penulis menjadi menyenangkan,
Teruntuk sahabatku Irda Rosa yang telah membantu dalam proses penyusunan skripsi
ini, Seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang sudah membantu
memberikan dukungan.
Akhir kata, penulis senantiasa mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai
pihak yang sifatnya membangun karena penulis yakin bahwa suatu persoalan tidak akan
berarti sama sekali tanpa adanya kritikan. Mudah-mudahan dapat memberi manfaat bagi
para pembaca, terutama bagi diri pribadi penulis.
Billahi Fii sabililhaq, fastabiqul khairat, wassalamu alaikum warahmatullahi
wabarakatuh
Makassar,01 Juni 2021
Penulis
xvi
DAFTAR ISI
SAMPUL. ................................................................................................................................... i
HALAMAN JUDUL. .............................................................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN. ................................................................................................. iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING. ..................................................................................... iv
SURAT PERNYATAAN. ...................................................................................................... v
SURAT PERJANJIAN. ........................................................................................................ vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN. ..................................................................................... vii
ABSTRAK. ............................................................................................................................. viii
ABSTRACT .............................................................................................................................. ix
KATA PENGANTAR. ........................................................................................................... x
DAFTAR ISI. .......................................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
A. Latar belakang ............................................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ..................................................................................................... 6
C. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 7
D. Tujuan Penelitian ........................................................................................................... 7
E. Manfaat Penelitian ........................................................................................................ 7
F. Definisi Operasional ...................................................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................... 10
A. Kajian Konsep .............................................................................................................. 10
B. Kajian Teori ................................................................................................................... 35
C. Kerangka Pikir ............................................................................................................. 42
xvii
D. Penelitian Terdahulu ..................................................................................................... 45
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................................... 47
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ................................................................................ 47
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................................... 49
C. Informan Penelitian ..................................................................................................... 49
D. Fokus Penelitian ........................................................................................................... 51
E. Instrumen Penelitian .................................................................................................... 52
F. Jenis dan Sumber Data ................................................................................................ 54
G. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................................... 55
H. Teknik Analisis Data ................................................................................................... 56
I. Teknik Pengabsahan Data .......................................................................................... 57
J. Etika Penelitian ............................................................................................................ 58
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ............................................. 60
A. Sejarah Kabupaten Jeneponto .................................................................................... 60
B. Letak Geografi dan Iklim ............................................................................................ 61
C. Keadaan Sosial ............................................................................................................. 64
D. Keadaan Pendidikan ................................................................................................... 65
E. Kesehatan ...................................................................................................................... 67
F. Keagamaan ................................................................................................................... 67
G. Ekonomi ........................................................................................................................ 68
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................................. 70
A. Hasil Peneltian ............................................................................................................ 70
B. Pembahasan ................................................................................................................. 82
xviii
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... 102
A. Kesimpulan Hasil Penelitian .................................................................................... 102
B. Saran Penelitian ......................................................................................................... 103
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 105
LAMPIRAN ............................................................................................................................ 107
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Manusia tidak dapat terlepas dari kebutuhan akan hiburan. Walaupun
bukan sebagai kebutuhan pokok, namun kebutuhan ini juga di anggap penting
oleh sebagian besar masyarakat pada saat ini. Seiring dengan berjalannya waktu
dan semakin banyaknya aktivitas atau kegiatan-kegiatan yang di lakukan
manusia, maka timbul suatu kebutuhan akan hiburan yang di anggap bisa
menjadi alternatif untuk mengatasi kejenuhan dari aktivitas-aktivitas yang telah
di lalui, salah satu cara adalah dengan berwisata atau liburan agar dapat
menenangkan pikiran dan menghilangkan rasa stress.
Salah satu bentuk hiburan manusia adalah mengunjugi tempat wisata, di
mana tempat wisata tersebut dapat menenangkan beban pikiran dan
memanfaatkan potensi sumberdaya alam,baik dalam keadaan alami maupun
setelah ada usaha budidaya, sehingga memungkinkan wisatawan memperoleh
kesegaran jasmaniah dan rohaniah, serta mendapatkan pengetahuan dan
pengalaman.
Tempat wisata itu sendiri sebagian besar adalah merupakan suatu lokasi
alam liar yang dikelolah oleh pemerintah sehingga berkembang menjadi lokasi
hiburan. Pemerintah mengupayakan untuk memajukan aktivitas di Daerah
dengan meningkatkan pembangunan wilayah yang di miliki potensi objek
wisata, memperbaiki aksesibilitas baik dari menuju daerah yang memiliki daya
tarik objek wisata, dan mengajak masyarakat untuk memiliki minat para wisata
1
2
agar dapat berperan mengajukan potensi pariwisata. Objek wisata unggulan pun
tak jarang mejadi salah satu icon dari suatu daerah, yang mana pariwisata yang
sudah dikenal baik masyarakat lokal maupun masyarakat yang berada di luar
daerah tersebut.
Wisata merupakan kegiatan perjalanan yang di laukan seseorang atau
sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi,
pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang di
kunjungi dalam jangka waktu sementara (Undang-Undang Kepariwisataan No
10 Tahun 2009). Pariwisata di lakukan seseorang dengan memanfaatkan waktu
luang dan melakukan perjalanan kesuatu tempat wisata karena merasa jenuh
dengan kegiatan di hari kerja dan produktivitas yang semakin meningkat.
Dalam era globalisasi sekarang ini, bidang pariwisata merupakan salah
satu kegiatan yang mempunyai peranan yang sangat strategis dalam menunjang
pembangunan perekonomian nasional. Sektor ini direncanakan sebagai salah
satu sumber penghasil devisa yang cukup andal. Juga merupakan sektor yang
mampu menyerap tenaga kerja dan mendorong perkembangan investasi. Untuk
mengembangkan sektor ini pemerintah berusaha keras membuat rencana dan
berbagai kebijakan yang mendukung ke arah kemajuan sektor ini. Salah satu
kebijakan tersebut adalah mengali, mengimpertarisir dan mengembangkan
objek-objek wisata yang ada sebagai daya tarik utama bagi wisatawan.Salah satu
pengelola sumber daya alam yang mestinya di lakukan, karna mempunyai
manfaat yang besar bagi kehidupan manusia di antaranya dapat meningkatkan
pendapatan ekonomi masyarakat yang melaksanakan pengembangan pariwisata
3
tersebut, dan sudah sepatutnya kita menjaga kelestariaan alam yang Allah SWT.
Ciptakan apa yang ada di bumi ini karena segala sesuatu yang Allah SWT.
Ciptakan tidak ada yang sia-sia melainkan mengandung manfaat dan hikmah
yang sangat besar.
Negara Republik Indonesia merupakan Negara yang memimiki potensi
sumber daya alam yang berlimpah, keanekaragaman hayati dan peninggalan
sejarah atau budaya. Berlimpahnya sumber daya alam yang ada dapat
meningkatkan pertumbuhan ekonomi ketika sumber daya tersebut dapat di
kelola dengan baik sesuai dengan apa yang paling di minati masyarakat sehingga
pemanfaatan sumber daya alam tersebut tidak akan menghabiskan waktu
ataupun materi akibat ketidakberhasilan dalam mengelola sumber daya alam.
Pariwisata merupakan salah satu pemanfaatan sumber daya alam yang dapat
bernilai ekonomi tinggi di suatu daerah yang mengelola sumber daya alam
menjadi sumber tempat wisata yang dapat menarik pengunjung baik dari dalam
maupun dari luar Negeri, di samping bernilai ekonomi yang tinggi, pariwisata
dapat menumbuhkan dan meningkatkan rasa bangga terhadap bangsa sehingga
akan tumbuh masyarakat yang lebih peduli terhadap suatu bangsa. Pariwisata
adalah hal yang di minati oleh setiap individu karena dapat menghilangkan
kejenuhan, berkembangnya kreativitas dan mampu menunjang produktivitas
suatu individu.
Kabupaten Jeneponto memiliki potensi di sektor pariwisata. Kabupaten
Jeneponto memiliki peninggalan sejarah yang tercatat dalam buku-buku sejarah.
Peninggalan-peninggalan sejarah tersebut sangat menarik untuk di kunjungi, tak
4
heran memang jika Kabupaten Jeneponto setempat sangat menaruh perhatiaan
terahadap pariwsata. Pengembangan kepariwisatawaan pada hakikatnya
merupakan upaya untuk mengembangkan dan memanfaatkan objek dan daya
tarik wisata yang terwujud anatara lain dalam bentuk kekayaan alam yang indah,
keragaman flora dan fauna, kemajemukan tradisi dan seni budaya, dan
peninggalan purbakala.
Desa Ujung Bulu juga merupakan salah satu desa yang terletak di
dataran tinggi di Kabupaten Jeneponto atau berada di daerah pegunungan. Desa
Ujung Bulu terletak ada ketinggian antara 1.200-1.700 Mdpl. Di tinjau dari segi
kemiringan lereng Desa Ujung Bulu berada pada kemiringan lereng 8-40% atau
sebagian besar wilayahnya adalah pegunungan. Penetapan Desa Ujung Bulu
Kabupaten Jeneponto sebagai lokasi rencana kawasan objek wisata ini tidak
lepas dari potensi dominan seperti hasil perkebunan, serta arahan yang tertuang
dalam Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Jeneponto
tahun 2008 sampai 2013.
Dalam pengelolaan objek wisata bonto lojong Desa Ujung bulu
Kabupaten Jeneponto, selain pemerintah dalam membangun objek wisata bonto
lojong, komunitas masyarakat juga ikut serta dalam partisipasi pengembangan
objek wisata bonto lojong dengan cara saling bergotong royong dalam
memperbaiki jalan menuju objek wisata bonto lojong agar pengunjung atau
wisatawan lebih mudah mengakses menuju tempat objek wisata tersebut.
Berdsarkan hasil observasi awal yang menunjukan bahwa dengan adanya
perkembangan objek wisata di desa ujung bulu kabupaten jeneponto yang dapat
5
menguntungkan masyarakat, yang mana hal tersebut di buktikan dengan hasil
wawancara sebelumnya yang dilakukan oleh komunitas masyarakat.
Masyarakat local berperan penting dalam pengembangan objek wisata
karena sumber daya dan keunikan tradisi dan budaya yang melekat pada
komunitas tersebut merupakan unsur penggerak utama kegiatan objek wisata.
Keberhasilan pengembangan objek witasa tergantung pada tingkat penerimah
dan dukungan masyarakat local. Masyarakat local berperan sebagai tuan rumah
dan menjadi pelaku penting dalam pengembangan objek wisata dalam
keseluruhan tahapan mulai dari tahap perencanaan, pengawasan, dan
implementasi.
Permasalahan yang di lihat dalam Objek Wisata Bonto Lojong yaitu
sejauh mana intervensi pemerintah dalam pengembangan Objek Wisata Bonto
Lojong tersebut, dari pengembangan objek wisata dampaknya terhadap
perekonomian masyarakat sekitar apakah meningkat atau justru semakin
menurun atau biasa-biasa saja sehingga bentuk intervensinya dan dampaknya
terhadap perekonomian dan tingkat kesejahteraan masyarkat setempat. Hasil
yang di capai dalam pengembaangan objek wisata tersebut adalah meningkatkan
kesejahteraan masyarakat setempat dengan berkembangnya Objek Wisata Bonto
Lojong Desa Ujung Bulu Kabupaten Jeneponto.
Dari uraian di atas perlu di sadari dari pemerintah daerah dalam hal ini
dinas kebudayaan dan parawisata sangat berperan penting dalam
mengembangan objek wisata mengingat bahwa objek wisata Bonto Lojong
adalah salah satu tempat wisata yang mempunyai potensi yang sangat besar
6
dalam meningkatkan pembangunan desa dan meningkatkan perekonomian
masyarakat karena adanya objek wisata menarik wisatawan datang berkunjung ,
secara tidak langsung bisa menjadi lahan mata pencarian baru bagi masyarakat
di Desa Ujung Bulu Kabupaten Jeneponto.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas yang telah di uraikan oleh
penilis, maka dari itu penulis melakukan identifikasi terhadap masalah tersebut
yang akan di kaji pada penelitian ini. Identifikasi masalah ini disusun untuk
menjadi acuan kerja dalam penelitia. Adapun identifikasi sebagai berikut:
1. Kabupaten Jeneponto memiliki banyak potensi daya tarik wisata seperti
wisata alam, wisata budaya, serta wisata buatan maupun potensi yang ada
masih kurang berkembang.
2. Potensi wisata yang sudah ada masih belum dikembangkan terutama dalam
hal fasilitas yang masih kurang mendukung. Keadaan fasilitas yang masih
kurang memadai sehingga masih menghambat wisatawan untuk datang
ketempat wisata.
3. Tingginya minat wisata masyarakat Kabupaten Jeneponto yang selalu
meningkat pertahunnya seharusnya menjadi acuan pemerintah untuk lebih
membangun pariwisata yang ada di Kabupaten Jeneponto.
7
C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah:
1. Bagaimana peran pemerintah dalam pemberdayaan komunitas masyarakat
lokal pada pengembangan wisata bonto lojong desa ujung bulu kabupaten
jeneponto?
2. Apakah faktor pendukung dan penghambat pemerintah dalam pemberdayaan
komunitas masyarakat lokal pada wisata bonto lojong desa ujung bulu
kabupaten jeneponto?
D. Tujuan Penelitian
sesuai dengan rumusan masalah di atas yang ingin di capai dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bentuk peranan pemerintah dalam pemberdayaan
komunitas masyarakat lokal pada pengembangan Wisata Bonto Lojong
Desa Ujung Bulu Kabupaten Jeneponto.
2. Untuk memahami faktor pendukung dan penghambat pemerintah dalam
pemberdayaan komunitas masyarakat lokal pada Wisata Bonto Lojong Desa
Ujung Bulu Kabupaten Jeneponto.
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian tersebut yaitu :
1. Manfaat teoritis
a. penelitian ini di harapkan dapat memberikan kontribusi bagi dunia
pendidikan dan bagi pengembangan ilmu sosiologi
8
b. Penelitian ini di harapkan untuk dapat memperkaya khasanah ilmu
pengetahuan, terutama dalam bidang sosiologi desa dan sosiologi pariwisata.
c. Hasil penelitian ini di harapakan dapat di jadikan sebagai bahan acuan bagi
peneliti sejenis di masa yang akan datang
2. Manfaat praktis
a. Bagi komunitas masyarakat local yaitu dengan adanya objek wisata dapat
menarik wisatawan dapat berkunjung secara tidak langsung bisa menjadi
lehan mata pencarian baru untk masyarakat sekitar.
b. Bagi intervensi pemerintah yaitu investor sebagai pemilik modal bisa
menjadi lahan komorsialisasi (lahan bisnis) bisa jadi aset desa, devisa
daerah, dan meningkatkan perekonomian masyarakat.
F. Definisi Operasional
1. Peranan pemerintah merupakan suatu perencanaan pembangunan daerah
yang mempunyai wewenang dan kemampuan untuk mengelolah dan
melaksanakan program-program pembangunan daerah karena pemerintah
daerah memegang peranan untuk menentukan keberhasilan proses
pelaksanaan kegiatan pemerintah dan pembangunan di daerah.
2. Pemberdayaan masyarakat yaitu suatu usaha masyarakat yang berinisiatif
dalam mengembangkan pembangunan objek wisata yang saling menyadari
diri dan saling berpartisipasi dalam mencapai tujuan yang sama.
3. Pengembangan wisata adalah upaya untuk membuat objek wisata lebih
menarik agar banyak wisatawan yang berkunjung ketempat objek wisata
9
Bonto Lojong, dalam pengembangan pembangunan objek wisata dapat di
setujui oleh pemerintah serta komunitas masyarakat.
4. Komunitas masyarakat local merupakan sebuah komunitas yang saling
berkerja sama dalam mengembangkan pembangunan objek wisata bonto
lojong, komunitas masyarakat local ini memiliki peran yang sangat penting,
oleh sebab itu komunitas ini memiliki rencana dan kesepakatan dalam
pengembangan pembangun objek wisata Bonto Lojong yang ada di di Desa
Ujung Bulu Kabupaten Jeneponto.
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Konsep
1. Peranan pemerintah
a. Definisi peranan pemerintah
Menurut Soerjono Soekanto (202;243) peran merupakan aspek dinamis
kedudukan (status), apabila seseorang melaksanakan kewajiban sesuai dengan
kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peranan. Sedangkan status
merupakan sekumpulan hak dan kewajiban yang di miliki seseorang apabila
seseorang melakukan hak-hak dan kewajiban-kewajiban sesuai dengan
kedudukannya, maka ia menjalankan suatu fungsi. Hakikatnya peran juga dapat
dirumuskan suatu rangkaian perilaku tertentu yang di timbulkan oleh suatu
jabatan tertentu. Kepribadian seseorang juga mempengaruhi bagaimana peran
harus dijalankan atau di perankan pimpinantingkat atas, menegah maupun
bawahannya mempunyai peranan yang sama. Peran merupakan tindakan atau
perilaku yang dilakukan oleh seseorang yang menempati suatu posisi di dalam
status sosial.
Ada pun syarat-syarat peran dalam Soerjono Soekanto (2002:243)
mencakup tiga hal penting yaitu ;
a. Peran meliputi norma-norma yang di hubungkan dengan posisi
atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini
merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing
seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.
10
11
b. Peran adalah suatu konsep perilaku apa yang dapat dilaksanakan
oleh individu-individu dalam masyarakat sebagai organisasi.
c. Peran juga dapat dikatan sebagai perilaku individu yang penting
bagi struktur sosial masyarakat.
b. Bentuk dan proses
Menurut Todaro dalam Bryant and White (1998) Pembangunan
masyarakat pada dasarnya adalah proses perubahan menuju pada suatu kondisi
yang lebih baik. Sumber perubahan dapat berasal dari dalam masyarakat
sendiri,tetapi dapat pula merupakan perubahan yang diinduksi. Untuk bentuk-
brntuk perubahan yang kedua, kemudian dikenal apa yang disebut intervensi,
dalam pengertian campur tangan dari luar masyarakat untuk mempercepat atau
barang kali mengarah proses perubahan dan pembaruan yang terjadi. intervensi
tersebut berasal dari pemerintah , walaupun juga kadang-kadang dilakukan oleh
badan-badan non pemerintah. Idealnya, intervensi tersebut diharapkan
memercepat proses perubahan dan proses pembaruan, mengaktualisasikan
potensi masyarakat, mendorong prakarsa masyarakat, mengembangkan
kapasitas masyarakat. Dalam kaitannya dengan lingkungan masyarakat yang
lebih luas intervensi juga diharap mempercepat integrasi masyarakat lokal
terhadap masyarakat nasional. Intervensi pembangunan terutama oleh negara,
juga dimasuksudkan memeberikan iklim yang kondusif kepada lapisan
masyarakat pada tingkat sosial ekonomi lemah untuk memanfaatkan dan
mengantisipasi peluang yang muncul, baik melalui program yang disusun
maupun peluang yang terbuka, karena proses perubahan yang terjadi. hal itu di
12
sebabkan karena tidak jarang karena kondisinya, masyarakat lapisan tertentu
kalah responsif atau kalah peka terhadap peluang yang ada.
Bahwa peranan , peranan pemerintah lebih menonjol di negara sedang
berkembang dapat dipahami dari kenyataan bahwa di negara-negara sedang
berkembang pada umumnya, dalam proses pembangunan perubahan yang
direncanakan memiliki proporsi yang cukup dominan, walaupun tidak harus
diartikan mengabaikan sama sekali pada proses perubahan alami.
Dalam proses pembangunan khususnya pembangunan masyarakat pada
tingkat awal juga dapat dipahami. Hal itu di sebabkan oleh karena berbagai
latar belakang dan kondisi sosial psikologis, masyarakat belum tergerak untuk
melaksanakan proses pembaruan walaupun sebetulnya kondisi objek sudah
menuntut adanya perubahan. Dengan demikian, peranan lebih bersifat sebagai
stimulan untuk mendorong tumbuh dan berkembangnya potensi serta
kemampuan masyarakat sendiri. Dalam proses selanjutnya semestinya inisitif,
kreativitas serta pengembangan potensi masyrakat sendiri yang lebih
diharapkan.
Berdasarkan penjelasan diatas mengenai bentuk-bentuk dan proses maka
dapat di simpulkan bahwa adanya suatu proses perubahan dalam pengembangan
objek wisata yang akan di kembangkan oleh pemerintah dan masyarakat,
sehingga masyarakat setempat memiliki keuntungan dalam pengembangan
objek wisata tersebut seperti adanya perbaikan jalan menuju objek wisata maka
masyarakat dengan mudah dapat akses ke kebunnya tanpa kesulitan lagi.
13
2. objek wisata
a. Definisi objek wisata
Objek wisata adalah segala sesuatu yang ada di daerah tujuan
wisata yang merupakan daya tarik agar orang-orang ingin datang
berkunjung ke tempat tersebut. Objek dan daya tarik wisata menurut
undang-undang No. 10 tentang kepariwisataan yaitu daya tarik wisata
adalah segalah sesuatu yang memiliki keunikan keindahan dan nilai yang
berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya dan hasil buatanmanusia
ynag menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan dan daerah
tujuan pariwisata yang selanjutnya di sebut destinasi pariwisata.
Ridwan (2012:5) mengemukakan objek wisata adalah segala
sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan dan nilai yang berupa
keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusiayang
menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.
Berdasarkan definisi di atas maka dapat di simpulkan bahwa
objek wisata adalah tempat yang di kunjungi dengan berbagai keindahan
yang didapatkan, tempat untuk melakukan kegiatan pariwisata, tempat
untuk bersenang-senang dengan waktu yang cukup lama demi
mendapatkan kepuasan, pelayanan yang baik, serta kenangan yang indah
di tempat wisata.
14
b. Bentuk objek wisata
Ridwan (2012) mengemukakan bahwa Kegiatan wisata yang
dilakukan oleh pengunjung di suatu objek wisata meiliki dua bentuk
yaitu:
1.) Bentuk kegiatan pasif
Maksud dari kegiatan pasif di suatu objek wisata adalah
pengunjung tidak melakukan gerak atau keterampilan gerak saat
berkunjung ke suatu objek wisata. Wisatawan jenis ini cenderung
menekankan pada perasaan, pengetahuan, dan sikap atau dengan
kata lain hanya menikmati apa yang ada di objek wisata tersebut.
Misalnya ketika melakukan wisata alam, pengunjung hanya
berjalan-jalan menikmati keindahan dan udara yang sejuk,
menikmati indahnya alam, dan menjadi pengamat bagaimana cara
hidup dan bersosial masyarakat yang ada di sana.
2.) Bentuk kegiatan aktif
Bentuk kegiatan aktif di suatu objek wisata adalah pengunjung
melakukan gerakan/banyak bergerak dan menggunakan
keterampulan gerak.
Dari uraian di atas tela di jelaskan bentuk dari objek wisata
kesimpulannya adalah objek wisata merupakan suatu tempat wisata
yang sangat menarik di kalangan masyarakat karena memiliki
keindahan yang begitu unik dan memiliki banyak pengunjung pada
objek wisata tersebut.
15
c. Faktor yang memepengaruhi
Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan objek
wisata tersebut menurut pariwisata sumut 31 maret,2015 yaitu;
1. Kemajuan teknologi, tak bisa di pungkiri lagi kemajuan teknologi
yang seluruhnya hampir menyentuh segala bidang aspek
kehidupan seperti transfortasi dan komunikasi. Kemajuan
teknologi berpengaruh pada minat wisatawan untuk berkunjung
ke objek wisata bonto lojong karna cakupan informasi yang di
butuhkan sangat mudah di dapatkan di tambah aksesibilitas
menuju destinasi wisata juga sudah memadai.
2. Politik dan keamanan, isu-isu keamanan dan politik di suatu
negara tak hanya berimbas pada sektor perekonomian tetapi juga
terhadap sektor pariwisata.setiap wisatawan yang berkunjung tentu
sangat memperhitungkan faktor keamanan oleh karna itu pula
fenomena seperti terrorisme, carut-marut politik akan menjadi
bahan pertimbagan bagi setiap wisatawan. Tidak itu saja, faktor
kesehatan di suatu tempat seperti adanya penyakit menular
mempengaruhi minat wisatawan untuk melakukan perjalanan
wisata.
3. Demografi, penduduk di dunia semakin bertambah dari tahun ke
tahun. Jumlah penduduk tersebut memberi peluang besar bagi
industri pariwisata untuk semakin maju dan berkembang. Secara
16
umum, terdapat tiga sekmen wisatawan nasional dan dunia yakni
mencakup : usia, jenis kelamin, dan peminatan.
Jadi berdasarkan penjelasan di atas ada pun faktor-faktor yang
memeperngaruhi perkembangan objek wisata ada 3 bagian yaitu, kemajuan
teknologi, politik dan keamanaan, dan demografi. Dengan adanya faktor-
faktor tersebut maka perkembangan objek wisata tidak dapat di pungkiri
banyak masyarakat yang berkunjung ke tempat objek wisata, adanya
keamanan, dan bertambahnya penduduk sehingga banyak pengunjung
wisatawan yang membuat objek wisata semakin maju.
d. Tujuan dan manfaat
1. Tujuan pengembagan objek wisata Menurut James J. Spillane (1982)
a) Pengemagan perekonomian agar mencapai kesejahteraan suatu desa
b) Menjamin hak-hak yang di dapat individu tetap terwujud
c) Memberi kebijakan–kebijakan yang di perlukan oleh ekonomi negara
d) Mengawasi kegiatan-kegiatan eknomi yang di jalakan oleh suatu
negara
e) Menyediakan barang publik untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat
f) Megawasi internal serta eksternal negara seperti halnya impor maupun
ekspor
g) Manfaat pengembagaan objek wisata
h) tingkat hidup masayarakat maju dan budaya serta tradisi dapat lestari.
17
manfaat pengembagan desa sebagai desa wisata yang tentunya akan
berlangsung memberikan dampak positif bagi warga tertentu saja adalah
dampak positif bagi tingkat kehidupan waraga yang dalam hal ini seperti
mampu memunculkan lapagan kerja baru hingga meningkatkan kualitas hidup
masyarakat pedesaan melalui fasilitas-fasiliats desa yang di perbaiki agar
dapatlayak di kunjungi
Berdasarkan penjelasan di atas dapat di simpulkan bahwa setiap objek
wisata memiliki tujuan agar objek wisata banyak di kunjungi oleh masyarakat
seperti objek wisata memiliki daya tarik,aman, nyaman,mensejahterakan
masyarakat, mengoptimalkan sumber daya alam dan lain sebagainya.
2. Manfaat perekonomian bagi masayarakat pedesaan.
Menurut Koen Meyers (2009) Manfaat pengembagan desa sebagai desa
wisata dalam hal tingkat hidup masyarakat serta pelestarian budaya manfaat
yang akan di terima oleh masyarkat selanjutnya adalah tentu saja dalam hal
perekonomian. Promosi produk lokal dalam pengembagan desa sebagai desa
wisata adalah sebagai sarana promosi produk lokal selain meningkatkan
pemanfaatan SDA seperti lokasi wisata, keberadaan desa wisata juga dapat
memberikan manfaat untuk promosi produk lokal. Promosi produk lokal ini
bisa menjadi sebuah ciri khas dari desa yang mana di harapkan juga akan
meningkatkan penjualan.
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat di simpulkan bahwa manfaat
perekonomian bagi masyarakat pedesaan sangat bermanfaat karena dengan
adanya pemanfaatan perekonomian masyarakat dengan mudahnya dapat
18
memenuhi kebutuhan sehari-harinya contohnya pada objek wisata yang telah
di kembangkan oleh pemerintah dan masyarakat maka masyarakat membuat
peraturan setiap wisatawan yang berkunjung membayar parkir.
e. Dampak pengembangan objek wisata
Menurut John M. Bryden (1973) dalam Abdurrachmat dan E. Maryani
(1998: 79) yang menyebutkan suatu penyelenggaraan kegiatan pariwisata dan
objek wisata dapat memberikan setidaknya ada 5 butir dampak posotif, adapun
dampak positif tersebut yaitu: penyumbang devisa negara, menyebarkan
pembangunan,menciptakan lapangan kerja, memacu perubahan ekonomi
melalui dampak penggandaan (multiplier effect), wawancara masyarakat
tentang bangsa-bangsa didunia semakin luas, mendorong semakin
meningkatnya pendidikan dan keterampilan penduduk.
Abdurrachmat dan E. Maryani (1998:80) menjelaskan pula dampak-
dampak negatif yang timbul dari pariwisata secara ekonomi, yaitu: semakin
ketatnya persaigan harga antar sektor,harga lahan yang semakin tinggi,
mendorong timbulnya inflasi, bahaya terhadap ketergantunggan yang tinggi
dari negara terhadap pariwisata, perubahan sistem nilai dalam moral, etika,
kepercayaan, dan tata pergaulan dalam masyarakat, misalnya mengikis
kehidupan gotong royong, sopan santun dan lain-lain.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat di simpulkan dalam dampak positif
dapat memberikan peluang kerja bagi masyarakat untuk mengembangkan
objek wisata yang akan di kembangkan pada lingkungan masyarakat, adapun
dampak negatif dari perkemangan objek wisata tersebut yaitu mengakibatkan
19
dengan adanya berbedaan harga lahan yang semakin tinggi, mendorong
timbulnya inflasi, bahaya terhadap ketergantunggan yang tinggi dari negara
terhadap pariwisata, perubahan sistem nilai dalam moral, etika, kepercayaan,
dan tata pergaulan dalam masyarakat, sehingga mengikis kehidupan gotong
royong, sopan santun dan lain-lain.
3. Pariwisata
a. Definisi Pariwisata
Menurut Hunziker dan Krapt dalam Muljadi (2012) mengungkapkan
bahwa pariwisata adalah gejala-gejala yang timbul dari adanya orang asing atau
keseluruhan hubungan perjalalanan itu tidak untuk bertempat tinggal menetap
dan tidak ada hubungan dengan kegiatan untuk mencari nafkah. Sehingga dalam
melakukan perjalanannya tersebut hanya mencari hal-hal yang sesuai dengan
kegiatan dan kebutuhannya. Pariwisata dapat di lihat dari berbagai sudut
pandang dan juga tidak memiliki batasan-batasan yang pasti. Para ahli
pariwisata banyak yang berpendapat devinisi pariwisata dari berbagai sudut
pandang, tetapi dari devenisi tersebut mempunyai makna yang sama. Mason
(1990) mengatakan bahwa pariwisata adalah perpindahan sementara ke beberapa
tempat tujuan selain tempat kerja dan tempat tinggal. Perjalanan berwisata
minimal di lakukan 24 jam dan maksimal 6 bulan dengan orientasi untuk
kesenangan, kesehatan, rekrasi, pendidikan, pahala, prestise dan relaksasi di
tempat tujuan wisata. Sebagai bentuk rekreasi, hiburan, penyelenggaraan fisik
dan fisikis sangat di perlukan wisatawan melalui perjalanan wisata ke beberapa
tempat tujuna wisata (Mcintosh dan Gupt, 1980).
20
Dari penjelasan di atas tentang pariwisata dapat di simpulkan bahwa
pariwisata adalah kegiatan yang di dukung dengan fasilitas sekaligus kegiatan
wisata yang menguntungkan berbagai pihak baik wisatawan atau pegunjung,
masyarakat dan pemerintah. Namun dari beberapa devenisi tersebut terlihat
bahwa pariwisata akan memberikan keuntungan apabila di kelola secara
maksimal baik oleh masyarakat, pemerintah, pihak swasta dan juga wisatawan.
Kunjungan kelompok wisatawan ke beberapa tempat tujuan wisata sudah
memotivasi pelaku wisata dalam membangun hotel, villa, restoran dan travel
untuk mengoptimlakan kegiatn pariwisata. Bahkan tidak sedikit di antara para
pelaku wisata membentuk organisasi dan membinah jaringan sosial di antara di
organisasi kepariwisata untuk mencapai konfornitas dari keberlangsungan
kegiatan kepariwisataan. Dengan arti lain, pariwisata sebagai kegiatan sosial di
pengaruhi oleh beragam organisasi masyarakat serta berdampak sosial budaya,
ekonomi, politik terhadap individu, kelomok sosial masyarakat luas. Aspek
sosial dari kegiatan pariwisata tersebut menjadi sorotan utama dari ilmu
sosiologi pariwisata.
b. Klasifikasi Pariwisata
Menurut muljadi (2009), pariwisata di klasifikasikan ke dalam beberapa
bentuk yaitu;
1) pariwisata berdasarkan jumlah orang yang bepergian
a) Pariwisata individu atau perorangan (individu tourism), bila seseorang
atau kelmpok orang dalam mengadakan perjalanan wisatanya
21
melakukan sendiri dan memilih daerah tujuan wisata besarta
programnya serta pelaksanaannya dilakukan sendiri.
b) Pariwisata kolektif yaitu suatu usaha perjalanan wisata yang menjual
paketnya ke siapa pun yang berminat, dengan keharusan membayar
sejumlah uang yang telah ditentukannya.
2) Pariwisata berdasarkan objeknya
1. Cultural tourism adalah jenis pariwisata yang disebabkan adanya daya tarik
seni dan budaya disuatu daerah atau tempat, seperti peninggalan nenek
moyang, benda-benda kuno dan sebagainya.
2. Recuperational tourism yaitu orang-orang yang melakukan perjalanan
wisata bertujuan untuk menyembuhkan suatu penyakit.
3. Commercial tourism adalah perjalanan yang di kaitkan dengan perdagangan
seperti penyelenggaraan expo, fair, exhibition dan sebagainya.
4. Political tourism adalah suatu perjalanan yang dilakukan dengan tujuan
melihat dn menyaksikan peristiwa atau kejadian yang berhubungan dengan
kegiatan suatu negara.
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat di simpulkan bahwa suatu
perjalanan yang dilakukan untuk menuju ke tempat yang relatif memiliki
pemandangan yang begitu indah,tumbuhan dan binatang sehingga
terwujudnya suatu budaya yang ada dan bahkan kta bisa belajar sambil
berpariwisata seperti mempelajari kegiatan cara berkebun pada masyrakat,
pertanian, dan lain sebagainya.
22
c. Proses pariwisata
Pariwisata harus memiliki daya tarik kemudian perjalanan sarana dan
fasilitas serta promosi. Pengembangan pariwisata perlu di dukung dengan
perencanaan yang matang dan harus mencerminkan tiga dimenci kepentingan,
yaitu; industri pariwisata, daya dukung lingkungan (sumber daya alam),
masyarakat setempat dengan sasaran untuk meningkatkan kualitas hidup.
Menurut kurniawan (2015), unsur-unsur pengembangan pariwisata adalah
sebagai berikut;
1) Antraksi, antraksi atau daya tarik dapat timbul dari keadaan alam keindahan
panorama, flora dan fauna, sifat khas perairan laut, danau, obyek buatan
manusia (musem, katedral, masjid kuno, makam kuno dan sebagaainya),
atau pun unsur-unsur dan peristiwa budaya ( kesenian, adat, istiadat,
makanan, dan sebagainya)
2) Transportasi, perkembangan transportasi berpengaruhi atas arus wisatawan
dan juga berkembang akomodasi.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat di simpulkan bahwa dalam proses
pariwisata merupakan suatu proses yang dilakukan oleh seseorang dalam
perjalan untuk berkunjung ke suatu objek wisata yang memiliki daya tarik
agar parawisatawan tidak bosan sehingga sering berkunjung ke objek
wisata tersebut.
23
d. Tujuan dan manfaat pariwisata
Tujuan dari pariwisata adalah untuk meningkatkan pendapatan devisa
pada khususnya dan pendapatan negara serta masyarakat pada umumnya.
Memperluas kesempatan serta lapangan kerja dan mendorong kegiatan-kegiatan
industri penunjang dan industri sampingan lainnya. Memeperkenalkan
keindahan alam dan kebudayaan indonesia, dan mendorong pendayaguna
produksi nasional (Musanef, 1996 : 18 ).
Manfaat pariwisata menambahkan kesempatan untuk berusaha bagi
penduduk atau juga masyarakat yang tinggal di sekitar objek wisata. Sektor
pariwisata bisa atau dapat menyerap tenaga kerja yang bisa meningkatkan
perolehan atau pendapatan dan juga kesejahteraan peduduk (Koen Mayers,
2009).
Kesimpulan dari penjelasan diatas yaitu dengan adanya pariwisata maka
dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan pemerintah dan masyarakat
dalam perkembangan objek wisata yang telah di kembangkan.
e. Dampak pengembangan pariwisata
Dampak pengembangan pariwisata, Aktivitas pariwisata menggerakan
pelaku pariwisata bidang ekonomi karena adanya supply dan demand terhadap
produk barang dan jasa. Wisatawan meningkatkan permintaan terhadap barang
dan jasa, masyarakat pelaku bisnis memasok produknya untuk menangkap apa
yang dibutuhkan wisatawan.
Secara umum dampak pariwisata terhadap perekonomian seperti yang
dikemukakan Cohen (1984, dalam pitana, 2006) adalah:
24
1) Dampak terhadap pendapatan pemerintah
2) Dampak terhadap pendapatan masyarakat
3) Dampak terhadap kesempatan kerja
4) Dampak terhadap harga-harga
5) Dampak terhadap distribusi
6) Dampak terhadap pemilihan dan control
7) Dampak terhadap pada pembangunan pada umumnya
8) Dampak terhadap pendapatan pemerintah
Banyak literatur yang menunjukan bahwa pengembangan pariwisata
pada suatu daerah mampu memberikan dampak-dampak yang dinilai positif,
yaitu dampak yang diharapkan bahwa peningkatan kesempatan kerja, peluang
usaha, peningkatan pendapatan pemerintah dari pajak dan keuntungan badan
usaha milik pemerintah dan sebagainya.
Menurut Spillane (Hal 33, 1994) Dampak positif pada pembangunan
pariwisata yaitu;
1) Memberikan pekerjaan dan penghasilan kepada masyarakat setempat pada lokasi
objek wisata yang di kembangkan
2) Menghasilkan devisa bagi negara yang bersangkutan
3) Dapat membantu membiayai pembangunan prasarana yang mempunyai manfaat
serba guna
4) Memberikan dorongan untuk memperbaiki dan mempertahankan lingkungan
hidup yang bersih dan menarik karena hal ini sangat penting bagi pariwisata dan
masyarakat setempat.
25
Suatu daerah yang mengembangkan pariwisata maka akan terjadi lalu
lintas wisatawan dengan adanya lalu lintas wisatawan tersebut dapat
memberikan beberapa keuntungan bagi masyarakat maupun pemerintah. Maka
suatu daerah harus dapat menggali potensi dan meningkatkan nilai-nilai
ekonomi sebagai akibat adanya orang-orang melalukan pekerjaan wisata kesuatu
daerah tujuan wisata.
Dampak negatif dari pengembagan pariwisata yaitu;
1) Investasi yang relatif tinggi untuk setiap karyawan beberapa daerah
2) Banyak kebocoran devisa jika bahan yang dipakai dalam pengembangan dan
operasi pariwisata di impor atau fasilitas-fasilitas pariwisata yang dimiliki
atau dikeolah orang asing, atau jika banyak staf asing dipekerjaan jalan
dalam pariwisata.
3) Adanya pengembangan dan perubahan yang terlalu cepat bagi penduduk
setempat untuk memahami, untuk menyusaikan diri dan ikut serta
mengambil bagian di dalamnya.
4) Pengembangan pariwisata dapat mengakibatkan harga-harga yang tinggidi
daerah-daerah setempat dan biaya pembangunan objek wisata.
Dampak posotif pengembangan pariwisata dalam bidang ekonomi luas
karena berpengaruh terhadap berbagai pihak. Namun dampak pada bidang
lan yang memilih keterkaitan dengan aktivitas pariwisata juga dapat
dirasakan seperti kependudukan, lingkungan hidup sosial budaya yang ada di
masyarakat. Untuk itu pengembangan pariwisata harus di lengkapi dengan
26
perencanaan yang baik untuk mencapai tujuan yang diinginkan dan dapat
meminimalisir dampak negatif dari adanya aktivitas priwisata.
Berdasarkan penjelasan di atas mengenai dampak positif pengembangan
pariwisata maka dapat di simpulkan bahwa pembangunan pariwisata dapat
menciptakan lapangan kerja pada masyarakat tersebut.
f. Sosialisasi Pariwisata
Menurut ( Wardianto 2011:3) mengemukakan Kegiatan pariwisata
berkembang secara luas dan merasuk ke dalam kehidupan individu serta
masyarakat di seluruh dunia. Persebaran kegiatan kepariwisataan semakin
meluas di perkotaan, perdesan, pergunungan, pantai sampai pinggiran hutan.
Ragam bentuk kegiatan pariwisata perkotaan, perdesaan, pergunugan, pantai
dan laut berkembang seiring arus persebaran berbagai belahan dunia. Akan
tetapi tidak semua agen wisata dan calon agen wisata mengetahui tentang trend
dan pencapaian kemajuan dari ke pariwisataan di berbagai daerah.Dalam rangka
memperoleh luaran optimal dan efektif dari pembangunan pariwisata di
perlukan semacam pemetaan dan dasar pertimbangan keputusan melalui
tindakan sosialisasi kepariwisataan.
Sosialisai kepariwisataan merupakan kegiatan masyarakat melalui
penyuluhan gambar umum tentang kepariwisataan dalam rangka memotivasi
memantapkan persiapan sekaligus cakrawala para agen wisata dan colon agen
wisata tentan ragam peluang dari perkembangan kepariwisataan.
Dari penjelasan di atas dapat di simpulkan bahwa sosialisasi pariwisata
sangat penting dilakukan di kalangan masyarakat , dengan adanya sosialisasi
27
pariwisata maka semakin banyak pengunjung pada objek wisata, terjadilah
suatu persebaran dalam sosialisasi dan kemajuan dalam objek wisata tersebut.
4. Sosial dan Kepariwisataan
Menurut Gamal (2002) Kepariwisataan mengandung unsur-unsur
pokok yaitu wisatawan, waktu luang, penggunaan waktu luang di
lingkungan rumah, di luar rumah dengan melakukan perjalanan wisata,
terhadap objek dan daya tarik wisata dan fasilistas pendukung yang di
butuhkan selama perjalanan wisata berlangsung Pariwisata melibatkan
proses sosial dan interaksi yang di pertemukan oleh unsur-unsur sosial,
antara lain lembaga, kepentingan, individu dan kelompok secara langsung
maupun tidak langsung.
Pariwisata merupakan kegiatan yang di lakukan dan di hasilkan oleh
berbagi lembaga, organisasi, asosiasi dan kelompok masyarakat yang
memiliki fungsi dalam menjalakan fungsi-fungsi serta berdampak sosial
budaya, ekonomi, politik terhadap individu, kelompok sosial dan masyarakat
luas. Sifat multi bidang dari pariwisata juga mengandung daya tarik bagi
displin-displin mulai termasuk sosiologi.
Pada penjelasan di atas dapat simpulkan suatu masyarakat yang akan
melakukan hiburan ke suatu objek wisata yang dapat menenamkan pikiran
atau suasana yang telah di alami.
28
5. Genealogi Sosiologi Pariwisata
Genealogi dari kajian sosiologi pariwisata berawal dari fenomena
kegiatan perjalanan yang melibatkan sosial ke beberapa tempat tujuan.
Seseorang bangsawan francis pada tahun 1672 berani menyebut fenomena
kepariwisataan itu dengan istilah ‘le grand tour’ dalam bukunya berjudul ‘
the true guide for foreigners traveling in frnce’ sebagai sebuah perjalanan
besar di paris. Minat dari tujuan perjalanan tersebut di anggap diperlukan
untuk penguatan pelapisan sosial.
Fenomena kegiatan perjalanan dengan banyak anggota sosial di inggris
secara umum di laukukan oleh kelompok calon diplomat dan orang kaya
mengelilingi daratan eropa, keberlansungan kegiatan itu secara massa
diperkuat oleh adanya motif pendidikan politik dan diplomasi yang
kemudian lebih di kenal dengan sebutan ‘grand tour’. Grand tour
berkembang pesat ke luar eropa dengan motif mengunjungi tempat-tempat
keramat dan berkhasiat untuk penyembuhan yang kemudian berdampak
terhadap perkembangan pariwisata.
Soekadijo (1995) mencoba mengkategorikan perkembangan pariwisata
menjadi 3 tahap, yaitu:
1) Perjalanan wisata menjadi gejala yang bersifat global karena
menjangkau daerah-daerah terpencil dan terisolir; sebelum dan sesudah
perang dunia ke II kegiatan perjalanan wisata pariwisata bahari tetap
sebgai daya tarik penting, dimana pada awalanya berkembang di daerah
sekitar laut tengah, kemudian pariwisata di pantai berkembang ke
29
seluruh dunia, misalnya laut karabia, Lautan Teduh, Pantai Maroko
sekiter siam sampai di Bali.
2) Berkembangnya industri di barat dan diakuinya hak-hak buruh yang
dijamin dan dilindungi undang-undang sudah memberikan peningkatan
kesejahteraan hidup buruh; pengasilan berupa gaji yang diterima cukup
besar, sehingga pegawai lapisan bawah sudah bisa merencanakan dan
melakukan perjalanan wisata. Misalnya cukup banyak kelompok supir,
juru ketik, tukang kebun bisa melakukan perjalanan wisata ke daerah
tujuan wisata mancanegara. Pada pase ini pariwisata tidak lagi
represetatif dengan kegiatan kelas elit kapital.
3) Perjalanan wisata yang berkembang pesat di negara-negara industri
maju berhasil menjadi pariwisata sebagai kebutuhan baru bagi
masyarakat. Tingkat kebutuhan akan perjalanan wisata menjadi
perjalanan sekunder untuk kelas guru bahkan relatif sama dengan
kebutuhan primer untuk kelas elit kapital. oleh karena itu, para
pengusaha jasa biro perjalanan wisata sudah berhasil mengembangkan
paket layanan yang mudah dan terjangkau bagi para calon wisatawan
sangat laris. Persaingan dari penjualan paket wisata ini pun tidak bisa di
hindarkan. walaupun tidak ketat dampak sosial yang di timbulkan dari
kegiatan kepariwisataan berimbas meluas ke beberapa leompok soial.
Sosiologi berusaha mengukapkan struktur lembaga sosial, sitem sosial,
dinamika dalam proses sosial dalam hubungan timbal balik individu dengan
kelompok sosial serta hubungan antara kelompok sosial. Oleh sebab itu
30
sosiologi yang mempelajari seni lembaga-lembaga yang mengorganisir
kegiatan kelompok-kelompok yang berusaha di bidang pariwisata memiliki
unsur-unsur ynag menjadi objek kajian atau studi sosiologi para wisata
mengelompokan dan karakteristiknya kelompok atau komunitas biro
perjalanan wisata, komunitas para wisata, usaha tranportasi, akomodasi
wisata, usaha cinderamata, masyarakat dan pemerintah yang secara
integratif memerlukan gabungan pengertian dari susuna konseptual ilmu
sosiologi dan kepariwisataan.
Secara fungsional, sosiologi pariwisata sebagai ilmu sosial di sebut ilmu-
ilmu sosial yang memliki sudut pandang terkait usaha orgnisasi jasa
kepariwisataan. Strukutur peranan, hubungan sosial dan dinamika interkasi
sosial baik internal maupun eksternal dalam komunitas pariwisata
merupakan permsalahan yang mengundang sosiologi untuk melakukan
pembahasan, riset, analisis dan memberikan penjelasan terhadap fenomena
yang timbul, sehingga dapat memberi sumabangan pemikiran dalam
memecahkan masalah dan pengembangan bidang kepariwisataan yang
sangat di perlukan dalam menegakan kredibelitas ilmu sosiologi maupun
bentuk pengembagannya.
Pada penjelasan di atas dapat di simpulkan sosiologi pariwisata sebagai
ilmu sosial di sebut ilmu-ilmu sosial yang memliki sudut pandang terkait
usaha orgnisasi jasa kepariwisataan. Strukutur peranan, hubungan sosial
dan dinamika interkasi sosial baik internal maupun eksternal dalam
komunitas pariwisata.
31
3. Pemberdayaan Masayarakat
Pemberdayaan masyarakat atau (community empowerment) sering kali sulit di
bedakan dengan pembangunan masyarakat (community development) karena
mengacu pada pengertian yang tumpang tinggi dalam pengunaanya di masyarakat.
Dalam kajian ini pemberdayaan masyarakat (community empowerment) dan
pembangunaa masyarakat communitiy development) di maksudkan sebagai
pemberdayaan yang sengaja di lakukan pemerintah untuk mempasilitasi masyarakat
lokal dalam merecanakan, memutuskan dan mengelolah sumber daya yang di miliki
sehingga pada akhirnya mereka memiliki kemampuan dan kemandirian secara
ekonomi.
a. Defenisi pemberdayaan masyarakat
Pemberdayaan masyarakat adalah konsep pembangunan ekonomi yang
merangkum nilai-nilai masyarakat untuk membangun paradigma baru dalam
pembangunan yang bersifat people centered, participatory, Empowermant and
sustainable (chamber, 1995). Lebih jauh chamber menjelaskan bahwa konsep
pemabngunan dengan model pembedayaan masyarakat tidak hanya semata-mata
memenuhi kbutuhan dasar ( basic need) masayarakat tetapi lebih sebagai upya
mencari alternatif pertumbuhan ekonomi lokal.
Pemberdayaan masyarakat ( empowerment) sebagai strategi alternatif
dalam pembangunan telah berkembang dalam berbagai literatur dan pemikiran
walaupun dalam kenyataanya belum secara maksimaldalam implementasinya.
Pembangunan dan pembrdayaan masyarakat merupakan hal banyak di
masyrakat karena terkait dengan kemajuan dan perubahan bangsa ini ke depan
32
apalagi di kaitkan dengan skil masyarakat yang masih kurang akan sangat
menghambat pertumbuhan ekonomi itu sendiri.
Pada penjelasan di atas dapat di simpulkan bahwa pemberdayaan
masyarakat merupakan suatu proses pembangunan dimana masyarakat
berinisiatif untuk melakukan proses memperbaiki kondisi dan situasi pada diri
sendiri, pemberdayaan masnyarakat akan terjadi ketika masyarakat itu sendiri
ikiut berpartisipasi.
b. Bentuk dan proses
Menurut Suharto (2005:60) Bentuk-bentuk pemberdayaan masyarakat
melalui pengembangan desa wisata di Desa Ujung Bulu dapat di lihat dari
keterlibatan masyarakat secara langsung maupun tidak langsung dalam program
pengembagan desa wisata melalui dari perencanaan, pelaksanaa dan evaluasi.
Pada tahap perencanaa masyarakat setempat selalu di libatkan dalam
pembicaraan mengenai program pembangunan desa wisata melalui rapat desa
secara musyawara mufakat. Sebagai proses serangkaian ntuk memperkuat
kelompok lemah dan masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami
masalah kemiskinan.
Bentuk pemberdayaan masyarakat pada tahap pelaksanaan di wujudkan
dengan bentuk keterlibatan masyarakt dalam menyediakan berbagai pasilitas
pendukung yang bisa memenuhi kebutuhan wisatwan selama berada di destinasi
wisata berupa atraksi wisata, serta mengunakan tenaga kerja dari masyarakat
setempat. Potensi wisata budaya yang di miliki oleh desa wisata penglipuran
meliputi aktivitas kehidupan sehari-hari yang mengandung unsur kearifan lokal
33
yang di kemas sedemikan rupa sehingga dapt dijadikan sebagai atraksi wisata.
Sumber daya budaya yang di kembangkan sebagai atraksi wisata di desa wisata
penglipuran seperti kegiatan dan cara hidup masyarakat lokal serta mencoba
kuliner masyarakat setempat.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa suatu serangkaian
kegiatan untuk memperkuat kelompok lemah dalak masyarakat termasuk
masyarakat yang mengalami kemiskinan.
c. Tujuan dan manfaat
Menurut Mardikanto (2014:202) Tujuan dari pemberdayaan masyarakat yaitu
sebagai perbaikan kelembagaan, perbaikan usaha,perbaikan
pendapatan,perbaikan lingkungan, perbaikan hidup, perbaikan masyarakat.
sebagai suatu proses sosial yang bergerak secara dinamis yang melibatkan
partisipasi aktif serta kerja sama yang baik antara investor, pemerintah dan
kelompok yang menjadi sasaran kegiatan pemberdayaan maka dapat di jelaskan
apabila pada dasarnya tujuan proses pemberdayaan itu untuk menciptakan
perubahan kehidupan sosial ekonomi di kalangan kelompok lapisan bawah
masyarakat agar supaya mereka memiliki kekuatan dan kemampuan untuk dapat
mandiri dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan kata lain kegiatan
pemberdayaan masayrakat ini di lakukan secara terencana, terprogram, dan
berkelanjutan dengan tujuan untuk.
1) Memperkenalkan berbagai konsep dan unsur inovasi yang lebih baik itu berupa
gagasan prilaku maupun dalam bentuk hasil karya manusia yang sifatnya baru
pada kelompok sasaran kegiatan.
34
2) Memberikan keterampilan dan membantu masyarakat untuk melaukan suatu
kegiatan secara mandiri yang di sesuaikan dengan kondisi sosial ekonomi
mereka.
3) Meningkatkan tingkat pendidikan dan pemahaman masyarakat terhadap suatu
informasi yang mana di harapakan dengan semakin membaiknya pemahaman
kelompok sasaran terhadap inovasi tersebut.
4) Walaupun sekiranya ada bantuan dalam bentuk modal untuk berusaha maka
semua itu di maksudkan untuk lebih mendorong kreativitas kelompok sasaran
agar mereka bisa bekerja mandiri dan tidak senantiasa mengharapkan bantuan
orang lain.
5) Proses pemberdayaaan masayrakat ini pada prinsipnya untuk membantu
memabngun motivasi denagn memanfaatkan semua potensi yang di miliki oleh
masyarakat maka mau tak mau kegitan yang di lakukan senantiasa mendapat
bimbingan serta pengawasan dari tenaga fasilitator agar supaya apa yang
menjadi sasaran utama kegiatan tersebut dapat tercapai.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat di simpulkan bahwa tujuan
pemberdayaan masyarakat suatu proses yang dilakukan secara kerja sama
dalam memperbaiki segala hal seperti yang di telah di jelaskan di atas.
b. Dampak pemberdayaan masyarakat
pembangunan objek wisata berdampak secara positif terhadap
pendapatan masyarakat peningkatan pemdapatan terjadi pada berbagai bidang
mata pencarian masyarakat seperti pedagang, parkiran dan lain sebagianya.
Pengembangan objek wisata di desa juga banyak membuka peluang baru bagi
35
masyarakat untuk mendapatkn penghasilan tambahan selain dari sektor
pertanian
“ sedikit demi sedikit warga merasakan dampak manfaat yang di rasakan
seperti pemilik homestay, terutama pemandu bisa sedikit demi sedikit bisa
menambah penghasilan atau perekonomian. Masyarakat itu menyadari bahwa
wisata itu bisa menghasilkan selain daripada pertanian”
Pengembangan pariwisata di desa wisata dapat menjadi faktor pemicu
terhadap pengembangan imprastruktur pendukung. Jalan telah mengalami
pembenahan.
Berdasarkan pada penjelasan di atas maka dapat di simpulkan bahwa
dengan adanya upaya pemberdayaan ini maka di harapkan dapat mendorong ,
memotivasi, dan membangkitkan kesadaran masyrakat akan potensi yang
telah dimiliki dan berkelanjutan untuk dapat mengembangkan objek wisata.
B. Kajian Teori
1. Teori Pembangunan Rostow (Arsyad, 1992:39-41)
Menurut Rostow, peoses pembangunan ekonomi bisa di bedakan
kedalam 5 tahap,
1.) Masnyarakat tradisional
2.) Tahap prasyarat tinggal landas
3.) Tahap tinggal landas
4.) Tahap menuju kedewasaan
5.) Masa komsumsi energi
36
Dasar perbedaan proses pembangunan menjadi 5 tahap tersebut adalah
katekteristik perubahan ekonomi, sosial dan poliik yang terjadi. menurut
Rostow pembangunan ekonomi atau transfortasi suatu masyarakat modern
merupakan suatu proses yang multi dimensional. Pembangunan ekonomi
bukan berarti perubahan struktu ekonomi suatu negara yang ditunjukan oleh
menurunnya peranan sektor pertanian dan peningkatan peranan sektor
industri jasa. Rostow dan Max Weber yang menyatakan bahwa proses
pembangunan berbentuk tahapan yang dimulai dari tahapan masyarakat
tradisional,transisional, lepas landas dan komsumsi masal tinggi (Rostow).
Lanjut yang di katakan oleh Max Weber yang dikenal dengan teori etika
Protestan bahwa manusia di tuntut untuk bekerja keras, dan jujur.
2. Teori ”ACTORS” Dalam Pemberdayaan Masyarakat
Teori “ACTORS” Tentang pemberdayaan di kemukakan oleh sarah
Cook dan Steve Macaulay lebih memandang masyarakat sebagai subjek
yang dapat melakukan perubahan dengan cara membebaskan seseorang dari
kendali yang kaku dan memberi orang tersebut kebebasan untuk
bertanggung jawab terhadap ide-ide, keputusan-keputusan, dan tindakan-
tindakan. Pemberdayaan yang di maksudkan Cook dan Macaulay lebih
menharah pada pendegasian secara sosial dan etika/moral, antara lain;
a. Mendorong adanya ketabahan
b. Mendelegasikan wewenang sosial
c. Mengatur kinerja
d. Mengembangkan organisasi (baik lokal maupun eksteren)
37
e. Menawarkan kerja sama
f. Berkomunikasi secara efisien
g. Mendorong adanya inovasi
h. Menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi.
Pemberdayaan yang di tawarkan oleh Cook dan Macaulay ini yaitu suatu
perubahan bersifat terencana karena input yang akan digunakan dalam
perubahan telah diantisipasi sejak dini sehingga output yang akan di hasilkan
mampu berdayaguna secara optimum. Kajian pengelolaan pemberdayaan
masyarakat dengan menggunakan kerangka kerja :ACTORS” adalah sebagai
berikut;
a. Authority, kelompok masyarakat diberikan kewenangan untuk
merubah pendirian atau semangat (etos kerja)menjadi suatu milik
mereka sendiri. Dengan demikian mereka merasa perubhaan yang
dilakukan hasil produk dari keinginann mereka untuk mewujud
perubahan yang lebih baik.
b. Confidence and competence, menimbulkan rasa oercaya diri dengan
melihat kemampuan mereka untuk dapat merubah keadaan.
c. Trust, menimbulkan keyakinan bahwa mereka mempunyai potensi
untuk merubah dan mereka harus bisa (mampu) untuk merubahnya;
d. Oppurtunities, memberikan kesempatan kepada masyrakat untuk
memilih apa yang menjadi keinginannya sehingga mereka dapat
mengembangkan diri sesuai potensi yang ada dalam diri masyarakat
itu sendiri;
38
e. Responsibilities,dalam melakuka perubahan harus melalui
pengelolaan sehingga dilakukan dengan penuh tanggung jawab untuk
merubah menjadi lebih baik;
f. Support,perlu adanya dukungan dari berbagai pihak untuk menjadi
lebih baik. Dalam hal ini dukungan yang diharapkan selain dari sisi
ekonomis, sosial dan budaya juga dukungan dari berbagai
stakeholders (pemerinta,masyrakat,dan dunia usaha) yang dilakukan
secara semultan tanpa di dominasi oleh salah satu pihak atau faktor.
Dengan menggunakan kerangka kerja “ACTORS” tersebut, guna
menumbahkan keberdayaan masyarakat, akan dapat dilakukan dengan
mengacu pada pemberdayaan yang berasal dari inner dan inter
masyarakat. Dimana pemerintah dan organisasi non pemerintah sebagai
aktornya (Sarah Cook dan Steve Macaulay, 1997)
Menurut Wahjudin Sumpeno (2011,h. 19) pemberdayaan masyarakat
punyah yang dilakukan oleh unsur yang berasal dari luar tatan terhadap
suatu tatanan, agar tatan tersebut mampu berkembang secara mandiri.
Dengan kata lain, pemberdayaan sebagai perbaikan wujud
interkoneksitas yang terdapat yang terdapat suatu tatanan atau upaya
penyempurnaan terhadap elemen atau komponen tatananyang di tujukan
agar tatanan dapat berkembang secara mandiri. Jadi pemberdayaan
adalah upaya yang di tujukan agar suatu tatanan dapat tercapai suatu
kondisi yang memungkinkan untuk membangun dirinya sendiri.
39
Pemberdayaan masyarakat menurut Sumaryadi (2005, h. 25) tujuan
pemberdayaan masyarakat pada dasarnya adalah membantu
pengembangan manusiawi yang otentik dan integral dari masyarakat
yang lemah,miskin, marjinan dan kaum kecil dan pemberdayakan
kelompok-kelompok masyarakat tersebut secara sosio ekonomis
sehingga mereka dapat lebih mandiri dan dapat memenuhi kebutuhan
dasar hidup mereka, namun sanggup berperan serta dalam pembangunan
masyarakat.
3. Talcott Parsons ‘Fungsionalisme Struktural’
Teori struktural fungsional Talcott Person dimulai dengan empat fungsi
penting untuk semua sistem “tindakan” yang disebut dengan AGIL. Melalui
AGIL ini kemudian di kembangkan pemikiran mengenai struktur dan sistem.
Menurut Person (1974) fungsi adalah kumpulan kegiatan yang ditunjukan ke
arah pemenuhan kebutuhan tertentu atau kebutuhan sistem. Dengan definisi
ini Person yakni bahwa ada empat fungsi penting yang diperlukan semua
sistem yang dinamakan AGIL Menurut (Mellen Press, 2009) yang antara
lain :
40
a. Adaptation / adaptasi
Semuan sistem harus menanggulangi situasi eksternal yang gawat.
Sistem harus menyesuaikan diri dengan lingkungan dan
menyesuaikan lingkungan itu dengan kebutuhannya.
b. Goal attainment / Pencapaian Tujuan
Sebuah sistem harus mendefinisikan diri untuk mencapai tujuan
utamanya.
c. Integration / Integrasi
Sebuah sistem harus mengatur antar hubungan bagian-bagian yang
menjadi komponennya. Sistem juga harus mengelolah antar
hubungan ketiga fungsi penting lainnya ( A,G,L).
d. Latency/ Pemeliharaan Pola
Sebuah sistem harus memperlengkapi, memelihara, dan
memperbaiki, baik motivasi individu maupun pola-pla kultural yang
menciptakan dan menopang motivasi.
Agar dapat bertahan, maka suatu sistem harus mempunyai
keempat fungsi ini. Person mendesain skema AGIL ini untuk
digunakan disemua tungkat dalam sistem teorinya, yang aplikasinya
adalah sebagai berikut :
a. Organisme perilaku adalah sistem tindakan yang melaksanakan
fungsi adaptasi penyesuaian diri dengan mengubah lingkungan
eksternal.
41
b. Sistem kepribadian melaksakan fungsi pencapaian tujuan dangan
menetapkan tujaun sistem dan memobilisasi sumber daya yang
ada untuk pencapaiannya.
c. Sistem sosial menanggulangi fungsi integrasi dengan
mengendalikan bagian-bagian yang menjadi komponennya.
d. Sistem kultural melaksanakan funsi pemeliharaan pola dengan
menyediakan aktor seperangkat norma dan nilai yang memotivasi
mereka untuk bertindak.
Inti pemikiran Person dikemukakan dalam empat sistem tindakan
yang diciptakannya. Tindakan yang paling rendah dalam sistem
tindkan ini adalah lingkungan fisik dan organisme, meliputi aspek-
aspek tubuh manusia, anatomi dan fisiologisnya. Sedang tingkat yang
paling tinggi dalam sistem tindakan adalah realitas terakhir yang
mungkin dapat berupa kebimbangan, ketidak pastian, kegelisahan,
dan tragedi kehidupan sosial yang menantang organisasi sosial.
Diantara dua ligkungan tindakan itulah terdapat empat sistem yang
diciptakan oleh Person meliputi organisme perilaku, sistem
keperbadian, sistem sosial, dan sistem kultural. Semua pemikiran
person tentang sistem tindakan ini didasarkan pada asumsi-asumsi
berikut :
- Sistem memiliki properti keteraturan dan bagian-bagian yang
saling bergantungan.
42
- Sistem cenderung bergerak ke arah mempertahankan
keterunan diri atau keseimbangan.
- Sistem mungkin statis atau bergerak dalam proses perubahan
teratur.
- Sifat dasar bagian dari suatu sistem berpengaruh terhadap
bentuk bagian-bagian lain
- Sistem memelihara batas-batas dengan lingkungan
- Alokasi dari integrasi merupakan dua proses fundenmental
yang perlukan untuk memelihara keseimbangan sistem.
- Sistem cenderung menuju kearah pemeliharaan keseimbangan
diri yang meliputih pemeliharaan batas dan pemeliharaan
hubungan antara bagian-bagian dengan keseluruhan sistem,
mengendalikan lingkungan yang berbeda-beda dan
mengendalikan kecendarungan untuk merubah sistem dari
dalam.
Dari asumsi-asumsi inilah Parson menempatkan analisis
strukturketeraturan masyarakat pada perioritas utama. Person sedikit sekali
memeperhatikan masalah perubahan sosial. Keempat sistem tindakan ini
tidak muncul dalam kehidupan nyata; tetapi lebih merupakan peralatan
analisis untuk menganalisis kehidupan nyata.
43
C. Kerangka Pikir
Sacara umum obejek wisata di Desa Ujung Bulu Kabupaten Jeneponto
merupakan salah satu tempat objek wisata yang mulai dikembangkan oleh para
komunitas masyarakat atau pemerintah. Objek wisata ini memiliki potensi yang
sangat bagus jika di manfaatkan dengan baik oleh komunitas, pemerintah dan
masyarat sekitar Desa Ujung Bulu Kabupaten Jeneponto. Intervensi pemerintah
dapat memperdayakan komunitas masyarakat lokal yang dapat menyebabkan
terjadinya intervensi pemerintah dalam pemberdayaan komunitas masyarakat
local pada pengembangan wisata bonto lojong desa ujung bulu kabupaten
jeneponto dalam bentuk peranan pemerintah dalam pemberdayaan komunitas
masyarakat local pada pengembangan wisata bonto lojong desa ujung bulu
kabupaten jeneponto ada pun Bentuk pola pemberdayaan komunitas masyarakat
local dalam intervensi pemerintah pada pengembangan wisata bonto lojong desa
ujung bulu kabupaten jeneponto sehingga terjadi pengembangan wisata bonto
lojong desa ujung bulu kabupaten jeneponto.
44
gambar 2.1 kerangka pikir.
Pengembangan Wisata Bonto Lojong Desa Ujung Bulu
Kabupaten Jeneponto
Peranan Pemerintah
Pemberdayaan Komunitas Masyarakat Local
Bentuk peranan Pemerintah dalam pengembangan wisata
bonto lojong
Faktor penghambat dan pendukung pengembangan wisata
bonto lojong
a. Kerjasama dengan masyarakat lokal dan komunitas
b. Perbaikan sarana dan prasarana
c. Peningkatan kualitas objek wisata.
a. Faktor penghambat; Kemajuan teknologi,politik dan keagamaan, dan demografi.
b. Faktor pendukung; keindahan alam yang memepesona, akses mudah di jangkau, wisata bonto lojong sejuk, dan keindahan alam
45
D. Penelitian Terdahulu
untuk mendukung pembahasan dan penelitian yang akan dilakukan
sebelumnya penulis telah melakukan kejian terhadap beberapa pustaka ataupun
karya-karya yang bersinggung dengan topik yang di anggakat dalam penelitian
ini. Penilis menemukan beberapa karya ilmiah yang membahas tentang
pengembangan objek wisata yang relavan dengan topik penulisan karya ilmia ini
sebagai bahan perbandingan maupun rujukan antara lain sebagai berikut;
Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Guterres (2014) yang tesisnya
berjudul, pengembangan daya tarik wisata berbasis masyarakat di pantai
vatuvou, Distrik Liquica,Timor Leste Penelitian yang dilakukn oleh Cipriana doa
Santos Guterres menunjukan bahwa pantai Vatuvou bisa dijadikan sebagai
tempat tujuan destinasi wisata di Distrik Liquica,karena memepunyai potensi
pantai yang sangat indah, panorama matahari terbit, pasir hitam, dan keindahan
bawah laut yang belum tersentuh oleh tanggan manusia.
Sedangkan yang penelitian lakukan, meskipun masih dalam ruag lingkup
pengembangan objek wisata. Tetapi dalam penelitian ini berbeda dengan
penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian ini lebih menitik
beratkan pada intervensi pemerintah dalam pemberdayaan komunitas lokal
dalam mengembangna objek wisata bonto lojong desa ujung bulu kabupaten
Jeneponto.
hasil penelitian terlebih dahulu yang dilakukan oleh Zhao; Jia, (2008)
dalam penelitian yang berjudul Strategies For The Sustaninable developmrnt of
Lugu Lake Region yang mana pada danau ini terdapat keunikan penduduk
46
“matricahal” di desa masou, China. Tempat tersebur sudah menjadi area untuk
konservasi ekosistem dan kultural heritage yang dijaga dengan baik oleh
pemerintah China.
Dalam penelitian diatas dilakukan oleh Zhao; Jia (2008) yang berjudul
Strategies For The Sustaninable developmrnt of Lugu Lake Region yang mana
pada danau ini terdapat keunikan penduduk “matricahal” di desa masou, China.
Sedangkan peneliti yang akan teliti mengenai perkembangan objek wisata bonto
lojong melalui intervensi pemerintah dalam pemberdayaan masyarakat lokal
Menurut (Wang; Jianxin, 2011) dalam penelitiannya yang berjudul,
Research on Tourism ecological securiry of lake in Dongting
Lake,memperioritaskan pengertian tentang keamanan untuk berpariwisata
ekologikal yang dimana seharusnya di integrasikan sebagai objek wisata daerah,
menstabilisasikan konsep pedesaan sebagai unsur utama pariwisata ekologikal.
Pada penelitian Menurut (Wang; Jianxin, 2011) dalam penelitiannya
yang berjudul, Research on Tourism ecological securiry of lake in Dongting
Lake, lebih memperioritaskan pengertian tentang keamanan untuk berpariwisata
ekologikal yang dimana seharusnya di integrasikan sebagai objek wisata daerah,
menstabilisasikan konsep pedesaan sebagai unsur utama pariwisata ekologikal.
Sedangkan dalam peneliti lakukan Intervensi Pemerintah Dalam pemberdayaan
Masyarakat Lokal dalam pengembangan Objek Wisata Bonto Lojong Di Desa
Pao Kabupaten Jeneponto, meskipun dalam ruang lingkup objek wisata namun
berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Wang; Jianxin
47
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
a. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode
penelitian kualitatif. Alasan saya memilih penelitian kualitatif desktiftif
adalah untuk mengambarkan dan mendeskripsikan secara mendalam terkait
dengan perkembangan objek wisata Bonto Lojong Di Desa Ujung Bulu
Kabupaten Jeneponto.
Pendekatan yang dilakukan dalam metode penelitian kualitatif adalah
pendekatan fenomenologi. Fenomenologi adalah studi mengenai pengalaman
dan bagaimana pengalaman tersebut terbentuk, alasan penelitian
menggunakan pendekatan fenomelogi yaitu untuk mendalami dan
menggambarkan berbagai fenomena terkait perkembangan objek wisata
Bonto Lojong Desa Ujung Bulu Kabupaten Jeneponto ( Kajian
fungsionalisme struktural).
b. Pendekatan penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif.
Menurut Sugiono, penelitian Kualitatif adalah suatu metode penelitian yang
berlandasan pada filsafat postpositivisme, di gunakan untuk meneliti pada
kondisi objek yang alamiah diamana peneliti adalah sebagai instrumen
kunci, pengambilan sampel sumber data yang dilakukan secara purpose,
teknik pengumpulan dengan triangulasi, analisis data bersifat
47
48
indukatif/kualitatif dan hasil penelitian lebih menekankan makna dari pada
generalisasi. Peneliti kualitatif bertumpuh pada latar belakang alamiah secara
holistik, memposisikan manusia sebagai alat peneliti, melakukan analisis
data secara induktif, lebih mementingkan proses dari hasil serta hasil
penelitian yang dilakukan disepakati oleh peneliti dan subjek peneliti.
Pendekatan yang dilakukan dalam metode penelitian kualitatif adalah
pendekatan fenomenologi. Fenomenologi adalah studi mengenai pengalaman
dan bagaiman pengalaman tersebut terbentuk, penelitian menggunakan
pendekatan fenomenologi yaitu untuk mendalami dan mengambarkan
berbagai fenomena terkait perkembangan objek wisata (kajian teori sosiologi
moderen, Fungsionalisme struktural, di Desa Ujung Bul Kabupaten
Jeneponto).
Tujuan utama penelitian kualitatif adalah umtuk menggambarkan (to
describe), memahami (to understand), dan menjelaskan (to explain) tentang
suatu fenomena yang unik secara mendalam dan lengkap dengan prosedur
dan teknik yang khusus sesuai dengan karateristik penelitian kualitatif,
sehingga menghasilkan semua teori yang grounded, yaitu teori yang
dibangun berdasarkan data, yang peroleh selama penelitian berlangsung.
Pendekatan kualitatif di pilih dalam penelitian ini karena penelitian ini
bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau fenomena yang terjadi, dan
berusaha memaparkan data sebagaimana adanya dampak pemberdayaan
masyarakat melalui objek wisata di Desa Ujung Bulu Kabupaten Jeneponto.
49
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di Desa Ujung Bulu Kabupaten
Jeneponto yang merupakan salah satu daerah pegunungan yang ada di
Kabupaten Jeneponto. Pada penelitian ini yang berkaitan dengan “Intervensi
Komunitas terhadap pengembangan Objek Wisata Bonto Lojong (kajian
Teori Sosiologi Modern) alasan penelitian melakukan penelitian ini di Desa
Ujung Bulu Kabupaten Jeneponto ini sebelumnya sudah melihat bagaimana
perkembangan Objek Wisata
2. Waktu penelitian
Pada waktu penelitian ini dilakukan selama kurang lebih dua bulan dari
tanggal 23 April 2021 sampai 03 Juni 2021, yang dimulai tahap persiapan,
menyiapkan dokumen penelitian yang dibutuhkan, menyusun pedoman
teknis, dan sebisa mungkin dapat mengenal dengan baik lingkungan Desa
Ujung Bulu serta berusaha secara sistematis memperhatikan aspek-aspek
lain terkait kebutuhan data penelitian. Selanjutnya peneliti membuat tabel
penelitian dengan format sebagai berikut.
C. Informan Penelitian
Subjek merupakan objek penelitian. Ketentuan ubjek penelitian ini
memberikan kejelasan mengenai siapa yang akan menjadi perhatian penelitian.
Penelitian menetukan subjek penelitian tentang intervensi pemerintah terhadap
pemberdayaan komunitas masyarakat lokal ( studi pada pengembangan wisata
bonto lojong desa ujung bulu kabupaten jeneponto).
50
Selanjutnya setelah penentuan subjek penelitian, penelitian kemudian
dapat menetukan informan penelitian yang menjadi narasumber untuk
kepentingan peroleh informasi, dengan menggunakan teknik penarikan
informan, purpose sampling. Teknik penarikan informan dengan menggunakan
purpose sampling dipilih karena teknik ini memilih orang (informan) dengan
berbagai penelitian tertentu menurut kebutuhan peneliti, sehingga di anggap
layak untuk dijadikan informan. Dalam penelitian ini menjadi subjek penelitian
(informan) adalah Komunits yang ikut dalam pengembangan objek Wisata
Bonto Lojong di Desa Ujung Bulu Kabupaten Jeneponto dengan menggunakan
kajian Sosiologi Modern.
Adapun klaifikasi informan dalam penelitian ini terbagi atas 3 yaitu
1. Informan inti adalah informan secara umum, pihak yang mengetahui
secara konseptual seperti Aparat pemerintah Desa Ujung Bulu,
Kabupaten Jeneponto. Penulis memilih informan tersebut karena beliau
yang juga mengetahui perkembangan Objek Wisata Bonto Lojong.
2. Informan ahli adalah informan yang di wawancarai dengn mendapatkan
informasi secara detail dan sebagai aotor utama seperti Para komunitas di
Desa Ujung Bulu Kabupaten Jeneponto.
3. Informan tambahan adalah informan yang di wawancarai dengan
mendapatkan informasi tambahan yang bermanfaat dan relevan, atau
pihak yang berkautan dengan informan utama seperti Masyarakat sekitar
Desa Ujung Bulu Kabupaten Jeneponto sebagai informan tambahan.
51
Tabel Daftar Informan 3.2
N0 Nama Pekerjaan Keterangan
1. Dg. Sapo (45 thn) Kepala Dusun Informan inti
2. Dg. Madong (60 thn) Petani
3. Dg. Salo’(70 thn) Petani
4. Dg. Aling (40 thn) Petani
5. Sidarni S.Pd(32 thn) Wakil Kepala Desa
6. Harniati(40 thn) IRT
7. Risal(20 thn) Pemuda desa Informan ahli
8. Aswar(22 thn) Pemuda desa
9. Andika(25 thn) Wisatawan Informan Tambahan
10. Rendi (25 thn) Wisatawan
D. Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini adalah batasan dari setiap rumusan masalah yang
dijadikan objek penelitian agar tidak terjadi bias data yang diperoleh dilapangan.
Oleh karena itu sertiap rumusan masalah dibuatkan sub fokus penelitian.
1) Benyebab terjadinya peranan pemerintah dalam pemberdayaan komunitas
masyarakat lokal pada pengembangan wisata bonto lojong di Desa Ujung Bulu
Kabupaten Jeneponto
52
2) Faktor penghambat dan pendukung pemerintah dalam pemberdayaan komunitas
masyarakat local pada pengembangan wisata bonto lojong di Desa Ujung Bulu
Kabupaten Jeneponto
E. Instrumen Penelitian
Nasution (1988) menjelaskan; dalam penelitian kualitatif, tidak ada
pilihan lain dari pada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama
(Sugiono dalam Sariantiy 2013:223). Berdasarkan penjelasan tersebut instrumen
utama yang di pergunakan untuk mengumpulkan data mengenai perkembangan
Objek Wisata Bonto Lojong di Desa Ujung Bulu Kabupaten Jeneponto, adalah
penelitian sendiri di tambah pedoman wawancara dan kamera untuk
dokumentasi.
Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang dipilih peneliti untuk
memudahkan dalam pengumpulan data agar data tersebut menjadi sistematis dan
lebih mudah. Wujud dari instrumen penelitian yang digunakan untuk
pengumpulan data-data yang berkaitan dengan objek yang akan di teliti adalah
2. pedoman wawancara
a. adalah panduan wawancara bervariasi dari yang di tulis dengan
sangat rinci sehingga relatif longar tetapi itu semua pada dasarnya
adalah untuk membantu apa yang harus di tanyakan, dalam urutan
seperti apa, bagaimana anda mengajukan pertanyaan dan bagaimana
mengajukan tindak lanjut, ini memberikan panduan tentang apa yang
harus dilakukan atau dikatakan sebagai orang yang mewawancarai
53
menjawab pertanyaan,yang didukung dengan alat untuk merekam
hasil wawancara.
b. Fungsi pedoman wawancara yaitu untuk mendapatkan gambaran
permasalah dan informasi yang akurat dan lengkap terkait
permasalahan yang di teliti.
3. Pedoman observasi
a. pedoman observasi adalah mengamati partisipasi masyarakat dalam
pelaksanaan pengembangan objek wisata yang akan di kembangkan.
b. fungsinya untuk memperoleh data dan informasi mengenai
perkambangan objek wisata yang di kembangkan oleh pemerintah
dan masyarakat
4. Pedoman dokumentas
a. pedoman dokumentasi adalah catatan peristiwa yang sudah
berlalu dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-
karya monumental dari seseorang. Dokumen berbentuk tulisan
seperti catatan harian, sejarah hidup, ceriteria, biografi, dan lan
sebagainya.
b. Fungsinya pedoman wawancara yaitu pelengkap dari penggunaan
metode observasi dan metode wawancara dalam penelitian
kualitatif. Hasil enelitian dari observasi dan wawancara akan
lebih kredibel atau dapat di percaya jika di dukung oleh sejarah
pribadi kehidupan dimasa kecil, di sekolah, di tempat kerja, di
masyarakat dan auotobiografi.
54
5. Alat perekam
a. Alat perekam adalah seperangkat alat eloktronik yang digunakan
dalam proses pengumpulan data. Seperti lat perekam dari
smartphone untuk merekam seluruh paparan atau informasi yang
di peroleh saat penelitian.
b. Fungsi alat perekam
Alat perekam berfungsi untuk mendokumentasi dan menyimpan
data-data yang diperolah dalam penelitian.
F. Jenis dan Sumber Data
Jenis dan sumber data penelitian merupakan faktor yang penting menjadi
pertimbangan yang menentukan metode pengumpulan data. Data yang
digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua jenis berdasarkan pada
pengelompokannya;
1) Data primer
Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh
secara langsung dari sumber asli (tidak melalui perantara). Data primer
secara khusus dikumpulkan dalam penelitian untuk menjawab
pertanyaan penelitian (Indriantoro, 1999). Dalam penelitian ini data
diambil berdasarkan kuesioner yang di wawancarakan kepada
responden.
2) Data sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari litertur seperti
yang berhubungan dengan masalah yang dibahas yang bersumber dari
55
dokumentasi berupa buku, jurnal, blog web dan arsip yang berkaitan
dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini data di peroleh dari BPS
maupun instansi terkait seperti Dinas Pertanian.
G. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan beberapa cara
diantaranya;
1. Observasi kegiatan yang pertama dilakukan baik sebelum mengadakan
penelitian, maupun saat penelitian, ialah dengan mengamati secara langsung
fenomena yang berkaitan dengan masalah pengembangan Desa Ujung Bulu
Kabupaten Jeneponto. Metode observasi adalah suatu arah pengumpulan
data dengan menggunakan indra, terutama pengamatan. Observasi dapat
diartikan sebagai pencatat atau pengamatan terhadap gejala-gejala yang di
selidiki dan juga dapat di artikan sebagai pencatat atau pengamatan bebas.
Dalam hal ini penelitian mendatangi Objek Wisata Bonto Lojong kemudian
melakukan pengamatan kepada program-program atau upaya yang telah
dilakukan oleh masyarakat bagaimana hasi dicapai harapan serta berbagai
peluang dan kendala yang dihadapi.
2. Metode interview/ wawancara merupakan cara pengumpulan data
menggunakan teknik wawancara secara menalam (in-depth interview)
menurut Esterberg dalam bukunya Sugiyono, mengumukakan bahwa
wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide
melalui tanya jawab, sehingga dapat di konstruksikan makna dalam suatu
topic tertentu. Tipe wawancara yang digunakan dalam penelitian ini bersifat
56
terstruktur semi terstruktur (semi structure interview). Tujuan jenis
wawancara ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka
dimana pihak yang di ajak wawancara diminta pendapat dan ide-idenya.
3. Metode dokumentasi adalah suatu teknik dimana data diperoleh dari
dokumen-dokumen yang ada pada benda-benda tertulis seperti buku-buku,
notulensi, makalah, peraturan-perturan, buletin, catatan harian dan lain
sebaginya. Dokumentasi yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan
dokumentasi yang dapat dianggap sebagai materi yang tertulis atau sesuatu
yang menyediakan informasi tentang deskripsi-deskripsi, penjelasan yang
berupa foto-foto dokumentasi. Melalui sumber tertulis peneliti dapat
menjejaki keadaan perseorangan atau masyarakat dimana peneliti melalukan
penelitian tersebut.
H. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini mencakup
empat tahap, yaitu;
1. Pengumpulan data, merupakan kegiatan mencari data dilapangan yang akan
digunakan untuk menjawab permasalahan penelitian, penelitian memerlukan
data yang benar yang dapat diperoleh dilapangan yang sesuai topik dalam
penelitian.
2. Reduksi data, merupakan proses fokusan, sederhana dan abstraksi data besar
dari kegiatan penelitian. Reduksi data juga merupakan suatu bentuk analisis
yang mempertegas, memperpendek, meneliti hal-hal yang penting dan
mengatur data yang kemudian diambil kesimpulan.
57
3. Penyajian data, merupakan suatu informasi yang memungkinkan kesimpulan
penelitian dapat dilakukan. Metode data yang digunakan dalam penyajian
data adalah metode deskriptif. Dalam tahap ini, hasil penelitian perlu
dipadukan dengan teori yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan.
4. Menarik kesimpulan, dilakukan dengan mengumpulkan seluruh asil
pengelohan data yang telah dilakukan.
I. Teknik Pengabsahan Data
Teknik keabsahan data adalah kegiatan yang dilakukan agar hasil penelitian
dapat di pertanggung jawabkan dari segala sisi. Keabsahan data dalam penelitian
uji validasi internal (creadibily) dan uji validasi eksternal (transferability).
1. Uji validasi Internal (creadibily)
Uji validasi internal dilaksanakan untuk memenuhi kebenaran
dari data dan informasi yang dilakukan dikumpulkan artinya, hasil
penelitian harus dipercaya oleh semua pembaca dan kritis dari semua
responden sebagai informan. Kriteria ini berfungsi melakukan ingury
sedemikian rupa sehingga kepercayaan penemuannya dapat dicapai.
Untuk hasil penelitian yang kredibel, terdapat beberapa teknik
yang diajukan yaitu;
a. Meningkatkan ketukunan
Meningkatkan ketekunan peneliti akan melakukan secara cermat
dan berkesinmbungan.
58
b. Triangurasi
Triangurasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan keabsahan yang memanfaatkan suatu diluar data
sebagai pembanding terhadap data tersebut. Triangurasi dalam
penelitian ini, membandingkan data yang di peroleh melalui waktu
dan alat atau teknik yang berbeda dengan jalan membandingkan
observasi dengan data hasil wawancara, kemudian membandingkan
kembali hasil wawancara dengan data dokumentasi.
c. Menggunakan bahan referensi
Peneliti menggunakan pendukung rekaman wawancara untuk
membuktikan data peneliti.
2. Uji Validasi Eksternal (Transferability)
Keabsahan eksternal mengacu pada seberapa jauh hasil peneliti
dapat digenerasikan pada kasus lain, agar orang lain dapat memahami
hasil penelitian ini untuk selanjutnya dapat diterapkan,maka pembuatan
laporan ini akan dibuat secara rinci, jelas, sistematis, dan dapat
dipercaya, sehingga kemungkinan untuk menerapkan hasil penelitian
tersebut, maka dalam memberikan laporan harus memberukan uraian
yang rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya.
J. Etika Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, etika penelitian berkaitan dengan cara
penelito meremuskan topik penelitian, merencanakan penelitian, mengakses
data, menganalisis data dan melaporkan secara bertanggung jawab den bermoral
59
(Sauders, Lewis dan Thorhill 2007 dalam Saroso, 2012). Masalah etika dalam
penelitian kualtatif sering kali lebih halus dari pada survey atau masalah-
masalah dalam penelitian eksperimental.
Penelitian lapangan adalah sebuah pendekatan yang didasarkan pada
interaksi manusia, bukan dari satu di pandang sebagai di luar interaksi manusia.
1. Menjalin hubungan ke dalam hubungan kerjasama desa, informan dan
informan berkomitmen.
2. Adanya isin atau persetujuan dari, kepala desa, informan dan informan
tambahan.
3. Bersikap terbuka langsung dan jujur.
4. Menghormati hak asasi informan.
60
BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
H. Sejarah Kabupaten Jeneponto
Pada zaman dahulu Jeneponto merupakan suatau kerajaan lokal yang
besar, yang merupakan kerajaan yang berdiri sendiri dan mamiliki 3 kerajaan
besar antara lain. Arungkeke, Tarowang dan Bangkala. Hanya saja yang paling
unik dari 3 kerajaan itu ialah kerajaan Tarowang sebab walaupun pada awalnya
ikut pada Gowa kemudian Bone pada akhirnya dia menjadi otonomi dan
menjadi kecil yang berdiri sendiri.
Pribadi masyarakat Desa Ujung bulu kabupaten jeneponto yaitu pada
saman dulu pembangunan masih sangat kurang di karenan jalan yang masih
bebatuan gunung yang tidak bisa di tempuh oleh masyarakat dengan memakai
kendaraan, masyarakat jika ingin bepergian hanya jalan kaki saja sampai
ketujuan,sengat berbeda dengan keadaan sekarang ini di desa ujung bulu sudah
memiliki jalan yang bagus sudah bisa di tempuh dengan masyarakat luar jika
ingin berwisatawan ke bonto lojong.
Desa ujung bulu adalah sebuah desa yang di pimpin oleh Mansyur S.Pd
pada tahun 2006 sampai pada tahun 2012 dan di lnjutkan pada periode ke-2 pada
tahun 2013 sampai tahun 2019, dan di lanjut ke periode ke-3 masih tetap sama di
pimpin oleh Mansyur S.Pd pada tahun 2020 sampai 2026, pada tahun 2010
kepala desa membuat pembangunan penampungan air di daerah pegunungan
bonto lojong, pada saat pembangunan tersebut komunitas masyarakat mendapat
penemuan baru yang bisa di jadikan tempat wisata dan terus di kembangkan
60
61
oleh masyarakat dan kepala desa sehingga tersebar luas di kalangan wisatawan.
Sejarah munculnya wisata bonto lojong di temukannya oleh masyarakat
setempat dan di kembangkan bersama oleh komunitas masyarakt dan
pemerintah, mulai dari pembangunan jalan agar mudah di jangkau oleh
wisatawan, dan pembangunan lainnya. Awal mulanya wisata bonto lojong di
namakan bonto lojong karena (Bonto) yang berarti gunung dan (Lojong) Oval,
dimana wisata bonto lojong yang mirip seperti Wajang sehingga dinamakan
Bonto Lojong (Gunung yang Oval).
I. Letak Geografi dan Iklim
a. Letak Geografis
Kabupaten Jeneponto terletak dibagian selatan wilayah provinsi
sulawasi selatan dengan jarak 91 km dari kota makassar. Secara
geografis berada diantara 5 23’ 1,2”-5% 42’ 1,2” Lintang selatan dan
antara 119% 42’ 12”-119% 56’ 44,9” Bujur timur. Secara administrasi
Kabupaten Jeneponto memiliki batasan wilayah sebagai berikut.
- Di sebelah utara berbatasan dengan kabupaten Gowa dengan
Kabupaten Takalar
- Di sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bantaeng
- Di sebelah Barat Berbatasan dengan Kabupaten Takalar
- Di sebelah Selatan Berbatan dengan Laut Flores
Luas wilayah Kabupaten Jeneponto adalah 749,79 km2 yang meliputi 11
kecamatan 113 desa/kelurahan. Tujuh kecamatan diantaranya terletak di wilayah
62
pesisir dengan panjang garis pantai 114 km. Dalam penelitian ini wilayah yang
menjadi kajian adalah di pesisir kecamatan Rumbia Desa Ujung Bulu.
Rumbia adalah sebuah kecamatan di kabupaten jeneponto, Provinsi
Sulawesi Selatan, indonesia.memiliki 12 desa yaitu Bontocini, Bontomanai,
Bontotiro, Jenetallasa, Kassi, Lebangmanai Utara, Loka, Pallantikang, Rumbia,
Tompobulu, Dan Ujung Bulu. Salah satu desa yang saya kaji yaitu desa ujung
bulu yang mana Desa Kecamatan Rumbia, Jeneponto, Sulawesi Selatan,
Indonesia. memiliki luas 666,12 km memiliki 6 dusun yaitu batupangkayya,
boro, campagatinggiya, kappe, manggunutur, sunggumanai. Sebagai desa
dengan mata pencarian warga desa adalah bertani sayur, rempah dan padi.
Didesaa ujung bulu terdapat wisata alam pegunungan yaitu wisata bonto lojong
yang berlokasi di desa ujung bulu.
Desa ujung bulu di pimpin oleh Bapak Mansyur yang bertempat tinggal
di dusun kayu colo. Sebagian besar mata pencarian warga desa adalah sayur,
rempah dan padi. Di desa Ujung Bulu terdapat wisata alam yaitu wisata Bonto
Lojong. Desa ujung bulu terletak di provinsi sulawaesi selatan, kabupaten
jeneponto, luas 666,12 km. Sebelah barat ada desa jenetallasa, pada sebelah
Timur desa cikoro, utara desa boro, selatan desa loka.
63
Gambar : 4.1 Administrasi Kabupaten Jeneponto
Sumber : Peta Kabupaten Jeneponto
b. Iklim
Berdasarkan klasifikasi iklim koppen, wilayah Kabupaten
jeneponto beriklim tropis basah dan kering (AW) dangan dua musim,
yaitu; musim penghujang dan musim kemarau. Musim kemarau di
wilayah kabupaten jeneponto berlangsung cukup panjang yaitu pada
periode april hingga november dangan rata-rata curah hujan bulanan
kurang dari 100 mm per bulan dan bulan terkering adalah bulan
september. Sementara itu, musim hujan di wilayah kanupaten jeneponto
berlangsung cukup singkat pada periode desember hingga maret dengan
rata-rata curah hujan bulanan lebih dari 180 mm pr bulan dan bulan
terbasah adalah bulan januari dengan curah hujan bulanan lebih dari 250
mm per bulan. Curah hujan tahunan di wilayah kabupaten jeneponto
64
berkisar antara 900-1.500 mm per tahun dengan jumlah hari hujan
berkisar ntar 60-140 hari hujan per tahun. Suhu udara di wilayah
jeneponto berkisar antara 21-34dengan kelembapan nisbi 76%.
J. Keadaan Sosial
Keadaan sosial yang ada di desa ujung bulu, sebagai petani sayur pada
saat panen, ada pamasok atau pembeli yang sudah pasti mengambil sayurnya
berkat adanya program BPNT. Salah seorang petani sayur yang ada di
kecamatan rumbia desa ujung bulu maresa bersyukur karena petani tidak
bingung lagi mau di bawa kemana sayurnya untuk di jual. Sebagai petani sayur
di rumbia cukup terbantu karena pada saat panan sayur langsung ada pembeli
yang ambil, pernah itu sebelum adanya program BPNT banyak hasil panen yang
terbuang karena hasil panen melimpa.
Untuk kedepannya para petani juga berharap bahwa pertanian bisa
berlanjut di program BPNT yang memeang sudah ada nilai jual. Sebelum
adanya BPNT para petani menyalurkan hasil panen sayurnya ke luar daerah
seperti, wartel, labu dan kentang. Sayur yang di salurkan merupakan sayur yang
segar dan layak untuk di pasarkan atau di komsumsi.
Jumlah tenaga kerja usaha tani di Desa Ujung Bulu berdasarkan umur
berasal dari kelompo umur kurang dari 30 tahun yakni sebanyak 253 orang.
Sedangkan pada kelompok umur atas 60 tahun sebanyak 35 orang.
65
Tabel 4.2 Tenaga kerja usaha tani berdasarkan kelompok umur di Desa
Ujung Bulu.
No. Umur Jumlah (Orang) Persen (%)
1. Muda _<30 253 46
2. Sedang 31-60 266 48
3. Tua 60 _> 35 6
Total 554 100
Sekitar 46% tenaga kerja usaha tani di desa ujung bulu merupakan petani
produktif dengan umur antara 31-60 tahun. Sisanya sekitar 6% merupakan
petani dengan kisaran umur lebih dari 60 tahun yang termasuk dalam kategori
tidak produktif. Petani umur 31-60 tahun memiliki fisik yang lebih mendukung
kegiatan usahatani, lebih dinamis dan kreatif serta cenderung mudah dalam
mengadopsi inovasi teknologi baru. Petani berumur lebih dari 60 tahun memiliki
kelebihan dalam hal pengalaman, pertimbangan, etika kerja dan komitmen
terhadap mutu. Kekurangan dari petani dengan umur lebih dari 60 tahun adalah
serig di anggap kurang luwes dan menolak teknologi baru.
K. Keadaan Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap
kualitas sumberdaya untuk budidaya rumput laut. Pendidikan yang di peroleh
baik di sekolah umum (formal) maupun nonformal merupakan modal dasar bagi
petani rumput laut untuk dapat mengakses informasi dari berbagai media
sebagai memudahkan mereka menyerap suatu perubahan atau inovasi yang
66
berhubungan den gan perilaku (Aziz, 2009). Dalam kamus besar bahasa
indonesia (2008) pendidikan berarti proses perubahan sikap dan tata laku
seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui
upaya pengajaran dan pelatihan.
Menurut badan pusat statistik (2021) pemerintah kecamatan Rumbia telah
membangun sarana hingga tahun ajaran 2011/2021 sebagai berikut; jumlah
tingkat SD sebanyak 29 sekolah. Sedangkan Untuk tingkat SLTP sebanyak 8
sekolah, tingkat SLTA kecamatan Rumbia sebanyak 11 sekolah.
Dalam penelitian ini pendidikan formal masyarakat di kategorikan dalam
tiga kelompok yaitu; (1) rendah(sampai jenjang SD), (2) sedang (sampai
jenjang SLTP) dan (3) tinggi (sampai jenjang SLTA atau lebih tinggi).
Mayoritas adalah dalam tingkat pendidikan rendah (65,35% dan 15,45%).
Dilihat dari pendidikan nonformal hanya 18.18% dari masyarakat yang memiliki
atau pernah mengikuti pendidikan nonformal seperti pelatihan tentang rumput
laut, pelestarian lingkungan laut, dll.
Tingkat pendidikan yang ada di desa ujung bulu masih rendah di karenakan
sekolah masih kurang berkualitas dan SDM masih memadai dalam
perkembangan pendidikan yang ada di desa ujung bulu.
Tingkat pendidikan formal dan nonformal sangat berpengaruh terhadap
tigkat pendapatan mereka bagaimana yang dijelaskan oleh ismali (1997) bahwa
terdapat kolerasi positif antara pendapatan dengan tingkat pendidikan. Dimana
semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka kecenderungannya semakin
tinggi pula pendapatannya. Dari uji beda nyata yang dilakukan ternyata dalam
67
pendidikan jika di bandingkan antara petani rumput laut dengan
nelayan/masyarakat pesisir yang mencolok (tidak signifikan).
L. Kesehatan
Kesehatan merupakan faktor yang sangat penting dalam meunjang
aktivitas sehari-hari, terkhusus pada masyarakat yang penduduknya bergerak di
sektor pertanian.
Secara apa pun potensi sumberdaya alam suatu daerah jika masyarakat
mamiliki tingkat kesehatan yang rendah maka daerah tersebut akan kesulitan
dalam mengembangkan potensi daerahnya. Di desa ujung bulu sendiir terdapat 2
penyakit yang sangat sering menyerang masyarakay yaitu flu dan demam.
Penyakin yang di serang masyarakat flu dan demam di akibatkan karena
daerahnya dingin.
Untuk mengobati penyakit semacam flu dan demam masyarakat hanya
mengkomsumsi obat yang di beli di warung karena pustu di desa ujung bulu
belum di fungsikan sebagaimana mestinya. Sementara kesehtan sangat berperan
penting dalam menunjang aktivitas sehari-hari guna meningkatkan
perekonomian masyarakat. Di desa ujung bulu memiliki puskesmas 1 dan
memiliki tenaga kerja sebanyak 7 orang.
M. Keagamaan
Agama merupakan sistem yang mengatur kepercayaan dan peribadatan
kepada yuhan yang mahaesa serta tata kaidah yang berhubungan dengan budaya,
dan pandangan dunia yang menghubungkan manusia dengan tatanan kehidupan.
Masyarakat yang ada di desa ujung bulu ini dominan memiliki agama islam. Di
68
desa ujung bulu memiliki tempat ibadah seperti mesjid memiliki bangunan
mesjid sebanyak 13 mesjid. Jumlah masyarakat yang beragama islam di desa
Ujung bulu yaitu sebanyak 554 orang dan dari agama lain 0
N. Ekonomi
Keadaan ekonomi yang ada di desa ujung bulu ini memiliki tindakan
ekonomi yang melekat dan di situasikan serta sosial dalam suatu jaringan sosial.
Keterletakan tidak hanya menyangkut persoalan tindakan aktor individual,
melainkan mencakup perilaku ekonomi yang lebih luas, seperti penetapan harga
dan institusi ekonomi. Hal ini di sebabkan Karena baik harga maupun institusi
ekonomi yang ada sama-sama terpendam dalam satu jaringan hubungan sosial.
Yang dimaksud dengan jaringan sosial adalah hubngan sosial yang sama di
antara individu atau kelompok. Tindakan yang di lakukan oleh jarigan adalah
terletak karena diekspresikan melalui interaksi dengan orang lain. Keterletakan
seseorang dalam jaringan sosial akan menentukan banyaknya tindakan sosial
seseorang dan jumlah dari hasil institusional.
Tabel 4.3 daftar Pekerjaan Masyarakat Ujung Bulu
No. Pekerjaan Umur Responden Jumlah (orang) Presentasi
%
1. Petani sayur 31-60 81 30
2. Petani kopi 41-52 33 20
Total 114 50
69
Sekitar 60 % tenaga kerja usaha tani di desa ujung bulu merupakan
petani produktif dengn umur 31-60 tahun. Sisanya sekitar 6% merupakan petani
dengan kisaran umut lebih daro 60 tahun yang termasuk dalam kategori tidak
produktif. Petani umur 31-60 tahun memiliki fisik yang lebih mendukung
kegiatan usahatani, lebih dinamis dan kreatif serta cenderung mudah dalam
mengadopsi inovasi teknologi baru. Petani berumur dari 60 tahun memiliki
kelebihan dalam hal pengalaman, pertimbangan, etika kerja dan komitmen
terhadap mutu kekurangan dari petani dengan umur lebih dari 60 tahun adalah
sering di anggap kurang luwes dan menolak teknologi baru.
Pada petani kopi di desa ujung bulu masih dominan oleh petani kopi
dengan kategori usia produktif. Umur petani kopi di dusun bonto manai adalah
41 tahun. Di dusun bonto jai petani kopi memiliki umur rata-rata 44 tahun. Di
dusun kambbuta toa rata-rata umur petani kopi adalah 47 tahun. Umur petani di
dusun kayu colo rata-rata umur 50 tahun. Di dusun balewang rata-rata umur
petani kopi 52 tahun. Di dusun bungaya rata-rata umur petani kopi 45 tahun . di
dusun panakukang rata-rata umur petani kopi 46 tahun.
70
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Peneltian
1. Bentuk peran pemerintah dalam pemberdayaan masyaraat lokal
pada pengembangan wisata bonto lojong
Dinas pariwisata sebagai pihak dari pemerintah yang memiliki
wewenang dalam melestarikan dan mengembangkan potensi wisata di
daerahnya. Harus mempunyai perencanaan dalam mengembangkan
pariwisata serta kebijakan pariwisata yang mampu untuk menjaga
kelestarian alam dan memeberikan manfaat kepada masyarakat maupun
wisatawan dalam melakukan pelestarian dan pengembangan yang berupa
peningkatan potensi daya tarik wisata maupun meningkatkan kualitas
sarana dan prasarana. Pemerintah merupakan wewenang dalam
pengelolaan bidang pariwisata. Pemerintah juga memiliki fungsi sebagai
pembuat berbagai kebijakan tentang pariwisata pada suatu daerah serta
berperan dalam meningkatkan devisa dan pendapatan asli daerah melalui
bidang pariwisata. Pemerintah daerah dalam hal ini dispopar yang
menaung bidang ke periwisataan di harapkan memiliki peran dalam
menyediakan pariwisat di daerahnya dengan cara menjaga kelestarian dan
pengembangan daya tarik serta saran kepariwisataan lainnya. Hal tersebut
akan mampu terwujud jika pemerintah selaku pemegang kepentingan
mampu mengembangkan pariwisata secara optimal. Dalam pelestarian
70
71
wisata Bonto Lojong, ada beberapa Peran pemerintah dalam melestarikan
wisata yakni;
a. kerjasama dengan masyarakat lokal dan komunitas
Bentuk peranan pemerintah dalam melestarikan wisata Bonto
Lojong . Dalam pelestarian objek wisata dan pengembangan pariwisata
di daerah tertentu, pemerintah memiliki wewenang seutuhnya
pelestarian dan pengembangan objek wisata, pemerintah harus
mempunyai perencanaan serta kebijakan kepada masyarakat setempat
maupun wisatawan untuk tetap menjaga keindahan dan kelestarian
objek wisata serta memberikan manfaat kepada masyarakat maupun
wisatawan.
(Daeng Sapo, 45 thn)
Ada beberapa bentuk yang di lakukan pemerintah dalam melestarikan wisata Bonto Lojong yakni, di bentuknya kerja sama dengan masyarakat untuk bantuan’na pammarinta sannna ri paralluna ilalang an’jagai lingkungan ia mintu wisata bonto lojong. Bonto lojong salah sere’na tempat wisata yang terkenal di Desa Ujung Bulu Kabupaten Jeneponto, karena tempat wisatana yang pemandangan gamma’ra na dingin sehingga loe tau ero mae’ berkunjung ri tempat wisata Bonto Lojong. Ia mintu wisatawan yang biasa ia battu’ mulai dari mahasiswa, masyarakat Lokal rurung’ komunitas-komunitas pendaki”. (tanggal/23/04/2021)
Peranan pemerintah sangat di butuhkan dalam menjaga
kelestarian objek wisata Bonto Lojong. Bonto lojong salah saru objek
wisata yang terkenal di desa Ujung Bulu Kabupaten Jeneponto. Wisata
bonto lojong memiliki lokasi yang susah di jangkau karena jalan
menuju ke wisata bonto lojong melewati perkebunan/gunung tetapi
72
tetapi banyak wisatawan yang hendak berkunjung di wisata bonto
lojong karena memiliki keindahan alam dan memiliki suasana yang
begitu dingin, wisatawan yang sering berkunjung yaitu mahasisiwa,
masyarakat lokal dan komunitas-komunitas pendaki dari luar.
(Sidarni, S.Pd 32 thn)
“Objek wisata Bonto Lojong ia mintu ri peran’pamarentah a’ rurung masyarakat setempat nia ka ri desa Ujung Bulu Kabupaten Jeneponto. Punna’ loe parakai’ wisata bonto lojong maka loe pengunjung banttu pantara’ . tetapi injo pengunjung battu’a mae tena kesadaranna ammela loro’ sembarangan, padahal loe mi tampa loro’ na pa’kasadia pamarenta na masyarakat ka tetapi loe ammela’ loro sembarangan “.(tanggal/23/04/2021)
Objek wisata Bonto Lojong di kelolah oleh pemerintah
masyarakat setempat. Semakin banyak yang kelola di jadikan sebagai
wisata, semakin banyak sampah yang berserahka, sebagian masyarakat
dan pengunjung masih kurang kesadaran akan pentingnya menjaga
kelestarian lingkungan, masih banyak yang membuang sampah
sembarangan, padahal pemerintah dan pengelolah sudah sediakan
tempat sampah.
b. Perbaikan sarana dan prasarana
Beberapa bentuk peranan pemerintah dalam melestarikan wisata
Bonto Lonjong yang di paparkan oleh kepala dusun Desa Ujung Bulu
Kabupaten Jeneponto, atas nama Daeng Sapo.
(Daeng Sapo, 45 thn)
melakukan perbaikan jalan untuk menuju wisata bonto lojong, pemerintah juga mempersiapkan tempat sampah untuk pengelolah dan pengunjung di wisata Bonto Lojong agar tidak membuang sampah
73
sembarangan, terutama ke kaki gunung bonto lojong”. (tanggal/23/04/2021) kesimpulan dari penjelasan di atas yaitu peranan pemerintah
dalam mengembangkan objek wisata yaitu dengan cara membentuknya
kerjasama antara masyarakat lokal, komunitas agar pengembangan
objek wisata bonto lojong dapat di kembangan dengan baik sesuai
keinginan pemerintah dan masyarakat.
c. Peningkatan kualitas Objek Wisata
Dalam peningkatan kualitas wisata bonto lojong, adalah segala bentuk
pembangunan yang di lakukan oleh pemerintah guna memenuhi harapan
masyarakat dan para wisatawan dalam hal ini di artikan sebagai objek wisata
yang menarik sehingga dapat menimbulkan daya tarik wisatawan.
Peningkatan kualitas Objek Wisata menurut Sidarni selaku wakil kepala
desa Ujung Bulu bahwa:
untuk meningkatkan kualitas objek wista bonto lojong pemerintah membangun jalan dan bale-bale (rumah kecil). Dengan memiliki bale-bale maka memiliki daya tarik tersendiri dimana kita dapak menyaksikan keindahan alam yang dimiliki wisata bonto lojong tersebut”. (tanggal/23/04/2021)
Adapun hasil wawancara dengan informan masyarakat yang ikut serta
membangun wisata bonto lojong tentang perhatian pemerintah terhadap
kelestarian wisata bonto lojong “. Salah satu pengelolah wisata bonto lojong
yang bernama Risal sebagai pemuda desa mengatakan bahwa:
ia minjo perhatianna’ pamarenta ia mintu a’baung arungan agar tempat wisata gampang ri mangei’ oleh pengunjung. Pamarenta ia pola anggadakan papan informasi penjagaan alam a’rurung kelestarianna alam nga’ terus anggadakan
74
ngi pole am’moli tanpa loro’ri sepanjang a’rungan wisata bonto lojong demi kenyamanan bersama”. (tanggal/23/04/2021) Dari pemapaparan di atas dapat disimpulkan bahwa pemerintah cukup
perhatian mengenai perkembangan wisata bonto lojong karena pemerintah
mengadakan pembangunan jalan dan menyiapkan tempat sampah di sepanjang
jalan menuju wisata bonto lojong.
Hal senada yang di katakan oleh Harniati salah satu masyarakat yang
tinggal dekat wisata bonto lojong mengtakan bahwa:
nakke sallo ma mantang di desa ujung bulu, nakke attaung-taung ma ammantang kinne’injo biasa ia na lakukan pamarinta ia minjo pembangunan a’rungan (jalan)”. (tanggal/24/04/2021)
Pernyataan di atas dapat di simpulkan bahwa, saya sudah bertahun-tahun
tinggal di desa ujung bulu, yang biasa di lakukan pemerintah yaitu
pembangunan jalan menuju wisata bonto lojong.
Berdasarkan pernyataan Daeng Aling mengatakan bahwa:
“biasana injo ku cini’ka, pamarintah abaung a’rungan,solongan’, penampungan jene’lapangan a’rurung pamarenta ia bayu’ pallaloang jene’ tangkasa’ battu ri penambungan bonto lojong untuk na i’nung masyarakat ka pada saat timoro (kemarau) a’rurung na pake nyiram lamung-lamung na’”. (tanggal/24/04/2021) Berdasarkan pernyataan di atas dapat di simpulkan bahwa, dalam
membangun wisata bonto lojong pemerintah melakukan pembangunan jalan
menuju wisat bonto lojong, pemerintah menyalurkan air bersih kepada
masyarakat pada saat timur, dan dapat di manfaatkan untuk menyiram
tanamannya.
75
Adapun wawancara penulis terhadap pengunjung, mengenai wisata
bonto lojong di desa Ujung Bulu Kabupaten Jeneponto salah satu pengunjung
atas nama Rendi mengatakan bahwa:
“Memiliki keindahan alam yang cantik dan memiliki suasana yang sejuk, bagus sekali di tempati foto-foto, udaranya segar sekali dan lain sebagainya”. (tanggal/10/05/2021) Pemaparan di atas dapat di simpulkan bahwa wisata bonto lojong
mempunyai panrama yang indah dan bentuk posture yang unik, wisata bonto
lojong memiliki udara yang sejuk dengan pemandangan yang indah membuat
orang tertarik untuk berkunjung.
Ada pun wawancara penulis terhadap salah satu pengunjung dari
mahasiswa makassar yang hendak berlibur ke wisata bonto lojong atas nama
Andika mengatakan bahwa:
wisata bonto lojong salah satu wisata yang dapat menghilangkan rasa jenuh, dan bosan ini salah satu cara saya mengisi waktu kekosongan saya dengan cara berlibut ke wisata bonto lojong, sehingga beban dapat hilang. (tanggal/10/05/2021) Dari pandagan salah satu pengunjung wisata bonto lojong dapat
disimpulkan bahwa wisata bonto lojong salah satu wisata tempat nyaman untuk
berlibur tidak ada kata bosan untuk menikmati keindahan alam yang di miliki
wisata bonto lojong, menikmati pemandangan yang begitu hijau memiliki
suasana yang sejuk.
2. Faktor Penghambat dan Pendukung Pengembangan Wisata Bonto Lojong
Dalam melakukan suatu kegiatan atau perencanaan serta tindakan seperti
pelestarian objek wisata. Ada beberapa hal harus di perhatikan dan di
76
optimalkan seperti faktor pendukung dan penghambat dalam melestarikan
wisata Bonto Lojong Di Desa Ujung Bulu Kabupaten Jeneponto.
“Di sekitar wisata bonto lojong masih banyak sampah yang berserahka dan masih banyak pengunjung yang membuang sampah sembarangan padahal pemerintah dan masyarakat setempat sudah mempersiapkan tempat sampah, sampah yang berserahka di mana-mana seperti sampah plastik gampang dibawa angin, kadang sampahnya terbang jauh dan susah di bersihkan”(observasi/20/05/2021) Di sekitar objek wisata bonto lojong banyak sampah yang berserahka
dimana dan masih ada pengunjung yang membuang sampah sembarangan
sehingga dapat menganggu keindahan alam atau para pengunjung lainnya.
a. Faktor Penghambat
1) Kemajuan teknologi
kemajuan teknologi yang seluruhnya hampir menyentuh segala bidang
aspek kehidupan seperti transfortasi dan komunikasi. Kemajuan teknologi
berpengaruh pada minat wisatawan untuk berkunjung ke objek wisata bonto
lojong karna cakupan informasi yang di butuhkan sangat mudah di dapatkan
di tambah aksesibilitas menuju destinasi wisata juga sudah memadai.
Menurut Sidarni, S.pd mengatakan bahwa;
Di desa ujung bulu ini salah satu faktor penghambat dalam teknologi adalah kurang jaringan di akibatkan karena tidak adanya tower jaringan. (tanggal/10/05/2021) Dari hasil wawancara di atas salah satu faktor penghambat di desa ujung
bulu yaitu kurangnya jaringan nah disini pemerintah bisa melakukan
pembangunan tower agar di desa ujung bulu tidak lagi ketinggalan dalam hal
informasi-informasi baru.
77
2) Politik dan keamanan,
Isu-isu keamanan dan politik di suatu negara tak hanya berimbas pada
sektor perekonomian tetapi juga terhadap sektor pariwisata.setiap wisatawan
yang berkunjung tentu sangat memperhitungkan faktor keamanan oleh karna
itu pula fenomena seperti terrorisme, carut-marut politik akan menjadi bahan
pertimbagan bagi setiap wisatawan. Tidak itu saja, faktor kesehatan di suatu
tempat seperti adanya penyakit menular mempengaruhi minat wisatawan
untuk melakukan perjalanan wisata.
Dg. Aling mengatakan bahwa;
Kannne di desa ujung bulu politina porei ka kepala desa ia kullei nai tallu periode, ku kannai pakenna ka punna dana battu ri pamarenta ia biasa allari maraeng ji dana ia, tena na mange ri mange-mange’anna contooh na injo dana ambaung arungan wisata bonto lojong.(tanggal 10/05/2021) Di desa ujung bulu memiliki potik yang sangat luar biasa seperti yang
telah di katakan oleh bapak dg. Aling, sehingga dana untuk pembangunan
yang akan di bangun memiliki proses yang lambat.
3) Demografi,
Penduduk di dunia semakin bertambah dari tahun ke tahun. Jumlah
penduduk tersebut memberi peluang besar bagi industri pariwisata untuk
semakin maju dan berkembang. Secara umum, terdapat tiga sekmen
wisatawan nasional dan dunia yakni mencakup : usia, jenis kelamin, dan
peminatan.
Usaha dalam pelestarian wisata Bonto Lojong ini di dukung UU No. 10
Tahun 2009 yang menyebutkan bahwa keberadaan objek wisata pada suatu
78
daerah akan sangat menguntungkan, antara lain meningkatkan pendapatan
asli daerah, meningkatkan taraf kelayakan kehidupan termasuk terciptanya
lapangan pekerjaan dan mengurangi angka penggangguran, dan yang tidak
kalah penting adalah menumbuhkan rasa cinta untuk melestarikan apa yang
sudah ada seperti lingkungan.
Adapun wawancara penulis dengan informan pemerintah yaitu wakil
kepala desa ujung bulu kabupaten jeneponto yang bernama sudarni, S.Pd.
yang mengatakan:
faktor penghambat wisata bonto lojong, kalau faktor penghambat dalam melestarikan wisata bonto lojong itulah salah satunya kemajuan teknologi, faktor lainnya juga karena kurangnya kesadaran masyarakat untuk membantu melestarikan wisata bonto lojong, selain pemerintah peran serta masyarakat juga sangat di butuhkan.(tanggal/20/05/2021)
Dari hasil wawancara di atas dapat di simpulkan bahwa faktor
penghambat dalam melestarikan wisata Bonto Lojong salah satunya sumber
daya manusia. Faktor lainnya juga karena kurangnya kesadaran masyarakat
untuk ikut serta dalam membantu pelestarian pengembangan objek wisata Bonto
Lojong. Selain pemerintah peran serta masyarakat juga sangat di butuhkan
dalam pelestarian Wisata Bonto Lojong tersebut.
Hasil wawancara dari salah satu pemuda desa ujung bulu yang bernama
Aswar 22 thn yang mengatakan bahwa:
“faktor penghambat pelestarian wisata bonto lojong yang saya liat yakni masih jalannya masih dalam proses pembangunan sarana dan prasarana wisata”. (tanggal/20/05/2021)
Kesimpulan dari hasil wawancara di atas bahwa wisata bonto lojong
salah satu penghambat dalam pengembangan wisata bonto lojong yaitu dari segi
79
kemajuan teknologi, politik dan keamanaan dan demografi. Sangat
mempengaruhi perkembangan wisata bonto lojong misalnya dari teknologi yang
masih kurang jaringan pada wisata bonto lojong, dari politik dan keamanaan
yang masih sangat terpegaruh di desa ujung bulu.
b. Faktor Pendukung Pelestarian Objek Wisata
1) keindahan alam yang mempesona
wisata bonto lojong merupakan wisata yang sangat memiliki
keindahan alam yang begitu memiliki ke unikan sehingga banyak
wisatawan yang berkunjung ke objek wisata bonto lojong yang ada di
desa ujung bulu kabupaten jeneponto.
Dg. Sapo’ (45 thn) kepala dusun mengatakan;
Kanne’ri kamponga porei wisatana ka’kulleki acci’ni gunung
siangan pole ni ciniki mu;ju allo’a nai.(tanggal25/05/2021)
Gambar 5.1 Wisata Bonto Lojong
80
2) akses mudah dijangkau
Objek wisata yang ada di desa ujung bulu kabupaten jeneponto
ini memiliki objek wisata yang sangat indah dengan di bangunnya jalan
menuju wisata bonto lojong maka wisatawan dengan mudah mengakses
jalan menuju wisata bonto lojong. Seperti hal dalam gambar di bawa ini;
Dg. Aling (40 thn) Petani mengatakan;
Kanne arungan’nga punna mangeki ri bonto lojong tanre pa
na’lema ri parakai jari punna tau na mage ri bonto lojong adakka’i naik
ri bonto lojong, sementara arungan;nga di jamai. (tanggal 25/05/2021)
Gambar 5.2 Jalan menuju Wisata Bonto Lojong
3) Wisata bonto lojong sejuk
Wisata bonto lojong adalah salah satu daerah yang sejuk karena daerah
wisata bonto lojong berada di ketinggian dan di dalam pegunungan sehingga
memiliki suasana yang sangat sejuk.
Andika (25 Tthn) Wisatawan mengatakan;
Karena tempatnya yang indah dan memiliki pemandangan yang luar biasa sehingga saya tertarik untuk berkunjung ke bonto lojong ini.(tanggal/20/05/2021)
81
Kesimpulan dari wawancara di atas yang mana banyaknya wisatawan
yang berkunjung di karenakan wisata bonto lojong memiliki susana yang
sejuk dan keindahan yang sangat bagus.
4) Keindahan alam
Ada pun faktor pendukung dalam mengembangkan atau melestarikan
objek wisata bonto lojong, yaitu keindahan alam yang mana keindahan alam
adalah salah satu daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke wisata bonto lojong.
menurut Daeng Madong selaku informan ahli yang mengatakan bahwa:
faktor pendorong dalam pelestarian wisata bonto lojong itu ada beberapa poin di antaranya di keluarkannya rencana induk membangun wisata, kemudian sarana dan prasarana lojong atau daya tarik bonto lojong itu berada di kawasan tidak mudah di jangkau oleh penggunjung, hanya saja para pendaki komunitas dan lain sebagainya dapat menempuh wisata bonto lojong ini, jika pemrintah melakukan pembangunan jalan, sarana dan prasarana untuk wisata bonto lojong maka wisata bonto lojong akan memiliki banyak mengunjung dari luar. (tanggal20/05/2021)
Pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa beberpa faktor pendukung
dalam pelestarian atau pengembangan objek wisata bonto lojong pembangunan
jalanan, untuk menuju objek wisata bonto lojong dan bergeraknya komunitas
lokal atau masyarkat setempat dan pemerintah desa yang berada di kawasan
bonto lojong membentuk gerakan wisata mengelolah wisata sekitar bonto lojong
lewat (BUMDES) badan usaha milik desa.
Hasil wawancara dari salah satu masyarakat yang sangat mengetahui
perkembangan wisata bonto lojong atas nama Daeng Solo’ mengatakan bahwa:
“faktor pendukung mengelolah objek wisata bonto lojong karena bonto lojong mempunyai pemandangan yang indah”. (tanggal/20/05/2021)
82
Dari pernyataan di atas dapat di simpulkan bahwa bonto lojong
mempunyai kawasan yang sangat indah sebagai tempat hiburan bagi pendaki
atau pengunjung lainnya.
B. Pembahasan
1. Bentuk peranan pemerintah dalam pemberdayaan komunitas lokal dalam
mengembangkan objek wisata Bonto Lojong
Peran merupakan aspek dinamis kedudukan (status), apabila seseorang
melaksanakan kewajiban sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan
suatu peranan. Pembangunan masyarakat pada dasarnya adalah proses
perubahan menuju pada suatu kondisi yang lebih baik. Sumber perubahan dapat
berasal dari dalam masyarakat sendiri,tetapi dapat pula merupakan perubahan
yang diinduksi. Untuk bentuk-brntuk perubahan yang kedua, kemudian dikenal
apa yang disebut intervensi, dalam pengertian campur tangan dari luar
masyarakat untuk mempercepat atau barang kali mengarah proses perubahan
dan pembaruan yang terjadi. intervensi tersebut berasal dari pemerintah,
walaupun juga kadang-kadang dilakukan oleh badan-badan non pemerintah.
a. Kerjasama dengan masyarakat lokal dan komunitas
Kerja sama merupakan suatu usaha bersama antara orang perorangan
atau kelompok untuk mencapai tujuan tertentu. Ada pun teori yang sya ambil
yaitu Pemberdayaan masyarakat adalah konsep pembangunan ekonomi yang
merangkum nilai-nilai masyarakat untuk membangun paradigma baru dalam
pembangunan yang bersifat people centered, participatory, Empowermant
and sustainable). Lebih jauh di jelaskan bahwa konsep pemabngunan
83
dengan model pembedayaan masyarakat tidak hanya semata-mata memenuhi
kebutuhan dasar ( basic need) masyarakat tetapi lebih sebagai upya mencari
alternatif pertumbuhan ekonomi lokal.
Pemberdayaan masyarakat ( empowerment) sebagai strategi alternatif
dalam pembangunan telah berkembang dalam berbagai literatur dan pemikiran
walaupun dalam kenyataanya belum secara maksimaldalam implementasinya.
Pembangunan dan pembrdayaan masyarakat merupakan hal banyak di
masyrakat karena terkait dengan kemajuan dan perubahan bangsa ini ke depan
apalagi di kaitkan dengan skil masyarakat yang masih kurang akan sangat
menghambat pertumbuhan ekonomi itu sendiri. Proses pemberdayaaan
masayrakat ini pada prinsipnya untuk membantu membangun motivasi dengan
memanfaatkan semua potensi yang di miliki oleh masyarakat maka mau tak mau
kegitan yang di lakukan senantiasa mendapat bimbingan serta pengawasan dari
tenaga fasilitator agar supaya apa yang menjadi sasaran utama kegiatan tersebut
dapat tercapai.
Pemberdayaan yaitu suatu perubahan bersifat terencana karena input
yang akan digunakan dalam perubahan telah diantisipasi sejak dini sehingga
output yang akan di hasilkan mampu berdayaguna secara optimum. Kajian
pengelolaan pemberdayaan masyarakat dengan menggunakan kerangka kerja
:ACTORS” adalah sebagai berikut;
a. Authority, kelompok masyarakat diberikan kewenangan untuk merubah
pendirian atau semangat (etos kerja)menjadi suatu milik mereka sendiri.
84
Dengan demikian mereka merasa perubhaan yang dilakukan hasil produk
dari keinginann mereka untuk mewujud perubahan yang lebih baik.
b. Confidence and competence, menimbulkan rasa oercaya diri dengan melihat
kemampuan mereka untuk dapat merubah keadaan.
c. Trust, menimbulkan keyakinan bahwa mereka mempunyai potensi untuk
merubah dan mereka harus bisa (mampu) untuk merubahnya;
d. Oppurtunities, memberikan kesempatan kepada masyrakat untuk memilih
apa yang menjadi keinginannya sehingga mereka dapat mengembangkan diri
sesuai potensi yang ada dalam diri masyarakat itu sendiri;
e. Responsibilities,dalam melakuka perubahan harus melalui pengelolaan
sehingga dilakukan dengan penuh tanggung jawab untuk merubah menjadi
lebih baik;
f. Support,perlu adanya dukungan dari berbagai pihak untuk menjadi lebih
baik. Dalam hal ini dukungan yang diharapkan selain dari sisi ekonomis,
sosial dan budaya juga dukungan dari berbagai stakeholders
(pemerinta,masyrakat,dan dunia usaha) yang dilakukan secara semultan
tanpa di dominasi oleh salah satu pihak atau faktor.
Tujuan dari pemberdayaan masyarakat yaitu sebagai perbaikan
kelembagaan, perbaikan usaha,perbaikan pendapatan,perbaikan lingkungan,
perbaikan hidup, perbaikan masyarakat. sebagai suatu proses sosial yang
bergerak secara dinamis yang melibatkan partisipasi aktif serta kerja sama
yang baik antara investor, pemerintah dan kelompok yang menjadi sasaran
kegiatan pemberdayaan maka dapat di jelaskan apabila pada dasarnya tujuan
85
proses pemberdayaan itu untuk menciptakan perubahan kehidupan sosial
ekonomi di kalangan kelompok lapisan bawah masyarakat agar supaya
mereka memiliki kekuatan dan kemampuan untuk dapat mandiri dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya
Pada penjelasan di atas dapat di simpulkan bahwa pemberdayaan
masyarakat merupakan suatu proses pembangunan dimana masyarakat
berinisiatif untuk melakukan proses memperbaiki kondisi dan situasi pada diri
sendiri, pemberdayaan masnyarakat akan terjadi ketika masyarakat itu sendiri
ikut berpartisipasi. Seperti halnya yang ada di desa ujung bulu kabupaten
jeneponto yang mana masyarakat lokal dan komunitas yang saling kerja sama
dalam mengembangkan objek wisata bonto lojong agar tidak ketinggalan dengan
objek wisata lain yang ada di kabupaten jeneponto.
b. Perbaikan sarana dan prasarana
Sarana adalah segala sesuatu yang dapat di pakai sebagai alat dalam
mencapai maksud atau tujuan. Sedangkan prasarana adalah segala sesuatu
yang merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses (usaha,
pembangunan, proyek). Sarana dan prasaran yang ada di objek wisata bonto
lojong ini mulai di bangun oleh pemerintah, masyarakat lokal dan
komunitas. Seperti di bangunnya bale-bale pada bonto lojong dll sebagainya.
Namun ada pun teori yang saya ambil yaitu ; Teori struktural fungsional
Talcott Person dimulai dengan empat fungsi penting untuk semua sistem
“tindakan” yang disebut dengan AGIL. Melalui AGIL ini kemudian di
kembangkan pemikiran mengenai struktur dan sistem. Menurut Person
86
(1974) fungsi adalah kumpulan kegiatan yang ditunjukan ke arah pemenuhan
kebutuhan tertentu atau kebutuhan sistem. Dengan definisi ini Person yakni
bahwa ada empat fungsi penting yang diperlukan semua sistem yang
dinamakan AGIL antara lain :
1. Adaptation / adaptasi
Semuan sistem harus menanggulangi situasi eksternal yang gawat.
Sistem harus menyesuaikan diri dengan lingkungan dan
menyesuaikan lingkungan itu dengan kebutuhannya.
2. Goal attainment / Pencapaian Tujuan
Sebuah sistem harus mendefinisikan diri untuk mencapai tujuan
utamanya
3. Integration / Integrasi
Sebuah sistem harus mengatur antar hubungan bagian-bagian yang
menjadi komponennya. Sistem juga harus mengelolah antar
hubungan ketiga fungsi penting lainnya ( A,G,L).
4. Latency/ Pemeliharaan Pola
Sebuah sistem harus memperlengkapi, memelihara, dan
memperbaiki, baik motivasi individu maupun pola-pla kultural yang
menciptakan dan menopang motivasi.
Agar dapat bertahan, maka suatu sistem harus mempunyai
keempat fungsi ini. Person mendesain skema AGIL ini untuk
digunakan disemua tungkat dalam sistem teorinya, yang aplikasinya
adalah sebagai berikut :a.) Organisme perilaku adalah sistem
87
tindakan yang melaksanakan fungsi adaptasi penyesuaian diri dengan
mengubah lingkungan eksternal. b.) Sistem kepribadian melaksakan
fungsi pencapaian tujuan dangan menetapkan tujaun sistem dan
memobilisasi sumber daya yang ada untuk pencapaiannya. c.)
Sistem sosial menanggulangi fungsi integrasi dengan mengendalikan
bagian-bagian yang menjadi komponennya. d.) Sistem kultural
melaksanakan funsi pemeliharaan pola dengan menyediakan aktor
seperangkat norma dan nilai yang memotivasi mereka untuk
bertindak.
c. Peningkatan kualitas objek wisata
Objek wisata adalah segala sesuatu yang ada di daerah tujuan wisata
yang merupakan daya tarik agar orang-orang ingin datang berkunjung ke
tempat tersebut. Objek dan daya tarik wisata menurut undang-undang No. 10
tentang kepariwisataan yaitu daya tarik wisata adalah segalah sesuatu yang
memiliki keunikan keindahan dan nilai yang berupa keanekaragaman
kekayaan alam, budaya dan hasil buatanmanusia ynag menjadi sasaran atau
tujuan kunjungan wisatawan dan daerah tujuan pariwisata yang selanjutnya
di sebut destinasi pariwisata.
Pembangunan merupakan proses perubahan yang mencakup seluruh
sistem sosial, seperti polotik, ekonomi, infrastruktur, pertahanan, pendidikan,
dan teknologi, kelembagaan dan budaya. Dengan ada kerja sama antara
pemerintah, masyarakat dan komuntas masyarakat yang ada di desa ujung bulu
maka akan terjadi perubahan pembangunan yang akan di lakukan oleh
88
pemerintah dan masyarakat dalam mengembangkan proses pembangunan jalan
pada wisata bonto lojong pada saat ini. intervensi tersebut diharapkan
memercepat proses perubahan dan proses pembaruan, mengaktualisasikan
potensi masyarakat, mendorong prakarsa masyarakat, mengembangkan
kapasitas masyarakat. Dalam kaitannya dengan lingkungan masyarakat yang
lebih luas intervensi juga diharap mempercepat integrasi masyarakat lokal
terhadap masyarakat nasional. Intervensi pembangunan terutama oleh negara,
juga dimasuksudkan memeberikan iklim yang kondusif kepada lapisan
masyarakat pada tingkat sosial ekonomi lemah untuk memanfaatkan dan
mengantisipasi peluang yang muncul, baik melalui program yang disusun
maupun peluang yang terbuka, karena proses perubahan yang terjadi. hal itu di
sebabkan karena tidak jarang karena kondisinya, masyarakat lapisan tertentu
kalah responsif atau kalah peka terhadap peluang yang ada.
Bahwa peranan pemerintah menonjol pada proses pembangunan
perubahan yang direncanakan memiliki proporsi yang cukup dominan,
walaupun tidak harus diartikan mengabaikan sama sekali pada proses
perubahan alami. Dalam proses pembangunan khususnya pembangunan
masyarakat pada tingkat awal juga dapat dipahami. Hal itu di sebabkan oleh
karena berbagai latar belakang dan kondisi sosial psikologis, masyarakat belum
tergerak untuk melaksanakan proses pembaruan walaupun sebetulnya kondisi
objek sudah menuntut adanya perubahan. Dengan demikian, peranan lebih
bersifat sebagai stimulan untuk mendorong tumbuh dan berkembangnya potensi
serta kemampuan masyarakat sendiri. Dalam proses selanjutnya semestinya
89
inisitif, kreativitas serta pengembangan potensi masyrakat sendiri yang lebih
diharapkan.
Nah dengan adanya suatu proses perubahan dalam pengembangan objek
wisata yang akan di kembangkan oleh pemerintah dan masyarakat, sehingga
masyarakat setempat memiliki keuntungan dalam pengembangan objek wisata
tersebut seperti adanya perbaikan jalan menuju objek wisata maka masyarakat
dengan mudah dapat akses ke kebunnya tanpa kesulitan lagi.
Kesimpulan dari bentuk peran pemerintah dalam pengembangan objek
wisata bonto lojong yaitu; dalam pemberdayaan masyarakat melalui
pengembangan desa wisata di Desa Ujung Bulu dapat di lihat dari keterlibatan
masyarakat secara langsung maupun tidak langsung dalam program
pengembagan desa wisata melalui dari perencanaan, pelaksanaa dan evaluasi.
Pada tahap perencanaa masyarakat setempat selalu di libatkan dalam
pembicaraan mengenai program pembangunan desa wisata melalui rapat desa
secara musyawara mufakat.
Jadi di butuhkan hubungan antara pemerintah dengan masyarakat dalam
mengembangkan objek wisata, seperti; jalan menuju wisata bonto lojong yang
susah di jangkau oleh pengunjung kecuali oleh para pendaki yang mudah di
jangkau, adapun pengembangan proses pariwisata bergerak komunitas lokal atau
masyarakat setempat. Dengan adanya faktor-faktor tersebut maka perkembangan
objek wisata tidak dapat di pungkiri banyak masyarakat yang berkunjung ke
tempat objek wisata, adanya keamanan, dan bertambahnya penduduk sehingga
banyak pengunjung wisatawan yang membuat objek wisata semakin maju.
90
2. Faktor pendukung dan penghambat perkembangan wisata Bonto Lojong
a. Faktor penghambat
1. Kemajuan teknologi
Kemajuan teknologi, tak bisa di pungkiri lagi kemajuan teknologi yang
seluruhnya hampir menyentuh segala bidang aspek kehidupan seperti
transfortasi dan komunikasi. Kemajuan teknologi berpengaruh pada minat
wisatawan untuk berkunjung ke objek wisata bonto lojong karna cakupan
informasi yang di butuhkan sangat mudah di dapatkan di tambah
aksesibilitas menuju destinasi wisata juga sudah memadai. Perkembngan
teknologi atau kemajuan teknologi yang semakin pesa ini membawa
pengaruh di berbagai bidang kehidupan manusia salah satu contohnya di
bidang sosial dan budaya. Teknologi terus berkembang dan semakin
canggih manusia pun tidak bisa di pisahkan dari pemanfaatan atau
penggunaan teknologi. Ada pun teori yang saya ambil yaitu; Teori
Pembangunan, pembangunan ekonomi atau transfortasi suatu masyarakat
modern merupakan suatu proses yang multi dimensional. Pembangunan
ekonomi bukan berarti perubahan struktu ekonomi suatu negara yang
ditunjukan oleh menurunnya peranan sektor pertanian dan peningkatan
peranan sektor industri jasa. Rostow dan Max Weber yang menyatakan
bahwa proses pembangunan berbentuk tahapan yang dimulai dari tahapan
masyarakat tradisional,transisional, lepas landas dan komsumsi masal tinggi
(Rostow).
91
Banyak teknologi yang bisa di manfaatkan untuk menujukan aktivitas
manusia contohnya paling mudah ialah kehadiran gadget sebagai sarana
komunikasi dan pencarian informasi, nah dengan semakin modernnya
sekarang ini masyarakat dengan mudah mengetahui informasi-informasi
mengenai wisata bonto lojong melalui teknologi yang semakin canggih
seperti sekarang ini.
2. Politik dan keamanaan
Politik dan keamanan, isu-isu keamanan dan politik di suatu negara tak
hanya berimbas pada sektor perekonomian tetapi juga terhadap sektor
pariwisata. setiap wisatawan yang berkunjung tentu sangat
memperhitungkan faktor keamanan oleh karna itu pula fenomena seperti
terrorisme, carut-marut politik akan menjadi bahan pertimbagan bagi setiap
wisatawan. Tidak itu saja, faktor kesehatan di suatu tempat seperti adanya
penyakit menular mempengaruhi minat wisatawan untuk melakukan
perjalanan wisata. Dalam politik dan keamanaan ini menggunakan teori
Pembangunan, Dasar perbedaan proses pembangunan menjadi 5 tahap
tersebut adalah katekteristik perubahan ekonomi, sosial dan poliik yang
terjadi. pembangunan ekonomi atau transfortasi suatu masyarakat modern
merupakan suatu proses yang multi dimensional. Pembangunan ekonomi
bukan berarti perubahan struktu ekonomi suatu negara yang ditunjukan oleh
menurunnya peranan sektor pertanian dan peningkatan peranan sektor
industri jasa. Proses pembangunan berbentuk tahapan yang dimulai dari
92
tahapan masyarakat tradisional,transisional, lepas landas dan komsumsi
masal tinggi (Rostow).
3. Demografi
Demografi, penduduk di dunia semakin bertambah dari tahun ke
tahun. Jumlah penduduk tersebut memberi peluang besar bagi industri
pariwisata untuk semakin maju dan berkembang. Secara umum, terdapat
tiga sekmen wisatawan nasional dan dunia yakni mencakup : usia, jenis
kelamin, dan peminatan.
b. Faktor pendukung pelestarian objek wisata
1. Keindahan alam yang mempesona
Wisata bonto lojong memiliki keindahan alam yang menarik
wisatawan untuk datang berkunjung ke wisata bonto lojong dengan
menikmati keindahan alam yang telah di miliki oleh wisata bonto lojong
2. Akses mudah di jangkau
Jalan menuju wisata bonto lojong yang susah di jangkau oleh
pengunjung kecuali oleh para pendaki yang mudah di jangkau, adapun
pengembangan proses pariwisata bergerak komunitas lokal atau
masyarakat setempat. Dengan adanya faktor-faktor tersebut maka
perkembangan objek wisata tidak dapat di pungkiri banyak masyarakat
yang berkunjung ke tempat objek wisata, adanya keamanan, dan
bertambahnya penduduk sehingga banyak pengunjung wisatawan yang
membuat objek wisata semakin maju. Adapun kaitannya dengan teori
yang saya ambil yaitu teori Pembangunan. Pembangunan merupakan
93
proses perubahan yang mencakup seluruh sistem sosial, seperti polotik,
ekonomi, infrastruktur, pertahanan, pendidikan, dan teknologi,
kelembagaan dan budaya. Dengan ada kerja sama antara pemerintah,
masyarakat dan komuntas masyarakat yang ada di desa ujung bulu maka
akan terjadi perubahan pembangunan yang akan di lakukan oleh
pemerintah dan masyarakat dalam mengembangkan proses
pembangunan jalan pada wisata bonto lojong pada saat ini. intervensi
tersebut diharapkan memercepat proses perubahan dan proses
pembaruan, mengaktualisasikan potensi masyarakat, mendorong
prakarsa masyarakat, mengembangkan kapasitas masyarakat. Dalam
kaitannya dengan lingkungan masyarakat yang lebih luas intervensi juga
diharap mempercepat integrasi masyarakat lokal terhadap masyarakat
nasional. Intervensi pembangunan terutama oleh negara, juga
dimasuksudkan memeberikan iklim yang kondusif kepada lapisan
masyarakat pada tingkat sosial ekonomi lemah untuk memanfaatkan dan
mengantisipasi peluang yang muncul, baik melalui program yang
disusun maupun peluang yang terbuka, karena proses perubahan yang
terjadi. hal itu di sebabkan karena tidak jarang karena kondisinya,
masyarakat lapisan tertentu kalah responsif atau kalah peka terhadap
peluang yang ada.
3. Wisata bonto lojong sejuk
Wisata bonto lojong memiliki suasana yang sangat sejuk karena
tempat wisata bonto lojong yang berada di atas gunung sehingga banyak
94
wisatawan yang tertarik berkunjung ke wisata bonto lojong walaupun
harus mendaki sejauh mngkin dari tempat pemukiman masyarakat desa
ujung bulu kabupaten jeneponto.
4. Keindahan alam
Wisata bonto lojong memiliki keindahan yang sangat luar biasa
yang memiliki banyak pengunjung seperti para mahasiswa/i yang ingin
melihat keindahan alam dari atas gunung bonto lojong. Untuk para
pendaki gunung atau hiking tentunya di desa ujung bulu kabupaten
jeneponto di tawarkan wisata bonto lojong alam yang sangat lengkap
untuk kamu. Selain bermanfaat untuk kesehatan, kegiatan ini juga akan
mendapatkan beragam pengalaman baru seperti melihat beberapa
keindahan alam.
Kesimpulan dari faktor pendukung perkembangan wisata bonto lojong
adalah suatu tindakan atau perilaku yang dilakukan oleh seseorang yang
menempati suatu posisi di dalam status sosial. Pembangunan masyarakat pada
dasarnya adalah proses perubahan menuju pada suatu kondisi yang lebih baik.
Sumber perubahan dapat berasal dari dalam masyarakat sendiri,tetapi dapat pula
merupakan perubahan yang diinduksi. Untuk bentuk-brntuk perubahan yang
kedua, kemudian dikenal apa yang disebut intervensi, dalam pengertian campur
tangan dari luar masyarakat untuk mempercepat atau barang kali mengarah
proses perubahan dan pembaruan yang terjadi. intervensi tersebut berasal dari
pemerintah , walaupun juga kadang-kadang dilakukan oleh badan-badan non
pemerintah.
95
Dari hasil penelitian tentang faktor pendukung pemerintah dalam
pemberdayaan komunitas masyarakat lokal wisata bonto lojong jika di analisis
teori pembangunan, pemberdayaan masyarakat dan fungsionalisme struktural,
yang dimana memandang bahwa alam mempunyai katekteristik perubahan
ekonomi, sosial dan poliik yang terjadi. dalam pemberdayaan masyarakat
sebagai subjek yang dapat melakukan perubahan dengan cara membebaskan
seseorang dari kendali yang kaku dan memberikan orang tersebut bebas terhadap
ide-ide. Sedangkan pada fungsionalisme struktural di sebut sebagai tindakan.
Nah disini kita bisa liat pemerintah kabupaten jeneponto dapat mengembangkan
wisata bonto lojong, bukan hanya pemerintah saja bahkan masyarakat setempat
ikut serta dalam pengembangan wisata bonto lojong tersebut. Dengan cara
adanya kerja sama.
Gambar tabel Interpertasi 5.1
No. Rumusan Masalah Hasil
Penelitian
Wawancara Teori Interpertasi
1. Bagaimana peran
pemerintah dalam
pemberdayaan
komunitas
masyarakat lokal
pada pengembangan
wisata bonto lojong
a.Kerjasama
dengan
masyarakat
lokal dan
komunitas
Ada beberapa
bentuk yang di
lakukan pemerintah
dalam melestarikan
wisata Bonto
Lojong yakni, di
bentuknya kerja
Teori
Pemberdayaan
Dalam kerja
sama perlunya
adanya
pemberdayaan
masyarakat agar
memiliki tujuan
dalam
96
desa ujung bulu
kabupaten
jeneponto?
sama dengan
masyarakat untuk
bantuan’na
pammarinta sannna
ri paralluna ilalang
an’jagai
lingkungan ia mintu
wisata bonto
lojong.
mewujuadkan
kerja sama yang
sebenarnya
b.Perbaikan
sarana dan
Prasarana
Melakukan
perbaikan jalan
untuk menuju
wisata bonto
lojong, pemerintah
juga
mempersiapkan
tempat sampah
untuk pengelolah
dan pengunjung di
wisata Bonto
Lojong agar tidak
membuang sampah
sembarangan,
Teori
Pembangunan
Dalam
perbaikan sarana
dan prasarana
yang di gunakan
yaitu teori
pembangunan.
97
terutama ke kaki
gunung bonto
lojong
c.Peningkatan
kualitas objek
wisata
untuk meningkatkan
kualitas objek wista
bonto lojong
pemerintah
membangun jalan
dan bale-bale
(rumah kecil).
Dengan memiliki
bale-bale maka
memiliki daya tarik
tersendiri dimana
kita dapak
menyaksikan
keindahan alam
yang dimiliki wisata
bonto lojong
tersebut
Teori
Pembanguan
Teori
pembangunan
sangat berperan
penting dalam
meningkatkan
kualitas objek
wisata bonto
lojong yang ada
di desa ujung
bulu kabupaten
jeneponto
2. Apakah faktor
pendukung dan
penghambat
1.faktor
penghambat
a.kemajuan
Di desa ujung bulu
ini salah satu faktor
penghambat dalam
Teori
Pembangunan
Dalam
kemajuan
teknologi yang
98
pemerintah dalam
pemberdayaan
komunitas
masyarakat lokal
pada wisata bonto
lojong desa ujung
bulu kabupaten
jeneponto?
teknologi teknologi adalah
kurang jaringan di
akibatkan karena
tidak adanya tower
jaringan.
berperan penting
dalam
mengembangka
n teknologi yaitu
masyarakat
maka di
butuhkannya
teori
pembangunan.
b.Politik Dan
Keamanan
Kannne di desa
ujung bulu politina
porei ka kepala
desa ia kullei nai
tallu periode, ku
kannai pakenna ka
punna dana battu ri
pamarenta ia biasa
allari maraeng ji
dana ia, tena na
mange ri mange-
mange’anna
contooh na injo
dana ambaung
Teori
Pembangunan
Pada politik dan
keamanaan di
gunakan teori
pembangunan.
99
arungan wisata
bonto lojong
c.Demografi kurangnya
kesadaran
masyarakat untuk
membantu
melestarikan wisata
bonto lojong, selain
pemerintah peran
serta masyarakat
juga sangat di
butuhkan
Teori
Pemberdayaan
Pada demografi
di butuhkannya
teori
pemberdayaan
untuk
memaksmalkan
perkembangan
masyarakat.
2.Faktor
Pendukung
a.keindahan
alam
Kanne’ri kamponga
porei wisatana
ka’kulleki acci’ni
gunung siangan
pole ni ciniki mu;ju
allo’a nai
Teori
pembangunan
Dalam
keindahan alam
yang berperan
penting adalah
teori
pembangunan
b.Akses Muda
di Jangkau
Kanne arungan’nga
punna mangeki ri
bonto lojong tanre
pa na’lema ri
parakai jari punna
Teori
Pembangunan
Pada akses yang
muda di jangkau
di lakukan
pembangunan
pemerintah,
100
tau na mage ri
bonto lojong
adakka’i naik ri
bonto lojong,
sementara
arungan;nga di
jamai.
masyarakat dan
komunitas.
c.Wisata
Bonto Lojong
Sejuk
Karena tempatnya
yang indah dan
memiliki
pemandangan yang
luar biasa sehingga
saya tertarik untuk
berkunjung ke
bonto lojong ini
Teori
pemberdayaan
Masyarakat atau
wisatawan perlu
menjaga
keamanaan yang
ada di bonto
lojong agar
wisatanya tetap
aman
d.Keindahan
Alam
faktor pendukung
mengelolah objek
wisata bonto lojong
karena bonto lojong
mempunyai
pemandangan yang
indah
Teori
pemberdayaan
Disini peran
pemerintah atau
masyarakat agar
tetap
mempertahanka
n keindahan
alam yang di
miliki wisata
101
bonto lojong
seperti tidak
menebang
pohon-pohonan
agar tetap sejuk
dan banyak di
minati oleh para
wisatawan
102
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
C. Kesimpulan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian maka penulis dapat menyimpulkan Objek
wisata bonto lojong di desa ujung bulu Kabupaten jeneponto oleh masyarakat
setempat dan pemerintah kabupaten jeneponto beberapa peranan pemerintah
dalam membangun wisata bonto lojong yakni, di bentuknya kerja sama
pemerintah dengan masyrakat setempat. Pemerintah kabupaten jeneponto juga
mulai membangun jalan menuju wisata bonto lojong agar mudah
diakses/jangkau oleh para pengunjung.
Beberapa faktor pendukung dan penghambat dalam membangun
perkembangan wisata bonto lojong salah satu faktor pendukung bonto lojong
memiliki panorama yang indah, bergeraknya komunitas lokal atau masyarakat
setempat dan pemerintah desa yang ada di desa ujung bulu kabupaten jeneponto.
Ada pun faktor penghambat dalam membangun objek wisata bonto lojong yaitu
salah satunya sumber daya manusia (SDM) , peran pemerintah dan masyarakat
sangat di butuhkan dalam pembanguna objek wisata bonto lojong , kurangnya
sarana dan prasaranan yang di miliki wisata bonto lojong dan lain sebagianya.
102
103
D. Saran Penelitian
Berdasarkan sekimpulan di atas yang telah di paparkan oleh peneliti, Ada pun
beberapa saran yang perlu di perhatikan bagi peneliti selanjutnya yang tertarik
meneliti tentang Peran Pemerintah dalam pemberdayaan komunitas masyarakat
lokal adalah:
1. Kepada Pemerintah
Pemerintah di harapkan untuk lebih meningkatkan perkembangan kualitas
wisata bonto lojong dan membentuk sosialisasi kepada masyarakat untuk
memberikan pemahaman akan pentingnya mengembangkan wistaa bonto
lojong. Pemerintah dan masyarakat juga perlu untuk membentuk kerja sama
dalam meningkatkan destinasti wisata di kabupaten jeneponto.
2. Kepada Komunitas Local
Kepada komunitas local agar lebih efektif dalam bekerja sama untuk
membangun/mengembangkan objek wisata bonto lojong yang ada di desa
ujung bulu.
3. Kepada Pengnjung
untuk pengunjung di harapak untuk membuang sampah pada tempatnya agar
wisata bonto lojong tetap di lestarikan.
4. MasyarakatLlocal
Berdasarkan dari pengkaji hasil penelitian di lapangan maka penulis
bermaksud memberikan saran yaitu; untuk masyarakat lokal agar ikut
bekerjasama dengan pemerintah dan komunitas lokal dalam
104
mengembangkan objek wisata bonto lojong yang ada di desa ujung bulu
kabupaten jeneponto. Agar memiliki wisata yang bagus sehingga banyak
wisatawan yang berkunjung ketempat wisata bonto lojong tersebut
5. Kepada Peneliti Selanjutnya
Ada pun beberapa saran yang perlu di perhatikan bagi peneliti selanjutnya
yang tertarik meneliti tentang Peran Pemerintah dalam pemberdayaan
komunitas masyarakat lokal adalah:
a. Peneliti selanjutnya di harapkan untuk mengkaji lebih banyak sumber
maupun referensi yang terkait dengan Peran pemerintah dalam
pemberdayaan komunitas masyarakat lokal agar hasil penelitian dapat
lebih baik dan lebih lengkap lagi.
b. Peneliti selanjutnya di harapkan lebih mempersiapkan diri dalam proses
pengambilan dan pengumpulan dan segala sesuatunya sehingga peneliti
dapat di laksakan dengan lebih baik. Peneliti selanjutnya di harapkan di
tunjang pula dengan wawancara dengan sumber yang komputen dalam
kajian Peran Pemerintah Dalam Pemberdayaan Komunitas Masyarakat
Lokal.
105
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Lincolin (1992) Ekonomi Pembangunan, Edisi II, Yogyakarta; STIE YKPN.
Adi Isbandi Rukmito (2012). Intervensi pemerintah dan Pengembangan Masayarakat Sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat.. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Betten, TR, disadur oleh Suryadi, 1969, Pembangunan Masyarakat Desa, Alumni, Bandung, Artikel
Chamber, Robert (1995), Pembangunan Desa Mulai dari Belakang. Yogyakarta : LP3ES ( Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial).
Cohen (1984, dalam pitana, 2006), Dampak Pariwisata Terhadap Perekonomian. Artikel. Maret 2009.
Edi Suharto, Ph.D. (2005), Membangun Masayarakat Memberdayakan Rakyat Kajian Strategi Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Perkerjaan Sosial, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Friedman, John. 1992. Empowerment: The Politics Of Alternative Developement. Massachusetts: MT Press.
Gayatri Putu G (2005). Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta: Andi. 195 Hal
Hagul, Petter. 1992. Pembangunan desa dan Lembaga Swadaya Masyarakat. Jakarta: Rajawali.
Hunziker dan Krapt dalam Muljadi (2012), Definisi pariwisata. Jakarta Bumi Aksara
kurniawan (2015), unsur-unsur pengembangan pariwisata. Jurnal Cakrawala. Vol.02.No.2. Universitsas Negeri Semarang
Mardikanto (2014), Pemberdayaan masyarakat Dalam Perspektif Kebijakan Publik .Bandung;2013
Muljadi (2009), Pariwisata di klasifikasikan ke dalam beberapa bentuk. Jakarta, Bumi Aksara
Nursalam, Suardi, Syarifuddin. 2016. Teori Sosiologi, Klasik, Modern, Posmodern, Saintifik, Hermeneutik, Kritis, Evaluatif, dan Integratif. Yogyakarta 55161 : Penerbit Writing Revolution
106
Pendit, I Nyoman, S, 1999. Ilmu Pariwisata, Sebuah Pengantar Perdana. PT. Pradnya Paramita. Jakarta
Prijono, Onny S dan Pranarka A.M.W. 1996. Pemberdayaan Konsep, Kebijakan Dan Implementasi. Jakarta: Centere For Strategic and International Studies.
Rostow (Arsyad, 1992:39-41), Teori Pembangunan. Edisi II, Yogyakarta; STIE YKPN.
Soetomo, (1992), Pembangunan Masayarakat Desa; Celeban Timur UH lll/543 Yogyakarta 55167.
Soetomo, (2004). Strategi Pemberdayaan Masyarakat (Sebagai Kontributor),Celeban Timur UH lll/543 Yogyakarta 55167.
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif dan R&D. (Bandung: Alfabeta, 2014)
Sumaryadi. 2005. Perencanaan Pembangunan Daerah Otonom Dan Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta : CV Citra Utama
Sumodiningrat, Gunawan. 1996, Pembangunan Daerah dan Pemberdayaan Mayarakat. Jakarta: PT. Bina Rena Pariwara.
Todaro, Michael P. (1998), Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga, Edisi Keenam, Jakarta: Erlangga
Wardianto 2011:3, Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata, Bandung: Lubuk Agung.
Wardiyanta, (2006). Metode Penelitian Pariwisata. Yogyakarta : Andi
107
L
A
M
P
I
R
A
N
108
BIODATA INFORAMAN
1. Nama : Dg. Sapo
Umur : 45 tahun
Pekerjaan : Kepala dusun
2. Nama : Sidarni, S.Pd
Umur : 32 tahun
Pekerjaan: wakil kepala desa
3. Nama : dg. Madong
Umur : 60 Tahun
Pekerjaan : Petani
4. Nama : dg. Salo’
Umur : 70 tahun
Pekerjaan : petani
5. Nama : Harniati
Umur : 40 tahun
Pekerjaan : IRT
6. Nama : Dg. Aling
Umur : 40 tahun
Pekerjaan : Petani
7. Nama : Risal
Umur : 20 tahun
Pekerjaan : pemuda desa
109
8. Nama : Aswar
Umur : 22 tahun
Pekerjaan : pemuda desa
9. Nama : Andika
Umur : 30 tahun
Pekerjaan : wisatawan
10. Nama : Rendi
Umur : 25 tahun
Pekerjaan : Wisatawan
110
PEDOMAN OBSERVASI
Nama : Asrullah
NIM :105381108017
Judul penelitian : PERANAN PEMERINTAH DALAM PEMBERDAYAAN KOMUNITAS MASYARAKAT LOKAL (Studi Pada Pengembangan Wisata Bonto Lojong Desa UjungBulu Kabupaten Jeneponto)
N
o
Aspek yang diamati Observasi Keterangan
Ya tidak
1 Peranan pemerintah dalam pemberdayaan
komunitas masyarakat lokal masih sangat
berpengaruh bagi masyarakat desa Ujung Bulu
Kabupaten Jeneponto
2 Peranan Pemerintah masih di butuhkan oleh
masyarkat desa Ujung Bulu Kabupaten
Jeneponto
3 Perana Pemerintah menjadi serangkaian nilai
atau norma yang di miliki masyarakat yang
saling berkaitan berdasarkan kepercayaan,
norma dan jaringan sosial.
111
PEDOMAN WAWANCARA
1. Bagaimana bentuk peranan pemerintah dalam pemberdayaan komunitas
masyarakat lokal pada pengembangan wisata bonto lojong desa ujung bulu
kabupaten jeneponto?
1. Sejak kapan wisata bonto lojong di bangun di desa Ujung Bulu?
2. Apakah pemerintah dapat memberikan bantuan dana untuk pembangunan
wisata bonto lojong?
3. Menurut bapak/ibu apa saja bantuannya pamerintah dalam
mengembangkan wisata bonto lojong?
4. Bagaimana tanggapan bapak/ibu mengenai pemerintah mensosialisasikan
pengembangan wisata bonto Lojong Di Desa Ujung Bulu?
5. Secara pribadi bapak/ibu apakah banyak modal bantuannya pemerintah
dalam pembangunan wisata Bonto Lojong?
6. Apakah pemerintah dapat membentuk kerjasama dengan masyarakat,
komunitas yang ada di desa Ujung Bulu?
7. Menurut bapak/ibu apa saja yang mengakibatkan wisatawan untuk datang
berkunjung di wisata Bonto Lojong yang ada di Desa Ujung Bulu?
2. Apakah faktor pendukung dan penghambat dalam pemberdayaan komunitas
masyarakat lokal pada wisata bonto lojong desa ujung bulu kabupaten
jeneponto?
1. Bagaimana tanggapan bapak/ibu terhadap pembangunan wisata bonto
lojong ini?
112
2. Dalam pembangunan wisata bonto lojong apa saja faktor penghambat
dalam pembangunan wisata bonto lojong?
3. Menurut bapak/ibu bagaimana tanggapan anda terhadap pemerintah
apakah melakukan perubahan dalam pengembangan wistaa bonto
lojong atau belum?
4. Dalam pembangunan wisata bonto lojong menurut bapak/ibu
pembangunan apa saja yang telah di lakukan pemerintah?
5. Apa saja faktor pendukung pada pembangunan wisata bonto lojong?
6. Bagaimana tanggapan ibu terhadap dampak negatif dan positif
terhdap pembangunan wista bonto lojong?
7. Bagaimana tanggapan ibu dalam pembangunan bonto lojong apakah
masyarakat mendapatkan keuntungan atau tidak?
8. Secara pribadi menurut bapak/ibu bagaimana kerjasama pemerintah,
masyarakat lokal dan komunitas yang sedang berjalan sekarang ini
dalam proses pembangunan?
113
DOKUMENTASI
Wisata Bonto Lojong
1. Tempat wisata bonto lojong
2. Jalan menuju tempat wisata bonto lojong
114
3. Hasil Wawancara Wisatawan dengan masyarakat
4. Wawancara toko Masyarakat
115
5. wawancara pada wisatawan dengan toko masyarakat
116
6. wawancara pada wisatawan dengan pemuda desa
7. wawancara dengan pemuda desa
117
8. Wawancara dengan toko masyarakat
118
9. Wawancara dengan Wisatawan
119
120
121
122
RIWAYAT HIDUP
Asrullah, Lahir di Kabupaten Jeneponto tepatnya di Desa
Ujung Bulu (Bonto Jai), pada hari Minggu 05 April 1999.
Anak ke empat dari empat bersaudara pasangan dari bapak
Bannu dan ibu Hj. Haspia. Penulis pertama kali masuk
pendidikan formal di SDN 72 Kambutta Toa dan tamat pada
tahun 2011. Setelah tamat SD, penulis melanjutkan
pendidikan sekolah menengah pertama di SMP NEGERI SATAP 3 RUMBIA dan lulus
pada tahun 2014. Kemudian penulis melanjukan ke sekolah menengah atas di
MADRASA ALIYAH NEGERI 1 MAKASSAR dan tamat pada tahun 2017. Dan pada
tahun 2017 penulis mendaftar sebagai mahasiswa di Universitas Muhammadiyah
Makassar, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, pada Program Studi Pendidikan
Sosiologi melalui seleksi penerimaan mahasiswa baru (SPMB). Penulis menyelesaikan
kuliah strata satu (S1) Pada tahun 2021.