Upload
others
View
8
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PERAN AUDIT INTERNAL DALAM PROSES MANAJEMEN
RISIKO PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA
(Cabang Watampone Kab Bone)
SKRIPSI
Arsal A.S
105731118516
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2021
HALAMAN JUDUL
PERAN AUDIT INTERNAL DALAM PROSES MANAJEMEN RISIKO PADA
PT. BANK RAKYAT INDONESIA
(Cabang Watampone Kab. Bone)
Oleh
Arsal A.S
105731118516
Untuk memenuhi salah satu syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Akuntansi pada
Universitas Muhammadiyah Makassar
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2021
ii
PERSEMBAHAN
Karya ilmiah ini ku persembahkan untuk
1. Orang tua tercinta ibu saya Hj. Daharia dan ayah saya H. Anwar. Terimah kasih atas segala cinta dan kasih sayangnya, serta dukungan dan doa yang tiada henti hentinya
2. Dosen dosenku, terutama dosen pembimbing yang tak kenal lelah , membimbing megarahkan dan memotivasi saya
MOTTO HIDUP
“Perbanyak Bersyukur Kurangi Mengeluh”
iv
vii
vii
vii
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT
atas segala rahmat dan hidayah yang tiada henti diberikan kepada hamba-nya.
Shalawat serta salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah Muhammad
SAW beserta para sahabat, keluarga, dan para pengikutnya. Merupakan nikmat
yang tiada ternilai manakala dalam penulisan skripsi yang berjudul ” Peran Audit
Internal Dalam Proses manajemen Risiko Pada PT. Bank Rakyat Indonesia
Cabang Watampone Kab. Bone”
Skripsi yang penulis buat ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam
menyelesaikan program sarjana strata satu (S1) pada jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.
Teristimewa penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada kedua orang tua
penulis Bapak H. Anwar dan Ibu Hj. Daharia yang senantiasa memberi Harapan,
semangat, perhatian, cinta, kasih sayang dan do’a restu yang telah diberikan demi
keberhasilan penulis dalam menuntut ilmu dan proses penyelesaian ini. Semoga
apa yang telah diberikan kepada penulis menjadi Ibadah dan cahaya penerang
didunia dan diakhirat.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak akan
terwujud tanpa ada dorongan dan bantuan dari berbagai pihak. Begitupula
penghargaan yang setinggi-tingginya dan terima kasih banyak sampaikan dengan
hormat kepada;
1. Bapak Prof. Dr. H Ambo Asse, M. Ag selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar.
vii
2. Bapak Ismail Rasulong, SE., M.M, , Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassa
3. Bapak Dr. Ismail Badollahi, SE.,M.Si., AK.CA.CSP, Ketua Program Studi
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah
Makassar.
4. Bapak Dr. H. Mahmud Nuhung, MA, selaku pembimbing I yang
senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis,
sehingga skripsi selesai dengan baik.
5. Bapak Andi Arman, SE.,M.SI.,Ak.CA, Selaku Pembimbing II yang telah
berkenan membantu dalam penyusunan Skripsi Hingga Ujian skripsi.
6. Bapak/Ibu Dosen dan Asisten Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar yang tak kenal lelah dan banyak
menuangkan ilmunya kepada penulis selama mengikuti proses
perkuliahan hingga akhir.
7. Segenap Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar.
8. Rekan-rekan Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi
akuntasi angkatan 2016 Terkhusus Kelas AK.16.E yang selalu saling
membantu dan Belajar bersama , yang tidak sedikit bantuannya dan
dorongannya dalam aktivitas studi penulis.
9. Kedua Orang Tuaku yang saya Cintai Karena Allah SWT. Terima Kasih
atas pengorbanan materi, Do’a dan dukungan moral yang kalian berikan
kepada ananda selama ini.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa masih
terdapat banyak kekurangan sebagai manusia yang tidak luput dari
vii
kesalahan oleh karenanya, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya masukan dapat membangun demi kesempurnaan skripsi ini
viii
Akhirnya Penulis Berharap, apabila terdapat kesalahan dan kata-kata yang
kurang berkenan dalam penulisan skripsi ini mohon dimaafkan dan semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Billahi Fisabililhaq Fastabhikul Khairat, wassalamualaikum Wr.Wb
Makassar, 10 februari 2021
penulis
ix
ABSTRAK Arsal A.S Tahun, 2020, Peran Audit Internal Dalam Proses Manajemen
Risiko Pada PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Watampone Kab. Bone, Skripsi Pogram Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar. Di Bimbing Oleh Pembimbing I Dr. H. Mahmud Nuhung Dan Pembimbing II Andi Arman
Penelitian Ini Bertujuan Untuk Mengetahui Bagaimana Peran Audit Internal Dalam Proses Manajemen Risiko Pada PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Watamponee Kab. Bone. Jenis Penelitian Yang Di Gunakan Dalam Penelitian Ini Adalah Deskriftif Kualitatif Sumber Data Yamg Digunakan Dalam Penelitian Ini Data Primer Dan Data Sekunder Teknik Untuk Memperoleh Data Yang Relevan Dengan Masalah Yang Dibahas, Peneliti menggunakan Metode observasi, dokumentasi, dan wawancara
Hasil penelitian ini menunjukka bahwa Audit Internal memiliki peran yang sangat penting dalam proses manajemen risiko kredit rekomendasi dan perbaikan terhadap manajemen risiko kredit yang telah dilakukan oleh pihak manajemen. Dengan demikian, proses manajemen risiko kredit yang telah dilakukan oleh pihak bank lebih menyakinkan karena telah melalui proses pemeriksaan.
x
ABSRACK Arsal A.S Year, 2020, The Role of Internal Audit in the Risk Management
Process at PT. Bank Rakyat Indonesia Branch Watampone Kab. Bone, Thesis,
Accounting Study Program, Faculty of Economics and Business, Muhammadiyah
University of Makassar. Supervised by Advisor I Dr. H. Mahmud Nuhung and
Supervisor II Andi Arman.
This study aims to determine how the role of internal audit in the risk
management process at PT. Bank Rakyat Indonesia Branch Watamponee Kab.
Bone. The type of research used in this study is descriptive qualitative data sources
used in this study. Primary data and secondary data. Techniques for obtaining data
that are relevant to the problem being discussed, the researcher uses field
research data collection methods (Field Research). Documentation, Interview,
Research and Literature Methods
The results of this study indicate that Internal Audit has a very important
role in the process of recommending credit risk management and improving credit
risk management carried out by management. Thus, the credit risk management
process that has been carried out by the bank is more convincing because it has
gone through the examination process.
Keywords: Internal Audit, Risk Management, Credit
xii
PERSEMBAHAN ................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi
ABSTRAK .......................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii
BAB I ................................................................................................................... 1
Pendahuluan ...................................................................................................... 1
A. Latar belakang ........................................................................................ 1
B. Rumusan masalah .................................................................................. 3
C. Tujuan penelitian .................................................................................... 3
D. Manfaat penelitian .................................................................................. 3
BAB II .................................................................................................................. 5
Tinjauan Pustaka ............................................................................................... 5
A. Landasan Teori ....................................................................................... 5
B. Tinjaun Empiris .................................................................................... 31
C. Kerangka fikir ....................................................................................... 38
BAB III ............................................................................................................... 40
METODE PENELITIAN ..................................................................................... 40
A. Jenis Peneilitian ................................................................................... 40
B. Tempat dan waktu penelitian ............................................................... 40
C. Fokus penelitian ................................................................................... 40
xii
D. Jenis dan sumber data ......................................................................... 40
E. Teknik pengumpulan data ................................................................... 41
F. Instrumen peneitian ............................................................................. 42
G. Metode analisis ..................................................................................... 42
BAB IV .............................................................................................................. 45
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 45
A. Gambaran objek penelitian .................................................................. 45
B. Hasil penelitian dan pembahasan ...................................................... 49
BAB V ............................................................................................................... 58
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 58
A. Kesimpulan ........................................................................................... 58
B. saran ......................................................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 60
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Penelitian terdahulu ...................................................................... 31
Tabel 2.2 pedoman wawancara .................................................................... 42
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3. Struktur Organisasi ..................................................................... 48
Gambar 3.2 dokumentasi .............................................................................. 65
1
BAB I
Pendahuluan A. Latar belakang
Audit internal merupakan salah satu bentuk pengawasan yang ada di
bank, yang dapat membantu proses pencapaian tujuan. Fungsi ini membantu
pihak manajemen dalam proses pengendalian internal operasional bank yang
sangat rentan terhadap berbagai risiko tertentu. Bagi bank audit internal ini
merupakan proses yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dengan
pengendalian internal pengelolaan kredit investasi. Hal ini dapat disebabkan
dengan pengendalian internal pengelolaan kredit investasi mempunyai tujuan
agar risiko dalam pengelolaan kredit investasi dapat diminimalisir, sehingga
tujuan kredit dapat tercapai baik dari segi keamanan (safety) maupun dari segi
keuntungan (profitability) yang didapat dengan adanya pemberian kredit
investasi tersebut. Peranan kredit dalam operasi bank sangat besar dan penting
karena sebagian besar bank masih mengandalkan sumber pendapatan
utamanya dari operasi perkreditan. Sebagai instrumen yang sangat
menentukan maju mundurnya suatu bank, sektor yang dianggap fatal ini selalu
menjadi pusat konsentrasi para manajemen perbankan dalam menetapkan
segala langkah-langkah strategis guna memelihara volume pertumbuhan,
tingkat kelancaran serta tercapainya tingkat produktivitas yang optimal dari
pinjaman dengan tetap memperhatikan risiko yang ada. Untuk mendapatkan
margin yang baik diperlukan pengelolaan perkreditan yang baik dan
pengendalian internal efektif dan efisien. Salah satu jenis kredit yang diberikan
oleh bank adalah kredit investasi. Pengertian kredit investasi menurut Kasmir
(2003 ; 109 ) adalah kredit jangka panjang yang biasanya digunakan untuk
2
keperluan perluasan usaha/membangun proyek/pabrik baru atau keperluan
rehabilitasi. Meskipun pendeteksian kecurangan penting untuk meningkatkan
nilai pengauditan, namun terdapat banyak masalah yang dapat menghalangi
implementasi dari, pendeteksian yang tepat. Berdasarkan telaah atas berbagai
penelitian yang telah dilakukan, terdapat empat faktor penyebab besar yang
diidentifikasi melalui laporan ini. Pertama karakteristik terjadinya kecurangan
sehingga menyulitkan proses pendeteksian, kedua standar pengauditan belum
cukup memadai untuk menunjang pendeteksian yang sepantasnya. Ketiga,
lingkungan kerja audit dapat mengurangi kualitas audit dan keempat metode
dan prosedur audit yang ada tidak cukup efektif untuk melakukan pendeteksian
kecurangan. Berdasarkan permasalahan ini, perbaikan yang perlu disarankan
untuk diterapkan.
Adapun sasaran yang ingin dicapai PT. Bank Rakyat Indonesia
(Persero) Tbk. Dalam penyaluran dana dalam bentuk kredit investasi ini adalah
untuk mengembangkan portofolio kredit investasi yang sehat dan
menguntungkan melalui pemberian kredit investasi di kantor cabang yang
memperhatikan asas kehati-hatian dengan memfokuskan pada segmen pasar
pada kantor cabang serta memberikan pelayan produk yang sesuai dengan
kebutuhan nasabah. Untuk menghindari kecurangan yang terjadi maka audit
internal pada Bank BRI Cabang Watampone harus menyajikan laporan
keuangan yang benar-benar teruji pihak manajemen risiko yang ada pada Bank
BRI Cab. Watampone Diharapkan dapat memberikan jaminan dalam hal
memberikan perlindungan terhadap kemungkinan risiko. Perlu ditekankan
bahwa manajemen risiko bukanlah proses yang statis, melainkan proses yang
dinamis, merupakan perkembangan penanganan risiko yang mempengaruhi
3
realisasi tujuan. Dengan kata lain, selama aktivitas perusahaan terjadi, aktivitas
manajemen risiko akan terus berjalan. Oleh karena itu, penyajiannya berupa
evaluasi, pendapat atau saran yang dapat membantu berbagai departemen di
perusahaan dalam melaksanakan kegiatan dengan benar.
Selama audit, audit internal akan menerapkan semua prosedur audit
yang ada. Auditor internal melakukan audit dari rencana audit untuk
memperoleh bukti dari temuan atau aktivitas yang ditemukan cacat atau
penyimpangan. Hasil audit akan dicatat dalam file kerja audit. Ruang lingkup
review hanya berlaku untuk kredit investasi.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, penulis merumuskan
masalah yang akan menjadi pokok pembahasan dalam penelitian ini,
adalah sebagai berikut : Bagaimana peran audit internal dalam proses
manajemen risiko pada PT. Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk. ?
C. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran audit internal dalam
proses manajemen risiko PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.
D. Manfaat penelitian
a. Bagi Instansi
Diharapkan mampu memberikan pengetahua tentang peran audit
internal dalam menilai proses manajemen risiko kredit bank.
b. Bagi penulis
Penelitian ini sangat membantu untuk memahami peran audit internal
dalam proses manajemen risiko Persero Tbk.
4
c. Bagi Masyarakat
Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pelengkap ilmu
terapan dari ilmu yang dipelajari di perguruan tinggi dan sebagai bahan
pertimbangan yang berguna untuk mengevaluasi kualitas informasi
perusahaan.
5
BAB II
Tinjauan Pustaka A. Landasan Teori
1. Teori agensi
Teori keagenan menjelaskan konflik antara manajemen sebagai agen dan
pemilik sebagai prinsipal. Prinsipal ingin mengetahui semua informasi yang
berkaitan dengan investasi atau dananya di perusahaan, termasuk kegiatan
manajemen.Hal ini dilakukan dengan meminta laporan pertanggungjawaban
dari agen (manajemen) berdasarkan laporan dari kepala sekolah yang
bertanggung jawab untuk mengevaluasi kinerja manajemen. Namun
manajemen seringkali cenderung mengambil langkah-langkah untuk
membuat laporan terlihat lebih baik, sehingga kinerja laporan dianggap baik
(Indah, 2010), mengurangi atau meminimalisir kecurangan yang dilakukan
oleh manajemen, dan membuat manajemen Laporan keuangan disusun
secara berlapis. lebih dapat diandalkan (dapat dipercaya). Butuh pihak
independen untuk memberikan nasehat. Rekomendasi dapat dibuat oleh
auditor internal perusahaan.
Model teori agensi dapat terjadi dalam kontrak, dapat
memaksimalkan penggunaan yang diharapkan klien, sambil
mempertahankan agen yang disewa dan memastikan bahwa ia memilih
tindakan terbaik, atau setidaknya sama dengan tingkat kerja terbaik agen.
Oleh karena itu, teori keagenan dapat membantu audit internal sebagai pihak
ketiga untuk memahami konflik kepentingan yang mungkin terjadi antara
prinsipal dan agen. Kepala investor bekerja sama dengan agen atau
manajemen perusahaan dan menandatangani kontrak kerja untuk
menginvestasikan dana. Dengan adanya audit internal akan mampu
6
memberikan saran dan saran, serta sebagai bentuk pengawasan atas
kinerja manajemen, dan mampu mengevaluasi kinerja manajemen sebagai
agen, sehingga membentuk sistem yang berguna bagi investor dan kreditor
untuk mengambil keputusan investasi yang wajar
2. Pengertian peranan
Menurut (Komaruddin, 1994) perannya adalah:
a. Manajemen adalah tugas utama yang harus diselesaikan seseorang,
b. Perilaku yang diharapkan dapat melengkapi suatu tugas,
c. Apakah fungsi seseorang dalam kelompok,
d. Apakah fungsi yang diharapkan dari seseorang dalam kelompok atau
karakteristik orang tersebut,
e. Apakah fungsi variabel dalam kausalitas.
3. Kosep audit
a. Pengertian audit
Audit adalah kegiatan memeriksa data tertentu dalam laporan
untuk memastikan keakuratannya, Audit juga dapat diartikan sebagai
evaluasi atau pemeriksaan organisasi oleh pihak yang berwenang
4. Pengertian audit internal
Menurut Munawir (1996) dalam Sunyoto (2014: 7), audit internal
merupakan salah satu fungsi organisasi yang menguji dan mengevaluasi
kegiatan organisasi yang diberikan kepada organisasi. Dengan kata lain,
audit internal adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh perusahaan terkait
yang disebut audit internal. Audit internal bekerja sama dengan
pengendalian internal perusahaan untuk mencapai efisiensi, efektivitas, dan
7
kepatuhan operasi perusahaan serta memberikan saran dan meningkatkan
manajemen
Menurut definisi di atas, audit internal meliputi:
a. Audit internal memberikan penilaian yang dilakukan oleh perusahaan itu
sendiri
b. Audit internal mengatur dan mengevaluasi efektivitas evaluasi
perusahaan itu sendiri, yang independen dan objektif.
c. Audit internal memeriksa dan mengevaluasi semua aktivitas
berkelanjutan.
d. Audit internal menentukan kebijakan dan prosedur yang ditetapkan
berdasarkan tujuan yang ditetapkan untuk mencapai tujuan perusahaan.
menurut (Kumaat, 2011), audit internal adalah direktur internal
suatu perusahaan yang independen dan memberikan jaminan
kepercayaan, yang bertujuan untuk memberikan nilai tambah dan
meningkatkan operasional perusahaan. Audit internal juga mengadopsi
pendekatan yang sistematis dan disiplin untuk mengevaluasi dan
meningkatkan efektivitas manajemen risiko, pengendalian, serta proses
dan manajemen organisasi, sehingga membantu organisasi internal
perusahaan untuk mencapai tujuannya.
5. Peran audit internal
Peran audit internal adalah memantau efektivitas elemen lain dari
struktur pengendalian internal, kemudian memberikan rekomendasi berupa
saran atau evaluasi untuk dijadikan dasar pengambilan keputusan
manajemen. Tujuan inspeksi internal adalah membuat anggota manajemen
menyelesaikan tugasnya dengan lebih mudah dan efektif. Hasil review
8
muncul dalam bentuk analisis, rekomendasi, evaluasi dan saran objektif atas
kegiatan yang direview. Menurut (Hery, 2010), untuk mencapai tujuan
tersebut, auditor internal \melakukan aktivitas sebagai berikut
a. Periksa keuntungan dari kontrol akuntansi keuangan dan operasi lainnya.
b. Periksa hubungan antara pelaksana dan rencana, kebijakan dan
prosedur yang telah ditetapkan.
c. Memeriksa aset perusahaan yang telah dipertanggungjawabkan dan
dilindungi dari berbagai bentuk kerugian.
d. Periksa keakuratan pembukuan dan data lain yang dihasilkan oleh
perusahaan.
e. Mengevaluasi kinerja pejabat / pelaksana dalam memenuhi tanggung
jawab yang diberikan
Inspeksi internal dapat membantu manajer merumuskan tujuan
dan sasaran secara keseluruhan melalui sistem aplikasi, yaitu apakah
informasi yang digunakan relevan dan akurat, dan apakah tindakan
pengendalian yang ada sudah sesuai dan terintegrasi ke dalam rencana
atau operasi mereka. Oleh karena itu, karena faktor-faktor seperti jumlah
karyawan atau lokasi kegiatan yang tersebar, manajemen menghadapi
berbagai macam pengendalian, sehingga tidak perlu ada kekhawatiran
tentang korupsi atau manipulasi yang perlu terus dicek. Oleh karena itu,
departemen audit internal mutlak diperlukan. Membantu para pemimpin
perusahaan melanjutkan aktivitas bisnis mereka.
(Kumaat, 2011) menjelaskan peran ideal audit internal sebagai
berikut :
9
a. Prinsip-prinsip manajemen risiko yang disosialisasikan dan
menganggapnya sebagai titik risiko utama,
b. Lakukan analisis data berbasis risiko dan publikasikan hasilnya secara
teratur.
c. Peran akselerator / pendorong dalam mencapai pengawasan yang
melekat.
d. Dengan memberikan independensi yang kuat, peran koordinasi/
koordinasi internal strategi bisnis harus mampu menjadi alat
manajemen senior untuk koordinasi internal dan ikatan organisasi.
6. Lingkup audit internal
(Kaunang, 2013) menjelaskan bahwa kegiatan departemen audit
internal adalah sebagai berikut:
a. Evaluasi gratis dari semua aktivitas dalam perusahaan (perusahaan induk
dan anak perusahaan) dapat menggunakan semua catatan di
perusahaan / grup perusahaan dan memberikan nasihat kepada
penanggung jawab perusahaan (direktur utama dan direktur lainnya)..
b. Meninjau dan mengevaluasi popularitas dan kecukupan data akuntansi
dan keuangan dalam aplikasi pengawasan operasi perusahaan
c. Pastikan kepatuhan dengan kebijakan, rencana, dan prosedur yang
ditetapkan.
d. Pastikan aset perusahaan dicatat dan disimpan dengan benar untuk
menghindari pencurian dan kehilangan.
e. Memastikan keandalan data akuntansi dan data lain yang disediakan
perusahaan.
10
f. Mengevaluasi kualitas dan pencapaian prestasi manajemen dari hasil
pekerjaan yang diselesaikan, menemukan masalah dan saran / solusi
yang harus diberikan.
g. Bekerja sama dengan auditor eksternal untuk mengevaluasi
pengendalian intern.
Cakupan kegiatan audit internal sangat luas. (Cashin, 1998)
mengatakan bahwa kegiatan tersebut dapat diringkas sebagai berikut
1. Kepatuhan (ketaatan)
Aktivitas kepatuhan terkait dengan kepatuhan terhadap
kebijakan, peraturan dan prosedur serta praktik bisnis yang baik di
bidang ini.
2. Evaluation (Evaluasi)
Kegiatan evaluasi adalah tanggung jawab audit internal yang
paling penting, dan hasilnya sulit diukur. Kegiatannya adalah
mengevaluasi pelaksanaan kedua prosedur tersebut dan secara terus
menerus mengevaluasi pelaksanaan prosedur tersebut agar kegiatan
perusahaan dapat terlaksana secara efektif.
3. Verifikasi Kegiatan
verifikasi adalah peninjauan dokumen, catatan dan laporan
untuk menentukan tingkat penyelesaian terkait dengan situasi
sebenarnya. Biasanya verifikasi meliputi: catatan, laporan, aset dan
kewajiban. Apabila kegiatan tersebut dilakukan melalui audit internal
maka aktivitas tersebut akan lebih menguntungkan dibandingkan
dengan verifikasi melalui audit eksternal, karena audit internal memiliki
11
pemahaman yang lebih baik tentang seluk beluk perusahaan,
sehingga kegiatan verifikasi dilakukan dengan cermat.
7. Posisi dan fungsi audit internal
(Qintarah, 2014) Dalam organisasi, auditor memiliki tiga posisi
alternatif yaitu :
a. Departemen audit internal berada di bawah kepemimpinan kepala
keuangan (sejajar dengan departemen akuntansi keuangan)
b. Bagian Audit Internal di bawah Direktur Utama,
c. Orang dalam adalah komite staf dan komisaris
Kedudukan audit internal dalam organisasi sangat erat kaitannya
dengan posisi karyawan, yang berarti merek tidak bertanggung jawab
atas pelaksanaan kegiatan perusahaan. Mereka hanya berkewajiban
mengevaluasi dan melaporkan hal tersebut, sehingga tidak berhak untuk
memerintahkan pengelolaan. Posisinya adalah memberi nasihat kepada
manajemen yang bertanggung jawab untuk mencapai tujuan perusahaan.
Auditor internal sangat berguna dalam mengidentifikasi tanda-
tanda penipuan dan menyelidiki penipuan. Jika auditor internal
menemukan tanda-tanda dan mencurigai adanya penipuan di
perusahaan, mereka harus memberi tahu manajemen puncak tentang
masalah tersebut, dan jika tanda-tandanya cukup kuat, manajemen akan
menugaskan tim untuk menyelidiki. Tim biasanya terdiri dari auditor
internal atau eksternal, pengacara, penyidik, petugas keamanan dan ahli
(seperti ahli komputer, ahli perbankan, dll). Temuan investigasi harus
dilaporkan kepada manajemen puncak dalam bentuk tertulis, termasuk
12
fakta, temuan, kesimpulan, rekomendasi, dan tindakan perbaikan yang
perlu dilaporkan (Qintarah, 2014)
8. Klasifikasi audit internal
Menurut “Standar Praktik Profesional untuk Internal Auditing” yang
dikutip oleh Fauzan (2003), agar audit internal berjalan obyektif dan adil,
maka persyaratan yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut:
1. Independen
Auditor internal harus independen dari aktivitas yang mereka
audit. Hal yang perlu diperhatikan adalah:
a. Status organisasi audit internal harus berperan agar memungkinkan
untuk dapat menjalankan tugas dan fungsinya secara tepat, dan
harus didukung oleh pimpinan senior. Keadaan yang ideal adalah
bahwa departemen audit internal harus bertanggung jawab kepada
para pemimpin yang memiliki wewenang yang memadai untuk
memastikan audit yang ekstensif dan mengambil pertimbangan dan
tindakan yang efektif atas hasil audit dan saran perbaikan
b. Objektivitas
Objektivitas adalah bahwa auditor harus menjalankan fungsi
dan tugasnya, serta harus menjaga sikap mental dan kejujuran dalam
melaksanakan pekerjaannya, untuk menjaga sikap tersebut, audit
internal harus menghilangkan tanggung jawab operasional
2. Kompetensi
Keterampilan profesional yang harus dimiliki auditor internal
adalah:
13
a. Staffing, Kepegawaian berarti bahwa departemen audit internal harus
memastikan pengetahuan profesional dan latar belakang pendidikan
auditor internal yang melakukan audit internal dalam perusahaan.
b. Pengetahuan, keterampilan dan kedisiplinan, untuk itu departemen
audit internal harus memiliki pengetahuan, keahlian dan disiplin yang
dibutuhkan untuk menjalankan tugas auditnya.
c. Pengawasan, membutuhkan departemen audit untuk memberikan
jaminan audit internal untuk memastikan bahwa audit internal harus
diawasi dengan benar.
d. Kepatuhan terhadap Kode Etik, mengharuskan auditor internal untuk
dilatih dalam komunikasi yang efektif dengan pihak lain.
e. Hubungan dan komunikasi interpersonal, menuntut auditor internal
untuk mendapatkan pelatihan dalam berhubungan dengan pihak lain
dan berkomunikasi secara efektif.
f. Pendidikan berkelanjutan, menuntut auditor internal untuk
mempertahankan kemampuan kerjanya melalui pendidikan
berkelanjutan.
g. Asuhan kerja yang tepat, mengharuskan auditor internal untuk melatih
keterampilan profesional mereka dengan mencoba melaksanakan
pendidikan audit internal
9. Program audit internal
Rencana audit internal adalah tindakan atau langkah kerja terperinci
yang harus dilakukan dalam audit berdasarkan tujuan yang ditetapkan dari
dana target dan informasi tentang tujuan yang ada. Prosedur audit tertulis
sangat penting untuk manajemen tugas audit yang efektif dan efisien, tetapi
14
keberadaannya tidak boleh digunakan sebagai daftar langkah ketat yang
harus diambil untuk mematikan inisiatif auditor internal. Agar dapat
melaksanakan audit yang sistematis dan tepat sasaran, sebelum audit
dimulai, harus disiapkan rencana audit yang memuat rencana prosedur audit
yang akan dilaksanakan. Program audit dapat digunakan sebagai alat
perencanaan dan pemantauan yang efektif bagi auditor (Fauzan, 2003)
Menurut (Tugiman, 2001) tahapan pelaksanaan kegiatan audit
internal adalah sebagai berikut
1. Rencana audit
Rencana tersebut harus didokumentasikan dan harus mencakup:
a. Tentukan tujuan audit dan ruang lingkup pekerjaan
b. Dapatkan informasi dasar (informasi latar belakang) tentang aktivitas
yang akan diperiksa
c. Tentukan bagian tenaga kerja yang dibutuhkan untuk melakukan audit
d. Memberitahu para pihak jika perlu
e. Melakukan investigasi untuk menentukan aktivitas, risiko, dan tindakan
pengendalian yang diperlukan
f. Menulis prosedur audit
g. Tentukan bagaimana, kapan dan kepada siapa hasil audit akan
disajikan
h. Dapatkan persetujuan dari rencana kerja review
2. Pengujian dan pengevaluasian informasi
Pada tahap ini audit internal harus mengumpulkan, menganalisis,
mencerahkan, dan membuktikan keaslian informasi untuk mendukung
hasil audit.
15
3. Menyerahkan hasil pemeriksaan
Audit internal wajib melaporkan setiap penyimpangan/
penyimpangan yang terjadi dalam lingkup fungsional perusahaan kepada
manajemen dan memberikan saran / saran perbaikan.
4. Tindak lanjut hasil pemeriksaan,
Audit internal harus menentukan apakah tindakan korektif telah
diambil dan hasil yang diharapkan tercapai, atau apakah manajemen
senior atau dewan direksi telah menerima risiko tidak mengambil tindakan
korektif atas temuan laporan
10. Audit berbasis risiko (Risk Based Audit)
Awalnya aktivitas audit internal hanya berfokus pada pemeriksaan
terhadap tingkat kepatuhan para pelaksana terhadap ketentuan-ketentuan
yang ada (Compliance). Kondisi kegiatan bisnis yang semakin berkembang
dan kompleks disisi lain, memberikan tekana bagioerusahaan untuk
memanfaatkan sumber daya yang terbatas secara efektif dan efisien. Risk
Based Audit merupakan suatu pendekatan yang memungkinkan bagi audit
internal untuk memenuhi expektasi tersebut. Risk Based Audit
memungkinkan audit internal untuk memprioritaskan audit dalam bentuk
yang sistematis dan terkoordinir. Sementara pada kenyataannya audit
internal selalu memfokuskan tindakan pada area yang paling berisiko dalam
organisasi. Hal tersebut merupakan hasil dari pertimbangan internal auditor
atas penilaian risiko. Konrath (2001) mendefinisikan "audit berbasis risiko"
sebagai teknik yang dilakukan secara cermat oleh audit internal, yaitu
mengidentifikasi area dengan risiko kesalahan pelaporan keuangan
terbesar, dan kemudian mengalokasikan sebagian besar sumber daya audit
16
ke area tersebut. Dalam audit berbasis risiko, auditor internal dapat
mengoptimalkan sumber daya audit untuk mengidentifikasi pengendalian
internal yang ada dan mengidentifikasi area dengan risiko kesalahan
terbesar dalam laporan keuangan. Menurut Griffiths (2005), risk-based
auditing didasarkan pada system-based auditing (SBA) Pendekatan yang
diadopsi oleh metode ini adalah dengan fokus pada area bisnis yang berisiko
tinggi dan fokus pada tujuan bisnis dibandingkan dengan pengendalian.
Konsep dasar audit berbasis risiko merupakan metode audit pada
area yang memiliki risiko terbesar dan berdampak terbesar bagi perusahaan.
Masalah apapun yang memang membutuhkan perhatian khusus.
Galloway (2004) mendefinisikan audit berbasis risiko sebagai bagian
dari tujuan audit dan rencana audit yang dihasilkan oleh penilaian risiko. Ini
menegaskan bahwa audit berbasis risiko adalah metode inspeksi yang
digunakan untuk memastikan bahwa risiko telah dikelola dalam batas risiko
yang ditetapkan oleh manajemen tingkat perusahaan.
Ada dua yang harus dipahami oleh auditor internal:
a. Mengontrol aspek dari setiap proses bisnis terkait
b. Risiko dan faktor pengendalian yang mendukung terwujudnya tujuan
perusahaan
Peran audit internal dalam praktik audit berbasis risiko:
a. Mulailah dengan memfokuskan pekerjaan audit pada risiko perusahaan
besar yang diidentifikasi oleh fungsi manajemen risiko perusahaan, dan
audit proses manajemen risiko lintas organisasi untuk memastikan
pengelolaan risiko yang teridentifikasi.
17
b. Secara aktif berperan sebagai konsultan internal untuk melatih dan
mendidik karyawan ini guna memastikan efektivitas pengendalian
internal.
c. Memberikan dukungan dan partisipasi aktif dalam proses pengendalian
internal perusahaan.
d. Mengkoordinasikan laporan audit berbasis risiko yang disampaikan
kepada direksi, dewan pengawas dan komite audit
1. Metode audit berbasis risiko dijelaskan dalam tiga tahapan utama,
yaitu:
a. Penilaian risiko
Tahapan tersebut digunakan untuk menentukan frekuensi, waktu
audit, intensitas dan waktu audit dengan cara menentukan,
mengukur dan memprioritaskan risiko, sehingga keterbatasan
sumber daya yang dimiliki perusahaan dapat dioptimalkan untuk
area berisiko tinggi. Jika profil risiko yang dihasilkan oleh unit
manajemen risiko tersedia dan dapat diandalkan, tahapan ini
dapat dihilangkan. Pada tahap ini, audit internal juga perlu
menetapkan standar unit yang dapat diaudit, antara lain:
1. Departemen ini telah memberikan kontribusi yang signifikan
terhadap tujuan perusahaan.
2. Justifiksi beban pengendalian unit dengan potensi kerugian
lebih besar daripada biaya pengendalian, termasuk biaya audit
18
b. Menyusun program audit internal
Berdasarkan hasil penilaian risiko, faktor risiko dapat
digunakan untuk meninjau setiap unit untuk menentukan nilai
akhir, misalnya:
1. Jaminan audit (Audit Assurance)
Terlihat bahwa hasil review audit periode sebelumnya terkait
dengan tingkat risiko yang tinggi.
2. Properti (Materiality)
menggunakan parameter keuangan dan non-keuangan untuk
memeriksa area dengan efek risiko.
3. Risiko sisa (residual risk)
Nilai risiko telah memperhitungkan faktor-faktor positif yang
dimiliki perusahaan, seperti pengendalian internal.
4. Keputusan audit (Audit Judgement)
Mengenai perubahan sistem dan program, hal-hal audit internal
yang berdampak pada bidang-bidang tertentu dalam
organisasi.
c. Melaksanakan program audit internal
1. Mengevaluasi keselarasan unit bisnis, dewan direksi, dan
tujuan pribadi dengan tujuan perusahaan. Audit internal harus
memastikan bahwa tujuan bisnis telah diterapkan dan
dikomunikasikan secara efektif ke semua tingkatan organisasi.
2. Mengevaluasi ketersediaan, kualifikasi dan efektivitas
penerapan risk appetite dan risk limit (selera risiko korporasi
19
dan toleransi risiko) sesuai dengan kebijakan dan prosedur
perusahaan.
3. Audit internal harus dapat memastikan bahwa manajemen
bekerja dalam lingkup parameter risiko yang telah ditetapkan
4. Menurut kerangka kerja yang ditetapkan oleh audit internal,
analisis kesenjangan praktik dan prosedur manajemen risiko
harus dinilai.Proses penerapan kerangka penerapan
manajemen risiko yang terdokumentasi harus dievaluasi, yang
dianggap berkontribusi terhadap perubahan dinamis
perusahaan.
5. Untuk menguji keefektifan dan perlindungan informasi dan
akses ke pengendalian audit internal, perlu dipahami desain
pengendalian dan peraturannya untuk memahami bagaimana
cara melaksanakan tindakan pengendalian tersebut sesuai
dengan petunjuk dan kebijakan perusahaan.
6. Memberikan jaminan independen dan bertindak sebagai
konsultan internal untuk memastikan pencapaian tujuan
perusahaan. Audit internal harus memberikan kepastian yang
obyektif kepada direktur bahwa risiko bisnis telah dikelola
dengan baik dan pengendalian internal efektif.
Semua tahapan ini menghubungkan aktivitas fungsi
audit internal dengan keseluruhan kerangka proses
manajemen risiko perusahaan. Hal ini memungkinkan kegiatan
audit internal untuk memberikan kepastian penuh kepada
direktur dan komisaris bahwa proses manajemen risiko telah
20
mengelola risiko secara efektif. Oleh karena itu, metode audit
berbasis risiko diharapkan dapat memberikan opini yang
independen dan obyektif kepada manajemen bahwa risiko
yang dihadapi telah dikendalikan pada tingkat yang dapat
diterima.
Sebagaimana diindikasikan oleh Sastradipoera (2001),
credit hazard merupakan salah satu bahaya yang sering
dihadapi bank dalam melakukan pemberian kredit. Bahaya
kredit adalah bagian terbesar yang bergantung pada bisnis
keuangan, karena kemajuan dan spekulasi adalah segmen
terbesar yang bergantung pada sumber daya bank.
Dengan mempertimbangkan semua hal, penting untuk
memahami kondisi yang menawarkan kenaikan risiko kredit,
termasuk :
a. Bahaya kredit muncul karena kegagalan untuk
mengembalikan uang muka dari peminjam.
Ketidakmampuan untuk memainkan semua atau sebagian
dari pemahaman penyelesaian.
b. Bahaya kredit adalah bahaya yang ditimbulkan oleh
spekulasi yang tidak menghasilkan pendapatan, atau dapat
dikatakan bahwa bahaya berkurangnya sumber daya modal
2. Hasil laporan audit internal
Seperti yang ditunjukkan oleh (Moeller, 2009), laporan
tinjauan adalah arsip otoritas, dan tinjauan batin ditutup dengan
mengumumkan saran dan perasaannya. Laporan tinjauan adalah
21
hasil utama dari tindakan tinjauan interior, yang merupakan
pendekatan prinsip untuk menggambarkan latihan tinjauan bagian
dalam dari angkatan kerja. Organisasi batin dan pertemuan luar.
Laporan tinjauan memberikan bukti keterampilan yang dipoles dari
tindakan tinjauan ke dalam dan memberdayakan orang lain untuk
menilai komitmen ini. Selain itu, jika laporan tinjauan memenuhi
empat model fundamental yang menyertai, laporan tersebut
cenderung dipandang bagus, lebih spesifik.
a. Netralitas
Suatu laporan yang diperlukan selama audit.
b. Clear (jelas)
Laporan ini ditulis dalam bahasa yang jelas dan tidak akan
menyebabkan kesalahpahaman. Mengklarifikasi secara
gamblang dan total sehingga individu yang menggunakannya bisa
mendapatkannya.
c. Ringkas
Menurut struktur laporan yang baik (Setiawan, 2013), yaitu
hal-hal yang tidak berhubungan dengan laporan (seperti ide,
temuan, kalimat, dll.) Harus dihindari, dan laporan singkat tentang
pelaksanaan, pengendalian dan laporan hasil kerja harus dibuat.
Subjek laporan tidak didukung, namun kualitas informasi yang
disampaikan dalam laporan tersebut dijaga agar dapat memenuhi
kebutuhan pengguna.
d. Konstruktif
22
e. Laporan konstruktif adalah laporan yang memberikan saran
tindakan perbaikan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
operasi semaksimal mungkin.
f. Tepat waktu
Hanya memberikan laporan audit bila diperlukan dapat
digunakan secara maksimal. Oleh karena itu, auditor harus dapat
melaporkan tepat waktu
g. Berwibawa
11. Manajemen risiko
Dalam mencapai tujuannya, setiap organisasi harus dihadapkan
pada kesempatan non-pengungkapan di setiap tingkat pergerakan. Bahaya
yang dituntut eksekutif memiliki pilihan untuk memberikan kepastian dalam
memberikan keamanan dari potensi bahaya. Laporan definitif menerima
bahwa laporan review harus dapat diandalkan dan mendorong pembaca
untuk setuju dengan substansi laporan. Terlepas dari kenyataan bahwa
pembaca mungkin tidak benar-benar memahami penemuan, tujuan, dan
proposal pengulas dalam, mereka tidak akan mengabaikannya. Ini karena
mereka mempercayai inward evaluator dan mempercayai laporan yang
disusun oleh inspektur interior. Perlu digarisbawahi bahwa papan bahaya
bukanlah interaksi statis, melainkan siklus unik, yang menciptakan bersama
peningkatan kesempatan untuk mengelola semua bahaya yang terjadi dan
peluang yang mempengaruhi pencapaian tujuan. Pada akhirnya, selama
latihan organisasi, latihan papan bahaya adalah teknik terorganisir yang
digunakan untuk menangani kerentanan yang terkait dengan bahaya.
Bahaya para eksekutif juga bisa dianggap sebagai perkembangan dari
23
latihan manusia yang diidentifikasi dengan evaluasi bahaya yang
menggunakan persetujuan atau pengawasan aset yang tersedia untuk
mengetahui metode dewan dan mengurangi peluang. Sistem pengendalian
bahaya yang dapat dilakukan mencakup pemindahan bahaya ke pertemuan
yang berbeda, menghindari bahaya, mengurangi efek negatif bahaya, dan
mengubah sesuai dengan sedikit atau keseluruhan hasil dari bahaya
tertentu. Mempertimbangkan semua sudut pandang, memutuskan prosedur
pengurangan bahaya adalah pilihan administrasi. Sasaran dari
mengeksekusi dewan bahaya adalah untuk mengurangi bahaya yang
berbeda terkait dengan zona yang dipilih ke tingkat yang sesuai dengan area
lokal. Ini dapat muncul sebagai berbagai jenis bahaya yang ditimbulkan oleh
iklim, inovasi, individu, asosiasi, dan masalah pemerintah. Kemudian lagi,
pemanfaatan bahaya para eksekutif mencakup setiap pengerahan tenaga
manusia, terutama untuk zat berbahaya pengurus (orang, pekerja dan
asosiasi).
Selain itu, menurut Brink (2001), proses manajemen risiko yang
efektif meliputi enam tahapan berikut)
1. Identifikasi risiko
Pada tahap ini manajemen harus bekerja keras untuk menentukan
semua risiko yang dapat mempengaruhi realisasi tujuan perusahaan.
Identifikasi risiko memerlukan penelitian dan metode yang cermat untuk
melihat dan mengidentifikasi potensi risiko utama di setiap area operasi.
Tahap ini bertujuan untuk mencatat semua risiko, terlepas dari apakah
risiko tersebut telah dikendalikan melalui pengendalian internal. Untuk
risiko yang selama ini dikendalikan oleh pengendalian internal,
24
manajemen biasanya mendemonstrasikan berdasarkan pengalaman dan
data historis. Sementara itu, untuk risiko-risiko yang belum terkendali atau
yang masih mungkin terjadi akan dilakukan pemodelan risiko, dengan
tujuan untuk memberikan situasi yang komprehensif dan menjadi dasar
analisis risiko.
2. Analisis risiko
Setelah mengidentifikasi risiko utama perusahaan, langkah
selanjutnya adalah menilai kemungkinan dan pentingnya risiko. Metode
yang dapat diterapkan sangat berbeda dengan teknik kualitatif rinci dan
analisis kuantitatif matematis. Tujuannya adalah untuk membantu
manajemen dalam menentukan risiko mana yang paling membutuhkan
perhatian
3. Penilaian risiko
Untuk mengelola risiko yang dihadapinya, perusahaan harus
menilai risiko tersebut terlebih dahulu. Risiko mana yang menjadi
ancaman terbesar bagi kinerja keuangan perusahaan secara
keseluruhan, sehingga langkah-langkah strategis dapat diambil untuk
mengelola risiko tersebut. Penerapan manajemen risiko di suatu
perusahaan merupakan tanggung jawab manajemen. Dalam menilai
risiko, manajemen akan menerapkan proses membandingkan tingkat
risiko dengan standar risiko pada dasar yang sama. Hasil penilaian risiko
mencantumkan daerah-daerah yang dianggap berisiko tinggi dalam
bentuk daftar prioritas yang akan ditindaklanjuti saat melakukan
pemantauan terhadap daerah-daerah berisiko rendah. Salah satu metode
yang dapat digunakan perusahaan dalam penilaian risiko adalah dengan
25
menggunakan metode matriks, di mana unit-unit bisnis organisasi
disusun, dan risiko-risiko dimasukkan dalam baris horizontal dan vertikal.
Kemudian, manajemen akan mengevaluasi risiko untuk setiap jenis risiko
di masing-masing unit bisnis, dan akan menghitung hasil di sel-sel di
mana merah mewakili risiko tinggi, kuning mewakili risiko sedang, dan
hijau mewakili risiko rendah.
4. Tindakan berisiko
Manajemen menghadapi pilihan lain dalam menghadapi risiko,
yaitu:
a. Hindari resiko
Kadang-kadang, bahayanya tidak main-main dan harus
disingkirkan. Jika bahaya suatu aksi tinggi, maka penting untuk
memikirkan sudut pandang lain, lebih spesifik apa yang akan diperoleh
dengan tetap dinamis, sehingga cenderung ditentukan apakah
pergerakan tersebut harus diperluas. Dengan menghentikan latihan
yang mengacaukan potensi, peluang melewatkan peluang besar
diabaikan. Bagaimanapun, kekurangannya adalah hal itu juga dapat
menyebabkan hilangnya keuntungan. Latihan yang tidak aman bisa
sangat produktif. Selanjutnya, sistem ini sangat baik bila digunakan jika
semuanya gagal.
b. Transfer risiko ke pihak ketiga
Ide dengan perlindungan. Kontrak perlindungan pada dasarnya
memindahkan bahaya yang dimulai dengan satu pengumpulan lalu ke
pengumpulan berikutnya dengan imbalan biaya. Misalnya, jika Anda
memiliki rumah, ada bahaya kebakaran, pencurian, atau bahaya
26
lainnya yang tinggi. Dengan mengikuti rencana perlindungan, Anda
dapat memindahkan bahaya ini ke agen asuransi. Jika terjadi musibah,
lembaga asuransi akan menanggung musibah tersebut.
c. Kelola risiko
Akibatnya, dalam kasus yang oke, langkah terbaik adalah
menangani kasus bahaya itu. Misalnya, terbukti bahwa usaha dan
kerangka kerja modern dapat membatasi bahaya ini, kemungkinan
memiliki bahaya kritis. Dengan tujuan agar diperhitungkan secara
umum aman juga. Kasus seperti ini memungkinkan administrator untuk
mengetahui dan menangani bahaya ini.
5. Pemantauan dan review
Para eksekutif secara konsisten menyaring dan mengaudit
setiap bahaya saat ini serta peluang dan kecukupan kontrol internal,
apakah kontrol internal yang ada memadai untuk mengawasi dan
mencegah bahaya di dalam organisasi atau tidak.
6. Komunikasi dan konsultasi
Pada tahap ini, manajemen akan terus mengkomunikasikan
risiko dan berkonsultasi dengan setiap departemen bisnis di
perusahaan tentang cara mengelola risiko. Pada saat yang sama,
dalam penerapan manajemen risiko, audit internal diharapkan dapat
membantu mengidentifikasi dan mengevaluasi risiko, serta
meningkatkan kualitas manajemen risiko melalui saran dan solusi
sehingga berperan aktif. Terkait tata kelola perusahaan, audit internal
diharapkan dapat memperbaiki proses tata kelola yang ada dengan
27
melakukan penilaian serta memberikan saran dan solusi, sehingga
membantu memberikan kepercayaan terhadap penerapan tata kelola.
12. Definisi risiko
Menurut (Asiyanto, 2009), risiko adalah peristiwa potensial yang dapat
dihindari atau dihindari seminimal mungkin, sehingga dampaknya
setidaknya dapat diterima sesuai dengan rencana kami atau dalam kisaran
yang dapat diterima, dan tidak akan mengganggu secara signifikan
Menentukan tujuan.
13. Jenis risiko perusahaan
Dalam buku “Project worker Danger The board” (Asiyanto, 2009)
disebutkan bahwa: ketika semua dikatakan selesai, bahaya bisnis
(organisasi) dapat dibagi menjadi dua kelas, khususnya
a. Risiko keuangan (risiko keuangan)
Risiko keuangan dapat dibagi menjadi 4 sub-kategori:
1. Risiko pasar, yaitu risiko kerugian finansial yang disebabkan oleh
perubahan nilai aset yang dijual (aset yang dapat diperdagangkan)
2. Risiko piutang usaha (risiko kredit), yaitu risiko kerugian finansial yang
disebabkan kegagalan klaim piutang yang ada.
3. Risiko operasional (Operational risk) adalah risiko kerugian finansial
akibat kegagalan perusahaan dalam mengoperasikan.
4. Risiko Reputasi, yaitu risiko kerugian finansial akibat hilangnya
peluang usaha yang disebabkan oleh turunnya reputasi perusahaan
b. Dari segi risiko non keuangan dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
28
1. Perspektif mikro, yaitu merupakan risiko yang timbul akibat
ketidakjelasan dari faktor internal perusahaan, misalnya: personel,
alur, peristiwa, sistem dan teknologi.
2. Dari segi mikro, risiko yang timbul akibat ketidakjelasan suatu
keadaan diluar sebuah perusahaan (misalnya pemerintahaan, area
perindustrian lokal, area priindustrian internasional, dan lingkungan
masyarakat).
14. Peran audit internal dalam proses manajemen risiko
Bagian dari evaluator dalam bahaya, dewan bergeser dari organisasi ke
organisasi. Ini karena rumitnya berbagai bahaya. Dengan kerumitan yang
berkembang dari bahaya perusahaan interior dewan, tugas tinjauan batin
dalam bahaya perusahaan para eksekutif kadang-kadang akan berubah.
(Karmudiandri, 2014))
Sesuai (Karmudiandri, 2014) bagian dari tinjauan interior dalam
bahaya yang digabung oleh dewan latihan:
a. Peninjauan batin nol dalam pekerjaannya di zona bahaya utama, untuk
mempermudah dewan mengenali bahaya ini.
b. Memeriksa aktivitas bahaya para eksekutif di seluruh asosiasi,
c. Beri penegasan untuk membahayakan papan,
d. Tawarkan bantuan dan ambil bagian secara efektif dalam bahaya siklus
eksekutif,
e. Penilaian bukti / bahaya yang dapat dikenali sebelumnya dan pelatihan
administrasi online dalam bahaya dewan dan kontrol ke dalam,
f. Mengorganisir laporan bahaya kepada kepala, kepala, dewan peninjau
dan organisasi yang berbeda.
29
Penilaian inward inspektur tentang latihan perbankan mengingat
kekurangan pengendalian batin, namun juga mengingat ketidakcukupan
untuk bahaya kerangka dewan. Inspektur interior adalah alat dari staf
manajerial puncak untuk menjamin bahwa semua kantor organisasi
memiliki pemahaman yang sama tentang bahaya. (Karmudiandri, 2014).
Pekerjaan tinjauan batin dalam bahaya eksekutif adalah bahaya
siklus dewan. Intinya adalah untuk memastikan bahwa bahaya siklus
papan bekerja seperti yang diharapkan dan dapat mencapai tujuan dalam
asosiasi. Interaksi evaluasi bahaya yang dilakukan dewan direksi dimulai
dengan membedakan semua bahaya yang diterapkan oleh para
pengurus, kemudian menggunakan teknik review berbasis bahaya
dengan memperhatikan bahaya yang mendasar, yaitu secara spesifik
serangkaian tahapan yang berisi inovasi dan metodologi pengecekan.
dari bank tertentu. Untuk peluang-peluang yang ada dalam latihan bisnis
keuangan, setelah membedakan bahaya-bahaya ini, pertama-tama fokus
pada penilaian bahaya dari setiap unit kerja yang diperiksa, kemudian
uraikan evaluasi potensi kemalangan dan ukuran kemalangan, yang
dituangkan dalam tinjauan tahunan merencanakan dan meninjau rencana
keuangan. Kirimkan ke grup penasihat dan staf manajerial puncak untuk
mendapatkan dukungan. (Karmudiandri, 2014)
Tinjauan ke dalam mencirikan cakupan tinjauan dari setiap
tindakan yang dapat diaudit, pusat tinjauan dan metode tinjauan yang
diatur, dan rencana tinjauan. Tinjauan batin akan mengaudit perintah ke
dalam atas bahaya yang baru-baru ini dikenali dan mengawasi pergantian
kejadian dan penentuan bahaya yang dipilih oleh strategi eksekutif oleh
30
dewan. (Karmudiandri, 2014) Terlebih lagi, mengamati pameran dan
pemanfaatan bahaya strategi para eksekutif dalam bahaya pengurus
yang ada saat ini untuk melihat kelangsungan penggunaan teknik-teknik
tersebut. Audit tinjauan ke dalam ini akan mengumpulkan dan
menunjukkan setiap penemuan. Apakah ada penyimpangan dari standar
dan teknik saat ini, dan apakah hasilnya dicatat atau diarsipkan dengan
tepat, pemeriksa interior akan mengatur laporan bahaya kepada
direktorat, kepala dan dewan peninjau. (Karmudiandri, 2014)
Pekerjaan tinjauan interior memberikan metodologi sehingga
kekuatan batin atas bahaya pengaturan, siklus papan dapat mengurangi
bahaya ke tingkat yang memadai. Berbicara secara ekstensif, dalam
melaksanakan pekerjaan tinjauan batin, seperti yang ditunjukkan oleh
(Karmudiandri, 2014) sejauh mana inward review dilakukan
terhadap bank dan cabangnya
a. Menilai kesesuaian konstruksi kontrol ke dalam untuk memutuskan
sejauh mana kerangka tersebut ditetapkan untuk berhasil dan dapat
diandalkan untuk sepenuhnya menjamin bahwa target Bank Dunia
dapat dicapai secara memadai dan secara moneter;
b. Menilai kelayakan desain kontrol interior untuk memutuskan sejauh
mana desain tersebut bekerja dengan benar;
c. Dewan menilai sifat bahaya untuk memutuskan sejauh mana bahaya
yang ada telah dikenali dan diawasi secara wajar, sehingga orang
pada umumnya dapat yakin bahwa target Bank Dunia dapat menjadi
luar biasa dapat dicapai secara terus-menerus;
31
d. Memperkuat administrasi perusahaan yang hebat melalui ulasan yang
kuat
B. Tinjaun Empiris
Tabel 2.1
Penelitian terdahulu
No Penelitian Judul Metode Hasil Penelitian
1 Yosua
Hasanambungan
Nainggolan
(2013)
Pengaruh
Keterlibatan
auditor
internal
dalam
manajemen
risiko
perusahaan
Metode yang
digunakan
dalam
penelitian ini
adalah
metode anova
dua arah
Tingginya
keterlibatan auditor
internal dalam
manajemen risiko
perusahaan
berdampak negatif
terhadap pelaporan
prosedur risiko,
sedangkan
karakteristik
hubungan antara
auditor internal
dengan komite
tidak berdampak
pada pelaporan
prosedur risiko.
Makna penting dari
penelitian ini
adalah bahwa
32
auditor internal
tidak perlu terlalu
dilibatkan dalam
proses dan
objektivitas
manajemen risiko,
walaupun memiliki
hubungan yang
erat dengan komite
audit harus selalu
dibuktikan
2 Romual Christo
(2012)
Peran audit
internal
dalam proses
manajemen
risiko pada
Pt. X
Penelitian ini
menggunakan
metode
penelitian
kualitatif
Peran audit internal
dalam proses
manajemen risiko
perusahaan adalah
mengevaluasi
pelaksanaan
proses manajemen
risiko departemen
keuangan dan
memberikan
jaminan penuh
kepada
manajemen untuk
memastikan bahwa
33
proses manajemen
risiko sudah benar
dan diterapkan
sepenuhnya untuk
mengelola risiko
keuangan utama di
perusahaan. dan
memberikan
perbaikan dan
rekomendasi untuk
mengembangkan
proses manajemen
risiko.
3 Arwin
Kamudiandry
(2014)
Peran audit
internal
dalam
manajemen
risiko Bank
Penelitian ini
menggunakan
metode
kuantitatif
Audit internal bank
telah memberikan
kontribusi yang
sangat baik
terhadap
manajemen risiko,
khususnya
manajemen kredit,
kredit bermasalah
turun signifikan
menjadi 1,09%
pada akhir
34
Desember 2008,
yang membuktikan
hal tersebut.
Prinsip mengetahui
nasabah
merupakan bagian
tak terpisahkan dari
bank yang belum
mengeluarkan
prosedur
manajemen risiko
dan informasi risiko
secara
keseluruhan.
Departemen audit
berbasis risiko,
pelaksanaan dan
pelaporan audit
telah dilakukan
sesuai dengan
standar
pelaksanaan fungsi
audit internal bank
yang ditetapkan
oleh BI.
35
4 Syahris, SE
(2013)
Peran auditor
internal dan
sistem
pengendalian
–internal
(SPI) dalam
pengelolaan
risiko di
lembaga
keuangan
syariah
Metode
analisis
deskriptif
Auditor internal dan
sistem
pengendalian
internal (SPI)
memainkan peran
penting dalam
proses manajemen
risiko lembaga
keuangan Islam
5 Kurniawati SE,
M. AK
Enterprise
Risk
Manajement
(ERM) serta
peranan
internal audit
dalam
Enterprise
Risk
Manajement
Metode
Kuantitatif
ERM hanyalah alat
/metode, dan
keberhasilannya
sangat bergantung
pada peran pihak
yang merancang
kerangka ERM
untuk
menyesuaikan
dengan kebutuhan
perusahaan.Partai
tersebut
menjalankan ERM
sesuai dengan
36
saluran yang telah
ditentukan dan
pihak yang
independen dan
obyektif, yaitu,
auditor internal.,
Bertanggung jawab
untuk memantau
dan mengevaluasi
apakah proses
ERM telah
beroperasi secara
efektif
Yosua Hasudungan Nainggolan mengarahkan investigasi bertajuk
"Pengaruh Kepentingan Inward Evaluator dalam Bahaya Organisasi Para
Eksekutif". Hasil penelitian menunjukkan bahwa investasi yang tinggi dari
evaluator ke dalam dalam bahaya perusahaan para eksekutif sebaliknya
mempengaruhi laporan ukuran bahaya, sedangkan kualitas hubungan
antara peninjau interior dan dewan peninjau tidak berdampak pada laporan
ukuran bahaya. Pentingnya penyelidikan ini adalah bahwa penguji internal
tidak harus terlalu terkait dengan bahaya siklus dewan, meskipun mereka
memiliki hubungan yang nyaman dengan kelompok penasihat ulasan,
mereka harus secara konsisten memikirkan tingkat tujuan mereka
(Nainggolan, 2013).
37
Eksplorasi yang disutradarai oleh Romual Christo bertajuk "The Job
of Inward Review in the Danger The Executive Interaction" di PT. X. Bahwa
tinjauan ke dalam mengambil bagian dalam menilai konsekuensi
penggunaan dalam bahaya siklus eksekutif di divisi moneter. Kemudian
tinjauan ke dalam memberikan konfirmasi kepada para eksekutif bahwa
siklus tinjauan yang telah diaktualisasikan telah dilakukan sesuai dengan
apa yang telah diselesaikan dan dapat mengawasi bahaya moneter di
dalam organisasi. Selanjutnya, tinjauan internal mengusulkan dewan untuk
meningkatkan dan menciptakan bahaya tindakan eksekutif (Christo, 2012).
Ujian yang disutradarai oleh Arwina Karmudiantry bertajuk "Bagian
Review Interior dalam Dewan Bahaya Bank". Hasilnya menunjukkan
bahwa tinjauan interior Bank Dunia telah membuat komitmen yang sangat
baik untuk administrasi peluang, terutama risiko kredit kepada para
eksekutif, hal ini dapat menunjukkan bahwa per Desember 2008 proporsi
kemajuan yang tidak berjalan berkurang secara fundamental menjadi
1,09%. Memahami standar Anda dan pelanggan Anda adalah bagian
penting dari pedoman yang telah ditetapkan seluruhnya saat menilai
bahaya siklus eksekutif, divisi tinjauan ke dalam harus mengikuti rencana
tinjauan berbasis bahaya. Inward review telah melakukan review dan
laporan sesuai dengan apa yang dikendalikan oleh bank bisnis global
(Karmudiandri, 2014)
Eksplorasi yang dipimpin Syahris ini memanfaatkan strategi
pengujian yang memukau bernama "tugas peninjau batin dan kerangka
kendali interior (SPI) dalam bahaya dewan organisasi moneter Islam". Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ada dua bidang yang dimasukkan dan
38
dianggap berperan penting dalam menangani bahaya bahaya dalam
yayasan moneter Islam. khususnya kerangka kontrol ke dalam (SPI) dan
peninjau batin.
Eksplorasi yang disutradarai oleh Kurniawati,SE,M.Ak bertajuk
"Endeavour Danger The Board (ERM)" dan menggunakan strategi
kuantitatif untuk mempertimbangkan "pekerjaan inner review dalam
bahaya korporasi bagi para eksekutif". Hasil penelitian menunjukkan
bahwa ERM hanyalah sebuah aparatur / teknik, kemakmurannya umumnya
bertumpu pada pemenuhan kebutuhan organisasi. Bagian dari individu
yang merencanakan struktur ERM adalah bahwa pekerja yang
bertanggung jawab untuk menyelesaikan ERM bergantung pada saluran
apa yang telah diselesaikan dan perwakilan yang tidak terikat dan obyektif,
khususnya tinjauan ke dalam. bertanggung jawab atas pemeriksaan dan
penilaian pelaksanaan ERM agar penyuluh agr dapat berjalan dengan baik
(Kurniawati, SE, M. Ak. 2010).
C. Kerangka fikir
(Masiman, 2017) Auditor dapat berperan sebagai penyedia informasi
bagi perusahaan-perusahaan yang menginginkan dari lembaga yang tidak
terikat apapun dan obyektif. Sebagai seorang manajer senior, ia mutlak perlu
melapor sebagai tanggung jawab kepada perusahaan. Jika laporan disediakan
oleh staf, diasumsikan bahwa laporan pertanggungjawaban dapat "dipalsukan".
Auditor internal dapat bertindak sebagai organisasi yang independen dan
obyektif untuk menghasilkan laporan yang dapat dilaporkan untuk mengurangi
risiko ini. Dari hasil laporan yang telah dikerjakan oleh auditor internal kemudian
39
mengeluarkan saran atau penilaian sebagai bahan untuk perbaikan untuk
perusahaan agar yang diharapkan dapat tercapai
Keberadaan auditor internal membuatnya tidak efisien dan hemat biaya
sehingga meminimalkan risiko kerugian bagi perusahaan. Dalam sebuah
perusahaan sudah keharusan bagi perusahaan untuk melakukan audit internal
untuk mengembangkan manajemen mutu. Tetapi berdasarkan kebutuhan
perusahaan audit internal dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan
perusahaan. Kerugian yang mungkin terjadi disebut risiko-risiko , yaitu kerugian
secara menyeluruh yang bisa menyebabkan kerugian bagi perusahaan, oleh
karena itu risiko disebut juga dampak dari suatu kemungkinan atau tindakan
atau peristiwa, dan dampaknya dapat berlawanan dengan tujuan. mencapai.
(Nawatri, topowijono dan Husaini, 2015).
Untuk mengendalikan risiko risiko maka pihak manajemen risiko
melakukan pengendallian risiko kredit dengan melewati berbagai rankaian
proses manajemen risiko. hal pengendalian risiko kredit, efektivitas yang terkait
dengan proses manajemen risiko bank adalah upaya yang dilakukan untuk
menggunakan sumber daya teknis secara tepat agar tercapai tujuan yang telah
ditetapkan (yaitu meminimalkan risiko kredit). (Nawatri, topowijono dan Husaini,
2015) Dari hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa keikutsertaan audit
internal dalam proses manajemen risiko pada perusahaan termasuk bank akan
menghasilkan efektivitas, yaitu kesesuaian antara rencana dan realisasi tujuan.
40
BAB III
METODE PENELITIAN A. Jenis Peneilitian
Dalam melaksanakan penelitian ini penelit menggunakan metode
kualitatif ini bertujuan untuk memberikan gambaran yang sebenarnya tentang
objek penelitian dengan data-data yang diproleh, kemudian diolah dan
dianalisis, dan menyimpulkan hasil penelitian . Tujuan dari penelitian kualitatif
deskriptif adalah untuk mendeskripsikan, mendeskripsikan atau
menggambarkan fakta secara sistematis dan akurat
B. Tempat dan waktu penelitian
Untuk mempertimbangkan data yang diperoleh maka pemilihan lokasi
penelitian sangat penting dilakukan, sehingga penelitian ini dilakukan di cabang
PT. Bank Rakyat Indonesia yang beralamat di jl. Ahmad Yani, Manurunge 11,
Tante Riattang Barat, Provinsi Sulawesi Selatan. Proyek penelitian tersebut
berlangsung sekitar dua bulan. Tujuan penentuan lokasi penelitian ini adalah
untuk mempromosikan atau mempercepat objek yang menjadi sasaran
penelitian. Oleh karena itu, penelitian akan difokuskan pada masalah utama
C. Fokus penelitian
Fokus penelitian ini adalah peran audit internal dalam proses
manajemen risiko PT. Bank Rakyat Indonesia, cabang Watampone
D. Jenis dan sumber data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Data utama adalah data langsung dari narasumber yang merupakan
perantara.Data utama adalah data lisan atau kata kerja, gerak tubuh atau
bentuk perilaku yang diberikan oleh subjek yang dipercaya (dalam hal ini
subjek penelitian) Variabel sedang dipelajari.
41
b. Data Sekunder, merupakan data-data yang dapat diperoleh dari sumber-
sumber lain. Ini termasuk tinjauan pustaka dari penelitian ini. Ini termasuk
tinjauan pustaka dengan menggunakan berbagai buku, jurnal, hasil
penelitian sebelumnya dan artikel terkait sebagai bahan referensi.
Menafsirkan dan menganalisis data utama.
E. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan ini adalah
a. Wawancara
Wawancara adalah untuk memperoleh informasi tentang tujuan
penelitian melalui tanya jawab dengan narasumber, sehingga pengumpulan
data tentang makna topik tertentu dapat dibangun. Gunakan alat bantu
berupa pedoman wawancara untuk wawancara terstruktur.
b. Observasi
Mengamati langsung berbagai departemen perusahaan untuk
mendapatkan bukti dan konfirmasi permasalahan PT Bank Rakyat
Indonesia.
c. Dokumentasi
Berupa bukti fisik bahwa peneliti benar-benar pernah melakukan
observasi di lapangan. Dokumen penelitian dapat berupa foto atau gambar,
yang dapat meningkatkan hasil penelitian di bidang ini
42
Tabel 2.2 Pedoman wawancara
no Pertayaan
1 Apa risiko pemberian kredit?
2
Bagaimana auditor internal berpartisipasi dalam proses manajemen
risiko kredit?
3
Bagaimana audit internal mengontrol proses manajemen risiko
kredit?
4 Apakah hasil audit akan mempengaruhi risiko kredit?
F. Instrumen peneitian
Alat penelitian adalah alat yang digunakan dalam pekerjaan penelitian
untuk mengumpulkan data, sehingga dapat dilakukan kegiatan yang
sistematis.Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan alat penelitian
berupa pedoman wawancara dan menggunakan media seperti alat perekam
dan kamera yang ada di lokasi pengambilan gambar. Waktu penelitian
G. Metode analisis
Atas dasar penelitian kualitatif, metode analisis yang digunakan adalah
dengan menganalisis hasil wawancara yang diperoleh dari auditor internal PT.
Bank Rakyat Indonesia, cabang Watampone. Menurut (Miles dan Huberman)
kegiatan analisis meliputi tiga kegiatan simultan yaitu reduksi data, penyajian
data dan penarikan kesimpulan / verifikasi; teknik analisis data yang digunakan
dalam penelitian kualitatif adalah hasil wawancara, reduksi data, analisis, dan
interpretasi data. Dan triangulasi. Kesimpulan dapat diambil dari hasil analisis
data. Berikut ini adalah teknik analisis data yang digunakan peneliti.
43
a. Reduksi Data
Reduksi data bukanlah suatu hal yang terpisah dari analisis.Reduksi
data diartikan sebagai Proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yangmuncul
dari catatan catatan tertulis di lapangan. Kegiatan reduksi data berlangsung
terus menerus, terutama selama proyek yang berorientasi kualitatif
berlangsung atau selama pengumpulan data. Selama pengumpulan data
berlangsung, terjadi tahapan reduksi, yaitu membuat ringkasan, mengkode,
menelusuri tema, membuat gugus gugus, membuat partisi, dan menulis
memo. Reduksi data adalah suatu bentuk analisis yang memungkinkan
kesimpulan akhir ditarik dan diverifikasi, dengan demikian mempertajam,
mengklasifikasikan, membimbing, menghapus konten yang tidak perlu, dan
mengatur data. Setelah penelitian lapangan, proses reduksi atau konversi
data ini akan berlanjut hingga laporan akhir selesai dibuat. Oleh karena itu,
penelitian kualitatif dapat disederhanakan dan diubah dengan banyak cara
b. Triangulasi
Teknik yang berbeda (Nasution, 2003: 115) dapat digunakan untuk
triangulasi yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi. Selain
pengecekan kebenaran data, triangulasi juga dilakukan untuk memperkaya
data. Selain itu, triangulasi juga dapat digunakan untuk mengetahui
efektivitas interpretasi peneliti terhadap data, karena triangulasi bersifat
reflektif. Sementara itu, dalam penjelasan Tedi Cahyono, triangulasi kualitatif
merupakan proses yang harus dilalui peneliti antara lain proses yang
menentukan keabsahan informasi yang diperoleh kemudian menyusunnya
dalam penelitian. Teknologi pemeriksaan validitas data, yang menggunakan
44
hal-hal selain data untuk memeriksa atau membandingkan dengan data.
Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan adalah memeriksa melalui
sumber lain. Model triangulasi diusulkan untuk menghilangkan dikotomi
antara metode kualitatif dan metode kuantitatif, sehingga dapat menemukan
teori yang sesuai. Tujuan umum triangulasi adalah untuk meningkatkan
kemampuan teori, metode dan interpretasi penelitian (Murti B., 2006). Oleh
karena itu, triangulasi sangat penting dalam menjembatani dikotomi antara
penelitian kualitatif dan kuantitatif, dan pengumpulan data (triangulasi)
melibatkan observasi, wawancara, dan dokumentasi (Yin R.K, 2003).
Penyajian data merupakan kegiatan terpenting kedua dalam penelitian
kualitatif. Penyajian data yaitu sebagai sekumpulan informasi yang
terstruktur dapat menarik kesimpulan dan mengambil tindakan (Ulber
Silalahi, 2009: 340).
3. Menarik kesimpulan
Tahap terakhir dalam menganalisis data adalah menarik kesimpulan
dan memverifikasi data. Setelah mengumpulkan data-data yang dibutuhkan
untuk penelitian, peneliti mulai mencari makna objek, mencatat data secara
tertib, mengoreksi polanya, memberikan penjelasan, dan mencari sebab dan
akibat dari masalah tersebut. Kesimpulan yang awalnya tidak jelas akan
menjadi jelas dan rinci. Kemudian pada saat melakukan penelitian,
kesimpulan akhir berupa observasi dan rekaman dari serangkaian rekaman
lapangan. Kemudian mengaitkan observasi dan catatan dokumen hasil
wawancara dengan informan untuk memperkuat kesimpulan akhir yang
diperoleh selama proses penelitian.
45
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran objek penelitian
a. Sejarah objek Penelitian
Bank Rakyat Indonesia (selanjutnya disebut BRI) merupakan bank
kepemilikan negara yang terbesar di indonesia yang didirikan oleh Raden
Bei Aria Wirjaatmadja di Purwokerto, Jawa Tengah, dengan nama Hulp-en
Spaarbank der inlandsche Besturs Ambtenaren atau Bank Bantuan dan
Tabungan (Indonesia) milik Priyayi. Berdiri pada 16 Desember 1895,
kemudian dijadikan sebagai hari lahir BRI. Setelah Indonesia merdeka,
berdasarkan peraturan pemerintah tanggal 1 Januari 1946, Pasal 1
menyebutkan bahwa prakarsa “One Belt One Road” merupakan bank
pemerintah pertama di Republik Indonesia. Selama perang untuk
mempertahankan kemerdekaan pada tahun 1948, aktivitas "Belt and Road
Initiative" dihentikan untuk jangka waktu tertentu. Baru setelah
penandatanganan Perjanjian Renville pada tahun 1949, namanya diubah
menjadi "Union Bank Indonesia" . Saat itu, melalui nomor PERPU tersebut,
pada tahun 1960 dibentuklah 41 bank koperasi petani dan nelayan (BKTN)
yang merupakan hasil merger antara BRI, Bank Tani Nilayan dan
Nederlandsche Maatschappij (NHM). Kemudian, sesuai Keputusan Presiden
(Penpres) tanggal 9 September 1965, BKTN dilebur menjadi Bank Indonesia
dengan nama Bank Indonesia Urusan Tani dan Koperasi Nelayan
Setelah sebulan beroperasi, Penpres No. 17 17 tahun 1965 memuat
pendirian bank tunggal atas nama Bank Rakyat Indonesia. Dalam peraturan
baru ini, Bank Indonesia Koperasi, Petani dan Nelayan (dahulu BKTN)
46
digabung dengan Divisi II Bank Rakyat Indonesia di perdesaan, dan Badan
Kesehatan dan Pelayanan menjadi Bank Rakyat Indonesia untuk ekspor. ,
bidang impor dan ekspor (impor dan ekspor) Departemen II. Menurut
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1967, Undang-Undang Dasar Perbankan
dan Undang-Undang Bank Sentral tanggal 13 tahun 1968, pada dasarnya
memulihkan Bank Indonesia sebagai bank sentral dan Bank Rakyat
Republik Indonesia serta departemen impor dan ekspor. departemen,
masing-masing departemen dibagi menjadi dua bank, yaitu Bank Rakyat
Indonesia dan Bank Ekspor-Impor Indonesia. Selain itu, sesuai undang-
undang nomor 21 tahun 1968, misi utama BRI sebagai bank umum kembali
dibentuk.
Sejak 1 Agustus 1992, status BRI berubah menjadi perseroan
terbatas sesuai dengan SK No. 7 Tahun 1992 dan UU Perbankan 21 Tahun
1992. Selama ini PT. BRI (Persero) didirikan pada tahun 1895 dan
berkomitmen untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat kecil,
termasuk pelayanan kredit untuk kelompok wirausaha kecil. Hal ini antara
lain tercermin dari penerbitan KUK (Kredit Usaha Kecil) yang berkembang
menjadi Rp pada tahun 1994. 6.4198 milyar ditambah menjadi Rp. Rs 82.311
crore pada tahun 1995 dan 1999 sampai September. 20.466 miliar.
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk tercatat di Bursa Efek
Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES) pada tanggal 10 November
2003, mengukir sejarah dengan menerbitkan saham untuk pertama kalinya.
Setelah resmi tercatat di Bursa Efek Jakarta (BEJ) sebagai emiten atas
nama saham BBRI. Penerbitan saham perdana ini kemudian dilakukan
pengambilan dana, mendistribusikan surat-surat konfirmasi jatah kepad
47
pihak investor. Saham yang didistribusikan dengan elektronik kemudian
malakukan pembayaran kepada pemerintah.
1. Visi dan Misi
a. Visi
Visi BRI adalah menjadi bank umum terkemuka yang selalu
mengutamakan kepuasan nasabah.
b. Misi
1. Memberikan pelayanan prima Melakukan kegiatan perbankan yang
terbaik dengan mengutamakan pelayanan kepada usaha mikro, kecil
dan menengah untuk menunjang perkembangan ekonomi masyarakat.
2. kepada semua nasabah melalui jaringan kerja yang tersebar luas dan
didukung oleh sumber daya manusia yang profesional dengan
melaksanakan Good Corporate Governance.
3. Memberikan keuntungan dan manfaat optimal kepada pihak-pihak
yang berkepentingan.
3. struktur organisasi PT.bank rakyat indonesia Cab. Watampone
Organisasi adalah tempat yang teridiri dari fungsi fungsi dari
beberapa SDM perusahaan untuk mencapai apa yang telah ditetapkan. Dan
mempermudah seluruh kegiatan kegiatan agar tercapai tujuan bersama
secara maksimal dan efektif
48
49
B. Hasil penelitian dan pembahasan
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif, untuk itu mendapatkan
informasi dilakukan wawancara terbuka kepada responden atau dari pihak bank
itu sendiri yaitu ;
Berdasarkan hasil wawancara dari pihak Bank Rakyat Indonesia
Cabang watampone yaitu bapak Nur Akram Ahmad selaku audit internal pada
tanggal 16 desember 2020 dengan pertanyaan : risiko apa saja kah yang
ditemukan dalam pemberian kredit ?
Adapun jawaban dari bapak Nur Akram Ahmad menjelaskan bahwa:
“Ada beberapa risiko yang bisa muncul dalam pemberian kredit diantaranya: 1. Risiko operasional, seperti pemberian pinjaman tidak sesuai dengan prosedur Bank BRI karena kurangnya pendalaman informasi terhadap pihak debitur. 2. Risiko kredit itu sendiri, seperti iuran nasabah yang macet yang diakibatkan oleh beberapa faktor, seperti bencana alam ataupun kebijakan ekonomi”.
Dari penjelasan diatas diketahui bahwa risiko tersebut dapat
menimbulkan kredit. Namun untuk mengurangi risiko kredit tersebut maka
dilakukan penjadwalan ulang (menstrukturisasi) seperti, diberi keringanan tidak
melakukan pembayaran selama 12 bulan atau tidak melakukan pembayaran
selama enam bulan tergantung dari analisis dari pihak lapangan bank BRI.
Kemudian pertayaan selanjutnya pada tanggal 16 desember 2020
mengenai : bagaimanakah keterlibatan auditor internal dalam proses
manajemen risiko kredit ?
Adapun jawaban dari bapak Nur Akram Ahmad menjelaskan bahwa:
“Bahwa auditor internal sangat berperan penting dalam meminimalisir kemungkinan terjadinya risiko kredit. Dimana Audit internal berperan untuk mendukung keberjalanan manajemen risiko sebagai fungsi controlling dan yang menjamin bank berjalan sesuai dengan perencanaan dan mengarah kepada tujuan yang ingin dicapai”.
50
Dari penjelasan diatas diketahui bahwa audit internal memiliki peran
yang sangat penting sehingga untuk meminimalisir kemungkinn terjadinya
risiko kredit, audit internal berperan untuk mendukung keberjalanan
manajemen risiko sebagai fungsi controlling dan menjamin bank berjalan sesuai
dengan perencanaan dan mengarah kepada tujuan ingin yang dicapai. auditor
internal kemudian menyalurkan pendapat dan merekendasikan atau
memberikan saran atau penialaian sebagai bahan untuk perbaikan kepada
pihak manajemen risiko
Pertanyaan selanjutnya pada tanggal 16 desember 2020 yaitu :
bagaimanakah upaya yang dilakukan audit internal dalam mengendalikan
proses manajemen risiko kredit ?
Adapun jawaban dari bapak Nur Akram Ahmad menjelaskan bahwa:
“untuk mengendalikan proses manajemen risiko kredit, audit internal memberikan penilaian efektivitas atau memberikan rekomendasi untuk digunakan pihak manajemen dalam meningkatkan efektivitas pengelolaan risiko-risiko”.
Dari penjelasan diatas diketahui bahwa audit internal memberikan
pengaruh penting terhadap risiko-risiko yang kemungkinan terjadi. Hasil
tersebut digunakan pihak manajemen untuk Memperbaiki atas yang telah
disarankan oleh pihak manajemen risiko kredit. Kemudian pihak manajemen
risiko mengelola risiko tersebut agar dapat berjalan denga efektiif
Pertanyaan selanjutnya pada tanggal 16 desember 2020 yaitu :
apakah hasil audit internal mempengaruhi risiko-risiko kredit yang akan terjadi?
Adapun jawaban dari bapak Nur Akram Ahmad menjelaskan bahwa:
“sangat berpengaruh karena hasil audit tersebut digunakan sebagai bahan perbaikan atau evaluasi agar suatu kejadian tidak terulang lagi”.
51
Dari penjelasan diatas diketahui bahwa hasil audit internal member
gambaran atas risiko kredit yang kemungkinan bisa terjadi sehingga hasil audit
internal tersebut digunakan oleh pihak manajemen sebagai bahan perbaikan
atau evaluasi agar dapat meminimalisir kemungkinan terjadinya risiko-risiko
kredit yang sama.
a. Proses manajemen risiko
1. Identifikasi risiko
Pada tahap ini dewan harus melakukan upaya yang kuat untuk
memutuskan semua bahaya yang dapat mempengaruhi pengakuan
tujuan organisasi. ID Bahaya memerlukan eksplorasi dan strategi yang
cermat untuk menemukan dan membedakan bahaya signifikan yang
diharapkan dalam semua aspek operasi. Tahap ini berarti mencatat
semua bahaya, baik bahaya ini telah dikendalikan melalui pengendalian
batin atau belum. Untuk bahaya yang telah dibatasi oleh kendali ke dalam,
papan biasanya menunjukkan ketergantungan pada pengalaman dan
informasi yang dapat diverifikasi. Untuk sementara, untuk bahaya yang
belum terjadi atau masih rawan terjadi, akan dilakukan peragaan bahaya
untuk memberikan data yang lengkap, yang akan menjadi alasan
dilakukannya investigasi bahaya.
2. Analisi risiko
Setelah mengidentifikasi risiko utama perusahaan, langkah
selanjutnya adalah menilai kemungkinan dan pentingnya risiko. Metode
yang dapat diterapkan sangat berbeda dengan teknik kualitatif rinci dan
analisis kuantitatif matematis. Tujuannya adalah untuk membantu
52
manajemen menentukan risiko mana yang paling membutuhkan
perhatian.
3. Penilaian risiko
Untuk menghadapi bahaya yang dihadapinya, organisasi harus
terlebih dahulu mengevaluasi bahaya ini. Bahaya mana yang merupakan
bahaya terbesar bagi organisasi dalam presentasi moneter secara umum,
sehingga kemajuan penting dapat diambil untuk menangani bahaya ini.
Pemanfaatan bahaya dewan dalam suatu organisasi adalah tugas para
eksekutif. Dalam mengevaluasi bahaya, para eksekutif akan
mengaktualisasikan sebuah siklus yang mempertentangkan derajat
bahaya dan pedoman bahaya pada premis yang sama. Konsekuensi
evaluasi bahaya dituliskan sebagai daftar kebutuhan bahaya yang
dianggap memiliki wilayah bahaya yang tinggi, yang akan diikuti seperti
halnya menyaring wilayah yang umumnya aman. Salah satu strategi yang
dapat digunakan organisasi dalam evaluasi bahaya adalah dengan
memanfaatkan teknik grid, di mana unit khusus asosiasi diatur, dan
peluang dimasukkan dalam garis level dan vertikal. Pada saat itu, para
eksekutif akan menilai bahaya untuk setiap jenis bahaya di setiap unit
khusus, dan akan mengetahui hasil dalam sel di mana merah
menunjukkan bahaya tinggi, kuning menangani bahaya sedang, dan hijau
alamat umumnya aman.
4. Tindakan atas risiko
Manajemen menghadapi pilihan lain dalam menghadapi risiko,
yaitu:
a. menghindari resiko
53
Sekali-sekali, bahayanya tidak main-main dan harus
disingkirkan. Jika bahaya suatu gerakan tinggi, maka pada saat itu
harus fokus pada latihan yang dapat merepresentasikan bahaya,
kemudian memutuskan apakah tindakan tersebut harus diperluas.
mencegah latihan yang mungkin benar-benar merugikan, merugikan,
ditiadakan. Namun, kekurangannya adalah hal itu juga dapat
menyebabkan hilangnya keuntungan. Latihan yang berbahaya bisa
sangat produktif. Oleh karena itu, jika semuanya gagal, prosedur
seperti itu harus diterapkan
b. Mengalihkan risiko kepada pihak ketiga
Ide dengan perlindungan, yang memindahkan peristiwa
berbahaya dari individu dalam bahaya ke individu yang mengakui
bahaya dengan imbalan biaya. Misalnya, ketika Anda memiliki
kendaraan, semua hal dipertimbangkan, kecelakaan dan bahaya yang
berbeda akan terjadi. Dengan perlindungan dari kecelakaan atau
bahaya, kerugian yang dialami dapat dipindahkan ke penyedia jaring
pengaman untuk terjadinya.
c. Mengelola risiko
Dengan cara ini, dalam kasus yang oke, langkah terbaik adalah
menangani kasus bahaya itu. Misalnya, tidak diragukan lagi bahwa
spekulasi dan kerangka kerja yang rumit dapat membatasi bahaya ini,
kemungkinan memiliki bahaya yang sangat besar. Jadi itu dianggap
oke juga. Kasus seperti ini memungkinkan pengawas untuk
mengetahui dan menangani bahaya ini.
5. Monitoring dan review
54
Manajemen selalu memantau dan meninjau semua risiko yang
ada dan kemungkinan serta efektivitas pengendalian internal, terlepas
dari apakah pengendalian internal yang ada sudah cukup untuk
mengelola dan mencegah risiko perusahaan
6. Komunikasi dan konsultasi
Pada tahap ini, manajemen akan terus mengkomunikasikan risiko
dan berkonsultasi dengan setiap departemen bisnis di perusahaan
tentang cara mengelola risiko. Pada saat yang bersamaan, dalam
penerapan manajemen risiko diharapkan audit internal dapat membantu
mengidentifikasi dan mengevaluasi risiko, serta berperan aktif melalui
saran dan solusi untuk meningkatkan kualitas manajemen risiko. Terkait
tata kelola perusahaan, audit internal diharapkan dapat memperbaiki
proses tata kelola yang ada dengan melakukan penilaian serta
memberikan saran dan solusi, sehingga membantu memberikan
kepercayaan terhadap penerapan tata kelola.
b. Audit internal memegang peranan penting dalam proses manajemen risiko
kredit yaitu
1. Audit internal menjamin berjalannya manajemen risiko kredit telah
dilaksankan sesuai dengan aturan organisasi yang telah ditetapkan.
2. Melaporkan risiko-risiko kepada manajemen.
c. Peran audit dalam manajemen risiko kredit.
1. Menganalsis kreditur
Pertama-tama auditor internal menelaah informasi tentang pihak
kreditur kemudian menelusuri laporan identitas pelanggan yang
diterbitkan oleh pemasar, kemudian memeriksa apakah neraca
55
pelanggan sesuai dengan bisnisnya. Data pribadi, dan periksa akun
pelanggan secara keseluruhan.
2. Analisis permasalahan.
Kemudian, bank mempertimbangkan apakah dapat dengan bebas
mengonfigurasi barang-barang ini tanpa membuat pelanggan merasa
tidak keberatan dengan pihak bank. Namun, pihak bank akan secara
terang-terangan mengajukan masalah-masalah buruk tersebut kemudian
diproses secara hukum
3. Penyelesaian kredit.
Peran audit internal berusaha untuk meminimalisir kemungkinan
terjadinya risiko-risiko, fungsi dari pihak pemasaran berfokus dengan
jumlah pelanggan dan pencairan dana pelanggan dan tidak
mengutamakan risiko-risko. Fungsi dari permsaran tersebut hanya pada
billing dan pemberitahuan angsuran. Apabila pihak pelanggan mengalami
tunggakan maka pihak akan memfokuskan ke debitur
d. Peran audit internal dalam memberikan rekomendasi yaitu :
1. Perbaikan
Saran auditor untuk perbaikan dalam bentuk bantuan kredit yaitu
memberikan potongan harga kepada nasabah melalui penjadwalan ulang
(restrukturisasi) untuk mengurangi angsuran sesuai kemampuan debitur,
dan menambah (memperpanjang) jangka waktu tanpa tunggakan / kredit
macet berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak
2. Penyelesaian
Pihak bank akan memberikan rekomendasi, yaitu melakukan
penjualan atau pelelangan barang atau aset yang dijadikan jaminan pada
56
saat pengambilan kredit. Dalam proses penjualan tersebut pihak nasabah
dapat menjualnya sendiri atau dapat dibantu dari pihak bank itu sendiri.
Kemudian dari hasil penjualan barang atau aset tersebut digunakan
sebagai pembayaran atas piutang yang belum dibayar
3. Evaluasi proses manajemen risiko
Untuk mencegah risiko tersebut maka audit internal harusa
mampu mengungkap kemungkinan risiko yang akan terjadi, selanjutnya
menganalisa kejadian tersebut dan mengambi tindakan untuk
menghadapi kemungkinan risiko tersebut. Sehingga tingkat keefektifan
dan efektivitasan dalam memanajemen risiko kredit dalam perusahaan
dapat dievaluasi.dari hasil tersebut audit internal mengoptimalkan proses
evaluasi secara maksimal hal tersebut dapat di lihat dari hasil wawancara
langsung yang dilakukan dari peneliti. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
audit internal berpartisipasi secara langsung dalam melakukan
pengelolaan da pengendalian risiko-risko kredit yang mungkin terjadi.
Tugas utama dari audit internal adalah melakukan pengawasan terhadap
proses manajemen risiko kredit pada perbankan.
58
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya, penulis
dapat menarik kesimpulan sebagai berikut: Peran audit internal dalam proses
manajemen risiko kredit adalah audit internal melakukan evaluasi, saran dan
Rekomendasi guna untuk memperbaiki kesalahan yang dilakukan oleh pihak
bank.Audit internal digunakan untuk mengontrol fungsi pengendalian bank
untuk memastikan bahwa bank beroperasi sesuai rencana dan mencapai
tujuannya. Tugas audit internal yang dilakukan oleh auditor adalah melakukan
audit internal bank dengan memastikan bahwa sistem / manajemen yang ada
di bank tersebut beroperasi sesuai dengan yang diharapkan. Selain itu, adanya
audit internal dapat menghindari risiko kesalahan, penyalahgunaan dan
hambatan dengan meningkatkan efisiensi dan efektivitas bank. Tujuan
penerapan manajemen risiko kredit pada suatu perusahaan adalah untuk
mengurangi dan meminimalkan risiko kredit yang akan terjadi
B. saran
Berdasarkan hasil pembahasan dalam artikel ini, penulis
mengemukakan beberapa saran untuk PT. Bank rakyat Indonesia Cab
watampone
1. Bank harus lebih bersikap tegas dengan kreditor dalam hal ini pelunasan
kredit, dan harus menindaklanjuti pihak debitur yang berkuemungkinan bisa
menumbulkan risiko kredit
2. Penerapan manajemen risiko harus lebih dioptimalkan lagi agar dapat
menerima evaluasi dan pengawasan manajemen untuk meminimalisir
59
kemungkinan risiko yang belum ditemukan
3. Audit internal memiliki peran yang sangat efektif, namun masih perlu
dikembangkan dan dioptimalkan dalam melakukan penilaian.
60
DAFTAR PUSTAKA
Asiyanto, I. (2009). Jakarta: Manajemen risiko untuk kontraktor.pradnya
paramita.
Cashin, J. A. (1998). New York : Mcgrow-hill : New Internal Auditing.
Hery. (2010). Bandung : ALfabeta : Potret Profesi Audit Internal.
Indah, S. N. (2010). pengaruh kompetensi dan independensi auditor
terhadap kualitas audit : fakultas Ekonomi Universitas Diponogoro
Semarang.
Karmudiandri, A. (2014). Peranan Audit Internal dalam Manajemen
Risiko Bank .Media Bisnis, 1-26.
Kaunang, A. F. (2013). Jakarta Pt Bhuana Ilmu Populer Kelompo
Gramedia:
Pedoman Audir Internal : Petunjuk Praktis Bagi Para Auditor Internal., 6.
Komaruddin. (1994). Bumi Aksara : Ensiklopedia Manajemen. Edisi 1
dan Edisi 2, 768.
Kumaat, V. G. (2011). Jakarta : Erlangga : Internal Audit, 12.
Masiman. (2017, januari 1). Kenapa Perusahaan Perluadnya audit
Internal.
Diambil kembali dari Masimam. 2017. Kenapa perusahaan perlunya
audit internal, (www.masimam.com diakses 17 januari 2017).:
61
www.masimam.com
Moeller, R. R. (2009). Inc : Hoboken, New Jersey : Bringks Modem
Internal Auditing : A Common Body knowledge- 7th. John Wiley & sons.
Qintarah, S. d. (2014). Makassar : Skripsi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Hasanuddin : Pengaruh audit internal terhadap perusahaan
yang berada di wilayah Makassar., 243-246.
Setiawan, M. (2013). Persepsi Manajer Terhadap Fungsi Audit Internal,
Skripsi. fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin.
Siahaan, H. (2009). Manajemen Risiko pada Perusahaan dan
Birokrasi. Jakarta: PT. Gramedia.
Tugiman, H. (2001). Bandung : Pengantar Audit Internal.
62
LAMPIRAN
63
64
Pedoman Wawancara
Peran audit internal dalam proses manajemen risiko pada Bank Rakyat
Indonesia Cabang watampone. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif,
oleh karena itu untuk memperoleh informasi yang lengkap, diperlukan wawancara
untuk menghimpun pokok-pokok permasalahan peneliti.
A. Lokasi penelitian
PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Watampone jl. Jend. Ahmad Yani No. 11,
Manurunge, Tanete Riattang Barat, Kab Bone, Sulawesi-Selatan
Identitas Informan :
1. Nama : Nur Akram Ahmad
2. Tanggal : 16 Desember 2020
3. Jabatan : Audit Internal
4. Jam : 15:00 WIB
5. Tempat wawancara : Kantor BRI Cabang Watampone
Pertayaan wawancara kepada bapak Nur Akram Ahmad
Peneliti Risiko apa saja kah yang ditemukan dalam pemberian
kredit ?
Bapak Nur Akram
Ahmad
Ada beberapa risiko yang bisa muncul dalam pemberian
kredit diantaranya: 1. Risiko operasional, seperti
pemberian pinjaman tidak sesuai dengan prosedur Bank
BRI karena kurangnya pendalaman informasi terhadap
pihak debitur. 2. Risiko kredit itu sendiri, seperti iuran
nasabah yang macet yang diakibatkan oleh beberapa
faktor, seperti bencana alam ataupun kebijakan
ekonomi”.
65
Peneliti Bagaimanakah keterlibatan auditor internal dalam proses
manajemen risiko kredit ?
Bapak Nur Akram
Ahmad
Bahwa auditor internal sangat berperan penting dalam
meminimalisir kemungkinan terjadinya risiko kredit.
Dimana Audit internal berperan untuk mendukung
keberjalanan manajemen risiko sebagai fungsi controlling
dan yang menjamin bank berjalan sesuai dengan
perencanaan dan mengarah kepada tujuan yang ingin
dicapai”.
Peneliti Bagaimanakah upaya yang dilakukan audit internal dalam
mengendalikan proses manajemen risiko kredit
Bapak Nur Akram
Ahmad
untuk mengendalikan proses manajemen risiko kredit,
audit internal memberikan penilaian efektivitas atau
memberikan rekomendasi untuk digunakan pihak
manajemen dalam meningkatkan efektivitas pengelolaan
risiko-risiko”.
Peneliti Apakah hasil audit mempengaruhi risiko-risiko kredit yang
akan terjadi
Bapak Nur Akram
Ahmad
sangat berpengaruh karena hasil audit tersebut
digunakan sebagai bahan perbaikan atau evaluasi agar
suatu kejadian tidak terulang lagi”.
66
67
BIOGRAFI
Arsal A.s panggilan Arsal, lahir di Bone pada tanggal 10
Januari 1997 dari pasangan suami istri Bapak H. Anwar dan
Ibu Hj. Daharia. Peneliti adalah anak ke- Lima dari 6
bersaudara. Peneliti sekarang bertempat tinggal di Jln Perintis
Km. 3 BTN Antara Kota Makassar. Pendidikan yang telah
ditempuh oleh peneliti yaitu pendidikan Sekolah Dasar di SDN
12/79 Cakke Bone lulus tahun 2010, Melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah
Pertama di SMP N 1 Awangpone lulus tahun 2013, kemudian melanjutkan Sekolah
Menengah Atas di SUPM N Bone lulus pada tahun 2016. Pada tahun 2016 peneliti
melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi swasta, tepatnya di Universitas
Muhammadiyah Makassar (UNISMUH) Fakultas Ekonomi dan Bisnis pada
Program Studi Akuntansi. Dan akhirnya peneliti menyelesaikan pendidikan strata
1 (satu) di jurusan Akuntansi pada tahun 2021.