Upload
others
View
11
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS PERAN AUDIT INTERNAL DALAM
MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN
DI BMT TARUNA SEJAHTERA
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya Ekonomi Syariah (A.Md.E.Sy)
DISUSUN OLEH
YUDHA PRASETIYO
NIM : 64010150035
PROGRAM STUDI D III PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2018
i
ANALISIS PERAN AUDIT INTERNAL DALAM
MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN
DI BMT TARUNA SEJAHTERA
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya Ekonomi Syariah (A.Md.E.Sy)
DISUSUN OLEH
YUDHA PRASETIYO
NIM : 64010150035
PROGRAM STUDI D III PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
2018
ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
iii
HALAMAN PENGESAHAN
iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
v
PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
~ MOTTO ~
“Jadilah seperti berlian hitam, meskipun berwarna hitam maka akan tetap dicari
karena memiliki aspek estetika dan nilai kualitas yang tinggi”
~ PERSEMBAHAN ~
“Sebagai Ungkapan Rasa Syukurku dan Tanda Bukti Kepada Orang Tuaku”
Tugas Akhir ini pertama saya persembahkan kepada Allah SWT, karena atas izin dan
karunia-Nya maka Tugas Akhir ini dapat dibuat dan selesai pada waktunya,kedua
untuk Ibuku tercinta Ibu Supriyati, Bapakku tersayang Bapak Suparmin (Alm),
Tanteku terkasih Tante Rismiyati, Nenekku terbaik Nenek Soegiyem, Saudaraku,
Dosen-dosenku terutama Pembimbingku, Pengelola BMT Taruna Sejahtera, dan
para Sahabatku yang senantiasa menjadi penyemangat serta menemani disetiap
hariku.
vii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya
sehingga penyusunan Tugas Akhir ini bisa terselesaikan tepat waktu. Semua ini tak
lepas dari dukungan, bantuan dan bimbingan dari semua pihak yang terlibat dalam
penulisan karya ilmiah ini. Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada
Nabi kita yakni Nabi Muhammad SAW, beserta keluargannya, para sahabat, tabi’in
dan tabiat serta kepada kita semua umatnya.
Tugas Akhir ini disusun sebagai syarat meraih gelar ahli Madya Ekonomi
Syariah pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Salatiga dengan judul
“ANALISIS PERAN AUDIT INTERNAL DALAM MANAJEMEN RISIKO
PEMBIAYAAN DI BMT TARUNA SEJAHTERA”. Penulis mengakui bahwa semua
ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari semua pihak yang terlibat dalam penyusunan
Tugas Akhir ini. Karena itulah penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang secara langsung dan tidak langsung telah membantu. Ungkapan
terimakasih terkadang tidak bisa mewakili kata-kata, hingga kiranya penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tuaku, Ibu (Supriyati) dan Bapak (Alm. Suparmin) beserta saudara
yang telah senantiasa mendoakan, membimbing, mengarahkan, memberi
kepercayaan dan dukungan kepada penulis baik materi, moril maupun spiritual.
viii
2. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.
3. Bapak Dr. Anton Bawono, S.E., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam IAIN Salatiga.
4. Bapak Ari Setiawan, S.Pd., M.M selaku Ketua Prodi Jurusan D-III Perbankan
Syariah.
5. Bapak Qi Mangku Bahjatulloh, Lc. M.Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik.
6. Bapak Dr. Faqih Nabhan, M.M. selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir yang
senantiasa sabar membimbing dan mendukung penulis dalam segala bentuk
keluh kesah selama penelitian.
7. Bapak Taufikur Rahman, S.E., M.Si. selaku Dosen pembimbing magang di BMT
Taruna Sejahtera.
8. Segenap Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Salatiga, khususnya
Program Studi Perbankan Syariah D-III yang telah memberikan bekal berbagai
teori, ilmu pengetahuan dan pengalaman yang sangat bermanfaat bagi penulis.
9. Seluruh staff dan karyawan di lingkungan IAIN Salatiga khususnya Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam atas segala bentuk bantuannya.
10. Segenap Karyawan BMT Taruna Sejahtera baik Kantor Pusat maupun Kantor
Cabang Tuntang yang telah membantu kelancaran kegiatan penelitian ini.
11. Sahabat-sahabat seperjuangan yang menimba ilmu di IAIN Salatiga, khususnya
pada Jurusan D-III Perbankan Syariah kelas A dan Kelas B angkatan Tahun 2015
yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.
ix
12. Tidak lupa penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang
dengan senang hati telah membantu dan terlibat, baik dalam kelancaran
pelaksanaan kegiatan penelitian maupun dalam penyelesaian penyususnan
laporan penelitian ini.
Semoga Allah SWT membalas semua amal baik mereka dengan imbalan yang
lebih baik dari yang mereka berikan kepada penulis dan senantiasa diberikan
kesehatan, keselamatan dan dilindungi Allah SWT dengan ciptaan-Nya. Penulis
menyadari bahwa penulisan dari Tugas Akhir ini jauh dari kata sempurna tapi penulis
akan berusaha untuk membuatnya menjadi mendekati sempurna. Saran dan kritik
yang diberikan sangat berharga dan membantu dalam proses penelitian selanjutnya.
Oleh karena itu, dengan senang hati penulis menerima kritik serta saran yang bersifat
membangun. Semoga Tugas Akhir ini bermanfaat bagi peneliti dan bagi pembaca
pada umumnya.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Salatiga, 18 Juli 2018
Penulis,
Yudha Prasetiyo
NIM. 64010 15 0035
x
ABSTRAK
Prasetiyo, Yudha. 2018. Analisis Peran Audit Internal dalam Manajemen Risiko
Pembiayaan di BMT Taruna Sejahtera. Tugas Akhir, Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam Program Studi D III Perbankan Syariah IAIN Salatiga.
Pembimbing: Dr. Faqih Nabhan, M.M.
Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan tentang bagaimana
Standar Operasional Prosedur (SOP) Audit Internal dalam manajemen risiko
pembiayaan, bagaimana mekanisme audit internal dalam manajemen risiko
pembiayaan, dan bagaimana peranan audit internal dalam mengendalikan risiko
pembiayaan di BMT Taruna Sejahtera. Model penelitian kualitatif bersifat deskriptif
dengan jenis penelitian studi kasus pada objek yang diteliti. Sumber data yang
digunakan meliputi data primer dan data sekunder. Pengumpulan data penelitian
dilakukan dengan wawancara kepada informan yaitu audit internal, manajer pusat,
supervisor dan kepala kas kantor cabang tuntang.
Berdasarkan analisis data menunjukkan bahwa Standar Operasional Prosedur
(SOP) Audit Internal dalam manajemen risiko pembiayaan pada BMT Taruna
Sejahtera yakni mengenai prosedur fungsi utama, tanggung jawab, tugas pokok dan
wewenang audit internal dalam manajemen risiko pembiayaan. Mekanisme Audit
Internal dalam manajemen risiko pembiayaan di BMT Taruna Sejahtera meliputi
tahap persiapan audit, tahap penyusunan program audit, tahap pelaksanaan penugasan
audit, tahap pelaporan audit, tahap tindak lanjut audit dan tahap dokumentasi serta
administrasi. Adapun untuk Peran Audit Internal dalam manajemen risiko
pembiayaan diklasifikasikan dalam peran pemecah masalah, peran kepatuhan dan
peran pengendalian yang diantaranya tertuang dalam laporan audit.
Kata Kunci: Audit Internal, Manajemen Risiko, Pembiayaan di BMT Taruna
Sejahtera
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………….…………………………………..i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................................................... iv
PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI .......................................................................... v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................................... vi
KATA PENGANTAR ................................................................................................ vii
ABSTRAK .................................................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xiii
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 3
C. Tujuan Penelitian ............................................................................................... 4
D. Kegunaan Penelitian........................................................................................... 4
E. Metodologi Penelitian ........................................................................................ 6
F. Sistematika Penulisan ...................................................................................... 10
BAB II LANDASAN TEORI ..................................................................................... 12
xii
A. Telaah Penelitian Terdahulu ............................................................................ 12
B. Kerangka Teori................................................................................................. 17
BAB III GAMBARAN OBJEK PENELITIAN ......................................................... 36
A. Sejarah Berdirinya BMT Taruna Sejahtera ...................................................... 36
B. Visi dan Misi BMT Taruna Sejahtera .............................................................. 38
C. Struktur Organisasi BMT Taruna Sejahtera ..................................................... 39
D. Penjabaran Tugas dan Wewenang Masing-Masing Bagian di BMT Taruna
Sejahtera ........................................................................................................... 40
E. Produk-Produk BMT Taruna Sejahtera ........................................................... 80
BAB IV ANALISIS DATA ........................................................................................ 85
A. Standar Operasional Prosedur (SOP) Audit Internal dalam Manajemen Risiko
Pembiayaan ...................................................................................................... 85
B. Mekanisme Audit Internal dalam Manajemen Risiko Pembiayaan di BMT
Taruna Sejahtera ............................................................................................... 88
C. Peran Audit Internal dalam Manajemen Risiko Pembiayaan di BMT Taruna
Sejahtera ........................................................................................................... 92
BAB V PENUTUP ...................................................................................................... 97
A. KESIMPULAN ................................................................................................ 97
B. SARAN .......................................................................................................... 100
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Struktur Organisasi BMT Taruna Sejahtera ................................... 40
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Jumlah Pembiayaan Berdasarkan Nilai Kolektibilitas .................... 95
Tabel 4.2 NPF BMT Taruna Sejahtera Tahun 2014-2016 .............................. 96
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Pernyataan Keaslian Tulisan dan Kesediaan Publikasi
Lampiran 2 Lembar Declaration
Lampiran 3 Lembar Konsultasi Tugas Akhir
Lampiran 4 Lembar SKK
Lampiran 5 Browsur Mengenai BMT Taruna Sejahtera
Lampiran 6 Browsur Mengenai Rejeki Nomplok Simpanan Amanah
Lampiran 7 Lembar Proposal Penelitian Tugas Akhir
Lampiran 8 Laporan Kolektibilitas Pembiayaan Tahun 2014-2015
Lampiran 9 Laporan Kolektibilitas Pembiayaan Tahun 2015-2016
Lampiran 10 Surat Bukti Wawancara dengan Bapak Yahsun
Lampiran 11 Surat Bukti Wawancara dengan Bapak Muher
Lampiran 12 Surat Bukti Wawancara dengan Mbak Maftria
Lampiran 13 Surat Bukti Wawancara dengan Mbak Novi
Lampiran 14 Surat Bukti Wawancara dengan Bapak Hadi
Lampiran 15 Surat Keterangan Magang di BMT Taruna Sejahtera
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Meningkatnya perekonomian saat ini banyak orang berlomba-lomba
bersaing untuk mengembangkan bisnis. Pada kenyataanya pelaku bisnis
tersebut kesulitan dalam persoalan dana untuk tambahan modal usahanya.
Beberapa dari mereka mengajukan pembiayaan di Lembaga Keuangan Mikro
Syariah.
Namun proses pemberian pembiayaan di Lembaga Keuagan Mikro
Syariah seperti Bank maupun BMT tidak semudah dulu. Kini terdapat
beberapa tahapan yaitu dimulai dari tahap inisiasi, dimana saat bank
menerima permohonan nasabah atau memberikan penawaran kepada nasabah,
tahap analisis pembiayaan, tahap monitoring, manajemen portofolio
pembiayaan dan tahap penyelesaian atau restrukturasi bila pembiayaan
menjadi bermasalah.
Dalam memberikan pembiayaan senantiasa dihadapkan pada risiko-
risiko. Sebagaimana tertera dalam penjelasan pasal 37 Undang-Undang No.
21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah menjelaskan bahwa pembiayaan
berdasarkan prinsip syariah yang diberikan oleh bank mengandung risiko,
sehingga dalam pelaksanaannya bank harus memperhatikan asas-asas maupun
2
pembiayaan berdasarkan prinsip syariah yang sehat. Bank yang tidak
memperhatikan asas-asas pembiayaan yang sehat dalam menyalurkan
pembiayaannya, akan terkena berbagai risiko yang harus ditanggungnya
antara lain: utang/kewajiban pokok pembiayaan tidak dibayar, margin/bagi
hasil/fee tidak dibayar, membengkaknya biaya yang dikeluarkan dan turunnya
kesehatan pembiayaan. Risiko-risiko tersebut dapat mengakibatkan timbul
pembiayaan bermasalah Non Permorming Financing (NPF) yang dapat
disebabkan oleh faktor ekstern maupun intern bank (Faturrahman, 2012: 72-
73).
Penerapan manajemen risiko sangat diperlukan karena bank berada
dalam bisnis berisiko tinggi, dimana bank dalam menjalankan usahanya
melakukan penawaran jasa-jasa keuangan, bank juga harus mengambil atau
menerima dan mengelola berbagai jenis risiko keuangan secara efektif agar
dampak negatifnya tidak terjadi. Oleh karena itu, agar terciptanya kondisi
bank yang sehat dan baik maka perlu diterapkannya manajemen risiko dengan
melakukan audit yang dilaksanakan oleh auditor internal.
Salah satu kasus yang ditemukan auditor pembiayaan menyebutkan
adanya kasus berupa side streaming yang disebabkan oleh lemahnya
monitoring pasca pembiayaan, sehingga penggunaan dana pembiayaan tidak
sesuai dengan tujuan awal pembiayaan.
Terjadinya kasus pada pembiayaan tersebut, maka bank perlu
mendapat perhatian lebih pada keberadaan audit internal terutama pada bidang
3
pembiayaan. Audit Internal pembiayaan bertanggung jawab pada
pengendalian risiko-risiko yang dapat menjadikan pembiayaan bermasalah.
Dalam menemukan kasus-kasus seperti pada pembiayaan tersebut, audit
internal tidak jarang akan langsung menginterogasi pegawai BMT bagian
pembiayaan maupun melihat langsung kondisi nasabah. Setelah mendatangi
pihak bank dan nasabah pembiayaan yang bermasalah, audit internal
melakukan penilaian, evaluasi hasil dan memberikan masukan komentar pada
manajemen bank perihal tindakan apa yang perlu dilakukan.
Posisi audit internal ini menjadi penting sebagaimana fungsi dan
tanggung jawabanya dalam mengevaluasi pembiayaan yang disalurkan agar
tidak menjadi bermasalah hingga merugikan bank.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk
mengkaji tentang “Analisis Peran Audit Internal dalam Manajemen
Risiko Pembiayaan di BMT Taruna Sejahtera". Penelitian ini bukan hanya
penting, namun juga sangat relevan bagi perkembangan lembaga keuangan
syariah, khusunya BMT Taruna Sejahtera selanjutnya.
B. Rumusan Masalah
Agar pembahasan penelitian ini dapat terperinci dan terarah sesuai
dengan latar belakang permasalahkan diatas, rumusan masalah yang
dikemukakan oleh penulis yaitu :
4
1. Bagaimana Standar Operasional Prosedur (SOP) audit internal dalam
manajemen risiko pembiayaan di BMT Taruna Sejahtera?
2. Bagaimana mekanisme audit internal dalam manajemen risiko pembiayaan
di BMT Taruna Sejahtera?
3. Bagaimana peran audit internal dalam manajemen risiko pembiayaan di
BMT Taruna Sejahtera?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah penulis paparkan di atas,
penelitian ini bertujuan untuk:
1. Untuk mengetahui Standar Operasional Prosedur (SOP) audit internal
dalam manajemen risiko pembiayaan di BMT Taruna Sejahtera.
2. Untuk mengetahui Mekanisme Audit Internal dalam manajemen risiko
pembiayaan di BMT Taruna Sejahtera.
3. Untuk mengetahui tentang Peran Audit Internal dalam manajemen risiko
pembiayaan di BMT Taruna Sejahtera.
D. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian tentang Analisis Peran Audit Internal
dalam Manajemen Risiko Pembiayaan di BMT Taruna Sejahtera sebagai
berikut:
5
1. Bagi Penulis
a. Sebagai syarat program kelulusan DIII Perbankan Syariah dan sebagai
bukti bahwa mahasiswa telah melakukan penelitian.
b. Menambah wawasan dan pengetahuan yang tidak diperoleh selama
perkuliahan yang berkaitan tentang cara mengendalikan risiko
pembiayaan yang terjadi pada BMT Taruna Sejahtera.
2. Bagi Lembaga Keuangan Syariah (BMT)
a. Untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam memaksimalkan peran
audit internal dalam manajemen risiko pembiayaan.
b. Untuk menjaga citra baik sebuah Lembaga Keuangan Syariah.
c. Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan kepedulian terhadap
masyarakat sekitar.
3. Bagi IAIN Salatiga
a. Memperkenalkan IAIN Salatiga kepada masyarakat luar khususnya
Jurusan DIII Perbankan Syariah
b. Memberi manfaat untuk menambah literature dan wawasan untuk
seluruh mahasiswa dan mahasiswi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
c. Menciptakan hubungan baik antara lembaga pendidikan dengan
lembaga keuangan.
6
4. Bagi Pembaca
Menjadi bahan pembanding dalam memperoleh informasi ketika
melakukan penelitian ditempat yang berbeda, sehingga saling dapat
bertukar pikiran satu sama lain.
E. Metodologi Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan Tugas Akhir ini
adalah sebagai berikut:
1. Model Penelitian
Model penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field
research), artinya data-data yang digunakan dalam penelitian diperoleh
melalui studi lapangan dengan cara mencatat dan mengumpulkan berbagai
informasi. Jenis penelitian ini menggunakan model kualitatif bersifat
deskriptif. Menurut Wirartha (2006: 134), Penelitian Kualitatif adalah
penelitian yang lebih bersifat untuk mengembangkan teori sehingga akan
menemukan teori baru dan dilakukan sesuai dengan kaidah non statistik.
Peneliti akan menggambarkan secara terperinci tentang peran audit internal
dalam manajemen risiko pembiayaan di BMT Taruna Sejahtera. Hasil
penelitian berupa kata-kata, gambar dan bukan angka, lebih menekankan
makna daripada generalisasi.
7
2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan terdiri dari dua macam yaitu:
a. Data Primer
Data primer merupakan data yang dikumpulkan dan diolah
sendiri oleh peneliti atau langsung dari responden (Supramono dan
Sugiarto, 1993: 11). Data primer yang dibutuhkan oleh peneliti meliputi:
1) Data mengenai profile tim Audit Internal;
2) Data yang berisi Sejarah berdirinya BMT Taruna Sejahtera;
3) Data mengenai Visi dan Misi pada BMT Taruna Sejahtera;
4) Data mengenai jumlah pembiayaan BMT Taruna Sejahtera;
5) Data mengenai jumlah pembiayaan berdasar kolektibilitas BMT
Taruna Sejahtera;
6) Data mengenai Badan Hukum dan Struktur Organisasi pada BMT
Taruna Sejahtera;
7) Data mengenai Kertas Kerja Pemeriksaan Audit;
8) Data mengenai laporan pembiayaan bermasalah dan kolektibilitas 3
tahun terakhir;
9) Data mengenai mekanisme audit internal dalam manajemen risiko
pembiayaan di BMT Taruna Sejahtera;
10) Data mengenai peran audit internal dalam manajemen risiko
pembiayaan di BMT Taruna Sejahtera;
8
11) Data mengenai SOP audit internal dalam manajemen risiko
pembiayaan di BMT Taruna Sejahtera.
b. Data Sekunder
Data Sekunder merupakan data yang diperoleh dalam bentuk
sudah jadi yaitu diolah dan disajikan oleh pihak lain (Supramono dan
Sugiarto, 1993: 11). Data sekunder yang dibutuhkan antara lain:
1) Jurnal-Jurnal ekonomi tentang peran audit internal dalam manajemen
risiko pembiayaan
2) Teori dalam sumber buku ekonomi yang mengenai audit internal,
manajemen risiko, pembiayaan dan BMT.
4. Metode Pengumpulan Data
a. Riset Perpustakaan dan Internet
Riset ini melalui pengumpulan data-data yang diperlukan melalui
buku-buku diperpustakaan dan info-info dari Internet.
b. Wawancara (Interview)
Metode pengumpulan data dengan cara wawancara,
berkomunikasi secara langsung dengan responden dengan maksud
mencari informasi dari subjek penelitian, dalam hal ini adalah pihak
yang terkait langsung dengan audit internal, sehingga dapat memperoleh
data yang lebih lengkap serta akurat. Jenis wawancara yang dipilih
adalah wawancara terbuka dan terstruktur. Dimaksudkan terbuka bahwa
para subyek mengetahui, mereka sedang diwawancarai dan mengetahui
9
pula apa maksud wawancara tersebut. Sedangkan terstruktur berarti
pewawancara yang menetapkan sendiri masalah pertanyaan yang
diajukan Bagong, Suyanto & Sutinah (2006: 69-70). Wawancara
dilakukan dengan sejumlah responden diantaranya dengan tim auditor
internal, manajer kantor cabang tuntang, teller kantor cabang tuntang,
dan manajer kantor pusat BMT Taruna Sejahtera.
c. Pengamatan (observasi)
Pengamatan menurut Wirartha (2006: 37) yaitu mendeskripsikan
objek penelitian serta memahaminya atau hanya ingin mengetahui
frekuensi suatu kejadian. Dalam observasi ini penulis akan melakukan
pengamatan secara langsung tentang mekanisme audit internal
pembiayaan, peran audit internal dalam manajemen risiko pembiayaan
dan Standar Operasional Prosedur (SOP) audit internal dalam
manajemen risiko pembiayaan di BMT Taruna Sejahtera.
d. Dokumentasi
Melalui studi dokumentasi atau sumber pustaka, yaitu data yang
sudah tertulis dan diolah oleh orang lain, dengan kata lain data sudah
jadi (Wirartha, 2006: 36). Metode pengumpulan data dengan melihat
atau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek sendiri
atau orang lain tentang subjek. Adapun bahan dokumenter seperti buku
atau catatan harian, notulen, agenda, data pada server dan sebagainya.
10
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan laporan tugas akhir ini disusun dalam lima bab,
dimana setiap bab terdiri dari beberapa sub bab. Sistematika penulisan
merupakan uraian secara garis besar mengenai hal-hal pokok yang dibahas,
guna mempermudah dalam memahami dan melihat hubungan suatu bab
dengan yang lainnya. Adapun uraian pada setiap bab adalah sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan
Di dalam bab ini penulis menguraikan dan menjelaskan
mengenai berbagai hal yang melatarbelakangi dilakukannya
kegiatan penelitian ini, diantaranya latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode
penelitian yang akan dilakukan, dan sistematika penulisan.
Sehingga permasalah tersebut memiliki titik fokus dan tidak
mengambang dari judul yang dipilih penulis untuk Tugas
Akhir.
BAB II Landasan Teori
Di dalam bab ini penulis menguraikan landasan teori
yang terdiri dari penelitian sebelumnya dan beda penelitian
dengan jurnal yang telah diteliti. Sedangkan yang ada di
landasan teoritik terdiri dari konsep-konsep baru yang
menyelesaikan masalah yang berkenaan dengan topik dan
fokus.
11
BAB III Gambaran Umum Objek Penelitian
Di dalam bab ini penulis menguraikan tentang
gambaran umum objek penelitian, yaitu sejarah BMT Taruna
Sejahtera, visi dan misi, struktur organisasi, tugas dan
wewenang dari masing-masing bagian, dan produk-produk
yang ditawarkan BMT Taruna Sejahtera serta menguraikan
perkembangan data BMT Taruna Sejahtera.
BAB IV Analisis Data
Di dalam bab ini penulis menguraikan inti dari rumusan
masalah yang ada. Penulis akan menganalisis tentang Standar
Operasional Prosedur (SOP) audit internal dalam manajemen
risiko pembiayaan, mekanisme audit internal dalam
manajemen risiko pembiayaan dan peran audit internal dalam
manajemen risiko pembiayaan di BMT Taruna Sejahtera.
BAB V Penutup
Dalam bab ini penyusun menyajikan kesimpulan yang
diambil berdasarkan pada analisis data penelitian yang telah
dilakukan dan berisikan saran yang disusun dari kesimpulan
tersebut, baik bagi pihak objek penelitian ataupun bagi pihak-
pihak lainnya yang membutuhkan untuk digunakan sebagai
bahan referensi yang juga bertujuan demi perbaikan dimasa
yang akan datang.
12
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Telaah Penelitian Terdahulu
Berdasarkan pada penelaah penelitian terdahulu yang penulis lakukan
berkaitan dengan Audit Internal, penulis menemukan beberapa penelitian
yang bersangkutan secara umum tentang Analisis Peran Audit Internal Dalam
Manajemen Risiko Pembiayaan. Telaah pustaka dalam penelitian ini adalah:
Penelitian Kusuma dan Hasibuan (2013) menggunakan metode
deskriptif, pengumpulan data studi dokumentasi atau daftar pustaka, dengan
objek penelitian perbankan secara umum. Kesimpulan dari penelitian ini
bahwa yang pertama, pengendalian internal yang terdapat pada PT. Bank X
cukup memadai, terlihat dari kesesuaian peraturan dan kebijakan yang
dilakukan dalam perusahaan. Yang kedua, pengamanan pemberian kredit
cukup memadai dilakukan dengan cara menganalisis mikro kredit, berpegang
pada prinsip dan kebijakan perkreditan, dan verifikasi yang dilakukan oleh
pihak-pihak lainnya. Yang ketiga, peranan pengendalian internal dalam
pengamanan kredit cukup memadai, mulai pada saat pembirian kredit dalam
melakukan analisis, verivikasi data, validitas data, sampai akhir proses
pengkreditan.
13
Penelitian Lidyana, Widodo dan Dharmawan (2016) menggunakan
metode deskriptif, pengumpulan data studi dokumentasi atau daftar pustaka,
dengan objek penelitian perbankan secara umum. Kesimpulan dari penelitian
ini bahwa diduga terdapat pengaruh secara stimulan dari peran audit internal
dan manajemen risiko terhadap efektivitas pengelolaan kredit pada perusahaan
PT. Home Credit Indonesia.
Penelitian Karmudiandri (2014) menggunakan metode deskriptif,
pengumpulan data studi dokumentasi atau daftar pustaka, dengan objek
penelitian perbankan secara umum. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa
audit internal telah menerapkan audit berbasis risiko dalam implementasinya
sehingga sudah berjalan secara optimal dan dilakukan secara
berkesinambungan serta bekerjasama dengan Strategic Business Unit (SBU)
dalam manajemen risiko.
Penelitian Khayati (2015) menggunakan metode deskriptif,
pengumpulan data studi dokumentasi atau daftar pustaka, dengan objek
penelitian perbankan secara umum. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa
terdapat empat mekanisme tahapan dalam proses identifikasi prosedur
penyaluran pembiayaan yaitu tahapan pertama melihat risk profilnya, tahapan
kedua menyusun program audit guna pemeriksaan, tahapan ketiga
pelaksanaan penugasan audit dan tahapan keempat pelaporan hasil audit
menggunakan Kertas Kerja Pelaksanaan Audit (KKPA) dan peran yang
14
ditujukan audit internal pembiayaan dalam mengendalikan risiko
pengendalian meliputi peran pemecahan masalah, peran kepatuhan, peran
negosiator dan peran pengendalian.
Penelitian Syahril (2013) menggunakan metode deskriptif,
pengumpulan data studi dokumentasi atau daftar pustaka, dengan objek
penelitian perbankan secara umum. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa
audit internal mempunyai pesan yang cukup besar dalam pengelolaan risiko di
lembaga keuangan syariah terutama jika audit internal sudah dapat berperan
sebagai katalis atau penjamin kualitas, diketahui bahwa sistem pengendalian
intern juga mempunyai peran yang cukup besar dalam pengelolaan risiko
dilembaga keuangan syariah baik yang bersifat soft control maupun bersifat
hard control, dan diketahui bahwa implementasi audit internal berbasis risiko
ternyata menunjang proses pengelolaan risiko di lembaga keuangan syariah
dengan jalan memfokuskan audit pada risiko paling tinggi yang dihadapi
lembaga keuangan syariah.
Dari pemaparan penelitian yang sudah ada diatas maka penelitian yang
akan diajukan penulis berbeda dengan penelitian sebelumnya. Beberapa beda
penelitian itu antara lain objek penelitian yang akan dilakukan pada BMT,
peneliti lebih fokus pada peran Audit Internal di BMT Taruna Sejahtera dalam
manejemen risiko pembiayaan, mekanisme Audit Internal dalam manajemen
risiko pembiayaan, serta Standar Operasional Perusahaan Audit Internal di
BMT Taruna Sejahtera. Peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif
15
dengan metode pengumpulan data melalui wawancara, observasi dan
dokumentasi. Dengan perbedaan-perbedaan yang ada maka dapat disimpulkan
bahwa penelitian dengan judul “Analisis Peran Audit Internal dalam
Manajemen Risiko Pembiayaan di BMT Taruna Sejahtera” ini berbeda
dengan penelitian sebelumnya.
Adapun ringkasan mengenai perbedaan dan persamaan penelitian
terdahulu dan penelitian ini, sebagai berikut:
a. Beda penelitian dengan penelitian yang telah diteliti oleh Kusuma dan
Hasibuan (2013) yaitu Kusuma dan Hasibuan meneliti tentang Peranan
Pengendalian Internal sebagai Alat Bantu Manajemen dalam Pengamanan
Pemberian Kredit Mikro dan objek penelitian di Kantor Cabang Pusat
Bogor PT X Mikro Unit Bisnis. Sedangkan penelitian saat ini meneliti
tentang peran audit internal dalam manajemen risiko pembiayaan dan
objeknya melakukan penelitian di BMT Taruna Sejahtera. Persamaan
penelitian terletak pada metode penelitian, yaitu kualitatif deskriptif.
b. Beda penelitian dengan penelitian yang telah diteliti oleh Lidyana, Widodo
dan Dharmawan (2016) dapat dilihat dari segi judul penelitian, objek
penelitian dan metode penelitian yang digunakan. Untuk judulnya Peranan
audit internal dan manajemen risiko terhadap efektifitas pengelolaan kredit,
objek penelitian Hana dkk melakukan penelitian di PT. Home Credit
Indonesia dan menggunakan metode penelitian kuantitatif data sekunder.
Sedangkan penelitian saat ini berjudul analisis peran audit internal dalam
16
manajemen risiko pembiayaan, objek penelitian di BMT Taruna Sejahtera
dan menggunakan metode penelitian kualitatif dengan data primer.
Persamaan penelitian terlihat dari beberapa teori yang digunakan.
c. Beda penelitian dengan penelitian yang telah diteliti oleh Karmudiandri
(2014) terdapat pada rumusan masalah, metodologi penelitian, fokusnya.
Dalam penelitian Arwina membahas lebih luas mengenai peran pengendali
internal dalam manajemen pengaman pemberian kredit, metodologi yang
digunakan kualitatif data primer dan objek penelitian di Bank sedangkan
penelitian saat ini hanya fokus pada peran audit internal dalam manajemen
risiko pembiayaan di BMT Taruna Sejahtera. Persamaannya terdapat pada
judul yang digunakan.
d. Beda penelitian dengan penelitian yang telah diteliti oleh Khayati (2015)
terdapat pada rumusan masalah, objek penelitian dan tata cara menganalisis
penelitian yang diteliti. Dalam penelitian Khayati terdapat rumusan
masalah mengenai mekanisme dan peran audit internal dalam pengendalian
risiko pembiayaan, objek penelitian Bank BRI Cabang Diponenogo
Surabaya, proses penelitian menggunakan berbagai tahapan penelitian
sedangkan dalam penelitian ini menggunakan rumusan masalah Standar
Operasional Prosedur (SOP), mekanisme dan peran audit internal dalam
manajemen risiko pembiayaan, objek penelitian di BMT Taruna Sejahtera,
tata cara penelitian lebih simple dan to the point. Persamaanya terdapat
pada metodologi yang digunakan dan kemiripan pada judulnya.
17
e. Beda penelitian dengan penelitian yang telah diteliti oleh Syahril (2013)
terdapat pada rumusan masalah dan objeknya. Syahril meneliti dengan
rumusan masalah audit internal dan pengendalian intern dalam mengelola
risiko keseluruhan di lembaga keuangan syariah dan objeknya di bank
sedangkan dalam penelitian ini menjelaskan Standar Operasional Prosedur
(SOP), mekanisme dan peran audit internal dalam manajemen risiko
pembiayaan dan objeknya di BMT Taruna Sejahtera. Persamaanya terdapat
pada metodologi yang digunakan.
B. Kerangka Teori
1. Hakekat Audit
Menurut Mulyadi dan Puradiredja (1998) dalam Ulum (2012: 3)
audit adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi
bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan
dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat
kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang
telah ditetapkan, serta menyampaikan hasil-hasilnya kepada pemakai
yang berkepentingan.
2. Audit Internal
a. Pengertian Audit Internal
Seperti yang dikutip oleh Guy (2003: 409), Audit Internal
merupakan suatu fungsi penilai independen yang dibentuk dalam
18
organisasi untuk memeriksa dan mengevaluasi kegiatannya sebagai
jasa bagi organisasi.
Menurut Sukrisno (2013: 204), Audit Internal adalah
pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan,
terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan maupun
ketaatan terhadap kebijakan manajemen puncak yang telah ditentukan
dan ketaatan terhadap peraturan pemerintah dan ketentuan-ketentuan
dari ikatan profesi yang berlaku.
Menurut Hiro Tugiman (2006: 11) adalah: “Audit Internal
adalah suatu fungsi penilaian yang independen dalam suatu organisasi
untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan organisasi yang
dilaksanakan”
Sedangkan menurut Institute of Internal Auditor (IIA) yang
dikutip oleh Pickett (2010: 15) dalam buku Sukrisno (2013: 204),
“Internal Auditing is an independent, objective assurance and
consulting activity designed to add value and improve an
organization’s operations. It helps an organization accomplish
its objectives by bringing a systematic, disciplined approach to
evaluate and improve the effectiveness of risk management,
control, and governance processes.”
“Audit Internal adalah kegiatan assurance dan konsultasi
yang independen dan objektif, yang dirancang untuk
memberikan nilai tambah dan meningkatkan kegiatan-kegiatan
operasi organisasi. Audit Internal membantu organisasi untuk
mencapai tujuannya, melalui suatu pendekatan yang sistematis
dan teratur untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas
dari manajemen risiko, pengendalian, dan proses tata kelola”.
19
Berdasarkan pengertian di atas diketahui bahwa audit internal
merupakan suatu fungsi penilaian yang bebas dalam suatu organisasi
guna menelaah atau mempelajari dan menilai kegiatan-kegiatan
perusahaan untuk memberikan saran kepada manajemen.
b. Tujuan Audit Internal
Sebagaimana didefinisikan Guy (2003: 410) dalam Statement
of Responsibilities of Internal Auditor yang diterbitkan oleh Institute
of Internal Auditors (IIA), Tujuan Audit Internal adalah untuk
membantu anggota organisasi melaksanakan tanggung jawabnya
secara efektif." Untuk mencapai tujuan ini, staf audit internal
diharapkan dapat melengkapi organisasi dengan "Analisis, penilaian,
rekomendasi, konsultasi, dan informasi kegiatan yang ditelaah".
c. Fungsi Audit Internal
Menurut Sawyer (2005: 32) mengemukakan bahwa internal
audit memiliki berbagai fungsi diantaranya:
1) Pengawasan pada seluruh aktivitas yang sulit ditangani oleh
pimpinan puncak.
2) Pengidentifikasian dan minimalisasi risiko.
3) Report Validation kepada manajer senior.
4) Mendukung dan membantu manajemen pada bidang-bidang
teknis.
5) Membantu proses pengambilan keputusan.
20
6) Menganalisis masa mendatang (bukan untuk hal yang telah
terjadi).
7) Membantu manajer dalam mengelola perusahaan.
3. Risiko
a. Pengertian Risiko
Sering kali risiko muncul karena adanya lebih dari satu pilihan
dan dampak dari tiap pilihan tersebut belum dapat diketahui secara
pasti. Selalu ada opportunity cost yang membuntuti setiap pilihan
yang diambil. Dengan demikian, risiko bisa didefinisikan sebagai
konsekuensi atas pilihan yang mengandung ketidakpastian yang
berpotensi mengakibatkan hasil yang tidak diharapkan atau dampak
negatif lainnya yang merugikan bagi pengambil keputusan. Dari
definisi tersebut, risiko mengandung beberapa dimensi, biaya peluang,
potensi kerugian atau dampak negatif lainnya, ketidakpastian dan
diperolehnya hasil yang tidak sesuai harapan (Imam Wahyudi, et.al,
2013: 4).
b. Jenis-Jenis Risiko
Menurut Ikatan Bankir Indonesia (2015: 8) risiko yang terdapat
dalam perbankan syariah dibagi menjadi beberapa jenis risiko yakni:
1) Risiko Pembiayaan
Risiko pembiayaan adalah risiko yang berkaitan dengan
kemungkinan kegagalan debitur untuk melunasi pembiayaannya
21
pada waktu nyang telah ditentukan. Risiko pembiayaan pada
umumnya dihadapi oleh industri jasa perbankan, walaupun
perorangan atau lembaga-lembaga keuangan yang bukan bank
tidak tertutup kemungkinan untuk terkena risiko ini.
2) Risiko Pasar
Risiko ini muncul akibat harga pasar bergerak kearah
yang merugikan. Risiko ini merupakan risiko gabungan yang
terbentuk akibat perubahan suku bunga, perubahan nilai tukar
serta hal lain yang mempengaruhi harga pasar saham, ekuitas
maupun komoditas (Kasidi, et al 2014: 66).
3) Risiko Liquiditas
Risiko liquiditas terbagi menjadi dua macam, yaitu risiko
liquiditas asset (asset liquidity risk) dan risiko liquiditas
pendanaan (funding liquidity risk). Risiko liquiditas asset atau
sering disebut dengan market/product liquidity risk, timbul
karena suatu transaksi tidak dapat dilaksanakan pada harga pasar,
yang menjadikan akibat besarnya nilai transaksi relative terhadap
besarnya pasar. Sedangkan risiko liquiditas pendanaan yang juga
sering disebut cash-flow risk, yaitu risiko ketidakmampuan
memenuhi kewajiban jatuh tempo sehingga mengakibatkan
likuiditas (Kasidi, et al 2014: 67).
4) Risiko Operasional
22
Proses penggunaan teknologi yang berdampak pada
operasional bank merupakan risiko yang timbul akibat tindakan
manusia. Oleh karena itu, kecurangan, ketidakjujuran, kegagalan
manajemen, sistem pengendalian yang tidak memadai, prosedur
operasional yang tidak tepat, termaksud dalam risiko
operasional. Risiko operasional juga dapat menyebabkan
terjadinya risiko pasar dan risiko kredit. Misalnya, adanya
masalah operasional pada transaksi bisnis seperti, kegagalan
settlement akan menciptakan risiko pasar dan risiko kredit,
karena kerugian dari masalah operasional ini besarnya
tergantung dari pergerakan harga pasar (Kasidi, et al 2014: 68).
5) Risiko Hukum
Risiko hukum muncul akibat adanya tuntutan hukum
dan/atau kelemahan aspek yuridis. Risiko ini timbul antara lain,
karena adanya tuntutan secara hukum dan ketiadaan peraturan
perundang-undangan yang mendukung atau kelemahan
perikatan, seperti tidak dipenuhinya syarat sahnya kontrak atau
pengikatan agunan yang tidak sempurna. Risiko ini tidak jauh
berbeda dengan yang dialami oleh bank konvensional.
6) Risiko Reputasi
Risiko ini muncul akibat opini negative public terhadap
operasional bank, sehingga dapat mengakibatkan menurunnya
23
jumlah nasabah bank tersebut atau menimbulkan biaya besar
karena gugatan pengadilan atau merosonya pendapatan bank.
Persepsi public k tentang pasar merupakan penyebab yang cukup
signifikan dalam risiko reputasi (Kasidi, et al 2014: 68).
7) Risiko Strategik
Risiko ini muncul akibat penerapan strategi yang tidak
tepat, pengambilan keputusan bisnis yang keliru atau bank
kurang responsive terhadap perubahan eksternal, sehingga bank
mengalami kerugian (Kasidi, et al 2014: 68).
8) Risiko Kepatuhan
Risiko ini terjadi karena bank tidak ingin mematuhi atau
tidak ingin melaksanakan peraturan perundang-undangan dan
ketentuan lainyang berlaku. Kemudian bank islam diharuskan
untuk memenuhi prinsip-prinsip syariah dalam aktivitas
bisnisnya. Inilah yang seharusnya mencirikan bank islam. Bank
islam harus benar-benar beroperasi murni berdasarkan syariah
islam.
4. Manajemen Risiko
a. Pengertian Manajemen Risiko
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21
tahun 2008 tentang perbankan syariah dalam pasal 38 ayat 1
disebutkan bahwa manajemen risiko adalah serangkaian prosedur dan
24
metodologi yang digunakan oleh perbankan untuk mengindentifikasi,
memantau, mengukur dan mengendalikan risiko yang timbul dari
kegiatan usaha bank.
Manajemen risiko adalah proses pengukuran atau penilaian
risiko serta pengembangan strategi pengelolaannya. Strategi dapat
diambil antara lain adalah memindahkan risiko ke pihak lain,
menghindari risiko, mengurangi efek negatif risiko dan menampung
sebagian atau semua konsekuensi risiko tertentu. Manajemen risiko
tradisional terfokus pada risiko-risiko yang timbul oleh penyebab
fisik atau legal (seperti bencana alam, kebakaran, kematian, serta
tuntutan hukum). Manajemen risiko keuangan di sisi lain, terfokus
pada risiko yang dapat dikelola dengan menggunakan instrumen-
instrumen keuangan. Perbankan Islam juga berpotensi menghadapi
risiko-risiko tersebut, kecuali risiko tingkat bunga karena perbankan
Islam tidak berurusan dengan bunga (Rukmana, 2010: 135).
Dari berbagai definisi tersebut dapat kita simpulkan bahwa
esensi manajemen risiko adalah kecukupan prosedur dan metodologi
pengelolaan risiko sehingga usaha bank tetap dapat terkendali pada
batas atau limit yang dapat diterima serta menguntungkan bank.
25
b. Manfaat Manajemen Risiko
Menurut Darmawi (2005: 11), manfaat manajemen risiko
yang diberikan terhadap perusahaan dapat dibagi dalam 5 (lima)
kategori utama yaitu:
1) Manajemen risiko mungkin dapat mencegah perusahaan dari
kegagalan.
2) Manajemen risiko menunjang secara langsung peningkatan laba.
3) Manajemen risiko dapat memberikan laba secara tidak langsung.
4) Adanya ketenangan pikiran bagi manajer yang disebabkan oleh
adanya perlindungan terhadap risiko murni, merupakan harta non
material bagi perusahaan itu.
5) Manajemen risiko melindungi perusahaan dari risiko murni, dan
karena kreditur pelanggan dan pemasok lebih menyukai
perusahaan yang dilindungi maka secara tidak langsung
menolong meningkatkan public images.
5. Pembiayaan
a. Pengertian Pembiayaan
Menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998
kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam
meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak
peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan
26
pemberian bunga. Sedangkan pengertian pembiayaan adalah
penyediaan uang atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain
yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang
atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan
atau bagi hasil.
Pembiayaan adalah penyedia uang atau tagihan yang
dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
antar bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai
untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka
waktu tertentu dengan imbalan hasil/bagi hasil (Kasmir, 2002: 96).
Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembiayaan
adalah salah satu fungsi intermediary bank syariah dalam
menyalurkan dana yang telah dikumpulkan melalui suatu
kesepakatan dan dalam jangka waktu tertentu dikembalikan dengan
imbalan/bagi hasil.
b. Tujuan Pembiayaan
Secara umum tujuan pembiayaan dibedakan menjadi dua
kelompok yaitu: tujuan pembiayaan untuk tingkat makro dan tujuan
pembuiayaan untuk tingkat mikro. Secara makro dijelaskan bahwa
pembiayaan bertujuan (Aisyah, 2014: 4-5):
1) Peningkatan ekonomi umat;
2) Tersedianya dana bagi peningkatan usaha;
27
3) Meningkatkan produktifitas;
4) Membuka lapangan kerja baru;
5) Terjadinya distribusi pendapatan.
Adapun secara mikro, pembiayaan bertujuan untuk:
1) Upaya memaksimalkan laba;
2) Upaya meminimalkan risiko;
3) Pendayagunaan sumber ekonomi;
4) Penyaluran kelebihan dana.
c. Fungsi Pembiayaan
Berikut ini pemaparan tentang beberapa fungsi pembiayaan di
perbankan syariah (Aisyah, 2014: 8).
1) Meningkatkan daya guna uang;
2) Meningkatkan daya guna barang;
3) Meningkatkan peredaran uang;
4) Melimbulkan kegairahan berusaha;
5) Stabilitas ekonomi;
6) Jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional
Dari fungsi diatas bisa dikatakan bahwa, masyarakat yang
memiliki uang lebih dan dititipkan di bank maka uang tersebut akan
dimanfaatkan oleh orang lain untuk usaha, sehingga mendapatkan
hasil. Hasil tersebut yang kemudian diberikan sesuai proporsi dan
28
nisbah yang ditentukan kepada nasabah penyimpan dana dan juga
bank sebagai pengelola (Aisyah, 2014: 9-11).
6. Pengertian Risiko Kredit
Menurut Ikatan Bankir Indonesia (2015: 67) Risiko Kredit adalah
risiko akibat kegagalan debitur dan/atau pihak lain dalam memenuhi
kewajiban melunasi kredit pada bank. Pada aktivitas pemberian kredit
baik kredit komersial maupun kredit konsumsi, terdapat kemungkinan
debitur tidak dapat memenuhi kewajiban kepada bank karena berbagai
alasan, seperti kegagalan bisnis, karena karakter dari debitur yang tidak
mempunyai iktikad baik untuk memenuhi kewajiban kepada bank, atau
memang terdapat kesalahan dari pihak bank dalam proses persetujuan
kredit.
Sedangkan menurut Hennie dan Sonja (2011: 139) Risiko Kredit
adalah keadaan debitur atau penerbit instrumen keuangan baik individu,
perusahaan, maupun negara tidak akan membayar kembali kas pokok dan
lainnya yang berhubungan dengan investasi sesuai ketentuan yang
ditetapkan dalam perjanjian kredit.
7. Pengertian Baitul Maal Wat Tamwil
Baitul Maal Wat Tamwil Adalah lembaga keuangan non bank
yang bergerak dalam sekala mikro sebagaimana koperasi simpan pinjam
(KSP). BMT sendiri merupakan gabungan dari kata baitul maal dan bait
at-tamwil. Secara singkat, bait al-maal merupakan lembaga pengumpulan
29
dana masyarakat yang disalurkan tanpa tujuan profit. Sedangkan bait at-
tamwil merupakan lembaga pengumpulan dana (uang) guna disalurkan
dengan orientasi profit dan komersial (Sumiyanto, 2008:15).
8. Mekanisme Audit Internal dalam Manajemen Risiko Pembiayaan
Pelaksanaan kegiatan audit internal merupakan tahapan-tahapan
penting yang dilakukan oleh seorang internal auditor dalam proses
auditing untuk menentukan prioritas, arah, dan pendekatan dalam proses
audit internal.
Tahapan-tahapan dalam pelaksanaan kegiatan audit internal,
menurut Tugiman (2006: 53) adalah sebagai berikut:
a. Tahap perencanaan audit
Tahap perencanaan audit merupakan langkah yang paling
awal dalam pelaksanaan kegiatan audit internal, perencanaan dibuat
bertujuan untuk menentukan objek yang akan diaudit/prioritas audit,
arah dan pendekatan audit, perencanaan alokasi sumber daya dan
waktu dan merencanakan hal-hal lainnya yang berkaitan dengan
proses auditing.
Menurut Tugiman (2006: 53) audit internal harus
merencanakan setiap pemeriksaan. Perencanaan haruslah
didokumentasikan dan harus meliputi:
1) Penetapan tujuan audit dan lingkungan pekerjaan;
30
2) Memperoleh informasi dasar (background information) tentang
kegiatan yang akan diperiksa;
3) Penentuan berbagai tenaga yang diperlukan untuk melaksanakan
audit;
4) Pemberitahuan kepada para pihak yang dipandang perlu;
5) Melaksanakan survey untuk mengenali kegiatan yang
diperlukan;
6) Penulisan program audit
7) Menetukan bagaimana, kapan dan kepada siapa hasil audit akan
disampaikan;
b. Tahap pengujian dan pengevalusian informasi
Pada tahap ini audit internal haruslah mengumpulkan,
menganalisa, menginterprestasikan dan membuktikan kebenaran
informasi untuk mendukung hasil audit. Menurut Tugiman (2006:
59), proses pengujian dan pengevalusian informasi adalah sebagai
berikut:
1) Dikumpulkan berbagai informasi tentang seluruh hal yang
berhubungan dengan tujuan pemeriksa dan lingkup kerja;
2) Informasi haruslah mencukupi, kompeten, relevan dan berguna
untuk suatu dasar yang logis bagi temuan audit dan rekomendasi-
rekomendasi;
31
3) Adanya prosedur-prosedur audit termaksud teknik-teknik
pengujuan
4) Dilakukan pengawasan terhadap proses pengumpulan,
penganalisaam, penafsiran dan bukti kebenaran informasi;
5) Dibuat kertas kerja pemeriksaan.
c. Tahap penyampaian hasil
Menurut Hiro Tugiman (2006: 68) audit internal harus
melaporkan hasil audit yang dilaksanakannya yaitu:
1) Laporan tertulis yang ditandatangani oleh ketua audit internal;
2) Pemeriksa internal harus terlebih dahulu mendiskusikan
kesimpulan dan rekomendasi;
3) Suatu laporan haruslah objektif, jelas, singkat, terstruktur dan
tepat waktu;
4) Laporan haruslah mengemukakan tentang maksud, lingkup dan
hasil dari pelaksanaan pemeriksaan;
5) Laporan mencantumkan berbagai rekomendasi;
6) Pandangan dari pihak yang diperiksa tentang berbagai kesimpulan
atau rekomendasi dapat pula dicantumkan dalam laporan
pemeriksaan;
7) Pimpinan audit internal mereview dan menyetujui laporan audit.
d. Tahap tindak lanjut hasil audit
32
Menurut Hiro Tugiman (2006: 75) tindak lanjut oleh audit
internal diartikan sebagai suatu proses untuk menentukan kecukupan,
keefektifan dan ketetapan waktu dari berbagai tindakan yang
dilakukan oleh manajemen terhadap berbagai temuan pemeriksaan
yang dilaporkan.
Dari pernyataan diatas dapat diketahui bahwa audit internal
harus terus-menerus meninjau atau melakukan tindak lanjut untuk
memastikan bahwa terdapat temuan-temuan bukti audit yang
dilaporkan telah dilakukan tindakan yang tepat dan tidak terulang
untuk hal yang sama. Audit internal harus memastikan apakah suatu
tindakan korektif terhadap berbagai temuan yang dilaporkan.
Disamping prosedur, juga diperlukan cara untuk
menyelesaikan tindak lanjut dalam pelaksanaan audit. Hiro Tugiman
(2006: 78) mengemukakan: “Berbagai teknik yang diperlukan untuk
menyelesaikan tindak lanjut secara efektif yaitu:
1) Pengiriman laporan tentang temuan pemeriksaan kepada
tingkatan manajemen yang tepat, yang bertanggung jawab untuk
melakukan tindakan-tindakan korektif;
2) Menerima dan mengevaluasi tanggapan manajemen terhadap
temuan pemeriksaan selama pelaksanaan dilakukan, atau dalam
jangka waktu yang wajar setelah laporan hasil pemeriksaan
diterbitkan;
33
3) Menerima laporan perkembangan perbaikan dari manajemen
secara periodik, untuk mengevaluasi status usaha manajemen
untuk memperbaiki kondisi yang sebelumnya dilaporkan;
4) Menerima dan mengevaluasi laporan dari berbagai organisasi
yang lain yang ditugaskan dan bertanggung jawab mengenai
berbagai hal yang berhubungan dengan proses tindak lanjut;
5) Melaporkan kepada manajemen atau dewan tentang status dari
tanggapan terhadap bervagai temuan pemeriksaan.
9. Peran Audit Internal dalam Manajemen Risiko Pembiayaan
Menurut Ikatan Bankir Indonesia (2014: 102-103) terdapat
beberapa peran audit internal dalam manajemen risiko pembiayaan antara
lain:
a. Peran Pemecah Masalah
Audit Internal seringkali dikatakan sebagai penemu masalah.
Dalam hal ini, Tim Audit Pembiayaan telah menemukan bukti-bukti
penyelewengan pembiayaan dalam kunjungannya ke nasabah yang
diantaranya berupa side streaming, over financing, agunan yang tidak
marketeble, penyalahgunaan penggunaan dana yang tidak sesuai dalam
permohonan pembiayaannya dan lain-lain.
b. Peran Kepatuhan
Audit internal merupakan kategori audit kepatuhan, yaitu audit
yang tujuannya untuk menentukan apakah yang diaudit sesuai dengan
34
kondisi atau peraturan tertentu. Peran ini dilakukan Tim Audit Internal
Pembiayaan dengan menilai ketaatan para petugas pembiayaan
terhadap prosedur yang telah ditetapkan. Tim Audit telah melakukan
pemeriksaan data dan bukti-bukti apakah bank telah melaksanakan
penyaluran pembiayaan secara benar. Terbukti ketika pemeriksaan
dilakukan, ternyata masih ditemukan kesalahan proses penyaluran dan
kurannya monitoring petugas pembiayaan.
c. Peran Negosiator
Dalam peran negosiator, auditor dituntun untuk terus menerus
mampu menjual “posisi auditor”, program auditor ataupun ide-ide.
Nagosiator harus berpegang pada sasaran dan berupaya mendapat hasil
yang positif dalam setiap proses sesulit apapun kondisinya. Negosiator
yang dimaksud disini merupakan peran auditor yang menjadi
penghubung antara unit pembiayaan dengan manajemen selaku
pembina sistem melalui usulan yang diberikan oleh bagian audit
kepada manajemen berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan
dilapangan maupun isu yang sedang berkembang di masyarakat.
d. Peran Pengendalian
Audit Internal dalam posisinya ikut berkepentingan dalam
menyelenggarakan sistem pengendalian internal yang handal dan
efektif. Berdasarkan pelaporan auditor, audit internal di BMT Taruna
Sejahtera menilai mitigasi risiko yang telah dilakukan dalam
35
pemberian pembiayaan. Hal ini dilakukan untuk mengatasi kelemahan
atas pelaksanaan internal control yang ada dalam pemberian
pembiayaan. Kinerja auditor dalam inspeksi pembiayaan yang
disalurkan audit menggambarkan bahwa audit internal di BMT Taruna
Sejahtera melakukan internal control untuk pengendalian risiko
pembiayaan.
36
BAB III
GAMBARAN OBJEK PENELITIAN
A. Sejarah Berdirinya BMT Taruna Sejahtera
Krisis Moneter tahun 1997-1998 yang mengakibatkan fluktuatif harga
bahan makanan dan input pertanian yang terjadi sejak pertengahan tahun
1997. Selama periode puncak harga krisis pangan di pasar ritel meningkat
pada tingkat yang lebih tinggi hingga 3–25 kali lipat pertumbuhan harga
sebelum krisis, telah mendorong sekelompok pemuda kota Ungaran untuk
membentuk lembaga usaha yang bertujuan untuk meringankan beban rakyat
kecil akibat himpitan ekonomi dampak Krisis Moneter.
Sehingga pada tanggal 24 Agustus 1998 setelah Peringatan
Kemerdekaan RI ke 53 telah berdiri Lembaga Usaha yang diberi nama
Koperasi Warung Taruna Sejahtera dengan kegiatan usaha penyaluran
sembako khususnya penjualan beras murah dan telah mendapatkan
pengesahaan badan hokum dari Kementrian Koperasi Pengusaha Kecil dan
Menengah Kabupaten Semarang No: 007/BH/KWK.11.1/IX/1998 tanggal 23
September 1998.
Tetapi perkembangannya usaha tersebut tidak dapat berjalan dengan
baik dan mengalami kerugian terus menerus, sehingga pada tahun 2000
koperasi menutup usaha penyaluran sembako dan memilih focus pada usaha
yang diberi nama BMT Taruna Sejahtera yang telah mendapatkan pengesahan
37
Akte Perubahan Badan Hukum No.: 010/BH/PAD/KDK/11.1/II/2000 18
Februari 2000.
Usaha simpan pinjam dengan pola syariah diharapkan dapat
memberikan kontribusi bagi kemajuan Koperasi, tetapi usaha tersebut belum
dapat beroperasi dengan baik dan Koperasi tidak mengalami pertumbuhan,
sehingga pada awal tahun 2011 Koperasi melakukan perubahan besar yang
meliputi perubahan Manajemen dengan menerapkan IMS (Incentive
Manajement System), perubahan sistem Akuntansi dengan
mengimplementasikan Aplikasi Core Banking IBS Realtime serta memperluas
jaringan kerja dengan membuka Kantor Kas diseluruh wilayah Kabupaten
Semarang. Pada saat yang bersamaan diterbitkan pula Produk-produk baru
BMT, dan telah mendapatkan pengesahaan Akte Perubahaan Anggaran Dasar
Koperasi Simpan Pinjam Syariah dari Gubernur Jawa Tengah No.: P
035/PAD/XIV/2015 tanggal 30 April 2015.
Perubahan dari pola operasional lama ke pola operasional baru
membawa dampak pertumbuhan yang sangat pesat hal ini dapat dilkihat dari
Pertumbuhan Simpanan yang semula pada tahun 2011 sebesar 2 Milyar
meniungkat menjadi 50 Miliar pada akhir tahun 2017, sedang pertumbuhan
penyaluran Pembiayaan yang semula pada akhir tahun 2011 sebesar 1,5 Miliar
tumbuh menjadi 37 Miliar pada akhir tahun 2017 untuk 9.100 orang usaha
ekonomi lemah. Sedangkan pertumbuhan Asset yang semula pada awal tahun
2011 sebesar 3,9 Miliar menjadi 59 Miliar rupiah di akhir tahun 2017.
38
Disamping perubahan pola Operasional, pada RAT Tahun 2012 pada
tanggal 27 April 2013 Kantor Pusat BMT Taruna Sejahtera yang semula
masih kontrak di Jl. HOS Cokroaminoto No.416 Ungaran pindah menempati
Gedung baru milik sendiri di Jl. Gatot Subroto No.133 Mutiara Ungaran
Square Kav.3 Ungaran.
B. Visi dan Misi BMT Taruna Sejahtera
Dalam rangka melanjutkan keberlangsungan operasi BMT serta untuk
mengatasi permasalahan dan tantangan yang dihadapi BMT Taruna Sejahtera
di depan mata, maka dirumuskanlah Visi dan Misi BMT Taruna Sejahtera
sebagai gambaran cita-cita, serta harapan yang ingin diwujudkan. Berikut ini
adalah Visi dan Misi BMT Taruna Sejahtera:
1. Visi
BMT Taruna Sejahtera memiliki Visi “Mewujudkan BMT Taruna
Sejahtera sebagai Lembaga Keuangan Syariah yang mampu melayani
kebutuhan Modal Usaha bagi anggota guna menunjang kesejahteraan
bersama yang diridhoi Allah SWT”.
2. Misi
Untuk mencapai Visi tersebut maka dirumuskan 3 (tiga) Misi
antara lain:
a. Menjalankan usaha Simpan Pinjam yang sesuai prinsip Syariah
dengan efektif, efisien dan transparan.
39
b. Pemberdayaan Usaha ekonomi ummat khususnya ekonomi lemah di
wilayah Jawa Tengah.
c. Menyelenggarakan usaha Simpan Pinjam untuk melayani Anggota
sesuai dengan prinsip-prinsip Koperasi.
C. Struktur Organisasi BMT Taruna Sejahtera
Organisasi BMT salah satu penunjang untuk tercapainya tujuan
organisasi secara efektif dan efisien adalah dibentuknya struktur organisasi.
Struktur organisasi ini harus disesuaikan dengan keadaan, kemampuan, dan
perkembangan dari organisasi tersebut. Berikut ini Struktur Organisasi BMT
Taruna Sejahtera:
40
Gambar 1 Struktur Organisasi BMT Taruna Sejahtera
D. Penjabaran Tugas dan Wewenang Masing-Masing Bagian di BMT
Taruna Sejahtera
Struktur organisasi dibentuk agar dapat memperjelas jalur komunikasi,
wewenang, dan tanggung jawab yang memungkinkan adanya kerjasama yang
terkoordinasi antara satu sama lain untuk mencapai suatu tujuan umum
perusahaan. Berikut ini penjabaran tugas dan wewenang masing-masing
bagian di BMT Taruna Sejahtera:
PENGURUS
KETUA : Yahsun, SE
SEKRETARIS : Maftri Yuliana
BENDAHARA : Supriyadi
GENERAL MANAJER
Yahsun, SE
ASISTEN AUDITOR
Hadi Solehan
FUNDING OFF
1. Indah Hapsari
2. Satya Adi Saputro
SUPERVISOR
1. Maftri Yuliana
2. Moh. Jabiawi
TELLER
Septiara Dayu
Ass. TELLER
Fitri Ariyanti
OPERATOR
Yana Arif W.
ADMINISTRASI
Anggi Nur Pratiwi
PENAGIHAN
1. Nova Setya D.
2. Akhmad Faizin
41
1. Chief Exskutif Officer (CEO)
a. Identitas Jabatan
Posisi dalam organisasi: Dibawah Pengurus: Membawahi
langsung General Manajer (GM), Manajer Cabang/MC, Kepala
Kas/KK, Supervisor dan Internal Audit/IA.
b. Fungsi Utama Jabatan
1) Memimpin usaha BMT Taruna Sejahtera sesuai dengan tujuan dan
kebijakan yang telah ditentukan BMT.
2) Merencanakan, Mengkoordinasikan dan Mengendalikan seluruh
aktivitas lembaga yang melibatkan meliputi Penghimpunan Dana
dari Anggota dan lainnya serta penyaluran dana yang merupakan
keiatan utama lembaga serta kegiatan-kegiatan yang secara
langsung berhubungan dengan aktivitas utama tersebut dalam
upaya mencapai target.
3) Melindungi dan menjaga asset perusahaan yang berada dalam
tanggungjawabnya.
4) Membina hubungan dengan anggota, calon anggota, dan pihak lain
(Customer) yang dilayani dengan tujuan untuk mengembangkan
pelayanan yang lebih baik.
5) Membina hubungan kerjasama eksternal dan internal baik dengan
para Pembina koperasi setempat, badan usaha lainnya (Dep Kop
UKM, INKOPSYAH, Dinas Pasar, Perusahaan Pengelola Pasar
42
dan lain-lain) maupun secara internal dengan seluruh aparat
pelaksana, demi meningkatkan produktivitas usaha.
c. Tanggung Jawab
1) Menjabarkan kebijakan umum BMT Taruna Sejahtera yang telah
dibuat pengurus dan disetujui Rapat Anggota.
2) Menyusun dan menghasilkan mancangan anggaran BMT Taruna
Sejahtera dan rencana jangka pendek, rencana jangka panjang,
serta proyeksi (Finansial maupun Non Financial) kepada pengurus
yang selanjutnya akan dibawa pada Rapat Anggota.
3) Mengusulkan kepada pengurus tentang penambahan,
pengangkatan, pemberhentian karyawan sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan operasional BMT.
4) Mengelola dan pemasukan biaya-biaya harian dan tercapainya
target yang telah ditetapkan secara keseluruhan.
5) Mengamankan harta kekayaan BMT Taruna Sejahtera agar
terlindungi dari bahaya kebakaran, pencurian, perampokan dan
kerusakan, serta seluruh asset BMT
6) Terselenggaranya penilaian prestasi kerja karyawan dan membuat
laporan secara periodic kepada Badan Pengurus berupa:
a) Bertanggung Jawab atas selesainya tugas dan kewajiban harian
seluruh bidan atau bagian.
43
b) Tercapainya lingkup kerja yang nyaman untuk semua pekerja
yang berorientasi pada pencapaian target
c) Bertanggung Jawab atas terealisasinya semua program kerja.
d) Terjalinnya kerjasama dengan pihak lain secara baik dan
menguntungkan dalam rangka memenuhi kebutuhan lembaga.
e) Bertanggung Jawab atas terciptanya suasana kerja yang
dinamis dan harmonis.
f) Bertanggung Jawab atas tersedianya bahan rapat anggota
tahunan.
g) Menandatangani dan menyetujui permohonan pembiayaan
dengan batas wewenang.
h) Meningkatkan pendapatan dan menekan biaya serentak
mengawasi operasional Kantor Cabang Utama atau Kantor
Cabang.
d. Tugas-Tugas Pokok
1) Menjabarkan kebijakan umum BMT Taruna Sejahtera yang telah
dibuat pengurus dan disetujui Rapat Anggota.
2) Menerima dan mempelajari keputusan dari pengurus.
3) Melaksanakan dan mensosialisasikan keputusan kepada semua
karyawan dan pihak yang berkepentingan.
4) Mengevaluasi hasil realisasi keputusan dan bila diperlukan
melaporkan kepada pengurus.
44
5) Menyusun dan menghasilkan rencana anggaran BMT Taruna
Sejahtera dan rencana jangka pendek, rencana jangka panjang,
serta proyeksi (Finalcial maupun Non Financial) kepada pengurus
yang selanjutnya akan dibawa pada Rapat Anggota.
6) Memproyeksikan jumlah anggota yang dapat diraih untuk jangka
panjang dan jangka pendek.
7) Menentukan sasaran investasi jangka panjang dan jangka pendek.
8) Merencanakan dan menyusun rencana kerja jangka panjang 5
(lima) tahun dan jangka pendek 1 (Satu) tahun.
9) Mempresentasikan rencana kerja jangka panjang dan jangka
pendek kepada pihak yang berhak (Badan Pengurus dan Anggota).
10) Menyetujui pembiayaan yang jumlahnya tidak melampaui batas
wewenang manajemen.
a) Meninjau jaminan dan usaha pemohon pembiayaan bersama
dengan pembagian pembiayaan.
b) Menandatangani berita acara jaminan.
c) Menyetujui permophonan pembiayaan sesuai dengan
wewenangnya pada lembar data analisis pembiayaan.
d) Menandatangani perjanjian pembiayaan dengan lampiran-
lampirannya dan akte pemasangan hak tanggungan.
e) Memantau perjalanan pembiayaan setelah pencairan
pembiayaan.
45
11) Mengelola dan mengawasi pengeluaran dan pemasukan biaya-
biaya harian dan tercapainya target yang telah ditetapkan secara
keseluruhan,
a) Memonitor dan memberikan arahan / masukan terhadap
upaya pencapaian target.
b) Mengevaluasi seluruh aktifitas dalam rangka pencapaian
target.
c) Menindaklanjuti hasil evaluasi.
d) Menemukan dan menentukan strategi-strategi baru dalam
upaya mencapai target.
e) Membuka peluang/akses kerja sama dengan jaringan/lembaga
lain dalam upaya mencapai target.
12) Mengamankan harta kekayaan BMT Taruna Sejahtera agar
terlindungi dari bahaya kebakaran, pencurian, perampokan dan
kerusakan dengan cara :
a) Mengetahui jumlah dannkeberadaan asset yang menjadi
tanggung jawabnya.
b) Mengatur dan mengawasi penggunaan asset yang ada.
c) Memaksimalkan penggunaan asset yang untuk kepentingan
kantor.
d) Menyimpan asset pada tempat yang telah disediakan.
46
e) Mengupayakan terjaganya likuiditas dengan mengatur
manajemen dana seoptimal mungkin hingga tidak terjadi dana
rush maupun idle.
f) Mengupayakan strategi-strategi khusus dalam menghimpun
dana dan penyaluran dana.
g) Mengupayakan strategi-strategi baru dan handal dalam
menyelesaikan pembiayaan yang bermasalah.
h) Melakukan kontrol terhadap keseluruhan harta BMT.
13) Meningkatkan pendapatan dan menekan biaya serta mengawasi
operasional kanor wilayah masing-masing,
a) Mengacu pada rencana anggaran dengan menggali
pendapatan dari bagi hasil, administrasi pembiayaan dan
kegiatan operasional lainnya (Free Base Income).
b) Menarik pendapatan sudah diterima ataupun yang belum
diterima dari pembiayaan bermasalah.
c) Melakukan efesiensi dengan cara melakukan skala prioritas
biaya.
d) Pengawasan penggunaan biaya.
e. Wewenang
1) Memimpin Rapat Komite untuk memberikan keputusan terhadap
pengajuan pembiayaan.
47
2) Menyetujui/menolak secara tertulis pengjuan rapat komite secara
musyawarah dengan alasan-alasan yang jelas.
3) Menyetujui/menolak pecairan dropping pembiayaan sesuai
dengan batasan wewenang.
4) Menyetujui pengeluaran uang untuk pembelian aktiva tetap sesuai
dengan batas wewenang.
5) Menyetujui pengluaran uang untuk pengeluaran kas kecil dan
biaya operasional lain sesuia dengan batas wewenang.
6) Menyetujui/menolak penggunaan keuangan yang diajukan tidak
melalui prosedur.
7) Memberikan teguran dan sanksi tas pelanggaran yang dilakukan
bawahan.
8) Melakukan penilaian prestasi karyawan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
9) Mengadakan kerja sama dengan pihak lain untuk kepentingan
lembaga dalam upaya mencapai target proyeksi dan tidak
merugikan lembaga.
10) Memutuskan menolak atau menrima kerja sama dengan pihak lain
dalam sesuai dengan kegiatan utama BMT Taruna Sejahtera
dengan alasan-alasan yang dapat diterima.
48
2. General Manajer (GM)
a. Identitas Jabatan
Posisi dalam organisasi : Dibawah Chief Exskutif Officer
(CEO) : Membawahi Manajer Cabang (MC), Kepala Kas (KK),
Account Officer (AO), Teller dan Petugas Penagihan.
b. Fungsi Utama Jabatan
1) Memimpin Usaha BMT Taruna Sejahtera di wilayah Kantor
Cabang Utama sesuai dengan tujuan dan kebijakan yang telah
ditentukan CEO.
2) Merencanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan seluruh
aktifitas lembaga yang meliputi penghimpunan dana dari anggota
(nasabah) dan lainnya serta penyaluran dana yang merupakan
kegiatan utama lembaga serta kegiatan-kegiatan yang secara
langsung berhubungan dengan aktifitas utama tersebut dalam
upaya mencapai target Kantor Cabang Utama.
3) Melindungi dan menjaga asset perusahaan yang berada dalam
tanggung jawabnya.
4) Membina hubungan dengan anggota (nasabah), dan pihak lain
(customer) yang dilayani dengan tujuan untuk mengembangkan
pelqayanan yang lebih baik.
49
c. Tanggung Jawab
1) Menjabarkan kebijakan umum BMT Taruna Sejahtera yang telah
dibuat Chief Exskutif Officer (CEO).
2) Menyetujui pembiayaan yang jumlahnya tak melampaui batas
Wewenang manajemen.
3) Mengusulakn kepada CEO tentang penambahan, pengangkatan,
pemberhentian karayawan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan
operasional BMT.
4) Mengamankan harta BMT Taruna Sejahtera agar terhindung dari
bahaya kebakaran, pencurian, perampokan, dan kerusakan serta
seluruh aseet BMT.
5) Terselenggaranya penilaian prestasi kerja karyawan dan membuat
laporan secra periodic kepada CEO:
a) Bertanggung jawab atas selesainya tugas dan kewajiban harian
seluruh bidang/bagian.
b) Tercapainya lingkup kerja yang nyaman untuk semua pekerja
yang berorientsi kepada pencapaian terget.
c) Bertanggung jawab atas terealisasinya semua program kerja.
d) Terjalinnya kerja sama dengan pihak lain secara baik dan
menguntungkan dalam rangka memenuhi kebutuhan lembaga.
e) Bertanggung jawab atas terciptanya suasana kerja yang
dinamis dan harmonis.
50
6) Menandatangani dan menyetejui permohonan permbiayaan
denganm batas wewenang yang ada diwilayah kantor cabang
utama.
7) Meringankan pendapatan dan menekan biaya serta mengawasi
operasional kantor cabang.
d. Tugas-Tugas Pokok:
1) Menjabarkan kebijakan umum BMT Taruna Sejahtera yang di buat
CEO (Chief Exskituf Officer).
a) Menerima dan mempelajari keputusan atau instruksi memo dari
CEO.
b) Melaksanakan dan memsosialisasikan keputusan atau memo
atau instruksi kepada semua karyawan dan pihak
berkepentingan.
c) Mengevaluasi hasil realisasi keputusan atau memo atau
instruksi dan bila diperlukan melaporkan kepada CEO.
d) Mempresentasikan rencana kerja jangka panjang dan jangka
pendek kepada pihak yang berhak CEO.
2) Menyetujui pembiayaan yang jumlahnya tidak melampaui batas
wewenang manajemen.
a) Meninjau jaminan dan usaha pemohon pembiayaan bersama
dengan bagian pembiayaan.
b) Menandatangani berkas acara jaminan.
51
c) Merekomendasi dan menandatangani permohonan pembiayaan
pada lembar daftar analisis untuk diajukan kepada kantor pusat
bila diluar wewenangnya.
d) Menyetujui permohonan pembiayaan sesuai dengan
wewenangnya pada lembar data analisis pembiayaan.
e) Menandatangani perjanjian pembiayaan dengan lampiran-
lampirannya dan akte pemasangan hak tanggungan.
f) Memantau perjalanan pembiayaan setelah pencairan
pembiayaan.
3) Mengusulkan penambahan, pengangkatan, dan mempromosikan
serta memberhentikan karyawan pada kantor cabang atau kantor
kas.
a) Menetapkan tujuan dan melakukan penilaian prestasi kerja
karyawan.
b) Menganalisis kebutuhan karyawan.
c) Membuat pemberitahuan kebutuhan karyawan kepada CEO.
d) Membuat surat pengusulan pengangkatan karyawan kepada
CEO.
e) Mengajukan karyawan yang dinilai berprestasi untuk kenaikan
jabatan yang lebih tinggi.
52
4) Mengelola dan mengawasi pengeluaran dan pemasukan biaya-
biaya harian dan tercapainya target yang telah ditetapkan secara
keseluruhan.
a) Memonitor dan memberikan arahan atau masukan terhadap
upaya pencapaian target.
b) Mengevaluasi seluruh aktivitas dalam rangka pencapaian
target.
c) Menindaklanjuti hasil evaluasi.
d) Menemukan dan menetukan strategi-strategi baru dalam upaya
mencapai target.
e) Membuka peluang tau akses kerjasama dengan jaringan dan
lembaga lain dalam upaya mencapai target.
5) Mengamankan harta kekayaan BMT Taruna Sejahtera agar
terlindung dari bahaya kebakaran, pencurian, perampokan dan
kerusakan dengan cara:
a) Mengetahui jumlah dan keberadaan asset yang menjadi
tanggung jawabnya.
b) Mengatur dan mengawasi pengunaan asset yang ada.
c) Memaksimalkan penggunaan asset yang untuk kepentingan
kantor.
d) Menyimppan asset pada tempat yang sudah disediakan.
53
e) Mengupayakan terjaganya likuiditas dengan mengatur
manajemen dana seoptimal mungkin bila tidak terjadi dana
rush maupun idle.
f) Mengupayakan strategi strategi khusus dalam penghimpunan
dana dan penyaluran dana.
g) Mengupayakan strategi-strategi baru dan handal dalam
menyelesaikan pembiayaan yang bermasalah.
h) Melakukan control terhadap keseluruhan harta BMT.
6) Terselenggarannya penilaian prestasi kerja karyawan dan membuat
laporan secara periodik.
a) Menetapkan tujuan penilaian prestasi kerja.
b) Melakuakan penilaian prestasi kerja karyawan.
c) Merencanakan dan merancang sistem hubungan kerja yang
memotivasi karyawan untuk bekerjasama dalam mencapai
sasaran lembaga.
d) Mengevaluasi pola hubungan bila diperlukan.
e) Menetapkan dan mengatur semua kegiatan operasional
menurut bagian dan kemampuan masing-masing karyawan.
f) Mendelegasikan semua karyawan kegiatan operasional kepada
karyawan sesuai dengan bagian masing-masing karyawan.
54
g) Mengkoordinasi tugas oprerasional yang akan dilaksanakan
maupun yang telah dilaksanakan oleh karyawan yang satu
dengan karyawan yang lain.
7) Membuat laporan pembiayaan yang meliputi:
a) Jumlah dan jenis pembiayaan yang telah direalisasikan.
b) Jumlah tagihan margin pembiayaan, menurut jangka waktu dan
jenis jaminan.
8) Mengawasi pendapatan dan menekan biaya operasional kantor
wilayah masing-masing.
a) Menaik pendapatan sudah diterima maupoun belum diterima
dari pembiayaan bermasalah.
b) Melakukan efisiensi dengan cara melakuakn skala prioritas
biaya.
c) Pengawasan penggunaan biaya.
e. Wewenang
1) Memimpin Rapat Komite untuk memberikan keputusan terhadap
kemajuan pembiayaan.
2) Menyetujuai atau menolak secara tertulis pengajuan rapat komite
secara musyawarah dengan alasan-alasan yang jelas.
3) Menyetujui atau menolak pencairan dropping pembiayaan sesuai
dengan batasan wewenang.
55
4) Menyetujui pengeluaran uang untuk pengeluaran kas kecil dan
biaya operasional lain sesuai dengan batas wewenang.
5) Melakukan penilaian prestasi karyawan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
6) Mengusulkan promosi, rotasi dan PHK seuai dengan ketentuan
yang berlaku.
f. Kriteria yang harus dipenuhi oleh seorang manajer cabang untuk
menjadi General Manajer apabila seorang Manajer Cabang mampu:
Menguasai Pekerjaan, Integritas, Loyalitas, Mampu Bekerja Keras
Mempunyai Visi, Mempunyai kebangaan terhadap perusahaan,
Mempunyai Komitmen, Mmepunyai Motivasi dan Mempunyai satu
atau lebih Kantor Kas yang sudah mencapai Target untuk ditingkatkan
sebagai Kantor Cabang.
Target General Manajer:
1) Tercapai target pembiayaan sebesar jumlah Account Officer (AO)
x Rp 400.000.000,00
2) Jumlah Kantor Cabang atau Kantor Kas minimal 3 Kantor
3) Porto Folio Status (PFS) kurang dari 2,00% dalam satu wilayah
Kantor Cabang Utama selama satu tahun.
56
3. Manajer Cabang (MC/Kepala Kas (KK))
a. Identitas Jabatan
Posisi dalam organisasi : dibawah General Manajer (GM) :
Membawahi Account Officer (AO) dan Teller.
b. Fungsi Utama Jabatan
1) Memimpin BMT Taruna Sejahtera diwilayah kantor cabang atau
kantor kas sesuai dengan tujuan dan kebijakan yang telah
ditentukan BMT.
2) Merencanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan seluruh
aktivitas lembaga yang meliputi penghimpunan dana dari anggota
atau nasabah dan lainnya serta penyaluran dana yang merupakan
kegiatan utama lembaga serta kegiatan-kegiatan yang secara
langsung berhubungan dengan aktivitas utama tersebut dalam
upaya mencapai target.
3) Melindungi dan menjaga aaset perusahaan yang berada dalam
tanggung jawabnya.
4) Membina hubungan dengan anggota dan nasabah, dan pihak lain
atau customer yang dilayani dengan tujuan untuk mengembangkan
pelayanan yang lebih baik.
5) Merencanakan, mengarahkan serta mengevaluasi target financing
dan funding serta memastikan strategi yang digunakan sudah tepat
57
dalam upaya mencapai sasaran termaksud dalam menyelesaikan
pembiayaan bermasalah.
c. Tanggung Jawab
1) Menjabarkan kebijakan umum BMT Taruna Sejahtera yang telah
dibuat General Manajer (GM).
2) Menyetujui pembiayaan yang jumlahnya tidak melampaui batas
wewenang manajemen.
3) Mengusulkan kapada GM tentang penambahan, pengangkatan,
pemberhentian karyawan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan
operasional BMT.
4) Pengamatan harta kekayaan BMT Taruna Sejahtera agar terlindung
dari bahaya kebakaran, pencurian, pertampokan dan kerusakan,
serta seluruh asset BMT.
5) Terselenggaranya penilaian prestasi kerja karyawan dan membuat
laporan secara periodic kepada badan GM.
6) Menandatangani dan menyetujui permohonan pembiayaan dengan
batas wewenang yang diwilayah kantor cabang atau kantor kas.
7) Tercapainya target pemasaran baik funding, financing maupun
colekting.
8) Terselenggaranya rapat pemasaran dan terselesaikan permasalahan
ditingkat pemasaran.
9) Menilai dan mengevaluasi kinerja bagian pemasaran.
58
10) Bertanggung jawab dalam proses pengajuan pembiayaan dan
melakukan penilaian terhadap potensi pasar dan pengembangan
pasar serta proses penyelesaian pembiayaan bermasalah
d. Tugas-tugas Pokok
1) Menjabarkan kibijakan umum BMT Taruna Sejahtera yang telah di
buat General Manajer (GM)
a) Menerima dan mempelajari keputusan atauinstruksi atau memo
dari GM.
b) Melaksanakan dan mensosialisasikan keputusan atau memo
atau unstruksi kepada semua karyawan dan pihak
berkepentingan.
c) Mengevaluasi hasil realisasi keputusan atau memo atau
instruksi dan bila diperlukan melaporkan kepada GM.
2) Menyetujui pembiayaan yang jumlahnya tidak melampaui batas
wewenang manajemen.
a) Meninjau jaminan dan usaha pemohon pembiayaan bersama
Account Officer.
b) Menandatangani berita acara jaminan.
c) Merekomendasi dan menandatangani permohonan pembiayaan
pada lembar data analisis untuk diajukan kepada kantor pusat
bila diluar wewenangnya.
59
d) Menyetujui permohonan pembiayaan sesuai dengan
wewenangnya pada lembar data analisis poembiayaan.
e) Memantau perjalanan pembiayaan sertelah pencairan
pembiayaan.
3) Mengamankan harta kekayaan BMT Taruna Sejahtera agar
terlindung dari bahaya kebakaran, pencurian, perampokan dan
kerusakan dengan cara :
a) Mengetahui jumlah dan keberadaan asset yang menjadi
tanggung jawabnya.
b) Mengatur dan mengawasi pengunaan asset yang ada.
c) Memaksimalkan penggunaan asset yang untuk kepentingan
kantor.
d) Menyimppan asset pada tempat yang sudah disediakan.
e) Mengupayakan terjaganya likuiditas dengan mengatur
manajemen dana seoptimal mungkin bila tidak terjadi dana
rush maupun idle.
f) Mengupayakan strategi strategi khusus dalam penghimpunan
dana dan penyaluran dana.
g) Mengupayakan strategi-strategi baru dan handal ndalam
menyelesaikan pembiayaan yang bermasalah.
h) Melakukan control terhadap keseluruhan harta BMT.
60
4) Terselenggarannya penilaian prestasi kerja karyawan dan membuat
laporan secara periodik.
a) Merencanakan dan merancang sistem hubungan kerja yang
memotivasi karyawan untuk bekerjasama dalam mencapai
sasaran lembaga.
b) Mengevaluasi pola hubungan bila diperlukan.
c) Menetapkan dan mengatur semua kegiatan operasional
menurut bagian dan kemampuan masing-masing karyawan.
d) Mendelegasikan semua karyawan kegiatan operasional kepada
karyawan sesuai dengan bagian masing-masing karyawan.
e) Mengkoordinasi tugas oprerasional yang akan dilaksanakan
maupun yang telah dilaksanakan oleh karyawan yang satu
dengan karyawan yang lain.
5) Tercapainya target pemasaran baik funding maupun financing.
a) Membuat target-target yang ingin dicapai dengan melihat
kapasitas Account Officer (AO).
b) Melakukan pemantauan terhadap hasil yang dicapai Account
Officer (AO) sesuai target yang diberikan.
c) Melakukan evaluasi terhadap hasil yang dicapai Account
Officer (AO) atas yang diberikan.
6) Terselenggaranya rapat bagian pemasaran dan terselesaikannya
permasalahan ditingkat pemasaran:
61
a) Membuat jadwal rutin rapat pemasaran dan memastikan
agenda-agenda yang penting untuk dibahas.
b) Memastikan seluruh bahan rapat sudah tersedia dan lengkap
(Data, daftar masalah dan lain-lain).
c) Memimpin rapat.
d) Memastikan diperoleh jalan keluar dalam membahas masalah
pada akhir rapat.
e) Memastikan notulasi rapat dibuat dan terdokumentasi dengan
baik.
7) Menilai dan mengevaluasi kinerja bagian pemasaran.
a) Menciptakan alat control untuk memudahkan penilaian kinerja
bagian pemasaran.
b) Melakukan penelitian pada periode tertentu atas kinerja
pemasaran antara lain meliuputi capaian target per Account
Officer (AO) serta mencatat pelanggaran-pelanggaran dari sisi
pemasaran yang dilakukan oleh Account Officer (AO).
c) Bertanggung jawab dalam proses pengajuan pembiayaan.
d) Melakukan penilaian terhadap potensi pasar dan
pengembangan pasar.
e) Menerima dari bagian AO berkas pengajuan pembiayaan
(Daftar pengajuan pembiayaan, analisis pembiayaan dari
bagian pembiayaan dan kelengfklapan syarat administrasi yang
62
mungkin diperlukan, seperti : KTP, KK, Surat Izin Suami/Istri,
Surat Atas Jaminan dan lain-lain).
f) Memeriksa kelengkapan dan kebenaran berkas pengajuan
pembiayaan anggota atau nasabah dan mendiskusikan dengan
baik.
g) Secara berkala dan terencana melakukan kunjungan pasar
untuk melihat potensi-potensi yang perlu dikembangkan.
h) Bersama dengan manajer BMT Taruna Sejahtera
membicarakan peluang-peluang pasar yang ada dan
kemungkinan pengembangannya.
i) Menerima daftar pembiayaan anggota atau nasabah yang
bermasalah (Uang lancar, diragukan dan macet).
j) Memeriksa daftar pembiayaan bermasalah apakah benar telah
memenuhi kriteria pembiayaan bermasalah dan
menandatangani sebagian tanda persetujuan.
k) Menyerahkan kembali daftar pembiayaan bermasalah kepada
staf penagihan serta melaporkannya kepada GM.
e. Wewenang
1) Menyetujui/menolak secara tertulis pengajuan pembiayaan dengan
alasan-alasan yang jelas.
2) Menyetujui/menolak pencairan dropping pembiayaan sesuai
dengan batasan wewenang.
63
3) Menyetujui pengeluaran uang untuk pengeluaran kas kecil dan
biaya operasional lain sesuai dengan batas wewenang.
4) Memberi teguran dan sanksi atas pelanggaran yang dilakukan
bawahan.
5) Mengadakan kerjasama dengan puihak lain untuk kepentingan
lembaga dalam upaya mencapai target proyeksi dan tidak
merugikan lembaga.
6) Memberi usulan untuk pengembangan pasar, potensi bisnis dan
strategi-strategi lainnay yang berhubungan dengan bisnis existing,
peluang bisnis dan penyelesaian pembiayaan bermasalah kepada
manajer BMT.
7) Menentukan target funding, financing dan penyelesaian
pembiayaan bermasalah bersama dengan Manajer BMT.
8) Memimpin dan menetukan agenda rapat pemasaran.
9) Melakukan penilaian terhadap Staf Pemasaran (AO/FO) dan Staf
Penagihan.
f. Kriteria yang harus dipenuhi oleh seorang AO untuk menjadi kepala
kas adalah apabila dalam satu Kantor Cabang seorang AO menpunyai
kriteria antara lain: Menguasai pekerjaan, Mempunyai Integritas,
Mempunyai Loyalitas, Mampu Bekerja Keras, mampu mencapai
target yang telah ditentukan oleh manajemen da nada formasi dikantor
cabang yang bersangkutan.
64
Target Kepala Kas :
1) Tercapai target pembiayaan sebesar jumlah Account Officer (AO)
x Rp 400.000.000,00
2) Jumlah AO minimal 2 orang
3) Porto Folio Status (PFS) kurang dari 2,00% dalam satu kantor kas
selama satu tahun.
g. Kriteria yang harus dipenuhi oleh seorang kepala kas untuk menjadi
manajer cabang adalah apabila seorang kepala kas mampu: Menguasai
Pekerjaan, Integritas, Loyalitas, Mampu Bekerja Keras mempunyai
fisik, Mempunyai Kebangaan Terhadap Perusahaan, Mempunyai
Komitmen, Mempunyai Motivasi dan Mampu mencapai Target yang
telah ditetapkan oleh Manajemen.
Target Manajer Cabang:
1) Tercapai target pembiayaan sebesar jumlah Account Officer (AO)
x Rp 400.000.000,00
2) Jumlah AO minimal 2 orang
3) Porto Folio Status (PFS) kurang dari 2,00% dalam satu kantor kas
selama satu tahun.
4. Account Officer (AO)
a. Identitas Jabatan
Unit Kerja : Bagian Pemasaran. Posisi dalam Organisasi Di
bawah : CEO, GM, Manajer Cabng/Kepala Kas.
65
b. Fungsi Utama Jabatan:
1) Melayani pengajuan pembiayaan, melakukan analisi kelayakan
serta memberikan rekomendasi atas pengajuan pembiayaan sesuai
dengan hasil analisi yang telah dilakukan.
2) Melayani permohonan penyempanan dana (tabungan & deposito)
dengan bekerjasama dengan bagian Layanan Anggota (nasabah)
Usaha.
3) Melakukan sosialisasi seluruh produk BMT Taruna Sejahtera dan
melakukan upaya kerjasama atau sindikasi dengan pihak lembaga
lainnya.
4) Megelola administrasi data anggota (nasabah), melakukan proses
pembiayaan mulai dari pembiayaan hingga pelunasan, membuat
akad-akad dan surat-surat perjanjian lain.
c. Tanggung Jawab :
1) Memastikan seluruh pengajuan pembiayaan telah diproses sesuai
dengan proses sebenarnya.
2) Memastikan analisis pembiayaan telah dilakukan dengan tepat dan
lengkap sesuai dengan kebutuhan dan mempresentasikan dalam
rapat komite.
3) Memastikan proses penyimpanan dana telah dilakukan dengan
tepat dan lengkap serta sesuai dengan sistem dan prosedur yang
dimiliki.
66
4) Membantu terselesaikannya pembiayaan bermasalah.
5) Melihat peluang dan potensi pasar yang ada dalam upaya
pengembangan pasar (funding dan financing).
6) Melakukan monitoring atas ketepatan penggunaan dana serta
ketepatan angsuran pembiayaan anggota (nasabah).
7) Penyiapan admiunistrasi pencairan pembiayaan (dropping).
8) Pengarsipan seluruh berkas pembiayaan.
9) Pengarsipan jaminan pembiayaan.
10) Penerimaan angsuran dan pelunasan pembiayaan.
11) Membuat surat teguran dan peringatan kepada anggota (nasabah)
yang menunggak dan telah jatuh tempo.
12) Pemeliharaan arsip-arsip dari pengajuan sampai terealisir
pembiayaan.
13) Selalu mengontrol masa berlaku persyaratan administrasi pemohon
(KTP, Izin Usaha, Sewa Kios/Toko dan lain-lain).
d. Tugas-Tugas Pokok:
1) Memastikan seluruh pengajuan pembiayaan telah diproses sesuai
dengan proses yang sebenarnya:
a) Melayani pengajuan pembiayaan dan memberikan penjelasan
mengenai produk pembiayaan.
67
b) Melakukan pengumpulan informasi mengenai calon anggota
(nasabah) melalui kegiatan wawancara dan on the spot
(kunjungan lapangan) baik tempat usaha maupun jaminannya.
c) Mengupayakan kelengkapan syarat yang dibutuhkan dari calon
anggota (nasabah).
2) Memastikan analisis pembiayaan telah dilakukan dengan tepat dan
lengkap sesuai dengan kebutuhan dan mempresentasikan dalam
rapat komite.
3) Membuat analisis pembiayaan secara tertulis dari hasil wawancara
dan kunjungan lapangan.
4) Memberikan penjelasan secara jelas dan lengkap atas pertanyaan
saran peserta komite.
5) Membantu terselesaikannya pembiayaan bermasalah.
6) Melakukan analisis atas pembiayaan-pembiayaan yang
bermasdalah.
7) Melihat peluang dan potensi yang ada dalam upaya pengembangan
pasar.
8) Memberikan masukan untuk pengembangan pasar dengan
memberikan gambaran mengenai potensi pasar yang ada.
9) Menghimpun data-data yang diperlukan yang relevan dengan
kebutuhan untuk pengembangan pasar.
68
10) Melakukan langkah-langkah secara terencana dan terkoordinasi
dengan Manajer dalam kaitannya dengan pengembangan pasar.
11) Melakukan monitoring pasca dropping, untuk melihat ketepatan
alokasi dana.
12) Melakukan monitoring terhadap angsuran anggota (nasabah).
13) Melakukan peringatan baik secara lisan maupun secara tertulis
anggota (nasabah) pembiayaan atas keterlambatan angsuran
pembiayaan.
14) Penyiapan administrasi pencairan pembiayaan (dropping) dan
melakukan proses dropping:
a) Memeriksa kelengkapan administrasi anggota (nasabah) yang
akan dropping.
b) Membuat aqad pembiayaan, tanda terima jaminan, kartu
angsuran dan pengawasan.
c) Membaca aqad kepada anggota atau nasabah pembiayaan.
d) Mengisikan buku registrasi anggota atau nasabah pembiayaan
secara lengkap.
15) Pengarsipan seleruh berkas pembiayaan:
a) Memeriksa perlengkapan administrasi untuk diarsipkan.
b) Mengarsipkan aqad pembiayaan serta berkas pendukung
nlainnya sesuai dengan nomer rekening.
69
c) Menyimpan kartu pengawasan sesuai dengan nomer urut atau
nomer rekening anggota atau nasabah pembiayaan.
d) Hanya mengeluarkan berkas pada saat dibutuhkan dengan
bukti catatan pengeluaran dan memastikan berkas yang telah
selesai digunakan telah dikembalikan pada tempatnya.
16) Penerimaan angsuran dan pelunasan pembiayaan:
a) Menerima angsuran dan mencatatnya kedalam buku atau kartu
pengawasan pembiayaan.
b) Menyesuaikan kartu angsuran anggota atau nasabah dengan
kartu pengawasan yang ada.
c) Meneliti atau mengikuti kembali sisa hutang anggota atau
nasabah, untuk anggota atau nasabah yang akan melakukan
pelunasan.
d) Menerima setoran dari petugas kolektor.
e) Membantu pengisian setoran dari kolektor dan meneliti setoran
yang masuk sesuai dengan jumlah kupon yang dikeluarkan.
e. Wewenang
1) Memberi usulan untuk pengembangan pasar kepada Manajemen
BMT.
2) Menentukan target funding dan financing bersama dengan Manajer
BMT.
3) Ikut menentukan dan mengatur agenda rapat bagian pemasaran.
70
4) Melakukan koordinasi dengan staf penagihan untuk target
penyelesaian pembiayaan bermasalah.
5) Melakukan pengamanan atas data-data pembiayaan serta arsip-
arsip pendukung.
6) Tidak memberikan berkas/arsip kepada pihak pihak yang tidak
berkepentingan.
7) Ikut memberikan kontribusi/usulan dalam rapat komite.
f. Untuk dapat menjadi account officer seorang calon petugas pemasaran
(Trainee) harus dapat mencapai target pemasaran simpanan yang telah
ditentukan alam kurun waktu tertentu. Target pemasaran simpanan
yang harus dipenuhi adalah apabila seorang Trainee dapat mencapai
target penghimpunan simpanan (Tabungan/Deposito)
1) Sebesar Rp 100.000.000,00 : Maxsimal selama 3 bulan
2) Setiap bulan saldo simpanan naik Minimal sebesar Rp
10.000.000,00
3) Tercapai taerget pembiayaan sebesar Rp 400.000.000,00 dan target
tunggakan kurang dari 2,00% dalam 1 tahun.
5. Petugas Penagihan
a. Identitas Jabatan
Unit Usaha : Bagian Pemasaran. Posisi dalam Organisasi :
Dibawah CEO, GM, Manajer Cabang/Kepala Kas.
b. Fungsi Utama Jabatan
71
1) Melakukan Penagihan terhadap angsuran/pembayaran yang
bermasalah.
2) Memberikan jalan keluar dan langkah-langkah penyelesaian bagi
anggota (nasabah) yang bermasalah serta melakukan tindakan
penarikan, penyitaan, penjualan jaminan dan lain-lain yang
berhubungan dengan aspek hokum.
c. Tanggung Jawab
1) Memastikan angsuran yang harus dijemput telah ditagih sesuai
dengan waktunya.
2) Memastikan tidak ada selisih antara dana yang dijemput dengan
dana yang disetorkan ke BMT.
3) Menyelesaikan pembiayaan yang bermasalah
d. Tugas-Tugas Pokok
1) Petugas Penagihan harus membuat rencana penagihan
harian/mingguan dan bulanan.
2) Tugas utama Petugas Penagihan adalah melakukan penagihan
terhadap angsuran/pembayaran penagihan bermasalah.
3) Petugas Penagihan harus menyiapkan peralatan administrasi yang
dibutuhkan untuk melaksanakan penagihan Pembiayaan
Bermasalah.
4) Petugas Penagihan harus membuat Laporan Kunjungan Nasabah
Pembiayaan Bermasalah setiap hari kerja kepada General Manajer.
72
5) Memastikan angsuran yang harus dijemput telah ditagih sesuai
dengan waktunya:
a) Membuat rencana atau jadwal penagihan harian, mingguan dan
bulanan.
b) Menyiapkan peralatan administrsi yang dibutuhkan untuk
menjemput tabungan/angsuran pembiayaan.
6) Memastikan tidak ada selisih antara dana yang dijemput dengan
dana yang disetorkan ke BMT:
a) Menghitung seluruh uang yang dijemput
b) Membuat daftar angsuran seluruh anggota (nasabah) yang
menyetorkan uangnya.
c) Menyerahkannya kepada teller, dan memastikan seluruh
setoran tidak ada yang tertinggal dan tidak terjadi selisih antara
catatan dengan uang yang diserahkan.
d) Membantu jalan keluar dsan solusi bagi anggota (nasabah)
usaha yang bermasalah, melakukan penjualan jaminan, dan
upaya-upaya lainnya baik secara kekeluargaan maupun hokum
yang berlaku.
e. Wewenang
1) Menerima setoran dana atas nama BMT Taruna Sejahtera terhadap
anggota (nasabah) pembiayaan maupun anggota (nasabah)
penabung (sesuai dengan kebijakan yang ada).
73
2) Melakukan tindakan-tindakan yang berhubungan dengan aspek
hokum terhadap anggota (nasabah) yang bermasalah.
6. Internal Audit (IA)
a. Identitas Jabatan
Posisi dalam Organisasi : Chief Exskutif Officer (CEO),
membawahi Assisten Auditor.
b. Fungsi Utama Jabatan
Melakukan pengawasan atau kontrol terhadap semua kegiatan
usaha operasional dan pembiayaan BMT Taruna Sejahtera agar tujuan
dan sasaran BMT Taruna Sejahtera dalam mengamankan dan
mengembangkan asset dapat dicapai dengan sebaik-baiknya. Sekaligus
agar pelaksanaa operasional dan pembiayaan BMT Taruna Sejahtera
dijalankan sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang telah
ditetapkan serta tidak bertentangan dengan prinsip syariah, yang
meliputi :
1) Mengumpulan data/informasi, pencatatan, pengumpulan/
klasifikasi, menyimpulkan atas segala transaksi operasioal.
2) Mengumpulkan data/informasi, pencatatan, pengumpulan/
klasifikasi, menyimpulkan atas segala transaksi dan proses
pembiayaan yang diperlukan antara lain: memonitor seluruh
kegiatan transaksi operasional dan pembiayaan, dan memastikan
tidak terjadinya penyimpangan atas Standar Operating Procedure,
74
Memorandum, SK, SE dan Fatwa DSN yang dikeluarkan serta
membuat laporan hasil kinerja Pengawasan Internal kepada Chief
Exskutif Officer (CEO).
c. Tanggung Jawab
1) Bertanggung jawab langsung dengan pimpinan dan memberikan
internal memorandum kepada Chief Exskutif Officer (CEO).
2) Bertanggungjawab memberikan informasi dan advis sesuai dengan
kebutuhan manajemen dan perkembangan baik dibidang
operasional maupun pemasaran serta memikirkan cara-cara
alternative yang baik bagi BMT.
3) Bertanggungjawab dalam hal pengarsipan bukti-bukti nota debet
dan nota kredit, voucer, bilyet dan lain-lain yang berhubungan
dengan seluruh kegiatan transaksi harian.
4) Membuat laporan berkaitan dengan hasil-hasil pemeriksaan secara
periode.
d. Tugas-Tugas Pokok
1) Memberikan hasil penelitian mengenai kelayakan dan kecukupan
pengendalian dibidang operasional, keuangan, bidang pembiayaan
dan kegiatan koperasi lainnya serta meningkatkan efisiensi dan
efektifitas pengendalian dengan biaya yang layak.
2) Melakukan pemeriksaan untuk memastikan bahwa semua
kebijakan, ketentuan, rencana dan prosedur (yang tertuang dalam
75
SE, SK, Memorandum dan SOP) BMT Tarunja Sejahtera benar-
benar dijalankan dan dipatuhi.
3) Melakukan pemeriksaan untuk memastikan bahwa semua harta
milik BMT Taruna Sejahtera telah dipertanggungjawabkan dan
dijaga dari semua kerugian.
4) Melakukan pemeriksaan untuk memastikan bahwa data dan
informasi yang disajikan kepada Manajemen BMT Taruna
Sejahtera dapat dipercaya.
5) Melakukan penilaian mengenai kualitas pelayanan tugas tiap unit
kerja dalam melaksanakan tanggung jawabnya.
6) Memberikan rekomendasi mengenai perbaikan-perbaikan dibidang
operasional, pembiayaan dan bidang lainnya.
7) Melakukan koordinasi dengan bagian Akuntansi/Pembukuan
dalam hal pengarsipan bukti pembukuan, bilyet dan lain-lain yang
berhubungan dengan transaksi harian.
8) Membuat laporan yang berkaitan dengan hasil pemeriksaan
kegiatan di atas dan menyampaikan kepada Manajer BMT.
e. Wewenang
1) Dapat menggunakan fungsi pengawasan sebagai alat kontrol
mekanisme operasional, pembiayaan dan bidang lainnya.
2) Memeriksa semua catatan BMT, harta milik dan hutang,
memeriksa semua tingkat manajemen (kecuali top management)
76
dan dapat memasuki semua bagian dan unit kerja serta melakukan
berbagai teknik pemeriksaan.
3) Meminta data/informasi yang berkaitan dengan hal audit kepada
manajemen.
4) Meminta fasilitas ke bagian umum untuk kebutuhan audit (ATK,
dan lain-lain).
7. Teller
a. Identitas Jabatan
Unit Kerja : Bagian Operasional. Posisi dalam Organisasi :
1) Kantor Pusat di bawah Supervisor Kas.
2) Kantor Cabang Utama dibawah General Manager
3) Kantor Cabang/Kantor Kas dibawah Manajer/Kepala Kas.
b. Fungsi Utama Jabatan
1) Merencanakan dan melaksanakan seluruh transaksi yang sifatnya
tunai.
2) Memberikan pelayanan prima kepada anggota (nasabah)
sehubungan dengan produk funding (Penghimpunan Dana) yang
dimiliki oleh BMT, dalam hal ini Simpanan Lancar (Tabungan)
dan Simpanan Berjangka (Deposito).
3) Memberi informasi hak dan kewajiban anggota (nasabah)
secukupnya dan informasi lain yang diperlukan dan mengarahkan
77
anggota (nasabah) pada pilihan produk sesuai dengan
kebutuhannya.
c. Tanggung Jawab
1) Mengelola fisik kas dan terjaganya keamanan kas.
2) Terselesaikannya laporan harian kas harian.
3) Tersedianya laporan arus kas pada akhir bulan untuk keperluan
evaluasi.
4) Menerima setoran dan penarikan tabungan serta simpanan
berjangka.
5) Melaksanakan akad dan realisasi pembiayaan
6) Menerima setoran angsuran Pembiayaan.
7) Pelayanan terrhadap pembukuan dan penutupan rekening tabungan
dan Simpanan Berjangka.
8) Pengarsipan tabungan dan Simpanan Berjangka.
9) Perhitungan bagi hasil dan pembukuannya.
10) Pelaporan tentang perkembangan dana masyarakat.
11) Register awal pengajuan pembiayaan/ilustrasi/wawancara.
d. Tugas-Tugas Pokok
1) Mengelola fisik kas dan terjagannya keamanan kas.
2) Melakukan penghitungan kas pada pagi dan sore hari saat akan
dimulainya hari kerja dan akhirnya hari kerja yang harus
disaksikan oleh petugas yang berwenang.
78
3) Meneliti setiap keaslian uang masuk agar terhindar dari uang
palsu.
4) Menjaga ruang dari pihak-pihak yang tidak berkepentingan.
5) Mengarsipkan laporan mutasi harian pada tempat yang aman.
6) Melakukan cross check antara mutasi harian dengan dengan
rekapitulasi manual (exelan).
7) Terselesaikannya laporan kas harian.
8) Menerima dan mengeluarkan transaksi tunai sesuai dengan batas
wewenang.
9) Melakukan pengesahan pada bukti transaksi baik paraf maupun
validasi.
10) Menyusun bukti-bukti transaksi keluar dan masuk.
11) Menerima setoran dan penarikan tabungan.
12) Memeriksa kelengkapan dan kebenaran pengisian slip setoran
(dalam slip setoran harus tertera nilaiu uang dalam bentuk angka
dan huruf dengan nilai yang sama, pengisianslip harus ditulis
dengan jelas).
13) Mencocokkan saldo tabungan pada buku tabungan anggota
(nasabah) dengan salinan rekening Koran anggota (nasabah)
bersangkutan yang ada di computer, biola terjadi selisih maka
bagian ini harus mencatat tambahan itu lebih dahulu baru
kemudian mencatat ke dalam buku tabungan anggota (nasabah).
79
14) Membubuhkan stempel Teller dan tanggal pada setiap slip setoran,
angsuran, penarikan atau realisasi.
15) Menyerahkan copy slip setoran kepada anggota (nasabah), sebagai
bukti penerimaan setoran.
16) Menyerahkan semau slip setoran kepada GM, Manajer, Kepala
Kas atau Supervisor Kas setelah tutup jam kas.
17) Menerima dan memeriksa slip penarikan dan buku simpanan
anggota (nasabah).
18) Untuk pengambilan diatas batas wewenang diminta buntuk
persetujuan pimpinan (paraf pada slip pengambilan)atas
pengambilan tabungan tersebut (perhatikan saldo yang tersisa
harus memenuhi ketentuan yang ada).
19) Mencacat jumlah pengambilan tabungan pada buku tabungan.
20) Pelayanan terhadap pembukuan dan penutupan rekening tabungan
dan Simpanan Berjangka serta mutasinya:
a) Meminta anggota (nasabah) untuk melengkapi persyaratan
menjadi anggota (nasabah), yaitu mengisi formulir pendaftaran
anggota (nasabah), menyerahkan tanda pengenal, mengisi
aplikasi, mengisi slip simpanan awal.
b) Menerima kelengkapan mitra dan memberikan penjelasan
mengenai produk tabungan dan Simpanan Berjangka yang ada
di BMT.
80
c) Menandatangani slip pembukuan tabungan, buku tabungan dan
formulir permohonan menjadi anggota (nasabah)
d) Menyerahkan kembali berkas persyaratan dan slip-slip pada
bagian pembukuan.
e) Membuatkan buku dan memberikan nomor rekening kepada
mitra yang baru.
E. Produk-Produk BMT Taruna Sejahtera
1. Simpanan Amanah
Adalah simpanan anggota yang dapat melakukan penyetoran dan
penarikan sewaktu-waktu pada jam kerja BMT sesuai kebutuhan anggota,
yang dikelola secara halal sesuai syariah. Dana tersebut diperuntukan
untuk membiayai berbagai macam usaha produktif dan konsumtif yang
bermanfaat untuk kepentingan ummat.
Persyaratan:
a. Mengisi formulir aplikasi permohonan simpanan amanah.
b. Melampirkan Fotocopy KTP (yang berlaku).
c. Setoran pertama minimal Rp 10.000;-
d. Setoran selanjutnya minimal Rp 5.000;-
e. Menyetoran setoran pokok sebesar Rp 100.000;- (dapat diangsur 10
kali).
81
Fasilitas :
a. Dapat melakukan penyetoran dan penarikan sewaktu-waktu pada jam
kerja BMT Taruna Sejahtera.
b. Dapat dilakukan penarikan dan penyetoran di tempat (rumah, toko
atau pasar).
Keuntungan :
a. Dikekola secara syariah
b. Memperoleh bagi hasil yang menarik dan kompotitif setiap bulan yang
akan ditambahkan pada saldo simpanan.
c. Berhadiah menarik Rejeki Nomplok (Mobil, Sepeda Motor, Emas, dll)
yang diundi setaun sekali, setiap kelipatan saldo Rp 500.00,-
mendapatkan satu kupon undian saldo minimal Rp 1.000.000,-
2. Simpanan Berkah
Simpanan Berkah adalah simpanan berjangka anggota, merupakan
investasi dengan waktu 1,3,6, dan 12 bulan. Diperuntukan bagi anggota
BMT yang ingin berinvestasi secara halal sesuai dengan syariah. Dana
tersebut diperuntukan untuk membiayai berbagai macam usaha produkrif
dan konsumtif yang bermanfaat untuk kepentingan ummat.
Persyaratan :
a. Mengisi formulir aplikasi permohonan Simpanan Amanah
b. Melampirkan fotokopi KTP (yang masih berlaku)
c. Setoran minimal Rp 5.000.000,-
82
d. Menyetorkan setoran pokok sebesar Rp 100.000,- (dapat diangsur
sepuluh kali bagi anggota baru)
Fasilitas :
a. Jangka waktu 1,3,6 dan 12 bulan
b. Dapat melakukan penyetoran dan penarikan ditempat (rumah, warung,
pasar)
c. Dapat diperpanjang secara otomatis (Automatic Roll Over)
d. Dapat dijadikan Jaminan Pembiayaan (Pinjaman) di BMT Taruna
Sejahtera
Keuntungan :
a. Dikelola secara syariah
b. Memperoleh bagi hasil yang menarik dan kompetitif setiap bulan yang
langsung dibukukan pada Simpanan Amanah.
1) Jangka Waktu 1-3 bulan, Nisbah : 33,34 atau setara 12,00 %
2) Jangka Waktu 6 bulan, Nisbah : 36,67 atau setara 13,20%
3) Jangka Waktu 12 bulan, Nisbah : 40,00 atau setara 14,40 %
c. Gratis Biaya Administrasi
3. Simpanan Berkah Discounted (Dibayar Dimuka)
Simpanan Berkah Discounted (Dibayar Dimuka) adalah Simpanan
berjangka anggota, merupakan investasi dengan waktu 1,3,6, dan 12
bulan. Diperuntukkan bagi anggota bmt yang ingin berinvestasi secara
halal sesuai dengan syariah. Dana tersebut diperuntukkan untuk
83
membiayai berbagai macam usaha produktif dan konsumtif yang
bermanfdaat untuk kepentingan ummat.
Persyaratan
1. Mengisi formulir aplikasi permohonan Simpanan Amanah
2. Melampirkan foto copy KTP (yang berlaku).
3. Setoran Minimal Rp 5.000.000,-
4. Menyetorkan setoran pokok sebesar Rp 100.000,0- (dapat diangsur 10
kali) bagi Anggota Baru.
Fasilitas
1. Jangka Waktu 1,3,6 dan 12 bulan.
2. Dapat melakukan penyetoran dan penarikan ditempat
(Rumah/Warung/Pasar).
3. Dapat diperpanjang secara otomatis (Automatic Roll Over)
4. Dapat dijadikan jaminan pembiayaan pinjaman di BMT Taruna
Sejahtera.
Keuntungan
1. Dikelola secara syariah, bebas riba, menentramkan dan menenangkan
hati.
2. Memperoleh bagi hasil yang menarik dan kompetitif setiap bulan yang
dibayar dimuka dan langsung dibukukan pada Simpanan Amanah.
a. Jangka Waktu 1-3 bulan, Nisbah : 33,34 setara 12,00% - 2,00% =
10,00%
84
b. Jangka Waktu 6 bulan, Nisbah ; 36,67 setara 13,20% - 2,00% =
11,20%
c. Jangka Waktu 12 bulan, Nisbah ; 40,00 setara 14,40% - 2,00% =
12,40%
4. Pembiayaan Manfaat
Pembiayaan Manfaat adalah fasilitas pembiayaan (pinjaman) guna
memenuhi kebutuhan anggota untuk usaha Produktif maupun Konsumtif
yang dikelila secara halal sesuai syariah dengan akad Murabahah (Bai
Bitsman Ajil) dan Qordhul Hasan.
a. Mengisi Formulir Aplikasi Permohonan Pembiayaan
b. Fotokopi KTP Suami/Istri dan fotokopi KK
c. Slip gaji bulan terakhir (Karyawan)
d. Kartu Jamsostek (Karyawan)
e. Buku tabungan bank dan kartu ATM
f. Jaminan :
1) Sertifikat SHM dan PBB
2) BPKB dan fotokopi STNK
85
BAB IV
ANALISIS DATA
A. Standar Operasional Prosedur (SOP) Audit Internal dalam Manajemen
Risiko Pembiayaan
BMT Taruna Sejahtera memiliki Standar Operasional Prosedur (SOP)
yang harus dijalankan sesuai wewenang dan tanggung jawab disetiap
bagiannya. Bapak Hadi Sholikan selaku Asisten Audit Internal di BMT
Taruna Sejahtera mennegaskan bahwa:
“Hasil pertimbangan mengenai Standar Operasional Prosedur (SOP)
Audit Internal di BMT Taruna Sejahtera ada beberapa prosedur tim
audit internal dalam mengendalikan risiko pembiayaan meliputi
prosedur menjalankan fungsi, tugas pokok, tanggung jawab dan
wewenang.” (24/05/2018)
Berdasarkan wawancara tersebut, penjabaran mengenai Standar
Operasional Prosedur (SOP) audit internal dalam manajemen risiko
pembiayaan di BMT Taruna Sejahtera meliputi:
1. Fungsi Utama Audit Internal Pembiayaan
Audit Internal memiliki fungsi utama dalam melakukan
pengawasan atau kontrol terhadap kegiatan pembiayaan BMT Taruna
Sejahtera agar tujuan dan sasaran BMT Taruna Sejahtera dalam
mengamankan dan mengembangkan asset dapat dicapai dengan sebaik-
baiknya. Sekaligus agar pembiayaan BMT Taruna Sejahtera mampu
menjalankan sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang telah ditetapkan
86
serta tidak bertentangan dengan prinsip syariah, yaitu Mengumpulkan
data/informasi, pencatatan, pengumpulan/klasifikasi, menyimpulkan
proses pembiayaan yang diperlukan antara lain: memonitor seluruh
kegiatan transaksi pembiayaan dan memastikan tidak terjadinya
penyimpangan atas Standar Operasional Prosedur yang dikeluarkan serta
membuat laporan hasil kinerja Pengawasan Internal kepada Chief Exskutif
Officer (CEO).
2. Tanggung Jawab Audit Internal Pembiayaan
Audit Internal pembiayaan memiliki tanggung jawab membuat
laporan yang berkaitan dengan hasil-hasil pemeriksaan secara periode.
Laporan ini berbentuk Kertas Kerja Pemeriksaan Audit yang berisi
temuan-temuan audit berupa kondisi nasabah, kelemahan/kesalahan
prosedur, kriteria/aturan yang dilanggar, penyebab dampak, rekomendasi
evaluasi dari auditor kepada marketing BMT serta komentar marketing
untuk perbaikan.
3. Tugas Pokok Audit Internal Pembiayaan
a. Memberikan hasil penelitian mengenai bidang pembiayaan.
b. Melakukan pemeriksaan untuk memastikan bahwa semua kebijakan,
ketentuan, rencana dan prosedur pembiayaan di BMT Taruna
Sejahtera benar-benar dijalankan dan dipatuhi.
c. Memberikan rekomendasi mengenai perbaikan-perbaikan
pembiayaan.
87
d. Membuat laporan yang berkaitan dengan hasil pemeriksaan kegiatan
dan menyampaikan kepada Manajer BMT.
4. Wewenang Audit Internal Pembiayaan
a. Dapat menggunakan fungsi pengawasan sebagai alat kontrol
mekanisme pembiayaan.
b. Memeriksa semua catatan mengenai pembiayaan.
Dari hasil observasi penulis menyatakan bahwa tim Audit Internal
dalam menjalankan tugas dan wewenangnya dapat dikatakan baik dan sesuai
dengan SOP Audit Internal dalam manajemen resiko pembiayaan yang ada di
BMT Taruna Sejahtera. Tugas utama tim audit internal adalah memberikan
rekomendasi mengenai perbaikan-perbaikan pembiayaan serta membuat
laporan mengenai hasil pemeriksaan kegiatan yang kemudian akan diserahkan
kepada manager. Sedangkan wewenang Audit Internal yang diberikan oleh
manager dalam hal ini adalah sebagai alat untuk mengontrol mekanisme
pembiayaan.
Walaupun tugas dan wewenang dapat dikatakan baik, namun tanggung
jawab dan fungsi utama jabatan untuk manajemen resiko pembiayaan yang
dilakukan oleh tim audit internal, dirasa masih kurang maksimal.
Tanggung jawab dalam hal ini dikarenakan dalam melakukan proses
pengauditan tim Audit Internal hanya membuat laporan kecil berupa hasil
audit dan selebihnya menggunakan laporan secara lisan kepada manajer
mengenai kesalahan prosedur dan evaluasi kinerja AO. Seharusnya laporan
88
tersebut harus berupa laporan kerja secara tertulis yang berisi rekomendasi
evaluasi untuk perbaikan dari auditor kepada Account Officer (AO) BMT.
Selain itu dalam pelaksanaan fungsi utama jabatan tim AI belum melakukan
pengawasan secara terperinci atau kontrol kegiatan pembiayaan sesuai dengan
prosedur yang ada.
B. Mekanisme Audit Internal dalam Manajemen Risiko Pembiayaan di
BMT Taruna Sejahtera
Audit internal merupakan suatu fungsi penilaian yang bebas dalam
suatu organisasi guna menelaah atau mempelajari dan menilai kegiatan-
kegiatan perusahaan untuk memberikan saran kepada manajemen. Pada
kegiatan penyaluran pembiayaanya, tim audit internal pembiayaan melakukan
pemeriksaan dan pengevaluasian agar kegiatan tersebut sesuai dengan
prosedur sehingga tidak mengakibatkan pembiayaan bermasalah yang dapat
merugikan.
Mengenai pemahaman uraian teori pada bab sebelumnya, mekanisme
audit internal dalam manajemen risiko pembiayaan terbagi menjadi 6 tahapan
meliputi tahap persiapan audit, penyusunan program audit, pelaksanaan
program audit, pelaporan hasil audit, tindak lanjut hasil audit dan
dokumentasi. Sedangkan hasil wawancara dengan Bapak Yahsun selaku
manajer BMT Taruna Sejahtera menyatakan bahwa:
89
“Mekanisme pelaksanaan audit internal dalam manajemen risiko
pembiayaan disini menggunakan beberapa tahapan diantaranya,
pertama tahap sampling pembiayaan, kedua tahap pemeriksaan
keakuratan data pengajuan pembiayaan, ketiga tahap laporan hasil
audit kepada manajer, keempat tahap tindak lanjut hasil audit
(rekomendasi dan evaluasi) dan terakhir tahap dokumentasi.”
(23/05/2018)
Berdasarkan pemahaman antara teori dan wawancara tersebut, dapat
dijabarkan mekanisme audit internal dalam manajemen risiko pembiayaan di
BMT Taruna Sejahtera sebagai berikut:
1. Tahap persiapan audit
Tahap yang dilakukan berupa pengumpulan data pembiayaan dan
dilakukan sampling nasabah berdasarkan risk profile untuk menentukan
nasabah yang akan diaudit. Penulis melihat dalam tahap ini auditor di BMT
Taruna Sejahtera belum menyusun serangkaian upaya dari risiko
pembiayaan yang terjadi. Sehingga dalam pelaksanaan audit, auditor tidak
mempunyai pedoman serangkaian upaya untuk mengurangi risiko
pembiayaan.
Pemilihan sampel pembiayaan yang akan diaudit diambil lima
pembiayaan yang mewakili setiap kolektibilitas dan berdasar plafon yang
besar serta waktu pengauditan yang dilakukan audit internal pembiayaan
sekitar 6 bulan, dengan terbatasnya SDM auditor dan banyaknya
pembiayaan yang disalurkan maka mengakibatkan kurangnya waktu proses
pengauditan sehingga tim audit kewalahan dalam mengaudit satu persatu
pembiayaannya.
90
2. Penyusunan program audit
Tahap penyusunan program audit dilakukan dengan menganalisis
permasalahan pembiayaan berdasar data pembiayaan. Namun dalam
penyusunan program tersebut tidak menutup kemungkinan akan terjadi
perubahan dilapangan tergantung kondisi yang terjadi. Menurut penulis di
BMT Taruna Sejahtera tidak terdapat tahapan penyusunan program audit
internal secara terperinci melainkan hanya membuat atau menyusun catatan
kecil pribadi tentang program pengauditan yang akan dilakukan.
3. Pelaksanaan tugas audit
Tahap pelaksanaan tugas audit internal dalam manajemen risiko
pembiayaan yaitu Pemeriksaan keakuratan atas pengajuan permohonan dan
data anggota pembiayaan dengan kunjungan langsung di setiap kantor
cabang BMT Taruna Sejahtera dan melakukan wawancara pada anggota
sehingga diperoleh temuan-temuan hasil audit. Hasil temuan tersebut
dikumpulkan dalam laporan hasil audit dan diserahkan ke Manajer Pusat.
4. Pelaporan hasil audit
Dari beberapa laporan hasil audit tidak semua BMT menerapkan
kewajiban menuangkan hasil laporan audit tersebut dalam bentuk laporan
tertulis.
Hasil observasi penulis bahwa laporan hasil audit internal di BMT
Taruna Sejahtera hanya berupa laporan singkat dan laporan lisan. Laporan
tersebut setelah dilihat ulang dan ditandatangani oleh Manajer di kantor
91
pusat, laporan yang sudah diterima kemudian dianalisis untuk ditemukan
pembiayaan-pembiayaan bermasalah. Pembiayaan bermasalah tersebut
perlu di tinjau oleh auditor untuk dilakukan perbaikan.
5. Tindak lanjut hasil audit
Penulis melihat hasil tindak lanjut yang dilaksanakan oleh audit
internal belum mu untuk melakukan pemantauan dan evaluasi dalam
menangani pembiayaan-pembiayaan bermasalah yang ditemukan oleh audit
internal.
6. Dokumentasi dan Administrasi
Tahap akhir mekanisme audit internal BMT Taruna Sejahtera yaitu
mendokumentasikan dan mengadministrasikan semua proses kegiatan audit
mulai dari perencanaan dan bukti temuan.
Dari hasil observasi penulis mengenai mekanisme audit internal dalam
manajemen risiko pembiayaan bahwa mekanisme yang dirancang audit
internal di BMT Taruna Sejahtera sudah cukup baik. Namun sesuai keadaan
dilapangan terdapat beberapa mekanisme yang belum dijalankan dengan baik
seperti persiapan, penyusunan, dan tindak lanjut program audit internal yang
kurang maksimal. Maka dari itu kurangnya mekanisme tersebut membuat
audit internal di BMT Taruna Sejahtera belum mampu mengatasi risiko
pembiayaan.
92
C. Peran Audit Internal dalam Manajemen Risiko Pembiayaan di BMT
Taruna Sejahtera
Analisis peran audit internal dapat diketahui berdasarkan mekanisme
kinerjanya dalam pengendalian risiko pembiayaan dengan melakukan
pemeriksaan terhadap penyaluran pembiayaan BMT yang diaudit. Pada
kegiatan penyaluran pembiayaannya, BMT diperiksa dan dievaluasi agar
kegiatan tersebut sesuai dengan standar operasional perusahaan sehingga tidak
memicu besarnya pembiayaan bermasalah yang dapat merugikan BMT.
Berdasar pemahaman ini maka audit internal pembiayaan di BMT Taruna
Sejahtera bertugas sebagai pihak yang mengawasi dan mengevaluasi kegiatan
penyaluran pembiayaan yang dilakukan oleh petugas pembiayaan (auditor)
agar sesuai dengan tanggung jawabnya.
Sebagaimana yang telah disampaikan oleh Bapak Yahsun selaku
Manajer BMT Taruna Sejahtera bahwa:
“Audit internal di BMT Taruna Sejahtera memiliki beberapa peran
dalam manajemen risiko pembiayaan yaitu peran mengurangi
kecurangan penyaluran pembiayaan, peran kepatuhan terhadap SOP
pengajuan pembiayaan dan peran pengendalian mitigasi risiko.”
(23/05/2018)
Berikut ini uraian pada bab sebelumnya peran audit internal dalam
mengendalikan risiko pembiayaan menurut Ikatan Bankir Indonesia (2014:
102-103) yang sesuai dengan peran audit internal dalam manajemen risiko
pembiayaan yang disebutkan oleh Bapak Yahsun antara lain:
93
a. Peran Pemecah Masalah
Audit Internal seringkali dikatakan sebagai penemu masalah. Dalam
hal ini, Tim Audit Pembiayaan telah menemukan bukti-bukti
penyelewengan pembiayaan dalam kunjungannya ke nasabah yang
diantaranya berupa side streaming, over financing, agunan yang tidak
marketeble, penyalahgunaan penggunaan dana yang tidak sesuai dalam
permohonan pembiayaannya dan lain-lain.
Berdasarkan hasil audit internal di BMT Taruna Sejahtera dalam
laporannya, tim audit pembiayaan tidak dapat berperan penting dalam
mengurangi kecurangan penyaluran pembiayaan seperti kolusi petugas
pembiayaan dengan anggota. Sehingga tidak sesuai dengan tujuan audit itu
sendiri dapat membantu petugas pembiayaan melaksanakan tanggung
jawabnya secara efektif. Permasalahan dalam pembiayaan yang ditemukan
audit menjadi acuan baik audit untuk dievaluasi dan ditindaklanjuti serta
dicarikan mitigasi risiko agar permasalahan dalam pembiayaan tersebut
tidak terjadi lagi.
b. Peran Kepatuhan
Audit internal merupakan kategori audit kepatuhan, yaitu audit
yang tujuannya untuk menentukan apakah yang diaudit sesuai dengan
kondisi atau peraturan tertentu. Peran ini dilakukan Tim Audit Internal
Pembiayaan dengan menilai ketaatan para petugas pembiayaan terhadap
prosedur yang telah ditetapkan. Tim Audit telah melakukan pemeriksaan
94
data dan bukti-bukti apakah bank telah melaksanakan penyaluran
pembiayaan secara benar. Terbukti ketika pemeriksaan dilakukan, ternyata
masih ditemukan kesalahan proses penyaluran dan kurannya monitoring
petugas pembiayaan.
Tim audit internal pembiayaan pada BMT Taruna Sejahtera juga
melakukan pengauditan terhadap kebenaran dokumen-dokumen dan
laporan penyaluran pembiayaan dengan cara menyesuaikan data
penyaluran pembiayaan dengan prosedur yang benar. Apabila ditemukan
kejanggalan atas data/persyaratan anggota dalam penerimaan
pembiayaannya, auditor akan melakukan kunjungan langsung kepada
anggota BMT.
c. Peran Pengendalian
Audit Internal dalam posisinya ikut berkepentingan dalam
menyelenggarakan sistem pengendalian internal yang handal dan efektif.
Berdasarkan pelaporan auditor, audit internal di BMT Taruna Sejahtera
menilai mitigasi risiko yang telah dilakukan dalam pemberian pembiayaan.
Hal ini dilakukan untuk mengatasi kelemahan atas pelaksanaan internal
control yang ada dalam pemberian pembiayaan. Kinerja auditor dalam
inspeksi pembiayaan yang disalurkan audit menggambarkan bahwa audit
internal di BMT Taruna Sejahtera melakukan internal control untuk
pengendalian risiko pembiayaan.
95
Dalam laporan RAT tahun 2014 sampai dengan 2016 BMT Taruna
Sejahtera juga terdapat pemaparan hasil pengauditan tim audit internal
pembiayaan dalam pengelompokan kolektibilitas dan NPF:
Tabel 4. 1
Jumlah Pembiayaan Berdasarkan Kolektibilitas BMT Taruna Sejahtera
Kolektibilitas Tahun
2014 2015 2016
1 8.783 8.686 5.728
2 125 163 200
3 90 171 148
4 119 145 176 Sumber: Data Diolah Berdasarkan Data Pembiayaan BMT Taruna Sejahtera tahun 2014-
2016
Catatan:
1 = Nilai Kolektibilitas Lancar
2 = Nilai Kolektibilitas Kurang Lancar
3 = Nilai Kolektibilitas Diragukan
4 = Nilai Kolektibilitas Macet
Dari Tabel 4.1 menunjukkan semakin meningkatnya pembiayaan
bermasalah di BMT Taruna Sejahtera. Berdasar data tersebut tim audit internal
belum dapat berpengaruh besar untuk meminimalisir pembiayaan bermasalah.
Seharusnya tim audit internal melakukan treatment terhadap kinerja Account
Officer (AO). Sehingga Account Officer (AO) semakin disiplin dalam menjaga
kolektibilitas anggota.
Berikut ini prosentase bembiayaan bermasalah pada tahun 2016 di BMT
Taruna Sejahtera. Adapun kondisi NPF BMT Taruna Sejahtera dari tahun 2014-
2016 terlihat dalam tabel di bawah ini:
96
Tabel 4. 2
NPF BMT Taruna Sejahtera Tahun 2014-2016
Tahun NPF %
2014 705.391.897,00 1,93%
2015 1.859.325.115,00 4,99%
2016 2.014.737.825,00 5,34%
Sumber: Data Diolah dari NPF BMT Taruna Sejahtera (2016)
Menurut hasil Tabel 4.2 yang diperoleh peneliti pada BMT Taruna
Sejahtera menunjukkan bahwa selama tiga tahun terakhir terjadi peningkatan
tingkat NPF yang sangat signifikan, itu artinya audit internal pembiayaan belum
memiliki peran besar dalam memperbaiki kinerja BMT Taruna Sejahtera.
Dari hasil observasi penulis mengenai peran audit internal dalam
manajemen risiko pembiayaan di BMT Taruna Sejahtera bahwa audit internal
belum mampu mengendalikan risiko pembiayaan dengan beberapa peran yang
sudah dilakukan dengan hasil rill berupa meningkatnya tingkat NPF dan jumlah
pembiayaan kolektibilitas tinggi. Dimana hal tersebut juga dapat menunjukkan
belum adanya upaya audit internal dalam memperbaiki kinerjanya sehingga
kondisi BMT kurang sehat.
97
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah memperoleh data melalui proses wawancara dan observasi di
BMT Taruna Sejahtera. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah
dikemukakan sebelumnya dan kemudian dikaitkan dengan perumusan
masalah serta tujuan penelitian ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Standar Operasional Prosedur (SOP) Audit Internal dalam manajemen
risiko pembiayaan di BMT Taruna Sejahtera:
Hasil analisis penulis selama melakukan penelitian tentang
Standar Operasional Prosedur (SOP) audit internal dalam manajemen
risiko pembiayaan bahwa tim audit internal cukup baik dalam mematuhi
prosedur audit internal pembiayaan yang ditetapkan BMT Taruna
Sejahtera.
Audit Internal dalam menjalankan tugas dan wewenangnya, dapat
dikatakan baik dan sesuai dengan SOP Audit Internal dalam manajemen
resiko pembiayaan yang ada di BMT Taruna Sejahtera. Tugas utama tim
audit internal adalah memberikan rekomendasi mengenai perbaikan-
perbaikan pembiayaan serta membuat laporan mengenai hasil
pemeriksaan kegiatan yang kemudian akan diserahkan kepada manager.
98
Sedangkan wewenang Audit Internal yang diberikan oleh manager
dalam hal ini adalah sebagai alat untuk mengontrol mekanisme
pembiayaan . Walaupun tugas dan wewenang dapat dikatakan baik,
namun tanggung jawab dan fungsi utama jabatan untuk manajemen risiko
pembiayaan yang dilakukan oleh tim audit internal, dirasa masih kurang
maksimal.
Tanggung jawab dalam hal ini dikarenakan dalam melakukan
proses pengauditan tim Audit Internal hanya membuat laporan kecil
berupa hasil audit dan selebihnya menggunakan laporan secara lisan
kepada manajer mengenai kesalahan prosedur dan evaluasi kinerja
Account Officer (AO). Seharusnya laporan tersebut harus berupa laporan
kerja secara tertulis yang berisi rekomendasi evaluasi untuk perbaikan
dari auditor kepada Account Officer (AO) BMT. Selain itu dalam
pelaksanaan fungsi utama jabatan tim AI belum melakukan pengawasan
secara terperinci atau kontrol kegiatan pembiayaan sesuai dengan
prosedur yang ada.
2. Mekanisme Audit Internal dalam manajemen risiko pembiayaan di BMT
Taruna Sejahtera
Mekanisme Audit Internal dalam manajemen risiko pembiayaan
pada BMT Taruna Sejahtera cukup baik yaitu dengan melakukan
tahapan-tahapannya dari tahap persiapan audit, penyusunan program
audit, pelaksanaan penugasan audit, pelaporan hasil audit, tindak lanjut
99
hasil audit dan dokumentasi. Namun sesuai keadaan dilapangan terdapat
beberapa mekanisme yang belum dijalankan dengan baik seperti
persiapan, penyusunan, dan tindak lanjut program audit internal yang
kurang maksimal. Maka dari itu kurangnya mekanisme tersebut membuat
audit internal di BMT Taruna Sejahtera belum mampu mengatasi risiko
pembiayaan.
3. Peran Audit Internal dalam manajemen risiko pembiayaan di BMT
Taruna Sejahtera
Peran yang ditunjukkan oleh audit internal pembiayaan dalam
manajemen risiko pembiayaan meliputi peran pemecah masalah, peran
kepatuhan dan peran pengendalian. Untuk penjelasan dari beberapa peran
tersebut yaitu Peran pemecah masalah, tim audit pembiayaan tidak dapat
berperan penting dalam mengurangi kecurangan penyaluran pembiayaan
seperti kolusi petugas pembiayaan dengan anggota. Kedua Peran
kepatuhan, Tim audit internal pembiayaan pada BMT Taruna Sejahtera
juga melakukan pengauditan terhadap kebenaran dokumen-dokumen dan
laporan penyaluran pembiayaan dengan cara menyesuaikan data
penyaluran pembiayaan dengan prosedur yang benar dan Ketiga Peran
pengendalian, Kinerja auditor dalam inspeksi pembiayaan yang
disalurkan audit menggambarkan bahwa audit internal melakukan internal
control untuk pengendalian risiko bagi BMT yang diaudit dengan terlebih
dahulu menemukan masalah-masalahnya
100
Kesemua peran yang diberikan audit internal belum dapat
mengendalikan risiko pembiayaan pada BMT Taruna Sejahtera dengan
hasil berupa peningkatan NPF dan peningkatan pembiayaan dengan
kolektibilitas tinggi. Mungkin ini disebabkan karena kinerja tim audit
yang kurang berkompeten dan SDM tim audit internal yang masih kurang
dari batas prosedur BMT Taruna Sejahtera..
B. SARAN
Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, penulis ingin
memberikan beberapa saran yang mungkin dapat dijadikan pertimbangan dan
masukan bagi pihak BMT Taruna Sejahtera, yaitu:
1. BMT Taruna Sejahtera perlu melakukan pembenahan dan penambah tim
audit yang handal agar dapat bekerja dengan maksimal sehingga dapat
mengurangi tingkat NPF di BMT Taruna Sejahtera.
2. Perlunya pembinaan terhadap objek yang diaudit khususnya bagian yang
berkaitan dengan pengelolaan pembiayaan tentang pentingnya
pemeriksaan yang berkelanjutan dalam pengelolaan pembiayaan untuk
meminimalisir tindakan negatif dari mulai pelanggaran internal hingga
pemantauan terhadap proses pembiayaan dan penagihan yang berjalan
saat ini.
3. Tim Audit Internal seyogyanya membuat Kertas Kerja Pelaksanaan Audit
(KKPA) dan menuliskan rekomendasi lebih spesifik bagi Account Officer
101
(AO) untuk memperbaiki kinerjanya, sehingga audit internal dapat
merubah sikap Account Officer (AO) dalam melaksanakan tanggung
jawab, wewenang, dan prinsip kehati-hatian dalam menyalurkan
pembiayaan.
4. BMT Taruna Sejahtera sebaiknya meningkatkan penerapan manajemen
risiko baik itu dari sistem yang diterapkan maupun tenaga SDM yang
menjalankan khususnya dalam pengelolaan pembiayaan. Sistem yang
digunakan harus up to date sehingga mampu mengatasi masalah-masalah
baru yang masih belum bisa diatasi dengan menggunakan sistem yang
lama. Selain itu keahlian dari tenaga SDM khususnya dalam menganalisa
permohonan pembiayaan juga perlu ditingkatkan agar menghasilkan
pembiayaan yang sehat sehingga dapat menghasilkan profit bagi
perusahaan pembiayaan.
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Sukrisno. 2012. Auditing Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh
Akuntan Publik, Jilid 1 Edisi 4. Jakarta: Salemba Empat.
Anonim. 2002. Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 1998 tentang
Perubahan Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Jakarta:
Sinar Grafika.
Aisyah, Binti Nur. 2014. Manajemen Pembiayaan Bank Syariah. Yogjakarta: Teras.
B., Sawyer Lawrence. 2005. Sawyer Internal Auditing, Buku 1 Edisi ke 5. Jakarta:
Salemba Empat.
Bagong, Suyanto dan Sutinah. 2006. Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif
Pendekatan. Jakarta: Prenada Media Group.
Brigham, Eugene Fand Joel F. Houston. 2006. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan,
alih bahasa Ali Akbar Yulianto, Buku satu, Edisi sepuluh, Jakarta: PT.
Salemba Empat.
Darmawi, Herman. 2005. Manajemen Risiko. Jakarta: Bumi Aksara.
Djamil, Faturrahman. 2012. Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di Perbankan
Syariah. Jakarta: Sinar Grafika.
Greuning, Hennie van dan Sonja Brajovic Bratanovic. 2011. Analyzing Banking
Indonesia, Analisis Risiko Perbankan. Jakarta: PT. Salemba Empat.
Guy, Dun. M. 2003. Auditing. Jakarta: Erlangga.
https://www.bi.go.id/id/perbankan/syariah/Documents/UU_21_Syariah.pdf: Undang-
Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
Ikatan Bankir Indonesia. 2014. Mengelola Bank Syariah. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.
. 2014. Memahami Bisnis Bank Syariah. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Ikatan Bankir Indonesia. 2015. Manajemen Risiko 1. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Jensen, Michael C. Dan Meckling William H. 1979. Threy of The Firm: Manajerial
Behavior, Agency Cost, and Ownership Structure. Jurnal of Financial
Ekonomics, Vol. 3, No. 4. 305-360.
Kamudiandri, Arwina. 2014. Peranan Audit Internal Dalam Manajemen Risiko Bank.
Jurnal Media Bisnis, Vol. 6, No. 1. 19-26.
Kasmir. 2002. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, cet.1. Jakarta: Grafindo
Persada.
Kasidi. 2014. Manajemen Risiko. Bogor: Ghalia Indonesia.
Khayati, Ismatul. 2015. Peranan Audit Internal Dalam Pengendalian Risiko
Pembiayaan Di Bank BRI Syariah Kantor Cabang Diponegoro Surabaya.
Jurnal Akuntansi Integratif, Vol. 1, No. 1. 15-46.
Lidyana, Hana Widodo & Donny Dharmawan. 2016. Peranan Audit Internal Dan
Manajemen Risiko Terhadap Efektifitas Pengelolaan Kredit Pada PT. Home
Credit Indonesia, Jurnal Akuntansi & Bisnis Bisnis Krisnadwipayana, Vo. 3
No. 3. 69-87.
Puspa, Dewi Wijaya Kusuma & David HM Hasibuan. 2013. Peranan Pengendalian
Internal Sebagai Alat Bantu Manajemen Dalam Pengamanan Pemberian
Kredit Mikro, Jurnal Ilmiah Akuntansi Kesatuan, Vol. 1 No. 3. 181-191.
Rukmana, Amir Machmud. 2010. Bank Syariah (Teori, Kebijakan, dan Studi Empiris
di Indonesia). Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama.
Sumiyanto, Ahmad. 2008. BMT Menuju Koperasi Modern. Yogjakarta: PT. ISES
Consulting Indonesia.
Supramono dan Sugiarto. 1992. Statistika. Yogjakarta: Andi Offset.
Syahril. 2013. Peran Auditor Internal dan Sistem Pengendalian Intern (SPI) dalam
Pengelolaan Risiko Lembaga Keuangan Syariah. Jurnal Akuntansi dan
Keuangan Islam, Vol. 1, No. 2. 51-63.
Tugiman, Hiro. 2006. Standar Profesional Audit Internal. Yogjakarta: Kanisius.
Tawaf, Tjukria P. 2010. Audit Intern Bank: Penelaahan serta Petunjuk
Pelaksanaanya. Jakarta: Salemba Empat.
Ulum, Ihyaul. 2012. Audit Sektor Publik Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Undang-Undang pasal 37 Nomor 21 Tahun 2001 tentang Perbankan Syariah. 2013.
Jakarta: Bank Indonesia
Wahyudi, Imam, et.al. 2013. Manajemen Risiko Bank Islam. Jakarta: Salemba Empat.
Wirartha, I Made. 2006. Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi. Yogjakarta: Andi
Offset.
Yanto, Rakhmad Rizki. 2017. Analisis Penerapan Sistem Pengendalian Intern
Sebagai Risk Control System Pembiayaan Di BMT Ramadana. Tugas Akhir.
IAIN Salatiga.
LAMPIRAN
Lampiran 1
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN DAN KESEDIAAN PUBLIKASI
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Yudha Prasetiyo
NIM : 64010 15 0035
Program : D III Perbankan Syariah
Fakultas : Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Judul Tugas Akhir : ANALISIS PERAN AUDIT INTERNAL DALAM
MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN DI BMT
TARUNA SEJAHTERA
Dengan ini saya menyatakan bahwa Tugas Akhir ini benar-benar karya saya sendiri,
bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang
terdapat Tugas Akhir ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Tugas
Akhir ini diperbolehkan untuk untuk di Publikasikan oleh perpustakaan IAIN
Salatiga.
Salatiga, 18 Juli 2018
Penulis
Yudha Prasetiyo
NIM. 64010 15 0035
Lampiran 2
DECLARATION
In the name of Allah the most gracious and merciful
Here by the write fully declares that the graduating paper is made by writer herself,
and it is not contained the materials writen are has been published by other people
and other’s people ideas expect the information from the references.
The writer is capable to account for this graduating paper if in the future it can be
proved of containing other’s ideas or fact the writer imitates the other’s graduating
paper.
Like wise the declaration made by writer and hope that this declaration can be
understood.
Salatiga, 18 Juli 2018
Hormat saya,
Yudha Prasetiyo
NIM. 64010150035
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9
Lampiran 10
Lampiran 11
Lampiran 12
Lampiran 13
Lampiran 14
Lampiran 15
PROFIL ASISTEN AUDIT INTERNAL
BMT TARUNA SEJAHTERA
A. IDENTITAS DIRI
1. Nama : Hadi Solikhan
2. Alamat : Ling. Lemahbang
RT/RW : 002/005
Kecamatan : Bergas
Kabupaten : Semarang
Provinsi : Jawa Tengah
3. Jabatan : Asisten Audit Internal
4. Lama Bekerja : 6 tahun
B. RIWAYAT PENDIDIKAN FORMAL
1. SD Karangjati IV : Tahun 1991-1997
2. SLTP Negeri I Bergas : Tahun 1997-2000
3. SMA Islam Sudirman : Tahun 2000-2003
4. Universitas Semarang : Tahun 2003-2008
Ungaran, 28 Juni 2018
(Hadi Sholihin)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. IDENTITAS DIRI
1. Nama : Yudha Prasetiyo
2. Tempat/tgl. Lahir : Kab. Semarang, 24 Mei 1996
3. Alamat Rumah : Ling. Merakrejo
RT/RW : 002/008
Desa/Kelurahan : Harjosari
Kecamatan : Bawen
Kabupaten : Semarang
Provinsi : Jawa Tengah
4. Agama : Islam
5. Status Perkawinan : Belum Kawin
6. Kewarganegaraan : WNI
7. Nama Ayah : Suparmin (Alm)
8. Nama Ibu : Supriyati
9. Nomor HP : 08329292015
10. E-mail : [email protected]
B. RIWAYAT PENDIDIKAN FORMAL
1. SD Negeri Harjosari 1 Bawen : Tahun 2003-2009
2. SMP Negeri 1 Bawen : Tahun 2009-2012
3. SMK Muhammadiyah Salatiga : Tahun 2012-2015
C. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Pengurus HMJ D III Perbankan Syariah FEBI IAIN Salatiga, Tahun Masa
Bakti 2016
2. Pengurus HMJ D III Perbankan Syariah FEBI IAIN Salatiga, Tahun Masa
Bakti 2017
3. Pengurus DEMA FEBI IAIN Salatiga, Tahun Masa Bakti 2018
D. HOBBY
1. Badminton (Bulutangkis)
2. Photografer
Bawen, 18 Juli 2018
(Yudha Prasetiyo)