15
PENINGKATAN KOMPETENSI GURU UNTUK MENJADI GURU YANG INSPIRATIF, KREATIF DAN INOVATIF Annissa Syafarina Sari Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta e-mail: [email protected] Abstrak: Pendidikan merupakan salah satu pilar dan modal utama dalam mengatisipasi, menyongsong masa depan, karena pendidikan selalu diorientasikan untuk mengembangkan sumber daya peserta didik guna dapat berperan di masa yang akan datang dan diarahkan kepada kebutuhan manusia. Tiga komponen sentral dalam upaya pendidikan adalah peserta didik, pendidik dan tujuan pendidikan. Dalam proses pendidikan terjadi interaksi antara peserta didik dan pendidik dalam mencapai tujuan pendidikan. Untuk konteks Indonesia, dewasa ini telah dirumuskan syarat kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru menurut Undang- Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Pada pasal 10 Undang-Undang tersebut disebutkan bahwa kompetensi guru meliputi : (a) kompetensi pedagogik , (b) kompetensi kepribadian, (c) kompetensi profesional, dan (d) kompetensi sosial. Menjadi guru tidak hanya sekedar memenuhi kompetensi guru dengan baik, namun juga harus inspiratif, kreatif dan inovatif sehingga membentuk siswanya menjadi pelajar yang cerdas dan berkarakter. Kata Kunci: Pendidikan, Kompetensi Guru, Inspiratif , Kreatif dan Inovatif IMPROVEMENT OF TEACHERS COMPETENCE TO BE AN INSPIRATIVE, CREATIVE AND INNOVATIVE TEACHER Abstract: Education is the main pillar and capital in anticipating, welcoming the future, because education is always oriented to develop the recources of learners in order to play a role in the future and directed to human needs. The three central components in educational efforts are learners, educators and educational goals. In the educational process, there is an interaction between learners and educators in achieving educational goals. For the context of Indonesia =, it has been formulated a competency requirement that must be possessed by a teacher according to Law Number. 14 year 2005 on Teachers and Lectures. In article 10 of the Act, it is mentioned that teacher's competence includes: (a) pedagogic competence, (b) personality competence, (c) professional competence, and (d) social competence. Being a teacher is not only fulfills the teacher's competence well, but also must be inspirative, creative and innovative so as to form students into smart and characterized students. Keywords: Education, Teacher's Competence, Inspirative, Creative and Innovative PENDAHULUAN Pendidikan sebagai usaha sadar bagi pengembangan manusia dan masyarakat, mendasarkan pada landasan pemikiran tertentu. Dengan kata lain memanusiakan manusia melalui pendidikan, didasarkan atas pandangan hidup atau filsafat hidup, bahkan latar belakang sosiokultural tiap-tiap masyarakat, serta pemikiran-pemikiran psikologis tertentu. (Siswoyo, 2013, hal. 1) Dasar Pendidikan adalah landasan berpijak dan arah bagi pendidikan sebagai wahana pengembangan manusia dan masyarakat. Walaupun pendidikan itu universal, namun bagi suatu masyarakat, pendidikan akan diselenggarakan berdasarkan filsafat dan atau pandangan hidup serta berlangsung dalam latar belakang sosial budaya masyarakat tersebut. (Siswoyo, 2013, hal. 1) Telah dikatakan bahwa pendidikan

PENINGKATAN KOMPETENSI GURU UNTUK MENJADI GURU …annissasyafarina.blogs.uny.ac.id/wp-content/uploads/sites/15515/... · kompetensi kepribadian, (c) kompetensi profesional, dan (d)

  • Upload
    ngohanh

  • View
    285

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

PENINGKATAN KOMPETENSI GURU UNTUK MENJADI GURU YANG

INSPIRATIF, KREATIF DAN INOVATIF

Annissa Syafarina Sari

Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta

e-mail: [email protected] Abstrak: Pendidikan merupakan salah satu pilar dan modal utama dalam mengatisipasi,

menyongsong masa depan, karena pendidikan selalu diorientasikan untuk mengembangkan

sumber daya peserta didik guna dapat berperan di masa yang akan datang dan diarahkan kepada

kebutuhan manusia. Tiga komponen sentral dalam upaya pendidikan adalah peserta didik,

pendidik dan tujuan pendidikan. Dalam proses pendidikan terjadi interaksi antara peserta

didik dan pendidik dalam mencapai tujuan pendidikan. Untuk konteks Indonesia, dewasa ini

telah dirumuskan syarat kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru menurut Undang-

Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Pada pasal 10 Undang-Undang

tersebut disebutkan bahwa kompetensi guru meliputi : (a) kompetensi pedagogik , (b)

kompetensi kepribadian, (c) kompetensi profesional, dan (d) kompetensi sosial. Menjadi guru

tidak hanya sekedar memenuhi kompetensi guru dengan baik, namun juga harus inspiratif,

kreatif dan inovatif sehingga membentuk siswanya menjadi pelajar yang cerdas dan

berkarakter. Kata Kunci: Pendidikan, Kompetensi Guru, Inspiratif , Kreatif dan Inovatif

IMPROVEMENT OF TEACHER’S COMPETENCE TO BE AN INSPIRATIVE,

CREATIVE AND INNOVATIVE TEACHER Abstract: Education is the main pillar and capital in anticipating, welcoming the future,

because education is always oriented to develop the recources of learners in order to play a role

in the future and directed to human needs. The three central components in educational efforts

are learners, educators and educational goals. In the educational process, there is an interaction

between learners and educators in achieving educational goals. For the context of Indonesia =,

it has been formulated a competency requirement that must be possessed by a teacher according

to Law Number. 14 year 2005 on Teachers and Lectures. In article 10 of the Act, it is mentioned

that teacher's competence includes: (a) pedagogic competence, (b) personality competence, (c)

professional competence, and (d) social competence. Being a teacher is not only fulfills the

teacher's competence well, but also must be inspirative, creative and innovative so as to form

students into smart and characterized students.

Keywords: Education, Teacher's Competence, Inspirative, Creative and Innovative

PENDAHULUAN Pendidikan sebagai usaha sadar

bagi pengembangan manusia dan

masyarakat, mendasarkan pada landasan

pemikiran tertentu. Dengan kata lain

memanusiakan manusia melalui

pendidikan, didasarkan atas pandangan

hidup atau filsafat hidup, bahkan latar

belakang sosiokultural tiap-tiap

masyarakat, serta pemikiran-pemikiran

psikologis tertentu. (Siswoyo, 2013, hal. 1)

Dasar Pendidikan adalah landasan

berpijak dan arah bagi pendidikan sebagai

wahana pengembangan manusia dan

masyarakat. Walaupun pendidikan itu

universal, namun bagi suatu masyarakat,

pendidikan akan diselenggarakan

berdasarkan filsafat dan atau pandangan

hidup serta berlangsung dalam latar

belakang sosial budaya masyarakat

tersebut. (Siswoyo, 2013, hal. 1)

Telah dikatakan bahwa pendidikan

itu diselenggarakan dan dilaksanakan oleh

manusia berdasarkan landasan pemikiran

filsafat tertentu. Apakah hakekat

pendidikan itu, mengapa pendidikan itu

dapat dan harus berlangsung atau

diberikan pada manusia, apa tujuan yang

akan dicapai oleh pendidikan, merupakan

contoh perlunya kajian terhadapa landasan

pendidikan. Jawaban ini dapat

dikembalikan pada siapa manusia itu atau

hakekat manusia. Kajian terhadap hakekat

manusia merupakan kajian filosofis

terhadap manusia yang dipakai sebagai

landasan pendidikan yaitu landasan

filosofis. (Siswoyo, 2013, hal. 7)

Pendidikan dipersepsikan

bermacam versi oleh masyarakat. Ada

yang mempersepsikan sebagai sebuah

upaya pendewasaan rohani dan jasmani

individu ataupun kelompok masyarakat,

upaya pemindahan tradisi dan pelestarian

dari satu generasi ke genarasi lainnya,

upaya pembekalan pengetahuan dan

ketrampilan yang dibutuhkan oleh

masyarakat, upaya rekayasa sosial untuk

merubah peradaban, pendidikan sebagai

ukuran strata sosial, dan ada pula yang

mengidentifikasikan pendidikan dengan

sekolah dan atau belajar. (Jabar, 2016, hal.

1)

Terlepas dari persepsi yang

berkembang di masyarakat terkait dengan

apa sebenarnya hakikat pendidikan. Kita

semua bersepakat bahwa pendidikan

merupakan upaya sadar yang dipersiapkan

dengan matang dalam rangka membantu

anak didik atau peserta didik menjadi

seorang pribadi yang utuh dari sisi

spiritual, mental, sosial, dan fisiknya.

(Jabar, 2016, hal. 1)

Secara historis, pendidikan dalam

arti luas telah mulai dilaksanakan sejak

manusia berada di muka bumi ini. Adanya

pendidikan adalah setua dengan adanya

kehidupan manusia itu sendiri. Dengan

perkembangan peradaban manusia,

berkembang pula isi dan bentuk termasuk

perkembangan penyelenggaraan

pendidikan. Ini sejalan dengan kemajuan

manusia dalam pemikiran dan ide-ide

tentang pendidikan. (Siswoyo, 2013, hal.

45)

Tiga komponen sentral dalam

upaya pendidikan adalah peserta didik,

pendidik dan tujuan pendidikan. Dalam

proses pendidikan terjadi interaksi antara

peserta didik dan pendidik dalam

mencapai tujuan pendidikan. (Siswoyo,

2013, hal. 72)

Seseorang yang menginginkan

menjadi pendidik maka ia dipersyaratkan

mempunyai kriteria yang diinginkan oleh

dunia pendidikan. Tidak semua orang bisa

menjadi pendidik kalau yang bersangkutan

tidak bisa menunjukkan bukti dengan

kriteria yang ditetapkan. Dalam hal ini

Dirto Hadisusanto, Suryati Sidharto, dan

Dwi Siswoyo mengemukakan sayarat

seorang pendidik adalah : (1) mempunyai

perasaan terpanggil sebagai tugas suci, (2)

mencintai dan mengasih-sayangi peserta

didik, (3) mempunyai rasa tanggung jawab

yang didasari penuh akan tugasnya. Ketiga

persyaratan tersebut merupakan kesatuan

yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain.

Orang yang merasa terpanggil untuk

mendidik maka ia mencintai peserta

didiknya dan memiliki perasaan wajib

dalam melaksanakan tugasnya disertai

dengan dedikasi yang tinggi atau

bertanggung jawab. (Siswoyo, 2013, hal.

117)

Untuk konteks Indonesia, dewasa

ini telah dirumuskan syarat kompetensi

yang harus dimiliki oleh seorang guru

menurut Undang-Undang Nomor 14

Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen.

Pada pasal 10 Undang-Undang tersebut

disebutkan bahwa kompetensi guru

meliputi : (a) kompetensi pedagogik , (b)

kompetensi kepribadian, (c) kompetensi

profesional, dan (d) kompetensi sosial.

(Siswoyo, 2013, hal. 118)

Pendidik atau yang biasa disebut

Guru adalah profesi yang kompleks

menantang. Profesi guru yang tidak mudah

dituntut pengabdian dan ketekunannya.

Harus mempunyai kesabaran dan welas

asih dalam menyampaikan pelajaran,

karena guru tidak hanya mendidik, tapi juga

mengajarkan. (Arifah, 2016, hal. 5)

Profesionalisme guru memang

menjadi problem serius dalam dunia

pendidikan di Indonesia. Di tengah

perkembangan informasi yang begitu

mudah diakses di internet, ternyata masih

banyak guru yang materi mengajarnya

sudah kedaluwarsa. Lebih memprihatinkan

lagi, saat berbagai teknologi komunikasi

tersedia lengkap, ternyata masih banyak

guru yang metode mengajarnya ketinggalan

zaman. (Arifah, 2016, hal. 5)

Menjadi guru inspiratif, kreatif, dan

inovatif bukan sesuatu yang mudah.

Membutuhkan proses yang panjang. Ketika

menjadi guru tidak lantas langsung menjadi

inspirasi bagi siswanya. Salah satu caranya

yaitu menjaga komitmen untuk terus

memberi motivasi yang kreatif, inspiratif,

dan inovatif kepada siswanya. Dengan

motivasi ini, guru dapat menciptakan siswa

unggul yang penuh dengan kreativitas dan

kemampuan yang kompetitif. (Arifah,

2016, hal. 5)

Dalam jurnal ini akan membahas

bagaimana menjadi guru yang inspiratif,

kreatif dan inovatif melalui peningkatan

kompetensi guru yang didalamnya sudah

mengandung empat kompetensi.

Kajian Pustaka

Pendidikan merupakan salah satu

pilar dan modal utama dalam

mengatisipasi, menyongsong masa depan,

karena pendidikan selalu diorientasikan

untuk mengembangkan sumber daya

peserta didik guna dapat berperan di masa

yang akan datang dan diarahkan kepada

kebutuhan manusia. Hal ini sesuai dengan

apa yang diamanatkan pemerintah dalam

UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20

tahun 2003. Bahwa, : “tujuan pendidikan

nasional berfungsi untuk mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta

peradaban bangsa yang bermartabat

dalam rangka mencerdaskan kehidupan

bangsa, dan bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman dan

bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri dan menjadi warga negara

yang demokratis serta bertanggung jawab.

(Husein, 2017, hal. 11)

Dalam perbincangan filosofis

pendidikan sering diistilahkan “Upaya

memanusiakan manusia” yakni pendidikan

pada dasarnya adalah upaya

mengembangkan kemampuan atau potensi

individu sehingga dapat hidup optimal baik

pribadi maupun sebagai anggota

masyarakat serta memiliki nilai-nilai moral

dan sosial sebagai pedoman hidupnya.

(Husein, 2017, hal. 53)

Guru sebagai salah satu tenaga

kependidikan merupakan sumberdaya yang

sangat berperan dalam mewujudkan

penyelenggaraan pendidikan sehingga

mampu menciptakan anak didik yang

cerdas dan bermartabat yang bermutu.

(Husein, 2017, hal. 12)

Guru adalah tenaga kependidikan

yang berasal dari anggota masyarakat yang

mengabadikan diri dan diangkat untuk

menunjang penyelenggaraaan pendidikan.

(Husein, 2017, hal. 21)

Menjadi guru tidak hanya sekedar

mengajarkan mata pelajaran dengan baik,

namun juga harus memahami psikologi dan

kebutuhan siswa. Siswa tidak hanya

membutuhkan pelajaran yang sesuai

dengan kurikulum dan nilai akademis yang

baik. Namun, siswa juga membutuhkan

motivasi dan inspirasi dari seorang guru.

Siswa membutukan sosok pendidik yang

inspiratif, kreatif dan inovatif yang mampu

membentuk siswanya menjadi pelajar yang

cerdas dan berkarakter. (Arifah, 2016, hal.

5)

Pendidikan memegang peranan

penting dalam pembangungan sumber daya

manusia Indonesia. Peran penting

pendidikan dalam pembangunan sumber

daya manusia diakomodasi pemerintah

melalui institusi pendidikan, baik formal

maupun informal. Pada institusi pendidikan

formal, proses pendidikan dilakukan di

sekolah. Pendidikan di sekolah

dilaksanakan melalui pembelajaran yang

dilakukan oleh guru kepada siswa.

(Mustadi, 2016)

Lembaga pendidikan mempunyai

peranan yang cukup penting dalam

membentuk kepribadian dan tingkah laku

moral anak. Lembaga pendidikan juga

mempunyai peranan yang cukup penting

untuk memberikan pemahaman dan

benteng pertahanan kepada anak agar

terhindar dari jeratan negatif media massa.

(Mustadi, 2016)

Pendidikan merupakan sebuah

usaha untuk mewariskan pengetahuan dari

generasi ke generasi yang berlangsung

sepanjang hidup manusia. Hal ini dilakukan

supaya generasi penerus lebih berbudaya

dan berkualitas dalam hidup

bermasyarakat. Dukungan terhadap

pendidikan yang menghasilkan insan

berbudaya dan berkualitas diwujudkan

UNESCO dalam empat pilar pendidikan

yaitu learning to know (belajar

mengetahui), learning to be (belajar

menjadi dirinya sendiri), learning to do

(belajar bekerja), dan learning to live

together (belajar hidup bersama).

Pendidikan terbentuk melalui proses

interaksi antara siswa dan siswa, siswa dan

sumber belajar, dan siswa dan guru yang

dapat terjadi di dalam lingkungan keluarga,

sekolah, dan masyarakat. Dalam

lingkungan keluarga, orang tua berperan

sebagai guru bagi anaknya. Melalui proses

interaksi dengan orang tua, anak

mendapatkan konsep dasar pengetahuan,

nilainilai moral dan karakter yang

kemudian dikembangkan melalui

pendidikan di lingkungan sekolah dan

masyarakat. (Utami, K. N., & Mustadi, A)

Keberhasilan dalam pembelajaran

tidak lepas dari semua komponen yang ada

dalam pembelajaran. Adapun komponen-

komponen pembelajaran meliputi tujuan,

materi pelajaran, kegiatan pembelajaran,

metode, alat dan sumber, serta evaluasi

(Djamarah & Zain, 2010: 41). Sebagai

suatu sistem, komponen pembelajaran

tersebut saling terkait antara satu dengan

yang lainnya. Ketika ingin mengetahui

tercapainya tujuan dalam pembelajaran

maka harus dilaksanakan evaluasi. Guru

memberikan evaluasi harus diawali dengan

menyampaikan materi pelajaran dengan

metode tertentu sesuai kebutuhan. Guru

dalam menyampaikan materi pelajaran,

membutuhkan sumber belajar guna

menunjang keberhasilan proses

pembelajaran. (Permana, A. B., &

Pujiastuti, P,

Pembaruan pendidikan di Indonesia

memang harus terus dilakukan. Perlu

diupayakan penataan pendidikan yang

bermutu dan terus-menerus yang adaptif

terhadap perubahan zaman. Rendahnya

mutu sumber daya manusia Indonesia itu

memang tidak terlepas dari hasil yang

dicapai oleh pendidikan kita selama ini.

Harus diakui, masih banyak persoalan yang

dihadapi dunia pendidikan di Indonesia.

Selama ini hasil pendidikan hanya tampak

dari kemampuan menghafal fakta, konsep,

teori, atau hukum. Walaupun banyak anak

mampu menyajikan tingkat hafalan yang

baik terhadap materi yang diterimanya,

tetapi pada kenyataannya mereka seringkali

tidak memahami secara mendalam

substansi materinya. (Rosana, D. 2014)

Pembahasan

Pada hakikatnya aktivitas

pendidikan selalu berlangsung dengan

melibatkan unsur subjek atau pihak-pihak

sebagai aktor penting. Aktor penting itu oleh

Noeng Muhadjir (1994) disebut sebagai

subjek penerima di satu pihak dan subjek

pemberi di pihak yang lain dalam suatu

interaksi pendidikan. Bahkan karena begitu

pentingnya kedudukan kedua subyek

tersebut dalam aktivitas pendidikan, maka

Noeng Muhadjir menyebut keduanya

menjadi unsur dasar yang membentuk

aktivitas pendidikan. Dengan demikian,

ketiadaan kedua subyek tersebut berarti

juga ketiadaan aktivitas pendidikan. Dalam

prakteknya, subjek penerima adalah peserta

didik, sedangkan subjek pemberi adalah

pendidik. (Siswoyo, 2013, hal. 85)

Tiga komponen sentral dalam

upaya pendidikan adalah peserta didik,

pendidik dan tujuan pendidikan. Dalam

proses pendidikan terjadi interaksi antara

peserta didik dan pendidik dalam

mencapai tujuan pendidikan.

Peserta didik adalah anggota

masyarakat yang berusaha

mengembangkan potensi diri melalui

proses pendidikan. Sosok peserta didik

umumnya merupakan sosok anak yang

membutuhkan bantuan orang lain untuk

bisa tumbuh dan berkembang ke arah

kedewasaan. Ia adalah sosok yang selalu

mengalami perkembangan sejak lahir

sampai meninggal dengan perubahan-

perubahan yang terjadi secara wajar (Sutari

Imam Barnadib, 1995) . Istilah peserta

didik pada pendidikan formal atau sekolah

jenjang dasar dan menengah, dikenal

dengan nama anak didik atau siswa; pada

pendidikan pondok pesantren disebut

santri, dan pada pendidikan keluarga

disebut anak. Namun pendidikan pada

lembaga nonformal tertentu seperti

kelompok belajar paket C atau lembaga

kursus, peserta didik disebut peserta ajar

yang terkadang bisa terdiri dari para orang

tua.

Menurut Sutari Imam Barnadib

peserta didik sangat tergantung dan

membutuhkan bantuan dari orang lain yang

memiliki kewibawaan dan kedewasaan.

Sebagai anak, peserta didik masih dalam

kondisi lemah, kurang berdaya, belum bisa

mandiri, dan serba kekurangan dibanding

orang dewasa, namun dalam dirinya

terdapat potensi bakat-bakat dan disposi

luar biasa yang memungkinkan tumbuh dan

berkembang melalui pendidikan.

Ciri khas peserta didik yang perlu

dipahami oleh pendidik sebagaimana

dijelaskan oleh Umar Tirtarahardja dan La

Sulo adalah bahwa peserta didik

merupakan:

a. Individu yang memiliki potensi fisik

dan psikis yang khas, sehingga

merupakan insan yang unik.

Maksudnya ia sejak lahir telah

memiliki potensi-potensi yang

berbeda dengan individu lain yang

ingin dikembangkan dan

diaktualisasikan.

b. Individu yang sedang berkembang,

yakni selalu ada perubahan dalm

diri peserta didik secara wajar baik

yang ditujukan kepada diri sendiri

maupun kearah penyesuaian dengan

lingkungan.

c. Individu yang membutuhkan

bimbingan individual dan

perlakuan manusiawi, maksudnya

adalah walupun ia adalah makhluk

yang berkembang punya potensi

fisik dan psikis untuk bisa mandiri,

namun karena belum dewasa maka

ia membutuhkan bantuan dan

bimbingan dari pihak lain sesuai

kodrat kemanusiaan.

d. Individu yang memiliki kemampuan

untuk mandiri, hal ini dikarenakan

bahwa di dalam diri anak ada

kecenderungan untuk

memerdekakan diri, sehingga

mewajibkan bagi pendidik dan

orang tua untuk setapak demi

setapak memberikan kebebasan

kepada anak dan pada akhirnya

pendidik mengundurkan diri.

Seseorang yang menginginkan

menjadi pendidik maka ia dipersyaratkan

mempunyai kriteria yang diinginkan oleh

dunia pendidikan. Tidak semua orang bisa

menjadi pendidik kalau yang bersangkutan

tidak bisa menunjukkan bukti dengan

kriteria yang ditetapkan. Dalam hal ini

Dirto Hadisusanto, Suryati Sidharto, dan

Dwi Siswoyo mengemukakan sayarat

seorang pendidik adalah : (1) mempunyai

perasaan terpanggil sebagai tugas suci, (2)

mencintai dan mengasih-sayangi peserta

didik, (3) mempunyai rasa tanggung jawab

yang didasari penuh akan tugasnya. Ketiga

persyaratan tersebut merupakan kesatuan

yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain.

Orang yang merasa terpanggil untuk

mendidik maka ia mencintai peserta

didiknya dan memiliki perasaan wajib

dalam melaksanakan tugasnya disertai

dengan dedikasi yang tinggi atau

bertanggung jawab.

Pendapat lain dari Noeng Muhadjir

menjelaskan bahwa persyaratan seseorang

bisa sebagai pendidik apabila seseorang

tersebut: (1) memiliki pengetahuan lebih,

(2) mengimplikasikan nilai dalam

pengetahuan itu dan (3) bersedia

menularkan pengetahuan beserta nilainya

kepada orang lain.

Kedua pendapat di atas merupakan

persyaratan pendidik pada umumnya yang

berlaku bagi lingkungan pendidik formal,

nonformal, dan informal. Pertanyaannya

adalah bagaimana dengan syarat pendidik

yang berlaku khusus disekolah? Beberapa

pendapat syarat pendidik yang

bermunculan seiring dengan lontaran

pertanyaan tersebut. Tetapi sebagian besar

pendapat mengisyaratkan pentingnya

sebuah kompetensi sebagai sebuah

kualifikasi persyaratan profesionalisme

guru.

Apa itu kompetensi? Menurut UU

No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

Pasal 1, Ayat 10, disebutkan ”Kompetensi

adalah seperangkat pengetahuan,

keterampilan, dan perilaku yang harus

dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru

atau dosen dalam melaksanakan tugas

keprofesionalan”.

Kompetensi merupakan peleburan

dari pengetahuan (daya pikir), sikap (daya

kalbu), dan keterampilan (daya pisik) yang

diwujudkan dalam bentuk perbuatan.

Dengan kata lain, kompetensi merupakan

perpaduan dari penguasaan pengetahuan,

keterampilan, nilai, dan sikap yang

direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan

bertindak dalam melaksanakan tugas atau

pekerjannya. Dapat juga kecakapan, sikap,

sifat, pemahaman, apresiasi dan harapan

yang mendasari karakteristik seseorang

untuk berunjuk kerja dalam menjalankan

tugas atau pekerjaan guna mencapai

standar kualitas dalam pekerjaan nyata.

Jadi, kompetensi adalah seperangkat

pengetahuan, keterampilan dan perilaku

yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai

oleh guru untuk dapat melaksanakan

tugas-tugas profesionalnya.

Rumusan kompetensi di atas

mengandung tiga aspek : (1) kemampuan,

pengetahuan, kecakapan, sikap, sifat,

pemahaman, apresiasi, dan harapan yang

menjadi ciri dan karakteristik seseorang

dalam menjalankan tugas. Aspek ini

menunjuk pada kompetensi sebagai

gambaran subtansi atau materi ideal yang

seharusnya dikuasai atau dipersyaratkan

untuk dikuasai oleh guru dalam

menjalankan pekerjaannya. Dengan

demikian seseorang dapat dipersiapkan

atau belajar untuk menguasai kompetensi

tertentu sebagai bekal ia bekerja secara

profesional; (2) ciri dan karakteristik

kompetensi yang digambarkan dalam

aspek pertama itu tampil nyata (manifest)

dalam tindakan, tingkah laku dan unjuk

kerjanya. Aspek ini merujuk pada

kompetensi sebagai gambaran unjuk kerja

nyata yang tampak dalam kualitas pola

pikir, sikap dan tindakan seseorang dalam

menjalankan pekerjannya secara piawai.

Seseorang dapat saja berhasil menguasai

secara teoritik seluruh aspek material

kompetensi yang diajarkannya dan

dipersyaratkan. Namun begitu jika dalam

praktek sebagai tindakan nyata saat

menjalankan tugas atau pekerjaan tidak

sesuai dengan standar kualitas yang

dipersyaratkan maka ia tidak dapat

dikatakan sebagai seseorang yang

berkompeten atau tidak piawai, dan (3)

hasil kerjanya itu memenuhi suatu kriteria

standar kualitas tertentu. Aspek ini

merujuk pada kompetensi sebagai hasil

(ouput dan atau outcome) dari unjuk kerja.

Kompetensi seseorang mencirikan

tindakan atau perilaku serta mahir dalam

menjalankan tugas untuk menghasilkan

tindakan kerja yang efektif dan efisien.

Hasilnya merupakan produk dari

kompetensi seseorang dalam menjalankan

tugas dan pekerjannya. Sehingga pihak

lain dapat menilai seseorang apakah dalam

menjalankan tugas dan pekerjannya

berkompeten dan profesional atau tidak.

Proporsi anatara pengetahuan,

sikap dan keterampilan sangat tergantung

pada jenis pekerjaan. Misalnya, pekerjaan

pertukangan kayu memerlukan porsi

keterampilan fisik lebih besar dari pada

pengetahuan dan sikap, pekerjaan

kedokteran bedah memerlukan porsi

pengetahuan, keterampilan dan sikap

secara seimbang, dan pekerjaan sosial

memerlukan porsi sikap lebih besar dari

pada pengetahuan dan keterampilan

sebagai kompetensi. Kompetensi adalah

kemampuan melaksanakan sesuatu yang

diperoleh melalui pendidikan dan latihan.

Dengan demikian, istilah kompetensi

sangat konstektual dan tidak univeral

untuk semua jenis pekerjaan. Setiap jenis

pekerjaan memerluka porsi yang berbeda-

beda antara pengetahuan, sikap dan

keterampilannya.

Dengan demikian dapat ditegaskan

bahwa kemampuan dasar meliputi daya

pikir, daya kalbu, dan daya raga yang

diperlukan oleh peserta didik untuk terjun

di masyarakat dan untuk mengembangkan

dirinya. Daya pikir terdiri dari daya pikir

analitis, deduktif, induktif, ilmiah, kritis,

kreatif, eksploratif, discovery, nalar,

lateral dan berpikir sistem (berpikir sistem

paling sulit dan jarang diajarkan, berpikir

sistem adalah berpikir membangun

keberadaan hal menurut kriteria sistem

dimana sistem mempunyai ciri utuh dan

benar menurut hukum-hukum ketetapan-

Nya). Sejalan dengan hal itu profesi guru

yang melayani peserta didik berkaitan

dengan ilmu pengetahuan, tentu harus

mempunyai daya pikir yang cukup dan

mampu berpikir sistematik.

Bertitik tolak dari kemampuan dan

daya pikir tersebut, maka UU No. 14 tahun

2005 Pasal 8 menyatakan guru wajib

memiliki kualifikasi akademik,

kompetensi, sertifikat pendidik, sehat

jasmani dan rohani, serta memiliki

kemampuan untuk mewujudkan tujuan

pendidikan nasional. Selanjutnya pasal 10

ayat (1) menyatakan Kompetensi guru

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8

meliputi kompetensi pedagogik,

kompetensi kepribadian, kompetensi

sosial, kompetensi sosial dan kompetensi

profesional yang diperoleh melalui

pendidikan profesi.

Guru profesional bukanlah hanya

untuk satu kompetensi saja yaitu

kompetensi profesional, tetapi guru

profesional semestinya meliputi semua

kompetensi. Terlepas setuju atau tidak

setuju terhadap ke empat kompetensi guru

tersebut, toh secara resmi mereka telah

menjadi legislasi dan regulasi yang harus

ditaati, kecuali pada pihak yang

mengusulkan diadakannya yudical review

terhadap ke empat kompetensi guru

tersebut (adakah pihak yang dirugikan?).

sebagaimana diamanatkan UU 14/2005

dan PP 19/2005 agar guru dan dosen

memahami, menguasai dan terampil

menggunakan sumber-sumber belajar baru

dan menguasai kompetensi pedagogik,

kompetensi kepribadian, kompetensi

profesional dan kompetensi sosial, sebagai

bagian dari kemampuan profesional guru.

Berikut penjelasannya :

1. Kompetensi Pedagogik

Sebelum UU 14/2005 dan

PP 19/2005 diterbitkan, ada

sepuluh kompetensi dasar guru

yang telah dikembangkan melalui

kurikulum Lembaga Tenaga

Kependidikan (LPTK). Kesepuluh

kompetensi itu kemudian

dijabarkan melalui berbagai

pengalaman belajar. Adapun

sepuluh kemampuan dasar guru itu

: (1) kemampuan menguasai bahan

pelajaran yang disajikan; (2)

kemampuan mengelola program

belajar mengajar; (3) kemampuan

mengelola kelas; (4) kemampuan

menggunakan media atau sumber

belajar; (5) kemampuan menguasai

landasan-landasan kependidikan;

(6) kemampuan mengelola

interaksi bealajar mengajar; (7)

kemampuan menilai prestasi

peserta didik untuk kependidikan

pengajaran; (8) kemampuan

mengenal fungsi dan program

pelayanan bimbingan dan

penyuluhan; (9) kemampuan

mengenal dan menyelenggarakan

administrasi sekolah; dan (10)

kemampuan memahamii prinsip-

prinsip dan menafsirkan hasil-hasil

penelitian pendidikan guna

keperluan pengajaran. Namun

dalam perjalanannya tidak ada satu

institusipun yang melakukan

evaluasi, apakah kesepuluh

kompetensi guru ini betul-betul

dipenuhi oleh guru atau tidak.

Kesepuluh kompetensi ini hanya

ada sebagai dokumen saja.

Pengembangan dan

peningkatan kualitas kompetensi

guru selama ini diserahkan pada

guru itu sendiri. Jika guru itu mau

mengembangkan dirinya sendiri,

maka guru itu berkualitas, karena ia

senantiasa mencari peluang untuk

meningkatkan kualitasnya sendiri.

Idealnya pemerintah, asosiasi

pendidikan dan guru, serta satuan

pendidikan memfasilitasi guru

untuk mengembangkan

kemampuan bersifat kognitif

berupa pengertian dan

pengetahuan, afektif berupa sikap

dan nilai, maupun perfomansi

berupa perbuatan-perbuatan yang

mencerminkan pemahaman

ketrampilan dan sikap. Dukungan

yang demikian itu penting, karena

dengan cara itu akan meningkatkan

kemampuan pedagogik bagi guru.

Apa itu kompetensi

pedagogik? Dapat ditegaskan

kompetensi pedagogik merupakan

kemampuan dalam pengelolaan

peserta didik meliputi (1)

pemahaman wawasan guru akan

landasan filsafat pendidikan;

(2)guru memahaman potensi dan

keberagaman peserta didik,

sehingga dapat didesain strategi

pelayanan belajar sesuai dengan

keunikan masing-masing peserta

didik; (3) guru mampu

mengembangkan kurikulum atau

silabus baik dalam bentuk

dokumen maupun implementasi

dalam bentuk pengalaman belajar;

(4) guru mampu menyusun rencana

dan strategi pembelajaran

berdasarkan standar kompetensi

dan kompetensi dasar; (5) mampu

melaksanakan pembelajaran yang

mendidik dengan suasana dialogis

dan interaktif; (6) mampu

melakukan evaluasi hasil belajar

dengan memenuhi prosedur dan

standar yang dipersyaratkan; (7)

mampu mengembangkan bakat dan

minat peserta didik melalui

kegiatan intrakurikuler dan

ekstrakurikuler untuk

mengaktualisasikan berbagai

potensi yang dimilikinya.

Dengan demikian tampak

bahwa kemampuan pedagogik bagi

guru bukanlah hal yang sederhana,

karena kualita guru haruslah diatas

rata-rata. Kualitas ini dapat dilihat

dari aspek intelektual , yang

meliputi aspek : (1) logika sebagai

pengembangan kognitif mencakup

kemampuan intelektual mengenal

lingkungan terdiri atas enam

macam yang disusun secara

hierarkis dari yang sederhana

sampai yang kompleks. Yaitu

pengetahuan (kemampuan

mengingat kembali hal-hal yang

telah dipelajari), pemahaman

(kemampuan menangkap makna

atau arti suatu hal), penerapan

(kemampuan mempergunakan hal-

hal yang telah dipelajari untuk

menghadapi situasi-situasi baru

dan nyata), analisis ( kemampuan

menjabarkan sesuatu menjadi

bagian-bagian sehingga struktur

organisasinya dapat dipahami),

sintesis (kemampuan memadukan

bagian-bagian menjadi satu

keseluruhan yang berarti), dan

penilaian ( kemampuan

memberikan harga sesuatu hal

berdasarkan kriteria intern,

kelompok, ekstern atau yang telah

ditetapkan terlebih dahulu; (2)

etika sebagai pengembangan

afektif mencakup kemampuan

emosional dalam mengalami dan

menghayati sesuatu hal meliputi

lima macam kemampuan

emosional disusun secara hierarkis.

Yaitu kesadaran (kemampuan

untuk ingin memperhatikan sesuatu

hal, partisipasi ( kemampuan untuk

turut serta atau terlibat dalam

sesuatu hal), penghayatan nilai (

kemampuan untuk menerima nilai

dan terikat kepadanya),

pengorganisasian nilai

(kemampuan untuk memiliki

sistem nilai dalam dirinya), dan

karakterisasi diri (kemampuan

untuk memiliki pola hidup dimana

sistem nilai yang terbentuk dalam

dirinya mampu mengawai tingkah

lakunya); dan (3) estettika sebagai

pengembangan psikomotrik yaitu

kemampuan motorik menggiatkan

dan mengkoordinasikan gerakan.

Yaitu terdiri dari gerakan refleks

(kemampuan melakukan tindakan-

tindakan yang terjadi secara tak

sengaja) , gerakan dasar (

kemampuan melakukan pola-pola

gerakan bersifat pembawaan),

kemampuan perseptual

(kemampuan menterjemahkan

perangsang yang diterima melalui

alat indera menjadi gerakan yang

tepat), kemampuan jasmani

(kemampuan dan gerakan-gerakan

dasar merupakan inti

memperkembangkan gerakan-

gerakan terlatih). Gerakan terlatih

(kemampuan melakukan gerakan-

gerakan canggih dan rumit dengan

tingkat efisiensi tertentu) dan

komunikasi nondiskursif

(kemampuan melakukan

komunikasi dengan isyarat gerakan

badan).

Untuk menghadapi

tantangan tersebut, guru perlu

berpikir secara antisipatif dan

proaktif. Guru secara terus

menerus belajar sebagai upaya

melakukan pembaharuan atas ilmu

pengetahuan yang dimilikinya.

Caranya sering melakukan

penelitian baik melalui kajian

pustaka, maupun melakukan

penelitian seperti penelitian

tindakan kelas.

2. Kompetensi Kepribadian

Setiap perkataan, tindakan

dan tingkah laku positif akan

meningkatkan citra diri dan

kepribadian seseorang, selama hal

itu dilakukan dengan penuh

kesadaran. Kepribadian menurut

Zakiah Daradjat disebut sebagai

sesuatu yang abstrak, sukar dilihat

secara nyata, hanya dapat diketahui

lewat penampilan, tindakan, dan

ucaan ketika menghadapi sesuatu

persoaalan, atau melalui atsarnya

saja. Kepribadian mencakup semua

unsur baik fisik maupun psikis.

Sehingga dapat diketahui bahwa

setiap tindakan dan tingkah laku

seseorang merupakan cerminan

dari kepribadian seseorang.

Apabila nilai kepribadian

seseorang naik, maka akan naik

pula kewibawaan orang tersebut.

Tentu dasarnya adalah ilmu

pengetahuan dan moral yang

dimiliknya. Kepribadian akan turut

menentukan apakah para guru

dapat disebut sebagai pendidik

yang baik atau sebaliknya, justru

menjadi perusak anak didiknya.

Sikap dan citra negatif

seorang guru dan berbagai

penyebabnya, seharusnya dihindari

jauh-jauh agar tidak mencemarkan

nama baik guru. Guru sebagai

teladan bagi murid-muridnya harus

memiliki sikap dan kepribadian

utuh yang dapat dijadikan tokoh

panutan idola dalam seluruh segi

kehidupannya. Karenanya guru

harus selalu berusaha memilih dan

melakukan perbuatan positif agar

dapat mengangkat citra baik dan

kewibawannya terutama di depan

murid-muridnya.

3. Kompetensi Sosial

UU Sistem Pendidikan

Nasioanl No. 20 tahun 2003 pada

Pasal 4 ayat 1, menyatakan

”pendidikan diselenggarakan

secara demokratis dan berkeadilan

serta tidak diskriminatif dengan

menjunjung tinggi hak asasi

manusia, nilai keagamaan, nilai

kultural, dan kemajemukan

bangsa”. Pernyataan ini

menunjukkan bahwa pendidikan

diselenggarakan secara demokratis

dan berkeadilan.

Kompetensi sosial terkait

dengan kemampuan guru sebagai

makhluk sosial dalam berinteraksi

dengan orang lain. Sebagai

makhluk sosial guru berperilaku

santun, mampu berkomunikasi dan

berinteraksi dengan lingkungan

secara efektif dan menarik

mempunyai rasa empati terhadap

orang lain. Kemampuan guru

berkomunikasi dan berinteraksi

secara efektif dan menarik dengan

peserta didik, sesama pendidik dan

tenaga kependidikanm orang tua

dan wali peserta didik, masyarakat

sekitar sekolah dan sekitar dimana

pendidik itu tinggal, dan dengan

pihak-pihak berkempentingan

dengan sekolah. Kondisi objektif

ini menggambarkan bahwa

kemampuan sosial guru tampak

ketika bergaul dan melakukan

interaksi sebagai profesi maupun

sebagai masyarakat, dan

kemampuan

mengimplementasikan dalam

kehidupan sehari-hari.

Pada kompetensi sosial,

masyarakat adalah perangkat

perilaku yang merupakan dasar

bagi pemahaman diri dengan yang

tidak terpisahkan dari lingkungan

sosial serta tercapainya interaksi

sosial secara objektif dan efisien.

Kompetensi sosial mencakup

perangkat perilaku yang

menyangkut: kemampuan

interaktif yaitu kemampuan yang

menunjang efektivitas interaksi

dengan orang lain seperti

keterampilan ekspresi diri,

berbicara efektif, memahami

pengaruh orang lain terhadap diri

sendiri, menafsirkan motif orang

lain, mencapai rasa aman bersama

orang lain; Keterampilan

memecahkan masalah kehidupan

seperti mengatur waktu, uang ,

kehidupan berkeluarga, memahami

nilai kehidupan dan sebagainya.

Dengan demikan indikator

kemampuan sosial guru adalah

mampu berkomunikasi dan bergaul

dengan peserta didik, sesama

pendidik dan tenaga kependidikan,

orang tua dan wali murid,

masyarakat dan lingkungan sekitar,

dan mampu mengembangkan

jaringan.

4. Kompetensi Profesional

Guru adalah salah satu

faktor penting dalam

penyelenggaraan pendidikan di

sekolah. Oleh karena itu

meningkatkan mutu pendidikan,

berarti juga meningkatkan mutu

guru. Meningkatkan mutu guru

bukan hanya dari segi

kesejahteraannya, tetapi juga

profesionalitasnya. UU No. 14

tahun 2005 Pasal 1 ayat (1)

menyartakan guru adalah pendidik

profesional dengan tugas utama

mendidik, mengajar, membimbing,

mengarahkan, melatih, menilaim

dan mengevaluasi peserta didik

pada pendidikan anak usia dini

jalur pendidikan formal,

pendidikan dasar dan pendidikan

menengah. Sebagai seorang

profesional guru harus memiliki

kompetensi keguruan yang cukup.

Kompetensi keguruan itu tampak

pada kemampuannya menerapkan

sejumlah konsepm asas kerja

sebagai guru, mampu

mendemostarsikan sejumlah

strategi maupun pendekatan

pengajaran yang menarik dan

interaktif, disiplin, jujur, dan

konsisten.

Guru yang bermutu niscaya

mampu melaksanakan pendidikan,

pengajaran dan pelatihan yang

efektif dan efisien. Guru yang

profesional diyakini mampu

memotivasi siswa untuk

mengoptimalkan potensinya dalam

kerangka pencapaian standar

pendidikan yang ditetapkan.

Kompetensi profesional menurut

Usman meliputi: (1) penguasaan

terhadap landasan kependidikan,

dalam kompetensi ini termasuk (a)

memahami tujuan pendidikan, (b)

mengetahui fungsi sekolah di

masyarakat, (c) mengenal prinsip-

prinsip psikologi pendidikan; (2)

menguasai bahan pengajaran

artinya guru harus memahami

dengan baik materi pelajaran yang

akan diajarkan. Penguasaan

terhadap materi pokok yang ada

pada kurikulum maupun bahan

pengayaan; (3) kemampuan

menyusun program pengajaran,

mencakup kemampuan

menetapkan kompetensi belajar,

mengembangkan bahan pelajaran

dan mengembangkan strategi

pembelajaran; dan (4) kemampuan

menyusun perangkat penilaian

hasil belajar dan proses

pembelajaran. Kompetensi yang

dimaksud adalah kompetensi

profesional kependidikan.

Kompetensi profesional mengacu

pada perbuatan (performance)

yang bersifat rasional dan

memenuhi spesifikasi tertentu

dalam melaksanakan tugas-tugas

kependidikan.

Menjadi guru inspiratif

Guru adalah sosok yang paling

utama di jagad ini. Bagaimana tidak, guru

adalah orang yang paling penting dalam

mencerdaskan kehidupan manusia.

Meskipun demikian, belum dapat

dikatakan bahwa semua guru dapat

menjadi inspirasi bagi siswanya untuk

cerdas dalam perilaku hidupnya. Guru

yang mampu menjadi inspirasi siswa

adalah adalah guru yang sebenarnya. Jika

diajar oleh guru inspiratif, siswa akan

mampu menerjemahkan apa yang

dialaminya meskipun tidak berkaitan sama

sekali dengan kurikulum sekolah. (Arifah,

2016, hal. 38)

Guru inspiratif bukanlah seorang

guru yang hanya sekedar mengejar

kurikulum. Akan tetapi, ia mampu

mengajak siswanya untuk berpikir kreatif.

Ia juga mengajak siswanya melihat sesuatu

dari luar lalu mengubahnya di dalam lalu

membawa kembali ke luar, yaitu kepada

masyarakat luas.

Melihat kondidi pendidikan

sekolah pada umumnya guru-guru

memang terbelenggu oleh ketentuan

administratif yang harus dipatuhi seperti

target pencapaian kurikulum,ketuntasan

belajar, silabus, RPP dan sebagainya.

Sesuai dengan ketentuan yang ada bahwa

wujud pelaksanaan pendidikan di sekolah

tertuang dalam bentuk kegiatan

intrakulikuler dan ekstrakurikuler. (Arifah,

2016, hal. 33)

Dalam kegiatan intrakurikuler

sangat jarang guru dalam interaksinya

dengan siswa-siswanya mampu

mengembangkan potensi-potensi yang

dimiliki. Padahal tujuan pendidikan yaitu

pengembangan secara menyeluruh dari

seluruh potensi melalui kretivitas dan

berpikir kreatif. Hal ini memperlihatkan

bahwa pendidika memiliki arti sebagai

pengembangan potensi manusia.

Sementara itu, pada kegiatan

ekstrakulikuler pembinaan dan

pengembangan potensi belum

mendapatkan proporsi yang sewajarnya.

Padahal, kegiatan ekstrakulikuler

diharapkan mampu mengembangkan

potensi di luar kompetensi akademiknya.

Guru tidak hanya dituntut harus

harus mampu mampu sebagai agent of

learning, tetapi juga harus mampu

memerankan dirinya sebagai agent of

change (agen perubahan) bagi peserta

didik. Oleh karena itu, seorang guru

diharapkan dapat menjadi seorang

pendidik yang tidak hanya sebatas

mengajar, tetapi juga harus mampu

memotivasi dan menginspirasi siswanya.

Ada beberapa hal yang dapat

diupayakan oleh guru dalam

membangkitkan motivasi siswanya antara

lain sebagai berikut:

a. Guru ikut terlibat dalam kehidupan

siswa,

b. Guru menjadi idola siswa berkaitan

dengan sikapnya di kelas,

c. Ciptakan suasana pembelajaran

yang menyenangkan,

d. Gunakan teknik mengajar yang

menarik,

e. Hargailah hasil pekerjaan siswa,

f. Ciptakan suasana persaingan yang

sehat antar siswa, dan

g. Lihatlah cara mengajar kita dari

kaca mata siswa. (Arifah, 2016,

hal. 43)

Guru mempunyai pandangan bahwa setiap

pribadi siswa mempunyai potensi yang

bisa dikembangkan dan tugas gurulah yang

membangkitkan potensi tersebut.

Karakteristik seorang guru yang inspiratif,

antara lain sebagai berikut:

1. Menetapkan standar yang tinggi,

dengan mengajarkan cara

mencapainya.

2. Hari pertama menjanjikan kepada

siswa, bahwa mereka akan belajar.

Disusun bersama siswa.

a. Suasana kasih sayang dan

kepedulian yang murni, ketika

ia berjanji kepada siswa-

siswanya bahwa kalian akan

berhasil.

b. Kalian harus membantu saya

untuk menolong diri kalian

sendiri.

c. Jika kalian tidak memberikan

apa pun, jangan mengharapkan

apa pun.

d. Kesuksesan tidak datang

menghampiri kalian, tetapi

kalianlah yang harus datang

menghampirinya.

3. Kesenangan terhadap proses

pembelajaran yang luar biasa.

a. Jika para siswa tidak bermain

sesuai irama, itu karena mereka

belum mempelajari caranya.

b. Bakat adalah kualitas yang

dapat diperoleh.

4. Suasana asuh, penuh kepercayaan

dan tidak menghakimi.

5. Sangat ketat, disiplin, dan penuh

kasih sayang.

6. Mengajari siswa untun mencapai

standar yang tinggi dengan kerja

keras.

7. Mencintai pembelajaran, bukan

pengajaran.

8. Terus-menerus belajar bersama

siswa dan membiarkan siswa untuk

tahu terlebih dahulu tentang

sesuatu.

9. Mempunyai prinsip, bahwa semua

orang bisa belajar.

10. Lebih cenderung memberikan

motivasi daripada mengkritik

siswa.

Menjadi guru Kreatif

Perkembangan dunia pendidikan

saat ini menuntut para guru untuk lebih

kreatif dalam mengembangkan

pembelajaran. Walaupun tidak dapat

disangkal, saat ini masih banyak guru yang

belum sampai ke tahap itu. Mereka hanya

menjadi guru yang sebatas mengajar saja.

Kemungkinan untuk mengembangkan atau

mengkreasikan mata pelajaran yang

diampunya masih belum ada.

Guru kreatif diartikan sebagai guru

yang tidak pernah puas dengan apa yang

disampaikannya kepada peserta didik. Dia

berusaha menemukan cara-cara untuk

menemukan potensi unik siswanya.

Baginya, setiap tahun harus ada kreativtas

yang dikembangkan dalam dirinya.

Sehingga materi yang disampaikannya

tidak merupakan materi hafalan dari tahun

ke tahun.

Guru kreatif akan mampu

menemukan kecerdasan setiap peserta

didiknya. Dia juga menjadi produktif

karena apa yang ditemukannya menjadi

bahan pembelajaran yang menarik.

Dengan demikian, pendidikan

kewirausahaan tinggal disisipkan saja

sebagai bumbu yang membuat peserta

didik akhirnya mampu mandiri dan

bermental pengusaha. Mental pengusaha

akan membuatnya tidak akan pernah

menyerah dalam kondisi apa pun.

Guru kreatif adalah guru idola para

siswa. Siswa akan merasa nyaman bila

berada dalam suasana pembelajarannya.

Selain itu, ia juga mampu menjadi teladan

bagi siswanya. Bicaranya sangat

menyejukkan hati, ilmunya bak mata air

yang tak pernah habis diambil, dan

kehadirannya membuat siswa merasa

belajar menjadi menyenangkan. Mereka

pun merasakan betapa nikmatnya berada di

sekolah sebagai rumah kedua.

Beberapa upaya yang bisa

menjadikan guru kreatif saat di kelas, antara

lain sebagai berikut:

1. Konsentrasikan diri anda para

perencanaan mengajar

2. Terbuka untuk perubahan dan

berbuat salah

3. Siap diajak kerja sama.

Menjadi guru Inovatif

Makna kata inovasi adalah

pembaruan atau perbaikan dengan disertai

ke arah yang lebih baik dengan cara-cara

tertentu. Inovasi pembelajaran merupakan

pembaruan atau perbaikan suatu sistem

pembelajaran agar pembelajaran menjadi

lebih baik. (Arifah, 2016, hal. 116)

Dalam inovasi pembelajaran, guru

memiliki peran yang sangat vital dalam

proses pembelajaran di kelas. Gurulah yang

memiliki tugas dan tanggung jawab untuk

menyusun rencana pembelajaran,

melaksanakan kegiatan pembelajaran,

mengevaluasi, menganalisis hasil evaluasi,

dan melakukan tindak lanjut.

Untuk menjadi guru yang inovatif,

anda harus memiliki kemampuan

komunikasi , keterampilan dasar seperti

matematika dan bahasa, keterampilan

teknologi, keterampilan memecahkan

masalah, literasi terhadap keberagaman

budaya dan bahasa, keterampilan

interpersonal, keterampilan menemukan ,

keterbacaan tehadap informasi atau

teknologi digital dan kemampuan berpikir

kritik dan kreatif.

Berikut beberapa upaya untuk

menjadi guru yang inovatif:

1. Guru menciptakan suasana kelas

yang aman dan nyaman secara

emosional dan intektual

2. Guru mengukur dengan hati,

seberapa besar keterlibatan siswa

dalam tugas yang ia berikan

3. Lima menit terakhir yang

menentukan

4. Guru menciptakan budaya

menjelaskan, bukan budaya asal

menjawab dengan betul

5. Guru mengajarkan kesadaran siswa

dalam memandang sebuah

pengetahuan.

PENUTUP

Pendidikan dipersepsikan

bermacam versi oleh masyarakat. Ada

yang mempersepsikan sebagai sebuah

upaya pendewasaan rohani dan jasmani

individu ataupun kelompok masyarakat,

upaya pemindahan tradisi dan pelestarian

dari satu generasi ke genarasi lainnya,

upaya pembekalan pengetahuan dan

ketrampilan yang dibutuhkan oleh

masyarakat, upaya rekayasa sosial untuk

merubah peradaban, pendidikan sebagai

ukuran strata sosial, dan ada pula yang

mengidentifikasikan pendidikan dengan

sekolah dan atau belajar. Tiga komponen

sentral dalam upaya pendidikan adalah

peserta didik, pendidik dan tujuan

pendidikan. Dalam proses pendidikan

terjadi interaksi antara peserta didik dan

pendidik dalam mencapai tujuan

pendidikan. Untuk konteks Indonesia,

dewasa ini telah dirumuskan syarat

kompetensi yang harus dimiliki oleh

seorang guru menurut Undang-Undang

Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan

Dosen. Pada pasal 10 Undang-Undang

tersebut disebutkan bahwa kompetensi

guru meliputi : (a) kompetensi pedagogik ,

(b) kompetensi kepribadian, (c)

kompetensi profesional, dan (d)

kompetensi sosial. Menjadi guru tidak

hanya sekedar memenuhi kompetensi guru

dengan baik, namun juga harus inspiratif,

kreatif dan inovatif sehingga membentuk

siswanya menjadi pelajar yang cerdas dan

berkarakter.

UCAPAN TERIMA KASIH Terimakasih saya ucapkan kepada Allah SWT

yang telah memberikan kemudahan dan

petunjuknya dalam mengerjakan jurnal ini

hingga selesai. Terimakasih pula untuk kedua

orang tua saya yang selalu mendoakan saya

dan mendukung saya dalam setiap apa yang

saya lakukan. Terimakasih saya ucapakan

kepada dosen saya Pak Ali yang sudah

memberikan tugas ini , sehingga pengetahuan

saya bertambah dalam mengerjakan jurnal ini,

dan yang terakhir saya ucapkan kepada teman-

teman saya yang tidak bisa saya sebutkan satu

persatu atas semangat dan bantuan maupun

pertolongan yang telah diberikan.

Daftar Pustaka

Arifah, F. N. (2016). Menjadi Guru

Teladan , Kreatif, Inspiratif,

Motivatif & Profesional.

Yogyakarta: Araska.

Husein, L. (2017). Profesi Keguruan

Menjadi Guru Profesional.

Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Jabar, C. S. (2016). Manajemen

Pendidikan. Yogyakarta: UNY

Press.

MUSTADI, Ali. Penanaman Nilai-Nilai

Agama dalam Pembentukan Sikap

dan Perilaku Siswa Sekolah Dasar

Islam Terpadu Luqman Al-Hakim

Yogyakarta. Jurnal Penelitian dan

Evaluasi Pendidikan, [S.l.], v. 8, n.

1, june 2006. ISSN 2338-6061.

Available at:

<https://journal.uny.ac.id/index.php

/jpep/article/view/2008/1655>.

Date accessed: 24 oct. 2017.

doi:http://dx.doi.org/10.21831/pep.

v8i1.2008.

MUSTADI, Ali; ZUBAIDAH, Enny;

SUMARDI, Sumardi. PERAN

KOMITE SEKOLAH DALAM

PENINGKATAN MUTU

PEMBELAJARAN DI SEKOLAH

DASAR.Cakrawala Pendidikan,

[S.l.], n. 3, oct. 2016. ISSN 2442-

8620. Available at:

<https://journal.uny.ac.id/index.php

/cp/article/view/10578>. Date

accessed: 23 oct. 2017.

doi:http://dx.doi.org/10.21831/cp.v

35i3.10578

Permana, A. B., & Pujiastuti, P.

PENGEMBANGAN BUKU AJAR

TEMATIK INTEGRATIF

BERBASIS DISCOVERY

LEARNING DALAM

PENINGKATAN MOTIVASI

BELAJAR DAN KARAKTER

TANGGUNG JAWAB. Jurnal

Pendidikan Karakter, 7(1).

Sagala, S. (2009). Kemampuan Profesional

Guru dan Tenaga Kependidikan.

Bandung: Alfabeta.

Siswoyo, D. (2013). Ilmu Pendidikan.

Yogyakarta: UNY Press.

.Utami, K. N., & Mustadi, A.

PENGEMBANGAN

PERANGKAT PEMBELAJARAN

TEMATIK DALAM

PENINGKATAN KARAKTER,

MOTIVASI, DAN PRESTASI

BELAJAR SISWA SEKOLAH

DASAR. Jurnal Pendidikan

Karakter, 7(1).