92
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI METODE CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS V SDN 216 KOPI KOPI KECAMATAN BONE BONE KABUPATEN LUWU UTARA YULINIAR 1601414090 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO 2020

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI …

  • Upload
    others

  • View
    11

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI …

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI

MELALUI METODE CONTEXTUAL TEACHING

AND LEARNING (CTL) PADA PEMBELAJARAN

BAHASA INDONESIA DI KELAS V SDN 216

KOPI – KOPI KECAMATAN BONE – BONE

KABUPATEN LUWU UTARA

YULINIAR

1601414090

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO

2020

Page 2: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI …

i

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI

METODE CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)

PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS V

SDN 216 KOPI – KOPI KECAMATAN BONE – BONE

KABUPATEN LUWU UTARA

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

pada ProgramStudiPendidikan Guru Sekolah Dasar

FakultasKeguruan danIlmu Pendidikan

Universitas Cokroaminoto Palopo

YULINIAR

1601414090

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO

2020

Page 3: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI …

ii

Page 4: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI …

iii

Page 5: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI …

iv

ABSTRAK

Yuliniar. 2020.Peningkatan Kemampuan Menulis Deskripsi Melalui Metode

Contextual Teaching and Learning (CTL) pada Pembelajaran Bahasa Indonesia di

Kelas V SDN 216 Kopi – Kopi Kecamatan Bone – Bone Kabupaten Luwu Utara

(dibimbing oleh Sri Damayanti S.dan Sunardin)

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang bertujuan

(1) untuk meningkatkan kemampuan menulis deskripsi melalui metode

Contextual Teaching and Learning (CTL) pada pembelajaran Bahasa Indonesia di

Kelas V SDN 216 Kopi – Kopi Kecamatan Bone – Bone Kabupaten Luwu Utara.

(2)untuk mengetahui peningkatan kemampuan menulis deskripsi melalui metode

Contextual Teaching and Learning (CTL) pada pembelajaran Bahasa Indonesia di

Kelas V SDN 216 Kopi – Kopi Kecamatan Bone – Bone Kabupaten Luwu Utara.

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 216 Kopi-Kopi dengan jumlah 15

siswa yang terdiri dari 4 siswa perempuan dan 11 siswa laki-laki. Teknik

pengumpulan data dilakukan menggunakan observasi dan tes. Analisis data

menggunakan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

kemampuan menulis karangan deskriptif siswa dapat ditingkatkan melalui

penerapan metode Contextual Teaching and Learning (CTL). Pada Pembelajaran

Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SDN 216 Kopi-Kopi Kecamatan Bone-Bone

Kabupaten Luwu Utara dengan langkah-langkah sebagai berikut:

konstruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi dan

penilaian nyata (autentik). Hasil penelitian menunjukkan terjadi peningkatan

kemampuan menulis karangan deskripsi siswa melalui penerapan metode

Contextual Teaching and Learning (CTL) pada pembelajaran Bahasa Indonesia

siswa kelas V SDN 216 Kopi-Kopi. Hal tersebut dapat dibuktikan pada pra siklus

nilai rata-rata kemampuan menulis karangan deskripsi siswa diperoleh 57,60

dengan persentase ketuntasan 0%, siklus I nilai rata-rata kemampuan menulis

karangan deskripsi siswa diperoleh 67,73 dengan persentase ketuntasan 33,3%

dan meningkat pada siklus II dengan nilai rata-rata menulis karangan deskripsi

siswa 76,67 dan persentase ketuntasan 80%.

Kata kunci: Menulis deskripsi, Contextual Teaching and Learning (CTL)

Page 6: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI …

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. karena atas rahmat-

Nyalah sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peningkatan

Kemampuan Menulis Deskripsi Melalui Metode Contextual Teaching and

Learning(CTL) pada Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas V SDN 216 Kopi –

Kopi Kecamatan Bone – Bone Kabupaten Luwu Utara)”.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak,

dari masa perkuliahan hingga saat ini akan sangat sulit bagi penulis untuk

menyelesaikan skripsi ini karena banyaknya tantangan baik dari segi kemampuan

penulis, bahasa, literatur maupun waktu yang tersedia. Akan tetapi, berkat

petunjuk dan arahan dari pembimbing serta pihak-pihak yang mendukung penulis,

maka skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Drs. H. Hanafie Mahtika, M.S., Rektor Universitas Cokroaminoto

Palopo.

2. Dr. Ma’rufi, M.Pd., Wakil Rektor Bidang Akademik Universitas

Cokroaminoto Palopo.

3. Ibu Dr. Rusdiana Junaid, M.Hum., M.A., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Cokroaminoto Palopo.

4. Ibu Erni, S.Pd.SD.,M.Pd., Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah

Dasar Universitas Cokroaminoto Palopo.

5. Ibu Sri Damayanti S., S.S., M.Hum. selaku Pembimbing I atas segala saran

dan kritikan guna pengembangan isi skripsi ini.

6. Bapak Sunardin, S.Pd., M.Pd. selaku Pembimbing II yang selalu memberikan

kritik dan saran dalam penulisan skripsi ini.

7. Dosen-dosen dan staf Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Universitas Cokroaminoto Palopo yang selalu memberikan masukan dan

arahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Kedua orang tua atas segala perhatian, pengorbanan, kasih sayang serta doa

restunya yang luar biasa buat penulis selama ini.

9. Keluarga tercinta yang telah membantu penulis dengan do’a dan dukungan

dalam berbagai hal.

Page 7: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI …

vi

10. Serta semua pihak yang tidak dapat peneliti sebut satu per satu yang

senantiasa membantu selama kuliah hingga skripsi ini selesai.

Semoga arahan, motivasi dan bantuan yang telah diberikan menjadi amal

ibadah bagi keluarga, bapak dan rekan-rekan sehingga memperoleh balasan yang

lebih baik dari Allah. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan.Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun untuk kesempurnaan skripsi atau tulisan penulis berikutnya. Semoga

skripsi ini bermanfaat bagi pembaca serta dapat dijadikan sebagai sumbangan

pikiran untuk perkembangan pendidikan, khususnya Pendidikan Guru Sekolah

Dasar.

Palopo, November 2020

Yuliniar

Page 8: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI …

vii

RIWAYAT HIDUP

YULINIAR, lahir di Banyuurip pada tanggal 19 September

1998, anak kedua dari tiga bersaudara, buah hati dari

pasangan Haeruddin dan Rusmawati.Penulis memulai

pendidikannya di Sekolah Dasar Negeri 178 Bone – Bone

pada tahun 2004 dan berhsil menyelesaikan pendidikannya

pada tahun 2010. Setelah berhasil menyelesaikan studinya di

SD. Selanjutnya penulis penulis melanjutkan pendidikannya pada Sekolah

Menengah Pertama Negeri 1 Bone –bone pada tahun 2010 dan berhasuil

menyelesaikannya pada tahun 2013. Setelah berhasil menyelesaikan studinya di

SMP, selanjutnya penulis melanjutkan pendidikannya pada Sekolah Menengah

Akhir Negeri 1 Bone – Bone pada tahun 2013 dan berhasil menyelesaikan

pendidikannya pada tahun 2016 dan melanjutkan pendidikannya Universitas

Cokroaminoto Palopo pada tahun 2016 dan mengambil Program Studi Pendidikan

Guru Sekolah Dasar pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Cokroaminoto palopo pada masa perkuliahan penulis selalu mengikuti tata tertib

yang di tentukan oleh birokrasi kampus dan mengikuti setiap perkuliahan yang

telah di programkannya dengan baik.

Page 9: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI …

viii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii

HASIL UJI SIMILARITI ................................................................................. iii

ABSTRAK ....................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ..................................................................................... v

RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... vi

DAFTAR ISI .................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL ............................................................................................ viii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 3

1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................... 4

1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori ................................................................................... 6

2.2 Hasil Penelitian yang Relevan ....................................................... 21

2.3 Kerangka Pikir ............................................................................... 23

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian..................................................... 24

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................... 24

3.3 Subjek Penelitian ............................................................................ 25

3.4 Desain Penelitian dan Rencana Tindakan ...................................... 25

3.5 Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 29

3.6 Instrumen Penelitian....................................................................... 30

3.7 Teknik Analisis Data ...................................................................... 33

3.8 Indikator Keberhasilan ................................................................... 35

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian ............................................................................. 36

4.2 Pembahasan ................................................................................... 57

Page 10: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI …

ix

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan.................................................................................... 64

5.2 Saran .............................................................................................. 64

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 66

LAMPIRAN ..................................................................................................... 68

Page 11: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI …

x

DAFTAR TABEL

Halaman

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

Kisi-kisi lembar obsevasi pelaksanaan metode Contextual Teaching

and Learning(CTL)…………………………………………………...

Instrumen Keterlaksanaan Langkah-Langkah Metode Contextual

Teaching and Learning (CTL)………………………………………...

Penilaian Karangan Deskripsi…………………………………………

Statistika deskriptif pra siklus kemampuan menulis deskripsi siswa

kelas V SDN 216 Kopi-Kopi Kecamatan Bone-Bone Kabupaten

Luwu Utara……………………………………………………………

Frekuensi nilai kemampuan menulis deskripsi siswakelas V SDN 216

Kopi-Kopi Kecamatan Bone-Bone Kabupaten Luwu Utara……..

Observasi Keterlaksanaan Langkah-Langkah Metode Contextual

Teaching and Learning (CTL) pada Siklus I………………………….

Data Tes Evaluasi Siklus I…………………………………………….

Statistika deskriptif siklus I kemampuan menulis deskripsi siswa

kelas V SDN 216 Kopi-Kopi Kecamatan Bone-Bone Kabupaten

Luwu Utara……………………………………………………………

Frekuensi nilai kemampuan menulis deskripsi siswakelas V SDN 216

Kopi-Kopi Kecamatan Bone-Bone Kabupaten Luwu Utara……..

Observasi Keterlaksanaan Langkah-Langkah Metode Contextual

Teaching and Learning (CTL) pada Siklus II…………………………

Data Tes Evaluasi Siklus II……………………………………………

Statistika deskriptif siklus II kemampuan menulis deskripsi siswa

kelas V SDN 216 Kopi-Kopi Kecamatan Bone-Bone Kabupaten

Luwu Utara……………………………………………………………

Frekuensi nilai kemampuan menulis deskripsi siswakelas V SDN 216

Kopi-Kopi Kecamatan Bone-Bone Kabupaten Luwu Utara……..

Rekapitulasi Peningkatan Nilai Menulis Karangan Deskripsi Siswa

Kelas V SDN 216 Kopi-Kopi…………………………………………

Peningkatan nilai menulis karangan deskripsi dari pra siklus, siklus I,

dan siklus II……………………………………………………………

30

31

33

37

37

40

42

42

43

49

50

51

51

55

56

Page 12: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI …

xi

Page 13: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI …

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1.

2.

3.

4

Alur kerangka piker…………………………………………………...

Siklus penelitian tindakan kelas………………………………………

Grafik peningkatan keterampilan menulis karangan deskripsi siswa

kelas V berdasarkan perolehan nilai rata-rata (mean)…………………

Grafik peningkatan keterampilan menulis karangan deskripsi siswa

kelas V berdasarkan ketuntasan (%)…………………………………..

23

26

55

55

Page 14: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa Indonesia adalah bahasa kebangsaan atau bahasa nasional yang

dimiliki oleh negara Indonesia.Bahasa Indonesia merupakan sebuah alat

komunikasi yang digunakan dalam kegiatan sehari-hari, baik berupa bahasa lisan

maupun tulisan. Oleh karena itu, pentingnya bahasa dijadikan sebagai cara untuk

mengungkapkan segala sesuatu baik dalam bentuk perasaan, ide, gagasan, pikiran

atau keinginan. Pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar sesuai dengan

kurikulum 2013 yang memiliki tujuan agar setiap siswa memiliki kemampuan

dalam berkomunikasi secara efektif dan efisien, serta sesuai dengan aturan atau

tata cara yang berlaku, baik secara lisan maupun tulisan. Ruang lingkup pada

pembelajaran bahasa Indonesia mencakup kemampuan berbahasa yang terdiri dari

keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan

keterampilan menulis.

Keterampilan menulis merupakan suatu keterampilan untuk memberikan

pendapat, dan juga suasana dengan tulisan (Sailo, 2017).Kemampuan menulis

diperlukan penguasaan berbagai unsur bahasa, agar tulisan yang dihasilkan dapat

runtut dan padu.Pembelajaran keterampilan menulis merupakan kegiatan yang

harus dapat menghasilkan produktifitas dari siswa.Keterampilan menulis

merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa yang dapat

meningkatkan sebuah keterampilan berbahasa pada peserta didik.Keterampilan

menulis karangan deskripsi adalah kemampuan untuk membuat tulisan yang

berhubungan dengan suatu objek yang berbentuk deskripsi.Menurut Finoza dalam

Ayu (2019) teks deskripsi merupakan sebuah bentuk hasil tulisan yang bertujuan

untuk memperluas pengetahuan dan pengalaman pembaca dengan

menggambarkan objek yang sebenarnya.Teks deskripsi digunakan untuk

mendeskripsikan tempat, orang, atau, objek tertentu.Sedangkan menurut

Kemendikbud dalam Ayu (2019), teks deskripsi ialah sebuah teks yang

menggambarkan keadaan (sifat, bentuk, ukuran, warna, dan sebagainya) sesuatu

(manusia atau benda) secara individual dan unik.Teks deskripsi mengutamakan

hubungan antara keseluruhan dan bagian-bagian dari sebuah objek.Dari beberapa

Page 15: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI …

2

pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa teks deskripsi adalah tulisan yang

menggambarkan suatu objek tertentu secara unik untuk memperluas pengetahuan

dan pengalaman bagi pembaca.

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun

2013 mengenai kurikulum 2013, menyatakan bahwa Kurikulum 2013 pendidikan

kembangkan dengan penyempurnaan pola pikir yang bermaksud untuk

mengembangkan potensi siswa menjadi mampu untuk berpikir reflektif dan

mengembangkan interaksi-interaksi sosial untuk membangun kehidupan

bermasyarakat yang demokratis. Kurikulum 2013 adalah pembelajaran

kompetensi dengan memperkuat proses pembelajaran dan penilaian autentik untuk

mencapai kompetensi sikap spritual, sikap sosial, pengetahuan dan keterampilan.

Sampai saat ini, pembelajaran di sekolah-sekolah pada umumnya kurang diminati

oleh siswa-siswa karena dianggap sulit dan kurang menarik.

Hasil pengamatan saat studi awal yang dilakukan peneliti di SDN 216

Kopi – Kopi Kecamatan Bone-Bone Kabupaten Luwu Utara menunjukan ketika

proses pembelajaran berlangsung dengan materi pembelajaran menulis karangan

deskripsi, terlihat peserta didik masih kebingungan dalam menguraikan idenya

pada tulisan. Peserta didik tidak terbiasa belajar dengan media gambar maupun

video atau dengan media belajar seperti buku cerita maupun teks bacaan, sehingga

kegiatan membaca mereka menjadi berkurang dan mengakibatkan penguasaan

kosa kata mereka pun tidak terlalu banyak. Hasil dari beberapa tulisan karangan

deskripsi pada kegiatan pra siklus yang peserta didik tulis masih jauh dari

beberapa indikator penilaian untuk karangan deskripisi sehingga jika dilihat dari

hasil kegiatan menulis karangan deskripsi yang peneliti lakukan saat pra siklus,

sekitar 10 siswa (67%) mendapat nilai di bawah KKM yang seharusnya nilai yang

dicapai minimal 70. Siswa yang mencapai nilai KKM hanya 5 siswa (33%). Hal

ini menunjukkan bahwa kemampuan menulis deskripsi siswa kelas V

masihtergolong rendah.

Berkaca dari beberapa faktor yang menjadi penyebab peserta didik

mengalami kesulitan menulis karangan deskripsi, hal yang utama yaitu

pendekatan yang diterapkan guru dalam kegiatan pembelajaran tidak mendorong

siswa melakukan aktivitas yang dapat meningkatkan keterampilan menulis

Page 16: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI …

3

karangan deskripsi.Maka peneliti mengambil upaya dalam peningkatan

keterampilan menulis karangan deskripsi siswa dengan menerapkan pendekatan

Contextual Teaching and Learning (CTL).

Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan suatu

proses pembelajaran yang bertujuan membantu siswa untuk memahami materi

pembelajaran yang dipelajarinya dengan mengaitkan materi tersebut dengan

konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan kultural),

sehingga siswa memiliki pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel dapat

diterapkan (ditransfer) dari suatu permasalahan/konteks ke permasalahan/konteks

lainnya (Charles, 2018).Teknik pembelajaran menulis deskripsi yang dipilih

diterapkan dalam kegiatan pembelajaran memahami metode Contextual Teaching

and Learning (CTL) diharapkan mampu dan menarik perhatian dan minat siswa,

serta mendukung kegiatan siswa berkreasi dalam menemukan ide- idenya secara

tertulis dan juga mampu memberi motivasi dengan rangsangan yang baik

membosankan dan menonton.

Realita di atas, mendorong penulis untuk melakukan suatu Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) dengan judul “Peningkatan Kemampuan Menulis

Deskripsi Melalui Metode Contextual Teachingand Learning (CTL) Pada

Pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas VSDN 216 Kopi-Kopi Kecamatan Bone-

Bone Kabupaten Luwu Utara”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pembahasan dari latar belakang permaslahan di atas, maka

peneliti menyusun rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana meningkatkan kemampuan menulis deskripsi siswa melalui metode

Contextual Teaching and Learning (CTL) pada pembelajaran Bahasa

Indonesia di kelas V 216 Kopi-Kopi Kecamatan Bone-Bone Kabupaten Luwu

Utara?

2. Bagaimana peningkatan kemampuan menulis deskripsi siswa melalui metode

Contextual Teaching and Learning (CTL) pada pembelajaran Bahasa Indonesia

di kelas V 216 Kopi-Kopi Kecamatan Bone-Bone Kabupaten Luwu Utara?

Page 17: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI …

4

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan dengan rumusan masalah penelitian di atas, maka tujuan

penelitian di Sekolah Dasar Negeri 216 Kopi-Kopi ini adalah berikut:

1. Untuk meningkatkan kemampuan menulis deskripsi siswa melalui metode

Contextual Teaching and Learning(CTL) pada pembelajaran Bahasa

Indonesia di kelas V 216 Kopi-Kopi Kecamatan Bone-Bone Kabupaten Luwu

Utara.

2. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan menulis deskripsi siswa melalui

metode Contextual Teaching and Learning(CTL) pada pembelajaran Bahasa

Indonesia di kelas V 216 Kopi-Kopi Kecamatan Bone-Bone Kabupaten Luwu

Utara.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian di harapkan dapat memberikan manfaat baik manfaat

teoritis maupun manfaat praktis sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan pelajaran yang inovatif dan

mendukung teori Contextual Teaching and Learning (CTL)

b. Penelitian ini dapat digunakan sebagai fakta pembelajaran menlis dengan

pendekatan Contextual Teaching and Learning(CTL)

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Siswa

1) Menumbuhkan motivasi siswa dalam melakukan kegiatan menulis deskripsi

2) Mengembangkan daya imajinasi siswa

3) Meningkatkan keterampilan menulisn deskripsi siswa

b. Bagi Guru

1) Meningkatkan kualitas guru

2) Mengatasi kendala yang dihadapi guru dalam pembelajaran menulis

3) Sebagai sarana untuk membina kreativitas siswa dalam kegiatan menulis

4) Mewujudkan pembelajaran yang inovatif

c. Bagi Peneliti

1) Mengembangkan wawasan dan pengalaman

Page 18: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI …

5

2) Mendapatkan fakta bahwa dengan pendekatan Contextual Teaching and

Learning(CTL) dapat meningkatkan kemampuan menulis deskripsi siswa

3) Memberi sumbangan terhadap perhatian pembelajaran menulis deskripsi di

Sekolah Dasar

Page 19: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI …

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

1. Pembelajaran Bahasa Indonesia SD

a. Pengertian pembelajaran Bahasa Indonesia SD

Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran pentingyang

diajarkan di SD, karena pada dasarnya Bahasa Indonesia mempunyai kedudukan

dan fungsi yang sangat penting bagi kehidupan sehari-hari.Serta bahasa Indonesia

di SD pada hakikatnya yaitu membelajarkan ke peserta didik tentang keterampilan

berbicara yangbaik dan benar sesuai dengan fungsinya. Hal ini sesuai dengan

pendapatZuleha (2015) yang mengatakan bahwa pembelajaran BahasaIndonesia

di SD diarahkan untuk meningkatkan kemampuan pesertadidik dalam

berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik

secara tertulis maupun secara lisan, sertapem belajaran Bahasa Indonesia juga

diharapkan dapat menumbuhkanapresiasi terhadap hasil karya sastra Indonesia.

Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD dilaksanakan secara terpadu.

Pembelajaran secara terpadu seharusnya dilaksanakan sesuai dengan cara anak

memandang dan menghayati dunianya. Oleh karena itu dalam pembelajaran

Bahasa Indonesia diharapkan siswa dapat memahami secara rasional serta konsep-

konsep yang terkait dengan pembelajaran Bahasa Indonesia. Pembelajaran Bahasa

Indonesia merupakan mata pelajaran mendasar yang sudah diajarkan sejak TK

sampai dengan perguruan tinggi. Bahasa Indonesia mempunyai peran penting

dalam proses pembelajaran. Kurikulum bahasa Indonesia di SD mempunyai

karakteristik:

1) Menggunakan pendekatan komunikatif keterampilan proses, tematis integratif,

dan lintas kurikulum.

2) Mengutamakan variasi, kealamian, kebermaknaan fleksibelitas.

3) Penggunaan metode

4) Memberi peluang untuk menggunakan berbagai sumber belajar (Djuanda,

2016).

Pelajaran bahasa Indonesia mulai dikenalkan di tingkat sekolah dasar sejak

kelas 1 SD. Mata pelajaran Bahasa Indonesia diberikan disemua jenjang

Page 20: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI …

7

pendidikan formal.Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia

bersumber pada hakikat pembelajaran bahasa yaitu belajar bahasa (belajar

berkomunikasi) dan belajar sastra (belajar menghargai manusia dan nilai-nilai

kemanusiaannya.Oleh karena itu, pembelajaran Bahasa Indonesia mengupayakan

peningkatan kemampuan siswa untuk berkomunikasi secara lisan dan tertulis serta

menghargai karya cipta bangsa Indonesia (Hartati, 2015).

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

Bahasa Indonesia di SD adalah pembelajaran yang dilaksanakan secara terpadu

dan diarahkan untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi peserta didik

dalam berkomunikasi menggunakan Bahasa Indonesia denganbaik dan benar, baik

secara tertulis maupun secara lisan.

b. Tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar

Suatu kegiatan tentulah memiliki suatu tujuan yang hendak dicapai, dan

untuk mewujudkan tujuan tersebut memerlukan pengorbanan, dan usaha yang

maksimal dengan segala kemampuan yang ada.Keberhasilan dari tujuan yang

hendak tercapai dalam suatu kegiatan tergantung dengan kesungguh-sungguhan

pelakuan kegiatan dalam menjalankan kegiatan tersebut untuk mencapai tujuan

yang dikehendaki.Begitu juga dengan suatu pengajaran di sekolah sangat

mempunyai tujuan yang dicapai.

Dengan demikian tujuan ini sesuatu yang diharapkan/ diinginkan dari

subyek belajar, sehingga memberi arah, kemana kegiatan belajar mengajar itu

harus dibawa dan di laksanakan. Tujuan pembelajaran harus diruuskan karena

akan membantu mempermudah guru dalam mendesain program dan kegiatan

pengajaran, memudahkan pengawasan dan penilaian hasil belajar sesuai yang

diharapkan dan memberikan pedoman bagi siswa dalam menyelesaikan materi

dan kegiatan belajar

2. Kemampuan Menulis Deskripsi

a. Pengertian kemampuan menulis deskripsi

Menurut Hasani aceng (2015), menulis merupakan ketrampilan berbahasa

yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara langsung. Komunikasi adalah

pengiriman dan penerimaan pesan-pesan yang pasti terjadi sewaktu-waktu bila

manusia atau binatang ingin berkenan dan berhubungan satu sama lain.Menurut

Page 21: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI …

8

Suparno dan Yunus (2016), kemampuan menulis adalah suatu kemampuan

dimana di dalamnya terdapat serangkaian aktivitas yang terjadi dan melibatkan

beberapa fase, yaitu pra penulisan (persiapan), fase penulisan (pengembangan isi

karangan, pasta penulisan (penyempurnaan tulisan).

Karangan deskripsi merupakan salah satu jenis karangan yang harus

dikuasai siswa.Karangan ini sudah di perkenalkan sejak SD kelas IV.Oleh sebab

itu siapapun orang yang menjadi guru mata pelajaran Bahasa Indonesia harus

menguasai karangan deskripsi. Menurut Dalman (2015) mengungkapkan bahwa

karangan deskripsi merupakan suatu karangan yang melukiskan atau

menggambarkan suatu objek atau peristiwa tertentu dengan kata-kata secara jelas

dan terperinci sehingga si pembaca seolah-olah turut merasakan atau mengalami

langsung apa saja yang di deskripsikan penulis. Sedangkan menurut Slamet

(2016), deskripsi merupakan ragam wacana yang melukiskan atau

menggambarkan sesuatu berdasarkan kesan-kesan dari pengamatan, pengalaman,

dan perasaan penulisnya. Sasarannya adalah menciptakan atau memungkinkan

terciptanya berimajinasi (daya khayal) membaca sehingga dia seolah-olah melihat,

mengalami, dan merasakan sendiri apa yang dialami penulisnya.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa karangan

deskripsi merupakan sebuah tulisan yang menggambarkan sesuatu yang

sebenarnya sehingga si pembaca seolah-olah merasakan situasi yang sebenarnya

sesuai dengan yang dilihat dan dirasakan penulisnya.

b. Ciri-ciri karangan deskripsi

Ciri-ciri karangan deskripsi menurut Dalman (2015) karangan deskripsi

mempunyai cirri khas yaitu sebagai berikut:

1) Deskripsi lebih memperhatikan detail atau perincian tentang objek.

2) Deskripsi bersifat memberi pengaruh sensitivitas dan membentuk imajinasi

pembaca.

3) Deskripsi disampaikan dengan gaya yang memikat dan dengan pilihan kata

yang menggugah.

4) Deskripsi memaparkan tentang sesuatu yang dapat didengar, dilihat, dan

dirasakan, misalnya: benda, alam, warna, dan manusia.

Page 22: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI …

9

c. Macam-macam deskripsi

Macam-macam deskripsi menurut Akhadiah (2016), yaitu:

1) Deskripsi tempat

Tempat memegang perananan yang sayangat penting dalam setiap

peristiwa.Tidak ada peristiwa yang terlepas dari lingkungan dan tempat. Semua

kisah akan selalu mempunyai latar belakang tempat, jalanya sebuah peristiwa

akan lebih menarik kalau dikaitkan dengan terjadinya peristiwa tersebut.

2) Deskripsi orang

Ada beberapa cara untuk mengambarkan atau mendeskripsikan seseorang

tokoh yaitu:

a) Penggambaran fisik, yang bertujuan memberikan gambaran yang sejelas

jelasnya tentang keaadaan tubuh seorang tokoh. Deskripsi ini banyak bersifat

objektif.

b) Penggambaran tindak tanduk seorang tokoh. Dalam hal ini pengarang

mengikuti dengan cermat semua tindak-tanduk, gerak-gerik sang tokoh dari

tempat ketempat lain, dan dari waktu ke waktu lain.

c) Penggambaran keadaan yang mengelilingi sang tokoh misalnya,

penggambaran tentang pakaian, tempat kediaman, kendaraan, dan sebagainya.

d) Penggambaran perasaan dan pikiran tokoh. Hal ini memang tidak dapat

diserap oleh panca indera manusia. Namun, antara perasaan dan unsur fisik

mempunyai hubungan yang sangat erat. Pancaran wajah, pandangan mata,

gerak bibir, gerak tubuh merupakan petunjuk tentang keadaan perasaan

seseorang pada waktu itu.

e) Penggambaran watak seseorang. Aspek perwatakan ini paling sulit

dideskripsikan. Pengarang harus mamapu menafsirkan lahir yang terkandung

dibalik fisik manusia. Tetapi, disini pulalah kekuatan seseorang pengarang.

Dengan keahlian dan kecermatan yang dimilikinya, ia mampu

mengidentifikasikan unsur-unsur dan kepribadian seorang tokoh kemudian

menampilkan dengan jelas unsur-unsur yang dapat memperlihatkan watak

seseorang.

Page 23: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI …

10

d. Jenis-jenis deskripsi

Jenis-jenis karangan deskripsi berdasarkan teknik pendekatannya menurut

Dalman (2015) dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

1) Deskripsi ekspositoris

Deskripsi ekspositoris adalah deskripsi yang sangat logis, yang isinya

merupakan daftar, rincian, semuanya, atau yang menurut penulisanyahal yang

penting penting saja, yang disusun menurut sistem dan urutan-urutan logis objek

yang diamati itu.Dalam deskripsi ini dipergunakan pendekatan secara realistis

artinya penulis berusaha agar deskripsi yang dibuatnya terhadap objek yang

tengah diamatinya itu, harus dapat dituliskan subjektif objektif objeknya sesuai

dengan keadaan nyata yang dilihatnya. Perincian-perincian perbandingan antara

satu dengan bidang yang lain, harus dipaparkan sedemikian rupa sehingga tampak

seperti dipotret.

2) Deskripsi impresionistis

Deskripsi impresionistis atau deskripsi simulatif adalah deskripsi yang

menggambarkan inspirasi penulisnya, atau untuk menstimulus

pembacanya.Deskripsi Impresionistis ini merupakan pendekatan yang berusaha

menggambarkan sesuatu secara subjektif.Pendekatan ini dapat diumpamakan atau

dibandingkan dengan gambar yang dibuat oleh para pelukis.Para pelukis bebas

menginterpretasikan bagian-bagian yang dilihatnya.

e. Langkah-langkah menyusun deskripsi

Langkah-langkah menyusun deskripsi menurut Dalman (2015), yaitu:

1) Tentukan objek atau tema yang akan di deskripsikan

2) Tentukan tujuan

3) Mengumpulkan data dengan mengamati objek yang akan dideskripsikan

4) Menyusun data tersebut ke dalam urutan yang baik (sistematis) atau membuat

kerangka karangan.

5) Menguraikan atau mengembangkan kerangka karangan menjadi karangan

deskripsi yang sesuai dengan tema yang ditentukan.

Page 24: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI …

11

f. Kriteria deskripsi

Kriteria karangan yang baik menurut Dalman (2015) untuk membuat

karangan yang baik, setidak-tidaknya penulis harus memenuhi kriteria yang

berhubungan dengan:

1) Tema

Tema adalah yang mendasari karangan/tulisan kita untuk membuat

karangan yang baik diperlukan tema /topik.Keberhasilan mengarang banyak

ditentukan oleh tepat atau tidaknya tema atau topik yang dipilih.

2) Ketepatan isi dalam paragraf

Ketepatan penulisan dalam setiap paragraf harus memiliki 3 syarat yaitu

kesatuan, kepaduan, dan perkembangan.

3) Kesesuaian isi dengan judul

Karangan yang dibuat harus memiliki kesesuaian isi dengan judul. Judul

sebuah karangan akan menggambarkan isi secara keseluruhan.

4) Ketepatan susunan kalimat

Struktur sebuah kalimat sangat penting, hal ini dimaksudkan untuk

memudahkan pembaca mengungkap ide pokok dalam setiap paragraf.

5) Ketepatan penggunaan ejaan

Penggunaan ejaan dalam karangan hendaknya berpedoman pada buku

Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan (EYD).Hal ini

berarti bahwa ejaan memegang peran penting.Tercakup dalam penggunaan ejaan

adalah penulisan huruf kapital, penulisan kata, dan pemakaian tanda baca.

3. Metode Contextual Teaching and Learning (CTL)

a. Pengertian Metode Contextual Teaching and Learning (CTL)

Contextual Teaching and Learning (CTL) sebuah sistem yang merangsang

otak untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan makna. Contextual Teaching

and Learning (CTL) merupakan sistem pengajaran yang cocok dengan otak yang

menghasilkan makna dengan menghubungkan muatan akademik dengan konteks

dari kehidupan sehari-hari siswa.Contextual Teaching and Learning (CTL) juga

dapat diartikan suatu konsep belajar yang membantu guru mengaitkan konten

mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat

Page 25: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI …

12

hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan nyata

(Ngalimun, 2016).

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa Contextual

Teaching and Learning (CTL) merupakan sistem pengajaran yang mengaitkan

antara teks dan konteks.Teks sebagai materi pembelajaran sedangkan konteks

adalah realitas peserta didik yaitu alam atau lingkungan kehidupan peserta didik.

Konteks merupakan sesuatu yang sangat penting karena pengetahuan harus

dipelajari di dalam konteks, konteks bermakna lebih dari sekedar kejadian-

kejadian yang terjadi di suatu tempat dan waktu, terdiri dari asumsi-asumsi bawah

sadar yang kita serap selama kita tumbuh, dari keyakinan-keyakinan yang kita

pegang dan kita peroleh dari alam atau lingkungan.

Dari konsep tersebut ada tiga hal yang perlu dipahami. Pertama,

Contextual Teaching and Learning (CTL) menekankan kepada proses keterlibatan

siswa untuk menemukan materi. Artinya proses belajar diorientasikan pada proses

pengalaman secara langsung. Proses belajar dalam konteks Contextual Teaching

and Learning (CTL) tidak mengharapkan agar siswa hanya menerima pelajaran

akan tetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran. Kedua,

Contextual Teaching and Learning (CTL) mendorong agar siswa dapat

menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan

nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman

belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan

dapat mengkorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan

saja bagi siswa materi itu akan bermakna secara fungsional akan tetapi materi

yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan

mudah dilupakan. Ketiga,Contextual Teaching and Learning (CTL) mendorong

siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan artinya Contextual Teaching

and Learning (CTL) bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi

yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi itu dapat mewarnai perilakunya

dalam kehidupan sehari-hari. Materi pelajaran dalam Contextual Teaching and

Learning (CTL) bukan untuk ditumpuk diotak dan kemudian dilupakan, akan

tetapi sebagai bekal mereka dalam mengarungi kehidupan nyata (Sanjaya, 2016).

Page 26: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI …

13

Untuk lebih memahami makna dari Contextual Teaching and Learning

(CTL) ada lima konsep bawahan, yaitu Relating, Experiencing, Applying,

Cooperating, dan Transfering atau disingkat REACT (Muslich, 2015).Relating

adalah bentuk belajar dalam konteks kehidupan nyata atau pengalaman

nyata.Pembelajaran harus digunakan untuk menghubungkan situasi sehari-hari

dengan informasi baru untuk dipahami atau dengan problema untuk dipecahkan,

Experiencing adalah belajar dalam konteks eksplorasi, penemuan, dan penciptaan.

Hal ini berarti proses pembelajaran lebih mengedepankan proses berpikir kritis

lewat siklus inquiry. Applying adalah belajar dalam bentuk penerapan hasil belajar

ke dalam penggunaan dan kebutuhan praktis.Dalam praktiknya siswa menerapkan

konsep dan informasi kedalam kebutuhan kehidupan mendatang yang

dibayangkan.Kooperating adalah belajar dalam bentuk berbagi informasi dan

pengalaman, saling merespon, dan saling berkomunikasi.Bentuk belajar ini tidak

hanya membantu siswa belajar tentang materi, tetapi juga konsisten dengan

penekanan belajar kontekstual dalam kehidupan nyata. Dalam kehidupan yang

nyata siswa akan menjadi warga yang hidup berdampingan dan berkomunikasi

dengan warga lain. Transfering adalah kegiatan belajar dalam bentuk

memanfaatkan pengetahuan dan pengalaman berdasarkan konteks baru untuk

mendapatkan pengetahuan dan pengalaman belajar yang baru.

b. Komponen Contextual Teaching and Learning (CTL)

Pembelajaran dapat dikatakan menggunakan pendekatan kontekstual

apabila dalam proses pembelajaran telah melibatkan tujuh komponen yaitu:

Construxtivisme(Konstruktivisme), Inquiri (Menemukan), Questioning (bertanya),

Learning Comunity (Masyarakat belajar), Modelling (pemodelan), Reflection

(Refleksi) dan Authentic Assesment (penilaian sebenarnya), pembelajaran dengan

menggunakan pendekatan kontekstual dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja

dan di kelas yang bagaimanapun keadaannya (Trianto, 2015).

Adapun secara garis besar langkah-langkah penerapan metode Contextual

Teaching and Learning (CTL) sebagai berikut (Trianto, 2015):

1) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara

bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan

dan keterampilan barunya.

Page 27: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI …

14

2) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik.

3) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.

4) Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok).

5) Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran.

6) Lakukan refleksi di akhir pertemuan.

7) Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

c. Kelebihan dan Kekurangan Metode Contextual Teaching and Learning (CTL)

Kunandar (2017) mengemukakan bahwa pembelajaran menggunakan

pendekatanContextual Teaching and Learning(CTL) memiliki kelebihan

dibandingkan pembelajaran tradisional, yaitu:

1) Belajar berpusat pada siswa untuk mengkonstruksi bukan menerima

2) Pengetahuan diperoleh dengan menemukan, menyatukan rasa, karsa dan karya

3) Belajar merupakan kegiatan produktif, menggali informasi, menghasilkan

pengetahuan dan keputusan.

4) Kerja sama dan maju bersama serta saling membantu.

5) Pembelajaran yang multi way, mencoba hal-hal yang baru, dan kreatifitas.

6) Pembelajaran yang komperhensif, evaluasi diri sendiri/internal dan eksternal.

7) Penilaian proses dan hasil, pengalaman belajar, test dan non test, dan multi

aspek.

Adapun kekurangan dari metode pembelajaran Contextual Teaching and

Learning (CTL) (Daryanto dan Rahardjo, 2015):

1. Dalam pemilihan informasi atau materi di kelas di dasarkan pada kebutuhan

siswa. Padahal, dalam kelas itu tingkat kemampuan siswa berbeda-beda

sehingga guru akan kesulitan dalam menemukan materi pelajaran karena

tingkat kecapaian siswa tidak sama

2. Tidak efisien karena membutuhkan waktu yang agak lama dalam PMB

3. Dalam proses pembelajaran dengan metode metode Contextual Teaching and

Learning (CTL) akannampak jelas antara siswa yang memiliki kemampuan

kurang, yang kemudian menimbulkan rasa tidak percaya diri bagi siswa yang

kurang kemampuannya.

4. Bagi siswa yang tertinggi dalam proses pembelajaran dengan metode

Contextual Teaching and Learning (CTL) akan terus tertingal dan sulit untuk

Page 28: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI …

15

mengejar ketertinggalan, karena dalam metode pembelajaran ini siswa

tergatung dari kaektifan dan usaha sendiri jadi siswa yang dengan baik

mengikuti setiap pembelajaran dengan metode ini tidak akan menunggu

teman yang tertinggal dan mengalami kesulitan

5. Tidak setiap siswa dapat dengan mudah menyelesaikan diri dari

mengembangkan kemampuan yang dimiliki dengan penggunaan metode

Contextual Teaching and Learning (CTL)

6. Kemampuan setiap siswa berbeda-beda, dan siswa yang memiliki kemampuan

intektual tinggi namun sulit untuk mengekspresikannya dalam bentuk lisan

akan mengalami kesulitan sebab metode Contextual Teaching and Learning

(CTL) ini lebih mengembangkan keterampilan dan kemampuan soft skill dari

pada kemampuanintelektualnya

7. Pengetahuan yang di dapat oleh siswa berbeda-beda dan tidak merata

8. Peran guru tidak namapak terlalu penting karena dalam metode Contextual

Teaching and Learning (CTL) ini eran guru hanya sebagai pengarah dan

pembimbing, karena lebih menuntut siswa untuk aktif dan berusaha sendiri

mencari informasi, mengamati fakta dan mengemukakan pengetahuan-

pengetahuan baru di lapangan.

d. Langkah-Langkah Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)

Penjelasan masing-masing komponen dari pembelajaran kontekstual yaitu:

1) Konstruktivisme (Constructivism)

Salah satu landasan teoritik pembelajaran modern termasuk metode

Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah teori pembelajaran

konstruktifistik, yang menekankan pentingnya siswa membangun sendiri

pengetahuan mereka lewat keterlibatan aktif proses belajar mengajar, proses

belajar-mengajar lebih diwarnai student centered dari pada teacher centered

sebagian besar proses belajar mengajar berlangsung dengan berbasis pada aktifitas

siswa. Ide-ide konstruktivis modern menunjang metode pengajaran yang

menekankan pada pembelajaran kooperatif, pembelajaran berbasis kegiatan, dan

penemuan. Salah satu prinsip kunci yang diturunkan dari teorinya adalah

penekanan pada hakekat sosial dari pembelajaran, ia mengemukakan bahwa siswa

belajar melalui interaksi dengan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih

Page 29: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI …

16

mampu, berdasarkan teori ini dikembangkan pembelajaran kooperatif yaitu siswa

lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit jika mereka

saling berdiskusi masalah-masalah tersebut dengan temannya (Trianto, 2015).

Pada dasarnya pembelajaran kooperatif mengajarkan suatu keterampilan

yaitu keterampilan bekerjasama, pembelajaran kooperatif memiliki tingkatan-

tingkatan yaitu tingkatan awal, tingkatan menengah dan tingkat mahir.

Keterampilan tingkat awal misalnya menggunakan kesepakatan, menghargai

kontribusi, berbagi tugas, menghormati perbedaan individu dan lain-lain, adapun

keterampilan tingkat menengah misalnya mendengarkan dengan aktif,

mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara yang dapat diterima, membuat

ringkasan, menafsirkan, mengorganisir, sedangkan keterampilan tingkat mahir

yaitu mengelaborasi, memeriksa secara cermat menanyakan kebenaran dan

kompromi.

Siswa belajar konsep paling baik apabila konsep itu berada dalam daerah

perkembangan terdekat atau zone of proximal development siswa. Daerah

perkembangan terdekat adalah tingkat perkembangan sedikit diatas tingkat

perkembangan seseorang saat ini. Tingkat perkembangan seseorang saat ini tidak

lain adalah tingkat pengetahuan awal atau pengetahuan prasyarat itu telah

dikuasai, maka besar kemungkinan akan terjadi pembelajaran bermakna, akan

tetapi jika pengetahuan pembelajaran hafalan dilakukan secara terus menerus

dalam proses pembelajaran maka ada kemungkinan banyak para siswa yang tidak

menyukai pelajaran tesebut.

Konstruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan kontekstual,

yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang

hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas, pengetahuan bukanlah

seperangkat konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat, manusia

harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman

nyata. Oleh karena itu siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah,

menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya dan bergelut dengan ide-ide,

dengan pembelajaran kontekstual maka siswa harus mengkonsruksikan

pengetahuan dibenak mereka sendiri, esensi dari konstruktivisme bahwa siswa

harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi

Page 30: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI …

17

lain sehingga informasi menjadi milik mereka sendiri. Atas dasar itulah

pembelajaran kontekstual harus dikemas menjadi proses mengkonstruksi bukan

menerima pengetahuan dalam proses pembelajaran, siswa menjadi pusat kegiatan

belajar-mengajar disekolah sedangkan guru mempunyai tugas, yaitu: menjadikan

pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa, memberikan kesempatan siswa

menemukan dan menerapkan idenya sendiri, dan menyadarkan siswa agar

menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar

2) Inkuiri (Inquiry)

Bagian inti dari pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL),

ini dimaksudkan bahwa pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa

diharapkan bukan hasil dari mengingat seperangkat fakta tetapi hasil dari

menemukan sendiri. Guru harus harus selalu merancang kegiatan yang merujuk

pada kegiatan menemukan apapun materi yang diajarkannya, siklus inkuiri terdari

dari observasi, bertanya, mengajukan dugaan, pengumpulan data dan

penyimpulan. Adapun siklus inkuiri sebagai berikut (Sanjaya, 2016):

a) Observasi (Observation)

b) Bertanya (Questioning)

c) Mengajukan dugaan (Hyphotesis)

d) Pengumpulan data (Data qathering)

e) Penyimpulan (Conclussion)

Menemukan merupakan bagian inti dari pembelajaran berbasis Contextual

Teaching and Learning (CTL), artinya proses pembelajaran didasarkan pada

pencapaian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Inkuiri

merupakan proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman, dalam

proses ini siswa belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis untuk

memperoleh seperangkat pengetahuan. Untuk merealisasikan komponen inkuiri di

kelas, terutama dalam proses perencanaan guru bukanlah mempersiapkan

sejumlah materi yang harus dihafal siswa, akan tetapi merancang pembelajaran

yang memungkinkan siswa dapat menemukan sendiri materi yang harus

dipahaminya. Adapun langkah-langkah kegiatan inkuiri, yaitu: merumuskan

masalah, mengamati, menganalisis dan menyajikannya serta mengkomunikasikan

atau menyajikan hasil karya kepada teman-temannya atau audiensi.

Page 31: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI …

18

3) Bertanya (Questioning)

Bertanya merupakan strategi utama dalam pembelajaran yang berbasis

kontekstual. bagi guru bertanya dalam kegiatan pembelajaran dilakukan sebagai

upaya untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa,

bagi siswa kegiatan bertanya merupakan sesuatu yang sangat penting dalam

pembelajaran yang berbasis inkuiri yaitu menggali informasi, mengkonfirmasikan

apa yang sudah diketahui dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum

diketahui. Hampir disemua aspek atau aktivitas belajar dapat menerapkan

questioning (bertanya) antara siswa dengan siswa, antara guru dengan siswa,

antara siswa dengan orang lain, hal ini dapat dilihat ketika berdiskusi, bekerja

dalam kelompok. Ketika menemukan kesulitan, ketika mengamati dan

sebagainya.

Pembelajaran yang produktif kegiatan bertanya sangat bermanfaat untuk

menggali informasi kemampuan siswa dalam penguasaan materi pelajaran,

mengecek pemahaman siswa, membangkitkan respon siswa, mengetahui kadar

keingintahuan siswa terhadap sesuatu, mengetahui hal-hal yang diketahui siswa,

menfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru,

membangkitkan banyak pertanyaan bagi diri siswa dan menyegarkan pengetahuan

siswa (Muslich, 2015).

4) Masyarakat belajar (Learning Community)

Pengetahuan dan pemahaman anak ditopang oleh banyaknya komunikasi

dengan orang lain, suatu permasalahan tidak mungkin dipecahkan sendiri akan

tetapi membutuhkan orang lain, dalam hal ini. Proses pembelajaran dengan

menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) guru

disarankan untuk melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar,

hal ini bertujuan agar siswa yang pandai dapat mengajari yang lemah, siswa yang

cepat mendorong temannya yang lambat, siswa yang mempunyai gagasan segera

memberi usul dan seterusnya, kelompok siswa bisa bervariasi bentuknya, baik

keanggotaannya, jumlah atau bahkan bisa melibatkan siswa yang ada diatasnya,

diruang kelas inilah maka akan terbentuk masyarakat belajar dari interaksi antar

individu maupun antar kelompok.

Page 32: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI …

19

Masyarakat belajar dapat terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah,

dalam artian saling belajar satu sama lain, saling memberi informasi dan saling

menerima informasi, seseorang yang terlibat dalam kegiatan masyarakat belajar

memberi informasi yang diperlukan oleh teman bicaranya dan sekaligus meminta

informasi yang diperlukan teman belajarnya. Karena itu pembelajaran kontekstual

dapat dilakukan dengan menerapkan pembelajaran melalui kelompok belajar.

Siswa dibagi kedalam kelompok-kelompok belajar yang anggotanya bersifat

heterogen baik dilihat dari kemampuannya maupun bakat atau minatnya, biarkan

mereka saling membelajarkan antara satu dengan yang lainnya. Kegiatan saling

belajar bisa terjadi apabila tidak ada pihak yang dominan dalam komunikasi, tidak

ada pihak yang merasa segan untuk bertanya, tidak ada pihak yang menganggap

paling tahu, semua pihak saling mendengarkan. Setiap pihak harus merasa bahwa

pihak lain memiliki pengetahuan, pengalaman dan keterampilan berbeda yang

perlu dipelajari, sehingga satu sama lain menjadi sumber belajar, hal ini berarti

bahwa setiap orang akan kaya dengan pengetahuan dan pengalaman.

5) Pemodelan (Modelling)

Pemodelan merupakan pembelajaran dengan memperagakan sesuatu

sebagai contoh yang dapat ditiru oleh siswa, pemodelan ini dapat dilakukan oleh

guru atau siswa yang dianggap memiliki kemampuan.Dalam pembelajaran

kontekstual guru bukan satu-satunya model.Pemodelan dapat dirancang dengan

melibatkan siswa, seseorang dapat ditunjukkan untuk memodelkan sesuatu

berdasarkan pengalaman yang diketahuinya.Model dapat juga didatangkan dari

luar yang ahli dibidangnya. Prinsip-prinsip modelling yang bisa diperhatikan guru

ketika melaksanakan pembelajaran, yaitu: pengetahuan dan keterampilan

diperoleh dengan mantap apabila ada model atau contoh bisa ditiru, model atau

contoh bisa diperoleh langsung dari yang berkompeten atau dari ahlinya, dan

model atau contoh bisa berupa cara mengoprasikan sesuatu (Muslich, 2015).

6) Refleksi (Reflection)

Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir

kebelakang tentang apa yang sudah kita lakukan dimasa lalu. Siswa

mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang

baru, yang merupakan pengayaan atau revisi pengetahuan sebelumnya, refleksi

Page 33: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI …

20

merupakan respon dari kejadian, aktifitas atau pengetahuan baru yang diterima.

Pengetahuan yang bermakna diperoleh dari proses yang sedikit demi sedikit

dialami oleh siswa, seorang guru membantu siswa membuat hubungan-hubungan

antara pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan yang baru,

dengan demikian siswa siswa merasa memperoleh sesuatu yang berguna bagi

dirinya tentang apa yang baru dipelajarinya.

Pada akhir pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar siswa

melakukan refleksi yang berupa pernyataan langsung tentang apa yang

diperolehnya hari itu, catatan atau jurnal dibuku siswa, kesan dan saran siswa

mengenai pembelajaran hari itu, diskusi dan hasil karya, ini dilakukan dengan

mengingat kembali apa yang telah dipelajarinya, berilah kebebasan kepada siswa

untuk menfsirkan pengalamannya sendiri sehingga mereka dapat menyimpulkan

sendiri pengalaman belajarnya.

7) Penilaian autentik (Autentic assesment)

Tahap terakhir dari pembelajaran kontekstual adalah melakukan penilaian,

assesment atau penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa

memberikan gambaran perkembangan belajar siswa, dengan menggunakan

penilaian dapat mengetahui seberapa jauh siswa memahami dan menguasai materi

pelajaran, dalam pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual keberhasilan

tidak hanya ditentukan oleh perkembangan kemampuan intelektual saja akan

tetapi perkembangan seluruh aspek melalui penilaian nyata, dengan menggunakan

penilaian nyata ini maka akan semakin akurat dan lebih objektif. Penilaian nyata

merupakan proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang

perkembangan belajar yang dilakukan siswa, penilaian ini diperlukan untuk

mengetahui apakah siswa benar-benar belajar atau tidak, apakah pengalaman

belajar siswa memiliki pengaruh yang positif terhadap perkembangan intelektual

ataupun mentalnya, oleh karena itu penilaian ini dilakukan secara terus-menerus

selama kegiatan pembelajaran berlangsung (Sanjaya, 2016).

Penilaian autentik dengan menilai pengetahuan dan keterampilan yang

diperoleh siswa, penilai tidak hanya guru tetapi bisa juga teman lain atau orang

lain. Adapun karakteristik penilaian autentik, yaitu: dilaksanakan selama atau

sesudah proses pembelajaran berlangsung, bisa digunakan untuk formatif dan

Page 34: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI …

21

sumatif, yang diukur adalah keterampilan dan performansi atau pengetahuan,

kesinambungan, terintegrasi, dan dapat digunakan sebagai umpan balik (Trianto,

2015). Dalam pembelajaran kontekstual hal-hal yang bisa digunakan pada

penilaian autentik sebagai dasar penilaian prestasi siswa, antara lain proyek/

kegiatan dan laporannya, pekerjaan rumah, kuis karya siswa dan sebagainya.

2.2 Hasil Penelitian yang Relevan

1. Penelitian yang dilakukan Nita Yulinda 1, Riana Irawati 2, Diah Gusrayani 3

(2016) Vol, 1 No.1 tentang pengaruh Contextual Teaching and Learning

(CTL) terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis dan kepercayaan

diri siswa di dua SD yaitu. SDN palasa sebagai kelas control. Kedua SD

tersebut berada di kecamatan Cimalaka tepatnya di SDN sebagai kelas

eksperimen dan SDN Mandalaherang I sebagai kelas control. Kedua SD

tersebut berada di Kecamatan Cimalaka Tepatnya di SDN Palasah yang

beralamat di Jln. Asrama Yonif 301/PKS. Desa Citimum Kec. Cimalaka kab.

Sumedang dan SDN Mandalaherang I yang beralamat di Dusun Gelembung

04/06, Desa, Mandalaherang Kec. Cimalaka kab. Sumedang. Setiap SD

menggunakan dua kali petermuan. Hasil penelitian menunjukan bahwa

pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dan konvensional, hal

ini di buktikan dengan hasil penelitian menunjukan bahwa pendekatan

Contextual Teaching and Learning (CTL) dan konvensional dapat

meningkatkan kemampuan menulis. Dilihat dari perhitungan uji rata-rata non

paramantrik Wilcoxon pada dua kelas. Diperoleh nilai P-values (Sig.i-tiled)

sebesar 0.000, artinya P-values (Sig.) <0,05 sehingga h0 ditolak. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa pendekatan Contextual Teaching and Learning

(CTL) dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.

Selanjutnya hasil perhitungan uji man Whiney karena salasatu data

berdistribusi tidak normal. Rata-rata pretes kelas eksperimen adala 18.2 dan

37.8, sedangkan rata-rata pretes kelas control adalah 18.0 dan 27.0. Rata – rata

nilai gain kelas eksperimen adalah 0.32, sedangkan rata-rata nilai gain kelas

control adalah 0.06 for windows diperoleh p-values (Sig.1-tailed) sebesar

0.006, artinta P-values (Sig) < 0.05 sehingga H0 ditolak. Sehingga dapat

Page 35: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI …

22

disimpulkan bahwa pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL).

Lebih baim secara signifikan dari pada pendekatan konvensional.

2. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Eis Putri wahyudi, Dkk,2015 dengan

judul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berories Pendekatan

Contextual Teaching and Learning (CTL) Tema Cita-cita Pokok Bahasa

Sudut pada Segitiga ndan Segiempat untuk Kelas IV SD” dengan jenis

penelitian “Penelitian Pengembangan” hasil pengembangan perangkat

pembelajaran berorientasi pendekatan Contextual Teaching and Learning

(CTL) pokok bahasan sudut pada segitiga dan segiempat menggunakan model

pengembangan 4-D Thiagarajan menghasilkan perangkat pembelajaran yang

layak untuk digunakan oleh guru dan siswa kelas IV SD, karena memenuhi

kriteria valid, praktis, dan efektif.

3. Nikmatuan Jariah pada tahun 2016 melakukan penelitian dengan judul

penelitian “ Pengaruh Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)

terhadap hasil belajar Matematika Siswa Kelas VII MTs Ikhlas pangkalan

Susu Tahun Pelajaran 2015/2016. Metodologi peneliti yang digunakan adalah

penelitian kuantitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa hasil belajar

matematika siswa dengan menggunakan strategi pembelajaran Contextual

Teaching and Learning (CTL) memperoleh nilai rata-rata 79,81 sehingga

terdapat pengaruh strategi pembelajaran terhadap kemampuan menulis

deskripsi kelas VII MTs al-ikhlas pangkalan susu berdasarkan pertimbangan

statistic uji-4 diperoleh angka sebesar 7,344 sedangkan t-tabel sebesar 1,672.

2.3 Kerangka Pikir

Berdasarkan teori – teori ataupun konsep yang telah diuraikan di depan,

kerangka pikir penelitian ini dapat di terangkan sebagai berikut : kondisi awal

sebelum tindakan di laksanakan, di peroleh gambaran (yang dilakukan pada

kegiatan prasurvei dengan observasi dan wawancara) bahwa kemampuan menulis

deskripsi siswa kelas V SDN 216 Kopi-Kopi rendah apabila dibandingkan dengan

nilai keterampilan berbahasa dan bersastra Indonesia lainnya. Media yang

digunakan guru terbatas, serta metode mengajar guru yang monoton.Agar

kemampuan menulis deskripsi siswa meningkat, peneliti memberikan solusi

dengan agar menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)

Page 36: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI …

23

untuk di aplikasikan di dalam pembelajaran menulis deskripsi.Penelitian ini

menggunakan model pelatihan untuk mengukur kemampuan menulis deskripsi

siswa.Peneliti bekerjasama untuk mengukur kemampuan menulis deskripsi

siwa.Peneliti bekerjasama dengan guru merumuskan bentuk pembelajaran yang

menarik dan menimbulkan minat siswa untuk menulis deskripsi.

Salah satu upaya menarik minat siswa adalah dengan pemberian hadiah.

Bila tindakan tersebut di lakukan, maka diduga pembelajaran menulis deskripsi

akan berlangsung aktif dan menarik. Di dalam pembelajaran Bahasa Indonesia

khususnya menulis deskripsi dengan pendekatan Contextual Teaching and

Learning (CTL) ini nantinya siswa diajak untuk belajar menulis deskripsi dengan

cara menyenangkan. Perwujudan pembelajaran menulis yang demikian itu,

cendrung membuat siswa akan lebih tertarik, senang, aktif, dan memotivasi.

Untuk lebih jelasnya tentang kerangka pikir pada penelitian dapat pada gambar 1.

Gambar1. Alur Kerangka Pikir

Kondisi Awal

1. Pembelajaran menulis kurang berhasil

2. Kemampuan menulis deskripsi siswa

tergolong rendah

Tindakan

1. Menerapkan metode Contextual

Teaching and Learning (CTL) dalam

meningkatan kemampuan menulis

deskripsi siswa

2. Memberikan motivasi untuk siswa

Kondisi Akhir

Kemampuan menulis deskripsi siswa

pada pembelajaran Bahasa Indonesia

meningkat

Page 37: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI …

24

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian

1. Pendekatan penelitian

Penelitian ini dilakukan oleh peneliti sebagai bentuk pembelajaran untuk

meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran Bahasa Indonesia maka dari

itu peneliti mengumpulkan data dalam penelitian ini bersifat PTK (Penelitian

Tindakan Kelas) atau pendekatan kualitatif mengenai uraian kegiatan

pembelajaran diuraikan secara deskriptif.

2. Jenis penelitian

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut

Suyadi (2015), PTK adalah pencermatan yang dilakukan oleh guru di dalam

kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki

profesinya sebagai guru, sehingga hasil belajar peserta didik terus meningkat.

Lebih lanjut, Arikunto (2015) menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas

merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan,

yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara

bersama.Menurut Komaidi dan Wijayati (2016), PTK berfungsi sebagai alat untuk

meningkatkan kualitas pelaksanaan pembelajaran kelas.

Berdasarkan pendapat ketiga ahli di atas dapat disimpulkan bahwa dalam

melaksanakan PTK adalah pencermatan yang dilakukan oleh guru di dalam kelas

melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki profesinya sebagai guru,

sehingga hasil belajar peserta didik terus meningkat

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian

Tempat penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN216 Kopi-Kopi

yang terletak di Dusun Kopi – Kopi Desa Banyuurip Kecamatan Bone – Bone

Kabupaten Luwu Utara.

2. Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada hari senin, 7 September 2020 selama

kurang lebih 1 bulan.

Page 38: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI …

25

3.3 Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 216 Kopi-Kopidengan

jumlah 15 siswa yang terdiri dari 4 siswa perempuan dan 11 siswa laki-laki.

3.4 Desain Penelitian dan Rencana Tindakan

1. Desain Penelitian

Desain penelitian ini menggunakan desain penelitian yang dikembangkan

oleh Kemmis dan Taggart yaitu menggunakan siklus seperti yang terdapat pada

gambar berikut:

Gambar 2. Siklus penelitian tindakan kelas

Berdasarkan gambar di atas, masing-masing siklus terdiri dari 4 komponen

yaitu: 1) perencanaan, 2) tindakan, 3) observasi dan 4) refleksi. Penelitian

dilakukan dalam siklus yang berulang-ulang dan berkelanjutan (spiral), yang

artinya semakin lama diharapkan semakin meningkat perubahan atau pencapaian

hasilnya. Kegiatan penelitian ini diawali dengan persiapan dan diakhiri dengan

membuat laporan.Kegiatan penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap

siklus yang dilaksanakan peneliti dalam pembelajaran dapat diuraikan sebagai

berikut:

Page 39: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI …

26

a. Perencanaan (planning)

1) Menentukan materi pelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan

pendekatan metode pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL).

2) Menentukan tujuan pembelajaran.

3) Merancang langkah-langkah pembelajaran Bahasa Indonesia yang berupa

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

4) Merancang instrumen sebagai pedoman observasi dalam pelaksanaan

pembelajaran Bahasa Indonesia

b. Tindakan (Acting)

Tindakan direncanakan dengan membahas materi bahan penyusun benda

melalui metode pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)..Selama

kegiatan pembelajaran guru menerapkan langkah-langkah pembelajaran

Contextual Teaching and Learning (CTL).yang mengacu pada skenario

pembelajaran yang dibuat.

c. Pengamatan (observing)

Pada tahap ini, dilakukan pengamatan terhadap kegiatan pembelajaran

dengan metode pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)yang

berlangsung dengan menggunakan format pengamatan, membuat catatan hasil

pengamatan terhadap kegiatan dan hasil pembelajaran, mendokumentasikan hasil-

hasil latihan dan penugasan siswa.

d. Refleksi (reflecting)

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, peneliti mengadakan

refleksi terhadap proses dan hasil pembelajaran yang dicapai pada tindakan ini.

Refleksi tersebut dilakukan dengan:

1) Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan yang meliputi evaluasi hasil

belajar, jumlah dan waktu dari setiap tindakan.

2) Membahas hasil evaluasi, LKS dan lain-lain.

3) Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi untuk digunakan pada

siklus berikutnya.

Berdasarkan refleksi yang tekah dilakukan, peneliti dapat menentukan hal-

hal yang akan dilakukan pada siklus berikutnya. Hal ini dilakukan demi

tercapainya hasil pembelajaran yang diinginkan dan meningkatkan kemampuan

Page 40: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI …

27

siswa dalam menemukan konsep tentang materi yang telah ditentukan melalui

metode pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL).Keputusan untuk

menghentikan atau melanjutkan siklus disesuaikan dengan hasil pembelajaran

yang diperoleh. Siklus dihentikan jika pembelajaran sudah sesuai dengan rencana

dan telah mampu meningkatkan pengetahuan siswa dalam menemukan konsep

tentang pengetahuan makhluk hidup, yaitu hasil belajar yang diperoleh 75% siswa

sudah memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaituminimal 70. Siklus

dilanjutkan jika 75% siswa belum mencapai KKM yaitu minimal 70.

2. Rancangan Tindakan Penelitian

a. Siklus I

1) Perencanaan (planning)

a) Menentukan materi pelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan

pendekatan metode pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL).

b) Menentukan tujuan pembelajaran.

c) Merancang langkah-langkah pembelajaran Bahasa Indonesia yang berupa

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

d) Merancang instrumen sebagai pedoman observasi dalam pelaksanaan

pembelajaran Bahasa Indonesia

2) Tindakan (Acting)

Tindakan direncanakan dengan membahas materi bahan penyusun benda

melalui metode pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL).Selama

kegiatan pembelajaran guru menerapkan langkah-langkah pembelajaran

Contextual Teaching and Learning (CTL) yang mengacu pada skenario

pembelajaran yang dibuat.

3) Pengamatan (observing)

Pada tahap ini, dilakukan pengamatan terhadap kegiatan pembelajaran

dengan metode pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)yang

berlangsung dengan menggunakan format pengamatan, membuat catatan hasil

pengamatan terhadap kegiatan dan hasil pembelajaran, mendokumentasikan hasil-

hasil latihan dan penugasan siswa.

Page 41: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI …

28

4) Refleksi (reflecting)

a) Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan yang meliputi evaluasi hasil

belajar, jumlah dan waktu dari setiap tindakan.

b) Membahas hasil evaluasi, LKS dan lain-lain.

c) Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi untuk digunakan pada

siklus berikutnya.

b. Siklus II

1) Perencanaan (planning)

a) Menentukan materi pelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan

pendekatan metode pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL).

b) Menentukan tujuan pembelajaran.

c) Merancang langkah-langkah pembelajaran Bahasa Indonesia yang berupa

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

d) Merancang instrumen sebagai pedoman observasi dalam pelaksanaan

pembelajaran Bahasa Indonesia

2) Tindakan (Acting)

Tindakan direncanakan dengan membahas materi perubahan struktur benda

melalui metode pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL).Selama

kegiatan pembelajaran guru menerapkan langkah-langkah pembelajaran discovery

learning yang mengacu pada skenario pembelajaran yang dibuat.

3) Pengamatan (observing)

Pada tahap ini, dilakukan pengamatan terhadap kegiatan pembelajaran

dengan metode pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) yang

berlangsung dengan menggunakan format pengamatan, membuat catatan hasil

pengamatan terhadap kegiatan dan hasil pembelajaran, mendokumentasikan hasil-

hasil latihan dan penugasan siswa.

4) Refleksi (reflecting)

a) Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan yang meliputi evaluasi

hasil belajar, jumlah dan waktu dari setiap tindakan.

b) Membahas hasil evaluasi, LKS dan lain-lain.

c) Keputusan untuk menghentikan atau melanjutkan siklus II disesuaikan dengan

hasil pembelajaran yang diperoleh. Siklus II dihentikan jika pembelajaran

Page 42: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI …

29

sudah sesuai dengan rencana dan ditandai dengan adanya peningkatan nilai

hasil belajar siswa yaitu nilai rata-rata kelas mencapai KKM yaitu minimal 70

dan persentase banyaknya siswa yang tuntas minimum 75% dengan nilai

KKM minimal 70.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang dilakukan untuk

mengumpulkan data. Metode menunjuk suatu cara sehingga dapat diperlihatkan

penggunaannya melalui angket, wawancara, pengamatan, tes, dokumentasi dan

sebagainya.Untuk memperoleh data, penulis menggunakan pengumpulan data

yaitu dengan:

1. Observasi (Pengamatan)

Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan mengamati secara

langsung dilapangan.Penggunaan teknik observasi dalam penelitian ini digunakan

untuk mengamati pelaksanaan metode pembelajaran Contextual Teaching and

Learning (CTL) pada kegiatan pembelajaran.

Tujuan observasi yaitu menggambarkan segala sesuatu yang berhubungan

dengan objek penelitian, mengambil kesimpulan yang disusun menjadi sebuah

laporan yang relevan dan dapat bermanfaat sebagai sebuah bahan pembelajaran

atau studi.

2. Tes

Menurut Arikunto (2015), tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta

alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi,

kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok”. Peserta didik

diberikan tes dalam bentuk posttest untuk mendapatkan data hasil dari

pemahaman konsep. Tes dalam penelitian ini berupaka menulis karangan

deskripsi yang digunakan untuk memperoleh data hasil belajar siswa pada

pembelajaran Bahasa Indonesia kemudian diteliti guna melihat peningkatan

kemampuan menulis deskripsi siswa.

Tes bertujuan untuk mengukur kemampuan menulis deskripsi siswa, dalam

bentuk nilai atau skor, dan dilaksanakan setelah selesai materi diberikan.

Page 43: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI …

30

3.6 Instrumen Penelitian

1. Metode Contextual Teaching and Learning(CTL)

a. Definisi konseptual variabel

Metode Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan suatu metode

pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan siswa secara penuh

untuk menemukan materi yang di pelajari dan menghubungkannya dengan situasi

kehidupan nyata sehingga dapat mendorong siswa untuk dapat menerapkannya

dalam kehidupan mereka menangkap makna dalam tugas-tugas sekolah jika

mereka bisa mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman

yang sudah mereka miliki.

b. Definisi operasional variabel

Metode pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan

skor yang di peroleh terhadap pelaksanaan Contextual Teaching and Learning

(CTL) melalui observasi dengan indicator. 1) ketersediaan RPP, 2) keterlaksanaan

langkah – langkah pembelajaran 3) aktifitas Guru, 4) Partisipasi siswa.

c. Jenis instrumen

Jenis instrument yang digunakan untuk mengamati pelaksanaan metode

pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah lembar observasi.

d. Kisi-kisi instrumen

Tabel 1. Kisi-kisi lembar obsevasi pelaksanaan metode Contextual Teaching and

Learning (CTL).

Variabel Indikator Jumlah

Item

Pelaksanaan metode

Contextual Teaching

and Learning (CTL).

Ketersediaan RPP 2

Keterlaksanaan langkah-langkah

pembelajaran

7

Aktifitas guru 3

Partisipasi siswa 6

Page 44: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI …

31

Tabel 2. Instrumen Keterlaksanaan Langkah-Langkah MetodeContextual

Teaching and Learning (CTL)

No Aktifitas Pengamatan

Hasil Penilaian Pengamatan

Baik Cukup Kurang Tidak

Terlaksana

4 3 2 1

Ketersediaan RPP

1. Guru menyiapkan RPP sebelum

memulai pembelajaran.

2.

Guru menjelaskan tujuan

pembelajaran sesuai dengan RPP

yang dibuat.

Keterlaksanaan langkah-langkah

pembelajaran

1.

Konstruktivisme gagasan dalam

pembelajaran menulis karangan

deskripsi

2.

Penerapan inkuiri dalam penemuan

gagasan pada pembelajaran menulis

karangan deskripsi

3. Keaktifan siswa dalam bertanya

4.

Kerjasama siswa dalam tukar

menukar informasi pada pembelajaran

menulis karangan deskripsi

5. Pemodelan yang dilakukan dalam

pembelajaran

6.

Kemampuan siswa menyimpulkan

pengalaman belajar dari awal sampai

akhir pembelajaran menulis karangan

deskripsi

7. Penilaian Nyata

Aktifitas Guru

1.

Guru melaksanakan langkah-langkah

pembelajaran metode Contextual

Teaching and Learning (CTL)

2. Guru mengecek kesiapan belajar

siswa.

3. Guru menjelaskan pembelajaran yang

akan dilakukan dengan baik dan jelas.

Partisipasi Siswa

1. Siswa menyiapkan diri sebelum

memulai pembelajaran.

2. Siswa mampu menyelesaikan tugas

dengan baik.

Page 45: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI …

32

3. Siswa mampu menyelesaikan dalam

waktu yang ditentukan.

4. Siswa mampu memahami materi yang

dijelaskan oleh guru.

5.

Siswa mengikuti pembelajaran

dengan rasa percaya diri dan penuh

semangat.

6.

Siswa mengikuti langkah-langkah

pembelajaran Contextual Teaching

and Learning (CTL)

Skor

Total Skor

Persentase Keterlaksanaan Model

Pembelajaran

e. Uji validitas dan reliabilitas

1) Uji validitas

Uji validitas dan uji reliabilitas instrumen penelitian dilaksanakan untuk

menilai keterlaksanaan langkah-langkah pembelajaran metode Contextual

Teaching and Learning(CTL). Sebelum diujikan, instrumen tersebut telah di-

expert judgement pada dosen ahli Bahasa Indonesia. Hasil validasi dua dosen

Bahasa Indonesia, yaitu Drs. Pancana Beta (Dosen Ahli 1) dan Besse Herdiana

(Dosen Ahli 2).

Tabel 3. Uji validitas keterlaksanaan langkah-langkah pembelajaran Contextual

Teaching and Learning(CTL)

No. Pernyataan Validasi Dosen

Dosen 1 Dosen 2

1. Guru menyiapkan RPP sebelum memulai

pembelajaran. 4 4

2. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran sesuai

dengan RPP yang dibuat. 4 4

3. Konstruktivisme gagasan dalam pembelajaran

menulis karangan deskripsi 3 3

4. Penerapan inkuiri dalam penemuan gagasan pada

pembelajaran menulis karangan deskripsi 4 4

5. Keaktifan siswa dalam bertanya 3 4

6. Kerjasama siswa dalam tukar menukar informasi

pada pembelajaran menulis karangan deskripsi 3 4

7. Pemodelan yang dilakukan dalam pembelajaran 4 4

8. Kemampuan siswa menyimpulkan pengalaman

belajar dari awal sampai akhir pembelajaran

menulis karangan deskripsi

4 4

Page 46: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI …

33

9. Penilaian Nyata 4 4

10. Guru melaksanakan langkah-langkah

pembelajaran metodeContextual Teaching and

Learning (CTL)

4 4

11. Guru mengecek kesiapan belajar siswa. 4 4

12. Guru menjelaskan pembelajaran yang akan

dilakukan dengan baik dan jelas. 3 3

13. Siswa menyiapkan diri sebelum memulai

pembelajaran. 4 3

14. Siswa mampu menyelesaikan tugas dengan baik. 4 4

15. Siswa mampu menyelesaikan dalam waktu yang

ditentukan. 3 3

16. Siswa mampu memahami materi yang dijelaskan

oleh guru. 4 4

17. Siswa mengikuti pembelajaran dengan rasa

percaya diri dan penuh semangat. 3 3

18. Siswa mengikuti langkah-langkah pembelajaran

Contextual Teaching and Learning (CTL) 4 4

Jumlah Skor 66 67

Rata-Rata 3,67 3,72

Keterangan Valid Valid

Rata-Rata Keseluruhan 3,70 (Valid)

Berdasarkan penilaian 2 dosen ahli tersebut di atas menunjukkan bahwa

lembar observasi keterlaksanaan langkah-langkah pembelajaran berada pada

kategori valid sehingga layak digunakan sebagai lembar observasi penelitian.

2) Uji Reliabilitas

Pengujian reliabilitas dilakukan dengan menggunakan cohen kappa dan

diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4. Uji reliabilitas menggunakan cohen kappa

Symmetric Measures

Valu

e

Asymptotic

Standardize

d Errora

Approxima

te Tb

Approximate

Significance

Measure of

Agreement

Kappa .609 .202 2.605 .009

N of Valid Cases 18

a. Not assuming the null hypothesis.

b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

Dari output diatas diperoleh nilai koefisein cohen’s kappa sebesar 0,609. Ini

berarti terdapat kesepakatan yang cukup antara Dosen Ahli 1 dengan Dosen Ahli2

terhadap penilaian lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran .Nilai

signfikansinya dapat dilihat pada kolom Approx. Sig., dari output diatas didapat

Page 47: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI …

34

nilai signifikansi sebesar 0,009. Karena nilai signifikansi lebih kecil dari taraf

signifikansi yang digunakan 5 % (0,009 <0,05), maka disimpulkan terdapat

kesepakatan yang signifikan antar Dosen Ahli 1 dan Dosen Ahli 2 pada taraf

signfikansi 5 %.

2. Kemampuan Menulis Deskripsi

a. Definisi konseptual

Kemampuan menulis deskripsi adalah keterampilan yang dimiliki siswa

dalam mengungkapkan ide – ide hasil pengamatan terhadap para pembaca lewat

tulisan agar pembaca seolah – olah dapat melihat sendiri objek secara keseluruhan

seperti yang dialami secara fisik oleh penulisnya.

b. Definisi operasional

Definisi operasional merupakan petunjuk tentang bagaiman suatu variable di

ukur. Dalam penelitian ini kemampuan menulis deskripsi menggunakan lembar

penilaian berupa tes dimana indicator 1) Menggali konsep tentang karangan

menulis wacana yang disampaikan, 2) Menemukan ide pokok sesuai dengan

wacana yang disampaikan, 3) Menyusun kata – kata hasil pengembangan gagasan

menjadi kerangka karangan 4) Mengembangkan kerangka menjadi karangan

deskripsi secara utuh.

c. Jenis Instrumen

Jenis instrumen yang digunakan untuk mengukur kemampuan menulis

deskripsi siswa adalah instrumen lembar unjuk kerja siswa.Aspek penilaian

karangan deskripsi disajikan pada tabel berikut.

Tabel 5. Penilaian Karangan Deskripsi

No Komponen yang Dinilai Kriteria Rentang

Nilai

Nilai

1 Kejelasan penggambaran

lengkap objek yang

diamati dalam karangan

deskripsi

Kesamaan tulisan

dengan objek yang

diamati

15-35

2 Organisasi isi karangan

deskripsi berdasarkan

objek yang diamati

Ide pokok 5-15

Penyusunan paragraf 10-25

3 Tata bahasa karangan

deskripsi sesuai dengan

objek yang diamati

Penggunaan bahasa 7-20

4 Ejaan dan tata tulis

karangan deskripsi sesuai

Penggunaan ejaan

dan tanda baca

1-5

Page 48: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI …

35

dengan objek yang

diamati

Jumlah Nilai

d. Uji validitas dan reliabilitas

1) Uji validitas

Uji validitas lembar unjuk kerja dilaksanakan untuk menilai instrument

penelitian. Sebelum diujikan, instrumen tersebut telah di-expert judgement pada

dosen ahli Bahasa Indonesia. Hasil validasi dua dosen Bahasa Indonesia, yaitu

Drs. Pancana Beta (Dosen Ahli 1) dan Besse Herdiana (Dosen Ahli 2).

Tabel 6. Uji validitas lembar unjuk kerja

No. Pernyataan Validasi Dosen

Dosen 1 Dosen 2

1. Kesamaan tulisan dengan objek yang diteliti 4 4

2. Ide pokok 3 3

3. Penyusunan paragraf 4 4

4. Penggunaan bahasa 4 4

5. Penggunaan ejaan dan tanda baca 4 4

Jumlah Skor 19 19

Rata-Rata 3,80 3,80

Keterangan Valid Valid

Rata-Rata Keseluruhan 3,80 (Valid)

Berdasarkan penilaian 2 dosen ahli tersebut di atas menunjukkan bahwa

lembar unjuk kerja instrument penelitian berada pada kategori valid sehingga

layak digunakan sebagai instrument penelitian.

3) Uji Reliabilitas

Pengujian reliabilitas dilakukan dengan menggunakan cohen kappa dan

diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 7. Uji reliabilitas menggunakan cohen kappa

Symmetric Measures

Value Asymptotic

Standardized Errora

Approxi

mate Tb

Approximate

Significance

Measure of

Agreement

Kappa 1.000 .000 2.236 .025

N of Valid Cases 5 a. Not assuming the null hypothesis.

b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

Dari output diatas diperoleh nilai koefisein cohen’s kappa sebesar 1,000. Ini

berarti terdapat kesepakatan yang sangat kuat antara Dosen Ahli 1 dengan Dosen

Page 49: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI …

36

Ahli 2 terhadap penilaian lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran .Nilai

signfikansinya dapat dilihat pada kolom Approx. Sig., dari output diatas didapat

nilai signifikansi sebesar 0,025. Karena nilai signifikansi lebih kecil dari taraf

signifikansi yang digunakan 5 % (0,025<0,05), maka disimpulkan terdapat

kesepakatan yang signfikan antar Dosen Ahli 1 dan Dosen Ahli 2 pada taraf

signfikansi 5 %

3.7 Teknik Analisis Data

Setelah semua kegiatan selesai dilaksanakan maka langkah selanjutnya

dalam penelitian ini adalah melakukan analisis terhadap semua data yang

diperoleh selama penelitian yang telah dirumuskan:

1. Analisis data pelaksanaan metode Contextual Teaching and Learning (CTL)

Analisis data pelaksanaan metode Contextual Teaching and Learning (CTL)

yang diperoleh melalui pengamatan dengan menggunakan lembar observasi

selanjutnya dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif dengan cara

mengakumulasi skor dari setiap indikator pelaksanaan metode Contextual

Teaching and Learning (CTL).

Data dianalisis selama proses pembelajaran berlangsung. Dianalisis dengan

menggunakan rumus persentase:

P =

Keterangan:

P = Angka presentase

F = jumlah skor yang diperoleh

N = Jumlah skor maksimal

2. Analisis data kemampuan menulis deskripsi siswa

Analisa data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif

kualitatif dan kuantitatif. Tujuan analisis ini adalah untuk membuat gambaran

secara sistematis data yang faktual dan akurat mengenai fakta-fakta serta

hubungan antar fenomena yang diselidiki atau diteliti. Analisis deskriptif adalah

analisis yang menggunakan suatu data yang akan dibuat sendiri maupun dibuat

secara berkelompok (Riduwan dan Akdon, 2016).

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penggunaan teknik analisis ini

adalah sebagai berikut.

Page 50: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI …

37

a. Menghitung nilai menulis karangan deskripsi pada pra siklus, siklus I, dan

siklus II

b. Menghitung nilai rata-rata (mean) menulis karangan deskripsi pada pra siklus,

siklus I, dan siklus II. Menghitung nilai rata-rata (mean) dapat dilakukan

dengan rumus:

∑x

X =

N

Keterangan :

X = Nilai rata-rata (mean)

∑x = Jumlah nilai seluruh siswa

N = Jumlah siswa

c. Menghitung presentase siswa yang sudah berhasil mencapai KKM yang

ditetapkan. Presentase yang dicari dapat diperoleh dari:

Jumlah siswa yang sudah mencapai KKM

P = X 100

Jumlah seluruh siswa

Keterangan :

P = angka presentase

d. Selanjutnya nilai rata-rata (mean) dan angka presentase ketuntasan yang

diperoleh dibandingkan dari kegiatan sebelum tindakan dan kegiatan sesudah

tindakan untuk membandingkan apakah sudah diperoleh peningkatan setelah

diadakan tindakan.

3.8 Indikator Keberhasilan

1. Pelaksanaan metode Contextual Teaching and Learning (CTL) dikatakan

optimal,jika telahterdapat/tersedia:

a. Ketersediaan RPP, keterlaksanaan langkah-langkah pembelajaran,aktivitas

guru, dan partisipasi siswa.

b. Persentase keterlaksanaan metode Contextual Teaching and Learning (CTL)

sebesar 100%.

Page 51: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI …

38

2. Kemampuan menulis deskripsi

Menurut Arikunto (2015), indikator keberhasilan tindakan dalam Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) adalah ditandai dengan adanya peningkatan nilai

kemampuan menulis siswa yaitu nilai rata-rata kelas mencapai KKM yaitu

minimal 70 dan persentase banyaknya siswa yang tuntas minimum 75% dengan

nilai KKM minimal 70.

Page 52: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI …

39

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, di mana ada dua siklus

yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan menulis deskripsi khususnya

mata pelajaran Bahasa Indonesia. Masing-masing siklus menggunakan metode

Contextual Teaching and Learning (CTL). Pelaksanaan tindakan pada setiap

siklus disertai dengan perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Hasil yang

disajikan pada uraian berikut.

1. Hasil Pratindakan

Keadaan situasi dan kondisi yang telah dirasakan oleh peneliti, siswa SDN

216 Kopi-Kopi kurang aktif dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi. Hal

ini merupakan salah satu penghambat kreativitas siswa dalam menulis karangan

deskripsi. Disamping siswa pasif dalam mengikuti pembelajaran menulis

karangan deskripsi serta kratifitas guru dalam penggunaan pendekatan maupun

metode dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi yang masih

menggunakan model lama yaitu dengan guru memberikan contoh saja tanpa

menyediakan sumber belajar yang kontekstual sangat berpengaruh terhadap hasil

pembelajaran menulis karangan deskripsi.

Berdasarkan dari hasil pengamatan, dalam proses pembelajaran menulis

karangan deskripsi, guru kelas belum memberikan petunjuk yang jelas. Guru

hanya memberikan satu tema yang ditulis di papan tulis dan siswa diperintahkan

untuk menulis karangan deskripsi pada buku tulis masing-masing. Hal tersebut

tentu membuat siswa bingung dan membuat mereka multitafsir dalam menulis

karangan deskripsi. Banyak diantara mereka yang hanya menulis beberapa kata,

menulis beberapa kalimat namun antara satu kalimat dengan kalimat yang lain

tidak saling berhubungan. Ada siswa yang baru menulis beberapa kata saja sudah

mengeluh lelah atau pusing. Sehingga saat dilihat hasil karangan deskripsi yang

telah dibuat semua siswa mendapatkan nilai dibawah kriteria ketuntasan minimal

(KKM) yang telah ditentukan.

Page 53: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI …

40

Hasil pra siklus tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4. Statistika deskriptif pra siklus kemampuan menulis deskripsi siswa

kelas V SDN 216 Kopi-Kopi Kecamatan Bone-Bone Kabupaten Luwu

Utara

Statistik Nilai Statistik

Jumlah sampel

Nilai tertinggi (maksimum)

Nilai terendah (minimum)

Nilai tengah (median)

Nilai yang sering muncul (modus)

Jumlah total skor

Nilai rata-rata (mean)

15

63

50

56

56

864

57,60

Sumber: Hasil data primer setelah diolah (2020)

Berdasarkan tabel 4, maka dari 15 sampel diperoleh nilai tertinggi siswa

63, nilai terendah 50, median 56, modus 56, jumlah total skor 864 dan nilai rata-

rata adalah 57,60.

Setelah mengetahui kategori kemampuan menulis deskripsi pra siklus,

maka langkah selanjutnya adalah membuat frekuensi nilai kriteria ketuntasan

minimal (KKM) kemampuan menulis deskripsi siswa.

Tabel 5. Frekuensi nilai kemampuan menulis deskripsi siswakelas V SDN 216

Kopi-Kopi Kecamatan Bone-Bone Kabupaten Luwu Utara

No Pemerolehan Nilai Frekuensi Persentase (%)

1

2

Nilai ≥ 70

Nilai < 70

0

15

0

100

Jumlah 15 100

Sumber: Hasil data primer setelah diolah (2020)

Berdasarkan tabel 6 menunjukkan bahwa siswa sampel yang memperoleh

nilai ≥ 70 (tuntas) tidak ada atau 0% dan siswa yang memperoleh nilai < 70 (tidak

tuntas) adalah 15 siswa atau 100%.

2. Tindakan pada Siklus I

Siklus I terdiri dari 3 kali pertemuan. Pertemuan ke-1 guru menjelaskan

materi tentang teknik menulis karangan deskripsi dan sifat-sifat benda padat. Pada

pertemuan ke-2 guru mengajak siswa melakukan pengamatan terhadap benda

padat di lingkungan sekitar sekolah kemudian siswa saling berdiskusi bertukar

informasi hasil pengamatan dan membuat kerangka karangan deskripsi. Pada

pertemuan ke-3, siswa mengembangkan kerangka karangan deskripsi yang telah

dibuat pada pertemuan sebelumnya, menjadi sebuah karangan deskripsi yang utuh

dan padu.

Page 54: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI …

41

a. Tahap perencanaan

Pada tahap perencanaan Siklus I peneliti membuat Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) berbasis metode Contextual Teaching and Learning (CTL).

Peneliti juga mempersiapkan instrumen-instrumen penelitian, yaitu lembar

pengamatan aktivitas siswa dan guru KBM, catatan lapangan, lembar kerja siswa.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dibuat dan didiskusikan bersama guru

Bahasa Indonesia kelas agar materi sesuai dengan kurikulum yang telah

ditetapkan di sekolah terebut.

Pada siklus I ini, peneliti memperkenalkan metode Contextual Teaching and

Learning (CTL) kepada peserta didik. Penelitian dilaksanakan di kelas V yang

berjumlah 15 siswa yang terdiri dari 11 laki-laki dan 4 perempuan.

b. Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan siklus I ini terdiri dari 3 kali pertemuan. Adapun uraian proses

pembelajaran siklus I adalah sebagai berikut:

1) Pertemuan ke- 1 (Senin, 7 September 2020)

Setelah bel masuk berbunyi, siswa kelas V masuk ke dalam kelas. Guru

selanjutnya mengkondisikan siswa untuk menerima pelajaran kemudian

melakukan apersepsi dengan bertanya pada siswa, “anak-anak benda apa saja

yang kaliat lihat di kelas ini?”. Siswa menjawab, “meja, kursi, papan tulis, buku,

penggaris Bu”. Kemudian guru bertanya, “tolong sebutkan sifat-sifat meja yang

ada di depan kalian”. Kemudian siswa menjawab, “keras, berat”.

Guru melakukan diskusi dengan siswa tentang belajar yang lebih bermakna

dengan mencari dan menemukan sendiri pengetahuan-pengetahuan baru dari

materi yang akan dipelajari. Siswa dan guru melakukan tanya jawab tentang

benda padat dan sifat-sifatnya. Siswa diperlihatkan gambar batu yang sudah

ditempel di papan tulis oleh guru. Setelah itu, siswa dibantu guru diajak mencari

dan menemukan sifat-sifat benda padat berdasarkan gambar batu di papan tulis.

Kemudian guru menjelaskan materi karangan deskripsi. Siswa bersama-sama

mengamati contoh benda padat disekitar kelas berupa papan tulis, siswa

mengamati dari fungsi, bentuk, bahan dan warna papan tulis. Kemudian siswa

membuat sebuah karangan deskripsi berjudul “papan tulis” secara bersama-sama

di papan tulis. Guru dan siswa bersama-sama membaca karangan deskripsi di

Page 55: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI …

42

papan tulis. Guru melakukan evaluasi terhadap karangan deskripsi yang telah

siswa buat. Guru memberikan penjelasan mengenai menulis karangan deskripsi

yang baik dan benar.

Untuk menutup pembelajaran pada pertemuan ke-1 siklus I, guru

menyimpulkan dan memberikan pesan moral kepada siswa yang berkaitan dengan

materi pembelajaran yang telah dipelajari. Guru melakukan penilaian terhadap

pelaksanaan pembelajaran.

2) Pertemuan ke-2 (Selasa, 8 September 2020)

Setelah bel masuk berbunyi, siswa kelas V masuk ke dalam kelas. Guru

selanjutnya mengkondisikan siswa untuk menerima pelajaran kemudian

melakukan apersepsi dengan bertanya pada siswa, tentang sifat-sifat benda padat.

Guru melakukan diskusi dengan siswa tentang belajar yang lebih bermakna

dengan mencari dan menemukan sendiri pengetahuan-pengetahuan baru dari

materi yang akan dipelajari. Siswa diberikan peta konsep tentang ciri-ciri benda

padat yang masih kosong dan siswa diberi tugas untuk melengkapi peta konsep

tersebut dengan melakukan pengamatan di lingkungan sekolah dan menanyakan

hal-hal yang belum siswa mengerti. Setelah selesai, siswa kembali ke kelas untuk

melakukan diskusi tentang hasil pengamatan yang mereka peroleh. Guru

memberikan tugas untuk menyusun kerangka karangan deskripsi sesuai dengan

apa yang telah mereka amati sebelumnya.

Untuk menutup pembelajaran pada pertemuan ke-2 siklus I, siswa dibantu

guru menyimpulkan materi yang telah mereka pelajari. Guru memberikan pesan

moral kepada siswa yang berkaitan dengan materi pembelajaran yang telah

dipelajari. Guru melakukan penilaian terhadap pelaksanaan pembelajaran.

3) Pertemuan ke-3 (Senin, 14 September 2020)

Setelah bel masuk berbunyi, siswa kelas V masuk ke dalam kelas. Guru

selanjutnya mengkondisikan siswa untuk menerima pelajaran kemudian

melakukan apersepsi dengan bertanya pada siswa, tentang sifat-sifat benda padat.

Siswa melanjutkan mengembangkan kerangka karangan yang telah mereka

buat pada pertemuan sebelumnya menjadi karangan yang lengkap dan benar.

Kemudian siswa diminta untuk membacakan karangan deskripsinya di depan

kelas dan siswa lain melakukan evaluasi terhadap karangan tersebut. Guru dan

Page 56: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI …

43

siswa mendiskusikan karangan yang telah dibacakan, setelah itu guru menilai dan

merevisi hasil karangan deskripsi siswa.

Untuk menutup pembelajaran pada pertemuan ke-3 siklus I, siswa dibantu

guru menyimpulkan materi yang telah mereka pelajari. Guru memberikan pesan

moral kepada siswa yang berkaitan dengan materi pembelajaran yang telah

dipelajari.

c. Tahap Pengamatan

1) Data Lembar Observasi

Tahap pengamatan pada siklus I ini dilakukan bersamaan dengan tahap

pelaksanaan pembelajaran.

Tabel 6. Observasi Keterlaksanaan Langkah-Langkah Metode Contextual

Teaching and Learning (CTL) pada Siklus I

No Aktifitas Pengamatan

Hasil Penilaian Pengamatan

Baik Cukup Kurang Tidak

Terlaksana

4 3 2 1

Ketersediaan RPP

1.

Guru menyiapkan RPP

sebelum memulai

pembelajaran.

3

2.

Guru menjelaskan tujuan

pembelajaran sesuai dengan

RPP yang dibuat.

3

Keterlaksanaan langkah-langkah

pembelajaran

1.

Konstruktivisme gagasan

dalam pembelajaran menulis

karangan deskripsi

3

2.

Penerapan inkuiri dalam

penemuan gagasan pada

pembelajaran menulis

karangan deskripsi

2

3. Keaktifan siswa dalam

bertanya 2

4.

Kerjasama siswa dalam tukar

menukar informasi pada

pembelajaran menulis

karangan deskripsi

3

5. Pemodelan yang dilakukan

dalam pembelajaran 3

Page 57: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI …

44

6.

Kemampuan siswa

menyimpulkan pengalaman

belajar dari awal sampai akhir

pembelajaran menulis

karangan deskripsi

3

7. Penilaian Nyata 4

Aktifitas Guru

1.

Guru melaksanakan langkah-

langkah pembelajaran metode

Contextual Teaching and

Learning (CTL)

3

2. Guru mengecek kesiapan

belajar siswa. 4

3.

Guru menjelaskan

pembelajaran yang akan

dilakukan dengan baik dan

jelas.

3

Partisipasi Siswa

1.

Siswa menyiapkan diri

sebelum memulai

pembelajaran.

3

2. Siswa mampu menyelesaikan

tugas dengan baik. 3

3. Siswa mampu menyelesaikan

dalam waktu yang ditentukan. 3

4.

Siswa mampu memahami

materi yang dijelaskan oleh

guru.

3

5.

Siswa mengikuti

pembelajaran dengan rasa

percaya diri dan penuh

semangat.

3

6.

Siswa mengikuti langkah-

langkah pembelajaran

Contextual Teaching and

Learning (CTL)

3

Skor 8 42 4

Total Skor 54

Persentase Keterlaksanaan Model

Pembelajaran =

54

X 100 75%

72

Page 58: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI …

45

2) Data Hasil Tes

Peneliti melaksanakan tes Siklus I pada hari Senin, tanggal 14 September

2020. Adapun siswa yang hadir saat itu sebanyak 15 siswa, hal ini berarti semua

siswa kelas V SDN 216 Kopi-Kopi hadir mengikuti tes siklus I. Berdasarkan

analisis data tes evaluasi pada akhir siklus I diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 7. Data Tes Evaluasi Siklus I

No Inisial Siswa Nilai KKM Nilai Posttest Keterangan

1 A 70 63 Belum Tuntas

2 AM 70 63 Belum Tuntas

3 FR 70 69 Belum Tuntas

4 FY 70 63 Belum Tuntas

5 HS 70 69 Belum Tuntas

6 KQ 70 63 Belum Tuntas

7 MA 70 63 Belum Tuntas

8 MH 70 63 Belum Tuntas

9 MH 70 75 Tuntas

10 MF 70 75 Tuntas

11 MR 70 56 Belum Tuntas

12 R 70 75 Tuntas

13 R 70 75 Tuntas

14 VMS 70 69 Belum Tuntas

15 WR 70 75 Tuntas

Hasil siklus I tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 8. Statistika deskriptif siklus I kemampuan menulis deskripsi siswa kelas

V SDN 216 Kopi-Kopi Kecamatan Bone-Bone Kabupaten Luwu Utara

Statistik Nilai Statistik

Jumlah sampel

Nilai tertinggi (maksimum)

Nilai terendah (minimum)

Nilai tengah (median)

Nilai yang sering muncul (modus)

Jumlah total skor

Nilai rata-rata (mean)

15

75

56

69

63

1.016

67,73

Sumber: Hasil data primer setelah diolah (2020)

Berdasarkan tabel 9, maka dari 15 sampel diperoleh nilai tertinggi siswa

75, nilai terendah 56, median 69, modus 63, jumlah total skor 1.016 dan nilai rata-

rata adalah 67,73.

Page 59: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI …

46

Setelah mengetahui kategori kemampuan menulis deskripsi siklus I, maka

langkah selanjutnya adalah membuat frekuensi nilai kriteria ketuntasan minimal

(KKM) kemampuan menulis deskripsi siswa.

Tabel 9. Frekuensi nilai kemampuan menulis deskripsi siswakelas V SDN 216

Kopi-Kopi Kecamatan Bone-Bone Kabupaten Luwu Utara

No Pemerolehan Nilai Frekuensi Persentase (%)

1

2

Nilai ≥ 70

Nilai < 70

5

10

33,3

66,7

Jumlah 15 100

Sumber: Hasil data primer setelah diolah (2020)

Berdasarkan tabel 9 menunjukkan bahwa siswa sampel yang memperoleh

nilai ≥ 70 (tuntas) berjumlah 5 orang atau 33,3% dan siswa yang memperoleh

nilai < 70 (tidak tuntas) adalah 10 siswa atau 66,7%. Hal ini berarti, pembelajaran

pada siklus I belum tuntas sehingga harus dilaksanakan siklus II.

d. Tahap Refleksi

Pada pertemuan pertama, guru menjelaskan mengenai materi karangan

deskripsi, setelah itu guru dan siswa melakukan tanya jawab tentang hal-hal yang

belum siswa ketahui. Namun siswa terlihat kurang aktif dalam bertanya, hal

tersebut dikarenakan siswa kurang berani dalam mengajukan pertanyaan. Hal

tersebut tentunya menyulitkan guru untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman

siswa terhadap materi karangan deskripsi yang telah diajarkan. Guru perlu

melakukan pancingan-pancingan, agar siswa lebih berani mengajukan pertanyaan.

Kemudian pada akhir pertemuan, siswa diharapkan mampu menyimpulkan

pengalaman belajar dari awal sampai akhir pembelajaran. Namun pada pertemuan

pertama siswa belum mampu menyimpulkan pembelajaran, sehingga guru yang

menyimpulkan pengalaman belajar dari awal sampai akhir pembelajaran.

Pada pertemuan kedua, setelah siswa melakukan pengamatan di lingkungan

sekolah kemudian siswa kembali ke kelas dan berdiskusi dengan teman lainnya

tentang hasil pengamatan yang mereka dapatkan. Namun terlihat kerjasama siswa

dalam tukar menukar informasi hasil pengamatan kurang efektif karena tidak

terorganisir dengan baik. Siswa yang seharusnya berdiskusi dengan teman

lainnya, namun justru bermain dengan teman lain. Hal ini yang harus dibenahi

pada siklus berikutnya. Guru bisa membagi siswa menjadi beberapa kelompok

agar siswa lebih terkoordinasi dalam berdiskusi dan bertukar pikiran dengan

Page 60: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI …

47

teman lainnya. Pada pertemuan kedua ketika melakukan pengamatan di

lingkungan sekitar sekolah, memakan waktu yang melebihi dari waktu yang telah

ditetapkan. Hal tersebut karena guru juga kurang mengkoordinasi siswa dengan

baik. Pada saat pemberangkatan, saat melakukan pengamatan, dan saat pulang

siswa kurang terkoordinasi dengan baik sehingga siswa ada yang bermain dan

bercanda dengan teman lain, hal tersebut menyebabkan banyak waktu yang

terbuang.

Pada pertemuan ketiga, semua komponen dalam lembar observasi sudah

terlaksana. Hanya saja masih terdapat hal-hal yang perlu diperbaiki pada

pertemuan ketiga. Masih banyak ditemukan kesalahan pada hasil karangan

deskripsi yang dibuat siswa. Mayoritas kesalahan siswa adalah tata bahasa dan

tata tulis.

Pelaksanaan pembelajaran menulis karangan deskripsi siswa kelas V SDN

216 Kopi-Kopi pada siklus II akan diselipkan materi struktur kalimat mengingat

mayoritas kesalahan siswa dalam membuat karangan deskripsi adalah tata bahasa

dan tata tulis. Siswa sering salah menulis huruf dan salah menempatkan huruf

kapital. Terkadang siswa menempatkan huruf kapital di tengah atau di akhir

kalimat. Tata bahasa siswa juga kurang efektif, siswa menggunakan kata yang

tidak perlu sehingga malah mempersulit pembaca dalam memahami karangan

deskripsi. Kesalahan yang juga sering ditemui adalah penempatan titik dan koma

yang tidak tepat dan awal kalimat yang tidak diawali huruf besar. Dengan

diajarkannya kembali materi struktur kalimat, diharapkan siswa paham dalam

membuat sebuah kalimat yang benar dan efektif sehingga kesalahan-kesalahan itu

bisa dihilangkan.

Pada setiap pertemuan siswa juga akan dipancing agar lebih aktif dalam

bertanya, mengingat pada pertemuan-pertemuan di siklus I siswa kurang aktif

dalam bertanya. Guru perlu memberikan pancingan-pancingan pada siswa agar

lebih aktif bertanya, seperti memberikan nilai lebih pada siswa yang mau

bertanya. Saat melakukan pengamatan, guru juga harus mengkoordinasi siswa

dengan lebih matang saat siswa berangkat, saat melakukan pengamatan, dan saat

kembali ke kelas agar tidak memakan terlalu banyak waktu seperti saat

pengamatan di siklus I.

Page 61: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI …

48

Secara keseluruhan, ketiga pertemuan di siklus I dapat dilihat adanya

keberhasilan dalam proses pembelajaran metode Contextual Teaching and

Learning (CTL) yang dilaksanakan.

a) Konstruktivisme

Siswa didorong untuk mampu membangun sendiri pengetahuan melalui

pengalaman nyata siswa. Melalui pengamatannya terhadap gambar benda padat,

cair, gas serta melalui pengamatan langsung di lingkungan sekitar sekolah siswa

didorong untuk membangun sendiri gagasan-gagasannya dan guru memberikan

kesempatan kepada siswa untuk menuangkan gagasan-gagasan siswa ke dalam

bentuk sebuah karangan deskripsi.

b) Inkuiri

Siswa melakukan pengamatan di lingkungan sekolah untuk menemukan

ide/gagasan yang menjadi dasar penulisan karangan deskripsi serta menemukan

hal-hal yang dapat menjadi sumber untuk penulisan karangan deskripsi siswa, lalu

mengumpulkan informasi, membuat kerangka karangan, mengembangkan

kerangka karangan, dan mengevaluasi karangan.

c) Bertanya

Siswa melakukan tanya jawab dengan teman maupun guru untuk menggali

informasi sebagai bahan penulisan karangan deskripsi. Meskipun dalam

pertemuan pertama siswa masih malu untuk mengemukakan pertanyaannya,

namun di pertemuan kedua dan ketiga siswa sudah mulai berani mengemukakan

pertanyaannya. Guru memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada siswa

untuk menggali informasi sebanyak mungkin.

d) Masyarakat belajar

Meskipun dalam pelaksanaannya kurang efektif namun dalam siklus I siswa

sudah diajarkan melakukan kerjasama secara diskusi kelompok, bertukar pikiran

dengan siswa lain tentang informasi-informasi hasil pengamatan di lingkungan

sekitar sekolah.

e) Pemodelan

Siswa disajikan sumber belajar di sekitar mereka yaitu lingkungan sekolah

sehingga siswa dapat berinteraksi langsung dengan sumber belajar tersebut. Siswa

bisa mencari informasi sendiri, siswa bisa mengembangkan karangannya

Page 62: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI …

49

berdasarkan informasi yang dia peroleh sehingga tidak terjadi verbalisme di dalam

kelas.

f) Refleksi

Setiap berakhir proses pembelajaran, guru memberi kesempatan kepada

siswa mengingat kembali apa yang telah dipelajari sehingga ia dapat

menyimpulkan tentang pengalaman belajarnya. Pada pertemuan pertama siswa

belum mampu menyimpulkan pembelajaran, tapi di pertemuan kedua dan ketiga

siswa sudah mulai bisa dan berani menyimpulkan pembelajaran dari awal hingga

akhir meskipun dibantu oleh guru.

g) Penilaian nyata

Guru mengumpulkan data yang dapat menunjukan perkembangan

keterampilan menulis karangan deskripsi siswa.

3. Tindakan Siklus II

a. Tahap Perencanaan

Berdasarkan refleksi tindakan pada siklus I, maka perlu dilaksanakan

tindakan pada siklus II. Hal ini dilakukan untuk memperbaiki proses pembelajaran

yang kurang maksimal pada siklus II. Siklus II terdiri dari 3 kali pertemuan.

Pertemuan ke-1 guru menjelaskan materi tentang teknik menulis karangan

deskripsi dan sifat-sifat benda cair dan gas. Pada pertemuan ke-2 guru mengajak

siswa melakukan pengamatan terhadap benda cair dan gas di lingkungan sekitar

sekolah kemudian siswa saling berdiskusi bertukar informasi hasil pengamatan

dan membuat kerangka karangan deskripsi. Pada pertemuan ke-3, siswa

mengembangkan kerangka karangan deskripsi yang telah dibuat pada pertemuan

sebelumnya, menjadi sebuah karangan deskripsi yang utuh dan padu.

b. Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan siklus I ini terdiri dari 3 kali pertemuan. Adapun uraian proses

pembelajaran siklus I adalah sebagai berikut:

1) Pertemuan ke- 1 (Selasa, 15 September 2020)

Setelah bel masuk berbunyi, siswa kelas V masuk ke dalam kelas. Guru

selanjutnya mengkondisikan siswa untuk menerima pelajaran kemudian

melakukan apersepsi dengan bertanya pada siswa, “anak-anak benda apa saja

yang kaliat lihat saat mandi?”. Siswa menjawab, “air, sikat gigi, sampo”.

Page 63: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI …

50

Kemudian guru bertanya, “tolong sebuatkan sifat-sifat air yang kalian gunakan

untuk mandi”. Kemudian siswa menjawab, “tidak berwarna, tidak berbentuk”.

Guru melakukan diskusi dengan siswa tentang belajar yang lebih bermakna

dengan mencari dan menemukan sendiri pengetahuan-pengetahuan baru dari

materi yang akan dipelajari. Siswa dan guru melakukan tanya jawab tentang

benda cair dan gas serta sifat-sifatnya. Siswa diperlihatkan gambar air dan udara

yang sudah ditempel di papan tulis oleh guru. Setelah itu, siswa dibantu guru

diajak mencari dan menemukan sifat benda cair dan gas berdasarkan gambar di

papan tulis. Kemudian siswa mendengarkan pembacaan karangan deskripsi

berjudul “air” yang dibacakan salah seorang siswa. Setelah kegiatan tersebut,

siswa melakukan tanya jawab mengenai karangan deskripsi yang telah dibacakan.

Guru menjelaskan materi karangan deskripsi dan unsur kalimat. Siswa dan guru

melakukan tanya jawab mengenai materi karangan deskripsi yang telah

dibacakan. Guru memberikan penjelasan mengenai menulis karangan deskripsi

yang baik dan benar.

Untuk menutup pembelajaran pada pertemuan ke-1 siklus II, siswa

dibimbing guru untuk menyimpulkan pembelajaran dan guru memberikan pesan

moral kepada siswa yang berkaitan dengan materi pembelajaran yang telah

dipelajari. Guru melakukan penilaian terhadap pelaksanaan pembelajaran.

4) Pertemuan ke-2 (Senin, 21 September 2020)

Setelah bel masuk berbunyi, siswa kelas V masuk ke dalam kelas. Guru

selanjutnya mengkondisikan siswa untuk menerima pelajaran kemudian

melakukan apersepsi dengan bertanya pada siswa, tentang sifat-sifat benda cair

dan gas.

Guru melakukan diskusi dengan siswa tentang belajar yang lebih bermakna

dengan mencari dan menemukan sendiri pengetahuan-pengetahuan baru dari

materi yang akan dipelajari. Siswa dibagi menjadi 4 kelompok, masing-masing

kelompok beranggotakan 3-4 siswa. Masing-masing kelompok diberikan peta

konsep yang berbeda dengan kelompok lainnya. Kelompok pertama dan kedua

mendapat ciri benda cair, kelompok tiga dan empat mendapat ciri benda gas.

Masing-masing kelompok ditugaskan untuk mengisi peta konsep yang telah

dibagikan dengan melakukan pengamatan di lingkungan sekitar sekolah. Siswa

Page 64: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI …

51

menanyakan hal-hal yang belum mereka pahami. Setelah selesai, siswa kembali

ke kelas untuk melakukan diskusi tentang hasil pengamatan yang mereka peroleh.

perwakilan kelompok membacakan hasil pengamatannya. Guru memberikan tugas

untuk menyusun kerangka karangan deskripsi sesuai dengan apa yang telah

mereka amati sebelumnya.

Untuk menutup pembelajaran pada pertemuan ke-2 siklus II, siswa dibantu

guru menyimpulkan materi yang telah mereka pelajari. Guru memberikan pesan

moral kepada siswa yang berkaitan dengan materi pembelajaran yang telah

dipelajari. Guru melakukan penilaian terhadap pelaksanaan pembelajaran.

c. Pertemuan ke-3 (Selasa, 22 September 2020)

Setelah bel masuk berbunyi, siswa kelas V masuk ke dalam kelas. Guru

selanjutnya mengkondisikan siswa untuk menerima pelajaran kemudian

melakukan apersepsi dengan bertanya pada siswa benda apa saja yang telah kalian

amati pada pertemuan sebelumnya.

Siswa melanjutkan mengembangkan kerangka karangan yang telah mereka

buat pada pertemuan sebelumnya menjadi karangan yang lengkap dan benar.

Kemudian siswa diminta untuk membacakan karangan deskripsinya di depan

kelas dan siswa lain melakukan evaluasi terhadap karangan tersebut. Guru dan

siswa mendiskusikan karangan yang telah dibacakan, setelah itu guru menilai dan

merevisi hasil karangan deskripsi siswa.

Untuk menutup pembelajaran pada pertemuan ke-3 siklus II, siswa dibantu

guru menyimpulkan materi yang telah mereka pelajari. Guru memberikan pesan

moral kepada siswa yang berkaitan dengan materi pembelajaran yang telah

dipelajari.

d. Tahap Pengamatan

1) Data Lembar Observasi

Tahap pengamatan pada siklus I ini dilakukan bersamaan dengan tahap

pelaksanaan pembelajaran.

Page 65: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI …

52

Tabel 10. Observasi Keterlaksanaan Langkah-Langkah Metode Contextual

Teaching and Learning (CTL) pada Siklus II

No Aktifitas Pengamatan

Hasil Penilaian Pengamatan

Baik Cukup Kurang Tidak

Terlaksana

4 3 2 1

Ketersediaan RPP

1.

Guru menyiapkan RPP

sebelum memulai

pembelajaran.

4

2.

Guru menjelaskan tujuan

pembelajaran sesuai dengan

RPP yang dibuat.

4

Keterlaksanaan langkah-langkah

pembelajaran

1.

Konstruktivisme gagasan

dalam pembelajaran menulis

karangan deskripsi

4

2.

Penerapan inkuiri dalam

penemuan gagasan pada

pembelajaran menulis

karangan deskripsi

4

3. Keaktifan siswa dalam

bertanya 4

4.

Kerjasama siswa dalam tukar

menukar informasi pada

pembelajaran menulis

karangan deskripsi

4

5. Pemodelan yang dilakukan

dalam pembelajaran 4

6.

Kemampuan siswa

menyimpulkan pengalaman

belajar dari awal sampai akhir

pembelajaran menulis

karangan deskripsi

4

7. Penilaian Nyata 4

Aktifitas Guru

1.

Guru melaksanakan langkah-

langkah pembelajaran metode

Contextual Teaching and

Learning (CTL)

4

2. Guru mengecek kesiapan

belajar siswa. 4

3.

Guru menjelaskan

pembelajaran yang akan

dilakukan dengan baik dan

jelas.

4

Page 66: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI …

53

Partisipasi Siswa

1.

Siswa menyiapkan diri

sebelum memulai

pembelajaran.

4

2. Siswa mampu menyelesaikan

tugas dengan baik. 4

3. Siswa mampu menyelesaikan

dalam waktu yang ditentukan. 4

4.

Siswa mampu memahami

materi yang dijelaskan oleh

guru.

4

5.

Siswa mengikuti

pembelajaran dengan rasa

percaya diri dan penuh

semangat.

4

6.

Siswa mengikuti langkah-

langkah pembelajaran

Contextual Teaching and

Learning (CTL)

4

Skor 72 0 0

Total Skor 72

Persentase Keterlaksanaan Model

Pembelajaran =

72

X 100 100%

72

2) Data Hasil Tes

Peneliti melaksanakan tes Siklus II pada hari Selasa, tanggal 22 September

2020. Adapun siswa yang hadir saat itu sebanyak 15 siswa, hal ini berarti semua

siswa kelas V SDN 216 Kopi-Kopi hadir mengikuti tes siklus II. Berdasarkan

analisis data tes evaluasi pada akhir siklus II diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 11. Data Tes Evaluasi Siklus II

No Inisial Siswa Nilai KKM Nilai Posttest Keterangan

1 A 70 75 Tuntas

2 AM 70 69 Belum Tuntas

3 FR 70 81 Tuntas

4 FY 70 69 Belum Tuntas

5 HS 70 75 Tuntas

6 KQ 70 75 Tuntas

7 MA 70 75 Tuntas

8 MH 70 81 Tuntas

9 MH 70 81 Tuntas

10 MF 70 81 Tuntas

Page 67: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI …

54

11 MR 70 63 Belum Tuntas

12 R 70 81 Tuntas

13 R 70 88 Tuntas

14 VMS 70 75 Tuntas

15 WR 70 81 Tuntas

Hasil siklus I tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 12. Statistika deskriptif siklus II kemampuan menulis deskripsi siswa kelas

V SDN 216 Kopi-Kopi Kecamatan Bone-Bone Kabupaten Luwu Utara

Statistik Nilai Statistik

Jumlah sampel

Nilai tertinggi (maksimum)

Nilai terendah (minimum)

Nilai tengah (median)

Nilai yang sering muncul (modus)

Jumlah total skor

Nilai rata-rata (mean)

15

88

63

75

81

1.150

76,67

Sumber: Hasil data primer setelah diolah (2020)

Berdasarkan tabel 12, maka dari 15 sampel diperoleh nilai tertinggi siswa

88, nilai terendah 63, median 75, modus 81, jumlah total skor 1.150 dan nilai rata-

rata adalah 76,67.

Setelah mengetahui kategori kemampuan menulis deskripsi siklus II, maka

langkah selanjutnya adalah membuat frekuensi nilai kriteria ketuntasan minimal

(KKM) kemampuan menulis deskripsi siswa.

Tabel 13. Frekuensi nilai kemampuan menulis deskripsi siswakelas V SDN 216

Kopi-Kopi Kecamatan Bone-Bone Kabupaten Luwu Utara

No Pemerolehan Nilai Frekuensi Persentase (%)

1

2

Nilai ≥ 70

Nilai < 70

12

3

80

20

Jumlah 15 100

Sumber: Hasil data primer setelah diolah (2020)

Berdasarkan tabel 13 menunjukkan bahwa siswa sampel yang memperoleh

nilai ≥ 70 (tuntas) berjumlah 12 orang atau 80% dan siswa yang memperoleh nilai

< 70 (tidak tuntas) adalah 3 siswa atau 20%. Hal ini berarti, pembelajaran pada

siklus IIsudah tuntas sehingga tidak diperlukan siklus berikutnya.

Page 68: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI …

55

e. Tahap Refleksi

Pada pertemuan pertama hal yang menjadi kendala di siklus I telah teratasi.

Siswa sudah aktif dalam bertanya terkait karangan dekripsi . siswa telah aktif

untuk menggali informasi sebagai bahan penulisan karangan deskripsi. Guru

memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada siswa untuk menggali

informasi sebanyak mungkin. Pada akhir pertemuan siswa dan guru melakukan

refleksi yaitu menyimpulkan pembelajaran dari awal hingga akhir pembelajaran.

Pada siklus I siswa belum berani menyimpulkan pembelajaran, namun di

siklus II siswa sudah berani menyimpulkan pembelajaran dari awal hingga akhir

meskipun harus dibantu oleh guru.

Pada pertemuan kedua, hal yang menjadi kendala pada siklus I adalah

diskusi yang dilakukan siswa setelah melakukan pengamatan kurang terorganisir

dengan baik. Siswa yang seharusnya melakukan diskusi, bertukar informasi hasil

pengamatan hanya bermain dan bercanda dengan siswa lain. Namun pada siklus

II, kendala tersebut sudah bisa teratasi. Pada pertemuan II siklus II, siswa dibagi

menjadi 4 kelompok dan melakukan pengamatan secara kelompok. Setelah

melakukan pengamatan siswa berdiskusi dengan teman satu kelompok di kelas

untuk bertukar informasi mengenai hasil pengamatan. Jadi siswa sudah jelas dan

paham harus berdiskusi dengan siapa, sehingga siswa tidak bermain atau bercanda

dengan siswa lain. Siswa sudah paham dengan tugas yang diberikan kepada

kelompoknya dan harus mengarjakan tugasnya dengan siapa. Guru juga sudah

mengatur siswa dengan baik dalam pemberangkatan, saat pelakukan pengamatan,

dan saat kembali ke kelas agar siswa tidak bercanda dan bermain dengan

temannya sehingga tidak ada waktu yang terbuang.

Pada pertemuan ketiga, kesalahan-kesalahan yang sering dijumpai dalam

karangan deskripsi sudah mulai hilang. Meskipun masih ada siswa yang belum

benar dalam tata bahasa dan tata tulis, namun hasil karangan deskripsi siswa

menunjukkan peningkatan yang signifikan.

Secara keseluruhan pelaksanaan pembelajaran menulis karangan deskripsi

menggunakan metode contextual teaching and learning (CTL) siswa kelas V di

SDN 216 Kopi-Kopi pada siklus II peneliti merasa cukup puas karena proses

Page 69: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI …

56

pembelajaran berjalan sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun

sebelumnya dan menunjukan hasil belajar yang lebih baik.

Adapun hasil pembelajaran mengalami peningkatan. Berdasarkan

rekapitulasi nilai menulis karangan deskripsi siswa kelas V pada siklus II yang

disajikan pada tabel 4.4 perolehan nilai rata-rata seluruh siswa sudah mencapai

KKM bahkan di atas KKM. Nilai rata-rata siswa juga mengalami peningkatan dari

68 pada siklus I menjadi 77 pada siklus II. Jumlah siswa yang telah mendapat

nilai sesuai dengan KKM pun meningkat. Pada siklus I siswa yang mencapai nilai

KKM sebanyak 5 siswa (33,33%) kemudian meningkat menjadi 12 siswa (80%)

pada siklus II.

Berdasarkan hasil nilai menulis karangan deskripsi dan hasil observasi pada

siklus II peneliti merasa peningkatan nilai siswa dalam menulis karangan

deskripsi melalui penerapan Contextual Teaching and Learning (CTL) sudah

cukup. Peneliti merasa puas dengan perolehan nilai menulis karangan deskripsi

yang dicapai oleh siswa telah sesuai dengan kriteria keberhasilan dalam penelitian

ini, sehingga tidak memerlukan adanya tindakan siklus III.

Dari hasil observasi dalam 3 pertemuan pada siklus II, dapat dilihat bahwa

komponen-komponen utama metode Contextual Teaching and Learning (CTL)

sudah terlaksana. Hal itu bisa dilihat dari kegiatan sebagai berikut.

1) Konstuktivisme

Dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi, siswa menemukan dan

menerapkan ide dan gagasannya sendiri melalui mengamati gambar dan

melakukan pengamatan langsung di lingkungan sekitar sekolah.

2) Inkuiri

Siswa melakukan pengamatan terhadap benda cair, dan gas di lingkungan

sekitar sekolah untuk menemukan ide/gagasan yang menjadi dasar penulisan

karangan deskripsi serta menemukan hal-hal yang dapat menjadi sumber untuk

penulisan karangan deskripsi siswa, lalu mengumpulkan informasi, membuat

kerangka karangan, mengembangkan kerangka karangan, dan mengevaluasi

karangan.

Page 70: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI …

57

3) Bertanya

Siswa melakukan tanya jawab dengan teman maupun guru untuk menggali

informasi sebagai bahan penulisan karangan deskripsi. Guru memberikan

kesempatan yang seluas-luasnya kepada siswa untuk menggali informasi

sebanyak mungkin.

4) Masyarakat belajar

Siswa melakukan kerjasama secara diskusi kelompok, bertukar pikiran

dengan siswa lain tentang informasi-informasi hasil pengamatan di lingkungan

sekitar sekolah.

5) Pemodelan

Siswa disajikan sumber belajar di sekitar mereka yaitu lingkungan sekolah

sehingga siswa dapat berinteraksi langsung dengan sumber belajar tersebut. Siswa

bisa mencari informasi sendiri, siswa bisa mengembangkan karangannya

berdasarkan informasi yang dia peroleh sehingga tidak terjadi verbalisme di dalam

kelas.

6) Refleksi

Setiap berakhir proses pembelajaran, guru memberi kesempatan kepada

siswa mengingat kembali apa yang telah dipelajari sehingga ia dapat

menyimpulkan tentang pengalaman belajarnya.

7) Penilaian nyata

Guru mengumpulkan data yang dapat menunjukan perkembangan

keterampilan menulis karangan deskripsi siswa.

Peningkatan keterampilan menulis karangan deskripsi dapat dilihat pada

hasil tes menulis karangan deskripsi pada tindakan siklus II. Tes ini dilakukan

secara individu guna mengetahui keterampilan yang dimiliki masing-masing

siswa setelah mengalami tindakan. Hasil peningkatan keterampilan menulis

karangan deskripsi pada siklus II dapat dilihat pada tabel 14 di bawah ini.

Page 71: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI …

58

Tabel 14. Rekapitulasi Peningkatan Nilai Menulis Karangan Deskripsi Siswa

Kelas V SDN 216 Kopi-Kopi

Nilai Rata-rata

Ketuntasan

Pra Siklus Siklus I Siklus II Pra Siklus Siklus I Siklus II

57,60 67,73 76,67 0 5 12

Presentase 0% 33,33% 80%

Apabila ditampilkan dalam bentuk grafik maka dapat disajikan grafik

peningkatan keterampilan menulis karangan deskripsi siswa kelas V berdasarkan

perbandingan nilai rata-rata (mean) dan ketuntasan sebagai berikut ini.

Gambar 3. Grafik peningkatan keterampilan menulis karangan deskripsi siswa

kelas V berdasarkan perolehan nilai rata-rata (mean)

Gambar 4. Grafik peningkatan keterampilan menulis karangan deskripsi siswa

kelas V berdasarkan ketuntasan (%)

57.6 67.73

76.67

0

20

40

60

80

100

Pra Siklus Siklus I Siklus II

Nilai Rata-Rata (Mean)

Pra Siklus

Siklus I

Siklus II

0

33.33

80

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

Pra Siklus Siklus I Siklus II

Ketuntasan (%)

Pra Siklus

Siklus I

Siklus II

Page 72: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI …

59

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 15 di bawah ini.

Tabel 15. Peningkatan nilai menulis karangan deskripsi dari pra siklus, siklus I,

dan siklus II

No

Siswa

Nilai

Ketuntasan

Pra

Siklus

Siklus I

Siklus

II

Tuntas

Pra Siklus Siklus I Siklus II

1 A 50 63 75 - -

2 AM 50 63 69 - - -

3 FR 63 69 81 - -

4 FY 56 63 69 - - -

5 HS 63 69 75 - -

6 KQ 56 63 75 - -

7 MA 56 63 75 - -

8 MH 56 63 81 - -

9 MH 63 75 81 -

10 MF 63 75 81 -

11 MR 50 56 63 - - -

12 R 56 75 81 -

13 R 63 75 88 -

14 VMS 56 69 75 - -

15 WR 63 75 81 -

Jumlah 864 1.016 1.150 0 siswa 5 siswa 12 siswa

Rata-rata

jumlah skor

57,60 67,73 76,67 0% 33,3% 80%

Tidak Tuntas 15 siswa 10 siswa 3 siswa

100% 66,8% 20%

Keterangan :

= Tuntas

- = Tidak tuntas

Page 73: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI …

60

4.2 Pembahasan

1. Pra siklus

Keterampilan menulis karangan deskripsi siswa kelas V SDN 216 Kopi-

Kopi berdasarkan hasil tes pada pra siklus masih rendah. Mayoritas siswa kelas V

masih sangat kesulitan untuk menulis sebuah karangan deskripsi yang utuh dan

padu. Bahkan dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi, siswa terlihat pasif

dan kurang memiliki motivasi dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini disebabkan

pengelolaan pembelajaran Bahasa Indonesia materi mengarang karangan deskripsi

kurang efektif dan menyenangkan. Proses pembelajaran Bahasa Indonesia materi

mengarang karangan deskripsi yang terjadidi kelas hanya sebatas guru

menjelaskan dan siswa mendengarkan, siswa hanya sekedar mengetahui bukan

mengalami. Akibatnya, bila siswa ditugaskan menulis sebuah karangan deskripsi,

siswa sulit mengeluarkan ide-ide dan gagasan apa yang akan ditulis dalam

karangan deskripsi. Dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi, guru kelas

belum memberikan petunjuk yang jelas. Guru hanya memberikan satu tema yang

ditulis di papan tulis dan siswa diperintahkan untuk menulis karangan deskripsi

pada buku tulis masing-masing. Hal tersebut tentu membuat siswa bingung dan

membuat mereka multi tafsir dalam menulis karangan deskripsi. Banyak diantara

mereka yang hanya menulis beberapa kata, menulis beberapa kalimat namun

antara satu kalimat dengan kalimat yang lain tidak saling berhubungan. Ada siswa

yang baru menulis beberapa kata saja sudah mengeluh lelah atau pusing. Hal ini

tentu saja membuat pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya pada materi

menulis karangan deskripsi menjadi materi yang sangat membosankan. Siswa

menjadi bosan karena tidak ada ide yang mereka temukan sedangkan guru hanya

menunggu hasil karangan mereka tanpa mengarahkan. Alhasil kelas menjadi tidak

kondusif karena siswa yang terlanjur bosan malah bermain sendiri mengganggu

teman lain yang sedang mengerjakan.

Perlu sebuah strategi pembelajaran yang mempermudah siswa menulis

karangan deskripsi. Strategi pembelajaran yang menghubungkan antara materi

menulis karangan deskripsi dengan konteks kehidupan sehari-hari siswa sehingga

materi menulis karangan deskripsi akan lebih bermakna bagi siswa. Dengan

menghubungkan antara materi menulis karangan deskripsi dengan konteks

Page 74: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI …

61

kehidupan sehari-hari siswa, maka siswa akan lebih mudah dalam menemukan ide

dan gagasan yang akan dituangkan dalam karangan deskripsi.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti di SDN 216 Kopi-Kopi

kepada guru kelas V SDN 216 Kopi-Kopi, peneliti memperoleh keterangan bahwa

pembelajaran akan lebih mudah dan menyenangkan apabila sumber belajar adalah

berdasarkan pengalaman sehari-hari siswa. Dalam artian, pembelajaran yang

dilakukan di kelas bersumber pada hal-hal yang pernah dialami siswa secara

langsung di lingkungan sekitar siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat Pavlov

(2013) yang menyatakan bahwa proses belajar dapat terjadi jika ada ada hubungan

timbal balik antara organisme dengan lingkungan. Dari pendapat tersebut terdapat

makna tersirat bahwa dalam lingkungan juga terdapat sumber belajar. Siswa dapat

belajar dari pengalaman mereka dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu,

peneliti berdiskusi dengan guru kelas V SDN 216 Kopi-Kopi yang sekaligus

mengampu mata pelajaran Bahasa Indonesia dan peneliti dan guru kelas V SDN

216 Kopi-Kopi sepakat memilih pendekatan metode Contexstual Teaching and

Learning (CTL) sebagai solusi untuk meningkatkan keterampilan menulis

karangan deskripsi siswa kelas V SDN 216 Kopi-Kopi.

2. Siklus I

Secara kuantitatif, hasil tes menulis karangan deskripsi menggunakan

pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) siswa kelas V SDN 216

Kopi-Kopi pada siklus I nampak suatu perbedaan dengan hasil pra siklus. Seperti

tabel 8 yang disajikan, dari 15 siswa hanya 5 siswa saja (33,33%) yang mendapat

nilai sesuai KKM pada siklus I. Secara keseluruhan, ketiga pertemuan di siklus I

dapat dilihat adanya keberhasilan dalam peningkatan keterampilan menulis

karangan deskripsi.Meskipun terjadi peningkatan pada siklus I, peningkatan

tersebut dirasa belum maksimal karena siswa yang mencapai KKM belum sampai

75%, sehingga guru dan peneliti melakukan refleksi dan melanjutkan ke siklus II.

Adapun hasil refleksi yang telah dilaksanakan pada siklus I ini adalah: (1)

Mayoritas kesalahan siswa dalam menulis karangan deskripsi adalah tata bahasa

dan tata tulis, (2) siswa kurang berani dalam mengajukan pertanyaan, hal tersebut

tentunya menyulitkan guru untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman siswa

terhadap materi karangan deskripsi, (3) pada akhir pertemuan, siswa belum

Page 75: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI …

62

mampu menyimpulkan hal-hal yang telah dipelajari dari awal hingga akhir

pembelajaran, (4) guru kurang mengkoordinasi siswa dengan baik saat melakukan

pengamatan sehingga saat melakukan pengamatan memakan waktu yang terlalu

banyak, (5) kerjasama siswa dalam tukar menukar informasi hasil pengamatan

tidak efektif karena tidak terorganisir dengan baik.

Sehingga perbaikan yang dilakukan pada silklus II adalah: (1) Pelaksanaan

pembelajaran menulis karangan deskripsi siklus II akan diselipkan materi unsur

kalimat, (2) pada setiap pertemuan siswa akan dipancing lebih aktif dalam

bertanya, (3) siswa dipancing untuk berani menyimpulkan materi yang telah

dipelajari dari awal hingga akhir pertemuan, (4) saat melakukan pengamatan, guru

juga harus mengkoordinasi siswa dengan lebih matang saat siswa berangkat, saat

melakukan pengamatan, dan saat kembali ke kelas agar tidak memakan terlalu

banyak waktu seperti saat pengamatan di siklus I, (5) saat melakukan pengamatan

di lingkungan sekitar sekolah pada siklus II, siswa akan dibagi menjadi 4

kelompok yaitu 2 kelompok benda benda cair, dan 2 kelompok benda gas agar

lebih terorganisir.

3. Siklus II

Secara kuantitatif hasil tes menulis karangan deskripsi menggunakan

pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) siswa kelas V SDN 216

Kopi-Kopi pada siklus II meningkat bila dibandingkan pada rata-rata hasil tes

siklus I. Rata-rata hasil tes menulis karangan deskripsi siklus II ini meningkat 9

dari nilai rata-rata siklus I 68 ke 77 pada siklus II. Presentase ketuntasan juga

meningkat sebesar 33,33% dari jumlah siswa yang mencapai KKM pada siklus ke

siklus II sebesar 80%.

Pada hasil pengamatan juga menunjukan pada pertemuan pertama hal yang

menjadi kendala di siklus I telah teratasi. Siswa sudah aktif dalam bertanya terkait

karangan dekripsi. Siswa telah aktif untuk menggali informasi sebagai bahan

penulisan karangan deskripsi. Guru memberikan kesempatan yang seluas-luasnya

kepada siswa untuk menggali informasi sebanyak mungkin. Pada akhir pertemuan

siswa dan guru melakukan refleksi yaitu menyimpulkan pembelajaran dari awal

hingga akhir pembelajaran. Pada siklus I siswa belum berani menyimpulkan

Page 76: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI …

63

pembelajaran, namun di siklus II siswa sudah berani menyimpulkan pembelajaran

dari awal hingga akhir meskipun harus dibantu oleh guru.

Pada pertemuan kedua, hal yang menjadi kendala pada siklus I adalah

diskusi yang dilakukan siswa setelah melakukan pengamatan kurang terorganisir

dengan baik. Siswa yang seharusnya melakukan diskusi, bertukar informasi hasil

pengamatan hanya bermain dan bercanda dengan siswa lain. Namun pada siklus

II, kendala tersebut sudah bisa teratasi. Pada pertemuan II siklus II, siswa dibagi

menjadi 4 kelompok dan melakukan pengamatan secara kelompok. Setelah

melakukan pengamatan siswa berdiskusi dengan teman satu kelompok di kelas

untuk bertukar informasi mengenai hasil pengamatan. Jadi siswa sudah jelas dan

paham harus berdiskusi dengan siapa, sehingga siswa tidak bermain atau bercanda

dengan siswa lain. Siswa sudah paham dengan tugas yang diberikan kepada

kelompoknya dan harus mengarjakan tugasnya dengan siapa.

Pada pertemuan ketiga, siswa mengembangkan kerangka karangan deskripsi

yang telah mereka buat pada pertemuan sebelumnya. Kemudian siswa

membacakan hasil karangan deskripsinya di depan kelas, setelah itu siswa saling

mengevaluasi hasil karangan deskripsi dengan teman lainnya. Siswa cukup lancar

mengevaluasi karangan deskripsi milik teman karena siswa telah paham mana

karangan deskripsi yang benar dan mana karangan deskripsi yang belum benar

meskipun harus dibantu oleh guru

Secara keseluruhan pelaksanaan pembelajaran menulis karangan deskripsi

menggunakan metode Contextual Teaching and Learning (CTL) siswa kelas V di

SDN 216 Kopi-Kopi pada siklus II peneliti merasa cukup puas karena proses

pembelajaran berjalan sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun

sebelumnya dan menunjukan hasil belajar yang lebih baik. Berdasarkan hasil nilai

menulis karangan deskripsi dan hasil observasi pada siklus II peneliti merasa

peningkatan nilai siswa dalam menulis karangan deskripsi melalui penerapan

contextual teaching and learning (CTL) sudah cukup. Peneliti merasa puas

dengan perolehan nilai menulis karangan deskripsi yang dicapai oleh siswa telah

sesuai dengan kriteria keberhasilan dalam penelitian ini, sehingga tidak

memerlukan adanya tindakan siklus III.

Page 77: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI …

64

Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan suatu

proses pembelajaran yang holistik dan bertujuan membantu siswa untuk

memahami makna materi pembelajaran yang dipelajarinya dengan mengaitkan

materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi,

sosial dan kultural), sehingga siswa memiliki pengetahuan/keterampilan yang

secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari suatu permasalahan/konteks ke

permasalahan/konteks lainnya.Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah

suatu sistem pengajaran yang cocok dengan otak yang menghasilkan makna

dengan menghubungkan muatan akademis dengan konteks dari kehidupan sehari-

hari siswa. Maka dari itu, siswa akan lebih mudah untuk mengeluarkan ide dan

gagasan untuk mengarang karangan deskripsi apabila gagasan dan ide tersebut

diperoleh dari pengalaman dalam kehidupan sehari-hari siswa secara langsung.

Selain itu, pembelajaran akan lebih menyenangkan apabila sumber belajar atau

sumber gagasan dari karangan deskripsi tersebut adalah pengalaman yang pernah

dialami siswa secara langsung. Seperti pendapat yang dikemukakan Nurhadi

(2017) bahwa belajar dapat dikatakan efektif apabila proses belajar itu sendiri

dimulai dari lingkungan yang berpusat pada siswa. Hal ini dapat menambah

keinginan siswa untuk lebih mendalami materi pelajaran.

Adapun komponen-komponen utama yang mendasari pembelajaran

Contextual Teaching and Learning (CTL), menurut Sanjaya (2015) komponen-

komponen tersebut yaitu:

1) Konstruktivisme

Konstruktivisme adalah proses membangun pengetahuan baru dalam

struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Penerapan asas konstruktivisme

dalam pembelajaran melalui metode Contextual Teaching and Learning (CTL),

siswa didorong untuk mampu membangun sendiri pengetahuan melalui

pengalaman nyata siswa.

2) Inkuiri

Inkuiri yaitu proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan

secara sistematis. Secara umum proses inkuiri dapat dilakukan melalui beberapa

langkah yaitu: (a) merumuskan masalah; (b) mengajukan hipotesis; (c)

mengumpulkan data; (d) menguji hipotesis berdasarkan data yang ditemukan; dan

Page 78: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI …

65

(e) membuat kesimpulan. Dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi,

inkuiri dapat diterapkan dengan penemuan ide dan gagasan berdasarkan pencarian

dan penemuan secara sistematis. Pertama siswa melakukan pengamatan di

lingkungan sekolah untuk menemukan ide/gagasan yang menjadi dasar penulisan

karangan deskripsi serta menemukan hal-hal yang dapat menjadi sumber untuk

penulisan karangan deskripsi siswa, lalu mengumpulkan informasi, membuat

kerangka karangan, mengembangkan kerangka karangan, dan mengevaluasi

karangan.

3) Bertanya

Bertanya dapat diartikan sebagai tolak ukur dari keingintahuan setiap

individu. Melalui pertanyaan-pertanyaan guru dapat membimbing dan

mengarahkan siswa untuk menemukan setiap materi yang dipelajarinya. Dalam

pembelajaran, Siswa melakukan tanya jawab dengan teman maupun guru untuk

menggali informasi sebagai bahan penulisan karangan deskripsi. Guru

memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada siswa untuk menggali

informasi sebanyak mungkin.

4) Masyarakat Belajar

Konsep masyarakat belajar dalam metode Contextual Teaching and

Learning (CTL) dapat diartikan hasil pembelajaran diperoleh melalui kerja sama

dengan orang lain. Dalam kelas Contextual Teaching and Learning (CTL),

penerapan asas masyarakat belajar dapat dilakukan dengan menerapkan

pembelajaran melalui kelompok belajar.Dalam pembelajaran menulis karangan

deskripsi dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL), konsep

masyarakat belajar dapat diterapkan saat siswa berkelompok melakukan tukar

pikiran setelah dilakukannya pengamatan.

5) Pemodelan

Yang dilaksud dengan asas pemodelan adalah proses pembelajaran dengan

memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa.

Melalui pemodelan siswa dapat terhindar dari pembelajaran yang teoritis-abstrak

yang dapat memungkinkan terjadinya verbalisme. Dalam pembelajaran menulis

karangan deskripsi, asas ini diterapkan dengan dilakukannya pengamatan di luar

kelas. Siswa bisa mencari informasi sendiri, siswa bisa mengembangkan

Page 79: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI …

66

karangannya berdasarkan informasi yang dia peroleh sehingga tidak terjadi

verbalisme di dalam kelas.

6) Refleksi

Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang

dilakukan denga mengurutkan kembali proses pembelajaran yang telah dilaluinya.

Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode Contextual Teaching

and Learning (CTL), setiap berakhir proses pembelajaran, guru memberi

kesempatan kepada siswa mengingat kembali apa yang telah dipelajari sehingga ia

dapat menyimpulkan tentang pengalaman belajarnya.

7) Penilaian Nyata (Autentik)

Penilaian nyata adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan

informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa. Penilaian ini

dilakukan secara terus-menerus selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Oleh

sebab itu, penekanan ditekankan pada proses belajar bukan hasil belajar. Asas

penilaian nyata sangat penting dalam pembelajaran. Dalam metode konvensional

guru hanya melakukan penilaian pada hasil, namun dalam pendekatan Contextual

Teaching and Learning (CTL) khususnya menulis karangan deskripsi

menggunakan metode Contextual Teaching and Learning (CTL) guru melakukan

penilaian dari pengalaman belajar siswa, saat proses pengamatan, sikap siswa saat

pengamatan berlangsung, serta hasil karangan deskripsi milik siswa.

Page 80: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI …

67

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis pada bab IV dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Kemampuan menulis karangan deskriptif siswa dapat ditingkatkan melalui

penerapan metode Contextual Teaching and Learning (CTL). Pada

Pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SDN 216 Kopi-

KopiKecamatan Bone-Bone Kabupaten Luwu Utara dengan langkah-langkah

sebagai berikut: konstruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar,

pemodelan, refleksi dan penilaian nyata (autentik).

2. Hasil penelitian menunjukkan terjadi peningkatan kemampuan menulis

karangan deskripsi siswa melalui penerapan metode Contextual Teaching and

Learning (CTL) pada pembelajaran bahasa indonesia siswa kelas V SDN 216

Kopi-Kopi. Hal tersebut dapat dibuktikan pada pra siklus nilai rata-rata

kemampuan menulis karangan deskripsi siswa diperoleh 57,60 dengan

persentase ketuntasan 0%, siklus I nilai rata-rata kemampuan menulis

karangan deskripsi siswa diperoleh 67,73 dengan persentase ketuntasan 33,3%

dan meningkat pada siklus II dengan nilai rata-rata menulis karangan deskripsi

siswa 76,67 dan persentase ketuntasan 80%.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka peneliti menyarankan

beberapa hal demi keberhasilan dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi

sebagai berikut:

1. Guru

a. Agar guru kelas menggunakan pendekatan yang lebih variatif dalam

pembelajaran menulis karangan deskripsi.

b. Agar guru memanfaatkan lingkungan di sekitar siswa (kontekstual dan

menarik) sebagai sumber ide gan gagasan dalam karangan deskripsi.

2. Sekolah

a. Agar sekolah dapat mengembangkan lebih lanjut penggunaan Contextual

Teaching and Learning (CTL) dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi

di Sekolah Dasar.

Page 81: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI …

68

b. Lebih memotivasi guru dalam penggunaan pendekatan Contextual Teaching

and Learning (CTL) dalam pembelajaran.

Page 82: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI …

69

DAFTAR PUSTAKA

Akhadiah. 2016. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Erlangga.

Jakarta.

Arikunto, Suharsimi. 2015. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta.

Ayu. 2019. Penerapan Pendekatan CTL untuk Meningkatkan Keterampilan

Menulis Karangan Deskripsi Pada Siswa KelasV SD. Jurnal Pendidikan

Guru Sekolah Dasar, Vol. 4 No. 3.

Charles, 2018. Meningkatkan Keterampilan Menulis Karangan Deskrpsi dengan

Pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) Pada Siswa Kelas V

SDN 05 Nanga Pinoh. Jurnal Pendidikan Dasar, Vol. 6 No. 2.

Dalman. 2015. Menulis Karya Ilmiah. Rajagrafindo Persada. Depok.

Daryanto dan Muljo Rahardjo. 2015. Model Pembelajaran Inovatif. Gava Media.

Yogyakarta.

Djuanda, D. 2016. Pembinaan dan Pengembangan Pembelajaran Bahasa dan

Sastra Indonesia. UPI Press. Bandung.

Hartati, Sri. 2015. Sistem Pakar dan Pengembangannya. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Hasani, Aceng. 2015. Ihwal Menulis. Untirta Press. Banten.

Komaidi, Didik dan Wahyu Wijayanti. 2016. Panduan Lengkap PTK. Sabda

Media. Yogyakarta.

Kunandar. 2017. Guru Profesional (Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru). Raja Grafindo

Persada. Jakarta.

Muslich, Masnur. 2015.Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan Krisis

Multidimensional. Bumi Aksara. Jakarta.

Ngalimun. 2016. Strategi dan Model Pembelajaran. Aswaja Pressindo.

Yogyakarta.

Nurhadi. 2017. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK.

Universitas Negeri Malang. Malang.

Riduwan dan Akdon. 2016.Rumus dan Data dalam Aplikasi Statistika. Alfabeta.

Bandung.

Sailo, Irawati. 2017. Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Narasi

Menggunakan Model Contextual Teaching and LearningSiswa Kelas IV.

Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Vol. 5 No. 1.

Page 83: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI …

70

Sanjaya. 2016. Contextual Teaching and Learning (CTL). Ghalia Indonesia.

Yogyakarta.

Slamet. 2016. Teknik-Teknik Menulis. Rineka Cipta. Jakarta.

Suparno dan Yunus, Muhammad. 2016. Keterampilan Dasar Menulis. Universitas

Terbuka. Jakarta.

Suyadi. 2015. Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Diva Press. Yogjakarta.

Trianto. 2015. Mendesain Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and.

Learning) di Kelas. Cerdas Pustaka. Surabaya.

Zuleha. 2015. Pembelajaran Bahasa Indonesia Apresiasi Sastra di SekolahDasar.

Remaja Rosdakarya. Bandung.

Page 84: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI …

71

MASTER TABEL

No Kemampuan Menulis Deskripsi

Pra Siklus Siklus I Siklus II

1 50 63 75

2 50 63 69

3 63 69 81

4 56 63 69

5 63 69 75

6 56 63 75

7 56 63 75

8 56 63 81

9 63 75 81

10 63 75 81

11 50 56 63

12 56 75 81

13 63 75 88

14 56 69 75

15 63 75 81

*Nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) = 70

Page 85: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI …

69

OBSERVASI KETERLAKSANAAN LANGKAH-LANGKAH

METODE CTL SIKLUS I

No Aktifitas Pengamatan

Hasil Penilaian Pengamatan

Baik Cukup Kurang Tidak

Terlaksana

4 3 2 1

Ketersediaan RPP

1. Guru menyiapkan RPP sebelum memulai pembelajaran. 3

2. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran sesuai dengan RPP yang

dibuat. 3

Keterlaksanaan langkah-langkah pembelajaran

1. Konstruktivisme gagasan dalam pembelajaran menulis karangan

deskripsi 3

2. Penerapan inkuiri dalam penemuan gagasan pada pembelajaran

menulis karangan deskripsi 2

3. Keaktifan siswa dalam bertanya 2

4. Kerjasama siswa dalam tukar menukar informasi pada pembelajaran

menulis karangan deskripsi 3

5. Pemodelan yang dilakukan dalam pembelajaran 3

Page 86: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI …

70

6. Kemampuan siswa menyimpulkan pengalaman belajar dari awal

sampai akhir pembelajaran menulis karangan deskripsi 3

7. Penilaian Nyata 4

Aktifitas Guru

1. Guru melaksanakan langkah-langkah pembelajaran metode

Contextual Teaching and Learning (CTL) 3

2. Guru mengecek kesiapan belajar siswa. 4

3. Guru menjelaskan pembelajaran yang akan dilakukan dengan baik

dan jelas. 3

Partisipasi Siswa

1. Siswa menyiapkan diri sebelum memulai pembelajaran. 3

2. Siswa mampu menyelesaikan tugas dengan baik. 3

3. Siswa mampu menyelesaikan dalam waktu yang ditentukan. 3

4. Siswa mampu memahami materi yang dijelaskan oleh guru. 3

5. Siswa mengikuti pembelajaran dengan rasa percaya diri dan penuh

semangat. 3

6. Siswa mengikuti langkah-langkah pembelajaran Contextual

Teaching and Learning (CTL) 3

Skor 8 42 4

Page 87: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI …

71

Total Skor 54

Persentase Keterlaksanaan Model Pembelajaran = 54

X 100 75% 72

Page 88: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI …

72

OBSERVASI KETERLAKSANAAN LANGKAH-LANGKAH

METODE CTL SIKLUS II

No Aktifitas Pengamatan

Hasil Penilaian Pengamatan

Baik Cukup Kurang Tidak

Terlaksana

4 3 2 1

Ketersediaan RPP

1. Guru menyiapkan RPP sebelum memulai pembelajaran. 4

2. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran sesuai dengan RPP yang

dibuat. 4

Keterlaksanaan langkah-langkah pembelajaran

1. Konstruktivisme gagasan dalam pembelajaran menulis karangan

deskripsi 4

2. Penerapan inkuiri dalam penemuan gagasan pada pembelajaran

menulis karangan deskripsi 4

3. Keaktifan siswa dalam bertanya 4

4. Kerjasama siswa dalam tukar menukar informasi pada pembelajaran

menulis karangan deskripsi 4

5. Pemodelan yang dilakukan dalam pembelajaran 4

Page 89: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI …

73

6. Kemampuan siswa menyimpulkan pengalaman belajar dari awal

sampai akhir pembelajaran menulis karangan deskripsi 4

7. Penilaian Nyata 4

Aktifitas Guru

1. Guru melaksanakan langkah-langkah pembelajaran metode

Contextual Teaching and Learning (CTL) 4

2. Guru mengecek kesiapan belajar siswa. 4

3. Guru menjelaskan pembelajaran yang akan dilakukan dengan baik

dan jelas. 4

Partisipasi Siswa

1. Siswa menyiapkan diri sebelum memulai pembelajaran. 4

2. Siswa mampu menyelesaikan tugas dengan baik. 4

3. Siswa mampu menyelesaikan dalam waktu yang ditentukan. 4

4. Siswa mampu memahami materi yang dijelaskan oleh guru. 4

5. Siswa mengikuti pembelajaran dengan rasa percaya diri dan penuh

semangat. 4

6. Siswa mengikuti langkah-langkah pembelajaran Contextual

Teaching and Learning (CTL) 4

Skor 72 0 0

Page 90: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI …

74

Total Skor 72

Persentase Keterlaksanaan Model Pembelajaran = 72

X 100 100% 72

Page 91: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI …

75

Frequencies

Statistics

Pra Siklus Siklus I Siklus II

N Valid 15 15 15

Missing 0 0 0

Mean 57.60 67.73 76.67

Median 56.00 69.00 75.00

Mode 56 63 81

Minimum 50 56 63

Maximum 63 75 88

Sum 864 1016 1150

a. Multiple modes exist. The smallest value is shown

Frequency Table

Pra Siklus

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 50 3 20.0 20.0 20.0

56 6 40.0 40.0 60.0

63 6 40.0 40.0 100.0

Total 15 100.0 100.0

Siklus I

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 56 1 6.7 6.7 6.7

63 6 40.0 40.0 46.7

69 3 20.0 20.0 66.7

75 5 33.3 33.3 100.0

Total 15 100.0 100.0

Siklus II

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 63 1 6.7 6.7 6.7

69 2 13.3 13.3 20.0

75 5 33.3 33.3 53.3

81 6 40.0 40.0 93.3

88 1 6.7 6.7 100.0

Total 15 100.0 100.0

Page 92: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI …

76