107
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) PADA SISWA KELAS IV SDN PAJANG 4 (2011/ 2012) SKRIPSI Oleh: ALFIAH FITRIKA LUSIANTI K7108078 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juni 2012

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

  • Upload
    vuongtu

  • View
    240

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE THINK PAIR SHARE (TPS)

PADA SISWA KELAS IV SDN PAJANG 4

(2011/ 2012)

SKRIPSI

Oleh:

ALFIAH FITRIKA LUSIANTI

K7108078

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

Juni 2012

Page 2: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : Alfiah Fitrika Lusianti

NIM : K7108078

Jurusan/ Program Studi : IP/ PGSD

menyatakan bahwa skripsi saya berjudul

MENULIS PANTUN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) PADA SISWA KELAS

ini benar- benar merupakan hasil karya saya

sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah

disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil

jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.

Surakarta, Juni 2012

Yang membuat pernyataan

Alfiah Fitrika Lusianti

ii

Page 3: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE THINK PAIR SHARE (TPS)

PADA SISWA KELAS IV SDN PAJANG 4

(2011/ 2012)

Oleh:

ALFIAH FITRIKA LUSIANTI

K7108078

Skripsi

diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar

Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar,

Jurusan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

Juni 2012

iii

Page 4: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji

Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Surakarta, Juni 2012

iv

Page 5: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima

untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Hari : Senin

Tanggal : 25 Juni 2012

Disahkan Oleh: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

v

Page 6: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

MOTTO

Tinggalkanlah kesenangan yang menghalangi pencapaian kecemerlangan hidup

yang diidamkan dan berhati- hatilah karena beberapa kesenangan adalah cara

gembira menuju kegagalan

(Mario Teguh)

Allah meninggikan orang- orang yang beriman di antara kamu dan orang- orang

yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat

(Depag RI)

Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua

(Aristoteles)

Keberhasilan tak dapat diraih tanpa adanya usaha dan tawakal

(Alfiah Fitrika Lusianti)

vi

Page 7: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PERSEMBAHAN

Teriring syukurku pada-Mu, kupersembahkan karya ini untuk:

Kedua orang tuaku tercinta (Trimo, SH dan Siti Sufrotun)

yang selalu mendoakan, memotivasi, membimbing, mengasihi dan menyayangiku

sepanjang waktu. Kasih sayangmu akan selalu terukir indah dalam hidupku.

Mas Eno, Alfiatu Rahmawati Ningrum, dan Mursyid Ulil Albab

yang senantiasa memberikan dorongan dalam setiap langkahku dengan doa, kasih

sayang, perhatian, semangat, dan memberikan warna dalam hidupku.

Anis Lailatur Rohmah, Indra Dwi Rachdhiastuti, Sri Wuryani, dan Anisa

Yulianingsih

terimakasih untuk semangat, perjuangan, dan kerjasamanya dalam meraih cita-

cita yang sudah menjadi idaman kita semua.

Mahasiswa PGSD FKIP UNS Kelas A angkatan 2008

yang selalu memberikan semangat untuk menimba ilmu dan mengajariku untuk

saling menghargai satu sama lain.

PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta

tempat yang tepat di mana aku menimba ilmu untuk menjadi seseorang yang

mempunyai karakter kuat dan cerdas sebagai generasi muda penerus bangsa.

vii

Page 8: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ABSTRAK

Alfiah Fitrika Lusianti. PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS

PANTUN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) PADA SISWA KELAS IV SDN PAJANG 4 (2011/ 2012). Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Juni 2012.

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan menulis pantun dan kualitas proses pembelajaran menulis pantun pada siswa kelas IV SD Negeri Pajang 4 dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS).

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus, dengan tiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas IV SD Negeri Pajang 4 yang berjumlah 29 siswa. Sumber data berasal dari guru dan siswa. Teknik pengumpulan data adalah dengan observasi, wawancara, tes, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah model analisis interaktif, yaitu keterkaitan antara tiga komponen antara lain: reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS) dapat meningkatkan kemampuan menulis pantun dan kualitas proses pembelajaran menulis pantun pada siswa kelas IV SDN Pajang 4 tahun ajaran 2011/ 2012. Hal ini terbukti dengan meningkatnya kemampuan menulis pantun dari sebelum tindakan dan sesudah dilaksanakannya tindakan. Pada saat pra tindakan nilai rata- rata sebesar 62,43, pada siklus I meningkat menjadi 71,52, dan pada siklus II meningkat menjadi 79,15. Sedangkan untuk prosentase ketuntasan siswa menurut Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 65, pada saat pra tindakan siswa yang tuntas sebanyak 12 siswa atau 41,4% dari jumlah keseluruhan 29 siswa. Pada siklus I prosentase ketuntasan menunjukkan peningkatan sebesar 31% yaitu dari siswa yang tuntas sebanyak 12 siswa atau 41,4% pada saat pra tindakan, meningkat menjadi 21 siswa atau 72,4% pada saat siklus I dari jumlah keseluruhan 29 siswa. Pada siklus II prosentase ketuntasan kembali menunjukkan peningkatan sebesar 17,2%, yaitu dari siswa yang tuntas sebanyak 21 siswa atau 72,4% pada saat siklus I, meningkat menjadi 26 siswa atau 89,6% pada saat siklus II dari jumlah keseluruhan 29 siswa. Sedangkan untuk kualitas proses pembelajaran menulis pantun mengalami peningkatan dari sebelum tindakan, kualitas proses pembelajaran menulis pantun adalah 2,87 dan mengalami peningkatan pada siklus I menjadi 3,26 dan meningkat lagi menjadi 3,53 pada siklus II. Simpulan penelitian ini adalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS) dapat meningkatkan kemampuan menulis pantun dan kualitas proses pembelajaran menulis pantun pada siswa kelas IV SD Negeri Pajang 4 tahun ajaran 2011/ 2012. Kata kunci: model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS), kemampuan menulis pantun

viii

Page 9: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ABSTRACT Alfiah Fitrika Lusianti. IMPROVEMENT OF PANTUN WRITING SKILL BY USING COOPERATIVE LEARNING MODEL OF THINK PAIR SHARE (TPS) TYPE AMONG 4TH GRADE STUDENTS OF SDN PAJANG 4 (2011/2012). Minithesis. Teacher Training and Education Faculty of Sebelas Maret University of Surakarta. June 2012.

Purpose of the research is to improve ability of writing pantun and quality of learning process in writing pantun of 4th grade students of SD Negeri Pajang 4 by applying cooperative learning model of think pair share (TPS).

The research is a classroom action research. The research is performed in two cycles, and each one consists of planning, action implementation, observation, and reflection. Subject of the research is 4th grade students of SD Negeri Pajang 4 amounting to 29 individuals. Source of data is teacher and students. Data is collected by using observation, interview, test, and documentation techniques. Data analysis of the research is an interactive analysis model, namely, relationship among three components: data reduction, data presentation, and conclusion drawing or verification.

Based on results of the research, it can be concluded that the use of cooperative learning model of think pair share (TPS) type is able to improve pantun writing skill and quality of learning process in writing pantun of 4th grade students of SD Negeri Pajang 4 of 2011/2012 Academic year. It can be seen from the improvement of pantun writing skill of the students after the action had been implemented. Before the action implementation, average grade of the students in writing pantun was 62.43. In cycle I, the average grade increased to 71.52, and it

completeness according to minimal completeness criteria is 65. Before implementation of the action, students who had achieved the minimal completeness criteria were 12 students or 41.4% of 29 students. In cycle I, percentage of the completeness showed an increase of 31% from all students, namely, 21 students or 72.4% of 29 students had achieved completeness. In cycle II, the percentage of students who had achieved minimal completeness criteria increased further, namely, 26 or 89.6% of 29 students. As for the quality of the learning process of writing pantun has increased from the prior action, quality of learning process in writing pantun is 2,87 and an increase in cycle I to 3.26 and increased to 3.53 in cycle II. The conclusions of this research is to use cooperative learning model of think pair share (TPS) type can increase skill of pantun writing and quality of learning process in writing pantun of 4th grade students of SD Negeri 4 Pajang of 2011/2012 academic year. Key words: Cooperative learning model of think pair share (TPS), skill of pantun

writing

ix

Page 10: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

limpahan berkat dan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan

Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Pada Siswa Kelas IV SDN

Pajang 4 (2011/ 2012)

Penulisan ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat melakukan

penelitian dan guna memperoleh gelar Sarjana pada program studi PGSD Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis tidak akan dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini tanpa

bantuan dari beberapa pihak. Pada kesempatan yang berbahagia ini penulis ingin

menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. Rusdiana Indianto, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Drs. Hadi Mulyono, M. Pd selaku Ketua Program Studi PGSD Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Prof. Dr. St. Y. Slamet, M.Pd. selaku Pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Matsuri, M. Pd. selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan

pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Yuliana Theresia Sumarmi, S. Pd. selaku Kepala SD Negeri Pajang 4.

x

Page 11: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari

sempurna, untuk itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat

diharapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan

dan dapat menjadi bahan bacaan yang menarik dan mudah dipahami.

Surakarta, Juni 2012

Alfiah Fitrika Lusianti

xi

Page 12: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR ISI

Halaman

i

ii

iii

iv

v

vi

HALAMAN vii

viii

ix

x

xii

DAFTAR xv

DAFTAR G xvi

. xviii

. 1

A. Latar Belaka 1

B. Rumusan 5

C. 6

D. Manfaat 6

8

A. Tinjauan 8

1. Hakikat Kemampuan M 8

a. Penge 8

b. 8

c. Pengerti 12

d. Macam- 13

2. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Think Pair Share (TPS) 16

xii

Page 13: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

a. Pengertian Mode 16

b. Model Pembelajaran Kooperatif

(Cooperative Learning) 16

c. Karakteristik Pembelajaran . 17

d. Tujuan Model Pe 19

e. Macam- macam Model Pem 19

f. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share

21

g. Kekurangan dan Kelebihan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Think Pair Share 22

h. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Think Pair Share (TPS) pada Pembelajaran Menulis

25

3. Hakikat Kualitas Proses 26

a. Pengertian Kualitas 26

B. Penelitian yang Releva 29

C. Kerangka Berpikir 33

D. Hipotesis Penelitia 34

.. 35

A. Tempat dan Waktu 35

B. Subyek Pene 37

C. Bentuk dan Strategi 37

D. Data dan Sumber Data 38

E. Teknik Pengumpu 39

F. Validitas D 40

G. Teknik Anali 41

H. Indikator Ki 42

I. Prosedur P 42

BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN 47

A. Deskripsi Loka 47

1. Tinjauan Historis S 47

xiii

Page 14: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2. Letak Geografis 47

3. Keadaan Siswa SD Negeri Pajan 48

4. Keadaan Sarana dan Pras 48

B. Deskripsi K 48

C. Deskripsi Has 52

1. Deskrips 52

2. Deskrip 62

D. Pembahasan Ha 71

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN 83

A. Si 83

B. Imp 84

C. 86

88

LAMPIRAN 92

xiv

Page 15: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Jadwal Kegiatan 35

4.1 Data Nilai Menulis Pantun Siswa Kelas IV SD Negeri Pajang 4 pada Kondisi Awal 50

4.2 Data Kualitas Proses Pembelajaran Menulis Pantun Pada Kondisi Aw 51

4.3 Data Distribusi Frekuensi Nilai Men 60

4.4 Perkembangan Nilai Menulis Pantun Siswa dari Sebelum 61

4.5 Da 69

4.6 Perkembangan Nilai Menulis Pantun Siswa Kelas IV 70

4.7 Perkembangan Nilai Kemampuan Menulis Pantun Kondisi Awal,

Siklus I, 72

4.8 Data Nilai Aktivitas Siswa Sik 73

4.9 Perkembangan Nilai Aktivitas Siswa pada Kondisi Awal, Siklus I, dan 74

4.10 Hasil Observasi RPP Guru pada Siklus I d 75

4.11 Penilaian RPP Guru pada Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II ... 76

4.12 Kinerja Guru Siklus 77

4.13 Peningkatan Kinerja Guru pada Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II 78

4.14 Peningkatan Kualitas Proses Pembelajaran Menulis Pantun dari Kondisi Awal, Siklus 79

4.15 Perkembangan Hasil Diskusi Kelomp 80

xv

Page 16: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Kerangka Berp 33

3.1 Model Siklus Pene 37

4.1 Grafik Nilai Menulis Pantun Siswa Kelas IV SDN Pajang 4 pada Kon 50

52

4.3 Grafik Nilai Menulis Pantun Siswa Kelas IV SD Negeri Pajang 4 61

4.4 Grafik Perkembangan Nilai Menulis Pantun Siswa dari

62

4.5 Grafik Nilai Menulis Pantun Siswa Kelas IV SDN Pajang 4 pada Sik 69

4.6 Grafik Perkembangan Nilai Menulis Pantun Siswa Kelas IV SDN Pajang 4 pada Siklus 70

4.7 Grafik Perkembangan Nilai Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II .. 72

4.8 Graf 74

4.9 Grafik Perkembangan Nilai Aktivitas Siswa pada Kondisi Awal, Siklus I, dan 74

4.10 Grafik Penilaian RPP Guru Si 76

4.11 Grafik Peningkatan Nilai RPP Guru pada Kondisi Awal, Siklus I, dan Si 76

4.12 Grafik Kinerja Guru Sik 78

4.13 Grafik Peningkatan Kinerja Guru dari Kondisi Awal, Siklus I, dan Si 78

4.14 Grafik Peningkatan Kualitas Proses Pembelajaran Menulis Pantun dari Kondisi Awal, Siklus 80

xvi

Page 17: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4.15 Grafik Perkembangan Hasil Diskusi Kelompok Siklus I

dan Sik 81

xvii

Page 18: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Silab 92

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajara 96

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajara 103

4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II 110

5. 117

6. Kisi- kisi 124

7. Soal Diskusi Kelompok Sik 125

8. 126

9. Soal Diskusi Kelompok Sikl 127

10. Soal Evaluasi Individu Siklus 128

11. Soal Diskusi Kelompok Siklu 129

12. Soal Evaluasi Individu Sikl 130

13. Soal Diskusi Kelompok Sikl 131

14. Soal Evaluasi Individu Siklus 132

15. Kunci Jawaban Soal Diskusi Kelompok 133

16. Kriteria Penilaian Soal 135

17. Kriteria Penilaian Soal Evaluas 137

18. 139

19. Hasil Wawancara dengan Guru Sebelum Diterapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share 141

20. Hasil Wawancara dengan Siswa Sebelum Dilaksanakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share ( . 144

xviii

Page 19: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21. Hasil Wawancara dengan Guru Setelah Diterapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share 148

22. Hasil Wawancara dengan Siswa Setelah Dilaksanakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share 150

23. Nilai Menulis Pantun pada Siklu 152

24. Nilai Menulis Pantun Siklus 154

25. Nilai Menulis Pantun Siklus 156

26. Nilai Menulis Pantun Siklus 158

27. Nilai Menulis Pantun pada 160

28. Rata- rata Nilai Menulis Pan 161

29. Rata- rata Nilai Menulis Pantu 162

30. Nilai Diskusi Kelompok Siklus I Per 163

31. Nilai Diskusi Kelompok Siklus I Pertemuan 164

32. Nilai Diskusi Kelompok Siklu 165

33. Nilai Diskusi Kelompok Sikl 166

34. 167

35. Pengamatan Aktivitas Siswa di dalam 168

36. Pengamatan Aktivitas Siswa di dalam Kelas Siklus I 170

37. Pengamatan Aktivitas Siswa di dalam Kel 172

38. Pengamatan Aktivitas Siswa di dalam Kelas Siklus II P 174

39. Pengamatan Aktivitas Siswa di dalam Kelas Siklus I 176

40. Lembar Observasi RPP Gu 178

41. Lembar Observasi RPP Guru S 180

42. Lembar Penilaian Kinerja Guru Kon 182

xix

Page 20: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43. Lembar Penilaian Kinerja Gur 185

44. Lembar Observasi RPP Guru Siklus I Pertemu 188

45. Lembar Penilaian Kinerja Guru 190

46. Lembar Observasi RPP Guru Siklus II Pert 193

47. Lembar Penilaian Kinerja Guru 195

48. Lembar Observasi RPP Guru Siklus II Pertemua 198

49. Lembar Penilaian Kinerja Guru 200

50. Hasil Pekerjaa 203

51. Dokumentasi Siklus I 207

Lampiran Surat- 210

xx

Page 21: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar dalam dunia pendidikan

di Indonesia. Bahasa Indonesia juga merupakan bahasa persatuan yang dapat

menyatukan berbagai suku di Indonesia yang pada mulanya memiliki bahasa

daerah masing- masing. Dengan menggunakan bahasa Indonesia maka kita dapat

berkomunikasi dengan siapa saja dengan mudah. Untuk itu bahasa Indonesia

digunakan sebagai bahasa pemersatu bangsa. Hal tersebut seperti pada fungsi

penggunaan bahasa Indonesia baku.

Menurut Iam (2010: 1), bahasa Indonesia yang baku itu mempunyai 4 fungsi, sebagai 1) pemersatu; bahasa Indonesia baku dapat mempersatukan atau menghubungkan penutur berbagai dialek bahasa. Bahasa Indonesia baku mengikat kebhinekaan rumpun dan bahasa yang ada di Indonesia dengan mengatasi batas- batas kedaerahan, 2) penanda kepribadian; bahasa Indonesia baku merupakan ciri khas yang membedakannya dengan bahasa- bahasa lainnya. Bahasa Indonesia baku memperkuat perasaan kepribadian nasional masyarakat bahasa Indonesia baku. Dengan bahasa Indonesia baku kita menyatakan identitas kita sebagai warga negara Indonesia, 3) penambah kewibawaan; pemilikan bahasa Indonesia baku akan membawa serta wibawa. Fungsi pembawa wibawa berkaitan dengan usaha mencapai kesederajatan dengan peradaban lain yang dikagumi melalui pemerolehan bahasa baku, 4) kerangka acuan; bahasa Indonesia baku berfungsi sebagai kerangka acuan bagi pemakainya dengan adanya norma atau kaidah yang telah ditetapkan dengan jelas.

Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang wajib dipelajari oleh semua

warga negara Indonesia. Untuk itu bahasa Indonesia dijadikan mata pelajaran di

setiap jenjang pendidikan. Diharapkan semua warga negara Indonesia dapat

mendalami bahasa Indonesia dengan sebaik- baiknya melalui organisasi

kependidikan baik formal maupun nonformal. Bahasa Indonesia ada di setiap

satuan pendidikan diantaranya Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama

(SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), Perguruan Tinggi (PT), dan berbagai

satuan pendidikan non formal.

1

Page 22: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Pelajaran Bahasa Indonesia itu sendiri terdiri dari empat keterampilan

berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis), dimana empat

keterampilan tersebut saling berkaitan satu sama lain. Keterampilan berbahasa ini

dalam Slamet, 2008: 4).

Keterampilan menulis yang merupakan salah satu keterampilan

berbahasa sangatlah penting kegunaannya dalam kehidupan manusia dalam

peradabannya. Dengan menulis seseorang dapat mengungkapkan ide- ide yang

ada dalam pikirannya kepada orang lain.

St. Y. Slamet (2008: 72), mengungkapkan bahwa kemampuan menulis

merupakan kemampuan berbahasa yang bersifat produktif. Dalam menulis

memerlukan kemampuan berpikir secara teratur dan logis serta memerlukan

kemampuan mengungkapkan pikiran atau gagasan dengan menggunakan bahasa

yang efektif.

Keterampilan menulis seseorang dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor

baik faktor dari dalam individu maupun dari luar individu itu sendiri. Seperti

halnya keterampilan menulis pada anak- anak Sekolah Dasar. Keterampilan

menulis itu dapat berasal dari dalam anak itu maupun faktor dari luar. Faktor yang

mempengaruhi keterampilan anak yang berasal dari luar diantaranya adalah

strategi guru dalam mengajar keterampilan menulis itu sendiri. Strategi guru

dalam mengajar keterampilan menulis haruslah menggunakan strategi yang tepat.

Begitu pula dengan strategi guru untuk mengajarkan kepada anak didiknya

tentang keterampilan menulis pantun.

Pantun tergolong dalam puisi lama. Pantun terdiri dari empat baris,

bersajak akhir dengan pola a-b-a-b. Pantun terdiri atas sampiran dan isi. Sampiran

pantun adalah baris pertama dan ke-dua, sedangkan isi pantun terletak pada dua

baris terakhir pada pantun tersebut. Sampiran dan isi pada pantun keduanya tidak

ada keterkaitan. Pantun merupakan ide yang berasal dari pemikiran seseorang

dengan tujuan berkreatifitas, sehingga ada tujuan tertentu seseorang dalam

membuat pantun, di mana tujuan itu terdapat dalam dua baris terakhir pantun

Page 23: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

tersebut. Sehingga seseorang yang membuat pantun mereka harus memperhatikan

aturan- aturan dalam penulisan pantun. Tidak mudah bagi seseorang untuk

menentukan kesesuaian antar baris agar bersajak a-b-a-b, kemudian seseorang

yang membuat pantun mereka juga harus membuat sampiran dan isi dari pantun

tersebut. Untuk itu dibutuhkan kreatifitas pribadi seseorang untuk membuat

pantun.

Untuk itu penulis meneliti kemampuan menulis pantun pada siswa

Sekolah Dasar, khususnya siswa kelas IV SD Negeri Pajang 4 Laweyan

Surakarta. Pembelajaran menulis pantun ada pada semester I dan semester II.

Berdasarkan wawancara dan observasi dengan siswa dan guru kelas IV

yang telah penulis laksanakan di SD Negeri Pajang 4 Laweyan Surakarta didapati

bahwa terdapat permasalahan dalam pembelajaran menulis pantun. Permasalahan-

permasalahan tersebut diantaranya: 1) siswa merasa kesulitan menulis pantun

yang disebabkan karena siswa kesulitan untuk menemukan kata- kata yang tepat,

2) siswa kesulitan untuk menuangkan ide- ide yang ada dalam pikirannya, 3)

siswa kesulitan untuk menentukan sampiran dan isi pantun, 4) guru saat mengajar

masih menggunakan metode ceramah yang pada akhirnya siswa diberikan tugas

menulis pantun sehingga siswa belum sepenuhnya menguasai materi tentang

pantun, 5) kebanyakan dari siswa, mereka tidak membuat pantun sendiri,

melainkan mereka mencontoh dari buku- buku yang telah ada.

Permasalahan- permasalahan menulis pantun ini selain dapat dilihat dari

proses kegiatan belajar mengajar yang permasalahannya telah diuraikan di atas,

juga dapat dilihat melalui nilai yang didapat oleh siswa kelas IV SD Negeri

Pajang 4 Laweyan Surakarta ternyata masih banyak siswa yang mendapat nilai di

bawah KKM (65). Dari jumlah 29 siswa kelas IV, berdasarkan nilai prasiklus

terdapat 17 (58,6 %) siswa yang nilainya belum mencapai KKM. Sedangkan nilai

siswa yang sudah mencapai KKM hanya terdapat 12 siswa (41,4 %).

Untuk kualitas proses pembelajaran menulis pantun sebelum adanya

tindakan, kualitas proses pembelajaran menulis pantun pada kelas IV tergolong

masih rendah. Hal ini dapat dibuktikan dari nilai kualitas proses pembelajaran

Page 24: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

menulis pantun sebelum tindakan adalah 2,87 yang berarti kualitas proses

pembelajarannya cukup baik.

Untuk meningkatkan kemampuan menulis pantun pada siswa kelas IV

SD Negeri Pajang 4 Laweyan Surakarta maka harus ditingkatkan pula proses

kegiatan belajar mengajarnya. Untuk meningkatkan kegiatan belajar mengajarnya,

maka peneliti menggunakan metode pembelajaran yang tepat dan disenangi oleh

siswa yaitu metode diskusi. Metode diskusi ini terdapat dalam model

pembelajaran kooperatif.

Anita Lie, dalam Isjoni & Mohd. Arif Ismail (2008: 150),

gotong royong, yaitu kelompok pembelajaran yang memberi kesempatan kepada

anak didik untuk bekerjasama dengan siswa lain dalam tugasan- tugasan yang

pembelajaran yang menyebutkan bahwa adanya kerjasama antar siswa untuk

menyelesaikan suatu masalah secara bersama- sama dengan tujuan yang telah

ditentukan sebelumnya.

Agus

kooperatif terdiri dari beberapa jenis, diantaranya: 1) Jigsaw, 2) Think- Pair-

Share, 3) Numbered Heads Together, 4) Group Investigation, 5) Two Stay Two

Stray, 6) Make a Match, 7) Listening Team, 8) Inside- Outside Circle, 9) Bamboo

Dancing, 10) Point- Counter- Point, dan 11) The Power of Two

Menurut Sahrudin & Sri Iriani (2011: 1), model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) merupakan suatu model pembelajaran di mana siswa bekerjasama dalam diskusi berpasangan yang dilanjutkan dengan diskusi pleno. Dengan model pembelajaran ini siswa dilatih untuk mengutarakan pendapatnya dan siswa juga belajar menghargai pendapat orang lain dengan tetap mengacu pada materi atau tujuan pembelajaran. Adapun langkah- langkah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) antara lain: 1) guru menyampaikan inti pembelajaran, 2) siswa berdiskusi dengan teman sebelahnya tentang materi atau permasalahan yang disampaikan oleh guru, 3) guru memimpin pleno dan tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya, 4) atas dasar hasil diskusi, guru mengarahkan pembicaraan pada materi atau permasalahan yang belum diungkap siswa, 5) kesimpulan.

Page 25: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

Model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) ini sangat

tepat untuk digunakan guru dalam meningkatkan kemampuan menulis pantun

pada siswa kelas IV SD Negeri Pajang 4 Laweyan Surakarta. Adapun kelebihan

dari model ini diantaranya: 1) meningkatkan kemampuan siswa dalam mengingat

suatu informasi, selain itu siswa juga dapat saling bertukar pikiran satu sama lain,

2) meningkatkan rasa percaya diri pada siswa, 3) memberi kesempatan kepada

siswa untuk berpartisipasi dalam kelas.

Model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) itu terdiri

dari tiga tahapan yaitu: 1) Thinking (berpikir), 2) Pairing (berpasangan), 3) Share

(berbagi). Dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) ini

dapat memperkecil kesulitan- kesulitan yang dialami siswa dalam menulis pantun,

karena siswa bisa saling berdiskusi baik berpasangan maupun diskusi pleno

sehingga siswa tidak merasa terbebani akan suatu permasalahan atau materi

pembelajaran.

Berdasarkan latar belakang di atas, untuk itu penulis akan melakukan

INGKATAN KEMAMPUAN

MENULIS PANTUN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) PADA SISWA KELAS IV SDN PAJANG 4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjabaran latar belakang di atas, maka rumusan masalah

yang penulis ambil adalah sebagai berikut:

1. Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share

(TPS) dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis pantun pada

siswa kelas IV SD Negeri Pajang 4 Laweyan Surakarta Tahun Ajaran 2011/

2012?

2. Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share

(TPS) dapat meningkatkan kemampuan menulis pantun pada siswa kelas IV

SD Negeri Pajang 4 Laweyan Surakarta Tahun Ajaran 2011/ 2012?

Page 26: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang diharapkan dari adanya penelitian ini antara lain:

a. Untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis pantun melalui

model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) pada siswa kelas

IV SD Negeri Pajang 4 Laweyan Surakarta Tahun Ajaran 2011/ 2012.

b. Untuk meningkatkan kemampuan menulis pantun pada siswa kelas IV SD

Negeri Pajang 4 Laweyan Surakarta Tahun Ajaran 2011/ 2012 setelah diajar

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share

(TPS).

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis:

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah teori yang terkait

dengan proses pembelajaran menulis pantun dengan model kooperatif tipe

Think Pair Share (TPS) pada siswa kelas IV SD Negeri Pajang 4 Laweyan

Surakarta Tahun Ajaran 2011/ 2012.

2. Manfaat Praktis:

a. Bagi Siswa

1) Menambah pemahaman siswa bahwa dengan penggunaan model

pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) akan membantu

kemampuannya dalam menulis pantun.

2) Meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis pantun.

3) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengeluarkan ide- ide

menulis pantun dan saling bertukar pikiran.

b. Bagi Guru Kelas

1) Mengembangkan kemampuan guru dalam merancang dan

melaksanakan pembelajaran menulis pantun yang benar- benar efektif

dengan jalan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think

Pair Share (TPS) sehingga hasilnya akan lebih baik.

2) Menambah pengalaman guru untuk melaksanakan PTK.

Page 27: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

c. Bagi Sekolah

1) Memberi gambaran tentang kompetensi guru dalam mengajar.

2) Memberi gambaran tentang kompetensi siswa dalam menulis pantun.

3) Memberi gambaran proses dan hasil pembelajaran menulis pantun.

d. Bagi Peneliti Lain

Menambah pemahaman wawasan keilmuan dan penelitian guna

merancang penelitian lebih lanjut dengan desain penelitian dan fokus

masalah yang berbeda.

Page 28: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Hakikat Kemampuan Menulis Pantun

a. Pengertian Kemampuan

ability (kemampuan, kecakapan)

merupakan suatu istilah umum yang berkenaan dengan potensi untuk

Sejalan dengan pendapat diatas menurut chaplin dalam Syafaruddin,

dkk (2012: 72) ability adalah kemampuan, kecakapan, ketangkasan, bakat,

kesanggupan merupakan tenaga (daya kekuatan) untuk melakukan suatu

perbuatan.

Sementara itu, menurut Robbin (2007) dalam Milman Yusdi (2011:

1), berpendapat ba emampuan berarti kapasitas seseorang individu

untuk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan, lebih lanjut Robbin

menyatakan bahwa kemampuan (ability) adalah sebuah penilaian terkini atas

apa yang dapat dilakukan seseorang

Dari beberapa definisi kemampuan di atas, dapat disimpulkan bahwa

kemampuan merupakan kapasitas, kecakapan atau potensi yang dimiliki oleh

seseorang untuk melakukan suatu tugas atau pekerjaan. Di mana kemampuan

setiap orang dalam mengerjakan suatu tugas atau pekerjaan sangat tergantung

pada pendidikan, pengalaman, maupun keseriusan seseorang dalam

melakukan suatu pekerjaan atau tugas. Jadi, kemampuan yang dimiliki

individu satu dengan yang lainnya itu berbeda- beda.

b. Hakikat Menulis

Menulis menurut St. Y. Slamet (2008: 72), adalah kegiatan yang

memerlukan kemampuan yang bersifat kompleks, yang terdiri dari aktivitas

(kegiatan) yang terjadi dan melibatkan beberapa fase (tahap) yaitu fase

8

Page 29: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

pramenulis (persiapan), penulisan (pengembangan isi karangan), dan

pascapenulisan (telaah dan revisi atau penyempurnaan tulisan).

(2001: 51), menulis dapat dipandang sebagai rangkaian aktivitas yang bersifat

fleksibel. Rangkaian aktivitas yang dimaksud meliputi: pramenulis, penulisan

draft, revisi, penyuntingan, dan publikasi atau pembahasan.

Puji Santosa, dkk (2008: 6.3), mengemukakan bahwa menulis adalah

kegiatan menggunakan bahasa tulis sebagai sarana untuk mengungkapkan

gagasan. Selanjutnya Suparno dan M. Yunus (2007: 1.29), berpendapat

bahwa menulis merupakan kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan

secara tertulis kepada pihak lain. Aktivitas menulis melibatkan unsur penulis

sebagai penyampai pesan, pesan atau isi tulisan, saluran atau media tulisan,

dan pembaca sebagai penerima pesan. Sebagai suatu keterampilan berbahasa,

menulis merupakan kegiatan yang kompleks karena penulis dituntut untuk

dapat menyusun dan mengorganisasikan isi tulisannya serta menuangkannya

dalam formulasi ragam bahasa tulis dan konvensi penulisan lainnya.

Berdasarkan jurnal internasional yang dikemukakan oleh

Andrzejczak, N., Trainin, G., & Poldberg, M. (2005: 2) dalam International

journal of education & the arts disebutkan bahwa:

The process of writing is more than putting words on a piece of paper. Effective authors are able to create imagery and to communicate ideas using well-chosen words, phrases, and text structures. Emergent writers struggle with the mechanics of the writing process, i.e., fine motor control for printing legibly, recall of spelling patterns, and the use of syntax and grammar rules. Secara garis besar dapat diartikan bahwa proses menulis adalah lebih dari meletakkan kata- kata di selembar kertas. Penulis yang efektif mampu menciptakan citra dan mengkomunikasikan ide menggunakan kata- kata yang dipilih dengan baik, frasa, dan struktur teks.

Dari beberapa definisi menulis di atas, dapat disimpulkan bahwa

menulis lahir dari pemikiran dan perasaan seseorang dengan tujuan

menyampaikan pesan, ide atau gagasan dari penulis kepada pembacanya

melalui bahasa tulis yang dapat dipahami oleh pembacanya. Sedangkan

tahapan- tahapan dari kegiatan menulis itu meliputi: fase pramenulis

Page 30: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

(persiapan), penulisan (pengembangan isi karangan), dan pascapenulisan

(telaah dan revisi atau penyempurnaan tulisan).

1) Tujuan Menulis

Hugo Hartig dalam Henry Guntur Tarigan (2008: 25),

mengemukakan beberapa tujuan menulis antara lain:

a) Assignment purpose (tujuan penugasan) Tujuan penugasan ini tidak mempunyai tujuan sama sekali. Hal ini dikarenakan penulis menulis sesuatu karena ditugaskan, bukan atas kemauan sendiri.

b) Altruistic purpose (tujuan altruistik) Penulis bertujuan untuk menyenangkan para pembaca, menghindarkan kedukaan para pembaca, ingin menolong para pembaca memahami, menghargai perasaan, dan penalarannya, ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu.

c) Persuasive purpose (tujuan persuasif) Tulisan yang bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan.

d) Informational purpose (tujuan informasional, tujuan penerangan) Tulisan yang bertujuan memberi informasi, keterangan atau penerangan kepada para pembaca.

e) Self-expressive purpose (tujuan pernyataan diri) Tulisan yang bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang kepada para pembaca.

f) Creative purpose (tujuan kreatif) Tujuan ini erat berhubungan dengan tujuan parnyataan diri. Tetapi

dirinya dengan keinginan mencapai norma artistik, atau seni yang ideal, seni idaman. Tulisan yang bertujuan mencapai nilai- nilai artistik, nilai- nilai kesenian.

g) Problem-solving purpose (tujuan pemecahan masalah) Penulis ingin memecahakan masalah yang dihadapi. Penulis ingin menjelaskan, menjernihkan, menjelajahi serta meneliti secara cermat pikiran- pikiran dan gagasan- gagasannya sendiri agar dapat dimengerti dan diterima oleh para pembaca.

2) Manfaat Menulis

Menulis mempunyai banyak manfaatnya baik bagi si penulis

maupun para pembacanya. Seperti halnya diungkapkan oleh Sabarti

Akhadiah, dkk dalam St. Y. Slamet (2008: 169) yang mengungkapkan

manfaat dari kegiatan menulis antara lain:

Page 31: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

a) Dapat mengenali kemampuan dan potensi pribadi yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang ditulis;

b) Dapat mengembangkan dan menghubung- hubungkan beberapa gagasan atau pemikiran;

c) Dapat memperluas wawasan dan kemampuan berpikir, baik dalam bentuk teoritis maupun dalam bentuk berpikir tetapan;

d) Dapat memperjelas dan mempertegas permasalahan yang kabur; e) Dapat menilai gagasan sendiri secara objektif; f) Dapat memotivasi diri untuk belajar dan membaca lebih giat; dan g) Dapat membiasakan diri untuk berpikir dan berbahasa secara tertib.

Suparno dan Mohamad Yunus (2007: 1.4), mengemukakan

beberapa manfaat yang dapat dipetik dari menulis. Kemanfaatan itu

diantaranya dalam hal:

a) Peningkatan kecerdasan;

b) Pengembangan daya inisiatif dan kreativitas;

c) Penumbuhan keberanian; dan

d) Pendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi.

3) Kiat- kiat Menulis

Puji Santosa, dkk (2008: 6.15), mengemukakan bahwa:

Dilihat dari prosesnya, pembelajaran menulis menuntut kerja keras guru untuk membuat pembelajarannya di kelas menjadi kegiatan

dapat membuat sebuah karangan, tetapi sebaliknya, siswa merasa senang karena diajak guru untuk mengarang atau menulis.

Adapun kiat- kiat yang dapat digunakan guru dalam

melaksanakan pembelajaran menulis sebagai suatu proses menurut Puji

Santosa, dkk (2008: 6. 15) antara lain:

a) Langsung menulis, teori belakangan Menulis itu lebih baik dipahami sebagai keterampilan, bukan sebagai ilmu. Terlalu banyak aturan menulis akan membuat siswa gamang menulis.

b) Mulai dari mana pun boleh Tidak ada satu titik awal yang pasti dari mana pelajaran menulis harus dimulai. Mengajarkan menulis, kita dapat memulainya dari bagian mana pun yang kita sukai.

Page 32: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

c) Belajar sambil bercanda Guru harus mempunyai banyak teknik yang dapat membuat kelas menjadi cair, dan tidak tegang. Kelas harus dipenuhi seloroh dan canda yang muncul dari guru ataupun dari siswa. Seloroh dan canda sangat membantu bagi munculnya ide yang segar dalam setiap pelajaran menulis.

d) Pembelajaran menulis nonlinear Pelajaran menulis itu merupakan proses nonlinear, artinya tidak harus ada urut- urutan tertentu dari a sampai ke z. Proses pembelajaran menulis tidak mengenal urutan seperti itu sebab kegiatan menulis merupakan proses yang berputar- putar dan berulang- ulang.

e) Berbicara meniru mendengarkan, menulis meniru membaca Setiap guru bahasa selalu ingat bahwa ada empat keterampilan pokok dalam berbahasa, yaitu mendengar, berbicara, membaca, dan menulis. Empat keterampilan di atas diperoleh siswa dari kegiatan meniru lingkungannya.

c. Pengertian Pantun

Undang Misdan dan Nurbaiti Jamalus (1983: 6), mengemukakan

mlah

empat, per baris terdiri dari empat kata, bersajak a-b-a-b, jumlah sampiran

Menurut Okrek (2009: 1), pantun merupakan salah satu jenis puisi lama yang sangat luas dikenal dalam bahasa-bahasa Nusantara. Dalam bahasa Jawa, misalnya, dikenal sebagai parikan dan dalam bahasa Sunda

Melayu yang sampai sekarang masih dikembangkan. Kata pantun mempunyai arti ucapan yang teratur, pengarahan yang mendidik. Pantun juga dapat berarti sindiran. Zaman dahulu, pantun digunakan sebagai bahasa pengantar atau bahasa pergaulan. Pantun dikenal di berbagai daerah, namun dengan nama yang berbeda. Di Jawa Tengah dikenal dengan parikan, di Toraja dikenal bolingoni, di Jawa Barat dapat ditemukan pantun dalam bentuk nyanyian doger, di Surabaya ludruk, di Banjarmasin tirik dan ahui, gandrung di Banyuwangi, dan di Makassar kelong-kelong. Selain merupakan ungkapan perasaan, pantun dipakai untuk menghibur orang. Pantun juga memiliki ciri-ciri, antara lain: 1) Mempunyai bait dan isi 2) Setiap bait terdiri atas baris-baris 3) Jumlah suku kata dalam tiap baris antara delapan sampai dua belas 4) Setiap bait terdiri atas dua bagian, yaitu sampiran dan isi 5) Bersajak a-b-a-b.

Page 33: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

Aditya Bagus Pratama (2008: ix), berpendapat bahwa untuk membuat

pantun, maka terlebih dahulu harus memenuhi syarat- syaratnya. Adapun

syarat- syaratnya adalah:

1) Terdiri dari empat baris 2) Tiap- tiap baris terdiri dari 8 sampai 10 suku kata 3)

4) Mementingkan sajak atau rima akhir, maksudnya bunyi akhir baris

pertama (1) harus sama dengan bunyi pada baris ketiga (3) dan bunyi baris kedua (2) harus sama dengan bunyi baris keempat (4).

Menurut Im Tri Suyoto dan Trimo (2010: 113), menjelaskan bahwa

pantun sebenarnya adalah puisi gaya lama yang terikat oleh jumlah baris,

jumlah suku kata, dan persajakan atau bunyi akhir. Adapun ciri- ciri pantun

adalah:

1) Satu bait pantun terdiri dari 4 baris 2) Setiap baris pantun terdiri dari 8- 12 suku kata 3) Baris pertama bersajak dengan baris ketiga 4) Baris kedua bersajak dengan baris keempat 5) Baris pertama dan kedua disebut dengan sampiran 6) Baris ketiga dan keempat merupakan isi

Berdasarkan definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pantun

merupakan puisi lama yang sangat dikenal luas oleh seluruh nusantara, di

mana pantun itu sendiri memiliki ciri- ciri, antara lain: 1) Terdiri dari empat

baris, 2) Tiap- tiap baris terdiri dari 8 sampai 12 suku kata, 3) Dua baris yang

Mementingkan sajak atau rima akhir, dengan sajak a-b-a-b.

d. Macam- macam Pantun

Aditya Bagus Pratama (2008: ix), menggolongkan macam- macam

pantun yang ada di Indonesia ada dua jenis pantun, antara lain:

1) Pantun dilihat dari isinya Adapun pantun menurut isinya, dapat dibedakan menjadi lima

bagian yaitu: a) Pantun anak- anak

Contoh: Cempedak di luar pagar

Page 34: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

Tarik galah tolong jolokkan Saya budak baru belajar Kalau salah tolong tunjukkan

b) Pantun remaja Contoh:

Ambil asahan pengasah pisau Parang dan tombak diasah jua Tujuh bukit Sembilan pulau Wajahmu adik tampak jua

c) Pantun orang tua Contoh:

Jamu ini obat kuat Obat penawar racun dan bisa Pegang janji erat- erat Ingkar janji badan binasa

d) Pantun jenaka Contoh:

Elok rupanya pohon belimbing Tumbuh dekat pohon mangga Elok rupanya berbini sumbing Biar marah tertawa juga

e) Pantun teka- teki Contoh:

Kalau puan, puan cemara Ambil gelas di dalam peti Kalau tuan bijak laksana Binatang apa tanduk di kaki

2) Pantun dilihat dari bentuknya Adapun pantun menurut bentuknya, dapat dibedakan menjadi

empat macam, antara lain: a) Pantun biasa

Pantun biasa sering juga disebut pantun saja. Contoh : Kalau ada jarum patah Jangan dimasukkan ke dalam peti Kalau ada kataku yang salah Jangan dimasukan ke dalam hati

b) Seloka (Pantun berkait) Seloka adalah pantun berkait yang tidak cukup dengan satu bait saja sebab pantun berkait merupakan jalinan atas beberapa bait. Ciri- ciri seloka antara lain: 1) Baris kedua dan keempat pada bait pertama dipakai sebagai baris

pertama dan ketiga bait kedua. 2) Baris kedua dan keempat pada bait kedua dipakai sebagai baris

pertama dan ketiga bait ketiga.

Page 35: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

Contoh : Lurus jalan ke Payakumbuh, Kayu jati bertimbal jalan Di mana hati tak kan rusuh, Ibu mati bapak berjalan

Kayu jati bertimbal jalan, Turun angin patahlah dahan Ibu mati bapak berjalan, Ke mana untung diserahkan

c) Talibun Talibun adalah pantun jumlah barisnya lebih dari empat baris, tetapi harus genap misalnya 6, 8, 10 dan seterusnya. Jika satu bait berisi enam baris, susunannya tiga sampiran dan tiga isi. Jika satu bait berisi delapan baris, susunannya empat sampiran dan empat isi. Jadi, apabila enam baris sajaknya a b c a b c. Bila terdiri dari delapan baris, sajaknya a b c d a b c d. Contoh :

sampiran: Kalau anak pergi ke pekan Yu beli belanak pun beli Ikan panjang beli dahulu

isi: Kalau anak pergi berjalan Ibu cari sanak pun cari Induk semang cari dahulu

d) Pantun kilat atau karmina Ciri- cirinya: 1) Setiap bait terdiri dari 2 baris 2) Baris pertama merupakan sampiran 3) Baris kedua merupakan isi 4) Bersajak a a 5) Setiap baris terdiri dari 8 12 suku kata

Contoh : Dahulu parang, sekarang besi (a) Dahulu sayang sekarang benci (a)

Dari beberapa definisi hakikat kemampuan menulis pantun di atas,

dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis pantun adalah kemampuan,

kecakapan atau kapasitas seseorang (peserta didik) dalam menuangkan ide-

ide atau gagasan yang ada di dalam pikirannya ke dalam tulisan dalam bentuk

Page 36: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

pantun yang merupakan puisi lama di mana penulisan pantun ini terdapat

kriteria dalam penulisannya yaitu: 1) Terdiri dari empat baris, 2) Tiap- tiap

baris terdiri dari 8 sampai 10 suku kata, 3) Dua baris yang pertama disebut

n, 4) Mementingkan

sajak atau rima akhir, dengan sajak a-b-a-b.

2. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)

a. Pengertian Model Pembelajaran

Joyce dan Weil dalam Soli Abimanyu, dkk (2008: 2-4), berpendapat bahwa model pembelajaran adalah:

Kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu yang berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran.

Joyce dalam Trianto (2007: 5), bahwa model pembelajaran adalah

merencanakan pembelajaran di kelas dan untuk menentukan perangkat

pembelajaran termasuk di dalamnya buku, film, komputer, kurikulum, dan

lain-

Dari definisi model pembelajaran di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa model pembelajaran merupakan suatu kerangka atau pola yang

sistematis dan dijadikan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran

untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran yang telah direncanakan

sebelumnya.

b. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Cooperative Learning berasal

dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama- sama

dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu

Page 37: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

Anita Lie dalam Isjoni (2010: 16), menyebutkan bahwa cooperative learning sama dengan istilah pembelajaran gotong royong, yaitu sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan siswa lain dalam tugas- tugas yang terstruktur. Lebih jauh dikatakan cooperative learning hanya berjalan kalau sudah terbentuk suatu kelompok atau suatu tim yang di dalamnya siswa bekerja secara terarah untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan dengan jumlah anggota kelompok pada umumnya terdiri dari 4- 6 orang saja.

merupakan strategi pembelajaran yang

melibatkan siswa untuk bekerja secara kolaboratif dalam mencapai t

Hal ini diungkapkan oleh Kauchak dan Eggen dalam Isjoni (2010: 18).

Selanjutnya Djahiri K dalam Isjoni (2010: 19), mengungkapkan bahwa cooperative learning sebagai pembelajaran kelompok kooperatif yang menuntut diterapkannya pendekatan belajar yang siswa sentris, humanistik, dan demokratis yang disesuaikan dengan kemampuan siswa dan lingkungan belajarnya. Dengan demikian, maka pembelajaran kooperatif mampu membelajarkan diri dan kehidupan siswa baik di kelas atau di sekolah. Lingkungan belajarnya juga membina dan meningkatkan serta mengembangkan potensi diri siswa sekaligus memberikan pelatihan hidup senyatanya. Isjoni (2010: 20), menyebutkan ciri- ciri dari cooperative learning antara lain: (a) setiap anggota memiliki peran, (b) terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa, (c) setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman- teman sekelompoknya, (d) guru membantu mengembangkan keterampilan- keterampilan interpersonal kelompok, dan (e) guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.

Dari beberapa pendapat mengenai cooperative learning di atas, maka

dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan

pembelajaran di mana siswa saling berkelompok untuk menyelesaikan suatu

masalah yang diberikan oleh guru atau siswa mendiskusikan suatu materi

pembelajaran yang mana sesama anggota kelompok mempunyai kewajiban

untuk saling membantu demi mempelajari atau memecahkan apa yang

menjadi tanggung jawab kelompok masing- masing.

Page 38: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

c. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif

Bennet dalam Isjoni (2010: 41), menyatakan ada lima unsur dasar

yang dapat membedakan cooperative learning dengan kerja kelompok, yaitu:

1) Positive Interdepedence Positive Interdepedence yaitu adanya hubungan timbal balik yang didasari adanya kepentingan yang sama atau perasaan di antara anggota kelompok di mana keberhasilan seseorang merupakan keberhasilan yang lain pula atau sebaliknya.

2) Interaction Face to face Interaction Face to face yaitu interaksi yang langsung terjadi antar siswa tanpa adanya perantara. Tidak adanya penonjolan kekuatan individu, yang ada hanya pola interaksi dan perubahan yang bersifat verbal di antara siswa yang ditingkatkan oleh adanya saling hubungan timbal balik yang bersifat positif sehingga dapat mempengaruhi hasil pendidikan dan pengajaran.

3) Adanya tanggung jawab pribadi mengenai materi pelajaran dalam anggota kelompok Dengan adanya tanggung jawab pribadi mengenai materi pelajaran dalam anggota keolmpok, sehingga siswa termotivasi untuk membantu temannya, karena tujuan dalam cooperative learning adalah menjadikan setiap anggota kelompoknya menjadi lebih kuat pribadinya.

4) Membutuhkan keluwesan Membutuhkan keluwesan, yaitu menciptakan hubungan antar pribadi, mengembangkan kemampuan kelompok, dan memelihara hubungan kerja yang efektif.

5) Meningkatkan keterampilan bekerjasama dalam memecahkan masalah (proses kelompok) Meningkatkan keterampilan bekerjasama dalam memecahkan masalah (proses kelompok), yaitu tujuan terpenting yang diharapkan dapat dicapai dalam cooperative learning adalah siswa belajar keterampilan bekerjasama dan berhubungan ini adalah keterampilan yang penting dan sangat diperlukan di masyarakat.

Menurut Johnson, Smith, dan Anita Lie dalam Mohammad Jauhar

(2011: 55), menjelaskan beberapa elemen dalam pembelajaran kooperatif

antara lain:

1) Saling ketergantungan positif Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya.

2) Tanggung jawab perseorangan Masing- masing siswa memiliki tanggung jawab dalam penguasaan materi maupun tugas meskipun mereka disatukan dalam kelompok- kelompok.

3) Tatap muka Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi.

Page 39: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

4) Komunikasi antar anggota Komunikasi dalam kelompok sangat diperlukan untuk memecahkan suatu masalah atau penadalaman suatu materi.

5) Evaluasi Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.

Adapun tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik cooperative

learning sebagaimana dikemukakan Slavin dalam Isjoni (2010: 21), yaitu

d. Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif

Pada dasarnya model cooperative learning dikembangkan untuk

mencapai tiga tujuan penting yang dirangkum oleh Ibrahim, et al. dalam Isjoni

(2010: 27), yaitu:

1) Hasil belajar akademik Dalam cooperative learning meskipun mencakup beragam tujuan sosial, namun juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas- tugas akademis penting lainnya.

2) Penerimaan terhadap perbedaan individu Tujuan lain dari model cooperative learning yaitu penerimaan secara luas dari orang- orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya.

3) Pengembangan keterampilan sosial Tujuan model pembelajaran kooperatif yang ketiga yaitu, mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerjasama dan kolaborasi. Keterampilan- keterampilan sosial penting dimiliki siswa, karena saat ini banyak anak muda masih kurang dalam ketermpilan sosial.

e. Macam- macam Model Pembelajaran Kooperatif

Macam- macam model pembelajaran kooperatif menurut Agus Suprijono (2010: 89), ada 11 macam antara lain: 1) Jigsaw

Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini mempunyai ciri adanya kelompok asal dan kelompok ahli.

2) Think- Pair- Share Think- Pair- Share adalah model pembelajaran di mana dalam pelaksanaannya terdapat tahap- tahap pembelajaran yaitu; thinking (berpikir), pairing (berpasangan), dan sharing (berbagi).

Page 40: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

3) Numbered Head Together Pembelajaran ini terdapat beberapa tahap antara lain; a) Numbering: guru membagi kelompok, kemudian memberi penomoran kepada setiap anggota kelompok, b) Heads Together: Siswa menyatukan pendapatnya atas pertanyaan atau tugas guru, dan jika guru memanggil sebuah nomor maka nomor yang dipanggil tersebut harus menjawab pertanyaan dari guru tersebut.

4) Group Investigation Ciri dari group investigation ini adalah dengan guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok, kemudian guru dan peserta didik memilih dan menentukan topik dengan mengembangkan permasalahan- permasalahan yang ada dalam topik tersebut.

5) Two Stay Two Stray Metode two stay two stray juga disebut dengan metode dua tinggal dua tamu, dengan guru membagi kelompok dan memberikan tugas yang berupa permasalahan yang harus didiskusikan. Setelah diskusi kelompok selesai maka dua orang dari anggota kelompok bertamu ke kelompok lain, sedangkan dua orang yang tidak mempunyai tugas bertamu mereka harus menerima tamu yang datang. Setelah selesai tugasnya masing- masing maka anggota kelompok yang bertamu ke kelompok lain harus kembali ke kelompoknya masing- masing untuk mencocokkan dan membahas hasil kerjanya.

6) Make a Match Pembelajaran dengan make a match ini memiliki ciri adanya kartu- kartu yang berisi pertanyaan dan jawaban.

7) Listening Team Pembelajaran dengan model ini, bercirikan adanya kelompok- kelompok di mana setiap kelompok memiliki perannya masing- masing.

8) Inside- Outside Circle Pembelajaran model ini terdapat kelompok- kelompok yang terdiri dari 2 kelompok besar dengan tiap kelompok besar terdiri dari 2 kelompok lingkaran dalam dan kelompok lingkaran luar.

9) Bamboo Dancing Pembelajaran dengan metode ini sama dengan model pembelajaran dengan metode inside outside circle.

10) Point- Counter- Point Metode pembelajaran point- counter- point ini berguna untuk mendorong peserta didik untuk berpikir dalam berbagai perspektif.

11) The Power of Two Pembelajaran dengan metode the power of two diawali dengan guru mengajukan pertanyaan. Pertanyaan tersebut harus merangsang siswa untuk berpikir secara kritis.

Page 41: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

f. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)

Menurut Miftahul Huda (2011: 132), Think Pair Share (TPS)

merupakan metode yang sangat sederhana, namun sangat bermanfaat ini

dikembangkan oleh Frank Lyman dari University of Maryland. Dimana

aturannya adalah:

1) Siswa diminta untuk duduk berpasangan, 2) kemudian guru mengajukan pertanyaan atau masalah kepada siswa, 3) Setiap siswa diminta untuk berpikir sendiri- sendiri terlebih dahulu, 4) Siswa berdiskusi dengan pasangannya untuk memperoleh satu konsensus yang sekiranya dapat mewakili jawaban mereka berdua, 5) Guru meminta siswa untuk menshare , menjelaskan, atau menjabarkan hasil konsensus atau jawaban yang telah mereka sepakati pada siswa yang lain di ruang kelas.

Trianto (2007: 61), mengemukakan bahwa strategi Think Pair Share

(TPS) atau berpikir berpasangan berbagi adalah merupakan jenis pembelajaran

kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Adapun

langkah- langkah model pembelajaran ini antara lain:

1) Langkah 1: Berpikir (Thinking) Guru mengajukan pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran dan meminta siswa untuk beberapa menit untuk berpikir.

2) Langkah 2: Berpasangan (Pairing) Guru meminta siswa untuk berpasangan untuk mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh, kemudian mereka harus menyatukan pendapatnya.

3) Langkah 3: Berbagi (Sharing) Guru meminta pasangan- pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan.

Lie dalam Isjoni (2010: 78), menjelaskan tipe Think Pair Share ialah

tehnik yang memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerjasama

Think Pair Share

merupakan pembelajaran pikir bareng dan berbagi yang dikembangkan oleh Frank

35).

Think Pair Share memiliki prosedur yang

ditetapkan secara eksplisit untuk memberi siswa waktu lebih banyak untuk

Page 42: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

Menurut N. A. Nik Azlina dalam jurnal internasional (2010: 21)

menyebutkan bahwa:

Think-Pair-Share is a technique involves sharing with a partner which enables students to assess new ideas and if necessary, clarify or rearrange them before presenting them to the larger group. Secara garis besar, dapat diartikan bahwa Think-Pair-Share merupakan teknik yang melibatkan siswa untuk berbagi dengan pasangan yang memungkinkan siswa untuk menilai ide-ide baru dan jika perlu, klarifikasi atau mengatur ulang mereka sebelum menghadirkan mereka ke kelompok yang lebih besar.

Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS) merupakan model

pembelajaran yang mengelompokkan siswa secara berpasangan. Adapun

langkah- langkah model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS)

antara lain: 1) berpikir (thinking), 2) berpasangan (pairing), dan 3) berbagi

(sharing).

g. Kekurangan dan Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think

Pair Share (TPS)

Arif Fadholi Wahid Assyafi'i (2009: 1), berpendapat bahwa terdapat

beberapa kekurangan dan kelebihan dari model pembelajaran kooperatif tipe

think pair share (TPS), adapun kekurangan dan kelebihan itu antara lain;

1) Kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS), yaitu: a) Membutuhkan koordinasi secara bersamaan dari berbagai aktivitas. b) Membutuhkan perhatian khusus dalam penggunaan ruangan kelas. c) Peralihan dari seluruh kelas ke kelompok kecil dapat menyita waktu

pengajaran yang berharga. Untuk itu guru harus dapat membuat perencanaan yang seksama sehingga dapat meminimalkan jumlah waktu yang terbuang.

d) Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor. e) Lebih sedikit ide yang muncul. f) Jika ada perselisihan,tidak ada penengah. g) Menggantungkan pada pasangan. h) Jumlah siswa yang ganjil berdampak pada saat pembentukan kelompok,

karena ada satu siswa tidak mempunyai pasangan. i) Ketidaksesuaian antara waktu yang direncanakan dengan

pelaksanaannya.

Page 43: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

j) Metode pembelajaran Think-Pair-Share belum banyak diterapkan di sekolah.

k) Sangat memerlukan kemampuan dan ketrampilan guru, waktu pembelajaran berlangsung guru melakukan intervensi secara maksimal.

l) Menyusun bahan ajar setiap pertemuan dengan tingkat kesulitan yang sesuai dengan taraf berfikir anak.

m) Mengubah kebiasaan siswa belajar dari yang dengan cara mendengarkan ceramah diganti dengan belajar berfikir memecahkan masalah secara kelompok, hal ini merupakan kesulitan sendiri bagi siswa.

n) Sangat sulit diterapkan di sekolah yang rata-rata kemampuan siswanya rendah dan waktu yang terbatas.

o) Jumlah kelompok yang terbentuk banyak. p) Sejumlah siswa bingung, sebagian kehilangan rasa percaya diri, saling

mengganggu antar siswa karena siswa baru tahu metode TPS.

2) Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS), yaitu: a) Memberi siswa waktu lebih banyak untuk berfikir, menjawab, dan

saling membantu satu sama lain. b) Meningkatkan partisipasi akan cocok untuk tugas sederhana. c) Lebih banyak kesempatan untuk konstribusi masing-masing anggota

kelompok. d) Interaksi lebih mudah. e) Lebih mudah dan cepat membentuk kelompoknya. f) Seorang siswa juga dapat belajar dari siswa lain serta saling

menyampaikan idenya untuk didiskusikan sebelum disampaikan di depan kelas.

g) Dapat memperbaiki rasa percaya diri dan semua siswa diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam kelas.

h) Siswa dapat mengembangkan keterampilan berfikir dan menjawab dalam komunikasi antara satu dengan yang lain, serta bekerja saling membantu dalam kelompok kecil.

i) Siswa secara langsung dapat memecahkan masalah, memahami suatu materi secara berkelompok dan saling membantu antara satu dengan yang lainnya, membuat kesimpulan (diskusi) serta mempresentasikan di depan kelas sebagai salah satu langkah evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.

j) Memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai materi yang diajarkan karena secara tidak langsung memperoleh contoh pertanyaan yang diajukan oleh guru, serta memperoleh kesempatan untuk memikirkan materi yang diajarkan.

k) Siswa akan terlatih menerapkan konsep karena bertukar pendapat dan pemikiran dengan temannya untuk mendapatkan kesepakatan dalam memecahkan masalah.

Page 44: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

l) Siswa lebih aktif dalam pembelajaran karena menyelesaikan tugasnya dalam kelompok, dimana tiap kelompok hanya terdiri dari 2 orang.

m) Siswa memperoleh kesempatan untuk mempresentasikan hasil diskusinya dengan seluruh siswa sehingga ide yang ada menyebar.

n) Memungkinkan guru untuk lebih banyak memantau siswa dalam proses pembelajaran.

o) Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas. Penggunaan metode pembelajaran TPS menuntut siswa menggunakan waktunya untuk mengerjakan tugas-tugas atau permasalahan yang diberikan oleh guru di awal pertemuan sehingga diharapkan siswa mampu memahami materi dengan baik sebelum guru menyampaikannya pada pertemuan selanjutnya.

p) Memperbaiki kehadiran. Tugas yang diberikan oleh guru pada setiap pertemuan selain untuk melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran juga dimaksudkan agar siswa dapat selalu berusaha hadir pada setiap pertemuan. Sebab bagi siswa yang sekali tidak hadir maka siswa tersebut tidak mengerjakan tugas dan hal ini akan mempengaruhi hasil belajar mereka.

q) Angka putus sekolah berkurang. Model pembelajaran TPS diharapkan dapat memotivasi siswa dalam pembelajaran sehingga hasil belajar siswa dapat lebih baik daripada pembelajaran dengan model konvensional.

r) Sikap apatis berkurang. Sebelum pembelajaran dimulai, kencenderungan siswa merasa malas karena proses belajar di kelas hanya mendengarkan apa yang disampaikan guru dan menjawab semua yang ditanyakan oleh guru. Dengan melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar, metode pembelajaran TPS akan lebih menarik dan tidak monoton dibandingkan metode konvensional.

s) Penerimaan terhadap individu lebih besar. Dalam model pembelajaran konvensional, siswa yang aktif di dalam kelas hanyalah siswa tertentu yang benar-benar rajin dan cepat dalam menerima materi yang disampaikan oleh guru sedangkan siswa lain hanyalah pendengar materi yang disampaikan oleh guru. Dengan pembelajaran TPS hal ini dapat diminimalisir sebab semua siswa akan terlibat dengan permasalahan yang diberikan oleh guru.

t) Hasil belajar lebih mendalam. Parameter dalam PBM adalah hasil belajar yang diraih oleh siswa. Dengan pembelajaran TPS perkembangan hasil belajar siswa dapat diidentifikasi secara bertahap. Sehingga pada akhir pembelajaran hasil yang diperoleh siswa dapat lebih optimal.

u) Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi. Sistem kerjasama yang diterapkan dalam model pembelajaran TPS menuntut siswa untuk dapat bekerja sama dalam tim, sehingga siswa dituntut untuk dapat belajar berempati, menerima pendapat orang lain atau mengakui secara sportif jika pendapatnya tidak diterima.

Page 45: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

h. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)

pada Pembelajaran Menulis Pantun

Berdasarkan pendapat dari Trianto (2007: 61), mengenai model

pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS), maka peneliti dapat

menerapkan model pembelajaran ini pada pembelajaran menulis pantun siswa

kelas IV SD Negeri Pajang 4 Laweyan Surakarta, dengan langkah- langkah

pembelajaran sebagai berikut:

1) Guru menyampaikan materi menulis pantun.

2) Berpikir (Thinking): Guru memberikan tugas untuk menulis pantun kepada

siswa, dengan siswa diminta untuk berpikir mengenai pantun apa yang

ingin dibuat.

3) Berpasangan (Pairing): Guru membagi siswa ke dalam kelompok-

kelompok, dengan setiap siswa saling berpasangan untuk mendiskusikan

menulis pantun bersama pasangannya sehingga masing- masing kelompok

dapat menyatukan jawaban atas menulis pantun.

4) Berbagi (Sharing): Guru meminta setiap pasangan untuk berbagi tentang

hasil diskusinya mengenai pantun yang telah mereka buat dengan

membacakan pantun itu di depan kelas agar semua siswa tahu hasil diskusi

menulis pantun dari kelompok lain.

Dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share

(TPS) ini, maka siswa akan lebih paham dan mudah untuk menyusun kata- kata

yang ada dalam pikirannya ke dalam pantun yang telah ditugaskan oleh guru

karena mereka mengerjakan tugas itu secara berpasangan, sehingga mereka lebih

yakin dan mudah untuk menulis pantun.

Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa hakikat model

pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS) merupakan suatu pola atau

kerangka pembelajaran, di mana siswa dirancang untuk bekerja secara

berkelompok dengan saling berpasangan untuk mengerjakan tugas dari guru

kemudian siswa menyampaikan tugas tersebut di depan kelas selanjutnya siswa

diarahkan guru untuk berdiskusi secara pleno (menyeluruh).

Page 46: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

3. Hakikat Kualitas Proses Pembelajaran

a. Pengertian Kualitas Proses Pembelajaran

1) Pengertian Kualitas

Juran (1995) dalam Sambas Ali Muhidin (2009: 1), mengemukakan bahwa, kualitas (mutu) didefinisikan sebagai M-Kecil dan M-Besar. M-Kecil merupakan mutu dalam arti sempit, yang berkenaan dengan kinerja bagian dari suatu organisasi, dan tidak dikaitkan dengan kebutuhan dari semua jenis pelanggan. M-Besar adalah mutu dalam arti luas, berkenaan dengan seluruh kegiatan organisasi yang dikaitkan dengan kebutuhan semua jenis pelanggan. M-Besar inilah yang dimaksudkan dengan mutu terpadu.

Sedangkan Depdiknas (2001: 4) dalam Sambas Ali Muhidin

(2009: 1), mengemukakan paradigma mutu dalam konteks pendidikan,

mencakup Input, proses, dan output pendidikan .

Jadi dapat disimpulkan bahwa kualitas merupakan kinerja dari

suatu organisasi dalam artian organisasi pendidikan. Kualitas dalam dunia

pendidikan ini mencakup input, proses, dan output dari pendidikan itu

sendiri.

2) Pengertian Pembelajaran

merupakan suatu gabungan yang tersusun dari unsur- unsur manusiawi,

material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi

Sedangkan Yusufhadi Miarso dalam Benny A. Pribadi (2009: 29),

aktivitas yang berfokus pada kondisi dan kepentingan pembelajar (learner

centered

Walter Dick dan Lou Carey dalam Benny A. Pribadi (2009: 31),

peristiwa yang disampaikan secara terstruktur dan telah direncanakan

Page 47: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran adalah suatu kegiatan atau aktivitas yang terstruktur dan

telah direncanakan dengan sebaik- baiknya untuk mencapai suatu tujuan

yang telah direncanakan.

3) Pengertian Proses Pembelajaran

Nana Sudjana dalam Sambas Ali Muhidin mengemukakan bahwa pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar juga merupakan proses melihat, mengamati dan memahami sesuatu.

Lebih lanjut, Nana Sudjana (2008: 56), menjelaskan hasil belajar

yang dicapai siswa melalui proses belajar mengajar yang optimal akan

menunjukkan hasil yang mempunyai ciri sebagai berikut:

a) Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar intrinsik pada diri siswa

b) Menambahkan keyakinan akan kemampuan dirinya c) Hasil belajar yang dicapainya bermakna bagi dirinya d) Hasil belajar diperoleh siswa secara menyeluruh e) Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan

dirinya terutama menilai proses dan hasil belajarnya.

4) Tujuan dan Dimensi Penilaian Proses Belajar Mengajar

Nana Sudjana (2008: 57), menyebutkan tujuan penilaian proses

belajar mengajar ditekankan pada perbaikan dan pengoptimalan kegiatan

belajar mengajar yang terutama adalah efisiensi- keefektifan-

produktivitasnya yaitu:

a) Efisiensi dan keefektifan pencapaian tujuan instruksional b) Keefektifan dan relevansi bahan pengajaran c) Produktivitas kegiatan belajar mengajar d) Keefektifan sumber dan sarana pengajaran e) Keefektifan penilaian hasil dan proses belajar.

Sejalan dengan tujuan di atas, terdapat komponen pengajaran

sebagai dimensi penilaian proses belajar mengajar yang mencakup:

a) Tujuan pengajaran atau tujuan instruksional b) Bahan pengajaran

Page 48: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

c) Kondisi siswa dan kegiatan belajarnya d) Kondisi guru dan kegiatan mengajarnya e) Alat dan sumber belajar yang digunakan f) Teknik dan cara pelaksanaan penilaian

5) Kriteria dalam Menilai Proses Belajar Mengajar

Nana Sudjana (2008: 59), menyebutkan beberapa kriteria yang

bisa digunakan dalam menilai proses belajar mengajar antara lain:

a) Konsistensi kegiatan belajar mengajar dengan kurikulum b) Keterlaksanaannya oleh guru c) Keterlaksanaannya oleh siswa d) Motivasi belajar siswa e) Keaktifan para siswa dalam kegiatan belajar f) Interaksi guru dengan siswa g) Kemampuan atau keterampilan guru dalam mengajar h) Kualitas hasil belajar yang dicapai oleh siswa.

6) Sumber Data dan Teknik Pengumpulan

Nana Sudjana (2008: 63), mengemukakan bahwa dalam penilaian

aspek atau dimensi setiap komponen belajar mengajar, memerlukan sumber

data dan informasi dari berbagai pihak antara lain:

a) Tenaga kependidikan Tenaga kependidikan yang meliputi wali kelas dan guru pembimbing.

b) Informasi dari siswa Sumbernya yaitu siswa yang menjadi subyek penelitian.

c) Informasi dari orang tua siswa Sumbernya yaitu dari informasi orang tua siswa yang menjadi subyek penelitian.

7) Komponen Utama Kualitas Pembelajaran

Winarno Surakhmad (2009), mengemukakan adanya lima

komponen utama sebagai penentu kualitas pembelajaran, antara lain:

a) Pembelajar (peserta didik) Sesuai dengan Undang- Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN 03), ditegaskn bahwa setiap anak berhak untuk mendapatkan pendidikan. Namun dengan berkembangnya zaman, semakin banyak tantangan kehidupan yang harus dihadapi. Untuk itu setiap anak berhak memperoleh pendidikan yang berkualitas.

b) Program pembelajaran

Page 49: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

Program pembelajaran yang berkualitas mencakup dua aspek utama yaitu, materi dan proses, di mana keduanya harus mencerminkan perpaduan kualitas yang tinggi.

c) Ekosistem pembelajaran Ekosistem atau lingkungan pembelajaran yang berkualitas dapat dilihat dalam perspektif yang sangat luas, mencakup lingkungan politik, sosial, dan budaya yang berdimensi nasional maupun global.

d) Lembaga pembelajaran Lembaga pembelajaran berkualitas adalah sekolah. Namun tidak semua komponen ekosistem, terutama sekolah, telah menjadi komponen berkualitas.

e) Fasilitator pembelajaran Dalam komponen ini menjelaskan bahwa tugas seorang guru adalah mengajar, bukan (lagi) belajar, memfasilitasi, dan mengelola kualitas.

Dari beberapa definisi hakikat kualitas proses pembelajaran, maka

dapat disimpulkan bahwa kualitas proses pembelajaran merupakan kinerja

dari suatu organisasi pendidikan yang meliputi input, proses, dan output

dari suatu kegiatan atau aktivitas yang terstruktur dan telah direncanakan

dengan sebaik- baiknya untuk mencapai suatu tujuan yang telah

direncanakan.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini, antara lain:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Muna Dwi Pangestu pada tahun 2010, di mana

Melalui Model Kooperatif Tipe Kancing Gemerincing Pada Siswa Kelas IV

model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing dapat meningkatkan

kemampuan menulis pantun pada siswa kelas IV SD Negeri Sondakan

Surakarta. Hal ini terbukti dari kemampuan menulis pantun pada siklus I nilai

rata-ratanya adalah 67,96 dan prosentase siswa yang mencapai KKM

sebanyak 66,79% (25 siswa), dan meningkat lagi pada siklus II dengan nilai

rata-rata 79,28 dan prosentase siswa yang mencapai KKM sebanyak 86,84%

(33 siswa dari 38 siswa). Penelitian ini hampir sama dengan yang akan penulis

Page 50: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

teliti yaitu sama- sama meneliti kemampuan menulis pantun, namun ada

perbedaan dengan penelitian yang akan penulis laksanakan yaitu penulis

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS)

untuk meningkatkan kemampuan menulis pantun pada siswa kelas IV SD

Negeri Pajang 4 Laweyan Surakarta tahun ajaran 2011/ 2012.

2.

Menulis Pantun Melalui Model Pembelajaran Kontekstual Bagi Siswa Kelas

ini menunjukkan bahwa model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan

keterampilan menulis pantun pada siswa kelas IV SDN 1 Gombang Tahun

Ajaran 2010/ 2011. Hal ini terbukti dari siklus I keterampilan menulis pantun

4 dari 15 siswa (26,67%) yang baru mempunyai keterampilan menulis pantun,

dan meningkat pada siklus II menjadi 9 siswa (60%) kategori terampil dan 5

siswa (33,33%) dalam kategori sangat terampil. Penelitian ini hampir sama

dengan penelitian yang akan penulis laksanakan yaitu sama- sama

meningkatkan kemampuan menulis pantun, hanya saja perbedaannya terdapat

pada tindakannya yaitu penulis menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe think pair share (TPS) untuk meningkatkan kemampuan menulis pantun

pada siswa kelas IV SD Negeri Pajang 4 Laweyan Surakarta tahun ajaran

2011/ 2012.

3.

Pemahaman Konsep Pecahan Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Think Pair Share (TPS) Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Jeron Nogosari

Boyolali Tahun Ajaran 2010/ 2011. Dari penelitian ini dapat disimpulkan

bahwa model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS) dapat

meningkatkan pemahaman konsep pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri

Jeron Nogosari Boyolali Tahun Pelajaran 2010/ 2011. Hal ini terbukti dari

siklus I nilai rata-rata evaluasi matematika meningkat menjadi 68 sebanyak 26

siswa memperoleh nilai di atas KKM (68%), dan siklus II nilai rata-rata

evaluasi matematika siswa meningkat menjadi 74,5 sebanyak 32 siswa

memperoleh nilai di atas KKM (84%). Penelitian ini hampir sama dengan

Page 51: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

penelitian yang akan penulis laksanakan yaitu sama- sama menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS), walaupun terdapat

perbedaan permasalahannya yaitu penulis mengambil masalah kemampuan

menulis pantun pada siswa kelas IV SD Negeri Pajang 4 Laweyan Surakarta

tahun ajaran 2011/ 2012, sedangkan dalam skripsi Ratna Gunarti mengambil

masalah pemahaman konsep pecahan pada siswa kelas IV SD Negeri Jeron

Nogosari Boyolali tahun ajaran 2010/ 2011.

4.

Hasil Belajar Tentang Operasi Bilangan Bulat Melalui Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Think Pair Share Pada Siswa Kelas IV SDN Soko 4 Miri

bahwa, model kooperatif tipe think pair share dapat meningkatkan hasil

belajar tentang operasi bilangan bulat pada siswa kelas IV SDN Soko 4 Miri

Sragen Tahun Pelajaran 2010/ 2011. Hal ini terbukti dari saat sebelum

tindakan nilai hasil belajar siswa adalah 6,0, dengan 10 siswa (55,5%) siswa

mendapatkan nilai di atas KKM (> 6,5), dan meningkat pada siklus I dengan

nilai rata-rata hasil belajar siswa menjadi 6,4, dengan 12 siswa (66,6%)

mendapatkan nilai di atas KKM, dan meningkat lagi pada siklus II menjadi

7,8, dengan 16 siswa (88,8%) mendapatkan nilai di atas KKM, dan mengalami

peningkatan lagi pada siklus III menjadi 8,8 dengan 18 siswa (100%)

mendapatkan nilai di atas KKM. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian

yang akan penulis laksanakan yaitu penulis mengambil masalah kemampuan

menulis pantun pada siswa kelas IV SD Negeri Pajang 4 Laweyan Surakarta

tahun ajaran 2011/ 2012, sedangkan dalam skripsi Danang Dwi Kuncoro

diambil permasalahan hasil belajar tentang Operasi Bilangan Bulat. Adapun

persamaan dengan penelitian yang akan penulis laksanakan yaitu sama- sama

menjadikan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share sebagai

tindakan perbaikannya.

5.

Hasil Belajar Perkalian Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair

Share Pada Pelajaran Matematika Siswa Kelas II SD Negeri 2 Jagalan

Page 52: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe think pair share dapat

meningkatkan hasil belajar perkalian pada siswa kelas II SD Negeri 2 Jagalan

Karangnongko Klaten Tahun Ajaran 2010/ 2011. Hal ini terbukti dari saat

kondisi awal nilai rata-rata siswa hanya 54,05, dan meningkat pada siklus I

dengan nilai rata-rata siswa adalah 63, dan nilai rata-rata pada siklus II adalah

72, sedangkan untuk ketuntasan klasikalnya pada saat kondisi awal nilai di

atas KKM (60) sebanyak 13 siswa (41%), dan meningkat pada siklus I

ketuntasan klasikalnya adalah 16 siswa (68,18%), dan meningkat lagi pada

siklus II dengan ketuntasan klasikal siswa adalah 20 siswa (91%)

mendapatkan nilai di atas KKM (60). Perbedaan penelitian ini dengan

penelitian yang akan penulis laksanakan yaitu permasalahan yang diambil

yaitu penulis mengambil permasalahan kemampuan menulis pantun pada

siswa kelas IV SD Negeri Pajang 4 Laweyan Surakarta tahun jaran 2011/

2012, sedangkan dalam skripsi Ristina Prihatiningsih diambil permasalahan

hasil belajar perkalian pada siswa kelas II SD Negeri 2 Jagalan Karangnongko

Klaten tahun jaran 2010/ 2011. Adapun persamaan skripsi Ristina

Prihatinigsih dengan penelitian yang akan penulis laksanakan yaitu sama-

sama menjadikan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share sebagai

tindakan perbaikan.

Page 53: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

C. Kerangka Berpikir

Gambar 2.1: Kerangka Berpikir

Dari bagan di atas, maka dapat dijelaskan bahwa sebelum pelaksanaan

PTK kemampuan menulis pantun siswa masih rendah dan kualitas proses

pembelajaran menulis pantun juga tergolong rendah. Hal ini dikarenakan guru

menggunakan metode konvensional dalam KBM dan guru belum menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS). Namun sesudah

pelaksanaan PTK melalui siklus I dan siklus II, guru sudah menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe think pair share pada siswa kelas IV SDN Pajang 4,

sehingga kualitas proses pembelajaran menulis pantun dapat meningkat dan

kemampuan menulis pantun siswa diduga nilainya dapat meningkat. Untuk itu,

dapat disimpulkan bahwa diduga dengan model pembelajaran kooperatif tipe

think pair share (TPS) dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis

pantun dan kemampuan siswa dalam menulis pantun.

Kondisi Awal

Kondisi Akhir

Tindakan

Guru belum menggunakan model kooperatif tipe think pair share

Guru menggunakan model kooperatif tipe think pair share

Diduga dengan menggunakan model kooperatif tipe think pair share dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis pantun

Kualitas proses pembelajaran menulis pantun dan kemampuan menulis pantun rendah

Kualitas proses pembelajaran menulis pantun dan kemampuan menulis pantun meningkat

Diduga dengan menggunakan model kooperatif tipe think pair share dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis pantun

Page 54: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka berpikir di atas, maka dapat

dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS),

maka kualitas proses pembelajaran menulis pantun pada siswa kelas IV SD

Negeri Pajang 4 Laweyan Surakarta tahun ajaran 2011/ 2012 akan meningkat.

2. Dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS)

maka kemampuan menulis pantun pada siswa kelas IV SD Negeri Pajang 4

Laweyan Surakarta tahun ajaran 2011/ 2012 akan meningkat.

Page 55: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di kelas IV SD Negeri Pajang

4 Kecamatan Laweyan Kota Surakarta semester II tahun ajaran 2011/ 2012.

Peneliti memilih tempat ini dikarenakan beberapa alasan diantaranya

menghemat waktu, biaya, dan keberadaan sampel yang memudahkan peneliti

memperoleh data- data yang dibutuhkan, serta lokasinya mudah dijangkau

oleh peneliti.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, yang terdiri dari beberapa

tahap, dari tahap penyusunan proposal sampai dengan tahap ujian. Penelitian

ini dimulai dari bulan Januari sampai Juni tahun 2012.

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian

No Jenis Kegiatan Waktu

Januari Februari Maret April Mei Juni 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Penyusunan proposal

2 Pengajuan dan revisi proposal

3 Seminar proposal

4 Perizinan

5 Siklus I

6 Analisis data siklus I

7 Siklus II

8 Analisis data siklus II

9 Penyusunan Laporan

10 Revisi laporan dan ujian

35

Page 56: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

Adapun rincian jadwal penelitian adalah sebagai berikut:

a. Januari 2012

1) Minggu ke-3: Penyusunan proposal

2) Minggu ke-4: Penyusunan proposal

b. Februari 2012

1) Minggu ke-1: Penyusunan proposal

2) Minggu ke-2: Pengajuan proposal dan revisi proposal

3) Minggu ke-3: Pengajuan proposal dan revisi proposal

4) Minggu ke-4: Seminar proposal

c. Maret 2012

1) Minggu ke-1: Perizinan penelitian

2) Minggu ke-2: Pelaksanaan siklus I

3) Minggu ke-3: Analisis data siklus I

4) Minggu ke-4: Pelaksanaan siklus II

d. April 2012

1) Minggu ke-1: Analisis data siklus II dan penyusunan laporan

2) Minggu ke-2: Penyusunan laporan

3) Minggu ke-3: Penyusunan laporan

4) Minggu ke-4: Penyusunan laporan

e. Mei 2012

1) Minggu ke-1: Revisi hasil laporan

2) Minggu ke-2: Revisi hasil laporan

3) Minggu ke-3: Revisi hasil laporan

4) Minggu ke-4: Revisi hasil laporan

f. Juni 2012

1) Minggu ke-1: Revisi hasil laporan

2) Minggu ke-2: Revisi hasil laporan

3) Minggu ke-3: Revisi hasil laporan

4) Minggu ke-4: Ujian skripsi

Page 57: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

B. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri Pajang

4 kecamatan Laweyan kota Surakarta tahun ajaran 2011/ 2012, dengan jumlah

siswa 29 siswa yang terdiri dari 14 siswa laki- laki dan 15 siswa perempuan.

C. Bentuk dan Strategi Penelitian

1. Bentuk Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

karena data- data yang digunakan adalah data yang diperoleh secara langsung

dari kegiatan belajar mengajar di dalam kelas.

2. Strategi Penelitian

Strategi yang dipilih dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan model siklus dari Iskandar (2009: 48), yang mengungkapkan

yaitu perencanaan (planning),

pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting) .

Adapun tahap- tahapnya dapat digambarkan sebagai berikut:

Perencanaan

Siklus I Refleksi Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Siklus II Refleksi Pelaksanaan

Pengamatan

?

Gambar 3.1 Model Siklus Penelitian Iskandar

Page 58: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

D. Data dan Sumber Data

Sugiyono (2009: 225), menyebutkan bahwa umber data dapat

dibedakan menjadi dua macam, yaitu sumber data primer dan sekunder .

1. Sumber Primer

Sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul

data. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah data kemampuan siswa

dalam menulis pantun dan kualitas proses pembelajaran menulis pantun. Data

kemampuan menulis pantun dan kualitas proses pembelajaran menulis pantun

didapat dari siswa dan guru.

2. Sumber Sekunder

Sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul

data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. Dalam penelitian ini,

yang dijadikan sebagai sumber sekunder adalah dokumen dan hasil observasi.

a) Dokumen

Dokumen yang akan dijadikan sebagai sumber data berupa: nilai

menulis pantun siswa kelas IV SD Negeri Pajang 4 Laweyan Surakarta dan

data kualitas proses pembelajaran menulis pantun sebelum adanya PTK dan

sesudah adanya PTK. Selain itu, peneliti juga mengumpulkan sumber data

lain berupa: silabus Bahasa Indonesia kelas IV, RPP Bahasa Indonesia

kelas IV semester II, dan foto atau video selama proses pembelajaran.

b) Pengamatan peristiwa proses belajar mengajar menulis pantun

Data yang dikumpulkan yaitu tentang bagaimana proses

pembelajaran menulis pantun yang berlangsung di kelas IV SD Negeri

Pajang 4 Laweyan Surakarta. Misalkan untuk mengetahui bagaimana cara

guru dalam menyampaikan materi, penggunaan model dan media

pembelajaran, kondisi kelas maupun siswa dan lain sebagainya.

Page 59: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik- teknik pengumpulan data untuk penelitian ini adalah:

1. Observasi

menggunakan metode observasi yang paling efektif adalah melengkapinya

Observasi dilakukan untuk memperoleh data- data secara langsung

dengan peneliti terjun langsung ke lapangan. Observasi ini dilakukan dengan

memantau proses pembelajaran, sehingga peneliti mendapatkan hasil kegiatan

belajar mengajar yang dapat melengkapi data- data yang berguna untuk

penelitian.

2. Tes

mengukur ada atau tidaknya serta besarnya kemampuan objek yang diteliti,

Tes di sini dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal siswa

dalam pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya pada materi menulis pantun.

Dengan ini maka peneliti dapat mengetahui sejauh mana kemampuan siswa

dalam pembelajaran menulis pantun.

3. Wawancara

St. Y. Slamet dan Suwarto (2007: 48), mengemukakan bahwa:

sekarang dalam suatu konteks mengenai tanggapan atau pesepsi, tingkat dan

bentuk ket

Wawancara ini dilakukan untuk mendapatkan informasi atau data

mengenai kemampuan siswa dalam menulis pantun dan kualitas proses

pembelajaran menulis pantun. Wawancara ini bisa didapatkan dari berbagai

sumber, yaitu guru dan siswa.

Page 60: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

4. Metode Dokumentasi

menggunakan metode dokumentasi ini peneliti memegang check-list untuk

Dokumentasi ini diperoleh dari arsip- arsip atau dokumen mengenai

kemampuan siswa dalam menulis pantun dan kualitas proses pembelajaran

menulis pantun.

F. Validitas Data

Dalam penelitian, diperlukan adanya kebenaran data atau validitas data.

Maksudnya adalah data yang berhasil digali, dikumpulkan, dan dicatat dalam

kegiatan penelitian, harus diusahakan kemantapan dan kebenarannya.

Adapun yang dimaksud trianggulasi data atau sumber dan trianggulasi metode

adalah:

1. Trianggulasi data sering disebut juga trianggulasi sumber. Cara ini

mengarahkan peneliti agar di dalam mengumpulkan data, ia wajib

menggunakan beragam sumber data yang tersedia. Artinya, data yang sama

atau sejenis, akan lebih mantap kebenarannya bila digali dari beberapa sumber

data yang berbeda.

2. Trianggulasi metode, dilakukan oleh peneliti dengan mengumpulkan data

sejenis tetapi dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda.

Dalam trianggulasi metode ini yang ditekankan adalah penggunaan teknik

atau metode pengumpulan data yang berbeda dan bahkan lebih jelas untuk

diusahakan mengarah pada sumber data yang sama untuk menguji

kemantapan informasinya. Peneliti bisa menggunakan metode pengumpulan

data yang berupa observasi kemudian dilakukan wawancara dan hasilnya diuji

dengan pengumpulan data sejenis dengan menggunakan teknik dokumentasi

pada pelaku kegiatan. Dari berbagai teknik pengumpulan data di atas, hasilnya

Page 61: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

dapat dibandingkan kemudian dapat ditarik kesimpulan data yang kuat

validitasnya.

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data merupakan suatu teknik untuk meneliti, memeriksa,

mempelajari, membandingkan data yang ada dan membuat interpretasi yang

diperlukan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik analisis data secara

interaktif. Teknik analisis data secara interaktif terdapat tiga langkah (Miles dan

Huberman, 2007: 16), yang meliputi:

1. Reduksi Data

Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan, dan t

dari catatan- catatan tertulis di lapangan. Dengan kata lain reduksi data

merupakan proses pemilihan data atau informasi kemampuan menulis pantun

dan kualitas proses pembelajaran menulis pantun pada siswa kelas IV SD

Negeri Pajang 4 yang relevan dengan penelitian. Jika data tidak relevan maka

data tersebut dibuang.

2. Penyajian Data

Penyajian data merupakan sekumpulan informasi tersusun yang

memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan

tindakan. Penyajian data meliputi berbagai jenis matriks, grafik, jaringan, dan

bagan. Semuanya dirancang guna menggabungkan informasi yang telah

disusun dalam suatu bentuk yang padu. Dengan demikian peneliti dapat

melihat apa yang terjadi, dan menentukan apakah menarik kesimpulan yang

benar ataukah terus melangkah melakukan analisis yang telah disajikan.

3. Menarik Kesimpulan (Verifikasi)

Penarikan kesimpulan ini berdasarkan pada reduksi data dan

penyajian data. Setelah ditarik kesimpulan, maka peneliti tetap terbuka

menerima masukan dari orang lain.

Page 62: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

H. Indikator Kinerja

Berdasarkan observasi, dokumentasi, dan wawancara didapatkan data

atau informasi bahwa kriteria ketuntasan minimal (KKM) bahasa Indonesia

adalah 65. Untuk itu, penelitian tindakan kelas ini berhasil jika kemampuan siswa

dalam menulis pantun telah mencapai indikator ketercapaian yaitu sebanyak 75%

dari jumlah siswa berhasil mencapai KKM (65) dan kualitas proses pembelajaran

menulis pantun juga telah mencapai nilai 3,3. Kemudian apabila belum berhasil

mencapai indikator ketercapaian yaitu 75% untuk kemampuan siswa dalam

menulis pantun dan 3,3 untuk kualitas proses pembelajaran menulis pantun maka

penelitian akan dilanjutkan pada siklus berikutnya.

I. Prosedur Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang diwujudkan

dalam bentuk siklus yang terdiri dari 2 siklus. Di mana setiap siklusnya terdiri dari

dua pertemuan. Setiap siklus terdapat empat tahap, yaitu: perencanaan (planning),

tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Siklus ini

akan dijabarkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), di mana masing-

masing pertemuan dalam setiap siklus ini waktunya 2 x 35 menit. Adapun

rancangan siklus tersebut seperti berikut:

1. Rancangan Siklus I

a. Tahap Perencanaan Tindakan (Planning)

1) Merencanakan kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS) dan

menerapkannya dalam pembelajaran menulis pantun.

2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk materi

menulis pantun dengan model pembelajaran kooperatif tipe think pair

share (TPS).

3) Menyusun soal evaluasi individu dan kelompok.

4) Membuat media pembelajaran.

5) Menyiapkan sumber belajar

Page 63: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

6) Membuat format observasi.

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Guru menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe think pair

share (TPS) dalam pembelajaran menulis pantun sesuai dengan yang telah

direncanakan sebelumnya. Adapun langkah- langkah pembelajarannya

adalah sebagai berikut:

Kegiatan Awal (10 menit)

a) Apersepsi berkaitan dengan materi menulis pantun

b) Orientasi

c) Motivasi

Kegiatan Inti (45 menit)

a) Guru bertanya kepada siswa mengenai materi pantun

b) Guru menjelaskan materi menulis pantun

c) Guru menunjukkan contoh pantun

d) Siswa menganalisis pantun yang dicontohkan guru berdasarkan ciri-

ciri pantun

e) Siswa maju ke depan kelas untuk menyusun pantun acak menjadi

pantun sempurna sesuai dengan ciri- ciri pantun

f) Guru meminta siswa untuk berpikir tentang materi pantun

g) Guru membagi siswa untuk berkelompok berpasangan

h) Setiap kelompok berdiskusi untuk membuat pantun

i) Masing- masing kelompok menyampaikan hasil diskusinya di depan

kelas

j) Kelompok yang lain menanggapi hasil diskusi kelompok yang maju di

depan kelas

k) Guru memberikan umpan balik terhadap hasil diskusi siswa

Kegiatan Akhir (15 menit)

a) Guru bersama siswa menyimpulkan materi pembelajaran menulis

pantun

b) Siswa mengerjakan soal evaluasi individu

Page 64: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

c. Tahap Observasi (Observing)

Tahap observasi dilakukan dengan peneliti mengamati

berjalannya kegiatan belajar mengajar menulis pantun, dari prosesnya

hingga peristiwa- peristiwa yang ada di dalam kelas. Observasi ini

dilakukan berdasarkan panduan observasi yang telah dibuat peneliti

sebelumnya.

d. Tahap Refleksi (Reflecting)

Tahap refleksi dilakukan dengan cara menganalisis proses

pembelajaran dan hasil dari pembelajaran. Proses pembelajaran dapat

dilihat dari hasil observasi, sedangkan hasil pembelajaran dapat dilihat dari

hasil pekerjaan siswa atau nilai siswa. Dari analisis proses dan hasil

pembelajaran, maka dapat ditarik kesimpulan fase mana yang perlu

peningkatan dan fase mana yang sudah memenuhi target yang telah

direncanakan. Dari analisis siklus I nilai kemampuan menulis pantun siswa

yang mencapai KKM (65) adalah sebanyak 72,4%.

2. Rancangan Siklus II

Pada siklus II ini peneliti berusaha memperbaiki siklus pertama yang

sudah dilaksanakan.sebelumnya. Hal ini dikarenakan siklus pertama belum

mencapai target yang telah direncanakan. Adapun tahap- tahap siklus kedua

ini antara lain:

a. Tahap Perencanaan Tindakan (Planning)

1) Merencanakan kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS) dan

menerapkannya dalam pembelajaran menulis pantun.

2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk materi

menulis pantun dengan model pembelajaran kooperatif tipe think pair

share (TPS).

3) Menyusun soal evaluasi individu dan kelompok.

4) Membuat media pembelajaran.

5) Menyiapkan sumber belajar.

6) Membuat format observasi.

Page 65: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Guru menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe think pair

share (TPS) dalam pembelajaran menulis pantun sesuai dengan yang telah

direncanakan sebelumnya. Adapun langkah- langkah pembelajarannya

adalah sebagai berikut:

Kegiatan Awal (10 menit)

a) Apersepsi berkaitan dengan materi menulis pantun

b) Orientasi

c) Motivasi

Kegiatan Inti (45 menit)

a) Guru bertanya kepada siswa mengenai materi pantun

b) Guru menjelaskan materi menulis pantun

c) Siswa yang berani maju ke depan kelas untuk memberikan contoh

pantun

d) Siswa menganalisis pantun yang dicontohkan temannya di depan kelas

e) Siswa maju ke depan kelas untuk menyusun pantun acak menjadi

pantun sempurna sesuai dengan ciri- ciri pantun

f) Siswa berpikir sejenak mengenai materi pantun

g) Guru membagi siswa untuk berkelompok berpasangan

h) Setiap kelompok berdiskusi membuat pantun

i) Masing- masing kelompok menyampaikan hasil diskusinya di depan

kelas

j) Kelompok yang lain menanggapi hasil diskusi kelompok yang maju di

depan kelas

k) Guru memberikan penilaian terhadap hasil diskusi siswa dan memberi

tanggapan atas pekerjaan siswa.

Kegiatan Akhir (15 menit)

a) Guru bersama siswa menyimpulkan materi pembelajaran menulis

pantun

b) Siswa mengerjakan soal evaluasi individu

Page 66: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

c. Tahap Observasi (Observing)

Tahap observasi dilakukan dengan peneliti mengamati

berjalannya kegiatan belajar mengajar menulis pantun, dari prosesnya

hingga peristiwa- peristiwa yang ada di dalam kelas. Observasi ini

dilakukan berdasarkan panduan observasi yang telah dibuat peneliti

sebelumnya.

d. Tahap Refleksi (Reflecting)

Hasil analisis data dari siklus II ini, digunakan sebagai acuan

untuk menentukan ketercapaian dari tujuan yang telah direncanakan

sebelumnya. Adapun tujuannya yaitu memperbaiki proses dan hasil

kemampuan menulis pantun melalui model pembelajaran kooperatif tipe

think pair share (TPS) pada siswa kelas IV SDN Pajang 4 Laweyan

Surakarta. Dari analisis siklus II nilai kemampuan menulis pantun siswa

yang mencapai KKM (65) adalah sebanyak 89,6%, untuk itu penelitian

dinyatakan berhasil dan dihentikan.

Page 67: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Tinjauan Historis SD Negeri Pajang 4

Penelitian dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Pajang 4 yang berdiri

pada tahun 1981 dan beralamat di Blag Bligan RT 02/ XII kelurahan Pajang

kecamatan Laweyan kota Surakarta. Asal mula SD Negeri Pajang 4 ini, bahwa

dahulunya merupakan tanah pemakaman, dan atas persetujuan warga sekitar maka

dibangunlah SD Negeri Pajang 4 di atas pemakaman ini. Luas tanah keseluruhan

dari SD Negeri Pajang 4 ini adalah 1335 m2. SD Negeri Pajang 4 letaknya sangat

strategis dikarenakan berada di tengah- tengah pemukiman warga.

SD Negeri Pajang 4 memiliki ruang kelas sebanyak 6 kelas. Dari kelas I

sampai dengan kelas VI. Namun hanya kelas IV saja yang dijadikan kelas untuk

penelitian. Hal ini dikarenakan kemampuan menulis pantun pada siswa kelas IV

masih rendah. Sehingga perlu adanya peningkatan kemampuan menulis pantun

dan proses pembelajaran menulis pantun.

2. Letak Geografis SD Negeri Pajang 4

Secara geografis, SD Negeri Pajang 4 No. 232 terletak di kelurahan

Pajang, kecamatan Laweyan, kota Surakarta. SD Negeri Pajang 4 berdiri di

tengah- tengah pemukiman warga, sehingga letaknya sangat strategis karena

warga di sekitar SD Negeri Pajang 4 dapat menimba ilmu di SD ini. Di depan dan

di samping SD Negeri Pajang 4 terdapat jalan utama perkampungan, jadi sangat

memudahkan warga sekolah untuk menuju SD Negeri Pajang 4 ini.

47

Page 68: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

3. Keadaan Siswa SD Negeri Pajang 4

Jumlah siswa tahun ajaran 2011/ 2012 SD Negeri Pajang 4 adalah 197

siswa, yang terdiri dari 102 siswa laki- laki dan 95 siswa perempuan. Siswa SD

Negeri Pajang 4 terbagi dalam 6 kelas yaitu kelas I berjumlah 32 siswa, kelas II

berjumlah 34 siswa, kelas III berjumlah 33 siswa, kelas IV berjumlah 29 siswa,

kelas V berjumlah 31 siswa, dan kelas VI berjumlah 38 siswa. Siswa mempunyai

latar belakang yang berbeda- beda satu sama lain. Sebagian besar pekerjaan orang

tua siswa adalah buruh yang pendidikannya mayoritas masih rendah.

4. Keadaan Sarana dan Prasarana SD Negeri Pajang 4

Bangunan gedung SD Negeri Pajang 4 berdiri di atas tanah seluas 715

m2. Bangunan yang ada yaitu 6 ruang kelas, 1 ruang guru, 1 ruang Kepala

Sekolah, 1 ruang perpustakaan, 1 ruang UKS, 4 kamar mandi, 1 rumah dinas, dan

1 tempat parkir. SD Negeri Pajang 4 ini sangat aman dan nyaman karena dijaga

oleh Penjaga Sekolah yang tinggal di rumah dinas yang letaknya di dalam SD

Negeri Pajang 4. Halaman SD Negeri Pajang 4 sangat luas, sehingga bisa

digunakan untuk upacara bendera, senam, dan kegiatan pramuka.

B. Deskripsi Kondisi Awal

Sebelum melaksanakan tindakan penelitian, peneliti melaksanakan

observasi di kelas IV SD Negeri Pajang 4 untuk mengetahui kemampuan menulis

pantun dan proses pembelajaran menulis pantun.

Pada kondisi awal atau sebelum adanya pelaksanaan tindakan kelas, guru

menggunakan metode konvensional dalam pembelajaran menulis pantun dengan

guru menjelaskan materi pantun, kemudian guru memberikan tugas menulis

pantun kepada siswa yang pada akhirnya siswa belum jelas akan materi menulis

pantun. Hal tersebut memicu siswa untuk membuat pantun dengan mencontoh

pantun- pantun yang telah ada dalam buku panduan pembelajaran.

Page 69: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

Berdasarkan observasi dan wawancara yang peneliti lakukan, peneliti

mendapati bahwa kinerja guru belum maksimal dalam melaksanakan

pembelajaran karena dalam mengajar guru masih menggunakan metode

konvensional dan guru belum menggunakan media pembelajaran menulis pantun

sehingga siswa banyak mengalami kesulitan dalam menulis pantun. Hal ini

dikarenakan siswa kesulitan untuk menemukan kata- kata yang tepat, siswa

kesulitan untuk menuangkan ide- ide yang ada dalam pikirannya, siswa kesulitan

untuk menentukan sampiran dan isi pantun, Guru saat mengajar masih

menggunakan metode konvensional yang pada akhirnya siswa diberikan tugas

menulis pantun sehingga siswa belum sepenuhnya menguasai materi tentang

pantun, kebanyakan dari siswa, mereka tidak membuat pantun sendiri, melainkan

mereka mencontoh dari buku- buku yang telah ada. Akibatnya masih banyak

siswa yang mendapatkan nilai menulis pantun di bawah KKM (65). Nilai menulis

pantun pada siswa kelas IV SDN Pajang 4 pada kondisi awal dapat dilihat pada

lampiran 27 halaman 160.

Dari nilai menulis pantun pada kondisi awal (lampiran 26), diketahui

bahwa masih banyak siswa yang mendapat nilai di bawah KKM mata pelajaran

Bahasa Indonesia yaitu 65. Rata- rata nilai menulis pantun siswa adalah 62,43.

Dari 29 siswa kelas IV, yang mendapatkan nilai yang memenuhi KKM hanya 12

siswa (41,4%), sedangkan 17 siswa (58,6%) mendapat nilai di bawah KKM.

Untuk memperjelas nilai menulis pantun siswa pada kondisi awal, maka

dapat dibuat tabel distribusi frekuensi sebagai berikut:

Page 70: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

Tabel 4.1 Data Nilai Menulis Pantun Siswa Kelas IV SDN Pajang 4 pada Kondisi

Awal

Sumber: dokumentasi nilai Bahasa Indonesia kelas IV pada materi menulis

pantun.

Dari tabel distribusi frekuensi nilai menulis pantun siswa kelas IV SDN

Pajang 4 saat kondisi awal, maka dapat disajikan dalam bentuk grafik pada

gambar 4.1 sebagai berikut ini:

0

2

4

6

8

10

12

Interval nilai

7

10

3

6

12

50 56 62 68 74 80 86

Gambar 4.1 Grafik Nilai Menulis Pantun Siswa Kelas IV SDN Pajang 4 pada

Kondisi Awal

No. Interval Nilai

Frekuensi (fi)

Nilai Tengah

(xi) fi.xi Persentase

(%)

1 49,5- 55,5 7 52,5 367,5 24,2 2 55,5- 61,5 10 58,5 585 34,5 3 61,5- 67,5 3 64,5 193,5 10,4 4 67,5- 73,5 6 70,5 423 20,7 5 73,5- 79,5 1 76,5 76,5 3,4 6 79,5- 85,5 2 82,5 165 6,8

29 1810,5 Nilai rata- rata = 1810,5 : 29 = 62,43

Ketuntasan klasikal = (12 : 29) x 100% = 41,4% Nilai di bawah KKM = (17 : 29) x 100% = 58,6%

Nilai tertinggi = 85 Nilai terendah = 50

Page 71: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

Untuk mengetahui kualitas proses pembelajaran menulis pantun saat

kondisi awal dapat diketahui dari 3 aspek yaitu melalui aktivitas siswa saat

pembelajaran, rencana pelaksanaan pembelajaran guru, dan kinerja guru saat

mengajar. Rata- rata aktivitas siswa saat pembelajaran adalah 2,27 yang berarti

aktivitas siswa saat pembelajaran adalah tidak baik, dan selengkapnya dapat

dilihat pada lampiran 34. Sedangkan berdasarkan observasi yang telah peneliti

laksanakan, rencana pelaksanaan pembelajarannya adalah 3,22 yang berarti

rencana pelaksanaan pembelajarannya baik, dan selengkapnya dapat dilihat pada

lampiran 39. Untuk kinerja guru saat melaksanakan pembelajaran menulis pantun,

nilainya adalah 3,12 yang berarti baik, dan selengkapnya dapat dilihat pada

lampiran 41. Untuk itu, dapat disimpulkan bahwa kualitas proses pembelajaran

menulis pantun pada kondisi awal dapat dilihat dari rata- rata ketiga aspek yang

telah disebutkan di atas. Untuk memperjelas kualitas proses pembelajaran menulis

pantun dapat disajikan dalam bentuk tabel 4.2 sebagai berikut:

Tabel 4.2 Data Kualitas Proses Pembelajaran Menulis Pantun Pada Kondisi Awal

Aspek- aspek Kualitas Proses Pembelajaran Kualitas Proses

Pembelajaran Aktivitas Siswa RPP Guru Kinerja Guru

2,27 3,22 3,12 2,87

Keterangan :

1- 2 = sangat tidak baik 3 3,5 = baik

2 2,5 = tidak baik 3,6 - 4 = sangat baik

2,6 - 2,9 = cukup baik

Dari tabel 4.2 di atas, dapat diketahui bahwa kualitas proses

pembelajaran menulis pantun pada kondisi awal adalah 2,87 (cukup baik). Untuk

memperjelas kualitas proses pembelajaran menulis pantun pada kondisi awal

maka dapat disajikan dalam bentuk grafik seperti gambar 4.2 berikut ini:

Page 72: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

Aspek - aspek Kualitas Proses Pembelajaran

Gambar 4.2 Grafik Kualitas Proses Pembelajaran Pada Kondisi Awal

C. Deskripsi Hasil Penelitian

1. Deskripsi Siklus I

Tindakan siklus I dilaksanakan selama 2 kali pertemuan. Tiap- tiap

pertemuan terdiri dari dua jam pelajaran (2 x 35 menit) yang dilaksanakan pada

tanggal 14 Maret 2012 dan 15 Maret 2012, yang diikuti oleh siswa kelas IV

sebanyak 29 siswa. Dalam penelitian ini, peneliti berperan langsung sebagai guru

yang melaksanakan pembelajaran menulis pantun dengan menerapkan model

pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dengan diamati oleh guru

kelas IV yaitu Ibu Sri Widiyatmini, A. Ma. serta teman sejawat peneliti yang

bernama Indra Dwi Rachdhiastuti. Adapun tahapan- tahapan yang dilaksanakan

dalam siklus I adalah sebagai berikut:

a. Perencanaan

Kegiatan perencanaan siklus I dilakukan pada hari Jumat, 9 Maret

2012. Peneliti dan guru kelas mendiskusikan rancangan tindakan yang akan

dilaksanakan untuk memperbaiki kemampuan siswa dalam menulis pantun

dan memperbaiki kualitas proses pembelajaran menulis pantun. Selanjutnya

peneliti dengan guru menyepakati bahwa pelaksanaan siklus I berlangsung

Page 73: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

pada hari Rabu, 14 Maret 2012 dan Kamis, 15 Maret 2012. Adapun deskripsi

pelaksanaan siklus I adalah sebagai berikut:

a. Merencanakan kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS) dan menerapkannya

dalam pembelajaran menulis pantun.

b. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk materi

menulis pantun dengan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share

(TPS).

c. Menyusun soal evaluasi individu dan kelompok.

d. Menyiapkan media pembelajaran.

e. Menyiapkan sumber belajar sebagai panduan pembelajaran menulis

pantun.

f. Membuat format observasi dan penilaian yang akan digunakan dalam

pembelajaran menulis pantun.

b. Pelaksanaan Tindakan

Setelah membuat perencanaan tindakan, peneliti melaksanakan

pembelajaran menulis pantun dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe think pair share (TPS). Di sini peneliti berperan langsung

sebagai guru yang melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS), sedangkan guru kelas IV

berperan sebagai observe. Siklus I ini, penulis laksanakan dalam 2 kali

pertemuan sebagai berikut:

Pertemuan Pertama

Pertemuan pertama pembelajaran menulis pantun kelas IV

mempelajari pantun dengan tema persahabatan. Adapun langkah-langkah

pembelajarannya yaitu:

1) Kegiatan Awal

a) Siswa dan guru berdoa sebelum memulai pelajaran.

b) Absensi.

c) Siswa menjawab pertanyaan guru mengenai materi menulis pantun

yang sudah dipelajari pada semestar I dan II.

Page 74: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

2) Kegiatan Inti

a) Eksplorasi

(1) Siswa menjawab pertanyaan guru tentang pengertian pantun.

(2) Siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai materi pantun.

(3) Siswa menganalisis pantun yang dicontohkan guru di depan kelas.

(4) Siswa maju ke depan kelas untuk menyusun pantun acak menjadi

pantun sempurna sesuai dengan ciri- ciri pantun.

b) Elaborasi

(1) Siswa berpikir sejenak ± 2 menit mengenai materi pantun yang

telah dijelaskan oleh guru (Think).

(2) Siswa berpasangan dan mendiskusikan tugas dari guru untuk

membuat pantun persahabatan (Pair). Dikarenakan jumlah siswa

ganjil (29), maka sebanyak 14 kelompok berkelompok secara

berpasangan, namun ada satu kelompok yang anggota

kelompoknya terdiri dari 2-3 orang siswa.

(3) Masing- masing anggota kelompok, maju ke depan kelas untuk

menyampaikan hasil diskusi membuat pantun persahabatan

dengan kelompok lain menanggapi hasil pantun karya kelompok

yang maju di depan kelas (Share).

c) Konfirmasi

(1) Siswa mempunyai kesempatan untuk bertanya mengenai materi

menulis pantun yang kurang jelas.

(2) Siswa yang dibimbing guru bersama- sama menyimpulkan materi

pelajaran menulis pantun.

3) Kegiatan Akhir

a) Siswa mengerjakan soal evaluasi individu untuk membuat pantun

persahabatan.

b) Guru memberikan PR kepada siswa untuk mempelajari materi menulis

pantun lebih mendalam.

Page 75: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

c) Salam penutup.

Pertemuan Kedua

Pertemuan kedua pembelajaran menulis pantun mempelajari materi

pantun yang dikhususkan pada pembelajaran menulis pantun dengan tema

pendidikan. Adapun langkah- langkah pembelajarannya sebagai berikut:

1) Kegiatan Awal

a) Siswa dan guru berdoa sebelum memulai pelajaran.

b) Absensi.

c) Siswa menjawab pertanyaan guru mengenai pengertian pantun.

2) Kegiatan Inti

a) Ekplorasi

(1) Siswa menjawab pertanyaan guru mengenai tema pantun itu ada

apa saja.

(2) Siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai materi menulis

pantun dengan tema pendidikan.

(3) Siswa menganalisis pantun pendidikan yang dicontohkan guru.

(4) Siswa maju ke depan kelas untuk menyusun pantun acak menjadi

pantun sempurna sesuai dengan ciri- ciri pantun.

b) Elaborasi

(1) Siswa berpikir sejenak ± 2 menit mengenai materi pantun dengan

tema pendidikan yang telah dijelaskan oleh guru (Think).

(2) Siswa berpasangan dan mendiskusikan tugas dari guru untuk

membuat pantun dengan tema pendidikan (Pair). Dikarenakan

jumlah siswa ganjil (29), maka sebanyak 14 kelompok

berkelompok secara berpasangan, namun ada satu kelompok yang

anggota kelompoknya terdiri dari 3 orang siswa.

(3) Masing- masing anggota kelompok, maju ke depan kelas untuk

menyampaikan hasil diskusi membuat pantun dengan tema

pendidikan, sedangkan kelompok lain menanggapi hasil pantun

karya kelompok yang maju di depan kelas (Share).

Page 76: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

c) Konfirmasi

(1) Siswa mempunyai kesempatan untuk bertanya mengenai materi

menulis pantun dengan tema pendidikan yang kurang jelas.

(2) Siswa yang dibimbing guru bersama- sama menyimpulkan materi

pelajaran menulis pantun dengan tema pendidikan.

4) Kegiatan Akhir

a) Siswa mengerjakan soal evaluasi individu untuk membuat pantun

dengan tema pendidikan.

b) Guru memberikan PR kepada siswa untuk mempelajari materi menulis

pantun dengan tema pendidikan lebih mendalam lagi.

c) Salam penutup.

c. Pengamatan atau Observasi

Pada tahap ini dilakukan pengamatan terhadap pelaksanaan

pembelajaran menulis pantun dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe think pair share (TPS). Pengamatan ini dilakukan untuk

memperoleh data mengenai kemampuan menulis pantun siswa dan data

tentang kualitas proses pembelajarannya. Hal ini juga dapat berfungsi untuk

mengetahui kesesuaian pelaksanaan pembelajaran menulis pantun dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS)

dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun. Hasil

pengamatan atau observasi selanjutnya digunakan sebagai dasar tahap refleksi

siklus I.

Peneliti melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan tindakan sesuai

dengan tujuan penelitian yaitu meningkatkan kemampuan menulis pantun dan

meningkatkan kualitas proses pembelajarannya. Tahap ini, peneliti

mengadakan kolaborasi dengan guru kelas IV dalam melaksanakan

pengamatan terhadap pelaksanaan proses pembelajaran menggunakan lembar

observasi. Observasi dilaksanakan untuk mendapatkan data mengenai aktivitas

Page 77: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

peneliti dan aktivitas siswa dalam kesesuaian antara rencana pembelajaran

yang disusun dengan pelaksanaan pembelajaran yang telah dilaksanakan.

Dari hasil observasi siklus I selama 2 kali pertemuan diperoleh hasil

observasi sebagai berikut :

1) Hasil Observasi Kemampuan Guru

a) Pada aspek pra pembelajaran, guru sudah menyiapkan ruang, alat,

dan media pembelajaran dengan baik.

b) Pada aspek membuka pembelajran, guru sudah melakukan absensi

dan menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dengan

baik.

c) Pada aspek penguasaan materi pelajaran, guru sudah menguasai

materi menulis pantun dengan baik dan materi tersebut sudah

dikaitkan dengan kehidupan sehari- hari siswa.

d) Pada aspek strategi pembelajaran, dalam melaksanakan pembelajaran

guru sudah melaksanakannya sesuai dengan tujuan yang ingin

dicapai, melaksanakan pembelajaran secara runtun, guru sudah dapat

menguasai kelas dengan baik, dan melaksanakan pembelajaran

sesuai dengan alokasi waktu yang telah direncanakan sebelumnya.

e) Pada aspek pemanfaatan sumber belajar atau media pembelajaran,

guru sudah guru sudah menggunakan media pembelajaran menulis

pantun yaitu dengan kertas karton yang diisi dengan kertas pantun

acak dan guru juga sudah menggunakan sumber belajar sebagai

panduan materi pembelajaran menulis pantun.

f) Pada aspek pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan

siswa, guru sudah memicu siswa untuk berpartisipasi aktif dalam

kegiatan pembelajaran. Hanya saja saat siklus I ini, hanya sebagian

siswa saja yang mengikuti arahan guru untuk lebih aktif.

g) Pada aspek penilaian proses dan hasil, guru sudah memantau

kemajuan pembelajaran selama proses pembelajaran dan guru juga

melakukan penilaian akhir sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

Page 78: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

h) Pada aspek penggunaan bahasa, guru sudah menggunakan bahasa

lisan dan tulis dengan jelas, baik, dan lancar.

i) Pada aspek penutup, guru sudah menyimpulkan materi pembelajaran

yang melibatkan siswa dan memberikan tugas individu untuk

mengetahui seberapa besar kemampuan siswa dalam menulis pantun

setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think pair

share (TPS).

2) Hasil Observasi Siswa

Adapun hasil observasi kegiatan siswa selama proses

pembelajaran dapat dijabarkan sebagai berikut:

a) Dinilai dari aspek perhatian, mayoritas siswa perhatiannya dalam

menerima materi pembelajaran dari guru tergolong baik. Hal ini

dibuktikan dengan siswa mendengarkan penjelasan guru, dan saat guru

memberikan umpan balik berupa pertanyaan siswa bisa menjawabnya.

b) Dinilai dari aspek kerjasama, mayoritas siswa saat bekerjasama dengan

kelompoknya tergolong baik. Namun ada sebagian siswa yang kurang

bisa bekerjasama dengan kelompoknya.

c) Dinilai dari aspek ketekunan, mayoritas siswa tekun dalam

mengerjakan tugas- tugas dari guru. Walaupun masih terdapat siswa

yang belum tekun dalam mengerjakan tugas, dikarenakan mereka

masih asyik berbicara dengan temannya dan menganggu temannya

dalam mengerjakan tugas.

d) Dinilai dari aspek keaktifan, keaktifan siswa tergolong baik dan aktif

dalam kegiatan pembelajaran, namun masih terdapat sebagian siswa

yang masih asyik dengan kegiatannya sendiri yang tidak berhubungan

dengan kegiatan pembelajaran.

d. Refleksi

Data- data yang telah diperoleh melalui observasi dan penilaian

kemampuan menulis pantun dikumpulkan untuk dianalisis dan direfleksi. Hal

ini dilakukan untuk pedoman atau acuan pengambilan langkah siklus II.

Adapun hasil refleksinya yaitu:

Page 79: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

1) Materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru belum dijelaskan secara

rinci, dikarenakan guru hanya menyampaikan materi pembelajaran secara

umumnya saja. Untuk siklus II, guru harus menyampaikan materi

pembelajaran dengan rinci, sehingga siswa dapat lebih mendalami akan

materi menulis pantun.

2) Masih terdapat siswa yang asyik dengan kegiatannya sendiri saat guru

menjelaskan materi pembelajaran maupun saat mengerjakan tugas

individu dan kelompok. Masih terdapat siswa yang mengganggu temannya

saat ada siswa yang mendengarkan penjelasan guru maupun saat

mengerjakan tugas. Untuk siklus II guru harus bisa mengkondisikan kelas

dengan baik agar perhatian siswa tertuju kepada guru dan tugas yang

diberikan oleh guru.

3) Saat diskusi kelompok, masih terdapat siswa yang belum bisa bekerjasama

dengan kelompoknya. Hal ini dikarenakan siswa yang cara berpirkirnya

lebih di atas dibanding dengan temannya, lebih memilih untuk

mengerjakan tugas kelompoknya sendiri tanpa meminta pendapat dengan

teman kelompoknya. Untuk siklus II, guru harus bisa memberikan

pengertian kepada siswa bahwa pekerjaan kelompok harus dikerjakan

secara berkelompok, dan hasil pekerjaan kelompok akan lebih maksimal

bila dibandingkan dengan pemikiran sendiri atau satu orang saja.

4) Dalam menulis pantun, masih terdapat siswa yang menulis pantun tidak

sesuai dengan tema yang ditentukan dan pantun yang dibuat belum

memenuhi ciri- ciri pantun sempurna. Hal ini dikarenakan siswa merasa

kesulitan untuk menentukan kata yang tepat dengan mengacu pada tema.

Untuk siklus II guru harus lebih mendalam lagi dalam menjelaskan materi

pembelajaran, agar siswa benar- benar paham dan siswa dapat menulis

pantun dengan baik.

5) Masih terdapat kelompok yang ramai saat kelompok lain maju ke depan

kelas untuk menyampaikan hasil diskusi kelompok dalam membuat

pantun. Sehingga kelompok yang ramai ini belum bisa menanggapi hasil

pekerjaan kelompok lain. Untuk siklus II guru harus memusatkan

Page 80: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

perhatian siswa untuk memberi tanggapan kepada kelompok yang maju di

depan kelas atas pekerjaan yang telah dibuat.

6) Pada saat guru memberikan waktu untuk berpikir (think) sebelum

pembentukan kelompok, siswa belum memanfaat waktu untuk mendalami

materi menulis pantun sebagai bekal mengerjakan soal diskusi kelompok.

Untuk siklus II guru harus bisa memberikan pengertian kepada siswa akan

pentingnya waktu berpikir sebelum mengerjakan soal diskusi kelompok.

Guru juga harus mengamati benar- benar setiap kegiatan siswa.

Perolehan hasil nilai kemampuan menulis pantun siswa pada siklus I

dengan KKM bahasa indonesia (65) dan jumlah siswa sebanyak 29 siswa, didapati

nilai siswa yang belum mencapai KKM adalah sebanyak 8 siswa (27,6%),

sedangkan jumlah siswa yang nilainya sudah mencapai KKM adalah 21 siswa

(72,29%). Untuk lebih jelasnya, nilai kemampuan menulis pantun siswa pada

siklus I dapat dilihat pada lampiran 28 halaman 161.

Berdasarkan nilai kemampuan menulis pantun siswa pada siklus I

(lampiran 28 halaman 161), maka dapat disajikan dalam bentuk tabel distribusi

frekuensi sebagai berikut:

Tabel 4.3 Data Distribusi Frekuensi Nilai Menulis Pantun pada Siklus I

No Interval Nilai Frekuensi

(fi) Nilai Tengah

(xi) fi.xi Persentase

(%) 1 42,5- 51,5 2 47 94 6,9 2 51,5- 60,5 3 56 168 10,3 3 60,5- 69,5 8 65 520 27,6 4 69,5- 78,5 8 74 592 27,6 5 78,5- 87,5 4 83 332 13,8 6 87,5- 96,5 4 92 368 13,8

29 2074 Nilai rata- rata = 2074 : 29 = 71,52

Ketuntasan klasikal = (21 : 29) x 100% = 72,4% Nilai di bawah KKM = (8 : 29) x 100% = 27,6%

Nilai tertinggi = 92,5 Nilai terendah = 43

Page 81: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

Dari tabel distribusi frekuensi nilai kemampuan menulis pantun siswa

kelas IV SD Negeri Pajang 4 pada siklus I di atas, maka dapat disajikan dalam

grafik pada gambar 4.3 berikut ini:

Gambar 4.3 Grafik Nilai Menulis Pantun Siswa Kelas IV SD Negeri Pajang 4

pada Siklus I

Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui frekuensi dari nilai siswa siklus

I dalam bentuk interval. Nilai siswa dari dari kondisi awal sampai setelah

diberikan tindakan pada siklus I mengalami perkembangan, untuk lebih jelasnya

disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:

Tabel 4.4 Perkembangan Nilai Menulis Pantun Siswa dari Sebelum Tindakan dan

siklus I

Keterangan Kondisi Awal Siklus I

Rata- rata nilai 62,43 71,52

Ketuntasan klasikal 41,4% 72,4%

Dari hasil nilai pada kondisi awal dan nilai siklus I pada tabel 4.4 di atas,

dapat digambarkan dalam grafik pada gambar 4.4 berikut ini:

Page 82: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

62.43

41.4

71.52 72.4

0

10

20

30

40

50

60

70

80

Rata- rata Nilai Ketuntasan Klasikal (%)

Kondisi Awal

Siklus I

Gambar 4.4 Grafik Perkembangan Nilai Menulis Pantun Siswa dari Kondisi

Awal dan Siklus I

2. Deskripsi Siklus II

Tindakan siklus II dilaksanakan selama 2 kali pertemuan. Tiap- tiap

pertemuan terdiri dari dua jam pelajaran (2 x 35 menit) yang dilaksanakan pada

tanggal 27 Maret 2012 dan 28 Maret 2012, yang diikuti oleh siswa kelas IV

sebanyak 29 siswa. Dalam penelitian ini, peneliti berperan langsung sebagai guru

yang melaksanakan pembelajaran menulis pantun dengan menerapkan model

pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dengan diamati oleh guru

kelas IV yaitu Ibu Sri Widiyatmini, A. Ma. serta teman sejawat peneliti yang

bernama Indra Dwi Rachdhiastuti.

Berdasarkan hasil refleksi pelaksanaan pada siklus I telah diketahui

bahwa ada peningkatan pada proses pembelajaran menulis pantun dan

kemampuan siswa dalam menulis pantun. Hanya saja peningkatannya belum

maksimal, yang dapat dilihat dari siswa yang nilainya belum mencapai KKM (65)

sebanyak 8 siswa dari 29 siswa, yang dikarenakan saat proses pembelajaran siswa

asyik dengan kegiatannya sendiri sehingga mereka belum paham dengan materi

menulis pantun. Untuk memperbaiki dan memaksimalkan kemampuan menulis

Page 83: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

pantun siswa dan kualitas proses pembelajarannya maka peneliti melaksanakan

siklus II sebagai perbaikan dari siklus I. Adapun langkah- langkahnya meliputi:

a. Perencanaan

Deskripsi perencanaan siklus II adalah sebagai berikut:

1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk siklus II

dengan memperbaiki siklus I yang berpedoman pada alternatif pemecahan

masalah yang telah diungkapkan pada refleksi siklus I.

2) Menyusun soal evaluasi individu dan kelompok.

3) Menyiapkan media pembelajaran.

4) Menyiapkan sumber belajar sebagai panduan pembelajaran menulis

pantun.

5) Membuat format observasi dan penilaian yang akan digunakan dalam

pembelajaran menulis pantun.

b. Pelaksanaan Tindakan

Setelah membuat perencanaan tindakan, peneliti melaksanakan

pembelajaran menulis pantun dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe think pair share (TPS). Pelaksanaan siklus II berpedoman pada

siklus I yang sudah dilaksanakan sebelumnya, namun dalam siklus II terdapat

beberapa perbedaan dalam pelaksanaannya. Hal ini bertujuan untuk

memperbaiki pelaksanaan tindakan pada siklus I. Adapun pelaksanaan

tindakannya adalah sebagai berikut:

Pertemuan Pertama

Pertemuan pertama pembelajaran menulis pantun kelas IV

mempelajari pantun dengan tema persahabatan. Adapun langkah-langkah

pembelajarannya yaitu:

1) Kegiatan Awal

a) Siswa dan guru berdoa sebelum memulai pelajaran.

b) Absensi.

c) Siswa menjawab pertanyaan guru mengenai pantun.

Page 84: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

2) Kegiatan Inti

a) Eksplorasi

(1) Siswa menjawab pertanyaan guru tentang ciri- ciri pantun.

(2) Siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai materi pantun

dengan tema persahabatan.

(3) Siswa maju ke depan kelas untuk membuat contoh pantun dengan

tema persahabatan dengan kata- katanya sendiri berdasarkan

dengan ciri- ciri pantun.

(4) Siswa maju ke depan kelas untuk menyusun pantun persahabatan

acak, menjadi pantun sempurna sesuai dengan ciri- ciri pantun.

b) Elaborasi

(1) Siswa berpikir sejenak ± 2 menit mengenai materi pantun yang

telah dijelaskan oleh guru (Think).

(2) Siswa berpasangan dan mendiskusikan tugas dari guru untuk

membuat pantun persahabatan (Pair). Dikarenakan jumlah siswa

ganjil (29), maka sebanyak 13 kelompok berkelompok secara

berpasangan, namun ada satu kelompok yang anggota

kelompoknya terdiri dari 3 orang siswa.

(3) Masing- masing anggota kelompok, maju ke depan kelas untuk

menyampaikan hasil diskusi membuat pantun persahabatan dengan

kelompok lain menanggapi hasil pantun karya kelompok yang

maju di depan kelas (Share).

c) Konfirmasi

(1) Siswa mempunyai kesempatan untuk bertanya mengenai materi

menulis pantun yang kurang jelas.

(2) Siswa yang dibimbing guru bersama- sama menyimpulkan materi

pelajaran menulis pantun.

3) Kegiatan Akhir

a) Siswa mengerjakan soal evaluasi individu untuk membuat pantun

persahabatan.

Page 85: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

b) Guru memberikan PR kepada siswa untuk mempelajari materi menulis

pantun lebih mendalam.

c) Salam penutup.

Pertemuan Kedua

Pertemuan kedua pembelajaran menulis pantun mempelajari materi

pantun yang dikhususkan pada pembelajaran menulis pantun dengan tema

pendidikan. Adapun langkah- langkah pembelajarannya sebagai berikut:

1) Kegiatan Awal

a) Siswa dan guru berdoa sebelum memulai pelajaran.

b) Absensi.

c) Siswa menjawab pertanyaan guru mengenai jumlah baris dalam satu

bait pantun.

2) Kegiatan Inti

a) Ekplorasi

(1) Siswa menjawab pertanyaan guru mengenai pengertian pantun.

(2) Siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai materi menulis

pantun dengan tema pendidikan.

(3) Siswa maju ke depan kelas untuk membuat contoh pantun

pendidikan dengan kata- katanya sendiri sesuai dengan ciri- ciri

pantun.

(4) Semua siswa menganalisis pantun yang dibuat oleh siswa yang

maju di ke depan kelas berdasarkan ciri- ciri pantun.

(5) Siswa maju ke depan kelas untuk menyusun pantun acak menjadi

pantun sempurna sesuai dengan ciri- ciri pantun.

b) Elaborasi

(1) Siswa berpikir sejenak ± 2 menit mengenai materi pantun dengan

tema pendidikan yang telah dijelaskan oleh guru (Think).

(2) Siswa berpasangan dan mendiskusikan tugas dari guru untuk

membuat pantun dengan tema pendidikan (Pair). Dikarenakan

jumlah siswa ganjil (29), maka sebanyak 13 kelompok

Page 86: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

berkelompok secara berpasangan, namun ada satu kelompok yang

anggota kelompoknya terdiri dari 3 orang siswa.

(3) Masing- masing anggota kelompok, maju ke depan kelas untuk

menyampaikan hasil diskusi membuat pantun dengan tema

pendidikan, sedangkan kelompok lain menanggapi hasil pantun

karya kelompok yang maju di depan kelas (Share).

c) Konfirmasi

(1) Siswa mempunyai kesempatan untuk bertanya mengenai materi

menulis pantun dengan tema pendidikan yang kurang jelas.

(2) Siswa yang dibimbing guru bersama- sama menyimpulkan materi

pelajaran menulis pantun dengan tema pendidikan.

3) Kegiatan Akhir

a) Siswa mengerjakan soal evaluasi individu untuk membuat pantun

dengan tema pendidikan.

b) Guru memberikan PR kepada siswa untuk mempelajari materi menulis

pantun dengan tema pendidikan lebih mendalam lagi.

c) Salam penutup.

c. Pengamatan atau Observasi

Pada tahap pengamatan atau observasi, peneliti mengamati proses

pembelajaran menulis pantun dan kemampuan siswa dalam menulis pantun

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share

(TPS). Hasil pengamatan atau observasi untuk mendapatkan data mengenai

kualitas proses pembelajaran menulis pantun dan kemampuan siswa dalam

menulis pantun, selanjutnya digunakan oleh peneliti sebagai data hasil

penelitian. Adapun hasil pamgamatan dari siklus II selama 2 kali pertemuan

diperoleh hasil observasi sebagai berikut:

1) Hasil Observasi Kemampuan Guru

a) Pada aspek pra pembelajaran, guru sudah menyiapkan ruang, alat, dan

media pembelajaran dengan baik.

Page 87: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

b) Pada aspek membuka pembelajran, guru sudah melakukan absensi

dan menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dengan

baik.

c) Pada aspek penguasaan materi pelajaran, guru sudah menguasai

materi menulis pantun dengan baik dan materi tersebut sudah

dikaitkan dengan kehidupan sehari- hari siswa.

d) Pada aspek strategi pembelajaran, dalam melaksanakan pembelajaran

guru sudah melaksanakannya sesuai dengan tujuan yang ingin

dicapai, melaksanakan pembelajaran secara runtun, guru sudah dapat

menguasai kelas dengan baik, dan melaksanakan pembelajaran sesuai

dengan alokasi waktu yang telah direncanakan sebelumnya.

e) Pada aspek pemanfaatan sumber belajar atau media pembelajaran,

guru sudah menggunakan media pembelajaran menulis pantun yaitu

dengan kertas karton yang diisi dengan kertas pantun acak dan guru

juga sudah menggunakan sumber belajar sebagai panduan materi

pembelajaran menulis pantun.

f) Pada aspek pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan

siswa, guru sudah memicu siswa untuk berpartisipasi aktif dalam

kegiatan pembelajaran sehingga siswa menjadi aktif dalam mengikuti

pembelajaran menulis pantun.

g) Pada aspek penilaian proses dan hasil, guru sudah memantau

kemajuan pembelajaran selama proses pembelajaran dan guru juga

melakukan penilaian akhir sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

h) Pada aspek penggunaan bahasa, guru sudah menggunakan bahasa

lisan dan tulis dengan jelas, baik, dan lancar, sehingga dapat dipahami

oleh siswa.

i) Pada aspek penutup, guru sudah menyimpulkan materi pembelajaran

yang melibatkan siswa dan memberikan tugas individu untuk

mengetahui seberapa besar kemampuan siswa dalam menulis pantun

setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think pair

share (TPS).

Page 88: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

2) Hasil Observasi Siswa

Adapun hasil observasi kegiatan siswa selama proses

pembelajaran dapat dijabarkan sebagai berikut:

a) Dinilai dari aspek perhatian, mayoritas siswa perhatiannya dalam

menerima materi pembelajaran dari guru tergolong baik. Hal ini

dibuktikan dengan siswa mendengarkan penjelasan guru, dan saat guru

memberikan umpan balik berupa pertanyaan siswa bisa menjawabnya.

b) Dinilai dari aspek kerjasama, mayoritas siswa saat bekerjasama dengan

kelompoknya tergolong baik karena siswa begitu antusias untuk

berdiskusi dengan kelompoknya masing- masing.

c) Dinilai dari aspek ketekunan, mayoritas siswa tekun dalam

mengerjakan tugas- tugas dari guru.

d) Dinilai dari aspek keaktifan, keaktifan siswa tergolong baik dan aktif

dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini dapat dibuktikan bahwa siswa

aktif dalam menjawab pertanyaan dari guru. Sehingga suasana kelas

sangat hidup dan kondusif.

d. Refleksi

Dari pengamatan yang telah peneliti laksanakan, menunjukkan bahwa

dalam siklus II, proses pembelajaran dan kemampuan menulis pantun di kelas

IV SDN Pajang 4 mengalami peningkatan. Dalam kegiatan belajar mengajar

menulis pantun siswa lebih aktif dibandingkan saat siklus I, karena siswa

benar- benar paham akan materi menulis pantun. Siswa sudah membuat

pantun dengan menggunakan kata- katanya sendiri tanpa melihat buku

panduan. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya nilai kemampuan menulis

pantun pada siswa kelas IV SDN Pajang 4. Dari 29 siswa kelas IV didapati

bahwa berdasarkan nilai KKM (65), nilai siswa yang mencapai KKM adalah

26 siswa (89,6%), sedangkan nilai siswa yang belum mencapai KKM

sebanyak 3 siswa (10,4%). Jadi dapat disimpulkan bahwa jika dibandingkan

dengan siklus I, nilai kemampuan menulis pantun siswa siklus II mengalami

peningkatan. Adapun nilai kemampuan menulis pantun siswa kelas IV SDN

Pajang 4 pada siklus II dapat dilihat dalam lampiran 29 halaman 162.

Page 89: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

Berdasarkan nilai siswa pada siklus II (lampiran 29), maka dapat

disajikan dalam bentuk tabel daftar distribusi frekuensi sebagai berikut:

Tabel 4.5 Data Distribusi Frekuensi Nilai Menulis Pantun pada siklus II

No Interval Nilai Frekuensi

(fi)

Nilai Tengah

(xi) fi.xi

Persentase (%)

1 56,5- 62,5 2 59,5 119 6,9 2 62,5- 68,5 3 65,5 196,5 10,3 3 68,5- 74,5 6 71,5 429 20,7 4 74,5- 80,5 1 77,5 77,5 3,4 5 80,5- 86,5 8 83,5 668 27,6 6 86,5- 92,5 9 89,5 805,5 31,1

29 2295,5 Nilai rata- rata = 2295,5 : 29 = 79,15

Ketuntasan klasikal = (26 : 29) x 100% = 89,6% Nilai di bawah KKM = (3 : 29) x 100% = 10,4%

Nilai tertinggi = 92,5 Nilai terendah = 57

Dari tabel daftar distribusi frekuensi nilai kemampuan menulis

pantun siklus II si atas, dapat disajikan dalam bentuk grafik pada gambar 4.5

berikut ini:

Gambar 4.5 Grafik Nilai Menulis Pantun Siswa Kelas IV SDN Pajang 4 pada

Siklus II

Page 90: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui frekuensi dari nilai siswa

siklus II dalam bentuk interval. Dapat dibandingkan bahwa nilai siswa saat

siklus I sampai dengan siklus II mengalami perkembangan, untuk lebih

jelasnya disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:

Tabel 4.6 Perkembangan Nilai Menulis Pantun Siswa Kelas IV SDN Pajang 4

dari Siklus I sampai dengan Siklus II

Keterangan Siklus I Siklus II

Rata- rata nilai 71,52 79,15

Ketuntasan klasikal 72,4% 89,6%

Dari hasil perkembangan nilai siklus I dan nilai siklus II pada tabel 4.6 di

atas, dapat digambarkan grafik pada gambar 4.6 sebagai berikut:

71.52 72.479.15

89.6

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Rata- rata Nilai Ketuntasan Klasikal (%)

Siklus I

Siklus II

Gambar 4.6 Grafik Perkembangan Nilai Menulis Pantun Siswa Kelas IV SDN

Pajang 4 pada Siklus I sampai siklus II

Dari hasil penelitian siklus II, maka peneliti menyimpulkan bahwa dilihat

dari nilai rata-rata kelas dan ketuntasan siswa secara klasikal, kemampuan

menulis pantun siswa kelas IV SDN Pajang 4 mengalami peningkatan dari siklus I

maupun saat kondisi awal sebelum diadakan tindakan. Peningkatan kemampuan

menulis pantun siswa sudah mencapai indikator yang telah ditentukan

Page 91: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

sebelumnya, maka siklusnya tidak perlu dilanjutkan karena sudah berhasil. Hal ini

menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS)

dapat meningkatkan kemampuan menulis pantun siswa kelas IV SDN Pajang 4

tahun ajaran 2011/ 2012.

D. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan pengamatan dan analisis data yang sudah dilakukan, dapat

dilihat adanya peningkatan kemampuan menulis pantun dan kualitas proses

pembelajaran menulis pantun pada siswa kelas IV SDN Pajang 4 dengan

menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS).

Peningkatan kemampuan menulis pantun dan kualitas proses pembelajaran

menulis pantun ini, dapat dilihat dari tiga aspek, yang meliputi aspek kognitif

(pengetahuan/ pemikiran), aspek afektif (sikap) dan aspek psikomotorik

(keterampilan).

1. Aspek Kognitif

Aspek kognitif merupakan aspek- aspek yang berkaitan dengan perilaku

peserta didik yang menekankan aspek intelektualnya seperti pengetahuan,

keterampilan, dan berpikirnya. Aspek kognitif dalam penelitian ini dapat dilihat

dari data nilai siswa dalam menulis pantun dari kondisi awal (lampiran 27

halaman 160), tindakan pada siklus I (lampiran 28 halaman 161), dan tindakan

pada siklus II (lampiran 29 halaman 162). Berdasarkan data nilai siswa tersebut,

dapat diketahui adanya peningkatan dari kondisi awal sampai siklus II. Untuk

lebih jelasnya perkembangan pada aspek kognitif berupa nilai dari kondisi awal,

siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel 4.7.

Page 92: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

Tabel 4.7 Perkembangan Nilai Kemampuan Menulis Pantun Kondisi Awal, Siklus

I, dan Siklus II

Keterangan Kondisi Awal Siklus I Siklus II

Nilai Rata-rata 62,43 71,52 79,15

Ketuntasan Klasikal 41,4% 72,4% 89,6%

Dari tabel di atas, maka perkembangan nilai menulis pantun dari kondisi

awal, Siklus I, dan Siklus II di atas dapat digambarkan menjadi grafik pada

gambar 4.7 berikut ini:

62.43

41.4

71.52 72.479.15

89.6

0

20

40

60

80

100

Nilai Rata- rata Kertuntasan klasikal (%)

Kondisi Awal Siklus I Siklus II

Gambar 4.7 Grafik Perkembangan Nilai Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II

Berdasarkan tabel 4.7 dan gambar 4.7 di atas, dapat diketahui adanya

peningkatan kemampuan menulis pantun dari kondisi awal, siklus I sampai siklus

II sebagai berikut:

a. Nilai rata-rata siswa dalam menulis pantun pada kondisi awal adalah 62,43

kemudian mengalami peningkatan pada siklus I menjadi 71,52 dan mengalami

peningkatan lagi pada siklus II yang nilai rata- ratanya menjadi 79,15.

b. Persentase ketuntasan klasikal pada kondisi awal adalah 41,4% mengalami

peningkatan menjadi 72,4% pada siklus I, dan meningkat lagi pada siklus II

menjadi 89,6%.

Page 93: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

2. Aspek Afektif

Aspek afektif merupakan aspek yang berhubungan dengan perilaku-

perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi yang meliputi minat dan

sikap. Aspek afektif dalam penelitian ini meliputi aktivitas siswa, perencanaan

pembelajaran guru, dan kinerja guru saat kegiatan belajar mengajar dalam

pembelajaran menulis pantun. Ketiga aspek ini dapat menunjukkan kualitas proses

pembelajaran menulis pantun. Untuk lebih jelasnya, dari ketiga aspek kualitas

pembelajaran tersebut dapat dirinci sebagai berikut:

a. Aktivitas Siswa

Aktivitas siswa dalam penelitian ini adalah semua yang dilakukan

siswa saat kegiatan pembelajaran berlangsung yang meliputi perhatian,

kerjasama, ketekunan, dan keaktifan siswa. Pengamatan terhadap aktivitas

siswa ini dilakukan sebanyak dua siklus, di mana setiap siklusnya terdiri dari

dua kali pertemuan. Untuk mengetahui nilai aktivitas siswa pada siklus I

pertemuan I dapat dilihat pada lampiran 36 halaman 170, sedangkan untuk

nilai aktivitas siswa pada siklus I pertemuan II dapat dilihat pada lampiran 37

halaman 172. Untuk mengetahui nilai aktivitas siswa siklus II pertemuan I

dapat dilihat pada lampiran 38 halaman 174, sedangkan untuk nilai aktivitas

siswa pada siklus II pertemuan II dapat dilihat pada lampiran 39 halaman 176.

Dari nilai aktivitas siswa siklus I dan siklus II tersebut, maka dapat disajikan

dalam bentuk tabel 4.8 di bawah ini:

Tabel 4.8 Data Nilai Aktivitas Siswa Siklus I dan Siklus II

Nilai Aktivitas Siswa

Pertemuan Siklus I Siklus II

I 2,55 3,09

II 2,76 3,16

Rata- rata 2,65 3,13

Keterangan :

1- 2 = sangat tidak baik 3 3,5 = baik

2 2,5 = tidak baik 3,6 - 4 = sangat baik

2,6 - 2,9 = cukup baik

Page 94: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

Dari tabel 4.8 di atas, maka nilai aktivitas siswa dapat disajikan dalam

bentuk grafik seperti grafik 4.8 berikut:

2.552.76

3.09 3.16

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

3.5

Pertemuan I Pertemuan II

Nilai

Siklus I

Siklus II

Gambar 4.8 Grafik Aktivitas Siswa Siklus I dan Siklus II

Dari data nilai aktivitas siswa saat kondisi awal, siklus I, dan siklus II

maka dapat disajikan perbandingan perkembangannya dalam tabel 4.9 berikut:

Tabel 4.9 Perkembangan Nilai Aktivitas Siswa pada Kondisi Awal, Siklus I,

dan Siklus II

Kondisi Awal Siklus I Siklus II

2,27 2,65 3,13

Dari tabel 4.9, maka dapat dibuat grafik untuk mengetahui

peningkatan nilai aktivitas siswa seperti gambar 4.9 berikut:

2.272.65

3.13

00.5

11.5

22.5

33.5

Kondisi Awal Siklus I Siklus II

Nilai

Gambar 4.9 Grafik Perkembangan Nilai Aktivitas Siswa pada Kondisi Awal,

Siklus I, dan Siklus II

Page 95: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

Dari tabel 4.9 dan gambar 4.9 dapat disimpulkan bahwa nilai aktivitas

siswa kondisi awal adalah 2,27, dan mengalami peningkatan pada siklus I

menjadi 2,65, dan meningkat lagi pada siklus II menjadi 3,13.

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Guru

Observasi terhadap rencana pelaksanaan pembelajaran guru sangat

mempengaruhi kinerja guru dalam pembelajaran, sehingga dapat berdampak

pada kualitas proses pembelajaran menulis pantun. Observasi RPP guru pada

siklus I dan II ini, dilakukan oleh guru kelas IV saat peneliti mengajarkan

materi menulis pantun kepada siswa kelas IV. Untuk lebih jelasnya, lembar

observasi RPP guru pada siklus I pertemuan I dapat dilihat pada lampiran 41

halaman 180, sedangkan siklus I pertemuan II dapat dilihat pada lampiran 44

halaman 188. Untuk lembar observasi RPP guru pada siklus II pertemuan I

dapat dilihat pada lampiran 46 halaman 193, sedangkan untuk siklus II

pertemuan II dapat dilihat pada lampiran 48 halaman 198. Dari hasil observasi

RPP guru pada siklus I dan II, maka dapat disajikan dalam bentuk tabel 4.10

berikut ini:

Tabel 4.10 Hasil Observasi RPP Guru Pada Siklus I dan Siklus II

Nilai RPP Guru

Pertemuan Siklus I Siklus II

I 3,43 3,68

II 3,6 3,76

Rata- rata 3,52 3,72

Keterangan :

1- 2 = sangat tidak baik 3 3,5 = baik

2 2,5 = tidak baik 3,6 - 4 = sangat baik

2,6 - 2,9 = cukup baik

Page 96: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

Dari tabel 4.10 di atas, maka dapat dibuat grafik hasil observasi RPP

guru pada siklus I dan II seperti gambar 4.10 berikut.

3.43

3.6

3.68

3.76

3.2

3.3

3.4

3.5

3.6

3.7

3.8

Pertemuan I Pertemuan II

Nilai

Siklus I

Siklus II

Gambar 4.10 Grafik Penilaian RPP Guru Siklus I dan Siklus II

Dari data observasi penilaian RPP guru saat kondisi awal, siklus I,

dan siklus II dapat diketahui peningkatan RPP guru. Untuk lebih jelasnya

dapat disajikan dalam bentuk tabel 4.11 berikut ini:

Tabel 4.11 Peniaian RPP Guru pada Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II

Kondisi Awal Siklus I Siklus II

3,22 3,52 3,72

Dari tabel 4.11 di atas, maka dapat disajikan grafik peningkatan RPP

guru seperti gambar 4.11 berikut:

3.22

3.52

3.72

2.93

3.13.23.33.43.53.63.73.8

Kondisi Awal Siklus I Siklus II

Kondisi Awal

Siklus I

Siklus II

Gambar 4.11 Grafik Peningkatan Nilai RPP Guru pada Kondisi Awal, Siklus

I, dan Siklus II

Page 97: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

Dari tabel 4.11 dan gambar 4.11 dapat diketahui peningkatan RPP

guru dari kondisi awal, siklus I, dan siklus II. Hal ini dapat dibuktikan dari

kondisi awal nilai RPP guru adalah 3,22, kemudian mengalami peningkatan

pada siklus I menjadi 3,52, dan meningkat lagi menjadi 3,72 pada siklus II.

c. Kinerja Guru

Kinerja guru merupakan faktor penting dalam pembelajaran selain

rencana pembelajaran dan akivitas siswa. Pembelajaran dapat dikatakan baik

atau tidak tergantung bagaimana guru dapat mengatur dan menjalankan

pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran, sehingga dapat berdampak

pada aktivitas siswa dalam pembelajaran. Dalam penelitian ini peneliti

berperan sebagai guru sedangkan guru kelas IV berperan sebagai observer.

Untuk mengetahui kinerja guru saat siklus I pertemuan I dapat dilihat pada

lampiran 43 halaman 185, sedangkan kinerja guru pada siklus I pertemuan II

dapat dilihat pada lampiran 45 halaman 190. Untuk mengetahui kinerja guru

pada siklus II pertemuan I dapat dilihat pada lampiran 47 halaman 195,

sedangkan kinerja guru pada siklus II pertemuan II dapat dilihat pada lampiran

49 halaman 200. Dari observasi kinerja guru siklus I dan siklus II, maka dapat

dibuat tabel 4.12 di bawah ini.

Tabel 4.12 Kinerja Guru Siklus I dan Siklus II

Kinerja Guru

Pertemuan Siklus I Siklus II

I 3,58 3,67

II 3,64 3,78

Rata- rata 3,61 3,73

Keterangan :

1- 2 = sangat tidak baik 3 3,5 = baik

2 2,5 = tidak baik 3,6 - 4 = sangat baik

2,6 - 2,9 = cukup baik

Page 98: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

Dari tabel 4.12 di atas, dapat dibuat grafik seperti gambar 4.12

sebagai berikut:

Gambar 4.12 Grafik Kinerja Guru Siklus I dan Siklus II

Dari data kinerja guru pada kondisi awal, siklus I, dan siklus II maka

dapat dilihat peningkatannya pada tabel 4.13 di bawah ini.

Tabel 4.13 Peningkatan Kinerja Guru pada Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus

II

Kondisi Awal Siklus I Siklus II

3,12 3,61 3,73

Dari tabel 4.13 di atas, untuk memperjelas adanya peningkatan kinerja

guru dari kondisi awal, siklus I, dan siklus II maka dapat disajikan gambar

4.13 berikut.

Gambar 4.13 Grafik Peningkatan Kinerja Guru dari Kondisi Awal, Siklus I,

dan Siklus II

Page 99: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

Dari tabel 4.13 dan gambar 4.13 dapat disimpulkan bahwa kinerja

guru mengalami peningkatan dari kondisi awal adalah 3,12, meningkat pada

siklus I menjadi 3,61, dan mengalami peningkatan lagi menjadi 3,73 pada

siklus II.

d. Kualitas Proses Pembelajaran

Kualitas proses pembelajaran menulis pantun diperoleh peneliti dari

observasi aktivitas siswa, kinerja guru, dan rencana pelaksanaan pembelajaran

guru. Untuk itu peneliti melakukan pengolahan data rata- rata dari aktivitas

siswa, kinerja guru, dan rencana pelaksanaan pembelajaran guru. Untuk lebih

jelasnya ada tidaknya peningkatan kualitas proses pembelajaran menulis

pantun, dapat dilihat pada tabel 4.14 berikut.

Tabel 4.14 Peningkatan Kualitas Proses Pembelajaran Menulis Pantun dari

Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II

Kualitas Proses Pembelajaran Menulis Pantun

Aspek Kondisi Awal Siklus I Siklus II

Aktivitas Siswa 2,27 2,65 3,13

RPP Guru 3,22 3,52 3,72

Kinerja Guru 3,12 3,61 3,73

Rata- rata Kualitas Proses

Pembelajaran 2,87 3,26 3,53

Dari tabel 4.14 dapat diketahui bahwa kualitas proses pembelajaran

menulis pantun dari kondisi awal adalah 2,87, kemudian meningkat pada

siklus I menjadi 3,26, dan mengalami peningkatan lagi pada siklus II yaitu

menjadi 3,53. Untuk memperjelas adanya peningkatan kualitas proses

pembelajaran dari kondisi awal, siklus I, dan siklus II maka dapat disajikan

grafik seperti gambar 4.14 berikut.

Page 100: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

Gambar 4.14 Grafik Peningkatan Kualitas Proses Pembelajaran Menulis

Pantun dari Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II

3. Aspek Psikomotorik

Aspek psikomotorik merupakan aspek yang berhubungan dengan

perilaku yang menekankan pada aspek keterampilan motorik seperti tulisan

tangan dan penyampaian hasil diskusi kelompok dalam menulis pantun. Hasil

diskusi siswa dalam menulis pantun dapat dilihat dalam lampiran 34 halaman 167,

sedangkan untuk mengetahui perkembangan hasil diskusi kelompok dari siklus I

dan siklus II, dapat dilihat dalam tabel 4.15 di bawah ini.

Tabel 4.15 Perkembangan Hasil Diskusi Kelompok Siklus I dan Siklus II

Siklus Nilai Rata- rata Ketuntasan Klasikal I 73,04 85,71% II 83,72 100%

Dari tabel 4.15 di atas, untuk memperjelas adanya peningkatan hasil

diskusi kelompok dari siklus I hingga siklus II maka dapat dibuat grafik hasil

diskusi kelompok pada gambar 4.15 sebagai berikut:

Page 101: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

73.0485.7183.72

100

0

20

40

60

80

100

120

Nilai Rata- rata Ketuntasan Klasikal (%)

Siklus I

Siklus II

Gambar 4.15 Grafik Perkembangan Hasil Diskusi Kelompok Siklus I dan Siklus

II

Dari tabel 4.15 dan gambar 4.15 di atas, maka dapat diketahui adanya

peningkatan hasil diskusi kelompok dalam menulis pantun. Hal ini dapat

dibuktikan dari nilai rata- rata hasil diskusi kelompok saat siklus I adalah 73,04,

kemudian mengalami peningkatan pada siklus II yaitu menjadi 83,72. Persentase

ketuntasan klasikal diskusi kelompok juga meningkat dari siklus I ketuntasan

klasikalnya adalah 85,71% meningkat pada siklus II menjadi 100%.

Dilihat dari data aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik dari siklus I

maupun siklus II maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis pantun dan

kualitas proses pembelajaran menulis pantun pada siswa kelas IV SDN Pajang 4

dinyatakan telah meningkat jika dibandingkan dengan kondisi awalnya. Hal ini

dapat dibuktikan dari aspek kognitif yaitu pada kondisi awal nilai menulis pantun

siswa adalah 62,43 kemudian mengalami peningkatan pada siklus I menjadi 71,52

dan mengalami peningkatan lagi pada siklus II yang nilai rata- ratanya menjadi

79,15. Persentase ketuntasan klasikal pada kondisi awal adalah 41,4%, kemudian

mengalami peningkatan menjadi 72,4% pada siklus I, dan meningkat lagi pada

siklus II menjadi 89,6%. Dilihat dari aspek afektif dari aktivitas siswa, RPP guru,

dan kinerja guru menunjukkan bahwa kualitas proses pembelajaran menulis

pantun meningkat dari kondisi awal, siklus I, dan siklus II. Hal ini dapat

dibuktikan saat kondisi awal, kualitas proses pembelajaran adalah 2,87, kemudian

Page 102: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

meningkat pada siklus I menjadi 3,26, dan mengalami peningkatan lagi pada

siklus II menjadi 3,53, sedangkan dilihat dari aspek psikomotorik perkembangan

diskusi kelompok meningkat dari siklus I yang nilai rata- ratanya 73,04 dengan

ketuntasan klasikal 85,71%, dan mengalami peningkatan pada siklus II dengan

nilai rata- rata 83,72 dengan ketuntasan klasikal 100%.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran

kooperatif tipe think pair share (TPS) dapat meningkatkan kualitas proses

pembelajaran menulis pantun dan juga dapat meningkatkan kemampuan siswa

dalam menulis pantun pada siswa kelas IV SDN Pajang 4 tahun 2011/ 2012.

Page 103: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang sudah dilaksanakan

dalam dua siklus yang setiap siklusnya diadakan pembelajaran dalam dua kali

pertemuan, maka dapat disimpulkan bahwa:

Pertama, dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share

(TPS) dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis pantun pada

siswa kelas IV SD Negeri Pajang 4, kecamatan Laweyan, kota Surakarta tahun

ajaran 2011/ 2012. Hal ini terbukti dari kondisi awal nilai kualitas proses

pembelajaran menulis pantun adalah 2,87, dan mengalami peningkatan pada

siklus I menjadi 3,26, dan meningkat lagi menjadi 3,53 pada siklus II. Dengan

demikian penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS)

dapat dilaksanakan untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis

pantun.

Kedua, dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share

(TPS) dapat meningkatkan kemampuan menulis pantun pada siswa kelas IV SD

Negeri Pajang 4, kecamatan Laweyan, kota Surakarta tahun ajaran 2011/ 2012.

Hal ini terbukti pada saat sebelum tindakan atau kondisi awal nilai rata- rata kelas

adalah 62,43 dengan ketuntasan klasikal yang hanya mencapai 41,4%. Kondisi

tersebut mengalami peningkatan pada siklus I dengan nilai rata- rata kelas

menjadi 71,52 dengan ketuntasan klasikal 72,4%, dan meningkat lagi pada siklus

II dengan nilai rata- rata kelas meningkat menjadi 79,15 dan ketuntasan

klasikalnya adalah 89,6%. Dengan demikian penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dapat dilaksanakan untuk meningkatkan

kemampuan menulis pantun.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS) dapat meningkatkan

83

Page 104: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

kemampuan siswa dalam menulis pantun dan kualitas proses pembelajaran

menulis pantun juga meningkat.

B. Implikasi Penelitian

Penerapan pembelajaran dan prosedur dalam penelitian ini didasarkan

pada pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe think

pair share (TPS) pada pembelajaran menulis pantun. Berdasarkan hasil penelitian

di atas, terbukti bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think pair

share (TPS) dapat meningkatkan proses pembelajaran menulis pantun dan

kemampaun siswa dalam menulis pantun pada siswa kelas IV SDN Pajang 4

tahun ajaran 2011/ 2012. Sehubungan dengan penelitian ini maka dapat

dikemukakan implikasi hasil penelitian sebagai berikut:

1. Implikasi Teoritis

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe think pair share (TPS) dapat meningkatkan proses pembelajaran

menulis pantun dan meningkatkan kemampuan menulis pantun pada siswa kelas

IV SDN Pajang 4 tahun ajaran 2011/ 2012. Hal ini menunjukkan bahwa secara

teoritis hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu acuan untuk

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS) dalam

pembelajaran bahasa Indonesia pada materi yang sesuai. Dari hasil penelitian ini,

maka penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS) dapat

dioptimalkan untuk meningkatkan proses pembelajaran menulis pantun dan

kemampuan siswa dalam menulis pantun.

Page 105: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

2. Implikasi Praktis

Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa proses pembelajaran

menulis pantun dan kemampuan siswa dalam menulis pantun dapat ditingkatkan

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS).

Hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai masukan bagi guru dan calon

guru dalam upaya meningkatkan nilai kemampuan menulis pantun siswa dan

kualitas pembelajaran menulis pantun dengan memperhatikan faktor-faktor yang

mempengaruhi pembelajaran yaitu: penggunaan model, metode dan media

pembelajaran yang tepat.

Model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS) ini juga dapat

membantu peneliti dalam mengatasi hambatan- hambatan dalam pembelajaran

menulis pantun maupun dalam mengatasi permasalahan pembelajaran yang

sejenis. Model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS) dapat

mengatasi hambatan- hambatan yang ada karena model pembelajaran kooperatif

tipe think pair share (TPS) ini mempunyai banyak kelebihan diantaranya: dengan

adanya kelompok- kelompok yang terdiri dari 2-3 orang siswa, maka siswa dapat

saling bertukar pikiran satu sama lain untuk menjawab permasalahan yang

diberikan oleh guru, interaksi antar anggota kelompok sangat mudah dikarenakan

jumlah anggota kelompoknya kecil, menumbuhkan rasa percaya diri pada siswa

karena siswa diberi kesempatan untuk menyampaikan hasil diskusi kelompoknya

di depan kelas, sebelum dibentuk berkelompok siswa diminta untuk berpikir

sendiri beberapa menit tentang materi menulis pantun sehingga siswa dapat

mengingat kembali materi yang dijelaskan oleh guru.

Model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS) juga dapat

meningkatkan aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Sehingga

pembelajaran dapat hidup dan pembelajaran berpusat pada siswa bukan berpusat

pada guru. Model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS) dapat

menciptakan pembelajaran yang memancing siswa untuk aktif dalam kegiatan

belajar mengajar, sehingga pembelajaran berpusat pada siswa sedangkan guru

hanya berperan sebagai fasilitator saja. Model pembelajaran kooperatif tipe think

Page 106: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

pair share (TPS) juga melatih siswa untuk saling menghargai pendapat antar

siswa, dalam mencapai suatu kesepakatan bersama untuk memecahkan persoalan

atau permasalahan yang diberikan oleh guru.

Untuk itu, model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS) ini

dapat digunakan oleh guru maupun calon guru untuk meningkatkan kemampuan

siswa dalam menulis pantun dan meningkatkan kualitas proses pembelajaran

menulis pantun. Selain itu, model pembelajaran kooperatif tipe think pair share

(TPS) ini dapat digunakan oleh guru dalam mengajarkan mata pelajaran Bahasa

Indonesia maupun mata pelajaran yang lain, serta dapat digunakan untuk

mengatasi masalah- masalah dalam pembelajaran menulis pantun dan masalah-

masalah dalam mata pelajaran lain yang permalahannya sejenis.

C. Saran

Sesuai dengan simpulan dan implikasi hasil penelitian, maka ada

beberapa saran yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan antara lain:

1. Bagi Sekolah

Hendaknya sekolah memberikan pelatihan bagi guru untuk dapat mendukung

guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar agar tujuan pembelajaran

dapat tercapai.

2. Bagi Guru

a. Sebaiknya guru meningkatkan kompetensi keprofesioanalannya dengan

merancang kegiatan belajar mengajar yang kreatif dan inovatif sehingga

dapat menarik perhatian siswa dan pembelajaran dapat berlangsung sangat

hidup dan kondusif.

b. Guru hendaknya menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe think

pair share (TPS) dalam mata pelajaran yang lain tidak hanya pada

pembelajaran menulis pantun.

Page 107: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI …...PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PANTUN MELALUI MODEL

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

3. Bagi Siswa

Siswa hendaknya lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar agar kelas dapat

dirasakan hidup dan kondusif serta ide dan gagasan yang dimiliki siswa dapat

terealisasikan.

4. Bagi Peneliti Lain

Peneliti yang hendak mengkaji permasalahan yang sama hendaknya cermat

dan lebih mendalami teori yang berkaitan dengan penggunaan model

pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS) guna melengkapi

kekurangan yang ada serta sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan

kemampuan siswa yang belum mencapai hasil yang diinginkan.