Upload
others
View
23
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
PENGEMBANGAN KURIKULUM
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DI MTS RAUDLATUL MUHAJIRIN
2
KONSEP TEORITIS PENGEMBANGAN KURIKULUM
Pengertian Kurikulum, Komponen Materi, Komponen Organisasi/Proses dan Komponen Evaluasi.
A. PENGERTIAN KURIKULUM
Kurikulum berasal dari bahasa Latin curriculum berarti
jalan, larinya, perlombaan, balap, pacuan, gelanggang, kereta
balap, kereta tempur, berarti mata pelajaran atau rangkaian
pelajaran pada umumnya khususnya diterapkan pada pelajaran
dalam studi disuatu universitas dan sejumlah mata pelajaran
disekolah atau keseluruhan pelajaran yang disajikan oleh suatu
lembaga pendidikan, baik formal maupun nonformal.1
Kurikulum pada dasarnya merupakan media untuk
mencapai suatu tujuan atau kompetensi pembelajaran, sebagai
media maka eksistensinya sangat tergantung pada tujuan atau
kompetensi pembelajaran yang akan dicapai.2 Kurikulum yang
mencakupi antara lain materi, metode, dan alokasi waktu yang
hendaknya dibangun atas pertimbangan.3 Kurikulum adalah
sesuatu yang direncanakan sebagai peganggan guna mencapai
tujuan pendidikan, apa yang direncanakan biasanya bersifat
idea, sesuatu cita-cita tentang manusia atau warga Negara
akan dibentuk. Kurikulum ini lazim mengandung harapan-
harapan yang sering berbunyi muluk-muluk. Apa yang dapat
diwujudkan dalam kenyataan disebut kurikulum yang real,
karena tak segala sesuatu yang direncanakan dapat
1Komaruddin dan Yooke Tjuparmah, Kamus istilah karya tulis ilmiah,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2000).hlm. 129. 2Arief Furchan dan Muhaimin, pengembangan Kurikulum Berbasis
kompetensi (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005). hlm.111 3Kadar, M.yusuf, Tafsir Tarbawi, (Pekan Baru: Amzah, 2007), hlm. 3.
3
direalisasikan, maka terdapatlah kesenjangan antara idea dan
real curriculum.
Berbagai tafsiran tentang kurikulum dapat kita tinjau
dari segi lain, sehingga kita peroleh penggolongan sebagai
berikut:
1. Kurikulum dapat dilihat sebagai produk yaitu sebagai hasil
karya para pengembang kurikulum, biasanya dalam sesuatu
panitia, hasilnya dituangkan dalam bentuk buku atau
pedoman kurikulum yaitu misalnya berisi sejumlah mata
pelajaram yang harus diajarkan.
2. Kurikulum dapat pula dipandang sebagai program, yakni alat
yang dilakukan oleh sekolah untuk mencapai tujuannya. Ini
dapat berupa mengajarkan berbagai mata pelajaan tetapi
dapat juga meliputi segala kegiatan ynag dianggap dapat
memengaruhi perkembangan siswa misalnya perkumpulan
sekolah, pertandingan, pramuka, warung sekolah dan lain-
lain.
3. Kurikulum dapat pula dipandang sebagai hal-hal yang
diharapkan akan dipelajari siswa, yakni pengetahuan, sikap,
keterampilan tertentu. Apa yang diharapkan akan dipelajari
tidak selalu sama dengan apa yang benar-benar dipelajari.
4. Kurikulum sebagai pengalamana siswa, ketiga pandangan di
atas berkenaan dengan perencanaan kurikulum sedangkan
pendangan ini mengenai apa yang secara aktual menjadi
kenyataan pada setiap siswa. Ada kemungkinan, bahwaapa
yang diwujudkan pada diri anak berbeda dengan apa yang
diharapkan menurut rencana.4
4 Arief.Op. Cit, lm. 8-9.
4
B. KOMPONEN MATERI
Materi pelajaran berada dalam ruang lingkup isi
kurikulum, karena itu pemilihan materi pelajaran tertentu saja
harus sejalan dengan ukuran-ukuran (kreteria) yang digunakan
untuk memilih isi kurikulum bidang studi bersangkutan. Kreteria
pemilihan materi pelajaran yang akan dikembangkan dalam
sistem instruksional dan yang mendasari penentuan strategi
belajar mengajar:
1. Kreteria tujuan instruksional
2. Materi pelajaran supaya terjabar
3. Relavan dengan kebutuhan siswa
4. Kesesuaian dengan kondisi masyarakat
5. Materi pelajaran mengandung segi-segi etik
6. Materi pelajaran tersusun dalam ruang lingkup dan urutan
yang sistematik dan logis
7. Materi pelajaran bersumber dari buku sumber yang baku,
pribadi guru yang ahli, dan masyarakat.5
Setiap tindak pendidikan dan pembelajaran selalu
diorientasikan pada pencapaian kompetensi-kompetensi
tertentu, baik berkaitan dengan pengembangan kecerdasan
spiritual, intelektual, emosional, sosial maupun kreatif.Untuk
mencapai hal tersebut maka diperlukan media yang relavan
dengan subtansi berbagai kecerdasan tersebut. Media di
maksud salah-satunya adalah kurikulum.
5 Harjanto, perencanaan pengajaran.(Jakarta: PT Asdi Mahasatya,
2010). hlm. 222-224.
5
Kurikulum sebagai media pembelajaran, memberikan
makna terhadap proses pendidikan dan pembelajaran di
lembaga pendidikan, sehingga dimungkinkan terjadi adanya
saling interaksi antara pendidik dengan peserta didik. Proses
interaksi inilah sebenarnya yang akan mengantarkan pada
pencapai berbagai kompetensi, untuk itu subtansi kurikulum
bukan sekedar terdiri atas sekumpulan pengetahuan atau
informasi dan jejeran mata pelajaran tetapi merupakan kajian
secara integrative berbagai persoalan pendidikan dan
pembelajaran dalam upaya mengantarkan mahasiswa
berkembang kecerdasannya.6
C. KOMPONEN ORGANISASI
Organisai kurikulum menentukan bahan pelajaran,
urutannya, dan cara menyajikannya.7Organisasi kurikulum
adalah susunan pengetahuan yang harus disampaikan pada
peserta didik untuk menguasai kompetensi yang telah
ditetapkan, dimensi organisasi kurikulum terbagi menjadi 2 yaitu
dimensi isi dan dimensi pengalaman belajar.8
Prosedur mereorganisasi kurikulum, diantaranya:
1. Melalui buku pelajaran
Buku belajar merupakan sumber belajar yang penting bagi
peserta didik oleh karena itu buku belajar harus selalu
disesuaikan dengan perkembangan zaman sehingga guru
6 Arief.Op. Cit, hlm. 5.
7 Ibid, hlm. 226.
8 Akhmad Ari Wibowo dan Diyah, Organisasi Kurikulum, (Malang: UI
Malang Press, 2013), hlm 2.
6
dapat dengan mudah mereorganisasi kurikulum melalui
buku pelajaran.
2. Melalui cara tambal sulam
Dilakukan dengan mengambil model kurikulum sekolah
atau daerah lain yang memiliki kurikulum yang lebih baik
jika sesuai dengan kondisi dan tujuan maka kurikulum
tersebut dapat dipelajari dan ditambahan pada kurikulum
yang ada.
3. Melalui analisis kegiatan
Dilakukan dengan menganalisis kegiatan kehidupan orang
dewasa dan hasilnya dijadikan bahan pelajaran untuk
peserta didik.
4. Melalui fungsi sosial
Dilakukan melalui 2 tahap yaitu: merumuskan strategi sosial
dan merumuskan ruang lingkup fungsi kehidupan sosial
berdasarkan kreteria tertentu.
5. Melalui survey pendapat
Dilakukan melalui survey terhadap beberapa pihak.
6. Melalui studi kesalahan
Dilakukan melalui analisi kesalahan dan kekurangan
terhadap proses dan hasil kegiatan kurikuler.
7. Melalui analisis masalah remaja
Ross Moaney menganalisis 330 masalah kebutuhan remaja
yang dibagi menjadi 11 kelompok yaitu: perkembangan
jasmani dan kesehatan, biaya hidup dan pekerjaan,
kegiatan sosial dan rekreasi, berkeluarga, hubungan secara
psikologis, hubungan pribadi, moral dan keagamaan, rumah
7
tangga dan kerabat, pendidikan dan kerjasama,
penyesuaian terhdap pekerjaan sekolah.9
D. KOMPONEN EVALUASI KURIKULUM
perubahan-perubahan kelembagaan dalam semua
dimensi yang disebabkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi pada gilirannya menyebabkan berkembangnya arus
informasi dan komunikasi yang beraneka ragam. Macam-
macam kebutuhan dan permintaan tersebut sudah tentu
meminta pelayanan dan pemenuhan yang maksimal dari pihak
lembaga kependidikan sebagai penggodok kader-kader
penerus bangsa.Dalam konteks inilah peran evaluasi kebutuhan
dan kelayakan kurikulum menempati fokus perhatian yang
penting dan perlu dilaksanakan secara cermat, teliti dan
sistematik.10
Kurikulum pada dasarnya merupakan media
pembelajaran yang terdiri atas dua dimensi pokok, yaitu vision
dan structure vision dalam kurikulum adalah hasil dugaan
manusia yang meletakkan dunia dalam konsep yang nyata,
artinya menginterpretasikan urgensi pendidikan dengan
kenyataan-kenyataan yang sudah dipersepsi oleh peserta
didik.Hal ini dikarenakan, banyak konsepsi mengenai urgensi
pendidikan dengan interpretasi yang beragam. Untuk itu
pengembangan kurikulum akan selalu dikaitkan dengan kondisi
rill masyarakat. Sedangkan structure dalam kurikulum adalah
mengorganisir secara sistematis berbagai komponen kurikulum
9 Ibid., hlm 5-6.
10 Arief, Op. Cit., hlm. 103.
8
ke dalam pengalaman-pegalaman belajar, sehingga dengan
mudah dapat diimplementasikan dan dievaluasi hasilnya.11
Menurut sukmadinata evaluasi kurikulum pada
dasarnya adalah suatau proses untuk mengecek keterbelakuan
kurikulum yang harus diterapkan dalam empat tahap yakni:
evaluasi terhadap tujuan atau kompetensi, evaluasi terhadap
pelaksanaan, evaluasi terhadap efektivitas dan evaluasi
terhadap hasil.
Kegiatan evaluasi kebutuhan dan kelayakan terhadap
kurikulum merupakan suat keharusan yang esensial dalam
rangka pengembangan program kegiatan kependidikan pada
umumnya dan peningkatan kualitas siswa pada khususnya.
Suatu kurikulum perlu dievaluasi dan dikembangkan
secara baik dan berkelanjutan yang memacu upaya
pembentukan dan pembinaan para pelaksana kurikulum di
lapangan yang siap pakai, aktif, kreatif dan mampu
menyesuaikan dengan keadaan lembaga kependidikan dimana
mereka berperan dalamnya.Untuk mencapai kondisi dan
maksud-maksud tersebut, diperlukan sistem kurikulum yang
efektif dan efesien pada setiap kegiatan.Evaluasi kurikulum
tersebut dituntut agar berlandaskan dan mengacu pada
kebutuhan-kebutuhan esensial dalam lembaga kependidikan
khusunya dalam lembaga kemasyarakatan pada umumnya.
Untuk itu Tyler menyarankan agar sebelum menyusun
kurikulum perlu mengadakan penelitian kepada mahasiswa dan
masyarakat pemakai kurikulum.12
11
Ibid, hlm. 6. 12
Ibid., hlm.104-105
9
10
HASIL STUDI KASUS DI MTS RAUDLATUL MUHAJIRIN TANGKIT BARU
A. Latar Belakang
Sejarah pendidikan di Indonesia mengalami beberapa kali
perubahan dalam kurikulum, hingga yang terakhir yang
sedang marak dibicarakan adalah adanya kurikulum 2013
yang dalam pelaksanaanya mengalami banyak sekali
hambatan. kurikulum 2013 disusun dengan tujuan untuk
menyempurnakan kurikulum sebelumnya dengan
pendekatan belajar aktif berdasarkan nilai-nilai agama dan
budaya bangsa.
Selain itu, kurikulum 2013 dirancang untuk
mengembangkan kompetensi yang utuh antara
pengetahuan, keterampilan dan sikap. Dengan begitu,
peserta didik tidak hanya diharapkan bertambah
pengetahuan dan wawasannya, tetapi juga meningkat
kecakapan dan keterampilannya serta semakin mulia
karakter dan kepribadiannya.
Persoalan pendidikan menengah di Indonesia dewasa ini
sangat kompleks, permasalahan yang besar diantaranya
yang menyangkut soal mutu pendidikan, yaitu masalah
mengenai kurikulum, proses pembelajaran, evaluasi, buku
ajar, mutu guru, serta sarana dan prasarana pendidikan dan
lain sebagainya. Banyaknya permasalahan dalam dunia
pendidikan di Madrasah yang diwujudkan dengan
melakukan inovasi-inovasi yang salah satunya adalah
inovasi dalam bidang kurikulum.
11
Perubahan kurikulum dari KTSP menjadi K 13 sangat
signifikan, hasilnya dalam beberapa sekolah masih terlihat
kebingungan. Penerapan K 13 memang membutuhkan
sebuah proses, namun proses itulah yang akan
mengantarkan pada peningkatan efesiensi dan efektivitas
kinerja Madrasah khususnya dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran.
Berdasarkan uraian diatas, dipandang perlu melakukan
penelitian untuk mendeskripsikan keterlaksanaan K 13 mata
pelajaran Akidah-Akhlak ditinjau dari aspek kegiatan
pembelajaran. Penelitian ini akan dilaksanakan di MTS
RAUDLATUL MUHAJIRIN TANGKIT BARU, MTS ini sudah
menerapkan K 13 pada Tahun 2014/2015.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengelolaan kegiatan pembelajaran yang
dilakukan guru MTS Raudlatul Muhajirin dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas ?
2. Apa hambatan yang dialami guru MTS Raudlatul
Muhajirin dalam mengelola kegiatan pembelajaran
berdasarkan K 13?
3. Apa kendala yang dialami guru dalam penerapan K13
dalam pelaksanaan belajar-mengajar ?
12
C. GAMBARAN UMUM MTS RAUDLATUL MUHAJIRIN
1. Sejarah MTS Raudlatul Muhajirin Tangkit Baru
Yayasan Pondok Pesantren Raudhatul Muhajirin didirikan
berdasarkan Akta Notaris No. 33 Tanggal 22 Juni 1978 oleh
Syeikh Muhammad Said beserta 4 orang anaknya yaitu: H.
Andi Tolla, H. Andi Syamsul Bahru, H. Andi Sanisiyu dan H.
Andi Pawellanggi (Fuang Petta Kasau). Telah diperbaharui
dengan akta notaris No. 150 Tahun 2016.
Dalam perjalanannya Yayasan Pondok Pesantren
Raudlatul Muhajirin telah mengalami beberapa kali
pergantian kepengerusan dan sekarang dipimpin oleh Bs.
Patolai, S. Pt, M.Pt sebagai ketua umum, Andi Anwar, S.Pd
sebagai ketua I. H. Baso Intang SE sebagai ketua II,
Muhammad Said SE sebagai Sekretaris Umum, M. Ishak
S.Ag sebagai Sekretaris I. Andi Nurhanah Am, Keb sebagai
Sekretaris II, Nur Asia Jamil sebagai Bendahara Umum dan
Hj. Andi Sarmadlan S.Ag sebagai Wakil Bendahara
Yayasan. Adapun Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatul
Muhajirin saat ini adalah Ustadz Habil Maulida Ibrahim.
Yayasan Pondok Pesantren Raudlatul Muhajirin
menerapkan pola Pendidikan Kholafiah dimana santri yang
berasal dari luar daerah tinggal di Asrama pondok dan santri
yang tinggal disekitar lokasi pondok wajib mengikuti kegiatan
pondok walaupun tinggal dirumah masing-masing.
2. Tujuan Madrasah
Sejalan dengan tujuan pendidikan menengah
sebagaimana yang dirumuskan dalam Sistem Pendidikan
13
Nasional yaitu meletakkan dasar kecerdasan, kepribadian,
akhlak mulia serta ketrampilan untuk hidup mandiri dan
mengikuti pendidikan lebih lanjut, maka Madrasah
Tsanawiyah Tangkit Baru 5 Tahun ke depan diarahkan
untuk:
a. Meningkatkan partisipasi orang tua dan masyarakat.
b. Peningktan kompetensi guru yang sesuai dengan
kualifikasi pendidikan yang dimiliki.
c. Pemanfaatan nilai-nilai serta kesadaran dalam
beribadah.
d. Peningkatan standar-standar kelulusan siswa.
e. Tercapainya lingkungan sehat bersih dan disiplin.
f. Menjadi juara tingkat Kabupaten, Provinsi dan Nasional
dalam kegiatan pengembangan bakat dan minat yang
dimiliki oleh siswa.
3. Visi-Misi Madrasah
Visi :
MEMBENTUK MANUSIA SEUTUHNYA YANG BERIMTAQ
DAN BERIPTEK MENYONGSONG MASA DEPAN
GEMILANG.
Misi :
a. MENGEFEKTIFKAN KEGIATAN PEMBELAJARAN.
b. MENERAPKAN NILAI-NILAI AGAMA.
c. MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU.
d. MEMPERAT UKHUWAH ISLAMIYAH ANTARA
MADRASAH, ORANG TUA DAN MASYARAKAT.
14
e. MEMBINA BAKAT DAN MINAT SISWA DALAM
MENINGKATKAN PRESTASI YANG BERNUANSA
MADRASAH DAN LINGKUNGAN.
4. Sarana dan Prasarana
Untuk mewujudkan proses pendidikan yang berkualitas
baik pendidikan formal maupun pendidikan non formal
tersedia sarana dan prasarana sebagai berikut: Gedung,
sekolah yang permanen, gedung Asrama yang permanen,
Ruang UKS, Ruang Perpustakaan, Kantin/Dapur umum
santri, sanggar kaligrafi yang permanen, lapangan futsal,
kebun nanas dan kolam ikan untuk praktek keterampilan
pertanian dan perikanan.
5. Struktur Organisasi Madrasah
Susunan struktur organisasi Madrasah Tsanawiyah dapat
dilihat dibagan berikut ini:
15
D. KURIKULUM 2013
Kurikulum terbaru pada bidang pendidikan dengan nama
kurikulum 2013 (selanjutnya ditulis dengan K13). Kurikulum
2013 muncul dengan pembaharuan yang sedemikian rupa
16
dengan tujuan yang sama dengan maksud memaksimalkan
kualitas pembelajaran di Indonesia. Kurikulum 2013 memiliki
kekhasan tersendiri dari kurikulum-kurikulum sebelumnya dan
ini sebagai pembeda dan kebaruan tersebut.
Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
sistem pendidikan nasional, kurikulum adalah seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu.
Berdasarkan pengertian tersebut, ada dua dimensi
kurikulum yang pertama adalah rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran sedangkan yang
kedua adalah cara yang digunakan untuk kegiatan
pembelajaran.
Kurikulum 2013 dirancang dengan karakteristik sebagai
berikut:
1. Mengembangkan keseimbangan antara pengembangan
sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas,
kerjasama dengan kemampuan intelektual dan
psikomotorik.
2. Madrasah merupakan bagian dari masyarakat yang
memberikan pengalaman belajar terencana dimana peserta
didik menerapkan apa yang dipelajari di sekolah
kemasyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai
sumber belajar.
17
3. Mengembangkan sikap, pengetahun dan keterampilan serta
menerapkan dalam berbagai situasi di madrasah dan
masyarakat.
4. Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan
berbagai sikap, pengetahuan dan keterampilan.
5. Kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas
yang dirinci lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran.
6. Kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasian
(organizing element) kompetensi dasar, dimana semua
kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan
untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam
kompetensi inti.
7. Kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip
akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan merupakan
(enriched) antar mata pelajaran dan jenjang pendidikan
(organisasi horizontal dan vertikal).
Tujuan kurikulum 2013 untuk mempersiapkan manusia
Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi
dan warga Negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif,
dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan peradaban
dunia.
Konsep terpenting yang perlu mendapatkan penjelasan
dalam teori kurikulum adalah konsep kurikulum, ada tiga
konsep tentang kurikulum, sebagai berikut:
1. Kurikulum sebagai substansi
2. Kurikulum sebagai sistem
3. Kurikulum sebagai suatu bidang studi
18
Seperti halnya para ahli ilmu sosial lainnya, para ahli teori
kurikulum juga dituntut untuk:
1. Mengembangkan definisi-definisi deskriptif dan preskriptif
dari istilah-istilah teknis.
2. Mengadakan klasifikasi tentang pengetahuan yang telah
ada dalam pengetahuan-pengetahuan baru.
3. Melakukan penelitian inferensial dan prediktif.
4. Mengembangkan sub-sub teori kurikulum.
Kurikulum 2013 menganut (1) pembelajaran yang
learned-curriculum dilakukan guru (taught curriculum) dalam
bentuk proses yang dikembangkan berupa kegiatan
pembelajaran di madrasah, kelas dan masyarakat. (2)
pengalaman belajar langsung peserta didik (learned
curriculum) sesuai dengan latar belakang, karakteristik, dan
kemampuan awal peserta didik. Pengalaman belajar langsung
individual peserta didik menjadi hasil belajar bagi dirinya,
sedangkan hasil belajar seluruh peserta didik menjadi hasil
kurikulum.
E. KURIKULUM MATERI PAI
Penyusunan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi
Dasar (KD) mata pelajaran Akidah-Akhlak dan me-review
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006
tentang Standar Isi (SI) untuk satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah, mata pelajaran Pendidikan Agama Islam aspek
keimanan/akidah dan akhlak untuk SMP/MTs, serta
memperhatikan Surat Edaran Dirjen Pendidikan Islam Nomor:
DJ.II.1/PP.ED/681/2006, Tanggal 1 Agustus 2006, tentang
19
pelaksanaan Standar Isi, yang intinya bahwa madrasah dapat
meningkatkan kompetensi lulusan dan mengembangkan
kurikulum dengan standar yang lebih tinggi.
Akidah-Akhlak di Madrasah Tsanawiyah adalah salah
satu mata pelajaran PAI yang merupakan peningkatan dari
akidah dan akhlak yang dipelajari oleh peserta didik di
Madrasah Ibtidayyah/Sekolah Dasar. Peningkatan tersebut
dilakukan dengan cara mempelajari tentang rukun iman mulai
dari iman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya,
rasul-rasul-Nya, hari akhir, sampai iman kepada Qada dan
Qadar yang dibuktikan dengan dalil-dalil naqli dan aqli, serta
pemahaman dan penghayatan terhadap al-asma‟ al-husna
dengan menunjukkan ciri-ciri/tanda-tanda perilaku seseorang
dalam realitas akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari.
Secara subtansial mata pelajaran Akidah-Akhlak memiliki
kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik
untuk mempelajari dan mempraktikkan akidahnya dalam
bentuk pembiasaan untuk melakukan akhlak terpuji dan
menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari. Al-
akhlak al-karimah ini sangat penting untuk bermasyarakat dan
berbangsa, terutama dalam rangka mengantisipasi dampak
negatif dari era globalisasi dan krisis multidimensional yang
melanda bangsa dan Negara Indonesia.
Mata Pelajaran Akidah-Akhlak bertujuan untuk:
1. Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian,
pemupukan dan pengembangan pengetahuan,
penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman
peserta didik tentang akidah Islam sehingga menjadi
20
manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan
ketakwaannya kepada Allah SWT.
2. Mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia dan
menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari,
baik dalam kehidupan individu maupun sosial, sebagai
manifestasi dari ajaran dan nilai-nilai akidah Islam.
Ruang lingkup mata pelajaran Akidah-Akhlak di Madrasah
Tsanawiyah meliputi:
Aspek akidah terdiri atas dasar dan tujuan akidah Islam,
sifat-sifat Allah, al-asma‟ al-husna, iman kepada Allah, kitab-
kitab Allah, Rasul-rasul Allah, hari akhir serta qada dan qadar
Allah.
Aspek akhlak terpuji yang terdiri atas ber-tauhiid, ikhlas,
ta‟at, khauf, taubat, tawakkal, ikhtiyaar, shabar, syukur,
qona‟ah, tawaadu‟, husnuzh-zhan, tasaamuh dan ta‟aawwun,
berilmu, kreatif, produktif, dan pergaulan remaja.
Aspek akhlak tercela meliputi kufur, syirik, riya, nifaaq,
anaaniah, putus asa, ghadlab, tamak, takabbur, hasad,
dendam, ghibah, fitnah dan namiimah.
Struktur kurikulum menggambarkan konseptualisasi
konten kurikulum dalam bentuk mata pelajaran, posisi
konten/mata pelajaran dalam kurikulum, distribusi konten/mata
pelajaran dalam semester atau tahun, beban belajar untuk mata
pelajaran dan beban belajar/minggu untuk setiap sisiwa.
Kerangka dasar kurikulum Madrasah merupakan
landasan filosofis, sosiologis, psikologis, pedagogis dan yuridis
yang berfungsi sebagai acuan pengembangan struktur
kurikulum, sedang struktur kurikulum Madrasah merupakan
21
pengorganisasian kompetensi inti, mata pelajaran, bab belajar
dan kompetensi dasar pada setiap Madrasah. Kurikulum 2013
bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar
memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga yang
beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu
berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
bernegara dan peradaban dunia.
Untuk mengembangkan saya mencantumkan analisis
tentang materi Akidah Akhlak MTS semester 2 kelas 7 MTS
karena merupakan masa peralihan ke kelas 2 dan merupakan
awal dari madrasah awal. Materi pembelajaran merupakan isi
atau subtansi tujuan pendidikan yang hendak dicapai oleh
22
peserta didik dalam perkembangan dirinya. Keberhasilan
pembelajaran secara keseluruhan sangat tergantung pada
keberhasilan guru merancang materi pembelajaran. Secara
garis besar dapat dikemukakan bahwa materi pembelajaran
adalah pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus
dikuasai guru dalam rangka memenuhi standar kompetensi
yang telah ditetapkan.
Materi pembelajaran dipilih seoptimal mungkin untuk
membantu murid dalam mencapai kompetensi. Ada lima unsur
yang tidak boleh diabaikan dalam penyelenggaraan
pembelajaran yakni tujuan sebagaimana yang telah dibahas,
materi, metode, alat atau media dan evaluasi.
Saran materi pendidikan Agama islam disini, pertama,
memberikan nilai-nilai budi pekerti dan pengaplikasiannya
sehingga murid diberikan contoh sikap yang akan membuat
karakter murid yang sesuai dengan ajaran islam, kedua, materi
pendidikan Agama Islam disajikan dengan metode yang sesuai
dengan materi seperti metode cerita, keteladanan, diskusi,
kerja kelompok dan portofolio. Ketiga, dalam sistem penilaian
tidak hanya pada ranah kognitif melainkan afektif dan
psikomotorik yang berupa latihan.
F. TIGA RANAH PENDIDIKAN
Melakukan identifikasi terhadap materi PAI hendaknya
terhadap tiga ranah yakni:
1. kognitif ditentukan berdasarkan prilaku yang menekankan
aspek intelektual, seperti menginggat, memahami,
menerapkan, menganalisis, mengevaluasi dan menciptakan.
23
Dengan demikian jenis materi yangg sesuai untuk ranah
kognitif adalah fakta.
2. Melakukan identifikasi terhadap materi PAI pada ranah
Afektif yakni berdasarkan prilaku yang menekankankan pada
aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap dan
apresiasi, meliputi rasa penghayatan.
Ada banyak aspek yang berupaya ditekankan pada
kurikulum terbaru diantaranya yang paling menonjol
dibicarakan pihak steak holder adalah aspek afektif. Hal ini
bisa disimak pada teks keputusan Dirjen pendidikan
menyatakan bahwa tujuan K 13 untuk mempersiapkan
manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup
sebagai pribadi dan warga Negara yang beriman, produktif,
kreatif, inovatif dan afektif serta merta berkontribusi pada
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan
peradaban dunia. Senada dengan ini karakteristik K 13
yang pertama adalah berupaya mengembangkan
keseimbangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu,
kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan
psikomotorik. Disebutkan bahwa capaian pembelajaran
tidak terhenti sampai pengetahuan saja, tetapi juga memuat
kandungan proses yang berguna bagi pembentukan
keterampilannya. Selain itu juga memuat pesan tentang
pentingnya memahami mata pelajaran tersebut sebagai
bagian dari pembentukan sikap. Hal ini penting menginggat
kompetensi pengetahuan sifatnya dinamis karena
pengetahuna masih selalu berkembang. Kemampuan
keterampilan akan bertahan lebih lama dari kompetensi
24
pengetahuan sedangkan yang akan terus melekat pada dan
akan dibutuhkan oleh peserta didik adalah sikap. Disamping
itu diperkaya dengan penekanan kurikulum kepada karakter
yang termuat dalam 18 bagian karakter.
Ini menandakan bahwa aspek ini memiliki arti yang sangat
mendalam dalam pembentukan karakter peserta didik (anak
bangsa) yang berupaya dicanangkan oleh pemerintah
dalam fungsinya tujuan pendidikan nasional. Berangkat dari
tujuan yang diinginkan tersebut yakni menitikberatkan pada
aspek afektif, maka tersusun dalam sejumlah kompetensi
(merupakan pernyataan yang mengambarkan penampilan
suatu kemampuan tertentu secara bulat yang merupakan
berpaduan antara pengetahuan dan kemampuan ynag
dapat diamati dan diukur)
3. Melakukan identifikasi terhadap Materi PAI pada ranah
psikomotorik yakni ditentukan berdasarkan aspek
keterampilan/skill meliputi gerakan.
a. Identifikasi Indikator Pencapaian Kompetensi
b. Setelah diketahui ranah kompetensi dasar, perumusan
materi ajar harus dilihat pada rumusan indikator yang ada
pada silabus harus disesuaikan sehingga materi ajar yang
dirumuskan berdasarkan tingkatan indikator yang ada.
c. Standar kompetensi dan Standar dasar berisikan Standar
kompetensi dan Kompetensi dasar untuk latar belakang
yang menyatakan mengapa mata pelajaran tersebut
penting, tujuan mata pelajaran tersebut, ruang lingkup
yang berisikan aspek dan standar kompetensi dan
standar kompetensi dasar setiap aspek yang dinyatakan
25
dalam ruang lingkup untuk setiap semester dimana aspek
tersebut diajarkan.
d. Dalam proses pelaksanaanya, guru sangat mungkin
melakukan pengembangan yang sesuai dengan potensi
peserta didik, sumber dan media belajar serta lingkungan
sekitarnya. Dan perlu mendesain dan merencanakan
kembali materi yang akan disampaikan sesuai kondisi dan
mengkaitkan hal ihwal dilingkungan tersebut.
e. Pendidikan Agama Islam sangat berhubungan langsung
dengan pembentukan prilaku sehari-hari peserta didik,
karena dalam materi pendidikan Islam itu sendiri
merupakan mengajarkan nilai-nilai yang mengandung
ketentraman hubungan antar sesama manusia ini sangat
mendapatkan perhatian dalam dunia pendidikan. Dan
pembelajaran yang dilakukan pendidik perpanjangan misi
ilahi tersebut. Untuk profesi keguruan tidak hanya sekedar
sebagai suatu pekerjaan yang mendatangkan
kesejahteraan material terhadapnya, tetapi ia mesti
dimaknai sebagai dakwah Yukhriju an-nas min al-zulumait
ila al-nur yaitu memberikan pencerahan intelektual,
akidah, akhlak dan moral kepada peserta didik.
Setelah menjalani proses pembelajaran secara integral,
lulusan Madrasah Tsanawiyah diharapkan memiliki sikap,
pengetahuan dan keterampilan sebagai berikut:
Dimensi Kualifikasi kemampuan
Sikap Memiliki prilaku yang
mencerminkan sikap orang
beriman, berakhlak mulia,
26
berilmu, percaya diri, dan
bertanggung jawab dalam
berinteraksi secara efektif
terhadap lingkungan sosial
dan alam dalam jangkauan
pergaulan dan
keberadaanya.
Pengetahuan Memiki pengetahuan
faktual, konseptual, dan
prosedural dalam ilmu
pengetahuan, teknologi,
seni, dan budaya dengan
wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan,
danperadaban terkait
fenomena dan kejadian
yang tampak.
Keterampilan Memiliki kemampuan pikir
dan tindak yang efektif dan
kreatif dalam ranah abstrak
dan konkret sesuai dengan
yang dipelajari dimadrasah
dan sumber jenis lainnya.
sebagaimana ayat tersebut ini menjelaskan:
الطريقة اهم من المادةالمدرس اهم من الطريقة
27
Artinya: metode pembelajaran lebih penting dari pada
materi, guru lebih penting daripada metode.
G. STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR
KOMPETENSI INTI KELAS VII
Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
Menghargai dan menghayati prilaku jujur, disiplin, tanggung
jawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya
diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan
sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan
keberadaannya.
Memahami pengetahuan (faktual, konseptual dan
prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan
kejadian tampak mata.
Mencoba, mengolah dan menyaji dalam ranah konkret
(menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi dan
membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca,
menggambar, dan menggarang) sesuai dengan yang
dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam
sudut pandang/teori.
STANDAR KOMPETNSI KOMPETENSI DASAR
Akidah
1. Memahami dasar dan
tujuan akidah Islam
1.1 menjelaskan dasar dan
tujuan akidah Islam
1.2 menunjukkan dalil
tentang dasar dan tujuan
28
akidah Islam
1.3 menjelaskan hubungan
Iman, Islam, dan ihsan
1.4 menunjukkan dalil
tentang Iman, Islam, dan
Ihsan
2. meningkatkan keimanan
kepada Allah melalui
pemahaman sifat-sifat-
Nya
2.1 mengindentifikasi sifat-
sifat Wajib Allah yang
nafsiyah, salbiyah, ma‟ani
dan ma‟nawiyah.
2.2 Menunjukkan bukti/dalil
naqli dan aqli dari sifat-
sifat wajib Allah yang
nafsiyah, salbiyah, ma‟ani
dan ma‟nawiyah.
2.3 Menguraikan sifat-sifat
mustahil dan jaiz bagi
Allah SWT.
2.4 Menunjukkan ciri-
ciri/tanda prilakau orang
beriman kepada sifat-sifat
wajib, mustahil, dan jaiz
bagi Allah SWT dalam
kehidupan sehari-hari.
Beban belajar dan struktur kurikulum MTs, berdasarkan
kompetensi inti disusun mata pelajaran dan alokasi waktu
yang sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan.
29
Susunan mata pelajaran dan alokasi waktu untuk MTs
sebagaimana table berikut:
30
31
32
H. INDIKASI PENILAIAN
Penilaian merupakan komponen penting dalam
penyelenggaraan pendidikan. Upaya meningkatkan kualitas
pendidikan dapat ditempuh melalui peningkatan kualitas
pembelajaran dan kualitas sistem penilainnya.
Setiap materi yang diajarkan kepada peserta didik
mengandung nilai-nilai yang terkait dengan prilaku kehidupan
sehari-hari, misalnya mengajarkan tanda-tanda orang yang
beriman kepada Allah, Malaikat dan Rasul-Nya, selain
keharusan menyampaikan ciri-cirinya juga terkandung nilai
keadilan, kejujuran, kedisiplinan dan lain-lain.
Untuk mengetahui kompetensi peserta didik sebagai
pembelajaran Akidah Akhlak sebagai berikut:
a. Penilaian yang dilakukan meliputi penilaian kemajuan
belajar dan penilaian hasil belajar peserta didik yang
terdiri dari pengetahuan, sikap dan prilaku.
b. Penilain kemajuan belajar merupakan pengumpulan
informasi tentang kemajuan belajar peserta didik.
c. Penialian hasil belajar akidah akhlak adalah upaya
pengumpulan informasi untuk menentukan tingkat
penguasaan peserta didik terhadap suatu
kompetensi.
d. Penilaian hasil belajar akidah akhlak secara nasional
dilakukan dengan mengacu kepada kompetensi
dasar, hasil belajar, materi standard an indicator yang
telah ditetapkan di dalam kurikulum nasional.
33
e. Teknik dan instrument penilaian yang digunkaan
adalah yang dapat mengukur dengan tepat
kemampuan dan usaha belajar peserta didik.
f. Penilain yang dilakuakan melalui tes dan nontes.
g. Pengukuran terhadap ranah afektif melalui non tes
h. Penilaian terhadap ranah psikomotorik dengan tes
perbuatan
I. POKOK PEMBAHASAN
Mata pelajaran adalah unit organisasi terkecil dari
kompetensi dasar, untuk kurikulum SMP/MTS, organisasi
kompetensi dasar dilakukan dengan cara mempertimbangkan
kesinambungan antar kelas dan keharmonisan antara mata
pelajaran yang diikat dengan kompetensi inti. Berdasarkan
pendekatan ini maka terjadi regorganisasi kompetensi dasar
mata pelajaran sehingga struktur kurikulum SMP/MTS menjadi
lebih sederhana karena mata pelajaran dan jumlah materi
berkurang.
Materi pendidikan yang berbasis K 13, seluruh kegiatan
pembelajaran bermuara pada tercapaianya tujuan
pembelajaran yakni meningkatkan keimanan dan ketaqwaan
murid, antara aspek-aspek PAI sudah berkesinambunngan
misalnya: selalu mengkaitkan materi dengan FirmanNya
maupun sabdanya, sehingga dapat dipahami secara egaliter
antara aspek yang terdapat dalam materi. Dan orientasi
pembelajaran lebih kepada pembentukan akhlak.
34
J. EVALUASI
Dalam evaluasi pendidikan ada empat komponen yang
saling terkait dan merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan artinya kegiatan evaluasi harus melibatkan ketiga
kegiatan lainnya yaitu penilaian, pengukuran dan tes (non tes),
evaluasi pengajaran dapat dikategorikan menadi dua, yaitu
formatif dan sumatif. Evaluasi formatif adalah evaluasi yang
dilakukan pada setiap akhir pembahasan suatu pokok bahasan
dan dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu proses
pembelajaran telah berjalan sebagaimana ynag direncanakan
dan evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan pada
setiap akhir satu satuan waktu yang didalmnya tercakup lebih
dari satu pokok bahsan, dan dimaksudkan untuk mengetahui
35
sejauhmana peserta didik telah dapat berpindah dari suatu unit
ke unit berikutnya.
Seseorang guru mempunyai peranan ynag strategis
dalam proses pembelajaran, boleh dikata berhasil tidaknya
proses pembelajarn merupakan tanggung jawab penuh seorang
guru untuk mewujudkannya , keberhasilan proses pembelajaran
belum cukup jika hanya diukur dari beberapa banyak siswa
yang bisa lulus dan mendapatkan nilai yang baik terutama
dalam pembelajaran Akidah Akhlak siswa diharapkan dapat
mengaktualisasikan nilai-nilai Islam yang didapatnya dari
pembelajaran dalam kehidupan nyata. Berikut data keadaan
siswa MTS Raudlatul Muhajirin:
Hasil belajar menurut Bloom mencakup peringkat dan tipe
prestasi belajar, kecepatan belajar, dan hasil afektif, Andersen
sependapat dengan Bloom bahwa karakteristik manusia
meliputi cara yang tipikal dari berpikir, berbuat dan perasaan.
Tipikal berpikir berkaitan dengan ranah kognitif, tipikal berbuat
berkaitan dengan ranah psikomotor, dan tipikal perasaan
berkaitan dengan ranah afektif. Ketiga anah tersebut
merupakan karakteristik manusia dan dalam bidang pendiidkan
ketiga ranah tersebut merupakan hasil belajar.
Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas belajar
adalah sikap. Seorang anak yang memiliki sikap positif terhadap
belajar, maka anak tersebut akan memperoleh kesuksesan
dalam belajar. Begitu juga sebaliknya seorang anak yang
memiliki sikap negative terhadap belajar, maka anak tersebut
sulit memperoleh kesuksesan dalam belajar. Oleh karena itu
dalam pembelajaran seorang guru perlu memiliki kemampuan
36
untuk mendorong siswa-siswanya agar memiliki sikap yang
positif terhadap mata pelajaran yang diampuhnya.
Beberapa ranah efektif ynag tergolong penting adalah:
a. Kejujuran: peserta didik harus belajar untuk
menghargai kejujuran dalam berinteraksi dengan
orang lain.
b. Integritas: peserta didik harus mengikat pada kode
nilai, misalnya moral dan artitistik.
c. Adil: peserta didik harus berpendapat bahwa semua
orang memperoleh perlakuan hukum yang sama.
d. Kebebasan: siswa harus yakin bahwa Negara
demokratis harus memberi kebebasan secara
maksimum kepada semua orang.
Dalam menginterpretasi skor mentah menjadi nilai dengan
menggunakan pendekatan PAP, maka terlebih dahulu
ditentukan kreteria kelulusan dengan batas-batas nilai
kelulusan, maka terlebih dahulu ditentukan kreteria kelulusan
dengan batas-batas nilai kelulusan, umumnya kreteria nilai
yang digunakan dalam bentuk rentang skor berikut:
Rentang Skor Nilai
80% s.d 100% A
70% s.d 79% B
60% Ss.d 69% C
45% s.d 59% D
‹ 44% E
37
No
Aspek
Penilaian
Nama
Siswa
Ke
tep
ata
n M
ate
ri
Ke
tep
ata
n A
nalis
is
Ke
da
lam
an
An
alis
is
Ke
sim
pula
n
Ka
ta d
an B
aha
sa Y
ang
Dig
un
aka
n
Ke
rap
ian L
ap
ora
n
Ke
dis
iplin
an
Dala
m
Pe
ng
um
pula
n T
ug
as
To
tal S
ko
r
Nil
ai
1
2
3
4
5
6
Dst
Keterangan : Skor 1 = sangat kurang Skor 2 = kurang
Skor 3 = cukup Skor 4 = baik Skor 5 = amat baik
Jumlah Skor Yang Diperoleh Nilai = -------------------------------------------- X 100
38
K. Kesimpulan
Kurikulum pada dasarnya merupakan media untuk
mencapai suatu tujuan atau kompetensi pembelajaran, sebagai
media maka eksistensinya sangat tergantung pada tujuan atau
kompetensi pembelajaran yang akan dicapai.
Setiap tindak pendidikan dan pembelajaran selalu
diorientasikan pada pencapaian kompetensi-kompetensi
tertentu, baik berkaitan dengan pengembangan kecerdasan
spiritual, intelektual, emosional, sosial maupun kreatif. Untuk
mencapai hal tersebut maka diperlukan media yang relavan
dengan subtansi berbagai kecerdasan tersebut. Media di
maksud salah-satunya adalah kurikulum.
Organisai kurikulum menentukan bahan pelajaran,
urutannya, dan cara menyajikannya. Organisasi kurikulum
adalah susunan pengetahuan yang harus disampaikan pada
peserta didik untuk menguasai kompetensi yang telah
ditetapkan, dimensi organisasi kurikulum terbagi menjadi 2 yaitu
dimensi isi dan dimensi pengalaman belajar.
Kegiatan evaluasi kebutuhan dan kelayakan terhadap
kurikulum merupakan suatu keharusan yang esensial dalam
rangka pengembangan program kegiatan kependidikan pada
umumnya dan peningkatan kualitas siswa pada khususnya.
Pengembangan kurikulum perlu dilakukan karena adanya
berbagai tantangan yang dihadapi, baik tantangan internal
maupun tantangan eksternal. Disamping itu, dalam menghadapi
tuntutan perkembangan zaman, perlu adanya penyempurnaan
pola pikir dan penguatan tata kelola kurikulum serta
pendalaman dan perluasan materi. Selain itu yang tidak kalah
39
pentingnya dalah perlunya penguatan proses pembelajaran dan
penyesuaian beban belajar agar dapat menjamin kesesuain
antara apa yang diinginkan dengan apa yang dihasilkan.
Daftar Rerefensi:
Mulyasa, 2013, Manajemen Pendidikan Karakter, Jakarta: Bumi
Aksara. Cet III.
Hasan, Hamid, 2009, Evaluasi Kurikulum, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, Cet II.
Manshur Muslich, 2008, Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan,
jakarta: Bumi Aksara.
M. Yusuf, Kadar, 2008, Tafsir Tarbawi Pesan-pesan Al-Qur‟an
Tentang Pendidikan, Pekan Baru: Amzah
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, 2010, Panduan Teknis
Pengembangan Kurikulum Madrasah, Jakarta.
As‟ad, Aliy, 2007, Tejemahan Kitab Ta‟limul Muta‟allim, Kudus:
Menara kudus.
Alkaaf, Idrus, 2008, Mengasah Sipritual Jiwa, Surabaya: Mutiara
Ilmu.
Ariyanto, dkk, Aqidah Akhlak, Surakarta: CV Surya Burda.
Muslich, Mansur, 2010 Text Book Writing (Dasar-dasar Pemahaan,
Penulisan, dan Pemakaian Buku Teks), Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media
Suryobroto, 1997, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Jakarta:
Rineka Cipta
Mulyasa, 2010, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemandirian
Guru dan Kepala sekolah, Jakarta: Bumi Aksara.
40
41
KONSEP TEORITIS (ASAS-ASAS KURIKULUM)
1. Asas Filosofis
Asas filosofis dalam penyusunan kurikulum, berarti
dalam penyusunan kurikulum hendaknya berdasar dan
terarah pada falsafah bangsa yang dianut. Falsafah atau
filsafat berasal dari bahasa Yunani : philosopis, philo, philos,
philen yang berarti cinta, pecinta, mencintai, sedang Sophia
berarti kebijaksanaan, kearifan, nikmat, hakikat, dan
kebenaran.
Dalam hal ini prinsip-prinsip ajaran filsafat yang dianut
oleh suatu bangsa seperti pancasila, kapitalisme,
sosialisme, fasisme, komunisme dan sebagainya dapat
digolongkan sebagai falsafah dalam arti produk/ sebagai
pandangan hidup atau falsafah dalam arti praktis.
Dalam penyusunan kurikulum di Indonesia yang
harus diacu adalah filsafat pendidikan Pancasila. Filsafat
pendidikan dijadikan dasar dan terarah, sedang
pelaksanaannya melalui pendidikan.
Pandangan hidup bangsa Indonesia berdasar pada
Pancasila dan dengan sendirinya segala kegiatan yang
dilakuan baik oleh berbagai lembaga maupun perorangan,
harapannya tidak boleh bertentangan dengan asas
pancasila, termasuk dalam kegiatan penyusunan kurikulum.
Asas filosofis dalam pengembangan kurikulum pada
hakikatnya adalah menentukan tujuan umum pendidikan.
42
2. Asas Psikologi
Asas psikologi berarti kegiatan yang mengacu pada hal-
hal yang bersifat psikologi. Manusia sebagai makhluk yang
bersifat unitas multiplex yang terdiri atas sembilan aspek
psikologi yang kompleks tetapi satu. Aspek-aspek tersebut
dikembangkan dengan perantara berbagai mata pelajaran
yang tercantum dalam kurikulum sebagai berikut:
a
.
Aspek ketakwaan :
Dikembangkan dengan
kelompok bidang agama
b
.
Aspek cipta : Dikembangkan dengan
kelompok bidang studi ekstra,
sosial, bahasa, dan filsafat.
c
.
Aspek rasa : Dikembangkan dengan
kelompok bidang studi seni
d
.
Aspek karsa : dikembangkan dengan
kelompok bidang studi etika,
budi pekerti, Agama, dan
PPKN.
e
.
Aspek karya (kreatif) : Dikembangkan melalu
kegiatan penelitian,
independen studi, dan
pengembangan bakat.
f
.
Aspek karya
(keprigelan)
: Dikembangkn dengan
berbagai mata pelajaran
43
keterampilan.
g
.
Aspek kesehatan : Dikembangkan dengan
kelompok bidang studi
kesehatan, olahraga.
h
.
Aspek sosial : Dikembangkan melalui
kegiatan praktek lapangan,
gotong royong, kerja bakti,
KKN, PPL, dan sebagainya.
i
.
Aspek karya : Dikembangkan melalui
pembinan bakat dan kerja
madiri.
3. Asas Sosial Budaya/Asas Sosiologi
Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki
berbagai gejala sosial hubungan antar individu dengan
individu, antar golongan, lembaga sosial yang disebut juga
ilmu masyarakat. Dunia sekitar merupakan lingkungan hidup
bagi manusia. Masyarakat merupakan kelompok manusia
yang telah hidup dan bekerja sama hingga mereka mengatur
diri mereka sendiri dan menganggap sebagai suatu
kesatuan sosial.
Sekolah adalah institusi sosial yang didirikan dan
ditujukan untuk memenuhi kepentingan dan kebutuhan
asyarakat. Maka kurikulum sekolah dalam penyusunan dan
pelaksanaan banyak dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan
sosial yang berkembang dan selalu berubah di dalam
masyarakat.
44
4. Asas Teknologi
Ilmu pengetahuan dan teknologi satu sama lain tidak
dapat dipisahkan sebab ilmu pengetahuan yang hanya
sebagai ilmu untuk bahan bacaan tanpa praktikan untuk
kepentingan umat manusia hanyalah suatu teori yang mati.
Sebaliknya praktik yang tanpa didasari oleh ilmu
pengetahuan hasilnya akan sia-sia.
Kurikulum tidak boleh meninggalkan kemajuan teknologi
pendidikan. Peningkatan penggunaan teknologi pendidikan
akan menyebabkan naiknya tingkat efektivitas dan efisien
proses belajar mengajar selalu menonjolkan peranan guru,
terutama dalam memilih bahan dan penyampaiannya.
Dengan majunya teknologi informasi, diharapkan bahwa
mengajar adalah membuat yang belajar mengajar diri
sendiri, selanjutnya, system penyampaiannya tidak harus
dengan tatap muka antara guru dan siswa. Sekarang peran
guru dapat digantikan dengan media instruksional baik yang
berupa media cetak maupun non cetak terutama media
elektronik, misalnya komputer, internet, rekaman video, dan
sebagainya.
Dengan teknologi pendidikan modern, proses
pembelajaran akan dilakukan dengan berbagai system
penyampaiannya, misalnya system pembelajaran jarak jauh,
yang penyampaiannya dengan cara menggunakan modul,
Televisi Pendidikan Nasional, siaran radio, pendidikan,
metode berprogram internet dan sebagainya.
45
Pengembangan Kurikulum di MTs Tarbiyah Islamiyah
Jelutung Kota Baru
Madrasah tsanawiyah tarbiyah islamiah didirikan oleh
5 orang sahabat yaitu: zoelkarnain idris, ibrahim suknani,
tachsis abdullah, Drs. Mhd, Ishak HT dan kemas bujang
rahman pada tahun 1972. yang berlokasi di jalan dr.
Sumbiyono No.2 Rt 11 kelurahan jelutung kota jambi, yang
merupakan tanah wakaf dari warga, yang dinaungi oleh
badan hukum notaris fauzi agus no.12 tahun 1989. Sejak
berdiri sampai tahun 2011 dikepalai oleh maraqandhus s.ag
Kemudian pada tahun 2012 sampai sekarang, Madrasah
Tsanawiyah tarbiyah islamiah dikepalai oleh ibu Dra,siti
aminah. Adapun secara geografis, letak Madrasah
Tsanawiyah tarbiyah islamiah dekat food court puja serah
jelutung hanya berjarak ± 45 meter dari pinggir jalan
sumbiyono jelutung .
Dari nol sampai sekarang Madrasah Tsanawiyah
tarbiyah islamiah terus berkembang maju dan membuat
daya tarik masyarakat, keramahan kepala sekolah, guru dan
staf tata usaha juga menjadi daya tarik tersendiri bagi orang
tua untuk menyekolahkan anaknya di madrasah tsanawiyah
tarbiyah islamiah.kemudian di bidang akademik bahkan
sampai bidang ekstrakulikuler tidak dapat diragukan lagi
yang selalu membuat perubahan yang terus maju dan
membawa prestasi yang baik, sarana dan prasarana dari
46
madrasah tsanawiyah tarbiyah islamiah juga mampu
bersaing dengan sekolah pada umumnya.
Sehingga dari prestasi yang baik itu kepala sekolah
selalu memberikan support atau dukungan yang kuat dan
semangat baik untuk para siswa-siawi , guru-guru, serta staf
tata usaha Madrasah Tsanawiyah tarbiyah islamiah. Adapun
Visi, Misi dan tujuan Sekolah Madrasah Tsanawiyah tarbiyah
islamiyah kelurahan jelutung yaitu :
VISI MADRASAH :
Unggul dalam prestasi ,cerdas,kreatif,berwibawa dan
berakhlakul karimah.
MISI MADRASAH:
a. Melaksanakan proses pembelajaran yang profesional
dan efektif.
b. Membimbing siswa agar beriman,bertakwa,berakhlak
yang mulia, sehat,cerdas,kreatif,disiplin dan mandiri.
c. Terwujudnya prestasi yang tinggi baik akademik maupun
non akademik.
d. Membangun citra madrasah menjadi mitra terpercaya di
masyarakat.
e. Menciptakan kendar-kendar mubakigh.
f. Menciptakan calon hafizh dan hafizah.
47
TUJUAN MADRASAH :
1. Mewujudkan warga madrasah yang demokratis dan
cerdas berlandaskan iman dan takwa kepada tuhan yang
maha esa.
2. Memenuhi terwujudnya pelayanan pendidikan secara adil
dan merata.
3. Menciptakan suasana yang kondusif dan berwawasan
budi pekerti luhur untuk menompang pengembangan
sekolah lebih lanjut.
4. Memenuhi terbentuknya kehidupan warga sekolah yang
demokratis dalam berfikir,bersikap dan bertindak.
5. Memenuhi terwujudnya warga sekolah yang mencintai
nusa,bangsa serta bahasa indonesia melalui kegiatan-
kegiatan yang terencana dan terprogram.
A. Deskripsi Kurikulum
Kurikulum adalah suatu seperangkat alat rencana dan
peraturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta
cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu.
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan
dengan guru bidang study akidah akhlak bapak syaiful azhar
s.pd.i pada kelas VII sudah menggunakan kurikulum k13 ,
tetapi pada kelas VIII dan X masih menggunakan kurikulum
KTSP, itu disebabkan karna buku panduan sudah
menggunakan kurikulum k13 sedangkan lks nya masih
menggunakan kurikulum ktsp.
48
Bapak syaiful azhar S.Pd.I juga menjelaskan dalam
penerapan kurikulum ktsp ketika ujian bahan ujian juga
sering mengalami masalah dari soal yang diberikan dari
dinas tidak sama dengan yang di buku paket maupun buku
LKS.
Dari penjelasan yang di dapat pada hasil wawancara
itu bahwa kurikulum 2013 itu diberlakukan karena terdapat
suatu kelemahan yang ada pada kurikulum sebelumnya
yaitu materi/isi dalam kurikulum tersebut masih padat, belum
mengembang secara utuh, kompetensi yang dikembangkan
masih didominasi aspek kognitif, belum terealisasi antara
soft skill dan hard skill. Dengan adanya kurikulum 2013 ini
materi ataupun isi dari kurikulum nya yaitu setiap guru
mengembangkan atau merealisasikan antara sikap
spiritual,social,rasa ingin tahu,kreativitas, kerja sama dengan
kemampuan intelektual dan psikomotorik yang dimiliki oleh
peserta didik.
B. Kurikulum (Materi akidah akhlak VII)
Materi Fiqih kelas VII semester 1 dan 2 kurikulum
2013. Mata pelajaran akidah akhlak ini termasuk kedalam
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) yang di
ajarkan pada sekolah menengah pertama yang bernuansa
islam seperti Madrasah Tsanawiyah ini. Tujuan dari
pendidikan islam ini yaitu: agar peserta didik memiliki
pengetahuan, penghayatan, dan keyakinan yang benar
terhadap hal-hal yang harus diimani, sehingga dalam
bersikap dan bertingkah laku sehari-hari berdasarkan
49
alqur‟an dan hadis dan agar siswa memiliki pengetahuan
,penghayatan, dan keinginan yang kuat untuk mengamalkan
akhlak yang baik dan berusaha sekuat tenaga untuk
meninggalkan akhlak yang buruk , baik dalam hubungannya
dengan allah swt, diri sendiri , antar agama maupun
hubungannya dengan alam lingkungan.
Pada penelitian case study ini membahas tentang
mata pelajaran akidah akhlak ini semester II yang tercantum
pada bab I yaitu tentang iman kepada rasul yang bertujuan
agar peserta didik meyakini bahwa rasul itu ada dan wajib
untuk di imani yaitu:
1. Kognitif
Menurut hasil wawancara ranah kognitif yang
dikembangkan peserta didik itu berbeda-beda, ada sebagian
peserta didik yang benar-benar mengerti dengan apa yang
dijelaskan, sebagian lagi peserta didiknya ketika jam
pelajaran berlangsung banyak yang tidak menyimak apa
yang disampaikan oleh guru dan ketika disuruh membaca
buku untuk memahami pelajaran mereka hanya bermain-
main sehingga mereka tidak mengerti dengan apa yang
dipelajari dan ada pula yang acuh tak acuh ketika jam
pelajaran berlangsung. Sehingga hanya sebagian saja yang
benar-benar paham pada apa yang diajarkan.
2. Afektif
Ranah afektif yang dicapai oleh peserta didik setelah
belajar tentang beriman kepada rasul allah , sebagian dari
siswa sudah bisa menerapkan sifat-sifat yang dimiliki oleh
rasul dengan bertutur kata lembut , tidak melawan kepada
50
guru,menghargai hasil karya yang dibuat teman dan
menghormati orang yang lebih tua. Sebagian lagi peserta
didiknya biasa-biasa saja kadang menerapkan akhlak terpuji
kadang tidak. Itu dikarenakan mereka hanya mengikut-ikut
teman saja.
Ada pula peserta didik yang masih belum bisa
menerapkan sifat-sifat teladan dari rasul allah swt , hal itu
dikarenakan karena pengaruh pergaulan di luar sekolah ,
jika peserta didik di dalam pergaulannya suka berbicara
kasar ketika sedang berada di masyarakat maka sifat itu
akan dibawanya sampai kesekolah itu semua karna
kebiasaan.
3. Psikomotorik
Ranah psikomotorik yang dicapai peserta didik
sebagian besar bisa dikatakan luar biasa , karena mereka
bisa menyebutkan sifat-sifat rasul allah swt, mempraktikan
perilaku yang mencerminkan beriman kepada rasul allah
swt, memahami dalil yang menjelaskan tentang beriman
kepada rasul allah swt dan menerapkan sifat-sifat rasul allah
swt dalam kehidupan sehari-hari. Ada pula sebagian peserta
didik yang memang benar-benar tidak ingin menerapkan
sifat rasul allah swt dalam kehidupan sehari-hari , hal itu
dikarenakan mereka tidak pernah menyimak apa yang telah
di ajarkan guru ketika jam belajar berlangsung , sehingga
membuat mereka tidak ingin tahu.
51
C. Pengembangan Kurikulum
1. Kompetensi Inti
1) Menghargai dan menghayati agama yang di anutnya
2) Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin,tanggung
jawab,peduli(toleransi,gotong-royong),santun,percaya diri
dalam ber interaksi secara efektif, dengan lingkungan sosial
dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
3) Memahami dan menerapkan pengetahuan (faktual,
konseptual dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi,seni budaya terkait
fenomena dan kejadian tampak mata.
4) Mengolah,menyaji dan menalar dalam ranah konkret
(menggunakan,mengurai,merangkaai,memodifikasi dan
membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca,
menghitung, menggambar dan mengarang) sesuai dengan
yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam
sudut pandang atau teori.
2. Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar yang harus dicapai siswa yaitu :
a. Beriman kepada rasul Allah SWT
b. Meyakini sifat-sifat rasul Allah SWT
c. Menampilkan perilaku yang mencerminkan beriman kepada
rasul Allah SWT
d. Meneladani sifat-sifatnya(rasul) dalam kehidupan sehari-
hari.
e. Memahami pengertian, dalil dan pentingnya beriman kepada
rasul Allah SWT
52
f. Menguraikan sifat-sifat rasul allah Allah SWT
g. Menyajikan peta konsep pengertian,dalil dan pentingnya
beriman kepada rasul Allah SWT
h. Menyajikan peta konsep sifat-sifat rasul Allah SWT
3. Indikator Penilaian
Dari hasil wawancara dengan bapak syaiful azhar
S.Pd.I indikator penilaian yang digunakan di madrasah
tsanawiyah tarbiyah islamiah adalah dilakukan dengan ujian,
baik secara lisan maupun tulisan .
4. Pokok Pembahasan
1) Beriman kepada rasul Allah Swt
Rasul menurut bahasa adalah utusan atau orang
yang dikirim untuk suatu tugas. Sedangkan menurut istilah
agama rasul adalah seorang lelaki yang terpilih untuk
menerima wahyu dari allah swt dan ditugaskan risalah
kepada manusia. Iman kepada para nabi dan rasul allah swt
merupakan salah rukun iman. Keimanan seseorang itu tidak
sah, sampai ia mengimani semua nabi dan rasul allah swt
dan membenarkan bahwa allah swt telah mengutus mereka
untuk menunjuki,membibing dan mengeluarkan manusia
dari kegelapan kepada cahaya kebenaran.
2) sifat-sifat bagi rasul-rasul Allah Swt
Allah Swt mengangkat orang-orang yang terpilih untuk
menjadi rasul dimuka bumi ini. Tugas yang di emban oleh
para rasul amatlah berat, untuk suksesnya tugas yang
dipercayakan Allah Swt para rasul didukung oleh sifat-sifat
53
istimewa yang diantaranya tidak sama dengan sifat-sifat
manusia biasa.
a. Sifat wajib rasul Allah Swt
1. Shiddiq (jujur)
Setiap rasul pasti jujur dalam ucapan dan
perbuatannya. Apa-apa yang telah disampaikan kepada
manusia baik berupa wahyu atau kabar harus sesuai
dengan apa yang telah diterima dari allah tidak boleh dilebih
atau dikurangkan.
2. Amanah(dapat dipercaya)
Amanah berarti bisa dipercaya baik dhahir atau
bhatin.
3. Tabligh (menyampaikan)
Sudah menjadi kewajiban para rasul menyampaikan
kepada manusia apa yang diterima dari allah berupa wahyu
yang menyangkut didalamnya hukum-hukum agama.
4. Fathonah (cerdas)
Dalam menyampaikan risalah allah,tentu dibutuhkan
kemampuan,diplomasi,dan strategi khusus agar wahyu yang
tersimpan didalamnya bisa disampaikan dengan baik
kepada manusia.
b. Sifat mustahil bagi rasul-rasul allah
Adalah sifat yang tidak mungkin ada pada diri rasul-rasul
allah atau sifat yang berlawanan dengan sifat wajib bagi
rasul-rasul allah. Adapun diantara sifat-sifat mustahil yaitu;
a. Kizib (bohong)
b. Khianat (berhianat atau tidak dipercaya)
c. Kitman (menyembunyikan)
54
d. Baladah atau bodoh
c. Sifat jaiz bagi rasul-rasul allah
adalah prilaku dan sifat yang tidak mengurangi
derajat kerasulan mereka dimata manusia. Jadi sifat-sifat ini
boleh di katakan jaiz bagi para rasul,yaitu sifat-sifat yang
boleh dilakukan dan boleh pula ditinggalkan seperti
makan,minum,tidur,istirahat dan lain-lain.
3. Hikmah beriman kepada rasul Allah Swt
a. Bertambah iman kepada Allah Swt dengan
mengetahui bahwa rasul itu benar-benar manusia
pilihannya.
b. Mengamalkan apa yang disampaikan para rasul
c. Bersyukur kepada Allah Swt atas segala nikmat
d. Mempercayai tugas-tugas yang dibawanya untuk
disampaikan kepada umatnya.
e. Lebih mencintai, menghormati dan mengagungkan
rasul atas perjuangannya dalam menyampaikan
kepada umatnya.
f. Akan selamat didunia dan diakhirat dengan
bimbingan yang diberikan rasul.
g. Memperoleh teladan yang baik untuk menjalani
hidup.
Dari kesimpulan materi pokok tersebut penulis dapat
mengembangkan bahwa dalam pengembangan kurikulum
pendidikan agama harus menggunakan asas-asas kurikulum
melalui asas filosofis,asas sosiologis,asas psikologis dan
teknologi khususnya mata pelajaran akidah akhlak ini
55
karena pembelajarannya harus mengarahkan peserta didik
memahami tentang sifat-sifat yang ada pada diri rasul dan
dapat mengikuti/meneladani sifat rasul serta sifat tersebut
dapat di aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, sifat
tersebut diharapkan dapat menumbuhkan ketaatan kepada
allah, cinta rasul allah dan antar umat beragama.
Jika dilihat dan dikaitkan dengan asas-asas kurikulum
maka pengembangan kurikulum pembelajarannya dalam
menjelaskan pelajaran akidah akhlak tentang beriman
kepada rasul harus menambahkan teknologi media dalam
proses belajar mengajar seperti infocus , dan video tentang
suri teladan yang dimiliki oleh rasul yang dapat menimbulkan
minat belajar peserta didik ,sehingga peserta didik dapat
memahami apa yang telah diajarkan oleh pendidik dan agar
peserta didik dapat menerapkan sifat-sifat terpuji tersebut
dalam kehidupan sehari-hari.
5. Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan di madrasah tsanawiyah
tarbiyah islamiah adalah dengan melakukan pengumpulan
semua materi pokok dirangkum menjadi satu dan
dituangkan kedalam ujian tertulis, agar para peserta didik
dapat mengingat/menguraikan pelajaran-pelajaran yang
telah lalu/ pelajaran sebelumnya, sehingga guru dapat
melihat kemampuan dari peserta didiknya selama belajar
dalam satu semester.
Evaluasi ini juga menjadi acuan /pedoman bagi guru,
untuk meningkatkan kinerjanya dalam mendidik peserta
56
didik, guru juga dapat melihat kesalahan-kesalahan ketika
mengajar peserta didik, sehingga guru dapat
memperbaikinya di semester berikutnya.
6. Penutup
Rasul menurut bahasa adalah utusan atau orang
yang dikirim untuk suatu tugas. Sedangkan menurut istilah
agama rasul adalah seorang lelaki yang terpilih untuk
menerima wahyu dari Allah Swt dan ditugaskan risalah
kepada manusia. Iman kepada para nabi dan rasul allah swt
merupakan salah rukun iman. Keimanan seseorang itu tidak
sah, sampai ia mengimani semua nabi dan rasul allah swt
dan membenarkan bahwa allah swt telah mengutus mereka
untuk menunjuki,membibing dan mengeluarkan manusia
dari kegelapan kepada cahaya kebenaran.
pengembangan kurikulum pendidikan agama harus
menggunakan asas-asas kurikulum melalui asas filosofis,
asas sosiologis, asas psikologis dan teknologi khususnya
mata pelajaran akidah akhlak ini karena pembelajarannya
harus mengarahkan peserta didik memahami tentang sifat-
sifat yang ada pada diri rasul dan dapat
mengikuti/meneladani sifat rasul serta sifat tersebut dapat di
aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, pengalaman
tersebut diharapkan dapat menumbuhkan ketaatan kepada
Allah, rasul dan antar umat beragama.
57
Dokumentasi Penelitian
58
Wawancara di madrasah tsanawiyah tarbiyah islamiah
bersama bapak syaiful azhar s.pd.i pada tanggal 04 mei
2017. Lks Akidah akhlak untuk mts/smp semester genap
kelas viii hasanah surya alfindo.
59
1. Deskripsi Kurikulum
Kurikulum adalah suatu seperangkat alat rencana dan
peraturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta
cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu.
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan
penulis dengan salah satu guru di MTS Tarbiyah Islamiyah
yaitu bapak abdurrahman spd .Yang merupakan kepala tata
usaha sekaligus guru bidang study al-qur‟an hadist kelas
VIIl, beliau mengatakan pada umumnya MTS Tarbiyah
Islamiyah menggunakan kurikulum KTSP, namun berbeda
dengan kelas VII yang sudah menggunakan Kurikulum
2013. Perbedaan itu dimaksudkan untuk uji coba penerapan
K13 yang secara bertahap yaitu dimulai dari kelas VII dan
beliau mengatakan bahwa jika tempak hasil yang
memuaskan dari hasil belajar siswa dengan menggunakan
K13 maka nantinya seluruh kelas di MTS Tarbiyah Islamiyah
akan menerapkan kurikulum 2013 (k13).
Bapak abdurrahman juga menjelaskan tentang kurikulum
sebelumnya yaitu KTSP yang mana kata beliau dalam
penerapan kurikulum KTSP banyak kendala yang dihadapi
oleh sekolah salah satunya ketika ujian, bahan ujian yang
sering mengalami masalah dari soal yang diberikan dari
dinas tidak sama dengan yang di buku paket maupun buku
lks.
60
Dari penjelasan yang di dapat pada hasil wawancara itu
bahwa kurikulum 2013 diberlakukan karena terdapat suatu
kelemahan yang ada pada kurikulum sebelumnya yaitu
materi/isi dalam kurikulum tersebut masih padat, belum
mengembang secara utuh, kompetensi yang dikembangkan
masih didominasi aspek kognitif, belum terealisasi antara
soft skill dan hard skill. Dengan adanya kurikulum 2013 ini
materi ataupun isi dari kurikulumnya yaitu setiap guru
mengembangkan atau merealisasikan antara sikap spiritual,
social, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan
kemampuan intelektual dan psikomotorik yang dimiliki oleh
peserta didik.
2. Kurikulum (Materi al-qur’an hadist kelas VlII)
Pembelajaran al-qur‟an hadist di arahkan untuk
mengantarkan peserta didik dapat memahami pokok-pokok
kepedulian sosial untuk diaplikasikan dalam kehidupan
sehingga menjadi muslim yang selalu taat menjalankan
syariat islam secara kaaffah (sempurna)
Pembelajaran al-qur‟an hadist di Madrasah Tsanawiyah
bertujuan untuk membekali peserta didik agar dapat :
a. Siswa mampu menyebutkan keterkaitan isi kandungan surah
Al-kausar dan Al-maun tentang kepedulian sosial.
b. Karakter siswa diharapkan; cinta ilmu, gemar membaca,
kreatif, disiplin, mandiri, ingin tahu, kerja sama.
c. Berorientasi tugas dan hasil, berani mengambil resiko,
percaya diri, keorisinilan, berorientasi ke masa depan.
61
Berdasarkan Peraturan Menteri Agama RI Nomor 2
Tahun 2008 tentang standar kompetensi lulusan pendidikan
agama islam bahwa pada mata pelajaran al-qur‟an hadist
standar kelulusannya adalah siswa dituntut untuk dapat
memahami kepedulian sosial serta dapat mempraktikkan
dengan benar dalam kehidupan sehari-hari.
Pada penelitian case study ini membahas mata pelajaran
al-qur‟an hadist semester I yang membahas bab yaitu
dengan topik “kepedulian sosial”. Berdasarkan tujuan belajar
diatas yang dikembangkan pada siswa yaitu : kognitif,
afektif, psikomotorik.
a. Kognitif
Menurut hasil wawancara dari segi kognitif peserta
didik itu semuanya berbeda-beda, ada sebagian
peserta didik yang benar-benar paham dengan apa
yang diajarkan, dan sebagian lagi ada peserta didik
yang sulit untuk memahami apa yang diajarkan oleh
guru, ini terjadi disebabkan beberapa faktor, pertama
mungkin karena daya tangkap yang memang kurang,
dan kemudian faktor lain yaitu kecilnya minat mereka
untuk belajar. Dan ketika disuruh menyimak
pembelajaran dan kemudian mempraktekkan mereka
hanya bermain-main sehingga mereka tidak mengerti
dengan apa yang dipelajari dan ada pula yang acuh
tak acuh ketika jam pelajaran berlangsung. Sehingga
hanya sebagian saja yang benar-benar paham pada
apa yang diajarkan.
62
b. Afektif
Dari segi afektif yang dicapai oleh peserta didik
setelah belajar tentang kepedulian sosial, sebagian
dari siswa sudah bisa mempraktikkan kepedulian
sosial ini terbukti dengan ada saja siswa yang
membantu anak yatim, dan membiasakan diri untuk
ringan tangan atau suka membantu fakir miskin. Dan
bukan hanya itu mereka pun selalu menjaga ibadah,
terutama sholat wajib, baik waktu maupun
kekhusukannya. Dan dilihat dari keseharian mereka
disekolah tidak melawan kepada guru, mereka
ramah-ramah kepada sesama dan tamu serta tampak
bahwa mereka menghormati orang yang lebih tua.
Namun demikian, ada juga sebagian kecil dari
mereka peserta didik yang belum memiliki sikap
seperti yang penulis uraikan diatas, ini mungkin
didasari banyak faktor salah satunya seperti yang
penulis paparkan sebelumnya diatas yaitu mereka
tidak serius dalam belajar dan faktor lain yang
berpengaruh besar khususnya dari segi afektif yaitu
lingkungan mereka diluar jam sekolah yang sangat
mempengaruhi ranah afektif mereka sebagai peserta
didik.
c. Psikomotorik
Dari segi psikomotorik yang dicapai peserta didik
sebagian besar hasil belajar kepedulian sosial
63
terhadap sesama mereka lumayan memuaskan,
namun bukan hanya itu sebagian mereka telah
menghafal beberapa surah dalam Al-Qur‟an
diantaranya surah al-kautsar dan al-maun serta
terjemahannya.. “Bahkan ada sebagian dari mereka
yang telah hafal beberapa juz dalam Al-Qur‟an” tutur
Bapak Abdurrahman spd ketika diwawancarai
penulis. namun, juga ada sebagian kecil dari mereka
yang belum bisa menegembangkan kemampuan
mereka, hal ini juga dikarenakan beberapa faktor
yang mempengaruhi salah satunya kecilnya minat
mereka dalam belajar sehingga membuat mereka
tidak ingin tahu.
3. PengembanganKurikulum
a. KompetensiInti
1) Menghargai dan menghayati ajaran agama yang
dianutnya.
2) Menghargai dan menghayati perilaku jujur,
disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi,gotong-
royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi
secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam
dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
3) Memahami dan menerapkan pengetahuan
(faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan
rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan
kejadian tampak mata.
64
4) Mengolah, menyaji, dan menalar dalam ranah
konkret (menggunakan, mengurai, merangkai,
memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak
(menulis, membaca, menghitung, menggambar,
dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di
sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut
pandang/teori.
5) Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar yang harus dicapai siswa yaitu :
1) Memahami keterkaitan isi kandungan Q.S. Al-
kautsar dan Al-maun tentang kepedulian sosial
ddlam fenomena kehidupan.
6) Indikator Penilaian
Dari hasil wawancara dengan bapak Abdurrahman
spd, yang merupakan guru mata pelajaran al-qur‟an
hadist kelas VIIl. indikator penilaian yang digunakan
di madrasah tsanawiyah tarbiyah islamiah adalah
dilakukan dengan ujian, baik secara lisan maupun
tulisan. Namun pada mata pelajaran tentang al-qur‟an
hadist, indikator penilaian yang sebenarnya terdapat
pada praktik dalam kehidupan sehari-hari peserta
didik.
65
7) Pokok Pembahasan
Pokok pembahasan pada bab ini yaitu tentang
kepedulian sosial. Pembahasannya yaitu; Keterkaitan
QS.al-Kautsar dan al-Maa‟uun tentang Kepedulian
Sosial dalam Fenomena Kehidupan. Keterkaitan
antara QS. Al-Kautsar dan Al-Maa‟uun dalam hal
kepedulian sosial adalah sebagai berikut :
1. Kedua-duanya mengandung pengajaran agar umat
Islam memiliki kepedulian sosialdalam kehidupan.
2. Bentuk kepedulian sosial yang dimaksud dalam
surat Al-Kautsar adalah penyembelihan hewan
qurban, dimana dagingnya diberikan kepada arang
lain utamanya kepada fakir miskin.
3. Bentuk kepedulian sosial yang dimaksud dalam
surat Al-Maa‟uun adalah :
a. Menyayangi dan menyantuni anak yatim
b. Memperhatikan nasib orang miskin dengan
menganjurkan dan atau memberi bantuan
kepada mereka
c. Mau membantu orang lain untuk meringankan
beban dan kesulitan yang dialaminya
d. Surat Al-Kautsar mengandung perintah untuk
memiliki kepedulian sosial, sedangkan surat Al-
Maa‟uun mengandung ancaman kepada
mereka yang tidak memiliki kepedulian sosial
dengan dicap sebagai pendusta agama.
66
Penerapan Isi Kandungan QS al-Kaustar dan al-Maa‟uun
dalam Kehidupan Sehari-hari. Nilai-nilai yang terkandung
dalam Q.S Al-Kautsar yang dapat kita terapkan dalam
kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut :
a. Mengakui bahwa nikmat-nikmat yang Allah berikan
kepada kita tak terhitung dan tak ternilai jumlah serta
kualitasnya.
b. Mensyukuri atas segala nikmat yang telah diberikan oleh
Allah swt. dengan cara menggunakan nikmat itu untuk
hal-hal yang diridhai oleh Allah swt. seperti:
1) Mengerjakan Shalat;
2) Menyembelih hewan qurbanpada waktunya ketika
mempunyai kemampun, sebagai ibadah sosial
disamping beribadah kepada Allah SWT.;
3) Mengikhlaskan dalam segala bentuk ibadahnya
hanya untuk Allahsemata.
Nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Maa‟uun yang dapat
kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai
berikut :
1) Menyantuni dan menyayangi anak yatim, lebih baik
lagi mau memeliharanya.
2) Tidak kikir dan berat tangan untuk memberi
bantuan apa saja yang diperlukan orang miskin
3) Tidak melakukan ibadah karena riya‟, akan tetapi
segala bentuk ibadahnya dikerjakan atas dasar
ikhlas karena Allah semata.
67
4) Menjaga kualitas shalat lima waktu baik dari segi
waktunya, rukun dan syarat-syaratnya serta
memahami arti dan maknanya.
5) Suka memberikan bantuan kepada orang lain
dengan bantuan yang mereka perlukan
Dari kesimpulan materi pokok penulis dapat
menyimpulkan bahwa dalam kurikulum pendidikan agama ini
khususnya mata pelajaran al-quran hadist pembelajarannya
harus memperbanyak penghayatan, praktek dan
memotivasi. sehingga mengarahkan peserta didik
memahami pokok-pokok kepedulian sosial serta dapat di
aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, pengalaman
tersebut diharapkan dapat menumbuhkan ketaatan kepada
allah, disiplin dan tanggung jawab dalam kehidupan pribadi
maupun sosial.
8) Evaluasi
Berdasarkan hasil wawancara yang penulis
lakukan pada Madrasah Tsanawiyah Islamiyah ini,
evaluasi yang dilakukan oleh guru bidang study yaitu
menggunakan berbagai macam evaluasi yaitu :
1) Evaluasi formal
Ada evaluasi formatif yang biasanya diberikan
kepada siswa adalah tugas latihan oleh guru
bidang study, siswa mengerjakan latihan-latihan
pada buku LKS, latihan pada buku paket, dan
soal-soal dari guru yang bersangkutan. Adapun
hasil dari adanya evaluasi tersebut nilai siswa ada
68
yang memenuhi standar dan ada juga yang belum
mencapai standar yang telah ditentukan.
2) Evaluasi informal
Yaitu guru bidang study al-quran hadist melihat
perkembangan siswa dalam keseharian mereka
dalam hal sikap kepedulian sosial.
69
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
70
Konsep Teoritis Model Pengembangan Kurikulum
A. Pengertian Model Pengembangan Kurikulum
Definisi model pengembangan kurikulum terdari dari
kata model, kurikulum, dan pengembangan. Kurikulum
secara umum dapat didefinisikan sebagai rencana (plan)
yang dikembangkan untuk dapat tercapainya proses belajar
mengajar dengan arahan atau bimbingan sekolah serta
anggota stafnya.
Pengembangan kurikulum adalah proses yang
mengaitkan satu komponen kurikulum lainnya untuk
menghasilkan kurikulum yang lebih baik. Model adalah
abstraksi dunia nyata atau representasi peristiwa kompleks
atau sistem, dalam bentuk naratif, matematis, grafis, serta
lambang-lambang lainnya. Model bukanlah realitas, akan
tetapi merupakan representasi realitas yang dikembangkan
dari keadaan.
Dengan demikian, model pada dasarnya berkaitan
dengan rancangan yang dapat digunakan untuk
menerjemahkan sesuatu sarana untuk mempermudah
berkomunikasi, atau sebagai petunjuk yang bersifat
perspektif untuk mengambil keputusan, atau sebagai
petunjuk perencanaan untuk kegiatan pengelolaan. Model
pengembangan kurikulum digunakan untukmengembangkan
suatu kurikulum, dimana pengembangan kurikulum
dibutuhkan untuk memperbaiki atau menyempurnakan
71
kurikulum yang dibuat untuk dikembangkan sendiri baik dari
pemerintah pusat, pemerintah daerah atau sekolah.
Jadi model pengembangan kurikulum merupakan
suatu alternatif prosedur dalam rangka mendesain
(designing), menerapkan (impelementation), dan
mengevaluasi (evaluation) suatu kurikulum. Oleh karena itu,
model pengembangan kurikulum harus dapat
menggambarkan suatu proses sistem perencanaan
pembelajaran yang dapat memenuhi berbagai kebutuhan
dan standar keberhasilan dalam pendidikan.
Pengembangan kurikulum tidak dapat terlepas dari
berbagai aspek yang memengaruhinya, seperti cara berfikir,
sistem nilai (nilai moral, keagamaan, politik, budaya, dan
sosial), proses pengmbangan, kebutuhan peserta didik,
kebutuhan masyarakat maupun arah program pendidikan.
Aspek-aspek tersebut akan menjadi bahan yang perlu
dipertimbangkan dalam suatu pengembangan kurikulum.
Agar dapat mengembangkan kurikulum secara baik,
pengembang kurikulum semestinya memahami berbagai
jenis model pengembangan kurikulum. Yang dimaksud
dengan model pengembangan kurikulum yaitu langkah atau
prosedur sistematis dalam proses penyususnan suatu
kurikulum.
Dengan memahami model pengembangan kurikulum dan
sejumlah alternatif model pengembangan kurikulum, para
pengembang kurikulum diharapkan akan bisa bekerja
secara lebih sistematis, sistemik dan optimal. Sehingga
72
haarpan ideal terwujudnya suatu kurikulum dengan berbagai
kepentingan, teori dan praktik, bisa diwujudkan. ada empat
penentu dalam pengembangan kurikulum:
a. Menentukan tujuan pendidikan
Tujuan pendidikan merupakan arah atau sasaran
akhir yang harus dicapai dalam program pendidikan dan
pembelajaran. Tujuan pendidikan harus menggambarkan
perilaku akhir setelah peserta didik mengikuti program
pendidikan.
b. Menentukan proses pembelajaran
Menentukan proses pembelajaran apa yang paling
cocok dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Salah
satu aspek yang harus diperhatikan dalam penentuan
proses pembelajaran adalah persepsi dan latar belakang
kemampuan paserta didik.
c. Menentukan organisasi pengalaman belajar
Setelah proses pembelajaran ditentukan, selanjutnya
menentukan organisasi pengalaman belajar.
Pengalaman belajar di dalamnya mencakup tahapan-
tahapan belajar dan isi atau materi belajar. Bahan yang
harus dilakukan, diorganisasikan sedemikian rupa
sehingga dapat memudahkan dalam pencapaian tujuan.
d. Menentukan evaluasi pembelajaran.
,Jenis penilaian yang akan digunakan, harus
disesuaikan dengan jenis dan sifat dari tujuan pendidikan
atau pembelajaran, materi pembelajaran, dan proses
73
belajar yang telah ditetapkan sebelumnya. Agar
penetapan jenis evaluasi bisa tepat, maka para
pengembang kurikulum disamping harus memerhatikan
komponen-komponen kurikulum lainnya, juga harus
memerhatikan prinsip-prinsip evaluasi yang ada.13
Untuk melakukan pengembangan kurikulum ada
berbagai model pengembangan kurikulum yang dapat
dijadikan acuan atau diterapkan sepenuhnya. Secara umum,
pemilihan model pengembangan kurikulum dilakukan
dengan cara menyesuaikan sistem pendidikan yang dianut
dan model konsep yang digunakan. Terdapat beberapa
model pengembangan kurikulum yang dapat digunakan
yaitu :
a. Subjek akademis
Kurikulum subjek akademis bersumber dari
pendidikan klasik (perenialisme dan esensialisme) yang
berorientasi pada masa lalu. Semua ilmu-ilmu
pengetahuan dan nilai-nilai telah ditemukan oleh para
pemikir pada masa lalu. Fungsi pendidikan memelihara
dan mewariskan hasil-hasil budaya masa lalu tersebut.
Kurikulum ini lebih mengutamakan isi pendidikan. Belajar
adalah berusaha menguasai ilmu sebanyak-banyaknya.
Orang yang berhasil dalam belajar adalah orang yang
menguasai seluruh atau sebagian besar isi pendidikan
yang diberikan atau disiapkan oleh guru. Isi pendidikan
13
Hamalik, Oemar. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2008.
74
diambil dari setiap disiplin ilmu. Para pengembang
kurikulum tidak perlu susah-susah menyusun dan
mengembangkan bahan sendiri. Meraka tinggal memilih
bahan materi ilmu yang telah dikembangkan para ahli
disiplin ilmu, kemudian mereorganisasinya secara
sistematis, sesuai dengan tujuan pendidikan dan tahap
perkembangan siswa yang akan mempelajarinya.
Kurikulum subjek akademis tidak berarti hanya
menekankan pada materi yang disampaikan, dalam
perkembangannya secara berangsur memperhatikan
proses belajar yang dilakukan siswa. Proses belajar
dipilih sangat bergantung pada segi apa yang
dipentingkan dalam materi pelajaran tersebut. Ciri-ciri
kurikulum subjek akademis :
Kurikulum subjek akademis mempunyai beberapa ciri
berkenaan dengan tujuan, metode, organisasi isi, dan
evaluasi. Tujuan kurikulum subjek akademis adalah
pemberian pengetahuan yang solid serta melatih para
siswa menggunakan ide-ide dan proses “penelitian”.
Metode yang paling banyak digunakan dalam kurikulum
subjek akademis adalah metode ekspositori dan inkuiri.
Ada beberapa pola organisasi isi (materi pelajaran)
kurikulum subjek akademis, yaitu : correlated curriculum,
unified atau concentrated curriculum, integrated
curriculum, dan problem solving curriculum. Tentang
kegiatan evaluasi, kurikulum subjek akademis
menggunakan bentuk evaluasi yang bervariasi
disesuaikan dengan tujuan dan sifat mata pelajarannya.
75
b. Kurikulum humanistic
Kurikulum humanistik dikembangkan oleh para ahli
pendidikan humanistik. Aliran ini lebih memberikan
tempat utama kepada siswa. Mereka berasumsi bahwa
anak atau siswa adalah yang pertama dan utama dalam
pendidikan. Mereka percaya bahwa siswa mempunyai
potensi, punya kemampuan, dan kekuatan untuk
berkembang. Para pendidik humanis juga berpegang
pada konsep Gestalt, bahwa individu atau anak
merupakan satu kesatuan yang menyeluruh. Pendidikan
diarahkan kepeda membina manusia yang utuh bukan
saja segi fisik dan intelektual tetapi juga segi sosial dan
afektif (emosi, sikap, perasaan, nilai, dll). Pendidikan
humanistik menekankan peranan siswa. Pendidikan
mereka lebih menekankan bagaimana mengajar siswa
(mendorong siswa), dan bagaimana merasakan atau
bersikap terhadap sesuatu.
Menurut para humanis, kurikulum berfungsi
menyediakan pengalaman (pengetahuan) berharga
untuk membantu perkembangan pribadi murid.
Pengajaran humanistik memfokuskan proses aktualisasi
diri (self actualization). Metode guru diharapkan
mengembangkan kreasi sendiri. Namun, yang penting
guru memahami tujuan dan kegunaan kegiatan yang
mereka ciptakan. Evaluasi kurikulum humanistik
berbeda dengan evaluasi pada umumnya yang lebih
76
menekankan pada hasil akhir atau produk. Sebaliknya,
evaluasi kurikulum humanistik lebih memberi penekanan
pada proses yang dilakukan. 14
c. Kurikulum rekontruksi sosial
Kurikulum rekonstruksi sosial berbeda dengan model-
model kurikulum lainnya. Kurikulum ini lebih memusatkan
perhatian pada problema-problema yang dihadapi dalam
masyarakat. Kurikulum ini bersumber pada aliran
pendidikan interaksional. Menurut mereka pendidikan
bukan terjadi antara upaya sendiri, melainkan kegiatan
bersama, interaksi dan kerja sama. Kerja sama ini terjadi
bukan hanya guru dan siswa, tetapi juga antara siswa
dengan siswa, siswa dengan orang-orang di
lingkungannya dan dengan sumber belajar lainnya.
Melalui interaksi dan kerja sama ini siswa berusaha
memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya dalam
masyarakat menuju pembentukan masyarakat yang lebih
baik. Kurikulum rekonstruksi sosial sangat
memperhatikan hubungan kurikulum dengan sosial
masyarakat dan politik perkembangan ekonomi. Para
pendukung kurikulum ini yakin, bahwa permasalahan
yang muncul tidak harus diperhatikan oleh “pengetahuan
sosial” saja, tetapi oleh setiap disiplin ilmu, termasuk
ekonomi, kimia, matematika, dll. Dalam kurikulum ini,
guru berperan menghubungkan tujuan peserta didik
dengan manfaat lokal, nasional, dan internasional.
14
Sukmadinata, Nana Syaodih. Pengembangan kurikulum teori dan praktek. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. 2009.
77
Kurikulum humanistik menuntut hubungan emosional
antara guru dan murid. Guru selain harus mampu
menciptakan hubungan yang hangat dengan murid, juga
mampu menjadi sumber. Ia harus menciptakan materi
yang menarik dan mampu menciptakan situasi yang
memperlancar proses belajar. Guru harus memberikan
dorongan kepada murid atas dasar saling percaya. Peran
mengajar bukan saja dilakukan oleh guru tetapi juga oleh
murid. Guru tidak memaksakan sesuatu yang tidak
disenangi murid. Kurikulum humanistik menekankan
integrasi yaitu kesatuan perilaku bukan saja yang bersifat
intelektual tetapi juga emosional dan tindakan dan juga
menekankan keseluruhan, kurikulum harus memberikan
pengalaman yang menyeluruh bukan pengalaman yang
terpenggal-penggal. Pandangan rekonstruksi sosial
berkembang karena keyakinannya pada kemapuan
manusia untuk membangun dunia yang lebih baik. Juga
penekanannya tentang peranan ilmu dalam
memecahkan masalah-masalah social.
Tujuan utama kurikulum rekonstruksi sosial adalah
menghadapkan para siswa pada tantangan, ancaman,
hambatan-hambatan atau gangguan-gangguan yang
dihadapi (masalah-masalah masyarakat yang dapat
dikaji dalam kurikulum) dan membangun kembali dunia
ekonomi politik. Metodenya kooperatif atau kerja sama.
Evaluasi dalam kurikulum rekonstruksi sosial mencakup
segala hal yang luas yaitu kemampuan peserta didik
dalam menyampaikan permasalahan, kemungkinan
78
pemecahan masalah, pendefinisian kembali pandangan
mereka tentang dunia, dan kemauan mengambil
tindakan atas suatu ide. Di samping itu, peserta didik
diharapkan dapat menilai pembelajaran mandiri yang
sudah dilakukan untuk melihat apa yang sudah mereka
pelajari.
d. Kurikulum teknologi
Perkembangan teknologi mempengaruhi setiap
bidang dan aspek kehidupan, termasuk bidang
pendidikan. Sejak dahulu teknologi telah diterapkan
dalam pendidikan, tetapi yang digunakan adalah
teknologi sederhana seperti penggunaan papan tulis dan
kapur, pena dan tinta, sabak dan grip, dll. Dewasa ini
sesuai dengan tahap perkembangannya yang digunakan
adalah teknologi maju, seperti audio dan video cassette,
overhead projector, film slide, motion film, komputer,
internet, dll. Sejalan dengan perkembangan ilmu dan
teknologi, di bidang pendidikan berkembang pula
teknologi pendidikan. Aliran ini ada persamaannya
dengan pendidikan klasik yaitu menekankan isi
kurikulum, tetapi diarahkan bukan pada pemeliharaan
dan pengawetan ilmu tersebut melainkan pada
penguasaan kompetensi. Perspektif teknologi sebagai
kurikulum ditekankan pada efektivitas program, metode
dan material untuk mencapai suatu manfaat dan
keberhasilan. Penerapan teknologi dalam bidang
pendidikan khususnya kurikulum adalah dalam dua
79
bentuk, yaitu bentuk perangkat lunak (software) dan
perangkat keras (hardware). Penerapan teknologi
perangkat keras dalam pendidikan dikenal dengan
teknologi alat (tools technology), sedangkan penerapan
teknologi perangkat lunak disebut juga teknologi sistem
(system technology).
Tujuan diarahkan pada penguasaan kompetensi,
yang dirumuskan dalam bentuk perilaku. Metode
pengajaran bersifat individual dan kelompok. Organisasi
bahan ajar, banyak diambil dari berbagai disiplin ilmu
yang telah diramu sedemikian rupa sehingga mendukung
penguasaan suatu kompetensi. Evaluasi formatif (umpan
balik bagi siswa dalam penyempurnaan dan penguasaan
suatu satuan pelajaran) dan sumatif (umpan balik bagi
siswa pada akhir suatu program atau semester).15
e. Model Tyler
Model ini merupakan model yang palik dikenal bagi
perkembangan kurikulum dengan perhatian khusus pada
fase perencanaan. Walaupun Tyler mengajukan model
pengembangan kurikulum secara komprehensif tetapi
bagian pertama dari modelnya (seleksi tujuan) menerima
sambutan yang hangat dari para educator.Ada beberapa
langkah pengembangan kurikulum yang diambil oleh
model ini, yaitu :
15
Ibid
80
1. Perencanaan kurikulum agar mengidentifikasikan
tujuan umum dengan mengumpulkan data dari tiga
sumber, yaitu : kebutuhan peserta didik, masyarakat
dan subject matter,
2. Mereview dengan cara menyaring melalui dua
saringan, yaitu filosofi pendidikan dan psikologi
belajar,
3. Menyeleksi pengalaman belajar yang menunjang
pencapaian tujuan,
4. Mengorganisasikan pengalaman kedalam unit-unit
dan menggambarkan berbagai prosedur evaluasi,
5. Mengarahkan dan menguatkan pengalaman-
pengalaman belajar dan mengkaitkannya dengan
evaluasi terhadap keefektifan perencanaan dan
pelaksanaan,
6. Evaluasi pengalaman belajar.
f. Model Terbalik Hilda Taba
Model ini dimulai dengan melaksanakan eksperimen,
diteorikan kemudian diimplementasikan, dengan maksud
untuk menyesuaikan antara teori dan praktik, serta
menghilangkan sifat keumuman dan keabstrakkan
kurikulum, maka ada kegiatan eksperimental. Langkah
yang ditempuh dalam model ini adalah: Sejumlah staf
pengajar menghasilkan unit-unit kurikulum yang akan di
eksperimenkan terlebih dahulu, Unit-unit kurikulum tadi
diujicobakan, Merevisi serta mengkonsultaikan hasil uji
coba, Mengembangkan kerangka kerja teoritis dan
Mengimplementasikan hasil yang telah diperoleh.
81
D. Laporan Studi Kasus di MTs Darma Wanita Kota Jambi
1. Identitas Sekolah
Madrasah Tsanawiyah Darma Wanita didirikan pada
tahun 2005 yang berlokasi di jalan Majapahit No. 02
Kelurahan Payo Selincah Kecamatan Jambi Timur kota
Jambi yang dinaungi oleh Kementrian Agama Kota Jambi.
Madrasah Tsanawiyah Darma Wanita dari sejak berdiri
sampai tahun 2006 masih bergabung dengan Madrasah
Aliyah Negri 3 Kota jambi yang di kepalai oleh Bapak A.
Fatah, S.Pd.
Kemudian pada tahun 2007 sampai sekarang, Madrasah
Tsanawiyah Dharma Wanita dikepalai oleh Bapak Wilson
Edwin, S.Pd. Dan pada 2014 Madrasah Tsanawiyah Darma
Wanita berdiri sendiri tetapi masih di lokasi yang sama.
Adapun secara geografis, letak Madrasah Tsanawiyah
Dharma Wanita hanya berjarak ± 25 meter dari pinggir jalan
Majapahit, jadi sangat mudah untuk dijangkau.
Dari nol hingga sampai sekarang Madrasah Tsanawiyah
Darma Wanita terus berkembang maju dan membuat daya
tarik masyarakat yang hantusias agar anak-anak mereka
dapat sekolah di Madrasah Tsanawiyah ini. Dari bidang
akademik bahkan sampai bidang ekstrakulikuler yang ada di
Madrasah Tsanawiyah Darma Wanita ini terus maju dan
membawa prestasi yang baik.
Sehingga dari prestasi yang baik itu kepala sekolah
selalu memberikan support atau dukungan yang kuat dan
semangat baik untuk para siswa-siawi , guru-guru, serta staf
tata usaha Madrasah Tsanawiyah Darma Wanita .
82
Adapun Visi dan Misi Sekolah Madrasah Tsanawiyah
Dharma Wanita Kelurahan Payo Selincah Yaitu:
VISI MADRASAH:
Mewujudkan sebuah lembaga pendidikan lanjutan tingkat
pertama yang berciri khas agama islam dengan kondisi dan
situasi lingkungan yang kondusif untuk menyiapkan dan
mengembangkan segenap sumber daya insani yang ada
sehingga dapat mencapai kualitas unggul di bidang Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi dan Iman dan Taqwa.
MISI MADRASAH:
a. Menanamkan sikap taqwa terhadap Allah SWT.
b. Menanamkan sikap cinta ilmu, kreatif, inovatif, dan
memiliki akhlak mulia.
c. Meningkatkan kualitas layanan pendidikan.
d. Mempersiapkan siswa berpengetahuan luas, berdisiplin,
bertanggung jawab, dan berprilaku islami.
e. Menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas baik
bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi maupun Iman
dan Taqwa dengan mewujudkan lingkungan yang bersih,
asri, nyaman serta agamis, Proses Belajar Mengajar
yang berorientasi pada Student Active Learning, Full Day
Learning dan Bimbingan Belajar serta efektifitas
pembinaan ekstrakurikuler, pemberdayaan masjid
sebagai laboratorium keagamaan, pembiasaan sholat
83
berjamaah serta sholat sunnah, tartil Qur‟an, ucapan
kalimat toyyibah dan perilaku sopan.
f. Bekerjasama dengan komite Madrasah, menjalin
hubungan baik dengan masyarakat, bekerjasama
dengan dunia usaha, sebagai perwujudan Manajemen
Berbasis Sekolah (MBS).
2. Deskripsi Kurikulum
Kurikulum adalah suatu seperangkat alat rencana dan
peraturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta
cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu.
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan
dengan guru bidang study fiqih ibu Sri Swanti, S.Pd.I,
Madrasah Darma Wanita ini menggunakan kurikulum 2013
(K-13) baik itu buku paket panduan guru maupun lembar
kerja siswa (LKS). Karena menurut ibu sri swanti, S.Pd.I
kurikulum 2013 ini diberlakukan pada setiap lembaga
pendidikan, sehingga pada Madrasah Tsanawiyah ini juga
menerapkan kurikulum 2013.
Dari penjelasan yang di dapat pada hasil wawancara itu
bahwa kurikulum 2013 itu diberlakukan karena terdapat
suatu kelemahan yang ada pada kurikulum sebelumnya
yaitu materi/isi dalam kurikulum tersebut masih padat, belum
mengembang secara utuh, kompetensi yang dikembangkan
masih didominasi aspek kognitif, belum terealisasi antara
soft skill dan hard skill. Dengan adanya kurikulum 2013 ini
84
materi ataupun isi dari kurikulum nya yaitu setiap guru
mengembangkan atau merealisasikan antara sikap
spiritual,social,rasa ingin tahu,kreativitas, kerja sama dengan
kemampuan intelektual dan psikomotorik yang dimiliki oleh
peserta didik.
3. Kurikulum (Materi Fiqih Mts kelas VII)
Materi Fiqih kelas VII semester 1 dan 2 kurikulum 2013.
Mata pelajaran Fiqih ini termasuk kedalam mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam (PAI) yang di ajarkan pada sekolah
menengah pertama yang bernuansa islam seperti Madrasah
Tsanawiyah ini. Tujuan dari pendidikan islam ini yaitu unruk
membentuk manusia yang beriman dan bertakwa kepada
tuhan yang maha esa serta berakhlak mulia dan mampu
menjaga kedamaian dan kerukunan sesama umat
beragama.
Pada penelitian case study ini membahas mata pelajaran
fiqih semester II yang tercantum pada bab V yaitu tentang
Meraih Khidmat Dengan Mengagungkan Jum‟at. Adapun
dilihat dari tujuan belajar yang didasarkan pada taksonomi
bloom yang dikembangkan pada siswa yaitu :
a. Kognitif
Menurut hasil wawancara ranah kognitif yang
dikembangkan siswa itu berbeda-beda, ada yang
cepat memahami pelajaran yang disampaikan oleh
guru bidang studi, dan ada juga siswa yang lambat
dalam memahami pelajaran ini. Namun, walaupun
85
berbeda dalam memahami pelajaran itu seorang guru
bidang studi berusaha membuat siswa-siswi nya bisa
memahami pelajaran yang disampaikannya dengan
cara menjelaskan berulang kali dengan
menggunakan metode ceramah, Tanya jawab, dan
diskusi antar siswa.
b. Afektif
Ranah afektif yang dicapai oleh siswa setelah
belajar tentang sholat jumat ini yaitu sebagian para
siswa sudah bisa mengaplikasikan tentang manfaat
serta tujuan pelaksanaan sholat ini pada kpribadian
sehari-hari mereka, dan ada juga beberapa siswa
yang masih kurang dalam mengaplikasikannya dalam
kehidupan sehari-hari nya dan dalam kepribadiannya.
Siswa yang memahami mereka sangat mudah dalam
mengaplikasikan pada masyarakat maupun
lingkungan mereka tinggal.
c. Psikomotorik
Ranah psikomotorik yang dicapai siswa juga
masih ada yang kurang dalam mempraktekkan
sholat, ada beberapa siswa yang ditemui dalam
bacaan sholat masih ada yang kurang hapal yaitu
pada bagian bacaan tahiyat awal dan akhir, dalam hal
ini siswa membaca masih terbolak-balik. Namun
sebagian besar banyak siswa yang sudah fasih dalam
hapalan bacaan sholat. Begitu juga halnya dalam segi
86
menulis, ada sebagian kecil siswa yang sulitdan
lambat untuk menuliskan bacaan-bacaan sholat
tersebut.
E. Pengembangan Kurikulum
1. Kompetensi Inti
a. Menghargai dan menghayati agama yang di anutnya
b. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin,
tanggung jawab, peduli (toleransi dan gotong royong),
santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara aktif
dengan lingkungan social dan alam dalam jangkauan
pergaulan dan keberadaanya.
c. Memahami pengetahuan (factual, konseptual, dan
proseduran) dan berdasarkan rasa ingin tahu tentang
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait
fenomena dan kejadian nampak mata
d. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret
(menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan
membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca,
menghitung, menggambar dan mengarang) sesuai
dengan yang dielajari di sekolah dan sumber lain yang
sama dalam sudut pandang/teori.
2. Kompetensi Dasar
a. Kompetensi dasar yang harus dicapai siswa yaitu :
b. Menyakini kewajiban melaksanakan sholat jumat
c. Menghayati nilai-nilai positif dalam sholat jumat
d. Memahami ketentuan sholat jumat
87
e. Menganalisis ketentuan khutbah jumat
f. Mempraktikkan sholat jumat
g. Mendemonstrasikan khutbah jumat
7. Indikator Penilaian
No Indikator Penilaian
Skor
1 kerja sama 1. belum memrlihatkan kerja sama dengan teman kelompok
2. mulai memperlihatkan kerja sama dengan teman satu kelompok
3. mulai berkembang kerja sama dengan teman kelompok
1
2
3
2 keaktifan 1. belum memperlihatkan keaktifkannya dalam berdiskusi dan selama proses pelaksanaan tugas
2. mulai melihatkan keaktifannya dalam berdiskusi
3. mulai berkembang keaktifannya
1
2
3
88
dalam berdiskusi dan proses pelaksanaan tugas
4. mulai membudayakan keaktifannya dalam setiap menjalankan tugas diskusi
4
3 kepedulian dan kesantunan
1. tidak mau menghargai pendapat orang lain dan menyampaikan pendapatnya dengan bahasa yang kurang santun
2. kurang dapat menghargai pendapat orang lain dan kurang santun
3. menghargai pendapat orang lain namun kurang santun dalam menanggapi pendapat
4. menghargai pendapat orang lain dan menanggapinya dengan santun
1
2
3
4
89
Pedoman penskoran pada indicator penilaian ini yaitu :
Nilai = jumlah nilai skor yang di peroleh X 100
Jumlah skor
maksimal
8. Pokok Pembahasan
Adapun pokok pembahasan pada bab ini yaitu tentang
shalat jum‟at. shalat jum‟at ialah shalat yang wajib dikerjakan
pada waktu zuhur di hari jum‟at dan di awali dengan dua
khutbah jum‟at, adapun hokum pelaksanaan shalat jumat ini
adalah wajib bagi setiap muslim laki-laki yang sudah baligh,
berakal, merdeka, dan tidak ada halangan syar‟i. adapun
syatrat sahnya shalat jumat ini yaitu diselenggarakan di
masjid daerah pemukiman, dilaksanakan pada waktu zuhur
secara berjamaah, dan dikerjakan setelah dua khutbah.
Adapun rukun dari shalat jum‟at ini yaitu mengucapkan
pujian-pujian kepada allah pada saat khutbah pertama dan
kedua, mengucapkan dua kalimah syahadat pada khutbah
pertama dan kedua, membaca shalawat keada nabi pada
khutbah pertama dan kedua, berwasiat/ member nasihat
kepada jamaah untuk bertakwa kepada allah pada khutbah
pertama dan kedua, membaca ayat al-quran pada salah
satu khutbah, dan berdoa untuk kaum muslim/ muslimat
pada khutbah kedua.
Adapun adab ketika khutbah sedang berlangsung adalah
jamaah tenang mendengarkan khutbah dan duduk
menghadap kiblat, jamaah tidak berbicara selama khutbah
berlangsung, adaun jamaah yang berbicara ketika khutbah
90
berlangsung dapat merusak ibadahnya sendiri dan juga
memperoleh dosa karena mengganggu jamaah lain yang
hendak mendengarkan khutbah, jamaah berdoa atau
membaca istighfar saat khatib didik di antara dua khutbah.
Dari kesimpulan materi pokok tersebut penulis dapat
mengembangkan bahwa dalam kurikulum pendidikan agama
ini khususnya mata pelajaran fikih ini pembelajarannya
harus mengarahkan peserta didik memahami pokok-pokok
hokum islam dan tata cara pelaksanaannya serta untuk di
aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, pengalaman
tersebut diharapkan dapat menumbuhkan ketaatan kepada
allah, disiplin dan tanggung jawab sosial yang tinggi dalam
kehidupan pribadi maupun sosial.
Jika dilihat dan dikaitkan dengan model pengembangan
kurikulum maka model kurikulum pembelajaran di Madrasah
Tsanawiyah Darma Wanita ini merupakan suatu alternatif
prosedur dalam rangka mendesain (designing), menerapkan
(impelementation), dan mengevaluasi (evaliatoon) suatu
kurikulum. Oleh karena itu, model pengembangan kurikulum
harus dapat menggambarkan suatu proses sistem
perencanaan pembelajaran yang dapat memenuhi berbagai
kebutuhan dan standar keberhasilan dalam pendidikan.
Model kurikulum pembelajarannya juga tidak dapat
terlepas dari berbagai aspek yang memengaruhinya, seperti
cara berfikir, sistem nilai (nilai moral, keagamaan, politik,
budaya, dan sosial), proses pengmbangan, kebutuhan
peserta didik, kebutuhan masyarakat maupun arah program
pendidikan.
91
9. Evaluasi
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan pada
sekolah darma wanita itu, evaluasi yang dilakukan oleh guru
bidang study yaitu menggunakan berbagai macam evaluasi
yaitu :
1. Evaluasi formatif
Ada evaluasi formatif yang biasanya diberikan
kepada siswa adalah tugas latihan oleh guru bidang
study, siswa mengerjakan latihan-latihan pada buku
LKS, latihan pada buku paket, dan soal-soal dari guru
yang bersangkutan. Adapun hasil dari adanya
evaluasi tersebut nilai siswa ada yang memenuhi
standard an ada juga yang belum mencapai standar
yang hendak di capai.
2. Evaluasi submatif
Biasa nya ini dilakukan oleh guru bidang study
fikih pada akhir proses belajar mengajar siswa siswi
mengungkapkan kembali apa yang telah disampaikan
oleh guru bidang study.
F. Penutup
1. Kesimpulan
Kurikulum adalah suatu seperangkat alat rencana dan
peraturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman
92
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu.
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan
dengan guru bidang study fiqih ibu Sri Swanti, S.Pd.I,
Madrasah Darma Wanita ini menggunakan kurikulum
20013 (K-13) baik itu buku paket panduan guru maupun
lembar kerja siswa (LKS). Karena menurut ibu sri swanti,
S.Pd.I kurikulum 2013 ini diberlakukan pada setiap
lembaga pendidikan, sehingga pada Madrasah
Tsanawiyah ini juga menerapkan kurikulum 2013.
93
94
Daftar Referensi:
Hamalik, Oemar. Dasar-dasar pengembangan kurikulum. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. 2008.
Hamdani ihsan, Fuad ihsan. Filsafat Pendidikan Islam, Pustaka setia, Bandung. 2007.
Kementrian Agama RI 2014, Buku Guru Fiqih (Pendekatan Saintifik kurikulum 2013),
Sukmadinata, Nana Syaodih. Pengembangan kurikulum teori dan praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2009.
95
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
96
STUDI KASUS DI SMP-IT TARBIYATUL UMMAH
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab. Ini merupakan
amanat UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
Kurikulum 2013 merupakan pengembangan dari
kurikulum sebelumnya untuk merespon berbagai tantangan
tantangan internal dan eksternal. Titik tekan pengembangan
Kurikulum 2013 adalah penyempurnaan pola pikir,
penguatan tata kelola kurikulum, pendalaman dan perluasan
materi, penguatan proses pembelajaran, dan penyesuaian
beban belajar agar dapat menjamin kesesuaian antara apa
yang diinginkan dengan apa yang dihasilkan.
Pengembangan kurikulum menjadi amat penting
sejalan dengan kontinuitas kemajuan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni budaya serta perubahan masyarakat
pada tataran lokal, nasional, regional, dan global di masa
depan. Aneka kemajuan dan perubahan itu melahirkan
tantangan internal dan eksternal yang di bidang pendidikan
pendidikan. Karena itu, implementasi Kurikulum 2013
97
merupakan langkah strategis dalam menghadapi globalisasi
dan tuntutan masyarakat Indonesia masa depan.
Pengembangan Kurikulum 2013 dilaksanakan atas
dasar beberapa prinsip utama. Pertama, standar kompetensi
lulusan diturunkan dari kebutuhan. Kedua, standar isi
diturunkan dari standar kompetensi lulusan melalui
kompetensi inti yang bebas mata pelajaran. Ketiga, semua
mata pelajaran harus berkontribusi terhadap pembentukan
sikap, keterampilan, pengetahuan peserta didik. Keempat,
mata pelajaran diturunkan dari kompetensi yang ingin
dicapai. Kelima, semua mata pelajaran diikat oleh
kompetensi inti. Keenam, keselarasan tuntutan kompetensi
lulusan, isi, proses pembelajaran, dan penilaian. Aplikasi
yang taat asas dari prinsip-prinsip ini menjadi sangat
esensial dalam mewujudkan keberhasilan implementasi
Kurikulum 2013. Mudah-mudahan implementasi Kurikulum
2013 ini bisa berjalan dengan baik.
98
1. Sejarah SMP-IT Tarbiyatul Ummah
Pada tahun 2014 berdirilah suatu lembaga pendidikan SMP
yang berada didesa Ladang panjang dirt 05 tempatnya
disamping Masjid Pinang Bambu dan lembaga tersebut diberi
nama SMP Tarbiyatul Ummah Islam Terpadu yang dipimpin
oleh Ky.Ahmad Asrori sebagai ketua yayasan, Ambar Asmara
sebagai kepala sekolah dibantu Syaifudin, Mei Amelia S.Pd.I
Siti Hardiyanti S.E. Edi Susanto dll sebagai dewan guru. Pada
tahun 2014 dikarnakan ada permasalahan yang terjadi, maka
pada tahun itu SMP Tarbiyatul Ummah Islam Terpadu pindah
tempat menempati gedung Madrasah yang ada diwilayah
Ladang Panjang.
Untuk menghindari terjadi ketimpangan sosial SMP
Tarbiyatul Ummah Islam Terpadu membuka cabang atau kelas
jauh (Filial)di Kampung Ladang Panjang 2015 kepala sekolah
Ambar asmara pada waktu itu. SMP Tarbiyatul Ummah Islam
Terpadu (Filial) ada keinginan untuk memisahkan diri dari
pengurus induk (pondok pesantren) membuat izin operasional
sendiri diberi nama SMP Tarbiyatul Ummah Islam Terpadu
dibawah naungan YPI Tarbiyatul Ummah tahun 2015. Setelah
terbit izin operasional pada tahun 2015 SMP Tarbiyatul Ummah
Islam Terpadu mulai mengelola sendiri dalam hal administrasi
mengangkat kepala madrasah bernama Ambar Asmara dan
menginduk diSMP 19 Ladang Panjang (satu tahun).
SMP Tarbiyatul Ummah Islam Terpadu didesa batas dari
tahun ketahun prestasi makin meningkat dan semakin
bertambah siswa dari berbagai desa sehingga pada tahun 2016
99
atas izin pengurus yayasan Tarbiyatur Ummah maka pindah
kelas menempati di Yayasan Pondok Pesantren Tarbiyatul
Ummah sampai dengan sekarang.16
VISI
Terbentuknya generasi Islam yang beriman dan bertakwa,
berakhlak mulia, berilmu, sehat, cerdas dan kreatif serta
mandiri sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan
zaman yang selalu berubah.
MISI
a. Menanamkan pendidikan islam scara harfiah serta
mendorong santri untuk menguasai iptek dan seni
b. Menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas dengan
penuh tanggung jawab
c. Menerapkan kehidupan yang islami
d. Mengembangkan ukhuwah islamiyah dan sosial
kemanusiaan
e. Melahirkan siswa yang berprestasi
f. Menyediakan sarana dan prasarana pendidikan yang
berkualitas
2. Deskripsi Kurikulum
Kurikulum adalah suatu seperangkat alat rencana dan
peraturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta
cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu.
16 Dokumentasi, 13 Januari 2013.
100
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan
dengan guru bidang study SKI M. Syaifudin menggunakan
kurikulum 2013 (K-13) baik itu buku paket panduan guru
maupun lembar kerja siswa (LKS). Karena menurut M.
Syaifudin kurikulum 2013 ini diberlakukan pada setiap
lembaga pendidikan, sehingga pada Madrasah Tsanawiyah
ini juga menerapkan kurikulum 2013. Dan juga
menggunakan kurikulum Kurikulum diknas dan contextual
teaching and learning (ctl) kurikulum khas pptu meliputi:
a. Tahfidzul qur‟an
b. Kajian kitab
c. Madrasah diniyah
d. Character building
e. Life skill and leadership
Dari penjelasan yang di dapat pada hasil wawancara
itu bahwa kurikulum 2013 itu diberlakukan karena terdapat
suatu kelemahan yang ada pada kurikulum sebelumnya
yaitu materi/isi dalam kurikulum tersebut masih padat, belum
mengembang secara utuh, kompetensi yang dikembangkan
masih didominasi aspek kognitif, belum terealisasi antara
soft skill dan hard skill. Dengan adanya kurikulum 2013 ini
materi ataupun isi dari kurikulum nya yaitu setiap guru
mengembangkan atau merealisasikan antara sikap spiritual,
social, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan
101
kemampuan intelektual dan psikomotorik yang dimiliki oleh
peserta didik. 17
3. Kurikulum (Materi Sejarah Kebudayaan Islam kelas VIII)
Materi Sejarah Kebudayaan Islam kelas VIII semester
1 kurikulum 2013. Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam ini termasuk kedalam mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam (PAI) yang di ajarkan pada sekolah menengah
pertama Islam Terpadu yang bernuansa islam seperti ini.
Tujuan dari pendidikan islam ini yaitu untuk membentuk
manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang
maha esa serta berakhlak mulia dan mampu menjaga
kedamaian dan kerukunan sesama umat beragama.
Pada penelitian case study ini membahas mata
pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam semester I yang
tercantum pada bab 1 yaitu tentang . Adapun dilihat dari
tujuan belajar yang didasarkan pada taksonomi bloom yang
dikembangkan pada siswa yaitu :
a. Kognitif
Menurut hasil wawancara ranah kognitif yang
dikembangkan siswa itu berbeda-beda, ada yang cepat
memahami pelajaran yang disampaikan oleh guru bidang
studi, dan ada juga siswa yang lambat dalam memahami
pelajaran ini. Namun, walaupun berbeda dalam memahami
pelajaran itu seorang guru bidang studi berusaha membuat
siswa-siswi nya bisa memahami pelajaran yang
17
Wawancara 22 febuari 2017
102
disampaikannya dengan cara menjelaskan berulang kali
dengan menggunakan metode ceramah, Tanya jawab, dan
diskusi antar siswa.
b. Afektif
Ranah afektif yang dicapai oleh siswa setelah belajar
tentang sejarah dinasti abbasiyah yaitu sebagian para siswa
sudah bisa mengaplikasikan tentang manfaat serta tujuan
pelaksanaan jejak dinasti abbasiyah ini pada kpribadian
sehari-hari mereka, dan ada juga beberapa siswa yang
masih kurang dalam mengaplikasikannya dalam kehidupan
sehari-hari nya dan dalam kepribadiannya. Siswa yang
memahami mereka sangat mudah dalam mengaplikasikan
pada masyarakat maupun lingkungan mereka tinggal.
c. Psikomotorik
Ranah psikomotorik yang dicapai siswa juga masih
ada yang kurang dalam mempraktekkan sikap yang
dilakukan para pahlawan pada zaman dinasti abbasiyah,
ada beberapa siswa yang ditemui masih sering
meninggalakan nilai nilai yang di dapat dari mempelajari
sejarah jejak pada dinasti abbasiyah. 18
18
Wawancara 14 April 2017.
103
4. Pengembangan Kurikulum
Materi Sejarah Kebudayaan Islam
SKL MP PAI
KLS/ SMT
KI
KD
1. Memahami
dan meneladani sejarah peradapan Dinasti Abbasiyah serta menceritakan jejak masuk dan berkembangnya Islam pada zaman peradapan Dinasti Abbasiyah
VIII/I
1. Tarikh dan
kebudayaan
2. Memahami sejarah dan jejak peradapan Dinasti Abbasiyah
a. menghayati ibra
atau nilai dari proses berdirinya dinbasti abbasyiah
b. menghayati nilai positif dari proses berkembangnya dinasti abbasyiah
c. meneladani semangat juang para pahlawan dinasti abbasyiah
d. memahami sejarah berdirinya dinasti abbasyiah
e. menceritakan sejarah berdirinya dinasti abbasyiah.
Buku panduan yang digunakan dalam pengembangan
kurikulum pembelajaran materi PAI adalah buku Sejarah
Kebudayaan Islam kelas VIII semester Ganjil.19
a. Kompetensi Inti
Setelah mempelajari materi Sejarah Kebudayaan Islam
terhadap diri sendiri siswa dapat menerapkan beberapa
nilai yang di dapat di dalam peradapan dinasti abbasiyah
19
Hasibullah Syatrawi. Sejarah Kebudayaan Islam, (Jakarta: Tradisional Arabic 20 pt, 2015).hlm. 5.
104
dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam kehidupan individu
maupun sosial. hal ini dapat dilakukan dengan prosedur
sebagai berikut :
Bab I. Membiasakan menanamkan nilai
1) Menghargai dan menghayati agama yang di anutnya
2) Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung
jawab, peduli (toleransi dan gotong royong), santun, percaya
diri, dalam berinteraksi secara aktif dengan lingkungan
social dan alam dalam jangkauan pergaulan dan
keberadaanya.
3) Memahami pengetahuan (factual, konseptual, dan
proseduran) dan berdasarkan rasa ingin tahu tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan
kejadian nampak mata
4) Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret
(menggunakan, mengurai, merangkai)
b. Kompetensi dasar
1) menjelaskan pengertian sejarah peradapan dinasti
abbasiyah
2) Menampilkan sikap teladan.
3) Menjelaskan contoh-contoh nilai-nilai sosial
4) menunjukkan nilai-nilai positif dan berilmu, keja keras,
kreatif, dan produktif dalam kehidupan sehari-hari.
c. Indikator
1) Menunjukkan sikap dapat mengambil ibrah dan nilai
positif dari proses berdirinya Dinasti Abbasyiah.
105
2) Menunjukkan sikap bijaksana sebagai implementasi
dari pemahaman mengenai sejarah berdirinya Dinasti
Abbasyiah
3) Menjelaskan sejarah berdirinya Dinasti Abbasyiah
4) Mmenjelaskanperkembangan peradaban/kebudayaan
islam pada masa Dinasti Abbasyiah
d. Indikator penilaian
Dari hasil wawancara dengan bapak M Syaifuddin,
indikator penilaian yang digunakan di SMP-IT Tarbiyatul
Ummah Desa Ladang Panjang Kabupaten Muaro Jambi
adalah dilakukan dengan cara :
a. Tes tertulis
Esay / pilihan ganda /jawaban singkat
b. Tes tidak tertulis
Tanya jawab
c. Diskusi dan ceramah
Pokok Pembahasan
a. Pengertian Model Pengembangan Kurikulum
Definisi model pengembangan kurikulum terdari dari
kata model, kurikulum, dan pengembangan. Kurikulum
secara umum dapat didefinisikan sebagai rencana (plan)
yang dikembangkan untuk dapat tercapainya proses belajar
mengajar dengan arahan atau bimbingan sekolah serta
anggota stafnya. Pengembangan kurikulum adalah proses
yang mengaitkan satu komponen kurikulum lainnya untuk
menghasilkan kurikulum yang lebih baik. Model adalah
106
abstraksi dunia nyata atau representasi peristiwa kompleks
atau sistem, dalam bentuk naratif, matematis, grafis, serta
lambang-lambang lainnya. Model bukanlah realitas, akan
tetapi merupakan representasi realitas yang dikembangkan
dari keadaan.
Dengan demikian, model pada dasarnya berkaitan
dengan rancangan yang dapat digunakan untuk
menerjemahkan sesuatu sarana untuk mempermudah
berkomunikasi, atau sebagai petunjuk yang bersifat
perspektif untuk mengambil keputusan, atau sebagai
petunjuk perencanaan untuk kegiatan pengelolaan.
Model pengembangan kurikulum digunakan untuk
mengembangkan suatu kurikulum, dimana pengembangan
kurikulum dibutuhkan untuk memperbaiki atau
menyempurnakan kurikulum yang dibuat untuk
dikembangkan sendiri baik dari pemerintah pusat,
pemerintah daerah atau sekolah.20
Pengembangan kurikulum tidak dapat terlepas dari
berbagai aspek yang memengaruhinya, seperti cara berfikir,
sistem nilai (nilai moral, keagamaan, politik, budaya, dan
sosial), proses pengmbangan, kebutuhan peserta didik,
kebutuhan masyarakat maupun arah program pendidikan.
Aspek-aspek tersebut akan menjadi bahan yang perlu
dipertimbangkan dalam suatu pengembangan kurikulum.
20
Arif Rohman, Pengembangan kurikulum ilmu pendidikan. (Yogyakarta : cv. Aswaja pressindo.2004).hlm. 89.
107
Agar dapat mengembangkan kurikulum secara baik,
pengembang kurikulum semestinya memahami berbagai
jenis model pengembangan kurikulum.21 Yang dimaksud
dengan model pengembangan kurikulum yaitu langkah atau
prosedur sistematis dalam proses penyususnan suatu
kurikulum. Dengan memahami model pengembangan
kurikulum dan sejumlah alternatif model pengembangan
kurikulum, para pengembang kurikulum diharapkan akan
bisa bekerja secara lebih sistematis, sistemik dan optimal.
Sehingga haarpan ideal terwujudnya suatu kurikulum
dengan berbagai kepentingan, teori dan praktik, bisa
diwujudkan. ada empat penentu dalam pengembangan
kurikulum:
a. Menentukan tujuan pendidikan
b. Menentukan proses pembelajaran
c. Menentukan organisasi pengalaman belajar
d. Menentukan evaluasi pembelajaran.
Jenis penilaian yang akan digunakan, harus
disesuaikan dengan jenis dan sifat dari tujuan pendidikan
atau pembelajaran, materi pembelajaran, dan proses belajar
yang telah ditetapkan sebelumnya. Agar penetapan jenis
evaluasi bisa tepat, maka para pengembang kurikulum
disamping harus memerhatikan komponen-komponen
21
Sukmadinata, Nana Syaodih. Pengembangan kurikulum teori dan praktek. (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. 2009).hlm 123.
108
kurikulum lainnya, juga harus memerhatikan prinsip-prinsip
evaluasi yang ada.22
Untuk melakukan pengembangan kurikulum ada
berbagai model pengembangan kurikulum yang dapat
dijadikan acuan atau diterapkan sepenuhnya. Secara umum,
pemilihan model pengembangan kurikulum dilakukan
dengan cara menyesuaikan sistem pendidikan yang dianut
dan model konsep yang digunakan. Terdapat beberapa
model pengembangan kurikulum yang dapat digunakan
yaitu :
a. Subjek akademis
b. Kurikulum humanistik
c. Kurikulum rekontruksi sosial
d. Kurikulum teknologi .
e. Model Tyler
f. Model Terbalik Hilda Taba23
G. Evaluasi
Evaluasi juga diartikan dengan penilaian artinya suatu
kegiatan yang direncanakan untuk mengukur tingkat
kemajuan atau kemunduran suatu aktivtas tertentu dengan
demikian didalam evaluasi terdapat praktek mengukur dan
menilai semua bentuk aktvitas yang dilaksanakan dalam
pembelajaran.
22
Hamalik, Oemar. Dasar-dasar pengembangan kurikulum. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2008), hlm. 321.
23 Ahmad, Syafii Pengembangan model kurikulum. (Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya. 2001).hlm. 227.
109
Kesimpulan
Model pengembangan kurikulum merupakan suatu alternatif
prosedur dalam rangka mendesain (designing), menerapkan
(impelementation), dan mengevaluasi (evaluation) suatu kurikulum.
Oleh karena itu, model pengembangan kurikulum harus dapat
menggambarkan suatu proses sistem perencanaan pembelajaran
yang dapat memenuhi berbagai kebutuhan dan standar
keberhasilan dalam pendidikan. Macam-macam model
pengembangan kurikulum yaitu: Subjek akademis, Humanistic,
Rekontruksi social, Teknologi dan Model Tayler dan Hilda Taba.
110
111
112
Daftar Pustaka
Ahmad, Syafii Pengembangan model kurikulum. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. 2001.
Arif Rohman, Pengembangan kurikulum ilmu
pendidikan. Yogyakarta : CV. Aswaja pressindo. 2004. Oemar Hamalik, Dasar-dasar pengembangan kurikulum.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2008 Hasibullah Syatrawi. Sejarah Kebudayaan Islam,
Jakarta: Tradisional Arabic. 2015
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan kurikulum teori dan praktek. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. 2009
113
Pengembangan Kurikulum Mata Pelajaran SKI
Kurikulum adalah suatu seperangkat alat rencana dan
peraturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta
cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu.
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan
dengan guru bidang study SKI M. Syaifudin menggunakan
kurikulum 2013 (K-13) baik itu buku paket panduan guru
maupun lembar kerja siswa (LKS). Karena menurut M.
Syaifudin kurikulum 2013 ini diberlakukan pada setiap
lembaga pendidikan, sehingga pada Madrasah Tsanawiyah
ini juga menerapkan kurikulum 2013. Dan juga
menggunakan kurikulum Kurikulum diknas dan contextual
teaching and learning (CTL) kurikulum khas pptu meliputi:
a. Tahfidzul qur‟an
b. Kajian kitab
c. Madrasah diniyah
d. Character building
e. Life skill and leadership
Dari penjelasan yang di dapat pada hasil wawancara
itu bahwa kurikulum 2013 itu diberlakukan karena terdapat
suatu kelemahan yang ada pada kurikulum sebelumnya
yaitu materi/isi dalam kurikulum tersebut masih padat, belum
mengembang secara utuh, kompetensi yang dikembangkan
masih didominasi aspek kognitif, belum terealisasi antara
soft skill dan hard skill. Dengan adanya kurikulum 2013 ini
114
materi ataupun isi dari kurikulum nya yaitu setiap guru
mengembangkan atau merealisasikan antara sikap spiritual,
social, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan
kemampuan intelektual dan psikomotorik yang dimiliki oleh
peserta didik. 24
1. Kurikulum (Materi Sejarah Kebudayaan Islam kelas IX)
Materi Sejarah Kebudayaan Islam kelas IX semester
1 kurikulum 2013. Mata pelajaran Sejarah Kebudayaan
Islam ini termasuk kedalam mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam (PAI) yang di ajarkan pada sekolah menengah
pertama Islam Terpadu yang bernuansa islam seperti ini.
Tujuan dari pendidikan islam ini yaitu untuk membentuk
manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang
maha esa serta berakhlak mulia dan mampu menjaga
kedamaian dan kerukunan sesama umat beragama.
Pada penelitian case study ini membahas mata
pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam semester I yang
tercantum pada bab 1 yaitu tentang. Adapun dilihat dari
tujuan belajar yang didasarkan pada taksonomi bloom yang
dikembangkan pada siswa yaitu :
a. Kognitif
Menurut hasil wawancara ranah kognitif yang
dikembangkan siswa itu berbeda-beda, ada yang cepat
memahami pelajaran yang disampaikan oleh guru bidang
studi, dan ada juga siswa yang lambat dalam memahami
24
Wawancara 22 febuari 2017
115
pelajaran ini. Namun, walaupun berbeda dalam memahami
pelajaran itu seorang guru bidang studi berusaha membuat
siswa-siswi nya bisa memahami pelajaran yang
disampaikannya dengan cara menjelaskan berulang kali
dengan menggunakan metode ceramah, Tanya jawab, dan
diskusi antar siswa.
b. Afektif
Ranah afektif yang dicapai oleh siswa setelah belajar
tentang masuknya islam keindonesia yaitu sebagian para
siswa sudah bisa mengaplikasikan tentang manfaat serta
tujuan pelaksanaan sejarah masuknya agama islam
dindonesia ini pada kpribadian sehari-hari mereka, dan ada
juga beberapa siswa yang masih kurang dalam
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari nya dan
dalam kepribadiannya. Siswa yang memahami mereka
sangat mudah dalam mengaplikasikan pada masyarakat
maupun lingkungan mereka tinggal.
c. Psikomotorik
Ranah psikomotorik yang dicapai siswa juga masih
ada yang kurang dalam mempraktekkan sikap yang
dilakukan para pahlawan yang mengawali masuknya islam
keindonesia ada beberapa siswa yang ditemui masih sering
meninggalakan nilai nilai yang di dapat dari mempelajari
sejarah masuknya agama islam keindonesia.
116
2. Pengembangan Kurikulum
Materi Sejarah Kebudayaan Islam
SKL MP PAI
KLS/SMT
KI
KD
1. Memahami dan
meneladani sejarah masuknya islam keindonesia serta menceritakan peristiwa-peristiwa tentang masuknya islam keindonesia dan perkembangan islam
IX/I
1. Tarikh
dan kebudayaan
Islam 2. Memahami
sejarahmasuknya islam keindonesiaan
a. Menceritaakan
sejarah masuknya islam nusantara melalui perdagangan, sosial, dan pengajaran.
b. menghayati nilai positif dari proses berkembangnyab islam ke indonesia
c. meneladani semangat juang para pembawa islam ke indonesia
Buku panduan yang digunakan dalam pengembangan
kurikulum pembelajaran materi PAI adalah buku Sejarah
Kebudayaan Islam kelas IX semester Ganjil.25
1. Kompetensi Inti
Setelah mempelajari materi Sejarah Kebudayaan
Islam terhadap diri sendiri siswa dapat menerapkan
25
Hasibullah Syatrawi. Sejarah Kebudayaan Islam, (Jakarta: Tradisional Arabic 20 pt, 2015).hlm. 5.
117
beberapa nilai yang di dapat di dalam peradapan dinasti
abbasiyah dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam
kehidupan individu maupun sosial. hal ini dapat dilakukan
dengan prosedur sebagai berikut :
Bab I. Membiasakan menanamkan nilai
1) Menghargai dan menghayati agama yang di anutnya
2) Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin,
tanggung jawab, peduli (toleransi dan gotong royong),
santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara aktif
dengan lingkungan social dan alam dalam jangkauan
pergaulan dan keberadaanya.
3) Memahami pengetahuan (factual, konseptual, dan
proseduran) dan berdasarkan rasa ingin tahu tentang
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait
fenomena dan kejadian nampak mata
4) Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah
konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, )
2. Kompetensi dasar
1) Menjelaskan pengertian sejarah masuknya islam ke
indonesia
2) Menampilkan sikap teladan.
3) Menjelaskan contoh-contoh nilai-nilai sosial
4) menunjukkan nilai-nilai positif dan berilmu, kerja
keras, kreatif, dan produktif dalam kehidupan sehari-
hari.
118
3. Indikator
1) Menunjukkan sikap dapat mengambil ibrah dan nilai
positif dari proses masuknya islam ke indonesia
2) Menunjukkan sikap bijaksana sebagai implementasi
dari pemahaman mengenai sejarah masuknya islam
ke indonesia
3) Menjelaskan sejarah masuknya islam ke indonesia
4. Indikator penilaian
Dari hasil wawancara dengan bapak M Syaifuddin,
indikator penilaian yang digunakan di SMP-IT Tarbiyatul
Ummah Desa Ladang Panjang Kabupaten Muaro Jambi
adalah dilakukan dengan cara :
1) Tes tertulis
Esay / pilihan ganda /jawaban singkat
2) Tes tidak tertulis
Tanya jawab
3) Diskusi dan ceramah
5. Pokok Pembahasan
Definisi model pengembangan kurikulum terdari dari
kata model, kurikulum, dan pengembangan. Kurikulum
secara umum dapat didefinisikan sebagai rencana (plan)
yang dikembangkan untuk dapat tercapainya proses belajar
mengajar dengan arahan atau bimbingan sekolah serta
anggota stafnya.
119
Pengembangan kurikulum adalah proses yang
mengaitkan satu komponen kurikulum lainnya untuk
menghasilkan kurikulum yang lebih baik. Model adalah
abstraksi dunia nyata atau representasi peristiwa kompleks
atau sistem, dalam bentuk naratif, matematis, grafis, serta
lambang-lambang lainnya. Model bukanlah realitas, akan
tetapi merupakan representasi realitas yang dikembangkan
dari keadaan.
Dengan demikian, model pada dasarnya berkaitan
dengan rancangan yang dapat digunakan untuk
menerjemahkan sesuatu sarana untuk mempermudah
berkomunikasi, atau sebagai petunjuk yang bersifat
perspektif untuk mengambil keputusan, atau sebagai
petunjuk perencanaan untuk kegiatan pengelolaan.
Model pengembangan kurikulum digunakan untuk
mengembangkan suatu kurikulum, dimana pengembangan
kurikulum dibutuhkan untuk memperbaiki atau
menyempurnakan kurikulum yang dibuat untuk
dikembangkan sendiri baik dari pemerintah pusat,
pemerintah daerah atau sekolah.26
Pengembangan kurikulum tidak dapat terlepas dari
berbagai aspek yang memengaruhinya, seperti cara berfikir,
sistem nilai (nilai moral, keagamaan, politik, budaya, dan
sosial), proses pengmbangan, kebutuhan peserta didik,
kebutuhan masyarakat maupun arah program pendidikan.
Aspek-aspek tersebut akan menjadi bahan yang perlu
26
Arif Rohman,Pengembangan Kurikulum Ilmu Pendidikan. (Yogyakarta: CV. Aswaja Pressindo.2004).hlm. 89.
120
dipertimbangkan dalam suatu pengembangan kurikulum.
Agar dapat mengembangkan kurikulum secara baik,
pengembang kurikulum semestinya memahami berbagai
jenis model pengembangan kurikulum.27 Yang dimaksud
dengan model pengembangan kurikulum yaitu langkah atau
prosedur sistematis dalam proses penyususnan suatu
kurikulum.
Dengan memahami model pengembangan kurikulum dan
sejumlah alternatif model pengembangan kurikulum, para
pengembang kurikulum diharapkan akan bisa bekerja
secara lebih sistematis, sistemik dan optimal. Sehingga
haarpan ideal terwujudnya suatu kurikulum dengan berbagai
kepentingan, teori dan praktik, bisa diwujudkan. ada empat
penentu dalam pengembangan kurikulum:
a. Menentukan tujuan pendidikan
b. Menentukan proses pembelajaran
c. Menentukan organisasi pengalaman belajar
d. Menentukan evaluasi pembelajaran.
,Jenis penilaian yang akan digunakan, harus
disesuaikan dengan jenis dan sifat dari tujuan pendidikan
atau pembelajaran, materi pembelajaran, dan proses belajar
yang telah ditetapkan sebelumnya. Agar penetapan jenis
evaluasi bisa tepat, maka para pengembang kurikulum
disamping harus memerhatikan komponen-komponen
27
Sukmadinata, Nana Syaodih. Pengembangan kurikulum teori dan praktek. (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. 2009).hlm 123.
121
kurikulum lainnya, juga harus memerhatikan prinsip-prinsip
evaluasi yang ada.28
Untuk melakukan pengembangan kurikulum ada
berbagai model pengembangan kurikulum yang dapat
dijadikan acuan atau diterapkan sepenuhnya. Secara umum,
pemilihan model pengembangan kurikulum dilakukan
dengan cara menyesuaikan sistem pendidikan yang dianut
dan model konsep yang digunakan. Terdapat beberapa
model pengembangan kurikulum yang dapat digunakan
yaitu :
a. Subjek akademis
b. Kurikulum humanistik
c. Kurikulum rekontruksi sosial
d. Kurikulum teknologi .
e. Model Tyler
f. Model Terbalik Hilda Taba29
6. Evaluasi
Evaluasi juga diartikan dengan penilaian artinya suatu
kegiatan yang direncanakan untuk mengukur tingkat
kemajuan atau kemunduran suatu aktivtas tertentu dengan
demikian didalam evaluasi terdapat praktek mengukur dan
menilai semua bentuk aktvitas yang dilaksanakan dalam
pembelajaran.
28
Hamalik, Oemar. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2008), hlm. 321.
29 Ahmad, Syafii Pengembangan Model Kurikulum. (Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya. 2001).hlm. 227.
122
Dokumentasi Buku
123
Kurikulum 2013
124
Konsep Teoritis: Pendidikan Islam dan Kurikulum 2013
Pendidikan adalah suatu proses yang dilakukan secara
sadar atau disengaja guna untuk menambah pengetahuan,
wawasan serta pengalaman untuk menentukan tujuan hidup
sehingga bisa memiliki pandangan yang luas untuk ke arah
masa depan lebih baik dan dengan pendidikan itu sendiri dapat
menciptakan orang-orang berkualitas.
Pendidikan Islam berarti sistem pendidikan yang
memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin
kehidupannya sesuai dengan cita-cita dan nilai-nilai Islam yang
telah menjiwai dan mewarnai corak kepribadiannya, dengan kata
lain pendidikan Islam adalah suatu sistem kependidikannya yang
mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh
hamba Allah sebagaimana Islam telah menjadi pedoman bagi
seluruh aspek kehidupan manusia baik duniawi maupun
ukhrawi.
Istilah pendidikan dalam konteks Islam pada umumnya
mengacu kepada term al-tarbuyah, al-ta‟dib, dan al-ta‟lim. Dari
keriga istilah tersebut term yang populer digunakan dalam
praktek pendidikan Islam adalah term al-tarbiyah. Sedangkan
term al-ta‟dib dan al-ta‟lim jarang sekali digunakan. Padalah
kedua istilah tersebut telah digunakan sejak awal pertumbuhan
pendidikan Islam.30
Kedatipun demikian, dalam hal-hal tertentu, ketiga terma
tersebut memiliki kesamaan makna. Namun secara esensial,
30
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis, dan Praktis, (Jakarta: Ciputat Press, 2002). hlm. 25
125
setiap term memiliki perbedaan, baik secara tekstual maupun
kontekstual. Untuk itu, perlu dikemukakan uraian dan analisis
terhadap ketiga term pendidikan Islam tersebut dengan
beberapa argumentasi tersendiri dari beberapa pendapat para
ahli pendidikan Islam.
1. Tarbiyah
Penggunaan istilah al-Tarbiyah berasal dari kata rabb.
Walaupun kata ini memiliki arti, akan tetapi pengertian
dasarnya menunjukkan makna tumbuh, berkembang,
memelihara, merawat, mengatur, dan menjaga kelestarian
atau eksistensinya.31
Dari segi etimologis, tiga asal kata tarbiyah yakni, raba,
rabiya, dan rabba, kata tarbiyah mencakup makna yang
sangat luas yakni (1) al-nama yang berarti bertambah,
berkembang, dan tumbuh menjadi besar sedikit demi sedikit,
(2) aslahahu yang berarti memperbaiki pembelajar jika
proses perkembangan menyimpang dari nilai-nilai Islam, (3)
tawalla amrahu yang berarti mengurus perkara
pembelajaran, bertanggung jawab atasnya dan melatihnya,
(4) ra‟ahu yang berarti memelihara dan memimpin sesuai
dengan potensi yang dimiliki dan tabiyatnya (5) al-tansyi‟ah
yang berarti mendidik, mengasuh, dalam arti materi
(fisiknya) dan immateri (kalbu, akal, jiwa, dan perasaannya),
yang kesemuannya merupakan aktivitas pendidikan.32
31
Ibid., hlm. 25 32
Maragustam, Mencetak Pembelajaran Menjadi Insan Paripurna (Falsafah Pendidikan Islam) (Yogyakarta: Nuha Litera, 2010), hlm. 22
126
Menurut Syekh Ali, kata rabba memiliki arti yang banyak
yakni merawat, mendidik, memimpin, mengumpulkan,
menjaga, memperbaiki, mengembangkan, dan sebagainya.
Daim menyimpulkan bahwa makna tarbiyah adalah merawat
dan memperhatikan pertumbuhan anak, sehingga anak
tersebut tumbuh dengan sempurna sebagaimana yang
lainnya, yaitu sebuah kesempurnaan dalam setiap dimensi
dirinya, badan (kinestetik), roh, akal, kehendak, dan lain
sebagainya.33
Secara filosofis mengisyaratkan bahwa proses
pendidikan Islam adalah bersumber pada pendidikan yang
diberikan Islam adalah bersumber pada pendidikan yang
diberikan Allah sebagai “pendidik” seluruh ciptaan-Nya,
termasuk manusia. Dalam konteks yang luas, pengertian
pendidikan Islam yang dikandung dalam term al-tarbiyah
terdiri atas empat unsur pendekatan, yaitu:34
a. Memelihara dan menjaga fitrah anak didik menjelang
dewasa (baligh)
b. Mengembangkan seluruh potensi menuju kesempurnaan
c. Mengarahkan seluruh fitrfah menuju kesempurnaan
d. Melaksanakan pendidikan secara bertahap.
Dari penjelasan tersebut dapat diringkas bahwa
prinsip-prinsip dasar pengertian tarbiyah dalam Islam
adalah:35 pertama, bahwa murabbi yang sebenarnya
hanyalah Allah, karena Dia Pencipta fitrah, potensi
kekuatan dan kelemahan, dan paling tahu tentang
33
Ibid., hlm. 22 34
Samsul Nizar, Filsafat..., hlm. 26 35
Maragustam, Mencetak..., hlm. 23
127
hakikat manusia itu sendiri, karenanya perlu dipelajari
terus menerus siapa sebenarnya manusia itu sesuai
dengan perintah Tuhan. Kedua, penumbuhan dan
pengembangan secara sempurna semua dimensi
manusia baik materi, seperti fisiknya, maupun immateri
seperti akal, hati, kehendak, kemauan adalah tanggung
jawab manusia sebagai konsekwensi menjalankan
fungsinya sebagai hamba Tuhan dan sebagai fungsi
khalifah. Ketiga, dalam proses tarbiyah seharusnya
mengambil nilai dan dasarnya dari Al-Qur‟an dan
Sunnah dan berjalan sesuai dengan sunnatullah yang
digariskan-Nya. Keempat, setiap aktivitas tarbiyah
mengarah kepada penumbuhan, perbaikan,
kepemimpinan, atau penjagaan setiap dimensi dalam diri
manusia, baik aktivitas itu direkayasa atau secara
nattural. Kelima, tarbiyahyang direkayasa mengharuskan
adanya rencana yang teratur, sistematis, bertahap,
berkelanjutan dan fleksibel. Keenam, bahwa yang
menjadi subjek sekaligus objek dalam aktivitas tarbiyah
adalah manusia. Ketujuh,bahwa kata tarbiyah tida
terbatas pengetiannya sebagai sekedar transfer ilmu,
budaya, tradisi, dan nilai tetapi juga pembentukan
kepribadian yang dilakukan secara bertahap.
2. Taklim
Istilah al-Ta‟lim telah digunakan sejak periode awal
pelaksanaan pendidikan islam. Menurut para ahli, kata ini
lebih bersifat universal dibanding dengan al-Tarbiyah
128
maupun al-Ta‟dib. Rasyid Ridha mengartikan al-Ta‟lim
sebagai proses transmisi berbagai ilmu pengetahuan pada
jiwa individu tanpa adanya batasan dan ketentuan tertentu.
Pertama, ketika mengajarkan membaca Al-Qur‟an
kepada kaum muslimin, Rasulullah SAW tidak terbatas pada
membuat mereka sekedar dapat membaca, melainkan
membaca dengan perenungan yang berisikan pemahaman,
pengertian, tanggung jawab, penanaman amanah sehingga
terjadi pembersihan diri (tazkiyah al-nufus) dari segala
kotoran, menjadikan dirinya dalam kondisi siap menerima
hikmah, dan mempelajari segala sesuatu yang belum
diketahuinya dan yang tidak diketahuinya serta berguna bagi
dirinya
Kedua, kata taklim tidak berhenti hanya kepada
pencapaian pengetahuan berdasarkan prasangka atau yang
lahir dari taklid semata-mata, ataupun pengetahuan yang
lahir dari dongengan hayalan dan syahwat atau cerita-cerita
dusta.
Ketiga, kata taklim mencakup aspek-aspek pengetahuan
dan keterampilan yang dibutuhkan seseorang dalam
hidupnya serta pedoman perilaku yang baik.
Dengan demikian kata taklim menurut Jalal mencakup
ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik dan berlangsung
sepanjang hayat serta tidak terbatas pada masa bayi dan
kanak-kanak, tetapi juga orang dewasa. Sementara itu
Abrasyi, menjelaskan kata taklim hanya merupakan bagian
dari tarbiyah karena hanya menyangkut domain kognitif. Al-
Attas menganggap kata taklim lebih dekat kepada
129
pengajaran atau pengalihan ilmu dari guru kepada
pembelajaran, bahkan jangkauan aspek kognitif tidak
memberikan porsi pengenalan secara mendasar.36
3. Takdib
Attas menawarkan satu istilah lain yang menggambarkan
pendidikan Islam, dalam keseluruhan esensinya yang
fundamental yakni kata takdib. Istilah ini mencakup unsur-
unsur pengetahuan („ilm), pengajaran (taklim) dan
pengasuhan yang baik (tarbiyah). Istilah takdib dapat
mencakup beberapa aspek yang menjadi hakikat pendidikan
yangsalingberkaitan,seperti „ilm (ilmu), „adl (keadilan), hikma
h (kebajikan), „aml (tindakan),haqq (kebenaran), natq (nalar)
nafs (jiwa), qalb (ha, „aql (akal), maratib danderajat(tatanan
hirarkis), ayah (simbol), dan adb (adab). Dengan mengacu
pada kata adb dan kaitan-kaitanya seperti di atas, definisi
pendidikan bagi al-Attas adalah:37
Sebagai pengenalan dan pengakuan yang secara
berangsur-angsur ditanamkan ke dalam manusia tentang
tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam
tatanan penciptaan sedemikian rupa, sehingga hal ini
membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan tempat
Tuhan yang tepat di dalam tatanan wujud dan kepribadian.
Makna al-ta‟dib berarti pengenalan dan pengakuan yang
secara berangsur-angsur ditanamkan ke dalam diri manusia
36
Ibid., hlm. 26 37
Ibid., hlm. 27
130
(peserta didik) tentang tempat-tempat yang tepat dari segala
sesuatu di dalam tatanan penciptaan.
Tujuan Pendidikan Islam
Menetapkan Al-Qur‟an dan hadits sebagai dasar pendidikan
Islam bukan hanya dipandang sebagai kebenaran yang
didasarkan pada keimanan semata. Namun justru karena
kebenaran yang terdapat dalam kedua dasar tersebut dapat
diterima oleh nalar manusia dan dibolehkan dalam sejarah atau
pengalaman kemanusiaan.38
Secara Terminologis, Tujuan adalah arah, haluan, jurusan,
maksud. Atau tujuan adalah sasaran yang akan dicapai oleh
seseorang atau sekelompok orang yang melakukan sesuatu
kegiatan. Atau menurut Zakiah Darajat, tujuan adalah sesuatu
yang diharapkan tercapai setelah suatu usaha atau kegiatan
selesai.39 Karena itu tujuan pendidikan Islam adalah sasaran
yang akan dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang
yang melaksanakan pendidikan Islam.
Secara Epistemologis, Merumuskan tujuan pendidikan
merupakan syarat mutlak dalam mendefiniskan pendidikan itu
sendiri yang paling tidak didasarkan atas konsep dasar
mengenai manusia, alam, dan ilmu serta dengan pertimbangan
prinsip-prinsip dasarnya. Hujair AH. Sanaky menyebut istilah
tujuan pendidikan Islam dengan visi dan misi pendidikan Islam.
Menurutnya, sebenarnya pendidikan Islam telah memiki visi
38
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, cet. Ke-5 (Jakarta: Kalam Mulia, 2006), hlm. 133.
39 Hamdani Ihsan dan Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, cetakan
III (Bandung: CV.Pustaka Setia, 2007), hlm. 68
131
dan misi yang ideal, yaitu “Rohmatan Lil „Alamin”. Munzir
Hitami berpendapat bahwa tujuan pendidikan tidak terlepas
dari tujuan hidup manusia, biarpun dipengaruhi oleh berbagai
budaya, pandangan hidup, atau keinginan-keinginan lainnya
Secara Ontologis : Dalam Islam, hakikat manusia adalah
makhluq ciptaan Allah. Sedangkan menurut tujuan umum
pendidikan Islam ialah terwujudnya manusia sebagai hamba
Allah. Jadi menurut Islam, pendidikan haruslah menjadikan
seluruh manusia yang menghambakan kepada Allah. Yang
dimaksud menghambakan diri ialah beribadah kepada Allah.
Sebagaimana dalam firman Allah SWT.
Sebagai bagian dari komponen kegiatan pendidikan,
keberadaan rumusan tujuan pendidikan memegang peranan
sangat penting. Karena memang tujuan berfungsi
mengarahkan aktivitas, mendorong untuk bekerja, memberi
nilai dan membantu mencapai keberhasilan.40 Pendidikan Islam
bertugas mempertahankan, menanamkan, dan
mengembangkan kelangsungan berfungsinya nilai-nilai islami
yang bersumber dari kitab suci Al-Qur‟an dan Al-Hadis.41
Sedangkan Anwar Jundi menjelaskan di dalam konsep Islam,
tujuan pertama dan pokok dari pendidikan ialah terbentuknya
manusia yang berpribadi muslim.
Tujuan pendidikan adalah menciptakan seseorang yang
berkualitas dan berkarakter sehingga memiliki pandangan yang
luas kedepan untuk mencapai suatu cita- cita yang di harapkan
40
Mangun Budiyanto, Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Griya Santri, 2010), hlm. 27
41 Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,
2003), hlm. 110
132
dan mampu beradaptasi secara cepat dan tepat di dalam
berbagai lingkungan. Karena pendidikan itu sendiri memotivasi
diri kita untuk lebih baik dalam segala aspek kehidupan.
Karena tanpa pendidikan itu sendiri kita akan terjajah oleh
adanya kemajuan saat ini, karena semakin lama semakin ketat
pula persaingan dan semakin lama juga mutu pendidikan akan
semakin maju.
Tujuan pendidikan Islam adalah untuk mencapai
keseimbangan pertumbuhan kepribadian manusia. Secara
menyeluruh dan seimbang yang dilakukan melalui latihan jiwa,
akal pikiran, diri manusia yang rasional, perasaan dan indra,
karena itu, pendidikan hendaknya mencakup pengembangan
seluruh aspek fitrah peserta didik, aspek spiritual, intelektual,
imajinasi, fisik, ilmiah dan bahasa, baik secara individual
maupun kolektif, dan mendorong semua aspek tersebut
berkembang ke arah kebaikan dan kesempurnaan. Tujuan
terakhir pendidikan muslim terletak pada perwujudan
ketundukan yang sempurna kepada Allah SWT, baik secara
pribadi kontinuitas, maupun seluruh umat manusia.
Tujuan pendidikan ialah perubahan yang diharapkan pada
subyek didik setelahmengalami proses pendidikan baik pada
tingkahlakuindividudankehidupan pribadinya maupun kehdupan
masyarakat dan alam sekitarnya dimana individu ituhidup.
Sedangkan menurut Omar Muhammad Attoumy Asy-Syaebani
tujuan pendidikan islam memiliki empat ciri pokok :
a. Sifat yang bercorak agama dan akhlak.
133
b. Sifat kemenyeluruhannya yang mencakup segala aspek
pribadi pelajar atausubyek didik, dan semua aspek
perkambangan dalam masyrakat.
c. Sifat keseimbangan, kejelasan, tidak adanya
pertentangan antara unsur-unsur dan cara pelaksanaanya
d. Sifat realistis dan dapat dilaksanakan, penekanan pada
perubahan yangdikehendaki pada tingkah laku dan pada
kehidupan,memperhitungkan perbedaanperbedaan perse
orangan diantara individu, masyarakat dan kebudayaan di
mana-mana dan kesanggupanya untuk berubah
dan berkembanng bila diperlukan.
Pendidikan Islam bertugas di samping
menginternalisasikan (menanamkan dalam pribadi) nilai-nilai
islami, juga mengembangkan anak didik agar mampu
melakukan pengamalan nilai-nilai itu secara dinamis dan
fleksibel dalam batas-batas konfigurasi idealitas wahyu
Tuhan. Hal ini berarti Pendidikan Islam secara optimal harus
mampu mendidik anak didik agar memiliki “kedewasaan
atau kematangan” dalam beriman, bertaqwa, dan
mengamalkan hasil pendidikan yang diperoleh, sehingga
menjadi pemikir yang sekaligus pengamal ajaran Islam,
yang dialogis terhadap perkembangan kemajuan zaman.
Dengan kata lain, Pendidikan Islam harus mampu
menciptakan para “mujtahid” baru dalam bidang kehidupan
duniawi-ukhrawi yang berkesinambungan secara interaktif
tanpa pengkotakan antara kedua bidang itu.
134
Menurut H.M. Arifin tujuan pendidikan islam adalah
idealitas (cita-cita) yang mengandung nilai-nilai islam yang
hendak dicapai dalam proses kependidikan yang
berdasarkanajaran Islam secara bertahap. Prof. H. M. Arifin,
M. Ed menjabarkan tujuan pendidikan yang bersasaran
pada tiga dimensi hubungan manusia selaku “Khalifah”
dimuka bumi yaitu sebagai berikut:
a. Menanamkan sikap hubungan yang harmonis, selaras,
dan seimbang dengan Tuhannya.
b. Membentuk sikap hubungan yang harmonis, selaras, dan
seimbang dengan masyarakatnya.
c. Mengembangkan kemampuannya untuk menggali,
mengelola dan memanfaatkan kekayaan alam ciptaan
Allah bagi kepentingan kesejahteraan hidupnya, dan
hidup sesamanya serta bagi kepentingan ubudiahnya
kepadanya, dengan dilandasi sikap hubungan yang
harmonis.
Tujuan pendidikan menurut Dra. Hj. Nur Uhbiyati dan Dr.
Zakiyah Daradjat ada empat macam, yaitu:42
1. Tujuan Umum
Tujuan umum ialah tujuan yang akan dicapai dengan
semua kegiatan pendidikan, baik dengan pengajaran atau
dengan cara yang lainnya. Tujuan ini meliputi seluruh aspek
kemanusiaan, seperti: sikap, tingkah laku, penampilan,
kebiasaan dan pandangan. Tujuan umum ini berbeda pada
tingkat umur, kecerdasan, situasi dan kondisi, dengan
42
Muzayyin Arifin, Filsafat..., hlm. 111.
135
kerangka yang sama. Bentuk Insan Kamil dengan polatakwa
kepada Allah swt harus dapat tergambar dalam pribadi
seseorang yang sudah terdidik, walaupun dalam ukuran
kecil dan mutu yang rendah.
2. Tujuan Akhir
Pendidikan Islam ini berlangsung selama hidup, maka
tujuan akhirnya terdapat pada waktu hidup di dunia ini telah
berakhir. Tujuan umum yang berbentuk Insan Kamil dengan
pola takwa dapat mengalami perubahan naik turun, bertambah
dan berkurang dalam perjalanan hidup seseorang. Perasaan,
lingkungan, dan pengalaman dapat mempengaruhinya. Karena
itulah pendidikan Islam itu berlaku selama hidup untuk
menumbuhkan, memupuk, mengembangkan, memelihara dan
mempertahankan tujuan pendidikan yang telah dicapai.
Tujuan pendidikan adalah pengembangan akal dan
akhlak yang dalam akhirnya dipakai untuk menghambakan diri
kepada Allah SWT. Manusia mempunyai aspek rohani seperti
yang dijelaskan dalam surat al Hijr ayat 29 : “Maka Aku telah
menyempurnakan kejadiannya dan meniupkan ke dalamnya
roh-Ku, maka sujudlah kalian kepada-Nya”. Dan tujuan akhir
pendidikan Islam itu dapat dipahami dari firman Allah SWT yang
artinya : ”Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu
kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa dan janganlah
kamu mati kecuali dalam keadaan muslim berserah diri kepada
Allah.” (Q.S. Ali Imran: 102). Jadi insan kamil yang mati dalam
keadaan berserah diri kepada Allah inilah merupakan
tujuan akhir dari pendidikan Islam.43
43
Hamdani Ihsan dan Fuad Ihsan, Filsafat...., hlm. 68
136
3. Tujuan Sementara
Tujuan sementara ialah tujuan yang akan dicapai setelah
anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang
direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal. Pada
tujuan sementara bentuk Insan Kamil dengan pola takwa sudah
kelihatan meskipun dalam ukuran sederhana, sekurang-
kurangnya beberapa ciri pokok sudah kelihatan pada pribadi
anak didik.
4. Tujuan Operasional
Tujuan operasional ialah tujuan praktis yang akan
dicapai dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu. Satu unit
kegiatan pendidikan dengan bahan-bahan yang sudah
dipersiapkan dan diperkirakan akan mencapai tujuan tertentu.
Dalam tujuan operasional ini lebih banyak dituntut dari anak
didik suatu kemampuan dan keterampilan tertentu. Sifat
operasionalnya lebih ditonjolkan dari sifat penghayatan dan
kepribadian. Bila dilihat dari segi filosofis, maka tujuan
pendidikan Islam dapat diklasifikasikan menjadi dua macam,
yaitu:
a. Tujuan teoritis yang bersasaran pada pemberian
kemampuan teoritis kepada anak didik.
b. Tujuan praktis yang mempunyai sasaran pada
pemberian kemampuan praktis kepada anak didik.
Muhammad Athiyah al-Abrasyi, memaparkan bahwa tujuan
pendidikan Islam terdiri atats 5 sasaran, yaitu:
a. Membentuk akhlak mulia
137
b. Mempersiapkan kehidupan dunia dan akhirat
c. Mempersiapkan untuk mencari rizki dan memelihara
segi kemanfaatannya
d. Menumbuhkan semangat ilmiah dikalangan peserta didik
e. Mempersiapkan tenaga profesional yang terampil
Oleh karena itu, tujuan akhir pendidikan Islam berada di
dalam garis yang sama dengan misi tersebut, yaitu membentuk
kemampuan dan bakat manusia agar mampu menciptakan
kesejahteraan dan kebahagiaan yang penuh rahmat dan berkat
Allah di seluruh penjuru alam ini. Hal ini berarti bahwa potensi
rahmat dan berkat Allah tersebut tidak akan terwujut nyata,
bilamana tidak diaktualisasikan melalui ikhtiar yang bersifat
kependidikan secara terarah dan tepat.
Jika pendidikan umum hanya ingin mencapai kehidupan
duniawi yang sejahtera baik dalam dimensi bernegara maupun
bermasyarakat maka Pendidikan Islam bercita-cita lebih jauh yang
bernilai transendental, bukan insindetal atau aksidental di dunia,
yaitu kebahagiaan hidup setelah mati. Jadi nilai-nilai yang hendak
diwujudkan oleh pendidikan Islam adalah berdimensi transendetal
(melampaui wawsan hidup duniawi) sampai ke ukhrawi dengan
meletakkan cita-cita yang mengandung dimensi nilai duniawi
sebagai sarananya. Oleh karena itu, pendidikan merupakan sarana
atau alat untuk merealisasikan tujuan hidup orang muslim secara
universal maka tujuan pendidikan Islam di seluruh dunia harus
sama bagi semua umat Islam, yang berbeda hanyalah sistem dan
metodenya.
138
Fungsi Pendidikan Islam
Fungsi pendidikan islam secara mikro sudah jelas yaitu
memelihara dan mengembangkan fitrah dan sumber daya insan
yang ada pada subyek didik menuju terbentuknya manusia
seutuhnya sesuai dengan norma islam. Atau dengan istilah lazim
digunakan yaitu menuju kepribadian muslim. Lebih lanjut secara
makro, fungsi pendidikan islam dapat ditinjau dari feomena yang
muncul dalam perkambangan peradaban manusia, dengan
asumsi bahwa peradaban manusia senantiasa tumbuh dan
berkembang melalui pendidikan.
Fenomena tersebut dapat kita telusuri melalui kajian
antropologi budaya dan sosiologi yang menunjukan bahwa
peradaban masyarakat manusia dari masa ke masa semakin
berkembang maju; dan kemajuan itu diperoleh melalui interaksi
komunikasi sosialnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa,
ditinjaudarisegiantropologibudaya dan sosiologi, fungsi pendidikan i
alah menumbuhkan wawasan yang tepat mengenai manusisa di
alam sekitarnya, sehingga dengan demikian dimungkinkan
tumbuhnya kreatifitas yang dapat membangun dirinya dan
lingkungannya. Dalam buku Filsafat Pendidikan Islam yang ditulis
oleh Abdul Halim, fungsi pendidikan dilihat secara operasional
adalah:44
a. Alat untuk memelihara, memperluas, dan
menghubungan tingkat-tingkat kebudayaan, nilai-nilai
tradisi dan sosial, serta ide-ide masyarakat nasioanal
b. Alat untuk mengadakan perubahan, inovasi, dan
perkembangan. Pada garis besarnya, upaya ini
44
Samsul Nizar, Op.Cit., hlm. 34
139
dilakukan melalui potensi ilmu pengetahuan dan skill
yang dimiliki, serta melatih tenaga-tenaga manusia
(peserta didik) yang produktif dalam menemukan
perimbangan perubahan sosial dan ekonomi yang
demikian dinamis.
Menurut pandangan pendidikan islam, fungsi pendidikan itu
bukanlah sekedar mengembangkan kemampuan dan
mencerdaskan otak peserta didik, tetapi juga menyelamatkan
fitrahnya. Oleh karena itu fungsi pendidikan dan pengajaran Islam
dalam hubungannya dengan faktor anak didik adalah untuk
menjaga, menyelamatkan, dan mengembangkan fitrah ini agar
tetap menjadi al-fithratus salimah dan terhindar dari al-fithratu
ghairus salimah. Artinya, agar anak tetap memiliki aqidah keimanan
yang tetap dibawanya sejak lahir itu, terus menerus
mengokohkannya, sehinggamati dalam keadaan fitrah yang
semakin mantap, tidak menjadi Yahudi, Nashrani, Majusi ataupun
agama-agama dan faham-faham yang selain Islam.45
Betapa pentingnya fungsi pendidikan dan pengajaran di
dalam menyelamatkan dan mengembangkan fitrah ini. Di pihak
lain, pendidikan dan pengajaran juga berfungsi untuk
mengembangkan potensi-potensi/ kekuatan-kekuatan yang ada
pada diri anak agar ia bisa menjadi manusia yang bermanfaat bagi
dirinya maupun bagi pergaulan hidup di sekelilingnya, sesuai
dengan kedudukannya sebagai hamba Allah dan sebagai khalifah
Allah di muka bumi ini.46
45
Mangun Budiyanto, Op.Cit., hlm. 107 46
Ibid., hlm. 108
140
KURIKULUM 2013 DI MA RAUDHATUL MUHAJIRIN TANGKIT BARU
PROFIL YAYASAN
Yayasan Pondok Pesantren Raudlatul Muhajirin
didirikan berdasarkan Akta Notaris No. 33 Tanggal 22 Juni
1978 oleh Syekh Muhammad Said beserta 4 orang anaknya,
yaitu :
1. H. Andi Tolla (Fuang Fetta Billa),
2. H. Andi Syamsul Bahru ( Fuang Fetta Jaga),
3. H. Drs. Andi Sanisiyu ( Fuang Fetta Dunni) dan
4. H. Andi Pawellangi ( Fuang Fetta Kasau).
Telah diperbaharui dengan akta notaris No. 150 Tahun
2016. Dalam perjalanannya Yayasan Pondok Pesantren
Raudlatul Muhajirin telah mengalami beberapa kali
pergantian kepengurusan dan sekarang dipimpin oleh
1. Baso Patolai, S.Pt, M. Pt sebagai Ketua Umum,
2. Andi Anwar, S.Pd sebagai Ketua I
3. H. Baso Intang, S.E sebagai ketua II
4. Muhammad Said, S.E sebagai sekretatis Umum
5. M.Ishak, S.Ag sebagai sekretaris I
6. Andi Nurhana, Am. Keb sebagai Sekretaris II
7. Nur Asia Jamil sebagai Bendahara Umum
8. Hj. Andi Sarmadlan, S.Ag sebagai Wakil Bendahara
Yayasan
Yayasan Pondok Pesantren Raudlatul Muhajirin
menerapkan pada pendidika Kholafiah dimana santri yang
141
berasal dari luar daerah tinggal diasrama pondok dan santri
yang tinggal di sekitar lokasi pondok wajib mengikuti
kegiatan pondok walaupun tinggal di rumah masing-
masing. Yayasan pondok pesantren raudlatul muhajirin
mengelola pendidikan formal dan pendidikan non formal.
Pendidikan formal terdiri dari madrasah ibtidaiyah, madrasah
tsanawiyah, dan madrasah aliyah. Khusus madrasah aliyah
telah memperoleh akterditasi dengan peringkat B.
Pendidikan nonformal meliputi : madrasah taqmiliyah, taman
pendidikan alquran, pelatihan kaligrafi, sebagai ciri khas
unggulan adalah kursus pelatihan kaligrafi di mana santrinya
sudah berprestasi tingkat nasoinal yaitu juara III. Adapun
pelatih atau guru kaligrafi adalah guru yang berpengalaman
dengan prestasi tingkat nasional di beberapa MTQ di
indonesia. Untuk bidang olahraga pencak silat berprestasi
tingkat kabupaten dan provinsi.
VISI
Membentuk generasi muda islam yang taqwa, akhlak yang
mulia dengan kecakapan hidup yang handal.
MISI
Menyebarkan ajaran islam dengan prinsip Rahmatan Lil
Alamin dengan senantiasa mendoakan keselamatan
alam dan beserta isinya.
142
SARANA DAN PRASARANA
Untuk mewujudkan proses pendidkan yang berkualitas
baik pendidikan formal maupun pendidikan nonformal
tersedia sarana dan prasarana sebagai berikut: gedung
sekolah yang permanen, gedung asrama yang permanen,
ruang UKS, ruang perpustakaan, kantin/ dapur umum santri,
sanggar kaligrafi yang permanen, lapangan futsal, kebun
nenas dan kolam ikan untuk praktek ketrampilan pertanian
dan perikanan.
TENAGA PENGAJAR
Guru dan tenaga kependidkan berasal dari berbagai latar
belakang pendidikan pondok pesantren dan perguruan tinggi
yang berbeda, baik dari sumatra, jawa, dan sulawesi.
POLA PEMBELAJARAN
Pembelajaran di laksanakan dengan perpaduan pola
tradisional dan klasik untuk setiap jenjang pendidikan baik
pendidikan formal maupun pendidikan nonformal.
PROFIL MADRASAH
1. Nama Madrasah : MAs Raudhatul Muhajirin
2. N.S.B : 131215050086
3. Alamat Madrasah : Jln. Syekh Muh. Said II rt
05 Tangkit Baru
4. Kecamatan : Sungai Gelam
5. Kabupaten : Muaro Jambi
143
6. Provinsi : Jambi
7. Kode Pos : 36675
8. Telepon : 081366601067
9. Status Madrasah : Swasta
10. Kegiatan Belajar Mengajar : Pagi
11. Nama Yayasan : Ponpes
Raudhatul Muhajirin
12. Nomor Akte Pendirian : No. 33, 22 Juli 1978
13. Tahun Berdiri Sekolah : 1987
14. Luas Tanah/Bangunan : 2 H
15. Status Tanah/Kepemilikan : Yayasan/Swasta
16. Status Bangunan :Sendiri/Waqaf
17. Status Akreditasi : B
Islam adalah agama yang sempurna karena segala
persoalan yang ada di dunia ini termasuk semua bentuk
perbuatan manusia telah diatur didalamnya. Agama islam
diturunkan oleh Allah SWT untuk dijadikan pedoman hidup
bagi manusia baik yang berkaitan hubungan manusia
dengan allah maupun manusia dengan manusia. Hal ini
karena tugas manusia di dunia ini tidak lain adalah hanya
beribadah kepada Allah SWT.
Fungsi pendidikan agama Islam untuk membentuk
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa serta berakhlak mulia dan mampu menjaga
kedamaian dan kerukunan hubungan inter dan antar umat
beragama, dan ditujukan untuk berkembangnya kemampuan
peserta didik dalam memahami, menghayati, dan
144
mengamalkan nilai-nilai agama yang menyerasikan
penguasaannya dalam ilmu pengetahuan, teknologi dan
seni.
Untuk merespon beragam kebutuhan masyarakat
modern, seluruh elemen dan komponen bangsa harus
menyiapkan generasi masa depan yang tangguh melalui
beragam ikhtiyar komrehensif. Hal ini dilakukan agra seluruh
potensi generasi dapat tumbuh kembang menjadi hamba
Allah yang dengan karakteristik beragam secara baik,
memilik cita rasa religiusitas, mampu memancarakan
kedamaian dalam totalitas kehidupannya. Aktifitas bukan
hanya yang berkaitan dengan aktifitas yang tampak dan
dapat dilihat dengan mata, tetapi juga aktifitas yang tidak
tampak yang terjadi dalam diri seseorang dalam beragam
dimensinya.
Sebagai ajaran yang sempurna dan fungsional,
agama Islam harus diajarkan dan diamalkan dalam
kehidupan nyata, sehingga akan menjamin terciptanya
kehidupan yang damai dan tenteram. Oleh karenanya, untuk
mengoptimalkan layanan pendidkan Islam di Madrasah,
ajaran Islam yang begitu sempurna dan luas perlu di kemas
menjadi beberapa mata pelajaran yang secara linear akan
dipelajari menurut jenjangnya.
145
A. Kurikulum
Secara etimologis, kurikulum berasal dari kata dalam
Bahasa Latin “curir” yang artinya pelari, dan “currere” yang
artinya tempat berlari. Pengertian awal kurikulum adalah
suatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari mulai dari
garis start sampai garisfinish. Dengan demikian, istilah awal
kurikulum diadopsi dari bidang olahraga pada zaman romawi
kuno di Yunani, baru kemudian diadopsi ke dalam dunia
pendidikan. Yang diartikan sebagai rencana dan pengaturan
tentang belajar peserta didik di suatu lembaga
pendidikan.47 Sedangkan dalam bahasa Arab diterjemahkan
dengan kata Manhaj (kurikulum) yang bermakna jalan yang
terang yang dilalui manusia di berbagai bidang
kehidupannya.48
Definisi kurikulum menurut UU Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional tertuang dalam pasal 1
butir 19 sebagai berikut: “Kurikulum adalah seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu”
Secara terminologis, istilah kurikulum yang digunakan
dalam dunia pendidikan mengandung pengertian sebagai
sejumlah pengetahuan atau mata pelajaran yang harus
47
Suparlan. Tanya Jawab Pengembangan Kurikulum & Materi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. hal 34.
48 Abdullah Idi. Pengembangan Kurikulum:Teori dan Praktik. Hal:184
146
ditempuh atau diselesaikan siswa untuk mencapai satu
tujuan pendidikan atau kompetensi yang telah ditetapkan.49
Secara operasional kurikulum dapat didefinisikan sebagai
berikut:
1. Suatu bahan tertulis yang berisi uraian tentang program
pendidikan suatu sekolah yang dilaksanakan dari tahun
ke tahun.
2. Bahan tertulis yang dimaksudkan digunakan oleh guru
dalam melaksanakan pengajaran untuk siswa-siswanya.
3. Suatu usaha untuk menyampaikan asas dan ciri
terpenting dari suatu rencana pendidikan dalam bentuk
sedemikian rupa sehingga dapat dilaksanakan guru di
sekolah.
4. Tujuan-tujuan pengajaran,pengalaman belajar, alat-alat
belajar dan cara-cara penilaian yang direncanakan dan
digunakan dalam pendidikan.
5. Suatu program pendidikan yang direncanakan dan
dilaksanakan untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu.50
B. Pengertian Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 sering disebut juga dengan kurikulum
berbasis karakter. Kurikulum ini merupakan kurikulum baru
yang dikeluarkan oleh Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia. Kurikulum 2013 sendiri
49
Suparlan. Tanya Jawab Pengembangan Kurikulum & Materi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara,hal 37
50 Suparlan. Tanya Jawab Pengembangan Kurikulum & Materi
Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara,hal 37
147
merupakan sebuah kurikulum yang mengutamakan pada
pemahaman, skill, dan pendidikan berkarakter, dimana
siswa dituntut untuk paham atas materi, aktif dalam proses
berdiskusi dan presentasi serta memiliki sopan santun dan
sikpa disiplin yang tinggi. Kurikulum ini secara resmi
menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang
sudah diterapkan sejak 2006 lalu.
Dalam Kurikulum 2013 tersebut, mata pelajaran wajib
diikuti oleh seluruh peserta didik pada satu satuan
pendidikan pada setiap satuan atau pun jenjang pendidikan.
Sementara untuk mata pelajaran pilihan yang diikuti oleh
peserta didik, dipilih sesuai dengan pilihan dari nmereka.
Kedua kelompok mata pelajaran bersangkutan (wajib dan
pilihan) terutamanya dikembangkan dalam struktur kurikulum
pendidikan tingkat menengah yakni SMA dan SMK.
Sementara itu mengingat usia dan perkembangan psikologis
dari peserta didik usia 7 – 15 tahun, maka mata pelajaran
148
pilihan yang ada belum diberikan untuk peserta didik tingkat
SD dan SMP. Beberapa aspek yang terkandung dalam
kurikulum 2013 tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Pengetahuan
Untuk aspek pengetahuan pada kurikulum 2013,
masih serupa dengan aspek di kurikulum yang sebelumnya,
yakni masih pada penekanan pada tingkat pemahaman
siswa dalam hal pelajaran. Nilai dari aspek pengetahuan
bisa diperolehjuga dari Ulangan Harian, Ujian Tengah/Akhir
Semester, dan Ujian Kenaikan Kelas. Pada kurikulum 2013
tersebut, pengetahuan bukanlah aspek utama seperti pada
kurikulum-kurikulum yang dilaksanakan sebelumnya.
b. Keterampilan
Keterampilan merupakan aspek baru yang
dimasukkan dalam kurikulum di Indonesia. Keterampilan
merupakan upaya penekanan pada bidang skill atau
kemampuan. Misalnya adalah kemampuan untuk
mengemukakan opini pendapat, berdiksusi/bermusyawarah,
membuat berkas laporan, serta melakukan presentasi.
Aspek Keterampilansendiri merupakan salah satu aspek
yang cukup penting karena jika hanya dengan pengetahuan,
maka siswa tidak akan dapat menyalurkan pengetahuan
yang dimiliki sehingga hanya menjadi teori semata.
149
c. Sikap
Aspek sikap tersebut merupakan aspek tersulit untuk
dilakukan penilaian. Sikap meliputi perangai sopan santun,
adab dalam belajar, sosial, absensi,dan agama. Kesulitan
penilaian dalam aspek ini banyak disebabkan karena guru
tidak setiap saat mampu mengawasi siswa-siswinya.
Sehingga penilaian yang dilakukan tidak begitu efektif.
Sementara untuk buku Laporan Belajar atau Rapor
pada Kurikulum 2013 tersebut ditulis berdasarkan pada
Interval serta dihapuskannya sistem rangking yang
sebelumnya ada pada kurikulum. Hal ini dilakukan untuk
meredam persaingan antar peserta didik. Upaya penilaian
pada Rapor di kurikulum 2013 tersebut dibagi ke dalam 3
kolom yaitu Pengetahuan, Keterampilan, dan juga Sikap.
Setiap kolom nilai tersebut (Pengetahuan dan Keterampilan)
dibagi lagi menjadi 2 bagian kolom yaitu kolom angka dan
juga kolom huruf, dimana setiap kolom diisi menggunakan
system nilai interval
Kurikulum yang Diterapkan di Madrasah
Adapun kurikulum yang digunakan pada Madrasah
Aliyah swasta Raudhatul Muhajirin adalan kurikulum 2013,
karena sebagai panduan dalam pelaksanaan kurikulum 2013
di Madrasah, Kementrian Agama RI telah menyiapkan model
Silabus Pembelajaran PAI di Madrasah dan menerbitkan
buku pegangan siswa dan buku pedoman guru. Kehadiran
150
buku bagi siswa ataupun guru menjadi kebutuhan pokok
dala menerpkan kurikulum 2013 di madrasah.51
Deskripsi Mata Pelajaran
Mata Pelajaran yang penulis teliti dalam studi kasus ini
adalah mata pelajaran fiqh kelas x. Sebagaiamana kaidah
ushul fiqih mala yatimmu al-wajibu illa bihi fahuwa wajibun (
suatu kewajiban tidak menjadi sempurna tanpa adanya hal
lain yang menjdi pendukungnya, maka hal lain tersebut
menjadi wajib). Atau menurut kaidah ushul fiqh lainnya, yaitu
al-amru bi asy-syai‟i amrun bi wasailihi ( perintah untuk
melakukan sesuatu berarti juga perintah untuk menyediakan
sarananya.Pembahasan yang akan di kembangkan yakni
bab 4 tentang haji dan umroh:
Haji merupakan salah satu ibadah yang istimewa karena
ibadah ini tidak dapat dilaksanakan kapan saja dan
sembarang tempat. Hanya waktu di musim haji dan di
Masjidil haram ibadah ini dilaksanakan. Ibadah haji
merupakan rukun islam yang kelima dan merupakan ibadah
mahdhah. Hukum melakasnakan ibadah haji adalah fardhu
„ain atas mukmin yang telah memenuhi syarat-syarat yang
telah ditentukan. Ibadah haji hanya diwajibkan sekali seumur
hidup, sedangkan sedangkan yang kedua kalianya dan
seterusnya hukumnya sunnah.
51
Wawancara dengan Kepala Sekolah Madrasah Aliyah Raudhatul Muhajirin Ibu Hj. Besse Tendri Abang, Tanggal 4 Maret 2017
151
Ibadah haji adalah ibadah yang dilakukan di tanah suci
mekkah dan merupakan wujud rasa ketaatan kepada Allah
SWT.Adapun tujuan pembelajaran adalah sebagai berikut,
Tujuan Pembelajaran
1. Melalui diskusi siswa dapat menunjukkan contoh kerjasama
dan tolong menolong dalam pelaksanaan ibadah haji dengan
benar.
2. Melalui diskusi siswa dapat menjelaskan ketentuan Islam
tentang haji dan umrah dengan benar.
3. Melalui penelaahan siswa dapat mengidenfikasi Undang-
undang penyelenggaraan haji dan umrah dengan benar.
4. Melalui tanya jawab siswa dapat menunjukkan contoh
penerapan macam-macam manasik haji dengan baik.
5. Melalui pengamatan simulasi siswa dapat mempraktikkan
pelaksanaan manasik haji sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan haji.
6. Melalui diskusi siswa dapatmenjelaskan hikmah
pelaksanaan ibadah haji dengan baik.
Kompetensi Inti (KI)
1. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin,
tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama,
toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan
menujukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas
berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan.
152
2. Memahami, menerpkan, menganalisis pengetahuan
faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin
tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerpkan
pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan.
3. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret
dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari
yang dipelajarinya disekolah secra mandiri, dan mampu
menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.
Kompetensi Dasar
a. menunjukkan sikap kerjasama dan tolong menolong
melalui praktik pelaksanaan haji
b. memiliki sikap patuh terhadap undang-undang
penyelengggaraan haji dan umrah
c. menjelaskan ketentuan Islam tentang haji dan umrah
beseta hikmahnya.
d. Mengidentifikasi undang-undang penyelenggaraan haji
dan umrah
e. Menunjukkan contoh penerapan macam-macam
manasik haji
f. Mempraktikkan pelaksanaan manasik haji sesuai
dengan ketentuan perundang-ungangan tentang haji.52
52
Kementerian Agama Republik Indonesia, Fikih kelas x, hal 52
153
Pengembangan Kurikulum
Adapun pengembangan kurikulum yang dapat penulis
tuangkan ialah bahwa siswa mampu memahami,
menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan khususnya pada bab ini yakni mengenai haju
dan umrah adapun dalam pelakasanaan lebih berkesan yakni
pada saat praktiknya dilaksanakan di asram haji kota Jambi,
agar lebih mengesankan dan seola-olah tengah berada dikota
suci makkah, adapun metode yang digunakan yakni metode
ceramah yang digunakan diawal pembahasan setelah itu
dilanjutka dengan memutarkan video pelaksanaan haji dan
umrah dimana siswa dapat melihat situasi yang ada.
Dengan memahami ajaran islam mengenai haji dan umrah
maka seharusnya kita memiliki sikap sebagai berikut:
1. Membiasakan diri gemar menabung untuk bekal ibadah
2. Mendekatkan diri kepada Allah SWT
3. Saling tolong menolong dan berani berkorban demi
kebenaran
154
Dokumentasi Kegiatan Studi Kasus
155
156
157
158
Referensi:
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam (Edisi
Baru), Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005. Hamdani Ihsan dan Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam,
cetakan III. Bandung: CV.Pustaka Setia, 2007. Kementerian Agama Republik Indonesia, Fikih kelas X. Mangun Budiyanto, Ilmu Pendidikan Islam, Yogyakarta:
Griya Santri, 2010. Maragustam, Mencetak Pembelajar Menjadi Insan
Paripurna (Falafah Pendidikan Islam), Yogyakarta: Nuha Litera, 2010.
Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi
Aksara, 2003. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, cet. Ke-5. Jakarta:
Kalam Mulia, 2006.
Samsul nizar, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan, Historis, Teoritis, dan Praktis,Jakarta: Ciputat Press, 2002.
159
PENDIDIKAN AGAMA ISLA
160
Konsep Teoritis: Materi Ajar
Istilah materi ajar ditemukan dalam Permendiknas Nomor.
41 Tahun 2007 tentang Standar Proses dan Panduan
Pengembangan RPP yang disusun oleh Depdiknas Tahun 2008.
Dalam mengembangkan materi ajar, mesti merujuk dalam aturan
yang ada tersebut. Pada sisi lain, Depdiknas juga telah
menyusun panduan pengembangan materi pembelajaran. Mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) pada sekolah dalam
membuat materi ajar dalam RPP, mesti merujuk ke dalam aturan
tersebut.
Materi Ajar PAI dalam Standar Isi terdiri dari lima aspek, yakni
aspek al-Qur‟an dan hadis, aqidah, akhlak, fiqh, tarekh dan
kebudayaan Islam. Pengembangan lima aspek tersebut
didasarkan atas tiga ranah teori Bloom yakni ranah kognitif,
afektif dan psikomotor. Kelima aspek Materi Ajar PAI dimaksud
mesti dirumuskan secara terukur, sehingga kompetensi yang
akan dicapai oleh peserta didik mencapai sasaran yang
diharapkan.
A. Pengertian Materi Ajar
Materi ajar atau Bahan ajar terdiri dari dua kata yakni materi
dan ajar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001) materi
diartikan dengan benda, bahan, dan segala sesuatu yang
tampak. Sedangkan Ajar diartikan dengan petunjuk yang
diberikan kepada orang supaya diketahui (diturut). Berdasarkan
arti kata tersebut, materi ajar diartikan dengan sesuatu yang
tampak sebagai petunjuk yang diberikan kepada peserta didik
161
berupa materi yang akan diterima oleh peserta didik. Pada sisi
lain, defenisi materi ajar hampir sama dengan defenisi materi
pembelajaran.
Dalam Panduan Pengembangan Materi Pembelajaran
(Depdiknas, 2008) dijelaskan bahwa materi pembelajaran adalah
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai
peserta didik dalam rangka memenuhi standar kompetensi yang
ditetapkan.
Menurut Permendiknas No. 41 Tahun 2007 tentang standar
proses memberikan ketegasan bahwa materi ajar harus memuat
empat hal pokok yaitu:
1. Fakta
Fakta menurut Dewi Salma Prawiradilaga (2008)
didefenisikan sebagai informasi tentang nama orang, tempat,
kejadian, julukan, istilah dan simbol serta mengenai hubungan
antar informasi. Dalam konteks ini, Dewi Salma Prawiradilaga
mengelompokkan fakta menjadi dua, yakni: fakta tentang istilah,
seperti: kata-kata, bilangan, tanda, simbol atau gambar, dan
fakta tentang rincian atau elemen, seperti: kejadian, lokasi,
orang dan tanggal tertentu.
Sedangkan dalam Panduan Pengembangan Materi
Pembelajaran yang diterbitkan oleh Depdiknas (2008) dan Andi
Prastowo (2011) fakta didefenisikan dengan segala hal yang
bewujud kenyataan dan kebenaran, meliputi nama-nama objek,
peristiwa sejarah, lambang, nama tempat, nama orang, nama
bagian atau komponen suatu benda, dan sebagainya. Contoh
dalam mata pelajaran PAI: Peristiwa sekitar masuknya Islam di
Minangkabau melalui Ulakan di Pariaman.
162
2. Konsep
Konsep menurut Dewi Salma Prawiradilaga (2008) memiliki
dua sifat, yakni nyata atau konkret/berwujud dan abstrak.
Konsep nyata mengandung aspek kebendaan dan kasatmata,
sedangkan konsep abstrak mengandung aspek usul, gagasan,
pandangan, atau pendapat seseorang terhadap sesuatu hal.
Sejalan dengan pendapat Dewi Salma Prawidilaga di atas,
dalam Panduan Pengembangan Materi Pembelajaran
(Depdiknas, 2008) dan Andi Prastowo (2011) konsep
didefenisikan dengan segala yang berwujud pengertian-
pengertian baru yang bisa timbul sebagai hasil pemikiran,
meliputi definisi, pengertian, ciri khusus, hakikat, inti/isi. Contoh
dalam mata pelajaran PAI: Shalat adalah gerakan yang dimulai
dari takbir, diakhiri dengan salam.
3. Prinsip
Dewi Salma Prawiradilaga (2008) menjelaskan prinsip
dengan mengutip pendapat Kemp, et.al. dengan Merrill. Menurut
Kemp, et.al prinsip merupakan menjelaskan hubungan antara
dua konsep. Sedangkan menurut Merril, prinsip adalah berupa
penjelasan atau ramalan atas kejadian di dunia ini dan
menyangkut hukum sebab akibat dengan sifat hubungan
korelasi untuk menginterpretasikan kejadian khusus.
Sejalan dengan defenisi tersebut, Depdiknas (2008) dan
Andi Prastowo (2011) mendefenisikan prinsip dengan berupa
hal-hal utama, pokok, dan memiliki posisi terpenting, meliputi
dalil, rumus, adagium, postulat, paradigma, teorema, serta
hubungan antarkonsep yang menggambarkan implikasi sebab
163
akibat. Contoh dalam mata pelajaran PAI adalah dalil beriman
kepada Allah terdapat dalam surat al-Ikhlas ayat 1-4.
4. Prosedur
Prosedur menurut Dewi Salma Prawiradilga (2008) diartikan
dengan isi atau materi tentang pelaksanaan suatu pekerjaan
atau tugas yang berurutan. Dalam Panduan Pengembangan
Materi Pembelajaran (Depdiknas, 2008) dan Andi Prastowo
(2011) prosedur didefenisikan dengan langkah-langkah
sistematis atau berurutan dalam mengerjakan suatu aktivitas
dan kronologi suatu sistem. Contoh dalam mata pelajaran PAI:
Langkah-langkah mempratikkan wudhu‟.
B. Ruang Lingkup Materi Ajar PAI di SD/MI, SMP/MTS dan
SMA/MA.
Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi keserasian,
keselarasan, dan keseimbangan antara hubungan manusia
dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan sesama
manusia, dan ketiga hubungan manusia dengan dirinya sendiri,
serta hubungan manusia dengan makhluk lain dan
lingkungannya. Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam juga
identik dengan aspek-aspek Pengajaran Agama Islam karena
materi yang terkandung didalamnya merupakan perpaduan yang
saling melengkapi satu dengan yang lainnya.
Apabila dilihat dari segi pembahasannya maka ruang lingkup
pendidikan agama Islam yang umum dilaksanakan di sekolah
meliputi beberapa hal sebagai berikut :
164
1. Pengajaran keimanan.
Pengajaran keimanan berarti proses belajar mengajar tentang
aspek kepercayaan, dalam hal ini tentunya kepercayaan
menurut ajaran Islam, inti dari pengajaran ini adalah tentang
rukun Islam.
2. Pengajaran akhlak
Pengajaran akhlak adalah bentuk pengajaran yang mengarah
pada pembentukan jiwa, cara bersikap individu pada
kehidupannya, pengajaran ini berarti proses belajar mengajar
dalam mencapai tujuan supaya yang diajarkan berakhlak baik.
3. Pengajaran ibadah
Pengajaran ibadah adalah pengajaran tentang segala bentuk
ibadah dan tata cara pelaksanaannya, tujuan dari pengajaran ini
agar siswa mampu melaksanakan ibadah dengan baik dan
benar. Mengerti segala bentuk ibadah dan memahami arti dan
tujuan pelaksanaan ibadah.
4. Pengajaran fiqih
Pengajaran fiqih adalah pengajaran yang isinya menyampaikan
materi tentang segala bentuk-bentuk hukum Islam yang
bersumber pada Al-Quran, sunnah, dan dalil-dalil syar‟i yang
lain. Tujuan pengajaran ini adalah agar siswa mengetahui dan
mengerti tentang hukum-hukum Islam dan melaksanakannya
dalam kehidupan sehari-hari.
5. Pengajaran Al-Quran
Pengajaran Al-Quran adalah pengajaran yang bertujuan agar
siswa dapat membaca Al-Quran dan mengerti arti kandungan
yang terdapat di setiap ayat-ayat Al-Quran. Akan tetapi dalam
prakteknya hanya ayat-ayat tertentu yang di masukkan dalam
165
materi Pendidikan Agama Islam yang disesuaikan dengan
tingkat pendidikannya.
6. Pengajaran sejarah Islam
Tujuan pengajaran dari sejarah Islam ini adalah agar siswa
dapat mengetahui tentang pertumbuhan dan perkembangan
agama Islam dari awalnya sampai zaman sekarang sehingga
siswa dapat mengenal dan mencintai agama Islam.
C. Ruang Lingkup Materi Ajar Pendidikan Agama Islam di
SD/MI.
Ruang Lingkup Materi Ajar Pendidikan Agama Islam di SD/MI
adalah nilai etika yang menekankan keserasian, keselarasan,
keseimbangan, kejujuran, tanggung jawab, dan toleran dalam :
a. Hubungan manusia dengan Allah Subhanahu Wa Ta‟ala
(SWT);
b. Hubungan manusia sesama manusia;
c. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri;
d. Hubungan manusia dengan alam sekitar (makhluk selain
manusia) dan lingkungan.
Adapun ruang lingkup bahan pelajaran Pendidikan Agama
Islam di Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah terfokus pada
aspek:
a. Al Qur‟an;
b. Keimanan;
c. Akhlak/Tatakrama;
d. Fiqih (ibadah);
e. Sejarah dan Peradaban Islam.
166
D. Ruang Lingkup Materi Ajar Pendidikan Agama Islam di
SMP/MTS.
Ruang Lingkup Materi Ajar Pendidikan Agama Islam di
SMP/MTS meliputi keserasian dalam keseimbangan antara
keimanan dan akhlaq.
Adapun ruang lingkup bahan pelajaran pendidikan agama
Islam di Sekolah Menengah Pertama terfokus pada aspek :
1. Keimanan
2. Alquran/hadis
3. Akhlak
4. Fiqih/ibadah
5. Tarikh
E. Ruang Lingkup Materi Ajar Pendidikan Agama Islam di
SMA/MA.
Ruang Lingkup Materi Ajar Pendidikan Agama Islam di
SMA/MA meliputi keserasian dalam keseimbangan antara :
a. Hubungan manusia dengan Allah SWT,
b. Hubungan manusia sesama manusia, dan
c. Hubungan manusia dengan alam (makhluk selain manusia)
dan lingkungan.
Adapun ruang lingkup bahan pelajaran pendidikan agama
Islam di Sekolah Menengah Atas terfokus pada aspek :
a. Alquran/hadis,
b. Keimanan,
c. Syariah,
d. Akhlak,
e. Tarikh.
167
Contoh Materi Ajar PAI pada RPP yang meliputi aspek-
aspek di atas :
1. Contoh Materi ajar di SD/MI
Standar Kompetensi: 1. Mengartikan al-Qur‟an surat pendek
pilihan
Kompetensi Dasar : 1.1 Membaca al-Qur‟an Surat al-Lahab
dan al-Kafirun
Indikator :
a. Melafalkan Q.S al-Lahab
b. Membaca Q.S al-Lahab
c. Melafalkan Q.S al-Kafirun
d. Membaca Q.S al-Kafirun
e. Menghafal Q.S al-Lahab
f. Menghafal Q.S al-Kafirun
2. Contoh Materi ajar di MTS/SMP
a. Al-Qur‟an
1) Membaca dan Mengartikan Surat-surat dalam Al-Qur‟an
2) Menetapkan hukum bacaan alif lam syamsiyah dan alif lam
qamariyah
b. Aqidah
1) Beriman kepada Allah
2) Beriman kepada Malaikat
c. Akhlak
1) Berperilaku dengan sifat-sifat terpuji
2) Menghindari sifat-sifat tercela
168
d. Fiqih
1) Melakukan Taharah
2) Melakukan macam-macam Sujud
e. Tarikh
1) Memahami keadaan masyarakat Makkah sebelum dan
sesudah datang Islam
2) Memahami perkembangan Islam pada masa Khulafaur
Rasyidin
3. Contoh Materi ajar di SMA
a. Al-Qur‟an
1) Membaca dan memahami ayat-ayat tentang manusia dan
tugasnya sebagai makhluk serta mampu menerapkannya
dalam perilaku sehari-hari.
2) Membaca dan memahami ayat-ayat tentang prinsip-prinsip
beribadah serta mampu menerapkannya dalam perilaku
sehari-hari.
b. Aqidah
1) Menerapkan prilaku beriman kepada Allah dalam
kehidupan sehari-hari.
2) Menerapkan prilaku beriman kepada Malaikat dalam
kehidupan sehari-hari
c. Akhlak
1) Berperilaku dengan sifat-sifat terpuji dan mampu
menerapkannya dalam perilaku sehari-hari.
2) Menghindari sifat-sifat tercela dan mampu
menerapkannya dalam perilaku sehari-hari
169
d. Fiqih
1) Menjelaskan kedudukan Taharah
2) Menjelaskan macam-macam Sujud
e. Tarikh
1) Menjelaskan keadaan masyarakat Makkah sebelum dan
sesudah datang Islam.
2) Menjelaskan perkembangan Islam pada masa Khulafaur
Rasyidin.
Ruang lingkup materi ajar adalah sebagai berikut:
Petunjuk belajar (petunjuk siswa atau guru), Kompetensi
yang akan dicapai, Informasi pendukung, Latihan-latihan,
Petunjuk kerja, dapat berupa Lembar Kerja (LK) dan
Evaluasi. Materi Ajar PAI dalam Standar Isi terdiri dari lima
aspek, yakni aspek al-Qur‟an dan hadis, aqidah, akhlak, fiqh,
tarekh dan kebudayaan Islam.
Pengembangan lima aspek tersebut didasarkan atas
tiga ranah teori Bloom yakni ranah kognitif, afektif dan
psikomotor. Kelima aspek Materi Ajar PAI dimaksud mesti
dirumuskan secara terukur, sehingga kompetensi yang akan
dicapai oleh peserta didik mencapai sasaran yang
diharapkan. Bahan ajar dalam perumusan PAI yaitu terdiri
dari beberapa mata pelajaran diantaranya yaitu Al-Qur‟an,
Aqidah, Akhlak, Fiqih, dan Tarikh.
Dengan maksud untuk menambah pengalaman yang
secara real mengenai pembahasan diatas yaitu tentang
Materi Ajar. Maka penulis mencoba melakukan studi kasus
(case study) di 3 sekolah yang ada di Kota jambi.
170
Studi Kasus MTs Tarbiyah Islamiyah
Kurikulum adalah suatu seperangkat alat rencana dan
peraturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta
cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu.
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan
penulis dengan salah satu guru di MTS Tarbiyah Islamiyah
yaitu Ibu Winda Suryanti S,kom. Yang merupakan kepala
tata usaha sekaligus guru bidang study fiqih kelas VII, beliu
mengatakan pada umumnya MTS Tarbiyah Islamiyah
menggunakan kurikulum KTSP, namun berbeda dengan
kelas VII yang sudah menggunakan Kurikulum 2013.
Perbedaan itu dimaksudkan untuk uji coba penerapan K13
yang secara bertahap yaitu dimulai dari kelas VII dan beliau
mengatakan bahwa jika tempak hasil yang memuaskan dari
hasil belajar siswa dengan menggunakan K13 maka
nantinya seluruh kelas di MTS Tarbiyah Islamiyah akan
menerapkan kurikulum 2013 (K13).
Bu winda juga menjelaskan tentang kurikulum
sebelumnya yaitu KTSP yang mana kata beliau dalam
penerapan kurikulum KTSP banyak kendala yang dihadapi
oleh sekolah salah satunya ketika ujian, bahan ujian yang
sering mengalami masalah dari soal yang diberikan dari
dinas tidak sama dengan yang di buku paket maupun buku
lks.
171
Dari penjelasan yang di dapat pada hasil wawancara itu
bahwa kurikulum 2013 diberlakukan karena terdapat suatu
kelemahan yang ada pada kurikulum sebelumnya yaitu
materi/isi dalam kurikulum tersebut masih padat, belum
mengembang secara utuh, kompetensi yang dikembangkan
masih didominasi aspek kognitif, belum terealisasi antara
soft skill dan hard skill. Dengan adanya kurikulum 2013 ini
materi ataupun isi dari kurikulumnya yaitu setiap guru
mengembangkan atau merealisasikan antara sikap spiritual,
social, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan
kemampuan intelektual dan psikomotorik yang dimiliki oleh
peserta didik.
1. Kurikulum (Materi fiqih kelas VII)
Pembelajaran fikih ini menggunakan kurikulum 2013,
walaupun belum tersedia buku panduan yang secara khusus
yang di desain dengan kurikulum 2013, namun guru bidang
study ini mempunyai RPP yang telah didesain dalam bentuk
kurikulum 2013.
Pembelajaran fikih di arahkan untuk mengantarkan
peserta didik dapat memahami pokok-pokok hukum Islam
dan tata cara pelaksanaannya untuk diaplikasikan dalam
kehidupan sehingga menjadi muslim yang selalu taat
menjalankan syariat islam secara kaaffah (sempurna)
Pembelajaran fikih di Madrasah Tsanawiyah bertujuan
untuk membekali peserta didik agar dapat :
a. Menegtahui dan memahami pokok-pokok hukum
islam dalam mengatur ketentuan dan tata cara
172
menjalankan hubungan manusia dengan Allah yang
diatur dalam fikih ibadah dan hubungan manusia
dengan sesama yang diatur dalam fikih muamalah.
b. Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum
Islam dengan benar dalam melaksanakan ibadah
kepada Allah dan ibadah sosial. Pengalaman tersebut
diharapkan menumbuhkan ketaatan menjalankan
hukum Islam, disiplin dan tanggung jawab sosial yang
tinggi dalam kehidupan pribadi maupun sosial.
Berdasarkan Peraturan Menteri Agama RI Nomor 2
Tahun 2008 tentang standar kompetensi lulusan pendidikan
agama islam bahwa pada mata pelajaran fikih standar
kelulusannya adalah siswa dituntut untuk dapat memahami
ketentuan hukum Islam yang berkaitan dengan ibadah
mahdah dan muamalah serta dapat mempraktikkan dengan
benar dalam kehidupan sehari-hari.
Pada penelitian case study ini membahas tentang
pengembangan mata pelajaran fikih semester I yang
membahas bab sholat yaitu dengan topik “Nikmatnya Sholat
Indahnya Hidup”.
berdasarkan atas tiga ranah teori Bloom yakni ranah
kognitif, afektif dan psikomotor. Maka hasil dari belajar siswa
Madrasah Tsanawiyah Yayasan Tarbiyah Islamiyah dengan
mengaplikasikan kurikulum 2013 yaitu sebagai berikut :
a. Kognitif
Menurut hasil wawancara dari segi ranah kognitif
semua peserta didik tidak memiliki persamaan, ada
sebagian peserta didik yang benar-benar paham
173
dengan apa yang diajarkan, dan sebagian lagi ada
peserta didik yang sulit untuk memahami apa yang
diajarkan oleh guru, ini terjadi disebabkan beberapa
faktor, peratam mungkin karena daya tangkap yang
memang kurang, dan kemudian faktor lain yaitu
kecilnya minat mereka untuk belajar. Dan ketika
disuruh menyimak pembelajaran dan kemudian
mempraktekkan mereka hanya bermain-main
sehingga mereka tidak mengerti dengan apa yang
dipelajari dan ada pula yang acuh tak acuh ketika jam
pelajaran berlangsung. Sehingga hanya sebagian
saja yang benar-benar paham pada apa yang
diajarkan.
b. Afektif
Dari segi ranah afektif yang dicapai oleh peserta
didik setelah belajar tentang sholat (fardlu & sunnah),
sebagian dari siswa sudah bisa mempraktikkan
sholat, ini terbukti dengan ada saja siswa yang masuk
masjid di pagi hari untuk melaksanakan sholat
sunnah dhuha. Dan bukan hanya itu mereka pun
bergegas kemasjid ketika masuk waktu sholat fardlu
salah satunya yang terlihat di sekolah yaitu sholat
zuhur berjamaah. Dan dilihat dari keseharian mereka
disekolah tidak melawan kepada guru, mereka
ramah-ramah kepada sesama dan tamu serta tampak
bahwa mereka menghormati orang yang lebih tua.
174
Namun demikian, ada juga sebagian kecil dari
mereka peserta didik yang belum memiliki sikap
seperti yang penulis uraikan diatas, ini mungkin
didasari banyak faktor salah satunya seperti yang
penulis paparkan sebelumnya diatas yaitu mereka
tidak serius dalam belajar dan faktor lain yang
berpengaruh besar khususnya dari segi afektif yaitu
lingkungan mereka diluar jam sekolah yang sangat
mempengaruhi ranah afektif mereka sebagai peserta
didik.
c. Psikomotorik
Dari segi ranah psikomotorik yang dicapai peserta
didik sebagian besar hasil belajar sholat mereka
lumayan memuaskan, terbukti dengan mereka telah
hafal semua rukun-rukun sholat, namun bukan hanya
itu sebagian mereka telah menghafal beberapa surah
dalam Al-Qur‟an yang fungsinya untuk mereka
bacakan dalam sholat khususnya sholat fardlu.
“Bahkan ada sebagian dari mereka yang telah hafal
beberapa juz dalam Al-Qur‟an” tutur Bu winda
Suryanti ketika diwawancarai penulis. namun, juga
ada sebagian kecil dari mereka yang belum bisa
menegembangkan kemampuan mereka, hal ini juga
dikarenakan beberapa faktor yang mempengaruhi
salah satunya kecilnya minat mereka dalam belajar
sehingga membuat mereka tidak ingin tahu.
175
2. Pengembangan Kurikulum
a. Kompetensi Inti
1) Menghargaidanmenghayati agama yang di
anutnya
2) Menghargai dan menghayati perilaku jujur,
disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong-
royong), santun, percaya diri dalam ber interaksi
secara efektif, dengan lingkungan sosial dan alam
dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
3) Memahami dan menerapkan pengetahuan
(faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan
rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni budaya terkait fenomena dan
kejadian tampak mata.
4) Mengolah, menyaji dan menalar dalam ranah
konkret (menggunakan, mengurai, merangkaai,
memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak
(menulis, membaca, menghitung, menggambar
dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di
sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut
pandang atau teori.
b. Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar yang harus dicapai siswa yaitu :
1) Menghayati kewajiban sholat lima waktu
2) Menghayati hikmah sholat lima waktu
3) Memahami rukun-rukun sholat lima waktu
4) Memahami waktu-waktu sholat lima waktu
176
5) Mempraktikkan sholat lima waktu
6) Memahami sholat dhuha
7) Memahami hikmah sholat dhuha
8) Mempraktikkan sholat dhuha
c. Indikator Penilaian
Dari hasil wawancara dengan Bu Winda Suryanti
S.kom, yang merupakan kepala tata usaha sekaligus
guru mata pelajaran fikih kelas VII. indikator penilaian
yang digunakan di madrasah tsanawiyah tarbiyah
islamiah adalah dilakukan dengan ujian, baik secara
lisan maupun tulisan. Namun pada mata pelajaran
tentang fikih, indikator penilaian yang sebenarnya
terdapat pada praktik dalam kehidupan sehari-hari
peserta didik.
d. Pokok Pembahasan
Pokok pembahasan pada bab ini yaitu tentang
sholat fardlu dan sholat sunnah dhuha. Sholat fardlu
ada 5 waktu yaitu subuh, zuhur, ashar, dan magrib
dan „isya. Adapun hukum melaksanakan sholat 5
waktu ini adalah fardlu „ain. Yaitu wajib bagi setiap
muslim laki-laki dan muslim perempuan yang telah
akil baligh. Wajib adalah jika dikerjakan mendapat
pahala dan apabila ditinggalkan dengan sengaja
tanpa uzur/halangan maka pasti akan berdosa. Sholat
adalah tiangnya agama. Sholat 5 waktu sehari
semalam dikerjakan dengan waktu yang telah
177
ditentukan dan rakaat yang telah ditentukan pada tiap
masing-masing waktu. Seperti sholat subuh 2 rakaat,
zuhur 4 rakaat, ashar 4 rakaat, magrib 3 rakaat dan
„isya 4 rakaat. Setiap masing-masing waktu sholat
memiliki keutamaan-keutamaan yang banyak
dijelaskan dalam kitab-kitab karangan para ulama
salaf. Jadi berbahagialah kita sebagai umat islam
yang dengan sholat hidup jadi teratur juga indah dan
dengan sholat sebagai pembeda anatara seorang
Islam dan yang bukan Islam.
Sholat sunnah adalah sholat yang apabila
dikerjakan mendapat pahala dan jika ditinggalkan
tidaklah berdosa, namun sholat sunnah ini
mempunyai banyak keutamaan-keutamaan salah
satunya sholat dhuha sebagai pelancar segala urusan
dan rezeki. Jadi sholat sunnah duha sangat di
anjurkan setelah sholat malam yaitu sholat sunnah
tahjjud dan witir.
Dari kesimpulan materi pokok tersebut penulis
dapat mengembangkan bahwa dalam kurikulum
pendidikan agama ini khususnya mata pelajaran fikih
pembelajarannya harus memperbanyak penghayatan,
praktek dan memotivasi. sehingga mengarahkan
peserta didik memahami pokok-pokok hukum islam
dan tata cara pelaksanaannya serta untuk di
aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, pengalaman
tersebut diharapkan dapat menumbuhkan ketaatan
178
kepada allah, disiplin dan tanggung jawab dalam
kehidupan pribadi maupun sosial.
e. Evaluasi
Berdasarkan hasil wawancara yang penulis
lakukan pada Madrasah Tsanawiyah Islamiyah ini,
evaluasi yang dilakukan oleh guru bidang study yaitu
menggunakan berbagai macam evaluasi yaitu :
1) Evaluasi pre-test dan post test
Kegiatan pre test dilakukan guru fikih pada
setiap akan memulai materi baru namun tidak
secara rutin, evaluasi ini biasanya dilakukan guru
fikih tersebut hanya untuk materi-materi yang
dikira mudah dan telah dikuasai para siswa
sebelumnya. Tujuan dari evaluasi jenis ini yaitu
hanya untuk mengidentifikasi pengetahuan siswa
mengenai materi yang akan diajarkan.
Sedangkan post test adalah kebalikan dari pre
test. Yaitu evaluasi ini dilakukan oleh guru disetiap
akhir dari penyajian materi. Tujuannya untuk
mengetahui apakah siswa telah menguasai materi
yang telah diajarkan ataukah belum.
2) Evaluasi diagnostik
Evaluasi ini dilakukan setelah selesai penyajian
sebuah satuan pelajaran dengan maksud untuk
mengidentifikasi bagian-bagian tertentu atau
materi-materi tertentu yang belum secara
sepenuhnya dikuasai siswa. Dan evaluasi ini
179
biasanya dititikberatkan pada bahasan tertentu
yang di kira membuat siswa kebingungan dan
mengalami kesulitan. Khususnya dalam
mempraktekkan ilmu fikih yang telah di ajarkan.
Contoh pada bab sholat, jika ada sebagian siswa
yang belum bisa membedakan antara rukun dan
sunnah-sunnah sholat maka evaluasi ini
dibutuhkan.
3) Evaluasi sumatif
Evaluasi ini dilakukan pada akhir semester atau
akhir tahun ajaran berupa ujian tertulis. Dan
tentunya hasil dari evaluasi jenis ini, dijadikan
laporan resmi atau yang biasa dikenal dengan
buku laporan hasil prestasi akademik siswa.
4) Selanjutnya evaluasi berupa pengamatan guru
fikih dalam melihat kepribadian dan tingkah laku
siswa sehari-hari.
180
Daftar Referensi:
Djaramah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta. 2010
Harjanto. Perencanaan Pembelajran. Jakarta: Rineka
Cipta. 2005 Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT.
Remaja Rosda Karya Offset. 2009 Sadiman, Arief Sukadi dkk. Beberapa Aspek
Pengembangan Sumber Belajar. Jakarta: Mediyatama Sarana Perkasa. 1988
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem
Pembelajaran. Jakarta: Kencana. 2009 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar.
Bandung: Sinar Baru Algensindo. 2009 Andi Prastowo. Panduan kreatif membuat bahan ajar
inovatif. Yogjakarta: DivaPress. 2011. Abdul Rachman Shaleh. Pendidikan Agama dan
Pembangunan Watak Bangsa. Rajawali Pers. Jakarta. 2005.
181
Pendidikan Agama Islam
182
A. Sejarah SD 185/IX Ladang Panjang
SDN 185/IX Desa Ladang Panjang merupakan salah satu
lembaga pendidikan formal yang pertama kali didirikan oleh
almarhum bapak asrin, dan atas dukungan dari masyarakat
dan melihat banyaknya minat masyarakat desa Ladang
Panjang yang begitu tinggi untuk menyekolahkan anak-
anaknya ke jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD) dan juga
belum adanya lembaga pendidikan SD di daerah lingkungan
tersebut sehingga didirikanlah suatu lembaga pendidikan
sekolah dasar (SD) pada tahun 1990/1991.
Hingga saat ini SD ini masih berdiri dan dikepalai oleh ibu
Nurdanelly kurang lebih 13 tahun lama nya setelah masa
kepemimpinan bapak Isman pada masa itu.Dan terus
berkembang dengan sangat baik sampai saat ini.
SDN 185 ini memiliki bangunan yang cukup baik dengan
memiliki sarana dan prasarana yang cukup signifikan dengan
sekolah-sekolah lain pada umumnya, sekolah ini memiliki luas
tanah 1.000 M2 yang di wakafkan oleh bapak H.hasan basri
pada masa itu yang kemudian dijadikanlah suatu lembaga
pendidikan SD yang masih berdiri pada msaat ini.SD 185/IX
Ladang Panjang ini memiliki bangunan yang sudah cukup
banyak dan sudah memliki bangunan yang permanen semua
nya.Dengan didirikannya SD ini diharapkan dapat menjadi
rujukan bagi orang tua untuk memasukkan anak-anaknya ke
SD 185/IX ini guna untuk mendapatkan pengetahuan
pendidikan secara formal sekaligus dapat megaplikasikannya
ke dalam kehidupan individu dan sosial.
183
Selanjutnya yang menjadi tujuan didirikanya lembaga
pendidikan SD 185/IX Desa Ladang Panjang ini yaitu untuk
membekali siswa dengan pengetahuan baik itu pengetahuan
agama ataupun pengetahuan umum, serta mampu
mengaplikasikannya kedalam kehidupan sehari-hari.Dalam
lembaga pendidikan formal tentu mengacu pada tujuan
pendidikan nasional untuk megembangkan peserta didikya
secara optimal dan mengubah perilaku peserta didik dari hal-
hal yang negative menjadi positif.
Dalam perkembangannya lembaga pendidikan SDN 185/IX
cukup mengalami kemajuan yang cukup baik dari bulan ke
bulan dari tahun ke tahun baik dari segi siswa maupun guru
dalam meningkatkan proses pembelajaran dan diharapkan
dapat mengejar kemajuan-kemajuan yang telah dicapai oleh
lembaga pendidikan yang lain. Adapun yang menjadi VISI dan
MISI SDN 185/IX Desa Ladang Panjang adalah sebagai
berikut:
VISI
Terwujudnya Siswa-Siswi Yang Berakhlak Mulia dan
Berprestasi.
MISI
a. Melaksanakan pembinaan keamanan
b. Melaksanakan pembinaan budi perkerti
c. Melaksanakan pembinaan profesionalisme tenaga pendidik
secara berkesinambungan
d. Melaksakan inovasi belajar
e. Melaksanakan manajemen partisipasi
184
f. Menggalang peran masyarakat
g. Mengembangkan lingkungan sekolah yang kondusif
B. Deskripsi Kurikulum Yang Digunakan:
Berdasarkan keterangan dari ibu TINARSIH S.Pd.I
mengatakan bahwa Kurikulum yang digunakan di SDN 185/IX
Desa Ladang Panjang ini masih menggunakan kurikulum
KTSP, karna menurut ibu TINARSIH S.Pd.I selaku guru Agama
di SDN 185/IX tersebut mengatakan bahwasannya di daerah
Ladang Panjang tersebut belum serentak menggunakan
kurikulum K-13, karena kurikulum K-13 tersebut baru
digunakan di Rayon 1.
Selain itu menurutnya KTSP adalah sebuah kurikulum
yang dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi
sekolah atau daerah, karakteristik sekolah, sosial budaya
masyarakat setempat dan karakteristik peserta didik.
kurikulum KTSP merupakan strategi pengembangan
kurikulum untuk mewujudkan sekolah yang efektif, produktif,
dan berprastasi. dalam hal ini sekolah di tuntut untuk mampu
menerapkannya sesuai dengan potensi tuntutan, dan
kebutuhan masing-masing. dalam mengelola proses
pembelajaran maka peran guru sangat dibutuhkan dalam
KTSP ini. guru harus professional serta kreatif dan inovatif
dalam melaksanakan tugasnya sebagai seorang pendidik.
185
C. Penilaian kurikulum
Buku panduan yang digunakan dalam pembelajaran
materi PAI adalah buku Akidah Akhlak , kelas III A semester
Genap.
a. Kognitif
Aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir
yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih
sederhana, yaitu seperti mengingat, sampai pada
kemampuan memecahkan masalah yang menuntut
siswa untuk menghubungkan dan menggabungkan
beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur yang
dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut.
Menurut ibu Tinarsih S.Pd,I mengenai pembelajaran
perilaku terpuji di dalam ilmu pengetahuan siswa sudah
banyak yang mengerti tentang membiasakan prilaku
terpuji itu yang bagaiman. Dan juga sudah ada banyak
dapat yang membiasakan perilaku terpuji baik itu untuk
dirinya sendiri maupun dengan orang lain.
b. Afektif
Aspek Afektif yaitu ranah yang berkaitan dengan
sikap dan nilai. ranah afektif mencakup watak prilaku
seperti persaan, minat, sikap, emosi dan nilai. Ciri-ciri
yaitu menerima atau memperlihatkan, adanya tanggapan
dari siswa dan adanya karakterisasi dengan suatu nilai
komplek nilai.
Menurut ibu Tinarsih S.Pd.I, afektif siswa yang
didapatkan setelah mempelajari membiasakan prilaku
186
terpuji. Dalam prilaku siswa ada yang sudah
mencerminkan membiasakan prilaku terpuji. Dan ada
juga siswa yang belum mencerminkan sikap yang kurng
baik.
c. Psikomotorik
Aspek psikomotorik ranah yang berkaitan dengan
keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah
seseorang menerima pengalaman belajar tertentu.
Menurut ibu Tinarsih S.Pd,I, di dalam hal
keterampilan siswa sudah banyak mengerti, dan juga
sudah dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Siswa
juga sudah ada yang terampil dan yang memcerminkan
membiasakan berprilaku terpuji tersebut baik dengan diri
sendiri ataupun lingkungan sekitarnya.
D. Pengembangan kurikulum
Buku panduan yang digunakan dalam pengembangan
kurikulum pembelajaran materi PAI adalah buku Agama
Islam kelas III A semester Genap.
1. Standar Kompetensi
setelah mempelajari materi membiasakan perilaku
terpuji terhadap diri sendiri ataupun terhadap orang lain
siswa diharapkan dapat menerapkan perilaku terpuji
terhadap diri sendiri dalam kehidupan sehari-hari, baik
dalam kehidupan individu maupun sosial. hal ini dapat
dilakukan dengan prosedur sbagai berikut :
Bab VII. Membiasakan prilaku terpuji
187
a. Peserta didik didorong untuk menyatakan kebutuhan
belajar berupa kompetensi tertentu yang ingin mereka
miliki dan diperoleh melaluikegiatan pembelajran.
b. Peserta didik didorong untuk menggali dan
menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar
untuk memenuhi kebutuhan belajar.
c. Peserta didik dibantu untuk mengenal dan
menyatakan kemungkinan adanya hambatan dalam
upaya memenuhi kebutuhan belajarnya, baik yang
datang dri dalam maupun dari luar.
2. Kompetensi Dasar
5) menjelaskan pengertian membiasakan prilaku terpuji
6) Menampilkan prilaku setia kawan
7) Menyebutkan contoh-contoh setia kawan
8) menunjukkan nilai-nilai positif dan berilmu, keja keras,
kreatif, dan produktif dalam kehidupan sehari-hari.
3. Indikator Penilaian
Dari hasil Wawancara dengan Ibu TINARSIH S.Pd.I,
indikator penilaian yang digunakan di SDN 185/IX Desa
Ladang Panjang adalah dilakukan dengan cara :
a. Tes tertulis
Esay / pilihan ganda /jawaban singkat
b. Tes tidak tertulis
Tanya jawa
E. Pokok Pembahasan Makalah
Materi ajar atau Bahan ajar terdiri dari dua kata yakni
materi dan ajar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
188
(2001) materi diartikan dengan benda,bahan,dan segala
sesuatu yang tampak. Sedangkan Ajar diartikan dengan
petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui
(diturut). Berdasarkan arti kata tersebut, materi ajar diartikan
dengan sesuatu yang tampak sebagai petunjuk yang
diberikan kepada peserta didik berupa materi yang akan
diterima oleh peserta didik. Pada sisi lain, defenisi materi
ajar hampir sama dengan defenisi materi pembelajaran.
Dalam Panduan Pengembangan Materi
Pembelajaran (Depdiknas, 2008) dijelaskan bahwa materi
pembelajaran adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap
yang harus dikuasai peserta didik dalam rangka memenuhi
standar kompetensi yang ditetapkan. Menurut Permendiknas
No. 41 Tahun 2007 tentang standar proses memberikan
ketegasan bahwa materi ajar harus memuat empat hal
pokok yaitu:
1. Fakta
Fakta menurut Dewi Salma Prawiradilaga (2008)
didefenisikan sebagai informasi tentang nama orang,
tempat, kejadian, julukan, istilah dan simbol serta mengenai
hubungan antar informasi. Dalam konteks ini, Dewi Salma
Prawiradilaga mengelompokkan fakta menjadi dua, yakni:
fakta tentang istilah, seperti: kata-kata, bilangan, tanda,
simbol atau gambar, dan fakta tentang rincian atau elemen,
seperti: kejadian, lokasi, orang dan tanggal tertentu.
Sedangkan dalam Panduan Pengembangan Materi
Pembelajaran yang diterbitkan oleh Depdiknas (2008) dan
Andi Prastowo (2011) fakta didefenisikan dengan segala hal
189
yang bewujud kenyataan dan kebenaran, meliputi nama-
nama objek, peristiwa sejarah, lambang, nama tempat,
nama orang, nama bagian atau komponen suatu benda, dan
sebagainya. Contoh dalam mata pelajaran PAI: Peristiwa
sekitar masuknya Islam di Minangkabau melalui Ulakan di
Pariaman.
2. Konsep
Konsep menurut Dewi Salma Prawiradilaga (2008)
memiliki dua sifat, yakni nyata atau konkret/berwujud dan
abstrak.Konsep nyata mengandung aspek kebendaan dan
kasatmata, sedangkan konsep abstrak mengandung aspek
usul, gagasan, pandangan, atau pendapat seseorang
terhadap sesuatu hal. Sejalan dengan pendapat Dewi Salma
Prawidilaga di atas, dalam Panduan Pengembangan Materi
Pembelajaran (Depdiknas, 2008) dan Andi Prastowo (2011)
konsep didefenisikan dengan segala yang berwujud
pengertian-pengertian baru yang bisa timbul sebagai hasil
pemikiran, meliputi definisi, pengertian, ciri khusus, hakikat,
inti/isi. Contoh dalam mata pelajaran PAI: Shalat adalah
gerakan yang dimulai dari takbir, diakhiri dengan salam.
3. Prinsip
Dewi Salma Prawiradilaga (2008) menjelaskan prinsip
dengan mengutip pendapat Kemp, et.al.dengan Merrill.
Menurut Kemp, et.al prinsip merupakan menjelaskan
hubungan antara dua konsep. Sedangkan menurut Merril,
prinsip adalah berupa penjelasan atau ramalan atas kejadian
di dunia ini dan menyangkut hukum sebab akibat dengan
sifat hubungan korelasi untuk menginterpretasikan kejadian
190
khusus. Sejalan dengan defenisi tersebut, Depdiknas (2008)
dan Andi Prastowo (2011) mendefenisikan prinsip dengan
berupa hal-hal utama, pokok, dan memiliki posisi terpenting,
meliputi dalil, rumus, adagium, postulat, paradigma,
teorema, serta hubungan antar konsep yang
menggambarkan implikasi sebab akibat. Contoh dalam mata
pelajaran PAI adalah dalil beriman kepada Allah terdapat
dalam surat Al-Ikhlas ayat 1-4.
4. Prosedur
Prosedur menurut Dewi Salma Prawiradilga (2008)
diartikan dengan isi atau materi tentang pelaksanaan suatu
pekerjaan atau tugas yang berurutan.Dalam Panduan
Pengembangan Materi Pembelajaran (Depdiknas, 2008) dan
Andi Prastowo (2011) prosedur didefenisikan dengan
langkah-langkah sistematis atau berurutan dalam
mengerjakan suatu aktivitas dan kronologi suatu sistem.
Contoh dalam mata pelajaran PAI: Langkah-langkah
mempratikkan wudhu‟.
F. Ruang Lingkup Materi Ajar PAI di SD/MI, SMP/MTS dan
SMA/MA.
Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi
keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara
hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia
dengan sesama manusia, dan ketiga hubungan manusia
dengan dirinya sendiri, serta hubungan manusia dengan
makhluk lain dan lingkungannya.
191
Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam juga identik
dengan aspek-aspek Pengajaran Agama Islam karena
materi yang terkandung didalamnya merupakan perpaduan
yang saling melengkapi satu dengan yang lainnya. Apabila
dilihat dari segi pembahasannya maka ruang lingkup
Pendidikan Agama Islam yang umum dilaksanakan di
sekolah meliputi beberapa hal sebagai berikut :
a. Pengajaran keimanan.
Pengajaran keimanan berarti proses belajar mengajar
tentang aspek kepercayaan, dalam hal ini tentunya
kepercayaan menurut ajaran Islam, inti dari pengajaran ini
adalah tentang rukun Islam.
b. Pengajaran akhlak
Pengajaran akhlak adalah bentuk pengajaran yang
mengarah pada pembentukan jiwa, cara bersikap individu
pada kehidupannya, pengajaran ini berarti proses belajar
mengajar dalam mencapai tujuan supaya yang diajarkan
berakhlak baik.
c. Pengajaran ibadah
Pengajaran ibadah adalah pengajaran tentang segala
bentuk ibadah dan tata cara pelaksanaannya, tujuan dari
pengajaran ini agar siswa mampu melaksanakan ibadah
dengan baik dan benar. Mengerti segala bentuk ibadah dan
memahami arti dan tujuan pelaksanaan ibadah.
d. Pengajaran fiqih
Pengajaran fiqih adalah pengajaran yang isinya
menyampaikan materi tentang segala bentuk-bentuk hukum
Islam yang bersumber pada Al-Quran, sunnah, dan dalil-dalil
192
syar‟i yang lain. Tujuan pengajaran ini adalah agar siswa
mengetahui dan mengerti tentang hukum-hukum Islam dan
melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari.
e. Pengajaran Al-Quran
Pengajaran Al-Quran adalah pengajaran yang bertujuan
agar siswa dapat membaca Al-Quran dan mengerti arti
kandungan yang terdapat di setiap ayat-ayat Al-Quran.Akan
tetapi dalam prakteknya hanya ayat-ayat tertentu yang di
masukkan dalam materi Pendidikan Agama Islam yang
disesuaikan dengan tingkat pendidikannya.
f. Pengajaran sejarah Islam
Tujuan pengajaran dari sejarah Islam ini adalah agar
siswa dapat mengetahui tentang pertumbuhan dan
perkembangan agama Islam dari awalnya sampai zaman
sekarang sehingga siswa dapat mengenal dan mencintai
agama Islam.
G. Ruang Lingkup Materi Ajar Pendidikan Agama Islam di
SD/MI.
Ruang Lingkup Materi Ajar Pendidikan Agama Islam di
SD/MI adalah nilai etika yang menekankan keserasian,
keselarasan, keseimbangan, kejujuran, tanggung jawab, dan
toleran dalam :
1. Hubungan manusia dengan Allah Subhanahu Wa Ta‟ala
(SWT);
2. Hubungan manusia sesama manusia;
3. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri;
193
4. hubungan manusia dengan alam sekitar (makhluk selain
manusia) dan lingkungan.
Adapun ruang lingkup bahan pelajaran Pendidikan
Agama Islam di Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah terfokus
pada aspek:
1. Al Qur‟an;
2. Keimanan;
3. Akhlak/Tatakrama;
4. Fiqih (ibadah);
5. Sejarah dan Peradaban Islam.
H. Ruang Lingkup Materi Ajar Pendidikan Agama Islam di
SMP/MTS.
Ruang Lingkup Materi Ajar Pendidikan Agama Islam di
SMP/MTS meliputi keserasian dalam keseimbangan antara:
Adapun ruang lingkup bahan pelajaran pendidikan agama
Islam di Sekolah Menengah Pertama terfokus pada aspek :
1. Keimanan
2. Alquran/hadis
3. Akhlak
4. Fiqih/ibadah
5. Tarikh
194
I. Ruang Lingkup Materi Ajar Pendidikan Agama Islam di
SMA/MA.
Ruang Lingkup Materi Ajar Pendidikan Agama Islam di
SMA/MA meliputi keserasian dalam keseimbangan antara :
a. Hubungan manusia dengan Allah SWT,
b. Hubungan manusia sesama manusia, dan
c. Hubungan manusia dengan alam (makhluk selain manusia)
dan lingkungan.
Adapun ruang lingkup bahan pelajaran pendidikan
agama Islam di Sekolah Menengah Atas terfokus pada
aspek :
a. Alquran/hadis
b. Keimanan
c. Syariah
d. Akhlak
e. Tarikh
Contoh Materi Ajar PAI pada RPP yang meliputi aspek-aspek
diatas: Contoh Materi Ajar di SD/MI
Standar Kompetensi : 1. Mengartikan al-Qur‟an surat pendek
pilihan
Kompetensi Dasar : 1.1 Membaca al-Qur‟an Surat al-Lahab
dan al-Kafirun
Indikator :
a. Melafalkan Q.S al-Lahab
b. Membaca Q.S al-Lahab
c. Melafalkan Q.S al-Kafirun
d. Membaca Q.S al-Kafirun
195
e. Menghafal Q.S al-Lahab
f. Menghafal Q.S al-Kafirun
Contoh Materi Ajar di MTS/SMP
1. Al-Qur‟an
a. Membaca dan Mengartikan Surat-surat dalam Al-
Qur‟an
b. Menetapkan hukum bacaan alif lam syamsiyah dan alif
lam qamariyah
2. Aqidah
a. Beriman kepada Allah
b. Beriman kepada Malaikat
3. Akhlak
a. Berperilaku dengan sifat-sifat terpuji
b. Menghindari sifat-sifat tercela
4. Fiqih
a. Melakukan Taharah
b. Melakukan macam-macam Sujud
5. Tarikh
a. Memahami keadaan masyarakat Makkah sebelum dan
sesudah datang Islam
b. Memahami perkembangan Islam pada masa Khulafaur
Rasyidin
196
Contoh Materi Ajar di SMA
1. Al-Qur‟an
a. Membaca dan memahami ayat-ayat tentang manusia
dan tugasnya sebagai makhluk serta mampu
menerapkannya dalam perilaku sehari-hari.
b. Membaca dan memahami ayat-ayat tentang prinsip-
prinsip beribadah serta mampu menerapkannya dalam
perilaku sehari-hari.
2. Aqidah
a. Menerapkan prilaku beriman kepada Allah dalam
kehidupan sehari-hari.
b. Menerapkan prilaku beriman kepada Malaikat dalam
kehidupan sehari-hari
3. Akhlak
a. Berperilaku dengan sifat-sifat terpuji dan mampu
menerapkannya dalam perilaku sehari-hari.
b. Menghindari sifat-sifat tercela dan mampu
menerapkannya dalam perilaku sehari-hari
4. Fiqih
a. Menjelaskan kedudukan Taharah
b. Menjelaskan macam-macam Sujud
5. Tarikh
a. Menjelaskan keadaan masyarakat Makkah sebelum dan
sesudah datang Islam.
b. Menjelaskan perkembangan Islam pada masa Khulafaur
Rasyidin
197
Pokok Pembahasan Materi Ajar Pai
1. Pengertian Perilaku Terpuji
a. Perilaku terpuji adalah segala sikap, ucapan dan perbuatan
yang baik sesuai ajaran Islam. manusia menilai baik, namun
apabila tidak sesuai dengan ajaran Islam, maka hal itu tetap
tidak baik. Sebaliknya, walaupun manusia menilai kurang baik,
apabila Islammeyatakan baik, maka hal itu tetap baik.
b. Kita sebagai umatnya tentunya ingin dapat mengikuti apa yang
terjadi tuntutan rasulullah dalam kehidupan sehari-hari sebagai
suritauladan manusia.
c. Orang yang baik akhlaknya tentunya didalam pergaulan
sehari-hari akan senantiasa dicintai oleh sesama, dan
tentunya mereka kelak dihari kiamat akan masuk surga
bersama dengan nabi saw. Sebagaimana beliau bersabda
dalam hadisnya yang artinya sebagai berikut:
d. “Sesungguhnya (orang) yang paling aku cintai diantara kalian
dan orang yang paling dekat tempatnya dariku pada hari
kiamat adalah oarang yang paling baik budi pekertinya
diantara kalian”.
e. Harta yang banyak, pangkat yang tinggi atau dimilikinya
beberapa gelar kesarjanaan tak mampu mengangkat derajat
manusia tanpa dimilikinya akhlak terpuji.
f. Islam hadir dimuka bumi sebenarnya sangat mengedepankan
akhlak terpuji, karena Rasulullah saw. sendiri diutus untuk
menyempurnakan akhlak.
g. Alangkah indahnya ajaran Islam yang memerintahkan untuk
berakhlakul karimah. Jika hidup kita dihiasi dengan ahklak
198
terpuji tentunya akan dicintai oleh Allah awt dan
masyarakatnya akan menjadi baik, temteram dan damai.
h. Sebagian manusia, berbicara tentang akhlak terpuji dalam era
globalisassi seperti ini dinilai kuno dan kurang maju. Anggapan
ini muncul karena sedah terpengaruh budaya barat yang dinilai
maju dan modern. Akhlak terpuji amat penting dalam
kehidupan manusia, termasuk dalam pergaulan remaja.
Akhmad Syauki Bey (seorang penyair) mangatakan sebagai
berikut:
i. Sesungguhnya suatu umat akan tetap memiliki nama harum
selama uamat tersebut memiliki akhlak yang terpuji. Manakala
akhlak terpuji telah lenyap, lenyap pulalah nama harum umat
tersebut.
2. Membiasakan Perilaku Terpuji
Di dalam kehidupan sehari - hari, kita pasti membutuhkan
orang lain. Tidak mungkin manusia dapat hidup sendirian,
karena manusia adalah makhluk sosial. dalam bermain saja kita
membutuhkan teman, baik di rumah, di sekolah, maupun di
mana saja. coba kalian bayangkan bagaimana rasanya tidak
punya teman, pasti hidup kita merasa tidak nyaman karena kita
tidak mempunyai teman bermain.
Agar tercipta suatu pergaulan yang erat, maka kita harus
tetap menjaga diri jangan sampai teman merasa tersinggung
oleh sikap dan perbuatan kita, tetapi sebaliknya kita harus
berusaha selalu akrab dan rukun. Di dalam pergaulan pun kita
tidak boleh membeda-bedakan teman. sebab semua teman
199
adalah saudara kita, baik kaya atau miskin, baik pintar atau
miskin, baik hitam atau putih. semuanya adalah teman kita.
Ini sesuai dengan sabda Rasulullah shalallahu alaihi
wassalam, yaitu: "Seorang muslim adalah saudara muslim,
janganlah menganiaya, menghina, dan meremehkannya" ( H.R
Tirmizi )
Selain sabda rasulullah, Allah subhanahu wa ta'ala juga
menerangkan dalam surat Al - Hujurat yaitu :
Artinya : "Sesungguhnya orang mukmin itu bersaudara, maka
berbuat baiklah antara saudara saudara dan takutlah kamu
kepada Allah agar kamu dirahmati." (Q.S Al Hujurat [49]: 10)
Adapun peraturan yang harus dipatuhi dalam pergaulan
dengan teman yaitu:
1. Berlaku jujur dan saling menghormati sesama teman
2. Jangan menyakiti dan menghina teman
3. Jika mempunyai makanan jangan lupa teman diberi
4. Jika teman mendapat kesenangan atau prestasi kita
ucapkan selamat.
5. Jika teman mendapat kesulitan atau kesusahan kita harus
segera menolong atau membantu, saling menasihati,
mengingatkan, dan meminta maaf jika ada kesalahan
6. Jika terjadi perselisihan segera diselesaikan melalui
musyawarah dengan sebaik baiknya.
200
Pengembangan kurikulum perlu dilakukan untuk mengatur
pelaksaan pembelajaran di sekolah. kurikulum dikembangkan
dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik,
kondisi daerah, dan jenjang dan jenis pendidikan, serta menghargai
dan tidak diskriminatif terhadap perbedaan agama, suku, budaya
dan adat istiadat serta setatus soaial ekonomi.
Dokumentasi Kegiatan Studi Kasus
GH
201
PENDIDKAN AGAMA ISLAM
202
A. Pendidikan Agama Islam di Sekolah
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam (PAI) dapat dipahami sebagai
usaha sadar dan terencana untuk mengembangkan potensi
peserta didik agar mengetahui, meyakini, mengamalkan,
serta menyampaikan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-
hari.
Pengertian PAI juga dapat dipahami dari keragaman
makna pendidikan Islam. Menurut Muhaimin, ada tiga
pengertian untuk memahami pendidikan Islam. Pertama,
pendidikan (menurut) Islam, kedua pendidikan (agama)
Islam, dan ketiga pendidikan (dalam) Islam.
Pada titik ini, pendidikan (agama) Islam lah yang dapat
dijadikan rujukan untuk memahami pendidikan agama Islam
di samping pendidikan Islam. Dari perspektif pendidikan
(agama) Islam, PAI dapat dipahami sebagai upaya
mendidikkan agama Islam atau ajaran dan nilai-nilainya,
agar menjadi way of life (pandangan hidup) dan sikap hidup
seseorang. Maka dari pengertian di atas, PAI dapat berupa:
a. Kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau suatu
lembaga untuk membantu seseorang atau anak didik
dalam menanamkan dan atau menumbuh
kembangkan ajaran Islam dan nilai-nilainya.
b. Segenap fenomena atau peristiwa perjumpaan antara
dua orang atau lebih yang dampaknya ialah
tertanamnya dan atau tumbuh kembangnya ajaran
Islam dan nilai-nilainya pada salah satu atau
beberapa pihak.
203
2. Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di Sekolah
Dasar pelaksanaan pendidikan Agama Islam berasal
dari perundang-undangan yang secara tidak langsung dapat
menjadi pegangan dalam melaksanakan pendidikan agama
di sekolah formal. Dasar yuridis formal tersebut terdiri dari:
a. Dasar pancasila yaitu dasar falsafah Negeri RI, pada sila
pertama Ketuhanan Yang Maha Esa.
b. Dasar struktural atau konstitusional, yaitu UUD 1945 dalam
bab XI pasal 29 ayat 1 dan 2 yang berbunyi bahwa : a)
Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa, b)
Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk
memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut
agama dan kepercayaan itu.
c. UU Sisdiknas No.20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan
Nasional Pasal 37 yaitu Kurikulum pendidikan dasar dan
menengah wajib memuat pendidikan agama,
kewarganegaraan, bahasa, matematika, ilmu pengetahuan
alam, ilmu pengetahuan sosial, seni dan budaya, pendidikan
jasmani dan olah raga, keterampilan atau kejujuran, dan
muatan lokal.
d. Peraturan pemerintah Nomor 55 tahun 2007 Tentang
pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan.
3. Deskripsi Masalah PAI di Sekolah
Permasalahan PAI di sekolah yang paling krusial salah
satunya ialah jam belajar yang minim. Waktu yang hanya 2
jam dalam 1 minggu itu tentu tidak cukup untuk mencapai
204
tujuan yang diinginkan. Baik itu tujuan kurikuler, hingga ke
tujuan pendidikan nasional.
Penyelenggaraan pendidikan agama Islam di sekolah
penuh tantangan, karena secara formal penyelenggaraan
pendidikan Islam di sekolah hanya 2 jam pelajaran per
minggu. Jadi apa yang bisa mereka peroleh dalam
pendidikan yang hanya 2 jam pelajaran. Jika sebatas hanya
memberikan pengajaran agama Islam yang lebih
menekankan aspek kognitif, mungkin guru bisa
melakukannya, tetapi kalau memberikan pendidikan yang
meliputi tidak hanya kognitif tetapi juga sikap dan
keterampilan, guru akan mengalami kesulitan.
Kemampuan guru dalam menerjemahkan dan
kemudian menyusun indikator ketercapaian pembelajaran
pada silabus sejauh ini hanya mengedepkan aspek kognitif
dan psikomotorik saja. Sedangkan aspek afektif nyaris tidak
tersentuh.
Secara gamblang, dapat kita lihat dari ketercapaian
yang diperoleh peserta didik misalnya pada materi shalat,
masih sebatas pengetahuan tantang tata cara shalat yang
benar serta bagaimana mempraktekkannya. Esensi serta
hikmah shalat masih belum menancap kuat pada sanubari
peserta didik, dan belum terlihat dalam kehidupan mereka
sehari-hari.
Problem PAI dalam kegiatan belajar mengajar di
sekolah dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Dari proses belajar-mengajar, guru PAI lebih
terkonsentrasi persoalan-persoalan teoritis keilmuan yang
205
bersifat kognitif semata dan lebih menekankan pada
pekerjaan mengajar/ transfer ilmu.
b. Metodologi pengajaran PAI selama ini secara umum tidak
kunjung berubah, ia bagaikan secara konvensional-
tradisional dan monoton sehingga membosankan peserta
didik.
c. Pelajaran PAI seringkali dilaksanakan di sekolah bersifat
menyendiri, kurang terintegrasi dengan bidang studi yang
lain, sehingga mata pelajaran yang diajarkan bersifat
marjinal dan periferal.
d. Kegiatan belajar mengajar PAI seringkali terkonsentrasi
dalam kelas dan enggan untuk dilakukan kegiatan praktek
dan penelitian di luar kelas.
e. Penggunaan media pengajaran baik yang dilakukan guru
maupun peserta didik kurang kreatif, variatif dan
menyenangkan.
f. Kegiatan belajar mengajar (KBM) PAI cenderung normatif,
linier, tanpa ilustrasi konteks sosial budaya di mana
lingkungan peserta didik tersebut berada, atau dapat
dihubungkan dengan perkembangan zaman yang sangat
cepat perubahannya.
g. Kurang adanya komunikasi dan kerjasama dengan
orangtua dalam menangani permasalahan yang dihadapi
peserta didik.
Di samping itu, permasalahan kelas juga turut
mempersulit keberhasilan pembelajaran PAI di sekolah.
Mulai dari masalah individual maupun masalah kelompok.
Misalnya tingkah laku yang ingin mendapatkan perhatian
206
orang lain, tingkah laku yang ingin menunjukkan kekuatan,
tingkah laku yang bertujuan menyakiti orang lain, serta
peragaan ketidakmampuan, yaitu dalam bentuk sama sekali
menolak untuk mencoba melakukan apa pun karena yakin
bahwa kegagalan yang menjadi bagiannnya. Prinsip
pengembangan program pembelajaran yang harus
diperhatikan oleh guru antara lain:
1. Tujuan yang dikehendaki harus jelas, makin operasional
tujuan, makin mudah terlihat dan makin tepat program-
program yang dikembangkan untuk mencapai tujuan.
2. Program itu harus sederhana dan fleksibel.
3. Program-program yang disusun dan dikembangkan
harus sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
C. Solusi
Penemuan spektakuler Daniel Goleman tentang
kecerdasan emosional (EQ) telah mematahkan dominasi IQ.
Banyak orang ber-IQ tinggi yang gagal, sementara mereka
yang IQ-nya biasa saja justru sukses dalam hidupnya.
Ke depan, mengandalkan IQ saja tidak akan mampu
menghantarkan peserta didik pada tumbuh kembang
potensinya secara optimal. Tanpa EQ bahkan kecerdasan
spiritual (SQ), peserta didik hanya aan menjadi ilmuan tak
berperasaan dan tak bermoral.
Sebagai seorang pendidik, hal itu tentu sangat tidak
kita inginkan. Kita tidak hanya menginginkan peserta didik
hanya disebut pintar. Lebih dari itu, mereka pintar sekaligus
beradab juga berperasaan. Untuk itu, semua pihak
207
utamanya guru, harus berupaya mewujudkan tujuan
tersebut.
Ada beberapa pendekatan yang digunakan baik itu
pada tingkat sekolah dasar maupun menengah, yakni.
1. Pendekatan keimanan, yaitu memberikan peluang
kepada peserta didik untuk mengembangkan
pemahaman adanya tuhan sebagai sumber kehidupan
makhluk di alam ini.
2. Pendekatan pengalaman, yaitu memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk mempraktekkan dan
merasakan hasil-hasil pengalaman ibadah dan akhak
dalam menghadapi tugas-tugas dan masalah dalam
kehidupan.
3. Pendekatan pembiasaan, yaitu memberikan kesempatan
kepeserta didik untuk membiasakan sikap dan perilaku
yang sesuai dengan ajaran islam dan budaya bangsa
dalam menghadapi masalah kehidupan.
4. Pendekatan rasional yaitu memberikan peran pada akal
peserta didik dalam memahami dan membedakan
berbagai bahan ajar dalam standar materi serta
kaitannya dengan perilaku yang baik dan buruk dalam
kehidupan.
5. Pendekatan emosional yaitu upaya menggugah
perasaan peserta didik dalam menghayati perilaku yang
sesuai dengan ajaran agama dan budaya bangsa.
6. Pendekatan fungsional yaitu menyajikan bentuk semua
standar materi (Al-Qur‟an, keimanan, akhlak, fiqih, dan
208
tarikh) dari segi manfaatnya bagi peserta didik dalam
kehidupan sehari-hari dalam arti yang luas.
7. Pendekatan keteladaan yaitu menjadikan figur guru
agama dan nonagama serta semua pihak sekolah
sebagai cermin manusia yang berkepribadian.
Sebagai ujung tombak pendidikan agama di sekolah,
guru harus memiliki totalitas untuk anak didik. Masalah jam
pelajaran yang hanya 2 jam dalam 1 minggu dapat disiasati
dengan cara menambah pembelajaran pendidikan agama
Islam melalui pembelajaran ekstra kurikuler dan tidak hanya
pembelajaran formal di sekolah. Pembelajaran dilakukan
bisa di sekolah, yaitu di kelas atau di mushala. Program
pendidikan agama Islam ekstra kurikuler ini dapat berupa
Pesantren Kilat, Rohani Islam (Rohis).
Cara ini memang membutuhkan tambahan fasilitas,
waktu, dan tenaga guru, tapi itulah tantangan guru yang
tidak hanya mengajar tetapi memiliki semangat dakwah
untuk menyebarkan ilmu di mana pun dan kapan pun. Untuk
itu diperlukan koordinasi dan kerja sama yang baik antara
guru dengan orang tua.
Selain itu, inovasi juga perlu dilakukan oleh lembaga
sekolah guna mengembangkan kurikulum yang ada, pun
manajemen pendidikan agama Islam berbasis sekolah.
Artinya, salah satu strategi yang dapat dilakukan ialah
dengan menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif
(Islami).
Dengan demikian, pembelajaran PAI tidak hanya
berbasis kelas, tetapi juga berbasis sekolah.
209
Namun, dalam melakukan inovasi hal-hal yang mesti
diperhatikan antara lain ialah fokus pada tujuan, Adikuasa
Komunikasi, Perimbangan Kekuatan Optimal Penyediaan
Sumber-Sumber Organisasi, Dimensi Ketersangkutpautan
(cohesivness), Dimensi Moral, Keinovasian, Adaptasi,
Otonomi, Pemecahan Masalah.
1. Fokus pada tujuan (goal focus)
Penentuan fokus tujuan mesti ditentukan oleh lembaga
pendidikan. Semua pihak baik itu kepala sekolah, guru
mata pelajaran, siswa, karyawan, orang tua siswa, dan
masyarakat umum harus tau dengan jelas pada fokus
tujuan yang dirancang dan hendak dicapai. Sehingga,
pada pelaksanaannya pihak-pihak tersebut saling
bekerja sama guna menciptakan lingkungan yang
mendukung terhadap upaya pencapaian tujuan.
2. Adikuasa Komunikasi
Lembaga pendidikan harus mampu mengembangkan
komunikasi yang baik, entah itu vertikal maupun
horizontal. Dari pihak pimpinan sekolah kepada guru,
dari guru kepada siswa, antar sesama guru dan
karyawan, maupun dari pihak lembaga pada masyarakat.
3. Perimbangan Kekuatan Optimal
Upaya menyeimbangkan kekuatan di seluruh pihak
lembaga harus merupakan upaya agar tidak terjadi
ketimpangan di salah satu pihak, dan kemajuan di pihak
lain.
210
4. Penyediaan Sumber-Sumber Organisasi
Sumber-sumber organisasi merupakan sarana guna
mengaktualisasikan potensi organisasi.
5. Dimensi Ketersangkutpautan (cohesivness)
Rasa saling membutuhkan dan saling ketergantungan
menjadi identitas sebuah organisasi. Termasuk lembaga
pendidikan yang disebut sekolah. Dimensi ini menjadikan
masing-masing pihak bekerjasama untuk mencapai
tujuan bersama.
6. Dimensi Moral
Inovasi dilakukan tidak hanya untuk mencapai kepuasan
dalam suatu pekerjaan semata. Melainkan juga
diarahkan untuk membuat bagian dari lembaga
melaksanakan program-program yang telah
direncanakan.
7. Keinovasian
Munculnya temuan-temuan baru agar pendidikan lebih
terarah pada tujuan yang hendak dicapai adalah hakikat
inovasi.
8. Adaptasi
Inovasi juga didasarkan pada perkembangan lingkungan
sekitar, maupun fenomena yang sedang berkembang di
negeri ini. Untuk itu, adaptasi dengan lingkungan dan
berbagai fenomena yang sedang terjadi atau
diprediksikan akan terjadi harus dijadikan pijakan dalam
melakukan inovasi.
211
9. Otonom
Kemandirian suatu lembaga pendidikan menjadi upaya
agar dalam melakukan pembaharuan tidak di intervensi
oleh pihak manapun. Jika sebuah lembaga pendidikan
sudah mampu mandiri, ia tidak lagi ditentukan oleh
keadaan, namun ia akan menjadi penentu.
10. Pemecahan Masalah
Inovasi hakikatnya mencari solusi atas permasalahan
yang tidak dapat dihindari dalam sebuah lembaga
pendidikan.
Berbagai kebijakan yang ada tidak akan terlaksana
dengan baik bila tidak dikemas dalam sistem pembelajaran
yang efektif dan efisien. Tugas ini harus diemban oleh
seluruh lapisan masyarakat terutama para pelaksana
pendidikan yang bersentuhan langsung dengan sistem
pendidikan.
Fenomena di atas nampaknya sudah mulai disadari
oleh para pelaksana pendidikan di Sekolah Umum.
Keterbatasan alokasi waktu untuk Mata Pelajaran PAI harus
diperkaya dengan berbagai strategi baik dalam kebijakan
maupun dalam proses pembelajarannya. Keberadaan PAI
tidak hanya dipandang sebagai salah satu Mata Pelajaran
yang berdiri sendiri, tetapi lebih dari itu keberadaanya terkait
dengan mata kuliah lainnya. Dengan demikian, porsi untuk
Mata Pelajaran PAI bisa lebih memadahi dengan kebijakan
tersebut.
212
Pengembangan Kurikulum
1. Kompetensi Inti
a. Menghargai dan menghayati agama yang di anutnya
b. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin,
tanggung jawab, peduli (toleransi dan gotong royong),
santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara aktif
dengan lingkungan social dan alam dalam jangkauan
pergaulan dan keberadaanya.
c. Memahami pengetahuan (factual, konseptual, dan
proseduran) dan berdasarkan rasa ingin tahu tentang
ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait
fenomena dan kejadian nampak mata
d. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret
(menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan
membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca,
menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai
dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang
sama dalam sudut pandang/teori.
2. Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar yang harus dicapai siswa yaitu :
a. Menyakini ada nya malaikat allah dan makhluk gaib
lainnya seperti jin, iblis, dan setan dalam fenomena
kehidupan.
b. Memiliki prilaku beriman kepada malaikat allah dan
makhluk gaib lainnya seperti jin, iblis, dan setan dalam
fenomena kehidupan.
213
c. Mendeskkripsikan tugas dan sifat-sifat malaikat allah
serta makhluk gaib lainnya seperti jin, iblis dan setan.
d. Menyajikan kisah-kisah dalam fenomena kehidupan
tentang kebenaran adanya malaikat dan makhluk gaib
lain selain malaikat.
3. Pokok Pembahasan
pokok pembahasannya adalah Malaikat adalah makhluk
ghaib yang diciptakan Allah dari cahaya (nur), senantiasa
menyembah Allah. tidak pernah mendurhakai perintah Allah
serta senantiasa melakukan apa yang diperintahkan kepada
mereka. Iman kepada malaikat merupakan rukun iman yang
kedua. Iman kepada Malaikat adalah menyakini adanya
malaikat, walaupun tidak dapat dilihat dan diraba, dan
menyakini bahwa mereka adalah ciptaan Allah. Tak ada
seorang pun yang mengetahui jumlah pasti malaikat, hanya
Allah saja yang mengetahui jumlah mereka dan selalu taat
dan menyembah Allah, mereka tidak mempunyai hawa
nafsu. Hanya sepuluh yang diketahui oleh manusia, yaitu
a. Malaikat Jibril Allah memberi tugas sebagai penyampai
wahyu dan risalah
b. Malaikat Mikail Allah memberi tugas sebagai pengatur
hujan dan membagi rezeki
c. Malaikat Izrail Allah memberi tugas untuk mencabut
nyawa
d. Malaikat Israfil Allah memberi tugas untuk meniup
sangkakala
214
Keempat malaikat diatas merupakan malaikat yang
mulia dan diperinahkan oleh Allah untuk mengurusi para
makhluk yang berada di alam semesta. Dan timbah enam
malaikat, yaitu
a. Malaikat Ridwan yaitu penjaga Surga
b. Malik penjaga Neraka
c. Malaikat Roqib yaitu malaikat pencatat amal baik
d. Malaikat Atib yaitu pencatat amal buruk
e. 5 dan 6 Malaikat Munkar dan Nakir yaitu penanya dan
penyiksa di alam kubur
Sifat-sifat malaikat
a. Wujud halus tak nampak mata
b. Tidak laki-laki tidak perempuan tidak menikah
c. Hamba Allah yang mulia, tidak sekalipun menentang
perintah Allah
Maksud iman kepada Malaikat adalah mengimani bahwa
mereka adalah perantara antara Allah dan rasul-Nya, dalam
menurunkan kitab-kitab-Nya dan menyampaikan perintah
dan larangannya. Barang siapa yang mengimani malaikat
maka mereka tergolong kafir terhadap kitab-kitab dan Rasul-
Nya. Antara malaikat yang satu dengan lainnya memiliki
beberapa perbedaan, seperti kedudukan dan bahwa Allah
SWT. menciptakan malaikat bersayap.
Contoh perilaku yang mencerminkan kepada malaikat,
yaitu: Berkata jujur, menempati janji dan menjaga amanah,
Sabar, syukur, ikhlas dan tawakkal dan Selalu menjalankan
dan menjauhi larangannya.
215
Berdasarkan pembahasan tersebut dalam dikembangkan
dan dikaitkan dengan Pendidikan Agama Islam (PAI) dapat
dipahami sebagai usaha sadar dan terencana untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar mengetahui,
meyakini, mengamalkan, serta menyampaikan ajaran Islam
dalam kehidupan sehari-hari.
Pengertian PAI juga dapat dipahami dari keragaman
makna pendidikan Islam. Menurut Muhaimin, ada tiga
pengertian untuk memahami pendidikan Islam. Pertama,
pendidikan (menurut) Islam, kedua pendidikan (agama)
Islam, dan ketiga pendidikan (dalam) Islam.
Pada titik ini, pendidikan (agama) Islam lah yang dapat
dijadikan rujukan untuk memahami pendidikan agama Islam
di samping pendidikan Islam. Dari perspektif pendidikan
(agama) Islam, PAI dapat dipahami sebagai upaya
mendidikkan agama Islam atau ajaran dan nilai-nilainya,
agar menjadi way of life (pandangan hidup) dan sikap hidup
seseorang.
4. Evaluasi
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan pada
sekolah darma wanita itu, evaluasi yang dilakukan oleh guru
bidang study yaitu menggunakan berbagai macam evaluasi
yaitu biasanya menggunakan latihan-latihan pada lembar
kerja sisiwa, dan ada juga tugas yang di berikan oleh guru.
Pada penelitian study kasus ini membahas mata
pelajaran akidah akhlak semester II yang tercantum pada
216
bab 2 yaitu tentang iman kepada malaikat dan makhluk
ghaib lain.
Malaikat adalah makhluk ghaib yang diciptakan Allah dari
cahaya (nur), senantiasa menyembah Allah. tidak pernah
mendurhakai perintah Allah serta senantiasa melakukan apa
yang diperintahkan kepada mereka. Iman kepada malaikat
merupakan rukun iman yang kedua. Iman kepada Malaikat
adalah menyakini adanya malaikat, walaupun tidak dapat
dilihat dan diraba, dan menyakini bahwa mereka adalah
ciptaan Allah
Dari penjelasan yang di dapat pada hasil wawancara itu
bahwa kurikulum 2013 itu diberlakukan semua sekolah
banyak yang telah menerapkan kurikulum tersebut dan dari
peraturan pemerintah juga menggunakan kurikulum k 13.
217
Profil Madrasah Tsanawiyah Darma Wanita Kota Jambi
Madrasah Tsanawiyah Darma Wanita didirikan pada
tahun 2005 yang berlokasi di jalan Majapahit No. 02
Kelurahan Payo Selincah Kecamatan Jambi Timur kota
Jambi yang dinaungi oleh Kementrian Agama Kota Jambi.
Madrasah Tsanawiyah Darma Wanita dari sejak berdiri
sampai tahun 2006 masih bergabung dengan Madrasah
Aliyah Negri 3 Kota jambi yang di kepalai oleh Bapak A.
Fatah, S.Pd.
Kemudian pada tahun 2007 sampai sekarang, Madrasah
Tsanawiyah Dharma Wanita dikepalai oleh Bapak Wilson
Edwin, S.Pd. Dan pada 2014 Madrasah Tsanawiyah Darma
Wanita berdiri sendiri tetapi masih di lokasi yang sama.
Adapun secara geografis, letak Madrasah Tsanawiyah
Dharma Wanita hanya berjarak ± 25 meter dari pinggir jalan
Majapahit, jadi sangat mudah untuk dijangkau.
Dari nol hingga sampai sekarang Madrasah Tsanawiyah
Darma Wanita terus berkembang maju dan membuat daya
tarik masyarakat yang hantusias agar anak-anak mereka
dapat sekolah di Madrasah Tsanawiyah ini. Dari bidang
akademik bahkan sampai bidang ekstrakulikuler yang ada di
Madrasah Tsanawiyah Darma Wanita ini terus maju dan
membawa prestasi yang baik.
Sehingga dari prestasi yang baik itu kepala sekolah
selalu memberikan support atau dukungan yang kuat dan
semangat baik untuk para siswa-siawi , guru-guru, serta staf
218
tata usaha Madrasah Tsanawiyah Darma Wanita . Adapun
Visi dan Misi Sekolah Madrasah Tsanawiyah Dharma
Wanita Kelurahan Payo Selincah Yaitu:
VISI MADRASAH:
Mewujudkan sebuah lembaga pendidikan lanjutan tingkat
pertama yang berciri khas agama islam dengan kondisi dan
situasi lingkungan yang kondusif untuk menyiapkan dan
mengembangkan segenap sumber daya insani yang ada
sehingga dapat mencapai kualitas unggul di bidang Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi dan Iman dan Taqwa.
MISI MADRASAH:
a. Menanamkan sikap taqwa terhadap Allah SWT.
b. Menanamkan sikap cinta ilmu, kreatif, inovatif, dan
memiliki akhlak mulia.
c. Meningkatkan kualitas layanan pendidikan.
d. Mempersiapkan siswa berpengetahuan luas, berdisiplin,
bertanggung jawab, dan berprilaku islami.
e. Menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas baik
bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi maupun Iman
dan Taqwa dengan mewujudkan lingkungan yang bersih,
asri, nyaman serta agamis, Proses Belajar Mengajar
yang berorientasi pada Student Active Learning, Full Day
Learning dan Bimbingan Belajar serta efektifitas
pembinaan ekstrakurikuler, pemberdayaan masjid
sebagai laboratorium keagamaan, pembiasaan sholat
berjamaah serta sholat sunnah, tartil Qur‟an, ucapan
kalimat toyyibah dan perilaku sopan.
219
f. Bekerjasama dengan komite Madrasah, menjalin
hubungan baik dengan masyarakat, bekerjasama
dengan dunia usaha, sebagai perwujudan Manajemen
Berbasis Sekolah (MBS)
.