54
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR ILMU NEGARA KONSEPSI FUNDAMENTAL NEGARA PENYUSUN: MADE NURMAWATI, S.H., M.H. I NENGAH SUANTRA, S.H., M.H. UNIVERSITAS UDAYANA FAKULTAS HUKUM DENPASAR 2017

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR ILMU NEGARA KONSEPSI ... - …

  • Upload
    others

  • View
    12

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR ILMU NEGARA KONSEPSI ... - …

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR

ILMU NEGARA

KONSEPSI FUNDAMENTAL NEGARA

PENYUSUN:

MADE NURMAWATI, S.H., M.H.

I NENGAH SUANTRA, S.H., M.H.

UNIVERSITAS UDAYANA

FAKULTAS HUKUM

DENPASAR

2017

Page 2: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR ILMU NEGARA KONSEPSI ... - …

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat karuniaNya,

penulisan materi yang merupakan pengembangan bahan ajar Ilmu Negara berhasil

diselesaikan. Bahan Ajar dari mata kuliah Ilmu Negara ini dimaksudkan sebagai

pengembangan pelaksanaan proses pembelajaran, baik untuk mahasiswa maupun bagi dosen

dan tutor, sehingga diharapkan pelaksanaan perkuliahan berjalan lebih baik dan sesuai

dengan rencana dan jadwal yang ditentukan di dalam buku ajar.

Substansi merupakan pengembangan dari materi tentang “Negara” , yang kemudian

dirubah menjadi “ Konsepsi Fundamental Negara”, karena materi yang diberikan merupakan

materi-materi fundamental terkait “Negara”. Dalam Pengembangan mata kuliah ini dimuat :

identitas mata kuliah, tim penyusun, tugas-tugas, latihan , tutorial dan bahan bacaan.

Dengan selesainya Pengembangan Bahan Ajar ini, sepatutnya diucapkan terima kasih

yang tulus kepada: Dekan Fakultas Hukum Universitas Udayana yang telah menerbitkan

surat tugas dalam penyusunan bahan kajian ini. Terimakasih pula kepada kolega yang

bersama-sama merampungkan pengembangan bahan ajar ini.

Akhirnya, mohon maaf atas segala kekurangan dan kelemahan pada bahan kajian ini.

Semoga bermanfaat terhadap pelaksanaan proses pembelajaran dan mencapai hasil sesuai

dengan kompetensi yang direncanakan.

Denpasar, 14 Desember 2017

Penyusun.

Page 3: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR ILMU NEGARA KONSEPSI ... - …

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................................................iii

IDENTITAS MATA KULIAH ............................................................................................................. 1

PENDAHULUAN ................................................................................................................................ 2

KONSEPSI FUNDAMENTAL NEGARA ........................................................................................... 4

1. Pendahuluan .................................................................................................................................. 4

2. Capaian Pembelajaran ................................................................................................................... 4

3. Indikator Capaian .......................................................................................................................... 4

4. Istilah dan Pengertian Negara ....................................................................................................... 4

5. Hakikat Negara ........................................................................................................................... 13

6. Unsur-unsur dan Ciri-ciri Negara ................................................................................................ 19

7. Tujuan dan Fungsi Negara .......................................................................................................... 35

8. Penutup ....................................................................................................................................... 43

Bahan Bacaan ................................................................................................................................. 45

TUTORIAL ........................................................................................................................................ 47

UNSUR-UNSUR, CIRI-CIRI, TUJUAN DAN FUNGSI NEGARA .................................................. 47

1.Pendahuluan ................................................................................................................................. 47

2. Study Task ................................................................................................................................... 47

3. Discussion task ........................................................................................................................... 48

4.Penutup ........................................................................................................................................ 49

BAHAN BACAAN ............................................................................................................................ 49

Page 4: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR ILMU NEGARA KONSEPSI ... - …

IDENTITAS MATA KULIAH

Program Studi : Sarjana (S1) Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Udayana.

Nama /Kode : Ilmu Negara/BNI 1303

Jumlah SKS : 3

Pengajar : 1. Made Nurmawati, S.H., M.H.

2. I Nengah Suantra, S.H., M.H.

Capaian Pembelajaran : Pada akhir perkuliahan mahasiswa diharapkan mampu

memahami aspek-aspek keilmuan dari Ilmu Negara; kualifikasi, hakikat, tujuan dan

fungsi negara; teori-teori kekuasaan dan ajaran kedaulatan; timbul dan lenyapnya negara;

tipe-tipe negara; bentuk negara dan pemerintahan; serta susunan dan hubungan antar-

negara.

Indikator Capaian: mahasiswa diharapkan mampu:

1. Menjelaskan terminologi dan pengertian Ilmu Negara; kedudukan Ilmu Negara dalam

kurikulum dan Ilmu Hukum.

2. Menjelaskan obyek, runglingkup, dan menggambarkan sistematika Ilmu Negara,

menjelaskan metode, dan hubungan Ilmu Negara dengan ilmu-ilmu kenegaraan lain.

3. Menjelaskan istilah, pengertian negara, dan hakikat negara; membedakan unsur-unsur

dan ciri-ciri negara serta tujuan dan fungsi negara.

4. Menjelaskan pengertian kekuasaan dan kewibawaan, serta menggambarkan legitimasi

kekuasaan, dan teori kedaulatan.

5. Menjelaskan dan menguraikan teori-teori timbul negara dan lenyapnya negara.

6. Menguraikan dan memberikan contoh tipe-tipe negara berdasarkan sejarah dan

hukum/hubungan pemerintah dan rakyat.

7. Membedakan pengertian bentuk negara dan pemerintahan, menjelaskan dan

menggambarkan teori-teori bentuk negara dan bentuk pemerintahan; serta

menjelaskan susunan negara dan hubungan antarnegara.

Mata kuliah Prasyarat : -

Deskripsi mata Kuliah : Ilmu Negara merupakan mata kuliah wajib di dalam kurikulum

inti Fakultas Hukum di Indonesia, yang menjadi ilmu pengetahuan dasar mengenai negara

dan hukum yang akan didalami lebih lanjut dalam mata kuliah pada cabang-cabang ilmu

hukum, terutama Hukum Tata Negara; Hukum Administrasi Negara dan Hukum

Internasional. Karena itu, bahasan dalam mata kuliah meliputi aspek-aspek keilmuan Ilmu

Negara; kualifikasi, hakikat, tujuan dan fungsi negara; teori-teori kekuasaan dan ajaran

Page 5: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR ILMU NEGARA KONSEPSI ... - …

2

kedaulatan; timbul dan lenyapnya negara; tipe-tipe Negara; bentuk negara dan

pemerintahan; serta susunan dan hubungan antar-negara.

Perkuliahan berusaha sejauh mungkin untuk mengkorelasikan teori-teori mengenai

negara dan hukum dengan realita melalui berbagai contoh yang diberikan dalam

perkuliahan terutama didiskusikan dalam kegiatan tutorial. Dengan demikian, pada akhir

perkuliahan, mahasiswa diharapkan mampu memahami aspek-aspek keilmuan dari Ilmu

Negara; kualifikasi, hakikat, tujuan dan fungsi negara; teori-teori kekuasaan dan ajaran

kedaulatan; timbul dan lenyapnya negara; tipe-tipe Negara; bentuk negara dan

pemerintahan; serta susunan dan hubungan antar-negara.

PENDAHULUAN

1. Pengembangan bahan ajar ”Konsepsi Fundamental Negara” mencakup materi mengenai

peristilahan, pengertian, kualifikasi, ciri-ciri, hakikat, tujuan dan fungsi negara.

2. Capaian pembelajaran yang diharapkan dari bahan ajar ini adalah pada akhir perkuliahan

mahasiswa mampu memahami konsep-konsep fundamental negara.

3. Mahasiswa akan lebih mudah memahami materi bahan ajar ini apabila mahasiswa telah

memiliki capapai pembelajaran atas bahan ajar mengenai aspek-aspek keilmuan dari Ilmu

Negara, terutama mengenai obyek Ilmu Negara.

4. Capaian pembelajaran atas bahan ajar ini sangat bermanfaat bagi mahasiswa, secara

teoritis maupun praktis. Manfaat teoritis bagi mahasiswa adalah mahasiswa memiliki

kemampuan menguraikan konsep-konsep fundamental negara. Sedangkan manfaat praktis

bagi mahasiswa yaitu mahasiswa memiliki kemampuan mengemukakan pendapat dan

menganalisis mengenai peristilahan, pengertian, kualifikasi, ciri-ciri, hakikat, tujuan dan

fungsi negara.

5. Sistematika penyajian atas bahan ajar ini adalah sebagai berikut:

a. Istilah dan Pengertian Negara.

b. Hakekat Negara.

c. Unsur dan Ciri-Ciri Negara.

d. Tujuan dan Fungsi Negara.

6. Petunjuk Belajar:

a. Mahasiswa melakukan self study, melakukan penelusuran sumber belajar paling

kurang yang sudah dicantumkan dan digunakan dalam bahan ajar ini. Membaca bahan

ajar dan melakukan pengayaan berdasarkan hasil bacaan dari sumber belajar.

Page 6: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR ILMU NEGARA KONSEPSI ... - …

3

b. Membuat rangkuman atas bahan ajar ini dan mencatat hasil membaca sumber belajar.

c. Berdiskusi – bertanya kepada dosen yang memberikan kuliah atas substansi yang

dianggap belum jelas dalam bahan ajar ini.

d. Membentuk kelompok kecil yang terdiri dari paling banyak 10 orang. Berdiskusi di

dalam kelompok dan membuat laporan hasil diskusi.

Page 7: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR ILMU NEGARA KONSEPSI ... - …

4

KONSEPSI FUNDAMENTAL NEGARA

1. Pendahuluan

Pada Pengdembangan Bahan Ajar ini dibahas beberapa hal pokok terkait negara yaitu:

istilah dan pengertian negara, hakikat negara, unsur-unsur dan sifat-sifat negara serta tujuan

dan fungsi negara. Melalui perkuliahan ini mahasiswa diharapkan memahami hal-hal yang

berkaitan dengan negara seperti arti negara, apa unsur-unsur negara,ciri-ciri dan sifat negara

serta apa yang merupakan tujuan dan fungsi negara.

2. Capaian Pembelajaran

Setelah mempelajari dan mendiskusikan materi bahan ajar ini, mahasiswa memahami

peristilahan dan pengertian negara, hakikat negara, unsur-unsur dan ciri-ciri negara serta

tujuan dan fungsi negara.

3. Indikator Capaian

Capaian pembelajaran dinilai berdasarkan indikator capaian pembelajaran dari

masing-masing mahasiswa. Adapun indikator capaian yaitu, mahasiswa mampu:

a. menjelaskan peristilahan dan pengertian Negara;

b. menjelaskan hakikat Negara dalam perspektif historis dan doktrin;

c. menguraikan unsur dan ciri-ciri negara serta mampu membedakan negara dan organisasi

lain dalam negara; dan

d. menguraikan tujuan dan fungsi negara.

4. Istilah dan Pengertian Negara

Istilah Negara dalam perkembangannya sudah digunakan sejak zaman dahulu.

Bahkan, F. Fukuyama mengkonstantir negara sebagai lembaga purba manusia yang sudah

ada sekitar 10.000 tahun yang lampau ketika masyarakat pertanian pertama tumbuh di

Page 8: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR ILMU NEGARA KONSEPSI ... - …

5

Mesopotamia.1 Perkembangan eksistensi negara dapat dilihat berdasarkan periodisasi zaman

menurut rentang waktu, yaitu Zaman Kuno/klasik, Zaman Tengah, Zaman Modern dan

Zaman Kontemporer. Namun ada juga yang menggunakan pembagian pemikiran berdasarkan

tempat, yakni: Yunani,Romawi, Cina, Arab dan sebagainya.2 Penggunaan periodisasi

misalnya pada zaman Yunani Kuno, Plato menulis buku dengan judul Politeia atau soal-soal

kenegaraan. Buku Plato yang lain berjudul Politics atau Ilmu Kenegaraan – ilmu tentang

Polis atau negara kota. Aristoteles (384-322 SM) dalam bukunya Politica sudah merumuskan

pengertian Negara. Saat itu, istilah polis diartikan sebagai Negara kota (city state) yang

berfungsi sebagai tempat tinggal bersama warga Negara dengan pemerintah dan benteng

untuk menjaga keamanan dari serangan musuh. Pada waktyu itu Negara hanya meliputi

lingkungan kota – seluas kota sehingga disebut sebagai negara kota. Contoh Negara dalam

bentuk polis misalnya adalah Sparta dan Athena yang pada saat itu sudah mengenal

pemerintahan dengan sistem demokrasi langsung.

Selanjutnya istilah Negara dikenal di berbagai belahan dunia. Di Cina sudah dikenal

adanya negara dengan birokrasi yang terlatih dalam ribuan tahun lalu. Sementara itu di

Eropa, dalam mana dipersepsikan sebagai lahirnya negara modern timbul sekitar empat atau

lima ratus tahun sejak konsolidasi kerajaan-kerajaan Prancis, Spanyol dan Swedia.3

Di Negara-negara Barat pada mulanya, bahkan hingga sekarang masih ada kesan

bahwa Negara disamakan artinya dengan kerajaan. Ada beberapa istilah yang berkonotasi

pada kerajaan seperti Rijk, Reich, dan Imperium. Kata Rijk (bahasa Belanda) dan Reich

(bahasa Jerman) berasal dari perkataan dalam bahasa Latin yaitu rex yang artinya kerajaan.

Hingga sekarang masih ada yang menggunakan perkataan ini. Misalnya untuk menamakan

negara Perancis disebut Frankrijk atau Frankreich, padahal Perancis tidak lagi sebuah

1 Francis Fukuyama, 2005, Memperkuat Negara Tata Pemerintahan dan Tata Dunia Abad 21, Terjemahan:

State-Building: Governance and World Order in the 21st Century, Penerjemah: A. Zaim Rofiqi, Kerja sama

Kedutaan Besar Amerika Serikat, Freedom Institute, dan PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hlm. 1. 2Pudja Pramana, 2009, Ilmu Negara, Graha Ilmu, Jogyakarta, hlm.31

3Francis Fukuyama, 2005, Loc. Cit.

Page 9: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR ILMU NEGARA KONSEPSI ... - …

6

kerajaan, melainkan sudah menjadi republik. Ada pula yang mengartikan negara sama

dengan raja. Hal itu tampak dari ucapan maharaja Louis XIV: L’etat c’est Moi. Timbulnya

pandangan yang menganalogkan negara dengan raja karena kekuasaan raja yang demikian

besar dan kuat, bahkan absolut serta turun temurun sehingga setiap yang berpikir tentang

negara sudah tentu tertuju pada raja, padahal raja tidak sama dengan negara.

Istilah Imperium digunakan sejak zaman Romawi, namun masih ada bekasnya hingga

sekarang. Misalnya perkataan Imperium Romanium yang berarti daerah kekuasaan atau

negara Romawi.4 Pada abab XV orang-orang Romawi menggunakan istilah stato ( Bahasa

Latin). Dari kata stato inilah kemudian lahir kata staat atau state yang berarti negara. Kata

stato digunakan oleh Kedutaan Itali untuk menyatakan sebagaian dari pangkat negeri.

Selanjutnya diartikan juga sebagai pegawai-pegawai negeri dan orang yang memegang

kekuasaan beserta para pengikutnya. Akhirnya, kata stato diartikan pula sebagai susunan

kekuasaan di suatu daerah tertentu.5

Ada berbagai istilah asing berkaitan dengan ”negara” antara lain; staat (Bahasa

Belanda), state (Inggris), d,etat (Prancis), estado (Spanyol), Stato (Italia). Istilah staat, state

ataupun d’etat ini secara etimologis berasal dari istilah dalam Bahasa Latin status atau

statum, yang berarti menaruh dalam keadaan berdiri; membuat berdiri; menempatkan

berdiri.6 George Jellinek (yang kemudian dikenal sebagai bapak Ilmu Negara) menyatakan

bahwa kata statum ketika itu diartikan sebagai konstitusi atau die Verpassung, die Ordnung.7

Pada masa Cicero, seorang filosof kenamaan yang hidup sekitar tahun 104 – 43 SM, statum

diartikan sebagai station atau standing yang dihubungkan dengan kedudukan orang

perorangan seperti dalam kata republicae atau res publica. Selanjutnya istilah statum

berkembang di beberapa Negara menjadi beberapa istilah, misalnya personal estate, artinya

4Victor Situmorang, 1987, Intisari Ilmu Negara, Cetakan pertama, Bina Aksara, Jakarta, hlm. 14. 5Victor Situmorang, 1987, Op. Cit. hlm. 15. 6 Soetomo, 1993, Ilmu Negara, Usaha Nasional, Surabaya, hlm. 20. 7http://astriboy.blogspot.co.id/2015/07/kajian-ilmu-negara-bab-i-istilah-dan.html

Page 10: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR ILMU NEGARA KONSEPSI ... - …

7

suatu majelis perwakilan rakyat, suatu dewan golongan sosial masyarakat.8 Rudolf

Krannenburg dalam bukunya Algemene Staatsleer, menyatakan bahwa kata le state pada

bahasa Italia juga berasal dari kata status yang mempunyai dua arti yaitu: pertama,

merupakan keseluruhan jabatan-jabatan tetap dan kedua merupakan pejabat dari jabatan

tersebut.

Sementara itu, dalam kepustakaan Ilmu Politik dikenal istilah State dei Medici, State

die Firene dan State delle Chesa. Sedangkan Fred Isjwara dalam bukunya “Pengantar Ilmu

Politik” menyatakan bahwa kata Le State tidak dapat dipergunakan bagi polis Yunani

maupun Negara Feodal dari abad pertengahan yang pada waktu itu masih merupakan estate

atau standen staat. Istilah le State itu tepat untuk menunjukkan sistem fungsi dan segenap

orang umum yang tersusun rapi yang mendiami suatu territorial tertentu dan muncul pada

abad XVII.9

Orang yang pertama menggunakan dan mengalihkan kata state dari kata status adalah

Niccolo Machiavelli dalam bukunya yang termasyur Il Principle (The Prince atau Sang

Penguasa. Ia mengartikan Negara sebagai kekuasaan yang mengajarkan bagaimana raja

memerintah dengan sebaik-baiknya. Machiavelli dalam suratnya kepada yang mulia Lorenzo

De’ Medici ada menyatakan bahwa “Saya yang berasal dari kalangan rendah kedudukan

sosialnya, tidak ingin dianggap terlalu lancang membicarakan dan memberikan petunjuk

bagaimana para raja harus memerintah; …” Selanjutnya dinyatakan bahwa “…, untuk dapat

memahami sepenuhnya sifat dan ciri rakyat, orang harus menjadi raja, dan untuk memahami

sepenuhnya ciri dan sifat raja-raja, orang harus menjadi seorang warga negara biasa.”10

Meskipun Machiavelli adalah orang pertama yang menggunakan dan mengalihkan istilah

state dari kata statum tersebut sebagai pengertian Negara yang konkrit, tidak berarti

8Ibid. 9F.Isjawara, 1980, Pengantar Ilmu Politik, Cetakan ke-7, Bina Cipta, Jakarta, hlm. 91.. 10 Niccolo Machiavelli, 1987, Sang Penguasa Surat Seorang Negarawan Kepada Pemimpin Republik, alih

bahasa: C. Woekirsari, PT Gramedia, Jakarta, hlm. 2.

Page 11: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR ILMU NEGARA KONSEPSI ... - …

8

pengertian Negara pada masa Machiavelli itu sama seperti apa yang dikenal sekarang.

Pengertian “Negara” masa tersebut (masa Machiavelli) diartikan sebagai “Negara kota”,

karena “Negara (khsususnya Italia) ketika itu berupa “negara-negara kota atau “republik-

repulik kota”.

Di Indonesia perkataan Negara telah dikenal sejak zaman purbakala. Dalam Bahasa

Jawa Kuno kata Negara sama artinya dengan kerajaan, keraton, atau juga rakyat.11 Dari segi

etimologi, istilah ”negara” berasal dari Bahasa Sansekerta yaitu ”nagari” atau ”negara” yang

berarti ”kota”, yang sudah dipergunakan sejak abad V. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan

adanya penamaan Kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat. Nama negara juga digunakan

sebagai nama raja-raja terkenal seperti pada abad XIII kata negara digunakan untuk nama raja

kerajaan Singosari ialah Kertanegara; raja Jayanegara dan Rajasanegara sebagai raja

kerajaaan Majapahit pada abad XIV. Pada tahun 1365 istilah “nagara” dipakai sebagai

penamaan kitab Majapahit yang sangat termasyur “Negara Kertagama” oleh Mpu Prapanca

yang menggambarkan keadaan pemerintahan Majapahit. Istilah negara juga digunakan untuk

penyebutan suatu persekutuan hidup di dalam wilayah negara Indonesia seperti nagari di

Sumatra Barat, dan ada pula pepatah Jawa yang menyatakan Desa mawa cara, negara mawa

tata. Jadi, istilah "negara" sudah dipakai terlebih dahulu di Indonesia jauh sebelum bangsa

Eropa.

Dengan demikian perkataan negara (modern) dalam istilah maupun pengertiannya,

sesungguhnya merupakan anak kandung dunia barat, tepatnya Eropa Barat. Istilah tersebut

melalui pertumbuhan secara evolusi berabad-abad. Ia baru lahir pada abad ke XVI.12 Sejak

kata "negara" diterima sebagai pengertian yang menunjukkan organisasi bangsa yang bersifat

teritorial (kewilayahan) dan mempunyai kekuasaan tertinggi, yang perlu ada untuk

11E. Utrecht; 1966, Pengantar Ilmu Hukum, Ichtiar, Jakarta, hlm. 288.

12E. Utrecht; Loc. Cit.

Page 12: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR ILMU NEGARA KONSEPSI ... - …

9

menyelenggarakan kepentingan bersama dan mencapai tujuan bersama, sejak itu pula kata

"negara" ditafsirkan dalam berbagai arti antara lain sebagai berikut:

1) "Negara" dipakai dalam arti penguasa, yaitu orang yang melakukan kekuasaan

tertinggi atas persekutuan rakyat yang bertempat tinggal dalam suatu wilayah tertentu;

2) "Negara" dipakai dalam arti persekutuan rakyat, yaitu suatu bangsa yang hidup di

suatu daerah, dengan di bawah kekuasaan tertinggi menurut kaidah-kaidah hukum

yang sama.

Dengan demikian maka dari penafsiran di atas dapat diketahui bahwa pengertian negara dapat

dibedakan menjadi dua yaitu dalam arti formal dan material. Dalam arti formal, pengertian

negara adalah suatu organisasi kekuasaan dengan suatu pemerintahan pusat. Negara diartikan

seagai pemerintah (staat-overheid). Karakteristik negara yaitu kewenangan pemerintah untuk

menjalankan paksaan fisik secara legal. Dalam pengertian ini, negara selalu merupakan

organisasi kekuasaan yang mencakup seluruh wilayah, bangsa dan pemerintahannya. Dalam

arti material, negara adalah suatu masyarakat (staat-gemenschaap) atau negara sebagai

persekutuan hidup13 Di sini negara sebagai suatu wadah bersekutu orang-orang sebagai suatu

kawan – berkawan, sebagai suatu keluarga menurut Plato; negara sebagai suatu ikatan orang-

orang yang memiliki kepentingan yang sama di dalam suatu wilayah tertentu. Dalam arti

material, negara dipandang sebagai institusi social sehingga sebagai salah satu institusi

daripada institusi-institusi lain dalam suatu masyarakat. Negara dipersonifikasi sebagai

individu dalam suatu masyarakat.

Pengertian negara secara formal dan material tersebut tampak pula dianut dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia, bahwa negara diartikan sebagai14:

13http://www.artikelsiana.com/2015/05/sifat-negara-hakikat-negara-pengertian.html.

14 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1995, Kamus Besar Bahasa

Indonesia, Edisi Kedua, Cetakan Ketujuh, Balai Pustaka Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, hlm.

685.

Page 13: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR ILMU NEGARA KONSEPSI ... - …

10

1. organisasi dalam suatu wilayah yang mempunyai kekuasaan tertinggi yang sah dan

ditaati oleh rakyat; dan

2. kelompok sosial yg menduduki wilayah atau daerah tertentu yang diorganisasi di

bawah lembaga politik dan pemerintahan yang efektif, mempunyai kesatuan politik,

berdaulat sehingga berhak menentukan tujuan nasionalnya.

Sebagai perbandingan pengertian negara dalam Kamus Bahasa Indonesia maka,

dikemukakan di sini pengertian negara berdasarkan Black’s Law Dictionary bahwa kata state

diberikan pengertian sebagai berikut15:

1. The political system of a body of people who are poilitically organized; the system of

rules by which jurisdiction and authority are exercised over such a body of people.

2. An institution of self-government within a larger political entity.

Selain pengertian tersebut di atas, terdapat berbagai pendapat dari para sarjana/ahli

tentang difinisi negara antara lain:

a. Aristoteles (Pemikir negara dan hukum zaman Yunani Kuno, 384 – 322 SM),

mengatakan negara adalah merupakan suatu kesatuan masyarakat – persekutuan daripada

keluarga dan desa/kampung – yang bertujuan untuk mencapai kebaikan yang tertinggi

bagi umat manusia.16

b. Marsillius (Pemikir negara dan hukum abad pertengahan, 1280 – 1317).Negara adalah

suatu badan atau organisme yang mempunyai dasar-dasar hidup dan mempunyai tujuan

tertinggi yaitu menyelenggarakan dan mempertahankan perdamaian.17

c. Logemann, dalam bukunyaStaatrecht Van Nederlands IndieNegara adalah organisasi

kemasyarakatan yang bertujuan dengan kekuasaannya mengatur serta menyelenggarakan

15 Bryan A. Gerner, Editor in Chief, Black’s Law Dictionary, Eighth Edition, Thomson, West, hlm. 1443

16 Soehino, Op Cit, hlm. 24.

17 Soehino, Op cit, hlm. 64.

Page 14: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR ILMU NEGARA KONSEPSI ... - …

11

suatu masyarakat. (De staat is teen matschapelijke organisatie die tot doel heft om mit

haar gezag een bepalqe samenliving te ordenen en te verzor gen.).18

d. Woodrow Wilson, menyatakan bahwa negara adalah rakyat yang terorganisir untuk

hukum dalam wilayah tertentu.19

Selain sarjana-sarjana tersebut Mac Iver dalam bukunya The Web of Government

mengatakan bahwa Negara tidak lain daripada suatu persekutuan hukum, karena bibit Negara

adalah keluarga, From family to State. In the simplest societies we know the main focus of

government is the family circle. Dalam pernyataannya yang lain, Mac Iver mengatakan : The

State is an association, which, acting through law as promulgated by a government endowed

to this end with coercive power main trains with in a community territorially democrated the

universal external conditions of social order.20

Sementara itu Hans Kelsen, seorang filosof dari Wina, dengan ajaran atau teorinya

yang terkenal yaitu Reine Rechtslehere, memandang negara dari teori ilmu hukum murni.

Negara dipandang dari satu segi yaitu segi yuridis belaka. Menurut Kelsen, Negara tidak lain

daripada “normenordening”, semata-mata suatu ketertiban norma-norma hukum. Ketertiban

Negara adalah tidak lain daripada ketertiban hukum, dengan demikian Negara adalah identik

dengan hukum, an organ of the state is organ of the law. Atau dengan kata lain negara

adalah suatu sistem tata tertib hukum yang menentukan atau mengatur bagaimana orang di

dalam masyarakat itu harus bertanggung jawab atas perbuatan-perbuatannya, yang mana

hukum itu dikeluarkan oleh pemerintah atau penguasa berwenang. Tertib hukum tersebut

timbul karena diciptakannya peraturan-peraturan hukum, yang menentukan bagaimana orang

18 M. Solly Lubis, 2002, Ilmu Negara, Mandar Maju, Bandung. hlm.1. 19 Max Bolli Sabon, 1992, Ilmu Negara, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hlm. 25. C.F. Strong mengutip

pendapat Woodrow Wilson mengenai definisi negara: ‘A state is a people organized for law within a definite

territory’. Lihat: C. F. Strong, 1952, Modern Political Constitutions An Introduction to The Comparative Study

of Their History and Existing Form, Revised Edition, Sidgwick & Jackson Limited, London, p. 4., Bandingkan

C. F. Strong, 2004, Konstitusi-konstitusi Politik Modern: Studi Perbandingan tentang Sejarah dan Bentuk-

bentuk Konstitusi Dunia, Terjemahan: SPA Teamwork, Cetakan I, Diterbitkan atas kerjasama Penerbit Nuansa

dengan Penerbit Nusamedia, Bandung, hlm. 7. 20http://www.ilmusiana.com/2015/04/pengertian-negara-paling-lengkap.html.

Page 15: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR ILMU NEGARA KONSEPSI ... - …

12

di dalam masyarakat atau negara itu harus bertanggung jawab terhadap perbuatan-

perbuatannya. Jadi negara itu adalah suatu tertib hukum yang memaksa. 21

Mengenai klasifikasi negara, Kelsen membagi negara menjadi empat jenis:

heteronom, autonom, totaliter, dan liberal. Pembagian tersebut didasarkan atas sifat

kebebasan warga negara, yang ditentukan oleh sifat mengikatnya peraturan-peraturan hukum

yang dibuat atau dikeluarkan oleh penguasa yang berwenang, dan sifat keleluasaan penguasa

atau pemerintah dalam mencampuri atau mengatur peri kehidupan para warga negaranya.

Berbeda dengan Hans Kelsen, George Jellinek memandang negara dari dua segi,

yaitu segi sosial dan segi yuridis. Dalam bukunya yang berjudul “Zwei Zeiten Theorie”,

maka Negara dipandangnya tidak lain dari suatu kesatuan ikatan dari orang-orang yang

bertempat tinggal/kediaman tertentu dan di perlengkapi dengan kekuasaan yang sifatnya asli

untuk memerintah ( Der Staat ist die mit usprunglicher Herrscher macht susgestate

verbanseinhei sessafter Manschen).22

Dari definisi-definisi tersebut maka tampak adanya perbedaan pemikiran diantara para

sarjana tentang arti negara. Hal tersebut disebabkan karena perbedaan sudut pandang,

lingkungan dimana mereka hidup serta perbedaan situasi, jaman dan keadaan dimana mereka

hidup. Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa negara mempunyai dua tugas, yakni23:

1. Mengendalikan dan mengatur gejala-gejala kekuasaan yang a-sosial, yaitu yang

bertentangan satu sama lain, supaya tidak menjadi antagonisme yang membahayakan.

2. Mengorganisir dan mengintegrasikan kegiatan manusia dan golongan-golongan ke arah

tercapainya tujuan-tujuan dari masyarakat seluruhnya. Negara menentukan bagaimana

21Ibid, Baca lebih lanjut buku Hans Kelsen, 1995, Teori Hukum Murni, Dasar-Dasar Ilmu Hukum Normatif

Sebagai Ilmu Hukum Emperik-Deskriptif (Judul asli General Theory of Law and State), Alih Bahasa Soemardi,

Rimdi Press.

22Ibid.

23Miriam Budiarjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, Edisi Revisi, Cetakan pertama, Jakarta: PT. Gramedia

Pustaka Utama, 2008, hlm. 48.

Page 16: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR ILMU NEGARA KONSEPSI ... - …

13

kegiatan asosiasi-asosiasi kemasyarakatan disesuaikan satu sama lain dan diarahkan

kepada tujuan nasional.

Pengendalian tersebut dilakukan berdasarkan sistem hukum dengan perantaraan

pemerintah beserta segala alat-alat perlengkapannya. Kekuasaan negara mempunyai

organisasi yang paling kuat dan teratur, maka dari itu semua golongan atau asosiasi yang

memperjuangkan kekuasaan harus dapat menempatkan diri dalam rangka ini24

5. Hakikat Negara

Hakikat negara diartikan sebagai penggambaran tentang sifat hakiki dari negara,

mengenai apakah sesungguhnya negara tersebut. Hal itu sangat tergantung pada perspektif

yang digunakan. Penelusuran mengenai hakikat negara dapat dilakukan paling tidak dari

perspektif doktrin dan historis. Doktrin mengenai hakikat negara dikemukakan di sini antara

lain sebagai berikut. Leon Duguit menjelaskan bahwa pentingnya pembicaraan hakikat

negara agar dapat mengetahui luasnya kekuasaan negara, serta kebebasan dari warga

negaranya. Sebab yang menjadi persolan pokok dalam negara itu adalah pertimbangan antara

kekuasaan negara itu disatu pihak dengan kebebasan warga negara dipihak lain.25 Kedua hal

itu, kendatipun dapat dibahas secara terpisah, namun sesungguhnya saling terkait dan saling

memperkuat satu dengan yang lain. Dengan demikian, hakikat negara menurut Leon Duguit

adalah kekuasaan dan kebebasan. Dalam kaitan itu, Rizal Mallarangeng menyatakan bahwa

kebebasan dan bahkan kesejahteraan ekonomi tidak mungkin akan tercapai jika nihilnya

negara dalam menjalankan perannya secara efektif. Sebaliknya, negara yang kuat sekalipun,

jika tidak menjamin kebebasan dan kesejahteraan warga negaranya tidak akan mampu

bertahan lama.26

24Ibid. 25 Soehino, 1980, Ilmu Negara, Liberty, Jogyakarta, hlm. 136. 26Rizal Malarangeng dalam Francis Fukuyama, Op. Cit. hlm. xv.

Page 17: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR ILMU NEGARA KONSEPSI ... - …

14

Plato mengemukakan bahwa Negara hakikatnya adalah sebuah keluarga. You are all

brothers in he city. … whomever a man meets he will think he is meeting a brother or a

sister, or afather or a mother, or a son or daughter … … the city be neither small nor

seeming to be large… Dengan demikian, semua penduduk Negara bersaudara. Karena itu,

luas lingkup Negara tidak diukur berdasarkan luas atau sempitnya wilayah, melainkan

ditentukan menurut kemampuan untuk menjaga dan memelihara kesatuan itu di dalam

negara. Itulah hakikat negara idealnya Plato, dalam mana moralitas harus menjadi yang

utama diperhatikan dan merupakan hal yang hakiki menentukan eksistensi negara, dan juga

menentukan keberadaan hidup para penguasa dan seluruh warga negara.27

Menurut Soehino28, dalam membicarakan hakikat negara berarti menggambarkan

sifat dari negara. Hakikat negara berbeda-beda karena pengaruh aliran filsafat yang dianut

oleh sarjana Ilmu Negara serta keadaan pemerintahan yang dialaminya.29 Ada enam (6) teori

tentang hakikat negara yakni:30

a. Teori Sosiologis; memandang negara sebagai suatu institusi sosial yang tumbuh dalam

masyarakat karena diperlukan untuk mengurus, mengatur dan menyelenggarakan

kepentingan masyarakat. Tokohnya: Rudolf Smend.

b. Teori Organis; menurut teori ini negara dipandang sebagai suatu organisasi yang hidup

dan mempunyai kehidupan sendiri yang dalam berbagai hal menunjukkan persamaan

dengan organisme manusia, bahkan mempunyai kehendak sebagai manusia, dipengaruhi

oleh teori evolusi kehidupan mulai dari lahir, kemudian bertumbuh menjadi muda, tua

dan akhirnya mati. Jadi, negara pada hakikatnya sebagai organisme yang keberadaanya

27J.H. Rapar, 1988, Filsafat Politik Plato, Cetakan pertama, CV. Rajawali, Jakarta. Selanjutnya ditulis J.H.

Rapar 1, … Plato, hlm. 59-60. 28Ibid, hlm.146 29I Dewa Gede Atmadja, Ilmu Negara Sejarah, Konsep Negara, dan Kajian Kenegaraan, Cetakan 1,

Malang, Setara, 2012, hlm.41. 30 I Dewa Gede atmadja, Opcit, hlm.42-46

Page 18: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR ILMU NEGARA KONSEPSI ... - …

15

mulai dari proses lahir, tumbuh – berkembang, dan akhirnya mengalami kematian.

Tokohnya: Johann Kaspar Bluntscli dari Swiss.

c. Teori Ikatan Golongan; hakikat negara dipandang sebagai ikatan atau gabungan

kelompok masyarakat untuk mencapai tujuan bersama. Negara mengikat gabungan

kelompok masyarakat itu kearah perumusan kehendak bersama dan bukan kepentingan

golongan atau kelompok tertentu.

d. Teori Hukum Murni (Reine Rechtsleer); teori ini memandang negara sebagai suatu

sistem hukum semata-mata, dimana ketertiban negara adalah merupakan ketertiban

hukum. Negara merupakan tatanan dari tertib norma-norma hukum yang mengikat yang

disebut dengan ”tata hukum” (legal order) maka sebagai konsekuensi logisnya negara

mempunyai kekuasaan. Oleh karena itu negara identik dengan hukum, dan tata negara

sama dengan tata hukum. Teori ini diintrodusir oleh Hans Kelsen dalam bukunya

General Theory of Law and State.

e. Teori Dua Sisi atau Dua Segi (Zwizeitenteorie) yang dikemukakan oleh G. Jellinek.

Teori ini mengkaji negara dari 2 (dua) sudut dipandang – dua segi, yaitu:

1) Negara dipandang sebagai sociale factum, yaitu negara sebagai suatu kenyataan sosial

yang ada dalam masyarakat. Negara dilihat sebagai institusi dalam masyarakat (social

istitutions).

2) Negara dipandang sebagai Rechtliche Institution, yaitu sebagai suatu lembaga hukum

dimana nampak sebagai suatu struktur atau organisasi yang terdiri dari lembaga-

lembaga negara.

Teori Modern. Ada beberapa sarjana yang dikelompokkan sebagai penganut paham

modern mengenai hakikat negara, sebagai berikut:

1) Kranenburg, negara dipandang pada hakikatnya sebagai organisasi yang diciptakan

oleh sekelompok manusia yang disebut bangsa. Dengan demikian di sini yang utama

Page 19: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR ILMU NEGARA KONSEPSI ... - …

16

adalah sekelompok manusia yang sudah berstatus sebagai bangsa. Bangsa itulah yang

primer, yang mendauhuli pembentukan negara, sehingga negara bersifat sekunder.

Bangsa itulah yang mendirikan negara untuk memelihara dan mewujudkan

kepentingan-kepentingannya. Kranenburg menyatakan bahwa kelompok menjadi

semakin teratur jika memenuhi unsur-unsur yaitu: keadaan hidup bersama; susunan

kelompok yang tergantung pada sifat khusus, keadaan hidup yang sama atau serupa;

dan tujuan bersama yang ditetapkan berdasarkan persamaan kepentingan.31

2) J. H. Logemann, menyatakan bahwa negara pada hakikatnya adalah organisasi

kekuasaan yang meliputi atau menyatukan kelompok manusia yang disebut ”bangsa”.

Dengan demikian maka yang primer adalah negara, sedangkan bangsa sekunder.

Negara pada mulanya merupakan organisasi kekuasaan, kemudian memiliki

kewibawaan (gezag, authority) sehingga dapat memaksakan kehendak kepada setiap

orang yang termasuk dalam lingkup negara untuk menyelenggarakan dan memenuhi

kepentingan bersama32.

3) Harold J.Laski, berpendapat bahwa hakikat negara adalah suatu persekutuan

manusia yang mengikuti cara hidup tertentu, jika perlu dengan sistem paksaan.

Padmo Wahjono menjelaskan hakikat negara berdasarkan pada pendekatan historis

sehingga tampak hakikat negara dari zaman Yunani, Abad Pertengahan, awal zaman modern,

dan zaman modern.33 Pada zaman Yunani negara hakikatnya adalah suatu Polis. Jika dilihat

dari negara sekarang ini, maka Polis itu merupakan negara seluas kota sehingga disebut

sebagai City-State atau Stadstaat.34 Dalam kaitan itu, C. F. Strong menjelaskan bahwa The

31 Azhary, 1983, Ilmu Negara Pembahasan Buku Prof. Mr. R. Kranenburg, Cetakan Keempat, Ghalia

Indonesia, Jakarta, hlm. 34. 32 H. Abu Daud Busroh, 1990, Ilmu Negara, Cetakan pertama, PT Bumi Aksara, Jakarta, hlm. 25, 26. 33 Padmo Wahjono, 1982, Negara Republik Indonesia, Edisi baru, CV. Rajawali, hlm. 52-54. 34 Kota zaman Yunani itu sangat berbeda dengan kota zaman sekarang, sehingga ada pandangan bahwa

negara orang-orang Yunani Kuno itu bukanlah negara kota melainkan negara suku (Tribal State atau

Stammstaat). Lihat dalam Deliar Noer, 1982, Pemikiran Politik di Negeri Barat, Edisi pertama, CV. Rajawali,

Jakarta, Deliar Noer 1, hlm. 7.

Page 20: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR ILMU NEGARA KONSEPSI ... - …

17

state to the Greek was his whole scheme of association, a city wherein all his needs, material

and spiritual, were satisfied.35 Dengan demikian, bagi bangsa Yunani, negara bukanlah

sekedar wadah berorganisasi, melainkan seluruh pola pergaulannya untuk terpenuhinya

semua kebutuhan material dan spiritualnya. Dalam Polis itu berlangsung kehidupan

ketatanegaraan dengan sistem demokrasi langsung.

Hakikat negara sebagai Polis dikemukakan oleh Socrates dan Aristoteles, walaupun

terdapat perbedaan dalam aksentuasi. Socrates menyatakan Polis identik dengan masyarakat

dan masyarakat identik dengan negara. Karena itu, di situ tidak hanya mempersoalkan

organisasinya saja, melainkan juga mengenai kepribadian orang-orang di sekitarnya.36

Aristoteles menyatakan hakikat negara sebagai persekutuan hidup politis (he koinonia

politike), maksudnya adalah persekutuan hidup yang berbentuk polis. Hal itu mengandung

makna adanya hubungan yang bersifat organik antara warga negara yang satu dengan yang

lainnya. Negara bukan sekedar instrumen atau kumpulan yang teratur dari bagian-bagian

mesin yang menyebabkan terbentuknya mesin itu, melainkan sesungguhnya adalah suatu

organisme. Karena itulah Aristoteles dinyatakan sebagai peletak dasar teori organisme

tentang negara. Dalam hakikat yang demikian, maka terdapat hubungan yang bersifat khusus,

yang sangat erat, akrab, mesra, dan bahkan lestari antara warga negara satu dengan yang

lainnya dalam polis. Itu juga berarti bahwa terdapat kewajiban bagi negara untuk menjaga,

memelihara dan melestarikan hubungan khusus bagi warga negara tersebut.37

Pada zaman Abad Pertengahan hakikat negara sebagai organisasi masyarakat yang

disebut Civitas. Saat itu terdapat dua organisasi kemasyarakatan yaitu Civitas Dei

(masyarakat keagamaan- Negara Teokrasi) dan Civitas Terena (masyarakat keduniawian –

35 C. F. Strong, Op. Cit, p. 15., Bandingkan SPA Teamwork, Op. Cit., hlm. 24. 36 Abu Daud Busroh, Op. Cit., hlm. 21. 37J.H. Rapar, 1988, Filsafat Politik Aristoteles, Cetakan pertama, CV. Rajawali, Jakarta. Selanjutnya ditulis

J.H. Rapar 2 … Aristoteles, hlm. 33-35.

Page 21: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR ILMU NEGARA KONSEPSI ... - …

18

Negara Sekuler). Selain itu ada pula Civitas Academica (masyarakat akademis – masyarakat

ilmiah).

Pada permulaan Abad Modern, hakikat negara adalah milik suatu dinasti atau

imperium. Wujud hakikat negara saat itu masih tampak dari eksesnya yang dikenal luas

karena sangat terkenal yaitu adanya ungkapan L’etat c’est moi – negara adalah saya. Selain

hakikat negara seperti itu, dijumpai pula pandangan bahwa hakikat negara adalah suatu ikatan

tertentu atau status tertentu (staat – state). Status yang dimaksudkan adalah status bernegara

(status civil) sebagai lawan daripada status belum bernegara atau status alamiah (status

naturalis). Dalam status civil terdapat pengakuan terhadap hak-hak sivil atau hak asasi

manusia. Sebaliknya dalam status alamiah yang sering juga disebut sebagai keadaan hukum

rimba belum ada pengakuan hak asasi manusia.

Dalam zaman modern, hakikat negara ditinjau secara sosiologis dan yuridis. Secara

sosiologis, negara dilihat sebagai ikatan suatu bangsa, negara sebagai suatu organisasi

kewibawaan, atau ada pula yang menyatakan hakikat negara sebagai organisasi jabatan.

Sedangkan dari segi yuridis memandang ada tiga hakikat negara yaitu:

1. Sifat hakikat negara dari segi hukum kepemilikan dalam hukum perdata, seperti yang

dijadikan landasan dalam teori-teori feodal. Ini merupakan pengaruh hukum dogmatik

Romawi.

2. Sifat hakikat negara sebagai suatu perjanjian timbal balik antara dua pihak. Pihak

yang mengadakan perjanjian tersebut ada kemungkinan dua kelompok yang berbeda

dan kepentingannya juga berbeda; atau oleh suatu kelompok dengan kepentingan

yang sama, misalnya teorinya J. J. Rousseau.

3. Sifat hakikat negara sebagai suatu penjelmaan tata hukum nasional dari ide bernegara.

Page 22: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR ILMU NEGARA KONSEPSI ... - …

19

6. Unsur-unsur dan Ciri-ciri Negara

Unsur-unsur Negara berbeda dengan ciri-ciri negara. Unsur disebut juga elemen

merupakan bagian terkecil dari suatu benda, yang tidak dapat dibagi-bagi lagi, sebagai

pembentuk sesuatu – benada dan lain-lain. Sedangkan ciri adalah tanda-tanda khas –

karakteristik yang Nampak ke luar yang membedakan sesuatu deangan yang lain. Dengan

demikian, unsur-unsur negara adalah bagian-bagian pokok atau elemen-elemen esensial yang

harus ada sebagai pembentuk dan menjadikan Negara itu ada. Sedangkan ciri-ciri negara

adalah karakterisitik negara yang membedakan suatu negara dengan organisasi lain dalam

masyarakat.

Unsur-unsur pembentuk Negara yang pokok disebut unsur konstitutif Negara.38

Oppenheimer Lauterpacht39 menyatakan bahwa untuk dapat disebut sebagai negara maka

harus memenuhi syarat:

1. harus ada rakyat;

2. harus ada daerah/wilayah; dan

3. harus ada pemerintahan yang berdaulat.

Ketiga unsur tersebut merupakan hal yang pokok menurut pandangan tradisional

tentang unsur-unsur negara. Bahkan secara politis, unsur pemerintahan tidak mensyaratkan

harus berdaulat, sehingga unsur-unsur negara menurut konsep Ilmu Politik yaitu: penduduk

yang menetap, wilayah tertentu, dan pemerintahan.40 Hal itu tampak pada negara-negara yang

tergabung dalam Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), seperti: Filipina, Israel, Ukrainia, dan

Belarousia. Namun, Miriam Budiardjo dalam bukunya Dasar-dasar Ilmu Politik

menunjukkan unsure-unsur negara terdiri dari: wilayah, penduduk, pemerintah, dan

kedaulatan. Tetapi dinyatakan pula bahwa kedaulatan merupakan konsep yuridis yang tidak

38Razikin Daman, 1993, Hukum Tata Negara Suatu Pengantar, Raja Grafindo, Jakarta, hlm. 39Dalam Max Bolli Sabon, Op Cit,hlm.15. 40 H.M. Laica Marzuki, Mula Keberadaan Negara Republik Indonesia dalam Jimly Asshiddiqie, 2007,

“Konstitusi dan Ketatanegaraan Indonesia Kontemporer”, Cetakan pertama, The Biography Institute, Jakarta,

hlm. 180.

Page 23: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR ILMU NEGARA KONSEPSI ... - …

20

selalu sama dengan komposisi dan letak kekuasaan politik serta tidak ada kedaulatan yang

bersifat mutlak.41 Dengan demikian, unsue-unsur negara dalam Ilmu Politik yang

dikemukakan oleh Miriam Budiardjo pada prinsipnya hanya tiga, yaitu: wilayah, penduduk,

pemerintah. Selain ketiga unsur negara tersebut, saat ini muncul pandangan baru tentang

unsur negara dimana unsur negara ditambah satu unsur lagi yakni pengakuan negara lain

tentang kedaulatan negara tersebut.

Mengenai unsur-unsur negara telah dituangkan kedalam Konvensi Montevideo Tahun

1933 (Montevideo Convention on Rights and Duties of States of 1933), di dalam Pasal 1

ditentukan bahwa: The state as a person of international law should possess the following

qualifications:

(a) apermanent population;

(b) a defined territory;

(c) government; and

(d) capacity to enter into relations with the other states.

Dengan demikian, maka ada 4 (empat) unsur Negara yakni: ada penduduk yang tetap,

wilayah tertentu atau wilayah yang jelas, pemerintah dan kemampuan untuk mengadakan

hubungan dengan Negara lain. Keempat unsur ini menjadi elemen dasar dari adanya suatu

negara dalam pandangan Hukum Internasional. Disamping keempat unsur di atas, secara

doktrinal menurut pendapat Huala Adolf42 dan Wayan Parthiana43, unsur-unsur tersebut

ditambahkan lagi adanya unsur negara dapat mempertanggungjawabkan tindakan-tindakan

pejabat-pejabatnya terhadap pihak negara lain, dan negara harus merdeka.

A permanent population (Penduduk yang menetap).

Unsur esensial pertama untuk terbentuknya suatu negara yang ditentukan dalam

Konvensi Montevideo adalah penduduk, bukan rakyat, bangsa atau pun warga negara.

41 Miriam Budiardjo, Op. Cit., hlm 51-54. 42Huala Adolf, Aspek-Aspek Negara Dalam Hukum Internasional, Rajawali Pers, Jakarta, 1991, hlm. 2-8. 43Wayan Parthiana, Pengantar Hukum Internasional, CV. Mandar Maju, Bandung, 1990, hlm. 63-67

Page 24: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR ILMU NEGARA KONSEPSI ... - …

21

Penduduk merupakan landasan personal yang menentukan keberadaan negara, namun

dipersyaratkan penduduk yang menetap atau yang bertempat tinggal tetap di suatu wilayah

dalam negara. Karena itu, rakyat yang berkeliaran, yang berpindah-pindah dari suatu daerah

ke daerah lain (a wandering people) tidak termasuk unsur negara.44

Penduduk suatu negara terdiri dari warga negara dari negara bersangkutan (warga

negara sendiri) dan warga negara asing. Pasal 26 ayat (2) UUD 1945 menentukan bahwa

penduduk negara ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di

Indonesia. Pembedaan penduduk negara atas warga negara sendiri dan warga negara asing

berkaitan dengan status warga negara tersebut dalam hubungannya dengan negara, yakni

kedudukan hukum warga negara terhadap negara. Ada empat jenis status warga Negara

dalam hubungan dengan negara, yakni:45

1. Status positif, maksudnya bahwa warga negara berhak memperoleh fasilitas dan

jaminan terhadap hak dan kewajiban warga negara.

2. Status negatif. Ini merupakan kebalikan dari status positif, negara tidak berhak

mencampuri hak asasi warga negara, kecuali hal itu sangat diperlukan.

3. Status aktif, mengandung makna bahwa setiap warga negara berhak ikut serta dalam

pemerintahan negara.

4. Status pasif, artinya setiap warga negara tunduk terhadap perintah negara dan

mentaati ketentuan-ketentuan hukum yang dibentuk pemerintah.

A defined territory (wilayah tertentu atau wilayah yang jelas).

Wilayah negara adalah daerah teritorial tertentu sebagai tempat kedudukan suatu

Negara, dalam mana kekuasaan Negara berlaku atas penduduk yang bertempat tinggal

menetap di dalam daerah territorial tersebut.46 Wilayah merupakan landasan materiil atau

44Huala Adolf, 1991, Op. Cit., hlm. 3. 45Padmo Wahjono, Op. Cit., hlm. 64; Djokosutono, 1982, Ilmu Negara, Cetakan Pertama, Ghalia Indonesia,

Jakarta, hlm. 34, 35. 46 Razikin Daman, Op Cit, hlm. 15.

Page 25: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR ILMU NEGARA KONSEPSI ... - …

22

fisik sebagai unsur mutlak adanya Negara. Namun dipersyaratkan harus diakui secara efektif.

Artinya bahwa di dalam wilayah itu tidak ada kekuasaan lain daripada kekuasaan Negara

yang bersangkutan.47 Tetapi dalam praktek Negara dan putusan pengadilan maupun arbitrase

tidak ditentukan adanya syarat wilayah yang tetap atau batas-batas wilayah Negara tidak

dalam sengketa, melainkan asalkan wilayah tersebut cukup konsisten (sufficient consistency),

meskipun batas-batasnya belum secara akurat dibatasi. Misalnya, Israel sejak merdeka pada

tanggal 14 Mei 1948 tetap sebagai Negara walaupun wilayah perbatasannya masih

bermasalah. Demikian juga PLO, ketika wilayahnya diserobot oleh Israel, maka praktis

wilayahnya bermasalah. Dalam kaitan itu, J.G. Starke menyatakan bahwa unsur wilayah

bukanlah sebagai persyaratan pokok bagi keberadaan suatu Negara, walaupun fakta

menunjukkan bahwa semua Negara modern berada dalam batas-batas wilayah tertentu.48

Contoh Negara yang wilayahnya belum jelas batas-batasnya, misalnya Israel yang sudah

diterima sebagai anggota PBB pada Mei 1949 padahal wilayahnya belum belum ditentukan

dengan tepat karena masih menunggu hasil perundingan mengenai demarkasi. Karena itu

menurut Starke, perubahan wilayah suatu Negara – entah bertambah luas atau menyempit

tidaklah otomatis mengubah identitas Negara tersebut.

Wilayah Negara pada umumnya terdiri dari tiga bagian yaitu: wilayah darat, laut dan

udara. Wilayah Negara Republik Indonesia meliputi wilayah darat, wilayah perairan, dasar

laut, dan tanah di bawahnya serta ruang udara di atasnya, termasuk seluruh sumber kekayaan

yang terkandung di dalamnya (Pasal 4 UU No. 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara).

Konvensi Montevideo 1933 menentukan bahwa wilayah Negara harus jelas batas-batasnya.

Perbatasan wilayah antara Negara yang satu dengan Negara yang lain, pada umumnya antar

dua Negara ditentukan berdasarkan perjanjian internasional. Demikian pula dengan Negara

Indonesia bahwa, “batas Wilayah Negara di darat, perairan, dasar laut dan tanah di bawahnya

47 Padmo Wahjono, Loc. Cit. 48 J. G. Starke, 1988, Pengantar Hukum Internasional 1, Edisi kesembilan, Cetakan Pertama, Alih Bahasa:

Sumitro L.S. Danuredjo, PT Aksara Persada Indonesia, hlm. 83.

Page 26: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR ILMU NEGARA KONSEPSI ... - …

23

serta ruang udara di atasnya ditetapkan atas dasar perjanjian bilateral dan/atau trilateral

mengenai batas darat, batas laut, dan batas udara serta berdasarkan peraturan perundang-

undangan dan hukum internasional” (Pasal 5 UU No. 43 Tahun 2008).

Perbatasan wilayah darat dapat berupa perbatasan alami dan buatan. Perbatasan yang

menggunakan faktor alam antgara lain menggunakan gunung, sungai, atau laut. Misalnya

antara Indonesia di wilayah Kalimantan Barat dengan Malaysia di Negara Bagian Serawak

dibatasi dengan pegunungan Kapuas Hulu. Uni Soviet (Rusia) dan Republik Rakyat Cina

dibatasi oleh Sungai Amur. Sedangkan perbatasan yang menggunakan laut, misalnya antara

Indonesia dan Australia serta Indonesia dan Filipina. Perbatasan buatan wilayah darat antar

Negara misalnya Tembok Berlin – Berlin Wall (bahasa Jerman: Berliner Mauer)49 yang

dibangun pada tanggal 13 Agustus 1961 menjadi perbatasan antara Jerman Barat dan Jerman

Timur. Berbeda dengan itu, perbatasan di antara Belgia, Nederland dan Luxemburg dibuat

dengan tonggak atau kawat berduri. Sementara itu, Korea Utara dan Korea Selatan

dipisahkan dengan perbatasan berupa garis linier yakni garis lintang (bumi) 380 lintang

selatan yang dibuat sesudah berakhirnya perang Korea pada tahun 1950 – 1953 yang

mengakibatkan terbelahnya Korea menjadi dua bagian.50

Wilayah udara suatu negara adalah udara di atas wilayah daratan dan laut teritoral,

apabila negara memiliki lautan sebagai wilayah territorial, yang ditarik vertikal ke atas dari

perbatasan wilayah darat dan laut negara yang bersangkutan. Namun demikian belum

terdapat instrument hukum nasional maupun internasional yang menentukan mengenai batas

49Tembok Berlin adalah sebuah tembok pembatas terbuat dari beton yang dibangun oleh Republik

Demokratik Jerman (Jerman Timur) yang memisahkan Berlin Barat dan Berlin Timur serta daerah Jerman

Timur lainnya sehingga membuat Berlin Barat sebuah enklave. Tembok ini mulai dibangun pada tanggal 13

Agustus 1961. Oleh otoritas Jerman Timur, Tembok Berlin dikatakan sebagai "Benteng Proteksi Anti-Fasis.

Tanggal ketika tembok ini mulai dihancurkan adalah 9 November 1989 merupakan keruntuhan Tembok Berlin

yang membuka jalan terbentuknya Reunifikasi Jerman, 3 Oktober 1990. Lihat:

http://id.wikipedia.org/wiki/Tembok_Berlin. 50 FX. Adji Samekto, 2009, Negara dalam Dimensi Hukum Internasional, Cetakan ke-1, PT Aditya Bakti,

Bandung, hlm. 7.

Page 27: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR ILMU NEGARA KONSEPSI ... - …

24

ketinggian wilayah udara. Para ahli pada umumnya menggunakan teori ICAO (International

Civil Aviation Organization) yang merujuk Konvensi Chicago 1944 (Convention on

Internasional Civil Aviation 1944) yang mengatur kepentingan umum yang menjadi tanggung

jawab pemerintah dalam kegiatan penerbangan sivil internasional. Berdasarkan teori ini,

batas ketinggian wilayah udara dihitung berdasarkan ketinggian maksimal yang mampu

dicapai oleh pesawat udara biasa yang terbang dengan mendapat gaya angkat aerodinamis

dari udara, bukan dengan mesin pendorong seperti roket. Ada pula Teori yang mengandalkan

pada kemampuan negara di bawah ruang udara untuk nelaksanakan kekuasaannya secara

efektif untuk menghitung ketinggian ruang udara suatu negara.51

Wilayah peraian tidak dimiliki oleh setiap negara. Sebab ada negara yang memiliki

laut (coastal state atau littoral state), sebaliknya ada pula negara yang tidak memiliki laut

(landlocked state). Di dunia terdapat 40 Negara yang tidak mempunyai Laut.52 Negara

tersebut hanya berbatasan darat dengan satu negara atau dengan beberapa negara. Di Benua

Eropa terdapat paling banyak negara yang tidak memiliki laut. Kazakhstan adalah negara

dengan wilayah terluas di Benua Asia yang tidak memiliki laut. Tetapi, sebenarnya

Kazakhstan memiliki perbatasan darat dengan sebuah danau air asin yaitu danau Kaspia yang

kadang-kadang disebut juga sebagai laut Kaspia.

Berdasarkan pada United Nations Convention on the Law of the Sea 1982 penggunaan

dan wilayah-wilayah laut dibedakan atas: laut territorial, zona tambahan (continuous zone),

zona ekonomi ekslusif, dan landas kontinen. Di laut territorial pada prinsipnya negara

memiliki kedaulatan penuh pada udara di atasnya, kolam air, dasar laut, dan tanah di

51Ibid, hlm. 8 52 Di Benua Afrika terdapat 16 Negara yang tidak mempuyai Laut, yaitu: Botswana, Burkina Faso, Burundi,

Chad, Ethiopia, Lesotho, Malawi, Mali, Niger, Republik Afrika Tengah, Rwanda, Sudan Selatan, Swaziland,

Uganda, Zambia, Zimbabwe. Di Benua Amerika: Bolivia dan Paraguay. Di Benua Asia,10 Negara:

Afghanistan, Bhutan, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Laos, Mongolia, Nepal, Tajikistan, Turkmenistan, Uzbekistan.

Di Benua Eropa,17 Negara: Andorra, Armenia, Austria, Azerbaijan, Belarus, Ceko, Hungaria, Kosovo,

Liechtenstein, Luksemburg, Makedonia, Moldova, San Marino, Serbia, Slovakia, Swiss dan Vatikan. Lihat:

KYNSTAR, http://kynstar.com/daftar-negara-yang-tidak-mempunyai-laut.php, Kamis, 7 Agustus

2014, hlm. 1-3.

Page 28: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR ILMU NEGARA KONSEPSI ... - …

25

bawahnya. Dengan demikian, negara pantai berhak untuk menetapkan regulasi berkaitan

dengan pertahanan keamanan dan perekonimian. Lebar laut teritorial adalah tidak melebihi

12 mil laut, diukur dari garis pangkal yang ditentukan sesuai dengan Konvensi ini. Namun di

wilayah laut teritorial itu berlaku prinsip hak lintas damai (the right of innocent passage).

Kapal semua Negara, baik berpantai maupun tidak berpantai, menikmati hak lintas damai

melalui laut teritorial.

Zona tambahan merupakan suatu zona yang berbatasan dengan laut teritorialnya,

dalam mana Negara pantai dapat melaksanakan pengawasan yang diperlukan untuk

mencegah pelanggaran peraturan perundang-undangan bea cukai, fiskal, imigrasi atau saniter

di dalam laut teritorialnya. Selain itu, juga untuk menghukum pelanggaran peraturan

perundang-undangan tersebut di atas yang dilakukan di dalam wilayah atau laut teritorialnya.

Lebar zona tambahan tidak dapat melebihi 24 mil laut dari garis pangkal dari mana lebar laut

teritorial diukur.

Zona ekonomi eksklusif (ZEE) adalah suatu daerah di luar dan berdampingan dengan

laut teritorial, yang luasnya tidak boleh melebihi 200 mil laut dan tunduk pada rezim hukum

khusus dalam mana Negara pantai tidak berdaulat penuh melainkan mempunyai hak-hak

berdaulat dan yurisdiksi pada bidang-bidang tertentu. Negara pantai memiliki hak berdaulat

untuk melakukan eksplorasi dan eksploitasi, konservasi dan pengelolaan sumber kekayaan

alam hayati maupun non-hayati. Selain itu, juga melakukan produksi energi dari air, arus dan

angin untuk keperluan eksplorasi dan eksploitasi ekonomi zona tersebut. Yurisdiksi negara

pantai yaitu: pembuatan dan pemakaian pulau buatan, instalasi dan bangunan; riset ilmiah

kelautan serta perlindungan dan pelestarian lingkungan laut. Namun demikian, Negara Pantai

memikul kewajiban berkaitan dengan status perairan ZEE sebagai perairan laut lepas, antara

lain: tidak boleh menghalang-halangi kebebasan berlayar, penerbangan di atas ZEE dan

pemasangan kabel-kabel di bawah laut serta melakukan konservasi kekayaan hayati laut.

Page 29: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR ILMU NEGARA KONSEPSI ... - …

26

Landas kontinen suatu Negara pantai meliputi dasar laut dan tanah di bawahnya dari

daerah di bawah permukaan laut yang terletak di luar laut teritorialnya sepanjang kelanjutan

alamiah wilayah daratannya hingga pinggiran luar tepi kontinen. Batas terluar landas

kontinen adalah sampai dengan batas terluar tepian kontonen atau sampai dengan jarak 200

mil laut dari garis pangkal apabila batas terluar tepian kontinen tersebut kurang dari 200 mil

dari garis pangkal. Negara pantai menjalankan hak berdaulat di landas kontinen untuk tujuan

mengeksplorasinya dan mengekploitasi sumber kekayaan alamnya. Hak berdaulat tersebut

bersifat eksklusifnya artinya bahwa apabila Negara pantai tidak mengekplorasi landas

kontinen atau mengekploitasi sumber kekayaan alamnya, tiada seorang pun dapat melakukan

kegiatan itu tanpa persetujuan tegas Negara pantai.

A government (Pemerintah).

Adanya pemerintah atau pemerintahan yang berkuasa atas seluruh wilayahnya dan

segenap rakyatnya merupakan syarat mutlak keberadaan negara. Pemerintahan lain atau

negara lain tidak berkuasa di wilayah dan atas rakyat negara itu.

Pemerintah adalah seseorang atau beberapa orang yang memimpin dalam suatu

organisasi yang disebut Negara, atau pemerintah adalah organisasi yang mengatur,

menyelenggarakan dan melaksanakan kekuasaan Negara.53 C.F. Strong menerangkan arti

kata government, sebagai berikut:

1. Pemerintah pada hakikatnya adalah kekuasaan yang terorganisir atau suatu oraganisasi

yang diberikan hak untuk melaksanakan kekuasaan yang berdaulat.

2. Pengertian yang lebih luas (in the broad sense) bahwa pemerintah adalah sesuatu yang

lebih besar daripada kabinet. Dalam hal ini pemerintah tidak hanya terdiri dari Presiden

atau Perdana Menteri dengan menteri-menterinya, melainkan termasuk juga aparatur di

luar itu di lingkungan pemerintah.

53 Razikin Daman, Op Cit, hlm. 21

Page 30: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR ILMU NEGARA KONSEPSI ... - …

27

3. Pengertian yang lebih luas lagi (in the broader sense) bahwa pemerintah meliputi:

kekuatan militer atau yang mengendalikan angkatan bersenjata; kekuasaan legislatif,

kekuasaan finansial, dan kekuasaan penegakan hukum yang dibentuk atas nama Negara.

Atau secara singkat dinyatakan sebagai kekuasaan legislatif, eksekutif dan judisial.54

Kekuasaan eksekutif digunakan untuk dua pengertian yaitu: pertama, eksekutif dalam

pengertian luas (the broader sense) adalah kepala pemerintahan: presiden atau perdana

menteri termasuk keseluruhan menteri-menteri, pelayanan sivil, polisi, dan militer. Kedua,

eksekutif dalam arti lebih sempit (narrower sense) adalah pimpinan tertinggi kekuasaan

eksekutif ialah presiden atau perdana menteri, sesuai dengan sistem pemerintahannya.55

Sedangkan arti pemerintah menurut Utrecht meliputi 3 pengertian yang tidak sama

yaitu:

1) Pemerintah sebagai gabungan dari semua badan kenegaraan yang berkuasa memerintah

dalam arti kata yang luas. Jadi meliputi legislatif, eksekutif dan yudikatif.

2) Pemerintah sebagai gabungan badan-badan kenegaraan tertinggi yang berkuasa

memerintah di wilayah suatu Negara. Misalnya: Raja, presiden, sultan, dsb.

3) Pemerintah dalam arti kepala Negara (presiden) bersama-sama dengan menteri-

menterinya, yang berarti organ eksekutif yang biasa disebut dewan mentri atau kabinet.

Pemerintah memiliki kedaulatan atau mempunyai kekuasaan baik ke dalam ataupun

kedaulatan ke luar wilayah negaranya. Kedaulatan ke dalam artinya pemerintah memiliki

wewenang tertinggi dalam mengatur dan menjalankan organisasi negara sesuai dengan

peraturan perudang-undangan yang berlaku. Kedaulatan ke luar, artinya pemerintah berkuasa

bebas, tidak terikat dan tidak tunduk kepada kekuatan lain, selain kekuatan-kekuatan yang

telah ditetapkan.Starke menyatakan bahwa pada zaman modern ini kedaulatan memiliki arti

yang jauh lebih terbatas daripada masa abad ke-18 atau ke-19. Kedaulatan suatu negara

54 C.F. Strong, Op. Cit., hlm. 6. 55 C.F. Strong, Op. Cit., hlm. 213.

Page 31: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR ILMU NEGARA KONSEPSI ... - …

28

merupakan residu daripada kekuasaan yang dimiliki dalam batas-batas yang ditetapkan dalam

Hukum Internasional. Selain itu, secara praktis kedaulatan yang dimiliki suatu negara tidak

sama dengan negara lain. Sebagian besar negara lebih berkuasa dan lebih bebas daripada

negara lain, bahkan terdapat diskrepansi antara negara-negara merdeka – berdaulat dengan

negara-negara atau entitas yang tidak merdeka. Karena itu, kedaulatan lebih merupakan suatu

art daripada ekspresi hukum yang dapat diformulasikan secara tepat.56

A capacity to enter into relations with other states (kemampuan untuk mengadakan

hubungan dengan Negara lain).

Unsur ini merupakan unsur khusus yang ditambahkan dalam Hukum Internasional.

Persoalannya adalah apakah yang merupakan “kemampuan” apakah secara fisik atau

yuridis?, atau apa yang menjadi kriterianya? Dalam Hukum Internasional (HI) maka

pengertian kemampuan adalah secara yuridis, artinya bahwa Negara tersebut memiliki

kewenangan (kedaulatan) untuk mengadakan hubungan dengan Negara lain. Sedangkan

kriterianya belum ada ukurannya, lebih banyak didasarkan pada faktor politik subyektif

praktis.57

Dari sudut pandang HI Pengakuan dari negara lain sangatlah penting sebelum negara

baru tersebut menjalin hubungan dengan negara lain. Starke menyatakan unsur keempat

merupakan unsur terpenting. Suatu negara harus mmemiliki kemampuan atau kekuasaan

untuk mengadakan hubungan dengan negara lain, yang membedakan dengan anggota-

anggota suatu federasi atau protektorat-protektorat yang tidak memiliki kekuasaan luar negeri

dan tidak diakui sebagai anggota masyarakat internasional yang sepenuhnya berdiri sendiri.58

Pengakuan dari negara lain terdapat dua jenis, yaitu: pengakuan de facto dan de jure.

Pengakuan de facto adalah pengakuan berdasarkan kenyataan (fakta-fakta) bagi negara baru

56 J.G. Starke, 1988, Op. Cit., hlm 87. 57 Wayan Parthiana, Op Cit, hlm.66 58J.G. Starke, 1988, Op. Cit., hlm 83.

Page 32: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR ILMU NEGARA KONSEPSI ... - …

29

yang telah memenuhi unsur konstitutif. Pengakuan defacto sifatnya adalah sementara, karena

menunggu perkembangan negara tersebut. Jika suatu negarabaru dapat berlangsung dalam

jangka waktu lama dan dapat diterima menurut hukum maupun kebiasaan internasional maka

dapat memperoleh pengakuan secara de jure. Pengakuan de jure adalah pengakuan terhadap

sah berdirinya suatu negara menurut HI. Dengan memperoleh pengakuan secara de jure,

maka suatu negara akan mendapat hak dan kewajibannya menurut HI. Negara yang

bersangkutan akan memiliki kedaulatan penuh terhadap negaranya. Contoh pengakuan secara

de jure pada bangsa Indonesia, yaitu: Inggris pada tanggal 31 Maret 1947, Amerika Serikat

pada tanggal 17 April 1947, Uni Soviet pada tanggal 26 Mei 1948 (sekarang negara Rusia),

dan Belanda pada tanggal 27 Desember 1949

Jika unsur-unsur Negara tersebut di atas dikorelasikan dengan teori pengakuan

terhadap berdirinya Negara, terdapat perbedaan pandangan tentang unsur adanya Negara.

Ada 2 (dua) teori yakni:

1. Teori deklaratif (Declaratory Theory atau Evidentiary Theory), yang menyatakan

bahwa Negara dianggap ada atau berdiri jika ada 3 (tiga) unsur yakni penduduk,

wilayah, dan pemerintahan. Dengan terpenuhinya ketiga unsur tadi maka suatu negara

sudah dianggap berdaulat dan memiliki hak serta kewajiban. Pengakuan sifatnya

hanyalah administratif yakni pencatatan terhadap keberadaan negara tersebut.

2. Teori konstitutif (Constitutive Theory), negara baru dianggap ada atau berdiri jika

memenuhi ke empat unsur sesuai dengan konvensi Montefideo. Suatu negara belum

dianggap ada jika hanya memenuhi ke 3 unsur tersebut yakni penduduk, wilayah dan

pemerintahan. Untuk diakui sebagai sebuah negara yang memiliki kedaulatan maka

diperlukan pengakuan oleh negara-negara lainnya.

Akan halnya dengan Negara Republik Indonesia, keempat unsur-unsur Negara yang

ditetapkan di dalam Konvensi Montefideo 1933 telah diformulasikan secara konstitusional di

Page 33: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR ILMU NEGARA KONSEPSI ... - …

30

dalam UUD 1945, baik dalam Pembukaan maupun Batng Tubuh. Namun demikian, dalam

tahun-tahun awal Indonesia berdiri pernah diragukan eksisitensinya sebagai sebuah Negara

yang berdaulat, tidak hanya oleh Negara Belanda dan sekutunya yang tidak rela Indonesia

lepas dari cengkraman penjajahannya; tetapi juga terdapat perdebatan di antara anak bangsa

Indonesia. Perdebatan tersebut berpangkal pada unsur-unsur Negara, terutama unsur

pemerintahan.

A.G. Pringgodigdo menyatakan bahwa Negara Republik Indonesia berdiri pada

tanggal 18 Agustus 1945 karena pada tanggal 17 Agustus 1945 belum semua syarat – unsur-

unsur Negara terpenuhi, yakni belum ada unsur pemerintahan. Menurut Pringgodigdo dengan

merujuk pada ilmu kenegaraan, suatu bangsa dikatakan bernegara jika sudah memenuhi 4

(empat) syarat, yaitu: ada rakyatnya; ada daerahnya; ada pemerintahnya; dan ada

kedaulatannya. Keberadaan Negara Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 baru

memenuhi 3 (tiga) syarat, yakni: rakyatnya yaitu bangsa Indonesia; daerahnya yaitu tanah air

Indonesia, yang dahulu disebut Hindia-Belanda; dan kedaulatan yaitu sejak diucapkan

Proklamasi Kemerdekaan. Sedangkan unsure pemerintahan belum jelas. Selain itu, belum

jelas pula mengenai bentuk Negara yang akan didirikan sebab Proklamasi 17 Agustus 1945

tidak menyebutkan mengenai bentuk Negara, melainkan hanya menyatakan kemerdekaan.59

Sependapat dengan Pringgodigdo ialah Assaat dan Notonagoro, tetapi dengan

argumentasi yang berbeda. Assaat mengkonstantir bahwa Undang-Undang Dasar (UUD)-lah

sebagai dasar adanya suatu Negara sebab UUD merupakan dasar dari segala hukum yang

berlaku dalam Negara. Segala peraturan umum harus berdasarkan pada dan tidak dapat

menyimpang dari UUD. UUD Proklamasi 1945 baru ditetapkan sehari setelah kemerdekaan

Indonesia. Dengan demikian, Negara Republik Indonesia baru dinyatakan ada pada tanggal

59 A.G. Pringgodigdo, “Sejarah Pembuatan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945”,

Majalah Hukum dan Masyarakat tahun ke III nomor 2, Mei 1958, hlm. 17 dan 19 dalam J.C.T. Simorangkir,

1984, Penetapan Undang-Undang Dasar Dilihat dari Segi Ilmu Hukum Tata Negara Indonesia, Gunung

Agung, Jakarta, hlm. 161, 162.

Page 34: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR ILMU NEGARA KONSEPSI ... - …

31

18 Agustus 1945, saat mana UUD 1945 ditetapkan dalam sidang Panitia Persiapan

Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Notonagoro menyatakan bahwa Proklamasi 17 Agustus

1945 merupakan pembentukan Negara dalam makna in concreto karena belum terdapat

unsur-unsur Negara, melainkan baru sebatas potensi adanya Negara. UUD 1945 hanya

mengatur organisasi Negara yang sudah ada. Namun, Pembukaan UUD 1945 yang ditetapkan

tanggal 18 Agustus 1945 sebagai staats fundamental norm, yang tidak dapat diubah dengan

jalan apa pun, merupakan saat dimulainya tata tertib hukum baru. Saat itulah dimulai adanya

Negara karena telah terpenuhinya syarat-syarat adanya tertib hukum sebagai syarat

terbentuknya Negara. Notonagoro menyatakan adanya 4 (empat) syarat bagi adanya tertib

hukum, yaitu60:

1. Adanya kesatuan subyek (penguasa) yang mengadakan aturan-aturan hukum, yakni

pemerintah Negara Indonesia.

2. Adanya kesatuan asas kerohanian yang meliputi atau menjadi dasar keseluruhan

aturan-aturan hukum itu, yaitu Pancasila.

3. Adanya kesatuan daerah, tempat bagi keseluruhan aturan-aturan hokum itu berlaku.

4. Adanya kesatuan waktu, saat keseluruhan aturan-aturan hokum itu berlaku.

Sementara itu, terdapat lebih banyak pandangan yang menyatakan bahwa Negara

Republik Indonesia telah berdiri pada tanggal 17 Agustus 1945. Mereka yang menyatakan

demikian antara lain: pihak pemerintah, Simorangkir, B.P. Paulus, Tolchah Mansoer, Mas

Soebagio dan M. Nasroen. Pihak pemerintah menggunakan dokumen otentik sebagai

argumentasi, antara lain: Peraturan Presiden No. 2 Tahun 1945, tanggal 10 Oktober 1945; dan

UU No. 6 Tahun 1947 tentang Perubahan atas UU No. 3 tahun 1946 tentang Warga Negara

dan Penduduk Negara, yang diberlakukan surut mulai tanggal 17 Agustus 1945.61

60 H.M. Laica Marzuki, Op. Cit., hlm. 181, 182. 61H.M. Laica Marzuki, Op. Cit., hlm. 182.

Page 35: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR ILMU NEGARA KONSEPSI ... - …

32

Simorangkir menambahkan dokumen otentik selain yang sudah dikemukakan oleh

pihak pemerintah dan argumentasi yang lain atas pendapatnya bahwa Negara Republik

Indonesia berdiri tanggal 17 Agustus 1945, yaitu62:

1. Piagam Persetujuan Pemerintah Republik Indonesia Serikat dan Pemerintah Republik

Indonesia tanggal 19 Mei 1950. Dalam persetujuan tersebut disepakati antara lain:

“kami menyetujui dalam waktu sesingkat-singkatnya bersama-sama melaksanakan

Negara Kesatuan, sebagai jelmaan daripada Republik Indonesia berdasarkan

Proklamasi 17 Agustus 1945...”

2. UU No. 7 tahun 1950 tentang Penetapan Perubahan KRIS 1949 menjadi UUDS 1950.

Pada bagian Menimbang dinyatakan antara lain: “...bahwa Negara yang berbentuk

Republik Kesatuan ini sesungguhnya tidak lain daripada Negara Indonesia yang

kemerdekaannya oleh rakyat diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945…”

3. UU No. 62 Tahun 1958 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia, Pasal 1 huruf

a menentukan bahwa “orang-orang yang berdasarkan perundang-undangan dan/atau

perjanjian-perjanjian dan/atau peraturan-peraturan yang berlaku sejak Proklamasi 17

Agustus 1945 sudah warganegara Republik Indonesia”.

4. Bung Karno pada Proklamasi 17 Agustus 1945 menyampaikan pidato singkat,

sebagaimana dilukiskan oleh Osman Raliby dalam bukunya, mengatakan bahwa

“…kita sekarang telah merdeka! Tidak ada satu ikatan lagi yang mengikat tanah air

dan bangsa kita 1 Mulai saat ini kita menyusun Negara kita! Negara merdeka, Negara

Republik Indonesia, merdeka kekal abadi. …”

B.P. Paulus menyatakan bahwa walaupun dalam UU No. 6 Tahun 1947 tidak

dinyatakan pemberlakukan surut pada tanggal 17 Agustus 1945 sebagai peristiwa mula

terbentuknya Negara Republik Indonesia, namun dengan menjadikan tanggal 17 Agustus

62 J.C.T. Simorangkir, Op. Cit., hlm 164,165.

Page 36: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR ILMU NEGARA KONSEPSI ... - …

33

1945 sebagai mula pemberlakuan perolehan status kewarganegaraan Indonesia berarti pada

saat tanggal 17 Agustus 1945 sudah ada Negara Republik Indonesia, sebab hal

kewarganegaraan merupakan salah satu sendi adanya Negara. Selanjutnya ditegaskan bahwa

pentingnya mengetahui saat berdirinya Negara Republik Indonesia karena berkaitan dengan

ketentuan adanya warga Negara Republik Indonesia yang secara yuridis telah menjadi WNI

sejak tanggal 17 Agustus 1945.63

Moh Tolchah Mansoer64 menyatakan bahwa “…, berdirinya Negara Republik

Indonesia adalah 17 Agustus 1945”. Ditegaskan bahwa lebih tepat jika dinyatakan bahwa

UUD berlaku sejak tanggal 18 Agustus 1945 sebagai satu rangkaian tidak terpisahkan dengan

Proklamasi 17 agustus 1945, yang bagaimana pun ia merupakan norma dasar. Tolchah

Mansoer juga mengemukakan bahwa A.G. Pringgodigdo telah meninggalkan pendapatnya

mengenai Negara Republik Indonesia baru ada tanggal 18 Agustus 1945, kemudian

menyatakan Negara Indonesia berdiri tanggal 17 Agustus 1945. Perubahan pendapat itu

terjadi setelah beliau membaca teorinya Kelsen.

Mas Soebagio menyatakan bahwa Negara Republik Indonesia lahir tanggal 17

Agustus 1945 sebab pada saat itu disamping mulainya tertib hukum baru, juga daerah, rakyat,

dan pemerintahan sudah ada. Sementara itu, M. Nasroen, walaupun tidak secara eksplisit

menyatakan saat berdirinya Negara Indonesia, namun pendapatnya inklusif di dalam

pernyataannya bahwa “… sesungguhnyalah Negara itu adalah dari, oleh dan untuk rakyat,

yaitu Negara itu adalah berasal dari kemauan rakyat, dan Negara itu hanya alat yang

diadakan oleh rakyat untuk mencapai ujudnya melalui Negara itu sebagai.... bernegara

menghendaki adanya kesadaran sebagai rakyat yang satu dan tertentu, memiliki suatu daerah

63 B.P. Pauluas, 1983, Kewarganeraan RI Ditinjau dari UUD 1945 Khususnya Kewarganegaraan

Peranakan Tionghoa Tinjauan Filosofis, Historis, Yuridis Konstitusional, Pradnya Paramita, Jakarta, hlm. 105. 64 Moh. Tolchah Mansoer, 1977, Pembahasan Beberapa Aspek tentang Kekuasaan-kekuasaan Eksekutif

dan Legislatif Negara Indonesia, Cetakan kedua, Pradnya Paramita, Jakarta, hlm. IX, 11.

Page 37: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR ILMU NEGARA KONSEPSI ... - …

34

yang satu dan tertentu dan mempunyai pemerintahan yang tertentu.65 Bahkan, tidak sekedar

sebagai rakyat melainkan sebagai bangsa. Hal itu dengan jelas dapat dilihat pada teks

Proklamasi 17 Agustus 1945 bahwa yang memproklamasikan Negara Republik Indonesia

ialah bangsa Indonesia, bukan rakyat Indonesia.

Negara pada dasarnya merupakan organisasi kekuasaan. Sebagai organisasi, negara

memiliki ciri-ciri yang berbeda dibandingkan organisasi lainnya dalam masyarakat. Menurut

Miriam Budiardjo, ciri-ciri negara yaitu: 66

a. Negara Bersifat Memaksa - Negara bersifat memasak artinya bahwa negara

memiliki kekuasaan fisik sifatnya legal. Alat untuk itu adalah seperti tentara, polisi,

dan alat hukum lainnya. Dengan adanya sifat yang memasak, maka semua peraturan

perundang-undangan yang berlaku diharapkan akan ditaati sehingga keamanan dan

ketertiban negara pun tercapai;

b. Negara Bersifat Monopoli - Negara bersifat monopoli artinya negara menetapkan

tujuan bersama masyarakat, yaitu dengan menentukan mana yang boleh/baik dan juga

mana yang tidak boleh/tidak baik karena akan dianggap bertentangan dengan tujuan

suatu negara dan masyarakat;

c. Negara Bersifat Mencakup Semua - Negara bersifat mencakup semua artinya

segala peraturan perundang-undangan yang berlaku adalah untuk semua orang tanpa

kecuali.

Victor Situmorang menyatakan ciri-ciri negara yaitu: coercive instrument (alat yang

memaksa), zwang ordenung (tata tertib memaksa), top organisasi, physieke geweld, dan

exorbitante rechten (hak-hak luar biasa).67 Negara sebagai coercive instrument dikemukakan

oleh Harold J. Laski, yang ditunjukkan dengan fakta sosiologis bahwa negara memiliki

militer dan polisi serta adanya peraturan perundang-undang yang memuat ancaman sanksi

65M. Nasroen, 1957, Asal Mula Negara, Penerbit Ichtiar, Jakarta, hlm. 10-11, 118. 66Ibid,hlm 40-41 67Victor Situmorang, Op. Cit., hlm. 10, 11.

Page 38: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR ILMU NEGARA KONSEPSI ... - …

35

pidana sehingga perseorangan maupun organisasi tidak dapat menyimpang dari peraturan

perundang-undangan yang ditetapkan oleh negara.

Adanya peraturan perundang-undangan yang memuat sanksi dan adanya hak milik

bagi negara menunjukkan juga bahwa negara sebagai zwang ordenung. Walaupun demikian,

negara tidak serta merta secara sembarangan mengaplikasikan sifatnya tersebut. Negara akan

mengenakan sanksi hanya jika terjadi pelanggaran terhadap tata tertib yang telah ditetapkan.

Bahkan untuk itu, negara dapat menggunakan paksaan yang bersifat fisik - physieke geweld,

misalnya negara dapat melakukan penyitaan, penyandraan, dan menghukum.

Selain ketiga ciri-ciri negara tersebut di atas, negara adalah juga sebagai top

organisasi dibandingkan dengan berbagai organisasi lain dalam masyarakat. Negara dianggap

sebagai organisasi yang paling tinggi dan paling baik mengenai bentuk dan susunan

organisasinya, Undang-Undang Dasarnya, tujuan organisasi, maupun jumlah anggotanya –

warganya. Ciri ini membawa implikasi pada adanya hak-hak luar biasa - exorbitante rechten

yang melekat pada negara, misalnya: negara dapat memungut pajak, mencetak uang, bahkan

dapat mengambil nyawa orang melalui penerapan hukuman mati terhadap pelaku tindak

pidana sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

7. Tujuan dan Fungsi Negara

Tujuan dan fungsi memiliki sifat yang abstrak dan idiil. Tujuan menunjukkan apa

yang dicita-citakan, apa yang hendak dicapai atau diwujudkan oleh “Negara”. Sedangkan

Fungsi adalah pelaksanaan dari tujuan yang hendak dicapai atau diwujudkan. Fungsi bersifat

riil dan konkret. Fungsi adalah pelaksanaan dari tujuan yang hendak dicapai. Fungsi adalah

riil dan konkret. Tujuan tanpa fungsi adalah steril, fungsi tanpa tujuan adalah mustahil.

Tujuan tanpa fungsi adalah steril, fungsi tanpa tujuan adalah mustahil. 68 Dengan demikian

Tujuan negara adalah cita-cita yang hendak dicapai oleh negara. Sedangkan fungsi negara

68http://www.artikelsiana.com

Page 39: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR ILMU NEGARA KONSEPSI ... - …

36

adalah peranan negara untuk mewujudkan cita-cita tersebut. Karena itu, tujuan negara

merupakan konsepsi sosiologis, sedangkan fungsi negara merupakan konsepsi yuridis. Hal itu

dengan sangat jelas tampak dari teori bersegi dua – zweseiten theorie dari G. Jellinek.

Tujuan Negara.

Setiap Negara mempunyai tujuan-tujuan tertentu. Apa yang menjadi tujuan Negara

merupakan hal yang penting, karena akan menjadi pedoman bagaimana Negara disusun dan

dikendalikan, dan bagaimana rakyatnya diatur sesuai dengan tujuan tersebut. Teori tujuan

Negara pada umumnya digolongkan menjadi 2 (dua) yaitu: Teori tujuan Negara yang klasik

dan Teori tujuan Negara yang modern69

Teori Tujuan Negara Klasik.

Ada beberapa tokoh yang dapat digolongkan penganut Teori tujuan Negara klasik

yaitu: Lord Shang, Niccolo Macchiavelli, Dante Allegheire. Shang Yang adalah Menteri

Tiongkok yang terkenal pula dengan nama Lord Shang, hidup pada tahun 523-428 SM.

Bukunya yang terpenting adalah A classic of the Chinese School of Law. Pada masanya,

pemerintahan Tiongkok sangat kacau dan pemerintahannya sangat lemah, dimana daerah-

daerah yang diperintah oleh gubernur tidak tunduk pada pemerintah pusat. Lord Shang

menjelaskan bahwa di dalam setiap Negara terdapat subyek yang selalu berhadapan dan

bertentangan, yaitu pemerintah dan rakyat. Kalau yang satu lemah maka yang lainnya kuat.

Dalam hal itu sebaiknya pihak pemerintahlah yang lebih kuat daripada rakyat supaya jangan

timbul kekacauan dan anarchism.

Jadi Tujuan Negara yang utama adalah suatu pemerintahan yang berkuasa penuh

terhadap rakyat. Sistem Lord Shang ini dapat ditemukan pada peraturan yang dibuat oleh

tokoh seperti Dzengis Khan dan Timur Lenk.

69 I Dewa Gde Atmadja,Op. Cit.,hlm.50

Page 40: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR ILMU NEGARA KONSEPSI ... - …

37

Niccolo Macchiavelli adalah seorang diplomat Italia yang hidup Antara Tahun 1429

– 1527. Bukunya adalah Il Principe (kepala Negara). Gagasannya tentang tujuan Negara

hampir mirip dengan Lord Shang, yakni Negara harus lebih kuat daripada rakyatnya. Tujuan

Negara adalah untuk memupuk kekuasaan guna mencapai kemakmuran rakyat. Menurutnya

pemerintah harus selalu berusaha agar tetap berada diatas segala aliran yang ada, ia harus

lebih berkuasa, dan kadang-kadang harus bersikap sebagai singa terhadap rakyat, supaya

rakyat takut kepada pemerintah. Jadi disini menurut Macchiavelli, dalam upaya untuk

mencapai tujuan Negara yaitu “kekuasaan”, Raja dapat menghalalkan segala cara (ends

justifies means).

Dante Allegheire adalah seorang filosof dan penyair yang hidup antara Tahun 1265-

1321. Teorinya ditulis dalam bukunya Die Monarchia. Tujuan Negara menurutnya adalah

menciptakan perdamaian dunia, dengan jalan menciptakan undang-undang yang seragam

bagi seluruh umat manusia. Kekuasaan sebaiknya berada ditangan raja/kaisar supaya

perdamaian dan keamanan terjamin. Dengan demikian maka secara tersirat tujuan Negara

menurut Dante adalah menciptakan “kerajaan dunia” (world emperium).

Teori Tujuan Negara Modern

Teori Tujuan Negara Modern dianut oleh beberapa sarjana antara lain Immanuel

Kant, Jacobsen dan Lipman, danJ.Barents. Immanuel Kant adalah seorang filsuf Jerman

yang hidup Antara Tahun 1724-1804, ia menulis dalam bukunya; Mataphysische

Afangsrunde (ajaran metafisika dalam hukum). Menurut pendapatnya manusia dilahirkan

sederajat dan segala kehendak,kemauan dalam masyarakat Negara harus berdasarkan pada

UU. Peraturan hukum harus dirumuskan secara tertulis dan menjadi dasar pelaksanaan

pemerintahan.Selain itu juga ia memandang perlunya pemisahan kekuasaan dalam

Negara,sebagaimana dikemukakan oleh Montesquieu.

Page 41: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR ILMU NEGARA KONSEPSI ... - …

38

Tujuan Negara menurut Kant adalah menegakkan hak-hak dan dan kebebasan warga

Negara atau kemerdekaan individu. Untuk menjamin kebebasan individu harus berupa

jaminan perlindungan HAM dan harus diadakan pemisahan kekuasaan dalam Negara.

Jacobsen dan Lipman, adalah sarjana Belanda yang membedakan antara tujuan

dengan fungsi Negara. Dalam bukunya Political Science, tujuan dari Negara yaitu:

a. Pemeliharaan ketertiban,

b. Memajukan kesejahtraan individu dan kesejahtraan umum, dan

c. Mempertinggi moralitas.

Sementara fungsi Negara adalah: fungsi esensial (fungsi yang diperlukan demi kelanjutan

Negara), fungsi jasa, dan fungsi perniagaan.70

J.Barents, dalam bukunya De Wetenschap der Politiek (Ilmu Politik), tujuan Negara

dikelompokkan dalam 2 klasifikasi yakni:

1. Tujuan Negara yang sebenarnya (asli dan utama), meliputi: pemeliharaan keteriban dan

keamanan serta pemeliharaan kesejahtraan umum.

2. Tujuan Negara yang tidak sebenarnya, yaitu untuk mempertahankan kedudukan kelas

yang berkuasa.

Padmo Wahyono, dalam bukunya “Negara Republik Indonesia”, menyatakan ada 4

kelompok teori tujuan Negara yaitu:

1. Teori Kekuasaan, bahwa tujuan Negara adalah semata-mata untuk mempertahankan

kekuasaan (machtstaat).

2. Teori Kemakmuran Negara (etatisme). Menurut teori ini pusat segala kehidupan ada

pada Negara, karena itu yang paling penting adalah Negara. Jadi Negara itu adalah

tujuan itu sendiri, dan bukan alat untuk mencapai kemakmuran (tipe polizeistaat ).

70 I Dewa Gde Atmaja,Op Cit.hlm54.

Page 42: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR ILMU NEGARA KONSEPSI ... - …

39

3. Teori Kemakmuran Individu. Menurut teori ini, tujuan Negara hanya dapat dicapai

melalui kebebasan individu (HAM) yang dijamin oleh UU.

4. Teori Kemakmuran Rakyat. Tujuan Negara mengutamakan kemakmuran rakyat, yang

harus dicapai secara adil.Dengan demikian maka dari segi tujuan Negara, tipe Negara

yang diidealkan adalah tipe Negara hukum-materiil (Social Service State).

Fungsi Negara

Fungsi Negara diartikan sebagai tugas organisasi Negara itu diadakan. Atau dapat

dikatakan bahwa fungsi Negara adalah dinamika Negara dengan segala aktifitas, peran yang

dimainkan dalam mencapai tujuan Negara.71 Ada bermacam-macam fungsi negara antara

lain:

1. Fungsi keamanan dan ketertiban: Negara memiliki fungsi kemanan dan ketertiban

yang mengandung maksud bahwa negara menjaga kemanan dan ketentraman dalam

masyarakat, serta mencegah bentrokan antarkelompok atau antar individu.

2. Fungsi kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya: Fungsi ini sngat penting, yakni

mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat yang pada hakikatnya merupakan

tujuan negara itu sendiri.

3. Fungsi pertahanan: Hal ini mengandung maksud bahwa negara berfungsi untuk

menjaga kemungkinan serangan dari luar. Oleh karena itu, negara perlu memiliki alat-

alat pertahanan yang kuat dan canggih.

4. Fungsi keadilan: Hal ini mengandung maksud bahwa negara memperlakukan setiap

orang secara adil sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 72

71 I Dewa Gede Atmadja, Op Cit,hlm.50. 72http://www.artikelsiana.com/2015/06/pengertian-negara-fungsi-unsur-unsur-sifat-sifat.html

Page 43: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR ILMU NEGARA KONSEPSI ... - …

40

Selain fungsi tersebut diatas, ada beberapa teori tentang fungsi Negara yang

dikemukakan oleh para sarjana yaitu:73John Locke, membagi fungsi Negara atas 3 (tiga)

fungsi yaitu:

a. Legislatif adalah fungsi membuat peraturan;

b. Eksekutif adalah fungsi melaksanakan peraturan; dan

c. Federatif adalah fungsi mengurusi urusan luar negeri dan urusan perang dan damai.

Selanjutnya Montesquieu, yang dikenal dengan teori “Trias Politika” nya membagi

fungsi negara menjadi:a. Legislatif yakni fungsi membuat peraturan/UU;b.Eksekutif yaitu

fungsi melaksanakan peraturan; dan c.Yudikatif yakni fungsi mengadili.Fungsi membuat

peraturan (legislative function) dilaksanakan oleh badan legislatif.Fungsi melaksanakan

Undang-undang (excecutive function) dilaksanakan oleh badan eksekutif.Fungsi Peradilan

(judicial function) dilaksanakan oleh badan peradilan. Dengan demikian ajaran trias politika

yang dikemukakan oleh montesqueiu merupakan ajaran tentang pemisahan kekusaan

(separation of power).Setiap fungsi tersebut terpisah satu dengan lainnya. Maksud pemisahan

fungsi tersebut, yaitu: sebagai berikut:

1. agar kekuasaan pemerintahan tidak terpusat pada satu tangan saja (raja);

2. untuk mencegah tindakan sewenang-wenang; dan

3. untuk menjamin adanya kebebasan berpolitik.

Hanya saja Ajaran trias politika tentang pemisahan kekuasaan dari Montesqie tersebut

sulit untuk diterapkan dinegara-negara modern karena beberapa hal:

a. fungsi negara modern tidak hanya terbatas dalam 3 fungsi itu, tetapi sudah bertambah

dengan fungsi-fungsi lain dan yang paling penting adalah fungsi kesejahteraan umum;

b. bahwa dalam negara-negara modern suatu fungsi tidak hanya dijalankan oleh satu organ

saja, tetapi oleh lebih dari satu organ.Misalnya dalam pembentukan undang-undang.

73 Soetomo, Op. Cit.,hlm. 37-38.

Page 44: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR ILMU NEGARA KONSEPSI ... - …

41

c. Pemisahan kekuasaan secara tegas akan memungkinkan timbulnya penyalahgunaan

kekuasaan (detournement de povoir).

d. Adanya prinsip checks and balances dalam penyelenggaraan kekuasaan negara.

Van Vollen Hoven, dengan teorinya “Catur Praja” menyatakanfungsi Negara terdiri

dari:

a. Regeling; membuat peraturan

b. Bestuur; pemerintahan

c. Rechtspraak; mengadili

d. Politie; fungsi ketertiban dan keamanan

Goodnow. Teorinya disebut dengan “Dwipraja” (Dichotomy). Fungsi Negara ada 2

yaitu:

a. Policy making, adalah fungsi pembentukan kebijaksanaan Negara pada waktu tertentu

untuk seluruh masyarakat.

b. Policy Eksexuting, adalah fungsi melaksanakan kebijaksanaan yang dibentuk melalui

fungsipolicy making.

Moh.Koesnardi mengemukakan fungsi Negara terdiri dari fungsi melaksanakan

penertiban (Law and order) dan fungasi menghendaki kesejahtraan dan kemakmuran

rakyatnya.

Selain teori fungsi Negara sebagaimana dikemukakan oleh para sarjana diatas,

terdapat pula beberapa teori lain tentang fungsi Negara seperti: anarkisme-nihilisme,

individualisme-liberalisme,sosialisme-komunisme, sindikalisme,Guild sosialisme, facisisme-

naziisme, dan Kollektifisme empiris.74

Anarkhisme-Nihilisme.Anarkhisme berasal dari bahasa Yunani yang berarti “tanpa

pemerintah” (non-rule). Anarkhisme didasarkan pada anggapan bahwa kodrat manusia adalah

74 Baca lebih lanjut dalam Gde Pantja Astawa dan Suprin Na’a, 2009, Memahami Ilmu Negara dan Teori

Negara, Refika Aditama, Bandung, hlm. 49-56.

Page 45: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR ILMU NEGARA KONSEPSI ... - …

42

baik dan bijaksana. Karenanya manusia tidak memerlukan negara. Fungsi negara dapat

diselenggarakan oleh perhimpunan yang dibentuk secara sukarela (voluntary association).

Anarkhisme ada 2 golongan, yakni anarkhisme filofofis (dilaksanakan dengan cara damai dan

evolusioner) dan anarkhisme revolusioner (dilaksanakan dengan cara segala daya-upaya,

termasuk dengan kekerasan sekalipun).

Individualisme-Liberalisme.Ini menghasilkan bentukan negara yang liberal, yakni

konsepsi negara negatif, hanya menjaga individu tidak diganggu dalam keamanan dan

ketertibannya, hidup, kebebasan dan hak miliknya. Paham ini didasarkan atas 3 dasar :

a. Dasar ethis, kebebasan individu dapat menciptakan perkembangan harmonis.

b. Dasar ekonomis, semua individu selalu berusaha memenuhi kepentingannya sendiri.

c. Dasar ilmiah, berlakunya hukum survival of the fittest pada binatang dan mahluk

lainnya, yakni yang kuat yang akan bertahan.

Sosialisme-Komunisme. Gerakan ini menghendaki campur tangan pemerintah

seluas mungkin dalam bidang perekonomian. Sosialisme menghendaki penguasaan bersama

dari semua alat-alat produksi dan perluasan aktifitas negara sampai bidang perekonomian

yang sekecil-kecilnya. Sedangkan Komunisme adalah salah satu bentuk dari sosialisme.

Perbedaan antara sosialisme dengan komunisme:yaitu: bahwa Sosialisme dapat bersifat

evolusioner, sedang komunisme adalah sosialisme yang revolusioner. Sosialisme masih dapat

mempertahankan milik partikelir/swasta dalam batas-batas tertentu, sedang komunisme lebih

ekstrim dalam penghapusan semua milik partikelir.

Sindikalisme. Sindikalisme berasal dari kata perancis syndicate berarti ‘pekerja’.

Sindikalisme juga mempunyai tujuan-tujuan sosialisme, tapi bukan sosialisme kenegaraan

melainkan sosialisme serikat pekerja. Ajarannya bahwa, buruh yang memainkan peranan

utama, bukan negara. Alat-alat produksi harus dirampas dari tangan borjuasi, tapi tidak

dikuasai negara, namun dikuasai buruh.

Page 46: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR ILMU NEGARA KONSEPSI ... - …

43

Guild sosialisme. Ini merupakan gerakan yang bersifat khas inggris. Ajarannya

adalah badan-badan koorperasi umum akan menguasai alat-alat produksi dan akan

menyelenggarakan tugas-tugas negara dalam bidang kesejahteraan. Ide ajaran ini banyak

yang diambil dari sosialisme dan sindikalisme.

Fascisme. Fascisme berasal dari istilah fascio yang berarti kelompok atau kumpulan.

Sifat-sifat khas gerakan fascisme yaitu sifat kediktatoran dan ketotaliterannya, serta

dianutnya doktrin organis mengenai negara. Negara dipersamakan dengan mahluk hidup

yang mempunyai kemauan sendiri, terlepas dari warganya. Fascisme membenarkan

penguasaan dari semua alat-alat produksi oleh negara dan tidak mengenal batas dari fungsi-

fungsi yang dapat diselenggarakan oleh negara .

Kollektifismeempiris.Disebut aliran empiris, karena didasarkan atas pengalaman.

Disebut kolektifitis, karena berusaha mengajukan kesejahteraan kolektif dengan menyediakan

jasa-jasa yang tidak bisa disediakan oleh usaha-usaha swasta. Aliran ini menyetujui

penguasaan umum atas dinas-dinas umum yang vital seperti perusahaan gas dan listrik serta

angkutan umum.75

Sedangkan Fungsi negara di Indonesia jika dikaji menggunakna teori Trias

Politika,maka teori Trias Politika yang digunakan bukanlah teori yang memisahkan

kekuasaan secara tegas.

8. Penutup

Resume.

Dari paparan materi tersebut diatas maka perkembangan istilah negara sudah ada

sejak jaman dahulu dari jaman sebelum masehi hingga zaman modern. Ada berbagai istilah

untuk menyebut negara antara lain Polis, staat (Bahasa Belanda), state (Inggris), d’etat

(Prancis), estado (Spanyol), Stato (Italia), dan Negara.Demikian pula tentang apa itu negara,

75 Baca I Dewa Gde Atmadja,Op.Cit.,hlm. 54-60. juga, http://www.artikelsiana.com.

Page 47: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR ILMU NEGARA KONSEPSI ... - …

44

ada berbagai difinisi dari negara danperbedaan pemikiran diantara para sarjana tentang arti

negara. Hal tersebut disebabkan karena perbedaan sudut pandang, lingkungan dimana mereka

hidup serta perbedaan situasi, jaman dan keadaan dimana mereka hidup.

Dalam perkuliahan dideskripsikan pula tentang sifat negara yang membedakannya

dengan organisasi lainnya seperti, monopoli, memaksa, dan mencakup semua. Tentang apa

hakikat dari negara ada berbagai pendapat yang dikemukakan oleh beberapa sarjana.Seperti:

J.J. Rousseau,Hobbes, Grotius dan sebagainya. Sedangkan unsur-unsur negara telah

disebutkan dalam Montevideo Convention on Rights and Duties of States of 1933), di dalam

Pasal 1 ditentukan bahwa: The state as a person of international law should possess the

following qualifications: (a) apermanent population; (b) a defined territory; (c) government;

and (d) capacity to enter intorelations with the other states.

Terkait tujuan dan fungsi negara maka, tujuan menunjukkan apa yang dicita-citakan,

apa yang hendak dicapai atau diwujudkan dalam konteks ini adalah oleh “Negara”.

Sedangkan Fungsi adalah pelaksanaan dari tujuan yang hendak dicapai atau diwujudkan.

Fungsi bersifat riil dan konkret.Untuk tujuan negara, maka ada 2 teori yakni tujuan negara

klasik dan tujuan negara modern.Sedangkan fungsi negara terdapat beberapa pendapat seperti

yang dikemukakan oleh John Locke, Montesqueu,Goodnow dan lainnya.

Latihan.

Sebagai akhir dari bagian Penutup maka, disediakan soal latihan bagi mahasiswa agar

dikerjakan untuk mengetahui capaian pembelajaran. Mahasiswa wajib mengerjakan tugas-

tugas latihan, sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan negara, dan apa bedanya dengan organisasi lainnya?

2. Apakah unsur-unsur negara sebagaimana yang terdapat dalam Konvensi Montevideo

Tahun 1933 merupakan syarat mutlak adanya negara?

3. Apa tujuan dari negara Indonesia?

Page 48: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR ILMU NEGARA KONSEPSI ... - …

45

4. Apakah Indonesia menganut teori Montesqueu,yang memisahkan fungsi negara secara

ketat?

Bahan Bacaan Abu Daud Busroh, H., 1990, Ilmu Negara, Cetakan pertama, PT Bumi Aksara, Jakarta.

Azhary, 1983, Ilmu Negara Pembahasan Buku Prof. Mr. R. Kranenburg, Cetakan Keempat,

Ghalia Indonesia, Jakarta.

Budiarjo, Miriam, 2008, Dasar-dasar Ilmu Politik, Edisi Revisi, Cetakan pertama, Jakarta:

PT. Gramedia Pustaka Utama.

Deliar Noer, 1982, Pemikiran Politik di Negeri Barat, Edisi pertama, CV. Rajawali, Jakarta.

Djokosutono, 1982, Ilmu Negara, Cetakan Pertama, Ghalia Indonesia, Jakarta.

E. Utrecht; 1966, Pengantar Ilmu Hukum, Ichtiar, Jakarta.

Fukuyama, Francis, 2005, Memperkuat Negara Tata Pemerintahan dan Tata Dunia Abad 21,

Terjemahan: State-Building: Governance and World Order in the 21st Century,

Penerjemah: A. Zaim Rofiqi, Kerja sama Kedutaan Besar Amerika Serikat, Freedom

Institute, dan PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Gerner, Bryan A., Editor in Chief, Black’s Law Dictionary, Eighth Edition, Thomson, West.

Huala Adolf, 1991, Aspek-Aspek Negara dalam Hukum Internasional, Rajawali Pers, Jakarta.

Isjawara, F., 1980, Pengantar Ilmu Politik, Cetakan ke-7, Bina Cipta, Jakarta.

Kelsen, Hans, 1995, Teori Hukum Murni, Dasar-Dasar Ilmu Hukum Normatif Sebagai Ilmu

Hukum Emperik-Deskriptif (Judul asli General Theory of Law and State), Alih Bahasa

Soemardi, Rimdi Press.

Laica Marzuki, H.M., Mula Keberadaan Negara Republik Indonesia dalam Jimly

Asshiddiqie, 2007, “Konstitusi dan Ketatanegaraan Indonesia Kontemporer”, Cetakan

pertama, The Biography Institute, Jakarta.

Max Bolli Sabon, 1992, Ilmu Negara, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Nasroen, M., 1957, Asal Mula Negara, Penerbit Ichtiar, Jakarta.

Niccolo Machiavelli, 1987, Sang Penguasa Surat Seorang Negarawan Kepada Pemimpin

Republik, alih bahasa: C. Woekirsari, PT Gramedia, Jakarta.

Pantja Astawa, Gde dan Suprin Na’a, 2009, Memahami Ilmu Negara dan Teori Negara,

Refika Aditama, Bandung.

Parthiana, Wayan, 1990, Pengantar Hukum Internasional, CV. Mandar Maju, Bandung.

Page 49: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR ILMU NEGARA KONSEPSI ... - …

46

Pauluas, B.P., 1983, Kewarganeraan RI Ditinjau dari UUD 1945 Khususnya

Kewarganegaraan Peranakan Tionghoa Tinjauan Filosofis, Historis, Yuridis

Konstitusional, Pradnya Paramita, Jakarta.

Pudja Pramana, 2009, Ilmu Negara, Graha Ilmu, Jogyakarta.

Rapar, J.H., 1988, Filsafat Politik Plato, Cetakan pertama, CV. Rajawali, Jakarta.

Razikin Daman, 1993, Hukum Tata Negara Suatu Pengantar, Raja Grafindo, Jakarta.

Situmorang, Victor, 1987, Intisari Ilmu Negara, Cetakan pertama, Bina Aksara, Jakarta.

Simorangkir, J.C.T., 1984, Penetapan Undang-Undang Dasar Dilihat dari Segi Ilmu Hukum

Tata Negara Indonesia, Gunung Agung, Jakarta.

Soehino, 1980, Ilmu Negara, Liberty, Jogyakarta.

Soetomo, 1993, Ilmu Negara, Usaha Nasional, Surabaya.

Solly Lubis, M., 2002, Ilmu Negara, Mandar Maju, Bandung.

Starke, J. G., 1988, Pengantar Hukum Internasional 1, Edisi kesembilan, Cetakan Pertama,

Alih Bahasa: Sumitro L.S. Danuredjo, PT Aksara Persada Indonesia.

Strong, C. F., 1952, Modern Political Constitutions An Introduction to The Comparative

Study of Their History and Existing Form, Revised Edition, Sidgwick & Jackson Limited,

London.

_______, 2004, Konstitusi-konstitusi Politik Modern: Studi Perbandingan tentang Sejarah

dan Bentuk-bentuk Konstitusi Dunia, Terjemahan: SPA Teamwork, Cetakan I,

Diterbitkan atas kerjasama Penerbit Nuansa dengan Penerbit Nusamedia, Bandung.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1995, Kamus Besar

Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, Cetakan Ketujuh, Balai Pustaka Departemen Pendidikan

dan Kebudayaan, Jakarta.

Wahjono, Padmo, 1982, Negara Republik Indonesia, Edisi baru, CV. Rajawali.

http://www.ilmusiana.com/2015/04/pengertian-negara-paling-lengkap.html.

Page 50: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR ILMU NEGARA KONSEPSI ... - …

47

TUTORIAL

UNSUR-UNSUR, CIRI-CIRI, TUJUAN DAN FUNGSI NEGARA

1.Pendahuluan

Dalam tutorial kedua ini, mahasiswa berdiskusi mengenai apa yang merupakan unsur-

unsur,ciri-ciri, tujuan dan fungsi Negara. Setelah melakukan tutorial ini, mahasiswa

diharapkan memahami apa mengenaiunsur-unsur dari negara, bagaimana ciri-ciri dari negara

serta apa yang merupakan tujuan dan fungsi suatu negara. Materi tutorial kedua ini sangat

penting sebagai landasan untuk memahamikonsep-konsep terkait dengan negara pada

perkuliahan berikutnya. Karena itu, dalam tutorial ini mahasiswa harus mendiskusikan

mengenai apa itu unsur,ciri,tujuan dan fungsi negara yang terdapat dalam penyajian materi:

2. Study Task

INDIA KELUARKAN LARANGAN KELUAR RUMAH

Rabu, 1 Oktober 2008 | 17:39 WIB

BHUBANESWAR - Pihak berwenang memberlakukan larangan keluar rumah di

beberapa kota di India timur, Rabu (1/10), setelah serangan-serangan baru oleh warga

Hindu terhadap warga Kristen dalam bentrokan menyangkut perpindahan agama yang

meluas, kata para pejabat. Warga Hindu menentang usaha pekabar injil Kristen untuk

mengubah agama warga Hindu kasta rendah menjadi Kristen. Massa Hindu membakar

rumah-rumah di dua desa yang banyak dihuni warga Kristen, di Distrik Kandhamal,

negara bagian Orissa, Selasa kemarin, sehingga menewaskan seorang. Satu gereja juga

dibakar. "Kami sekarang memberlakukan larangan ke luar rumah siang dan malam di

paling tidak sembilan kota," kata Inspektur Polisi S Praveen Kumar. Sepuluh orang

ditahan.

Kerusuhan itu terjadi setelah serangkaian serangan terhadap warga Kristen di tiga

negara bagian yang menewaskan paling tidak 34 orang dan merusak lusinan gereja bulan

lalu. Pihak Kristen membalas dengan aksi kekerasan di Orissa. Lebih dari 3.700 polisi

federal dikerahkan di Orissa, lokasi kerusuhan, walaupun kelompok-kelompok Kristen

dan media lokal menuduh polisi dan pihak pejabat negara bagian itu menutup mata

terhadap beberapa serangan.

Para korban serangan-serangan itu mengatakan kelompok-kelompok politik

nasionalis Hindu seperti Rashtriya Swayamsevak Sangh (RSS) yang berhaluan keras dan

Sangh Parivar terlibat. Kelompok-kelompok nasionalis Hindu membantah tuduhan ini.

Paus Benedictus mengecam serangan-serangan itu. Perdana Menteri Manmohan Singh

yang berulangkali ditanya tentang aksi kekerasan itu ketika mengunjungi Prancis,

menyebut serangan-serangan itu satu hal "yang memalukan" dan meminta pemerintah

negara bagian Orissa, yang dikuasai koalisi nasionalis Hindu menegakkan hukum dan

ketertiban.

Sumber: http://www.tribunkaltim.com/read/artikel/8783, Kamis, 16 Oktober 2008.

Page 51: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR ILMU NEGARA KONSEPSI ... - …

48

Tugas:

1 Jelaskan mengenai unsur-unsur, ciri-ciri, hakikat, tujuan dan fungsi negara

berdasarkan pada wacana di atas.

2 Apakah larangan ke luar rumah yang dikeluarkan oleh yang berwenang di India

Timur dapat dipertanggungjawabkan dari perspektif tujuan dan ciri-ciri negara ?

3. Discussion task

Berkat dukungan 4 negara ini, Indonesia pertahankan kemerdekaan

Senin, 17 Agustus 2015 06:17 Reporter : Ardyan Mohamad

Merdeka.com - Hari ini, Republik Indonesia merayakan 70 tahun kemerdekaan. Tidak

bisa dipungkiri, perjuangan bapak bangsa seperti Soekarno, Mohammad Hatta, ataupun

Sjahrir dalam mengupayakan proklamasi di Ibu Kota Jakarta, menjadi titik tolak utama

deretan upaya selanjutnya membebaskan wilayah nusantara dari otoritas kolonial

manapun.Namun tidak bisa dilupakan, proklamasi di Jalan Pegangsaan Timur No.56 itu

secara de facto maupun de jure belum mengubah keadaan. Semua sejarawan mengakui,

pembacaan teks proklamasi oleh Soekarno didampingi Hatta cuma menegaskan adanya

kekosongan kekuasaan kolonial, setelah Jepang menyerah pada sekutu.

Di luar kemauan merdeka bangsa ini, ternyata dukungan negara lain juga diperlukan.

Apalagi setahun setelah proklamasi, Belanda (NICA) kembali berusaha merebut wilayahnya

bersama kedatangan militer Inggris.Agresi Militer I dan II, lagi-lagi oleh NICA, sekaligus

membuktikan vitalnya sokongan negara lain terhadap upaya mempertahankan kemerdekaan.

Berkat tekanan Dewan Keamanan PBB belaka, Belanda akhirnya menghentikan agresi, lalu

kembali ke meja perundingan jelang 1949.

Berdasarkan memoar A.H Nasution maupun beberapa teks sejarah primer,

merdeka.com berusaha merangkum empat negara yang berperan paling besar mendukung

Indonesia di awal-awal berdirinya republik. Keempat Negara tersebut yaitu: Mesir mengakui

de facto tangal 22 Maret 1946, kemudian pengakuan de jure pada tanggal 10 Juni 1947.

India. Negara mayoritas Hindu ini merdeka dua tahun setelah proklamasi Soekarno-Hatta.

Kesamaan nasib sebagai bangsa terjajah membuat India antusias mendukung republik anyar

tersebut. Tahta Suci Vatikan memberikan pengakuan de facto pada 6 Juli 1947, dengan

menunjuk delegasi apostolik Georges Marie Joseph, sebagai penghubung Vatikan-RI.

Vatikan menjadi entitas politik pertama di Eropa yang menerima kedaulatan bangsa

Indonesia. Secara de jure, Vatikan baru berhubungan resmi dengan RI setelah mendirikan

Apostolic Internunciatur di Jakarta pada 1950. Australia turut berjasa mengamankan

kemerdekaan dari rongrongan agresi militer. Hubungan bangsa Indonesia dan penduduk

Australia terjalin lewat korespondensi serikat pekerja perkapalan. Australia kemudian masuk

sebagai anggota Komisi Tiga Negara untuk menengahi proses gencatan senjata antara

Belanda-RI pada 25 Agustus 1947.

https://www.merdeka.com/dunia/berkat-dukungan-4-negara-ini-indonesia-pertahankan-

kemerdekaan.html

Page 52: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR ILMU NEGARA KONSEPSI ... - …

49

Tugas. Apakah pengakuan terhadap kemerdekaan Indonesia – berdirinya Negara Indonesia,

sebagaimana dideskripsikan pada wacana di atas, bersifat konstitutif ? Jelaskan dari

sisi pro dan kontra.

4.Penutup

Dalam penyajian materi: Study Task tersebut di atas dideskripsikan adanya berbagai

teori dan pendapat tentang apa yang merupakan unsur-unsur negara, ciri-ciri dari organisasi

yang disebut negara,apa yang menjadi hakekat, tujuan serta fungsi negara. Apa yang menjadi

tujuan serta fungsi negara ada berbagai pendapat/pandangan, termasuk apa yang menjadi

tujuan dan fungsi Negara Indonesia. karena itu harus diketemukan oleh mahasiswa di dalam

kegiatan tutorial Terhadap hal itu, mahasiswa berdiskusi untuk menguraikan aspek-aspek

tersebut.

Kemudian pada discussion task dideskripsikan mengenai pengakuan dari 4 (empat)

Negara, yaitu Mesir, India, Vatikan, dan Australia terhadap kemerdekaan Indonesia.

Pengakuan tersebut mengimbangi terhadap sikap Belanda dan sekutunya yang tidak iklas

dengan berdirinya Negara Indonesia.

Pada akhir tutorial, mahasiswa wajib menyetor laporan kegiatan tutorial, yang

mendeskripsikan secara rinci seluruh kegiatan.

BAHAN BACAAN

Abu Daud Busroh, H., 1990, Ilmu Negara, Cetakan pertama, PT Bumi Aksara, Jakarta.

Azhary, 1983, Ilmu Negara Pembahasan Buku Prof. Mr. R. Kranenburg, Cetakan Keempat,

Ghalia Indonesia, Jakarta.

Budiarjo, Miriam, 2008, Dasar-dasar Ilmu Politik, Edisi Revisi, Cetakan pertama, Jakarta:

PT. Gramedia Pustaka Utama.

Deliar Noer, 1982, Pemikiran Politik di Negeri Barat, Edisi pertama, CV. Rajawali, Jakarta.

Djokosutono, 1982, Ilmu Negara, Cetakan Pertama, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Page 53: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR ILMU NEGARA KONSEPSI ... - …

50

E. Utrecht; 1966, Pengantar Ilmu Hukum, Ichtiar, Jakarta.

Fukuyama, Francis, 2005, Memperkuat Negara Tata Pemerintahan dan Tata Dunia Abad 21,

Terjemahan: State-Building: Governance and World Order in the 21st Century,

Penerjemah: A. Zaim Rofiqi, Kerja sama Kedutaan Besar Amerika Serikat, Freedom

Institute, dan PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Gerner, Bryan A., Editor in Chief, Black’s Law Dictionary, Eighth Edition, Thomson, West.

Huala Adolf, 1991, Aspek-Aspek Negara dalam Hukum Internasional, Rajawali Pers, Jakarta.

Isjawara, F., 1980, Pengantar Ilmu Politik, Cetakan ke-7, Bina Cipta, Jakarta.

Kelsen, Hans, 1995, Teori Hukum Murni, Dasar-Dasar Ilmu Hukum Normatif Sebagai Ilmu

Hukum Emperik-Deskriptif (Judul asli General Theory of Law and State), Alih Bahasa

Soemardi, Rimdi Press.

Laica Marzuki, H.M., Mula Keberadaan Negara Republik Indonesia dalam Jimly

Asshiddiqie, 2007, “Konstitusi dan Ketatanegaraan Indonesia Kontemporer”, Cetakan

pertama, The Biography Institute, Jakarta.

Max Bolli Sabon, 1992, Ilmu Negara, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Nasroen, M., 1957, Asal Mula Negara, Penerbit Ichtiar, Jakarta.

Niccolo Machiavelli, 1987, Sang Penguasa Surat Seorang Negarawan Kepada Pemimpin

Republik, alih bahasa: C. Woekirsari, PT Gramedia, Jakarta.

Pantja Astawa, Gde dan Suprin Na’a, 2009, Memahami Ilmu Negara dan Teori Negara,

Refika Aditama, Bandung.

Parthiana, Wayan, 1990, Pengantar Hukum Internasional, CV. Mandar Maju, Bandung.

Pauluas, B.P., 1983, Kewarganeraan RI Ditinjau dari UUD 1945 Khususnya

Kewarganegaraan Peranakan Tionghoa Tinjauan Filosofis, Historis, Yuridis

Konstitusional, Pradnya Paramita, Jakarta.

Pudja Pramana, 2009, Ilmu Negara, Graha Ilmu, Jogyakarta.

Rapar, J.H., 1988, Filsafat Politik Plato, Cetakan pertama, CV. Rajawali, Jakarta.

Razikin Daman, 1993, Hukum Tata Negara Suatu Pengantar, Raja Grafindo, Jakarta.

Situmorang, Victor, 1987, Intisari Ilmu Negara, Cetakan pertama, Bina Aksara, Jakarta.

Simorangkir, J.C.T., 1984, Penetapan Undang-Undang Dasar Dilihat dari Segi Ilmu Hukum

Tata Negara Indonesia, Gunung Agung, Jakarta.

Soehino, 1980, Ilmu Negara, Liberty, Jogyakarta.

Page 54: PENGEMBANGAN BAHAN AJAR ILMU NEGARA KONSEPSI ... - …

51

Soetomo, 1993, Ilmu Negara, Usaha Nasional, Surabaya.

Solly Lubis, M., 2002, Ilmu Negara, Mandar Maju, Bandung.

Starke, J. G., 1988, Pengantar Hukum Internasional 1, Edisi kesembilan, Cetakan Pertama,

Alih Bahasa: Sumitro L.S. Danuredjo, PT Aksara Persada Indonesia.

Strong, C. F., 1952, Modern Political Constitutions An Introduction to The Comparative

Study of Their History and Existing Form, Revised Edition, Sidgwick & Jackson Limited,

London.

_______, 2004, Konstitusi-konstitusi Politik Modern: Studi Perbandingan tentang Sejarah

dan Bentuk-bentuk Konstitusi Dunia, Terjemahan: SPA Teamwork, Cetakan I,

Diterbitkan atas kerjasama Penerbit Nuansa dengan Penerbit Nusamedia, Bandung.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1995, Kamus Besar

Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, Cetakan Ketujuh, Balai Pustaka Departemen Pendidikan

dan Kebudayaan, Jakarta.

Wahjono, Padmo, 1982, Negara Republik Indonesia, Edisi baru, CV. Rajawali.

http://www.ilmusiana.com/2015/04/pengertian-negara-paling-lengkap.html.