Upload
totok-subyantoro
View
265
Download
31
Embed Size (px)
Citation preview
BAHAN AJAR ILMU TANAMAN LANSKAP
NURFAIDA, SP. M.Si. TIGIN DARIATI, SP. MES.
CRI WAHYUNI BRAHMI YANTI, SP. M.Si.
PROGRAM HIBAH PENULISAN BUKU AJAR UNIVERSITAS HASANUDDIN
TAHUN 2011
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
LEMBAGA KAJIAN DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN JL. Perintis Kemerdekaan Km.10 Makassar 90245 (Gedung Perpustakaan Unhas Lantai Dasar)
Telp. (0411) 586 200, Ext. 1064 Fax. (0411) 585 188 e-mail : [email protected]
HALAMAN PENGESAHAN
HIBAH PENULISAN
BUKU AJAR BAGI TENAGA AKADEMIK UNIVERSITAS HASANUDDIN
TAHUN 2011
Judul Buku Ajar : Ilmu Tanaman Lanskap Nama Lengkap : Nurfaida, SP. M.Si. N I P : 19730223 200501 2 001 Pangkat/Golongan : Penata Muda / III-a Jurusan/Bagian/Program Studi : Agroteknologi Fakultas/Universitas : Pertanian/Universitas Hasanuddin Alamat e-mail : [email protected] Biaya : Rp. 5.000.000,- (Lima juta rupiah) Dibiayai oleh dana DIPA BLU Universitas Hasanuddin Tahun 2011 Sesuai SK Rektor Unhas Nomor: 20875/H4.2/KU.10/2011 Tanggal 29 Nopember 2011 Makassar, 29 Nopember 2011 Dekan Fakultas Pertanian, Penulis, Prof. Dr. Ir. Yunus Musa, M.Sc. Nurfaida, SP. M.Si. NIP. 19541220 198303 1 001 NIP. 19730223 200501 2 001
Mengetahui: Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Pendidikan (LKPP)
Universitas Hasanuddin,
Prof. Dr. Ir. Lellah Rahim, M.Sc. NIP. 19630501 198803 1 004
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah menciptakan alam dan
seisinya sebagai suatu karunia yang besar dan indah. Dia yang memberikan
ketentuan dan peraturan yang tepat untuk memelihara dan merawatnya. Atas segala
karunia-Nya pulalah bahan ajar Ilmu Tanaman Lanskap ini berhasil diselesaikan.
Pengembangan bahan ajar merupakan tanggung jawab dosen dalam
mengemban dan mengembangkan tridarma perguruan tinggi. Perubahan model
pembelajaran dari Teacher Central Learning (TCL) menjadi Student Central Learning
(SCL) menuntut dosen tidak hanya berperan sebagai pengajar tetapi juga sebagai
fasilitator. Penerapan model pembelajaran SCL membutuhkan bahan ajar sebagai
pelengkap kegiatan pembelajaran sehingga dibuatlah bahan ajar ini. Bahan ajar ini
dihasilkan melalui Program Hibah Penulisan Buku Ajar Universitas Hasanuddin
Tahun 2011.
Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya
kepada Prof. Dr. Ir. Lellah Rahim, M.Sc.selaku Ketua LKPP dan Dr. Sri Suryani, DEA
selaku pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam
menyelesaikan bahan ajar ini. Terima kasih yang tidak terhingga kepada rekan-rekan
sejawat di Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin
yang telah membantu dalam penyusunan tulisan ini. Semoga bahan ajar ini
bermanfaat dan dapat membantu dosen dan mahasiswa dalam proses pembelajaran
khususnya pada Mata Kuliah Ilmu Tanaman Lanskap.
Makassar, Nopember 2011
Penulis
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................... 1
BAB 2 PENGERTIAN TANAMAN LANSKAP DAN SEJARAH
PERKEMBANGANNYA.......................................................................... 11
BAB 3 SELEKSI TANAMAN BERDASARKAN ASPEK ARSITEKTURAL......... 24
BAB 4 SELEKSI TANAMAN BERDASARKAN ASPEK VISUAL ....................... 35
BAB 5 SELEKSI TANAMAN BERDASARKAN EKOLOGI................................. 56
BAB 6 SELEKSI TANAMAN BERDASARKAN HABITUS FUNGSIONAL ......... 68
BAB 7 FUNGSI TANAMAN DALAM LANSKAP ................................................ 80
BAB 8 KOMPOSISI TANAMAN......................................................................... 98
BAB 9 TEKNIK PENANAMAN TANAMAN LANSKAP....................................... 109
BAB 10 TEKNIK PEMELIHARAAN TANAMAN LANSKAP ................................. 123
BAB 11 PENATAAN TANAMAN PADA BERBAGAI TIPE LANSKAP ................. 143
SENARAI KATA PENTING (GLOSARIUM)
Broadcast: perlakuan pemupukan dengan cara menyebar di permukaan tanah. Colonade: deretan kolom-kolom yang memberi kesan ruang pada bangunan Yunani
atau Romawi. Dinding hijau (green wall): berbagai cara menahan longsor atau erosi suatu lereng
secara biologi terhadap erosi dengan menanam tanaman, dibantu dengan membangun struktur.
Enclosure: dinding, tabir, pemagar; misalnya suatu area tidak ingin terlihat oleh banyak orang dari arah tertentu dapat diberikan dinding berupa tanaman atau elemen lainnya.
Fungsi tanaman: peran utama dari tanaman dalam suatu taman, antara lain, estetika, sosial, budaya, dan ekologis.
Habitus tanaman: keragaan tanaman secara keseluruhan berupa pohon, perdu, semak, herba, penutup tanah, pemanjat, dan perayap.
Herba: tanaman-tanaman yang batangnya relatif lunak dan tidak berkayu, bahkan kadang-kadang sukulen (banyak mengandung air).
Irama: urutan atau perulangan elemen-elemen, misalnya barisan pohon, urutan dari anak tangga, rangkaian batu yang serupa, mungkin berbentuk beraturan atau tidak beraturan.
Lanskap: bentang alam atau hamparan lahan, tapak yang berada di luar ruangan (eksterior).
Lawn: padang rumput di halaman rumah atau perkantoran yang dimaksudkan untuk meningkatkan keindahan.
Metode tekanan udara: metode pemupukan yang dilakukan dengan cara melubangi tanah daerah perakaran yang dapat menyerap hara dengan menggunakan injektor bertekanan udara tinggi.
Metode thumb: metode untuk menentukan posisi perakaran pohon yang dapat menyerap hara.
Parterre: tanaman yang ditata menyerupai tampilan karpet (apabila dilihat dari atas), umumnya dibentuk dari massa tanaman yang dipergunakan sebagai hiasan dalam suatu taman pada Periode Renaissance.
Penutup tanah (groundcover): tanaman yang relatif rendah, mampu memberikan penutupan yang intensif di atas permukaan tanah, umumnya berbentuk herba rendah.
Perdu (shrub): tanaman yang relatif tinggi (3 5 m), tetapi tidak setinggi pohon, memiliki batang utama yang berkayu dan percabangannya dimulai pada bagian yang agak jauh dengan permukaan tanah.
Planter box: wadah berukuran relatif besar untuk menempatkan satu hingga beberapa pot tanaman sehingga tatanan pot terlihat rapih.
Pohon (tree): tanaman berkayu, memiliki batang utama, tinggi >5 m. Punch-bar: metode pemupukan untuk pohon-pohon besar dengan cara membuat
lubang-lubang pemupukan. Semak (bush): tanaman yang relatif rendah, batangnya berkayu dan
percabangannya biasanya telah dimulai di bagian yang dekat dengan permukaan tanah (tidak mempunyai cabang utama).
Tanaman indoor: semua jenis tanaman lanskap yang dapat ditanam dalam rumah atau dengan kata lain tanaman yang dapat tumbuh secara normal di tempat teduh (tertutup) atau setengah teduh.
Tanaman lanskap: tanaman yang belum, sedang dan sudah dibudidayakan, ditanam atau sudah ada di suatu tapak/lahan yang secara fungsional berdayaguna dan secara estetis memiliki seni/nilai keindahan sehingga antara satu dan lainnya dapat melahirkan suatu kesatuan yang harmonis.
Tanaman lapangan rumput: jenis tanaman yang ditanam secara sendiri atau secara berkelompok pada lapangan rumput karena bentuknya yang menarik (eksotik).
Tanaman memanjat (climber): tanaman yang tumbuh di tanah atau bidang apa saja seperti tembok dan struktur pendukung lain sebagai tempat menggantungkan diri atau membelit untuk pertumbuhan tanaman tersebut.
Tanaman outdoor: tanaman hias yang dapat tumbuh secara normal di tempat terbuka (langsung terkena sinar matahari).
Tanaman pagar: suatu garis atau barisan permanen yang padat dari tumbuh-tumbuhan yang hidup, biasanya diatur dalam bentuk yang hampir sama dengan maksud untuk menggantikan pagar.
Tanaman rumput lapangan: jenis-jenis rumput yang dipergunakan untuk menutupi permukaan tanah yang hanya terdiri atas lapisan tanah saja.
Teknik puteran: penanaman pohon dengan mengikutsertakan tanah asalnya dalam bentuk gumpalan.
Titik perhatian (point of interest): fokus perhatian dari suatu taman yang dapat menghilangkan kemonotonan pada suatu taman, dapat dibuat dengan memberikan kontras atau pola susunan tertentu.
Topiary: pemangkasan bentuk pada tanaman sesuai dengan yang diinginkan, misalnya spiral, piramid, keong, dan lain-lain.
Trenching: metode pemupukan yang dilakukan dengan cara pembuatan parit di bawah lingkar tajuk pohon.
Zigurat: bentukan piramida yang dibangun menuruni teras bukit dan memiliki struktur internal yang menakjubkan, kompleks, dan sulit untuk dipercaya, berbentuk rectangular yang dipersiapkan untuk kepentingan saluran irigasi dan drainase.
1
BAB 1 PENDAHULUAN
PROFIL LULUSAN PROGRAM STUDI Profil alumni yang diharapkan adalah:
1. PELAKU di bidang pertanian (birokrat, teknorat, pengambil kebijakan);
2. MANAJER (planner, designer, organizer, evaluator, mediator);
3. PENGUSAHA (enterpreneur, initiator, adaptor, cooperator);
4. PENELITI; dan
5. PENDIDIK (fasilitator, motivator, mediator).
KOMPETENSI LULUSAN A. Kompetensi Utama
Kompetensi utama minimal yang diharapkan dari seorang lulusan pada Program
Studi Agroteknologi untuk mencapai profil lulusan adalah:
1. Kompetensi Utama sebagai PELAKU (birokrat, teknorat, pengambil kebijakan):
(a) Kemampuan menerapkan IPTEKS di bidang budidaya tanaman
berdasarkan prinsip pertanian berkelanjutan baik secara modern maupun
yang mengangkat kearifan lokal.
(b) Kemampuan berkomunikasi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
(c) Kemampuan merencanakan dan merancang sistem produksi tanaman
secara efektif dan produktif.
(d) Kemampuan mengevaluasi dan menilai proses produksi tanaman dan
pasca panen.
(e) Keberanian memulai, melaksanakan, dan mengembangkan usaha
inovatif bidang produksi tanaman dalam pertanian berkelanjutan.
(f) Kemampuan menerapkan etika bisnis pertanian yang berwawasan
lingkungan.
(g) Kemampuan merekomendasi penyelesaian masalah secara tepat dalam
sistem budidaya pertanian yang berkelanjutan.
2
2. Kompetensi Utama sebagai MANAJER (planner, designer, organizer,
evaluator, mediator):
(a) Kemampuan berkomunikasi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
(b) Kemampuan merencanakan dan merancang sistem produksi tanaman
secara efektif dan produktif.
(c) Kemampuan mengaktualisasikan potensi diri untuk bekerjasama dalam
tim yang multidisiplin.
(d) Kemampuan menjalin kerjasama (bernegosiasi dan berkomunikasi)
secara efektif.
3. Kompetensi Utama sebagai PENGUSAHA (enterpreneur, initiator, adaptor,
cooperator):
(a) Kemampuan berkomunikasi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
(b) Kemampuan mengevaluasi dan menilai proses produksi tanaman dan
pasca panen.
(c) Keberanian memulai, melaksanakan, dan mengembangkan usaha
inovatif bidang produksi tanaman dalam pertanian berkelanjutan.
(d) Kemampuan menjalin kerjasama (bernegosiasi dan berkomunikasi)
secara efektif.
(e) Kemampuan menerapkan etika bisnis pertanian yang berwawasan
lingkungan.
4. Kompetensi Utama sebagai PENELITI:
(a) Kemampuan menerapkan IPTEKS di bidang budidaya tanaman
berdasarkan prinsip pertanian berkelanjutan baik secara modern maupun
yang mengangkat kearifan lokal.
(b) Kemampuan berkomunikasi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
(c) Kemampuan merencanakan dan merancang sistem produksi tanaman
secara efektif dan produktif.
(d) Kemampuan mengevaluasi dan menilai proses produksi tanaman dan
pasca panen.
(e) Kemampuan mengaktualisasikan potensi diri untuk bekerjasama dalam
tim yang multidisiplin.
3
(f) Kemampuan berinovasi dalam menerapkan IPTEKS di bidang budidaya
pertanian ke dalam praktek bisnis.
(g) Kemampuan merancang dan melaksanakan penelitian serta
menginterpretasikan data secara profesional.
(h) Kemampuan merekomendasi penyelesaian masalah secara tepat dalam
sistem budidaya pertanian yang berkelanjutan.
5. Kompetensi Utama sebagai PENDIDIK (fasilitator, motivator, mediator):
(a) Kemampuan mengaktualisasikan potensi diri untuk bekerjasama dalam
tim yang multidisiplin.
(b) Kemampuan berinovasi dalam menerapkan IPTEKS di bidang budidaya
pertanian ke dalam praktek bisnis.
(c) Kemampuan menerapkan etika bisnis pertanian yang berwawasan
lingkungan.
(d) Kemampuan merancang dan melaksanakan penelitian serta
menginterpretasikan data secara profesional.
(e) Kemampuan merekomendasi penyelesaian masalah secara tepat dalam
sistem budidaya pertanian yang berkelanjutan.
B. Kompetensi Penunjang 1. Kemampuan belajar sepanjang hayat
2. Kemampuan berpikir analitis dan sintesis dengan memperhitungkan dampak
penyelesaian masalah di lingkup global dalam berkehidupan bermasyarakat.
3. Kemampuan sebagai fasilitator, motivator, dan mediator secara sistematik dan
efektif.
C. Kompetensi Lainnya 1. Kemampuan menerapkan etika bisnis pertanian yang berwawasan lingkungan.
2. Kemampuan menerapkan aplikasi bioteknologi pada aspek pertanian terpadu.
3. Kemampuan menggunakan fasilitas internet dalam pencarian literatur dan
berkomunikasi dengan sejawat lainnya dalam bidang teknik budidaya
tanaman.
ANALISIS KEBUTUHAN PEMBELAJARAN
(10) Menata tanaman dalam berbagai tipe lanskap melalui studi lapang, gambar, dan pameran hasil case study secara individu dan praktikum
(8) Menguasai teknik-teknik penanaman tanaman lanskap melalui makalah hasil diskusi cooperative learning secara
berkelompok dan praktikum
(9) Menguasai teknik-teknik pemeliharaan tanaman lanskap melalui makalah hasil diskusi cooperative learning
secara berkelompok dan praktikum
(7) Merencanakan komposisi tanaman dalam lanskap melalui studi lapang dan gambar hasil case study secara individu dan praktikum
(6) Menjelaskan fungsi tanaman dalam lanskap melalui makalah hasil diskusi cooperative learning secara berkelompok dan praktikum
(2) Mengidentifikasi tanaman berdasarkan aspek arsitektural melalui makalah hasil diskusi collaborative learning secara berkelompok dan praktikum
(3) Mengidentifikasi tanaman berdasarkan aspek visual
melalui makalah hasil diskusi collaborative learning secara berkelompok dan praktikum
(4) Mengidentifikasi tanaman berdasarkan kondisi ekologi melalui makalah hasil diskusi collaborative learning secara berkelompok dan praktikum
(5) Mengidentifikasi tanaman berdasarkan habitus fungsional melalui makalah hasil diskusi collaborative learning secara berkelompok dan praktikum
(1) Menjelaskan pengertian tanaman lanskap dan sejarah perkembangannya melalui makalah hasil kaji pustaka secara individu
Prasyarat: Pengantar Arsitektur Lanskap
GARIS ENTRY BEHAVIOR
5
GARIS BESAR RANCANGAN PEMBELAJARAN (GBRP)
Mata Kuliah : Ilmu Tanaman Lanskap
Kompetensi Utama : 1. Kemampuan melaksanakan perencanaan sistem produksi tanaman secara tepat sesuai kaidah pertanian berkelanjutan.
2. Kemampuan mengaktualisasikan potensi diri untuk bekerjasama dalam tim yang multidisiplin. 3. Kemampuan menjalin kerjasama (bernegosiasi dan berkomunikasi) secara efektif. 4. Kemampuan merancang dan melaksanakan penelitian serta menginterpretasikan data secara
profesional.
Kompetensi Pendukung : Kemampuan sebagai fasilitator, motivator, dan mediator secara sistematik dan efektif.
Kompetensi Lainnya : Kemampuan menggunakan fasilitas internet dalam pencarian literatur dan juga dalam berkomunikasi dengan sejawat lainnya dalam bidang teknik budidaya tanaman.
Sasaran Belajar : Setelah mengikuti mata kuliah ini mahasiswa mampu menata tanaman dalam suatu lanskap berdasarkan fungsi dan estetika dengan baik dan benar.
MINGGU
KE SASARAN
PEMBELAJARAN MATERI PEMBELAJARAN STRATEGI
PEMBELAJARAN INDIKATOR PENILAIAN BOBOT
NILAI (%) 1 Menjelaskan kontrak
pembelajaran Kontrak pembelajaran Kuliah
2 Menjelaskan pengertian tanaman lanskap dan sejarah perkembangannya melalui makalah hasil kaji pustaka secara individu
Pengertian tanaman lanskap dan sejarah perkembangannya
Kuliah, kaji pustaka - Ketepatan penjelasan pengertian tanaman lanskap dan sejarah perkembangan
- Ketepatan penjelasan karakteristik tanaman pada berbagai periode perkembangan
- Kemampuan membuat makalah sesuai format yang ditentukan
5
6
MINGGU
KE SASARAN
PEMBELAJARAN MATERI PEMBELAJARAN STRATEGI
PEMBELAJARAN INDIKATOR PENILAIAN BOBOT
NILAI (%) 3 Mengidentifikasi
tanaman berdasarkan aspek arsitektural melalui makalah hasil diskusi collaborative learning secara berkelompok dan praktikum
Seleksi tanaman berdasarkan aspek arsitektural: - Pembentukan ruang, penyekat,
dan pengendali keleluasaan pribadi
Collaborative learning, praktikum
- Kemampuan melakukan diskusi dengan baik mengenai seleksi tanaman berdasarkan aspek arsitektural
- Kemampuan membuat makalah sesuai format yang ditentukan
- Kemampuan melakukan praktikum identifikasi tanaman berdasarkan aspek arsitektural
- Sikap dan perilaku yang baik dalam diskusi dan praktikum
7,5
4 Mengidentifikasi tanaman berdasarkan aspek visual melalui makalah hasil diskusi collaborative learning secara berkelompok dan praktikum
Seleksi tanaman berdasarkan aspek visual: - Ukuran, bentuk, warna dan tekstur
tanaman
Collaborative learning, praktikum
- Kemampuan melakukan diskusi dengan baik mengenai seleksi tanaman berdasarkan aspek visual
- Kemampuan membuat makalah sesuai format yang ditentukan
- Kemampuan melakukan praktikum identifikasi tanaman berdasarkan aspek visual
- Sikap dan perilaku yang baik dalam diskusi dan praktikum
7,5
5 Mengidentifikasi tanaman berdasarkan kondisi ekologi melalui makalah hasil diskusi collaborative learning secara berkelompok dan praktikum
Seleksi tanaman berdasarkan ekologi:- Tanaman pantai, pegunungan, air,
batu karang, teduh, setengah teduh, dan panas
Collaborative learning, praktikum
- Kemampuan melakukan diskusi dengan baik mengenai seleksi tanaman berdasarkan kondisi ekologi
- Kemampuan membuat makalah sesuai format yang ditentukan
- Kemampuan melakukan praktikum identifikasi tanaman berdasarkan kondisi ekologi
- Sikap dan perilaku yang baik dalam diskusi dan praktikum
7,5
7
MINGGU
KE SASARAN
PEMBELAJARAN MATERI PEMBELAJARAN STRATEGI
PEMBELAJARAN INDIKATOR PENILAIAN BOBOT
NILAI (%) 6 Mengidentifikasi
tanaman berdasarkan habitus fungsional melalui makalah hasil diskusi collaborative learning secara berkelompok dan praktikum
Seleksi tanaman berdasarkan habitus fungsional: - Tanaman indoor dan outdoor,
peneduh, pohon tepi jalan, median jalan, pagar, border/tepi, penutup tanah, berdaun/berbunga indah, memanjat/pergola, rumput lapangan, dan lapangan rumput
Collaborative learning, praktikum
- Kemampuan melakukan diskusi dengan baik mengenai seleksi tanaman berdasarkan habitus fungsional
- Kemampuan membuat makalah sesuai format yang ditentukan
- Kemampuan melakukan praktikum identifikasi tanaman berdasarkan habitus fungsional
- Sikap dan perilaku yang baik dalam diskusi dan praktikum
7,5
7 8 Menjelaskan fungsi tanaman dalam lanskap melalui makalah hasil diskusi cooperative learning secara berkelompok dan praktikum
Fungsi tanaman dalam lanskap: - Mengontrol radiasi, suhu, dan
kelembaban, penahan angin, penahan silau, penaung dari hujan, pencegah erosi, mengurangi kebisingan, kontrol pandangan, mengurangi polusi udara, mengharumkan udara, pembatas fisik, penahan kebakaran, dan sosial budaya
Cooperative learning, praktikum
- Kemampuan melakukan diskusi dengan baik mengenai fungsi tanaman dalam lanskap
- Kemampuan membuat makalah sesuai format yang ditentukan
- Kemampuan melakukan praktikum fungsi tanaman dalam lanskap
- Sikap dan perilaku yang baik dalam diskusi dan praktikum
10
9 10 Merencanakan komposisi tanaman dalam lanskap melalui studi lapang dan gambar hasil case study secara individu dan praktikum
Komposisi tanaman: - Kesatuan, irama, aksen,
keseimbangan, dan proporsi - Komposisi tanaman pada area
menyudut, pada bidang lurus, dan untuk memanipulasi bangunan
Studi lapang, case study, praktikum
- Kemampuan melakukan studi lapang mengenai komposisi tanaman
- Kemampuan membuat gambar rencana penanaman dengan komposisi tanaman yang baik
- Kemampuan melakukan praktikum fungsi tanaman dalam lanskap
- Sikap dan perilaku yang baik dalam studi lapang, case study, dan praktikum
12,5
8
MINGGU
KE SASARAN
PEMBELAJARAN MATERI PEMBELAJARAN STRATEGI
PEMBELAJARAN INDIKATOR PENILAIAN BOBOT
NILAI (%) 11 Menguasai teknik-
teknik penanaman tanaman lanskap melalui makalah hasil diskusi cooperative learning secara berkelompok dan praktikum
Teknik penanaman tanaman lanskap: - Penanaman pohon, semak,
penutup tanah, rumput, dan tanaman pagar
Cooperative learning, praktikum
- Kemampuan melakukan diskusi dengan baik mengenai teknik penanaman tanaman lanskap
- Kemampuan membuat makalah sesuai format yang ditentukan
- Kemampuan melakukan praktikum teknik penanaman tanaman lanskap
- Sikap dan perilaku yang baik dalam diskusi dan praktikum
10
12 Menguasai teknik-teknik pemeliharaan tanaman lanskap melalui makalah hasil diskusi cooperative learning secara berkelompok dan praktikum
Teknik pemeliharaan tanaman lanskap: - Pembersihan tapak, penyiangan
gulma, penggemburan dan aerasi tanah, penyiraman, pemangkasan, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, serta penyulaman
Cooperative learning, praktikum
- Kemampuan melakukan diskusi dengan baik mengenai teknik pemeliharaan tanaman lanskap
- Kemampuan membuat makalah sesuai format yang ditentukan
- Kemampuan melakukan praktikum teknik pemeliharaan tanaman lanskap
- Sikap dan perilaku yang baik dalam diskusi dan praktikum
10
13 16 Menata tanaman dalam berbagai tipe lanskap melalui studi lapang, gambar, dan pameran hasil case study secara individu dan praktikum
Penataan tanaman pada berbagai tipe lanskap: - Taman instan, taman rumah
tinggal, jalur hijau jalan, dan lanskap perkotaan area-area khusus
Studi lapang, case study, pameran, praktikum
- Kemampuan melakukan studi lapang mengenai penataan tanaman pada berbagai tipe lanskap
- Kemampuan membuat gambar rencana penataan tanaman
- Kemampuan menata tanaman berdasarkan fungsi dan estetika
- Kemampuan melakukan praktikum penataan tanaman dalam berbagai tipe lanskap
- Sikap dan perilaku yang baik dalam studi lapang, case study, pameran dan praktikum
22,5
TINJAUAN MATA KULIAH A. Deskripsi Mata Kuliah
Mata kuliah ini membahas mengenai sejarah dan perkembangan tanaman
serta fungsi-fungsi tanaman dalam lanskap. Pemahaman terhadap aspek-aspek yang
harus diperhatikan dalam memilih dan menyusun tanaman, komposisi tanaman
dalam sebuah lanskap, teknik penanaman, dan pemeliharaan tanaman lanskap.
B. Prasyarat Mata Kuliah Mahasiswa yang mengikuti mata kuliah ini harus telah melulusi mata kuliah
Pengantar Arsitektur Lanskap.
C. Petunjuk Penggunaan Modul 1. Penjelasan bagi mahasiswa
(a) Sebelum mengikuti perkuliahan hendaknya mahasiswa telah membaca
bahan ajar ini dan dapat diperkaya dengan sumber acuan lainnya yang
relevan pada setiap pertemuan.
(b) Untuk memperkaya wawasan dan pengetahuan sangat dianjurkan
penelusuran literatur khususnya mengenai deskripsi tanaman dan fungsi
dalam lanskap melalui sumber bacaan dan internet.
(c) Mintalah petunjuk dari dosen jika ada hal yang belum terselesaikan, baik
dalam tugas kuliah maupun tugas praktikum.
(d) Kerjakan setiap tugas yang diberikan pada setiap akhir kegiatan/pertemuan
dengan baik.
(e) Perbanyaklah informasi dalam menata tanaman, baik teori maupun praktek
gambar desain dan lapang.
2. Penjelasan bagi dosen/tutor/asisten (a) Sebelum memberikan perkuliahan, dosen/tutor/asisten dianjurkan untuk
melengkapi materi berupa contoh, gambar/foto yang bersumber dari karya
sendiri, buku bacaan lain atau dari internet.
(b) Dosen/tutor/asisten sebaiknya menyiapkan materi dalam bentuk power
point yang dilengkapi contoh, gambar atau foto.
10
(c) Dosen/tutor/asisten dianjurkan menyediakan waktu di luar jadwal
perkuliahan untuk memberikan petunjuk kepada mahasiswa dalam
menyelesaikan tugas kuliah atau tugas praktikum.
D. Tujuan Pembelajaran (TIU) Setelah mengikuti mata kuliah ini mahasiswa mampu menata tanaman
lanskap dalam suatu lanskap berdasarkan fungsi dan estetika dengan baik dan
benar.
E. Elemen Kompetensi (TIK) Setelah menyelesaikan mata kuliah ini mahasiswa mampu:
1. Menjelaskan pengertian tanaman lanskap dan sejarah perkembangannya
melalui makalah hasil kaji pustaka secara individu.
2. Mengidentifikasi tanaman berdasarkan aspek arsitektural melalui makalah
hasil diskusi collaborative learning secara berkelompok dan praktikum.
3. Mengidentifikasi tanaman berdasarkan aspek visual melalui makalah hasil
diskusi collaborative learning secara berkelompok dan praktikum.
4. Mengidentifikasi tanaman berdasarkan kondisi ekologi melalui makalah hasil
diskusi collaborative learning secara berkelompok dan praktikum.
5. Mengidentifikasi tanaman berdasarkan habitus fungsional melalui makalah
hasil diskusi collaborative learning secara berkelompok dan praktikum.
6. Menjelaskan fungsi tanaman dalam lanskap melalui makalah hasil diskusi
cooperative learning secara berkelompok dan praktikum.
7. Merencanakan komposisi tanaman dalam lanskap melalui studi lapang dan
gambar hasil case study secara individu dan praktikum.
8. Menguasai teknik-teknik penanaman tanaman lanskap melalui makalah hasil
diskusi cooperative learning secara berkelompok dan praktikum.
9. Menguasai teknik-teknik pemeliharaan tanaman lanskap melalui makalah hasil
diskusi cooperative learning secara berkelompok dan praktikum.
10. Menata tanaman dalam berbagai tipe lanskap melalui studi lapang, gambar,
dan pameran hasil case study secara individu dan praktikum.
11
BAB 2 PENGERTIAN TANAMAN LANSKAP DAN SEJARAH PERKEMBANGANNYA
PENDAHULUAN Tanaman merupakan unsur fisik yang penting di dalam perancangan dan
pengelolaan ruang luar. Untuk dapat merancang taman dengan baik sebaiknya
mengenali terlebih dahulu sifat dan karakter tanaman. Seorang arsitek lanskap, harus
benar-benar memahami unsur ini. Hal ini disebabkan unsur tanaman mempunyai ciri
khas yang tidak terdapat pada unsur lain, yaitu tanaman merupakan unsur yang
hidup, tumbuh, dan berkembang.
A. Sasaran Pembelajaran Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan
pengertian tanaman lanskap dan sejarah perkembangannya melalui makalah hasil
kaji pustaka secara individu.
B. Strategi Pembelajaran 1. Kuliah
2. Kaji pustaka
C. Kegiatan Belajar Langkah-langkah kegiatan belajar yang harus dilakukan:
1. Mahasiswa mengikuti kegiatan perkuliahan di kelas.
2. Mahasiswa melakukan penelusuran literatur mengenai sejarah perkembangan
tanaman lanskap melalui sumber bacaan dan internet.
3. Mahasiswa membuat makalah sesuai format yang diberikan.
4. Mahasiswa menyelesaikan tes formatif/evaluasi kegiatan pembelajaran.
12
D. Indikator Pencapaian 1. Ketepatan penjelasan pengertian tanaman lanskap dan sejarah
perkembangan.
2. Ketepatan penjelasan karakteristik tanaman pada berbagai periode
perkembangan.
3. Kemampuan membuat makalah sesuai format yang ditentukan.
URAIAN BAHAN PEMBELAJARAN A. Pengertian Tanaman Lanskap
Tanaman lanskap adalah tanaman yang belum, sedang dan sudah
dibudidayakan, ditanam atau sudah ada di suatu tapak/lahan yang secara fungsional
berdayaguna dan secara estetis memiliki seni/nilai keindahan sehingga antara satu
dan lainnya dapat melahirkan suatu kesatuan yang harmonis. Tanaman lanskap
merupakan salah satu unsur dengan berbagai ragam potensi dalam lanskap dan
kemungkinan fungsi yang tidak terhingga. Tanaman lanskap mempunyai berbagai
bentuk, ukuran, warna, tekstur, dan karakter yang beragam.
Akan tetapi, meskipun tanaman lanskap memiliki berbagai potensi dan fungsi,
banyak orang awam dan para profesional dalam bidang perancangan melihat
tanaman hanya sebagai hiasan. Akibatnya tanaman sering ditempatkan dalam
perancangan ruang luar sebagai langkah terakhir dalam penyelesaian suatu proyek.
Sikap yang sama dalam penggunaan unsur tanaman juga berpengaruh terhadap citra
yang kurang benar tentang pengetahuan dan profesi arsitektur lanskap. Banyak
orang awam dan para profesional bidang perancangan lain mengartikan arsitektur
lanskap sekedar menata unsur tanaman sebagai hiasan belaka. Akibat dari sikap ini
menimbulkan salah pengertian bahwa perancangan lanskap hanya terbatas pada
proses penataan tanaman dalam bentuk yang menyenangkan pandangan.
Gambaran keliru terhadap peran utama yang dimainkan oleh unsur tanaman
dalam perancangan arsitektur lanskap berawal dari kekeliruan umum tentang
perbedaan antara arsitektur lanskap dan usaha pembibitan tanaman. Orang awam
masih berpendapat bahwa perhatian utama arsitektur lanskap adalah perancangan
taman rumah tinggal dan perencanaan kebun dengan unsur tanaman sebagai salah
13
satu unsur perancangan yang penting. Akan tetapi, profesi arsitektur lanskap
sebenarnya terlibat dalam skala yang lebih luas daripada itu, yaitu menitikberatkan
pada pengelolaan sumberdaya alam pada semua skala. Dengan ruang lingkup yang
lebih luas ini, unsur tanaman tetap merupakan unsur utama perancangan yang
membantu arsitek lanskap dalam mencapai tujuan perancangan tidak hanya sebagai
unsur penghias tetapi juga memiliki fungsi-fungsi yang sama dan kadang-kadang
mempunyai nilai tertentu dalam perancangan arsitektur lanskap.
Keahlian arsitek lanskap terkait dengan unsur tanaman, terletak pada
pengetahuan tentang fungsi, kemampuan, keterampilan, dan kepekaan penggunaan
dalam konteks perancangan tertentu. Hal ini mencakup pemahaman tentang
karakteristik-karakteristik perancangan seperti ukuran, bentuk, warna, dan tekstur
serta pengetahuan tentang pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Kearifan
seorang arsitek lanskap terletak pada pemahamannya terhadap karakteristik visual
tanaman secara keseluruhan, pertimbangan ekologis tanaman untuk pertumbuhan
yang baik, dan dampak lingkungannya jika ditanam pada situasi tertentu.
Unsur tanaman memiliki beberapa sifat yang membedakan dari unsur-unsur
perancangan arsitektur lanskap lainnya. Karakteristik penting adalah bahwa tanaman
merupakan unsur yang hidup dan tumbuh (Booth, 1983). Pertama, unsur tanaman
adalah dinamis, yaitu secara teratur berubah warna, tekstur, kelebatan daun, dan
karakter keseluruhan sesuai musim dan pertumbuhannya. Misalnya, beberapa
tanaman berdaun rontok di daerah beriklim sedang mempunyai 4 karakteristik visual
yang berbeda berdasarkan pada musim-musim yang dialami, yaitu 1) pada musim
semi dengan bunga dan daun-daun hijau kekuningan yang rimbun, 2) pada musim
panas dengan daun-daun hijau tua, 3) pada musim rontok dengan daun-daun warna
cerah, dan 4) pada musim dingin dengan cabang yang gundul dan percabangan yang
jelas. Tanaman-tanaman di daerah tropis tidak berubah begitu dramatis seperti
tanaman berdaun rontok, meskipun ada perubahan pada musim panas dan dingin,
atau musim hujan dan kemarau. Bahkan di gurun pasir, tanaman berubah dalam
penampakannya khususnya selama musim dingin dan berbunga di musim semi.
Semua tanaman tumbuh besar dalam proses pertumbuhannya. Pertumbuhan
ini tidak tampak dalam jangka waktu pendek, tetapi cenderung dramatis dalam jangka
14
waktu yang panjang. Kualitas dinamis dari unsur tanaman ini mempunyai implikasi
penggunaannya dalam perancangan. Perubahan penampakan tanaman pada setiap
musim mempersulit untuk memilih dan menempatkannya dalam merancang taman.
Perancang tidak hanya memperhatikan bagaimana suatu kelompok tanaman
berfungsi dan tampak pada musim tertentu, tetapi juga bagaimana peranannya
sepanjang tahun dan pertumbuhan dari waktu ke waktu. Suatu kesalahan mungkin
saja terjadi di dalam memilih tanaman yang menarik pada musim tertentu, tetapi
tampak tidak menarik pada musim lain. Masalah ini dapat disederhanakan jika
sebagian unsur komposisi tanaman dibiarkan berubah sepanjang tahun, sedangkan
sebagian yang lain tetap konstan secara visual.
Aspek pertumbuhan unsur tanaman juga memiliki implikasi yang lain.
Umumnya, perancang menanam tanaman muda di tapak karena lebih murah dan
mudah dipindah serta mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk hidup dan
tumbuh dibandingkan tanaman dewasa. Akan tetapi, hal ini memiliki kelemahan bagi
perancang. Tanaman memerlukan waktu lama untuk mencapai ketinggian, lebar, dan
bentuk tanaman dewasa. Untuk pohon besar di daerah beriklim sedang, tanaman
baru memerlukan waktu 15-20 tahun untuk tumbuh dewasa bahkan mungkin lebih
untuk mencapai ukuran optimal. Masalahnya akan lebih sulit karena tanaman
penutup dan semak pada umumnya mencapai kedewasaan lebih cepat daripada
pohon sehingga memerlukan program pemeliharaan berkala untuk memindahkan
tanaman penutup dan semak yang telah melebihi umurnya. Akibatnya, arsitek
lanskap tidak dapat menilai dengan baik kualitas yang ingin dicapai untuk suatu
perancangan dalam beberapa tahun (mungkin lebih dari 20-25 tahun). Hal ini
mempersulit untuk menilai apakah perancangan tersebut berhasil atau tidak, agar
perbaikan dapat dilakukan pada tahap berikutnya.
Faktor kesulitan waktu hampir tidak terdapat dalam profesi perancangan lain
karena penilaian terhadap perancangan dapat dilakukan setelah selesainya proyek.
Penyataan bahwa bangunan atau patung dapat rusak dimakan usia adalah benar,
tetapi perubahan tersebut tidak dapat dibandingkan dengan pohon muda yang
tumbuh dari ketinggian 2 m pada waktu pertama ditanam dengan pohon setinggi 15
m setelah beberapa tahun kemudian. Oleh karena itu, arsitek lanskap tidak hanya
15
mempelajari pengaruh tanaman dalam jangka pendek terhadap perancangan, tetapi
juga pengaruh jangka panjang. Hal ini menimbulkan masalah dalam menjelaskan
kepada klien, tentang bagaimana wujud perancangan setelah selesai pelaksanaan.
Biasanya, arsitek lanskap membuat gambar perancangan berdasarkan tanaman 75-
100% ukuran dewasa. Klien harus diberi penjelasan tentang kenyataan yang
sebenarnya, agar memahami bagaimana hasil akhir perancangannya serta
perubahannya dari waktu ke waktu. Apabila hal ini tidak dijelaskan, klien cenderung
kaget melihat kenyataan yang berbeda dengan apa yang dilihat dalam maket atau
denah yang tanamannya digambarkan mendekati umur dewasa. Untuk menghindari
penampilan yang kurang bagus yang diakibatkan penanaman tanaman yang masih
kecil, perancang biasanya menanam tanaman kecil dalam jumlah banyak agar cepat
memenuhi suatu area. Akan tetapi, masalah lain dapat timbul dengan cara ini,
tanaman tumbuh saling memenuhi ruang. Hal ini memerlukan pemeliharaan
tambahan dan biaya pemangkasan agar ukuran tanaman tetap seperti yang
diinginkan.
Karakteristik kedua yang menonjol adalah bahwa tanaman merupakan unsur
perancangan yang hidup sehingga memerlukan beberapa persyaratan lingkungan
untuk hidup dan tumbuh dengan baik (Booth, 1983). Faktor-faktor seperti kimia tanah,
drainase tanah, sinar matahari, angin, dan suhu berpengaruh terhadap pertumbuhan
tanaman. Setiap jenis tanaman memerlukan persyaratan tertentu untuk pertumbuhan
optimal sehingga salah satu langkah di dalam merancang taman adalah menetapkan
syarat-syarat pertumbuhan tanaman pada tapak. Setelah ditetapkan dapat dipilih
tanaman yang sesuai dengan syarat-syarat tersebut. Semua tanaman memerlukan
tingkat pemeliharaan tertentu untuk tetap tumbuh sehat. Tanaman tidak seperti unsur
perancangan lain, dapat dilupakan setelah ditanam. Beberapa jenis tanaman
memerlukan pemeliharaan lebih daripada yang lain. Bahkan, beberapa jenis tanaman
asli suatu daerah memerlukan perhatian khusus secara terus menerus. Penyiraman,
pemangkasan, pemupukan, serta pengendalian hama dan penyakit merupakan
kegiatan pemeliharaan dari tanaman lanskap.
16
B. Sejarah Perkembangan Tanaman dalam Lanskap Sejarah perkembangan tanaman dalam lanskap sesungguhnya berkembang
sejalan dengan perkembangan taman. Perkembangan taman mulai dari sebelum
Masehi hingga sekarang, yang dapat dibagi dalam 4 periode, yaitu: 1) Periode Antik,
2) Periode Abad Pertengahan, 3) Periode Renaissance, dan 4) Periode Modern.
1. Periode Antik Periode Antik yang terjadi pada masa sebelum Masehi memperlihatkan bahwa
tanaman hias belum dikenal. Tanaman yang pertama ditanam dalam suatu taman
adalah jenis yang sangat erat hubungannya dengan kehidupan manusia, yaitu jenis
tanaman yang dapat dimakan (edible) atau jenis tanaman obat-obatan (medicinal)
dan bahan baku parfum. Taman-taman pada periode ini, yaitu taman-taman di
Mesopotamia, Mesir, Asyiria, Persia, Yunani, dan Romawi.
Taman dibuat pertama kali di daerah Mesopotamia yang terletak di lembah
Sungai Euphrat oleh bangsa Babylon (3.500 SM). Seni pertamanan bangsa ini
diperlihatkan dengan pengaturan tempat-tempat pertanian sebagai tempat yang
menyenangkan. Pengaturan dilakukan pada petak-petak tanaman produktif, sistem
irigasi, penanaman pohon-pohon besar, dan lain sebagainya untuk kebutuhan
kesenangan. Salah satu taman yang terkenal adalah Zigurat atau Taman Gantung
yang ditanami pohon, semak, dan tanaman merambat dengan pola formal dan
rectalinier (Hyams, 1971).
Mesir seperti halnya Mesopotamia telah memiliki keahlian atau keunggulan di
bidang hortikultura. Akan tetapi, berbeda dengan bangsa Babylon, bangsa Mesir
kuno membangun taman di dalam tempat kediaman dan dipagar dengan tembok
tebal. Taman-taman di Mesir ditata dalam komposisi yang teratur berupa petak-petak
berisikan bunga-bungaan kolam atau enclosure (Hakim, 2003). Selain itu, pepohonan
yang ditanam merupakan pohon buah-buahan dan yang dapat digunakan sebagai
kayu bangunan.
Taman kerajaan Asyiria kemungkinan dipengaruhi oleh desain Mesir. Ciri
taman Asyiria umumnya berbentuk formal dalam penyusunan tanaman. Dari relief-
relief peninggalan bangsa Asyiria menunjukkan pohon-pohon dan palem disusun
17
berbaris dengan teratur seperti di Mesir. Pohon-pohon ini ditanam secara berbaris
juga untuk memudahkan pengairan (Wahid dan Karsono, 2011).
Taman-taman istana kerajaan Persia diciptakan untuk mengekspresikan
keagungan dan kemegahan dalam bentuk lain. Taman-taman ini umumnya
menggunakan sistem irigasi yang dialirkan dari ladang pertanian yang jauh dari
istana. Unsur air yang digunakan dalam taman bernilai simbolis sebagai aliran air
yang berasal dari Taman Firdaus dalam kitab suci.
Kerajaan bangsa Yunani terutama pada pemerintahan Alexander the Great
mengerjakan taman-taman dengan mengambil inspirasi taman-taman kerajaan
Persia dan Mesir. Biasanya ruang duduk atau ruang keluarga dihadapkan ke inner
court atau patio yang selalu diberikan perkerasan serta dihiasi dengan patung dan
tanaman di dalam pot. Pola rumah bangsa Yunani ini dijadikan dasar oleh bangsa
Romawi untuk membangun tempat tinggal. Posisi bangunan diletakkan mengarah
jalan dan letak kamar-kamar ditata ke sebelah dalam (in ward) yang dihubungkan
dengan colonade serta pembukaan ke arah ruang terbuka atau atrium.
Perkembangan taman terjadi dari Mediteran di Barat sampai Cina di Timur
Jauh. Catatan sejarah dan peninggalan kuno merupakan bukti yang mengisahkan
kekayaan budaya dan flora negeri Cina. Bunga-bunga indah dan tanaman eksotik
sering menjadi motif dekoratif pada sutera dan porselen. Taman Cina yang terkenal
dibuat pada jaman pemerintahan dinasti Chin dan dinasti Han. Pada masa
pemerintahan kedua dinasti tersebut sudah terdapat taman istana megah yang
bernuansa religius pengaruh ajaran Tao dan benilai estetika tinggi serta ditujukan
sebagai tempat beristirahat dan bersenang-senang (Hyams, 1971). Selain itu, semua
bunga dan pohon mempunyai arti simbolis dan makna. Misalnya peoni
melambangkan kekayaan dan kehormatan, anggrek melambangkan kehalusan budi
pekerti, kebaikan, dan budaya, chrysanthemum melambangkan kerendahan hati,
sopan santun, dan panjang umur, dan lotus melambangkan kemurnian dan
kebenaran (Mariana, 2001).
2. Periode Abad Pertengahan Periode abad pertengahan berlangsung sekitar abad ke-7 hingga abad 15.
Pada permulaan abad ini, taman tempat bersenang-senang jarang ditemukan di
18
antara kota-kota dan benteng-benteng yang padat. Ruang terbuka umumnya
berfungsi sebagai tempat menanami berbagai jenis tanaman obat-obatan dan
buahan. Kebun-kebun ini dipelihara dan dipagari dengan tembok sebagai benteng
yang kuat. Pada akhir abad ini, dengan sistem politik pemerintahan yang semakin
baik, serta perkembangan perdagangan dan peningkatan perekonomian
menyebabkan berkembangnya keberadaan taman-taman (Hakim, 2003).
Tanaman Porticoes merupakan salah satu elemen taman yang penting yang
dimasukkan oleh Byzantine Basilicos. Pada waktu itu, terdapat tempat yang
berbentuk semacam taman yang disebut Purgatones, merupakan taman tertutup
yang pertama kali dibuat di Eropa pada abad pertengahan (Hyams, 1971). Taman ini
memakai tanaman sayuran dan obat-obatan serta perpohonan dan tanaman hias
bunga. Tanaman bunga mulai menjadi berarti bagi kepentingan masyarakat pada
abad ke-6 dan ke-7. Madonna Lily sebagai bunga persembahan kepada Bunda Maria
dan menjadi simbol yang bermakna dari bunga violet dan mawar. Bangsawan dari
Eropa Utara mengungkapkan keindahan dari taman-taman gereja dengan membuat
taman bunga dengan gaya Pietro de Carescenzi, dengan pola tertutup dan dengan
tanaman rumput dan bunga-bungaan. Tanaman hias yang penting adalah mawar,
violet, dan marygold.
3. Periode Renaissance Periode ini berlangsung sekitar abad 15 sampai 20. Karakteristik taman yang
menonjol pada Periode Renaissance adalah kebun raya. Kebun raya ini muncul
sekitar abad ke-16 dan diduga berasal dari Mesiko lalu bentuk taman dibawa oleh
orang-orang Spanyol dan akhirnya menyebar ke Eropa. Kebun raya memberi
pengaruh yang kuat pada pertamanan sehingga dapat dikatakan bahwa kebun raya
merupakan ciri dari jaman Renaissance.
Dua contoh kebun raya yang banyak dipelajari dalam botani adalah Kebun
Raya Padua dan Kebun Raya Pisa. Kebun Raya Padua dibuat pada tahun 1545 dan
tetap bertahan sampai bertahun-tahun. Tanaman yang dibudidayakan di Kebun Raya
Padua, antara lain, Bignonia radicans, Cedros deodara, Robinia pseudoacacia,
Pelargonium cuculatum, Cyclamen persicum, Jasminum nudiflorum, dan Solanum
tuberosum. Tanaman yang dibudidayakan di Kebun Raya Pisa, antara lain, Juglans
19
nigra, Alianthus glandulosa, Cinnamomum camphora, Chaenomeles japonica,
Magnolia grandiflora, dan Tulip sp.
Secara umum tanaman yang digunakan pada Periode Renaissance ialah
menggunakan tanaman dalam bentuk pohon dan kelompok tanaman. Taman-taman
pada periode ini, yaitu Taman Italia, Perancis, dan Inggris. Taman pada era ini
diistilahkan memiliki beauty and perfect form yang dikaitkan dengan perubahan
dalam segi kualitas, artistik, dan falsafah desain. Taman-taman dibuat oleh para
seniman taman bekerjasama dengan para botanis, melalui perhitungan dan
perencanaan matang sehingga tercipta suatu taman yang nilai artistiknya tinggi,
bernuansa matematis, dengan falsafah desain yang bertumpu pada peningkatan
kenyamanan bagi manusia yang ingin menikmatinya. Taman-taman tidak hanya
sebagai tempat meditasi tetapi lebih diutamakan sebagai tempat rekreasi, relaksasi,
dan pesta perjamuan, serta bersifat lebih terbuka (Damayanti, 1999).
Beberapa karya yang terkenal di Italia adalah Villa Medici, Villa de Este, dan
Villa Lante. Villa Medici dibangun oleh Annibale Lippi untuk Cardinal Ricci pada tahun
1544, lalu dibeli oleh Ferdinando de Medici pada tahun 1580. Villa ini adalah satu-
satunya villa yang tamannya masih utuh. Elemen tanaman yang digunakan adalah
pohon buah-buahan yang ditanam dalam pot besar dari tanah liat dan parterre. Villa
de Este dibangun oleh Pirro Ligorio untuk Cardinal Ippolito de Este, sedangkan Villa
Lante dibangun oleh Mignolia. Ciri taman ini ialah menggunakan pohon-pohon,
semak evergreen, dan bunga-bungaan.
Taman-taman di Perancis awalnya berkiblat pada taman-taman pada Periode
Abad Pertengahan. Orang yang pertama kali membawa pengaruh Renaissance ke
Perancis ialah Leonardo da Vinci pada tahun 1514. Taman yang dibuat
menggunakan tanaman-tanaman yang ditanam rapat dalam baris-baris. Orang lain
yang berjasa dalam pembentukan Taman Perancis ialah Claude Mollet, Olivier de
Serre, dan Boyceau. Taman-taman yang dibangun oleh Olivier de Serre kebanyakan
berisi sayuran, buah-buahan, semak, dan bunga-bungaan. Bunga-bunga yang
digunakan, antara lain, violet, wallflower, dan lily of the valley.
Raja Henri VII dan Kardinal Wolsey adalah orang-orang yang berjasa dalam
kemajuan taman-taman Renaissance di Inggris. Salah satu elemen utama taman
20
adalah mount. Bentuk mount berasal dari Italia, yaitu jalan berbentuk spiral yang
dikelilingi pepohonan. Model terbesar dari taman Renaissance di Inggris ialah
Nonsuch Garden. Ciri-cirinya ialah ditiru dari fountainbleau, termasuk hutan-hutan
dengan vistanya, ada bosco, lapangan-lapangan hijau, dan tiruan-tiruan binatang.
Buah yang ditanam, antara lain, peach, aprikot, dan almond, sedangkan bunganya,
antara lain, marygold, pansy, wallflower, carnation, madonna lily, dan daffodils.
Beberapa taman memiliki parterre seperti pada Taman Perancis, tetapi pola-polanya
lebih sederhana.
4. Periode Modern Periode ini dimulai pada abad 20 hingga sekarang. Pada periode ini telah
berkembang penggunaan tanaman dalam taman bahkan mutlak ada tanaman hias
sebagai ornamen. Taman telah berkembang sedemikian rupa, misalnya taman kota,
taman rumah, dan taman bermain dengan penggunaan berbagai jenis tanaman.
Karya taman yang dihasilkan pada periode ini lebih beragam. Arsitek lanskap
pada periode ini merencanakan taman tidak hanya sekedar tempat untuk koleksi
bunga, tetapi juga sebagai outdoor livingroom. Selain itu, tanaman yang digunakan
tidak hanya tanaman yang bersifat dekoratif, tetapi juga tanaman yang disesuaikan
dengan kondisi tapak di sekitarnya dan sedikit memerlukan tenaga kerja dalam
penanaman dan pemeliharaan. Taman pada periode ini dapat dianggap sebagai
tempat untuk melakukan aktivitas sehari-hari (living space), sebagai tempat untuk
bermain anak-anak (playground), dan juga sebagai tempat melakukan kegiatan seni
atau hobby (work of art).
C. Rangkuman Tanaman lanskap adalah tanaman yang belum, sedang dan sudah
dibudidayakan, ditanam atau sudah ada di suatu tapak/lahan yang secara fungsional
berdayaguna dan secara estetis memiliki seni/nilai keindahan sehingga antara satu
dan lainnya dapat melahirkan suatu kesatuan yang harmonis. Sejarah perkembangan
tanaman dalam lanskap sesungguhnya berkembang sejalan dengan perkembangan
taman. Perkembangan taman mulai dari sebelum Masehi hingga sekarang, dapat
21
dibagi dalam 4 periode, yaitu 1) Periode Antik, 2) Periode Abad Pertengahan, 3)
Periode Renaissance, dan 4) Periode Modern.
PENUTUP A. Tugas dan Latihan Untuk memantapkan pemahaman Anda tentang pengertian tanaman lanskap dan
sejarah perkembangan tanaman lanskap, Anda perlu mengerjakan tugas-tugas di
bawah ini dan mendiskusikannya dengan kawan-kawan Anda!
1. Jelaskan pengertian tanaman lanskap.
2. Jelaskan karakteristik tanaman lanskap yang membedakan dari unsur-unsur
perancangan lainnya.
3. Jelaskan periode-periode perkembangan tanaman lanskap.
Petunjuk Jawaban: Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, Anda harus memperhatikan rambu-rambu berikut:
1. Buatlah kelompok belajar dan diskusikan pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan
kawan-kawan Anda.
2. Lakukan penelusuran literatur mengenai sejarah perkembangan tanaman lanskap
melalui sumber bacaan dan internet.
B. Tes Formatif/Evaluasi Kegiatan Pembelajaran Lingkari huruf di depan jawaban yang paling benar dari setiap soal di bawah ini!
1. Tanaman yang melambangkan kekayaan dan kehormatan adalah.............
(a) Anggrek
(b) Peoni
(c) Chrysanthemum
(d) Lotus
2. Karakteristik taman yang menonjol pada Periode Renaissance adalah.............
(a) Kebun raya
(b) Taman bunga
(c) Kebun buah
(d) Taman villa
22
3. Elemen tanaman yang digunakan pada Villa Medici adalah.............
(a) Pohon buah-buahan
(b) Lapangan hijau
(c) Bunga-bungaan
(d) Semak evergreen
4. Jalan berbentuk spiral yang dikelilingi oleh pepohonan disebut.............
(a) Parterre
(b) Bosco
(c) Mount
(d) Grotto
5. Taman dengan pola tertutup dan dengan tanaman rumput dan bunga-bungaan
disebut gaya.............
(a) The Maze
(b) Grotto Palissy
(c) Pietro de Carescenzi
(d) Fountainbleau
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif yang terdapat di
bagian akhir bab ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus
di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Bab 2.
Rumus:
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:
90% - 100% = baik sekali
80% - 89% = baik
70% - 79% = cukup
- 69% = kurang
100%5
benar yangjawaban Jumlahpenguasaan Tingkat =
23
Apabila tingkat penguasaan anda mencapai 80% ke atas, bagus! Anda cukup
memahami Bab 2. Anda dapat meneruskan pada Bab 3. Akan tetapi, apabila tingkat
penguasaan Anda masih dibawah 80%, Anda harus mengulangi Bab 2, terutama
bagian yang belum Anda kuasai.
C. Sumber/Referensi 1. Booth NK. 1983. Basic Elements of Landscape Architectural Design. Illinois:
Waveland Pr. Inc.
2. Damayanti VD. 1999. Karakteristik Taman Italia. Buletin Taman dan Lanskap
Indonesia. 2(1): 25-28.
3. Hakim R. 2003. Arsitektur Lansekap Manusia, Alam dan Lingkungan. Jakarta:
Penerbit Univ. Trisakti.
4. Hyams E. 1971. A History of Garden and Gardening. New York: Praeger Publ.
5. Mariana F. 2001. Sejarah Penggunaan Bunga sebagai Elemen Taman dalam
Taman Cina. Buletin Taman dan Lanskap Indonesia. 4(3): 21-25.
6. Wahid J, B. Karsono. 2011. Desain dan Konsep Arsitektur Lansekap Dari
Zaman ke Zaman. Yogyakarta: Graha Ilmu.
D. Kunci Jawaban 1. b
2. a
3. a
4. c
5. c
24
BAB 3 SELEKSI TANAMAN BERDASARKAN ASPEK ARSITEKTURAL
PENDAHULUAN Kegunaan arsitektural unsur tanaman sangat penting dalam penataan lanskap
terutama sebagai pembentuk ruang luar. Dalam pengembangan perancangan,
kegunaan arsitektural adalah yang pertama dipelajari. Karakteristik visual unsur
tanaman umumnya dipilih setelah fungsi arsitekturalnya ditetapkan. Unsur tanaman
digunakan secara arsitektural dalam fungsi lanskap sebagai komponen struktural
seperti lantai, atap, dan dinding. Secara arsitektural tanaman merupakan ruang
kegiatan pada ruang luar.
A. Sasaran Pembelajaran Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan dapat mengidentifikasi
tanaman berdasarkan aspek arsitektural melalui makalah hasil diskusi collaborative
learning secara berkelompok dan praktikum.
B. Strategi Pembelajaran 1. Collaborative learning
2. Praktikum
C. Kegiatan Belajar Langkah-langkah kegiatan belajar yang harus dilakukan:
1. Mahasiswa melakukan penelusuran literatur mengenai seleksi tanaman
berdasarkan aspek arsitektural melalui sumber bacaan dan internet.
2. Mahasiswa aktif melakukan kegiatan diskusi di kelas dan praktikum.
3. Mahasiswa membuat makalah sesuai format yang diberikan.
4. Mahasiswa menyelesaikan tes formatif/evaluasi kegiatan pembelajaran.
25
D. Indikator Pencapaian
1. Kemampuan melakukan diskusi dengan baik mengenai seleksi tanaman
berdasarkan aspek arsitektural.
2. Kemampuan membuat makalah sesuai format yang ditentukan.
3. Kemampuan melakukan praktikum identifikasi tanaman berdasarkan aspek
arsitektural.
4. Sikap dan perilaku yang baik dalam diskusi dan praktikum.
URAIAN BAHAN PEMBELAJARAN Istilah aspek arsitektural tidak dimaksudkan hanya untuk lingkungan buatan.
Unsur tanaman pada lingkungan alami dapat berperan dengan baik dengan
menyempurnakan fungsi-fungsi arsitekturnya". Penggolongan tanaman berdasarkan
aspek arsitektural artinya menciptakan ruang dengan unsur tanaman. Berdasarkan
aspek arsitektural, tanaman dapat digolongkan berdasarkan fungsinya sebagai
pembentukan ruang, penyekat, dan pengendali keleluasaan pribadi.
A. Pembentukan Ruang Pembentukan ruang berarti mengolah bidang atau unsur pembentuk ruang,
yaitu bidang dasar, bidang vertikal, dan bidang pengatap. Kesan ruang tergantung
pada pembatas nyata dan maya dengan memodifikasi ketiga bidang tersebut baik
secara sendiri maupun digabung. Unsur tanaman dapat digunakan dalam lanskap
untuk saling mempengaruhi bidang-bidang pembatas tersebut. Rumput atau tanaman
penutup tanah (groundcover) dapat digunakan untuk membentuk bidang dasar
(lantai). Tanaman semak dapat digunakan sebagai pembentuk bidang vertikal
(dinding). Pohon dapat digunakan untuk membentuk bidang pengatap/atap. Berbagai
kesan ruang dapat diciptakan dengan elemen tanaman, antara lain, ruang yang
bersifat terbuka, semi terbuka, tertutup, intim, publik, semi publik, dan sebagainya.
Jenis tanaman sebagai pembentuk ruang dikelompokkan menjadi tanaman pelantai,
tanaman pedinding, dan tanaman pengatap.
26
2. Tanaman Pelantai Untuk membentuk bidang dasar, tanaman penutup atau semak dapat secara
tidak langsung membentuk ruang dengan perbedaan ketinggian dan bahan. Dalam
hal ini, tanaman membentuk ruang vertikal secara fisik, tetapi dengan ketinggian
yang rendah memberi kesan suatu dinding. Misalnya, batas antara daerah rumput
dan tanaman penutup memberikan gambaran batas ruang tanpa penyekat fisik
(Gambar 1). Jenis tanaman yang dapat digunakan sebagai pembentuk bidang lantai
adalah tanaman yang tingginya sampai setinggi mata kaki, seperti lumut, rumput, dan
groundcover.
Gambar 1. Ruang maya terbentuk di antara penutup tanah dan rumput (Sumber: Booth, 1983)
3. Tanaman Pedinding Untuk membentuk bidang vertikal, unsur tanaman dapat mempengaruhi
persepsi ruang dalam berbagai cara. Pertama, batang pohon berperan sebagai tiang
vertikal pada ruang luar, sekali lagi pembatasan ruang ini lebih banyak secara tidak
nyata daripada secara nyata (Gambar 2). Tingkat ketertutupan dapat bervariasi
dengan ukuran batang, kepadatan massa, dan pola susunannya. Komposisi tanaman
berupa susunan pohon atau semak dapat membentuk bidang pembatas atau dinding
27
(Hakim dan Utomo, 2003). Semakin banyak batang pohon seperti dalam suasana
hutan alami, semakin kuat kesan ketertutupannya. Contoh lain dari batang pohon
yang membentuk batas ruang dapat dilihat sepanjang jalan yang ditanami pohon
dimana massa batang pohon pada musim dingin memberi gambaran batas-batas
ruang walaupun tanpa daun.
Kedua, massa daun tanaman dapat mempengaruhi bidang vertikal
ketertutupan ruang. Dalam hal ini, kepadatan dan ketinggian massa daun
mempengaruhi kualitas ruang. Semakin tinggi pohon dan semakin besar dan rapat
daunnya, semakin kuat kesan ketertutupannya. Perubahan tingkat ketertutupan lebih
jelas dan cenderung tampak dengan adanya variasi musim pada tanaman berdaun
rontok.
Gambar 2. Batas ruang maya terbentuk oleh massa batang pohon (Sumber: Booth, 1983)
4. Tanaman Pengatap
Bidang pengatap suatu ruang dapat dimodifikasi melalui unsur tanaman.
Massa daun dan percabangan pada tajuk pohon membentuk atap pada ruang luar,
membatasi pandangan ke langit, dan mempengaruhi skala vertikal ruang tersebut
(Gambar 3). Kesan pengatap yang kuat dapat dirasakan jika tajuk pohon saling
tumpang tindih, dengan demikian menutup pandangan langsung ke langit.
28
Dalam pembentukan ruang luar dengan menggunakan unsur tanaman, seperti
dengan unsur perancangan yang lain, perancang harus menentukan terlebih dahulu
tujuan yang akan dicapai dan kualitas ruang yang diinginkan (terbuka, tertutup, akrab,
monumental, dan sebagainya). Setelah itu arsitek lanskap dapat melanjutkan dengan
memilih dan menyusun tanaman yang memenuhi kriteria yang ditetapkan. Beberapa
tipe dasar ruang yang terbentuk oleh tanaman diuraikan sebagai berikut.
Gambar 3. Bidang pengatap terbentuk oleh bagian bawah tajuk pohon (Sumber: Booth, 1983)
1. Ruang yang Terbuka Arsitek lanskap dapat menciptakan ruang secara tidak langsung terbuka ke
semua arah dengan menggunakan semak dan tanaman penutup sebagai pembatas
ruang. Ruang seperti memberi kesan luas, tidak memberi kesan pribadi, dan terbuka
terhadap sinar matahari dan langit.
2. Ruang Semi Terbuka Ruang ini sama dengan ruang terbuka, tetapi sebagian tertutup pada salah
satu sisi atau lebih dengan tanaman tinggi. Tanaman tersebut berperan sebagai
dinding vertikal yang menghalangi pandangan ke dalam dan luar ruang. Tipe ruang
yang demikian memiliki kualitas yang sama dengan ruang yang terbuka, tetapi agak
transparan dan berorientasi kuat pada sisi yang terbuka. Ruang ini umumnya sesuai
untuk teras rumah dimana kesan pribadi diperlukan pada satu arah, tetapi diinginkan
pandangan yang terbuka pada sisi lain
29
3. Ruang Beratap (Canopied Space) Ruang beratap dapat dibentuk dengan bagian-bagian atas tertutup dan sisi-sisi
terbuka menggunakan massa tanaman peneduh dengan tajuk tanaman yang padat.
Secara keseluruhan ruang ini berkesan "terapit" antara bidang atas dari tajuk pohon
dan bidang dasar apabila seseorang melewati antara batang-batang pohon. Ruang
beratap juga membentuk kesan skala vertikal yang kuat dengan penutupan
ketinggian ruang. Secara arsitektural, tipe ruang ini sering dirasakan jika seseorang
berdiri di lantai dasar bangunan yang terbuka dengan sisi-sisi yang terbuka.
Dalam kaitannya dengan lanskap, ruang ini merupakan karakteristik ruang
terbuka hijau perkotaan. Sinar matahari tersaring tajuk tanaman dan cahaya
menembus dari sisi-sisinya. Ruang ini berkesan sejuk dan memungkinkan
pandangan tak langsung ke dalam dan luar ruang melalui sisi-sisinya. Salah satu
variasi ruang ini adalah lorong yang terbentuk oleh tanaman peneduh sepanjang
jalan raya atau jalan setapak.
4. Ruang Tertutup Beratap (Enclosed Canopied Space) Ruang ini memiliki karakteristik yang hampir sama dengan ruang beratap.
Perbedaan utama ruang ini adalah tertutup pada sisi-sisinya dan tanaman berukuran
sedang dan kecil. Ruang seperti ini dapat dirasakan seperti suasana hutan, agak
gelap, berorientasi ke dalam, memberikan kesan keleluasaan pribadi, dan terisolir.
5. Ruang Vertikal Dengan menggunakan tanaman tinggi, arsitek lanskap dapat membentuk
ruang luar dengan orientasi vertikal dan terbuka ke arah langit. Tergantung besarnya
tekanan yang diinginkan, ruang tersebut dapat terbuka atau tertutup pada sisi-sisinya.
Salah satu variasi yang memungkinkan dari ruang ini adalah menggunakan tanaman
yang berbentuk meruncing ke atas sebagai unsur pembentuk ruang. Hal ini
dimaksudkan agar ruang yang terbentuk dapat mengembang atau mengecil apabila
ruangnya bertambah tinggi.
B. Penyekat (Screening) Apabila pembentukan ruang luar merupakan salah satu kegunaan arsitektural
tanaman, kegunaan lain adalah untuk menutup obyek atau pemandangan yang
30
kurang menarik suatu lingkungan. Unsur tanaman sebagai penyekat vertikal dapat
mengendalikan pandangan agar obyek yang diinginkan dalam lanskap dapat terlihat
dan obyek yang kurang baik terhalangi. Hal ini sangat tergantung dari tujuan
perancangannya, tanaman dapat membatasi pandangan secara total sehingga tidak
tembus sama sekali (opaque), atau dibuat transparan agar menghalangi sebagian
pandangan. Untuk membentuk penyekat tanaman secara efektif, perancang terlebih
dahulu harus menganalisis titik-titik mana agar pengamat dapat melihat, tinggi unsur-
unsur yang tidak menarik, jarak antara pengamat, unsur yang kurang menarik, dan
bentuk permukaan tanah.
Faktor-faktor tersebut secara bersama-sama mempengaruhi tinggi, susunan,
dan penempatan tanaman pembatas yang diinginkan. Tanaman yang tinggi, tidak
berarti baik untuk penyekat, walaupun kadang-kadang perlu pada situasi tertentu.
Faktor lain yang perlu dipertimbangkan adalah musim, apabila tanaman digunakan
sebagai penyekat. Tanaman hijau sepanjang tahun adalah yang paling sesuai untuk
penyekat permanen untuk menghalangi pandangan sepanjang tahun.
C. Pengendali Keleluasaan Pribadi Fungsi tanaman yang mirip dengan fungsi penyekat adalah sebagai
pengendali keleluasaan pribadi. Pengendali keleluasaan pribadi adalah teknik
penempatan tanaman di sekitar area tertentu agar pandangan ke dalam dan dari
ruang dapat dihalangi. Tujuan dari pengendalian pandangan ini adalah untuk
memisahkan ruang dengan sekitarnya (Gambar 4). Perbedaan yang jelas antara
keduanya adalah pengendali keleluasaan pribadi memisahkan ruang dengan
sekitarnya, dengan demikian menghalangi pandangan ke dan dari ruang. Penyekat
menghalangi secara bijaksana sebagian dari pandangan pengendali keleluasaan
pribadi mengurangi kebebasan bergerak dalam ruang, sedangkan penyekat
memungkinkan pergerakan di sekitar tanaman pembatas. Pengendali keleluasaan
pribadi sering merupakan tujuan perancangan yang diinginkan sebagai ruang duduk
yang akrab (intim) atau merupakan teras rumah.
31
Gambar 4. Pengendali keleluasaan pribadi (Sumber: Booth, 1983)
Penyekat tingkat pengendali keleluasaan pribadi dipengaruhi langsung oleh
karakteristik tanaman yang digunakan untuk menghalangi pandangan.
Tanaman.yang rimbun dengan tinggi lebih dari 2 meter, umumnya memberi kesan
keleluasaan pribadi yang kuat. Tanaman sebatas dada memberikan keleluasaan
pribadi sebagian, tetapi akan memberikan keleluasaan pribadi secara total jika
sedang duduk, dan tanaman lebih rendah lagi kurang memberikan rasa keleluasaan
pribadi.
D. Rangkuman Unsur tanaman digunakan secara arsitektural dalam fungsi lanskap sebagai
komponen struktural seperti atap, dinding, dan lantai. Kegunaan arsitektural lebih
ditekankan pada aspek struktural. Berdasarkan aspek arsitektural, tanaman dapat
digolongkan berdasarkan fungsinya sebagai 1) pembentukan ruang, 2) penyekat, dan
3) pengendali keleluasaan pribadi.
32
PENUTUP A. Tugas dan Latihan Untuk memantapkan pemahaman Anda tentang seleksi tanaman berdasarkan aspek
arsitektural, Anda perlu mengerjakan tugas-tugas di bawah ini dan mendiskusikannya
dengan kawan-kawan Anda!
1. Jelaskan fungsi tanaman sebagai pembentukan ruang.
2. Jelaskan fungsi tanaman sebagai penyekat (screening).
3. Jelaskan fungsi tanaman sebagai pengendali keleluasaan pribadi.
4. Jelaskan lima tipe dasar ruang yang terbentuk oleh tanaman.
Petunjuk Jawaban: Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, Anda harus memperhatikan rambu-rambu berikut:
1. Buatlah kelompok belajar dan diskusikan pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan
kawan-kawan Anda.
2. Renungkan tentang seleksi tanaman berdasarkan aspek arsitektural.
B. Tes Formatif/Evaluasi Kegiatan Pembelajaran Lingkari huruf di depan jawaban yang paling benar dari setiap soal di bawah ini!
1. Tanaman penutup tanah dapat digunakan untuk membentuk bidang.............
(a) Dasar
(b) Vertikal
(c) Horizontal
(d) Atap
2. Ruang yang terbentuk oleh tanaman peneduh dengan tajuk tanaman yang
rapat adalah.............
(a) Ruang terbuka
(b) Ruang semi terbuka
(c) Ruang beratap
(d) Ruang vertikal
3. Tanaman yang digunakan untuk memberi kesan pribadi yang kuat
adalah.............
(a) Tanaman rendah
33
(b) Tanaman rimbun dengan tinggi > 2 m (c) Tanaman dengan tinggi > 2 m (d) Tanaman setinggi dada
4. Apabila massa daun tanaman semakin besar dan rapat, maka ruang akan
semakin.............
(a) Lemah kesan ketertutupannya
(b) Kuat kesan keterbukaannya
(c) Lemah kesan keterbukaannya
(d) Kuat kesan ketertutupannya
5. Jarak antara pohon yang memiliki efektivitas visual adalah.............
(a) < 3 m (b) 3 5 m
(c) 5 9 m
(d) > 9 m
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif yang terdapat di
bagian akhir bab ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus
di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Bab 3.
Rumus:
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:
90% - 100% = baik sekali
80% - 89% = baik
70% - 79% = cukup
- 69% = kurang
Apabila tingkat penguasaan anda mencapai 80% ke atas, bagus! Anda cukup
memahami Bab 3. Anda dapat meneruskan pada Bab 4. Akan tetapi, apabila tingkat
penguasaan Anda masih dibawah 80%, Anda harus mengulangi Bab 3, terutama
bagian yang belum Anda kuasai.
100%5
benar yangjawaban Jumlahpenguasaan Tingkat =
34
C. Sumber/Referensi 1. Booth NK. 1983. Basic Elements of Landscape Architectural Design. Illinois:
Waveland Pr. Inc.
2. Hakim R, H. Utomo. 2003. Komponen Perancangan Arsitektur Lanskap,
Prinsip Unsur dan Aplikasi Desain. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.
D. Kunci Jawaban 1. a
2. c
3. b
4. d
5. d
35
BAB 4 SELEKSI TANAMAN BERDASARKAN ASPEK VISUAL
PENDAHULUAN Unsur tanaman selain berfungsi untuk kegunaan arsitektural dalam
perancangan, yaitu untuk membentuk ruang, menciptakan urut-urutan ruang,
menghalangi pandangan, membentuk ruang keleluasaan pribadi, juga memiliki
kegunaan estetika. Kegunaan arsitektural lebih ditekankan pada aspek struktural,
sedangkan kegunaan estetika lebih menyangkut pada kualitas visual suatu
perancangan.
Ukuran, bentuk, warna, dan tekstur tanaman serta susunan komposisi dan
hubungannya dengan lingkungan sekitar merupakan faktor-faktor yang
mempengaruhi kualitas estetika suatu perancangan. Kualitas visual dalam penataan
tanaman sangat penting, karena tanggapan seseorang merupakan reaksi terhadap
apa yang terlihat. Suatu penataan tanaman dapat berfungsi dengan baik sebagai
pembentuk ruang, memodifikasi suhu udara, menstabilkan tanah, tetapi apabila
kurang menarik akan mengganggu pandangan. Penataan tanaman yang berhasil,
apabila dapat menarik pandangan, disamping menyempurnakan fungsi-fungsi yang
lain.
E. Sasaran Pembelajaran Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan dapat mengidentifikasi
tanaman berdasarkan aspek visual melalui makalah hasil diskusi collaborative
learning secara berkelompok dan praktikum.
F. Strategi Pembelajaran 1. Collaborative learning
2. Praktikum
36
G. Kegiatan Belajar Langkah-langkah kegiatan belajar yang harus dilakukan:
1. Mahasiswa melakukan penelusuran literatur mengenai seleksi tanaman
berdasarkan aspek visual melalui sumber bacaan dan internet.
2. Mahasiswa aktif melakukan kegiatan diskusi di kelas dan praktikum.
3. Mahasiswa membuat makalah sesuai format yang diberikan.
4. Mahasiswa menyelesaikan tes formatif/evaluasi kegiatan pembelajaran.
H. Indikator Pencapaian 1. Kemampuan melakukan diskusi dengan baik mengenai seleksi tanaman
berdasarkan aspek visual.
2. Kemampuan membuat makalah sesuai format yang ditentukan.
3. Kemampuan melakukan praktikum identifikasi tanaman berdasarkan aspek
visual.
4. Sikap dan perilaku yang baik dalam diskusi dan praktikum.
URAIAN BAHAN PEMBELAJARAN
Secara umum, karakteristik visual tanaman mencakup ukuran, bentuk, warna,
dan tekstur. Setiap karakteristik visual tanaman memiliki sub-kategori, kualitas, dan
kegunaan tersendiri dalam ruang luar, yang akan diuraikan terinci pada bagian
berikut.
A. Ukuran Tanaman Ukuran merupakan karakteristik visual penting unsur tanaman yang perlu dikaji
terlebih dahulu dalam pemilihan tanaman untuk perancangan. Ukuran tanaman
secara langsung mempengaruhi ukuran ruang, daya tarik komposisi, dan
keseluruhan kerangka kerja perancangan. Unsur tanaman dapat dikategorikan
dengan ukuran-ukuran sebagai berikut.
1. Pohon besar dan sedang Berdasarkan ukurannya, tanaman yang paling cepat terlihat dari segi
komposisi dan ruang dalam lanskap adalah pohon besar dan sedang. Pohon besar
yang sudah tumbuh dewasa berukuran tinggi 12 meter atau lebih, sedangkan pohon
37
sedang ketinggian maksimum 9 12 meter. Contoh pohon besar adalah flamboyan
(Delonix regia), beringin (Ficus benjamina), trembesi (Samanea saman), dan
kecrutan (Spathodea campanulata), sedangkan contoh pohon sedang adalah bunga
kupu-kupu (Bauhinia purpurea), sawo kecik (Manilkara kauki), cemara kipas (Thuja
orientalis), dan kayu manis (Cinnamommum burmanii).
Kategori unsur tanaman ini merupakan unsur visual yang dominan karena
ketinggian dan massanya. Fungsinya sama dengan kerangka besi atau kayu sebuah
bangunan, memberikan bentuk tiga dimensi keseluruhan suatu komposisi dengan
membentuk struktur dasar dan kerangka ruang luar. Demikian juga pohon besar dan
sedang merupakan tanaman yang pertama-tama terlihat dalam suatu komposisi, oleh
karena itu berperan sebagai pusat perhatian jika diletakkan di antara tanaman-
tanaman kecil (Gambar 5).
Gambar 5. Pohon besar sebagai unsur dominan (Sumber: Booth, 1983)
Pohon besar dan sedang menjadi semakin penting sebagai unsur komposisi
jika ukuran ruang luar semakin besar. Jika dilihat dari seberang lapangan terbuka
atau plaza, yang pertama terlihat adalah pohon-pohon besar, dan mungkin satu-
satunya unsur tanaman yang terlihat. Pohon-pohon kecil atau perdu hanya terlihat
pada jarak yang relatif dekat. Oleh karena itu, pohon besar dan sedang seharusnya
merupakan unsur tanaman yang ditempatkan dalam perancangan karena
penempatan tersebut dapat memberikan pengaruh besar terhadap penampakkan
dan kesan komposisi secara keseluruhan. Apabila pohon besar telah ditempatkan,
perdu dan semak dapat diatur untuk melengkapi dan memperkuat kualitas komposisi
ruang luar. Tanaman-tanaman kecil memberikan detail dengan skala yang lebih
38
terukur dalam kerangka keseluruhan komposisi yang terbentuk oleh pohon besar.
Pada tapak berukuran kecil, agar berhati-hati untuk tidak menggunakan pohon besar,
karena hal ini cenderung mengaburkan skala perancangan dan unsur-unsur yang
lebih kecil.
Fungsi lain pohon besar dan sedang di lingkungan adalah untuk membatasi
ruang pada bidang atas dan bidang vertikal. Tajuk dan batang pohon besar dan
sedang dapat membentuk atap dan dinding ruang luar. Kesan ruang luar dapat
bervariasi, tergantung ketinggian tajuk pohon, ruang akan terasa lebih manusiawi jika
tinggi tajuk pohon 3 4,5 meter di atas tanah atau berkesan monumental jika tinggi
tajuk 12 15 meter di atas tanah, seperti di hutan rimba. Pohon besar dan sedang
merupakan unsur penting di dalam membagi-bagi (subdividing) ruang-ruang
perkotaan dan pedesaan luas yang awalnya dibatasi oleh bangunan-bangunan dan
permukaan tanah, menjadi ruang-ruang yang lebih kecil. Disini ketinggian dan sisi-sisi
massa tajuk tanaman merupakan aspek penting dalam membentuk batas-batas
ruang dan skalanya.
2. Pohon kecil (perdu) Dilihat dari segi ukuran tanaman, perdu diartikan sebagai tanaman yang
tumbuh dengan ketinggian maksimal 4,5 6 meter. Contoh tanaman ini adalah kol
banda (Pisonia alba), jakaranda (Jakaranda filicifolia), dadap merah (Erythrina
cristagalli), kembang merak (Caesalpinia pulcherima), dan palem wregu (Rhapis
exelsa).
Perdu dapat membatasi ruang, baik pada bidang vertikal maupun bidang atas.
Tergantung ketinggian tajuk tanaman, perdu dapat membentuk batas-batas ruang
pada bidang vertikal dengan batang-batang pohon atau melingkupi ruang pada
bidang vertikal jika massa tajuknya sebatas mata. Jika dari sela-sela batang dan
cabang-cabangnya yang rendah dari perdu dapat melihat pandangan (Gambar 6),
pohon tampak sebagai latar depan yang transparan sehingga memberikan kesan
lebih mendalam terhadap ruang yang sedang dilihat.
Perdu dapat berperan sebagai aksen visual dalam komposisi (Gambar 7). Hal
ini dapat diciptakan melalui ukuran yang kontras dengan tanaman-tanaman rendah,
atau dari bentuk, bunga, dan buah yang menyolok pada tanaman ornamental.
39
Tanaman ini digunakan sebagai pusat perhatian di tempat-tempat yang diinginkan
untuk menarik perhatian. Selain itu, dapat dipakai sebagai titik akhir ruang linier
seperti bentuk patung atau bentuk abstrak untuk mengarahkan dan menarik orang ke
dalam ruang.
Gambar 6. Batang pohon kecil sebagai latar depan suatu pusat perhatian (Sumber: Booth, 1983)
Gambar 7. Perdu sebagai pusat perhatian dalam komposisi tanaman (Sumber: Booth, 1983)
3. Semak tinggi Semak tinggi merupakan tanaman yang tumbuh dengan tinggi maksimal 3
4,5 meter. Contoh semak tinggi, antara lain, kembang sepatu (Hibiscus rosa-
sinensis), pangkas kuning (Duranta repens), kembang kertas (Bougenvillea
spectabilis), nusa indah (Mussaenda sp), dan hanjuang (Cordyline terminalis).
Semak tinggi tidak hanya lebih pendek dari perdu, tetapi dapat dikenal dari
massa daunnya yang rendah. Umumnya massa daun semak, hampir atau sampai ke
tanah, membentuk kanopi atau atap pada suatu daerah. Walaupun perbedaan ini
40
membantu mengkategorikan tanaman menurut ukuran, tetapi pada kenyataannya
tidak selalu jelas, khususnya jika banyak terdapat semak tinggi yang bercabang-
cabang membentuk kanopi terapung (floating canopy). Namun demikian, perbedaan
antara semak tinggi dengan perdu dibuat untuk mempermudah perbedaan.
Semak tinggi dapat digunakan dalam lanskap sebagai dinding untuk
melengkapi batas ruang (spatial enclosure) pada bidang vertikal. Ruang yang
dibatasi semak tinggi hanya melingkupi sisinya dan terbuka di bagian atas (Gambar
8). Dengan demikian, kesan ruang tersebut cenderung tampak ringan (light) dan
terang (sunny) dengan orientasi kuat ke atas. Semak tinggi juga dapat
menciptakan ruang semacam koridor yang kuat dan tegas mengarahkan pergerakan
dan pandangan ke terminus. Kualitas pelingkupnya dapat lebih bervariasi menurut
musim jika semak tinggi terdiri atas tanaman berdaun rontok, sedangkan tanaman
hijau sepanjang tahun akan tetap konsisten.
Gambar 8. Tanaman semak tinggi membatasi ruang pada bidang vertikal tetapi memberikan pandangan terbuka ke atas (Sumber: Booth, 1983)
4. Semak sedang Kategori ini mencakup tanaman yang mempunyai tinggi 1 2 meter. Tanaman
ini terdiri atas berbagai bentuk, warna, dan tekstur. Massa daun tanaman ini dapat
mencapai tanah atau sedikit lebih tinggi. Contoh tanaman semak sedang, antara lain,
asoka (Ixora javanica), kaca piring (Gardenia angusta), lolypop kuning (Pacystachys
lutea), dan bunga mentega (Nerium oleander).
Tanaman semak sedang berfungsi sama seperti semak rendah dalam
perancangan, tetapi dengan pelingkup ruang (spatial containment) lebih banyak.
41
Semak sedang berperan sebagai peralihan visual suatu komposisi antara perdu atau
semak tinggi dengan semak rendah.
5. Semak rendah Semak rendah merupakan kategori tanaman kecil dalam hirarki ukuran
tanaman. Semak rendah yang optimal mempunyai tinggi 1 meter atau kurang. Semak
rendah dianggap lebih tinggi dari 30 cm, karena tanaman dengan ketinggian di
bawah itu nampak dan berfungsi sebagai penutup tanah. Contoh tanaman semak
rendah, antara lain, difenbachia (Dieffenbachia spp.), pisang hias (Heliconia sp),
bunga kana (Canna sp), dan tapak dara (Vinca rosea).
Semak rendah dapat membatasi ruang atau memisahkan ruang tanpa
menghalangi pandangan ke dalam atau keluar. Oleh karena semak rendah
mempunyai tinggi yang tidak menyolok, maka tanaman tersebut membentuk ruang
semu (implication) daripada pembatas fisik secara nyata. Dengan demikian ruang
yang direncanakan terbuka pada sisi-sisinya dapat dibatasi dengan semak rendah
pada bidang vertikalnya. Fungsi lain berkaitan dengan hal itu adalah menggunakan
semak rendah sepanjang jalan setapak untuk mengarahkan pejalan kaki tanpa
mengganggu garis pandangnya (line of vision).
Semak rendah dengan komposisi tertentu dapat menghubungkan secara
vertikal unsur-unsur yang tidak berhubungan. Hal ini agak berbeda dengan tanaman
penutup. Tanaman penutup tanah menghubungkan unsur lain secara visual dengan
berperan sebagai bidang dasar, sedangkan semak rendah berfungsi sebagai
penghubung vertikal, sama seperti tembok yang rendah. Oleh karena itu, semak
rendah berperan sebagai penghubung visual yang kuat diantara unsur-unsur
dalam suatu komposisi, jika dilihat dari batas mata normal.
6. Tanaman Penutup Tanah Kategori tanaman-tanaman terkecil menurut ukurannya adalah tanaman
penutup tanah. Istilah tanaman penutup tahah digunakan untuk tanaman rendah atau
yang menyebar dengan tinggi maksimal 15 30 cm. Tanaman penutup tanah
mempunyai berbagai macam karakteristik, mulai dari tanaman berbunga sampai
yang herbaceous. Contoh tanaman ini, antara lain, begonia (Begonia sp), kembang
coklat (Widelia biflora), bunga pukul empat (Mirabilis jalava), adam hawa (Rhoeo
42
discolor), dan daun mutiara (Philea sp). Tanaman penutup tanah dapat dikatakan
sebagai "permadani" tanaman atau material pelantai ruang luar serta mempunyai
berbagai fungsi dalam perancangan.
Tanaman penutup tanah dapat digunakan dalam perancangan untuk
membentuk tepi atau batas ruang. Dalam kaitannya dengan hal tersebut, tanaman
penutup sering dipakai dalam ruang luar untuk membentuk tepi-tepi pola pada bidang
dasar. Tanaman penutup tanah merupakan bahan yang efektif untuk membuat
bentuk luar suatu pola yang direncanakan pada bidang dasar tanpa menggunakan
bahan arsitektural yang keras. Garis yang tercipta oleh tepi tanaman penutup tanah
dengan rumput atau perkerasan tampak menarik dan mengarahkan mata ke sekitar
ruang. Kegunaan yang sama tanaman penutup adalah untuk membatasi permukaan
bukan jalan, khususnya jika berbatasan dengan halaman rumput atau perkerasan.
Kegunaan lain dari tanaman penutup tanah adalah memberikan daya tarik
visual berdasarkan warna dan tekstur yang menyolok. Tanaman penutup tanah akan
tampak menarik jika ditata berdampingan dengan unsur yang berwarna dan
bertekstur menyolok. Kegunaan ini amat penting bagi tanaman penutup tanah yang
memiliki bunga-bunga yang indah.
Kegunaan tanaman penutup tanah dapat menciptakan latar belakang atau
setting yang senada menjadi pusat perhatian. Sebagai contoh, suatu petak bunga di
bawah patung atau pohon ornamental yang menarik. Untuk dapat berperan sebagai
"setting" yang netral, area tanaman penutup tanah harus luas untuk mencegah
gangguan visual unsur-unsur lain yang berdekatan.
Penerapan lain dari tanaman penutup tanah dalam perancangan adalah
menghubungkan secara visual unsur-unsur yang terpisah atau kelompok unsur-unsur
dalam satu kesatuan. Tanaman penutup tanah juga dapat berfungsi sebagai unsur
netral yang menghubungkan berbagai bagian dari komposisi. Kelompok perdu atau
pohon yang tidak berhubungan dapat dibuat sebagai bagian dari komposisi yang
sama oleh tanaman penutup tanah, karena dapat menghubungkan semua tanaman
menjadi satu area pada bidang dasar.
Kegunaan praktis tanaman penutup tanah adalah untuk menutup daerah-
daerah yang kurang sesuai untuk rumput atau unsur-unsur lain. Daerah-daerah yang
43
sukar untuk ditanami rumput atau unsur-unsur lain adalah dekat bangunan atau
tempat-tempat lain yang sukar dicapai mesin pemotong rumput atau tempat-tempat
yang terlampau gelap dan teduh. Dengan luas yang sama, tanaman penutup tanah
pada umumnya memerlukan pemeliharaan lebih sedikit daripada halaman rumput.
Dalam jangka waktu yang panjang, area-area dengan tanaman penutup tanah dapat
menghemat biaya, waktu, dan energi dalam pemeliharaan dibanding dengan
halaman berumput.
Kegunaan tanaman penutup tanah yang lain adalah untuk menstabilkan tanah
dan mencegah erosi pada lereng-lereng curam. Agak sukar untuk membentuk
permukaan rumput pada lereng dengan kemiringan lebih dari 4:1 dan berbahaya
untuk memangkasnya. Pada keadaan seperti ini tanaman penutup tanah dapat
digunakan sebagai pengganti rumput.
B. Bentuk Tanaman Karakteristik visual tanaman selanjutnya adalah bentuk tanaman. Bentuk
tanaman secara individual atau kelompok merupakan bentuk keseluruhan dan
sesuai dengan habitat pertumbuhannya, atau bentuk luar (outline) silhouetnya.
Walaupun secara visual tidak sekuat ukuran, bentuk tanaman juga merupakan
faktor kunci dalam membentuk struktur komposisi tanaman, yang dapat
mempengaruhi kesatuan dan keanekaragaman, berperan sebagai aksen atau latar
belakang, dan menyeleraskan tanaman dengan unsur-unsur padat lain dalam
perancangan. Bentuk tanaman dapat dimanfaatkan untuk menunjukkan bentuk dua
atau tiga dimensi, memberi kesan dinamis, indah, memperlebar atau memperluas
pandangan ataupun sebagai aksentuasi dalam suatu ruang (Hakim, 2006).
Tipe-tipe dasar bentuk tanaman adalah: fastigiate, kolumnar,
menyebar/horizontal, bulat (globular), piramidal/kerucut, merunduk (weeping) dan
picturesque (Gambar 9). Setiap tipe-tipe bentuk tersebut, masing-masing memiliki
karakteristik yang khas dan penerapannya dalam perancangan diuraikan sebagai
berikut.
44
Gambar 9. Tipe dasar bentuk tanaman (Sumber: Booth, 1983)
5. Fastigiate (tinggi-ramping) Bentuk tanaman fastigiate adalah bentuk yang meninggi-ramping dan
meruncing di bagian atas. Contoh tanaman seperti ini adalah cemara lilin (Cupressus
lucitanica). Dalam perancangan, tanaman berbentuk fastigiate memberi penekanan
vertikal dan mengarahkan mata ke atas. Tanaman-tanaman tersebut memberi kesan
vertikal dan meninggi, baik terhadap massa tanamannya maupun ruang yang
dibatasi. Jika digunakan dalam jumlah banyak, tanaman dengan bentuk fastigiate
dapat memberikan kesan massa atau ruang yang terjadi tampak lebih tinggi dari
45
sebenarnya. Jika diletakkan secara kontras dengan tanaman rendah dan bentuk-
bentuk bulat atau menyebar, fastigiate berperan sebagai aksen dan exclamation point
seperti menara gereja pada kaki langit suatu kota di pedalaman.
Tanaman berbentuk fastigiate dapat menarik perhatian sehingga sebaiknya
digunakan secara seksama dalam jumlah sedikit pada titik-titik tertentu dengan tepat.
Tanaman dengan bentuk tinggi ramping seharusnya tidak ditempatkan di berbagai
tempat pada suatu komposisi, karena hal ini dapat menciptakan perancangan yang
kacau karena banyak titik-titik perhatian individual.
2. Bentuk Kolumnar Tanaman berbentuk kolumnar sama seperti tanaman berbentuk fastigiate,
hanya agak bulat di bagian atasnya. Tanaman damar (Agathis damara) dan kenanga
(Cananga odorata) merupakan contoh-contoh tanaman dengan bentuk kolumnar.
Tanaman berbentuk kolumnar memiliki kegunaan yang sama dengan bentuk
fastigiate dalam perancangan.
3. Bentuk Menyebar/Horizontal Tipe bentuk tanaman ini lebarnya lebih kurang sama dengan ketinggiannya,
dengan habit umumnya horizontal. Contoh tanaman tersebut adalah trembesi
(Samanea saman) dan bunga lampion (Brownea capitella). Tanaman berbentuk
menyebar dapat digunakan dalam perancangan untuk memberikan kesan luas dan
melebar (Gambar 10). Oleh karena itu, dapat digunakan untuk menghubungkan
bentuk-bentuk lain dalam komposisi secara visual, khususnya jika bentuk-bentuk
horizontal diulang secara seksama di dalam perancangan. Sebaliknya, tanaman
berbentuk menyebar dapat digunakan sebagai kontras terhadap bentuk fastigiate dan
kolumnar dalam suatu komposisi. Tanaman berbentuk menyebar tampak harmonis
dengan permukaan tanah rata, garis-garis pa