12
PENGARUH PIJAT OKSITOSIN TERHADAP PRODUKSI ASI PADA IBU POSTPARTUM DI PUSKESMAS MERGANGSAN YOGYAKARTA TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : LILIS WIJAYANTI 201310104246 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG DIV SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH YOGYAKARTA 2014

PENGARUH PIJAT OKSITOSIN TERHADAP PRODUKSI ASI …digilib.unisayogya.ac.id/1076/1/Naskah Publikasi.pdf · PENGARUH PIJAT OKSITOSIN TERHADAP PRODUKSI ASI PADA IBU ... cakupan pemberian

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGARUH PIJAT OKSITOSIN TERHADAP PRODUKSI ASI …digilib.unisayogya.ac.id/1076/1/Naskah Publikasi.pdf · PENGARUH PIJAT OKSITOSIN TERHADAP PRODUKSI ASI PADA IBU ... cakupan pemberian

PENGARUH PIJAT OKSITOSIN TERHADAP PRODUKSI ASI PADA

IBU POSTPARTUM DI PUSKESMAS MERGANGSAN

YOGYAKARTA TAHUN 2014

NASKAH PUBLIKASI

Disusun Oleh :

LILIS WIJAYANTI

201310104246

PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG DIV

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

‘AISYIYAH YOGYAKARTA

2014

Page 2: PENGARUH PIJAT OKSITOSIN TERHADAP PRODUKSI ASI …digilib.unisayogya.ac.id/1076/1/Naskah Publikasi.pdf · PENGARUH PIJAT OKSITOSIN TERHADAP PRODUKSI ASI PADA IBU ... cakupan pemberian
Page 3: PENGARUH PIJAT OKSITOSIN TERHADAP PRODUKSI ASI …digilib.unisayogya.ac.id/1076/1/Naskah Publikasi.pdf · PENGARUH PIJAT OKSITOSIN TERHADAP PRODUKSI ASI PADA IBU ... cakupan pemberian

PENGARUH PIJAT OKSITOSIN TERHADAP PRODUKSI ASI PADA

IBU POSTPARTUM DI PUSKESMAS MERGANGSAN

YOGYAKARTA TAHUN 2014

Lilis Wijayanti

Abstrak

Tujuan : Diketahuinya pengaruh pijat oksitosin terhadap produksi ASI pada ibu

postpartum di Puskesmas Mergangsan Yogyakarta tahun 2014

Metode : Penelitian ini menggunakan metode eksperimen semu (Quasi

Eksperimen) dengan rancangan perbandingan kelompok statis (Static Group

Comparison). Sampel pada penelitian ini adalah semua ibu postpartum yang

dirawat di ruang nifas Puskesmas Mergangsan Yogyakarta. Tehnik sampel

purposive dengan jumlah responden 30 yang terdiri dari 15 responden kelompok

eksperimen dan 15 responden kelompok kontrol. Analisis data mengunakan uji

Chi Square.

Hasil : Semua ibu postpartum pada kelompok eksperimen mempunyai produksi

ASI cukup, sementara pada kelompok kontrol yang mempunyai produksi ASI

cukup sebanyak 11 responden (66,7%). Hasil uji statistik Chi Square diperoleh p

value = 0,032 (p value < 0,05), dengan demikian Ha diterima yang artinya ada

pengaruh pijat oksitosin terhadap produksi ASI pada ibu postpartum di Puskesmas

Mergangsan Yogyakarta tahun 2014..

Kata Kunci : Pijat oksitosin, produksi ASI

PENDAHULUAN

Angka Kematian Bayi di Indonesia berdasarkan Hasil Survei Demografi

dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 masih cukup tinggi yaitu sebesar 32

kematian per 1.000 kelahiran hidup (SDKI, 2012) dan bangsa Indonesia harus

mampu menurunkan angka kematian bayi hingga 23/1000 kelahiran hidup pada

tahun 2015 sesuai dengan Millenium Devellopment Goals 4 (Bappenas, 2011).

UNICEF menyebutkan bahwa kematian sekitar 30 ribu anak di Indonesia

setiap tahunnya dapat dicegah melalui pemberian ASI secara eksklusif selama 6

bulan sejak kelahiran bayi (Hikmawati, 2008). Suraji (2003) juga menjelaskan

bahwa ASI memberikan peranan penting dalam menjaga kesehatan dan

mempertahankan kelangsungan hidup bayi (Jafar, 2011).

Pemerintah telah menetapkan Peraturan Pemerintah No 33 Tahun 2012

Tentang Pemberian Asi Eksklusif, Peraturan Pemerintah tersebut menyatakan

bahwa setiap bayi harus mendapatkan asi ekskusif yaitu ASI yang dberikan

kepada bayi sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, tanpa menambahkan

dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain (Kemenkes, 2012).

Page 4: PENGARUH PIJAT OKSITOSIN TERHADAP PRODUKSI ASI …digilib.unisayogya.ac.id/1076/1/Naskah Publikasi.pdf · PENGARUH PIJAT OKSITOSIN TERHADAP PRODUKSI ASI PADA IBU ... cakupan pemberian

Menurut hasil SDKI 2012 cakupan ASI eksklusif di Indonesia baru

mencapai 27,1%. Angka ini masih rendah, karena target cakupan pemberian ASI

ekslusif pada bayi kurang dari 6 bulan adalah 80% (Riskesdas, 2012).

Di Provinsi D.I Yogyakarta capaian ASI eksklusif tahun 2012 sebesar 48%,

kondisi ini sedikit menurun dibandingkan capaian ASI Eksklusif pada tahun 2011

yaitu dari 49,5%. Di Kabupaten Bantul 63,5%, di Kulon Progo 58,0%, Gunung

Kidul 44,8% dan Sleman 42,3%, sedangkan di kota Yogyakarta masih 46,4%

(Dinkes DIY, 2013).

Hasil penelitian Siregar (2004) menunjukkan bahwa pemberian ASI

eksklusif dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain ASI tidak segera keluar

setelah melahirkan / produksi ASI kurang, kesulitan bayi dalam menghisap,

keadaan puting susu ibu yang tidak menunjang, ibu bekerja dan pengaruh promosi

pengganti ASI. (Mardiyaningsih, 2010).

Kenyataan di lapangan menunjukkan produksi dan ejeksi ASI yang sedikit

pada hari-hari pertama setelah melahirkan menjadi kendala dalam memberikan

ASI secara dini. Menurut Cox (2006) ibu yang tidak dapat menyusui pada hari-

hari pertama disebabkan oleh kecemasan dan ketakutan ibu akan kurangnya

produksi ASI serta kurangnya pengetahuan ibu tentang proses menyusui

(Mardiyaningsih, 2010). Kecemasan dan ketakutan ibu tersebut menyebabkan

penurunan hormon oksitosin sehingga ASI tidak dapat keluar segera setelah

melahirkan dan akhirnya ibu memutuskan untuk memberikan susu formula pada

bayinya (Putri, 2010).

Pijat oksitosin merupakan salah satu solusi untuk mengatasi

ketidaklancaran produksi ASI. Pijat oksitosin adalah pemijatan pada sepanjang

tulang belakang (vertebrae) dan merupakan usaha untuk merangsang hormon

oksitosin setelah melahirkan (Biancuzzo, 2003; Indiyani, 2006; Yohmi & Roesli,

2009 dalam Mardiyaningsih, 2010).

Pijat oksitosin ini dilakukan untuk merangsang refleks oksitosin atau reflex

let down. Dengan dilakukan pemijatan ini ibu akan merasa rileks, kelelahan

setelah melahirkan akan hilang, sehingga dengan begitu hormon oksitosin keluar

dan ASI pun cepat keluar (Mardiyaningsih, 2010). Selain untuk merangsang

refleks let down manfaat pijat oksitosin adalah memberikan kenyamanan pada

ibu, mengurangi bengkak (engorgement), mengurangi sumbatan ASI, merangsang

pelepasan hormon oksitosin, mempertahankan produksi ASI ketika ibu dan bayi

sakit (Depkes RI, 2007).

Data Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta menunjukkan cakupan ASI

eksklusif di Puskesmas Mergangsan Yogyakarta tahun 2012 sebesar 40,7%. Hasil

studi pendahuluan di Puskesmas Mergangsang Yogyakarta belum terdapat SOP

pijat oksitosin terhadap ibu postpartum. Keterangan dari bidan di ruang

perawatan postpartum juga belum diterapkan pijat oksitosin terhadap ibu-ibu

Page 5: PENGARUH PIJAT OKSITOSIN TERHADAP PRODUKSI ASI …digilib.unisayogya.ac.id/1076/1/Naskah Publikasi.pdf · PENGARUH PIJAT OKSITOSIN TERHADAP PRODUKSI ASI PADA IBU ... cakupan pemberian

postpartum. Dan hasil wawancara dengan 7 ibu postpartum didapatkan bahwa 4

ibu postpartum produksi ASInya tidak lancar.

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, penulis merumuskan

“Adakah pengaruh pijat oksitosin terhadap produksi ASI pada ibu postpartum di

Puskesmas Mergangsan Yogyakarta tahun 2014?

Dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh pijat oksitosin terhadap

produksi ASI pada ibu postpartum di Puskesmas Mergangsan Yogyakarta tahun

2014.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen semu (Quasi Eksperimen)

dengan rancangan perbandingan kelompok statis (Static Group Comparison).

Dimana kelompok eksperimen menerima intervensi (pijat oksitosin) yang diikuti

dengan pengukuran atau observasi (produksi ASI). Hasil observasi ini kemudian

dikontrol atau dibandingkan dengan hasil observasi pada kelompok kontrol, yang

tidak menerima intervensi. Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu

postpartum yang dirawat di ruang nifas Puskesmas Mergangsan Yogyakarta dan

memenuhi kriteria penelitian. Teknik sampel purposive dengan jumlah responden

30 yang terdiri dari 15 responden sebagai kelompok eksperimen dan 15 responden

sebagai kelompok kontrol. Analisa data menggunakan uji Chi Square.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Karakteristik Responden

Tabel 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia, Paritas dan

LILA di Puskesmas Mergangsan Yogyakarta Tahun 2014

No Karakteristik

Kelompok

Eksperimen Kontrol

f (%) f (%)

Usia

1 < 20 tahun 2 13,3 % 1 6,7%

2 20 - 35 tahun 10 66,7 % 12 80,0%

3 > 35 tahun 3 20,0 % 2 13,3%

Total 15 100% 15 100%

Paritas

1 Primipara 6 40,0% 4 26,7%

2 Multipara 9 60,0% 11 73,3%

Total 15 100% 15 100%

LILA

1 23,5 – 26,5 cm 15 100% 12 80,0%

2 >26,5 cm 0 0% 3 20,0 %

Total 15 100% 15 100%

Page 6: PENGARUH PIJAT OKSITOSIN TERHADAP PRODUKSI ASI …digilib.unisayogya.ac.id/1076/1/Naskah Publikasi.pdf · PENGARUH PIJAT OKSITOSIN TERHADAP PRODUKSI ASI PADA IBU ... cakupan pemberian

Berdasarkan tabel 1. diketahui bahwa dari 15 responden pada kelompok

eksperimen sebagian besar berusia 20-35 tahun yaitu sebanyak 10 responden

(66,7%). Pada kelompok kontrol sebagian besar juga berusia 20-35 tahun yaitu

sebanyak 12 responden (80,0%).

Untuk karakteristik paritas, pada kelompok eksperimen sebagian besar

adalah multipara yaitu sebanyak 9 responden (60,0%) dan pada kelompok

kontrol sebagian besar juga multipara yaitu sebanyak 11 responden (73,3%).

Untuk karakteristik LILA, pada kelompok eksperimen semuanya

(100,0%) mempunyai ukuran LILA dalam rentang 23,5 – 26,5cm dan pada

kelompok kontrol sebagian besar juga mempunyai ukuran LILA dalam rentang

23,5 – 26,5cm yaitu sebanyak 12 responden (80,0%).

2. Produksi ASI pada Ibu Postpartum Kelompok Kontrol

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Ibu Postpartum menurut Produksi ASI pada

Kelompok Kontrol di Puskesmas Mergangsan

Yogyakarta Tahun 2014

No Produksi ASI Frekuensi Persentase

1 Cukup 11 73,3%

2 Tidak Cukup 4 26,7%

Total 15 100%

Berdasarkan tabel 2. dapat diketahui bahwa pada ibu postpartum

kelompok kontrol dari 15 responden terdapat 11 responden (73,3%) yang

mempunyai produksi ASI dalam kategori cukup, sedangkan 4 responden

(26,7%) mempunyai produksi ASI dalam kategori tidak cukup.

3. Produksi ASI pada Ibu Postpartum Kelompok Eksperimen

Hasil penelitian didapatkan bahwa dari 15 responden yang diberikan

intervensi pijat oksitosin semuanya (100%) mempunyai produksi ASI dalam

kategori cukup. Dari hasil observasi didapatkan bahwa peningkatan berat

badan bayi pada hari ke-15 rata-rata 400 gram dari berat lahir.

4. Pengaruh Pijat Oksitosin terhadap Produksi ASI pada Ibu Postpartum di

Puskesmas Mergangsan Yogyakarta Tahun 2014

Tabel 3. Pengaruh Pijat Oksitosin terhadap Produksi ASI pada Ibu

Postpartum di Puskesmas Mergangsan Yogyakarta Tahun 2014

Kelompok N Value Asymp. Sig (2-sided)

Eksperimen

Kontrol

15

15 4,615 0,032

Page 7: PENGARUH PIJAT OKSITOSIN TERHADAP PRODUKSI ASI …digilib.unisayogya.ac.id/1076/1/Naskah Publikasi.pdf · PENGARUH PIJAT OKSITOSIN TERHADAP PRODUKSI ASI PADA IBU ... cakupan pemberian

Hasil uji statististik menggunakan uji Chi-Square diperoleh p value =

0,032 (p value < 0,05). Hal tersebut menunjukkan bahwa ada pengaruh pijat

oksitosin terhadap produksi ASI pada ibu postpartum di Puskesmas

Mergangsan Yogyakarta tahun 2014.

Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan produksi ASI pada ibu postpartum yang

tidak diberikan intervensi pijat oksitosin dari 15 responden yang mempunyai

produksi ASI cukup sebanyak 11 responden (73.3%) dan responden yang

produksi ASI nya tidak cukup sebanyak 4 responden (26,7%).

Dari 11 responden yang mempunyai produksi ASI cukup, sebagian besar

adalah multipara yaitu sebanyak 9 responden (81,8%). Seorang ibu yang

pernah menyusui pada kelahiran sebelumnya akan lebih mudah menyusui pada

kelahiran berikutnya. Ibu dengan paritas 2 atau lebih telah mempunyai

pengalaman dalam menyusui dan merawat bayi. Keberhasilan ibu saat

menyusui anak pertama membuat ibu lebih yakin dapat berhasil dalam

menyusui anak yang sekarang. Keyakinan ibu ini merangsang pengeluaran

hormon oksitosin sehingga ASI dapat keluar dengan lancar (Mardiyaningsih,

2010).

Berdasarkan karakteristik usia dari 11 responden yang mempunyai

produksi ASI cukup semuanya (100%) berusia dalam rentang 20-35 tahun dari

hasil observasi rata-rata peningkatan berat badan bayi pada hari ke-15 sebesar

200 gram. Hal ini menunjukkan bahwa ibu dengan usia 20-35 tahun

mempunyai produksi ASI yang banyak . Rentang usia ini termasuk pada

dewasa muda, dimana pada periode ini pertumbuhan fungsi tubuh berada pada

tingkat optimal. Dengan fungsi tubuh optimal, ibu dapat memberikan ASI

kepada bayi mereka dengan sedikit kendala fungsi tubuh. Menurut Arini (2012)

pada umur 35 tahun ibu lebih erat kaitannya dengan anemia gizi yang dapat

mempengaruhi produksi ASI dibanding ibu yang usianya lebih muda, ibu yang

berusia lebih dari 35 tahun akan lebih banyak menemukan kendala seperti

produksi ASI kurang dan mudah lelah (Lestari, 2012).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian ibu postpartum yang

tidak diberikan intervensi pijat oksitosin sebanyak 4 responden (26,7%)

mempunyai produksi ASI dalam kategori tidak cukup. Dari 4 responden 2

diantaranya adalah primipara dan 2 yang lainnya adalah multipara, meskipun

dengan proporsi paritas antara primipara dan multipara sama besar tetapi dari

karakteristik usia menunjukkan bahwa 2 responden (50%) berusia >35 tahun, 1

responden (25%) dengan usia < 20 tahun dan 1 responden (25%) berusia 28

tahun. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa usia mempengaruhi

produksi ASI, ibu dengan usia <20 tahun dan >35 tahun produksi ASInya lebih

Page 8: PENGARUH PIJAT OKSITOSIN TERHADAP PRODUKSI ASI …digilib.unisayogya.ac.id/1076/1/Naskah Publikasi.pdf · PENGARUH PIJAT OKSITOSIN TERHADAP PRODUKSI ASI PADA IBU ... cakupan pemberian

sedikit dibandingkan dengan ibu yang berusia 20-35 tahun. Pada hari ke-15

rata-rata penurunan berat badan bayi pada responden kontrol yaitu 100 gram.

Berdasarkan ukuran LILA, pada responden kelompok kontrol sebagian

besar mempunyai ukuran LILA dalam rentang 23,5 – 26,5cm. Dari 12

responden dengan ukuran LILA dalam rentang 23,5 – 26,5cm sebagian besar

yaitu 8 responden (66,67%) rata-rata peningkatan berat badan bayi sebesar 200

gram dan pada responden dengan ukuran LILA >26,5 cm rata-rata peningkatan

berat badan bayi sebesar 300 gram dari berat lahir. Hal ini menunjukkan

dengan status gizi yang lebih baik, maka semakin banyak pula produksi ASI

yang dihasilkan. Namun dalam penelitian ini tidak menilai cakupan gizi atau

asupan makanan ibu selama 2 minggu postpartum.

Menurut Nugroho (2011) gizi pada ibu menyusui sangat erat kaitannya

dengan produksi air susu, yang sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang

bayi. Bila pemberian ASI berhasil maka berat badan bayi akan meningkat,

intregitas kulit baik, tonus otot serta kebiasaan makan yang memuaskan.

Hasil penelitian menunjukkan produksi ASI pada ibu postpartum setelah

diberikan intervensi pijat oksitosin semuanya (100%) mempunyai produksi

ASI cukup dan hasil uji statististik menggunakan uji Chi-Square diperoleh p

value = 0,032 (p value < 0,05) artinya ada pengaruh pijat oksitosin terhadap

produksi ASI pada ibu postpartum di Puskesmas Mergangsan Yogyakarta

Tahun 2014.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan diberikan pijat

oksitosin akan lebih memperlancar produksi ASI pada ibu postpartum. Dengan

dilakukan pijat oksitosin pada punggung ibu memberikan kenyamanan pada

ibu. Secara fisiologis hal tersebut merangsang refleks oksitosin atau refleks let

down untuk mensekresi hormon oksitosin ke dalam darah. Oksitosin ini

menyebabkan sel-sel miopitelium di sekitar alveoli berkontraksi dan membuat

ASI mengalir dari alveoli ke duktuli menuju sinus dan putting kemudian

dihisap oleh bayi. Semakin lancar pengeluaran ASI semakin banyak pula

produksi ASI. Seperti yang diungkapkan Mardiyaningsih (2010) dengan

dilakukan pijat oksitosin ibu akan merasa rileks, lebih nyaman, kelelahan

setelah melahirkan akan hilang sehingga dengan dilakukan pemijatan akan

merangsang hormon oksitosin dan ASI pun cepat keluar.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan

Rusdiarti (2014) dengan judul “Pengaruh Pijat Oksitosin Pada Ibu Nifas

Terhadap Pengeluaran ASI di Kabupaten Jember”. Berdasarkan hasil

perhitungan menggunakan SPSS ditemukan p value 0,000 < α 0,05 atau (5%)

yang artinya adanya pengaruh pijat oksitosin pada ibu nifas terhadap

pengeluaran ASI.

Page 9: PENGARUH PIJAT OKSITOSIN TERHADAP PRODUKSI ASI …digilib.unisayogya.ac.id/1076/1/Naskah Publikasi.pdf · PENGARUH PIJAT OKSITOSIN TERHADAP PRODUKSI ASI PADA IBU ... cakupan pemberian

Hasil penelitian menunjukkan dari 15 responden pada kelompok

eksperimen sebagian besar adalah multipara yaitu 9 responden (60%). Rata-

rata peningkatan berat badan bayi pada responden multipara yaitu 400 gram,

sedangkan pada primipara hanya 300 gram. Hal ini menunjukkan bahwa

produksi ASI pada multipara lebih banyak dibandingkan pada primipara.

Selain pijat oksitosin, Mardiyaningsih (2010) menyatakan paritas juga

diperkirakan dapat mempengaruhi produksi ASI. Ibu multipara mempunyai

proporsi produksi ASI lebih banyak di banding ibu primipara. Hal ini

dikarenakan ibu multipara telah mempunyai pengalaman dan keyakinan pada

saat menyusui sebelumnya. Jika ibu berhasil pada saat menyusui anak pertama

maka pada saat menyusui anak kedua akan lebih yakin dapat berhasil untuk

menyusui. Keyakinan ibu ini dapat merangsang pengeluaran hormon oksitosin

sehingga ASI dapt keluar dengan lancar.

Maryunani (2012) juga menyatakan pada seorang wanita menyusui

(laktasi) kedua cenderung lebih baik daripada yang pertama, menunjukkan

bahwa seperti halnya pada semua fungsi resproduksi, diperlukan “trial runs”

(latihan) sebelum mencapai kemapuan yang optimal.

Usia dan status gizi ibu dapat mempengaruhi produksi ASI. Dari hasil

penelitian terlihat bahwa pada kelompok eksperimen sebagian besar usia

responden antara 20-35 tahun yaitu sebanyak 10 responden (66,7%). Usia >35

tahun sebanyak 3 orang (20%) dan yang paling sedikit pada kelompok usia <20

tahun sebanyak 2 orang (13,3%).

Rata-rata peningkatan berat badan bayi pada responden dengan

kelompok usia 20-35 tahun yaitu 400 gram dan pada kelompok usia < 20 dan >

35 tahun yaitu 200 gram. Hal ini menunjukkan bahwa ibu dengan usia 20-35

tahun mempunyai produksi ASI lebih banyak dibanding dengan ibu dengan

usia < 20 dan > 35 tahun. Ibu dengan usia 20 - 35 tahun pertumbuhan fungsi

tubuh berada pada tingkat optimal. Dengan fungsi tubuh optimal, ibu dapat

memberikan ASI kepada bayi mereka dengan sedikit kendala fungsi tubuh.

Seperti yang diungkapkan Biancuzo (2003) Usia merupakan salah satu faktor

yang mempengaruhi produksi ASI pada ibu. Ibu-ibu yang usianya kurang dari

35 tahun lebih banyak memproduksi ASI dibandingkan dengan ibu-ibu yang

usianya lebih tua, tetapi ibu-ibu yang sangat muda (kurang dari 20 tahun)

produksi ASInya juga kurang banyak karena dilihat dari tingkat kematurannya.

Hasil penelitian ini diperkuat dengan hasil penelitian Purnama (2013) yang

menunjukkan bahwa ASI dipengaruhi oleh usia ibu dengan usia ibu terbanyak

berada pada rentang usia 20-35 (Purnama, 2013).

Berdasarkan ukuran LILA, pada kelompok eksperimen semua

responden (100%) mempunyai ukuran LILA dalam rentang 23,5 – 26,5 cm.

Hal ini berarti status gizi semua responden pada kelompok eksperimen baik.

Page 10: PENGARUH PIJAT OKSITOSIN TERHADAP PRODUKSI ASI …digilib.unisayogya.ac.id/1076/1/Naskah Publikasi.pdf · PENGARUH PIJAT OKSITOSIN TERHADAP PRODUKSI ASI PADA IBU ... cakupan pemberian

Status gizi akan mempengaruhi produksi ASI. Apabila makanan yang ibu

makan cukup akan gizi dan pola makan teratur, maka produksi ASI akan

berjalan dengan lancar.

Hal ini sejalan dengan Nugroho (2011) yang menyatakan gizi pada ibu

menyusui sangat erat kaitannya dengan produksi air susu, yang sangat

dibutuhkan untuk tumbuh kembang bayi. Bila pemberian ASI berhasil maka

berat badan bayi akan meningkat, intregitas kulit baik, tonus otot serta

kebiasaan makan yang memuaskan. Ibu menyusui tidaklah terlalu ketat dalam

mengatur nutrisinya, yang terpenting adalah makanan yang menjamin

pembentukkan air susu yang berkualitas dalam jumlah yang cukup untuk

memenuhi kebutuhan bayinya.

Kualitas dan jumlah makanan yang dikonsumsi ibu juga sangat

berpengaruh pada jumlah ASI yang dihasilkan, tetapi pada penelitian ini tidak

menilai asupan makanan ibu selama 2 minggu menyusui. Menurut Paath

(2004) ibu menyusui disarankan memperoleh tambahan zat makanan 800 Kkal

yang digunakan untuk memproduksi ASI dan untuk aktivitas ibu sendiri.

Apabila makanan yang ibu makan cukup gizi dan pola makan yang teratur,

maka produksi ASI akan berjalan dengan lancar (Fitria, 2012).

Hasil penelitian Fitria (2012) dengan judul “Faktor-Faktor yang

Berhubungan dengan Kelancaran Produksi ASI pada Ibu Menyusui di Rumah

Bersalin Hartini Desa Jeulingke Kecamatan Syiah Kuala Kota Banda Aceh”

menunjukkan ada hubungan antara makanan bergizi dengan kelancaran

produksi ASI dengan p value = 0,022, p value < α ( 0,05).

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh pijat oksitosin terhadap produksi

ASI pada ibu postpartum di Puskesmas Mergangsan Yogyakarta tahun 2014,

didapatkan kesimpulan:

1. Produksi ASI pada ibu postpartum yang diberikan intervensi pijat oksitosin

semuanya (100%) dalam kategori cukup.

2. Produksi ASI pada ibu postpartum yang tidak diberikan intervensi pijat

sebagian besar dalam kategori cukup yaitu sebanyak 11 responden (73.3%).

3. Ada pengaruh pijat oksitosin terhadap produksi ASI pada ibu post partum

dibuktikan dengan nilai p value = 0,032 (p value < 0,05).

Saran

1. Bagi Pembuat Kebijakan di Puskesmas Mergangsan Yogyakarta

Peneliti menyarankan pijat oksitosin dapat dijadikan prosedur tetap sebagai

pelayanan postpartum dan diberikan juga konseling tentang pijat oksitosin

kepada ibu hamil dan menyusui di Puskesmas Mergangsan Yogyakarta.

Page 11: PENGARUH PIJAT OKSITOSIN TERHADAP PRODUKSI ASI …digilib.unisayogya.ac.id/1076/1/Naskah Publikasi.pdf · PENGARUH PIJAT OKSITOSIN TERHADAP PRODUKSI ASI PADA IBU ... cakupan pemberian

2. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan bacaan untuk

meningkatkan pengetahuan dan pengalaman bagi mahasiswa dan sebagai

referensi baru di perpustakaan.

3. Bagi peneliti Selanjutnya

Diharapkan dapat mengembangkan penelitian ini dengan jumlah responden

yan lebih banyak, menggunakan timbangan yang sama untuk pengukuran

berat badan bayi pada saat lahir dan pada saat minggu ke-2 serta menilai

pemenuhan nutrisi ibu selama menyusui, agar hasilnya bisa lebih baik.

4. Bagi Responden

Diharapkan ibu-ibu postpartum dibantu dengan keluarga dapat menerapkan

pijat oksitosin di rumah dan dapat memberitahukan ke masyarakat sehingga

menambah pengetahuan masyarakat tentang pijat oksitosin.

DAFTAR RUJUKAN

Bappenas (2011) Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium di

Indonesia. Tersedia dalam :

<http://www.bappenas.go.id/files/1913/5229/9628/laporan-pencapaian-

tujuan-pembangunan-milenium-di-indonesia-

2011__20130517105523__3790__0.pdf> [Diakses 01 Februari 2014]

Depkes RI. (2007) Pelatihan Konseling Menyusui. Jakarta : Depkes RI

Dinkes DIY. (2013) Profil Kesehatan Propinsi D.I. Yogyakarta. Yogyakarta :

Dinkes DIY

Dinkes Kota Yogyakarta (2013) Profil Kesehatan Kota Yogyakarta. Yogyakarta :

Dinkes Kota Yogyakarta

Fitria, A. 2012. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kelancaran Produksi

ASI pada Ibu Menyusui di Rumah Bersalin Hartini Desa Jeulingke

Kecamatan Syiah Kuala Kota Banda Aceh. Jurnal Kesehatan Masyarakat.

Hikmawati, I. (2008) Risk Factors of Failure to Give Breastfeeding During Two

Months. Artikel Publikasi. Semarang : Universitas Diponegoro. Tersedia

dalam : <http://eprints.undip.ac.id/6321/1/Isna_Hikmawati.pdf> [Diakses

01 Februari 2014]

Jafar, N. (2011) ASI Eksklusif. Tersedia dalam : <http://repository.unhas.ac.id>

[Diakses 01 Februari 2014]

Kemenkes (2012) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun

2012 Tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif. Jakarta : Kemenkes RI

Page 12: PENGARUH PIJAT OKSITOSIN TERHADAP PRODUKSI ASI …digilib.unisayogya.ac.id/1076/1/Naskah Publikasi.pdf · PENGARUH PIJAT OKSITOSIN TERHADAP PRODUKSI ASI PADA IBU ... cakupan pemberian

Lestari. A. 2012. Motivasi Ibu bekerja dalam Memberikan ASI Eksklusif di PT.

Dewhirst Men’s Wear Indonesia. Students e-journals vol 1, No 1 (2012).

Bandung : FIK Universitas Padjajaran

Mardiyaningsih, E. (2010) Efektifitas Kombinasi Teknik Marmet Dan Pijat

Oksitosin Terhadap Produksi ASI Ibu Post Seksio Sesarea Di Rumah Sakit

Wilayah Jawa Tengah. Tesis, Universitas Indonesia.

Maryunani, A. 2012. Inisiasi Menyusu Dini, ASI Eksklusif dan Mamajemen

Laktasi. Jakarta : TIM

Nugroho, T. (2011) ASI dan Tumor Payudara. Yogyakarta : Nuha medika

Purnama, R. 2013. Efektivitas Antara Pijat Oksitosin dan Breast Care terhadap

Produksi ASI pada Ibu Post Partum dengan Sectio Caesarea di RSUD

Banyumas. Skripsi. Universitas Jenderal Soedirman Fakultas Kedokteran

Dan Ilmu-Ilmu Kesehatan Jurusan Keperawatan Purwokerto

Putri, T. (2010) Mengapa ASI Tak Langsung Keluar. Tersedia dalam :

<http://kesehatan.kompas.com/read/2010/01/07/12204060/Mengapa.ASI.

Tak.Langsung.Keluar> [Diakses 24 Januari 2014]

Riskesdas (2011) Data Cakupan ASI. Tersedia dalam :

<http://www.riskesdas.go.id> [Diakses 24 Januari 2014]

Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (2012)