Upload
vuongkhanh
View
230
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
i
PENGARUH PENGALAMAN, PENGETAHUAN DAN SKEPTISME
PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KERUGIAN
DAERAH
(Studi Pada Inspektorat Provinsi Kalimantan Barat)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun Oleh:
GUSTI EKA SUHENDRA
1110082000001
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014 M / 1434 H
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. Identitas Pribadi
1. Nama : Gusti Eka Suhendra
2. Tempat & Tanggal Lahir : Pontianak, 9 Oktober 1992
3. Alamat : Jalan Sei Raya Dalam Gang Ceria
VIII A.21 Kabupaten Kubu Raya
Provinsi Kalimantan Barat
4. Handphone : 085751707356
5. E-Mail : [email protected]
II. Pendidikan Formal
1. TK Pertiwi 1 Pontianak : 1996 - 1998
2. MIN Teladan Pontianak : 1998 - 2004
3. MTsN 1 Pontianak : 2004 - 2007
4. MAN 2 Pontianak : 2007 - 2010
5. Strata 1 Universitas Islam Negeri Syarif : 2010 - 2014
Hidayatullah Jakarta
III. Pengalaman Organisasi
1. Anggota PTKP HMI Kafeis : 2011 - 2012
2. Anggota HMJ Akuntansi : 2011 - 2012
3. Anggota KPU PEMIRA FEB : 2013
4. Anggota SEMA Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta : 2013 – 2014
IV. Latar Belakang Keluarga
1. Ayah : Rahmad Juanda, ST. MM
2. Ibu : Dra. Ida Junaida
3. Alamat : Jalan Sei Raya Dalam Gang Ceria VIII A.21 Kabupaten
Kubu Raya Provinsi Kalimantan Barat
4. Telepon : 085245344980
5. Anak : Pertama dari 3 bersaudara
vii
THE EFFECTS OF EXPERIENCE, KNOWLEDGE, AND PROFESSIONAL
SKEPTICISM OF AUDITOR TO LOSS DETECTION OF DISTRICT
(Studies in West Borneo Provincial Inspectorate)
By: Gusti Eka Suhendra
ABSTRACT
The purpose of this study is to examine the influences of experience,
knowledge, and professional skepticism to loss detection of district. Respondents
in this research are internal auditors with certified of goverment auditor who
worked for West Borneo provincial inspectorate. The sample of this study were 52
auditors. Researcher used purposive sampling method to determine the sample
and used multiple regression analysis as the data processing method.
The result shows that the experience, knowledge, and professional
skepticism of auditor simultaneusly and significantly influence to loss detection of
district.
Keywords: Experience, knowledge, professional skepticism, loss detection of
district
viii
PENGARUH PENGALAMAN, PENGETAHUAN DAN SKEPTISME
PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KERUGIAN
DAERAH
(Studi Pada Inspektorat Provinsi Kalimantan Barat)
Oleh: Gusti Eka Suhendra
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan menguji pengaruh pengalaman, pengetahuan dan
skeptisme profesional auditor terhadap pendeteksian kerugian daerah.. Responden
dalam penelitian ini adalah para auditor internal dengan sertifikasi auditor
pemerintah yang bekerja pada Inspektorat Provinsi Kalimantan Barat. Sebanyak
52 auditor dijadikan sampel pada saat penelitian. Peneliti menggunakan metode
provosive sampling untuk penentuan sampel, dan menggunakan analisis regresi
berganda untuk mengolah data.
Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa pengalaman, pengetahuan dan
skeptisme profesional auditor berpengaruh secara simultan dan signifikan
terhadap pendeteksian kerugian daerah
Kata kunci: Pengalaman, pengetahuan, skeptisme profesional, pendeteksian
kerugian
ix
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Robbil’Alamiin, segala puji dan syukur penulis panjatkan
atas kehadirat Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat dan limpahan karunia-
Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang
berjudul PENGARUH PENGALAMAN, PENGETAHUAN, DAN
SKEPTISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN
KERUGIAN DAERAH (STUDI PADA INSPEKTORAT PROVINSI
KALIMANTAN BARAT) berjalan dengan lancar. Shalawat serta salam
terlimpahkan kepada baginda besar Nabi Muhammad SAW, yang telah
memberikan ajaran Islam yang telah terbukti kebenarannya dan terus terbukti
kebenarannya.
Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi syarat-syarat meraih
gelar Sarjana Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta. Selama proses pembuatan skripsi ini, berbagai
hambatan dan kesulitan telah penulis hadapi. Berkat petunjuk dan hidayah dari
Allah SWT, doa kedua orang tua, dukungan, bimbingan serta bantuan dari
berbajgai pihak, sehingga pada akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan dengan
lancar.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:
1. Kedua orang tua tercinta, terutama buat “Bapak same Mamak” yang telah
memberikan semangat serta doa yang tiada henti-hentinya kepada penulis.
Yang selalu memberikan rasa cinta, perhatian, kasih sayang, motivasi dan
membantu secara moril dan materil serta selalu mengiringi penulis melalui
doa restu.
2. Kedua adikku yakni Gusti Eri Fitriyadi dan si kecil Utin Alyssa Rafanda
cepatlah kau ikot jejak abang kau.
3. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
x
4. Ibu Dr. Rini, SE,Ak., MSi, CA selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus dosen
Pembimbing Skripsi 1. Terima kasih banyak saya haturkan kepada ibu yang
telah meluangkan waktu, memberikan pengarahan, bimbingan serta masukan
yang sangat membantu dan bermanfaat sekali, semoga Allah SWT membalas
kebaikan ibu.
5. Bapak Hepi Prayudiawan SE, Ak., MM, CA selaku Sekretaris Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Ibu Wilda Farah, SE,Ak, M.Si., CPA selaku dosen Pembimbing Skripsi II
yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan pengarahan, bimbingan
dan masukan dalam penyempurnaan penulisan skripsi ini. Terima kasih ibu
atas pengarahan, bimbingan dan masukan yang sangat membantu, semoga
Allah SWT membalas kebaikan ibu.
7. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah memberikan segenap ilmu dan pengalamannya.
8. Seluruh Staf dan Karyawan Universitas Islam Negeri yang telah memberikan
bantuan kepada penulis.
9. Bapak Drs. John Itang OE., MM selaku Inspektur Inspektorat Provinsi
Kalimantan Barat.
10. Kepada Bapak Untung Suwarto. ST selaku Plh Sekretaris Inspektorat Provinsi
Kalimantan Barat.
11. Seluru auditor, pejabat pengawas, dan seluruh karyawan Inspektorat provinsi
Kalimantan Barat.
12. Terima kasih kepada teman – teman seperjuangan yang berasal dari kelas
Akuntansi A, B dan D. Terutama untuk saudara Agung, Rifki (Jalu), Oji,
Amel, Denis, Amy dan Amel terima kasih banyak atas perjalanan fisik, hati
dan jiwa kita selama ini. Buat Redho terima kasih banget udah minjemin
kosan dengan segala fasilitasnya buat gw, buat Angga, Radis, Zamzam dan
Fikri makasih banyak ya bro and sista atas bantuan kalian selama ini gw
belum bisa bales apa-apa.
xi
13. Rekan-rekan seperjuangan konsentrasi Audit, Akuntansi Manajemen dan
Akuntansi Perpajakan angkatan 2010 yang telah memberikan dukungannya
selama ini kepada penulis.
14. Semua pihak yang terlibat yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima
kasih atas masukan, support dan kenangan lainnya.
Meskipun penulis telah berusaha dengan segenap kemampuan yang
dimiliki untuk menyempurnakan skripsi ini, namun penulis menyadari masih
banyak terdapat kekurangan dalam penulisan ini. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun
dari berbagai pihak.
Akhirnya dengan segala keterbatasan yang dimiliki, maka penulis ingin
mempersembahkan skripsi ini kepada semua pihak yang menaruh perhatian bagi
perkembangan dunia pendidikan khususnya bidang penelitian di Indonesia dengan
harapan agar bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Jakarta, Mei 2014
Gusti Eka Suhendra
1110082000001
xii
“Nothing Impossible in this World”
Ga ada yang ga mungkin di dunia ini selama
kita percaya kalau Allah itu ada !!
Sesuatu yang ga pernah terfikirkan & ga
masuk akal bisa aja terjadi.
Kalau Allah sudah berkata ‘kun’ maka
apapun akan terjadi walaupun sangat ga
mungkin untuk terjadi.
Allah pasti akan menunjukkan mukjizat-
Nya itu kepada hambanya yang ga kenal
lelah untuk berusaha, berdoa dan selalu
menyerahkan diri kepada Allah SWT.
Subhanallah…….
- Gusti Eka Suhendra -
M o
t t
o .
H i
d u
p
xiii
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan Skripsi ...................................................................... ii
Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif ............................................... iii
Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ……………………………………… iv
Lembar Pernyataan Non-Plagiat ……………………………………….. v
Daftar Riwayat Hidup ............................................................................... vi
Abstrack ...................................................................................................... vii
Abstrak ........................................................................................................ viii
Kata Pengantar ........................................................................................... ix
Moto Hidup ………………………………………………………………. xii
Daftar Isi ...................................................................................................... xiii
Daftar Tabel ................................................................................................. xvi
Daftar Gambar ……………………………………………………………. xvii
Daftar Lampiran .......................................................................................... xviii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian ....................................................... 1
B. Perumusan Masalah ................................................................ 10
C. Tujuan Penelitian .................................................................... 11
D. Manfaat Penelitian .................................................................. 11
1. Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat……………...…… 11
2. Masyarakat.................................……………………..…... 11
3. Peneliti …………………….....................................… 12
4. Ilmu Auditing ………………………………....……..... 12
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur..................................................................... 13
1. Teori Auditing..............................................................…. 13
a. Pengertian Auditing...................................................... 13
b. Gambaran Audit Pada Pemerintah daerah................... 14
c. Jenis-Jenis Auditing........................................................ 16
xiv
d. Peran Bawasda Sebagai Auditor Internal Pemda......... 17
B. Pengalaman, Pengetahuan dan Skeptisme Profesional ............ 17
1. Pengalaman........................................................................... 18
2. Pengetahuan.......................................................................... 20
3. Skeptisme Profesional........................................................... 23
C. Pendeteksian Kerugian Daerah ................................................ 27
1. Pengertian Kerugian Negara…………………………....... 27
2. Beberapa Hal Yang Dapat Merugikan Keuangan Negara.. 29
3. Kerugian Keuangan Negara Ditinjau Dari Aspek Akuntansi
........................................................................................... 32
D. Hubungan Antar Variabel .....……………………………...... 35
1. Hubungan Antara Pengalaman Dengan Pendeteksian
Kerugian Daerah............................................................... 35
2. Hubungan Antara Pengetahuan Audit Dengan Pende-
teksian Kerugian Daerah................................................... 36
3. Hubungan Antara Skeptisme Profesional Dengan Pende-
teksian Kerugian Daerah.................................................. 37
E. Kerangka Pemikiran……..…………………………………... 42
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................ 44
B. Metode Penentuan Sampel........................................................ 44
C. Metode Pengumpulan Data....................................................... 45
D. Metode Analisis Data ……………………………………..… 46
1. Statistik Deskriptif …………...………………………… 46
2. Uji Kualitas Data ……………………………....……….. 46
3. Uji Asumsi Klasik.............................................................. 47
4. Koefisien Determinasi........................................................ 49
5. Uji Hipotesis...................................................................... 49
6. Definisi Operasionalisasi Variabel dan Pengukurannya... 52
xv
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ………………… 58
1. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................... 58
2. Profil Tempat Penelitian……………................................ 59
3. Karakteristik Responden....………….……..…………… 62
B. Hasil Instrumen Penelitian ..................................................... 66
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ....................................….... 66
2. Hasil Uji Kualitas Data..................................................... 67
3. Hasil Uji Asumsi Klasik.................................................... 72
4. Hasil Uji Koefisien Determinasi....................................... 76
5. Hasil Uji Hipotesis............................................................ 76
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................. 82
B. Implikasi .................................................................................. 83
C. Saran ........................................................................................ 84
Daftar Pustaka ……………………………………………………..... 86
Lampiran ………….………………………………………………..... 89
xvi
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Hal
1.1 Kasus Kecurangan Pada Beberapa Institusi Negara.................... 4
2.1 Penelitian Terdahulu.................................................................... 39
3.1 Operasionalisasi Variabel Penelitian........................................... 52
4.1 Data Sampel Penelitian............................................................... 59
4.2 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin....... 62
4.3 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Usia …………..... 63
4.4 Hasil Uji Deskripsi Berdasarkan Lama Menjadi Auditor .......... 64
4.5 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Tingkat
Pendidikan.................................................................................. 64
4.6 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Tingkat Jabatan... 65
4.7 Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jumlah Diklat
Yang Diikuti ………………………………………................... 66
4.8 Hasil Uji Statistik Deskriptif ...................................................... 66
4.9 Hasil Uji Validitas Pengalaman ................................................. 68
4.10 Hasil Uji Validitas Pengalaman (Setelah dikurangi pertanyaan
yang tidak valid) ......................................................................... 68
4.11 Hasil Uji Validitas Pengetahuan………...............…………...... 69
4.12 Hasil Uji Validitas Skeptisme Profesional..............................… 69
4.13
4.14
Hasil Uji Validitas Pendeteksian Kerugian Daerah....................
Hasil Uji Validitas Pendeteksian Kerugian Daerah (Setelah
dikurangi pertanyaan yang tidak valid)........................................
70
71
4.15 Hasil Uji Realibilitas..................................................................... 72
4.16 Hasil Uji Multikolonieritas........................................................... 73
4.17 Hasil Uji Normalitas..................................................................... 74
4.18 Hasil Uji Koefisien Determinasi.................................................. 76
xvii
4.19 Hasil Uji Statistik t..................................................................... 77
4.20 Hasil Uji Statistik F..................................................................... 81
DAFTAR GAMBAR
No Keterangan Hal
2.1 Kerangka Pemikiran......................................................................... 42
4.1 Struktur Organisasi Inspektorat Provinsi......................................... 61
4.2 Hasil Uji Heterokedastisitas Dengan Scatterplot............................. 75
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
No Keterangan Hal
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian....................................................... 89
Lampiran 2 Daftar Jawaban Responden ........................................... 102
Lampiran 3 Output Hasil Pengolahan Data ..................................... 103
Lampiran 4
Lampiran 5
Surat Izin Penelitian...................………………………
Surat Keterangan Penelitian..........................................
113
114
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menghadapi perkembangan dunia yang begitu cepat, peranan
pemerintah dalam menyelenggarakan pemerintahan dan adminstrasi publik
yang baik merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Di era
globalisasi, tata pemerintahan yang baik (good governance) merupakan
ukuran yang paling ideal untuk dimiliki oleh setiap pemerintahan. Oleh
karena itu, penerapan good governance sangat diperlukan sebagai bagian atas
proses reformasi birokrasi. Good Governance dianggap sebagai paradigma
baru dan menjadi ciri yang perlu ada dalam sistem administrasi publik
(Sedarmayanti, 2007:16).
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadinya krisis ekonomi di
Indonesia ternyata disebabkan oleh buruknya pengelolaan pemerintahan (bad
governance) dan buruknya birokrasi. Akuntabilitas sektor publik memiliki
hubungan yang sangat erat dengan praktik transparansi dan pemberian
informasi kepada publik guna memenuhi hak publik. Menurut World Bank,
good governance didefinisikan sebagai suatu aktivitas penyelenggaraan
manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab serta sejalan
dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi
dana investasi, pencegahan korupsi baik secara politis maupun secara
administratif demi tumbuhnya aktifitas perekonomian (Mardiasmo, 2005:18).
2
Pengawasan merupakan salah satu fungsi manajemen yang tidak dapat
dipisahkan terhadap fungsi manajemen lainnya seperti perencanaan,
pengorganisasian, dan pelaksanaan (Mardiasmo, 2005:32). Demikian halnya
dengan pengawasan pada pemerintahan yang melekat pada fungsi manajemen
pemerintahan. Tercapainya tujuan pengawasan berperan penting dalam proses
pembangunan dan pemerintahan. Aktifitas pengawasan dilakukan oleh pihak
di luar eksekutif, yakni masyarakat melalui Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD). Pengendalian merupakan mekanisme yang dilakukan pihak
eksekutif untuk menjamin sistem dan kebijakan yang diterapkan oleh
manajemen telah berjalan dengan baik terutama dalam mencapai tujuan
organisasi. Sedangkan kegiatan audit merupakan kegiatan pemeriksaan yang
dilakukan oleh pihak yang berkompeten untuk memastikan apakah kegiatan
atau program dijalankan telah sesuai dengan standar.
Adanya berbagai tindakan kecurangan dan korupsi yang terjadi di
berbagai daerah di Indonesia memperlihatkan masih lemahnya kinerja
aparatur pemeriksaan walaupun telah berlapis-lapis sebagaimana yang telah
dilakukan oleh beberapa institusi seperti Badan Pengawas Daerah
Kota/Provinsi (BAWASDA/BAWASPROV), Inspektorat Pemerintah Kota/
Provinsi (ITWILKO/ITWILPROV), Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (BPKP), dan Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK). Terlebih
setelah diberlakukannya otonomi daerah, adanya perubahan asas
pemerintahan dari sentralisasi menjadi desentralisasi ini memberikan
kewenangan yang luas bagi setiap daerah untuk membuat kebijakan.
3
Persoalannya adalah jika sebelum diberlakukannya otonomi daerah
berbagai kasus kecurangan dan korupsi lebih banyak terjadi pada tingkatan
pemerintah pusat, untuk saat ini kasus kecurangan dan korupsi menjamur
pada tingkatan pemerintah daerah. Hal ini yang perlu menjadi perhatian bagi
semua pihak terutama bagi kalangan auditor agar dalam menjalankan tugas
pokok dan fungsinya menjadi lebih baik. Sudah seharusnya kebijakan
desentralisasi dapat membawa penguatan kapasitas institusi lokal dan
membangun sistem pemerintahan yang responsif, artinya tidak hanya
memperkuat pemerintah lokal saja, tetapi juga memastikan bagaimana
pemerintah dapat menjalankan fungsi pelayanan publiknya secara akuntabel
(Sedarmayanti, 2007:45).
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) perwakilan provinsi Kalimantan
Barat menemukan adanya kerugian negara yang mencapai Rp 15.2 Miliar
selama tahun 2006 terhadap dana bantuan sosial KONI provinsi Kalimantan
Barat, audit BPK sendiri dilakukan pada tahun 2012 dan hasilnya diserahkan
kepada Polda Kalimantan Barat, sampai berita ini diturunkan sudah satu
orang ditetapkan sebagai tersangka yakni mantan wakil bendahara KONI
provinsi Kalimantan Barat dan terus dilakukan pengembangan penyelidikan
(Asep Haryono dalam Pontianak Post 12/12/2013). Berita tersebut
merupakan salah satu bukti kelemahan aparatur pemerintahan keuangan
daerah dalam menjalankan tugas yang dalam hal ini dapat ditujukan kepada
seluruh jajaran baik pemerintah tingkat pusat, pemerintah daerah, BUMN dan
BUMD. Akibat yang ditimbulkan dari kerugian tersebut tentu sangat besar,
4
selain tidak mencerminkan terselenggaranya good governance juga
menyebabkan kegiatan pemerintahan dan pembangunan tidak berjalan sesuai
dengan target yang telah ditetapkan, adanya tindak kecurangan dan korupsi
yang berujung pada kerugian bagi negara juga mengakibatkan semakin
berkurangnya kepercayaan publik terhadap pemerintah dalam menjalankan
roda pemerintahan. Berikut akan disajikan tabel yang memuat beberapa kasus
kecurangan yang terjadi pada beberapa institusi Negara:
Tabel 1.1
Kasus Kecurangan Pada Beberapa Institusi Negara
No Nama Institusi Indikasi Kasus Kecurangan
1. DPRD Bojonegoro Kasus tersebut terjadi selama
kurun waktu 2006/2007, dimana
berdasarkan putusan Mahkamah
Agung Nomor 2065 K/Pid.
Sus/2011, kerugian negara yang
disebabkan kasus korupsi dana
perjalanan dinas tahun
2007/2006 sekitar Rp13,8 miliar.
Pada tahun tersebut terdapat
perjalanan dinas fiktif oleh 35
anggota DPRD Bojonegoro
Sumber: Antaranews
(Sudarmojo, 2013).
2. Kementrian Agama Kasus ini terjadi pada tahun
2010, disaat Departemen Agama
menerima alokasi dan APBN,
dana tersebut ditujukan untuk
pengadaan alat-alat laboraturium
bagi Madrasah Tsanawiyah dan
Madrasah Aliyah se-Indonesia,
dengan proporsi Rp 27 Miliar
untuk Madrasah Tsanawiyah dan
Rp 44 Miliar untuk Madrasah
Aliyah.
Bersambung kehalaman selanjutnya
5
Tabel 1.1 (Lanjutan)
Kasus Kecurangan Pada Beberapa Institusi Negara
No Nama Institusi Indikasi Kasus Kecurangan
Kecurangan terjadi saat
pemenang tender menyerahkan
proyek tersebut kepada pihak
lain, akibat kecurangan ini negara
dirugikan Rp 7.9 Miliar Sumber:
Tribunnews (Suhendi, 2014).
3. Kabupaten Aceh Barat
Bawasda Kabupaten Aceh Barat
berdasarkan Laporan Hasil
Pemeriksaan (LHP) telah
menemukan adanya
penggelembungan harga pada
proyek pembangunan jembatan
gantung Pasi Jantu Pasi Teungoh
senilai Rp. 100.796.439,84.
Sumber : Serambi Indonesia
(Adi, 2014).
4. Kementrian Pertanian Kejaksaan tinggi DKI Jakarta
menetapkan lima tersangka baru
dalam dugaan korupsi proyek
pengadaan lampu penangkap
serangga (light trap) di
Kementrian Pertanian pada tahun
anggaran 2012. Proyek
pengadaan 7.000 unit lampu
pembasmian hama ini bernilai
total Rp 135,1 miliar. Negara
diperkirakan merugi 33 Miliar
akibat perliaku korupsi ini.
Sumber : Tempo Bernadette
(Christina Munthe, 2014).
Diolah dari berbagai referensi
Inspektorat pemerintah daerah merupakan salah satu institusi yang
melakukan pemeriksaan terhadap terselenggaranya pemerintahan. Inspektorat
pemerintah daerah memiliki tugas pokok dan fungsi yang sama dengan audit
internal, dalam rangka tercapainya tujuan pengawasan yang efektif dan
6
efisien oleh Inspektorat pemerintah daerah maka auditor yang yang bekerja
pada inspektorat pemerintah daerah diharuskan memiliki kompetensi yang
cukup. Untuk menunjang kualitas kerja auditor terutama dalam pendeteksian
kerugian, dapat diperoleh melalui pengalaman dimana dengan pengalaman
yang telah diperoleh auditor tersebut diharapkan mampu menjalankan
fungsinya secara baik dan menyeluruh, selain itu auditor juga diharapkan
memiliki pengetahuan audit baik melalui pendidikan formal, pengalaman
audit, serta kecakapan teknis yang mumpuni sebagai auditor yang
profesional.
Pengalaman kerja auditor merupakan salah satu faktor penting untuk
memprediksi kinerja seorang auditor. Pengalaman yang dimiliki auditor dapat
mempengaruhi cara pandang dan menanggapi informasi yang diperoleh
selama proses audit berlangsung (Haryanti, 2013). Auditor dengan
pengalaman yang baik akan memperlihatkan proyeksi error yang lebih baik
daripada auditor yang masih belum memiliki banyak pengalaman (Ponemon
dan Wendell, 1995) dalam (Masrizal, 2010).
Pengetahuan audit merupakan hal yang dibutuhkan bagi seorang
auditor dalam menunjang kinerja terutama berkaitan dengan kemampuan
dalam melakukan pendeteksian kerugian daerah. Pengetahuan audit dapat
diperoleh melalui pendidikan formal yang telah ditempuh, pelatihan yang
pernah diikuti, dan seminar atau lokakarya yang pernah diikuti. Pekerjaan
audit menuntut auditor memiliki kemampuan profesional untuk melakukan
tugas audit yang dibebankan, oleh sebab itu seorang auditor wajib memiliki
7
pengetahuan yang luas baik dalam hal ilmu auditing maupun pengetahuan
teknis lain juga harus dikuasainya (Masrizal, 2010).
Menurut Noviyanti (2008) seorang auditor dalam menjalankan
kegiatan audit di lapangan seharusnya tidak hanya terfokus pada prosedur
dalam pelaksanaan audit, melainkan juga harus disertai dengan skeptisme
profesional yang baik sebagai suatu sikap yang senantiasa mempertanyakan
dan melakukan evaluasi secara kritis atas bukti audit. Seorang auditor yang
memiliki sikap skeptisme profesional tidak akan menerima begitu saja
penjelasan dari klien, melainkan ia akan melakukan terlebih dahulu
pengajuan pertanyaan utuk memperoleh keterangan, bukti, dan konfirmasi
dari klien. Adanya skeptisme profesional mengakibatkan adanya salah saji
yang dapat ditemukan tidak hanya berasal dari kekeliruan melainkan juga dari
adanya kecurangan yang mungkin disembunyikan.
Saat ini kerugian yang terjadi pada daerah atau negara merupakan
salah satu aspek yang mendapat perhatian yang cukup besar dari berbagai
kalangan baik akademisi maupun praktisi. Hal ini dikarenakan kerugian yang
timbul dapat mempengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah
dalam hal penyelenggaraan pemerintahan. Pasal 1 angka 15 Undang-Undang
Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan: Kerugian
Negara/Daerah adalah kekurangan uang, surat berharga, dan barang, yang
nyata dan pasti jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan hukum baik
sengaja maupun lalai.
8
Pendeteksian kerugian daerah adalah tujuan yang ingin dicapai terkait
tugas pemerintahan dengan mengkombinasikan berbagai asumsi terkait
dengan data yang ada untuk mendapatkan segala bentuk bukti tentang
terjadinya penyimpangan yang menyebabkan timbulnya kerugian bagi
daerah. Menurut Pasal 1 angka 22 Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004
tentang Perbendaharaan Negara, kerugian negara / daerah adalah kekurangan
uang, surat-surat berharga dan barang yang nyata serta pasti jumlahnya
sebagai akibat perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun tidak
disengaja. Kemampuan dalam melakukan pendeteksian kerugian daerah dapat
ditunjang melalui pengalaman, pengetahuan, dan skeptisme profesional yang
dimiliki oleh auditor.
Inspektorat pemerintah daerah mempunyai tugas untuk melaksanakan
kegiatan pengawasan umum atas penyelenggaraan pemerintahan daerah serta
tugas lain yang diberikan oleh kepala daerah, sehingga dapat kita simpulkan
bahwa inspektorat pemerintah daerah memiliki tugas yang sama dengan
auditor internal. Audit internal merupakan unit pemeriksa yang menjadi
bagian dari organisasi yang diawasi (Mardiasmo, 2005:179). Berdasarkan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2007 Pasal 1 dijelaskan,
bahwa Inspektorat Provinsi adalah aparat pengawas fungsional yang berada
dibawah dan bertanggungjawab kepada gubernur.
Permasalahan yang sering ditemukan dilapangan yakni adanya
penyimpangan anggaran dan penyimpangan pertanggungjawaban pada
beberapa SKPD dilingkungan provinsi. Temuan diperoleh berdasarkan
9
proses audit yang telah dilaksanakan oleh Inspektorat Provinsi merupakan
hasil tugas dan peran tim pemeriksa yang telah mampu melakukan
pendeteksian kerugian keuangan daerah. Agar memiliki kemampuan dalam
melakukan pendeteksian kerugian daerah secara maksimal sudah seharusnya
para auditor yang bekerja pada instansi tersebut memiliki pengalaman,
pengetahuan serta skeptisme profesional yang memadai.
Berdasarkan pemaparan ini, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian terhadap pengaruh pengalaman, pengetahuan dan skeptisme
profesional auditor terhadap pendeteksian kerugian daerah studi pada
Inspektorat Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat. Institusi ini
bertugas untuk melakukan pengawasan atas terselenggaranya pemerintahan
dibawah naungan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat. Dengan demikian,
judul skripsi penulis ialah “Pengaruh Pengalaman, Pengetahuan dan
Skeptisme Profesional Auditor Terhadap Pendeteksian Kerugian
Daerah ( Studi Pada Inspektorat Pemerintah Provinsi Kalimantan
Barat)”.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya oleh (Masrizal, 2010) dan merupakan pengembangan terhadap
penelitian yang dilakukan oleh (Noviyanti, 2008). Namun terdapat perbedaan
yang terletak pada waktu penelitian, objek penelitian, serta adanya
penambahan satu variabel independen. Penelitian sebelumnya dilakukan pada
tahun 2008 dan 2010 sedangkan penelitian penulis dilakukan pada tahun
2014. Jika pada penelitian sebelumnya objek yang diteliti ialah Inspektorat
10
Pemerintah Provinsi Nangroe Aceh Darusalam dan Kantor Akuntan Publik di
Jakarta, maka objek penelitian penulis kali ini ialah Inspektorat Pemerintah
Provinsi Kalimantan Barat. Judul penelitian penlusi kali ini adalah
“Pengaruh Pengalaman, Pengetahuan Audit, dan Skeptisme Profesional
Auditor Terhadap Pendeteksian Kerugian Daerah (Studi Pada
Inspektorat Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat)”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah pengalaman berpengaruh terhadap kemampuan auditor dalam
melakukan pendeteksian kerugian daerah?
2. Apakah pengetahuan berpengaruh terhadap kemampuan auditor dalam
melakukan pendeteksian kerugian daerah?
3. Apakah skeptisme profesional berpengaruh terhadap kemampuan auditor
dalam melakukan pendeteksian kerugian daerah?
4. Apakah pengalaman, pengetahuan dan skeptisme profesional berpengaruh
terhadap kemampuan auditor dalam melakukan pendeteksian kerugian
daerah?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis:
11
1. Pengaruh pengalaman terhadap kemampuan auditor dalam melakukan
pendeteksian kerugian daerah.
2. Pengaruh pengetahuan terhadap kemampuan auditor dalam melakukan
pendeteksian kerugian daerah.
3. Pengaruh skeptisme profesional terhadap kemampuan auditor dalam
melakukan pendeteksian kerugian daerah.
4. Pengaruh pengalaman, pengetahuan, dan skepstisme profesional terhadap
kemampuan auditor dalam melakukan pendeteksian kerugian daerah.
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini diharapkan
bermanfaat bagi semua pihak diantaranya:
1. Bagi Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat
Penelitian berguna untuk mengetahui sejauh mana kinerja auditor yang
bekerja pada instansi tersebut faktor-faktor yang mempengaruhi
kemampuan pendeteksian kerugian daerah seperti pengalaman,
pengetahuan dan skeptisme profesional auditor.
2. Bagi Masyarakat
Peneliian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat
mengenai peran yang dimiliki inspektorat daerah sebagai auditor internal
pemerintah daerah dalam melaksanakan tugsanya. Terutama terkait dengan
seberapa jauh pengaruh beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan
12
auditor dalam mendeteksi kerugian daerah seperti pengalaman,
pengetahuan dan skeptisme profesional auditor.
3. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah dan mengembangkan wawasan
peneliti, khususnya dalam bidang auditing khusunya peranan auditor
internal dengan cara membandingkan teori yang diperoleh selama
mengikuti proses perkuliahan dengan kenyataan atau kondisi yang
sebenarnya terjadi di lapangan.
4. Ilmu Auditing
Menambah literatur dan acuan penelitian pada bidang auditing sehingga
dapat dijadikan bahan kepustakaan atau referensi, terutama untuk peneliti
yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor apa
saja yang dapat mempengaruhi kemampuan auditor dalam melakukan
pendeteksian kerugian daerah.
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
1. Teori Auditing
a. Pengertian Auditing
Seiring dengan perkembangan dunia bisnis, saat ini auditing
memegang peranan yang cukup besar dikarenakan permintaan terhadap
jasa penilaian yang bersifat objektif dan independen terhadap laporan
keuangan semakin besar. Kebutuhan akan jasa tersebut tidak hanya
berasal dari pihak internal melainkan juga pihak eksternal. Hasil
penilaian tersebut nantinya akan digunakan user untuk mengambil
keputusan. Untuk itu penulis mengemukakan beberapa definisi
mengenai auditing menurut para ahli. Menurut Arens & Loebbeck
(2004) sebagai berikut:
“ The accumulation and evaluation of evidence about
information to determine and report of the degree of correspondence
between the information and establish criteria. Auditing should be done
competent, independent person”.
Pengertian audit menurut Soekrisno Agoes (2007) yakni sebagai
berikut:
“ Auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara
kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap laporan
keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan
14
pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat
memberikan pendapat mengenai kewajiban laporan keuangan
tersebut”.
Sedangkan menurut (Mulyadi 2002) pengertian auditing adalah:
“Pemeriksaan akuntan (auditing) adalah proses sistematik
untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai
pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan
tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-
pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta
penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.”
Berdasarkan beberapa definisi yang telah dikemukakan
sebelumnya maka dapat kita ambil kesimpulan bahwa auditing adalah
suatu proses yang sistematis dan bersifat objektif dalam hal penyediaan
dan evaluasi bukti-bukti yang berhubungan dengan pernyataan
(assertion) tentang kegiatan dan kejadian ekonomi guna memastikan
derajat kesesuaian atau tingkat hubungan antara pernyataan tersebut
dengan kriteria yang ada. Hasil dari proses auditing tersebut akan
dikomunikasikan kepada pihak-pihak yang berkepeningan.
b. Gambaran audit pada pemerintah daerah
Saat ini telah terjadi perubahan paradigma dalam manajemen
keuangan daerah. Perubahan itu semakin diperjelas dengan lahirnya
tripatrit perundang-undangan (UU Nomor 7 Tahun 2003, UU Nomor 1
Tahun 2004, dan UU Nomor 15 Tahun 2004) yang kemudian disusul
dengan lahirnya PP Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan, PP Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah, dan dilanjutkan dengan adanya Petunjuk Teknis
15
Pelaksanaan PP Nomor 58 Tahun 2005 dengan disahkannya Peraturan
Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (Bastian, 2007: 2).
Perubahan paradigma kepemerintahan di berbagai negara
sedang dalam proses pergeseran dari ruling government menuju ke
governance dan penciptaan administrasi pemerintah yang berhasil guna,
berdaya guna, dan berkeadilan. Hal ini telah menumbuhkan kesadaran
setiap orang, terutama aparat pemerintah, untuk senantiasa tanggap
terhadap tuntutan lingkungan dengan berupaya memberikan pelayanan
terbaik, transparan, dan berakuntabilitas (Bastian, 2007: 2).
Dalam proses audit, kesiapan suatu daerah sangat penting dan
tentunya tidak bisa dipisahkan begitu saja dengan proses persiapan
proses auditing. Pada proses ini daerah akan menunjukkan bukti-bukti
audit sebagai dasar yang cukup dan tepat untuk menentukan apakah
laporan keuangan telah disajikan dengan benar dan wajar sesuai posisi
keuangan pemda, hasil-hasil operasi, dan perubahan-perubahan yang
sesuai dengan aturan yang berlaku. Adapun tujuan audit laporan
keuangan menurut Bastian (2007) adalah:
“Menunjukkan, dengan dasar yang cukup dan tepat dari bukti-
bukti audit, apakah laporan keuangan telah menyajikan dengan benar
dan wajar posisi keuangan pemda, hasil dari operasi dan perubahan-
perubahannya sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum”.
Secara garis besar, ada beberapa hal yang mendasari kebutuhan
akan penyampaian proses auditing tersebut, yaitu:
16
1) Kendali saat ini di tangan masyarakat. Masyarakat memiliki hak
berupa kebebasan untuk mengakses informasi mengenai pengelolaan
sumber daya ekonomi publik.
2) Kompleksitas laporan keuangan. Semakin kompleks laporan
keuangan yang dihasilkan, maka tingkat kesalahannya juga semakin
tinggi.
3) Pihak manajemen pemda memiliki kecenderungan untuk berhasil
dan meminimalkan kesalahan pemerintahannya, sehingga verifikasi
kebenaran laporan keuangan perlu disajikan.
4) Kontrol dan kredibilitas. Audit akan meningkatkan kontrol dan
kredibilitas laporan keuangan.
c. Jenis-jenis auditing
Menurut Arens and Loebbecke (2004) jenis-jenis audit dibagi
menjadi 3 (tiga) yakni:
1) Audit laporan keuangan (Financial statement audits), audit jenis ini
bertujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan secara
keseluruhan telah disajikan sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu.
Kriteria tersebut adalah prinsip-prinsip akuntansi berlaku umum.
2) Audit operasional (Operational audits) yakni penelahaan atas suatu
bagian maupun atas prosedur dan metode operasional suatu
organisasi guna menilai efisiensi dan efektivitas. Pada umumnya
setelah audit operasional selesai dilaksanakan, auditor akan
17
memberikan sejumlah saran kepada manajemen untuk memperbaiki
operasional perusahaan.
3) Audit ketaatan (Compliance audits) adalah audit yang dilakukan atas
suatu organisasi untuk menilai apakah organisasi telah mengikuti
prosedur serta peraturan yang berlaku.
d. Peran Bawasda sebagai auditor internal pemda
Tuntutan reformasi manajemen keuangan tidak hanya
mengahasilkan perubahan di tingkat internal pengelola keuangan
daerah, melainkan juga di kalangan aparat pengawas daerah. Dengan
adanya perubahan terhadap sistem keuangan daerah dan laporan
keuangan daerah, peranan Bawasda (Badan Pengawas Daerah) menjadi
lebih ditingkatkan untuk memastikan apakah sistem akuntansi keuangan
daerah telah berjalan secara baik. Peranan Bawasda didorong untuk
membantu kepala daerah menyajikan laporan keuangan yang akuntabel
dan dapat diterima secara umum. (Bastian, 2007: 34). Penelitian yang
dilakukan oleh Taufik (2011) yang melakukan penelitian terhadap 50
orang auditor yang bekerja pada inspektorat provinsi dan
kabupaten/kota di Riau menunjukkan hasil terdapat pengaruh yang kuat
pada peran inspektorat terhadap pencegahan kecurangan. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Sinaga (2003) menunjukkan bahwa
kedudukan dan peran Bawasda provinsi sebagai perangkat daerah yang
menjalankan fungsi pengawasan fungsional terhadap penyelenggaraan
pemerintahan di daerah sangat strategis.
18
B. Pengalaman, Pengetahuan dan Skeptisme Profesional
1. Pengalaman
Sudah banyak penelitian tentang pengalaman sebelumnya. Untuk
mencapai pelaksanaan pengawasan dan pemeriksaan di lingkungan
pemerintah daerah oleh aparat pemeriksa, sudah seharusnya memiliki
sumber daya manusia yang berpengalaman dalam praktik pemeriksaan.
Keahlian aparat pemeriksa dapat terbentuk melalui pengalaman. Di
samping itu pengalaman juga akan mempengaruhi tingkat pengetahuan
aparat pengawas. Menurut The Oxford Engish Dictionary (1978)
pengalaman adalah pengetahuan atau keahlian yang didapat dari
pengamatan langsung atau partisipasi dalam suatu perilaku dan aktivitas
yang nyata.
Pengalaman merupakan lama waktu seseorang dalam bekerja
sehingga secara spesifik pengalaman dapat diukur dengan rentang waktu
yang telah digunakan terhadap suatu pekerjaan atau tugas (Bouman dan
Bradley, 1997) dalam (Masrizal, 2010). Menurut Loehoer (2002) dalam
Mabruri dan Winarna (2010) pengalaman merupakan akumulasi gabungan
dari semua yang diperoleh melalui berhadapan dan berinteraksi secara
berulang-ulang dengan sesama benda alam, gagasan, dan penginderaan.
Begitu pula halnya dengan auditor semakin banyak objek
pemeriksaan yang telah dicapai oleh auditor tersebut maka pengalamannya
akan terus bertambah. Menurut Haryanti (2013) cara memandang dan
menanggapi informasi yang diperoleh selama melakukan pemeriksaan
19
antara auditor berpengalaman dengan yang kurang berpengalaman akan
berbeda, demikian halnya dalam memberikan kesimpulan audit terhadap
obyek yang diperiksa. Dengan demikian pengalaman yang diperoleh
selama bertugas dapat dijadikan sebagai media pembelajaran bagi auditor
bersangkutan untuk terus meningkatkan kinerjanya.
Banyak orang yang memahami bahwa semakin banyak jam terbang
auditor, tentunya dapat memberikan kualitas audit yang lebih baik
daripada seorang auditor yang baru memulai karirnya. Auditor yang
berpengalaman diasumsikan dapat memberikan kualitas audit yang lebih
baik daripada seorang auditor yang baru memulai karirnya (Silalahi,
2013). Hal ini dikarenakan pengalaman akan membentuk keahlian
seseorang baik secara teknis maupun secara psikis.
Pengalaman auditor berpengaruh secara positif terhadap
pengetahuan mengenai kekeliruan (Haryanti, 2013). Lebih jauh lagi
Herliansyah (2005) menunjukkan bahwa pengalaman dapat meningkatkan
kinerja dalam mengambil keputusan. Beberapa hasil penelitian
membuktikan sebelumnya bahwa pengalaman mempunyai pengaruh
terhadap pendeteksian penyimpangan seperti penelitian yang dilakuakan
oleh Batubara (2009) yang menyatakan bahwa pengalaman mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap pendetksian penyimpangan. Penelitian
yang dilakukan oleh Mabruri dan Winarna (2010) pengalaman yang
dimiliki auditor berpengauh terhadap kualitas hasil audit di lingkungan
pemerintah daerah.
20
Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan bahwa pengalaman
dapat meningkatkan kinerja auditor (Ashton, 1991) dalam (Haryanti,
2013). Walaupun pada penelitian yang dilakukan oleh Samsi,dkk (2012)
pengalaman audit memiliki pengaruh negatif terhadap kualitas hasil
pemeriksaan.
2. Pengetahuan
Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur
Negara No.Per/05/M.Pan/03/2008 tanggal 31 Maret 2008 tentang Standar
Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah seksi 2200 menyatakan
auditor harus mempunyai pengetahuan, keterampilan dan kompetensi
lainnya yang diperlukan untuk melaksanakan tanggung jawabnya. Terkait
dengan pendidikan formal pada seksi 2210 selanjutnya menyatakan bahwa
auditor APIP harus mempunyai tingkat pendidikan formal minimal strata
satu (S-1) atau yang setara.
Hal ini dimaksudkan agar tercipta kinerja audit yang baik maka
APIP harus mempunyai kriteria tertentu dari auditor yang diperlukan
untuk merencanakan audit, mengidentifikasi kebutuhan profesional auditor
dan untuk mengembangkan teknik dan metodologi audit agar sesuai
dengan situasi dan kondisi yang dihadapi unit yang dilayani oleh APIP.
Kemudian seksi 2220 menyatakan bahwa auditor harus memiliki
kemampaun teknis yakni auditing, akuntansi, administrasi pemerintahan
dan komunikasi.
21
Pada seksi 2230 dinyatakan bahwa auditor harus mempunyai
sertifikasi jabatan fungsional auditor (JFA) dan mengikuti pendidikan dan
pelatihan profesional berkelanjutan (continuing professional education).
Pimpinan APIP wajib memfasilitasi auditor untuk mengikuti pendidikan
dan pelatihan serta ujian sertifikasi sesuai dengan kebutuhan. Dalam
pengusulan auditor untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan sesuai
dengan jenjangnya, pimpinan APIP mendasarkan keputusannya pada
formasi yang dibutuhkan dan persyaratan administrasi lainnya seperti
kepangkatan dan pengumpulan angka kredit yang dimilikinya.
Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Boner (1990) dimana ia
melakukan penelitian mengenai peran pengetahuan secara spesifik dalam
membuat keputusan dan pengaruh pengetahuan terhadap kinerja auditor
yang berpengalaman. Hasil penelitian menunujukkan bahwa pengetahuan
yang dimiliki auditor secara signifikan berpengaruh terhadap kinerja
auditor. Pengetahuan dapat diperoleh melalui pendidikan formal yang
telah ditempuh auditor sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Hasil
penelitian yang dilakukan Mulyono (2009) yang menguji pengaruh latar
belakang pendidikan pemeriksa Kabupaten Deli Serdang menunjukkan
hasil bahwa latar belakang pendidikan pemeriksa berpengaruh secara
signifikan terhadap kualitas kerja auditor. Menurut Sarwono (2006)
auditor yang merasa mempunyai pengetahuan yang memadai pada area
auditannya akan merasa yakin akan keadaan perusahaan yang diauditnya,
sehingga keyakinannya secara otomatis akan mempengaruhi cara
22
pandangnya terhadap bukti atau informasi yang ditemukan sehubungan
dengan pelaksanaan auditnya. Dalam mendeteksi sebuah kesalahan
seorang auditor harus didukung dengan pengetahuan tentang apa dan
bagaimana kesalahan tersebut terjadi (Tubbs, 1992) dalam (Mabruri,
2010).
Seseorang yang melakukan pekerjaan sesuai dengan pengetahuan
yang dimiliki akan memberikan hasil yang lebih baik daripada mereka
yang tidak memiliki pengetahuan yang cukup memadai akan tugasnya
(Salsabila, 2011).
3. Skeptisme Profesional
Seorang auditor dalam melaksanakan penugasan audit di lapangan
seharusnya tidak hanya sekedar mengikuti prosedur audit yang tertera
dalam program audit, melainkan juga harus disertai dengan sikap
Skeptisme profesionalnya. Standar profesional akuntan publik
mendefinisikan Skeptisme profesional sebagai sikap auditor yang
mencakup pikiran selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara
kritis terhadap bukti audit (SPAP 2011, SA seksi 230.05). Auditor
profesional sudah selayaknya menerapkan Skeptisme profesional agar
laporan hasil audit dapat dipercaya oleh orang yang membutuhkan dan
dapat mengurangi keraguan didalamnya.
Auditor yang bersikap skeptis tidak akan menerima begitu saja
penjelasan dari klien, namun akan mengajukan pertanyaan untuk
mendapatkan alasan, bukti dan konfirmasi mengenai objek permasalahan
23
(Noviyanti, 2008). Seorang auditor dalam melaksanakan penugasan audit
di lapangan seharusnya tidak hanya sekedar mengikuti prosedur audit yang
tertera dalam program audit, melainkan juga harus disertai dengan sikap
skeptisme profesionalnya. Standar profesional akuntan publik
mendefinisikan skeptisme profesional sebagai sikap auditor yang
mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi
secara kritis terhadap bukti audit (SPAP 2011, SA seksi 230.05). Panduan
Manajemen Pemeriksaan (PMP) pada Standar Audit Pemerintah (SAP)
butir 4.25 standar umum ketiga menyatakan bahwa “dalam pelaksanaan
audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran
profesionalnya secara cermat dan seksama”. SAP butir 5.11 menyatakan
standar auditing IAI dan SAP mengharuskan beberapa hal berikut:
a. Auditor harus merancang audit agar dapat memberikan keyakinan yang
memadai guna mendeteksi ketidakberesan yang material bagi laporan
keuangan.
b. Auditor harus merancang audit untuk dapat memberikan keyakinan
yang memadai guna mendeteksi ketidakberesan yang material bagi
laporan keuangan.
c. Auditor harus waspada terhadap kemungkinan telah terjadinya unsur
perbuatan melanggar/melawan hukum secara tidak langsung. Jika
informasi khusus yang telah diterima oleh auditor memberikan bukti
tentang adanya kemungkinan unsur perbuatan melawan hukum yang
secara langsung berdampak material terhadap laporan keuangan, maka
24
auditor harus menerapkan prosedur yang secara khusus ditujukan untuk
memastikan apakah suatu unsur perbuatan melanggar/melawan hukum
yang terjadi.
Auditor yang tidak menggunakan Skeptisme profesional hanya
dapat mendeteksi kekeliruan namun belum mampu untuk mendeteksi
adanya kecurangan, dibutuhkan sikap Skeptisme profesional karena
biasanya adanya tindak kecurangan disembunyikan oleh manajemen.
Auditor yang bersikap skeptis tidak akan menerima begitu saja penjelasan
dari klien, namun akan mengajukan pertanyaan untuk mendapatkan alasan,
bukti dan konfirmasi mengenai objek permasalahan (Noviyanti, 2008).
Menurut Quadackers (2009) Skeptisme profesional merupakan sikap
auditor yang selalu menilai secara kritis bukti audit dan mengambil
keputusan audit berdasarkan keahlian auditing yang dimilikinya. Menurut
penelitian yang telah dilakukan oleh Fullerton dan Durtschi (2003) bahwa
terdapat perbedaan karakteristik antara auditor yang memiliki Skeptisme
profesional yang tinggi dibanding auditor yang memiliki Skeptisme
profesional yang rendah dalam mengevaluasi bukti audit yang berujung
kepada kemampuan dalam mendeteksi gejala fraud. Hasilnya auditor yang
memiliki Skeptisme profesional tinggi lebih mampu mendeteksi adanya
gejala fraud
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Silalahi (2013)
Skeptisme profesional dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni: etika,
kompetensi, pengalaman audit, dan situasi audit. Menurut SPA 200
25
(2012), auditor harus mempertahankan Skeptisme profesional sepanjang
audit menyadari kemungkinan bahwa salah saji material sebagai akibat
kecurangan dapat terjadi, walaupun pengalaman masa lau menunjukkan
adanya kejujuran dan integritas manajemen entitas dan pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola. Auditor dalam melaksanakan audit
perlu memperhatikan faktor-faktor yang akan mempengaruhi
pengumpulan bukti audit. Auditor dituntut untuk memiliki sikap
skeptisisme profesional yang tinggi, karena pada akhirnya akan
mempengaruhi opini yang diberikan (Zein, dkk 2009).
C. Pendeteksian Kerugian Daerah
Stabilitas penyelenggaraan program pemerintah dan pembangunan
berkelanjutan dalam iklim ekonomi yang kondusif menjadi dambaan bagi
semua masyarakat. Adanya tindakan kecurangan yang membawa pada
kerugian yang ditimbulkan bagi daerah/negara membawa implikasi yang
cukup besar bagi tercapainya tujuan pembangunan. Sebagai bentuk perlawan
terhadap hukum adanya tindakan yang mengakibatkan timbulnya kerugian
bagi daerah harus ditindak menurut prosedur aturan yang berlaku.
Hal itu dimaksudkan untuk memberikan kepastian hukum dan
meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah. Untuk
mendeteksi adanya temuan kerugian daerah diperlukan institusi yang
berisikan para profesional dengan kualitas kerja yang baik. Kualitas kerja
26
tersebut dapat meningkat seiring dengan pengalaman, pengetahuan, dan sikap
skeptis yang dimiliki para auditor tersebut.
1. Pengertian Kerugian Negara
Berdasarkan UU Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi jo UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang perubahan
UU Nomor 31 Tahun 1999 belum dijelaskan secara jelas mengenai
kerugian negara. Pada penjelasan pasal 32 hanya dijelaskan bahwa yang
dimaksud dengan kerugian keuangan negara/daerah adalah kerugian yang
sudah dapat dihitung jumlahnya berdasarkan hasil temuan instansi yang
berwenang atau akuntan publik yang ditunjuk. Namun mengenai instansi
yang ditunjuk tersebut belum dijelaskan secara lebih lanjut. Dengan
mengacu kepada perundang-undangan yang berlaku maka sekurang-
kurangnya ada tiga instansi yang dimaksud yakni, BPK, BPKP, dan
Inspektorat baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah.
Berdasarkan undang-undang tersebut, kerugian keuangan negara
dapat disebabkan adanya penyalahgunaan wewenang, kesempatan, dan
sarana yang ada pada seseorang dikarenakan jabatan atau kedudukannya
saat ini menjadikan ia memperkaya diri sendiri atau orang lain.
Berdasarkan rumusan keuangan negara sebagaimana yang dimaksud
dalam UU Nomor 31/1999, maka kerugian negara dapat berbentuk:
a. Pengeluaran suatu sumber/kekayaan negara/daerah (dapat berupa uang,
barang) yang seharusnya tidak dikeluarkan.
27
b. Pengeluaran suatu sumber/kekayaan negara/daerah lebih besar dari
yang seharusnya menurut kriteria yang berlaku.
c. Hilangnya sumber/kekayaan negara/daerah yang seharusnya diterima
(termasuk diantaranya penerimaan dengan uang palsu dan barang
fiktif).
d. Penerimaan sumber/kekayaan negara/daerah lebih kecil/rendah dari
yang seharusnya diterima (termasuk penerimaan barang rusak, kualitas
tidak sesuai).
e. Timbulnya suatu kewajiban negara/daerah yang seharusnya tidak ada.
f. Timbulnya suatu kewajiban negara/daerah lebih besar dari yang
seharusnya.
g. Hilangnya suatu hak negara/daerah yang seharusnya dimiliki/diterima
menurut aturan yang berlaku.
h. Hak negara/daerah yang diterima lebih kecil dari yang seharusnya
diterima.
2. Beberapa Hal yang Dapat Merugikan Keuangan Negara
Beberapa hal yang dapat merugikan negara dapat ditinjau dari
beberapa hal, yakni pelaku, sebab, waktu, dan cara penyelesaian.
a. Ditinjau berdasarkan pelaku antara lain:
1) Perbuatan bendaharawan yang dapat menimbulkan kekurangan
perbendaharaan, disebabkan adanya pembayaran, pemberian atau
pengeluaran kepada pihak yang tidak berhak,
pertanggungjawaban/laporan yang tidak sesuai dengan kenyataan,
28
penggelapan, tindak pidana korupsi, dan kecurian dikarenakan
kelalaian.
2) Pegawai negeri non bendaharawan, dapat merugikan keuangan
negara dengan cara antara lain pencurian atau penggelapan,
penipuan, tindak pidana korupsi, dan menaikkan harga atau
merubah mutu barang.
3) Pihak ketiga dapat mengakibatkan kerugian keuangan negara
dengan cara menaikkan harga atas dasar kerjasama dengan pejabat
yang berwenang, dan tidak menepati perjanjian (wanprestasi).
b. Ditinjau berdasarkan sebabnya antara lain:
1) Perbuatan manusia, yakni perbuatan yang disengaja seperti
diuraikan pada bagian sebelumnya, perbuatan yang tidak disengaja,
karena kelalaian, kealpaan, kesibukan atau ketidakmampuan, serta
pengawasan terhadap penggunaan keuangan negara yang belum
memadai.
2) Kejadian alam terkait bencana alam seperti gempa bumi, tanah
longsor, banjir, dan kebakaran . Serta beberapa proses alamiah
seperti membusuk, menguap, mencair, menyusut, dan mengurai.
3) Peraturan perundangan dan atau situasi moneter/perekonomian,
yakni kerugian keuangan negara dikarenakan adanya
pengguntingan uang (sanering), gejolak moneter yang
mengakibatkan turunnya nilai uang sehingga dapat menaikkan
kewajiban negara dan sebagainya.
29
c. Ditinjau berdasarkan waktunya
Tinjauan berdasarkan waktu disini dimaksudkan untuk
menentukan apakah suatu kerugian negara masih dapat dilakukan
penuntunnya atau tidak, baik terhadap bendaharawan, pegawai negeri
non bendaharawan, atau pihak ketiga. Menurut pasal 66 Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
disebutkan:
1) Dalam hal bendahara, pegawai negeri bukan bendahara atau
pejabat lain yang dikenai tuntutan ganti kerugian negara/daerah
berada dalam pengampuan, melarikan diri, atau meninggal dunia,
penuntutan dan penagihan terhadapnya beralih kepada
pengampu/yang memperoleh hak/ahli waris, terbatas pada
kekayaan yang dikelola atau diperolehnya, yang berasal dari
bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat lain yang
bersangkutan.
2) Tanggung jawab pengampu/yang memperoleh hak/ahli waris untuk
membayar ganti kerugian negara/daerah sebagaimana yang
dimaksud pada ayat (1) menjadi hapus apabila dalam waktu 3 (tiga)
tahun sejak keputusan pengadilan yang menetapkan pengampuan
kepada bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat
lain yang bersangkutan melarikan diri atau meninggal dunia,
pengampu/yang memperoleh hak/ahli waris tidak diberi tahu oleh
pejabat yang berwenang mengenai adanya kerugian negara/daerah.
30
Terkait tuntutan ganti rugi yang perlu diperhatikan ketentutan
kadaluwarsa, sebagaimana diatur dalam pasal 65 Undang-Undang
Nomr 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Pada bagian
tersebut dijelaskan bahwa kewajiban bendahara, pegawai bukan
bendahara, atau pejabat lain untuk membayar ganti rugi. Menjadi
kadaluwarsa jika dalam waktu 5 (lima) tahun sejak diketahuinya
kerugian tersebut atau dalam waktu 8 (delapan) tahun sejak terjadinya
kerugian tidak dilakukan penuntutan ganti rugi terhadap yang
bersangutan.
d. Ditinjau berdasarkan cara penyelesaiannya
1) Tuntutan Pidana/Pidana khusus (korupsi)
2) Tuntutan Perdata
3) Tuntutan Perbendaharaan (TP)
4) Tuntutan ganti rugi (TGR)
3. Kerugian Keuangan Negara Ditinjau dari Aspek Akuntansi
Menurut Eric L.Kohler (1975:76) dalam buku A Dictionary for
Accountants, loss adalah:
a. Any items of expenses, as an the term profit and loss.
b. Any sudden, enexpected, involuntary expense on irrecoverable cost,
often reffered to as a form of nonrecurring charge an expenditure from
which no present of future benefit may be expected. Examples: the
underpreciated cost of building destroyed by fire and not covered by
insurance damage paid in an accident suid an amount of mone stolen.
c. The excess of the cost or depreciated cost of an asset over its selling
price.
31
Jika ditinjau dari sisi akuntansi, maka kerugian diakui dalam
laporan laba rugi dikarenakan adanya penurunan manfaat ekonomi masa
depan berkaitan dengan penurunan aset atau kenaikan kewajiban telah
terjadi dan dapat diukur dengan handal. Untuk itu perlu pemahaman
mengenai konsep aset dan konsep kewajiban.
a. Pengertian Aset
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24
Tahun 2005 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan definisi aset
adalah sumber daya ekonomi yang dapat dikuasai dan/atau dimiliki oleh
pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan darimana
manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat
diperoleh, termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk
penyedia jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang
dipelihara karena alasan sejarah dan budaya. Berdasarkan penjelasan
tersebut dapat dirumuskan karakteristik umum aset sebagai berikut:
1) Adanya karakteristik di masa mendatang
2) Adanya pengorbanan ekonomi untuk memperoleh aset
3) Berkaitan dengan entitas tertentu
4) Berkaitan dengan dimensi waktu
5) Berkaitan dengan karakteristik keterukuran
Dengan demikian keuangan ditinjau dari aspek aset entitas
adalah terjadinya penurunan/berkurangnya nilai aset entitas tidak
menghasilkan manfaat ekonomi masa depan atau kalau sepanjang
32
manfaat ekonomi masa depan memenuhi syarat atau tidak lagi
memenuhi syarat, untuk diakui dalam neraca sebagai aset. Dalam
konteks keuangan negara, maka konsep ini diterapkan dalam hal terjadi
pengeluaran suatu sumber/kekayaan negara/daerah (dapat berupa uang,
barang yang seharusnya tidak dikeluarkan), seperti adanya pengeluaran
kas untuk kegiatan fiktif , penggelapan atau aset negara lainnya.
b. Pengertian Kewajiban
Konsep yang dikemukakan oleh IAI (2007) dimana dijelaskan
bahwa kewajiban merupakan hutang perusahaan masa kini yang timbul
karena peristiwa masa lalu. Definisi kewajiban menurut Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan adalah hutang yang timbul dari peraturan masa lalu yang
penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi
pemerintah.
Berdasarkan konsep kewajiban tersebut, maka kerugian
keuangan terjadi dalam hal adanya peningkatan kewajiban entitas, tidak
menghasilkan manfaat ekonomi masa depan atau sepanjang manfaat
ekonomi masa depan tidak memenuhi syarat, atau tidak lagi memenuhi
syarat untuk diakui sebagai aset. Dalam konteks keuangan negara
/daerah yang seharusnya tidak ada, misalnya hutang kepada pihak
ketiga berkaitan dengan pembelian fiktif kendaraan. Kerugian keuangan
negara juga terjadi terkait dengan setiap adanya kewaiban
negara/daerah yang lebih besar dari yang seharusnya.
33
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengertian kerugian
keuangan negara menurut undang-undang sejalan dengan pengertian
kerugian menurut akuntansi sehingga dalam menghitung kerugian
keuangan negara dapat menggunakan teknik-teknik yang lazim
digunakan dalam akuntansi dan auditing. Auditor internal harus
waspada atas kemungkinan terjadinya situasi atau peristiwa yang
menjadi indikasi kecurangan dalam pengelolaan keuangan
negara/daerah. Jika ditemukan adanya indikasi kecurangan hal tersebut
harus segera ditelusuri sampai kepada akar permasalahan penyebab
terjadinya kecurangan tersebut. Maka dari itu penyebab atas kecurangan
yang terjadi harus benar-benar mendapat perhatian bagi auditor yang
melaksanakan tugas audit.
D. Hubungan Antar Variabel
1. Hubungan antara pengalaman dengan pendeteksian kerugian daerah
Dalam melakukan audit dari mulai tahap persiapan sampai dengan
tahap pernyataan pendapat, auditor harus senantiasa bertindak sesuai
dengan keahlian yang dimilikinya, untuk mencapai keahlian tersebut
tentunya harus didukung dengan pengalaman yang dimiliki auditor setelah
ia menempuh pendidikan formalnya (IAI, KAP : 2001). Penelitian yang
dilakukan oleh Masrizal (2010) dan Emawan,dkk (2014) menunjukkan
hasil bahwa pengalaman berpengaruh secara signifikan terhadap
pendeteksian kerugian daerah. Menurut pendapat Tubbs (1992) dalam
34
Noviani dan Bandi (2002) jika seorang auditor berpengalaman maka ia
akan (1) sadar terhadap lebih banyak kekeliruan, (2) auditor memiliki
salah pengertian lebih sedikit mengenai kekeliruan, (3) auditor menjadi
sadar terhadap kekeliruan yang tidak lazim, (4) hal-hal yang terkait dengan
penyebab kekeliruan yang tidak lazim, departemen tempat terjadinya
kekeliruan dan pelanggaran serta tujuan pengendalian internal menjadi
relatif lebih menonjol.
Penelitian yang dilakukan oleh Batubara (2009) bahwa pengalaman
mempunyai pengaruh terhadap pendeteksian penyimpangan. Namun
penelitian yang dilakukan oleh Samsi,dkk (2012) pengalaman mempunyai
pengaruh negatif terhadap kualitas audit. Pengalaman menunjukkan
seberapa lama auditor bekerja pada suatu instansi semakin lama ia bekerja
maka banyak hal yang bisa ia pelajari terutama jika objek pemeriksaan
yang dihadapi memiliki karakteristik yang berbeda-beda tentunya akan
dapat membantu auditor dalam melakukan audit termasuk didalamnya
melakukan pendeteksian terhadap kerugian daerah.
Ha1 : Pengalaman auditor berpengaruh terhadap kemampuan
auditor dalam melakukan pendeteksian kerugian daerah.
2. Hubungan antara pengetahuan audit dengan pendeteksian kerugian daerah
Berdasarkan SPAP 001 mengenai standar umum dijelaskan bahwa
dalam melakukan audit, auditor harus mempunyai keahlian serta
pengetahuan yang cukup. Pengetahuan audit secara signifikan berpegaruh
terhadap pendeteksian kerugian daerah (Masrizal 2010). Penelitian yang
35
dilakukan oleh Batubara (2009) menunjukkan bahwa pengetahuan yang
dimiliki oleh aparat pengawas intern berpengaruh terhadap pendeteksian
penyimpangan.
Pengetahuan auditor dapat diperoleh melalui pendidikan formal
yang dimiliki, diklat, lokakarya, serta seminar yang diikuti dengan
pengetahuan yang ia miliki tentunya akan dapat membantu auditor dalam
melakukan pemeriksaan termasuk didalamnya dalam hal pendeteksian
kerugian daerah.
Ha2 : Pengetahuan berpengaruh terhadap kemampuan auditor
dalam melakukan pendeteksian kerugian daerah
3. Hubungan antara Skeptisme profesional dengan pendeteksian kerugian
daerah
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fulerton dan Durtschi
(2004) mengenai pengaruh Skeptisme profesional terhadap kemampuan
pendeteksian oleh auditor internal maka diperoleh hasil bahwa auditor
yang memiliki sikap Skeptisme profesional yang tinggi cenderung mencari
informasi yang lebih banyak daripada auditor yang memiliki Skeptisme
profesional yang rendah. Informasi yang dimiliki dapat mendukung
auditor internal dalam mendeteksi terjadinya kecurangan. Penelitian yang
dilakukan oleh Noviyanti (2008) menunjukkan bahwa auditor yang diberi
penaksiran resiko kecurangan yang tinggi akan menunjukkan Skeptisme
profesional yang tinggi dalam melakukan pendeteksian kecurangan.
36
Dengan Skeptisme profesional yang dimiliki oleh auditor maka ia
tidak akan mudah begitu saja dalam menerima bukti informasi dan bukti
yang diberikan oleh pihak manajemen melainkan akan melakukan
penelusuran terlebih dahulu. Dengan demikian auditor tersebut akan lebih
mempunyai kualitas audit yang baik termasuk didalamnya dalam hal
pendeteksian kerugian daerah.
Ha3 : Skeptisme profesional berpengaruh terhadap kemampuan
auditor dalam melakukan pendeteksian kerugian daerah
Berdasarkan seluruh uraian mengenai pengaruh pengalaman,
pengetahuan, dan Skeptisme profesional yang telah disebabkan
sebelumnya maka peneliti membuat hipotesis bahwa pengalaman,
pengetahuan dan Skeptisme profesional mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap kemampuan dalam mendeteksi kerugian daerah,
dengan demikian peneliti mengajukan hipotesis yang keempat.
Ha4 : Pengalaman, Pengetahuan dan Skeptisme profesional
berpengaruh terhadap kemampuan auditor dalam
melakukan pendeteksian kerugian daerah
Berikut ini peneliti paparkan mengenai penelitian sebelumnya yang
terkait dengan pengaruh pengalaman, pengetahuan dan skeptisme
profesional terhadap pendeteksian kerugian daerah, seperti terlihat pada
tabel 2.1 berikut.
39
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Judul Penelitian : Pengaruh Pengalaman, Pengetahuan, dan Skeptisme Profesional Auditor Terhadap Pendeteksian Kerugian Daerah
(Studi Pada Inspektorat Provinsi Kalimantan Barat)
Variabel Penelitian : Pengalaman (X1), Pengetahuan (X2), dan Skeptisme Profesional (X3)Auditor Terhadap Pendeteksian Kerugian Daerah (Y)
Bersambung ke halaman selanjutnya
No Peneliti/Judul/Sumber Metodologi
Penelitian
X1
X 2
X3
Y
Hasil
Penelitian
1. Khairudin Batubara
Pengaruh Pengalaman dan Pengetahuan Aparat
Pengawas Intern Pemerintah Terhadap
Pendeteksian Penyimpangan Dengan Intuisi
Sebagai Variabel Intervening ( Studi
Inspektorat Kabupaten Deli Serdang).
Tesis Program Pascasarjana Akuntansi
Universitas Sumatera Utara
Jenis Penelitian :
Kuantitatif
Sumber data : Kuesioner
Sampel : 38 orang staf
Inspektorat Kabupaten Deli
Serdang
Metode Analisis : Analisis
Regresi Sederhana
Variabel Lainnya :
Pendeteksian
Penyimpangan (Dependen),
Intuisi (Variabel
Intervening)
V V
Pengalaman dan Pengetahuan
Aparat Pengawas Intern
Pemerintah melalui intuisi
mempunyai pengaruh secara
signifikan terhadap pendeteksian
penyimpangan
2. Masrizal
Pengaruh Pengalaman dan Pengetahuan Audit
Terhadap Pendeteksian Kerugian Daerah
(Studi Pada Auditor Inspektorat Aceh)
Jenis Penelitian :
Kuantitatif
Sumber Data : Kuesioner
Sampel : 48 Auditor
Inspektorat Aceh
Metode : Analisis Regresi
Berganda
V V V
Pengalaman dan Pengetahuan
auditor secara signifikan
berpengaruh terhadap
pendeteksian kerugian daerah.
40
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Penelitian Terdahulu
Bersambung ke halaman selanjutnya
No Peneliti/Judul/Sumber Metodologi
Penelitian
X1
X 2
X3
Y
Hasil
Penelitian
Sumber : Jurnal Telaah & Riset
Akuntansi Vol. 3 No. 2. Juli 2010 Hal
173-194
3. Putri Noviyani dan Bandi
Pengaruh Pengalaman dan Pelatihan
Terhadap Struktur Pengetahuan
Auditor Tentang Kekeliruan.
Jurnal Simposium Nasional Akuntansi
5, Semarang 2002
Jenis Penelitian :
Kuantitatif
Sumber Data : Kuesioner
Sampel : 42 Auditor yang
bekerja pada KAP di
wilayah Jawa
Metode : Analisis Regresi
Berganda
Variabel Lainnya :
Pelatihan (Independen) dan
Struktur Pengetahuan
Tentang Kekeliruan
(Dependen)
V
Pengalaman auditor tidak
berpengaruh secara positif
terhadap perhatian pada
departemen tempat terjadinya
kekeliruan.
Pelatihan berpengaruh secara
positif terhadap perhatian auditor
pada departemen tempat
terjadinya kekeliruan.
4. I.B.Puja. Emawan, Ni Kadek Sinarwati, dan
Nyoman Trisna Herawati
Pengaruh Pengalaman dan Pengetahuan Audit
Terhadap Temuan Pendeteksian Kerugian
Daerah (Studi Pada Kantor Inspektorat
Kabupaten Klungkung dan Kabupaten
Karangasem).
E-Journal Akuntansi Universitas Pendidikan
Ganesha Vol. 2 No. 1 2014
Jenis Penelitian :
Kuantitatif
Sumber Data : Kuesioner
Sampel : 31 Auditor
Inspektorat Kabupaten
Klungkung dan Kabupaten
Karangasem
Metode : Analisis Regresi
Berganda
V V V
Pengalaman dan Pengetahuan
auditor secara signifikan
berpengaruh terhadap
pendeteksian kerugian daerah
41
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Penelitian Terdahulu
Sumber: Diolah dari berbagai referensi
No Peneliti/Judul/Sumber Metodologi
Penelitian
X1
X 2
X3
Y
Hasil
Penelitian
5. Rosemary Fullerton dan Cindy Durtschi
The Effect of Professional Skeptism on The
Fraud Detection Risk of Internal Auditor
www.ssrn.com diakses tanggal 22 Desember
2013
Jenis Penelitian :
Kuantitatif
Sumber data : Kuesioner
Sampel : 57 Auditor
Internal Florida
Metode Analisis : 3x3
Anova
Variabel Lainnya : Resiko
Pendeteksian Kecurangan
Internal Auditor
(Dependen)
V
Internal auditor dengan skeptisme
profesional tinggi akan
mempunyai kemampuan yang
lebih tinggi dalam mendeteksi
kecurangan.
Pelatihan berpengaruh terhadap
pendeteksian kecurangan dalam
jangka pendek
6. Suzy Noviyanti
Skeptisme Profesional Auditor Dalam
Mendeteksi Kecurangan
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia,
Juni 2008 Vol. 5 No. 1 halaman 102-125
Jenis Penelitian :
Kuantitatif
Sumber data : Kuesioner
Sampel : 118 auditor yang
bekerja pada KAP di DKI
Jakarta
Metode Analisis : 3x3
Anova
Variabel Lainnya :
Mendeteksi Kecurangan
(Dependen)
V
Auditor dengan tingkat
kepercayaan berbasis identifikasi
jika diberi penaksiran risiko
kecurangan yang tinggi akan
menunjukkan skeptisme
profesional yang tinggi dalam
mendeteksi kecurangan.
42
E. Kerangka Pemikiran
Secara sistematik kerangka pemikiran hal tersebut dapat
digambarkan berikut ini.
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Bersambung ke halaman selanjutnya
Variabel Independen Variabel Dependen
Pengalaman (X1)
Tubbs et all., (1992), Batubara et
all., (2009), Masrizal et all (2010),
Emawan,dkk et all (2014)
Skeptisime Profesional (X3)
Fullerton dan Dutsrchi et all., (2004)
Novitanti et all., (2008)
Pendeteksian
Kerugian (Y)
Masrizal et all.,
(2010),Emawan,dkk et
all (2014)
Pengetahuan Audit (X2)
Batubara et all., (2009) dan Masrizal et
all., (2010), Emawan,dkk et all (2014
Metode Analisis : Analisa Regresi Berganda
Uji Kualitas Data:
1. Uji Validitas
2. Uji Reliabilitas
Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
2. Uji Multikolonieritas
3. Uji Heteroskedastisitas
43
Gambar 2.1 (Lanjutan)
(Kerangka Pemikiran)
Uji Hipotesis
1. Uji t
2. Uji F
Hasil Pengujian dan Pembahasan
Kesimpulan, Implikasi, dan Saran
Koefisien Determinasi
44
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh variabel
independen yaitu pengalaman, pengetahuan dan skeptisme profesional auditor
terhadap variabel dependen yaitu pendeteksian kerugian daerah. Populasi
yang diambil pada penelitian ini adalah auditor dan pejabat pengawas yang
bekerja pada Inspektorat Provinsi Kalimantan Barat Jalan. Sutan Syahrir No.3
Pontianak.
B. Metode Penentuan Sampel
Pengambilan sampel pada penelitian ini dengan menggunakan metode
purposive sampling, yaitu penggunaan sampel secara tidak acak karena
mempunyai tujuan atau target tertentu. Pemilihan sampel pada penelitian ini
didasarkan pada pertimbangan (Judgment Sampling). Judgment sampling
berarti tipe pemilihan sampel secara tidak acak yang informasinya diperoleh
dengan menggunakan pertimbangan tertentu yang pada umumnya
disesuaikan dengan tujuan atau masalah tertentu (Indriantoro dan Supomo,
2009: 131). Metode judgment sampling digunakan karena peneliti hanya
memilih sampel yang sesuai dengan tujuan penelitian.
45
C. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dua cara, yaitu
penelitian pustaka dan penelitian lapangan.
1. Penelitian Pustaka (Library Research)
Kepustakaan merupakan bahan utama dalam penelitian data sekunder
(Indriantoro dan Supomo, 2009:150). Peneliti memperoleh data yang
berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti melalui buku, jurnal,
skripsi, atau berbagai bentuk terbitan periodik baik secara manual ataupun
komputer.
2. Penelitian Lapangan (Field Research)
Data utama penelitian ini diperoleh melalui penelitian lapangan, dimana
peneliti memperoleh data secara langsung dari pihak pertama (data
primer). Pada penelitian ini, yang menjadi subjek penelitian adalah auditor
yang bekerja pada Inspektorat Provinsi Kalimantan Barat . Pengumpulan
data kuesioner dilakukan dengan teknik personally administered
questionnaires, yaitu kuesioner disampaikan dan dikumpulkan langsung
oleh peneliti (Indriantoro dan Supomo, 2009:154).
C. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan oleh peneliti adalah statistik
deskriptif, uji kualitas data, uji asumsi klasik dan uji hipotesis.
1. Statistik Deskriptif
46
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data
yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum,
minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi)
(Ghozali, 2011:19).
2. Uji Kualitas Data
Untuk melakukan uji kualitas data atas data primer ini, maka
peneliti menggunakan uji validitas dan reliabilitas.
a. Uji Validitas
Pada penelitian ini validitas dapat diukur dengan melakukan
korelasi bivariate antara masing-masing skor indikator dengan total
skor variabel. Pengujian validitas dilakukan untuk menguji apakah
pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner telah sesuai mengukur konsep
yang dimaksud dengan uji korelasi Pearson. Pengujian validitas dalam
penelitian ini menggunakan Pearson Correlation yaitu dengan cara
menghitung korelasi antara nilai yang diperoleh dari pertanyaan-
pertanyaan, pedoman suatu model dikatakan valid jika tingkat
signifikansinya dibawah 0,05.
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur konsistensi jawaban
responden. Suatu kuesioner dikatakan reliable, jika jawaban responden
terhadap pertanyaan selalu konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.
Pengukuran reliabilitas dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu:
1) Repeated Measure atau pengukuran ulang.
47
2) One Shot atau pengukuran sekali saja, artinya pengukuran hanya
dilakukan sekali dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan
pertanyaan lain atau dengan kata lain mengukur korelasi antar
jawaban pertanyaan.
Kriteria pengujian ini dilakukan dengan menggunakan pengujian
Cronbach Alpha (α). Suatu variabel dikatakan reliable jika
memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,70 (Nunually, 1994) dalam
(Ghozali, 2011:48).
3. Uji Asumsi Klasik
Untuk melakukan uji asumsi klasik atas data primer ini, maka
peneliti melakukan uji multikolonieritas, uji normalitas dan uji
heterokedastisitas.
a. Uji Multikolonieritas
Uji mulitikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Uji
multikolonieritas dapat dilihat dari nilai tolerance dan Variance
Inflantion Factor (VIF) serta besaran korelasi antar variabel independen
(Ghozali, 2011:105). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat
problem multikolonieritas (multiko). Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Suatu
model regresi dapat dikatakan bebas multiko jika mempunyai VIF di
sekitar angka 1 dan mempunyai angka tolerance mendekati 1,
sedangkan jika dilihat dengan besaran korelasi antar variabel
48
independen, maka suatu model regresi dapat dikatakan bebas multiko
jika koefisien korelasi antar variabel independen tersebut lemah
(dibawah 0,5). Jika korelasinya kuat, maka terjadi problem multiko
(Santoso, 2004:203-206).
b. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah di dalam model
regresi data penelitian kita mempunyai distribusi normal atau tidak.
Model regresi yang baik adalah model yang memiliki distribusi normal
atau mendekati normal. Dalam penelitian ini, uji normalitas
menggunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov. Suatu variabel
dikatakan normal jika mempunyai pola seperti distribusi normal jika
mempunyai probabilitas signifikansi > 0,05 (Ghozali, 2011:34).
c. Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
suatu model regresi terjadi kesamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain atau tidak. Uji heterokdastisitas
dapat dilihat dengan menggunakan grafik plot antara nilai prediksi
variabel terikat (ZPRED) dengan residual (SRESID). Jika grafik plot
menunjukkan suatu pola titik seperti titik yang bergelombang atau
melebar kemudian menyempit, maka dapat disimpulkan bahwa telah
terjadi heterokedastisitas. Tetapi jika grafik plot tidak membentuk pola
yang jelas, maka tidak terjadi heterokedasrisitas (Ghozali, 2011:139).
4. Koefisien Determinasi
49
Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + e
Koefisien determinasi (R2) pada intinya adalah mengukur seberapa
jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.
Nilai koefisien determinasi adalah antara 0 (nol) dan 1 (satu). Nilai R2
yang kecil menggambarkan kemampuan variabel-variabel independen
dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Jika nilai
mendekati 1 (satu) berarti variabel-variabel independen memberikan
hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi
variabel dependen (Ghozali, 2011:97).
5. Uji Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan analisis
regresi berganda. Model regresi berganda bertujuan untuk memprediksi
besar variabel dependen dengan menggunakan data variabel independen
yang sudah diketahui besarnya (Santoso, 2004:163). Model ini digunakan
untuk menguji pengaruh dua atau lebih variabel independen terhadap
variabel dependen dengan skala pengukuran interval atau rasio dalam
suatu persamaan linier (Indriantoro dan Supomo, 2009:211). Variabel
independen terdiri dari pengalaman, pengetahuan, dan skeptisme
profesional. Sedangkan variabel dependennya adalah pendeteksian
kerugian daerah.
Rumus regresi berganda yang digunakan adalah sebagai berikut:
Keterangan:
50
Y : Pendeteksian Kerugian Daerah
a : Konstanta (harga Y, bila X=0)
b1-3 : Koefisien regresi (menunjukkan angka peningkatan atau
penurunan variabel dependen yang didasarkan pada hubungan
nilai variabel independen)
X1 : Pengalaman
X2 : Pengetahuan
X3 : Skeptisisme Profesional
e : error
Pengujian selanjutnya dalam menganalisis regresi berganda dengan
menggunakan :
a. Uji Statistik t
Uji Statistik t dapat menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi
variabel dependen. Selain itu uji statistik t juga digunakan untuk
mengetahui ada atau tidaknya pengaruh masing-masing variabel secara
individual terhadap variabel dependen yang di uji pada tingkat
signifikansi 0,05 (Ghozali, 2011:98). Menurut Santoso (2004:168),
dasar pengambilan keputusan uji statistik t adalah sebagai berikut:
1) Jika nilai probabilitas sig lebih kecil dari probabilitas 0,05 atau (sig ≤
0,05), maka Ha diterima dan Ho ditolak. Artinya variabel independen
secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
variabel dependen.
51
2) Jika nilai probabilitas sig lebih besar dari probabilitas 0,05 atau (sig
≥ 0,05), maka Ha ditolak dan Ho diterima. Artinya variabel
independen secara parsial tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap variabel dependen.
b. Uji Statistik F
Uji statistik F dapat menunjukkan apakah semua variabel
independen pada penelitian yang dimasukkan ke dalam model regresi
mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen
atau tidak. Uji statistik F juga dapat digunakan untuk mengetahui
pengaruh semua variabel independen yang dimasukkan ke dalam model
regresi secara bersama-sama terhadap variabel independen yang di uji
pada tingkat signifikan 0,05 (Ghozali, 2011:98). Menurut Santoso
(2004:120), dasar pengambilan uji statistik F adalah sebagai berikut:
1) Jika nilai probabilitas sig lebih kecil dari probabilitas 0,05 atau (sig ≤
0,05), maka Ha diterima dan Ho ditolak. Artinya semua variabel
independen pada penelitian tersebut mempunyai pengaruh secara
bersama-sama terhadap variabel dependen.
2) Jika nilai probabilitas sig lebih besar dari probabilitas 0,05 atau (sig
≥ 0,05), maka Ha ditolak dan Ho diterima. Dengan demikian variabel
independen pada penelitian tersebut tidak mempunyai pengaruh yang
hasilnya adalah sama terhadap variabel dependen.
6. Definisi Operasionalisasi Variabel dan Pengukurannya
52
Pada bagian ini akan diuraikan definisi dari masing-masing
variabel yang digunakan berikut dengan definisi operasional dan cara
pengukurannya.
a. Pengalaman (X1)
Pengalaman adalah masa kerja auditor pada suatu institusi dalam
melakukan aktivitas audit. Auditor yang memiliki banyak jam terbang,
maka kemampuannya dalam mengaudit dapat meningkat. Instrumen
pengukuran variabel ini menggunakan pertanyaan yang dibuat oleh
Batubara (2009) dan Masrizal (2010) ditambah dengan pengembangan
pertanyaan oleh peneliti terhadap pertanyaan yang dirasa peneliti perlu.
Terdiri dari 10 (sepuluh) item pertanyaan dengan menggunakan skala
interval (interval scale) 5 poin dari sangat tidak setuju (1), tidak setuju
(2), netral (3) setuju (4) sampai sangat setuju (5).
b. Pengetahuan (X2)
Pengetahuan auditor dapat diperoleh melalui tingkat pendidikan
dan berbagai kegiatan pelatihan yang diikuti oleh auditor tersebut.
Variabel ini diukur menggunakan instrumen pertanyaan yang dibuat
oleh Masrizal (2010) ditambah pengembangan pertanyaan yang dibuat
oleh peneliti dengan menggunakan skala interval. Setiap responden
diminta untuk menjawab 12 (dua belas) item pertanyaan dengan 5 poin
penilaian dari sangat tidak setuju (1), tidak setuju (2), netral (3) setuju
(4) sampai sangat setuju (5).
c. Skeptisme Profesional (X3)
53
Skeptisme profesional merupakan sikap kritis audior yang selalu
mempertanyakan secara kritis setiap bukti audit yang diperoleh.
Variabel ini menggunakan instrumen pertanyaan yang dibuat oleh
Noviyanti (2008) dengan pengembangan pertanyaan oleh peneliti dan
diukur dengan menggunakan 10 (sepuluh) item pertanyaan. Peneliti
menggunakan skala interval (likert) 5 poin berdasarkan penilaian dari
sangat tidak setuju (1), tidak setuju (2), netral (3) setuju (4) sampai
sangat setuju (5)
d. Pendeteksian Kerugian Daerah (Y)
Pendeteksian kerugian daerah merupakan upaya yang dilakukan
oleh auditor terhadap suatu indikasi. Indikasi tersebut merupakan suatau
tindakan kecurangan dan berpotensi melawan hukum Sedangkan untuk
instrumen pertanyaannya peneliti menggunakan 10 (sepuluh)
pertanyaan yang dibuat oleh Masrizal (2010) yang telah dikembangkan.
dengan menggunakan skala interval 5 poin dari sangat tidak setuju (1),
tidak setuju (2), netral (3) setuju (4) sampai sangat setuju (5).
Variabel Sub Variabel Indikator No Skala
54
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel Penelitian
Bersambung ke halaman berikutnya
Tabel 3.1 (Lanjutan)
Overasionalisasi Variabel Penelitian
Pengalaman (X1)
(Batubara,2009)
dan Masrizal
(2010)
Lama Kerja Lama keja sebagai
auditor
1
Interval
Intensitas Penugasan dan
pengembangan karir
Menghasilkan
temuan yang lebih
baik
2
Meningkatkan karir
sebagai auditor
3
Meningkatkan
kualitas temuan audit
4
Kemampuan kerja Mampu mengetahui
kekeliruan dan
kecurangan
5
Mampu mengatasi
permasalahan
6
Dapat mendeteksi
kecurangan
7
Dapat membuat
keputusan
Mampu membuat
keputusan
8
Banyak Pengalaman Meningkatkan
kemampuan dalam
mendeteksi kerugian
10
Pendidikan formal Menunjang karir 1 Interval
Lebih terampil 2
Pengetahuan mengenai
audit
Sertifikasi
Penjenjangan
Auditor
3
55
Variabel Sub Variabel Indikator No. Skala Pengetahuan
(X2)
(Masrizal,
2010)
Pengetahuan dapat
diperoleh dari
berbagai tugas
pemeriksaan
4 Interval
Memiliki
pengetahuan lain
seperti komputer,
komunikasi,
psikologi, hukum,
dll
5
Mengikuti berbagai
Diklat, Bimtek
Seminar,dan Lokakarya
yang pernah diikuti
Menunjang
keterampilan audit
6
Mengetahui
Standar Akuntansi
Pemerintahan
(SAP) dan Standar
Pemeriksaan
Keuangan Negara
(SPKN)
7
Meningkatkan
kemampuan teknis
8
Memiliki keahlian
khusus
9
Mendukung Tugas
Audit
10
Seluruh pengetahuan
audit
Bermanfaat bagi
pelaksanaan audit
11
Memahami
karakteristik objek
pemeriksaan
Dilakukan sebelum
melakukan
kegiatan audit
12
Bersambung ke halaman selanjutnya
Tabel 3.1 (lanjutan)
Operasionalisasi Variabel Penelitian
56
Variabel Sub variabel Indikator No Skala Skeptisme
Profesional (X3)
(Noviyanti,2008)
Evaluasi bukti audit Pikiran yang
penuh pertanyaan
1 Interval
Memiliki
penilaian kritis
2
Tidak cepat dalam
mengambil
keputusan
3
Memahami penyedia
bukti
Memahami antar
perseorangan
4
Mengambil tindakan
Bersikap percaya
diri
5
Memiliki
keteguhan hati
6
Sikap skeptis Memperluas
lingkup pencarian
informasi
7
Menemukan bukti
audit yang
kontradiktif
8
Melihat solusi
alternatif
9
Meningkatkan
kecermatan
10
Pendeteksian
kerugian daerah
(Y)
(Sumber:
Masrizal, 2010)
Masa Audit Kecukupan waktu
untuk audit secara
mendalam
1 Interval
Peluang waktu
yang sedikit
difokuskan pada
penyimpangan
anggaran
2
Senang terhadap
seluruh aspek
yang menjadi
sasaran kegiatan
pemeriksaan
3
Banyaknya kegiatan yang
diaudit Banyaknya obrik
pemeriksaan
4
Bersambung ke halaman berikutnya
Tabel 3.1 (lanjutan)
Operasionalisasi Variabel Penelitian
57
Variabel Sub Variabel Indikator No Skala
Senantiasa Mencari
berbagai
penyimpangan
5
Nilai temuan yang
diperoleh Menekankan
penyimpangan
terhadap keuangan
6 Interval
Mendeteksi
kerugian daerah
berdasarkan besar
kecilnya nilai
keuanga
7
Mengangkat
temuan baik besar
maupun kecil
8
Penyebab penyimpangan
yang dilakukan Tetap mengangkat
penyimpangan
yang disebabkan
lemahnya
pengendalian
internal
9
Mencari penyebab
penyimpangan
keuangan daerah
10
Sumber: Diolah dari berbagai referensi
58
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas tentang Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Responden dalam penelitian ini adalah seluruh aparat pengawas
intern pemerintah yang bekerja pada Inspektorat Pemerintah Provinsi
Kalimantan Barat. Kriteria auditor itu sendiri adalah pegawai yang telah
memenuhi syarat baik sebagai auditor maupun pejabat pengawas
dibuktikan dengan telah dikeluarkannya surat keputusan sebagai auditor
maupun pejabat pengawas dan telah memiliki pengalaman sebagai aparat
pengawas intern pemerintah sekurang kurangnya 2 tahun.
Pengumpulan data dilaksanakan melalui penyebaran kuesioner
secara langsung yang peneliti lakukan kepada para responden. Penyebaran
kuesioner dilakukan pada satu tahap. Penyebaran kuesioner dilakukan
pada periode 3 Februari – 13 Maret 2014. Kuesioner yang disebar
berjumlah 56 buah dan jumlah yang kembali berjumlah 56 buah atau
100%, namun kuesioner yang dapat diolah hanya berjumlah 52 buah atau
92,8 % sedangkan sisanya 4 buah atau 7,1 % tidak dapat diolah oleh
peneliti. Kuesioner yang tidak dapat diolah dikarenakan responden yang
mengisi kuesioner masih belum memiliki sertifikasi sebagai aparat
pengawas intern pemerintah (APIP).
59
pengawas intern pemerintah sehingga responden bukanlah sumber daya
yang tepat dijadikan sampel dalam penelitian.
Data mengenai sampel penelitian dapat dilihat dalam tabel 4.1.
Tabel 4.1
Data Sampel Penelitian
No. Keterangan Jumlah Persentase
1. Jumlah kuesioner yang disebar 56 100%
2. Jumlah kuesioner yang tidak
kembali 0 0%
3. Jumlah kuesioner yang kembali 56 100%
4. Jumlah kuesioner yang tidak
dapat diolah 4 7,1%
5. Jumlah kuesioner yang dapat
diolah 52 92,9%
Sumber: Data primer yang diolah
2. Profil Tempat Penelitian
a. Sekilas tentang Inspektorat Provinsi Kalimantan Barat
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun
2007 tentang Pedoman Teknis Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat
Provinsi dan Kabupaten/Kota disebutkan bahwa Inspektorat Provinsi
merupakan aparat pengawas fungsional yang berada dibawah dan
bertanggungjawab kepada gubernur. Inspektorat provinsi mempunyai
tugas melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan urusan pemerintahan
di daerah provinsi, pelaksanaan pembinaan atas penyelenggaraan
pemerintahan daerah kabupaten/kota dan pelaksanaan urusan
pemerintahan di daerah kabupaten/kota. Inspektorat provinsi
melaksanakan tugas untuk menyelenggarakan fungsi:
1) Perencanaan program pengawasan.
60
2) Perumusan kebijakan dan fasilitasi kebijakan
3) Pemeriksaan, pengusutan, pengujian dan penilaian tugas pengawasan.
Dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun
2007 tentang Pembagian urusan Pemerintahan antara Pemerintahan
Daerah Provinsi dan Pemeritahan Daerah Kabupaten/ Kota, maka
disusunlah Peraturan Gubernur Nomor 69 Tahun 2008 tentang Tugas
Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Inspektorat Provinsi Kalimantan Barat
dengan ketentuan, Pemerintah Daerah adalah Penyelenggara Urusan
Pemerintah oleh Pemerintah Daerah dan DPRD menurut asas Otonomi
dan Tugas Pembantuan dengan Prinsip Otonomi seluas-luasnya dalam
sistem dan Prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan
memberikan sebagai kewenangan kepada Inspektorat Provinsi untuk
melaksanakan pengawasan terhadap penyelenggaraan Pemerintah
Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota serta melaksanakan sebagian
Tugas Dekonsentrasi dan Pembantuan yang diserahkan oleh Gubernur
sesuai dengan lingkup tugasnya.
61
b. Struktur Organisasi Inspektorat Provinsi Kalimantan Barat
Gambar 4.1
Struktur Organisasi Inspektorat Provinsi
Diolah : Dari berbagai sumber
c. Visi dan Misi Inspektorat Provinsi Kalimantan Barat
1) Visi : Terwujudnya akuntabilitas dan profesionalisme
pengawasan penyelenggaraan pengawasan yang handal di
bidangnya.
2) Misi :
a) Meningkatkan kualitas sumber daya aparatur pengawas yang
handal di bidangnya.
b) Meningkatkan percepatan penyelesaian tindak lanjut hasil
pengawasan.
INSPEKTUR
Kelompok Jabatan
Fungsional
Sekretaris
Sub Bagian Renker &
Monev
Sub Bagian
Umum & Aparatur
Sub Bagian Keuangan dan Asset
IRBAN WIL I IRBAN WIL II IRBAN WIL III IRBAN WIL IV
KasiWasPembid Pemerintahan
KasiWasPembid
Pemb & Kemasyarakatan
KasiWasPembid Pemerintahan
KasiWasPembid
Pemb & Kemasyarakatan
KasiWasPembid Pemerintahan
KasiWasPembid Pemb & Kemasyaratakatan
KasiWasPembid Pemerintahan
KasiWasPembid Pemb & Kemasyarakatan
62
c) Meningkatkan kualitas pengawasan yang profesional di bidang
penyelenggaraan pemerintah daerah yang ersih serta bebas dari
korupsi, kolusi, dan nepotisme.
3. Karakteristik Responden
a. Deskripsi responden berdasarkan jenis kelamin
Tabel 4.2
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Pria 37 71.2 71.2 71.2
Wanita 15 28.8 28.8 100.0
Total 52 100.0 100.0
Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.2 diatas, jumlah responden pria terlihat
lebih dominan dibandingkan dengan responden wanita, yakni sebesar
37 orang atau 71,2% sedangkan responden wanita hanya berjumlah 15
orang atau 28,8%. Hal ini sesuai dengan bukti yang peneliti temukan
dalam lapangan, dimana lebih banyak pegawai berjenis kelamin pria
yang bekerja dikantor dibanding pegawai wanita.
63
b. Deskripsi responden berdasarkan usia
Tabel 4.3
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Usia
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid <21 tahun
21-30 tahun
0
4
0.0
7.7
0.0
7.7
0.0
7.7
31-40 tahun 5 9.6 9.6 17.3
41-50 tahun 26 50 50 67.3
>50 tahun 17 32.7 32.7 100.0
Total 52 100.0 100.0
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.3 diatas, menunjukkan bahwa tidak terdapat responden
yang berusia dibawah 20 tahun. Menurut data yang diperoleh dari
bagian umum pegawai yang paling muda berusia 25 tahun dan belum
mempunyai sertifikasi sebagai auditor. Responden yang berusia 21-30
tahun ada sebanyak 4 orang atau sebesar 7,7%. Jumlah tersebut hanya
berbeda sedikit dengan responden pada interval usia 31-40 tahun yaitu
sebanyak 5 orang atau 9,6%. Selanjutnya yaitu responden dengan usia
41-50 tahun dengan jumlah 26 orang atau 50% dari total keseluruhan
responden, responden pada interval ini merupakan jenis responden yang
paling banyak. Jumlah responden dengan usia diatas 50 tahun sebanyak
17 orang atau 32,7%. Berdasarkan hasil riset yang peneliti lakukan,
responden pada kedua interval tersebut merupakan auditor yang telah
lebih lama bekerja sebagai pegawai negeri sipil dengan pengalaman
sebagai auditor diatas 5 tahun.
64
c. Deskripsi responden berdasarkan lama menjadi auditor
Tabel 4.4
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Lama Menjadi Auditor
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 2-5 tahun
6-10 tahun
8
27
15.4
51.9
15.4
51.9
15.4
67.3
11-15 tahun 16 30.8 30.8 98.1
16-20 tahun 1 1.9 1.9 100.0
>20 tahun 0 0 0
Total 52 100.0 100.0
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.4 diatas menunjukkan bahwa mayoritas auditor telah
bertugas selama periode waktu 6-10 tahun dengan jumlah 27 auditor
dengan persentase 51.9%. Auditor dengan masa tugas 2-5 tahun
sebanyak 8 auditor dengan persentase 15.4%. Auditor dengan masa
tugas antara 11-15 tahun sebanyak 16 auditor dengan persentase 30.8%.
Auditor dengan masa tugas antara 16-20 tahun sebanyak 1 orang
dengan persentase 1.9%. Serta tidak terdapat auditor dengan masa tugas
lebuh dari 20 tahun.
d. Deskripsi responden berdasarkan tingkat pendidikan
Tabel 4.5
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid SMA/SMK
D3
8
1
15.4
1.9
15.4
1.9
15.4
17.3
S1 32 61.5 61.5 78.8
S2 11 21.2 21.2 100.0
Total 52 100.0 100.0
Sumber: Data primer yang diolah
65
Berdasarkan tabel 4.5 diatas menunjukkan bahwa sebagian besar
auditor berlatar belakang pendidikan strata 1 yakni sebanyak 32 auditor
dengan persentase 61.5%. Auditor dengan latar belakang pendidikan
SMU/SMK sebanyak 8 orang dengan persentase 15.4%. Auditor
dengan latar belakang pendidikan strata 2 sebanyak 11 orang dengan
persentase 21.2%. Serta auditor dengan latar belakang pendidikan
vokasi sebanyak 1 orang dengan persentase 1.9%.
e. Deskripsi responden berdasarkan jabatan
Tabel 4.6
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Tingkat Jabatan
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulaive
Percent
Valid : Jabatan Fungsional Umum
Auditor Penyelia
Auditor Pelaksana
Auditor Pelaksana Lanjutan
Auditor Ahli Pertama
Auditor Ahli Muda
Auditor Ahli Madya
Pengawas Pertama
Pengawas Muda
Pengawas Madya
Inspektur Pembantu
Sekretaris Inspektur
Total
8
1
1
3
5
4
9
3
5
9
2
2
52
15.4
1.9
1.9
5.8
9.6
7.7
17.3
5.8
9.6
17.4
3.8
3.8
100.0
15.4
1.9
1.9
5.8
9.6
7.7
17.3
5.8
9.6
17.4
3.8
3.8
100.0
15.4
17.3
19.2
25
34.6
42.3
59.6
65.4
75
92.4
96.2
100.0
Sumber: Data primer yang diolah
66
f. Deskripsi responden berdasarkan jumlah diklat yang diikuti
Tabel 4.7
Hasil Uji Deskripsi Responden Berdasarkan Jumlah Diklat Yang
Diikuti
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 1-5 kali
6-10 kali
17
0
10
32.7
19.3
32.7
19.3
32.7
52
11-20 kali 19 36.5 36.5 88.5
21-30 kali 6 11.5 11.5 100.0
Total 52 100.0 100.0
Sumber: Data primer yang diolah
Dari tabel 4.7 tersebut dapat diperoleh informasi bahwa
sebagian besar auditor telah mengikuti diklat sebanyak kurang dari 11-
20 kali dengan jumlah 19 auditor persentasenya 36.5%. Sebanyak 17
auditor dengan persentase 32.7% telah mengikuti diklat sebanyak 1-5
kali. Auditor yang telah mengikuti diklat sebanyak 6-10 kali sebanyak
10 auditor dengan persentase 19.3%. Terdapat 6 auditor yang telah
mengikuti diklat sebanyak 21-30 kali dengan persentase 11.5%.
B. Hasil Instrumen Penelitian
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif
Variabel-variabel dalam penelitian ini telah diuji menggunakan uji
statistik deskriptif. Hasil pengujian tersebut dapat dilihat pada tabel 4.8.
67
Tabel 4.8
Hasil Uji Statistik Deskriptif
T
a
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.8 menjelaskan bahwa variabel pengalaman jawaban
minimum responden sebesar 27 dan maksimum sebesar 45, dengan rata-
rata total 39,13 dan standar deviasi 4,512. Pada variabel pengetahuan
minimum responden sebesar 32 dan maksimum sebesar 58, dengan rata-
rata total 47,50 dan standar deviasi 5,779. Variabel skeptisme profesional
jawaban minimum responden sebesar 27 dan maksimum sebesar 46,
dengan rata-rata total 40,50 dan standar deviasi 3,293. Dan yang terakhir
adalah variabel pendeteksian kerugian daerah jawaban minimum
responden 26 dan maksimum 45, dengan rata-rata total 40,35 dan standar
deviasi 3,890.
2. Hasil Uji Kualitas Data
a. Hasil Uji Validitas
Uji validitas data digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya
suatu kuesioner. Jika korelasi antara skor pada masing-masing butir
pertanyaan dengan total skor mempunyai tingkat signifikansi dibawah
0,05 maka butir pertanyaan tersebut dikatakan valid (Ghozali, 2005:45).
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
TPe 52 27 45 39,13 4,512
TPt 52 32 58 47,50 5,779
TSke 52 27 46 40,50 3,293
TPd 52 26 45 40,35 3,890
Valid N (listwise) 52
68
Tabel 4.9
Hasil Uji Validitas Pengalaman
Butir
Pertanyaan
Pearson
Correlation
Sig. (2-
tailed) Keterangan
Pe 1 .586** .000 Valid
Pe 2 .607** .000 Valid
Pe 3 .245** .080 Tidak Valid
Pe 4 .751** .000 Valid
Pe 5 .817** .000 Valid
Pe 6 .774** .000 Valid
Pe 7 .648** .000 Valid
Pe 8 .774** .000 Valid
Pe 9 .669** .000 Valid
Pe 10 .569** .000 Valid
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.9 memperlihatkan hasil bahwa variabel pengalaman
terdapat satu pertanyaan yang tidak valid yakni pertanyaan no 3 (Pe 3)
dengan nilai signifikansi diatas 0,05 namun untuk pertanyaan lain telah
valid dengan nilai signifikansi dibawah 0,05. Untuk pertanyaan yang
tidak valid akan dilakukan pengujian ulang tanpa memasukkan
pertanyaan yang tidak valid.
Tabel 4.10
Hasil Uji Validitas Pengalaman
(Setelah Dikurangi Pertanyaan Yang Tidak Valid)
Butir
Pertanyaan
Pearson
Correlation
Sig. (2-
tailed) Keterangan
Pe 1 .624** .000 Valid
Pe 2 .640** .000 Valid
Pe 4 .753** .000 Valid
Pe 5 .827** .000 Valid
Pe 6 .768** .000 Valid
Pe 7 .623** .000 Valid
Pe 8 .802** .000 Valid
Pe 9 .658** .000 Valid
Pe 10 .593** .000 Valid
Sumber: Data primer yang diolah
69
Tabel 4.10 memperlihatkan hasil bahwa semua pertanyaan telah
valid dengan nilai signifikansi dibawah 0,05. Untuk selanjutnya hasil
dari pertanyaan tabel 4.10 tersebut yang akan dijadikan sebagai acuan.
Tabel 4.11
Hasil Uji Validitas Pengetahuan
Butir
Pertanyaan
Pearson
Correlation
Sig. (2-
tailed) Keterangan
Pt 1 .703** .000 Valid
Pt 2 .678** .000 Valid
Pt 3 .436** .000 Valid
Pt 4 .547** .000 Valid
Pt 5 .629** .000 Valid
Pt 6 .776** .000 Valid
Pt 7 .717** .000 Valid
Pt 8 .699** .000 Valid
Pt 9 .698** .000 Valid
Pt 10 .641** .000 Valid
Pt 11 .583** .000 Valid
Pt 12 .506** .000 Valid
Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.11 dapat diketahui bahwa seluruh item
pertanyaan dinyatakan valid dengan tingkat signifikansi dibawah 0,05
Tabel 4.12
Hasil Uji Validitas Skeptisme Profesional
Butir
Pertanyaan
Pearson
Correlation
Sig. (2-
tailed) Keterangan
Ske 1 .553** .000 Valid
Ske 2 .451** .001 Valid
Ske 3 .643** .000 Valid
Ske 4 .448** .000 Valid
Ske 5 .715** .000 Valid
Ske 6 .551** .000 Valid
Ske 7 .516** .000 Valid
Ske 8 .609** .000 Valid
Ske 9 .389** .004 Valid
Ske 10 .466** .000 Valid
Sumber: Data primer yang diolah
70
Tabel 4.12 menunjukkan bahwa variabel skeptisme profesional
memiliki kriteria valid untuk setiap item pertanyaan dengan nilai
signifikansi lebih kecil dari 0,05. Hal ini berarti semua item pernyataan
yang digunakan dalam penelitian ini mampu mengungkapkan sesuatu
yang diukur pada kuesioner tersebut.
Tabel 4.13
Hasil Uji Validitas Pendeteksian Kerugian Daerah
Butir
Pertanyaan
Pearson
Correlation
Sig. (2-
tailed) Keterangan
Pd 1 .641** .000 Valid
Pd 2 .239** .088 Tidak Valid
Pd 3 .551** .000 Valid
Pd 4 .775** .000 Valid
Pd 5 .794** .000 Valid
Pd 6 .814** .000 Valid
Pd 7 .503** .000 Valid
Pd 8 .767** .000 Valid
Pd 9 .509** .000 Valid
Pd 10 .617** .000 Valid
Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.13 dapat diketahui terdapat satu item
pertanyaan yang tidak valid yakni pertanyaan nomor 2 (Pd 2) dengan
nilai siginifikan 0,088 atau di atas 0,05, namun untuk pertanyaan lain
telah valid. Untuk pertanyaan yang tidak valid maka akan dilakukan
pengujian ulang tanpa memasukkan pertanyaan yang tidak valid.
71
Tabel 4.14
Hasil Uji Validitas Pendeteksian Kerugian Daerah
(Setelah Dikurangi Pertanyaan Yang Tidak Valid)
Butir
Pertanyaan
Pearson
Correlation
Sig. (2-
tailed) Keterangan
Pd 1 .622** .000 Valid
Pd 3 .594** .000 Valid
Pd 4 .775** .000 Valid
Pd 5 .816** .000 Valid
Pd 6 .822** .000 Valid
Pd 7 .526** .000 Valid
Pd 8 .758** .000 Valid
Pd 10 .478** .000 Valid
TPd .647** .000 Valid
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.14 menunjukkan bahwa variabel pendeteksian kerugian
daerah memiliki kriteria valid untuk setiap item pertanyaan setelah
dikurangi pertanyaan yang tidak valid dengan nilai signifikansi lebih
kecil dari 0,05. Hal ini berarti semua item pernyataan yang digunakan
dalam penelitian ini mampu mengungkapkan sesuatu yang diukur pada
kuesioner tersebut.
b. Hasil Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk menilai konsistensi dari
instrumen penelitian. Suatu instrumen penelitian dapat dikatakan
reliabel jika nilai Cronbach Alpha berada diatas 0,7. Tabel 4.15
menunjukkan hasil uji reliabilitas untuk empat variabel penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini.
72
Tabel 4.15
Hasil Uji Reliabilitas
No Variabel Cronbach’s
Alpha
N of items Keterangan
1 Pengalaman .871 9 Reliabel
2 Pengetahuan .855 12 Realibel
3 Skeptisme Profesional .717 10 Realibel
3 Pendeteksian Kerugian
daerah
.852 9 Realibel
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.15 menunjukkan nilai cronbach’s alpha atas variabel
pengalaman sebesar 0,871 pengetahuan sebesar 0,855, skeptisme
profesional 0,717, pendeteksian kerugian daerah sebesar 0,852. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa pertanyaan dalam kuesioner ini
reliabel karena mempunyai nilai cronbach’s alpha lebih besar dari 0,7.
Hal ini menunjukkan bahwa setiap item pernyataan yang digunakan
akan mampu memperoleh data yang konsisten yang berarti bila
pernyataan itu diajukan kembali akan diperoleh jawaban yang relatif
sama dengan jawaban sebelumnya.
3. Hasil Uji Asumsi Klasik
a. Hasil Uji Multikolonieritas
Untuk mendeteksi adanya problem multiko, maka dapat
dilakukan dengan melihat nilai Tolerance dan Variance Inflation
Factor (VIF).
73
Tabel 4.16
Hasil Uji Multikolonieritas
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
Pengalaman .513 1.948
Pengetahuan .534 1.872
Skeptisme .935 1.070
a. Dependent Variable: Pendeteksian
Sumber: Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.16 diatas terlihat bahwa nilai tolerance
mendekati angka 1 dan nilai variance inflation factor (VIF) disekitar
angka 1 untuk setiap variabel, yang ditunjukkan dengan nilai tolerance
0,513; 0,534; dan 0,935 serta VIF sebesar 1,948; 1,872; dan 1,070
untuk variabel pengalaman, pengetahuan dan skeptisme profesional.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model persamaan regresi
tidak terdapat problem multiko dan dapat digunakan dalam penelitian
ini.
b. Hasil Uji Normalitas
Data yang baik adalah data yang memenuhi asumsi normalitas,
yaitu data yang memiliki nilai signifikansi > 0,05 (Ghozali, 2005:110).
Untuk menguji terjadi atau tidaknya normalitas dapat dideteksi dengan
menggunakan Uji Kolmogorov-Smirnov, Hasilnya dapat dilihat pada
tabel 4.17 berikut.
74
Tabel 4.17
Hasil Uji Normalitas
S
u
m
b
e
r
S
Sumber :Data primer yang diolah
Gambar 4.17 memperlihatkan nilai signifikansi data tersebut
jauh lebih besar >0,05. Ini menunjukkan bahwa model regresi layak
untuk dipakai karena telah memenuhi asumsi normalitas.
c. Hasil Uji Heterokedastisitas
Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam
sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari
satu pengamatan ke pengamatan yang lain atau tidak. Deteksi ada
tidaknya heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat ada tidaknya
pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED, yang
diperlihatkan pada gambar 4.2.
Unstandardized
Residual
N 52
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation 2.60802949
Most Extreme Differences
Absolute .055
Positive .055
Negative -.052
Kolmogorov-Smirnov Z .395
Asymp. Sig. (2-tailed) .998
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
75
Sumber: Data primer yang diolah
Gambar 4.2
Hasil Uji Heterokedastisitas dengan Scatterplot
Berdasarkan gambar 4.2, grafik scatterplot menunjukkan bahwa
data tersebar di atas dan di bawah angka 0 (nol) pada sumbu Y. Hal ini
berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model persamaan regresi,
sehingga model regresi layak digunakan.
76
4. Uji Koefisien Determinasi (R2
Uji koefisien determinasi dilakukan untuk mengetahui seberapa
besar kemampuan variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel
independen.
Tabel 4.18
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 ,742a ,551 ,552 2,688
a. Predictors: (Constant), Skeptisme, Pengetahuan, Pengalaman
b. Dependent Variable: Pendeteksian
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.18 menunjukkan nilai Adjusted R Square sebesar 0,552
atau 55,1%. Hal ini variabel pendeteksian kerugian daerah dapat
dijelaskan oleh variabel pengalaman, pengetahuan dan skeptisme
profesional adalah 55,1%. Sedangkan sisanya 44,8% (100%-55,2%)
dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak disertakan dalam model
penelitian ini seperti intuisi dan pelatihan.
5. Hasil Uji Hipotesis
a. Uji Statistik t
Uji statistik t digunakan untuk mengetahui ada tidaknya
pengaruh masing-masing variabel independen secara individual
terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikansi 0,05.
Hasil uji statistik t dapat dilihat pada tabel 4.15, jika nilai probability t
lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima dan menolak H0, sedangkan jika
77
nilai probability t lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima dan menolak
Ha.
Tabel 4.19
Hasil Uji Statistik t
Sumber: Data primer yang diolah
Hasil Uji Hipotesis 1: Pengaruh pengalaman auditor terhadap
pendeteksian kerugian daerah.
Pada tabel 4.19 variabel pengalaman mempunyai tingkat
signifikansi sebesar 0,039. Hal ini berarti menerima Ha1 sehingga dapat
dikatakan bahwa pengalaman mempunyai pengaruh secara signifikan
terhadap pendeteksian kerugian daerah karena tingkat signifikansi yang
dimiliki variabel pengalaman dibawah 0,05 ( ≥ 0,05).
Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Masrizal (2010) dan Emawan,dkk (2014) mengenai
pengaruh pengalaman dan pengetahuan auditor terhadap pendeteksian
kerugian daerah dimana hasilnya menunjukkan bahwa pengalaman
audit secara parsial berpengaruh signifikan terhadap pendeteksian
Coefficients a
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B
Std.
Error Beta
1 (Constant) 6.139 5.266 1.166 .249
Pengalaman .248 .116 .287 2.127 .039
Pengetahuan .288 .089 .428 3.236 .002
Skeptisme .267 .118 .226 2.258 .029
a. Dependent Variable:Pd
78
kerugian daerah. Hasil penelitian juga sejalan dengan penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Tub (1992) dalam Noviyani (2002)
mengungkapkan bahwa jika seorang auditor berpengalaman, maka:
1. Auditor menjadi sadar terhadap lebih banyak kekeliruan
2. Auditor memiliki salah pengertian lebih sedikit tentang kekeliruan
3. Auditor menjadi sadar mengenai kekeliruan yang tidak lazim
4. Hal-hal lain yang terkait dengan penyebab kekeliruan departemen
tempat terjadinya kekeliruan dan pelanggaran serta tujuan
pengendalian internal menjadi relatif lebih menonjol.
Peneltian tersebut juga sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Batubara (2009) yang melakukan penelitian mengenai
pengaruh pengalaman dan pengetahuan aparat pengawas intern
pemerintah terhadap pendeteksian penyimpangan dengan intuisi
sebagai variabel intervening. Penelitan tersebut dilakukan pada
Inspektorat Kabupaten Deli Serdang. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan pengalaman berpengaruh terhadap pendeteksian
penyimpangan.
Hasil Uji Hipotesis 2: Pengaruh pengetahuan auditor terhadap
pendeteksian kerugian daerah.
Hasil uji hipotesis 2 dapat dilihat pada tabel 4.19, dimana
variabel pengetahuan mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,002.
Hal ini berarti menerima Ha2 sehingga dapat dikatakan bahwa
pengetahuan auditor berpengaruh secara signifikan terhadap
79
pendeteksian kerugian daerah karena tingkat signifikansi yang dimiliki
variabel tingkat pemahaman lebih kecil dari 0,05 ( ≤ 0,05). Hubungan
antara pengetahuan auditor dan pendeteksian kerugian daerah bersifat
positif. Hasil dalam penelitian ini mendukung dengan penelitian yang
dilakukan oleh Masrizal (2010) dan penelitian yang dilakukan oleh
Emawan,dkk (2014). Penelitian tersebut dilakukan pada Inspektorat
Aceh dan Inspektorat Kabupaten Klungkung serta Kabupaten
Karangasem dimana hasilnya menunjukkan pengetahuan mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap pendeteksian kerugian daerah. Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Batubara
(2009) dimana hasil penelitian menunjukkan pengetahuan yang dimiliki
auditor berpengaruh secara signifikan terhadap pendeteksian
penyimpangan.
Hasil Uji Hipotesis 3: Pengaruh skeptisme profesional terhadap
pendeteksian kerugian daerah.
Hasil uji hipotesis 3 dapat dilihat pada tabel 4.19, dimana
variabel skeptisme profesional mempunyai tingkat signifikansi sebesar
0,29. Hal ini berarti mendukung Ha3 sehingga dapat dikatakan bahwa
skeptisme profesional berpengaruh secara signifikan terhadap
pendeteksian kerugian daerah karena tingkat signifikansi yang dimiliki
variabel tersebut lebih kecil dari 0,05 ( ≥ 0,05).
Hasil penelitian ini memiliki sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Fullerton dan Durtschi (2004) tentang pengaruh sikap
80
skeptisme profesional terhadap pendeteksian kecurangan dimana
hasilnya adalah auditor yang mempunyai skeptisme profesional akan
cenderung mengumpulkan bukti dan informasi yang lebih banyak
dibandingkan dengan auditor yang memiliki skeptisme profesional yang
rendah, hal ini mengakibatkan auditor yang memiliki sikap skeptisme
profesional akan lebih dapat mendeteksi terjadinya kecurangan.
Hasil penelitian ini juga memiliki sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Noviyanti (2008) yang menunjukkan hasil bahwa
auditor yang mempunyai penaksiran resiko kecurangan yang tinggi
akan memiliki skeptisme profesional yang tinggi dalam melakukan
pendeteksian kecurangan.
b. Hasil Uji Statistik F
Uji statistik F digunakan untuk mengetahui pengaruh semua
variabel independen yang dimasukkan dalam model regresi secara
bersama-sama terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat
signifikan 0,05. Hasil uji statistik F dapat dilihat pada tabel 4.20, jika
nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima dan menolak
H0, sedangkan jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 maka H0
diterima dan menolak Ha.
81
Tabel 4.20
Hasil Uji Statistik F
H
H
a
s
H
H
Hasil Uji Hipotesis 4: Pengaruh pengalaman, pengetahuan, dan
skeptisme profesional auditor terhadap pendeteksian kerugian
daerah.
Hasil uji hipotesis 4 dapat dilihat pada tabel 4.20 dimana nilai
F diperoleh sebesar 19,597 dengan tingkat signifikansi 0,000. Karena
tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05 ( ≤ 0,05) maka Ha4 diterima,
sehingga dapat dikatakan bahwa pengalaman, pengetahuan, dan
skeptisme profesional auditor secara simultan berpengaruh terhadap
pendeteksian kerugian daerah. Dengan pengalaman yang dimiliki oleh
auditor selama ia menjalankan tugas maka ia akan dapat terus
meningkatkan kemampuannya sebagai auditor. Proses peningkatan
auditor dapat terus berkembang seiring dengan banyaknya objek
pemeriksaan yang mempunya karakteristik yang berbeda pula, hal ini
tentunya membutuhkan pemahaman khusus untuk setiap objek
pemeriksaan. Dengan pengetahuan yang dimiliki oleh auditor tentunya
ANOVAa
Model Sum of
Squares
df Mean Square F Sig.
1
Regression 424,877 3 141,626 19,597 ,000b
Residual 346,893 48 7,227
Total 771,769 51
a. Dependent Variable: Pendeteksian
b. Predictors: (Constant), Skeptisme, Pengetahuan, Pengalaman
Sumber : Data Primer Yang Diolah
82
ia dapat mengembangkan teknik dan metodologi dalam melakukan
audit untuk memaksimalkan kualitas audit termasuk didalamnya
dalam hal pendeteksian kerugian daerah. Pengetahuan auditor dapat
diperoleh melalui pendidikan formal, diklat, seminar, lokakarya dan
pendidikan berkelanjutan. Selain pengalaman dan pengetahuan yang
dimiliki oleh auditor, skeptisme profesional juga diperlukan ketika
auditor mengumpulkan dan mengevaluasi bukti audit agar adanya
kekeliruan yang dapat dideteksi tidak hanya yang berasal dari
kekeliruan saja namun juga yang berasal dari adanya tindak
kecurangan. Sebagaimana yang terdapat pada Standar Audit
Pemerintah yang menyatakan bahwa auditor harus menggunakan
kecermatan profesionalnya.
82
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengalaman,
pengetahuan dan skeptisme profesional auditor terhadap pendeteksian
kerugian daerah. Berdasarkan pada data yang telah dikumpulkan dan
pengujian yang telah dilakukan terhadap permasalahan dengan menggunakan
model regresi berganda, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengalaman auditor berpengaruh secara signifikan terhadap pendeteksian
kerugian daerah. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Tubb (1992) dan mendukung hasil penelitian yang
dilakukan oleh Batubara (2009), Masrizal (2010) dan (Emawan, 2014).
2. Pengetahuan auditor berpengaruh secara signifikan terhadap pendeteksian
kerugian daerah. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Batubara (2009), mendukung penelitian yang dilakukan
oleh Masrizal (2010) dan penelitian yang dilakukan (Emawan,dkk 2014).
3. Skeptisme profesional auditor berpengaruh secara signifikan terhadap
pendeteksian kerugian daerah. Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Fullerton dan Durtschi (2004)
serta penelitian yang dilakukan oleh (Noviyanti, 2008).
83
4. Pengalaman, pengetahuan, dan skeptisme profesional berpengaruh secara
simultan dan signifikan terhadap pendeteksian kerugian daerah.
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan diatas, menunjukkan bahwa pengalaman,
pengetahuan, dan skeptisme profesional auditor berpengaruh secara simultan
terhadap pendeteksian kerugian daerah. Implikasi pada penelitian ini adalah :
1. Dalam menjalankan tugasnya seorang auditor harus didukung pengalaman
yang dimiliki, dengan pengalaman yang telah dimiliki tentunya hal
tersebut akan semakin dapat menunjang kinerja auditor termasuk
didalamnya dalam melakukan pendeteksian terhadap adanya kerugian
daerah. Dengan semakin banyaknya kerugian daerah yang dapat terdeteksi
akan semakin menguatkan peran Inspektorat provinsi sebagai institusi
pengawas intern pemerintah daerah. Pengalaman auditor tersebut dapat
diperoleh melalui lama bekerja sebagai auditor serta sebarapa banyak
kegiatan pemeriksaan yang telah dilakukan terutama terhadap berbagai
objek pemeriksaan yang berbeda. Tentunya hal tersebut akan semakin
memperkaya pengalaman yang dimiliki oleh auditor.
2. Pengetahuan yang dimiliki oleh auditor tentunya merupakan suatu hal
yang penting untuk dimiliki setiap aparat pengawas intern pemerintah
yang profesional. Pengetahuan yang dimiliki auditor akan dapat
membantunya dalam melakukan kegiatan pemeriksaan secara efisien dan
efektif. Kegiatan pemeriksaan erat hubungannya dengan pendeteksian
84
adanya kerugian daerah, dengan pengetahuan yang dimiliki auditor
tentunya akan membuat lebih baik lagi dalam melakukan pendeteksian
terhadap kerugian daerah. Pengetahuan auditor dapat diperoleh melalui
beberapa hal seperti : pendidikan formal yang dimiliki, diklat, seminar,
lokakarya, serta pengetahuan yang diperoleh melalui praktek lapangan
sebagai auditor.
3. Skeptisme profesional merupakan sikap yang perlu dimiliki oleh setiap
auditor. Sikap skeptisme profesional mengandung arti bahwa auditor telah
mempunyai keyakinan yang memadai terhadap bukti dan informasi yang
disajikan oleh manajemen namun bukan berarti bukti dan informasi
tersebut tidak perlu dipertanyakan. Untuk itu auditor yang memiliki sikap
skeptisme profesional tidak akan menerima begitu saja bukti dan informasi
yang diberikan oleh pihak manajemen, melainkan akan terlebih dahulu
penelusuran. Dengan sikap skeptisme profesional yang tinggi tentunya
auditor tersebut akan semakin mampu dalam mendeteksi adanya
kecurangan yang tentunya dapat menimbulkan kerugian bagi daerah.
C. Saran
Saran-saran yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya, adalah
sebagai berikut:
1. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat memperluas ruang lingkup
penelitian, bukan hanya di Inspektorat provinsi Kalimantan Barat,
85
melainkan bisa dilakukan pada provinsi-provinsi lain sehingga dapat
diperoleh hasil penelitian dengan tingkat generalisasi yang lebih tinggi..
2. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan instrumen lain
sebagai tambahan seperti wawancara, video, foto dan sebagainya yang
dapat meningkatkan kualitas data yang disajikan.
3. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambahkan variabel-variabel
independen lainnya, baik yang berasal dari faktor eksternal maupun faktor
internal auditor. Variabel independen tersebut bisa saja berupa intuisi dan
tingkat kehalian.
86
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Sukrisno. “Auditing : Pemeriksaan Akuntan oleh Kantor Akuntan Publik”,
Edisi Ketiga, LP FEUI, Depok, 2007.
Arens, Alvin. A & Loebbecke, James K. “Auditing (terjemahan)”, Salemba
Empat, Jakarta, 2004.
Bastian, Indra.”Audit Sektor Publik”, Salemba Empat, 2007.
Batubara, Khairudin. “Pengaruh Pengalaman dan Pengetahuan Aparat Pengawas
Intern Pemerintah Terhadap Pendeteksian Penyimpangan dengan Intuisi
Sebagai Variabel Intervening Pada Inspektorat Kabupaten Deli Serdang”,
Tesis Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan, 2009.
Bonner, Sarah E dan Lewis, Barry L.”Determinants of Auditor Expertise”,
Journal of Accounting Research, Vol 28 Studies on Judgment Issues in
Accounting and Auditing, 1990.
Emawan, I B Puja, I Kadek Sinarwati dan Nyoman Trisna Herawati, “Pengaruh
Pengalaman dan Pengetahuan Audit Terhadap Pendeteksian Kerugian
Daerah (Studi Pada Kantor Inspektorat Kabupaten Klungkung dan
Kabupaten Karangasem)”, Jurnal Akuntansi Universitas Pendidikan
Ganesha Vol.2 No.1, 2014.
Eric L. Kohler.”A Dictionary For Accountants”, Prentice College Div, 1975.
Fullerton, Rosemary R, dan Cindy Durtschi, “ The Effect of Professional Skeptism
on The Fraud Detection Skills of Internal Auditors “. Utah State
University, Working Paper. http : //www.ssrn.com// abstarct = 1140267
diakses tanggal 22 Desember 2013.
Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS”, Edisi
Ketiga, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2011.
Haryanti, Sri Caecelia. “Pengaruh Pengalaman dan Keahlian Auditor Terhadap
Strktur Pengetahuan Tentang Kekeliruan Auditor”, Jurnal Ilmiah
Dinamika Ekonomika dan Bisnis Vol. 1, No. 1, Universitas 17 Agustus
1945, 2013.
Hamid, Abdul. “Panduan Penulisan Skripsi”, FEIS UIN Press, Jakarta, 2007.
Herliansyah, Yudhi. “Pengaruh Pengalaman Auditor Terhadap Penggunaan Bukti
Tdak Relevan Dalam Audit Judgment”. Jurnal Simposium Nasional
Akuntansi IX, Padang,
87
IAI.”Standar Akuntansi Keuangan”, Salemba Empat, Jakarta, 2007.
IAPI.”Standar Profesional Akuntan Publik”, Salemba Empat, Jakarta 2011.
Ikhsan, Arfan dan Ghozali. “Metodologi Penelitian Untuk Akuntansi dan
Manajemen”, PT. Madju Makssar Cipta, Makassar, 2006.
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo.” Metodologi Penelitian Bisnis Untuk
Akuntansi dan Manajemen Edisi Pertama”, BPFE, Yogyakarta, 2009.
Mabruri, Havidz dan Jaka Winarna.”Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kualitas Hasil Audit di Lingkungan Pemerintah Daerah”, Jurnal
Simposium Nasional Akuntansi XIII Purwokerto, 2010.
Mardiasmo. “Akuntansi Sektor Publik”, Andi, Yogyakarta, 2005.
Masrizal. “Pengaruh Pengalaman dan Pengetahuan Auditor Terhadap
Pendeteksian Kerugian Daerah”, Jurnal Telaah dan Riset Akuntansi
Volume 3, Nomor 2, Universitas Syah Kuala, 2010.
Mulyadi.” Auditing”,Edisi Ke 6 Buku 1, Salemba Empat, Jakarta, 2002.
Noviyani, Putri dan Bandi. “ Pengaruh Pengalaman dan Pelatihan Terhadap
Struktur Pengetahuan Auditor Tentang Kekeliruan”, Simposium Nasional
Akuntansi 5, Semarang, 2002.
Noviyanti, Suzy. “Skeptisme Profesional Auditor Dalam Mendeteksi
Kecurangan”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia Volume 5,
Nomor 1, Universitas Kristen Satya Wacana, 2008.
Oxford Learner’s Pocket Dictionary. Oxford University Press, England, 2008.
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 64 Tahun 2007 Tentang Pedoman Teknis
Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat Provinsi dan Kabupaten/Kota
Quadackers, Luc. “Auditors’ Skeptical Characteristics and Their Relationship to
Skeptical Judgments and Decisions”, Journal Vu University Amsterdam,
Amsterdam, 2009.
Salsabila, Ainia & Hepi Prayudiawan.”Pengaruh Akuntabilitas, Pengetahuan
Audit Dan Gender Terhadap Kualitas Hasil Kerja Auditor Internal (Studi
Empiris Pada Inspektorat Wilayah Provinsi DKI Jakarta)”, Jurnal Telaah
& Riset Akuntansi Vol.4 No.1 Juli Hal 155-177, 2011.
Samsi, Riduwan dan Suryono.”Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, dan
Kompetensi Terhadap Kualitas Audit: Etika Auditor Sebagai Variabel
88
Pemoderasi, Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi Vol 1 No, 2, Sekolah Tinggi
Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA), Surabaya, 2013.
Sedarmayanti.”Good Governance dan Good Corporate Governance”, Mandar
Maju, 2007
Sekaran, Uma.”Research Methods for Business”, Salemba Empat, Jakarta, 2006.
Silalahi, Paulus Sem.”Pengaruh Etika, Kompetensi, Pengalaman Audit dan Situasi
Audit Terhadap Skeptisme Professional Auditor”, Jurnal Ekonomi Vol. 21
No.3, September, Universitas Riau, 2013.
Sinaga, Antoni. “Kedudukan dan Peran Badan Pengawas Daerah (Bawada)
Dalam Pengawasan Fungsional Setelah Dikeluarkannya Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah (Studi Kasus
Bawasda Provinsi Sumatera Utara)”, Tesis Pascasarjana Universitas
Sumatera Utara, Medan, 2003.
Standar Perikatan Audit (SPA), Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), 2012.
Taufik, Taufeni.”Pengaruh Peran Inspektorat Daerah Terhadap Pencegahan
Kecurangan”, Jurnal Pekbis Vol.3.No.2 Juli 2011
The Oxford English Dictionary Volume III, Oxford University Press, Great
Britain, 1978.
Zein, Abidin .Z, Anisma, Yuneita dan Christina. “ Skeptisme Professional Auditor
Pada Kantor Akuntan Publik di Sumatera”, Jurnal Universitas Riau, 2009.
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Perubahan UU No. 31 Tahun 1999.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara.
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 Tentang Badan Pemeriksa Keuangan.
Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemeritahan Daerah Kabupaten/ Kota.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis
Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat Provinsi dan Kabupaten/Kota.
Peraturan Gubernur Nomor 69 Tahun 2008 tentang Tugas Pokok, Fungsi dan Tata
Kerja Inspektorat Provinsi Kalimantan Barat.
89
89
Kuesioner Penelitian
Pengaruh Pengalaman, Pengetahuan dan Skeptisme Profesional Auditor Terhadap
Pendeteksian Kerugian Daerah (Studi Pada Inspektorat Provinsi Kalimantan Barat)
Gusti Eka Suhendra
1110082000001
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS JURUSAN
AKUNTANSI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA
90
Kepada Yth
Bapak/Ibu/Saudara/i Responden
Di Tempat
Assalamualaikum. Wr. Wb
Dengan Hormat.
Sehubungan dengan penelitian yang akan saya akan saya lakukan dalam rangka
penyusunan skripsi dengan judul “ Pengaruh Pengalaman, Pengetahuan, dan Skeptisme
Profesional Auditor Terhadap Pendeteksian Kerugian Daerah”. Maka izinkan saya
memohon kepada Bapak/ Ibu/ Saudara/I untuk mengisi kuesioner yang saya ajukan
berikut ini.
Tujuan dari penelitian tersebut semata-mata hanya untuk kepentingan ilmiah sehingga
kerahasiaan identitas responden akan tetap terjaga. Bapak/ Ibu/ Sdr/ I dapat dengan bebas
menentukan jawaban yang sesuai dengan yang diyakini. Hasil penelitian ini nantinya
juga dapat dijadikan sebagai masukan bagi para auditor internal di lingkungan
Inspektorat Provinsi Kalimantan Barat untuk meningkatkan pengetahuan terkait dengan
pendeteksian kerugian daerah.
Saya sangat menghargai waktu yang telah Bapak/ Ibu/ Saudara/ I luangkan untuk
mengisi kuesioner ini. Atas partisipasinya mengisi kuesioner ini saya ucapkan terima
kasih.
Wassalamualikum Wr. Wb
Dosen Pembimbing Hormat Saya
(Dr.Rini, MSi. Ak) (Gusti Eka Suhendra)
91
IDENTITAS RESPONDEN
Petunjuk: Lingkari dan checklist (√) jawaban yang sesuai dengan data pribadi Anda
1. Nama* : ....................................................................................
2. Jenis Kelamin : a. Pria b. Wanita
3. Usia : a. < 20 tahun b. 20-30 tahun
c. 30-40 tahun d. 40-50 tahun
e. > 50 tahun
4. Tingkat Pendidikan : D3 S1 S2 S3
5. Diklat yang diikuti : < 10 20-30 30-40 >40
6. Jabatan : Calon Auditor
Auditor Pelaksana
Auditor Pelaksana Lanjutan
Auditor Ahli Pertama
Auditor Ahli Muda
Auditor Ahli Madya
Lainnya.................................................................
7. Lama Menjadi Auditor : < 5 Tahun
5-10 Tahun
10-15 Tahun
15-20 Tahun
>20 Tahun
*Boleh diisi ataupun tidak
Keterangan (*): boleh tidak diisi atau hanya menggunakan inisial
92
Keterangan STS : Sangat Tidak Setuju S : Setuju
TS : Tidak Setuju SS : Sangat Setuju
N : Netral
Petunjuk: Checklist jawaban yang sesuai dengan pilihan Anda
No Pertanyaan STS TS N S SS
1. Pengalaman auditor diperoleh melalui berapa
lama bekerja sebagai auditor
2 2 .
Auditor yang telah lama bertugas akan
menghasilkan temuan yang lebih baik
dibandingkan auditor yang baru bekerja
3. Semakin banyak penugasan audit bagi auditor
akan dapat meningkatkan karir auditor
4. Semakin banyak penugasan audit bagi auditor
akan meningkatkan kualitas temuan audit
5. Auditor yang telah lama bertugas akan mampu
mendeteksi kekeliruan lebih banyak
6.
Semakin lama seorang auditor bekerja, maka
auditor tersebut semakin mampu mengatasi
berbagai permasalahan yang ditemukan pada
saat audit
7.
Auditor yang telah lama bertugas dan
melakukan banyak pemeriksaan akan mampu
mendeteksi adanya kecurangan dengan lebih
baik
8. Auditor yang berpengalaman akan mampu
membuat keputusan
9.
Pengalaman auditor dapat diperoleh melalui
pengalaman yang telah diperoleh oleh auditor
lain
10.
Semakin banyak pengalaman sebagai auditor,
membuat saya mengetahui kekurangan yang
perlu untuk ditingkatkan terutama dalam hal
pendeteksian kerugian daerah
B. PENGETAHUAN
No Pertanyaan STS TS N S SS
1. Pendidikan formal dapat menunjang karir
sebagai auditor
2.
Semakin tinggi tingkat pendidikan formal
seorang auditor maka akan semakin
meningkatkan kemampuannya dalam
melakukan audit
3. Untuk menjamin pengetahuan yang dimiliki
auditor maka setiap auditor harus mengikuti
ujian sertifikasi penjenjangan auditor
93
No Pertanyaan STS TS N S SS
4. Pengetahuan auditor dapat diperoleh melalui
berbagai tugas pemeriksaan
5.
Selain pengetahuan mengenai auditing
diperlukan juga pengetahuan lain seperti
komputer, komunikasi, psikologi, hukum dll
6.
Untuk menunjang keterampilan audit yang
dimiliki maka auditor perlu mengikuti
berbagai kegiatan diklat
7.
Auditor diharapkan memiliki pengetahuan
terhadap Standar Akuntansi Pemerintahan
(SAP) dan Standar Pemeriksaan Pengelolaan
Keuangan Negara (SPKN)
8.
Untuk meningkatkan kemampuan teknis yang
dimiliki, auditor dapat meningkatkannya
melalui Bimtek (Bimbingan Teknis)
9. Keahlian khusus yang dimiliki oleh auditor
akan mendukung proses audit yang dilakukan
10.
Untuk mendukung tugas audit yang dilakukan
oleh auditor diperlukan tambahan melalui
kegiatan seminar/lokakarya/studi banding
11. Seluruh pengetahuan audit bermanfaat bagi
pelaksanaan audit
12.
Sebelum melakukan kegiatan audit, auditor
harus memahami karakteristik
organisasi/instansi yang akan dijadikan objek
pemerikasaan
C. Skeptisisme Profesional
No Pertanyaan STS TS N S SS
1. Dalam mengevaluasi bukti audit, auditor
harus selalu berfikir penuh pertanyaan
2. Dalam melaksanakan audit diperlukan
pemikiran kritis yang dimiliki oleh auditor
3. Auditor yang memiliki sikap skeptisisme
profesional tidak akan terburu-buru dalam
mengambil keputusan
94
D. PENDETEKSIAN KERUGIAN DAERAH
No Pertanyaan STS TS N S SS
4. Auditor akan senantiasa memahami orang yang
menyediakan bukti audit
5. Dalam mengambil tindakan yang sesuai
dengan bukti audit, auditor senantiasa percaya
diri
6. Dalam mengambil tindakan yang sesuai
dengan bukti audit, auditor harus memiliki
keteguhan hati
7. Auditor dalam bersikap kritis harus senantiasa
memperluas ruang lingkup informasi
8. Dalam bersikap kritis auditor dapat
menemukan bukti audit yang kontradiktif
9. Auditor harus dapat menemukan solusi
alternatif
10. Auditor harus dapat meningkatkan kecermatan
meskipun bersikap skeptis
No Pertanyaan STS TS N S SS
1.
Kecukupan waktu yang diberikan dalam
melakukan audit mempengaruhi auditor dalam
melakukan auditor secara mendalam
2.
Peluang waktu yang sedikit dalam melakukan
auditt lebih ditekankan pada sasaran
penyimpangan anggaran daripada aspek
lainnya
3.
Auditor lebih senang melakukan audit secara
lengkap meliputi seluruh aspek kegiatan yang
menjadi sasaran pemeriksaan
4.
Banyaknya kegiatan obrik tidak menghambat
auditor untuk melakukan audit pada aspek
pengelolaan keuangan
5.
Auditor senantiasa mencari setiap bentuk
penyimpangan terhadap pelaksanaan kegiatan
yang dilakukan objek pemeriksaan
6.
Auditor selalu menekankan untuk
mendapatkan penyimpangan terhadap
pengelolaan keuangan negara/daerah
95
No Pertanyaan STS TS N S SS
7.
Auditor mendeteksi setiap temuan kerugian
negara/daerah berdasarkan besar kecilnya nilai
temuan
8.
Auditor selalu mengangkat setiap temuan yang
diperoleh pada saat audit baik yang nilainya
besar maupun kecil
9.
Auditor beranggapa bahwa adanya
penyimpangan yang diakibatkan lemahnya
pengendalian internal tetap perlu diungkapkan
10.
Auditor senantiasa mencari penyebab
terjadinya penyimpangan keuangan
negara/daerah
97
Jawaban Responden Untuk Variabel Pengalaman
No Pe1 Pe2 Pe3 Pe4 Pe5 Pe6 Pe 7 Pe8 Pe9 Pe10 Tpe
1 3 3 4 3 3 3 2 3 3 4 31
2 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 33
3 5 4 2 3 4 5 4 4 4 5 40
4 5 4 3 5 5 5 4 5 4 4 44
5 5 4 4 5 5 5 3 5 5 4 45
6 5 4 3 3 4 4 4 4 4 4 39
7 5 5 2 5 5 5 4 4 4 4 43
8 5 5 3 5 4 4 4 4 4 4 42
9 5 4 4 5 5 5 4 5 5 4 46
10 5 4 3 4 2 2 4 4 5 3 36
11 5 4 3 5 5 5 3 5 4 5 44
12 5 4 3 5 5 5 3 5 4 5 44
13 5 4 2 3 5 3 3 5 4 5 39
14 4 4 3 4 4 5 5 5 5 5 44
15 4 5 2 5 5 4 4 5 4 5 43
16 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 47
17 5 3 4 3 4 4 4 4 5 4 40
18 3 3 4 3 4 4 3 4 4 3 35
19 4 4 4 5 5 4 5 5 5 5 46
20 4 5 5 4 5 5 5 5 5 5 48
21 5 5 4 5 5 5 5 5 4 5 48
22 5 4 3 3 2 3 4 3 3 5 35
23 5 5 4 5 5 5 5 5 5 4 48
24 5 5 4 5 5 4 4 5 4 5 46
25 5 5 4 5 5 5 4 4 4 5 46
26 5 5 4 4 4 4 4 5 4 5 44
27 4 5 4 4 5 4 5 5 4 5 45
28 4 4 4 4 3 3 4 4 3 3 36
29 3 4 4 3 3 3 3 3 4 3 33
30 5 5 4 5 5 5 4 4 5 4 46
31 5 4 4 5 4 5 5 5 4 4 45
32 5 4 4 4 3 5 4 4 4 5 42
33 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 49
34 5 4 5 5 5 5 5 4 4 4 46
35 5 4 4 5 5 4 4 4 5 4 44
36 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 37
37 5 4 4 5 5 4 4 5 5 5 46
38 5 4 5 5 5 5 4 4 5 5 47
39 5 4 4 5 5 5 3 4 3 4 42
98
40 5 5 4 4 4 4 4 5 5 5 45
41 5 5 4 4 5 5 5 4 5 4 46
42 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 41
43 5 5 3 5 5 5 5 5 5 5 48
44 5 4 4 4 5 4 5 5 5 4 45
45 5 5 4 5 4 4 4 5 4 4 44
46 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 41
47 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 48
48 5 4 4 5 5 4 4 5 4 5 45
49 3 3 5 3 3 3 4 3 3 4 34
50 5 4 4 5 5 5 4 5 5 5 47
51 5 4 5 4 4 5 4 4 4 5 44
52 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 49
Jawaban Responden Untuk Variabel Pengetahuan
No Pt1 Pt2 Pt3 Pt4 Pt5 Pt6 Pt7 Pt8 Pt9 Pt10 Pt11 Pt12 TPt
1 2 2 4 2 2 3 3 3 3 3 2 3 32
2 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 38
3 3 4 3 4 3 3 3 4 4 3 4 2 40
4 5 5 3 5 4 3 5 4 5 3 4 4 50
5 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 45
6 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 5 5 48
7 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 50
8 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 35
9 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 48
10 4 3 3 3 3 5 5 5 5 4 3 3 46
11 5 5 3 3 3 5 4 5 5 4 4 4 50
12 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 45
13 4 4 2 2 2 4 4 4 4 4 5 3 42
14 5 5 3 4 4 4 4 4 4 4 5 5 51
15 3 3 4 5 4 4 5 5 5 4 4 3 49
16 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 4 4 53
17 2 2 4 3 3 3 2 2 2 4 4 4 35
18 3 4 4 5 4 4 4 4 4 4 2 2 44
19 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 4 5 54
20 4 4 5 4 3 5 4 4 5 4 4 4 50
21 5 5 4 5 4 5 5 5 5 4 4 5 56
22 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 2 5 34
23 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 46
24 4 4 5 4 4 5 4 4 4 4 5 5 52
99
25 5 5 4 5 4 5 4 4 4 5 5 5 55
26 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 45
27 3 3 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 47
28 5 5 5 3 3 4 5 4 4 4 2 2 46
29 4 4 4 3 3 4 4 4 5 5 2 2 44
30 2 2 4 5 4 4 4 4 3 3 4 4 43
31 3 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 49
32 4 4 3 4 3 4 4 5 4 4 3 3 45
33 5 5 4 4 5 4 4 4 4 4 5 5 53
34 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 50
35 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 47
36 4 4 4 3 3 5 5 5 4 4 3 3 47
37 3 3 4 5 3 4 4 4 4 4 5 5 48
38 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 49
39 3 3 4 5 5 4 4 4 4 4 3 3 46
40 4 4 5 4 5 5 5 4 4 5 5 5 55
41 5 5 4 4 4 5 5 5 5 5 4 4 55
42 2 2 4 4 5 4 4 4 5 4 5 4 47
43 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 5 5 53
44 3 3 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 47
45 4 4 5 4 5 5 5 5 5 5 4 4 55
46 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 46
47 5 5 5 4 5 5 5 5 5 4 5 5 58
48 5 5 4 4 5 5 4 5 5 4 4 4 54
49 3 3 5 2 3 4 4 4 4 4 2 4 42
50 4 4 4 5 3 4 4 4 4 4 5 5 50
51 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 50
52 3 3 5 4 5 4 5 5 5 4 4 4 51
Jawaban Responden Untuk Variabel Skeptisme Profesional
3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 27
4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 37
4 4 5 4 4 5 4 4 4 5 43
3 3 3 3 2 3 3 3 5 5 33
4 4 5 4 4 4 4 4 5 4 42
4 4 4 4 5 5 4 4 5 5 44
5 4 5 4 5 4 4 4 4 5 44
3 3 5 4 4 4 4 4 5 5 41
4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 41
4 3 2 2 4 4 4 4 5 4 36
100
3 5 3 3 3 5 4 3 3 4 36
5 4 4 4 5 4 5 5 5 5 46
4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 41
3 3 5 4 4 5 4 4 5 5 42
4 3 3 3 3 4 4 4 5 4 37
5 4 4 4 5 5 5 5 4 5 46
4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 42
5 5 4 4 4 4 4 4 4 5 43
4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 42
4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 41
4 4 4 3 3 4 4 4 3 5 38
5 5 4 4 5 5 4 4 5 4 45
3 3 3 5 3 4 4 4 4 4 37
5 5 4 4 4 4 4 4 5 5 44
4 4 5 4 4 4 4 4 5 4 42
4 4 4 3 3 4 4 5 4 4 39
4 4 5 4 4 5 4 4 5 5 44
4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 38
4 3 3 5 3 4 4 4 4 5 39
4 3 4 4 5 4 4 4 4 4 40
4 4 5 3 3 4 4 4 4 4 39
5 4 4 4 4 4 4 5 4 5 43
3 3 5 4 3 4 4 5 4 4 39
3 3 3 5 3 4 4 3 4 5 37
3 3 4 5 4 5 5 4 4 4 41
4 4 4 3 3 4 4 4 4 5 39
4 3 5 4 4 4 4 4 4 4 40
4 3 3 5 4 4 4 5 4 4 40
5 4 4 3 3 4 4 5 4 4 40
4 3 4 4 4 4 5 4 4 4 40
5 4 4 4 4 4 4 5 4 4 42
4 4 5 4 4 4 5 4 4 5 43
4 3 4 5 3 4 4 4 4 4 39
4 3 4 5 3 4 5 4 5 4 41
3 3 4 5 4 4 5 4 4 5 41
4 4 5 4 4 5 4 5 4 5 44
4 3 4 4 4 4 4 5 4 4 40
4 4 4 3 4 4 5 5 4 5 42
4 4 4 3 3 4 4 4 4 5 39
3 3 4 5 4 5 5 4 5 4 42
4 5 4 4 4 4 4 5 4 5 43
101
4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 42
Jawaban Responden Untuk Variabel Pendeteksian Kerugian Daerah
No Pd1 Pd2 Pd3 Pd4 Pd5 Pd6 Pd7 Pd8 Pd9 Pd10 TPd 1 4 4 4 2 2 2 4 2 4 2 30
2 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 37
3 4 4 3 4 4 3 4 3 4 4 37
4 5 4 5 5 4 4 4 5 5 5 46
5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 48
6 3 5 3 4 4 4 4 5 5 5 42
7 4 5 4 5 4 4 4 5 5 4 44
8 5 4 3 3 4 4 4 4 4 4 39
9 5 4 4 5 4 4 5 5 5 5 46
10 4 4 3 4 3 4 4 5 4 4 39
11 5 4 4 4 4 4 3 4 5 4 41
12 5 4 4 4 4 5 5 5 5 5 46
13 4 4 3 2 2 5 5 4 5 5 39
14 5 4 4 4 4 4 4 5 5 5 44
15 5 4 4 5 5 5 5 4 5 5 47
16 5 5 4 4 4 5 5 5 5 5 47
17 4 2 3 4 4 4 5 4 4 5 39
18 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 50
19 5 4 4 5 5 4 5 5 5 4 46
20 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 42
21 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 49
22 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
23 5 5 4 5 5 5 4 5 5 5 48
24 4 4 5 4 5 5 5 5 5 5 47
25 5 4 4 5 5 5 5 5 5 4 47
26 4 5 3 4 4 4 5 4 4 4 41
27 5 4 4 5 5 5 5 5 4 5 47
28 3 3 5 4 4 4 5 4 4 5 41
29 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 39
30 5 4 4 5 5 5 4 4 5 5 46
31 5 4 4 5 5 5 5 5 4 5 47
32 5 4 4 4 4 5 4 4 4 5 43
33 5 4 5 5 5 5 5 5 4 5 48
34 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 48
35 5 4 4 5 4 5 5 4 5 5 46
36 4 3 4 4 4 4 4 4 4 5 40
102
37 4 3 4 5 4 4 4 5 5 4 42
38 5 4 5 5 5 5 4 5 4 5 47
39 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 49
40 4 3 5 4 5 5 5 4 5 4 44
41 5 4 4 5 5 5 4 5 4 5 46
42 5 3 4 5 5 5 4 4 4 5 44
43 5 3 5 5 5 5 4 5 4 5 46
44 5 4 4 5 5 5 5 4 5 5 47
45 4 3 5 4 5 4 5 5 5 5 45
46 5 4 4 5 5 5 5 5 5 4 47
47 4 3 5 4 5 5 5 5 4 5 45
48 5 4 4 5 5 5 5 5 4 4 46
49 4 3 5 3 4 4 5 4 5 5 42
50 5 3 4 5 4 5 5 5 4 5 45
51 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 49
52 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 49
103
Hasil Uji Validitas Pengalaman
Correlations
Pe1 Pe2 Pe3 Pe4 Pe5 Pe6 Pe7 Pe8 Pe9 Pe10 TPe
Pe1
Pearson Correlation 1 ,418** -,131 ,460** ,386** ,437** ,250 ,407** ,340* ,330* ,586**
Sig. (2-tailed) ,002 ,354 ,001 ,005 ,001 ,074 ,003 ,014 ,017 ,000
N 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52
Pe2
Pearson Correlation ,418** 1 -,094 ,508** ,429** ,328* ,436** ,427** ,265 ,308* ,607**
Sig. (2-tailed) ,002 ,507 ,000 ,001 ,017 ,001 ,002 ,057 ,026 ,000
N 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52
Pe3
Pearson Correlation -,131 -,094 1 ,111 ,071 ,162 ,257 -,036 ,173 -,054 ,245
Sig. (2-tailed) ,354 ,507 ,435 ,614 ,250 ,066 ,801 ,219 ,703 ,080
N 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52
Pe4
Pearson Correlation ,460** ,508** ,111 1 ,660** ,560** ,315* ,555** ,353* ,250 ,751**
Sig. (2-tailed) ,001 ,000 ,435 ,000 ,000 ,023 ,000 ,010 ,074 ,000
N 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52
Pe5
Pearson Correlation ,386** ,429** ,071 ,660** 1 ,688** ,320* ,679** ,494** ,436** ,817**
Sig. (2-tailed) ,005 ,001 ,614 ,000 ,000 ,021 ,000 ,000 ,001 ,000
N 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52
Pe6
Pearson Correlation ,437** ,328* ,162 ,560** ,688** 1 ,394** ,479** ,416** ,433** ,774**
Sig. (2-tailed) ,001 ,017 ,250 ,000 ,000 ,004 ,000 ,002 ,001 ,000
N 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52
Pe7
Pearson Correlation ,250 ,436** ,257 ,315* ,320* ,394** 1 ,444** ,512** ,291* ,648**
Sig. (2-tailed) ,074 ,001 ,066 ,023 ,021 ,004 ,001 ,000 ,036 ,000
N 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52
Pe8
Pearson Correlation ,407** ,427** -,036 ,555** ,679** ,479** ,444** 1 ,558** ,513** ,774**
Sig. (2-tailed) ,003 ,002 ,801 ,000 ,000 ,000 ,001 ,000 ,000 ,000
N 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52
Pe9
Pearson Correlation ,340* ,265 ,173 ,353* ,494** ,416** ,512** ,558** 1 ,233 ,669**
Sig. (2-tailed) ,014 ,057 ,219 ,010 ,000 ,002 ,000 ,000 ,097 ,000
N 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52
Pe10 Pearson Correlation ,330* ,308* -,054 ,250 ,436** ,433** ,291* ,513** ,233 1 ,569**
Sig. (2-tailed) ,017 ,026 ,703 ,074 ,001 ,001 ,036 ,000 ,097 ,000
Hasil Uji Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
TPe 52 27 45 39,13 4,512
TPt 52 32 58 47,50 5,779
TSke 52 27 46 40,50 3,293
TPd 52 26 45 40,35 3,890
Valid N (listwise) 52
104
N 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52
TPe
Pearson Correlation ,586** ,607** ,245 ,751** ,817** ,774** ,648** ,774** ,669** ,569** 1
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,080 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Hasil Uji Validitas Pengalaman (Setelah Dikurangi Pertanyaan Yang Tidak Valid)
Correlations
Pe1 Pe2 Pe4 Pe5 Pe6 Pe7 Pe8 Pe9 Pe10 TPe
Pe1
Pearson Correlation 1 ,418** ,460** ,386** ,437** ,250 ,407** ,340* ,330* ,624**
Sig. (2-tailed) ,002 ,001 ,005 ,001 ,074 ,003 ,014 ,017 ,000
N 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52
Pe2
Pearson Correlation ,418** 1 ,508** ,429** ,328* ,436** ,427** ,265 ,308* ,640**
Sig. (2-tailed) ,002 ,000 ,001 ,017 ,001 ,002 ,057 ,026 ,000
N 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52
Pe4
Pearson Correlation ,460** ,508** 1 ,660** ,560** ,315* ,555** ,353* ,250 ,753**
Sig. (2-tailed) ,001 ,000 ,000 ,000 ,023 ,000 ,010 ,074 ,000
N 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52
Pe5
Pearson Correlation ,386** ,429** ,660** 1 ,688** ,320* ,679** ,494** ,436** ,827**
Sig. (2-tailed) ,005 ,001 ,000 ,000 ,021 ,000 ,000 ,001 ,000
N 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52
Pe6
Pearson Correlation ,437** ,328* ,560** ,688** 1 ,394** ,479** ,416** ,433** ,768**
Sig. (2-tailed) ,001 ,017 ,000 ,000 ,004 ,000 ,002 ,001 ,000
N 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52
Pe7
Pearson Correlation ,250 ,436** ,315* ,320* ,394** 1 ,444** ,512** ,291* ,623**
Sig. (2-tailed) ,074 ,001 ,023 ,021 ,004 ,001 ,000 ,036 ,000
N 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52
Pe8
Pearson Correlation ,407** ,427** ,555** ,679** ,479** ,444** 1 ,558** ,513** ,802**
Sig. (2-tailed) ,003 ,002 ,000 ,000 ,000 ,001 ,000 ,000 ,000
N 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52
Pe9
Pearson Correlation ,340* ,265 ,353* ,494** ,416** ,512** ,558** 1 ,233 ,658**
Sig. (2-tailed) ,014 ,057 ,010 ,000 ,002 ,000 ,000 ,097 ,000
N 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52
Pe10
Pearson Correlation ,330* ,308* ,250 ,436** ,433** ,291* ,513** ,233 1 ,593**
Sig. (2-tailed) ,017 ,026 ,074 ,001 ,001 ,036 ,000 ,097 ,000
N 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52
TPe
Pearson Correlation ,624** ,640** ,753** ,827** ,768** ,623** ,802** ,658** ,593** 1
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
105
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Hasil Uji Validitas Pengetahuan
Correlations
Pt1 Pt2 Pt3 Pt4 Pt5 Pt6 Pt7 Pt8 Pt9 Pt10 Pt11 Pt12 TPt
Pt1
Pearson Correlation 1 ,939*
*
,070 ,128 ,137 ,563*
*
,521*
*
,537*
*
,508*
*
,417** ,268 ,197 ,703**
Sig. (2-tailed) ,000 ,620 ,365 ,332 ,000 ,000 ,000 ,000 ,002 ,055 ,161 ,000
N 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52
Pt2
Pearson Correlation ,939*
*
1 ,072 ,212 ,169 ,491*
*
,457*
*
,501*
*
,473*
*
,377** ,248 ,126 ,678**
Sig. (2-tailed) ,000 ,612 ,131 ,232 ,000 ,001 ,000 ,000 ,006 ,076 ,373 ,000
N 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52
Pt3
Pearson Correlation ,070 ,072 1 ,256 ,498*
*
,349* ,275* ,132 ,170 ,354* ,051 ,204 ,436**
Sig. (2-tailed) ,620 ,612 ,067 ,000 ,011 ,049 ,352 ,229 ,010 ,718 ,147 ,001
N 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52
Pt4
Pearson Correlation ,128 ,212 ,256 1 ,588*
*
,175 ,257 ,240 ,238 ,138 ,429** ,317* ,547**
Sig. (2-tailed) ,365 ,131 ,067 ,000 ,216 ,066 ,087 ,089 ,329 ,002 ,022 ,000
N 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52
Pt5
Pearson Correlation ,137 ,169 ,498*
*
,588*
*
1 ,308* ,335* ,294* ,332* ,314* ,381** ,354** ,629**
Sig. (2-tailed) ,332 ,232 ,000 ,000 ,026 ,015 ,035 ,016 ,023 ,005 ,010 ,000
N 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52
Pt6
Pearson Correlation ,563*
*
,491*
*
,349* ,175 ,308* 1 ,646*
*
,716*
*
,636*
*
,716** ,290* ,294* ,776**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,011 ,216 ,026 ,000 ,000 ,000 ,000 ,037 ,035 ,000
N 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52
Pt7
Pearson Correlation ,521*
*
,457*
*
,275* ,257 ,335* ,646*
*
1 ,788*
*
,715*
*
,486** ,136 ,104 ,717**
Sig. (2-tailed) ,000 ,001 ,049 ,066 ,015 ,000 ,000 ,000 ,000 ,338 ,463 ,000
N 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52
Pt8
Pearson Correlation ,537*
*
,501*
*
,132 ,240 ,294* ,716*
*
,788*
*
1 ,782*
*
,455** ,181 -,020 ,699**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,352 ,087 ,035 ,000 ,000 ,000 ,001 ,199 ,889 ,000
N 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52
Pt9
Pearson Correlation ,508*
*
,473*
*
,170 ,238 ,332* ,636*
*
,715*
*
,782*
*
1 ,497** ,182 ,049 ,698**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,229 ,089 ,016 ,000 ,000 ,000 ,000 ,198 ,730 ,000
N 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52
106
Pt10
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
,417*
*
,002
52
,377*
*
,006
52
,354*
,010
52
,138
,329
52
,314*
,023
52
,716*
*
,000
52
,486*
*
,000
52
,455*
*
,001
52
,497*
*
,000
52
1
52
,240
,086
52
,209
,137
52
,641**
,000
52
Pt11
Pearson Correlation ,268 ,248 ,051 ,429*
*
,381*
*
,290* ,136 ,181 ,182 ,240 1 ,697** ,583**
Sig. (2-tailed) ,055 ,076 ,718 ,002 ,005 ,037 ,338 ,199 ,198 ,086 ,000 ,000
N 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52
Pt12
Pearson Correlation ,197 ,126 ,204 ,317* ,354*
*
,294* ,104 -,020 ,049 ,209 ,697** 1 ,506**
Sig. (2-tailed) ,161 ,373 ,147 ,022 ,010 ,035 ,463 ,889 ,730 ,137 ,000 ,000
N 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52
TPt
Pearson Correlation ,703*
*
,678*
*
,436*
*
,547*
*
,629*
*
,776*
*
,717*
*
,699*
*
,698*
*
,641** ,583** ,506** 1
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,001 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Hasil Uji Validitas Skeptisme Profesional
Correlations
Ske1 Ske2 Ske3 Ske4 Ske5 Ske6 Ske7 Ske8 Ske9 Ske10 TSke
Ske1
Pearson
Correlation
1 ,537** ,169 -,096 ,432** ,025 ,090 ,481** ,080 ,166 ,553**
Sig. (2-tailed) ,000 ,230 ,500 ,001 ,861 ,527 ,000 ,574 ,239 ,000
N 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52
Ske2
Pearson
Correlation
,537** 1 ,238 -,230 ,246 ,295* -,065 ,160 -,062 ,238 ,451**
Sig. (2-tailed) ,000 ,089 ,100 ,078 ,034 ,647 ,256 ,661 ,089 ,001
N 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52
Ske3
Pearson
Correlation
,169 ,238 1 ,217 ,304* ,326* ,238 ,349* ,179 ,296* ,643**
Sig. (2-tailed) ,230 ,089 ,122 ,028 ,018 ,089 ,011 ,203 ,033 ,000
N 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52
Ske4
Pearson
Correlation
-,096 -,230 ,217 1 ,259 ,284* ,411** ,173 ,204 ,127 ,448**
Sig. (2-tailed) ,500 ,100 ,122 ,063 ,041 ,002 ,219 ,146 ,371 ,001
N 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52
Ske5
Pearson
Correlation
,432** ,246 ,304* ,259 1 ,412** ,348* ,311* ,323* ,139 ,715**
Sig. (2-tailed) ,001 ,078 ,028 ,063 ,002 ,011 ,025 ,020 ,324 ,000
N 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52
107
Ske6
Pearson
Correlation
Sig. (2-tailed)
N
,025
,861
52
,295*
,034
52
,326*
,018
52
,284*
,041
52
,412**
,002
52
1
52
,332*
,016
52
,163
,247
52
,102
,470
52
,133
,348
52
,551**
,000
52
Ske7
Pearson
Correlation
,090 -,065 ,238 ,411** ,348* ,332* 1 ,358** ,094 ,168 ,516**
Sig. (2-tailed) ,527 ,647 ,089 ,002 ,011 ,016 ,009 ,509 ,235 ,000
N 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52
Ske8
Pearson
Correlation
,481** ,160 ,349* ,173 ,311* ,163 ,358** 1 ,055 ,218 ,609**
Sig. (2-tailed) ,000 ,256 ,011 ,219 ,025 ,247 ,009 ,700 ,121 ,000
N 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52
Ske9
Pearson
Correlation
,080 -,062 ,179 ,204 ,323* ,102 ,094 ,055 1 ,093 ,389**
Sig. (2-tailed) ,574 ,661 ,203 ,146 ,020 ,470 ,509 ,700 ,513 ,004
N 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52
Ske10
Pearson
Correlation
,166 ,238 ,296* ,127 ,139 ,133 ,168 ,218 ,093 1 ,466**
Sig. (2-tailed) ,239 ,089 ,033 ,371 ,324 ,348 ,235 ,121 ,513 ,000
N 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52
TSke
Pearson
Correlation
,553** ,451** ,643** ,448** ,715** ,551** ,516** ,609** ,389** ,466** 1
Sig. (2-tailed) ,000 ,001 ,000 ,001 ,000 ,000 ,000 ,000 ,004 ,000
N 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Hasil Uji Validitas Pendeteksian Kerugian Daerah
Correlations
Pd1 Pd2 Pd3 Pd4 Pd5 Pd6 Pd7 Pd8 Pd9 Pd10 TPd
Pd1
Pearson
Correlation
1 ,221 ,192 ,562** ,470** ,557** ,135 ,366** ,244 ,260 ,641**
Sig. (2-tailed) ,116 ,172 ,000 ,000 ,000 ,339 ,008 ,082 ,063 ,000
N 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52
Pd2
Pearson
Correlation
,221 1 -,175 ,123 -,008 ,080 -,060 ,184 ,276* -,088 ,239
Sig. (2-tailed) ,116 ,215 ,383 ,958 ,574 ,674 ,192 ,048 ,534 ,088
N 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52
Pd3
Pearson
Correlation
,192 -,175 1 ,316* ,496** ,330* ,351* ,323* ,276* ,264 ,551**
Sig. (2-tailed) ,172 ,215 ,023 ,000 ,017 ,011 ,020 ,048 ,059 ,000
108
N 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52
Pd4
Pearson
Correlation
Sig. (2-tailed)
N
,562**
,000
52
,123
,383
52
,316*
,023
52
1
52
,765**
,000
52
,553**
,000
52
,170
,229
52
,618**
,000
52
,201
,154
52
,369**
,007
52
,775**
,000
52
Pd5
Pearson
Correlation
,470** -,008 ,496** ,765** 1 ,640** ,298* ,539** ,186 ,412** ,794**
Sig. (2-tailed) ,000 ,958 ,000 ,000 ,000 ,032 ,000 ,188 ,002 ,000
N 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52
Pd6
Pearson
Correlation
,557** ,080 ,330* ,553** ,640** 1 ,423** ,595** ,252 ,632** ,814**
Sig. (2-tailed) ,000 ,574 ,017 ,000 ,000 ,002 ,000 ,071 ,000 ,000
N 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52
Pd7
Pearson
Correlation
,135 -,060 ,351* ,170 ,298* ,423** 1 ,287* ,340* ,294* ,503**
Sig. (2-tailed) ,339 ,674 ,011 ,229 ,032 ,002 ,039 ,014 ,035 ,000
N 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52
Pd8
Pearson
Correlation
,366** ,184 ,323* ,618** ,539** ,595** ,287* 1 ,335* ,499** ,767**
Sig. (2-tailed) ,008 ,192 ,020 ,000 ,000 ,000 ,039 ,015 ,000 ,000
N 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52
Pd9
Pearson
Correlation
,244 ,276* ,276* ,201 ,186 ,252 ,340* ,335* 1 ,228 ,509**
Sig. (2-tailed) ,082 ,048 ,048 ,154 ,188 ,071 ,014 ,015 ,104 ,000
N 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52
Pd10
Pearson
Correlation
,260 -,088 ,264 ,369** ,412** ,632** ,294* ,499** ,228 1 ,617**
Sig. (2-tailed) ,063 ,534 ,059 ,007 ,002 ,000 ,035 ,000 ,104 ,000
N 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52
TPd
Pearson
Correlation
,641** ,239 ,551** ,775** ,794** ,814** ,503** ,767** ,509** ,617** 1
Sig. (2-tailed) ,000 ,088 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
109
Hasil Uji Validitas Pendeteksian Kerugian Daerah
(Setelah Dikurangi Pertanyaan Yang Tidak Valid)
Correlations
Pd1 Pd3 Pd4 Pd5 Pd6 Pd7 Pd8 Pd9 Pd10 TPd
Pd1
Pearson Correlation 1 ,192 ,562** ,470** ,557** ,135 ,366** ,244 ,260 ,622**
Sig. (2-tailed) ,172 ,000 ,000 ,000 ,339 ,008 ,082 ,063 ,000
N 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52
Pd3
Pearson Correlation ,192 1 ,316* ,496** ,330* ,351* ,323* ,276* ,264 ,594**
Sig. (2-tailed) ,172 ,023 ,000 ,017 ,011 ,020 ,048 ,059 ,000
N 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52
Pd4
Pearson Correlation ,562** ,316* 1 ,765** ,553** ,170 ,618** ,201 ,369** ,775**
Sig. (2-tailed) ,000 ,023 ,000 ,000 ,229 ,000 ,154 ,007 ,000
N 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52
Pd5
Pearson Correlation ,470** ,496** ,765** 1 ,640** ,298* ,539** ,186 ,412** ,816**
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,032 ,000 ,188 ,002 ,000
N 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52
Pd6
Pearson Correlation ,557** ,330* ,553** ,640** 1 ,423** ,595** ,252 ,632** ,822**
Sig. (2-tailed) ,000 ,017 ,000 ,000 ,002 ,000 ,071 ,000 ,000
N 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52
Pd7
Pearson Correlation ,135 ,351* ,170 ,298* ,423** 1 ,287* ,340* ,294* ,526**
Sig. (2-tailed) ,339 ,011 ,229 ,032 ,002 ,039 ,014 ,035 ,000
N 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52
Pd8
Pearson Correlation ,366** ,323* ,618** ,539** ,595** ,287* 1 ,335* ,499** ,758**
Sig. (2-tailed) ,008 ,020 ,000 ,000 ,000 ,039 ,015 ,000 ,000
N 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52
Pd9
Pearson Correlation ,244 ,276* ,201 ,186 ,252 ,340* ,335* 1 ,228 ,478**
Sig. (2-tailed) ,082 ,048 ,154 ,188 ,071 ,014 ,015 ,104 ,000
N 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52
Pd10
Pearson Correlation ,260 ,264 ,369** ,412** ,632** ,294* ,499** ,228 1 ,647**
Sig. (2-tailed) ,063 ,059 ,007 ,002 ,000 ,035 ,000 ,104 ,000
N 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52
TPd
Pearson Correlation ,622** ,594** ,775** ,816** ,822** ,526** ,758** ,478** ,647** 1
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 52 52 52 52 52 52 52 52 52 52
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
110
Realibilitas Pengalaman
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,871 9
Realibilitas Pengetahuan
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,855 12
Realibilitas Skeptisme Profesional
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,717 10
Realibilitas Pendeteksian Kerugian Daerah
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
,852 9
Hasil Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the
Estimate
1 ,742a ,551 ,522 2,688
a. Predictors: (Constant), TSke, TPt, TPe
b. Dependent Variable: TPd
Hasil Uji F
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 424,877 3 141,626 19,597 ,000b
Residual 346,893 48 7,227
Total 771,769 51
a. Dependent Variable: TPd
111
b. Predictors: (Constant), TSke, TPt, TPe
Hasil Uji t
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1
(Constant) 6,139 5,266 1,166 ,249
TPe ,248 ,116 ,287 2,127 ,039 ,513 1,948
TPt ,288 ,089 ,428 3,236 ,002 ,534 1,872
TSke ,267 ,118 ,226 2,258 ,029 ,935 1,070
a. Dependent Variable: TPd
Hasil Uji Heteroskedastisitas
112
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 52
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation 2,60802949
Most Extreme Differences
Absolute ,055
Positive ,055
Negative -,052
Kolmogorov-Smirnov Z ,395
Asymp. Sig. (2-tailed) ,998
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.