of 21 /21
PENGARUH INTENSITAS ASET TETAP, BIAYA OPERASIONAL, DAN INTENSITAS PERSEDIAAN TERHADAP AGRESIVITAS PAJAK (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2016-2018) SKRIPSI Disusun Oleh : Lidya Christianti 1620210040 STIE MULTI DATA PALEMBANG PROGRAM STUDI AKUNTANSI PALEMBANG 2020

PENGARUH INTENSITAS ASET TETAP, BIAYA OPERASIONAL, …

  • Author
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Text of PENGARUH INTENSITAS ASET TETAP, BIAYA OPERASIONAL, …

OPERASIONAL, DAN INTENSITAS PERSEDIAAN
PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG
PERIODE 2016-2018)
OPERASIONAL, DAN INTENSITAS PERSEDIAAN
PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG
PERIODE 2016-2018)
Lidya Christianti
Penerimaan pajak di Indonesia mendatangkan hasil yang cukup besar bagi
pelaksanaan pembangunan. Di sisi lain, bagi perusahaan pajak merupakan beban
sehingga perusahaan cenderung agresif terhadap pajak dengan melakukan
penghematan pajak melalui perencanaan pajak. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis pengaruh intensitas aset tetap, biaya operasional, dan intensitas aset
tetap terhadap agresivitas pajak. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2016-2018. Teknik penentuan sampel
yang digunakan adalah metode Purposive Sampling dan jumlah 65 perusahaan.
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa intensitas aset tetap berpengaruh
negatif terhadap agresivitas pajak, biaya operasional tidak berpengaruh terhadap
agresivitas pajak, dan intensitas aset tetap tidak berpengaruh terhadap agresivitas
pajak.
persediaan.
1
penduduk yang sangat besar dan merupakan negara kepulauan dengan letak
geografis yang cukup strategis, sehingga banyak perusahaan dari dalam
maupun luar negeri yang berdiri di Indonesia. Hal ini sangat menguntungkan
Indonesia untuk menambah penerimaan dalam sektor pajak,
(Gemilang,2017).
keharusan dan biasanya dibayar masyarakat untuk negara dan subsidinya
akan dipakai untuk keperluan masyarakat umum dan pemerintah, yaitu
misalnya perbaikan jalan raya, pembangunan LRT, dan sebagainya. Pajak
adalah sebuah penghasilan untuk negara, dan sebaliknya untuk perusahaan
pajak diartikan sebagai beban yang menyusutkan laba bersih. Pajak yang
diperkirakan sebagai biaya atau beban dapat sangat menaklukkan beberapa
pihak manajemen perusahaan dalam menaikan atau meningkatkan laba
(profit) .
fasilitas di Indonesia yaitu misalnya pembangunan infrastruktur umum,
peningkatan pendidikan, dan serta pembangunan daerah lainnya yang
2
penerimaan sektor pajak ini dilakukan melalui usaha intensifikasi dan
ekstensifikasi penerimaan pajak.
bukan tanpa kendala, dan salah satu kendala dalam mengoptimalkan
penerimaan pajak adalah agresivitas pajak yang sering dilakukan perusahaan.
Di Indonesia juga banyak yang belum mampu membuat pemerintah
merealisasikan penerimaan pajak secara maksimal menimbulkan pertanyaan
apakah banyak perusahaan yang terdapat melakukan tindakan penghindaran
pajak, penggelapan pajak, atau pemungutan pajak yang dilakukan belum bisa
berjalan baik dan tidak maksimal. Penerimaan pajak harus mampu mencapai
tingkat yang maksimal dan bertujuan untuk digunakan pembiayaan belanja
negara. Di Indonesia juga harus bisa mengukur kemampuan suatu perusahaan
yang berguna menghasilkan suatu laba selama dalam jangka waktu tertentu
pada tingkat perusahaan nya dan profitabilitas akan berkembang sewaktu-
waktu pada perusahaan dalam penerimaan pajak.
Pada tahun 2016 Direktorat Jenderal Pajak Kementrian Keuangan
(DJP Kemenkeu) menyatakan sebesar 2.000 perusahaan multinasional yang
beroperasi di Indonesia tidak membayar Pajak Penghasilan (PPh). Praktik
penghindaran pajak ini dilakukan dengan modus transfer pricing atau
mengalihkan keuntungan atau laba kena pajak dari Indonesia ke negara lain.
Sebesar 2.000 perusahaan yang terlibat dalam penghindaran pajak di
karenakan perusahaan sering mengalami kerugian. Ada tiga faktor utama
3
mengalami kerugian sehingga banyak perusahaan yang mendapatkan fasilitas
insentif pajak, seperti tax holiday dan tax allowance saat melakukan
pengunjungan ke Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Pada waktu
pengunjungan, perusahaan ini sering menaikkan harga pembelian barang
modalnya sehingga pada insentif pajak habis, sudah terakumulasi pembelian
barang modal yang sangat tinggi, sehingga menyebabkan tingginya biaya
penyusutan. Ketiga, perusahaan ini sering berganti nama. Dengan Tujuan
untuk bisa mengurangi biaya pajak dan kemudian perusahaan tidak
mengalami kerugian lagi. DJP Kemenkeu telah berkoordinasi dengan BKPM
dan pihak-pihak yang terlibat untuk melakukan pencegahan terhadap praktik
transfer pricing maupun penghindaran pajak. (Sumber:liputan6.com).
Fenomena yang terjadi di Toyota Motor Manufacturing di Indonesia
telah lama diketahui pihak Direktorat Jenderal Pajak. Toyota Motor
Manufacturing menjauhi penyetoran pajaknya dengan transfer pricing.
Transfer pricing yaitu kebijakan dari perusahaan yang sangat sederhana,
perusahaan memindahkan beban keuntungannya dari berbagai negara,
sehingga dapat menetapkan tarif pajak yang lebih ekonomis (tax haven).
Pengalihan beban pajak PT Toyota Motor Manufacturing dilakukan dengan
memanipulasi biaya penjualan diluar tanggung jawab perusahaan tersebut
2017).
keuangan Toyota. Toyata Motor Manufacturing di Indonesia menjual 17.181
unit Fortuner ke Singapura, aparat pajak menyatakan biaya penjualan
Fortuner adalah Rp 161 juta per unit. Pihak Toyota mengklarifikasi semua
barang Fortuner itu dijual 3,49 % sangat ekonomis ketimbang harga terebut.
hal yang serupa juga diperoleh pada pemasaran mobil Innova Diesel dan
Innova bensin, yang perunit tersebut dipasarkan dengan harga ekonomis
sebesar 1,73% dan 5,14 % dari biaya produksi per unit. Toyota Indonesia
menanggung seluruh kerugian dari penjualan mobil-mobil ke Singapura.
Selain fenomena di atas, mengenai penghindaran pajak terjadi pada
PT. Garuda Metalindo dari Neraca Perusahaan terlihat peningkatan jumlah
hutang (bank dan lembaga keuangan). Dalam laporan keuangan nilai utang
bank jangka pendek mencapai Rp. 200 miliar hingga Juni 2016, meningkat
dari akhir Desember 2015 senilai Rp. 48 miliar. Sehingga PT.Garuda
Metalindo memanfaatkan modal yang diperoleh dari pinjaman atau hutang
untuk menghindari pembayaran pajak yang harus ditanggung oleh
perusahaan.
setidaknya Rp.350 miliar belanja modal (capital expenditure/capex) hingga
pertengahan tahun depan. Adapun sumber dana akan diambil dari kas internal
5
penghindaran pajak, padahal memiliki aktivitas cukup banyak di Indonesia.
Namun, yang menarik dari kasus ini adalah banyak modus mulai dari
administrasi hingga kegiatan yang dilakukan untuk menghindari kewajiban
pajak. Secara badan usaha sudah terdaftar sebagai perseroan terbatas, akan
tetapi dari segi permodalan perusahaan tersebut menggantungkan hidup dari
utang afiliasi. Lantaran modalnya dimasukkan sebagai utang megurangi
pajak, perusahaan ini praktis bisa terhindar dari kewajiban.
(http://investor.id).
kepemilikan aset tetap pada perusahaan dengan total aset. Kepemilikan aset
tetap yang besar dapat mempengaruhi biaya penyusutan pada aset yang besar
pula, sehingga laba perusahaan berkurang akibat adanya total aset tetap yang
besar. Kemudian tingginya total aset yang ada diperusahaan akan
mewujudkan agresivitas pajak perusahaan. Intensitas kepemilikan aset tetap
bisa mengubah biaya pajak perusahaan sehingga timbulnya beban penyusutan
yang terikat pada aset tetap, (Adisamartha dan Noviari, 2015).
Intensitas aset tetap adalah aset berwujud yang dihasilkan dalam
bentuk siap pakai atau dengan dibangun terlebih dahulu, yang digunakan
dalam operasi perusahaan tidak dimasukkan untuk dijual dalam rangka
kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun
(PSAK No.16 tahun 2007 dalam Waluyo, 2014, h.108). Menurut Mulyani
dalam Purwanti dan Sugiarti (2017), intensitas aset tetap menjelaskan skala
6
beban yaitu beban penyusutan yang diakibatkan oleh aset tetap sebagai
penyusutan penerimaan, sebaliknya jika aset tetap lebih tinggi bahwa laba
yang dihasilkan akan lebih kecil, akibat adanya beban penyusutan yang ada
pada aset tetap sehingga bisa menyusutkan laba. contoh dari aset tetap berupa
properti, bangunan, pabrik, alat-alat produksi, mesin, furniture, dan
perlengkapan kantor.
informasi manajemen dari perumahan), dimana ada penjualan rumah mewah
seharga Rp. 7,1 miliar di semarang, namun pada akte notaris hanya tertulis
Rp. 940 Juta atau ada selisih harga sebesar Rp. 6,1 miliar atas transaksi ini
ada potensi PPN (Pajak Pertambahan Nilai) yang seharusnya disetor sebesar
10 % dari Rp. 6,1 miliar atau Rp. 610 juta. Selain itu ada PPh (Pajak
Penghasilan) Final sebesar 5 % dari Rp. 6,1 miliar atau Rp. 300 juta.
Sehingga ada potensi total kekurangan pajak senilai Rp. 910 juta. Jika
developer atau perusahaan ini telah menjual ratusan unit rumah mewah,
kerugian negara dapat mencapai miliar rupiah dari suatu proyek perumahan.
Hal tersebut sengaja dilakukan untuk menyembunyikan nilai omset guna
penghindaran atas pajak property. (www.klikpajak.id)
Pada pengkajian yang dilakukan oleh Noor Et Al. dalam Amelia
(2015) menunjukan suatu perusahaan yang mempunyai skala yang tinggi
pada aset tetap akan menyetor jumlah pajak yang rendah, sehingga
perusahaan memperoleh profit dari depresiasi yang terikat atas aset
7
mempunyai peran penting dalam penerimaan sektor pajak,
Di dalam sektor pajak pada suatu perusahaan, biaya memiliki peranan
penting dalam mencapai keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai
tujuannya, semakin berkembang dan meningkat suatu perusahaan tersebut
maka akan semakin besar atau tinggi aktivitas yang dilakukan oleh
perusahaan. Semakin besar suatu aktivitas perusahaan tersebut semakin besar
pula biaya operasional yang akan dikeluarkan.
Biaya operasional merupakan biaya yang digunakan untuk
pengeluaran uang dalam melaksanakan kegiatan pokok yaitu berupa
pengeluaran untuk biaya penjualan,dan administrasi untuk memperoleh
pendapatan. Biaya operasional juga dapat diartikan seperti biaya yang dipakai
saat memproduksi bahan baku menjadi barang yang dapat dipasarkan, apabila
tercantum dalam biaya depresiasi mesin, pembelian bahan baku, dan gaji
karyawan.
operasional merupakan biaya yang dikeluarkan untuk biaya operasional usaha
sebuah perusahaan. Biaya operasional adalah semua biaya yang dikeluarkan
mulai dari pembelian bahan baku kemudian diolah menjadi bahan jadi
(Matz,1999, h.44). Biaya operasional merupakan komponen terpenting dalam
biaya pada suatu perusahaan, di samping itu biaya operasional didefinisikan
sebagai seluruh pengorbanan yang dikeluarkan operasional perusahaan demi
mencapai tujuan yang ditargetkan.
Fenomena yang terjadi pada PT. Multi Sarana Alvindo atas dugaan
perpindahan kuasa pertambangan yang mengakibatkan kurangnya kewajiban
pembayaran pajak pertambahan nilai atau PPN, gugatan 3 kali tahun 2007,
2009, dan 2010. Dengan mengugat sebesar Rp. 7,7 miliar DJP kalah
dipengadilan. Hingga kini, DJP masih melayangkan gugatan yang sama.
Kecurigaan DJP tidak sepenuhnya keliru terdapat perbedaan yang mencolok
antara besaran nya biaya produksi yang dihasilkan dengan jumlah
pembayaran pajak yang dilakukan. Namun, DJP yakin dapat menggungkap
lebih mendalam dan membongkar hal yang ada dibalik angka-angka laporan
yang bisa disajikan oleh PT. Multi Sarana Alvindo. (www.katadata.co.id).
Intensitas persediaan merupakan paparan bagaimana suatu perusahaan
menginvestasikan kekayaannya pada persediaan (Putri dan Lautania, 2016).
Tingginya tingkat persediaan dalam penerimaan pajak diperusahaan akan
menyebabkan banyak beban bagi perusahaan. PSAK 14 No.13 menyatakan
beberapa pemborosan yang dikarenakan tingginya tingkat persediaan, biaya-
biaya tersebut meliputi biaya bahan, biaya tenaga kerja, biaya produksi, biaya
penyimpanan, biaya administrasi, dan umum, dan biaya penjualan. Biaya –
biaya tersebut lalu diakui sebagai biaya diluar persediaan itu sendiri, biaya
tersebut nantinya akan mengurangi tingkat laba bersih perusahaan dan
mengurangi beban pajak.
efisien dan efektif perusahaan dalam mengelola persediaannya. Apabila
intensitas persediaan perusahaan tinggi maka tingkat biaya-biaya tadi akan
9
intensitas persediaan akan meningkatkan tingkat agresivitas pajak
perusahaan.
berdampak pada banyaknya jumlah pajak yang akan dibayarkan oleh
perusahaan. Bertambahnya pajak yang harus dibayar oleh perusahaan
dikarenakan tidak adanya faktor pengurang pajak dalam kepemilikan
persediaan. (Richardson dan Lanis, (2007) , Noor Et Al, (2010) , dan Chiao
Et Al, (2012)). Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK,
2012) mendefinisikan persediaan adalah aktiva yang tersedia untuk dijual
dalam aktivitas usaha normal, dalam proses produksi dan dalam perjalanan
yang dalam, atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses
produksi pemberi jasa
Dalam bidang akuntansi, pajak termasuk suatu faktor dari biaya yang
bermanfaat atau dapat menurunkan laba suatu perusahaan. Di suatu
perusahaan selalu ingin menghasilkan suatu keuntungan laba dalam
perusahaan nya, dengan menetapkan biaya operasional pada usaha yang akan
dituju, oleh karena itu banyak berbagai cara yang harus dilakukan, misalnya
cara melakukan penghindaran dari agresivitas pajak. Tindakan agresivitas
pajak ini merupakan sebuah tindakan yang dilakukan dengan mengurangi
suatu laba kena pajak melalui perencanaan pajak baik menggunakan cara
yang tergolong atau tidak tergolong tax evasion, (Sari dan Martini (2009)
dalam Gemilang (2017)).
tindakan perencanaan pajak (tax planning) baik dengan cara yang tergolong
secara legal (tax avoidance) atau illegal (tax evasion). Meskipun banyak tidak
yang termasuk melanggar peraturan, kemudian semakin banyak celah yang
digunakan ataupun semakin besar penghematan yang dilakukan maka
perusahaan tersebut dianggap semakin agresif terhadap pajak. Hlaing (2012)
mendefinisikan agresivitas pajak adalah kegiatan perencanaan pajak semua
perusahaan yang terlibat dalam usaha mengurangi tingkat pajak yang efektif.
Slemrod (2004) dalam Balakrishnan, et. al. (2011) berpendapat bahwa
agresivitas pajak menjelaskan kegiatan yang lebih spesifik, yaitu berupa
transaksi yang tujuan utamanya adalah untuk menurunkan kewajiban pajak
perusahaan. Balakrishnan, et al. (2011) menyatakan bahwa perusahaan yang
agresif terhadap pajak ditandai dengan transportasi yang lebih rendah.
Penelitian Adismartha dan Noviari, (2015) mengungkapkan bahwa
Leverage tidak berpengaruh pada tingkat agresivitas wajib pajak, Intensitas
persediaan berpengaruh positif pada tingkat agresivitas wajib pajak, intensitas
aset tetap tidak berpengaruh pada tingkat agresivitas wajib pajak. Sedangkan
penelitian Handayani dan Hariyanti, (2016) mengungkapkan bahwa komisaris
indenpenden tidak berpengaruh negatif signifikan terhadap agresivitas pajak,
komite audit berpengaruh positf signifikan terhadap agresivitas pajak,
kepemilikan manajerial berpengaruh negatif signifikan terhadap agresivitas
pajak, kepemilikan institusional berpengaruh negatif signifikan terhadap
11
terhadap agresivitas pajak intensitas aset tetap tidak berpengaruh negatif
signifikan terhadap agresivitas pajak dan resiko perusahaan tidak berpengaruh
negatif signifikan terhadap agresivitas pajak.
Berdasarkan fenomena dan ketidakkonsistenan hasil penelitian
sebelumnya maka peneliti termotivasi dan tertarik untuk meneliti penelitian
yang berjudul “Pengaruh Intensitas Aset Tetap, Biaya Operasional, dan
Intensitas Persediaan terhadap Agresivitas Pajak pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2016-2018”
1.2 Rumusan Masalah
diatas adalah sebagai berikut :
2. Apakah biaya operasional berpengaruh terhadap agresivitas pajak ?
3. Apakah intensitas persediaan berpengaruh terhadap agresivitas pajak?
1.3 Ruang Lingkup Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas, maka
penulis mengambil topik mengenai pengaruh intensitas aset tetap, biaya
operasional, dan intensitas persediaan pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2016-2018.
12
penulis merumuskan tujuan penelitian adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengaruh intensitas aset tetap terhadap agresivitas
pajak.
3. Untuk mengetahui pengaruh intensitas persediaan terhadap agresivitas
pajak.
1. Manfaat Teoritis
sumbangan pemikiran ilmiah di bidang perpajakan khususnya
permasalahan mengenai agresivitas pajak.
pihak-pihak yang ingin melakukan penelitian.
b. Bagi Perusahaan
13
yang berlaku.
BAB I PENDAHULUAN
serta sistematika penulisan.
isu yang dibahas dan berbagai konsep mengenai topik. Dan
dilengkapi dengan penelitian-penelitian yang pernah dilakukan
oleh peneliti sebelumnya.
yang digunakan dengan memberi penjelasan tentang variabel-
variabel dalam penelitian, populasi dan sampel, jenis data
penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisa data.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Penulis akan membahas mengenai pengolahan terhadap data yang
telah diperoleh yang berkaitan dengan pembahasan masalah yang
14
sedang diteliti penulis. Di dalam bab ini terdapat gambaran umum
objek penelitian, hasil penelitian serta pembahasan penelitian.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Penulis akan menarik kesimpulan dari hasil penelitian yang telah
diperoleh dan penulis akan memberikan saran bagi perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Adisamartha, Ida Bagus Putu Fajar dan Noviari. (2015). Pengaruh Likuiditas,
Leverage, Intensitas Persediaan, dan Intensitas Aset Tetap Pada Tingkat
Agresivitas Wajib Pajak Badan. Jurnal : E-Jurnal Akuntansi, Universitas
Udayana Bali, Vol.13.3 Desember, 973-1000.
Agustinus, Michael. 2019. Manipulasi Laporan Keuangan Dirut PT. Hanson
Berujung Denda Rp. 5 M. Diakses Tanggal 30 Januari 2020. Dari
www.msn.com.
Terhadap Effective Tax Rate (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur
Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2014). Skripsi.
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah : Jakarta.
Ariyanti, Fiki. (2016). 2000 Perusahaan Asing Gelapkan Pajak Selama 10 Tahun.
Diakses Tanggal 10 Agustus 2019 , dari www.liputan6.com.
Assauri, Sofjan. (2004). Manajemen Pemasaran. Jakarta: Rajawali Press.
Balakrishnan, K.,J. Blouin, and W, Guay.(2011). “Does Tax Aggressiveness
Reduce Financial Reporting Transparency’. Diakses tanggal 20 Agustus
2019 dari www.google.co.id.
Blocher, E, J, et, al. (2007). Management :Manajemen Biaya Penekanan Strategis,
Jakarta : Selemba Empat.
Keuangan Perusahaan. Penerbit Gajah Mada University Press.
Chiao YC, Hsieh YC, Lin W. (2012). “Determinants Of Effect Tax Rates For Firm
Listed On China’s Stock Markets : Panel Models With Two-Sided
Cencors”. The Business & Management Review, Vol.3 Number 1.
Cyssco, Dhanny R. (2018). Pengertian atau Definisi Biaya Operasional
(Operating Expenses).Diakses tanggal 5 Mei 2019, dari
Manajemen Pajak Dengan Indikator Tarif Pajak Efektif. Simposium
Nasional Akutansi 17 Mataram, Lombok.
Dharma, I Made Surya dan Ardiana, Putu Agus. (2016). Pengaruh Leverage,
Intensitas Aset Tetap, Ukuran Perusahaan, dan Koneksi Politik Terhadap
Tax Avoidance. E-Jurnal Akutansi.
Frank, M. M., Lynch, L. J., dan Rego, S. O. (2009). “Tax Reporting
Aggressiveness and Its Relation To Aggressive Financial Reporting’.
Journal of Accounting Review. Vol.84, No.2 hal 467-496.
Gemilang, Dewi Nawang. (2017). Pengaruh Leverage, Profitabilitas, Ukuran
Perusahaan, dan Capital Perusahaan (StudiEmpiris Perusahaan Property
dan Real Estate yang Terdaftar di BEI Pada Tahun 2013-2015. Skripsi.
Jurusan Akuntansi Syariah: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam. Institut
Agama Islam Negeri Surakarta.
Edisi Keempat. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro,
Haharap, Sofyan Safri. (2004). Analisis Kritisatas Laporan Keuangan. PT. Raja
Grafindo Persada. Jakarta: 2008.
Agresivitas Pajak Pada Perusahaan Manufaktur. Jurnal Ilmu Manajemen
dan Akuntansi Terapan, Vol.8, No.2: ISSN 2086-3748.
Hlaing, Khin Phyo. (2012). Organizational Architecture Of Multinationals and Tax
Aggresiveness. University Of Waterloo.
Empat.
Jansen dan Meckling, (1976). The Theory Of The Firm: Manajerial Behaviour,
Agency Cost, and Ownership Structure, Journal Of Financial and
Economics, 3:305-360.
Jimmy, dan Pratiwi Raisa. (2015). Pengaruh Profitabilitas, dan Biaya Operasional
Terhadap Agresivitas Pajak Penghasilan Badan (Studi Empiris Pada
Perusahaan Pertambangan Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode
2014-2017). Jurnal Jurusan Akuntansi STIE Multi Data Palembang.
Jopie, Jusuf. (2006). Analisis Kredit Untuk Account Officer. Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Kunjana, Gora. (2017). Garuda Metalindo Akuisisi Sister Company Rp. 279 M.
Diakses tanggal 30 Januari 2020. Dari https://investor.id.
Martini, F., dan al, e. (2012). Fundamentals Of Anatomy and Physiology ( 7 ed.).
Pearson Benjamin Cumings. P. 600.
Maftuchan, Ah. 2019. Gelombang Penghindaran Pajak Dalam Pusaran Batu Bara.
Diakses Tanggal 30 Januari 2020. Dari www.katadata.co.id.
Matz, U Hammer, (1999). Akuntansi Biaya Perencanaan dan Pengendalian, Jilid
I. Erlangga : Jakarta.
Likuiditas, Leverage, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Tingkat
Agresivitas Wajib Pajak Badan Pada Perusahaan Manufaktur Sub Sektor
Otomotif yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2017.
Skripsi Thesis: Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
Noor Et Al. (2010). Corporate Tax Planning: A Study On Corporate Effective Taxe
Rates Of Malaysia Listed Companie. International Journal Of Trade,
Economics and Finance.
Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, dan Capital Intensity Terhadap
Agresivitas Pajak. Skripsi. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomika dan
Bisnis, Universitas Diponegoro.
Oktavia, Rizal, dan Ariani. (2017). Analisis Pengaruh Biaya Produksi dan Biaya
Operasional Terhadap Laba Bersih Pada PT. Mayora Indah Tbk di Bursa
Efek Indonesia (BEI). Jurnal: STIE-IBEK Bangka Belitung Pangkal
Pinang, Indonesia.
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2016 -
2018, Diakses tanggal 10 Agustus 2019.www.idx.co.id
Prayitno, Duwi. (2010). Paham Analisa Data Statistik Dengan SPSS. Media kom,
Yogyakarta.
Purwanti, Shinta Meilina dan Sugiyarti. (2017). Pengaruh Intensitas Aset Tetap,
Pertumbuhan Penjualan dan Koneksi Politik Terhadap Tax Avoidance.
Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan, ISSN : 2338-1507.
Putri, Citra Lestari dan Maya Febrianty Lautania, (2016). Pengaruh Capital
Intensity Ratio, Inventory Intensity Ratio, Ownership Strucutre, dan
Profitability Terhadap Effective Tax Rate (ETR), Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Ekonomi Akuntansi, Vol. 1, No.1, 101-119.
Penghindaran Pajak. Jurnal Akuntansi, ISSN:2502-6380.
Rangkuti, F.(2007). Manajemen Persediaan, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta.
Richardson, Grant dan Lanis, Roman. (2007). “ Determinant Of The Variability In
Corporate Effective Taxe Rates and Tax Reform: Evidance From
Australia”. Journal Of Accounting and Public Policy. 26. Hal 689-704.
Saham Ok. Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2016-2018,
Diakses Tanggal 10 Agustus 2019.https://www.sahamok.com
Salamah, Asri Anggun, Pamungkas Maria Gorelti, dan Yogi Kumara. (2016).
Pengaruh Profitabilitas, Biaya Operasional Terhadap Pajak Penghasilan
Badan (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia Periode 2012-2014), Jurnal Perpajakan, Vol.9, No.1.
Santosa, Arga Fajar, Linda Kusumaning Wedari, (2007. Analisis Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Kecendrungan Penerimaan Opini Audit Going
Concern. JAAI Volume 11, No.2, Desember 2007 : 141-158.
Santoso, Singgih. 2015. Menguasai Statistik Parametrik. Penerbit PT. Elex Media
Komputindo. Jakarta.
Governance, dan Tindakan Pajak Agresif.
Savitri, Dhian Andanarini Minar dan Rahmawati. (2017). Pengaruh Leverage,
Intensitas Persediaan, Intensitas Aset Tetap, dan Profitabilitas Terhadap
Agresivitas Pajak. Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan, Vol.8
No.2 : ISSN 2086-3748.
Jakarta.
Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta.
.
Sulistyanto, H. Sri. (2008). “Manajemen Laba, Teori, dan Model Empiris. Jakarta:
Grasindo.
Tangguhan Terhadap Manajemen Laba. E-Journal, Universitas
Diponegoro.Vol.4, No. 01, Hal 77-74.
Taniko, Hernando. (2017). Pengertian Umum, Jenis-Jenis, Manfaat dan Fungsi
Pajak Di Indonesia. Diakses tanggal 5 Mei 2019, dari www.aturduit.com.
tt. 2016. Pengertian Pajak, Fungsi, dan Jenis-Jenisnya. Diakses tanggal 5 Mei
2019, dari www.cermati.com.
tt. 2017. Dugaan Transfer Pricing Toyota. Diakses tanggal 10 Agustus 2019, dari
www. Kompasiana.com.
tt. 2018. Tax Evasion Dalam Pajak Perusahaan Properti. Diakses Tanggal 30
Januari 2020. Dari www.klikpajak.id
Umum dan Tata Cara Perpajakan.
Wahyuningtyas, Fitria. (2010). Penggunaan Laba dan Arus Kas Untuk
Memprediksi Kondisi Financial Distress (Studi Kasus Pada Perusahaan
Bukan Bank Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2005-
2008). Skripsi. Program Sarjana (S1) Pada Program Sarjana Fakultas
Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang.
Wajib Pajak Badan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia Periode 2012-2016. Skripsi, Jurusan Akuntansi, Universitas
Maritim Raja Ali Haji Tanjung pinang, Kepulauan Riau.