Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH FAKTOR PERSEPSI, SOSIAL-
DEMOGRAFI DAN KEUANGAN TERHADAP
PREFERENSI MASYARAKAT DALAM
PENGGUNAAN ALAT PEMBAYARAN NON TUNAI
(Studi Kasus pada Pengguna APMK dan Uang
Elektronik di Kota Malang)
JURNAL ILMIAH
Disusun oleh :
Salsabila Wahyu Pratami
NIM. 145020400111005
JURUSAN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018
ii
LEMBAR PENGESAHAN PENULISAN ARTIKEL JURNAL
Artikel Jurnal dengan judul :
PENGARUH FAKTOR PERSEPSI, SOSIAL-DEMOGRAFI DAN
KEUANGAN TERHADAP PREFERENSI MASYARAKAT DALAM
PENGGUNAAN ALAT PEMBAYARAN NON TUNAI
(Studi Kasus pada Pengguna APMK dan Uang Elektronik di Kota Malang)
Yang disusun oleh :
Nama : Salsabila Wahyu Pratami
NIM : 145020400111005
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : S1 Ilmu Ekonomi
Bahwa artikel Jurnal tersebut dibuat sebagai persyaratan ujian skripsi yang
dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 23 Agustus 2018
Malang, 23 Agustus 2018
Dosen Pembimbing,
Puspitasari Wahyu Anggraeni, SE.,
M.Ec.Dev
NIP. 2014058707032001
1
Pengaruh Faktor Persepsi, Sosial-Demografi dan Keuangan terhadap
Preferensi Masyarakat Dalam Penggunaan Alat Pembayaran Non Tunai
(Studi Kasus pada Pengguna APMK dan Uang Elektronik di Kota Malang)
Salsabila Wahyu Pratami
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya Malang
Email: [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh faktor persepsi, sosial-demografi
dan keuangan terhadap preferensi masyarakat dalam penggunaan alat pembayaran non
tunai. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 120, yang merupakan
pengguna APMK dan uang elektronik di Kota Malang. Dengan menggunakan analisis
regresi linier berganda, penelitian ini menganalisis pengaruh persepsi manfaat, persepsi
kemudahan penggunaan, persepsi keamanan, persepsi kepercayaan, usia, pendidikan dan
pendapatan terhadap frekuensi penggunaan alat pembayaran non tunai. Hasil penelitian
menunjukkan bahwasannya preferensi dalam penggunaan alat pembayaran non tunai
secara signifikan dipengaruhi oleh persepsi manfaat, persepsi keamanan, persepsi
kepercayaan, usia, pendidikan dan pendapatan. Sementara itu, persepsi kemudahan
penggunaan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap preferensi dalam
penggunaan alat pembayaran non tunai. Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat
menjadi bahan evaluasi bagi pemerintah dalam menentukan kebijakan yang tepat untuk
mengatasi masalah rendahnya pengguna transaksi non tunai di Indonesia, sehingga
dapat mendorong pengguna transaksi non tunai di Indonesia untuk terwujudnya Less
Cash Society (LCS).
Kata Kunci: Preferensi, Alat Pembayaran Non Tunai, Persepsi, Sosial-Demografi,
Keuangan
A. PENDAHULUAN
Era modernisasi dan perkembangan teknologi memberikan dampak kemudahan
dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk ekonomi, yang dalam hal ini menyebabkan
adanya transformasi dalam sistem pembayaran yang semakin mudah. Di era ini, semakin
banyak masyarakat global yang menyadari bahwasannya penggunaan alat pembayaran
tunai tidak lagi efisien, dan mulai beralih menggunakan alat pembayaran non tunai.
Berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh Juniper Research, menunjukkan
bahwasannya era transaksi non tunai sedang tumbuh subur, dengan adanya pertumbuhan
nilai transaksi non tunai secara global yang mencapai 40 persen pada 2014. Belgia berada
di peringkat pertama sebagai negara dengan penduduk yang paling aktif melakukan
transaksi non tunai, disusul oleh Perancis dan Kanada. Sementara itu, penggunaan
transaksi non tunai di Indonesia sendiri baru mencapai 31 persen dari jumlah keseluruhan
transaksi ritel sebesar Rp 7.500 triliun (Kata Data Research, 2015).
Dalam hal implementasi transaksi non tunai, Indonesia masih tergolong baru.
Dalam Mastercard Advisors Cashless Journey Indonesia dan sembilan negara lainnya
dikategorikan ke dalam inception, yaitu negara-negara yang baru memulai proses
peralihan dari transaksi tunai ke transaksi non tunai. Di tingkat dunia, Indonesia
menempati posisi di atas Kenya, Uni Emirat Arab, Kolombia, Peru, Arab Saudi, Nigeria
dan Mesir. Namun, apabila dibandingkan dengan negara-negara di ASEAN, Indonesia
2
masih tertinggal di bawah Thailand, Malaysia dan Singapura (Mastercard, 2013). Oleh
karena itu, Bank Indonesia mencanangkan ‘Gerakan Nasional Non Tunai’ pada 14
Agustus 2014 untuk mendorong penggunaan transaksi non tunai di Indonesia.
Berdasarkan data statistik sistem pembayaran yang dipublikasi oleh Bank
Indonesia, volume transaksi alat pembayaran non tunai di Indonesia pada periode 2014-
2016 secara berturut-turut mengalami kenaikan, baik berupa kartu debet/atm, kartu kredit,
ataupun uang elektronik. Hal tersebut menunjukkan bahwasannya ‘Gerakan Nasional
Non Tunai’ merupakan kebijakan yang cukup efektif untuk mendorong penggunaan alat
pembayaran non tunai di Indonesia. Namun, meskipun tren transaksi non tunai terus
meningkat, pengguna transaksi non tunai di Indonesia masih tergolong rendah. Sebab,
hingga saat ini transaksi keuangan di Indonesia masih didominasi oleh transaksi tunai
(Sehe, 2017).
Menurut Subari dan Ascarya (2003), penggunaan alat pembayaran dipengaruhi
oleh latar belakang masyarakat pengguna alat pembayaran tersebut. Masyarakat yang
bertempat tinggal di pedesaan dan kota-kota kecil cenderung lebih menyukai untuk
bertransaksi dengan menggunakan alat pembayaran tunai. Sedangkan masyarakat yang
bertempat tinggal di kota-kota besar cenderung lebih menyukai untuk bertransaksi dengan
menggunakan alat pembayaran non-tunai.
Di Indonesia, khususnya provinsi Jawa Timur, kota Malang merupakan kota
terbesar kedua setelah kota Surabaya. Meskipun kota Malang termasuk salah satu kota
besar di Indonesia, namun implementasi penggunaan alat pembayaran non tunai di kota
Malang masih tergolong rendah, yang ditunjukkan dengan jumlah penggunaan kartu
elektronik (e-money) yang masih terbilang minim, meski sejumlah perbankan sudah
mengeluarkan produk e-money. Berdasarkan data yang dimiliki Area Head Bank Mandiri
Malang, Theresia Pratiwi Hastarai menujukkan bahwasannya untuk wilayah Malang
Raya, share-nya masih berada di angka 25 persen (Hardiyanto, 2018). Padahal,
pemerintah kota Malang sudah mendorong penggunaan alat pembayaran non tunai (e-
money) dengan menerapkan berbagai kebijakan, seperti pembayaran pajak secara online
(e-tax), tax banking, bantuan sosial non tunai, dan lain sebagainya.
Hal demikian menunjukkan bahwasannya, untuk mendorong penggunaan alat
pembayaran non tunai tidak dapat dilakukan hanya dengan memberlakukan kebijakan-
kebijakan terkait transaksi non tunai, seperti halnya kebijakan pembayaran tol non tunai
di seluruh gerbang tol di Indonesia yang diberlakukan per 31 Oktober 2017. Sebab,
kebijakan tersebut dinilai bertentangan dengan Undang-Undang Konsumen dan
mengabaikan hak konsumen. Seperti yang dituturkan oleh Himpunan Lembaga
Konsumen Indonesia (HLKI) Jawa Barat, bahwasannya program tersebut terkesan
dipaksakan, dimana konsumen tidak diberi alternatif lain selain diwajibkan untuk
membayar secara non tunai. Padahal, di sisi lain terdapat banyak keluhan yang diterima
dari masyarakat terkait kewajiban penggunaan transaksi non tunai di berbagai gerbang
tol, salah satunya yaitu terkait infrastruktur pendukung yang belum sepenuhnya siap
(Koran Jakarta, 2017). Sehingga, dalam hal ini diperlukan pendekatan lain untuk
mendorong penggunaan transaksi non tunai, yaitu dengan mengidentifikasi faktor-faktor
yang mempengaruhi preferensi masyarakat Indonesia dalam penggunaan alat pembayaran
non tunai.
Dengan demikian, dari uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakuan sebuah
penelitian dengan judul “Pengaruh Faktor Persepsi, Sosial-Demografi dan Keuangan
terhadap Preferensi Masyarakat dalam Penggunaan Alat Pembayaran Non Tunai”.
Dimana penelitian ini mengambil studi kasus pada pengguna Alat Pembayaran dengan
Menggunakan Kartu (APMK) dan uang elektronik di kota Malang. Adapun penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis pengaruh faktor persepsi, sosial-demografi dan keuangan
terhadap preferensi masyarakat dalam penggunaan alat pembayaran non tunai.
3
B. TINJAUAN PUSTAKA
Persepsi
Secara umum, persepsi merupakan suatu proses penyimpulan dan penafsiran
informasi yang diterima melalui indera manusia yang kemudian diwujudkan ke dalam
bentuk sikap atau perilaku. Adapun pembentukan persepsi menurut Gaspers (1997) dapat
dipengaruhi oleh faktor-faktor, sebagai berikut ;
1) Pengalaman masa lalu, dimana individu cenderung akan menarik suatu
kesimpulan yang sama atas sesuatu berdasarkan apa yang telah dilihat, didengar,
dan dirasakan sebelumnya
2) Keinginan, dimana individu cenderung akan menolak suatu pilihan yang tidak
sesuai dengan keinginannya.
3) Pengalaman dari orang-orang di lingkungan sekitar, dimana individu cenderung
akan memiliki persepsi terhadap sesuatu berdasarkan pengalaman yang dialami
oleh orang-orang di lingkungan sekitarnya.
Faktor Sosial-Demografi
Secara etimologi, demografi dapat dipahami sebagai ilmu yang mempelajari
tentang fenomena-fenomena kependudukan. Sementara itu, Bogue (1969) menjelaskan
demografi sebagai ilmu statistik dan matematis yang mempelajari tentang jumlah,
komposisi, dan distribusi penduduk, serta segala dinamikanya terkait proses kelahiran,
kematian, perkawinan, migrasi dan mobilitas sosial. Dengan demikian, sosial-demografi
dalam hal ini mengacu kepada fenomena-fenomena kependudukan yang berkaitan dengan
kondisi sosial masyarakat. Adapun faktor-faktor yang termasuk ke dalam sosial-
demografi, antara lain usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, jumlah anggota
keluarga, bahasa, dan lain sebagainya
Faktor Keuangan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, uang diartikan sebagai : (1)Alat tukar
atau standar pengukur nilai (kesatuan hitungan) yang sah, dikeluarkan oleh pemerintah
suatu negara berupa kertas, emas, perak atau logam lain yang dicetak dengan bentuk
gambar tertentu; (2)Harta atau kekayaan. Sementara itu, keuangan dapat dipahami
sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan uang.
Preferensi
Dalam konteks bahasa yang lebih sederhana, preferensi juga dapat disebut sebagai
selera. Namun, secara umum preferensi konsumen diartikan sebagai suatu pilihan suka
atau tidak suka terhadap barang dan/atau jasa dari konsumen terkait kegiatan konsumsi
yang dilakukan. Dimana, preferensi tersebut terbentuk dari persepsi konsumen terhadap
suatu produk (Munandar et al, 2012).
Menurut Nicholson (1989), hubungan preferensi konsumen dapat diasumsikan
memiliki tiga sifat dasar, antara lain kelengkapan (completeness), transitivitas
(transitivity) dan kontinuitas (continuity). Dengan demikian, berasarkan ketiga asumsi
dasar tersebut, maka setiap individu yang berperan sebagai konsumen akan dapat
menyusun peringkat pada segala kondisi daripada suatu produk. Sehingga, teori
preferensi dapat digunakan untuk melakukan analisis terhadap tingkat kepuasan yang
dicapai oleh konsumen (Bank Indonesia, 2006).
4
Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan proses
pembelian barang dan/atau jasa. Dalam hal ini, perilaku konsumen berkaitan dengan
alasan dan tekanan yang mempengaruhi kegiatan pemilihan, pembelian, penggunaan, dan
pembuangan barang dan/atau jasa guna memuaskan kebutuhan dan keinginan pribadi
(Hanna dan Wozniak, 2001).
Menurut Schiffman dan Kanuk (2008), perilaku konsumen menggambarkan
bagaimana cara individu sebagai konsumen dalam pengambilan keputusan dengan
memanfaatkan sumber daya yang tersedia, antara lain waktu, uang, dan usaha, guna
membeli barang dan/atau jasa.
Menurut Engel et al. (dalam Bank Indonesia, 2006), perilaku konsumen dapat
ditentukan oleh faktor-faktor, sebagai berikut ;
1) Lingkungan, yang meliputi budaya/ adat istiadat, kelas sosial, serta pengaruh
pribadi.
2) Perbedaan individu, yang meliputi sumberdaya konsumen, pengetahuan,
sikap, motivasi, kepribadian, gaya hidup, dan demografi.
3) Psikologis, yang meliputi proses pengolahan informasi, pembelajaran, dan
perubahan sikap atau perilaku.
Menurut Multifiah (2012), perilaku konsumen oleh para ekonom diilustrasikan
melalui hukum permintaan dengan menggunakan pendekatan Marginal Utility (MU) dan
Indifference Curve (IC). Pada pendekatan MU, kepuasan diasumsikan sebagai suatu
kuantitas yang dapat diukur dengan bilangan kardinal, tak tergantung, dan dapat
ditambahkan. Sehingga, MU mengukur tambahan kepuasan yang diperoleh akibat adanya
tambahan konsumsi yang dilakukan per satu unit barang. Sementara, pendekatan IC
mengukur kepuasan secara ordinal, yakni menggunakan fungsi preferensi konsumen
(Soeharno, 2006).
Sistem Pembayaran
Menurut UU No. 23 Pasal 1 tentang Bank Indonesia, sistem pembayaran
merupakan suatu sistem, yaitu satu kesatuan yang utuh yang mencakup seperangkat
aturan, lembaga dan mekanisme yang digunakan untuk melaksanakan pemindahan dana,
guna memenuhi kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi. Sehingga dalam hal
ini, sistem pembayaran berkaitan dengan alat pembayaran, prosedur perbankan
sehubungan dengan kegiatan pembayaran dan sistem transfer antarbank yang digunakan
dalam proses pembayaran.
Perkembangan sistem pembayaran tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan
alat pembayaran. Perkembangan sistem pembayaran juga didorong oleh semakin
besarnya volume dan nilai transaksi, peningkatan risiko, kompleksitas transaksi, dan
perkembangan teknologi (Subari dan Ascarya, 2003).
Instrumen Pembayaran Non Tunai
Instrumen pembayaran dapat diklasifikasikan menjadi 2 (dua) macam, yaitu
instrumen pembayaran tunai dan instrumen pembayaran non tunai. Adapun instrumen
pembayaran tunai dapat berupa uang kartal, yaitu uang kertas dan logam. Menurut UU
No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, Uang logam adalah uang yang terbuat dari
logam emas atau perak dengan karakteristik yang tidak mudah hancur dan tahan lama,
mudah dikenali bentuknya, dan memiliki nilai yang cenderung tinggi dan stabil.
5
Sedangkan, uang kertas adalah uang yang berbentuk lembaran yang terbuat dari bahan
kertas atau bahan lainnya yang menyerupai kertas.
Sementara itu, instrumen pembayaran non tunai dapat dibedakan menjadi 3 (tiga)
jenis, antara lain instrumen pembayaran berbentuk warkat (paper based) seperti cek dan
bilyet giro, instrumen pembayaran berbentuk kartu (card based) seperti kartu debet/atm
dan kartu kredit dan instrumen pembayaran elektronik (electronic based) seperti internet
banking, sms banking, dan uang elektronik (e-money).
Menurut Klee (2004), terdapat beberapa kategori untuk mengidentifikasi faktor-
faktor yang mempengaruhi konsumen untuk menggunakan sistem pembayaran elektronik,
yakni sebagai berikut ;
1) Financial, yakni dengan melihat pendapatan bersih yang dihasilkan per
bulan (pendapatan dikurangi dengan pajak).
2) Socio-demography, yang meliputi usia, jenis kelamin, pekerjaan,
pendidikan, jumlah anggota keluarga dan bahasa
3) Technology, yaitu berupa frekuensi penggunaan mobile phone, komputer
pribadi, internet, PDA, dan pelayanan bank melalui telepon.
4) Supply-side, yakni meliputi jumlah terminal point off sale (POS),
kepadatan penduduk, jumlah ATM yang tersedia, rata-rata pendapatan
perkapita, baik di daerah tempat tinggal maupun bekerja.
Gerakan Nasional Non Tunai
Pada tahun 2014 lalu, pemerintah Indonesia melalui Bank Indonesia membuat
suatu kebijakan terkait pembayaran non tunai. Kebijakan tersebut dinamakan “Gerakan
Nasional Non Tunai (GNNT)” dan secara resmi dicanangkan oleh Gubernur Bank
Indonesia, Agus D.W. Martowardojo di Jakarta, pada 14 Agustus 2014. Pencanangan
GNNT tersebut ditujukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap
penggunaan alat pembayaran non tunai, dengan harapan secara berangsur-angsur akan
terbentuk less cash society (LCS), yaitu suatu kelompok masyarakat yang lebih
menggunakan alat pembayaran non tunai, terutama dalam transaksi terkait kegiatan
ekonominya. Selain itu, terbentuknya GNNT tersebut dilatarbelakangi oleh fakta
bahwasannya penggunaan transaksi pembayaran berbasis elektronik oleh masyarakat
Indonesia masih relatif rendah dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya.
Padahal, dengan mendasarkan kepada kondisi geografi dan jumlah populasi yang cukup
besar, Indonesia memiliki potensi yang cukup besar untuk perluasan akses layanan sistem
pembayaran. Sehingga, melalui GNNT tersebut, Bank Indonesia dengan dukungan
perbankan berupaya mendorong penggunaan transaksi non-tunai oleh masyarakat demi
terwujudnya LCS (Bank Indonesia, 2014).
Pengaruh Faktor Persepsi terhadap Preferensi Penggunaan Alat Pembayaran Non
Tunai
Dalam hal penggunaan alat pembayaran non tunai, faktor persepsi berkaitan
dengan manfaat penggunaan, kemudahan penggunaan, keamanan transaksi, dan
kepercayaan yang diperoleh dari penggunaan alat pembayaran non tunai.
Menurut Davis et al (dalam Nasri dan Zarai, 2014), faktor manfaat atau kegunaan
merupakan variabel yang paling penting yang mempengaruhi seseorang untuk dapat
menerima suatu teknologi baru. Faktor tersebut secara signifikan berpengaruh terhadap
intensitas penggunaan internet banking, yang mana dalam hal ini merupakan salah satu
instrumen pembayaran non tunai.
6
Selanjutnya, faktor kemudahan penggunaan memiliki hubungan yang positif
dengan intensitas penggunaan mobile banking. Dimana apabila mobile banking yang
dalam hal ini juga merupakan salah satu instrumen pembayaran non tunai mudah untuk
digunakan, maka hal tersebut akan mendorong intensitas penggunaan dari pada mobile
banking tersebut (Verrecchia, 2016).
Faktor keamanan juga memiliki hubungan yang yang signifikan dan positif
terhadap intensitas penggunaan internet banking, yakni pada nasabah eksternal. Menurut
Raza dan Hanif (2012), nasabah eksternal lebih berorientasi pada kenyamanan. Apabila
dapat ditemukan kenyamanan dalam penggunaan internet banking, maka intensitas
penggunaan internet banking juga akan meningkat. Dalam hal ini, faktor keamanan
merupakan salah satu faktor penentu kenyamanan.
Faktor lain yang dalam hal ini juga menjadi penentu dalam penggunaan mobile
banking adalah kepercayaan. Kepercayaan memiliki hubungan yang signifikan terhadap
intensitas penggunaan mobile banking baik dalam jangka pendek, maupun jangka
panjang. Faktor kepercayaan berkaitan dengan risiko, dimana faktor tersebut dapat
mengurangi persepsi bahwa penggunaan mobile banking memiliki risiko, yang pada
akhirnya akan meningkatkan penggunaannya (Verrecchia, 2016).
Pengaruh Faktor Sosial-Demografi terhadap Preferensi Penggunaan Alat
Pembayaran Non Tunai
Menurut Fozia (2013), faktor demografis memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap penggunaan internet banking, salah satunya adalah usia. Kelompok usia yang
berbeda memiliki persepsi yang berbeda-beda pula. Dalam hal ini, semakin tinggi usia
seseorang maka semakin rendah persepsinya mengenai layanan internet banking, dan
sebaliknya.
Kennickell dan Kwast (dalam Bank Indonesia, 2006) juga menyatakan
bahwasannya faktor usia berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap perilaku
penggunaan debit card rumah tangga di Amerika Serikat. Dimana, semakin tua seseorang
maka perilaku penggunaan debit card akan semakin berkurang. Selain itu, perilaku
penggunaan debit card rumah tangga di Amerika Serikat juga dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan. Dalam hal ini, tingkat pendidikan berpengaruh secara signifikan dan positif
terhadap perilaku penggunaan debit card rumah tangga di Amerika Serikat. Artinya,
semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka perilaku penggunaan debit card akan
semakin bertambah.
Pengaruh Faktor Keuangan terhadap Preferensi Penggunaan Alat Pembayaran
Non Tunai
Menurut Loix et al (dalam Bank Indonesia, 2006), salah satu faktor yang
mempengaruhi perilaku masyarakat dalam penggunaan alat pembayaran non tunai adalah
keuangan. Faktor keuangan ini berupa pendapatan yang dihasilkan oleh responden setiap
bulan. Pendapatan tersebut berpengaruh secara positif terhadap kepemilikan dan
penggunaan alat pembayaran non tunai.
Hal serupa juga dikemukakan oleh Jonker (dalam Bank Indonesia, 2006),
bahwasannya variabel pendapatan berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap
penggunaan kartu debit, kartu kredit dan e-purse. Artinya, semakin tinggi tingkat
pendapatan yang dimiliki seseorang maka semakin tinggi penggunaan ketiga alat
pembayaran non tunai tersebut.
7
C. KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS
Gambar 1 Kerangka Pikir
Sumber : Penulis, 2018
Berdasarkan kerangka pikir di atas, maka perumusan hipotesis dalam penelitian ini
adalah, yaitu variabel manfaat penggunaan, kemudahan penggunaan, keamanan transaksi,
kepercayaan, pendidikan dan pendapatan diduga berpengaruh positif terhadap preferensi
masyarakat dalam penggunaan alat pembayaran non tunai. Sedangkan, variabel usia
diduga berpengaruh negatif terhadap preferensi masyarakat dalam penggunaan alat
pembayaran non tunai.
D. METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah penelitian kuantitatif.
Sedangkan berdasarkan tingkat eksplanasinya, penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif.
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Variabel dalam penelitian ini adalah variabel dependen dan variabel independen
yang dijelaskan sebagai berikut :
1) Variabel Dependen
Dalam Penelitian ini variabel dependen yang digunakan adalah preferensi
masyarakat dalam penggunaan alat pembayaran non tunai, yang
direpresentasikan oleh frekuensi penggunaan alat pembayaran non tunai,
yaitu rata-rata jumlah penggunaan alat pembayaran non tunai dalam satu
bulan.
2) Variabel Independen
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah Persepsi
manfaat, persepsi kemudahan penggunaan, persepsi keamanan, persepsi
kepercayaan, usia, pendidikan dan pendapatan. Dalam hal ini, variabel
persepsi diukur menggunakan beberapa indikator yang berbeda.
Preferensi
Masyarakat
dalam
Penggunaan
Alat
Pembayaran
Non Tunai Sosial-
Demografi
Persepsi
Usia
Pendidikan
Kepercayaan
Keamanan
Kemudahan
Penggunaan
Manfaat
Keuangan Pendapatan
8
Populasi dan Sampel
Dalam penelitian ini, populasi yang digunakan adalah masyarakat Kota Malang,
yaitu bukan hanya orang-orang yang memiliki kartu identitas kependudukan (KTP) Kota
Malang, melainkan juga orang-orang dari luar Kota Malang yang berdomisili atau tinggal
sementara di Kota Malang minimal selama sebulan untuk tujuan tertentu, misalnya
bersekolah, bekerja, dan lain sebagainya. Sedangkan, jumlah sampel dalam penelitian ini
adalah 120 orang, yang didasarkan pada teori Roscoe, yaitu apabila dalam penelitian akan
melakukan analisa dengan multivariate, maka jumlah sampel minimal 10 kali jumlah
variabel yang diteliti (Sugiyono, 2010). Adapun teknik sampling yang digunakan berupa
purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu
(Sugiyono, 2006). Dalam penelitian ini, pertimbangan yang digunakan yaitu memiliki
satu atau lebih alat pembayaran non tunai berupa kartu debet/ATM, kartu kredit ataupun
e-money, dan waktu kepemilikan yaitu lebih dari 1 tahun
Data dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh
dengan menggunakan metode pengumpulan data terpilih. Data tersebut berupa data
persepsi, sosial-demografi, keuangan dan preferensi masyarakat dalam penggunaan alat
pembayaran non-tunai dari jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini, yakni
selama periode 2017.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket atau
kuesioner. Untuk variabel persepsi, antara lain manfaat, kemudahan penggunaan,
keamanan transaksi dan kepercayaan diukur dengan menggunakan skala likert. Skala
likert merupakan skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi
seseorang atau sekelompok orang mengenai fenomena sosial tertentu (Sugiyono, 2001).
Dalam hal ini, skala likert digunakan untuk mengukur persepsi pengguna alat
pembayaran non tunai di kota Malang tentang penggunaan alat pembayaran non tunai,
dengan memberikan beberapa pernyataan yang berhubungan dengan tujuan penelitian
kepada responden untuk diberikan jawaban dalam skala pengukuran yang tersedia,
sebagai berikut :
1 = Sangat Tidak Setuju
2 = Tidak Setuju
3 = Netral
4 = Setuju
5 = Sangat Setuju
Selanjutnya, untuk jenis angket atau kuisioner yang digunakan dalam penelitian ini
berupa kuisioner tertutup. Kuisioner tertutup secara khusus digunakan dalam membantu
mengetahui pengaruh faktor persepsi, sosial-demografi dan keuangan terhadap preferensi
masyarakat dalam penggunaan alat pembayaran non tunai. Sedangkan kuisioner terbuka
secara khusus digunakan dalam membantu mengidentifikasi apa saja yang menjadi
kendala dalam penggunaan alat pembayaran non-tunai, yang mungkin menjadi alasan
daripada rendahnya penggunaan alat pembayaran non tunai.
9
Metode Analisis Data
Pengujian Instrumen
Pengujian instrumen dalam hal ini berupa uji validitas dan uji reliabilitas. Menurut
Ghozali (2001), uji validitas merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengukur
valid tidaknya suatu kuesioner. Dalam penelitian ini, uji validitas dilakukan dengan
menggunakan bantuan program SPSS. Teknik pengujian validitas dilakukan dengan
menggunakan korelasi Bivariate pearson, yaitu dengan melihat korelasi antara skor item
dengan skor total. Suatu alat ukur dikatakan valid jika r hitung ≥ r tabel (dengan tingkat
signifikansi 0,05), artinya skor item memiliki korelasi yang signifikan terhadap skor total.
Sedangkan, uji reliabilitas merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengukur suatu
kuesioner yang merupakan indikator dari konstruk atau variabel (Menurut Ghozali,
2001). Dalam penelitian ini, pengujian reliabilitas instrumen dilakukan dengan
menggunakan bantuan program SPSS, yakni dengan menggunakan Cronbach’s Alpha.
Semakin nilai Cronbach’s Alpha mendekati 1, maka semakin tinggi derajat reliabilitas.
Sementara itu, suatu instrumen dikatakan reliabel jika nilai Cronbach’s Alpha lebih besar
dari 0,6 (Ghozali, 2001).
Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik yang dilakukan dalam penelitian ini, antara lain uji normalitas,
uji multikolinearitas dan uji heterokedastisitas. Dalam hal ini, uji normalitas digunakan
untuk menguji apakah residual suatu model regresi memiliki distribusi normal atau tidak.
Uji multikolinearitas digunakan untuk menguji adanya korelasi antarvariabel bebas
(independent variable) dalam model regresi. Sedangkan, uji heteroskedastisitas digunakan
untuk menguji adanya ketidaksamaan variasi gangguan acak (ui) pada setiap variabel
bebas (simpangan data tidak sama).
Analisis Regresi Linier Berganda
Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier
berganda (multiple regression), yaitu analisis regresi digunakan untuk mengukur
kekuatan pengaruh dan arah hubungan variabel manfaat penggunaan, kemudahan
penggunaan, kemanan, kepercayaan, usia, pendidikan dan pendapatan bersih terhadap
frekuensi penggunaan alat pembayaran non tunai. Sehingga, model persamaan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah, sebagai berikut ;
Y= α0 + β1X1+ β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6X6 + β7D + e
Dimana :
Y = Frekuensi penggunaan alat pembayaran non tunai
α = Konstanta
β = Koefisien regresi
X1 = Manfaat
X2 = Kemudahan penggunaan
X3 = Keamanan transaksi
X4 = Kepercayaan
X5 = Usia
10
X6 = Pendapatan
D = Pendidikan
Pengujian Hipotesis
Dalam hal ini, pengujian hipotesis yang dilakukan berupa uji parsial (uji t), uji
simultan (uji F) dan koefisien determinasi. Dalam penelitian ini, uji t dilakukan dengan
pengujian satu arah dengan menggunakan derajat signifikansi 0,05 (α=5%). Sementara
itu, keputusan penerimaan dan penolakan hipotesis dilakukan dengan kriteria, sebagai
berikut ;
1) Jika t hitung < t tabel, maka hipotesis alternatif ditolak. Artinya, variabel
independen tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
2) Jika t hitung > t tabel, maka hipotesis alternatif diterima. Artinya, variabel
independen berpengaruh signfikan terhadap variabel dependen.
Uji F dilakukan dengan menggunakan derajat signifikansi 0,05 (α=5%). Dengan
menggunakan uji statistik F, pengujian hipotesis dilakukan dengan kriteria pengambilan
keputusan, yaitu jika nilai F hitung > nilai F tabel, maka hipotesis alternatif diterima.
Artinya, secara bersama-sama variabel independen berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen.
Selanjutnya, koefisien determinasi (R2) menunjukkan seberapa jauh kemampuan
model dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2001. Dimana nilai
koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Suatu model dikatakan baik apabila
memiliki koefisien determinasi yang tinggi.
E. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengujian Instrumen
Uji Validitas
Tabel 1 Hasil Uji Validitas Persepsi Manfaat
No. Butir Pertanyaan rhitung rtabel Keterangan
1. U1 0,824
0,151
Valid
2. U2 0,905 Valid
3. U3 0,871 Valid
4. U4 0,901 Valid
5. U5 0,903 Valid
Sumber : Penulis, 2018
Tabel 2 Hasil Uji Validitas Persepsi Kemudahan Penggunaan
No. Butir Pertanyaan rhitung rtabel Keterangan
1. E1 0,846
0,151
Valid
2. E2 0,815 Valid
3. E3 0,772 Valid
4. E4 0,765 Valid
5. E5 0,813 Valid
Sumber : Penulis, 2018
11
Tabel 3 Hasil Uji Validitas Persepsi Keamanan
No. Butir Pertanyaan rhitung rtabel Keterangan
1. S1 0,788
0,151
Valid
2. S2 0,815 Valid
3. S3 0,769 Valid
4. S4 0,884 Valid
5. S5 0,871 Valid
Sumber : Penulis, 2018
Tabel 4 Hasil Uji Validitas Persepsi Kepercayaan
No. Butir Pertanyaan rhitung rtabel Keterangan
1. T1 0,891
0,151
Valid
2. T2 0,934 Valid
3. T3 0,918 Valid
4. T4 0,894 Valid
5. T5 0,914 Valid
Sumber : Penulis, 2018
Berdasarkan hasil uji validitas pada variabel persepsi manfaat, kemudahan
penggunaan, keamanan dan kepercayaan menunjukkan bahwa r hitung > r tabel.
Sehingga, instrumen pada keempat variabel dinyatakan valid.
Uji Reliabilitas
Tabel 5 Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Nilai Cronbach’s
Alpha
Keterangan
Persepsi Manfaat 0,928 Reliabel
Persepsi Kemudahan Penggunaan 0,860 Reliabel
Persepsi Keamanan 0,880 Reliabel
Persepsi Kepercayaan 0,948 Reliabel
Sumber : Penulis, 2018
Berdasarkan hasil uji reliabilitas pada variabel persepsi manfaat, kemudahan
penggunaan, keamanan dan kepercayaan menunjukkan bahwa nilai cronbach’s alpha
lebih besar dari 0,6. Sehingga, instrumen pada keempat variabel dinyatakan reliabel.
Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas
Tabel 6 Hasil Uji Normalitas
Skewness / Kurtosis test for Normality
Variable Pr (Skewness)
Pr (Kurtosis)
Adj chi2(2) Prob>chi2
Res 0,061 0,429 4,23 0,1208
Sumber : Penulis, 2018
Berdasarkan hasil uji normalitas di atas menunjukan bahwa nilai prob>chi2 lebih
besar dari tingkat signifikansi (α=5%). Hal tersebut berarti residual dari model regresi
tersebut berdistribusi normal. Sehingga, memenuhi syarat asumsi klasik.
12
Uji Multikolinearitas
Tabel 7 Hasil Uji Multikolinearitas
Variabel VIF 1/VIF
X1 6,52 0,153320
X2 5,82 0,171784
X3 4,76 0,210262
X4 5,58 0,179302
X5 1,34 0,747596
X6 2,09 0,479311
D 1,16 0,861196
Mean VIF 3,89
Sumber : Penulis, 2018
Berdasarkan hasil uji multikolinearitas di atas menunjukkan bahwa nilai VIF untuk
semua variabel bebas bernilai lebih kecil dari 10. Hal tersebut berarti tidak terdapat
korelasi antarvariabel bebas dalam model regresi dalam penelitian ini.
Uji Heteroskedastisitas
Tabel 8 Hasil Uji Heteroskedastisitas
chi2(1) Prob > chi2
3,92 0,0477
Sumber : Penulis, 2018
Berdasarkan hasil uji heteroskedastisitas di atas menunjukkan bahwa nilai
prob>chi2 lebih kecil dari tingkat signifikansi (α=5%), sehingga hipotesis nol ditolak.
Artinya, model regresi memiliki variasi gangguan acak yang tidak konstan atau terdapat
gejala heteroskedastisitas. Sehingga, menghasilkan standar error yang lebih lebar. Oleh
karena itu, untuk mengatasi masalah heteroskedastisitas tersebut dilakukan dengan
pendekatan robust standar error dengan bantuan program STATA, sehingga dapat
menghasilkan rata-rata standar error yang lebih sempit.
Analisis Regresi Linier Berganda
Berdasarkan hasil uji heteroskedastisitas, model regresi yang digunakan dalam
penelitian ini memiliki gejala heteroskedastisitas. Sehingga, untuk mengkoreksi masalah
heteroskedastisitas tersebut digunakan pendekatan robust standar error, sebagai berikut;
Tabel 9 Hasil Regresi Linier Berganda dengan Pendekatan Robust Standar Error
Number of obs = 120 F (7, 112) = 116,52 Prob > F = 0,0000 R-squared = 0,8666 Root MSE = 0,49529
Y Coef Robust Std. error t p>|t| [95% coef. Interval]
X1 X2 X3 X4 X5 X6 d Cons
0,115 0,015 0,076 0,059 -0,025 0,382 0,728 -2,263
0,033 0,029 0,030 0,029 0,012 0,130 0,261 0,349
3,47 0,53 2,58 2,00 -2,10 2,95 2,79 -6,49
0,001 0,598 0,011 0,048 0,038 0,004 0,006 0,000
0,049 -0,042 0,018 0,001 -0,049 0,125 0,211 -2,954
0,180 0,072 0,135 0,117 -0,001 0,638 1,245 -1,573
Sumber : Penulis, 2018
13
Berdasarkan Tabel 9 di atas, dapat disusun persamaan regresi linier berganda
sebagai berikut ;
Y = -2,263 + 0,115X1 + 0,015X2 + 0,076X3 + 0,059X4 – 0,025X5 + 0,382X6 + 0,728d
Berdasarkan persamaan regresi linier berganda di atas dapat diperoleh hasil
interpretasi, sebagai berikut ;
1) Nilai konstanta bernilai -2,263. Artinya, apabila variabel persepsi manfaat,
kemudahan, keamanan, dan kepercayaan, serta pendidikan, usia dan pendapatan
dianggap konstan (0), maka frekuensi penggunaan alat pembayaran non tunai
bernilai negatif, sebesar 2,263.
2) Koefisien regresi variabel persepsi manfaat bernilai positif sebesar 0,115.
Artinya, apabila terjadi peningkatan persepsi manfaat sebesar 1 persen, maka
akan meningkatkan nilai frekuensi penggunaan alat pembayaran non tunai
sebesar 11,5 persen.
3) Koefisien regresi variabel persepsi kemudahan bernilai positif sebesar 0,015.
Artinya, apabila terjadi peningkatan persepsi kemudahan sebesar 1 persen, maka
akan meningkatkan nilai frekuensi penggunaan alat pembayaran non tunai
sebesar 1,5 persen.
4) Koefisien regresi variabel persepsi keamanan bernilai positif sebesar 0,076.
Artinya, apabila terjadi peningkatan persepsi keamanan sebesar 1 persen, maka
akan meningkatkan nilai frekuensi penggunaan alat pembayaran non tunai
sebesar 7,6 persen.
5) Koefisien regresi variabel persepsi kepercayaan bernilai positif sebesar 0,059.
Artinya, apabila terjadi peningkatan persepsi kepercayaan sebesar 1 persen, maka
akan meningkatkan nilai frekuensi penggunaan alat pembayaran non tunai
sebesar 5,9 persen.
6) Koefisien regresi variabel usia bernilai negatif sebesar 0,025. Artinya, apabila
terjadi peningkatan usia sebesar 1 tahun, maka akan menurunkan nilai frekuensi
penggunaan alat pembayaran non tunai sebesar 2,5 persen.
7) Koefisien regresi variabel pendapatan bernilai positif sebesar 0,382. Artinya,
apabila terjadi peningkatan pendapatan sebesar 1 tingkatan pendapatan, maka
akan meningkatkan nilai frekuensi penggunaan alat pembayaran non tunai
sebesar 38,2 persen.
8) Koefisien regresi variabel pendidikan bernilai positif sebesar 0,728. Artinya,
apabila terjadi peningkatan pendidikan sebesar 1 tingkatan pendidikan, maka
akan meningkatkan nilai frekuensi penggunaan alat pembayaran non tunai
sebesar 72,8 persen.
Pengujian Hipotesis
Uji Parsial (Uji t)
Tabel 10 Hasil Uji Parsial (Uji t)
Variabel thitung ttabel Keterangan
Manfaat 3,47
1,66
Signifikan
Kemudahan 0,53 Tidak Signifikan
Keamanan 2,58 Signifikan
Kepercayaan 2,00 Signifikan
Usia -2,10 Signifikan
Pendapatan 2,95 Signifikan
Pendidikan 2,79 Signifikan
Sumber : Penulis, 2018
14
Berdasarkan hasil uji parsial (uji t) di atas, variabel persepsi manfaat, persepsi
keamanan, persepsi kepercayan, usia, pendidikan dan pendapatan berpengaruh secara
signifikan terhadap preferensi masyarakat dalam penggunaan alat pembayaran non tunai,
yang ditunjukkan dengan nilai t hitung > t tabel. Sedangkan variabel persepsi kemudahan
penggunaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap preferensi masyarakat dalam
penggunaan alat pembayaran non tunai, yang ditunjukkan dengan nilai t hitung < t tabel.
Uji Simultan (Uji F)
Tabel 11 Hasil Uji Simultan (Uji F)
Df Fhitung Ftabel Prob>F Keterangan
7 116,52 2,09 0,0000 Signifikan
112
Sumber : Penulis, 2018
Berdasarkan hasil uji simultan (uji F) di atas, nilai F hitung > F tabel. Artinya, persepsi manfaat, kemudahan, keamanan dan kepercayaan, serta pendidikan, usia dan
pendapatan secara bersama-sama (simultan) berpengaruh signifikan terhadap frekuensi
penggunaan alat pembayaran non tunai.
Koefisien Determinasi (R2)
Tabel 12 Hasil Koefisien Determinasi (R2)
R-squared (R2)
Root Mean Square Error (Root MSE)
0,8666 0,49529
Sumber : Penulis, 2018
Berdasarkan tabel 12 di atas menunjukkan nilai koefisien determinasi sebesar
0,8666. Artinya, variabel persepsi manfaat, kemudahan, keamanan, dan kepercayaan,
serta pendidikan, usia dan pendapat dapat menjelaskan variasi variabel frekuensi
penggunaan alat pembayaran non tunai sebesar 86,6 persen, sedangkan sisanya sebesar
13,4 persen dipengaruhi oleh variabel lain di luar model dalam penelitian ini.
Pengaruh Persepsi Manfaat Terhadap Preferensi Dalam Penggunaan Alat
Pembayaran Non Tunai
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel persepsi manfaat berpengaruh
secara positif dan signifikan terhadap preferensi masyarakat dalam penggunaan alat
pembayaran non tunai. Hal tersebut berarti semakin besar manfaat yang diperoleh
pengguna alat pembayaran non tunai, maka semakin tinggi preferensinya mengenai alat
pembayaran non tunai. Dengan kata lain, semakin bermanfaat alat pembayaran non tunai
maka akan semakin mendorong masyarakat untuk menggunakan alat pembayaran non
tunai.
Hasil penelitian ini didukung oleh beberapa penelitian terdahulu. Menurut Raza
dan Hanif (2011), persepsi manfaat berpengaruh signifikan dalam meningkatkan
intensitas penggunanan internet banking oleh pengguna eksternal. Bagi pengguna
eksternal, intensitas penggunaan mengacu kepada nilai kenyamanan. Jika pengguna
merasa nyaman dalam menggunakan internet banking, maka hal tersebut akan berimbas
pada peningkatan intensitas penggunaan internet banking. Selanjutnya, Nasri dan Zarai
(2014) menjelaskan bahwa persepsi manfaat memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
intensitas penggunaan internet banking. Hal tersebut berarti bahwa pengguna
menganggap bahwa internet banking bermanfaat, maka akan mendorong peningkatan
penggunaan internet banking tersebut. Hal serupa juga dikemukakan oleh Verrecchia
15
(2016) bahwa persepsi manfaat berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap
intensitas penggunaan mobile banking. Artinya, semakin besar manfaat yang diberikan
oleh mobile banking , maka akan meningkatkan intensitas penggunaan mobile banking
tersebut.
Pengaruh Persepsi Kemudahan Penggunaan Terhadap Preferensi Dalam
Penggunaan Alat Pembayaran Non Tunai
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel persepsi kemudahan penggunaan
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap preferensi masyarakat dalam penggunaan
alat pembayaran non tunai. Artinya, meskipun penggunaan alat pembayaran non tunai
cukup mudah dan tidak merepotkan, namun hak tersebut tidak berpengaruh pada
peningkatan intensitas penggunaan alat pembayaran non tunai.
Hasil penelitian ini didukung oleh beberapa penelitian terdahulu. Verrecchia (2016)
menjelaskan dalam penelitiannya bahwa persepsi kemudahan penggunaan tidak
berpengaruh terhadap intensitas penggunaan mobile banking. Adapun pengaruh yang
dimiliki hanya merupakan pengaruh secara tidak langsung. Sementara itu, Selvanathan et
al. (2017) juga menjelaskan bahwa persepsi kemudahan penggunaan tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap intensitas penggunaan internet banking.
Pengaruh Persepsi Keamanan Terhadap Preferensi Dalam Penggunaan Alat
Pembayaran Non Tunai
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel persepsi keamanan berpengaruh
secara positif dan signifikan terhadap preferensi masyarakat dalam penggunaan alat
pembayaran non tunai. Hal tersebut berarti semakin tinggi tingkat keamanan dalam
penggunaan alat pembayaran non tunai, maka akan semakin mendorong meningkatnya
penggunaan alat pembayaran non tunai oleh masyarakat.
Hasil penelitian ini didukung oleh beberapa penelitian terdahulu. Dalam
penelitiannya, Raza dan Hanif (2011) mengungkapkan bahwa faktor keamanan memiliki
pengaruh yang signifikan dalam meningkatkan intensitas penggunaan alat pembayaran
non tunai oleh pengguna eksternal. Seperti halnya faktor manfaat, faktor keamanan juga
berkaitan dengan rasa nyaman yang dirasakan oleh pengguna yang selanjutnya
berdampak pada peningkatan intensitas penggunaan alat pembayaran non tunai.
Sementara itu, Nasri dan Zarai (2014) menjelaskan bahwasannya intensitas penggunaan
dipengaruhi oleh faktor kemudahan penggunaan, dimana faktor kemudahan penggunaan
tersebut ditentukan oleh faktor keamanan. Sehingga, faktor keamanan berpengaruh secara
tidak langsung terhadap peningkatan intensitas penggunaan internet banking.
Pengaruh Persepsi Kepercayaan Terhadap Preferensi Dalam Penggunaan Alat
Pembayaran Non Tunai
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel persepsi kepercayaan berpengaruh
secara positif dan signifikan terhadap preferensi masyarakat dalam penggunaan alat
pembayaran non tunai. Artinya, semakin tinggi tingkat kepercayaan masyarakat pada alat
pembayaran non tunai, maka semakin tinggi preferensinya dalam penggunaan alat
pembayaran non tunai. Atau dengan kata lain, jika semakin besar rasa percaya yang
dimiliki masyarakat pada alat pembayaran non tunai maka akan mendorong peningkatan
intensitas penggunaan alat pembayaran non tunai.
Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian terdahulu, yaitu Verrechia
(2016), yang menjelaskan bahwa faktor kepercayaan berpengaruh secara postif dan
signifikan terhadap intensitas penggunaan mobile banking. Jika mobile banking semakin
dapat dipercaya, maka akan meningkatkan penggunaannya.
16
Pengaruh Usia Terhadap Preferensi Dalam Penggunaan Alat Pembayaran Non
Tunai
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel usia berpengaruh secara negatif dan
signifikan terhadap preferensi masyarakat dalam penggunaan alat pembayaran non tunai.
Hal ini berarti, semakin tinggi usia seseorang, maka semakin rendah preferensinya dalam
penggunaan alat pembayaran non tunai.
Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian dari Fozia (2013) bahwa variabel
demografi, yaitu usia berpengaruh secara signifikan terhadap penggunaan internet
banking. Hal serupa juga dikemukakan oleh Goczek dan Witkowski (2015) dalam
penelitiannya bahwa variabel usia berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah
transaksi pembayaran non tunai.
Pengaruh Usia Terhadap Preferensi Dalam Penggunaan Alat Pembayaran Non
Tunai
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel usia berpengaruh secara negatif dan
signifikan terhadap preferensi masyarakat dalam penggunaan alat pembayaran non tunai.
Hal ini berarti, semakin tinggi usia seseorang, maka semakin rendah preferensinya dalam
penggunaan alat pembayaran non tunai.
Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian dari Fozia (2013) bahwa variabel
demografi, yaitu usia berpengaruh secara signifikan terhadap penggunaan internet
banking. Hal serupa juga dikemukakan oleh Goczek dan Witkowski (2015) dalam
penelitiannya bahwa variabel usia berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah
transaksi pembayaran non tunai.
Pengaruh Pendidikan Terhadap Preferensi Dalam Penggunaan Alat Pembayaran
Non Tunai
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel tingkat pendidikan berpengaruh
secara positif dan signifikan terhadap preferensi masyarakat dalam penggunaan alat
pembayaran non tunai. Hal tersebut berarti semakin tinggi tingkat pendidikan yang
ditempuh oleh masyarakat, maka semakin tinggi preferensinya dalam penggunaan alat
pembayaran non tunai. Atau dengan kata lain, semakin tinggi tingkat pendidikan
masyarakat akan dapat mendorong peningkatan intensitas penggunaan alat pembayaran
non tunai.
Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian terdahulu. Goczek dan
Witkowski (2015) mengungkapkan bahwa variabel pendidikan jelas mempengaruhi
penggunaan alat pembayaran non tunai. Tingkat pendidikan formal memiliki korelasi
yang kuat terhadap probabilitas kepemilikan kartu pembayaran. Hal tersebut berkaitan
dengan upah yang diterima, pola pemikiran yang dimiliki, dan frekuensi penggunaan
internet oleh seseorang.
Pengaruh Pendapatan Terhadap Preferensi Dalam Penggunaan Alat Pembayaran
Non Tunai
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel tingkat pendapatan berpengaruh
secara positif dan signifikan terhadap preferensi masyarakat dalam penggunaan alat
pembayaran non tunai. Artinya, semakin tinggi tingkat pendapatan yang dimiliki oleh
masyarakat maka semakin tinggi preferensinya dalam penggunaan alat pembayaran non
tunai.
Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian terdahulu. Menurut Fozia
(2013), faktor demografis berpengaruh secara signifikan terhadap penggunaan internet
17
banking, terutama pekerjaan. Masyarakat dengan status pekejaan yang berbeda memiliki
persepsi yang juga berbeda mengenai internet banking. Dalam hal ini, faktor pekerjaan
berkaitan dengan tingkat penghasilan yang dimiliki oleh seseorang. Sehingga, faktor
penghasilan juga mempengaruhi penggunaan internet banking.
Pengaruh Faktor Persepsi Terhadap Preferensi Dalam Penggunaan Alat
Pembayaran Non Tunai
Hasil penelitian menunjukkan bahwa diantara faktor persepsi yang digunakan
dalam penelitian ini, persepsi manfaat, persepsi keamanan dan persepsi kepercayaan
berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap preferensi masyarakat dalam
penggunaan alat pembayaran non tunai. Sedangkan persepsi kemudahan penggunaan
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap preferensi masyarakat dalam penggunaan
alat pembayaran non tunai.
Selanjutnya, berdasarkan hasil perhitungan statistik diperoleh hasil bahwa diantara
ketiga faktor persepsi tersebut diatas yang berpengaruh secara signifikan terhadap
preferensi masyarakat dalam penggunaan alat pembayaran non tunai, persepsi manfaat
memiliki pengaruh yang paling tinggi, disusul oleh persepsi kepercayaan dan persepsi
keamanan. Hal tersebut menunjukkan bahwa segi manfaat, kepercayaan dan keamanan
menjadi faktor yang penting yang mempengaruhi masyarakat dalam menentukan pilihan
untuk menggunakan atau tidak menggunakan alat pembayaran non tunai. Sedangkan segi
kemudahan penggunaan dalam hal ini hanya menjadi faktor pendukung dalam
mendorong intensitas penggunaan alat pembayaran non tunai oleh masyarakat. Dengan
demikian, secara keseluruhan faktor persepsi berpengaruh secara signifikan terhadap
preferensi masyarakat dalam penggunaan alat pembayaran non tunai, kecuali pada
persepsi kemudahan penggunaan.
Pengaruh Faktor Sosial-Demografi Terhadap Preferensi Dalam Penggunaan Alat
Pembayaran Non Tunai
Dalam penelitian ini, faktor sosial-demogarafi yang berupa usia dan pendidikan
berpengaruh secara signifikan terhadap preferensi masyarakat dalam penggunaan alat
pembayaran non tunai. Dimana faktor usia berpengaruh secara negatif, sedangkan faktor
pendidikan berpengaruh secara positif. Hal tersebut menunjukkan bahwa faktor usia dan
pendidikan dapat mempengaruhi pilihan untuk menggunakan atau tidak menggunakan
alat pembayaran non tunai. Dimana latar belakang usia dan pendidikan yang berbeda
akan membentuk preferensi yang berbeda juga terkait penggunaan alat pembayaran non
tunai. Dengan demikian, faktor sosial-demografi secara keseluruhan berpengaruh secara
signifikan terhadap preferensi masyarakat dalam penggunaan alat pembayaran non tunai.
Pengaruh Faktor Keuangan Terhadap Preferensi Dalam Penggunaan Alat
Pembayaran Non Tunai
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor keuangan yang berupa tingkat
pendapatan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap prefrensi masyarakat
dalam penggunaan alat pembayaran non tunai. Hal tersebut berarti masyarakat dengan
latar belakang kelompok tingkat pendapatan yang berbeda akan memiliki preferensi yang
berbeda juga terkait penggunaan alat pembayaran non tunai. Dengan demikian, faktor
keuangan secara keseluruhan berpengaruh secara signifikan terhadap preferensi
masyarakat dalam penggunaan alat pembayaran non tunai.
18
F. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini mengenai pengaruh faktor
persepsi, sosial-demografi dan keuangan terhadap preferensi masyarakat dalam
penggunaan alat pembayaran non tunai, maka dapat ditarik kesimpulan, sebagai berikut ;
1) Segi manfaat yang diperoleh dari penggunaan alat pembayaran non tunai
dapat mempengaruhi penggunaan alat pembayaran non tunai. Sehingga,
semakin tinggi persepsi manfaat yang dimiliki, maka semakin tinggi juga
preferensinya dalam penggunaan alat pembayaran non tunai.
2) Penggunaan yang mudah dan tidak merepotkan dari alat pembayaran non
tunai tidak mempengaruhi penggunaan transaksi non tunai. Sehingga,
meskipun penggunaan alat pembayaran non tunai memiliki kemudahan dalam
penggunaannya, tetapi tidak dapat mendorong penggunaan alat pembayaran
non tunai.
3) Sistem keamanan yang baik dalam penyelenggaraan transaksi pembayaran
secara non tunai akan menciptakan rasa nyaman bagi pengguna transaksi non
tunai, yang selanjutnya dapat mempengaruhi penggunaan transaksi non tunai.
Sehingga, semakin tinggi persepsi keamanan yang dimiliki, maka semakin
tinggi juga preferensinya dalam penggunaan alat pembayaran non tunai.
4) Tingkat kepercayaan yang tinggi oleh masyarakat terhadap alat pembayaran
non tunai dapat mempengaruhi penggunaan transaksi non tunai. Sehingga,
semakin tinggi tingkat kepercayaan yang dimiliki, maka semakin tinggi juga
preferensinya dalam penggunaan alat pembayaran non tunai.
5) Semakin tinggi usia akan berpengaruh terhadap penguasaan teknologi, yang
dalam hal ini berhubungan dengan kesulitan dalam penggunaan alat
pembayaran non tunai. Sehingga, semakin tinggi tingkat usia, maka semakin
rendah preferensinya dalam penggunaan alat pembayaran non tunai.
6) Latar belakang pendidikan berhubungan dengan pemahaman dan pengetahuan
tentang sistem pembayaran non tunai. Sehingga, semakin tinggi tingkat
pendidikan yang dimiliki, maka semakin tinggi juga preferensinya dalam
penggunaan alat pembayaran non tunai.
7) Tingkat pendapatan berhubungan dengan peluang yang dimiliki untuk
menggunakan alat pembayaran non tunai. Sehingga, semakin tinggi tingkat
pendapatan yang dimiliki, maka semakin tinggi juga preferensinya dalam
penggunaan alat pembayaran non tunai.
Dengan demikian, faktor persepsi, sosial-demografi dan keuangan berpengaruh
terhadap preferensi masyarakat dalam penggunaan alat pembayaran non tunai, kecuali
pada persepsi kemudahan penggunaan.
Saran
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis dapat mengajukan beberapa saran,
sebagai berikut ;
1) Apabila ditinjau dari segi persepsi, faktor manfaat, keamanan dan
kepercayaan menjadi pertimbangan bagi masyarakat untuk menggunakan
atau tidak menggunakan alat pembayaran non tunai. Sehingga, untuk dapat
mendorong penggunaan alat pembayaran non tunai oleh masyarakat
dibutuhkan upaya dari pihak penyelenggara sistem pembayaran non tunai
pada umumnya dan perbankan pada khususnya untuk meningkatkan persepsi
masyarakat terhadap sistem pembayaran non tunai terkait segi manfaat,
19
keamanan dan kepercayaan. Adapun berbagai upaya yang dapat dilakukan
antara lain, mengembangkan segi kemanfaatan dari alat pembayaran non
tunai, meningkatkan dan memperkuat sistem keamanan pada segala transaksi
non tunai, meningkatkan kualitas pelayanan perbankan terkait
penyelenggaraan sistem pembayaran non tunai, serta lebih gencar melakukan
sosialisasi dan promosi kepada masyarakat luas mengenai sistem
pembayaran non tunai.
2) Apabila ditinjau dari segi sosial demografi dan keuangan, masyarakat
dengan latar belakang pendidikan dan penghasilan yang tinggi, serta tingkat
usia muda lebih potensial untuk menjadi sasaran peningkatan penggunaan
alat pembayaran non tunai. Sehingga, promosi terkait alat pembayaran non
tunai dapat dilakukan secara lebih intensif kepada masyarakat dengan
karakteristik demikian. Sedangkan, untuk masyarakat dengan latar belakang
pendidikan dan penghasilan yang rendah, serta tingkat usia tua dapat
dilakukan sosialisasi secara lebih intensif untuk meningkatkan pemahaman
masyarakat tersebut tentang sistem pembayaran non tunai. Namun, hal
tersebut tidak menuntup kemungkinan untuk dilakukan sosialisasi dan
promosi pada seluruh lapisanmasyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Adapa, Sujana dan Ray Cooksey. 2013. Factors Affecting Consumers’ Continued Use of
Internet Banking : Empirical Evidence From Australia. Australian Journal of
Information Systems, Vol. 18, No. 1, 2013.
Anggraeni, Pipit. 2018. Geliat E-Money di Malang Raya Terus Tunjukkan Tren
Positif.https://www.malangtimes.com/amp/baca/29034/20180704/101057/geliat-
emoney-di-malang-raya-terus-tunjukkan-tren-positif/ . Diakses pada 26 Juli 2018.
Asyari, Yusuf. 2018. Literasi Uang Elektronik di Malang Masih Perlu Ditingkatkan.
https://www.jawapos.com/jpg-today/01/07/2018/literasi-uang-elektronik-di-
malang-masih-perlu-ditingkatkan . Diakses pada 26 Juli 2018
Badan Pusat Statistik Kabupaten Mojokerto. Rata-rata Pengeluaran Perkapita Sebulan
Tahun 2013. https://mojokertokab.bps.go.id/statictable/2015/02/10/34/rata-rata-
pengeluaran-perkapita-sebulan-tahun-2013.html. Diakses pada 23 Desember
2017.
Bank Indonesia. 2006. Persepsi, Preferensi dan Perilaku Masyarakat dan Lembaga
Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai.
https://www.bi.go.id/id/publikasi/sistem- pembayaran/riset/Pages/Survey_LC
S.aspx. Diakses pada 25 November 2017.
Bank Indonesia. 2014. Bank Indonesia Mencanangkan Gerakan Nasional Non Tunai.
https://www.bi.go.id/id/ruang-media/siaran-pers/Pages/sp_165814.aspx. Diakses
pada 1 Desember 2017)
Bank Indonesia. Alat Pembayaran Dengan Menggunakan Kartu (APMK).
https://www.bi.go.id/id/statistik/sistem-
pembayaran/apmk/contents/transaksi.aspx. Diakses pada 25 November 2017.
Bank Indonesia. Uang Elektronik. https://www.bi.go.id/id/statistik/sistem-
pembayaran/uang-elektronik/contents/transaksi.aspx. Diakses pada 25 November
2017.
20
Bogue, D. Joseph. 1969. Principles of Demography. New York: John Wiley.
Darmono, Laksito Adi. 2018. Pendapatan Perkapita Indonesia Urutan 5 Asia Tenggara.
https://m.suarakarya.id/amp/detail/index/51027/Pendapatan-Perkapita-Indonesia-
Urutan-5-Asia-Tenggara. Diakses pada 19 April 2018.
Deutsche Welle. 2017. Rangking Pendidikan Negara-negara ASEAN.
https://m.dw.com/id/rangking-pendidikan-negara-negara-asean/g-37594464.
Diakses pada 19 April 2018.
Fozia. 2013. A Comparative Study of Consumer Perception Toward E-Banking Service
Provide by Selected Private and Public Sector Bank in India. International
Journal of Scientific and Research in Publication, Vol. 3, Issue 9, September
2013, ISSN 2250-3153.
Gaspersz, Vincent. 1997. Manajemen Bisnis Total dalam Era Globalisasi. Jakarta: PT
Gramedia.
Ghozali, Imam. 2001. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Goczek, Lukasz dan Bartosz Witkowsi. 2015. Determinants of non-cash payment. NBP
Working Paper No.196.
Gujarati, Damodar. 2003. Ekonometrika Dasar Terjemahan. Jakarta: Erlangga.
Hair, Joseph F., William C. Black dan Barry J. Babin. 2010. Multivariate Data Analysis,
7th Edition. New York: Prentice Hall International, Inc.
Hanna, Nessim dan Richard Wozniak. 2001. Consumer Behavior : An Applied Approach.
New Nersey : Prentice Hall.
Hardiyanto, Sari. 2018. Penggunaan E-money Masih Minim.
https://www.jawapos.com/ekonomi/28/01/2018/penggunaan-e-money-masih-
minim. Diakses pada 19 Maret 2018.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Arti Kata Barter. https://kbbi.web.id/barter.html. Diakses
pada 14 November 2017.
Kamus Besar Bahasa Indoensia. Arti Kata Uang. https://kbbi.web.id/keuangan.html.
Diakses pada 30 Januari 2018.
Kata Data Research. 2015. Era Non Tunai Tumbuh Subur.
https://m.katadata.co.id/infografik/2015/02/23/era-non-tunai-tumbuh-subur.
Diakses pada 13 November 2017.
Klee, Elizabeth. 2004. Paper or Plastic? The Effect of Time on Check and Debet Card
Use at Grocery Stores. Board of Governors of the Federal Reserve System
Preliminary Journal.
Koran Jakarta. 2017. Transaksi Non Tunai Masih Rendah. https://www.koran-
jakarta.com/transaksi-nontunai-masih-rendah/. Diakses pada 3 Desember 2017.
Mastercard. 2013. Mastercard Advisors’ Cashless Journey : The Global Journey From
Cash to Cashless. https://newsroom.mastercard.com/wp-content/. Diakses pada 3
Desember 2017.
Multifiah. 2011. Teori Ekonomi Mikro. Malang: Universitas Brawijaya Press.
21
Munandar, J. M. Udin, F., Amelia, M. 2012. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi
Preferensi Konsumen Produk Air Minum Dalam Kemasan di Bogor. Jurnal
Teknologi Industri Pertanian IPB Vol. 13 (3), 97-107.
Nasri, Wadie dan Mohamed Zarai. 2014. Empirical Analysis of Internet Banking
Adoption in Tunisia. Asian Economic and Financial Review, 2014, 4(12): 1812-
1825.
Nicholson, Walter. 1989. Teori Ekonomi Mikro I. Jakarta: CV Rajawali.
Peppers, Don dan Martha Rogers. 2004. Managing Customer Relationship: A Strategic
Framework. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.
Raza, Syed Ali dan Nida Hanif. 2011. Factors Affecting Internet Banking Adoption
Among Internal and External Customers : A Case of Pakistan. Munich Personal
RePEc Archive Paper No. 39314.
Reisinger, Heribert. 1997. The Impact of Research Design on R2 in Linier Regression
Models : An Explanatory Meta-Analysis. Journal of Empirical Generalisations in
Marketing Science, Volume 2.
Schiffman, Leon dan Leslie Lazar Kanuk. 2008. Perilaku Konsumen Edisi 7. Jakarta:
Indeks.
Sehe, Marhawanti. 2017. Kementrian Dalam Negeri Dorong Pemda Transaksi Non
Tunai. https://makassar.sindonews.com/read/885/3/Kementrian-dalam-negeri-
dorong-pemda-transaksi-non-tunai-1510236714. Diakses pada 27 November
2017.
Selvanathan, Mahiswaran, Umi Devi Krisnan dan Goh Kar Jun. 2017. Acceptance of
Internet Banking among Consumers in Kota Damansara, Selangor, Malaysia.
International Journal of Business and Management; Vol. 12, No.2., 2017, ISSN
1833-3850.
Soeharno. 2006. Teori Mikro Ekonomi. Surakarta: Andi.
Sridawati. 2006. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Preferensi Masyarakat
Terhadap Penggunaan Kartu Pembayaran Elektronik (Di Provinsi DKI Jakarta
dan Jawa Barat). Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian
Bogor.
Subari, Sri Mulyati Tri dan Ascarya. 2003. Sistem Kebijakan Sistem Pembayaran di
Indonesia. Jakarta: Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan (PPSK).
Sugiyono. 2001. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Pusat Bahasa Departemen
Pendidikan Nasional.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D. Bandung: CV Alfabeta.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&B. Bandung : CV
Alfabeta.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia.
https://www.bphn.go.id/peraturanlist/2008032915423012/1999. Diakses pada 15
Desember 2017.
22
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. https://www.bphn.go.id/peraturanlist/2008032915423012/2003.
Diakses pada 15 Desember 2017.
Verrecchia, Michael. 2016. Mobile Banking Adoption : An Explorating of the
Behavioural Intention of Consumers in Ireland. National College of Ireland : A
Research Dissertation.