24
PENGARUH FAKTOR PERSEPSI, SOSIAL- DEMOGRAFI DAN KEUANGAN TERHADAP PREFERENSI MASYARAKAT DALAM PENGGUNAAN ALAT PEMBAYARAN NON TUNAI (Studi Kasus pada Pengguna APMK dan Uang Elektronik di Kota Malang) JURNAL ILMIAH Disusun oleh : Salsabila Wahyu Pratami NIM. 145020400111005 JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2018

PENGARUH FAKTOR PERSEPSI, SOSIAL- DEMOGRAFI DAN …

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGARUH FAKTOR PERSEPSI, SOSIAL- DEMOGRAFI DAN …

PENGARUH FAKTOR PERSEPSI, SOSIAL-

DEMOGRAFI DAN KEUANGAN TERHADAP

PREFERENSI MASYARAKAT DALAM

PENGGUNAAN ALAT PEMBAYARAN NON TUNAI

(Studi Kasus pada Pengguna APMK dan Uang

Elektronik di Kota Malang)

JURNAL ILMIAH

Disusun oleh :

Salsabila Wahyu Pratami

NIM. 145020400111005

JURUSAN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2018

Page 2: PENGARUH FAKTOR PERSEPSI, SOSIAL- DEMOGRAFI DAN …

ii

LEMBAR PENGESAHAN PENULISAN ARTIKEL JURNAL

Artikel Jurnal dengan judul :

PENGARUH FAKTOR PERSEPSI, SOSIAL-DEMOGRAFI DAN

KEUANGAN TERHADAP PREFERENSI MASYARAKAT DALAM

PENGGUNAAN ALAT PEMBAYARAN NON TUNAI

(Studi Kasus pada Pengguna APMK dan Uang Elektronik di Kota Malang)

Yang disusun oleh :

Nama : Salsabila Wahyu Pratami

NIM : 145020400111005

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Jurusan : S1 Ilmu Ekonomi

Bahwa artikel Jurnal tersebut dibuat sebagai persyaratan ujian skripsi yang

dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 23 Agustus 2018

Malang, 23 Agustus 2018

Dosen Pembimbing,

Puspitasari Wahyu Anggraeni, SE.,

M.Ec.Dev

NIP. 2014058707032001

Page 3: PENGARUH FAKTOR PERSEPSI, SOSIAL- DEMOGRAFI DAN …

1

Pengaruh Faktor Persepsi, Sosial-Demografi dan Keuangan terhadap

Preferensi Masyarakat Dalam Penggunaan Alat Pembayaran Non Tunai

(Studi Kasus pada Pengguna APMK dan Uang Elektronik di Kota Malang)

Salsabila Wahyu Pratami

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya Malang

Email: [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh faktor persepsi, sosial-demografi

dan keuangan terhadap preferensi masyarakat dalam penggunaan alat pembayaran non

tunai. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 120, yang merupakan

pengguna APMK dan uang elektronik di Kota Malang. Dengan menggunakan analisis

regresi linier berganda, penelitian ini menganalisis pengaruh persepsi manfaat, persepsi

kemudahan penggunaan, persepsi keamanan, persepsi kepercayaan, usia, pendidikan dan

pendapatan terhadap frekuensi penggunaan alat pembayaran non tunai. Hasil penelitian

menunjukkan bahwasannya preferensi dalam penggunaan alat pembayaran non tunai

secara signifikan dipengaruhi oleh persepsi manfaat, persepsi keamanan, persepsi

kepercayaan, usia, pendidikan dan pendapatan. Sementara itu, persepsi kemudahan

penggunaan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap preferensi dalam

penggunaan alat pembayaran non tunai. Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat

menjadi bahan evaluasi bagi pemerintah dalam menentukan kebijakan yang tepat untuk

mengatasi masalah rendahnya pengguna transaksi non tunai di Indonesia, sehingga

dapat mendorong pengguna transaksi non tunai di Indonesia untuk terwujudnya Less

Cash Society (LCS).

Kata Kunci: Preferensi, Alat Pembayaran Non Tunai, Persepsi, Sosial-Demografi,

Keuangan

A. PENDAHULUAN

Era modernisasi dan perkembangan teknologi memberikan dampak kemudahan

dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk ekonomi, yang dalam hal ini menyebabkan

adanya transformasi dalam sistem pembayaran yang semakin mudah. Di era ini, semakin

banyak masyarakat global yang menyadari bahwasannya penggunaan alat pembayaran

tunai tidak lagi efisien, dan mulai beralih menggunakan alat pembayaran non tunai.

Berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh Juniper Research, menunjukkan

bahwasannya era transaksi non tunai sedang tumbuh subur, dengan adanya pertumbuhan

nilai transaksi non tunai secara global yang mencapai 40 persen pada 2014. Belgia berada

di peringkat pertama sebagai negara dengan penduduk yang paling aktif melakukan

transaksi non tunai, disusul oleh Perancis dan Kanada. Sementara itu, penggunaan

transaksi non tunai di Indonesia sendiri baru mencapai 31 persen dari jumlah keseluruhan

transaksi ritel sebesar Rp 7.500 triliun (Kata Data Research, 2015).

Dalam hal implementasi transaksi non tunai, Indonesia masih tergolong baru.

Dalam Mastercard Advisors Cashless Journey Indonesia dan sembilan negara lainnya

dikategorikan ke dalam inception, yaitu negara-negara yang baru memulai proses

peralihan dari transaksi tunai ke transaksi non tunai. Di tingkat dunia, Indonesia

menempati posisi di atas Kenya, Uni Emirat Arab, Kolombia, Peru, Arab Saudi, Nigeria

dan Mesir. Namun, apabila dibandingkan dengan negara-negara di ASEAN, Indonesia

Page 4: PENGARUH FAKTOR PERSEPSI, SOSIAL- DEMOGRAFI DAN …

2

masih tertinggal di bawah Thailand, Malaysia dan Singapura (Mastercard, 2013). Oleh

karena itu, Bank Indonesia mencanangkan ‘Gerakan Nasional Non Tunai’ pada 14

Agustus 2014 untuk mendorong penggunaan transaksi non tunai di Indonesia.

Berdasarkan data statistik sistem pembayaran yang dipublikasi oleh Bank

Indonesia, volume transaksi alat pembayaran non tunai di Indonesia pada periode 2014-

2016 secara berturut-turut mengalami kenaikan, baik berupa kartu debet/atm, kartu kredit,

ataupun uang elektronik. Hal tersebut menunjukkan bahwasannya ‘Gerakan Nasional

Non Tunai’ merupakan kebijakan yang cukup efektif untuk mendorong penggunaan alat

pembayaran non tunai di Indonesia. Namun, meskipun tren transaksi non tunai terus

meningkat, pengguna transaksi non tunai di Indonesia masih tergolong rendah. Sebab,

hingga saat ini transaksi keuangan di Indonesia masih didominasi oleh transaksi tunai

(Sehe, 2017).

Menurut Subari dan Ascarya (2003), penggunaan alat pembayaran dipengaruhi

oleh latar belakang masyarakat pengguna alat pembayaran tersebut. Masyarakat yang

bertempat tinggal di pedesaan dan kota-kota kecil cenderung lebih menyukai untuk

bertransaksi dengan menggunakan alat pembayaran tunai. Sedangkan masyarakat yang

bertempat tinggal di kota-kota besar cenderung lebih menyukai untuk bertransaksi dengan

menggunakan alat pembayaran non-tunai.

Di Indonesia, khususnya provinsi Jawa Timur, kota Malang merupakan kota

terbesar kedua setelah kota Surabaya. Meskipun kota Malang termasuk salah satu kota

besar di Indonesia, namun implementasi penggunaan alat pembayaran non tunai di kota

Malang masih tergolong rendah, yang ditunjukkan dengan jumlah penggunaan kartu

elektronik (e-money) yang masih terbilang minim, meski sejumlah perbankan sudah

mengeluarkan produk e-money. Berdasarkan data yang dimiliki Area Head Bank Mandiri

Malang, Theresia Pratiwi Hastarai menujukkan bahwasannya untuk wilayah Malang

Raya, share-nya masih berada di angka 25 persen (Hardiyanto, 2018). Padahal,

pemerintah kota Malang sudah mendorong penggunaan alat pembayaran non tunai (e-

money) dengan menerapkan berbagai kebijakan, seperti pembayaran pajak secara online

(e-tax), tax banking, bantuan sosial non tunai, dan lain sebagainya.

Hal demikian menunjukkan bahwasannya, untuk mendorong penggunaan alat

pembayaran non tunai tidak dapat dilakukan hanya dengan memberlakukan kebijakan-

kebijakan terkait transaksi non tunai, seperti halnya kebijakan pembayaran tol non tunai

di seluruh gerbang tol di Indonesia yang diberlakukan per 31 Oktober 2017. Sebab,

kebijakan tersebut dinilai bertentangan dengan Undang-Undang Konsumen dan

mengabaikan hak konsumen. Seperti yang dituturkan oleh Himpunan Lembaga

Konsumen Indonesia (HLKI) Jawa Barat, bahwasannya program tersebut terkesan

dipaksakan, dimana konsumen tidak diberi alternatif lain selain diwajibkan untuk

membayar secara non tunai. Padahal, di sisi lain terdapat banyak keluhan yang diterima

dari masyarakat terkait kewajiban penggunaan transaksi non tunai di berbagai gerbang

tol, salah satunya yaitu terkait infrastruktur pendukung yang belum sepenuhnya siap

(Koran Jakarta, 2017). Sehingga, dalam hal ini diperlukan pendekatan lain untuk

mendorong penggunaan transaksi non tunai, yaitu dengan mengidentifikasi faktor-faktor

yang mempengaruhi preferensi masyarakat Indonesia dalam penggunaan alat pembayaran

non tunai.

Dengan demikian, dari uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakuan sebuah

penelitian dengan judul “Pengaruh Faktor Persepsi, Sosial-Demografi dan Keuangan

terhadap Preferensi Masyarakat dalam Penggunaan Alat Pembayaran Non Tunai”.

Dimana penelitian ini mengambil studi kasus pada pengguna Alat Pembayaran dengan

Menggunakan Kartu (APMK) dan uang elektronik di kota Malang. Adapun penelitian ini

bertujuan untuk menganalisis pengaruh faktor persepsi, sosial-demografi dan keuangan

terhadap preferensi masyarakat dalam penggunaan alat pembayaran non tunai.

Page 5: PENGARUH FAKTOR PERSEPSI, SOSIAL- DEMOGRAFI DAN …

3

B. TINJAUAN PUSTAKA

Persepsi

Secara umum, persepsi merupakan suatu proses penyimpulan dan penafsiran

informasi yang diterima melalui indera manusia yang kemudian diwujudkan ke dalam

bentuk sikap atau perilaku. Adapun pembentukan persepsi menurut Gaspers (1997) dapat

dipengaruhi oleh faktor-faktor, sebagai berikut ;

1) Pengalaman masa lalu, dimana individu cenderung akan menarik suatu

kesimpulan yang sama atas sesuatu berdasarkan apa yang telah dilihat, didengar,

dan dirasakan sebelumnya

2) Keinginan, dimana individu cenderung akan menolak suatu pilihan yang tidak

sesuai dengan keinginannya.

3) Pengalaman dari orang-orang di lingkungan sekitar, dimana individu cenderung

akan memiliki persepsi terhadap sesuatu berdasarkan pengalaman yang dialami

oleh orang-orang di lingkungan sekitarnya.

Faktor Sosial-Demografi

Secara etimologi, demografi dapat dipahami sebagai ilmu yang mempelajari

tentang fenomena-fenomena kependudukan. Sementara itu, Bogue (1969) menjelaskan

demografi sebagai ilmu statistik dan matematis yang mempelajari tentang jumlah,

komposisi, dan distribusi penduduk, serta segala dinamikanya terkait proses kelahiran,

kematian, perkawinan, migrasi dan mobilitas sosial. Dengan demikian, sosial-demografi

dalam hal ini mengacu kepada fenomena-fenomena kependudukan yang berkaitan dengan

kondisi sosial masyarakat. Adapun faktor-faktor yang termasuk ke dalam sosial-

demografi, antara lain usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, jumlah anggota

keluarga, bahasa, dan lain sebagainya

Faktor Keuangan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, uang diartikan sebagai : (1)Alat tukar

atau standar pengukur nilai (kesatuan hitungan) yang sah, dikeluarkan oleh pemerintah

suatu negara berupa kertas, emas, perak atau logam lain yang dicetak dengan bentuk

gambar tertentu; (2)Harta atau kekayaan. Sementara itu, keuangan dapat dipahami

sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan uang.

Preferensi

Dalam konteks bahasa yang lebih sederhana, preferensi juga dapat disebut sebagai

selera. Namun, secara umum preferensi konsumen diartikan sebagai suatu pilihan suka

atau tidak suka terhadap barang dan/atau jasa dari konsumen terkait kegiatan konsumsi

yang dilakukan. Dimana, preferensi tersebut terbentuk dari persepsi konsumen terhadap

suatu produk (Munandar et al, 2012).

Menurut Nicholson (1989), hubungan preferensi konsumen dapat diasumsikan

memiliki tiga sifat dasar, antara lain kelengkapan (completeness), transitivitas

(transitivity) dan kontinuitas (continuity). Dengan demikian, berasarkan ketiga asumsi

dasar tersebut, maka setiap individu yang berperan sebagai konsumen akan dapat

menyusun peringkat pada segala kondisi daripada suatu produk. Sehingga, teori

preferensi dapat digunakan untuk melakukan analisis terhadap tingkat kepuasan yang

dicapai oleh konsumen (Bank Indonesia, 2006).

Page 6: PENGARUH FAKTOR PERSEPSI, SOSIAL- DEMOGRAFI DAN …

4

Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan proses

pembelian barang dan/atau jasa. Dalam hal ini, perilaku konsumen berkaitan dengan

alasan dan tekanan yang mempengaruhi kegiatan pemilihan, pembelian, penggunaan, dan

pembuangan barang dan/atau jasa guna memuaskan kebutuhan dan keinginan pribadi

(Hanna dan Wozniak, 2001).

Menurut Schiffman dan Kanuk (2008), perilaku konsumen menggambarkan

bagaimana cara individu sebagai konsumen dalam pengambilan keputusan dengan

memanfaatkan sumber daya yang tersedia, antara lain waktu, uang, dan usaha, guna

membeli barang dan/atau jasa.

Menurut Engel et al. (dalam Bank Indonesia, 2006), perilaku konsumen dapat

ditentukan oleh faktor-faktor, sebagai berikut ;

1) Lingkungan, yang meliputi budaya/ adat istiadat, kelas sosial, serta pengaruh

pribadi.

2) Perbedaan individu, yang meliputi sumberdaya konsumen, pengetahuan,

sikap, motivasi, kepribadian, gaya hidup, dan demografi.

3) Psikologis, yang meliputi proses pengolahan informasi, pembelajaran, dan

perubahan sikap atau perilaku.

Menurut Multifiah (2012), perilaku konsumen oleh para ekonom diilustrasikan

melalui hukum permintaan dengan menggunakan pendekatan Marginal Utility (MU) dan

Indifference Curve (IC). Pada pendekatan MU, kepuasan diasumsikan sebagai suatu

kuantitas yang dapat diukur dengan bilangan kardinal, tak tergantung, dan dapat

ditambahkan. Sehingga, MU mengukur tambahan kepuasan yang diperoleh akibat adanya

tambahan konsumsi yang dilakukan per satu unit barang. Sementara, pendekatan IC

mengukur kepuasan secara ordinal, yakni menggunakan fungsi preferensi konsumen

(Soeharno, 2006).

Sistem Pembayaran

Menurut UU No. 23 Pasal 1 tentang Bank Indonesia, sistem pembayaran

merupakan suatu sistem, yaitu satu kesatuan yang utuh yang mencakup seperangkat

aturan, lembaga dan mekanisme yang digunakan untuk melaksanakan pemindahan dana,

guna memenuhi kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi. Sehingga dalam hal

ini, sistem pembayaran berkaitan dengan alat pembayaran, prosedur perbankan

sehubungan dengan kegiatan pembayaran dan sistem transfer antarbank yang digunakan

dalam proses pembayaran.

Perkembangan sistem pembayaran tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan

alat pembayaran. Perkembangan sistem pembayaran juga didorong oleh semakin

besarnya volume dan nilai transaksi, peningkatan risiko, kompleksitas transaksi, dan

perkembangan teknologi (Subari dan Ascarya, 2003).

Instrumen Pembayaran Non Tunai

Instrumen pembayaran dapat diklasifikasikan menjadi 2 (dua) macam, yaitu

instrumen pembayaran tunai dan instrumen pembayaran non tunai. Adapun instrumen

pembayaran tunai dapat berupa uang kartal, yaitu uang kertas dan logam. Menurut UU

No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, Uang logam adalah uang yang terbuat dari

logam emas atau perak dengan karakteristik yang tidak mudah hancur dan tahan lama,

mudah dikenali bentuknya, dan memiliki nilai yang cenderung tinggi dan stabil.

Page 7: PENGARUH FAKTOR PERSEPSI, SOSIAL- DEMOGRAFI DAN …

5

Sedangkan, uang kertas adalah uang yang berbentuk lembaran yang terbuat dari bahan

kertas atau bahan lainnya yang menyerupai kertas.

Sementara itu, instrumen pembayaran non tunai dapat dibedakan menjadi 3 (tiga)

jenis, antara lain instrumen pembayaran berbentuk warkat (paper based) seperti cek dan

bilyet giro, instrumen pembayaran berbentuk kartu (card based) seperti kartu debet/atm

dan kartu kredit dan instrumen pembayaran elektronik (electronic based) seperti internet

banking, sms banking, dan uang elektronik (e-money).

Menurut Klee (2004), terdapat beberapa kategori untuk mengidentifikasi faktor-

faktor yang mempengaruhi konsumen untuk menggunakan sistem pembayaran elektronik,

yakni sebagai berikut ;

1) Financial, yakni dengan melihat pendapatan bersih yang dihasilkan per

bulan (pendapatan dikurangi dengan pajak).

2) Socio-demography, yang meliputi usia, jenis kelamin, pekerjaan,

pendidikan, jumlah anggota keluarga dan bahasa

3) Technology, yaitu berupa frekuensi penggunaan mobile phone, komputer

pribadi, internet, PDA, dan pelayanan bank melalui telepon.

4) Supply-side, yakni meliputi jumlah terminal point off sale (POS),

kepadatan penduduk, jumlah ATM yang tersedia, rata-rata pendapatan

perkapita, baik di daerah tempat tinggal maupun bekerja.

Gerakan Nasional Non Tunai

Pada tahun 2014 lalu, pemerintah Indonesia melalui Bank Indonesia membuat

suatu kebijakan terkait pembayaran non tunai. Kebijakan tersebut dinamakan “Gerakan

Nasional Non Tunai (GNNT)” dan secara resmi dicanangkan oleh Gubernur Bank

Indonesia, Agus D.W. Martowardojo di Jakarta, pada 14 Agustus 2014. Pencanangan

GNNT tersebut ditujukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap

penggunaan alat pembayaran non tunai, dengan harapan secara berangsur-angsur akan

terbentuk less cash society (LCS), yaitu suatu kelompok masyarakat yang lebih

menggunakan alat pembayaran non tunai, terutama dalam transaksi terkait kegiatan

ekonominya. Selain itu, terbentuknya GNNT tersebut dilatarbelakangi oleh fakta

bahwasannya penggunaan transaksi pembayaran berbasis elektronik oleh masyarakat

Indonesia masih relatif rendah dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya.

Padahal, dengan mendasarkan kepada kondisi geografi dan jumlah populasi yang cukup

besar, Indonesia memiliki potensi yang cukup besar untuk perluasan akses layanan sistem

pembayaran. Sehingga, melalui GNNT tersebut, Bank Indonesia dengan dukungan

perbankan berupaya mendorong penggunaan transaksi non-tunai oleh masyarakat demi

terwujudnya LCS (Bank Indonesia, 2014).

Pengaruh Faktor Persepsi terhadap Preferensi Penggunaan Alat Pembayaran Non

Tunai

Dalam hal penggunaan alat pembayaran non tunai, faktor persepsi berkaitan

dengan manfaat penggunaan, kemudahan penggunaan, keamanan transaksi, dan

kepercayaan yang diperoleh dari penggunaan alat pembayaran non tunai.

Menurut Davis et al (dalam Nasri dan Zarai, 2014), faktor manfaat atau kegunaan

merupakan variabel yang paling penting yang mempengaruhi seseorang untuk dapat

menerima suatu teknologi baru. Faktor tersebut secara signifikan berpengaruh terhadap

intensitas penggunaan internet banking, yang mana dalam hal ini merupakan salah satu

instrumen pembayaran non tunai.

Page 8: PENGARUH FAKTOR PERSEPSI, SOSIAL- DEMOGRAFI DAN …

6

Selanjutnya, faktor kemudahan penggunaan memiliki hubungan yang positif

dengan intensitas penggunaan mobile banking. Dimana apabila mobile banking yang

dalam hal ini juga merupakan salah satu instrumen pembayaran non tunai mudah untuk

digunakan, maka hal tersebut akan mendorong intensitas penggunaan dari pada mobile

banking tersebut (Verrecchia, 2016).

Faktor keamanan juga memiliki hubungan yang yang signifikan dan positif

terhadap intensitas penggunaan internet banking, yakni pada nasabah eksternal. Menurut

Raza dan Hanif (2012), nasabah eksternal lebih berorientasi pada kenyamanan. Apabila

dapat ditemukan kenyamanan dalam penggunaan internet banking, maka intensitas

penggunaan internet banking juga akan meningkat. Dalam hal ini, faktor keamanan

merupakan salah satu faktor penentu kenyamanan.

Faktor lain yang dalam hal ini juga menjadi penentu dalam penggunaan mobile

banking adalah kepercayaan. Kepercayaan memiliki hubungan yang signifikan terhadap

intensitas penggunaan mobile banking baik dalam jangka pendek, maupun jangka

panjang. Faktor kepercayaan berkaitan dengan risiko, dimana faktor tersebut dapat

mengurangi persepsi bahwa penggunaan mobile banking memiliki risiko, yang pada

akhirnya akan meningkatkan penggunaannya (Verrecchia, 2016).

Pengaruh Faktor Sosial-Demografi terhadap Preferensi Penggunaan Alat

Pembayaran Non Tunai

Menurut Fozia (2013), faktor demografis memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap penggunaan internet banking, salah satunya adalah usia. Kelompok usia yang

berbeda memiliki persepsi yang berbeda-beda pula. Dalam hal ini, semakin tinggi usia

seseorang maka semakin rendah persepsinya mengenai layanan internet banking, dan

sebaliknya.

Kennickell dan Kwast (dalam Bank Indonesia, 2006) juga menyatakan

bahwasannya faktor usia berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap perilaku

penggunaan debit card rumah tangga di Amerika Serikat. Dimana, semakin tua seseorang

maka perilaku penggunaan debit card akan semakin berkurang. Selain itu, perilaku

penggunaan debit card rumah tangga di Amerika Serikat juga dipengaruhi oleh tingkat

pendidikan. Dalam hal ini, tingkat pendidikan berpengaruh secara signifikan dan positif

terhadap perilaku penggunaan debit card rumah tangga di Amerika Serikat. Artinya,

semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka perilaku penggunaan debit card akan

semakin bertambah.

Pengaruh Faktor Keuangan terhadap Preferensi Penggunaan Alat Pembayaran

Non Tunai

Menurut Loix et al (dalam Bank Indonesia, 2006), salah satu faktor yang

mempengaruhi perilaku masyarakat dalam penggunaan alat pembayaran non tunai adalah

keuangan. Faktor keuangan ini berupa pendapatan yang dihasilkan oleh responden setiap

bulan. Pendapatan tersebut berpengaruh secara positif terhadap kepemilikan dan

penggunaan alat pembayaran non tunai.

Hal serupa juga dikemukakan oleh Jonker (dalam Bank Indonesia, 2006),

bahwasannya variabel pendapatan berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap

penggunaan kartu debit, kartu kredit dan e-purse. Artinya, semakin tinggi tingkat

pendapatan yang dimiliki seseorang maka semakin tinggi penggunaan ketiga alat

pembayaran non tunai tersebut.

Page 9: PENGARUH FAKTOR PERSEPSI, SOSIAL- DEMOGRAFI DAN …

7

C. KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

Gambar 1 Kerangka Pikir

Sumber : Penulis, 2018

Berdasarkan kerangka pikir di atas, maka perumusan hipotesis dalam penelitian ini

adalah, yaitu variabel manfaat penggunaan, kemudahan penggunaan, keamanan transaksi,

kepercayaan, pendidikan dan pendapatan diduga berpengaruh positif terhadap preferensi

masyarakat dalam penggunaan alat pembayaran non tunai. Sedangkan, variabel usia

diduga berpengaruh negatif terhadap preferensi masyarakat dalam penggunaan alat

pembayaran non tunai.

D. METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah penelitian kuantitatif.

Sedangkan berdasarkan tingkat eksplanasinya, penelitian ini merupakan penelitian

deskriptif.

Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Variabel dalam penelitian ini adalah variabel dependen dan variabel independen

yang dijelaskan sebagai berikut :

1) Variabel Dependen

Dalam Penelitian ini variabel dependen yang digunakan adalah preferensi

masyarakat dalam penggunaan alat pembayaran non tunai, yang

direpresentasikan oleh frekuensi penggunaan alat pembayaran non tunai,

yaitu rata-rata jumlah penggunaan alat pembayaran non tunai dalam satu

bulan.

2) Variabel Independen

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah Persepsi

manfaat, persepsi kemudahan penggunaan, persepsi keamanan, persepsi

kepercayaan, usia, pendidikan dan pendapatan. Dalam hal ini, variabel

persepsi diukur menggunakan beberapa indikator yang berbeda.

Preferensi

Masyarakat

dalam

Penggunaan

Alat

Pembayaran

Non Tunai Sosial-

Demografi

Persepsi

Usia

Pendidikan

Kepercayaan

Keamanan

Kemudahan

Penggunaan

Manfaat

Keuangan Pendapatan

Page 10: PENGARUH FAKTOR PERSEPSI, SOSIAL- DEMOGRAFI DAN …

8

Populasi dan Sampel

Dalam penelitian ini, populasi yang digunakan adalah masyarakat Kota Malang,

yaitu bukan hanya orang-orang yang memiliki kartu identitas kependudukan (KTP) Kota

Malang, melainkan juga orang-orang dari luar Kota Malang yang berdomisili atau tinggal

sementara di Kota Malang minimal selama sebulan untuk tujuan tertentu, misalnya

bersekolah, bekerja, dan lain sebagainya. Sedangkan, jumlah sampel dalam penelitian ini

adalah 120 orang, yang didasarkan pada teori Roscoe, yaitu apabila dalam penelitian akan

melakukan analisa dengan multivariate, maka jumlah sampel minimal 10 kali jumlah

variabel yang diteliti (Sugiyono, 2010). Adapun teknik sampling yang digunakan berupa

purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu

(Sugiyono, 2006). Dalam penelitian ini, pertimbangan yang digunakan yaitu memiliki

satu atau lebih alat pembayaran non tunai berupa kartu debet/ATM, kartu kredit ataupun

e-money, dan waktu kepemilikan yaitu lebih dari 1 tahun

Data dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh

dengan menggunakan metode pengumpulan data terpilih. Data tersebut berupa data

persepsi, sosial-demografi, keuangan dan preferensi masyarakat dalam penggunaan alat

pembayaran non-tunai dari jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini, yakni

selama periode 2017.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket atau

kuesioner. Untuk variabel persepsi, antara lain manfaat, kemudahan penggunaan,

keamanan transaksi dan kepercayaan diukur dengan menggunakan skala likert. Skala

likert merupakan skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi

seseorang atau sekelompok orang mengenai fenomena sosial tertentu (Sugiyono, 2001).

Dalam hal ini, skala likert digunakan untuk mengukur persepsi pengguna alat

pembayaran non tunai di kota Malang tentang penggunaan alat pembayaran non tunai,

dengan memberikan beberapa pernyataan yang berhubungan dengan tujuan penelitian

kepada responden untuk diberikan jawaban dalam skala pengukuran yang tersedia,

sebagai berikut :

1 = Sangat Tidak Setuju

2 = Tidak Setuju

3 = Netral

4 = Setuju

5 = Sangat Setuju

Selanjutnya, untuk jenis angket atau kuisioner yang digunakan dalam penelitian ini

berupa kuisioner tertutup. Kuisioner tertutup secara khusus digunakan dalam membantu

mengetahui pengaruh faktor persepsi, sosial-demografi dan keuangan terhadap preferensi

masyarakat dalam penggunaan alat pembayaran non tunai. Sedangkan kuisioner terbuka

secara khusus digunakan dalam membantu mengidentifikasi apa saja yang menjadi

kendala dalam penggunaan alat pembayaran non-tunai, yang mungkin menjadi alasan

daripada rendahnya penggunaan alat pembayaran non tunai.

Page 11: PENGARUH FAKTOR PERSEPSI, SOSIAL- DEMOGRAFI DAN …

9

Metode Analisis Data

Pengujian Instrumen

Pengujian instrumen dalam hal ini berupa uji validitas dan uji reliabilitas. Menurut

Ghozali (2001), uji validitas merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengukur

valid tidaknya suatu kuesioner. Dalam penelitian ini, uji validitas dilakukan dengan

menggunakan bantuan program SPSS. Teknik pengujian validitas dilakukan dengan

menggunakan korelasi Bivariate pearson, yaitu dengan melihat korelasi antara skor item

dengan skor total. Suatu alat ukur dikatakan valid jika r hitung ≥ r tabel (dengan tingkat

signifikansi 0,05), artinya skor item memiliki korelasi yang signifikan terhadap skor total.

Sedangkan, uji reliabilitas merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengukur suatu

kuesioner yang merupakan indikator dari konstruk atau variabel (Menurut Ghozali,

2001). Dalam penelitian ini, pengujian reliabilitas instrumen dilakukan dengan

menggunakan bantuan program SPSS, yakni dengan menggunakan Cronbach’s Alpha.

Semakin nilai Cronbach’s Alpha mendekati 1, maka semakin tinggi derajat reliabilitas.

Sementara itu, suatu instrumen dikatakan reliabel jika nilai Cronbach’s Alpha lebih besar

dari 0,6 (Ghozali, 2001).

Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik yang dilakukan dalam penelitian ini, antara lain uji normalitas,

uji multikolinearitas dan uji heterokedastisitas. Dalam hal ini, uji normalitas digunakan

untuk menguji apakah residual suatu model regresi memiliki distribusi normal atau tidak.

Uji multikolinearitas digunakan untuk menguji adanya korelasi antarvariabel bebas

(independent variable) dalam model regresi. Sedangkan, uji heteroskedastisitas digunakan

untuk menguji adanya ketidaksamaan variasi gangguan acak (ui) pada setiap variabel

bebas (simpangan data tidak sama).

Analisis Regresi Linier Berganda

Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier

berganda (multiple regression), yaitu analisis regresi digunakan untuk mengukur

kekuatan pengaruh dan arah hubungan variabel manfaat penggunaan, kemudahan

penggunaan, kemanan, kepercayaan, usia, pendidikan dan pendapatan bersih terhadap

frekuensi penggunaan alat pembayaran non tunai. Sehingga, model persamaan yang

digunakan dalam penelitian ini adalah, sebagai berikut ;

Y= α0 + β1X1+ β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6X6 + β7D + e

Dimana :

Y = Frekuensi penggunaan alat pembayaran non tunai

α = Konstanta

β = Koefisien regresi

X1 = Manfaat

X2 = Kemudahan penggunaan

X3 = Keamanan transaksi

X4 = Kepercayaan

X5 = Usia

Page 12: PENGARUH FAKTOR PERSEPSI, SOSIAL- DEMOGRAFI DAN …

10

X6 = Pendapatan

D = Pendidikan

Pengujian Hipotesis

Dalam hal ini, pengujian hipotesis yang dilakukan berupa uji parsial (uji t), uji

simultan (uji F) dan koefisien determinasi. Dalam penelitian ini, uji t dilakukan dengan

pengujian satu arah dengan menggunakan derajat signifikansi 0,05 (α=5%). Sementara

itu, keputusan penerimaan dan penolakan hipotesis dilakukan dengan kriteria, sebagai

berikut ;

1) Jika t hitung < t tabel, maka hipotesis alternatif ditolak. Artinya, variabel

independen tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

2) Jika t hitung > t tabel, maka hipotesis alternatif diterima. Artinya, variabel

independen berpengaruh signfikan terhadap variabel dependen.

Uji F dilakukan dengan menggunakan derajat signifikansi 0,05 (α=5%). Dengan

menggunakan uji statistik F, pengujian hipotesis dilakukan dengan kriteria pengambilan

keputusan, yaitu jika nilai F hitung > nilai F tabel, maka hipotesis alternatif diterima.

Artinya, secara bersama-sama variabel independen berpengaruh signifikan terhadap

variabel dependen.

Selanjutnya, koefisien determinasi (R2) menunjukkan seberapa jauh kemampuan

model dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2001. Dimana nilai

koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Suatu model dikatakan baik apabila

memiliki koefisien determinasi yang tinggi.

E. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengujian Instrumen

Uji Validitas

Tabel 1 Hasil Uji Validitas Persepsi Manfaat

No. Butir Pertanyaan rhitung rtabel Keterangan

1. U1 0,824

0,151

Valid

2. U2 0,905 Valid

3. U3 0,871 Valid

4. U4 0,901 Valid

5. U5 0,903 Valid

Sumber : Penulis, 2018

Tabel 2 Hasil Uji Validitas Persepsi Kemudahan Penggunaan

No. Butir Pertanyaan rhitung rtabel Keterangan

1. E1 0,846

0,151

Valid

2. E2 0,815 Valid

3. E3 0,772 Valid

4. E4 0,765 Valid

5. E5 0,813 Valid

Sumber : Penulis, 2018

Page 13: PENGARUH FAKTOR PERSEPSI, SOSIAL- DEMOGRAFI DAN …

11

Tabel 3 Hasil Uji Validitas Persepsi Keamanan

No. Butir Pertanyaan rhitung rtabel Keterangan

1. S1 0,788

0,151

Valid

2. S2 0,815 Valid

3. S3 0,769 Valid

4. S4 0,884 Valid

5. S5 0,871 Valid

Sumber : Penulis, 2018

Tabel 4 Hasil Uji Validitas Persepsi Kepercayaan

No. Butir Pertanyaan rhitung rtabel Keterangan

1. T1 0,891

0,151

Valid

2. T2 0,934 Valid

3. T3 0,918 Valid

4. T4 0,894 Valid

5. T5 0,914 Valid

Sumber : Penulis, 2018

Berdasarkan hasil uji validitas pada variabel persepsi manfaat, kemudahan

penggunaan, keamanan dan kepercayaan menunjukkan bahwa r hitung > r tabel.

Sehingga, instrumen pada keempat variabel dinyatakan valid.

Uji Reliabilitas

Tabel 5 Hasil Uji Reliabilitas

Variabel Nilai Cronbach’s

Alpha

Keterangan

Persepsi Manfaat 0,928 Reliabel

Persepsi Kemudahan Penggunaan 0,860 Reliabel

Persepsi Keamanan 0,880 Reliabel

Persepsi Kepercayaan 0,948 Reliabel

Sumber : Penulis, 2018

Berdasarkan hasil uji reliabilitas pada variabel persepsi manfaat, kemudahan

penggunaan, keamanan dan kepercayaan menunjukkan bahwa nilai cronbach’s alpha

lebih besar dari 0,6. Sehingga, instrumen pada keempat variabel dinyatakan reliabel.

Uji Asumsi Klasik

Uji Normalitas

Tabel 6 Hasil Uji Normalitas

Skewness / Kurtosis test for Normality

Variable Pr (Skewness)

Pr (Kurtosis)

Adj chi2(2) Prob>chi2

Res 0,061 0,429 4,23 0,1208

Sumber : Penulis, 2018

Berdasarkan hasil uji normalitas di atas menunjukan bahwa nilai prob>chi2 lebih

besar dari tingkat signifikansi (α=5%). Hal tersebut berarti residual dari model regresi

tersebut berdistribusi normal. Sehingga, memenuhi syarat asumsi klasik.

Page 14: PENGARUH FAKTOR PERSEPSI, SOSIAL- DEMOGRAFI DAN …

12

Uji Multikolinearitas

Tabel 7 Hasil Uji Multikolinearitas

Variabel VIF 1/VIF

X1 6,52 0,153320

X2 5,82 0,171784

X3 4,76 0,210262

X4 5,58 0,179302

X5 1,34 0,747596

X6 2,09 0,479311

D 1,16 0,861196

Mean VIF 3,89

Sumber : Penulis, 2018

Berdasarkan hasil uji multikolinearitas di atas menunjukkan bahwa nilai VIF untuk

semua variabel bebas bernilai lebih kecil dari 10. Hal tersebut berarti tidak terdapat

korelasi antarvariabel bebas dalam model regresi dalam penelitian ini.

Uji Heteroskedastisitas

Tabel 8 Hasil Uji Heteroskedastisitas

chi2(1) Prob > chi2

3,92 0,0477

Sumber : Penulis, 2018

Berdasarkan hasil uji heteroskedastisitas di atas menunjukkan bahwa nilai

prob>chi2 lebih kecil dari tingkat signifikansi (α=5%), sehingga hipotesis nol ditolak.

Artinya, model regresi memiliki variasi gangguan acak yang tidak konstan atau terdapat

gejala heteroskedastisitas. Sehingga, menghasilkan standar error yang lebih lebar. Oleh

karena itu, untuk mengatasi masalah heteroskedastisitas tersebut dilakukan dengan

pendekatan robust standar error dengan bantuan program STATA, sehingga dapat

menghasilkan rata-rata standar error yang lebih sempit.

Analisis Regresi Linier Berganda

Berdasarkan hasil uji heteroskedastisitas, model regresi yang digunakan dalam

penelitian ini memiliki gejala heteroskedastisitas. Sehingga, untuk mengkoreksi masalah

heteroskedastisitas tersebut digunakan pendekatan robust standar error, sebagai berikut;

Tabel 9 Hasil Regresi Linier Berganda dengan Pendekatan Robust Standar Error

Number of obs = 120 F (7, 112) = 116,52 Prob > F = 0,0000 R-squared = 0,8666 Root MSE = 0,49529

Y Coef Robust Std. error t p>|t| [95% coef. Interval]

X1 X2 X3 X4 X5 X6 d Cons

0,115 0,015 0,076 0,059 -0,025 0,382 0,728 -2,263

0,033 0,029 0,030 0,029 0,012 0,130 0,261 0,349

3,47 0,53 2,58 2,00 -2,10 2,95 2,79 -6,49

0,001 0,598 0,011 0,048 0,038 0,004 0,006 0,000

0,049 -0,042 0,018 0,001 -0,049 0,125 0,211 -2,954

0,180 0,072 0,135 0,117 -0,001 0,638 1,245 -1,573

Sumber : Penulis, 2018

Page 15: PENGARUH FAKTOR PERSEPSI, SOSIAL- DEMOGRAFI DAN …

13

Berdasarkan Tabel 9 di atas, dapat disusun persamaan regresi linier berganda

sebagai berikut ;

Y = -2,263 + 0,115X1 + 0,015X2 + 0,076X3 + 0,059X4 – 0,025X5 + 0,382X6 + 0,728d

Berdasarkan persamaan regresi linier berganda di atas dapat diperoleh hasil

interpretasi, sebagai berikut ;

1) Nilai konstanta bernilai -2,263. Artinya, apabila variabel persepsi manfaat,

kemudahan, keamanan, dan kepercayaan, serta pendidikan, usia dan pendapatan

dianggap konstan (0), maka frekuensi penggunaan alat pembayaran non tunai

bernilai negatif, sebesar 2,263.

2) Koefisien regresi variabel persepsi manfaat bernilai positif sebesar 0,115.

Artinya, apabila terjadi peningkatan persepsi manfaat sebesar 1 persen, maka

akan meningkatkan nilai frekuensi penggunaan alat pembayaran non tunai

sebesar 11,5 persen.

3) Koefisien regresi variabel persepsi kemudahan bernilai positif sebesar 0,015.

Artinya, apabila terjadi peningkatan persepsi kemudahan sebesar 1 persen, maka

akan meningkatkan nilai frekuensi penggunaan alat pembayaran non tunai

sebesar 1,5 persen.

4) Koefisien regresi variabel persepsi keamanan bernilai positif sebesar 0,076.

Artinya, apabila terjadi peningkatan persepsi keamanan sebesar 1 persen, maka

akan meningkatkan nilai frekuensi penggunaan alat pembayaran non tunai

sebesar 7,6 persen.

5) Koefisien regresi variabel persepsi kepercayaan bernilai positif sebesar 0,059.

Artinya, apabila terjadi peningkatan persepsi kepercayaan sebesar 1 persen, maka

akan meningkatkan nilai frekuensi penggunaan alat pembayaran non tunai

sebesar 5,9 persen.

6) Koefisien regresi variabel usia bernilai negatif sebesar 0,025. Artinya, apabila

terjadi peningkatan usia sebesar 1 tahun, maka akan menurunkan nilai frekuensi

penggunaan alat pembayaran non tunai sebesar 2,5 persen.

7) Koefisien regresi variabel pendapatan bernilai positif sebesar 0,382. Artinya,

apabila terjadi peningkatan pendapatan sebesar 1 tingkatan pendapatan, maka

akan meningkatkan nilai frekuensi penggunaan alat pembayaran non tunai

sebesar 38,2 persen.

8) Koefisien regresi variabel pendidikan bernilai positif sebesar 0,728. Artinya,

apabila terjadi peningkatan pendidikan sebesar 1 tingkatan pendidikan, maka

akan meningkatkan nilai frekuensi penggunaan alat pembayaran non tunai

sebesar 72,8 persen.

Pengujian Hipotesis

Uji Parsial (Uji t)

Tabel 10 Hasil Uji Parsial (Uji t)

Variabel thitung ttabel Keterangan

Manfaat 3,47

1,66

Signifikan

Kemudahan 0,53 Tidak Signifikan

Keamanan 2,58 Signifikan

Kepercayaan 2,00 Signifikan

Usia -2,10 Signifikan

Pendapatan 2,95 Signifikan

Pendidikan 2,79 Signifikan

Sumber : Penulis, 2018

Page 16: PENGARUH FAKTOR PERSEPSI, SOSIAL- DEMOGRAFI DAN …

14

Berdasarkan hasil uji parsial (uji t) di atas, variabel persepsi manfaat, persepsi

keamanan, persepsi kepercayan, usia, pendidikan dan pendapatan berpengaruh secara

signifikan terhadap preferensi masyarakat dalam penggunaan alat pembayaran non tunai,

yang ditunjukkan dengan nilai t hitung > t tabel. Sedangkan variabel persepsi kemudahan

penggunaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap preferensi masyarakat dalam

penggunaan alat pembayaran non tunai, yang ditunjukkan dengan nilai t hitung < t tabel.

Uji Simultan (Uji F)

Tabel 11 Hasil Uji Simultan (Uji F)

Df Fhitung Ftabel Prob>F Keterangan

7 116,52 2,09 0,0000 Signifikan

112

Sumber : Penulis, 2018

Berdasarkan hasil uji simultan (uji F) di atas, nilai F hitung > F tabel. Artinya, persepsi manfaat, kemudahan, keamanan dan kepercayaan, serta pendidikan, usia dan

pendapatan secara bersama-sama (simultan) berpengaruh signifikan terhadap frekuensi

penggunaan alat pembayaran non tunai.

Koefisien Determinasi (R2)

Tabel 12 Hasil Koefisien Determinasi (R2)

R-squared (R2)

Root Mean Square Error (Root MSE)

0,8666 0,49529

Sumber : Penulis, 2018

Berdasarkan tabel 12 di atas menunjukkan nilai koefisien determinasi sebesar

0,8666. Artinya, variabel persepsi manfaat, kemudahan, keamanan, dan kepercayaan,

serta pendidikan, usia dan pendapat dapat menjelaskan variasi variabel frekuensi

penggunaan alat pembayaran non tunai sebesar 86,6 persen, sedangkan sisanya sebesar

13,4 persen dipengaruhi oleh variabel lain di luar model dalam penelitian ini.

Pengaruh Persepsi Manfaat Terhadap Preferensi Dalam Penggunaan Alat

Pembayaran Non Tunai

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel persepsi manfaat berpengaruh

secara positif dan signifikan terhadap preferensi masyarakat dalam penggunaan alat

pembayaran non tunai. Hal tersebut berarti semakin besar manfaat yang diperoleh

pengguna alat pembayaran non tunai, maka semakin tinggi preferensinya mengenai alat

pembayaran non tunai. Dengan kata lain, semakin bermanfaat alat pembayaran non tunai

maka akan semakin mendorong masyarakat untuk menggunakan alat pembayaran non

tunai.

Hasil penelitian ini didukung oleh beberapa penelitian terdahulu. Menurut Raza

dan Hanif (2011), persepsi manfaat berpengaruh signifikan dalam meningkatkan

intensitas penggunanan internet banking oleh pengguna eksternal. Bagi pengguna

eksternal, intensitas penggunaan mengacu kepada nilai kenyamanan. Jika pengguna

merasa nyaman dalam menggunakan internet banking, maka hal tersebut akan berimbas

pada peningkatan intensitas penggunaan internet banking. Selanjutnya, Nasri dan Zarai

(2014) menjelaskan bahwa persepsi manfaat memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

intensitas penggunaan internet banking. Hal tersebut berarti bahwa pengguna

menganggap bahwa internet banking bermanfaat, maka akan mendorong peningkatan

penggunaan internet banking tersebut. Hal serupa juga dikemukakan oleh Verrecchia

Page 17: PENGARUH FAKTOR PERSEPSI, SOSIAL- DEMOGRAFI DAN …

15

(2016) bahwa persepsi manfaat berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap

intensitas penggunaan mobile banking. Artinya, semakin besar manfaat yang diberikan

oleh mobile banking , maka akan meningkatkan intensitas penggunaan mobile banking

tersebut.

Pengaruh Persepsi Kemudahan Penggunaan Terhadap Preferensi Dalam

Penggunaan Alat Pembayaran Non Tunai

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel persepsi kemudahan penggunaan

tidak berpengaruh secara signifikan terhadap preferensi masyarakat dalam penggunaan

alat pembayaran non tunai. Artinya, meskipun penggunaan alat pembayaran non tunai

cukup mudah dan tidak merepotkan, namun hak tersebut tidak berpengaruh pada

peningkatan intensitas penggunaan alat pembayaran non tunai.

Hasil penelitian ini didukung oleh beberapa penelitian terdahulu. Verrecchia (2016)

menjelaskan dalam penelitiannya bahwa persepsi kemudahan penggunaan tidak

berpengaruh terhadap intensitas penggunaan mobile banking. Adapun pengaruh yang

dimiliki hanya merupakan pengaruh secara tidak langsung. Sementara itu, Selvanathan et

al. (2017) juga menjelaskan bahwa persepsi kemudahan penggunaan tidak memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap intensitas penggunaan internet banking.

Pengaruh Persepsi Keamanan Terhadap Preferensi Dalam Penggunaan Alat

Pembayaran Non Tunai

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel persepsi keamanan berpengaruh

secara positif dan signifikan terhadap preferensi masyarakat dalam penggunaan alat

pembayaran non tunai. Hal tersebut berarti semakin tinggi tingkat keamanan dalam

penggunaan alat pembayaran non tunai, maka akan semakin mendorong meningkatnya

penggunaan alat pembayaran non tunai oleh masyarakat.

Hasil penelitian ini didukung oleh beberapa penelitian terdahulu. Dalam

penelitiannya, Raza dan Hanif (2011) mengungkapkan bahwa faktor keamanan memiliki

pengaruh yang signifikan dalam meningkatkan intensitas penggunaan alat pembayaran

non tunai oleh pengguna eksternal. Seperti halnya faktor manfaat, faktor keamanan juga

berkaitan dengan rasa nyaman yang dirasakan oleh pengguna yang selanjutnya

berdampak pada peningkatan intensitas penggunaan alat pembayaran non tunai.

Sementara itu, Nasri dan Zarai (2014) menjelaskan bahwasannya intensitas penggunaan

dipengaruhi oleh faktor kemudahan penggunaan, dimana faktor kemudahan penggunaan

tersebut ditentukan oleh faktor keamanan. Sehingga, faktor keamanan berpengaruh secara

tidak langsung terhadap peningkatan intensitas penggunaan internet banking.

Pengaruh Persepsi Kepercayaan Terhadap Preferensi Dalam Penggunaan Alat

Pembayaran Non Tunai

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel persepsi kepercayaan berpengaruh

secara positif dan signifikan terhadap preferensi masyarakat dalam penggunaan alat

pembayaran non tunai. Artinya, semakin tinggi tingkat kepercayaan masyarakat pada alat

pembayaran non tunai, maka semakin tinggi preferensinya dalam penggunaan alat

pembayaran non tunai. Atau dengan kata lain, jika semakin besar rasa percaya yang

dimiliki masyarakat pada alat pembayaran non tunai maka akan mendorong peningkatan

intensitas penggunaan alat pembayaran non tunai.

Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian terdahulu, yaitu Verrechia

(2016), yang menjelaskan bahwa faktor kepercayaan berpengaruh secara postif dan

signifikan terhadap intensitas penggunaan mobile banking. Jika mobile banking semakin

dapat dipercaya, maka akan meningkatkan penggunaannya.

Page 18: PENGARUH FAKTOR PERSEPSI, SOSIAL- DEMOGRAFI DAN …

16

Pengaruh Usia Terhadap Preferensi Dalam Penggunaan Alat Pembayaran Non

Tunai

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel usia berpengaruh secara negatif dan

signifikan terhadap preferensi masyarakat dalam penggunaan alat pembayaran non tunai.

Hal ini berarti, semakin tinggi usia seseorang, maka semakin rendah preferensinya dalam

penggunaan alat pembayaran non tunai.

Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian dari Fozia (2013) bahwa variabel

demografi, yaitu usia berpengaruh secara signifikan terhadap penggunaan internet

banking. Hal serupa juga dikemukakan oleh Goczek dan Witkowski (2015) dalam

penelitiannya bahwa variabel usia berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah

transaksi pembayaran non tunai.

Pengaruh Usia Terhadap Preferensi Dalam Penggunaan Alat Pembayaran Non

Tunai

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel usia berpengaruh secara negatif dan

signifikan terhadap preferensi masyarakat dalam penggunaan alat pembayaran non tunai.

Hal ini berarti, semakin tinggi usia seseorang, maka semakin rendah preferensinya dalam

penggunaan alat pembayaran non tunai.

Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian dari Fozia (2013) bahwa variabel

demografi, yaitu usia berpengaruh secara signifikan terhadap penggunaan internet

banking. Hal serupa juga dikemukakan oleh Goczek dan Witkowski (2015) dalam

penelitiannya bahwa variabel usia berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah

transaksi pembayaran non tunai.

Pengaruh Pendidikan Terhadap Preferensi Dalam Penggunaan Alat Pembayaran

Non Tunai

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel tingkat pendidikan berpengaruh

secara positif dan signifikan terhadap preferensi masyarakat dalam penggunaan alat

pembayaran non tunai. Hal tersebut berarti semakin tinggi tingkat pendidikan yang

ditempuh oleh masyarakat, maka semakin tinggi preferensinya dalam penggunaan alat

pembayaran non tunai. Atau dengan kata lain, semakin tinggi tingkat pendidikan

masyarakat akan dapat mendorong peningkatan intensitas penggunaan alat pembayaran

non tunai.

Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian terdahulu. Goczek dan

Witkowski (2015) mengungkapkan bahwa variabel pendidikan jelas mempengaruhi

penggunaan alat pembayaran non tunai. Tingkat pendidikan formal memiliki korelasi

yang kuat terhadap probabilitas kepemilikan kartu pembayaran. Hal tersebut berkaitan

dengan upah yang diterima, pola pemikiran yang dimiliki, dan frekuensi penggunaan

internet oleh seseorang.

Pengaruh Pendapatan Terhadap Preferensi Dalam Penggunaan Alat Pembayaran

Non Tunai

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel tingkat pendapatan berpengaruh

secara positif dan signifikan terhadap preferensi masyarakat dalam penggunaan alat

pembayaran non tunai. Artinya, semakin tinggi tingkat pendapatan yang dimiliki oleh

masyarakat maka semakin tinggi preferensinya dalam penggunaan alat pembayaran non

tunai.

Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian terdahulu. Menurut Fozia

(2013), faktor demografis berpengaruh secara signifikan terhadap penggunaan internet

Page 19: PENGARUH FAKTOR PERSEPSI, SOSIAL- DEMOGRAFI DAN …

17

banking, terutama pekerjaan. Masyarakat dengan status pekejaan yang berbeda memiliki

persepsi yang juga berbeda mengenai internet banking. Dalam hal ini, faktor pekerjaan

berkaitan dengan tingkat penghasilan yang dimiliki oleh seseorang. Sehingga, faktor

penghasilan juga mempengaruhi penggunaan internet banking.

Pengaruh Faktor Persepsi Terhadap Preferensi Dalam Penggunaan Alat

Pembayaran Non Tunai

Hasil penelitian menunjukkan bahwa diantara faktor persepsi yang digunakan

dalam penelitian ini, persepsi manfaat, persepsi keamanan dan persepsi kepercayaan

berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap preferensi masyarakat dalam

penggunaan alat pembayaran non tunai. Sedangkan persepsi kemudahan penggunaan

tidak berpengaruh secara signifikan terhadap preferensi masyarakat dalam penggunaan

alat pembayaran non tunai.

Selanjutnya, berdasarkan hasil perhitungan statistik diperoleh hasil bahwa diantara

ketiga faktor persepsi tersebut diatas yang berpengaruh secara signifikan terhadap

preferensi masyarakat dalam penggunaan alat pembayaran non tunai, persepsi manfaat

memiliki pengaruh yang paling tinggi, disusul oleh persepsi kepercayaan dan persepsi

keamanan. Hal tersebut menunjukkan bahwa segi manfaat, kepercayaan dan keamanan

menjadi faktor yang penting yang mempengaruhi masyarakat dalam menentukan pilihan

untuk menggunakan atau tidak menggunakan alat pembayaran non tunai. Sedangkan segi

kemudahan penggunaan dalam hal ini hanya menjadi faktor pendukung dalam

mendorong intensitas penggunaan alat pembayaran non tunai oleh masyarakat. Dengan

demikian, secara keseluruhan faktor persepsi berpengaruh secara signifikan terhadap

preferensi masyarakat dalam penggunaan alat pembayaran non tunai, kecuali pada

persepsi kemudahan penggunaan.

Pengaruh Faktor Sosial-Demografi Terhadap Preferensi Dalam Penggunaan Alat

Pembayaran Non Tunai

Dalam penelitian ini, faktor sosial-demogarafi yang berupa usia dan pendidikan

berpengaruh secara signifikan terhadap preferensi masyarakat dalam penggunaan alat

pembayaran non tunai. Dimana faktor usia berpengaruh secara negatif, sedangkan faktor

pendidikan berpengaruh secara positif. Hal tersebut menunjukkan bahwa faktor usia dan

pendidikan dapat mempengaruhi pilihan untuk menggunakan atau tidak menggunakan

alat pembayaran non tunai. Dimana latar belakang usia dan pendidikan yang berbeda

akan membentuk preferensi yang berbeda juga terkait penggunaan alat pembayaran non

tunai. Dengan demikian, faktor sosial-demografi secara keseluruhan berpengaruh secara

signifikan terhadap preferensi masyarakat dalam penggunaan alat pembayaran non tunai.

Pengaruh Faktor Keuangan Terhadap Preferensi Dalam Penggunaan Alat

Pembayaran Non Tunai

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor keuangan yang berupa tingkat

pendapatan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap prefrensi masyarakat

dalam penggunaan alat pembayaran non tunai. Hal tersebut berarti masyarakat dengan

latar belakang kelompok tingkat pendapatan yang berbeda akan memiliki preferensi yang

berbeda juga terkait penggunaan alat pembayaran non tunai. Dengan demikian, faktor

keuangan secara keseluruhan berpengaruh secara signifikan terhadap preferensi

masyarakat dalam penggunaan alat pembayaran non tunai.

Page 20: PENGARUH FAKTOR PERSEPSI, SOSIAL- DEMOGRAFI DAN …

18

F. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini mengenai pengaruh faktor

persepsi, sosial-demografi dan keuangan terhadap preferensi masyarakat dalam

penggunaan alat pembayaran non tunai, maka dapat ditarik kesimpulan, sebagai berikut ;

1) Segi manfaat yang diperoleh dari penggunaan alat pembayaran non tunai

dapat mempengaruhi penggunaan alat pembayaran non tunai. Sehingga,

semakin tinggi persepsi manfaat yang dimiliki, maka semakin tinggi juga

preferensinya dalam penggunaan alat pembayaran non tunai.

2) Penggunaan yang mudah dan tidak merepotkan dari alat pembayaran non

tunai tidak mempengaruhi penggunaan transaksi non tunai. Sehingga,

meskipun penggunaan alat pembayaran non tunai memiliki kemudahan dalam

penggunaannya, tetapi tidak dapat mendorong penggunaan alat pembayaran

non tunai.

3) Sistem keamanan yang baik dalam penyelenggaraan transaksi pembayaran

secara non tunai akan menciptakan rasa nyaman bagi pengguna transaksi non

tunai, yang selanjutnya dapat mempengaruhi penggunaan transaksi non tunai.

Sehingga, semakin tinggi persepsi keamanan yang dimiliki, maka semakin

tinggi juga preferensinya dalam penggunaan alat pembayaran non tunai.

4) Tingkat kepercayaan yang tinggi oleh masyarakat terhadap alat pembayaran

non tunai dapat mempengaruhi penggunaan transaksi non tunai. Sehingga,

semakin tinggi tingkat kepercayaan yang dimiliki, maka semakin tinggi juga

preferensinya dalam penggunaan alat pembayaran non tunai.

5) Semakin tinggi usia akan berpengaruh terhadap penguasaan teknologi, yang

dalam hal ini berhubungan dengan kesulitan dalam penggunaan alat

pembayaran non tunai. Sehingga, semakin tinggi tingkat usia, maka semakin

rendah preferensinya dalam penggunaan alat pembayaran non tunai.

6) Latar belakang pendidikan berhubungan dengan pemahaman dan pengetahuan

tentang sistem pembayaran non tunai. Sehingga, semakin tinggi tingkat

pendidikan yang dimiliki, maka semakin tinggi juga preferensinya dalam

penggunaan alat pembayaran non tunai.

7) Tingkat pendapatan berhubungan dengan peluang yang dimiliki untuk

menggunakan alat pembayaran non tunai. Sehingga, semakin tinggi tingkat

pendapatan yang dimiliki, maka semakin tinggi juga preferensinya dalam

penggunaan alat pembayaran non tunai.

Dengan demikian, faktor persepsi, sosial-demografi dan keuangan berpengaruh

terhadap preferensi masyarakat dalam penggunaan alat pembayaran non tunai, kecuali

pada persepsi kemudahan penggunaan.

Saran

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis dapat mengajukan beberapa saran,

sebagai berikut ;

1) Apabila ditinjau dari segi persepsi, faktor manfaat, keamanan dan

kepercayaan menjadi pertimbangan bagi masyarakat untuk menggunakan

atau tidak menggunakan alat pembayaran non tunai. Sehingga, untuk dapat

mendorong penggunaan alat pembayaran non tunai oleh masyarakat

dibutuhkan upaya dari pihak penyelenggara sistem pembayaran non tunai

pada umumnya dan perbankan pada khususnya untuk meningkatkan persepsi

masyarakat terhadap sistem pembayaran non tunai terkait segi manfaat,

Page 21: PENGARUH FAKTOR PERSEPSI, SOSIAL- DEMOGRAFI DAN …

19

keamanan dan kepercayaan. Adapun berbagai upaya yang dapat dilakukan

antara lain, mengembangkan segi kemanfaatan dari alat pembayaran non

tunai, meningkatkan dan memperkuat sistem keamanan pada segala transaksi

non tunai, meningkatkan kualitas pelayanan perbankan terkait

penyelenggaraan sistem pembayaran non tunai, serta lebih gencar melakukan

sosialisasi dan promosi kepada masyarakat luas mengenai sistem

pembayaran non tunai.

2) Apabila ditinjau dari segi sosial demografi dan keuangan, masyarakat

dengan latar belakang pendidikan dan penghasilan yang tinggi, serta tingkat

usia muda lebih potensial untuk menjadi sasaran peningkatan penggunaan

alat pembayaran non tunai. Sehingga, promosi terkait alat pembayaran non

tunai dapat dilakukan secara lebih intensif kepada masyarakat dengan

karakteristik demikian. Sedangkan, untuk masyarakat dengan latar belakang

pendidikan dan penghasilan yang rendah, serta tingkat usia tua dapat

dilakukan sosialisasi secara lebih intensif untuk meningkatkan pemahaman

masyarakat tersebut tentang sistem pembayaran non tunai. Namun, hal

tersebut tidak menuntup kemungkinan untuk dilakukan sosialisasi dan

promosi pada seluruh lapisanmasyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Adapa, Sujana dan Ray Cooksey. 2013. Factors Affecting Consumers’ Continued Use of

Internet Banking : Empirical Evidence From Australia. Australian Journal of

Information Systems, Vol. 18, No. 1, 2013.

Anggraeni, Pipit. 2018. Geliat E-Money di Malang Raya Terus Tunjukkan Tren

Positif.https://www.malangtimes.com/amp/baca/29034/20180704/101057/geliat-

emoney-di-malang-raya-terus-tunjukkan-tren-positif/ . Diakses pada 26 Juli 2018.

Asyari, Yusuf. 2018. Literasi Uang Elektronik di Malang Masih Perlu Ditingkatkan.

https://www.jawapos.com/jpg-today/01/07/2018/literasi-uang-elektronik-di-

malang-masih-perlu-ditingkatkan . Diakses pada 26 Juli 2018

Badan Pusat Statistik Kabupaten Mojokerto. Rata-rata Pengeluaran Perkapita Sebulan

Tahun 2013. https://mojokertokab.bps.go.id/statictable/2015/02/10/34/rata-rata-

pengeluaran-perkapita-sebulan-tahun-2013.html. Diakses pada 23 Desember

2017.

Bank Indonesia. 2006. Persepsi, Preferensi dan Perilaku Masyarakat dan Lembaga

Penyedia Jasa Terhadap Pembayaran Non Tunai.

https://www.bi.go.id/id/publikasi/sistem- pembayaran/riset/Pages/Survey_LC

S.aspx. Diakses pada 25 November 2017.

Bank Indonesia. 2014. Bank Indonesia Mencanangkan Gerakan Nasional Non Tunai.

https://www.bi.go.id/id/ruang-media/siaran-pers/Pages/sp_165814.aspx. Diakses

pada 1 Desember 2017)

Bank Indonesia. Alat Pembayaran Dengan Menggunakan Kartu (APMK).

https://www.bi.go.id/id/statistik/sistem-

pembayaran/apmk/contents/transaksi.aspx. Diakses pada 25 November 2017.

Bank Indonesia. Uang Elektronik. https://www.bi.go.id/id/statistik/sistem-

pembayaran/uang-elektronik/contents/transaksi.aspx. Diakses pada 25 November

2017.

Page 22: PENGARUH FAKTOR PERSEPSI, SOSIAL- DEMOGRAFI DAN …

20

Bogue, D. Joseph. 1969. Principles of Demography. New York: John Wiley.

Darmono, Laksito Adi. 2018. Pendapatan Perkapita Indonesia Urutan 5 Asia Tenggara.

https://m.suarakarya.id/amp/detail/index/51027/Pendapatan-Perkapita-Indonesia-

Urutan-5-Asia-Tenggara. Diakses pada 19 April 2018.

Deutsche Welle. 2017. Rangking Pendidikan Negara-negara ASEAN.

https://m.dw.com/id/rangking-pendidikan-negara-negara-asean/g-37594464.

Diakses pada 19 April 2018.

Fozia. 2013. A Comparative Study of Consumer Perception Toward E-Banking Service

Provide by Selected Private and Public Sector Bank in India. International

Journal of Scientific and Research in Publication, Vol. 3, Issue 9, September

2013, ISSN 2250-3153.

Gaspersz, Vincent. 1997. Manajemen Bisnis Total dalam Era Globalisasi. Jakarta: PT

Gramedia.

Ghozali, Imam. 2001. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang:

Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Goczek, Lukasz dan Bartosz Witkowsi. 2015. Determinants of non-cash payment. NBP

Working Paper No.196.

Gujarati, Damodar. 2003. Ekonometrika Dasar Terjemahan. Jakarta: Erlangga.

Hair, Joseph F., William C. Black dan Barry J. Babin. 2010. Multivariate Data Analysis,

7th Edition. New York: Prentice Hall International, Inc.

Hanna, Nessim dan Richard Wozniak. 2001. Consumer Behavior : An Applied Approach.

New Nersey : Prentice Hall.

Hardiyanto, Sari. 2018. Penggunaan E-money Masih Minim.

https://www.jawapos.com/ekonomi/28/01/2018/penggunaan-e-money-masih-

minim. Diakses pada 19 Maret 2018.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. Arti Kata Barter. https://kbbi.web.id/barter.html. Diakses

pada 14 November 2017.

Kamus Besar Bahasa Indoensia. Arti Kata Uang. https://kbbi.web.id/keuangan.html.

Diakses pada 30 Januari 2018.

Kata Data Research. 2015. Era Non Tunai Tumbuh Subur.

https://m.katadata.co.id/infografik/2015/02/23/era-non-tunai-tumbuh-subur.

Diakses pada 13 November 2017.

Klee, Elizabeth. 2004. Paper or Plastic? The Effect of Time on Check and Debet Card

Use at Grocery Stores. Board of Governors of the Federal Reserve System

Preliminary Journal.

Koran Jakarta. 2017. Transaksi Non Tunai Masih Rendah. https://www.koran-

jakarta.com/transaksi-nontunai-masih-rendah/. Diakses pada 3 Desember 2017.

Mastercard. 2013. Mastercard Advisors’ Cashless Journey : The Global Journey From

Cash to Cashless. https://newsroom.mastercard.com/wp-content/. Diakses pada 3

Desember 2017.

Multifiah. 2011. Teori Ekonomi Mikro. Malang: Universitas Brawijaya Press.

Page 23: PENGARUH FAKTOR PERSEPSI, SOSIAL- DEMOGRAFI DAN …

21

Munandar, J. M. Udin, F., Amelia, M. 2012. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi

Preferensi Konsumen Produk Air Minum Dalam Kemasan di Bogor. Jurnal

Teknologi Industri Pertanian IPB Vol. 13 (3), 97-107.

Nasri, Wadie dan Mohamed Zarai. 2014. Empirical Analysis of Internet Banking

Adoption in Tunisia. Asian Economic and Financial Review, 2014, 4(12): 1812-

1825.

Nicholson, Walter. 1989. Teori Ekonomi Mikro I. Jakarta: CV Rajawali.

Peppers, Don dan Martha Rogers. 2004. Managing Customer Relationship: A Strategic

Framework. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.

Raza, Syed Ali dan Nida Hanif. 2011. Factors Affecting Internet Banking Adoption

Among Internal and External Customers : A Case of Pakistan. Munich Personal

RePEc Archive Paper No. 39314.

Reisinger, Heribert. 1997. The Impact of Research Design on R2 in Linier Regression

Models : An Explanatory Meta-Analysis. Journal of Empirical Generalisations in

Marketing Science, Volume 2.

Schiffman, Leon dan Leslie Lazar Kanuk. 2008. Perilaku Konsumen Edisi 7. Jakarta:

Indeks.

Sehe, Marhawanti. 2017. Kementrian Dalam Negeri Dorong Pemda Transaksi Non

Tunai. https://makassar.sindonews.com/read/885/3/Kementrian-dalam-negeri-

dorong-pemda-transaksi-non-tunai-1510236714. Diakses pada 27 November

2017.

Selvanathan, Mahiswaran, Umi Devi Krisnan dan Goh Kar Jun. 2017. Acceptance of

Internet Banking among Consumers in Kota Damansara, Selangor, Malaysia.

International Journal of Business and Management; Vol. 12, No.2., 2017, ISSN

1833-3850.

Soeharno. 2006. Teori Mikro Ekonomi. Surakarta: Andi.

Sridawati. 2006. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Preferensi Masyarakat

Terhadap Penggunaan Kartu Pembayaran Elektronik (Di Provinsi DKI Jakarta

dan Jawa Barat). Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian

Bogor.

Subari, Sri Mulyati Tri dan Ascarya. 2003. Sistem Kebijakan Sistem Pembayaran di

Indonesia. Jakarta: Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan (PPSK).

Sugiyono. 2001. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Pusat Bahasa Departemen

Pendidikan Nasional.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan

R&D. Bandung: CV Alfabeta.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&B. Bandung : CV

Alfabeta.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia.

https://www.bphn.go.id/peraturanlist/2008032915423012/1999. Diakses pada 15

Desember 2017.

Page 24: PENGARUH FAKTOR PERSEPSI, SOSIAL- DEMOGRAFI DAN …

22

Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional. https://www.bphn.go.id/peraturanlist/2008032915423012/2003.

Diakses pada 15 Desember 2017.

Verrecchia, Michael. 2016. Mobile Banking Adoption : An Explorating of the

Behavioural Intention of Consumers in Ireland. National College of Ireland : A

Research Dissertation.