48
E/kJ'1f If7'! tJ //cL PENETASAN SEMI ALAMI TELUR PENYU SISIK imbricnta) DI PULAU SEGAMAT BESAR KABUPATEN LAMPUNG TENGAH OLEH: DENDY WISNlJHAMIDAHARISAKTI E 31.0789 ,HlIWSA'i h:OJ\SERVASI SliMBERDAYA IIlTAN FAKliLTAS KEHlITANAN I'iSTITliT PERTANIAN BOGOR 1999

Penetasan Semi Alami Telur Penyu Sisik (Eretmochelys ... · Dendy Wisnuhamidaharisakti.· E 31.0789. Penetasan Semi Alami Telur Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata) Di Pulau Segamat

  • Upload
    lydang

  • View
    250

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Penetasan Semi Alami Telur Penyu Sisik (Eretmochelys ... · Dendy Wisnuhamidaharisakti.· E 31.0789. Penetasan Semi Alami Telur Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata) Di Pulau Segamat

E/kJ'1f

If7'! tJ //cL

PENETASAN SEMI ALAMI TELUR PENYU SISIK

(Eretmoche~vs imbricnta) DI PULAU SEGAMAT BESAR

KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

OLEH:

DENDY WISNlJHAMIDAHARISAKTI

E 31.0789

,HlIWSA'i h:OJ\SERVASI SliMBERDAYA IIlTAN

FAKliLTAS KEHlITANAN

I'iSTITliT PERTANIAN BOGOR

1999

Page 2: Penetasan Semi Alami Telur Penyu Sisik (Eretmochelys ... · Dendy Wisnuhamidaharisakti.· E 31.0789. Penetasan Semi Alami Telur Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata) Di Pulau Segamat

Dendy Wisnuhamidaharisakti.· E 31.0789. Penetasan Semi Alami Telur Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata) Di Pulau Segamat Besar Kabupaten Lampung Tengah. Dibawah bimbingan Ir. Agus Prj),ono, MS. dan Drs. Ismu Sutanto Suwelo.

RINGKASAN

Penyu sisik (Eretmochelvs imbricata) merupakan salah satu jenis penyu yang mempunyai nilai komersil lebih dibandingkan dengan jenis penyu lainnya. Pemanfaatan penju sisik tidak terbatas pada daging dan telurnya. kulit sisik (tortoise shell) penyu sisik juga dapat dimanfaatkan untuk souvenir yang mempunyai nilai lebih tinggi bila dibandingkan dcngan karapas penyu hijau atau penju lainnya karena lebih tebal dan warna karapasnya indah. Manfaat yang sangat besar dari penyu laut ini yang eenderung mendorong masyarakat berlomba-lomba untuk menangkap induk penyu dan berburu telur di pantai-pantai lokasi peneluran. Jika pemanfaatan yang berlcbihan tersebut tidak diimbangi oleh usaha pelestarian maka kelestarian populasi penyu tidak dapat dipertahankan.

Pulau Segamat Besar merupakan tempat konsentrasi peneluran penyu sisik dan mcrupakan sumber telur utama (70 %) dari kegiatan penangkaran penyu sisik Taman Nasional Kepulauan Seribu khususnya di Pulau Pramuka. Untuk menjaga kclestarian penyu sisik di habitat aslinya (Pulau Segamat Besar) maka dilakukan kegiatan pembinaan populasi. yaitu kegiatan penetasan telur pemu sisik 5ccara semi alami dan pcnetasan secara alami serta diikuti dcngan pelepasan anak penyu (tukik)

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kcberhasilan penetasan telur penyu sisik pada sarang semi alami dcngan kedalaman yang berbeda. yaitu .kedalaman 10. 20 dan 30 em di Pulau Segamat Bcsar.

Desain penclitian yang digunakan adalah rancangan aeak lengkap untuk mengetahui tingkat kcberhasiIan pcnetasan pacta sarang semi alami dan uji X:! (chi-square) untuk mcmbandingkan tingkat kcberhasilan penetasan semi alami dan alami.

Berdasarkan hasil anal isis tanah sarang menunjukkan pada sarang semi ala mi. tekstur tanah untuk permukaan didominasi pasir berukuran halus sampai sangat halus dan tekstur tanah pada dasar sarang. yaitu pada kedalaman 10. 20 dan 30 em didominasi pasir yang berukuran kasar dan halus.

Scdangkan pada sa rang alami. tekstur tanah pada pennukaan didominasi pasir berukuran kasar dengan persenta,e rata-rata sebesar 43.16 %. Untuk tckstur tanah pada dasar sarang alami didominasi pasir kasar dengan persentase rata-rat~ 39.50 %.

Pcnyusun Ickstur tanah terdiri dari pasir. debu dan liat. Komposisi tekstur tanah dan ukuran pasir sangat mencntukan dalum perscnlase kcbcrhasilan penctasan. Tekstur tanah sarang pacta sa rang alami dan semi alami komposisi lcrbcsar adalah pasir. sedangkan debu dan hat sangat keciI

Tinggi rendahnya kadar air sangat erat kaitannya dengan panas yang diterima olch pennukaall dan dasar sa rang. Oleh karena itu kadar air tanah sarang berpengaruh terhadap suhu sarang dan keiembaban, Pcnnukaan mcmiliki kadar air terendah scbcsar 21. 96 0/0. sarang dengan kcdalaman 20 em memiliki kadar air scbesar 27.5 .. % dan sarang dengan kedalaman 30 em mcmikili kadar air terbesar. yaitu 29.74 %. Mengingat lokasi sarang alami yang tersebar di sckcliling Pulau Segamat Besar dan banyak ditcmukan dibawah pohon yang teduh serta kedalaman sarang yang lebih dalam. yaitu 30-13 em dengan rata-rata 37 ... 3 em. maka kadar air tanah sarang alami lebih tinggi baik pcrmukaan maupun dasar sarang. yaitu scbcsar 28.32 o/{. dan 30.50 (Yo daripada sarang semi alami. yaitu sebesar 21.96 % dan 27.37 % yang terletak pada lokasi tcrbuka.

Pada selang kcpereayaan 95 %. nilai kisaran suhu permukaan sebesar 28.36°C :+: 7.87°C. kedalaman 10 em sebesar 30.02°e-:+: 3.25°C. kedalaman 20 em sebesar 30.1 °C :+: 2.010C dan kedalaman 30 em scbesar 29.09°C:+: 1.30°c. Nilai pendugaan selang menunjukkan besar kceilnya

Page 3: Penetasan Semi Alami Telur Penyu Sisik (Eretmochelys ... · Dendy Wisnuhamidaharisakti.· E 31.0789. Penetasan Semi Alami Telur Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata) Di Pulau Segamat

fluktuasi yang terjadi pada setiap kedalaman, semakin kecil nibi pendugaan selangnya maka suhu akan lebih stabil

Berdasarkan bsil pengamatan masa in1:ubasi pada sarang semi alami menunjukkan bahwa pacta kedalaman 30 em memiliki masa inkubasi paling panjang, yaitu 60-63 hari dengan rata-rata 61.5 hari dan masa inkubasi terpendek terjadi pada sarang dengan kedalaman 10 dan 20 em dengan rata-rata masing 58 hari dan 57,5 hari. Lamanya masa inkubasi dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban selain itu juga dipengaruhi faletor lingkungan, seperti curah hujan, lamanya penyinaran matahari dan ketersediaan 0, dalam sarang.

Perbedaan masa inkubasi dipengaruhi oleh perbedaan pemanasan telur-telur di setiap kectalaman. Pada kedalaman sarang !O dan 20 em pemanasan yang dialami oleh telur-telur lebih tinggi sehingga proses embrionik berlangsung lebih cepat. Bertambah dalamnya sarang menyebabkan masa inkubasi berlangsung lebih panjang. Jika dibandingkan dengan masa inkubasi pacta sarang alami. masa inkubasi sarang semi alami lcbih pendek, yaitu 57-63 hari dengan rata-rata 58.8 hari, sedangkan masa inkubasi pada sa rang alami lebih panjang, yaitu 58-65 hari dengan rala­rata 61.2 hari. Perbedaan masa inkubasi ini dipengaruhi oleh lokasi sarang alami dan sarang semi alami.

Berdasarkan hasil uji slalislik pada laraf beda nyala I % (F<x 0.01) perlakuan kedalaman sarang memberikan hasil lidak berbeda nyata. Hal ini berarti faktor perbedaan kedalaman sarang 10 sampai 30 em lidak berpcngaruh terhadap keberhasilan penetasan lelur penyu sisik. Telapi jika dilihat dari hasil rata-rala persenlase keberhasilan penelasan menunjukkan balma pada kedalaman 20 em eenderung memiliki persenlase rata-rata yang lebih linggi, yaitu 66 % dibandingkan persentase keberhasilan penelasan pada kedalaman }O em, yailu sebesar 62 % dan kedalaman 10 em sebesar 56 %.

Perbedaan persenlase kebcrhasilan penelasan secara semi alami diduga bcrkailan dengan suhu tanah sarang yang digunakan dalam proses penetasan telur penyu sisik tersebut. Kondisi tekstur lanah sarang sangat bcrpcngaruh terhadap linggi rendahnya suhu sa rang. Kedalaman!O em memiliki persenlase keberhasilan penetasan telur lerendah, hal ini diduga karena pada kedalaman sarang 10 em memiliki fluktuasi suhu yang tinggi, artinya selang antara suhu sarang terendah dengan suhu sa rang tertinggi berbeda jauh, yaitu ± 3.25°C, dengan raw-rala 30.02°C sehingga kisaran suhu sarang adalah 26.77°C sampai 33.27° C,

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kedalaman 20 em memiliki persenlase kebcrhasilan yang eenderung lebih tinggi bila dibandingkan dengan kedalaman sarang iO em dan kedalaman sarang 30 em. Pada kedalaman 20 em memiliki suhu sarang sebcsar }0.01 °C ± 2.01 °C dengan kisaran suhu antara 28.00 ° C sampai 32.03°C, Kisaran suhu lersebut lermasuk dalam kisaran suhu optimal dalam penelasan tclur pemu. Ini scsuai dcngan Marquez (1990) yang rnenyatakan bahwa $uhu optimal untuk penctasan tclur pcn)u sisik sec.lra semi alanu acilllah 28°C - 32 C1 C danjdca suhu sclaill3 masa inkubasi jauh lcbih rendah atau lebih tinggi dari suhu oplimal lerscbul maka hasil pcnetasan 2kan kurang dari 50 %. Dcngan kondisi suhu yang dcmikian. maka perkembangan cmbrio dalam Iclur akan !cbih baik.

Sedangkan kedalaman }O em, suhu sarang !cbih rendah dan !cbih stabil dengan range suhu yang lebih sempit. yailu 29.09°C ± 1.30°C dan kisaran sUhunya anlara 27.78°C sampai 30.39°C, Kestabilan suhu dan rendahnya suhu sarang pada kedalaman 30 em diduga karena IckSlur lanah dasar sarang didominasi oleh pasir berukuran hulus. yaitu sebesar 46.73 'Xl dan mcmiliki kadar air lanah yang eukup tinggi. yailu 29.74 % dibandingkan kadar air lanah pada kedalaman sa rang 10 dan 20 cm. Walaupun memiliki suhu yang lebih stabil lelapi rata-rata persenlasc kcbcrhasilan penclasannya !cbih rcndah jika dibandingkan dengan kedalaman 20 em, yailu 62 %. Disamping ilu suhu juga mcmpengaruhi panjang pendeknya masa inkubasi lelur dalam sarang. Suhu pada kedalaman 30 em relalif rendah. hal ini menyebabkan masa inkubasi menjadi lebih lama sehingga telur-Ielur dalam sarang banyak yang membusuk.

Berdasarkan hasil uji X' (chi-square) pada lami' beda nyala 5 % (X' 0.05) menunjukkan bah\va persentase kcberhasllan penelasan tclur pell)'ll sisik seam semi alami dengan kedalaman 10.

Page 4: Penetasan Semi Alami Telur Penyu Sisik (Eretmochelys ... · Dendy Wisnuhamidaharisakti.· E 31.0789. Penetasan Semi Alami Telur Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata) Di Pulau Segamat

20 dan 30 cm tidak berbeda nyata'dengan persentase keberhasilan penetasan telur penyu sisik secara alami.

Jika dibandingkan antara hasil rata-rata persentase keberhasilan penetasan secara semi alami pada masing-masing kedalaman dengan rata-rata persentase keberhasilan penetasan secara alami sebesar 62.76 %, maka kedalaman 20 cm memiliki persentase keberhasilan penetasan tertinggi. Hal ini diduga karena pada sarang alami memiliki suhu yang lebih rendah dan kadar air !anah yang lebih tinggi baik permukaan maupun dasar sarang. yaitu 28.32 % dan 30.50 % bila dibandingkan dengan kadar air !anah pada sarang semi alami, yaitu sebesar 21.96 % dan 27.37 %. Kondisi demikian mempengaruhi lama masa inkubasi pada sarang alami. Disamping itu, sarang alami terletak pada batas pasang tcrtinggi, sehingga telur-telur pada sarang alami terkena percikan air laut yang menyebabkan kegagalan dalam penetasan.

Selain itu faklor penyebab perbedaan keberhasilan penetasan telur penyu sccara semi alami tergantung pada pengambilan dan pengangkutan telur dari sarang alami ke sarang semi alami serta fakior dari lelur itu sendiri. Oleh karena itu penanganan yang knrang hati-hali akan dapat merusak embrio dalam telur dan dapat mengakibatkan kematian.

Kegialan pengelolaan di Pulau Segamal Besar terhadap populasi peIl}ll sisik. anlara lain pencarian dan pengangkutan tclur kc Pulau Pramuka. penelasan telur pen)'u sisik secara alami dan penandaan (lagging) pen)ll yang mcndarat dan bcrtelur.

Page 5: Penetasan Semi Alami Telur Penyu Sisik (Eretmochelys ... · Dendy Wisnuhamidaharisakti.· E 31.0789. Penetasan Semi Alami Telur Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata) Di Pulau Segamat

PENETASAN SEMI ALAMI TELUR PENYU SISIK

(Eretmochelys imbricata) DI PULAU SEGAMAT BESAR

KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

SKRIPSI

Sebagai salah sa/II ,Iyarat III1/uk memperoleh

gelar Sarjalla Kehllianan pada Fakultas KehlllanGiI

Insii/ll/ Per/anian Bogor

Oleh.

DENDY WISNUHAMIDAHARISAKTI

E 31.0789

JURUSAN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTAN:AN BOGOR

1999

Page 6: Penetasan Semi Alami Telur Penyu Sisik (Eretmochelys ... · Dendy Wisnuhamidaharisakti.· E 31.0789. Penetasan Semi Alami Telur Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata) Di Pulau Segamat

Judul Skripsi

Nama Mahasiswa

NomorPokok

Pembimbing I

Penetasan Semi Alami Telur Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata) Di Pulau Segamat Besar Kabupaten Lampung Tengah

Dendy Wisnuhamidaharisakti

E 31.0789

Menyetujui,

Pembimbing II

Ir. A!!us Privono. MS. T gl. '7 ~u,tu, IC)C)9

Drs. Ismu Sutanto Suwelo Tgl. d- A9~1tv$ 1999

Mengetahui,

Tanggallulus: 3 Juli 1999

Page 7: Penetasan Semi Alami Telur Penyu Sisik (Eretmochelys ... · Dendy Wisnuhamidaharisakti.· E 31.0789. Penetasan Semi Alami Telur Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata) Di Pulau Segamat

RIWAYATHIDUP

Penulis dilahirkan di Banyuwangi pada 13nggal 20 Desemocr 1975.

Penlilis adalah anak keliga dari keluarga Bapak Soewardi Oeloenggono dan

Ibu Tilik Suhani

J enjang pendidikan yang pernah dialami penlilis adalah :

I. Taman Kanak-kanak Peniwi BanYliwangi. lahun 1981 dan hIlus lahun

1982

2. Sckolah Dasar Ncgcri I Brandong Lamongan. lahun 1982 dan luIlis

tahun 1988

3. Sekolah Mcncngah Penama Ncgeri Paciran Lamongan.lahun 1988 danluIlis tahun 1991

4. Sckolah Menengah Atas Negeri 2 Pekalongan. lahun 1991 dan luilis tahun 1994

5. Mellgikuti pendidikan tinggi di Inslitllt Penanian Bogor pada lahun 1994 dan tahun 1995

pcnulis masuk mcnjadi mahasiswi Fakultas Kehutanan. Jurusan Konserv3si Sumbcrdaya HUlan.

AdapUll kegiatan akadcmis intra kurikuler yang pernah diikuli penulis sclama mengikuli

pendidikan linggi di Fakultas Kehulanan IPB adalah :

1. Praktek Umlllll Kehutanan pada tahun 1996. di Cikiong-Purwakarta-Cikole. Jawa Barat

2 Pmktck Umum Pengclolaan HUlan pada lahun 1997. di KPH Ngawi. Jawa Timur

3. Praktek Kcrja Lapang pada tahun 1998. di INHUTANI V. Lampung.

Scbagai salah salu syarat ullluk mcmperalch gelar SaIjana Kchulanan. penulis mclakukan

pcnelitian dan menu lis skripsi dcngan judul ~"Pcnctasan Semi Alami Tclur Pcnyu Sisik

(Eretmochelys imhricata) Oi Pulau Scgamat Bcsar Kabupatcn Lampung Tcngah". dibawah

bimbingan Ir. Agus Priyono. MS. dan Drs. Ismu Sulanlo SlIwclo.

Page 8: Penetasan Semi Alami Telur Penyu Sisik (Eretmochelys ... · Dendy Wisnuhamidaharisakti.· E 31.0789. Penetasan Semi Alami Telur Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata) Di Pulau Segamat

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas Kehadirat Allah SWT atas limpahan raluuat dan hidayah-Nya, sehingga

penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul "Penetasan Semi Alami Tclur Penyu

Sisik (Eretmochelys imbricata) Di Pulau Segamat Besar Kabupaten Lampung Tengah",

Dalam kesempatan inL penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Ayahanda Soewardi Oeloenggono dan Ibunda Titik Suharti serta kakakku, Mbak Denok, Mas

Didie!' Mas Amrozi dan Si Kecil Angga, atas doa dan reslu serta dorongan moril dan materil

yang selaiu diberikan unluk kemajuan dan keberhasilan penulis

2, Ir Agus Priyono, MS. dan Drs. Ismu Sutanlo Suwclo. selaku dosen pembimbing yang lelah

mcmberikan bimbingan kcpada pcnulis selama penelitian dan penyusunan skripsi

3. Yayasan Nasional Bina Samudera atas banluan dan kerjasama yang diberikan selama penulis

melaksanakan pcnciitian dan pen)llsunan skripsi

4. Dr Ir. Kumia SOf'.·an dan Ir. Nana Mulyana Arifjaya. MS. sclaku dosen penguji yang lclah

mcmberikan masukkan bcrupa kritik dan sarannya

5. Para pelugas navigasi (Pak Tala. Pak Yahya dan Pak Diman) serta Mas RobL Mas Wahid dan

Sofyan atas banluan yang diberikan sclama penelilian

6. Teman scpcneIitian penulis. Slam dan Egi atas bantuan dan pcrhatiannya selama penelitian

7. Wi'. Anggil. Rini. Bayu. Balok dan leman-leman KSH '31 alas kebersamaan dan

kckompakkannya sclama ini

8. Warga ASTRJ yang centil-centil BaciL Tanlc. Enlung. Mbak Eva. Mbak Hartik. Lince. Tilik.

Onah. Ciko. Norce. Adek. Idul dan Yana alas rasa kekeluargaan. dukungan dan rame-ramenya

9. Scmua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan salu per satu alas masukan, saran dan bantuan

dalam Ilicnyclcsaikan pc:11)llsunan skripsi.

Akhir kala. pcnulis mcngharapkan agar skripsi ini dapat mcnmllbah W3W3saa bagi pcmbaca

scrta bermanfaat bagi scmua pihak.

Bogar. Juli 1999

Pcnulis

Page 9: Penetasan Semi Alami Telur Penyu Sisik (Eretmochelys ... · Dendy Wisnuhamidaharisakti.· E 31.0789. Penetasan Semi Alami Telur Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata) Di Pulau Segamat

DAFfARISI ......... .

DAFfAR TABEL

DAFfAR GAMBAR

DAFfAR LAMPIRAN

l. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang B. Tujuan Penelitian C. Manfaat Penelitian

II. METODOLOGI PENELITIAN

A. Keadaan Umum Lokasi I. Letak dan Luas Kawasan 2. Iklim 3. Topografi 4. Flora dan Fauna

B. Dcsain PcncIilian Waktu Penclitian

2. Rancangan Percobaan 3. Bahan dan Aiat ...... .

DAFTAR lSI

4. Bcntuk Sarang dan Lokasi Pcnctasan 5. Parametcr yang Diukur 6. Analisis Data

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Lingkungan Fisik I. Ukuran Pasir dan Kadar Air Tanah Sarang 2. Suhu dan KeIembaban Sarang .

B. F~ncta<;:an Semi Alami .. I. Masa Inkubasi 2. Pcrscntasc Kcbcrhasilan Pcnctasan Tclur Pcn~vu Sisik

C. Kcgiatan PcngeIoIaan

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KcsimpuIan

B. Saran

DAFfAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Halama"

11

iii

IV

1 2 2

3 3 4 4 4

4 4 4 5 5 6 7

9 9

12

IS 15 17

22

27

27

28

30

Page 10: Penetasan Semi Alami Telur Penyu Sisik (Eretmochelys ... · Dendy Wisnuhamidaharisakti.· E 31.0789. Penetasan Semi Alami Telur Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata) Di Pulau Segamat

DAFTAR TABEL

Tabel I. Rincian alat-alat yang digunakan dalam pelaksanaan penetitian ........................................................................................................... .

Tabel2. Klasifikasi tanah menurut Sistem USDA ............. .

Tabel 3. Ukuran pasir sarang semi alami pada permukaan, kedalaman 10. 20 dan 30 em .................................................................... .

Tabel4. Persentase rata-rata tekstur pasir pada sarang alami dan sarang sClui alarni ..... , ................ , ............................. .

Tabel 5. Komposisi pasir. debu dan liat pada sarang alami dan sarang semi alami ................................................... .

Tabel6. Kadar air tanah pada permukaan dan dasar sarang semi alami penyu sisik .................................................. .. ............ ..

Tabel 7. Suhu rata-rata sarang semi alami penyu sisik

Tabel 8. Kelembaban rata-rata sarang semi alami telur penyu sisik

Tabel9. Masa inkubasi telur penyu sisik .......... ..

Tabel 10. Masa inkubasi pada sarang alami penyu sisik

Tabel II. Persentase keberhasilan penetasan telur penyu sisik seeara semi alami ....

Tabe112. Persentasc keberhasilan penetasan telur pen)'ll sisik seeara alami .

Halaman

5

7

9

10

10

II

12

14

16

17

17

20

Page 11: Penetasan Semi Alami Telur Penyu Sisik (Eretmochelys ... · Dendy Wisnuhamidaharisakti.· E 31.0789. Penetasan Semi Alami Telur Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata) Di Pulau Segamat

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Lokasi penelitian,PuIau Segamat Besar 3

Gambar 2. Bentukdan ukuran sarang semi alami penyu sisik ................... '..................... 6

Gambar 3. Tempat penanaman telur penyu seeara semi alami ........................................... 6

Gambar4. Grafik fluktuasi suhu pada berbagai kedalaman sarang 13

Gambar 5. Hubungan antara kedalaman dengan suhu, kelembaban dan kadar air tanah sarang ......................................................... 15

Gambar 6. Tukik mati dalam sarang ............................ " .................. .......... ...... ........ ......... 19

Gambar? Telur yang tidak menetas dan cangkang telur yang menetas 22

Gambar 8. Lokasi penetasan telur penyu sisik secara semi alami di Pulau segamat Besar ................................................................................. 22

Gambar 9. Jejak penyu sisik di Pulau Segamat Kedl ........ .......... ................ ...... ............... 23

Gambar 10, Rumput yang roboh bekas dilalui penyu sisik "",,""'...................................... 24

Gambar 11. Pencarian sarang penyu sisik dengan eara ditusuk menggunakan kayulbesi ........................................... """""." .. ".".".""."."".. 24

Gambar 12. Pengangkutan telur penyu sisik dari sarang alami ke sarang semi alami dengan menggunakan ember plastik ........ ,................................... 25

Gambar 13. Tukik yang baru keluar dari sarang alami .... ...... ............ ...... .......... ................ 25

Gambar 14. Pelepasan tukikke Iaut pada umur satu hari """"" ........................ , .......... , .. ". 26

Gambar 15. Kegiatan penandaan (lagging) ................ , .......................... , .................. ,........ 26

Page 12: Penetasan Semi Alami Telur Penyu Sisik (Eretmochelys ... · Dendy Wisnuhamidaharisakti.· E 31.0789. Penetasan Semi Alami Telur Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata) Di Pulau Segamat

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Peta lokasi penelitian 31

Lampiran 2. Ukuran pasir permukaan sarang a1ami penyu sisik eli Pulau Segamat Besar ............................................................................... 32

Lampiran 3. Ukuran pasir dasar sarang alami penyu sisik eli Pulau Segamat Besar ........................................................................... 32

Lampiran 4. Kadar air tanah permukaan dan dasar pada sarang alami penyu sisik eli Pulau Segamat Besar ............................................................ 32

Lampiran 5. Data pengu)...'uran suhu ................................................................................ 33

Lampiran 6. Data kelembaban ......................................................................................... 34

Lampiran 7. Data hasil transformasi persentase penetasan telur penyu sisik secara semi alami ...................................................................... 35

Lampiran 8. Analisis sielik ragam data hasil transformasi persentase penetasan telur penyu sisik secara semi alami .. ........... ..... ..... ............. 35

Lampiran 9. Data hasil transformasi persentase penetasan telur penyu sisik secara alami .. .......... ........ ............ ............ .......... ................ 35

Lampiran 10. Hasil perhitungan chi-square persentase penetasan telur penyu sisik secara alami dan semi alami ...................... .......... ..................... 35

Lampiran 11. Segitiga tekstur tanah menurut USDA ........... ............ .......... .................. ..... 36

Page 13: Penetasan Semi Alami Telur Penyu Sisik (Eretmochelys ... · Dendy Wisnuhamidaharisakti.· E 31.0789. Penetasan Semi Alami Telur Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata) Di Pulau Segamat

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan dengan daerah perairan yang luas dan memiliki

keanekaragaman yang tinggi dalam flora dan fauna. Salah satu jenis satwa yang banyak ditemukan di

perairan Indonesia adalah penyn laut. Penyn laut mernpakan salah satu jenis satwaliar yang menjadi

sorotan karena mengalami penurullan populasi yang sangat tajam. Ancaman terhadap keIestariall

satwa langka ini secara terns menerus dapat menyebabkan punahuya satwa ini di masa mendatang,

terntamajellis-jenis yang secara alami populasinya tidak banyak (Suwelo dan Somantri, 1990).

Oi Indonesia terdapat 6 jenis penyn, yaitu penyn hijau (Chelonia mydas), penyn belimbing

(Dermochelys coreaceae), penyn tempayan (Caretta caretta), penyn sisik (Erelmochelys imbricata),

penyn pipih (Natator depressa) dan penyn lekang (Lepidochelys olivacea). Semuajenis penyn diatas

diallggap langka dan telah dilindungi. Oalam Red Data Book IUCN (International Union for

Conservation Nature and Natural Resources) telah dieatat dalam kategori Endangered, actively

threatened with extinction, yang artinya binatang illi berada dalam ambang bahaya karena mudah

teraneam punah (Nuitja, 1992).

Penyu sisik mernpakan salah satu jell.is penyn yang mempunyai nilai komersil lebih

dibandingkan dellgan penyn lainnya. Pemanfaatan penyn sisik tidak terbatas pada daging dan

telurnya, kulit sisik (tortoise shell) penyn sisik juga dapat dimanfaatkan untuk souvenir yang

mempunyai nilai lebih tinggi bila dibandingkan dengan karapas penyn h.ijau atau jenis penyn lainnya

karena lebih tebal dengan motif dan warna karapasnya indah. Selain itu tulang penyn yang sudah

dihancurkan dapat digunakan sebagai campuran pakan ternak dan pupuk buatan, disampiug lemak

penyn yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan eampuran kosmetik.

Manfaat yang sangat besar dari penyn laut ini yang cenderung mendorong masyarakat

berlomba-Iomba untuk menangkap induk penyn dan berburu telur di pantai-pantai lokasi penelura".

Jika pemaufaatall yang berlebihall ini tidak diimbangi oleh usaha pelestarian maka kelestarian

populasi penyn tidak dapat dipertahaukan.

Upaya pelestarian yang telah dilakukan adalah berupa pembinaan populasi dan habitat

penyn di lokasi-Iokasi peneluran pen}u. Pembinaan populasi penyn mellcakup pelletasan telur secara

semi alami, pemeliharaan, penangkaran dan pelepasan anak penyn (tukik). Sedangkan untuk

pembinaan habitat penyn mencakup pemeliharaan dan perlindungan terhadap habitat pen}u.

Budidaya/penallgkaran penyu sisik (breeding/rearing) bertujuan untuk menjamin kelestarian dari

jenis tersebut dan juga akan menjaminkelestarian pemanfaatallllya (Sinulingga, 1990).

Page 14: Penetasan Semi Alami Telur Penyu Sisik (Eretmochelys ... · Dendy Wisnuhamidaharisakti.· E 31.0789. Penetasan Semi Alami Telur Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata) Di Pulau Segamat

2

Pulau Segamat Besar merupakau tempat konsentrasi pen~luran penyu sisik dan merupakan

sumber telur utama (70 %) dari kegiatan penangkaran penyu sisik Taman Nasional Kepulauan Seribu

yang ada di Pulau Pramuka. Untuk menjaga kelestarian penyu sisik di habitat aslinya (Pulau

Segamat Besar) maka dilakukan kegiatan pembinaan populasi, yaitu kegiatan penetasan telur penyu

sisik secara semi alami dan penetasan secara alami serta diikuti dengan pelepasan anak penyu

(tukik).

B. Tujuan Penclitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan penetasan telur penyu sisik

pada sarang senti alami dengan kedalaman yang berbeda, yaitu kedalaman 10,20 dan 30 em.

C. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ilti diharapkan dapat memberikan masukan dalam usaha penangkaran

penyu sisik, seltingga populasi penyu sisik di alam tetap lestari.

Page 15: Penetasan Semi Alami Telur Penyu Sisik (Eretmochelys ... · Dendy Wisnuhamidaharisakti.· E 31.0789. Penetasan Semi Alami Telur Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata) Di Pulau Segamat

II. METODOLOGI PENELITIAN

A. Keadaan Umum Lokasi

I. Letak dan Luas Kawasan

Lokasi penelitian adalah Pulau Segamat Besar termasuk ke dalam wilayah Kecamatan

Labuhan Maringgai Kabupaten Daerah Tingkat II Lampung Tengah Propinsi Lampung. Secara

geografis Pulau Segamat Besar bcrada pada posisi 105 0 41'40" - 105 0 45'30" Bujur Timur dan

5°G'40" - 0 0 40' 15" Lintang Selatan.

Pulau Segamat Besar bcrbatasan dengan bcbcrapa kecamatan, yaitu Kecamatan Way

Jepara di sebclah Utara. Kccamatan Jabung di scbclah Selatan, Kccamatan Jabung dan

Kecamatan Snkacl1na di sebclah Barat dan di sebelah Timnr bcrbatasan dengan Laut Jawa.

Pulau Segamat terdiri dari Pulau Segamat Besar dan Pulan Segamat KeciL masing­

masing memiliki lnas 6 Ha dan 2 Ha. Menurut peta Tatu Guna Hutan Kesepakatan Propinsi

Lampnng. lokasi daratan Pulan Segamat Besar dan Pulau Scgamat Kecil tcrmasuk wi];l)'ah kcrja

cabang Resort BKSDA Way Kambas Lampung Tcngah. Scdangkan dalam pembagian wilayah

kerja DIlJen Perhubungan Laut. Pnlau Segamat Besar berada di bawah pengawasan Distrik

Nayigasi Tanjung Priok Jakarta.

G:tIllbar I Lokasl penelitian. Pulau Scgamat Besa,

Page 16: Penetasan Semi Alami Telur Penyu Sisik (Eretmochelys ... · Dendy Wisnuhamidaharisakti.· E 31.0789. Penetasan Semi Alami Telur Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata) Di Pulau Segamat

4

2. lld!m

Daerah PuIau Segamat Besar berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson

memiliki iklim Tipe C, dimana sepanjang tahun mempunyai musim hujan dan musim kering.

Pada umunmya musim hujan te!jadi antara bulan Desember sampai luli sedangkan musim

kering te!jadi pada bulan Agustus dan September.

3. TOl'ografi

Pulau Segamat Besar memiliki topografi datar dengan kelerengan 0 - 8 %. Hampir

semua bagian pantai yang mengelilingi Pulau Segamat Besar digunakan penyn sebagai lokasi

mendarat dan bertelur. Kondisi pantai Pulau Segamat Besar yang sangat landai dengan jenis

pasir dan ditutupi hutan pantai yang relatif masih utuh dan tidak dihuni oleh pendudnk sangat

cocok sebagai lokasi penyu mendarat dan bertelur.

-I. Flora dan Fauna

Jenis "egetasi yang mendominasi di Pulau Segamat Besar adalah jenis vegetasi hutan

pantai. Salah satu jenis vegetasi yang mendominasi adalah bakau-bakau (Rhizophora stilosa)

yang terdapat di sebelah Utara sepanjang 150 m. lenis "egetasi hutan pantai lainnya, antara

lain kelapa (Cocos nucifera), pandan (Pandanus sp.), waru Iaut (Hibiscus tiliaceus), nyamplung

(Calophyllum inophyllum), ketapang (Terminalia catappa) dan cemara laut (Casuarina

equisetifolia).

Satwa yang ditemukan di Pulau Segamat Besar antara lain penyn sisik (Eretmochelys

imbricata), penyn hijau (Chelonia mydas), elang laut (Haliaetus sp.), dara laut (Sterna sp.) dan

monyet ekor panjang (Macaca fascicularis). Pulau Segamat Besar dikelilingi oleh hamparan

terumbu karang yang merupakan habitat penyn sisik (E,retmoche(ys imbricata) dan juga kaya

dongan berbagei jenis ikan hias dan ikan karang yang menghuni tcrumb karong.

B. Desain Penetitian

I. Waktu Penetitian

Penelitian dilakukan selama tiga bulan yang dimulai pada awal Mei sampai awal Juli

1998.

:!. Rancangan Percobaan

Sesuai dongan tujuan penelitian. penelitian dilakukan pada sarang semi alami. yaitu

sarang pen}TI yang sengaja dibuat pada lokasi yang telah dipindahkan ke bagian atas pantai

(supratidal), dongan maksud agar telur-telur yang terdapat di dalamnya terkontrol dan

terkendali dari gangguan-gangguan.

Page 17: Penetasan Semi Alami Telur Penyu Sisik (Eretmochelys ... · Dendy Wisnuhamidaharisakti.· E 31.0789. Penetasan Semi Alami Telur Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata) Di Pulau Segamat

5

Telur penyu yang akan ditanam pada sarang semi alami berasal dari sarang alami.

Pengambilan telur dari sarang alami dilakukan sesaat setelah telur dikeluarkan dari penyu

betina. Untuk mengetahui pengaruh kedalaman sarang terhadap persentase keberhasilan

penetasan telur penyu sisik, digunakan raneangan acak lengkap. Kedalaman sarang semi alami

yang digunakan sebagai media penetasan adalah 10, 20 dan 30 em masing-masing sebanyak

tiga sarang dan setiap sarang berisi 50 butir telur penyu sisik.

Pengamatanjuga dilakukan pada sarang alami sebanyak lima sarang, hanya saja dalam

pengamatan ini tidak membedakan kedalaman sarang. Pengamatan pada sarang alami

digunakan sebagai kontrol untuk membandingkan tingkat keberhasilan penetasan telur penyu

pada sarang semi alami dengan tingkat keberhasilan penetasan telur penyu pada sarang alami.

Untuk membandingkan tingkat keberhasilan penetasan semi alami dan alami menggunakan uji

X' (chi-square).

3. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan untuk penelitian adalah telur pen}u sisik yang berasal dari

sarang peneluran penyu sisik di Pulau Segamat Besar.

Alat-alat yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut :

Tabel I. Rineian alat-alat yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian

.No" Alat Akurasi .... "" .Keaunaau· . . ".

I Termometcr Tanah O,I"C mengukur suhu dalam sarang 2 T ennometer Udara 0,1"C mengukur suhu pada lapisall permukaan pasir 3 Meteran 0,1 em mengu],ur kedalaman sarang 4 Penyaring Pasir 0,001 mm mengukur diameter pasir 5 Bambu - tempnt label sarang 6 Higrometer 1% kelembaban 7 Lampu Senter - alal penerang

8 Kamera . dokumcntasi 9 Alat Tulis . pencatatan data

~. Bentuk Sarang dan Lokasi Penetasan

Dalam penelitian inL kedalaman yang digunakan dalam sarang semi alami adalah 10,

20 dan 30 em, sedanglcan diameter lubang sarang adalah 20 em (Gambar 2).

Page 18: Penetasan Semi Alami Telur Penyu Sisik (Eretmochelys ... · Dendy Wisnuhamidaharisakti.· E 31.0789. Penetasan Semi Alami Telur Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata) Di Pulau Segamat

Diameter Sarang (20 ern)

20cm

Kedalarnan

Sarang

(lO, 20, 30 em)

Gambar 2. Bentuk dan ukuran sarang semi alami penyu sisik

6

Lokasi penetasan semi alami dipagar dengan kawat atau bambu setinggi I m, yang

bertujuan untuk melindungi telur dari predator (Gambar 3). Adapun pemilihan dan pembuatan

lokasi penetasan senti alami yang didasarkan kriteria W ATS (1983), sebagai beriknt:

Keterangan : a di atas pennukaan tanah setinggi :.0 111

b tertanam di tallah sedalam 0.5 m

Gambar 3. Tempat penanaman telur penyu secara semi alami

5, Parameter Yang Diukur

a

Parameter-parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah sebagai beriknt :

I. Persentase penetasan

Diukur berdasarkan perbandingan antara jumlah telur yang menetas dengan jumJah semua

telur yang ditetaskan dalam sarang.

Page 19: Penetasan Semi Alami Telur Penyu Sisik (Eretmochelys ... · Dendy Wisnuhamidaharisakti.· E 31.0789. Penetasan Semi Alami Telur Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata) Di Pulau Segamat

Jumlah telur menetas % pen<:'tasan = -o----:--:---::----:-----:--:-----x I 00%

JWllfah total tefur dalam sorang

2. Pengukuran suhu dan kelembaban sarang

7

Pengnkuran suhu dan kelembaban sarang dilaknkan pada lapisan 0 em (kelembaban tidak

diuknr), 10, 20 dan 30 em. Waktu pengnkuran adalah puknl 06.00, 12.00, 18.00 dan 24.00

WIB. Pengukuran dilaknkan pada awal penanaman telur sampai telur-telur tersebut

menetas, dengan selang waktu penguknran selama satu minggn. Selain itu juga dilaknkan

pellgamatan isi sarang (pada akhir masa iuknbasi) apabUa terdapat teIur yang telah menetas.

3. Pengnkuran Diameter Pasir

Berkaitan dengan pengarohnya terhadap perubahan suhu dan kelembaban untuk setiap

sarang selama penelitian, maka dilaknkan pengnkuran diameter pasir dan kemudian

menentukan presentase diameter pasir tersebut.

Tabel2. K1asifikasi tanah menurut sistem United State Departement of Agriculture (USDA)

Klasifikasi Diameter Butiran Tarulh (nun)·' Pasir .. . . .. Debu Li.t

Sang.! kasar I 'Kasar I·. Sedang. .. ·.Halus: . J_ S8lIgOt htilus , . . .... 2.00-1.00 I 1.00-D.50 I 0.50-D.25 0.25-D.IO I 0.10-D.05 0.05-0.002 < 0.002

6. Analisis Data

Untuk mengetahui pengaruh kedalaman sarang terhadap keberhasilan penetasan telur

penyu sisik pada sarang semi alami, maka dilaknkan penghitungan dengan menggunakan

Raneallgan Aeak Lengkap pada selang kepereayaan 99 % dan 95 %. Rumus Ranc.ngan Acak

Lcngkap:

Y IJ = /J + <Xl + &ij

Keterangan : I, 2, 3 (kcdalam.n sarang, yaitu 10, 20 dan 30 em)

J 1,2,3 (jumlah sarang untuk rnasing-masing kedalaman) Yij: Telur yang berhasil mcnctas dari sarang ke-j yang rnemperolch perlakuan kc-i /.l Nilai tengah umurn (rata-rata populasi) telur yang berhasil menetas OJ Pengaruh perlakuan ke-i &ij Pcngaruh galat percobaan pada sarang ke-j yang memperoleh perlakuan ke-i

Untuk data suhu. analisis data yang dignnakan sarna seperti analisis data pada

keberhasilan penetasan telur penyu sisik pada sarang semi alami. Dan untuk menge",t_~~ .--",

/luktuasi suhu pada masing-masing kedalaman dilakukan pendugaan selang.

Page 20: Penetasan Semi Alami Telur Penyu Sisik (Eretmochelys ... · Dendy Wisnuhamidaharisakti.· E 31.0789. Penetasan Semi Alami Telur Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata) Di Pulau Segamat

8

Pendugaan selang :

X+/ S ........................... . - °A',n_l x

2: x' - (2: X)'/n n - 1

Pada sarang alanti yang merupakall kontrol (pemballding) tingkat keberhasilall

penetasan dihitung secara kualitatif. Dan Ulltnk membandingkan tingkat keberhasilan

pelletasan semi alauri dengan alami menggunakan uji X' (chi-square). Menurut Mulyono

(1991) langkah-langkah pengujian dengan X' seeara umum sebagai berikut :

1. Hipotesis

HO: tingkat keberhasilan penetasan telur penyn secara alanti tidak berbeda dengan senti alami

HI: tingkat keberhasilan penetasan telur penyn seeara alami berbeda dengan senti alauri

2. Derajat Bebas

db= k-l

dimana k : banyaknya kategori (keiompok)

3. Nilai Test Statistik Menurut K. Pearson

X'= :L(fo- fe)' fe

dimana fo: frekuensi sampel (observasi) fe: frekucnsi ekspek'1asi jika 110 benar

4. Kriteria Uji

[

> X' tabel: terima H, lib X' hitung

~ X2 tabel: terima Ho

Apabila jumlah kategori < 2 (derajat bebas ~ 1) maka perlu mengoreksi nilai X'.

Untnk memperbaiki nilai X' digunakan Koreksi Yateo', dengan runms :

X' = :L (If a - fel- 0,5)' fe

Page 21: Penetasan Semi Alami Telur Penyu Sisik (Eretmochelys ... · Dendy Wisnuhamidaharisakti.· E 31.0789. Penetasan Semi Alami Telur Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata) Di Pulau Segamat

ill.HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Lingkungan Fisik

1. Ukuran Pasir dan Kadar Air Tanah Sarang

Pasir merupakan media yang digunakan untnk menetaskan telur penyu. Pasir yang

digunakan adalah pasir dengan komposisi jenis dan ukuran tertentu. Dalam penelitian ini

klasifikasi tanah yang dipakai adalah sistem USDA (United States Departement of Agriculture).

Berdasarkan hasil analisis laboratorium ukuran pasir sarang semi alami dapat dilihat

pada Tabcl3.

Tabel3. Ukuran pasir sarang semi alami pada permukaan, kedalaman 10,20 dan 30 em

,Kedal81Ilan(cm)· . '. _, .•..•.•• ,.. ... " •.•. ·'"U1.iirail pasir.{% I .• '. •••• ••. '. .'

: .. ~l·.-:_!:·~l;:·U;.-): ISaiJgat Kasaf '. •. Kasar.·· ·iSedmig~:. ·;H .• Halas. .Sanga! Halus

';PennUkaan' 2.48 11.51 15.84 32.48 37.69 1 .•• 1.10..... 4.57 21.88 14.23 42.54 16.78

; •• ··.·.20.--: .,-. 3.36 19.82 14.99· 44.85 16.98 I·······.·· ·30 :.... 2.12 18.52 14.56 46.73 18.07

Pada sarang semi alami, ukuran pasir untuk pennukaan didominasi pasir berukuran

halus sampai sangat halus (persentase terbesar). Sedangkan ukuran pasir pada dasar sarang.

yaitu pada kedalaman 10, 20 dan 30 em didominasi pasir yang berukuran kasar dan halus.

Perbedaan ukuran pasir pennukaan sarang dengan ukuran pasir dasar sarang diduga karena

lokasi penetasan semi alami ini sebelumnya merupakan tempat tumbuhnya alang-alang

sehingga tanah permukaan sarang banyak mengandung unsur -unsur organik dan warna tanah

eendenmg kehitaman.

Sedangkan pada sarang alami, ukuran pasir pada pemlukaan didominasi pasir

berukuran kasar dengan persentase rata-rata sebesar 43.16 %. Untnk mengetahui rineian

ukuran pasir permukaan setiap sarangnya dapat dilihat pada Lampiran 2. Untnk ukuran pasir

pada dasar sarang alami didominasi pasir kasar dengan persentase rata-rata 39.50 %. Ukuran

pasir dasar sarang unlnk masing-masing sarang dapat dilihat pada Lampiran 3. Dari hasil

persentase tersebul, ukuran pasir pennnkaan dan ukuran pasir dasar hampir tidak terdapat

perbedaan tetapi pasir dasar sarang lebih halus dibandingkan dengan ukuran pasir permukaan

sarang. Persentase ukuran pasir rata-rata pada sarang alami dan sarang scmi alami dapat

dilihat pada Tabcl 4.

Page 22: Penetasan Semi Alami Telur Penyu Sisik (Eretmochelys ... · Dendy Wisnuhamidaharisakti.· E 31.0789. Penetasan Semi Alami Telur Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata) Di Pulau Segamat

10

Tabel 4. Persentase rata-rata' ukuran pasir pada sarap,g alami dan sarang semi alami

Dari Tabel 4 terlihat bahwa terdapat perbedaan ukuran pasir penunkaan pada sarang

alami dan sarang semi alami. Perbedaan ini karena letak sarang alami menyebar di sekeliling

Pnlau Segamat Besar. Sarang alami tersebut ada yang ditemnkan pada gugus pecahan koral

dengan pasir sangat kasar, seperti pasir pada sarang nomor 5 (Lampiran 2) dan ada juga yang

ditemnkan pada lokasi hutan. Lokasi sarang alami yang menyebar tersebut memungkinkan

jenis dan ukuran pasir yang lebih beragam dibandingkan pada sarang semi alami yang terdapat

pada satu lokasi. Begitu pula halnya dengan ukuran pasir dasar sarang. Untuk pasir dasar pada

sarang alami, persentase ukuran pasir didominasi pasir kasar sebesar 39.50 % dan pasir halus

sebesar 29.14 % sedangkan pada dasar sarang semi alami didominasi pasir kasar sebesar 20.07

% dan pasir halus sebesar 44.71 %. Walaupun kedua sarang tersebut memiliki kisaran ukuran

pasir dasar yang sarna, yaitu kasar sampai halus tetapi sarang semi alami memiliki pasir yang

lebih hal us.

Tabel 5. Komposisi pasir, debu dan liat pada sarang alami dan sarang semi alami

--,,' .Sarang . , Tekstur (%) . , ;--' .. .'. . . .. Pasir Debu '. .Liat

"Permlikaan' " .' ,',,' Alami ., 87.79 7.88 4.34 ," """, , . SenIiAlami 94.86 3.28 1.86

,,; DlISar ,"i", ·• .. Alami·· 86.59 6.34 7.07 , .

SemiAlami 93,58 3.65 2.77

Penyusun tekstur tanah terdiri dari pasir. debu dan liat menentukan porositas tanah

sehingga berpengaruh terhadap rambatan suhu dan kelembaban tanah. Komposisi tekstur tanah

tersebut juga akhirnya menentukan dalam persentase keberhasilan penetasan. Tekstur tanah

sarang pada sarang alami dan semi alami komposisi terbesar adalah pasir, sedangkan debu dan

liat sangat kecil (Tabel 5). Tekstur tanah yang demikian lebih dikenal sebagai tanah podsoiL

Komposisi debu dan lim yang rendah memungkinkan pasir tidak lengket ketika penyu menggali

lubang untuk sarang. Dan jika pada sarang didominasi liat atau tanah maka teIjadi penempelan

lapisan tanah pada kulit telur, sehingga menghalangi proses embriologis pada telur bahkan

Page 23: Penetasan Semi Alami Telur Penyu Sisik (Eretmochelys ... · Dendy Wisnuhamidaharisakti.· E 31.0789. Penetasan Semi Alami Telur Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata) Di Pulau Segamat

1!

mungkin dari tanah yang menempel tersebut terdapat bakteri pembusuk yang merusak kulit

telur. Dengan demikian telur kemungkinan dapat menetas sangat keeil.

Hasil penelitian Nuiga (1982) menyatakan bahwa persentase keberhasilan penetasan

telur penyu hijau (Chelonia mydas) dengan media penetasan yang berbeda (dibagi 3 kelompok)

memberikan hasil yang berbeda pula. Kelompok I dengan media pasir alami mempunyai

persentase penetasan sebesar 98 % sampai 100 %, kelompok II dengan media penetasan pasir

75 % dan tanah 25 % persentase penetasan sebesar 70 % sampai 78.3 % dan kelompok III

dengan media penetasan pasir 50 % dan tanah 50 % memiliki persentase penetasan 0 %. Hal

ini menunjukkan bahwa komposisi pasir sanga! mempengaruhi persen!ase keberhasilan

penetasan !elur penyu.

Pasir selalu dalam keadaan basah atau kering. Pasir dikatakan basah jika mempunyai

kadar air yang tinggi dan pasir dikatakan kering jika mempunyai kadar air rendah. Besamya

kadar air tanah pada sarang semi alami dapat dilihat pada Tabel6.

Tabel 6. Kadar air tanah pada pennukaan dan dasar sarang semi alami penyu sisik

Dari Tabel 6 terlihat bahwa kadar air akan semakin meningkat dengan semakin

dalamnya sarang. Permukaan memiliki kadar air terendah sebesar 21. 96 % dan sarang dengan

kedalaman 30 em memiliki kadar air terbesar, yaitu 29.74 %. Tinggi rendahnya kadar air

sangat erat kai!annya dengan panas yang di!erima oleh permukaan dan dasar sarang. Oleh

karena itu kadar air tanah sarang berpengaruh terhadap suhu dan kelembaban sarang.

Sarang alami memiliki kedalaman antara 30-43 em dengan rata-rata 17 43 em. Kadar

air pada permukaan sebesar 24.26 % - 30.55 % dcngan rala-rata 28.32 % dan kadar air pada

dasar sarang sebesar L7.54 % - 34.30 % dcngan rata-rata 30.50 % (Lampiran 4).

Mcnginga! lokasi sarang alami yang tersebar di sekeliling Pulau Segamat Besar dan

banyak ditemukan dibawah pohon yang teduh, kadar air tanah sarang alami lebih tinggi baik

permukaan maupun dasar sarang, yaitu sebesar 28.32 % dan 30.50 % daripada sarang semi

alami. yai!u sebesar 21.96 % dan 27.37 % yang terletak pada lokasi terbuka.

Page 24: Penetasan Semi Alami Telur Penyu Sisik (Eretmochelys ... · Dendy Wisnuhamidaharisakti.· E 31.0789. Penetasan Semi Alami Telur Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata) Di Pulau Segamat

12

2. Suhu dan Kelembaban Sar.u.g

Suhu sarang merupakan perpaduan antara suhu lingkungan dengan metabolisme yang

berasal dari proses embrionik. Faktor-faktor yang mempengaruhi suhu sarang antara lain suhu

permukaan sa rang (suhu Iingkungan), suhu telur selama masa inkubasi, tekstur tanah dan

ukuran pasir.

Suhu rata-rata sarang semi alami penyu sisik pada empat waktu pengukuran di Pulau

Segamat 8esar dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel7. Suhu rata-rata sarang semi alami penyu sisik

>,w:ucru,;,. ,. L ,.,,> ..... ,'. iii> ·.··.i: .·i.······ Subll(~C»ii .. i··

·,,~~llglJ!c~~F~iiiiPW'~iii;>f' ....•. '..... ....'~~Cl1li.i Ii .

30cm '" .....

06.00.,· .'. 26.46 29.15 29.74 29.12 .:;;;>J2;00·,';.· ". . 33.35 30.43 29.96 29.09

'IS.OO' 27.30 30.98 30.69 29.11 .. 24.00.. 26.33 29.52 29.66 29.04

'_"Rata~rata ~, 28.36 30.02 30.01 29.08

Hasil pengukuran suhu sarang menunjukkan bahwa pada siang hari (pukul 12.00)

permukaan (kedalaman 0 em) memiliki suhu yang paling tinggi, yaitu sebesar 33.35°C dan

suhu mengalami penurunan dengan semakin dalamnya sarang (Tabel 7). Penurunan sullu ini

dimungkinkan karena dasar sarang yang lebih dekat dengan permukaan, yaitu sarang dengan

kcdalaman 10 em memungkinkan rambatan panas dari permukaan tanah mempengaruhi suhu

lapisan tanah bagian dalam, sehingga pada siang hari suhu pada kedalaman 10 em lllenjadi

lebih panas. yaitu sebesar 30.43°C daripada kedalaman 20 em sebesar 29.96°C dan kedalaman

30 em sebesar 29.09°C. Hal ini sependapat dengan Lakitan (1994) yang menyatakan bahwa

suhu permukaan tanah akan lebih tinggi dibandingkan suhu pada lapisan tanah yang lebih

dalam. Pada siang hari permukaan tanah akan menerima dan sekaligus mcnyerap sinar

lllatahari secara langsung, akibatnya suhu permukaan meniilgkat. Panas yang discrap oleh

permukaan tanah terscbut sesaat kemudian dirambatkan ke lapisan tanah yang lebih dalam.

Setelah teIjadi intensitas cahaya maksimum, yaitu tereapai pada saat berkas eahaya

jatuh tegak lurus, yakni pada waktu tengah hari, maka akan mengalami penurunan suhu. Pada

Tabel 7 di atas terliha! bahwa pada waktu pengukuran pukul 06.00, 18.00 dan 24.00 suhu

permukaan tanah lebih rendah daripada suhu pada lapisan tanah di bawahnya. Pada waktu

pengukuran tersebut permukaan sangat sedikit dan tidak lagi menerillla panas, permukaan

kehilangan panas terlebih dulu sehingga suhu .permukaan lebih rendah daripada suhu pada

lapisan yang lebih dalam.

Page 25: Penetasan Semi Alami Telur Penyu Sisik (Eretmochelys ... · Dendy Wisnuhamidaharisakti.· E 31.0789. Penetasan Semi Alami Telur Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata) Di Pulau Segamat

13

Perbedaan suhu samng jelas terlihat pada siang hari dan malam harj. Perbedaan ini

disebabkan karena banyak sedikitnya intensitas eahaya yang diterima aleh permukaan tanah.

Cahaya tersebut (berupa panas) sebagian dipantulkan kembali dan sebagian diserap oleh tanah.

Pada malam hari ketika permukaan tanah tidak lagi mendapat panas, maka panas akan

dirambatkan kembali dari lapisan tanah yang lebih dalam ke permukaan.

Pada tengah malam (pukul 24.00) suhu dengan kedalaman 20 em memiliki suhu paling

tinggi, yaitu sebesar 29.66°C dan kedalaman 30 em sebesar 29.04°C. Pada sarang dengan

kedalaman 10 em proses perambatan panas ke permukaan lebih eepat dan juga lebih eepat

menerima perubahan yang te!jadi pada permukaan tanah. Sedangkan pada kedalaman 30 em

panas yang diterima tidak sebesar seperti pada kedalaman 10 dan 20 em, disamping itu pada

kedalaman 30 em kadar air tanahnya lebili tinggi.

SuhU 34

33

32

31

- ... ---------.---.---------.-~ ; r----:::------:----, i -..-Permukaan'l ; _+_10 em '--20em I i ---30em I j ,

30 *"---J.:-:::::::"'_-29~-r----~~----~-'~--------

28

27

26·

25+----------r--------~--------~

6:00 12:00 18:00 0:00 Waktu

Gambar 4. Grafik fluktuasi suhu pada berbagai kedalaman sarang

Pada Gambar 4 menunjukkan bahwa permukaan tanah memiliki 'iariasi suhu yang

besar. dengan kata iain flukluasi suhunya lebih besar jika dibandingkan pada lapisan tanah

dibawahnya. Menurul Suwelo dan Kunljoro (1969) menyatakan bahwa semakin kedalam suhu

lanah menunjukkan semakin lelap sepanjang hari bila dibandingkan dengan lapisan permukaan

yang memperlihatkan fluktuasi yang keras antara maksimum di siang hari dan minimum pada

lengah malam. Variasi suhu yang besar ditunjukkan dengan adanya nilai range suhu yang

lebar. Jadi jika nilai pendugaan selang makin kecil maka variasi suhu juga akan lidak berarti.

dengan kala lain suhu pada lapisan tanah yang bersangkulan lebih stabi!. Fluktuasi suhu yang

tinggi pada permukaan lanah disebabkan oleh beberapa fakior antara lain inlensilas eahaya dan

kondisi lingkungan, seperti angin. curah hujan, respirasi tumbuhan dan faktor lingkungan

lainnya. Hasil pengamatan selama penelitian, dalam salu hari le!jadi perubahan euaca yang

Page 26: Penetasan Semi Alami Telur Penyu Sisik (Eretmochelys ... · Dendy Wisnuhamidaharisakti.· E 31.0789. Penetasan Semi Alami Telur Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata) Di Pulau Segamat

14

, ekstrim. ,Perubahan euaca ini sangat mempengaruhi subu sarang terutama pada sarang-sarang

yang dasamya dekat dengan permukaan.

Pada selang kepereayaan 95 %, nilai kisaran suhu permukaan sebesar 28.36 ° C ± 7.87°C, kedalaman 10 em sebesar 30.02°C ± 3.25°C, kedalaman 20 em sebesar 30.1°C ± 2.01 °C dan kedalaman 30 em sebesar 29.09°C ± 1.30°C.

Berdasarkan nilai-nilai tersebut terlihat bahwa nilai kisaran suhu terkecil terjadi pada

kedalaman 30 em, ini berarti hahwa kedalaman 30 em memiliki kemantapan suhu dibandingkan

pada lapisan di atasnya. Hal ini sesuai dengan Nuitja (1982) bahwa dengan semakin dalamnya

sarang variasi suhu semakin keei!. Pada Gambar 4, grafik suhu pada kedalaman 30 em hampir

membentuk garis lurus. Sarang dengan kedalaman 30 em tidak banyak dipengaruhi aleh

perubahan sulm yang terjadi di permukaan tanah. Selain itu media tanah sarang semi alami

juga memungkinkan fluktuasi suhu yang lebih stabil karena ukuran pasir yang hal us.

Disamping itu juga karena kandisi tanah yang selalu dalam keadaan basah sepanjang hari.

Menurut Zulfakar (1996) kadar air dalam tanah sarang berfungsi untuk mempertahankan suhu

dalam sarang sehingga suhu sarang relatif stabil.

Dalam pengukuran suhu selalu dikaitkan dengan kelembaban. Besamya kelembaban

berbanding terbalik dengan besamya suhu, semakin tinggi nilai kelembaban maka suhunya akan

semakin rendah dan semakin dalam lapisan tanah maka kelembabannya akan semakin tinggi.

Kelembaban tanah adalah hanyaknya kandungan uap air yang terdapat dalam tanah.

Berdasarkan hasil pengukuran kelembaban rata-rata pada sarang semi alami dengan

kedalaman berbeda, didapat bahwa pada kedalaman 30 em memiliki kelembaban rata-rata

tertinggi dan kedalaman sarang 10 em memiliki kelembaban rata-rata terendah (Tabel 8).

Tabel 8. Kelembaban rata-rata sarang semi alami telur penyu sisik

Waktu Pengukuran Kelembaban (%) .'

lOem 20cm 30cm 6.00 91.75 92.15 92.35 -' 12.00 91.35 91.75 91.80 18.00 .' 92.20 92.20 92.45

'.: .24.00 92.55 92.60 92.65 Rata-rata 91.96 92.18 92.31

Tanah memiliki pori-pori yang berfungsi sebagai alat sirkulasi udara dan air. Air yang

terdapat dalam tanah berasal dari air tanah dan air hujan yang merembes masuk ke dalam tanah

melalui pori-pori tanah. Dalam tanah. air dan udara berakumulasi sehingga terjadi uap air.

Kandungan uap air banyak terdapat pada lapisan tanah yang jauh dari pennukaan. Pengaruh

suhu permukaan tanah terhadap suhu sarang pada sarang dengan kedalaman 30 em sangat kecil

Page 27: Penetasan Semi Alami Telur Penyu Sisik (Eretmochelys ... · Dendy Wisnuhamidaharisakti.· E 31.0789. Penetasan Semi Alami Telur Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata) Di Pulau Segamat

15

sekali, menyebabkan renctahnya suhu sarang sehingga kelembaban sarang meningkat.

Disamping itu dalam menyerap panas maupun dingin relatif lebih lambat jika dibandingkan

dengan kedalaman yang lebih dangkal sehingga panas yang masuk tidak sebesar pada lapisan

tanah di atasnya. Oleh karena itu sarang dengan kedalaman 30 em memiliki kelembaban yang

tinggi, yaitu 92.31 %. Sedangkan pada kedalaman 10 em, dasar sarang lebih dekat dengan

pemmkaan sehingga memiliki suhu yang tinggi, akibat lainnya adalah kelembabannya rendal!,

yaitu sebesar 91. 96 %.

Untuk memperjelas hubungan antar faktor-faktor lingkungan dapat dilihat pada Gambar 5.

Pada gambar nampak ballWa tinggi rendahnya suhu sarang akan berpengaruh terhadap kelembaban

sa rang dan kadar air tanah sarang.

100 .--i'i---------Fj----.----.--:,j-....... ..,

90 +--C~------~------~=-~ 80 +-~~------~------~=r~ 70 +--F~-------~-------~~~ 60+-~~---------~=_----------~~

50+-4:1----------4:~--------4:!~

40~~h.------~~~------~~~

30

20 10

o 10 20 30 Kedalaman sarang (em)

Gambar 5. Hubungan antara kedalaman dengan suhu, kelcmbaban dan kadar air tanah sarang

B. Penetasan Semi Alami

I. Masa Inkubasi

Menurut Ewert (1976) masa inkubasi adalah periode perkembangan embrio sejak telur

diletakkan di pasir sampai tukik keluar dari dalam sarang. Masa inkubasi telur bervariasi

tergantung tempat dan waktu peneluran. Masa inkubasi telur penyu sisik berkisar antara 40-70

hari (Suwelo~. ill. 1980).47-7'< hari (Marquez, 1990).

Hasil pengamatan masa inkubasi telur penyn sisik pada sarang semi alami di Pulau

Segamat Besar dapat dilihat pada Tabel 9.

Page 28: Penetasan Semi Alami Telur Penyu Sisik (Eretmochelys ... · Dendy Wisnuhamidaharisakti.· E 31.0789. Penetasan Semi Alami Telur Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata) Di Pulau Segamat

16

Tabel9. Masa inkubasi telur penyu sisik

Berdasarkan hasil pengamatan masa inkubasi pada sarang semi alami menunjukkan

bahwa pada kedalaman 30 em memiliki masa inkubasi paling panjang, yaitu 60-{;3 hari dengan

rata-rata 61.5 hari dan masa inkubasi terpendek teIjadi pada sarang dengan kedalaman 10 dan

20 em dengan rata-rata masing-masing 58 dan 57.5 hari. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian

Hutabarat (1992) yang menyatakan bahwa masa inkubasi penyu sisik pada sarang dengan

kedalaman 20 em adalah 58 hari dan pada sarang dengan kedalaman sarang 50 em adalah 61

hari. Menurut Anwari (1986) masa inkubasi pada sarang semi alami hanya dipengaruhi oleh

kedalaman sarang. Lamanya masa inkubasi juga dipengaruhi oleh [aletor lingkungan. seperti

eurah hujan dan lamanya penyinaran matahari. lika eurah hujan tinggi maka masa inkubasi

akan semakin panjang. karena telur kurang menerima panas sehingga proses metabolisme telur

akan bertambah lama. Selama masa inkubasi, telur mengalami perkembangan embrio. Proses

perkembangan embrio dalam sarang dipengaruhi oleh ketersediaan 0, dan suhu inkubasi.

Terhambatnya pertukaran gas dapat mengakibatkan rendahnya keberhasilan penetasan dan

memeperpanjang masa inkubasi (Yntema dan Mrosovsky, 1979). Dengan demikian masa

inkubasi juga mempengaruhi keberhasilan penetasan, dengan semakin lamanya masa inkubasi

telur, maka persentase keberhasilan penetasan semakin keeil.

Perbedaan masa inkubasi yang teIjadi sangat dipengaruhi oleh perbedaan pemanasan

yang dialami oleh telur-telur di setiap kedalaman. Pada kedalaman sarang 10 dan 20 em

pemenasan yang dialami oleh telur-telur lebih tinggi sehingga proses embrionik berlangsung

lebih eepal. Dan dengan bertambahnya kedalaman. masa inkubasi berlangsung lebih panjang,

sebagai akibat suhu yang lebih rendah karena kadar air tanah yang tinggi dan adanya rembesan

air hujan sehingga proses embrionik lebih panjang.

Masa inkubasi pada sarang alami penyu sisik di Pulau Segamat Besar dapat dilihat

pada Tabel 10.

Page 29: Penetasan Semi Alami Telur Penyu Sisik (Eretmochelys ... · Dendy Wisnuhamidaharisakti.· E 31.0789. Penetasan Semi Alami Telur Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata) Di Pulau Segamat

17

TabellO. Masa inkubasi pacta sara.ng alami penyu sisik

Jika dibanelingkan dengan masa inkubasi pada sarang alami eli Pulau Segamat Besar.

masa inkubasi sarang semi alami lebih pendek, yaitu 57-63 hari dengan rata-rata 58.8 hari.

sedangkan masa inkubasi pada sarang alami lebih panjang. yaitu 58-65 hari dengan rata-rata

61.2 hari (Tabel 10). Perbedaan masa inkubasi ini elipengaruhi oleh lokasi sarang alami dan

sarang semi alami. Lokasi sarang alami banyak elitemukan eli bawah pahon yang relatif teduh.

sehingga cahaya matahari yang sampai ke permukaan tanah sangat sedikit. Lain halnya dengan

sarang semi alami yang terletak pada lokasi bebas naungan. sehingga cahaya matahari secara

langsung mengenai permukaan tanah.

2. Persentase Keberhasilan Penetasan Telur Penyu Sisik

Hasil pengamatan perbedaan kedalaman sarang terhadap persentase keberhasilan

penetasan telur penyu sisik secara semi alami eli Pulau Segamat Besar dapat dilihat pada Tabel

II.

Tabel II. Persentase keberhasilan penetasan telur penyu sisik secara semi alami

'KedaJaman U1angan lwn1ahTelur , . "> • <',' . \~~~~. Rata-rota

5:!flU1ll (em) . ". , .". Keberbilsilafi'(%) ('lIoJ '" Menetas Gaga! . Total > ..

.-. '.' 10 ., J 24 26 50 48 . ' .

2 28 22 SO 56 3 32 18 50 64 56

20 I 31 19 50 62 2 35 15 50 70 66

30 . I 18 32 50 36 2 44 6 50 88 62

Berdasarkan hasil uji statistik pada taraf beda nyata I % (Fcx 0.01) perlakuan

kedalaman sarang memberikan hasil tidak berbeda nyat. (LamJliran 8). Hal ini berarti faktor

perbedaan kedalaman sarang 10 sampai 30 em tidak berpengaruh terhadap keberhasilan

penetasan telur penyu sisik Tetapi jika elilihat dari hasil rata-rata persentase keberhasilan

penetasan mellunjukkan bahwa pada kedalaman 20 em eenderung memiliki persentase rata-rata

Page 30: Penetasan Semi Alami Telur Penyu Sisik (Eretmochelys ... · Dendy Wisnuhamidaharisakti.· E 31.0789. Penetasan Semi Alami Telur Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata) Di Pulau Segamat

18

yang lebih tinggi, yaitu 66 % dibandingkan persentase keberhasilan penetasan pada kedalaman

30 em, yaitu sebesar 62 % dan kedalaman 10 em sebesar 56 % (Tabelll).

Perbedaan persentase keberhasilan penetasan secara semi alami diduga berkaitan

dengan suhu tanah sarang yang digunakan dalam proses penetasan telur penyu sisik tersebut.

Marquez (1990) menyatakan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan penetasan

telur penyu seeara umum, tetapi ada dua faktor utama yang berpengaruh secara langsung

terhadap keberhasilan penetasan dan masa inkubasi telur penyu selama berada pada sarang semi

alami, yaitu suhu dan kelembaban. Telah diuraikan di atas bahwa suhu sarang dan kelembaban

berkaitan dengan tekstur tanah dan ukuran pasir sarang. Kondisi tekstur tanah dan ukuran

pasir sarang sangat berpengaruh terhadap tinggi rendalmya suhu sarang. Kedalaman 10 em

memiliki persentase keberhasilan penetasan telur terendah, hal ini diduga karena pada

kedalaman sarang 10 em memiliki fluktuasi suhu yang tinggi, artinya selang antara suhu sarang

terendah dengan suhu sarang tertinggi berbedajauh, yaitu ± 3.25°C, dengan rata-rata 30.02°C

sehingga kisaran suhu sarang adalah 26.77°C sampai 33.27°C. Dengan kondisi suhu yang

demikian, dapat berakibat fatal terhadap perkembangan embrio dalam sarang. Jika suhu terlalu

rendah maka proses embriologis telur dalam sarang terhambat karena suhu sarang di sekitar

telur tidak sesuai dengan suhu yang dibutuhkan telur dalam masa perkembangannya dan

akibatnya telur akan menjadi busuk. Apabila suhu sarang tinggi maka pemanasan yang dialami

oleh telur-telur dalam sarang juga lebih tinggi sehingga proses embriologis berlangsung lebih

eepat. Hal ini akan memperpendek masa inkubasi, seperti pemyataan Mustika (1987), proses

pembentukan organ-organ kepala, mata, eelah insang, anggota tubuh dan karapas dapat

berlangsung eepat pada suhu pengeraman yang lebih tinggi, yaitu pada suhu 31 ° C bila

dibandingkan pada suhu yang lebih rendah, yaitu pada suhu 25 ° C. Tetapi jika kondisi suhu

sarang terlalu tinggi, yaitu 33.27°C akan merusak jaringan embrio di dalam telur sehingga

menyebabkan kematian pada embrio.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kedalaman 20 em memiliki persentase

keberhasilan yang eenderung lebih tinggi bila dibandingkan dengan kedalaman sarang 10 dan

30 em. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Hutabarat (1992) tentang penetasan telur penyu

sisik seeara semi alami pada empat kedalaman, yaitu 20, 30, 40 dan 50 em di Kepulauan Seribu,

menunjukkan bahwa persentase keberhasilan peneta&an tertinggi sebesar 84.7 % pada

kedalaman sarang 20 em dan persentase keberhasilan terendah sebesar 53.5 % te!jadi pada

kedalaman sarang 50 em. Pada kedalaman 20 em memiliki suhu sarang sebesar 30.01 °C ±

2.01 °C dengan kisaran suhu antara 28.00°C sampai 32.03°C. Kisaran suhu tersebut tennasuk

dalam kisaran suhu optimal dalam penetasan telur penyu. lni sesuai dengan Marquez (1990)

Page 31: Penetasan Semi Alami Telur Penyu Sisik (Eretmochelys ... · Dendy Wisnuhamidaharisakti.· E 31.0789. Penetasan Semi Alami Telur Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata) Di Pulau Segamat

19

yang menyatakan bahwa suhu optimal untuk penetasan telur penyu sisik secara semi alami

adalah 28 ° C - 32 ° C dan jika suhu selama masa inkubasi jauh lebih rendah atau lebih tinggi

dari suhu optimal tersebut maka hasil penetasan akan kurang dati 50 %. Dengan kondisi suhu

yang demikian, maka perkembangan embtio dalam telur akan lebih baik.

Sedangkan kedalaman 30 em, suhu sarang lebih rendah dan lebih stabil dengan range

suhu yang lebih sempit, yaitu 29.09°C ± l.30°C dan kisaran suhunya antara 27.78°C sampai

30.39°C. Kondisi ini kurang mendnkung pertumbuhan embtio dalam telur yang membutuhkan

rangsangan suhu yang lebih hangal. Kestabilan suhu dan rendahnya suhu sarang pada

kedalaman 30 em diduga karena nkuran pasir dasar sarang didominasi oleh pasir berukuran

halus, yaitu sebesar 46.73 % dan memiliki kadar air tanah yang enkup tinggi, yaitu 29.74 %

dibandingkan kadar air tanah pada kedalaman sarang 10 dan 20 em. Ukuran pasir yang halus

dan lembab ini lebih mantap dalam menjaga perubahan suhu, sehingga panas yang ditetima

akan disimpan dalam waktu yang enkup lama. Pada ukuran pasir halus, udara yang masuk dan

keluar sangat keeil. artinya pertukaran udara yang terjadi sangat kecil, dan didnkung dengan

kandungan air pasir yang enkup tinggi maka kondisi suhu sarang relatif lebih stabil. Walaupun

memiliki suhu yang Iebih stabil tetapi rata-rata persentase keberhasilan penetasannya lebih

rendah jika dibandingkan dengan kedalaman 20 em, yaitu 62 %. Disamping itu suhu juga

mempengaruhi panjang pendekuya masa inkubasi telur dalam sarang. Suhu pada kedalaman 30

em relatif rendah, hal ini lllenyebabkan masa inkubasi menjadi lebih lama sehingga telur-telur

dalam sarang banyak yang membusuk. Dan dengan makin panjangnya masa inkubasi maka

menyebabkan banyaknya tukik yang mati dalam sarang, hal ini karena terbatasnya sumber

makanan dalam sarang yang hanya berasal dati kuning telur yangjumlahnya terbatas.

Gambar 6. Tukik mati dalam sarang

Page 32: Penetasan Semi Alami Telur Penyu Sisik (Eretmochelys ... · Dendy Wisnuhamidaharisakti.· E 31.0789. Penetasan Semi Alami Telur Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata) Di Pulau Segamat

20

Persentase keberhasilan penetasan penyu sisik secara alami yang digunakan sebagai

kontrol dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Persentase keberhasilan penetasan telur penyu sisik secara alami

Berdasarkan hasil uji X' (chi-square) pada taraf beda nyala 5 % (X' 0.05)

menunjukkan bahwa perscntase keberhasilan penetasan telur penyu sisik secara semi alami

dengan kedalaman 10 em. 20 em dan 30 em tidak berbeda nyata dengan persentase kcberhasilan

penelasan telur penyu sisik secara alami. Hasil perhitungan X' dapat dilihal pada Lampiran

10.

Jika diperhalikan dari hasil rata-rata persentase keberhasilan secara semi alami pada

masing-masing kedalaman dengan rata-rata persentase keberhasilan secara alami. kedalaman

20 em memiliki persentase keberhasilan tertinggi. Hal ini diduga karena pada sarang alami

memiliki suhu yang lebih rendah dan kadar air tanah yang lebih tinggi baik permukaan maupun

dasar sarang. yaitu 28.32 % dan 30.50 % bila dibandingkan dengan kadar air tanah pada sarang

semi clami. yaitu sebesar 21.96 % dan 27.37 %. Dengan kondisi demikian mcnyebabkan

lamanya masa inkubasi pada sarang alami. Disamping itu juga, sarang alami terletak pada

batas pasang tertinggi, sehingga telur-telur pada sarang alami terkena pereikan air laut yang

menyebabkan kegagalan dalam penetasan.

Selain itu faklor penyebab perbedaan keberhasilan penelJisan lelur penyu tergantung

pada pcngambilan dan iY_ngangkutan telur dari sarang alami ke sarang semi alami.

Pcagambilan lelur dilakukan pada keesokan harinya, dimana kondisi telur dalam keadaan yang

sangat peka terhadap goncangan. Menurut Soedono (1985), telur yang diletakkan oleh induk

pcnyu setelah selang waklu antara 0 sampai 2 jam, telur masih dalam keadaan toleran terhadap

perubahan posisi. karena mala tunas masih mampu menuju ke pennukaan. Setelah lebih dari 2

jam, telur sangat peka terhadap fakior luar dan bila lerusik maka cmbrio akan mengalami

kemalian. Dalam penelitian ini pengangkutan telur dilakukan dengan menggunakan ember

plastile, hal ini diduga sewaklu penganp.kutan telur dari sarang alami kc sarang semi alami

mengalami perubahan posisi embrio dalam telur. Stadia telur merupakan tahapan yang paling

Page 33: Penetasan Semi Alami Telur Penyu Sisik (Eretmochelys ... · Dendy Wisnuhamidaharisakti.· E 31.0789. Penetasan Semi Alami Telur Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata) Di Pulau Segamat

21

1emah di dalam rangkaian siklus genus chelonia (Harless dan Morloc~ 1979). Oleh karena itu

penanganan yang kurang hati-hati alean d.1pat merusak embrio dalam telnr dan dapat

mengakibatkan kematian.

Disamping itu kondisi telur ilu sendiri merupakan faletor penting dalam keberhasilan

penetasan. Dari hasil penelitian didapat bahwa pada kedalaman 30 em, memiliki persentase

keberhasilan terendah, yaitu 36 % dan sekaligus persentase keberhasilan tertinggi sebesar 88 %.

Hasil pembongkaran sarang, terlihat bahwa pada kedalaman 30 em u1angan I yang mempunyai

persentase terendall, banyak ditemukan telnr yang gagal menetas dan berbau busuk. Telnr yang

gagal menetas dan berbau busuk tersebut diduga karena embrio mengalami kematian yang

terjadi pada saat pengumpulan telnr atau pemindahan telur dari sarang alami ke sarang semi

alami. Bustard (1972). telur dengan janin yang mati dapat te!jadi sebelum atau sesudah

peletakkan telur ke dalam sarang. Dan juga ditemukan telnr-telur yang tidak berembrio. hal ini

dimungkinkan telur-telur tersebut sudah tidak berembrio dari sejak dikeluarkan oleh induknya.

Telnr-telur yang demikian walaupun ditanam tetap tidak akan menetas sehingga akan

memperkecil persentase penetasan. Ada juga ditemukan telur yang berukuran abnormal (sangat

kecil). telur ini bila ditetaskan tidak akan berhasil menetas, kruena umumnya telur-telnr yang

berhasil menetas adalah telur yang memiliki ukuran normal, bentuknya bula!. kulit telur

berwarua putih dan tid.1k terlalu kerns.

Persentase keberhasilan penetasan telur secara semi alami tidak hanya dipengaruhi oleh

faletor-faletor di atas, tetapi ada faletor lain yang sangat mempengaruhinya, antara lain pred.1tor.

Sarang semi alami relatif lebih aman daripada sarang a1ami, baik dari gangguan

predator maupun gangguan dari a1am seperti pasang surut air laut. Sarang semi alami yang

dibuat di Pulau Segamat Besar juga tidak terlepas darl gangguan pred.1tor. Hal ini dikarenakan

lokasi sa rang semi a1anli yang tidak begitu tertutup sehingga mempennudah predator untuk

masuk. Predator yang banyak ditemukan di lokasi penetasan semi a1anti ad.1lah kepiting dan

semut. Dari hasil pembongkaran saTang menm\iukkan bahwa pada sarang dengan ked.1laman

10 em telur-telur penyu banyak yang mati akibat gigitan semnt. lni tcrlihat dan bekas lubang

(Iubang kecil-kecil) yang terdapat pada eangkang telur. Sedanglean pada kedalaman 20 em

sangat sedikit telur yang mati akibat semut dan pada kedalaman 30 em hampir tidak ditemulean

telm yang mati akibat gigitan senm\. Hal ini disebabkan kmena pada kedalaman 10 em yang

relatif deleat dengan perumleaan. sehingga semut masih dapat menembus tanah sedangkan pada

kedalaman 20 em d.1n 30 em semut mengalami kesulitan untuk mencapai telur. Ada juga telm

yang ditemukan mati akibat bekas gigitan kepiting. Kepiting memasukkan kedua eapitnya

dengan melubangi eangkang telur dan menghisap isi telur. jilea telur mati akibat kepiting mal",

Page 34: Penetasan Semi Alami Telur Penyu Sisik (Eretmochelys ... · Dendy Wisnuhamidaharisakti.· E 31.0789. Penetasan Semi Alami Telur Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata) Di Pulau Segamat

22

akan sangat mudah dikenali karena terdapat bekas cupit pada cangkang, seperti dua lubang

yang sarna.

Gambar 7. Telur yang tidak menetas dan cangkang telur yang menelas

Gambar 8. Lokasi penelasan tclur penyu sisik secaro semi alami di Pulau Segamal 8esar

C. Kcgiatan Pengclolaan

Pulau Segamal Bcsar mempakan daeroh konsenlrasi peneluran penyu sisik. POlcnsinya yang

besar me!\iadikan Pulau Segamal Besar sebagai sumber lelur penyu sisik yang ulama (70 %) dari

kegialan penangkaran peny'! sisik di Kepulauan Seribu. ),ailu di Pulau Pramuka. yang mempakan

pro)'ek kerjasama anlaro PHPA (Perlindungan Hulan dan Pcleslarian A1am) dengan JBA (Japan

Bekk" :lssociation). Berkailan dengan hal lersebul. maka di Pulau Segamal Besar dilakukan

Page 35: Penetasan Semi Alami Telur Penyu Sisik (Eretmochelys ... · Dendy Wisnuhamidaharisakti.· E 31.0789. Penetasan Semi Alami Telur Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata) Di Pulau Segamat

23

kegiatan pengelolaan terhadap populasi pen)~t sisik, yaitu rneliputi pencarian telur, pengangkutan

telur ke Pulan Prarnulm, penetasan teluI pen)~l sisik sec1ra alami dan penandaan (fagging) pen)~t

yang mendarat dan bertelur.

Kegiatan pencarian telur dan pengangkutan telur merupakan rangkaian dari kegiatan

penangkaran penyu sisik di Pulau Pramuka. Pencarian telnr penyn sisik tidak hanya dilakukan di

Pulau Segamat tetapi juga dilakukan di pulau-pulau Kepulauan Seribu yang rnerupakan ternpat

peneluran pen)~l sisik. Hal ini untuk rnemenuhi target telnr yang harus ditetaskan dalarn satu

periode. Adapun telur penyu sisik yang diarnbil untuk ditetaskan di Pulau Prarnuka adalah telur­

telur yang berumur 0 hari (sesaat setelah dikeluarkan oleh indukuya) sarnpai berurnur 5 hari dalarn

sarang. Dalarn pencarian telur diperlukan orang-orang yang berpengalarnan. Hal ini untnk

rnernpennudah dalarn rnengetahui ada tidakuya sarang pen)~L Terkadang sarang pen)11 sisik di

Pulau Segmnat Besar sulit diternukan karena berada pada lokasi yang tertutup rurnput/sernak atau

rnasnk ke dalarn hutan. Untuk mengetahui ada tidaknya sarang penyu sisik bisa diketahui dari

beberapa tanda yang biasa diternukan, seperti jejak pen)'u sisik yang terdapat di pasir, rerurnputan

yang roboh dan belms lubang badannya (body pit). Langk.1h selanjutnya adalah rnencari letak sarang

pen)~l sisik sebenamya berada. Pengalaman petugas PHP A. dalarn mencari telur pen}11

menggunakan ka)~l atau besi yang dipakai untnk mengetahui letnk sarang yang sebenamya, dengan

cara ditusuk-tusuklmn ke dalam tanah yang diperkirakan terdapat sarang.

Gambar 9. Jejak penyu sisik di Pulau Seganlat Kecil

Page 36: Penetasan Semi Alami Telur Penyu Sisik (Eretmochelys ... · Dendy Wisnuhamidaharisakti.· E 31.0789. Penetasan Semi Alami Telur Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata) Di Pulau Segamat

Gambar 10. RUmpUl yang roboh bekas dilalui pen)~1 sisik

Garubar II. Penc.1rian sarang pen)1t sisik dengan eara ditusllk-tusuk menggunakan kayu/besi

24

Tclur penyll sisik yang diperoleh ditempatkan dalam ember plastik yang tertlllllp dan dengan

menggunakan media pasir alami. Sebeillm telur dimasttkkan dalam ember. terlebih dllill dasar ember

diberi dedauan yang bertujuan agar kelembaban dalam ember letap teIjaga. Setelah kegiatan

penearian dan pemindahan telur selesai maka telur-telllr dibawa ke Pulall Pramllka. Alat transportasi

yang biasa digunakan untuk mengangkut telur adalah speed boof. Dengan alat angkutan ini

memberikan resiko yang tinggi terhadap keberhasilan penetasan telur pen)11 sisik, karena

kemllngkinan pembahan posisi lelur akibal goncangan lcbih besar dan mengakibatkan embrio dalam

telur banyak yang mati.

Page 37: Penetasan Semi Alami Telur Penyu Sisik (Eretmochelys ... · Dendy Wisnuhamidaharisakti.· E 31.0789. Penetasan Semi Alami Telur Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata) Di Pulau Segamat

Gambar 12. Pengangkutan telur penyu sisik dari sarang alami ke sarang semi alami dengan menggunakan ember plastik

25

Telur peny'll sisik yang terdapat di Pulau Segamat Besar, selain dibawa ke Pulau Pramuka

juga ditetaskan secara alami di Pulau Segamat Besar. Telur-telur yang ditetaskan sceara alami

terscbut bertujuan untuk mengetahui masa inkubasi dan persentase keberhasilan penetasannya di

alamo Penghitungan persentasc keberhasilan penetasan telur pcnyu dilakukan sceara bersamaan

setelah sarang-sarang alami tersebut menetas oleh star ahh PHPA. Persentase penetasan telur pen)'ll

dipcroleh dari hasil pembongkaran sarang. Sedangkan pcngontrolan selama masa inkubasi

diserahkan kepada petugas navigasi, sehingga dapat diketahui masa inkubasi masing-masing sarang.

Keg;atan sclanjutnya setelah telur penyu menetas adalah pelepasan tukik ke laut. Pelcpasan tukik

dilakukan pada umur satu hari.

Gambar 13. Tukik yang barn keluar dan sarang alami

Page 38: Penetasan Semi Alami Telur Penyu Sisik (Eretmochelys ... · Dendy Wisnuhamidaharisakti.· E 31.0789. Penetasan Semi Alami Telur Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata) Di Pulau Segamat

26

Gambar 14. Pelepasan tukik ke laut pada umur satu hari

Salah satu kegiatan yang telah dilakukan di Pulau Segamat Besar adalah penandaall

(tagging) terhadap penyu yang mendarat dan bertelur di Pulau Segamat Besar. Bahan penandaan

(tagging) yang digunakan ada dua macam, yaitu dari plastik dan dari aluminium. Hal ini bertujuan

untuk mengetahui populasi pen;lI sisik di Pulau Segamat Besar dan untuk mengetahui berapa kali

seekor penyu sisik bertelur dalam satu musim bertelur serta berapa lama waktu yang dibutuhkan

antara peneluran pertama dengan peneluran kedua, peneluran kedua dengan peneluran ketiga dan

selanjutnya dalam satu musim bertelur. Tetapi kegiatan ini sulit dilakukan karena faktor waktu,

tenaga dan lokasi Pulau Segamat Besar yang sulit dilalui jika te!jadi pasang air laut.

Gambar 15. Kegiatan penandaan (tagging)

Page 39: Penetasan Semi Alami Telur Penyu Sisik (Eretmochelys ... · Dendy Wisnuhamidaharisakti.· E 31.0789. Penetasan Semi Alami Telur Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata) Di Pulau Segamat

, IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulau

Berdasarkan hasil uji statistik, persentase keberhasilan penetasan telur penyu sisik

(Eretmochelys imbricala) pada kedalaman 10, 20 dan 30 em tidak berbeda nyata. Tetapi dilihat dari

persentase rata-rata keberhasilan penetasan terlihat bahwa kedalaman 20 em memiliki persentase

keberhasilan yang eenderung lebih baik dibandingkan kedalaman 10 dan 30 em. Tingkat

keberhasilan penetasan telur penyu sisik secara semi alami dengan kedalaman sarang 20 em lebih

tinggi dari tingkat keberhasilan penetasan secara alami.

Faktor-faktor yang mendukung keberhasilan penetasan seeara semi alami selain

terkontrolnya subu dan kelembaban sarang juga terhindar dari ancaman predator dan gangguan alam

lainnya.

Kegiatan pengelolaan yang telah dilakukan di Pulau Segamat Besar antara lain

pengurupulan dan pengangkutan telur ke Pulau Pramuka, peneta~an telur penyu sisik secara alami

dan semi alami serta penandaan (lagging) penyu yang mendarat dan bertelur.

B. Saran

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disarankan hal-hal sebagai berikut :

I. Mengingat status Pulau Segamat Besar yang milik perorangan, maka pada instansi terkait

diharapkan Pulau Segamat Besar dijadikan sebagai kawasan yang dilindungi, sehingga kondisi

pulau yang tidak berpenduduk tersebut tetap te!jaga keutuhannya sebagai habitat penyu sisik.

2. Perlu dilakukan penetasan semi alami seeara pemmnen di Pulau Segamat Besar. sehingga dapat

meningkatkan persentase penetasan telur penyu sisik di habitat aslinya.

3. Perlu diadakan penjagaan yang lebih intensif di sekitar Pulau Segamat Besar, mengingat

semakin menunmnya populasi penyn sisik akibat banyal,:nya tclur penyu sisik yang diambil oleh

nelayan untuk dijual dan dikonsumsi.

4. Untuk menjaga kelestarian popua;i penyu sisik di Pulau Segamat Besar, perlu terus dilakukan

usaha penetasan telur seeara semi alami dengan kedalaman sarang 20 em.

Page 40: Penetasan Semi Alami Telur Penyu Sisik (Eretmochelys ... · Dendy Wisnuhamidaharisakti.· E 31.0789. Penetasan Semi Alami Telur Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata) Di Pulau Segamat

DAFTAR PUSTAKA

Anwari, P.W. 1986. Studi Masa Inkubasi dan Keberhasilan Penetasan Telur Peuyu Hijau (Chelonia mydas) Secara Semi Alami di Pautai Citirem Suaka Margasatwa Cikepuh Jawa Barat (karya ilmiah). Fakultas Perikanan IPB. Bogor.

Bustard, R. 1972. Sea Turtle, Natural History and Conservation. Collin, London.

Direktorat JeuderaJ Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam Sub Balai Konservasi Sumberdaya Alam. 1990. Program Pembangunan Penangkaran Penyu Sisik (Eretmochelys imbncota) di Indonesia (Laporan). Departemen Kehutanan dan Nippon Turtle Shell Associated Federation.

Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam Sub Balai Konservasi Sumberdaya Alam. 1997. Laporan Penilaian Potensi Kawasan Konservasi Perairan Di Pulau Segamat dsk. Propinsi Lampung. Departemen Kehutanan-Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam-Direktorat Bina Kawasan Snaka Alam dan Konservasi Flora Fauna. Jakarta.

Hakim, N ; M.Y. Nyakpa; A. M. Lubis; S. G. Nugroho; M.R SauJ; MA Diha; G.B. Hong dan H.H. Bailey. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung.

Harless dan Morlock. 1979. Turtle, Perspectives and Research. Jouh and Sons. New York.

HasbuJIah, M.H. 1995. Pengaruh Naungan dan Kedalaman Sarang Semi Alami Terhadap Keberhasilan Penetasan dan Masa Inkubasi Telur Penyu Lekang (Lepidochelys oliacea Eschscboltz) di Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi Selatan (karya ilmiah). Jurusan Biologi Uniersitas Nasional Jakarta. Jakarta.

Hutabarat, H.P. 1992. Studi Awal Keberhasilan Penetasan dan Masa Inkubasi Telur Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata Linnaeus, 1766) di Empat Kedalaman Sarang Semi Alami Di Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu. Fakultas Biologi Universitas Nasional (Skripsi). Jakarta.

Lakitan. B. 1994. Dasar-Dasar K1imatologi. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Marquez, M.R. 1990. Sea Turtle of The World. An Annotated and Illustrated Catalogue of Sea Turtle Spesies Knoe to Data. FAO Fisheries Synopsis No. 125, Vol. II. Rome.

Mortimer, JA 1990. The Hawksbill Turtle in The Republic of Seychelles, Its Status and Management. Abstract The Nagasaki International Symposium on The Resource Management of The Hawksbill Turtle. Nagasaki.

Mrosovsky dan Yntema. 1979. Incubation Temperatures and Sex Ratio in Hatcling Loggerhead Turtle, A Preliminnary, Marine Turtle. New Letter.

Mulyono, S. 1991. Statistika Untuk Ekonomi. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.

Mustika, I. 1989. Diferensiasi Gonad Betina dan Jantan Embrio Penyu Hijau (Chelonia mydas) yang di Inkubasi Pada Suhu Tinggi dan Rendah. Jurusan BioIogi ITB. Bandung.

Page 41: Penetasan Semi Alami Telur Penyu Sisik (Eretmochelys ... · Dendy Wisnuhamidaharisakti.· E 31.0789. Penetasan Semi Alami Telur Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata) Di Pulau Segamat

29

Nuitja, I.N.S. 1982. IIikubasi dan Keberhasi1an Penetasan DaIam Inkubasi Buatan Terhadap TeIur Penyn Daging, Chelonia mydas L. Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor. Bogar.

1992. Biologi dan Ekologi PeIestarian Penyn Laut. IPB Press. Bogor.

Priyono, A. 1985. Pengelolaan Penyn Laut di Pantai Sukamade Taman Nasional Mern Betiri Jawa Timur. Skripsi Manajemen Sumberdaya Perairan FakuItas Perikanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.

1989. Pengelolaan Habitat dan Sanva Penyn Laut. Media Konservasi Vol. II (2) Januari 1989; hIm: 33-38.

Sinulingga, B. 1990. Penangkaran Penyn Sisik (Eretmochelys imbricata) Sebagai Salah Satu Upaya Pelestarian Alam. Bogar Forestry Training Center. Center for Forestry Education and Training Ministry of Forestry. Bogor.

Soedono, RVJ. 1985. Pedoman Pelaksanaan Penangkaran Telur Penyu Laut (II) Proyek Pembinaan Latihan Kehutanan di Ciawi. Ciawi, Bogor.

Suwelo, I.S; F. Abdurahman; D.A. Hidayat; D. Dulhajah; R. Effendi dan Kuncoro. 1980. Studi Habitat dan Populasi Penyn Sisik (Eretmoche(vs imbricata) Di Pulau Belitung. Direktorat Perlindungan dan Pengawetan Alam. Bogar.

Suwelo,I.S., Widodo, S.R. dan A. Somantri. 1991. Penyn Sisik Di Indonesia. Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam Departemen Kehutanan. Bogor.

Witzell, W.N.. 1983. Synopsis of Biological Data on The Hawksbill Turtle, Eretmoche(vs imbricata (Linn. 1766). FAO Fisheries Synopsis No. 137. Rome.

Zulfakar. 1996. Studi Habitat Peneluran Penyn Sisik (Eretmochelys ·imbricata) Di Pulau Dapur Kccamatan Toboali Kabupaten Bangka Propinsi Sumatera Selatan. Jurnsan Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kchutanan IPB (skripsi). Bogor.

Page 42: Penetasan Semi Alami Telur Penyu Sisik (Eretmochelys ... · Dendy Wisnuhamidaharisakti.· E 31.0789. Penetasan Semi Alami Telur Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata) Di Pulau Segamat

LAMPIRAN·

Page 43: Penetasan Semi Alami Telur Penyu Sisik (Eretmochelys ... · Dendy Wisnuhamidaharisakti.· E 31.0789. Penetasan Semi Alami Telur Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata) Di Pulau Segamat

Lampiran 2. Ukuran pasir perinukaan sarang alami penyu sisik di Pulau Segamat Besar

Keterangan : SK: Sangat kasar K : Kasar S : Sedang H : Halus SH: Sangat halus

Lampiran 3. Ukuran pasir dasar sarang alami peny'U sisik di Pulau Segamat Besar

Keterangan: SK: Sangat kasar K : Kasar S : Sedang H : Halus SH: Sangat halus

Lampiran 4. Kadar air tanah permukaan dan dasar pada sarang alam! penyu sisik di Pulau Segamat Besar

..... SaralJg" .' . 1 2 3 4 5

Kadar air TPerinilkaan 29.77 30.55 30.15 26.85 24.26 {%} JDiiSar . 34.3 29.74 27.54 32.46 28.44

32

Rata-rata 28.32 30.50

Page 44: Penetasan Semi Alami Telur Penyu Sisik (Eretmochelys ... · Dendy Wisnuhamidaharisakti.· E 31.0789. Penetasan Semi Alami Telur Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata) Di Pulau Segamat

33

Lampiran 5. Data PenguJairan Suhu

Page 45: Penetasan Semi Alami Telur Penyu Sisik (Eretmochelys ... · Dendy Wisnuhamidaharisakti.· E 31.0789. Penetasan Semi Alami Telur Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata) Di Pulau Segamat

34

Lampiran 6. Data Kelembaban .

Page 46: Penetasan Semi Alami Telur Penyu Sisik (Eretmochelys ... · Dendy Wisnuhamidaharisakti.· E 31.0789. Penetasan Semi Alami Telur Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata) Di Pulau Segamat

Lampiran 7. Data hasil transformasi persentase penetasan telur penyu sisik secara semi alami

Lampirall 8. Analisis sidik ragam data hasil transformasi persentase pelletasan telur penyu sisik secara semi alami

Fbit < Ftab, maka persentase keberhasilan penetasan telur penyn sisik tiap kedalaman tidak berbeda nyata

Lampiran 9. Data hasil transformasi persentase penetasan telur penyu sisik secara alami

.. 4 ... <.5

42.03 53.21

HasiltransfoiiDasi 63.08 57.23 55.73 40.4 46.83 arc s in .Jp e r~c n t~sc- :,:

Lampiran 10: Hasil perhitungan chi-square persentase penetasan telur penyn sisik secara alami dan semi alami

35

10 em 20 em 30cm' Alami .JuinIah X2hit X"(O.05} Persen~.< .

nelletasan.(Oi) 48.45 54.33 51.94 52.42 207.14 Ei<.· 51.79 51.79 51.79 51.79 0.3481 7.815

X2hlt < X2(O.05), maka tenma Ho, yaltu tmgkat keberhasllan penetasan telur penyn slslk secara alami tidak berbeda dengan keberhasilan penetasan telur seeara semi alami

Page 47: Penetasan Semi Alami Telur Penyu Sisik (Eretmochelys ... · Dendy Wisnuhamidaharisakti.· E 31.0789. Penetasan Semi Alami Telur Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata) Di Pulau Segamat

Lampiran 11,. Segitiga tekstur ta'nah menurut USDA

UAT 100%

( Kandungan paslr (%)

• • • • • Balal ke{as tek.stlK Batas ktHaa besar butk

100% DEBU

36

Page 48: Penetasan Semi Alami Telur Penyu Sisik (Eretmochelys ... · Dendy Wisnuhamidaharisakti.· E 31.0789. Penetasan Semi Alami Telur Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata) Di Pulau Segamat

, .... '0'"

".

"

.... -

.' "'" " PETA

".

31

USULAN

S~KA MARJ3ASATWA PULAU SEOAMAT

J:::ABUPAT[H DATI II. LAMPU"H,' ~ELATAt~

PROPINSI DATI I. LAIoCPUNQ

LUA! ± 2.aoo :-{A

I: loa.coo

- ,.-' .. - t" .........

"'''1)'' \.' .. 1' ..... , •• ,

,,, ••••• ~ ••• , •• \.._, __ • ~._ •• , .1 to_' 11.', •• " •••• -~ .. l •• • ._ •••• (., __ , , .• _ •• _ .... ~ .... __ .......... '".,0\100

.. ,' .- '0.'

'-,~ i' f '\ .-", -.- /

1)1. ,.VLAU IIIIIAWA!'

~- .. -" •• ,. r l ........ .

'.'lO '.1 leoe,",

," c·

" " .. o Loknsi Pulau Segamat Bcsar

....... ..... -,- ...- II