Upload
duonghuong
View
222
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Penelitian kualitatifMETODE PENELITIAN 2
KECEMBURUAN WANITA YANG MEMILIKI PASANGAN LAKI-LAKI PENGGUNA AKTIF SOSIAL MEDIA DALAM HUBUNGAN PACARANThe purpose of this research is to understand how the jealousy of women who have a pair of male active users social media. This research is a qualitative research with case study research design instumental. The technique of data collection was undertaken is in-depth interviews. The results of this research managed to collect three theme namely psychological condition and emotional reactions, coping jealous, and stages jealous on a pair of active use of social media.Key Words: Jealous, active user of social media
HELLENA DASILVA - 201571174Program Studi Psikologi Universitas Esa Unggul
KECEMBURUAN WANITA PADA PASANGAN LAKI-LAKI PENGGUNA AKTIF SOSIAL MEDIA DALAM HUBUNGAN PACARAN
Oleh:
Hellena Dasilva
NIM: 201571174
Program Studi Psikologi Universitas Esa Unggul Citra Raya
ABSTRACT
The jealousy is normal in a romantic relationships. Each individual has the experience of jealousy which vary with different causes. One of the causes that can trigger the emergence of jealousy happens is the use of social media. Social media much interested and used by various among both women and men alike. But the comparison of media social users between women and men are dominated by women. It cannot be denied that men are also more active in social media. The activities in the social media also various. No rare activity on social media became the cause of jealousy for women who have a pair of male active user of social media. The purpose of this research is to understand how the jealousy of women who have a pair of male active users social media. This research is a qualitative research with case study research design instumental. The technique of data collection was undertaken is in-depth interviews. The results of this research managed to collect three theme namely psychological condition and emotional reactions, coping jealous, and stages jealous on a pair of active use of social media.
Key Words: Jealous, active user of social media
ABSTRAK
Cemburu merupakan hal yang wajar dalam suatu hubungan romantis. Setiap individu memiliki pengalaman cemburu yang berbeda-beda dengan penyebab yang berbeda pula. Salah satu penyebab yang dapat memicu munculnya cemburu terjadi adalah penggunaan sosial media. Sosial media banyak diminati dan digunakan oleh berbagai kalangan baik wanita maupun laki-laki. Namun perbandingan pengguna sosial media antara kaum wanita dan laki-laki memang didominasi oleh wanita. Tak bisa dipungkiri bahwa ternyata laki-laki juga banyak yang cukup aktif di sosial media. Kegiatan di sosial media juga bermacam-macam. Tak jarang aktivitas di sosial media menjadi penyebab cemburu bagi wanita yang memiliki pasangan laki-laki pengguna aktif sosial media. Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami bagaimana kecemburuan wanita yang memiliki pasangan laki-laki pengguna aktif sosial media. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan desain penelitian studi kasus instumental. Teknik pengumpulan data yang dilakuakn adalah wawancara mendalam. Hasil dari penelitian ini berhasil mengumpulkan tiga tema yaitu kondisi psikologis dan reaksi emosional, coping cemburu, dan tahapan cemburu pada pasangan yang aktif menggunakan sosial media.
Kata kunci: Cemburu, pengguna aktif sosial media
PENDAHULUAN
Kegiatan berkomunikasi pada
masa kini dapat ditunjang oleh berbagai
macam teknologi yang telah
berkembang pesat. Kehadiran teknologi
ini dapat mempermudah manusia dalam
melakukan kegiatan sehari-hari.
Teknologi tersebut diantaranya adalah
internet yang mencakup alat
komunikasi berupa sosial media seperti
Facebook, Twitter, Path, Instagram dan
yang lainnya. Kegiatan berkomunikasi
banyak memberi pengaruh bagi
manusia baik pengaruh positif maupun
pengaruh negatif. Pengaruh yang
diberikan oleh hadirnya media sosial
dapat dirasakan oleh berbagai kalangan
individu atau kelompok termasuk
pasangan romantis.
Pada umumnya, jumlah wanita
sangat mendominasi penggunaan sosial
media aktif dibandingkan pria. Namun
tidak menutup kemungkinan pria juga
dapat menjadi pengguna aktif sosial
media mulai dari kegiatan mengakses
sosial media untuk mengecek,
bersosialisasi, mengakses berita,
ataupun kegiatan mengunggah
postingan. Banyak kemungkinan-
kemungkinan yang akan terjadi yang
menjadi reaksi pada wanita dalam
hubungan romantis mendapatkan
pasangan laki-lakinya ternyata
pengguna aktif sosial media. Mulai dari
perasaan illfeel, tidak nyaman, dan
perasaan terancam karena kegiatan aktif
pasangannya di media sosial. Sosial
media ternyata juga dapat berpotensi
menjadi ancaman bagi hubungan yang
sudah terbentuk sebelumnya, salah
satunya adalah munculnya perasaan
cemburu dalam hal ini wanita terhadap
pasangan yang merupakan pengguna
aktif sosial media.
Ze'ev dan Goussinsky (Hart dan
Legerstee, 2010) menyatakan salah satu
penyebab kecemburuan di masa depan
dapat terjadi di dunia maya. Hal
tersebut disebabkan oleh:
a. Tersedianya alternatif dunia maya
atau media online membuat seseorang
dapat memiliki teman yang lebih
banyak dan lebih umum. Hal ini dapat
menimbulkan cemburu, karena
pasangan terlalu mendalam dan intim
dengan media online.
b. Interaksi dalam media online dapat
mengakibatkan cemburu karena
pasangan dianggap melanggar batas-
batas tertentu dalam hubungan
romantis.
Muise, dkk (2009) menyatakan
facebook merupakan faktor yang dapat
mempengaruhi cemburu, karena:
a. Informasi yang ada dalam profil
Facebook menunjukkan bahwa individu
dapat mengekspos informasi pada
dirinya, hal ini berpotensi
memprovokasi atau membuat pasangan
cemburu.
b. Bagi banyak orang, mengetahui
tentang keinginan atau niat pasangan
sangat diperlukan dan kecanduan dalam
kaitannya dengan penggunaan
Facebook dapat menyebabkan
cemburu, sebab orang yang telah
kecanduan akan mengatakan hal apapun
di Facebook bahkan yang sifatnya
sangat pribadi.
c. Pasangan memiliki teman Facebook
yang tidak diketahui atau dikenal
pasangan, apalagi yang berkaitan
dengan masa lalu pasangan atau mantan
pacar yang menjadi teman di Facebook,
berpotensi menimbulkan kecemburuan.
Gordon Clanton (dalam Buss,
2000) mendefinisikan kecemburuan
sebagai suatu perasaan yang tidak
menyenangkan, yang mengekspresikan
ketakutan akan kehilangan pasangan
atau ketidaknyamanan atas suatu
pengalaman nyata ataupun pengalaman
imaginasi terhadap pasangannya yang
membentuk hubungan dengan pihak
atau orang ketiga.
Salovey (1991) menyatakan
cemburu dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Kecemburuan yang sifatnya nyata
(normal) adalah cemburu yang
dirasakan ketika ancaman sifatnya jelas
dan dapat merusak hubungan
(ancamannya nyata).
b. Cemburu curiga (abnormal) adalah
ketika ancaman tidak jelas atau hanya
dicurigai, dapat dikatakan bahwa
"cemburu mencurigakan", karena hanya
reaksi dari ketakutan dan
ketidakpastian.
Terjadinya cemburu tidak
muncul begitu saja, melainkan melalui
sebuah proses. White dan Mullen
(dalam Brehm, 1992). mengungkapkan
ada lima tahap cemburu, dimana dua
tahap pertama menggunakan
pendekatan cognitive appraisal. Kelima
tahap cemburu tersebut adalah:
1. Primary appraisal
Pada tahap pertama ini individu
mempersepsikan adanya ancaman
terhadap hubungan (Brehm, 1992).
2. Secondary Appraisal
Setelah individu mempersepsikan
adanya ancaman (primary appraisal),
individu mencoba untuk memahami
dengan lebih baik situasi yang terjadi
dan mulai memikirkan cara untuk
mengatasinya. Individu dapat melihat
kembali bukti-bukti yang merupakan
ancaman, dan melihat kembali
kelekatan pasangan dengan dirinya.
3. Reaksi Emosional
Saat cemburu keadaan emosional dan
intensitas respons emosional sangat
beragam. Perasaan saat mengalami
cemburu antara lain takut kehilangan,
cemas, sakit, kemarahan terhadap
pengkhianatan, mudah terluka,
kecurigaan, dan putus asa (Knox 1988;
Parrrot & Smith, 1993). Selain
melibatkan emosi yang negatif, seperti
kemarahan pada pasangan atau pihak
ketiga,stres emosional, stres fisik, dan
depresi, perasaan positif juga dapat
muncul sebagai akibat dari cemburu,
seperti kegembiraan, cinta, dan merasa
hidup (Pines& Aronson, dalam Brehm,
1992). Meskipun reaksi emosional
negative lebih sering dialami saat
cemburu, tidak semua perasaan yang
berhubungan dengan cemburu
merupakan perasaan yang tidak
menyenangkan.
4. Coping
Coping adalah segala usaha kognitif
dan perilaku untuk menguasai,
mengurangi, atau mentolerir tuntutan
(Folkman & Lazarus, dikutip oleh Rice,
1999). Dalam hal ini tuntutannya
adalah adanya ancaman dalam
hubungan. Bagaimana individu
melakukan coping dipengaruhi oleh
tiga tahap sebelumnya. Individu telah
mengembangkan sejumlah cara untuk
coping dengan situasi cemburu dan
beberapa strategi coping tersebut efektif
(Salovey & Rodin, 1988).
5. Hasil coping
Tahap terakhir ini adalah hasil dari
respons coping individu. Hasil coping
ini harus mempertimbangkan tiga
tingkat yang berbeda. Pertama, apa
dampak coping terhadap ancaman yang
dipersepsikan? Apakah ancaman
tersebut dapat dikurangi atau
dihilangkan? Kedua, bagaiman dampak
coping tersebut terhadap pihak-pihak
yang terlibat (individu, pasangan, dan
pihak ketiga). Terakhir, bagaimana
dampak coping terhadap hubungan;
apakah tetap bertahan, berubah, atau
berakhir?
Hadirnya sosial media yang
akhirnya digunakan oleh pasangan laki-
laki dapat menimbulkan perasaan
cemburu. Hal ini terjadi karena bagi
wanita ini merupakan ancaman. Bisa
jadi kegiatan pasangannya di sosial
media dapat memicu hadirnya pihak
ketiga dan kesibukkannya aktif di sosial
media memungkinkan munculnya
perasaan cemburu karena merasa
dinomor duakan, ataupun karena
berbagai alasan lainnya. Nyatanya
kecemburuan dapat timbul bukan saja
di dunia nyata, melainkan juga dapat
terjadi melalui dunia maya. Dalam
penelitian ini, penulis tertarik untuk
menggali informasi bagaimana
kecemburuan wanita yang memiliki
pasangan laki-laki pengguna aktif sosial
media.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan
penelitian kualitatif. Pengambilan
sampel yang digunakan ialah sampel
ekstrim, yaitu wanita yang pernah
cemburu memiliki pasangan pengguna
aktif sosial media. Tipe penelitian yang
digunakan adalah studi kasus
instumental yang mana dilakukan untuk
memahami fenomena dengan lebih
baik, juga mengembangkan
fenomena/kasus sebagai alat untuk
mendapatkan teori. Pengambilan data
menggunakan medote wawancara untuk
menggali pengalaman proses,
penyebab, dan lain sebagainya sebagai
pemaknaan Subjek dengan
kecemburuannya pada pasangan laki-
lakinya yang merupakan pengguna aktif
sosial media. Partisipan penelitian ini
adalah seorang wanita berinisial A
yakni berumur 18 tahun dan berstatus
sebagai pelajar SMA. Hubungan Subjek
dengan peneliti adalah hubungan
saudara. Subjek ini dipilih karena
merupakan salah satu Subjek
berpengalaman sebagai wanita yang
memiliki pasangan laki-laki pengguna
aktif sosial media pada hubungan
pacaran. Adapun Subjek menjalani
masa pacaran sudah berlangsung
selama kurang lebih satu tahun.
Wawancara dilakukan di rumah Subjek
dan berlangsung dua kali. Wawancara
pertama dilakukan pada 9 Desember
2017 dengan durasi 22 menit dan
dialkukan pengeditan atau trim data
guna menyeleksi informasi yang hanya
dibutuhkan oleh peneliti. Sedangkan
pelaksanaan wawancara tambahan
dilakukan pada 2 Januari 2018
berlangsung selama kurang lebih 15
menit.
Teknik analisis data yang
dilakukan mengacu pada usulan Smith
& Osborn (2009), yaitu: pertama,
mentranskrip seluruh data hasil
wawancara berupa verbatim. Kemudian
peneliti melakukan pengkodean
(coding) yaitu dengan cara memberikan
kode tema di bagian margin sebelah kiri
dan analisis sementara di margin
sebelah kanan.
Sebagai upaya untuk menjamin
transparansi penelitian, peneliti
mengutip ekstrak-ekstrak dari data asli
dalam paparan hasil penelitian agar
pembaca dapat menilai interpretasi dari
peneliti. Teknik ini disebut grounding
in example (Elliot dkk., 1999). Pada
ekstrak wawancara peneliti
menggunakan tanda “[…]” untuk
menunjukkan ada bagian kecil dari data
asli yang dihapus untuk tujuan
memperlancar maksud partisipan.
Sedangkan kata atau kalimat dalam
tanda “( )” dalam ekstrak kutipan
merupakan klarifikasi makna peneliti
atas maksud partisipan.
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini berhasil
mengidentifikasi masalah-masalah
tentang kecemburuan wanita yang
memiliki pasangan pengguna aktif
sosial media.
“[…] dia suka main BBM, FB kenal-kenal lewat FB sama BBM terus like-
like status foto cewe lain. Pernah tuh aku liat dia chattingan sama cewe di FB […]” (Arline-912.A1)
Subjek menunjukkan melalui
ekstrak di atas bahwa pasangannya
cukup aktif menggunakan sosial media.
Adapun sosial media yang digunakan
antara lain Facebook, BBM, dan lain-
lain. Kegiatan pasangannya di sosial
media seperti like dan comment foto-
foto ataupun status orang lain. Tak
jarang pasangannya juga melakukan hal
tersebut pada wanita lain. Subjek juga
menyebutkan bahwa hal-hal semacam
itu berhasil membuatnya timbul
perasaan cemburu.
“Iya lah cemburu […] Pokoknya udah kalau comment sama cowo-cowo aja gak boleh sama cewe-cewe. Aku marah waktu itu” (Arline-912.C6)
Ekstrak wawancara di atas
menunjukkan bahwa kegiatan pasangan
Subjek di sosial media benar-benar
menyebabkan cemburu. Subjek juga
menunjukkan ketidaknyamanannya
terhadap pasangannya yang cukup aktif
di sosial media sehingga dapat
menimbulkan hal-hal yang tidak
diinginkan yang membuatnya cemburu.
Pada penelitian ini, peneliti
mengangkat tiga tema utama yaitu:
kondisi psikologis terkait
kecemburuannya pada pasangan,
konsep cemburu Subjek dan coping
cemburu, dan tahapan cemburu.
Tema: Kondisi Psikologis dan Reaksi
Emosional Terkait Kecemburuan
pada Pasangan
Pengalaman memiliki pasangan
yang aktif di sosial media membuat
Subjek mengalami perubahan
psikologis tertentu maupun reaksi
emosional.
Merasa terancam
Bagi Subjek, memiliki pasangan
yang cukup aktif di sosial media sangat
membuatnya merasa terancam, yang
mana adanya kemungkinan kehadiran
pihak ketiga seperti teman-teman
pasangannya yang ada di sosial media,
kegiatan pasangannya yang sering
berkomunikasi dengan wanita lain
lewat aktivitas komen-komen dan like
status cukup memberi penekanan
kepada Subjek adanya pihak ketiga
yang muncul. Sehingga Subjek merasa
tidak nyaman dan merasa teancam.
Adapun ancaman tersebut yang
dirasakan oleh Subjek adalah dengan
adanya kegiatan pasangan Subjek di
sosial media mulai dari like status,
comment berisi ajakan kenalan dan
lainnya yang dilakukan terhadap wanita
lain baik yang dikenal oleh Subjek atau
tidak dikenal sama sekali.
“Ya kaya ngerasa kan lu udah sama gue ngapain begitu sama cewe ya walaupun Cuma nge like-like […]” (Arline-912.E3)
“Ya itu tadi deket sama cewe, entah siapa lah entar diajak kenalan lah entar kan gak tau ketemunya sama siapa ee.. entah customer dia atau apa kan gak tau nanti ketemunya sama cewe lain. Ya takut main belakang aja sih.” (Arline-201.A8)
Perasaan terancam ini juga turut
dirasa oleh Subjek saat Subjek
mengubah password facebook yang
membuat Subjek merasa adanya
ancaman karena dengan diubahnya
password facebook tersebut ada sesuatu
yang disembunyikan. Menurut Subjek
dengan digantinya password tersebut,
pasangan telah menyembunyikan
sesuatu terkait kegitannya di facebook
dengan orang lain agar tidak diketahui
oleh Subjek. Artinya, pasangan Subjek
tidak lagi terbuka soal kegiatannya di
sosial media sehingga kecurigaan
Subjek dengan perubahan tingkah laku
pasangannya membawa Subjek kepada
kecemburuan.
“Password FB nya, diganti kan. Kataku kok diganti kenapa pasti ada apa-apanya nih. Tapi dia kasih lagi kasih tau lagi passwordnya apa. Gatau deh eee semenjak berapa hari itu dia gak pernah di FB lagi. udah lah biarin aja mau dia main belakang yaudah engga yaudah pasrah aja” (Arline-912.D3)
Merasa kesal dan marah ketika
cemburu
Kecemburuannya pada
pasangan membuat Subjek merasa kesal
dan marah karena adanya hal-hal yang
membuat drinya merasa cemburu.
Setelah mengetahui atau melihat jejak
aktivitas pasangannya yang sering
chatting dengan wanita lain dan
membuatnya timbul perasaan cemburu
seringkali Subjek merasa marah dan
kesal. Ini timbul karena reaksi emosi
dari perasaan cemburunya telah
muncul. Rasa marahnya kepada
pasangan
“Kesel, sedih udah diem aja di rumah kaya mikir gitu, kok dia gitu amat ya. Ya kaya kok dia tega amat ngelakuin ini sama gua, gua aja gak pernah begini sama dia Cuma dia balesnya gitu” (Arline-201.B3)
“Ya emosi sih! […]” (Arline-201.B4)
Kekesalan dan kemarahan
Subjek menggambarkan tidak adanya
rasa menghargai dari pasangannya
terhadap keputusan bersama pada
hubungannya. Muncul presepsi bahwa
pasangannya egois, tidak adil, dan tidak
memikirkan perasaan Subjek setelah
kejadian cemburu yang ia alami.
“Ya kesel aja sih kaya kok dia gini ya, kaya misalkan kaya mungkin kok kepercayaan gue kok diginiin ya
maksudnya diabaikan gini gitu […] walaupun gak macem-macem ya hargain lah kan tu udah jadi keputusan bersama.” (Arline-201.E7)
Adanya ketakutan kehilangan
pasangan
Dampak psikologis lainnya
yang muncul pada diri Subjek ialah
adanya takut kehilangan pada pasangan
yang mana juga merupakan suatu
kecemasan tersendiri bagi Subjek. Hal
ini ditunjukkan pada Subjek bagaimana
kecemasan Subjek terhadap pasangan
melalui proses kognitif. Hadirnya pihak
ketiga yang menjadi ancaman bagi
Subjek membuat Subjek mengalami
perubahan psikologis yakni kecemasan.
Hal ini ditunjukkan oleh Subjek yang
merasa takut kehilangan pasangan atau
perasaan takut pasangannya dimiliki
oleh wanita lain yang menjadi objek
cemburu Subjek lewat kegiatan
pasangannya di sosial media.
“Ya sebenernya bingung sih mau gimana kalau udah ada pihak ketika takutnya doang misalkan kalau ada
pihak ketiga ngelakuin segala cara entah ngekang dia takutnya nanti dia gak betah terus berpaling sama cewe ketiga itu (maksudnya pihak ketiga yang dicemburui) entah cewenya bikin nyaman dia lah apa lah […] Takutnya ada orang ketiga kadang aku mikir kalau entar aku dikit-dikit cemburu dianya gak betah malah berpaling ke yang lain” (Arline-201 E10)
Tema: Konsep Cemburu Subjek dan
Coping Cemburu
Konsep cemburu Subjek
Perasaan yang muncul dari
Subjek bermacam-macam penyebabnya
sesuai dengan pengalaman Subjek.
Dalam hal memiliki pasangan yang
aktif sosial media, Subjek
memunculkan konsep atau gambaran
cemburunya. Dilihat dari
pengalamannya, konsep cemburu yang
dirasakan oleh Subjek menunjukkan
bahwa menurutnya cemburu merupakan
perasaan terancam atas adanya
kehadiran pihak ketiga. Menurutnya
juga cemburu juga suatu perwujudan
rasa tajut kehilangan pada pasangan.
Rasa takut kehilangan ini dimaksudkan
yaitu adanya rasa takut pasangan
dimiliki oleh pihak ketiga seperti
ketakuatan terhadap pihak ketiga yang
merasa nyaman dengan pasangan
Subjek.
“[…] misalkan ya misalkan eeh dia deket sama mantan lagi.. dia deket sama cewe contoh kok dia lebih deket sama cewe itu daripada sama aku atau gak kalau sama sosial media dia lebih sibuk sama sama sosial media ketimbang sama aku […] Ya itu tadi deket sama cewe, entah siapa lah entar diajak kenalan lah entar kan gak tau ketemunya sama siapa ee.. entah customer dia atau apa kan gak tau nanti ketemunya sama cewe lain. Ya takut main belakang aja sih.” (Arline-912,201. E1,E6,A8)
“Dia pernah becandaan sama temenku sih di kelas sama cewe-cewe gitu habis itu dia kaya.. mungkin kalo misal ngbrol kaya gini sih oke ya tapi kalau sampai main fisik gitu megang-megang lah ini lah itu lah terus ketawa-ketawa gitu dia tau kalau ada aku di situ tapi dia cuek kaya ah udah lah gitu-gitu[…]” (Arline-912.P1)
Kedua ekstrak di atas yang
ditunjukkan oleh Subjek merupakan
pengalaman cemburu yang pernah ia
alami. Adanya kehadiran pihak ketiga
adalah merupakan perwujudan
penjelasan konsep cemburu
menurutnya. Bagi Subjek, Subjek tidak
menyukai apabila pasangannya dekat
dengan wanita lain apa lagi melakukan
hal-hal yang dapat membuatnya
cemburu serta takut kehilangan
pasangannya karena pihak ketiga
merasa nyaman dengan perlakuan
pasangan Subjek.
“[…]kalau udah ada pihak ketika takutnya doang misalkan kalau ada pihak ketiga ngelakuin segala cara entah ngekang dia takutnya nanti dia gak betah terus berpaling sama cewe ketiga itu (maksudnya pihak ketiga yang dicemburui) entah cewenya bikin nyaman dia lah apa lah.” (Arline-201.E10)
Konsep cemburu menurut
subyek sudah hampir sama dengan
konsep cemburu menurut teori diatas
yang mana menurut Psikolog Gordon
Clanton (dalam Buss, 2000)
mendefinisikan kecemburuan sebagai
suatu perasaan yang tidak
menyenangkan, yang mengekspresikan
ketakutan akan kehilangan pasangan
atau ketidaknyamanan atas suatu
pengalaman nyata ataupun pengalaman
imaginasi terhadap pasangannya yang
membentuk hubungan dengan pihak
atau orang ketiga. Cemburu di dalam
hubungan percintaan ini disebut sebagai
romantic jealousy.
Coping Cemburu
Seperti yang sudah dijelaskan
sebelumnya, pada saat cemburu Subjek
biasanya akan marah atau kesal pada
pasangan. Dengan adanya reaksi
emosional akibat cemburu tersebut,
Subjek memiliki cara sendiri dalam
mengatasi cemburunya.
“Ya, yaa diem.. jutek. Kalau dia ngajak ngomong diemin biarin aja” (Arline-912.C4)
“ya iya habisnya mau marah juga gimana ah. Daripada entar.. masa dianya udah api masa aku api juga sih yaudah lah jadi air aja ngalah aja gitu.. mau sampai kapan begitu. Gitu doang sih.” (Arline-912.C2)
Ketika Subjek cemburu, yang
dilakukan Subjek hanya mendiamkan
atau mengabaikan pasangannya dan
bersikap jutek. Namun apabila hal itu
berlangsung cukup lama dalam hal ini
biasanya Subjek bertahan paling lama 2
hari, Subjek memilih untuk mengalah
dengan keadaan dan pasngannya.
Subjek merasa apabila ia cemburu dan
marah pada pasangan hanya akan
memperkeruh suasana.
“Kadang kalau cemburu banget sih aku ngomong sama dia maksudnya apa gini gni gini.. Aku tegur dia langsung sih tapi kalau dia banyak aja alesannya ngeless (bohong) segala macem udah lah daripada debat cape tanyain dia terus aku diemin aja yang penting tau kalau dia begini” (Arline-201.C8)
Ketika kecemburuan Subjek
memuncak Subjek biasanya berusaha
untuk membicarakan hal tersebut pada
pasangannya, mendengar penjelasan
dari pasangannya. Namun apabila
Subjek merasa pasangannya berbohong
atau mencoba mencari alasan, Subjek
tetap memilih untuk tidak berdebat atau
mengalah. Yang terpenting bagi Subjek
ialah dirinya tahu kejadian yang
membuatnya cemburu.
Tema: Tahapan Cemburu
Primary appraisal
Pada tahap pertama ini individu
mempersepsikan adanya
ancaman ,kterhadap hubungan (Brehm,
1992).
“[…]Nih dari cewe bukan nih terus aku mau liat dia gak boleh. Misalkan kalau ada yang telepon atau dia mau ketemuan.. Ya kaya ngerasa kan lu udah sama gue ngapain begitu sama cewe ya walaupun Cuma nge like-like” (Arline-912.A5)
Ekstrak di atas menunjukkan
bahwa pada tahap pertama Subjek
merasa adanya ancaman yang hadir
karena kegiatan pasangannya di sosial
media. Menurutnya ancaman tersebut
adalah hadirnya pihak ketiga yaitu
wanita lain ataupun teman pasangan
Subjek yang ada si sosial media.
Secondary appraisal
“Pernah tuh aku liat dia chattingan sama cewe di FB” (Arline-912.A1)
Pada tahap ini Subjek mencoba
untuk memahami dan melihat kembali
bukti-bukti yang menunjukkan adanya
ancaman. Aspek yang muncul dalam
tahapan ini ialah aspek kognitif yang
mana Subjek berpikir pasangannya
dekat dengan wanita lain lewat
kegiatannya di sosial media dan
mencoba untuk mengklarifikasi
kejadian tersebut.
“Kalau aku cek-cek hp nya aktivitas Facebooknya iya sih, comment-comment statusnya orang di grup, terus itu.. sama cowok yang pengen beli hp nya gitu sih. Kalau sama cewe.. udah gak lagi.” (Arline-912.C3)
Subjek juga mulai memikirkan
bagaimana caranya untuk mengatasi
kecemburuan tersebut.
Reaksi Emosional
“Kesel, sedih udah diem aja di rumah kaya mikir gitu, kok dia gitu amat ya. Ya kaya kok dia tega amat ngelakuin ini sama gua , gua aja gak pernah begini sama dia Cuma dia balesnya gitu” (Arline-201.B3)
“Ya emosi sih! Cuman aku mikir kalau aku marah pasti dia bakal ikut marah karana orangnya emosinya gak terkontrol sih naik turun.” (Arline-201.B4)
Subjek mulai menunjukkan
emosi negatif karena munculnya
kecemburuan pada pasangan. Pada saat
melihat paangan melakukan aktivitas
aktif menggunakan sosial media
muncul perasaan marah, kesal, dan
takut kehilangan pada pasangan.
Coping dan hasil coping
Pada tahapan ini, Subjek
mencoba untuk menyelesaikan
masalahnya. Cara yang dilakukan oleh
Subjek dalam meredam perasaan
cemburu pada pasangan pertama-tama
adalah memastikan hal-hal tersebut
yang menyebabkan Subjek cemburu
benar terjadi. Subjek biasanya
mengecek ponsel pasangannya.
“Ngecek sih iya. Kan karna aku kan tau waktu itu passwordnya.. password FB nya dia kan eee.. ya sering ngecek-ngecek gitu[…]” (Arline-912.C3)
Ketika apa yang Subjek ketahui dari
kegiatan pasangannya di media sosial
itu berhasil membuat Subjek cemburu,
barulah Subjek melakukan caranya
sendiri untuk meredakan
kecemburuannya terhadap pasangan
dengan mendiamkan pasangannya dan
membicarakan hal tersebut dengan
pasangan, apabila terjadi perdebatan
antara Subjek dan pasangan, Subjek
akan memilih untuk mengalah demi
mempertahankan hubungannya.
“[…] Kalau aku cemburu kadang aku diem sih […]” (Arline-912.C5)
Hasil coping yang telah
diterapkan oleh Subjek cukup
menyelesaikan persoalan cemburunya
terhadap pasangan. Dengan cara
tersebut, pasangan tahu bahwa
kegiatannya di sosial media cukup
membuat Subjek cemburu sehingga
pasangannya mengerti harus membatasi
dan meminimalisir kegiatannya di
sosial media yang dapat memicu
kecemburuan pada Subjek.
PEMBAHASAN
Penyebab cemburu untuk
mengalami cemburu, diperlukan situasi
di mana individu mempersepsikan
adanya ancaman. Sejumlah penelitian
menunjukkan adanya perbedaan
penyebab cemburu antara laki-laki dan
perempuan (misalnya, Nugraha, 1988;
DeSteno & Salovey, 1996). Sedangkan
beberapa penelitian lainnya tidak
menemukan perbedaan (misalnya,
Fitness & Fletcher, 1993; Harris, 2002).
Perempuan menjadi cemburu karena
adanya keyakinan bahwa sulit untuk
mendapatkan hubungan lain bila
hubungan yang sekarang harus
berakhir. Perempuan menekankan pada
perhatian memiliki sebuah hubungan.
Sedangkan laki-laki lebih
mementingkan harga dirinya. Bagi laki-
laki, cemburu ditentukan oleh derajat
sejauh mana harga dirinya dipengaruhi
penilaian pasangannya. Bila laki-laki
tidak melihat daya tarik pasangannya
terhadap orang lain yang dapat
menyebabkan hal-hal negatif pada
mereka, maka laki-laki tidak akan
merasa cemburu.
Dari hasil penelitian ini, dapat
dikatakan kecemburuan Subjek pada
pasangan yang aktif menggunakan
sosial media akan lebih intens
dibandingkan dengan pasangan yang
tidak aktif menggunakan sosial media.
Hal ini disebabkan karena
kemungkinan dan jangkauan pasangan
yang aktif sosial media akan lebih besar
dalam berelasi dengan orang lain.
Dengan aktif sosial media,
kemungkinan untuk mengenal orang
lain akan sangat mudah. Kegiatan
chatting, liking, commenting, dan
stalkiing foto-foto dan status orang lain
di berbagai jenis sosial media akan
menimbulkan perasaan cemburu apa
lagi hal itu dilakukan pada wanita lain.
Segala jenis pikiran negatif akan
muncul di kepala wanita yang memiliki
pasangan laki-laki pengguna aktif sosial
media. Ini disebabkan karena adanya
rasa terancam dari pihak ketiga yang
muncul dari beberapa aktivitas sosial
media yang dilakukan oleh pasangan.
Interaksi sosial dalam Facebook
yang intens dapat mengancam suatu
hubungan yang sedang terjalin, sebab
ketika seseorang fokus pada Facebook
membuat orang tersebut menjadi acuh
atau tidak peduli dengan pasangan.
Misalnya, ketika ada sms atau telefon
dari pasangan lebih memilih menunda
menjawab sms atau telefon tersebut
daripada pasangan sedang offline
Facebooknya. Selain itu Facebooker
lebih sering mengungkapkan apa yang
dipikirkan atau dirasakannya melalui
situs jejaring sosial Facebook daripada
sharing atau menceritakannya dengan
pasangan. Hal lain yang mungkin
terjadi yaitu memiliki teman rahasia di
Facebook atau memiliki teman yang
tidak dikenal pasangan. Apabila
menampilkan profil atau sering upload
foto dan kegiatan stalking, liking dan
commenting di Facebook secara
berlebihanpun dapat dianggap pasangan
mengancam hubungan yang sedang
terjalin. Hal-hal yang demikian dapat
membuat pasangan merasa diabaikan
karena pasangan yang seharusnya
diprioritaskan menjadi tidak ada
bedanya dengan teman-temannya di
Facebook yang juga mengetahui hal
yang dialami, dipikirkan dan dilakukan
pasangannya, sehingga dapat
menimbulkan pasangan cemburu
Selain itu, penggunaan sosial
media juga menjadi ancaman dan
penyebab kecemasan tersendiri bagi
Subjek. Penggunaan sosial media
termasuk kegiatan yang tertutup.
Artinya, pengguanaan sosial media ini
hanya bisa dilakukan oleh si pengguna
itu sendiri dan sulit untuk dipantau oleh
pasangan. Inilah yang menyebabkan
Subjek sering berpikiran negatif atau
adanya kecurigaan yang berlebihan
terhadap pasangan dan merasa terancam
terlebih ketika Subjek menemukan
bukti-bukti yang merupakan hal-hal
yang dapat menyebabkan cemburu.
Dengan adanya penjelasan seperti ini,
dikatakan wajar apabila Subjek
mengatakan adanya ketakutan
pasangannya main belakang atau
dengan kata lain melakukan hal-hal
yang tidak diinginkan yang dapat
menimbulkan cemburu tanpa
sepengetahuan Subjek dan berujung
pada perselingkuhan. Namun, hal
tersebut juga dapat menjadi suatu
perhatian khusus karena ciri-ciri
cemburu yang didasari oleh prespektif
negatif ini merupakan kriteria konsep
diri yang rendah. Kecemburuan yang
ditampilkan oleh Subjek pada
penelitian ini adalah cenderung kepada
jenis cemburu curiga (abnormal) yaitu
ketika ancaman tidak jelas atau hanya
dicurigai, dapat dikatakan bahwa
"cemburu mencurigakan", karena hanya
reaksi dari ketakutan dan
ketidakpastian.
Apabila pemikiran, perasaan
dan situasi sosial seseorang dalam
menilai interaksi sosial yang dilakukan
pasangannya dalam Facebook dan jenis
sosial media lainnya positif atau
dianggap tidak mengancam hubungan,
maka tidak menimbulkan kecemburuan.
Sebaliknya jika pemikiran, perasaan
dan situasi sosial seseorang dalam
menilai interaksi sosial yang dilakukan
pasangannya dalam Facebook dan jenis
sosial media lainnya negatif atau
dianggap dapat mengancam hubungan,
maka menimbulkan kecemburuan. Dari
hal tersebut dapat disimpulkan, ketika
seseorang dalam mempersepsikan
interaksi sosial yang dilakukan
pasangan dalam sosial media positif,
maka kecemburuan yang dirasakan
akan rendah. Sebaliknya ketika
seseorang mempersepsikan interaksi
sosial yang dilakukan pasangan dalam
Facebook negatif, maka kecemburuan
yang dirasakan akan semakin tinggi.
Banyak cara dalam menyikapi
perasaan cemburu, tergantung pada
individu masing-masing. Komunikasi
dengan pasangan sangat diperlukan
dalam hal mencegah kecemburuan ini.
Membicarakan hal tersebut pada
pasangan dengan baik dan meminta
penjelasan dari pasangan adalah cara
terbaik untuk mencegah adanya
pemikiran negatif yang berujung pada
kecemburuan antar pasangan.
SIMPULAN
Simpulan dari penelitian ini
ialah Subjek merasa cemburu terhadap
pasangan laki-lakinya yang merupakan
pengguna aktif sosial media. Kegiatan
pasangannya di sosial media seperti
Facebook, BBM, dan lainnya cukup
membawa ancaman bagi Subjek dari
pihak ketiga. Walaupun pihak ketiga
yang dimaksud sebenarnya tidak
memiliki hubungan apapun dengan
pasangan, tetap kegiatan pasangan yang
aktif di sosial media ini akan
berdampak pada kecemburuan karena
merasa terabaikan. Perasaan terancam
yang berdampak pada kecemburuan
yang disebabkan karena adanya pihak
ketiga inilah yang juga menimbulkan
perasaan takut akan kehilangan
pasangan. Melihat situasi tersebut
terjadi demikian, berbagai carapun
ditempuh untuk mengurangi
kecemburuan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Iriyani, E. (2011). Bab II
Landasan Teori. Retrivied from
http://eprints.ums.ac.id/12392/5/BAB_I
I.pdf
Poerwandari, E.K. 2017.
Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian
Perilaku Manusia. Depok: Lembaga
Pengembangan Sarana Pengukuran dan
Pendidikan Psikologi Fakultas
Psikologi Universitas Indonesia.
Yulianto, Aries. September
2010.Proses Cemburu dalam Hubungan
Percintaan [Jealousy proccess in
intimate relationship]. Retrivied from
https://www.researchgate.net/publicatio
n/278888112
Yulianto, Aries. September
2009. Cemburu dalam Hubungan
Percintaan [Jealousy in intimate
relationship]. Retrivied from
https://www.researchgate.net/publicatio
n/278884377
LAMPIRAN 1
CODING, VERBATIM DAN
ANALISIS SEMENTARA