Upload
indra-muis
View
2.429
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
Dr.Ani Yuningsih.M.Si/Pelatihan Metodologi Penelitian
Pendekatan kualitatif menuntut teknik-teknik penarikan sampel yang berbedadengan penarikan sampel dalam risetkuantitatif. Jarang sekali sampel kualitatifberupa probabilitas atau acak(random). Sebagai gantinya,pendekatan kualitatif memiliki sampelyang bertujuan (purposeful), artinyasampel yang ditarik atau diambilberdasarkan tujuan penyelidikan.
Dr.Ani Yuningsih.M.Si/Pelatihan Metodologi Penelitian
Dimensi-dimensi utama tempat
penarikan sampel berlangsung.
Jenis-jenis dan ukuran sampel
Penyebutan terhadap orang-orang
dalam riset Anda.
Dr.Ani Yuningsih.M.Si/Pelatihan Metodologi Penelitian
Agaknya mustahil jika Anda sebagai peneliti mampumengumpulkan data dari semua orang yangberhubungan dengan topik riset Anda.
Waktu dan sumber daya jelas-jelas tidakmemungkinkan bagi peneliti untuk melakukannya.
Keputusan penarikan sampel dimulai pada tahap-tahap awal riset.
Ini bergantung pada fokus dan topik riset, jugasetting (latar atau lokasi pengambilan sampel),waktu dan konteks (apa yang disampel) dankelompok orang yang menjadi sumber sampel Anda(siapa yang disampel)
Dr.Ani Yuningsih.M.Si/Pelatihan Metodologi Penelitian
Pendekatan kualitatif menuntut teknik-teknik penentuan sampel yang berbeda dari sampel yag dipilih secara acak dan bersifat probabilitas, yang lazim diggunakan oleh para peneliti kuantitatif.
Sampel kualitatif lebih fleksibel dan tidak dimulai dengan penetapan bingkai sampling yang kaku, seperti dalam riset kuantitatif.
Ini disebabkan sampling kualitatif berkembang selama proses riset, saat peneliti menemukan tanda-tanda dan petunjuk-petunjuk baru untuk dikembangkan lebih lanjut.
Pada awal riset, peneliti tidak perlu menetapkan secara spesifik jumlah informan dalam sampel, walau diharapkan untuk mengindikasikan angka-angka yang dilibatkan sebagai sampel awal.
Dr.Ani Yuningsih.M.Si/Pelatihan Metodologi Penelitian
Terdapat sejumlah dimensi yag menjadi landasan penarikan sampel, meliputi orang-orang, setting (latar), peristiwa, proses, aktivitas, dan waktu (Miles dan Huberman, 1994: Hammersley dan Atkinson, 1995).
Mereka dipilih berdasarkan pengalaman terhadap fenomena yang diteliti.
Konteks mengacu pada kondisi dan situasi tempat partisipan ditemukan.
Waktu mengacu pada tahapan, atau urutan, atau irama yang berbeda dari waktu, atau waktu spesifik dari hari atau kalender.
Dr.Ani Yuningsih.M.Si/Pelatihan Metodologi Penelitian
Parameter Penarikan Sampel Contoh
Orang Orang-orang dengan peran tertentu,
semisal klien agen periklanan
Orang-orang yang memilki pengalaman
media relations (relasi media)
Orang-orang yang diterpa iklan di
Internet.
Setting (latar) Negara atau wilayah tempat praktik
iklan berlangsung secara khas atau
istimewa. Konsultan kehumasan dengan
praktik-praktik atau strategi-strategi baru
Peristiwa dan proses Pertemuan/rapat.
Iteraksi komunikasi antara manajer dan
staf.
Area bisnis baru.
Aktivitas Menonton iklan televisi.
Memproduksi kampanye publisitas.
Waktu Enam bulan sebelum dan sesudah
kampanye diputuskan.
Pagi dan sore.Dr.Ani Yuningsih.M.Si/Pelatihan Metodologi Penelitian
Prinsip dasar untuk memperoleh informasi yang kaya dan mendalam menjadi pedoman dalam strategi penarikan sampel riset kualitatif.
Siapa yang Anda pilih untuk riset Anda, di mana, dan kapan, bergantung pada kriteria tertentu yang ditentukan oleh tujuan riset Anda.
Oleh karena itu, istilah sampel berorientasi tujuan harus diterapkan.
Para partisipan bisa dipilih oleh Anda sendiri, atau mereka yang mengajukan diri secara sukarela (sesuai dengan topik penelitian)
Dr.Ani Yuningsih.M.Si/Pelatihan Metodologi Penelitian
Terdapat beberapa jenis sampel dan tata
cara penarikan atau pengambilan sampel.
Ikhtisar lengkap mengenai permasalahan
sampel dapat ditemukan dalam buku
Patton (1990), Miles dan Huberman (1994),
Marshall dan Rosman (1999).
Berikut ini disajikan teknik-teknik pengambilan
sampel yang paling utama, dan paling
sering digunakan, walau banyak di
antaranya saling tumpang tindih.
Dr.Ani Yuningsih.M.Si/Pelatihan Metodologi Penelitian
Sampel homogen
Sampel heterogen
Sampel populasi total
Sampel rujukan berantai
Sampel oportunistik
Sampel teoritis
Dr.Ani Yuningsih.M.Si/Pelatihan Metodologi Penelitian
Sampel homogen terdiri dari individu-individu yang tergolong dalam subkultur atau kelompok yang sama, dan mempunyai karakteristik serupa. Unit-unit sampel homogen bermanfaat ketika Anda ingin mengamati atau mewawancarai kelompok tertentu.
Sampel heterogen terdiri dari individu-individu atau kelompok-kelompok yang berbeda satu sama lain dalam satu aspek utama.
Dr.Ani Yuningsih.M.Si/Pelatihan Metodologi Penelitian
Variasi lain dari sampel purposif adalah sampling rujukan berantai atau salju/snowball (Biernacki dan Waldorf, 1981). Dalam teknik sampling ini Anda mendapatkan satu partisipasi melalui partisipan lain.
Peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel bola salju (snowball sampling) dalam kondisi ketika mereka tidak bisa mengidentifikasi informan-informan yang bermanfaat bagi risetnya, atau saat informannya tidak mudah diakses, atau ketika anonimitas (keadaan tanpa nama) menjadi syarat penelitian.
Misalnya, dalam riset yang berkenaan dengan isu-isu komunikasi yang peka atau bersifat rahasia.
Dr.Ani Yuningsih.M.Si/Pelatihan Metodologi Penelitian
Dalam sampel populasi total, semua
partisipan yang terpilih berasal dari suatu
kelompok tertentu.
Metode lain dalam penarikan sampel
purposif atau sampel-berdasarkan-
kriteria adalah:
Pemilihan kasus ekstrem atau kasus tidak
lazim
Pemilihan kasus khas/tipikal
Pemilihan kasus unik
Dr.Ani Yuningsih.M.Si/Pelatihan Metodologi Penelitian
1) Dalam pemilihan kasus ekstrem, karakteristik tertentu
dari setting atau populasi diidentifikasi terlebih dahulu.
Kemudian, hal-hal ekstrem dari karakteristik ini dicari dan diatur dalam sebuah kontinuum. Kasus-kasus yang terletak di pangkal dan ujung kontinum menjadi kasus yang ekstrem.
2) Dalam pemilihan kasus khas, Anda membuat suatu profil karakteristik dari rata-rata kasus, dan menemukan contoh-contohnya. Sampel jenis ini bermanfaat untuk menemukan kekhasan suatu riset.
3) Ketika memilih kasus unik, fokus Anda terletak pada orang-orang tertentu yang berbeda dengan yang lain terkaitdengan suatu dimensi atau karakteristik tertentu.
Dr.Ani Yuningsih.M.Si/Pelatihan Metodologi Penelitian
Istilah sampling oportunistik sudah cukupjelas.
Di sini, Anda menggunakan denganbaik kesempatan-kesempatan (yangkadang-kadang muncul secara takterduga) untuk meminta para informanpotensial guna ambil bagian dalam risetAnda. Kadang-kadang ini terjadi ketikaorang-orang sulit direkrut, dan hanyasedikit informan yang tersedia.
Dr.Ani Yuningsih.M.Si/Pelatihan Metodologi Penelitian
Glaser dan Strauss (1967) mempertahankan sampling teoritis sebagai perangkat pengumpulan data. Sampling teoritis berkembang seiring dengan jalannya proses riset, tidak bisa direncanakan terlebih dahulu.
Singkatnya, sampling atau penarikan sampel dalam riset kuantitatif adalah:
Fleksibel : sampling berkembang selama riset berlangsung
Berurutan : pemilihan unit-unit sampling tidak dibuat sebelum kerja lapangan dimulai, namun berkembang ketika temuan-temuan diperoleh.
Dipandu oleh perkembangan teoritis : sampel menjadi kin terfokus, seiring dengan perkembangan riset.
Sinambung (berkelanjutan) : berlangsung sepanjang proses riset, hingga tidak ada lagi data baru yang relevan.
Terlibat dalam pelacakan kasus-kasus negatif atau menyimpang (Kuzel, 1999)
Dr.Ani Yuningsih.M.Si/Pelatihan Metodologi Penelitian
Jumlah setepatnya partisipan yang
dipilih untuk keperluan riset akan
bergantung pada jenis pertanyaan
riset, jenis pendekatan riset, sumberdaya
material, juga waktu dan jumlah peneliti
yang terlibat dalam riset.
Dr.Ani Yuningsih.M.Si/Pelatihan Metodologi Penelitian
Sulit bagi peneliti untuk mengetahui istilah apa yang setepatnya mesti digunakan untuk menyebut orang-orang yang diamati dan diwawancarai. Sebutan ini penting, karena mengeksplisitkan posisi peneliti, sekaligus menentukan hubungan mereka dengan orang yang dipelajari. Kebanyakan, peneliti kualitatif memilih terminologi “partisian” atau “informan” untuk menyebut sampel mereka.
Peneliti eksperimental mengacu pada “subjek”, sebuah kata yang menandakan pasif tidaknya orang-orang yang dipelajari.
Dr.Ani Yuningsih.M.Si/Pelatihan Metodologi Penelitian
Terdapat beragam cara untuk menarik sampel, semuanya memiliki tujuan: sampel dipilih secara khusus untuk riset dan didasarkan pada kriteria tertentu.
Sampel individu dalam riset kualitatif biasanya kecil, meski ini bukanlah aturan baku.
Unit-unit sampel terdiri atas orang-orang, waktu, latar atau setting, peristiwa, proses, aktivitas atau konsep (yang terakhir ini disebut juga sampling teoritis).
Pengambilan sampel tidak selalu ditentukan sebelum riset berlangsung, tetapi bisa berproses ketika riset dilakukan.
Dr.Ani Yuningsih.M.Si/Pelatihan Metodologi Penelitian
Peneliti mengumpulkan
informasi
Mengajukan pertanyaan
Membagun kategori-kategori
Mencari pola-pola (teori-teori)
Mengembangkan teori atau
mengembangkan pola dengan teori
Pemahaman baru, teori baru, atau hipotesis
baru
Dr.Ani Yuningsih.M.Si/Pelatihan Metodologi Penelitian
Melalui kunjungan pendahuluan atau orientasi ke lapangan, Anda sebagai peneliti bakal menemukan siapa yang layak diinterviu. Dari responden pertama biasanya akan diketahui responden berikutnya yang layak diinterviu. Demikianlah mekanisme, sehingga jumlah responden semakin besar, dan dari semuanya itu Anda mencapai titik jenuh (saturated).
Anda sebagai peneliti memerlukan responden. Karena itu Anda harus mampu membangun hubungan baik dengan para responden.
Dr.Ani Yuningsih.M.Si/Pelatihan Metodologi Penelitian
1. Kepribadian dan keterampilan
penginterviu
2. Sikap dan orientasi yang diinterviu
3. Definisi kedua orang tersebut ihwal
situasi. (realitas dan konteks penelitian)
Berikut adalah beberapa penjabarannya
Dr.Ani Yuningsih.M.Si/Pelatihan Metodologi Penelitian
Penginterviu harus objektif, netral, dan tidak sok menghakimi ihwal jawaban responden sekalipun bertetangan dengan keyakinan penginterviu.
Penginterviu harus sensitif terhadap simbol-simbol verbal dan non-verbal dari responden, dan harus menjadi pendengar yang reflektif.
Penginterviu harus memahami beban psikologisdari setiap pertanyaan yang diajukan.
Penginterviu harus menghindari pertanyaan yang terlalu luas atau terlalu teoritis sehingga responden sulit menjawab.
Penginterviu harus merencanakan urutan pertanyaan dari basa-basi , pertanyaan umum,pertanyaan khusus, pertanyaan sensitif, pertanyaan penutup, dan sebagainya.
Dr.Ani Yuningsih.M.Si/Pelatihan Metodologi Penelitian
Berapa lama dan berapa kali interviu
tergantung pada :
• Lama interviu
• Minat responden pada pembicaraan
• Kefasihan berbicara
• Keterampilan peneliti menginterviu
Dr.Ani Yuningsih.M.Si/Pelatihan Metodologi Penelitian
Penuh antisipasi artinya kesiapan menghadapi responden
Melakukan basa-basi atau kulo nuwun, dilakukan demi mendapat kepercayaan dari responden
Naif, ciri seorang pembelajar yang rendah hati
Analitis,diterapkan sejak Anda mempersiapkan proposal dan dalam setiap tahap penelitian.
Paradoks : mendominasi tetapi juga menyerah, Andalah sebagai pengendali interviu.
Tidak reaktif, tidak direktif, dan terapetik : memahami apa yang dirasakan, dipikirkan, dikeluhkan, dan dikatakan kepada Anda.
Sabar mengejar data, penting terutama saat menginterviu responden yang pemalu, enggan bicara, atau kurang ekspresif.
Dr.Ani Yuningsih.M.Si/Pelatihan Metodologi Penelitian
• Adalah salah satu teknik pengumpulan data.
• Kelompok terarah melibatkan sekelompok orang –acap dilengkapi dengan pengalaman atau karakteristik serupa-yang diwawancarai oleh seorang peneliti (disebut moderator/fasilitator).
• Tujuannya adalah memunculkan gagasan, persepsi, dan pemikiran mengenai suatu topik yang spesifik atau permasalahan tertentu terkait dengan wilayah kepentingan tertentu.
• Tujuan utamanya melihat topik (yang berkaitan dengan masalah penelitian) dari sudut pandang partisipan
• Telah diterapkan sejak tahun 1920-an, namun buku pertama baru diterbitkan tahun 1946 oleh Merton dan kawan-kawan.
Dr.Ani Yuningsih.M.Si/Pelatihan Metodologi Penelitian
Merupakan salah satu bentuk wawancara mendalam, yang ditujukan untuk meneliti pelbagai isu dalam satu kajian, tetapi berkonsentrasi pada satu atau dua isu atau objek yang pasti, dan mendiskusikannya secara mendalam
Pertanyaan, jawaban dan gagasandihasilkan oleh anggota-anggota kelompok itu sendiri, diilhami oleh dinamika (latar) kelompok
Dr.Ani Yuningsih.M.Si/Pelatihan Metodologi Penelitian
Menyediakan bukti dari banyak pihak
terhadap topik yang sama
Bersifat interaktif
Membuka forum yang mendukung
terungkapnya pandangan-pandangan
tersembunyi (atau yang ditekan)
Memungkinkan peneliti mengumpulkan
sejumlah besar data dengan cepat
Dr.Ani Yuningsih.M.Si/Pelatihan Metodologi Penelitian
Membantu mengidentifikasi perilaku dan sikap tertentu.
Sifatnya yang interaktif memotivasi anggota kelompok untuk memperluas dan mendefinisikan kembali persepsi serta gagasannya mengenai topik
Membantu mengeksplorasi pembentukan konsensus terhadap sebuah topik yang cenderung dibangun secara kolektif
Memungkinkan peneliti mengumpulkan sejumlah besar data dalam waktu yang relatif singkat
Dr.Ani Yuningsih.M.Si/Pelatihan Metodologi Penelitian
Merangsang pemikiran responden yang lain
Menyebabkan responden lain memandang persoalan dengan cara berbeda
Merangsang munculnya diskusi yang lebih mendalam
Mengingatkan individu-individu akan hal-hal yang mungkin sudah terlupakan
Membantu partisipan lain untuk mengungkapkan pendapat dan pemikiran mereka secara lebih baik
Dr.Ani Yuningsih.M.Si/Pelatihan Metodologi Penelitian
Kelompok prakonstitusi (preconstituted group)bisa terdiri dari rekan-rekan kerja dengan spesialisasi yang sama, atau anggota departemen atau tim tertentu atau anggota perkumpulan sosial/asosiasi yang sama
Kelompok yang ditetapkan oleh peneliti (researcher-constituted group)
kelompok ini membuat peneliti memiliki kendali lebih besar atas komposisi individu dalam sampel, namun para anggota tidak saling mengenal satu sama lain, sehingga interaksi kelompok membutuhkan waktu untuk pemanasan
Catatan : kedua kelompok tersebut bisa dibentuk secara homogen atau heterogen tergantung tujuan penelitian
Dr.Ani Yuningsih.M.Si/Pelatihan Metodologi Penelitian
Komposisi dan ukuran kelompok tergantung pada tujuan penelitian. Jika topik bersifat kontroversial atau kompleks maka kelompok kecil memungkinkan membahas topik secara lebih sensitif. Jika topik tidak begitu intens, dapat dibahas lebih efektif dalam kelompok besar.Rata-rata anggota FGD: 6-10 partisipan (secara tradisional atau minimal 3 partisipan)
Wawancara FGD juga bisa dilakukan secara online
Lingkungan atau lokasi sebaiknya dipilih yang netral, nyaman dan familier bagi partisipan dengan ruangan yang cukup untuk menampung anggota.
Panduan diskusi perlu digunakan, meskipun FGD lebih menyerupai curah gagasan (brain storming). Panduan diskusi berfungsi sebagai daftar yang memastikan bahw semua topik penting telah tercakup dan berada pada urutan yang sesuai.
Prosedur untuk menetapkan aturan-aturan dasar disampaikan sejak awal sehingga semua anggota kelompok mengetahui bagaimana diskusi akan berlangsung
Peneliti mengajukan pertanyaan mulai dari hal-hal umum menuju hal-hal spesifik.
Dr.Ani Yuningsih.M.Si/Pelatihan Metodologi Penelitian
Studi kasus
Grounded theory
Etnografi
Analisis wacana
Fenomenologi
Dr.Ani Yuningsih.M.Si/Pelatihan Metodologi Penelitian
Mata pengumpulan dataA
REDUKSI DATA N
Antisipasi Selama Pasca A
PENYAJIAN DATA L
Selama Pasca I
PENARIKAN KESIMPULAN/VERIFIKASIS
Selama Pasca I
SDr.Ani Yuningsih.M.Si/Pelatihan Metodologi Penelitian
Pengumpulan
data
Penyajian data
Kesimpulan-kesimpulan:
Penarikan/Verifikasi
Reduksi
data
Dr.Ani Yuningsih.M.Si/Pelatihan Metodologi Penelitian
Bila respondennnya banyak sekali seperti dalam survei dan ada hipotesis yang akan diuji secara kuantitatif, maka peneliti akan mengembangkan pertanyaan interviu yang dibakukan atau schedule-standardized interview (Denzin,1970).
• Para responden memiliki kosakata yang sama. Artinya bahwa pertanyaan yang diajukan mesti dapat dimengerti oleh responden yang sangat heterogen itu.
• Pertanyaan dapat dibuat sedemikian rupa sehingga bermakna sama oleh setiap responden. Karena itu pertanyaan harus didesain sedemikian rupa sehingga tidak ada ambigu dalam pertanyaan itu.
• Bukan hanya pertanyaannya yang seyogyanya dimaknai sama oleh setiap reponden, tetapi konteks pertanyaannya pun harus sama bagi setiap responden.
• Ketiga asumsi tersebut di atas hanya mungkin dipenuhi bilamana terlebih dahulu ada penelitian pendahuluan atau pilot investigation
Dr.Ani Yuningsih.M.Si/Pelatihan Metodologi Penelitian
Bagi penelitian kualitatif interviu yang terstruktur mungkin saja diperlukan, terutama untuk mendapatkan informasi demografis dari semua responden yang dilibatkan. Namun, dalam kebanyakan studi kualitatif, interviu lebih bersifat terbuka atau kurang terstruktur, karena beberapa alasan sebagai berikut:
• Tujuan interviu dalam studi kualitatif bukan untuk menuangkan gagasan peneliti ke dalam otak responden, melainkan justru untuk megakses persepsi responden. Untuk itu, interviu harus terbuka.
• Format interviu terbuka didasarkan pada asumsi bahwa setiap responden sebagai individu adalah makhluk unik yang sulit untuk digeneralisasi lewat penyeragaman instrumen.
• Peneliti kualitatif tidak berangkat dari hipotesis yang telah ditentukan tapi senantiasa mengeksplorasi banyak hal dan situasi lewat tahapan-tahapan. Karena itu format interviu berbeda untuk setiap kasus.
Dr.Ani Yuningsih.M.Si/Pelatihan Metodologi Penelitian
Bagi penelitian kualitatif interviu yang terstruktur mungkin saja diperlukan, terutama untuk mendapatkan informasi demografis dari semua responden yang dilibatkan. Namun, dalam kebanyakan studi kualitatif, interviu lebih bersifat terbuka atau kurang terstruktur, karena beberapa alasan sebagai berikut:
• Tujuan interviu dalam studi kualitatif bukan untuk menuangkan gagasan peneliti ke dalam otak responden, melainkan justru untuk megakses persepsi responden. Untuk itu, interviu harus terbuka.
• Format interviu terbuka didasarkan pada asumsi bahwa setiap responden sebagai individu adalah makhluk unik yang sulit untuk digeneralisasi lewat penyeragaman instrumen.
• Peneliti kualitatif tidak berangkat dari hipotesis yang telah ditentukan tapi senantiasa mengeksplorasi banyak hal dan situasi lewat tahapan-tahapan. Karena itu format interviu berbeda untuk setiap kasus.
Dr.Ani Yuningsih.M.Si/Pelatihan Metodologi Penelitian
1. Konteks natural, yaitu konteks kebulatan menyeluruh
2. Instrumen human, menuntut agar diri sendiri atau manusia lain menjadi instrumen pengumpul data, atau kemampuan menyesuaikan diri dengan beragam realitas
3. Pemanfaatan pengetahuan tak terkatakan, sifat naturalistik memungkinkan kita mengangkat hal-hal tak terkatakan yang memperkaya hal-hal yang diekspresikan
Dr.Ani Yuningsih.M.Si/Pelatihan Metodologi Penelitian
4. Metode kualitatif, lebih mampu mengungkap realitas ganda, dibandingkan metode kuantitatif
5. Pengambilan sampel secara purposive, menghindari pengambilan sampel acak yang memungkinkan terjadinya penyimpangan
6. Analisis data induktif, konteks lebih mudah dideskripsikan dibandingkan dengan analisis data deduktif
Dr.Ani Yuningsih.M.Si/Pelatihan Metodologi Penelitian
7. Grounded theory, penyusunan teori diangkat dari empiri, bukan dibangun secara apriori
8. Desain sementara, digunakan karena peneliti sulit mempolakan lebih dahulu apa yang ada di lapangan, dan karena banyak sistem nilai yang terkait dengan interaksinya tak terduga
9. Hasil yang disepakati, sebaiknya hipotesis kerja diuji dan dicari kepastiannya pada responden
10. Modus laporan studi kasus, deskripsi realitas ganda yang tampil dari interaksi peneliti dengan responden dapat terhindar dari bias
Dr.Ani Yuningsih.M.Si/Pelatihan Metodologi Penelitian
11. Penafsiran idiographik, penafsiran yang berbeda nampaknya lebih memberi makna untuk realitas yang berbeda konteksnya
12. Aplikasi tentatif, realitas itu ganda dan berbeda karena interaksi antara peneliti dengan responden bersifat khusus dan tak dapat dipublikasikan
13. Ikatan konteks terfokus, mengaksentuasikan pada fokus sesuai dengan masalahnya, evaluasinya, atau tugas yang hendak dicapainya.
14. Kriteria kepercayaan, terbagi menjadi validitas internal, validitas eksternal, realiabilitas, dan obyektivitas.
Dr.Ani Yuningsih.M.Si/Pelatihan Metodologi Penelitian
Dr.Ani Yuningsih.M.Si/Pelatihan Metodologi Penelitian