45
Penelitian kualitatif Langsung ke: navigasi , cari Penelitian kualitatif adalah riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif . Proses dan makna (perspektif subyek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Selain itu landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian. Terdapat perbedaan mendasar antara peran landasan teori dalam penelitian kuantitatif dengan penelitian kualitatif. Dalam penelitian kuantitatif, penelitian berangkat dari teori menuju data , dan berakhir pada penerimaan atau penolakan terhadap teori yang digunakan; sedangkan dalam penelitian kualitatif peneliti bertolak dari data, memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan penjelas, dan berakhir dengan suatu “teori”. Penelitian kualitatif jauh lebih subyektif daripada penelitian atau survei kuantitatif dan menggunakan metode sangat berbeda dari mengumpulkan informasi, terutama individu, dalam menggunakan wawancara secara mendalam dan grup fokus. Sifat dari jenis penelitian ini adalah penelitian dan penjelajahan terbuka berakhir dilakukan dalam jumlah relatif kelompok kecil yang diwawancarai secara mendalam. Peserta diminta untuk menjawab pertanyaan umum, dan interviewer atau moderator group periset menjelajah dengan tanggapan mereka untuk mengidentifikasi dan menentukan persepsi, pendapat dan perasaan tentang gagasan atau topik yang dibahas dan untuk menentukan derajat kesepakatan yang ada dalam grup. Kualitas hasil temuan dari penelitian kualitatif secara langsung tergantung pada kemampuan, pengalaman dan kepekaan dari interviewer atau moderator group. Jenis penelitian yang sering kurang dilakukan dari survei karena mahal dan sangat efektif dalam memperoleh informasi tentang kebutuhan komunikasi dan tanggapan dan pandangan tentang

Penelitian kualitatif

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Penelitian kualitatif

Penelitian kualitatifLangsung ke: navigasi, cari

Penelitian kualitatif adalah riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Proses dan makna (perspektif subyek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Selain itu landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian. Terdapat perbedaan mendasar antara peran landasan teori dalam penelitian kuantitatif dengan penelitian kualitatif. Dalam penelitian kuantitatif, penelitian berangkat dari teori menuju data, dan berakhir pada penerimaan atau penolakan terhadap teori yang digunakan; sedangkan dalam penelitian kualitatif peneliti bertolak dari data, memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan penjelas, dan berakhir dengan suatu “teori”.

Penelitian kualitatif jauh lebih subyektif daripada penelitian atau survei kuantitatif dan menggunakan metode sangat berbeda dari mengumpulkan informasi, terutama individu, dalam menggunakan wawancara secara mendalam dan grup fokus. Sifat dari jenis penelitian ini adalah penelitian dan penjelajahan terbuka berakhir dilakukan dalam jumlah relatif kelompok kecil yang diwawancarai secara mendalam.

Peserta diminta untuk menjawab pertanyaan umum, dan interviewer atau moderator group periset menjelajah dengan tanggapan mereka untuk mengidentifikasi dan menentukan persepsi, pendapat dan perasaan tentang gagasan atau topik yang dibahas dan untuk menentukan derajat kesepakatan yang ada dalam grup. Kualitas hasil temuan dari penelitian kualitatif secara langsung tergantung pada kemampuan, pengalaman dan kepekaan dari interviewer atau moderator group.

Jenis penelitian yang sering kurang dilakukan dari survei karena mahal dan sangat efektif dalam memperoleh informasi tentang kebutuhan komunikasi dan tanggapan dan pandangan tentang komunikasi tertentu. Dalam hal ini sering metode pilihan dalam kasus di mana pengukuran atau survei kuantitatif tidak diperlukan.

Kerahasiaan

Faktor yang penting kunci dari kesuksesan dalam organisasi penelitian adalah komunikasi dengan orang-orang adalah kerahasiaan. Responden survei dan peserta dalam wawancara mendalam dan fokus grup sering diminta untuk memberikan informasi secara terbuka, jujur dan pribadi tanggapan tentang isu-isu sensitif, kekhawatiran, persepsi dan pendapat tentang berbagai topik.

Untuk mendapatkan kebenaran dari responden, para peneliti harus mampu untuk tidak hanya menjamin, tetapi untuk benar-benar menjamin, bahwa identitas peserta penelitian akan dijaga kerahasiaannya dan dilindungi sepenuhnya. Kerahasiaan merupakan salah satu alasan utama, di

Page 2: Penelitian kualitatif

samping kualifikasi khusus , terdiri dari konsultan independen yang melakukan penelitian dan pengukuran komunikasi organisasi .

Jaringan

Selain penelitian yang melibatkan masyarakat dan media komunikasi yang dihasilkan, kegiatan dan manajemen komunikasi dengan responden terdapat aspek penting lainnya yaitu organisasi komunikasi yang belajar untuk sepenuhnya pemahaman dimensi tentang bagaimana sebuah organisasi berkomunikasi dan apa yang bekerja dan apa yang tidak dalam hal ini termasuk pemeriksaan penggunaan pola komunikasi elektronik sistem seperti e-mail, Voice-Mail, intranet, dll, analisis pola arus komunikasi dalam jaringan, sistem umpan balik dan komunikasi informal seperti memo.

Penelitian di daerah-daerah yang sering dilakukan oleh sistem teknologi komunikasi dan audit personel profesional seperti lembaga periset.

CONTOH PROPOSAL PENELITIAN KUALITATIF (KL)

I.      JUDUL PENELITIAN

MODEL / POLA PELAKSANAAN / IMPLEMENTASI ABSENSI UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN

MAHASISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN

II.   LATAR BELAKANG MASALAH

Pendidikan adalah suatu hal yang sangat didambakan oleh siapa saja, baik oleh anak, remaja,

maupun orang tua. Demi terciptanya pendidikan yang dicita-citakan diperlukan suatu kedisiplinan yang

tinggi dari semua pihak yang berkecimpung di dalamnya. Dikatakan bahwa, “Disiplin adalah suatu sikap

mental yang dengan kesadaran dan keinsyafannya mematuhi terhadap perintah-perintah atau larangan

yang ada terhadap suatu hal karena mengerti betul-betul tentang pentingnya perintah dan larangan

tersebut”[1]. Dikatakan juga bahwa, “Tujuan disiplin diri adalah mengupayakan akan pengembangan

minat anak dan mengembangkan anak menjadi sahabat, tetangga dan warga negara yang baik”.[2]

Dikatakan bahwa, “Manusia dituntut untuk mampu mematuhi berbagai ketentuan atau harus hidup

secara berdisiplin, sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku di masyarakatnya. Disiplin dan tata tertib dalam

[1] HM. Hafi Anshari, Pengantar Ilmu Pendidikan (Surabaya: PT Usaha Nasional, 1983), 66.

[2] Moch. Shochib, Pola Asuh Orang Tua Untuk Membantu Mengembangkan Disiplin Diri (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2001), 2.

Page 3: Penelitian kualitatif

kehidupan bilamana dirinci secara khusus dan terurai aspek demi aspek, akan menghasilkan etika dalam

pergaulan, termasuk juga dalam hubungan dengan lingkungan sekitar”. [3] Dikatakan bahwa, “Sikap

disiplin yang dilakukan oleh seseorang atau peserta didik, hakekatnya adalah suatu tindakan untuk

memenuhi nilai-nilai tertentu”.[4] Dikatakan bahwa, “Disiplin merupakan faktor penting pembentuk

karakter para murid. Disiplin bukan hanya terbatas soal waktu, namun juga menyangkut perilaku yang

lain”.[5] Dikatakan bahwa, “Disiplin adalah belajar dan latihan. Orang yang sukses dalam bidang

apapun__apalagi dalam seni bela diri__ dan bisa menjadi yang terbaik atau terhebat , selalu orang yang

membebankan dirinya sendiri dengan disiplin yang lebih keras dari apa saja yang dibebankan oleh orang

lain”.[6] Dikatakan bahwa, “Disiplin sebagai alat pendidikan berarti segala peraturan yang harus ditaati

dan dilaksanakan”.[7] Dikatakan bahwa, “Disiplin dan kegiatan belajar mengajar diartikan sebagai suatu

pola tingkah laku yang diatur sedemikian rupa menurut ketentuan yang sudah ditaati oleh pihak guru

maupun anak didik dengan sadar”.[8]

Namun kenyataan yang dihadapi lain dari yang diharapkan. Disiplin tidak selalu bisa ditegakkan

dalam praktek di lapangan. Banyak masalah-masalah yang dihadapi peserta didik terkait dengan soal

disiplin. Berdasarkan data di lapangan yaitu : Dari hasil pengamatan saya pada hari Selasa tanggal 15

April 2008, di kelas TB. E Jurusan Tarbiyah PAI STAIN P, jam 10.30-12.00 WIB, ditemukan ada tiga

mahasiswa terlambat mengumpulkan tugas Mata Kuliah Fiqih Keluarga. Dari hasil pengamatan saya

pada hari Senin tanggal 14 April 2008, di kelas TB. E Jurusan Tarbiyah PAI STAIN P, jam 07.30-09.00 WIB,

ditemukan ada lima mahasiswa terlambat masuk kuliah pada Mata Kuliah Metodologi Penelitian. Dari

hasil pengamatan saya pada hari Senin tanggal 25 Agustus 2008, di kelas TB.E Jurusan Tarbiyah PAI

STAIN P, jam 07.30-12.30 WIB, ditemukan ada 10 mahasiswa tidak masuk kuliah jam ke-1, ke-2 dan ke-

[3] Hadari Nawawi, Pendidikan Dalam Islam (Surabaya: Al -Ikhlas, 1993), 228-232.

[4] Abdul Hadis, Psikologi Dalam Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2006), 86.

[ [5] Soejitno Irmin dan Abdul Rochim, Menjadi Guru Yang Bisa Digugu Dan Ditiru (---: Seyma Media, 2006), 20.

[6] Kushadiyanto, Psikologi Bela Diri (http://duel.melsa.net.id/05psiko.html)

[7] Basuki dan M. Miftahul Ulum, Pengantar Ilmu Pendidikan Islam (Ponorogo: STAIN Po Press, 2007), 143.

[8] Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), 47.

Page 4: Penelitian kualitatif

3, Mata kuliah Psikologi Perkembangan, Metode Penelitian Pendidikan dan Bimbingan Dan Penyuluhan.

Kejadian ini dapat diidentifikasikan sebag pelanggaran terhadap disiplin dalam pendidikan.

Ketidak disiplinan mahasiswa tersebut terjadi atas beberapa sebab, antara lain: sumber belajar yang

kurang lengkap, dana yang kurang menunjang, media yang sangat terbatas, dan lain-lain. Dan dapat

diambil suatu pertanyaan “Apa yang dilakukan oleh pihak-pihak STAIN P dalam meningkatkan

kedisiplinan mahasiswa TB. E ketika mengikuti perkuliahan?”. Realitas ini sangat penting untuk diteliti.

Untuk itu penelitian ini diangkat untuk mengungkap masalah-masalah tersebut. Berdasarkan hasil

penjajagan awal di lapangan pada hari Senin tanggal 14 April 2008, jam 07.30-09.00 WIB, hari Selasa

tanggal 15 April 2008, jam 10.30-12.00 WIB, hari Senin tanggal 25 Agustus 2008, jam 07.30-12.30 WIB,

telah ditemukan :

1. Dosen melakukan penertiban absensi selama pembelajaran di kelas setelah selesai pembelajaran.

2. Kosma memberikan koordinasi konsultasi kepada semua mahasiswa TB.E setelah perkuliahan, di serambi

masjid kampus setelah selesai pembelajaran.

3. Orang tua melakukan bimbingan belajar kepada anak-anaknya (mahasiswa) sebelum dan sesudah

kegiatan pembelajaran di rumah.

4. Teman sekelas / sejawat melakukan kegiatan mengerjakan tugas bersama-sama di kos.

5. Bimbingan kemahasiswaan melakukan kegiatan workshop dan OSMA kepada mahasiswa dalam rangka

peningkatan kedisiplinan di aula pada waktu yang telah ditentukan.

Selanjutnya, berangkat dari hasil temuan tersebut di atas , maka proposal penelitian ini kami beri

judul “MODEL   /   POLA   PELAKSANAAN   /   IMPLEMENTASI   ABSENSI   UNTUK   MENINGKATKAN 

KEDISIPLINAN MAHASISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN”. 

III. FOKUS PENELITIAN 

Adapun fokus pada penelitian ini adalah :

MODEL   /   POLA  PELAKSANAAN  /   IMPLEMENTASI  ABSENSI  UNTUK  MENINGKATKAN  KEDISIPLINAN 

MAHASISWA  DALAM  PROSES   PEMBELAJARAN   yang meliputi : (1). Latar belakang diterapkannya

Page 5: Penelitian kualitatif

absensi untuk meningkatkan kedisiplinan mahasiswa dalam proses pembelajaran, (2). Proses

pelaksanaan absensi untuk meningkatkan kedisiplinan mahasiswa dalam proses pembelajaran, (3).

Faktor-faktor pendukung diterapkannya absensi untuk meningkatkan kedisiplinan mahasiswa dalam

proses pembelajaran, (4). Dampak positif dari diterapkannya absensi untuk meningkatkan kedisiplinan

mahasiswa dalam proses pembelajaran.

IV. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan fokus penelitian tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

A. Apa yang melatar belakangi diterapkannya absensi untuk meningkatkan kedisiplinan mahasiswa dalam

proses pembelajaran?

B. Bagaimana proses pelaksanaan absensi untuk meningkatkan kedisiplinan mahasiswa dalam proses

pembelajaran?

C. Apa saja faktor-faktor pendukung diterapkannya absensi untuk meningkatkan kedisiplinan mahasiswa

dalam proses pembelajaran?

D. Apa dampak positif dari diterapkannya absensi untuk meningkatkan kedisiplinan mahasiswa dalam

proses pembelajaran?

V.   TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan/mendeskripsikan :

A. Latar belakang diterapkannya absensi untuk meningkatkan kedisiplinan mahasiswa dalam proses

pembelajaran.

B. Proses pelaksanaan absensi untuk meningkatkan kedisiplinan mahasiswa dalam proses pembelajaran.

C. Faktor-faktor pendukung diterapkannya absensi untuk meningkatkan kedisiplinan mahasiswa dalam

proses pembelajaran.

D. Dampak positif dari diterapkannya absensi untuk meningkatkan kedisiplinan mahasiswa dalam proses

Page 6: Penelitian kualitatif

pembelajaran..

VI. MANFAAT PENELITIAN 

A. Manfaat Teoritis

Dari hasil penelitian ini, akan ditemukan model / pola pelaksanaan / implementasi absensi untuk

meningkatkan kedisiplinan mahasiswa dalam proses pembelajaran.

B. Manfaat Praktis

Dengan diketahuinya hal-hal yang telah dirumuskan dalam penelitian tersebut, maka diharapkan hasil

penelitian ini dapat bermanfaat bagi:

1. Pendidik, akan lebih banyak memberikan kesempatan untuk mengarahkan anak-anak didik pada

kedisiplinan yang tinggi dalam proses pembelajaran.

2. Peserta didik, akan lebih bersungguh-sungguh menegakkan disiplin dalam proses pembelajaran.

3. Lembaga pendidikan, dapat meningkatkan mutu dan kualitas kedisiplinan peserta didik dalam proses

pembelajaran baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.

VII. LANDASAN TEORI DAN ATAU TELAAH PUSTAKA

                 A.      Landasan Teori

Disiplin adalah suatu sikap mental yang dengan kesadaran dan keinsyafannya mematuhi terhadap

perintah-perintah atau larangan yang ada terhadap suatu hal karena mengerti betul-betul tentang

pentingnya perintah dan larangan tersebut.[9] Tujuan disiplin diri adalah mengupayakan akan

pengembangan minat anak dan mengembangkan anak menjadi sahabat,tetangga dan warga negara

yang baik.[10] Manusia dituntut untuk mampu mematuhi berbagai ketentuan atau harus hidup secara

[9] HM.Hafi Anshari, Pengantar Ilmu..., 66.

[10] Moch. Shochib, Pola Asuh Orang Tua..., 2.

Page 7: Penelitian kualitatif

berdisiplin, sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku di masyarakatnya. Disiplin dan tata tertib dalam

kehidupan bilamana dirinci secara khusus dan terurai aspek demi aspek, akan menghasilkan etika dalam

pergaulan, termasuk juga dalam hubungan dengan lingkungan sekitar.[11] Sikap disiplin yang dilakukan

oleh seseorang atau peserta didik, hakekatnya adalah suatu tindakan untuk memenuhi nilai-nilai

tertentu.[12]

Disiplin merupakan faktor penting pembentuk karakter para murid. Disiplin bukan hanya terbatas soal

waktu, namun juga menyangkut perilaku yang lain.[13] Disiplin adalah belajar dan latihan. Orang yang

sukses dalam bidang apapun__apalagi dalam seni bela diri__ dan bisa menjadi yang terbaik atau

terhebat , selalu orang yang membebankan dirinya sendiri dengan disiplin yang lebih keras dari apa saja

yang dibebankan oleh orang lain.[14] Disiplin sebagai alat pendidikan berarti segala peraturan yang

harus ditaati dan dilaksanakan.[15] Disiplin dan kegiatan belajar mengajar diartikan sebagai suatu pola

tingkah laku yang diatur sedemikian rupa menurut ketentuan yang sudah ditaati oleh pihak guru

maupun anak didik dengan sadar.[16]

                  B.      Telaah Pustaka

Dari penelusuran yang telah dilakukan di ruang skripsi perpustakaan STAIN P, ada 2 judul skripsi

yang menuliskan terkait dengan disiplin, yaitu milik Ahmad Nawawi, NIM. 243982013, Skripsi Tahun

2003 dengan Judul "Studi Tentang Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah Dengan Kedisiplinan

Mengajar Guru Di MTsN Karang Mojo 1 Magetan Tahun 2002/2003", dengan rumusan masalah :

Bagaimana kepemimpinan kepala sekolah MTsN Karang Mojo 1 Magetan Tahun Pelajaran 2002/2003 ?,

Bagaimana kedisiplinan guru MTsN Karang Mojo 1 Magetan Tahun Pelajaran 2002/2003 ?, Adakah

hubungan kepemimpinan kepala sekolah dengan kedisiplinan mengajar guru di MTsN Karang Mojo 1

[11] Hadari Nawawi, Pendidikan ..., 228-232.

[12] Abdul Hadis, Psikologi Dalam Pendidikan..., 86.

[13] Soejitno Irmin Dan Abdul Rochim, Menjadi Guru..., 20.

[14] Kushadiyanto, Psikologi Bela Diri (http: // duel. melsa. net. id/ 05psiko. html)

[15] Basuki dan M.Miftahul Ulum, Pengantar..., 143.

[16] Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi..., 47.

Page 8: Penelitian kualitatif

Magetan Tahun Pelajaran 2002/2003 ?, dan milik Binti Masruroh, NIM 243012019, Skripsi Tahun 2005

dengan judul "Upaya Guru BP Dengan Komite Sekolah Dalam Meningkatkan Kedisiplinan Siswa MTsN

Sewulan Dagangan Madiun", dengan rumusan masalah : Bagaimana upaya guru BP dalam meningkatkan

kedisiplinan siswa MTsN Sewulan Dagangan Madiun ?, Bagaimana upaya Komite Sekolah dalam

meningkatkan kedisiplinan siswa Siti MTsN Sewulan Dagangan Madiun ?.

VIII.METODOLOGI PENELITIAN 

A.  Pendekatan Dan Jenis Penelitian 

Dalam penelitian ini digunakan metodologi penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif, [17]

dengan karakteristik-karakteristik (a) berpijak pada konsep naturalistik, (b) kenyataan berdimensi jamak,

kesatuan utuh, terbuka, berubah, (c) hubungan peneliti dengan obyek berinteraksi, penelitian dari luar

dan dalam, peneliti sebagai instrumen, bersifat subyektif, judgment, (d) Seting penelitian alamiah,

terkait tempat dan waktu, (e) Analisis subyektif, intuitif, rasional, (f) hasil penelitian berupa deskripsi,

interpretasi, tentatif, situasional.

Secara garis besar, metode penelitian dengan pendekatan kualitatif dibedakan dalam dua macam,

kualitatif interaktif dan non interaktif. Ada lima macam metode kualitatif interaktif, yaitu metode

etnegrafik, metode fenomenologis, studi kasus, teori dasar (grounded theory), dan studi kritikal.[18] Dan

dalam hal ini, jenis penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian kualitatif ini adalah studi kasus,

yaitu suatu bentuk pendekatan yang memusatkan kajiannya pada perubahan yang terjadi dari waktu ke

waktu; peneliti seolah-olah bertindak selaku saksi hidup dari perubahan itu.[19] Studi kasus dapat

digunakan secara tepat dalam banyak bidang.

B.   Kehadiran Peneliti / Instrumen Penelitian 

[17] Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), 60-61.

[18] Ibid,, 62.

[19] M. Toha Anggora,dkk., Metode Penelitian (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), 37.

Page 9: Penelitian kualitatif

Ciri khas penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari pengamatan berperan serta, sebab

peranan penelitilah yang menentukan keseluruhan skenarionya. Untukitu, dalam penelitian ini, peneliti

bertindak sebagai instrumen kunci,[20] partisipan penuh sekaligus pengumpul data, sedangkan

instrumen yang lain sebagai penunjang.

C.   Lokasi Penelitian

Adapun lokasi penelitian bertempat di STAIN P.

D.      Sumber Data

Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah

tambahan seperti dokumen dan lainnya.

E.      Teknik Pengumpulan Data 

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah interview (wawancara), observasi, dan

dokumentasi.[21]  Teknik tersebut digunakan peneliti, karena suatu fenomena itu akan dimengerti

maknanya secara baik, apabila peneliti melakukan interaksi dengan subyek penelitian dimana fenomena

tersebut berlangsung.

1. Teknik Wawancara

Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam,

artinya peneliti mengajukan beberapa pertanyaan secara mendalam yang berhubungan dengan fokus

permasalahan, sehingga dengan wawancara mendalam ini data-data dapat dikumpulkan semaksimal

mungkin.

Orang-orang yang dijadikan informan dalam penelitian ini adalah :

a. 1 (satu) Dosen Mata Kuliah Psikologi Perkembangan semester V STAIN P.

[20] Instrumen kunci berarti peneliti tidak boleh mewakilkan kepada orang lain, akan tetapi peneliti sendiri yang harus melaksanakannya di lapangan.

[21] S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), 158-181.

Page 10: Penelitian kualitatif

b. 1 (satu) Dosen Mata Kuliah Metode Penelitian Pendidikan semester V STAIN P.

c. 1 (satu) Dosen Mata Kuliah Bimbingan Dan Penyuluhan semester V STAIN P.

2. Teknik Observasi

Ada beberapa alasan mengapa teknik observasi atau pengamatan digunakan dalam penelitian

ini. Pertama, pengamatan didasarkan atas pengalaman secara langsung. Kedua, pengamatan

memungkinkan peneliti untuk melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku dan

kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan sebenarnya.

Dengan teknik ini, peneliti mengamati aktivitas-aktivitas sehari-hari obyek penelitian,

karakteristik fisik situasi sosial dan perasaan pada waktu menjadi bagian dari situasi tersebut. Selama

peneliti di lapangan, jenis observasinya tidak tetap. Dalam hal ini peneliti mulai dari observasi deskriptif

(descriptive observation) secara luas, yaitu berusaha melukiskan secara umum situasi social dan apa

yang terjadi di sana. Kemudian, setelah perekaman dan analisis data pertama, peneliti dapat

menyempitkan datanya dan mulai melakukan observasi terfokus. Peneliti dapat menyempitkan lagi

penelitiannya dengan melakukan observasi selektif (selective observation). Sekalipun demikian, peneliti

masih terus melakukan observasi deskriptif sampai akhir pengumpulan data.

Hasil observasi dalam penelitian ini dicatat dalam catatan lapangan merupakan alat yang sangat

pening dalam penelitian kualitatif. dalam penelitian kualitatif, peneliti mengandalkan pengamatan dan

wawancara dalam pengumpulan data di lapangan. Format rekaman hasil observasi catatan lapangan

dalam penelitianini menggunakan format rekaman hasil observasi.

3. Teknik Dokumentasi

Dalam penelitian kualitatif, teknik ini merupakan alat pengumpul data yang utama karena

pembuktian hipotesisnya yang diajukan secara logis dan rasional.[22] Teknik dokumentasi sengaja

digunakan dalam penelitian ini, sebab : pertama, sumber ini selalu tersedia dan murah terutama ditinjau

dari waktu; kedua, merupakan sumber informasi yang stabil, baik keakuratannya dalam merefleksikan

situasi yang terjadi di masa lampau, maupun dapat dan dianalisis kembali tanpa mengalami perubahan;

ketiga, rekaman dan dokumen merupakan sumber informasi yang kaya, secara kontekstual relevan dan

[22] Ibid., 181

Page 11: Penelitian kualitatif

mendasar dalam konteksnya; keempat, sumber ini sering merupakan pernyataan legal yang dapat

memenuhi akuntabilitas. Hasil pengumpulan data melalui cara dokumentasi ini, dicatat dalam format

rekaman dokumentasi.

F.   Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari

hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami dan

temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan

data, menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana

yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang

lain.

Teknik analisis data yang digunakan penelitian ini menggunakan konsep yang diberikan Miles

dan Huberman yang mengemukakan bahwa motivasi dalam analisis data kualitatif dilakukan secara

interaktif[23] dan berlangsung secara terus-menerus pada setiap tahapan penelitian sehingga sampai

tuntas dan datanya sampai jenuh.

Aktifitas dalam analisis data, meliputi data reduction,[24] data display[25] dan conclusion.[26] Langkah-

langkah analisis ditunjukkan pada gambar berikut :

[23] Nana Syaodih Sukmadinata, Metode …., 114.

[24] Merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, membuat kategori. Lihat dalam Matthew B. Miles & AS. Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif, terj. Tjetjep. Rohendi Rohidi (Jakarta: UI Press, 1992), 16.

[25] Menyajikan data ke dalam pola yang dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, grafik, matrik, network dan chart. Ibid., 17.

[26] Penarikan kesimpulan dan verivikasi. Ibid., 19.

Page 12: Penelitian kualitatif

Selanjutnya menurut Spradley teknik analisis data disesuaikan dengan tahapan dalam

penelitian. Pada tahap penjelajahan dengan teknik pengumpulan data grand tour question, analisis data

dilakukan dengan analisis domain. Pada tahap menentukan fokus analisis data dilakukan dengan analisis

taksonomi. Pada tahap selection, analisis data dilakukan dengan analisis komponensial. Selanjutnya

untuk sampai menghasilkan judul dilakukan dengan analisis tema.

G.  Pengecekan Keabsahan Temuan

Uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif dilakukan dengan

perpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan, triangulasi, pengecekan sejawat, kecukupan

referensial, kajian kasus negatif dan pengecekan anggota.[27] Dalam penelitian ini, uji kredibilitas data

atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif dilakukan dengan :

1. Perpanjangan Keikutsertaan

Peneliti dalam penelitian kualitatif adalah instrumen itu sendiri. Keikutsertaan peneliti sangat

menentukan dalam pengumpulan data. Dalam hal ini keikutsertaan tersebut tidak hanya dilakukan

dalam waktu singkat, tetapi memerlukan perpanjangan keikutsertaan peneliti pada latar penelitian.

Maka perpanjangan keikutsertaan peneliti dalam penelitian ini akan memungkinkan peningkatan derajat

[27] Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000), 175.

Page 13: Penelitian kualitatif

kepercayaan data yang dikumpulkan. Maksud dan tujuan memperpanjang keikutsertaan dalam

penelitian ini adalah : dapat menguji ketidakbenaran informasi yang diperkenalkan oleh distorsi, baik

yang berasal dari diri sendiri, maupun dari responden dan selain itu dapat membangun kepercayaan

subyek; dengan terjun ke lokasi dalam waktu yang cukup panjang, peneliti dapat mendeteksi dan

memperhitungkan distorsi yang mungkin mengotori data, pertama-tama dan yang terpenting adalah

distorsi pribadi.

2. Pengamatan yang Tekun

Ketekunan pengamatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur

dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari. Jadi, kalau

perpanjangan keikutsertaan menyediakan lingkup, maka ketekunan pengamatan menyediakan

kedalaman.

3. Triangulasi

Teknik triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di

luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Ada empat

macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan: sumber, metode,

penyidik dan teori.[28]

Dalam penelitian ini, dalam hal ini digunakan teknik triangulasi dengan memanfaatkan sumber

dan penyidik. Teknik triangulasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode

kualitatif. Hal itu dapat dicapai peneliti dengan jalan : (a) membanding-kan data hasil pengamatan

dengan data hasil wawancara, (b) membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan

apa yang dikatakan secara pribadi, (c) membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi

penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu, (d) membandingkan keadaan dan perspektif

seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang yang berpendidikan menengah atau tinggi,

orang berada, orang pemerintahan, (e) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen

yang berkaitan. Teknik Triangulasi dengan penyidik, artinya dengan jalan memanfaatkan peneliti atau

pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data. Pemanfaatan

pengamat lainnya membantu mengurangi kemencengan dalam pengumpulan data.

4. Pengecekan Sejawat melalui Diskusi

[

Page 14: Penelitian kualitatif

Teknik ini dilakukan peneliti dengan cara mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang

diperoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan rekan-rekan sejawat. Hal ini dilakukan dengan maksud:

(a) untuk membuat agar peneliti tetap mempertahankan sikap terbuka dan kejujuran, (b) diskusi dengan

sejawat ini memberikan suatu kesempatan awal yang baik untuk mulai menjajaki dan menguji hipotesis

yang muncul dari pemikiran peneliti.

XI.        Tahapan-Tahapan Penelitian 

Tahap-tahap penelitian dalam penelitian ini ada 3 (tiga) tahapan dan ditambah dengan tahap

terakhir dari penelitian yaitu tahap penulisan laporan hasil penelitian. Tahap-tahap penelitian tersebut

adalah : (1) tahap pra-lapangan, yang meliputi: menyusun rancangan penelitian, memilih lapangan

penelitian, mengurus perizinan, menjajagi dan menilai keadaan lapangan, memilih dan memanfaatkan

informan, menyiapkan perlengakap-belajar penelitian dan yang menyangkut persoalan etika penelitian.

Tahap ini dilakukan bulan Agustus s.d. September 2008; (2) Tahap pekerjaan lapangan, yang meliputi :

memahami latar penelitian dan persiapan diri, memasuki lapangan dan berperanserta sambil

mengumpulkan data. Tahap ini dilakukan bulan September s.d. Oktober 2008; (3) Tahap analisis data,

yang meliputi : analisis selama dan setelah pengumpulan data, yaitu bulan November s.d Desember

2008; (4) Tahap penulisan hasil laporan penelitian, yaitu bulan Januari 2009.

XI.        SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini ada lima batang tubuh, yaitu 5 bab. Pada bab pertama, setiap penelitian

pasti berangkat dari fenomena/kejadian/masalah. Penelitian pada dasarnya merupakan suatu

pencarian, menghimpun data, mengadakan pengukuran, analisis, sintesis, membandingkan, mencari

hubungan, dan menafsirkan hal-hal yang bersifat teka-teki. Oleh karena itulah diperlukan adanya

prosedur penelitian bagi seorang peneliti seperti yang dibahas pada bab satu.

Setiap penelitian yang akan dilakukan oleh seorang peneliti pasti dilandasi oleh teori-teori yang

ada. Dan fungsi teori dalam penelitian kualitatif ini adalah untuk mencari data, sehingga dalam bab dua

diuraikan mengenai landasan teori tentang disiplin.

Page 15: Penelitian kualitatif

Makna sesuatu aspek atau kegiatan dalam penelitian kualitatif akan berkembang dalam

pengumpulan data, baik data umum maupun data khusus. Maka dari itu, pada bab tiga dipaparkan

gambaran umum lokasi penelitian serta data khusus tentang implementasi absensi.

Analisis data merupakan bagian kegiatan penelitian yang sangat penting. Setelah peneliti

mengumpulkan data, maka langkah selanjutnya adalah mengorganisasikan dan melakukan analisis data

untuk mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan. Sehingga pada bab keempat ini akan dibahas

kegiatan analisis data yang terkait erat dengan langkah-langkah kegiatan penelitian sebelumnya.

Adapun bab terakhir adalah penutup. Bab ini merupakan bab yang didalamnya menguraikan

kesimpulan sebagai jawaban dari pokok-pokok permasalahan dan saran-saran yang berhubungan

dengan penelitian sebagai masukan-masukan untuk berbagai pihak terkait.

XI.        DAFTAR ISI SEMENTARA

RANCANGAN DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING 

HALAMAN PENGESAHAN

MOTTO

ABSTRAK

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL (Jika ada)

DAFTAR GAMBAR (Jika ada)

DAFTAR LAMPIRAN 

Page 16: Penelitian kualitatif

PEDOMAN TRANSLITERASI

BAB I        :     PENDAHULUAN 

A. Latar Belakang Masalah

B. Fokus Penelitian

C. Rumusan Masalah

D. Tujuan Penelitian

E. Manfaat Penelitian

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

2. Instrumen Peneliti

3. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

4. Analisis Data

5. Pengecekan Kredibilitas Data/Keabsahan Temuan

6. Tahapan Penelitian

G. Sistematika Pembahasan

BAB II      :     PROFIL ABSENSI DAN  DISIPLIN

A. Profil Absensi

1. Pengertian Absensi

2. Macam-macam Absensi

3. Manfaat Absensi

B. Penerapan Disiplin

Page 17: Penelitian kualitatif

1. Pengertian Disiplin

2. Macam-macam Disiplin

3. Manfaat Disiplin

BAB  III     :     DATA PENELITIAN MODEL /  POLA PELAKSANAAN/  IMPLEMENTASI  ABSENSI  UNTUK MENINGKATKAN 

KEDISIPLINAN MAHASISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN

A. Data Umum

1. Sejarah Berdirinya STAIN P

2. Letak Geografis STAIN P

3. Visi, Misi, dan Tujuan STAIN P

4. Struktur Organisasi di STAIN P

B. Data Khusus

1. Data latar belakang diterapkannya absensi untuk meningkatkan kedisiplinan mahasiswa dalam proses

pembelajaran

2. Data proses pelaksanaan absensi untuk meningkatkan kedisiplinan mahasiswa dalam proses

pembelajaran

3. Data belajar-belajar pendukung diterapkannya absensi untuk meningkatkan kedisiplinan mahasiswa

dalam proses pembelajaran

4. Data dampak positif diterapkannya absensi untuk meningkatkan kedisiplinan mahasiswa dalam proses

pembelajaran

BAB IV        :    ANALISIS TENTANG MODEL / POLA PELAKSANAAN/ IMPLEMENTASI ABSENSI UNTUK MENINGKATKAN 

KEDISIPLINAN MAHASISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN

Page 18: Penelitian kualitatif

A. Analisis latar belakang diterapkannya absensi untuk meningkatkan kedisiplinan mahasiswa dalam proses

pembelajaran

B. Analisis proses pelaksanaan absensi untuk meningkatkan kedisiplinan mahasiswa dalam proses

pembelajaran

C. Analisis belajar-belajar pendukung diterapkannya absensi untuk meningkatkan kedisiplinan mahasiswa

dalam proses pembelajaran

D. Analisis dampak positif dari diterapkannya absensi untuk meningkatkan kedisiplinan mahasiswa dalam

proses pembelajaran

BAB V        :   PENUTUP 

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR RUJUKAN

LAMPIRAN-LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP 

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN 

XI.       DAFTAR RUJUKAN SEMENTARA

Anggora, M. Toha dkk. Metode Penelitian. Jakarta : Universitas Terbuka, 2007.

Anshari, HM.Hafi, Pengantar Ilmu Pendidikan. Surabaya: PT Usaha Nasional, 1983.

Basuki dan M. Miftahul Ulum. Pengantar Ilmu Pendidikan Islam. Ponorogo : STAIN PO PRESS, 2007.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Aswan Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002.

Hadis, Abdul, Psikologi Dalam Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2006.

Irmin, Soejitno Dan Rochim, Abdul, Menjadi Guru Yang Bisa Digugu Dan Ditiru. ---: Seyma Media, 2006.

Kushadiyanto, Psikologi Bela Diri. http://duel.melsa.net.id/05psiko.html

Page 19: Penelitian kualitatif

Margono, S. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Rineka Cepta, 2003.

Miles, Matthew B. & Huberman, AS. Michael, Analisis Data Kualitatif, terj. Tjetjep. Rohendi Rohidi. Jakarta: UI

Press, 1992.

Moleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya, 2000.

Nawawi, Hadari, Pendidikan Dalam Islam. Surabaya: Al-Ikhlas, 1993.

Shochib, Moch., Pola Asuh Orang Tua Untuk Membantu Mengembangkan Disiplin Diri. Jakarta: PT. Rineka

Cipta, 2001.

Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya, 2007.

Penelitian KualitatifOPINI | 11 February 2011 | 07:53 Dibaca: 12063   Komentar: 10   2 dari 2 Kompasianer menilai bermanfaat

(Pengertian Data, Analisis Data dan Cara Menganalisis Data Kualitatif)

Oleh: HALIM MALIK

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Proses dan makna lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Selain itu landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian. Terdapat perbedaan mendasar antara peran landasan teori dalam penelitian kuantitatif dengan penelitian kualitatif. Dalam penelitian kuantitatif, penelitian berangkat dari teori menuju data, dan berakhir pada penerimaan atau penolakan terhadap teori yang digunakan; sedangkan dalam penelitian kualitatif peneliti bertolak dari data, memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan penjelas, dan berakhir dengan suatu “teori”.

Penelitian kualitatif lebih subyektif daripada penelitian atau survei kuantitatif dan menggunakan metode sangat berbeda dari mengumpulkan informasi, terutama individu, dalam menggunakan wawancara secara mendalam dan grup fokus. Sifat dari jenis penelitian ini adalah penelitian dan penjelajahan terbuka berakhir dilakukan dalam jumlah relatif kelompok kecil yang diwawancarai secara mendalam(Wikipedia: 2009)

Page 20: Penelitian kualitatif

Menurut Brannen (1997: 9-12), secara epistemologis memang ada sedikit perbedaan antara penelitian kualitatif dan kuantitatif. Jika penelitian kuantitatif selalu menentukan data dengan variabel-veriabel dan kategori ubahan, penelitian kualitatif justru sebaliknya. Perbedaan penting keduanya, terletak pada pengumpulan data. Tradisi kualitatif, peneliti sebagai instrument pengumpul data, mengikuti asumsi cultural, dan mengikuti data.

Penelitian kualitatif (termasuk penelitian historis dan deskriptif) adalah penelitian yang tidak menggunakan model-model matematik, statistik atau komputer. Proses penelitian dimulai dengan menyusun asumsi dasar dan aturan berpikir yang akan digunakan dalam penelitian. Asumsi dan aturan berpikir tersebut selanjutnya diterapkan secara sistematis dalam pengumpulan dan pengolahan data untuk memberikan penjelasan dan argumentasi. Dalam penelitian kualitatif informasi yang dikumpulkan dan diolah harus tetap obyektif dan tidak dipengaruhi oleh pendapat peneliti sendiri. Penelitian kualitatif banyak diterapkan dalam penelitian historis atau deskriptif. Penelitian kualitatif mencakup berbagai pendekatan yang berbeda satu sama lain tetapi memiliki karakteristik dan tujuan yang sama. Berbagai pendekatan tersebut dapat dikenal melalui berbagai istilah seperti: penelitian kualitatif, penelitian lapangan, penelitian naturalistik, penelitian interpretif, penelitian etnografik, penelitian post positivistic, penelitian fenomenologik, hermeneutic, humanistik dan studi kasus.

Metode kualitatif menggunakan beberapa bentuk pengumpulan data seperti transkrip wawancara terbuka, deskripsi observasi, serta analisis dokumen dan artefak lainnya. Data tersebut dianalisis dengan tetap mempertahankan keaslian teks yang memaknainya. Hal ini dilakukan karena tujuan penelitian kualitatif adalah untuk memahami fenomena dari sudut pandang partisipan, konteks sosial dan institusional. Sehingga pendekatan kualitatif umumnya bersifat induktif.

1. Pengertian Data Kualitatif

Data kualitatif yaitu data yang berhubungan dengan kategorisasi, karakteristk berwujud pertanyaan atau berupa kata-kata. Data ini biasanya didapat dari wawancara dan bersifat subjektif sebab data tersebut ditafsirkan lain oleh orang yang berbeda (Riduan, 2003: 5-7). Data kualitatif dapat diberi dalam bentuk ordinal atau rangking (skala yang diurutkan dari jenjang terendah atau sebaliknya).

Setiap peneliti selalu melakukan kegiatan pengumpulan data atau informasi dari lapangan dan kemudian mereka akan memperoleh data kualitatif yang banyak. Yang dimaksud data kualitatif menurut Ryan dan Bernard (2002), adalah semua informasi yang berupa test, sit com, email, cerita rakyat, sejarah kehidupan, yang berguna untuk membangun dan mengarahkan pada pengembangan pengertian yang mendalam atas dasar setting orang-orang yang diteliti.

Data tersebut biasanya masih berupa data kasar di antaranya seperti: catatan kancah yang sumbernya bermacam-macam, termasuk sebagai tulisan tangan, tape recorder, ringkasan dokumen dan sebagainya. Data yang ada tanpa melalui angka administrasi secara sistematis dan selanjutnya dianalisis. Analisis data dalam penelitian kualitatif, pada prinsipnya berbeda dengan analisis pada data kuantitatif. Jika pada penelitian kuantitatif, analisis data dilakukan setelah proses pengumpulan data dari lapangan, maka pada penelitian kualitatif, langkah analisis telah dimulai sejak peneliti terjun ke kancah untuk mengambil data yang pertama kali melalui kegiatan

Page 21: Penelitian kualitatif

refleksi. Pada saat itu secara kontinyu atau on going peneliti mulai menggunakan data yang ada untuk mencapai tujuan penelitian yaitu memecahkan fokus penelitian.

Menurut Lofland & Lofland (1984: 47) sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.

Sementara Barney G. Glasser dan Anselm L. Strauss mengatakan bahwa sumber-sumber data kualitatif baru, oleh para ilmuwan sosial untuk tujuan tertentu mereka kebanyakan menggunakan dokumen yang dihasilkan oleh orang lain seperti: surat-surat, biografi, otobiografi, catatan memori bahan pidato, novel serta berbagai bentuk non fiksi cenderung dipakai untuk penggunaan tujuan-tujuan tertentu. Penggunaannya bermacam-macam seperti: (1) materi itu bisa dipakai terutama pada hari-hari permulaan penelitian, untuk membantu peneliti memahami bidang substantive yang telah ditentukan untuk dikaji, (2) sumber-sumber kualitatif ini dipakai untuk analisis deskriptif, seperti dalam penelitian tentang kewiraswastaan atau partai politik, misalnya menganalisis tradisi ilmu pengetahuan politik dan sejarah, tapi sudah diarahkan pada sosiologi. Penggunaan data kualitatif ini sudah meluas dan sangat bermanfaat, (3) dibentuklah kajian-kajian khusus yang sangat empiris, seperti bila isi novel atau surat kabar dikaji tentang apa yang ditampilkan dari satu zaman, satu kelompok, atau cita rasa yang sedang berubah di satu negara. Rangkaian terbatas dari materi kualitatif yang digunakan oleh para sosiolog ini sebagian besar karena mereka kebetulan memfokuskan diri pada verifikasi. Untuk sebagian besar peneliti, data kualitatif ini sebenarnya mirip dengan hasil kerja lapangan dan interview, yang dikombinasikan dengan dokumen “latar belakang” apa saja yang mungkin diperlukan untuk membuat penelitian itu sejajar dengan konteks. Sebagian sosiolog tidak pernah memikirkan perpustakaan sebagai satu sumber data riil untuk penelitian mereka.

Data kualitatif merupakan sumber-sumber dari deksripsi yang sangat luas dan berlandaskan kokoh, serta memuat penjelasan tentang proses-proses yang terjadi dalam lingkup setempat. Dengan data kualitatif kita dapat mengikuti dan memahami alur peristiwa secara kronologis, menilai sebab-akibat dalam lingkup pikiran orang-orang setempat, dan memperoleh penjelasan yang banyak dan bermanfaat. Data kualitatif lebih condong dapat membimbing kita untuk memperoleh penemuan-penemuan yang tak diduga sebelumnya dan untuk membentuk kerangka teoritis baru, data tersebut membantu para peneliti untuk melangkah lebih jauh dari praduga dan kerangka kerja awal. Seperti yang dikemukakan oleh Smith 1978 (Miles & Huberman, 1992: 1), penemuan-penemuan dari penelitian kualitatif mempunyai “mutu yang tak dapat disangkal”. Kata-kata, khususnya bilamana disusun ke dalam bentuk cerita atau peristiwa, mempunyai kesan yang lebih nyata, hidup, dan penuh makna, seringkali jauh lebih meyakinkan pembacanya, peneliti lainnya, pembuat kebijakan, praktisi daripada halaman-halaman yang penuh dengan angka-angka.

2. Yang terpenting dalam analisis data kualitatif

Menurut Miles & Huberman (1992: 16) “Bahwa analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu: reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan/verifikasi.

- Reduksi Data; reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan

Page 22: Penelitian kualitatif

tertulis di lapangan. Reduksi data berlangsung terus-menerus selama proyek yang berorientasi penelitian kualitatif berlangsung. Antisipasi akan adanya reduksi data sudah tampak waktu penelitiannya memutuskan (acapkali tanpa disadari sepenuhnya) kerangka konseptual wilayah penelitian, permasalahan penelitian, dan pendekatan pengumpulan data mana yang dipilihnya. Selama pengumpulan data berlangsung, terjadilan tahapan reduksi selanjutnya (membuat ringkasan, mengkode, menelusur tema, membuat gugus-gugus, membuat partisi, membuat memo). Reduksi data/transfoemasi ini berlanjut terus sesudah penelian lapangan, sampai laporan akhr lengkap tersusun.

Reduksi data merupakan bagian dari analisis. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.

Dengan “reduksi data” peneliti tidak perlu mengartikannya sebagai kuantifikasi. Data kualitatif dapat disederhanakan dan transformasikan dalam aneka macam cara, yakni: melalui seleksi yang ketat, melalui ringkasan atau uraian singkat, menggolongkan-nya dalam satu pola yang lebih luas, dsb. Kadangkala dapat juga mengubah data ke dalam angka-angka atau peringkat-peringkat, tetapi tindakan ini tidak selalu bijaksana.

- Penyajian Data; Miles & Huberman membatasi suatu “penyajian” sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Mereka meyakini bahwa penyajian-penyajian yang lebih baik merupakan suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang valid, yang meliputi: berbagai jenis matrik, grafik, jaringan dan bagan. Semuanya dirancang guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang padu dan mudah diraih. Dengan demikian seorang penganalisis dapat melihat apa yang sedang terjadi, dan menentukan apakah menarik kesimpulan yang benar ataukah terus melangkah melakukan analisis yang menurut saran yang dikisahkan oleh penyajian sebagai sesuatu yang mungkin berguna.

- Menarik Kesimpulan; Penarikan kesimpulan menurut Miles & Huberman hanyalah sebagian dari satu kegiatan dari konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung. Verifikasi itu mungkin sesingkat pemikiran kembali yang melintas dalam pikiran penganalisis (peneliti) selama ia menulis, suatu tinjauan ulang pada catatan-catatan lapangan, atau mungkin menjadi begitu seksama dan makan tenaga dengan peninjauan kembali serta tukar pikiran di antara teman sejawat untuk mengembangkan “kesepakatan intersubjektif” atau juga upaya-upaya yang luas untuk menempatkan salinan suatu temuan dalam seperangkat data yang lain. Singkatnya, makna-makna yang muncul dari data yang lain harus diuji kebenarannya, kekokohannya, dan kecocokannya, yakni yang merupakan validitasnya.

Pendapat di atas sejalan dengan pendapat Moleong (1989: 190), “bahwa analisis data pada umumnya mengandung tiga kegiatan yang saling terkait yaitu (a) kegiatan mereduksi data, (b) menampilkan data, dan (c) melakukan verifikasi untuk membuat kesimpulan”.

Page 23: Penelitian kualitatif

Sementara Sukardi (2006: 72), mengatakan “Bahwa Ada beberapa elemen penting dalam analisis data yang penting dalam analisis data kualitatif yang perlu terus diingat oleh setiap peneliti dalam melakukan kegiatan analisis data adalah sebagai berikut:

a. Reduksi Data

Proses analisis data mestinya dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber. Setelah dikaji, langkah berikutnya adalah membuat rangkuman untuk setap kontak atau pertemuan dengan responden. Dalam merangkum data biasanya ada satu unsur yang tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan tersebut. Kegiatan yang tidak dapat dipisahkan ini disebut membuat abstraksi, yaitu membuat ringkasan yang inti, proses, dan persyaratan yang berasal dari responden tetap dijaga. Dari rangkuman yang dibuat ini kemudian peneliti melakukan reduksi data yang kegiatannya mencakup unsur-unsur spesifik termasuk (1) proses pemilihan data atas dasar tingkat relevansi dan kaitannya dengan setiap kelompok data, (2) menyusun data dalam satuan-satuan sejenis. Pengelompokkan data dalam satuan yang sejenis ini juga dapat diekuivalenkan sebagai kegiatan kategorisasi/variable, (3) membuat koding data sesuai dengan kisi-kisi kerja penelitian. Kegiatan lain yang masih termasuk dalam mereduksi data yaitu kegiatan memfokuskan, menyederhanakan dan mentransfer dari data kasar ke catatan lapangan. Dalam penelitian kualitatif-naturalistik, ini merupakan kegiatan kontinyu dan oleh karena itu peneliti perlu sering memeriksa dengan cermat hasil catatan yang diperoleh dari setiap terjadi kontak antara peneliti dengan responden.

b. Menampilkan Data

Pada proses ini peneliti berusaha menyusun data yang relevan, sehingga menjadi informasi yang dapat disimpulkan dan memiliki makna tertentu dengan cara menampilkan dan membuat hubungan antar variabel agar peneliti lain atau pembaca laporan penelitian mengerti apa yang telah terjadi dan apa yang perlu ditindaklanjuti untuk mencapai tujuan penelitian. Penampilan atau display data yang baik dan tampak jelas alur pikirnya, adalah merupakan hal yang sangat didambakan oleh setiap peneliti karena dengan display yang baik merupakan satu langkah penting untuk menuju kea rah jalan lancer untuk mencapai analisis kualitatif yang valid dan handal.

c. Verifikasi Data

Pada langkah verifikasi peneliti sebaiknya masih tetap mampu, di samping tetap menuju ke arah kesimpulan yang sifatnya terbuka, juga peneliti masih dapat menerima masukan data dari peneliti lain. Bahkan pada langkah verifikasi ini sebagian peneliti juga masih kadang ragu-ragu untuk meyakinkan dirinya apakah mereka dapat mencapai pada tingkat final, di mana langkah pengumpulan data dinyatakan berakhir. Untuk dapat menggambarkan dan menjelaskan kesimpulan yang memiliki makna, seorang peneliti pada umumnya dihadapkan pada dua kemungkinan strategi atau taktik penting, yaitu: (1) memaknai analisis spesifik, (2) menarik serta menjelaskan kesimpulan.

1. Taktik untuk Memaknai

Page 24: Penelitian kualitatif

Menurut Huberman bahwa manusia merupakan penemu makna, yaitu mereka bisa mendapatkan arti suatu gejala yang semula berserakan menjadi memiliki makna arti mendalam tertentu dalam waktu relative cepat. Dan bila dicermati lebih jah Dia mengatakan bahwa ada beberapa cara cepat untuk menggerakkan dari semula gejala yang ada dan bergerak sehingga memiliki makna. Beberapa cara tersebut di antaranya yaitu (1) counting atau menghitung untuk menjelaskan apa yang ada di sama, (2) melihat kemungkinannya, (3) mengelompokkan atau clustering, (4) membantu para peneliti melihat “what goes with what” (apa yang terjadi dengan apa), dan kemudian dikaitkan dengan methapore gejala yang ada, (5) mencapai integrasi antara di antara data-data yang berbeda, (6) melihat keterkaitan mereka secara abstrak, termasuk dalam hal ini menjumlahkan dari particular kea rah general, (7) factoring, (8) analisis analogi seperti yang dilakukan dalam teknik kuantitatif, (9) menentukan variebel perantara atau intervening variable, (10) membangun rantai logika dari data yang ada, (11) akhirnya membangun konsep-konsep dari teori yang bervariasi.

2. Mengkonfirmasi Makna

Untuk mengetahui kualitas data, seorang peneliti dapat menilai melalui beberapa metode seperti: mengecek representativenes atau keterwakilan data, mengecek dari pengaruh peneliti, mengecek melalui triangulasi, melakukan pembobotan bukti dari sumber data-data yang dapat dipercaya, membuat perbandingan atau mengkontraskan antara variabel, dan penggunaan kasus ekstrim yang direalisasi dengan memaknai data out liers. Dengan mengkonfirmasi makna dari data-data yang diperoleh dengan menggunakan satu cara atau lebih, diharapkan peneliti akan memperoleh informasi yang dapat digunakan untuk mendukung tercapainya tujuan penelitian.

3. Cara Menganalisis Data Kualitatif

Analisis data menurut Patton (Moleong, 2000: 103) “adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Ia membedakannya dengan penafsiran, yaitu memberikan arti yang signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola uraian, dan mencari hubungan di antara dimensi-dimensi uraian. Selanjutnya Bogdan dan Taylor (Moleong, 2000: 103) mendefinisikan “analisis data sebagai proses yang merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis (ide) seperti disarankan oleh dan sebagian data dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada tema dan hipotesis itu. Jika dikaji definisi pertama menitikberatkan pada pengorganisasian data, sedangkan definisi kedua lebih menekankan maksud dan tujuan analisis data. Moleong menyimpulkan bahwa analisis data adalah suatu proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.

Dari rumusan tersebut dapat digarisbawahi bahwa analisis data bermaksud pertama-tama mengorganisasikan data. Data-data yang terkumpul banyak dan terdiri dari catatan lapangan dan komentar peneliti, gambar, foto, dokumen berupa laporan, biografi, artikel, dan sebagainya. Analisis data dalam hal ini adalah mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberikan kode, dan mengkategori-kannya. Pengorganisasian dan pengelolaan data tersebut bertujuan menemukan tema dan hipotesis kerja yang akhirnya diangkat menjadi teori substantif.

Page 25: Penelitian kualitatif

Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto dsb. Setelah dibaca dipelajari, ditelaah, maka selanjutnya ialah mereduksi data yang dilakukan dengan jalan membuat abstraksi. Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman yang inti, proses, dan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap berada di dalamnya. Langkah selanjutnya adalah menyusunnya dalam satuan-satuan. Satuan-satuan kemudian dikategorisasikan pada langkah berikutnya. Kategori-kategori itu dilakukan sambil membuat koding. Tahap akhir dari analisis data ini, mulailah kini tahap penafsiran data dalam mengolah hasil sementara menjadi substantif dengan menggunakan beberapa metode tertentu.

Uraian tentang proses analisis dan analisis data di atas akan mengikuti pokok-pokok persoalan sebagai berikut:

A. Pemrosesan Satuan

1. Tipologi Satuan

Satuan atau unit adalah satuan suatu latar sosial. Satuan merupakan alat untuk menghaluskan data.

1. Penyusunan Satuan

Langkah pertama dalam pemrosesan satuan ialah analisis hendaknya membaca dan mempelajari secara teliti seluruh jenis data yang sudah terkumpul. Setelah itu usahakan agar satuan-satuan itu diidentifikasi. Peneliti memasukannya ke dalam kartu indeks. Penyusunan satuan ke dalam kartu indeks hendaknya dipahami oleh orang lain. Pada tahap ini analis hendaknya jangan dulu membuang satuan yang ada walaupun mungkin dianggap tidak relevan

B. Kategorisasi

1. Fungsi dan Prinsif Kategorisasi

Moleong (2000: 193) mengatakan “Kategorisasi berarti penyusunan kategori. Kategori tidak lain adalah salah satu tumpukan dari seperangkat tumpukan yang disusun atas dasar pikiran, intuisi, pendapat, atau criteria tertentu”. Selanjutnya Lincoln dan Guba (1985: 347-351) menguraikan kategorisasi sbb: Tugas pokok kategorisasi adalah (1) mengelompokkan kartu-kartu yang telah dibuat ke dalam bagian-bagian isi, (2) merumuskan aturan yang menguraikan kawasan kategori dan yang akhirnya dapat digunakan untuk menetapkan inklusi setiap kartu pada kategori dan juga sebagai dasar untuk pemeriksaan keabsahan data, (3) menjaga agar setiap kategori yang telah disusun satu dengan lainnya mengikuti prinsip taat asas. Dapat dikemukakan bahwa sejumlah kategori yang muncul tidak dapat dikatakan seperangkat kategori. Yang dihasilkan seorang analis adalah seperangkat yang menyediakan konstruksi data yang beralasan.

2. Langkah-Langkah Kategorisasi

Page 26: Penelitian kualitatif

a. Pilihlah kartu pertama di antara yang telah disusun pada penyusunan satuan. Bacalah kartu itu dan catatlah isinya. Kartu pertama ini mewakili entri pertama dari kategori yang akan diberi nama. Tempatkan kartu itu pada satu sisi.

b. Pilihlah kartu kedua, baca dan catat pula isinya. Buatlah keputusan atas dasar pengetahuan anda atas dasar intuisi, apakah kartu kedua ini tampak sama atau dirasakan sama dengan kartu pertama. Tampak sama berarti isinya itu benar-benar sama. Jika demikian, tempatkan kartu itu ke dalam tempat yang sama dengan kartu pertama, jika tidak maka kartu itu merupakan entri pertama untuk kategori kedua yang akan diberi nama.

c. Lanjutkan dengan kartu-kartu berikutnya. Untuk setiap kartu tetapkan apakah kartu itu tampak atau dirasakan sama dengan kartu-kartu yang telah ditempatkan di dalam kategori yang “mantap” ataukah kartu itu mewakili kategori baru. Lanjutkan kegiatan seperti ini seperti langkah-langkah selanjutnya.

d. Sesudah kartu diproses analis akan merasakan bahwa ada satu kartu yang tidak cocok untuk ditempatkan pada kartu-kartu yang telah ditempatkan pada kategori sebelumnya ataupun tidak cocok untuk menyusun kategori yang baru. Tempatkan kartu itu pada tumpukan lain-lain. Kartu-kartu itu jangan dibuang karena masih akan digunakan untuk keperluan menelaah kembali .

e. Ambil kartu-kartu yang telah terkumpul di dalam kategori dengan ukuran yang kritis. Buat dan susunlah pernyataan-pernyataan ydalam bentuk proporsional akan kawasan-kawasan yang merupakan cirri kartu yang sisa. Gabunglah cirri-ciri ke dalam aturan ilklusi. Berilah kategori itu “nama” atau “judul” yang di dalamnya berisi esensi atauran itu untuk memudahkan pengelompokan berikutnya dan untuk mencatat secepatnya isi setiap kategori.

f. Lanjutkan dengan langkah ketiga, keempat dan kelima, jika ada kategori yang mendekati ukuran kritis sampai seluruh kartu telah diselesaikan. Penyimpangan, konflik atau ketidakcukupan akan semakin menonjol apabila proses ini berjalan terus, dan hal demikian harus diselesaikan seperti pada langkah kelima. Jika hal itu telah ditangani dengan aturan yang telah direvisi, kartu-kartu yang ditumpukkan ke dalam kategori atas dasar pembentukan aturan sebelumnya hendaknya ditelaah kembali untuk memastikan bahwa kartu-kartu itu masih layak dipertahankan pada kategori itu.

g. Apabila tumpukan kartu satuan sudah selesai diproses, keseluruhan perangkat kategori ditelaah lagi. Pertama, hendaknya diberikan pada kartu-kartu yang ditumpukkan ke dalam “lain-lain” kalau ada di antara kartu-kartu itu yang dapat ditumpukkanke dalam kartu lainnya. Kedua, kategori-kategori harus ditelaah untuk memeriksa adanya tumpang tindih. Ketiga, perangkat kategori itu harus diuji untuk menemukan hubungan di antara sesamanya.

h. Kategori yang masih memerlukan data lainnya dapat dilakukan dengan mengikuti strategi seperti berikut: (1) perluasan; peneliti memulai dengan butir-butir yang diketahui tentang informasi yang dijadikan dasar untuk mengajukan pertanyaan atau sebagai petunjuk bagi pengujian dokumen, (2) pengaitan; yang tidak diketahui dan tidak dipahami oleh peneliti dikaitkan agar menjadi sesuatu yang dipahami, (3) pengapungan; proses pengapungan sama

Page 27: Penelitian kualitatif

dengan proses pembentukan hipotesisi atau menyarankan kategori baru segera setelah subjek kategori yang dikenal ditemukan karena tuntutan logis situasi yang menghendakinya.

i. Akhirnya menetapkan menghentikan pengumpulan dan pemrosesan “keputusan”. Ada empat kriteria: kehabisan sumber, munculnya keteraturan yaitu rasa integritasi walaupun harus berhati-hati jangan sampai menarik kesimpulan yang keliru karena adanya keteraturan dengan cara yang amat sederhana, terlalu diperluas yaitu perasaan peneliti terhadap banyaknya informasi yang digali.

j. Terakhir analis harus menelaah sekali lagi seluruh kategori agar jangan sampai ada yang terlupakan. Setelah selesai dianalisis, sebelum menafsirkan penulis wajib mengadakan pemeriksaan terhadap keabsahan data. Pemeriksaan itu dapat digunakan dengan menggunakan teknik-teknik pemeriksaan keabsahan data, yaitu:

- perpanjangan keikutsertaan; yang menuntut peneliti agar terjun ke dalam lokasi dan dalam waktu yang cukup panjang guna mendeteksi dan memperhitungkan distorsi pribadi, dipihak lain perpanjangan keikutsertaan juga dimaksudkan untuk membangun kepercayaan para subjek terhadap peneliti dan juga kepercayaan diri peneliti sendiri.

- Ketekunan Pengamatan; berarti bahwa peneliti hendaknya mengadakan pengamatan dengan teliti dan rinci secara berkesi-nambungan terhadap factor-faktor yang menonjol. Kemudian ia menelaahnya secara rinci sampai pada suatu titik sehingga pada pemeriksaan tahap awal tampah salah satu atau seluruh faktor yang ditelaah sudah dipahami.

- Triangulasi; adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dari luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan adalah pemeriksaan melalui sumber lainnya.

- Pemeriksaan sejawat melalui diskusi; teknik ini mengandung beberapa maksud sebagai salah satu teknik pemeriksaan keabsahan data; (1) untuk membuat agar peneliti tetap mempertahankan sikap terbuka dan kejujuran. Dalam diskusi analitik kemencengan peneliti disingkap dan pengertian mendalam ditelaah yang nantinya jadi dasar bagi klasifikasi penafsiran, sehingga pertanyaan yang diajukan dapat diklasifikasi menurut persoalan-persoalan peraturan, etika, atau lain-lain yang relevan, (2) diskusi dengan sejawat memberikan suatu kesempatan awal yang baik untuk mulai menjajaki dan menguji hipotesis yang muncul dari pemikiran peneliti.

- Analisis Kasus Negatif; dilakukan dengan jalan mengumpulkan contoh dan kasus yang tidak sesuai dengan pola dan kecenderungan informasi yang telah dikumpulkan dan digunakan sebagai bahan pembanding.

- Kecukupan Referensi; oleh Einser (1975, Lincolndan Guba, 1981: 313) sebagai alat untuk menampung dan menyesuaikan dengan kritik tertulis untuk keperluan evaluasi. Video atau film misalnya dapat digunakan sebagai alat perekam yang pada saat senggan dapat dimanfaatkan untuk membandingkan hasil yang diperoleh dengan kritik yang telah terkumpul.

Page 28: Penelitian kualitatif

- Pengecekan Anggota; dapat dilakukan baik secara formal maupun tidak formal. Banyak hal tersedia untuk mengadakan pengecekan anggota, yaitu setiap hari pada waktu peneliti bergaul dengan subjeknya. Misalnya ikhtiar wawancara dapat diperlihatkan untuk dipelajari oleh satu atau beberapa anggota yang terlibat dan mereka diminta pendapatnya.

- Uraian Rinci; teknik ini menuntut peneliti agar melaporkan hasil penelitiannya sehingga uraiannya itu dilakukan seteliti dan secermat mungkin yang menggambarkan konteks tempat penelitian diselenggarakan. Uraiannya harus mengungkap secara khusus segala sesuatu yang dibutuhkan oleh pembaca agar ia dapat memahami penemuan-penemuan yang diperoleh.

- Auditing; Penelurusan audit (audit trail) tidak dapat dilaksanakan apabila tidak dilengkapi dengan catatan-catatan peleksanaan penelusuran proses hasil auditing istudi. Pencatatan pelaksanaan itu perlu diklasifikasi terlebih dahulu sebelum auditing itu dilakukan sebagaimana yang dilakukan pada auditing fiscal.

- Klasifikais itu dapat dilaksanakan seperti yang dilakukan oleh Halpen 1983, dan Lincoln dan Guba, 1985; 319-320) sebagai berikut: (1) data mentah, termasuk bahan yang yang direkam secara elektronik, catatan lapangan tertulis, dokumen, foto dan semacamnya, serta hasil survey, (2) data yang direduksi dan hasil kajian, termasuk di dalamnya penulisan secara lengkap catatan lapangan, ikhtiar catatan, informasi yang dibuat persatuan, (3) rekonstruksi data dan hasil sistesis, termasuk di dalamnya struktur, kategori, tema, definisi dan hubungan-hubungannya, penemuan dan kesimpulan, dan laporan akhir dan hubungannya dengan kepustakaan mutakhir, integrasi konsep, hubungan dan penafsirannya, (4) catatan tentang proses penyelenggaraan, termasuk di dalamnya catatan metodologi, prosedur, desain, strategi, rasional, catatan tentang keabsahan data; berkaitan dengan derajat kepercayaan, ketergantungan dan kepastian, dan penelusuran audit, (5) bahan yang berkaitan dengan maksud dan keinginan, termasuk usulan penelitian, catatan pribadi: catatan reflektif dan motivasi; dan harapan: harapan dan peramalan, (6) informasi tentang pengembangan instrument, termasuk berbagai formulir yang digunakan untuk penjajakan, jadwal pendahuluan, format pengamat, dan survey. Tahap akhir rentetan auditing ialah mengakhiri auditing itu sendiri (closure).

C. Penafsiran Data

Penafsiran data dijabarkan ke dalam: (1) Tujuan penafsiran data, tujuan deskripsi semata-mata, analisis menerima dan menggunakan teori dan rancangan organisasional yang telah ada dalam suatu disiplin. Dengan hasil analisis data, analis menafsirkan data itu dengan jalan menemukan kategori-kategori, (2) proses umum penafsiran data; analisis data itu terjalin secara terpadu dengan penafsiran data. Data ditafsirkan menjadi kategori yang berarti sudah menjadi bagian dari teori dan dilengkapi dengan penyusunan hipotesis kerjanya sebagai teori yang nantinya diformulasikan dengan penyusunan deskriptif maupun secara proporsional., (3) Peranan hubungan kunci dalam penafsiran data; proses ini berlangsung selama peleitian berjalan. Kategori dan hubungannya diberi label dengan pernyataan sederhana berupa proporsisi yang menunjukkan hubungan. Proses ini diteruskan hingga diperoleh hubungan yang cukup padat, yaitu sampai analis menemukan petunjuk metafora atau kerangka berpikir umum, yaitu sampai analis menemukan hubungan kunci, yaitu suatu metafora, model, kerangka umum, pola yang menolak, atau garis riwayat, (4) peranan integorisasi data; interogasi terhadap data berarti

Page 29: Penelitian kualitatif

mengajukan seperangkat pertanyaan pada data sehingga terungkaplah banyak persoalan dari data itu sendiri.

Langkah-langkah menganalisis data atau cara menganalisis data di atas sejalan dengan pendapat Milles dan Huberman, namun mereka merinci lebih jelas setiap proses analisis, bahkan dilengkapi dengan contoh bagan-bagan yang digunakan dalam menganalisis data kualitatif, yakni sebagai berikut:

1. Analisis selama pengumpulan data yang terdiri dari: lembar ringkasan kontak yang memuat lembar isian ringkasan dokumen, kode dan pengkodean yang terdiri atas (catatan reflektif, catatan pinggir, menyimpan dan mendapatkan kembali teks), pembuatan kode pola, membuat memo yang diperlukan untuk pengembangan proposisi, pertemuan analisis situs dan ringkasan situs sementara dengan menyediakan catatan data.

2. Analisis di dalam situs; yang terdiri atas: bagan konteks yang menampilkan bagan konteks variabel khusus, matriks daftar cek, masalah yang tertata waktunya, matriks peranan tertata (matriks peranan dengan waktu dan matriks peranan dengan kelompok), matriks gerombol konseptual, matriks pengaruh eksplanatori, matriks dinamika situs tentang proses-keluaran, memasukkan peristiwa dalam daftar (bagian kejadian penting, jenjang pertumbuhan, jaringan peristiwa keadaan) jaringan kausal dalam bentuk verifikasi, membuat dan menguji prediksi.

3. Analisis lintas situs; yang terdiri atas: matriks meta tak tertata, matriks deskriptif yang tertata menurut situs (mengurutkan situs melalui indeks yang diringkas, tabel ringkasan dan matriks tertata menurut situs dua variabel), matriks prediktor keluaran situs tertata (membuat sub struktur variabel, table kontraks, dan matriks prediktor-keluaran-konsekuensi), matriks meta waktu tertata, bagan pencar (bagan pencar lintas waktu), matriks efek situs tertata, model-model kausal (rangkaian kausal), jaringan kausal-analisis lintas situs (matriks anteseden)

4. Penyajuan matriks; yang terdiri dari: membangun penyajian matriks, memasukkan data matriks, menganalisis data matriks.

5. Matriks dan menguji kesimpulan yang terdiri dari: taktik untuk merapatkan kesimpulan (perhitungan, memperhatikan pola, tema, melihat kemasukakalannya, penggurumbulan, membuat metafosa, memilih variabel, menggolongkan yang khusus dan yang umum, penentuan factor, memperhatikan hubungan antarvariabel, menemukan variabel penyela, membangun rangkaian logis mengenai bukti, membuat pertalian konseptual/teoritis), taktik untuk menguji dan memastikan temuan (memeriksa kerepresentatian, memeriksa pengaruh peneliti, triangulasi, memberi bobot pada bukti, membuat pertentangan/perbandingan, memeriksa makna segala sesuatu yang di luar, menggunakan kasus eksteren, menyingkirkan hubungan palsu, membuat replika temuan, mencari penjelasan tandingan, memberi bukti yang negatif, dan mendapatkan umpan balikan dari informasi dan informan). Bila kita mengikuti alur yang ditawarkan oleh Miles dan Huberman, maka akan sulit memahami, namun cara menganalisis data seperti yang dilakukan oleh mereka telah ditulis oleh Moleong yang didukung dengan pandangan-pandangan para pakar lainnya lebih simple dan mudah dipahami bila kita tertarik dengan penelitian kualitatif.

Page 30: Penelitian kualitatif

Para peneliti kualitatif mencoba memahami kepribadian orang lain dari pendapat dan kerangka berpikir mereka. Pusat dan pandangan dari peneliti kualitatif adalah realitas yang dialami sebagai pengalaman dari responden. Mereka empati, dan mengenal dengan orang yang mereka teliti untuk memahami bagaimana mereka melihat sesuatu perspektif mereka, sedangkan interpretasi dan dugaan peneliti ditempatkan untuk menangkap proses yang terjadi dalam kerangka pengalaman dan satuan perbuatan yang dilakukan. Artinya penelitian kualitatif selalu berada dalam setting kerja lapangan (field work). Karena berorientasi pada proses, maka saya mengatakan bahwa penelitian kualitatif digunakan untuk memecahkan permasalahan penelitian yang berkaitan dengan kehidupan manusia di masyarakatnya, konekuensi masyarakat atas hasil pembangunan, perilaku siswa di sekolah, partisipasi kelompok dalam masyarakat dalam kaitannya dengan adaptasi lingkungan dll, dimana dalam

Penelitian kualitatif pada aplikasinya tidak harus menggunakan jumlah subyek atau obyek yang besar, tetapi memerlukan deskripsi secara tebal atau thick description dan komprehensif, sehingga mampu memberikan gambaran luas, kaya dan hidup. Oleh karena itu penelitian kualitatif juga digunakan untuk skalah kecil dan bersifat kasus dengan menekankan pada prose salami dengan deskripsi yang intensif dalam setiap langkahnya.

Lukisan mendalam atau thick description seperti hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh Clifford Geeztz dalam tafsir kebudayaan adalah salah salah satu contoh hasil penelitian kualitatif “etnografi”. Geertz lebih memperhatikan “makna” seperti juga yang dikatakan oleh Milles dan Huberman. Dia menganjurkan seseorang untuk lebih mencari pemahaman makna daripada sekedar mencari hubungan sebab akibat. Untuk menagkap apa yang disebut makna kebudayaan, perlulah terlebih dahulu mengetahui cara menafsir symbol-simbol yang setiap saat dan tempat digunakan orang dalam kehidupan umum. Sementara Spradley (1997: xvi) mengatakan “Belajar tentang etnografi berarti belajar tentang jantung dari ilmu antropologi, khususnya antropolgi sosial. Ciri-ciri khas dari metode penelitiannya sifatnya holistic-integratif, thick description, dan analisis kualitatif dalam rangka mendapatkan native’s point of view. Teknik pengumpulan data yang utama adalah observasi partisipansi dan wawancara terbuka dan mendalam, yang dilakukan dalam jangka waktu yang relative lama, bukan kunjungan singkat dengan daftar pertanyaan yang terstruktur seperti pada penelitian survey.

Lebih lanjut Geertz menawarkan cara menafsir symbol-simbol kebudayaan secara komplit (”thick“). Sebuah tafsiran dengan memaparkan konfigurasi atau system simbol-simbol bermakna secara mendalam dan menyeluruh. Mengingat bahwa symbol-simbol adalah kendaraan pembawa makna. Dalam tiga bab terakhir (Bab 5, 6, 7) Geertz menuangkan contoh-contoh bagaimana Dia membuat lukisan etnografi yang memperhatikan (sejauh mungkin) sudut pandang dari “mata kepala” (pihak yang sedang diteliti). Dia melukiskan perjuangan warga masyarakat (ketiganya tentang Bali) menghadapi, menafsir dan bercerita tentang symbol-simbol kebudayaan yang selama itu tersedia, umum dikenal dan mendefinisikan dunia kehidupan masing-masing warga. Itulah salah satu contoh dari ciri penelitian kualitatif yaitu “thick description” lukisan mendalam terhadap obyek penelitian.

Untuk penelitian etnografis dan paradoknya serta masalah-masalah yang timbul dalam pendidikan social, Stanley (1976-1983: 6) mengutip hasil penelitian Jane White “bahwa etnografi merupakan paradigma penelitian yang tidak sama dan dapat menimbulkan berbagai

Page 31: Penelitian kualitatif

pertanyaan baru serta memberikan cara yang berbeda pula dalam melihat dan memahami tingkah laku sosial. Dia juga membahas beberapa pertentangan yang bersangkut-paut dengan hal-hal yang memungkinkan dan tidak memungkinkan dilaksanakannya penelitian etnografis. Tinjauan tentang studi etnografis yang relevan dianalisis dalam batas-batas cara studi itu, membantu kita memahami pendidikan proses social. White mengambil posisi bahwa penelitian etnografis itu penemuannya tidak begitu preskriptif seperti studi empirik-analitis.

Kesimpulan:

Dari uraian di atas, tentang data kualitatif, yang terpenting dalam analisis data kualitatif dan cara menganalisis data kualitatif, dapat ditarik kesimpulan atau karakteristik penelitian kualitatif adalah sebagai berikut:

1. Data kualitatif adalah semua informasi yang berupa test, sit com, email, cerita rakyat, sejarah kehidupan, yang berguna untuk membangun dan mengarahkan pada pengembangan pengertian yang mendalam, dan yang berhubungan dengan kategorisasi, karakteristik berwujud pertanyaan atau berupa kata-kata

2. Penelitian kualitatif dilakukan atas dasar induktif yang mengedepankan pengembangan yang berawal dari spesifik seperti: konsep, pandangan dan pengertian yang berasal dari bentuk kata yang ada, untuk kemudian menuju pada kesimpulan akhir.

3. Peneliti melihat setting dan orang yang diteliti secara menyeluruh atau “holistic” dimana komponen-komponen subyek yang diteliti seperti manusia, dan tempat tidak dikurangi atau direpresentasikan sebagai variabel, tetapi mereka melihat secara keseluruhan untuk menjadi pertimbangan dalam analisis data. Para peneliti melakukan studi terhadap manusia dalam konteks yang holistic dan alami dengan situasi dan kondisi mereka sehari-hari.

4. Metode kualitatif adalah metode humanistic yaitu metode yang mempelajari bagaimana kecenderungan masyarakat yang mempengaruhi kita dalam memandang mereka. Mempelajari manusia secara kualitatif berarti mengetahui pribadi mereka, pengakuan dan pengalaman mereka alami.

5. Penelitian kualitatif pada prinsipnya adalah tindakan untuk mengetahui konsep kehidupan social orang lain yang menjadi subyek penelitian yang pada umumnya mencakup: (a) pengamatan masyarakat dalam kesehariannya, (b) mendegarkan pembicaraan atau pikiran mereka,

DAFTAR PUSTAKA

Anselm Stauss, dan Barney G. Glasser. (1985) Penemuan Teori Grounded beberapa strategi penelitian kualitati( terjemahan) Surabaya: Usaha nasional

Brannen, J. 1997. Memadu Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif (Terjemahan). Metodologi Penelitian Kualitatif (edisi ketiga cetakan ke tujuh). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Page 32: Penelitian kualitatif

Clifford Geertz. (1992) Tafsir Kebudayaa (terjemahan), Yogyakarta: Kanisius.

Guba, E.G dan Lincoln, Y.S. (1981) Effective Evaluation. San Francisco: Jossey Bass Publisher

Milles & Huberman. (1992) Analisis Data Kualitatif (tentang metode-metode baru), Jakarta: UI-Press.

Moleong, Lexy.J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Rosdakarya.

Riduwan. (2003) Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta

Stanley, William, B. (1976-1983) Tinjauan tentang Penelitian dalam Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial (diterjemahkan oleh Kaluge Lauren dan Abdul Wahab), Surabaya, Airlangga University Press.

Spradley P. James. (1997) Metode Etnografi (terjemahan), Yogyakarta: PT. Tiara Wacana.

Sukardi, (2006) Penelitian Kualitatif Naturalistik dalam Pendidikan, Yogyakarta: Usaha Keluarga.

http://id.wikipedia.org/wiki/Penelitian_kualitatif (diakses 15 Januari 2009)