11
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengangguran dan kemiskinan masih menjadi permasalahan di Indonesia. Pengangguran dan kemiskinan terjadi karena perbandingan antara jumlah penawaran kesempatan kerja tidak sebanding dengan jumlah lulusan atau penawaran tenaga kerja baru di segala level pendidikan (Leonardus Saiman, 2009: 22). Data statistik pada Pebruari 2011 yaitu sebanyak 8,12 juta orang dengan tingkat pengangguran terbuka sebesar 6,80 persen (Badan Pusat Statistik RI, 2011) menunjukkan jumlah pengangguran masih relatif tinggi. Namun, jumlah pengangguran dan kemiskinan sebenarnya dapat diperkecil dengan keberanian membuka usaha-usaha baru atau berwirausaha. Wirausaha merupakan potensi pembangunan, baik dalam jumlah maupun dalam mutu. Kenyataannya bahwa jumlah wirausahawan Indonesia masih sedikit dan mutunya belum bisa dikatakan hebat, sehingga persoalan pembangunan wirausaha Indonesia merupakan persoalan mendesak bagi suksesnya pembangunan (Buchari Alma, 2010: 1). Dalam rangka meningkatkan pembangunan ekonomi, khususnya pengembangan kewirausahaan di seluruh tanah air, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah mencanangkan Gerakan Kewirausahaan Nasional (GKN) pada Pebruari 2011. Dengan adanya GKN diharapkan generasi muda memiliki minat untuk menjadi wirausahawan. Minat berwirausaha di Indonesia masih sangat rendah. Jumlah wirausahawan di Indonesia baru 0,18 persen dari jumlah penduduk, masih jauh di

penelitian

Embed Size (px)

DESCRIPTION

bab 1

Citation preview

Page 1: penelitian

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pengangguran dan kemiskinan masih menjadi permasalahan di Indonesia.

Pengangguran dan kemiskinan terjadi karena perbandingan antara jumlah

penawaran kesempatan kerja tidak sebanding dengan jumlah lulusan atau

penawaran tenaga kerja baru di segala level pendidikan (Leonardus Saiman, 2009:

22). Data statistik pada Pebruari 2011 yaitu sebanyak 8,12 juta orang dengan

tingkat pengangguran terbuka sebesar 6,80 persen (Badan Pusat Statistik RI,

2011) menunjukkan jumlah pengangguran masih relatif tinggi. Namun, jumlah

pengangguran dan kemiskinan sebenarnya dapat diperkecil dengan keberanian

membuka usaha-usaha baru atau berwirausaha.

Wirausaha merupakan potensi pembangunan, baik dalam jumlah maupun dalam mutu. Kenyataannya bahwa jumlah wirausahawan Indonesia masih sedikit dan mutunya belum bisa dikatakan hebat, sehingga persoalan pembangunan wirausaha Indonesia merupakan persoalan mendesak bagi suksesnya pembangunan (Buchari Alma, 2010: 1). Dalam rangka meningkatkan pembangunan ekonomi, khususnya

pengembangan kewirausahaan di seluruh tanah air, Presiden Susilo Bambang

Yudhoyono telah mencanangkan Gerakan Kewirausahaan Nasional (GKN) pada

Pebruari 2011. Dengan adanya GKN diharapkan generasi muda memiliki minat

untuk menjadi wirausahawan.

Minat berwirausaha di Indonesia masih sangat rendah. Jumlah

wirausahawan di Indonesia baru 0,18 persen dari jumlah penduduk, masih jauh di

Page 2: penelitian

2

bawah negara lain yaitu dibandingkan dengan Malaysia yang sudah 2 persen,

Amerika 4 persen, dan Singapura 7 persen. Suatu negara akan maju dan stabil

perekonomiannya jika penduduk yang menjadi wirausahawan minimal 2 persen

dari jumlah penduduk (www.jpnn.com/read/2011/03/23/87627/).

Sementara Zimmerer et al. (2002: 17-20) mengemukakan beberapa

kelemahan profesi wirausaha, yaitu (1) Pendapatan tidak pasti, (2) Resiko

kehilangan seluruh investasi, (3) Bekerja keras dalam waktu lama, (4) Mutu hidup

rendah sampai bisnis mapan, (5) Ketegangan mental yang tinggi, (5) Bertanggung

jawab penuh, dan (6) Keputusasaan. Adanya beberapa kelemahan tersebut,

ditanggapi oleh sebagian masyarakat sebagai tantangan, namun di lain pihak ada

juga masyarakat yang menanggapinya sebagai hambatan. Hal inilah yang

menyebabkan profesi wirausaha menduduki ranking terakhir dalam pilihan dunia

kerja. (Sudarmiatin, 2009). “... many people, still, do not consider

entrepreneurship as a career” (Hisrich et al., 2005: 18).

Valentino Dinsi (2005) dalam Leonardus Saiman (2009: 29) berpendapat

bahwa:

Pikiran kebanyakan anak muda dan atau pikiran orangtua di Indonesia pada umumnya setelah lulus dari sekolah maupun lulus perguruan tinggi, pilihan pertama dan utama adalah agar putera putrinya menjadi pegawai (“priyayi”), agar dapat hidup teratur (meskipun gaji kecil), terhormat (ingin memperoleh kedudukan/karir puncak), dan atau menjadi karyawan perusahaan bergengsi, baik Badan Usaha Milik Swasta (BUMS), Badan Usaha Milik Negara (BUMN), ataupun Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) atau Pegawai Negeri Sipil (PNS) maupun Polisi/ABRI. Pemerintah juga berupaya melalui kebijakan dalam rangka merubah

paradigma agar pelajar lebih berminat berwirausaha daripada menjadi karyawan

atau pegawai. Arah kebijakan pembangunan pendidikan nasional dimaksudkan

Page 3: penelitian

3

untuk penerapan metodologi pendidikan akhlak mulia dan karakter bangsa

termasuk karakter wirausaha (Kemendiknas, 2010).

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) mempunyai peluang yang cukup

besar untuk ikut serta dalam membangun sistem perekonomian dengan

memanfaatkan tahap perkembangan remaja, mendidik siswa agar berminat

menjadi wirausaha. Tahap perkembangan remaja akhir ditandai dengan adanya

minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek (Sarlito W. Sarwono,

2011: 30). Menurut Andi Mappiare (1982: 88) “... jenis pekerjaan/jabatan yang

dipilih oleh seorang remaja akhir dipengaruhi oleh minat ...”. Minat berwirausaha

yang muncul diharapkan akan membentuk kecenderungan mereka membuka

usaha-usaha baru secara mandiri di masa mendatang.

Salah satu jenis wirausaha yang dapat dilakukan oleh lulusan SMK adalah

berwirausaha dalam bidang pertanian. Bob Sadino berpendapat:

Peluang bisnis pertanian cukup besar, tidak hanya pasar internasional saja, tetapi pasar dalam negeri Indonesia juga sangat menjanjikan untuk perkembangan bisnis pertanian, apalagi Indonesia alamnya subur dan kaya. Tergantung sumberdaya manusia (SDM) yang mengelolanya. SDM Indonesia selama ini masih kurang mampu mengelolanya. (http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2010/03/28/01013684). SDM yang memiliki pengetahuan dan keterampilan tentulah banyak

jumlahnya. Namun, masih banyak SDM yang kurang kreatif dan tidak berani

mengambil resiko untuk membuka dan mengelola usaha. Kreatif dan keberanian

mengambil resiko merupakan kepribadian wirausaha. Beberapa kepribadian

wirausaha lainnya seperti percaya diri, berorientasi pada hasil, kepemimpinan,

kerja keras, dan masih banyak lagi, akan mendukung terbentuknya SDM yang

mampu mengelola usaha.

Page 4: penelitian

4

Wirausahawan yang berhasil, salah satu kuncinya memiliki kepribadian

yang unggul. Kepribadian tersebut kadangkala membedakannya dari kebanyakan

orang. Gambaran ideal seorang wirausahawan menurut Buchari Alma (2010: 21)

adalah orang yang dalam keadaan bagaimanapun daruratnya, tetap mampu berdiri

atas kemampuan sendiri untuk menolong dirinya keluar dari kesulitan yang

dihadapi, termasuk mengatasi kemiskinan tanpa bantuan siapapun. Bahkan dalam

keadaan yang biasa (tidak darurat), mampu menjadikan dirinya maju, kaya,

berhasil lahir dan bathin. Oleh karena itu, hendaknya siswa SMK memiliki

potensi kepribadian wirausaha agar kelak mampu mandiri, menolong dirinya

sendiri dalam menghadapi kesulitan hidup, bahkan mampu membuka peluang

kerja bagi dirinya dan orang lain.

Linan &. Leon (2007) berpendapat the individual’s decision to become an

entrepreneur is sometimes assumed to depend on personality traits: “If you have

the proper personality profile, you will become an entrepreneur sooner or later”.

Menurut Buchari Alma (2010: 12) yang paling mendorong seseorang untuk

memasuki karir wirausaha adalah adanya (1) personal attributes dan (2) personal

environment. Hasil-hasil penelitian menyebutkan bahwa minat berwirausaha

dipengaruhi oleh potensi kepribadian wirausaha.

Kewirausahaan dapat diajarkan melalui pendidikan dan pelatihan. “...

entrepreneurship has models, processes, and case studies that allow the topic to

be studied and the knowledge to be acquired” (Kuratko & Hodgetts, 2007: 34).

Oleh karena itu, kewirausahaan telah dijadikan mata pelajaran dari tingkat sekolah

dasar hingga perguruan tinggi, dijadikan kurikulum wajib, bahkan menjadi salah

Page 5: penelitian

5

satu konsentrasi di program studi tertentu (Leonardus Saiman, 2009: 22). Realita

di lapangan, sistem pembelajaran saat ini belum sepenuhnya secara efektif

membangun peserta didik memiliki akhlak mulia dan karakter bangsa termasuk

karakter wirausaha. Proses pembelajaran di SMK belum sepenuhnya mampu

membangun potensi kepribadian wirausaha. Hal ini antara lain ditunjukkan

dengan jumlah pengangguran yang relatif tinggi, jumlah wirausaha yang masih

relatif sedikit, dan terjadinya degradasi moral (Kemendiknas, 2010).

Pembekalan pengetahuan kewirausahaan kepada siswa-siswa SMK sangat

perlu dilakukan. Semakin tinggi pengetahuan kewirausahaan siswa SMK akan

semakin terbuka wawasannya tentang kewirausahaan. Hasil-hasil penelitian

menyimpulkan bahwa pengetahun kewirausahaan berpengaruh terhadap minat

berwirausaha. Sekolah idealnya dapat membantu pembentukan minat siswa

berwirausaha. Namun, masih banyak SMK hanya menitikberatkan pembelajaran

pada aspek pengetahuan saja dan belum mampu mengkondisikan lingkungan

sekolah yang dapat menumbuhkan minat siswa berwirausaha. Proses

pembelajaran yang selama ini hanya dititikberatkan pada aspek pengetahuan

semestinya diikuti dengan pembelajaran keterampilan wirausaha di lapangan.

Peran keluarga juga sangat penting dalam menumbuhkan minat

berwirausaha bagi para siswa. Pendidikan berwirausaha dapat berlangsung sejak

usia dini dalam lingkungan keluarga. Melalui keluarga pola pikir kewirausahaan

dapat terbentuk. Minat berwirausaha dapat tumbuh dan berkembang dengan baik

pada seseorang yang hidup dan tumbuh di lingkungan keluarga wirausahawan.

Kenyataannya, sebagian besar lingkungan keluarga belum kondusif dalam

Page 6: penelitian

6

pembentukan minat anak dalam berwirausaha. Hal ini disebabkan oleh banyak

faktor, antara lain: keterbatasan pengetahuan orangtua, pola pikir dalam keluarga

menjadi PNS atau karyawan lebih aman daripada menjadi wirausahawan, tidak

ada model wirausahawan dalam keluarga, dan lain sebagainya.

Lulusan SMK yang berwirausaha di Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul,

dan Kabupaten Sleman telah memberi kontribusi dalam perkembangan wilayah

dalam hal: 1) meningkatkan nilai ekonomi barang lokal, 2) menciptakan lapangan

kerja, 3) membangun jaringan ekonomi wilayah, 4) melakukan pemupukan modal

usaha/investasi, 5) meningkatkan pendapatan wilayah, dan 6) membangun

lingkungan sosial kemasyarakatan (Mardiana: 2008). Dengan demikian, tentu

sangat diharapkan siswa SMK di Daerah Istimewa Yogyakarta semakin banyak

yang berminat berwirausaha agar setelah lulus dapat membuka usaha-usaha baru

yang akan terus memberi kontribusi dalam perkembangan wilayah.

Berdasarkan hasil survey, lulusan SMK Rumpun Pertanian di Daerah

Istimewa Yogyakarta, selain melanjutkan ke perguruan tinggi, rata-rata bekerja

menjadi karyawan perusahaan perkebunan dan instansi pemerintah. Bahkan ada

juga yang bekerja tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya yaitu

pertanian, seperti bekerja di toko, di bengkel, menjadi ojek, supir, tenaga kerja

yang bekerja di luar negeri, dan banyak pula yang masih menganggur. Adapun

lulusan yang berwirausaha, sebagian juga tidak sesuai dengan latar belakang

pendidikan yaitu pertanian. Dari gambaran sementara ini, dapatlah dikatakan,

belum banyak lulusan SMK rumpun pertanian memilih karir wirausaha apalagi

wirausaha di bidang pertanian. Sehingga sangat perlu dikaji apakah siswa SMK

Page 7: penelitian

7

rumpun pertanian di Daerah Istimewa Yogyakarta masih banyak yang belum

berminat memilih karir sebagai wirausahawan. Padahal peluang untuk menjadi

wirausahawan di bidang pertanian cukup luas, dari sektor hulu hingga hilir.

Wirausaha bidang pertanian dapat dilakukan mulai dari penyediaan sarana

produksi, proses produksi, penanganan pasca panen dan pengolahan hasil, serta

pemasaran.

Menurut Brown dan Brooks (1990: 3) bahwa proses memilih karir diawali

dengan minat terhadap karir tersebut dan hal ini dapat diketahui melalui

pendekatan ilmiah. Oleh karena itu, penelitian dilakukan dengan mengangkat

judul: Pengaruh Potensi Kepribadian Wirausaha, Pengetahuan Kewirausahaan,

dan Lingkungan Terhadap Minat Berwirausaha Siswa SMK Rumpun Pertanian di

Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian ini mengkaji potensi kepribadian

wirausaha, pengetahuan kewirausahaan, dan lingkungan yang berpengaruh secara

bersama-sama terhadap minat berwirausaha dimana tidak diteliti pada penelitian-

penelitian sebelumnya. Selain itu pada penelitian ini terdapat perbedaan dengan

penelitian-penelitian lainnya dalam hal bidang minat wirausaha yaitu terkait pada

bidang pertanian.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang, beberapa permasalahan dapat diidentifikasi

sebagai berikut:

1. Data statistik pada Pebruari 2011 yaitu sebanyak 8,12 juta orang dengan

tingkat pengangguran terbuka sebesar 6,80 persen (Badan Pusat Statistik RI,

2011) menunjukkan jumlah pengangguran masih relatif tinggi.

Page 8: penelitian

8

2. Minat berwirausaha di Indonesia masih sangat rendah. Jumlah wirausahawan

di Indonesia baru 0,18 persen dari jumlah penduduk, padahal suatu negara

akan maju dan stabil perekonomiannya jika penduduk yang menjadi

wirausahawan minimal 2 persen dari jumlah penduduk

(www.jpnn.com/read/2011/03/23/87627/).

3. Menurut Valentino Dinsi dalam Leonardus Saiman (2009: 29), lulusan SMK

masih banyak berminat bekerja menjadi karyawan atau pegawai baik di swasta

maupun instansi/dinas pemerintahan.

4. Proses pembelajaran di SMK belum mampu menumbuhkan minat siswa untuk

berwirausaha. Hal ini antara lain ditunjukkan dengan jumlah pengangguran

yang relatif tinggi, jumlah wirausaha yang masih relatif sedikit, dan terjadinya

degradasi moral (Kemendiknas, 2010).

5. Sistem pembelajaran saat ini belum sepenuhnya secara efektif membangun

peserta didik memiliki akhlak mulia dan karakter bangsa termasuk karakter

wirausaha. Proses pembelajaran di SMK belum sepenuhnya mampu

membangun potensi kepribadian wirausaha (Kemendiknas, 2010).

6. Faktor keterbatasan pengetahuan orangtua, pola pikir dalam keluarga menjadi

PNS atau karyawan lebih aman daripada menjadi wirausahawan, tidak ada

model wirausahawan dalam keluarga, dan lain sebagainya menunjukkan

lingkungan keluarga masih banyak yang belum kondusif dalam pembentukan

minat anak dalam berwirausaha.

Page 9: penelitian

9

7. Lulusan SMK Pertanian sebagai sumberdaya manusia dalam bidang pertanian

belum sepenuhnya mampu mengelola usaha bidang pertanian

(http://bisniskeuangan.kompas.com/).

C. Pembatasan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini dibatasi pada upaya mengungkap

pengaruh potensi kepribadian wirausaha, pengetahuan kewirausahaan, dan

lingkungan keluarga terhadap minat berwirausaha siswa SMK Rumpun Pertanian

di Daerah Istimewa Yogyakarta. Potensi kepribadian wirausaha, pengetahuan

kewirausahaan, lingkungan keluarga, dan minat berwirausaha terkait dengan

bidang pertanian. Sedangkan SMK Rumpun Pertanian yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah SMK Bidang Keahlian Agribisnis dan Agroindustri Program

Studi Keahlian Agribisnis Produksi Tanaman

D. Rumusan Masalah

Secara rinci permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah terdapat pengaruh potensi kepribadian wirausaha terhadap minat

berwirausaha siswa SMK Rumpun Pertanian di Daerah Istimewa Yogyakarta?

2. Apakah terdapat pengaruh pengetahuan kewirausahaan terhadap minat

berwirausaha siswa SMK Rumpun Pertanian di Daerah Istimewa Yogyakarta?

3. Apakah terdapat pengaruh lingkungan keluarga terhadap minat berwirausaha

siswa SMK Rumpun Pertanian di Daerah Istimewa Yogyakarta?

Page 10: penelitian

10

4. Apakah terdapat pengaruh potensi kepribadian wirausaha, pengetahuan

kewirausahaan, dan lingkungan keluarga secara bersama-sama terhadap minat

berwirausaha siswa SMK Rumpun Pertanian di Daerah Istimewa Yogyakarta?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi:

1. Pengaruh potensi kepribadian wirausaha terhadap minat berwirausaha siswa

SMK Rumpun Pertanian di Daerah Istimewa Yogyakarta.

2. Pengaruh pengetahuan kewirausahaan terhadap minat berwirausaha siswa

SMK Rumpun Pertanian di Daerah Istimewa Yogyakarta.

3. Pengaruh lingkungan keluarga terhadap minat berwirausaha siswa SMK

Rumpun Pertanian di Daerah Istimewa Yogyakarta.

4. Pengaruh potensi kepribadian wirausaha, pengetahuan kewirausahaan, dan

lingkungan keluarga secara bersama-sama terhadap minat berwirausaha siswa

SMK Rumpun Pertanian di Daerah Istimewa Yogyakarta.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat:

1. Secara praktis

a. Bagi siswa yang minatnya tinggi menjadi wirausahawan agar nantinya

setelah lulus dari SMK dapat segera mulai berwirausaha. Bagi siswa yang

minatnya rendah terhadap wirausaha agar dapat mulai tertarik dan

berminat berwirausaha.

Page 11: penelitian

11

b. Bagi guru, khususnya guru mata diklat kewirausahaan dan guru bimbingan

karir di sekolah, sebagai bahan pembinaan dalam melaksanakan

pendidikan dan pelatihan serta pemberian bimbingan karir yang mengarah

pada peningkatan minat berwirausaha siswa.

c. Bagi institusi SMK, dapat meningkatkan proses belajar mengajar

khususnya mata diklat kewirausahaan dan terus mencari metode-metode

yang menarik minat siswa sehingga dapat menghasilkan lulusan-lulusan

yang mempunyai minat tinggi terhadap kewirausahaan.

d. Bagi Kepala Sub Dinas Pendidikan SMK, Kepala Dinas Pendidikan dan

Pengawas sebagai bahan pembinaan untuk SMK di lingkungannya.

e. Bagi pemegang kebijakan dalam hal ini Direktur Pendidikan SMK,

sebagai bahan pertimbangan dalam mengatur kurikulum, khususnya

mengenai program pendidikan dan pelatihan kewirausahaan yang dapat

menumbuhkembangkan minat berwirausaha.

2. Secara teoritis

a. Memberikan informasi tentang faktor-fator yang mempengaruhi minat

siswa berwirausaha.

b. Dapat digunakan sebagai literatur dalam pelaksanaan penelitian yang

relevan di masa yang akan datang.