Author
voltvoltics
View
217
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
penelitian
BAB I
PENDAHULUANI.1 Latar Belakang
Keberhasilan pemerintah dalam upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat dengan melihat indikator yang tercantum dalam Milenium Development Goals(MDGs) salah satunya yaitu Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dengan memprioritaskan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI). Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI, 2007) AKI mengalami penurunan sebesar 0,79% dari tahun 2002 (307 per 100.000 (KH) Kelahiran Hidup) sampai tahun 2007 (228 per 100.000 KH).1 meskipun megalami penurunan tetapi angka tersebut masih tinggi di Asia (Kemenkes RI, 2011). Sementara target rencana pembangunan jangka panjang menengah nasional (RPJMN) sebesar 226 per 100.000 kelahiran hidup. Target indonesia sehat menurut Indonesia sehat tahun 2010 mencapai 150 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan target pada tahun 2015 yaitu 102 per 100.000 kelahiran hidup sesuai dengan target MDGs.2Penurunan AKI memerlukan berbagai upaya-upaya kesehatan yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas. Dengan meningkatkan pelayanan KIA meliputi pelayanan Antenatal Care, persalinan, nifas, dan perawatan bayi baru lahir (Kemenkes RI, 2011).Di Indonesia program kesehatan ibu menargetkan setiap ibu hamil melakukan paling sedikit 4 kali kunjungan periksa hamil, masing-masing sekali pada trimester pertama dan kedua serta dua kali pada trimester ke tiga. Setiap ibu hamil di anjurkan di periksa tinggi dan berat badan, tekanan darah, mendapat pil zat besi, imunisasi Tetanus toxoid (TT), dan pemeriksaan tinggi fundus. Setiap kunjungan pemeriksaan kehamilan ibu harus dijelaskan tentang tanda-tanda komplikasi kehamilan, di timbang berat badan serta di periksa darah dan urin.3 Kunjungan pertama ibu hamil(K1) adalah kontak ibu hamil pertama kali dengan petugas kesehatan unuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan.4 Menurut Kemenkes RI (2011), cakupan K1 (kunjungan ibu pertama kali ibu hamil) pada tahun 2010 (95, 26%) mengalami peningkatan sebesar 2,61% dari tahun 2008 (92,65%).1 Adapun cakupan K1 di puskesmas Kedoya Utara dari januari 2012 sampai desember 2012 yaitu 16%.Banyak faktor yang mempengaruhi kunjungan antenatal pada ibu hamil. Secara umum kunjungan kesehatan ibu erat hubungan-nya dengan kemiskinan, pendidikan ibu, faktor geografis dan pembangunan social. Penelitian yang di lakukan adik wibiwo (1992) ada beberapa faktor yang mempengaruhi kunjungan antenatal yaitu : faktor predisposisi yang meliputi (umur, paritas, jarak kelahiran, pendidikan, pengetahuan, dan sikap). Faktor enabling yang meliputi pekerjaan suami, ekonomi keluarga, pembayar, ongkos, waktu, ketersediaan pelayanan dan jarak ) dan faktor kebutuhan yang meliputi ( riwayat penyakit, keluhan, persepsi sehat, kondisi ibu, rencana pengobatan dan kadar HB). 5Kami memilih lokasi penelitian di puskesmas kelurahan Kedoya Utara dikarenakan belum adanya penelitian serupa yang dilakukan di wilayah kerja puskesmas Kedoya Utara dan memenuhi tugas kepaniteraan ilmu kesehatan masyarakat fk ukrida.1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan uraian dalam latar belakang masalah tersebut di atas, dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. AKI mengalami penurunan sebesar 0,79% dari tahun 2002 sampai tahun 2007 tetapi angka tersebut masih tinggi di Asia (Kemenkes RI, 2011).2. Penurunan AKI memerlukan berbagai upaya-upaya kesehatan dengan meningkatkan pelayanan KIA meliputi pelayanan Antenatal Care, persalinan, nifas, dan perawatan bayi baru lahir.
3. cakupan K1 di puskesmas Kedoya Utara dari januari 2012 sampai desember 2012 yaitu 16%.4. Belum ada penelitian yang dilakukan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan ibu hamil (K1) di kelurahan Kedoya Utara.I.3 TujuanPenelitianI.3.1 TujuanUmum
Diketahuinya gambaran kunjungan pertama (K1) di wilayah kerja Puskesmas Kedoya Utara periode 12 26 Agustus 2013 dan faktor-faktor yang mempengaruhinya I.3.2 TujuanKhusus- Diketahuinya sebaran tingkat pendidikan, penghasilan, pekerjaan, usia ibu hamil, paritas, dan geografis mengenai kunjungan pertama (K1) ibu hamil periode 12 26 Agustus 2013.- Diketahuinya hubungan antara tingkat pendidikan, tingkat penghasilan, pekerjaan, usia, paritas dan geografis terhadap gambaran ibu hamil mengenai kunjungan pertama (K1) ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Kedoya Utara periode 12 26 Agustus 2013.I.4 Manfaat Penelitian I.4.1 Manfaat Bagi Peneliti
1. Menerapkan dan mengembangkan ilmu yang di dapat saat kuliah
2. Meningkatkan kemampuan berkomunikasi langsung dengan masyarakat
3. Mengembangkan kemampuan untuk berpikir kritis
4. Menumbuhkan minat dan pengetahuan peneliti5. Menambah pengetahuan tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kunjungan baru (K1) pada ibu hamil.6. Mengembangkan daya nalar, minat, dan kemampuan dalam bidang penelitian. I.4.2 Manfaat Bagi Perguruan Tinggi
1. Merealisasikan Tri Dharma Perguruan Tinggi dalam melaksanakan fungsi atau tugas perguruan tinggi sebagai lembaga yang menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian bagi masyarakat2. Memperkenalkan Fakultas Kedokteran UKRIDA kepada masyarakat
3. Berperan serta di bidang kesehatan dengan mewujudkan masyarakat ilmiah dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan penerapan teknologi.4. Meningkatkan saling pengertian dan saling kerja sama antara mahasiswa dan staf pengajar.I.4.3 Manfaat Bagi Masyarakat
1. Sebagai masukan untuk bahan informasi dalam upaya peningkatan derajat kesehatan dan penelitian selanjutnya.
2. Menambah pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya kunjungan pertama (K1) pada ibu hamil
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Konsep KehamilanMasa kehamilan di mulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya kehamilan normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari pertama haid terakhir. Kehamilan di bagi dalam 3 triwulan yaitu triwulan pertama di mulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan ke dua dari bulan ke empat sampai bulan ke 7, triwulan ketiga dari bulan ke 7
sampai 9 bulan.2Kehamilan matur (cukup bulan) berlangsung kira-kira 40 minggu (280 hari) dan tidak lebih dari 43 minggu (300 hari). Kehamilan yang berlangsung antara 28 dan 36 minggu disebut kehamilan prematur, sedangkan bila lebih dari 43 minggu disebut kehamilan postmatur.2
Kehamilan adalah suatu keadaan fisiologis, akan tetapi pentingnya diagnosis kehamilan tidak dapat diabaikan. Bagi semua dokter yang dipercaya untuk melakukan penanganan medis pada wanita dalam usia subur,mengetahui adanya kehamilan sangat penting agar tepat dalam diagnosis dan pengobatan semua proses penyakit.6Banyak manifestasi dari adaptasi fisiologis terhadap kehamilan yang mudah dikenali dan merupakan petunjuk penting bagi diagnosis dan evaluasi kemajuan kehamilan. Sebagian dari perubahan-perubahan selama kehamilan dapat diperkirakan waktunya secara relatif tepat sehingga merupakan patokan penting untuk memperkirakan usia gestasi janin. Sementara itu wanita secara fisiologis mengakomodasi pertumbuhan, perkembangan serta fungsi uterus dan konseptus.6Diagnosis kehamilan biasanya sangat mudah ditegakkan tetapi sayangnya hal ini tidak selalu terjadi. Proses farmakologis atau patofisiologis kadang-kadang memicu perubahan-perubahan endokrin atau anatomis yang menyerupai kehamilan, sehingga membingungkan wanita dan kadang-kadang juga dokternya. Dengan demikian kadang-kadang diagnosis kehamilan tidak mudah ditegakkan tetapi kehamilan jarang tidak terdiagnosis apabila telah dilakukan pemeriksaan klinis dan laboratorium dengan benar.6Perubahan endokrinologis, fisiologis dan anatomis yang menyertai kehamilan menimbulkan gejala dan tanda yang memberikan bukti adanya kehamilan. Gejala dan tanda tersebut diklasifikasikan menjadi tiga kelompok yaitu bukti-bukti presumptif, tanda-tanda kemungkinan dan tanda-tanda positif kehamilan.
Bukti presumptif kehamilan umumnya didasarkan pada gejala-gejala subjektif berupa:61. Mual dengan atau tanpa muntah
2. Gangguan berkemih
3. Fatigue
4. Persepsi adanya gerakan janin
Yang termasuk tanda presumptif adalah:
1. Terhentinya menstruasi
2. Perubahan pada payudara
3. Perubahan warna mujosa vagina
4. Meningkatnya pigmentasi kulit dan timbulnya striae abdomen
Tanda-tanda kemungkinan kehamilan mencakup:61. Pembesaran abdomen
2. Perubahan bentuk, ukuran dan konsistensi uterus
3. Perubahan anatomis pada serviks
4. Kontraksi braxton hicks
5. Ballotement
6. Kontur fisik janin
7. Adanya HCG diurin atau serum
Tiga tanda positif kehamilan adalah:61. Identifikasi kerja jantung jani yang terpisah dan tersendiri dari kerja jantung wanita hamil2. Persepsi gerakan janin aktif oleh poemeriksa
3. Pengenalan mudigah dan janin setiap saat selama kehamilan dengan teknik sonografik atau pengenalan janin yang lebih tua secara radiografis pada paruh kedua kehamilan.
II.2 Definisi Antenatal Care
Asuhan Antenatal adalah upaya preventif program pelayanan kesehatan obstetrik untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal melalui serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan.7 Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan berkala selama masa kehamilan ibu yang diselenggarakan oleh tenaga kesehatan kepada ibu hamil dan janin yang di kandungnya untuk mejamin agar ibu hamil dapat melalui masa kehamilan, persalinan dan nifas dengan baik dan selamat serta melahirkan bayi yang sehat. Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan kepada ibu selama masa kehamilannya sesuai standar pelayanan antenatal yang ditetapkan (Riskesdas, 2010).
Tujuan antenatal care antara lain (Saifuddin, 2008):2a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi.
b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial ibu dan bayi.
c. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan.
d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif.
f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.
II.2 Program Antenatal care
Bila kehamilan termasuk resiko tinggi, perhatian dan jadwal kunjungan harus lebih ketat. Namun bila kehamilan normal jadwal asuhan cukup empat kali. Selama melakukan kunjungan untuk asuhan antenatal, para ibu hamil akan mendapatkan serangkaian pelayanan yang terkait dengan upaya memastikan ada tidaknya kehamilan dan penelusuran berbagai kemungkinan adanya penyulit atau gangguan kesehatan selama kehamilan yang mungkin dapat mengganggu kualitas dan luaran kehamilan. Identifikasi kehamilan diperoleh melalui pengenalan perubahan anatomik dan fisiologik kehamilan. Bila diperlukan dapat dilakukan uji hormonal kehamilan dengan menggunakan berbagai metode yang tersedia.7Dalam memberikan pelayanan tersebut telah diberikan pelayanan atau asuhan standar minimal 7T yaitu:8a. Timbang berat badan ibu hamil dan pengukuran lingkar lengan atas (LLA) secara teratur mempunyai arti klinis penting, karena ada hubungan erat antara pertambahan berat badan selama kehamilan dengan berat badan lahir anak. Pertambahan berat badan ibu selama
kehamilan dapat digunakan sebagai indikator pertumbuhan janin dalam rahim. Pertambahan yang optimal adalah kira-kira 20% dari berat badan ibu sebelum hamil, jika berat badan tidak bertambah, lingkar lengan atas 140/90 mmHg atau mengalami kenaikan 15 mmHg dalam 2 kali pengukuran dengan jarak 1 jam. ibu hamil dikatakan dalam keadaan preeklamsi mempunyai 2 dari 3 gejala preeklamsi. Apabila preeklamsi tidak dapat diatasi, maka akan berlanjut menjadi eklamsi. Eklamsi merupakan salah satu penyebab kematian maternal yang seharusnya dapat dicegah atau deteksi secara dini, melalui monitoring kenaikan tekanan darah dan kenaikan berat badan yang berlebihan (Mufdlilah, 2009).
c. Mengukur Tinggi fundus uteri dilakukan secara rutin dengan tujuan mendeteksi secara dini terhadap berat badan janin. Indikator pertumbuhan berat janin intrauterin, tinggi fundus uteri dapat juga mendeteksi secara dini terhadap terjadinya molahidatidosa, janin ganda atau hidramnion di mana ketiganya dapat mempengaruhi terjadinya kematian maternal (Mufdlilah, 2009).
d. Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT)
Imunisasi TT lengkap kepada ibu hamil sebanyak 2 kali dengan jarak minimal 4 minggu, diharapkan dapat menghindari terjadinya tetanus neonatorum dan tetanus pada ibu bersalin dan nifas.e. Pemberian Tablet zat besi
Diberikan 90 tablet selama 3 bulan kehamilan, diminum setiap hari, ingatkan ibu hamil tidak minum dengan teh dan kopi, suami atau keluarga hendaknya selalu dilibatkan selama ibu mengkonsumsi zat besi, untuk meyakinkan betul-betul diminum.f. Tes laboratorium (rutin dan khusus)
Pemeriksaan laboratorium rutin mencakup pemeriksaan hemoglobin, protein urine, gula darah, dan hepatitis B. Pemeriksaan khusus dilakukan didaerah prevalensi tinggi dan atau kelompok perilaku berisiko dilakukan terhadap HIV, sifilis, malaria, tuberkulosis, cacingan dan thalasemia.g. Temu wicara (Konseling)
Disini untuk memberikan penyuluhan tentang perawatan hamil, perawatan payudara, gizi ibu hamil, tanda-tanda bahaya pada kehamilan dan tanda-tanda pada janin sehingga ibu dan keluarga dapat segera mengambil keputusan dalam perawatan selanjutunya dan mendengarkan keluhan yang disampaikan oleh ibu dengan penuh minat. Menurut Saifuddin (2008) jadwal kunjungan antenatal tersebut meliputi:8a) Kunjungan I (KI): Sebelum umur kehamilan 16 minggu.
Menurut Pedoman Pemantauan Kesejahteraan Ibu dan Anak (PWS KIA, 1998) Kunjungan I ibu hamil dibedakan menjadi 2, yaitu:
Kunjungan I (K1) Akses
K1 akses ialah kunjungan ibu hamil baru (pertama kali periksa kehamilan) tanpa memandang umur kehamilan atau lebih dari 16 minggu. Contoh: Ibu hamil 20 minggu yang datang untuk ANC pertama kalinya.
Kunjungan I (K1) Murni
K1 murni ialah kunjungan ibu hamil baru (pertama kali periksa kehamilan) pada umur kehamilan 4-16 minggu. Dilakukan untuk (Saifuddin dkk, 2008):
( Penapisan dan pengobatan anemia( Perencanaan persalinan
( Pengenalan komplikasi akan kehamilan dan pengobatannya.
( Pemberian imunisasi TT-1
( Pemeriksaan Laboratorium
1) Darah : Hb, Golongan darah, VDRL, HbSAg, GDS.
2) Urine : Urine reduksi, Urine protein( Pemberian tablet tambah darah (Fe): 90 hari F segera setelah masa mual hilang.
b) Kunjungan II (K2) : (24-28 minggu)c) Kunjungan III (32 minggu)
Dilakukan untuk:
1) Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya
2) Penapisan pre eklamsi, gemelli, infeksi alat reproduksi dan perkemihan.
3) Mengulang perencanaan persalinan.
4) Pemberian imunisasi TT-IId) Kunjungan IV (K4)
Umur kehamilan 36 minggu sampai akhir, dilakukan untuk:
1) Sama seperti kegiatan kunjungan II dan III
2) Mengenali adanya kelainan letak dan presentasi,
3) Memantapkan rencana persalinan,
4) Mengenali tanda-tanda persalinan.
5) Cek kembali Hb dan pemeriksaan lain jika ada indikasi.
II.3 Pengertian K1Kunjungan pertama ibu hamil(K1) adalah kontak ibu hamil pertama kali dengan petugas kesehatan unuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan.4II.3 Tujuan K1
Dari tujuan tersebut, tujuan kunjungan antenatal pada kunjungan pertama adalah:8a. Menentukan diagnosis ada atau tidaknya kehamilan
b. Menentukan usia kehamilan dan perkiraan persalinan
c. Menentukan status kesehatan ibu dan janin.
d.Menentukan kehamilan normal atau abnormal serta ada atau tidaknya faktor risiko kehamilan
e. Menentukan rencana pemeriksaan atau penatalaksanaan selanjutnya.
II.4 Cakupan K1
Cakupan Pemeriksaan Kehamilan (pelayanan Antenatal) adalah persentase ibu hamil yang telah mendapat pemeriksaan kehamilan oleh tenaga kesehatan di suatu wilayah kerja.9Cakupan kunjungan baru ibu hamil (K1) dipakai sebagai indikator aksesabilitas (jangkauan) pelayanan, angka cakupan K1 diperoleh dari:9jumlah K1 dalam 1 tahunAngka Cakupan K1 = ______________________________________jumlah ibu hamil diwilayah kerja dalam 1 tahunII.5 Faktor yang mempengaruhi K1UsiaUmur sangat mempengaruhi proses reproduksi. Seorang ibu sebaiknya hamil pada umur 20-30 tahun, karena masa ini merupakan masa yang aman untuk hamil. Mulai umur 20 tahun, rahim dan bagian tubuh lainnya sudah siap untuk menerima kehamilan. Selain itu pada umur tersebut biasanya wanita sudah merasa siap untuk menjadi seorang ibu. Lain hal nya dengan ibu yang berumur kurang dari 20 tahun, rahim dan panggulnya belum berkembang dengan baik, sehingga perlu diwaspadai adanya kemungkinan mengalami persalinan yang sulit dan keracunan kehamilan. Sedangkan ibu yang berumur di atas 35 tahun, kesehatan dan keadaan rahimnya sudah tidak seperti umur 20-35 tahun, sehingga perlu diwaspadai kemungkinan terjadinya persalinan lama, perdarahan, serta resiko cacat bawaan. Untuk menghindari timbulnya kesulitan pada kehamilan dan persalinan, ibu yang berumur kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun harus memeriksakan kehamilannya secara teratur.5Dalam penelitian yang dilakukan oleh wibowo (1992) disebutkan bahwa ibu hamil yang berusia dibawah 20 tahun dan di atas 35 tahun lebih jarang melakukan pemeriksaan kehamilan dibandingkan dengan ibu hamil pada usia produktif (20-35 tahun). Begitu juga dalam penelitian yang dilakukan Hariastuti (2003) diperoleh analisi ibu yang berumur 20-35 tahun mempunyai peluang 1,56 kali untuk memanfaatkan pelayanan antenatal sebanyak lebih atau sama dengan 4 kali dibandingkan dengan ibu yang berumur kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun.5ParitasParitas adalah status seorang wanita sehubungan dengan jumlah anak yang pernah dilahirkannya. Paritas adalah jumlah janin dengan berat badan lebih dari 500 gram atau lebih, yang pernah dilahirkan, hidup atau mati. Bila berat badan tidak diketahui maka dipakai batas umur kehamilannya 24 minggu. Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Lebih tinggi paritas, lebih tinggi kematian maternal. Resiko pada paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan obstetri lebih baik, sedangkan resiko pada paritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga berencana. Berdasarkan pengertian tersebut maka paritas mempengaruhi kunjungan kehamilan. Ibu yang baru pertama kali hamil merupakan hal yang sangat baru sehingga termotivasi dalam memeriksakan kehamilannya ketenaga kesehatan. Sebaliknya ibu yang sudah pernah melahirkan lebih dari satu orang mempunyai anggapan bahwa ia sudah berpengalaman sehingga tidak termotivasi untuk memeriksakan kehamilannya.2 Geografis
Faktor-faktor yang berhubungan dengan tempat yang memfasilitasi atau menghambat pemanfaatan pelayanan pemeriksaan kehamilan, berkaitan dengan keterjangkauan tempat yang di ukur dengan jarak tempuh, waktu tempuh, dan biaya perjalanan dari tempat tinggal ke puskesmas. Hubungan antara lokasi pemeriksaan kehamilan dengan tempat tinggal ibu hamil, dapat diukur dalam satuan jarak, waktu tempuh, atau biaya tempuh bergantung dari jenis pelayanan dan jenis sumber daya yang ada. Peningkatan akses yang dipengaruhi oleh berkurangnya jarak, waktu tempuh ataupun biaya tempuh mungkin mengakibatkan peningkatan pemakaian pelayanan yang berhubungan dengan penyakit. Sesuai dengan keadaan geografis, luas wilayah, dan sarana perhubungan dalam wilayah puskesmas, tidak semua penduduk dapat dengan mudah mendapatkan pelayanan puskesmas. Agar jangkauan pelayanan puskesmas lebih merata dan meluas, puskesmas perlu ditunjang dengan puskesmas pembantu, penempatan bidan di desa-desa yang belum terjangkau oleh pelayanan yang ada di puskesmas keliling. Kondisi geografis yang menantang ini menyebabkan terjadinya peningkatan akses pada pelayanan kesehatan, bahkan di daerah-daerah terpencil.9Kondisi geografis secara umum penduduk pedesaan jauh dari puskesmas dan maupun rumah sakit sebagai tempat pemeriksaan kehamilan sering kali menyebabkan para ibu hamil seakan sulit untuk melakukan pemeriksaan kehamilannya.9Pekerjaan
Penelitian yang dilakukan oleh Sjofiatun (2000), menyebut bahwa status ibu bekerja mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perawatan kehamilan di daerah pedesaan maupun di daerah perkotaan.
Perempuan yang bekerja lebih memanfatkan pelayanan antenatal care dibandingkan ibu rumah tangga dan ibu yang tidak bekerja (Kabir et al. 2005).Wanita yang bekerja cenderung memulai antenatal care lebih awal (Magadi et al., 2002). Wanita yang bekerja di luar rumah selama kehamilan secara signifikan berhubungan terhadap pelayanan pemeriksaan kehamilan (Erci, 2003).10PenghasilanPendapatan keluarga yang memadai akan menunjang antenatal care yang baik dan kesadaran untuk periksa, karena dapat menyediakan semua kebutuhan dirinya baik yang primer maupun sekunder (Soetjiningsih, 1998:10). Menurut budioro (2002:108) keterbatasan sarana dan sumber daya, rendahnya penghasilan, adanya peraturan atau perundangan yang menjadi penghambat akan membatasi keberdayaan orang perorang maupun masyarakat untuk merubah perilakunya. Pendapatan mempengaruhi kunjungan ANC. Hal ini disebabkan karena biaya penghidupan yang tinggi sehingga diperlukan pasien harus menyediakan dana yang diperlukan.2Status Kesehatan Panel menyimpulkan bahwa banyak penyakit medis(misalnya diabetes mellitus), serta perilaku pribadi(kecanduan alkohol) yang berkaitan dengan gangguan hasil akhir kehamilan dapat diidentifikasi dan dimodifikasi sebelum konsepsi. Karena kesehatan selama hamil bergantung pada kesehatan sebelum hamil.6 Dari hasil penelitian Wibowo (1992) bahwa makin ibu hamil merasa kesehatannya terganggu, makin sering ia memeriksakan diri. Menurut hasil penelitian Tanuwidjaya (1994) pemanfaatan pelayanan antenatal oleh ibu dalam kondisi sakit, tidak ada perbedaan dengan pemanfaatan pelayanan antenatal oleh ibu. Dengan kondisi yang sehat. Namun menurut hasil penelitian Hayatini (2002) kondisi ibu hamil di duga berkaitan erat dengan kelengkapan kinjungan ibu hamil ke pelayanan antenatal hal ini di buktikan dengan hasil analisis ibu hamil yang normal mempunyai peluang 1,55 kali mendapatkan ANC di banding ibu hamil yang berisiko tinggi/tidak sehat.5Budaya Kebudayaan adalah segala sesuatu atau tata nilai yang berlaku dalam suatu masyarakat, termasuk di dalamnya pernyataan intelektual dan nilai-nilai artistik yang menjadi ciri khas masyarakat (Eppink, 2010).
Faktor budaya mempengaruhi berbagai perubahan yang relevan dengan kehamilan dengan norma budaya yang mayoritas dan tidak semua berlaku bagi orang yang berasal dari budaya lain. Orang yang berasal dari budaya yang berbeda akan dibesarkan sesuai dengan kebudayaan, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai yang dianut. Ibu yang melakukan perawatan kehamilan yang mempunyai keyakinan dan kepercayaan dengan dukun akan lebih memilih keyakinan tersebut dibandingkan dengan perawatan kehamilan ke tempat pelayanan kesehatan (Schott, 2008). Perilaku keluarga yang tidak mengijinkan seorang wanita meninggalkan rumah untuk memeriksakan kehamilannya merupakan budaya yang menghambat keteraturan kunjungan ibu hamil memeriksakan kehamilannya. Tatanan budaya yang turun temurun mempengaruhi keputusan ibu dalam memeriksakan kehamilan. Misalnya ibu hamil akan memeriksakan kehamilan ke dukun misalnya dengan khusuk, dan meminta zimat atau pelindung selama kehamilan sesuai dengan komplikasi yang dialami oleh ibu hamil (Depkes RI, 2008).11Pendidikan Status Pendidikan seseorang akan memengaruhi seseorang dalam menggunakan pelayanan kesehatan. Banyak penelitian yang menyatakan bahwa penggunaan layanan kesehatan meningkat seiring dengan peningkatan jenjang pendidikan.Tingkat pendidikan sangat mempengaruhi bagaimana seseorang untuk bertindak dan mencari penyebab serta solusi dalam hidupnya. Orang yang berpendidikan tinggi biasanya akan bertindak lebih rasional. Oleh karena itu orang yang berpendidikan akan lebih mudah menerima gagasan baru (Notoatmodjo,2003).Pendidikan yang rendah merupakan salah satu masalah yang berpengaruh terhadap kunjungan ANC pada ibu hamil. Demikian halnya dengan ibu yang berpendidikan tinggi akan memeriksakan kehamilannya secara teratur demi menjaga keadaan kesehatan dirinya dan anak dalam kandungannya.12Dukungan Keluarga Definisi Dukungan adalah sumber daya eksternal utama. Sifat dukungan dan pengaruhnya pada penyelesaian masalah telah diteliti secara ekstensif dan telah terbukti sebagai moderator stres kehidupan yang efektif. Dukungan berfokus pada sifat interaksi yang berlangsung dalam berbagai hubungan sosial sebagaimana yang dievaluasikan oleh individu. Dukungan keluarga mengacu pada dukungan-dukungan sosial yang dipandang oleh anggota keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses/diadakan untuk keluarga (dukungan sosial bisa atau tidak digunakan, tapi anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika di perlukan) (Friedman, 1998). Dukungan suami merupakan dorongan, motivasi terhadap istri, baik secara moral maupun material (Bobak, 2005). Dukungan sosial suami dapat berfungsi sebagai strategi preventif untuk mengurangi stres dan konsekuensi negatifnya (Friedman, 1998).
Sumber-Sumber Dukungan Sumber dari dukungan diperoleh dari orang-orang yang memiliki hubungan berarti dengan individu seperti suami, keluarga (ayah, ibu, mertua), saudara, teman dekat, tetangga dan petugas kesehatan (Smeltzer, 2001). Jenis-Jenis Dukungan Suami Ada 4 wujud dari dukungan suami (Friedman, 1998) : 1) Dukungan informasi adalah dukungan yang diberikan apabila individu tidak mampu menyelesaikan masalah dengan memberikan informasi, nasehat, saran, pengarahan dan petunjuk tentang cara-cara pemecahan masalah. Pada dukungan informatif suami berfungsi sebagai kolektor dan diseminator (penyebar) informasi. Manfaat dari dukungan ini adalah dapat menekan munculnya suatu stressor karena informasi yang diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada individu. 2) Dukungan emosional atau psikologis adalah dukungan yang dapat berupa perhatian, empati, kepedulian, adanya kepercayaan, mendengarkan dan didengarkan, serta membantu penguasaan terhadap emosi. Misalnya mendampingi atau menemani istri saat melakukan kunjungan ANC. 3) Dukungan instrumental atau finansial adalah dukungan yang bersifat nyata atau konkrit dalam bentuk materi, uang atau dana, peralatan, waktu, maupun menolong. 4) Dukungan penghargaan atau penilaian adalah dukungan yang berupa penilaian positif dari suami lewat ungkapan hormat (penghargaan) diantaranya memberikan penghargaan positif dan perhatian misalnya pujian, persetujuan.
Adapun dukungan suami yang dimaksud disini adalah dukungan yang diberikan baik dalam moral maupun materil kepada anggota keluarga yang hamil berupa memberikan dorongan untuk melakukan kunjungan ANC sesuai jadwal. Jika suami mengharapkan kehamilan, mendukung bahkan memperlihatkan dukungannya dalam berbagai hal, maka ibu hamil akan merasa lebih percaya diri, lebih bahagia dan siap dalam menjalani kehamilan, persalinan dan masa nifas.12Jarak Kehamilan
Jarak kehamilan yang baik adalah jarak persalinan terakhir dengan awal kehamilan sekarang sekurang-kurangnya dari 2 tahun, bilajarak terlalu dekat maka rahim dalam kesehatan ibu belum pulih dengan baik, pada keadaan ini perlu diwaspadai kemungkinan pertumbuhan janin kurang baik, persalinan lama, atau perdarahan.5Menurut hasil penelitian bernadetha(1995) di indramayu menemukan bahwa jarak kehamilan mempunyai hubungan dengan pemeriksaan kehamilan. Demikian juga hasil penelitian Tachyat(1995) di Cianjur, Jawa Barat menemukan hubungan yang signifikan antara jarak kehamilan dengan pemanfaatan perawatan antenatal.5II.6 Kerangka Teori
II.7 Kerangka Konsep
DAFTAR PUSTAKA1. Vitriyani Eka, Badar K, Artika FF. 2012. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemeriksaan Antenatal Care(ANC) K1 Ibu Hamil di Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo. Jurnal Kesehatan ISSN, vol 5 no 2 : 149-156, desember 2012. 2. Handayani, Fitri. Universitas Muhammadiyah Semarang. Faktor-faktor ibu hamil yang berhubungan dengan frekuensi antenatal care. Diunduh dari : http://digilib.unimus.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jtptunimus-gdl-fitrihanda-5619 . 29 November 2010.
3. Ekawati Rindang. 2011. Karakteristik Sosial Ekonomi dan Kesehatan Maternal. jurnal kesehatan masyarakat vol 6 no 3: 133-8, desember 2011.4. Syafrudin, Hamidah. Kebidanan Komunitas. Jakarta:EGC;2009. h.268
5. Sarminah. 2012. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kunjungan Antenatal Care di Papua tahun 2010. Jakarta: FK UI diunduh dari www.lontar.ui.ac.id/file?file6. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Gilstrap LC, Wenstrom KD. Kehamilan: Williams Obstetrics. edisi 21 vol 1. Jakarta: EGC; 2006. P23-307. Adriaansz G. Asuhan antenatal dalam: Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan. Edisi ke-4. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2010. h.278-9.8. Farah, Yauma Nurul.Universitas Muhammadiah Semarang. Hubungan antara Pengetahuan Ibu Hamil dan Paritas dengan Kunjungan K1 murni di Puskesmas Rowosari Semarang diunduh darihttp://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/113/jtptunimus-gdl-yaumanurul-5609-3-babii.pdf. 29 November 20109. Adri. 2008. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Cakupan Program Pemeriksaan Kehamilan(K1 dan K4) di Puskesmas Runding Kota Subulussalam Propinsi NAD. Medan: Universitas Sumatera Utara diunduh dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6784/1/09E00138.pdf10. Nurta, Asrul. Universitas Sumatera Utara. Pengaruh Mutu Pelayanan Antenatal Terhadap Cakupan K1-K4 Puskesmas di Kota Padang Tahun 2012 diunduh dari (http://repository.usu.ac.id/ bitstream/123456789/31701/3/Chapter%20II.pdf.24 maret 201211. Pasaribu Samuel. Universitas Sumatera Utara. Pengaruh Faktor Sosial Budaya Dan Sosial Economi Terhadap Pemeriksaan kehamilan Di Desa Bandar Sakti Puskesmas Rantau Laban lota Tebing Tinggi Tahun 2009 diunduh darihttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31776/4/Chapter II.pdf. 24 februari 200912. Riyandani, Astrid. Universitas Muhammadiyah Semarang. Faktor-faktor yang mempengaruhi ibu hamil melakukan kunjungan antenatal care (anc) di puskesmas tlogosari kulon kota semarang. Diunduh dari http://digilib.unimus.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jtptunimus-gdl-astridriya-6500 . 30 Mei 2012.
GambaranK1 ibu hamil
Usia
paritas
Pendidikan
Pekerjaan
Penghasilan
Geografis
Budaya
Dukungan Keluarga
Interval kehamilan
Status kesehatan
GambaranK1 ibu hamil
Usia
Pendidikan
Pekerjaan
Geografis
Paritas
Penghasilan
16