Upload
voltvoltics
View
234
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
penelitian
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Keberhasilan pemerintah dalam upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat
dengan melihat indikator yang tercantum dalam Milenium Development Goals(MDGs) salah
satunya yaitu Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dengan memprioritaskan penurunan Angka
Kematian Ibu (AKI). Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI, 2007) AKI
mengalami penurunan sebesar 0,79% dari tahun 2002 (307 per 100.000 (KH) Kelahiran
Hidup) sampai tahun 2007 (228 per 100.000 KH).1 meskipun megalami penurunan tetapi
angka tersebut masih tinggi di Asia (Kemenkes RI, 2011). Sementara target rencana
pembangunan jangka panjang menengah nasional (RPJMN) sebesar 226 per 100.000
kelahiran hidup. Target indonesia sehat menurut Indonesia sehat tahun 2010 mencapai 150
per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan target pada tahun 2015 yaitu 102 per 100.000
kelahiran hidup sesuai dengan target MDGs.2
Penurunan AKI memerlukan berbagai upaya-upaya kesehatan yang berhubungan dengan
kehamilan, persalinan, dan nifas. Dengan meningkatkan pelayanan KIA meliputi pelayanan
Antenatal Care, persalinan, nifas, dan perawatan bayi baru lahir (Kemenkes RI, 2011).Di
Indonesia program kesehatan ibu menargetkan setiap ibu hamil melakukan paling sedikit 4
kali kunjungan periksa hamil, masing-masing sekali pada trimester pertama dan kedua serta
dua kali pada trimester ke tiga. Setiap ibu hamil di anjurkan di periksa tinggi dan berat badan,
tekanan darah, mendapat pil zat besi, imunisasi Tetanus toxoid (TT), dan pemeriksaan tinggi
fundus. Setiap kunjungan pemeriksaan kehamilan ibu harus dijelaskan tentang tanda-tanda
komplikasi kehamilan, di timbang berat badan serta di periksa darah dan urin.3
Kunjungan pertama ibu hamil(K1) adalah kontak ibu hamil pertama kali dengan petugas
kesehatan unuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan.4 Menurut Kemenkes RI (2011),
cakupan K1 (kunjungan ibu pertama kali ibu hamil) pada tahun 2010 (95, 26%) mengalami
peningkatan sebesar 2,61% dari tahun 2008 (92,65%).1 Adapun cakupan K1 di puskesmas
Kedoya Utara dari januari 2012 sampai desember 2012 yaitu 16%.
1
Banyak faktor yang mempengaruhi kunjungan antenatal pada ibu hamil. Secara
umum kunjungan kesehatan ibu erat hubungan-nya dengan kemiskinan, pendidikan ibu,
faktor geografis dan pembangunan social. Penelitian yang di lakukan adik wibiwo (1992) ada
beberapa faktor yang mempengaruhi kunjungan antenatal yaitu : faktor predisposisi yang
meliputi (umur, paritas, jarak kelahiran, pendidikan, pengetahuan, dan sikap). Faktor enabling
yang meliputi pekerjaan suami, ekonomi keluarga, pembayar, ongkos, waktu, ketersediaan
pelayanan dan jarak ) dan faktor kebutuhan yang meliputi ( riwayat penyakit, keluhan,
persepsi sehat, kondisi ibu, rencana pengobatan dan kadar HB). 5
Kami memilih lokasi penelitian di puskesmas kelurahan Kedoya Utara dikarenakan belum
adanya penelitian serupa yang dilakukan di wilayah kerja puskesmas Kedoya Utara dan
memenuhi tugas kepaniteraan ilmu kesehatan masyarakat fk ukrida.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah tersebut di atas, dapat dirumuskan
sebagai berikut :
1. AKI mengalami penurunan sebesar 0,79% dari tahun 2002 sampai tahun 2007 tetapi
angka tersebut masih tinggi di Asia (Kemenkes RI, 2011).
2. Penurunan AKI memerlukan berbagai upaya-upaya kesehatan dengan meningkatkan
pelayanan KIA meliputi pelayanan Antenatal Care, persalinan, nifas, dan perawatan bayi
baru lahir.
3. cakupan K1 di puskesmas Kedoya Utara dari januari 2012 sampai desember 2012
yaitu 16%.
4. Belum ada penelitian yang dilakukan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
kunjungan ibu hamil (K1) di kelurahan Kedoya Utara.
I.3 TujuanPenelitian
I.3.1 TujuanUmum
Diketahuinya gambaran kunjungan pertama (K1) di wilayah kerja Puskesmas Kedoya
Utara periode 12 – 26 Agustus 2013 dan faktor-faktor yang mempengaruhinya
I.3.2 TujuanKhusus
2
- Diketahuinya sebaran tingkat pendidikan, penghasilan, pekerjaan, usia ibu hamil,
paritas, dan geografis mengenai kunjungan pertama (K1) ibu hamil periode 12 – 26
Agustus 2013.
- Diketahuinya hubungan antara tingkat pendidikan, tingkat penghasilan, pekerjaan,
usia, paritas dan geografis terhadap gambaran ibu hamil mengenai kunjungan pertama
(K1) ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Kedoya Utara periode 12 – 26 Agustus
2013.
I.4 Manfaat Penelitian
I.4.1 Manfaat Bagi Peneliti
1. Menerapkan dan mengembangkan ilmu yang di dapat saat kuliah
2. Meningkatkan kemampuan berkomunikasi langsung dengan masyarakat
3. Mengembangkan kemampuan untuk berpikir kritis
4. Menumbuhkan minat dan pengetahuan peneliti
5. Menambah pengetahuan tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan
kunjungan baru (K1) pada ibu hamil.
6. Mengembangkan daya nalar, minat, dan kemampuan dalam bidang penelitian.
I.4.2 Manfaat Bagi Perguruan Tinggi
1. Merealisasikan Tri Dharma Perguruan Tinggi dalam melaksanakan fungsi atau
tugas perguruan tinggi sebagai lembaga yang menyelenggarakan pendidikan,
penelitian, dan pengabdian bagi masyarakat
2. Memperkenalkan Fakultas Kedokteran UKRIDA kepada masyarakat
3. Berperan serta di bidang kesehatan dengan mewujudkan masyarakat ilmiah
dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan penerapan teknologi.
4. Meningkatkan saling pengertian dan saling kerja sama antara mahasiswa dan
staf pengajar.
I.4.3 Manfaat Bagi Masyarakat
1. Sebagai masukan untuk bahan informasi dalam upaya peningkatan derajat
kesehatan dan penelitian selanjutnya.
2. Menambah pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya kunjungan pertama
(K1) pada ibu hamil
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Konsep Kehamilan
Masa kehamilan di mulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya kehamilan
normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari pertama haid terakhir.
Kehamilan di bagi dalam 3 triwulan yaitu triwulan pertama di mulai dari konsepsi sampai 3
bulan, triwulan ke dua dari bulan ke empat sampai bulan ke 7, triwulan ketiga dari bulan ke 7
sampai 9 bulan.2
Kehamilan matur (cukup bulan) berlangsung kira-kira 40 minggu (280 hari) dan tidak
lebih dari 43 minggu (300 hari). Kehamilan yang berlangsung antara 28 dan 36 minggu
disebut kehamilan prematur, sedangkan bila lebih dari 43 minggu disebut kehamilan
postmatur.2
Kehamilan adalah suatu keadaan fisiologis, akan tetapi pentingnya diagnosis kehamilan tidak
dapat diabaikan. Bagi semua dokter yang dipercaya untuk melakukan penanganan medis pada
wanita dalam usia subur,mengetahui adanya kehamilan sangat penting agar tepat dalam
diagnosis dan pengobatan semua proses penyakit.6
Banyak manifestasi dari adaptasi fisiologis terhadap kehamilan yang mudah dikenali
dan merupakan petunjuk penting bagi diagnosis dan evaluasi kemajuan kehamilan. Sebagian
dari perubahan-perubahan selama kehamilan dapat diperkirakan waktunya secara relatif tepat
sehingga merupakan patokan penting untuk memperkirakan usia gestasi janin. Sementara itu
wanita secara fisiologis mengakomodasi pertumbuhan, perkembangan serta fungsi uterus dan
konseptus.6
Diagnosis kehamilan biasanya sangat mudah ditegakkan tetapi sayangnya hal ini tidak
selalu terjadi. Proses farmakologis atau patofisiologis kadang-kadang memicu perubahan-
perubahan endokrin atau anatomis yang menyerupai kehamilan, sehingga membingungkan
wanita dan kadang-kadang juga dokternya. Dengan demikian kadang-kadang diagnosis
kehamilan tidak mudah ditegakkan tetapi kehamilan jarang tidak terdiagnosis apabila telah
dilakukan pemeriksaan klinis dan laboratorium dengan benar.6
Perubahan endokrinologis, fisiologis dan anatomis yang menyertai kehamilan
menimbulkan gejala dan tanda yang memberikan bukti adanya kehamilan. Gejala dan tanda
tersebut diklasifikasikan menjadi tiga kelompok yaitu bukti-bukti presumptif, tanda-tanda
kemungkinan dan tanda-tanda positif kehamilan.
4
Bukti presumptif kehamilan umumnya didasarkan pada gejala-gejala subjektif berupa:6
1. Mual dengan atau tanpa muntah
2. Gangguan berkemih
3. Fatigue
4. Persepsi adanya gerakan janin
Yang termasuk tanda presumptif adalah:
1. Terhentinya menstruasi
2. Perubahan pada payudara
3. Perubahan warna mujosa vagina
4. Meningkatnya pigmentasi kulit dan timbulnya
striae abdomen
Tanda-tanda kemungkinan kehamilan mencakup:6
1. Pembesaran abdomen
2. Perubahan bentuk, ukuran dan konsistensi uterus
3. Perubahan anatomis pada serviks
4. Kontraksi braxton hicks
5. Ballotement
6. Kontur fisik janin
7. Adanya HCG diurin atau serum
Tiga tanda positif kehamilan adalah:6
1. Identifikasi kerja jantung jani
yang terpisah dan tersendiri dari kerja jantung wanita hamil
2. Persepsi gerakan janin aktif oleh
poemeriksa
3. Pengenalan mudigah dan janin
setiap saat selama kehamilan dengan teknik sonografik atau pengenalan janin yang
lebih tua secara radiografis pada paruh kedua kehamilan.
II.2 Definisi Antenatal Care
Asuhan Antenatal adalah upaya preventif program pelayanan kesehatan obstetrik
untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal melalui serangkaian kegiatan
pemantauan rutin selama kehamilan.7 Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan
berkala selama masa kehamilan ibu yang diselenggarakan oleh tenaga kesehatan kepada
5
ibu hamil dan janin yang di kandungnya untuk mejamin agar ibu hamil dapat melalui
masa kehamilan, persalinan dan nifas dengan baik dan selamat serta melahirkan bayi
yang sehat. Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh
tenaga kesehatan kepada ibu selama masa kehamilannya sesuai standar pelayanan
antenatal yang ditetapkan (Riskesdas, 2010).
Tujuan antenatal care antara lain (Saifuddin, 2008):2
a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh
kembang bayi.
b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial ibu dan bayi.
c. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi
selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan.
d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun
bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif.
f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat
tumbuh kembang secara normal.
II.2 Program Antenatal care
Bila kehamilan termasuk resiko tinggi, perhatian dan jadwal kunjungan harus lebih
ketat. Namun bila kehamilan normal jadwal asuhan cukup empat kali. Selama melakukan
kunjungan untuk asuhan antenatal, para ibu hamil akan mendapatkan serangkaian pelayanan
yang terkait dengan upaya memastikan ada tidaknya kehamilan dan penelusuran berbagai
kemungkinan adanya penyulit atau gangguan kesehatan selama kehamilan yang mungkin
dapat mengganggu kualitas dan luaran kehamilan. Identifikasi kehamilan diperoleh melalui
pengenalan perubahan anatomik dan fisiologik kehamilan. Bila diperlukan dapat dilakukan
uji hormonal kehamilan dengan menggunakan berbagai metode yang tersedia.7
Dalam memberikan pelayanan tersebut telah diberikan pelayanan atau asuhan standar
minimal ”7T” yaitu:8
a. Timbang berat badan ibu hamil dan pengukuran lingkar lengan atas (LLA) secara
teratur mempunyai arti klinis penting, karena ada hubungan erat antara pertambahan
berat badan selama kehamilan dengan berat badan lahir anak. Pertambahan berat
badan ibu selama
6
kehamilan dapat digunakan sebagai indikator pertumbuhan janin dalam rahim.
Pertambahan yang optimal adalah kira-kira 20% dari berat badan ibu sebelum hamil,
jika berat badan tidak bertambah, lingkar lengan atas <23,5 cm menunjukkan ibu
mengalami kurang gizi.
b. Pengukuran Tekanan darah
Pengukuran harus dilakukan secara rutin dengan tujuan untuk melakukan deteksi dini
terhadap terjadinya tiga gejala preeklamsi. Apabila pada kehamilan triwulan III terjadi
kenaikan berat badan lebih dari 1 kg, dalam waktu 1 minggu kemungkinan
disebabkan terjadinya oedema, apabila kenaikan tekanan darah dan tekanan diastolik
yang mencapai >140/90 mmHg atau mengalami kenaikan 15 mmHg dalam 2 kali
pengukuran dengan jarak 1 jam. ibu hamil dikatakan dalam keadaan preeklamsi
mempunyai 2 dari 3 gejala preeklamsi. Apabila preeklamsi tidak dapat diatasi, maka
akan berlanjut menjadi eklamsi. Eklamsi merupakan salah satu penyebab kematian
maternal yang seharusnya dapat dicegah atau deteksi secara dini, melalui monitoring
kenaikan tekanan darah dan kenaikan berat badan yang berlebihan (Mufdlilah, 2009).
c. Mengukur Tinggi fundus uteri
dilakukan secara rutin dengan tujuan mendeteksi secara dini terhadap berat badan
janin. Indikator pertumbuhan berat janin intrauterin, tinggi fundus uteri dapat juga
mendeteksi secara dini terhadap terjadinya molahidatidosa, janin ganda atau
hidramnion di mana ketiganya dapat mempengaruhi terjadinya kematian maternal
(Mufdlilah, 2009).
d. Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT)
Imunisasi TT lengkap kepada ibu hamil sebanyak 2 kali dengan jarak minimal 4
minggu, diharapkan dapat menghindari terjadinya tetanus neonatorum dan tetanus
pada ibu bersalin dan nifas.
e. Pemberian Tablet zat besi
Diberikan 90 tablet selama 3 bulan kehamilan, diminum setiap hari, ingatkan ibu
hamil tidak minum dengan teh dan kopi, suami atau keluarga hendaknya selalu
dilibatkan selama ibu mengkonsumsi zat besi, untuk meyakinkan betul-betul
diminum.
f. Tes laboratorium (rutin dan khusus)
Pemeriksaan laboratorium rutin mencakup pemeriksaan hemoglobin, protein urine,
gula darah, dan hepatitis B. Pemeriksaan khusus dilakukan didaerah prevalensi tinggi
7
dan atau kelompok perilaku berisiko dilakukan terhadap HIV, sifilis, malaria,
tuberkulosis, cacingan dan thalasemia.
g. Temu wicara (Konseling)
Disini untuk memberikan penyuluhan tentang perawatan hamil, perawatan payudara,
gizi ibu hamil, tanda-tanda bahaya pada kehamilan dan tanda-tanda pada janin
sehingga ibu dan keluarga dapat segera mengambil keputusan dalam perawatan
selanjutunya dan mendengarkan keluhan yang disampaikan oleh ibu dengan penuh
minat.
Menurut Saifuddin (2008) jadwal kunjungan antenatal tersebut meliputi:8
a) Kunjungan I (KI): Sebelum umur kehamilan 16 minggu.
Menurut Pedoman Pemantauan Kesejahteraan Ibu dan Anak (PWS KIA, 1998)
Kunjungan I ibu hamil dibedakan menjadi 2, yaitu:
- Kunjungan I (K1) Akses
K1 akses ialah kunjungan ibu hamil baru (pertama kali periksa kehamilan) tanpa
memandang umur kehamilan atau lebih dari 16 minggu. Contoh: Ibu hamil 20
minggu yang datang untuk ANC pertama kalinya.
- Kunjungan I (K1) Murni
K1 murni ialah kunjungan ibu hamil baru (pertama kali periksa kehamilan) pada
umur kehamilan 4-16 minggu. Dilakukan untuk (Saifuddin dkk, 2008):
Penapisan dan pengobatan anemia
Perencanaan persalinan
Pengenalan komplikasi akan kehamilan dan pengobatannya.
Pemberian imunisasi TT-1
Pemeriksaan Laboratorium
1) Darah : Hb, Golongan darah, VDRL, HbSAg, GDS.
2) Urine : Urine reduksi, Urine protein
Pemberian tablet tambah darah (Fe): 90 hari F segera setelah masa mual
hilang.
b) Kunjungan II (K2) : (24-28 minggu)
c) Kunjungan III (32 minggu)
Dilakukan untuk:
1) Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya
8
2) Penapisan pre eklamsi, gemelli, infeksi alat reproduksi dan perkemihan.
3) Mengulang perencanaan persalinan.
4) Pemberian imunisasi TT-II
d) Kunjungan IV (K4)
Umur kehamilan 36 minggu sampai akhir, dilakukan untuk:
1) Sama seperti kegiatan kunjungan II dan III
2) Mengenali adanya kelainan letak dan presentasi,
3) Memantapkan rencana persalinan,
4) Mengenali tanda-tanda persalinan.
5) Cek kembali Hb dan pemeriksaan lain jika ada indikasi.
II.3 Pengertian K1
Kunjungan pertama ibu hamil(K1) adalah kontak ibu hamil pertama kali dengan
petugas kesehatan unuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan.4
II.3 Tujuan K1
Dari tujuan tersebut, tujuan kunjungan antenatal pada kunjungan pertama adalah:8
a. Menentukan diagnosis ada atau tidaknya kehamilan
b. Menentukan usia kehamilan dan perkiraan persalinan
c. Menentukan status kesehatan ibu dan janin.
d.Menentukan kehamilan normal atau abnormal serta ada atau tidaknya faktor risiko
kehamilan
e. Menentukan rencana pemeriksaan atau penatalaksanaan selanjutnya.
II.4 Cakupan K1
Cakupan Pemeriksaan Kehamilan (pelayanan Antenatal) adalah persentase ibu hamil yang telah mendapat pemeriksaan kehamilan oleh tenaga kesehatan di suatu wilayah kerja.9
Cakupan kunjungan baru ibu hamil (K1) dipakai sebagai indikator aksesabilitas (jangkauan) pelayanan, angka cakupan K1 diperoleh dari:9
jumlah K1 dalam 1 tahunAngka Cakupan K1 = ______________________________________
jumlah ibu hamil diwilayah kerja dalam 1 tahun
9
II.5 Faktor yang mempengaruhi K1
Usia
Umur sangat mempengaruhi proses reproduksi. Seorang ibu sebaiknya hamil pada umur 20-
30 tahun, karena masa ini merupakan masa yang aman untuk hamil. Mulai umur 20 tahun,
rahim dan bagian tubuh lainnya sudah siap untuk menerima kehamilan. Selain itu pada umur
tersebut biasanya wanita sudah merasa siap untuk menjadi seorang ibu. Lain hal nya dengan
ibu yang berumur kurang dari 20 tahun, rahim dan panggulnya belum berkembang dengan
baik, sehingga perlu diwaspadai adanya kemungkinan mengalami persalinan yang sulit dan
keracunan kehamilan. Sedangkan ibu yang berumur di atas 35 tahun, kesehatan dan keadaan
rahimnya sudah tidak seperti umur 20-35 tahun, sehingga perlu diwaspadai kemungkinan
terjadinya persalinan lama, perdarahan, serta resiko cacat bawaan. Untuk menghindari
timbulnya kesulitan pada kehamilan dan persalinan, ibu yang berumur kurang dari 20 tahun
dan lebih dari 35 tahun harus memeriksakan kehamilannya secara teratur.5
Dalam penelitian yang dilakukan oleh wibowo (1992) disebutkan bahwa ibu hamil yang
berusia dibawah 20 tahun dan di atas 35 tahun lebih jarang melakukan pemeriksaan
kehamilan dibandingkan dengan ibu hamil pada usia produktif (20-35 tahun). Begitu juga
dalam penelitian yang dilakukan Hariastuti (2003) diperoleh analisi ibu yang berumur 20-35
tahun mempunyai peluang 1,56 kali untuk memanfaatkan pelayanan antenatal sebanyak lebih
atau sama dengan 4 kali dibandingkan dengan ibu yang berumur kurang dari 20 tahun dan
lebih dari 35 tahun.5
Paritas
Paritas adalah status seorang wanita sehubungan dengan jumlah anak yang pernah
dilahirkannya. Paritas adalah jumlah janin dengan berat badan lebih dari 500 gram atau
lebih, yang pernah dilahirkan, hidup atau mati. Bila berat badan tidak diketahui maka dipakai
batas umur kehamilannya 24 minggu. Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai
angka kematian maternal lebih tinggi. Lebih tinggi paritas, lebih tinggi kematian maternal.
Resiko pada paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan obstetri lebih baik, sedangkan resiko
pada paritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga berencana. Berdasarkan
pengertian tersebut maka paritas mempengaruhi kunjungan kehamilan. Ibu yang baru
10
pertama kali hamil merupakan hal yang sangat baru sehingga termotivasi dalam
memeriksakan kehamilannya ketenaga kesehatan. Sebaliknya ibu yang sudah pernah
melahirkan lebih dari satu orang mempunyai anggapan bahwa ia sudah berpengalaman
sehingga tidak termotivasi untuk memeriksakan kehamilannya.2
Geografis
Faktor-faktor yang berhubungan dengan tempat yang memfasilitasi atau menghambat
pemanfaatan pelayanan pemeriksaan kehamilan, berkaitan dengan keterjangkauan tempat
yang di ukur dengan jarak tempuh, waktu tempuh, dan biaya perjalanan dari tempat tinggal
ke puskesmas. Hubungan antara lokasi pemeriksaan kehamilan dengan tempat tinggal ibu
hamil, dapat diukur dalam satuan jarak, waktu tempuh, atau biaya tempuh bergantung dari
jenis pelayanan dan jenis sumber daya yang ada. Peningkatan akses yang dipengaruhi oleh
berkurangnya jarak, waktu tempuh ataupun biaya tempuh mungkin mengakibatkan
peningkatan pemakaian pelayanan yang berhubungan dengan penyakit. Sesuai dengan
keadaan geografis, luas wilayah, dan sarana perhubungan dalam wilayah puskesmas, tidak
semua penduduk dapat dengan mudah mendapatkan pelayanan puskesmas. Agar jangkauan
pelayanan puskesmas lebih merata dan meluas, puskesmas perlu ditunjang dengan puskesmas
pembantu, penempatan bidan di desa-desa yang belum terjangkau oleh pelayanan yang ada di
puskesmas keliling. Kondisi geografis yang menantang ini menyebabkan terjadinya
peningkatan akses pada pelayanan kesehatan, bahkan di daerah-daerah terpencil.9
Kondisi geografis secara umum penduduk pedesaan jauh dari puskesmas dan maupun rumah
sakit sebagai tempat pemeriksaan kehamilan sering kali menyebabkan para ibu hamil seakan
sulit untuk melakukan pemeriksaan kehamilannya.9
Pekerjaan
Penelitian yang dilakukan oleh Sjofiatun (2000), menyebut bahwa status ibu bekerja
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perawatan kehamilan di daerah pedesaan
maupun di daerah perkotaan.
Perempuan yang bekerja lebih memanfatkan pelayanan antenatal care dibandingkan
ibu rumah tangga dan ibu yang tidak bekerja (Kabir et al. 2005).Wanita yang bekerja
cenderung memulai antenatal care lebih awal (Magadi et al., 2002). Wanita yang bekerja di
11
luar rumah selama kehamilan secara signifikan berhubungan terhadap pelayanan pemeriksaan
kehamilan (Erci, 2003).10
Penghasilan
Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang antenatal care yang baik dan kesadaran
untuk periksa, karena dapat menyediakan semua kebutuhan dirinya baik yang primer maupun
sekunder (Soetjiningsih, 1998:10). Menurut budioro (2002:108) keterbatasan sarana dan
sumber daya, rendahnya penghasilan, adanya peraturan atau perundangan yang menjadi
penghambat akan membatasi keberdayaan orang perorang maupun masyarakat untuk
merubah perilakunya. Pendapatan mempengaruhi kunjungan ANC. Hal ini disebabkan karena
biaya penghidupan yang tinggi sehingga diperlukan pasien harus menyediakan dana yang
diperlukan.2
Status Kesehatan
Panel menyimpulkan bahwa banyak penyakit medis(misalnya diabetes mellitus), serta
perilaku pribadi(kecanduan alkohol) yang berkaitan dengan gangguan hasil akhir kehamilan
dapat diidentifikasi dan dimodifikasi sebelum konsepsi. Karena kesehatan selama hamil
bergantung pada kesehatan sebelum hamil.6
Dari hasil penelitian Wibowo (1992) bahwa makin ibu hamil merasa kesehatannya
terganggu, makin sering ia memeriksakan diri. Menurut hasil penelitian Tanuwidjaya (1994)
pemanfaatan pelayanan antenatal oleh ibu dalam kondisi sakit, tidak ada perbedaan dengan
pemanfaatan pelayanan antenatal oleh ibu. Dengan kondisi yang sehat. Namun menurut hasil
penelitian Hayatini (2002) kondisi ibu hamil di duga berkaitan erat dengan kelengkapan
kinjungan ibu hamil ke pelayanan antenatal hal ini di buktikan dengan hasil analisis ibu hamil
yang normal mempunyai peluang 1,55 kali mendapatkan ANC di banding ibu hamil yang
berisiko tinggi/tidak sehat.5
Budaya
Kebudayaan adalah segala sesuatu atau tata nilai yang berlaku dalam suatu
masyarakat, termasuk di dalamnya pernyataan intelektual dan nilai-nilai artistik yang menjadi
ciri khas masyarakat (Eppink, 2010).
Faktor budaya mempengaruhi berbagai perubahan yang relevan dengan kehamilan dengan
norma budaya yang mayoritas dan tidak semua berlaku bagi orang yang berasal dari budaya
lain. Orang yang berasal dari budaya yang berbeda akan dibesarkan sesuai dengan
kebudayaan, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai yang dianut. Ibu yang melakukan perawatan
12
kehamilan yang mempunyai keyakinan dan kepercayaan dengan dukun akan lebih memilih
keyakinan tersebut dibandingkan dengan perawatan kehamilan ke tempat pelayanan
kesehatan (Schott, 2008). Perilaku keluarga yang tidak mengijinkan seorang wanita
meninggalkan rumah untuk memeriksakan kehamilannya merupakan budaya yang
menghambat keteraturan kunjungan ibu hamil memeriksakan kehamilannya. Tatanan budaya
yang turun temurun mempengaruhi keputusan ibu dalam memeriksakan kehamilan.
Misalnya ibu hamil akan memeriksakan kehamilan ke dukun misalnya dengan khusuk, dan
meminta zimat atau pelindung selama kehamilan sesuai dengan komplikasi yang dialami oleh
ibu hamil (Depkes RI, 2008).11
Pendidikan
Status Pendidikan seseorang akan memengaruhi seseorang dalam menggunakan
pelayanan kesehatan. Banyak penelitian yang menyatakan bahwa penggunaan layanan
kesehatan meningkat seiring dengan peningkatan jenjang pendidikan.
Tingkat pendidikan sangat mempengaruhi bagaimana seseorang untuk bertindak dan
mencari penyebab serta solusi dalam hidupnya. Orang yang berpendidikan tinggi biasanya
akan bertindak lebih rasional. Oleh karena itu orang yang berpendidikan akan lebih mudah
menerima gagasan baru (Notoatmodjo,2003).Pendidikan yang rendah merupakan salah satu
masalah yang berpengaruh terhadap kunjungan ANC pada ibu hamil. Demikian halnya
dengan ibu yang berpendidikan tinggi akan memeriksakan kehamilannya secara teratur demi
menjaga keadaan kesehatan dirinya dan anak dalam kandungannya.12
Dukungan Keluarga
Definisi Dukungan adalah sumber daya eksternal utama. Sifat dukungan dan
pengaruhnya pada penyelesaian masalah telah diteliti secara ekstensif dan telah terbukti
sebagai moderator stres kehidupan yang efektif. Dukungan berfokus pada sifat interaksi yang
berlangsung dalam berbagai hubungan sosial sebagaimana yang dievaluasikan oleh individu.
Dukungan keluarga mengacu pada dukungan-dukungan sosial yang dipandang oleh anggota
keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses/diadakan untuk keluarga (dukungan sosial bisa
atau tidak digunakan, tapi anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat
mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika di perlukan) (Friedman,
1998). Dukungan suami merupakan dorongan, motivasi terhadap istri, baik secara moral
13
maupun material (Bobak, 2005). Dukungan sosial suami dapat berfungsi sebagai strategi
preventif untuk mengurangi stres dan konsekuensi negatifnya (Friedman, 1998).
Sumber-Sumber Dukungan Sumber dari dukungan diperoleh dari orang-orang yang
memiliki hubungan berarti dengan individu seperti suami, keluarga (ayah, ibu, mertua),
saudara, teman dekat, tetangga dan petugas kesehatan (Smeltzer, 2001).
Jenis-Jenis Dukungan Suami Ada 4 wujud dari dukungan suami (Friedman, 1998) :
1) Dukungan informasi adalah dukungan yang diberikan apabila individu tidak mampu
menyelesaikan masalah dengan memberikan informasi, nasehat, saran, pengarahan dan
petunjuk tentang cara-cara pemecahan masalah. Pada dukungan informatif suami berfungsi
sebagai kolektor dan diseminator (penyebar) informasi. Manfaat dari dukungan ini adalah
dapat menekan munculnya suatu stressor karena informasi yang diberikan dapat
menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada individu.
2) Dukungan emosional atau psikologis adalah dukungan yang dapat berupa perhatian,
empati, kepedulian, adanya kepercayaan, mendengarkan dan didengarkan, serta membantu
penguasaan terhadap emosi. Misalnya mendampingi atau menemani istri saat melakukan
kunjungan ANC.
3) Dukungan instrumental atau finansial adalah dukungan yang bersifat nyata atau konkrit
dalam bentuk materi, uang atau dana, peralatan, waktu, maupun menolong.
4) Dukungan penghargaan atau penilaian adalah dukungan yang berupa penilaian positif dari
suami lewat ungkapan hormat (penghargaan) diantaranya memberikan penghargaan positif
dan perhatian misalnya pujian, persetujuan.
Adapun dukungan suami yang dimaksud disini adalah dukungan yang diberikan baik
dalam moral maupun materil kepada anggota keluarga yang hamil berupa memberikan
dorongan untuk melakukan kunjungan ANC sesuai jadwal. Jika suami mengharapkan
kehamilan, mendukung bahkan memperlihatkan dukungannya dalam berbagai hal, maka ibu
hamil akan merasa lebih percaya diri, lebih bahagia dan siap dalam menjalani kehamilan,
persalinan dan masa nifas.12
Jarak Kehamilan14
Jarak kehamilan yang baik adalah jarak persalinan terakhir dengan awal kehamilan sekarang
sekurang-kurangnya dari 2 tahun, bilajarak terlalu dekat maka rahim dalam kesehatan ibu
belum pulih dengan baik, pada keadaan ini perlu diwaspadai kemungkinan pertumbuhan
janin kurang baik, persalinan lama, atau perdarahan.5
Menurut hasil penelitian bernadetha(1995) di indramayu menemukan bahwa jarak kehamilan
mempunyai hubungan dengan pemeriksaan kehamilan. Demikian juga hasil penelitian
Tachyat(1995) di Cianjur, Jawa Barat menemukan hubungan yang signifikan antara jarak
kehamilan dengan pemanfaatan perawatan antenatal.5
II.6 Kerangka Teori
II.7 Kerangka Konsep
15
GambaranK1 ibu
hamil
Interval kehamilan
Status kesehatan
Usia
paritas
Pendidikan
Pekerjaan
Penghasilan
Dukungan Keluarga
Budaya
Geografis
Usia Pendidikan
DAFTAR PUSTAKA
16
GambaranK1 ibu
hamil
Paritas
Penghasilan
Pekerjaan
Geografis
1. Vitriyani Eka, Badar K, Artika FF. 2012. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Pemeriksaan Antenatal Care(ANC) K1 Ibu Hamil di Kecamatan Polokarto Kabupaten
Sukoharjo. Jurnal Kesehatan ISSN, vol 5 no 2 : 149-156, desember 2012.
2. Handayani, Fitri. Universitas Muhammadiyah Semarang. Faktor-faktor ibu hamil
yang berhubungan dengan frekuensi antenatal care. Diunduh dari :
http://digilib.unimus.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jtptunimus-gdl-
fitrihanda-5619 . 29 November 2010.
3. Ekawati Rindang. 2011. Karakteristik Sosial Ekonomi dan Kesehatan Maternal.
jurnal kesehatan masyarakat vol 6 no 3: 133-8, desember 2011.
4. Syafrudin, Hamidah. Kebidanan Komunitas. Jakarta:EGC;2009. h.268
5. Sarminah. 2012. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kunjungan Antenatal Care
di Papua tahun 2010. Jakarta: FK UI diunduh dari www.lontar.ui.ac.id/file?file
6. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Gilstrap LC, Wenstrom KD.
Kehamilan: Williams Obstetrics. edisi 21 vol 1. Jakarta: EGC; 2006. P23-30
7. Adriaansz G. Asuhan antenatal dalam: Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan. Edisi ke-4.
Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2010. h.278-9.
8. Farah, Yauma Nurul.Universitas Muhammadiah Semarang. Hubungan antara
Pengetahuan Ibu Hamil dan Paritas dengan Kunjungan K1 murni di Puskesmas
Rowosari Semarang diunduh dari
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/113/jtptunimus-gdl-yaumanurul-5609-3-
babii.pdf. 29 November 2010
9. Adri. 2008. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Cakupan Program Pemeriksaan
Kehamilan(K1 dan K4) di Puskesmas Runding Kota Subulussalam Propinsi NAD.
Medan: Universitas Sumatera Utara diunduh dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6784/1/09E00138.pdf
10. Nurta, Asrul. Universitas Sumatera Utara. Pengaruh Mutu Pelayanan Antenatal
Terhadap Cakupan K1-K4 Puskesmas di Kota Padang Tahun 2012 diunduh dari
(http://repository.usu.ac.id/ bitstream/123456789/31701/3/Chapter%20II.pdf.24 maret
2012
17
11. Pasaribu Samuel. Universitas Sumatera Utara. Pengaruh Faktor Sosial Budaya Dan
Sosial Economi Terhadap Pemeriksaan kehamilan Di Desa Bandar Sakti Puskesmas
Rantau Laban lota Tebing Tinggi Tahun 2009 diunduh dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31776/4/Chapter II.pdf. 24 februari
2009
12. Riyandani, Astrid. Universitas Muhammadiyah Semarang. Faktor-faktor yang
mempengaruhi ibu hamil melakukan kunjungan antenatal care (anc) di puskesmas
tlogosari kulon kota semarang. Diunduh dari http://digilib.unimus.ac.id/gdl.php?
mod=browse&op=read&id=jtptunimus-gdl-astridriya-6500 . 30 Mei 2012.
18