27
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Keberhasilan pemerintah dalam upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat dengan melihat indikator yang tercantum dalam Milenium Deve lopment Goals(MDGs) salah satunya yaitu Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dengan memprioritaskan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI). Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI, 2007) AKI mengalami penurunan sebesar 0,79% dari tahun 2002 (307 per 100.000 (KH) Kelahiran Hidup) sampai tahun 2007 (228 per 100.000 KH). 1 meskipun megalami penurunan tetapi angka tersebut masih tinggi di Asia (Kemenkes RI, 2011). Sementara target rencana pembangunan jangka panjang menengah nasional (RPJMN) sebesar 226 per 100.000 kelahiran hidup. Target indonesia sehat menurut Indonesia sehat tahun 2010 mencapai 150 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan target pada tahun 2015 yaitu 102 per 100.000 kelahiran hidup sesuai dengan target MDGs. 2 Penurunan AKI memerlukan berbagai upaya-upaya kesehatan yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas. Dengan meningkatkan pelayanan KIA meliputi pelayanan Antenatal Care, persalinan, nifas, dan perawatan bayi baru lahir (Kemenkes RI, 2011).Di Indonesia program kesehatan ibu menargetkan setiap ibu hamil melakukan paling sedikit 4 kali kunjungan periksa hamil, masing-masing sekali pada trimester pertama dan kedua serta dua kali pada trimester ke tiga. Setiap ibu hamil di 1

Pene Klompok

Embed Size (px)

DESCRIPTION

penelitian

Citation preview

Page 1: Pene Klompok

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Keberhasilan pemerintah dalam upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat

dengan melihat indikator yang tercantum dalam Milenium Development Goals(MDGs) salah

satunya yaitu Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dengan memprioritaskan penurunan Angka

Kematian Ibu (AKI). Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI, 2007) AKI

mengalami penurunan sebesar 0,79% dari tahun 2002 (307 per 100.000 (KH) Kelahiran

Hidup) sampai tahun 2007 (228 per 100.000 KH).1 meskipun megalami penurunan tetapi

angka tersebut masih tinggi di Asia (Kemenkes RI, 2011). Sementara target rencana

pembangunan jangka panjang menengah nasional (RPJMN) sebesar 226 per 100.000

kelahiran hidup. Target indonesia sehat menurut Indonesia sehat tahun 2010 mencapai 150

per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan target pada tahun 2015 yaitu 102 per 100.000

kelahiran hidup sesuai dengan target MDGs.2

Penurunan AKI memerlukan berbagai upaya-upaya kesehatan yang berhubungan dengan

kehamilan, persalinan, dan nifas. Dengan meningkatkan pelayanan KIA meliputi pelayanan

Antenatal Care, persalinan, nifas, dan perawatan bayi baru lahir (Kemenkes RI, 2011).Di

Indonesia program kesehatan ibu menargetkan setiap ibu hamil melakukan paling sedikit 4

kali kunjungan periksa hamil, masing-masing sekali pada trimester pertama dan kedua serta

dua kali pada trimester ke tiga. Setiap ibu hamil di anjurkan di periksa tinggi dan berat badan,

tekanan darah, mendapat pil zat besi, imunisasi Tetanus toxoid (TT), dan pemeriksaan tinggi

fundus. Setiap kunjungan pemeriksaan kehamilan ibu harus dijelaskan tentang tanda-tanda

komplikasi kehamilan, di timbang berat badan serta di periksa darah dan urin.3

Kunjungan pertama ibu hamil(K1) adalah kontak ibu hamil pertama kali dengan petugas

kesehatan unuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan.4 Menurut Kemenkes RI (2011),

cakupan K1 (kunjungan ibu pertama kali ibu hamil) pada tahun 2010 (95, 26%) mengalami

peningkatan sebesar 2,61% dari tahun 2008 (92,65%).1 Adapun cakupan K1 di puskesmas

Kedoya Utara dari januari 2012 sampai desember 2012 yaitu 16%.

1

Page 2: Pene Klompok

Banyak faktor yang mempengaruhi kunjungan antenatal pada ibu hamil. Secara

umum kunjungan kesehatan ibu erat hubungan-nya dengan kemiskinan, pendidikan ibu,

faktor geografis dan pembangunan social. Penelitian yang di lakukan adik wibiwo (1992) ada

beberapa faktor yang mempengaruhi kunjungan antenatal yaitu : faktor predisposisi yang

meliputi (umur, paritas, jarak kelahiran, pendidikan, pengetahuan, dan sikap). Faktor enabling

yang meliputi pekerjaan suami, ekonomi keluarga, pembayar, ongkos, waktu, ketersediaan

pelayanan dan jarak ) dan faktor kebutuhan yang meliputi ( riwayat penyakit, keluhan,

persepsi sehat, kondisi ibu, rencana pengobatan dan kadar HB). 5

Kami memilih lokasi penelitian di puskesmas kelurahan Kedoya Utara dikarenakan belum

adanya penelitian serupa yang dilakukan di wilayah kerja puskesmas Kedoya Utara dan

memenuhi tugas kepaniteraan ilmu kesehatan masyarakat fk ukrida.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah tersebut di atas, dapat dirumuskan

sebagai berikut :

1. AKI mengalami penurunan sebesar 0,79% dari tahun 2002 sampai tahun 2007 tetapi

angka tersebut masih tinggi di Asia (Kemenkes RI, 2011).

2. Penurunan AKI memerlukan berbagai upaya-upaya kesehatan dengan meningkatkan

pelayanan KIA meliputi pelayanan Antenatal Care, persalinan, nifas, dan perawatan bayi

baru lahir.

3. cakupan K1 di puskesmas Kedoya Utara dari januari 2012 sampai desember 2012

yaitu 16%.

4. Belum ada penelitian yang dilakukan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

kunjungan ibu hamil (K1) di kelurahan Kedoya Utara.

I.3 TujuanPenelitian

I.3.1 TujuanUmum

Diketahuinya gambaran kunjungan pertama (K1) di wilayah kerja Puskesmas Kedoya

Utara periode 12 – 26 Agustus 2013 dan faktor-faktor yang mempengaruhinya

I.3.2 TujuanKhusus

2

Page 3: Pene Klompok

- Diketahuinya sebaran tingkat pendidikan, penghasilan, pekerjaan, usia ibu hamil,

paritas, dan geografis mengenai kunjungan pertama (K1) ibu hamil periode 12 – 26

Agustus 2013.

- Diketahuinya hubungan antara tingkat pendidikan, tingkat penghasilan, pekerjaan,

usia, paritas dan geografis terhadap gambaran ibu hamil mengenai kunjungan pertama

(K1) ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Kedoya Utara periode 12 – 26 Agustus

2013.

I.4 Manfaat Penelitian

I.4.1 Manfaat Bagi Peneliti

1. Menerapkan dan mengembangkan ilmu yang di dapat saat kuliah

2. Meningkatkan kemampuan berkomunikasi langsung dengan masyarakat

3. Mengembangkan kemampuan untuk berpikir kritis

4. Menumbuhkan minat dan pengetahuan peneliti

5. Menambah pengetahuan tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan

kunjungan baru (K1) pada ibu hamil.

6. Mengembangkan daya nalar, minat, dan kemampuan dalam bidang penelitian.

I.4.2 Manfaat Bagi Perguruan Tinggi

1. Merealisasikan Tri Dharma Perguruan Tinggi dalam melaksanakan fungsi atau

tugas perguruan tinggi sebagai lembaga yang menyelenggarakan pendidikan,

penelitian, dan pengabdian bagi masyarakat

2. Memperkenalkan Fakultas Kedokteran UKRIDA kepada masyarakat

3. Berperan serta di bidang kesehatan dengan mewujudkan masyarakat ilmiah

dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan penerapan teknologi.

4. Meningkatkan saling pengertian dan saling kerja sama antara mahasiswa dan

staf pengajar.

I.4.3 Manfaat Bagi Masyarakat

1. Sebagai masukan untuk bahan informasi dalam upaya peningkatan derajat

kesehatan dan penelitian selanjutnya.

2. Menambah pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya kunjungan pertama

(K1) pada ibu hamil

3

Page 4: Pene Klompok

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Konsep Kehamilan

Masa kehamilan di mulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya kehamilan

normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari pertama haid terakhir.

Kehamilan di bagi dalam 3 triwulan yaitu triwulan pertama di mulai dari konsepsi sampai 3

bulan, triwulan ke dua dari bulan ke empat sampai bulan ke 7, triwulan ketiga dari bulan ke 7

sampai 9 bulan.2

Kehamilan matur (cukup bulan) berlangsung kira-kira 40 minggu (280 hari) dan tidak

lebih dari 43 minggu (300 hari). Kehamilan yang berlangsung antara 28 dan 36 minggu

disebut kehamilan prematur, sedangkan bila lebih dari 43 minggu disebut kehamilan

postmatur.2

Kehamilan adalah suatu keadaan fisiologis, akan tetapi pentingnya diagnosis kehamilan tidak

dapat diabaikan. Bagi semua dokter yang dipercaya untuk melakukan penanganan medis pada

wanita dalam usia subur,mengetahui adanya kehamilan sangat penting agar tepat dalam

diagnosis dan pengobatan semua proses penyakit.6

Banyak manifestasi dari adaptasi fisiologis terhadap kehamilan yang mudah dikenali

dan merupakan petunjuk penting bagi diagnosis dan evaluasi kemajuan kehamilan. Sebagian

dari perubahan-perubahan selama kehamilan dapat diperkirakan waktunya secara relatif tepat

sehingga merupakan patokan penting untuk memperkirakan usia gestasi janin. Sementara itu

wanita secara fisiologis mengakomodasi pertumbuhan, perkembangan serta fungsi uterus dan

konseptus.6

Diagnosis kehamilan biasanya sangat mudah ditegakkan tetapi sayangnya hal ini tidak

selalu terjadi. Proses farmakologis atau patofisiologis kadang-kadang memicu perubahan-

perubahan endokrin atau anatomis yang menyerupai kehamilan, sehingga membingungkan

wanita dan kadang-kadang juga dokternya. Dengan demikian kadang-kadang diagnosis

kehamilan tidak mudah ditegakkan tetapi kehamilan jarang tidak terdiagnosis apabila telah

dilakukan pemeriksaan klinis dan laboratorium dengan benar.6

Perubahan endokrinologis, fisiologis dan anatomis yang menyertai kehamilan

menimbulkan gejala dan tanda yang memberikan bukti adanya kehamilan. Gejala dan tanda

tersebut diklasifikasikan menjadi tiga kelompok yaitu bukti-bukti presumptif, tanda-tanda

kemungkinan dan tanda-tanda positif kehamilan.

4

Page 5: Pene Klompok

Bukti presumptif kehamilan umumnya didasarkan pada gejala-gejala subjektif berupa:6

1. Mual dengan atau tanpa muntah

2. Gangguan berkemih

3. Fatigue

4. Persepsi adanya gerakan janin

Yang termasuk tanda presumptif adalah:

1. Terhentinya menstruasi

2. Perubahan pada payudara

3. Perubahan warna mujosa vagina

4. Meningkatnya pigmentasi kulit dan timbulnya

striae abdomen

Tanda-tanda kemungkinan kehamilan mencakup:6

1. Pembesaran abdomen

2. Perubahan bentuk, ukuran dan konsistensi uterus

3. Perubahan anatomis pada serviks

4. Kontraksi braxton hicks

5. Ballotement

6. Kontur fisik janin

7. Adanya HCG diurin atau serum

Tiga tanda positif kehamilan adalah:6

1. Identifikasi kerja jantung jani

yang terpisah dan tersendiri dari kerja jantung wanita hamil

2. Persepsi gerakan janin aktif oleh

poemeriksa

3. Pengenalan mudigah dan janin

setiap saat selama kehamilan dengan teknik sonografik atau pengenalan janin yang

lebih tua secara radiografis pada paruh kedua kehamilan.

II.2 Definisi Antenatal Care

Asuhan Antenatal adalah upaya preventif program pelayanan kesehatan obstetrik

untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal melalui serangkaian kegiatan

pemantauan rutin selama kehamilan.7 Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan

berkala selama masa kehamilan ibu yang diselenggarakan oleh tenaga kesehatan kepada

5

Page 6: Pene Klompok

ibu hamil dan janin yang di kandungnya untuk mejamin agar ibu hamil dapat melalui

masa kehamilan, persalinan dan nifas dengan baik dan selamat serta melahirkan bayi

yang sehat. Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh

tenaga kesehatan kepada ibu selama masa kehamilannya sesuai standar pelayanan

antenatal yang ditetapkan (Riskesdas, 2010).

Tujuan antenatal care antara lain (Saifuddin, 2008):2

a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh

kembang bayi.

b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial ibu dan bayi.

c. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi

selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan.

d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun

bayinya dengan trauma seminimal mungkin.

e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif.

f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat

tumbuh kembang secara normal.

II.2 Program Antenatal care

Bila kehamilan termasuk resiko tinggi, perhatian dan jadwal kunjungan harus lebih

ketat. Namun bila kehamilan normal jadwal asuhan cukup empat kali. Selama melakukan

kunjungan untuk asuhan antenatal, para ibu hamil akan mendapatkan serangkaian pelayanan

yang terkait dengan upaya memastikan ada tidaknya kehamilan dan penelusuran berbagai

kemungkinan adanya penyulit atau gangguan kesehatan selama kehamilan yang mungkin

dapat mengganggu kualitas dan luaran kehamilan. Identifikasi kehamilan diperoleh melalui

pengenalan perubahan anatomik dan fisiologik kehamilan. Bila diperlukan dapat dilakukan

uji hormonal kehamilan dengan menggunakan berbagai metode yang tersedia.7

Dalam memberikan pelayanan tersebut telah diberikan pelayanan atau asuhan standar

minimal ”7T” yaitu:8

a. Timbang berat badan ibu hamil dan pengukuran lingkar lengan atas (LLA) secara

teratur mempunyai arti klinis penting, karena ada hubungan erat antara pertambahan

berat badan selama kehamilan dengan berat badan lahir anak. Pertambahan berat

badan ibu selama

6

Page 7: Pene Klompok

kehamilan dapat digunakan sebagai indikator pertumbuhan janin dalam rahim.

Pertambahan yang optimal adalah kira-kira 20% dari berat badan ibu sebelum hamil,

jika berat badan tidak bertambah, lingkar lengan atas <23,5 cm menunjukkan ibu

mengalami kurang gizi.

b. Pengukuran Tekanan darah

Pengukuran harus dilakukan secara rutin dengan tujuan untuk melakukan deteksi dini

terhadap terjadinya tiga gejala preeklamsi. Apabila pada kehamilan triwulan III terjadi

kenaikan berat badan lebih dari 1 kg, dalam waktu 1 minggu kemungkinan

disebabkan terjadinya oedema, apabila kenaikan tekanan darah dan tekanan diastolik

yang mencapai >140/90 mmHg atau mengalami kenaikan 15 mmHg dalam 2 kali

pengukuran dengan jarak 1 jam. ibu hamil dikatakan dalam keadaan preeklamsi

mempunyai 2 dari 3 gejala preeklamsi. Apabila preeklamsi tidak dapat diatasi, maka

akan berlanjut menjadi eklamsi. Eklamsi merupakan salah satu penyebab kematian

maternal yang seharusnya dapat dicegah atau deteksi secara dini, melalui monitoring

kenaikan tekanan darah dan kenaikan berat badan yang berlebihan (Mufdlilah, 2009).

c. Mengukur Tinggi fundus uteri

dilakukan secara rutin dengan tujuan mendeteksi secara dini terhadap berat badan

janin. Indikator pertumbuhan berat janin intrauterin, tinggi fundus uteri dapat juga

mendeteksi secara dini terhadap terjadinya molahidatidosa, janin ganda atau

hidramnion di mana ketiganya dapat mempengaruhi terjadinya kematian maternal

(Mufdlilah, 2009).

d. Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT)

Imunisasi TT lengkap kepada ibu hamil sebanyak 2 kali dengan jarak minimal 4

minggu, diharapkan dapat menghindari terjadinya tetanus neonatorum dan tetanus

pada ibu bersalin dan nifas.

e. Pemberian Tablet zat besi

Diberikan 90 tablet selama 3 bulan kehamilan, diminum setiap hari, ingatkan ibu

hamil tidak minum dengan teh dan kopi, suami atau keluarga hendaknya selalu

dilibatkan selama ibu mengkonsumsi zat besi, untuk meyakinkan betul-betul

diminum.

f. Tes laboratorium (rutin dan khusus)

Pemeriksaan laboratorium rutin mencakup pemeriksaan hemoglobin, protein urine,

gula darah, dan hepatitis B. Pemeriksaan khusus dilakukan didaerah prevalensi tinggi

7

Page 8: Pene Klompok

dan atau kelompok perilaku berisiko dilakukan terhadap HIV, sifilis, malaria,

tuberkulosis, cacingan dan thalasemia.

g. Temu wicara (Konseling)

Disini untuk memberikan penyuluhan tentang perawatan hamil, perawatan payudara,

gizi ibu hamil, tanda-tanda bahaya pada kehamilan dan tanda-tanda pada janin

sehingga ibu dan keluarga dapat segera mengambil keputusan dalam perawatan

selanjutunya dan mendengarkan keluhan yang disampaikan oleh ibu dengan penuh

minat.

Menurut Saifuddin (2008) jadwal kunjungan antenatal tersebut meliputi:8

a) Kunjungan I (KI): Sebelum umur kehamilan 16 minggu.

Menurut Pedoman Pemantauan Kesejahteraan Ibu dan Anak (PWS KIA, 1998)

Kunjungan I ibu hamil dibedakan menjadi 2, yaitu:

- Kunjungan I (K1) Akses

K1 akses ialah kunjungan ibu hamil baru (pertama kali periksa kehamilan) tanpa

memandang umur kehamilan atau lebih dari 16 minggu. Contoh: Ibu hamil 20

minggu yang datang untuk ANC pertama kalinya.

- Kunjungan I (K1) Murni

K1 murni ialah kunjungan ibu hamil baru (pertama kali periksa kehamilan) pada

umur kehamilan 4-16 minggu. Dilakukan untuk (Saifuddin dkk, 2008):

Penapisan dan pengobatan anemia

Perencanaan persalinan

Pengenalan komplikasi akan kehamilan dan pengobatannya.

Pemberian imunisasi TT-1

Pemeriksaan Laboratorium

1) Darah : Hb, Golongan darah, VDRL, HbSAg, GDS.

2) Urine : Urine reduksi, Urine protein

Pemberian tablet tambah darah (Fe): 90 hari F segera setelah masa mual

hilang.

b) Kunjungan II (K2) : (24-28 minggu)

c) Kunjungan III (32 minggu)

Dilakukan untuk:

1) Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya

8

Page 9: Pene Klompok

2) Penapisan pre eklamsi, gemelli, infeksi alat reproduksi dan perkemihan.

3) Mengulang perencanaan persalinan.

4) Pemberian imunisasi TT-II

d) Kunjungan IV (K4)

Umur kehamilan 36 minggu sampai akhir, dilakukan untuk:

1) Sama seperti kegiatan kunjungan II dan III

2) Mengenali adanya kelainan letak dan presentasi,

3) Memantapkan rencana persalinan,

4) Mengenali tanda-tanda persalinan.

5) Cek kembali Hb dan pemeriksaan lain jika ada indikasi.

II.3 Pengertian K1

Kunjungan pertama ibu hamil(K1) adalah kontak ibu hamil pertama kali dengan

petugas kesehatan unuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan.4

II.3 Tujuan K1

Dari tujuan tersebut, tujuan kunjungan antenatal pada kunjungan pertama adalah:8

a. Menentukan diagnosis ada atau tidaknya kehamilan

b. Menentukan usia kehamilan dan perkiraan persalinan

c. Menentukan status kesehatan ibu dan janin.

d.Menentukan kehamilan normal atau abnormal serta ada atau tidaknya faktor risiko

kehamilan

e. Menentukan rencana pemeriksaan atau penatalaksanaan selanjutnya.

II.4 Cakupan K1

Cakupan Pemeriksaan Kehamilan (pelayanan Antenatal) adalah persentase ibu hamil yang telah mendapat pemeriksaan kehamilan oleh tenaga kesehatan di suatu wilayah kerja.9

Cakupan kunjungan baru ibu hamil (K1) dipakai sebagai indikator aksesabilitas (jangkauan) pelayanan, angka cakupan K1 diperoleh dari:9

jumlah K1 dalam 1 tahunAngka Cakupan K1 = ______________________________________

jumlah ibu hamil diwilayah kerja dalam 1 tahun

9

Page 10: Pene Klompok

II.5 Faktor yang mempengaruhi K1

Usia

Umur sangat mempengaruhi proses reproduksi. Seorang ibu sebaiknya hamil pada umur 20-

30 tahun, karena masa ini merupakan masa yang aman untuk hamil. Mulai umur 20 tahun,

rahim dan bagian tubuh lainnya sudah siap untuk menerima kehamilan. Selain itu pada umur

tersebut biasanya wanita sudah merasa siap untuk menjadi seorang ibu. Lain hal nya dengan

ibu yang berumur kurang dari 20 tahun, rahim dan panggulnya belum berkembang dengan

baik, sehingga perlu diwaspadai adanya kemungkinan mengalami persalinan yang sulit dan

keracunan kehamilan. Sedangkan ibu yang berumur di atas 35 tahun, kesehatan dan keadaan

rahimnya sudah tidak seperti umur 20-35 tahun, sehingga perlu diwaspadai kemungkinan

terjadinya persalinan lama, perdarahan, serta resiko cacat bawaan. Untuk menghindari

timbulnya kesulitan pada kehamilan dan persalinan, ibu yang berumur kurang dari 20 tahun

dan lebih dari 35 tahun harus memeriksakan kehamilannya secara teratur.5

Dalam penelitian yang dilakukan oleh wibowo (1992) disebutkan bahwa ibu hamil yang

berusia dibawah 20 tahun dan di atas 35 tahun lebih jarang melakukan pemeriksaan

kehamilan dibandingkan dengan ibu hamil pada usia produktif (20-35 tahun). Begitu juga

dalam penelitian yang dilakukan Hariastuti (2003) diperoleh analisi ibu yang berumur 20-35

tahun mempunyai peluang 1,56 kali untuk memanfaatkan pelayanan antenatal sebanyak lebih

atau sama dengan 4 kali dibandingkan dengan ibu yang berumur kurang dari 20 tahun dan

lebih dari 35 tahun.5

Paritas

Paritas adalah status seorang wanita sehubungan dengan jumlah anak yang pernah

dilahirkannya. Paritas adalah jumlah janin dengan berat badan lebih dari 500 gram atau

lebih, yang pernah dilahirkan, hidup atau mati. Bila berat badan tidak diketahui maka dipakai

batas umur kehamilannya 24 minggu. Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai

angka kematian maternal lebih tinggi. Lebih tinggi paritas, lebih tinggi kematian maternal.

Resiko pada paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan obstetri lebih baik, sedangkan resiko

pada paritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga berencana. Berdasarkan

pengertian tersebut maka paritas mempengaruhi kunjungan kehamilan. Ibu yang baru

10

Page 11: Pene Klompok

pertama kali hamil merupakan hal yang sangat baru sehingga termotivasi dalam

memeriksakan kehamilannya ketenaga kesehatan. Sebaliknya ibu yang sudah pernah

melahirkan lebih dari satu orang mempunyai anggapan bahwa ia sudah berpengalaman

sehingga tidak termotivasi untuk memeriksakan kehamilannya.2

Geografis

Faktor-faktor yang berhubungan dengan tempat yang memfasilitasi atau menghambat

pemanfaatan pelayanan pemeriksaan kehamilan, berkaitan dengan keterjangkauan tempat

yang di ukur dengan jarak tempuh, waktu tempuh, dan biaya perjalanan dari tempat tinggal

ke puskesmas. Hubungan antara lokasi pemeriksaan kehamilan dengan tempat tinggal ibu

hamil, dapat diukur dalam satuan jarak, waktu tempuh, atau biaya tempuh bergantung dari

jenis pelayanan dan jenis sumber daya yang ada. Peningkatan akses yang dipengaruhi oleh

berkurangnya jarak, waktu tempuh ataupun biaya tempuh mungkin mengakibatkan

peningkatan pemakaian pelayanan yang berhubungan dengan penyakit. Sesuai dengan

keadaan geografis, luas wilayah, dan sarana perhubungan dalam wilayah puskesmas, tidak

semua penduduk dapat dengan mudah mendapatkan pelayanan puskesmas. Agar jangkauan

pelayanan puskesmas lebih merata dan meluas, puskesmas perlu ditunjang dengan puskesmas

pembantu, penempatan bidan di desa-desa yang belum terjangkau oleh pelayanan yang ada di

puskesmas keliling. Kondisi geografis yang menantang ini menyebabkan terjadinya

peningkatan akses pada pelayanan kesehatan, bahkan di daerah-daerah terpencil.9

Kondisi geografis secara umum penduduk pedesaan jauh dari puskesmas dan maupun rumah

sakit sebagai tempat pemeriksaan kehamilan sering kali menyebabkan para ibu hamil seakan

sulit untuk melakukan pemeriksaan kehamilannya.9

Pekerjaan

Penelitian yang dilakukan oleh Sjofiatun (2000), menyebut bahwa status ibu bekerja

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perawatan kehamilan di daerah pedesaan

maupun di daerah perkotaan.

Perempuan yang bekerja lebih memanfatkan pelayanan antenatal care dibandingkan

ibu rumah tangga dan ibu yang tidak bekerja (Kabir et al. 2005).Wanita yang bekerja

cenderung memulai antenatal care lebih awal (Magadi et al., 2002). Wanita yang bekerja di

11

Page 12: Pene Klompok

luar rumah selama kehamilan secara signifikan berhubungan terhadap pelayanan pemeriksaan

kehamilan (Erci, 2003).10

Penghasilan

Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang antenatal care yang baik dan kesadaran

untuk periksa, karena dapat menyediakan semua kebutuhan dirinya baik yang primer maupun

sekunder (Soetjiningsih, 1998:10). Menurut budioro (2002:108) keterbatasan sarana dan

sumber daya, rendahnya penghasilan, adanya peraturan atau perundangan yang menjadi

penghambat akan membatasi keberdayaan orang perorang maupun masyarakat untuk

merubah perilakunya. Pendapatan mempengaruhi kunjungan ANC. Hal ini disebabkan karena

biaya penghidupan yang tinggi sehingga diperlukan pasien harus menyediakan dana yang

diperlukan.2

Status Kesehatan

Panel menyimpulkan bahwa banyak penyakit medis(misalnya diabetes mellitus), serta

perilaku pribadi(kecanduan alkohol) yang berkaitan dengan gangguan hasil akhir kehamilan

dapat diidentifikasi dan dimodifikasi sebelum konsepsi. Karena kesehatan selama hamil

bergantung pada kesehatan sebelum hamil.6

Dari hasil penelitian Wibowo (1992) bahwa makin ibu hamil merasa kesehatannya

terganggu, makin sering ia memeriksakan diri. Menurut hasil penelitian Tanuwidjaya (1994)

pemanfaatan pelayanan antenatal oleh ibu dalam kondisi sakit, tidak ada perbedaan dengan

pemanfaatan pelayanan antenatal oleh ibu. Dengan kondisi yang sehat. Namun menurut hasil

penelitian Hayatini (2002) kondisi ibu hamil di duga berkaitan erat dengan kelengkapan

kinjungan ibu hamil ke pelayanan antenatal hal ini di buktikan dengan hasil analisis ibu hamil

yang normal mempunyai peluang 1,55 kali mendapatkan ANC di banding ibu hamil yang

berisiko tinggi/tidak sehat.5

Budaya

Kebudayaan adalah segala sesuatu atau tata nilai yang berlaku dalam suatu

masyarakat, termasuk di dalamnya pernyataan intelektual dan nilai-nilai artistik yang menjadi

ciri khas masyarakat (Eppink, 2010).

Faktor budaya mempengaruhi berbagai perubahan yang relevan dengan kehamilan dengan

norma budaya yang mayoritas dan tidak semua berlaku bagi orang yang berasal dari budaya

lain. Orang yang berasal dari budaya yang berbeda akan dibesarkan sesuai dengan

kebudayaan, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai yang dianut. Ibu yang melakukan perawatan

12

Page 13: Pene Klompok

kehamilan yang mempunyai keyakinan dan kepercayaan dengan dukun akan lebih memilih

keyakinan tersebut dibandingkan dengan perawatan kehamilan ke tempat pelayanan

kesehatan (Schott, 2008). Perilaku keluarga yang tidak mengijinkan seorang wanita

meninggalkan rumah untuk memeriksakan kehamilannya merupakan budaya yang

menghambat keteraturan kunjungan ibu hamil memeriksakan kehamilannya. Tatanan budaya

yang turun temurun mempengaruhi keputusan ibu dalam memeriksakan kehamilan.

Misalnya ibu hamil akan memeriksakan kehamilan ke dukun misalnya dengan khusuk, dan

meminta zimat atau pelindung selama kehamilan sesuai dengan komplikasi yang dialami oleh

ibu hamil (Depkes RI, 2008).11

Pendidikan

Status Pendidikan seseorang akan memengaruhi seseorang dalam menggunakan

pelayanan kesehatan. Banyak penelitian yang menyatakan bahwa penggunaan layanan

kesehatan meningkat seiring dengan peningkatan jenjang pendidikan.

Tingkat pendidikan sangat mempengaruhi bagaimana seseorang untuk bertindak dan

mencari penyebab serta solusi dalam hidupnya. Orang yang berpendidikan tinggi biasanya

akan bertindak lebih rasional. Oleh karena itu orang yang berpendidikan akan lebih mudah

menerima gagasan baru (Notoatmodjo,2003).Pendidikan yang rendah merupakan salah satu

masalah yang berpengaruh terhadap kunjungan ANC pada ibu hamil. Demikian halnya

dengan ibu yang berpendidikan tinggi akan memeriksakan kehamilannya secara teratur demi

menjaga keadaan kesehatan dirinya dan anak dalam kandungannya.12

Dukungan Keluarga

Definisi Dukungan adalah sumber daya eksternal utama. Sifat dukungan dan

pengaruhnya pada penyelesaian masalah telah diteliti secara ekstensif dan telah terbukti

sebagai moderator stres kehidupan yang efektif. Dukungan berfokus pada sifat interaksi yang

berlangsung dalam berbagai hubungan sosial sebagaimana yang dievaluasikan oleh individu.

Dukungan keluarga mengacu pada dukungan-dukungan sosial yang dipandang oleh anggota

keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses/diadakan untuk keluarga (dukungan sosial bisa

atau tidak digunakan, tapi anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat

mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika di perlukan) (Friedman,

1998). Dukungan suami merupakan dorongan, motivasi terhadap istri, baik secara moral

13

Page 14: Pene Klompok

maupun material (Bobak, 2005). Dukungan sosial suami dapat berfungsi sebagai strategi

preventif untuk mengurangi stres dan konsekuensi negatifnya (Friedman, 1998).

Sumber-Sumber Dukungan Sumber dari dukungan diperoleh dari orang-orang yang

memiliki hubungan berarti dengan individu seperti suami, keluarga (ayah, ibu, mertua),

saudara, teman dekat, tetangga dan petugas kesehatan (Smeltzer, 2001).

Jenis-Jenis Dukungan Suami Ada 4 wujud dari dukungan suami (Friedman, 1998) :

1) Dukungan informasi adalah dukungan yang diberikan apabila individu tidak mampu

menyelesaikan masalah dengan memberikan informasi, nasehat, saran, pengarahan dan

petunjuk tentang cara-cara pemecahan masalah. Pada dukungan informatif suami berfungsi

sebagai kolektor dan diseminator (penyebar) informasi. Manfaat dari dukungan ini adalah

dapat menekan munculnya suatu stressor karena informasi yang diberikan dapat

menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada individu.

2) Dukungan emosional atau psikologis adalah dukungan yang dapat berupa perhatian,

empati, kepedulian, adanya kepercayaan, mendengarkan dan didengarkan, serta membantu

penguasaan terhadap emosi. Misalnya mendampingi atau menemani istri saat melakukan

kunjungan ANC.

3) Dukungan instrumental atau finansial adalah dukungan yang bersifat nyata atau konkrit

dalam bentuk materi, uang atau dana, peralatan, waktu, maupun menolong.

4) Dukungan penghargaan atau penilaian adalah dukungan yang berupa penilaian positif dari

suami lewat ungkapan hormat (penghargaan) diantaranya memberikan penghargaan positif

dan perhatian misalnya pujian, persetujuan.

Adapun dukungan suami yang dimaksud disini adalah dukungan yang diberikan baik

dalam moral maupun materil kepada anggota keluarga yang hamil berupa memberikan

dorongan untuk melakukan kunjungan ANC sesuai jadwal. Jika suami mengharapkan

kehamilan, mendukung bahkan memperlihatkan dukungannya dalam berbagai hal, maka ibu

hamil akan merasa lebih percaya diri, lebih bahagia dan siap dalam menjalani kehamilan,

persalinan dan masa nifas.12

Jarak Kehamilan14

Page 15: Pene Klompok

Jarak kehamilan yang baik adalah jarak persalinan terakhir dengan awal kehamilan sekarang

sekurang-kurangnya dari 2 tahun, bilajarak terlalu dekat maka rahim dalam kesehatan ibu

belum pulih dengan baik, pada keadaan ini perlu diwaspadai kemungkinan pertumbuhan

janin kurang baik, persalinan lama, atau perdarahan.5

Menurut hasil penelitian bernadetha(1995) di indramayu menemukan bahwa jarak kehamilan

mempunyai hubungan dengan pemeriksaan kehamilan. Demikian juga hasil penelitian

Tachyat(1995) di Cianjur, Jawa Barat menemukan hubungan yang signifikan antara jarak

kehamilan dengan pemanfaatan perawatan antenatal.5

II.6 Kerangka Teori

II.7 Kerangka Konsep

15

GambaranK1 ibu

hamil

Interval kehamilan

Status kesehatan

Usia

paritas

Pendidikan

Pekerjaan

Penghasilan

Dukungan Keluarga

Budaya

Geografis

Usia Pendidikan

Page 16: Pene Klompok

DAFTAR PUSTAKA

16

GambaranK1 ibu

hamil

Paritas

Penghasilan

Pekerjaan

Geografis

Page 17: Pene Klompok

1. Vitriyani Eka, Badar K, Artika FF. 2012. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan

Pemeriksaan Antenatal Care(ANC) K1 Ibu Hamil di Kecamatan Polokarto Kabupaten

Sukoharjo. Jurnal Kesehatan ISSN, vol 5 no 2 : 149-156, desember 2012.

2. Handayani, Fitri. Universitas Muhammadiyah Semarang. Faktor-faktor ibu hamil

yang berhubungan dengan frekuensi antenatal care. Diunduh dari :

http://digilib.unimus.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jtptunimus-gdl-

fitrihanda-5619 . 29 November 2010.

3. Ekawati Rindang. 2011. Karakteristik Sosial Ekonomi dan Kesehatan Maternal.

jurnal kesehatan masyarakat vol 6 no 3: 133-8, desember 2011.

4. Syafrudin, Hamidah. Kebidanan Komunitas. Jakarta:EGC;2009. h.268

5. Sarminah. 2012. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kunjungan Antenatal Care

di Papua tahun 2010. Jakarta: FK UI diunduh dari www.lontar.ui.ac.id/file?file

6. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Gilstrap LC, Wenstrom KD.

Kehamilan: Williams Obstetrics. edisi 21 vol 1. Jakarta: EGC; 2006. P23-30

7. Adriaansz G. Asuhan antenatal dalam: Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan. Edisi ke-4.

Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2010. h.278-9.

8. Farah, Yauma Nurul.Universitas Muhammadiah Semarang. Hubungan antara

Pengetahuan Ibu Hamil dan Paritas dengan Kunjungan K1 murni di Puskesmas

Rowosari Semarang diunduh dari

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/113/jtptunimus-gdl-yaumanurul-5609-3-

babii.pdf. 29 November 2010

9. Adri. 2008. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Cakupan Program Pemeriksaan

Kehamilan(K1 dan K4) di Puskesmas Runding Kota Subulussalam Propinsi NAD.

Medan: Universitas Sumatera Utara diunduh dari

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6784/1/09E00138.pdf

10. Nurta, Asrul. Universitas Sumatera Utara. Pengaruh Mutu Pelayanan Antenatal

Terhadap Cakupan K1-K4 Puskesmas di Kota Padang Tahun 2012 diunduh dari

(http://repository.usu.ac.id/ bitstream/123456789/31701/3/Chapter%20II.pdf.24 maret

2012

17

Page 18: Pene Klompok

11. Pasaribu Samuel. Universitas Sumatera Utara. Pengaruh Faktor Sosial Budaya Dan

Sosial Economi Terhadap Pemeriksaan kehamilan Di Desa Bandar Sakti Puskesmas

Rantau Laban lota Tebing Tinggi Tahun 2009 diunduh dari

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31776/4/Chapter II.pdf. 24 februari

2009

12. Riyandani, Astrid. Universitas Muhammadiyah Semarang. Faktor-faktor yang

mempengaruhi ibu hamil melakukan kunjungan antenatal care (anc) di puskesmas

tlogosari kulon kota semarang. Diunduh dari http://digilib.unimus.ac.id/gdl.php?

mod=browse&op=read&id=jtptunimus-gdl-astridriya-6500 . 30 Mei 2012.

18