54
MAKALAH DUKUMENTASI KEBIDANAN DENGAN SOAPIER DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 : KETUA : SUSI SUSANTI ( B.10.12.1122) WAKIL KETUA : MITHA ANDRIANI (B.10.12.1110) SEKRETARIS : DESI SAFITRI ( B.10.12.1091) MODERATOR : INDAH AYU SURYA (B.10.12.1103) PENYAJI : AFTARI NOVIA PUTRI (B.10.12.1085) ANGGOTA : PIPIT MA’UNA (B.10.12.1116) VERA KUSMALA (B.10.12.1128) ELI EPRIANA (B.10.12.1097) Tingkat : II A AKBID Dosen pembimbing : pradiva dwi lestari ,SKM,SST SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MITRA ADIGUNA

dokumentasi klompok 1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: dokumentasi klompok 1

MAKALAH

DUKUMENTASI KEBIDANAN DENGAN SOAPIER

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 :

KETUA : SUSI SUSANTI ( B.10.12.1122)WAKIL KETUA : MITHA ANDRIANI (B.10.12.1110)SEKRETARIS : DESI SAFITRI ( B.10.12.1091)MODERATOR : INDAH AYU SURYA (B.10.12.1103)PENYAJI : AFTARI NOVIA PUTRI (B.10.12.1085)ANGGOTA : PIPIT MA’UNA (B.10.12.1116)

VERA KUSMALA (B.10.12.1128) ELI EPRIANA (B.10.12.1097)

Tingkat : II A AKBIDDosen pembimbing : pradiva dwi lestari ,SKM,SST

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MITRA ADIGUNATAHUN AJARAN 2011/2012

PALEMEMBANG

Page 2: dokumentasi klompok 1

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr, wb

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat allah swt, karena atas berkat rahmat dan karunia-nya lah kami dapat menyelesaikan dokumentasi kebidanan tepat pada waktunya yang berjudul SOAPIER.

Semoga makalah yang kami buat dapat membantu mahasiswa dalam memahami dan memepelajarinya oleh karna itu tujuan dari makalah ini untuk mengembangkan kepribadian dan wawasan pemikiran yang luas .

Apabila terdapat kekurangan dalam makalah ini kami mohon maaf dan kepadda tuhan kami mohon ampun .

Wassalamualaikum wr,wb

Palembang , 2011

Penyusun,

Page 3: dokumentasi klompok 1

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang……………………………………………………………. 1

B. Tujuan…………………………………………………………………………. 1

C. Rumusan masalah……………………………………………………… 2

BAB II PEMBAHASAN

A.Pengertian Dokumentasi Kebidanan……………………………… 3

B. Pengertian menejmen kebidanan………………………………….

3 C. Prinsip dokumentasi………………………………………………………

5 D. Defenisi Nifas……………………………………………………………….

12

E. Tujuan Asuhan Nifas…………………………………………………….. 12

F. Program dan kebijakan pada masa Nifas……………………… 13

G.Perubahan fisiologis pada saat Nifas……………………………. 14

H. Perawatan pada saat Nifas…………………………………………… 19

BAB III

A. KESIMPULAN ....................................................................... 22

B. Saran………………………………………………………………………………… 22

DAFTAR PUSTAKA

Page 4: dokumentasi klompok 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Manajemen kebidanan merupakan metode atau bentuk pendekatan yang

digunakan bidan dalam memberikan asuhan kebidanan sehinga langkah-

langkah dalam manajemen kebidanan merupakan alur pikir bidan dalam

pemecahan masalah . Asuhan yang dilakukan harus dicatat secara benar,

sederhana, jelas, dan logis Manajemen kebidanan merupakan metode atau

bentuk pendekatan yang sehingga perlu suatu metode pendokumentasian.

Dokumentasi ini perlu karena dapat digunakan sebagai bahan untuk

mempertanggung jawabkan tindakan yang dilakukan dan juga bila ada kejadian

gugatan, maka dokumentasi kebidanan dapat membantu.

Bidan sebagai tenaga kesehatan dan pelaksana asuhan kebidanan bidan

wajib mencatat dan melaporkan kegiatannya yang dokumentasinya harus

tersimpan dengan baik. Aspek pelayanan yang didokumentasikan adalah semua

pelayanan mandiri yang diberikan oleh bidan, pelayanan konsultasi dan pelayanan

kolaborasi.

B. Tujuan

Page 5: dokumentasi klompok 1

Tujuan dari dokumentasi

1. Untuk mengetahui dokumentasi kebidanan ?

2. Untuk mengetahui menejmen kebidanan ?

3. Untuk memahami prinsip dokumentasi ?

4. Untuk memahmi cara pendokumentasian SOAPIER ?

5. Untuk mengetahui defenisi Nifas?

6. Untuk memahami asuhan pada masa Nifas ?

7. Untuk mengetahui perubahan Fisiologis masa nifas ?

8. Untuk mengetahui perawatan pada masa nifas ?

C. Rumusan Masalah

1.Apa yang di maksud dengan dokumentasi kebidanan?

2. Apa yang dimaksud dengan menejmen kebidanan ?

3.Apa prinsip dokumentasi ?

4.Apa yang di maksud dengan Nifas ?

5.Apa Tujuan asuhan Nifas ?

6. Program dan kebijakan pada masa Nifas ?

7. sebutka perubahan perubahan fisiologis pada masa nifas ?

8. sebutkan perawatan perawatan pada masa nifas ?

Page 6: dokumentasi klompok 1

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Dokumentasi kebidanan.

Adalah suatu sistem pencatatan dan pelaporan informasi tentang kondisi dan

perkembangan kesehatan pasien dan semua kegiatan yang dilakukan oleh

petugas kesehatan (Bidan,dokter,perawat dan petugas kesehatan lain).

B. Manajemen kebidanan.

Adalah Proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk

mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah,

penemuanpenemuan, ketrampilan dalam rangkaian /tahapan yang logis

untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien(varney,1997).

pendokumentasian yang dapat mengomunikasikan kepada orang lain

mengenai asuhan yang telah dilakukan dan yang akan dilakukan pada

seorang klien, yang di dalamnya tersirat proses berfikir yang sistematis

Page 7: dokumentasi klompok 1

seorang bidan dalam menghadapi seorang klien sesuai langkah-langkah

dalam proses manajemen kebidanan.

Proses manajemen kebidanan terdiri dari langkah-langkah berikut:

Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk menilai keadaan

klien secara keseluruhan data.

Menginterprestasikan data untuk mengidentifikasi diagnosis/masalah.

Mengidentefikasikan diagnosis/masalah potensial dan mengantisipasi

penangannya.

Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, konsultasi,

kolaborasi, dengan tenaga kesehatan lain serta rujukan berdasarkan

kondisi klien.

Menyusun rencana asuhan secara menyeluruh dengan mengulang

kembali manajemen proses untuk aspek-aspek social yang tidak

efektif.

Pelaksanaan langsung asuhan secara lefisien dan aman.

Mengevaluasi keefektifan asuhan yang diberikan dengan mengulang

kembali manajemen proses untuk aspek-aspek asuhan yang tidak

efektif.

Page 8: dokumentasi klompok 1

Bidan dalam melaksanakan asuhan kepada klien diharapkan menggunakan

pendekatan pemecahan masalah yang sistematis dan rasional, sehingga seluruh

aktivitas/tindakan yang diberikan oleh bidan kepada klien akan efektif.

C. Prinsip dokumentasi

SOAPIER merupakan singkatan dari :

S : subjektif

o Menggambarkan pendokumentasian hanya pengumpulan data klien

melalui anamnese sebagai langkah 7 varney .

o Tanda gejala subjektif yang di peroleh dari hasil bertanya dari pasien ,

suami atau keluarga ( identitas umum , keluhan , riwayat menarche ,

riwayat perkawinan, riwayat kehamilan , riwayat persalinan , riwayat

KB , penyakit , riwayat penyakit keluarga , riwayat penyakit

keturunan , riwayat psikososial , pola hidup )

o Catatan ini berhubungan dengan masalah sudut pandang pasien .

ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya dicatat

sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang berhubungan dengan

diagnosa .

O : Objektif

Page 9: dokumentasi klompok 1

o Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan fisik klien ,

hasil lab , dan tes diagnostik lain , yang di rumuskan dalam data fokus

untuk mendukung assessment .

o Tanda gejala objektif yang di peroleh dari hasil pemeriksaan

pemeriksaan dengan inspeksi , palpasi , auskultasi dan perkusi .

o Data ini memberi data gejala klinis pasien dan fakta yang

berhubungan dengan diagnosa . data fisiologis , hasil observasi yang

jujur , informasi kajian teknologi (hasil laboratorium , sinar X ,

rekaman CTG , dan lain-lain) dan informasi dari keluarga atau orang

lain dalam dapat di masukan dalam katagori ini .

o Masalah atau diagnosa yang ditegakkan berdasarkan data atau

informasi subjektif maupun objektif yang dikumpulkan atau

disimpulkan . karena keadaan pasien terus berubah dan selalu ada

informasi baru baik subjektif maupun objektif , dan sering

diungkapkan secara terpisah-pisah , maka proses pengkajian suatu

proses yang dinamik . sering menganalisa adalah sesuatu yang penting

dalam mengikuti perkembangan pasien dan menjamin suatu

perubahan baru cepat di ketahui dan dapat di ikuti sehingga dapat

diambil tindakan yang tepat .

Page 10: dokumentasi klompok 1

o Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data

subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi :

1. Diagnosa /masalah

o Diagnosa adalah rumusan dari hasil pengkajian mengenai

kondisi klien : hamil, nbersalin, nifas dan bayi baru

lahir .Berdaasarkan hasil analisa data yang didapat.

o Masalah segala sesuatu yang menyimpang sehingga

kebutuhan klien terganggu, kemungkinan mengganggu

kehamilan / kesehatan tetapi tidak masuk dalam diagnosa.

2. Antisipasi masalah lain/diagnosa potensial

A. Analisa/ assesment

Masalah atau diagnosa yang di tegakan berdasarkan data,data atau

informasi subjektif atau objektifyang dikumpulkan atau

disimpulkan. Karena keadaan terus berubah dan selalu ada

informasi barubaik subjektif maupun objektif,dan sering

diungkapkan secara berpisah-pisah,maka proses pengkajian adalah

suatu proses yang penting dalam mengikuti perkembangan pasien

dan menjamin suatu perubahan baru cepat di ketahui dan dapat

diikuti sehinga dapat diambil tinaan yang tepat.

Page 11: dokumentasi klompok 1

P : PLENING

Membuat rencana tindakan saat itu atau yang akan datang. Untuk

mengusahakan tercapainya kondisi pasien yang sebaik mungkin atau

menjaga mempertahankan kesejahteraannya. Proses ini termasuk kriteria

tujuan tertentu dari kebutuhan pasien yang harus dicapai dalam batas waktu

tertentu, tindakan yang diambil harus membantu pasien mencapai kemajuan

dalam kesehatan dan harus sesuai dengan instruksi dokter.

I. Implementasi

Pelaksanaan rencana tindakan untuk menghilangkan dan mengurangi

masalah klien. Tindakan ini harus disetujui oleh klien kecuali bila tidak

dilaksanakan akan membahayakan keselamatan klien. Oleh karena itu klien

harus sebanyak mungkin menjadi bagian dari proses ini. Bila kondisi klien

berubah, intervensi mungkin juga harus berubah atau disesuaikan.

E.Evaluasi

Tafsiran dari efek tindakan yang telah diambil merupakan hal penting untuk

menilai keefektifan asuhan yang diberikan. Analisis dari hasil yang dicapai

menjadi fokus dari ketepatan nilai tindakan. Jika kriteria tujuan tidak

tercapai, proses evaluasi dapat menjadi dasar untuk mengembangkan

tindakan alternative sehingga mencapai tujuan.

Page 12: dokumentasi klompok 1

R.REVISI

Komponen Evaluasi dapat menjadi indikasi perlunya perubahan intervensi

dan tindakan.dalam hal in I, revisi rencana perawatan akan berguna. Perubahan ini

meliputi revisi diagnose dan nmodifikasi tujuan yang diharapkan . jika diperlukan,

target waktuuntuk mencapai tujuan harus terus di revisi ulang.

SOAPIER

Data Subjektif (S )

Catatan ini berhubungan dengan masalah sudut pandang pasien. Ekspresi

pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya dicatat sebagai kutipan

langsung atau ringkasan yang berhubungan dengan diagnosa. Pada orang

yang bisu, dibagian data dibelakang” S” diberi tanda” 0” atau” X” ini

menandakan orang itu bisu. Data subjektif menguatkan diagnosa yang akan

dibuat.

Data Objektif

Data ini memberi bukti gejala klinis pasien dan fakta yang berhubungan

dengan diagnosa. Data fisiologis, hasil observasi yang jujur, informasi kajian

teknologi (hasil Laboratorium, sinar X, rekaman CTG, dan lain-lain) dan

informasi dari keluarga atau orang lain dapat dapat dimasukkan dalam

kategori ini. Apa yang diobservasi oleh bidan akan menjadi komponen yang

berarti dari diagnosa yang akan ditegakkan.

Page 13: dokumentasi klompok 1

Analisa/Assesment

Masalah atau diagnosa yang ditegakkan berdasarkan data atau informasi

subjektif maupun objektif yang dikumpulkan atau disimpulkan. Karena

keadaan pasien terus berubah dan selalu ada informasi baru baik subjektif

maupun objektif, dan sering diungkapkan secara terpisah-pisah, maka proses

pengkajian adalah suatu proses yang dinamik. Sering menganalisa adalah

sesuatu yang penting dalam mengikuti perkembangan pasien dan menjamin

suatu perubahan baru cepat diketahui dan dapat diikuti sehingga dapat

diambil tindakan yang tepat.

Perencanaan

Membuat rencana tindakan saat itu atau yang akan datang. Untuk

mengusahakan tercapainya kondisi pasien yang sebaik mungkin atau

menjaga mempertahankan kesejahteraannya. Proses ini termasuk kriteria

tujuan tertentu dari kebutuhan pasien yang harus dicapai dalam batas waktu

tertentu, tindakan yang diambil harus membantu pasien mencapai kemajuan

dalam kesehatan dan harus sesuai dengan instruksi dokter .

Implementasi

Pelaksanaan rencana tindakan untuk menghilangkan dan mengurangi

masalah klien. Tindakan ini harus disetujui oleh klien kecuali bila tidak

Page 14: dokumentasi klompok 1

dilaksanakan akan membahayakan keselamatan klien. Oleh karena itu klien

harus sebanyak mungkin menjadi bagian dari proses ini. Bila kondisi klien

berubah, intervensi mungkin juga harus berubah atau disesuaikan.

Evaluasi

Tafsiran dari efek tindakan yang telah diambil merupakan hal penting untuk

menilai keefektifan asuhan yang diberikan. Analisis dari hasil yang dicapai

menjadi fokus dari ketepatan nilai tindakan. Jika kriteria tujuan tidak tercapai,

proses evaluasi dapat menjadi dasar untuk mengembangkan tindakan alternatif

sehingga mencapai tujuan.

Revisi

Komponen evaluasi dapat menjadi indikasi perlunya perubahan dari intervensi dan

tindakan. Dalam hal ini, revisi rencana keperawatan akan berguna. Perubahan ini

meliputi revisi diagnosa dan memodifikasi tujuan yang diharapkan. Jika

diperlukan, target waktu untuk mencapai mencapai tujuan harus terus direvisi

ulang.

Page 15: dokumentasi klompok 1

NIFAS

D. Pengertian Masa Nifas

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika

alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa ini berlangsung

selama 6-8 minggu (Saifuddin et al, 2002). Asuhan selama periode nifas sangat

diperlukan karena merupakan masa kritis baik bagi ibu maupun bagi bayi yang

dilahirkannya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi

setelah persalinan, yang mana 50% kematian ibu pada masa nifas terjadi dalam 24

jam pertama. Di samping itu, masa tersebut juga merupakan masa kritis dari

kehidupan bayi, karena dua pertiga kematian bayi terjadi dalam 4 minggu setelah

persalinan dan 60% kematian bayi baru lahir terjadi dalam waktu 7 hari setelah

lahir (Winkjosastro et al, 2002).

E. Tujuan Asuhan

Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologik.

Mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu

maupun bayinya. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan

diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya

Page 16: dokumentasi klompok 1

dan perawatan bayi sehat. Memberikan pelayanan keluarga berencana

(Winkjosastro et al, 2002).

F. Program dan kebijakan teknis dalam asuhan masa nifas

Pada masa nifas dilakukan paling sedikit 4 kali kunjungan, hal ini dilakukan

untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir, dan untuk mencegah mendeteksi dan

menangani masalah-masalah yang terjadi.

Kunjungan pertama, dilakukan pada 6-8 jam setelah persalinan. Kunjungan

ini dilakukan dengan tujuan mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, dan merujuk bila perdarahan

berlanjut. Memberikan konseling kepada ibu atau salah satu anggota keluarga

bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri. Pemberian ASI

awal, membantu melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir, juga menjaga

bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia (Winkjosastro et al, 2002).

Kunjungan kedua, dilakukan pada 6 hari setelah persalinan. Kunjungan ini

dilakukan dengan tujuan untuk memastikan involusi uterus berjalan normal, yaitu

uterus berkontraksi dan fundus di bawah umbilikus. Menilai adanya tanda-tanda

infeksi atau perdarahan abnormal. Memastikan ibu mendapat cukup makanan,

cairan dan istirahat. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak

memperlihatkan tanda-tanda penyulit. Memberikan konseling pada ibu mengenai

Page 17: dokumentasi klompok 1

asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-

hari.

Kunjungan ketiga dilakukan pada dua minggu setelah persalinan, yang mana

kunjungan ini tujuannya sama dengan kunjungan yang kedua. Setelah kunjungan

ketiga maka dilakukanlah kunjungan pada 6 minggu setelah persalinan yang

merupakan kujungan terakhir selama masa nifas, yang mana kunjungan ini

bertujuan untuk menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau bayi

alami, juga memberikan konseling untuk mendapatkan pelayanan KB secara dini

(Saifuddin et al, 2002).

G. Perubahan- perubahan fisiologis yang terjadi selama nifas

Dalam masa nifas alat-alat genitalia interna maupun eksterna akan

berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan-

perubahan alat-alat genitalia ini dalam keseluruhannya disebut involusi. Disamping

involusi ini, terjadi juga perubahan penting lain, seperti timbulnya laktasi yang

dipengaruhi oleh Lactogenic Hormone dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-

kelenjar mamma (Saifuddin et al, 2002).

Setelah janin dilahirkan fundus uteri kira-kira setinggi pusat; segera setelah

plasenta lahir, tinggi fundus uteri kurang lebih 2 jari di bawah pusat. Uterus

menyerupai suatu buah advokat gepeng berukuran panjang kurang lebih 15 cm,

lebar kurang lebih 12 cm dan tebal kurang lebih 10 cm.

Page 18: dokumentasi klompok 1

Dinding uterus sendiri kurang lebih 5 cm, sedangkan pada bekas implantasi

plasenta lebih tipis daripada bagian lain. Pada hari ke-5 postpartum uterus kurang

lebih setinggi 7 cm di atas simfisis atau setengah simfisis pusat, sesudah 12 hari

uterus tidak dapat diraba lagi di atas simfisis. Bagian bekas implantasi plasenta

merupakan suatu luka yang kasar dan menonjol ke dalam kavum uteri, setelah

persalinan. Penojolan tersebut, dengan diameter kurang lebih 7,5 cm, sering

disangka sebagai suatu bagian plasenta yang tertinggal. Sesudah 2 minggu

diameternya menjadi 3,5 cm dan pada 6 minggu telah mencapai 2,4 mm

(Saifuddin, et al, 2002 & Mochtar, 1998).

Uterus gravidus a term beratnya kira-kira 1000 gram. Satu minggu

postpartum berat uterus akan menjadi kurang lebih 500 gram, 2 minggu

postpartum menjadi 300 gram, dan setelah 6 minggu postpartum, berat uterus

menjadi 40 sampai 60 gram(berat uterus normal kurang lebih 30 gram). Otot-otot

uterus berkontraksi segera postpartum. Pembuluh-pembuluh darah yang berada di

antara anyaman otot-otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan

perdarahan setelah plasenta dilahirkan (Saifuddin, et al, 2002).

Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks ialah segera postpartum

bentuk serviks agak menganga seperti corong. Bentuk ini disebabkan oleh korpus

uteri yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi,

Page 19: dokumentasi klompok 1

sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan serviks uteri terbentuk

semacam cincin.

Warna serviks sendiri merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh

darah. Konsistensinya lunak. Segera setelah janin dilahirkan, tangan pemeriksa

masih dapat dimasukkan ke dalam kavum uteri. Setelah dua jam hanya dapat

dimasukkan 2-3 jari, dan setelah 1 minggu, hanya dapat dimasukkan 1 jari ke

dalam kavum uteri (Saifuddin, et al, 2002 & Mochtar, 1998).

Perubahan-perubahan yang terdapat pada endometrium ialah terjadi

degenerasi, dan nekrosis di tempat implantasi plasenta. Pada hari pertama

endometrium yang kira-kira setebal 2-5 mm itu mempunyai permukaan yang kasar

akibat pelepasan desidua dan selaput janin. Setelah 3 hari, permukaan

endometrium mulai rata akibat lepasnya sel-sel dari bagian yang mengalami

degenerasi. Sebagian besar endometrium terlepas. Regenerasi endometrium terjadi

dari sisa-sisa sel desidua basalis, yang memakan waktu 2 sampai 3 minggu.

Jaringan-jaringan di tempat implantasi plasenta mengalami proses yang

sama, ialah degenerasi dan kemudian terlepas. Pelepasan jaringan berdegenerasi ini

berlangsung lengkap. Dengan demikian, tidak ada pembentukan jaringan parut

pada bekas tempat implantasi plasenta (Winkjosastro, 2002).

Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang sewaktu

kehamilan dan partus, setelah janin lahir, berangsur-angsur ciut kembali seperti

Page 20: dokumentasi klompok 1

sediakala. Tidak jarang ligamentum rotundum menjadi kendor yang

mengakibatkan uterus jatuh ke belakang. Tidak jarang pula wanita mengeluh

“kandungannya turun” setelah melahirkan oleh karena ligament, fasia, jaringan

penunjang alat genitalia menjadi agak kendor. Luka-luka jalan lahir, seperti bekas

episiotomi yang telah dijahit, luka pada vagina dan serviks bila tidak seberapa luas

akan mudah sembuh, kecuali bila terdapat infeksi (Winkjosastro et al, 2002).

Sejak kehamilan muda, sudah terdapat persiapan-persiapan pada kelenjar-

kelenjar mamma untuk menghadapi masa laktasi.

Perubahan yang terdapat pada kedua mamae antara lain:

1) proliferasi jaringan, terutama kelenjar-kelenjar dan alveolus mamma dan lemak,

 2) pada duktus laktiferus terdapat cairan yang kadang-kadang dapat dikeluarkan,

cairan tersebut berwarna kuning (kolostrum),

3) hipervaskularisasi terdapat pada permukaan maupun pada bagian dalam mamma.

Pembuluh-pembuluh vena berdilatasi dan tampak dengan jelas,

4) setelah partus, pengaruh menekan dari estrogen dan progesteron terhadap hipofisis

hilang. Timbul pengaruh hormon-hormon hipofisis kembali, antara lain lactogenic

hormone (prolaktin) yang akan dihasilkan pula. Mamma yang telah dipersiapkan

pada masa hamil terpengaruhi, dengan akibat kelenjar-kelenjar berisi air susu.

Pengaruh oksitosin mengakibatkan mioepitelium kelenjar-kelenjar susu

berkontraksi, sehingga pengeluaran air susu dilaksanakan. Umumnya produksi air

Page 21: dokumentasi klompok 1

susu baru berlangsung betul pada hari ke-2 sampai ke-3 postpartum (Rachimhadhi

et al, 2002).

Suhu badan wanita inpartu tidak lebih dari 37,20 Celcius. Sesudah 12 jam

pertama melahirkan, umumnya suhu badan akan kembali normal. Bila suhu badan

lebih dari 38,00 Celcius, mungkin ada infeksi. Nadi umumnya berkisar antara 60-

80 denyutan permenit. Segera setelah partus dapat terjadi bradikardia. Pada masa

nifas umumnya denyut nadi lebih labil dibandingkan dengan suhu badan

(Winkjosastro et al, 2002).

Pada sistem pernapasan, fungsi pernapasan kembali pada rentang normal

dalam jam pertama pascapartum. Napas Pendek, cepat, atau perubahan lain

memerlukan evaluasi adanya kondisi-kondisi abnormal (Varney, 2003).

Lokhea adalah sekret yang keluar dari kavum uteri dan vagina pada masa

nifas. Pada hari pertama dan kedua lokhea rubra atau kruenta, terdiri atas darah

segar bercampur sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, sisa-sisa verniks

kaseosa, lanugo, dan mekonium. Pada hari ke-3 sampai ke-7 keluar cairan

berwarna merah kuning berisi darah dan lendir. Pada hari ke-7 sampai ke-14 cairan

yang keluar berwarna kuning, cairan ini tidak berdarah lagi, setelah 2 minggu,

lokhea hanya merupakan cairan putih yang disebut dengan lokhea alba (Mochtar,

1998).

Page 22: dokumentasi klompok 1

H. Perawatan -perawatan pada masa nifas

Umumnya wanita sangat lelah setelah melahirkan. Karenanya, ia harus

cukup dalam pemenuhan istirahatnya. Dari hal tersebut ibu harus dianjurkan untuk

tidur terlentang selama 8 jam pasca persalinan. Kemudian boleh miring-miring ke

kanan dan ke kiri, untuk mencegah adanya thrombosis. Pada hari ke-2 barulah ibu

diperbolehkan duduk, hari ke-3 jalan-jalan, dan hari ke-4 atau ke-5 sudah

diperbolehkan pulang (Winkjosastro et al, 2002 & Mochtar, 1998).

Diet yang diberikan harus bermutu tinggi dengan cukup kalori, mengandung

cukup protein, cairan, serta banyak sayur-sayuran dan buah-buahan (Winkjosastro

et al, 2002 & Mochtar, 1998).

Miksi atau berkemih harus secepatnya dapat dilakukan sendiri. Kadang-

kadang wanita mengalami sulit kencing karena sfingter uretra tertekan oleh kepala

janin, sehingga fungsinya terganggu. Bila kandung kemih penuh dan wanita

tersebut tidak dapat berkemih sendiri, sebaiknya dilakukan kateterisasi dengan

memperhatikan jangan sampai terjadi infeksi (Winkjosastro et al, 2002).

Defekasi atau buang air besar harus ada dalam 3 hari postpartum. Bila ada

obstipasi hingga skibala tertimbun di rectum, dapat dilakukan klisma atau

diberikan laksans per oral atau per rectal. Namun dengan diadakannya mobilisasi

secara dini, tidak jarang retensio urin et alvi dapat diatasi. Di sini dapat ditekankan

bahwa wanita baru bersalin memerlukan istirahat dalam jam-jam pertama

Page 23: dokumentasi klompok 1

postpartum, akan tetapi jika persalinan ibu serba normal tanpa kelainan, maka

wanita yang baru bersalin itu bukan seorang penderita dan hendaknya jangan

dirawat seperti seorang penderita. (Winkjosastro et al, 2002).

Bila wanita itu sangat mengeluh tentang adanya after paints atau mules,

dapat diberi analgetik atau sedatif supaya ia dapat beristirahat atau tidur. Delapan

jam postpartum wanita tersebut disuruh mencoba menyusui bayinya untuk

merangsang timbulnya laktasi. Kecuali bila ada kontraindikasi untuk menyusui

bayinya, seperti wanita yang menderita tifus abdominalis, tuberculosis aktif,

diabetes mellitus berat, psikosis, putting susunya tertarik ke dalam dan lain-lain.

Bayi dengan labio palato skiziz (sumbing) tidak dapat menyusu oleh karena tidak

dapat menghisap. Hendaknya hal ini diketahui oleh bidan atau dokter yang

menolongnya. Minumannya harus diberikan melalui sonde. Begitu pula dengan

bayi yang dilahirkan dengan alat seperti ekstraksi vakum atau cunam dianjurkan

untuk tidak menyusu sebelum benar-benar diketahui tidak ada trauma kapitis. Pada

hari ketiga atau keempat bayi tersebut baru diperbolehkan untuk menyusu bila

tidak ada kontraindikasi. (Winkjosastro et al, 2002 & Mochtar, 1998).

Perawatan mamma harus sudah dilakukan sejak kehamilan, areola mamma

dan puting susu dicuci teratur dengan sabun dan diberi minyak atau cream , agar

tetap lemas, jangan sampai kelak mudah lecet dan pecah-pecah. Sebelum menyusui

mamma harus dibikin lemas dengan melakukan massage secara menyeluruh.

Page 24: dokumentasi klompok 1

Setelah areola mamma dan putting susu dibersihkan, barulah bayi disusui

(Winkjosastro et al, 2002 & Mochtar, 1998).

Bayi yang meninggal, laktasi harus dihentikan dengan cara mengadakan

pembalutan kedua mamma hingga tertekan, dan dapat pula diberikan Bromocryptin

sehingga pengeluaran lactogenic hormone tertekan (Winkjosastro et al, 2002 &

Mochtar, 1998).

Pengunjung atau tamu sehat boleh mengunjungi wanita postpartum.

Hendaknya para pengunjung harus dalam keadaan sehat dan bersih untuk

mencegah kemungkinan terjadinya penularan penyakit oleh karena wanita dalam

masa nifas mudah sekali terkena infeksi. Pemakaian gurita yang tepat masih

dibenarkan pada wanita postpartum. Ketika dipulangkan, diberi penjelasan dan

motivasi tentang cara menjaga bayi, memberi susu dan makanan bayi, keluarga

berencana, hidup dan makanan sehat, dan dipesan untuk memeriksakan diri lagi

(Winkjosastro et al, 2002 & Mochtar, 1998).

 

Page 25: dokumentasi klompok 1

BAB III

KESIMPULAN

       A. Kesimpulan

Perawatan masa nifas adalah perawatan terhadap wanita hamil yang telah

selesai bersalin sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil,

lamanya kira-kira 6-8 minggu. Akan tetapi, seluruh alat genetelia baru pulih

kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan.

Perawatan masa nifas dimulai sebenarnya sejak kala uri dengan

menghindarkan adanya kemungkinan-kemungkinan perdarahan post partum dan

infeksi. Bila ada perlukaan jalan lahir atau luka bekas episiotomi, lakukan

penjahitan dan perawatan luka dengan sebaik-baiknya. Penolong persalinan harus

tetap waspada sekurang-kurangnya 1 jam sesudah melahirkan, untuk mengatasi

kemungkinan terjadinya perdarahan post partum.

A.Saran

Pada wanita yang bersalin secara normal, sebaiknya dianjurkan untuk kembali 6

minggu sesudah melahirkan. Namun bagi wanita dengan persalinan luar biasa

harus kembali untuk kontrol seminggu kemudian. Pemeriksaan sesudah 40 hari ini

tidak merupakan pemeriksaan terakhir, lebih-lebih bila ditemukan kelainan

meskipun sifatnya ringan. Alangkah baiknya bila cara ini dipakai sebagai

kebiasaan untuk mengetahui apakah wanita sesudah bersalin menderika kelainan

biarpun ringan. Hal ini banyak manfaatnya agar wanita jangan sampai menderita

penyakit yang makin lama makin berat hingga tidak dapat atau susah diobati

Page 26: dokumentasi klompok 1

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY ”T” P2A0 POST PARTUM 6 JAM DENGAN

NIFAS NORMAL DI BPS

Tanggal pengkajian : 20 Oktober 2011

Pukul : 07.00 WIB

A. DATA SUBJEKTIF

1. Biodata

Nama ibu : Ny “T” Nama suami : Tn “R”

Umur : 25 tahun Umur : 28 tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Kencana Damai

No 08 Rt 04 Rw 03

Palembang

2. Alasan datang

Page 27: dokumentasi klompok 1

Pada tanggal 20 Oktober 2011 pukul 07.00 wib Ny “T” mengeluh mules dan kram di

bagian bawah perut setelah 6 jam melahirkan di BPS.

3. Data kebidanan

a. Haid

Menarche : 12 Tahun Teratur : Teratur

Siklus : 28 Hari Sifat darah : Encer

Lamanya : 7 Haru Warna darah : Merah

Banyaknya : 2 x ganti Dismenorhea : Tidak ada

b. Status Kawin

Kawin :1 x dengan suami sekarang

Usia : 20 Tahun

Lama perkawinan : 5 Tahun

c. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

N

O

Usia

Kehamila

n

Jenis

Persalina

n

Ditolong

Oleh

Penyulit Tahu

n

Persal

inan

Nifas/

Laktasi

Anak

JK BB PB Keadaan

1 aterm Spontan Bidan Tidak

ada

2007 Baik LK 3100

gr

50

cm

Baik

2 aterm Ekstraksi

Vacum

SPOG Partus

Lama

2011 Tidak

Normal

PR 3500

gr

50

cm

Baik

d. Riwayat persalinan Sekarang

Usia Kehamilan : Aterm

Page 28: dokumentasi klompok 1

Jenis Persalinan : Spontan

Penyulit/Komplikas : Tidak ada

Obat-obat yang digunakan : Oksitosin

Lama Kala I : 12 Jam

Lama Kala II : 2 Jam

Lama Kala III : 30 menit

Lama Kala IV : 2 Jam

Episiotomi : Dilakukan

Jumlah Perdarahan : ± 250 cc

Plasenta : Utuh

Perinium : Robekan (+)

Anak lahir tanggal : 20 Oktober 2011

Pukul : 01.00 WIB

BBL/PBL : 3500 gr/50 cm

Jenis kelamin : Perempuan

e . Riwayat KB

Pernah mendengar tentang KB : Pernah

Pernah menjadi akseptor : Pernah

Alat kontrasepsi yang pernah dipakai : Pil

Lama menjadi akseptor KB : 3 Tahun

Alasan berhenti menjadi akseptor : Ibu belum pernah

Jumlah anak yang diinginkan : 2 Orang anak

Page 29: dokumentasi klompok 1

4. Data Kesehatan

a. Riwayat Penyakit Yang Pernah Diderita

TBC : Tidak ada

Malaria : Tidak ada

Hipertensi : Tidak ada

Jantung : Tidak ada

Ginjal : Tidak ada

DM : Tidak ada

b.Riwayat operasi yang pernah dijalani

SC : Tidak ada

Apendiks: Tidak ada

c. Riwayat penyakit keluarga

Hipertensi : Tidak ada

Diabetes : Tidak ada

Gemelli : Tidak ada

5. Data Kebiasaan sehari- hari

a. Nutrisi

Makan : 2 Kali sehari

Porsi / jumlah : 1 Piring nasi dan lauk pauk

Keluahan : Tidak ada

Pantangan : Tidak ada

b. Eliminasi

a. BAK

Page 30: dokumentasi klompok 1

Frekuensi : ± 6 Kali sehari

Sifat : Cair

Jumlah : Normal

Warna : Kuning jernih

Penyulit : Nyeri pada saat BAK

b. BAB

Frekuensi : 1 Kali sehari

Sifat : Padat

Jumlah : Normal

Warna : Kuning kecoklatan

Penyulit : Nyeri pada saat BAB

c. Aktivitas

a. Istirahat

Tidur siang : ± 1 Jam

Tidur malam : 7 jam sering terbangun untuk BAK

b.Olahraga yang dilakukan : Tidak Ada

d. Personal Hygiene

Mandi : 2 x sehari

Sikat gigi : 2 x sehari

Ganti pakaian dalam : Setelelah selesai mandi

6. Data psikososial

a. Pribadi

Page 31: dokumentasi klompok 1

Perasaan tentang persalinan : Cemas dan takut

Respon menjadi orang tua : Senang

Persiapan yang dilakukan : Materi dan perlengkapan bayi

Rencana perawatan diri dan bayi : Merawat sendiri

Rencana menyusui : Menyusui sendiri

Rencana KB : Pil

b. Suami dan keluarga

Dukungan suami dan keluarga : Memberikan semangat

c. Budaya

Kebiasaan atau adat istiadat yang dilakukan : Tidak ada

B. DATA OBJEKTIF

1. Pemeriksaan Umum

Kesadaran : Composmentis

Keadaan umum : Baik

Tekanan darah : 110/70 MmHg

Nadi : 80 x/menit

Suhu : 36,5 0c

RR : 18 x / menit

II. Pemeriksaan Khusus

a. Inspeksi

- Kepala

Rambut : Bersih,tidak ada ketombe dan tidak rontok

Page 32: dokumentasi klompok 1

Mata : Conjungtiva merah, sclera putih

Hidung : Polip (-)

Mulut : Caries gigi (-)

Muka : Cloasma gravidarum (+), oedema (-)

- Leher : Pembesaran kelenjar tyroid (-),pembesaran vena jugularis (-)

- Payudara

Bentuk : Simetris

Areola mammae : Hyperpigmentasi (+)

Putting susu : Menonjol

Colostrum : (+)

Kelainan : Tidak ada

- Abdomen

Bentuk : Simetris

Striae : Livide

Linea : Alba

Luka bekas operasi: Tidak ada

Kelainan : Nyeri tekan di bagian bawah perut

- Genetalia externa

Perinium : Luka episiotomy (+), Laserasi jalan lahir (+), Heating (+),

Hematoma (-), Oedema (-)

Kelenjar bartholini : Tidak ada pembengkakan

Pengeluaran secret vagina

Jenis : Lochea

Page 33: dokumentasi klompok 1

Warna : Merah kecoklatan

Bau : Amis

- Anus

Hemoroid : Tidak ada

Kelainan : Tidak ada kelainan

- Ekstremitas Bawah

Tungkai : Simetris

Oedema : (-)

Varises : Tidak ada

Kelainan : Tidak ada

b. Palpasi Abdomen

Kontraksi uterus : Baik

Konsistensi uterus : Keras

Tinggi fundus uteri : 3 jari di bawah pusat

Involusi uteri : Baik

Kandung kemih : Kosong

c. Pemeriksaan penunjang

Laboratorium

a. Darah

Golongan Darah : O

Haemoglobin : 10 gr%

b. Urine :

Protein : (-)

Page 34: dokumentasi klompok 1

Glukosa : (-)

C. ASSASSEMENT

1. Diagnosa : P2A0 Post Partum 6 jam dengan nifas normal

2. Masalah : - Nyeri di bagian bawah perut

- Nyeri di bagian luka bekas robekan jalan lahir

- Nyeri saat bab/bak

- Pegal-pegal pada badan dan kedua kaki

4. Kebutuhan:

- Menobservasi vital sign

- KIE tentang pentingnya personal hygiene

- KIE tentang perawatan luka bekas episiotomi yang baik dan benar

- KIE tentang diet selama masa nifas

- KIE tentang perawatan payudara

- KIE tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif

- Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi

- Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup

- Anjurjkan kepada ibu untuk mengkonsumsi tablet fe

- KEI tentang rasa kram dan mules dibagian bawah perut ibu.

- KEI melakukan tentang gerakan ( turun dari tempat tidur, latihan otot pernafasan,

perut dan dasar panggul )

D. PLANNING

Page 35: dokumentasi klompok 1

1. Menjelaskan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan dimana ibu dalam keadaan baik dan

hasil pemeriksaan sebagai berikut :

Tekanan darah : 110/70 MmHg

Nadi : 80 x/menit

Suhu : 36,50c

RR : 18 x / menit

HB : 10 gr%

Ibu mengerti dengan informasi tentang hasil pemeriksaan yang disampaikan

2. Menjelaskan kepada ibu tentang pentingnya personal hygiene terutama menjaga

kebersihan diri dan kebersihan di daerah kemaluan.

Ibu mengerti penjelasan dari bidan menegenai pentingnya personal hygiene

3. Menjelaskan kepada ibu tentang perawatan luka bekas episiotomi yang baik dan benar

Ibu mengerti penjelasan yang diberikan oleh bidan

4. Menjelaskan kepada ibu tentang diet selama masa nifas

Ibu mengerti penjelasan yang diberikan oleh bidan

5. Menjelaskan kepada ibu tentang perawatan payudara

Ibu mengerti penjelasan yang diberikan oleh bidan

6. Menjelaskan kepada ibu tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif

Ibu mengerti penjelasan yang diberikan oleh bidan

7. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi

Ibu mengikuti anjuran yang diberikan oleh bidan

8. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup

Ibu mengikuti anjuran yang diberikan oleh bidan

9. Menganjurjkan kepada ibu untuk mengkonsumsi tablet fe

Page 36: dokumentasi klompok 1

Ibu mengikuti anjuran yang diberikan oleh bidan

10. Mengevaluasi tinggi fundus uteri 3 jari di bawah pusat

11. Menjelaskan pada ibu bahwa perut mules dan kram itu normal karenaadanya penciutan

uterus(involusi).

Page 37: dokumentasi klompok 1

DAFTAR PUSTAKA

Betes,B,1998,Buku saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat kesehatan Edisi

2 ,EGS ,Jakarata.

Depkes RI,2003,Konsep asuhan kebidanan , Tradisi printer, Jakarta.

Pengurus Ikatan Bidan Indonesia , Asuhan Kebidanan , Jakarta.