Upload
muhammad-sayuti
View
141
Download
8
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
Setiap orang membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Dalam bekerja, keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan
faktor yang sangat penting untuk diperhatikan karena seseorang yang mengalami
sakit atau kecelakaan dalam bekerja akan berdampak pada diri, keluarga dan
lingkungannya. Salah satu komponen yang dapat meminimalisir kecelakaan
dalam kerja adalah tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan mempunyai
kemampuan untuk menangani korban dalam kecelakaan kerja dan dapat
memberikan penyuluhan kepada masyarakat untuk menyadari pentingnya
keselamatan dan kesehatan kerja. Tenaga kesehatan pun tak luput dari bahaya-
bahaya yang mengancam kesehatannya. Salah satu tenaga kesehatan yaitu
Analis Kesehatan. Tenaga analis kesehatan sering bekerja di laboratorium-
laboratorium yang penuh dengan resiko bahaya. Mulai dari bahaya terinfeksi,
alat-alat dan bahan-bahan yang berbahaya, ledakan, bahaya tempat kerja dan
bahaya yang lainnya yang tentunya dapat membuat seorang tenaga kerja analis
kesehatan sampai terluka dirinya, sakit, bahkan dapat menghilangkan nyawanya.
Oleh karena itu, K3 tentu saja juga diperlukan bagi seorang tenaga kerja analis
kesehatan.
Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran
dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun
rohani tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya
dan budayanya menuju masyarakat makmur dan sejahtera. Sedangkan
pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya
dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat
kerja.
2
1. 2. Rumusan Masalah
a. Faktor-faktor apa saja yang dapat menyebabkan penyakit-penyakit tertentu
yang mengancam kesehatan seorang tenaga kerja analis kesehatan?
b. Bagaimanakah peran kesehatan dan keselamatan kerja terhadap kesehatan
tenaga kerja analis kesehatan?
c. Bahaya-bahaya apa saja yang mengancam kesehatan seorang tenaga kerja
analis kesehatan?
d. Bagaimanakah cara yang digunakan untuk menangani bahaya-bahaya
tersebut?
e. Apa saja upaya-upaya pencegahan yang dapat dilakukan untuk
meminimalisasi bahaya-bahaya tersebut?
1. 3. Tujuan
a. Tenaga kerja analis kesehatan dapat mengetahui apa saja bahaya yang dapat
timbul atau muncul sebelum, ketika, dan sesudah bekerja.
b. Tenaga kerja analis kesehatan dapat lebih berhati-hati dalam melaksanakan
pekerjaannya.
c. Tenaga kerja analis kesehatan dapat meminimalisasi bahaya-bahaya yang
dapat terjadi atau muncul sewaktu-waktu.
d. Kesehatan seorang tenaga kerja analis kesehatan dapat ditingkatkan terjaga
dan ditingkatkan.
1. 4. Manfaat
a. Bahaya-bahaya yang mungkin muncul atau timbul sebelum, saat, dan
sesudah bekerja bagi tenaga kerja analis kesehatan dapat diminimalisasi.
3
b. Kesehatan tenaga kerja analis kesehatan dapat dijaga dan ditingkatkan.
BAB II ISI
Sebagai tenaga kerja analis kesehatan, tentunya jika kita bekerja pada
laboratorium entah laboratorium biologi, kimia maupun laboratorium klinik,
tentunya kesehatan dan keselamatan kerja (K3) merupakan hal yang paling
utama karena menyangkut terhadap kesehatan dan keselamatan kita. Ketika
seorang tenaga kerja analis kesehatan bekerja di laboratorium, seiring
kecelakaan-kecelakaan yang dapat terjadi, tentu saja akan berdampak juga
kepada kesehatannya. Penyakit - penyakit tertentu bisa saja muncul dan
mengancam kesehatan seorang tenaga kerja analis kesehatan.
2. 1. Faktor-Faktor Penyebab Penyakit Akibat Kerja di Laboratorium
4
Terdapat 5 (lima) faktor penyebab penyakit akibat kerja, yaitu :
– Golongan fisik (keadaan suhu, kelembaban, suara kebisingan, radiasi, tekanan
udara, penerangan, getaran dan gerak udara yang memberikan suhu efektif
diluar kenikmatan kerja.
– Golongan kimia
– Golongan biologi
– Golongan fisiologi/ergonomi
– Golongan psikologis.
a. Penyakit akibat golongan fisik
Ini disebabkan oleh penerangan lampu yang kurang bagus, vibrasi, tekanan yang
sangat tinggi, suhu yang terlalu panas atau dingin, radiasi, dan suara bising.
- Suhu tinggi : → dehidrasi dan pengeluaran elektrolit tubuh yang banyak
→ hyperpirexia, heat cramp, heat exhaustion, heat stroke.
- Radiasi sinar elektromagnetik :
Infra merah → katarak.
Ultraviolet → konjungtivitis.
Sinar α, β dan γ dan bahan radioaktif lainnya.
- Tekanan udara → penyakit Caison’s.
- Pencahayaan → tajam penglihatan berkurang.
- Getaran → penyempitan pembuluh darah (penyakit Raynaud).
- Kebisingan → dapat menyebabkan penurunan pendengaran dan gejala
lain di luar sistem pendengaran seperti misalnya tekanan darah naik.
- Getaran mekanik (vibration) → pajanan getaran yang berlebihan dan
terus menerus akan menyebabkan kelainan pada otot,urat, tulang, atau
syaraf tepi. Kebanyakan terjadi pada bagian tangan atau lengan.
5
- Suhu → temperatur yang sangat tinggi akan menyebabkan heat
stoke/exhaust, sedangkan temperature yang sangat rendah akan
menimbulkan frostbite (luka dan kulit melepuh) dan chilblain (rasa nyeri
pada tangan dan kaki).
b. Penyakit akibat golongan kimia
Ini disebabkan karena bahan kimiawi yang mungkin mengkontaminasi
pekerjaan itu sendiri atau berasal dari bahan pekerjaan tersebut. Sebagai contoh
bahan kimiawi tersebut berasal dari gas, larutan, padatan, debu, uap, awan, atau
kabut.
Beberapa pengaruh bahan kimia terhadap kesehatan :
- Iritasi, yaitu terjadinya luka bakar setempat akibat kontak bahan kimia
dengan bagian tubuh.
- Korosif kerusakan jaringan.
- Timbulnya alergi nampak sebagian bintik-bintik merah kecil atau
gelembung berisi cairan atau gangguan pernafasan (tersumbat dan
pendek-pendek).
- Pernafasan terganggu, seperti sulit bernafas sehingga terasa tercekik atau
aspiksian karena kekurangan oksigen akibat diikat olah gas thinner seperti
: nitrogen dan karbon dioksida.
- Timbulnya keracunan sistemik, yaitu bahan kimia yang dapat
mempengaruhi bagian-bagian tubuh seperti merusak hati, ginjal, susunan
syaraf dan lain-lain.
- Kanker, akibat paparan bahan kimia sehingga merangsang pertumbuhan
sel-sel yang tidak terkendali dalam bentuk tumor ganas.
6
- Kerusakan atau kelainan janin yang ditandai oleh kelahiran dalam
keadaan cacat atau kemandulan.
- Phemokoniosis, yaitu timbunan debu dalam paru-paru sehingga
kemampuan paru-paru untuk menyerap oksigen menjadi kurang
akibatnya penderita mengalami nafas pendek.
- Keracunan uap Pb → leukemia.
- Keracunan bahan-bahan karsinogen → kanker.
c. Penyakit akibat golongan biologi
Hal ini disebabkan karena virus, jamur, parasit, cacing, bakteri, serangga,
dan binatang yang dapat ditemui selama bekerja di laboratorium. Seorang
tenaga kerja analis kesehatan yang bekerja di sebuah laboratorium biologi akan
sering berhadapan dengan golongan ini. Contohnya : influenza dan hepatitis
(virus), malaria (parasit), TBC (bakteri), dan lain-lain.
d. Penyakit akibat golongan fisiologis/ergonomis
Cara kerja, penataan tempat kerja, desain tempat kerja, beban kerja dan
posisi kerja yang tidak benar pada saat bekerja merupakan hazard dari golongan
ini. Kasus yang sering ditemui adalah bila pada saat bekerja mengangkat beban
berat dengan posisi salah dapat menyebabkan sakit pinggang (Low Back Pain),
spasme otot atau bahkan cedera punggung.
e. Penyakit akibat golongan psikologis
7
Hal ini disebabkan karena lingkungan pekerjaan itu sendiri, seperti stres
pada saat bekerja.
2. 2. Peran K3 bagi Tenaga Kerja Analis Kesehatan
A. K3 dalam Segi Keamanan
Perlengkapan Keamanan Pelindung Diri
Tentunya mulai dari keselamatan sendiri kita perlukan berbagai alat
keamanan seperti berikut:
Jas praktikum
Sarung tangan
Masker dan masker rambut
Safety googles
Sepatu boot
Serta alat keamanan lain yang sesuai.
(a) Alat pelindung mata (kaca mata)
Penggunaan kaca mata pelindung sangat penting dalam melakukan suatu
pekerjaan tertentu karena penggunaan pelindung mata sering dianggap sepele
mungkin, ada beberapa dari para pekerja yang lalai tidak menggunakan
pelindung mata, padahal penggunaan pelindung mata sangatlah penting karena
dapat mengurangi kecelakaan pada para pekerja, sering terjadi beberapa
kecelakaan pada mata akibat dari menyepelekan penggunakan pelindung mata.
Proteksi mata dan wajah merupakan persyaratan yang mutlak yang harus
dikenakan oleh pemakai dikala bekerja dengan bahan kimia. Hal ini dimaksud
8
untuk melindungi mata dan wajah dari kecelakaan sebagai akibat dari tumpahan
bahan kimia, uap kimia, dan radiasi.
Secara umum perlindungan mata terdiri dari :
• Kaca mata pelindung
• Goggles
• Pelindung wajah
Walaupun telah banyak model, jenis, dan bahan dari perlindungan mata
tersebar dipasaran hingga saat ini, anda tetap harus berhati-hati dalam
memilihnya, karena bisa saja tidak cocok dan tidak cukup aman melindungi mata
dan wajah anda dari kontaminasi bahan kimia yang berbahaya.
Kaca mata
(b) Alat pelindung pernapasan
Kontaminasi bahan kimia yang paling sering masuk ke dalam tubuh
manusia adalah lewat pernafasan. Banyak sekali partikel-partikel udara, debu,
uap dan gas yang dapat membahayakan pernafasan. Laboratorium merupakan
salah satu tempat kerja dengan bahan kimia yang memberikan efek kontaminasi
tersebut. Oleh karena itu, para pekerjanya harus memakai perlindungan
9
pernafasan, atau yang lebih dikenal dengan sebutan masker, yang sesuai.
Pemilihan masker yang sesuai didasarkan pada jenis kontaminasi, kosentrasi, dan
batas paparan.
Beberapa jenis perlindungan pernafasan dilengkapi dengan filter
pernafasan yang berfungsi untuk menyaring udara yang masuk. Filter masker
tersebut memiliki masa pakai. Apabila tidak dapat menyaring udara yang
terkontaminasi lagi, maka filter tersebut harus diganti. Dari informasi mengenai
beberapa APD diatas, maka setiap pengguna bahan kimia haruslah mengerti
pentingnya memakai APD yang sesuai sebelum bekerja dengan bahan kimia.
Selain itu, setiap APD yang dipakai harus sesuai dengan jenis bahan kimia
yang ditangani. Semua hal tersebut tentunya mempunyai dasar, yaitu kesehatan
dan keselamatan kerja di laboratorium. Ungkapan mengatakan bahwa "Lebih
baik mencegah daripada mengobati". APD merupakan solusi pencegahan yang
paling mendasar dari segala macam kontaminasi dan bahaya akibat bahan kimia.
10
Gambar Masker
(c) Respirator
Bergantung pada jenis dan kadar pencemar, ada beberapa jenis respirator :
- Respirator pemurni udara
Membersihkan udara dengan cara menyaring atau menyerap kontaminan
dengan toksinitas rendah sebelum memasuki sistim pernafasan, alat
pembersihnya terdiri dari filter untuk menangkap debu dari udara atau tabung
kimia yang dapat menyerap gas, uap dan kabut. Jenis fiter atau kanister yang
dipakai bergantung pada jenis kontaminan yang ada.
Kontaminan debu dapat disaring dengan fiter mekanik. Semakin halus
filter, semakin kecil ukuran debu yang dapat diambil. Kain verban yang biasa
dipakai para pekerja, hanya efektif untuk partikel debu yang besar, dan tentu
saja tidak bermanfaat untuk kontaminasigas atau uap beracun.
Untuk as dan uap beracun dipakai kanister yang dapat menyerap gas-gas
tersebut secara kimia atau fisika. Dengan sendirinya kanister kan berbeda dalam
menyerap gas atau uap. Kemampuan ini dibedakan dengan warnanya antara
lain :
11
Gas asam : putih
Gas asam sianida : putih dengan strip hijau
Gas klor : putih dengan stri kuning
Uap Organik : hitam
Gas amonia : hijau
Gas karbon monoksida : biru
Gas asam dan uap organik : kuning
Gas asam, uap organik dan amonia : cokelat
Kanister-kanister tersebut dapat dicopot dan dipasang kembali sesuai
dengan kebutuhan. Karena kanister mengandung bahan penyerap, maka umur/
daya pakai juga bergantung pada lama pemakaian dan besarnya kadar
kontaminan. Meskipun pemakaian kanister terbatas umur pakainya, tetapi cukup
praktis dan aman sehingga banyak dipakai secara rutin. Tetapi peralatan ini tidak
dapat mengatasi adanya difesiensi (pengurangan) oksigen. Untuk itu dipakai
pelindung pernapasan kedua dengan pemasok (supply) uadara atau oksigen.
- Respirator dengan pemasok udara
Peralatan ini mirip peralatan pernapasan untuk para penyelam, dimana
disediakan udara untuk membantu pernafasan. Alat ini diperlukan pada
lingkungan yang terpolusi berat, seperti adanya gas aspiksian (N2 metan CO2)
atau aspiksian kimia (NH3, CO, HCN) pada kosentrasi tinggi. Pemasokudara
pernapasan berupa udara tekan, dapat dipakai selama 30 menit sampai 1 jam
dan udara atau oksigen cair untuk perlindungan antara 1-2 jam.
Gambar jenis jenis filter respirator beserta kegunaannya :
12
RC201 : untuk debu kadar tinggi (Dust)
RC202 : uap/gas organik, kabut dan asap
dengan kandungan racun rendah (organics vapours, mists, and fumes of low
toxicity)
RC203 : cat semprot dan uap/gas organik dengan kandungan racun rendah (for
spray painting and organic vapours of low toxicity
RC206 : organik dan anorganik uap/gas dan gas asam dengan kandungan
racun rendah (For organic, inorganic vapours and acid gases of low toxicity
13
RC209 : Untuk pestisida
(d) Alat pelindung telinga
Telinga merupakan organ vital dari manusia yang sangat berguna dan
sensitif. Sebagai organ tubuh yang vital, telinga tidak luput dari resiko kerusakan
akibat kerja. Umumnya kerusakan fungsi telinga sebagai alat pendengaran
adalah permanent. Sehingga proses rehabilitasinya bisa dikatakan sangat kecil
kemungkinannya. Oleh Karena itu perlindungan terhadap organ yang satu ini
sangat diperlukan untuk mencegah rusaknya fungsi pendengaran akibat
linkungan kerja.
Kebisingan yang melebihi ambang pendengaran dan berlangsung dalam
waktu yang cukup lama serta berulang-ulang dapat menyebabkan gangguan
pendengaran yang menetap, gangguan pendengaran yang terjadi akibat terpapar
kebisingan dikenal sebagai gangguan pendengaran akibat bising.
14
Upaya untuk melindungi pekerja yang terpapar kebisingan dapat
dilakukan dengan cara mengurangi tingkat kebisingan yang timbul dari peralatan
atau lingkungan kerja serta melindungi pekerja dengan alat pelindung diri untuk
telinga (ear plug, ear muff dan lain-lain).
Kebisingan yang timbul di tempat kerja, biasanya bersumber dari suara
mesin, adanya aliran dalam dengan tekanan tinggi, adanya bocoran pada pipa
atau peredam suara.
Gambar alat pelindung telinga
(e) Alat pelindung badan
Hal ini dimaksudkan agar bagian tubuh pekerja terlindungi dari segala
kemungkinan terluka atau kecelakaan ketika bekerja. Selain dari itu
menggunakan wearpack bertujuan untuk menyeragamkan pekerja dan
memberikan identitas jabatan. Baju yang dikenakan selama bekerja di
laboratorium, yang dikenal dengan sebutan jas laboratorium ini, merupakan
suatu perlengkapan yang wajib dikenakan sebelum memasuki laboratorium. Jas
laboratorium yang kerap sekali dikenal oleh masyarakat pengguna bahan kimia
ini terbuat dari katun dan bahan sintetik. Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan ketika anda menggunakan jas laboratorium diantaranya :
15
o Kancing jas laboratorium tidak boleh dikenakan dalam kondisi tidak terpasang
dan ukuran dari jas laboratorium pas dengan ukuran badan pemakainya. Jas
laboratorium merupakan pelindung badan anda dari tumpahan bahan kimia dan
api sebelum mengenai kulit pemakainya.
o Jika jas laboratorium anda terkontaminasi oleh tumpahan bahan kimia,
lepaslah jas tersebut secepatnya.
Selain jas laboratorium, perlindungan badan lainnya adalah Apron dan
Jump suits. Apron seringkali digunakan untuk memproteksi diri dari cairan yang
bersifat korosif dan mengiritasi.
Perlengkapan ini biasanya terbuat dari karet atau plastik. Untuk apron
yang terbuat dari plastik, tidak dikenakan pada area larutan yang mudah
terbakar dan bahan-bahan kimia yang dapat terbakar bila dipicu oleh
elektrikstatis, karena apron jenis ini dapat mengakumulasi loncatan listrik statis.
Jump suits atau dikenal dengan sebutan baju parasut ini direkomendasikan untuk
dipakai pada kondisi beresiko tinggi(misalnya, ketika menangani bahan kimia
yang bersifat karsinogenik dalam jumlah yang sangat banyak). Bahan dari
peralatan perlindungan badan ini haruslah mampu member perlindungan
kepada pekerja laboratorium dari percikan bahan kimia, panas, dingin, uap
lembab, dan radiasi.
16
Gambar Jas Lab.
(f) Alat pelindung kaki
Dalam sebuah praktikum pemilihan penggunaan sepatu sangatlah
penting, karena dapat mengurangi tingkat kecelakaan yang akan menciderai kaki
para pekerja. Disini kita harus selektif dan menggunakan sepatu yang
mempunyai ujung yang sangat keras dan alas yang tebal itu dimaksudkan agar
kaki saat praktikum telindungi dari kecelakaan yang akan terjadi seperti halnya
benda tajam yang dapat mencederai kaki praktikan, tumpahan bahan kimia yang
mengenai kaki, dan lain sebagainya.
Gambar Sepatu
(g) Alat pelindung tangan
17
Perlindungan tangan merupakan alat pelindung yang kontak langsung
dengan kulit tangan merupakan permasalahan yang sangat penting apabila anda
terpapar/terkena bahan kimia yang korosif dan beracun. Sarung tangan menjadi
solusi bagi anda. Tidak hanya melindungi tangan terhadap karakteristik bahaya
bahan kimia tersebut, sarung tangan juga dapat memberi perlindungan dari
peralatan gelas yang pecah atau rusak, permukaan benda yang kasar atau tajam,
dan material yang panas atau dingin.
Bahan kimia dapat dengan cepat merusak sarung tangan yang anda pakai
jika tidak dipilih bahannya dengan benar berdasarkan bahan kimia yang
ditangani. Selain itu, kriteria yang lain adalah berdasarkan pada ketebalan dan
rata-rata daya tembus atau terobos bahan kimia ke kulit tangan. Sarung tangan
harus secara periodik diganti berdasarkan frekuensi pemakaian dan
permeabilitas bahan kimia yang ditangani. Jenis sarung tangan yang sering
dipakai di laboratorium, diantaranya, terbuat dari bahan karet, kulit dan
pengisolasi (asbestos) untuk temperatur tinggi.
Jenis karet yang digunakan pada sarung tangan, diantaranya adalah karet
butil atau alam, neoprene, nitril, dan PVC (Polivinil klorida). Semua jenis sarung
tangan tersebut dipilih berdasarkan bahan kimia yang akan ditangani. Sebagai
contoh, sarung tangan yang terbuat dari karet alam baik apabila anda bekerja
dengan Ammonium hidroxida, tetapi tidak baik bila bekerja dengan dietil eter.
18
Gambar sarung tangan
B. K3 dalam Segi Ruang
Dari segi ruang, kita harus memberikan aspek K3 misalnya penempatan
meja praktikum, lokasi wastafel, lokasi fire extinguisher serta lokasi lain seperti
pintu keluar darurat serta jalur evakuasi harus bebas gangguan untuk tujuan
pemberian pertolongan pertama. Penempatan lokasi seperti ini harus diberi
warna khusus misalnya untuk kotak P3K berwarna hijau terang, fire
extinguisher/hydrant berwarna merah dengan tujuan mudah ditemukan.
Sanitasi Ruang Dan Peralatan Laboratorium
- Kondisi lantai secara umum harus bersih, kedap air, tidak licin, rata
sehingga mudah dibersihkan dan tidak ada genangan air.
- Dinding tembok, jendela, langit-langit, kerangka bangunan, perpipaan,
lampu-lampu dan benda lain yang berada di sekitar ruang pengujian
harus dalam kondisi bersih.
- Kondisi umum bangunan harus memperhatikan aspek pencahayaan dan
ventilasi yang baik. Ventilasi harus tersedia dengan cukup dan berfungsi
dengan baik. Pencahayaan atau penerangan hendaknya tersebar secara
merata dan cukup di semua ruangan, namun hendaknya diatur
sedemikian rupa sehingga tidak menyilaukan.
- Semua peralatan yang digunakan untuk pengujian harus selalu
diperhatikan kebersihannya, dan juga penanganannya harus hati-hati
karena kebanyakan peralatan laboratorium mudah pecah.
- Setelah penggunaan alat gelas dan non gelas selesai atau pekerjaan telah
selesai semua peralatan tersebut dibersihkan dan ruangan yang
digunakan harus dibersihkan dengan bahan saniter.
19
- Saniter adalah senyawa kimia yang dapat membantu membunuh bakteri
dan mikroba.
- Air yang digunakan dalam pencucian alat hendaknya air yang bersih yang
memenuhi persyaratan sanitasi, sehingga mencegah kontaminasi. Air
bersih mempunyai ciri-ciri antara lain tidak berasa, tidak berwarna, dan
tidak berbau
C. K3 dalam Segi Bahan Kimia
Hampir setiap bahan kimia itu berbahaya, namun tidak perlu merasa
takut bekerja dengan bahan kimia bila tahu cara yang tepat untuk menggunakan
dan cara menanggulangi keadaan darurat akibat salah penggunaan bahan
berbahaya tersebut. Yang dimaksud berbahaya ialah dapat menyebabkan
terjadinya kebakaran, mengganggu kesehatan, menyebabkan sakit atau luka,
merusak, menyebabkan korosi dsb. Jenis bahan kimia berbahaya dapat diketahui
dari label yang tertera pada kemasannya dan dalam penggunaannya tidak
sembarangan, harus ada pengawasan dari orang yang ahli dalam bidang ini.
Dari data pada label tersebut, kita dapat mengetahui tingkat bahaya
bahan kimia dapat diketahui dan upaya penanggulangannya pun dapat dan harus
diketahui oleh mereka yang menggunakan bahan-bahan tersebut. Kadang-
kadang terdapat dua atau tiga tanda bahaya pada satu jenis bahan kimia, itu
berarti kewaspadaan orang yang bekerja dengan bahan tersebut harus lebih
ditingkatkan. Contoh bahan kimia yang mudah meledak adalah kelompok bahan
oksidator seperti perklorat, permanganat, nitrat dan sebagainya. Bahan-bahan
ini jika bereaksi dengan bahan organik dapat menghasilkan ledakan. Logam
alkali seperti natrium, mudah bereaksi dengan air menghasilkan reaksi yang
disertai dengan api dan ledakan. Gas metana, pelarut organik seperti eter, dan
padatan anorganik seperti belerang dan fosfor mudah terbakar, maka ketika
menggunakan bahan-bahan tersebut, hendaknya dijauhkan dari api.
20
Bahan kimia seperti senyawa sianida, mercuri dan arsen merupakan
racun kuat, harap bahan-bahan tersebut tidak terisap atau tertelan ke dalam
tubuh. Asam-asam anorganik bersifat oksidator dan menyebabkan peristiwa
korosi, maka hindarilah jangan sampai asam tersebut tumpah ke permukaan dari
besi atau kayu. Memang penggunaan bahan-bahan tersebut di laboratorium
pendidikan Kimia tidak berjumlah banyak, namun kewaspadaan menggunakan
bahan tersebut perlu tetap dijaga peralatan dan cara kerja. Selain bahan kimia,
peralatan laboratorium juga dapat mendatangkan bahaya bila cara
menggunakannya tidak tepat. Contoh sederhana yaitu cara memegang botol
reagen, label pada botol tersebut harus dilindungi dengan tangan, karena label
bahan tersebut mudah rusak kena cairan yang keluar dari botol ketika
memindahkan isi botol tersebut.
Ø Beberapa catatan mengenai laboratorium yang menyimpan bahan-bahan
kimia
· Semua bahan kimia harus tersimpan dalam botol atau kaleng yang sesuai dan
tahan lama. Sebaiknya di simpan di tempat-tempat yang kecil dan cukup untuk
pemakaian sehari-hari.
· Tempat persediaan untuk jangka panjang harus tersimpan dalam gudang bahan
kimia yang khusus/ gudang dalam tanah misalnya.
· Setiap saat bahan kimia harus diperiksa secara rutin, untuk menentukan apakah
bahan-bahan tersebut masih dapat digunakan atau tidak, dan perbaikan label
yang biasanya rusak. Bahan-bahan yang tak dapat digunakan lagi harus dibuang/
dimusnahkan secara kimia.Semua bahan harus diberi tanda-tanda khusus, diberi
label dengan semua keterangan yang diperlukan misalnya :
o nama bahan
o tanggal pembuatan
21
o jumlah (isi)
o asal bahan (merek pabrik dan lain-lain)
o tingkat bahaya yang mungkin (racun, korosiv, higroskopis dan lain)
o keterangan-keterangan yang perlu (presentase, simbol kimianya dan lain-lain)
Kemudian pada bahan yang kita lakukan kontak selama praktikum
biasanya terdapat gambar yang menunjukkan sifat bahaya dari bahan tersebut.
Simbol bahaya digunakan untuk pelabelan bahan-bahan berbahaya
menurut Peraturan tentang Bahan Berbahaya (Ordinance on Hazardeous
Substances). Peraturan tentang Bahan Berbahaya (Ordinance on Hazardeous
Substances) adalah suatu aturan untuk melindungi/menjaga bahan-bahan
berbahaya dan terutama terdiri dari bidang keselamatan kerja. Arah Peraturan
tentang Bahan Berbahaya (Ordinance on Hazardeous Substances) untuk
klasifikasi, pengepakan dan pelabelan bahan kimia adalah valid untuk semua
bidang, area dan aplikasi, dan tentu saja, juga untuk lingkungan, perlindungan
konsumer dan kesehatan manusia.
Simbol bahaya adalah piktogram dengan tanda hitam pada latar belakang
oranye, kategori bahaya untuk bahan dan formulasi ditandai dengan simbol
bahaya, yang terbagi dalam :
• Resiko kebakaran dan ledakan (sifat fisika-kimia)
• Resiko kesehatan (sifat toksikologi) atau
• Kombinasi dari keduanya.
22
1. Mudah Terbakar
Penjelasan :
Simbol dengan huruf F menyatakan mudah terbakar dan dengan huruf F+
menyatakan sangat mudah terbakar.
23
Jenis bahaya flammable dibagi menjadi dua yaitu Extremely flammable (amat
sangat mudah terbakar) dan Highly flammable (sangat mudah terbakar. Untuk
Bahan-bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya “extremely
flammable “ merupakan likuid yang memiliki titik nyala sangat rendah (di bawah
0 0C) dan titik didih rendah dengan titik didih awal (di bawah +350C). Bahan
amat sangat mudah terbakar berupa gas dengan udara dapat membentuk suatu
campuran bersifat mudah meledak di bawah kondisi normal. Frase-R untuk
bahan amat sangat mudah terbakar adalah R12. Sedangkan untuk Bahan dan
formulasi ditandai dengan notasi bahaya ‘highly flammable’ adalah subyek untuk
self-heating dan penyalaan di bawah kondisi atmosferik biasa, atau mereka
mempunyai titik nyala rendah (di bawah +21 0C). Beberapa bahan sangat mudah
terbakar menghasilkan gas yang amat sangat mudah terbakar di bawah
pengaruh kelembaban. Bahan-bahan yang dapat menjadi panas di udara pada
temperatur kamar tanpa tambahan pasokan energi dan akhirnya terbakar, juga
diberi label sebagai ‘highly flammable’. Frase-R untuk bahan sangat mudah
terbakar yaitu R11.
Bahaya: mudah terbakar, bahan yang mudah terbakar.
Keamanan : hindarkan dari sumber api dan bahan-bahan yang dapat memicu api
atau bahan-bahan yang juga mudah terbakar.
Meliputi :
1. zat terbakar langsung, contohnya aluminium alkil fosfor; keamanan :
hindari campuran dengan udara.
2. gas amat mudah terbakar. Contoh : butane, propane. Keamanan : hindari
campuran dengan udara dan hindari sumber api.
3. Zat sensitive terhadap air, yakni zat yang membentuk gas mudah terbakar
bila kena air atau api.
24
Cairan mudah terbakar, cairan dengan titik bakar di bawah 21 0C.
contoh : aseton dan benzene. Keamanan : jauhkan dari sumber api dan
loncatan bunga api.
2. Oksidatif (Oxidizing)
Penjelasan :
Bahan-bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya
“oxidizing“ biasanya tidak mudah terbakar. Tetapi bila kontak dengan bahan
mudah terbakar atau bahan sangat mudah terbakar mereka dapat meningkatkan
resiko kebakaran secara signifikan. Dalam berbagai hal mereka adalah bahan
anorganik seperti garam (salt-like) dengan sifat pengoksidasi kuat dan peroksida-
peroksida organik. Frase-R untuk bahan pengoksidasi : R7, R8 dan R9.
Bahaya : oksidator dapat membakar bahan lain, penyebab
timbulnya api atau penyebab sulitnya pemadaman api
Contoh : hidrogen peroksida, kalium perklorat
Keamanan : hindari panas serta bahan mudah terbakar dan reduktor
25
3. Mudah Meledak (Eksplosif)
Penjelasan :
Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya „explosive“
dapat meledak dengan pukulan/benturan, gesekan, pemanasan, api dan sumber
nyala lain bahkan tanpa oksigen atmosferik. Ledakan akan dipicu oleh suatu
reaksi keras dari bahan. Energi tinggi dilepaskan dengan propagasi gelombang
udara yang bergerak sangat cepat. Resiko ledakan dapat ditentukan dengan
metode yang diberikan dalam Law for Explosive Substances. Di laboratorium,
campuran senyawa pengoksidasi kuat dengan bahan mudah terbakar atau bahan
pereduksi dapat meledak. Sebagai contoh, asam nitrat dapat menimbulkan
ledakan jika bereaksi dengan beberapa solven seperti aseton, dietil eter, etanol,
dan lain-lain. Produksi atau bekerja dengan bahan mudah meledak memerlukan
pengetahuan dan pengalaman praktis maupun keselamatan khusus. Apabila
bekerja dengan bahan-bahan tersebut kuantitas harus dijaga sekecil/sedikit
mungkin baik untuk penanganan maupun persediaan/cadangan. Frase-R untuk
bahan mudah meledak : R1, R2 dan R3
Bahaya : eksplosif /dapat meledak pada kondisi tertentu
Contoh : ammonium nitrat (NH4N03), nitroselulosa, TNT.
Bahaya : bahan yang mudah meledak bila kena panas, api atau sensitif terhadap
gesekan atau goncangan.
26
Keamanan : hindari benturan, gesekan, loncatan api, dan panas.
4. Berbahaya
Harmful dan Irritant (Bahaya dan Iritasi)
Penjelasan :
Ada sedikit perbedaan pada symbol ini yaitu dibedakan dengan kode Xn
dan Xi. Untuk Bahan dan formulasi yang ditandai dengan kode Xn memiliki resiko
merusak kesehatan sedangkan jika masuk ke tubuh melalui inhalasi, melalui
mulut (ingestion), atau kontak dengan kulit.
Suatu bahan dikategorikan berbahaya jika memenuhi kriteria berikut:
LD50 oral (tikus) 200-2000 mg/kg
berat badan
LD50 dermal (tikus atau kelinci) 400-2000 mg/kg berat badan
LC50 pulmonary (tikus) untuk aerosol /debu 1 – 5 mg/L
LC50 pulmonary (tikus) untuk gas/uap 2 – 20 mg/L
Frase-R untuk bahan berbahaya yaitu R20, R21 dan R22
27
Sedangkan Bahan dan formulasi dengan notasi ‘irritant’ atau kode Xi
adalah tidak korosif tetapi dapat menyebabkan inflamasi jika kontak dengan kulit
atau selaput lendir. Frase-R untuk bahan irritant yaitu R36, R37, R38 dan R41
Kode Xn (Harmful)
Bahaya : menimbulkan kerusakan kecil pada tubuh,
Contoh : peridin
Kemanan : hindari kontak dengan tubuh atau hindari
menghirup, segera berobat ke dokter bila kemungkinan keracunan.
Kode Xi (irritant)
Bahaya : iritasi terhadap kulit, mata, dan alat pernapasan
Contoh : ammonia dan benzyl klorida
Keamanan : hindari terhirup pernapasan, kontak dengan kulit
dan mata.
5. Toksik (Racun)
Penjelasan :
28
Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya ‘toxic’ dapat
menyebabkan kerusakan kesehatan akut atau kronis dan bahkan kematian pada
konsentrasi sangat tinggi jika masuk ke tubuh melalui inhalasi, melalui mulut
(ingestion), atau kontak dengan kulit.
Suatu bahan dikategorikan beracun jika memenuhi kriteria berikut:
LD50 oral (tikus) 25 – 200 mg/kg berat
badan
LD50 dermal (tikus atau kelinci) 50 – 400 mg/kg berat badan
LC50 pulmonary (tikus) untuk aerosol /debu 0,25 – 1 mg/L
LC50 pulmonary (tikus) untuk gas/uap 0,50 – 2 mg/L
Frase-R untuk bahan beracun yaitu R23, R24 dan R25
Bahaya : toksik; berbahaya bagi kesehatan bila terhisap, tertelan
atau kontak dengan kulit, dan dapat mematikan.
Contoh : arsen triklorida, merkuri klorida
Kemananan : hindari kontak atau masuk dalam tubuh, segera berobat
ke dokter bila kemungkinan keracunan.
29
6. Berbahaya bagi Lingkungan / Mencemari Lingkungan
Penjelasan :
Bahan dan formulasi dengan notasi ‘dangerous for environment’ adalah
dapat menyebabkan efek tiba-tiba atau dalam sela waktu tertentu pada satu
kompartemen lingkungan atau lebih (air, tanah, udara, tanaman,
mikroorganisma) dan menyebabkan gangguan ekologi. Frase-R untuk bahan
berbahaya bagi lingkungan yaitu R50, R51, R52 dan R53.
Bahaya : bagi lingkungan, gangguan ekologi
Contoh : tributil timah klorida, tetraklorometan, petroleum bensin
Keamanan : hindari pembuangan langsung ke lingkungan
7. Korosif
30
Penjelasan :
Bahan dan formulasi dengan notasi ‘corrosive’ adalah merusak jaringan
hidup. Jika suatu bahan merusak kesehatan dan kulit hewan uji atau sifat ini
dapat diprediksi karena karakteristik kimia bahan uji, seperti asam (pH <2)>11,5),
ditandai sebagai bahan korosif. Frase-R untuk bahan korosif yaitu R34 dan R35.
Bahaya : korosif atau merusak jaringan tubuh manusia
Contoh : klor, belerang dioksida
Keamanan : hindari terhirup pernapasan, kontak dengan kulit dan
mata.
Kemudian dilanjutkan cara penyimpanan bahan-bahan (reagen) tersebut
agar cukup aman dan tidak terlalu membahayakan seorang tenaga kerja analis
kesehatan.
A. Golongan I : Cairan Mudah Terbakar
Meliputi cairan dengan titik nyala kurang dari 100 oF. Contoh: semua
alkohol, aseton, asetaldehid, aseronitril, amyl asam cuka, benzen, cyclohexane,
dimethyldichlorosilane, dioxane, eter, asam cuka etil, histoclad, heksan,
hydrazine, sejenis gas hidrokarbon metil, picolene, piperidine, propanol,
pyridine, scintillation cairan, semua silanes, tetrahydrofuran, toluene,
triethylamine, xylene.
Dasar tentang penyimpanan:
Untuk melindungi dari pengapian yang dianjurkan.
31
Fasilitas yang dapat digunakan:
1. Lemari mudah terbakar
2. Lemari es : karena kontainer kurang dari 1 liter.
Golongan penyimpanan yang dapat disatukan:
Karena racun mudah menguap, janganlah menyajikan/mengeluarkan pada
ruangan dan lemari mudah terbakar jika basa tidak ada.
B. Golongan II : Racun Mudah Menguap
Meliputi racun, racun yang dikenal dan yang diduga sebagai penyebab
kanker, dengan penguapan atau bau kuat berpengaruh lebih besar dari 1 (karet
sintetis butyl asam cuka. Contoh: karbon tetrachloride, cloroform,
dimethylformamide, dimethyl sulfate, formamide, dehyde formal, halothane,
mercaptoethanol, methylene klorid, zat asam karbol.
Dasar Tentang penyimpanan:
Untuk mencegah terjadinya penghisapan terbuka
Fasilitas yang dapat digunakan :
1. Lemari mudah terbakar
2. Lemari es: untuk kontainer kurang dari 1 liter.
Golongan penyimpanan yang dapat disatukan:
Karena racun mudah menguap, janganlah menyajikan di dalam kompartemen
dan lemari yang mudah terbakar.
32
C. Golongan III : Asam Pengoksidasi
Semua asam pengoksidasi adalah sangat reaktif dengan kebanyakan
unsur satu sama lain. Contoh: berisi nitrat, sulfuric, perchloric, asam fosfat, dan
asam khrom.
Dasar tentang penyimpanan:
Mencegah reaksi dan kontak satu sama lain dan unsur zat lain dan reaksi korosif
di permukaan
Fasilitas yang dapat digunakan:
Lemari keselamatan. Masing-Masing asam pengoksidasi harus disimpan pada
double-contained, yaitu., kontainer yang utama harus dijaga di dalam teromol,
bak mandi atau baki.
Golongan penyimpanan yang dapat disatukan:
Asam-asam oxidizing harus di double-contained dan harus dipisahkan di
dalam kompartemen dan di dalam suatu lemari keselamatan. Jumlah kecil (1
atau 2 botol) tidak menjamin keabsahan suatu kompartemen terpisah. Jumlah
kecil dapat disimpan pada double-contained dan disimpan dengan golongan
empat yaitu Organik dan Asam mineral. Tempat penyimpanan asam
pengoksidasi di rak bawah dibawah golongan empat.
D. Golongan IV : Bahan Organik dan Asam Mineral
Contoh :
asetat, butirat, format, asam glacial, hidroklorat, isobutirat, merkaptoproprionat,
propionat, asam trifluoraasetat
33
Dasar tentang penyimpanan :
Untuk mencegah kontak dan reaksi dengan basa dan pengoksidasi asam dan
korosif simpan dipermukaan.
Fasilitas yang dapat digunakan :
Lemari keselamatan
Golongan penyimpanan yang dapat disatukan:
Banyak atau sedikit wadah yang berisi pengoksidasi asam dapat disimpan di
bagian yang sama dengan asam organik jika pengoksidasi asam disimpam di rak
bawah.
Pengecualian : Acetat anhidrida dan trikloroasetat anhidrida bersifat korosif.
Asam-asam ini sangat reaktif dengan asam lainnya dan sebaiknya jangan
disimpan di dalam golongan ini. Lebih baik disimpan dengan campuran bahan-
bahan organik di golongan tujuh yaitu cairan beracun yang tidak menguap.
E. Golongan V : Cairan Basa
Contoh :
natrium hidroksida, ammonium hidroksida, calsium hidroksida, glutaraldehida.
Fasilitas yang dapat digunakan :
1. lemari keamanan
2. dalam tong atau talam dalam normal kabinet
Golongan penyimpanan yang dapat disatukan:
34
Cairan basa dapat disimpan dengan bahan yang mudah terbakar dalam emari
bahan yang mudah terbakar hanya jika bahan-bahan beracun yang mudah
menguap tidak disimpan di sana.
F. Golongan VI : Cairan Pengoksidasi
Reaksi cairan pengoksidasi dengan segala sesuatu yang berpotensi menyebabkan
peledakan peledakan atau korosif terhadap permukaan.
Contoh :
ammonium persulfat, hidrogen peroksida
Dasar tentang penyimpanan :
Memisahkan dari bahan-bahan lain
Fasilitas yang dapat digunakan:
jumlah yang melampaui 3 liter sebaiknya harus ditutup dalam lemari
tanpa ada bahan kimia lain.
jumlah yang sedikit harus di double-contained jika dekat bahan lain,
contohnya dalam refrigerator.
Golongan penyimpanan yang dapat disatukan :
tidak ada
G. Golongan VII : Cairan Beracun yang Tidak Menguap
Termasuk racun sangat berbahaya (LD50 oral rat <>)
Contoh :
35
larutan akrilamida, dietilpirokarbonat, diisopripyl fluoroposfat, Ethidium
bromida, trietanolamin.
Dasar tentang penyimpanan :
Untuk mencegah kontak dan reaksi dengan bahan lain
Fasilitas yang dapat digunakan:
lemari atau refrigerator
jangan simpan pada pada wadah terbuka dalam lab atau atau ruang
pendingin.
cairan beracun dalam wadahnya yang lebih dari 1 liter harus disimpan di
rak paling bawah pada wadah yang paling dekat dengan lantai. Wadah
yang lebih kecil yang berisi bahan beracun dapat disimpan pada rak atas
hanya jika pintu tersebut pintu yang digeser
golongan penyimpanan yang dapat disatukan :
Cairan tidak berbahaya seperti larutan buffer
perkecualian: Anhidrida, contohnya asetat dan trikloroaset, asam-asam organik,
bagaimanapun juga lebih baik disimpan dengan grup ini daripada dengan
golongan empat yaitu asam-asam organik, semenjak bahan tersebut sangat
reaktif dengan asam-asam mineral dan oraganik lain.
H. Golongan VIII: Logam Hibrida Reaktif dan Piroporik
Banyak logam hidrida bereaksi hebat dengan air, beberapa diantaranya dapat
langsung menyala secara spontan di udara (piroporik).
36
Contoh dari logam hidrida :
sodium borohidrida, kalsium hidrida, lithium aluminum hidrida.
Contoh piroporik :
boron, diborane, dichlorobane, 2-furaldehida, dietil aluminum klorida, lhitium,
phosporus kuning atau putih dan trimetil aluminum. Bahan-bahan yang reaktif
lainnya yaitu meliputi aluminum klorid-anhidrous, kalsium karbida, asetil klorida,
asam klorosulonik, sodium, potassium, posporus pentachloride kalsium,
aluminum tribromide, kalsium oksida, dan asam anhidrida.
Dasar tentang penyimpanan :
Untuk menghindari kontak dan reaksi dengan beberapa cairan dan dalam
beberapa kasus dengan udara.
Fasilitas yang dapat digunakan:
Aman/terlindungi, wadah (double-containment) tahan air sesuai dengan
instruksi label
memisahkan dari golongan-golongan jenis bahan kimia lainnya
Golongan penyimpanan yang dapat disatukan:
Jika terlindunginya double-contained untuk mencegah kontak dengan air dan
atau udara, logam hidrida dapat disimpan di dalam area yang sama seperti
golongan sembilan yaitu bahan-bahan kering.
I. Golongan IX : Bahan Kering
37
Meliputi semua bahan yang berbentuk serbuk, bahan berbahaya dan tidak
berbahaya. Contohnya: benzidin, sianogen bromida, etilmaleimide, asam
okasalat, potasium sianida, sodium sianida.
Dasar tentang penyimpanan :
Untuk mencegah kontak dan berpotensi menghasilkan reaksi dengan cairan.
Fasilitas yang dapat digunakan :
Simpan diatas cairan-cairan;
Label-label peringatan pada bahan serbuk sangat beracun harus diperiksa
dan diperbaiki jika tidak menyebabkan wadah-wadah letaknya
berlawanan keluar tanpa zat-zat beracun di golongan ini.
disarankan agar zat/bahan-bahan sangat berbahaya di golongan ini
dipisahkan
Golongan penyimpanan yang dapat disatukan:
Logam hidrida, jika double-contained dengan layak dapat disimpan di area yang
sama.
Perkecualian :
Pikrat cair atau asam pikricsulfonik dapat disimpan dengan golongan ini, tetapi
seharusnya diperiksa secara tetap untuk kekeringan bahan. Ketika bahan kering
dengan sempurna, asam pikrat (picric acid) bersifat eksplosif dan mungkin dapat
menyebabkan ledakan apabila terjadi goncangan atau pergeseran. Asam pikrat
bila kontak dengan beberapa logam mungkin akan membentuk logam pikrat
eksplosif. Gunakan tutup non logam.
38
Di bawah ini contoh layout penyimpanan bahan kimianya..
Contoh 1.
39
Contoh 2.
Pengendalian Ruang Penyimpanan Bahan Kimia
- Ruang penyimpanan bahan kimia di laboratorium harus dikendalikan
sehingga temperatur, kelembaban, dan sirkulasi udara sesuai dengan
yang diharapkan, Jika temperatur dalam ruang penyimpanan bahan kimia
tersebut tingga dan terasa pengap, maka exhaust fan (alat sejenis kipas
angin) dihidupkan dan ventilasi atau pintu dibuka agar terjadi sirkulasi
udara, sehingga dapat menurunkan temperatur dan kelembaban.
- Pada saat akan mengambil bahan kimia harus memakai alat keselamatan
kerja. Sebelum masuk ruang penyimpanan bahan kimia, harus memeriksa
40
suhu dan kelembaban ruangan apakah sesuai dengan persyaratan, baru
melakukan pengambilan atau penempatan bahan kimia.
Pembuangan Limbah
- Saluran pembuangan limbah bahan kimia dalam bentuk cair harus
dikonstruksi dengan baik sehingga proses pembuangan limbah cair tidak
terhambat.
- Tempat penampungan hendaknya dibuat, jangan langsung dibuang
ketempat umum karena akan mengganggu dan mencemari lingkungan
umum.
- Jika produksi sampah/limbah cair ternyata cukup tinggi, atau telah
mengakibatkan ganggguan pencemaran adalah indikasi awal bahwa
masalah pencemaran di lingkungan telah terjadi, maka disarankan untuk
berkonsultasi dengan badan pengelolaan limbah.
2.3 Larangan – Larangan Saat Bekerja di Laboratorium
Larangan – larangan saat berada di laboratorium yang harus diperhatikan agar
kesehatan dan keselamatan kerja seorang tenaga kerja analis kesehatan dapat
terjamin, antara lain :
1. Dilarang bekerja sendirian di laboratorium, minimal ada asisten yang
mengawasi.
2. Dilarang bermain-main dengan peralatan laboratorium dan bahan kimia.
3. Persiapkanlah hal yang perlu sebelum masuk laboratorium seperti buku kerja,
jenis percobaan, jenis bahan, jenis perlatan, dan cara membuang limbah sisa
percobaan.
41
4. Dilarang makan, minum dan merokok di laboratorium.
5. Jagalah kebersihan meja praktikum, apabila meja praktiukm basah segera
keringkan dengan lap basah.
6. Jangan membuat keteledoran antar sesama teman.
7. Pencatatan data dalam setiap percobaan selengkap-lengkapnya. Jawablah
pertanyaan pada penuntun praktikum untuk menilai kesiapan anda dalam
memahami percobaan.
8. Berdiskusi adalaha hal yang baik dilakukan untuk memahami lebih lanjut
percobaan yang dilakukan.
9. Gunakan perlatan kerja seperti kacamata pengaman untuk melindungi mata,
jas laboratorium untuk melindungi pakaian dan sepatu tertutup untuk
melindungi kaki.
10. Dilarang memakai perhiasan yang dapat rusak karena bahan kimia.
11. Dilarang memakai sandal atau sepatu terbuka atau sepatu berhak tinggi.
12. Wanita/pria yang berambut panjang harus diikat.
13. Biasakanlah mencuci tangan dengan sabun dan air bersih terutama setelah
melakukan praktikum.
14. Bila kulit terkena bahan kimia, janganlah digaruk agar tidak tersebar.
15. Bila terjadi kecelakaan yang berkaitan dengan bahan kimia, laporkan segera
pada asisten atau pemimpin praktikum. Segera pergi ke dokter untuk mendapat
pertolongan secepatnya.
42
Peralatan P3K
Peralatan P3K harus selalu tersedia karena sewaktu-waktu dapat sangat
diperlukan jika terjadi kecelakaan kecil di laboratorium. Biasanya, semua
peralatan P3K diletakkan di dalam kotak P3K, yang isinya sebagai berikut :
Plester
Pembalut berperekat
Pembalut steril (besar, sedang dan kecil)
Perban gulung
Perban segitiga
Kain kasa
Pinset
Gunting
Peniti, dan lain-lain.
2. 4. Teknik Kerja di Laboratorium
Dibawah ini akan dijelaskan beberapa teknik dan prosedur yang harus dilakukan
pada saat melakukan bekerja di laboratorium :
a) Hal pertama yang perlu dilakukan
1. Gunakan perlatan kerja seperti kacamata pengaman untuk melindungi mata,
jas laboratorium untuk melindungi pakaian dan sepatu tertutup untuk
melindungi kaki.
2. Dilarang memakai perhiasan yang dapat rusak karena bahan kimia.
3. Dilarang memakai sandal atau sepatu terbuka atau sepatu berhak tinggi.
4. Wanita/pria yang berambut panjang harus diikat.
43
b) Bekerja aman dengan bahan kimia
1. Hindari kontak langsung dengan bahan kimia.
2. Hindari mengisap langsung uap bahan kimia.
3. Dilarang mencicipi atau mencium bahan kimia kecuali ada perintah khusus.
4. Bahan kimia dapat bereaksi langsung dengan kulit menimbulkan iritasi (pedih
atau gatal).
c) Memindahkan bahan kimia
1. Baca label bahan kimia sekurang-kurangnya dua kali untuk menghindari
kesalahan.
2. Pindahkan sesuai dengan jumlah yang diperlukan.
3. Jangan menggunakan bahan kimia secara berlebihan.
4. Jangan mengembalikan bahan kimia ke dalam botol semula untuk mencegah
kontaminasi.
d) Memindahkan bahan kimia cair
1. Tutup botol dibuka dan dipegang dengan jari tangan seklaigus telapak tangan
memegang botol tersebut.
2. Tutup botol jangan ditaruhdi atas meja karena isi botol dapat terkotori.
44
3. Pindahkan cairan melalui batang pengaduk untuk mengalirkan agar tidak
memercik.
e) Memindahkan bahan kimia padat
1. Gunakan tutup botol untuk mengatur pengeluaran bahan kimia.
2. Jangan mengeluarkan bahan kimia secara berlebihan.
3. Pindahkan sesuai keperluan tanpa menggunakan sesuatu yang dapat
mengotori bahan tersebut.
f) Cara memanaskan larutan menggunakan tabung reaksi
1. Isi tabung reaksi maksimal sepertiganya.
2. Api pemanas hendaknya terletak pada bagiuan atas larutan.
3. Goyangkan tabung reaksi agar pemanasan merata.
4. Arahkan mulut tabung reaksi pada tempat yang aman agar percikannya tidak
melukai orang lian maupun diri sendiri.
g) Cara memanaskan larutan menggunakan gelas kimia
1. Gunakan kaki tiga dan kawat kasa untuk menopang gelas Kimia tersebut.
2. Letakkan Batang gelas atau batu didih dalam gelas Kimia untuk mencegah
pemanasan mendadak.
45
3. Jika gelas Kimia digunakan sebagai penangas air, isilah dengan air. Maksimum
seperampatnya.
h) Keamanan kerja di laboratorium
1. Rencanakan percobaan yang akan dilakukan sebelum memulai praktikum.
2. Gunakan perlatan kerja seperti kacamata pengaman untuk melindungi mata,
jas laboratorium untuk melindungi pakaian dan sepatu tertutup untuk
melindungi kaki.
3. Dilarang memakai sandal atau sepatu terbuka atau sepatu berhak tinggi.
4. Wanita/pria yang berambut panjang harus diikat.
5. Dilarang makan, minum dan merokok di laboratorium.
6. Jagalah kebersihan meja praktikum, apabila meja praktiukm basah segera
keringkan dengan lap basah.
7. Hindari kontak langsung dengan bahan kimia.
8. Hindari mengisap langsung uap bahan kimia.
9. Bila kulit terkena bahan Kimia, janganlah digaruk agar tidak tersebar.
10 Pastikan kran gas tidak bocor apabila hendak mengunakan bunsen.
11. Pastikan kran air dan gas selalu dalam keadaan tertutup pada sebelum dan
sesudah praktikum selesai.
46
2. 5. Penanggulangan Keadaan Darurat
Sebelum melakukan praktikum dan bekerja di laboratorium, seorang tenaga
kerja analis kesehatan harus mengetahui bagaimana cara penanggulangan atau
tindakan pertama yang perlu kita lakukan saat terjadi kecelakaan. Berikut ini
adalah tindakan dasar yang harus diketahui :
a. Terkena bahan kimia
1. Jangan panik.
2. Mintalah bantuan rekan anda yang berada di dekat anda.
3. Lihat data MSDS.
4. Bersihkan bagian yang mengalami kontak langsung tersebut (cuci bagian yang
mengalami kontak langsung tersebut dengan air apabila memungkinkan).
5. Bila kulit terkena bahan kimia, janganlah digaruk agar tidak tersebar.
6. Bawa ketempat yang cukup oksigen.
7. Hubungi paramedik secepatnya(dokter, rumah sakit).
47
b. Kebakaran
1. Jangan panik.
2. Ambil tabung gas CO2 apabila api masih mungkin dipadamkan.
3. Beritahu teman anda.
4. Hindari mengunakan lift.
5. Hindari mengirup asap secara langsung.
6. Tutup pintu untuk menghambat api membesar dengan cepat (jangan dikunci).
7. Pada gedung tinggi gunakan tangga darurat.
8. Hubungi pemadam kebakaran.
Bahan kimia yang mudah terbakar yaitu
bahan – bahan yang dapat memicu terjadinya kebakaran. Terjadinya kebakaran
biasanya disebabkan oleh 3 unsur utama yang sering disebut sebagai Segitiga API
:
Keterangan :
A : Adanya bahan yang mudah terbakar
P : Adanya panas yang cukup
48
I : Adanya ikatan Oksigen di sekitar bahan.
Segitiga API merupakan pengetahuan tambahan bagi kita untuk mengetahui
bagaimana kebakaran dapat terjadi. Dari segitiga API kita dapat mengetahui
bahwa api dapat menyala bila terdapat bahan yang mudah terbakar, adanya
panas yang cukup yang dapat memicu terjadinya kebakaran, serta adanya
oksigen yang mendukung terbentuknya pembakaran. Kebakaran dalam
laboratorium banyak terjadi karena pemanasan, ekstrasi, atau destilasi pelarut
organik. Prinsip utama dalam penanggulangan kebakaran adalah bahwa api
sebelum membesar harus segera dapat dipadamkan. Semakin besar api semakin
sukar dikuasai karena suhu yang lebih tinggi akan mempercepat prosese
kebakaran. Selagi api masih kecil harus segera dipadamkan dengan kain atau
sarung basah atau selimut basah (fire blanket).
Pencegahan standar yang dapat dilakukan antara lain :
1. Menurunkan suhu bahan yang terbakar
2. Mengurangi kontak dengan Oksigen
3. Mengurangi radikal penyebab reaksi berantai
Bergantung pada jenis api yang terjadi, berbagai macam pemadam
kebakaran yang dapat dipakai adalah :
1. Air
Mudah diperoleh dengan cepat. Dalam pemadaman, air berfungsi
sebagai pendingin dan menyelimuti bahan dari O2 oleh adanya uap air yang
terbentuk. Air sangat baik untuk memadamkan api.
49
· kelas A yaitu kebakaran kertas, kayu, karet, dan sebagainya. Tetapi
pemadaman air berbahaya untuk :
· Kelas B : kebakaran pelarut organik karena justru akan membesarkan atau
memperluas kobaran api. Kecuali pelarut organik tersebut lebih berat air atau
larut dalam air.
· Kelas C : kebakaran akibat listrik karena akan menimbulkan hubungan jarak
pendek. Kecuali apabila listrik dipadamkan lebih dahulu.
· Kelas D : kebakaran logam-logam Alkali seperti Na dan K, karena akan
memperbesar reaksi kebakaran.
2. Busa
Busa adalah dispersi gas dalam cairan yang berfungsi mengisolasi bahan
dan oksigen. Pemadam kebakaran jenis busa cukup efektif untuk api kelas A dan
B, tetapi berbahaya untuk api kelas C dan D.
3. Bubuk Kering (Dry Powder)
Bubuk Kering adalah bubuk halus campuran bahan kimia seperti Na2CO3,
K2CO3, KCl, (NH4)3PO4 dan sebagainya yang mudah mengalir apabila yang
mudah mengalir apabila disemprotkan. Dalam pemadaman api, bahan tersebut
berfungsi sebagai:
o Melindungi bahan dari O2
o Melindungi bahan dari radiasi panas
50
o Menyerap radikal pembentuk reaksi rantai
Jenis pemadam ini amat baik untuk api kelas A, B dan D, tetapi tidak
efektif untuk tempat yang berangin atau diluar. Selain itu, api dapat timbul
kembali (reignition) setelah dipadamkan.
4. Gas CO2
Gas CO2 bertekanan tinggi, dengan efektif dapat dipakai untuk
pemadaman segala jenis kebakaran api (A, B, C dan D). Hal ini karena terjadi gas
tersebut yang lebih berat dari udara dapat menutupi atau mengisolasi bahan
yang terbakar dari O2. Namun kelemahannya adalah dapat terjadi penyalaan
kembali.
5. Halon
Halon adalah senyawa hidrokarbonyang terhalogenasi (umumnya
turunan metana dan etana). Jenis pemadam kebakaran ini berfungsi sebagai :
o Pembentuk selimut inert yang mengisolasi bahan dari O2
o Penyerap yang efektif terhadap radikal-radikal penyebab reaksi berantai
Sebagaimana gas CO2, halon dapat dipakai pemadaman api kelas A, B, C
dan D. Mempunyai volume yang lebih kecil sehingga lebih praktis daripada CO2.
Secara singkat penggunaan pemadam kebakaran dapat dilihat dari table berikut :
51
Kelas
Api
Bahan
Terbakar
contoh
Pemadam Kebakaran
Air Busa Bubuk Kering CO2 Halon
A
Kertas, Kayu,
Karet dan
Kain
Ya Ya Ya Ya Ya
B
Benzena,
Eter,
Heksana, dan
Minyak cat
Tidak Ya Ya Ya Ya
CListrik dan
Motor Tidak Tidak Ya Ya Ya
DLogam alkali
(Na dan K)Tidak Tidak Ya Ya Ya
c. Gempa bumi
Pada saat terjadi gempa bumi sebaiknya kita melakukan Prosedur
berikut :
1. Jangan panik.
2. Sebaiknya berlindung dibagian yang kuat seperti bawah meja, kolong kasur,
lemari.
3. Jauhi bangunan yang tinggi, tempat penyimpanan zat kimia, kaca.
4. Perhatikan bahaya lain seperti kebakaran akibat kebocoran gas,tersengat
listrik.
52
5. Jangan gunakan lift.
6. Hubungi pemadam kebakaran, polisi dll.
d. Bahan kimia B3
Bahan kimia jenis B3 (berbau, berbahaya, beracun) dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
a. Mudah meledak (explosive)
b. Pengoksidasi (oxidizing)
c. Sangat mudah sekali menyala (highly flammable)
d. Mudah menyala (flammable)
e. Amat sangat beracun (extremely toxic)
f. Sangat beracun (highly toxic)
g. Beracun (moderately toxic)
h. Berbahaya (harmful)
i. Korosif (corrosive)
j. Bersifat iritasi (irritant)
k. Berbahaya bagi lingkungan (dangerous to the environment)
l. Karsinogenik (carcinogenic)
m. Teratogenik (teratogenic)
53
n. Mutagenik (mutagenic)
Dari informasi diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan tentang K3
diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan laboratorium untuk menjaga keamanan
diri sendiri serta lingkungan dan agar kesehatan seorang tenaga kerja analis
kesehatan dapat terjaga.
BAB III PENUTUP
Sebagai suatu sistem program yang dibuat bagi pekerja maupun pengusaha
terutama dalam makalah ini yaitu tenaga kerja analis kesehatan, kesehatan dan
keselamatan kerja atau K3 diharapkan dapat menjadi upaya preventif terhadap
timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja dalam
lingkungan kerja. Pelaksanaan K3 diawali dengan cara mengenali hal-hal yang
berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja,
dan tindakan antisipatif bila terjadi hal demikian.
Setelah kita memahami apa yang dimaksud dengan kesehatan dan
keselamatan kerja, maka kita dapat menyimpulkan bahwa, peranan K3 terhadap
kesehatan tenaga kerja analis kesehatan adalah
1. Membantu mengurangi dampak-dampak negatif yang sewaktu-waktu dapat
saja terjadi terhadap diri seorang tenaga kerja analis kesehatan.
2. Menjaga kesehatan dan keselamatan diri seorang tenaga kerja analis
kesehatan.
54
DAFTAR PUSTAKA
Suma'mur .1985. Keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan.
Jakarta :Gunung Agung.
www.uiowa.edu/~hpo/chemsafety/chemstor.html - 46k -
http://thelabthings.blogspot.com/2013/01/kesehatan-dan-keselamatan-kerja-
k3.html
http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2009/06/keselamatan_laboratorium.pdf
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-aplikasi/manajemen-laboratorium-kimia/keselamatan-kerja-laboratorium/
http://macammacampenyakit.com/penyakit-akibat-kerja/
http://ilmukupengetahuanku.blogspot.com/2011/06/5-faktor-penyebab-penyakit-akibat-kerja.html
http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2012/08/23/hati-hati-inilah-5-faktor-penyebab-pak-488137.html