69
1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Setiap orang membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam bekerja, keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan faktor yang sangat penting untuk diperhatikan karena seseorang yang mengalami sakit atau kecelakaan dalam bekerja akan berdampak pada diri, keluarga dan lingkungannya. Salah satu komponen yang dapat meminimalisir kecelakaan dalam kerja adalah tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan mempunyai kemampuan untuk menangani korban dalam kecelakaan kerja dan dapat memberikan penyuluhan kepada masyarakat untuk menyadari pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja. Tenaga kesehatan pun tak luput dari bahaya-bahaya yang mengancam kesehatannya. Salah satu tenaga kesehatan yaitu Analis Kesehatan. Tenaga analis kesehatan sering bekerja di laboratorium-laboratorium yang penuh dengan resiko bahaya. Mulai dari bahaya terinfeksi, alat-alat dan bahan-bahan yang berbahaya, ledakan, bahaya tempat kerja dan bahaya yang lainnya yang tentunya dapat membuat seorang tenaga kerja analis kesehatan sampai terluka dirinya, sakit, bahkan dapat menghilangkan nyawanya. Oleh karena itu, K3 tentu saja juga diperlukan bagi seorang tenaga kerja analis kesehatan.

PENDAHULUAN, ISI, PENUTUP, DAFTAR PUSTAKA.docx

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENDAHULUAN, ISI, PENUTUP, DAFTAR PUSTAKA.docx

1

BAB I PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang

Setiap orang membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya. Dalam bekerja, keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan

faktor yang sangat penting untuk diperhatikan karena seseorang yang mengalami

sakit atau kecelakaan dalam bekerja akan berdampak pada diri, keluarga dan

lingkungannya. Salah satu komponen yang dapat meminimalisir kecelakaan

dalam kerja adalah tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan mempunyai

kemampuan untuk menangani korban dalam kecelakaan kerja dan dapat

memberikan penyuluhan kepada masyarakat untuk menyadari pentingnya

keselamatan dan kesehatan kerja. Tenaga kesehatan pun tak luput dari bahaya-

bahaya yang mengancam kesehatannya. Salah satu tenaga kesehatan yaitu

Analis Kesehatan. Tenaga analis kesehatan sering bekerja di laboratorium-

laboratorium yang penuh dengan resiko bahaya. Mulai dari bahaya terinfeksi,

alat-alat dan bahan-bahan yang berbahaya, ledakan, bahaya tempat kerja dan

bahaya yang lainnya yang tentunya dapat membuat seorang tenaga kerja analis

kesehatan sampai terluka dirinya, sakit, bahkan dapat menghilangkan nyawanya.

Oleh karena itu, K3 tentu saja juga diperlukan bagi seorang tenaga kerja analis

kesehatan.

Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran

dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun

rohani tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya

dan budayanya menuju masyarakat makmur dan sejahtera. Sedangkan

pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya

dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat

kerja.

Page 2: PENDAHULUAN, ISI, PENUTUP, DAFTAR PUSTAKA.docx

2

1. 2. Rumusan Masalah

a. Faktor-faktor apa saja yang dapat menyebabkan penyakit-penyakit tertentu

yang mengancam kesehatan seorang tenaga kerja analis kesehatan?

b. Bagaimanakah peran kesehatan dan keselamatan kerja terhadap kesehatan

tenaga kerja analis kesehatan?

c. Bahaya-bahaya apa saja yang mengancam kesehatan seorang tenaga kerja

analis kesehatan?

d. Bagaimanakah cara yang digunakan untuk menangani bahaya-bahaya

tersebut?

e. Apa saja upaya-upaya pencegahan yang dapat dilakukan untuk

meminimalisasi bahaya-bahaya tersebut?

1. 3. Tujuan

a. Tenaga kerja analis kesehatan dapat mengetahui apa saja bahaya yang dapat

timbul atau muncul sebelum, ketika, dan sesudah bekerja.

b. Tenaga kerja analis kesehatan dapat lebih berhati-hati dalam melaksanakan

pekerjaannya.

c. Tenaga kerja analis kesehatan dapat meminimalisasi bahaya-bahaya yang

dapat terjadi atau muncul sewaktu-waktu.

d. Kesehatan seorang tenaga kerja analis kesehatan dapat ditingkatkan terjaga

dan ditingkatkan.

1. 4. Manfaat

a. Bahaya-bahaya yang mungkin muncul atau timbul sebelum, saat, dan

sesudah bekerja bagi tenaga kerja analis kesehatan dapat diminimalisasi.

Page 3: PENDAHULUAN, ISI, PENUTUP, DAFTAR PUSTAKA.docx

3

b. Kesehatan tenaga kerja analis kesehatan dapat dijaga dan ditingkatkan.

BAB II ISI

Sebagai tenaga kerja analis kesehatan, tentunya jika kita bekerja pada

laboratorium entah laboratorium biologi, kimia maupun laboratorium klinik,

tentunya kesehatan dan keselamatan kerja (K3) merupakan hal yang paling

utama karena menyangkut terhadap kesehatan dan keselamatan kita. Ketika

seorang tenaga kerja analis kesehatan bekerja di laboratorium, seiring

kecelakaan-kecelakaan yang dapat terjadi, tentu saja akan berdampak juga

kepada kesehatannya. Penyakit - penyakit tertentu bisa saja muncul dan

mengancam kesehatan seorang tenaga kerja analis kesehatan.

2. 1. Faktor-Faktor Penyebab Penyakit Akibat Kerja di Laboratorium

Page 4: PENDAHULUAN, ISI, PENUTUP, DAFTAR PUSTAKA.docx

4

Terdapat 5 (lima) faktor penyebab penyakit akibat kerja, yaitu :

– Golongan fisik (keadaan suhu, kelembaban, suara kebisingan, radiasi, tekanan

udara, penerangan, getaran dan gerak udara yang memberikan suhu efektif

diluar kenikmatan kerja.

– Golongan kimia

– Golongan biologi

– Golongan fisiologi/ergonomi

– Golongan psikologis.

a. Penyakit akibat golongan fisik

Ini disebabkan oleh penerangan lampu yang kurang bagus, vibrasi, tekanan yang

sangat tinggi, suhu yang terlalu panas atau dingin, radiasi, dan suara bising.

- Suhu tinggi : → dehidrasi dan pengeluaran elektrolit tubuh yang banyak

→ hyperpirexia, heat cramp, heat exhaustion, heat stroke.

- Radiasi sinar elektromagnetik :

Infra merah → katarak.

Ultraviolet → konjungtivitis.

Sinar α, β dan γ dan bahan radioaktif lainnya.

- Tekanan udara → penyakit Caison’s.

- Pencahayaan → tajam penglihatan berkurang.

- Getaran → penyempitan pembuluh darah (penyakit Raynaud).

- Kebisingan → dapat menyebabkan penurunan pendengaran dan gejala

lain di luar sistem pendengaran seperti misalnya tekanan darah naik.

- Getaran mekanik (vibration) → pajanan getaran yang berlebihan dan

terus menerus akan menyebabkan kelainan pada otot,urat, tulang, atau

syaraf tepi. Kebanyakan terjadi pada bagian tangan atau lengan.

Page 5: PENDAHULUAN, ISI, PENUTUP, DAFTAR PUSTAKA.docx

5

- Suhu → temperatur yang sangat tinggi akan menyebabkan heat

stoke/exhaust, sedangkan temperature yang sangat rendah akan

menimbulkan frostbite (luka dan kulit melepuh) dan chilblain (rasa nyeri

pada tangan dan kaki).

b. Penyakit akibat golongan kimia

Ini disebabkan karena bahan kimiawi yang mungkin mengkontaminasi

pekerjaan itu sendiri atau berasal dari bahan pekerjaan tersebut. Sebagai contoh

bahan kimiawi tersebut berasal dari gas, larutan, padatan, debu, uap, awan, atau

kabut.

Beberapa pengaruh bahan kimia terhadap kesehatan :

- Iritasi, yaitu terjadinya luka bakar setempat akibat kontak bahan kimia

dengan bagian tubuh.

- Korosif kerusakan jaringan.

- Timbulnya alergi nampak sebagian bintik-bintik merah kecil atau

gelembung berisi cairan atau gangguan pernafasan (tersumbat dan

pendek-pendek).

- Pernafasan terganggu, seperti sulit bernafas sehingga terasa tercekik atau

aspiksian karena kekurangan oksigen akibat diikat olah gas thinner seperti

: nitrogen dan karbon dioksida.

- Timbulnya keracunan sistemik, yaitu bahan kimia yang dapat

mempengaruhi bagian-bagian tubuh seperti merusak hati, ginjal, susunan

syaraf dan lain-lain.

- Kanker, akibat paparan bahan kimia sehingga merangsang pertumbuhan

sel-sel yang tidak terkendali dalam bentuk tumor ganas.

Page 6: PENDAHULUAN, ISI, PENUTUP, DAFTAR PUSTAKA.docx

6

- Kerusakan atau kelainan janin yang ditandai oleh kelahiran dalam

keadaan cacat atau kemandulan.

- Phemokoniosis, yaitu timbunan debu dalam paru-paru sehingga

kemampuan paru-paru untuk menyerap oksigen menjadi kurang

akibatnya penderita mengalami nafas pendek.

- Keracunan uap Pb → leukemia.

- Keracunan bahan-bahan karsinogen → kanker.

c. Penyakit akibat golongan biologi

Hal ini disebabkan karena virus, jamur, parasit, cacing, bakteri, serangga,

dan binatang yang dapat ditemui selama bekerja di laboratorium. Seorang

tenaga kerja analis kesehatan yang bekerja di sebuah laboratorium biologi akan

sering berhadapan dengan golongan ini. Contohnya : influenza dan hepatitis

(virus), malaria (parasit), TBC (bakteri), dan lain-lain.

d. Penyakit akibat golongan fisiologis/ergonomis

Cara kerja, penataan tempat kerja, desain tempat kerja, beban kerja dan

posisi kerja yang tidak benar pada saat bekerja merupakan hazard dari golongan

ini. Kasus yang sering ditemui adalah bila pada saat bekerja mengangkat beban

berat dengan posisi salah dapat menyebabkan sakit pinggang (Low Back Pain),

spasme otot atau bahkan cedera punggung.

e. Penyakit akibat golongan psikologis

Page 7: PENDAHULUAN, ISI, PENUTUP, DAFTAR PUSTAKA.docx

7

Hal ini disebabkan karena lingkungan pekerjaan itu sendiri, seperti stres

pada saat bekerja.

2. 2. Peran K3 bagi Tenaga Kerja Analis Kesehatan

A. K3 dalam Segi Keamanan

Perlengkapan Keamanan Pelindung Diri

Tentunya mulai dari keselamatan sendiri kita perlukan berbagai alat

keamanan seperti berikut:

Jas praktikum

Sarung tangan

Masker dan masker rambut

Safety googles

Sepatu boot

Serta alat keamanan lain yang sesuai.

(a) Alat pelindung mata (kaca mata)

Penggunaan kaca mata pelindung sangat penting dalam melakukan suatu

pekerjaan tertentu karena penggunaan pelindung mata sering dianggap sepele

mungkin, ada beberapa dari para pekerja yang lalai tidak menggunakan

pelindung mata, padahal penggunaan pelindung mata sangatlah penting karena

dapat mengurangi kecelakaan pada para pekerja, sering terjadi beberapa

kecelakaan pada mata akibat dari menyepelekan penggunakan pelindung mata.

Proteksi mata dan wajah merupakan persyaratan yang mutlak yang harus

dikenakan oleh pemakai dikala bekerja dengan bahan kimia. Hal ini dimaksud

Page 8: PENDAHULUAN, ISI, PENUTUP, DAFTAR PUSTAKA.docx

8

untuk melindungi mata dan wajah dari kecelakaan sebagai akibat dari tumpahan

bahan kimia, uap kimia, dan radiasi.

Secara umum perlindungan mata terdiri dari :

• Kaca mata pelindung

• Goggles

• Pelindung wajah

Walaupun telah banyak model, jenis, dan bahan dari perlindungan mata

tersebar dipasaran hingga saat ini, anda tetap harus berhati-hati dalam

memilihnya, karena bisa saja tidak cocok dan tidak cukup aman melindungi mata

dan wajah anda dari kontaminasi bahan kimia yang berbahaya.

Kaca mata

(b) Alat pelindung pernapasan

Kontaminasi bahan kimia yang paling sering masuk ke dalam tubuh

manusia adalah lewat pernafasan. Banyak sekali partikel-partikel udara, debu,

uap dan gas yang dapat membahayakan pernafasan. Laboratorium merupakan

salah satu tempat kerja dengan bahan kimia yang memberikan efek kontaminasi

tersebut. Oleh karena itu, para pekerjanya harus memakai perlindungan

Page 9: PENDAHULUAN, ISI, PENUTUP, DAFTAR PUSTAKA.docx

9

pernafasan, atau yang lebih dikenal dengan sebutan masker, yang sesuai.

Pemilihan masker yang sesuai didasarkan pada jenis kontaminasi, kosentrasi, dan

batas paparan.

Beberapa jenis perlindungan pernafasan dilengkapi dengan filter

pernafasan yang berfungsi untuk menyaring udara yang masuk. Filter masker

tersebut memiliki masa pakai. Apabila tidak dapat menyaring udara yang

terkontaminasi lagi, maka filter tersebut harus diganti. Dari informasi mengenai

beberapa APD diatas, maka setiap pengguna bahan kimia haruslah mengerti

pentingnya memakai APD yang sesuai sebelum bekerja dengan bahan kimia.

Selain itu, setiap APD yang dipakai harus sesuai dengan jenis bahan kimia

yang ditangani. Semua hal tersebut tentunya mempunyai dasar, yaitu kesehatan

dan keselamatan kerja di laboratorium. Ungkapan mengatakan bahwa "Lebih

baik mencegah daripada mengobati". APD merupakan solusi pencegahan yang

paling mendasar dari segala macam kontaminasi dan bahaya akibat bahan kimia.

Page 10: PENDAHULUAN, ISI, PENUTUP, DAFTAR PUSTAKA.docx

10

Gambar Masker

(c) Respirator

Bergantung pada jenis dan kadar pencemar, ada beberapa jenis respirator :

- Respirator pemurni udara

Membersihkan udara dengan cara menyaring atau menyerap kontaminan

dengan toksinitas rendah sebelum memasuki sistim pernafasan, alat

pembersihnya terdiri dari filter untuk menangkap debu dari udara atau tabung

kimia yang dapat menyerap gas, uap dan kabut. Jenis fiter atau kanister yang

dipakai bergantung pada jenis kontaminan yang ada.

Kontaminan debu dapat disaring dengan fiter mekanik. Semakin halus

filter, semakin kecil ukuran debu yang dapat diambil. Kain verban yang biasa

dipakai para pekerja, hanya efektif untuk partikel debu yang besar, dan tentu

saja tidak bermanfaat untuk kontaminasigas atau uap beracun.

Untuk as dan uap beracun dipakai kanister yang dapat menyerap gas-gas

tersebut secara kimia atau fisika. Dengan sendirinya kanister kan berbeda dalam

menyerap gas atau uap. Kemampuan ini dibedakan dengan warnanya antara

lain :

Page 11: PENDAHULUAN, ISI, PENUTUP, DAFTAR PUSTAKA.docx

11

Gas asam : putih

Gas asam sianida : putih dengan strip hijau

Gas klor : putih dengan stri kuning

Uap Organik : hitam

Gas amonia : hijau

Gas karbon monoksida : biru

Gas asam dan uap organik : kuning

Gas asam, uap organik dan amonia : cokelat

Kanister-kanister tersebut dapat dicopot dan dipasang kembali sesuai

dengan kebutuhan. Karena kanister mengandung bahan penyerap, maka umur/

daya pakai juga bergantung pada lama pemakaian dan besarnya kadar

kontaminan. Meskipun pemakaian kanister terbatas umur pakainya, tetapi cukup

praktis dan aman sehingga banyak dipakai secara rutin. Tetapi peralatan ini tidak

dapat mengatasi adanya difesiensi (pengurangan) oksigen. Untuk itu dipakai

pelindung pernapasan kedua dengan pemasok (supply) uadara atau oksigen.

- Respirator dengan pemasok udara

Peralatan ini mirip peralatan pernapasan untuk para penyelam, dimana

disediakan udara untuk membantu pernafasan. Alat ini diperlukan pada

lingkungan yang terpolusi berat, seperti adanya gas aspiksian (N2 metan CO2)

atau aspiksian kimia (NH3, CO, HCN) pada kosentrasi tinggi. Pemasokudara

pernapasan berupa udara tekan, dapat dipakai selama 30 menit sampai 1 jam

dan udara atau oksigen cair untuk perlindungan antara 1-2 jam.

Gambar jenis jenis filter respirator beserta kegunaannya :

Page 12: PENDAHULUAN, ISI, PENUTUP, DAFTAR PUSTAKA.docx

12

RC201 : untuk debu kadar tinggi (Dust)

RC202 : uap/gas organik, kabut dan asap

dengan kandungan racun rendah (organics vapours, mists, and fumes of low

toxicity)

RC203 : cat semprot dan uap/gas organik dengan kandungan racun rendah (for

spray painting and organic vapours of low toxicity

RC206 : organik dan anorganik uap/gas dan gas asam dengan kandungan

racun rendah (For organic, inorganic vapours and acid gases of low toxicity

Page 13: PENDAHULUAN, ISI, PENUTUP, DAFTAR PUSTAKA.docx

13

RC209 : Untuk pestisida

(d) Alat pelindung telinga

Telinga merupakan organ vital dari manusia yang sangat berguna dan

sensitif. Sebagai organ tubuh yang vital, telinga tidak luput dari resiko kerusakan

akibat kerja. Umumnya kerusakan fungsi telinga sebagai alat pendengaran

adalah permanent. Sehingga proses rehabilitasinya bisa dikatakan sangat kecil

kemungkinannya. Oleh Karena itu perlindungan terhadap organ yang satu ini

sangat diperlukan untuk mencegah rusaknya fungsi pendengaran akibat

linkungan kerja.

Kebisingan yang melebihi ambang pendengaran dan berlangsung dalam

waktu yang cukup lama serta berulang-ulang dapat menyebabkan gangguan

pendengaran yang menetap, gangguan pendengaran yang terjadi akibat terpapar

kebisingan dikenal sebagai gangguan pendengaran akibat bising.

Page 14: PENDAHULUAN, ISI, PENUTUP, DAFTAR PUSTAKA.docx

14

Upaya untuk melindungi pekerja yang terpapar kebisingan dapat

dilakukan dengan cara mengurangi tingkat kebisingan yang timbul dari peralatan

atau lingkungan kerja serta melindungi pekerja dengan alat pelindung diri untuk

telinga (ear plug, ear muff dan lain-lain).

Kebisingan yang timbul di tempat kerja, biasanya bersumber dari suara

mesin, adanya aliran dalam dengan tekanan tinggi, adanya bocoran pada pipa

atau peredam suara.

Gambar alat pelindung telinga

(e) Alat pelindung badan

Hal ini dimaksudkan agar bagian tubuh pekerja terlindungi dari segala

kemungkinan terluka atau kecelakaan ketika bekerja. Selain dari itu

menggunakan wearpack bertujuan untuk menyeragamkan pekerja dan

memberikan identitas jabatan. Baju yang dikenakan selama bekerja di

laboratorium, yang dikenal dengan sebutan jas laboratorium ini, merupakan

suatu perlengkapan yang wajib dikenakan sebelum memasuki laboratorium. Jas

laboratorium yang kerap sekali dikenal oleh masyarakat pengguna bahan kimia

ini terbuat dari katun dan bahan sintetik. Ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan ketika anda menggunakan jas laboratorium diantaranya :

Page 15: PENDAHULUAN, ISI, PENUTUP, DAFTAR PUSTAKA.docx

15

o Kancing jas laboratorium tidak boleh dikenakan dalam kondisi tidak terpasang

dan ukuran dari jas laboratorium pas dengan ukuran badan pemakainya. Jas

laboratorium merupakan pelindung badan anda dari tumpahan bahan kimia dan

api sebelum mengenai kulit pemakainya.

o Jika jas laboratorium anda terkontaminasi oleh tumpahan bahan kimia,

lepaslah jas tersebut secepatnya.

Selain jas laboratorium, perlindungan badan lainnya adalah Apron dan

Jump suits. Apron seringkali digunakan untuk memproteksi diri dari cairan yang

bersifat korosif dan mengiritasi.

Perlengkapan ini biasanya terbuat dari karet atau plastik. Untuk apron

yang terbuat dari plastik, tidak dikenakan pada area larutan yang mudah

terbakar dan bahan-bahan kimia yang dapat terbakar bila dipicu oleh

elektrikstatis, karena apron jenis ini dapat mengakumulasi loncatan listrik statis.

Jump suits atau dikenal dengan sebutan baju parasut ini direkomendasikan untuk

dipakai pada kondisi beresiko tinggi(misalnya, ketika menangani bahan kimia

yang bersifat karsinogenik dalam jumlah yang sangat banyak). Bahan dari

peralatan perlindungan badan ini haruslah mampu member perlindungan

kepada pekerja laboratorium dari percikan bahan kimia, panas, dingin, uap

lembab, dan radiasi.

Page 16: PENDAHULUAN, ISI, PENUTUP, DAFTAR PUSTAKA.docx

16

Gambar Jas Lab.

(f) Alat pelindung kaki

Dalam sebuah praktikum pemilihan penggunaan sepatu sangatlah

penting, karena dapat mengurangi tingkat kecelakaan yang akan menciderai kaki

para pekerja. Disini kita harus selektif dan menggunakan sepatu yang

mempunyai ujung yang sangat keras dan alas yang tebal itu dimaksudkan agar

kaki saat praktikum telindungi dari kecelakaan yang akan terjadi seperti halnya

benda tajam yang dapat mencederai kaki praktikan, tumpahan bahan kimia yang

mengenai kaki, dan lain sebagainya.

Gambar Sepatu

(g) Alat pelindung tangan

Page 17: PENDAHULUAN, ISI, PENUTUP, DAFTAR PUSTAKA.docx

17

Perlindungan tangan merupakan alat pelindung yang kontak langsung

dengan kulit tangan merupakan permasalahan yang sangat penting apabila anda

terpapar/terkena bahan kimia yang korosif dan beracun. Sarung tangan menjadi

solusi bagi anda. Tidak hanya melindungi tangan terhadap karakteristik bahaya

bahan kimia tersebut, sarung tangan juga dapat memberi perlindungan dari

peralatan gelas yang pecah atau rusak, permukaan benda yang kasar atau tajam,

dan material yang panas atau dingin.

Bahan kimia dapat dengan cepat merusak sarung tangan yang anda pakai

jika tidak dipilih bahannya dengan benar berdasarkan bahan kimia yang

ditangani. Selain itu, kriteria yang lain adalah berdasarkan pada ketebalan dan

rata-rata daya tembus atau terobos bahan kimia ke kulit tangan. Sarung tangan

harus secara periodik diganti berdasarkan frekuensi pemakaian dan

permeabilitas bahan kimia yang ditangani. Jenis sarung tangan yang sering

dipakai di laboratorium, diantaranya, terbuat dari bahan karet, kulit dan

pengisolasi (asbestos) untuk temperatur tinggi.

Jenis karet yang digunakan pada sarung tangan, diantaranya adalah karet

butil atau alam, neoprene, nitril, dan PVC (Polivinil klorida). Semua jenis sarung

tangan tersebut dipilih berdasarkan bahan kimia yang akan ditangani. Sebagai

contoh, sarung tangan yang terbuat dari karet alam baik apabila anda bekerja

dengan Ammonium hidroxida, tetapi tidak baik bila bekerja dengan dietil eter.

Page 18: PENDAHULUAN, ISI, PENUTUP, DAFTAR PUSTAKA.docx

18

Gambar sarung tangan

B. K3 dalam Segi Ruang

Dari segi ruang, kita harus memberikan aspek K3 misalnya penempatan

meja praktikum, lokasi wastafel, lokasi fire extinguisher serta lokasi lain seperti

pintu keluar darurat serta jalur evakuasi harus bebas gangguan untuk tujuan

pemberian pertolongan pertama. Penempatan lokasi seperti ini harus diberi

warna khusus misalnya untuk kotak P3K berwarna hijau terang, fire

extinguisher/hydrant berwarna merah dengan tujuan mudah ditemukan.

Sanitasi Ruang Dan Peralatan Laboratorium

- Kondisi lantai secara umum harus bersih, kedap air, tidak licin, rata

sehingga mudah dibersihkan dan tidak ada genangan air.

- Dinding tembok, jendela, langit-langit, kerangka bangunan, perpipaan,

lampu-lampu dan benda lain yang berada di sekitar ruang pengujian

harus dalam kondisi bersih.

- Kondisi umum bangunan harus memperhatikan aspek pencahayaan dan

ventilasi yang baik. Ventilasi harus tersedia dengan cukup dan berfungsi

dengan baik. Pencahayaan atau penerangan hendaknya tersebar secara

merata dan cukup di semua ruangan, namun hendaknya diatur

sedemikian rupa sehingga tidak menyilaukan.

- Semua peralatan yang digunakan untuk pengujian harus selalu

diperhatikan kebersihannya, dan juga penanganannya harus hati-hati

karena kebanyakan peralatan laboratorium mudah pecah.

- Setelah penggunaan alat gelas dan non gelas selesai atau pekerjaan telah

selesai semua peralatan tersebut dibersihkan dan ruangan yang

digunakan harus dibersihkan dengan bahan saniter.

Page 19: PENDAHULUAN, ISI, PENUTUP, DAFTAR PUSTAKA.docx

19

- Saniter adalah senyawa kimia yang dapat membantu membunuh bakteri

dan mikroba.

- Air yang digunakan dalam pencucian alat hendaknya air yang bersih yang

memenuhi persyaratan sanitasi, sehingga mencegah kontaminasi. Air

bersih mempunyai ciri-ciri antara lain tidak berasa, tidak berwarna, dan

tidak berbau

C. K3 dalam Segi Bahan Kimia

Hampir setiap bahan kimia itu berbahaya, namun tidak perlu merasa

takut bekerja dengan bahan kimia bila tahu cara yang tepat untuk menggunakan

dan cara menanggulangi keadaan darurat akibat salah penggunaan bahan

berbahaya tersebut. Yang dimaksud berbahaya ialah dapat menyebabkan

terjadinya kebakaran, mengganggu kesehatan, menyebabkan sakit atau luka,

merusak, menyebabkan korosi dsb. Jenis bahan kimia berbahaya dapat diketahui

dari label yang tertera pada kemasannya dan dalam penggunaannya tidak

sembarangan, harus ada pengawasan dari orang yang ahli dalam bidang ini.

Dari data pada label tersebut, kita dapat mengetahui tingkat bahaya

bahan kimia dapat diketahui dan upaya penanggulangannya pun dapat dan harus

diketahui oleh mereka yang menggunakan bahan-bahan tersebut. Kadang-

kadang terdapat dua atau tiga tanda bahaya pada satu jenis bahan kimia, itu

berarti kewaspadaan orang yang bekerja dengan bahan tersebut harus lebih

ditingkatkan. Contoh bahan kimia yang mudah meledak adalah kelompok bahan

oksidator seperti perklorat, permanganat, nitrat dan sebagainya. Bahan-bahan

ini jika bereaksi dengan bahan organik dapat menghasilkan ledakan. Logam

alkali seperti natrium, mudah bereaksi dengan air menghasilkan reaksi yang

disertai dengan api dan ledakan. Gas metana, pelarut organik seperti eter, dan

padatan anorganik seperti belerang dan fosfor mudah terbakar, maka ketika

menggunakan bahan-bahan tersebut, hendaknya dijauhkan dari api.

Page 20: PENDAHULUAN, ISI, PENUTUP, DAFTAR PUSTAKA.docx

20

Bahan kimia seperti senyawa sianida, mercuri dan arsen merupakan

racun kuat, harap bahan-bahan tersebut tidak terisap atau tertelan ke dalam

tubuh. Asam-asam anorganik bersifat oksidator dan menyebabkan peristiwa

korosi, maka hindarilah jangan sampai asam tersebut tumpah ke permukaan dari

besi atau kayu. Memang penggunaan bahan-bahan tersebut di laboratorium

pendidikan Kimia tidak berjumlah banyak, namun kewaspadaan menggunakan

bahan tersebut perlu tetap dijaga peralatan dan cara kerja. Selain bahan kimia,

peralatan laboratorium juga dapat mendatangkan bahaya bila cara

menggunakannya tidak tepat. Contoh sederhana yaitu cara memegang botol

reagen, label pada botol tersebut harus dilindungi dengan tangan, karena label

bahan tersebut mudah rusak kena cairan yang keluar dari botol ketika

memindahkan isi botol tersebut.

Ø Beberapa catatan mengenai laboratorium yang menyimpan bahan-bahan

kimia

· Semua bahan kimia harus tersimpan dalam botol atau kaleng yang sesuai dan

tahan lama. Sebaiknya di simpan di tempat-tempat yang kecil dan cukup untuk

pemakaian sehari-hari.

· Tempat persediaan untuk jangka panjang harus tersimpan dalam gudang bahan

kimia yang khusus/ gudang dalam tanah misalnya.

· Setiap saat bahan kimia harus diperiksa secara rutin, untuk menentukan apakah

bahan-bahan tersebut masih dapat digunakan atau tidak, dan perbaikan label

yang biasanya rusak. Bahan-bahan yang tak dapat digunakan lagi harus dibuang/

dimusnahkan secara kimia.Semua bahan harus diberi tanda-tanda khusus, diberi

label dengan semua keterangan yang diperlukan misalnya :

o nama bahan

o tanggal pembuatan

Page 21: PENDAHULUAN, ISI, PENUTUP, DAFTAR PUSTAKA.docx

21

o jumlah (isi)

o asal bahan (merek pabrik dan lain-lain)

o tingkat bahaya yang mungkin (racun, korosiv, higroskopis dan lain)

o keterangan-keterangan yang perlu (presentase, simbol kimianya dan lain-lain)

Kemudian pada bahan yang kita lakukan kontak selama praktikum

biasanya terdapat gambar yang menunjukkan sifat bahaya dari bahan tersebut.

Simbol bahaya digunakan untuk pelabelan bahan-bahan berbahaya

menurut Peraturan tentang Bahan Berbahaya (Ordinance on Hazardeous

Substances). Peraturan tentang Bahan Berbahaya (Ordinance on Hazardeous

Substances) adalah suatu aturan untuk melindungi/menjaga bahan-bahan

berbahaya dan terutama terdiri dari bidang keselamatan kerja. Arah Peraturan

tentang Bahan Berbahaya (Ordinance on Hazardeous Substances) untuk

klasifikasi, pengepakan dan pelabelan bahan kimia adalah valid untuk semua

bidang, area dan aplikasi, dan tentu saja, juga untuk lingkungan, perlindungan

konsumer dan kesehatan manusia.

Simbol bahaya adalah piktogram dengan tanda hitam pada latar belakang

oranye, kategori bahaya untuk bahan dan formulasi ditandai dengan simbol

bahaya, yang terbagi dalam :

• Resiko kebakaran dan ledakan (sifat fisika-kimia)

• Resiko kesehatan (sifat toksikologi) atau

• Kombinasi dari keduanya.

Page 22: PENDAHULUAN, ISI, PENUTUP, DAFTAR PUSTAKA.docx

22

1. Mudah Terbakar

Penjelasan :

Simbol dengan huruf F menyatakan mudah terbakar dan dengan huruf F+

menyatakan sangat mudah terbakar.

Page 23: PENDAHULUAN, ISI, PENUTUP, DAFTAR PUSTAKA.docx

23

Jenis bahaya flammable dibagi menjadi dua yaitu Extremely flammable (amat

sangat mudah terbakar) dan Highly flammable (sangat mudah terbakar. Untuk

Bahan-bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya “extremely

flammable “ merupakan likuid yang memiliki titik nyala sangat rendah (di bawah

0 0C) dan titik didih rendah dengan titik didih awal (di bawah +350C). Bahan

amat sangat mudah terbakar berupa gas dengan udara dapat membentuk suatu

campuran bersifat mudah meledak di bawah kondisi normal. Frase-R untuk

bahan amat sangat mudah terbakar adalah R12. Sedangkan untuk Bahan dan

formulasi ditandai dengan notasi bahaya ‘highly flammable’ adalah subyek untuk

self-heating dan penyalaan di bawah kondisi atmosferik biasa, atau mereka

mempunyai titik nyala rendah (di bawah +21 0C). Beberapa bahan sangat mudah

terbakar menghasilkan gas yang amat sangat mudah terbakar di bawah

pengaruh kelembaban. Bahan-bahan yang dapat menjadi panas di udara pada

temperatur kamar tanpa tambahan pasokan energi dan akhirnya terbakar, juga

diberi label sebagai ‘highly flammable’. Frase-R untuk bahan sangat mudah

terbakar yaitu R11.

Bahaya: mudah terbakar, bahan yang mudah terbakar.

Keamanan : hindarkan dari sumber api dan bahan-bahan yang dapat memicu api

atau bahan-bahan yang juga mudah terbakar.

Meliputi :

1. zat terbakar langsung, contohnya aluminium alkil fosfor; keamanan :

hindari campuran dengan udara.

2. gas amat mudah terbakar. Contoh : butane, propane. Keamanan : hindari

campuran dengan udara dan hindari sumber api.

3. Zat sensitive terhadap air, yakni zat yang membentuk gas mudah terbakar

bila kena air atau api.

Page 24: PENDAHULUAN, ISI, PENUTUP, DAFTAR PUSTAKA.docx

24

Cairan mudah terbakar, cairan dengan titik bakar di bawah 21 0C.

contoh : aseton dan benzene. Keamanan : jauhkan dari sumber api dan

loncatan bunga api.

2. Oksidatif (Oxidizing)

Penjelasan :

Bahan-bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya

“oxidizing“ biasanya tidak mudah terbakar. Tetapi bila kontak dengan bahan

mudah terbakar atau bahan sangat mudah terbakar mereka dapat meningkatkan

resiko kebakaran secara signifikan. Dalam berbagai hal mereka adalah bahan

anorganik seperti garam (salt-like) dengan sifat pengoksidasi kuat dan peroksida-

peroksida organik. Frase-R untuk bahan pengoksidasi : R7, R8 dan R9.

Bahaya : oksidator dapat membakar bahan lain, penyebab

timbulnya api atau penyebab sulitnya pemadaman api

Contoh : hidrogen peroksida, kalium perklorat

Keamanan : hindari panas serta bahan mudah terbakar dan reduktor

Page 25: PENDAHULUAN, ISI, PENUTUP, DAFTAR PUSTAKA.docx

25

3. Mudah Meledak (Eksplosif)

Penjelasan :

Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya „explosive“

dapat meledak dengan pukulan/benturan, gesekan, pemanasan, api dan sumber

nyala lain bahkan tanpa oksigen atmosferik. Ledakan akan dipicu oleh suatu

reaksi keras dari bahan. Energi tinggi dilepaskan dengan propagasi gelombang

udara yang bergerak sangat cepat. Resiko ledakan dapat ditentukan dengan

metode yang diberikan dalam Law for Explosive Substances. Di laboratorium,

campuran senyawa pengoksidasi kuat dengan bahan mudah terbakar atau bahan

pereduksi dapat meledak. Sebagai contoh, asam nitrat dapat menimbulkan

ledakan jika bereaksi dengan beberapa solven seperti aseton, dietil eter, etanol,

dan lain-lain. Produksi atau bekerja dengan bahan mudah meledak memerlukan

pengetahuan dan pengalaman praktis maupun keselamatan khusus. Apabila

bekerja dengan bahan-bahan tersebut kuantitas harus dijaga sekecil/sedikit

mungkin baik untuk penanganan maupun persediaan/cadangan. Frase-R untuk

bahan mudah meledak : R1, R2 dan R3

Bahaya : eksplosif /dapat meledak pada kondisi tertentu

Contoh : ammonium nitrat (NH4N03), nitroselulosa, TNT.

Bahaya : bahan yang mudah meledak bila kena panas, api atau sensitif terhadap

gesekan atau goncangan.

Page 26: PENDAHULUAN, ISI, PENUTUP, DAFTAR PUSTAKA.docx

26

Keamanan : hindari benturan, gesekan, loncatan api, dan panas.

4. Berbahaya

Harmful dan Irritant (Bahaya dan Iritasi)

Penjelasan :

Ada sedikit perbedaan pada symbol ini yaitu dibedakan dengan kode Xn

dan Xi. Untuk Bahan dan formulasi yang ditandai dengan kode Xn memiliki resiko

merusak kesehatan sedangkan jika masuk ke tubuh melalui inhalasi, melalui

mulut (ingestion), atau kontak dengan kulit.

Suatu bahan dikategorikan berbahaya jika memenuhi kriteria berikut:

LD50 oral (tikus) 200-2000 mg/kg

berat badan

LD50 dermal (tikus atau kelinci) 400-2000 mg/kg berat badan

LC50 pulmonary (tikus) untuk aerosol /debu 1 – 5 mg/L

LC50 pulmonary (tikus) untuk gas/uap 2 – 20 mg/L

Frase-R untuk bahan berbahaya yaitu R20, R21 dan R22

Page 27: PENDAHULUAN, ISI, PENUTUP, DAFTAR PUSTAKA.docx

27

Sedangkan Bahan dan formulasi dengan notasi ‘irritant’ atau kode Xi

adalah tidak korosif tetapi dapat menyebabkan inflamasi jika kontak dengan kulit

atau selaput lendir. Frase-R untuk bahan irritant yaitu R36, R37, R38 dan R41

Kode Xn (Harmful)

Bahaya : menimbulkan kerusakan kecil pada tubuh,

Contoh : peridin

Kemanan : hindari kontak dengan tubuh atau hindari

menghirup, segera berobat ke dokter bila kemungkinan keracunan.

Kode Xi (irritant)

Bahaya : iritasi terhadap kulit, mata, dan alat pernapasan

Contoh : ammonia dan benzyl klorida

Keamanan : hindari terhirup pernapasan, kontak dengan kulit

dan mata.

5. Toksik (Racun)

Penjelasan :

Page 28: PENDAHULUAN, ISI, PENUTUP, DAFTAR PUSTAKA.docx

28

Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya ‘toxic’ dapat

menyebabkan kerusakan kesehatan akut atau kronis dan bahkan kematian pada

konsentrasi sangat tinggi jika masuk ke tubuh melalui inhalasi, melalui mulut

(ingestion), atau kontak dengan kulit.

Suatu bahan dikategorikan beracun jika memenuhi kriteria berikut:

LD50 oral (tikus) 25 – 200 mg/kg berat

badan

LD50 dermal (tikus atau kelinci) 50 – 400 mg/kg berat badan

LC50 pulmonary (tikus) untuk aerosol /debu 0,25 – 1 mg/L

LC50 pulmonary (tikus) untuk gas/uap 0,50 – 2 mg/L

Frase-R untuk bahan beracun yaitu R23, R24 dan R25

Bahaya : toksik; berbahaya bagi kesehatan bila terhisap, tertelan

atau kontak dengan kulit, dan dapat mematikan.

Contoh : arsen triklorida, merkuri klorida

Kemananan : hindari kontak atau masuk dalam tubuh, segera berobat

ke dokter bila kemungkinan keracunan.

Page 29: PENDAHULUAN, ISI, PENUTUP, DAFTAR PUSTAKA.docx

29

6. Berbahaya bagi Lingkungan / Mencemari Lingkungan

Penjelasan :

Bahan dan formulasi dengan notasi ‘dangerous for environment’ adalah

dapat menyebabkan efek tiba-tiba atau dalam sela waktu tertentu pada satu

kompartemen lingkungan atau lebih (air, tanah, udara, tanaman,

mikroorganisma) dan menyebabkan gangguan ekologi. Frase-R untuk bahan

berbahaya bagi lingkungan yaitu R50, R51, R52 dan R53.

Bahaya : bagi lingkungan, gangguan ekologi

Contoh : tributil timah klorida, tetraklorometan, petroleum bensin

Keamanan : hindari pembuangan langsung ke lingkungan

7. Korosif

Page 30: PENDAHULUAN, ISI, PENUTUP, DAFTAR PUSTAKA.docx

30

Penjelasan :

Bahan dan formulasi dengan notasi ‘corrosive’ adalah merusak jaringan

hidup. Jika suatu bahan merusak kesehatan dan kulit hewan uji atau sifat ini

dapat diprediksi karena karakteristik kimia bahan uji, seperti asam (pH <2)>11,5),

ditandai sebagai bahan korosif. Frase-R untuk bahan korosif yaitu R34 dan R35.

Bahaya : korosif atau merusak jaringan tubuh manusia

Contoh : klor, belerang dioksida

Keamanan : hindari terhirup pernapasan, kontak dengan kulit dan

mata.

Kemudian dilanjutkan cara penyimpanan bahan-bahan (reagen) tersebut

agar cukup aman dan tidak terlalu membahayakan seorang tenaga kerja analis

kesehatan.

A. Golongan I : Cairan Mudah Terbakar

Meliputi cairan dengan titik nyala kurang dari 100 oF. Contoh: semua

alkohol, aseton, asetaldehid, aseronitril, amyl asam cuka, benzen, cyclohexane,

dimethyldichlorosilane, dioxane, eter, asam cuka etil, histoclad, heksan,

hydrazine, sejenis gas hidrokarbon metil, picolene, piperidine, propanol,

pyridine, scintillation cairan, semua silanes, tetrahydrofuran, toluene,

triethylamine, xylene.

Dasar tentang penyimpanan:

Untuk melindungi dari pengapian yang dianjurkan.

Page 31: PENDAHULUAN, ISI, PENUTUP, DAFTAR PUSTAKA.docx

31

Fasilitas yang dapat digunakan:

1. Lemari mudah terbakar

2. Lemari es : karena kontainer kurang dari 1 liter.

Golongan penyimpanan yang dapat disatukan:

Karena racun mudah menguap, janganlah menyajikan/mengeluarkan pada

ruangan dan lemari mudah terbakar jika basa tidak ada.

B. Golongan II : Racun Mudah Menguap

Meliputi racun, racun yang dikenal dan yang diduga sebagai penyebab

kanker, dengan penguapan atau bau kuat berpengaruh lebih besar dari 1 (karet

sintetis butyl asam cuka. Contoh: karbon tetrachloride, cloroform,

dimethylformamide, dimethyl sulfate, formamide, dehyde formal, halothane,

mercaptoethanol, methylene klorid, zat asam karbol.

Dasar Tentang penyimpanan:

Untuk mencegah terjadinya penghisapan terbuka

Fasilitas yang dapat digunakan :

1. Lemari mudah terbakar

2. Lemari es: untuk kontainer kurang dari 1 liter.

Golongan penyimpanan yang dapat disatukan:

Karena racun mudah menguap, janganlah menyajikan di dalam kompartemen

dan lemari yang mudah terbakar.

Page 32: PENDAHULUAN, ISI, PENUTUP, DAFTAR PUSTAKA.docx

32

C. Golongan III : Asam Pengoksidasi

Semua asam pengoksidasi adalah sangat reaktif dengan kebanyakan

unsur satu sama lain. Contoh: berisi nitrat, sulfuric, perchloric, asam fosfat, dan

asam khrom.

Dasar tentang penyimpanan:

Mencegah reaksi dan kontak satu sama lain dan unsur zat lain dan reaksi korosif

di permukaan

Fasilitas yang dapat digunakan:

Lemari keselamatan. Masing-Masing asam pengoksidasi harus disimpan pada

double-contained, yaitu., kontainer yang utama harus dijaga di dalam teromol,

bak mandi atau baki.

Golongan penyimpanan yang dapat disatukan:

Asam-asam oxidizing harus di double-contained dan harus dipisahkan di

dalam kompartemen dan di dalam suatu lemari keselamatan. Jumlah kecil (1

atau 2 botol) tidak menjamin keabsahan suatu kompartemen terpisah. Jumlah

kecil dapat disimpan pada double-contained dan disimpan dengan golongan

empat yaitu Organik dan Asam mineral. Tempat penyimpanan asam

pengoksidasi di rak bawah dibawah golongan empat.

D. Golongan IV : Bahan Organik dan Asam Mineral

Contoh :

asetat, butirat, format, asam glacial, hidroklorat, isobutirat, merkaptoproprionat,

propionat, asam trifluoraasetat

Page 33: PENDAHULUAN, ISI, PENUTUP, DAFTAR PUSTAKA.docx

33

Dasar tentang penyimpanan :

Untuk mencegah kontak dan reaksi dengan basa dan pengoksidasi asam dan

korosif simpan dipermukaan.

Fasilitas yang dapat digunakan :

Lemari keselamatan

Golongan penyimpanan yang dapat disatukan:

Banyak atau sedikit wadah yang berisi pengoksidasi asam dapat disimpan di

bagian yang sama dengan asam organik jika pengoksidasi asam disimpam di rak

bawah.

Pengecualian : Acetat anhidrida dan trikloroasetat anhidrida bersifat korosif.

Asam-asam ini sangat reaktif dengan asam lainnya dan sebaiknya jangan

disimpan di dalam golongan ini. Lebih baik disimpan dengan campuran bahan-

bahan organik di golongan tujuh yaitu cairan beracun yang tidak menguap.

E. Golongan V : Cairan Basa

Contoh :

natrium hidroksida, ammonium hidroksida, calsium hidroksida, glutaraldehida.

Fasilitas yang dapat digunakan :

1. lemari keamanan

2. dalam tong atau talam dalam normal kabinet

Golongan penyimpanan yang dapat disatukan:

Page 34: PENDAHULUAN, ISI, PENUTUP, DAFTAR PUSTAKA.docx

34

Cairan basa dapat disimpan dengan bahan yang mudah terbakar dalam emari

bahan yang mudah terbakar hanya jika bahan-bahan beracun yang mudah

menguap tidak disimpan di sana.

F. Golongan VI : Cairan Pengoksidasi

Reaksi cairan pengoksidasi dengan segala sesuatu yang berpotensi menyebabkan

peledakan peledakan atau korosif terhadap permukaan.

Contoh :

ammonium persulfat, hidrogen peroksida

Dasar tentang penyimpanan :

Memisahkan dari bahan-bahan lain

Fasilitas yang dapat digunakan:

jumlah yang melampaui 3 liter sebaiknya harus ditutup dalam lemari

tanpa ada bahan kimia lain.

jumlah yang sedikit harus di double-contained jika dekat bahan lain,

contohnya dalam refrigerator.

Golongan penyimpanan yang dapat disatukan :

tidak ada

G. Golongan VII : Cairan Beracun yang Tidak Menguap

Termasuk racun sangat berbahaya (LD50 oral rat <>)

Contoh :

Page 35: PENDAHULUAN, ISI, PENUTUP, DAFTAR PUSTAKA.docx

35

larutan akrilamida, dietilpirokarbonat, diisopripyl fluoroposfat, Ethidium

bromida, trietanolamin.

Dasar tentang penyimpanan :

Untuk mencegah kontak dan reaksi dengan bahan lain

Fasilitas yang dapat digunakan:

lemari atau refrigerator

jangan simpan pada pada wadah terbuka dalam lab atau atau ruang

pendingin.

cairan beracun dalam wadahnya yang lebih dari 1 liter harus disimpan di

rak paling bawah pada wadah yang paling dekat dengan lantai. Wadah

yang lebih kecil yang berisi bahan beracun dapat disimpan pada rak atas

hanya jika pintu tersebut pintu yang digeser

golongan penyimpanan yang dapat disatukan :

Cairan tidak berbahaya seperti larutan buffer

perkecualian: Anhidrida, contohnya asetat dan trikloroaset, asam-asam organik,

bagaimanapun juga lebih baik disimpan dengan grup ini daripada dengan

golongan empat yaitu asam-asam organik, semenjak bahan tersebut sangat

reaktif dengan asam-asam mineral dan oraganik lain.

H. Golongan VIII: Logam Hibrida Reaktif dan Piroporik

Banyak logam hidrida bereaksi hebat dengan air, beberapa diantaranya dapat

langsung menyala secara spontan di udara (piroporik).

Page 36: PENDAHULUAN, ISI, PENUTUP, DAFTAR PUSTAKA.docx

36

Contoh dari logam hidrida :

sodium borohidrida, kalsium hidrida, lithium aluminum hidrida.

Contoh piroporik :

boron, diborane, dichlorobane, 2-furaldehida, dietil aluminum klorida, lhitium,

phosporus kuning atau putih dan trimetil aluminum. Bahan-bahan yang reaktif

lainnya yaitu meliputi aluminum klorid-anhidrous, kalsium karbida, asetil klorida,

asam klorosulonik, sodium, potassium, posporus pentachloride kalsium,

aluminum tribromide, kalsium oksida, dan asam anhidrida.

Dasar tentang penyimpanan :

Untuk menghindari kontak dan reaksi dengan beberapa cairan dan dalam

beberapa kasus dengan udara.

Fasilitas yang dapat digunakan:

Aman/terlindungi, wadah (double-containment) tahan air sesuai dengan

instruksi label

memisahkan dari golongan-golongan jenis bahan kimia lainnya

Golongan penyimpanan yang dapat disatukan:

Jika terlindunginya double-contained untuk mencegah kontak dengan air dan

atau udara, logam hidrida dapat disimpan di dalam area yang sama seperti

golongan sembilan yaitu bahan-bahan kering.

I. Golongan IX : Bahan Kering

Page 37: PENDAHULUAN, ISI, PENUTUP, DAFTAR PUSTAKA.docx

37

Meliputi semua bahan yang berbentuk serbuk, bahan berbahaya dan tidak

berbahaya. Contohnya: benzidin, sianogen bromida, etilmaleimide, asam

okasalat, potasium sianida, sodium sianida.

Dasar tentang penyimpanan :

Untuk mencegah kontak dan berpotensi menghasilkan reaksi dengan cairan.

Fasilitas yang dapat digunakan :

Simpan diatas cairan-cairan;

Label-label peringatan pada bahan serbuk sangat beracun harus diperiksa

dan diperbaiki jika tidak menyebabkan wadah-wadah letaknya

berlawanan keluar tanpa zat-zat beracun di golongan ini.

disarankan agar zat/bahan-bahan sangat berbahaya di golongan ini

dipisahkan

Golongan penyimpanan yang dapat disatukan:

Logam hidrida, jika double-contained dengan layak dapat disimpan di area yang

sama.

Perkecualian :

Pikrat cair atau asam pikricsulfonik dapat disimpan dengan golongan ini, tetapi

seharusnya diperiksa secara tetap untuk kekeringan bahan. Ketika bahan kering

dengan sempurna, asam pikrat (picric acid) bersifat eksplosif dan mungkin dapat

menyebabkan ledakan apabila terjadi goncangan atau pergeseran. Asam pikrat

bila kontak dengan beberapa logam mungkin akan membentuk logam pikrat

eksplosif. Gunakan tutup non logam.

Page 38: PENDAHULUAN, ISI, PENUTUP, DAFTAR PUSTAKA.docx

38

Di bawah ini contoh layout penyimpanan bahan kimianya..

Contoh 1.

Page 39: PENDAHULUAN, ISI, PENUTUP, DAFTAR PUSTAKA.docx

39

Contoh 2.

Pengendalian Ruang Penyimpanan Bahan Kimia

- Ruang penyimpanan bahan kimia di laboratorium harus dikendalikan

sehingga temperatur, kelembaban, dan sirkulasi udara sesuai dengan

yang diharapkan, Jika temperatur dalam ruang penyimpanan bahan kimia

tersebut tingga dan terasa pengap, maka exhaust fan (alat sejenis kipas

angin) dihidupkan dan ventilasi atau pintu dibuka agar terjadi sirkulasi

udara, sehingga dapat menurunkan temperatur dan kelembaban.

- Pada saat akan mengambil bahan kimia harus memakai alat keselamatan

kerja. Sebelum masuk ruang penyimpanan bahan kimia, harus memeriksa

Page 40: PENDAHULUAN, ISI, PENUTUP, DAFTAR PUSTAKA.docx

40

suhu dan kelembaban ruangan apakah sesuai dengan persyaratan, baru

melakukan pengambilan atau penempatan bahan kimia.

Pembuangan Limbah

- Saluran pembuangan limbah bahan kimia dalam bentuk cair harus

dikonstruksi dengan baik sehingga proses pembuangan limbah cair tidak

terhambat.

- Tempat penampungan hendaknya dibuat, jangan langsung dibuang

ketempat umum karena akan mengganggu dan mencemari lingkungan

umum.

- Jika produksi sampah/limbah cair ternyata cukup tinggi, atau telah

mengakibatkan ganggguan pencemaran adalah indikasi awal bahwa

masalah pencemaran di lingkungan telah terjadi, maka disarankan untuk

berkonsultasi dengan badan pengelolaan limbah.

2.3 Larangan – Larangan Saat Bekerja di Laboratorium

Larangan – larangan saat berada di laboratorium yang harus diperhatikan agar

kesehatan dan keselamatan kerja seorang tenaga kerja analis kesehatan dapat

terjamin, antara lain :

1. Dilarang bekerja sendirian di laboratorium, minimal ada asisten yang

mengawasi.

2. Dilarang bermain-main dengan peralatan laboratorium dan bahan kimia.

3. Persiapkanlah hal yang perlu sebelum masuk laboratorium seperti buku kerja,

jenis percobaan, jenis bahan, jenis perlatan, dan cara membuang limbah sisa

percobaan.

Page 41: PENDAHULUAN, ISI, PENUTUP, DAFTAR PUSTAKA.docx

41

4. Dilarang makan, minum dan merokok di laboratorium.

5. Jagalah kebersihan meja praktikum, apabila meja praktiukm basah segera

keringkan dengan lap basah.

6. Jangan membuat keteledoran antar sesama teman.

7. Pencatatan data dalam setiap percobaan selengkap-lengkapnya. Jawablah

pertanyaan pada penuntun praktikum untuk menilai kesiapan anda dalam

memahami percobaan.

8. Berdiskusi adalaha hal yang baik dilakukan untuk memahami lebih lanjut

percobaan yang dilakukan.

9. Gunakan perlatan kerja seperti kacamata pengaman untuk melindungi mata,

jas laboratorium untuk melindungi pakaian dan sepatu tertutup untuk

melindungi kaki.

10. Dilarang memakai perhiasan yang dapat rusak karena bahan kimia.

11. Dilarang memakai sandal atau sepatu terbuka atau sepatu berhak tinggi.

12. Wanita/pria yang berambut panjang harus diikat.

13. Biasakanlah mencuci tangan dengan sabun dan air bersih terutama setelah

melakukan praktikum.

14. Bila kulit terkena bahan kimia, janganlah digaruk agar tidak tersebar.

15. Bila terjadi kecelakaan yang berkaitan dengan bahan kimia, laporkan segera

pada asisten atau pemimpin praktikum. Segera pergi ke dokter untuk mendapat

pertolongan secepatnya.

Page 42: PENDAHULUAN, ISI, PENUTUP, DAFTAR PUSTAKA.docx

42

Peralatan P3K

Peralatan P3K harus selalu tersedia karena sewaktu-waktu dapat sangat

diperlukan jika terjadi kecelakaan kecil di laboratorium. Biasanya, semua

peralatan P3K diletakkan di dalam kotak P3K, yang isinya sebagai berikut :

Plester

Pembalut berperekat

Pembalut steril (besar, sedang dan kecil)

Perban gulung

Perban segitiga

Kain kasa

Pinset

Gunting

Peniti, dan lain-lain.

2. 4. Teknik Kerja di Laboratorium

Dibawah ini akan dijelaskan beberapa teknik dan prosedur yang harus dilakukan

pada saat melakukan bekerja di laboratorium :

a) Hal pertama yang perlu dilakukan

1. Gunakan perlatan kerja seperti kacamata pengaman untuk melindungi mata,

jas laboratorium untuk melindungi pakaian dan sepatu tertutup untuk

melindungi kaki.

2. Dilarang memakai perhiasan yang dapat rusak karena bahan kimia.

3. Dilarang memakai sandal atau sepatu terbuka atau sepatu berhak tinggi.

4. Wanita/pria yang berambut panjang harus diikat.

Page 43: PENDAHULUAN, ISI, PENUTUP, DAFTAR PUSTAKA.docx

43

b) Bekerja aman dengan bahan kimia

1. Hindari kontak langsung dengan bahan kimia.

2. Hindari mengisap langsung uap bahan kimia.

3. Dilarang mencicipi atau mencium bahan kimia kecuali ada perintah khusus.

4. Bahan kimia dapat bereaksi langsung dengan kulit menimbulkan iritasi (pedih

atau gatal).

c) Memindahkan bahan kimia

1. Baca label bahan kimia sekurang-kurangnya dua kali untuk menghindari

kesalahan.

2. Pindahkan sesuai dengan jumlah yang diperlukan.

3. Jangan menggunakan bahan kimia secara berlebihan.

4. Jangan mengembalikan bahan kimia ke dalam botol semula untuk mencegah

kontaminasi.

d) Memindahkan bahan kimia cair

1. Tutup botol dibuka dan dipegang dengan jari tangan seklaigus telapak tangan

memegang botol tersebut.

2. Tutup botol jangan ditaruhdi atas meja karena isi botol dapat terkotori.

Page 44: PENDAHULUAN, ISI, PENUTUP, DAFTAR PUSTAKA.docx

44

3. Pindahkan cairan melalui batang pengaduk untuk mengalirkan agar tidak

memercik.

e) Memindahkan bahan kimia padat

1. Gunakan tutup botol untuk mengatur pengeluaran bahan kimia.

2. Jangan mengeluarkan bahan kimia secara berlebihan.

3. Pindahkan sesuai keperluan tanpa menggunakan sesuatu yang dapat

mengotori bahan tersebut.

f) Cara memanaskan larutan menggunakan tabung reaksi

1. Isi tabung reaksi maksimal sepertiganya.

2. Api pemanas hendaknya terletak pada bagiuan atas larutan.

3. Goyangkan tabung reaksi agar pemanasan merata.

4. Arahkan mulut tabung reaksi pada tempat yang aman agar percikannya tidak

melukai orang lian maupun diri sendiri.

g) Cara memanaskan larutan menggunakan gelas kimia

1. Gunakan kaki tiga dan kawat kasa untuk menopang gelas Kimia tersebut.

2. Letakkan Batang gelas atau batu didih dalam gelas Kimia untuk mencegah

pemanasan mendadak.

Page 45: PENDAHULUAN, ISI, PENUTUP, DAFTAR PUSTAKA.docx

45

3. Jika gelas Kimia digunakan sebagai penangas air, isilah dengan air. Maksimum

seperampatnya.

h) Keamanan kerja di laboratorium

1. Rencanakan percobaan yang akan dilakukan sebelum memulai praktikum.

2. Gunakan perlatan kerja seperti kacamata pengaman untuk melindungi mata,

jas laboratorium untuk melindungi pakaian dan sepatu tertutup untuk

melindungi kaki.

3. Dilarang memakai sandal atau sepatu terbuka atau sepatu berhak tinggi.

4. Wanita/pria yang berambut panjang harus diikat.

5. Dilarang makan, minum dan merokok di laboratorium.

6. Jagalah kebersihan meja praktikum, apabila meja praktiukm basah segera

keringkan dengan lap basah.

7. Hindari kontak langsung dengan bahan kimia.

8. Hindari mengisap langsung uap bahan kimia.

9. Bila kulit terkena bahan Kimia, janganlah digaruk agar tidak tersebar.

10 Pastikan kran gas tidak bocor apabila hendak mengunakan bunsen.

11. Pastikan kran air dan gas selalu dalam keadaan tertutup pada sebelum dan

sesudah praktikum selesai.

Page 46: PENDAHULUAN, ISI, PENUTUP, DAFTAR PUSTAKA.docx

46

2. 5. Penanggulangan Keadaan Darurat

Sebelum melakukan praktikum dan bekerja di laboratorium, seorang tenaga

kerja analis kesehatan harus mengetahui bagaimana cara penanggulangan atau

tindakan pertama yang perlu kita lakukan saat terjadi kecelakaan. Berikut ini

adalah tindakan dasar yang harus diketahui :

a. Terkena bahan kimia

1. Jangan panik.

2. Mintalah bantuan rekan anda yang berada di dekat anda.

3. Lihat data MSDS.

4. Bersihkan bagian yang mengalami kontak langsung tersebut (cuci bagian yang

mengalami kontak langsung tersebut dengan air apabila memungkinkan).

5. Bila kulit terkena bahan kimia, janganlah digaruk agar tidak tersebar.

6. Bawa ketempat yang cukup oksigen.

7. Hubungi paramedik secepatnya(dokter, rumah sakit).

Page 47: PENDAHULUAN, ISI, PENUTUP, DAFTAR PUSTAKA.docx

47

b. Kebakaran

1. Jangan panik.

2. Ambil tabung gas CO2 apabila api masih mungkin dipadamkan.

3. Beritahu teman anda.

4. Hindari mengunakan lift.

5. Hindari mengirup asap secara langsung.

6. Tutup pintu untuk menghambat api membesar dengan cepat (jangan dikunci).

7. Pada gedung tinggi gunakan tangga darurat.

8. Hubungi pemadam kebakaran.

Bahan kimia yang mudah terbakar yaitu

bahan – bahan yang dapat memicu terjadinya kebakaran. Terjadinya kebakaran

biasanya disebabkan oleh 3 unsur utama yang sering disebut sebagai Segitiga API

:

Keterangan :

A : Adanya bahan yang mudah terbakar

P : Adanya panas yang cukup

Page 48: PENDAHULUAN, ISI, PENUTUP, DAFTAR PUSTAKA.docx

48

I : Adanya ikatan Oksigen di sekitar bahan.

Segitiga API merupakan pengetahuan tambahan bagi kita untuk mengetahui

bagaimana kebakaran dapat terjadi. Dari segitiga API kita dapat mengetahui

bahwa api dapat menyala bila terdapat bahan yang mudah terbakar, adanya

panas yang cukup yang dapat memicu terjadinya kebakaran, serta adanya

oksigen yang mendukung terbentuknya pembakaran. Kebakaran dalam

laboratorium banyak terjadi karena pemanasan, ekstrasi, atau destilasi pelarut

organik. Prinsip utama dalam penanggulangan kebakaran adalah bahwa api

sebelum membesar harus segera dapat dipadamkan. Semakin besar api semakin

sukar dikuasai karena suhu yang lebih tinggi akan mempercepat prosese

kebakaran. Selagi api masih kecil harus segera dipadamkan dengan kain atau

sarung basah atau selimut basah (fire blanket).

Pencegahan standar yang dapat dilakukan antara lain :

1. Menurunkan suhu bahan yang terbakar

2. Mengurangi kontak dengan Oksigen

3. Mengurangi radikal penyebab reaksi berantai

Bergantung pada jenis api yang terjadi, berbagai macam pemadam

kebakaran yang dapat dipakai adalah :

1. Air

Mudah diperoleh dengan cepat. Dalam pemadaman, air berfungsi

sebagai pendingin dan menyelimuti bahan dari O2 oleh adanya uap air yang

terbentuk. Air sangat baik untuk memadamkan api.

Page 49: PENDAHULUAN, ISI, PENUTUP, DAFTAR PUSTAKA.docx

49

· kelas A yaitu kebakaran kertas, kayu, karet, dan sebagainya. Tetapi

pemadaman air berbahaya untuk :

· Kelas B : kebakaran pelarut organik karena justru akan membesarkan atau

memperluas kobaran api. Kecuali pelarut organik tersebut lebih berat air atau

larut dalam air.

· Kelas C : kebakaran akibat listrik karena akan menimbulkan hubungan jarak

pendek. Kecuali apabila listrik dipadamkan lebih dahulu.

· Kelas D : kebakaran logam-logam Alkali seperti Na dan K, karena akan

memperbesar reaksi kebakaran.

2. Busa

Busa adalah dispersi gas dalam cairan yang berfungsi mengisolasi bahan

dan oksigen. Pemadam kebakaran jenis busa cukup efektif untuk api kelas A dan

B, tetapi berbahaya untuk api kelas C dan D.

3. Bubuk Kering (Dry Powder)

Bubuk Kering adalah bubuk halus campuran bahan kimia seperti Na2CO3,

K2CO3, KCl, (NH4)3PO4 dan sebagainya yang mudah mengalir apabila yang

mudah mengalir apabila disemprotkan. Dalam pemadaman api, bahan tersebut

berfungsi sebagai:

o Melindungi bahan dari O2

o Melindungi bahan dari radiasi panas

Page 50: PENDAHULUAN, ISI, PENUTUP, DAFTAR PUSTAKA.docx

50

o Menyerap radikal pembentuk reaksi rantai

Jenis pemadam ini amat baik untuk api kelas A, B dan D, tetapi tidak

efektif untuk tempat yang berangin atau diluar. Selain itu, api dapat timbul

kembali (reignition) setelah dipadamkan.

4. Gas CO2

Gas CO2 bertekanan tinggi, dengan efektif dapat dipakai untuk

pemadaman segala jenis kebakaran api (A, B, C dan D). Hal ini karena terjadi gas

tersebut yang lebih berat dari udara dapat menutupi atau mengisolasi bahan

yang terbakar dari O2. Namun kelemahannya adalah dapat terjadi penyalaan

kembali.

5. Halon

Halon adalah senyawa hidrokarbonyang terhalogenasi (umumnya

turunan metana dan etana). Jenis pemadam kebakaran ini berfungsi sebagai :

o Pembentuk selimut inert yang mengisolasi bahan dari O2

o Penyerap yang efektif terhadap radikal-radikal penyebab reaksi berantai

Sebagaimana gas CO2, halon dapat dipakai pemadaman api kelas A, B, C

dan D. Mempunyai volume yang lebih kecil sehingga lebih praktis daripada CO2.

Secara singkat penggunaan pemadam kebakaran dapat dilihat dari table berikut :

Page 51: PENDAHULUAN, ISI, PENUTUP, DAFTAR PUSTAKA.docx

51

Kelas

Api

Bahan

Terbakar

contoh

Pemadam Kebakaran

Air Busa Bubuk Kering CO2 Halon

A

Kertas, Kayu,

Karet dan

Kain

Ya Ya Ya Ya Ya

B

Benzena,

Eter,

Heksana, dan

Minyak cat

Tidak Ya Ya Ya Ya

CListrik dan

Motor Tidak Tidak Ya Ya Ya

DLogam alkali

(Na dan K)Tidak Tidak Ya Ya Ya

c. Gempa bumi

Pada saat terjadi gempa bumi sebaiknya kita melakukan Prosedur

berikut :

1. Jangan panik.

2. Sebaiknya berlindung dibagian yang kuat seperti bawah meja, kolong kasur,

lemari.

3. Jauhi bangunan yang tinggi, tempat penyimpanan zat kimia, kaca.

4. Perhatikan bahaya lain seperti kebakaran akibat kebocoran gas,tersengat

listrik.

Page 52: PENDAHULUAN, ISI, PENUTUP, DAFTAR PUSTAKA.docx

52

5. Jangan gunakan lift.

6. Hubungi pemadam kebakaran, polisi dll.

d. Bahan kimia B3

Bahan kimia jenis B3 (berbau, berbahaya, beracun) dapat diklasifikasikan sebagai

berikut :

a. Mudah meledak (explosive)

b. Pengoksidasi (oxidizing)

c. Sangat mudah sekali menyala (highly flammable)

d. Mudah menyala (flammable)

e. Amat sangat beracun (extremely toxic)

f. Sangat beracun (highly toxic)

g. Beracun (moderately toxic)

h. Berbahaya (harmful)

i. Korosif (corrosive)

j. Bersifat iritasi (irritant)

k. Berbahaya bagi lingkungan (dangerous to the environment)

l. Karsinogenik (carcinogenic)

m. Teratogenik (teratogenic)

Page 53: PENDAHULUAN, ISI, PENUTUP, DAFTAR PUSTAKA.docx

53

n. Mutagenik (mutagenic)

Dari informasi diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan tentang K3

diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan laboratorium untuk menjaga keamanan

diri sendiri serta lingkungan dan agar kesehatan seorang tenaga kerja analis

kesehatan dapat terjaga.

BAB III PENUTUP

Sebagai suatu sistem program yang dibuat bagi pekerja maupun pengusaha

terutama dalam makalah ini yaitu tenaga kerja analis kesehatan, kesehatan dan

keselamatan kerja atau K3 diharapkan dapat menjadi upaya preventif terhadap

timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja dalam

lingkungan kerja. Pelaksanaan K3 diawali dengan cara mengenali hal-hal yang

berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja,

dan tindakan antisipatif bila terjadi hal demikian.

Setelah kita memahami apa yang dimaksud dengan kesehatan dan

keselamatan kerja, maka kita dapat menyimpulkan bahwa, peranan K3 terhadap

kesehatan tenaga kerja analis kesehatan adalah

1. Membantu mengurangi dampak-dampak negatif yang sewaktu-waktu dapat

saja terjadi terhadap diri seorang tenaga kerja analis kesehatan.

2. Menjaga kesehatan dan keselamatan diri seorang tenaga kerja analis

kesehatan.

Page 54: PENDAHULUAN, ISI, PENUTUP, DAFTAR PUSTAKA.docx

54

DAFTAR PUSTAKA

Suma'mur .1985. Keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan.

Jakarta :Gunung Agung.

www.uiowa.edu/~hpo/chemsafety/chemstor.html - 46k -

http://thelabthings.blogspot.com/2013/01/kesehatan-dan-keselamatan-kerja-

k3.html

http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2009/06/keselamatan_laboratorium.pdf

http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-aplikasi/manajemen-laboratorium-kimia/keselamatan-kerja-laboratorium/

http://macammacampenyakit.com/penyakit-akibat-kerja/

http://ilmukupengetahuanku.blogspot.com/2011/06/5-faktor-penyebab-penyakit-akibat-kerja.html

http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2012/08/23/hati-hati-inilah-5-faktor-penyebab-pak-488137.html