49
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Korupsi adalah penyalahgunaan kekuasaan pemerintah untuk keuntungan pribadi yang dapat merugikan pihak- pihak lain terutama uang negara. Korupsi tidak hanya terkait dengan penyimpangan yang dilakukan oleh pemerintahan, tetapi juga oleh pihak swasta dan pejabat-pejabat ranah publik baik polisi, pergawai negeri maupun orang-orang dekat mereka. Dalam konteks perjalanan bangsa Indonesia, persoalan korupsi memang telah mengakar dan membudaya. Bahkan dikalangan mayoritas pejabat publik, tak jarang yang menganggap korupsi sebagai sesuatu yang “lumrah dan wajar“. Ibarat candu, korupsi telah menjadi barang bergengsi, yang jika tidak dilakukan, maka akan membuat “stress” para penikmatnya. Korupsi berawal dari proses ketidaksengajaan, akhirnya menjadi kebiasaan dan berujung kepada sesuatu yang sudah terbiasa untuk dikerjakan oleh pejabat-pejabat negara. Tak urung kemudian, banyak masyarakat yang begitu pesimis dan putus asa terhadap upaya penegakan hukum untuk menumpas koruptor di negara kita. 1

3. Pendahuluan, Isi, Penutup

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Tugas Anti Korupasi

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangKorupsi adalah penyalahgunaan kekuasaan pemerintah untuk keuntungan pribadi yang dapat merugikan pihak-pihak lain terutama uang negara. Korupsi tidak hanya terkait dengan penyimpangan yang dilakukan oleh pemerintahan, tetapi juga oleh pihak swasta dan pejabat-pejabat ranah publik baik polisi, pergawai negeri maupun orang-orang dekat mereka.Dalam konteks perjalanan bangsa Indonesia, persoalan korupsi memang telah mengakar dan membudaya. Bahkan dikalangan mayoritas pejabat publik, tak jarang yang menganggap korupsi sebagai sesuatu yang lumrah dan wajar. Ibarat candu, korupsi telah menjadi barang bergengsi, yang jika tidak dilakukan, maka akan membuat stress para penikmatnya. Korupsi berawal dari proses ketidaksengajaan, akhirnya menjadi kebiasaan dan berujung kepada sesuatu yang sudah terbiasa untuk dikerjakan oleh pejabat-pejabat negara. Tak urung kemudian, banyak masyarakat yang begitu pesimis dan putus asa terhadap upaya penegakan hukum untuk menumpas koruptor di negara kita. Sungguh ironi permasalahan di negeri tercinta ini, korupsi kini sudah menjadi permasalahan serius di negeri ini, budaya korupsi sudah sangat mengakar dari generasi pendahulu sampai sekarang kasus korupsi sudah tidak terhitung lagi jumlahnya. Meskipun sudah ada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan beberapa Instansi anti korupsi lainnya. Namun faktanya negeri ini masih menduduki rangking atas sebagai negara terkorup di dunia. Oleh karena itu, korupsi patut menjadi perhatian serius bagi kita semua.Pendidikan anti korupsi sesungguhnya sangat penting guna mencegah tindak pidana korupsi. Jika KPK dan beberapa instansi anti korupsi lainnya menangkapai para koruptor, maka Pendidikan Anti Korupsi juga penting guna mencegah adanya koruptor. Sama pentingnya seperti pelajaran akhlak, moral dan sebagainya. Pelajaran akhlak dan moral penting guna mencegah terjadinya kriminalitas. Begitu halnya pendidikan anti korupsi itu penting guna mencegah aksi korupsi.

1.2 Rumusan MasalahSeperti yang kita ketahui, korupsi adalah tindak pidana yang dapat merugikan orang banyak, oleh karena itu pada makalah ini kami akan memaparkan atau menguraikan tentang :a. Apakah pengertian korupsi?b. Bagaimanakah ciri, pola dan modus korupsi?c. Bagaimanakah korupsi dalam berbagai perspektif?

1.3 Tujuan Penulisana. Mahasiswa mampu memahami pengertian korupsi.b. Mahasiswa mampu memahami tentang cirri, pola dan modus korupsi.c. Mahasisiwa mampu memahami tentang korupsi dalam berbagai perspektif.

BAB IIPEMBAHASAN2.1 Pengertian KorupsiSecara etimologi Korupsiberasal daribahasa Latin, yaitu corruptiodari kata kerja corrumpereyang bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok/ menyuap. Secara harfiah, korupsi adalah tindakan pejabat publik, baik politisi maupun pegawai negeri, serta pihak lain yang terlibat dalam tindakan itu yang secara tidak wajar dan tidak legal menyalahgunakan kepercayaan publik yang dikuasakan kepada mereka untuk mendapatkan keuntungan sepihak. Dari sudut pandang umum, tindak pidana korupsi secara garis besar memenuhi unsur-unsur sebagai berikut: Tidak takutpadaTuhandan tidak menganggap adanyaTuhan. Perbuatan melawan hukum. Kenikmatan hanya di dunia dengan sering menganiaya rakyat dan memperbudaknya. Menganggap rakyat adalahbabuyang harus menyetor uang dan memenuhi kebutuhanya. Penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana, Memperkaya diri sendiri, keluarga, atau orang lain dan merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.Jenis tindak pidana korupsi di antaranya, yaitu : Memberi atau menerima hadiah atau janji (penyuapan. Penggelapan dalam jabatan. Pemerasan dalam jabatan. Ikut serta dalam pengadaan (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara), dan Menerima gratifikasi (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara).Dalam arti luas, korupsi atau korupsi politis adalah penyalahgunaan jabatan resmi untuk keuntungan pribadi. Semua bentuk pemerintah atau pemerintahan rentan korupsi dalam prakteknya. Beratnya korupsi berbeda-beda, dari yang paling ringan dalam bentuk penggunaan pengaruh dan dukungan untuk memberi dan menerima pertolongan, sampai dengan korupsi berat yang diresmikan, dan sebagainya. Titik ujung korupsi adalahkleptokrasi, yang arti harafiahnya pemerintahan oleh para pencuri, dimana pura-pura bertindak jujur pun tidak ada sama sekali. Korupsi yang muncul di bidang politik dan birokrasi bisa berbentuk sepele atau berat, serta terorganisasi atau tidak. Walaupun korupsi sering memudahkan kegiatan kriminal seperti penjualan narkotika, pencucian uang, dan prostitusi, korupsi itu sendiri tidak terbatas dalam hal-hal ini saja. Untuk mempelajari masalah ini dan membuat solusinya, sangat penting untuk membedakan antara korupsi dan kriminalitas atau kejahatan. Tergantung dari negaranya atau wilayah hukumnya, ada perbedaan antara yang dianggap korupsi atau tidak. Sebagai contoh, pendanaan partai politik ada yang legal di satu tempat namun ada juga yang tidak legal di tempat lain. The Encyclopedia Americana mendefinisikan korupsi sebagai a general term for the misuse of public position of trust for private gain. Its specific definition and application vary according to time, place and culturepolitical corruption concerns the illegal pursuit or misuse of public office.Sedangkan The Harper Collin Dictionary of Sociology mendefinisikan korupsi sebagai the abandonment of expected standards of behavior by those in authority for the sake of unsanctional personal advantage. Menurut Bank Dunia, korupsi adalah the abuse of public power for private benefit.Dari aspek hukum, korupsi merupakan all illegal or unethical use of governmental authority as result of considerations of personal or political gain.Jika melihat dari pengertian korupsi diatas, bisa disimpulkan jika korupsi adalah sejenis penghianatan, dalam hal ini adalah penghianatan terhadap rakyat yang telah memberikan amanah dalam mengemban tugas tertentu.

2.2 Ciri, Pola dan Modus Korupsi2.2.1 Ciri-Ciri KorupsiSuatu tindakan dapat diidentifikasikan sebagai korupsi apabila memenuhi unsur-unsur:a. Suatu pengkhianatan terhadap kepercayaanb. Penipuan terhadap badan pemerintah, lembaga swasta atau masyarakat umumnyac. Dengan sengaja melalaikan kepentingan umum untuk kepentingan khususd. Dilakukan dengan rahasia, kecuali dengan keadaan di mana orang-orang berkuasa atau bawahannya menganggapnya tidak perlue. Melibatkan lebih dari satu orang atau pihakf. Adanya kewajiban dan keuntungan bersama dalam bentuk uang atau yang laing. Terpusatnya kegiatan (korupsi) pada mereka yang menghendaki keputusan yang pasti dan mereka dapat mempengaruhinyah. Adanya usaha untuk menutupi perbuatan korup dalam bentuk-bentuk pengesahan hukumi. Menunjukkan fungsi ganda yang kontradiktif pada mereka yang melakukan korupsi.Menurut Alatas (1983), ciri-ciri korupsi adalah : a. Dilakukan lebih dari satu orang.b. Merahasiakan motif, ada keuntungan yang ingin diraih.c. Berhubungan dengan kekuasaan/kewenangan tertentu.d. Berlindung di balik pembenaran hukume. Melanggar kaidah kejujuran dan norma hukum.f. Mengkhianati kepercayaan.Kita memahami korupsi adalah dengan memahami pencurian dan penggelapan. Pencurian (berdasarkan pemahaman pasal 362 KUHP) adalah perbuatan secara melawan hukum mengambil barang sebagian atau seluruhnya milik orang lain dengan maksud memiliki. Barang/hak yang berhasil dimiliki bisa diartikan sebagai keuntungan pelaku.

Rumus: Pencurian = secara melawan hukum + mengambil sebagian atau seluruhnya barang atau hak orang lain + tujuannya memiliki atau memperoleh keuntungan.Penggelapan (berdasarkan pemahaman pasal 372 KUHP) adalah pencurian barang/hak yang dipercayakan atau berada dalam kekuasaan si pelaku. Ada penyalahgunaan kewenangan atau kepercayaan oleh si pelaku.Rumus:Penggelapan = pencurian barang/hak yang dipercayakan atau berada dalam kekuasaan si pelaku + penyalahgunaan kewenangan/kepercayaan.Korupsi sebenarnya tidak berbeda jauh dengan pencurian dan penggelapan, hanya saja unsur-unsur pembentuknya lebih lengkap.Rumus:Korupsi = (secara melawan hukum + mengambil hak orang lain + tujuan memiliki atau mendapat keuntungan) + ada penyalahgunaan kewenangan/kepercayaan + menimbulkan kerugian negara= (pencurian + penyalahgunaan kewenangan/ kepercayaan) + kerugian negara=penggelapan + kerugian negaraJadi korupsi dapat dipahami juga sebagai penggelapan yang mengakibatkan kerugian negara.2.2.2 Pola KorupsiPola Umum Korupsia. Penyuapan (Bribery)Penyuapan adalah usaha menggunakan suap untuk memperoleh atau mempertahankan bisnis, menerima perlindungan, atau memperoleh keuntungan yang tidak sah dari pihak lain (pemerintah, perusahaan lain).Berikut ini merupakan contoh dari pola umum korupsi yang termasuk penyuapan :1) Kasus Penyuapan Akil MochtarKPK menangkap Akil Mochtar terkait dugaan menerima suap dalam penanganan gugatan pemilukada Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah dan Kabupaten Lebak, Banten. Ia dan 5 orang lainnya resmi ditetapkan sebgai tersangka oleh KPK. Di ruang kerja Akil di gedung Mahkamah Konstitusi, penyidik KPK menemukan narkoba dan obat kuat pada saat dilakukannya penggeledahan. Barang bukti tersebut langsung diserahkan ke pihak kepolisian dan ditangani pihak BNN serta Presiden Susilo Bambang Yudhoyono resmi memberhentikan Akil Mochtar dari posisi Ketua Mahkamah Konstitusi setelah menggelar pertemuan dengan beberapa pimpinan lembaga tinggi negara.2) Kasus Penyuapan Rudi RubiandiniRubi Rubiandini, kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), resmi ditahan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai tersangka kasusu penyuapan. Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto menjelaskan Rudi dan seseorang berinisial A dijerat Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi karena menerima uang suap. Penyuapan ini berkaitan dengan kegiatan-kegiatan yang menjaadi lingkup kewenangan dari SKK Migas.b. Penggelapan (Embezzlement)Penggelapan (berdasarkan pemahaman pasal 372 KUHP) adalah pencurian barang/hak yang dipercayakan atau berada dalam kekuasaan si pelaku. Ada penyalahgunaan kewenangan atau kepercayaan oleh si pelaku.Berikut ini merupakan contoh dari pola umum korupsi yang termasuk penggelapan :Kasus Penggelapan Uang Pajak oleh Gayus Halomoan TambunanGayus Halomoan Tambunan bekerja di kantor pusat pajak dengan menjabat bagian Penelaah Keberatan Direktorat Jenderal Pajak. Posisi yang sangat strategis, sehingga ia dituduh bermain sebagai makelar kasus (Markus). Kasus pun berlanjut karena diduga banyak pejabat tinggi Polri yang terlibat dalam kasus Gayus. Gayus dijadikan tersangka oleh Polri pada November 2009 terkait kepemilikan uang yang mencurigakan di rekeningnya mencapai Rp 25 miliar. Gayus terindikasi melakukan tindak pidana korupsi, pencucian uang, dan penggelapan senilai Rp 395 juta. Namun di persidangan, jaksa hanya menjerat pasal penggelapan saja, dengan alasan uang yang diduga hasil korupsi telah dikembalikan. Sisa uang Rp 24,6 miliar, atas perintah jaksa, blokirnya dibuka. Hakim pun memutuskan Gayus divonis 6 bulan penjara daan masa percobaan setahun.c. Komisi (Commission)Komisi adalah sekelompok orang yang ditunjuk (diberi wewenang) oleh pemerintah atau rapat untuk menjalankan fungsi (tugas) tertentu. Imbalan (uang) atau presentase tertentu yang dibayarkan karena jasa yang diberikan dalam jual beli.Berikut ini merupakan contoh dari pola umum korupsi yang termasuk komisi :Kasus Pemberian KomisiPemberian jasa Kolportir TVRI ini terjadi pada bulan Juli 2007 sampai November 2008.Menurut dokumen yang diperoleh Tempo, penerimaan dana kas pegawai lewat jasa petugas pemasaran sebesar Rp 61 miliar. Dari jumlah tersebut, dilakukan pengeluaran dana dari kas TVRI sebagai komisi jasa kolportir sebesar Rp 6 miliar. Penerimaan ini berasal dari penjualan program, iklan, kerjasama dengan lembaga pemerintah, penyewaan aset TVRI. Dari Rp 6 miliar itu, Rp 4 miliar diantaranya diberikan kepada pegawai TVRI (berstatus pegawai negeri sipil) yang ditunjuk oleh direksi sebagai petugas pemasaran. Adapun Rp 2,1 miliar-nya dimasukkan kas pegawai yang dikelola tersendiri. Kebijakan pemberian uang jasa kolportir ini didasarkan pada surat keputusan yang diterbitkan Direktur Utama TVRI kala itu.d. Pemerasan (Extortion)Pemerasan (Belanda: afpersing; Inggris: blackmail), adalah satu jenis tindak pidana umum yang dikenal dalam hukum pidana Indonesia. Spesifik tindak pidana ini diatur dalam pasal 368 KUHP. Dalam struktur KUHP, tindak pidana pemerasan diatur dalam satu bab (Bab XXIII) bersama tindak pidana pengancaman. Karena itu kata afpersing sering digabung dengan kata afdreiging yang diatur pasal 369 KUHP. Kata pemerasan dalam bahasa Indonesia berasal dari kata dasar peras yang bisa bermakna leksikal meminta uang dan jenis lain dengan ancaman (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002: 855). Afpersing berasal dari kata kerja afpersen yang berarti memeras (Marjanne Termorshuizen, 1999: 16).Dalam Blacks Law Dictionary (2004: 180), lema blackmail diartikan sebagai a threatening demand made without justification. Sinonim dengan extortion, yaitu suatu perbuatan untuk memperoleh sesuatu dengan cara melawan hukum seperti tekanan atau paksaan.Berikut ini merupakan contoh dari pola umum korupsi yang termasuk pemerasan :Kasus Pemerasan Ratu Atut ChosiyahGubernur Banten Ratu Atut Chosiyah ditetapkan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai tersangka kasus dugaan pemerasan terkait pengadaan alat kesehatan di Provinsi Banten.e. Pilih Kasih (Favoritism)Pilih kasih merupakan sikap/tindakan memilih-milih orang yang menjadi kesayangan, sikap pilih-kasih, sikap pilih bulu.Berikut ini merupakan contoh dari pola umum korupsi yang termasuk pilih kasih :Pilih Kasih Dalam Menangani Kasus KecelakaanNinik Setyowati, seorang ibu berusia 45 tahun ditetapkan sebagai tersangka oleh Polres Banyumas terkait kasus kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan kematian pada anaknya berusia 11 tahun, Sumaratih Sekar Hanifah. Kecelakaan ini berawal dari truk gandeng bermuatan tepung terigu yang menyerempet sepeda motor yang digunakan Ninik dan Kumaratih hingga mengakibatkan kaki kiri Ninik luka parah, sedangkan anaknya meninggal dunia karena terlindas truk. Namun sangat disayangkan, meskipun Ninik adalah korban, pihak kepolisian menyatakan bahwa kecelakaan tersebut diakibatkan oleh kelalaian Ninik dan menjerat Ninik dengan Pasal 310 Ayat (4) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Sedangkan kasus yang hampir serupa, yaitu kasus kecelakaan yang melibatkan anak bungsu Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa, Muhammad Rasyid Amrullah Rajasa. Meskipun, ia telah ditetapkn sebagai tersangka. Polri hingga kini tak menahan Rasyid. Polri terkesan lamban dan pilih kasih dalam menangani kasus tersebut.f. Penyalahgunaan Wewenang (Abuse of Discretion)Menurut Hukum Administrasi penyalahgunaan wewenang adalah segala tindakan pemerintah yang meliputi :1) Bertentangan dengan kepentingan umum2) Menyimpang dari tujuan kewenangan yang diberikan oleh UU atau peraturan lainnya3) Menyalahgunakan suatu prosedurLanjut Sjachran Basah menyatakan bahwa Perbuatan administrasi negara yang menyalahgunakan wewenang (Abuse of Discretion) adalah perbuatan yang menggunakan wewenang yang mencapai kepentingan umum yang lain dari pada kepentingan umum yang dimaksud oleh peraturan, yang menjadi dasar kewenangannya itu dan merugikan pihak yang terkena atau perbuatan untuk kepentingan diri sendiri atau untuk kepentingan orang lain atau golongan lain.Berikut ini merupakan contoh dari pola umum korupsi yang termasuk penyalahgunaan wewenang :Korupsi Pembangunan Sport Center HambalangDirektur Utama PT Dutasari Citralaras, Mahfud Suroso ditetapkan sebagi tersangka berikutnya oleh KPK dalam kasus pengadaan sarana dan prasarana olahraga di Hambalang, Bogor. Mahfud diduga melanggar Pasal 2 atau Pasal 3 UU Nomor 31 tahun 1999 sebagaimana diubah dengannn UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Paasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP. Selain diduga menyalahgunakan wewenang yang merugikan negara hingga Rp 463 miliar, Mahfud, selaku bos dari perusahaan yang subkontraktor dari PT Adhi Karya dalam penyediaan jasa instalansi kelistrikan, diduga sebagai pihak yang diuntungkan dalam proyek tersebut. Mahfud mengakui bahwa PT Dutasari menerima uang Rp 63 miliar dari proyek Hambalang yang menurut dia merupakan uang muka dari pengerjaan elektrikal mekanikal proyek Hambalang yang disubkontrakan ke PT Dutasari Citralaras.g. Bisnis Orang Dalam (Insider Trading)Perdagangan orang dalam adalah sebutan bagi perdagangan saham atau sekuritas (contohnya obligasi) perusahaan oleh orang-orang dalamperusahaan tersebut. Dalam beberapa yurisdiksi, perdagangan orang dalam bisa dilakukan dan sah menurut hukum, namun istilah ini umumnya merujuk kepada kegiatan ilegal di lingkungan pasar finansial untuk mencari keuntungan yang biasanya dilakukan dengan cara memanfaatkan informasi internal, misalnya rencana-rencana atau keputusan-keputusan perusahaan yang belum dipublikasikan.Berikut ini merupakan contoh dari pola umum korupsi yang termasuk bisnis orang dalam :Korupsi Yang Melibatkan Orang DalamKasus dugaan korupsi proyek videotron yang melibatkan anak mantan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Sjarifuddin Hasan, Riefan Avrian, ternyata melibatkan pegawai di lingkungan kementerian. Informasi ini terungkap saat pemeriksaan saksi di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi.h. Nepotisme (Nepotion) Nepotisme berarti lebih memilih saudara atau teman akrab berdasarkan hubungannya bukan berdasarkan kemampuannya. Kata ini biasanya digunakan dalam konteks derogatori. Nepotisme adalah pemanfaatan jabatan untuk memberi pekerjaan, kesempatan, atau penghasilan, bagi keluarga atau kerabat dekat pejabat, sehingga menutup kesempatan bagi orang lain.Berikut ini merupakan contoh dari pola umum korupsi yang termasuk nepotisme : Korupsi yang Melibatkan Keluarga Ratu AtutLSM ICW telah menyerahkan data dugaan korupsi yang diduga melibatkan keluarga Ratu Atut, antara lain terkait kampanye pemenangannya dalam pemilihan gubernur Banten, 2011 lalu. Terdapat tiga temuan besar, antara lain uang hibah dari APBD Banten yang diberikan kepada lembaga milik keluarga (Atut). Mulai dari anak, menantu suami, kakak, hingga adik Atut. Namun dalam berbagai kesempatan, Ratu Atut selalu membantah semua tuduhan dugaan korupsi yang diarahkan kepadanya.

i. Sumbangan Ilegal (Illegal Contribution)Berikut ini merupakan contoh dari pola umum korupsi yang termasuk sumbangan ilegal : Praktik Nakal Sumbangan FiktifAda kelompok peminta sumbangan untuk pembangunan rumah ibadah dan yayasan anak yatim di pinggiran Bekasi, Jawa Barat yang dicurigai fiktif. Penelusuran dimulai dengan mangejar keberadaan seorang peminta-minta sumbangan dengan memakai proposal yang disinyalir tinggal disebuah permukiman. Namun, saat ditelusuri tidak ada orang ditempat. Setelah kami berpindah kampung, target akhirnya terlacak. Sang peminta sumbangan yang selalu berkeliaran dengan modal menenteng surat sekaligus proposalnya berhasil ditemui.j. Pemalsuan (Fraud) Pemalsuan adalah proses pembuatan, beradaptasi, meniru atau benda, statistik, atau dokumen-dokumen (lihat dokumen palsu), dengan maksud untuk menipu. Kejahatan yang serupa dengan penipuan adalah kejahatan memperdaya yang lain, termasuk melalui penggunaan benda yang diperoleh melalui pemalsuan.Berikut ini merupakan contoh dari pola umum korupsi yang termasuk pemalsuan :Kasus Pemalsuan Ijizah dan NilaiDwi Hartono alias Ferry, mahasiswa Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) aangkatan 2004 adalah salah seorang tersangka yang terjerat kasus pemalsuan ijazah dan nilai. Diaakui Ferry aksinya sudah ia lakukan sejak 2006 melalui sebuaah lembaga bimbingan belajaar yang dikenai biaya sebesar Rp 50 juta hingga Rp 1 Milyar. Ia juga mengaku telah melakukan pemalsuan ini bersama ejumlah rekannya.

POLA UMUM KORUPSI

Penyuapan

PemalsuanPenggelapan

Bagaimana dan darimanaa Uang-Barang- Fasilitas hasil korupsi diperoleh

Sumbangan IlegalKomisi

NepotismePemerasan

Bisnis Orang DalamPilih Kasih

Penyalahgunaan Wewenang

2.2.3 Modus KorupsiFenomena korupsi yang terjadi di Indonesia, menurut Richard Robison (1986) pada dasarnya berakar pada bertahannya jenis birokrasi patrimonial di negeri ini. Dalam birokrasi jenis itu, dilakukannya korupsi oleh para birokrat memang sulit dihindari. Sebab kendali politik terhadap kekuasaan dan birokrasi memang sangat terbatas. Penyebab lainnya karena sangat kuatnya pengaruh integralisme di dalam filsafat kenegaraan bangsa ini, sehingga cenderung masih mentabukan sikap oposisi. Ada banyak hal yang menjadi penyebab terbukanya peluang korupsi di pemerintahan daerah. Namun, dalam banyak kasus secara umum penyalahgunaan kekuasaan untuk meraih keuntungan pribadi dapat dihubungkan dengan tiga elemen, yaitu:merembesnya insentif, minimnya informasi kepada publik dan transparansi, kurangnya akuntabilitas.a. Modus Korupsi saat ini bahkan telah melibatkan keluarga:1) Melakukan korupsi bersama-sama Suami dengan istri Ayah/Ibu dengan anak Kolaborasi dengan kerabat dekat lain (Adik/Kakak, Ipar,Mertua/menantu, dst)2) Melibatkan anggota keluarga sebagai sarana tindak pencucian uang Rekening bank Polis asuransi Investasi/Asetb. Modus Korupsi Sektor KesehatanDari data pengaduan masyarakat sejak 2005-2012, KPK melakukan inventarisasi mosdus-modus korupsi seektor kesehatan terbanyak berupa:1) Penyelenggaraan APBN/APBD sektor kesehatan, Jamkesmas, Jampersal dan Jamkesda2) Intervensi politik dalam anggaaran kesehatan, jaminan kesehatan dan ASKESKIN3) Pungli oleh PNS (Dinas Kesehatan) dan pemotongan dana bantuan4) Kecurangan dalam pengadaan barang/jasa, terutama alat kesehatan5) Penyalahgunaan keuangan RSUD6) Klaim palsu dan penggelapan dana asuransi kesehatan oleh oknum Puskesmas dan RSUD7) Penyalahgunaan fasilitas kesehtan (Puskesmas dan RSUD)Modus korupsi adalah cara-cara bagaimana korupsi itu dilakukan. Banyak modus-modus dalam korupsi. Di bawah ini hanyalah sekedar contoh bagaimana modus korupsi itu dilakukan : Pemerasan PajakPemeriksa pajak yang memeriksa wajib pajak menemukan kesalahan perhitungan pajak yang mengakibatkan kekurangan pembayaran pajak. Kesalahan-kesalahan tersebut bisa karena kesengajaan wajib pajak dan bisa juga bukan karena kesengajaan. Kekurangan tersebut dianggap tidak ada dan imbalannya wajib pajak harus membayarkan sebagian kekurangan tersebut masuk ke kantong pemeriksa pajak. Manipulasi TanahBerbagai cara dilakukan untuk memanipulasi status kepemilikan tanah termasuk, memanipulasi tanah negara menjadi milik perorangan/badan, merendahkan pembebasan tanah dan meninggikan pertanggungjawaban, membebaskan terlebih dahulu tanah yang akan kena proyek dengan harga murah. Jalur Cepat Pembuatan KTPDalam Pembuatan KTP dikenal jalur biasa dan jalur cepat. Jalur biasa adalah jalur prosedural biasa, yang mungkin waktunya lebih lama tapi biayanya lebih murah. Sedangkan jalur cepat adalah proses pembuatannya lebih capat dan harganya lebih mahal. SIM Jalur CepatDalam proses pembuatan SIM secara resmi, diberlakukan ujian/tes tertulis dan praktek yang dianggap oleh sebagian warga, terutama sopir akan mempersulit pembuatan SIM. Untuk mempercepat proses itu mereka membayar lebih besar, asalkan tidak harus mengikuti ujian. Biaya tidak resmi pengurusan SIM biasanya langsung ditetapkan oleh petugas. Biasanya yang terlibat dalam praktek ini adalah warga yang mengurus SIM dan oknum petugas yang menangani kepengurusan SIM. Markup Budget/AnggaranBiasanya terjadi dalam proyek dengan cara menggelembungkan besarnya dana proyek dengan cara memasukkan pos-pos pembelian yang sifatnya fiktif. Misalnya dalam anggaran dimasukkan pembelian komputer tetapi pada prakteknya tidak ada komputer yang dibeli atau kalau komputer dibeli harganya lebih murah. Proses TenderDalam proses tender pengerjaan tender seperti perbaikan jalan atau pembangunan jembatan seringkali terjadi penyelewengan. Pihak yang sebenarnya memenuhi persyaratan tender, terkadang tidak memenangkan tender karena telah dimenangkan oleh pihak yang mampu main belakang dengan membayar lebih mahal, walaupun tidak memenuhi syarat. Dalam hal ini telah terjadi penyogokan kepada pemberi tender oleh peserta tender yang sebenarnya tidak qualified Penyelewengan dalam Penyelesaian PerkaraKorupsi terjadi tidak selalu dalam bentuk uang, tetapi mengubah (menafsirkan secara sepihak) pasal-pasal yang ada untuk meringankan hukuman kepada pihak yang memberi uang kepada penegak hukum. Praktek ini melibatkan terdakwa/tersangka, penegak hukum (hakim/jaksa) dan pengacara.

KonvensionalPolitical CorruptionState Capture Corruption

ModusSPPD Tiket dan Program fiktifPenjarahanAPBD/APBNDesain kebijakan yang produktif

AktorPNS Penegak hukum dllBirokrat Makelar Pengurus parpol Anggota DPR/DPRDBirokrat Makelar Pengurus parpolAnggota DPR/DPRD

2.3 Korupsi dalam Berbagai PerspekifSudah sejak lama masalah korupsi dianggap sebagai persoalan berat dan mendesak yang harus diatasi dan menjadi tantangan tersendiri bagi bangsa Indonesia kedepannya. Melihat realita banyaknya kasus korupsi yang terjadi di Indonesia akhir-akhir ini, seolah-olah menjadikan masalah korupsi sebagai sesuatu hal yang sepertinya sudah biasa terjadi, hampir bisa dipastikan setiap hari media massa baik cetak maupun elektronik menyajikan berbagai ragam berita tentang kasus korupsi di negeri ini. Tak dapat dipastikan, apakah korupsi memang sudah membudaya di kalangan masyarakat Indonesia sehingga dengan mudah dapat ditemukan di berbagai lini kehidupan di masyarakat ataukah memang kinerja lembaga yang menangani masalah korupsi di negeri ini mulai menunjukkan taji-nya dalam menguak serta memberantas berbagai masalah korupsi yang terjadi. Korupsi memiliki berbagai persperktif dari berbagai bidang yaitu dalam bidang sosial-budaya,.agama, ekonomi, politik, pancasila, dan hukum.2.3.1 Korupsi dalam perspektif Sosial-Budaya

Praktik korupsi di Indonesia sudah di luar nalar sehat. Korupsi itu bukan hanya dilihat dari miliaran rupiah yang dicuri, melainkan pelakunya juga orang-orang terhormat di lembaga kenegaraan dan pemerintahan. Bahkan, di antara pelaku korupsi itu ada yang berasal dari akademisi dan aktivis gerakan antikorupsi, komunitas yang dianggap sebagai pengawal moralitas publik dan penjaga etika sosial.Dalam ilmu antropologi memandang masalah korupsi melalui tiga perspektif , yaitu pertama prespektif negara patrimonial, dalam situasi suatu negara korupsi muncul karena para pemimpin dan elitpenguasamengendalikansumberdayaekonomi politik. Dalam perspektif ini terdapat hubungan patron-klien yang tidak setara antara birokrat, lembaga legislatif, dan pengusaha. Relasi kuasa patron-kien inilah yang terjadi di Indonesia, DPR berperan sebagai patron bagi pengusaha dan birokrat yang menjadi klien mereka. Relasi yang terbangun diantara mereka adalah relasi kepentingan masing-masing yang saling menguntungkan.Kedua, perspektif teori Gift Exchange, pandangan ini merujuk pada masyarakat primitive di mana relasi social antara individu sangat dekat, interaksi dalam masyarakat terjadi secara langsung (face to face) yang tercermin melalui kebiasaan bertukar hadiah. Teori ini dikemukakan oleh ahli antropologi Prancis Marces Mauss dalam The Gift (1954). Sebenarnya kebiasaan bertukar hadiah merupakan bentuk relasi social yang harmonis di masyarakat. Pemberian hadian merupakan bentuk penghormatan antara warga satu dengan yang lain. Namun, pada praktik korupsi di Indonesia, praktik saling bertukar hadiah menjadi alat untuk memperlancar kepentingan, misalnya untuk memperlancar proyek tertentu. Sehingga dalam kaitannya dengan yang telah disebutkan di atas, jelas masyarakat modern telah menyelewengkan makna sosial bertukar hadiah yang merupakan kearifan masyarakat primitive.Ketiga, persepktif relativisme kultural. Teori ini yang menyebutkan bahwa praktik korupsi kembali pada nilai-nilai budaya yang berlaku di masyarakat. Mengacu padaperspektif ini,korupsi inimerupakan konsepmodern danmuncul dalamwacana modernitas.Sehingga, pengertian korupsi akan berbeda menurut konteks budaya setiap masyarakat. Wacana modernitas memberikan pengertian pada korupsi sebagai penyalahgunaan jabatan dan wewenang untuk kepentingan pribadi atau keuntungan ekonomis.

2.3.2 Korupsi dalam perspektif AgamaAgama merupakan salah satu hal yang sangat berhubungan erat dengan kasus korupsi, karena agama merupakan dasar dari segala kepercayaan dan keyakinan tiap individu. Dalam semua ajaran agama, tidak ada yang mengajarkan umatnya untuk berlaku atau melakukan tindakan korupsi. Namun pada kenyataannya, praktek korupsi sudah menjadi kegiatan yang tidak asing, dan secara sadar atau tidak, terjadi dalam berbagai aspek kehidupan, terutama kehidupan sehari-hari.Sebuah negara agama tidak menjanjikan kebersihan negara itu sendiri dari praktek korupsi. Indonesia sebagai negara yang memiliki penduduk mayoritas Muslim, maupun negara-negara di Amerika Latin yang mayoraitas penduduknya bukan non-Muslim memiliki citra yang serupa di mata dunia terkait dengan praktek korupsi yang terjadi di masing-masing negara.Hukum korupsi dalam berbagai ajaran agama dan tradisi lain ada beragam, diantaranya yaitu:1) Kristen: suap dapat butakan mata (hati), agar terus jaga tatanan hidup, hidup adalah perjuangan, takut kepada Tuhan, jauhkan koruptor.2) Hindu: pemimpin korup tak akan hidup kembali, suap sebagai pintu masuk dosa, pendosa tak diakui oleh Tuhan dan kena karma, etika kau rasakan apa yang kurasakan, agar terus hidup sederhana.3) Konfusianis: pendidikan beretika, pengendalian diri, pemerintahan akan hancur bila rakyat sudah tak menaruh kepercayaan terhadapnya.4) Buddha: tujuan hidup yaitu nirwana (puncak), manusia korup akan tak bahagia.5) Islam: Islam sebagai agama yang (syamil) sangat mengharamkan praktik suap-menyuap bahkan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengutuk (melaknat) para pelaku hingga penghubung suap-menyuap sebagaimana hadits tersebut.

2.3.3 Korupsi dalam perspektif EkonomiPerspektif ekonomi melihat bahwa pendapatan berkorelasi signifikan terhadap perilaku koruptif. Disamping itu, upaya yang terus menerus untuk meningkatkan pendapatan masyarakat harus terus dilakukan, karena kemiskinan juga menjadi masalah utama yang mendorong perilaku korup. Mbaku (2000), seorang peneliti korupsi Afrika, menyatakan bahwa peran dari suatu negara adalah untuk menyokong kemampuan para pengusaha untuk menaikkan tingkat kemakmuran masyarakat yang bisa digunakan untuk mengatasi masalah kemiskinan yang ada. Hal ini berkaitan dengan penyebab munculnya korupsi di Afrika yang ternyata adalah miskinnya pengembangan institusi dan distorsi dari struktur insentif pemerintah.Pemikiran para penganut perspektif ekonomi ini sempat menjadi perdebatan di Indonesia dikala praktek korupsi sering bermunculan. Penyesuaian gaji dalam bentuk remunerasi menjadi salah satu tuntutan pada pejabat publik di sekitar tahun 2007an. Bahkan di beberapa lembaga pemerintah kebijakan tersebut diimplementasikan seperti misalnya Badan Pemeriksa Keuangan dan Jajaran Departemen Keuangan yang mengalami kenaikan gaji signifikan. Pada waktu itu masalah struktur gaji menjadi salah satu problem serius dalam birokrasi pemerintah di Indonesia. Masalah gaji tersebut telah menyentuh rasa ketidakadilan dalam jangka waktu yang cukup lama. Kerja tidak kerja gaji sama, asal golongan dan masa kerja sama. Tidak ada pembedaan antara mereka yang bekerja giat dan berprestasi dengan mereka yang malas.Fenomena diatas bukannya tanpa kritikan atau tentangan dari berbagai pihak. Salah satunya Soerdano, seorang kritikus yang menentang kebijakan remunerasi, mempertanyakan efektivitas kebijakan tersebut dalam upaya pemberantasan korupsi. Soedarno (2008) menyatakan bahwa jumlah gaji yang tinggi tidak menjamin seseorang untuk tidak melakukan perbuatan korup. Dia menunjukkan kasus-kasus korupsi yang terjadi di Bulog, pertamina, Bank Mandiri, dan Bank Indonesia, bukan disebabkan karena rendahnya gaji dan dengan demikian menurutnya, tidak terdapat korelasi antara gaji yang tinggi dengan perbuatan korupsi. Hal serupa juga muncul dari sebuah tulisan dari Taufiq (2008), bahwa kebijakan remunerasi tidak menjamin suatu institusi bebas dari korupsi. Apa yang diutarakan oleh dua kritikus diatas memang membuktikan keadaan sebenarnya, kenaikan gaji yang semula dianggap sebagai metode dalam upaya pemberantasan korupsi agaknya berjalan nihil. Ternyata gaji memang tidak selamanya berkorelasi signifikan terhadap perilaku korup para pejabat publik di negeri ini. Perilaku korup tersebut, ternyata menyeret para pejabat publik dengan gaji yang mentereng, kita sebut saja mantan Kepala SKK Migas, Rudi Rubiandini.Dia menerima gaji Rp 220 juta dan ditambah gaji sebagai Komisaris Bank Mandiri Rp 75 juta per bulan. Dengan pendapatan yang hampir mendekati 300 juta itu tidak akan habis dimakan sebulan. Sehingga Abraham Samad pada saat memberikan pidato ilmiah kuliah perdana pascasarjana UGM, Kamis (5-9-2013) mengatakan Kalau dia korupsi luar biasa dia serakah. Kasus Kepala SKK Migas ini hanya salah satu contoh dari berbagai perilaku korup yang menyeret pejabat publik di negeri ini yang sebenarnya telah memiliki pendapatan super wah.Dalam kajian ekonomi, pada awalnya peluang itu terbuka karena adanya pemberian uang dan atau barang secara sukarela dari pengguna jasa layanan kepada pejabat publik yang melayani, sebagai bentuk ucapan terima kasih atas layanan yang telah diberikan. Penerimaan seperti ini karena terjadi sewaktu-waktu, dan bahkan mungkin setiap hari, tidaklah dianggap sebagai korupsi, tetapi dimaknai sebagai suatu bentuk hubungan yang saling membutuhkan atau bahkan hubungan persahabatan antara pengguna jasa layanan dengan pemberi layanan (pejabat publik atau pegawai pemerintah). Pengguna jasa layanan membutuhkan urusan cepat selesai dan merasa sudah sepantasnya memberi imbalan jasa, sedangkan pemberi layanan juga merasa sudah seharusnya menerima imbalan karena jasa yang telah diberikan.Dalam perkembangan berikutnya, hubungan yang tadinya bersahabat berubah menjadi bentuk hubungan dagang antara pembeli dan penjual. Masyarakat pengguna jasa yang membutuhkan pelayanan harus membeli kepada pejabat pemberi layanan yang berfungsi menjadi penjual jasa layanan. Dalam hubungan seperti ini, mereka yang memiliki uang dan penawaran lebih tinggi akan memperoleh privileges dari pejabat publik.Sebaliknya yang tidak punya uang harus rela antri agar memperoleh pelayanan, atau, menurut Kwik Kian Gie, kalau ngotot tidak mau membayar akan menghadapi kesulitan yang dicari-cari dan dibuat-buat. Korupsi dalam bentuk transaksi ekonomi seperti ini sudah mendarah daging (internal ized) di dalam tubuh dan jiwa pejabat publik, dan ironisnya masyarakat akan merasa aneh dan heran jika transaksi yang demikian itu tidak ada. Korupsi telah meningkat menjadi suatu bentuk Kleptokrasi (cleptocracy), dimana masyarakat sudah tidak berdaya lagi menanggulangi korupsi, bahkan mendukung korupsi melalui perilaku sehari-hari yang penuh dengan kegiatan suap-menyuap, ketidakjujuran, penyembunyian fakta, pemalsuan, dan penyelewengan dalam berbagai bentuknya.Menurut Rose Ackerman (1999), korupsi terjadi di perbatasan antara sektor pemerintah dan sektor swasta. Apabila seorang pejabat pemerintah memiliki kekuasaan penuh terhadap pendistribusian keuntungan atau biaya kepada sektor swasta, maka terciptalah suatu insentif untuk penyuapan. Jadi korupsi itu tergantung pada besarnya keuntungan dan biaya yang berada di bawah pengendalian pejabat pemerintah. Pemerintah membeli dan menjual barang dan jasa, membagi-bagikan bantuan, mengatur swastanisasi badan usaha milik negara, dan memberikan konsesi. Para pejabat seringkali memonopoli informasi yang penting. Pribadi atau perusahaan ingin membayar sejumlah uang untuk mendapatkan keuntungan dari pemerintah dan menghindari biaya. Seluruh kegiatan ini menciptakan peluang terjadinya korupsi. Banyak proyek dalam berbagai sektor dikuasai oleh pemerintah, dan swasta yang menginginkan proyek-proyek tersebut harus membayar sejumlah uang suap untuk mendapatkannya, dan sekaligus menghindari biaya tinggi yang harus dikeluarkan jika pribadi atau perusahaan tersebut harus mengikuti prosedur administratif yang melelahkan sementara kepastian untuk mendapatkan proyek tersebut belum tentu ada.Kenaikan gaji, tampaknya memang telah membuat korupsi birokratis dapat sedikit dikendalikan, tetapi untuk jenjang birokrasi tertentu pemberian kenaikan gaji tidak selalu efektif untuk meredam nafsu birokrasi untuk melakukan korupsi. Secara teoritis, hubungan antara gaji dan tingkat korupsi birokrasi masih bersifat mendua (Ambiguous). Namun terjadinya korupsi itu juga sangat tergantung pada besarnya keuntungan dan biaya yang berada di bawah pengendalian pejabat pemerintah.

2.3.4 Korupsi dalam perspektif PolitikDalam banyak kasus korupsi yang terjadi akhir-akhir ini, yang para pelakunya hampir rata-rata adalah kader Partai Politik. Ada beberapa hal yang menyebabkan kader partai terjebak menjadi Koruptor, bisa dikarenakan ingin segera mengembalikan biaya-biaya politik yang sudah dikeluarkan selama proses pencalonan baik menjadi Calon Anggota Legislatif, atau juga saat pencalonan menjadi Kepala Daerah. Sebab lainnya, bisa juga dikarenakan kader tersebut memang bermental korup, sehingga dia dijadikan tumbal dan alat bagi kekuasaan sebagai mesin pencetak uang, dan memang sudah mempersiapkan segala resiko dan siap pasang badan.Biaya politik yang tinggi, sementara Partai Politik tidak mempunyai sumber pemasukan lain selain sumbangan dari kader partai, sumbangan-sumbangan ini pun nilainya variatif, besar kecilnya sumbangan sangat tergantung pada tinggi rendahnya jabatan politik yang diemban oleh kader partai, apa lagi kader tersebut sangat berambisi terhadap posisi jabatan dalam struktur Pemerintahan dan bukanlah karena ditunjuk atas keinginan partai karena kredibilitas dan integritas yang bersangkutan memang baik, untuk hal seperti ini, tentu dia harus bayar mahal pada partai, kondisi seperti ini pada akhirnya akan menjebak dia dalam pusaran korupsi.Korupsi dalam politik ini bukanlah semata-mata korupsi untuk kepentingan pemilu dan pilkada, ada kepentingan yang lebih besar didalamnya, Korupsi dalam politik sangat struktural dan terencana, sehingga target yang ingin dicapai adalah pelanggengan kekuasaan dengan menciptakan Dinasty Politik, untuk kepentingan itulah maka kader pokitik dijadikan mesin pencari uang. Seperti yang dikatakan Pakar hukum dan Penggiat Hak Azazi Manusia, Todung Mulya Lubis di Timeline Twitternya:@TodungLubis: Korupsi politik bkn semata-mata korupsi dl pemilu dan pilkada. Korupsi politik berhasrat melanggengkan keberadaan predator politik.Jadi tidak aneh kalau sekarang ini ada kader politik partai tertentu tersangkut kasus korupsi, dan kader tersebut merupakan mesin pencetak uang bagi partai, maka proses hukumnya pun terkesan berbelit-belit, tapi sebaliknya jika kader partai yang tersangkut tersebut tidaklah memiliki peran begitu penting, maka akan dengan cepat dan mudah diproses secara hukum.Korupsi dalam politik sekarang ini sudah lebih berbahaya, karena semakin memiskinkan rakyat. Pertumbuhan Ekonomi bisa saja kita respon secara positif sebagai peningkatan kinerja pemerintahan, tapi kenaikan Inflasi dan pembiaran terhadap tindak kejahatan korupsi pun bukanlah sesuatu yang patut ditolerir, dan bukan berarti kita tidak menganggap apa yang sudah dilakukan KPK sebagai tindakan pemberantasan Korupsi, tapi jika KPK masih tebang pilih dalam pemberantasan korupsi, itu sama saja dengan KPK sebagai Boneka bagi penguasa.

2.3.5 Korupsi dalam perspektif Pancasila

Budaya korupsi dalam perspektif Pancasila yang terkandung dalam masing-masing sila adalah sebagai berikut.Sila pertama, Ketuhanan yang Maha Esa. Sila ini mengajarkan agar semua rakyat Indonesia taat dalam beragama sesuai dengan agama yang dianut. Dalam ajaran beragama tidak ada agama yang mebenarkan umatnya untuk mencuri, serakah. Korupsi sama halnya dengan mencuri, mencuri uang rakyat. Dan pastinya merupakan hal yang bertentangan dengan ajaran beragama.Sila kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Korupsi dikatakan melanggar sila kedua karena menyebabkan kemiskinan di Indonesia. Bagaimana tidak, uang yang seharusnya digunakan untuk kepentingan masyarakat umum digunakan untuk kepentingan pribadi oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Akibatnya mengakibatkan stratifikasi sosial yang begitu tampak kehidupan bangsa ini. Yang kaya makin kaya yang miskin makin miskin.Sila ketiga, Persatuan Indonesia.Sebagai manusia Indonesia kita harus mampu menem-patkan persatuan, kesatuan serta kepentingan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi atau golongan. Korupsi melanggar nilai-nilai persatuan yang sudah dimiliki bangsa ini sejak jaman peradaban kerajaan. Sebagai manusia Indonesia yang memiliki amanah sudah menjadi kewajiban untuk menjalankan tugas yang diberikan negara bukan mempermainkan tanggung jawab demi memperkaya ataupun memperoleh kenikmatan tanpa memikirkan yang lain. Sekecil apapun tindakan korupsi itu jika bukan mengedepankan kepentingan negara, akan ada potensi perpecahan baik ditingkat lembaga, wilayah daerah maupun nasional. Pemberantasan korupsi seharusnya adalah upaya tegas berbentuk persatuan lembaga-lembaga penegak hukum, anggota masyarakat dan pemerintah.Sila keempat berbunyi Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawa-ratan Perwakilan. Dalam upaya pemberantasan korupsi ataupun penegakkan hukum atas tindakannya keputusan yang diambil harus mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama. Dalam hal ini Pancasila mengajarkan seluruh bangsa Indonesia untuk memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melakukan permusyawaratan artinya tidak perlu dibutuhkan semua elemen bangsa ini dapat mengatasi masalah apapun dalam menghadapi masalah nasional termasuk korupsi.Sila kelima berbunyi Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Kita tahu Indonesia adalah Negara hukum. Semua perkara yang terjadi di Indonesia harus diputuskan secara adil dan tidak memihak sesuai dengan hukum yang berlaku. Namun realitanya penegakan hukum di Indonesia belum seadil yang diharapkan. sebagai perbandinganKasus pencurian sandal jepit yang dilakukan bocah 15 tahun berinisial AAL yang mencuri sandal milik Brigadir (Pol) Satu, Ahmad Rusdi Harahap rasanya tak sebanding dengan ancaman hukuman lima tahun penjara sementara banyak koruptor yang dihukum hanya 1,5 tahun. Itu pun sewaktu di dalam jeruji besi pelaku korupsi dalam menikmati penjara versi hotel bintang 5 yang dilengkapi dengan fasilitas hotel bintang 5 seperti yang dirasakan oleh Artalyta Suryani yang tersandung kasuspenyuapanjaksakasus Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) pada tahun 2008 silam.Fenomena diatas menggambarkan bagaimana perspektif Pancasila tarhadap budaya korupsi sangat memprihatikan dengan realita yang terjadi di kehidupan bermasyarakat. Untuk itu kita sebagai bangsa yang baik harus mengimplementasikan secara baik dan benar Pancasila sebagai pedoman berperilaku. Terutama dalam permasalahan korupsi, kita harus menanamkan prinsip bahwa korupsi sama hal yang pelanggaran terhadap Pancasila yangpandangan hidup bangsa ini.

2.3.6 Korupsi dalam perspektif HukumMenurut perspektif hukum, definisi korupsi secara gamblang telah dijelaskan dalam 13 buah Pasal dalam UU No. 31 Tahun 1999 yang telah diubah dengan UU No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Berdasarkan pasal-pasal tersebut, korupsi dirumuskan kedalam 30 bentuk/jenis tindak pidana korupsi. Pasal-pasal tersebut menerangkan secara terperinci mengenai perbuatan yang bisa dikenakan sanksi pidana karena korupsi. Ketigapuluh bentuk/jenis tindak pidana korupsi tersebut pada dasarnya dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1) Kerugian keuangan negara 2) Suap-menyuap 3) Penggelapan dalam jabatan 4) Pemerasan 5) Perbuatan curang 6) Benturan kepentingan dalam pengadaan 7) Gratifikasi Selain bentuk/jenis tindak pidana korupsi yang sudah dijelaskan diatas, masih ada tindak pidana lain yang yang berkaitan dengan tindak pidana korupsi yang tertuang pada UU No.31 Tahun 1999. UU No. 20 Tahun 2001. Jenis tindak pidana yang berkaitan dengan tindak pidana korupsi itu adalah: 1) Merintangi proses pemeriksaan perkara korupsi 2) Tidak memberi keterangan atau memberi keterangan yang tidak benar 3) Bank yang tidak memberikan keterangan rekening tersangka 4) Saksi atau ahli yang tidak memberi keterangan atau memberi keterangan palsu 5) Orang yang memegang rahasia jabatan tidak memberikan keterangan atau memberikan keterangan palsu 6) Saksi yang membuka identitas pelapor

BAB IIIPENUTUP

3.1 Kesimpulan Secara etimologi Korupsiberasal dari bahasa Latin, yaitu corruptiodari kata kerja corrumpereyang bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok/ menyuap. Secara harfiah, korupsi adalah tindakan pejabat publik, baik politisi maupun pegawai negeri, serta pihak lain yang terlibat dalam tindakan itu yang secara tidak wajar dan tidak legal menyalahgunakan kepercayaan publik yang dikuasakan kepada mereka untuk mendapatkan keuntungan sepihak. Suatu tindakan dapat diidentifikasikan sebagai korupsi apabila memenuhi unsur-unsur: Suatu pengkhianatan terhadap kepercayaan Penipuan terhadap badan pemerintah, lembaga swasta atau masyarakat umumnya Dengan sengaja melalaikan kepentingan umum untuk kepentingan khusus Dilakukan dengan rahasia, kecuali dengan keadaan di mana orang-orang berkuasa atau bawahannya menganggapnya tidak perlu Melibatkan lebih dari satu orang atau pihak Adanya kewajiban dan keuntungan bersama dalam bentuk uang atau yang lain Terpusatnya kegiatan (korupsi) pada mereka yang menghendaki keputusan yang pasti dan mereka dapat mempengaruhinya Adanya usaha untuk menutupi perbuatan korup dalam bentuk-bentuk pengesahan hukum Menunjukkan fungsi ganda yang kontradiktif pada mereka yang melakukan korupsi.Menurut Alatas (1983), ciri-ciri korupsi adalah : Dilakukan lebih dari satu orang. Merahasiakan motif, ada keuntungan yang ingin diraih. Berhubungan dengan kekuasaan/kewenangan tertentu. Berlindung di balik pembenaran hokum Melanggar kaidah kejujuran dan norma hukum. Mengkhianati kepercayaan.Adapun pola umum dalam tindakan korupsi yaitu penyuapan (Bribery), penggelapan (Embezzlement), komisi (Commission), pemerasan (Extortion), pilih kasih (Favoritism), penyalahgunaan wewenang (Abuse of Discretion), bisnis orang dalam (Insider Trading), nepotisme (Nepotion), sumbangan ilegal (Illegal Contribution), pemalsuan (Fraud). Selain pola umum korupsi, terdapat juga modus korupsi, modus korupsi adalah cara-cara bagaimana korupsi itu dilakukan. Di bawah ini hanyalah sekedar contoh bagaimana modus korupsi itu dilakukan : 1) Pemerasan Pajak2) Manipulasi Tanah3) Jalur Cepat Pembuatan KTP4) SIM Jalur Cepat5) Markup Budget/Anggaran6) Proses Tender7) Penyelewengan dalam Penyelesaian PerkaraMelihat realita banyaknya kasus korupsi yang terjadi di Indonesia akhir-akhir ini, seolah-olah menjadikan masalah korupsi sebagai sesuatu hal yang sepertinya sudah biasa terjadi, hampir bisa dipastikan setiap hari media massa baik cetak maupun elektronik menyajikan berbagai ragam berita tentang kasus korupsi di negeri ini. Korupsi memiliki perspektif yang berbeda-beda dalam berbagai bidang seperti dalam bidang sosial-budaya,.agama, ekonomi, politik, pancasila, dan hukum.

3.2 Saran Diharapkan setelah membaca dan memahami mengenai materi korupsi khususnya mengenai pengertian, ciri-ciri, pola umum, modus, dan perspektif korupsi dalam berbagai bidang, kita sebagai penerus bangsa dapat menanamkan dalam diri kita masing-masing agar menjauhkan diri dari hal-hal yang berhubungan dengan korupsi dan kita harus menjadi calon penerus bangsa yang jujur.

33