39
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Hipotensi terkendali didefinisikan sebagai penurunan tekanan sistolik sampai 80-90 mmHg atau tekanan arteri rata-rata sampai 50-60 mmHg pada pasien normotensi. 1,2 Tujuan utama dari teknik hipotensi terkendali adalah untuk mengurangi perdarahan sehingga menunjang kondisi lapangan operasi dan mengurangi kebutuhan tranfusi darah. 1,2,3,4 Teknik hipotensi terkendali merupakan suatu teknik pada anestesi umum dengan menggunakan agen hipotensi kerja cepat untuk menurunkan tekanan darah serta perdarahan saat operasi. Prosedur ini memudahkan operasi sehingga membuat pembuluh darah dan jaringan terlihat serta mengurangi kehilangan darah. 5 Teknik hipotensi digunakan pada operasi yang meminimalkan kehilangan darah pada, dengan demikian menurunkan kebutuhan transfusi darah. Prosedur ini dapat diterapkan dengan aman pada kebanyakan pasien, termasuk anak-anak dan untuk beberapa jenis prosedur operasi. 6 Hipotensi terkendali akan menurunkan tekanan darah dengan cara menurunkan cardiac output, SVR (Systemic Vascular Resistance) atau keduannya. Dimana penurunan cardiac output bukan merupakan metode terbaik sebab menjaga cardiac output tetap stabil adalah penting 3

5. BAB II Tinjauan Pustaka.docx

Embed Size (px)

Citation preview

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 DefinisiHipotensi terkendali didefinisikan sebagai penurunan tekanan sistolik sampai 80-90 mmHg atau tekanan arteri rata-rata sampai 50-60 mmHg pada pasien normotensi.1,2 Tujuan utama dari teknik hipotensi terkendali adalah untuk mengurangi perdarahan sehingga menunjang kondisi lapangan operasi dan mengurangi kebutuhan tranfusi darah.1,2,3,4Teknik hipotensi terkendali merupakan suatu teknik pada anestesi umum dengan menggunakan agen hipotensi kerja cepat untuk menurunkan tekanan darah serta perdarahan saat operasi. Prosedur ini memudahkan operasi sehingga membuat pembuluh darah dan jaringan terlihat serta mengurangi kehilangan darah.5 Teknik hipotensi digunakan pada operasi yang meminimalkan kehilangan darah pada, dengan demikian menurunkan kebutuhan transfusi darah. Prosedur ini dapat diterapkan dengan aman pada kebanyakan pasien, termasuk anak-anak dan untuk beberapa jenis prosedur operasi.6Hipotensi terkendali akan menurunkan tekanan darah dengan cara menurunkan cardiac output, SVR (Systemic Vascular Resistance) atau keduannya. Dimana penurunan cardiac output bukan merupakan metode terbaik sebab menjaga cardiac output tetap stabil adalah penting untuk mempertahankan aliran darah ke jaringan. Cardiac output seharusnya tetap cukup tinggi tidak hanya untuk memberikan oksigenasi dan substrat energi yang cukup tatapi juga untuk membuang sampah metabolik sebelum akumulasinya menjadikan kerusakan jaringan. Akibat akhir dari teknik hipotensi terkendali terhadap cardiac output tergantung keseimbangan dari efeknya terhadap afterload, preload, kontraktilitas miokard dan laju jantung.1Batasan keaman teknik hipotensi terkendali tergantung dari pasien. Pasien yang muda dan sehat dapat mentolerasi tekanan darah arteri sampai 80-90 mmHg serta MAP sampai 50-60 mmHg tanpa komplikasi. Sedangkan pada pasien yang menderita hipertensi kronik tidak lebih rendah dari 20-30% nilai normalnya.7

2.2 Indikasi Tujuan utama dari teknik hipotensi adalah untuk menurunkan jumlah perdarahan, sehingga pada operasi-operasi yang membutuhkan perdarahan lapangan operasi yang minimal atau jumlah total perdarahan yang sedikit dapat dilakukan teknik hipotensi kendali. Ketika dihadapkan pada pilihan teknik hipotensi terkendali, seorang anestesiologi seharusnya tidak hanya terfokus pada pemilihan obat hipotensif tetapi juga pada jenis operasi, lama operasi, kebutuhan untuk mengurangi jumlah kehilangan darah serta kecocokan dengan pasien.1 Teknik hipotensi terkendali telah terbukti berguna untuk operasi perbaikan aneurisma cerebral, pengangkatan tumor otak, total hip artroplasty, dan operasi lainnya yang berhubungan dengan resiko kehilanggan darah yang banyak. Penurunan ekstrafasasi darah diperkirakan akan meningkatkan hasil operasi plastik menjadi lebih baik. Indikasi dipergunakan teknik hipotensi antara lain1,2:- bedah saraf- prosedur ortopedik besar seperti total hip artroplasti atau operasi tulang belakang yang rumit- pembedahan tumor yang besar- pembedahan daerah kepala dan leher- beberapa prosedur bedah plastik- bedah mikroskopik- pasien yang karena alasan keyakinannya menolak untuk dilakukan transfusi darah.

2.3 Kontraindikasi Teknik hipotensi terkendali tidak dianjurkan pada pasien-pasien yang mempunyai penyakit yang dapat menurunkan perfusi organ.7 Kontraindikasi dari teknik hipotensi terkendali antara lain1,2:- kurangnya pengalaman dan pemahaman mengenai teknik hipotensi terkendali- ketidakmampuan untuk memonitor pasien secara cermat- berbagai penyakit yang mempengaruhi perfusi, oksigenasi dan fungsi organ seperti: diabetes melitus dengan komplikasi, penyakit serebrovaskular, disfungsi ginjal, disfungsi hepar, hipertensi yang tidak terkontrol, penyakit jantung iskemik/coroner, gagal jantung kongestif, peningkatan TIK- hipovolemia & anemia berat- usia tua sekali dimana telah terjadi penurunan fungsi organ atau usia muda sekali dimana fungsi organ belum sempurna.

2.4 Fisiologi KardiovaskularAgar dapat menggunakan teknik hipotensi terkendali, sangat penting untuk memahami regulasi aliran darah ke organ-organ vital. Hipotensi terkendali jarang mengakibatkan gangguan karena aliran darah ke organ yang biasanya terkontrol dengan baik.Aliran merupakan fungsi dari MAP (Mean Arterial Pressure) dan autoregulasi di cerebral, myocardial dan ginjal. Penggunaan konsep MAP (selain dari pengukuran sistolik), fisiologi dari 3 sistem ini perlu diperiksa secara berbeda untuk menentukan sistem mana yang mendapatkan tekanan terendah. Mekanisme autoregulasi ini termasuk :1. Strecth-Myogenic Mechanism yaitu otot halus pada respon vascular untuk menjaga tekanan darah2. Passive Mechanical berlaku untuk organ yang berkapsul, dimana ekspansi dari organ dengan tekanan tinggi dapat menekan pembuluh dinding yang halus dan menyebabkan peningkatan resistensi vascular3. Metabolic, yaitu perubahan pada tekanan yang memproduksi substansi vasoaktif.Organ-organ tersebut mampu melakukan autoregulasi dalam mempertahankan perfusinya hingga berbagai bentuk perubahan tekanan yang ada dan hal ini terjadi ketika tekanan menurun ke level yang sangat rendah hingga perfusi tidak dapat dipertahankan lagi. Tekanan kritikal ini beragam dari pembuluh ke pembuluh, organ ke organ dan individu ke individu.Tekanan darahTekanan darah sistemik dipertahankan konstan melalui hubungan timbal balik antara curah jantung dan tahanan vaskular sistemik. Sistem saraf otonom dan baroreseptor memegang peranan penting dalam pengaturan tekanan darah sistemik.5Tekanan darah arteri sebanding dengan perkalian antara SVR x CO. Hubungan ini atas dasar analogi dari hukum Ohm yang diterapkan dalam sirkulasi: MAP CVP = SVR X COKeterangan:MAP: Mean arterial pressureSVR: sistemic vascular ressistencyCO: cardiac outputCVP: Central venous pressure. Karena CVP biasanya sangat kecil jika dibandingkan dengan MAP, biasanya bisa diabaikan.3Dari persamaan diatas maka hipotensi merupakan hasil dari penurunan SVR, CO atau keduanya. MAP dapat dimanipulasi dengan menurunkan SVR atau cardiac output dan juga keduanya. Hipotensi dibuat dengan menurunkan hanya cardiac output tidak ideal karena maintenance dari aliran darah ke jaringan sangat penting.SVR dapat direduksi dengan vasodilatasi perifer dan cardiac output dengan penurunan aliran vena balik, heart rate, kontraktilitas miokard dan kombinasinya.1. Metode untuk menurunkan Cardiac Outputa) Penurunan volume darah dengan arteriotomyTeknik ini dideskripsikan oleh Gardner pada tahun 1946 dan termasuk didalamnya pengeluaran 500ml aliquots of blood dari kanul arteri radial hingga tekanan sistoliknya menjadi 80 mmHg. Masalah dengan teknik ini adalah acute blood loss sehingga mengurangi oksigen yang masuk ke jaringan karena kompensasi berupa vasokontriksi dan penurunan kadar hemoglobin. Asidosis metabolic juga dapat terjadi shingga tidak dikejutkan bila teknik ini sudah tidak digunakan lagi.b) Dilatasi dari pembuluh darah dengan menggunakan nitrogliserine untuk mengurangi preloadc) Penurunan kontraktilitas kardiak menggunakan agen inhalasi atau betablokerd) Penurunan heart rate dengan menggunakan agen inhalasi atau betabloker2. Metode untuk menurunkan resistensi vascular perifera) Blok dari reseptor alfa adrenergic seperti labetalol dan phentolamineb) Relaksasi dari otot halus seperti direct acting vasodilator (nitroprusside), calcium channel blockers, agen inhalasi, purine (adenosine), prostaglandin E1.Manuver posisi untuk memperpanjang aksi dari agen Hipotensi1. PosisiPosisi dari pasien sangat penting dalam penentuan suksesnya teknik hipotensi terkendali. Elevasi dari lapangan operasi menyebabkan mudahnya drainase dari vena pada daerah operasi. Perlu di ingat bahwa sebagai hasil dari efek gravitasi, tekanan darah meningkat atau menurun pada 0.77 mmHg per cm pada ketinggian bertikal dari jantung. Perubahan pada tekanan ini harus di factored untuk memastikan adekuatnya aliran darah ke organ vital.Teknik hipotensi menurunkan sirkulasi perifer. Hal ini terutama sangat penting di area yang lebih berat dan banyak struktur tulangnya. Maka dari pada itu, perlu diberikan pads suportif dibawah pasien terutama dibagian occiput, sacrum, elbors dan kaki dan juga tekanan harus menjauh dari daerah orbita (terutama pada posisi probe) untuk menghindari peningkatan tekanan retina.3. Tekanan positif airwaySalah satu faktor pendukung dalam teknik hipotensi adalah penggunaan ventilasi tekanan positif dengan volume tidal yang tinggi dengan pemanjangan waktu inspirasi dan peningkatan tekanan positif expiratori. Hal ini akan menurunkan vena balik dan akan mengontrol anestesi hipotensi. Namun, peningkatan pada ventilasi tidal ini juga akan meningkatkan ruang respirasi dalam hipotensi anestesi dan peningkatan tekanan intra thoraks akan menurunkan aliran keluar dari vena serebral sehingga meningkatkan volume darah di otak dan juga intra cranial.

Untuk mempertahankan tekanan darah arteri, maka penurunan pada salah satu komponen akan diikuti oleh kompensasi berupa kenaikan dari komponen yang lain. Takanan darah rata-rata merupakan faktor yang paling penting dalam menentukan aliran darah ke jaringan, kerena merupakan tekanan untuk mengalirkan darah ke sirkulasi sistemik.5 MAP dapat diukur melalui persamaan: MAP = Diastolic + 1/3 Pulse Pressure dimana pulse pressure adalah perbedaan antara tekanan darah sistolik dan diastolik. Arterial pulse pressure berbanding lurus dengan stroke volume dan berbanding terbalik dengan compliance dari sistem arteri. Sehingga penurunan pulse pressure akan berhubungan dengan penurunan dari stroke volume, peningkatan SVR atau keduanya.4 Resistensi perifer ditentukan oleh tonus pembuluh darah yang dipengaruh oleh impuls simpatik yang terus menerus, pemutusan impuls ini akan menyebabkan vasodilatasi dan penurunan pembuluh darah. Serat-serat simpatis dari torakolumbal bertanggungjawab terhadap impuls tonus pembuluh darah. Sehingga untuk menghentikan impuls tersebut dapat dilakukan blok pada : akar sentral, rami komunikan, ganglia simpatik dan paravertebral, dan terminl post ganglionik, melalui anestesi spinal atau epidural dan obat-obat yang menghambat ganglia simpatis dan postganglionik terminal.3Untuk memahami upaya untuk menimbulkan hipotensi, maka faktor-fatoryang mempengaruhi tekanan darah yang normal harus dipahami, antara lain pengaturan dari sistem saraf, cardiac output, status sirkulasi ( resistensi perifer, total volume darah, viskositas, dan elastisitas pembuluh darah), faktor hormonal dan humoral dan faktor fisik.

2.5 Efek Hipotensi pada Organ TubuhEfek pada aliran serebralAliran darah otak (ADO) akan tetap stabil karena adanya autoregulasi otak. ADO dipertahankan dalam tekanan rata-rata antara 60-140 mmHg. Sehingga perubahan tekanan darah dalam batas ini tidak akan mempengaruhi ADO secara signifikan.5Batas terendah MAP yang aman adalah 50-60 mmHg pada pasien normotensi. Bila turun di bawah ambang batas tersebut, autoregulasi otak akan menghilang dan ADO akan turun (menjadi tergantung Tekanan Arteri rata-rata). Keadaan hipoksemia ( PaO21,5 MAC) akan mengganggu autoregulasi otak.

b.5. DesfluranEfek desfluran mirip dengan isofluran. Peningkatan dosis akan berhubungan dengan penurunan tahanan vaskular sistemik yang akan menyebabkan penurunan tekanan darah arteri. Cardiac output dipertahanakan konstan pada konsentrasi 1-2 MAC. Efek kardiovaskuler akan nyata jika dikombinasi dengan fentanyl, esmolol, atau klonidin.

C. Obat Obat IntravenaTelah banyak obat-obatan yang digunakan untuk menurunkan tekanan darah secara cepat. Obat-obat yang mampu mengontrol tekanan darah dari waktu ke waktu menjadi pilihan utama. Sebagian besar dari obat-obatan ini di titrasi untuk mencapai TAR yang diinginkan atau lapangan operasi yang diharapkan. Perbedaan farmakologis masing-masing obat membuat kombinasi beberapa obat menjadi pilihan.1

c.1. Sodium Nitroprusid1,6,7Sodium Nitroprusid (SNP) mengandung 5 gugus sianida (CN-) dan Nitric oxide (NO). Nitric oxide akan mengaktivasi enzim guanylate cyclase (berada dalam otot polos pembuluh darah) untuk sintesa Guanosine 35 monophosphate (cGMP) sehingga konsentrasi cGMP intrasel meningkat. cGMP akan menghambat Ca2+ oleh retikulum endoplasma untuk menghasilkan efek vasodilatasi. Nitric oxide adalah mediator aktif yang bertanggung jawab terhadap efek vasodilatasi oleh SNP.Sodium Nitroprusid bekerja merelaksasi otot polos pembuluh darah arteri dan vena (nonselektif vasodilator). Tahanan pembuluh darah sistemik turun karena vasodilatasi arteri dan aliran balik vena turun karena adanya peningkatan kapasitaspembuluh darah vena. Pada pembuluh darah otak menyebabkan dilatasi. Aliran darah otak yang meningkat menyebabkan volume darah otak (CBV) dan tekanan intra kranial (TIK) meningkat.Mula kerja SNP cepat (1 2 menit), lama kerjanya pendek dan diberikan secara titrasi dengan dosis 0,5 10 g/kgbb/menit. Pada dosis 2g/kgbb/menit resiko terjadinya keracunan sianida meningkat. SNP akan dimetabolisme menjadi sianida.Efek samping SNP adalah keracunan sianida, takikardi, takifilaksis dan rebound hypertension.

Di dalam plasma memecah menjadi ion sianida bebas. Ada 3 reaksi yang terjadi :1. berikatan dengan methemoglobin menjadi sianmethemoglobin2. berdifusi keluar dari eritrosit, dimetabolisme di hepar dan ginjal menjaditiosianat yang diekskresikan melalui urin (dikatalis oleh enzim rhodanase)3. berikatan dengan sitokrom oksidase, yang dapat menyebabkan keracunansianida.Gejala dari keracunan sianida adalah asidosis metabolik, disritmia, oksigen dalam pembuluh darah vena meningkat (sebagai akibat ketidakmampuan penggunaan oksigen oleh jaringan), takifilaksis. Pada dosis 2 g/kgbb/menit atau total 1,5 mg/kgbb pemberiannya harus hati-hati. Apabila terjadi keracunan sianida maka pemberian SNP harus segera dihentikan. Berikan oksigen 100%, kemudian sodium tiosulfat 150 mg/kgbb iv dalam 15 menit (tiosulfat sebagai donor sulfur yang akan mengubah sianida menjadi tiosianat yang kurang toksik) atau hidroksokobalamin 0,1 mg/kgbb 1v (hidroksokobalamin akan mengikat sianida menjadi sianokobalamin vitamin B12-).Hal yang harus diperhatikan adalah pada saat pemberian larutan nitroprusid harus dihindari kontak obat dengan cahaya karena alrutan ini akan terjadi foto degradasi yang menyebabkan hilangnya potensi obat.

c. 2. Nitrogliserin (NTG)1,6,7Mekanisme kerja NTG, sama dengan SNP. Perbedaan dengan SNP adalah NTG membutuhkan gugus thio untuk membentuk Nitric oxide. Nitrogliserin menurunkan kebutuhan oksigen dan meningkatkan suplai oksigen :- secara langsung mendilatasi pembuluh darah vena, menyebabkan berkurangnya aliran balik vena dan preload sehingga tekanan akhir diastolik ventrikel menurun (kebutuhan oksigen miokard menurun dan perfusi endokardial meningkat)- dilatasi arteriol sehingga afterload berkurang dan akan menurunkan tekanan akhir sistolik dan kebutuhan oksigen - redistribusi aliran darah koroner ke daerah iskemik pada subendokardium Nitrogliserin merupakan obat pilihan pada keadaan edema paru kardiogenik, karena menurunkan preload. Nitrogliserin juga merelaksasi otot polos paru dan uterus.Mula kerja NTG cepat, waktu paruhnya singkat dan tidak menghasilkan metabolik toksik. Diberikan secara infus intravena dengan dosis 0,5 10 g/kgbb/menit. Efek rebound hypertension setelah penghentian NTG lebih minimal.Laju nadi sedikit meningkat, tetapi bila tekanan diastolik menurun berlebihan, akan terjadi peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis, terjadi takikardi.Penggunaan NTG pada pasien dengan compliance intrakranial yang menurun merupakan kontraindikasi sampai dura dibuka, karena resiko peningkatan aliran darah otak dan edema otak meningkat. TIK akan meningkat dan CPP (tekanan perfusi otak) menurun selama pemberian NTG.

c.3. Hydralazin1,6,7Hidralazin akan merelaksasi otot polos pembuluh darah arteriol menyebabkan dilatasi. Mekanismenya berhubungan dengan utilisasi kalsium atau aktifasi gunilil siklase. Onset kerja 15 menit dan akan bertahan 2-4 jam. Dosis intravena 5-20mg infus kontinu 0,25-1,5 g/kg/min jarang dilakukan karena onset obat yang lambat dan durasi lama. Penurunan tekanan darah akan dikompensasi dengan peningkatan laju jantung, kontraktilitas miokard serta kardiak output. Hidralazin juga menyebabkan vasodilator cerebral yang menyebabkan penigkatan ADO dan tekanan intrakranial.

c.4. Trimethapan1Obat ini akan menimbulkan vasodilatasi melalui relaksasi otot polos dan blokade reseptor asetilkolin pada ganglia otonom secara non selektif, sehingga aktivitas simpatis dan parasimpatis terhambat. Blok parasimpatis akan memberikan efek yang tidak diinginkan seperti takikardia, midriasis, siklopegia,penurunan motilitas saluran cerna, dan retensi urin.Trimetaphan akan bekerja cepat dengan durasi yang lebih lama dari sodium nitroprusid. Infus 0,1% trimethapan (1mg/ml) dititrasi sampai efek yang diinginkan, biasanya 10-100g/kg/min. takifilaksis sering terjadi setelah infus lama. Trimetaphan akan dimetabolisme oleh plasma kolinesterase, sehingga tidaktergantung dari fungsi ginjal dan hati.

c.5. Klonidin1,8Klonidin adalah agonis 1 dan 2 adrenergik (1:220) yang bekerja sentral dan perifer. Aktivasi reseptor 2 di presinaptik saraf perifer adalah menghambat pelepasan neurotransmiter dan menurunkan kadar norepinefrin, sehingga kardiovaskuler lebih stabil. Pada susunan saraf pusat (pada lokus sureleus yang terletak di daerah kaudal ventrikel IV), aktivasi reseptor 2 memberikan manifestasi penurunan tonus simpatis dan peningkatan tonus parasimpatis (menyebabkan vasodilatasi, penurunan tekanan darah dan bradikardi), sedasi, analgesia dan ansiolisis. Klonidin terbukti efektif mempertahankan stabilitas hemodinamik dan memperbaiki rasio penyediaan dan kebutuhan oksigen (O2 supply and demand ratio) dengan menekan tonus simpatis. Shiguone dan kawan-kawan telah melaporkan bahwa premedikasi dengan klonidin lebih efektif menekan respons kardiovaskuler selama tindakan laringoskopi daripada premedikasi dengan lidokain (1mg/kgbb) atau fentanil (2mcg/kgbb). Selama anestesi umum klonidin juga dapat menurunkan konsentrasi katekolamin plasma dan menurunkan kebutuhan gas inhalasi serta obet-obat intravena. Pemberian klonidin dapat menghasilkan bradikardia terutama pada pasien yang belum mengalami stimulasi, hal ini dapat diatasi dengan pemberian atropine. Efek lain dari klonidin adalah menurunkan tekanan intraokuler (kenaikan tekanan intraokuler terutama karena tindakan laringoskopi atau intubasi), menurunkan produksi saliva dan antishivering (mekanismenya belum diketahui). Pada ginjal dapat meningkatkan diuresis karena menghambat pelepasan hormone antidiuretika.Absorbsi setelah pemberian oral cukup cepat. Mencapai dosis puncak setelah 60-90 menit. Waktu paruhnya 9-12 jam (50% dimetabolisme di hepar dan sisanya dikeluarkan melalui urin). Klonidin dapat diberikan sebagai premedikasi anestesi dengan dosis oral 3-5 g/kgbb, intramuskular (2 g/kgbb), intravena (1-3 g/kgbb).Efek samping yang terjadi adalah bradikardia, hipotensi, sedasi, mulut kering dan depresi pernafasan. Jika klonidin dihentikan secara mendadak maka sistem saraf simpatis akan mengembalikan produksi efinefrin dan norefinefrin lebih tinggi dari level seblem terapi sehingga akan mengakibatkan efek rebound hipertensi. Rebound hipertensi ini dapat dihindari dengan melakukan titrasi penurunan terapisecara lambat.

c.6. Deksmedetomidin1Deksmedetomidin juga merupakan agonis 2 poten yang sangat selektif. Ratio 1 dan 2 obat ini 1 : 1620, karena itu potensi deksmedetomidin lebih dari tujuh kali klonidin. Deksmedetomidin mempunyai efek sedatif, analgetik dan simpatolitik, karena akan menurunkan aliran simpatis, yang akan menumpulkan respon kardiovaskular (hipertensi , takikardia) selama periode periopertatif. Ketika digunakan perioperative akan mengurangi kebutuhan obat-obat intravena dan inhalasi. Ketika digunakan post operatif akan mengurangi kebutuhan obat analgetik dan sedatif. Pasien tetap tersedasi ketika tanpa rangsangan dari luar tetapi akan mudah dibangunkan dengan stimulasi. Walaupun demikian obat ini tidak mendepresi ventilasi. Deksmedetomidin diberikan dengan dosis 1 mcg/kgbb (dalam >10 menit), dilanjutkan dengan infuse 0,2 0,7 mcg/kgbb/jam, fase distribusi dalam tubuh berlangsung cepat dengan distribusi masa paruh hampir 6 jam. Pemberian yang terlalu cepat akan menimbulkan peningkatan tekanan darahwalaupun pada akhirnya akan terjadi hipotensi dan bradikardia seiring dengan berjalannya terapi.11

c.7. Esmolol1,2,8Esmolol adalah obat penghambat reseptor 1 adrenergik, menurunkan denyut jantung dan tekanan darah. Mempunyai mula kerja sangat cepat dan lama kerja yang pendek dengan waktu paruh 9 menit. Efek obat akan mencapai puncaknya dalam 5 menit dan akan hilang dalam 10 30 menit setelah penghentian. Menyebabkan depresi miokard, frekuensi denyut nadi dan curah jantung menurun, resistensi sistemik meningkat. Aktivitas plasma renin selama pemberian esmolol sedikit menurun sehingga hipotensi yang terjadi lebih stabil. Dapat diberikan dengan dosis 0,5 mg/kgbb dalam > 1 menit dilanjutkan dengan infus 50 g/kgbb/menit, maksimal 200 g/kgbb/menit. Untuk mencegah efek pada jantung yang tidak diinginkan karena laringoskopi, diberikan bolus 0,2 0,5 mg/kgbb.

c.8. Labetalol1,8Labetalol akan menyebabkan hipotensi dengan cara menghambat baik reseptor 1 maupun 1, labetalol juga akan menghambat reseptor 2. Sehingga akan meghasilkan penurunan kardiak output, SVR dan tekanan darah. Labetalol akan mencapai puncaknya setelah 5 menit, dosis inisial 0,1 0,25 mg/kg diberikan selama 2 menit. Dosis ulangan diberikan setelah 10 menit.atau melalui infus kontinyu 2mg/menit.

c.9. BisoprololBisoprolol merupakan golongan beta bloker yang bekerja dengan cara menurunkan laju jantung dan merlekasai otot pembuluh darah sehingga akan menimbukan efek hipotensi. Bisoprolol secara selektif menghambat stimulasi katekolamin dari reseptor adrenergik b1 di dalam jantu g dan pembuluh darah. Hal ini mengakibatkan penurunan laju jantung, cardiac output, tekanan darah sistolik dan diastolik, dan refleks hipotensi orthostatik. Akan tetapi bisoprolol juga dapat menyebabkan blok b2 pada otot bronkus sehingga menyebabkan bronkospasme. Tetapi hanya sedikit bahkan tidak ada efek terhadap b2 reseptor pada dosisi