30
MOLA HIDATIDOSA Definisi Mola hidatidosa adalah penyakit tropoblastik kehamilan jinak (Benign Gestasional Trophoblastic Disease [GTD]) 1 . Kehamilan mola merupakan kondisi ketidakwajran plasenta yang menunjukkan perubahan degeneratif stroma villi berkombinasi dengan beberapa derajat aktivitas neoplastik epitel korionik 7 . Terdapat proliferasi jaringan plasenta abnormal yang mempengaruhi sitotropoblas dan atau sinsitiotropoblast 2 . Epidemiologi Mola hidatidosa adalah GTD yang paling sering terjadi 3 . Insidensi bervariasi pada setiap daerah, insidensi rendah dan menengah pada amerika utara dan eropa, sedangkan amerika latin dan asia memiliki insidensi tinggi 1 . Mola hidatidosa terjadi pada 1/1500 kehamilan di Amerika dan pada 1/200 kehamilan di Meksiko 3,4 . Insidensi kehamilan mola sekitar 1 dalam 1000 kehamilan diantara wanita kulit putih di Amerika 1 . Wanita asia yang tinggal di Amerika terjadi 1 dalam 800 kehamilan 5 . Insidensi 1/125 kehamilan di Taiwan 6 . Di Inggris 1 dalam 1200 sampai 1 dalam 2000 kehamilan. Di Rusia 1 dalam 330 kehamilan. Di Filipina 1 dalam 173 kehamilan 7 . Faktor resiko Umur yang terlalu ekstrim dan riwayat GTD sebelumnya adalah 2 faktor resiko terbesar untuk kehamilan mola 1 . Ada peningkatan resiko yang kecil pada wanita usia dibawah 20 tahun dan peningkatan resiko signifikan pada wanita berusia diatas 35

bab II tinjauan pustaka.docx

  • Upload
    hidayat

  • View
    233

  • Download
    2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

j

Citation preview

MOLA HIDATIDOSADefinisiMola hidatidosa adalah penyakit tropoblastik kehamilan jinak (Benign Gestasional Trophoblastic Disease [GTD])1. Kehamilan mola merupakan kondisi ketidakwajran plasenta yang menunjukkan perubahan degeneratif stroma villi berkombinasi dengan beberapa derajat aktivitas neoplastik epitel korionik7. Terdapat proliferasi jaringan plasenta abnormal yang mempengaruhi sitotropoblas dan atau sinsitiotropoblast2. EpidemiologiMola hidatidosa adalah GTD yang paling sering terjadi3. Insidensi bervariasi pada setiap daerah, insidensi rendah dan menengah pada amerika utara dan eropa, sedangkan amerika latin dan asia memiliki insidensi tinggi1. Mola hidatidosa terjadi pada 1/1500 kehamilan di Amerika dan pada 1/200 kehamilan di Meksiko3,4. Insidensi kehamilan mola sekitar 1 dalam 1000 kehamilan diantara wanita kulit putih di Amerika1. Wanita asia yang tinggal di Amerika terjadi 1 dalam 800 kehamilan5. Insidensi 1/125 kehamilan di Taiwan6. Di Inggris 1 dalam 1200 sampai 1 dalam 2000 kehamilan. Di Rusia 1 dalam 330 kehamilan. Di Filipina 1 dalam 173 kehamilan7. Faktor resikoUmur yang terlalu ekstrim dan riwayat GTD sebelumnya adalah 2 faktor resiko terbesar untuk kehamilan mola1. Ada peningkatan resiko yang kecil pada wanita usia dibawah 20 tahun dan peningkatan resiko signifikan pada wanita berusia diatas 35 tahun1,2. Wanita berusia diatas 35 tahun juga beresiko ke arah keganasan1. Usia ibu lebih dari 35 tahun secara konsisten menunjukkan faktor resiko mola komplit. Ovum dari wanita tua lebih dicurigai mengalami fertilisasi yang tidak normal. Pada suatu studi, resiko mola komplit meningkat 2 kali lipat pada wanita berusia lebih dari 35 tahun dan 7,5 kali lipat pada wanita berusia lebih dari 40 tahun3,4,8. Resiko wanita yang sebelumnya memiliki riwayat sekali kehamilan mola mencapai 1% hingga 3% dan dapat mencapai 16% hingga 28% pada wanita yang memiliki riwayat dua kehamilan mola1,3,4,7.Insidensi yang lebih tinggi juga ditemukan pada area dimana terdapat diet rendah beta-karotin dan asam folat1. Studi case-control di Italia dan US mennjukkan diet rendah karotin berhubungan dengan peningkatan resiko kehamilan mola komplit. Area dengan insidensi tinggi kehamilan mola juga memiliki frekuensi tinggi defisiensi vitamin A3,4,8.Faktor lain yang mungkin berhubungan adalah merokok, infertilitas, aborsi spontan, golongan darah A dan riwayat kontrasepsi oral1. Temuan yang paling manarik adalah wanita bergolongan darah A yang dihamili oleh laki-laki bergolongan darah O memiliki resiko 10 kali lebih besar menjadi koriokarsinoma daripada wanita bergolongan darah A dihamili oleh pria bergolongan darah A. Wanita dengan golongan darah AB cenderung relatif memiliki prognosis buruk3.Resiko untuk mola parsial berhubungan dengan pengunaan kontrasepsi oral dan riwayat menstruasi tidak teratur. Tidak ada hubungan antara usia ibu dengan resiko mola parsial8.Klasifikasi Mola komplit adalah Gestasional Tropoblastik Neoplasia jinak yang paling umum2. Kehamilan mola komplit pada umumnya diploid. Mola hidatidosa komplit menunjukkan karakteristik pembengkakan dan hiperplasia tropoblastik8. Dihasilkan dari fertilisasi telur normal dengan sperma X tunggal (haploid) menghasilkan turunan kariotipe paternal (androgenik) normal 46,XX2, sekitar 10% memiliki kariotipe 46, XY yang kemudian menduplikasikan kromosomnya sendiri8. Tidak terlihat adanya fetus, tali pusat atau cairan amnion. Uterus terisi dengan vesikel seperti anggur yang tersusun dari villi avaskular edematosa. Progresi ke arah malignansi adalah 20%2. Mola inkomplit adalah Gestasional Tropoblastik Neoplasia yang jarang. Kehamilan mola parsial memiliki kromosom triploid dan kromosom tambahannya adalah paternal8. Dihasikkan dari fertilisasi telur normal dengan dua sperma menghasilkan kariotipe triploid 69, XXY2,8. Mola hidatidosa parsial dikarakteristikan ciri-ciri patologi berikut8: Villus korionik ukurannya bervariasi dengan pembengkakan hidatiform, kavitasi dan hiperplasia tropoblastik fokal Inklusi stroma tropoblastik jelas Jaringan embrio atau fetus dapat diidentifikasiKetika fetus terlihat, umumnya menunjukkan triploiditas, seperti retardasi pertumbuhan dan malformasi kongenital multipel, syndactyli dan hidrosepalus8.

Tabel 1. Perbandingan karakteristik mola hidatidosa komplit dan parsial1,8.

Ciri-CiriMola Komplit (90%)Mola Parsial (10%)

Usia >40 tahun (5-10X)100.000)Meningkat sedikit

Potensi Keganasan

Non-Metastatik15%-25%2%-4%

Metastatik4%0%

Follow-Up

Minggu Mencapai hCG Normal 14 minggu8 minggu

Gambar 1. Gambaran mikroskopik mola komplit menunjukkan pembesaran villus dengan kavitasi sentral dan dikelilingi hiperplasia tropoblastik8.

Gambar 2. Gambaran mikroskopik mola parsial menunjukkan perbedaan ukuran villus, inklusi tropoblastik (tengah), dan hiperplasia tropoblastik ringan8.

Patogenesis Perubahan kromosom pada oosit yang telah dibuahi menyebabkan degenerasi pembuluh darah pada villus dalam kehamilan awal, sehingga memproduksi villus yang membengkak (vesikel) di dalam uterus9. Mola hidatidosa terjadi pada tropoblas ekstraembrionik. Studi morfologi mendetail dari spesimen histerektomi berisi kehamilan mola menunjukkan konsep baru mengenai asal-usul mola hidatidosa sebagai transformasi inner cell mass embrionik pada tingkat sebelum terbentuknya endoderm. Pada tingkat embriogenesis, inner cell mass memiliki potensi untuk berkembang menjadi tropoblas, ektoderm, atau endoderm. Jika perkembangan normal terganggu, inner cell mass kehilangan kapasitasnya untuk berdiferensiasi menjadi ektoderm dan endoderm embrionik, jalur perkembangan berbeda terbentuk. Jalur ini kemudian menghasilkan pembentukan tropoblast (dari inner cell mass) yang berkembang menjadi sitotropoblas dan sinsitiotropblas. Differensiasi yang cukup menyebabkan produksi mesoderm ekstraembrionik dan vesikel mola dengan mesoderm primitif yang longgar pada inti villusnya3.Mola hidatidosa komplitMola komplit dihasilkan dari fertilisasi enucleat ovum atau telur kosong, yang tidak memiliki nukleus atau nonfungsional dengan satu sperma normal (90%) yang kemudian mereplikasi dirinya sendiri. Semua kromosom adalah dari paternal. Pola kromosom paling umum mola komplit adalah 46, XX1. Beberapa 46, XY (10%), diyakini karena dua sperma secara simultan memasuki ovum6.

Gambar 3: Mola komplit terjadi dari fertlisasi telur enucleat kosong dengan sperma normal. Sperma menduplikasi dirinya sendiri, menghasilkan kariotipe diploid 46, XX. Semua krmosom berasal dari paternal7.

Abnormalitas plasenta pada mola komplit dicirikan dengan proliferasi tropoblastik noninvasif yang berhubungan dnegan pembengkakan diffus villus korionik. Degenerasi hidropik ini memberikan tampilan vesikel seperti anggur yang mengisi uterus pada villus yang tidak ada fetus1.

Gambar 4: Morfologi villus. (A) Villi korionik normal. (B) Mola parsial dengan campuran antara villi normal dengan beberapa villi yang membengkak (kasus triploid, 69 XXY). (C) Mola komplit dengan villi vesikuler membengkak1.

Pada mola komplit, ada ketidaknormalan proliferasi sinsitiotropoblas yang memproduksi hCG. Ini bertanggungjawab atas tingginya kadar hCG (>100.000 mIU/mL) yang berhubungan dengan mola komplit. Kadar hCG yang tinggi ini menjelaskan tanda dan gejala mola komplit. hCG memiliki 2 subunit yaitu - hCG dan - hCG. Meskipun - hCG unik, - hCG mirip dengan Luteinizing Hormone (LH), Follicle-Stimulating Hormone (FSH), dan Thyroid-Stimulating Hormone (TSH). Oleh karena itu, kadar hCG yang tinggi berhubungan dengan mola komplit dapat bertindak sebagai homolog LH dan FSH, menghasilkan stimulasi kista teka lutein yang besar (>6 cm). Hormon hCG juga dapat bertindak sebagai homolog TSH, menghasilkan hipertiroidisme pada pasien dengan mola komplit. Tingginya kadar hCG juga dapat menyebabkan hiperemesis gravidarum dan preeklampsi awal1.

Gambar 5. HCG lebih tinggi pada wanita dengan mola hidatidosa daripada wanita dengan kehamilan normal9

Mola hidatidosa parsialMola parsial dibentuk ketika ovum normal difertilisasi oleh dua sperma secara simultan. Ini menghasilkan kariotipe triploid dengan 69 kromosom, dengan 2 set dari paternal1. Kariotipe paling umum adalah 69, XXY (70%), 69 XXX (27%), 69 XYY (3%)1,3. Abnormalitas plasenta dikarakteristikan dengan villi hidrofik dan hiperplasia tropoblastik fokal terutama pada sitotropoblas. Karena sitotropoblas tidak memproduksi hCG, kadar hCG pada mola parsial normal atau sedikit meningkat dibandingkan dengan peningkatan yang ekstrim pada mola komplit1.

Gambar 6: Mola parsial hasil dari fertilisasi simultan normal ovum oleh dua sperma (diandry). Menghasilkan kariotipe triploid umumnya 69, XXY7

Mola parsial adalah tipe GTD yang berhubungan dengan adanya janin. Faktanya, cairan amnion dan denyut jantung janin dapat ada. Kariotipe janin dapat normal diploid atau triploid. Janin ini sering memiliki anomali multiple seperti sindaktili dan hidrosepalus dan sering mengalami restriksi pertumbuhan. Kebanyakan janin bertahan hanya beberapa minggu pada uterus sebelum secara spontan aborsi pada akhir trimester pertama atau awal trimester kedua. Hasilnya, mola parsial sering salah diagnosis dengan abortus spontan atau missed aborsi. Mola parsial hampir selalu jinak dan memiliki potensi keganasan lebih rendah dibanding mola komplit1.

Gejala klinisa. Mola hidatidosa komplit Perdarahan pervaginaPerdarahan pervagina adalah gejala yang paling umum menyebabkan pasien meminta pengobatan pada kehamilan mola komplit. Dilaporkan terjadi pada 97% kasus, sedangkan baru-baru ini dilaporkan terjadi pada 84% pasien8. Perdarahan pervagina biasanya terjadi pada trimester pertama atau awal trmester kedua5, antara minggu ke 6-8 kehamilan sampai kehamilan 16 minggu2,9. Jaringan mola dapat terpisah dari desidua dan mengganggu pembuluh darah maternal, volume darah yang banyak dan tertahan dapat meregang rongga endometrium. Karena perdarahan pervagina dapat sangat parah dan lama, pasien dapat menjadi anemia (Hb 100.000 mIU/mL4. Kadar hCG merefleksikan jumlah volume tumor dan digunakan untuk diagnosis dan menstartifikasi resiko dan penilaian kefektifan terapi. Tes konfirmasi biasanya digunakan USG pelvis1. USG mola hidatidosa memperlihatkan multiple ekhoik dibentuk oleh hubungan antara pemebengkakan villus mola dan jaringan sekitar, tanpa kantong gestasional atau janin (pola Snow Storm atau Swiss Cheese)4,1. Hasil pemeriksaan dapat menunjukkan kista teka lutein bilateral (15% kasus), yang tampak sebagai kista miltilocular besar (> 6cm) pada kedua ovarium. Tidak seperti kehamilan mola komplit, kadar hCG relatif normal pada kehamilan mola parsial. USG pelvis dapat memperlihatkan aktivitas jantung janin, malformasi kongenital dan/atau IUGR. Cairan amnion biasanya ada tetapi sedikit, dan pasien ini umumnya tidak memiliki kista teka lutein1. Kehamilan mola parsial dengan menunjukkan ruang kistik focal pada jaringan plasenta dan peningkatan diameter transversal kantong kehamilan. Ketika kedua kriteria ada, nilai postif prediksi mola parsial 90%8.

Gambar 9. USG uterus menunjukkan pola khas mola hidatidosa komplit (pola vesikular ultrasonografi)

Gambar 10: USG dari kehamilan mola menunjukkan penampakan klasik snow strom. Kista teka lutein besar dapat terlihat pada ovarium 1

Diagnosis definitif kehamilan mola dibuat pada pemeriksaan patologi jaringan intrauterus yang dievakuasi1. Karakteristik temuan patologik adalah multipel, diameter 1-2 cm, vesikel seperti anggur mengisi dan melembungkan uterus. Mola hidatidosa dapat menyerupai abortus, dan diagnosis hanya akan dibuat secara histologi. Edema stroma villI, villus avaskular, dan proliferasi sinsitiotropoblas atau sitotropoblas mengelilingi villus adalah karakteristik temuan histopatologi. Keganasan terjadi lebih sering jika sel tropoblastik adalah anaplastik atau menunjukkan proliferasi 4).Penatalaksanaan Kuretase suctionTerapi standar untuk mola hidatidosa adalah evakuasi suction diikuti dengan kuretase tajam rongga uterus, tanpa menghiraukan usia kehamilan5. dan semua spesimen harus dikumpulkan ke histopatologi4. Sebelum mengevakuasi uterus, pemeriksaan laboratorium termasuk kadar hCG, hitung darah lengkap (CBC), pembekuan, tes fungsi ginjal, hati dan tiroid. Golongan darah ibu harus diperiksa untuk menentukan Rhesus dan persiapan kemungkinan perdarahan vagina berat selama prosedur1. Sesudah isi uterus dievakuasi, IV oksitosin dapat diberikan untuk menstimulasi kontraksi uterus dan meminimalkan kehilangan darah1. IV oksitosin dapat dilanjutkan selama 24 jam postevakuasi jika perlu3.Kuretase suction adalah metode evakuasi pilihan, tanpa menghiraukan ukuran uterus, untuk pasien yang menginginkan kesuburan. Langkah-langkahnya sebagai berikut8: Infus oksitosin- Prosedur ini dimulai sebelum induksi anestesi. Dilatasi serviks- Selama serviks berdilatasi, perdarahan uterus sering meningkat. Tahanan darah pada rongga uterus dapat dikeluarkan selama dilatasi serviks. Kuretase suction- Dalam beberapa menit kuretase suction dimulai, ukuran uterus dapat menurun secara cepat, dan perdarahan dapat dikontrol. Penggunaan kanula 12 mm sangat disarankan untuk evakuasi. Jika uterus lebih besar dari kehamilan 14 minggu, satu tangan harus ditempatkan di atas fundus, dan fundus harus dipijat untuk menstimulasi kontraksi uterus dan menurunkan resiko perforasi. Kuretase tajam- Ketika evakuasi suction selesai, kuretase tajam dilakukan untuk mengeluarkan sisa jaringan mola.

Follow-up Human Chorionic GonadotropinKadar hCG harus diukur dalam 48 jam dari evakuasi uterus dan kadar - hCG harus dimonitor perminggu sampai normal selama 3 minggu berturut-turut, kemudian diikuti pemeriksaan perbulan sampai normal selama 6 bulan berturut-turut. Waktu rata-rata mencapai kadar normal hCG pertama sesudah evakuasi adalah sekitar 9-14 minggu, dibandingkan dengan kehamilan normal, aborsi dan terminasi selama 2 sampai 4 minggu8,1. Tingginya dan peningkatan kadar hCG selama monitor atau adanya hCG lebih dari 6 bulan setelah D&C mengindikasikan penyakit persisten/invasif1. Sesudah pasien mencapai kadar hCG tak terdeteksi, resiko berkembangnya relapse tumor sangat rendah dan mencapai nol8.

Gambar 11: regresi normal kadar hCG setelah evakuasi mola dari uterus. Rata-rata waktu untuk normalisasi adalah 8 sampai 14 minggu1.

Terapi direkomendasikan jika - hCG tetap tinggi dan meningkat pada 8 minggu setelah terminasi kehamilan mola. Beberapa data menunjukkan bahwa 15% pasien menunjukkan penurunan titer tanpa terapi. Hampir 15% pasien yang memiliki peningkatan titer pada minggu ke-8 postevakuasi menunjukkan peningkatan atau titer yang tinggi, hampir setengah pasien menunjukan gambaran hsitologi mola invasif dan setengah lainnya koriokarsinoma3. KontrasepsiUntuk meyakinkan resolusi, monitor hCG sangat penting. Oleh karena itu, sangatalah penting untuk mencegah kehamilan selama periode follow-up1. Methotrexate dapat tertahan pada tubuh sampai 8 bulan dan secara teoritis beresiko sitotoksik merusak oosit menghasilkan peningkatan insidensi abnormalitas fetus. Oleh sebab itu pasien disarankan menunda kehamilan 1 tahun7. Pasien dianjurkan untuk menggunakan kontrasepsi efektif selama follow-up hCG. Karena resiko perforasi intrauteri, IUD tidak disarankan sampai pasien mencapai kadar normal hCG. Jika pasien tidak menginginkan sterilisasi operasi, kontrasepsi oral atau metode kondom disarankan. Insidensi persisten tumor dilaporkan meningkat diantara pasien yang menggunakan kontrasepsi oral sebelum perbaikan gonadotropin8.

Kemoterapi profilaksisMasih kontroversi apakah kemoterapi profilaksis (MTX atau D-ACT) diberikan pada kehamilan mola komplit yang beresiko tinggi ( usia>35 tahun, riwayat kehamilan mola sebelumnya, hiperplasi tropoblastik) atau pada pasien yang susah difollow-up3. Profilaksis kemoterapi tidak hanya mencegah metastasis tetapi juga menurunkan insidensi dan morbiditas invasi uterus lokal. Profilaksis berguna dalam mengelola kehamilan mola komplit beresiko tinggi, khususnya ketika pemeriksaan hCG untuk follow-up tidak tersedia8. Indikasi kemoterapi kecurigaan koriokarsinoma berdasarkan WHO7:a. Kadar hCG tinggi pada minggu ke-4 setelah evakuasi uterus (serum >20.000 IU/L; urin >30.000 IU/L)b. Peningkatan kadar - hCG setelah menjangkau kadar normalc. Peningkatan hCG progresif kapan saja setelah evakuasi uterusd. hCG terdeteksi pada serum setelah 6 bulane. Identifikasi histologi koriokarsinoma atau adanya metastasis SSP, renal, hepar atau GI, atau metastasis pulmonal dengan diameter >2cm atau jumlahnya >3.f. Perdarahan menetap uterus dengan peningkatan hCG.

HisterektomiJika pasien menginginkan strerilisasi, histerektomi dilakukan. Ovarium dipertahankan saat operasi, bahkan pada kista teka lutein. Kista ovarium besar dapat di dekompresi dengan aspirasi8. Pembesaran ovarium (karena kista teka lutein) biasanya berhubungan dengan peningkatan hCG. Resolusi spontan biasanya terjadi dalam 8 minggu dan jika ada resiko terpilin, ruptur atau perdarahan atau jika pembesaran ovarium menjadi infeksi, dapat dilakukan operasi4,3. Histerektomi tidak mencegah metastasis, pasien masih memerlukan follow-up dengan penilaian kadar hCG8. Total abdominal histerektomi (TAH) dapat dilakukan pada wanita yang telah memiliki cukup anak6. Jika kehamilan tidak diinginkan lagi, histerektomi menjadi terapi pilihan. Sebagai contoh mola hidatidosa yang dipertimbangkan untuk histerektomi adalah usia > 40 tahun. Mereka menghadapi peningkatan resiko rekurens untuk mola komplit dan resiko yang lebih besar untuk penyakit tropoblastik4. Walaupun ini akan mengeliminasi resiko invasi lokal, histerektomi tidak mencegah metastasis penyakit1. Penyakit metastasis setelah histerektomi pada GTD menurun dari 20% ke 3,5% 3.

Gambar 12: Algoritme penatalaksanaan mola hidatidosa

Prognosis Prognosis kehamilan mola adalah baik, dengan 95% sampai 100% sembuh dengan kuretase suction. Penyakit persisten akan berkembang pada 15% sampai 25% pasien dengan mola komplit dan 4% pada pasien mola parsial1. Resiko berkembangnya rekurensi hampir 1% sampai 2% sesudah satu kehamilan mola, tetapi setinggi 16% sampai 28% sesudah dua kehamilan mola1. Fertilitas sekitar 86% pasien yang berharap hamil sukses7.Pada metastatik prognosis buruk, hasil terbaik dengan EMACO kemoterapi dan bersamaan radiasi. Sekitar 75% sampai 85% meenerima remisi dengan rata-rata 69% diselamatkan. Metastasis otak dan liver memiliki prognosis terburuk dengan rentang bertahan hidup 0-60% pada hepatik dan 50-80% pada SSP. Angka bertahan hidup menurun < 20% ketika kemoterapi sebelumnya telah digunakan atau jika metastasis SSP berkembang saat terapi 3.

Potensi keganasanResiko tinggi berhubungan dengan persistensi adalah hcg sebelum terapi > 100.000 IU/L, teka lutein > 6cm, usia diatas 40 tahun, dan kehamilan mola sebelumnya (samantha). Review pada 858 pasien dengan mola komplit didapatkan 2/5 pasien memiliki tanda proliferasi tropoblastik berikut pada saat mereka mencari pengobatan: Kada hCG > 100.000 mIU/mL Pembesaran uterus berlebihan Diameter kista teka lutein 6 cmPasien dengan salah satu tanda tersebut harus dipertimbangkan resiko tinggi (57%) terjadinya tumor postmolar. Pasien yang lebih tua juga meningkatkan resiko postmola tumor. Suatu studi melaporkan tumor persisten terjadi sesudah keahmilan mola komplit pada 37% wanita diatas 40 tahun, dimana studi lainnya menemukan 56% wanita diatas 50 tahun8.

Nonmetastatik Gestasional Tropoblastik DiseasePenyakit tropoblastik terkurung diuterus adalah lesi keganasan yang paling umum terlihat pada neoplasia gestasional tropoblastik. Diagnosis biasanya dibuat selama periode follow-up setelah evakuasi kehamilan mola. Terapi untuk pasien dengan keganasan tropoblastik nonmetastatik adalah (a) single-agen kemoterapi dan (b) kombinasi kemoterapi dan histerektomi dilakukan pada hari ke-3 terapi obat jika pasien tidak mengharapkan reproduksi lagi dan penyakitnya diketahui terbatas pada uterus3.

Agent kemoterapi tunggal methotrexate atau dactinomycin dapat membersihkan dengan superioritas dibandingkan protokol lainnya. Kemanjuran terapeutik ini sama. Regimen pilihan tidak ditetapkan, namun injeksi methotrexat intramuskular perminggu sangat baik dan alternatif keefektifan biaya daripada regimen intens 5 hari dengan methotrexat atau dactynomicin, dan dengan minimal efek samping. Kegagalan terapi (mengindikasikan peningkatan -hCG atau adanya metastasis baru) atau efek samping yang tak dapat ditoleransi harus disarankan pemberian agen alternatif. Secara keseluruhan, respons sempurna dengan rentang 60-98% dengan rata-rata penyelamatan mencapai 100%. Methotrexat dikontraindikasikan pada adanya penyakit hepatoselular atau ketika fungsi renal terganggu.

Tabel 3: Protokol kemoterapi untuk non-metastatik dan resiko rendah GTD3ObatDosis

Methotrexate30-60 mg/m2 IM sekali perminggu (hanya untuk non-metastatik)

Methotrexate0,4 mg/kg/hari IV atau IM selama 5 hari, ulangi setiap 14 hari

Methotrexate1 mg/kg IM pada hari ke 1,3,5, dan 7 dan asam folinic 0,1 mg/kg IM pada hari ke 2,4,6,8 ulangi setiap 15-18 hari

Dactinomycin1,25 mg/m2 IV setiap 14 hari

Dactinomycin10-12 g/kg/hari IV selama 5 hari, ulangi setiap 14 hari

Follow up

Ikuti -hcg perminggu. Ganti ke obat alternatif jika -hcg meningkat 10 kali atau lebih, titer mininggi pada kadar yang meningkat, atau tampak metastasis baru.

Lakukan pengecekan laboratorium perhari selama siklus terapi atau perminggu jika diindikasikan. Hentikan kemoterapi jika hitung leukosit < 3000 (hitung netrofil absolut < 1500); plt < 100.000; peningkatan signifikan bun, cr, ast, alt, atau bilirubin; atau efek samping signifikan (stomatitis berat, gastrointestinal ulserasi, atau demam).

Agen kontrasepsi oral atau lainnya harus diberikan bersamaan, dan lanjutkan minimal 1 tahun mengikuti perbaikan

Kemoterapi dilanjutkan untuk satu rangkaian setelah kadar -hcg negatif

Program follow-up: -hcg perminggu sampai normal 3 kali berturut-turut; -hcg perbulan selama 12 bulan; -hcg setiap 2 bulan selama 1 tahun tambahan.

Pemeriksaan fisik termasuk pemeriksan pelvis dan radiografi dada perbulan sampai perbaikan dilakukan; dengan interval 3 bulan selaam 1 tahun setelahnya; kemudian 6 bulan interval seterusnya

Selama terapi, pengukuran -hCG perminggu dan hitung darah lengkap harus dilakukan. Sebelum setiap pemberian terapi, penilaian fungsi hati dan ginjal harus dilakukan. Rata-rata dibutuhkan 3 atau 4 tahap pemberian terapi agen tunggal3.

Metastasis Gestasional Trophoblastic DiseaseTerapi pada metastasis menggunakan agen tunggal kemoterapi (tabel diatas) atau agen multiple kemoterapi. Kemoterapi multipel agen digunaka pada kasus dimana daya tahan terhadap agen tunggal diketahui.

Klasifikasi klinis Gestasional Trophoblastic Disease ganasNational Cancer InstitueSistem ini dugunakan di Amerika untuk menentukan apakah pasien akan memiliki prognosis baik atau buruk dalam respon terhadap agen tunggal kemoterapi

Tabel 4: kategori Gestasional Trophoblastic neoplasiaNonmetastatik DiseaseTidak ada bukti penyakit di luar uterus

Metastatik DiseaseAdanya penyakit di luar uterus

Metastatik disease berprognosis baikDurasi singkat ( 40.000 mIU/mL atau pada urin > 100.000 IU/24 jam

Metastasis ke otak atau hati (tanpa menghiraukan titer hCG atau durasi penyakit)

Kemoterapi sebelumnya tidak sukses

Gestasional Trophoblastic neoplasia mengikuti persalinan aterm

World Health Organization (WHO)Pasien dikategorikan kedalam resiko rendah atau tinggi berdasrakan total skornya. Total skor 0-6 dipertimbangkan sebaagi resiko rendah dan total skor 7 diaktegorikan sebagai resiko tinggi.

Tabel 5: sistem prognosis dimodifikasi WHO sebagai adaptasi oleh FIGO.skor0124

usia