45
D. Kajian Pustaka 1. Kajian Teori a. Hakikat Belajar 1) Pengertian Belajar Pembelajaran yang terjadi di sekolah tidak dapat dipisahkan dari proses belajar. Belajar adalah sebuah proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh kemampuan atau kompetensi yang diinginkan (Pribadi, 2011:12). Sedangkan menurut Gagne (dalam Siddiq, 2008) belajar adalah proses perubahan prilaku suatu organisme yang disebabkan karena pengalaman. Ada 3 pokok dalam proses belajar yaitu: (a) proses, (b) perubahan tingkah laku, (c) pengalaman. Belajar juga merupakan suatu konsep untuk mendapatkan pengetahuan dalam praktiknya (Suprijono, 2009: 3). Belajar merupaka proses yang disebabkan oleh pengalaman, bukan karena pertumbuhan maupun perkembangan tubuh (Trianto,2012:21). Dari pengertian yang disampaikan oleh para ahli di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan diri organisme sebagai akibat dari aktivitas maupun pengalamannya dalam melakukan interaksi di kehidupan sehari-hari untuk memperoleh kemampuan atau kompetensi yang diinginkan.. 2) Prinsip Belajar Berikut ini prinsip-prinsip belajar menurut Suprijono (2009:4) yaitu : a)belajar merupakan perubahan perilaku

Kajian Pustaka.docx

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kajian pustaka

Citation preview

Page 1: Kajian Pustaka.docx

D. Kajian Pustaka

1. Kajian Teori

a. Hakikat Belajar

1) Pengertian Belajar

Pembelajaran yang terjadi di sekolah tidak dapat dipisahkan dari proses

belajar. Belajar adalah sebuah proses yang dilakukan oleh individu untuk

memperoleh kemampuan atau kompetensi yang diinginkan (Pribadi, 2011:12).

Sedangkan menurut Gagne (dalam Siddiq, 2008) belajar adalah proses perubahan

prilaku suatu organisme yang disebabkan karena pengalaman. Ada 3 pokok

dalam proses belajar yaitu: (a) proses, (b) perubahan tingkah laku, (c)

pengalaman.

Belajar juga merupakan suatu konsep untuk mendapatkan pengetahuan

dalam praktiknya (Suprijono, 2009: 3). Belajar merupaka proses yang disebabkan

oleh pengalaman, bukan karena pertumbuhan maupun perkembangan tubuh

(Trianto,2012:21).

Dari pengertian yang disampaikan oleh para ahli di atas, peneliti dapat

menyimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan diri organisme sebagai

akibat dari aktivitas maupun pengalamannya dalam melakukan interaksi di

kehidupan sehari-hari untuk memperoleh kemampuan atau kompetensi yang

diinginkan..

2) Prinsip Belajar

Berikut ini prinsip-prinsip belajar menurut Suprijono (2009:4) yaitu :

a) belajar merupakan perubahan perilaku

Perubahan prilaku sebagai hasil belajar memiliki ciri-ciri sebagai berikut

ini:

(1) Merupakan hasil tindakan rasional instrumental yaitu perubahan yang

terjadi disadari oleh pelaku

(2) Kontinu atau berkesinambungan dengan prilaku lainnya

(3) Fungsionan atau bermanfaat sebagai bekal hidup

(4) Positif atau berakumulasi

(5) Aktif atau sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan

(6) Permanen atau tetap

(7) Bertujuan dan terarah

(8) Mencakup keseluruh potensi kemanusiaan

Page 2: Kajian Pustaka.docx

b) belajar merupakan sebuah proses.

Belajar didorong oleh tujuan dan kebutuhan yang ingi dicapai oleh

pelaku. Belajar merupakan proses sistemik yang bersifat dinamis, konstruktif,

dan organik.

c) belajar merupakan bentuk pengalaman.

Pengalaman adalah sesuatu yang dihasilkan dari proses interaksi pelaku

dengan lingkungannya.

Sedangkan belajar menurut Wingo (dalam Asra, 2009:41-43) didasarkan

atas prinsip-prinsip sebagai berikut:

a) hasil belajar menjangkau banyak segi

Dalam suatu proses pembelajaran, banyak segi yang harus dicapai

sebagai hasil belajar yaitu pengetahuan, pemahaman konsep, penerapan

konsep, dan pengembangan konsep.

b) hasil belajar diperoleh berkat pengalaman

Pemahaman diperoleh oleh individu melalui pengalaman dalam

melakukan kegiatan.

c) belajar merupakan suatu kegiatan yang mempunyai tujuan

Setiap kegiatan yang dilakukan oleh individu tentunya diikuti dengan

tujuan yang ingin dicapai. Begitupula dengan belajar. Belajar memiliki tujuan

yang ingin dicapai oleh individu yang melakukannya.

Dari uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa prinsip belajar terdiri dari

perubahan perilaku, proses, merupakan suatu pengalaman, menjangkau banyak

segi, dan diikuti dengan tujuan yang ingin dicapai.

3) Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Menurut Anni (2009: 97), faktor-faktor yang memberikan kontribusi

terhadap proses dan hasil belajar adalah kondisi internal dan eksternal peserta

didik.

a) Kondisi internal mencakup kondisi fisik, seperti kesehatan organ tubuh;

kondisi psikis seperti kemampuan intelektual, emosional, dan kondisi sosial.

Faktor internal tersebut dapat dapat terbentuk sebagai akibat dari

pertumbuhan, pengalaman belajar sebelumnya, dan perkembangan.

b) Kondisi eksternal mencakup faktor eksternal yang ada di lingkungan peserta

didik. Beberapa faktor eksternal seperti variasi dan tingkat kesulitan materi

belajar (stimulus) yang dipelajari (direspon), tempat belajar, iklim, suasanan

Page 3: Kajian Pustaka.docx

lingkungan, dan budaya belajar masyarakat akan mempengaruhi kesiapan,

proses, dan hasil belajar.

Dari uraian diatas, peneliti menyimpulkan bahwa belajar dipengaruhi oleh

dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

b. Pembelajaran

1) Pengertian Pembelajaran

Gagne (dalam Anni, 2009: 192) menyatakan bahwa pembelajaran

merupakan serangkaian peristiwa eksternal peserta didik yang dirancang untuk

mendukung proses internal belajar. Sedangkan menurut Arifin (2009: 10),

pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan sistemik,

yang bersifat interaktif dan komunikatif antara pendidik (guru) dengan peserta

didik, sumber belajar dan lingkungan untuk menciptakan suatu kondisi yang

memungkinkan terjadinya tindakan belajar peserta didik, baik di kelas maupun di

luar kelas, dihadiri guru secara fisik atau tidak, untuk menguasai kompetensi yang

telah ditentukan.

Pembelajaran menurut Suprijono (2009: 13) adalah dialog interaktif yang

terjadi antara guru dengan peserta didik. Ini juga sejalan dengan pendapat Trianto

(2010:24) bahwa pembelajaran merupakan proses interaksi yang terjadi dari dua

arah dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Dari pengertian pembelajaran yang dikemukakan di atas, peneliti

menyimpulkan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses atau kegiatan dua

arah yang dirancang secara sistematis dan sistemik untuk mendukung proses

aktivitas belajar peserta didik dengan memanfaatkan sumber belajar dan

lingkungan dalam menguasai kompetensi yang telah ditentukan.

2) Faktor yang harus diperhatikan dalam pembelajaran

Reilley dan Lewis (dalam Rifa’I, 2009: 197) menjelaskan delapan prinsip

pembelajaran yang digali dari teori kognitif Bruner dan Ausuble yaitu bahwa

pembelajaran akan lebih bermakna (meaningfull learning) apabila:

a) Menekankan akan makna dan pemahaman;

b) Mempelajari materi tidak hanya proses pengulangan, tetapi perlu disertai

proses transfer secara lebih luas;

c) Menekankan adanya pola hubungan, seperti bahan dan arti, atau bahan yang

telah diketahui dengan struktur kognitif;

d) Menekankan pembelajaran prinsip dan konsep;

Page 4: Kajian Pustaka.docx

e) Menekankan struktur disiplin ilmu dan struktur kognitif;

f) Obyek pembelajaran seperti apa adanya dan tidak disederhanakan dalam

bentuk eksperimen dalam situasi laboratoris;

g) Menekankan pentingnya bahasa sebagai dasar pikiran dan komunikasi; dan

h) Perlunya memanfaatkan pengajaran perbaikan yang lebih bermakna

Menurut teori humanistik, belajar bertujuan memanusiakan manusia. Anak

yang berhasil dalam belajar apabila dapat mengaktualisasikan dirinya dengan

lingkungan maka pengalaman dan aktivitas peserta didik merupakan prinsip

penting dalam pembelajaran humanistik.

Anni (2009) menyatakan bahwa prinsip yang nampak dalam pembelajaran

konstruktivisme adalah:

a) Pertanyaan dan jawaban peserta didik adalah penting,

b) Berlandasan beragam sumber informasi materi dapat dimanipulasi peserta

didik,

c) Pendidik lebih bersikap interaktif dan berperan sebagai fasilitator dan mediator

bagi peserta didik dalam proses pembelajaran,

d) Program pembelajaran dibuat bersama peserta didik agar mereka benar-benar

terlibat dan bertanggung jawab,

e) Strategi pembelajaran, student-centered learning, dilakukan dengan belajar

aktif, belajar mandiri, kooperatif dan kolaboratif.

Dari beberapa pernyataan diatas, peneliti menyimpulkan bahwa prinsip

dalam pembelajaran diterapkan dalam usaha untuk mencapai tujuan sesuai

dengan teori belajar yang digunakan.

3) Kualitas Pembelajaran

Pengertian kualitas pembelajaran Depdiknas (2004: 7), kualitas

pembelajaran dapat diartikan sebagai intensitas keterkaitan sistemik dan

sinergis dosen (guru), mahasiswa (siswa), kurikulum dan bahan belajar,

media, fasilitas, dan sistem pembelajaran dalam menghasilkan proses dan

hasil belajar yang optimal sesuai tuntutan kurikuler. Sedangkan menurut

Karsidi (2005:38), menyatakan bahwa untuk memperoleh pembelajaran

yang berkualitas agar menghasilkan prestasi belajar yang berkualitas pula,

maka perlu diperhatikan unsur-unsur yang secara langsung berkaitan

dengan berlangsungnya proses pembelajaran tersebut, yang penting adalah

Page 5: Kajian Pustaka.docx

guru, siswa, kurikulum dan sarana, serta faktor lain yang sifatnya

kontekstual.

Dari uraian diatas, peneliti menyimpulkan bahwa kualitas

pembelajaran merupakan tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan

pembelajaran dengan memperhatikan faktor guru, siswa, kurikulum,

sarana dan faktor lainnya.

Kualitas pembelajaran terdiri atas beberapa komponen yaitu :

1) Aktivitas Siswa

Menurut Natawijaya (dalam Depdiknas, 2005: 31), aktivitas siswa

dalam pembelajaran merupakan segala kegiatan yang dilakukan siswa

dalam proses interaksi (guru dan siswa) pada pembelajaran untuk

memperoleh perubahan tingkah laku. Aktivitas siswa dalam

pembelajaran sangat penting, sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam

proses pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif.

Menurut Sriyono (dalam Anwar, 2008), aktivitas adalah segala

kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani. Aktivitas

siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator

adanya keinginan siswa untuk belajar. Aktivitas siswa merupakan

kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar.

Kegiatan – kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang mengarah pada

proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan

tugas – tugas, dapat menjawab pertanyaan guru dan bisa bekerjasama

dengan siswa lain, serta tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan.

Dari pendapat diatas, peneliti menyimpulkan bahwa aktivitas siswa

merupakan kegiatan siswa dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan

pembelajaran yang ditetapkan.

Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti menjadikan aktivitas

siswa sebagai salah satu variabel yang diteliti. Berikut ini adalah

indikator aktivitas siswa pada peningkatan kualitas pembelajaran:

2) Keterampilan Guru

Menurut Turney (dalam Sriudin, 2009), mengemukakan ada 8

(delapan) keterampilan mengajar atau membelajarkan yang sangat

berperan dan menentukan kualitas pembelajaran, diantaranya:

a) Menggunakan keterampilan bertanya

Page 6: Kajian Pustaka.docx

Keterampilan bertanya sangat perlu untuk dikuasai oleh guru,

karena hampir dalam setiap tahap pembelajaran guru dituntut untuk

mengajukan pertanyaan, dan kualitas pertanyaan yang diajukan guru

akan menentukan kualitas jawaban peserta didik. Keterampilan

bertanya yang perlu dikuasai oleh guru meliputi keterampilan

bertanya dasar dan keterampilan bertanya lanjutan.

b) Memberi penguatan

Penguatan merupakan respons terhadap suatu perilaku yang

dapat menimbulkan kemungkinan terulangnya kembali perilaku

tersebut. Penguatan dapat dilakukan secara verbal berupa kata-kata

dan kalimat pujian dan secara non verbal yang dilakukan dengan

gerakan mendekati peserta didik dan kegiatan yang menyenangkan.

Penguatan bertujuan untuk meningkatkan perhatian peserta didik

terhadap pembelajaran, merangsang dan meningkatkan motivasi

belajar dan membina perilaku yang produktif.

c) Mengadakan variasi

Mengadakan variasi merupakan keterampilan yang harus

dikuasai guru dalam pembelajaran untuk mengatasi kebosanan

peserta didik, agar selalu antusias, tekun , dan penuh partisipasi.

d) Menjelaskan

Keterampilan menjelaskan adalah penyajian informasi secara

lisan yang diorganisasikan secara sistematik untuk menunjukkan

adanya hubungan yang satu dengan yang lainnya. Penyampaian

informasi yang terencana dengan baik dan disajikan dengan urutan

yang cocok merupakan ciri utama kegiatan menjelaskan.

e) Membuka dan menutup pelajaran.

Membuka dan menutup pelajaran yang dilakukan secara

profesional akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan

pembelajaran. Membuka pelajaran merupakan suatu kegiatan yang

dilakukan guru untuk menciptakan kesiapan mental dan menarik

perhatian peserta didik secara optimal, agar mereka memusatkan diri

sepenuhnya pada pelajaran yang akan disajikan. Menutup pelajaran

merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui pencapai

Page 7: Kajian Pustaka.docx

tujuan dan pemahaman peserta didik terhadap materi yang dipelajari

serta mengakhiri kegiatan pembelajaran.

f) Membimbing diskusi kelompok kecil.

Diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur yang

melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang

informal dengan berbagai pengalaman atau informasi, pengambilan

kesimpulan, atau pemecahan masalah. Diskusi kelompok merupakan

strategi yang memungkinkan siswa menguasai suatu konsep atau

memecahkan suatu masalah melalui satu proses yang memberi

kesempatan untuk berpikir, berinteraksi sosial, serta berlatih bersikap

positif..

g) Mengelola kelas

Pengelolaan kelas merupakan keterampilan guru untuk

menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif, dan

mengendalikannya jika terjadi gangguan dalam pembelajaran.

Beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pengelolaan kelas

adalah; kehangatan dan keantusiasan, tantangan, bervariasi, luwes,

penekanan pada hal-hal positif, dan penanaman disiplin diri.

h) Mengajar kelompok kecil dan perorangan

Pengajaran kelompok kecil dan perorangan merupakan suatu

bentuk pembelajaran yang memungkinkan guru memberikan

perhatian terhadap setiap peserta didik, dan menjalin hubungan yang

lebih akrab antara guru dengan peserta didik maupun antara peserta

didik dengan peserta didik.

Dari uraian diatas, peneliti menyimpulkan bahwa keterampilan

guru sangat mempengaruhi kualitas pembelajaran, keterampilan guru

antara lain keterampilan bertanya, memberi penguatan, mengadakan

variasi, menjelaskan, membuka dan menutup pelajaran, embimbing

diskusi kelompok kecil, mengelola kelas, dan mengajar kelompok kecil

dan perorangan.

Keterampilan guru juga merupakan salah satu variabel yang

diteliti. Berikut ini adalah indikator keterampilan guru dalam

pembelajaran dengan model Guru menutup pelajar

3) Iklim Pembelajaran

Page 8: Kajian Pustaka.docx

Menurut Dikti (dalam Depdiknas, 2004), iklim pembelajaran

mencakup :

a) Suasana kelas yang kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya

kegiatan pembelajaran yang menarik, menantang, menyenangkan, dan

bermakna bagi pembentukan profesionalitas kependidikan

b) Perwujudan nilai dan semangat ketauladanan, prakarsa, dan

kreativitas guru.

Iklim pembelajaran adalah segala situasi yang muncul antara guru

dan siswa atau antar siswa yang mempengaruhi proses belajar mengajar

agar lebih menarik, menantang, menyenangkan, dan bermakna demi

terwujudnya semangat siswa dan kreativitas guru lebih baik.

4) Hasil Belajar

Menurut Anni (2007: 5), hasil belajar merupakan perubahan

perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar.

Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa

yang dipelajari oleh pembelajar.

Menurut Gagne (dalam Suprijono, 2011: 5-6), menyatakan hasil

belajar berupa

a) Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan

dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis.

b) Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep

dan lambang.

c) Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan

aktivitas kognitifnya.

d) Keterampilan motorik yaitu melakukan serangkaian gerak jasmani

dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak

jasmani.

e) Sikap yaitu kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan

penilaian terhadap objek tersebut.

Bloom (dalam Suprijono, 2011: 6-7), menyatakan bahwa hasil

belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Dari pendapat para ahli diatas, peneliti menyimpulkan bahwa hasil

belajar adalah perubahan perilaku yang diperoleh dari kegiatan selama

Page 9: Kajian Pustaka.docx

pembelajaran yang mencakup kemampuan kognitif, afektif dan

psikomotorik.

Indikator hasil belajar dalam model pembelajaran C

5) Materi Pembelajaran

Materi pembelajaran adalah bahan yang diperlukan untuk

pembentukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai

siswa dalam rangka memenuhi standart kompetensi yang telah

ditetapkan (Junaidi, 2009)

Menerut Depdiknas (2004:9), materi pembelajaran yang berkualitas

tampak dari :

a) Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran dan kompetensi yang harus

dikuasai siswa

b) Keseimbangan antara keluasan dan kedalaman materi dengan waktu

yang tersedia

c) Materi pembelajaran sistematis dan kontekstual

d) Dapat mengakomodasi partisipasi aktif siswa dalam belajar

semaksimal mungkinPengertian diatas

e) Menarik perhatian yang optimal dari perkembangan dan kemajuan

bidang ilmu, teknologi, dan seni.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa materi pembelajaran

adalah isi atau bahan yang diperlukan untuk pembentukan pengetahuan,

keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai siswa dari mata pelajaran

berdasarkan kurikulum yang telah ada.

6) Media Pembelajaran

Media pembelajaran merupakan sesuatu yang digunakan untuk

menjembatani proses penyampaian pesan dan pengetahuan antara sumber

pesan dan penerimanya (Pribadi, 2011: 86). Pengertian di atas sejalan dengan

pengertian media pembelajaran yang dikemukakan oleh Ruminiyati (2007: 2-

11) yaitu sarana untuk menyalurkan pesan dari guru kepada peserta didik agar

peserta didik menjadi tertarik dengan pembelajaran yang terjadi dan

mengurangi adanya kesalahpahaman akan materi.

Berdasarkan uraian di atas, maka media pembelajaran adalah segala

sesuatu yang digunakan untuk menyampaikan pesan yaitu materi kepada

Page 10: Kajian Pustaka.docx

peserta didik. Media pembelajaran dihadirkan agar peserta didik tertarik

terhadap pembelajaran dan mengurangi adanya kesalahpahaman akan materi.

c. Pembelajaran Tematik

Anak usia Sekolah Dasar berada pada tahap perkembangan operasional

kongkret. Pada tahap ini siswa mulai dapat memandang dunia secara objektif dan

berorientasi secara konseptual. Mereka memandang sesuatu secara menyeluruh atau

holistik (Trianto: 2010).

Pembelajaran tentunya memiliki tujuan yang ingin dicapai. Untuk mencapai

tujuan tersebut pembelajaran yang terjadi harus bermakna bagi peserta didik. Untuk

mencapai pembelajaran yang bermakna tersebut haruslah disesuaikan dengan tingkat

perkembangan intelektual peserta didiknya (Wardhani, 2010: 7).

Bertolak dari pernyataan di atas, lahirlah suatu pembelajaran yang sesuai

dengan tahap berpikir anak usia sekolah dasar yaitu pembelajaran tematik.

1) Pengertian Pembelajaran Tematik

Menurut Sukayati (2009:13) pembelajaran tematik adalah suatu pendekatan

dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa Kompetensi dasar

dan indikator dari beberapa mata pelajaran menjadi satu kesatuan yang dikemas

dalam satu tema sehingga peserta didik dapat memperoleh pengetahuan dan

pengalaman secara menyeluruh dan utuh.

Sedangkan menurut Trianto (2010: 84), pembelajaran tematik adalah suatu

model pembelajaran yang memadukan beberapa materi pembelajaran dari

berbagai standart kompetensi dan kompetensi dasar dari satu atau beberapa mata

pelajaran.

Dari uraian di atas, pembelajaran tematik adalah suatu model pembelajaran

yang mengaitkan beberapa standart kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator

dari satu atau lebih mata pelajaran yang saling berkaitan dengan tema yang

bersifat umum.

2) Karakteristik Pembelajaran Tematik

Menurut Tim Puskur (2006), pembelajaran tematik memiliki karakteristik

sebagai berikut :

a) berpusat pada peserta didik

Pembelajaran tematik memberikan keleluasaan bagi peserta didik baik

secara individu maupun kelompok. Peserta didik diharapkan dapat aktif

Page 11: Kajian Pustaka.docx

mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip dari suatu

engetahuan yang harus dikuasainya sesuai dengan perkembangannya.

b) memberikan pengalaman langsung terhadap peserta didik

Dalam pembelajaran tematik, peserta didik dilibatkan secara langsung.

Guu lebih banyak bertindak sebagai fasilitator dan katalisator yang

membimbing para siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah

ditentukan. Sedangkan peserta didik merupakan subjek dan objek dalam

pembelajaran.

c) pemisahan antar mata peljaran tidak terlihat

Pembelajaran tematik lebih memusatkan perhatian pada pengamatan dan

pengkajia suatu gejala atau peristiwa dari beberapa mata pelajaran sekaligus,

tidak dari sudut pandang yang tekotak-kotak. Sehingga memunginkan peserta

didik untuk memahami suatu fenomena pembelajaran dari segala segi yang

utuh.

d) menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu pembelajaran

sehingga bermakna

Pembelajaran tematik mengkaji suatu fenomena dari berbagai macam

aspek yang membentuk semacam jalinan antarpengetahuan yang dimiliki

peserta didik, sehingga materi yang dipelajari dapat bermakna bagi peserta

didik.

e) hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan

peserta didik

Pada pembelajaran tematik dikembangkan dengan pembelajara yang

Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan yang melibatkan pesetra didik dapat

melihat bakat, minat, dan kemampuan selama proses pembelajaran. Dengan

mengetahui bakat, minat, dan kemampuan memungkinkan pesera didik

termotivasi untuk belajar terus menerus.

Jadi pembelajaran tematik memiliki karakteristik yaitu (1) berpusat pada

peserta didik; (2) memberikan pengalaman langsung terhadap peserta didik; (3)

pemisahan antar mata peljaran tidak terlihat; (4) menyajikan konsep dari

berbagai mata pelajaran dalam suatu pembelajaran sehingga bermakna; (5) hasil

pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta

didik.

3) Manfaat Pembelajaran Tematik

Page 12: Kajian Pustaka.docx

Ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari pelaksanaan pembelajaran

tematik yaitu :

a) banyak materi yang tertuang dalam beberapa mata pelajaran yang memiliki

keterkaitan konsep sehingga pembelajaran menjadi ebih bermakna dan utuh.

b) peserta didik mudah memusakan perhatian karena beberapa mata pelajaran

dikemas dala satu tema yang sama.

c) peserta didik dapat mempelajari pengetahuan dan mengembangakan berbagai

kompetensi dalam tema yang sama.

d) pembelajaran tematik melatih peserta didik untuk semakin banyak membua

hubungan beberapa mata pelajaran sehingga mampu memproes informasi dega

cara yang sesuai daya ikirannya, dan memungkingkan berkembanganya

jaringan konsep.

e) menghemat waktu karena beberapa mata pelaajaran dikemas dalam suatu tema

dan disajikan secara terpadu dalam alokasi peremuan-pertemuan yng

diencanakan. Waktu yang lainnya dapat dimanfaatkan untuk pemantapan,

pembinaan keterampilan, dan remidial (Puskur:2006).

4) Implikasi Pembelajaran Tematik

Beikut ini adalah implikasi pembelajara tematik menurut Tim Puskur

(2006).

a) Implikasi bagi guru dan peserta didik

(1) Bagi guru

Pembelajaran tematik memerlukan guru yang kreatif, baik dalam

merancang, melaksanakan,dan mengorganisasikan pembelajaran.

(2) Bagi peserta didik

(a) Peserta didik harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang dalam

pelaksanaannya dimunkinkan untu bekerja baik secara individu,

kelompok, atau kalsikal.

(b) Peserta didik harus siap mengikuti pembelajaran yang bervariasi

secara aktif, misalnya: melakukan diskusi kelompok,penelitian

sederhana, dan pemecahan masalah.

b) Implikasi terhadap sarana prasarana, sumber, dan media pembelajaran

(1) Pelaksanaan pembelajaran tematik memerlukan erbagai sarana prasarana

belajar.

Page 13: Kajian Pustaka.docx

(2) Memanfaatkan sumber belajar baik yang didesain khusus maupun yang

ada di lingkungan sekitar.

(3) Perlu mengoptimalkan penggunaan media pembelajara yang bervariasi,

sehingga dapat membantu peserta didik memahami konsep yang abstrak.

(4) Bisa menggunakan buku ajar yang telah ada maupun yang dibuat secara

khusus yang memuatbahan ajar yang terintegrasi.

c) Implikasi terhadap pengaturan ruang

(1) Ruang dapat ditata, disesuaikan dengan tema yang sedang dipelajari.

(2) Susunan bangku eserta didik dapat diuba disesuaikan dengan kebuthan.

(3) Peserta didik tidak sealu duduk dikursi, tetapi dapat duduk di tikar/ karpet.

(4) Kegiatan belajar hendaknya bervariasi dan dapat dilaksanakan di dalam

maupun luar kelas.

(5) Dinding kelas dapat dimanfaatkan untuk memajang hasil karya peserta

didik dan dimanfaatkan sebagai sumber belajar.

(6) Alat, saraan, dan sumber belaar hendaknya dikelola sehingga mmudahkan

peserta didik untuk menggunakan dan merapika kembali.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa implikasi pembelajaran

tematik meliputi guru dan peserta didik; sarana prasaran: sumber; dan media

pembelajaran; dan pengaturan ruang.

5) Teori Belajar yang Melandasi Pembelajaran Tematik

Menurut Trianto (2010: 106-115) ada beberapa teori belajar yang melandasi

pembelajaran tematik antara lain .

a) Teori Perkembangan Jean Piaget

Jean Piaget membagi manusia dalam 4 tahap perkembangan kognitif

yaitu:

(1) tahap sensorimotor ( lahir-2 tahun)

Kemampuan utama pada tahap ini adalah terbentuknya konsep

kepermanenan objek dan kemajuan granular dari prilaku refleksif ke

prilaku yang mengrah ada tujuan.

(2) tahap praoprasional ( 2-7 tahun)

Individu telah mampu menggunakan simbl-simbol untuk

menyatakan objek-objek dunia. Pemikiran mereka masih egosentris dan

sentralis.

(3) tahap operasi kongkret (7-11 tahun)

Page 14: Kajian Pustaka.docx

Individu berfikir secara logis, menyeluruh, dan kongkret. Pemikiran

tidak lagi sentralisasi, dan pemecahan masalah tidak begitu dibatasi oleh

keegosentrisan.

(4) tahap operasi formal (11tahun-dewasa)

Pada tahap ini individu sudah mampu berpikir abstrak dan murni

simbolis. Masalah-masalah yang terjadi sudah dapat dipecahkan

mengunakan eksperimentasi sistematis.

b) Teori pembelajaran Konstruktivisme

Konsep belajar menurut teori belajar konstruktivisme adalah

pengetahuan baru dikonstruksi sendiri oleh peserta didik secara aktif

berdasarkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya. Nik Azis Nik Pa

(dalam Lapono, 2008: 1-25) menyatakan bahwa konstruktivisme adalah tidak

lebih daripada satu komitmen terhadap pandangan bahwa manusia membina

pengetahuan sendiri. Sedangkan menurut Lapono (2009: 1-25) pembelajaran

konstruktivisme merupakan satu teknik pembelajaran yang melibatkan peserta

didik untuk membina sendiri secara aktif pengetahuan menggunakan

pengetahuan yang telah ada dalam diri mereka masing-masing.

d. Pembelajaran Matematika

1) Pengertian Matematika

2) Karakteristik Matematika

Secara umum karakteristik matematika menurut Wardhani (2010:3-4)

adalah:

a) memiliki obek kajian yang bersifa abstrak

Objek matematika adalah objek mental atau pikran. Oleh karena itu

bersifa abstrak. Objek kajian matematika yang dipelajari di sekolah adalah

fakta, konsep, operasi, dan prinsip.

b) mengacu pada kesepakatan

Fakta matematika meliputi istilah atau nama dan simbol. Fakta

merupakan suatu kemufakatan atau kesepakatan bersama. Dengan kesepakatan

inilah matematika dapat dikomunikasikan, Contoh : lambang bilangan 1,2,3, ...

adalah salah satu bentuk kesepakatan bersama.

c) mempunyi pola pikir deduktif

Page 15: Kajian Pustaka.docx

Matematika memiliki pola pikir deduktif yaitu didasarkan pada urutan

kronologis dari pengertian pangkal, aksioma, efinisi, sifat, rumus, dan

penerapannya dalam mateatika sendiri atau dalam bidang lain dalam

kehidupan sehari-hari. Contoh : bila seseorang telah belajar konsep 'persegi'

kemudian ia dibawa ke suatu tempat baru dan ia mengidentifikasi benda-benda

disekitarnya yang berbentuk pesrsegi maka siswa itu telah menerapkan pola

pikir deduktif.

d) konsisten dalam sistemya

Matematika memiliki berbagai macam sistem yang dibentuk dari

prinsip-prinsip matematika. Tiap sisteam dapat saling berkaitan. Namun dapat

pula saling lepas. Sitem yang dipandang lepas misalnya sistem yang terdapat

dlam aljabar dan sistem pada geometri. Di dalam geometri sendiri terdapa

sistem-sistem yang lebih kecil dan saling berkaitan.

e) memiliki simbol yang kosong dalam arti

Matematika memiliki banyak simbol. Rngkain simbl-simbol tersebut

dapat membentuk aklimat matematika yang dinamai model matematika.

Secara umum simbl dan model mateatika sebenarnya kosong dari arti, artinya

suatu simbol atau model mtematika tidak memiiki arti bila tidak dikaitkan

dengan konteks tertentu.

f) memperhatikan semesta pembicaraan

Karena simbol-simbol dan model-model dalam matematika kosong dari

arti, dan akan bermakna jika dikitkan dengan konteks tertentu maka perlu

adanya lingkup atau semesta dari konteks yang dibicrakan.

3) Implikasi Karakteristik Matematika Terhadap Pengelolaan Pembelajaran

Menurut Sumardiono (dalam Wardhani,2010:7) paling sedikit ada 4

implikasi dari karakteristik matematika terhadap pembelajaran matematika di

sekolah, yaitu :

a) urutan sajian belajar matematika

Mengajarkan matematika harus disesuaiakan denga tingkat

perkembangan intelektual peserta didik. Peserta didik belajar dari hal-hal yang

sederhana menuju ke hal-hal yang lebih kompleks.

b) pemanfaatan media pembelajaran matematika

Mengingat objek kajian matematika itu abstrak, maka pelu ditrunkan

tingkat keabstrakannya, terutama bagi peserta didik yang berada pada usia

Page 16: Kajian Pustaka.docx

operasional kongkret. Ini dimaksudkan agar materi-materi dapat dipahami oleh

peserta didik dengan baik. Penurunan tingkat keabstrakan objek matematika

ini dapat dapat dilakukan dengan pemanfaatan media pembelajaran.

c) pola pikir yang dikembangkan dalam belajar matematika

Pola pikir yang dianut dalam matematika adalah deduktif. Namun

demikian untuk kepentingan pendidikan, belajar matmatika tidak haus dengan

poa pikir deduktif. Pola pikir induktif dapat pula diterapkan. Pola pikir induktif

adalah pola pikir yang didasakan pada hal-hal yang khusus kemudian

dtetapkan padaga hal yang bersifat umum.

d) tahap pengenalan semesta pembicaraan dalam belajar matematika

Tingkat kekompleksan semesta pembicaraan pada matematika harus

disesuaikan dengan tingkat perkembangan intelktual peserta didik. Urutan

kompleksitas semesta pembicaraan dikenalkan ecaa berahap dari kelas lebih

rendah menuju ke kelas yang lebih tinggi.

e) kemampuan-kemamuan yang dipelajari dalam matematika saling terkait

Struktur materi matematika saling terkait satu dengan lain.Akibatnya,

dalam belajar matematika peguasaan suatu kemampuan akan berpengaruh

langsung pada penguasaan kemampuan yang dipelajrai selanjutnya.

4) Pembelajaran Matematika Sekolah dasar

e. Model Kooperatif tipe Think Pair Share

1) Pengerian Model Kooperatif

Model Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang berbasis sosial.

Menurut Arends (2008:4) model pembelajaran kooperatif merupakan

pembelajaran yang berupaya membantu peserta didik mempelajari isi akademis

dan berbagai keterampilan unuk mencapai tujuan tanpa mengabaikan hubungan

antar manusia. Pada pembelajaran model kooperatif ini, peserta didik

bertanggung jawab terhadap belajar mereka sendiri dan berusaha menyelesaiakan

pertanyaan-pertanyaan yang dihadapkan kepada mereka dengan dukungan dan

arahan dari guru (Suprijono,2010: 54).

Model pembelajaran kooperatif menurut Huda (2011: 32,) mengacu pada

metode pembelajaran dimana siswa bekerja saama dalam kelompok kecil dan

saling membantu dalam belajar. Peserta didik memiliki kebebasan untuk terlibat

Page 17: Kajian Pustaka.docx

secara aktif dalam kelompok-kelompok mereka dan saling membantu antarsatu

sama lain.

Arends (2008: 5) menjelaskan bahwa model pembelajaran kooperatif dapat

ditandai oleh:

a) siswa bekerja dalam tim untuk mencapai tujuan belajar.

b) tim-tim terdiri dari peserta didik yang memiliki kemampuan beagam.

c) bilamana memungkinkan, tim-tim terdiri atas campuran ras, budaya, dan

gender.

d) sistem reward-nya berorientasi pada kelompok dan individu.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan, model pembelajaran kooperatif

adalah model pembelajaran yang memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada

peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dengan

memperhatikan pentingnya kerjasama antar individu.

2) Tujuan Model Kooperatif

Menurut Arends (2008:5), model pembelajaran kooperatif dikembangkan

untuk mencapai paling sedikit tiga tujuan penting yaitu :

a) prestasi akadamis.

Model pembelajaran kooperatif akan meningkatkan kinerja pesera didik

dalam tugas-tugas akademik yang penting. Model pembelajaran kooperatif

dapat menguntungkan bagi peserta didik berprestasi rendah dan tinggi yang

mengerjakan tugas-tugas akademik bersama-sama. Mereka yang berprtasi

tinggi mengajari teman-teman yang berprestasi lebih rendah, sehingga

memberika bantuan khusus dari sesama teman.

b) toleransi dan penerimaan terhadap keanekaragaman.

Model pembelajaran kooperati menempatkan peeserta didik dalam tim-

tim atau kelompok-kelompok. Dengan penempatan tersebut, akan muncul sifat

toleransi dan penerimaan yang lebih luas terhadap orang-orang yang berbeda

as, budaya, kelas sosial, atau kemampuannya.

Model pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan kepada peserta

didik dengan latar belakang dan kondisi yang beragam untuk bekerja sama

secara mindependen pada tugas yang sama dan melalui penggunaan struktur

reward kooperatif, belajar untuk saling menghargai.

c) mengembangkan keterampilan sosial.

Page 18: Kajian Pustaka.docx

Tujuan ketiga adalah mengajarkan keterampilan kerja sama dan

kolaborasi dengan siswa. Dengan peserta didik dikondisikan bekerja dalam

kelompok, akan memupuk dan menumbuhkan keterampilan kerjasama dan

berkolaborasi dengan sesamanya.

3) Model Kooperatif tipe Think Pair Share

Think Pair Share adalah salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif

yang dikembangkan oleh Frank Lyman (1985). Menurut Huda (2011: 136) Think

Pair Share memungkinkan peserta didik untuk bekerja sendiri dan bekerja sama

dengan temannya. Disamping itu, pembelajaran dengan tipe Think Pair Share ini

juga lebih mengoptimalkan partisipasi peserta didik selama pembelajaran.

Menurut Arends (2008: 15) pembelajaran dengan tipe Think Pair Share ini

akan memberikan lebih banyak waktu kepada peserta didik untuk berpikir,

merespon, dan saling membantu. Pada pembelajaran tipe Think Pair Share ini,

peserta didik dapat memperoleh pengetahuan secara integratif. Pengetahuan

diperoleh secara integratif melalui proses tanya jawab atau diskusi yang terjadi

selam pembelajaran berlangsung (Suprijono,2011:91).

Think Pair Share memiliki sintaks atau tahapan-tahapan tertentu dalam

pembelajaranannya yaitu :

a) langkah 1-thinking.

Pada tahap ini, guru mengajukan sebuah pertayaan atau isu yang terkait

dengan pelajaran. Siswa memikirkan jawaban secara ndividu.

b) langkah 2-pair.

Peseta didik saling berpasangan dan mendiskusikan jawaban yang telah

mereka pikirkan secara individu. Interaksi pada tahap ini dapat berupa saling

berbagi jawaban bila pertanyaan yang diajukan telah teridentifikasi.

c) langkah 3-share.

Dalam tahap ini, pasangan-pasangan siswa mempresentasikan hasil

diskusi ke depan kelas. Presentasi dilakukan sampai sekitar seperempat atau

separuh pasanga berkesempatan melaporkan hasil diskusi mereka (Arends,

2008:16).

Sedangkan menurut Huda (2011: 136-137), pembelajaran kooperatif tipe

Think Pair Share memiliki prosedur sebagai berikut ini:

a) peserta didik ditempatkan dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari empat

orang.

Page 19: Kajian Pustaka.docx

b) guru memberikan tugas pada setiap kelompok.

c) Masing-masing anggota memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut sendiri-

sendiri.

d) Kelompok membentuk angota secara berpasangan. Setiaap pasanagan

berdiskusi.

e) Kedua pasangan bertemu kembali dalam kelompoknya dan menshare hasil

diskusinya.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan langkah-langkah yang diutarakan

oleh Richard I. Arends. Hal ini dikarenakan objek penelitian adalah peserta didik

kelas II sekolah dasar. Langkah-langkah model pembelajaran yang diutarakan

oleh Richard I. Arends lebih sederhana sehingga peserta didik lebih mudah untuk

dikondisikan. Pada langkah pembelajaan Richard I. Arends, peserta didik

berkelompok dengan teman sebangkunya. Otomatis mobilitas yang dilakukan

oleh peserta didik lebih sedikit jika dibandingkan dengan langkah pembelajaran

yang dikemukakakan oleh Miftahul Huda.

f. Media Pembelajaran

Kata "media" berasal dari kata latin yang merupakan bentuk jamak dari kata

"medium". Secara harfiah kata media berarti perantara atau pengantar. Ini sejalan

dengan pengertian media yang dikemukakan oleh Miarso (dalam Riyana,2008:6)

yaitu segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan yang dapat

merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan peserta didik untuk belajar.

Pengertian mengenai media juga disampaikan oleh Syahriah (2008:42) yaitu sebagai

suatu obyek yang digunakan untuk menyampaikan atau melontarkan pesan

informasi terutama yang berkaitan dengan pembelajaran.

Sedangkan media pembelajaran adalah media yang membawa pesan-pesan

atau informasi yang mengandung maksud-maksud pengajaran (Hamdani,2010:243).

Media pembelajaran merupakan wadah dari pesan dalam proses pembelajaran. Yang

dimaksud pesan dalam pembelajaran adalalah materi yang ingin diampaikan

(Riyana,2008:6).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan

media atau tempat yang membawa pesan-pesan yang berkaitan dengan

pembelajaran.

g. Media Manipulatif

Page 20: Kajian Pustaka.docx

Pembelajaran matematika bersifat abstrak. Begitupula untuk materi operasi

bilangan. Untuk mempelajari atau mendalami pelajaran matematika yang bersifat

abstrak tersebut dibutuhkan media yang digunakan selama pembelajaran. Salah satu

jenis alat peraga yang dapat digunakan adalah media manipulatif.

Generally speaking, manipulatives are any object that is used in teaching

math to help the students see and understand the concept being taught. (Ogg,

2010: 7)

Dari kutipan diatas diketahui bahwa media manupulatif adalah benda-benda

yang dapat dimanipulasi oleh guru dalam menyampaikan materi dengan tujuan siswa

dapat memahami konsep yang diajarkan. Dari pengertian di atas diketahui dalam

pembelajaran yang menggunakan media manipulatif melibatkan benda-benda atau

bahan manipulatif.

Media manipulatif terdiri dari beranekaragam bentuk dan jenis. Mulai dari

kacang, tutup botol sampai dengan balok berwarna warni. Media-media manipulatif

mudah untuk didapatkan di pasaran. Selain itu juga bisa dengan membuat sendiri

atau memanfaatkan benda-benda yang ada disekitar kita (Whitire, 2009).

Media manipulatif digunakan dalam proses pembelajaran matematika

bukanlah tanpa dasar yang jelas. Media manipulatif dapat membantu peserta didik

dalam mempelajari materi yang bersifat abstrak. Dengan media manipulatif peserta

didik tidak hanya memahami konsep dari teori-teori matematika tetapi juga

menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan materi-materi.

Menurut Burns (2007: 34) ada 7 langkah dalam menyajikan media manipulatif

yaitu :

1) menyampaikan manfaat media manipulatif

2) menentukan peraturan dalam menggunakan media manipulatif

3) mengali pengetahuan peserta didik mengenai media manipulatif.

4) menyediakan material yang dekat dengan peserta didik

5) Memasang tabel tentang media manipulatif yang akan digunakan.

6) Penugasan

7) menjalin koordinasi dengan orang tua agar media manipulatif juga

digunakan ketika proses belajar di rumah.

Sedangkan menurut Kelly (2006) ada 10 langkah mendasar yang bisa

membantu guru dalam menyajikan media manipulatif untuk pembelajaran yaitu:

1) Menyampaikan manfaat dan aturan dari penggunaan media manipulatif

Page 21: Kajian Pustaka.docx

2) Menyampaikan tujuan pengunaan media manipulatif dalam pelajaran

matematika

3) Membagi peserta didik ke daam kelompok-kelompok

4) Peserta didik bereksplorasi dan diskusi

5) Menyertakan benda nyata dalam pembelajaran

6) Menggunakan variasi-variasi dalam menggunakan media manipulatif

7) Mendukung dan peduli dengan media manipulatif yang digunakan siswa

8) Menjamin ketersediaan dan penggunaan media manipulatif

9) Mendukung pemikiran dan daya temu peserta didik

10) Mengadakan penilaian.

Langkah penyajian media manipulati yang digunakan dalam penelitian ini

adalah :

Langkah Penyajian Media Manipulatif

Burns (2007) Kelly (2006) Penelitian

1. Menyampaikan

manfaat media

manipulatif

2. Menentukan

peraturan dalam

menggunakan media

manipulatif

3. Mengali pengetahuan

peserta didik mengenai

media manipulatif.

4. Peserta didik

bereksplorasi dan

diskusi

5. Memasang tabel

manipulatif di kelas.

6. Penugasan

7. menjalin koordinasi

dengan orang tua agar

media manipulatif juga

digunakan ketika

1. Menyampaikan

manfaat dan aturan

dari penggunaan

media manipulatif

2. Menyampaikan

tujuan pengunaan

media manipulatif

dalam pelajaran

matematika

3. Membagi peserta

didik ke daam

kelompok-kelompok

4. Peserta didik

bereksplorasi dan

diskusi

5. Media manipulatif

digunakan dengan jelas

dan intens

6. Menyampaikan variasi

kegunaan media

1. Merancang media

manipulatif yang

digunakan

2. Memasang tabel

manipulatif dikelas.

3. Menyampaikan

manfaat, tujuan, dan

aturan penggunaan

media manipulatif

4. Membagi peserta didik

ke dalam kelompok-

kelompok

5. Peserta didik

bereksplorasi dan

berdiskusi

menggunakan media

manipulatif

6. Membimbing peserta

didik selama diskusi

Page 22: Kajian Pustaka.docx

proses belajar di

rumah.

manipulatif

7. Mendukung dan

menyambut baik

penggunaan media

manipulatif

8. Membuat media

manipulatif tersedia

dan dapat dijangkau

9. Mendukung pemikiran

dan daya temu peserta

didik

10.Mengadakan penilaian.

7. Penilaian

Dalam penelitian ini, media manipulaif yang digunakan adalah .....

h. Teori Belajar yang Mendasari Model Kooperatif tipe Think Pair Share

Proses belajar yang terjadi tidak terlepas dari teori-teori belajar yang

mendasari. Teori belajar yang mendasari pembelajaran Think Pair Share berbantu

media manipulatif adalah:

1) mm

i. Implementasi Model Think Pair Share berbantu media manipulatif

2. Kajian Empiris

Penelitian ini juga didasarkan pada penelitian yang telah dilakukan terhadap

model pembelajaran Think Pair Share dalam meningkatkan pembelajaran. Adapun

hasil penelitian tersebut adalah :

Misbachar, Tegar Arenanda. 2011. Peningkatan Kualitas Pembelajaran

Matematika melalui Cooperative Learning tipe Think Pair Share dengan CD

Pembelajaran siswa kelas III SDN Pakintean 03 Semarang. Skripsi. Jurusan

Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri

Semarang. Hasil penelitian menunjukkan: (1) meningkatnya rerata aktivitas siswa

dalam pembelajaran matematika. Pada siklus I pertemuan pertama memiliki rerata

10,25 sedangkan pada pertemuan kedua memperoleh skor rerata 10,50. Pada siklus II

pertemuan pertama skor rerata aktivitas siswa adalah 14,63 dan pertemuan kedua naik

menjadi 16,50. (2) Keterampilan guru pada siklus I mendapatkan skor 31 dengan

Page 23: Kajian Pustaka.docx

kategori baik. Pada siklus ke II mengalami peningkatan menjadi 33 dengan kategori

baik. (3) Ketuntasan belajar klasikal pada siklus I pertemuan pertama adalah 46,15%,

pertemuan kedua naik menjadi 61,54%. Sedangkan pada silus II pertemuan pertama

ketuntasan belajar peserta didik adalah 73,08 % dan meningkat pada pertemuan kedua

menjadi 84,62%.

Sari, Kartika Dewi. 2012. Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA melalui

Model Kooperatif Tipe Think Pair Share pada Siswa Kelas V SDN Gunungpati 03 Kota

Semarang. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Semarang. Hasil penelitian menunjukkan: (1) Rerata aktivitas siswa

pada siklus I adalah 15,1 dengan kategori cukup. Pada siklus II rerata aktivitas siswa

mengalami peningkatan menjadi 21,6 dengan kategori baik. Pada siklus III rerata

aktivitas siswa mencapai 24,9 degan kategori baik. (2) Pada siklus I, keterampilan guru

mendapakan sko 18 dengan kategori cukup. Kemudian mengalami kenaikan pada siklus

II menjadi 22 dengan kategori baik dan 27 pada siklus III. (3) Ketuntasan belajar

klasikal juga mengalami peningkatan. Pada siklus I adalah sebesar 62,5%. Sedangkan

pada siklus II adalah 75 %. Dan 83,3% pada siklus III.

Penelitian ini juga didasarkan pada penelitian mengenai penggunaan media

manipulatif yang termuat dalam jurnal The Montana Mathemtic Enthusiast vol.3, no,2.

Kelly, Catherine A. 2006. Using Manipulatives in Mathematical Problem Solving: A

Perforance Based Anaysis. Universitas of Colorado at Colorado Springs. Penelitian

menunjukkan bahwa media manipulatif terbukti membawa banyak manfaat dalam

pembelajaran matematika. Peserta didik lebih mudah memahami konsep yang

diajarkan. Pada penelitian ini konsep yang dipelajari adala konsep aljabar. Peserta didik

lebih mudah memahami konsep-konsep aljabar, menyelesaikan masalah-masalah yang

berkaitan dengan aljabar. Selain itu juga berimbas pada meningkatnya daya tarik

peserta didik terhadap pembelajarana matematika yang ada di kelas.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran

Think Pair Share berbantu media manipulatif dapat meningkatkan keterampilan

berpikir ilmiah dan hasil belajar siswa secara signifikan.

3. Kerangka Berpikir Semarang

Kondisi awal berdasarkan identifikasi masalah:

Guru : .

Kondisi awal berdasarkan identifikasi masalah:

Siswa : Tingkat partisipasi siswa rendah

Page 24: Kajian Pustaka.docx

Pada proses pembelajaran IPA di SDN 03 Piji Kudus cenderung monoton. Guru

kurang variatif dalam pembelajaran. Guru lebih banyak menggunakan metode ceramah

dalam menyampaikan materi kepada siswa. Guru memberikan materi dan siswa mencatat

materi. Selain itu selam pembeljaran IPA berlangsung media yang digunakan sangatlah

minim. Guru jarang sekali menggunakan media sebagai alat bantu dalam menjelaskan

materi kepada siswa. Akibatnya siswa merasa bosan tehadap pembelajaran. Mereka

cenderung asyik mengobrol sendiri dengan teman lainnya saat pembelajaran berlangsung.

Pelaksanaan Tindakan yaitu siklus I dan siklus II

Kondisi awal berdasarkan identifikasi masalah:

Guru : .

Kondisi awal berdasarkan identifikasi masalah:

Siswa : Tingkat partisipasi siswa rendah

Kondisi akhir:

Page 25: Kajian Pustaka.docx

Siswa terlihat kurang tertarik terhadap pembelajaran yang terjadi di kelas. Konsentrasi

mereka terhadap pembelajaran dan pelajaran IPA masih rendah. Penggunaan ceramah

dalam pembelajaran juga mengakibatkan siswa cenderung pasif dalam pembelajaran.

Mereka kurang memiliki ruang untuk berpartisipasi akatif atau turut aktif selam

pemebelajaran. Karena hal-hal tersebut sebagian besar siswa memperoleh nilai dibawah

KKM. Sebanyak 72% siswa di kelas tidak tuntas dalam pelajaran IPA. Untuk mengatasi

permasalahan tersebut, peneliti menggunakan model pembelajaran CLIS (Children’s

Learning In Science ).

Dengan model pembelajaran CLIS (Children’s Learning In Science ) siswa

diposisikan dalam keadaan selalu berpikir. Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran. Siswa

menemukan sendiri baik melalui kegiatan individu amaupun kelompok berkaitan dengan

konsep, fakta, pengetian-pengetian yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Dengan

begitu konsep dan pengetahuan yang dimiliki siswa merupakan sesuatu yang bermakna

dan tahan lama.

Dengan penerapan model pembelajaran CLIS (Children’s Learning In Science )

siswa lebih bisa aktif dalam mengikuti pembelajaran, proses pembelajaran terasa

menyenangkan karena suasana belajar dan variasi model yang digunakan. Penerapan

model pembelajaran CLIS (Children’s Learning In Science ) diharapkan dapat

meningkatkan keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa. Jika ketiga

komponen atau variabel tersebut mengalami peningkatan maka pembelajaran IPA yang

tercipta juga akan berkualitas.

4. Hipotesis Tindakan

Dengan menggunakan model Think Pair Share berbantu media manipulatif maka

keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar operasi bilangan siswa kelas II

SDN Tugurejo dapat meningkat.

E. Metode Penelitian

1. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini yang dijadika subjek penelitian adalah guru dan peserta

didik kelas II SDN Tugurejo 03, semester II 2012/2013. Jumlah peserta didik adalah

sebanyak 43 siswa.

2. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut ini :

a) Keterampilan guru dalam pembelajaran

b) Aktivitas siswa dalam pembelajaran

Page 26: Kajian Pustaka.docx

c) Hasil belajar siswa dalam pembelajaran

3. Prosedur atau Langkah-langkah PTK

4. Siklus Penilaian

5. Data dan Cara Pengumpulan Data

a. Sumber Data

1) Guru

Dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti mendapatkan data dari guru

kelas II SDN Tugurejo 03 melalui lembar pengamatan keterampilan guru dalam

pelaksanaan pembelajaran matmatika dengan materi operasi bilangan dengan

model pembelajaran Think Pair Share pada siklus pertama dan siklus kedua.

2) Siswa

Peneliti mendapatkan data dari siswa kelas II SDN Tugurejo 03 melalui

observasi terhadap aktivitas siswa selama pembelajaran pada siklus pertama dan

siklus kedua.

3) Data Dokumen

Sumber data dokumen yang digunakan peneliti berupa nilai awal siswa

kelas II SDN Tugurejo 03 sebelum dilakukan tindakan.

4) Catatan Lapangan

Dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti juga menggunakan sumber data

berupa catatan lapangan dari guru II SDN Tugurejo 03 selama proses

pembelajaran mengenai aktivitas siswa, keterampilan guru, dan tingkat

pemahaman siswa terhadap materi operasi bilangan.

b. Jenis Data

1) Data Kuantitatif

Menurut Yoni (2010: 60-61) data kuantitatif dalam penelitian tindakan

kelas dianalisis dengan teknik analisis deskriptif yaitu statistika deskriptif. Data

kuantitatif dalam penelitian tindakan kelas berupa hasil belajar siswa kelas IV

SDN 03 Piji kudus pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam yang iadapatkan

dengan pemberian tes tertulis pada setiap akhir siklus.

2) Data Kualitatif

Data kualitatif adalah data yang berbentuk kalimat yang diperoleh selama

proses pembelajaran berlangsung dan wawancara yang berhubungan dengan

pandangan atau sikap siswa, antusiasme siswa dalam belajar, dan motivasi siswa

(Sukayati, 2008:28 ). Data kualitatif diwujudkan dari hasil observasi dengan

Page 27: Kajian Pustaka.docx

menggunakan lembar pengamatan aktivitas siwa dan aktivitas guru dalam

pembelajaran menggunakan model pembelajaran CLIS (Children’s Learning In

Science).

c. Teknik Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian tindakan kelas ini

adalah sebagai berikut :

1) Teknik Tes

Menurut Arifin ( 2011: 108 ) tes adalah suatu teknik atau cara yang

digunakan dalam rangka melaksanakan kegiatan pengukuran, yang di dalamnya

terdapat berbagai pertanyaan, pernyataan, atau serangkaian tugas yang harus

dikerjakan atau dijawab oleh siswa. Dalam penelitian tindakan kelas ini, teknik

tes yang digunakan berbentuk pertanyaan atau soal tertulis yang diberikan pada

akhir pertemuan dalam setiap siklus. Teknik tes ini digunakan untuk mengukur

tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari.

2) Teknik Nontes

Teknik non tes adalah evaluasi proses dan hasil belajar siswa yang

dilakukan tanpa adanya pengujian terhadap siswa, melainkan dengan melakukan

observasi atau pengamatan, wawancara, menyebar angket, dan lain-lain

( Poerwati: 3-19). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik observasi,

wawancara, dokumentasi, dan catatan lapangan.

a) Observasi

Menurut Arifin ( 2011: 152) observasi adalah suatu proses pengamatan

dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif, dan rasional mengenai

berbagai fenomena, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi

buatan untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam observasi alat yang digunakan

berupa pedoman observasi.

Dalam penelitian ini, observasi dilakukan untuk memperoleh data

mengenai aktivitas guru dan aktivitas siswa selama pembelajaran matematika

dengan materi operasi bilangan menggunakan Think Pair Share berbatu media

manipulatif.

b) Wawancara

Menurut Wardono (2009: 48) wawancara adalah suatu metode yang

langsung berhubungan dengan responden. Dalam penelitian ini wawancara

digunakan untuk mengetahui dan menilai keadaan seseorang, misalnya dalam

Page 28: Kajian Pustaka.docx

mencari data latar belakang siswa, pendidikan orang tua, keadaan keluarga,

dan lainnya. Wawancara dalam penelitian ini digunakan untuk mengembil data

awal untuk identifikasi masalah.

c) Dokumentasi

Menurut Kamus umum bahasa Indonesia, dokumentasi berarti sesuatu

yang tertulis, tercetak atau terekam yang dapat dipakai sebagi bukti atau

keterangan. Metode dokumentasi adalah metode yang digunakan untuk

mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip,

buku, surat kabar, majalah, prasasti, dan sebagainya (Arikunto, 2006: 231).

Dalam menggunakan metode dokumentasi peneliti memegang check-list untuk

mencari variabel yang sudah ditentukan.

Dalam penelitian ini dokumentasi digunakan untuk memperoleh data

niali awal siswa, bukti aktivitas siswa dan guru dalam bentuk foto saat

pembelajaran berlangsung.

d) Catatan lapangan

Menurut Bogdam dan Biklen (dalam Prastowo,2010) catatan lapangan

adalah catatan mengenai apa saja yang didengar, dilihat, dialami, dan

dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam

penelitian kealitatif.

Catatan lapangan digunakan untuk mengungkapkan secara deskriptif

kondisi yang terjadi pada saat proses pembelajaran. Keberadaan catatan

lapangan akan memperkuat dat yang diperoleh sebelumnya dan merupakan

masukan bagi guru dalam melakukan refleksi.

Dalam penelitian ini catatan lapangan berisi segala sesuatu baik

keterampilan guru maupun keaktifan siswa yang terjadi selama pembelajaran

Ilmu Pengetahuan Alam dengan metode CLIS (Childre’s Learning In

Science) berlangsung.

6. Teknis Analisis Data

7. Indikator Keberhasilan

F. Jadwal Penelitian