Upload
pratitistitis
View
78
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
kajian pustaka
Citation preview
D. Kajian Pustaka
1. Kajian Teori
a. Hakikat Belajar
1) Pengertian Belajar
Pembelajaran yang terjadi di sekolah tidak dapat dipisahkan dari proses
belajar. Belajar adalah sebuah proses yang dilakukan oleh individu untuk
memperoleh kemampuan atau kompetensi yang diinginkan (Pribadi, 2011:12).
Sedangkan menurut Gagne (dalam Siddiq, 2008) belajar adalah proses perubahan
prilaku suatu organisme yang disebabkan karena pengalaman. Ada 3 pokok
dalam proses belajar yaitu: (a) proses, (b) perubahan tingkah laku, (c)
pengalaman.
Belajar juga merupakan suatu konsep untuk mendapatkan pengetahuan
dalam praktiknya (Suprijono, 2009: 3). Belajar merupaka proses yang disebabkan
oleh pengalaman, bukan karena pertumbuhan maupun perkembangan tubuh
(Trianto,2012:21).
Dari pengertian yang disampaikan oleh para ahli di atas, peneliti dapat
menyimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan diri organisme sebagai
akibat dari aktivitas maupun pengalamannya dalam melakukan interaksi di
kehidupan sehari-hari untuk memperoleh kemampuan atau kompetensi yang
diinginkan..
2) Prinsip Belajar
Berikut ini prinsip-prinsip belajar menurut Suprijono (2009:4) yaitu :
a) belajar merupakan perubahan perilaku
Perubahan prilaku sebagai hasil belajar memiliki ciri-ciri sebagai berikut
ini:
(1) Merupakan hasil tindakan rasional instrumental yaitu perubahan yang
terjadi disadari oleh pelaku
(2) Kontinu atau berkesinambungan dengan prilaku lainnya
(3) Fungsionan atau bermanfaat sebagai bekal hidup
(4) Positif atau berakumulasi
(5) Aktif atau sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan
(6) Permanen atau tetap
(7) Bertujuan dan terarah
(8) Mencakup keseluruh potensi kemanusiaan
b) belajar merupakan sebuah proses.
Belajar didorong oleh tujuan dan kebutuhan yang ingi dicapai oleh
pelaku. Belajar merupakan proses sistemik yang bersifat dinamis, konstruktif,
dan organik.
c) belajar merupakan bentuk pengalaman.
Pengalaman adalah sesuatu yang dihasilkan dari proses interaksi pelaku
dengan lingkungannya.
Sedangkan belajar menurut Wingo (dalam Asra, 2009:41-43) didasarkan
atas prinsip-prinsip sebagai berikut:
a) hasil belajar menjangkau banyak segi
Dalam suatu proses pembelajaran, banyak segi yang harus dicapai
sebagai hasil belajar yaitu pengetahuan, pemahaman konsep, penerapan
konsep, dan pengembangan konsep.
b) hasil belajar diperoleh berkat pengalaman
Pemahaman diperoleh oleh individu melalui pengalaman dalam
melakukan kegiatan.
c) belajar merupakan suatu kegiatan yang mempunyai tujuan
Setiap kegiatan yang dilakukan oleh individu tentunya diikuti dengan
tujuan yang ingin dicapai. Begitupula dengan belajar. Belajar memiliki tujuan
yang ingin dicapai oleh individu yang melakukannya.
Dari uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa prinsip belajar terdiri dari
perubahan perilaku, proses, merupakan suatu pengalaman, menjangkau banyak
segi, dan diikuti dengan tujuan yang ingin dicapai.
3) Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Menurut Anni (2009: 97), faktor-faktor yang memberikan kontribusi
terhadap proses dan hasil belajar adalah kondisi internal dan eksternal peserta
didik.
a) Kondisi internal mencakup kondisi fisik, seperti kesehatan organ tubuh;
kondisi psikis seperti kemampuan intelektual, emosional, dan kondisi sosial.
Faktor internal tersebut dapat dapat terbentuk sebagai akibat dari
pertumbuhan, pengalaman belajar sebelumnya, dan perkembangan.
b) Kondisi eksternal mencakup faktor eksternal yang ada di lingkungan peserta
didik. Beberapa faktor eksternal seperti variasi dan tingkat kesulitan materi
belajar (stimulus) yang dipelajari (direspon), tempat belajar, iklim, suasanan
lingkungan, dan budaya belajar masyarakat akan mempengaruhi kesiapan,
proses, dan hasil belajar.
Dari uraian diatas, peneliti menyimpulkan bahwa belajar dipengaruhi oleh
dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
b. Pembelajaran
1) Pengertian Pembelajaran
Gagne (dalam Anni, 2009: 192) menyatakan bahwa pembelajaran
merupakan serangkaian peristiwa eksternal peserta didik yang dirancang untuk
mendukung proses internal belajar. Sedangkan menurut Arifin (2009: 10),
pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan sistemik,
yang bersifat interaktif dan komunikatif antara pendidik (guru) dengan peserta
didik, sumber belajar dan lingkungan untuk menciptakan suatu kondisi yang
memungkinkan terjadinya tindakan belajar peserta didik, baik di kelas maupun di
luar kelas, dihadiri guru secara fisik atau tidak, untuk menguasai kompetensi yang
telah ditentukan.
Pembelajaran menurut Suprijono (2009: 13) adalah dialog interaktif yang
terjadi antara guru dengan peserta didik. Ini juga sejalan dengan pendapat Trianto
(2010:24) bahwa pembelajaran merupakan proses interaksi yang terjadi dari dua
arah dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Dari pengertian pembelajaran yang dikemukakan di atas, peneliti
menyimpulkan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses atau kegiatan dua
arah yang dirancang secara sistematis dan sistemik untuk mendukung proses
aktivitas belajar peserta didik dengan memanfaatkan sumber belajar dan
lingkungan dalam menguasai kompetensi yang telah ditentukan.
2) Faktor yang harus diperhatikan dalam pembelajaran
Reilley dan Lewis (dalam Rifa’I, 2009: 197) menjelaskan delapan prinsip
pembelajaran yang digali dari teori kognitif Bruner dan Ausuble yaitu bahwa
pembelajaran akan lebih bermakna (meaningfull learning) apabila:
a) Menekankan akan makna dan pemahaman;
b) Mempelajari materi tidak hanya proses pengulangan, tetapi perlu disertai
proses transfer secara lebih luas;
c) Menekankan adanya pola hubungan, seperti bahan dan arti, atau bahan yang
telah diketahui dengan struktur kognitif;
d) Menekankan pembelajaran prinsip dan konsep;
e) Menekankan struktur disiplin ilmu dan struktur kognitif;
f) Obyek pembelajaran seperti apa adanya dan tidak disederhanakan dalam
bentuk eksperimen dalam situasi laboratoris;
g) Menekankan pentingnya bahasa sebagai dasar pikiran dan komunikasi; dan
h) Perlunya memanfaatkan pengajaran perbaikan yang lebih bermakna
Menurut teori humanistik, belajar bertujuan memanusiakan manusia. Anak
yang berhasil dalam belajar apabila dapat mengaktualisasikan dirinya dengan
lingkungan maka pengalaman dan aktivitas peserta didik merupakan prinsip
penting dalam pembelajaran humanistik.
Anni (2009) menyatakan bahwa prinsip yang nampak dalam pembelajaran
konstruktivisme adalah:
a) Pertanyaan dan jawaban peserta didik adalah penting,
b) Berlandasan beragam sumber informasi materi dapat dimanipulasi peserta
didik,
c) Pendidik lebih bersikap interaktif dan berperan sebagai fasilitator dan mediator
bagi peserta didik dalam proses pembelajaran,
d) Program pembelajaran dibuat bersama peserta didik agar mereka benar-benar
terlibat dan bertanggung jawab,
e) Strategi pembelajaran, student-centered learning, dilakukan dengan belajar
aktif, belajar mandiri, kooperatif dan kolaboratif.
Dari beberapa pernyataan diatas, peneliti menyimpulkan bahwa prinsip
dalam pembelajaran diterapkan dalam usaha untuk mencapai tujuan sesuai
dengan teori belajar yang digunakan.
3) Kualitas Pembelajaran
Pengertian kualitas pembelajaran Depdiknas (2004: 7), kualitas
pembelajaran dapat diartikan sebagai intensitas keterkaitan sistemik dan
sinergis dosen (guru), mahasiswa (siswa), kurikulum dan bahan belajar,
media, fasilitas, dan sistem pembelajaran dalam menghasilkan proses dan
hasil belajar yang optimal sesuai tuntutan kurikuler. Sedangkan menurut
Karsidi (2005:38), menyatakan bahwa untuk memperoleh pembelajaran
yang berkualitas agar menghasilkan prestasi belajar yang berkualitas pula,
maka perlu diperhatikan unsur-unsur yang secara langsung berkaitan
dengan berlangsungnya proses pembelajaran tersebut, yang penting adalah
guru, siswa, kurikulum dan sarana, serta faktor lain yang sifatnya
kontekstual.
Dari uraian diatas, peneliti menyimpulkan bahwa kualitas
pembelajaran merupakan tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan
pembelajaran dengan memperhatikan faktor guru, siswa, kurikulum,
sarana dan faktor lainnya.
Kualitas pembelajaran terdiri atas beberapa komponen yaitu :
1) Aktivitas Siswa
Menurut Natawijaya (dalam Depdiknas, 2005: 31), aktivitas siswa
dalam pembelajaran merupakan segala kegiatan yang dilakukan siswa
dalam proses interaksi (guru dan siswa) pada pembelajaran untuk
memperoleh perubahan tingkah laku. Aktivitas siswa dalam
pembelajaran sangat penting, sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam
proses pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif.
Menurut Sriyono (dalam Anwar, 2008), aktivitas adalah segala
kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani. Aktivitas
siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator
adanya keinginan siswa untuk belajar. Aktivitas siswa merupakan
kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar.
Kegiatan – kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang mengarah pada
proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan
tugas – tugas, dapat menjawab pertanyaan guru dan bisa bekerjasama
dengan siswa lain, serta tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan.
Dari pendapat diatas, peneliti menyimpulkan bahwa aktivitas siswa
merupakan kegiatan siswa dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang ditetapkan.
Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti menjadikan aktivitas
siswa sebagai salah satu variabel yang diteliti. Berikut ini adalah
indikator aktivitas siswa pada peningkatan kualitas pembelajaran:
2) Keterampilan Guru
Menurut Turney (dalam Sriudin, 2009), mengemukakan ada 8
(delapan) keterampilan mengajar atau membelajarkan yang sangat
berperan dan menentukan kualitas pembelajaran, diantaranya:
a) Menggunakan keterampilan bertanya
Keterampilan bertanya sangat perlu untuk dikuasai oleh guru,
karena hampir dalam setiap tahap pembelajaran guru dituntut untuk
mengajukan pertanyaan, dan kualitas pertanyaan yang diajukan guru
akan menentukan kualitas jawaban peserta didik. Keterampilan
bertanya yang perlu dikuasai oleh guru meliputi keterampilan
bertanya dasar dan keterampilan bertanya lanjutan.
b) Memberi penguatan
Penguatan merupakan respons terhadap suatu perilaku yang
dapat menimbulkan kemungkinan terulangnya kembali perilaku
tersebut. Penguatan dapat dilakukan secara verbal berupa kata-kata
dan kalimat pujian dan secara non verbal yang dilakukan dengan
gerakan mendekati peserta didik dan kegiatan yang menyenangkan.
Penguatan bertujuan untuk meningkatkan perhatian peserta didik
terhadap pembelajaran, merangsang dan meningkatkan motivasi
belajar dan membina perilaku yang produktif.
c) Mengadakan variasi
Mengadakan variasi merupakan keterampilan yang harus
dikuasai guru dalam pembelajaran untuk mengatasi kebosanan
peserta didik, agar selalu antusias, tekun , dan penuh partisipasi.
d) Menjelaskan
Keterampilan menjelaskan adalah penyajian informasi secara
lisan yang diorganisasikan secara sistematik untuk menunjukkan
adanya hubungan yang satu dengan yang lainnya. Penyampaian
informasi yang terencana dengan baik dan disajikan dengan urutan
yang cocok merupakan ciri utama kegiatan menjelaskan.
e) Membuka dan menutup pelajaran.
Membuka dan menutup pelajaran yang dilakukan secara
profesional akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan
pembelajaran. Membuka pelajaran merupakan suatu kegiatan yang
dilakukan guru untuk menciptakan kesiapan mental dan menarik
perhatian peserta didik secara optimal, agar mereka memusatkan diri
sepenuhnya pada pelajaran yang akan disajikan. Menutup pelajaran
merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui pencapai
tujuan dan pemahaman peserta didik terhadap materi yang dipelajari
serta mengakhiri kegiatan pembelajaran.
f) Membimbing diskusi kelompok kecil.
Diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur yang
melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang
informal dengan berbagai pengalaman atau informasi, pengambilan
kesimpulan, atau pemecahan masalah. Diskusi kelompok merupakan
strategi yang memungkinkan siswa menguasai suatu konsep atau
memecahkan suatu masalah melalui satu proses yang memberi
kesempatan untuk berpikir, berinteraksi sosial, serta berlatih bersikap
positif..
g) Mengelola kelas
Pengelolaan kelas merupakan keterampilan guru untuk
menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif, dan
mengendalikannya jika terjadi gangguan dalam pembelajaran.
Beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pengelolaan kelas
adalah; kehangatan dan keantusiasan, tantangan, bervariasi, luwes,
penekanan pada hal-hal positif, dan penanaman disiplin diri.
h) Mengajar kelompok kecil dan perorangan
Pengajaran kelompok kecil dan perorangan merupakan suatu
bentuk pembelajaran yang memungkinkan guru memberikan
perhatian terhadap setiap peserta didik, dan menjalin hubungan yang
lebih akrab antara guru dengan peserta didik maupun antara peserta
didik dengan peserta didik.
Dari uraian diatas, peneliti menyimpulkan bahwa keterampilan
guru sangat mempengaruhi kualitas pembelajaran, keterampilan guru
antara lain keterampilan bertanya, memberi penguatan, mengadakan
variasi, menjelaskan, membuka dan menutup pelajaran, embimbing
diskusi kelompok kecil, mengelola kelas, dan mengajar kelompok kecil
dan perorangan.
Keterampilan guru juga merupakan salah satu variabel yang
diteliti. Berikut ini adalah indikator keterampilan guru dalam
pembelajaran dengan model Guru menutup pelajar
3) Iklim Pembelajaran
Menurut Dikti (dalam Depdiknas, 2004), iklim pembelajaran
mencakup :
a) Suasana kelas yang kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya
kegiatan pembelajaran yang menarik, menantang, menyenangkan, dan
bermakna bagi pembentukan profesionalitas kependidikan
b) Perwujudan nilai dan semangat ketauladanan, prakarsa, dan
kreativitas guru.
Iklim pembelajaran adalah segala situasi yang muncul antara guru
dan siswa atau antar siswa yang mempengaruhi proses belajar mengajar
agar lebih menarik, menantang, menyenangkan, dan bermakna demi
terwujudnya semangat siswa dan kreativitas guru lebih baik.
4) Hasil Belajar
Menurut Anni (2007: 5), hasil belajar merupakan perubahan
perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar.
Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa
yang dipelajari oleh pembelajar.
Menurut Gagne (dalam Suprijono, 2011: 5-6), menyatakan hasil
belajar berupa
a) Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan
dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis.
b) Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep
dan lambang.
c) Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan
aktivitas kognitifnya.
d) Keterampilan motorik yaitu melakukan serangkaian gerak jasmani
dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak
jasmani.
e) Sikap yaitu kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan
penilaian terhadap objek tersebut.
Bloom (dalam Suprijono, 2011: 6-7), menyatakan bahwa hasil
belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Dari pendapat para ahli diatas, peneliti menyimpulkan bahwa hasil
belajar adalah perubahan perilaku yang diperoleh dari kegiatan selama
pembelajaran yang mencakup kemampuan kognitif, afektif dan
psikomotorik.
Indikator hasil belajar dalam model pembelajaran C
5) Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran adalah bahan yang diperlukan untuk
pembentukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai
siswa dalam rangka memenuhi standart kompetensi yang telah
ditetapkan (Junaidi, 2009)
Menerut Depdiknas (2004:9), materi pembelajaran yang berkualitas
tampak dari :
a) Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran dan kompetensi yang harus
dikuasai siswa
b) Keseimbangan antara keluasan dan kedalaman materi dengan waktu
yang tersedia
c) Materi pembelajaran sistematis dan kontekstual
d) Dapat mengakomodasi partisipasi aktif siswa dalam belajar
semaksimal mungkinPengertian diatas
e) Menarik perhatian yang optimal dari perkembangan dan kemajuan
bidang ilmu, teknologi, dan seni.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa materi pembelajaran
adalah isi atau bahan yang diperlukan untuk pembentukan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai siswa dari mata pelajaran
berdasarkan kurikulum yang telah ada.
6) Media Pembelajaran
Media pembelajaran merupakan sesuatu yang digunakan untuk
menjembatani proses penyampaian pesan dan pengetahuan antara sumber
pesan dan penerimanya (Pribadi, 2011: 86). Pengertian di atas sejalan dengan
pengertian media pembelajaran yang dikemukakan oleh Ruminiyati (2007: 2-
11) yaitu sarana untuk menyalurkan pesan dari guru kepada peserta didik agar
peserta didik menjadi tertarik dengan pembelajaran yang terjadi dan
mengurangi adanya kesalahpahaman akan materi.
Berdasarkan uraian di atas, maka media pembelajaran adalah segala
sesuatu yang digunakan untuk menyampaikan pesan yaitu materi kepada
peserta didik. Media pembelajaran dihadirkan agar peserta didik tertarik
terhadap pembelajaran dan mengurangi adanya kesalahpahaman akan materi.
c. Pembelajaran Tematik
Anak usia Sekolah Dasar berada pada tahap perkembangan operasional
kongkret. Pada tahap ini siswa mulai dapat memandang dunia secara objektif dan
berorientasi secara konseptual. Mereka memandang sesuatu secara menyeluruh atau
holistik (Trianto: 2010).
Pembelajaran tentunya memiliki tujuan yang ingin dicapai. Untuk mencapai
tujuan tersebut pembelajaran yang terjadi harus bermakna bagi peserta didik. Untuk
mencapai pembelajaran yang bermakna tersebut haruslah disesuaikan dengan tingkat
perkembangan intelektual peserta didiknya (Wardhani, 2010: 7).
Bertolak dari pernyataan di atas, lahirlah suatu pembelajaran yang sesuai
dengan tahap berpikir anak usia sekolah dasar yaitu pembelajaran tematik.
1) Pengertian Pembelajaran Tematik
Menurut Sukayati (2009:13) pembelajaran tematik adalah suatu pendekatan
dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa Kompetensi dasar
dan indikator dari beberapa mata pelajaran menjadi satu kesatuan yang dikemas
dalam satu tema sehingga peserta didik dapat memperoleh pengetahuan dan
pengalaman secara menyeluruh dan utuh.
Sedangkan menurut Trianto (2010: 84), pembelajaran tematik adalah suatu
model pembelajaran yang memadukan beberapa materi pembelajaran dari
berbagai standart kompetensi dan kompetensi dasar dari satu atau beberapa mata
pelajaran.
Dari uraian di atas, pembelajaran tematik adalah suatu model pembelajaran
yang mengaitkan beberapa standart kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator
dari satu atau lebih mata pelajaran yang saling berkaitan dengan tema yang
bersifat umum.
2) Karakteristik Pembelajaran Tematik
Menurut Tim Puskur (2006), pembelajaran tematik memiliki karakteristik
sebagai berikut :
a) berpusat pada peserta didik
Pembelajaran tematik memberikan keleluasaan bagi peserta didik baik
secara individu maupun kelompok. Peserta didik diharapkan dapat aktif
mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip dari suatu
engetahuan yang harus dikuasainya sesuai dengan perkembangannya.
b) memberikan pengalaman langsung terhadap peserta didik
Dalam pembelajaran tematik, peserta didik dilibatkan secara langsung.
Guu lebih banyak bertindak sebagai fasilitator dan katalisator yang
membimbing para siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditentukan. Sedangkan peserta didik merupakan subjek dan objek dalam
pembelajaran.
c) pemisahan antar mata peljaran tidak terlihat
Pembelajaran tematik lebih memusatkan perhatian pada pengamatan dan
pengkajia suatu gejala atau peristiwa dari beberapa mata pelajaran sekaligus,
tidak dari sudut pandang yang tekotak-kotak. Sehingga memunginkan peserta
didik untuk memahami suatu fenomena pembelajaran dari segala segi yang
utuh.
d) menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu pembelajaran
sehingga bermakna
Pembelajaran tematik mengkaji suatu fenomena dari berbagai macam
aspek yang membentuk semacam jalinan antarpengetahuan yang dimiliki
peserta didik, sehingga materi yang dipelajari dapat bermakna bagi peserta
didik.
e) hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan
peserta didik
Pada pembelajaran tematik dikembangkan dengan pembelajara yang
Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan yang melibatkan pesetra didik dapat
melihat bakat, minat, dan kemampuan selama proses pembelajaran. Dengan
mengetahui bakat, minat, dan kemampuan memungkinkan pesera didik
termotivasi untuk belajar terus menerus.
Jadi pembelajaran tematik memiliki karakteristik yaitu (1) berpusat pada
peserta didik; (2) memberikan pengalaman langsung terhadap peserta didik; (3)
pemisahan antar mata peljaran tidak terlihat; (4) menyajikan konsep dari
berbagai mata pelajaran dalam suatu pembelajaran sehingga bermakna; (5) hasil
pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta
didik.
3) Manfaat Pembelajaran Tematik
Ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari pelaksanaan pembelajaran
tematik yaitu :
a) banyak materi yang tertuang dalam beberapa mata pelajaran yang memiliki
keterkaitan konsep sehingga pembelajaran menjadi ebih bermakna dan utuh.
b) peserta didik mudah memusakan perhatian karena beberapa mata pelajaran
dikemas dala satu tema yang sama.
c) peserta didik dapat mempelajari pengetahuan dan mengembangakan berbagai
kompetensi dalam tema yang sama.
d) pembelajaran tematik melatih peserta didik untuk semakin banyak membua
hubungan beberapa mata pelajaran sehingga mampu memproes informasi dega
cara yang sesuai daya ikirannya, dan memungkingkan berkembanganya
jaringan konsep.
e) menghemat waktu karena beberapa mata pelaajaran dikemas dalam suatu tema
dan disajikan secara terpadu dalam alokasi peremuan-pertemuan yng
diencanakan. Waktu yang lainnya dapat dimanfaatkan untuk pemantapan,
pembinaan keterampilan, dan remidial (Puskur:2006).
4) Implikasi Pembelajaran Tematik
Beikut ini adalah implikasi pembelajara tematik menurut Tim Puskur
(2006).
a) Implikasi bagi guru dan peserta didik
(1) Bagi guru
Pembelajaran tematik memerlukan guru yang kreatif, baik dalam
merancang, melaksanakan,dan mengorganisasikan pembelajaran.
(2) Bagi peserta didik
(a) Peserta didik harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang dalam
pelaksanaannya dimunkinkan untu bekerja baik secara individu,
kelompok, atau kalsikal.
(b) Peserta didik harus siap mengikuti pembelajaran yang bervariasi
secara aktif, misalnya: melakukan diskusi kelompok,penelitian
sederhana, dan pemecahan masalah.
b) Implikasi terhadap sarana prasarana, sumber, dan media pembelajaran
(1) Pelaksanaan pembelajaran tematik memerlukan erbagai sarana prasarana
belajar.
(2) Memanfaatkan sumber belajar baik yang didesain khusus maupun yang
ada di lingkungan sekitar.
(3) Perlu mengoptimalkan penggunaan media pembelajara yang bervariasi,
sehingga dapat membantu peserta didik memahami konsep yang abstrak.
(4) Bisa menggunakan buku ajar yang telah ada maupun yang dibuat secara
khusus yang memuatbahan ajar yang terintegrasi.
c) Implikasi terhadap pengaturan ruang
(1) Ruang dapat ditata, disesuaikan dengan tema yang sedang dipelajari.
(2) Susunan bangku eserta didik dapat diuba disesuaikan dengan kebuthan.
(3) Peserta didik tidak sealu duduk dikursi, tetapi dapat duduk di tikar/ karpet.
(4) Kegiatan belajar hendaknya bervariasi dan dapat dilaksanakan di dalam
maupun luar kelas.
(5) Dinding kelas dapat dimanfaatkan untuk memajang hasil karya peserta
didik dan dimanfaatkan sebagai sumber belajar.
(6) Alat, saraan, dan sumber belaar hendaknya dikelola sehingga mmudahkan
peserta didik untuk menggunakan dan merapika kembali.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa implikasi pembelajaran
tematik meliputi guru dan peserta didik; sarana prasaran: sumber; dan media
pembelajaran; dan pengaturan ruang.
5) Teori Belajar yang Melandasi Pembelajaran Tematik
Menurut Trianto (2010: 106-115) ada beberapa teori belajar yang melandasi
pembelajaran tematik antara lain .
a) Teori Perkembangan Jean Piaget
Jean Piaget membagi manusia dalam 4 tahap perkembangan kognitif
yaitu:
(1) tahap sensorimotor ( lahir-2 tahun)
Kemampuan utama pada tahap ini adalah terbentuknya konsep
kepermanenan objek dan kemajuan granular dari prilaku refleksif ke
prilaku yang mengrah ada tujuan.
(2) tahap praoprasional ( 2-7 tahun)
Individu telah mampu menggunakan simbl-simbol untuk
menyatakan objek-objek dunia. Pemikiran mereka masih egosentris dan
sentralis.
(3) tahap operasi kongkret (7-11 tahun)
Individu berfikir secara logis, menyeluruh, dan kongkret. Pemikiran
tidak lagi sentralisasi, dan pemecahan masalah tidak begitu dibatasi oleh
keegosentrisan.
(4) tahap operasi formal (11tahun-dewasa)
Pada tahap ini individu sudah mampu berpikir abstrak dan murni
simbolis. Masalah-masalah yang terjadi sudah dapat dipecahkan
mengunakan eksperimentasi sistematis.
b) Teori pembelajaran Konstruktivisme
Konsep belajar menurut teori belajar konstruktivisme adalah
pengetahuan baru dikonstruksi sendiri oleh peserta didik secara aktif
berdasarkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya. Nik Azis Nik Pa
(dalam Lapono, 2008: 1-25) menyatakan bahwa konstruktivisme adalah tidak
lebih daripada satu komitmen terhadap pandangan bahwa manusia membina
pengetahuan sendiri. Sedangkan menurut Lapono (2009: 1-25) pembelajaran
konstruktivisme merupakan satu teknik pembelajaran yang melibatkan peserta
didik untuk membina sendiri secara aktif pengetahuan menggunakan
pengetahuan yang telah ada dalam diri mereka masing-masing.
d. Pembelajaran Matematika
1) Pengertian Matematika
2) Karakteristik Matematika
Secara umum karakteristik matematika menurut Wardhani (2010:3-4)
adalah:
a) memiliki obek kajian yang bersifa abstrak
Objek matematika adalah objek mental atau pikran. Oleh karena itu
bersifa abstrak. Objek kajian matematika yang dipelajari di sekolah adalah
fakta, konsep, operasi, dan prinsip.
b) mengacu pada kesepakatan
Fakta matematika meliputi istilah atau nama dan simbol. Fakta
merupakan suatu kemufakatan atau kesepakatan bersama. Dengan kesepakatan
inilah matematika dapat dikomunikasikan, Contoh : lambang bilangan 1,2,3, ...
adalah salah satu bentuk kesepakatan bersama.
c) mempunyi pola pikir deduktif
Matematika memiliki pola pikir deduktif yaitu didasarkan pada urutan
kronologis dari pengertian pangkal, aksioma, efinisi, sifat, rumus, dan
penerapannya dalam mateatika sendiri atau dalam bidang lain dalam
kehidupan sehari-hari. Contoh : bila seseorang telah belajar konsep 'persegi'
kemudian ia dibawa ke suatu tempat baru dan ia mengidentifikasi benda-benda
disekitarnya yang berbentuk pesrsegi maka siswa itu telah menerapkan pola
pikir deduktif.
d) konsisten dalam sistemya
Matematika memiliki berbagai macam sistem yang dibentuk dari
prinsip-prinsip matematika. Tiap sisteam dapat saling berkaitan. Namun dapat
pula saling lepas. Sitem yang dipandang lepas misalnya sistem yang terdapat
dlam aljabar dan sistem pada geometri. Di dalam geometri sendiri terdapa
sistem-sistem yang lebih kecil dan saling berkaitan.
e) memiliki simbol yang kosong dalam arti
Matematika memiliki banyak simbol. Rngkain simbl-simbol tersebut
dapat membentuk aklimat matematika yang dinamai model matematika.
Secara umum simbl dan model mateatika sebenarnya kosong dari arti, artinya
suatu simbol atau model mtematika tidak memiiki arti bila tidak dikaitkan
dengan konteks tertentu.
f) memperhatikan semesta pembicaraan
Karena simbol-simbol dan model-model dalam matematika kosong dari
arti, dan akan bermakna jika dikitkan dengan konteks tertentu maka perlu
adanya lingkup atau semesta dari konteks yang dibicrakan.
3) Implikasi Karakteristik Matematika Terhadap Pengelolaan Pembelajaran
Menurut Sumardiono (dalam Wardhani,2010:7) paling sedikit ada 4
implikasi dari karakteristik matematika terhadap pembelajaran matematika di
sekolah, yaitu :
a) urutan sajian belajar matematika
Mengajarkan matematika harus disesuaiakan denga tingkat
perkembangan intelektual peserta didik. Peserta didik belajar dari hal-hal yang
sederhana menuju ke hal-hal yang lebih kompleks.
b) pemanfaatan media pembelajaran matematika
Mengingat objek kajian matematika itu abstrak, maka pelu ditrunkan
tingkat keabstrakannya, terutama bagi peserta didik yang berada pada usia
operasional kongkret. Ini dimaksudkan agar materi-materi dapat dipahami oleh
peserta didik dengan baik. Penurunan tingkat keabstrakan objek matematika
ini dapat dapat dilakukan dengan pemanfaatan media pembelajaran.
c) pola pikir yang dikembangkan dalam belajar matematika
Pola pikir yang dianut dalam matematika adalah deduktif. Namun
demikian untuk kepentingan pendidikan, belajar matmatika tidak haus dengan
poa pikir deduktif. Pola pikir induktif dapat pula diterapkan. Pola pikir induktif
adalah pola pikir yang didasakan pada hal-hal yang khusus kemudian
dtetapkan padaga hal yang bersifat umum.
d) tahap pengenalan semesta pembicaraan dalam belajar matematika
Tingkat kekompleksan semesta pembicaraan pada matematika harus
disesuaikan dengan tingkat perkembangan intelktual peserta didik. Urutan
kompleksitas semesta pembicaraan dikenalkan ecaa berahap dari kelas lebih
rendah menuju ke kelas yang lebih tinggi.
e) kemampuan-kemamuan yang dipelajari dalam matematika saling terkait
Struktur materi matematika saling terkait satu dengan lain.Akibatnya,
dalam belajar matematika peguasaan suatu kemampuan akan berpengaruh
langsung pada penguasaan kemampuan yang dipelajrai selanjutnya.
4) Pembelajaran Matematika Sekolah dasar
e. Model Kooperatif tipe Think Pair Share
1) Pengerian Model Kooperatif
Model Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang berbasis sosial.
Menurut Arends (2008:4) model pembelajaran kooperatif merupakan
pembelajaran yang berupaya membantu peserta didik mempelajari isi akademis
dan berbagai keterampilan unuk mencapai tujuan tanpa mengabaikan hubungan
antar manusia. Pada pembelajaran model kooperatif ini, peserta didik
bertanggung jawab terhadap belajar mereka sendiri dan berusaha menyelesaiakan
pertanyaan-pertanyaan yang dihadapkan kepada mereka dengan dukungan dan
arahan dari guru (Suprijono,2010: 54).
Model pembelajaran kooperatif menurut Huda (2011: 32,) mengacu pada
metode pembelajaran dimana siswa bekerja saama dalam kelompok kecil dan
saling membantu dalam belajar. Peserta didik memiliki kebebasan untuk terlibat
secara aktif dalam kelompok-kelompok mereka dan saling membantu antarsatu
sama lain.
Arends (2008: 5) menjelaskan bahwa model pembelajaran kooperatif dapat
ditandai oleh:
a) siswa bekerja dalam tim untuk mencapai tujuan belajar.
b) tim-tim terdiri dari peserta didik yang memiliki kemampuan beagam.
c) bilamana memungkinkan, tim-tim terdiri atas campuran ras, budaya, dan
gender.
d) sistem reward-nya berorientasi pada kelompok dan individu.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan, model pembelajaran kooperatif
adalah model pembelajaran yang memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada
peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dengan
memperhatikan pentingnya kerjasama antar individu.
2) Tujuan Model Kooperatif
Menurut Arends (2008:5), model pembelajaran kooperatif dikembangkan
untuk mencapai paling sedikit tiga tujuan penting yaitu :
a) prestasi akadamis.
Model pembelajaran kooperatif akan meningkatkan kinerja pesera didik
dalam tugas-tugas akademik yang penting. Model pembelajaran kooperatif
dapat menguntungkan bagi peserta didik berprestasi rendah dan tinggi yang
mengerjakan tugas-tugas akademik bersama-sama. Mereka yang berprtasi
tinggi mengajari teman-teman yang berprestasi lebih rendah, sehingga
memberika bantuan khusus dari sesama teman.
b) toleransi dan penerimaan terhadap keanekaragaman.
Model pembelajaran kooperati menempatkan peeserta didik dalam tim-
tim atau kelompok-kelompok. Dengan penempatan tersebut, akan muncul sifat
toleransi dan penerimaan yang lebih luas terhadap orang-orang yang berbeda
as, budaya, kelas sosial, atau kemampuannya.
Model pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan kepada peserta
didik dengan latar belakang dan kondisi yang beragam untuk bekerja sama
secara mindependen pada tugas yang sama dan melalui penggunaan struktur
reward kooperatif, belajar untuk saling menghargai.
c) mengembangkan keterampilan sosial.
Tujuan ketiga adalah mengajarkan keterampilan kerja sama dan
kolaborasi dengan siswa. Dengan peserta didik dikondisikan bekerja dalam
kelompok, akan memupuk dan menumbuhkan keterampilan kerjasama dan
berkolaborasi dengan sesamanya.
3) Model Kooperatif tipe Think Pair Share
Think Pair Share adalah salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif
yang dikembangkan oleh Frank Lyman (1985). Menurut Huda (2011: 136) Think
Pair Share memungkinkan peserta didik untuk bekerja sendiri dan bekerja sama
dengan temannya. Disamping itu, pembelajaran dengan tipe Think Pair Share ini
juga lebih mengoptimalkan partisipasi peserta didik selama pembelajaran.
Menurut Arends (2008: 15) pembelajaran dengan tipe Think Pair Share ini
akan memberikan lebih banyak waktu kepada peserta didik untuk berpikir,
merespon, dan saling membantu. Pada pembelajaran tipe Think Pair Share ini,
peserta didik dapat memperoleh pengetahuan secara integratif. Pengetahuan
diperoleh secara integratif melalui proses tanya jawab atau diskusi yang terjadi
selam pembelajaran berlangsung (Suprijono,2011:91).
Think Pair Share memiliki sintaks atau tahapan-tahapan tertentu dalam
pembelajaranannya yaitu :
a) langkah 1-thinking.
Pada tahap ini, guru mengajukan sebuah pertayaan atau isu yang terkait
dengan pelajaran. Siswa memikirkan jawaban secara ndividu.
b) langkah 2-pair.
Peseta didik saling berpasangan dan mendiskusikan jawaban yang telah
mereka pikirkan secara individu. Interaksi pada tahap ini dapat berupa saling
berbagi jawaban bila pertanyaan yang diajukan telah teridentifikasi.
c) langkah 3-share.
Dalam tahap ini, pasangan-pasangan siswa mempresentasikan hasil
diskusi ke depan kelas. Presentasi dilakukan sampai sekitar seperempat atau
separuh pasanga berkesempatan melaporkan hasil diskusi mereka (Arends,
2008:16).
Sedangkan menurut Huda (2011: 136-137), pembelajaran kooperatif tipe
Think Pair Share memiliki prosedur sebagai berikut ini:
a) peserta didik ditempatkan dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari empat
orang.
b) guru memberikan tugas pada setiap kelompok.
c) Masing-masing anggota memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut sendiri-
sendiri.
d) Kelompok membentuk angota secara berpasangan. Setiaap pasanagan
berdiskusi.
e) Kedua pasangan bertemu kembali dalam kelompoknya dan menshare hasil
diskusinya.
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan langkah-langkah yang diutarakan
oleh Richard I. Arends. Hal ini dikarenakan objek penelitian adalah peserta didik
kelas II sekolah dasar. Langkah-langkah model pembelajaran yang diutarakan
oleh Richard I. Arends lebih sederhana sehingga peserta didik lebih mudah untuk
dikondisikan. Pada langkah pembelajaan Richard I. Arends, peserta didik
berkelompok dengan teman sebangkunya. Otomatis mobilitas yang dilakukan
oleh peserta didik lebih sedikit jika dibandingkan dengan langkah pembelajaran
yang dikemukakakan oleh Miftahul Huda.
f. Media Pembelajaran
Kata "media" berasal dari kata latin yang merupakan bentuk jamak dari kata
"medium". Secara harfiah kata media berarti perantara atau pengantar. Ini sejalan
dengan pengertian media yang dikemukakan oleh Miarso (dalam Riyana,2008:6)
yaitu segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan yang dapat
merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan peserta didik untuk belajar.
Pengertian mengenai media juga disampaikan oleh Syahriah (2008:42) yaitu sebagai
suatu obyek yang digunakan untuk menyampaikan atau melontarkan pesan
informasi terutama yang berkaitan dengan pembelajaran.
Sedangkan media pembelajaran adalah media yang membawa pesan-pesan
atau informasi yang mengandung maksud-maksud pengajaran (Hamdani,2010:243).
Media pembelajaran merupakan wadah dari pesan dalam proses pembelajaran. Yang
dimaksud pesan dalam pembelajaran adalalah materi yang ingin diampaikan
(Riyana,2008:6).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan
media atau tempat yang membawa pesan-pesan yang berkaitan dengan
pembelajaran.
g. Media Manipulatif
Pembelajaran matematika bersifat abstrak. Begitupula untuk materi operasi
bilangan. Untuk mempelajari atau mendalami pelajaran matematika yang bersifat
abstrak tersebut dibutuhkan media yang digunakan selama pembelajaran. Salah satu
jenis alat peraga yang dapat digunakan adalah media manipulatif.
Generally speaking, manipulatives are any object that is used in teaching
math to help the students see and understand the concept being taught. (Ogg,
2010: 7)
Dari kutipan diatas diketahui bahwa media manupulatif adalah benda-benda
yang dapat dimanipulasi oleh guru dalam menyampaikan materi dengan tujuan siswa
dapat memahami konsep yang diajarkan. Dari pengertian di atas diketahui dalam
pembelajaran yang menggunakan media manipulatif melibatkan benda-benda atau
bahan manipulatif.
Media manipulatif terdiri dari beranekaragam bentuk dan jenis. Mulai dari
kacang, tutup botol sampai dengan balok berwarna warni. Media-media manipulatif
mudah untuk didapatkan di pasaran. Selain itu juga bisa dengan membuat sendiri
atau memanfaatkan benda-benda yang ada disekitar kita (Whitire, 2009).
Media manipulatif digunakan dalam proses pembelajaran matematika
bukanlah tanpa dasar yang jelas. Media manipulatif dapat membantu peserta didik
dalam mempelajari materi yang bersifat abstrak. Dengan media manipulatif peserta
didik tidak hanya memahami konsep dari teori-teori matematika tetapi juga
menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan materi-materi.
Menurut Burns (2007: 34) ada 7 langkah dalam menyajikan media manipulatif
yaitu :
1) menyampaikan manfaat media manipulatif
2) menentukan peraturan dalam menggunakan media manipulatif
3) mengali pengetahuan peserta didik mengenai media manipulatif.
4) menyediakan material yang dekat dengan peserta didik
5) Memasang tabel tentang media manipulatif yang akan digunakan.
6) Penugasan
7) menjalin koordinasi dengan orang tua agar media manipulatif juga
digunakan ketika proses belajar di rumah.
Sedangkan menurut Kelly (2006) ada 10 langkah mendasar yang bisa
membantu guru dalam menyajikan media manipulatif untuk pembelajaran yaitu:
1) Menyampaikan manfaat dan aturan dari penggunaan media manipulatif
2) Menyampaikan tujuan pengunaan media manipulatif dalam pelajaran
matematika
3) Membagi peserta didik ke daam kelompok-kelompok
4) Peserta didik bereksplorasi dan diskusi
5) Menyertakan benda nyata dalam pembelajaran
6) Menggunakan variasi-variasi dalam menggunakan media manipulatif
7) Mendukung dan peduli dengan media manipulatif yang digunakan siswa
8) Menjamin ketersediaan dan penggunaan media manipulatif
9) Mendukung pemikiran dan daya temu peserta didik
10) Mengadakan penilaian.
Langkah penyajian media manipulati yang digunakan dalam penelitian ini
adalah :
Langkah Penyajian Media Manipulatif
Burns (2007) Kelly (2006) Penelitian
1. Menyampaikan
manfaat media
manipulatif
2. Menentukan
peraturan dalam
menggunakan media
manipulatif
3. Mengali pengetahuan
peserta didik mengenai
media manipulatif.
4. Peserta didik
bereksplorasi dan
diskusi
5. Memasang tabel
manipulatif di kelas.
6. Penugasan
7. menjalin koordinasi
dengan orang tua agar
media manipulatif juga
digunakan ketika
1. Menyampaikan
manfaat dan aturan
dari penggunaan
media manipulatif
2. Menyampaikan
tujuan pengunaan
media manipulatif
dalam pelajaran
matematika
3. Membagi peserta
didik ke daam
kelompok-kelompok
4. Peserta didik
bereksplorasi dan
diskusi
5. Media manipulatif
digunakan dengan jelas
dan intens
6. Menyampaikan variasi
kegunaan media
1. Merancang media
manipulatif yang
digunakan
2. Memasang tabel
manipulatif dikelas.
3. Menyampaikan
manfaat, tujuan, dan
aturan penggunaan
media manipulatif
4. Membagi peserta didik
ke dalam kelompok-
kelompok
5. Peserta didik
bereksplorasi dan
berdiskusi
menggunakan media
manipulatif
6. Membimbing peserta
didik selama diskusi
proses belajar di
rumah.
manipulatif
7. Mendukung dan
menyambut baik
penggunaan media
manipulatif
8. Membuat media
manipulatif tersedia
dan dapat dijangkau
9. Mendukung pemikiran
dan daya temu peserta
didik
10.Mengadakan penilaian.
7. Penilaian
Dalam penelitian ini, media manipulaif yang digunakan adalah .....
h. Teori Belajar yang Mendasari Model Kooperatif tipe Think Pair Share
Proses belajar yang terjadi tidak terlepas dari teori-teori belajar yang
mendasari. Teori belajar yang mendasari pembelajaran Think Pair Share berbantu
media manipulatif adalah:
1) mm
i. Implementasi Model Think Pair Share berbantu media manipulatif
2. Kajian Empiris
Penelitian ini juga didasarkan pada penelitian yang telah dilakukan terhadap
model pembelajaran Think Pair Share dalam meningkatkan pembelajaran. Adapun
hasil penelitian tersebut adalah :
Misbachar, Tegar Arenanda. 2011. Peningkatan Kualitas Pembelajaran
Matematika melalui Cooperative Learning tipe Think Pair Share dengan CD
Pembelajaran siswa kelas III SDN Pakintean 03 Semarang. Skripsi. Jurusan
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Semarang. Hasil penelitian menunjukkan: (1) meningkatnya rerata aktivitas siswa
dalam pembelajaran matematika. Pada siklus I pertemuan pertama memiliki rerata
10,25 sedangkan pada pertemuan kedua memperoleh skor rerata 10,50. Pada siklus II
pertemuan pertama skor rerata aktivitas siswa adalah 14,63 dan pertemuan kedua naik
menjadi 16,50. (2) Keterampilan guru pada siklus I mendapatkan skor 31 dengan
kategori baik. Pada siklus ke II mengalami peningkatan menjadi 33 dengan kategori
baik. (3) Ketuntasan belajar klasikal pada siklus I pertemuan pertama adalah 46,15%,
pertemuan kedua naik menjadi 61,54%. Sedangkan pada silus II pertemuan pertama
ketuntasan belajar peserta didik adalah 73,08 % dan meningkat pada pertemuan kedua
menjadi 84,62%.
Sari, Kartika Dewi. 2012. Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA melalui
Model Kooperatif Tipe Think Pair Share pada Siswa Kelas V SDN Gunungpati 03 Kota
Semarang. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Semarang. Hasil penelitian menunjukkan: (1) Rerata aktivitas siswa
pada siklus I adalah 15,1 dengan kategori cukup. Pada siklus II rerata aktivitas siswa
mengalami peningkatan menjadi 21,6 dengan kategori baik. Pada siklus III rerata
aktivitas siswa mencapai 24,9 degan kategori baik. (2) Pada siklus I, keterampilan guru
mendapakan sko 18 dengan kategori cukup. Kemudian mengalami kenaikan pada siklus
II menjadi 22 dengan kategori baik dan 27 pada siklus III. (3) Ketuntasan belajar
klasikal juga mengalami peningkatan. Pada siklus I adalah sebesar 62,5%. Sedangkan
pada siklus II adalah 75 %. Dan 83,3% pada siklus III.
Penelitian ini juga didasarkan pada penelitian mengenai penggunaan media
manipulatif yang termuat dalam jurnal The Montana Mathemtic Enthusiast vol.3, no,2.
Kelly, Catherine A. 2006. Using Manipulatives in Mathematical Problem Solving: A
Perforance Based Anaysis. Universitas of Colorado at Colorado Springs. Penelitian
menunjukkan bahwa media manipulatif terbukti membawa banyak manfaat dalam
pembelajaran matematika. Peserta didik lebih mudah memahami konsep yang
diajarkan. Pada penelitian ini konsep yang dipelajari adala konsep aljabar. Peserta didik
lebih mudah memahami konsep-konsep aljabar, menyelesaikan masalah-masalah yang
berkaitan dengan aljabar. Selain itu juga berimbas pada meningkatnya daya tarik
peserta didik terhadap pembelajarana matematika yang ada di kelas.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran
Think Pair Share berbantu media manipulatif dapat meningkatkan keterampilan
berpikir ilmiah dan hasil belajar siswa secara signifikan.
3. Kerangka Berpikir Semarang
Kondisi awal berdasarkan identifikasi masalah:
Guru : .
Kondisi awal berdasarkan identifikasi masalah:
Siswa : Tingkat partisipasi siswa rendah
Pada proses pembelajaran IPA di SDN 03 Piji Kudus cenderung monoton. Guru
kurang variatif dalam pembelajaran. Guru lebih banyak menggunakan metode ceramah
dalam menyampaikan materi kepada siswa. Guru memberikan materi dan siswa mencatat
materi. Selain itu selam pembeljaran IPA berlangsung media yang digunakan sangatlah
minim. Guru jarang sekali menggunakan media sebagai alat bantu dalam menjelaskan
materi kepada siswa. Akibatnya siswa merasa bosan tehadap pembelajaran. Mereka
cenderung asyik mengobrol sendiri dengan teman lainnya saat pembelajaran berlangsung.
Pelaksanaan Tindakan yaitu siklus I dan siklus II
Kondisi awal berdasarkan identifikasi masalah:
Guru : .
Kondisi awal berdasarkan identifikasi masalah:
Siswa : Tingkat partisipasi siswa rendah
Kondisi akhir:
Siswa terlihat kurang tertarik terhadap pembelajaran yang terjadi di kelas. Konsentrasi
mereka terhadap pembelajaran dan pelajaran IPA masih rendah. Penggunaan ceramah
dalam pembelajaran juga mengakibatkan siswa cenderung pasif dalam pembelajaran.
Mereka kurang memiliki ruang untuk berpartisipasi akatif atau turut aktif selam
pemebelajaran. Karena hal-hal tersebut sebagian besar siswa memperoleh nilai dibawah
KKM. Sebanyak 72% siswa di kelas tidak tuntas dalam pelajaran IPA. Untuk mengatasi
permasalahan tersebut, peneliti menggunakan model pembelajaran CLIS (Children’s
Learning In Science ).
Dengan model pembelajaran CLIS (Children’s Learning In Science ) siswa
diposisikan dalam keadaan selalu berpikir. Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran. Siswa
menemukan sendiri baik melalui kegiatan individu amaupun kelompok berkaitan dengan
konsep, fakta, pengetian-pengetian yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Dengan
begitu konsep dan pengetahuan yang dimiliki siswa merupakan sesuatu yang bermakna
dan tahan lama.
Dengan penerapan model pembelajaran CLIS (Children’s Learning In Science )
siswa lebih bisa aktif dalam mengikuti pembelajaran, proses pembelajaran terasa
menyenangkan karena suasana belajar dan variasi model yang digunakan. Penerapan
model pembelajaran CLIS (Children’s Learning In Science ) diharapkan dapat
meningkatkan keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa. Jika ketiga
komponen atau variabel tersebut mengalami peningkatan maka pembelajaran IPA yang
tercipta juga akan berkualitas.
4. Hipotesis Tindakan
Dengan menggunakan model Think Pair Share berbantu media manipulatif maka
keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar operasi bilangan siswa kelas II
SDN Tugurejo dapat meningkat.
E. Metode Penelitian
1. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini yang dijadika subjek penelitian adalah guru dan peserta
didik kelas II SDN Tugurejo 03, semester II 2012/2013. Jumlah peserta didik adalah
sebanyak 43 siswa.
2. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut ini :
a) Keterampilan guru dalam pembelajaran
b) Aktivitas siswa dalam pembelajaran
c) Hasil belajar siswa dalam pembelajaran
3. Prosedur atau Langkah-langkah PTK
4. Siklus Penilaian
5. Data dan Cara Pengumpulan Data
a. Sumber Data
1) Guru
Dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti mendapatkan data dari guru
kelas II SDN Tugurejo 03 melalui lembar pengamatan keterampilan guru dalam
pelaksanaan pembelajaran matmatika dengan materi operasi bilangan dengan
model pembelajaran Think Pair Share pada siklus pertama dan siklus kedua.
2) Siswa
Peneliti mendapatkan data dari siswa kelas II SDN Tugurejo 03 melalui
observasi terhadap aktivitas siswa selama pembelajaran pada siklus pertama dan
siklus kedua.
3) Data Dokumen
Sumber data dokumen yang digunakan peneliti berupa nilai awal siswa
kelas II SDN Tugurejo 03 sebelum dilakukan tindakan.
4) Catatan Lapangan
Dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti juga menggunakan sumber data
berupa catatan lapangan dari guru II SDN Tugurejo 03 selama proses
pembelajaran mengenai aktivitas siswa, keterampilan guru, dan tingkat
pemahaman siswa terhadap materi operasi bilangan.
b. Jenis Data
1) Data Kuantitatif
Menurut Yoni (2010: 60-61) data kuantitatif dalam penelitian tindakan
kelas dianalisis dengan teknik analisis deskriptif yaitu statistika deskriptif. Data
kuantitatif dalam penelitian tindakan kelas berupa hasil belajar siswa kelas IV
SDN 03 Piji kudus pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam yang iadapatkan
dengan pemberian tes tertulis pada setiap akhir siklus.
2) Data Kualitatif
Data kualitatif adalah data yang berbentuk kalimat yang diperoleh selama
proses pembelajaran berlangsung dan wawancara yang berhubungan dengan
pandangan atau sikap siswa, antusiasme siswa dalam belajar, dan motivasi siswa
(Sukayati, 2008:28 ). Data kualitatif diwujudkan dari hasil observasi dengan
menggunakan lembar pengamatan aktivitas siwa dan aktivitas guru dalam
pembelajaran menggunakan model pembelajaran CLIS (Children’s Learning In
Science).
c. Teknik Pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian tindakan kelas ini
adalah sebagai berikut :
1) Teknik Tes
Menurut Arifin ( 2011: 108 ) tes adalah suatu teknik atau cara yang
digunakan dalam rangka melaksanakan kegiatan pengukuran, yang di dalamnya
terdapat berbagai pertanyaan, pernyataan, atau serangkaian tugas yang harus
dikerjakan atau dijawab oleh siswa. Dalam penelitian tindakan kelas ini, teknik
tes yang digunakan berbentuk pertanyaan atau soal tertulis yang diberikan pada
akhir pertemuan dalam setiap siklus. Teknik tes ini digunakan untuk mengukur
tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari.
2) Teknik Nontes
Teknik non tes adalah evaluasi proses dan hasil belajar siswa yang
dilakukan tanpa adanya pengujian terhadap siswa, melainkan dengan melakukan
observasi atau pengamatan, wawancara, menyebar angket, dan lain-lain
( Poerwati: 3-19). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik observasi,
wawancara, dokumentasi, dan catatan lapangan.
a) Observasi
Menurut Arifin ( 2011: 152) observasi adalah suatu proses pengamatan
dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif, dan rasional mengenai
berbagai fenomena, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi
buatan untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam observasi alat yang digunakan
berupa pedoman observasi.
Dalam penelitian ini, observasi dilakukan untuk memperoleh data
mengenai aktivitas guru dan aktivitas siswa selama pembelajaran matematika
dengan materi operasi bilangan menggunakan Think Pair Share berbatu media
manipulatif.
b) Wawancara
Menurut Wardono (2009: 48) wawancara adalah suatu metode yang
langsung berhubungan dengan responden. Dalam penelitian ini wawancara
digunakan untuk mengetahui dan menilai keadaan seseorang, misalnya dalam
mencari data latar belakang siswa, pendidikan orang tua, keadaan keluarga,
dan lainnya. Wawancara dalam penelitian ini digunakan untuk mengembil data
awal untuk identifikasi masalah.
c) Dokumentasi
Menurut Kamus umum bahasa Indonesia, dokumentasi berarti sesuatu
yang tertulis, tercetak atau terekam yang dapat dipakai sebagi bukti atau
keterangan. Metode dokumentasi adalah metode yang digunakan untuk
mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip,
buku, surat kabar, majalah, prasasti, dan sebagainya (Arikunto, 2006: 231).
Dalam menggunakan metode dokumentasi peneliti memegang check-list untuk
mencari variabel yang sudah ditentukan.
Dalam penelitian ini dokumentasi digunakan untuk memperoleh data
niali awal siswa, bukti aktivitas siswa dan guru dalam bentuk foto saat
pembelajaran berlangsung.
d) Catatan lapangan
Menurut Bogdam dan Biklen (dalam Prastowo,2010) catatan lapangan
adalah catatan mengenai apa saja yang didengar, dilihat, dialami, dan
dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam
penelitian kealitatif.
Catatan lapangan digunakan untuk mengungkapkan secara deskriptif
kondisi yang terjadi pada saat proses pembelajaran. Keberadaan catatan
lapangan akan memperkuat dat yang diperoleh sebelumnya dan merupakan
masukan bagi guru dalam melakukan refleksi.
Dalam penelitian ini catatan lapangan berisi segala sesuatu baik
keterampilan guru maupun keaktifan siswa yang terjadi selama pembelajaran
Ilmu Pengetahuan Alam dengan metode CLIS (Childre’s Learning In
Science) berlangsung.
6. Teknis Analisis Data
7. Indikator Keberhasilan
F. Jadwal Penelitian