15
HENCE MICHAEL WUATEN DINAMIKA STRUKTUR DAN TEKNIK GEMPA – ANALISIS DAN DESAIN BAB I PENGETAHUAN DASAR STRUKTUR 1 1.1 Struktur Secara teori struktur dapat didefinisikan sebagai himpunan atau kumpulan atau rakitan dari berbagai elemenelemen bahan atau komponen struktur yang berfungsi untuk meneruskan atau menyalurkan bebanbeban yang bekerja pada struktur tersebut menuju tanah dengan aman. Berdasarkan definisi tersebut, maka banyak dikenal bentuk dan sistim struktur yang ada, seperti struktur jembatan, gedung, bendungan dan lain sebagainya. Pada dasarnya penamaan dari sebuah struktur, didasarkan kepada bagaimana fungsi dari sistem struktur tersebut bekerja pada saat menerima beban, baik beban yang berasal dari luar (external force) atau beban yang berasal dari dalam (internal force). Kemampuan struktur tersebut dinamakan sistem struktur yang dalam kajiannya sehubungan dengan analisis struktur dibagi menjadi dua kategori dasar, yaitu : 1. Sistem struktur kerangka Sistem struktur kerangka atau portal adalah sistem struktur yang bersifat kaku sempurna dengan ukuran penampang elemen struktur, baik lebar dan tinggi lebih kecil apabila dibandingkan dengan ukuran bentang yang ada seperti balok, sloof, dan kolom. Sistem ini pada dasarnya terdiri dari sistem struktur beton bertulang, baja, kayu ataupun komposit. 2. Sistem struktur kontinum Sistem struktur kontinum adalah sistem struktur yang tidak dapat dibedakan antara dimensi unsur elemennya seperti komponen pelat, atau cangkang dan lain sebagainya. Selain sistem, pada struktur terdapat bagian yang disebut elemen struktur yang mempunyai tugas dan fungsinya masingmasing. Sebagai contoh struktur kolom adalah komponen struktur dengan rasio paling tinggi terhadap dimensi lateral terkecil, yang digunakan untuk mendukung beban aksial tekan, sedangkan balok, sloof dan pelat merupakan elemen struktur lentur. Berdasarkan penyelesaian persamaan keseimbangan gaya, jenis struktur dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : 1. Struktur statis tertentu (determinate structures) Strukturstruktur yang keseimbangan gayanya dapat diselesaikan dengan menggunakan persamaan keseimbangan statis.

pendahuluan 12543

Embed Size (px)

DESCRIPTION

pendahuluan 12543

Citation preview

Page 1: pendahuluan 12543

H E N C E   M I C H A E L  W U A T E N 

DINAMIKA STRUKTUR DAN TEKNIK GEMPA – ANALISIS DAN DESAIN 

BAB I PENGETAHUAN DASAR STRUKTUR 

     

  

1.1    Struktur 

    Secara teori struktur dapat didefinisikan sebagai himpunan atau kumpulan atau rakitan dari 

berbagai elemen‐elemen bahan atau komponen struktur yang berfungsi untuk meneruskan atau 

menyalurkan  beban‐beban  yang  bekerja  pada  struktur  tersebut   menuju  tanah  dengan  aman. 

Berdasarkan definisi tersebut, maka banyak dikenal bentuk dan sistim struktur yang ada, seperti 

struktur jembatan, gedung, bendungan dan lain sebagainya. 

    Pada dasarnya penamaan dari  sebuah  struktur, didasarkan kepada bagaimana  fungsi dari 

sistem  struktur  tersebut bekerja pada  saat menerima beban, baik beban yang berasal dari  luar 

(external  force)  atau  beban  yang  berasal  dari  dalam  (internal  force).  Kemampuan  struktur 

tersebut dinamakan  sistem  struktur yang dalam kajiannya  sehubungan dengan analisis  struktur 

dibagi menjadi dua kategori dasar, yaitu : 

    1.  Sistem struktur kerangka 

Sistem  struktur  kerangka  atau  portal  adalah  sistem  struktur  yang  bersifat  kaku 

sempurna dengan ukuran penampang elemen struktur, baik  lebar dan tinggi  lebih kecil 

apabila dibandingkan dengan ukuran bentang yang ada seperti balok, sloof, dan kolom. 

Sistem ini pada dasarnya terdiri dari sistem struktur beton bertulang, baja, kayu ataupun 

komposit. 

    2.  Sistem struktur kontinum 

Sistem  struktur  kontinum  adalah  sistem  struktur  yang  tidak  dapat  dibedakan  antara 

dimensi unsur elemennya seperti komponen pelat, atau cangkang dan lain sebagainya. 

    Selain sistem, pada struktur terdapat bagian yang disebut elemen struktur yang mempunyai 

tugas dan  fungsinya masing‐masing. Sebagai contoh  struktur kolom adalah komponen  struktur 

dengan  rasio paling  tinggi  terhadap dimensi  lateral  terkecil, yang digunakan untuk mendukung 

beban aksial tekan, sedangkan balok, sloof dan pelat merupakan elemen struktur lentur.  

    Berdasarkan penyelesaian persamaan keseimbangan gaya,  jenis struktur dapat dibedakan 

menjadi dua, yaitu : 

  1.  Struktur statis tertentu (determinate structures) 

Struktur‐struktur yang keseimbangan gayanya dapat diselesaikan dengan menggunakan 

persamaan keseimbangan statis. 

Page 2: pendahuluan 12543

H E N C E   M I C H A E L  W U A T E N 

DINAMIKA STRUKTUR DAN TEKNIK GEMPA – ANALISIS DAN DESAIN 

BAB I PENGETAHUAN DASAR STRUKTUR 

2. Struktur statis tak tentu (indeterminate structures) 

Struktur‐struktur  yang  keseimbangan  gayanya  tidak  dapat  diselesaikan  hanya  dengan 

berdasarkan pada persamaan keseimbangan statis. 

    Sedangkan jenis‐jenis struktur lainnya berdasarkan fungsi dan bentuk dari struktur tersebut, 

terdiri dari : 

    1.  Gedung  

Struktur gedung (building) merupakan kesatuan dari beberapa elemen struktur seperti, 

pondasi, kolom, balok, pelat atau cangkang yang biasanya digunakan untuk keperluan 

kantor, hunian, pertokoan, gudang dan lain sebagainya. 

 

 

Gambar 1.1 Berbagai jenis bangunan gedung (sumber : www.vigoenfotos.com) 

 

      2.  Jembatan  

Jembatan  (bridge) merupakan sarana penghubung  transportasi dari satu  tempat ke 

tempat  yang  lain  yang  disebabkan  oleh  adanya  perbedaan  kondisi  topografi.  Pada 

umumnya struktur jembatan terbuat dari beton bertulang, beton prategang/pracetak 

dan  baja  dalam  berbagai  bentuk  seperti  jembatan  kabel  (cable  stayed  bridge), 

jembatan gantung (suspension bridge), jembatan rangka baja, jembatan kayu dan lain 

sebagainya. 

   

Page 3: pendahuluan 12543

H E N C E   M I C H A E L  W U A T E N 

DINAMIKA STRUKTUR DAN TEKNIK GEMPA – ANALISIS DAN DESAIN 

BAB I PENGETAHUAN DASAR STRUKTUR 

   

Gambar 1.2 Berbagai jenis struktur jembatan 

     

    3.  Bendungan  

Bendungan  atau  dam  pada  umumnya  merupakan  struktur  gabungan  dari  timbunan 

tanah  dan  struktur  beton  bertulang  yang  berfungsi  untuk membendung  air  sehingga 

muka  air  naik  sampai  level  tertentu,  atau  bendungan  juga  berfungsi  sebagai  instalasi 

pembangkit tenaga listrik. 

    4  Terowongan  

Terowongan (tunnel) merupakan struktur bawah tanah, yang pada awal mulanya untuk 

sistim  drainase  kota.  Selain  itu  saat  ini  terowongan  juga  dijadikan  sebagai  sarana 

transportasi yang dibangun di pegunungan atau penghubung antar pulau  seperti Euro 

Tunnel yang menghubungan Inggris dan Perancis. Pada umumnya, struktur terowongan 

dapat  terbuat  dari  struktur  baja  atau  beton  bertulang  dengan  bentuk  lingkaran  atau 

setengah lingkaran. 

 

 

Gambar 1.3 Jenis struktur terowongan (Sumber : Siswosukarto) 

    5.  Kubah 

Kubah (dome) sering dijumpai pada atap bangunan monumental seperti, kubah masjid, 

gereja, stadion dan lain sebagainya. Struktur kubah dapat dibentuk dari pelat atau tenda, 

Page 4: pendahuluan 12543

H E N C E   M I C H A E L  W U A T E N 

DINAMIKA STRUKTUR DAN TEKNIK GEMPA – ANALISIS DAN DESAIN 

BAB I PENGETAHUAN DASAR STRUKTUR 

struktur lengkung atau sistim kabel dari berbagai jenis bahan seperti, bahan baja, beton 

atau tenda. 

   

  Gambar 1.4 Berbagai jenis struktur kubah (Sumber : FIFA Manager) 

 

1.2   Perencanaan Struktur Secara Umum 

1.2 .1  Tujuan Perencanaan Struktur 

    Secara  umum  dalam  perencanaan  suatu  struktur,  banyak  hal  yang  harus  diperhatikan 

sebagai  bahan  masukan,  pertimbangan  dan  kriteria‐kriteria  yang  harus  dipenuhi  agar  dapat 

mencapai suatu hasil yang maksimal.  

    Berikut  dibawah  ini  adalah  kriteria‐kriteria  secara  umum  yang  harus  diperhatikan  dan 

dipenuhi dalam perencanaan suatu struktur, antara lain : 

    1.  Pengaturan  ruang, bentang, harus memenuhi kebutuhan pemakaian sehingga struktur 

tersebut dapat selaras dan sesuai dengan estetika dan lingkungan. 

    2.  Dalam  perencanaan,  biaya  total  struktur  tidak  boleh melampaui  anggaran  dari  owner 

sebagai pemilik. 

    3.  Struktur harus kuat dan dapat menerima semua kombinasi beban dengan aman dan juga 

pada  struktur  tidak  boleh  terjadi  lendutan,  terangkatnya  struktur,  bergetar  dan  retak 

yang dapat mengganggu fungsi dari bangunan tersebut. 

    4.  Desain  struktur  diusahakan  tidak  terlalu  rumit,  sehingga memudahkan  dalam  proses 

pemeliharaannya (maintenance).  

 

1.2.2  Proses Desain Struktur 

    Dalam  perencanaan  suatu  struktur,  proses  desain  adalah  proses  terjadinya  pengambilan 

keputusan yang sifatnya berurutan berulang dan terpola yang sangat berpengaruh kepada hasil 

yang akan dicapai. Adapun tahap‐tahap dalam proses desain struktur adalah sebagai berikut : 

    1.  Semua  struktur  ataupun  bangunan  yang  dibangun  harus  sesuai  dengan  kebutuhan 

pemilik, fungsi, estetika, anggaran dan waktu penyelesaian. 

Page 5: pendahuluan 12543

H E N C E   M I C H A E L  W U A T E N 

DINAMIKA STRUKTUR DAN TEKNIK GEMPA – ANALISIS DAN DESAIN 

BAB I PENGETAHUAN DASAR STRUKTUR 

    2.  Pengembangan  konsep  proyek  didasarkan  kepada  kebutuhan  dan  prioritas  pemilik 

dalam anggaran pembangunan, sehingga pemilihan elemen struktur dapat disesuaikan 

dengan keadaan tersebut. 

    3.  Konsep  struktur  yang  dipilih  dan  direncanakan,  haruslah  didasarkan  kepada  analisis 

struktur  dalam menghitung  dan menentukan  harga momen,  gaya  geser,  gaya  aksial 

dalam  struktur, berdasarkan analisa dengan  ilmu mekanika untuk bangunan,  sehingga 

dalam proses merancang elemen  struktur dapat disesuaikan dengan hasil perhitungan 

mekanika dan kebutuhan elemen struktur tersebut dan mengarah kepada perencanaan 

yang berkualitas, efisien dan ekonomis sesuai dengan spesifikasi yang dipakai.  

 

1.2.3  Kondisi Batas Struktur 

    Kondisi batas  struktur  atau  elemen  struktur  adalah  kondisi dimana  struktur  atau  elemen 

struktur telah mencapai  kondisi batas tertinggi untuk memenuhi kebutuhan yang ada. 

    Kondisi batas struktur dalam struktur beton bertulang, merupakan hal yang sangat penting 

dan berpengaruh sangat besar terhadap kekuatan dan kemampuan struktur, yaitu : 

    1.  Kondisi batas ultimit 

Adalah  kondisi  batas  yang  menyebabkan  terjadinya  keruntuhan  sebagian  atau 

keseluruhan dari struktur atau collapse. Dalam hal  ini, kondisi ultimit utama yang terjadi 

dapat disebabkan oleh : 

      a.  Hilangnya  keseimbangan  dari  sebagian  atau  seluruh  struktur  di mana  keruntuhan 

disebabkan  dengan  terangkat  atau  tergesernya  seluruh  struktur  yang  diakibatkan 

oleh tidak terjadinya gaya reaksi sebagai gaya penyeimbang dalam struktur. 

      b.  Retaknya  bagian  kritis  dari  struktur  atau  elemen  struktur  sehingga menyebabkan 

keruntuhan sebagian atau keruntuhan total dari struktur. 

      c.  Terjadinya keruntuhan progresif, di mana pada batas tertentu, keruntuhan lokal yang 

sangat kecil  sekalipun, dapat menyebabkan elemen  struktur di dekatnya menerima 

beban  yang  berlebihan  sehingga  seluruh  struktur  mengalami  keruntuhan. 

Keruntuhan  progresif  sendiri  dapat  dicegah,  dengan  detail  struktur  yang  benar 

sehingga  seluruh  struktur  terikat dan  tidak  terjadi kegagalan  lokal. Kegagalan  lokal 

sendiri  dapat  terjadi  pada masa  pelaksanaan  konstruksi  dibangun,  sehingga  beban 

selama  masa  pelaksanaan  pembangunan  konstruksi  harus  diperhitungkan  dan 

diwaspadai, baik dalam perencanaan dan pelaksanaannya. 

      d.  Terjadinya  pembentukan  mekanisme  plastis  apabila  tulangan  meleleh  dan 

membentuk sendi plastis pada beberapa penampang sehingga struktur menjadi labil. 

Page 6: pendahuluan 12543

H E N C E   M I C H A E L  W U A T E N 

DINAMIKA STRUKTUR DAN TEKNIK GEMPA – ANALISIS DAN DESAIN 

BAB I PENGETAHUAN DASAR STRUKTUR 

      e.  Terjadinya  instabilitas  yang  cukup  tinggi,  akibat  deformasi  struktur  yang  biasanya 

disebabkan oleh tekuk yang cukup tinggi. 

      f.  Terjadinya  retak  atau patahan pada  elemen  struktur  yang menyebabkan  terjadinya 

keruntuhan struktur.  

    2.  Kondisi batas kelayanan 

Adalah kondisi  yang meliputi  terganggunya  fungsi  struktur,  tetapi  tidak menyebabkan 

terjadinya keruntuhan struktur, adapun kondisi kelayanan struktur ini meliputi : 

      a.  Terjadi  lendutan  besar  yang  menyebabkan  tidak  bekerjanya  fungsi  dari  masing‐

masing elemen struktur. 

      b.  Terjadinya  lebar  retak  yang  cukup besar, melebihi dari nilai  yang diijinkan  sehingga 

dapat  menyebabkan  terjadinya    proses  korosi  yang  sangat  cepat  pada  tulangan 

akibat adanya udara yang masuk melalui  lubang‐lubang  retak yang cukup  lebar dan 

juga dapat menyebabkan kerusakan beton secara perlahan. 

      c.  Banyaknya  getaran‐getaran  yang  tidak  diinginkan  terjadi,  yang  dapat mengganggu 

pemakaian bangunan tersebut.    

    3.  Kondisi batas khusus 

Adalah  kondisi  akibat  kerusakan  atau  kegagalan pembebanan  yang  sifatnya  abnormal 

atau  diluar  dari  prediksi  dan  jangkauan  kemampuan manusia  yang  dapat  disebabkan 

oleh alam, seperti kerusakan akibat gempa, banjir, tanah  longsor,  lahar, efek struktural 

akibat kebakaran,  ledakan, korosi, kemunduran kualitas serta  instabilitas fisik dan kimia 

dalam kurun waktu jangka panjang.  

 

1.2.4  Keamanan Struktur 

    Dalam  perencanaan  struktur,  selain  hal‐hal  yang  sudah  disebutkan  di  atas  ada  beberapa 

faktor penting  lainnya  yang  juga perlu untuk diperhatikan dalam perencanaan  sebuah  struktur 

secara  umum,  diantaranya  adalah  pengaruh  faktor  beban,  pengaruh  faktor  keamanan,  dan 

pengaruh faktor kekuatan bahan.  

    Adapun  Faktor‐faktor  lain  yang  seringkali  luput  dari  perhatian  oleh  pihak    pelaksana  di 

lapangan karena situasi dan kondisi yang ada di lapangan serta faktor‐faktor lain yang terjadi dan 

dilakukan baik secara sengaja ataupun tidak sengaja, sebagai berikut : 

    1.  Ketidakpastian kekuatan bahan 

Kekuatan  bahan  yang  tepat  dari  balok,  kolom,  dan  elemen  struktur  lainnya  dari  hasil 

perhitungan perencanaan selalu berbeda, hal ini disebabkan oleh : 

 

Page 7: pendahuluan 12543

H E N C E   M I C H A E L  W U A T E N 

DINAMIKA STRUKTUR DAN TEKNIK GEMPA – ANALISIS DAN DESAIN 

BAB I PENGETAHUAN DASAR STRUKTUR 

      a.  Ketidakpastian  dari  kekuatan  baja,  beton,  dan material  pendukung  lainnya  dalam 

realisasi di lapangan dengan perencanaan sebelumnya. 

      b.  Perbedaan  yang  terjadi  antara  ukuran  gambar  kerja  dengan  ukuran  dalam 

pelaksanaan di  lapangan  atau  terjadinya penyimpangan dan perubahan desain dari 

pelaksanaan  pekerjaan,    tanpa  adanya  perhitungan  ulang  yang  sesuai  dengan 

prosedur. 

      c.  Pengaruh  akibat  adanya  penggunaan  asumsi  dalam  perhitungan  kekuatan  struktur 

dan elemen struktur dalam perencanaan. 

    2.  Ketidakpastian akibat Beban‐beban 

Beban‐beban dalam struktur, mudah dipengaruhi oleh letak atau lokasi, jenis beban yang 

bekerja, dan beban akibat berat sendiri dari elemen struktur yang tidak mungkin untuk 

dapat  ditimbang  di  lapangan.  Hal  ini  tentu  saja, menyebabkan  terjadinya  perbedaan 

antara  beban‐beban  dalam  perhitungan  perencanaan  dan  beban‐beban  yang  ada  di 

lapangan, yang berhubungan dengan ketidakpastian dari kekuatan bahan dan efek dari 

beban. Untuk mendapatkan  keamanan  struktur  yang dikehendaki,  sangat perlu untuk 

memperhitungkan faktor yang dapat memperbesar ataupun memperkecil kemungkinan 

terjadinya keruntuhan struktur. 

    3.  Tingkat keruntuhan 

Ada  beberapa  faktor  yang  harus  diperhatikan  dalam  memperhitungkan  tingkat 

keamanan yang memadai untuk jenis dan fungsi struktur, antara lain : 

      a.  Kerugian  yang  terjadi  akibat  keruntuhan  dan  biaya  dalam  membangun  kembali 

struktur  tersebut  serta  bahaya  kehilangan  nyawa  manusia  yang  sangat  beresiko 

tinggi apabila terjadinya keruntuhan struktur. 

      b.  Jenis  keruntuhan  dan  tanda‐tanda  keruntuhan  dapat  terjadi  apabila meningkatnya 

pembebanan. 

 

1.2.5  Kerusakan Struktur 

    Kerusakan  pada  suatu  struktur  dapat  disebabkan  oleh  kesalahan  perancangan  ataupun 

akibat bencana alam. Kerusakan yang diakibatkan oleh kesalahan dalam perancangan merupakan 

sebuah kesalahan dan kekeliruan yang besar sehingga perlu diminimalisasi dengan pemahaman 

yang  cukup  baik  terhadap  fungsi,  bentuk  dan  tujuan  dari  struktur  yang  dibuat.  Sedangkan 

kerusakan pada suatu struktur akibat bencana alam memang  tidak dapat dicegah namun dapat 

diminimalisasi  dengan  mengaplikasikan  semua  komponen  beban  yang  disebabkan  oleh  alam 

sehingga dapat mengurangi resiko kerusakan struktur dalam kondisi yang parah. 

Page 8: pendahuluan 12543

H E N C E   M I C H A E L  W U A T E N 

DINAMIKA STRUKTUR DAN TEKNIK GEMPA – ANALISIS DAN DESAIN 

BAB I PENGETAHUAN DASAR STRUKTUR 

1.3   Struktur Tahan Gempa 

1.3.1  Pengertian Dasar 

    Struktur tahan gempa adalah struktur yang tahan atau tidak rusak dan tidak runtuh apabila 

terlanda gempa. Gempa yang dimaksud adalah gempa rencana yang telah diperhitungkan dalam 

proses perencanaan berdasarkan metode perhitungan beban gempa yang berlaku dan mengacu 

pada ketentuan mengenai struktur tahan gempa.  

 

1.3.2  Perkembangan Struktur Tahan Gempa 

    Perkembangan struktur  tahan gempa sendiri dimulai sejak  tahun  1930 di Amerika Serikat, 

dimana  pada  tahun  tersebut  pertama  kali  dibuat  dalam  bentuk  peraturan  perencanaan  tahan 

gempa, setelah gempa dasyat yang menghancurkan San Fransisco tahun 1906. Pada tahun 1932 

peraturan  yang  sama  mengenai  struktur  tahan  gempa,  dibuat  di  Jepang  dengan  nilai  beban 

gempa horisontal sebesar 10 % dari berat lantai.  

   

   

Gambar 1.5 Gempa San Fransisco tahun 1906 (Sumber : San Fransisco Public Libary) 

 

    Di Indonesia sendiri, perhatian terhadap efek gempa telah dimulai sejak tahun 1955 seperti 

tertuang dalam Peraturan Beton Indonesia 1955 dengan nilai beban gempa horizontal sebesar 5 % 

dari nilai berat lantai. Adapun sekilas mengenai perkembangan struktur tahan gempa di Indonesia 

antara lain : 

Page 9: pendahuluan 12543

H E N C E   M I C H A E L  W U A T E N 

DINAMIKA STRUKTUR DAN TEKNIK GEMPA – ANALISIS DAN DESAIN 

BAB I PENGETAHUAN DASAR STRUKTUR 

    1.  Peraturan Beton Indonesia tahun 1955. 

    2.  Peraturan Muatan Indonesia  tahun 1970 dengan membagi wilayah Indonesia ke dalam 

tiga wilayah gempa dengan nilai H masing‐masing : 

      wilayah gempa 1 :   H  =  2,5 % W 

      wilayah gempa 2 :  H  =  5,0 % W 

      wilayah gempa 3 :   H  =   10 % W 

    3.  Peraturan perencanaan tahan gempa Indonesia untuk gedung pada tahun 1981. 

    4.  SNI 03‐1726‐1989 Tata cara pembebanan gempa untuk gedung. 

    5.  SNI 03‐2833‐1992 Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk jembatan jalan raya.   

    6.  SNI  03‐1726‐2002  Tata  cara  perencanaan  ketahanan  gempa  untuk  struktur  bangunan 

gedung. 

    Selain dalam bentuk SNI, peraturan mengenai struktur tahan gempa juga dijabarkan dalam 

bentuk  pedoman  teknis  sesuai  dengan  jenis‐jenis  struktur  yang  diterbitkan  oleh  Departemen 

Pekerjaan Umum. Banyaknya peraturan yang ada, ternyata sangat kontradiktif dengan kenyataan 

yang ada di lapangan. Hal ini terbukti dengan pada saat terjadi gempa di Flores tahun 1992, gempa 

dan tsunami di Aceh tahun 2004 dan gempa Jogjakarta tahun 2006, dimana banyaknya struktur 

yang mengalami keruntuhan total akibat beban gempa. Keadaan ini memang sangat disayangkan, 

karena peraturan yang dibuat tidak diterapkan dalam proses pelaksanaan di lapangan. 

 

1.3.3  Pertimbangan Dasar Perencanaan Struktur Tahan Gempa 

    Sebelum  melakukan  sebuah  kegiatan  konstruksi  yang  bersifat  apapun,  sebaiknya  agar 

memperhatikan  beberapa  hal  seperti,  kondisi  alam,  teknik  membangun,  keadaan  ekonomi, 

standar  bangunan  yang  berlaku,  kerusakan  akibat  bencana  gempa  sebelumnya,  jenis  sistem 

struktur dan kadar kecocokan sistem struktur yang akan dibangun.  

    Selain  hal  di  atas  sebaiknya  juga  diperhatikan  ketentuan  umum  mengenai  pendirian 

bangunan di daerah rawan gempa antara lain : 

1. Hindari mendirikan struktur di lokasi yang berada di bibir pantai dan di lereng bukit atau 

sebaiknya memilih daerah yang datar.  

2. Hindari membangun di daerah berpasir dengan kedalaman lebih dari 1 m, dimana hal ini 

untuk  menghindari  terjadinya  liquifaksi  atau  bangunan  terdorong  ke  atas  pada  saat 

terjadi gempa.  

3. Membangun fondasi yang simetris. 

4. Usahakan denah bangunan simetris dan sederhana. 

5. Apabila denah berbentuk L atau U maka bangunan sebaiknya dilatasi untuk mengurangi 

Page 10: pendahuluan 12543

H E N C E   M I C H A E L  W U A T E N 

DINAMIKA STRUKTUR DAN TEKNIK GEMPA – ANALISIS DAN DESAIN 

BAB I PENGETAHUAN DASAR STRUKTUR 

10 

kerusakan secara total saat gempa terjadi. 

6. Struktur bangunan harus kuat dan sambungan kuda‐kuda juga harus kuat. 

 

1.3.4  Persyaratan Struktur Tahan Gempa   

    Untuk membuat sebuah struktur tahan gempa sebaiknya memenuhi persyaratan berikut ini, 

sebagai acuan dasar antara lain : 

    1.  Struktur telah diperhitungkan dengan beban gempa rencana. 

    2.  Struktur sebaiknya dibuat dalam kondisi daktail. 

    3.  Denah struktur sebaiknya dibuat secara struktural simetris. 

    4.  Kekakuan antar tingkat dibuat dalam kondisi seragam. 

    5.  Simpangan yang terjadi antar tingkat bernilai kecil. 

    6.  Antara komponen struktur dan non struktur sebaiknya dipisahkan. 

    Selain persyaratan di atas, untuk pengaruh beban gempa juga harus memperhatikan faktor‐

faktor penting  lainnya yang dipakai dalam perhitungan, seperti  faktor keutamaan  jenis struktur, 

faktor respons gempa, faktor reduksi beban gempa serta berat gedung secara keseluruhan.  

 

1.3.5  Filosofi Bangunan Tahan Gempa 

    Dalam  merencanakan  sebuah  struktur  tahan  gempa  terdapat  beberapa  filosofi  yang 

digunakan sebagai acuan taraf keamanan minimum untuk bangunan gedung dan rumah tinggal 

yang masuk dalam kategori bangunan tahan gempa yaitu : 

     1.  Apabila  terjadi  gempa  ringan,  bangunan  tidak  boleh mengalami  kerusakan  baik  pada 

komponen  non  struktural  yaitu  dinding  retak,  genteng  dan  langit‐langit  jatuh,  kaca 

pecah, dan lain sebagainya maupun pada komponen strukturalnya yaitu kolom dan balok 

tidak boleh retak, pondasi  tidak boleh amblas dan lain sebagainya.  

    2.  Apabila  terjadi gempa sedang, bangunan boleh mengalami kerusakan pada komponen 

non strukturalnya akan tetapi komponen struktural tidak boleh rusak. 

    3.  Apabila  terjadi  gempa  besar,  bangunan  boleh  mengalami  kerusakan  baik  pada 

komponen non struktural maupun komponen strukturalnya, akan tetapi  jiwa penghuni 

bangunan  tetap  selamat,  artinya  sebelum  bangunan  runtuh masih  cukup waktu  bagi 

penghuni bangunan untuk keluar atau mengungsi ke tempat aman atau dalam Pedoman 

teknis bangunan gedung  tahan gempa  tahun 2006 disebutkan, apabila  terkena gempa 

bumi besar, bangunan  tersebut  tidak boleh  runtuh baik  sebagian maupun  seluruhnya 

dan bangunan  tersebut  tidak boleh mengalami kerusakan yang  tidak dapat diperbaiki. 

Dengan  pengertian  bahwa,  bangunan  tersebut  boleh  mengalami  kerusakan  tetapi 

Page 11: pendahuluan 12543

H E N C E   M I C H A E L  W U A T E N 

DINAMIKA STRUKTUR DAN TEKNIK GEMPA – ANALISIS DAN DESAIN 

BAB I PENGETAHUAN DASAR STRUKTUR 

11 

kerusakan  yang  terjadi harus dapat diperbaiki dengan  cepat  sehingga dapat berfungsi 

kembali.  

 

1.3.6  Tujuan Perencanaan Struktur Tahan Gempa 

    Dalam SNI 03‐1726‐2002 Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan 

gedung, disebutkan bahwa tujuan dari perencanaan struktur tahan gempa, antara ain : 

    1.  Menghindari terjadinya korban jiwa manusia oleh runtuhnya gedung akibat gempa yang 

kuat. 

    2.  Membatasi  kerusakan  gedung  akibat  gempa  ringan  sampai  sedang,  sehingga  masih 

dapat diperbaiki. 

    3.  Membatasi  ketidaknyamanan penghunian bagi penghuni gedung  ketika  terjadi gempa 

ringan sampai sedang. 

    4.  Mempertahankan setiap saat layanan vital dari fungsi gedung. 

 

1.3.7  Dampak Gempa Pada Bangunan 

    Secara umum dampak yang ditimbulkan oleh gempa dapat berupa kerugian secara materil 

dan menimbulkan adanya korban jiwa. Terhadap konstruksi bangunan, gempa yang terjadi dapat 

memberikan dampak yang bersifat langsung ataupun tidak langsung. Dampak akibat gempa pada 

bangunan dapat berupa : 

    1.  Gaya inersia pada bangunan 

Gempa bumi menyebabkan goyangan pada tanah sehingga dasar bangunan di atasnya 

akan  ikut  tergoyang.  Sesuai  hukum  kelembaman  Newton,  meski  dasar  bangunan 

bergerak  bersama  tanah,  atap  bangunan  cenderung  tetap  berada  di  posisinya.  Akan 

tetapi karena dinding dan  tiang‐tiang  saling berhubungan dengan atap,  sehingga atap 

akan  terseret  bersama  rumah.  Kecenderungan  untuk  tetap  pada  keadaan  semula 

tersebut disebut  inersia. Sedangkan pada bangunan, karena dinding atau tiang bersifat 

fleksibel, gerakan atap berbeda dengan tanah. 

    2.  Pengaruh deformasi pada struktur 

Selain  terjadi  gaya  inersia,  pada  struktur  dan  elemen  struktur  akan  mengalami 

perubahan bentuk atau deformasi. Besarnya deformasi yang terjadi pada struktur atau 

elemen  struktur  tersebut,  sangat  tergantung  dari  jenis  dan  bahan  penyusun  struktur 

tersebut. 

Page 12: pendahuluan 12543

H E N C E   M I C H A E L  W U A T E N 

DINAMIKA STRUKTUR DAN TEKNIK GEMPA – ANALISIS DAN DESAIN 

BAB I PENGETAHUAN DASAR STRUKTUR 

12 

 

Gambar 1.6 Efek inersia dan deformasi pada bangunan pada saat terjadi gempa 

 

    Munculnya  gaya  inersia  yang  berlebihan  ditambah  dengan  terjadinya  deformasi  pada 

struktur maupun elemen struktur dapat mengancam kestabilan dari struktur dan dalam kondisi 

tertentu  dimana  kondisi  batas  struktur  terlampaui maka  kemungkinan  gagal  struktur  ataupun 

collapse tidak dapat dihindari lagi. 

 

1.4   Kerusakan Struktur Akibat Gempa 

    Dalam  perencanaan  sebuah  struktur  tahan  gempa  harus  diketahui  bahwa  kerusakan 

struktur akibat gempa dapat disebabkan oleh akibat  langsung dan akibat tidak  langsung. Akibat 

langsung  adalah  kerusakan  struktur  baik  sebagian  atau  secara  keseluruhan  yang  dapat 

disebabkan  oleh  kerusakan  tanah  seperti,  tanah  terbelah,  terjadi  perbedaan  penurunan muka 

tanah dan efek dari getaran yang ditransmisikan dari  tanah ke struktur. Sedangkan akibat  tidak 

langsung  dapat  berupa  kerusakan  struktur  yang  diakibatkan  oleh  hempasan  tsunami,  longsor 

pada lereng, kebakaran dan lain sebagainya.  

 

    

Gambar 1.7 Kerusakan struktural akibat gempa di Mexico 

Page 13: pendahuluan 12543

H E N C E   M I C H A E L  W U A T E N 

DINAMIKA STRUKTUR DAN TEKNIK GEMPA – ANALISIS DAN DESAIN 

BAB I PENGETAHUAN DASAR STRUKTUR 

13 

    Efek dari gempa yang biasanya diperhitungkan dalam perencanaan sebuah struktur tahan 

gempa  dan  yang  juga  dijelaskan  dalam  peraturan  seperti  SNI  03‐1726‐2002  adalah  kerusakan 

struktur akibat adanya getaran gempa pada pondasi. Namun demikian beberapa penyebab  lain 

seperti yang telah dijelaskan di atas juga harus diperhatikan dan dapat diantisipasi.  

 

   

Gambar 1.8 Kerusakan struktural akibat gempa di Jogjakarta 2006 

 

1.5.1  Kerusakan Struktur Akibat Kerusakan Permukaan Tanah 

    Kerusakan  yang  terjadi  pada  permukaan  tanah  (surface  faulting)  dapat  terjadi  pada  saat 

gempa  berlangsung  dan  hal  ini  dapat  menyebabkan  terjadinya  penurunan  permukaan  tanah 

sehingga secara otomatis berpengaruh terhadap struktur yang berada di  lokasi yang mengalami 

kerusakan permukaan tanah (Satyarno, 2002). Kerusakan permukaan tanah dapat menimbulkan 

kondisi yang  tidak  stabil  terhadap  sebuah  struktur di atasnya sehingga kemungkinan  terjadinya 

kerusakan pada struktur cukup besar. 

 

   

Gambar 1.9 Kerusakan permukaan tanah gempa Loma Prieta California 1989   

 

 

 

Page 14: pendahuluan 12543

H E N C E   M I C H A E L  W U A T E N 

DINAMIKA STRUKTUR DAN TEKNIK GEMPA – ANALISIS DAN DESAIN 

BAB I PENGETAHUAN DASAR STRUKTUR 

14 

1.5.2  Kerusakan Struktur Akibat Liquefaction 

    Likuifaksi  (liquefaction)  adalah  suatu  proses  atau  kejadian  berubahnya  sifat  tanah  dari 

keadaan  padat  menjadi  keadaan  cair,  yang  disebabkan  oleh  beban  siklik  pada  waktu  terjadi 

gempa  sehingga  tekanan  air  pori  meningkat  mendekati  atau  melampaui  tegangan  vertikal. 

Kerusakan struktur akibat  liquefaction adalah kerusakan yang menyebabkan struktur terhempas, 

amblas,  miring  dan  bahkan  terguling.  Kerusakan  akibat  liquefaction  pada  struktur,  biasanya 

tergantung dari  respon  tanah yang  terkena getaran gempa. Sedangkan  respon dari  tanah yang 

mengalami getaran gempa sangat tergantung kepada karakteristik mekanika lapisan tanah, tinggi 

muka air tanah, intensitas getaran dan durasi getaran gempa. Sebagai contoh apabila tanah yang 

mengalami  getaran  gempa  berupa  butiran  lepas  seperti  pasir,  maka  tanah  tersebut  dapat 

dipadatkan oleh adanya getaran gempa sehingga dapat menimbulkan penurunan dan perbedaan 

penurunan muka tanah yang cukup besar. Pemadatan tanah ini dapat disebabkan oleh tekanan air 

pori hidrostatis yang berlebihan sehingga menyebabkan terjadinya liquefaction (Satyarno, 2002). 

 

   

Gambar 1.10 Kerusakan akibat liquefaction gempa Loma Prieta California 1989 

 

1.5.3  Kerusakan Struktur Akibat Getaran Permukaan Tanah 

    Kerusakan  struktur  akibat  getaran  permukaan  tanah  disebabkan  oleh  bergetarnya 

permukaan tanah yang mengalami gempa sehingga mengakibatkan struktur ikut bergetar. Untuk 

keadaan ini, respon dari struktur sangat tergantung dari  tipe pondasi yang digunakan, konfigurasi 

struktur,  material  struktur,  desain  struktur  serta  pendetailan  struktur  dan  elemen  struktur 

(Satyarno, 2002).  

 

Page 15: pendahuluan 12543

H E N C E   M I C H A E L  W U A T E N 

DINAMIKA STRUKTUR DAN TEKNIK GEMPA – ANALISIS DAN DESAIN 

BAB I PENGETAHUAN DASAR STRUKTUR 

15 

   

Gambar 1.11 Kerusakan akibat getaran permukaan tanah gempa Loma Prieta California 1989 

e