Upload
others
View
34
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENAFSIRAN AYAT-AYAT AMANAH
DALAM AL-QUR’AN
Zainal Abidin
Mahasiswa Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir
Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indragiri
Fiddian Khairudin
Dosen Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir
Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indragiri
Abstrak
Dalam Al-Qur’an makna amanah mencakup amanah
kepada Allah SWT, sesama manusia, dan kepada diri
sendiri. Amanah kepada Allah SWT, dapat dinyatakan
sebagai amanah Allah SWT dan Rasul-Nya berupa aturan
dan anjuran-anjuran agama yang harus dilaksanakan.
Amanah kepada sesama manusia dapat pula berupa
sesuatu, baik materil maupun non-materil yang
dipercayakan seseorang kepada orang lain dengan rasa
aman dan tentram. Adapun amanah kepada diri sendiri
berupa segala nikmat yang ada pada manusia yang
berguna bagi dirinya sendiri, sehingga yang bersangkutan
memiliki sifat jujur dan dapat dipercaya. Dari sekian
banyak definisi yang berbeda, pada akhirnya semua
bermuara pada makna tidak mengkhawatirkan, aman dan
tentram. Dengan demikian, yang dimaksud dengan amanah
adalah segala sesuatu yang dipercayakan, sebuah
tanggung jawab yang harus dipelihara dan pada saatnya
harus dikembalikan kepada yang berhak dengan aman.
Kata Kunci: Tafsir, Ayat, Amanah dan Al-Qur’an
A. Pendahuluan
120 | Jurnal Syahadah
Vol. V, No. 2, Oktober 2017
Agama Islam mengharuskan setiap pemeluknya memiliki hati
dan perasaan yang kuat, dengan hati yang kuat semua hak-hak Allah
SWT dan hak-hak manusia dapat dipelihara dengan baik, semua amal
perbuatan dapat dijauhkan dari sikap ekstrim dan memudah-mudahkan.
Karena itulah agama Islam ini mewajibkan setiap muslim memiliki sifat
dapat dipercaya (amanah). Amanah dalam perspektif agama Islam
memiliki makna dan kandungan yang luas, dimana seluruh makna dan
kandungan tersebut bermuara pada satu pengertian yaitu setiap orang
merasakan bahwa Allah SWT senantiasa menyertainya dalam setiap
urusan yang dibebankan kepadanya, dan setiap orang memahami
dengan penuh keyakinan bahwa kelak ia akan dimintakan pertanggung
jawaban atas urusan tersebut.
Sementara pengertian amanah menurut kaca mata kebanyakan
orang awam seringkali diletakan pada pemahaman yang sempit, yaitu
sebatas memelihara barang titipan, padahal makna hakikatnya jauh
lebih besar dan lebih berat dari makna yang diduga. Amanah sebuah
kewajiban, di mana sudah seharusnya semua orang Islam saling
mewasiatinya dan memohon bantuan kepada Allah SWT dalam
menjaganya.1
Makna amanah yang penulis maksud di sini adalah amanah dalam
pengertian luas, yaitu mengenai tanggung jawab manusia, baik kepada
Allah SWT yang menciptakannya maupun terhadap sesama makhluk.
Amanah yang merupakan segala sesuatu yang dipikul atau ditanggung
1 Ali Fikri Noor, Serial Akhlak Muslim: Amanah, dikutip dari http://www.al-
hikmah.ac.id/soft/artikel/akhlak/amanah/pdf/pada hari jum’at 16 desember 2016 jam
08.17 WIB.
Penafsiran Ayat-ayat Amanah dalam Al-Qur’an | 121
Zainal Abidin & Fiddian Khairudin
manusia, baik sesuatu terkait dengan urusan agama maupun urusan
dunia, baik terkait dengan perkataan maupun dengan perbuatan dimana
puncak amanah adalah penjagaan dan pelaksanaan.
Amanah dalam perspektif Al-Qur’an ini menarik diprioritaskan
untuk dibahas secara menyeluruh dan mendalam karena adanya alasan-
alasan yang mendukung diantaranya adalah:
Pertama, kata amanah dalam A-Qur’an disebut dibanyak ayat
dan tempat yang berbeda, sehingga perlu diadakan penelitian untuk
menggali makna amanah dan maksud kata amanah tersebut. Kedua,
kata amanah ini untuk tujuan peneliti, seperti apa penafsiran ayat-ayat
mengenai amanah. Ketiga, amanah merupakan tugas keagamaan dan
kemanusiaan yang harus dilaksanakan.Keempat, melihat realita
kehidupan manusia sekarang banyak kurangnya pemahaman manusia
terhadap amanah, sehingga perlu untuk dibahas lebih rinci.
Tulisan ini akan membahas ayat-ayat yang berkaitan dengan tema
Amanah dalam al-Qur’an dari persfektif sufistik.
B. Pembahasan
1. Pengertian Amanah
Kata amanah adalah bentuk mashdar dari kata kerja amina-
ya`manu-amnan-wa amanatan. Kata kerja ini berakar huruf-huruf
hamzah, mim, dan nun, bermakna pokok aman, tentram, tenang, dan
hilangnya rasa takut.2
2 M. Quraish Shihab, EnsiklopediAl-Qur’an, Kajian Kosakata..., h. 83.
122 | Jurnal Syahadah
Vol. V, No. 2, Oktober 2017
Secara terminologi amanah adalah menunaikan segala
sesuatu yang dititipkan dan dipercayakan kepada seseorang.3 Dalam
kitab Akhlak Rasul Menurut Bukhari dan Muslim menjelaskan
amanah tersebut mempunyai dua arti, yaitu arti khusuh dan arti
umum: arti khusus dari amanah adalah sikap bertanggung jawab
orang yang dititipi barang atau harta atau lainnya dengan
mengembalikannya kepada orang yang mempunyai barang atau
harta itu. Dia menyadari bahwa dirinya hanya bertugas menjaga
barang atau harta tersebut jangan sampai rusak atau hilang, dia sama
sekali tidak mempunyai hak untuk menggunakannya. Jika orang
yang mempunyai harta atau barang itu meminta kembali, dia
dengan serta merta akan mengembalikan harta atau barang tersebut.
Adapun arti amanah secara umum, sangat luas sekali. Sehingga
menyimpan rahasia, tulus dalam memberikan masukan kepada
orang yang meminta pendapat dan menyampaikan pesan kepada
pihak yang benar (sesuai dengan permintaan orang yang berpesan)
juga termasuk amanah. Orang yang menceritakan rahasianya
kepadamu berarti dia percaya kepadamu bahwa kamu bisa
menyimpan rahasia itu. Orang yang meminta pendapatmu, tentunya
mengawali pembicaraannya dengan mengungkapkan problem-
problem yang dihadapinya dan berharap kamu mau memberikan
saran atau pendapat meskipun tidak sesuai dengan yang dia
harapkan. Bila kamu mau mengungkapkan pendapatmu, maka
kamu termasuk orang yang dapat dipercaya. Begitu juga jika ada
3 Inti Medina, Amanah (Terpercaya)/Amalia Husna,... h. 1.
Penafsiran Ayat-ayat Amanah dalam Al-Qur’an | 123
Zainal Abidin & Fiddian Khairudin
orang yang meminta kamu menyampaikan kabar kepada orang lain.
Bila kamu menyampaikan pesannya dengan benar maka kamu
termasuk orang yang dapat dipercaya (amanah)4.
Amanah artinya dipercaya, seakar dengan kata iman. Sifat
amanah memang lahir dari kekuatan iman, semakin menipis
keimanan seseorang semakin pudar pula sifat amanah pada dirinya.
Antara keduanya terdapat kaitan yang sangat erat sekali, Rasulullah
SAW bersabda:
“Tidak sempurna iman seseorang yang tidak amanah, dan
tidak sempurna agama orang yang tidak menunaikan janji”.
(HR. Ahmad).
Amanah dalam pengertian yang sempit adalah memelihara
titipan dan mengembalikannya kepada pemiliknya dalam bentuk
semula, sedangkan dalam pengertian yang luas amanah mencakup
banyak hal, yaitu: menyimpan rahasia orang, menjaga kehormatan
orang lain, menjaga diri sendiri, menunaikan tugas-tugas yang
diberikan kepadanya dan lain sebagainya. Tugas-tugas yang
dipikulkan Allah SWT kepada umat manusia, oleh Al-Qur’an
disebut sebagai amanah (amanah taklif). Amanah taklif inilah yang
paling berat dan besar. Makhluk-makhluk Allah SWT yang besar
seperti langit, bumi, matahari, bulan, bintang-bintang, gunung-
gunung, lautan tidak sanggup memikulnya. Lalu manusia karena
4 Abdul Mu’min Al-Hasyimi, Akhlak Rasul Menurut Bukhari Dan Muslim...,
h. 266-267.
124 | Jurnal Syahadah
Vol. V, No. 2, Oktober 2017
kelebihan yang diberikan Allah SWT kepadanya berupa akal
pikiran, perasaan, kehendak dan sebagainya mau menanggungnya.5
Syahrin Harahap di dalam buku Ensiklopedia Akidah Islam
menjelaskan bahwa amanah adalah salah satu sifat wajib para rasul,
yang artinya dapat dipercaya. Para rasul memiliki sifat wajib
sebanyak empat, yaitu:
a. Sidiq, yang berarti benar atau sungguh-sungguh
b. Amanah, yang berarti dapat dipercaya
c. Tabligh, yang artinya menyampaikan
d. Fathanah, yang artinya limpat atau cerdas
Amanah sebagai sifat wajib rasul merupakan konsekuensi
logis bagi kerasulannya. Sebab kalau seorang rasul tidak dapat
dipercaya, maka ajaran syari’at yang mereka bawa tentu dapat
dipertanyakan kebenarannya, dan itu tidak logis. Sebab semua
orang akan mempertahankannya dan ajarannya menjadi kacau.6
Kata amanah merupakan istilah yang telah akrab di telinga
masyarakat Indonesia, masyarakat muslim pada khususnya, istilah
ini sering dikaitkan dengan makna kepercayaan. Dalam Kamus
Bahasa Indonesia, kata yang menunjuk makna kepercayaan
menggunakan dua kata, yaitu amanah atau amanat. Amanah
memiliki beberapa arti, antara lain: pesan yang dititipkan kepada
orang lain untuk disampaikan, keamanan, ketenteraman, dan
kepercayaan. Sedangkan amanat diartikan sebagai sesuatu yang
5 Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlaq,... h. 89. 6 Syahrin Harahap, Ensiklopedi Akidah Islam, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 62.
Penafsiran Ayat-ayat Amanah dalam Al-Qur’an | 125
Zainal Abidin & Fiddian Khairudin
dipercayakan atau dititipkan kepada orang lain, pesan, nasihat yang
baik dan berguna dari orang tua-tua, perintah, dan wejangan.7
Quraish Shihab berpendapat bahwa amanah adalah sesuatu
yang diserahkan kepada pihak lain untuk dipelihara dan
dikembalikan bila tiba saatnya atau bila diminta oleh
pemiliknya.8Orang yang beriman dipastikan akan memperoleh rasa
aman dan tentram. Karena ia akan merasa mendapat penjagaan dari
Allah SWT. Sebaliknya orang yang diselimuti dengan berbagai
macam kegelisahan dan ketakutan, dipastikan sedang mengalami
krisis iman. Dengan demikian, kata Amanah di dalam Al-Qur’an
mencakup amanah kepada Allah SWT, sesama manusia, dan
kepada diri sendiri.
Dari beberapa definisi yang berbeda, pada akhirnya semua
bermuara pada makna tidak mengkhawatirkan, aman dan tentram.
Dengan demikian, yang dimaksud dengan amanah ialah segala
sesuatu yang dipercayakan, sebuah tanggung jawab yang harus
dipelihara dan pada saatnya harus dikembalikan kepada yang
berhak dengan aman.
2. Ayat-ayat Tentang Amanah
Dalam Al-Qur’an Allah SWT berfirman dalam beberapa ayat
tentang amanah. Kata amanah dalam Al-Qur’an terulang sebanyak
7 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia,(Jakarta: Pusat
Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008), h. 48.
8 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Pesan, Kesan Dan Keserasian Al-
Qur’an), (Ciputat: Lentera Hati, 2000), h. 457.
126 | Jurnal Syahadah
Vol. V, No. 2, Oktober 2017
tujuh kali. Diantaranya ada ayat-ayat madaniyah dan makkiyah,
maka dikelompokan menjadi dua yaitu:ayat makkiyah dan
madaniyah.
a. Ayat Makkiyah
Amanah dalam ayat Makkiyah antara lain:
“Dan orang-orang yang memelihara amanah-amanah (yang
dipikulnya) dan janjinya”. (QS. Al-Mu’minun: 8).
Dalam ayat ini Allah menerangkan salah satu sifat dari
orang mukmin yang beruntung, ialah suka memelihara amanah-
amanah yang dipikulnya, baik dari Allah ataupun dari sesama
manusia, yaitu bilamana kepada mereka dititipkan barang atau
uang sebagai amanah yang harus disampaikan kepada orang
lain, maka mereka benar-benar menyampaikan amanah itu
sebagaimana mestinya, dan tidak berbuat khianat. Demikian
pula bila mereka mengadakan perjanjian, mereka memenuhi
dengan sempurna. Mereka menjauhkan diri dari sifat
kemunafikan seperti dalam sebuah hadits yang masyhur, yang
menyatakan bahwa tanda-tanda orang munafik itu ada tiga,
yaitu kalau berbicara suka berdusta, jika menjanjikan sesuatu
suka menyalahi janji dan jika diberi amanah suka berkhianat.9
‘Aidh Al-Qarni menjelaskan bahwa ayat ini
menerangkan orang-orang yang melaksanakan amanah dan
9 Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Dan Tafsirnya (Edisi Yang
Disempurnakan,... h. 473.
Penafsiran Ayat-ayat Amanah dalam Al-Qur’an | 127
Zainal Abidin & Fiddian Khairudin
menepati janji, mereka tidak berkhianat dan tidak mengingkari
janji.10
Kata amanatihim adalah bentuk jamak dari amanah. Ia
adalah sesuatu yang diserahkan kepada pihak lain untuk
dipelihara dan bila tiba saatnya atau bila diminta oleh
pemiliknya ia dikembalikan oleh si penerima dengan baik serta
lapang dada. Kata amanah terambil dari akar kata amina atau
percaya dan aman. Ini karena amanah yang disampaikan oleh
pemiliknya atas dasar kepercayaan kepada penerima bahwa apa
yang diserahkan itu akan terpelihara dan aman di tangan
penerima. Islam mengajarkan bahwa amanah atau kepercayaan
adalah asas iman. Selanjutnya amanah yang merupakan lawan
dari khianat adalah sendi utama interaksi. Amanah tersebut
membutuhkan kepercayaan, dan kepercayaan itu melahirkan
ketenangan batin yang selanjutnya melahirkan keyakinan dan
kepercayaan.11
Masih dalam konteks ayat makiyyah, amanah juga
disebutkan dalam surat al-Ma’arij ayat 32 sebagai berikut:
“Dan orang-orang yang memelihara amanah-amanah (yang
dipikulnya) dan janjinya”. (QS. Al-Ma’arij: 32).
Ayat ini menjelaskan tentang orang-orang yang
memelihara dan tidak mengkhianati perkara-perkara agama dan
10 ‘Aidh Al-Qarni, Tafsir Muyassar Jilid 3,... h. 77. 11 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah (Pesan, Kesan Dan Keserasian Al-
Qur’an), V. 9, (Ciputat: Lentera Hati, 2000), h. 327-328.
128 | Jurnal Syahadah
Vol. V, No. 2, Oktober 2017
dunia yang diamanahkan kepada mereka dan apa yang
dijanjikan orang lain kepadanya.12
Menurut Muhammad Nassib Ar-Rifa’i dalam Buku
Ringkasan Ibnu Katsir Jilid 4 menjelaskan orang-orang yang
memelihara amanah-amanah dan janjinya, apabila mereka
diberi amanah tidak mengkhianatinya dan bila berjanji tidak
pernah melanggarnya. Inilah sifat orang-orang beriman,
sedangkan yang sebaliknya adalah sifat-sifat orang munafik.13
Apabila mereka diberi amanah, mereka tidak khianat dan
apabila mereka berjanji mereka tidak ingkar.14 Orang-orang
yang menjaga amanah Allah SWT dan makhluk-Nya yang
mereka emban dan menepati janji-janji tanpa membatalkannya,
apalagi melanggarnya.15
Ayat ini menggunakan bentuk jamak untuk kata amanah
dan bentuk tunggal untuk kata ‘Ahdl/perjanjian. Ini agaknya
disebabkan amanah beraneka ragam, antara manusia dengan
Allah, dengan sesamanya, dengan lingkungannya, serta dengan
dirinya sendiri dan itu bermacam-macam pula perinciannya,
bahkan setiap nikmat yang dianugerahkan Allah kepada
12Wahbah Zuhaili, Ensiklopedia Al-Qur’an, (Jakarta: Gema Insani, 2007), h.
570. 13 Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 4, (Jakarta:
Gema Insani Press, 2000), h. 812 14 Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Terjemah Tafsir Al-Maraghi, Jilid 29, Terj.
Bahrun Abu Bakar dan Herry Noer Aly, (Semarang: CV. Toha Putra), h. 128. 15 ‘Aidh Al-Qarni, Tafsir Muyassar Jilid 4, (Jakarta: Qisthi Press, 2007), H.
426.
Penafsiran Ayat-ayat Amanah dalam Al-Qur’an | 129
Zainal Abidin & Fiddian Khairudin
seseorang adalah amanah yang harus ditunaikannya dengan
baik.16
b. Ayat Madaniyah:
“Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara
tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, Maka
hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang
berpiutang). akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai
sebagian yang lain, Maka hendaklah yang dipercayai itu
menunaikan amanahnya (hutangnya) dan hendaklah ia
bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para
saksi) Menyembunyikan persaksian. dan Barangsiapa yang
menyembunyikannya, Maka Sesungguhnya ia adalah orang
yang berdosa hatinya; dan Allah Maha mengetahui apa yang
kamu kerjakan.” (QS. Al-Baqarah: 283).
Di ayat ini Allah SWT menjelaskan hal-hal yang
berhubungan dengan menulis hutang, membuat saksi dan hal-
hal lain yang berhubungan dengan mu’amalah. Disini
terkandung isyarat yang menjelaskan bahwa diisyaratkannya
pembolehan tidak memakai penulis itu adalah keadaan
bepergian. Seperti dalam waktu-waktu ketika penulis dan saksi
tidak ada. Apabila seseorang hendak memberi hutang kepada
16 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah (Pesan, Kesan Dan Keserasian Al-
Qur’an) V. 9, (Ciputat: Lentera Hati, 2000), h. 325-326.
130 | Jurnal Syahadah
Vol. V, No. 2, Oktober 2017
orang lain dalam keadaan seperti ini, maka Allah SWT tidak
mengharamkan padanya untuk melangsungkan hajatnya dan
memenuhi kebutuhannya jika ia percaya padanya, meski tidak
ada saksi atau juru tulisnya. Dan dalam pembahasan ini, hutang
dikatakan sebagai amanah.17
Apabila kalian sedang dalam sebuah perjalanan jauh lalu
harus melakukan transaksi jual-beli, namun tidak menemukan
seorang pencatat maka hendaklah pemilik hak mengambil suatu
barang sebagai jaminan agar hartanya tetap terpelihara
dengannya sekaligus berfungsi sebagai pengganti dokumen
tertulis. Jika pemilik hak mempercayai kejujuran dan amanah
orang yang berhutang maka tidak perlu adanya suatu jaminan
hendaklah orang yang berhutang bertakwa kepada Allah dalam
memelihara harta yang dia pinjam, yaitu barang yang
diamanahkan kepadanya. Hendaklah dia mengembalikan
hutang tepat pada waktu jatuh tempo.18
Bolehnya memberi barang tanggungan sebagai jaminan
pinjaman atau dengan kata lain menggadai, walau dalam ayat
ini dikaitkan dengan perjalanan, itu berarti bahwa
menggadaikan hanya dibenarkan dalam perjalanan. Nabi SAW
pernah menggadaikan perisai beliau kepada seorang Yahudi,
padahal ketika itu beliau sedang berada di Madinah. Dengan
demikian, penyebutan kata dalam perjalanan hanya karena
17 Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi Jilid 3, Terj. Bahrun Abu
Bakar dan Herry Noer Aly, (Semarang: CV. Toha Putra), h. 132-134 18 ‘Aidh Al-Qarni, Tafsir Muyassar, Jilid I, (Jakarta: Qisthi Press, 2007), h.
226.
Penafsiran Ayat-ayat Amanah dalam Al-Qur’an | 131
Zainal Abidin & Fiddian Khairudin
seringnya tidak ditemukan penulis dalam perjalanan. Dari sini
pula dapat ditarik kesan, bahwa sejak masa turunnya ayat ini,
Al-Qur’an telah menggarisbawahi bahwa ketidakmampuan
menulis hanya dapat ditoleransi untuk sementara bagi yang
tidak bertempat tinggal atau nomad. Bahkan, menyimpan
barang sebagai jaminan atau menggadainya pun tidak harus
dilakukan, karena itu jika sebagian kamu menmpercayai
sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu
menunaikan amanahnya, utang atau apapun yang dia terima. Di
sini, jaminan bukan berbentuk tulisan atau saksi, tetapi
kepercayaan dan amanah timbal balik. Utang diterima oleh
pengutang dan barang jaminan diserahkan kepada pemberi
utang. Kepada para saksi, yang pada hakikatnya juga memikul
amanah kesaksian, diingatkan, janganlah kamu, wahai para
saksi, menyembunyikan pesaksian, yakni jangan mengurangi,
melebihkan, atau tidak menyampaikan sama sekali, baik yang
diketahui oleh pemilik hak maupun yang tidak diketahuinya.
Dan barang siapa yang menyembunyikannya, maka
sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya.19
Selainitu, dalam surat al-Nisa’ 58 Allah memerintahkan
untuk menyampaikan amanah kepada orang yang berhak
menerimanya. Teks ayat tersebut sebagai berikut:
19 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah “Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-
Qur’an”, V.1 (Jakarta: Lentera Hati, 2002), H. 739-740.
132 | Jurnal Syahadah
Vol. V, No. 2, Oktober 2017
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan
amanah kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh
kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya
kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi
pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya
Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat.” (QS. An-
Nisa: 58).
Ayat ini memerintahkan agar menyampaikan amanah
kepada yang berhak. Pengertian amanah dalam ayat ini, ialah
sesuatu yang dipercayakan kepada seseorang untuk
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Kata amanah dengan
pengertian ini sangat luas, meliputi amanah Allah SWT kepada
hamba-hamba-Nya, amanah seseorang kepada sesamanya dan
terhadap dirinya sendiri.
Amanah Allah terhadap hamba-Nya yang harus
dilaksanakan antara lain: melaksanakan apa yang diperintahkan-
Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Semua nikmat Allah
apa saja hendaklah kita manfaatkan untuk takarrub
(mendekatkan diri) kepada Allah SWT. Amanah seseorang
terhadap sesamanya yang harus dilaksanakan antaralain:
mengembalikan titipan kepada yang punya dengan tidak kurang
suatu apapun, tidak menipunya, memelihara rahasiadan lain
sebagainya.Amanah seseorang terhadap dirinya sendiri anatar
Penafsiran Ayat-ayat Amanah dalam Al-Qur’an | 133
Zainal Abidin & Fiddian Khairudin
lain: seperti berbuat sesuatu yang menguntungkan dan
bermanfaat bagi dirinya dalam soal dunia dan agamanya.
Janganlah ia membuat hal-hal yang membahayakannya di dunia
serta akhirat, dan lain sebagainya.20
Al-Maraghi penafsirkan kata al-amanah dalam ayat ini
yaitu sesuatu yang dijaga untuk disampaikan kepada
pemiliknya. Orang yang menjaga dan menyampaikannya
dinamakan hafiz (orang yang menjaga), amin (Orang yang
dipercaya), dan wafiy (orang yang memenuhi). Sedangkan yang
tidak menjaga dan tidak menyampaikan disebut pengkhianat.21
Dalam Tafsir Al-Misbah, Quraish Shihab menjelaskan
bahwa ayat di atas terbaca menggunakan bentuk jamak dari kata
amanah. Hal ini karena amanah bukan sekedar sesuatu yang
bersifat material, tetapi juga non material dan bermacam-
macam. Semuanya diperintahkan Allah agar ditunaikan. Ada
amanah antara manusia dengan Allah SWT, antara manusia
dengan manusia lainnya, antara manusia dan lingkungannya,
dan antara manusia dengan dirinya sendiri. Masing-masing
memiliki rincian, dan setiap rincian harus dipenuhi walaupun
seandainya amanah yang banyak itu hanya milik seorang. Ayat
di atas ketika memerintahkan menunaikan amanah,
ditekankannya bahwa amanah tersebut harus ditunaikan kepada
ahlihayakni pemiliknya, dan ketika memerintahkan
20 Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Dan Tafsirnya (Edisi Yang
Disempurnakan),... h. 196-197. 21 Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi Jilid 5, Terj. Bahrun Abu
Bakar dan Herry Noer Aly, (Semarang: CV. Toha Putra), h.112.
134 | Jurnal Syahadah
Vol. V, No. 2, Oktober 2017
menetapkan hukum dengan adil, dinyatakan apabila kamu
menetapkan hukum di antara manusia. Ini berarti bahwa
perintah berlaku adil itu ditujukan terhadap manusia secara
keseluruhan. Dengan demikian, baik amanah maupun keadilan
harus ditunaikan dan ditegakkan tanpa membedakan agama,
keturunan, atau ras.22
Dalam ayat ini, Allah SWT menyuruh agar senantiasa
menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya.
Adapun amanah yang yang harus kalian tunaikan untuk Allah
SWT adalah melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi
larangan-Nya. Dan amanah yang harus dipelihara di antara
sesama kalian yaitu: menyampaikan titipan dan hak-hak
kepemilikan harta, melaksanakan akad, menepati janji, dan
tidak membatalkan sumpah.23
3. Urgensi Amanah dalam Kehidupan
Setidaknya terdapat empat elemen penting dalam konsep
amanah, yaitu: menjaga hak Allah SWT, menjaga hak sesama
manusia, menjauhkan dari sikap abai dan berlebihan, maksudnya
amanah memang harus disampaikan dalam kondisi tepat, tidak
ditambahi atau dikurangi, mengandung sebuah pertanggung
jawaban.
Amanah merupakan salah satu yang harus dikembangkan
ketika kita ingin menyucikan jiwa dan mengenal Allah SWT,
22 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah (Pesan, Kesan Dan Keserasian Al-
Qur’an) V. 2, (Ciputat: Lentera Hati, 2000), h. 582. 23 ‘Aidh Al-Qarni, Tafsir Muyassar Jilid I,... h. 402.
Penafsiran Ayat-ayat Amanah dalam Al-Qur’an | 135
Zainal Abidin & Fiddian Khairudin
karena ia seakar dengan keimanan. Artinya, sifat amanah itu lahir
dari kekuatan iman seseorang. Semakin tipis iman seseorang maka
semakin pudar amanah pada dirinya. Selaras dengan hadits Nabi
SAW “Tidak ada keimanan bagi orang yang tidak melaksanakan
amanah”, baik dalam Al-Qur’an maupun sunnah amanah menjadi
syarat keberagaman. Dalam hubungan manusia antara sesama
amanah menjadi jaminan terpeliharanya keselamatan hubungan
tersebut. Keselamatan suatu negara terjamin karena pemerintah
mengemban dengan baik amanahpolitik pemerintahan.
Rusaknya amanah akan merusak hubungan antara sesama
manusia tersebut. Penyerahan amanah kepada manusia oleh Tuhan
dimaksudkan untuk mengangkat nasib manusia kepada posisi yang
lebih tinggi dari malaikat yang sepanjang amanah itu diembannya
dan akan menurunkannya pada posisi yang lebih rendah dari
binatang ternak bila amanah itu diabaikan.
Amanah merupakan ketundukan manusia terhadap seluruh
dimensi pokok agama Islam karena melibatkan aspek vertical
(hablumminallah) yakni beban pertanggungjawaban kepada Allah
SWT dan aspek horizontal (hablumminannas) yaitu aspek syariah
terutama dalam kaitannya dengan muamalah atau hubungan
manusia dengan manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Itulah
sebabnya mengapa amanah menjadi salah satu substansi pokok
agama Islam.24
24 M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an: Tafsir Maudhu’i atas Bebagai
Persoalan Umat,... h. 319.
136 | Jurnal Syahadah
Vol. V, No. 2, Oktober 2017
Dalam praktiknya, amanah sangatlah sulit untuk
diaplikasikan. Mengucap janji dalam sumpah jabatan yang
mengatas namakan Tuhan tidaklah menjadi pertimbangan para
pelaku penyelewengan. Para pejabat negeri ini misalnya, bukan
sebuah hal baru saat mereka yang menjadi aspirator rakyat itu
tertangkap dan mendekam dalam jeruji besi akibat kasus korupsi.
Satu persatu dari mereka hanya menunggu waktu.
Amanah adalah pilar keislaman seorang mukmin, ketika ia
mengkhianati apa yang telah dipercayakan kepadanya maka ia
tergolong sebagai orang munafik. Sebagaimana Rasulullah SAW
bersabda:
“Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu
Syaibah telah menceritakan kepada kami Abdullah bin
Numair. (dalam riwayat lain disebutkan) Dan telah
menceritakan kepada kami Ibnu Numair telah menceritakan
kepada kami Bapakku telah menceritakan kepada kami al-
Penafsiran Ayat-ayat Amanah dalam Al-Qur’an | 137
Zainal Abidin & Fiddian Khairudin
A'masy. (dalam riwayat lain disebutkan) Dan telah
menceritakan kepada kami Zuhair bin Harb telah
menceritakan kepada kami Waki' telah menceritakan kepada
kami Sufyan dari al-A'masy dari Abdullah bin Murrah dari
Masruq dari Abdullah bin Amru dia berkata, "Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda: "Ada empat perkara,
barangsiapa yang empat perkara tersebut ada pada dirinya
maka dia menjadi orang munafik sejati, dan apabila salah satu
sifat dari empat perkara tersebut ada pada dirinya, maka pada
dirinya terdapat satu sifat dari kemunafikan hingga dia
meninggalkannya: jika berbicara selalu bohong, jika
melakukan perjanjian melanggar, jika berjanji selalu ingkar,
dan jika berselisih licik." Hanya saja dalam hadits Sufyan,
'Apabila dalam dirinya terdapat salah satu sifat tersebut maka
dia memiliki salah satu sifat kemunafikan'.” (HR. Muslim,
Kitab Iman, Bab Penjelasan tentang Sifat Munafik).25
Rasulullah SAW memiliki komitmen yang tinggi dalam
untuk menegakkan amanah dengan tidak ikut-ikutan berkhianat jika
adaorang lain yang berbuat khianat. Nabi saw bersabda:
“Rasulullah SAW bersabda, tunaikanlahamanah kepada orang
yang mempercayaimu, dan jangan kamu khianatkepada orang
yang mengkhianatimu.”
Ungkapan terakhir bisa berarti jangan berbuat khianat saat
orang lain berkhianat. Jangan ikut-ikutan korupsi apabila orang lain
korupsi, agar hidup aman dan tentram tanpa dikejar-kejar rasa
25 PDF, Shahih Muslim, No. 88.
138 | Jurnal Syahadah
Vol. V, No. 2, Oktober 2017
bersalah.26 Secara hakikat seungguhnya manusia telah dianugrahi
sifat-sifat kepantasan (shalahiyah) untuk menerima amanah, yaitu
dianugerahi akal yang bisa mempertimbangkan perbuatan baik dan
buruk. Oleh karena itu, untuk memelihara amanah yang diberikan
Allah SWT atau masyarakat, dibutuhkan jiwa yang betul-betul
jujur, dan juga teguh serta kuat menegakkannya. Jiwa yang amanah
menurut konsep Al-Qur’an adalah jiwa yang tidak hanya jujur,
tetapi juga teguh menegakkan kepercayaan yang diberikan
kepadanya, serta menyadari segala amanah yang diterimanya
berasal dari Allah SWT. Allah-lah yang pada hakikatnya
mengangkat seseorang memperoleh kedudukan,derajat, pangkat,
jabatan, dan apapun dalam kehidupan dunia.27
4. Macam-Macam Amanah
Al-Maraghi mengklasifikasikan amanah ke dalam tiga
bagian: amanah hamba dengan Tuhannya, amanah hamba dengan
sesama manusia, amanah manusia terhadap dirinya sendiri. Semua
amanah tersebut harus ditunaikan semaksimal mungkin.
Pertama: Amanah hamba dengan Tuhannya, yaitu apa yang
telah dijanjikan Allah kepadanya untuk dipelihara, berupa
melaksanakan perintah-Nya, menjauhi segala larangan-Nya dan
menggunakan segala perasaan dan anggota badannya untuk hal-hal
yang bermanfaat baginya dan mendekatkannya kepada Tuhan. Di
26 Rif’at Syauqi Nawawi, Kepribadian Qur’ani,(Jakarta: Amzah, 2011), h. 96. 27 Rif’at Syauqi Nawawi, Kepribadian Qur’ani,... h. 99.
Penafsiran Ayat-ayat Amanah dalam Al-Qur’an | 139
Zainal Abidin & Fiddian Khairudin
dalam Atsar di katakan bahwa seluruh maksiat adalah khianat
kepada Allah SWT.28
Kedua: Amanah hamba dengan sesama manusia, diantaranya
adalah mengembalikan titipan kepada pemiliknya, tidak menipu,
menjaga rahasia dan lain sebagainya yang wajib dilakukan terhadap
keluarga, kaum kerabat, manusia pada umumnya dan pemerintah.
Termasuk dalam amanat ini keadilan para ulama terhadap orang-
orang awam dengan membimbing mereka kepada keyakinan dan
pekerjaan yang berguna bagi mereka di dunia dan di akhirat: seperti
pendidikan yang baik, mencari rezeki yang halal, memberikan
nasihat dan hukum-hukum yang menguatkan keimanan,
menyelamatkan mereka dari berbagai kejahatan dan dosa serta
mendorong mereka untuk melakukan kebaikan dan kebajikan.
Seperti juga keadilan suami terhadap istrinya, seperti tidak
menyebarkan rahasia masing-masing pihak, terutama hal-hal yang
biasanya tidak pantas diketahui orang lain. Termasuk juga adalah
keadilan para umara (pemerintah) terhadap rakyatnya. Seseorang
yang mendapat amanah kepemimpinan (kekuasaan) politik maka
menjadi keharusan konstiusional dan sekaligus kewajiban agama
untuk menunaikan amanah yang menjadi tanggung jawabnya.
Apabila seseorang dilimpahi amanah menjadi Kepala Desa, Camat,
Bupati, Gubernur dan Presiden atas pilihan rakyat sesuai
hierarkinya, pada hakikatnya Allah jualah yang memberikan
amanah tersebut, bukan hanya karena rakyat yang memilih.
28 Ahmad Mustafa Al-Maragi, Tafsir Al-Maraghi, (Bahrun Abu Bakar dan
Herry Noer Aly), Juz 4,5, dan 6, h. 113.
140 | Jurnal Syahadah
Vol. V, No. 2, Oktober 2017
Demikian pula seseorang yang ditunjuk sebagai presiden
Allah-lah yang memberikan amanahtersebut kepadanya. Pada
posisi atau kedudukan manapun dalam masyarakat, di situ ada
amanahAllah yang wajib dipelihara dan ditunaikan kepada yang
berhak. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam Hadits Nabi
Muhammad SAW sebagai berikut:
“Telah menceritakan kepadanya, bahwa 'Abdullah bin 'Umar
berkata, "Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Setiap kalian adalah pemimpin, dan
setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas
yang dipimpinnya. Imam adalah pemimpin yang akan diminta
pertanggung jawaban atas rakyatnya. Seorang suami adalah
pemimpin dan akan dimintai pertanggung jawaban atas
Penafsiran Ayat-ayat Amanah dalam Al-Qur’an | 141
Zainal Abidin & Fiddian Khairudin
keluarganya. Seorang isteri adalah pemimpin di dalam urusan
rumah tangga suaminya, dan akan dimintai pertanggung
jawaban atas urusan rumah tangga tersebut. Seorang
pembantu adalah pemimpin dalam urusan harta tuannya, dan
akan dimintai pertanggung jawaban atas urusan tanggung
jawabnya tersebut."Aku menduga Ibnu 'Umar menyebutkan:
"Dan seorang laki-laki adalah pemimpin atas harta bapaknya,
dan akan dimintai pertanggung jawaban atasnya. Setiap kalian
adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai
pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya.” (HR. Bukhari,
No. 844)
Ketiga: Amanah manusia terhadap dirinya sendiri, seperti
halnya memilih yang paling pantas dan bermanfaat baginya dalam
masalah agama dan dunianya, tidak mengerjakan yang berbahaya
baginya didunia dan di akhirat, serta menghindarkan berbagai
penyakit sesuai dengan pengetahuan dan petunjuk para dokter. Hal
terakhir ini memerlukan pengetahuan tentang ilmu kesehatan,
terutama pada waktubanyak tersebar penyakit dan wabah.29
C. Penutup
Dari uraian dan penjelasan di atas, dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
Kata amanah adalah bentuk mashdar dari kata kerja amina-
ya’manu-amnan-wa amanatan. Kata kerja ini berakar huruf-huruf
hamzah, mim, dan nun, bermakna pokok aman, tentram, tenang, dan
hilangnya rasa takut. Dalam bahasa Indonesia, amanah berarti kerabat,
29 Ahmad Mustafa Al Maragi, Tafsir Al-Maraghi, Terj. Bahrun Abu Bakar dan
Herry Noer Aly, (Semarang: CV. Toha Putra), Juz 4,5, dan 6, h. 114.
142 | Jurnal Syahadah
Vol. V, No. 2, Oktober 2017
ketentraman, atau dapat dipercaya.Amanah di dalam Al-Qur’an
mencakup amanah kepada Allah SWT, sesama manusia, dan kepada
diri sendiri. Secara terminologi amanah adalah menunaikan segala
sesuatu yang dititipkan dan dipercayakan kepada seseorang.
Amanah di dalam Al-Qur’an mencakup amanah kepada Allah
SWT, sesama manusia, dan kepada diri sendiri. Amanah kepada Allah
SWT, dapat dinyatakan sebagai amanah Allah SWT dan Rasul-Nya
berupa aturan dan anjuran-anjuran agama yang harus dilaksanakan.
Amanah kepada sesama manusia dapat pula berupa sesuatu, baik
materil maupun non-materil yang dipercayakan seseorang kepada
orang lain dengan rasa aman dan tentram. Adapun amanah kepada diri
sendiri berupa segala nikmat yang ada pada manusia yang berguna bagi
dirinya sendiri, sehingga yang bersangkutan memiliki sifat jujur dan
dapat dipercaya. Dari sekian banyak definisi yang berbeda, pada
akhirnya semua bermuara pada makna tidak mengkhawatirkan, aman
dan tentram. Dengan demikian, yang dimaksud dengan amanah adalah
segala sesuatu yang dipercayakan, sebuah tanggung jawab yang harus
dipelihara dan pada saatnya harus dikembalikan kepada yang berhak
dengan aman.
Penafsiran Ayat-ayat Amanah dalam Al-Qur’an | 143
Zainal Abidin & Fiddian Khairudin
DAFTAR PUSTAKA
Ar-Rifa’i, Nasib, Muhammad, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 4,
Jakarta: Gema Insani Press, 2000.
Al-Hasyimi, Mu’min, Abdul, Akhlak Rasul Menurut Bukhari Dan
Muslim, Jakarta: Gema Insani, 2009.
Al-Qarni, ‘Aidh, Tafsir Muyassar Jilid 3, Jakarta: Qisthi Press, 2007.
Al-Maraghi, Mustafa, Ahmad Terjemah Tafsir Al-Maraghi, Jilid 29,
Terj. Bahrun Abu Bakar dan Herry Noer Aly, Semarang: CV.
Toha Putra, 1995.
Harahap, Syahrin Ensiklopedi Akidah Islam, Jakarta: Kencana, 2009.
Ilyas, Yunahar, Kuliah Akhlaq, Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan
Pengamalan Islam, 2014.
Inti Medina, Amanah (Terpercaya)/Amalia Husna, Solo: PT. Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri, 2009.
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Dan Tafsirnya Edisi Yang
Disempurnakan, Jakarta: Widya Cahaya, 2011.
Nawawi, Syauqi, Rif’at Kepribadian Qur’ani, Jakarta: Amzah, 2011
Noor, Fikri, Ali Serial Akhlak Muslim: Amanah, dikutip dari
http://www.al-
hikmah.ac.id/soft/artikel/akhlak/amanah/pdf/pada hari jum’at
16 desember 2016 jam 08.17 WIB.
Shihab, Quraish Tafsir Al-Misbah, (Pesan, Kesan Dan Keserasian Al-
Qur’an), Ciputat: Lentera Hati, 2000
EnsiklopediAl-Qur’an, Kajian Kosakata, Jakarta: Lentera Hati, 2007.
Wawasan Al-Qur’an: Tafsir Maudhu’i atas Bebagai Persoalan Umat,
Bandung: Mizan, 1998
144 | Jurnal Syahadah
Vol. V, No. 2, Oktober 2017
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta:
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008