68
DIMENSI ESOTERIK DALAM PENAFSIRAN AYAT-AYAT IBADAH (Studi Analisis Terhadap Tafsir Syafahi KH. Ahmad Hasyim Muzadi) Tesis Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Agama (M.Ag) Program Studi Ilmu Al-Qur‟an Tafsir Oleh; Iryansyah NIM: 218410855 PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR PASCASARJANA INSTITUT ILMU AL-QURAN (IIQ) JAKARTA 1442H/2021M

DIMENSI ESOTERIK DALAM PENAFSIRAN AYAT-AYAT IBADAH …

  • Upload
    others

  • View
    23

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: DIMENSI ESOTERIK DALAM PENAFSIRAN AYAT-AYAT IBADAH …

DIMENSI ESOTERIK DALAM PENAFSIRAN

AYAT-AYAT IBADAH

(Studi Analisis Terhadap Tafsir Syafahi KH.

Ahmad Hasyim Muzadi)

Tesis

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar

Magister Agama (M.Ag) Program Studi Ilmu Al-Qur‟an Tafsir

Oleh;

Iryansyah

NIM: 218410855

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

PASCASARJANA

INSTITUT ILMU AL-QURAN (IIQ) JAKARTA

1442H/2021M

Page 2: DIMENSI ESOTERIK DALAM PENAFSIRAN AYAT-AYAT IBADAH …

i

DIMENSI ESOTERIK DALAM PENAFSIRAN

AYAT-AYAT IBADAH

(Studi Analisis Terhadap Tafsir Syafahi KH.

Ahmad Hasyim Muzadi)

Tesis

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar

Magister Agama (M.Ag) Program Studi Ilmu Al-Qur‟an Tafsir

Oleh;

Iryansyah

NIM: 218410855

Pembimbing:

H. Edward Maufur, MA., Ph.D

M. Ziyadul Haq, SQ., S.H.I., MA., Ph.D

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

PASCASARJANA

INSTITUT ILMU AL-QURAN (IIQ) JAKARTA

1442H/2021M

Page 3: DIMENSI ESOTERIK DALAM PENAFSIRAN AYAT-AYAT IBADAH …

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Tesis dengan judul “Dimensi Esoterik dalam Penafsiran Ayat-ayat Ibadah

(Studi Analisis Terhadap Tafsir Syafahi KH. Ahmad Hasyim Muzadi)” yang

disusun oleh Iryansyah dengan Nomor Induk Mahasiswa 218410855 telah

melalui proses bimbingan dengan baik dan dinilai oleh pembimbing telah

memenuhi syarat ilmiah untuk diujikan di sidang munaqasyah.

Pembimbing I, Pembimbing II,

H. Edward Maufur, MA,Ph.D M. Ziyadul Haq, SQ,S.H.I,MA, Ph.D

Tanggal: Tanggal: 18 Februari 2021

Page 4: DIMENSI ESOTERIK DALAM PENAFSIRAN AYAT-AYAT IBADAH …

iii

Page 5: DIMENSI ESOTERIK DALAM PENAFSIRAN AYAT-AYAT IBADAH …

iv

Page 6: DIMENSI ESOTERIK DALAM PENAFSIRAN AYAT-AYAT IBADAH …

v

PERSEMBAHAN

Tesis ini dipersembahkan untuk:

1. Orang tua, ayahanda M. Arifin dan Ibunda Poniyem, yang telah

memberikan motivasi serta do‟a tanpa henti sehingga studi ini dapat

terselesaikan, semoga menjadi amal yang diterima oleh Allah SWT

dan mendapat balasan yang lebih baik. Aamiin.

2. Kedua pembimbing tesis, H. Edward Maufur, MA,Ph.D dan M.

Ziyadul Haq, SQ,S.H.I,MA, Ph.D yang telah meluangkan waktunya

dan memberikan masukan-masukan untuk kesempurnaan tesis ini.

3. Semua guru-guru yang telah berjasa memberikan ilmu dan

keteladanan hidup.

4. Teman-teman yang selalu memberikan motivasi dan semangat

sehingga studi ini dapat terselasaikan.

Page 7: DIMENSI ESOTERIK DALAM PENAFSIRAN AYAT-AYAT IBADAH …

vi

KATA PENGANGTAR

Bismillâhirrahmânirrahîm

Seagala puja dan puji syukur selalu terlimpahkan kepada Allah SWT,

yang telah memberikan nikmat kesehatan dan keberkahan ilmu pengetahuan

kepada hamba-Nya yang sedang menuntut ilmu. Shalawat dan salam semoga

tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan jalan

yag baik dan benar kepada umatnya.

Dengan rahmat dan inayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan Tesis

dengan judul “Dimensi Esoterik dalam Penafsiran Ayat-ayat Ibadah

(Studi Analisis Terhadap Tafsir Syafahi KH. Ahmad Hasyim Muzadi)”.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam Tesis ini. Hal itu

semata karena keterbatasan pengetahuan penulis sendiri.

Keberhasilan penulis dalam menempuh studi dan menyusun Tesis ini

tidak lepas dari bantuan, motivasi serta bimbingan berbagai pihak. Oleh

karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Prof. Hj. Huzaimah T. Yanggo, MA, selaku Rektor Institut Ilmu

Al-Qur‟an Jakarta.

2. Bapak Dr. H. M. Azizan Fitriana, MA selaku Direktur Program

Pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur‟an Jakarta.

3. Bapak Dr. Ahmad Syukron, MA selaku Ketua Program Studi Ilmu

Al-Qur‟an dan Tafsir Pascasarjana Institut Ilmun Al-Qur‟an Jakarta.

4. Bapak H. Edward Maufur, MA,Ph.D dan Bapak M. Ziyadul Haq,

SQ,S.H.I,MA, Ph.D selaku pembimbing tesis penulis.

5. Seluruh dosen dan staf Program Pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur‟an

Jakarta.

6. Bapak M. Arifin dan Ibunda Poniyem selaku orang tua penulis.

7. Rekan-rekan mahasiswa IAT semester genap 2019 Program

Pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur‟an Jakarta

8. Sahabat-sahabat saya, khsusnya saudara KH. Kamaluddin, Heri

Gunawan, Zakiyal Fikri, M. Helmi Yahya, M. Sahal Hasan, yang sudi

kiranya telah meluangkan pikirannya demi kelancaran penelitian ini.

Page 8: DIMENSI ESOTERIK DALAM PENAFSIRAN AYAT-AYAT IBADAH …

vii

9. Keluarga besar MUI Masjid Ukhuwah Islamiyah Indonesia, sebagai

tempat penulis mengabdi dan Kontrakan Car Depok sebagai tempat

penulis berteduh.

10. Keluarga besar Sekolah Tinggi Kulliyatul Qur‟an (STKQ) Al-Hikam

Depok, tempat menimba ilmu penulis.

11. Serta pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan di sini, namun

tidak mengurangi rasa hormat dan terima kasih penulis.

Semoga Allah SWT selalu memberikan balasan yang lebih baik

kepada mereka-mereka yang membantu penulis. Demikian Tesis ini

dibuat. Terakhir, penulis mengharapkan saran serta kritikan untuk

kesempurnaan karya-karya selanjutnya. Terima kasih.

Tempat dan Tanggal

Penulis,

Iryansyah

Page 9: DIMENSI ESOTERIK DALAM PENAFSIRAN AYAT-AYAT IBADAH …

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................. i

PERSETUJUAN PEMBIMBING........................................................ ii

LEMBAR PENGESAHAN................................................................... iii

PERNYATAAN PENULIS………............………………………....... iv

PERSEMBAHAN……………………………………………….......... v

KATA PENGANTAR …………………………………………........... vi

DAFTAR ISI…………………………………………………….......... viii

PEDOMAN TRANSLITERASI.......................................................... xi

ABSTRAK............................................................................................ xv

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah............................................................ 1

B. Permasalahan.............................................................................

1. Identifikasi Masalah............................................................

2. Pembatasan Masalah...........................................................

3. Perumusan Masalah............................................................

13

13

14

15

C. Tujuan dan Manfaan Penelitian................................................

1. Tujuan Penelitian................................................................

2. Manfaat Penelitian ............................................................

15

15

15

D. Kajian Pustaka......................................................................... 17

E. Metodologi Penelitian..............................................................

1. Jenis Penelitian..................................................................

2. Sumber Data.....................................................................

3. Teknik Pengumpulan Data...............................................

4. Metode Analisis Data.......................................................

21

22

23

25

25

F. Teknik dan Sistematika Pembahasan...................................... 27

Page 10: DIMENSI ESOTERIK DALAM PENAFSIRAN AYAT-AYAT IBADAH …

ix

BAB II: DISKURSUS TAFSIR ESOTERIK DAN RUANG

LINGKUP AYAT-AYAT IBADAH

A. Diskursus Tafsir dan Takwil......................................................

B. Diskursus Tafsir Esoterik..........................................................

1. Pengertian Tafsir Esoterik...................................................

2. Model-model Tafsir Esoterik..............................................

3. Historis Kemunculan dan Perkembangan Tafsir Esoterik...

4. Sumber-sumber Tafsir Esoterik .........................................

5. Pandangan Para Ulama Terhadap Tafsir Esoterik..............

29

37

37

38

53

59

67

C. Diskursus Tentang Ibadah........................................................

1. Mengenal Ruang Lingkup Ibadah......................................

2. Pandangan Para Ulama Tentang Ibadah............................

3. Wawasan Ayat-ayat Ibadah dalam Al-Qur‟an....................

70

70

72

77

BAB III: POTRET KEHIDUPAN, SERTA PENAFSIRAN AL-

QUR’AN KH. AHMAD HASYIM MUZADI

A. Sketsa Biografi KH. Ahmad Hasyim Muzadi.........................

1. Seputar Masa Kelahiran.....................................................

2. Seputar Pendidikan...........................................................

3. Seputar Karir dan Pemikiran KH. Ahmad Hasyim Muzadi..

4. Sanad Keilmuan dan Karya yang Ditinggalkan................

B. Ruang Lingkup Tasawuf KH. Ahmad Hasyim Muzadi..............

1. Pemikiran Tasawuf KH. Ahmad Hasyim Muzadi.................

2. Perjalanan Sufistik KH. Ahmad Hasyim Muzadi..................

C. Sketsa Penafsiran Al-Qur‟an KH. Ahmad Hasyim Muzadi........

1. Model Penafsiran.............................................................

2. Karakteristik Penafsiran...................................................

3. Sumber Penafsiran .............................................................

82

82

84

87

94

101

103

111

122

122

131

136

Page 11: DIMENSI ESOTERIK DALAM PENAFSIRAN AYAT-AYAT IBADAH …

x

4. Metode Penafsiran .............................................................

5. Corak Penafsiran ...............................................................

138

141

BAB IV: PENAFSIRAN ESOTERIK KH. AHMAD HASYIM

MUZADI TERHADAP AYAT-AYAT IBADAH DAN

RELEVANSINYA DENGAN MODEL PENAFSIRAN

ESOTERIK DALAM LITERATUR KLASIK

A. Analisa Penafsiran Esoterik KH. Ahmad Hasyim Muzadi

Terhadap Ayat-ayat Ibadah..........................................................

1. Penafsiran Ayat Ibadah Salat.................................................

2. Penafsiran Ayat Ibadah Puasa................................................

3. Penafsiran Ayat Ibadah Zikir.................................................

4. Penafsiran Ayat Ibadah Salawat............................................

B. Relevansi Penafsiran Esoterik KH. Ahmad Hasyim Muzadi

dengan Model Penafsiran Esoterik dalam Literatur Klasik.........

1. Relevansi Penafsiran Ayat Ibadah Salat................................

2. Relevansi Penafsiran Ayat Ibadah Puasa..............................

3. Relevansi Penafsiran Ayat Ibadah Zikir................................

4. Relevansi Penafsiran Ayat Ibadah Salawat...........................

BAB V: PENUTUP

A. Kesimpulan...............................................................................

B. Saran-saran...............................................................................

DAFTAR PUSTAKA........................................................................

145

145

155

165

171

178

179

184

186

189

179

198

200

Page 12: DIMENSI ESOTERIK DALAM PENAFSIRAN AYAT-AYAT IBADAH …

xi

PEDOMAN TRANSLITERASI

Dalam penulisan tesis ini penulis menggunakan pedoman

transliterasi Program Pascasarjana IIQ sebagai acuannya. Berikut transliterasi

Arab-Latin pedoman penulisan tesis/disertasi Program Pascasarjana IIQ:

1. Konsonan

No Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

A Tidak dilambangkan أ 1

B Be ب 2

T Te ث 3

TS Te dan Es ث 4

J Je ج 5

H Ha digaris bawah ح 6

KH Ka dan Ha خ 7

D De د 8

DZ De dan Zet ذ 9

R Er ز 10

Z Zet ش 11

S Es س 12

SY Es dan Ye ش 13

SH Es dan Ha ص 14

DH De dan Ha ض 15

TH Ted an Ha ط 16

ZH Zet dan Ha ظ 17

ʻ Koma terbalik (di atas) ع 18

GH Ge dan Ha غ 19

F Ef ف 20

Q Qiu ق 21

K Ka ك 22

L El ل 23

M Em م 24

N En ن 25

W We و 26

H Ha هـ 27

Apostrof „ ء 28

Y Ye ي 29

Page 13: DIMENSI ESOTERIK DALAM PENAFSIRAN AYAT-AYAT IBADAH …

xii

2. Vokal

a. Vokal Tunggal (monoftong)

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

a Fathah

I Kasrah

u Dhammah

b. Vokal Panjang (Diftong)

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

â a dengan topi di atas ـا

Î i dengan topi di atas ـي

Û u dengan topi di atas ـ ى

c. Vokal Rangkap atu disebut juga diftong

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

ي Ai a dan i

و Au a dan u

3. Kata Sandang

a. Kata sandang yang diikuti alif lam )ال(qamariyah.

Kata sandang yang diikuti alif lam )ال(qamariyah ditransliterasikan

sesuai dengan bunyinya. Contoh:

al-Masjid = المسجد al-Mushhaf = المصحف

b. Kata sandang yang diikuti alif lam )ال(syamsiyah.

Kata sandang yang diikuti alif lam )ال(syamsiyah ditransliterasikan

sesuai dengan aturan yang digariskan di depan dan sesuai dengan

bunyinya. Contoh:

al-As-Sayyidah = السيدة asy-Syams = الشمس

Page 14: DIMENSI ESOTERIK DALAM PENAFSIRAN AYAT-AYAT IBADAH …

xiii

c. Tasydîd/Syaddah (Konsonan Rangkap)

Syaddah atau tasydîd dalam alih aksara dilambangkan dengan huruf,

yaitu dengan menggandakan huruf yang bertanda syaddah tersebut.

Aturan ini berlaku secara umum, baik yang berada di tengah kata, di

akhir kata ataupun yang terletak setelah kata sandang yang diikuti

oleh huruf-huruf syamsiyah. Contoh:

زسام = rassâm

آمه السفهاء = Âmana as-Sufahâ’u

إن الريه = inna al-ladzîna

والسكع = wa ar-rukka‘i

d. Tâꞌ Marbûthah

Untuk tâꞌ marbûthah penulisannya diperinci sebagai berikut;

a. Jika tâꞌ marbûthah berdiri sendiri, waqaf atau diikuti oleh kata sifat

(na‘at), maka dialihaksarakan dengan huruf “h” (ha), Contoh:

مبازكت = mubârakah

السسالت القيمت = al-risâlah al-qayyimah.

b. Jika tâꞌ marbûthah diikuti atau disambungkan (di-washl) dengan kata

benda (ism), maka dialihaksarakan dengan huruf “t”. Contoh:

الآيت الكبسي = al-Âyah al-Kubrâ

عاملت واصبت = ‘âmilatun Nashibah

c. Hamzah

Hamzah ditransliterasikan dengan tanda apostrof. Akan tetapi hanya

berlaku di tengah dan akhir kata saja. Jika hamzah terletak di awal

kata, maka ia tidak dilambangkan, namun ditransliterasikan dengan

huruf “a” atau “i” atau “u” sesuai dengan harakat hamzah di awal

kata tersebut. Contoh:

القسءان = al-Qurꞌân

أبد = abad

Page 15: DIMENSI ESOTERIK DALAM PENAFSIRAN AYAT-AYAT IBADAH …

xiv

d. Huruf Kapital

Sistem penulisan huruf Arab tidak mengenal huruf kapital,

akan tetapi apabila telah dialihaksarakan maka berlaku ketentuan

PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia), seperti penulisan

awal kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri dan

lain-lain. Ketentuan yang berlaku pada PUEBI berlaku pula dalam

alih akasara ini, seperti cetak miring (italic) atau cetak tebal (bold)

dan ketentuan lainnya. Adapun untuk nama diri yang diawali dengan

kata sandang, maka huruf yang ditulis kapital adalah awal nama diri,

bukan kata sandangnya. Contoh: „Ali Hasan al-„Âridh, al-„Asqallânî,

al-Farmâwî, dan seterusnya. Khusus untuk penulisan Alqur‟an dan

nama-nama surahnya menggunakan huruf kapital. Contoh: Al-Qur‟an,

Al-Baqarah, Al-Fâtihah dan seterusnya.

Page 16: DIMENSI ESOTERIK DALAM PENAFSIRAN AYAT-AYAT IBADAH …

xv

ABSTRAK

Interpretasi terhadap ayat-ayat Al-Qur‟an yang telah dilakukan oleh

seseorang jika ingin untuk dipaparkan setidaknya akan melalui dua media

utama, yaitu media lisan dan tulisan. Penafsiran dengan menggunakan media

lisan disebut dengan istilah tafsir syafahi, yaitu penafsiran Al-Qur‟an yang

dilakukan dengan cara menyampaikan langsung terkait pesan maupun ajaran-

ajaran yang termuat di dalam Al-Qur‟an baik secara langsung (face to face)

maupun tidak. Penafsiran semodel ini merupakan model penafsiran tertua di

dunia Islam.

Tesis ini berupaya untuk menelusuri dimensi esoterik dalam tafsir

syafahi KH. Ahmad Hasyim Muzadi terkusus dalam penafsiran yang

berkenaan dengan ayat-ayat ibadah serta melihat sejauh mana relevansinya

dengan model penafsiran esoterik yang terdapat di dalam beberapa literatur

klasik. Penelitian ini berbeda dengan tulisan Ali Fitriana Rahmat yang

membahas tentang tafsir syafahi Ahmad Hasyim Muzadi dengan titik fokus

pada pendekatan kontekstual. Sedangkan penulis lebih memfokuskan pada

penelusuran terhadap pendekatan esoterik yang dilakukan KH. Ahmad

Hasyim Muzadi dalam penafsirannya terhadap ayat-ayat ibadah. Sejatinya,

tafsir esoterik adalah upaya untuk menafsirkan ayat-ayat Al-Qur‟an dengan

lebih menitik beratkan pada sisi makna terdalam dari suatu ayat.

Tesis ini menggunakan jenis penelitian kualitatif, dengan

menggunakan kajian pustaka (library research). Sedangkan metode analisis

data yang digunakan adalah content analysis. Untuk dapat membaca kondisi

jiwa Ahmad Hasyim Muzadi yang berpengaruh kepada penafsiran

esoteriknya, penulis menggunakan pendekatan psikosufistik yang digagas

oleh Imam al-Ghazali. Selanjutnya, dalam proses penyajiannya penulis

menggunakan metode analisis deskriptif.

Dari hasi penelitian yang telah dilakukan, penulis menemukan bahwa

khazanah penafsiran esoterik KH. Ahmad Hasyim Muzadi terhadap ayat-ayat

ibadah dapat dikatagorikan ke dalam model tafsir sufi al-isyâri. Adapun

terkait sumber yang digunakan, KH. Ahmad Hasyim Muzadi dalam

penafsiran esoteriknya menggunakan argumentasi naqliyah dan ‘aqliyah.

Selanjutnya, dari hasil penelusuran penulis juga menunjukkan bahwa adanya

kesesuaian antara penafsiran esoterik yang dikemukakan Ahmad Hasyim

Muzadi dengan penafsiran esoterik yang telah dikemukakan oleh para ulama

terdahulu di dalam literatur klasik terkusus kaitannya dengan penafsiran

tentang ayat-ayat ibadah.

Page 17: DIMENSI ESOTERIK DALAM PENAFSIRAN AYAT-AYAT IBADAH …

xvi

ملخص البحث

أراد أن يتم تقديمها سوف يمر من خلال إن تفسير آيات القرآن التي قام بها شخص إذا وسيلتين رئيسيتين الشفوية والمكتوبة. يسمى التفسير الذي يستخدم الوسائط الشفوية بتفسير شفهي، وىو تفسير القرآن من خلال نقل الرسائل والتعاليم ذات الصلة المباشرة الواردة في القرآن

من التفسير ىو أقدم نموذج للتفسير في العالم إما مباشرة )وجها لوجو( أو بدونها. ىذا النوع .الإسلامي

في تفسير كتاب أحمد ىاشم مزادي، مع أيسوتيرك تسعى ىذه الرسالة إلى استكشاف البعد الموجود في بعض أيسوتيركومعرفة مدى ارتباطها بنموذج التفسير عبادةالالتركيز على تفسير الآيات

لرسالة عن كتابات علي فتريانا رحمت التي تناقش التفسير الأدبيات الكلاسيكية. تختلف ىذه االشفهي لأحمد ىاشم مزادي مع التركيز على نهج سياقي. أما في ىذه الرسالة، فيركز الباحث أكثر

الذي اتبعو أحمد ىاشم مزادي في تفسيره لآيات العبادة. في الواقع، أيسوتيركعلى تتبع النهج .تفسير آيات القرآن من خلال التركيز أكثر على أعمق معنى للآيةىو محاولة ل أيسوتيركالتفسير

تستخدم ىذه الرسالة منهج البحث النوعي مع الاطلاع على البحوث في المكتبات. بينما طريقة تحليل البيانات المستخدمة ىي تحليل المحتوى، حتى يتمكن الكاتب من قراءة الحالة

، كما أن الباخث يستخدم مقاربة أيسوتيركفي تفسيره العقلية لأحمد ىاشم مزادي والتي أثرت نفسية صوفية بادر بها الإمام الغزالي. علاوة على ذلك، في عملية العرض يستخدم الباحث طريقة

.التحليل الوصفي أيسوتيركمن نتائج البحث الذي تم إجراؤه، وجد الباحث أن تفسير أحمد ىاشم مادي

في نوع التفسير الصوفي الإشاري. أما المصادر المستخدمة فيستخدم لآيات العبادة يمكن تصنيفها أحمد ىاشم مزادي في تفسيره حجج النقلية والعقلية. علاوة على ذلك، تظهر من خلال تحقيق

الذي اقترحو أحمد ىاشم مزادي والتفسير الصوفي الإشاريالباحث أن ىناك تطابقا بين التفسير العلماء المتقدمون في الأدب الكلاسيكي فيما يتعلق بتفسير آيات الذي طرحوالصوفي الإشاري

.العبادة

Page 18: DIMENSI ESOTERIK DALAM PENAFSIRAN AYAT-AYAT IBADAH …

xvii

ABSTRACT

Interpretation of the Qur'an that has been done until now will at least go

through two main media, which are through oral and written media.

Interpretation using oral media is called syafahi, which is the interpretation of

the Al-Qur'an that is carried out by conveying directly related messages and

teachings contained in the Al-Qur'an, either face to face or not. This kind of

interpretation is the oldest model of interpretation in the Islamic world.

This thesis seeks to explore the esoteric dimension in the interpretation

of Ahmad Hasyim Muzadi's syafahi, focusing on the interpretation of

religious verses and seeing the extent to which it is relevant to the esoteric

exegesis model found in some classical literature. This research is different

from Ali Fitriana Rahmat's writing which discusses Ahmad Hasyim Muzadi's

syafahi interpretation with a focus point on a contextual approach.

Meanwhile, the author focuses more on tracing the esoteric approach taken

by Ahmad Hasyim Muzadi in his interpretation of the verses of worship.

Esoteric interpretation is an attempt to interpret the verses of the Al-Quran by

focusing more on the deepest meaning of a verse.

This thesis uses a type of qualitative research, using literature research.

While the data analysis method used is content analysis. To be able to read

Ahmad Hasyim Muzadi's mental condition which influenced his esoteric

interpretation, the writer used a psychosufistic approach initiated by Imam al-

Ghazali. Furthermore, in the presentation process the writer uses the

descriptive analysis method.

From the results of the research that has been done, the authors found

that Ahmad Hasyim Muzadi's esoteric interpretation of the verses of worship

can be categorized into the model of the Sufi al-isyâri interpretation. As for

the sources used, Ahmad Hasyim Muzadi in his esoteric interpretation uses

the naqliyah and 'aqliyah arguments. Furthermore, the results of the author's

investigation also show that there is a correspondence between the esoteric

interpretation proposed by Ahmad Hasyim Muzadi and the esoteric

interpretation that has been put forward by previous scholars in classical

literature especially about the interpretation of the verses of worship.

Page 19: DIMENSI ESOTERIK DALAM PENAFSIRAN AYAT-AYAT IBADAH …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap orang dalam memahami Al-Qur’an tentu memiliki perbedaan

sesuai dengan kapasitas dan keilmuan yang dimiliki. Hal ini tidak dapat

terbantahkan lagi, seperti kalangan orang awam misalnya, dalam memahami

teks Al-Qur’an, mereka hanya mampu menangkap makna secara umum yang

terkandung dari sebuah teks sedangkan dari kalangan cendikia atau yang

berilmu mereka dapat memahami serta menyimpulkan isi kandungan yang

termuat dari Al-Qur’an secara baik dan menarik.1

Sejatinya, Al-Qur’an sebagai kitab suci umat Islam yang memuat

berbagai petunjuk di dalamnya telah diturunkan dengan bahasa Arab.2

Kendati demikian, Al-Qur’an tidak hanya diperuntukkan bagi kaum Arab

saja, melainkan diturunkan sebagai petunjuk bagi seluruh bangsa baik dari

Arab maupun di luar jazirah Arab (QS. Al-Baqarah [2]: 185). Maka tidak

heran dalam memahami isi kandungan dari ayat-ayat Al-Qur’an setiap orang

berupaya sesuai dengan kemampuannya masing-masing, seperti

menterjemahkan, menafsirkan bahkan mentakwilkan makna Al-Qur’an ke

dalam bahasa lain untuk kiranya dapat memudahkan mereka dalam

memahaminya. Selanjutnya perbedaan yang terjadi dalam upaya untuk

menginterpretasikan ayat-ayat Al-Qur’an sulit terbantahkan, karena memang

itu merupakan sebuah keniscayaan. Dalam hal ini, KH. Ahmad Hasyim

1 Muzakir dan Maulana Hasanudin, Studi Ilmu-ilmu Al-Qur’an, (Bogor: Lentera

Antar Nusa, 2001), Cet. VI, h. 455. 2 Terdapat beberapa pernyataan Al-Qur’an sendiri yang menyatakan bahwa Al-

Qur’an diturunkan dengan menggunakan bahasa Arab. Diantaranya, QS. Yûsuf: 2, QS. Tâha:

113, QS. Az-Zumar: 28, QS. Fusshilat: 3, QS. As-Syûra: 7, QS. Az-Zukhruf: 3, QS. Al-

Ahqâf: 12.

Page 20: DIMENSI ESOTERIK DALAM PENAFSIRAN AYAT-AYAT IBADAH …

2

Muzadi sering mengungkapkan bahwa sesuatu yang sama jangan dibeda-

bedakan dan sesuatu yang beda jangan pula disama-samakan.3

Secara umum, eksistensi Al-Qur’an itu diturunkan setidaknya

memiliki dua fungsi utama. Pertama, sebagai modal utama untuk menuntun

jalan hidup manusia agar terwujudnya keharmonisan dan kesejahteraan di

dalam kehidupan bermasyarakat. Kedua, dapat dijadikan sebagai semangat

spiritual yang dapat mengisi kekosongan ruhani manusia. seperti terciptanya

ketentraman hati, kedamaian pikiran dan sebagainya.4 Namun dewasa ini

perbedaan pandangan dari penafsiran-penafsiran yang ada kerap kali

dijadikan alat legitimasi untuk membenarkan suatu tindakan, ideologi

maupun gerakan dari kalangan tertentu, sehingga yang terjadi justru

banyaknya anarkisme, amoral dengan mengatasnamakan agama.5

Ketika demikian adanya, maka nilai-nilai luhur yang termuat di dalam

ajaran-ajaran Al-Qur’an tidak dapat teraplikasikan dengan baik. Sehingga

perlu kita garis bawahi bahwa segala bentuk kerusakan seperti anarkisme,

amoral dan permasalahan-permasalahan lain dalam kehidupan ini dapat

terobati dengan memperhatikan nilai-nilai esoterik (subtansi) yang terdapat di

dalamnya, tanpa mengenyampingkan nilai eksoterik (lahiriah) yang ada.

3 Sofiuddin, Pustaka Kebangsaan: Sinergitas Islam dan Indonesia, (Tanggerang:

Pustaka Compass, 2018), h. 172-173. 4 Fatimah Usman, Wahdah al-Adyan, (Yogyakarta: LkiS, 2006), h. 57.

5 Beberapa tahun terakhir, Indonesia dapat dikatagorikan sebagai salah satu

kawasan yang paling aktif dalam melahirkan kekerasan dengan mengatasnamakan agama

baik itu kekerasan yang berlangsung antar agama yang sama maupun lintas agama.

Sebagaimana tercatat dalam sejarah Indonesia, sejak berdirinya Republik Indonesia (RI)

hingga November 2001, terdapat kurang lebihnya 858 Gereja dirusak, baik perusakan secara

total maupun kerusakan ringan. Selama masa kepemerintahan presiden Soekarno yang

berlangsung 21 tahun, terdapat 2 Gereja yang dirusak. Selanjutnya pada masa Soeharto yang

berlangsung selama masa 32 tahun, terdapat 456 Gereja yang dirusak. Pada masa Habibie

yang kurang lebih menjabat selama 17 bulan terdapat 156 Gereja yang dirusak. Pada

pemerintahan Gusdur yang menjabat selama 21 bulan terdapat 232 Gereja yang dirusak

sedangkan pada masa pemerintahan Megawati Soekarnoputri selama 4 bulan terdapat 12

Gereja yang dirusak. Selain itu terdapat pula perusakan di daerah konflik Maluku, Poso yang

terjadi sejak awal tahun 1999 terdapat 192 Gereja dan 28 Masjid dirusak. Lihat. Cornelis

Lay, “Kekerasan Atas Nama Agama Perspektif Politik”, dalam Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik, Vol. 13, No. 1, Juli 2009, h. 4-8.

Page 21: DIMENSI ESOTERIK DALAM PENAFSIRAN AYAT-AYAT IBADAH …

3

Pendekatan esoterik adalah upaya yang dilakukan oleh seseorang

untuk melihat subtansi yang terkandung dari suatu objek. Sedangkan

eksetorik lebih banyak menyoroti dimensi luar dari objek tersebut. Sebagai

contoh ajaran tentang salat, pendekatan eksoterik lebih mengarah pada sah

atau tidaknya pelaksanaan ibadah itu, seperti memperhatikan rukun dan

syarat-syarat dalam ibadah salat sedangkan pendekatan esoteriknya adalah

menyangkut makna, hakikat dan tujuan pokok dari perintah salat tersebut

diperintahkan.6 Perintah ibadah salat adalah merupakan salah satu bentuk

benteng / tameng bagi manusia agar terhindar dari perbuatan keji dan

mungkar.7

Selain itu, pendekatan esoterik, sejatinya lahir bukan hanya dari suatu

pemahaman yang didapatkan akan tetapi jauh lebih pada merasakan dari

setiap ajaran-ajaran yang ada. Salah seorang tokoh figur publik KH. Ahmad

Hasyim Muzadi mengungkapkan bahwa,

“Orang yang mengerti terhadap sesuatu, belum tentu dapat

merasakan dari sesuatu itu, karena dari mengerti kepada sentuhan rasa, itu

tidak mudah melainkan diperlukan mujâhadah (keseriusan dalam

mendekatkan diri kepada Allah), kemudian dari menyentuh menuju malakah

(kepemilikan) dalam artian suatu ajaran menjadi satu kesatuan di dalam diri

maka perlu adanya istikamah dalam mendekatkan diri kepada Allah Swt”.8

Sejatinya, krisis yang dimiliki umat sekarang ini adalah minimnya

nilai esoterik dalam memahami sesuatu. Sehingga tidak sedikit kegaduhan

yang muncul akibat dari hasil pemahaman terhadap sesuatu yang hanya dari

sudut pandang lahiriahnya saja. Dalam disiplin ilmu tafsir sendiri, istilah

eksoterik maupun esoterik bukanlah suatu hal yang baru. Karena kedua

model pendekatan tafsir tersebut selain memiliki ungensitas yang sama juga

6 M. Ikbal, “Memahami Agama dengan Pendekatan Esoterik”, dalam Jurnal Studi

Agama dan Pemikiran Islam, Vol. 9, No. 1, Juni 2015, h. 2. 7 (Q.S al-Ankabut(29); 45).

8 Makmun Rasyid, Islam yang Mengayomi: Sebuah Pemikiran KH. Hasyim Muzadi,

(Jakarta; Kompas-Gramedia, 2018), h. 57-58.

Page 22: DIMENSI ESOTERIK DALAM PENAFSIRAN AYAT-AYAT IBADAH …

4

dapat dikatakan saling melengkapi antara satu dengan lainnya. Statement ini

setidaknya berangkat dari dua faktor utama yang melatar belakanginya.

Pertama, terdapat statement yang menyatakan bahwa “Bagi setiap

ayat-ayat Al-Qur’an memiliki makna zhahir (luar) dan batin (dalam)..”.9

Atas dasar ini pula Abdullah Darraz (w. 1985 M) mengungkapkan bahwa

ayat-ayat Al-Qur’an itu bagaikan intan permata, yang setiap sudutnya mampu

memancarkan sinar cahaya yang berbeda-beda.10

Kedua, adanya proposisi yang menyatakan bahwa “Al-Qur’an shâlih

li kulli zamân wa makân”11

sehingga muncullah sebuah pemikiran bahwa Al-

Qur’an sebagai petunjuk bagi umat manusia yang akan terus sesuai sepanjang

waktu dan tempat dapat diinterprestasikan dari berbagai sudut padang, oleh

karena Al-Qur’an yang bersifat multi-interpretatif maka satu ayat dapat

menghasilkan berbagai penafsiran baik dari segi eksoterik maupun

esoteriknya.

Rosihan Anwar di dalam desertasinya mengungkapkan bahwa Tafsir

esoterik adalah sebuah interpretasi terhadap ayat-ayat Al-Qur’an yang lebih

menitikberatkan pada sisi isyarat atau pesan batin yang terkadung dalam teks-

teks Al-Qur’an.12

jika boleh meminjam istilah Siar Ni’mah sesungguhnya

penggunaan pendekatan esoterik dalam upaya menafsirkan Al-Qur’an akan

menambah kualitas ataupun nilai dalam sebuah tafsir, selain itu secara

9 Muhammad Husain ad-Zahabi menjelaskan bawah maksud dari kata zhahir disini

adalah lafalnya ayat sedangkan makna batin adalah takwilnya ayat. Selain itu ada pula yang

mengatakan maksud dari kata zhahir adalah makna-makna yang tampak oleh ahli ilmu

sedangkan makna batin adalah sesuatu yang terkandung dari asrâr (rahasia-rasia) yang Allah

tampakkan kepada mereka para ahli hakikat. Lihat Muhammad Husain ad-Zahabi, Tafsîr wa

al-Mufassirûn, (Kairo; Maktabah Wahbah, tt), Juz, II, h. 262 10

Muhammad Abdullah Darraz, An-Naba’ al-‘Azhîm (Kuwait; Dar al-Qalam,

1997), h. 111-112. 11

Yayan Rahtikawati dan Dadan Rusmana, Metodelogi Tafsir Al-Qur’an;

Strukturalisme, Semantik, Semiotik, dan Hermeneutik, (Bandung; CV Pustaka Setia, 2013),

Cet. I, h. 8 12

Rosihan Anwar, “Tafsir Esoterik Menurut Pandangan Thaba’thabai” Desertasi,

(Jakarta; Doktor Program Pascasarja (UIN) Syarif Hidayatullah), 2004, h. 5

Page 23: DIMENSI ESOTERIK DALAM PENAFSIRAN AYAT-AYAT IBADAH …

5

personal, seorang mufassir yang menggunakan pendekatan ini jelas memiliki

tingkat spiritual yang istimewa, karena tanpa adanya sentuhan spiritualisme

yang baik tentu pesan esoterik yang termuat di dalam Al-Qur’an tidak akan

dapat dihadirkan.13

Begitu halnya ketika kita meminjam istilah dari

Muhammad Ulin Nuha, jenis pendekatan esoterik dalam sebuah tafsir

merupakan “sebuah model penafsiran elit yang terlupakan”.14

Quraish Shihab (L. 1944 M) sebagai salah satu ulama tafsir asal

Indonesia pernah mengatakan dalam karyanya, makna ayat esoterik adalah

suatu makna yang muncul dari ayat-ayat Al-Qur’an yang tidak diperoleh dari

bunyi lafal ayat akan tetapi berasal dari kesan yang dimunculkan oleh ayat

tersebut.15

Pernyataan Quraish Shihab (L. 1944 M) di atas seakan mendukung

kalangan para mufassir yang menggunakan pendekatan esoterik dalam upaya

untuk memahami Al-Qur’an.16

Berbeda halnya bagi sebagian kalangan

13

Siar Ni’mah, “Al-Dakhil dalam Tafsir; Studi Atas Penafsiran Esoterik Ayat-ayat

Imamah Husain al-Taba’taba’i dalam tafsir Mizan”, dalam Jurnal Kaca, Vol. 9, No. 1,

Februari 2019, Institut Agama Islam (IAI) Muhammadiyah Sinjai, h. 2. 14

M. Ulin Nuha, “Tafsir Esoterik: Sebuah Model Penafsiran Elit yang

Terlupakan”, dalam Jurnal Suhuf, Vol. 3, No. 1, 2010, h. 1 15

M. Quraish Shihab, Kaidah Tafsir: Syarat, Ketentuan dan Aturan yang Patut

Anda Ketahui dalam Memahami al-Quran, (Ciputat; Lentera Hati, 2013), Cet. I, h. 369. 16

Pendekatan esoterik yang dilakukan oleh para ulama tafsir dalam memahami

ayat-ayat al-Quran, setidaknya dapat diklasifikasikan menjadi empat model penafsiran yaitu,

model tafsir Sufi, tafsir Isyari, tafsir Ramzi dan tafsir Batini.

Pertama, model tafsir Sufi biasa juga disebut dengan tafsir Sufistik atau tafsir

Irsyadi. Menurut az-Zahabi, model tafsir Sufi ini terbagi menjadi dua yaitu, tafsir tafsir Sufi

an-Nazhari (tafsir sufi teoritis) dan tafsir Sufi ‘amali / al-Faidi. Tafsir Sufi an-Nazhari adalah

tafsir yang berdasarkan sudut pandang pembahasan, pengamatan dan kajian sufistik.

Sedangkan tafsir Sufi al-Faidi adalah tafsir yang berdasarkan pada pentakwilan ayat-ayat al-

Quran sehingga menghasilkan makna yang berbeda dengan lahirnya karena terdapat

tuntunan isyarat-isyarat yang hanya tampak bagi pemilik suluk.

Kedua, tafsir Isyari atau biasa disebut dengan tafsir Tamsili adalah usaha

penggalian isyarat-isyarat yang terdapat dibalik nas ayat. Seperti contoh QS. Al-Baqarah

ayat 233, menurut Muhammad Khalil ayat ini telah dijadikan dalil oleh para ulama untuk

menghubungkan nasab anak kepada ayahnya bukan kepada ibunya.

Ketiga, tafsir Ramzi adalah tafsir yang tidak berdasarkan pada makna literal

melainkan berdasarkan pada perjalanan spiritual para sufi. Sehingga tafsir ini berbeda-beda

sesuai dengan pengalaman spiritual para sufi masing-masing.

Page 24: DIMENSI ESOTERIK DALAM PENAFSIRAN AYAT-AYAT IBADAH …

6

tekstualis yang beranggapan bahwa makna hakikat dari Al-Qur’an terletak

pada lahiriah teks sehingga Al-Qur’an perlu dipahami sebagaimana tersurat

bukan tersirat guna menghindari kesalahpahaman dalam penafsiran.17

Untuk

mendukung pendapat mereka, kalangan tekstualis beragumen bahwa Nabi

Muhammad Saw adalah orang yang paling mengetahui maksud dari apa yang

Allah turunkan kepada mereka. Selain itu pendapat mereka juga senada

dengan pendapat Ibnu Taimiyah (w. 728 H) yang mengatakan bahwa nabi

Muhammad Saw telah menjelaskan semua makna Al-Qur’an kepada para

sahabatnya sebagaimana Ia telah mendiktekan seluruh lafal ayat-ayat Al-

Qur’an.18

Jika ditinjau lebih jauh, salah seorang tokoh Islam Abu Zahrah (w.

1974 M) mengatakan kelompok tekstualis pada dasarnya adalah sebuah

aliran salafisme19

yang telah memformulasi pemikiran imam Ahmad Ibn

Hambal (w. 241 H),20

kemudian kelompok ini dipopulerkan kembali oleh

Ibnu Taimiyyah (w. 728 H).21

Sejatinya, pengingkaran terhadap dimensi

esoterik dalam sebuah teks dinilai akan menimbulkan problematis tersendiri

karena nantinya akan berimplikasi terhadap pereduksian nilai-nilai moral

spiritual yang terkandung di dalam Al-Qur’an dan ajaran Islam. Begitu pula

Keempat, tafsir Batini menurut Ali as-sabuni tafsir model ini kerap kali

memalingkan atau mengubah makna-makna al-Quran dari makna aslinya dengan kata lain

tafsir semodel ini tidak menerima makna eksoterik (lahiriah) dari al-Quran. Lihat, M.

Ulinnuha Khusnan, “Tafsir Esoterik; Sebuah Model Penafsiran Elit yang Terlupakan, h. 26-

29. 17

U. Syarifuddin, Paradigma Tafsir Tekstualis dan Kontekstual, (Yogyakarta;

Pustaka Pelajar, 2009), h. 39. 18

Ibn al-Utsaimin, Syarh Muqaddimah fi Ushul at-Tafsir Syaikh al-Islam Ibn

Taimiyyah, (Kairo; Dar Ibn al-Jauzi, 2005), h. 91. 19

Salafisme yang dimaksud adalah salah satu aliran yang mengajarkan syariat Islam

secara murni tanpa adanya penambahan maupun pengurangan. 20

Ahmad Ibnu Hambal adalah seorang mujtahid mutlak. Seorang tokoh pendiri

mazhab Hambali, selain ahli fikih ia juga terkenal dalam ahli hadits. Ahmad lahir pada tahun

164 H dan wafat pada tahun 241 H. Lihat, Wildan Jauhari, Biografi Imam Muhammad bin

Idris as-Syafi’i, (Jakarta; Lentera Islam, 2018), h. 26. 21

Muhammad Abu Zahrah, Tarikh al-Madzâhib al-Islâmiyyah, (Mesir; Dar al-Fikr

al-‘Arabi, tt), Juz 1, h. 225.

Page 25: DIMENSI ESOTERIK DALAM PENAFSIRAN AYAT-AYAT IBADAH …

7

sebaliknya, pengingkaran terhadap dimensi eksoterik dalam sebuah teks akan

mengakibatkan ambigiusitas makna dari segi bahasa sekaligus disfungsi Al-

Qur’an sebagai petunjuk bagi seluruh manusia.22

Sehingga pengkombinasian

dari interpretasi Al-Qur’an melalui makna eksoterik dan esoterik merupakan

suatu kepastian. Hal ini senada dengan ungkapan Omaima Abu Bakar,

sebagaimana hasil dari penelitiannya ia menemukan bahwa penafsiran yang

dilakukan oleh sebagian kalangan sufistik bukanlah merupakan substitusi

makna dari Al-Qur’an melainkan makna yang berada satu tingkat setelah

melakukan pemahaman terhadap makna-makna literalnya ayat.23

Mengingat bahwa pentingnya pendekatan esoterik dalam beragama

terlebih dalam ranah memahami ayat-ayat Al-Qur’an, maka dalam hal ini

penulis tertarik untuk menelaah lebih lanjut terkait nilai-nilai esoterik dalam

sebuah penafsiran Al-Qur’an. Penelitian penulis mungkin terkesan sedikit

berbeda, dikarenakan penulis bermaksud untuk mengkaji dimensi esoterik

dalam penafsiran Al-Qur’an KH. Ahmad Hasyim Muzadi yang nantinya akan

difokuskan pada penafsirannya tentang ayat-ayat ibadah.24

Pemilihan tokoh

sebagai objek kajian dalam penelitian ini dilandasi dengan beberapa

pertimbangan.

Pertama, KH. Ahmad Hasyim Muzadi adalah salah seorang tokoh

asal Indonesia asli yang memiliki keseimbangan antara aspek intelektual dan

spiritual. Pengaruh KH. Ahmad hasyim Muzadi pada aspek intelektual dapat

22

Sansan Ziaul Haq, “Dimensi Eksoterik dalam Tafsir Ishari; Studi atas Metode

Tafsir al-Jailani”, Tesis, (Jakarta; Program Studi Tafsir Hadits, Sekolah Pascasarjana

Universitas Islam Negeri (UIN), 2016), h. 5. 23

Sansan Ziaul Haq, “Dimensi Eksoterik dalam Tafsir Ishari; Studi atas Metode

Tafsir al-Jailani”, h. 7. 24

Sebagaimana yang diketahui bersama bahwa Ahmad Hasyim Muzadi sejauh ini

belum memiliki sebuah karya tafsir secara utuh, namun penulis menemukan tidak sedikit dari

bentuk tema maupun ceramah-ceramah yang dilontarkan Ahmad Hasyim Muzadi memiliki

nuansa tafsir, selain itu salah seorang peneliti yang bernama Ali fitriana Rahmat telah

membuktikan hal ini dengan penelitiannya Tafsir Kontekstual Ahmad Hasyim Muzadi. Lihat

Ali Fitriana Rahmat, “Tafsir Kontekstual Ahmad Hasyim Muzadi; Studi Analisis Penafsiran

Syafahi Syafahi”, (Jakarta; Institut Ilmu Al-Qur’an, 2020).

Page 26: DIMENSI ESOTERIK DALAM PENAFSIRAN AYAT-AYAT IBADAH …

8

dilihat dari salah satu posisi pentingnya di International Confrence of Islamic

Scholars (ICIS) dan World Confrence on Religions for Peace (WCRP), selain

itu, Ia pernah menjadi ketua umum PBNU (Pengurus Besar Nahdlatul

Ulama) selama sepuluh tahun yang diawali pada tahun 1999-2004 dan tahun

2004-2009. Tidak hanya itu, pada tanggal 19 Januari 2015 KH. Ahmad

Hasyim Muzadi pernah diangkat menjadi Dewan Pertimbangan Presiden

(Wantimpres) hingga meninggal pada tanggal 16 Maret 2017.25

Ia merupakan

salah satu penarik lokomotif gerakan intelektual kaum tradisional yang

bersedia terbuka dengan warna dan ragam pemikiran, seolah memberi

jawaban atas persoalan-persoalan keumatan dan kebangsaan yang masih sulit

untuk diselesaikan.26

Jika dilihat dari segi aspek spiritualnya, KH. Ahmad Hasyim Muzadi

merupakan salah seorang tokoh sufi yang lebih mengedepakan tentang ajaran

keikhlasan. Sebagaimana salah satu ungkapan yang sering Ia ajarkan adalah

keiklasan itu adalah sesuatu yang tak tampak dan tidak perlu ditampakkan,

meskipun akan tampak hasilnya dari keikhlasan itu sendiri.27

Dalam

25

Di tengah-tengah kesibukannya Ahmad Hasyim Muzadi masih menyempatkan

diri untuk mengkader para huffazh (para penghafal al-Quran) agar menjadi para alim ulama

dengan harapan nantinya mereka mampu mengintegerasikan al-Quran dengan kehidupan

masyarakat dan ilmu-ilmu lainya. Adapun pengkaderan para huffazh (penghafal al-Quran)

yang dilakukan oleh Ahmad Hasyim Muzadi diaplikasikan dalam bentuk membangun

sebuah instansi perguruan tinggi yang diberi nama STKQ (Sekolah Tinggi Kulliyatul Al-

Quran) Al-Hikam Depok. STKQ Al-Hikam Depok merupakan salah satu lembaga

pendidikan yang memiliki tujuan untuk menghasilkan tenaga-tenaga ahli al-Quran yang

terampil dan ilmiah, cinta terhadap nusa dan bangsa sekaligus memiliki kepribadian yang

tinggi terhadap spiritualitas dan intelektualitas. Dalam rangka untuk meningkatkan kualitas

pembinaan selain melakukan edukasi terhadap peserta didik, STKQ Al-Hikam Depok juga

menerapkan penelitian di bidang ke-al-Quranan serta menerapkan pengabdian masyarakat ke

seluruh pelosok Indonesia bagi mahasantri yang telah menyelesaikan semester akhirnya.

Lihat Website https://walisongoonline.com/stkq-alhikam/. Diakses, pada tanggal 12 Agustus,

2020 jam 09.30. 26

Nasihin Hasan, dkk., KH. Ahmad Hasyim Muzadi ; Pesantren Scholar

Campaigner of Moderate Islam for Global peace, (jakarta; ICIS, 2013), h. 29. 27

M. Ilhamul Qolbi dan Kendi Setiawan, “Sisi tasawuf KH. Hasyim Muzadi”, NU

Online; Beranda Islam Indonesia, November 2018.,

https://www.nu.or.id/post/read/99162/sisi-tasawuf-kia-hasyim-muzadi diakses pada hari

Senin 17 Agustus 2020, pukul 11.00 WIB.

Page 27: DIMENSI ESOTERIK DALAM PENAFSIRAN AYAT-AYAT IBADAH …

9

kacamata ilmu tasawuf, keiklasan merupakan salah satu amal batiniah yang

menjadi dasar dari kesempurnaan iman seseorang, oleh sebab itu kajian

terhadap ikhlas tidak akan terlepas dengan kajian tasawuf karena tasawuf

merupakan salah satu ilmu yang digunakan untuk mendapatkan kejernihan

hati sedangkan keiklasan merupakan suatu ilmu yang sangat erat

berhubungan dengan al-qalb (hati).28

Selain itu, sisi kesufian KH. Ahmad

Hasyim Muzadi dapat dilihat pula dalam praktek kesehariannya, setiap Ia

mengawali ceramah yang akan disampaikannya tidak langsung mengawali

dengan muqaddimah (pembukaan kata) melainkan terdapat bacaan atau

amalan-amalan tertentu seperti membaca ayat kedelapan puluh satu dari

surah al-Isrâ’ dan selanjutnya membaca surat an-Nabâ’ ayat 38.29

Kedua, dalam ruang lingkup penafsiran Al-Qur’an, KH. Ahmad

Hasyim Muzadi kerap kali menuangkan gagasan pemikirannya dalam bentuk

ceramah, kuliyah umum, pengajian maupun mengisi majelis-majelis taklim

dengan menafsirkan beberapa ayat Al-Qur’an yang tidak jarang hasil dari

penafsirannya itu kaya dengan nilai esoterik di dalamnya. Seperti

penafsirannya tentang keseimbangan antara zikir dan pikir, relasi ilmu dan

amal, sabar dan sukur serta beberapa tema lainya. Salah satu contoh bentuk

28

Azief Hamazy, Ensiklopedia Islam, (Jakarta; PT Ikhtiar Baru Van hoeve, t.th),

h.145. 29 Adapun bacan Q.S al-Isrâ’ [17: 81, adalah sebagai berikut;

ق جاءوقل زهوقاكنٱل بطلإن ٱل بطل وزهقٱل

“Dan katakanlah, Yang benar telah datang dan yang batil telah hilang. Sungguh

yang batil itu adalah sesuatu yang pasti hilang”. Selanjutnya bacaan Q.S an-Naba [78]: 38,

يتك مونل ذنمن إل منلأ صواباوقالٱلر ح

“Mereka tidak berkata-kata, kecuali siapa yang telah diizinkan Allah kepadanya

dan ia mengucapkan kata yang benar”.

Page 28: DIMENSI ESOTERIK DALAM PENAFSIRAN AYAT-AYAT IBADAH …

10

penafsiran KH. Ahmad Hasyim Muzadi yang memuat unsur esoterik di

dalamnya adalah sebagaimana ia menjelaskan firman Allah Swt,

ينءامنواصل واعلي هوسلموا هاٱل ي أ ي ٱلن ب ئكتهۥيصل ونعل ومل ٱلل ليماإن تس

“Sungguh Allah dan para malaikat-Nya berselawat kepada Nabi.

Wahai orang-orang yang beriman, berselawatlah kalian kepada Nabi dan

ucapkanlah salam penghormatan kepadanya”. (QS. Al-Ahzâb [33]: 56.)

Berkenaan dengan ayat di atas, KH. Ahmad Hasyim Muzadi

menjelaskan sebagai berikut,

“Allah Swt dan seluruh para malaikat-Nya memberikan salam dan

hormat kepada baginda besar Nabi Muhammad Saw, kata “yushallûna”

artinya menghormat dan memberi salam. Kemudian kalimat “yâ ayyuhal-

ladzîna âmanû shallû” artinya, wahai orang-orang yang beriman

bershalawatlah. Hal ini merupakan perintah, karena terdapat fiil amar (kata

kerja perintah) di dalamnya. Selanjutnya, kata ‘alaihi” dimaksudkan kepada

Nabi Muhammad., lalu kalimat “wasallimû taslîmâ” mempunyai arti

memberi salam. Dalam bahasa Arab kata sallimû mempunyai arti memberi

salam, namun ketika terdapat dua kata yang diulang seperti “sallimû

tasliimâ” atau “Shallû shalâtan” artinya kesempurnaan dari salam itu

sendiri. Selanjutnya, Rasulullah Saw, juga bersabda “Siapa saja yang

memberikan salawat dan salam kepadaku sekali, maka Allah akan

mengirimkan keselamatan kepadanya sepuluh kali lipat” 30

Dalam penjelasannya, KH. Ahmad Hasyim Muzadi sangat

menegaskan bahwa betapa pentingnya salawat kepada Nabi Muhammad

Saw, karena setiap manusia pasti akan mengalami entah kapan, umur berapa,

berapa lama, masalahnya apa, atau tingkat beratnya seperti apa, suatu posisi

di mana seseorang tidak dapat keluar dari masalah tersebut tanpa izin Allah

Swt. Maka solusi yang terbaik dalam hal ini adalah membaca salawat. KH.

Ahmad Hasyim Muzadi menjelaskan bahwa beberapa manfaat dari membaca

salawat adalah sebagai berikut;

30

K.H. Hasyim Muzadi, Islam Sejati Islam dari Hati, (Jakarta; Noura Books (PT

Mizan Publika), 2019), h. 93.

Page 29: DIMENSI ESOTERIK DALAM PENAFSIRAN AYAT-AYAT IBADAH …

11

1. Bacaan salawat dapat menurunkan emosi seseorang menjadi stabil dan

kesetabilan emosi akan memberikan power pada dimensi spiritual kita.

Setiap dari seseorang memiliki rasio. Rasio yang cerdas tidak ada jaminan

benar, karena rasio ini masih tergantung kepada siapa yang

mengendalikan, nafsukah atau hati nurani kita.

2. Bacaan salawat yang iklas akan dapat menguasai emosi dan spiritualitas

kita, dengan demikian salawat akan membimbing pikiran kita menuju

kepada pikiran yang lurus. Karena orang yang pintar pikirannya belum

tentu lurus maka dengan salawat pikiran seseorang akan terbimbing untuk

memikirkan hal-hal yang lurus (positive).

3. Kita hidup tidak dalam kekosongan ataupun kesunyian, namun penuh

dengan hiruk pikuk, fitnah, tantangan dan perjuangan. Karena demikianlah

kondisi dunia beserta keanekaragaman isinya sebagai sunnatullâh

(ketetapan Allah). Maka fungsi salawat di sini adalah sebagai daya tahan

pada diri para pembacanya dalam menghadapi aroma dunia yang tidak

seperti yang kita inginkan, dengan kata lain salawat adalah sebagai junnah

(benteng / tameng) terhadap diri kita dan benteng itu akan menjadi

pelindung bagi diri, tatkala kita mendapatkan serangan dari luar, sedahsyat

atau sehebat apapun serangan itu, benteng salawat akan mampu

menahannya.

Ketiga, meskipun KH. Ahmad Hasyim Muzadi belum memiliki

sebuah karya tafsir secara utuh namun hasil dari penelitan yang telah

dilakukan oleh Ali Fitrina Rahmat membuktikan bahwa adanya relevansi

ataupun kesesuaian penafsiran Al-Qur’an yang dilakukan oleh KH. Ahmad

Hasyim Muzadi terhadap perangkat ilmu tafsir. Seperti metode penafsiran

yang digunakan KH. Ahmad Hasyim Muzadi saat menafsirkan ayat-ayat Al-

Qur’an adalah dengan mengkombinasikan antara metode maudhû’i (tematik)

dengan metode ijmalî (global), selain itu sumber penafsiran yang digunakan

Page 30: DIMENSI ESOTERIK DALAM PENAFSIRAN AYAT-AYAT IBADAH …

12

KH. Ahmad Hasyim Muzadi pad umumnya menggunakan sumber tafsir bi ar-

ra’yi (berlandaskan pemikiran) dan bi al-ma’tsûr (berlandaskan riwayat).31

Sedangkan model penafsiran yang dilakukan adalah berbasis syafahî.32

Hemat penulis, Dalam memahami ayat-ayat Al-Qur’an yang untuk

dipaparkan setidaknya melalui dua media. Adapun media yang dimaksud

adalah media lisan dan media tulisan. Media lisan atau syafahi adalah

merupakan cara penafsiran tertua yang terdapat di dalam sejarah keilmuan

Islam, bahkan ia telah menjadi salah satu ciri khas penafsiran pada periode

awal Islam,33

tidak sedikit literatur-literatur tafsir yang ada sekarang ini

berawal penulisannya dari model penfasiran syafahi, namun dalam proses

pengembangannya, penafsiran syafahi ini ada yang dikembangkan menjadi

sebuah tulisan dan ada pula yang tidak dikembangkan sehingga tidak sedikit

tafsir Al-Qur’an yang berbasis syafahi hilang dan musnah ditelan zaman.

Selanjutnya, pertimbangan penulis dalam menganalisa penafsiran Al-

Qur’an KH. Ahmad Hasyim Muzadi terkait ayat-ayat ibadah didasari oleh

beberapa alasan, diantaranya penelusuran terhadap penafsiran KH. Ahmad

Hasyim Muzadi terkait ayat-ayat ibadah ini relatif masih minim bahkan

nyaris belum ada. Selain itu, tidak sedikit penafsiran KH. Ahmad Hasyim

Muzadi terkait ayat-ayat ibadah ini yang kaya akan nilai esoterik di

dalamnya. Sebagaimana salah satu ungkapannya ketika Ia menjelaskan

makna hakikat dari suatu ibadah,

31

Ali Fitriana Rahmat. “Tafsir Kontekstual Ahmad Hasyim Muzadi; Studi Analisis

Penafsiran Syafahi”, Tesis, (Jakarta; Program Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir, Institut Ilmu

Al-Quran (IIQ), 2020), h. 250. 32

Terdapat beberapa istilah tafsir syafahi yaitu, tafsir oral, tafsir idza’i, tafsir shauti

dan tafsir bi lisan. Lihat, Ali Fitriana Rahmat. “Tafsir Kontekstual Ahmad Hasyim Muzadi;

Studi Analisis Penafsiran Syafahi”, Tesis. h. 62-64. 33

Yahya Rahtikawati dan Dadan Rusmana, Metodelogi Tafsir Al-Quran;

Strukturalisme, Semantik, Semiotik dan Hermeneutik, (Bandung; Pustaka Setia, 2013), Cet, I,

h. 31. Lihat juga, Mahmud an-Niqrasyi, Manâhij al-Mufassirîn min al-‘Ashar al-Awwal ila

al-‘Ashar al-Hadîts, (Buraidah; Maktabah an-Nahdhah, 1986), Cet, I, Vol, I, h. 30-35.

Page 31: DIMENSI ESOTERIK DALAM PENAFSIRAN AYAT-AYAT IBADAH …

13

“Ibadah yang dilakukan oleh setiap orang adalah baik namun

kualitas dari setiap ibadah yang dilakukan oleh seseorang dengan lainnya itu

tidak sama meskipun ibadah yang dilakukan adalah ibadah yang sama”,

seperti misalnya ibadah salat. Salat yang dilakukan oleh seseorang

seharusnya dapat mencegah perbuatan fahsyâ dan mungkar, namun pada

kenyataannya betapa banyak orang yang mengerjakan salat sekaligus

melakukan perbuatan fahsyâ dan mungkar (perbuatan keji dan merusak).

Artinya daya tahan dari ibadah salat yang dilakukan oleh seseorang itu tidak

sama satu dengan lainnya”.34

Berdasarkan beberapa pemaparan yang telah penulis paparkan di atas,

maka dalam penelitian ini nantinya penulis akan melakukan penelusuran

lebih lanjut terkait penafsiran-penafsiran Al-Qur’an yang telah dilakukan

oleh KH. Ahmad Hasyim Muzadi melalui sebuah judul tesis yang penulis

angkat dengan tema “Dimensi Esoterik dalam Penafsiran Ayat-ayat Ibadah

(Studi Analisis Terhadap Tafsir Syafahi KH. Ahmad Hasyim Muzadi)”.

B. Permasalahan

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, kemungkinan penulis

akan menemukan beberapa masalah yang akan dibahas dalam penelitian tesis

ini, antara lain;

a. Perlu adanya pengkajian terhadap kesesuaian penafsiran KH. Ahmad

Hasyim Muzadi dengan penafsiran para mufassir klasik, pertengahan

maupun moderen.

b. Penelusuran pemikiran KH. Ahmad Hasyim Muzadi dalam bidang

tafsir perlu dilestarikan.

c. Beragamnya model pendekatan para mufassir dalam memahami ayat-

ayat Al-Qur’an.

34

Rekaman no. 01, Ceramah Ahmad Hasyim Muzadi dengan tema, “Nilai Kualitas

Ibadah”, pada kultum Tarawih malam ke-4, 1435 H, di Masjid Al-Hikam Depok. Rekaman

ini telah dipublikasikan pula oleh channel Youtube Al-Hikam Depok, pada tanggal 02 Juli

2014.

Page 32: DIMENSI ESOTERIK DALAM PENAFSIRAN AYAT-AYAT IBADAH …

14

d. Tidak semua ayat-ayat Al-Qur’an dapat dipahami dengan hanya

melalui pendekatan lahiriah (eksoterik) meskipun sejatinya

pendekatan eksoterik itu sangat diperlukan dalam upaya untuk

memahami Al-Qur’an.

e. Pengkombinasian pendekatan eksoterik dan esoterik dalam sebuah

tafsir perlu diperhatikan dalam upaya untuk memahami Al-Qur’an.

f. Urgensitas nilai-nilai esoterik dalam sebuah produk tafsir perlu dikaji

ulang.

g. Pentingnya untuk mengkaji kembali penafsiran yang dilakukan baik

secara lisan maupun tulisan.

h. Pentingnya mengumpulkan dan mengembangkan kajian penafsiran

yang tercecer di media sosial dewasa ini.

i. Kedudukan esoterik dalam sebuah tafsir merupakan sebuah

keniscayaan.

2. Pembatasan Masalah

Ayat-ayat ibadah yang menjadi titik fokus dalam penelitian ini nantinya

akan dibatasi pada empat tema besar yaitu hakikat ibadah salat, puasa, zikir,

serta uregensitas membaca salawat di dalam kehidupan. Pembatasan pada

tema-tema kajian dalam penelitian ini berangkat dari data yang telah penulis

temukan menunjukkan bahwa KH. Ahmad Hasyim Muzadi belum sempat

menafsirkan keseluruhan dari ayat-ayat Al-Qur’an, akan tetapi Ia hanya

menafsirkan sebagian besar dari ayat-ayat Al-Qur’an, sebagaimana data yang

penulis temukan bahwa jumlah ayat yang telah ditafsirkan oleh KH. Ahmad

Hasyim Muzadi kurang lebih sebanyak 476 ayat yang bersifat tematik.

Selanjutnya penulis juga akan menganalisa relevansi model penafsiran

esoterik yang telah dilakukan oleh KH. Ahmad Hasyim Muzadi dengan

model penafsiran esoterik yang telah dilakukan oleh para ulama terdahulu.

Page 33: DIMENSI ESOTERIK DALAM PENAFSIRAN AYAT-AYAT IBADAH …

15

Dengan demikian, maka beberapa perumusan masalah yang akan dijadikan

sebagai landasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

3. Perumusan Masalah

Untuk lebih memfokuskan serta menjadikan penilitian ini lebih

spesifik, maka penulis akan mempetakan beberapa rumusan masalah sebagai

berikut;

1. Bagaimana penafsiran esoterik KH. Ahmad Hasyim Muzadi terhadap

ayat-ayat ibadah ?

2. Bagaimana relevansi penafsiran esoterik KH. Ahmad Hasyim Muzadi

dengan model penafsiran esoterik dalam literatur klasik terhadap ayat-

ayat ibadah ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Dengan melihat perumusan masalah di atas, maka penelitian ini

memiliki tujuan antara lain;

a. Untuk mengetahui penafsiran esoterik KH. Ahmad Hasyim Muzadi

terhadap ayat-ayat ibadah.

b. Untuk mengetahui relevansi penafsiran esoterik KH. Ahmad Hasyim

Muzadi dengan model penafsiran esoterik dalam literatur klasik

terhadap ayat-ayat ibadah.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dengan adanya penelitian ini, penulis mempetakan

menjadi dua bagian, sebagai berikut;

a. Secara Teoritis

1. Penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah keilmuan

dalam bidang tafsir.

Page 34: DIMENSI ESOTERIK DALAM PENAFSIRAN AYAT-AYAT IBADAH …

16

2. Penelitian ini terfokus pada salah seorang tokoh terkemuka yang

sudah diketahui sepak terjangnya dalam membangun kerukunan

umat dalam beragama, berbangsa dan bernegara, namun dengan

meneliti sisi yang berbeda dari penelitian sebelumnya, dengan

demikian hal ini diharapkan dapat menambah wawasan baru pula

dalam memahami suatu masalah dalam paradigma tafsir.

3. Memberikan subangsih pemikiran dalam bentuk model penafsiran

secara lisan dan pendekatan esoterik dalam memahami Al-Qur’an.

b. Secara Praktis

1. Dengan adanya penelitian ini, diharapkan peneliti selanjutnya agar

dapat merujuk hasil dari penelitian ini sebagai bentuk bahan

pertimbangan dan batu loncatan dalam mengkaji tokoh yang sama

maupun tema yang serupa.

2. Dengan penelitian ini kiranya penulis berharap hal ini menjadi

salah satu bentuk upaya pelestarian model penfasiran Al-Qur’an

yang berangkat dari lisan.

3. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai landasan untuk

pengembangan pengetahuan ilmiah dalam bidang Al-Qur’an dan

tafsir terkait tema kajian yang sama.

4. Terakhir, dengan adanya penelitian ini, diharapkan agar

masyarakat Indonesia kususnya dan para pengkaji ilmu Al-Qur’an

umumnya dapat semakin bijaksana dalam memandang sebuah

perosalan maupun masalah-masalah yang muncul di tengah-

tengah masyarakat terkait perbedaan pandangan dalam suatu

masalah.

Page 35: DIMENSI ESOTERIK DALAM PENAFSIRAN AYAT-AYAT IBADAH …

17

D. Kajian Pustaka

Sejauh penelusuran penulis, terdapat beberapa karya ilmiah yang

berkaitan dengan penelitian ini, seperti buku, jurnal, tesis, desertasi maupun

artikel-artikel lainnya. Namun penelitian yang secara spesifik membahas

tentang dimensi esoterik dalam penafsiran Al-Qur’an KH. Ahmad Hasyim

Muzadi terkait ayat-ayat ibadah masih belum ditemukan. Adapun beberapa

karya ilmiah yang memiliki senyawa dengan penelitian ini adalah sebagai

berikut;

1. Cecep Fuad Audah (2019), “Esoterisme dalam Tafsir Al-Utsaimin (Studi

atas Dimensi Sufistik dalam Tafsir Al-Utsaimin).35

Tesis ini mencoba

untuk menggali nilai esoterik yang terdapat dalam penafsiran yang

dilakukan oleh al-Utsaimin di dalam tafsirnya. Adapun hasil dari

penelitian yang dilakukan Cecep mengatakan bahwa penafsiran esoterik

al-Utsaimin sejalan dengan prinsip tafsiran sufistik. Selanjutnya

penelitian yang dilakukan oleh Cecep secara tidak langsung telah

memberi dukungan terhadap pandangan at-Tustari dan as-Sulami yang

mengatakan bahwa tafsir esoterik merupakan interpretasi yang

mengkombinasikan antara nilai eksoterik dan esoterik sehingga tidak

bertentangan dengan teks dan syariah. Tesis yang ditulis oleh Cecep

dengan penelitian yang akan penulis lakukan memiliki kesamaan

diantaranya membahas tentang dimensi esoterik dalam sebuah produk

penafsiran Al-Qur’an hanya saja perbedaannya adalah dari segi tokoh dan

konsentrasi tema pembahasan.

35 Cecep Fuad Audah, “Esoterisme dalam Tafsir Al-Utsaimin (Studi atas Dimensi

Sufistik dalam Tafsir al-Utsaimin)”, Tesis, Program Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir, Institut

Ilmu Al-Quran (IIQ) Jakarta 2019.

Page 36: DIMENSI ESOTERIK DALAM PENAFSIRAN AYAT-AYAT IBADAH …

18

2. Ali Fitriana rahmat (2020), “Tafsir Kontekstual Ahmad Hasyim Muzadi

(Studi Analisis Penafsiran Syafahi)”.36

Ali Fitriana Rahmat di dalam

tesisnya menjabarkan tentang penafsiran KH. Ahmad Hasyim Muzadi

yang bersifat kontekstual dengan menganalisis model ataupun cara dari

bentuk penafsiran yang dilakukan sang tokoh dalam menafsirkan Al-

Qur’an. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, Ali memiliki

kesimpulan diantaranya, penafsiran yang dilakukan oleh KH. Ahmad

Hasyim Muzadi berbasis syafahi dan sumber tafsir yang dilakukan lebih

dominan terhadap model penafsiran bi ar-ra’yi (berlandaskan kepada

pemikiran) meskipun pada ayat-ayat tertentu penafsir juga menggunakan

sumber tafsir bi al-ma’tsûr (riwayat). Terkait metode yang digunakan

adalah menggunakan pengkombinasian antara metode maudhû’i (tematik)

dan ijmâlî (global). Tesis ini membantu penulis dalam menganalisa model

penafsiran Al-Qur’an yang dilakukan oleh KH. Ahmad Hasyim Muzadi,

sebagaimana yang telah dipaparkan bahwa KH. Ahmad Hasyim Muzadi

belum memiliki sebuah karya tafsir secara utuh. Adapun letak perbedaan

terhadap kajian yang penulis akan lakukan adalah pada konsentrasi tema

pembahasan, di mana penulis lebih memfokuskan pada aspek dimensi

esoterik yang terdapat dalam penafsiran Al-Qur’an KH. Ahmad Hasyim

Muzadi terkait ayat-ayat ibadah. Sedangkan dalam penulisan tesis yang

dilakukan oleh Ali Fitriana Rahmat tidak membahas sedikitpun

penafsiran KH. Ahmad Hasyim Muzadi terkait ayat-ayat ibadah. Selain

itu, Ali Fitriana Rahmat tidak pula menelusuri dimensi esoterik yang

terdapat dalam model penafsiran yang telah dilakukan oleh KH. Ahmad

Hasyim Muzadi melainkan ia hanya terfokus pada tafsir kontekstual

36

Ali Fitriana Rahmat, “Tafsir Kontekstual Ahmad Hasyim Muzadi (Studi Analisis

Penafsiran Syafahi)”, Tesis, Program Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir, Institut Ilmu Al-

Quran (IIQ) Jakarta 2020.

Page 37: DIMENSI ESOTERIK DALAM PENAFSIRAN AYAT-AYAT IBADAH …

19

dengan model penafsiran syafahi yang dilakukan oleh KH. Ahmad

Hasyim Muzadi.

3. Syaiful Anam (2016), “Konsep Ummah Rahmatan lil ‘Alamin; Studi Atas

Pemikiran Ahmad Hasyim Muzadi”.37

Syaiful dalam penelitian ini

mencoba untuk menjelaskan konsep Ummah Rahmatan lil ‘Alamin

menurut pandangan Ahmad Hasyim Muzadi yang mana pembahasan

tersebut dilakukan berangkat dari satu tema yaitu rahmat bagi semesta

alam. Motivasi Syaiful dalam menulis penelitiannya didasari dengan

adanya ketegangan antara dunia Barat dan Islam, sehingga ia mencoba

untuk mengenalkan wacana ataupun gagasan yang diusung oleh KH

Ahmad Hasyim terkait konsep ummat yang dapat mendatangkan rahmat

bagi semesta alam. Tesis ini nantinya akan membantu penulis sebagai

penambahan dalam referensi-referensi yang ada. Namun konsentrasi

Syaiful Anam tentunya berbeda dengan penulis, karena di dalam

penelitian ini penulis akan lebih berkonsentrasi pada penafsiran KH.

Ahmad Hasyim Muzadi terkait ayat-ayat ibadah.

4. K.H. Ahmad Hasyim Muzadi (2019), “Islam Sejati Islam dari Hati”,38

Buku ini mencoba untuk menyalin ulang beberapa pesan KH. Ahmad

Hasyim Muzadi yang dituangkan dari berbagai ceramah maupun kuliyah

umum yang pernah disampaikan olehnya. Namun buku ini hanya berisi

beberapa tema dari hasil ceramah yang pernah disampaikan oleh KH.

Ahmad Hasyim Muzadi tanpa adanya penambahan, pengurangan maupun

analisa lebih lanjut terkait apa yang disampaikan. Singkatnya buku ini

hanya menulis sebagaimana apa adanya. Buku ini sangat membantu

peneliti dalam menjelajahi pemikiran dari sang tokoh. Adapun perbedaan

37

Syaiful Anam, “Konsep Ummah Rahmatan lil ‘Alamin; Studi Atas Pemikiran

Hasyim Muzadi”, Tesis, Program studi Dirasah Islamiyah, Universitas Islam Negeri Sunan

Ampel, Surabaya, 2016. 38

K.H. Hasyim Muzadi, Islam Sejati Islam dari Hati, (Jakarta Selatan; Noura

Books, 2019).

Page 38: DIMENSI ESOTERIK DALAM PENAFSIRAN AYAT-AYAT IBADAH …

20

penelitian penulis dengan penelitian ini adalah adanya analisa lebih lanjut

terkait pemikiran-pemikiran yang telah dituangkan oleh KH. Ahmad

Hasyim Muzadi melalui berbagai pemikiran maupun sepak terjangnya

dengan melihat relevansinya terhadap berbagai penafsiran yang telah

dilakukan dengan seperangkat ilmu tafsir.

5. Mukhlas Syarkun, Moh. Arifin (2015), “Jembatan Islam-Barat; Dari

Sunan Bonang ke Paman Syam”.39

Buku ini merupakan hasil

dokumentasi terhadap kiprah, pemikiran dan perjuangan seorang ulama

yang masuk dalam katagori 100 tokoh yang paling berpengaruh dalam

dunia Islam yaitu K.H. Ahmad Hasyim Muzadi. Pengarang dalam buku

ini hanya memotret perjalanan pemikiran dan pergerakan K.H. Ahmad

Hasyim Muzadi selama menahkodai ICIS (International Conference of

Islamic Scholars). Tentunya buku ini berbeda dengan penelitian yang

akan dilakukan penulis karena di dalam buku ini tidak dipetakan beberapa

hal terkait pemikiran KH. Ahmad Hasyim Muzadi yang berkenaan

dengan penafsiran beliau terhadap ayat-ayat Al-Qur’an, namun di sisi

lain, buku ini akan sangat membantu penulis untuk menyelami lebih jauh

terkait pemikiran, sepak terjang, kiprah maupun pergerakan sang tokoh

semasa hidupnya.

6. Sofiuddin (2017), “Dakwah Bil-Hikmah Reaktualisasi Ajaran

Walisongo; Pemikiran dan Perjuangan KH. Ahmad Hasyim Muzadi”.40

Buku ini berusaha untuk mengkaji pemikiran KH. Ahmad Hasyim dalam

konsep dakwahnya yang terinspirasi dari ajaran walisongo, selanjutnya

dipaparkan pula perjuangan dan pergerakan KH. Ahmad Hasyim selama

berkiprah di NU (Nadhlatul Ulama) dengan menjelaskan beberapa konsep

39

Mukhlas Syarkun, Moh. Arifin, Jembatan Islam-Barat; Dari Sunan Bonang ke

Paman Syam, (Jogjakarta; PS, 2015). 40

Sofiuddin, Dakwah Bil-Hikmah Reaktualisasi Ajaran Walisongo; Pemikiran dan

Perjuangan KH. Ahmad Hasyim Muzadi, (Depok; T.P, 2017).

Page 39: DIMENSI ESOTERIK DALAM PENAFSIRAN AYAT-AYAT IBADAH …

21

al-wasathiyyah yang dijadikan sebagai pedoman masyarakat NU dalam

bersikap. Beberapa pemaran yang telah dilakukan dijadikan sebagai

landasan untuk menyesuaikan kehidupan masyarakat Indonesia dalam

konteks beragama dan bernegara. Perbedaan dengan penelitian yang akan

penulis lakukan adalah penulis tidak hanya berkonsentrasi terhadap

metode dakwah yang dilakukan oleh sang tokoh, akan tetapi penulis akan

menganalisa beberapa tema besar lainnya yang belum diungkap dalam

buku ini. Seperti, dimensi esoterik dalam penafsiran KH. Ahmad Hasyim

Muzadi terkait masalah ibadah, selain itu, di dalam buku ini juga tidak

membahas terkait metode penafsiran maupun pendekatan yang dilakukan

oleh sang tokoh.

E. Metodologi Penelitian

Menurut Sugiyono dalam bukunya, mengatakan bahwa metode

penelitian merupakan cara ilmiah yang dilakukan oleh seseorang untuk

mendapatkan suatu data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Dalam metode

penelitian setidaknya terdapat empat kata kunci yang harus diperhatikan

yaitu, cara ilmiah, data, tujuan dan kegunaan. Untuk menempuh cara ilmiah

dalam sebuah penelitian, maka penelitian itu harus sesuai dengan tiga hal

yaitu rasional, empiris dan sistematis.41

Selanjutnya data, data yang diperoleh

melalui penelitian yang dilakukan oleh seseorang harus berupa data empiris

(teramati) yang memiliki kriteria tertentu yaitu valid.42

Kemudian tujuan,

secara umum, tujuan dalam sebuah penelitian dapat dikatagorikan menjadi

41

Rasional maksudnya kegiatan dalam penelitian tersebut dilakukan dengan cara-

cara yang masuk akal, sehingga tidak keluar dari nalar manusia. Empiris artinya cara-cara

yang dilakukan oleh seorang peneliti dapat diamati oleh panca indera manusia, sehingga

orang lain dapat mengetahui cara-cara yang digunakan, contoh cara yang tidak ilmiah seperti

mencari barang yang hilang melalui para normal dan sebagainya. Sistematis maksudnya

proses yang digunakan di dalam penelitian itu harus menggunakan langkah-langkah tertentu

dan bersifat logis. 42

Kriteria data valid adalah data yang menunjukkan ketepatan antara data yang

sebenarnya terjadi pada obyek dengan data yang telah dikupulkan oleh peneliti.

Page 40: DIMENSI ESOTERIK DALAM PENAFSIRAN AYAT-AYAT IBADAH …

22

tiga macam yaitu, tujuan penelitian yang bersifat penemuan, pembuktian dan

pengembangan.43

Terakhir kegunaan, maksudnya melalui penelitian yang

sudah dilakukan kiranya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan

dan mengantisipasi masalah. Memahami artinya memperjelas suatu masalah

atau memperjelas suatu informasi yang sebelumnya tidak diketahui

selanjutnya menjadi tahu. Memecahkan artinya meminimalkan (mengurangi)

atau bahkan menghilangkan masalah. Mengantisipasi masalah artinya

mengupayakan agar masalah yang telah terjadi tidak terulang kembali.44

Berdasarkan penjelasan di atas, maka penyelesaian pembahasan

dalam penelitian ini akan melalui beberapa tahap proses sebagai berikut;

1. Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam tulisan ini adalah library

research atau yang lebih dikenal dengan penelitian kepustakaan.45

Jenis

penelitian ini digunakan karena data-data atau bahan-bahan yang diperlukan

sebagian besar berasal dari perpustakaan, seperti buku, kamus, kitab, jurnal,

ensklopedia, serta dokumen, baik itu dokumen dalam bentuk rekaman

maupun yang bentuknya tulisan. Selain itu, penelitian ini juga menggunakan

43

Penemuan artinya data yang diperoleh dalam sebuah penelitian adalah data yang

benar-benar baru yang sebelumnya belum pernah diketahui. Pembuktian maksudnya data

yang diperoleh dalam sebuah penelitian dapat digunakan untuk membuktikan adanya keragu-

raguan terhadap informasi atau pengetahuan tertentu. Sedangkan yang dimaksud dengan

pengembangan adalah penelitian yang ada dapat digunakan untuk memperdalam dan

memperluas pengetahuan yang telah ada. 44

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung;

Alfabeta, 2018), h. 2-4. 45

Secara garis besar terdapat tiga bidang yang dapat dijadikan objek dalam

penelitian kepustakaan. Pertama, bidang kewahyuan yaitu, penelitian yang dilakukan

terhadap teks-teks al-Quran yang membicarakan tentang masalah-masalah tertentu. Kedua,

bidang pemikiran yaitu, penelitian yang dilakukan terhadap para tokoh dengan tujuan untuk

merekontruksikan pemikiran mereka. Ketiga, bidang sejarah yaitu, penelitian yang dilakukan

terhadap peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di masa lampau dengan cara mengumpulkan,

mengevaluasi, memverifikasi dan mensintesiskan bukti-bukti untuk menegakkan fakta dan

memperoleh kesimpulan yang kuat. Lihat, Nursapia Harahap, “Penelitian Kepustakaan”,

dalam Jurnal, Iqra’, Vol. VIII, No. I, IAIN-SU Medan, 2014, h. 69.

Page 41: DIMENSI ESOTERIK DALAM PENAFSIRAN AYAT-AYAT IBADAH …

23

penelitian kualitatif. Lexy J. Moleong di dalam bukunya yang berjudul

“Metode Penelitian Kualitatif” telah memaparkan beberapa pendapat para

ahli, diantaranya, menurut Bogdan dan Taylor penelitian kualitatif adalah

sebuah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis

atau lisan dari orang-orang atau prilaku yang dapat diamati. Selanjutnya,

Denzin dan Lincoln menyatakan penelitian kualitatif adalah suatu penelitian

yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan segala

fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan melibatkan berbagai metode

yang ada. Sedangkan menurut Lexy J. Moleong sendiri, penelitian kualitatif

adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami suatu fenomena tentang

apa yang dialami oleh subjek penelitian, 46

maka dengan jenis penelitian ini

penulis mencoba untuk membaca hal-hal yang berkenaan dengan KH.

Ahmad Hasyim Muzadi seperti prilaku, presepsi, motivasi, tindakan dll., baik

dengan cara holistik maupun dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata

dan bahasa.

2. Sumber Data

Adapun sumber data dalam penelitian ini akan diklasifikasikan

menjadi dua bagian yaitu, primer dan sekunder.

a. Sumber Primer

Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan sumber data primer

dari beberapa rekaman ceramah KH. Ahmad Hasyim Muzadi yang telah

berhasil dikumpulkan seperti rekaman, video, maupun mp3.47

Selain itu

penulis juga akan menggunakan dua buku lainnya yaitu, Islam Sejati Islam

46

Mamik, Metodelogi Kualitatif, (Sidoarjo; Zifatama, 2014), h. 5. 47

Beberapa rekaman ceramah baik berupa video maupun mp3 diperoleh dari tim

Media Center Al-Hikam Depok sebagai penanggung jawab bagian dokumentasi dari setiap

acara yang diselenggarakan dan tidak menutup kemungkinan pula video maupun mp3 akan

diambil dari Youtube maupun website yang terdapat di media sosial.

Page 42: DIMENSI ESOTERIK DALAM PENAFSIRAN AYAT-AYAT IBADAH …

24

dari Hati dan Tafsir Kontekstual Ahmad Hasyim Muzadi; Studi Analisis

Penafsiran Syafahi.48

b. Sumber Sekunder

Sedangkan untuk data sekunder, penulis akan merujuk pada sebagian

besar tulisan-tulisan maupun beberapa literatur lainnya yang telah berhasil

mengulas tentang pemikiran KH. Ahmad Hasyim Muzadi, seperti Pustaka

Kebangsaan; Sinergitas Islam dan Indonesia,49

Biografi Ahmad Hasyim

Muzadi; Cakrawala Kehidupan,50

Selain itu, untuk melihat relevansi terkait

penafsiran esoterik KH. Ahmad Hasyim Muzadi dengan model penafsiran

esoterik yang telah dilakukan oleh para ulama terdahulu, maka dalam hal ini

penulis akan menggunakan tiga kitab tafsir utama sebagai rujukan. Yaitu,

Rûh al-Ma’âniy karangan al-Lusi (w. 1270 H), Al-Qur’an al-‘Azhîm

karangan Sahl at-Tustary (w. 283 H), Haqâiq at-Tafsîr karya Abdurrahman

as-Sulami (w. 412 H).51

48

Ali Fitriana Rahmat, “Tafsir Kontekstual Ahmad Hasyim Muzadi; Studi Analisis

Penafsiran Syafahi”, (Jakarta; Institul Ilmu Al-Quran (IIQ), 2019). 49

Sofiuddin, “Pustaka Kebangsaan; Sinergitas Islam dan Indonesia”, (Depok; Al-

Hikam Press, 2017). 50

Ahmad Millah Hasan, “Biografi Ahmad Hasyim Muzadi; Cakrawala

Kehidupan”, (Depok; Keira Publising, 2018). 51

Pertimbangan penulis dalam hal ini, berdasarkan peninjauan penulis terkait tiga

tafsir yang telah disebutkan di atas, pertama tafsir al-Lusi (w. 1270 H) merupakan sebuah

tafsir yang lebih mendominasi sisi eksoteriknya meskipun terdapat penafsiran yang

terkadang masih menampilkan sisi esoteriknya, selanjutnya Sahl at-Tustary (w. 283 H)

dalam penafsiran yang dilakukan lebih mendominankan sisi esoteriknya dibanding sisi

eksoteriknya, sedangkan yang terakhir Abdurrahman as-Sulami (w. 412 H) merupakan

seorang mufassir yang murni menampilkan sisi esoterik di dalam penafsirannya. Lihat,

Ahmad Sarwat, Ilmu Tafsir Sebuah Pengantar, (Kuningan; Rumah Fiqh Publishing, 2020),

Cet. II, h. 82.

Page 43: DIMENSI ESOTERIK DALAM PENAFSIRAN AYAT-AYAT IBADAH …

25

3. Teknik Pengumpulan Data

Dari beberapa literatur pengumpulan data yang ada, maka dalam

penelitian ini penulis akan menggunakan metode pengumpulan data dalam

bentuk dokumentasi sebagai landasan untuk menganalisis tema yang akan

dibahas. Dokumentasi dalam sebuah penelitian adalah pengumpulan data-

data yang diperoleh dari dokumen-dokumen yang ada.52

Adapun dalam hal

ini, penulis akan mengumpulkan berbagai dokumen yang memiliki kaitan

dengan penelitian yang sedang dilakukan. Sejatinya, dalam sebuah penelitian,

seorang peneliti diperkenankan untuk menggunakan data dari manusia,

artefak, atau dokumen-dokumen lainya yang memiliki keterkaitan terhadap

penelitian yang sedang dilakukan.53

4. Metode Analisis Data

Analisis data adalah menata, menyusun dan memberi makna pada

setiap kumpulan data.54

Apabila semua data telah terkumpul, maka penulis

akan merapikan semua data yang telah diperoleh secara sistematis.

Selanjutnya data tersebut akan diolah dengan baik sebelum sampai pada

tahap menarik kesimpulan. Untuk tetap menjaga keilmiahan dalam penelitian

ini, penulis juga akan memverifikasi data-data yang telah ada dengan

menekankan pada tiga aspek yaitu, kredibilitas, dependabilitas dan

konfirmabilitas.55

52

Andi Prastowo, Menguasai Teknik-Teknik Koleksi Data Penelitian Kualitatif,

(Jogyakarta; Diva Press, 2010), h. 192. 53

H.B Sutopo, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Surakarta; UNS Press, 2006), 56-

57. 54

Boy S Sabarguna, Analisis Data pada Penelitian Kuantitaif, (Jakarta; UI Press,

2008), h. 31. 55

Kredibilitas adalah derajat kepercayaan dari sebuah data yang telah dikumpulkan

dari hasil penelitian, dependabilitas adalah pengukuran terhadap sebuah data sejauh mana

data tersebut dapat dipercaya dan diandalkan selanjutnya yang terakhir adalah

konfirmabilitas, proses pengkonfirmasian terhadap kebenaran dari sebuah data. Lihat,

Kuntjojo, Metode Penelitian, (Kediri; t.p, 2009), h. 14.

Page 44: DIMENSI ESOTERIK DALAM PENAFSIRAN AYAT-AYAT IBADAH …

26

Metode yang digunakan dalam proses analisis data dalam penelitian

ini adalah metode Content Analysis.56

Metode ini merupakan salah satu

bentuk metode yang amat efisien untuk digunakan dalam meneliti isi dari

penafsiran Al-Qur’an yang telah dilakukan oleh KH. Ahmad Hasyim Muzadi

yang masih tersebar luas baik dari media seperti, mp3, video, serta rekaman-

rekaman lain yang memuat isi ceramah dari penafsiran Al-Qur’an dari sang

tokoh. Adapaun untuk dapat membaca kondisi jiwa seorang sufi yang

berpengaruh pada pemaknaan moral spiritual, maka penelitian ini

menggunakan pendekatan psikologi. Adapun teori yang dikembangkan dalam

pendekatan ini adalah teori psikologi sufistik atau psikosufistik yang digagas

oleh imam Ghazali (w. 505 H).57

Selanjutnya, dalam proses penyajiannya,

penulis akan menggunakan metode Analisis-Deskriptif yaitu dengan

mendeskripsikan interpretasi yang telah dilakukan oleh KH. Ahmad Hasyim

56

Metode Content Analysis atau analisis isi adalah suatu metode penelitian yang

membahas secara mendalam terkait isi dari suatu informasi media baik yang sudah tercetak

maupun yang masih dalam bentuk broad-cast. Metode Content Analysis juga termasuk

bagian dari metode penelitian kualitatif. Lihat, Bagong Suryanto dan Sutinah, Metode

Penelitian Sosial Berbagai Alternatif Pendekatan, (Jakarta; Kencana, 2005), h. 125. 57

Dalam Islam, untuk mengembangkan kepribadian seseorang yang melalui

pendekatan ini setidaknya ia memerlukan tiga tahap. Tahapan pertama, al-bidayah atau biasa

disebut juga dengan takhalli (proses pengosongan diri dari segala bentuk kemaksiatan

maupun sifat-sifat tercela). Seseorang yang berada pada tahap ini akan senantiasa merasa

rindu kepada tuhannya, namun ia sadar antara dirinya dan tuhannya masi tertutup rapat oleh

tabir sehingga pada proses ini seseorang akan berusaha untuk membuka tabir tersebut dengan

cara menjauhi segala macam bentuk kemaksiatan serta hal-hal yang tidak disukai oleh

tuhannya. Selanjutnya, pada tahap kedua, seseorang akan senantiasa bersungguh-sunguh

untuk mendekatkan diri kepada tuhannya (mujahadah). Pada tahap ini seseorang telah bersih

dari sifat-sifat tercela sehingga ia hanya tinggal mengisi kehidupannya dengan hal-hal yang

terpuji ataupun hal-hal yang disenangi oleh tuhannya. Tahapan ini juga biasa disebut dengan

tahalli, biasanya pada tahap ini seseorang akan selalu menopang dirinya dengan pendidikan

batin seperti puasa dan lain-lain. Terakhir adalah tahap merasakan (al-mudziqat) atau biasa

disebut dengan tingkat tajalli. Pada tahap ini seseorang tidak hanya menjalankan perintah

Allah dan menjauhi segala larangan-Nya namun ia dapat pula merasakan kelezatan dari suatu

ibadah serta merasakan kedekatan dengan tuhannya. Selain itu pada tahap ke tiga ini

seseorang akan dapat merasakan sifat-sifat Allah Swt melalui alam semesta. Lihat, Abdul

Mujib, “Model Kepribadian Islam Melalui Pendekatan PsikoSufistk”, dalam Jurnal

Nuansa, Vol VIII, No 1, Jakarta; Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah, 2015, h. 54-

58. Lihat pula, Ibrahim Basyuni, Nasy’at al-Tasawwuf al-Islami, (Mesir; Dar al-Ma’arif,

tt.), h. 17-25.

Page 45: DIMENSI ESOTERIK DALAM PENAFSIRAN AYAT-AYAT IBADAH …

27

Muzadi secara sitematis dan apa adanya,58

yang selanjutnya penulis akan

menganalisa hasil dari pemaparan tersebut dengan cara membandingkannya

dengan penafsiran esoterik yang telah dilakukan oleh para ulama terdahulu.59

Dengan demikian penulis dapat menemukan posisi dari penafsiran esoterik

yang telah dilakukan oleh KH. Ahmad Hasyim Muzadi, selain itu hal ini juga

akan membantu penulis untuk melihat lebih jauh lagi terkait kesesuaian atau

tidaknya penafsiran esoterik yang telah dilakukan oleh KH. Ahmad Hasyim

Muzadi dengan penafsiran esoterik yang telah dilakukan oleh para ulama

terdahulu serta kesesuaian penafsiran tersebut terhadap seperangkat ilmu

tafsir.

F. Teknik dan Sistematika Pembahasan

Dalam teknik penulisan, tesis ini mengikuti panduan dari buku

pedoman yang telah disediakan oleh Institut Ilmu Al-Quran Jakarta (IIQ),

yang diterbitkan pada tahun 2017 oleh IIQ Press.

Sedangkan berkenaan dengan sistematika penulisan, tesis ini akan

dibagi menjadi lima bab sebagai berikut;

Bab pertama, merupakan pendahuluan yang meliputi latar belakang

masalah, identifikasi, pembatasan, perumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat peneltian, penelitian terdahulu yang relevan atau kajian pustaka,

metodelogi penelitian dan sistematika penulisan. Adapun konten-konten yang

ada dalam pembahasan ini akan menjadi landasan atau basis dalam langkah

kerja penelitian.

58

Metode deskriptif analisis adalah suatu metode yang bertujuan untuk menganalisa

serta menjelaskan terhadap suatu hal dengan memaparkan secara apa adanya. Lihat, Ali

Baroroh, Trik-trik Analisis Statistik, (Jakarta; PT Elex Media Komputindo, 2008), h. 1 59

Dalam hal ini penulis melihat bahwa studi komparatif merupakan salah satu

bagian dari bentuk metode deskriptif. Lihat, Suryana, Metodelogi Penelitian; Model Praktis

Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, (Bandung; Universitas Pendidikan Indonesia (UI),

2010), h. 20.

Page 46: DIMENSI ESOTERIK DALAM PENAFSIRAN AYAT-AYAT IBADAH …

28

Bab dua akan membahas tentang landasan teoritis seputar tafsir,

takwil, ruang lingkup tafsir esoterik, serta wawasan Al-Qur’an yang

berkaitan dengan ayat-ayat ibadah. Adapun beberapa tema yang akan dibahas

pada bagian ini adalah pengertian tafsir, takwil, ruang lingkup tafsir esoterik,

historis perkembangan tafsir esoterik, kitab-kitab tafsir esoterik, sumber-

sumber tafsir esoterik dan pandangan para ulama terhadap tafsir esoterik.

Selanjutnya akan dibahas pula diskursus tentang ibadah seperti pengertian

ibadah, pandangan ulama terkait term ibadah dan wawasan Al-Qur’an

tentang ibadah.

Bab tiga akan dijabarkan tentang sketsa biografi KH. Ahmad Hasyim

Muzadi mulai dari setting historis kelahiran, karir akademik maupun non

akademik serta pemikiran dan pergerakan KH. Ahmad Hasyim Muzadi.

Selanjutnya akan dipaparkan pula sisi pemikiran tasawuf KH. Ahmad

Hasyim Muzadi, perjalanan sufistik yang dilakukan oleh sang tokoh, serta

akan diselesaikan pembahasan pada bab ini dengan membahas sketsa

penafsiran Al-Qur’an KH. Ahmad Hasyim Muzadi seperti model penafsiran,

metode penafsiran, sumber penafsiran serta corak penafsiran yang digunakan.

Bab empat merupakan pembahasan inti yaitu membahas tentang

penafsiran esoterik KH. Ahmad Hasyim Muzadi terhadap ayat-ayat ibadah

serta relevansi penafsiran esoteriknya dengan model penafsiran esoterik

dalam literatur klasik. Namun pembahasan yang akan dilakukan di bab ini

tidak akan terlepas dari empat tema ibadah yang telah dipetakan sebelumnya

yaitu penafsiran ayat tentang ibadah salat, puasa, zikir, serta urgensitas

membaca salawat dalam kehidupan.

Bab kelima merupakan bab terakhir yang berupa penutup seperti

kesimpulan dari hasil penelitian dan saran-saran yang akan dikemukakan dari

hasil penelitian yang telah dilakukan.

Page 47: DIMENSI ESOTERIK DALAM PENAFSIRAN AYAT-AYAT IBADAH …

197

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisa yang telah penulis lakukan setidaknya penelitian

ini dapat disimpulkan dalam dua poin utama.

Pertama, secara garis besar dimensi esoterik yang terdapat di dalam

penafsiran KH. Ahmad Hasyim Muzadi terkait ayat-ayat ibadah banyak

terlihat ketika ia mulai menyingkap rahasia makna yang terdapat pada setiap

ayat ibadah yang sedang ditafsirkan, menurutnya ibadah adalah doa, sehingga

setiap ibadah yang diperintahkan Allah kepada manusia, apabila dijalani

dengan keseriusan maka hal itu akan memberi kemanfaatan yang besar bagi

yang melakukannya, seperti ibadah salat yang dilakukan berguna untuk

menumbuhkan daya tahan di dalam diri seseorang dari berbagai godaan yang

akan datang, ibadah puasa yang berperan untuk mengendalikan hawa nafsu

dalam menjalani kehidupan, ibadah zikir sebagai alat pengontrol untuk

menentukan sikap, serta ibadah salawat yang dapat memberikan kekuatan di

dalam diri dalam menjalani kehidupan di dunia ini.

Kedua, dari hasil analisa yang telah penulis lakukan, menunjukkan

bahwa adanya kesesuaian antara penafsiran esoterik yang dibangun oleh KH.

Ahmad Hasyim Muzadi dengan model tafsîr shûfi al-isyârî. Hal ini,

setidaknya disebabkan oleh cara pandang KH. Ahmad Hasyim Muzadi

terhadap suatu ayat sejalan dengan cara pandang para mufassir shufi al-isyari

dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an yang mana mereka tidak pernah

menafikan makna literal dari sebuah ayat, akan tetapi dari makna literal itulah

mereka menemukan isyarat-isyarat lain yang sedikit berbeda dengan makna

zahirnya ayat.

Page 48: DIMENSI ESOTERIK DALAM PENAFSIRAN AYAT-AYAT IBADAH …

198

B. Saran-saran

Sejatinya, penafsiran terhadap ayat-ayat Al-Qur’an yang tergolong ke

dalam model penafsiran bi as-syafahi perlu kiranya untuk dikaji ulang. Hal

ini dikarenakan, dalam pengamatan penulis hampir semua topik penafsiran

yang dilakukan dalam bentuk syafahi kerap kali sejalan dengan masalah-

masalah yang sedang berkembang di tengah-tengah masyarakat. Selain itu

penafsiran semodel ini juga banyak digemari oleh kebanyakan masayarakat

pada umumnya, dikarenakan dalam penyampaiannya lebih banyak menyoroti

terhadap pemilihan diksi kata yang sesuai dengan masyarakat, jika dibanding

dengan harus mengupas tuntas tentang gramatika bahasa yang terdapat di

dalam suatu ayat, sehingga penafsiran semodel ini biasanya akan

menghindari penggunaan bahasa-bahasa yang sulit dipahami, terlebih

masayarakat kita yang sekarang banyak menggunakan media medsos dalam

memperoleh ilmu pengetahuan baik yang bernuansa agama maupun umum

dengan cara membaca maupun mendengar.

Di sisi lain, penafsiran Al-Qur’an dengan model pendekatan esoterik

juga perlu diperluas, karena kajian semodel ini biasanya lebih menyoroti sisi

terdalam dari suatu ayat, sehingga tidak hanya menitik beratkan pada yang

lahir akan tetapi juga membuka tabir rahasia dari setiap ayat yang akan

ditafsirkan. Seperti misalnya penafsiran yang berkenaan dengan perihal

masalah ibadah, tidak hanya mengupas tentang bagaimana tata cara ibadah

akan tetapi juga menyingkap tabir dari rahasia ibadah itu sendiri, sehingga

seseorang akan memahami bahwa ibadah yang dilakukan tidak hanya

memiliki manfaat kepada dirinya akan tetapi juga memiliki dampak /

pengaruh terhadap orang-orang yang ada di sekitarnya.

Terakhir, penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kata

sempurna, bahkan masih terdapat banyak kekurangan, sehingga dalam hal ini

penulis akan sangat membuka diri apabila ada saran maupun kritikan dari

Page 49: DIMENSI ESOTERIK DALAM PENAFSIRAN AYAT-AYAT IBADAH …

199

berbagai kalangan guna untuk meningkatkan kualitas dari penelitian yang

telah dilakukan.

Page 50: DIMENSI ESOTERIK DALAM PENAFSIRAN AYAT-AYAT IBADAH …

200

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Asfihani, ar-Raghib, Abu al-Qasim al-Husain, Muqaddimah Jami’ at-Tafsîr,

(Kuwait: Dar ad-Dakwah, 1984).

Anshori. Tafsir bi al-Ra’yi; Menafsirkan Al-Qur’an dengan Ijtihad, (Jakarta;

Gaung Persada Press, 2010)

Abû Zaid, Nasr Hamid, Mafhûm al-Nash: Dirâsah fî ‘Ulûm al-Qur`ân,

“Tektstualitas Al-Qur’an: Kritik Terhadap ‘Ulumul al-Qur`an, Terj.

Khoirun Nahdliyin (Yogyakarta: Lkis, 2001).

Abu Zaid, Nasr Hamid, Falsafah at-Takwil Dirasah fi Takwil Al-Qur’an

‘inda Muhyiddin ibnu al-‘Arabiy, (Beirut: Dar al-Tanwir, 1993).

Abu Zaid, Nasr Hamid, Mafhum al-Nas, (Beirut; Markaz al-Tsaqafi al-

‘Arabi, 1998).

Annan, Abdullah, Gerakan-gerakan yang Mengguncang Islam; Sejarah Awal

Perpecahan Umat, (Surabaya; Pustaka Progressif, 1993).

Abdullah, Amin, Islamic Studies di Perguruan Tinggi Pendekatan Integratif-

interkonektif, (Yogyakarta; Pustaka Pelajar, 2006).

Afifi, Abu al-Ala, Filsafat Mistik Ibnu ‘Arabi, terj, Syahrir Nawawi dan

Nandi Rahman, (Jakarta: Gaya Media Pranata, 1969).

Abu Zahrah, Muhammad, Tarikh al-Madzahib al-Islamiyah, (Beirut: Dar al-

Fikr al-‘Arabi, tt).

Amroeni, Hasan Basri. Metodelogi Tafsir Al-Qur’an; Kajian Kritis, Objektif

dan Komprehensif, (Jakarta; Riora Cipta, 2000)

Anwar, Rosihan. Ilmu Tafsir, (Bandung ; Pustaka Setia, 2008)

Afa, Khairul Anwar. Makna Hati Pendekatan Tafsir Sufi, (Semarang;

Formaci, 2017).

Affani, Syukron. Tafsir Al-Qur’an; Dalam Sejarah Perkembangan, (Jakarta;

Kencana, 2019).

Alim, Muhammad, Pendidikan Agama Islam, (Bandung; PT. Remaja

Rosdakarya, 2006).

Aziz, Abdul, Ahmad Zainuddin. Fathu al-Mu’în; bi Syarhi Qurratu al-‘Aini

bi Muhimmâti ad-Dîn, (Beirut; Dar ibnu Hazm, 2004).

Abdillah, Abi Muhammad bin Mani’ ar-Rûqiy, Syarhu Kitâbi as-Shaumi min

Shahîhi al-Bukhâriy, (tk ; Makatbah al-‘Ulûm wa al-Hikam, 2010).

Page 51: DIMENSI ESOTERIK DALAM PENAFSIRAN AYAT-AYAT IBADAH …

201

Abdushshamad, Muhammad Kamil. Mukjizat dalam Al-Qur’an, (Jakarta;

Akbar Media Eka Sarana, 2003).

an-Nawawi Muhammad bin Umar al-Jawi al-Bantani, Kasyifatu as-Sajâ

Syarah Safinatu an-Najâ, (Baerut-Libanon; Dar ibnu Hazm, 2011).

an-Niqrasyi, Mahmud. Manâhij al-Mufassirîn min al-‘Ashar al-Awwal ila al-

‘Ashar al-Hadîts, (Buraidah; Maktabah an-Nahdhah, 1986).

an-Nawawi, Yahya, Abi Zakariya. al-Adzkâr an-Nawawiyyah, (Madinah;

Dar at-Turats, 1990).

al-Baqiy, Abd, Muhammad Fu’ad, al-Mu’jam al-Mufahras li Alfazh Al-

Qur’an al-Karim, Beirut; Dar al-Fikr, 1992.

al-Qardhawi, Yusuf al-‘Ibadah fi al-Islam, Kairo: Maktabah Wahbah, 1995.

ad-Damaghani, Muhammad, Ibnu Abi Abdillah al-Husain, al-Wujuh wa an-

Nazha-ir li al-Fazhi Kitabillah al-‘Aziz, Kairo; tp, 1996.

ad-Zahabi, Muhammad Husain. al-Isrâiliyyât fi al-Tafsîr wa al-Hadîts,

(Kairo; Maktabah Wahbah, 2004).

al-Andalusiy, Abi Hayyan. Bahr al-Muhit, (Beirut: Dar al-Kutub al-

‘Ilmiyyah, 1993)

al-Ghazali, Abu Hamid Muhammad bin Muhammad, Ma’rifat al-Quds fi

Madaari Ma’rifah al-Nafs, (Kairo: Matba’ah al-Istiqomah, tt).

al-Ghazali. Mukhtashar Ihyâ’ ‘Ulûm ad-Dîn, (Beirut; Dar al-Fikr, 1983).

al-Ghazali, Ihya’ ‘Ulumiddin; Menghidupkan Kembali Ilmu-ilmu Agama,

Rahasia Ibadah, Dalam Edisi, Ibnu Ibrahim Ba’adillah, (Jakarta;

Republika, 2011).

al-Ghazali. Ihyâ’ ‘Ulûm ad-Dîn, Edisi, Zainuddin Abi Fadhl ‘Abdurrahim bin

Husain al-‘Irâqiy, (Beirut: Darul Kutub al-‘Ilmiyyah, tt).

al-Ghazali. Majmû’ah Rasâil; Ayyuha al-Walad, Edisi, Ibrahim Amin

Muhammad, (Kairo; al-Maktabahat-Taufîqiyah, tt).

al-Ghazali. Majmûah Rasâil; Raudhah at-Thâlibîna wa ‘Umdah as-Sâlikîna,

Edisi, Ibrahim Amin Muhammad, (Beirut; Dar al-Fikr, 1996).

al-Ghazali, Mîzân al-‘Amal, Edisi, Ahmad Syamsuddin, (Beirut; Dar al-

Kutub ‘Ilmiyyah, 1989).

at-Tustary, Sahal, Muhammad bin Abdillah. Tafsîr al-Qur’ân al-‘Azhîm at-

Tustary, (tk ; Dar al-haram li at-Turâts, 2004).

al-Fatih, Muhammad Ghazi. Keping Cerita Kiai Hasyim Muzadi; Uang Koin,

Jakarta; Buku Kompas, 2017.

al-‘Ak, Khalid Abdurrahaman, Ushul at-Tafsir wa Qawa’iduhu, (Beirut; Dar

a-Nafais, 1986).

Page 52: DIMENSI ESOTERIK DALAM PENAFSIRAN AYAT-AYAT IBADAH …

202

al-Kattani, Abdul Hayyie. Berinteraksi dengan Al-Qur’an, (Jakarta; Gema

Insani, 1999).

al-Kaf, Muhammad Hasan bin Ahmad, at-Taqrîrâtu as-Sadîdah fî al-Masâili

al-Mufîdah; Qismu al-‘Ibâdah, (Yaman, Dar al-‘ilm wa ad-da’wah,

2003).

al-Lusi, Syihabuddin Mahmud. Rûh al-Ma’âniy; Tafsîr Al-Qur’ân al-‘Azhîm

wa as-Sab’i al-Matsâniy, (Baerut; Ihyâ’ at-Turâts al-‘Arabiy, tt)

al-Qusyairi. Lathâif al-Isyârât, (Mesir, at-Turâts, 2000).

ad-Damaghani, Husain, Abi Abdillah. al-Wujûh wa an-Nazhâir li al-Fâzhi

Kitâbillah al-‘Azîz, (Beirut ; Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, tt)

al-Jawi, Nawawi, Muhammad. Marâhu Labîd Tafsîr an-Nawawî; at-Tafsîr

al-Munîr li Mu’âlimi at-Tanzîl, (Baerut; Dar al-Fikr, 2007)

al-Harani, Ahmad bin Abdul Halim bin al-Taymiyah. Muqaddimah fî Ushûl

at-Tafsîr, (Kairo; Maktabah as-Sunnah, 2003)

al-Qardhawi, Yusuf. Kayfa Nata’amal ma’a Al-Qur’an al-‘Azhîm, (Kairo;

Dar al-Suruq; 2007).

al-Khulli, Amin. Manâhij Tajdîd fî an-Nahw wa al-Balâghah wa al-Tafsîr wa

al- Adab, (Kairo; al-Hai’ah al-Misriyyah al-‘Ammah li al-Kitab,

2003)

al-Farmawi, Abu Hayy. Al-Bidâyah fî Tafsîr al-Maudû’i, (Mesir; Maktabah

Jumhuriryah, 1977).

al-Qattan, Manna’ Khalil, Mabâhits fi ‘Ulûm Al-Qur’an, (Mesir: Maktabah

Wahbah, tt).

al-‘Idrûsi, ‘Idrûs, Sayyid Ahmad. Mifâh ar-Rahmân; fî al-Mu’jam al-

Mufahras li Alfâzhi Al-Qur’ân ‘alâ Tartîbi Fathu ar-Rahmân li

Thâlibi âyâti Al-Qur’ân, (Jakarta; Dar al-Kutub al-Islamiyah, 2012).

as-Shabuni, Muhammad ‘Ali. Lihat, Muhammad ‘Ali as-Shabuni, at-Tibyân

fi ‘Ulûm Al-Qur’an, (Mekkah: Dar Ihsan, 2003)

as-Shâbûnîy, Muhammad ‘Alî. Shafwah at-Tafâsîr, (Mekkah; Dâr as-

Shâbûnîy, 1399 H).

ad-Zahabi, Muhammad Husain, at-Tafsir wa al-Mufassirun, (Kairo;

Maktabah Wahbah, tt).

ar-Rumiy, Sulaiman, Fahd bin Abdirrahman. Ittijâhât at-Tafsîr fi Al-Qur’an

al-Rabi’ ‘Asyar, (Beirut; al-Risalah, 1997).

al-Qasimiy, Muhammad Jamaluddin, Tafsir al-Qasimi: al-Musamma

mahasinu at-Takwil, (Beirut: Dar al-Kutub al-ilmiyyah, 2003).

Page 53: DIMENSI ESOTERIK DALAM PENAFSIRAN AYAT-AYAT IBADAH …

203

al-Chaidar, Wacana Ideologi Negara Islam: Studi Harakah Darus Islam dan

Moro National Liberation Front, (Jakarta: Darul Falah, 1419 H).

al-Kailânî, al-Hasan, Abi, ‘Ali. Syarh al-Kailânî li Tashrîfi al-‘Izzî az-

Zunjânî, (Mesir: Darul Hijrah, 2016).

al-Qasimi, Muhammad Jamaluddin. Mau’izhât al-Mu’minîn min Ihyâ’ ‘Ulûm

ad-Dîn, (Beriut; Dar al-Fikr, 1995)

al-Aridi, Ali Hasan. Sejarah dan Metodelogi Tafsir, (Jakarta; Rajawali Press,

1992).

Baroroh, Ali. Trik-trik Analisis Statistik, (Jakarta; PT Elex Media

Komputindo, 2008).

Bahri, Zainul. Tasawuf Mendamaikan Dunia, Surabaya; Erlangga, 2010.

Bagir, Haidar. Epistemologi Tasawuf, (Jakarta: Mizan, 2017).

Basyuni, Ibrahim. Nasy’at al-Tasawwuf al-Islami, (Mesir; Dar al-Ma’arif, tt.)

Darraz, Muhammad Abdullah. An-Naba’ al-‘Azhîm (Kuwait; Dar al-Qalam,

1997).

Dilaga. Surya, M. Al-Fatih, dkk. Metodelogi Ilmu Tafsir, (Yogyakarta; Teras,

2005).

Daryanto. Kamus Besar Bahasa Indonesia Moderen, (Surabaya; Apollo,

1994).

Dahlan, Maimun Zubair. Tarâjum Masyâyikh al-Ma’âhid ad-Dîniyyah bi

Sarang al-Qudamâ’, (Rembang; al-Anwar, tt).

Eksan, Moch. Kiai Kelana; Biografi Kiai Muchith Muzadi, (Yogyakarta;

Lkis, 2000).

Fairuzabadi, Majduddin, Muhammad bin Ya’kub, Bashâir Dzawi at-Tamyiz

fi Lathâif al-Kitâb al-‘Azîz, (Kairo: Kementrian Wakaf Mesir, 1996).

Faudah, Mahmud Basuni. At-Tafsîr wa Manâhijuhu, (Kairo; Matba’ah al-

Amanah, 1977).

Farah, A, dkk. The Dictionary English-Arabic, (Beirut; Dar al-Kutub al-

‘Ilmiyyah, 2004).

Fauzan, Uzair. Metode Zikir dan Do’a al-Ghazali, (Bandung; Arasy Mizan,

2005).

Goldziher, Ignaz. Mazhab Tafsir dari Klasik hingga Moderen, (Yogyakarta:

Elsaq, 2007).

Gus, Arifin, Abu Faqih, Suhendri. Al-Qur’an Sang Mahkota Cahaya; Ajak

dan Ajari Anak-anak Kita Mencintai, Membaca dan Menghafal Al-

Qur’an, (Jakarta; PT Elex Media Komputindo, 2010).

Page 54: DIMENSI ESOTERIK DALAM PENAFSIRAN AYAT-AYAT IBADAH …

204

Gusmian, Islah. Khazanah Tafsir Indonesia; Dari Hermeneutika hingga

Ideologi, (Yogyakarta; LKiS, 2013)

Hornby, Oxford Advanced Leaner’s Dictionary of Current English, (London:

Oxford University Press, 1987).

Habil, Abdurrahman, Traditional Esoteric Commentaries On The Quran;

Islamic Spirituality Fondation, Edited by Seyyed Hossein Nasr,

(London, New York: Routledge, 2008).

Hamazy, Azief. Ensiklopedia Islam, (Jakarta; PT Ikhtiar Baru Van hoeve, t.t).

Hasan, Nasihin dan dkk. KH. Ahmad Hasyim Muzadi; Pesantren Scholar

Campaigner of Moderate Islam for Global peace, (jakarta; ICIS,

2013).

Hadi, Abdul, dan Tawwab, Abdul. Lambang-lambang Sufi di Dalam Al-

Qur’an, terj. Ar-Ramziyah as-Shufiyah fi Al-Qur’an al-Karim oleh

‘Afif Muhammad, (Bandung: Pustaka, 1995).

Hasan, Ahmad Millah. Biografi Ahmad Hasyim Muzadi; Cakrawala

Kehidupan, (Depok: Keira Publishing, 2018).

Hosen, Nadirsyah. Tafsir Al-Qur’an di Medsos, (Yogyakarta; PT Bentang

Pustaka, 2017).

Hamka. Tafsir al-Azhar, (Jakarta: Bimbingan Masa, 1967).

Hanafi, Muchlis M. Tafsir Al-Qur’an Tematik; Spiritualitas dan Akhlak,

(Jakarta; Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2010).

Izzan, Ahmad. Metodologi Ilmu Tafsir, (Bandung: Tafakur, 2011).

Ibrahim bin Musa al-Lakhami as-Syatibi. al-Muwâfaqât fi Ushûl al-

Syaria’ah, (Beirut; Dar al-Ma’rifah, 2004).

Isa, ‘Abdul Qadir. Hakekat Tasawuf, terj. Haqâiq at-Tashawwuf, oleh

Khairul Amru Harahap dan Afrizal Lubis, (Jakarta; Qisthi Press,

2017).

Irsyi, Imtiyaz Ali. Tafsîr Sufyân at-Saurî, (Beirut-Libanon; Dar Kutub

‘Ilmiyyah, 1983).

Ibnu Katsir, Ismail. Tafsîr Al-Qur’ân al-‘Azhîm, (Beirut; Dar al-Ma’rifah,

1987).

Ibnu Taymiyah, Muqaddimah fî Ushûl at-Tafsîr, (Beirut; Dar Ibnu Hazm,

1994).

Ibn al-Utsaimin, Syarh Muqaddimah fi Ushul at-Tafsir Syaikh al-Islam Ibn

Taimiyyah, (Kairo; Dar Ibn al-Jauzi, 2005)

Ibn Manzhur, Lisan al-‘Arab, (Mesir: Dar al-Hadits, 2003).

Page 55: DIMENSI ESOTERIK DALAM PENAFSIRAN AYAT-AYAT IBADAH …

205

Ibn Faris, Abu al-Husain Ahmad, Maqâyis al-Lughah, (Yaman: Maktabah

Musthafa Bab al-Halabi, 1980).

Ibnu Faris, Abu Husain Ahmad, ash-Shâhibi fi Fiqh al-Lughah al-‘Arabiyah

wa masâiliha wa sunan al-‘Arab fi Kalâmihâ, (Beirut: Dar al-Kutub

al-‘Ilmiyyah, 1997).

Ibnu Hambal, Ahmad, Musnad Ahmad bin Hambal, (Liechtenstein: Dar al-

Minhaj, 2008).

Ibnu Taimiyah, Muqaddimah fi Ushûl at-Tafsîr, (Beirut: Dar Ibn Hazm,

1994)

Ibnu Khaldun, Abdurrahman bin Muhammad. Muqaddimah Ibnu Khaldun,

(Kairo; al-Hai’ah al-Misriyyah al-‘Ammah li al-Kitab, 2006)

Jauhari, Wildan. Biografi Imam Muhammad bin Idris as-Syafi’i, (Jakarta;

Lentera Islam, 2018).

Ja’far, Muhammad kamal. at-Tashafuw Thariqan wa Tajribatan wa

Madzhaban, (Kairo; Dar al-‘Ulum, University, 1972).

Janabadzi, al-Haj Sulthan Muhammad. Tafsir Bayan as-Sa’adah fi Maqamat

al-‘Ibadah, (Baerut: Maktabah Mukmin Quraisy, 1988).

Ja’far, ‘Ali, Abdullah, Musa’id Muslim. Atsar at-Tahawur al-Fikriy fi at-

Tafsir, (Beirut; Muasasah ar-Risalah, 1984).

Kuntjojo, Metode Penelitian, (Kediri; t.p, 2009)

Khalil, Ahmad, Dirasat fi Al-Qur’an, (Al-Qahirah: Dar al-Ma’arif, 1972).

Khalifah, Ibrahim. Dirâsât fî Manâhij al-Mufassirîn, (Kairo; al-Azhar

University, tt).

Khotib, Ahmad. Tafsir Al-Qurthubi, (Jakarta; Pustaka Azam, 2008).

L. Reese, William, Dictionary of Philosophy and Religion; Eastern and

Western Thought, (New York, Humanities Press, 1996).

Longman, Dictionary of Contemporery English, (New York, Longman,

2001).

Labib, Muhsin. Mengenal Tasawuf; ‘Irfan dan Kebatinan, (Jakarta; Penerbit

Lentera, 2004).

Murthahhari, Murtada. Perspektif al-Quran tentang Manusia dan Agama,

(Bandung; Pustaka Mizan, 1998).

Musthafa, Ibarhim, dkk. Al-Mu’jam al-Wasîth, (Istambul; Dar ad-Da’wah, tt)

Musthafa, Misbah. Tafsir al-Iklîl fî Ma’âni at-Tanzîl, (Bangilan; Majelis

Ma’lif wa Khatat, tt)

Page 56: DIMENSI ESOTERIK DALAM PENAFSIRAN AYAT-AYAT IBADAH …

206

Muhammad, Abdurrahman. bin al-Husain bin Musa as-Sulami. Haqâiq at-

Tafsîr; Tafsîr Al-Qur’ân al-‘Azîz, (Beirut; Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah,

2001).

Mahfani, Muhammad Khalilurrahman dan Hamdi, Abdurrahim, Kitab

Lengkap Panduan Shalat; Mengulas Shalat dari A-Z, (Jagakarsa;

Wahyu Qalbu, 2016).

Mamik, Metodelogi Kualitatif, (Sidoarjo; Zifatama, 2014).

Muzakir dan Hasanudin Maulana, Studi Ilmu-ilmu Al-Qur’an, (Bogor:

Lentera Antar Nusa, 2001).

Munawir, Ahmad Warson, Al-Munawwir, (Surabaya: Pustaka Progressif,

1997).

Muhammad al-Hakim, Abu Abdullah Al-Mustadrak ‘ala as-Shahihain,

(Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 2002).

Muhammad Khalifah, Ibrahim Abdurrahman, Dirasat fi Manahij al-

Mufassirin, (Kairo; Maktabah al-Iman, 2018).

Ma’rifah, Hadi, at-Tamhid fi ‘Ulum Al-Qur’an, (Qum; Mu’assasah an-Nasyr

al-Islami, 1995).

Ma’luf, Louwis, al-Munjid fi al-Lughah wa al-A’lam, (Beirut: Dar al-

Masyriq, 2002).

Maruzi, Muslih, Wahyu Al-Qur’an; Sejarah dan Perkembangan Ilmu Tafsir,

(Jakarta: Pustaka Amani, 1987).

Mujieb, M. Abdul, dkk, Ensiklopedia Tasawuf Imam al-Ghazali, (Jakarta;

Hikmah; PT Mizan Publika, 2009).

Mujahid, Tafsîr al-Imâm Mujâhid bin Jabbâr, (Madinah; Dar al-Fikr al-Isami

al-Haditsah, 1989).

Mesra, Alimin. Ulumul Quran, (Jakarta; Pusat Studi Wanita (PSW) UIN

Jakarta, 2005)

Muhammad, bin Abu Shuhbah, Muhammad. al-Isrâiliyât wa al-Maudhu’ât fi

Kutub al-Tafsîr, (Kairo; Maktabah al-Sunnah, 1971).

Mustaqim, Abdul. Dinamika Sejarah Tafsir Al-Qur’an, (Yogyakarta: Adab

Press, 2014).

Mustaqim, Abdul. Pergeseran Epistimologi Tafsir, (Jakarta: Pustaka Pelajar,

2008).

Mufid, Muhammad Basyrul. Tasawuf Kontemporer, (Jakarta; Amzah, 2020)

Mufid, Muhammad Basyrul. Tipologi Aliran-aliran Tasawuf, (Yogyakarta;

CV Bildung Nusantara, 2019)

Page 57: DIMENSI ESOTERIK DALAM PENAFSIRAN AYAT-AYAT IBADAH …

207

Mahmud, Abdul Halim, Mani’. Manâhij al-Mufassirîn, (Kairo; Dar al-Kitab

al-Masr, 2000).

Muzadi, Ahmad Hasyim. Nahdlatul Ulama di Tengah Agenda Persoalan

Bangsa, (Jakarta: Logos, 1999).

Muzadi, Ahmad Hasyim. Menyembuhkan Luka NU, (Jakarta; Logos, 2002).

Muzadi, Ahmad Hasyim. Mengembangkan NU Melalui Penyembuhan Luka

Bangsa, (Jakarta; PBNU, 2002).

Muzadi, Ahmad Hasyim. Agenda Strategis Pemulihan Martabat Bangsa,

(Ttp; Pustaka Azhari, 2004).

Muzadi, Ahmad Hasyim dkk. Kejahatan Terorisme; Perspektif Agama, Hak

Asasi Manusia dan Hukum, (Bandung; Refika Aditama, 2004).

Muzadi, Ahmad Hasyim. Menuju Indonesia Baru; Strategi Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi, (Malang; Bayu Media, 2004).

Muzadi, Ahmad Hasyim. Gerakan Radikal Islam di Indonesia dalam

Sorotan, (Jakarta; ASEAN Youth and Student Network, 2004).

Muzadi, Ahmad Hasyim dan Sabirin, Rahimi. Radikalisme Hancurkan Islam,

(Jakarta; Center for Moderate Muslims (CMM), 2005).

Muzadi, Ahmad Hasyim. Islam Rahmatan lil ‘Alamin Menuju Keadilan dan

Perdamaian Dunia, (Jakarta; DEPAG RI, 2006).

Muzadi, Ahmad Hasyim. Gerakan Moral Nasional, (Malang; el-Kaping al-

Hikam, tt).

Muzadi, Ahmad Hasyim. Pesantren Scholar Compaigner of Moderate Islam

for Global Peace, (Jakarta; ICIS, 2013).

Muzadi, Ahmad Hasyim. Membangun Nu Pasca Gusdur; Dari Sunan

Bonang sampai Paman Sam, (Jakarta; Grasindo, 1999).

Muzadi, KH. Hasyim. Islam Sejati Islam dari Hati, (Jagakarsa; Noura Books,

PT Mizan Publika, 2019)

Nata, Abuddin. Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Rajawali Pers, 1996).

Nata, Abuddin, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam Seri Kajian Filsafat

Pendidikan Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003).

Nata, Abuddin. Metodelogi Studi Islam, (Jakarta; Raja Grafindo Persada,

2000).

Nur, Afrizal. Khazanah dan Kewibawaan Tafsir bi al-Ma’tsur, (Riau; Asa

Riau, 2015)

Najjar, Jamal Musthafa. Ushûl al-Dakhil fî at-Tafsîr ay al-Tanzîl, (Kairo; Al-

Azhar University, 2001)

Page 58: DIMENSI ESOTERIK DALAM PENAFSIRAN AYAT-AYAT IBADAH …

208

Prastowo, Andi. Menguasai Teknik-Teknik Koleksi Data Penelitian

Kualitatif, (Jogyakarta; Diva Press, 2010).

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI). Jakarta; PT. (Gramedia Pustaka Utama, 2008).

Qadir, Abdul, Jum’ah Ali. Al-Dakhil baina al-Dirâsah al-Manhâjiyah wa al-

Namâdhij al-Tatbiqiyah, (Kairo; Al-Azhar University, 2006).

Rahtikawati, Yayan dan Rusmana, Dadan, Metodelogi Tafsir Al-Qur’an:

Strukturalisme, Semantik, Semiotik, dan Hermeneutik, (Bandung: CV

Pustaka Setia, 2013).

Ramli, Muhammad Idrus, Mazhab al-Asya’ari Benarkah Ahlu Sunah wa al-

Jamaʻah, (Surabaya: Khalista, 2009).

Ridwan, Fiqh Politik; Gagasan, Harapan dan Kenyataan, (Jakarta; Amzah,

2020).

Raisuni, Quthb. Nash Al-Qur’an min Tahafut al-Qiraah ila Ufuq at-

Tadabbur, (Rabat; Kementrian Wakaf dan Keislaman, 2010).

Rasyid, Makmun. Islam yang Mengayomi; Sebuah Pemikiran KH. Hasyim

Muzadi, (Jakarta; PT Elex Media Komputindo, 2018).

Rohmah, Noer. Psikologi Agama, (Surabaya; CV Jakad Media Publishing,

2020).

Roudlon. Ibadah Perspektif Sufistik, Surabaya; Risalah Gusti, 1999.

Ramadhani, Wali. Tafsir Sastrawi; Menelusuri Makna Puasa dalam Al-

Quran, (Bandung; Mizan, 2014).

Rosidin. Tawa Berbalut Hikmah: Gaya Dakwah Abah Hasyim Muzadi,

(Surabaya; Khalista, 2017).

Sofiuddin, Dakwah Bil-Hikmah Reaktualisasi Ajaran Walisongo; Pemikiran

dan Perjuangan KH. Ahmad Hasyim Muzadi, (Depok; T.P, 2017).

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung;

Alfabeta, 2018).

Sarwat, Ahmad, Ilmu Tafsir; Sebuah Pengantar, (Jakarta: Rumah Fiqih

Publishing 2020).

Syarifuddin, U. Paradigma Tafsir Tekstualis dan Kontekstual, (Yogyakarta;

Pustaka Pelajar, 2009)

Sofiuddin, Pustaka Kebangsaan: Sinergitas Islam dan Indonesia,

(Tanggerang: Pustaka Compass, 2018)

Sutopo, H.B. Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Surakarta; UNS Press, 2006).

Sabarguna, Boy S. Analisis Data pada Penelitian Kuantitaif, (Jakarta; UI

Press, 2008).

Page 59: DIMENSI ESOTERIK DALAM PENAFSIRAN AYAT-AYAT IBADAH …

209

Suryanto. dkk, Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif Pendekatan,

(Jakarta; Kencana, 2005).

Syukur, Amin, Masyharuddin. Intelektualisme Tasawuf; Studi tentang

Tasawuf al-Ghazali, (Yogyakarta; Pustaka Pelajar, 2002).

Syukur, Amin. Pengantar Studi Islam, (Semarang: CV. Bima Sakti, 2003).

Syalthut, Muhammad, Al-Islam; ‘Aqidah wa Syari’ah, tk, Dar al-Qalam,

1966.

Surur, Misbahus. Dahsyatnya Shalat Tasbih, Jakarta: Qultum Media, 2009.

Shihab, M. Quraish. Sunnah-Syiah Bergandengan Tangan Mungkinkah?

Kajian atas Konsep Ajaran dan Pemikiran, (Tanggerang: Lentera

Hati, 2007).

Shihab, Muhammad Quraish. Mukjizat Al-Qur’an; Ditinjau dari Aspek

Kebahasaan, Isyarat Ilmiyah dan Pemberitaan Ghaib, (Bandung;

Mizan, 2004)

Shihab, Quraish. dkk, Sejarah dan ‘Ulum Al-Qur’an, (Jakarta; Pustaka

Firdaus, 1999).

Shihab, M. Quraish. Tafsir al-Misbah; Pesan, Kesan dan Keserasian Al-

Qur’an, (Jakarta; Lentera Hati, 2009).

Shihab, M. Quraish, Kaidah Tafsir, (Tanggerang: Lentara Hati, 2013).

Shihab, M. Quraish. Membumikan Al-Qur’an; Fungsi dan Peran Wahyu

dalam Kehidupan Masyarakat, (Bandung; Mizan, 2004).

Shihab, M. Quraish, dkk, Ensiklopedia AL-Qur’an; Kajian Kosakata,

(Jakarta; Lentera Hati, 2007).

Shihab, M. Quraish. Wawasan Al-Qur’an; Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai

Persoalan Umat, (Bandung; Mizan, 1996).

Sakho, Muhammad, Ahsin. Membumikan Ulumul Quran; Tanya Jawab

Memudahkan tentang Ilmu Qiraat, Ilmu Rasm Usmani, Ilmu Tafsir,

dan Relevansinya dengan Muslim Indonesia, (Jakarta; Qaf, 2019).

Supiana, M. Karman. Ulumul Qur’an (Bandung; Pustaka Islamika, 2002)

Syahputra, Julian. Silsilah Agama, (Yogyakarta; LeutikaPrio, 2016).

Shadr, Muhammad Baqir. sejarah dalam Perspektif Al-Qur’an; Sebuah

Analisis, (Bandung; Pustaka Hidayah, 1993)

Salim bin Samir al-Hadramiy. Matan Safinah an-Najah, (Baerut; Dar al-

Manhaj, 2009).

Suyuthi, Jalaluddin, Al-Itqân fi ‘Ulûm Al-Qur’an, (Beirut: Dâr al-Fikr, 2008).

Syirbashi,Ahmad, Sejarah Tafsir Al-Qur’an, (t.p. Pustaka Firdaus, 1994)

Page 60: DIMENSI ESOTERIK DALAM PENAFSIRAN AYAT-AYAT IBADAH …

210

Shiddiqy, Hasbi, Sejarah dan Pengantar Ilmu al-Qur`an dan Tafsir,

(Semarang: PT.Pustaka Rizki Putra, 2010).

Siddiqiey, Hasbi. Kuliah Ibadah; Ibadah Ditinjau dari Segi Hukum dan

Hikmah, (Jakarta; Bulang Bintang, 1991).

Suryana, Metodelogi Penelitian; Model Praktis Penelitian Kuantitatif dan

Kualitatif, (Bandung; Universitas Pendidikan Indonesia (UI), 2010).

Sa’id, Muhammad, Muhammad Athiyah Aram. As-Sabl ilâ Ma’rifât al-Ashil

wa ad-Dakhil fi al-tafsir, (Mesir; Zaqaziq, 1998).

Sudaisi, Achmad, dkk, Mengenal Tafsir dan Mufassir Era Klasik dan

Kontemporer, (Pasuruan; Pustaka Sidogiri pesantren Sidogiri, 1438

H)

Syarifuddin, Amir. Ushul Fiqh, (Jakarta; Kencana, 2008).

Salim, Abd Muin. Beberapa Aspek Metodologi Tafsir Al-Qur’an, (Ujung

Pandang: LSKI. 1990).

Sulaiman, Tasirun, K.H.A. Hasyim Muzadi; Sang Peace Maker, (Yogyakarta:

Real Books, 2017).

Syarkun, Mukhlas dan Arifin, Moh. Jembatan Islam Barat: Dari Sonan

Bonang ke Paman Sam, (Yogyakarta: PS, 2015).

Saleh, Faisal dan Syahdianor. Metodologi Tafsir; Kajian Komprehensif

Metode Para Ahli Tafsir, (Jakarta; PT Grafindo Persada, 2006)

Thahan, Mahmud. Taysîr Mushthalâh al-Hadîts, (Iskandariyah; Markaz al-

Huda li ad-Dirâsât, 1993).

Tadjab, Mhaimin, Mudjib, Abd. Dimensi-dimensi Studi Islam, (Surabaya:

Karya Abditama, 1994).

Thabanah, Badawi. Mu’jam al-Balâghah al-‘Arabiyyah, (Jeddah; Dar al-

Manarah, 1988.

Tohir, Moenir Nahrowi. Menjelajahi Eksistensi Tasawuf; Meniti Jalan

Menuju Tuhan, (Jakarta; PT. As-Salam Sejahtera, 2012).

Tengku Ash-Shiddieqy, Muhammad Hasbi. Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-

Qur’an dan Tafsir, (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2009).

Usman, Fatimah. Wahdah al-Adyan, (Yogyakarta: LkiS, 2006)

Umra’atin, Yuli. Pengantar Studi Ilsam, (Surabaya; CV Jakad Publishing,

2020).

Wiguna, Alivermana. Isu-isu Kontemporer Pendidikan Islam, (Yogyakarta;

Deepublish, 2014).

Yuslem, Nawir. Ulumul Hadits (t.k, PT. Mutiara Sumber Widya, 2001).

Page 61: DIMENSI ESOTERIK DALAM PENAFSIRAN AYAT-AYAT IBADAH …

211

Yahya, Syarifuddin. Syarh ad-Durrah al-Bahiyyah: Nazhm al-Jurumiyyah fî

Ushûli ‘Ilmi al-Lughah al-‘Arabiyah, (Damaskus: Dar al-‘Ashma,

2020).

Yusuf, M. Yunan. Corak Pemikiran Kalam Tafsir al-Azhar, (Jakarta:

Penamadina, 2004)

Zarqani, Muhammad ‘Abdu al-‘Azhim, Manâhil al-‘Irfân fi ‘Ulûm Al-

Qur’an, (Beirut: Dar al-Kitab al-Arabi, 1995).

Zarkasyi, al-Burhân fi ‘Ulûm Al-Qur’an, Mesir: Dar al-Hadis, 2006.

Zahrah, Muhammad Abu. Tarikh al-Madzâhib al-Islâmiyyah, (Mesir; Dar al-

Fikr al-‘Arabi, tt)

Zarjaniy, ‘Ali bin Muhammad. Mu’jam at_Ta’rifat, (Kairo: Darul fadhilah,

tt).

Zuhaili, Wahbah. at-Tafsir al-Munir fi al-‘Aqidah wa as-Syari’ah wa al-

Manhaj, (Jakarta; Gema Insani, tt).

Zarnuji, Burhan al-Islam, Ta’lim Muta’allim Thariqa at-Ta’allum, (Sudan:

Dar as-Sudaniyah li al-Kutub, 2004).

Zen, Muhaimin. Mengenang Gagasan DR. KH. Achmad Hasyim Muzadi

Tentang Sejarah Berdirinya Sekolah Tinggi Kulliyatul Quran (STKQ)

Al-Hikam II Depok Jawa Barat, (Jakarta; tp, 2017).

Karya Ilmiah

Audah, Cecep Fuad. “Esoterisme dalam Tafsir Al-Utsaimin (Studi atas

Dimensi Sufistik dalam Tafsir al-Utsaimin)”, Tesis, Program Studi

Ilmu Al-Quran dan Tafsir, Institut Ilmu Al-Quran (IIQ) Jakarta 2019.

Anam, Syaiful. “Konsep Ummah Rahmatan lil ‘Alamin; Studi Atas

Pemikiran Hasyim Muzadi”, Tesis, Program studi Dirasah Islamiyah,

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, Surabaya, 2016.

Anwar, Rosihan. “Tafsir Esoterik Menurut Pandangan Thaba’thaba’i”,

Desertasi, Jakarta; UIN Syarif Hidayatullah, 2004.

Al-Amin, Habibi. “Emosi Sufistik dalam Tafsir Ishari; Studi atas Tafsir

Lathaif al-Isyarat Karya al-Qusyairy”, Disertasi, Jakarta; Uin Syarif

Hidayatullah, 2015.

Gama, Cipta Bakti. “Posisi Tasawuf Teoritis dalam Tinjauan Logika Tafsir

Al-Qur’an”, dalam Jurnal Tanzil: Sekolah Tinggi Filsafat Islam STFI

Sadra, Vol. 1 No. 2, April 2016.

Page 62: DIMENSI ESOTERIK DALAM PENAFSIRAN AYAT-AYAT IBADAH …

212

Harahap, Nursapia. “Penelitian Kepustakaan”, dalam Jurnal, Iqra’, Vol.

VIII, No. I, IAIN-SU Medan, 2014.

Haq, Sansan Ziaul. “Dimensi Eksoterik dalam Tafsir Ishari; Studi atas

Metode Tafsir al-Jailani”, Tesis, (Jakarta; Program Studi Tafsir

Hadits, Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN), 2016).

Hasbiyallah, Muhammad. “Paradigma Tafsir Kontekstual; Upaya

Membumikan Nilai-nilai Al-Qur’an”, dalam Jurnal al-Dzikra Studi

Ilmu Al-Qur’an dan Hadits; Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga

Yogyakarta, Vol. 21 No. 2, Juni 2018.

Hasim, MOH, Syiah; Sejarah Timbul dan Perkembangannya di Indonesia,

dalam Jurnal Analisa, Vol, 10, no. 2, juli-Desember 2012.

Hasanah, Uswatun “Model dan Karakteristik Penafsiran Muhammad Abduh

dan Rasyid Ridha dalam Tafsir al-Manar,” dalam Jurnal

Hermeneutik, Vol. 9, No. 2, Desember 2015.

HS, Alwi, Muh. “Perbandingan Tafsir Tulis dan Lisan”, dalam Jurnal Ilmu

Ushuluddin, Vol. 18, No. 1, 2019.

Ikbal, M. “Memahami Agama dengan Pendekatan Esoterik”, dalam Jurnal

Studi Agama dan Pemikiran Islam, Vol. 9, No. 1, Juni 2015.

Kusroni, Menelisik Sejarah dan Keberagaman Corak Penafsiran Al-Qur’an,

dalam Jurnal El-Furqania, Vol. 5, No. 2, Agustus 2017.

Katimin, dkk, “Theosofi dan Peradaban Islam”, dalam Jurnal al-Hikmah;

Program Studi Aqidah dan Filsafat Islam Jurusan Ushuluddin dan

Studi Islam, Universitas Islam Negeri Sumatera Medan, Vol. 2 No. 1,

Desember-Mei 2020.

Lay, Cornelis. “Kekerasan Atas Nama Agama Perspektif Politik”, dalam

Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Vol. 13, No. 1, Juli 2009.

Mujib, Abdul. “Model Kepribadian Islam Melalui Pendekatan PsikoSufistk”,

dalam Jurnal Nuansa, Vol VIII, No 1, Jakarta; Fakultas Psikologi UIN

Syarif Hidayatullah, 2015.

Muhsin, Ali. “Sumber Autentik dan Non Autentik dalam Tafsir Al-Qur’an”,

dalam Jurnal Religi; Studi Islam, Vol. 5, No. 1, April 2014.

Muhtada, Dani, “Ja’far al-Shadiq dan Paradigma Hukum Madzhab Ja’fari”,

dalam Jurnal, “Al-Ahkam” Vol. 25, No. 1, April 2015.

Muzadi, Ahmad Hasyim. ‘Same Faith Different Names; Islam and the

Problem of Radicalism in Indonesia’, dalam Jurnal Indonesia

Matters; Diversity, Unity, and Stability in Fragile Times, Singapore

Time Editions, 2003.

Page 63: DIMENSI ESOTERIK DALAM PENAFSIRAN AYAT-AYAT IBADAH …

213

Muzadi, Ahmad Hasyim. ‘Nahdlatul Ulama Mengabdi Untuk Bangsa’,

dalam Jurnal Tashwirul Afkar, Vol. 27, 2009.

Muzadi, Ahmad Hasyim. ‘La Tolleranza e il Dialogo, Fondamenti dell

Islam’, dalam Jurnal Unita Nella Diversita, Guerini, 2009.

Nuha, M. Ulin. “Tafsir Esoterik: Sebuah Model Penafsiran Elit yang

Terlupakan”, dalam Jurnal Suhuf, Vol. 3, No. 1, 2010.

Ni’mah, Siar “Al-Dakhil dalam Tafsir; Studi atas Penafsiran Esoterik Ayat-

ayat Imamah Husain Thaba’thaba’i dalam Tafsir al-Mizan”, dalam

Jurnal Kaca Jurusan Ushuluddin STAI Al-Fithrah; Institut Agama

Islam Muhammadiyah Sinjai, Vol. 9 Februari 2019.

Nawawi, Fuad, dan Basit, Abdul “Epistemologi Tafsir Isyari”, dalam Jurnal

al-Fath, Vol. 12 No. 1, Januari-Juni 2019.

Rahmat, Ali Fitriana, “Tafsir Kontekstual Ahmad Hasyim Muzadi”, Tesis,

Jakarta: Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir (IIQ), 2020.

Rokim, Syaeful. “Tafsir Sahabat Nabi; Antara Dirayah dan Riwayah”,

dalam Jurnal al-Tadbbur: Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir STAI AL-

Hidayah Bogor, Vol. 5 No. 1, Juni 2020.

Suratman, Junizar “Pendekatan Penafsiran Al-Qur’an yang Didasarkan pada

Instrumen Riwayat, Nalar”, dan Isyarat Batin, dalam Jurnal IAIN

Imam Bonjol Sumatra Barat, Vol. 20, No. 1, 2014.

Syafril, “Diskursus Metode Ar-Ra’yu dalam Penafsiran Al-Qur’an”, dalam

Jurnal Syahadah, Universitas Islam Indragiri Tembilahan, Vol. VII,

No. 2 Oktober 2019.

Zaini, Muhammad. “Sumber-sumber Penafsiran Al-Qur’an”, dalam Jurnal

Substantia, Vol. 14, No. 1, April 2012.

Dokumen

Dokumentasi Rekaman no. 01, Ceramah Ahmad Hasyim Muzadi dengan

tema, “Nilai Kualitas Ibadah”, pada kultum Tarawih malam ke-4,

1435 H, di Masjid Al-Hikam Depok. Rekaman ini telah

dipublikasikan pula oleh channel Youtube Al-Hikam Depok, pada

tanggal 02 Juli 2014.

Dokumentasi Al-Hikam, Rekaman no. 02, Ceramah KH. Ahmad Hasyim

Muzadi dalam Acara Maulid Nabi di Istana Negara Jakarta, 23

Desember 2015.

Page 64: DIMENSI ESOTERIK DALAM PENAFSIRAN AYAT-AYAT IBADAH …

214

Dokumentasi Rekaman, no 3, Ceramah KH. Hasyim Muzadi di Reuni Akbar

Alumni dalam Rangka Peringatan 90 Tahun PM Gontor, Jawa Timur,

3 September 2016.

Dokumentasi Rekaman, no 4, Ceramah KH. Ahmad Hasyim Muzadi di

Tabligh Akbar Tasikmalaya, 24 Januari 2012.

Dokumentasi Rekaman, no. 5, Ceramah KH. Ahmad Hasyim Muzadi dalam

rangka “Tasyakkur Khatam Shahîh al-Bukhâri” di Pesantren al-

Ittihâd Poncol Semarang, 30 April 2014.

Dokumentasi Rekaman, no. 6, Ceramah KH. Ahmad Hasyim Muzadi dalam

rangka “ Harlah NU ke-83”, Sepanjang Sidoarjo, 2009.

Dokumentasi Rekaman, no. 7, Ceramah KH. Ahmad Hasyim Muzadi tentang

‘Puasa dan Persatuan Umat’ di Damai Indonesia-ku TV One, Masjid

Al-Hikam Depok, 19 September 2013.

Dokumentasi Rekaman, no. 8, Al-Hikam; Revolusi Pendidikan Pesantren

Masa Kini Oleh KH. Hasyim Muzadi, 24 April 2016.

Dokumentasi Rekaman, no. 9, “Konsep Ketasawufan Menurut KH. Ahmad

Hasyim Muzadi”, dalam acara; Manaqib Syaikh Abdul Qadir Jailani

di TQN Center, Jakarta, Masjid Al-Mubarak, 14 September 2014.

Dokumentasi Al-Hikam, Rekaman, no. 10, “KH. Hasyim Muzadi Ceramah

Isra’ Mi’raj”, dalam acara; Isra’ Mi’raj, DKI, 2012.

Dokumentasi Rekaman, no. 11, “Nasehat KH. Hasyim Muzadi Terkait

Fenomena Kanjeng Dimas”, dalam acara; Indonesia Law Yers Club

(ILC); Menguak Misteri-misteri Kanjeng Dimas, Jakarta, tvOneNews,

5 Oktober, 2016.

Dokumentasi Rekaman, no 12, Ahmad Hasyim Muzadi, Kuliah Tafsir ‘Ilmi,

Integrasi Ilmu dan Agama, di Pesantren Al-Hikam Depok, 2011.

Dokumen Rekaman no. 13, Ahmad Hasyim Muzadi; Kuliah Tafsir ayat

Kauniyah, di Pesantren Al-Hikam, 1 Agustus 2011

Dokumentasi Rekaman, no. 14, Ceramah Ahmad Hasyim Muzadi; Apa yang

Dibaca, di Masjid Al-Hikam Depok.

Dokumentasi Rekaman, no 15, Ceramah KH. Hasyim Muzadi; Tausiyah

Ramadhan, di PPME Den Haag, 20 Juni 2015.

Dokumentasi Rekaman, no. 16, “KH. Hasyim Muzadi; Kedudukan Ilmu

dalam Islam, Pengajian dalam rangka Harlah MINU, Sukorejo

Bojonegoro, 2013.

Dokumentasi Rekaman, no 17, KH. Ahmad Hasyim Muzadi; Kwalitas Sholat

_ maknanya, Butiran ilmu, di TVOne, 14 Desember 2014.

Page 65: DIMENSI ESOTERIK DALAM PENAFSIRAN AYAT-AYAT IBADAH …

215

Dokumentasi Rekaman, no 18, KH. Abah Hasyim - Puasa Memanusiakan

Manusia, di Al-Hikam Depok, TVOne, 8 Februari 2013.

Dokumentasi Rekaman, no. 19, “Ceramah tentang Salawat Hasyim

Muzadi”, dalam acara;UI Bersalawat, di Depok, 2015.

Dokumentasi Rekaman, no 20, Ahmad Hasyim Muzadi, Kuliah Tafsir ‘Ilmi;

Hindari Zina, di Pesantren Al-Hikam Depok, 2011.

Dokumentasi Rekaman, no. 21, “Ceramah Ahmad Hasyim Muzadi; Islam

Rahmatan lil ‘Alamin Menuju Keadilan dan Perdamaian Dunia;

Perspektif Nahdlatul ‘Ulama’, dalam acara “Pengukuhan Doktor

Honoris Causa dalam Peradaban Islam”. IAIN Sunan Ampel

Surabaya Sabtu, 02 Desember 2006.

Dokumentasi, Rekaman, no. 22, “KH. Hasyim Muzadi; Kedudukan Ilmu

dalam Islam,”, dalam acara; Pengajian dalam Rangka Harlah MINU

Sukorejo Bojonegoro, 2013

Website dan Article

Qolbi, M. Ilhamul dan Setiawan, Kendi. “Sisi tasawuf KH. Hasyim Muzadi”,

NU Online; Beranda Islam Indonesia, November 2018.,

https://www.nu.or.id/post/read/99162/sisi-tasawuf-kia-hasyim-muzadi

diakses pada hari Senin 17 Agustus 2020, pukul 11.00 WIB.

Website https://walisongoonline.com/stkq-alhikam/. Diakses, pada tanggal 12

Agustus, 2020 jam 09.30.

“Wikipedia Ensiklopedia Bebas”

https://id.wikipedia.org/wiki/Kesatuan_Aksi_Mahasiswa_Indonesia,

diakses pada tanggal 23 Desember 2020, jam 15.10 WIB.

Muzadi, Ahmad Hasyim. Busung Lapar dan Kontruksi Keimanan’, dalam

Republika, Jakarta, 2005.

Muzadi, Ahmad Hasyim ‘Message to the Assembly’, dalam Majalah Current

Dialogue, Vol. 47, 2006.

Kutipan-kutipan Ahmad Hasyim Muzadi yang Menyejukkan Hati”,

KumparanNews, 16 Maret 2017.

Page 66: DIMENSI ESOTERIK DALAM PENAFSIRAN AYAT-AYAT IBADAH …

216

Glosarium

Tafsir Esoterik: penafsiran terdalam dari ayat-ayat Al-Qur’an

Tafsir Syafahi: penafsiran dengan model lisan

Riyâdhah an-Nafs: Latihan jiwa

Mujâhadah: bersungguh-sungguh untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt

Sûluk/Sâlik: Jalan yang ditempuh untuk menuju kepada Allah Swt

Wijdân: Temuan-temuan yang dialami para sufi dalam perjalanan suluknya

Dzauq: Perasaan yang ditemukan para sufi dalam perjalanan suluknya

Page 67: DIMENSI ESOTERIK DALAM PENAFSIRAN AYAT-AYAT IBADAH …

217

INDEKS

A

Abdurrahman as-Sulami · 24, 47, 67, 145, 178, 180, 181, 184, 188, 190

E

esoterik · 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 9, 12, 14, 15, 16, 17, 18, 21, 24, 27, 28, 37, 38, 41, 51, 53, 54, 55, 56, 58, 59,

63, 67, 69, 144, 145, 153, 155, 160, 163, 170, 171, 174, 176, 178, 184, 186, 192, 193, 194, 195, 196,

197, 198

K

KH. Ahmad Hasyim Muzadi · 2, 3, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 17, 18, 19, 20, 23, 24, 26, 28, 81, 82,

83, 86, 87, 89, 90, 91, 92, 95, 97, 98, 101, 103, 104, 105, 106, 107, 108, 109, 110, 111, 112, 113,

116, 117, 119, 120, 121, 122, 123, 128, 129, 130, 131, 132, 133, 134, 135,136, 137, 138, 139, 141,

142, 143, 144, 145, 146, 147, 148, 149, 150, 152, 153, 154, 155, 160, 161, 163, 164, 165, 166, 169,

170, 171, 174, 175, 176, 177, 178, 179, 180, 181, 183, 184, 186, 189, 190, 191, 192, 195, 196, 197,

203, 208, 213, 214, 217

P

penafsiran · 2, 4, 5, 6, 7, 9, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 24, 26, 28, 36, 38, 39, 40, 42, 43,

44, 45, 46, 47, 48, 49, 52, 53, 54, 55, 56, 57, 58, 60, 62, 63, 64, 67, 68, 69, 70, 81, 111, 122, 123,

124, 125, 126, 128, 129, 130, 131, 133, 134, 135, 137, 138, 139, 141, 142, 143, 144, 150, 154, 155,

160, 161, 163, 169, 170, 171, 175, 176, 177, 178, 181, 183, 184, 185, 186, 188, 189, 190, 191, 193,

194, 195, 196, 197, 198

R

riyâdhah · 46, 61, 65, 69, 111, 112, 115, 116, 119, 120, 121, 164

S

syafahi · 12, 18, 123, 125, 129, 197

Page 68: DIMENSI ESOTERIK DALAM PENAFSIRAN AYAT-AYAT IBADAH …

218

Tentang Penulis

Iryansyah, lahir di Simpang Aneuh Aceh

Timur 06 November 1994. Pada tahun 2007-2010 Ia

telah menyelesaikan studi di Pesantren Madrasah

Tsanawiyah Ulumul Quran (MUQ) Pagar Air Banda

Aceh. Kemudian pada tahun yang sama ia juga

melanjutkan studi di Madrasah ‘Aliyah Bustanul Ulum

Langsa dan berhasil menyelesaikan studinya pada

tahun 2013, sekaligus Allah telah menganugerahkan

kepadanya hafalan seluruh Al-Quran (30 Juz). Selanjutnya di tahun 2013 ia

melanjutkan studi Strata Satu-nya dengan mengambil konsentrasi Tafsir Al-

Quran di Sekolah Tinggi Kulliyatul Quran (STKQ) Al-Hikam Depok yang

berada di bawah naungan KH. Ahmad Hasyim Muzadi Al-Maghfurlah.