16
1 | Blok Saraf dan Perilaku  RIZKA METYA/1102010250 PBL Skenario 3: Nyeri Kepala & Nyeri Somatoform 1. Memahami dan Menjelaskan Neurofisiologi Nyeri Nyeri (sakit) merupakan mekanisme protektif yang dapat terjadi setiap saat bila ada jari ngan manapun yang mengalami kerusakan, dan melalui nyeri inilah, seorang individu akan bereaksi dengan cara menjauhi stimulus nyeri tersebut. Rasa nyeri dimulai dengan adanya perangsangan pada reseptor nyeri oleh stimulus nyeri. Stimulus nyeri dapat dibagi tiga yaitu mekanik, termal, dan kimia. Mekanik, spasme otot merupakan penyebab nyeri yang umum karena dapat mengakibatkan terhentinya aliran darah ke jaringan ( iskemia jaringan), meningkatkan metabolisme di jaringan dan juga perangsangan langsung ke reseptor nyeri sensitif mekanik. Termal, rasa nyeri yang ditimbulkan oleh suhu yang tinggi tidak berkorelasi dengan jumlah kerusakan yang telah terjadi melainkan berkorelasi dengan kecepatan kerusakan jaringan yang timbul. Hal ini juga berlaku untuk penyebab nyeri lainnya yang bukan termal seperti infeksi, iskemia  jaringan, memar jaringan, dll. Pada suhu 45 C, jaringa n  jaringan dalam tubuh akan mengalami kerusakan yang didapati pada sebagian besar populasi. Kimia, ada beberapa zat kimia yang dapat merangsang nyeri seperti bradikinin, serotonin, histamin, ion kalium, asam, asetilkolin, dan enzim proteolitik. Dua zat lainnya yang diidentifikasi adalah prostaglandin dan substansi P yang bekerja dengan meningkatkan sensitivitas dari free nerve endings. Prostaglandin dan substansi P tidak langsung merangsang nyeri tersebut. Dari berbagai zat yang telah dikemukakan, bradikinin telah dikenal sebagai penyebab utama yang menimbulkan nyeri yang hebat dibandingkan dengan zat lain. Kadar ion ka lium yang meningkat dan enzim proteolitik lokal yang meningkat sebanding dengan intensitas nyeri yang sirasakan karena kedua zat ini dapat mengakibatkan membran plasma lebih permeabel terhadap ion. Iskemia jaringan juga termasuk stimulus kimia karena pada keadaan iske mia terdapat penumpukan asam laktat, bradikinin, dan enzim proteolitik. Semua jenis reseptor nyeri pada manusia merupakan free nerve endings. Reseptor nyeri banyak tersebar pada lapisan superfisial kulit dan juga pada jaringan internal tertentu, seperti periosteum, dinding arteri, permukaan sendi, falx, dan tentorium. Kebanyakan jaringan internal lainnya hanya diinervasi oleh free nerve endings yang letak nya berjauhan sehingga nyeri pada organ internal umumnya timbul akibat penjumlahan perangsangan berbagai nerve endings dan dirasakan sebagai slow  chronic- aching type pain. Nyeri dapat dibagi atas dua yaitu fast pain dan slow pain. Fast pain, nyeri akut, merupakan nyeri yang dirasakan dalam waktu 0,1 s setelah stimulus diberikan. Nyeri ini disebabkan oleh adanya stimulus mekanik dan termal. Signal nyeri ini ditransmisikan dari saraf perifer menuju korda spinalis melalui serat Aδ dengan kec epatan menca pai 6 – 30 m/s. Neurotransmitter yang mungkin digunakan adalah glutamat yang juga merupakan neurotransmitter eksitatorik yang banyak digunakan pada CNS. Glutamat umumnya hanya memiliki durasi kerja selama beberapa milliseconds.

PBL Blok Saraf Sk3 Cika

  • Upload
    r-metya

  • View
    41

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

skenario 3 neuro

Citation preview

  • 5/27/2018 PBL Blok Saraf Sk3 Cika

    1/16

    1 | B l o k S a r a f d a n P e r i l a k u

    RIZKA METYA/1102010250

    PBL Skenario 3: Nyeri Kepala & Nyeri Somatoform

    1. Memahami dan Menjelaskan Neurofisiologi NyeriNyeri (sakit) merupakan mekanisme protektif yang dapat terjadi setiap saat bila ada jaringan

    manapun yang mengalami kerusakan, dan melalui nyeri inilah, seorang individu akan bereaksi

    dengan cara menjauhi stimulus nyeri tersebut.

    Rasa nyeri dimulai dengan adanya perangsangan pada reseptor nyeri oleh stimulus nyeri. Stimulus

    nyeri dapat dibagi tiga yaitu mekanik, termal, dan kimia. Mekanik, spasme otot merupakan

    penyebab nyeri yang umum karena dapat mengakibatkan terhentinya aliran darah ke jaringan (

    iskemia jaringan), meningkatkan metabolisme di jaringan dan juga perangsangan langsung ke

    reseptor nyeri sensitif mekanik.

    Termal, rasa nyeri yang ditimbulkan oleh suhu yang tinggi tidak berkorelasi dengan jumlah

    kerusakan yang telah terjadi melainkan berkorelasi dengan kecepatan kerusakan jaringan yang

    timbul. Hal ini juga berlaku untuk penyebab nyeri lainnya yang bukan termal seperti infeksi, iskemia

    jaringan, memar jaringan, dll. Pada suhu 45 C, jaringanjaringan dalam tubuh akan mengalami

    kerusakan yang didapati pada sebagian besar populasi.

    Kimia, ada beberapa zat kimia yang dapat merangsang nyeri seperti bradikinin, serotonin, histamin,

    ion kalium, asam, asetilkolin, dan enzim proteolitik. Dua zat lainnya yang diidentifikasi adalah

    prostaglandin dan substansi P yang bekerja dengan meningkatkan sensitivitas dari free nerve

    endings. Prostaglandin dan substansi P tidak langsung merangsang nyeri tersebut. Dari berbagai zat

    yang telah dikemukakan, bradikinin telah dikenal sebagai penyebab utama yang menimbulkan nyeri

    yang hebat dibandingkan dengan zat lain. Kadar ion kalium yang meningkat dan enzim proteolitik

    lokal yang meningkat sebanding dengan intensitas nyeri yang sirasakan karena kedua zat ini dapat

    mengakibatkan membran plasma lebih permeabel terhadap ion. Iskemia jaringan juga termasuk

    stimulus kimia karena pada keadaan iskemia terdapat penumpukan asam laktat, bradikinin, dan

    enzim proteolitik.

    Semua jenis reseptor nyeri pada manusia merupakan free nerve endings. Reseptor nyeri banyak

    tersebar pada lapisan superfisial kulit dan juga pada jaringan internal tertentu, seperti periosteum,

    dinding arteri, permukaan sendi, falx, dan tentorium. Kebanyakan jaringan internal lainnya hanya

    diinervasi oleh free nerve endings yang letaknya berjauhan sehingga nyeri pada organ internal

    umumnya timbul akibat penjumlahan perangsangan berbagai nerve endings dan dirasakan sebagai

    slowchronic- aching type pain.

    Nyeri dapat dibagi atas dua yaitu fast pain dan slow pain. Fast pain, nyeri akut, merupakan nyeri

    yang dirasakan dalam waktu 0,1 s setelah stimulus diberikan. Nyeri ini disebabkan oleh adanya

    stimulus mekanik dan termal. Signal nyeri ini ditransmisikan dari saraf perifer menuju korda spinalis

    melalui serat A dengan kecepatan mencapai 6 30 m/s. Neurotransmitter yang mungkin

    digunakan adalah glutamat yang juga merupakan neurotransmitter eksitatorik yang banyak

    digunakan pada CNS. Glutamat umumnya hanya memiliki durasi kerja selama beberapa milliseconds.

  • 5/27/2018 PBL Blok Saraf Sk3 Cika

    2/16

    2 | B l o k S a r a f d a n P e r i l a k u

    Slow pain, nyeri kronik, merupakan nyeri yang dirasakan dalam wkatu lebih dari 1 detik setelah

    stimulus diberikan. Nyeri ini dapat disebabkan oleh adanya stimulus mekanik, kimia dan termal

    tetapi stimulus yang paling sering adalah stimulus kimia. Signal nyeri ini ditransmisikan dari saraf

    perifer menuju korda spinalis melalui serat C dengan kecepatan mencapai 0,52 m/s.

    Neurotramitter yang mungkin digunakan adalah substansi P.

    Meskipun semua reseptor nyeri adalah free nerve endings, jalur yang ditempuh dapat dibagi

    menjadi dua pathway yaitu fast-sharp pain pathway dan slow- chronic pain pathway. Setelah

    mencapai korda spinalis melalui dorsal spinalis, serat nyeri ini akan berakhir pada relay neuron pada

    kornu dorsalis dan selanjutnya akan dibagi menjadi dua traktus yang selanjutnya akan menuju ke

    otak. Traktus itu adalah neospinotalamikus untuk fast pain dan paleospinotalamikus untuk slow

    pain.

    Traktus neospinotalamikus untuk fast pain, pada traktus ini, serat A yang mentransmisikan nyeri

    akibat stimulus mekanik maupun termal akan berakhir pada lamina I (lamina marginalis) dari kornu

    dorsalis dan mengeksitasi second-order neurons dari traktus spinotalamikus. Neuron ini memiliki

    serabut saraf panjang yang menyilang menuju otak melalui kolumn anterolateral. Serat dari

    neospinotalamikus akan berakhir pada: (1) area retikular dari batang otak (sebagian kecil), (2)

    nukleus talamus bagian posterior (sebagian kecil), (3) kompleks ventrobasal (sebagian besar).

    Traktus lemniskus medial bagian kolumn dorsalis untuk sensasi taktil juga berakhir pada daerah

    ventrobasal. Adanya sensori taktil dan nyeri yang diterima akan memungkinkan otak untuk

    menyadari lokasi tepat dimana rangsangan tersebut diberikan.

    Traktus paleospinotalamikus untuk slow pain, traktus ini selain mentransmisikan sinyal dai serat C,

    traktus ini juga mentransmisikan sedikit sinyal dari serat A. Pada traktus ini , saraf perifer akan

    hampir seluruhnya nerakhir pada lamina II dan III yang apabila keduanya digabungkan, sering

    disebut dengan substansia gelatinosa. Kebanyakan sinyal kemudian akan melalui sebuah atau

    beberapa neuron pendek yang menghubungkannya dengan area lamina V lalu kemudian

    kebanyakan serabut saraf ini akan bergabung dengan serabut saraf dari fast-sharp pain pathway.

    Setelah itu, neuron terakhir yang panjang akan menghubungkan sinyal ini ke otak pada jaras

    anterolateral.

    Ujung dari traktus paleospinotalamikus kebanyakan berakhir pada batang otak dan hanya

    sepersepuluh ataupun seperempat sinyal yang akan langsung diteruskan ke talamus. Kebanyakan

    sinyal akan berakhir pada salah satu tiga area yaitu : (1) nukleus retikularis dari medulla, pons, dan

    mesensefalon, (2) area tektum dari mesensefalon, (3) regio abuabu dari peraquaductus yang

    mengelilingi aquaductus Silvii. Ketiga bagian ini penting untuk rasa tidak nyaman dari tipe nyeri. Dari

    area batang otak ini, multipel serat pendek neuron akan meneruskan sinyal ke arah atas melalui

    intralaminar dan nukleus ventrolateral dari talamus dan ke area tertentu dari hipotalamus dan

    bagian basal otak.

    2. Memahami dan Menjelaskan Nyeri Kepalaa. Definisi, Klasifikasi

    Sakit kepala adalah rasa sakit atau tidak nyaman antara orbita dengan kepala yang berasal dari

    struktur sensitif terhadap rasa sakit ( sumber : Neurology and neurosurgery illustrated Kenneth).

  • 5/27/2018 PBL Blok Saraf Sk3 Cika

    3/16

    3 | B l o k S a r a f d a n P e r i l a k u

    Klasifikasi nyeri kepala:

    The Internatinal Headache Society (1988)

    1. nyeri kepala tegang episodik

    a. berhubungan dengan gangguan otot

    perikranial

    b. tak berhubungan dengan gangguan

    otot perikranial

    2. nyeri kepala tegang otot kronis

    a. berhubungan dengan gangguan otot

    perikranial

    b. tak berhubungan dengan gangguanotot perikranial

    3. nyeri kepala tegang otot yang tidak terklassifikasikan

    b. Etiologi, Faktor RisikoSakit kepala bisa disebabkan oleh kelainan:

    1. Vascular

    2. jaringan saraf

    3. gigigeligi,

    4. orbita,

    5. hidung dan

    6. sinus paranasal,

    7. jaringan lunak di kepala, kulit, jaringan subkutan, otot, dan periosteum kepala. Selain

    kelainan yang telah disebutkan diatas, sakit kepala dapat disebabkan oleh stress dan perubahan

    lokasi (cuaca, tekanan, dll.)

    Faktor resiko terjadinya sakit kepala adalah gaya hidup, kondisi penyakit, jenis kelamin,

    umur, pemberian histamin atau nitrogliserin sublingual dan faktor genetik.

  • 5/27/2018 PBL Blok Saraf Sk3 Cika

    4/16

    4 | B l o k S a r a f d a n P e r i l a k u

    c. Patofisiologi

    d. Manifestasi Klinis

  • 5/27/2018 PBL Blok Saraf Sk3 Cika

    5/16

    5 | B l o k S a r a f d a n P e r i l a k u

    e. Diagnosis dan DDi. Anamnesis

    ii. Pemeriksaan Fisik- Perhatikan dengan seksama adanya gejala fokal suatu tumor atau lesi struktural lainnya

    (pastikan untuk dapat memeriksa fundus okuli)

    - Periksa adanya gejala disfungsi autonom selama nyeri kepala bila dicurigai adanya nyerikepala kluster, seperti pupil miosis, ptosis, mata merah, air mata berlebihan, sumbatan

    hidung unilatereal

  • 5/27/2018 PBL Blok Saraf Sk3 Cika

    6/16

    6 | B l o k S a r a f d a n P e r i l a k u

    - Perhatikan adanya telapak tangan dan kaki yang berkeringat, atau nyeri pada kulitkepala/migren.

    - Bila setelah nyeri kepala hebat didapatkan adanya kaku kuduk perlu dicurigai adanyaperadahan subarachnoidea

    - Penderita AVM dapat mengalam migrein, perlu dicurigai bila serangan migren selalu padasisi yang sama. Periksa adanya bruit pada mata dan bagian kepala lain. Migren yang terjadi

    pada kedua sisi biasanya bersifat benigna.

    - Nyeri kepala dapat dirasakan sampai ke mata penderita usia lanjut (50-70thn) kemungkinandisebabkan arteritis temporalis. Periksa adanya nyeri raba pada arteri temporalis, dan LED

    meningkat.

    - Perhatikan adanya hipertensi yang dapat mecetuskan migren atau nyeri kepala tegang,terutama apabila hipertensi tersebut bersifat labil.

    - Lakukan palpasi bola mata dan pemeriksaan tonometri jika dicurigai adanya glakukoma .pada usia lanjut glaukoma dapat menyebabkan nyeri kepala.

    - Nyeri kepala menetap pada wanita dengan obesitas kemungkinan disebabkan olehpseudotumor serebri. Pada kasus ini terdapat papiledema akibat peningkatan tekanan

    intrakranial.

    iii. Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan lab pada penderita nyeri kepala tergantung gambaran klinis setelah mendapatkan

    riwayat penyakit dan melakukan pemeriksaan. Pada smeua penderita

    Nyeri kepala dapat dilakukan peneriksaan darah rutin, pemeriksaan kimiawi penyaring, dan LED.

    Pemeriksaan lainnya bersifat individual.

    - Bila curiga nyeri kepala tegang dan pemeriksaan normal, terapi tanpa pemeriksaanlaboratorium lanjut dapat dipertanggungjawabkan.

    - Pada sebagian besar penderita migren klasik atau migren umum layak untuk dilakukanpemeriksaan CT-scan atau MRI yang dapat menidentifikasi adanya proses lain seperti AVM

    atau infark akibat migren.

    - CT-scan atau MRI dianjurkan untuk diperiksa pada penderia dengan gejala fokal atau adanyapeningkatan tekanan intrakranial.

    - EEG kadang dapat membantu sebagai pemeriksaan tambahan (non-invasif) pada lesi fokal,hematoma subdural, atau ensefalopati metabolik. EEG dapat normal pada penderita migren.

    - Pemeriksaan spesifik tambahan pada penderita nyeri kepala tergantung pada kecurigaanfaktor penyebab nyeri kepala misalnya kadar Pb dalam serum pada pekerja bengkel mobil

    yang menderita nyeri kepala, atau analisa gas darah pada penderita penyakit paru kronis

    untuk melihat kemungkinan peningkatan tekanan CO2.

  • 5/27/2018 PBL Blok Saraf Sk3 Cika

    7/16

    7 | B l o k S a r a f d a n P e r i l a k u

    iv. Diagnosis Banding

    f. PencegahanPencegahan sakit kepala adalah dengan mengubah pola hidup yaitu mengatur pola tidur yang sam

    setiap hari, berolahraga secara rutin, makan makanan sehat dan teratur, kurangi stress, menghindari

    pemicu sakit kepala yang telah diketahui.

    g. KomplikasiRebound headache yaitu nyeri kepala yang disebabkan oleh penggunaan obatobatan analgesia

    seperti aspirin, asetaminofen, dll yang berlebihan.

    h. PrognosisPrognosis dari sakit kepala bergantung pada jenis sakit kepalanya sedangkan indikasi merujuk

    adalahsebagai berikut: (1) sakit kepala yang tibatiba dan timbul kekakuan di leher, (2) sakit kepala

    dengan demam dan kehilangan kesadaran, (3) sakit kepala setelah terkena trauma mekanik pada

    kepala, (4) sakit kepala disertai sakit pada bagian mata dan telinga, (5) sakit kepala yang menetap

    pada pasien yang sebelumnya tidak pernah mengalami serangan, (6) sakit kepala yang rekuren pada

    anak.

    3. Memahami dan Menjelaskan Nyeri Somatoforma. Definisi, Klasifikasi

    Gangguan somatoform adalah suatu kelompok gangguan yang memiliki gejala fisik (sebagai

    contohnya nyeri, mual, muntah, dan pusing) dimana tidak dapat ditemukan penjelasan medis yang

    adekuat.

    Ada 5 gangguan somatoform yang spesifik yaitu :

    1. Gangguan konversi

  • 5/27/2018 PBL Blok Saraf Sk3 Cika

    8/16

    8 | B l o k S a r a f d a n P e r i l a k u

    Merupakan bentuk perubahan yang mengakibatkan adanya perubahan fungsi fisik

    yang tidak dapat dilacak secara medis. Gangguan ini muncul dalam konflik atau

    pengalaman traumatik yang memberikan keyakinan akan adanya penyebab

    psikologis.

    2.

    HipokondriasisTerpaku pada keyakinan bahwa dirinya menderita penyakit yang serius. Ketakukan

    akan adanya penyakit terus ada meskipun secara medis telah diyakinkan. Sensasi atau

    rasa nyeri fisik biasanya sering diasosiasikan dengan gejala penyakit kronis tertentu.

    3. Gangguan somatisasiKeluhan fisik yang muncul berulang mengenai simptom fisik yang tidak ada dasar

    organis yang jelas. Gangguan ini menyebabkan seseorang untuk melakukan

    kunjungan medis berkali-kali atau menyebabkan hendaya yang signifikan dalam

    fungsi.

    4. Gangguan dismorfik tubuhTerpaku pada kerusakan fisik yang dibayangkan atau berlebih-lebihan. Menganggap

    orang tidak memperhatikannya karena kerusakan tubuh yang dimilikinya

    (dipersepsikannya). Gangguan ini akan membawa seseorang pada perilaku komplusif

    seperti berulang-ulang berdandan, dll.

    5. Gangguan nyeriGejala utamanya adalah adanya nyeri pada satu atau lebih tempat yang tidak

    sepenuhnya disebabkan oleh kondisi medis atau neurologis nonpsikiatris, disertai oleh

    penderitaan emosional dan gangguan fungsional dan gangguan memiliki hubungan

    sebab yang masuk akal dengan factor psikologis.

    b. Etiologi, Faktor RisikoSampai sekarang ini penyebab munculnya somatoform disorder masih belum diketahui, mungjin

    terjadi masalah pada impuls saraf yang menghantarkan sinyal nyeri, tekanan dan sensasi tidak

    nyaman lainnya ke otak. Sampai sekarang belum diketahui nyeri dan masalah klinis lainnya yang

    disebabkan oleh somatoform disorder itu benar-benar nyata atau hanya khayalan.

    Hal-hal yang mempengaruhi munculnya somatoform disorder :

    Tekanan dalam keluarga

    Meniru orangtua (parental modelling)

    Pengeruh kultur

    Faktor biologis : genetik

    Faktor risiko:

    Riwayat orangtua Pola asuh dalam keluarga yang salah Wanita lebih banyak menderita Memiliki kepribadian yang mudah cemas

  • 5/27/2018 PBL Blok Saraf Sk3 Cika

    9/16

    9 | B l o k S a r a f d a n P e r i l a k u

    Orang yang tertutup Alkoholism Penyalahgunaan obat

    c. PatofisiologiEtiologi dari Somatization Disorder

    Diketahui bahwa individu yang mengalami somatization disorder biasanya lebih sensitive pada

    sensasi fisik, lebih sering mengalami sensasi fisik, atau menginterpretasikannya secara berlebihan

    (Kirmayer et al.,1994;Rief et al., 1998 dalam Davidson, Neale, Kring, 2004). Kemungkinan lainnya

    adalah bahwa mereka memiliki sensasi fisik yang lebih kuat dari pada orang lain (Rief&Auer dalam

    Davidson, Neale, Kring, 2004). Pandangan behavioral dari somatization disorder menyatakan bahwa

    berbagai rasa sakit dan nyeri, ketidaknyamanan, dan disfungsi yang terjadi adalah manifestasi dari

    kecemasan yang tidak realistis terhadap sistem tubuh. Berkaitan dengan hal ini, ketika tingkat

    kecemasan tinggi, individu dengan somatization disorder memiliki kadar cortisol yang tinggi, yang

    merupakan indikasi bahwa mereka sedang stress (Rief et al., daam Davidson, Neale, Kring, 2004).

    Barangkali rasa tegang yang ekstrim pada otot perut mengakibatkan rasa pusing atau ingin muntah.

    Ketika fungsi normal sekali terganggu, pola maladaptif akan diperkuat dikarenakan oleh perhatian

    yang diterima.

    Teori Psikoanalisis dari Conversion Disorder

    Pada Studies in Hysteria (1895/1982), Breuer dan freud menyebutkan bahwa conversion disorder

    disebabkan ketika seseorang mengalami peristiwa yang menimbulkan peningkatan emosi yangbesar, namun afeknya tidak dapat diekspresikan dan ingatan tentang peristiwa tersebut dihilangkan

    dari kesadaran. Gejala khusus conversion disebutkan dapat berhubungan seba-akibat dengan

    peristiwa traumatis yang memunculkan gejala tersebut.

    Freud juga berhipotesis bahwa conversion disorder pada wanita terjadi pada awal kehidupan,

    diakibatkan oleh Electra complex yang tidak terselesaikan. Berdasarkan pandangan psikodinamik

    dari Sackheim dan koleganya, verbal reports dan tingkah laku dapat terpisah satu sama lain secara

    tidak sadar.Hysterically blind person dapat berkata bahwa ia tidak dapat melihat dan secara

    bersamaan dapat dipengaruhi oleh stimulus visual. Cara mereka menunjukkan bahwa mereka dapat

    melihat tergantung pada sejauh mana tingkat kebutaannya.

    Teori Behavioral dari Conversion Disorder

    Pandangan behavioral yang dikemukakan Ullman&Krasner (dalam Davidson, Neale, Kring, 2004),

    menyebutkan bahwa gangguan konversi mirip dengan malingering, dimana individu mengadopsi

    simtom untuk mencapai suatu tujuan. Menurut pandangan mereka, individu dengan conversion

    disorder berusaha untuk berperilaku sesuai dengan pandangan mereka mengenai bagaimana

    seseorang dengan penyakit yang mempengaruhi kemampuan motorik atau sensorik, akan bereaksi.

    Hal ini menimbulkan dua pertanyaan : (1) Apakah seseorang mampu berbuat demikian? (2) Dalam

    kondisi seperti apa perilaku tersebut sering muncul ?

  • 5/27/2018 PBL Blok Saraf Sk3 Cika

    10/16

    10 | B l o k S a r a f d a n P e r i l a k u

    Berdasarkan bukti-bukti yang ada, maka jawaban untuk pertanyaan (1) adalah ya. Seseorang dapat

    mengadopsi pola perilaku yang sesuai dengan gejala klasik conversion. Misalnya kelumpuhan,

    analgesias, dan kebutaan, seperti yang kita ketahui, dapat pula dimunculkan pada orang yang

    sedang dalam pengaruh hipnotis. Sedangkan untuk pertanyaan (2) Ullman dan Krasner

    mengspesifikasikan dua kondisi yang dapat meningkatkan kecenderungan ketidakmampuan motorik

    dan sensorik dapat ditiru. Pertama, individu harus memiliki pengalaman dengan peran yang akan

    diadopsi. Individu tersebut dapat memiliki masalah fisik yang serupa atau mengobservasi gejala

    tersebut pada orang lain. Kedua, permainan dari peran tersebut harus diberikan reward. Individu

    akan menampilkan ketidakampuan hanya jika perilaku itu diharapkan dapat mengurangi stress atau

    untuk memperoleh konsekuensi positif yang lain. Namun pandangan behavioral ini tidak

    sepenuhnya didukung oleh bukti-bukti literatur.

    Faktor Sosial dan Budaya pada Conversion Disorder

    Salah satu bukti bahwa faktor social dan budaya berperan dalam conversion disorder ditunjukkan

    dari semakin berkurangnya gangguan ini dalam beberapa abad terakhir. Beberapa hipotesis yang

    menjelaskan bahwa gangguan ini mulai berkurang adalah misalnya terapis yang ahli dalam bidang

    psikoanalisis menyebutkan bahwa dalam paruh kedua abad 19, ketika tingkat kemunculan

    conversion disorder tinggi di Perancis dan Austria, perilaku seksual yang di repress dapat

    berkontribusi pada meningktnya prevalensi gangguan ini. Berkurangnya gangguan ini dapat

    disebabkan oleh semakin luwesnya norma seksual dan semakin berkembangnya ilmu psikologi dan

    kedokteran pada abad ke 20, yang lebih toleran terhadap kecemasan akibat disfungsi yang tidak

    berkaitan dengan hal fisiologis daripada sebelumnya. Selain itu peran faktor sosial dan budaya juga

    menunjukkan bahwa conversion disorder lebih sering dialami oleh mereka yang berada di daerah

    pedesaan atau berada pada tingkat sosioekonomi yang rendah (Binzer et al.,1996;Folks,

    Ford&Regan, 1984 dalam Davidson, Neale, Kring, 2004). Mereka mengalami hal ini dikarenakan oleh

    kurangnya pengetahuan mengenai konsep medis dan psikologis. Sementara itu, diagnosis mengenai

    hysteria berkurang pada masyarakat industrialis, seperti Inggris, dan lebih umum pada negara yang

    belum berkembang, seperti Libya (Pu et al., dalam Davidson, Neale, Kring, 2004 ).

    Faktor Biologis pada Conversion Disorder

    Meskipun faktor genetic diperkirakan menjadi faktor penting dalam perkembangan conversion

    disorder, penelitian tidak mendukung hal ini. Sementara itu, dalam beberapa penelitian, gejala

    conversion lebih sering muncul pada bagian kiri tubuh dibandingkan dengan bagian kanan (Binzer et

    al.,dalam Davidson, Neale, Kring, 2004). Hal ini merupakan penemuan menarik karena fungsi bagian

    kiri tubuh dikontrol oleh hemisfer kanan otak. Hemisfer kanan otak juga diperkirakan lebih berperan

    dibandingkan hemisfer kiri berkaitan dengan emosi negatif. Akan tetapi, berdasarkan penelitian yang

    lebih besar diketahui bahwa tidak ada perbedaan yang dapat diobservasi dari frekuensi gejala pada

    bagian kanan versus bagian kiri otak (Roelofs et al., dalam Davidson, Neale, Kring, 2004).

    d. Manifestasi KlinisBeberapa tipe utama dari gangguan somatoform adalah gangguan konversi,

    hipokondriasis, gangguan dismorfik tubuh, dan gangguan somatisasi.

    Gangguan somatisasi

  • 5/27/2018 PBL Blok Saraf Sk3 Cika

    11/16

    11 | B l o k S a r a f d a n P e r i l a k u

    1. Adanya beberapa keluhan fisik (multiple symptom) yang berulang, dimana ketikadiperiksa secara fisik/medis, tidak ditemukan adanya kelainan tetapi ia tetap kontinyu

    memeriksakan diri. Gangguan tidak muncul karena penggunaan obat. Keluhan yang

    umumnya, misalnya sakit kepala, sakit perut, sakit dada, mestruasi tidak teratur, dll

    2.

    Pasien menunjukkan keluhan dengan cara histrionik, berlebihan, seakantersiksa/merana.

    3. Berulang memeriksa diri ke dokter, kadang menggunakan berbagai obat, dirawat diRS bahkan dilakukan operasi.

    4. Sering ditemukan masalah perilaku atau hubungan personal seperti kesulitan dalampernikahan.

    Gangguan konversi

    1. Kondisi dimana panca indera atau otot-otot tidak berfungsi walaupun secarafisiologis, pada sistem saraf atau organ-organ tubuh tersebut tidak terdapat

    gangguan/kelainan.

    2. Secara fisiologis, orang normal dapat mengalami sebagian atau kelumpuhan totalpada tangan, lengan, atau gangguan koordinasi, kulit rasanya gatal atau seperti

    ditusuk-tusuk, ketidak pekaan terhadap nyeri atau hilangnya kemampuan untuk

    merasakan sensasi (anastesi), kelumpuhan, kebutaan, tidak dapat mendengar, tidak

    dapat membau, suara hanya berbisik, dll.

    3. Biasanya muncul tiba-tiba dalam keadaan stres, adanya usaha individu untukmenghindari beberapa aktivitas atau tanggungjawab.

    4. Konsep Freud : energi dari insting yang di repres berbalik menyerang danmenghambat fungsi saluran sensorimotor.

    5. Kecemasan dan konflik psikologik diyakini diubah dalam bentuk simptom fisik.Hipokondriasis

    1. Meyakini/ketakutan atau pikiran yang berlebihan dan menetap bahwa dirinyamemiliki suatu penyakit fisik yang serius

    2. Adanya reaksi fisik yang berlebihan terhadap sensasi fisik/tubuh (salah interpretasiterhadap gejala fisik yang dialaminya), misalnya otot kaku, pusing/sakit kepala,

    berdebar-debar, kelelahan.

    3.

    Melakukan banyak tes lab, menggunakan banyak obat, memeriksakan diri ke banyakdokter atau RS

    4. Keyakinan ini terus berlanjut, tidak mau menerima nasehat atau penjelasan dokter,walaupun hasil pemeriksaan medis tidak menunjukkan adanya penyakit dan sudah

    diyakinkan.

    5. Keyakinan ini menyebabkan adanya distress atau hambatan dalam fungsi sosial,pekerjaan atau aspek penting lainnya.

    Gangguan dimorfik tubuh

    1. Keyakinan akan adanya masalah dengan penampilan atau melebih-lebihkankekurangan dalam hal penampilan (misalnya : keriput di wajah, bentuk atau ukuran

    tubuh)

  • 5/27/2018 PBL Blok Saraf Sk3 Cika

    12/16

    12 | B l o k S a r a f d a n P e r i l a k u

    2. Keyakinan/perhatian berlebihan ini meyebabkan stress, menghabiskan banyak waktu,menjadi mal-adaptive atau menimbulkan hambatan dalam fungsi sosial, pekerjaan

    atau aspek penting lainnya (menghindar/tidak mau bertemu orang lain, keluar sekolah

    atau pekerjaan), juga menyebabkan dirinya sering harus konsultasi untuk operasi

    plastik3. Bagian tubuh yang diperhatikan sering bervariasi, kadang dipengaruhi budaya.

    Gangguan nyeri

    1. Gangguan dimana individu mengeluhkan adanya rasa nyeri yang sangat danberkepanjangan, namun tidak dapat dijelaskan secara medis (bahkan setelah

    pemeriksaan yang intensif)

    2. Rasa nyeri ini bersifat subyektif, tidak dapat dijelaskan, bersifat kronis, muncul disatu atau beberapa bagian tubuh.

    3. Rasa nyeri ini menyebabkan stress atau hambatan dalam fungsi sosial, pekerjaan danaspek penting lainnya.

    4. Faktor-faktor psikologis sering memainkan peranan penting dalam memunculkan,memperburuk rasa nyeri.

    e. Diagnosis Ciri utama gangguan ini adalah adanya keluhan-keluhan gejala fisik yang berulang-

    ulang disertai permintaan pemeriksaan medik, meskipun sudah berkali-kali terbukti

    hasilnya negatif dan sudah dijelaskan dokternya bahwa tidak ditemukan keluhan yang

    menjadi dasar keluhannya. Penderita juga menyangkal dan menolak untuk membahaskemungkinan kaitan antara keluhan fisiknya dengan problem atau konflik dalam

    kehidupan yang dialaminya bahkan meskipun didapatkan gejala-gejala anxietas dan

    depresi.

    Tidak adanya saling pengertian antara dokter dan pasien mengenai kemungkinanpenyebab keluhan-keluhannya yang menimbulkan frustasi dan kekecewaan pada

    kedua belah pihak

    Gangguan Somatisasi

    Pedoman diagnostik

    Diagnosis pasti memerlukan semua hal berikut :

    Adanya banyak keluhan-keluhan fisik yang bermacam-macam yang tidak dapatdijelaskan atas dasar kelainan fisik yang sudah berlangsung sedikitnya 2 tahun

    Tidak mau menerima nasehat atau penjelasan dari beberapa dokter bahwa tidak adakelainan fisik yang dapat menjelaskan keluhannya

    Terdapat disabilitas dalam fungsinya di masyarakat dan keluarga yang berkaitandengan sifat keluhan-keluhannya dan dampak dari perilakunya

    a. Gangguan Somatoform Tak Terinci

    Pedoman diagnostik

  • 5/27/2018 PBL Blok Saraf Sk3 Cika

    13/16

    13 | B l o k S a r a f d a n P e r i l a k u

    Keluhan-keluhan fisik bersifat multipel, bervariasi dan menetap, akan tetapi gambaranklinis yang khas dan lengkap dari gangguan somatisasi tidak terpenuhi

    Kemungkinan ada ataupun tidaknya faktor penyebab psikologis belum jelas, akantetapi tidak boleh ada penyebab fisik dan keluhan-keluhannya

    b. Gangguan Hipokondrik

    Pedoman diagnostik

    Untuk diagnostik pasti, kedua hal ini harus ada :

    Keyakinan yang menetap adanya sekurang0kurangnya satu penyakit fisik yang seriusyang dilandasi keluhan-keluhannya, meskipun pemeriksaan yang berulang-ulang tidak

    menunjang adanya alasan fisik yang memadai, ataupun adanya preokupasi yang

    menetap kemungkinan deformitas atau perubahan bentuk penampakan fisik

    Tidak mau menerima nasehat atau dukungan penjelasan dari beberapa dokter bahwatidak ditemukan penyakit atau abnormalitas fisik yang melandasi keluhannya.

    c. Gangguan Otonomik Somatoform

    Pedoman diagnostik

    Diagnosis pasti memerlukan semua hal berikut :

    Adanya gejala-gejala bangkitan otonomik seperti palpitasi, berkeringat, tremor, mukapanas/flushing, yang menetap dan mengganggu

    Gejala subjektif tambahan mengacu pada sistem atau organ tertentu (gejala tidakkhas)

    Preokupasi dengan dan penderitaan (distress) mengenai kemungkinan adanyagangguan yang serius (sering tidak begitu khas) dari sistem atau organ tertentu, yang

    tidak terpengaruh oleh hasil pemeriksaan berulang, maupun penjelasan dari dokter

    Tidak terbukti adanya gangguan yang cukup berarti pada struktur/fungsi dari sistematau organ yang dimaksud.

    Karakter kelima : F45.30 = jantung dan sistem kardiovaskuler

    F45.31 = saluran pencernaan bagian atas

    F45.32 = saluran pencernaan bagian bawah

    F45.33 = sistem pernafasan

    F45.34 = sistem genito-urinariaF45.35 = sistem atau organ lainnya

    d. Gangguan Nyeri Somatoform Menetap

    Pedoman diagnostik

    Keluhan utama adalah nyeri hebat, menyiksa, menetap, yang tidak dapat dijelaskansepenuhnya atas dasar proses fisiologik maupun adanya gangguan fisik

    Nyeri timbul dalam hubungan dengan adanya konflik emosional atau problempsikososial yang cukup jelas untuk dapat dijadikan alasan dalam mempengaruhi

    terjadinya gangguan tersebut

  • 5/27/2018 PBL Blok Saraf Sk3 Cika

    14/16

    14 | B l o k S a r a f d a n P e r i l a k u

    Dampaknya adalah meningkatnya perhatian dan dukungan, baik personal maupunmedis, untuk yang bersangkutan.

    e. Gangguan Somatoform Lainnya

    Pedoman diagnostik Pada gangguan ini keluhan-keluhannya tidak sistem saraf otonom dan terbatas secara

    spesifik pada bagian tubuh atau sistem tertentu

    Tidak ada kaitannya dengan kerusakan jaringan

    4. Memahami dan Menjelaskan Penatalaksanaan Nyeri

    Penatalaksanaan Nyeri Kepala1. Acetaminophen: inhibisi sintesa prostaglandin di CNS, inhibisi aktifitas nosiseptif via reseptor 5HT

    2. Aspirin: inhibisi sintesa prostaglandin dan leukotriene

    3. NSAIDs : inhibisi sintesa cyclooxygenase, prostaglandin, lipoxygenase & leukotriene,

    prostaglandin receptor antagonism

    4. Caffeine: Stimulasi reseptor adenosine, enhanced analgesia, memperbesar potensi absorbsi

    gastrointestinal

    5. Ergots(ergotarnine tartrate, dihydroergotamine) : suatu selektif arterial konstriktor yang kuat danmempunyai daya ikat kuat melalui otot dinding arteri.

    6. Opioids: stimulasi reseptor opioid endogen

    7. Triptans : berikatan dengan reseptor 5HT1B, 5HT1D, 5HT1F, menginhibisi neuronal dengan cara

    blokade aferen sensoris pada n.trigeminal, memblokade pelepasan vasoactive peptide dan juga

    proses inflamasi neurovaskuler di dura maupun meningens. Juga mempunyai efek vasokonstruksi

    dari pembuluh darah serebral dan dural yang mengakibatkan pengaruhnya terhadap cerebral blood

    flow.

    8. Steroids: anti inflamasi terhadap neurogenik inflamasi steril, mengurangi edema vasogenik,

    inhibisi terhadap dorsal raphe nuclei.

    9. Betabloker : Inhibisi pelepasan NE dengan cara blokade pre junctional beta receptors,

    memperlambat reduksi dari aktivitas tyropsine hydroxylase dalam hal sintesa NE, efek agonis pada

    5HT1 reseptor, efek antagonis pada 5HT2

    10. Ca Channel antagonis : mempengaruhi Ca influx dalam mencegah vasokonstruksi dan pelepasan

    SP

    11. Cyproheptadine: Potent 5HT1 & 5HT2 antagonist

    12. Pizotifen : 5HT2 antagonist

  • 5/27/2018 PBL Blok Saraf Sk3 Cika

    15/16

    15 | B l o k S a r a f d a n P e r i l a k u

    13. SSRI antidepresan: Selective serotonin reuptake inhibitor

    Penatalaksanaan Gangguan Somatoform

    Case report dan spekulasi klinis saat ini menjadi sumber informasi penting dalam membantu orang-

    orang yang mengalami gangguan ini. Pada analisa kasus, bukanlah ide yang baik untuk meyakinkan

    mereka yang mengalami gangguan ini bahwa gejala conversion yang mereka alami berhubungan

    dengan faktor psikologis. Pengetahuan klinis lebih menyajikan pendekatan yang lembut dan suportif

    dengan memberikan reward bagi kemajuan dalam proses pengobatan mereka. Para terapis

    behaviorist lebih menyarankan pada mereka yang mengalami gangguan somatoform, beragam

    teknik yang dimaksudkan agar mereka menghilangkan gejala-gejala dari gangguan tersebut.

    Terapi untuk Somatization Disorder

    Para ahli kognitif dan behavioral meyakini bahwa tingginya tingkat kecemasan yang diasosiasikan

    dengan somatization disorder dipicu oleh situasi khusus. Akan tetapi semakin banyak pengobatan

    yang dibutuhkan, bagi orang yang sakit sekian lama maka akan tumbuh kebiasaan akanketergantungan untuk menghindari tantangan hidup sehari-hari daripada menghadapi tantangan

    tersebut sebagai orang dewasa. Dalam pendekatan yang lebih umum mengenai somatization

    disorder, dokter hendaknya tidak meremehkan validitas dari keluhan fisik, tetapi perlu diminimalisir

    penggunaan tes-tes diagnosis dan obat-obatan, mempertahankan hubungan dengan mereka

    terlepas dari apakah mereka mengeluh tentang penyakitnya atau tidak.

    Terapi untuk Hypochondriasis

    Secara umum, pendekatan cognitive-behavioral terbukti efektif dalam mengurangi hypochondriasis.

    Penelitian menujukkan bahwa penderita hypochondriasis memperlihatkan bias kognitif dalammelihat ancaman ketika berkaitan dengan isu kesehatan. Cognitive-behavioral therapy dapat

    bertujuan untuk mengubah pemikiran pesimistis. Selain itu, pengobatan juga hendaknya dikaitkan

    dengan strategi yang mengalihkan penderita gangguan ini dari gejala-gejala tubuh dan meyakinkan

    mereka untuk mencari kepastian medis bahwa mereka tidak sakit.

    Terapi untuk Pain Disorder

    Pengobatan yang efektif cenderung memiliki hal-hal berikut : memvalidasikan bahwa rasa nyeri itu

    adalah nyata dan bukan hanya ada dalam pikiran penderita relaxation training memberi reward

    kepada mereka yang berperilaku tidak seperti orang yang mengalami rasa nyeri.

    Secara umum disarankan untuk mengubah fokus perhatian dari apa yang tidak dapat dilakukan oleh

    penderita akibat rasa nyeri yang dialaminya, tetapi mengajari penderita bagaimana caranya

    menghadapi stress, mendorong untuk mengerjakan aktivitas yang lebih baik, dan meningkatkan

    kontrol diri, terlepas dari keterbatasan fisik atau ketidaknyamanan yang penderita rasakan. Terapi

    hipokondrik: Terapi Pada pasien ini dilakukan psikoterapi supportif, terapi keluarga, terapi kognitif

    dan behavioural dan psikofarmaka yaitu tablet Clobazam 10 mg setiap 24 jam, tablet Fluoxetin 20

    mg setiap 24 jam, dan syrup Antasid 1 sendok takar setiap 8 jam.

  • 5/27/2018 PBL Blok Saraf Sk3 Cika

    16/16

    16 | B l o k S a r a f d a n P e r i l a k u

    5. Memahami dan Menjelaskan Keluarga yang Sakinah, Mawaddah,Warahmah

    Kata Sakinah. Sakinah merupakan pondasi dari bangunan rumah tangga yang sangat penting.

    Tanpanya, tiada mawaddah dan warahmah. Sakinah itu meliputi kejujuran, pondasi iman dan taqwa

    kepada Allah SWT.

    Dalam Al Quran pun dikatakan bahwa suatu saat, akan banyak orang yang saling berkasih sayang di

    dunia, tetapi di akhirat kelak mereka akan bermusuhan, menyalahkan dan saling melempar

    tanggung jawab. Kecuali orang-orang yang berkasih sayang dilandasi dengan cinta kepada Allah SWT.

    Kata adalah mawaddah. Mawaddah itu berupa kasih sayang. Setiap mahluk Allah kiranya diberikan

    sifat ini, mulai dari hewan sampai manusia. Dalam konteks pernikahan, contoh mawaddah itu

    berupa kejutan suami untuk istrinya, begitu pun sebaliknya. Misalnya suatu waktu si suami bangun

    pagi-pagi sekali, membereskan rumah, menyiapkan sarapan untuk anak-anaknya. Dan ketika si istri

    bangun, hal tersebut merupakan kejutan yang luar biasa.

    Kata terakhir adalah warahmah. Warahmah ini hubungannya dengan kewajiban. Kewajiban seorang

    suami menafkahi istri dan anak-anaknya, mendidik, dan memberikan contoh yang baik. Kewajiban

    seorang istri untuk menaati suaminya. Intinya warahmah ini kaitannya dengan segala kewajiban.

    DAFTAR PUSTAKA

    Gleadle, J. 2005. At A Glance: Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. EMS: Jakarta

    Weiner, HL. 2000. Buku Saku Neurologi. EGC: Jakarta

    http://eprints.undip.ac.id/30683/3/Bab_2.pdf

    http://medicastore.com/penyakit/21/Sakit_Kepala.html

    http://memed-al-fayed.blogspot.com/2010/12/arti-sakinah-mawaddah-warahmah.html

    http://eprints.undip.ac.id/30683/3/Bab_2.pdfhttp://eprints.undip.ac.id/30683/3/Bab_2.pdfhttp://medicastore.com/penyakit/21/Sakit_Kepala.htmlhttp://medicastore.com/penyakit/21/Sakit_Kepala.htmlhttp://memed-al-fayed.blogspot.com/2010/12/arti-sakinah-mawaddah-warahmah.htmlhttp://memed-al-fayed.blogspot.com/2010/12/arti-sakinah-mawaddah-warahmah.htmlhttp://memed-al-fayed.blogspot.com/2010/12/arti-sakinah-mawaddah-warahmah.htmlhttp://medicastore.com/penyakit/21/Sakit_Kepala.htmlhttp://eprints.undip.ac.id/30683/3/Bab_2.pdf