Upload
r-metya
View
41
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
skenario 3 neuro
Citation preview
5/27/2018 PBL Blok Saraf Sk3 Cika
1/16
1 | B l o k S a r a f d a n P e r i l a k u
RIZKA METYA/1102010250
PBL Skenario 3: Nyeri Kepala & Nyeri Somatoform
1. Memahami dan Menjelaskan Neurofisiologi NyeriNyeri (sakit) merupakan mekanisme protektif yang dapat terjadi setiap saat bila ada jaringan
manapun yang mengalami kerusakan, dan melalui nyeri inilah, seorang individu akan bereaksi
dengan cara menjauhi stimulus nyeri tersebut.
Rasa nyeri dimulai dengan adanya perangsangan pada reseptor nyeri oleh stimulus nyeri. Stimulus
nyeri dapat dibagi tiga yaitu mekanik, termal, dan kimia. Mekanik, spasme otot merupakan
penyebab nyeri yang umum karena dapat mengakibatkan terhentinya aliran darah ke jaringan (
iskemia jaringan), meningkatkan metabolisme di jaringan dan juga perangsangan langsung ke
reseptor nyeri sensitif mekanik.
Termal, rasa nyeri yang ditimbulkan oleh suhu yang tinggi tidak berkorelasi dengan jumlah
kerusakan yang telah terjadi melainkan berkorelasi dengan kecepatan kerusakan jaringan yang
timbul. Hal ini juga berlaku untuk penyebab nyeri lainnya yang bukan termal seperti infeksi, iskemia
jaringan, memar jaringan, dll. Pada suhu 45 C, jaringanjaringan dalam tubuh akan mengalami
kerusakan yang didapati pada sebagian besar populasi.
Kimia, ada beberapa zat kimia yang dapat merangsang nyeri seperti bradikinin, serotonin, histamin,
ion kalium, asam, asetilkolin, dan enzim proteolitik. Dua zat lainnya yang diidentifikasi adalah
prostaglandin dan substansi P yang bekerja dengan meningkatkan sensitivitas dari free nerve
endings. Prostaglandin dan substansi P tidak langsung merangsang nyeri tersebut. Dari berbagai zat
yang telah dikemukakan, bradikinin telah dikenal sebagai penyebab utama yang menimbulkan nyeri
yang hebat dibandingkan dengan zat lain. Kadar ion kalium yang meningkat dan enzim proteolitik
lokal yang meningkat sebanding dengan intensitas nyeri yang sirasakan karena kedua zat ini dapat
mengakibatkan membran plasma lebih permeabel terhadap ion. Iskemia jaringan juga termasuk
stimulus kimia karena pada keadaan iskemia terdapat penumpukan asam laktat, bradikinin, dan
enzim proteolitik.
Semua jenis reseptor nyeri pada manusia merupakan free nerve endings. Reseptor nyeri banyak
tersebar pada lapisan superfisial kulit dan juga pada jaringan internal tertentu, seperti periosteum,
dinding arteri, permukaan sendi, falx, dan tentorium. Kebanyakan jaringan internal lainnya hanya
diinervasi oleh free nerve endings yang letaknya berjauhan sehingga nyeri pada organ internal
umumnya timbul akibat penjumlahan perangsangan berbagai nerve endings dan dirasakan sebagai
slowchronic- aching type pain.
Nyeri dapat dibagi atas dua yaitu fast pain dan slow pain. Fast pain, nyeri akut, merupakan nyeri
yang dirasakan dalam waktu 0,1 s setelah stimulus diberikan. Nyeri ini disebabkan oleh adanya
stimulus mekanik dan termal. Signal nyeri ini ditransmisikan dari saraf perifer menuju korda spinalis
melalui serat A dengan kecepatan mencapai 6 30 m/s. Neurotransmitter yang mungkin
digunakan adalah glutamat yang juga merupakan neurotransmitter eksitatorik yang banyak
digunakan pada CNS. Glutamat umumnya hanya memiliki durasi kerja selama beberapa milliseconds.
5/27/2018 PBL Blok Saraf Sk3 Cika
2/16
2 | B l o k S a r a f d a n P e r i l a k u
Slow pain, nyeri kronik, merupakan nyeri yang dirasakan dalam wkatu lebih dari 1 detik setelah
stimulus diberikan. Nyeri ini dapat disebabkan oleh adanya stimulus mekanik, kimia dan termal
tetapi stimulus yang paling sering adalah stimulus kimia. Signal nyeri ini ditransmisikan dari saraf
perifer menuju korda spinalis melalui serat C dengan kecepatan mencapai 0,52 m/s.
Neurotramitter yang mungkin digunakan adalah substansi P.
Meskipun semua reseptor nyeri adalah free nerve endings, jalur yang ditempuh dapat dibagi
menjadi dua pathway yaitu fast-sharp pain pathway dan slow- chronic pain pathway. Setelah
mencapai korda spinalis melalui dorsal spinalis, serat nyeri ini akan berakhir pada relay neuron pada
kornu dorsalis dan selanjutnya akan dibagi menjadi dua traktus yang selanjutnya akan menuju ke
otak. Traktus itu adalah neospinotalamikus untuk fast pain dan paleospinotalamikus untuk slow
pain.
Traktus neospinotalamikus untuk fast pain, pada traktus ini, serat A yang mentransmisikan nyeri
akibat stimulus mekanik maupun termal akan berakhir pada lamina I (lamina marginalis) dari kornu
dorsalis dan mengeksitasi second-order neurons dari traktus spinotalamikus. Neuron ini memiliki
serabut saraf panjang yang menyilang menuju otak melalui kolumn anterolateral. Serat dari
neospinotalamikus akan berakhir pada: (1) area retikular dari batang otak (sebagian kecil), (2)
nukleus talamus bagian posterior (sebagian kecil), (3) kompleks ventrobasal (sebagian besar).
Traktus lemniskus medial bagian kolumn dorsalis untuk sensasi taktil juga berakhir pada daerah
ventrobasal. Adanya sensori taktil dan nyeri yang diterima akan memungkinkan otak untuk
menyadari lokasi tepat dimana rangsangan tersebut diberikan.
Traktus paleospinotalamikus untuk slow pain, traktus ini selain mentransmisikan sinyal dai serat C,
traktus ini juga mentransmisikan sedikit sinyal dari serat A. Pada traktus ini , saraf perifer akan
hampir seluruhnya nerakhir pada lamina II dan III yang apabila keduanya digabungkan, sering
disebut dengan substansia gelatinosa. Kebanyakan sinyal kemudian akan melalui sebuah atau
beberapa neuron pendek yang menghubungkannya dengan area lamina V lalu kemudian
kebanyakan serabut saraf ini akan bergabung dengan serabut saraf dari fast-sharp pain pathway.
Setelah itu, neuron terakhir yang panjang akan menghubungkan sinyal ini ke otak pada jaras
anterolateral.
Ujung dari traktus paleospinotalamikus kebanyakan berakhir pada batang otak dan hanya
sepersepuluh ataupun seperempat sinyal yang akan langsung diteruskan ke talamus. Kebanyakan
sinyal akan berakhir pada salah satu tiga area yaitu : (1) nukleus retikularis dari medulla, pons, dan
mesensefalon, (2) area tektum dari mesensefalon, (3) regio abuabu dari peraquaductus yang
mengelilingi aquaductus Silvii. Ketiga bagian ini penting untuk rasa tidak nyaman dari tipe nyeri. Dari
area batang otak ini, multipel serat pendek neuron akan meneruskan sinyal ke arah atas melalui
intralaminar dan nukleus ventrolateral dari talamus dan ke area tertentu dari hipotalamus dan
bagian basal otak.
2. Memahami dan Menjelaskan Nyeri Kepalaa. Definisi, Klasifikasi
Sakit kepala adalah rasa sakit atau tidak nyaman antara orbita dengan kepala yang berasal dari
struktur sensitif terhadap rasa sakit ( sumber : Neurology and neurosurgery illustrated Kenneth).
5/27/2018 PBL Blok Saraf Sk3 Cika
3/16
3 | B l o k S a r a f d a n P e r i l a k u
Klasifikasi nyeri kepala:
The Internatinal Headache Society (1988)
1. nyeri kepala tegang episodik
a. berhubungan dengan gangguan otot
perikranial
b. tak berhubungan dengan gangguan
otot perikranial
2. nyeri kepala tegang otot kronis
a. berhubungan dengan gangguan otot
perikranial
b. tak berhubungan dengan gangguanotot perikranial
3. nyeri kepala tegang otot yang tidak terklassifikasikan
b. Etiologi, Faktor RisikoSakit kepala bisa disebabkan oleh kelainan:
1. Vascular
2. jaringan saraf
3. gigigeligi,
4. orbita,
5. hidung dan
6. sinus paranasal,
7. jaringan lunak di kepala, kulit, jaringan subkutan, otot, dan periosteum kepala. Selain
kelainan yang telah disebutkan diatas, sakit kepala dapat disebabkan oleh stress dan perubahan
lokasi (cuaca, tekanan, dll.)
Faktor resiko terjadinya sakit kepala adalah gaya hidup, kondisi penyakit, jenis kelamin,
umur, pemberian histamin atau nitrogliserin sublingual dan faktor genetik.
5/27/2018 PBL Blok Saraf Sk3 Cika
4/16
4 | B l o k S a r a f d a n P e r i l a k u
c. Patofisiologi
d. Manifestasi Klinis
5/27/2018 PBL Blok Saraf Sk3 Cika
5/16
5 | B l o k S a r a f d a n P e r i l a k u
e. Diagnosis dan DDi. Anamnesis
ii. Pemeriksaan Fisik- Perhatikan dengan seksama adanya gejala fokal suatu tumor atau lesi struktural lainnya
(pastikan untuk dapat memeriksa fundus okuli)
- Periksa adanya gejala disfungsi autonom selama nyeri kepala bila dicurigai adanya nyerikepala kluster, seperti pupil miosis, ptosis, mata merah, air mata berlebihan, sumbatan
hidung unilatereal
5/27/2018 PBL Blok Saraf Sk3 Cika
6/16
6 | B l o k S a r a f d a n P e r i l a k u
- Perhatikan adanya telapak tangan dan kaki yang berkeringat, atau nyeri pada kulitkepala/migren.
- Bila setelah nyeri kepala hebat didapatkan adanya kaku kuduk perlu dicurigai adanyaperadahan subarachnoidea
- Penderita AVM dapat mengalam migrein, perlu dicurigai bila serangan migren selalu padasisi yang sama. Periksa adanya bruit pada mata dan bagian kepala lain. Migren yang terjadi
pada kedua sisi biasanya bersifat benigna.
- Nyeri kepala dapat dirasakan sampai ke mata penderita usia lanjut (50-70thn) kemungkinandisebabkan arteritis temporalis. Periksa adanya nyeri raba pada arteri temporalis, dan LED
meningkat.
- Perhatikan adanya hipertensi yang dapat mecetuskan migren atau nyeri kepala tegang,terutama apabila hipertensi tersebut bersifat labil.
- Lakukan palpasi bola mata dan pemeriksaan tonometri jika dicurigai adanya glakukoma .pada usia lanjut glaukoma dapat menyebabkan nyeri kepala.
- Nyeri kepala menetap pada wanita dengan obesitas kemungkinan disebabkan olehpseudotumor serebri. Pada kasus ini terdapat papiledema akibat peningkatan tekanan
intrakranial.
iii. Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan lab pada penderita nyeri kepala tergantung gambaran klinis setelah mendapatkan
riwayat penyakit dan melakukan pemeriksaan. Pada smeua penderita
Nyeri kepala dapat dilakukan peneriksaan darah rutin, pemeriksaan kimiawi penyaring, dan LED.
Pemeriksaan lainnya bersifat individual.
- Bila curiga nyeri kepala tegang dan pemeriksaan normal, terapi tanpa pemeriksaanlaboratorium lanjut dapat dipertanggungjawabkan.
- Pada sebagian besar penderita migren klasik atau migren umum layak untuk dilakukanpemeriksaan CT-scan atau MRI yang dapat menidentifikasi adanya proses lain seperti AVM
atau infark akibat migren.
- CT-scan atau MRI dianjurkan untuk diperiksa pada penderia dengan gejala fokal atau adanyapeningkatan tekanan intrakranial.
- EEG kadang dapat membantu sebagai pemeriksaan tambahan (non-invasif) pada lesi fokal,hematoma subdural, atau ensefalopati metabolik. EEG dapat normal pada penderita migren.
- Pemeriksaan spesifik tambahan pada penderita nyeri kepala tergantung pada kecurigaanfaktor penyebab nyeri kepala misalnya kadar Pb dalam serum pada pekerja bengkel mobil
yang menderita nyeri kepala, atau analisa gas darah pada penderita penyakit paru kronis
untuk melihat kemungkinan peningkatan tekanan CO2.
5/27/2018 PBL Blok Saraf Sk3 Cika
7/16
7 | B l o k S a r a f d a n P e r i l a k u
iv. Diagnosis Banding
f. PencegahanPencegahan sakit kepala adalah dengan mengubah pola hidup yaitu mengatur pola tidur yang sam
setiap hari, berolahraga secara rutin, makan makanan sehat dan teratur, kurangi stress, menghindari
pemicu sakit kepala yang telah diketahui.
g. KomplikasiRebound headache yaitu nyeri kepala yang disebabkan oleh penggunaan obatobatan analgesia
seperti aspirin, asetaminofen, dll yang berlebihan.
h. PrognosisPrognosis dari sakit kepala bergantung pada jenis sakit kepalanya sedangkan indikasi merujuk
adalahsebagai berikut: (1) sakit kepala yang tibatiba dan timbul kekakuan di leher, (2) sakit kepala
dengan demam dan kehilangan kesadaran, (3) sakit kepala setelah terkena trauma mekanik pada
kepala, (4) sakit kepala disertai sakit pada bagian mata dan telinga, (5) sakit kepala yang menetap
pada pasien yang sebelumnya tidak pernah mengalami serangan, (6) sakit kepala yang rekuren pada
anak.
3. Memahami dan Menjelaskan Nyeri Somatoforma. Definisi, Klasifikasi
Gangguan somatoform adalah suatu kelompok gangguan yang memiliki gejala fisik (sebagai
contohnya nyeri, mual, muntah, dan pusing) dimana tidak dapat ditemukan penjelasan medis yang
adekuat.
Ada 5 gangguan somatoform yang spesifik yaitu :
1. Gangguan konversi
5/27/2018 PBL Blok Saraf Sk3 Cika
8/16
8 | B l o k S a r a f d a n P e r i l a k u
Merupakan bentuk perubahan yang mengakibatkan adanya perubahan fungsi fisik
yang tidak dapat dilacak secara medis. Gangguan ini muncul dalam konflik atau
pengalaman traumatik yang memberikan keyakinan akan adanya penyebab
psikologis.
2.
HipokondriasisTerpaku pada keyakinan bahwa dirinya menderita penyakit yang serius. Ketakukan
akan adanya penyakit terus ada meskipun secara medis telah diyakinkan. Sensasi atau
rasa nyeri fisik biasanya sering diasosiasikan dengan gejala penyakit kronis tertentu.
3. Gangguan somatisasiKeluhan fisik yang muncul berulang mengenai simptom fisik yang tidak ada dasar
organis yang jelas. Gangguan ini menyebabkan seseorang untuk melakukan
kunjungan medis berkali-kali atau menyebabkan hendaya yang signifikan dalam
fungsi.
4. Gangguan dismorfik tubuhTerpaku pada kerusakan fisik yang dibayangkan atau berlebih-lebihan. Menganggap
orang tidak memperhatikannya karena kerusakan tubuh yang dimilikinya
(dipersepsikannya). Gangguan ini akan membawa seseorang pada perilaku komplusif
seperti berulang-ulang berdandan, dll.
5. Gangguan nyeriGejala utamanya adalah adanya nyeri pada satu atau lebih tempat yang tidak
sepenuhnya disebabkan oleh kondisi medis atau neurologis nonpsikiatris, disertai oleh
penderitaan emosional dan gangguan fungsional dan gangguan memiliki hubungan
sebab yang masuk akal dengan factor psikologis.
b. Etiologi, Faktor RisikoSampai sekarang ini penyebab munculnya somatoform disorder masih belum diketahui, mungjin
terjadi masalah pada impuls saraf yang menghantarkan sinyal nyeri, tekanan dan sensasi tidak
nyaman lainnya ke otak. Sampai sekarang belum diketahui nyeri dan masalah klinis lainnya yang
disebabkan oleh somatoform disorder itu benar-benar nyata atau hanya khayalan.
Hal-hal yang mempengaruhi munculnya somatoform disorder :
Tekanan dalam keluarga
Meniru orangtua (parental modelling)
Pengeruh kultur
Faktor biologis : genetik
Faktor risiko:
Riwayat orangtua Pola asuh dalam keluarga yang salah Wanita lebih banyak menderita Memiliki kepribadian yang mudah cemas
5/27/2018 PBL Blok Saraf Sk3 Cika
9/16
9 | B l o k S a r a f d a n P e r i l a k u
Orang yang tertutup Alkoholism Penyalahgunaan obat
c. PatofisiologiEtiologi dari Somatization Disorder
Diketahui bahwa individu yang mengalami somatization disorder biasanya lebih sensitive pada
sensasi fisik, lebih sering mengalami sensasi fisik, atau menginterpretasikannya secara berlebihan
(Kirmayer et al.,1994;Rief et al., 1998 dalam Davidson, Neale, Kring, 2004). Kemungkinan lainnya
adalah bahwa mereka memiliki sensasi fisik yang lebih kuat dari pada orang lain (Rief&Auer dalam
Davidson, Neale, Kring, 2004). Pandangan behavioral dari somatization disorder menyatakan bahwa
berbagai rasa sakit dan nyeri, ketidaknyamanan, dan disfungsi yang terjadi adalah manifestasi dari
kecemasan yang tidak realistis terhadap sistem tubuh. Berkaitan dengan hal ini, ketika tingkat
kecemasan tinggi, individu dengan somatization disorder memiliki kadar cortisol yang tinggi, yang
merupakan indikasi bahwa mereka sedang stress (Rief et al., daam Davidson, Neale, Kring, 2004).
Barangkali rasa tegang yang ekstrim pada otot perut mengakibatkan rasa pusing atau ingin muntah.
Ketika fungsi normal sekali terganggu, pola maladaptif akan diperkuat dikarenakan oleh perhatian
yang diterima.
Teori Psikoanalisis dari Conversion Disorder
Pada Studies in Hysteria (1895/1982), Breuer dan freud menyebutkan bahwa conversion disorder
disebabkan ketika seseorang mengalami peristiwa yang menimbulkan peningkatan emosi yangbesar, namun afeknya tidak dapat diekspresikan dan ingatan tentang peristiwa tersebut dihilangkan
dari kesadaran. Gejala khusus conversion disebutkan dapat berhubungan seba-akibat dengan
peristiwa traumatis yang memunculkan gejala tersebut.
Freud juga berhipotesis bahwa conversion disorder pada wanita terjadi pada awal kehidupan,
diakibatkan oleh Electra complex yang tidak terselesaikan. Berdasarkan pandangan psikodinamik
dari Sackheim dan koleganya, verbal reports dan tingkah laku dapat terpisah satu sama lain secara
tidak sadar.Hysterically blind person dapat berkata bahwa ia tidak dapat melihat dan secara
bersamaan dapat dipengaruhi oleh stimulus visual. Cara mereka menunjukkan bahwa mereka dapat
melihat tergantung pada sejauh mana tingkat kebutaannya.
Teori Behavioral dari Conversion Disorder
Pandangan behavioral yang dikemukakan Ullman&Krasner (dalam Davidson, Neale, Kring, 2004),
menyebutkan bahwa gangguan konversi mirip dengan malingering, dimana individu mengadopsi
simtom untuk mencapai suatu tujuan. Menurut pandangan mereka, individu dengan conversion
disorder berusaha untuk berperilaku sesuai dengan pandangan mereka mengenai bagaimana
seseorang dengan penyakit yang mempengaruhi kemampuan motorik atau sensorik, akan bereaksi.
Hal ini menimbulkan dua pertanyaan : (1) Apakah seseorang mampu berbuat demikian? (2) Dalam
kondisi seperti apa perilaku tersebut sering muncul ?
5/27/2018 PBL Blok Saraf Sk3 Cika
10/16
10 | B l o k S a r a f d a n P e r i l a k u
Berdasarkan bukti-bukti yang ada, maka jawaban untuk pertanyaan (1) adalah ya. Seseorang dapat
mengadopsi pola perilaku yang sesuai dengan gejala klasik conversion. Misalnya kelumpuhan,
analgesias, dan kebutaan, seperti yang kita ketahui, dapat pula dimunculkan pada orang yang
sedang dalam pengaruh hipnotis. Sedangkan untuk pertanyaan (2) Ullman dan Krasner
mengspesifikasikan dua kondisi yang dapat meningkatkan kecenderungan ketidakmampuan motorik
dan sensorik dapat ditiru. Pertama, individu harus memiliki pengalaman dengan peran yang akan
diadopsi. Individu tersebut dapat memiliki masalah fisik yang serupa atau mengobservasi gejala
tersebut pada orang lain. Kedua, permainan dari peran tersebut harus diberikan reward. Individu
akan menampilkan ketidakampuan hanya jika perilaku itu diharapkan dapat mengurangi stress atau
untuk memperoleh konsekuensi positif yang lain. Namun pandangan behavioral ini tidak
sepenuhnya didukung oleh bukti-bukti literatur.
Faktor Sosial dan Budaya pada Conversion Disorder
Salah satu bukti bahwa faktor social dan budaya berperan dalam conversion disorder ditunjukkan
dari semakin berkurangnya gangguan ini dalam beberapa abad terakhir. Beberapa hipotesis yang
menjelaskan bahwa gangguan ini mulai berkurang adalah misalnya terapis yang ahli dalam bidang
psikoanalisis menyebutkan bahwa dalam paruh kedua abad 19, ketika tingkat kemunculan
conversion disorder tinggi di Perancis dan Austria, perilaku seksual yang di repress dapat
berkontribusi pada meningktnya prevalensi gangguan ini. Berkurangnya gangguan ini dapat
disebabkan oleh semakin luwesnya norma seksual dan semakin berkembangnya ilmu psikologi dan
kedokteran pada abad ke 20, yang lebih toleran terhadap kecemasan akibat disfungsi yang tidak
berkaitan dengan hal fisiologis daripada sebelumnya. Selain itu peran faktor sosial dan budaya juga
menunjukkan bahwa conversion disorder lebih sering dialami oleh mereka yang berada di daerah
pedesaan atau berada pada tingkat sosioekonomi yang rendah (Binzer et al.,1996;Folks,
Ford&Regan, 1984 dalam Davidson, Neale, Kring, 2004). Mereka mengalami hal ini dikarenakan oleh
kurangnya pengetahuan mengenai konsep medis dan psikologis. Sementara itu, diagnosis mengenai
hysteria berkurang pada masyarakat industrialis, seperti Inggris, dan lebih umum pada negara yang
belum berkembang, seperti Libya (Pu et al., dalam Davidson, Neale, Kring, 2004 ).
Faktor Biologis pada Conversion Disorder
Meskipun faktor genetic diperkirakan menjadi faktor penting dalam perkembangan conversion
disorder, penelitian tidak mendukung hal ini. Sementara itu, dalam beberapa penelitian, gejala
conversion lebih sering muncul pada bagian kiri tubuh dibandingkan dengan bagian kanan (Binzer et
al.,dalam Davidson, Neale, Kring, 2004). Hal ini merupakan penemuan menarik karena fungsi bagian
kiri tubuh dikontrol oleh hemisfer kanan otak. Hemisfer kanan otak juga diperkirakan lebih berperan
dibandingkan hemisfer kiri berkaitan dengan emosi negatif. Akan tetapi, berdasarkan penelitian yang
lebih besar diketahui bahwa tidak ada perbedaan yang dapat diobservasi dari frekuensi gejala pada
bagian kanan versus bagian kiri otak (Roelofs et al., dalam Davidson, Neale, Kring, 2004).
d. Manifestasi KlinisBeberapa tipe utama dari gangguan somatoform adalah gangguan konversi,
hipokondriasis, gangguan dismorfik tubuh, dan gangguan somatisasi.
Gangguan somatisasi
5/27/2018 PBL Blok Saraf Sk3 Cika
11/16
11 | B l o k S a r a f d a n P e r i l a k u
1. Adanya beberapa keluhan fisik (multiple symptom) yang berulang, dimana ketikadiperiksa secara fisik/medis, tidak ditemukan adanya kelainan tetapi ia tetap kontinyu
memeriksakan diri. Gangguan tidak muncul karena penggunaan obat. Keluhan yang
umumnya, misalnya sakit kepala, sakit perut, sakit dada, mestruasi tidak teratur, dll
2.
Pasien menunjukkan keluhan dengan cara histrionik, berlebihan, seakantersiksa/merana.
3. Berulang memeriksa diri ke dokter, kadang menggunakan berbagai obat, dirawat diRS bahkan dilakukan operasi.
4. Sering ditemukan masalah perilaku atau hubungan personal seperti kesulitan dalampernikahan.
Gangguan konversi
1. Kondisi dimana panca indera atau otot-otot tidak berfungsi walaupun secarafisiologis, pada sistem saraf atau organ-organ tubuh tersebut tidak terdapat
gangguan/kelainan.
2. Secara fisiologis, orang normal dapat mengalami sebagian atau kelumpuhan totalpada tangan, lengan, atau gangguan koordinasi, kulit rasanya gatal atau seperti
ditusuk-tusuk, ketidak pekaan terhadap nyeri atau hilangnya kemampuan untuk
merasakan sensasi (anastesi), kelumpuhan, kebutaan, tidak dapat mendengar, tidak
dapat membau, suara hanya berbisik, dll.
3. Biasanya muncul tiba-tiba dalam keadaan stres, adanya usaha individu untukmenghindari beberapa aktivitas atau tanggungjawab.
4. Konsep Freud : energi dari insting yang di repres berbalik menyerang danmenghambat fungsi saluran sensorimotor.
5. Kecemasan dan konflik psikologik diyakini diubah dalam bentuk simptom fisik.Hipokondriasis
1. Meyakini/ketakutan atau pikiran yang berlebihan dan menetap bahwa dirinyamemiliki suatu penyakit fisik yang serius
2. Adanya reaksi fisik yang berlebihan terhadap sensasi fisik/tubuh (salah interpretasiterhadap gejala fisik yang dialaminya), misalnya otot kaku, pusing/sakit kepala,
berdebar-debar, kelelahan.
3.
Melakukan banyak tes lab, menggunakan banyak obat, memeriksakan diri ke banyakdokter atau RS
4. Keyakinan ini terus berlanjut, tidak mau menerima nasehat atau penjelasan dokter,walaupun hasil pemeriksaan medis tidak menunjukkan adanya penyakit dan sudah
diyakinkan.
5. Keyakinan ini menyebabkan adanya distress atau hambatan dalam fungsi sosial,pekerjaan atau aspek penting lainnya.
Gangguan dimorfik tubuh
1. Keyakinan akan adanya masalah dengan penampilan atau melebih-lebihkankekurangan dalam hal penampilan (misalnya : keriput di wajah, bentuk atau ukuran
tubuh)
5/27/2018 PBL Blok Saraf Sk3 Cika
12/16
12 | B l o k S a r a f d a n P e r i l a k u
2. Keyakinan/perhatian berlebihan ini meyebabkan stress, menghabiskan banyak waktu,menjadi mal-adaptive atau menimbulkan hambatan dalam fungsi sosial, pekerjaan
atau aspek penting lainnya (menghindar/tidak mau bertemu orang lain, keluar sekolah
atau pekerjaan), juga menyebabkan dirinya sering harus konsultasi untuk operasi
plastik3. Bagian tubuh yang diperhatikan sering bervariasi, kadang dipengaruhi budaya.
Gangguan nyeri
1. Gangguan dimana individu mengeluhkan adanya rasa nyeri yang sangat danberkepanjangan, namun tidak dapat dijelaskan secara medis (bahkan setelah
pemeriksaan yang intensif)
2. Rasa nyeri ini bersifat subyektif, tidak dapat dijelaskan, bersifat kronis, muncul disatu atau beberapa bagian tubuh.
3. Rasa nyeri ini menyebabkan stress atau hambatan dalam fungsi sosial, pekerjaan danaspek penting lainnya.
4. Faktor-faktor psikologis sering memainkan peranan penting dalam memunculkan,memperburuk rasa nyeri.
e. Diagnosis Ciri utama gangguan ini adalah adanya keluhan-keluhan gejala fisik yang berulang-
ulang disertai permintaan pemeriksaan medik, meskipun sudah berkali-kali terbukti
hasilnya negatif dan sudah dijelaskan dokternya bahwa tidak ditemukan keluhan yang
menjadi dasar keluhannya. Penderita juga menyangkal dan menolak untuk membahaskemungkinan kaitan antara keluhan fisiknya dengan problem atau konflik dalam
kehidupan yang dialaminya bahkan meskipun didapatkan gejala-gejala anxietas dan
depresi.
Tidak adanya saling pengertian antara dokter dan pasien mengenai kemungkinanpenyebab keluhan-keluhannya yang menimbulkan frustasi dan kekecewaan pada
kedua belah pihak
Gangguan Somatisasi
Pedoman diagnostik
Diagnosis pasti memerlukan semua hal berikut :
Adanya banyak keluhan-keluhan fisik yang bermacam-macam yang tidak dapatdijelaskan atas dasar kelainan fisik yang sudah berlangsung sedikitnya 2 tahun
Tidak mau menerima nasehat atau penjelasan dari beberapa dokter bahwa tidak adakelainan fisik yang dapat menjelaskan keluhannya
Terdapat disabilitas dalam fungsinya di masyarakat dan keluarga yang berkaitandengan sifat keluhan-keluhannya dan dampak dari perilakunya
a. Gangguan Somatoform Tak Terinci
Pedoman diagnostik
5/27/2018 PBL Blok Saraf Sk3 Cika
13/16
13 | B l o k S a r a f d a n P e r i l a k u
Keluhan-keluhan fisik bersifat multipel, bervariasi dan menetap, akan tetapi gambaranklinis yang khas dan lengkap dari gangguan somatisasi tidak terpenuhi
Kemungkinan ada ataupun tidaknya faktor penyebab psikologis belum jelas, akantetapi tidak boleh ada penyebab fisik dan keluhan-keluhannya
b. Gangguan Hipokondrik
Pedoman diagnostik
Untuk diagnostik pasti, kedua hal ini harus ada :
Keyakinan yang menetap adanya sekurang0kurangnya satu penyakit fisik yang seriusyang dilandasi keluhan-keluhannya, meskipun pemeriksaan yang berulang-ulang tidak
menunjang adanya alasan fisik yang memadai, ataupun adanya preokupasi yang
menetap kemungkinan deformitas atau perubahan bentuk penampakan fisik
Tidak mau menerima nasehat atau dukungan penjelasan dari beberapa dokter bahwatidak ditemukan penyakit atau abnormalitas fisik yang melandasi keluhannya.
c. Gangguan Otonomik Somatoform
Pedoman diagnostik
Diagnosis pasti memerlukan semua hal berikut :
Adanya gejala-gejala bangkitan otonomik seperti palpitasi, berkeringat, tremor, mukapanas/flushing, yang menetap dan mengganggu
Gejala subjektif tambahan mengacu pada sistem atau organ tertentu (gejala tidakkhas)
Preokupasi dengan dan penderitaan (distress) mengenai kemungkinan adanyagangguan yang serius (sering tidak begitu khas) dari sistem atau organ tertentu, yang
tidak terpengaruh oleh hasil pemeriksaan berulang, maupun penjelasan dari dokter
Tidak terbukti adanya gangguan yang cukup berarti pada struktur/fungsi dari sistematau organ yang dimaksud.
Karakter kelima : F45.30 = jantung dan sistem kardiovaskuler
F45.31 = saluran pencernaan bagian atas
F45.32 = saluran pencernaan bagian bawah
F45.33 = sistem pernafasan
F45.34 = sistem genito-urinariaF45.35 = sistem atau organ lainnya
d. Gangguan Nyeri Somatoform Menetap
Pedoman diagnostik
Keluhan utama adalah nyeri hebat, menyiksa, menetap, yang tidak dapat dijelaskansepenuhnya atas dasar proses fisiologik maupun adanya gangguan fisik
Nyeri timbul dalam hubungan dengan adanya konflik emosional atau problempsikososial yang cukup jelas untuk dapat dijadikan alasan dalam mempengaruhi
terjadinya gangguan tersebut
5/27/2018 PBL Blok Saraf Sk3 Cika
14/16
14 | B l o k S a r a f d a n P e r i l a k u
Dampaknya adalah meningkatnya perhatian dan dukungan, baik personal maupunmedis, untuk yang bersangkutan.
e. Gangguan Somatoform Lainnya
Pedoman diagnostik Pada gangguan ini keluhan-keluhannya tidak sistem saraf otonom dan terbatas secara
spesifik pada bagian tubuh atau sistem tertentu
Tidak ada kaitannya dengan kerusakan jaringan
4. Memahami dan Menjelaskan Penatalaksanaan Nyeri
Penatalaksanaan Nyeri Kepala1. Acetaminophen: inhibisi sintesa prostaglandin di CNS, inhibisi aktifitas nosiseptif via reseptor 5HT
2. Aspirin: inhibisi sintesa prostaglandin dan leukotriene
3. NSAIDs : inhibisi sintesa cyclooxygenase, prostaglandin, lipoxygenase & leukotriene,
prostaglandin receptor antagonism
4. Caffeine: Stimulasi reseptor adenosine, enhanced analgesia, memperbesar potensi absorbsi
gastrointestinal
5. Ergots(ergotarnine tartrate, dihydroergotamine) : suatu selektif arterial konstriktor yang kuat danmempunyai daya ikat kuat melalui otot dinding arteri.
6. Opioids: stimulasi reseptor opioid endogen
7. Triptans : berikatan dengan reseptor 5HT1B, 5HT1D, 5HT1F, menginhibisi neuronal dengan cara
blokade aferen sensoris pada n.trigeminal, memblokade pelepasan vasoactive peptide dan juga
proses inflamasi neurovaskuler di dura maupun meningens. Juga mempunyai efek vasokonstruksi
dari pembuluh darah serebral dan dural yang mengakibatkan pengaruhnya terhadap cerebral blood
flow.
8. Steroids: anti inflamasi terhadap neurogenik inflamasi steril, mengurangi edema vasogenik,
inhibisi terhadap dorsal raphe nuclei.
9. Betabloker : Inhibisi pelepasan NE dengan cara blokade pre junctional beta receptors,
memperlambat reduksi dari aktivitas tyropsine hydroxylase dalam hal sintesa NE, efek agonis pada
5HT1 reseptor, efek antagonis pada 5HT2
10. Ca Channel antagonis : mempengaruhi Ca influx dalam mencegah vasokonstruksi dan pelepasan
SP
11. Cyproheptadine: Potent 5HT1 & 5HT2 antagonist
12. Pizotifen : 5HT2 antagonist
5/27/2018 PBL Blok Saraf Sk3 Cika
15/16
15 | B l o k S a r a f d a n P e r i l a k u
13. SSRI antidepresan: Selective serotonin reuptake inhibitor
Penatalaksanaan Gangguan Somatoform
Case report dan spekulasi klinis saat ini menjadi sumber informasi penting dalam membantu orang-
orang yang mengalami gangguan ini. Pada analisa kasus, bukanlah ide yang baik untuk meyakinkan
mereka yang mengalami gangguan ini bahwa gejala conversion yang mereka alami berhubungan
dengan faktor psikologis. Pengetahuan klinis lebih menyajikan pendekatan yang lembut dan suportif
dengan memberikan reward bagi kemajuan dalam proses pengobatan mereka. Para terapis
behaviorist lebih menyarankan pada mereka yang mengalami gangguan somatoform, beragam
teknik yang dimaksudkan agar mereka menghilangkan gejala-gejala dari gangguan tersebut.
Terapi untuk Somatization Disorder
Para ahli kognitif dan behavioral meyakini bahwa tingginya tingkat kecemasan yang diasosiasikan
dengan somatization disorder dipicu oleh situasi khusus. Akan tetapi semakin banyak pengobatan
yang dibutuhkan, bagi orang yang sakit sekian lama maka akan tumbuh kebiasaan akanketergantungan untuk menghindari tantangan hidup sehari-hari daripada menghadapi tantangan
tersebut sebagai orang dewasa. Dalam pendekatan yang lebih umum mengenai somatization
disorder, dokter hendaknya tidak meremehkan validitas dari keluhan fisik, tetapi perlu diminimalisir
penggunaan tes-tes diagnosis dan obat-obatan, mempertahankan hubungan dengan mereka
terlepas dari apakah mereka mengeluh tentang penyakitnya atau tidak.
Terapi untuk Hypochondriasis
Secara umum, pendekatan cognitive-behavioral terbukti efektif dalam mengurangi hypochondriasis.
Penelitian menujukkan bahwa penderita hypochondriasis memperlihatkan bias kognitif dalammelihat ancaman ketika berkaitan dengan isu kesehatan. Cognitive-behavioral therapy dapat
bertujuan untuk mengubah pemikiran pesimistis. Selain itu, pengobatan juga hendaknya dikaitkan
dengan strategi yang mengalihkan penderita gangguan ini dari gejala-gejala tubuh dan meyakinkan
mereka untuk mencari kepastian medis bahwa mereka tidak sakit.
Terapi untuk Pain Disorder
Pengobatan yang efektif cenderung memiliki hal-hal berikut : memvalidasikan bahwa rasa nyeri itu
adalah nyata dan bukan hanya ada dalam pikiran penderita relaxation training memberi reward
kepada mereka yang berperilaku tidak seperti orang yang mengalami rasa nyeri.
Secara umum disarankan untuk mengubah fokus perhatian dari apa yang tidak dapat dilakukan oleh
penderita akibat rasa nyeri yang dialaminya, tetapi mengajari penderita bagaimana caranya
menghadapi stress, mendorong untuk mengerjakan aktivitas yang lebih baik, dan meningkatkan
kontrol diri, terlepas dari keterbatasan fisik atau ketidaknyamanan yang penderita rasakan. Terapi
hipokondrik: Terapi Pada pasien ini dilakukan psikoterapi supportif, terapi keluarga, terapi kognitif
dan behavioural dan psikofarmaka yaitu tablet Clobazam 10 mg setiap 24 jam, tablet Fluoxetin 20
mg setiap 24 jam, dan syrup Antasid 1 sendok takar setiap 8 jam.
5/27/2018 PBL Blok Saraf Sk3 Cika
16/16
16 | B l o k S a r a f d a n P e r i l a k u
5. Memahami dan Menjelaskan Keluarga yang Sakinah, Mawaddah,Warahmah
Kata Sakinah. Sakinah merupakan pondasi dari bangunan rumah tangga yang sangat penting.
Tanpanya, tiada mawaddah dan warahmah. Sakinah itu meliputi kejujuran, pondasi iman dan taqwa
kepada Allah SWT.
Dalam Al Quran pun dikatakan bahwa suatu saat, akan banyak orang yang saling berkasih sayang di
dunia, tetapi di akhirat kelak mereka akan bermusuhan, menyalahkan dan saling melempar
tanggung jawab. Kecuali orang-orang yang berkasih sayang dilandasi dengan cinta kepada Allah SWT.
Kata adalah mawaddah. Mawaddah itu berupa kasih sayang. Setiap mahluk Allah kiranya diberikan
sifat ini, mulai dari hewan sampai manusia. Dalam konteks pernikahan, contoh mawaddah itu
berupa kejutan suami untuk istrinya, begitu pun sebaliknya. Misalnya suatu waktu si suami bangun
pagi-pagi sekali, membereskan rumah, menyiapkan sarapan untuk anak-anaknya. Dan ketika si istri
bangun, hal tersebut merupakan kejutan yang luar biasa.
Kata terakhir adalah warahmah. Warahmah ini hubungannya dengan kewajiban. Kewajiban seorang
suami menafkahi istri dan anak-anaknya, mendidik, dan memberikan contoh yang baik. Kewajiban
seorang istri untuk menaati suaminya. Intinya warahmah ini kaitannya dengan segala kewajiban.
DAFTAR PUSTAKA
Gleadle, J. 2005. At A Glance: Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. EMS: Jakarta
Weiner, HL. 2000. Buku Saku Neurologi. EGC: Jakarta
http://eprints.undip.ac.id/30683/3/Bab_2.pdf
http://medicastore.com/penyakit/21/Sakit_Kepala.html
http://memed-al-fayed.blogspot.com/2010/12/arti-sakinah-mawaddah-warahmah.html
http://eprints.undip.ac.id/30683/3/Bab_2.pdfhttp://eprints.undip.ac.id/30683/3/Bab_2.pdfhttp://medicastore.com/penyakit/21/Sakit_Kepala.htmlhttp://medicastore.com/penyakit/21/Sakit_Kepala.htmlhttp://memed-al-fayed.blogspot.com/2010/12/arti-sakinah-mawaddah-warahmah.htmlhttp://memed-al-fayed.blogspot.com/2010/12/arti-sakinah-mawaddah-warahmah.htmlhttp://memed-al-fayed.blogspot.com/2010/12/arti-sakinah-mawaddah-warahmah.htmlhttp://medicastore.com/penyakit/21/Sakit_Kepala.htmlhttp://eprints.undip.ac.id/30683/3/Bab_2.pdf