66
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sirosis adalah penyakit hati kronis yang dicirikan dengan distorsi arsitektur hati yang normal oleh lembar-lembar jaringan ikat dan nodul-nodul regenerasi sel hati, yang tidak berkaitan dengan vaskulator normal. Nodul-nodul regenerasi ini dapat berukuran kecil (mikronodular) atau besar (makronodular). Sirosis dapat mengganggu sirkulasi darah intrahepatik, dan pada kasus yang sangat lanjut, menyebabkan kegagalan fungsi hati secara bertahap.¹ Insiden penyakit ini sangat meningkat sejak Perang Dunia II, disebabkan oleh insiden penyakit hepatitis virus yang meningkat, namun yang lebih bermakna akibat peningkatan konsumsi alkohol. Alkoholisme merupakan satu-satunya penyebab terpenting sirosis.¹ Peningkatan tekanan darah merupakan penyakit yang banyak dijumpai, menyerang sekitar 15% penduduk AS (60 juta orang).Meskipun banyak penduduk ini tanpa gejala, hipertensi kronik-sistolik ataupun diastolik dapat menyebabkan gagal jantung kongestif, infark miokard, kerusakan ginjal dan cedera serebovaskular.Insidens morbiditas sangat menurun jika hipertensi terdiagnosis lebih awal dan diobati dengan baik. 3 Sampai saat ini hipertensi masih tetap menjadi masalah karena beberapa hal, antara lain meningkatnya prevalensi hipertensi, masih banyaknya pasien hipertensi yang belum mendapat pengobatan maupun yang sudah diobati tetapi tekanan darahnya belum mencapai target, serta adanya penyakit penyerta 1

Paper Sirosis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

peper sirosis

Citation preview

BAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Sirosis adalah penyakit hati kronis yang dicirikan dengan distorsi arsitektur hati yang

normal oleh lembar-lembar jaringan ikat dan nodul-nodul regenerasi sel hati, yang tidak

berkaitan dengan vaskulator normal. Nodul-nodul regenerasi ini dapat berukuran kecil

(mikronodular) atau besar (makronodular). Sirosis dapat mengganggu sirkulasi darah

intrahepatik, dan pada kasus yang sangat lanjut, menyebabkan kegagalan fungsi hati secara

bertahap.¹

Insiden penyakit ini sangat meningkat sejak Perang Dunia II, disebabkan oleh insiden

penyakit hepatitis virus yang meningkat, namun yang lebih bermakna akibat peningkatan

konsumsi alkohol. Alkoholisme merupakan satu-satunya penyebab terpenting sirosis.¹

Peningkatan tekanan darah merupakan penyakit yang banyak dijumpai, menyerang

sekitar 15% penduduk AS (60 juta orang).Meskipun banyak penduduk ini tanpa gejala,

hipertensi kronik-sistolik ataupun diastolik dapat menyebabkan gagal jantung kongestif,

infark miokard, kerusakan ginjal dan cedera serebovaskular.Insidens morbiditas sangat

menurun jika hipertensi terdiagnosis lebih awal dan diobati dengan baik.3

Sampai saat ini hipertensi masih tetap menjadi masalah karena beberapa hal, antara

lain meningkatnya prevalensi hipertensi, masih banyaknya pasien hipertensi yang belum

mendapat pengobatan maupun yang sudah diobati tetapi tekanan darahnya belum mencapai

target, serta adanya penyakit penyerta dan komplikasi yang dapat meningkatkan morbiditas

dan mortalitas.2

Data epidemiologis menunjukan bahwa dengan makin meningkatnya populasi usia

lanjut, maka jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar juga akan bertambah,

dimana baik hipertensi sistolik maupun kombinasi hipertensi sitolik dan diastolik sering

timbul pada lebih dari separuh orang yang berusia >65 tahun, selain itu, laju pengendalian

tekanan darah yang dahulu terus meningkat, dalam dekade terakhir tidak menunjukan

kemajuan lagi (pola kurva mendatar) dan pengendalian tekanan darah ini hanya mencapai

34% dari seluruh pasien hipertensi.2

Sampai saat ini, data hipertensi yang lengkap sebagian besar berasal dari negara-

negara yang sudah maju. Data dari the national health and nutrition examination survey

(NHNES) menunjukan bahwa dari tahun 1999-2000 insiden hipertensi pada orang dewasa

adalah sekitar 29-31%, yang berarti terdapat 58-65juta orang hipertensi diamerika.2

1

BAB II

1. SIROSIS HATI

1.1 Definisi

Sirosis adalah suatau keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir fibrosis

hepatik dan berlagsung progresif, ditandai dengan kelainan bentuk hepar dan pembentukan

nodul.Gambaran ini terjadi akibat nekrosis hepatoselular.2

Sirosis hati secara klinis dibagi menjadi dua, pertama sirosis hati kompensata yaitu, belum

ada gejala klinis yang nyata, dan sirosis hati dekompensata yaitu, sirosis hati yang disertai

dengan gejala dan tanda klinis yang jelas.2

1.2 Klasifikasi dan Etiologi

Sirosis secara konvensional diklasifikasi sebagai :

1. Makronodular (besar nodul lebih dari 3mm)

2. mikronodular (besar nodul kurang dari 3mm)

3. Campuran makro dan mikronodular.2

Penyebab dari sirosis hati dapat dikelompokkan menjadi 4 penyebab antara lain :

1. Penyakit infeksi

Bruselosis,

Ekinokokus,

Skistosomiasis,

Toksoplasma,

Hepatitis virus (hepatitis B, C, D, Sitomegalovirus).2

2. Penyakit keturunan dan Metabolik

Defisiensi α₁ -antitripsin,

Sindrom Fanconi,

Galaktosemia,

Penyakit Gaucher,

Penyakit simpanan glikogen,

Hemokromatosis,

Intoleransi fluktosa herediter,

Tirosinemia herediter,

2

Penyakit Wilson.2

3. Obat dan Toksin

Alkohol,

Amiodaron,

Arsenik,

Obstruksi Bilier,

Penyakit perlemakan hati non alkoholik,

Sirosis bilier primer,

Kolangitis sklerosis primer.2

4. Penyebab lain atau tidak terbukti

Penyakit usus inflamasi kronik,

Fibrosis kistik,

Sarkoidosis.2

Hasil penelitian di Indonesia virus hepatitis B menyebabkan sirosis sebesar 40-50%,

dan virus hepatitis C 30-40%, sedangkan 10-20% oleh penyebab lain. Di Indonesia sirosis

akibat alkohol kemungkinan frekuensinya kecil, namun hal ini masih belum memiliki data

yang akurat.2

1. 3 Epidemiologi

Lebih dari 40% pasien dengan sirosis hati bersifat asimptomatis.Pada keadaan ini

sirosis ditemukan saat pemeriksaan rutin atau pada autopsi.Di Amerika penyebab sirosis

terbesar akibat penyakit hati alkoholik dan infeksi virus kronik.Di Indonesia belum ada

prevalensi untuk sirosis hati. Di RS Dr. Sardjito Yogyakarta menyebutkan jumlah pasien

sirosis hati berkisar 4,1% dari seluruh pasien rawat inap di Bagian Penyakit Dalam selama 1

tahun (2004). DI Medan dalam kurun waktu 4 tahun pasien sirosis hati sebanyak 819 (4%)

pasien dari seluruh pasien di Bagian Penyakit Dalam.2

1.4 Patologi dan Patogenesis

Sirosis alkoholik atau secara historis disebut sirosis Laennec ditandai dengan

3

pembentukan jaringan parut yang, kehilangan sel-sel hati yang uniform, dan sedikit nodul

regenratif.Sehingga kadang disenut sirosis mikronodular, yang dapat diakibatkan oleh cedera

hati lainnya.Tiga lesi hati utama akibat induksi alkohol adalah 1).Perlemakan hati alkoholik,

2).Hepatitis alkoholik, dan 3).Sirosis alkoholik.2

1. Perlemakan Hati Alkoholik

Steatosis atau perlemakan hati, hepatosit teregang oleh vakuola lunak di dalam

sitoplasma yang berbentuk makrovesikel , akibatnya inti hepatosit terdorong ke membran

sel.2

2. Hepatitis Alkoholik

Fibrosis perivenular yang berlanjut menjadi sirosis panlobular akibat dari masuknya

alkohol dan destruksi dari sel hepatosit yang berkepanjangan.Fibrosis dapat berkontraksi

di tempat cedera sehingga merangsang pembentukan kolagen.Di daerah periportal dan

perisentral dapat timbul septa jaringan ikat seperti jaring yang dapat menghubungkan

triad portal dengan vena sentralis. Jaring ini akan membentuk jalinan jaringan ikat halus

dan mengelilingi massa kecil sel hati kemudian mengalami regenerasi dan membentuk

nodulus.penimbunan kolagen akan terus berlanjut menyebabkan ukuran hati mengecil,

berbenjol-benjol keras, maka terbentuklah sirosis hati.2

Patogenesis fibrosis alkoholik meliputi banyak sitokin, antara lain faktor nekrosis

tumor, interleukin 1, PDGF, dan TGF-beta.2

3. Sirosis Hati Pasca Nekrosis

Gambaran patologi hati biasanya mengkerut, berbentuk tidak teratur, dan terdiri dari

nodul sel hati yang dipisahkan oleh pita fibrosis yang padat dan lebar.Ukuran nodul

bervariasi, dengan terdiri dari sejumlah besar jaringan ikat.2

Patogenesis sirosis hati menurut penelitian terakhir, memperlihatkan adanya peranan

sel stelata (stellate cell). Dalam keadaan normal sel stelata mempunyai peran dalam

keseimbangan dalam pembentukan matriks ekstraselular dan proses degradasi.

Pembentukan fibrosis menunjukkan adanya perubahan proses keseimbangan.2

Jika terpapar faktor tertentu terus-menerus (hepatitis virus, bahan hepatotoksik), maka

sel stelata akan membentuk kolagen. Bila berlangsung terus jaringan normal hati akan

4

diganti oleh jaringab ikat fibrosis.2

1.5 Manifestasi Klinik

Stadium awal sirosis sering tanpa gejala dan biasanya ditemukan saat pasien melakukan

pemeriksaan kesehatan rutin atau karena kelainan penyakit lain. Gejala awal sirosis

(kompensata) meliputi :

Perasaan mudah lelah dan lemas,

Serta selera makan menurun,

Perut kembung,

Mual,

Penurunan berat badan,

Pada laki-laki dapat timbul impotensi, testis mengecil, ginekomastia, dan penurunan

libido. 2

Bila sudah lanjut (dekompensata), gejala-gejala lebi menonjol terutama bila timbul

komplikasi antara lain :

Kegagalan hati dan hipertensi porta,

Hilangnya rambut badan,

Gangguan tidur,

Demam,2

Mungkin disertai adanya gangguan pembekuan darah, perdarahan gusi, epistaksis,

gangguan siklus haid, ikterus dengan air kemih berwarna teh pekat, muntah darah dan / atau

melena, perubahan mental, mudah lupa, sulit konsentrasi, bingung, agitasi sampai koma.

1. Temuan Klinis

Temuan klinis sirosis meliputi :

Spider teleangiektasi, merupakan suuatu lesi vaskular yang dikelilingi beberapa vena

kecil. Tanda ini sering ditemui di bahu, muka, dan lengan atas. Mekanismenya masih

belum diketaui, ada anggapan dipengaruhi oleh peningkatan rasio estradiol/testosteron

bebas. Tanda ini dapat ditemui pada ibu hamil, malnutrisi berat.2

Eritema palmaris, warna merah pada thenar dan hipothenar telapak tangan. Hal ini

juga dikaitkan dengan perubahan metabolisme hormmon estrogen. Ditemukan juga

pada kehamilan, arthritis rhematoid, hipertiroidisme, dan keganasan hematologi.2

5

Perubahan pada kuku Muchrche berupa pita putih horisontal dipisahkan dengan warna

normal kuku. Diperkirakan akibat hipoalbuminnemia. Tanda ini juga dapat ditemui

pada keadaan hipoalbinemia seperti sindrom nefrotik.2

Jari gada lebih sering pada sirosis bilier.2

Kontraktur Dupuytren akibat fibrosis fasia palmaris menimbulkan kontraktur fleksi

jari-jari, berkaitan dengan alkoholisme. Tanda ini juga ditemukan pada paien diabetes

melitus, distrofi refleks simpatetik, dan perokok yang alkoholisme.2

Ginekomastia, merupakan proliferasi benigna jaringan glandula mammae pada laki-

laki, kemungkinan akibat peningkatan androstenedion. Selain itu ditemukan hilangnya

rambut dada, dan aksila laki-laki, sehingga mengarah ke feminisme. Pada perempuan

menstruasi cepat berhenti, sering dikira fase menopause.2

Atrofi testis hipogonadisme menyebabkan impotensi dan infertil. Tanda ini menonjol

pada sirosis alkoholik dan hemokromatosis.2

Hepatomegali, ukuran hati yang sirotik dapat membesar, normal, atau mengecil.

Bilamana hati teraba, hati sirotik teraba keras dan nodular.2

Splenomegali sering ditemukan terutama pada sirosis yang penyebabnya

nonalkoholik. Pembesaran ini akibat kongesti pulpa merah lien karena hipertensi

porta.2

Vena porta hepatis merupakan pembuluh utama sistem pembuluh balik portal.

Pembuluh ini menghimpun darah dari bagian abdominal saluran cerna dan

mengantarnya ke hepar. Bila peredaran portal tersumbat (pada penyakit hati), darah

dari saluran cerna masih dapat sampai di jantung melalui vena cava inferior dengan

perantaraan lintasan kolateral. Bila pembentuka parut dan fibrosis pada sirosis

menyumbat vena hepatis dalam hepar, tekanan dalam vena porta dan anak cabangnya

akan meningkat, hal ini disebut hipertensi portal.6

Menurut Whipple tahun 1945, hipertensi portal dibagi mejadi 2 kelompok,

yaitu sumbatan intrahepatik, dan sumbatan ekstrahepatik. Sumbatan intrahepatik

paling sering disebabkan oleh sirosis hepatis. Penyebab lain dapat akibat fibrosis oleh

infeksi parasit di hati, pada keadaan sarkoidosis, dan hemokromatosis.5

Penyebab sumbatan ekstrahepatik akibat sumbatan dari vena porta itu sendiri

dapat karena sepsis, trombosis, atau trauma di daerah splanknik.Manifestasi klinis

akibat hipertensi portal yang sering adalah varises esofagus, asites, slenomegali, dan

ensefalopati.5

6

Asites, penimbunan cairan dalam rongga peritoneum akibat hipertensi porta dan

hipoalbuminemia.2

Cairan asites merupakan cairan eksudat atau transudat. Pada sirosis asites yang

terjadi adalah asites transudatif, akibat dari transudasi kapiler darah atau sinusoid dan

saluran limfe hati ke dalam rongga peritoneum. Warna cairan asites pada sirosis

mungkin pucat, kuning, sampai hijau.Selain itu asites juga dapat terjadi akibat dari

rendahnya kadar albumin serum sehingga menyebabkan tekanan osmotik serum

menurun.5

Fetor hepatikum, bau napas yang khas pada pasien sirosis disebabkan peningkatan

konsentrasi dimetil disulfida akibat pintasan porto sistemik yang berat.2

Ikterus, pada kulit dan membran mukosa akibat bilirubinemia. Bila konsentrasi

bilirubin kurang dari 2-3 mg/dl tak terlihat. Warna urin terlihat gelap seperti air teh. 2

Asterixis bilateral tetapi tidak sinkron berupa gerakan tangan yang mgepak-ngepak.2

Tanda-tanda lain yang dapat menyertai sirosis hati antara lain :

Demam yang tidak tinggi akibat nekrosis hepar.2

Batu pada fesika felea akibat hemolisis.2

Pembesaran kelenjar parotis terutama pada sirosis alkoholik, hal ini akibat sekunder

infiltrasi lemak, fibrosis, dan edema.2

2. Gambaran Laboratoris

Adanya sirosis dicurigai bila ada kelainan pada laboratium pada saat seseorang

memeriksakan kesehatan rutin, atau saat skrining untuk evaluasi keluhan spesifik.Tes fungsi

hati meliputi aminotranferase, alkali fosfatase, gamma glutamil transpeptidase, bilirubin,

albumin, dan waktu protrombin.2

Aspartat aminotransferase (AST) atau serum glutamil oksaloasetat (SGOT) dan alanin

aminotransferase (ALT) atau serum glutamil piruvat transferase (SGPT) meningkat tapi tidak

begitu tinggi.AST lebih meningkat daripada ALT, namun bila transaminase normal tidak

dapat menyingkirkan suatu sirosis.2

Alkali fosfatase, meningkat dari 2 - 3 kali batas normal atas.Konsentrasi tinggi dapat

ditemui pada pasien kolangitis sklerosis primer dan sirosis bilier primer.

Gamma-glutamil transpeptidase (GGT), konsentrasinya seperti halnya alkali fosfatase pada

penyakit hati.Konsentrasinya tinggi pada penyakit alkoholik kronik, karena alkohol selain

menginduksi GGT mikrosomal hepatik, juga dapat menyebabkan kebocoran GGT dari

7

hepatosit.2

Bilirubin, konsentrasinya bisa normal pada sirosis hati kompensata, tapi bisa

meningkat pada sirosis lanjut.

Albumin, sintesisnya terjadi dijaringan hati, konsentrasinya menurun sesuai dengan

perburukan sirosis.2

Globulin, konsentrasinya meningkat pada sirosis.Akibat sekunder dari pintasan,

antigen bakteri dari sistem porta ke jaringan limfoid, selanjutnya menginduksi produksi

imunoglobulin.2

Waktu protrombin mencerminkan derajat / tingkatan disfungsi sintesis hati, sehingga

pada sirosis memanjang.2

Natrium serum menurun terutama pada sirosis dengan asites, dikaitkan dengan

ketidakmampuan eksresi air bebas.2

Kelainan hematologi anemia, penyebabnya bisa bermacam-macam, anemia

normokrom, normositer, hipokrom mikrositer atau hipokrom makrositer.Anemia dengan

trombositopenia, leukopenia, dan netropenia akibat splenomegali, trombosis vena porta dan

pelebaran vena porta, serta skrining adanya karsinoma hati pada pasien sirosis.2

Tomografi komputerisasi, informasinya sama dengan USG, tidak rutin digunakan

karena biaya relatif mahal.2

1.6 Diagnosis

Pada stadium kompensasi sempurna kadang-kadang sangat sulit menegakkan

diagnosis sirosis hati. Pada proses lanjutan dari kompensasi sempurna mungkin bisa

ditegakkan diagnosis dengan bantuan pemeriksaan klinis yang cermat, laboratorium

biokimia/serologi, dan pemeriksaan oenunjang lainnya. Pada saat ini penegakan diagnosis

sirosis hati terdiri atas pemeriksaan fisis, laboratorium, dan USG.Pada kasus tertentu

diperlukan biopsihati atau peritoneoskopi karena sulit membedakan heatitis kronik aktif yang

berat dengan sirosis hati dini.2

Pada stadium dekompensata diagnosis kadangkala tidak sulit karena gejala dan tanda-

tanda klinis sudah tampak adanya komplikasi.2

1.7 Komplikasi

Morbiditas dan mortalitas sirosis tinggi akibat komplikasinya.Kualitas hidup pasien

sirosis diperbaiki dengan pencegahan dan penanganan komplikasinya.Komplikasi yang

sering dijumpai antara lain peritonitis bakterial spontan, yaitu infeksi cairan asites oleh satu

jenis bakteri tanpa ada bukti infeksi sekunder intra abdominal. Biasanya pasien tanpa gejala

8

namun demam dan nyeri abdomen dapat muncul.2

Pada sindrom hepatorenal, terjadi gangguan fungsi ginjal akutberupa oliguri,

peningkatan ureum, kreatinin tanpa adanya kelainan organik ginjal.Kerusakan hati lanjut

menyebabkan penurunan perfusi ginjal yang berakibat pada penurunan filtrasi glomerulus.

Salah satu manifestasi hipertensi porta adalah varises esofagus.Apabila varises esofagus

pecah dapat menyebabkan perdarahan.2

Ensefalopati hepatik, merupakan kelainan neuropsikiatrik akiba disfungsi hati.Mula-

mula ada gangguan tidur (insomnisa dan hipersomnia), selanjutnya dapat timbul gangguan

kesadaran yang berlanjut sampai koma.2Gangguan sistem saraf pusat terjadi setelah

pembuatan pintasan portosistemik erat hubungannya dengan metabolisme amonia. Kenaikan

kadar amonia yang tinggi dalam sirkulasi dapat menimbulkan gangguan saraf pusat, sehingga

pasien dapat menjadi koma. Apabila kadar amonia dalam darah kembali normal maka pasien

dapat bangun dari koma.5

1.8 Pengobatan

Terapi dilakukan untuk mengurangi progresi penyakit, menghindarkan bahan-bahan

yang bisa menambah kerusakan hati, pencegahan, dan penanganan komplikasi. Bila tidak ada

koma hepatik diberi diet yang mengandung protein 1 g/kgBB dan kalori 2000-3000

kkal/hari.2

Tatalaksana pasien sirosis kompensata tujuannya untuk mengurangi progresi

kerusakan hati. Terapi pasien ditujukan untuk menghilangkan etiologi, diantaranya alkohol

dan bahan toksik lain yang dapat merusak hati dihentikan penggunaannya. Pemberian

asetaminofen, kolkisin, dan obat herbal, bisa menghambat kolagenik.2

Pada hepatitis autoimun bisa diberikan steroid atau imunosupresif.Pada

hemokromatosis flebotomi setiap minggu sampai konsentrasi besi menjadi normal dan

diulang sesuai kebutuhan.Pada penyakit hati nonalkoholik, menurunkan berat badan dapat

mencegah sirosis.2

Pada hepatitis B, interferon alfa lamivudin merupakan terapi utama.Lamivudin terapi

lini pertama diberikan 100 mg/hari secara oral diberikan selama 1 tahun.Pada hepatitis C

kronik, kombinasi interferon dengan ribavirin merupakan terapi standar.Interferon diberikan

secara sunitkan subkutan dengan dosis 5 MIU 3 kali dalam seminggu dan kombinasi ribavirin

800-1000 mg/hari selama 6 bulan.2

9

Pegobatan Sirosis Dekompensata.

1. Asites

Tirah baring dan diawali diet rendah garam, konsumsi garam sebanyak 5,2 gram atau

90 mmol/hari. Diet rendah garam dikombinasi dengan obat-obatan diuretik.Pemberian

spironolakton 100-200 mg sekali sehari. Respon diuretik bisa dimonitor dengan penurunan

berat badan 0,5 kg/hari, tanpa adanya edema kaki. Bila peberian spironolakton tidak adekuat

bisa dikombinasi dengan furosemid dosis 20-40 mg/hari.Apabila tidak respon dosis fuseid

bisa ditambah maksimal dosis 160 mg/hari.Parasentesis dilakukan bila asites sangat

besar.Pengeluaran asites bisa mencapai 4-6 liter dan dilindungi dengan pemberian albumin.2

2. Ensefalopati Hepatik

Secara umum tatalaksana pasien dengan koma hepatik adalah memperbaiki

oksigenasi jaringan, pemberian vitamin B, memperbaiki keseimbangan elektrolit cairan, serta

menjaga agar jangan terjadi dehidrasi. Pemberian makanan berasal dari protein dikurangi atau

dihentikan sementara. Laktulosa membantu pasien mengeluarkan ammonia dengan cara

merangsang defekasi, dengan dosis 60-120 ml perhari. Neomisin bisa digunakan untuk

mengurangi bakteri usus penghasil amonia, secara oral atau enema diberikan 2-4 gram

perhari. Untuk alternatif dapat diberikan metronidazol 4x250 mg perhari. Diet protein

dikurangi sampai 0,5 g/kgBB/hari, terutama diberi asam amino rantai cabang.2

3. Varises Esofagus

Sebelum berdarah dan sesudah berdarah bisa diberikan obat beta bloker

(propanolol).Saat perdarahan akut, bisa diberikan preparat somatostatin atau oktreotid,

diteruskan dengan tindakan skleroterapi atau ligasi endoskopi.2

Peritonitis bakterial spontan, diberikan antibiotik seperti sefotaksim intravena, amoksilin,

atau aminoglikosida.2

Sindrom hepatorenal, mengatasi perubahan sirkulasi darah dihati, mengatur

keseimbangan garam dan air.2

Transplantasi hati, terapi definitif pada pasien dekompensata.Namun sebelum

dilakukan transplantasi ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi calon resipien.2

1.9 prognosis

Prognosis sirosis bervariasi dipengaruhi oleh faktor, meliputi etiologi, beratnya

kerusakan hati, komplikasi, dan penyakit lain penyerta.

10

2. HIPERTENSI

2.1 Definisi

Hipertensi merupakan  suatu keadaan di mana seseorang mengalami peningkatan

tekanan darah di atas normal yang ditunjukkan oleh angka systolic sekitar 140 mmhgdan

diastolic sekitar 90 mmhg (Wilson LM,1995).1

11

Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya didefinisikan sebagai hipertensi

esensial. Beberapa penulis lebih memilih istilah hipertensi primer, untuk membedakanya

dengan hipertensi lain yang sekunder karena sebab-sebab yang diketahui. 2

Sasaran pengobatan hipertensi untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas

kardiovaskuler dan ginjal. Dengan menurunkan tekanan darah kurang dari 130/90

mmHg, diharapkan komplikasi akibat hipertensi berkurang.1

2.2 Epidemiologi

Pada data epidemiologi menunjukan bahwa dengan meningkatnya populasi usia lanjut

,maka jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar juga bertambah,dimana bak

hipertensi sistolik maupun kombinasi hipertensi sistolik dan diastolik sering timbul pada

lebih dari separuh orang yang berusia >65 tahun.sampai saat ini data hipertensi yang

lengkap sebagian besar berasal dari negara-negara yang sudah maju.data dari The

National Health and Nutrition Examination Survey (NHNES)menujukan bahwa dari

tahun 1999-2000, insiden hipertensi pada orang dewasa adalah sekitar 29-31 %, yang

berarti terdapat 58-65 juta orang hipertensi di amerika. Dan terjadinya peningkatan 15

juta dari data NHANES 111 tahun 1988-1991. Hipertensi ensensial sendiri merupakan

95%dari seluruh kasus hipertensi.2

2.3 Klasifikasi

Ada beberapa klasifikasi dari hipertensi, diantaranya menurut The Seventh Report of

The Joint National Committee on Prevention, Detection, Eveluation, and Tretment of

High Blood Pressure (JNC7) klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa terbagi

menjadi kelompok normal, prahipertensi, hipertensi derajat 1 dan derajat 2 (dilihat tabel

2), menurut World Health Organization (WHO) dan International Society Of

Hypertension Working Group (ISHWG) .2

Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC 7

Klasifikasi Tekanan

Darah

TDS (mmHg) TDD (mmHg)

Normal < 120 Dan < 80

Prehipertensi 120 – 139 Atau 80 – 89

Hipertensi stadium 1 140 – 159 Atau 90 – 99

Hipertensi stadium 2 ≥ 160 Atau ≥ 100

12

TDS = Tekanan Darah Sistolik, TDD = Tekanan Darah Diastolik

Klasifikasi Tekanan Darah World Health Organization (WHO) dan International

Society Of Hypertension Working Group (ISHWG)

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Optimal < 120 Dan < 80

Normal < 130 Dan < 85

Normal tinggi /

pra hipertensi

130 – 139 Atau 85 – 89

Hipertensi derajat I 140 – 159 Atau 90 – 99

Hipertensi derajat II 160 – 179 Atau 100 – 109

Hipertensi derajat III ≥ 180 Atau ≥ 110

2.4 Etiologi

Meskipun hipertensi dapat terjadi akibat proses penyakit lain, lebih dari 90% pasien

menderita hipertensi esensial, suatu penyakit pada pengaturan tekanan darah yang tidak

diketahui penyebabnya.3Riwayat hipertensi dalam keluarga meningkatkan kemungkinan

seseorang mendapatkan penyakit hipertensi. Hipertensi esensial terjadi empat kali lebih

banyak pada orang kulit hitam dibanding kulit putih, dan lebih sering pada pria umur

pertengahan dibanding wanita pada kelompok umur yang sama.3

Faktor-faktor yang mendorong timbulnya kenaikan tekanan darah antara lain

lingkungan seperti cara hidup dengan stres, diet tinggi natrium, kegemukan, dan merokok,

merupakan faktor predisposisi pribadi terjadinya hipertensi.3

2.5 patogenesis

Hipertensi esensial adalah penyakit multifaktorial yang timbul terutama karena interaksi

antara faktor-faktor resiko tertentu. Faktor-faktor resiko tertentu yang mendorong timbulnya

kenaikan tekanan darah tersebut adalah :

1. Faktor resiko seperti : diet dan asupan garam, stres, ras, obesitas, merokok, genetis.

2. Sistem saraf simpatis

- Tonus simpatis

13

- Variasi diurnal

3. Keseimbangan antara modulator vasodilatasi dan vasokonstriksi : endotel pembuluh

darah berperan utama, tetapi remodeling dari endotel, otot polos dan interstisium juga

memberikan kontribusi akhir

4. Pengaruh sistem otokrin setempat yang berperan pada sistem renin, angiotensin dan

aldosteron.

menggambarkan beberapa faktor yang berperan dalam pengendalian tekanan darah yang

mempengaruhirumus dasar tekanan darah = curah jantung x tahanan perifer (gambar 1).2

Hipertensi disebabkan oleh peningkatan tonus otot polos vaskuler perifer, yang

menyebabkan peningkatan resistensi arteriola dan menurunya kapasitas sistem pembuluh

vena.3

Tekanan darah arteri diatur dalam batas-batas tertentu untuk perfusi jaringan yang

cukup tanpa menyebabkan kerusakan pada sistem vaskuler, terutama intima arterial.tekanan

darah arterial langsung sembang dengan hasil curah jantung dan resistensi vaskular perifer.3

Pada orang normal dan hipertensi, curah jantung dan resisitesni perifer diatur oleh

suatu mekanisme pengatur yang saling tumpang tindih : barorefleks disalurkan melalui sistem

saraf simpatis, dan sistem renin-angiotensin-aldosteron. Obat-obat hipertensi umumnya

menurunkan tekanan darah dengan mengurangi curah jantung dan/atau menurunkan resistensi

perifer.3

A. Sistem baroreseptor dan sistem saraf simaptis

Barorefleks mencakup sistem saraf simaptis yang diperlukan untuk pengaturan

tekanan darah yang cepat dari waktu ke waktu.

Turunnya tekanan darah menyebabkan neuron-neuron ayang sensitif terhadap

tekanan akan mengirimkan impuls yang lebih lemah kepada pusat-pusat

kardiovaskuler dalam sambungan sumsum. Ini akan meninbulkan peningkatan

respon refleks pusat simpatik dan penurunan pusat parasimpatik terhadap jantung

dan pembuluh, yang mengakibatkan vasokonstriksi dan meningkatkan isi

sekuncup jantung. Perubahan ini akan menurunkan kenaikan tekanan darah

kompensasi.3

B. Sistem renin angitensin aldosteron

14

Ginjal mengatur tekanan darah jangka panjang dengan mengubah volume darah.

Baroreseptor pada ginjal menyebabkan penurunan tekanan darah (dan stimulasi reseptor β

adrenergik simpatik) dengan cara mengeluarkan enzim renin. Peptidase ini akan mengubah

angiotensinogen menjadi angiotensin I yang selanjutnya dikoncversi menjadi angiotensin II

oleh enzim pengkonversi angiotensin (ACE). Angiotensin II adalah vasokonstriktor yang

sangat poten dalam sirkulasi, menyebabkan peningkatan tekanan darah. Lebih lanjut,

angiotensin II ini memacu skeresi aldosteron, sehingga reabsorpsi natrium ginjal dan voulme

darah meningkat yang setreusnya juga akan terjadi meningkatkan tekanan darah.3

C. Kenaikan volume cairan dapat meningkatan tekanan arteri dengan meningkatan

curah jantung atau tahanan perifer total.

Mekanisme yang menyebabkan kenaikan volume cairan ekstrasel akan meningkatkan tekan

arteri adalah:

- Kenaikan volume cairan ekstrasel

- Meningkatnya volumen darah

- Meningkatannya tekanan pengisian sirkulasi rata-rata

- Meningkatan aliran balik darah vena kejantung

- Meningkatan jurah jantung dan

- Meningkatan arteri.

Selain itu ada juga yang dapat meningkatan tekanan arteri melalui kenaikan curah jantung,

salah satu cara tersebut adalah pengaruh langsung kenaikan curah jantung dalam

meningkatan tekanan dan pengaruh tidak langsung yang menyebabkan kenaikan tahan

vaskuler perifer melalui autoregulasi aliran darah. Bahwa darah yang mengalir melalui suatu

jaringan dalam jumlahnya berlebihan, maka pembuluh darah jaringan setempat akan

berkonstriksi dan menurunkan aliran darahnya kembali normal.

Fenomena ini disebut “autoregulasi”. Yang secara sederhana berarti pengatur aliran darah

oleh jaringan itu sendiri.bila keniakan volume darah meningkatkan curah jantung,aliran darah

seluruh jaringan tubuh akan meningkat sehingga mekanisme autoregulasi ini akan

menyebabkan konstriksi pembuluh darah diseluruh tubuh.keadaan ini selanjutnya akan

meningkatan tahanan perifer total.4

Peningkatan volume cairan ekstrasel

Peningkatan volume darah

15

Peningkatan tekanan pengisian sirkulasi rata-rata

Peningkatan aliran balik darah vena kejantung

Peningkatan curah jantung

Autoregulasi

Peningkatan resistensi perifer total

Peningkatan tekanan arteri

Peningkatan volume cairan ekstrasel dan menyebabkan peningkatan tekanan arteri.4

Peningkatan volume cairan ekstrasel dapat diakibatan oleh penumpukan garam didalam tubuh

dengan dua alasan yaitu :

1. Bila terdapat kelebihan garam didalam cairan ekstrasel,osmolalitas cairan akan

meningkat dan keadaan ini selanjutnya akan merangsang pusat haus diotak, yang

membuat seseorang minum lebih banyak air untuk mengembalikan konsentrasi garam

ekstrasel kembali normal. Hal ini akan meningkatan tekanan volume cairan ekstrasel.

2. Kenaikan osmolalitas yang disebabkan oleh kelebihan garam dalam cairan ekstrasel

juga merangsang mekanisme sekresi kelenjar hipotalamus –hipofisi posterior untuk

menyekresikan lebih banyak hormon antidiuretik.4

Hormon antidiuretik kemudian menyebabkan ginjal mereabsorbsi air dalam jumlah

besar dari cairan tebulus ginjal, dengan demikian mengurangi volume urin yang

diekskresikan tetapi meningkatan volume cairan ekstrasel.4

2.6 Kerusakan organ target

Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara langsung maupun

tidak langsung. Kerusakan organ-organ target yang umum ditemui pada pasien hipertensi

adalah :

1. Jantung

- Hipertrofi ventrikel kiri

- Angina atau infark miokardium

- Gagal jantung

16

2. Otak

- Strok atau transient ischemic attack

3. Penyakit ginjal kronispenyakit arteri perifer

4. Retinopati.

Beberapa penelitian menemukan bahwa penyebab kerusakan organ – organ tersebut dapat

melalui akibat langsung dari kenaikan tekanan darah pada organ, atau karena efek tidak

langsung, antara lain adanya autoantibodi terhadap reseptor ATI angiotensin II, stres

okjsidatif, down regulation dari ekspresi nitric oxide synthase. Penelitian lain juga

membuktikan bahwa diet tinggi garam dan sensitivitas terhadap garam berperan besar dalam

timbulnya kerusakan organ target, misalnya kerusakan pembuluh darah akibat meningkatnya

ekspresi transforming growth factor-β (TGF-β).2

Adanya kerusakan organ target, terutama pada jantung dan pembuluh darah akan

memperburuk prognosis pasien hipertensi. Tingginya morbiditas dan mortalitas pasien

hipertensi terutama disebabkan oleh timbulnya penyakit kardiovaskuler. 2

Faktor resiko panyekit kardiovaskuler pada pasien hipertensi antara lain2 :

- Merokok

- Obesitas

- Kurangnya gerak fisik

- Dislipidemia

- Diabetes melitus

- Mikroaalbumnuria atau perhitungan LFG < 60 ml/menit

- Umur laki-laki > 55 tahun, perempuan 65 tahun

- Riwayat keluarga dengan penyakit jantung kardiovaskuler prematur (laki-laki <

55 tahun perempuan < 65 tahun. 2

Pasien dengan prehipertensi berresiko mengalami peningkatan tekanan darah

hipertensi, mereka yang tekanan darahnya berkisar antara 130-139/80-89 mmHg dalam

sepanjang hidupnya akan memiliki dua kali resiko menjadi hipertensi dan mengalami

penyakit kardiovaskuler dari pada yang tekanan darahnya lebih rendah.2

Pada orang yang berumur lebih dari 50 tahun, tekanan darah sistolik > 140 mmHg yang

merupakan faktor resiko yang lebih penting untuk terjadinya penyakit kardiovaskuler dari

pada tekanan darah diastolik :

17

- Resiko penyakit kardiovaskuler dimulai pada tekanan darah 115/75 mmHg,

meningkat dua kali dngan tiap kenaikan 20/10 mmHg

- Resiko penyakit kardiovaskuler bersifat kontinyu, konsisten, dan independen dari

faktor resiko lainya

- Individu berumur 55 tahun memiliki 90 % resiko untuk mengalami hipertensi.2

2.7 Evaluasi Hipertensi

Evaluasi pada pasien hipertensi bertujuan untuk

1. Menilai pola hidup dan identifikasi faktor-faktor resiko kardiovaskuler lainya atau

menilai adanya penyakit penyerta uang mempengaruhi prognosis dan menentukan

pengobatan

2. Mencari penyebab kenaikan tekanan darah

3. Menentukan ada tidaknya kerusakan target organ dan penyakit kardiovaskuler.2

Evaluasi pasien hipertensi adalah dengan melakukan anamnesis tentang keluhan

pasien, riwayat penyakit dahulu dan penyakit keluarga, pemeriksaan fisis serta

pemeriksaan penunjang.

Anamnesis meliputi :

1. lama menderita hipertensi dan derajat tekanan darah

2. Indikasi adanya hipertensi sekunder

a. Keluarga dengan riwayat penyakit ginjal (ginjal polikistik)

b. Adanya penyakit ginjal, infeksi saluran kemih, hematuri, pemakain obat-obat

analgesik dan obat/bahan lain

c. Episoda berkeringat, sakit kepala, kecemasan, palpitasi (feokromositoma)

d. Episoda lemah otot dan tetani (aldosteronisme)2

3. Faktor-faktor resiko

18

a. Riwayat hipertensi atau kardivaskuler pada pasien atau keluarganya

b. Riwayat hiperlipidemia pada pasien dan keluarga pasien

c. Riwayat diabetes melitus pada pasien dan keluarga pasien

d. Kebiasaan merokok

e. Pola makan

f. Kegemukan, intensitas keluarga

g. Kepribadian.2

4. Gejala kerusakan organ

a. Otak dan mata : sakit kepala, vertigo, gangguan penglihatan, transient schemic

attacks, defisit sensoris atau motoris.

b. Jantung : palpitasi, nyeri dada, sesak, bengkak kaki

c. Ginjal : haus, poliuria, nokturia, hematuri

d. Arteri perifer : ekstremitas dingin, klaudikasio intermitten

5. Pengobatan antihipertensi sebelumnya

6. Faktor-faktor pribadi, keluarga, dan lingkungan

Pemeriksaan fisik selain memeriksa tekanan darah, juga untuk evaluasi adanya

penyakit penyerta, kerusakan organ taret serta kemungkinan adanya hipertensi skunder.2

Pengukuran tekanan darah :

- Pengukuran rutin dikamar periksa

- Pengukuran 24 jam (ambulatory blood pressure monitoring – ABPM)

- Pengukuran sendiri oleh pasien. 2

Pengukuran dikamar periksa dilakukan pada posisi duduk dikursi setelah pasien

istirahat selama 5 menit, kaki dilantai dan lengan pada posisi setinggi jantung.Ukuran

dan peletakan manset (panjang 12-13 cm, lebar 35 cm untuk standar orang dewasa)

dan stetoskop harus benar (gunakan suara korotkoff fase I dan V untuk penentuan

19

sistolik dan diastolik).Pengukiuran dilakukan 2x, dengan sela 1 sampai 5menit,

pengukuran tambahan dilakukan jika hasil kedua pengukuran sebelumnya sangat

berbeda.Pengukuran pada lengan kontralateral dilakukan pada kunjungan pertama dan

jika didapatkan kenaikan tekanan darah.Pengukuran denyut jantung dengan

menghitung nadi (30detik) dilakukan saat duduk segera sesudah pengukuran tekanan

darah. Untuk orang usia lanjut, diabetets dan kondisi lain dimana perkirakan ada

hipotensi ortostatik, perlu dilakukan jugan pengukuran tekanan darah pada posisi

berdiri.2

Beberapa indikasi penggunaan ABPM antara lain :

- Hipertensi yang borderline atau yang bersifat epidosik

- Hipertensi office atau white coat

- Adanya disfungsi saraf otonom

- Hipertensi skunder

- Sebagai pedoman dalam pemilihan jenis obat antihipertensi

- Tekanan darah yang resisten terhadap pengobatan antihipertensi

- Gejala hipotensi yang berhubungan dengan pengobatan antihipertensi.2

Pengukuran sendiri dirumah memiliki kelebihan dan kekurangan. Kekuranganya

adalah masalah ketepatan pengukuran, sedang kelebihanya antara lain dapat

menyingkirkan efek white coat dan memberikan banyak hasil pengukuran. Beberapa

penelitian menyatakan bahwa pengukuran dirumah lebih mewakili kondisi tekanan

darah sehari-hari. Pengukuran tekanan darah dirumah juga diharapkan dapat

meningkatkan kepatuhan pasien dan meningkatkan keberhasilan pengendalian

tekanan darah serta menurunkan biaya.2

Pemeriksaan penunjang pasien hipertensi terdiri dari :

- Tes darah rutin

- Glukosa darah puasa

- Kolesterol total serum

- Kolesterol LDL dan HDL serum

20

- Trigliserida serum (puasa)

- Asam urat serum

- Kreatinin serum

- Kalium serum

- Hemoglobin dan hematokrit

- Urinalisis

- EKG2

Beberapa pedoman penanganan hipertensi menganjurkan test lain seperti :

- Ekokardiogram

- USG karotis

- C-reactive protein

- Mikroalbuminuria atau perbandingan albumin/kreatinin urin

- Proteinuria kuantitatif

- Funduskopi.2

Evaluasi pasien hipertensi juga diperlukan untuk menentukan adanya penyakit

penyerta sistemik, yaitu :

- Aterosklerosis (melalui pemeriksaan profil lipid)

- Diabetes

- Fungsi ginjal. 2

2.8 Penatalaksanaan Hipertensi

pengobatan

Tujuan pengobatan pada hipertensi adalah :

21

Target tekanan darah <140/90 mmhg,untuk individu berisiko tinggi (diabetes,gagal

ginjal proteinuria) <130/80 mmhg.

Penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskular

Menghambat laju penyakit ginjal proteinuria.2

Penatalaksanaan pada hipertensi ada 2 yaitu :

1. Non farmakologi

- Menghentikan merokok

- Menurunkan berat badan yang berlebihan

- Menurunkan konsumsi alkohol berlebih

- Latihan fisik

- Menurunkan asupan garam

- Meningkatan konsumsi buah dan sayur serta menurunkan asupan lemak dan2

- Diet rendah garam

Diet rendah garam diberikan kepada pasien dengan edema atau asites dan/atau hipertensi

seperti pada penyakit dekompensatio kordis, sirosis hati, penyakit ginjal tertentu, toksemia

kehamilan, dan hipertensi esensial.WHO (1990) menganjurkan pembatasan konsumsi garam

dapur hingga 6 gram sehari (2400 mg Natrium).7 Beberapa tingkat diet rendah garam :

1. Diet rendah garam I (200-400 mg Na)

Diet rendah garam I diberikan pada pasien dengan edema, asites, dan/atau hipertensi

berat. Pengolahan makannya tidak ditambah garam dapur. Hindari makanan

mengandung natrium tinggi.

2. Diet rendah garam II (600-800 mg Na)

Diet rendah garam II diberikan pada pasien dengan edema, asites, dan/atau hipertensi

yang tidak terlalu berat. Pemberian makanan sehari sama dengan diet rendah garam I.

Pada pengolahan makanannya boleh menggunakan ½ sendok garam dapur (2g).

Hindari bahan makanan yang tinggi kadar natriumnya.

3. Diet rendah garam III (1000-1200 mg Na)

Diet rendah garam III diberikan pada pasien edema, asites, dan/atau hipertensi ringan.

Pemberian makanan sehari sama dengan diet rendah garam I. Pengolahan

makanannya boleh menggunakan 1 sendok garam dapur (4g).7

22

2. Farmokologi terdiri dari :

- Diuretik terutama jenis Thiazide atau Aldosteron antagonis

- Beta bloker

- Calcium channel bloker atau calcium antagonis (CCB)

- Angiotensi converting enzymen inhibitor (ACE)

- Angiotensi II receptor blocker atau AT, receptor antagonis/blocker (ARB)2

Pengobatan hipertensi terdiri dari terapi nonfarmakologis dan farmakologis. Terapi

nonfarmakologis harus dilaksanakan oleh semua pasien hipertensi dengan tujuan menurunkan

tekanan darah dan mengendalikan faktor-faktor resiko serta penyakit penyerta lainya.

Terapi nonfarmakologis terdiri dari :

- Menghentikan merokok

- Menurunkan berat badan berlebih

- Menurunkan konsumsi alkohol berlebih

- Latihan fisik

- Menurunkan asupan garam

- Meningkatkan konsumsi buah dan sayuran serta menurunkan asupan lemak.2

Tata laksana hipertensi menurut JNC 72

Klasifikasi tekanan darah

Normal

Prehipertensi

Hipertensi derajat I

TDS

(mmHg)

< 120

120-139

140-159

TDS

(mmHg)

< 80

80-89

90-99

Perbaiakan

pola hidup

Dianjurkan

Iya

Iya

Terapi obat awal

Terapi indikasi yang memaksa

Tidak indikasi obat

Diuretika yang tiazide untuk

sebagian besar kasus, dapat

Dengan indikasi

yang memaksa

Obat – obat

untuk indikasi

yang memaksa,

obat

23

Hipertensi derajat

II ≥ 160 ≥ 100 Iya

dipertimbangkan ACEI, ARB,

BB, CCB, atau kombinasi

Kombinasi 2 obat untyk

sebagian besar kasus

umumnya diuretika jenis

thiazide dan ACEI atau ARB

atau BB atau CCB

antihipertensi

lain (diuretika,

ACEI, ARB,

BB, CCb)

sesuai

kebutuhan.

Indikasi dan kontra indikasi kelas-kelas utama obat anti hipertensi menurut ESH2

Kelas obat Indikasi Kontra indikasiMutlak Tidak Mutlak

Diuretika (Thiazide) Gagal jantung kongestif, usia lanjut, isolated systolic hypertension.

Gout Kehamilan

Diuretika (Loop) Insufisiensi ginjal, gagal jantung kongestif

Diuretika (anti aldosteron)

Gagal jantung kongestif, pasca infark miokardium

Gagal ginjal, hiperkalemia

Penyekat β Angina pektoris, pasca infark miokardium, gagal jantung kongestif, kehamilan, takiaritmia

Asma, penyakit paru obstruktif menahun, A-V block (derajat 2 atau 3)

Penyakit pembuluh darah perifer, intoleransi glukosa, atlit atau pasien yang aktif secara fisik

24

Calcium antagonist(dihydropiridine)

Usia lanjut, isolated systolic hypertension, angina pektoris, penyakit pembuluh darah perifer, aterosklerosis karotis, kehamilan

Takiaritmia, gagal jantung kogestif

Calcium Antigonist (verapamil, diltiazem)

Angina pektoris, aterosklerotis karotis, takikardia supraventrikuler

A-V block (derajat 2 atau 3), gagal jantung kongestif

Pengahambat ACE Gagal jantung kongestif, disfungsi ventrikel kiri, pasca infark miokardium, non-diabetik nefropati

Kehamilan, hiperkalemia, stenosis arteri renalis bilateral

Angiotensin II receptor antagonist (ATI-blockers)

Nefropati DM tipe 2, mikroalbuminuria diabetik, proteinuria, hipertropi ventrikel kiri, batuk karena ACEI

Kehamilan, hiperkalemia, stenosis arteri renalis bilateral

Α-Blocker

Hiperplasia prostat (BPH), hiperlipidemia

Hipotensi ortostatis

Gagal jantung kongestif

Obat – obat anti hipertensi

- Diuretika

1. Bumetanid

Dosis : 0,5-2 mg/hari

Sedia : tablet dan bubuk injek

Cara pemberian ; oral, IV dan IM

2. Furosemid

Dosis: 4-10 mg/hari

25

Sedia : tablet

Cara pemberian : oral

3. Hidroklorotiazid

Dosis : 25-50 mg/hari

Sediaan ; tablet

Cara pemberian : oral

4. Spironolakton

dosis pada orang dewasa 25-200 mg/hr dan anak-anak 3 mg/hr

sediaan : tablet

cara pemberian : oral

5. Triamteren

Dosis : 100-300 mg/hari

Sediaan ; kapsul

Cara pemberian ; oral

- Penyekat β

1. Atenolol

Dosis : 50-100 mg/hari

Sediaan : tablet

2. Labetalol

Dosis : 100 mg/hari, dosis maksimum 2400 mg/hari

Sediaan : tablet

Cara pemberian : oral

3. Metoprolol

Dosis : 100-200 mg/hari

Sediaan : tablet

4. Nadolol

Dosis : 40 mg/ hari , dosis maksimum 240 mg/hari

Sediaan : tablet

Cara pemberian : oral

5. Propranolol

Dosis : 10 mg/hari

Sediaan : tablet

6. Timolol

26

Dosis : 5-10 mg

Sedian ; tablet

Cara pemberian : oral

- Inhibitor ACE

1. Benazepril

Dosis : 5-10 mg/hari

Sediaan : tablet

2. Captopril

Dosis : 12,5-25 mg/hari

Sediaan : tablet

3. Enalapril

Dosis : 10-40 mg/hari

Sediaan : tablet

4. Fosinopril

Dosis : 10 mh/hari, dosis maksimum : 40 mh/hari

Sediaan : kaplet

Cara pemberian oral

5. Lisinopril

Dosis : 2,5-40 mh/hari

Sediaan : tablet

6. Ramipril

Dosis : 2,5-15 mg/hari

Sediaan : tablet

7. Quinapril

Dosis : 5-20 mg/hari

Sediaan : tablet

8. Moeksipril

Dosis : 7,5 – 15 mh/hari

Sedia : tablet

- Angiotensin antagonis II

1. Losartan

Dosis : 25 mg / hari, maksimum 100 mg/hari

27

Sediaan : tablet

Cara pemberian ; oral

- Penyekat kanal kalsium

1. Amlodipin

Dosis : 5-10 mg/hari

Sediaan : tablet

2. Diltiazem

Dosis :

Sediaan :

3. Felodipin

Dosis : 2,5-10 mg/hari

Sediaan : tablet

4. Isradipin

dosis : 4 x 30 mg/ hari

sediaan : tablet

cera pemberian : oral

5. Nitedipin

Dosis : 30 mg/hari

Sediaan : tablet dan botol infus

6. Nisodipin

Dosis :

Sediaan :

7. Verapamil

Dosis :

Sediaan :

- Penyekat α

1. Doksazosin

Dosis : 1mg/hari

Sediaan : tablet led

2. Prazosin

Dosis :

28

Sediaan :

3. Terazosin.3

Dosis :

Sediaan :

2.9 Pemantauan

Pasien yang telah mulai mendapat pengobatan harus datang kembali untuk evaluasi

lanjutan dan pengaturan dosisi obat sampai target tekanan darah tercapai. Setelah tekanan

darah tercapai dan stabil, kunjungan selanjutnya dengan interval 3-6 bulan, tetapi frekuensi

kunjungan ini juga ditentukan oleh ada tidaknya komorbiditas seperti gagal jantung, penyakit

yang berhubungan dengan diabetes, dan kebutuhan akan pemeriksaan laboratorium.2

Penyebab hipertensi resisten2

1. Pengukuran tekanan darah yang tidak benar

2. Dosis belum memadai

3. Ketidakpatuhan pasien dalam penggunaan obat antihipertensi

- Asupan alkohol berlebih

- Kenaikan berat badan berlebih

4. Ketidakpatuhan pasien dalam memperbaiki pola hidup

- Asupan garam berlebih

- Terapi diuretika tidak cukup

- Penurunan fungsi ginjal berjalan progresif

5. Kelebihan volume cairan tubuh

6. Adanya terapi lain

7. Adanya penyebab hipertensi lain/sekunder.2

Jika dalam 6 bulan target pengobatan (termasuk target tekanan darah) tidak tercapai,

harus dipertimbangkan untuk melakukan rujukan ke dokter spesialis atau subspesialis. Bila

selain hipertensi ada kondisi lain seperti diabetes melitus atau penyakit ginjal, baik american

diabetes association (ADA) maupun international society of nephrology (ISN) dan NKF

menganjurkan rujukan kepada seorang dokter ahli jila laju filtrasi glomerulus mencapai < 60

ml/men/1,73 m2 atau jika ada kesulitan dalam mengatasi hipertensi atau hiperkalemia, serta

29

rujukan kepada konsultan nefrologi jika laju filtrasi glomerulus mencapai < 30 ml/men/1,73

m2 atau lebih awal jika pasien berresiko mengalami penurunan fungsi ginjal yang cepat atau

diagnosis dan prognosis pasien yang diragukan.2

Pengobatan antihipertensi umumnya untuk selama hidup. Penghentian pengobatan cepat

atau lambat akan diikuti dengan naiknya tekanan darah sampai seperti sebelum dimulai

pengobatan hipertensi. Walaupun demikian, ada kemungkinan untuk menurunkan dosi

jumlah obat antihipertensi secara bertahap bagi pasien yang diagnosis hipertensinya sudah

pasti serta tetap patuh terhadap pengobatan nonfarmakologis. Tindakan ini harus disertai

dengan pengawasan tekanan darah yang ketat.2

BAB III

KESIMPULAN

Sirosis merupakan penyakit hati yang kronis biasanya akibat infeksi hepatitis kronis akibat alkoholisme.2

Sirosis hati secara klinis dibagi menjadi dua, pertama sirosis hati kompensata yaitu, belum ada gejala klinis yang nyata, dan sirosis hati dekompensata yaitu, sirosis hati yang disertai dengan gejala dan tanda klinis yang jelas.2

Penyebab sirosis adalah alkoholisme, infeksi hati kronis dan dapat menyebabkan komplikasi seperti varises oesofagus, asites, dan ensefalopati hepatik.

Hipertensi merupakan  suatu keadaan di mana seseorang mengalami peningkatan

tekanan darah di atas normal yang ditunjukkan oleh angka systolic sekitar 140

mmhgdan diastolic sekitar 90 mmhg (Wilson LM,1995).1

klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal,

prahipertensi, hipertensi derajat 1 dan derajat 2.2

Faktor-faktor yangdapat menyebabkan kenaikan tekanan darah antara lain lingkungan

seperti cara hidup dengan stres, diet tinggi natrium, kegemukan, dan merokok,

merupakan faktor predisposisi pribadi terjadinya hipertensi.3

Pengaobatan hipertensi ada 2 cara nonfarmokologi dan farmokologi.2

30

LAPORAN KASUS

STATUS ORANG SAKIT

Anamnesa Pribadi

Nama : Ny Rokaya

Umur : 61 tahun

Jenis kelamin : perempuan

Status Kawin : Menikah

Agama : Islam

Pekerjaan : IRT

Alamat : Gg. Abdul manan,Dusun 5

Suku : Jawa

Anamnesa Penyakit

Keluhan Utama :

Perut membesar

Telaah :

Os datang ke IGD RS Haji Medan dengan keluhan perut membesar.Perut membesar

dirasakan oleh Os sejak ± 2bulan sebelum masuk rumah sakit. Perut dirasakan makin

membesar dan menyesak terutama sejak 1 minggu ini. OS mengeluh adanya nyeri di daerah

ulu hati sejak 1 minggu ini. OS ada mencret dalam 1 minggu ini dengan frekuensi 2 kali/hari,

BAB lebih cair ada ampas, berwana kuning kecoklatan dengan volume ½ gelas agua. Os juga

merasakan mual yang hilang timbul, mual semakin parah bila perut os kosong dan semakin

berkurang bila os makan. Tetepi os tidak muntah (-).

Demam(-),batuk kering (+), nafsu makan menurun (+), minum(+), BAK (+) warna

kuning pekat.

Riwayat Penyakit Dahulu

Hipertensi± 2 tahun

31

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada

Riwayat Pemakaian Obat

Tidak jelas

Anamnesa Umum

Badan kurang enak : Ya Tidur : Biasa

Merasa capek/lemas : Ya Berat badan : Menurun

Merasa kurang sehat : Ya Malas : Ya

Menggigil : tidak Demam : Tidak

Nafsu makan : Menurun Pening : Ya

Anamnesa Organ

1. Cor

Dyspnoe d’effort : Tidak Cyanosis : Tidak

Dyspnoe d’repos : Tidak Angina pectoris: Tidak

Oedema : Tidak Palpitasi cordis : Tidak

Nycturia : Tidak Asma cardial : Tidak

2. Sirkulasi Perifer

Claudicatio intermitten : Tidak Gangguan Tropis : Tidak

Sakit waktu istirahat : Tidak Kebas-kebas : Tidak

Rasa mati ujung jari : Tidak

3. Tractus Respiratorius

Batuk : Tidak Stridor : Tidak

Berdahak : Tidak Sesak nafas : Tidak

Hemaptoe : Tidak Suara parau : Tidak

Sakit dada waktu bernafas : Tidak

Pernafasan cuping hidung : Tidak

4. Tractus digestivus

32

A. Lambung

Sakit di epigastrium Sendawa : Tidak

Sebelum/sesudah makan : Tidak Anoreksia : Tidak

Rasa panas di epigastrium : Tidak Mual-mual : Ya

Muntah (freq,warna,isi,dll) : Tidak Dysphagia : Tidak

Hematemesis : Tidak Foetor ex ore : Tidak

Ructus : Tidak Pyrosis : Tidak

B. Usus

Sakit di abdomen : Ya Melena : Tidak

Borborygmi : Tidak Tenesmi : Tidak

Defekasi : Ya Flatulensi : Tidak

Obstipasi : Tidak Haemorroid : Tidak

Diare : Tidak

C. Hati dan saluran empedu

Sakit perut kanan : Tidak Gatal-gatal di kulit : Tidak

Memancar ke Asites : Ya

Kolik : Tidak Oedema : Tidak

Icterus : Ya Berak dempul : Tidak

5. Ginjal dan saluran kencing

Muka sembab : Tidak

Sakit pinggang memancar ke : Tidak

Kolik : Tidak Oliguria : Tidak

Miksi : normal Anuria : Tidak

Polyuria : Tidak Polaksuria : Tidak

6. Sendi

Sakit : Tidak Sakit di gerakkan : Tidak

Sendi kaku : Tidak Bengkak : Tidak

Merah : Tidak Stand abnormal : Tidak

33

7. Tulang

Sakit : Tidak Fraktur spontan : Tidak

Bengkak : Tidak Deformasi : Tidak

8. Otot

Sakit : Tidak Kejang-kejang : Tidak

Kebas-kebas : Tidak Atrofi : Tidak

9. Darah

Sakit dimulut dan di lidah: Tidak Muka pucat : Tidak

Mata berkunang-kunang : Tidak Bengkak : Tidak

Pembengkakan kelenjar : Tidak Penyakit darah : Tidak

Merah di kulit : Tidak Pendarahan sub kutan : Tidak

10. Endokrin

A. Pankreas

Polidipsi : Tidak Pruritus : Tidak

Polifagi : Tidak Pyorrhea : Tidak

Poliuri : Tidak

B. Tiroid

Nervositas : Tidak Struma : Tidak

Exoftalmus : Tidak Miksoderm : Tidak

C. Hipofisis

Akromegali : Tidak Distrofi adipos kongenital : Tidak

11. Susunan Syaraf

Hipoastesia : Tidak Sakit kepala : Tidak

Parastesia : Tidak Gerakan tics : Tidak

Paralisis : Tidak

34

12. Panca Indra

Penglihatan : Normal Pengecapan : Normal

Pendengaran : Normal Perasaan : Normal

Penciuman : Normal

13. Psikis

Mudah tersinggung : Tidak Pelupa : Tidak

Takut : Tidak Lekas marah : Tidak

Gelisah : Ya

14. Keadaan sosial

Pekerjaan : IRT

Hygiene : Baik

Anamnesa penyakit terdahulu :Hipertensi ± 2 tahun

Riwayat pemakaian obat : Tidak jelas

Anamnesa makanan

Nasi : freg2x/hari Sayur-sayuran : Ya

Ikan : Ya Daging : Ya

Anamnesa Family

Penyakit-penyakit family : Tidak ada

Peyakit seperti orang sakit : Tidak ada

Anak-anak 7, hidup 7, mati 0

Keadaan umum

Sensorium : Compos mentis

Tekanan Darah : 110 / 70 mmHg

Temperatur : 37o C

Pernafasan : 20 kali per menit, reguler, tipe thorakal abdominalis

Nadi : 80kali per menit, regular

35

Keadaan Penyakit

Anemia : Tidak Eritema : Tidak

Ikterus : Ya Turgor : Baik

Sianose : Tidak Gerakan aktif : Tidak

Dispnoe : Tidak Sikap tidur paksa : Tidak

Edema : Tidak

Keadaan Gizi

BB : - TB : -

BBRBW = x 100 % = Tidak bisa ditimbang karena os susah untuk duduk

TB – 100 dan berdiri

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum

1. Kepala

Pertumbuhan rambut : Baik

Sakit kalau dipegang : Tidak

Perubahan lokal : Tidak

a. Muka

Sembab : Tidak Parase : Tidak

Pucat : Tidak Gangguan lokal : Tidak

Kuning : Tidak

b. Mata

Stand mata : Simetris Ikterus : Tidak

Gerakan : Otoforik Anemia : Tidak

Exoftalmus : Tidak Reaksi pupil : Isokor

Ptosis : Tidak Gangguan lokal : Tidak

36

c. Telinga

Sekret : Tidak Bentuk :Normal

Radang : Tidak Atrofi : Tidak

d. Hidung

Sekret : Tidak Benjolan-benjolan : Tidak

Bentuk : Normal

e. Bibir

Sianosis : Tidak Kering : Tidak

Pucat : Tidak Radang : Tidak

f. Gigi

Karies : Tidak Jumlah : 28

Pertumbuhan : Normal

g. Lidah

Kering :Tidak Beslag : Tidak

Pucat : Tidak Tremor : Tidak

h. Tonsil

Merah : Tidak Angina lakunaris : Tidak

Bengkak : Tidak Beslag : Tidak

2. Leher

Inspeksi :

Struma : Tidak Tortikalis : Tidak

Kelenjar bengkak : Tidak Venektasi : Tidak

Pulsasi vena : Tidak tampak

Palpasi :

Posisi trachea : Medial

Tekanan vena jugularis : R-3 cmH20

Sakit / nyeri tekan : Tidak

Kosta servikalis : Tidak

37

3. Thorax depan

Inspeksi :

Bentuk : Fusiformis Venektasi : Tidak

Simetris/asimetris : Simetris Pembengkakan : Tidak

Bendungan vena : Spider nevi Pylsasi verbal : Tidak

Ketinggalan bernafas : Tidak Mammae : Simetris

Palpasi :

Nyeri tekan : Tidak ada

Fremitus suara : Stem Fremitus sin = dex

Fremissement : Tidak

Iktus : Tidak Teraba

a. Lokalisasi : Tidak

b. Kuat angkat : Tidak

c. Melebar : Tidak

d. Iktus negatif : Tidak

Perkusi :

Suara perkusi paru : Sonor

Batas paru hati Gerakan bebas : 1cm

a. Relatif : ICS V dextra

b. Absolut : ICS VI dextra

Batas jantung

Atas : ICS III sinistra

Kanan : Linea parasternal dextra

Kiri : ICS IV midclavikula sinistra

Auskultasi

Paru-paru

Suara pernafasan : Vesikuler

Suara tambahan : Tidak ada

Cor

Heart rate : 80 kali per menit

38

Suara katup : M1 > M2 A2 > A1

P2 > P1 A2 > P2

Suara tambahan : Tidak ada

4. Thorak belakang

Inspeksi

Bentuk : Fusiformis Scapulae alta : Tidak

Simetris : Simetris Ketinggalan bernafas : Tidak

Benjolan : Tidak Venektasi : Tidak

Palpasi

Nyeri tekan : Tidak Penonjolan : Tidak

Fremitus suara : Stem Fremitus sin = dex

Perkusi

Suara perkusi paru : sonor

Auskultasi Suara pernafasan : Vesikuler Suara tambahan : Tidak ada

5. Abdomen

Inspeksi

Bengkak : ya, simetris

Venektasi/pembentukan vena : Tidak

39

Gembung : Tidak

Sirkulasi collateral : Ya

Pulsasi : Tidak

Palpasi

Defens muskular : Tidak

Nyeri tekan : Tidak

Lien : Tidak Teraba

Ren : Tidak Teraba

Hepar teraba/tidak, pinggir - konsistensi permukaaan - nyeri tekan -

Perkusi

Pekak hati : Tidak

Pekak beralih : Ya

Auskultasi

Peristaltik usus : 5 kali / menit

6. Ekstermitas

1. Atas Kanan Kiri

Bengkak : Tidak Tidak

Merah : Tidak Tidak

Stand abnormal : Tidak Tidak

Gangguan fungsi : Tidak Tidak

Tes rumpelit : Tidak Tidak

2. Bawah Kanan Kiri

Bengkak : Tidak Tidak

Merah : Tidak Tidak

Oedema : Tidak Tidak

Pucat : Tidak Tidak

Gangguan fungsi : Tidak Tidak

Varises : Tidak Tidak

40

Pemeriksaan Laboratorium Darah

Hemoglobin 9,9gr %

Leukosit 17.700 mm3

LED 78mm/jam

Eritrosit 2.7 mm3

Trombosit 62.000

Hematokrit 28,5 %

Gula Darah Sewaktu 96 mg/dl

Ureum 44 mg/dl

Kreatinin 1.85 mg/dl

Bilirubin total 5,78 mg/dl

Bilirubin direct 3,47 mg/dl

AST (SGOT) 50 U/I

ALT (SGPT) 5 U/I

Protein total 7,66 g/dl

Albumin 1,74 g/dl

Globulin 4,27 g/dl

RESUME

Anamnesa

Keluhan utama : Perut membesar

Telaah :

Os datang ke IGD RS Haji Medan dengan keluhan perut membesar.Perut membesar

dirasakan oleh Os sejak ± 2bulan sebelum masuk rumah sakit. Perut dirasakan makin

membesar dan menyesak terutama sejak 1 minggu ini. OS mengeluh adanya nyeri di daerah

ulu hati sejak 1 minggu ini. OS ada mencret dalam 1 minggu ini dengan frekuensi 2 kali/hari,

BAB lebih cair ada ampas, berwana kuning kecoklatan dengan volume ½ gelas agua. Os juga

merasakan mual yang hilang timbul, mual semakin parah bila perut os kosong dan semakin

berkurang bila os makan. Os juga merasakan batuk kering (+), nafsu makan menurun (+),

minum(+), BAK (+) warna kuning pekat.

Riwayat Penyakit Dahulu

41

Hipertensi

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada

Riwayat Pemakaian Obat

Tidak jelas

Status Praesent

Keadaan Umum Keadaan Penyakit Keadaan Gizi

Sens : SomnolenTD : 110/70 mmHgNadi : 80 x/iNafas : 20 x/iSuhu : 370C

Anemia : TidakIkterus : YaSianosis : TidakDypnoe : TidakEdema : TidakEritema : TidakTurgor : BaikGerakan aktif : TidakSikap paksa : Tidak

TB : cmBB : kgRBW : BB x 100 % (TB – 100) : x 100 % : Tidak bisa ditimbang

Pemeriksaan Fisik

Kepala : normochephali, anemis (-), ikhterik (+), hidung, tenggorokan, telinga DBN

Leher : Trakea medial, pembesaran KGB (-), TVJ R-3 cmH2O

Thorax : Simetris fusiformis, stamf fremitus sin = dex

Abdomen : Perut membesar, Pekak beralih (+),peristaltik usus (+) normal

Ekstermitas : Superior : DBN

Inferior : DBN

Pemeriksaan Laboratorium

- Urin : -

- Darah :

Hb :9.9 g/dl

Eritrosit :2.7 x 10⁶ mm³

Leukosit :17.700 mm³

42

Hematokrit :28,5 %

Trombosit :62,000 mm³

LED :78 mm/jam

Fungsi Hati

Bilirubin total :5,78 mg/dl

Bilirubin direk:3,47 mg/dl

AST (SGOT) :50 U/I

ALT (SGPT) :5 U/I

Protein total : 7,66 g/dl

Albumin : 1,74 g/dl

Globulin : 4,27 g/dl

Fungsi Ginjal

Ureum :44 mg/dl

Kreatinin : 1.85 mg/dl

Tinja : -

DISKUSI KASUSGejala dan Tanda Sirosis Hepatis pada OS

Gejala dan Tanda pada Teori Gejala dan Tanda pada OSKegagalan hati dan hipertensi portal AdaHilangnya rambut Tidak adaGangguan tidur Ada

Demam Tidak adaSpider nevi AdaEritema palmaris Ada

Kolateral vein Ada

Asites AdaSplenomegali Tidak adaIcterus, dengan kemih berwarna teh pekat Ada

Hematemesis dan/atau melena Tidak ada

43

Perubahan Mental (mudah lupa, bingung, sulit konsentrasi, agitasi, sampai koma)

Ada

Gangguan pembekuan darah (gusi berdarah, epistaksis, gangguan siklus haid)

Tidak ada

Pemeriksaan LABPemeriksaan laboratorium Pada teori Pada os

Bilirubin total Meningkat pada sirosis lanjut Iya Bilirubin direck Meningkat pada sirosis lanjut Iya AST (SGOT) Meningkat Iya ALT (SGPT) Meningkat TidakAlbumin Menurun Iya Globulin Meningkat Iya

Diagnosis Banding :

1. Sirosis Hepatis Dekompensata + hipertensi

2. Hepatik Esefalopati

3. Malnutrisi

4. Hepatoma

5. Tumor Abdomen

Diagnosa Sementara : Sirosis Hepatis Dekompensata + hipertensi

Terapi

1. Aktifitas : Bed rest

2. Diet (jumlah,jenis,jadwal) : Diet M II + RG II

3. Medikamentosa :

IVFD RL 10 gtt/i

Inj Ceftriaxone 1gr/12 jam

Inj Ketoralac 1 amp/12 jam

Inj Furosemid 1 amp/12 jam

Kanamycin tab 500mg 3 x 1

Spironolacton tab 100mg 2x1

Lactulose 3 x 1 tab

Pemeriksaan anjuran/usul :

44

Darah RutinUrine RutinFaal hati, Bilirubin total, bilirubin direct/indirect, Protein total, Albumin, GlobulinFaal ginjal, ureum, kreatinin

45

DAFTAR PUSTAKA

1. Sylvia A.price,Lorraine M. Wilson. Patofisiologi. Edisi ke-6.jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC , 2005.

2. Sudoyo AW, Setyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editors. Buku ajar ilmu

penyakit dalam. Edisi ke-4. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit

Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2006.

3. Mycek, Mary J. Farmakologi : ulasan bergambar / Mary J. Mycek, Richard A. Harvey,

Pamela C. Champe; alih bahasa, Azwar Agoes; editor, Huriawati Hartanto, Ed. 2.

Jakarta : Widya Medika, 2001.

4. Guyton,Arthur C,John E. Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-11. Jakarta :

Penerbitan buku kedokteran EGC,2007.

5. Samsuhidajat, De Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-3. Jakarta : Penerbit EGC

2010.

6. Keith L.Moore, Anne M.R.Agur. Anatomi Klinis Dasar. Edisi bahasa Indonesia.

Jakarta : Penerbit EGC 2002.

7. Dr. Sunita Almatsier, M.Sc. Penuntun Diet edisi baru. Jakarta : Cetakan ke-25, PT.

Sun, 2004.

46

LAMPIRAN

Asites dengan vena kolateral Eritema palmaris

Spider Nevi

Kontraktur Dupuytren

Sistem porta

47

48