PA ACARA IV.doc

Embed Size (px)

Citation preview

LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM PENGELOLAAN AIR UNTUK PERTANIANACARA IV

PERHITUNGAN EVAPOTRANSPIRASI DENGAN RUMUS-RUMUS EMPIRIS MENGGUNAKAN DATA IKLIM

Disusun oleh:1. Eka Mira Sariyah Wati(12681)

2. Nuria Tri Hastuti

(12688)

3. Ari Tri Lestari

(12705)

4. Nur Utami Dewi

(12706)

5. Ade Hardyanti

(12716)

6. Dea Anindia Mentari(12735)

Golongan/Kelompok

: A5/IIAsisten

: YudhistiraLABORATORIUM AGROHIDROLOGI

JURUSAN TANAH

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2015

ACARA IV

PERHITUNGAN EVAPOTRANSPIRASI DENGAN RUMUS-RUMUS EMPIRIS MENGGUNAKAN DATA IKLIM

ABSTRAKSI

Evapotranspirasi merupakan proses pengembalian air total dari permukaan tanah, badan air, dan vegetasi ke atmosfir oleh adanya pengaruh faktor-faktor iklim dan fisiologis vegetasi, Tujuan dari praktikum ini adalah menghitung kebutuhan air konsumtif suatu tanaman berdasarkan keadaaan iklim suatu wilayah, Praktikum Pengelolaan Air untuk Pertanian Acara IV yang berjudul Perhitungan Evapotranspirasi dengan Rumus-rumus Empiris Menggunakan Data Iklim dilaksanakan pada tanggal 20 Maret 2015 di Laboratorium Agrohidrologi, Jurusan Tanah, Faklutas Pertanian, Unversitas Gadjah Mada, Analisis data iklim disesuaikan dengan rumus Eto metode Blaney Criddle, Penman, dan Radiasi. Alat dan bahan yang diperlukan adalah data iklim lengkap, alat tulis, dan kalkulator, Tanaman yag dihitung kebutuhan air konsumtif (Etc) adalah wortel, millet, dan grain, Hasil praktikum ini adalah diperoleh nilai Eto Penmann Bulanan adalah 6,03 mm/hari. Eto Radiasi 4,40 mm/hari, dan Eto Blaney Criddle 4,05 mm/hari, Selain itu diperoleh hasil bahwa tanaman grain ditanam pada bulan Desember 2004 dasarian I dan berakhir pada April 2005 dasarian III, tanaman millet dan wortel dapat ditanam pada bulan Desember dasarian I 2004 Maret dasarian II 2005I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup tumbuhan, air menyusun 70%-80% dari berat tumbuhan ketika tanaman masih hidup. Air juga berfungsi sebagai media transportasi unsur hara dan terlibat dalam reaksi biokimia dalam sel tumbuhan. Dibidang pertanian, air diperoleh dari hujan atau irigasi, Sebagian air juga berasal dari bawah tanah yang bergerak ke atas secara lambat sebagai pengganti kehilangan air pada tanaman. Dalam siklus hidrologi, air yang berada di laut, sungai dan daratan akan menguap melalui proses evaporasi dan terjadi transpirasi dari tumbuhan ke atmosfer dan akan kembali ke bumi dalam bentuk curah hujan. Setelah mencapai bumi, sebagian air akan meresap ke dalam tanah menjadi air tanah dan sebagian lagi berada di permukaan tanah. Air permukaan yang mengalir maupun tergenang dan sebagian air yang berada di permukaan tanah akan terkumpul dan membentuk suatu aliran yang membentuk yang menuju ke tempat yang lebih rendah dan berakhir di laut.

Evapotranspirasi adalah keseluruhan jumlah air yang berasal dari permukaan tanah, air, dan vegetasi yang diuapkan kembali ke atmosfer oleh adanya pengaruh faktorfaktor iklim dan fisiologi vegetasi. Dengan kata lain, besarnya evapotranspirasi adalah jumlah antara evaporasi (penguapan air berasal dari permukaan tanah), intersepsi (penguapan kembali air hujan dari permukaan tajuk vegetasi), dan transpirasi (penguapan air tanah ke atmosfer melalui vegetasi). Laju evaporasi di Indonesia dan daerah tropis umumnya berkisar antara 100-200 mm per bulan sehingga pemilihan bulan menjadi bulan basah, lembab, dan kering, Dengan demikian, selama bulan basah terjadi surplus air pada tanah sehingga tanaman tidak akan mengalami kekurangan air untuk metabolisme dan pertumbuhannya, Namun sebaliknya, selama bulan kering akan terjadi defisit air tanah, sehingga akan menghambat pertumbuhan akan mengganggu proses metabolisme tanaman.B. TujuanTujuan dari praktikum ini adalah mengetahui air konsumtif suatu tanaman berdasarkan keadaan iklim suatu wilayahII. TINJAUAN PUSTAKAPenguapan merupakan komponen penting dari siklus hidrologi. Potensi penguapan (PE) dari permukaan tumbuhan adalah jumlah air yang akan hilang ke atmosfer adalah pasokan terbatas, penguapan aktual (AE) adalah sebagian kecil dari tergantung pada kelembaban tanah PE. Banyak rumus yang ada untuk memperkirakan PE dari data meteorologi. PE biasanya input yang diperlukan, dengan curah hujan, untuk pemodelan hidrologi, tapi akurasi PE umumnya dianggap kurang penting dibandingkan akurasi curah hujan untuk kinerja model (Kay et.al., 2013).Kebutuhan air tanaman dapat dihitung melalui kehilangan air pada tanaman akibat proses evapotranspirasi. Laju evapotranspirasi dipengaruhi faktor cuaca, tanah dan tumbuhan itu sendiri. Dari segi cuaca unsur yang paling berpengaruh adalah intensitas radiasi matahari yang kemudian akan mempengaruhi suhu udara, kecepatan angin dan kelembaban udara (Manik et.al., 2010).Kondisi cuaca sangat menentukan laju evapotranspirasi dan sebaliknya evapotranspirasi mempengaruhi iklim. Jumlah terbesar dari energi yang digunakan pada evapotranspirasi disediakan hampir seluruhnya dari dua sumber yaitu energi radiasi dan energi dari udara yang lebih panas daripada permukaan tanaman. Radiasi netto adalah sumber energi utama untuk evapotranspirasi, karena itu radiasi netto berbanding lurus dengan laju evapotranspirasi. Adveksi panas terasa adalah perpindahan energi dalam arah horizontal. Waktu tanah basah hampir semua energi dari radiasi netto digunakan untuk panas laten, jika tanah menjadi kering hanya sedikit radiasi netto untuk panas laten, mulailah terbentuk panas terasa. Jika panas terasa ini bertiup diatas permukaan basah maka akan terjadi evapotranspirasi (Usman, 2004).

Menurut Anonim (2012), nilai evapotranspirasi merupakan jumlah dari evaporasi dan transpirasi. Evaporasi adalah proses perubahan molekul air di permukaan menjadi molekul air di atmosfir. Sedangkan transpirasi adalah proses fisiologis alamiah pada tanarnan, dimana air yang dihisap oleh akar diteruskan lewat tubuh tanaman dan diuapkan kembali melalui pucuk daun. Nilai evapotranspirasi dapat diperoleh dengan pengukuran di lapangan atau dengan rumus-rumus empiris. Untuk keperluan perhitungan kebutuhan air irigasi dibutuhkan nilai evapotranspirasi potensial (Eto) yaitu evapotranspirasi yang terjadi apabila tersedia cukup air. Kebutuhan air untuk tanaman adalah nilai Eto dikalikan dengan suatu koefisien tanaman.ET = Ec x Etodimana :ET = Evapotranpirasi tanaman (mm/hari)

ETo = Evaporasi tetapan/tanarnan acuan (mm/hari)

Kc = Koefisien tanamanEvapotranspirasi potensial (ETP) adalah besarnya evapotranspirasi pada suatu lahan pertanaman jika air mencukupi dan pertumbuhan tanaman tidak terganggu atau dengan kata lain evapotranspirasi yang terjadi jika tanah dalam keadaan tidak kurang air dan seluruh vegetasi diatasnya menutupi seluruh permukaan tanah. Informasi tentang evapotranspirasi adalah untuk perencanaan sumber daya air, misalnya untuk penjadwalan irigasi dalam pertanian dan untuk kehutanan (Jensen et.al., 1990).Besarnya evapotranspirasi dapat ditentukan melalui 2 cara yaitu perhitungan berdasarkan data iklim dan pengukuran langsung. Pada data iklim, memanfaatkan data dari stasiun iklim yang mewakili minimum 10 tahun. Pengukuran langsung didasarkan pada prinsip konservasi masa perubahan kandungan daerah perakaran (Catanese et.al,, 1988).Pengukuran evapotranspirasi potensial (ETP) secara langsung di lapangan diukur dengan menggunakan alat yang disebut lysimeter. Data dari lysimeter ini merupakan nilai sebenarnya evapotranspirasi di lapangan. Namun karena peralatan lysimeter dipasang dengan peralatan dan instalasi khusus serta bersifat permanen maka penggunaannya kurang praktis dan memerlukan biaya. Untuk itu maka para ahli berusaha menduga ETP tersebut dengan persamaan empiris dengan menggunakan data-data iklim (Nuryanto dan Rizal, 2013)..III. METODOLOGIPraktikum Pengelolaan Air untuk Pertanian yang berjudul Perhitungan Evapotranspirasi dengan Rumus-Rumus Empiris Menggunakan Data-Data Iklim, Dilaksanakan pada tanggal 20 Maret 2015 di Laboratorium Agrohidrologi, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Alat dan Bahan yang digunakan untuk praktikum ini yaitu data iklim lengkap dari stasiun iklim yang mewakili minimum 10 tahun pengamatan. Langkah kerja dari praktikum ini yaitu analisis data iklim masukan yang diperlukan untuk rumus ETO didapatkan dari metode Blanney Criddle, metode radiasi, metode Penman, dan panci evaporasi. Kemudian rerata data iklim dihitung secara harian, mingguan, dasarian ataupun bulanan tergantung yang dibutuhkan. Kemudian rumus ETo dihitung untuk rumus yang diacu oleh FAO. Hasil yang didapatkan dari keempat rumus tersebut dibandingkan. Etc untuk suatu tanaman tertentu pada setiap fase pertumbuhannya dihitung dan digunakan ETo terpilih dari langkah sebelumnya.V. PEMBAHASANKebutuhan air tanaman merupakan banyaknya air yang hilang dari areal pertanaman setiap satuan luas dan waktu yang digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman dan dievaporasikan dari permukaan tanah dan tanaman. Kebutuhan air tanaman dapat terpenuhi dari air yang terdapat dalam tanah, hal ini disebabkan karena dalam penyerapan, tanaman menggunakan akar-akarnya sehingga air yang dapat diserap oleh tanaman hanya air yang terdapat didalam tanah dalam bentuk air kapiler. Dengan mengetahui kebutuhan air tanaman berdasarkan perhitungan evapotranspirasi dan faktor iklim, dapat diketahui tanaman atau komoditas yang cocok untuk ditanam di suatu daerah. Selain itu dapat dapat diketahui apakah tanaman memerlukan penambahan air atau tidak sehingga pengelolaan air pada lahan pertanian dapat lebih efektif dan efisien.

Evapotranspirasi merupakan gabungan dua istilah yang menggambarkan proses transfer air ke dalam atmosfer, yakni evaporasi air dari permukaan tanah dan transpirasi melalui tumbuhan. Evapotranspirasi merupakan komponen penting dalam keseimbangan hidrologi. Di lingkungan terestial merupakan komponen tunggal terbesar siklus air. Faktor-faktor yang mempengaruhi evapotranspirasi adalah sebagai berikut:

1. Ketersediaan air 2. Faktor-faktor tanaman 3. Kondisi meteorologi Pada praktikum ini digunakan 3 metode untuk menghitung Evapotranspirasi yaitu dengan metode Penmann, Blaney-Criddle, dan Radiasi. Berdasarkan hasil praktikum diperoleh bahwa Eto Penmann yaitu sebesar 6,03 mm/hari, metode radiasi sebesar 4,40 mm/hari, dan metode Blaney-Criddle sebesar 4,05 mm/hari. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa metode yang paling baik digunakan adalah metode Penmann karena dengan metode ini dapat dihasilkan nilai ET0 yang paling tinggi yaitu sebesar 6,03 mm/hari. Pada setiap metode terdapat kelebihan dan kekurangan masing-masing. Adapun kelebihan dan kekurangan masing-masing metode yaitu:1. Metode PenmanAplikasi metode ini memerlukan data radiasi, kelembaban udara, temperatur udara, dan kecepatan angin. Doorenbos dan Pruitt (1975) mengadakan modifikasi metode penman untuk memperkirakan evapotranspirasi tanaman dan menyimpulkan bahwa nilai ET hasil perkiraan metode ini memuaskan pada kondisi areal klimatologi yang berbeda secara luas. Apabila dibandingkan dengan metode lain yang telah disajikan, metode Penman dapat memberikan hasil akhir yang lebih baik karena penggunakan lebih banyak parameter dibandingkan dengan metode yang lainnya. 2. Metode RadiasiMetode radiasi yang digunakan FAO didasarkan pada metode Makkink, Metode ini digunakan untuk daerah yang memiliki data iklim meliputi temperatur udara dan lama penyinaran terukur, keawanan atau radiasi, tetapi tidak untuk data kelembaban udara dan kecepatan angin terukur. Pengetahuan tentang aras kelembaban udara dan kecepatan angin dibutuhkan dan semuanya harus diestimasi menggunakan deskripsi cuaca yang dipublikasikan, dan ekstrapolasi dari wilayah sekitarnya atau dari sumber-sumber lokal. Metode ini akurat pada berbagai kondisi iklim. Namun kelemahannya yaitu tidak ada masukan data kelembaban udara dan kecepatan angin terukur.3. Metode Blaney-CriddlePada metode ini parameter yang dipakai sebagai masukan utama adalah besarnya temperatur udara dan panjang penyinaran matahari. Metode Blaney-Criddle memasukkan fungsi kecepatan angin yang didapat dari data lysimeter beberapa lokasi. Metode ini akurat untuk memperkirakan kebutuhan evapotranspirasi bulanan atau musiman pada daerah irigasi dimana kondisi kelembaban tanah tidak tersedia. Namun, kelemahan metode ini juga ada karena hanya digunakan pada daerah yang memiliki ketersediaan temperatur saja.Pola tanam merupakan suatu urutan tanam pada sebidang lahan dalam periode tertentu, termasuk didalamnya pengolahan lahan. Pola tanam diterapkan dengan tujuan memanfaatkan sumber daya secara optimal dan untuk menghindari risiko kegagalan. Pola tanam sangat mempengaruhi hasil yang diperoleh dari tanam. Penentuan pola tanam ini harus disesuaikan dengan kondisi daerah tempat bercocok tanam, misalnya iklim, keadaan tanah, irigasi dan letaknya. Pemilihan jenis/varietas yang ditanam perlu disesuaikan dengan keadaan air yang tersedia dan curah hujan. Pola tanam dipengaruhi oleh faktor ketersediaan air bagi tanaman. Salah satu faktor yang memepengaruhi ketersediaan air bagi tanaman adalah besarnya curah hujan dalam suatu periode masa tanam. Kebutuhan air untuk tanaman sangat tergantung dari besarnya curah hujan rata-rata dengan evapotranspirasi. Jika semakin kecil hujan rata-rata bulanan semakin besar pula penguapan, maka kebutuhan air pada tanaman akan semakin besar pula. Dengan demikian meskipun pada bulan tertentu menunjukkan kebutuhan air tanaman terpenuhi oleh air hujan yang sangat tinggi tetapi jika diiringi evapotranspirasi yang tinggi tanaman akan mati.

Kebutuhan tanaman akan air berbeda-beda tergantung jenis tanaman. Dalam praktikum ini dipilih 3 jenis tanaman yang akan ditentukan pola tanamannya dan disesuaikan kondisinya dengan ketersediaan air yang berupa curah hujan. Ketiga jenis tanaman itu adalah Carrots, Millet, dan Grains.1. Carrot/wortelWortel hidup normal di daerah tropika yang merupakan daerah disekitar garis lintang yang dilewati matahari. Wortel ditanam di daerah dengan ketinggian tempat kurang lebih 500 m dpl. Tanaman ini paling cocok ditanam di daerah iklim sedang. Wortel dapat ditanam di daerah tropika jika suhu udara malam cukup dingin. Secara umum wortel membutuhkan air yang banyak untuk pertumbuhan tetapi jangan sampai tergenang karena umbi akan membusuk. Wortel termasuk jenis tanaman sayuran umbi semusim berbentuk perdu (semak) yang tumbuh tegak dengan ketinggian antara 30-100 cm atau lebih, tergantung jenis atau varietasnya. Tanaman wortel berumur pendek, yakni berkisar antara 70-120 hari, tergantung varietasnya. Wortel digolongkan sebagai tanaman semusim karena hanya berproduksi satukali dan kemudian mati.

2. Grain (Gandum)

Gandum adalah salah satu bahan baku utama dalam pembuatan mie dan juga roti. Perkembangan konsumsi makanan seperti mie dan roti telah sangat tinggi di Indonesia, akan tetapi masih sangat sedikit petani yang bersedia mencoba mengembangkan budidaya pohon atau tanaman gandum di Indonesia untuk memasok kebutuhan akan bahan makanan ini. Akibatnya, pemerintah hingga saat ini masih mengandalkan pasokan gandum dari luar negeri dengan cara impor. Manfaat dari gandum yaitu menurunkan kolesterol dan mengurangi resiko hipertensi. Lahan yang paling ideal atau paling cocok untuk menumbuhkan tanaman gandum yaitu pada ketinggian sekitar 800 meter dari permukaan laut. Tanaman gandum membutuhkan tingkat curah hujan setidaknya 600 milimeter per tahun. Kemudian termasuk lahan yang ideal juga yakni tempat yang memiliki kelembaban udara tinggi, antara 80 hingga 90 %. curah hujan 254 mm sampai 762 mm/tahun, dan suhu optimum 20 25oC. Jenis tanah yang sesuai untuk tanaman gandum yaitu andosol, regosol kelabu, latosol dan alluvial dengan pH tanah berkisar antara 6 7, tidak ada zat toksit, kelembaban mendekati kapasitas lapang, dan suhu tanah rata rata berkisar 15 28o C (Anonim, 2010).

3. Millet (Jewawut)

Jewawut atau millet (Panicum sp) termasuk tanaman serealia ekonomi keempat setelah padi, gandum dan jagung. Biji millet mengandung karbohidrat dan protein yang tidak kalah dengan beras. Menurut Andoko (2001) biji millet paling disukai burung pemakan biji karena terkait dengan kualitas suaranya. Jewawut ditanam pada lahan kering di musim hujan periode Februari-Juni bersama dengan padi gogo atau dipinggiran kebun berteras sebagai penahan erosi kebun jagung. Tiga jenis millet yang populer yaitu jenis brownstop atau Panicum miliacum, Pearl millet (Pennisetum thypoides), dan jenis proso atau Italian millet (Setaria italia). Jenis pear millet tersebut termasuk tanaman serealia ekonomis minor penting dari golongan tanaman semusim (Suherman et.al.,2006). Jewawut dapat ditanam di daerah semi kering dengan curah hujan kurang dari 125 mm selama masa pertumbuhan yang pada umumnyam 3-4 bulan. Tanaman ini tidak tahan terhadap genangan dan rentan terhadap periode musim kering yang lama. Di daerah tropis, tanaman ini dapat tumbuh pada daerah semi kering sampai ketinggian 2000 m dpl. Tanaman ini menyukai lahan subur dan dapt tumbuh baik pada bebagai jenis tanah, seperti tanah berpasir hingga tanah liat yang padat, dan bahkan tetap tumbuh pada tanah miskin hara atau tanah pinggiran. Sedangkan pH yang cocok untuk tanaman ini adalah 4-8.Ketiga tanaman ini tidak dapat ditanam secara tumpang sari dikarenakan tanaman tanaman tersebut membutuhkan banyak air. Hal ini dikarenakan pada pola tanam tumpang sari tanaman akan bersaing atau berkompetisi dalam memenuhi kebutuhan unsur hara termasuk air sehingga jika dilakukan pola tanam tumpang sari antara 3 tanaman tersebut akan saling berkompetisi dalam memperoleh air, akibatnya pertumbuhan tanaman akan terhambat. Oleh karena itu, pola tanam untuk ketiga tanaman tersebut menggunakan sistem tumpang gilir.

Setiap tanaman memiliki jumlah dasarian yang berbeda-beda sehingga waktu tanam dan waktu pemanenan juga berbeda. Tanaman grain mempunyai fase pertumbuhan 15 dasarian. Tanaman ini sangat potensial ditanam pada rentang waktu bulan Desember 2004 April 2005. Masa tanam dimulai pada bulan Desember 2004 dasarian I dan berakhir pada April 2005 dasarian III. Hal ini dikarenakan pada bulan Desember April ketersediaan air cukup banyak sehingga tanaman grain cocok untuk ditanam pada bulan tersebut. Tanaman carrots memiliki fase pertumbuhan 12 dasarian dan millet memiliki fase pertumbuhan 9,5 dasarian. Kedua tanaman ini dapat ditanam pada bulan januari 2004 dasarian II sampai April 2004 dasarian II.Pada praktikum ini, data-data iklim yang ada diolah untuk tiap-tiap bulan selama satu tahun. Dari data-data tersebut diperoleh nilai Eto dengan menggunakan 3 metode, yaitu metode Blaney-Criddle, metode radiasi dan metode Penman. Kemudian untuk mengetahui kebutuhan air tanaman, digunakan Eto Pennman yaitu sebesar 6 mm/hari. Selanjutnya nilai Eto ini digunakan untuk menentukan kebutuhan air tanaman (Etc) yang berguna sebagai penyedia air tanaman. Untuk mengetahui kebutuhan tanaman akan air dalam masa pertumbuhannya dilihat dari Etc (evapotranspirasi total crop) tanaman, yaitu suatu nilai kehilangan air dari tubuh tanaman yang berarti merupakan kebutuhan tanaman tersebut akan air untuk mengganti yang telah hilang dari tubuh tanaman. Etc akan berubah sesuai dengan fase pertumbuhan tanaman. Pemberian tambahan air pada tanaman dilakukan jika nilai Etc-nya lebih besar dari nilai curah hujan dengan peluang 75%. Pemberian air tambahan bagi tanaman tersebut dapat dilakukan dengan cara penyiraman biasa setiap beberapa kali sehari. Perlakuan ini dapat dilakukan bila lahan pertanian yang ada tidak terlalu luas dan didekatnya ada sumber air bisa sumur maupun sungai. Tetapi bila lahan pertanian yang ada sangat luas maka pemberian air tambahan tidak bisa dilakukan dengan cara penyiraman biasa karena akan memakan waktu dan tenaga serta biaya yang tidak sedikit. Hal ini dapat diatasi dengan pembangunan saluran-saluran irigasi, dimana sumber airnya bisa diperoleh dari sungai yang masih mengalir (air permukaan masih normal) atau bisa juga didapat dari sumber-sumber air tanah yang diambil dengan menggunakan pompa-pompa yang dibuat disekitar lahan pertanian. Berikut disajikan tabel hasil perhitungan kebutuhan air tanaman dan kebutuhan air irigasi pada masing-masing tanaman:1. Tanaman Grain: Desember dasarian I 2004 April dasarian III 2005

2. Tanaman Carrot: Desember dasarian I 2004 Maret dasarian II 2005

3. Tanaman Millet: Desember dasarian I 2004 Maret dasarian I 2005

Pada tabel hasil perhitungan diperoleh ketiga jenis tanaman dengan kebutuhan air tanaman dan air irigasinya. Untuk jenis tanaman Grain, jika ditanam pada Desember dasarian I 2004 April dasarian III 2005 pada dasarian ke-3 maka lebih membutuhkan banyak air irigasi untuk mencukupi kebutuhan air tanamannya. Untuk jenis tanaman Carrot, jika ditanam pada bulan Desember dasarian I 2004 Maret dasarian II 2005 pada dasarian ke-4 maka perlu adanya air irigasi untuk mencukupi kebutuhan air tanamannya karena ketersediaan air pada bulan itu kurang. Sedangkan untuk jenis tanaman Millet, jika ditanam pada bulan Desember dasarian I 2004 Maret dasarian I 2005 pada dasarian ke-10 maka perlu dilakukan irigasi tiap minggunya. Pada tanaman carrots dan grain pada dasarnya kebutuhan airnya dapat saling mengimbangi akan tetapi kedua jenis tanaman tersebut tidak memungkinkan untuk dilakukan tumpang sari karena kebutuhan air tanaman yang hampir sama dan banyak, jadi akan terjadi kompetisi antar kedua tanaman dalam memperoleh air dan hara.

Pemberian air tambahan melalui sistem irigasi ini dilakukan beberapa hari sekali dengan jumlah air yang diberikan tidak terlalu banyak karena ketiga tanaman yang ditanam bukan termasuk tanaman yang membutuhkan air dalam jumlah yang berlebihan (tergenang) untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Bahkan bila diberikan air secara berlebihan dapat menyebabkan tanaman mati karena akar tidak bisa mendapatkan udara dan akan sangat mudah untuk busuk karena selalu tergenang air. Oleh karenanya penambahan air pada ketiga jenis tanaman yang dipilih ini cukup diberikan tiap beberapa hari sekali dan pemberiannya dengan cara membuat saluran-saluran kecil yang berasal dari saluran-sluran irigasi ke bagian lajur-lajur tanaman, dan diusahakan jangan sampai tergenang. Jadi dibuat saluran yang dapat dibuka tutup sesuai dengan kebutuhan air tiap tanaman yang ditanam.Manfaat mengetahui perhitungan evapotranspirasi dengan rumus empiris yang menggunakan data iklim antara lain: dapat mempermudah untuk memperkirakan ketersediaan air dan kebutuhan air pada tanaman. Dengan mengetahui hal tersebut, dapat diperkirakan pola tanam dan waktu tanam yang paling cocok dengan cara membandingkan curah hujan dengan kebutuhan air tanaman. Curah hujan yang terlalu rendah mengakibatkan ketersediaan air yang rendah pula untuk tanaman yang mengakibatkan penurunan hasil pada pertanaman atau bahkan kematian pada tanaman tersebut. Perkiraan kekurangan ketersediaan air untuk tanaman dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan penambahan air dengan cara irigasi. Sama halnya dengan kelebihan air juga akan mengakibatkan efek genangan yang juga dapat mengakibatkan kematian pada tanaman. Perkiraan kelebihan air yang terlalu tinggi dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan drainase untuk pengurangan air pada lahan.V. KESIMPULAN

1. Metode yang digunakan untuk menghitung Eto umum adalah metode Penmann yaitu 6 mm/hari.2. Tanaman yang dihitung kebutuhan air konsumtif adalah carrots, grain, dan millet memerlukan irigasi pada beberapa dasarian. Penambahan air melalui irigasi diberikan kepada tanaman apabila ketika Etc-nya melebihi PCH 75% di daerah tersebut. 3. Tanaman carrots, grain, dan millet tidak dapat ditanam dengan monokultur dan tumpang sari karena memerlukan kebutuhan air yang banyak4. Faktor-faktor yang mempengaruhi evapotranspirasi antara lain suhu, kelembaban, kecepatan angin dan radiasi matahari.

DAFTAR PUSTAKA

Andoko, A. 2001. Bertanam Millet untuk Pakan Burung. PT. Penebar Swadaya, Jakarta.Anonim. 2010. Gandum. . Diakses pada tanggal 26 Maret 2015.

Anonim. 2012. Analisis Kebutuhan Air Irigasi. . Diakses 22 Maret 2015.

Catanese, C., J. Antony., dan C. James. 1988. Perencanaan Kota. Penerbit Erlangga, Jakarta.Doorenbos, J. dan Pruitt, W.O. 1975. Guidelines for Predicting Crop Water Requirements, Food and Agriculture Organization of The United Nations, Rome.Jensen, M. E., Burman, R. D., & Allen, R. G. 1990. Evapotranspiration and Irrigation Water Requirements. American Society of Civil Engineers, New York. Kay, A. L., V. A. Bell., E. M. Blyth., S. M. Crooks., H. N. Davies, and S. Reynard. 2013. A hydrological perspective on evaporation: historical trends and future projections in Britain. Journal of Water and Climate Change 4: 193-208.

Manik, T. K., R.A.B. Rosadi., A. Karyanto, dan A. I. Pratya. 2010. Pendugaan koefisien tanaman untuk menghitung kebutuhan air dan mengatur jadual tanam kedelai di lahan kering Lampung. Jurnal Agrotropika 15 : 78-79.

Nuryanto, D.E dan J. Rizal. 2013. Perbandingan evapotranspirasi potensial antara hasil keluaran model ReGCM 4.0 dengan perhitungan data pengamatan. Jurnal Meteorologi dan Geofisika 14(2) : 75.Suherman, Oman., M. Zairin., dan Awaludin. 2006. Keberadaan dan Pemanfaatan Plasma Nutfah Jewawut di Kawasan Lahan Kering Pulau Lombok. Balai Penelitian Tanaman Serealia Maros, Sulawesi Tengah.Usman. 2004. Klimatologi: Pengaruh Iklim terhadap Tanah dan Tanaman. Bumi Aksara, Jakarta.

I II III I II III I II III I II III I II III

Des Jan Feb Mar Apr

I II III I II III I II III I II

Des Jan Feb Mar

I II III I II III I II III I

Des Jan Feb Mar

Attribute VB_Name = "ThisDocument"Attribute VB_Base = "1Normal.ThisDocument"Attribute VB_GlobalNameSpace = FalseAttribute VB_Creatable = FalseAttribute VB_PredeclaredId = TrueAttribute VB_Exposed = TrueAttribute VB_TemplateDerived = TrueAttribute VB_Customizable = True