14
Operasi Katarak dengan Anestesi Topikal: Penelitian berdasarkan-Jenis Kelamin terhadap Tingkat Kesakitan Sanjiv Kumar Gupta, Ajay Kumar, Swati Agarwal Department of Ophtalmology, Chatrapaty Sahuji Maharaaj University, Lucknow, India Latar Belakang: Rasa sakit, ekspresi, toleransi dan evaluasi dari penyedia jasa kesehatan dan manajemen tingkat kesakitan dipengaruhi oleh jenis kelamin tiap pasien. Selama ini sangat sedikit evaluasi yang dilakukan terhadap perbedaan rasa sakit yang dialami pasien berdasarkan jenis kelamin selama menjalani operasi katarak dengan anestesi topikal. Tuujuan: penelitian ini dilakukan untuk melakukan evaluasi dan menentukan tingkat kesakitan yang dialami pasien selama menjalani operasi katarak dengan anestesi lokal dan membandingkannya berdasarkan jenis kelamin. Tempat dan desain: penelitian berbasis –Rumah Sakit melibatkan operasi katarak standar dengan mengunakan anestesi topikal. Penelitian ini merupakan sebuah serial kasus komparatif yang intervensional Materi dan metode: 160 pasien dibagi dalam 4 grup berdasarkan jenis kelamin dan jenis operasi yang dipilih. Pasien yang diikutsertakan baik yang menjalani operasi dengan metode fakoemulsifikasi dengan pemasangan lensa (IOL) dan pasien yang menjalani operasi Small Incision Cataract Surgery (SICS) dengan pemasangan lensa dibawah anestesi topikal. Pasien membagi tingkat kesakitan berdasarkan skala VAS setelah operasi selesai dan dokter mengambil data tingkat kemudahan/kesulitan menggunakan kuosioner. Analisa statistik: dilakukan analisa statistik menggunakan MedCalc version 10.2.0.0 untuk windows. Dilakukan analisa

Operasi Katarak dengan Anestesi Topikal.docx

Embed Size (px)

Citation preview

Operasi Katarak dengan Anestesi Topikal: Penelitian berdasarkan-Jenis Kelamin terhadap Tingkat Kesakitan

Sanjiv Kumar Gupta, Ajay Kumar, Swati AgarwalDepartment of Ophtalmology, Chatrapaty Sahuji Maharaaj University, Lucknow, India

Latar Belakang: Rasa sakit, ekspresi, toleransi dan evaluasi dari penyedia jasa kesehatan dan manajemen tingkat kesakitan dipengaruhi oleh jenis kelamin tiap pasien. Selama ini sangat sedikit evaluasi yang dilakukan terhadap perbedaan rasa sakit yang dialami pasien berdasarkan jenis kelamin selama menjalani operasi katarak dengan anestesi topikal. Tuujuan: penelitian ini dilakukan untuk melakukan evaluasi dan menentukan tingkat kesakitan yang dialami pasien selama menjalani operasi katarak dengan anestesi lokal dan membandingkannya berdasarkan jenis kelamin.Tempat dan desain: penelitian berbasis Rumah Sakit melibatkan operasi katarak standar dengan mengunakan anestesi topikal. Penelitian ini merupakan sebuah serial kasus komparatif yang intervensionalMateri dan metode: 160 pasien dibagi dalam 4 grup berdasarkan jenis kelamin dan jenis operasi yang dipilih. Pasien yang diikutsertakan baik yang menjalani operasi dengan metode fakoemulsifikasi dengan pemasangan lensa (IOL) dan pasien yang menjalani operasi Small Incision Cataract Surgery (SICS) dengan pemasangan lensa dibawah anestesi topikal. Pasien membagi tingkat kesakitan berdasarkan skala VAS setelah operasi selesai dan dokter mengambil data tingkat kemudahan/kesulitan menggunakan kuosioner. Analisa statistik: dilakukan analisa statistik menggunakan MedCalc version 10.2.0.0 untuk windows. Dilakukan analisa dengan menggunakan uji Analysis of Variance (ANOVA) dan dilanjutkan dengan uji Kruskal-Walis. Hasil: secara garis besar didapatkan skor visual analog scale (VAS) adalah 0,8 (SD 1,3 range 0-8), tanpa adanya perbedan statistik diantara semua grup (p=0,5). Skor rata-rata dari setiap dokter adalah 3,3 (SD 0,71 range 3-7) tanpa adanya perbedaan signifikan antara setiap grup.tidak ditemukan adanya tanda-tanda komplikasi ketika operasi berlangsung pada setiap grup.Kesimpulan: hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien yang menjalani operasi katarak di bawah anestesi topikal merasakan nyeri yang sebanding dan ketidaknyamanan terlepas dari jenis kelamin mereka.Kata kunci: Katarak, jenis kelamin, lignocaine jelly, Small Incision Cataract Surgery (SICS), rasa nyeri, Phacoemulsification, anestesi topikal.

Pendahuluan Telah menjadi kepercayaan umum bahwa terdapat perbedaan berbasis gender berkaitan dengan toleransi dan respon terhadap nyeri. Namun, terdapat beberapa laporan yang bertentangan dalam literatur. Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa toleransi rasa sakit dan penggunaan analgesik tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin, penelitian yang lain melaporkan bahwa perempuan melaporkan dan memiliki tingkat kesakitan lebih besar jika dibandingkan dengan pria. Evaluasi rasa nyeri oleh penyedia jasa kesehatan juga bias oleh jenis kelamin pasien, namun laporan dalam literatur tidak dapat disimpulkan karena terdapat beberapa laporan yang bertentangan. Terdapat penelitian yang melaporkan bahwa dokter memperlakukan wanita kurang agresif terhadap rasa sakit yang diderita, sementara laporan lain menyebutkan bahwa dipercaya pasien wanita memiliki rasa nyeri yang lebih hebat daripada pasien laki-laki dan pasien perempuan juga mendapatkan pengobatan yang lebih banyak dan analgesik yang lebih kuat.

Model prediktif terhadap rasa sakit tidak sederhana dan mudah karena diduga sensitivitas nyeri dimediasi oleh sosial budaya, psikologi, dan faktor biologis. Jenis kelamin merupakan variabel penting dan harus diperhitungkan dalam penelitian dan praktek klinis mengenai manajemen nyeri. Evaluasi nyeri selama prosedur medis atau bedah harus dievaluasi menggunakan sebuah analisa khusus tanpa pembatasan ruang lingkup yang berlaku untuk semua prosedur.

Pada pencarian literatur dengan menggunakan 'Scopus dan "PubMed' tidak ditemukan adanya penelitian mengenai evaluasi nyeri berbasis gender pada pasien yang menjalani operasi katarak di bawah anestesi lokal atau topikal menunjukkan kurangnya penelitian di bidang ini. Berdasarkan perspektif ini, kami memulai penelitian mengenai analisa rasa nyeri pasien selama berlangsungnya operasi katarak di bawah anestesi topikal dengan suplementasi lignocaine intracameral menggunakan dua teknik yang berbeda (fakoemulsifikasi dan manual small incision cataract surgery). Anestesi topikal dapat menjadi pilihan karena berbagai keunggulan yang ditawarkan selain aman untuk digunakan oleh populasi lansia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi rasa nyeri pasien selama berlangsungnya operasi katarak dengan anestesi topikal menggunakan lignocaine intracameral, dengan dua teknik standar dan analisis berbasis gender dari pengalaman nyeri.

Materi dan Metode PenelitianSebuah ukuran sampel dari 40 pasien yang terbagi per grup untuk mendeteksi perbedaan dari 1 unit rata-rata dari skor skala visual analog (VAS)dari masing-masing grup (sampel minimum telah diukur menjadi 37 pasien per kelompok untuk mempertahankan tipe 1tingkat kesalahan 0,01; tipe II tingkat kesalahan 0,1; daya: 0,9; standar deviasi skor VAS selama operasi katarak diambil menjadi 0,97). Persetujuan dari lembaga komite etik telah diambil sebelum mengambil pasien dalam studi ( Komite Etik Chatrapati Sahuji Maharaaj Medical University, Lucknow, U.P., India). Penelitian telah selesai dilakukan satu pussat dan oleh seorang dokter ahli bedah.

Pasien yang menjalani operasi katarak untuk gangguan penglihatan yang tidak rumit dilibatkan dalam penelitian ini. Pasien diacak untuk teknik operasi (fakoemulsifikasi atau insisi kecil oprasi katarak secara manual) dan kemudian lebih lanjut dipisahkan menjadi kelompok-kelompok berdasarkan jenis kelamin, sehingga membentuk empat kelompok:Grup 1:Perempuan yang menjalani operasi fakoemulsifikasiGrup 2:Laki-laki yang menjalani operasi fakoemulsifikasiGrup 3:Perempuan yang menjalani insisi kecil operasi katarak manualGrup 4:Laki-laki yang menjalani insis kecil operasi katarak manual

Pasian akan tereus menerus direkrut hingga mencapai 40 orang di masing-masing kelompok yang setuju untuk dilakukan anestesi topical dan teknik operasi yang ditawarkan. Kriteria eksklusi adalah sensitifitas lignocaine, ketidakmampuan untuk mengerti dalam mengikuti perintah, dan semua penyakit mata selain katarak.

Tidak ada ketertutupan pada pasien yang menyadari teknik operasi karena inform konsen standar telah diambil/dilakukan untuk operasi dan ahli bedah operasi tidak dapat dibutakan karena alasan yang jelas. Anestesi topical diberikan dengan menggunakan lignokain jelly (Xylocaine 2% jelly Astra Zeneca, India) dan ditambah dengan larutan lignokain intrakameral bebas pengawet 0,5% (disiapkan empat kali pengenceran larutan xylocard 2% dengan cairan ringer laktat. Keamanan dan utilitas dari formulasi jelly telah dipelajari dan ditunjukkan dalam beberapa penelitian. Jelly menyediakan perbandingan dan kemungkinan anestesi yang unggul yang membasahi permukaan kornea, pupil yang dilatasi membantu dalam hal tanpa penggunaan simpatomimetik atau agen parsimpatologik. Dengan penambahan lignokain intrakameral dalam meningkatkan kenyamanan pasien dan keaman pasien dalam membantu pupil dilatasi.

Insisi kecil oprasi katarak secara manual (MSICS) telah dilakukan dengan menggunakan terowongan sklero-korneal seperti yang telah dijelaskan oleh Gupta et al, dengan 6,5 mm optic PMMA lensa intraocular (IOL). Fakoemulsifikasi telah dilakukan dengan kejernihan kornea 2,8 mm insisi dengan menggunakan teknik pemotongan langsung dengan implantasi lensa akrilik hidrofilik menggunakan cartridge dan system injeksi. Tidak ada obat penenang yang diberikan kepada pasien sebelum operasi.

Selama operasi, pasien diminta untuk berkomunikasi secara verbal mengenai rasa sakit yang dirasa selama operasi. Hal ini direkam dengan langkah pembedahan. Pada akhir operasi, mata pasien ditutup dan pasien diberikan formulir evaluasi nyeri yang telah dimodifikasi skala Wong dan VAS untuk mengindikasikan tingkatan rasa sakit yang dialami pasien selama operasi. Pasien yang tidak dapat membaca, akan dijelaskan mengenai pertanyaan dan respon verbal direkam oleh asisten mata. Penutup mata akan dilepaskan setelah 20 sapai 30 menit dan obat topical akan diberikan pada semua kelompok.

Pengalaman dokter bedah dalam hal kemudahan/kesulitan dapat dievaluasi dengan menggunakan kuesioner yang disampaikan kepada dokter bedah setelah operasi. Pertanyaan telah dirancang sehingga pasien dapat kooperatif, gerakan mata yang tidak diinginkan, dan stabilitas ruang anterior dievaluasi pada skala 3 poin (1-3) dengan indikasi penilaian yang lebih rndah dari banyaknya pengalaman baik dari okter bedah. Dengan demikian, total skor dapat berkisar dari 3 sampai 9.

Formulir evaluasi rasa nyeri yang mengandung VAS dan modifikasi skala Wong untuk diisi oleh pasien setelah operasi. Bagian kedua merupakan pertanyaan untuk dokter bedah sebagai penilaian pengalaman selama operasi pada pasien yang sama.

HasilPenelitian ini melibatkan 160 mata dari 160 pasien, dengan pasien dibagi menjadi empat kelompok seperti yang dijelaskan sebelumnya.

Usia rata-rata dari semua pasien dalam penelitian ini adalah 60,08 tahun (SD 12,04 , kisaran 14-87 tahun). Analisis deskriptif distribusi subjek usia dalam setiap kelompok ditampilkan pada Tabel 1. Tidak ditemukan perbedaan statistik dalam distribusi subjek usia antara tiap kelompok. (One way ANOVA (analisis varians ) P = 0.58).

Nilai skor VAS secara keseluruhan adalah 0,8 (SD 1,3 kisaran 0-8). Distribusi skor VAS diilustrasikan pada Gambar 2. Statistik deskriptif kelompok individu digambarkan dalam Tabel 2. Rata-rata skor VAS terendah pada pasien dalam kelompok II (0.42 (pasien laki-laki yang menjalani fakoemulsifikasi)) dan tertinggi di antara kelompok III (1,0 (pasien wanita yang menjalani operasi manual small cataract incision).

Operasi tanpa rasa sakit (VAS skor nol) dilaporkan oleh 57,5% (23 dari 40) pasien dalam kelompok I, III, dan kelompok IV. Namun pada kelompok II sekitar 82,5% pasien (33 dari 40) melaporkan operasi tanpa rasa sakit (VAS skor nol). Pasien yang mengalami sakit ringan (VAS skor 3) [23,24] pada masing-masing kelompok adalah sebagai berikut, kelompok I, II, IV 97,5% (39 dari 40) pasien dan 95% (38 dari 40) pasien dalam kelompok III. Uji Kruskal-Wallis (uji nonparametrik untuk membandingkan tiga atau lebih kelompok berpasangan) untuk menguji perbedaan statistik antara skor VAS antara kelompok tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan secara statistik antara kelompok (P=0,054).

Perbandingan grafik skor dokter bedah untuk berbagai kelompok digambarkan pada Gambar 3. Rata-rata-rata skor dari setiap dokter bedah adalah 3,3 pada skala 3-9 (SD 0,71 rentang 3-7). Analisis deskriptif skor dokter bedah di berbagai kelompok digambarkan dalam Tabel 3. rata-rata minimum (kemudahan maksimum selama operasi) berada di kelompok III (3.22) dan rata-rata maksimum (kesulitan maksimum selama operasi) berada di kelompok II (3,45). Tes D'Agostino-Pearson untuk distribusi normal menunjukkan bahwa distribusi adalah non-gaussian di semua kelompok (P