24
Tugas Individu MUKHARRI>J AL-HADI<TS DAN SIGNIFIKANSI JARH{ WA AT-TA’DIL Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu Rijal al-Hadits Dosen / Pembimbing : Drs. H. Muhammad Ali Ngampo, M.Ag Oleh: Nurul Fadhilah Faisal Semester III JURUSAN ILMU HADIS KHUSUS FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT 1

Nurul Fadhilah _ Mukharrij Dan Pentingnya Al-Jarh Wa at-Ta'Dil NEW1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Nurul Fadhilah _ Mukharrij Dan Pentingnya Al-Jarh Wa at-Ta'Dil NEW1

Tugas Individu

MUKHARRI>J AL-HADI<TS

DAN SIGNIFIKANSI JARH{ WA AT-TA’DIL

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu Rijal al-Hadits

Dosen / Pembimbing :

Drs. H. Muhammad Ali Ngampo, M.Ag

Oleh:

Nurul Fadhilah Faisal

Semester III

JURUSAN ILMU HADIS KHUSUS

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN MAKASSAR

TAHUN 2012/2013 M

1

Page 2: Nurul Fadhilah _ Mukharrij Dan Pentingnya Al-Jarh Wa at-Ta'Dil NEW1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kenyataannya bahwa para periwayat hadis mulai dari

generasi sahabat sampai generasi mukharrij al-hadis sudah tidak

dapat dijumpai lagi secara fisik karena mereka telah wafat.

Sementara para sahabat adalah para saksi sejarah yang bisa

menyaksikan serta mewartakan apa yang telah mereka rekam

selama bergaul dan bersahabat dengan Nabi. Kondisi tersebut

menyebabkan rasa ingin tahu untuk mengenali keadaan pribadi

mereka, baik kelebihan maupun kekurangan mereka di bidang

periwayatan hadis.

Diperlukan informasi dari berbagai kitab yang ditulis oleh

ulama ahli kritik rijal (para periwayat) hadis. Kritik tersebut

dilakukan mengingat kedudukan hadis Nabi sebagai salah satu

sumber ajaran Islam. Cukup banyak ayat al-Qur’an yang

memerintahkan orang-orang yang beriman untuk patuh dan

mengikuti petunjuk-petunjuk Nabi Muhammad sebagai utusan

Allah swt., adalah sebagai berikut:

. ق0ل. 8ط6يع0وا ;ه8 أ س0ول8 الل 6ن و8الر@ . فEEإ و.ا @EE8و8ل 6ن@ ت إ 8EEه8 ف ;EE8 الل 0ح6بI ال ي

8اف6ر6ين8 .ك ﴾٣٢﴿ الTerjemahan :

Katakanlah: "Ta`atilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir".

2

Page 3: Nurul Fadhilah _ Mukharrij Dan Pentingnya Al-Jarh Wa at-Ta'Dil NEW1

د2 ول< ف<ي ل4ك;م2 ك4ان4 ل4ق4 س; و4ةH اللEه< ر4 س2ن4ةH أ; 4MMم4ن ح4سRل

و ك4ان4 ج; ال2ي4و2م4 اللEه4 ي4ر2 ر4 و4 خ< ذ4ك4ر4 اآل2 ه4 و4 EMMالل \ يرا >MMك4ث ﴿٢١﴾

Terjemahan :Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.

Secara umum ayat-ayat di atas menganjurkan patuh pada

perintah Nabi dan berpegang teguh pada teladan yang

ditunjukkan melalui praktik dan perilaku-perilaku Nabi.1 Anjuran,

larangan, serta teladan hidup dari Nabi yang termuat dalam

sunnah atau hadis beliau adalah sumber ajaran Islam. Dengan

meyakini bahwa hadis Nabi merupakan bagian dari sumber

ajaran Islam, maka penelitian hadis khususnya sangat penting.

Penelitian dilakukan upaya menghindarkan diri dari pemakaian

dalil-dalil hadis yang tidak dapat dipertanggung jawabkan

sebagai sesuatu yang berasal dari Nabi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di

atas, pemakalah dapat merumusan masalah yang kemudian

akan di kembangkan lagi dalam bab pembahasan, di antaranya

ialah :

1. Signifikansi Ilmu al-Jarh} wa al-Ta‘di>l.

2. Al-jarh{ wa al-ta‘di>l bagian dari gibah; argumen

penolakan

1 al-Qurtubi, al-jami’ li Ahkam al-Qur’an, juz XVII (Kairo: Dar al-Kutub al-‘Arabi, 1387 H/ 1967 M), h. 17.

3

Page 4: Nurul Fadhilah _ Mukharrij Dan Pentingnya Al-Jarh Wa at-Ta'Dil NEW1

3. Argumen pendukung ilmu al-jarh} wa al-ta‘di>l

BAB II

PEMBAHASAN

A. Signifikansi Ilmu al-Jarh} wa al-Ta‘di>l.

Kritik ekstern2 atau penelitian sanad dalam kajian hadis

Nabi saw. merupakan kegiatan yang sangat urgen dalam rangka

penentuan status kehujjahan Hadis Nabi saw. Sanad yang secara

terminologi berarti rangkaian periwayat yang menyampaikan

matan hadis3, dengan sendirinya menjadi objek yang

signifikansinya tidak lagi diperselisihkan. Maka tidak

mengherankan jika seorang ‘Abdullah ibn al-Muba>rak (W. 181

H/797 M) menyatakan bahwa “sanad hadis merupakan bagian

2 Term ‘kritik ekstern’ adalah istilah yang diperkenalkan Arifuddin Ahmad, yang berarti kritik sanad bersama term kritik matan yang disebut sebagai ‘kritik intern’. Istilah ini menjadi sebuah kontribusi dalam pembaruan dalam kajian hadis kontemporer, di samping istilah ‘kaidah mayor’ dan ‘kaidah minor’ dalam kaidah kes}ah}i>h}an sanad dan matan hadis. Lihat: Arifuddin Ahmad, Paradigma Baru dalam Memahami Hadis Nabi; Refleksi Pemikiran Pembaruan Prof. Dr. Muhammad Syuhudi Ismail (Jakarta: Renaisan, 2005), h.

3 Nu>r al-Di>n ‘Itr, al-Madkhal ila> ‘Ulu>m al-H{adi>s\ (al-Madi>nah al-Munawwarah: al-Maktabah al-‘Ilmiyyah, 1972), h. 12.

4

Page 5: Nurul Fadhilah _ Mukharrij Dan Pentingnya Al-Jarh Wa at-Ta'Dil NEW1

dari agama, yang sekiranya sanad tidak ada, niscaya siapa saja

akan bebas menyatakan apa yang dikehendakinya.”4 Bahkan

dalam ungkapan lain —meski secara implisit Muhammad Ibn

Sirin (W 110 H/728 M) menyatakan bahwa “sesungguhnya

pengetahuan hadis adalah agama, maka perhatikanlah dari siapa

kamu mengambil agamamu itu”.5

Sanad hadis—sebagaimana disebutkan—terdiri dari

rangkaian nama-nama periwayat yang berawal dari sahabat

sampai ke mukharrij. Rangkaian periwayat tersebutlah yang

kemudian dalam proses penelitian yang menjadi objeknya. Jika

ke-s}ah}i>h-}an sebuah hadis menjadikan ke-‘adil-an dan ke-

d}abit}-an6 semua individu yang terangkum dalam sanad hadis

tersebut sebagai standarnya7, maka penelitian sanad hadis

berarti penelitian terhadap masing-masing periwayat yang

bersangkutan dalam hal terpenuhinya kriteria ke-‘adil-an8

4 Abu> Da>wud Sulaima>n ibn Asy‘as\, Sunan Abi> Da>wud wa Ma‘a>lim al-Sunan (Beirut: Da>r Ibn H{azm, 1997), Juz. V, h. 234.

5 Ibid., h. 14. 6 Standar kes}ah}i>h}an hadis dalam kesepakatan jumhur yaitu: 1)

sanad bersambung; 2) periwayat yang ‘a>dil; 3) periwayat yang d}a>bit}; 4) terhindar dari sya>z\; dan 5) terhindar dari ‘illat. Lihat: Ibn al-S{ala>h}, ‘Ulu>m al-H{adi>s\ (al-Madi>nah al-Munawwarah: al-Maktabah al-‘Ilmiyyah, 1972), h. 10.; Ahmad ‘Umar Hasyim, Qawa>‘id Us}u>l al-H{adi>s\ (Beirut: Da>r al-Fikr, [t.th], h. 39.

7 Di samping standar kes}ah}i>h}an matan, yang juga dijabarkan dari 5 kriteria kes}ah}i>h}an yang dijelaskan sebelumnya.

8 Setidaknya ada 15 kriteria ‘a>dil yang diajukan oleh ulama, yaitu: 1)beragama Islam; 2) ba>ligh; 3) berakal; 4) taqwa; 5) memelihara muru>’ah; 6) teguh dalam agama; 7) tidak berbuat dosa besar; 8) menjauhi dosa kecil; 9) tidak berbuat bid’ah; 10) tidak berbuat maksiat; 11) tidak berbuat fasik; 12) menjauhi hal-hal mubah yang merusak muru’ah; 13) baik akhlaknya; 14) dapat dipercaya beritanya; dan 15) biasanya benar. Kriteria tersebut dirampingkan menjadi 4, yaitu: 1) beragama Islam; 2) mukallaf; 3) melaksanakan ketentuan agama; 4) memelihara muru’ah. Lihat: Syuhudi Ismail, Kaedah Kesahihan Sanad Hadis (Cet. I; Jakarta: Bulan Bintang, 1988), h. 113-118 dan 134.

5

Page 6: Nurul Fadhilah _ Mukharrij Dan Pentingnya Al-Jarh Wa at-Ta'Dil NEW1

(kualitas pribadi) ke-d}abit}-an9 (kapasitas intelektual) yang

telah digariskan ulama, yang seringkali kedua istilah ini

dirampingkan ke dalam satu istilah yaitu s\iqah10.

Kriteria-kriteria ke-‘adil-an dan ke-d}abit}-an yang telah

dijelaskan ulama, selanjutnya menjadi acuan dalam menentukan

diterimanya riwayat setiap periwayat yang terdapat dalam

rangkaian sanad sebuah hadis. Namun, kriteria-kriteria tersebut

tidaklah mudah untuk diterapkan dalam menentukan ke-‘adil-an

dan ke-d}abit}-an seorang periwayat. Oleh karena itu, ulama

hadis mengemukakan cara penetapan ke-‘adil-an dan ke-

d}abit}-an periwayat, yang salah satunya adalah berdasarkan

penerapan kaidah al-jarh} wa al-ta‘di>l11 informasi dan

kesaksian ulama kritikus dan sejarawan12.

Berdasarkan pada cara menentukan diterima atau tidaknya

riwayat seorang periwayat yang dikemukakan ulama, bahwa

dibutuhkan metode yang kemudian disebut kaidah al-jarh} wa al-

ta‘di>l, setidaknya memberikan indikasi akan signifikansi kaidah

ini dalam kerangka penelitian hadis. Namun, meski signifikansi

ilmu al-jarh} wa al-ta‘di>l ini telah diakui dan dikukuhkan oleh

9 Kriteria d}a>bit} adalah: a) periwayat itu memahami dengan baik riwayat yang diterimanya, b) periwayat memahami dengan baik riwayat yang diterimanya, dan c) periwayat itu mampu menyampaikan riwayat yang telah diterimanya kapan saja dikehendaki. Lihat: Ibid., h. 120.

10 Sejumlah kitab menjelaskan secara tegas bahwa siqah merupakan gabungan dari sifat ‘a>dil dan d}a>bit}. Lihat: al-Suyu>t}i>, Tadri>b al-Ra>wi> fi> Syarh Taqri>b al-Nawawi> (Beirut: Da>r Ihya>’ al-Sunnah al-Nabawiyyah, 1975), juz I, hlm. 63.

11 Untuk menetapkan ke-‘adil-an periwayat. 12 Untuk menetapkan ke-d}abit}-an periwayat.

6

Page 7: Nurul Fadhilah _ Mukharrij Dan Pentingnya Al-Jarh Wa at-Ta'Dil NEW1

banyak ulama13, namun di sisi lain ternyata ada sebagian pihak

yang justru berpandangan sebaliknya, bahwa ilmu ini tidak lebih

bermanfaat daripada mudharatnya karena merupakan bagian

dari gibah yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya.

B. al-Jarh{ wa al-Ta‘di>l Bagian dari Gibah; Argumen Penolakan

Tak dapat dipungkiri bahwa selain kalangan yang

mengakui signifikansi ilmu ini, ada pula kalangan tertentu yang

berpandangan berseberangan. Pandangan tersebut pada

umumnya sangat terkait dengan sebuah dalil dari al-Qur’an yang

dengan jelas melarang gibah. Mereka berdasar pada beberapa

nash, misalnya dalam ayat al-Qur’an menyatakan

14"وال يغتب بعضكم بعضا"Atau dengan hadis Nabi saw. sendiri, misalnya

15كل المسلم على المسلم حرام, دمه وماله وعرضه"dan riwayat lain

قEEال رسEEول اللEEه: "أتEEدرون مEEا الغيبEEة"؟ قEEالوا اللEEه ةرسوله أعلم, قال " ذكرك أخاك بما يكره قيل", قالوا أفرأيت إن كان فيه ما أقEEول؟ قEEال " غن كEEان فيEEه مEEا

16أقول فقد اغتبته, وإن لم يكن فيه فقد بهته".

13 Salah satu indikator utamanya—selain ungkapan para ulama dalam berbagai kesempatan—adalah bertebarannya karya-karya ulama, khususnya terkait rija>l al-h}adi>s\ yang memuat biografi para periwayat hadis, dari kalangan sahabat sampai ke kalangan mukharrij, serta informasi-informasi terkait kehidupan pribadi mereka, kualitas hafalan, kapasitas keilmuan, dan sebagainya.

14 Q.S. al-H{ujura>t: 12.15 Al-Ima>m Muslim, S{ah}i>h} Muslim (Beirut: Da>r Ih}ya> al-Tura>s\

al-‘Arabi>, [t.th]), Juz. IV, h. 1986. 16 Ibid., Juz. IV, h. 2001.

7

Page 8: Nurul Fadhilah _ Mukharrij Dan Pentingnya Al-Jarh Wa at-Ta'Dil NEW1

Mereka melihat bahwa kritik terhadap para periwayat hadis

yang telah dikemukakan oleh ulama ahli kritik hadis itu tidak

hanya berkenaan dengan hal-hal yang terpuji saja, tetapi juga

berkenaan dengan hal-hal yang tercela.

Namun, pendapat tersebut dibantah oleh jumhur ulama.

Bahkan dikatakan bahwa hal ini bukanlah gibah, melainkan salah

satu kewajiban syariat, dengan alasan kebutuhan yang sangat

urgen, yaitu untuk membedakan riwayat-riwayat yang kuat dari

yang lemah dan atau palsu.

Dan riwayat-riwayat tersebut bergantung pada sejauh

mana ke-‘adil-an dan ke-d}abit}-an para periwayatnya.17 Bahkan

argumen bahwa ilmu ini merupakan gi>bah dibantah dengan

dalil yang menyatakan bahwa ilmu ini tergolong gibah yang

dibolehkan, misalnya dengan hadis:

6ى� - صEEلى اللEEه @ب .ذ8ن8 ع8ل8ى الن 8أ ت .EEاس � ج0ال 8ن@ ر8 ة8 أ 8EE6ش ع8ن. ع8ائة6 ، ير8 6EEع8ش. و ال 0EE8خ .س8 أ 6ئ ال8 » ب 8EEآه0 ق ا ر8 @EE8م عليEEه وسEEلم - ف8ل6ىI - صEEلى @ب 8ط8ل@ق8 الن 8م@ا ج8ل8س8 ت ة6 « . ف8ل ير8 .ع8ش6 .ن0 ال .س8 اب 6ئ و8ب

ق8 8EEط8ل. 8م@ا ان .ه6 ، ف8ل 8ي 6ل 8س8ط8 إ .ب ه6ه6 و8ان الله عليه وسلم - ف6ى و8ج.ل8 0EEج .ت8 الر@ 8ي أ @ه6 ح6ين8 ر8 س0ول8 الل 8ا ر8 ة0 ي 6ش8 8ه0 ع8ائ ج0ل0 ق8ال8ت. ل الر@.ه6 8ي 6ل 8س8ط.ت8 إ .ب ه6ه6 و8ان @ق.ت8 ف6ى و8ج. 8ط8ل 0م@ ت 8ذ8ا ، ث 8ذ8ا و8ك 8ه0 ك ق0ل.ت8 لة0 8EE6ش 8ا ع8ائ @ه6 - صلى الله عليه وسلم - » ي س0ول0 الل ف8ق8ال8 ر8ة� 8EEز6ل. ه6 م8ن @EEد8 الل .EEن اس6 ع6 @EEر@ الن 8EE6ن@ ش ا ، إ 6ى ف8ح@اش� 6ن 8ى ع8ه6د.ت م8ت

ه6. ر� �ق8اء8 ش8 @اس0 ات 8ه0 الن ك 8ر8 8ام8ة6 م8ن. ت .ق6ي 8و.م8 ال ي18

17 ‘Abd al-‘Azi>z ibn Muh}ammad ibn Ibra>hi>m al-‘Abd al-Lat}i>f, D{awa>bit} al-Jarh} wa al-Ta‘di>l (Madinah: al-Ja>mi‘ah al-Isla>miyah, 1412H.), h. 16-17.

18 Al-Ima>m al-Bukha>ri>, S{ah}i>h} al-Bukha>ri> (Beirut: Da>r Ibn Kas\i>r, 1987), Juz. V, h. 2244.

8

Page 9: Nurul Fadhilah _ Mukharrij Dan Pentingnya Al-Jarh Wa at-Ta'Dil NEW1

Artinya:Bahwa seorang laki-laki meminta izin kepada nabi Shallalahu 'alaihi wa sallam, ketika beliau melihat orang tersebut, beliau bersabda: "Amat buruklah saudara Kabilah ini atau seburuk-buruk saudara Kabilah ini." Saat orang itu duduk, beliau menampakkan wajahnya yang berseri-seri, setelah orang itu keluar 'A`isyah berkata; "Wahai Rasulullah, ketika anda melihat (kedatangan) orang tersebut, anda berkata seperti ini dan ini, namun setelah itu wajah anda nampak berseri-seri, Maka Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Wahai 'A`isyah, kapankah kamu melihatku mengatakan perkataan keji? Sesungguhnya seburuk-buruk kedudukan manusia di sisi Allah pada hari kiamat adalah orang yang ditinggalkan oleh manusia karena takut akan kekejiannya."

Hadis ini menunjukkan bahwa Nabi saw. menghadapi orang

tersebut dengan raut wajah mencela, dengan alasan syar‘i>,

baginda Rasul seakan memberi peringatan akan kejelekan moral

orang tersebut untuk dihindari mendengar riwayatnya. Inilah

yang dikehendaki dari ungkapan :

ه0 8EEك 8ر8 ة6 م8ن. ت 8EE8ام .ق6ي و.م8 ال 8EEة� ي 8EEز6ل. ه6 م8ن @EEد8 الل .EEن @اس6 ع6 ر@ الن 6ن@ ش8 إه6 ر� �ق8اء8 ش8 @اس0 ات الن

Riwayat ini juga diperkuat oleh riwayat lain, yaitu:

عن فاطمEEة بنت قيس أن أبEEا عمEEرو بن حفص طلقهEEا@ه6 -صلى الله عليه وسلم أما .......البتة س0ول0 الل ف8ق8ال8 ر8ة;أبEEو 4MMي ع4او< ا م; EMMأ4م ه< و4 >MMاه; ع4ن2 ع4ات4ق 4MMع; ع4ص 4MMال4 ي4ض ف4

iي2د ة4 ب2ن4 ز4 ام4 س4ال4 ل4ه; ان2ك<ح<ى أ; ع2ل;وكH ال4 م4 19.ف4ص;

Artinya:

Dari Fathimah binti Qais bahwa Abu Amru bin Hafsh telah menceraikannya dengan talak tiga......... lantas Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Abu Jahm adalah orang yang tidak pernah meninggalkan tongkatnya dari lehernya (suka memukul -pent), sedangkan Mu'awiyah adalah orang yang miskin, tidak memiliki harta, karena itu nikahlah dengan Usamah bin Zaid."

19 Al-Ima>m Muslim, Op. Cit., Juz. IV, h. 195.

9

Page 10: Nurul Fadhilah _ Mukharrij Dan Pentingnya Al-Jarh Wa at-Ta'Dil NEW1

Dalam hadis ini, terlihat bahwa Rasulullah menceritakan

kekurangan dan kelebihan dari dua sahabat yang berbeda.

Rasulullah menyampaikan kepada Fa>t}imah binti Qais tentang

kekurangan Mu‘a>wiyah dan sebaliknya menyampaikan

kelebihan Usa>mah, dan menyarankan Fa>t}imah menikah

dengan Usa>mah. Hal ini dilakukan Nabi dengan alasan syar‘i>

yang menginginkan Fa>t}imah menikah dengan orang yang

tepat dan bukan sama sekali bermaksud untuk mencela sahabat

dan memuja yang lain tanpa alasan yang diperkenankan.

Dengan dmikian hal-hal yang tercela dikemukakan

bukanlah untuk menjelek-jelekkan mereka melainkan untuk

dijadikan pertimbangan dalam hubungannya dengan dapat

diterima atau tidak dapat diterima riwayat hadis yang mereka

sampaikan. Ulama ahli kritik hadis tetap menyadari bahwa

mengemukakan kejelekan seseorang dilarang oleh agama.

Tetapi untuk kepentingan yang lebih besar, yakni kepentingan

penelitian hadis dalam hubungannya sebagai salah satu sumber

ajaran Islam, maka kejelekan atau kekurangan pribadi periwayat

dalam kaitannya periwayatan hadis sangat perlu dikemukakan.

Kejelekan atau kekurangan yang dikemukakan hanyalah terbatas

yang ada hubungannya dengan kepentingan penelitian

periwayatan hadis.

C. Argumen Pendukung Ilmu al-Jarh} wa al-Ta‘di>l

Signifikansi ilmu al-jarh} wa al-ta‘di>l oleh jumhur ulama

seringkali dikukuhkan dengan berbagai argumentasi. Tidak

hanya bersandar pada argumentasi logis, tetapi lebih ditekankan

10

Page 11: Nurul Fadhilah _ Mukharrij Dan Pentingnya Al-Jarh Wa at-Ta'Dil NEW1

dengan pendekatan argumentasi teologis-normatif bahkan

historis.

Argumentasi teologis-normatif yang dimaksudkan adalah

berdasarkan pembacaan dari beberapa ayat-ayat al-Qur’an dan

dukungan dari beberapa hadis Nabi sendiri, dan secara historis

adalah berdasarkan pada contoh dari Nabi saw. yang diwariskan

sahabatnya dan berlanjut ke generasi tabi‘i>n dan selanjutnya.

Argumentasi-argumentasi yang dimaksud adalah sebagai

berikut:

1. Argumentasi teologis-normatif

Ada beberapa ayat al-Qur’an yang menurut ulama

menjelaskan dan menunjukkan perintah untuk meneliti kualitas

periwayat, dengan demikian menjadi argumen dalam

mendukung signifikansi ilmu al-jarh} wa al-ta‘di>l, yaitu:

a. Dalam surah al-Hujura>t, Allah berfirman:

± 8إ 8ب 6ن 0م. ف8اس6ق² ب 6ن. ج8اء8ك 0وا إ @ذ6ين8 آم8ن Iه8ا ال ي8 8ا أ واي 0EEن@ 8ي 8ب 8ن.ف8ت أ

0م. .ت ا ف8ع8ل 8EEE6ح0وا ع8ل8ى م ب .EEE0ص ة± ف8ت 8EEE6ج8ه8ال ا ب �EEE0وا ق8و.م يب 6EEE0ص ت. 8اد6م6ين8 20ن

Terjemahnya:Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.

Ayat ini menjadi dalil akan kewajiban ber-tabayyun

(kroscek) terhadap setiap berita yang datang untuk

menghindari berita orang-orang fasik.21

20 Q.S. al-H{ujura>t: 6.21 Al-Ja>mi‘ li Ah}ka>m al-Qur’a>n, Juz 16, h. 312.

11

Page 12: Nurul Fadhilah _ Mukharrij Dan Pentingnya Al-Jarh Wa at-Ta'Dil NEW1

b. Ulama juga berpendapat bahwa Allah memberikan

petunjuk dasar untuk men-jarh} dan men-ta‘di>l, misalnya

dalam kisah Sulaiman as.:

.ظ0ر0 8ن ن 6ين8ق8ال8 س8 8اذ6ب .ك .ت8 م6ن8 ال 0ن 8م. ك ص8د8ق.ت8 أ8 22.أ

Terjemahnya:Berkata Sulaiman: "Akan kami lihat, apa kamu benar, ataukah kamu termasuk orang-orang yang berdusta.

c. Secara spesifik, Allah menunjukkan dasar jarh}—tanpa

ta‘di>l—kepada orang munafik, sebagaimana digambarkan

oleh beberapa ayat:

.ن8 8ي ا ب �E8ف.ر6يق ا و8ت ر� .E0ف ا و8ك ار� ر8 6Eج6د�ا ض .Eخ8ذ0وا م8س@ @ذ6ين8 ات و8ال

8ه0 م6ن. ول 0EEس ه8 و8ر8 @EEب8 الل ار8 8EE6م8ن. ح اد�ا ل 8EEص 6ر. 6ين8 و8إ ؤ.م6ن 0EEم. ال8ى ن .EEح0س. 6ال@ ال ا إ 8EEد.ن ر8

8 6ن. أ 6ف0ن@ إ ل 8ح. 8ي ل0 و8ل .EEه8د0ق8ب .EE8ش ه0 ي @EEو8الل 0ون8 8اذ6ب 8ك @ه0م. ل 6ن 23.إ

Terjemahnya:Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada orang-orang yang mendirikan mesjid untuk menimbulkan kemudharatan (pada orang-orang mu'min), untuk kekafiran dan untuk memecah belah antara orang-orang mu'min serta menunggu kedatangan orang-orang yang telah memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu. Mereka sesungguhnya bersumpah: "Kami tidak menghendaki selain kebaikan." Dan Allah menjadi saksi bahwa sesungguhnya mereka itu adalah pendusta (dalam sumpahnya).

ه6 @EEول0 الل 0EEس 8ر8 @ك8 ل 6ن ه8د0 إ 8ش. 0وا ن 8اف6ق0ون8 ق8ال .م0ن 6ذ8ا ج8اء8ك8 ال إ0ه0 ول س0 8ر8 @ك8 ل 6ن 8م0 إ 8ع.ل @ه0 ي اف6ق6ين8و8الل 8EEم0ن. 6ن@ ال ه8د0 إ .EE8ش @ه0 ي و8الل

0ون8 8اذ6ب 8ك 24.ل

22 Q.S. al-Naml: 27.23 Q.S. al-Taubah: 107. Bandingkan: Q.S. al-H{asyr: 11.24 Q.S. al-Muna>fiqu>n: 1.

12

Page 13: Nurul Fadhilah _ Mukharrij Dan Pentingnya Al-Jarh Wa at-Ta'Dil NEW1

Terjemahnya:Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: "Kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah". Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta.

d. Dan secara spesifik pula, Allah sebaliknya menunjukkan

dasar ta‘di>l melalui sebuah ayat:

ار6ه6م. 8EEوا م6ن. د6ي 0EE0خ.ر6ج ذ6ين8 أ @EEاج6ر6ين8 ال 8EEم0ه. اء6 ال ر8 8EEف0ق. 6ل لون8 ر0 0EEص. 8ن �ا و8ي @ه6 و8ر6ض.و8ان 8غ0ون8 ف8ض.ال� م6ن8 الل .ت 8ب 6ه6م. ي م.و8ال

8 و8أ8ه0 ول س0 @ه8 و8ر8 6ك8 ه0م0 الص@اد6ق0ون8الل 8ئ 0ول 25.أ

Terjemahnya:(Juga) bagi para fuqara yang berhijrah yang diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka (karena) mencari karunia dari Allah dan keridhaan (Nya) dan mereka menolong Allah dan Rasul-Nya. Mereka itulah orang-orang yang benar .

Di samping ayat-ayat di atas, ulama dalam menegaskan

argumen jarh} dan ta‘di>l mengemukakan beberapa riwayat

berikut:

a. Hadis riwayat al-Bukha>ri> dari ‘A<isyah ra. tentang kasus

al-ifk:

عن عائشEEة رضEEي اللEEه عنهEEا: حين قEEال لهEEا أهEEل اإلفك ما قالوا قالت ودعا رسEEول اللEEه صEEلى اللEEه عليه و سEEلم علي بن أبي طEEالب وأسEEامة بن زيEEد رضي الله عنهما حين استلبث الوحي يسألهما وهو يستشEEيرهما في فEEراق أهلEEه فأمEEا أسEEامة فأشEEار بالEEذي يعلم من بEEراءة أهلEEه وأمEEا علي فقEEال لم يضيق الله عليك والنساء سواها كثير وسل الجارية

25 Q.S. al-H{asyr: 8.

13

Page 14: Nurul Fadhilah _ Mukharrij Dan Pentingnya Al-Jarh Wa at-Ta'Dil NEW1

تصEدقك . فقEال ( هEل رأيت من شEيء يريبEك ) . قEEالت مEEا رأيت أمEEرا أكEEثر من أنهEEا جاريEEة حديثEEة السEEEن تنEEEام عن عجين أهلهEEEا فتEEEأتي الEEEداجن

26....فتأكله

Artinya:Bahwa ketika orang-orang yang menyebarkan berita bohong melakukan aksinya, Aisyah berkata, "Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam lantas memanggil Ali bin Abu Thalib dan Usamah bin Yazid radliyallahu'anhum, yakni saat wahyu belum turun, beliau menanyai dan meminta saran keduanya perihal perceraian terhadap isterinya. Adapun Usamah bin Zaid, ia memberi saran sejauh yang ia ketahui bahwa Aisyah terlepas diri dari apa yang mereka tuduhkan, adapun Ali bin Abu Thalib berkata, 'Allah tak bakalan menyesakkan dadamu, wanita selainnya juga masih banyak, dan tanyailah pembantu yang bisa jadi ia membenarkanmu.' Nabi bertanya kepada hamba sahaya tadi: "Pernahkah kau lihat sesuatu yang menjadikanmu ragu terhadap diri Aisyah?" hamba sahaya tadi menjawab, "Belum pernah kulihat sesuatu yang kurang pada diri Aisyah selain tak lebih ketika ia masih masih belia, ia ketiduran dari adonan masakan keluarganya sehingga datang ternak yang kemudian menyantapnya.'

Hadis ini menggambarkan dua posisi yang berbeda dari

dua sahabat Nabi saw. dalam menanggapi kasus ifk yang

menimpa istri Rasulullah saw. Usamah memberikan

tanggapan positif (kesaksian ta‘di>l) dan di sisi lain ‘Ali>

ibn Abi> T{a>lib memberikan tanggapan negatif

(kesaksian jarh{).

b. Dari sabda Nabi saw. tentang perintah berpegang teguh

pada al-Qur’an dan Sunnah, Nabi bersabda:

د�ا .EE6ن. ع8ب م.ع6 و8الط@اع8ة6 و8إ @ه6 و8الس@ 8ق.و8ى الل 6ت 0م. ب 0وص6يك ....أا �EE8ف 6ال ت ى اخ. 8ر8 ي 8EE8ع.د6ى ف8س 0م. ب .ك 8ع6ش. م6ن @ه0 م8ن. ي 6ن Çا ف8إ ي 8ش6 ب ح8

26 Al-Ima>m al-Bukha>ri>, Op. Cit., Juz. VI, h. 2682.

14

Page 15: Nurul Fadhilah _ Mukharrij Dan Pentingnya Al-Jarh Wa at-Ta'Dil NEW1

�ين8 د6ي .EEم8ه. اء6 ال 8EE8ف ل .خ0 @ة6 ال ن 0EE6ى و8س @ت ن 0EE6س 0م. ب .ك 8ي ا ف8ع8ل ير� 6EE8ث ك@و8اج6ذ6. 6الن .ه8ا ب 8ي 6ه8ا و8ع8ضIوا ع8ل 0وا ب ك 8م8س@ د6ين8 ت اش6 27الر@

Ungkapan Nabi saw. :

ا 6ير� 8ث 8ف�ا ك 6ال ت ى اخ. 8ر8 ي 8ع.د6ى ف8س8 0م. ب .ك 8ع6ش. م6ن @ه0 م8ن. ي 6ن ف8إdijadikan oleh ulama sebagai dalih bahwa Rasulullah saw.

pada dasarnya menganjurkan umatnya untuk

mengidentifikasi dengan cermat siapa di antara periwayat

hadis yang d}a‘i>f dan yang s\iqah. Karena kemurnian

hadis Nabi saw. akan terkontaminasi oleh riwayat dusta

jika saja tidak dapat dibedakan antara periwayat yang

d}a‘i>f dan yang s\iqah.28

c. yang juga dimaknai sebagai perintah Nabi saw. secara

tidak langsung untuk mengetahui s\iqah atau d}a‘i>f-nya

seseorang yang menyampaikan riwayat kepada orang

sesudahnya, untuk menjamin keabsahan dan akurasi hadis

yang disampaikannya.29

2. Argumentasi historis

Argumentasi historis yang dimaksud adalah riwayat-

riwayat yang membuktikan bahwa generasi setelah Nabi saw.

sangat berhati-hati dalam menjaga hadis Nabi saw. dalam

kaitannya dengan pengamatan dengan cermat kepada pembawa

riwayat yang s\iqah dan d}a‘i>f. Sehingga jarh{ dan ta‘di>l

terbukti diwarisi oleh generasi sahabat dan generasi-generasi

27 Abu> ‘I<sa> al-Tirmiz\i>, Sunan al-Tirmiz\i> (Beirut: Da>r Ih}ya> al-Tura>s\ al-‘Arabi>, [t.th]), Juz. V, h. 44.

28 Ah{mad ibn H{anbal, al-‘Ilal wa Ma‘rifat al-Rija>l (Cet. II; Riya>d}: Da>r al-Kha>ni>, 2001), h. 21.

29 Ah}mad ibn H{anbal, Op. Cit., h. 22.

15

Page 16: Nurul Fadhilah _ Mukharrij Dan Pentingnya Al-Jarh Wa at-Ta'Dil NEW1

selanjutnya. Berikut ini riwayat-riwayat yang masing-masing

mewakili generasi tersebut:

a. Contoh riwayat terkait sahabat:

8ك6ن. ك8 و8ل .EEه6م@ ت8 8م. أ �ى ل 6ن ا إ 8EEم

8 ى أ 8EE6ى م0وس 8ب ر0 أل 8EEف8ق8ال8 ع0م @ه6. س0ول6 الل @اس0 ع8ل8ى ر8 8ق8و@ل8 الن 8ت 8ن. ي 30خ8ش6يت0 أ

Artinya:Ibnu ‘Umar berkata kepada Abu> Mu>sa> al-Asy‘ari>: sesungguhnya aku tidak bermaksud mencurigaimu, tetapi aku hanya takut orang-orang akan berkata sekehendaknya atas Rasulullah saw.

Hadis ini menunjukkan bahwa seorang Abu> Mu>sa> pun

tetap dicermati oleh sahabat lain, dalam rangka

memastikan kualitas orang-orang yang meriwayatkan

hadis Nabi saw. dan menjaganya dari periwayatan orang-

orang tidak bertanggungjawab.

Demikian pula ungkapan yang lebih jelas, ‘Uqbah dalam

sebuah riwayat berpesan kepada anaknya:

ا: ال 8EE6ه 8ف6ظ0وا ب ت اح. 8EE8الث± ف 0م. ع8ن. ث اك 8EEه. ن8 �ي أ 6ن ، إ ا بEEني@ 8EEي

ه6 .E8ي ه0 ع8ل @Eل@ى الل 8Eه6 ص @Eول6 الل 0Eس د6يث8 م6ن. ر8 8EEح. وا ال 0E8ل 8ق.ب ت6ق8ة±. 6ال م6ن. ث @م8 إ ل 31.....و8س8

Artinya:Wahai anakku, aku melarangmu dari tiga hal, maka berhati-berhatilah darinya: Janganlah menerima hadis dari Rasulullah saw. kecuali dari orang s\iqah.

Potongan hadis ini sangat jelas menggambarkan bahwa di

kalangan sahabat telah dipraktekkan kehati-hatian dalam

30 Abu> Da>wud, Loc. Cit.31 Sulaima>n ibn Ah}mad ibn Ayyu>b Abu> al-Qa>sim al-T{abra>ni,

Mu‘jam al-Kabi>r (Maus}il: Maktabat al-‘Ulu>m wa al-H{ikam, 1983), Juz 17, h. 268.

16

Page 17: Nurul Fadhilah _ Mukharrij Dan Pentingnya Al-Jarh Wa at-Ta'Dil NEW1

menerima riwayat sebelum memastikan ke-s\iqah-an

sumber riwayat.

b. Riwayat terkait tabi‘in:

Di masa ta>bi‘i>n, ilmu ini mengalami banyak

perkembangan. Banyak di antara mereka yang berguru

kepada sahabat, dan memperluas ijtihad mereka dalam hal

ini. Misalnya dalam sebuah riwayat:

أخرج بن منده من طريق يزيد بن أبي مالك قEEال: كنت عنEEد سEEعيد بن المسEEيب فحEEدثني بحEEديث، فقلت من أحدثك يا أبا محمEد بهEذا؟ فقEال يEا أخEا أهEEل الشEEام خEEذ وال تسEEأل فإنEEا ال نأخEEذ إال عن

32الثقات.

Artinya:Ibn Mandah berkata: aku pernah bersama Sa‘i>d ibn al-Musayyab dan Sa‘i>d menyampaikan kepadaku sebuah hadis, lalu aku bertanya siapa yang menyampaikan hadis ini kepadamu wahai Abu> Muh}ammad? Lalu ia menjawab: wahai saudaraku penduduk Sya>m terimalah dan jangan lagi mempertanyakan dari mana kami mengambilnya, karena kami tidak pernah menerima hadis kecuali dari orang-orang s\iqah.

Demikian pula dalam banyak kasus, ta>bi‘i>n tertentu

bahkan melakukan penilaian langsung kepada orang lain,

misalnya Qata>dah yang menuduh ‘Uba>dah Abu>

Yah}ya> sebagai seorang pendusta.33 Atau riwayat Ibn

Syiha>b al-Zuhri> yang menyatakan bahwa ia hanya

mengakui empat ulama hadis paling terpercaya di masing-

32 Ah}mad ibn ‘Ali> ibn H{ujr Syiha>b al-Di>n al-‘Asqala>ni>, Tah{z\i>b al-Tah}z\i>b ([t.t]: Muassasah al-Risa>lah, [t.th]), Juz. IV, h. 87.

33 Abu> ‘Abdillah Muh}ammad ibn Ah}mad al-Z|ahabi>, Mi>za>n al-I‘tida>l fi> Naqd al-Rija>l (Kairo: ‘Isa al-Ba>b al-H{alabi> wa Syurakah, 1963), Juz. II, h. 381.

17

Page 18: Nurul Fadhilah _ Mukharrij Dan Pentingnya Al-Jarh Wa at-Ta'Dil NEW1

masing tempat, yaitu Sa‘i>d ibn al-Musayyab di Madinah,

al-Sya‘bi> di Kufah, H{asan al-Bas}ri> di Bas}rah, dan

Makh}u>l di Sya>m.34

Demikianlah keterangan-keterangan yang menunjukkan

bahwa praktek jarh} dan ta‘di>l dalam hal mengidentifikasi

periwayat-periwayat untuk dipastikan ke-s\iqah-annya dan

diterima atau ditolaknya riwayatnya, telah dilanjutkan oleh para

sahabat Nabi saw. sampai ke generasi tabi‘i>n dan mengalami

banyak perkembangan.

3. Argumentasi logis

Secara logis, kebutuhan terhadap ilmu al-jarh{ wa al-

ta‘di>l pun tak dapat dipungkiri. Kebenaran suatu berita atau

otentiknya suatu hadis sangat bergantung kepada siapa orang-

orang yang secara berantai menyampaikan hadis tersebut.

Dalam konteks keseharian, jika suatu berita didengarkan dari

orang yang terbiasa berdusta dalam kesehariannya, maka

lazimnya setiap perkataannya kemudian patut dicurigai dan tidak

dipercayai. Apatah lagi, dalam konteks Hadis Nabi saw.

Namun—dalam konteks hadis—periwayat-periwayat

tersebut tidaklah hidup di zaman sekarang, yang secara

langsung bisa dilihat dan disaksikan kejujuran atau

kebohongannya. Oleh karena itu, dibutuhkan informasi dari

pendahulu yang ahli dan juga dipercayai dalam menilai dan

menyampaikan informasi kepada generasi selanjutnya tentang

perihal kehidupan para periwayat tersebut.

34 Lihat: Ibid., Juz. IV, h. 177.

18

Page 19: Nurul Fadhilah _ Mukharrij Dan Pentingnya Al-Jarh Wa at-Ta'Dil NEW1

Berdasarkan kepentingan tersebut, maka ulama berijtihad

dalam meneliti sanad-sanad hadis, khususnya kualitas para

periwayat. Inilah yang kemudian disebut dengan ‘ilmu al-naqdi

atau ilmu al-jarh{ wa al-ta‘di>l. Mereka lantas menyusun

berbagai jenis kitab biografi, kitab sejarah, kitab t}abaqah, yang

di dalamnya dijelaskan berbagai sisi kehidupan masing-masing

periwayat, dari kelahirannya, pertumbuhan sampai kematiannya,

bagaimana ia belajar dan menuntut ilmu, kepada siapa ia

berguru, kepada siapa ia mengajarkan ilmunya, bagaimana

aqidah, ibadah, dan mu‘amalahnya, dan hal-hal terkait lainnya.35

35 Lihat: Ah}mad ibn H{anbal, Op. Cit., h. 19. Dijelaskan panjang lebar tentang muatan kitab-kitab rija>l, sampai kepada rekaman-rekaman jumlah hadis yang diriwayatkan periwayat, berapa di antara riwayatnya yang s}ah}i>h} dan d}a‘i>f, apakah ia konsisten dalam periwayatannya dan tidak mengalami pikun sebelum wafatnya, dan lain sebagainya.

19

Page 20: Nurul Fadhilah _ Mukharrij Dan Pentingnya Al-Jarh Wa at-Ta'Dil NEW1

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat pemakalah rangkum ialah

sebagai berikut:

1. Kualitas pribadi seorang Mukharrij al-Hadi>ts tidak terlepas

dengan kriteria sanad yang shahih yaitu adil dan

dhabitnya. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya

argumen atau penilaian dari para ulama yang juga lebih

dikenal dengan ilmu al-jarh{ wa al-ta‘di>l.

2. Ilmu al-jarh{ wa al-ta‘di>l merupakan ilmu yang sangat

signifikansi (penting) demi kebersihan suatu sanad, dalam

mencapai ke-shahih-an hadis.

3. Argumen-argumen yang dibuktikan dari beberapa firman

Allah swt maupun hadis Nabi saw (naqli) bahwa al-jarh{ wa

al-ta‘di>l sangat di perbolehkan untuk kepentingan syar’i

semata, dan bukan untuk mencela manusia lainnya.

4. Dan sebagaimana dibolehkan jarh dalam persaksian, maka

pada perawi pun juga diperbolehkan, bahkan

memperteguh dan mencari kebenarannya.

20

Page 21: Nurul Fadhilah _ Mukharrij Dan Pentingnya Al-Jarh Wa at-Ta'Dil NEW1

B. Implikasi

Makalah ini disusun dengan kerja keras, meskipun dengan

keterbatasan ilmu yang pemakalah miliki dan masih dalam

proses pembelajaran, tentunya masih banyak kekurangan di

dalamnya maka dari itu kritik serta saran dari teman-teman dan

khususnya dosen pembimbing, sangat pemakalah harapkan

untak kesempurnaan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

al-‘Asqala>ni>, Ah}mad ibn ‘Ali> ibn H{ujr Syiha>b al-Di>n. Tah{z\i>b al-Tah}z\i>b. Juz. IV. [t.t]: Muassasah al-Risa>lah. [t.th].

‘Itr, Nu>r al-Di>n. al-Madkhal ila> ‘Ulu>m al-H{adi>s\ . al-Madi>nah: al-Maktabah al-‘Ilmiyyah. 1972.

Ahmad, Arifuddin. Paradigma Baru dalam Memahami Hadis Nabi; Refleksi Pemikiran Pembaruan Prof. Dr. Muhammad Syuhudi Ismail. Jakarta: Renaisan. 2005.

Asy‘as\, Abu> Da>wud Sulaima>n ibn. Sunan Abi> Da>wud wa Ma‘a>lim al-Sunan (Beirut: Da>r Ibn H{azm. 1997. Juz. V.

al-Bukha>ri>, Al-Ima>m. S{ah}i>h} al-Bukha>ri>. Juz. V. Beirut: Da>r Ibn Kas\i>r. 1987.

ibn H{anbal, Ah{mad. al-‘Ilal wa Ma‘rifat al-Rija>l. Cet. II; Riya>d}: Da>r al-Kha>ni>. 2001.

Hasyim, Ahmad ‘Umar. Qawa>‘id Us}u>l al-H{adi>s\. Beirut: Da>r al-Fikr [t.th].

Ismail, Syuhudi. Kaedah Kesahihan Sanad Hadis. Cet. I; Jakarta: Bulan Bintang. 1988.

Khon, Abdul Majid. Ulumul Hadis. Cet. IV; Jakarta: AMZAH. 2010.

21

Page 22: Nurul Fadhilah _ Mukharrij Dan Pentingnya Al-Jarh Wa at-Ta'Dil NEW1

al-Lat}i>f, ‘Abd al-‘Azi>z ibn Muh}ammad ibn Ibra>hi>m al-‘Abd D{awa>bit} al-Jarh} wa al-Ta‘di>l. Madinah: al-Ja>mi‘ah al-Isla>miyah. 1412H.

Muslim, Al-Ima>m. S{ah}i>h} Muslim. Juz. IV. Beirut: Da>r Ih}ya> al-Tura>s\ al-‘Arabi> [t.th].

al-Qurtubi. al-jami’ li Ahkam al-Qur’an. juz XVII. Kairo: Dar al-Kutub al-‘Arabi. 1387 H/ 1967 M.

Ibn al-S{ala>h}. ‘Ulu>m al-H{adi>s\. al-Madi>nah: al-Maktabah al-‘Ilmiyyah. 1972

Sholahuddin, Agus dan Agus Suyadi. Ulumul Hadis. Bandung: Pustaka Setia. 2008.

al-Suyu>t}i>. Tadri>b al-Ra>wi> fi> Syarh Taqri>b al-Nawawi>. juz I . Beirut: Da>r Ihya>’ al-Sunnah al-Nabawiyyah. 1975.

al-T{abra>ni, Sulaima>n ibn Ah}mad ibn Ayyu>b Abu> al-Qa>sim. Mu‘jam al-Kabi>r. Juz 17. Maus}il: Maktabat al-‘Ulu>m wa al-H{ikam. 1983.

al-Tirmiz\i>, Abu> ‘I<sa.> Sunan al-Tirmiz\i>. Beirut: Da>r Ih}ya> al-Tura>s\ al-‘Arabi>. [t.th]. Juz. V.

al-Z|ahabi>, Abu> ‘Abdillah Muh}ammad ibn Ah}mad. Mi>za>n al-I‘tida>l fi> Naqd al-Rija>l. Juz. II. Kairo: ‘Isa al-Ba>b al-H{alabi> wa Syurakah. 1963.

22