31
NASKAH PUBLIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BULLYING PADA REMAJA Oleh: AZNAN ADVIIS ARDIYANSYAH ULY GUSNIARTI PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2008/2009

NASKAH PUBLIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · menjadi dua yaitu defenisi secara luas dan defenisi sempit. Defenisi

  • Upload
    vodien

  • View
    239

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: NASKAH PUBLIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · menjadi dua yaitu defenisi secara luas dan defenisi sempit. Defenisi

NASKAH PUBLIKASI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BULLYING

PADA REMAJA

Oleh:

AZNAN ADVIIS ARDIYANSYAH

ULY GUSNIARTI

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

2008/2009

Page 2: NASKAH PUBLIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · menjadi dua yaitu defenisi secara luas dan defenisi sempit. Defenisi

2

NASKAH PUBLIKASI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BULLYING

PADA REMAJA

Telah Disetujui Pada Tanggal

_______________________________

Dosen Pembimbing Utama

(Uly Gusniarti, S.Psi., M.Si.)

Page 3: NASKAH PUBLIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · menjadi dua yaitu defenisi secara luas dan defenisi sempit. Defenisi

3

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BULLYING PADA REMAJA

Aznan Adviis Ardiyansyah Uly Gusniarti

Intisari

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya bullying (kecenderungan melakukan penindasan), bagaimana peroses terjadinya bullying dan juga bagaimana karakteristik dari pelaku (bully) dan individu yang rentan menjadi korban bullying (victim).

Subjek dalam penelitian ini adalah. Penelitian ini menggunakan empat subjek penelitian yang berdomisili di D.I. Yogyakarta. Tiga subjek penelitian adalah pelaku bullying sedangkan satu subjek penelitian yang lain adalah korban bullying.

Dalam penelitian ini didapatkan hasil bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya bullying yang muncul pada responden penelitian adalah faktor pergaulan sosial tema yang muncul adalah kesetiakawanan dan dukungan teman-teman serta individu yang memiliki otoritas, faktor keluarga tema yang muncul adalah tanggapan orang tua yang menilai bullying sesuatu yang wajar dan biasa dilakukan oleh remaja dan salah satu anggota keluarganya ada yang menjadi pelaku bullying, faktor keinginan atau niat tema yang muncul adalah ingin mengganggu teman, serta faktor kebutuhan dengan tema yang muncul adalah kebutuhan untuk mendapatkan kekuasaan (need for power), kebutuhan untuk menunjukan dominasi (need for dominance) dan kebutuhan untuk menyerang (need for aggression). Faktor-faktor yang muncul tersebut memiliki hubungan satu antara lainnya karena dengan munculnya dua diantara ke-empat faktor tersebut maka bullying itu memiliki kecenderungan untuk terjadi. Keywords: Bullying, Bully, Victim.

Page 4: NASKAH PUBLIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · menjadi dua yaitu defenisi secara luas dan defenisi sempit. Defenisi

4

Pengantar

Pendidikan pada saat ini merupakan faktor terpenting dalam menilai

kemampuan seseorang. Hal ini terlihat dari standar nilai kelulusan yang semakin

baik dan tinggi. Menurut Mudyahardjo (2008), defenisi pendidikan di bagi

menjadi dua yaitu defenisi secara luas dan defenisi sempit. Defenisi pendidikan

secara luas menyatakan pendidikan adalah hidup. Pendidikan adalah segala

pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang

hidup. Sedangkan defenisi sempit tentang pendidikan, Mudyahardjo (2008)

mengatakan pendidikan adalah sekolah dengan tujuannya adalah untuk

mempersiapkan hidup.

Sekolah maupun perguruan tinggi merupakan tempat yang paling tepat

untuk mendapatkan pendidikan karena di sekolah atau perguruan tinggi sendiri

terdapat beberapa instrumen penting yang membuat tujuan pendidikan dapat

terwujud, salah satunya adalah kurikulum pendidikan. Sekolah serta perguruan

tinggi juga dapat mempersiapkan hidup seseorang karena di sekolah serta

perguruan tinggi setiap individu akan mendapatkan pembekalan-pembekalan

kemampuan tertentu, seperti contohnya kemampuan otomotif untuk memperbaiki

kendaraaan bermotor. Instansi pendidikan formal juga akan memberikan ijazah

yang berguna untuk individu dalam mencari pekerjaan dan menggapai cita-cita.

Secara tidak langsung, pendidikan formal dapat dikatakan tempat untuk

mendapatkan pendidikan dan kemampuan yang bertujuan untuk mempersiapkan

hidup seseorang. Pendidikan formal juga menjanjikan keamanan dalam

mendapatkan pendidikan. Selain itu pendidikan formal juga didukung oleh para

Page 5: NASKAH PUBLIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · menjadi dua yaitu defenisi secara luas dan defenisi sempit. Defenisi

5

pendidik yang memiliki kompetensi mengajar yang baik dan berkualitas. Akan

tetapi kenyataan yang ada memperlihatkan tempat-tempat pendidikan formal juga

merupakan tempat yang paling harus diwaspadai dan diperhatikan, karena di

beberapa instansi pendidikan terkadang terjadi kekerasan dan penindasan.

Kekerasan dan penindasan yang terjadi di dalam pendidikan formal

terkadang tidak disadari oleh masyarakat. Kekerasan dan penindasan yang terjadi

di sekolah contohnya seperti pelecehan seksual yang dilakukan guru,

penganiayaan guru terhadap muridnya dan juga pemalakan yang merupakan

bagian dari bullying (penindasan). Banyak sekali masyarakat dan pendidik yang

tidak memahami akan bahaya bullying. Dalam defenisinya, bullying adalah

perilaku agresif dan negatif dalam lingkungan sosial (Junn dan Boyatzis, 2004).

Walaupun begitu berbahayanya perilaku bullying terkadang ada beberapa

pendidik dan juga siswa dan bahkan para orang tua yang menyatakan bahwa

bullying itu tidak berbahaya dan merupakan bagian dari perkembangan remaja hal

ini terungkap dari hasil wawacara dengan responden penelitian. Bullying ini juga

dikatakan perilaku negatif, perilaku agresif dan harus diwaspadai (Junn dan

Boyatzis, 2004).

Fenomena bullying ini sendiri tidak hanya dirasakan di dalam negeri saja

akan tetapi di luar negeri juga terdapat kasus-kasus bullying seperti yang dialami

Katherine Jane (16) dari Pulau Lewis, Skotlandia, yang nekat bunuh diri dengan

menenggak segenggam obat akibat perilaku bullying yang telah diterima olehnya.

Tujuh minggu sebelum ia mengakhiri hidupnya, Katherine sempat diserang oleh

beberapa temannya saat pulang sekolah. Bukan hanya itu, beberapa telepon gelap

Page 6: NASKAH PUBLIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · menjadi dua yaitu defenisi secara luas dan defenisi sempit. Defenisi

6

mengancam akan penggundulan rambutnya jika hasil ujiannya bagus, sehingga

hal itu menjadikannya semakin depresi. Akan tetapi, Katherine tidak melaporkan

kejadian tersebut kepada kedua orang tuanya. Belakangan diketahui, salah

seorang yang menyerangnya adalah Michelle, orang yang sudah dikenal Katherine

sejak 8 tahun silam. Michelle dan Katherine pernah berfoto bersama dengan Santa

Klaus dan tampak riang bersama. Akan tetapi, kenyataannya berbeda dan

akhirnya Michelle sendiri didakwa 3 bulan penjara karena ikut ambil bagian

dalam penyerangan terhadap Katherine (http//www.google.com//bullying/

Kekerasan yang Harus Hilang dari Pendidikan.htm).

Sedangkan di Indonesia sendiri banyak kejadian yang menunjukan bahwa

di dunia pendidikan Indonesia telah terjadi tindakan bullying terhadap siswanya.

Seperti contohnya peristiwa yang terjadi di IPDN, yang kemudian menyebabkan

salah satu prajanya meninggal dunia akibat kekerasan yang dilakukan oleh praja

yang lebih tinggi statusnya atau biasa disebut kakak tingkat maupun pem-

bimbingnya (http//www.google.co.id/ bullying/YPHA - Yayasan Pemantau Hak

Anak.html).

Peristiwa lainnya adalah peristiwa di STIP dimana terjadi bullying saat

melakukan kegiatan pengenalan lingkungan pendidikan yang seharusnya menjadi

kegiatan bermanfaat. akan tetapi, kejadian itu berubah menjadi kegiatan yang

merugikan siswa lainnya karena ulah individu yang tidak bertanggung jawab.

Berdasarkan teori Olweus (Junn dan Boyatzis, 2004) bullying terjadi kerena

adanya perbedaan kota dan kebudayaan. Akan tetapi fakta yang ada

memperlihatkan bahwa bullying ini terjadi dikarenakan individu yang memiliki

Page 7: NASKAH PUBLIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · menjadi dua yaitu defenisi secara luas dan defenisi sempit. Defenisi

7

dendam terhadap orang lain atau ingin melampiaskan emosi yang ada kepada

pihak-pihak yang tidak memiliki kekuatan dan dukungan dari individu yang

memiliki kekuasaan.

Berdasaran wawancara penelitian, peneliti menemukan bullying terjadi

karena siswa sekolah itu sendiri dan bukan karena sekolah atau tempat pendidikan

tersebut memiliki kebudayaan melakukan kekerasan. Bullying ini sendiri dapat

terjadi karena ada individu yang memicu hal tersebut, contohnya adalah bullying

yang terjadi di IPDN, yang ternyata tidak semua siswanya menjadi pelaku akan

tetapi pelakunya hanyalah beberapa siswa saja.

Bullying juga dapat terjadi kemungkinan karena adanya dukungan dari

pihak-pihak yang memiliki kekuatan dan otoritas di dalam lingkungan pendidikan,

contohnya adalah kasus di IPDN. Dimana pembimbing praja di IPDN yang

seharusnya menjadi tempat berlindung dan mencurahkan isi hatinya peraja yang

ada di IPDN kemudian menjadi pihak yang mendukung perilaku bullying yang

dilakukan oleh senior IPDN kepada juniornya. Dengan kenyataan yang seperti itu

terlihat bahwa bullying ini terjadi dikarenakan adanya dukungan dari pihak yang

memiliki otoritas seperti dukungan dari pembimbing sehingga kemudian bullying

terjadi di IPDN.

Hal ini juga didukung oleh Fakta, dari penelitian Yayasan Sejiwa, yang

menyatakan tidak ada satu pun sekolah di Indonesia yang bebas dari bullying.

Bahkan, di sekolah yang menjadi contoh pun itu terjadi, seperti di IPDN dan

STIP. Di beberapa sekolah swasta terkemuka sendiri praktek bullying berlanjut

hingga di luar lingkungan sekolah seperti yang terjadi di Pati, Jawa Tenggah

Page 8: NASKAH PUBLIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · menjadi dua yaitu defenisi secara luas dan defenisi sempit. Defenisi

8

dengan fenomena geng nero yang melakukan bullying di luar sekolah. yang

memprihatinkan, kecenderungan bullying di lingkungan dunia pendidikan ini baik

itu verbal, psikologis, atau fisik semakin keras dari waktu ke waktu dilihat dari

efek ke korban. (http//www.google.com/ bullying/Budaya Kekerasan di Lembaga

Pendidikan - Sabtu, 14 April 2007.htm).

Walaupun di beberapa sekolah yang sangat maju sudah menciptakan

sistem yang cukup efektif untuk mengurangi insiden-insiden bullying dan

memberi dukungan pada korban bullying. Akan tetapi, berdasarkan pernyataan

responden, yang menyatakan respon sekolah terhadap fenomena kekerasan dan

bullying di sekolah sendiri sangat minim, dimana ada beberapa guru yang hanya

membiarkan kejadian-kejadian serta kasus-kasus tersebut terjadi di lingkungan

sekolah. (http//www.google.com/bullying/ Kekerasan yang Harus Hilang dari

Pendidikan.htm).

Bullying tidak hanya terjadi karena ada pelaku saja, akan tetapi bullying

juga terjadi dikarenakan ada korban bullying (victims). Dalam defenisinya,

Bullying adalah interaksi antara individu yang melakukan bullying (dominan)

terhadap individu yang kurang memiliki dominan dengan cara menunjukkan

perilaku agresif (Craig, Pepler dan Atlas, 2000). Jadi, dapat dikatakan bullying

memiliki kecenderungan terjadi apabila terjadi interaksi antara individu yang

dominan dengan individu yang kurang dominan dengan cara menunjukan perilaku

agresif.

Fakta yang ada menunjukkan bahwa tidak semua pelakunya memiliki fisik

yang besar dan kuat, bahkan yang menjadi pelakunya adalah individu yang

Page 9: NASKAH PUBLIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · menjadi dua yaitu defenisi secara luas dan defenisi sempit. Defenisi

9

memiliki keberanian lebih dari yang lainnya. Dalam fenomena bullying ini sendiri

pelaku bullying (bully) ini menjadi pemicu terjadinya bullying. Dengan adanya

pelaku bullying kemudian akan memunculkan bullying-bullying lainnya yang

dikarenakan dendam untuk membalas dan melampiaskan kepada orang lain, dan

dengan adanya pelaku kemudian memunculkan pihak-pihak lain seperti pihak

yang menjadi korban salah satunya.

Menurut Berthold dan Hoover (2000), korban bullying memiliki

karakteristik tendensi akan ketakutan, tidak menyukai dirinya sendiri dan

cenderung berdiam diri dirumah setelah pulang dari sekolah. Bullying juga

memiliki pengaruh secara jangka panjang dan jangka pendek terhadap korban

bullying. Pengaruh jangka pendek yang ditimbulkan akibat perilaku bullying

adalah depresi karena mengalami penindasan, menurunya minat untuk

mengerjakan tugas-tugas sekolah yang diberikan oleh guru, dan menurunnya

minat untuk mengikuti kegiatan sekolah (Berthold dan Hoover, 2000). Sedangkan

akibat yang ditimbulkan dalam jangka panjang dari penindasan ini seperti

mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan baik terhadap lawan jenis, selalu

memiliki kecemasan akan mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan dari

teman-teman sebayanya (Berthold dan Hoover, 2000).

Menurut Riauskina, dkk. (2005), salah satu dampak dari bullying yang

paling jelas terlihat adalah kesehatan fisik. Beberapa dampak fisik yang biasanya

ditimbulkan bullying adalah sakit kepala, sakit tenggorokan, flu, batuk, bibir

pecah-pecah, dan sakit dada, terganggu prestasi akademisnya atau sering sengaja

tidak masuk sekolah. Bahkan dalam kasus-kasus yang ekstrim seperti insiden

Page 10: NASKAH PUBLIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · menjadi dua yaitu defenisi secara luas dan defenisi sempit. Defenisi

10

yang terjadi di IPDN, dampak fisik ini bisa mengakibatkan kematian pada korban

bullying.

Selain itu bullying juga akan memberikan efek jangka panjang seperti

menurunnya kesejahteraan psikologis (psychological well-being) dan penyesuaian

sosial yang buruk (Riauskina dkk., 2005). Dari penelitian yang dilakukan

Riauskina, dkk. (2005), ketika mengalami bullying, korban merasakan banyak

emosi negatif seperti marah, dendam, kesal, tertekan, takut, malu, sedih, tidak

nyaman dan merasa terancam. Akan tetapi tidak berdaya menghadapinya. Dalam

jangka panjang emosi-emosi ini dapat berujung pada munculnya perasaan rendah

diri bahwa dirinya tidak berharga dan kesulitan menyesuaikan diri dengan

lingkungan sosial juga muncul pada para korban (Riauskina dkk., 2005). yang

paling ekstrim dari dampak psikologis ini adalah kemungkinan untuk timbulnya

gangguan psikologis pada korban bullying, seperti rasa cemas berlebihan, selalu

merasa takut, depresi, ingin bunuh diri, dan gejala-gejala gangguan stres pasca-

trauma (post-traumatic stress disorder) (Riauskina dkk., 2005).

Jadi, dapat dikatakan bahwa bullying ini sendiri terjadi kemungkinan

dikarenakan ada interaksi antara pelaku dengan korban bullying. Berdasarkan

fenomena tersebut kemudian memunculkan keinginan peneliti untuk melakukan

penelitian terhadap para pelaku bullying yang bertujuan untuk mendapatkan

gambaran bagaimana bullying itu dapat terjadi berdasarkan gambaran pelaku serta

menggambarkan bagaimana karakteristik dari pelaku bullying (bully).

Page 11: NASKAH PUBLIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · menjadi dua yaitu defenisi secara luas dan defenisi sempit. Defenisi

11

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian kualitatif yang dilakukan oleh peneliti adalah untuk

mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya bullying (kecenderungan

melakukan penindasan), bagaimana peroses terjadinya bullying dan juga

karakteristik dari pelaku dan individu yang rentan menjadi korban bullying.

Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah untuk memperkaya dan

menambah pengetahuan yang berhubungan dengan ilmu psikologi khusunya

psikologi pendidikan, sosial dan perkembangan.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis penelitian kualitatif ini diharapkan dapat membantu para

pengajar (guru) dan juga orang tua dalam mengurangi terjadinya perilaku

bullying (penindasan). Selain itu diharapkan penelitian ini dapat memacu

peneliti lain untuk meneliti tentang bullying yang terjadi di dunia pendidikan

Indonesia agar dapat menciptakan dunia pendidikan yang aman dan nyaman

bagi siswa.

Keaslian Penelitian

Dalam bagian ini akan diungkapkan beberapa penelitian terdahulu yang

serupa akan tetapi tidak sama dengan penelitian yang berjudul faktor-faktor yang

mempengaruhi bullying pada remaja, diantaranya adalah :

Page 12: NASKAH PUBLIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · menjadi dua yaitu defenisi secara luas dan defenisi sempit. Defenisi

12

1. Karen A. Berthold dan John H. Hoover (2000) melakukan penelitian yang

berjudul “Correlates of Bullying and Victimization among Intermediate

Students in the Midwestern USA”. Penelitian ini menggunakan 591 subjek

yang berasal dari 13 sekolah di amerika. Hasil penelitian Karen dan John

menunjukan ada hubungan antara bullying dengan Victimiztion yang juga

dipengaruhi oleh faktor jenis kelamin.

2. Panayiotis Kalliotis (2000) melakukan penelitian yang berjudul Bullying

as a Special Case of Aggresion. Penelitian Panayiotis ini melibatkan 117

subjek yang terdiri dari 68 subjek berjenis kelamin perempuan dan 49

orang subjek berjenis kelamin laki-laki. Usia untuk rata-rat subjek adalha

sekitar 11 tahun hingga 12 tahun. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti

tidak menemukan perbedaan berdasarkan jenis kelamin.

3. “A Qualitative Investigation of Bullying” merupakan penelitian yang

dilakukan Hoover, dkk (2003). Penelitian ini kemudian di publikasikan

pada tahun 2003. subjek pada penelitian ini adalah anak sekolah yang

berusia antara 10 tahun hingga 13 tahun dan jumlah subjeknya adalah 6

orang anak, 4 orang anak perempuan dan 2 orang anak laki-laki. Penelitian

ini bertujuan untuk menegtahui bagaimana cara mengatasi berdasarkan

pengamatan subjek. Salah satu bentuk penanganannya adalah membalas

para pelaku dengan balasan yang setimpal, seperti dipukul balas di pukul.

Hasil wawancara ini juga tidak mendapatan subjek pria yang menjadi

korban bullying.

Page 13: NASKAH PUBLIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · menjadi dua yaitu defenisi secara luas dan defenisi sempit. Defenisi

13

4. Penelitian lain yang mengangkat tema bullying juga dilakukan oleh Ken

Rigby dengan judul “Addressing Bullying In Schools Theoretical

Perspectives and Their Implications”. Penelitian ini hanya berorientasi

pada studi kasus yang membandingkan perbedaan lima pandangan teoritis

yang bertujuan untuk mendukungan ke empirisan teori yang ditelaah.

Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu maka penelitian ini sapat

dikatakan merupakan penelitian yang asli, terutama terlihat dari segi:

1. Keaslian subjek penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan subjek penelitian yang

merupakan pelaku bullying semenjak masa sekolah hingga perguruan

tinggi, yang bertujuan untuk melihat dampak yang ditimbulkan karena

memiliki kecendrungan melakukan bullying.

2. Keaslian alat ukur

Penelitian ini menggunakan alat ukur yang berupa pertanyaan-pertanyaan

dalam bentuk wawancara yang aspek pertanyaannya disesuaikan dengan

teori bullying Olweus (Junn dan Boyatzis, 2004). selain melihat aspek

pertanyaan dalam wawancara yang dilakukan juga disesuaikan

berdasarkan kategori bullying (http//www.google.com/bullying/“Bullying”

dalam Dunia Pendidikan (bagian 1) « POPsy! - Jurnal Psikologi

Populer.htm).

Page 14: NASKAH PUBLIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · menjadi dua yaitu defenisi secara luas dan defenisi sempit. Defenisi

14

Pengertian Bullying

Penindasan (bullying) merupakan angka yang signifikan di dalam

kehidupan siswa (Santrock, 2001). Bullying melibatkan perilaku agresif (Rigby,

2004). Pengertian agresif sendiri adalah suatu serangan, serbuan atau tindakan

permusuhan yang ditujukan kepada seseorang atau benda (Chaplin, 2005).

Sedangkan, agresifitas (Chaplin, 2005) sendiri adalah kecenderungan habitual

(yang dibiasakan) untuk memamerkan permusuhan, dominasi sosial, kekuasaan

sosial secara ekstrem. Olweus (Krahe, 2005) mendefenisikan bullying adalah

perilaku negatif seseorang atau lebih kepada korban bullying yang dilakukan

secara berulang-ulang dan terjadi dari waktu ke waktu. Selain itu bullying juga

melibatkan kekuatan dan kekuasaan yang tidak seimbang, sehingga korbannya

berada dalam keadaan tidak mampu mempertahankan diri secara efektif untuk

melawan tindakan negatif yang diterima korban (Krahe, 2005). Walaupun

perilaku agresif dengan bullying memiliki kesamaan dalam melakukan serangan

kepada orang lain, akan tetapi ada perbedaan antara bullying dengan perilaku

agresif yang terletak pada jangka waktu melakukannya dimana bullying terjadi

secara berkelanjutan dengan jangka waktu yang lama, sehingga menyebabkan

korbannya terus-menerus berada dalam keadaan cemas dan terintimidasi,

sedangkan perilaku agresif serangan yang dilakukan hanya dalam satu kali

kesempatan dan dalam waktu yang pendek (Krahe, 2005). Bullying dapat

berbentuk tindakan langsung maupun tidak langsung berbeda dengan perilaku

agresif yang hanya berbentuk tindakan langsung (Krahe, 2005).

Olweus berpendapat tidak ada perbedaan yang signifikan antara bullied

Page 15: NASKAH PUBLIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · menjadi dua yaitu defenisi secara luas dan defenisi sempit. Defenisi

15

dengan bullying dalam perbedaan kelas sosial (Pereira dkk., 2004). Menurut para

siswa di Amerika perilaku bullying yang dianggap legal adalah ungkapan-

ungkapan secara verbal atau yang sering disebut dengan memberikan nama-nama

panggilan yang buruk atau yang baik (Labeling) (Santrock, 2001). Bullying adalah

interaksi antara individu yang melakukan bullying ( individu yang dominan)

terhadap individu yang kurang memiliki dominan dengan cara menunjukan

perilaku agresif (Craig, Pepler dan Atlas, 2000). Menurut Olweus, bullying adalah

Bentuk-bentuk perilaku dimana terjadi pemaksaan atau usaha menyakiti secara

psikologis ataupun fisik terhadap seseorang atau sekelompok orang yang lebih

'lemah', oleh seseorang atau sekelompok orang yang lebih 'kuat' (Djuwita, 2006).

Bullying juga memiliki pengaruh secara jangka panjang dan jangka pendek

terhadap korban bullying. Pengaruh jangka pendek yang ditimbulkan akibat

perilaku bullying adalah depresi karena mengalami penindasan, menurunnya

minat untuk mengerjakan tugas-tugas sekolah yang diberikan oleh guru, dan

menurunnya minat untuk mengikuti kegiatan sekolah (Berthold dan Hoover,

2000). Sedangkan akibat yang ditimbulkan dalam jangka panjang dari penindasan

ini seperti mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan baik terhadap lawan

jenis, selalu memiliki kecemasan akan mendapatkan perlakuan yang tidak

menyenangkan dari teman-teman sebayanya (Berthold dan Hoover, 2000).

Menurut Peterson (Berthold dan Hoover, 2000) penindasan ini akan

mempengaruhi harga diri (self esteem) dan pengaruh ini merupakan pengaruh

yang ditimbulkan dari pengaruh jangka panjang. Menurut Olweus (Berthold dan

Hoover, 2000) Penindasan (bullying) itu memiliki pengaruh yang besar hingga

Page 16: NASKAH PUBLIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · menjadi dua yaitu defenisi secara luas dan defenisi sempit. Defenisi

16

dewasa dan saat masa sekolah akan menimbulkan depresi pada diri individu dan

juga dapat menimbulkan perasaan tidak bahagia saat mengikuti sekolah, karena

dihantui oleh perasaan cemas dan ketakutan.

Prilaku agresi pada masa kecil itu merupakan manifestasi dari gaya hidup

yang dikembangkan oleh orang tua dan akan terus berlanjut hingga masa remaja

dan dewasa (Berthold dan Hoover, 2000). Selain itu Olweus dan Alsaker juga

menyatakan bahwa penindasan merupakan perilaku anti-sosial yang dilakukan

oleh pelajar dan perilaku ini dapat menimbulkan resiko di lingkungan sekolah dan

kehidupan (Berthold dan Hoover, 2000).

Berdasarkan penelitian Kalliotis (2000), ia menyatakan bahwa penindasan

ini sering terjadi pada lingkungan sekolah yang disebabkan adanya isolasi yang

dilakukan oleh teman-teman sebayanya karena perbedaan tingkat sosial dan

ekonomi pelajar.

Berdasarkan pandangan-pandangan yang ada dapat disimpulkan bahwa

Bullying itu sebagai berikut:

1. Bullying merupakan perilaku yang ilegal, negatif dan juga agresif yang

ada di dalam lingkungan sosial. Bullying memiliki perbedaan dengan

perilaku agresif yang terlihat dari perbedaan jangka watu, dimana bullying

akan berkelanjutan sedangkan perilaku agresif hanya satu kali kesempatan

dengan waktu yang pendek. Pengaruh yang ditimbulkan ada dua yaitu

pengaruh jangka pendek dan juga jangka panjang.

2. Bullying ini memiliki pengaruh hingga dewasa dan perilaku ini

merupakan manifestasi gaya hidup orang tuanya di masa kecil seseorang.

Page 17: NASKAH PUBLIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · menjadi dua yaitu defenisi secara luas dan defenisi sempit. Defenisi

17

3. Perilaku ini sering terjadi akibat adanya isolasi yang dilakukan oleh

teman-teman sebaya. Akibat yang nyata adalah muncul depresi pada diri

seseorang yang menjadi korban bullying.

Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan umum bahwa

bullying adalah suatu perilaku agresif, ilegal, negatif seperti memukul dan

mengejek yang ada di lingkungan sosial dan terjadi karena adanya isolasi sosial.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Bullying

Banyak tindakan bullying yang terjadi ini dipengaruhi berbagai faktor-

faktor yang ada. Dalam penelitian Olweus yang paling banyak mendapat

perlakuan penindasan ini adalah individu yang berasal dari budaya atau negara

yang berbeda dengan lingkungannya.

Terjadinya bullying di sekolah merupakan suatu proses dinamika

kelompok, di mana ada pembagian-pembagian peran (Djuwita, 2006). Peran-

peran tersebut adalah: Bully, Asisten Bully, Reinforcer, Victim, Defender dan

Outsider. Bully, yaitu siswa yang dikategorikan sebagai pemimpin, yang

berinisiatif dan aktif terlibat dalam perilaku bullying. Asisten juga terlibat aktif

dalam perilaku bullying, namun ia cenderung tergantung atau mengikuti perintah

bully. Reinforcer adalah mereka yang ada ketika kejadian bullying terjadi, ikut

menyaksikan, mentertawakan korban, memprovokasi bully, mengajak siswa lain

untuk menonton dan sebagainya. Outsider adalah orang-orang tahu bahwa hal itu

terjadi, namun tidak melakukan apapun, seolah-olah tidak peduli (Djuwita, 2006).

Selain itu hal ini terjadi juga karena bully juga tidak mendapatkan konsekuensi

negatif dari pihak guru/sekolah, maka dari sudut teori belajar, bully mendapatkan

Page 18: NASKAH PUBLIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · menjadi dua yaitu defenisi secara luas dan defenisi sempit. Defenisi

18

reward atau penguatan dari perilakunya. Si bully akan mempersepsikan bahwa

perilakunya justru mendapatkan pembenaran bahkan memberinya identitas sosial

yang membanggakan. Pihak-pihak Outsider, seperti misalnya guru, murid, orang-

orang yang bekerja di sekolah, orang tua, walaupun mereka mengetahuinya akan

tetapi tidak melaporkan, tidak mencegah dan hanya membiarkan saja tradisi ini

berjalan karena merasa bahwa hal ini wajar, sebenarnya juga ikut berperan

mempertahankan suburnya bullying di sekolah-sekolah. Dengan berjalannya

waktu, pada saat korban merasa naik status sosialnya (karena naik kelas) dan telah

"dibebaskan melalui kegiatan inisiasi informal" oleh kelompok bully, terjadilah

perputaran peran. Korban berubah menjadi bully, asisten atau reinforcer untuk

melampiaskan dendamnya (Djuwita, 2006).

Huesmann dan Eron (Craig, Pepler dan Atlas, 2000) mengidentifikasikan

tiga proses kontekstual yang mungkin dapat meningkatkan perilaku agresif

(bullying) yang diantaranya adalah dengan cara mengamati perilaku agresif

dimana seseorang dapat mempelajari terlebih dahulu, kemudian setelah itu terjadi

penerimaan perilaku agresif dan setelah itu perilaku agresif tersebut akan

mendapatkan dukungan dan reinforcement. Contoh dari reinforcement yang

didapat adalah kekuatan dan kendali.

Menurut Olweus (Craig, Pepler dan Atlas, 2000) karekteristik dari para

korban bullying (victims) adalah korban merupakan individiu yang pasif, cemas,

lemah, kurang percaya diri, kurang popular dan memiliki harga diri yang rendah.

Korban tipikal bullying juga bisanya adalah anak-anak atau remaja yang

pencemas, yang secara sosial menarik diri, terkucil dari kelompok sebayanya dan

Page 19: NASKAH PUBLIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · menjadi dua yaitu defenisi secara luas dan defenisi sempit. Defenisi

19

secara fisik lebih lemah dibandingkan kebanyakan teman sebayanya (Krahe,

2005). Sedangkan pelaku bullying biasanya kuat, dominan dan asertif dan

biasanya pelaku juga memperlihatkan perilaku agresif terhadap orang tua, guru,

dan orang-orang dewasa lainnya (Krahe, 2005). Sedangkan menurut olweus

pelaku bullying biasanya kuat, agresif, impulsive, menunjukan kebutuhan atau

keinginan untuk mendominasi dan memperlihatkan kekerasan (Berthold dan

Hoover, 2000). Selain itu para pelaku bullying juga biasanya kurang mendapatkan

pengawasan orang dewasa saat dirumah, memiliki kebiasaan meminum alkohol,

merokok atau menghisap tembakau, berbuat curang saat ujian (mencontek) dan

membawa senjata saat ke sekolah (Berthold dan Hoover, 2000).

Di tempat-tempat pendidikan biasanya terdapat kontrol yang diciptakan

untuk memberikan siswanya pelajaran hukuman melakukan kesalahan. Kontrol

yang diberikan ini memberikan andil bagi terciptanya bullying. Secara tidak

langsung bullying ini terjadi karena budaya pendidikan yang telah ada di sebuah

sekolah (Junn dan Boyatzis, 2004).

Faktor lain yang mempengaruhi terjadinya perilaku penindasan adalah

kesalahan inidvidu dalam memandang hukuman yang diberikan kepada siswa

(Junn dan Boyatzis, 2004). Selain itu bullying juga dipengaruhi oleh dukungan

orang yang memiliki kekuatan dan otoritas (Junn dan Boyatzis, 2004).

Menurut hasil penelitian Berthold dan Hoover (2000), faktor yang memicu

terjadinya bullying adalah tayangan yang diberikan televisi. Selain itu tingkatan

status dalam sekolah juga menjadi faktor resiko, contohnya IPDN.

Page 20: NASKAH PUBLIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · menjadi dua yaitu defenisi secara luas dan defenisi sempit. Defenisi

20

Berdasarkan data yang telah ada, maka secara umum dapat disimpulkan

faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya bullying ini adalah kebudayaan yang

ada dalam sekolah, memiliki orang yang berkuasa dan berpengaruh dan juga

tontonan yang diberikan oleh televisi.

Metode Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah pelaku bullying dengan usia antara

delapan belas tahun hingga dua puluh tiga tahun yang berdomisili di

D.I.Yogyakarta. pengambilan subjek penelitian ini didasarkan teori atau konstruk

operasional, kriteria tertentu, tujuan penelitian dan observasi. Metode

pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan wawancara tak-terstruktur,

mendalam dan dengan menggunakan pedoman umum (interview guide). Data

kualitatif yang diperoleh kemudian di analisis dengan menggunakan content

analysis.

Hasil Penelitian

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, peneliti menemukan

bahwa hasil penelitian ini menggambarkan tema-tema yang muncul pada faktor-

faktor yang mempengaruhi bullying. Tema-tema yang muncul pada faktor-faktor

yang mempengaruhi bullying adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Tema-tema faktor-faktor yang mempengaruhi bullying

Kategori Tema-tema faktor-faktor yang

mempengaruhi bullying

Pergaulan sosial (hubungan dengan

Peer group)

1. Kesetiakawanan untuk membantu

teman

2. Dukungan teman-teman dan individu

Page 21: NASKAH PUBLIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · menjadi dua yaitu defenisi secara luas dan defenisi sempit. Defenisi

21

yang memiliki otoritas

Hubungan keluarga 1. Menganggap bahwa perilaku bullying

sebagai hal yang wajar dan biasa

2. Salah satu bagian keluarga ada yang

menjadi pelaku bullying

Keinginan Ingin mengganggu teman

Kebutuhan 1. Kebutuhan Untuk menunjukan

dominasi

2. Kebutuhan untuk mendapatkan

kekuatan

3. Kebutuhan untuk menyerang

Pembahasan

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Bullying

Pembahasan pertama adalah berkenaan dengan tema-tema faktor-faktor

yang mempengaruhi bullying. Tema-tema faktor-faktor yang mempengaruhi

bullying yang dimaksud adalah gambaran atau deskripsi mengenai fenomena yang

terjadi. Dalam hal ini khususnya faktor-faktor yang mempengaruhi bullying,

adapun tema-tema faktor-faktor yang mempengaruhi bullying yang terbentuk dari

faktor pergaulan sosial seperti kesetiakawanan untuk membantu teman atau

memiliki dukungan teman-teman dan individu yang memiliki otoritas. Peneliti

melihat hal tersebut berdasarkan fakta-fakta dan analisis data yang menyebutkan

bahwa pergaulan sosial dapat mempengaruhi seseorang dalam melakukan

bullying. Santrock (2003) melihat bahwa teman sebaya merupakan aspek

terpenting bagi remaja, dan berdasarkan hasil analisis data ditemukan tema yang

mengatakan mereka berkelahi dengan orang lain demi menjaga teman-teman

Page 22: NASKAH PUBLIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · menjadi dua yaitu defenisi secara luas dan defenisi sempit. Defenisi

22

mereka yang tertindas atau menunjukan rasa kesetiakawanan mereka terhadap

teman-teman mereka serta karena mendapatkan dukungan dari teman-teman dan

individu yang memilikin kekuasaan. Tanpa disadari saat tema-tema tersebut

terpenuhi maka kemudian akan memunculkan bullying kepada pihak lain.

Faktor kedua adalah keluarga. Keluarga adalah lingkungan pertama yang

dimasuki oleh setiap individu. Keluarga merupakan pemberi dukungan terhadap

para anggota keluarga lainnya baik berupa dukungan yang positif maupun negatif.

Dalam hasil analisis keluarga menjadi faktor yang mempengaruhi terjadinya

bullying karena adanya tanggapan orang tua yang menilai bullying sesuatu yang

wajar dan biasa dilakukan oleh remaja. Selain itu perilaku ini juga akan muncul

apabila salah satu anggota keluarganya ada yang menjadi pelaku bullying itu

sendiri. Bandura (Alwisol, 2004) mengatakan bahwa perubahan tingkah laku

seseorang berhubungan dengan self-efficacy seseorang. Menurut bandura self-

afficacy dapat naik atau turun dikarenakan empat hal yaitu, performance

accomplishment, vicarious experience, social pesuation dan emotiona (Alwisol,

2004). Berdasarkan hal tersebut maka seseorang yang salah satu keluarganya

seorang pelaku bullying maka kemungkinan akan mempengaruhi anggota

keluarga yang lainnya, karena anggota keluarga yang lainnya akan mengamatinya

sebagai model (vicarious experience). Contohnya saja pada dua responden

penelitian memperlihatkan bahwa kakak dari responden juga seorang pelaku

bullying, dan mereka mencontoh kakaknya karena didalam keluarga juga

menganggap perilaku tersebut wajar dan apabila tema-tema tersebut terpenuhi

maka akan terjadi bullying.

Page 23: NASKAH PUBLIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · menjadi dua yaitu defenisi secara luas dan defenisi sempit. Defenisi

23

Faktor ketiga adalah keinginan atau niat. Dalam ayat Al-Qur’an

menyatakan bahwa “Setiap perilaku diawali dengan niat“. Selain berdasarkan ayat

tersebut hasil analisis data juga menemukan bahwa keinginan atau niat itu juga

akan memunculkan kecenderungan melakukan bullying, tema yang muncul adalah

keinginan untuk mengganggu teman. Berdasarkan sumber data tersebut maka

keinginan atau niat ini juga apabila terpenuhi akan memunculkan bullying.

Faktor ke-empat adalah kebutuhan yang muncul dari dalam diri pelaku

bullying. Menurut Murray (Alwisol, 2004) kebutuhan (need) adalah konstruk

mengenai kekuatan di bagian otak yang mengorganisir berbagai proses seperti

persepsi, berfikir, dan berbuat untuk mengubah kondisi yang ada dan tidak

memuaskan. Kebutuhan bisa dibangkitkan oleh proses internal, tetapi lebih sering

dirangsang oleh faktor lingkungan dan semua kebutuhan tersebut saling

berhubungan satu dengan lainnya dalam berbagai cara (Alwisol, 2004).

Berdasarkan hasil analisis data, ada tiga kebutuhan yang ditemukan dan di-

indikasikan memberikan sumbangan kepada perilaku bullying. Tema yang muncul

dari faktor kebutuhan ini adalah kebutuhan untuk mendapatkan kekuasaan (need

for power), kebutuhan untuk menunjukan dominasi (need for dominance) dan

kebutuhan untuk menyerang (need for aggression).

Berdasarkan kesimpulan dan pengkatagorian tema-tema diatas dapat

disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi bullying adalah pergaulan

sosial, keluarga, keinginan dan kebutuhan.

Penjelasan di atas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi bullying dan

akan diperjelas dengan gambar pada halaman berikutnya.

Page 24: NASKAH PUBLIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · menjadi dua yaitu defenisi secara luas dan defenisi sempit. Defenisi

24

Gambar 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi bullying

Keterangan:

Mempengaruhi

Tema yang muncul

Hubungan faktor-faktor

Pendapat Pelaku tentang korban

Sombong

Pintar

Memiliki uang jajan

lebih

Sok-Sokan

Tidak populer

Lemah

KORBAN BULLYING

Mengganggu teman

Pergaulan sosial

Keinginan

kesetiakawanan Dukungan dari

teman dan individu yang memiliki

kekuasaan

Kebutuhan

need for aggression

need for dominance

need for power

Keluarga

Orang tua yang menganggap

wajar dan biasa

Salah satu anggota keluarga

ada yang menjadi pelaku

PELAKU BULLYING

Page 25: NASKAH PUBLIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · menjadi dua yaitu defenisi secara luas dan defenisi sempit. Defenisi

25

Proses Terjadinya Bullying di Sekolah

Berdasarkan hasil analisis data, ada beberapa peran yang terlihat

berpengaruh dalam terjadinya bullying, di antaranya adalah bully, asisten bully,

reinforcer, outsider dan victim. Yang menjadi peran paling utama adalah bully

atau mereka yang menjadi pemimpin dalam melakukan bullying. Selain itu bully

juga berperan sebagai individu yang memulai bullying terlebih dahulu, setelah

bully maka asisten bully memberikan bantuan apa bila victim atau korban

melawan dengan apa yang dilakukan bully.

Selain itu, berdasarkan analisis data reinforce juga memiliki peran yang

cukup penting, dimana saat akan terjadi hingga akhir terjadinya bullying,

reinforcer memberikan semangat kepada bully dan asisten bully untuk melakukan

bullying, dan saat bully sudah melaksanakan bullying, reinforce akan memberikan

pujian-pujian. Selain itu reinforcer dan asisten bully juga berperan sebagai

pemberi informasi kepada bully tentang korbannya dan juga biasanya

memberitahukan bahwa tidak akan ada pihak-pihak yang akan melaporkan

kegiatan yang akan dilakukan oleh bully. Sedangkan berdasarkan analisis data

tentang outsider, disini ditemukan hal yang berbeda dengan teori yang

menyatakan outsider hanya diam saja tidak melaporkan, dari analisis data

ditemukan outsider hanya diam saja bukan karena tidak mau tahu dengan apa

yang terjadi, akan tetapi outsider disini diam saja tidak melaporkan kepihak lain

untuk mengghindari menjadi korban bullying. Jadi berdasarkan analisis data

outsider diam saja dikarenakan mereka mendapatkan ancaman dari pihak bully

sehingga menimbulkan ketakutan menjadi korban.

Page 26: NASKAH PUBLIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · menjadi dua yaitu defenisi secara luas dan defenisi sempit. Defenisi

26

Karakteristik Pelaku dan Individu yang Rentan Menjadi Korban Bullying

Berdasarkan Persepsi Pelaku Bullying

Kareakteristik individu yang rentan menjadi korban bullying adalah

individu yang lemah, tidak popular, sombong, memiliki uang jajan yang lebih

banyak dari anak lain serta individu yang sok-sokan. Sedangkan para pelakunya

adalah individu yang memiliki keberanian dukungan individu yang kuat, perokok,

pemabuk, cenderung bermasalah disekolah seperti bolos atau melawan guru dan

mencontek saat melakukan ujian.

Bentuk Perilaku yang Digunakan Untuk Melakukan Bullying

Bentuk perilaku yang cenderungan digunakan dalam melakukan bullying

adalah tipe penindasan secara fisik dimana pelakunya cenderung melakukan

pemukulan misalnya. Sedangkan tipe ke-dua adalah tipe penindasan secara verbal

dimana pelakunya cenderung akan memaki-maki, mengejek dan membentak

korban bullying.

Dampak Bullying Bagi Para Pelaku Bullying (Bully)

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menemukan bullying ini bukan

hanya memberikan dampak-dampak kepada para korban bullying saja akan tetapi

ada beberapa dampak yang dirasakan oleh pelaku bullying. Dampak-dampak yang

muncul adalah dampak jangka pendek yang merupakan dampak yang

memberikan nilai positif kepada pelaku seperti dihormati oleh orang lain, merasa

hebat dan serta merasa memiliki kekuasaan. Selain itu dampak jangka panjang

yang merupakan dampak negatif yang dirasakan oleh pelaku setelah melakukan

Page 27: NASKAH PUBLIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · menjadi dua yaitu defenisi secara luas dan defenisi sempit. Defenisi

27

bullying seperti muncul rasa penyesalan, dijauhi oleh beberapa teman-teman dan

merasa bersalah.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor

yang berpengaruh besar terhadap terjadinya bullying adalah sebagai berikut;

faktor pergaulan sosial tema yang muncul adalah kesetiakawanan dan dukungan

teman-teman serta individu yang memiliki otoritas; faktor keluarga tema yang

muncul adalah tanggapan orang tua yang menilai bullying sesuatu yang wajar dan

biasa dilakukan oleh remaja dan salah satu anggota keluarganya ada yang menjadi

pelaku bullying; faktor keinginan atau niat tema yang muncul adalah ingin

mengganggu teman; faktor kebutuhan dan tema yang muncul adalah kebutuhan

untuk mendapatkan kekuasaan (need for power), kebutuhan untuk menunjukan

dominasi (need for dominance) dan kebutuhan untuk menyerang (need for

aggression). Namun setiap faktor-faktor di atas memiliki hubungan satu dengan

yang lainnya, yang apabila tidak terpenuhi beberapa faktor maka bullying tersebut

memiliki kecenderungan tidak akan terjadi akan tetapi sebaliknya jika terpenuhi

maka ada kecenderungan bullying akan terjadi.

Saran

Mencermati hasil penelitian yang telah dilakukan, serta dengan

mempertimbangkan berbagai kendala yang penulis hadapi di lapangan, ada

beberapa saran yang dapat di sampaikan antara lain:

1. Kepada pelaku bullying, hendaknya saat ini sudah menyadari bahaya dari

perilaku bullying itu sendiri baik bagi pelakunya sendiri maupun para

Page 28: NASKAH PUBLIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · menjadi dua yaitu defenisi secara luas dan defenisi sempit. Defenisi

28

korbannya. Selain itu perilaku seperti itu hanya akan memunculkan

perilaku-perilaku bullying lainnya, seperti yang terjadi dibeberapa institut

tinggi negeri. Dari sudut agama juga sudah sangat jelas dilarang menyakiti

sesama makhluk hidup. Jadi hendaknya saat ini hal itu di jadikan

pengalaman yang bertujuan untuk mengantisipasi bullying sehingga tidak

ada lagi perilaku bullying di dunia pendidikan Indonesia.

2. Untuk penelitian selanjutnya disarankan agar mencoba menggunakan

responden yang variatif misalnya siswa SMA, SMP atau SD. Dalam

penentuan responden penelitian saat menggunakan metode observasi

disarankan untuk mencoba merancang dua metode observasi seperti cek

list dengan sepeciemen record yang tujuannya untuk memperkaya data

penelitian. Saat menentukan significant others disarankan untuk mencoba

memiliki cadangan responden yang menjadi significant others hal ini

untuk menghindari hal-hal yang tidak dapat diduga seperti kematian,

pindah alamat dan bencana alam.

Page 29: NASKAH PUBLIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · menjadi dua yaitu defenisi secara luas dan defenisi sempit. Defenisi

29

Daftar Pustaka

Alwilsol. 2004. “Psikologi Kepribadian edisi Revisi”. Malang: Universitas Muhammadiayah Malang Press.

Berthold, K. A. and Hoover, J. H. 2000. “Correlates of Bullying and Victimization

among Intermediate Students in the Midwestern USA”. Sage Publication Volume 21, No. 1 .

Chaplin, J. P. 2005. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: RajaGrafindo Persada. Craig, W. M., Pepler, D. and Atlas, R. 2000. “Observations of Bullying in the

Playgroup and in the Classroom”. Sage Publication Volume 21, No. 1 . Djuwita, R. 2006. Masalah Tersembunyi Dalam Dunia Pendidikan Di Indonesia.

Workshop Bullying. 29 April. Jakarta: Universitas Indonesia (UI) http//www.google.com/bullying/WEBSITE--Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa.htm14/05/2007.

Hoover, J.H., Gamliel, T., Daughtry, D. W. and Imbra. C.M. 2003. “A Qualitative

Investigation of Bullying”. Sage Publication Volume 24 No.4. Junn, E. N. and Boyatzis, C. J. 2004. “Annual Editions: Child Growth and

Development”. United States of America: McGraw-Hill/Duskhin. Kalliotis, P. 2000. “ Bullying as a Special Case of Aggresion”. Sage publication

Volume 21, No. 1 April 2000. Krahe, B. 2005. Perilaku Agresif - Buku Panduan Psikologi Sosial. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar. Mudyahardjo, R. 2008. “Pengantar Pendidikan”. Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada. Pereira, B., Mendoca, D., Neto, C., Valente, L. and Smith, P. K. 2004. “Bullying

in Portuguese Schools”. Sage Publication Volume 25 No. 2. Riauskina, I. I., Djuwita, R., dan Soesetio, S. R. (2005). ”Gencet-gencetan” di

mata siswa/siswi kelas 1 SMA: Naskah kognitif tentang arti, skenario, dan dampak ”gencet-gencetan”. Jurnal Psikologi Sosial, 12 (01), 1 – 13. http://www.google.co.id/bullying/“Bullying” dalam Dunia Pendidikan (bagian 1) « POPsy! - Jurnal Psikologi Populer.htm 14/05/2007.

Rigby, K. 2004. “Addressing Bullying In Schools Theoretical Perspectives and

Their Implications”. Sage Publication Volume 25 No.3.

Page 30: NASKAH PUBLIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · menjadi dua yaitu defenisi secara luas dan defenisi sempit. Defenisi

30

Santrock, J. W. 2001. “Adolecence, eighth edition”. United Setate: McGraw-Hill. Santrock, J. W. 2003. “Perkembangan Remaja”. Jakarta: Penerbit Erlangga. http//www.google.com/bullying/Budaya Kekerasan di Lembaga Pendidikan -

Sabtu, 14 April 2007.htm. http//www.google.com//bullying/Kekerasan yang Harus Hilang dari

Pendidikan.htm 14/05/2007. http//www.google.co.id/bullying/YPHA - Yayasan Pemantau Hak Anak.html

14/05/2007.

Page 31: NASKAH PUBLIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · menjadi dua yaitu defenisi secara luas dan defenisi sempit. Defenisi

31

IDENTITAS PENULIS

Nama : Aznan Adviis Ardiyansyah NIM : 04 320 362 Alamat : Jl. Gorongan No. 267 RT.06/RW.20, Condong Catur, Sleman,

Yogyakarta.

No. Telepon : 085228982980 E-mail : [email protected]