29
1 NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN ETIKA KERJA ISLAM PADA KARYAWAN BANK SYARIAH Oleh : Ravianty Dony 01320300 FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2006

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN KECERDASAN …psychology.uii.ac.id/images/stories/jadwal_kuliah/naskah-publikasi... · 1 naskah publikasi hubungan kecerdasan spiritual dengan etika kerja

Embed Size (px)

Citation preview

1

NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN KECERDASAN SPIRITUAL

DENGAN ETIKA KERJA ISLAM

PADA KARYAWAN BANK SYARIAH

Oleh :

Ravianty Dony

01320300

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

2006

2

NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN KECERDASAN SPIRITUAL

DENGAN ETIKA KERJA ISLAM

PADA KARYAWAN BANK SYARIAH

Telah Disetujui Pada Tanggal

_________________

Dosen Pembimbing

(Uly Gusniarti, S. Psi., M.Si., Psi)

3

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN SPIRITUAL

DENGAN ETIKA KERJA ISLAM

PADA KARYAWAN BANK SYARIAH

Ravianty Dony

Uly Gusniarti

INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada hubungan positif

antara kecerdasan spiritual dengan etika kerja Islam pada karyawan bank syariah. Hipotesis penelitian ini adalah ada hubungan positif antara kecerdasan spiritual dengan etika kerja Islam pada karyawan bank syariah.

Sampel dari penelitian ini 31 orang karyawan bank syariah. Skala yang digunakan adalah skala kecerdasan spiritual disusun berdasarkan teori Zohar dan Marshall (2000), Agustian (2001) dan Idrus (2003), dan skala etika kerja Islam pada karyawan bank syariah disusun berdasarkan teori Majelis Ugama Islam Singapura (1999), Yousef (2001), Smith (2002), dan Obaidullah (2005).

Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan korelasi Product Moment dengan bantuan program SPSS versi 12.0 for windows. Hasil analisis menunjukkan koefisien korelasi rxy = 0,898 dengan p = 0,000 (p < 0,01). Hal ini berarti terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara kecerdasan spiritual dengan etika kerja Islam pada karyawan bank syariah. Semakin tinggi kecerdasan spiritual maka semakin tinggi pula etika kerja Islam pada karyawan bank syariah. Sebaliknya, semakin rendah kecerdasan spiritual maka semakin rendah pula etika kerja Islam pada karyawan bank syariah. Koefisien R Squared sebesar 0,807 menunjukkan bahwa kecerdasan spiritual mempunyai sumbangan efektif sebesar 80,7 % terhadap variabel etika kerja Islam.

Berdasarkan hasil analisis tambahan diperoleh beberapa hal yaitu tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pria dan wanita dalam hal etika kerja Islam pada karyawan bank syariah (t = 1,565 dan p = 0,136. p > 0,05), tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara karyawan dengan pengalaman kerja 0-2 tahun, >2-4 tahun dan >4-6 tahun dalam hal etika kerja Islam pada karyawan bank syariah (F = 0,491 dan p = 0,620. P > 0,05), dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara karyawan dengan tingkat pendidikan SLTA, S1 dan S2 dalam hal etika kerja Islam pada karyawan bank syariah (F = 1,440 dan p = 0,260. p > 0,05). Koefisien R Squared sebesar 0,079 menunjukkan bahwa pengalaman kerja dan tingkat pendidikan mempunyai sumbangan efektif sebesar 7,9 % terhadap variabel etika kerja Islam.

Kata kunci : Kecerdasan Spiritual, Etika Kerja Islam pada Karyawan Bank

Syariah

4

PENGANTAR

Bank syariah adalah bank umum yang memberikan jasa dalam lalu lintas

pembayaran berdasarkan prinsip syariah. Prinsip syariah adalah aturan perjanjian

berdasarkan hukum Islam antara pihak bank dan pihak lain untuk penyimpanan

dana dan pembiayaan kegiatan usaha (divisi sumber daya insani BSM, 2005).

Karyawan bank syariah sebagai salah satu unsur pengelola bank syariah,

dalam menyelenggarakan tugas-tugasnya hendaklah memiliki etika kerja Islam

yang tinggi. Etika kerja Islam adalah perilaku manusia baik individu maupun level

sosial yang sesuai dengan petunjuk Allah SWT dalam kitab suci Al-Quran dan

hadits Rasulullah saw dalam melakukan pekerjaan (Yousef, 2001 dan Smith,

2002). Perilaku pengelola bank syariah dalam menyelenggarakan kegiatan

perbankan syariah yang sesuai dengan Quran dan hadits antara lain, menjauhi riba

dan spekulasi dalam setiap usaha perbankan syariah, menegakkan dasar hak asasi

manusia dalam kerjasama ekonomi, kedermawanan untuk mendukung sektor

usaha sosial, meningkatkan saham yang adil, mendukung sektor usaha bagi yang

kurang mampu, dan non diskriminasi dalam pekerjaan berdasarkan jenis kelamin,

ras dan kebangsaan (Obaidullah, 2005).

Kenyataannya masih terdapat beberapa pengelola bank syariah yang

berperilaku tidak sesuai dengan Quran dan hadits. Khalil (2005) mengungkapkan

beberapa fakta kasus yang mengungkap persoalan ini antara lain, terdapat

personel bank syariah yang cukup besar bermasalah dengan pihak Citi Bank

karena terlibat dalam penjualan surat berharga secara riba atau bunga. Selain itu

5

juga terdapat kasus diskriminasi pelayanan. Terdapat personel bank syariah yang

memilih hanya orang kaya saja yang menerima pengucuran dana melalui produk

mudharabah (pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil) dan musyarakah

(pembiayaan berdasarkan usaha patungan). Hal ini menunjukkan etika kerja Islam

yang dimiliki rendah, selayaknya pengelola bank syariah berperilaku sesuai

dengan Quran dan hadits.

Etika kerja Islam tidak seperti etika kerja biasa, etika kerja Islam lebih

menekankan pada niat dari pada hasil (Yousef, 2001 dan Smith, 2002). Etika kerja

Islam perbankan syariah sangat penting diterapkan oleh semua pengurus bank

syariah. Sikap dan perilaku dalam bekerja melakukan kegiatan perbankan yang

sesuai ajaran Islam, tidak hanya mewujudkan kemaslahatan umat

(hablumminannas), tetapi juga meraih ridho Allah di dunia dan akhirat

(hamblumminallah).

Menurut Yousef (2001) etika kerja Islam seseorang dipengaruhi oleh

beberapa faktor antara lain, faktor umur, tingkat pendidikan, pengalaman kerja,

budaya nasional, tipe organisasi dan kepemilikan organisasi.

Menurut Smith (2002) perilaku etika dalam bekerja pada karyawan

muslim dipengaruhi oleh spiritualitas yakni bagaimana seseorang memaknai

bahwa bekerja bukan sekedar tugas duniawi tetapi sebagai tugas dan kewajiban

moral pada Allah, pada perusahaan, dan pada komunitas muslim yang lebih luas.

Menurut Khalil (2005), bila mempunyai spiritualitas yang tinggi maka

karyawan akan mempunyai keyakinan bahwa ada Allah Yang Maha Kuasa yang

senantiasa membantu umat yang mau bekerja, laba perusahaan bukanlah segala-

6

galanya, dan tujuan bekerja adalah berjihad dan mengabdi sebagai hamba Allah.

Sebaliknya spiritualitas yang rendah akan menurunkan keyakinan karyawan

bahwa bekerja cukup sebagai tugas duniawi saja atau sekedar menjalankan

formalitas tugas.

Spiritualitas karyawan bank syariah berusaha ditingkatkan oleh pihak

manajemen bank syariah dengan menanamkan keyakinan pada karyawannya

bahwa bekerja sebagai bagian dari kehidupan spiritual, bekerja bukan sekedar

tugas duniawi, dan bekerja sebagai perwujudan iman kepada Allah Swt sehingga

bisa mengantarkan seseorang bekerja dengan ikhlas, jujur dan mau bekerja keras

serta memperbaiki diri (Fajrie, 2004).

Kecerdasan spiritual sebagai salah satu dimensi dari spiritualitas

merupakan kemampuan untuk memberi makna ibadah terhadap setiap perilaku

dan kegiatan, melalui langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah, menuju

manusia yang seutuhnya (hanif) dan memiliki pola pemikiran tauhid

(integralistik), serta berprinsip “hanya karena Allah” (Agustian, 2001).

Karyawan bank syariah yang memiliki tingkat kecerdasan spiritual yang

tinggi diharapkan memiliki etika kerja Islam yang tinggi pula. Karyawan yang

mempunyai kecerdasan spiritual yang tinggi akan mampu untuk menempatkan

makna ibadah pada proses bekerja, sehingga mendorong karyawan untuk

mempunyai etika kerja Islam yang tinggi yakni berperilaku sesuai Quran dan

hadits dalam melakukan pekerjaannya dengan niat ibadah melaksanakan amanah

Allah Swt dan untuk meraih keridhoanNya dunia dan akhirat. Karyawan akan

berusaha untuk menghindarkan sikap dan perilakunya dari perkara-perkara yang

7

tidak beretika dan mendatangkan kemurkaan Allah Swt (mazmumah) dan juga

akan menggalakkan melaksanakan segala perintah Allah Swt serta sunnah

Rasulullah Saw (mahmudah), dan mengamalkan akhlak yang mulia.

Berdasarkan uraian di atas peneliti berasumsi bahwa ada hubungan

positif antara kecerdasan spiritual dengan etika kerja Islam pada karyawan bank

syariah. Peneliti tertarik untuk meneliti salah satu dimensi spiritualitas yakni

kecerdasan spiritual dan etika kerja Islam pada karyawan bank syariah.

TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

A. Etika Kerja Islam

1. Pengertian etika kerja Islam

Etika kerja Islam konsepnya berasal dari petunjuk Allah SWT dalam

kitab suci Al-Quran dan diperkuat dengan cara Rasulullah saw berperilaku yakni

hadits yang mengajarkan perilaku manusia dalam melakukan pekerjaannya seperti

kerja keras, kejujuran dan keadilan, keahlian dan teknologi, dedikasi pada kerja,

kerjasama, kompetisi, kreativitas, dan lain-lain. Perilaku ini dianggap sebagai

sebuah kebajikan dan kewajiban bagi individu yang mampu dengan lebih

menekankan niat daripada hasil kerja (Yousef, 2001).

Smith (2002) mengemukakan etika kerja Islam merupakan perilaku

manusia baik individu maupun level sosial dalam melakukan pekerjaannya, yang

sesuai dengan petunjuk Allah SWT dalam kitab suci Al-Quran dan hadits

8

Rasulullah saw untuk memenuhi tugas dan kewajiban moral pada Allah Swt, pada

perusahaan tempat bekerja dan pada komunitas muslim yang lebih luas.

Majelis Ugama Islam Singapura (1999) mengemukakan bahwa etika

kerja Islam adalah bekerja sesuai dengan ajaran Islam yang dianggap sebagai amal

soleh yang melebihi daripada sekedar mencari reski Allah SWT untuk

mendapatkan keridhoan Allah SWT dan mengelak dari kemurkaanNya, terikat

pada balasan baik dan buruk di hari akhirat dan rasa tanggung jawab bukan hanya

pada perusahaan tetapi yang lebih penting kepada Allah SWT untuk mencapai

kejayaan dunia dan akhirat.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa etika kerja Islam

adalah sikap dan perilaku individu dalam melakukan pekerjaannya yang sesuai

dengan petunjuk Allah SWT dalam kitab suci Al-Quran dan Hadits Rasulullah

saw sebagai ibadah yakni dengan menyertai niat untuk memenuhi amanah /

kewajiban pada Allah SWT dan meraih keridhoanNya di dunia dan akhirat, serta

tanggung jawab moral pada perusahaan dan pada komunitas muslim yang lebih

luas.

2. Pengertian etika kerja Islam pada karyawan bank syariah

Aspek-aspek nilai Islam dan etika perbankan syariah yang harus ditaati

oleh pengelola bank syariah yakni, pertama menjauhi riba dan spekulasi dalam

setiap usaha perbankan. Kedua, menegakkan dasar hak asasi manusia dalam

kerjasama ekonomi. Ketiga, kedermawanan untuk mendukung sektor usaha sosial.

Keempat, menegakkan saham yang adil. Kelima, mendukung sektor usaha bagi

9

yang kurang mampu. Keenam, nondiskriminasi dalam pekerjaan berdasarkan sex,

ras dan kebangsaan (Obaidullah, 2005).

Khusus masalah riba, Allah SWT dalam banyak ayat telah mengingatkan

secara tegas, diantaranya surat Al-baqarah (2); 278-279, “Hai orang-orang yang

beriman bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum

dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak

mengerjakan (meninggalkan sisa riba) maka ketahuilah bahwa Allah dan rasul-

Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertobat dari (pengambilan riba), maka

bagimu pokok hartamu, kamu tidak menganiaya dan tidak pula teraniaya” (Khalil,

2005).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa etika kerja Islam

pada karyawan bank syariah adalah sikap dan perilaku individu dalam melakukan

pekerjaannya yang sesuai dengan petunjuk Allah SWT dalam kitab suci Al-Quran

dan Hadits Rasulullah saw sebagai ibadah, yakni dengan menyertai niat untuk

memenuhi amanah atau kewajiban pada Allah dan meraih keridhoanNya di dunia

dan akhirat, serta tanggung jawab moral pada perusahaan dan pada komunitas

muslim yang lebih luas. Perilaku individu yang dimaksud disini adalah perilaku

karyawan bank syariah, dan pekerjaan yang dimaksud adalah kegiatan perbankan

syariah.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi etika kerja Islam

Etika kerja Islam seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni

umur, tingkat pendidikan, pengalaman kerja, budaya nasional, tipe organisasi dan

kepemilikan organisasi (Yousef, 2001).

10

Menurut Smith (2002) perilaku etika dalam bekerja pada karyawan

muslim dipengaruhi oleh spiritualitas yakni bagaimana seseorang memaknai

bahwa bekerja bukan sekedar tugas duniawi tetapi juga sebagai tugas dan

kewajiban moral pada Allah Swt, pada perusahaan, dan pada komunitas muslim

yang lebih luas.

Alhabsi (1996) mengemukakan bahwa segala jenis kerja serta aspek-

aspek yang terkait didalamnya termasuk hal etika kerja yang dilakukan oleh

individu tidak boleh diasingkan dari spiritual. Etika kerja dimaknai sebagai suatu

bentuk jihad atau ibadah pada Allah Swt.

4. aspek-aspek etika kerja Islam

Instrument Islamic Value Rating / IVR (Obaidullah, 2005) berisi daftar

Islamic Value Concern atau aspek nilai Islam yang digunakan sebagai kriteria

untuk mengukur kinerja etika pada bank syariah antara lain sebagai berikut;

a. Perihal riba dan spekulasi

Menjauhi riba dan spekulasi penipuan dalam setiap usaha perbankan dan

mendukung bisnis yang menunjukkan hal yang sama.

b. Perihal Hak Asasi Manusia (HAM)

Tidak berinvestasi pada pemerintah maupun pihak bisnis lainnya yang

gagal dalam menegakkan dasar Hak Asasi Manusia dalam pengaruhnya

pada lingkungan, maupun bisnis yang link-nya pada rezim yang menindas.

c. Perihal usaha sosial

Mendukung kedermawanan atau bermurah hati dalam kegiatan organisasi

yang meliputi sektor usaha sosial.

11

d. Perihal perhatian dan penekanan pada kerjasama ekonomi

Meningkatkan saham yang adil, berdasarkan pembelanjaan atau

pembiayaan seperti Mudharabah (pembiayaan berdasarkan prinsip usaha

bagi hasil) dan Musyarakah (pembiayaan berdasarkan prinsip usaha

patungan) sebagai perbandingan untuk pemasukan keuangan atau debt

based financing, seperti Murabahah (jual beli barang dengan memperoleh

keuntungan) dan ijarah (pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip

sewa).

e. Perihal sektor bagi yang kurang mampu

Mendukung usaha atau bisnis kecil, bisnis dalam negara muslim yang

sedang berkembang, dan bisnis oleh generasi pertama pebisnis atau

entrepreneurs.

f. Perihal diskriminasi

Non diskriminasi dalam pekerjaan berdasarkan jenis kelamin, ras, dan

kebangsaan.

B. Kecerdasan Spiritual

1. Pengertian kecerdasan spiritual

Menurut Zohar dan Marshall (2000) kecerdasan spiritual adalah

kemampuan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu

kemampuan untuk menempatkan perilaku dan hidup dalam konteks makna yang

lebih luas dan kaya.

12

Agustian (2001) mengemukakan kecerdasan spiritual sebagai kemampuan

untuk memberi makna ibadah terhadap setiap perilaku dan kegiatan, melalui

langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah, menuju manusia yang

seutuhnya (hanif) dan memiliki pola pemikiran tauhid (integralistik) serta

berprinsip “hanya karena Allah.”

Berdasarkan beberapa uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan

spiritual adalah kemampuan individu untuk menempatkan makna ibadah terhadap

setiap perilaku dan tindakan, dengan cara membersihkan atau mensucikan pikiran

dan berprinsip hanya karena Allah Swt.

2. Aspek-aspek kecerdasan spiritual

Idrus (2003) mengembangkan instrument kecerdasan spiritual dari

konsep kecerdasan spiritual Zohar dan Marshall (2000) dengan merinci masing-

masing aspek Zohar dan Marshall (2000) kedalam beberapa indikator yang telah

disesuaikan dengan konteks Indonesia dan adopsi konsep SQ dalam nuansa Islam

yakni sebagai berikut :

a. Kemampuan untuk bersikap fleksibel (adaktif secara spontan dan aktif),

dengan indikatornya yaitu kemampuan bergaul.

b. Memiliki tingkat kesadaran yang tinggi, dengan indikatornya yaitu

kesadaran adanya Tuhan

c. Kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan, dengan

indikatornya yaitu cobaan sebagai ujian, kesabaran, dan ikhlas / rela.

d. Kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa sakit, dengan

indikatornya yaitu ketabahan.

13

e. Kualitas hidup yang diihami oleh visi dan nilai-nilai, dengan indikatornya

yaitu hari ini lebih baik dari kemarin dan tujuan hidup.

f. Keengganan untuk mengalami atau menyebabkan kerugian yang tidak

perlu, dengan indikatornya yaitu menggunjing, meninggalkan ibadah,

berkorban.

g. Kecenderungan untuk melihat keterkaitan antara berbagi hal

(berpandangan holistik), dengan indikatornya yaitu keterkaitan antar

mahluk atau kejadian, tentang nasib manusia.

h. Kecenderungan nyata untuk bertanya “mengapa?” atau “bagaimana

jika?” untuk mencari jawaban-jawaban yang mendasar atau benar, dengan

indikatornya yaitu mencari jawaban atas sesuatu, bertanya pada agamawan

atau buku, mengikuti pengajian.

i. “Bidang mandiri” yaitu memiliki kemampuan untuk bekerja mandiri atau

memiliki otonomi, dengan indikatornya yaitu berbuat / beramal tanpa

tergantung pada orang lain.

C. Hubungan kecerdasan spiritual dengan etika kerja Islam

pada karyawan bank syariah

Kecerdasan spiritual merupakan kemampuan individu untuk menempatkan

makna ibadah terhadap setiap perilaku dan tindakan, dengan cara membersihkan

atau mensucikan pikiran dan berprinsip hanya karena Allah SWT.

Perilaku dan tindakan dalam bekerjapun perlu dimaknai sebagai ibadah

kepada Allah SWT. Dengan demikian selain mendapat pahala untuk hari akhirat

14

kelak, individu akan termotivasi dengan kuat untuk berkerja proaktif, disiplin,

dapat dipercayai, teratur, selalu berwaspada untuk mengelakkan diri dari

kemungkaran, termasuk perkara-perkara yang tidak bermoral serta seorang

pekerja yang berprestasi tinggi (Alhasbi, 1996).

Kecerdasan spiritual sangat penting, karyawan yang mempunyai

kecerdasan spiritual yang tinggi akan mampu untuk menempatkan makna ibadah

pada proses bekerja, sehingga mendorong karyawan untuk mempunyai etika kerja

Islam yang tinggi yakni berperilaku sesuai Quran dan hadits dalam melakukan

pekerjaannya dengan niat ibadah melaksanakan amanah Allah SWT dan untuk

meraih keridhoanNya dunia dan akhirat. Karyawan akan berusaha untuk

menghindarkan sikap dan perilakunya dari perkara-perkara yang tidak beretika

dan mendatangkan kemurkaan Allah SWT (mazmumah) dan juga akan

menggalakkan melaksanakan segala perintah Allah SWT serta sunnah Rasulullah

Saw (mahmudah), dan mengamalkan akhlak yang mulia.

Karyawan dengan kecerdasan spiritual yang rendah akan menganggap

pekerjaannya sebagai suatu jenis usaha untuk mencari reski semata sehingga

karyawan memusatkan perhatiannya kepada keuntungan semata. Hal ini

mendorongnya untuk melakukan perkara-perkara yang melanggar ajaran agama

atau perkara-perkara yang tidak beretika, khususnya apabila ia menghadapi

kesempitan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan karyawan bank syariah yang

memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi diharapkan semakin tinggi pula etika

kerja Islam yang dimilikinya. Apabila seorang karyawan bank syariah memiliki

15

kecerdasan spiritual yang tinggi maka karyawan akan mampu memberi makna

ibadah pada proses kerja sehingga mendorong seorang karyawan bank syariah

untuk berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Islam dan etika perbankan syariah

berdasar Quran dan hadits dalam menyelenggarakan tugas kerjanya. Semakin

tinggi kecerdasan spiritual, semakin tinggi pula etika kerja Islam yang

dimilikinya.

D. Hipotesis

Ada hubungan positif antara kecerdasan spiritual dengan etika kerja

Islam pada karyawan bank syariah. Semakin tinggi kecerdasan spiritual yang

dimiliki oleh karyawan bank syariah, maka semakin tinggi pula etika kerja Islam

karyawan bank syariah.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menyertakan beberapa variabel antara lain: (1) Variabel

tergantung (dependent) berupa etika kerja Islam pada karyawan bank syariah. (2)

Variabel bebas (independent) yaitu kecerdasan spiritual.

Subjek penelitian ini adalah karyawan bank syariah di Yogyakarta baik

laki-laki maupun perempuan muslim, berusia 22 – 55 tahun. Teknik pengambilan

sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik purposive sampling,

yaitu dengan cara memberikan skala pada subjek yang memiliki persyaratan di

atas (Hadi, 2000).

16

Penelitian dilakukan di Bank Muamalat kantor cabang Yogyakarta dan

Bank BNI Syariah kantor cabang Yogyakarta. Peneliti mengambil tempat

penelitian di bank-bank ini karena dapat dianggap mewakili populasi dari subjek

penelitian.

Skala kecerdasan spiritual dan skala etika kerja Islam pada karyawan bank

syariah ini disusun dengan menggunakan skala model Likert yang terdiri dari

empat pilihan jawaban yaitu SS (Sangat Sesuai), S (Sesuai), TS (Tidak Sesuai),

STS (Sangat Tidak Sesuai). Subjek diperkenankan untuk memilih salah satu dari

empat alternatif jawaban yang paling sesuai dengan keadaan dirinya.

Uji coba alat ukur yang dipakai peneliti adalah uji coba terpakai yaitu uji

coba yang digunakan untuk mengetahui reliabilitas dan validitas alat ukur, dan

data yang dihasilkan dari uji coba dapat diambil sebagai data langsung.

Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan

korelasi Product Moment dengan bantuan program SPSS versi 12.0 for windows

untuk menguji apakah terdapat hubungan antara kecerdasan spiritual dengan etika

kerja Islam pada karyawan bank syariah.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Subjek dalam peneltian ini digolongkan kedalam tiga kategori. Kategori

digunakan sebagai acuan dalam mengelompokkan keadaan subjek pada saat data

empiris telah diperoleh yaitu tinggi, sedang dan rendah. Kategori ini berdasarkan

sebaran hipotetik ( X max – X min) sehingga diperoleh perkiraan besarnya

17

standar hipotetik skor empiris yang berada pada suatu deviasi standar di atas mean

hiptetik dikategorikan tinggi, sementara untuk satu deviasi standar di bawah mean

hipotetik dikategorikan rendah.

Kategori skor kecerdasan spiritual menunjukkan bahwa 70,97 % (22

orang) memperoleh skor tinggi dan 29, 03 % (9 orang) memperoleh skor sedang.

Berdasarkan hasil kategorisasi skor tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian

besar subjek penelitian memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi.

Kategori skor variabel etika kerja Islam pada karyawan bank syariah

yang diperoleh, dapat diketahui bahwa 61, 29 % (19 orang) memperoleh skor

tinggi dan 38, 71 % (12 orang) memperoleh skor sedang. Berdasarkan hasil

kategorisasi skor tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar subjek

penelitian memiliki etika kerja Islam perbankan syariah yang tinggi.

Uji Asumsi

Sebelum dilakukan analisis data untuk menguji hipotesis, terlebih dahulu

dilakukan uji asumsi yang meliputi uji normalitas dan uji linearitas. Uji normalitas

dan uji linearitas merupakan syarat sebelum dilakukan pengetesan terhadap nilai

korelasi, agar kesimpulan yang ditarik tidak menyimpang dari kebenaran yang

seharusnya (Hadi, 2000).

a. Uji Normalitas

Uji normalitas menggunakan teknik One Sample Kolmogorov-Smirnov

Test dari program SPSS 12.0 for windows, diperoleh sebaran skor pada variabel

kecerdasan spiritual adalah normal (K-S Z = 0,805 ; p = 0,536 atau p > 0,05) dan

sebaran variabel etika kerja Islam pada karyawan bank syariah adalah normal (K-

18

S Z = 1,170 ; p = 0,129 atau p > 0,05). Karena data yang diperoleh memiliki

signifikan lebih dari 0,05 maka data ini normal.

b. Uji Linearitas

Uji Linearitas menggunakan analisis product moment dari program SPSS

12.0 for windows. Variabel kecerdasan spiritual dengan etika kerja Islam pada

karyawan bank syariah menunjukkan F = 228,705 dengan p = 0,000 (p < 0,01)

sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan antara kecerdasan spiritual dengan

etika kerja Islam pada karyawan bank syariah hasilnya adalah linear.

Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi

Product Moment dari Karl Pearson dengan bantuan komputer program SPSS 12.0

dan diperoleh koefisien rxy = 0,898 dengan p = 0,000 (p < 0,01). Hal tersebut

menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara

kecerdasan spiritual dengan etika kerja Islam pada karyawan bank syariah.

Semakin tinggi kecerdasan spiritual maka semakin tinggi pula etika kerja Islam

pada karyawan bank syariah. Sebaliknya, semakin rendah kecerdasan spiritual

maka semakin rendah pula etika kerja Islam pada karyawan bank syariah.

Uji Tambahan

Berdasarkan hasil analisis tambahan menggunakan analisis Independent

Sample T Test dengan program komputer SPSS 12.0 for windows dapat diketahui

bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara pria dan wanita dalam hal etika

kerja Islam pada karyawan bank syariah. Selain itu analisis tambahan

menggunakan analisis Uji F (Anova) dengan program komputer SPSS 12.0 for

19

windows One-Way Anova dapat diketahui bahwa tidak ada perbedaan yang

signifikan antara karyawan dengan lama bekerja 0-2 tahun, >2-4 tahun, dan >4-6

tahun, dalam hal etika kerja Islam pada karyawan bank syariah. Analisis tambahan

selanjutnya menggunakan analisis Uji F (Anova) dengan program komputer SPSS

12.0 for windows One-Way Anova, juga dapat diketahui bahwa tidak ada

perbedaan yang signifikan antara karyawan dengan tingkat pendidikan SLTA, S1

dan S2, dalam hal etika kerja Islam pada karyawan bank syariah.

Analisis tambahan dengan program komputer SPSS 12.0 for windows

untuk mengetahui seberapa besar hubungan atau seberapa jauh pengalaman kerja

dan tingkat pendidikan berpengaruh terhadap etika kerja Islam pada karyawan

bank syariah digunakan uji regresi. Hasil analisis menunjukkan angka R Square

adalah 0,079. Hal ini berarti 7,9 % dari variasi etika kerja Islam pada karyawan

bank syariah bisa dijelaskan oleh variabel pengalaman kerja dan tingkat

pendidikan.

Analisis tambahan dengan program komputer SPSS 12.0 for windows

untuk mengetahui besar hubungan antara masing-masing aspek kecerdasan

spiritual dengan etika kerja Islam pada karyawan bank syariah digunakan uji

regresi. Hasil analisis menunjukkan aspek keengganan untuk mengalami kerugian

yang tidak perlu dan aspek memiliki kecenderungan untuk bertanya “mengapa”

atau “bagaimana jika” dalam rangka mencari jawaban yang benar, sebagai

prediktor yang paling tinggi terhadap peningkatan etika kerja Islam pada

karyawan bank syariah.

20

Analisis tambahan untuk mengetahui frekuensi jawaban subjek pada

masing-masing item aspek kecerdasan spiritual yang berfungsi sebagai prediktor

tertinggi terhadap peningkatan etika kerja Islam pada karyawan bank syariah

digunakan statistik deskriptif dengan program komputer SPSS 12.0 for windows.

Hasil analisis menunjukkan diantaranya item “saya beribadah dengan khusyuk

pada Allah karena hidup dan mati saya hanya untuk Allah”, 35,5% subjek

penelitian menjawab sangat sesuai dan 64,5% subjek penelitian menjawab sesuai.

Hal ini menunjukkan sebagian besar subjek penelitian mendukung untuk

menghidari kerugian yang tidak perlu hanya karena Allah.

Hasil analisis juga menunjukkan diantaranya item “saya mencari

jawaban atas sesuatu dengan menyebut nama Allah supaya memperoleh

kemurahan anugerahNya berupa pengetahuan, pemahaman dan wawasan baru”

pada skala kecerdasan spiritual aspek memiliki kecenderungan untuk bertanya

“mengapa” atau “bagaimana jika” dalam rangka mencari jawaban yang benar,

35,5% subjek penelitian menjawab sangat sesuai, 61,3% subjek penelitian

menjawab sesuai dan 3,2% subjek penelitian menjawab tidak sesuai. Item “saya

membaca, menelaah alam raya, kitab suci, masyarakat, koran, majalah dan apapun

demi karena Allah”, 12,9% subjek penelitian menjawab sangat sesuai, 80,6%

subjek penelitian menjawab sesuai dan 6,5% subjek penelitian menjawab tidak

sesuai. Hal ini menunjukkan sebagian besar subjek mendukung untuk bertanya

dalam rangka mencari jawaban yang benar hanya karena Allah.

21

D. Pembahasan

Hasil analisis data yang dilakukan membuktikan bahwa ada hubungan

positif yang sangat signifikan antara kecerdasan spiritual dengan etika kerja Islam

pada karyawan bank syariah (rxy = 0,898). Hubungan positif ini menunjukkan

bahwa semakin tinggi kecerdasan spiritual maka semakin tinggi pula etika kerja

Islam pada karyawan bank syariah. Sebaliknya, semakin rendah kecerdasan

spiritual maka semakin rendah pula etika kerja Islam pada karyawan bank syariah.

Karyawan yang mempunyai kecerdasan spiritual yang tinggi akan

mampu untuk menempatkan makna ibadah pada proses bekerja, sehingga

mendorong karyawan untuk mempunyai etika kerja Islam yang tinggi yakni

berperilaku sesuai Quran dan hadits dalam melakukan pekerjaannya dengan niat

ibadah melaksanakan amanah Allah Swt dan untuk meraih keridhoanNya dunia

dan akhirat. Karyawan akan berusaha untuk menghindarkan sikap dan perilakunya

dari perkara-perkara yang tidak beretika dan mendatangkan kemurkaan Allah Swt

(mazmumah) dan juga akan menggalakkan melaksanakan segala perintah Allah

Swt serta sunnah Rasulullah Saw (mahmudah), dan mengamalkan akhlak yang

mulia.

Hal di atas ini sesuai dengan pemikiran yang disampaikan oleh Alhabsi

(1996) bahwa kerja yang mampu dimaknai sebagai ibadah oleh individu maka

individu akan termotivasi dengan kuat untuk berkerja, proaktif, disiplin, dapat

dipercayai, teratur, selalu berwaspada untuk mengelakkan diri dari kemungkaran,

termasuk perkara-perkara yang tidak bermoral serta seorang pekerja yang

berprestasi tinggi.

22

Karyawan dengan kecerdasan spiritual yang rendah akan menganggap

pekerjaannya sebagai suatu jenis usaha untuk mencari reski semata sehingga

karyawan memusatkan perhatiannya kepada keuntungan semata. Hal ini

mendorongnya untuk melakukan perkara-perkara yang melanggar ajaran agama

atau perkara-perkara yang tidak beretika, khususnya apabila ia menghadapi

kesempitan.

Hal di atas sesuai dengan pemikiran yang disampaikan oleh Sarji (2003)

mengemukakan bahwa penghayatan dan pengamalan nilai-nilai etika kerja sesuai

dengan ajaran Islam untuk dapat melaksanakan amanah Allah Swt demi

memperoleh keridhoanNya di dunia dan di akhirat, bahwa bekerja yang

dilaksanakan bukan hanya sekadar mencari reski untuk hidup tetapi perlu

dijadikan sebagai suatu ibadah. Bila karyawan gagal memaknai bahwa kerja

sebagai ibadah pada Allah maka perhatiannya terpusat pada keuntungan semata

atau sekedar mencari reski untuk hidup.

Majelis Ugama Islam Singapura (1999) mengemukakan bahwa bekerja

sesuai dengan ajaran Islam yang dianggap sebagai amal soleh yang melebihi

daripada sekedar mencari reski Allah Swt untuk mendapatkan keridhoan Allah

Swt dan mengelak dari kemurkaanNya, terikat pada balasan baik dan buruk di hari

akhirat dan rasa tanggung jawab bukan hanya pada perusahaan tetapi yang lebih

penting kepada Allah Swt untuk mencapai kejayaan dunia dan akhirat. Bila

karyawan memaknai kerja bukan sebagai amal sholeh untuk keridhoan Allah,

maka karyawan akan mementingkan mencapai kejayaan duniawi saja dan

23

melakukan perkara-perkara yang melanggar ajaran agama atau perkara-perkara

yang tidak beretika, khususnya apabila ia menghadapi kesempitan.

Ditinjau dari segi aspek-aspek serta indikator kecerdasan spiritual

dengan etika kerja Islam pada karyawan bank syariah, dapat dijelaskan mengenai

hubungan yang sangat signifikan antara kedua variabel ini. Aspek kecerdasan

spiritual antara lain keengganan untuk mengalami kerugian yang tidak perlu, akan

dapat meningkatkan etika kerja Islam. Berdasarkan analisis tambahan sebagian

besar subjek penelitian mendukung aspek ini antara lain beribadah secara khusyuk

pada Allah karena hidup dan mati hanya untuk Allah. Dengan demikian subjek

akan menjaga sikap dan perilakunya agar sesuai dengan perintah Allah termasuk

menjauhi riba dalam kegiatan ekonomi.

Misalnya kasus riba, pemastian masa depan melalui instrumen suku

bunga akan mematikan sejumlah kemungkinan aliran investasi. Semakin tinggi

suku bunga maka semakin besar kemungkinan aliran investasi yang terbendung.

Pada akhirnya riba akan memperburuk perekonomian secara makro, yang

kemudian mempengaruhi para pelaku-pelaku ekonomi di tingkat mikro. Sehingga

karyawan bank syariah yang tinggi aspek keengganan untuk mengalami kerugian

yang tidak perlu akan menghindari riba yang hakikatnya menghindari keburukan

pada perekonomian secara menyeluruh demi ridho Allah.

Aspek kecerdasan spiritual selanjutnya yakni memiliki kecenderungan

untuk bertanya “mengapa” atau “bagaimana jika” dalam rangka mencari jawaban

yang benar, akan meningkatkan etika kerja Islam. Berdasarkan analisis tambahan

sebagian besar subjek penelitian mendukung pernyataan “mencari jawaban atas

24

sesuatu dengan menyebut nama Allah supaya memperoleh kemurahan

anugerahNya berupa pengetahuan, pemahaman dan wawasan baru”, dan

“membaca, menelaah alam raya, kitab suci, masyarakat, koran, majalah dan

apapun demi karena Allah”. Dengan bertambahnya pengetahuan dan wawasan

karyawan bank syariah tentang pertanyaan yang dicari, maka akan terungkap

kebenaran atau fakta yang mengantarkannya pada kualitas hidup yang lebih baik

sebagai mahluk Allah dalam menjalankan tugas kerjanya dalam setiap kegiatan

perbankan.

Aspek kecerdasan spiritual lainnya yakni memiliki tingkat kesadaran

yang tinggi, dengan indikatornya yaitu kesadaran adanya Tuhan. Karyawan yang

menyadari adanya Tuhan dalam setiap aktivitas hidupnya maka akan

menggalakkan akhlak yang mulia menjauhi hal-hal yang mungkar demi meraih

ridho Allah. Karyawan akan enggan untuk melakukan riba dan spekulasi, peduli

pada hak orang lain, dan usaha social demi kemaslahatan umum dan menegakkan

ekonomi Islam. Hal ini menunjukkan peningkatan pada area etika kerja Islam

pada karyawan bank syariah.

Koefisien R Squared sebesar 0,807 menunjukkan bahwa kecerdasan

spiritual mempunyai sumbangan efektif sebesar 80,7 % terhadap variabel etika

kerja Islam. Sedangkan sisanya sebesar 19,3 % merupakan pengaruh dari faktor

lain. Selain dari hal-hal tersebut di atas ada faktor-faktor lain yang dapat

mempengaruhi etika kerja Islam seseorang yakni umur, tingkat pendidikan,

pengalaman kerja, budaya nasional, tipe organisasi dan kepemilikan organisasi

(Yousef, 2001).

25

Berdasarkan hasil analisis tambahan diperoleh beberapa hal yaitu tidak

terdapat perbedaan yang signifikan antara pria dan wanita dalam hal etika kerja

Islam pada karyawan bank syariah (t = 1,565 dan p = 0,136. p > 0,05), tidak

terdapat perbedaan yang signifikan antara karyawan dengan pengalaman kerja 0-2

tahun, >2-4 tahun dan >4-6 tahun dalam hal etika kerja Islam pada karyawan bank

syariah (F = 0,491 dan p = 0,620. P > 0,05), tidak terdapat perbedaan yang

signifikan antara karyawan dengan tingkat pendidikan SLTA, S1 dan S2 dalam

hal etika kerja Islam pada karyawan bank syariah (F = 1,440 dan p = 0,260. p >

0,05).

Tidak adanya perbedaan yang signifikan dalam hal etika kerja Islam

pada karyawan bank syariah ditinjau dari jenis kelamin, pengalaman kerja dan

tingkat pendidikan disebabkan oleh pelamar kerja terlebih dahulu melewati proses

seleksi, proses pendidikan dan pelatihan perbankan syariah untuk mendapatkan

karyawan yang berkompeten di bidang perbankan syariah. Selain proses seleksi,

pendidikan dan pelatihan, pihak bank syariah juga memanfaatkan jalur magang

untuk perekrutan karyawan tetap. Para peserta magang yang layak dan mampu

memberikan kontribusi yang baik bagi bank syariah akan direkrut untuk menjadi

karyawan tetap. Semua proses ini memungkinkan seluruh karyawan bank syariah

baik pria maupun wanita baik yang baru atau sudah lama bekerja pada bank

syariah dengan tingkat pendidikan yang beragam mempunyai etika kerja Islam

yang distandarkan oleh pihak bank syariah.

Adapun kelemahan dari penelitian ini adalah tidak mengontrol faktor-

faktor lain yang dapat mempengaruhi perilaku etika kerja Islam pada karyawan

26

bank syariah seperti umur, budaya nasional, tipe organisasi dan kepemilikan

organisasi. Selain itu korelasi yang kuat antara kedua variabel penelitian ini

disebabkan oleh overlap bidang penelitian, etika kerja Islam bisa sebagai bagian

dari spiritualitas itu sendiri.

Saat penyebaran angket dan pengisian angket peneliti tidak terlibat

penuh mendampingi subjek penelitian sehingga tidak bisa mencek kelengkapan

pengisian skala. Selain itu alat ukur yang digunakan masih harus disempurnakan

lagi. Penulis kurang kritis dalam pembuatan item yang mewakili aspek yang tepat

untuk mengungkap hal yang akan diungkap dan masih terdapat unsur social

desirability dalam beberapa item. Contoh item yang mengarahkan subjek untuk

menyesuaikan jawaban dari pernyataan item agar sama dengan harapan sosial

antara lain item kecerdasan spiritual, “saya bergaul dari hati ke hati dengan penuh

keikhlasan pada setiap orang”. Contoh item etika kerja Islam pada karyawan bank

syariah, “bila perbedaan dengan rekan kerja dan klien membuat saya tersinggung,

saya senantiasa memberi keluasan maaf”.

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya

dapat disimpulkan bahwa ada hubungan positif antara kecerdasan spiritual dengan

etika kerja Islam pada karyawan bank syariah. Hal tersebut menunjukkan bahwa

hipotesis penelitian yang mengemukakan bahwa adanya hubungan positf antara

27

kecerdasan spiritual dengan etika kerja Islam, diterima. Semakin tinggi

kecerdasan spiritual maka semakin tinggi etika kerja Islam pada karyawan bank

syariah, sebaliknya semakin rendah kecerdasan spiritual maka semakin rendah

etika kerja Islam pada karyawan bank syariah.

Sumbangan variabel kecerdasan spiritual terhadap etika kerja Islam pada

karyawan bank syariah adalah 80,7 %. Hal ini menunjukkan bahwa kecerdasan

spiritual adalah faktor utama selain adanya faktor-faktor lain sebesar 19,3 % yang

turut mempengaruhi etika kerja Islam pada karyawan bank syariah. Hasil

kategorisasi menunjukkan kecerdasan spiritual yang tinggi (70,97 %) dan etika

kerja Islam yang tinggi (61, 29 %).

Berdasarkan hasil analisis tambahan diperoleh beberapa hal yaitu tidak

terdapat perbedaan yang signifikan antara pria dan wanita dalam hal etika kerja

Islam pada karyawan bank syariah (t = 1,565 dan p = 0,136. p > 0,05), tidak

terdapat perbedaan yang signifikan antara karyawan dengan pengalaman kerja 0-2

tahun, >2-4 tahun dan >4-6 tahun dalam hal etika kerja Islam pada karyawan bank

syariah (F = 0,491 dan p = 0,620. P > 0,05), dan tidak terdapat perbedaan yang

signifikan antara karyawan dengan tingkat pendidikan SLTA, S1 dan S2 dalam

hal etika kerja Islam pada karyawan bank syariah (F = 1,440 dan p = 0,260. p >

0,05). Koefisien R Squared sebesar 0,079 menunjukkan bahwa pengalaman kerja

dan tingkat pendidikan mempunyai sumbangan efektif sebesar 7,9 % terhadap

variabel etika kerja Islam.

Aspek kecerdasan spiritual yakni aspek keengganan untuk mengalami

kerugian yang tidak perlu (koefisien korelasi = 0,835, p = 0,00) dan aspek

28

memiliki kecenderungan untuk bertanya “mengapa” atau “bagaimana jika” dalam

rangka mencari jawaban yang benar (koefisien korelasi = 0,820, p = 0,00), sebagai

prediktor yang paling tinggi terhadap peningkatan etika kerja Islam pada

karyawan bank syariah (P < 0,05).

B. Saran

1. Bagi karyawan bank syariah

Melihat hasil penelitian yang menunjukkan kecerdasan spiritual dan

etika kerja Islam pada karyawan bank syariah sebagian besar tinggi, karyawan

bank syariah disarankan untuk mempertahankan kecerdasan spiritual dan etika

kerja Islam. Jangan pernah berhenti dan terus berusaha meningkatkan kualitas diri

dengan niat untuk meraih keridhoan Allah SWT di dunia dan akhirat.

2. Bagi peneliti selanjutnya

a. Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti tema yang sama,

disarankan untuk mempertimbangkan variabel-variabel lain yang

berhubungan dengan etika kerja Islam, sehingga dapat ditentukan faktor-

faktor lain yang juga mempengaruhi etika kerja Islam.

b. Perbaikan alat ukur skala etika kerja Islam pada aspek perhatian dan

penekanan pada kerjasama ekonomi. Peneliti selanjutnya disarankan untuk

membuat item yang tepat yang mewakili aspek untuk mengungkap hal

yang akan diungkap.

29

DAFTAR PUSTAKA

Agustian, G.A. 2001. ESQ : Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual, Berdasarkan 6 rukun Iman dan 5 Rukun Islam. Jakarta ; Penerbit Arga.

Alhabsi, O.S. 1995. Sumbangan Etika Islam pada Pembangunan MPPB. http://vlib.unitarkljl.edu.my/staffpublications/datuk/ETIKMPPB.pdf

Alhabsi, O.S. 1996. Tanggung Jawab Pekerja kepada Organisasi / Jabatan dari Perspektif Islam. http://vlib.unitarkljl.edu.my/staff-publications/datuk/CEUTMNOV.pdf

Divisi sumber daya insani Bank Syariah Mandiri, 2005. Profil Bank Syariah Mandiri. Http://www.syariahmandiri.co.id

Fajrie, A. 5 Desember 2005. BMI Gelar Muamalat Spirit bagi Manejer LKS. http://www.e-syariah.com

Hadi, S. 2000. Metodologi Research. Yogyakarta ; Andi offset. Idrus, M. 2003. Kecerdasan Spiritual Mahasiswa Yogyakarta. Laporan Penelitian.

Yogyakarta ; Lembaga Penelitian Universitas Islam Indonesia. Khalil, J. 28 Februari 2005. Peranan Etika Dalam Mengurus Lembaga Keuangan

Syariah. Http://www.tazkiaonline.com Majelis Ugama Islam Singapura (MUIS). 5 Maret 1999. Etika Kerja dalam Islam

: Krisis Ekonomi dan Keperluan untuk Bermuhasabah. http://www.cybermimbar/ser-m-050399.html

Obaidullah, M. 2005. Rating of Islamic Financial Institution, Some Methodological Suggestion. Scientific publishing center King Abdulaziz University Saudi Arabia. Http://www.islamiccenter.kaau.edu.sa

Quran Karim dan Terjemahan Artinya. 2000. Yogyakarta ; UII Press. Sarji, A. 2003. Tenaga Kerja yang Beretika. http://www.notakt03.html Smith, A.W. 2002. Managing Ethnic Diversity in a Japanese Joint Venture in

Malaysia. University of British Columbia ; Center for Japanese Research. Http://www.monashuniversity.ac.id

Yousef, A.D. 2000. Organizational Commitment as a Mediator of the Relationship between Islamic Work Ethic and Attitudes toward Organizational Change. Volume 53, Iss.4 ; pg.513, 25 pgs. United Arab Emirates. Http://www.proquest.umi.com/pqdw?did=52982311&sid=1&Fmt=4&clientld=44697&RQT=309&VName=PQD

Yousef, A.D. 2000. The Islamic Work Ethic as a Mediator of the Relationship between Locus of Control and Role Ambiguity – a Study in an Islamic Country Setting. Journal of Managerial Psychology. Volume 15, Iss. 4 ; pg. 283. United Arab Emirates. Http://www.proquest.umi.com/pqdw?did=115922277&sid=1&Fmt=3&clientld=44697&RQT=309&VName=PQD

Zohar, D & Marshall, I. 2000. SQ ; Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual dalam Berpikir Integralistik dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan. Bandung ; Penerbit Mizan.