Upload
dinhkhanh
View
256
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
1
NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN KECERDASAN SPIRITUAL
DENGAN ETIKA KERJA ISLAM
PADA KARYAWAN BANK SYARIAH
Oleh :
Ravianty Dony
01320300
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2006
2
NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN KECERDASAN SPIRITUAL
DENGAN ETIKA KERJA ISLAM
PADA KARYAWAN BANK SYARIAH
Telah Disetujui Pada Tanggal
_________________
Dosen Pembimbing
(Uly Gusniarti, S. Psi., M.Si., Psi)
3
HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN SPIRITUAL
DENGAN ETIKA KERJA ISLAM
PADA KARYAWAN BANK SYARIAH
Ravianty Dony
Uly Gusniarti
INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada hubungan positif
antara kecerdasan spiritual dengan etika kerja Islam pada karyawan bank syariah. Hipotesis penelitian ini adalah ada hubungan positif antara kecerdasan spiritual dengan etika kerja Islam pada karyawan bank syariah.
Sampel dari penelitian ini 31 orang karyawan bank syariah. Skala yang digunakan adalah skala kecerdasan spiritual disusun berdasarkan teori Zohar dan Marshall (2000), Agustian (2001) dan Idrus (2003), dan skala etika kerja Islam pada karyawan bank syariah disusun berdasarkan teori Majelis Ugama Islam Singapura (1999), Yousef (2001), Smith (2002), dan Obaidullah (2005).
Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan korelasi Product Moment dengan bantuan program SPSS versi 12.0 for windows. Hasil analisis menunjukkan koefisien korelasi rxy = 0,898 dengan p = 0,000 (p < 0,01). Hal ini berarti terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara kecerdasan spiritual dengan etika kerja Islam pada karyawan bank syariah. Semakin tinggi kecerdasan spiritual maka semakin tinggi pula etika kerja Islam pada karyawan bank syariah. Sebaliknya, semakin rendah kecerdasan spiritual maka semakin rendah pula etika kerja Islam pada karyawan bank syariah. Koefisien R Squared sebesar 0,807 menunjukkan bahwa kecerdasan spiritual mempunyai sumbangan efektif sebesar 80,7 % terhadap variabel etika kerja Islam.
Berdasarkan hasil analisis tambahan diperoleh beberapa hal yaitu tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pria dan wanita dalam hal etika kerja Islam pada karyawan bank syariah (t = 1,565 dan p = 0,136. p > 0,05), tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara karyawan dengan pengalaman kerja 0-2 tahun, >2-4 tahun dan >4-6 tahun dalam hal etika kerja Islam pada karyawan bank syariah (F = 0,491 dan p = 0,620. P > 0,05), dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara karyawan dengan tingkat pendidikan SLTA, S1 dan S2 dalam hal etika kerja Islam pada karyawan bank syariah (F = 1,440 dan p = 0,260. p > 0,05). Koefisien R Squared sebesar 0,079 menunjukkan bahwa pengalaman kerja dan tingkat pendidikan mempunyai sumbangan efektif sebesar 7,9 % terhadap variabel etika kerja Islam.
Kata kunci : Kecerdasan Spiritual, Etika Kerja Islam pada Karyawan Bank
Syariah
4
PENGANTAR
Bank syariah adalah bank umum yang memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran berdasarkan prinsip syariah. Prinsip syariah adalah aturan perjanjian
berdasarkan hukum Islam antara pihak bank dan pihak lain untuk penyimpanan
dana dan pembiayaan kegiatan usaha (divisi sumber daya insani BSM, 2005).
Karyawan bank syariah sebagai salah satu unsur pengelola bank syariah,
dalam menyelenggarakan tugas-tugasnya hendaklah memiliki etika kerja Islam
yang tinggi. Etika kerja Islam adalah perilaku manusia baik individu maupun level
sosial yang sesuai dengan petunjuk Allah SWT dalam kitab suci Al-Quran dan
hadits Rasulullah saw dalam melakukan pekerjaan (Yousef, 2001 dan Smith,
2002). Perilaku pengelola bank syariah dalam menyelenggarakan kegiatan
perbankan syariah yang sesuai dengan Quran dan hadits antara lain, menjauhi riba
dan spekulasi dalam setiap usaha perbankan syariah, menegakkan dasar hak asasi
manusia dalam kerjasama ekonomi, kedermawanan untuk mendukung sektor
usaha sosial, meningkatkan saham yang adil, mendukung sektor usaha bagi yang
kurang mampu, dan non diskriminasi dalam pekerjaan berdasarkan jenis kelamin,
ras dan kebangsaan (Obaidullah, 2005).
Kenyataannya masih terdapat beberapa pengelola bank syariah yang
berperilaku tidak sesuai dengan Quran dan hadits. Khalil (2005) mengungkapkan
beberapa fakta kasus yang mengungkap persoalan ini antara lain, terdapat
personel bank syariah yang cukup besar bermasalah dengan pihak Citi Bank
karena terlibat dalam penjualan surat berharga secara riba atau bunga. Selain itu
5
juga terdapat kasus diskriminasi pelayanan. Terdapat personel bank syariah yang
memilih hanya orang kaya saja yang menerima pengucuran dana melalui produk
mudharabah (pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil) dan musyarakah
(pembiayaan berdasarkan usaha patungan). Hal ini menunjukkan etika kerja Islam
yang dimiliki rendah, selayaknya pengelola bank syariah berperilaku sesuai
dengan Quran dan hadits.
Etika kerja Islam tidak seperti etika kerja biasa, etika kerja Islam lebih
menekankan pada niat dari pada hasil (Yousef, 2001 dan Smith, 2002). Etika kerja
Islam perbankan syariah sangat penting diterapkan oleh semua pengurus bank
syariah. Sikap dan perilaku dalam bekerja melakukan kegiatan perbankan yang
sesuai ajaran Islam, tidak hanya mewujudkan kemaslahatan umat
(hablumminannas), tetapi juga meraih ridho Allah di dunia dan akhirat
(hamblumminallah).
Menurut Yousef (2001) etika kerja Islam seseorang dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain, faktor umur, tingkat pendidikan, pengalaman kerja,
budaya nasional, tipe organisasi dan kepemilikan organisasi.
Menurut Smith (2002) perilaku etika dalam bekerja pada karyawan
muslim dipengaruhi oleh spiritualitas yakni bagaimana seseorang memaknai
bahwa bekerja bukan sekedar tugas duniawi tetapi sebagai tugas dan kewajiban
moral pada Allah, pada perusahaan, dan pada komunitas muslim yang lebih luas.
Menurut Khalil (2005), bila mempunyai spiritualitas yang tinggi maka
karyawan akan mempunyai keyakinan bahwa ada Allah Yang Maha Kuasa yang
senantiasa membantu umat yang mau bekerja, laba perusahaan bukanlah segala-
6
galanya, dan tujuan bekerja adalah berjihad dan mengabdi sebagai hamba Allah.
Sebaliknya spiritualitas yang rendah akan menurunkan keyakinan karyawan
bahwa bekerja cukup sebagai tugas duniawi saja atau sekedar menjalankan
formalitas tugas.
Spiritualitas karyawan bank syariah berusaha ditingkatkan oleh pihak
manajemen bank syariah dengan menanamkan keyakinan pada karyawannya
bahwa bekerja sebagai bagian dari kehidupan spiritual, bekerja bukan sekedar
tugas duniawi, dan bekerja sebagai perwujudan iman kepada Allah Swt sehingga
bisa mengantarkan seseorang bekerja dengan ikhlas, jujur dan mau bekerja keras
serta memperbaiki diri (Fajrie, 2004).
Kecerdasan spiritual sebagai salah satu dimensi dari spiritualitas
merupakan kemampuan untuk memberi makna ibadah terhadap setiap perilaku
dan kegiatan, melalui langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah, menuju
manusia yang seutuhnya (hanif) dan memiliki pola pemikiran tauhid
(integralistik), serta berprinsip “hanya karena Allah” (Agustian, 2001).
Karyawan bank syariah yang memiliki tingkat kecerdasan spiritual yang
tinggi diharapkan memiliki etika kerja Islam yang tinggi pula. Karyawan yang
mempunyai kecerdasan spiritual yang tinggi akan mampu untuk menempatkan
makna ibadah pada proses bekerja, sehingga mendorong karyawan untuk
mempunyai etika kerja Islam yang tinggi yakni berperilaku sesuai Quran dan
hadits dalam melakukan pekerjaannya dengan niat ibadah melaksanakan amanah
Allah Swt dan untuk meraih keridhoanNya dunia dan akhirat. Karyawan akan
berusaha untuk menghindarkan sikap dan perilakunya dari perkara-perkara yang
7
tidak beretika dan mendatangkan kemurkaan Allah Swt (mazmumah) dan juga
akan menggalakkan melaksanakan segala perintah Allah Swt serta sunnah
Rasulullah Saw (mahmudah), dan mengamalkan akhlak yang mulia.
Berdasarkan uraian di atas peneliti berasumsi bahwa ada hubungan
positif antara kecerdasan spiritual dengan etika kerja Islam pada karyawan bank
syariah. Peneliti tertarik untuk meneliti salah satu dimensi spiritualitas yakni
kecerdasan spiritual dan etika kerja Islam pada karyawan bank syariah.
TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
A. Etika Kerja Islam
1. Pengertian etika kerja Islam
Etika kerja Islam konsepnya berasal dari petunjuk Allah SWT dalam
kitab suci Al-Quran dan diperkuat dengan cara Rasulullah saw berperilaku yakni
hadits yang mengajarkan perilaku manusia dalam melakukan pekerjaannya seperti
kerja keras, kejujuran dan keadilan, keahlian dan teknologi, dedikasi pada kerja,
kerjasama, kompetisi, kreativitas, dan lain-lain. Perilaku ini dianggap sebagai
sebuah kebajikan dan kewajiban bagi individu yang mampu dengan lebih
menekankan niat daripada hasil kerja (Yousef, 2001).
Smith (2002) mengemukakan etika kerja Islam merupakan perilaku
manusia baik individu maupun level sosial dalam melakukan pekerjaannya, yang
sesuai dengan petunjuk Allah SWT dalam kitab suci Al-Quran dan hadits
8
Rasulullah saw untuk memenuhi tugas dan kewajiban moral pada Allah Swt, pada
perusahaan tempat bekerja dan pada komunitas muslim yang lebih luas.
Majelis Ugama Islam Singapura (1999) mengemukakan bahwa etika
kerja Islam adalah bekerja sesuai dengan ajaran Islam yang dianggap sebagai amal
soleh yang melebihi daripada sekedar mencari reski Allah SWT untuk
mendapatkan keridhoan Allah SWT dan mengelak dari kemurkaanNya, terikat
pada balasan baik dan buruk di hari akhirat dan rasa tanggung jawab bukan hanya
pada perusahaan tetapi yang lebih penting kepada Allah SWT untuk mencapai
kejayaan dunia dan akhirat.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa etika kerja Islam
adalah sikap dan perilaku individu dalam melakukan pekerjaannya yang sesuai
dengan petunjuk Allah SWT dalam kitab suci Al-Quran dan Hadits Rasulullah
saw sebagai ibadah yakni dengan menyertai niat untuk memenuhi amanah /
kewajiban pada Allah SWT dan meraih keridhoanNya di dunia dan akhirat, serta
tanggung jawab moral pada perusahaan dan pada komunitas muslim yang lebih
luas.
2. Pengertian etika kerja Islam pada karyawan bank syariah
Aspek-aspek nilai Islam dan etika perbankan syariah yang harus ditaati
oleh pengelola bank syariah yakni, pertama menjauhi riba dan spekulasi dalam
setiap usaha perbankan. Kedua, menegakkan dasar hak asasi manusia dalam
kerjasama ekonomi. Ketiga, kedermawanan untuk mendukung sektor usaha sosial.
Keempat, menegakkan saham yang adil. Kelima, mendukung sektor usaha bagi
9
yang kurang mampu. Keenam, nondiskriminasi dalam pekerjaan berdasarkan sex,
ras dan kebangsaan (Obaidullah, 2005).
Khusus masalah riba, Allah SWT dalam banyak ayat telah mengingatkan
secara tegas, diantaranya surat Al-baqarah (2); 278-279, “Hai orang-orang yang
beriman bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum
dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak
mengerjakan (meninggalkan sisa riba) maka ketahuilah bahwa Allah dan rasul-
Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertobat dari (pengambilan riba), maka
bagimu pokok hartamu, kamu tidak menganiaya dan tidak pula teraniaya” (Khalil,
2005).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa etika kerja Islam
pada karyawan bank syariah adalah sikap dan perilaku individu dalam melakukan
pekerjaannya yang sesuai dengan petunjuk Allah SWT dalam kitab suci Al-Quran
dan Hadits Rasulullah saw sebagai ibadah, yakni dengan menyertai niat untuk
memenuhi amanah atau kewajiban pada Allah dan meraih keridhoanNya di dunia
dan akhirat, serta tanggung jawab moral pada perusahaan dan pada komunitas
muslim yang lebih luas. Perilaku individu yang dimaksud disini adalah perilaku
karyawan bank syariah, dan pekerjaan yang dimaksud adalah kegiatan perbankan
syariah.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi etika kerja Islam
Etika kerja Islam seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni
umur, tingkat pendidikan, pengalaman kerja, budaya nasional, tipe organisasi dan
kepemilikan organisasi (Yousef, 2001).
10
Menurut Smith (2002) perilaku etika dalam bekerja pada karyawan
muslim dipengaruhi oleh spiritualitas yakni bagaimana seseorang memaknai
bahwa bekerja bukan sekedar tugas duniawi tetapi juga sebagai tugas dan
kewajiban moral pada Allah Swt, pada perusahaan, dan pada komunitas muslim
yang lebih luas.
Alhabsi (1996) mengemukakan bahwa segala jenis kerja serta aspek-
aspek yang terkait didalamnya termasuk hal etika kerja yang dilakukan oleh
individu tidak boleh diasingkan dari spiritual. Etika kerja dimaknai sebagai suatu
bentuk jihad atau ibadah pada Allah Swt.
4. aspek-aspek etika kerja Islam
Instrument Islamic Value Rating / IVR (Obaidullah, 2005) berisi daftar
Islamic Value Concern atau aspek nilai Islam yang digunakan sebagai kriteria
untuk mengukur kinerja etika pada bank syariah antara lain sebagai berikut;
a. Perihal riba dan spekulasi
Menjauhi riba dan spekulasi penipuan dalam setiap usaha perbankan dan
mendukung bisnis yang menunjukkan hal yang sama.
b. Perihal Hak Asasi Manusia (HAM)
Tidak berinvestasi pada pemerintah maupun pihak bisnis lainnya yang
gagal dalam menegakkan dasar Hak Asasi Manusia dalam pengaruhnya
pada lingkungan, maupun bisnis yang link-nya pada rezim yang menindas.
c. Perihal usaha sosial
Mendukung kedermawanan atau bermurah hati dalam kegiatan organisasi
yang meliputi sektor usaha sosial.
11
d. Perihal perhatian dan penekanan pada kerjasama ekonomi
Meningkatkan saham yang adil, berdasarkan pembelanjaan atau
pembiayaan seperti Mudharabah (pembiayaan berdasarkan prinsip usaha
bagi hasil) dan Musyarakah (pembiayaan berdasarkan prinsip usaha
patungan) sebagai perbandingan untuk pemasukan keuangan atau debt
based financing, seperti Murabahah (jual beli barang dengan memperoleh
keuntungan) dan ijarah (pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip
sewa).
e. Perihal sektor bagi yang kurang mampu
Mendukung usaha atau bisnis kecil, bisnis dalam negara muslim yang
sedang berkembang, dan bisnis oleh generasi pertama pebisnis atau
entrepreneurs.
f. Perihal diskriminasi
Non diskriminasi dalam pekerjaan berdasarkan jenis kelamin, ras, dan
kebangsaan.
B. Kecerdasan Spiritual
1. Pengertian kecerdasan spiritual
Menurut Zohar dan Marshall (2000) kecerdasan spiritual adalah
kemampuan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu
kemampuan untuk menempatkan perilaku dan hidup dalam konteks makna yang
lebih luas dan kaya.
12
Agustian (2001) mengemukakan kecerdasan spiritual sebagai kemampuan
untuk memberi makna ibadah terhadap setiap perilaku dan kegiatan, melalui
langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah, menuju manusia yang
seutuhnya (hanif) dan memiliki pola pemikiran tauhid (integralistik) serta
berprinsip “hanya karena Allah.”
Berdasarkan beberapa uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan
spiritual adalah kemampuan individu untuk menempatkan makna ibadah terhadap
setiap perilaku dan tindakan, dengan cara membersihkan atau mensucikan pikiran
dan berprinsip hanya karena Allah Swt.
2. Aspek-aspek kecerdasan spiritual
Idrus (2003) mengembangkan instrument kecerdasan spiritual dari
konsep kecerdasan spiritual Zohar dan Marshall (2000) dengan merinci masing-
masing aspek Zohar dan Marshall (2000) kedalam beberapa indikator yang telah
disesuaikan dengan konteks Indonesia dan adopsi konsep SQ dalam nuansa Islam
yakni sebagai berikut :
a. Kemampuan untuk bersikap fleksibel (adaktif secara spontan dan aktif),
dengan indikatornya yaitu kemampuan bergaul.
b. Memiliki tingkat kesadaran yang tinggi, dengan indikatornya yaitu
kesadaran adanya Tuhan
c. Kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan, dengan
indikatornya yaitu cobaan sebagai ujian, kesabaran, dan ikhlas / rela.
d. Kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa sakit, dengan
indikatornya yaitu ketabahan.
13
e. Kualitas hidup yang diihami oleh visi dan nilai-nilai, dengan indikatornya
yaitu hari ini lebih baik dari kemarin dan tujuan hidup.
f. Keengganan untuk mengalami atau menyebabkan kerugian yang tidak
perlu, dengan indikatornya yaitu menggunjing, meninggalkan ibadah,
berkorban.
g. Kecenderungan untuk melihat keterkaitan antara berbagi hal
(berpandangan holistik), dengan indikatornya yaitu keterkaitan antar
mahluk atau kejadian, tentang nasib manusia.
h. Kecenderungan nyata untuk bertanya “mengapa?” atau “bagaimana
jika?” untuk mencari jawaban-jawaban yang mendasar atau benar, dengan
indikatornya yaitu mencari jawaban atas sesuatu, bertanya pada agamawan
atau buku, mengikuti pengajian.
i. “Bidang mandiri” yaitu memiliki kemampuan untuk bekerja mandiri atau
memiliki otonomi, dengan indikatornya yaitu berbuat / beramal tanpa
tergantung pada orang lain.
C. Hubungan kecerdasan spiritual dengan etika kerja Islam
pada karyawan bank syariah
Kecerdasan spiritual merupakan kemampuan individu untuk menempatkan
makna ibadah terhadap setiap perilaku dan tindakan, dengan cara membersihkan
atau mensucikan pikiran dan berprinsip hanya karena Allah SWT.
Perilaku dan tindakan dalam bekerjapun perlu dimaknai sebagai ibadah
kepada Allah SWT. Dengan demikian selain mendapat pahala untuk hari akhirat
14
kelak, individu akan termotivasi dengan kuat untuk berkerja proaktif, disiplin,
dapat dipercayai, teratur, selalu berwaspada untuk mengelakkan diri dari
kemungkaran, termasuk perkara-perkara yang tidak bermoral serta seorang
pekerja yang berprestasi tinggi (Alhasbi, 1996).
Kecerdasan spiritual sangat penting, karyawan yang mempunyai
kecerdasan spiritual yang tinggi akan mampu untuk menempatkan makna ibadah
pada proses bekerja, sehingga mendorong karyawan untuk mempunyai etika kerja
Islam yang tinggi yakni berperilaku sesuai Quran dan hadits dalam melakukan
pekerjaannya dengan niat ibadah melaksanakan amanah Allah SWT dan untuk
meraih keridhoanNya dunia dan akhirat. Karyawan akan berusaha untuk
menghindarkan sikap dan perilakunya dari perkara-perkara yang tidak beretika
dan mendatangkan kemurkaan Allah SWT (mazmumah) dan juga akan
menggalakkan melaksanakan segala perintah Allah SWT serta sunnah Rasulullah
Saw (mahmudah), dan mengamalkan akhlak yang mulia.
Karyawan dengan kecerdasan spiritual yang rendah akan menganggap
pekerjaannya sebagai suatu jenis usaha untuk mencari reski semata sehingga
karyawan memusatkan perhatiannya kepada keuntungan semata. Hal ini
mendorongnya untuk melakukan perkara-perkara yang melanggar ajaran agama
atau perkara-perkara yang tidak beretika, khususnya apabila ia menghadapi
kesempitan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan karyawan bank syariah yang
memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi diharapkan semakin tinggi pula etika
kerja Islam yang dimilikinya. Apabila seorang karyawan bank syariah memiliki
15
kecerdasan spiritual yang tinggi maka karyawan akan mampu memberi makna
ibadah pada proses kerja sehingga mendorong seorang karyawan bank syariah
untuk berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Islam dan etika perbankan syariah
berdasar Quran dan hadits dalam menyelenggarakan tugas kerjanya. Semakin
tinggi kecerdasan spiritual, semakin tinggi pula etika kerja Islam yang
dimilikinya.
D. Hipotesis
Ada hubungan positif antara kecerdasan spiritual dengan etika kerja
Islam pada karyawan bank syariah. Semakin tinggi kecerdasan spiritual yang
dimiliki oleh karyawan bank syariah, maka semakin tinggi pula etika kerja Islam
karyawan bank syariah.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menyertakan beberapa variabel antara lain: (1) Variabel
tergantung (dependent) berupa etika kerja Islam pada karyawan bank syariah. (2)
Variabel bebas (independent) yaitu kecerdasan spiritual.
Subjek penelitian ini adalah karyawan bank syariah di Yogyakarta baik
laki-laki maupun perempuan muslim, berusia 22 – 55 tahun. Teknik pengambilan
sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik purposive sampling,
yaitu dengan cara memberikan skala pada subjek yang memiliki persyaratan di
atas (Hadi, 2000).
16
Penelitian dilakukan di Bank Muamalat kantor cabang Yogyakarta dan
Bank BNI Syariah kantor cabang Yogyakarta. Peneliti mengambil tempat
penelitian di bank-bank ini karena dapat dianggap mewakili populasi dari subjek
penelitian.
Skala kecerdasan spiritual dan skala etika kerja Islam pada karyawan bank
syariah ini disusun dengan menggunakan skala model Likert yang terdiri dari
empat pilihan jawaban yaitu SS (Sangat Sesuai), S (Sesuai), TS (Tidak Sesuai),
STS (Sangat Tidak Sesuai). Subjek diperkenankan untuk memilih salah satu dari
empat alternatif jawaban yang paling sesuai dengan keadaan dirinya.
Uji coba alat ukur yang dipakai peneliti adalah uji coba terpakai yaitu uji
coba yang digunakan untuk mengetahui reliabilitas dan validitas alat ukur, dan
data yang dihasilkan dari uji coba dapat diambil sebagai data langsung.
Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan
korelasi Product Moment dengan bantuan program SPSS versi 12.0 for windows
untuk menguji apakah terdapat hubungan antara kecerdasan spiritual dengan etika
kerja Islam pada karyawan bank syariah.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Subjek dalam peneltian ini digolongkan kedalam tiga kategori. Kategori
digunakan sebagai acuan dalam mengelompokkan keadaan subjek pada saat data
empiris telah diperoleh yaitu tinggi, sedang dan rendah. Kategori ini berdasarkan
sebaran hipotetik ( X max – X min) sehingga diperoleh perkiraan besarnya
17
standar hipotetik skor empiris yang berada pada suatu deviasi standar di atas mean
hiptetik dikategorikan tinggi, sementara untuk satu deviasi standar di bawah mean
hipotetik dikategorikan rendah.
Kategori skor kecerdasan spiritual menunjukkan bahwa 70,97 % (22
orang) memperoleh skor tinggi dan 29, 03 % (9 orang) memperoleh skor sedang.
Berdasarkan hasil kategorisasi skor tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian
besar subjek penelitian memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi.
Kategori skor variabel etika kerja Islam pada karyawan bank syariah
yang diperoleh, dapat diketahui bahwa 61, 29 % (19 orang) memperoleh skor
tinggi dan 38, 71 % (12 orang) memperoleh skor sedang. Berdasarkan hasil
kategorisasi skor tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar subjek
penelitian memiliki etika kerja Islam perbankan syariah yang tinggi.
Uji Asumsi
Sebelum dilakukan analisis data untuk menguji hipotesis, terlebih dahulu
dilakukan uji asumsi yang meliputi uji normalitas dan uji linearitas. Uji normalitas
dan uji linearitas merupakan syarat sebelum dilakukan pengetesan terhadap nilai
korelasi, agar kesimpulan yang ditarik tidak menyimpang dari kebenaran yang
seharusnya (Hadi, 2000).
a. Uji Normalitas
Uji normalitas menggunakan teknik One Sample Kolmogorov-Smirnov
Test dari program SPSS 12.0 for windows, diperoleh sebaran skor pada variabel
kecerdasan spiritual adalah normal (K-S Z = 0,805 ; p = 0,536 atau p > 0,05) dan
sebaran variabel etika kerja Islam pada karyawan bank syariah adalah normal (K-
18
S Z = 1,170 ; p = 0,129 atau p > 0,05). Karena data yang diperoleh memiliki
signifikan lebih dari 0,05 maka data ini normal.
b. Uji Linearitas
Uji Linearitas menggunakan analisis product moment dari program SPSS
12.0 for windows. Variabel kecerdasan spiritual dengan etika kerja Islam pada
karyawan bank syariah menunjukkan F = 228,705 dengan p = 0,000 (p < 0,01)
sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan antara kecerdasan spiritual dengan
etika kerja Islam pada karyawan bank syariah hasilnya adalah linear.
Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi
Product Moment dari Karl Pearson dengan bantuan komputer program SPSS 12.0
dan diperoleh koefisien rxy = 0,898 dengan p = 0,000 (p < 0,01). Hal tersebut
menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara
kecerdasan spiritual dengan etika kerja Islam pada karyawan bank syariah.
Semakin tinggi kecerdasan spiritual maka semakin tinggi pula etika kerja Islam
pada karyawan bank syariah. Sebaliknya, semakin rendah kecerdasan spiritual
maka semakin rendah pula etika kerja Islam pada karyawan bank syariah.
Uji Tambahan
Berdasarkan hasil analisis tambahan menggunakan analisis Independent
Sample T Test dengan program komputer SPSS 12.0 for windows dapat diketahui
bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara pria dan wanita dalam hal etika
kerja Islam pada karyawan bank syariah. Selain itu analisis tambahan
menggunakan analisis Uji F (Anova) dengan program komputer SPSS 12.0 for
19
windows One-Way Anova dapat diketahui bahwa tidak ada perbedaan yang
signifikan antara karyawan dengan lama bekerja 0-2 tahun, >2-4 tahun, dan >4-6
tahun, dalam hal etika kerja Islam pada karyawan bank syariah. Analisis tambahan
selanjutnya menggunakan analisis Uji F (Anova) dengan program komputer SPSS
12.0 for windows One-Way Anova, juga dapat diketahui bahwa tidak ada
perbedaan yang signifikan antara karyawan dengan tingkat pendidikan SLTA, S1
dan S2, dalam hal etika kerja Islam pada karyawan bank syariah.
Analisis tambahan dengan program komputer SPSS 12.0 for windows
untuk mengetahui seberapa besar hubungan atau seberapa jauh pengalaman kerja
dan tingkat pendidikan berpengaruh terhadap etika kerja Islam pada karyawan
bank syariah digunakan uji regresi. Hasil analisis menunjukkan angka R Square
adalah 0,079. Hal ini berarti 7,9 % dari variasi etika kerja Islam pada karyawan
bank syariah bisa dijelaskan oleh variabel pengalaman kerja dan tingkat
pendidikan.
Analisis tambahan dengan program komputer SPSS 12.0 for windows
untuk mengetahui besar hubungan antara masing-masing aspek kecerdasan
spiritual dengan etika kerja Islam pada karyawan bank syariah digunakan uji
regresi. Hasil analisis menunjukkan aspek keengganan untuk mengalami kerugian
yang tidak perlu dan aspek memiliki kecenderungan untuk bertanya “mengapa”
atau “bagaimana jika” dalam rangka mencari jawaban yang benar, sebagai
prediktor yang paling tinggi terhadap peningkatan etika kerja Islam pada
karyawan bank syariah.
20
Analisis tambahan untuk mengetahui frekuensi jawaban subjek pada
masing-masing item aspek kecerdasan spiritual yang berfungsi sebagai prediktor
tertinggi terhadap peningkatan etika kerja Islam pada karyawan bank syariah
digunakan statistik deskriptif dengan program komputer SPSS 12.0 for windows.
Hasil analisis menunjukkan diantaranya item “saya beribadah dengan khusyuk
pada Allah karena hidup dan mati saya hanya untuk Allah”, 35,5% subjek
penelitian menjawab sangat sesuai dan 64,5% subjek penelitian menjawab sesuai.
Hal ini menunjukkan sebagian besar subjek penelitian mendukung untuk
menghidari kerugian yang tidak perlu hanya karena Allah.
Hasil analisis juga menunjukkan diantaranya item “saya mencari
jawaban atas sesuatu dengan menyebut nama Allah supaya memperoleh
kemurahan anugerahNya berupa pengetahuan, pemahaman dan wawasan baru”
pada skala kecerdasan spiritual aspek memiliki kecenderungan untuk bertanya
“mengapa” atau “bagaimana jika” dalam rangka mencari jawaban yang benar,
35,5% subjek penelitian menjawab sangat sesuai, 61,3% subjek penelitian
menjawab sesuai dan 3,2% subjek penelitian menjawab tidak sesuai. Item “saya
membaca, menelaah alam raya, kitab suci, masyarakat, koran, majalah dan apapun
demi karena Allah”, 12,9% subjek penelitian menjawab sangat sesuai, 80,6%
subjek penelitian menjawab sesuai dan 6,5% subjek penelitian menjawab tidak
sesuai. Hal ini menunjukkan sebagian besar subjek mendukung untuk bertanya
dalam rangka mencari jawaban yang benar hanya karena Allah.
21
D. Pembahasan
Hasil analisis data yang dilakukan membuktikan bahwa ada hubungan
positif yang sangat signifikan antara kecerdasan spiritual dengan etika kerja Islam
pada karyawan bank syariah (rxy = 0,898). Hubungan positif ini menunjukkan
bahwa semakin tinggi kecerdasan spiritual maka semakin tinggi pula etika kerja
Islam pada karyawan bank syariah. Sebaliknya, semakin rendah kecerdasan
spiritual maka semakin rendah pula etika kerja Islam pada karyawan bank syariah.
Karyawan yang mempunyai kecerdasan spiritual yang tinggi akan
mampu untuk menempatkan makna ibadah pada proses bekerja, sehingga
mendorong karyawan untuk mempunyai etika kerja Islam yang tinggi yakni
berperilaku sesuai Quran dan hadits dalam melakukan pekerjaannya dengan niat
ibadah melaksanakan amanah Allah Swt dan untuk meraih keridhoanNya dunia
dan akhirat. Karyawan akan berusaha untuk menghindarkan sikap dan perilakunya
dari perkara-perkara yang tidak beretika dan mendatangkan kemurkaan Allah Swt
(mazmumah) dan juga akan menggalakkan melaksanakan segala perintah Allah
Swt serta sunnah Rasulullah Saw (mahmudah), dan mengamalkan akhlak yang
mulia.
Hal di atas ini sesuai dengan pemikiran yang disampaikan oleh Alhabsi
(1996) bahwa kerja yang mampu dimaknai sebagai ibadah oleh individu maka
individu akan termotivasi dengan kuat untuk berkerja, proaktif, disiplin, dapat
dipercayai, teratur, selalu berwaspada untuk mengelakkan diri dari kemungkaran,
termasuk perkara-perkara yang tidak bermoral serta seorang pekerja yang
berprestasi tinggi.
22
Karyawan dengan kecerdasan spiritual yang rendah akan menganggap
pekerjaannya sebagai suatu jenis usaha untuk mencari reski semata sehingga
karyawan memusatkan perhatiannya kepada keuntungan semata. Hal ini
mendorongnya untuk melakukan perkara-perkara yang melanggar ajaran agama
atau perkara-perkara yang tidak beretika, khususnya apabila ia menghadapi
kesempitan.
Hal di atas sesuai dengan pemikiran yang disampaikan oleh Sarji (2003)
mengemukakan bahwa penghayatan dan pengamalan nilai-nilai etika kerja sesuai
dengan ajaran Islam untuk dapat melaksanakan amanah Allah Swt demi
memperoleh keridhoanNya di dunia dan di akhirat, bahwa bekerja yang
dilaksanakan bukan hanya sekadar mencari reski untuk hidup tetapi perlu
dijadikan sebagai suatu ibadah. Bila karyawan gagal memaknai bahwa kerja
sebagai ibadah pada Allah maka perhatiannya terpusat pada keuntungan semata
atau sekedar mencari reski untuk hidup.
Majelis Ugama Islam Singapura (1999) mengemukakan bahwa bekerja
sesuai dengan ajaran Islam yang dianggap sebagai amal soleh yang melebihi
daripada sekedar mencari reski Allah Swt untuk mendapatkan keridhoan Allah
Swt dan mengelak dari kemurkaanNya, terikat pada balasan baik dan buruk di hari
akhirat dan rasa tanggung jawab bukan hanya pada perusahaan tetapi yang lebih
penting kepada Allah Swt untuk mencapai kejayaan dunia dan akhirat. Bila
karyawan memaknai kerja bukan sebagai amal sholeh untuk keridhoan Allah,
maka karyawan akan mementingkan mencapai kejayaan duniawi saja dan
23
melakukan perkara-perkara yang melanggar ajaran agama atau perkara-perkara
yang tidak beretika, khususnya apabila ia menghadapi kesempitan.
Ditinjau dari segi aspek-aspek serta indikator kecerdasan spiritual
dengan etika kerja Islam pada karyawan bank syariah, dapat dijelaskan mengenai
hubungan yang sangat signifikan antara kedua variabel ini. Aspek kecerdasan
spiritual antara lain keengganan untuk mengalami kerugian yang tidak perlu, akan
dapat meningkatkan etika kerja Islam. Berdasarkan analisis tambahan sebagian
besar subjek penelitian mendukung aspek ini antara lain beribadah secara khusyuk
pada Allah karena hidup dan mati hanya untuk Allah. Dengan demikian subjek
akan menjaga sikap dan perilakunya agar sesuai dengan perintah Allah termasuk
menjauhi riba dalam kegiatan ekonomi.
Misalnya kasus riba, pemastian masa depan melalui instrumen suku
bunga akan mematikan sejumlah kemungkinan aliran investasi. Semakin tinggi
suku bunga maka semakin besar kemungkinan aliran investasi yang terbendung.
Pada akhirnya riba akan memperburuk perekonomian secara makro, yang
kemudian mempengaruhi para pelaku-pelaku ekonomi di tingkat mikro. Sehingga
karyawan bank syariah yang tinggi aspek keengganan untuk mengalami kerugian
yang tidak perlu akan menghindari riba yang hakikatnya menghindari keburukan
pada perekonomian secara menyeluruh demi ridho Allah.
Aspek kecerdasan spiritual selanjutnya yakni memiliki kecenderungan
untuk bertanya “mengapa” atau “bagaimana jika” dalam rangka mencari jawaban
yang benar, akan meningkatkan etika kerja Islam. Berdasarkan analisis tambahan
sebagian besar subjek penelitian mendukung pernyataan “mencari jawaban atas
24
sesuatu dengan menyebut nama Allah supaya memperoleh kemurahan
anugerahNya berupa pengetahuan, pemahaman dan wawasan baru”, dan
“membaca, menelaah alam raya, kitab suci, masyarakat, koran, majalah dan
apapun demi karena Allah”. Dengan bertambahnya pengetahuan dan wawasan
karyawan bank syariah tentang pertanyaan yang dicari, maka akan terungkap
kebenaran atau fakta yang mengantarkannya pada kualitas hidup yang lebih baik
sebagai mahluk Allah dalam menjalankan tugas kerjanya dalam setiap kegiatan
perbankan.
Aspek kecerdasan spiritual lainnya yakni memiliki tingkat kesadaran
yang tinggi, dengan indikatornya yaitu kesadaran adanya Tuhan. Karyawan yang
menyadari adanya Tuhan dalam setiap aktivitas hidupnya maka akan
menggalakkan akhlak yang mulia menjauhi hal-hal yang mungkar demi meraih
ridho Allah. Karyawan akan enggan untuk melakukan riba dan spekulasi, peduli
pada hak orang lain, dan usaha social demi kemaslahatan umum dan menegakkan
ekonomi Islam. Hal ini menunjukkan peningkatan pada area etika kerja Islam
pada karyawan bank syariah.
Koefisien R Squared sebesar 0,807 menunjukkan bahwa kecerdasan
spiritual mempunyai sumbangan efektif sebesar 80,7 % terhadap variabel etika
kerja Islam. Sedangkan sisanya sebesar 19,3 % merupakan pengaruh dari faktor
lain. Selain dari hal-hal tersebut di atas ada faktor-faktor lain yang dapat
mempengaruhi etika kerja Islam seseorang yakni umur, tingkat pendidikan,
pengalaman kerja, budaya nasional, tipe organisasi dan kepemilikan organisasi
(Yousef, 2001).
25
Berdasarkan hasil analisis tambahan diperoleh beberapa hal yaitu tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara pria dan wanita dalam hal etika kerja
Islam pada karyawan bank syariah (t = 1,565 dan p = 0,136. p > 0,05), tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara karyawan dengan pengalaman kerja 0-2
tahun, >2-4 tahun dan >4-6 tahun dalam hal etika kerja Islam pada karyawan bank
syariah (F = 0,491 dan p = 0,620. P > 0,05), tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara karyawan dengan tingkat pendidikan SLTA, S1 dan S2 dalam
hal etika kerja Islam pada karyawan bank syariah (F = 1,440 dan p = 0,260. p >
0,05).
Tidak adanya perbedaan yang signifikan dalam hal etika kerja Islam
pada karyawan bank syariah ditinjau dari jenis kelamin, pengalaman kerja dan
tingkat pendidikan disebabkan oleh pelamar kerja terlebih dahulu melewati proses
seleksi, proses pendidikan dan pelatihan perbankan syariah untuk mendapatkan
karyawan yang berkompeten di bidang perbankan syariah. Selain proses seleksi,
pendidikan dan pelatihan, pihak bank syariah juga memanfaatkan jalur magang
untuk perekrutan karyawan tetap. Para peserta magang yang layak dan mampu
memberikan kontribusi yang baik bagi bank syariah akan direkrut untuk menjadi
karyawan tetap. Semua proses ini memungkinkan seluruh karyawan bank syariah
baik pria maupun wanita baik yang baru atau sudah lama bekerja pada bank
syariah dengan tingkat pendidikan yang beragam mempunyai etika kerja Islam
yang distandarkan oleh pihak bank syariah.
Adapun kelemahan dari penelitian ini adalah tidak mengontrol faktor-
faktor lain yang dapat mempengaruhi perilaku etika kerja Islam pada karyawan
26
bank syariah seperti umur, budaya nasional, tipe organisasi dan kepemilikan
organisasi. Selain itu korelasi yang kuat antara kedua variabel penelitian ini
disebabkan oleh overlap bidang penelitian, etika kerja Islam bisa sebagai bagian
dari spiritualitas itu sendiri.
Saat penyebaran angket dan pengisian angket peneliti tidak terlibat
penuh mendampingi subjek penelitian sehingga tidak bisa mencek kelengkapan
pengisian skala. Selain itu alat ukur yang digunakan masih harus disempurnakan
lagi. Penulis kurang kritis dalam pembuatan item yang mewakili aspek yang tepat
untuk mengungkap hal yang akan diungkap dan masih terdapat unsur social
desirability dalam beberapa item. Contoh item yang mengarahkan subjek untuk
menyesuaikan jawaban dari pernyataan item agar sama dengan harapan sosial
antara lain item kecerdasan spiritual, “saya bergaul dari hati ke hati dengan penuh
keikhlasan pada setiap orang”. Contoh item etika kerja Islam pada karyawan bank
syariah, “bila perbedaan dengan rekan kerja dan klien membuat saya tersinggung,
saya senantiasa memberi keluasan maaf”.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya
dapat disimpulkan bahwa ada hubungan positif antara kecerdasan spiritual dengan
etika kerja Islam pada karyawan bank syariah. Hal tersebut menunjukkan bahwa
hipotesis penelitian yang mengemukakan bahwa adanya hubungan positf antara
27
kecerdasan spiritual dengan etika kerja Islam, diterima. Semakin tinggi
kecerdasan spiritual maka semakin tinggi etika kerja Islam pada karyawan bank
syariah, sebaliknya semakin rendah kecerdasan spiritual maka semakin rendah
etika kerja Islam pada karyawan bank syariah.
Sumbangan variabel kecerdasan spiritual terhadap etika kerja Islam pada
karyawan bank syariah adalah 80,7 %. Hal ini menunjukkan bahwa kecerdasan
spiritual adalah faktor utama selain adanya faktor-faktor lain sebesar 19,3 % yang
turut mempengaruhi etika kerja Islam pada karyawan bank syariah. Hasil
kategorisasi menunjukkan kecerdasan spiritual yang tinggi (70,97 %) dan etika
kerja Islam yang tinggi (61, 29 %).
Berdasarkan hasil analisis tambahan diperoleh beberapa hal yaitu tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara pria dan wanita dalam hal etika kerja
Islam pada karyawan bank syariah (t = 1,565 dan p = 0,136. p > 0,05), tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara karyawan dengan pengalaman kerja 0-2
tahun, >2-4 tahun dan >4-6 tahun dalam hal etika kerja Islam pada karyawan bank
syariah (F = 0,491 dan p = 0,620. P > 0,05), dan tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara karyawan dengan tingkat pendidikan SLTA, S1 dan S2 dalam
hal etika kerja Islam pada karyawan bank syariah (F = 1,440 dan p = 0,260. p >
0,05). Koefisien R Squared sebesar 0,079 menunjukkan bahwa pengalaman kerja
dan tingkat pendidikan mempunyai sumbangan efektif sebesar 7,9 % terhadap
variabel etika kerja Islam.
Aspek kecerdasan spiritual yakni aspek keengganan untuk mengalami
kerugian yang tidak perlu (koefisien korelasi = 0,835, p = 0,00) dan aspek
28
memiliki kecenderungan untuk bertanya “mengapa” atau “bagaimana jika” dalam
rangka mencari jawaban yang benar (koefisien korelasi = 0,820, p = 0,00), sebagai
prediktor yang paling tinggi terhadap peningkatan etika kerja Islam pada
karyawan bank syariah (P < 0,05).
B. Saran
1. Bagi karyawan bank syariah
Melihat hasil penelitian yang menunjukkan kecerdasan spiritual dan
etika kerja Islam pada karyawan bank syariah sebagian besar tinggi, karyawan
bank syariah disarankan untuk mempertahankan kecerdasan spiritual dan etika
kerja Islam. Jangan pernah berhenti dan terus berusaha meningkatkan kualitas diri
dengan niat untuk meraih keridhoan Allah SWT di dunia dan akhirat.
2. Bagi peneliti selanjutnya
a. Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti tema yang sama,
disarankan untuk mempertimbangkan variabel-variabel lain yang
berhubungan dengan etika kerja Islam, sehingga dapat ditentukan faktor-
faktor lain yang juga mempengaruhi etika kerja Islam.
b. Perbaikan alat ukur skala etika kerja Islam pada aspek perhatian dan
penekanan pada kerjasama ekonomi. Peneliti selanjutnya disarankan untuk
membuat item yang tepat yang mewakili aspek untuk mengungkap hal
yang akan diungkap.
29
DAFTAR PUSTAKA
Agustian, G.A. 2001. ESQ : Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual, Berdasarkan 6 rukun Iman dan 5 Rukun Islam. Jakarta ; Penerbit Arga.
Alhabsi, O.S. 1995. Sumbangan Etika Islam pada Pembangunan MPPB. http://vlib.unitarkljl.edu.my/staffpublications/datuk/ETIKMPPB.pdf
Alhabsi, O.S. 1996. Tanggung Jawab Pekerja kepada Organisasi / Jabatan dari Perspektif Islam. http://vlib.unitarkljl.edu.my/staff-publications/datuk/CEUTMNOV.pdf
Divisi sumber daya insani Bank Syariah Mandiri, 2005. Profil Bank Syariah Mandiri. Http://www.syariahmandiri.co.id
Fajrie, A. 5 Desember 2005. BMI Gelar Muamalat Spirit bagi Manejer LKS. http://www.e-syariah.com
Hadi, S. 2000. Metodologi Research. Yogyakarta ; Andi offset. Idrus, M. 2003. Kecerdasan Spiritual Mahasiswa Yogyakarta. Laporan Penelitian.
Yogyakarta ; Lembaga Penelitian Universitas Islam Indonesia. Khalil, J. 28 Februari 2005. Peranan Etika Dalam Mengurus Lembaga Keuangan
Syariah. Http://www.tazkiaonline.com Majelis Ugama Islam Singapura (MUIS). 5 Maret 1999. Etika Kerja dalam Islam
: Krisis Ekonomi dan Keperluan untuk Bermuhasabah. http://www.cybermimbar/ser-m-050399.html
Obaidullah, M. 2005. Rating of Islamic Financial Institution, Some Methodological Suggestion. Scientific publishing center King Abdulaziz University Saudi Arabia. Http://www.islamiccenter.kaau.edu.sa
Quran Karim dan Terjemahan Artinya. 2000. Yogyakarta ; UII Press. Sarji, A. 2003. Tenaga Kerja yang Beretika. http://www.notakt03.html Smith, A.W. 2002. Managing Ethnic Diversity in a Japanese Joint Venture in
Malaysia. University of British Columbia ; Center for Japanese Research. Http://www.monashuniversity.ac.id
Yousef, A.D. 2000. Organizational Commitment as a Mediator of the Relationship between Islamic Work Ethic and Attitudes toward Organizational Change. Volume 53, Iss.4 ; pg.513, 25 pgs. United Arab Emirates. Http://www.proquest.umi.com/pqdw?did=52982311&sid=1&Fmt=4&clientld=44697&RQT=309&VName=PQD
Yousef, A.D. 2000. The Islamic Work Ethic as a Mediator of the Relationship between Locus of Control and Role Ambiguity – a Study in an Islamic Country Setting. Journal of Managerial Psychology. Volume 15, Iss. 4 ; pg. 283. United Arab Emirates. Http://www.proquest.umi.com/pqdw?did=115922277&sid=1&Fmt=3&clientld=44697&RQT=309&VName=PQD
Zohar, D & Marshall, I. 2000. SQ ; Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual dalam Berpikir Integralistik dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan. Bandung ; Penerbit Mizan.