11
PENDAHULUAN Diare masih merupakan salah satu diantara penyebab utama dari morbiditas dan mortalitas anak-anak di negara-negara berkembang, dengan perkiraan sebesar 3 - 5 milyar kasus setiap tahun didunia, sekitar 5 – 18 juta kematian setiap tahunnya adalah disebabkan oleh diare. Kematian tersebut dapat disebabkan karena dehidrasi akut atau karena lingkaran sebab-akibat dari diare- malnutrisi-infeksi. Bayi dan anak-anak paling rawan terkena diare karena kebutuhan akan cairan dan pergantian cairan yang hilang relatif lebih besar, daya tahannya yang kurang dan kerentanannya terhadap agen fekal- oral. 1 Kejadian diare di Indonesia diperkirakan sekitar 200 – 400 kejadian diantara 1000 penduduk setiap tahunnya, dengan demikian dapat diperkirakan ada lebih dari 60 juta kejadian diare setiap tahunnya. 1 Menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2007, prevalensi nasional diare (berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan keluhan responden) adalah sebesar 9% dan untuk kelompok usia 5 – 14 tahun, prevalensi diare adalah sebesar 9%. Angka kejadian diare di Kalimantan Tengah sendiri adalah sebesar 7,5 %. 2 Faktor risiko terjadinya diare yaitu tidak memberikan ASI secara penuh selama 4 – 6 bulan pada pertama kehidupan, menggunakan botol susu yang kurang bersih, menyimpan makanan masak pada suhu kamar, menggunakan air minum yang tercemar, tidak mencuci tangan sesudah membuang air besar dan sesudah membuang tinja anak atau sebelum makan dan menyuapi anak. 1 Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Wulandari di desa Blimbing Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen pada tahun 2009, menunjukkan bahwa kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting dalam penularan kuman diare adalah kebiasaan mencuci tangan. 3 Cuci tangan adalah proses membuang kotoran dan debu secara mekanis dari kulit kedua belah tangan dengan menggunakan sabun dan air. Untuk kebiasaan cuci tangan, banyak masyarakat yang tidak menghiraukan tentang hal ini, padahal cuci tangan dapat mencegah lebih dari 1 juta kematian pertahun akibat penyakit diare, sedangkan mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang mengkontaminasi kedua tangan akan dapat mengurangi penyakit diare sekitar 45% sehingga menyelamatkan nyawa sejuta anak setiap tahun. 4 Menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2007, angka kejadian nasional berperilaku benar dalam cuci tangan adalah hanya 23,2%. Perilaku cuci tangan harus sudah dibiasakan pada anak sejak usia dini sampai dengan usia sekolah dasar, karena anak usia sekolah dasar sebagai agen perubahan. 2 Puskesmas Bukit Hindu adalah puskesmas yang berada di tengah kota Palangka Raya, Sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan primer bagi masyarakat, suatu puskesmas memiliki tugas edukasi kesehatan yang dirumuskan dalam tugas Public Health Promotion. Peran puskesmas dalam tugas edukasi ini adalah memberikan pelatihan dan sosialisasi cuci tangan pakai sabun bagi anak sekolah dasar. 1

Naskah Publikasi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

bacaan

Citation preview

PENDAHULUAN

Diare masih merupakan salah satu diantara penyebab utama dari morbiditas dan mortalitas anak-anak di negara-negara berkembang, dengan perkiraan sebesar 3 - 5 milyar kasus setiap tahun didunia, sekitar 5 18 juta kematian setiap tahunnya adalah disebabkan oleh diare. Kematian tersebut dapat disebabkan karena dehidrasi akut atau karena lingkaran sebab-akibat dari diare-malnutrisi-infeksi. Bayi dan anak-anak paling rawan terkena diare karena kebutuhan akan cairan dan pergantian cairan yang hilang relatif lebih besar, daya tahannya yang kurang dan kerentanannya terhadap agen fekal-oral.1 Kejadian diare di Indonesia diperkirakan sekitar 200 400 kejadian diantara 1000 penduduk setiap tahunnya, dengan demikian dapat diperkirakan ada lebih dari 60 juta kejadian diare setiap tahunnya.1 Menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2007, prevalensi nasional diare (berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan keluhan responden) adalah sebesar 9% dan untuk kelompok usia 5 14 tahun, prevalensi diare adalah sebesar 9%. Angka kejadian diare di Kalimantan Tengah sendiri adalah sebesar 7,5 %.2 Faktor risiko terjadinya diare yaitu tidak memberikan ASI secara penuh selama 4 6 bulan pada pertama kehidupan, menggunakan botol susu yang kurang bersih, menyimpan makanan masak pada suhu kamar, menggunakan air minum yang tercemar, tidak mencuci tangan sesudah membuang air besar dan sesudah membuang tinja anak atau sebelum makan dan menyuapi anak.1 Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Wulandari di desa Blimbing Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen pada tahun 2009, menunjukkan bahwa kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting dalam penularan kuman diare adalah kebiasaan mencuci tangan.3 Cuci tangan adalah proses membuang kotoran dan debu secara mekanis dari kulit kedua belah tangan dengan menggunakan sabun dan air. Untuk kebiasaan cuci tangan, banyak masyarakat yang tidak menghiraukan tentang hal ini, padahal cuci tangan dapat mencegah lebih dari 1 juta kematian pertahun akibat penyakit diare, sedangkan mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang mengkontaminasi kedua tangan akan dapat mengurangi penyakit diare sekitar 45% sehingga menyelamatkan nyawa sejuta anak setiap tahun.4 Menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2007, angka kejadian nasional berperilaku benar dalam cuci tangan adalah hanya 23,2%. Perilaku cuci tangan harus sudah dibiasakan pada anak sejak usia dini sampai dengan usia sekolah dasar, karena anak usia sekolah dasar sebagai agen perubahan.2 Puskesmas Bukit Hindu adalah puskesmas yang berada di tengah kota Palangka Raya, Sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan primer bagi masyarakat, suatu puskesmas memiliki tugas edukasi kesehatan yang dirumuskan dalam tugas Public Health Promotion. Peran puskesmas dalam tugas edukasi ini adalah memberikan pelatihan dan sosialisasi cuci tangan pakai sabun bagi anak sekolah dasar. Sekolah Dasar Negeri 14 Palangka merupakan salah satu sekolah dasar yang berada diwilayah kerja puskesmas Bukit Hindu. Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Normalina selaku Kepala Sekolah di Sekolah Dasar Negeri 14 Palangka, bahwa belum pernah diadakannya praktik cuci tangan pakai sabun oleh puskesmas Bukit Hindu maupun instansi lainnya. Hasil observasi ke sekolah tersebut memperlihatkan tidak adanya ketersediaan tempat khusus bagi para siswa untuk melakukan praktik cuci tangan seperti wastafel, kran air, dan sabun. Hasil studi pendahuluan terhadap data kesakitan yang diperoleh dari rekam medik puskesmas Bukit Hindu, diketahui kejadian diare pada tahun 2012 sebanyak 289 orang. Selama 6 bulan terakhir angka kejadian diare pada bulan agustus sebanyak 29 orang, bulan September 36 orang, bulan Oktober 14 orang, bulan Nopember 23 orang, Desember 18 orang, dan bulan Januari tahun 2013 sebanyak 22 orang. Angka kejadian diare tersebut selama setahun berfluktuatif dengan rata rata 24 kejadian tiap bulannya. Angka tersebut adalah angka akumulasi kejadian diare dari berbagai kelompok umur termasuk anak usia 6 10 tahun. Studi pendahuluan tersebut mendasari peneliti untuk melakukan penelitian di Sekolah Dasar Negeri 14 Palangka. Penelitian ini berjudul Hubungan Kebiasaan Cuci Tangan Pakai Sabun dengan Kejadian Diare pada Anak Usia 6 10 tahun di Sekolah Dasar Negeri 14 Palangka Kota Palangka Raya tahun 2013. Adapun tujuan dalam penelitian ini yaitu : mengetahui angka kejadian diare, mengetahui gambaran kebiasaan cuci tangan pakai sabun, serta menganalisis hubungan kebiasaan cuci tangan pakai sabun dengan kejadian diare pada anak usia 6 10 tahun di Sekolah Dasar Negeri 14 Palangka Kota Palangka Raya pada bulan April Mei tahun 2013.

METODE PENELITIAN

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian observasional. Berdasarkan waktu pelaksanaannya, penelitian ini termasuk ke dalam penelitian cross-sectional. Cross sectional adalah jenis penelitian yang menekankan waktu pengukuran/observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat. Pada jenis ini, variabel independen dan dependen dinilai secara simultan pada suatu saat, jadi tidak ada tindak lanjut.5 Populasi PenelitianPopulasi dalam penelitian adalah subjek (misalnya manusia; klien) yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan.5 Populasi dibagi menjadi dua :1. Populasi target adalah populasi yang memenuhi kriteria sampling dan menjadi sasaran akhir penelitian. Menurut Polit dan Hungler, populasi target bersifat umum dan biasanya pada penelitian klinis dibatasi oleh karakteristik demografis (meliputi jenis kelamin atau usia).5 Populasi target pada penelitian ini adalah anak yang berusia 6-10 tahun. 2. Populasi Terjangkau adalah populasi yang memenuhi kriteria penelitian dan biasanya dapat dijangkau oleh peneliti dari kelompoknya.5 Populasi terjangkau adalah anak yang berada di Sekolah Dasar Negeri 14 Palangka, jalan Mendawai Komplek Sosial Kecamatan Jekan Raya Kota Palangka Raya pada tahun 2013.

Sampel dan Teknik Pengambilan SampelSampel terdiri dari bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling.5 Sampel dalam penelitian ini adalah bagian dari populasi terjangkau yang memenuhi kriteria karakteristik penelitian. Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili populasi. Teknik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh dalam pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan subjek penelitian.5Dalam penelitian ini sampel diambil dengan menggunakan simple random sampling dengan cara random numbers table.Estimasi Besar Sampel Sampel penelitian adalah populasi terjangkau yang terpilih untuk diteliti yang berjumlah minimal sesuai perkiraan besar sampel. Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus :6 Z2 P.Qn = d2Dari hasil perhitungan didapatkan jumlah pada penelitian ini 96 orang. Untuk mengantisipasi kriteria Drop Out dan data yang tidak lengkap, maka jumlah sampel ditambahkan 10% sehingga jumlah sampel menjadi 106, dicukupkan menjadi 110 untuk memenuhi kriteria jumlah minimal pada rancangan penelitian cross sectional.

Kriteria Pemilihan Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah perempuan dan laki-laki, anak berusia 6 10 tahun, bersekolah di Sekolah Dasar Negeri 14 Palangka, jalan Mendawai Komplek Sosial Kecamatan Jekan Raya Kota Palangka Raya, anak juga bersedia menjadi responden. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah tidak mau bekerja sama dalam penelitian ini, umur lebih dari 10 tahun, umur kurang dari 6 tahun, tidak bersekolah di Sekolah Dasar Negeri 14 Palangka, jalan Mendawai Komplek Sosial Kecamatan Jekan Raya Kota Palangka Raya, anak tidak bersedia menjadi responden, data tidak lengkap, subyek tiba-tiba mengalami sakit yang berat sehingga tidak dapat melanjutkan penelitian, memutuskan keluar/berhenti berpartisipasi dalam penilitian, meninggal.

Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini adalah :a. Variabel dependent (terikat) dalam penelitian ini adalah diare pada anak usia 6 10 tahun.b. Variabel independent (bebas) dalam penelitian ini adalah kebiasaan cuci tangan pakai sabun.

Definisi Operasional Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati (diukur) itulah yang merupakan kunci definisi operasional. Dapat diamati artinya memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena yang kemudian dapat diulangi lagi oleh orang lain.5 Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah :

1

6

Tabel 1 Definisi Operasional

VariabelDefinisi operasionalAlat ukurCara ukurHasil ukurSkala

Kebiasaan Cuci Tangan Pakai SabunCuci tangan adalah proses membuang kotoran dan debu secara mekanis dari kulit kedua tangan dengan menggunakan sabun dan air.3KuesionerWawancaraa. Ya = mencuci tangan Pakai Sabunb. Tidak = tidak mencuci tanganOrdinal

Diare Pada AnakDiare adalah penyakit yang ditandai ber-tambahnya frekuensi defekasi (>3kali/hari), konsistensi tinja cair.KuesionerWawancaraa. Ya = Diareb. Tidak = tidak diareNominal

Instrumen Penelitian Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:a. Kuesioner, digunakan untuk memperoleh data primer meliputi kebiasaan cuci tangan pakai sabun dengan kejadian diare.b. Hasil dari data siswa yang bersekolah di Sekolah Dasar Negeri 14 Palangka, untuk mengetahui jumlah populasi anak usia 6 10 tahun.

Prosedur Pengambilan atau Pengumpulan data Dalam prosedur pengambilan dan pengumpulan data, peneliti melakukan tahap-tahap sebagai berikut :A. Data primer yang diperoleh dari : 1. Hasil wawancara dengan Kepala Sekolah di Sekolah Dasar Negeri 14 Palangka, mengenai sudah pernah atau belum pernah diadakannya praktik cuci tangan di Sekolah Dasar Negeri 14 Palangka. 2. Hasil observasi yang dilakukan di Sekolah Dasar Negeri 14 Palangka, mengenai ketersediaan tempat praktik cuci tangan pakai sabun.3. Hasil kuesioner yang diisi oleh anak yang berpedoman pada kuesioner meliputi usia, cuci tangan, dan pernah terkena penyakit diare atau tidak.B. Data sekunder yang diperoleh dari:1. Hasil dari data siswa yang bersekolah di Sekolah Dasar Negeri 14 Palangka.2. Hasil medical record Puskesmas Bukit Hindu Kota Palangka Raya mengenai kejadian diare.

Cara Pengolahan DataSetelah data terkumpul, kemudian dilakukan pengolahan data dengan tahap sebagai berikut:1. Editing 2. Scoring 3. Coding 4. Entry5. Tabulating

Analisis data Data yang telah dikumpulkan akan di analisis dengan menggunakan program SPSS. Analisis data akan dilakukan dengan dua tahap yaitu :a. Analisis Univarat Analisis ini digunakan untuk mengetahui distribusi frekuensi dan proporsi setiap variabel baik independent atau dependent. Penyajian data analisis univariat ini dalam bentuk tabel.b. Analisis Bivariat Analisis ini digunakan untuk mengetahui kemaknaan hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji Chi Square (x2) pada adalah 0,05 atau 5% menggunakan bantuan program SPSS.

Tempat dan Waktu Penelitiana. Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 14 Palangka, jalan Mendawai Komplek Sosial Kecamatan Jekan Raya Kota Palangka Raya. b. Waktu PenelitianPenelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April Mei tahun 2013.

HASIL

Gambaran Umum Lokasi Penelitian Sekolah Negeri Dasar 14 Palangka merupakan salah satu Sekolah Dasar yang berada dalam wilayah kerja Puskesmas Bukit Hindu. Puskesmas Bukit Hindu merupakan salah satu puskesmas yang ada di kota Palangka Raya. Wilayah kerja Puskesmas Bukit Hindu yaitu kelurahn Palangka kecamatan Jekan Raya kota Palangka Raya. Dalam wilayah kerja Bukit Hindu terdapat 15 SD/MI. Salah satu SD yang berada dalam wilayah kerja Puskesmas Bukit Hindu adalah SDN 14 Palangka. Sekolah Dasar ini terletak di jalan Mendawai Komplek Sosial kelurahan Palangka kecamatan Jekan Raya kota Palangka Raya. Sekolah Dasar Negeri 14 Palangka berdiri pada tahun 1986 hingga sekarang. Jumlah murid di SDN 14 palangka pada tahun 2013 sebayak 243 anak. Jenis bangunan sekolah ini adalah bangunan panggung dimana dibawah bangunan sekolah ini terdapat genangan genangan air yang bercampur dengan sampah. Sekolah ini memiliki berbagai fasilitas seperti ruang guru, ruang kelas, perpustakaan, ruang penjaga serta gudang, akan tetapi sekolah ini tidak memiliki fasilitas khusus untuk mencuci tangan.

Analisis UnivariatUmur Responden

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur

UmurFrekuensiPersen (%)

61412,7

72119,1

83027,3

92220,0

102320,9

Jumlah110100

Tabel 1 menggambarkan tentang distribusi frekuensi responden berdasarkan umur menunjukkan bahwa dari 110 orang anak yang menjadi responden penelitian ini sebanyak 14 (12,7%) anak berumur 6 tahun, sebanyak 21 (19,1%) anak berumur 7 tahun, sebanyak 30 (27,3%) anak berumur 8 tahun, sebanyak 22 (20,0%) anak berumur 9 tahun dan sebanyak 23 ( 20,9%) anak yang berumur 10 tahun.

Kebiasaan Cuci Tangan Pakai Sabun

Tabel 3 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Tentang Kebiasaan Cuci Tangan Pakai Sabun

Kebiasaan Cuci Tangan Pakai SabunFrekuensiPersen (%)

Baik1110,0

Cukup Baik1816,4

Kurang Baik8173,6

Jumlah110100

Tabel 2 menggambarkan tentang distribusi frekuansi jawaban responden tentang kebiasaan cuci tangan pakai sabun menunjukkan bahwa dari 110 anak yang menjadi responden penelitian ini sebanyak 11 (10,0%) anak memiliki kebiasaan cuci tangan baik, sebanyak 18 (16,4%) anak memiliki kebiasaan cuci tangan cukup baik dan sebanyak 81 (73,6%) anak memiliki kebiasaan cuci tangan kurang baik.

Kejadian Diare

Tabel 4 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Tentang Kejadian DiareKejadian DiareFrekuensiPersen (%)

Diare8476,4

Tidak Diare2623,6

Jumlah110100

Tabel 3 mengenai distribusi frekuensi jawaban responden tentang kejadian diare menunjukkan bahwa dari 110 anak yang menjadi responden penelitian ini sebanyak 84 (76,4%) anak pernah mengalami diare dan sebanyak 26 (23,6%) anak tidak pernah mengalami diare.

Analisis BivariatHubungan Kebiasaan Cuci Tangan Pakai Sabun Dengan Kejadian Diare

Tabel 5 Hubungan Kebiasaan Cuci Tangan Pakai Sabun Dengan Kejadian Diare

Kejadian Diare

Kebiasaan Cuci Tangan Pakai SabunDiareTidak DiareTotalP value

n%n%n%

Baik43,676,41110,70.000

Cukup Baik111076,41816,4

Kurang Baik6962,71210,98173,6

Jumlah8476,32623,7110100

Berdasarkan Tabel 4 mengenai hubungan kebiasaan cuci tangan pakai sabun dengan kejadian diare menunjukkan bahwa responden yang kebiasaan cuci tangan pakai sabunnya kurang baik lebih banyak mengalami diare dibanding responden yang kebiasaan cuci tangannya cukup baik dan baik. Hasil uji statistik chi-square menunjukkan bahwa p = 0.000 (p< 0,05) artinya terdapat hubungan antara kebiasaan cuci tangan pakai sabun dengan kejadian diare pada anak usia 6 10 tahun di Sekolah Dasar Negeri 14 Palangka kota Palangka Raya.

PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan mencari hubungan kebiasaan cuci tangan pakai sabun dengan kejadian diare pada anak usia 6 10 tahun di Sekolah Dasar Negeri 14 Palangka kota Palangka Raya. Berdasarkan hasil penelitian tentang kebiasaan cuci tangan pakai sabun diketahui bahwa sebagian besar responden kebiasaan cuci tangan pakai sabunnya kurang baik yaitu sebanyak 81 (73,6%) responden. Kebiasaan cuci tangan pakai sabun dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu kebiasaan cuci tangan dengan kategori baik, cukup baik dan kurang baik. Tangan merupakan salah satu media masuknya kuman penyebab penyakit ke dalam tubuh salah satunya penyakit diare. Berdasarkan hasil penelitian tentang kejadian diare diketahui bahwa responden yang mengalami kejadian diare yaitu sebanyak 84 (76,4%) responden. Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang dipengaruhi oleh faktor perilaku. Perilaku yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Perilaku cuci tangan pakai sabun merupakan tindakan paling murah dan efektif dibandingkan dengan tindakan dan cara lainnya dalam mengurangi risiko penularan berbagai penyakit salah satunya diare. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden memiliki kebiasaan mencuci tangan pakai sabun sebanyak 81 (73,6%) anak memiliki kebiasaan cuci tangan dengan kategori kurang baik, sebanyak 18 (16,4%) anak memiliki kebiasaan cuci tangan cukup baik, dan sebanyak 11 (10,0%) anak memiliki kebiasaan cuci tangan dengan baik. Setelah dilakukan penelitian tentang kebiasaan cuci tangan pakai sabun dengan terjadinya diare, hasil uji statistik chi-square ini menunjukkan bahwa selain ada hubungan kebiasaan cuci tangan pakai sabun dengan terjadinya diare dengan nilai p = 0,000 (p