51
LAPORAN PRAKTIKUM ACARA V SAMPLING DAN ANALISIS VEGETASI DENGAN METODE TRANSEK (JALUR) DAN KUADRAN disusun sebagai laporan praktikum mata kuliah Ekologi Tumbuhan Oleh: Kelompok 2 Riska Nur Rahmani 070210103059 Dian Widyarini 070210103083 Ifa Muhimmatin 070210103097 Junaidi Abdillah 070210103098 Puput dewi L 070210103108 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI 0

Metode Transek Dan Kuadran

Embed Size (px)

Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM

ACARA V

SAMPLING DAN ANALISIS VEGETASI DENGAN

METODE TRANSEK (JALUR) DAN KUADRAN

disusun sebagai laporan praktikum mata kuliah Ekologi Tumbuhan

Oleh:

Kelompok 2

Riska Nur Rahmani 070210103059

Dian Widyarini 070210103083

Ifa Muhimmatin 070210103097

Junaidi Abdillah 070210103098

Puput dewi L 070210103108

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN MIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JEMBER

2009

0

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ekosistem terdiri dari berbagai jenis komunitas yang tersusun atas

komponen-komponen biotik dan abiotik. Salah satu unsur dari komunitas

adalah vegetasi. Vegetasi sendiri merupakan hal yang sangat kompleks

sehingga pengkajiannya tidak mudah dilakukan. Vegetasi di suatu tempat

akan berbeda dengan vegetasi di tempat lain. Hal ini dikarenakan faktor

lingkungan yang berbeda pula.

Analisis vegetasi merupakan studi untuk mengetahui komposisi dan

struktur suatu ekologi tumbuhan. Untuk menganalisis suatu vegetasi

dibutuhkan data spesies tumbuhan beserta diameter dan tinggi pohon

tumbuhan tersebut. Kegiatan analisis vegetasi pada dasarnya ada dua macam,

dengan petak dan tanpa petak. Setelah suatu metode dengan petak yang

banyak dipakai adalah kombinasi antar metode jalur (untuk risalah pohon)

dengan metode garis petak (untuk risalah permudaan).

Dalam kegiatan penelitian di bidang ekologi tumbuhan,seperti

halnya pada bidang ilmu pengetahuan lain yang berkait dengan Sumber

Daya Alam dikenal dua jenis atau tipe pengukuran untuk mendapatkan

informasi atau data yang diinginkan. Kedua jenis pengukuran tersebut adalah

pengukuran yang bersifat merusak dan bersifat tidak merusak. Untuk

keperluan penelitian agar data dianggap sah dan valid secara statistika,

penggunaan kedua jenis tersebut mutlak harus memakai satuan contoh

(sampling).

Struktur komunitas tumbuhan antara daerah yang satu dengan yang

lain, seperti dikatakan sebelumnya, tidaklah sama. Karena itulah, untuk

mendapatkan informasi kuantitatif struktur komunitas tumbuhan pada lokasi

tertentu perlu dilakukan analisis vegetasi. Untuk jenis vegetasi seperti

padang rumput, penggunaan metode plot seringkali kurang praktis dan

membutuhkan banyak waktu. Pada percobaan kali ini, analisis vegetasi

dilakukan dengan menggunakan metode transek (jalur) dan kuadran.

1

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan analisis vegetasi menggunakan metode

transek (jalur) dan kuadran?

2. Bagaimana cara teknik sampling tumbuhan dengan menggunakan metode

transek?

3. Bagaimana cara teknik sampling tumbuhan dengan menggunakan metode

Kuadran?

4. Bagimana cara melakukan analisis data vegetasi dari hasil pengambilan

sampling tersebut menggunakan metode transek?

5. Bagimana cara melakukan analisis data vegetasi dari hasil pengambilan

sampling tersebut menggunakan metode Kuadran?

6. Bagaimana perbandingan antara kepadatan, frekuensi, luas penutupan,

dan nilai penting dari tiap spesies?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui pengertian analisis vegetasi dengan metode transek (jalur)

dan kuadran

2 Memberikan pengetahuan tentang teknik sampling tumbuhan dengan

menggunakan metode Transek.

3 Memberikan pengetahuan tentang teknik sampling tumbuhan dengan

menggunakan metode Kuadran.

4 Melakukan analisis data vegetasi dari hasil pengambilan sampling

menggunakan metode transek.

5 Melakukan analisis data vegetasi dari hasil pengambilan sampling

menggunakan metode Kuadran.

6 Mengetahui perbandingan antara kepadatan, frekuensi, luas penutupan,

dan nilai penting dari tiap spesies.

2

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Mueller-Dombois dan E1lenberg (1974) membagi Teknik pengambilan

sampel menjadi 2 kelompok besar, yaitu :

1. Probability Sampling (Random Sample)

2. Non Probability Sampling (Non Random Sample)

1. Probability Sampling

Pada pengambilan sampel secara random, setiap unit populasi, mempunyai

kesempatan yang sama untuk diambil sebagai sampel. Faktor pemilihan atau

penunjukan sampel yang mana akan diambil, yang semata-mata atas

pertimbangan peneliti, disini dihindarkan. Bila tidak, akan terjadi bias. Dengan

cara random, bias pemilihan dapat diperkecil, sekecil mungkin. Ini merupakan

salah satu usaha untuk mendapatkan sampel yang representatif.

Keuntungan pengambilan sampel dengan probability sampling adalah

sebagai berikut:

- Derajat kepercayaan terhadap sampel dapat ditentukan.

- Beda penaksiran parameter populasi dengan statistik sampel, dapat

diperkirakan.

- Besar sampel yang akan diambil dapat dihitung secara statistik.

2. Non Probability Sample (Selected Sample)

Pemilihan sampel dengan cara ini tidak menghiraukan prinsip-prinsip

probability. Pemilihan sampel tidak secara random. Hasil yang diharapkan hanya

merupakan gambaran kasar tentana suatu keadaan.

Cara ini dipergunakan : Bila biaya sangat sedikit , hasilnya diminta segera, tidak

memerlukan ketepatan yanq tingqi, karena hanya sekedar gambaran umum saja.

Untuk jenis tertentu seperti padang rumput, pemakaian metode plot seringkali

kurang praktis dan membutuhkan banyak waktu. Untuk itu dapat digunakan

metode transek. Disini disajikan dua metode transek :

3

1. Line transect

Garis transek merupakan suatu petak contoh dimana seorang pencatat

berjalan sepanjang garis transek dan mencatat setiap jenis tumbuhan yang dilihat

baik jumlah maupun jaraknya dengan pencatat.

Metode line transek ini dapat sekaligus untuk mencatat data dan beberapa

jenis tumbuhan. Wilayah yang dijadikan sampling dibagi menjadi beberapa jalur

dengan jarak tiap jalur yang telah ditentukan sebelumnya. Garis transek pada

wilayah sensus biasanya dipetakan dalam peta topografi. Petugas sensus berjalan

secara serentak sesuai dengan arah jalurnya masing-masing. Pada saat berjalan,

petugas mencatat jumlah tumbuhan Hasil yang diperoleh dibuat peta

persebarannya. Asumsi-asumsi yang harus dipegang dalam penggunaan metode

ini adalah :

a. Tumbuhan dan garis transek terletak secara random

b. Tidak ada tumbuhan yang terhitung dua kali

c. Habitat homogen, bila tidak homogen dapat menggunakan

stratifikasi.

Gambar Metode Line Transek

4

KETERANGAN:

* Posisi pencatat

Sampel yang terlihat

@ Sudut pandang, sudut yang terbentuk antara arah transek dengan

posisi tumbuhan

Metode line intercept biasa digunakan oleh para ahli ekologi tanaman

untuk mempelajari komunitas padang rumput. Dalam acara ini terlebih dahulu

ditentukan dua titik sebagai pusat garis transek. Panjang garis transek dapat 10 m,

25 m, atau 100 m. Tebal garis transek biasanya 1 cm. Pada garis transek itu

kemudian dibuat segmen – segmen yang panjangnya biasanya 1 m, 5 m, atau 10

m. Pengamatan pada tumbuhan dilakukan pada segmen – segmen tersebut.

Selanjutnya mencatai, menghitung dan mengukur panjang penutupan semua

spesies tumbuhan pada segmen – segmen tersebut. Cara mengukur panjang

penutupan adalah memproyeksikan tegak lurus bagian basal dan aerial coverage

yang terpotong garis transek ke tanah. (Lihat Gambar 5.1).

b a d c

Gambar Cara pengukuran luas penutupan dengan menggunakan metode

line transek (intercept). a dan c cara pengukuran dengan basal coverage, b dan d

cara pengukuran dengan aerial coverage.

(Sumber : Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan : 18)

5

2. Belt transect

Metode belt transect biasa digunakan untuk mempelajari suatu kelompok

hutan yang luas dan belum diketahui keadaan sebelumnya. Cara ini juga paling

efektif untuk mempelajari perubahan keadaan vegetasi menurut keadaan tanah,

topografi, dan elevasi. Transek dibuat memotong garis – garis topografi, dari tepi

laut ke pedalaman, memotong sungai atau menaiki dan menuruni lereng

pegunungan.

Lebar transek yang umum digunakan adalah 10 – 20m, dengan jarak antar

transek 200 – 1000m tergantung pada intensitas yang dikehendaki. Unutk

kelompok hutan yang luasnya 10.000ha, intensitas yang digunakan adalah 2%,

dan hutan yang luasnya 1000 ha atau kurang intensitasnya 10%.

Untuk mempermudah pengukuran pohon, jalur yang lebarnya 10 m dibagi

menjadi petak – petak kontinyu berukuran 10 m x 10 m, sedang yang lebarnya 20

m dibagi menjadi petak – petak kontinyu berukuran 20m x 20 m atau 20 mx 50 m.

Di dalam jalur yang lebarnya 20 meter dapat dibuat :

Jalur untuk semak atau sampling yang lebarnya 10 meter dan dibagi –

bagi menjadi petak – petak kontinyu berukuran 10 m x 10 m.

Jalur untuk tumbuhan bawah dan seedling yang lebarnya 2 meter dan

dibagi menjadi petak – petak kontinyu berukuran 2 meter x 5 meter atau

2 m x 2 m.

Cara sampling yang diterangkan diatas disebut Nested Sampling.

Metode Kuadran

Metode kuadran umumnya dilakukan bila hanya vegetasi tingkat pohon

saja yang menjadi bahan penelitian, metode ini mudah dan lebih cepat digunakan

untuk mengetahui komposisi, dominan pohon dan menaksir volumenya. Dalam

metode huadran terdapat mtode kuadran point-quarter, syarat penerapan metode

ini adalah distribusi pohon yang akan diteliti harus acak. Metode ini tidak dapat

digunakan untuk populasi pohon yang pengelompokannya tinggi (mengelompok)

atau yang menempati ruang secara seragam. Pada metode point-quarter, terlebuh

6

dahulu menentukan titik – titik di sepanjang garis transek. Jarak satu titik dengan

titik yang lain dapat ditentuksn secara acak atau sistematis. Masing – masing titik

dianggap sebagai pusat dari arah kompas, sehingga setiap titik didapat 4 buah

kuadran. Pada masing – masing kuadran inilah kemudian dilakukan pendataan

dan pengukuran luas penutupan satu pohon yang terdekat dengan titik pusat

kuadran. Prosedur pengukuran ini terus dilanjutkan pada titik – titik lainnya

sampai akhir transek.

Berdasarkan data pengukuran pada unit contoh tersebut, dapat diketahui

jenis dominan dan kodominan, pola asosiasi, nilai keragaman jenis, dan atribut

komunitas tumbuhan lainnya yang berguna untuk pengolahan lahan tersebut.

K = Kuadran

Titik pusat kuadran

Gambar 5.2. Metode Point Kuadran

(Sumber : Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan :23-24)

7

K 1 K 2

K 4

K 4 K 3

K 3

K 1 K 2

BAB 3. METODE PERCOBAAN

3.1 Acara : Acara V ( Sampling dan Analisis Vegetasi dengan

Metode Transek (Jalur) dan Kuadran)

3.2 Waktu dan Tempat

1. Tanggal : 23 November 2009

2. Pukul : 12.30 – 14.10 WIB

3. Tempat : di kebun belakang Gedung Soetardjo

3.3 Alat dan Bahan

a). Alat

Patok kayu atau bambu

Tali rafia atau tali plastik

Pisau besar (Bedung)

Gergaji

Palu

Kompas

Counter

Alat tulis

b). Bahan

Bambu atau kayu

Buku identifikasi

8

3.4 Cara Kerja

A. Metode Line Transect

Melakukan pengamatan Vegetasi rumputdi kebun biologi G3

FKIP UNEJ, dengan dua titik sebagai pusat transek

Menarik garis transek sepanjang 10 meter

Menggunakan tali raffia, Membuat segmen dengan

panjang tiap segmen 1 meter

Melakukan pengamatan terhadap

tumbuhan tiap segmennya

Menghitung panjang penutupan semua spesies

tumbuhan pada segmen tersebut

Melakukan analisis vegetasi dengan menghitung

kepadatan, kepadatan relatif, frekuensi, frekuensi relatif,

panjang penutupan, panjang penutupan relatif, dan nilai

penting dengan formula yang ada.

B. Metode Kuadran

9

Menentukan satu titik sebagai titik pusat kuadran

Melakukan pengamatan vegetasi rumput di kebun Biolohgi Gedung 3 FKIP Unej

Menarik 4 buah garis transek dengan menggunakan tali rafia sepanjang 20 m dari titik pusat kuadran dan akhirnya

membentuk 4 kuadran

Melakukan pengamatan pada masing-masing kuadran

Menghitung jumlah pohon, jarak antara pohon dengan titik pusat kuadran, dan diameter masing-masing pohon yang ada

dalam

10

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

A. Metode transek garis (line transect)Tabel pengamatan jumlah tanaman untuk setiap segmen

JENISTUMBUHAN

SEG1

SEG2

SEG3

SEG4

SEG5

SEG6

SEG7

SEG8

ILALANG 17 25 23 19 12 10 13 15PUTRI MALU 1 - - 2 - 2 28 4

RUMPUT TEKI 10 3 - 17 - - 8 7TANAMAN A 8 - - - - - 5 -TANAMAN B 1 - - - - - - -TANAMAN C 5 - - - - - - -SEMANGGI - 2 6 - 10 - - 5

Tabel pengamatan luas penutupan tanaman untuk setiap segmen

JENISTUMBUHAN

SEG1

SEG2

SEG3

SEG4

SEG5

SEG6

SEG7

SEG8

SEG9

SEG10

ILALANG 348,5

385 437 266 200,4 83 123,5 90 279 420

PUTRI MALU 4,5 - - 33 - 29,6 756 50 - -RUMPUT

TEKI110 26,1 - 433,5 - 15,6 48 37,1 - -

TANAMAN A

64 - - - - - 22,5 - - -

TANAMAN B

5,6 - - - - - - - - -

TANAMAN C

24 - - - - - - - - -

SEMANGGI - 0,6 12,1 - 15 - - 2 48,3 102,5

Tabel pengamatan total luas penutupan tanaman untuk dari setiap segmen

JENISTUMBUHAN

Total dariSetiap segmen (cm)

ILALANG 2632,4PUTRI MALU 873

RUMPUT TEKI 862TANAMAN A 86,5TANAMAN B 5,6TANAMAN C 24SEMANGGI 180,5

11

JENISTUMBUHAN

JUMLAH D RD F RF C RC IV

ILALANG 180 0,18 0,51 1 0,32 2,6324 0,567 1,397PUTRI MALU

39 0,039 0,11 0,2 0,06 0,8731 0,188 0,358

RUMPUT TEKI

47 0,047 0,13 0,6 0,19 0,862 0,186 0,506

TANAMAN A

13 0,013 0,04 0,5 0,16 0,0865 0,019 0,219

TANAMAN B

1 0,001 0,003 0,1 0,03 0,0056 0,00012 0,03312

TANAMAN C

5 0,005 0,014 0,1 0,03 0,0024 0,00051 0,04431

SEMANGGI 67 0,067 0,19 0,6 0,19 0,1805 0,039 0,416

12

B. Metode Kuadran

Data hasil pengukuran

Pohon 1 sebagai titik pusat (pohon Mahoni)

Data Analisis Vegetasi dengan Metode Kuadran

1) Jarak pohon rata-rata (d)

D = (D1 + D2 + D3 +….Dn) / ∑n

= (7,9 + 4,6 + 3,35 + 2,37) / 4

= 18,22 / 4

= 4,555 m

2) Kepadatan Seluruh Jenis (TD)

u = 100 cm2 = 1 x 106 cm2

TD = u/d2

= 100 / (4,555)2

= 100 / 20,748025

= 4,819736 m2

3) Data Hasil Perhitungan

Besaran yang dihitung Pohon A Pohon B

Kepadatan relatif (RDi) 0,5 0,5

Kepadatan mutlak suatu jenis (Di) 2,409868 2,409868

Luas penutupan suatu jenis (Ci) 2869,95 m2 2869,95 m2

Luas penutupan relatif suatu jenis

(RCi)

6,2049 m2 1,8917 m2

Frekuensi suatu jenis (Fi) 0,5 0,5

Frekuensi relatif suatu jenis (RFi) 0,5 0,5

13

Kuadran Jenis Pohon Jarak pohon (d)

1 Pohon A 7,9 m

2 Pohon A 4,6 m

3 Pohon B 3,35 m

4 Pohon B 2,37 m

Nilai penting suatu jenis (IVi) 1,766 1,2336

Pohon 2 sebagai titik pusat (pohon Mahoni)

Data Analisis Vegetasi dengan Metode Kuadran

1) Jarak pohon rata-rata (d)

D = (D1 + D2 + D3 +….Dn) / ∑n

= ( 4,65 + 3,55 ) / 2

= 4,1 m

2) Kepadatan Seluruh Jenis (TD)

u = 100 cm2 = 1 x 106 cm2

TD = u/d2

= 100 / ( 4,1)2

= 100 / 16,81

= 5,9488 m2

3) Data Hasil Perhitungan

Besaran yang dihitung Pohon C

Kepadatan relatif (RDi) 1

Kepadatan mutlak suatu jenis (Di) 5,9488

Luas penutupan suatu jenis (Ci) 7,9387 m2

Luas penutupan relatif suatu jenis

(RCi)

1m2

Frekuensi suatu jenis (Fi) 0,5

Frekuensi relatif suatu jenis (RFi) 1

Nilai penting suatu jenis (IVi) 3

14

Kuadran Jenis Pohon Jarak pohon (d)

1 pohon C 4,65 m

2 Tidak ada pohon -

3 tidak ada pohon -

4 pohon C 3,55 m

4.2 Pembahasan

4.2.1 Metode Transek

Pada kegiatan praktikum kali ini dilakukan percoban Acara IV yaitu

“Sampling Dan Analisis Vegetasi Dengan Metode Transek (Jalur) dan Kuadran”

yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan tentang teknik sampling

tumbuhan dengan menggunakan metode Metode Transek (Jalur) dan Kuadran

serta melakukan analisis data vegetasi dari hasil sampling tersebut.

Dalam praktikum ini terdapat dua kegiatan yang dilakukan yaitu sampling

dan analisis vegetasi dengan metode transek dan kuadran. Kegiatan pertama yang

dilakukan adalah menggunakan metode transek, tepatnya menggunakan metode

line transek. Dalam metode transek ini, sebelumnya dilakukan penarikan garis

transek sepanjang 10 meter atau 1000 cm. Setelah itu membagi menjadi segmen-

15

Tidak ada pohon

3,3m

1,3 m

1,35m

4,45 m7,5 m

2,5 m

1,75m

2,1 m

3 m

1,5m

1,6m

4,1 m

22,5 m

Utara

1

4 3

21

4 3

2

Tidak ada pohon

Pohon 1Sebagai pusat

Pohon 2Sebagai pusat

segmen dengan ukuran 1 m atau 100 cm sehingga terdapat 10 segmen dimana

untuk setiap segmennya di tandai dengan pasak. Selanjutnya kami mengamati

jenis dan jumlah tumbuhan yang dilalui garis transek. Jenis tumbuhan yang kami

temukan dalam kesepuluh segmen antara lain rumput ilalang, putri malu, rumput

teki, tanaman A, tanaman B, tanaman C dan semanggi.

Pada masing-masing segmen tidak semua jenis tumbuhan tersebut

ditemukan. Dari kesepuluh segmen, tumbuhan yang paling mendominasi adalah

rumput ilalang dengan jumlah 180. Tumbuhan kedua yang mendominasi adalah

semanggi dengan jumlah 67, sedangkan tanaman A dengan jumlah 1 dan tanaman

C berjumlah 5.

Tumbuhan ilalang merupakan tanaman yang mendominasi karena

pengaruh tumbuhan itu sendiri yang mudah tumbuh dan cukup bertahan pada

berbagai kondisi lingkungan. Rumput ilalang banyak ditemukan diseluruh segmen

Alang-alang atau ilalang ialah sejenis rumput berdaun tajam, yang kerap menjadi

gulma di lahan pertanian. Rumput ini juga dikenal dengan nama-nama daerah

seperti alalang. Rumput menahun dengan tunas panjang dan bersisik, merayap di

bawah tanah. Ujung (pucuk) tunas yang muncul di tanah runcing tajam, serupa

ranjau duri. Batang pendek, menjulang naik ke atas tanah dan berbunga. Tinggi

0,2 – 1,5 m, di tempat-tempat lain mungkin lebih, dalam hal ini berarti lingkungan

sangat berpengaruh.

Helaian daun ilalang berbentuk garis (pita panjang) lanset berujung

runcing, dengan pangkal yang menyempit dan berbentuk talang, panjang ±12-80

cm, bertepi sangat kasar dan bergerigi tajam, berambut panjang di pangkalnya,

dengan tulang daun yang lebar dan pucat di tengahnya.

Alang-alang dapat berbiak dengan cepat, dengan benih-benihnya yang

tersebar cepat bersama angin, atau melalui rimpangnya yang lekas menembus

tanah yang gembur. Dengan perkembangbiakan yang cepat, maka jumlah daun

yang tumbuh juga semakin banyak. Dengan banyaknya daun maka proses

fotosintesis yang terjadi juga semakin efisien, mengingat ilalang termasuk

tumbuhan hijau sehingga mamiliki. Berlawanan dengan anggapan umum, alang-

alang tidak suka tumbuh di tanah yang miskin unsur hara, gersang atau berbatu-

16

batu. Rumput ini senang dengan tanah-tanah yang cukup subur, banyak disinari

matahari sampai agak teduh, dengan kondisi lembab atau kering.

Secara umum, alang-alang digunakan untuk melindungi lahan-lahan

terbuka yang mudah tererosi. Kecepatan tumbuh, jalinan rimpang alang-alang di

bawah tanah, serta tutupan daunnya yang rapat, memberikan manfaat

perlindungan yang dibutuhkan itu.

Semanggi menduduki urutan yang terbanyak kedua, semanggi merupakan

tumbuhan yang suka dengan air, dalam lahan yang kami amati sebenarnya bertipe

agak kering sehingga komunitas semanggi tidak sebanyak tumbuhan lain yang

kami temukan. Tumbuhan semanggi ditemukan pada segmen 2,3,5,8,9 dan 10

mungkin pada segmen ini kondisi tanahnya cukup mengandung air, apalagi sehari

sebelum praktikum hujan, sehingga kondisi tanahnya sedikit becek.

Putri malu menduduki urutan ketiga yang terbanyak, pada segmen 1,4,6,7

dan segmen 8 ditemukan tumbuhan putri malu. Mungkin dalam segmen ini,

kondisi tanah yang kurang sesuai dengan habitat putri malu. Selain itu,

sebenarnya putri malu tersebar merata pada lahan yang kami jadikan lahan

praktikum. Tidak semua tumbuhan terlewati garis transek, pada dasarnya

tumbuhan yang kami amati dilahan pengamatan cukup luas dan tersebar merata,

namun yang digunakan untuk menginventarisir tumbuhan yang ada hanya sebatas

garis transek. Intinya tidak semua tanaman mendapat peluang untuk terhitung

dalam garis transek.

Berdasarkan analisis data terhadap vegetasi dari hasil sampling dengan

metode plot, didapatkan hasil yaitu:

1. Kepadatan ( D )

Kepadatan adalah jumlah yang menunjukkan nilai individu dari jenis-

jenis yang menjadi anggota suatu komunitas tumbuhan alam pada luas tertentu.

Dari hasil analisis vegetasi yang dilakukan diketahui bahwa kepadatan rata-rata

dari masing-masing populasi adalah :

JENISTUMBUHAN

D

17

ILALANG 0,18PUTRI MALU 0,039

RUMPUT TEKI 0,047TANAMAN A 0,013TANAMAN B 0,001TANAMAN C 0,005SEMANGGI 0,067

Dari data tersebut dapat diketahui populasi yang mendominasi ilalang

adalah dengan kepadatan 0,18/cm2 sedangkan populasi yang paling sedikit adalah

tanaman B dengan kepadatan 0,001/cm2.

2. Kepadatan relatif ( RD )

Kepadatan relatif adalah persentase dari jumlah individu jenis yang

bersangkutan dalam komunitasnya. Pernyataan relatif ini diperlukan untuk

menghindari kesalahan yang total dalam pemakaian terhadap suatu komunitas

sebab data yang diperoleh dari analisi itu hanya berdasarkan sejumlah pengukuran

beberapa wilayah contoh, bukan total seluruh populasi. Dari analisis yang

dilakukan diketahui kepadatan relatif rata-rata pada masing-masing populasi

adalah:

JENISTUMBUHAN

RD

ILALANG 0,51PUTRI MALU 0,11

RUMPUT TEKI 0,13TANAMAN A 0,04TANAMAN B 0,003TANAMAN C 0,014SEMANGGI 0,19

Dari data di atas dapat diketahui bahwa populasi yang memiliki kepadatan

relatif paling tinggi adalah ilalang dengan indeks 0,51 sedangkan populasi yang

memiliki kepadatan relatif paling rendah adalah tanaman B dengan indeks 0,003

18

.

3. Frekuensi ( F )

Frekuensi adalah nilai besaran yang menyatakan derajat penyebaran jenis

di dalam komunitasnya. Angka ini diperoleh dengan melihat perbandingan jumlah

dari petak-petak yang diduduki oleh suatu jenis terhadap keseluruhan petak yang

diambil sebagai petak contoh di dalam melakukan analisis vegetasi. Dari analis

yang dilakukan diketahui bahwa rata-rata frekuensi dari masing-masing populasi

adalah :

JENISTUMBUHAN

F

ILALANG 1PUTRI MALU 0,2

RUMPUT TEKI 0,6TANAMAN A 0,5TANAMAN B 0,1TANAMAN C 0,1SEMANGGI 0,6

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa populasi yang memiliki

frekuensi paling tinggi adalah ilalang dengan indeks 1. Hal ini berarti di setiap

segmen tanaman ini mendominasi dan yang memiliki frekuensi terkecil adalah

tanaman B dan C dengan indeks masing – masing 0,1.

Frekuensi relatif ( RF )

Frekuensi relatif adalah persentase dari jumlah individu jenis yang

bersangkutan dalam komunitasnya. Dari anlisis vegetasi yang dilakukan diperoleh

hasil yaitu:

JENISTUMBUHAN

RF

ILALANG 0,32PUTRI MALU 0,06

RUMPUT TEKI 0,19

19

TANAMAN A 0,16TANAMAN B 0,03TANAMAN C 0,03SEMANGGI 0,19

Dari tabel di atas diketahui bahwa tanaman yang memiliki rata-rata

frekuensi relatif paling tinggi adalah ilalang dengan indek 0,32 sedangkan

tanaman yang memiliki nilai rata-rata frekuensi relatif paling kecil adalah

tanaman B dan C dengan indek 0,03

Panjang Penutupan ( C ) dan Panjang Penutupan Relatif ( RC )

JENISTUMBUHAN

C RC

ILALANG 2,6324 0,567PUTRI MALU 0,8731 0,188

RUMPUT TEKI 0,862 0,186TANAMAN A 0,0865 0,019TANAMAN B 0,0056 0,00012TANAMAN C 0,0024 0,00051SEMANGGI 0,1805 0,039

Rumput ilalang panjang penutupannya lebih besar daripada jenis tanaman

lain yang ditemukan, dengan rincian rumput ilalang = 2,6324; semanggi = 0,185;

putri malu = 0,8731; rumput teki = 0,862; tanaman A = 0,0865; tanaman B =

0,0056; dan tanaman C = 0,0024. Hal ini dikarenakan morfologi dari rumput

ilalang adalah tumbuh menyebar dan berkoloni sehingga pada satuan yang

terlewati garis memberikan kontribusi yang besar pada jumlah luas kanopi. Pada

tumbuhan ilalang morfologi tumbuhan adalah tumbuh tinggi dan tegak lurus

keatas, sehingga dengan teori pengukuran line transek luas penutupan yang

terhitung adalah seluas tinggi dari satu tumbuhan yang terlintas garis. Begitu pula

dengan tumbuhan putri malu dan tumbuhan lainnya, sebenarnya putri malu

memiliki luas penutupan yang paling besar karena sifatnya mampu menjalar

kemana-mana dan bercabang banyak, sehingga menutupi sebagian besar area.

Tetapi kembali lagi, bahwa dalam metode line transek luas penutupan yang

20

dihitung hanya terbatas pada bagian tumbuhan yang dilalui garis transek.

Sehingga tidak semua bagian tumbuhan putri malu terlalui garis transek.

4. Nilai penting ( VI )

Indeks Nilai Penting (INP) didapat dari penjumlahan nilai relatif dari

frekuensi relatif, kerapatan reelatif dan luas penutupan suatu jenis. Nilai penting

ini sering dipakai karena memudahkan dalam interpretasi hasil analisis vegetasi.

Indeks nilai penting yang diperoleh ini berfungsi untuk menentukan dominasi

suatu spesies dalam komunitas. Dari analisis data yang telah dilakukan diperoleh

hasil sebagai berikut:

JENISTUMBUHAN

IV

ILALANG 1,397PUTRI MALU 0,358

RUMPUT TEKI 0,506TANAMAN A 0,219TANAMAN B 0,03312TANAMAN C 0,04431SEMANGGI 0,416

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa rata – rata populasi yang paling

dominan dalam komunitas pada lahan percobaan dari keseluruhan tiap segmen

adalah ilalang dengan indek 1,397. Sedangkan populasi yang jumlahnya sedikit

adalah tanaman B dengan indek 0,03312.

4.2.2 Metode Kuadran

Untuk metode kuadran langkah kerja yang pertama kami lakukan yaitu

melakukan pengamatan vegetasi rumput di kebun Biolohgi Gedung 3 FKIP Unej.

Lalu menentukan satu titik sebagai pusat kuadaran. Menarik 4 buah garis transek

dengan menggunakan tali rafia sepanjang 22,5 m dari titik pusat kuadran dan

akhirnya membentuk 4 kuadran. Mengamati terhadap pohon yang ada pada tiap

21

kuadran. Setelah itu menghitung jumlah pohon, jarak antara pohon dengan titik

pusat kuadran, dan diameter masing-masing pohon yang ada dalam kuadran.

Kami melakukannya sebanyak dua kali sehingga diperoleh dua titik pusat kuadran

yang berbeda.

Pada percobaan yang kedua ini menggunakan metode kuadaran, kami

melakukan analisis vegetasi tanaman yang berada di belakang Gedung Soetardjo.

Metode kuadran biasanya dilakukan bila yang menjadi bahan penelitian hanya

vegetasi tingkat pohon saja. Metode ini mudah dan lebih cepat digunakan untuk

mengetahui komposisi, dominansi pohon dan menaksir volumenya. Ada dua

macam metode kuadran yang akan dijelaskan pada bagian ini, yaitu:

a. Metode point-quarter,

b. Metode wondering-quarter.

Penetapan metode point-quarter adalah distribusi pohon yang akan diteliti

harus acak. Metode ini tidak dapat digunakan untuk populasi pohon yang

pengelompokannya tinggi (mengelompok) atau yang menempati ruangan secara

seragam. Untuk mengatasi permasalaha itu, Catana (1963) telah memodifikasi

metode point-quarter menjadi salah satu metode yang dikenal dengan nama

metode wondering-quarter yang dapat diterapkan pada populasi pohon dengan

pola distribusi acak, mengelompok ataupun seragam. Perhitungan untuk metode

point-quarter dan wondering-quarter adalah sama, kecuali perhitungan frekuensi

tidak diterapkan pada metode wondering-quarter. Syarat penetapan metode point-

quarter adalah distribusi pohon harus acak. Metode ini tidak dapat digunakan

untuk populasi pohon yang mengelompok atau menempati ruangan secara

seragam. Yang dilakukan pada metode ini yaitu menentukan titik-titik terlebih

dahulu ditentukan disepanjang garis transek. Jarak satu titik dengan lainnya dapat

ditentukan secara acak atau sistematis. Masing-masing titik dianggap sebagai

pusat dari arah kompas, sehingga setiap titik didapat empat buah kuadran. Pada

masing-masing kuadran inilah dilakukan pendaftaran dan pengukuran luas

penutupan satu pohon yang terdekat dengan pusat titik kuadran. Selain itu diukur

pula jarak antara pohon terdekat dengan titik pusat kuadran.

22

Setelah kami menentukan tumbuhan sebagai pusat kuadran di Kuadran

Pohon 1 selanjutnya kami menarik garis transek sepanjang 22,5 m dari titik

tumbuhan tersebut sampai menjumpai tumbuhan di Kuadran Pohon 2 sebagai titik

pusat tanaman. kemudian membuat 4 kuadran di Kuadran Pohon 1 dan

membaginya. Setelah itu, kami mengamati dan mengukur serta mencatat jenis

pohon, luas penutupan, jarak antara pohon terdekat dengan tumbuhan yang

menjadi pusat kuadran pohon 1. Pada kuadran I di titik pohon 1 diperoleh

tumbuhan yaitu pohon A, pada kuadran II diperoleh tumbuhan yang sama pada

kuadran I yaitu pohon A, pada kudaran III ditemui Pohon B dan pada kuadran IV

ada pohon B. Setelah kami mencatat hasilnya, kami langsung mengamati dan

mengukur serta mencatat jenis pohon, luas penutupan, jarak antara pohon terdekat

dengan tumbuhan yang menjadi pusat kuadran di titik Kuadran Pohon 2. Langkah

yang kami lakukan pada kuadran pohon 2 sama seperti halnya di Kuadran Pohon

1. Dari hasil pengamatan yang diperoleh kami mendapatkan data yaitu pada

kuadran I ditemukan jenis pohon yang kami namakan dengan pohon C, Namun

pada kuadran II dan Kuadran III kami tidak menemukan vegetasi pohon sama

sekali. Sedangkan pada kuadran IV Kami menemukan sejenis pohon yang kami

sebut sebagi pohon C.

Berdasarkan hasil perhitungan masing-masing besaran pada tiap kuadran

diperoleh hasil yaitu Pada Kuadran Pohon 1 jumlah jarak pohon rata-rata ke titik

pusat kuadran dan hasilnya yaitu 4,555 m. Kemudian perhitungan selanjutnya

kami menghitung kepadatan seluruh jenis pohon dan diperoleh hasil yaitu

4,819736 m2. Adapun kepadatan relatif tiap jenis pohon yaitu pada pohon A dan

B kepadatan relatifnya sama yaitu 0,5. Dan kepadatan mutlak tiap pohon yaitu

pohon A dan B adalah 2,409868. Selanjutnya menghitung frekuensi dan frekuensi

relatifnya, pada pohon A dan B frekuensinya adalah 0,5. Frekuensi relatif pada

pohon A dan B sama yaitu 0,5. Adapun luas penutupan masing-masing pohon

berbeda, pada pohon A di Kuadran I dan kuadran II luas penutupannya adalah

6,2049 , dan pada pohon B di Kuadran III dan kuadran IV luas penutupannya

yaitu 1,8917. Luas penutupan relatif pohon A yaitu 0,766. Sedangkan Pada pohon

23

B luas penutupan relatifnya adalah 0,2336. Dan nilai pentingnya adalah pada

pohon A dan B yaitu 1,766 dan 1,2336.

Langkah yang sama juga kami lakukan pada Kuadran Pohon 2 yang

bertindak sebagai pusat kuadran. Langkah yang kami lakukan yaitu mengamati

dan mengukur serta mencatat jenis pohon, luas penutupan, jarak antara pohon

terdekat dengan tumbuhan yang menjadi pusat kuadran di titik Pohon 2. Pada

Kuadran Pohon 2 jumlah jarak pohon rata-rata ke titik pusat kuadran dan hasilnya

yaitu 4,1 m. Kemudian kami menghitung kepadatan seluruh jenis pohon dan

diperoleh hasil yaitu 5,9488 m2. sedangkan kepadatan relatif tiap jenis pohon

yaitu kami hanya menemukan jenis pohon yang kami diberi nama sebagai pohon

C. kepadatan relatifnya yaitu 1. Dan kepadatan mutlak tiap pohon yaitu pohon C

adalah 05,9488. Selanjutnya kami menghitung frekuensi dan frekuensi relatifnya,

pada pohon C frekuensinya adalah 0,5. Frekuensi relatif pada pohon C yaitu 1.

Adapun luas penutupan pada pohon C yaitu 7,9387. Luas penutupan relatif pohon

C adalah 1. Dan nilai penting dari jenis pohon C adalah 3.

24

BAB 5. KESIMPULAN

1. Metode transek garis digunakan oleh ahli ekologi tanaman untuk

mempelajari komunitas padang rumput dan semak belukar. Sedangkan

Metode kuadran umumnya dilakukan bila hanya vegetasi tingkat pohon saja

yang menjadi bahan penelitian, sangat mudah dilakukan dan lebih cepat

digunakan untuk mengetahui komposisi, dominasi pohon dan menaksir

volumenya.

2. Analisis yang digunakan dalam kegiatan praktikum ini adalah analisis

vegetasi dengan menggunakan Metode Transek (line transect) dan metode

Kuadran.

3. Jenis-jenis vegetasi yang didapat pada metode line intercept yaitu ilalang,

putrid malu, rumput teki, tanaman A, tanaman B, tanaman C dan semanggi

4. Berdasarkan indeks nilai penting, tumbuhan yang paling mendominasi

pada keseluruhan tiap segmen adalah ilalang dengan indek 1,397. Sedangkan

populasi yang jumlahnya sedikit adalah tanaman B dengan indek 0,03312.

Hal ini dapat terjadi karena dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor

eksternal.

5. Faktor internal yang mempengaruhi adalah suhu, kelembapan, pH, dan

cahaya matahari sedangkan faktor eksternal seperti ilalang dapat berkembang

dengan cepat, dengan benih-benihnya yang tersebar cepat bersama angin, atau

melalui rimpangnya yang cepat menembus tanah yang gembur.

6. Berdasarkan hasil sampling dengan metode kuadran diperoleh jenis pohon

yaitu pada Kuadran Pohon 1 adalah pohon A dan B, sedangkan pada Kuadran

Pohon 2 hanya ditemukan pohon C.

7. Dari hasil analisis data vegetasi menggunakan metode kuadran dapat

diketahui bahwa jenis tumbuhan yang memiliki nilai penting tertinggi yaitu

pohon C dengan nilai penting yaitu 3 sedangkan untuk pohon A nilai

pentingnya adalah 1,766. dan pada pohon C nilai pentinya hanya sebesar

25

1,2336. Keadaan ini mengindikasikan bahwa Pohon C dapat berkembang dan

tumbuh dengan baik pada lingkungan tersebut.

Daftar Pustaka

Dede S, Muhardiono, Ayip. 1989. Penuntun Praktikum Ekologi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Kusmana, C. 1997. Metode Survey Vegetasi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Odum, E.P. 1997. Dasar-dasar Ekologi Terjemahan. Samingan, T. Yogyakarta:Gadjah Mada University Press.

Setiadi, D. I. Muhadiono. Dan A. Yusron. 1989. Ekologi Tumbuhan. Bogor: Depdiknas Dirjen DIKTI PAU IPB.

Soegianto, A. 1994. Ekologi Kuantitatif, Metode Analisa Populasi dan Komunitas. Surabaya: Usaha nasional.

Tim Pembina Ekologi Tumbuhan. 2009. Petunjuk praktikum ekologi tumbuhan. Jember: Prodi Pend BIOLOGI FKIP UNEJ

http://mei-smart.blogspot.com/2009/10/analisis-vegetasi.html

http://biologi08share.blogspot.com/2009/04/beberapa-metodologi-yang-umum-dan.html

26

PERHITUNGAN

A. Metode Transek

1. Kepadatan (Di)Di = ni/L

1. Rumput ilalangDi = 180/1000

= 0,18

2. Putri maluDi = 39/1000

= 0,039

3. Rumput tekiDi = 47/1000

= 0,047

4. Tanaman ADi = 13/1000

= 0,013

5. Tanaman BDi = 1/1000

= 0,001

6. Tanaman CDi = 5/1000

= 0,005

7. SemanggiDi = 67/1000

= 0,067

2. Kepadatan Relatif (RDi)

RDi = ni/∑n

27

1. Rumput ilalangRDi = 180/352

= 0,51

2. Putri maluRDi = 39/352

= 0,11

3. Rumput tekiRDi = 47/352

= 0,13

4. Tanaman ARDi = 13/352

= 0,04

5. Tanaman BRDi = 1/352

= 0,04

6. Tanaman CRDi = 5/352

= 0,014

7. SemanggiRDi = 67/352

= 0,19

3. Frekuensi ( F )

Fi = Ji/K

28

1. Rumput ilalangFi = 10/10

= 1

2. Putri maluFi = 5/10

= 0,2

3. Rumput tekiFi = 6/10

= 0,6

4. Tanaman AFi = 2/10

= 0,5

5. Tanaman BFi = 1/10

= 0,1

6. Tanaman CFi = 1/10

= 0,1

7. SemanggiFi = 6/10

= 0,6

4. Frekuensi Relatif ( RFi )

RFi = Fi/∑F

1. Rumput ilalangRFi = 1/3,1

= 0,32

29

2. Putri maluRFi = 0,2/3,1

= 0,06

3. Rumput tekiRFi = 0,6/3,1

= 0,19

4. Tanaman ARFi = 0,5/3,1

= 0,16

5. Tanaman BRFi = 0,1/3,1

= 0,03

6. Tanaman CRFi = 0,1/3,1

= 0,03

7. SemanggiRFi = 0,6/3,1

= 0,19

5. Panjang Penutupan ( C )

C = Li/L

1. Rumput ilalangC = 2632,4/1000

= 2,6324

2. Putri maluC = 873,1/1000

= 0,8731

30

3. Rumput tekiC = 862/1000

= 0,862

4. Tanaman AC = 86,5/1000

= 0,0865

5. Tanaman BC = 5,6/1000

= 0,0056

6. Tanaman CC = 24/1000

= 0,0024

7. SemanggiC = 180,5/1000

= 0,1805

6. Panjang Penutup Relatif ( RCi )

RCi = Ci/∑C

1. Rumput ilalangRCi = 2,6324/4,6425

= 0,567

2. Putri maluRCi = 0,8731/4,6425

= 0,188

3. Rumout tekiRCi = 0,862/4,6425

= 0,186

31

4. Tanaman ARCi = 0,0865/4,6425

= 0,019

5. Tanaman CRCi = 0,0024/4,6425

= 0,00051

6. SemanggiRCi = 0,1805/4,6425

= 0,039

7. Nilai Penting Suatu Jenis ( IVi )

IVi = RDi + RFi + RCi

1. Rumput ilalangIVi = 0,51 + 0,32 + 0,567

= 1,397

2. Putri maluIVi = 0,11 + 0,06 + 0,188

= 0,358

3. Rumput tekiIVi = 0,13 + 0,19 + 0,186

= 0,506

4. Tanaman AIVi = 0,04 + 0,16 + 0,019

= 0,219

5. Tanaman BIVi = 0,003 + 0,03 + 0,00012

= 0,03312

32

6. Tanaman CIVi = 0,014 + 0,03 + 0,00051

= 0,04431

7. SemanggiIVi = 0,19 + 0,19 + 0,039

= 0,416

33

B. Metode kuadran

Pohon 1

Jarak Pohon Rata-rata (d)

D = (D1 + D2 + D3 +….Dn) / ∑n

= (7,9 + 4,6 + 3,35 + 2,37) / 4

= 18,22 / 4

= 4,555 m

Kepadatan Seluruh Jenis (TD)

TD = u/d2

= 100 / (4,555)2

= 100 / 20,748025

= 4,819736 m2

Kepadatan Relatif (RDi)

RDi = ni/∑n RDii = nii/∑n

= 2/4 = 2/4

= 0,5 = 0,5

Kepadatan Mutlak Suatu Jenis (Di)

Di = (RDi)(TD) Dii = (RDii)(TD)

= (0,5)( 4,819736) = (0,5)( 4,819736)

= 2,409868 = 2,409868

Luas Penutupan Suatu Jenis (Ci)

Ci = (Ai)(Di)/ni Cii = (Aii)(Dii)/n

= (3,14 + 2,0096)(2,409868)/2 = (0,785+0,785)(2,409868)/2

= 6,2049 = 1,8917

Luas Penutupan Relatif Suatu Jenis (RCi)

RCi = Ci/∑C RCii = Cii/∑C

= 6,2049 / 8,0966 = 1,8917/8,0966

=0,766 = 0,2336

Frekuensi Suatu Jenis (Fi)

Fi = Ji/K Fii = Ji/K

34

= 2/4 = 2/4

= 0,5 = 0,5

Frekuensi Relatif suatu Jenis (RFi)

RFi = Fi/∑F RFii = Fi/∑F

= 0,5/1 = 0,5/1

= 0,5 = 0,5

Nilai Penting suatu Jenis (IVi)

IVi = RDi + RFi + RCi IVii = RDii + RFii +RCii

= 0,5 + 0,5 + 0,766 = 0,5 + 0,5 + 0,2336

= 1,766 = 1,2336

Pohon 2

Jarak Pohon Rata-rata (d)

D = (D1 + D2 + D3 +….Dn) / ∑n

= ( 4,65 + 3,55 ) / 2

= 4,1 m

Kepadatan Seluruh Jenis (TD)

TD = u/d2

= 100 / ( 4,1)2

= 100 / 16,81

= 5,9488 m2

Kepadatan Relatif (RDi)

RDi = ni/∑n

= 2/2

= 1

Kepadatan Mutlak Suatu Jenis (Di)

Di = (RDi)(TD)

= (1)(5,9488)

= 5,9488

Luas Penutupan Suatu Jenis (Ci)

Ci = (Ai)(Di)/ni

35

= (1,5386 + 1,1304) (5,9488)/2

= 7,9387

Luas Penutupan Relatif Suatu Jenis (RCi)

RCi = Ci/∑C

= 7,9387/7,9387

= 1

Frekuensi Suatu Jenis (Fi)

Fi = Ji/K

= 2/4

= 0,5

Frekuensi Relatif suatu Jenis (RFi)

RFi = Fi/∑F

= 0,5/0,5

= 1

Nilai Penting suatu Jenis (IVi)

IVi = RDi + RFi + RCi

= 1 + 1 + 1

36