18
2 nd International Seminar on Education 2017 Empowering Local Wisdom on Education for Global Issue Batusangkar, September 05-06-2017 407 MENELAAH KISAH TARBAWI DALAM HADIS TENTANG KISAH NABI DAN SEMUT Salmah Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah, IAIN Batusangkar, Indonesia Jurusan Ilmu Alqur’an dan Tafsir Email : [email protected]/[email protected] ABSTRAK Educative stories refer to stories that contain educational values, which were derived from Qur’an dan Hadist. There are numbers of stories provided by the two sources. One of which is about animals that provides valuable lessons. One of the animals that is mentioned by Qur’an and Hadits is ant. Even, one the chapters in Quran named an-Naml (The Ants). In addition, hadits also discusses about ants where one of them is a story about the prophet and the ants. It tells about the prophet who was once bit by ants and he wanted to punish them. In response the plan made by the prophet, Allah revealed verses that advised the prophet concerning with his action. The structure and the content found in this hadits are full of educational values, either in terms of content, method or strategy that are effective for educating children. Kata Kunci : Telaah, Kisah Tarbawi, Hadis, Nabi, Semut LATAR BELAKANG MASALAH adis Nabi merupakan sumber ajaran Islam yang kedua setelah al-Qur’an, yang muatannya berisikan perkataan, perbuatan dan ketetapan dari Nabi Saw. Dalam kapasitasnya sebagai sumber ajaran Islam, hadis tidak hanya berisikan hal-hal yang berkaitan dengan ibadah semata, namun juga membahas hal-hal lainnya seperti pendidikan, ilmu pengetahuan dan hal-hal lainya. Nabi Muhammad Saw., sebagai Nabi penutup dan suri tauladan bagi umat Islam telah mewariskan dua pedoman hidup, yaitu al-Qur’an dan Hadis nabi. Kedua pedoman hidup tersebut dijadikan pegangan dan acuan bagi umat Islam dalam berbagai aktifitasnya untuk mencapai keselamatan hidup di dunia dan akhirat. Hadis dalam kapasitasnya sebagai pedoman hidup bagi umat Islam, tidaklah hanya membahas hal-hal yang berkenaan dengan masalah ibadah semata. Akan tetapi hadis juga membahas segala hal yang menyangkut aktifitas umatnya. Dengan demikian umat Islam hendaknya dapat menjadikan hadis sebagai rujukan dalam memecah berbagai macam persoalan yang ada. Diantara persoalan yang dibahas dalam hadis adalah persoalan pendidikan yang terkait dengan kisah. Kisah atau metode kisah merupakan salah satu metode pendidikan Islam yang diharapkan dapat mempengaruhi anak terutama dalam penyucian, pengukuhan dan pembersihan jiwa yang merupakan tujuan utama dari pendidikan Islam. Dengan demikian diharapkan dapat mendidik akhlah dan jiwa mereka dengan kesopanan yang tinggi, bersifat ikhlas dan jujur dalam kehidupan. Secara bahasa, kata kisah berasal dari bahasa Arab yang berarti kisah, cerita atau hikayat. (Mahmud Yunus :343). Bisa juga dimaknai sebagai cerita tentang sebuah kejadian, riwayat, dalam kehidupan seseorang. Menurut Armei Arif, metode kisah mengandung arti sebuah cara dalam menyampaikan suatu materi pelajaran dengan menceritakan secara kronologis tentang bagaimana terjadinya sesuatu, yang menuturkan perbuatan, pengalaman atau penderitaan orang lain baik yang sebenarnya H

MENELAAH KISAH TARBAWI DALAM HADIS TENTANG …

  • Upload
    others

  • View
    17

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: MENELAAH KISAH TARBAWI DALAM HADIS TENTANG …

2nd International Seminar on Education 2017Empowering Local Wisdom on Education for Global Issue

Batusangkar, September 05-06-2017

407

MENELAAH KISAH TARBAWI DALAM HADIS TENTANG KISAHNABI DAN SEMUT

Salmah

Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah, IAIN Batusangkar, IndonesiaJurusan Ilmu Alqur’an dan Tafsir

Email : [email protected]/[email protected]

ABSTRAK

Educative stories refer to stories that contain educational values, which were derived fromQur’an dan Hadist. There are numbers of stories provided by the two sources. One of which isabout animals that provides valuable lessons. One of the animals that is mentioned by Qur’anand Hadits is ant. Even, one the chapters in Quran named an-Naml (The Ants). In addition,

hadits also discusses about ants where one of them is a story about the prophet and the ants. Ittells about the prophet who was once bit by ants and he wanted to punish them. In response theplan made by the prophet, Allah revealed verses that advised the prophet concerning with his

action. The structure and the content found in this hadits are full of educational values, either interms of content, method or strategy that are effective for educating children.

Kata Kunci : Telaah, Kisah Tarbawi, Hadis, Nabi, Semut

LATAR BELAKANG MASALAH

adis Nabi merupakan sumber ajaranIslam yang kedua setelah al-Qur’an, yang

muatannya berisikan perkataan, perbuatan danketetapan dari Nabi Saw. Dalam kapasitasnyasebagai sumber ajaran Islam, hadis tidak hanyaberisikan hal-hal yang berkaitan denganibadah semata, namun juga membahas hal-hallainnya seperti pendidikan, ilmu pengetahuandan hal-hal lainya.

Nabi Muhammad Saw., sebagai Nabipenutup dan suri tauladan bagi umat Islamtelah mewariskan dua pedoman hidup, yaitual-Qur’an dan Hadis nabi. Kedua pedomanhidup tersebut dijadikan pegangan dan acuanbagi umat Islam dalam berbagai aktifitasnyauntuk mencapai keselamatan hidup di duniadan akhirat.

Hadis dalam kapasitasnya sebagaipedoman hidup bagi umat Islam, tidaklahhanya membahas hal-hal yang berkenaandengan masalah ibadah semata. Akan tetapihadis juga membahas segala hal yangmenyangkut aktifitas umatnya. Dengandemikian umat Islam hendaknya dapat

menjadikan hadis sebagai rujukan dalammemecah berbagai macam persoalan yang ada.

Diantara persoalan yang dibahas dalamhadis adalah persoalan pendidikan yang terkaitdengan kisah. Kisah atau metode kisahmerupakan salah satu metode pendidikanIslam yang diharapkan dapat mempengaruhianak terutama dalam penyucian, pengukuhandan pembersihan jiwa yang merupakan tujuanutama dari pendidikan Islam. Dengandemikian diharapkan dapat mendidik akhlahdan jiwa mereka dengan kesopanan yangtinggi, bersifat ikhlas dan jujur dalamkehidupan.

Secara bahasa, kata kisah berasal daribahasa Arab yang berarti kisah, cerita atauhikayat. (Mahmud Yunus :343). Bisa jugadimaknai sebagai cerita tentang sebuahkejadian, riwayat, dalam kehidupan seseorang.Menurut Armei Arif, metode kisahmengandung arti sebuah cara dalammenyampaikan suatu materi pelajaran denganmenceritakan secara kronologis tentangbagaimana terjadinya sesuatu, yangmenuturkan perbuatan, pengalaman ataupenderitaan orang lain baik yang sebenarnya

H

Page 2: MENELAAH KISAH TARBAWI DALAM HADIS TENTANG …

2nd International Seminar on Education 2017Empowering Local Wisdom on Education for Global Issue

Batusangkar, September 05-06-2017

408

terjadi ataupun hanya rekaan saja. Metodekisah dianggap mampu menyentuh jiwa, jikadidasarka atas ketulusan hati yang mendalam.(Armai Arief, 2002:160).

Metode kisah sebagai salah satu metodepilihan yang digunakan dalam prosespendidikan anak dalam Islam, diharapkandapat untuk menyampaikan materi sesuaidengan kemampuan dan perkembangan jiwaanak. Sehingga dapat dicapai tujuan yangdikendaki tersebut. Dalam pendidikan islambagi anak, pelaksanaan metode kisah tidakakan terlepas dari pertimbangan tingkatperkembangan anak, tujuan yang hendakdicapai, materi yang disampaikan,keterampilan guru dan sarana yang dipakai.

Terkait dengan materi yangdisampaikan, hal ini harus menjadipertimbangan khusus oleh pendidik. Padadasarnya bagi kita di Indonesia materi kisahsudah banyak beredar dimasyarakat sejakzaman dahulu. Mulai dari kisah yangbernuansa daerah seperti kisah MalinKundang, kisah gunung Tangkuban Perahudan lain sebagainya. Ada juga kisah tentangbinatang seperti kisah kancil, harimau,maupun burung gagak. Pada dasarnya kisah-kisah ini membawa pesan positif untuk anak.

Namun dewasa ini, materi dari kisahsudah mulai membentuk tokoh-tokoh tertentuyang nilai positifnya seperti diabaikan, anakcenderung dibawa kehayalan yang terkadangmembuat mereka malas untuk belajar. Bahkandibeberapa kisah ditampilkan tentang anak-anak yang nakal, melawan orang tua dan hal-hal negatif lainnya.

Lebih jauh dibeberapa kisah yangditayangkan lewat media elektronik, kurangpantas dilihat oleh anak-anak karena banyakmemperlihatkan hal-hal yang bersifat dewasa,bahkan mencoba untuk mempengaruhi anakuntuk berbuat sesuatu yang bertentangandengan keyakinan Islam, baik dalam bentukperkataan maupun perbuatan.

Hal ini harus menjadi perhatian khususbagi orang tua muslim maupun pendidikmuslim. Hendaknya kisah yang diterima olehanak-anak adalah kisah yang dapatmeninggkatkan rasa ketakwaaan kepada Allah.Hendaknya orang tua dan pendidik menyeleksi

materi yang digunakan dalam metode kisahini.

Untuk materi yang digunakan dalammetode kisah, hendaknya kita umat Islam tidakperlu mengambil dari luar Islam,karena umatIslam telah mempunyai materi itu dalam Al-Qur’an dan Hadis Nabi. Berdasarkanpermasalahan di atas, penulis merasa tertarikuntuk membahas lebih lanjut masalah inidengan judul,“Menelaah Kisah TarbawiDalam Hadis tentang Kisah Nabi danSemut”

KAJIAN TEORI

1. Hadis

Kata hadis secara etimologi berarti yangbaru dari segala sesuatu.Kata hadismengandung pengertian sedikit dan banyak,bentuk jamaknya adalah Ahaadis. Ada jugayang mengatakan bahwa kata hadis secarabahasa mempunyai beberapa arti yaitu :a. Baru (jadid), lawan dari terdahulu

(qadim).b. Dekat (qarib), tidak lama lagi terjadi,

lawan dari jauh.c. Warta berita (khabar), yaitu sesuatu

yang dipindahkan dari seseorang kepadaorang lainnya. Hadis yang bermaknakhabarini dihubungkan dengan kata tahdisyang berarti riwayat, ikhbar ataumengkhabarkan. (Muhammad Ahmad danM.Muzakir, 2000:11)

Sedangkan, secara terminologis, paraulama baik muhaddisin, fuqaha’ ataupunulama ushul merumuskan pengertian hadissecara berbeda-beda. Perbedaan tersebutdisebabkan oleh terbatas dan luasnya objektinjauan masing-masing. Sehingga, pengertianhadis tersebut berbeda pula berdasarkankepada tinjauan tersebut.a. Hadis menurut ulama hadis, yaitu segala

sesuatu yang diberitakan kepada nabi sawberupa sabda, perbuatan, taqrir, sifat-sifatmaupun hal ihwal nabi.

b. Hadis menurut ulamaushul fiqh, yaitusegala sesuatu yang disandarkan kepadanabi saw selain al-quran al-karim, baikberupa perkataan, perbuatan maupun taqrir

Page 3: MENELAAH KISAH TARBAWI DALAM HADIS TENTANG …

2nd International Seminar on Education 2017Empowering Local Wisdom on Education for Global Issue

Batusangkar, September 05-06-2017

409

nabiyang bersangkut paut dengan hokumsyara’.

c. Hadis menurut ulama fuqaha’, yaitu segalasesuatu yang ditetapkan nabi saw yangtidak bersangkut paut dengan masalah-masalah fardhu dan wajib. (M.AgusSolohudin, 2009:15-17)

Hadis memiliki sinonim dengan sunnah(menurut muhaddisin), keduanya diartikansebagai segala sesuatu yang diambil dariRasulullah saw, sebelum dan sesudah beliaudiangkat menjadi Rasul.Akan tetapi, ada jugayang membedakan antara hadis dengansunnah, sebagian ulama berpendapat, kalausegala sesuatunya itu diriwayatkan dariRasululllah setelah beliau diangkat menjadiRasulullah, baik berupa perkataan, perbuatandan ketetapan maka inidisebut dengan hadis.Namun, apabila menyangkut segalasesuatudari Rasulullah, baik itu sebelum maupunsetelah diangkat menjadi Rasulullah, makainilah yang disebut sunnah. (M. ‘Ajjaj al-Khatib, 2001:8)Dengan demikian sunnah lebihumum dari hadis.

Selain itu, kata hadis juga mempunyaisinonim dengankhabar dan atsar. Perbedaanyaterletak kepadasiapa sampainya sebuah hadis.Apabila perkataan, perbuataan dan ketetapanitu diriwayatkan dari nabi saw dan sahabatmaka disebut dengan khabar. Tetapi, apabilaperkataan, perbuatan dan ketetapan itudiriwayatkan dari nabi saw, sahabat dan tabi’inmaka disebut dengan atsar. Dari keempatpengertian tentang hadis, sunnah, khabar danatsar dpaat ditarik suatu pengertian bahwakeempat istilah tersbeut pada dasarnyamemiliki kesamaan maksud yaitu segalasesuatu yang bersumber dari nabi saw, baikberupa perkataan, perbuatan maupunketatapannya (taqrir)

2. Metode Kisah

a. Pengertian metode kisah

Untuk memperoleh gambaran yang jelastentang metode kisah, ada baiknya dijelaskantentang metode kisah, seperti berikut ini:1) Metode, menurut Armai Arief adalah

urutan kerja yang terencana, sistematis danmerupakan hasil eksperimen ilmiah gunamencapai tujuan yang terencana.(Armai

Arief, Jakarta;87). Adapun Chalidjah hasanmemberi definisi bahwa metode adalahcara yang dalam fungsinya merupakan alatuntuk mencapai tujuan.(Khalidjah Hasan,Surabaya:12)

2) Kisah, menurut Abdul Aziz Abdul Majid,adalah salah satu bentuk karya sastra yangmemiliki keindahan dan kenikmatantersendiri serta merupakan sebuah bentuksastra yang bisa dibaca atau hanya didengar oleh orang yang tidak bisamembaca. (Abdul Aziz Abdul Majid,Bandung: 8).

Sa’id Mursy menjelaskan bahwa kisahadalah pemaparan pengetahuan kepada anakdengan gaya bahasa yang sederhana dn mudahdifahami. (Muhammad Sa’id Mursy, Jakarta,2001:117). Adapun Armai Arief memberikandefinisi bahwa cerita adalah penuturan secarakronologis tentang sesuatu hal, baik yangsebenarnya terjadi ataupun hanya rekaansaja.(Armai Arief, Jakarta, 1994:160).

Dari beberapa pengertian di atas secaraumum dapat diambil suatu pengertian bahwametode kisah adalah suatu kerja yangterencana dan sistematis dalam bentuk lisan,yang memaparkan pengetetahuan kepada anakdengan gaya bahasa sederhana dan mudahdipahami untuk mencapai tujuan pendidikanIslam.

b. Pelaksanaan metode kisah dalampendidikan Islam

Metode kisah sebagai salah satu metodepilihan yang dapat digunakan dalam prosespendidikan anak dalam Islam, dengan harapandapat untuk menyampaikan materi sesuaidengan kemampuan dan perkembangan jiwaanak. Bila hal ini sudah bisa dilakukan, makadapat membuat tercapainya suatu tujuan yangdikehendaki dalam pembelajaran tersebut.

Ada beberapa pertimbangan yangperludiperhatikan terkait dengan pelaksanaanmetode kisah untuk anak dalampendidikanIslam, yaitu:

1) Tingkat perkembangan anak. Pelajarankepada anak hendaknya disesuaikandengan kemampuan anak, berdasarkanumur anak. Hal ini menjadipertimbangan nantinya apakah anakmampu atau tidak menangkap materi

Page 4: MENELAAH KISAH TARBAWI DALAM HADIS TENTANG …

2nd International Seminar on Education 2017Empowering Local Wisdom on Education for Global Issue

Batusangkar, September 05-06-2017

410

yang disampaikan. Karena itu perlu adapertimbangan umur anak ketika memilihmateri yang akan disampaikan. (WastiSoemanto, Jakarta:1998)

2) Tujuan yang hendak dicapai. Metodekisah sangat efektif dalam mencapaitujuan pendidikan Islam, hal inidisebabkan dalam materi kisah dapatmemberi pelajaran kepada anak untuksenantiasa berfikir, mengekspresikansikap, serta terampil berperilaku sesuaidengan kandungan yang diharapkanoleh isi kisah. Pada umumnya materikisah berisi tentang pesan-pesan yangberkaitan dengan akidah, ibadah danmasalah akhlak, yang menyentuhaspek/ranah kognitif, afektif danpsikomotor anak.(Ali Syawakh Ishaq,Jakarta, 1995:89)

3) Materi yang disampaikan. Diantaramateri yang disampaikan dalam metodekisah adalah materi akidah, misalnyatentang larangan menyekutukan Allah,materi ibadah seperti shalat, puasa,zakat, haji, materi muamalah sepertilarangan riba. Materi tentang metodekisah juga menyangkut tentang kisahpara Nabi dan Rasul seperti kisah NabiNuh, Nabi Musa yang kisah tersebutdapat memberikan tauladan danpelajaran hidup dalam rangkapengamalan ajaran agama. Untukmasing-masing materi di atashendaknya diperhatikan bahasa yangdipakai agar bisa dipahami dengan baikoleh anak, serta disesuaikan dengankebutuhan si anak. (Zakiah Daradjat,Jakarta, 1982:25)

4) Keterampilan Guru. Dalam metodekisah, keterampilan guru sangatberpengaruh terhadap kemauan anakdalam mendengarkan isi kisah. Guruharus bisa memanfaatkan segala sesuatuyang ada, misalnya anggota badan yangdimiliki, ekspresi yang sesuai, sehinggapesan dari kisah dapat dipahami olehnalar anak dan dapat menyentuhperasaan.

5) Sarana yang dipakai. Dalam kisah, makasarana yang dipakai disesuaikan denganbentuk atau kisah yang disampaikan.

Pada dasarnya ada tiga sarana yang bisadigunakan dalam metode kisah ini yaitudengan menggunakan ilustrasi gambar,dengan membaca buku atau majalah danmenggunakan papan planel. Hal yangharus diingat dalam memilih saranaadalah harus ada kesesuaian antarasarana yang digunakan dengan materikisah yangdisampaikan.(Moeslichatoen,jakarta,1999:26-27)

6)

c. Urgensi kisah dalam pendidikan Islam

Diantara kelebihan metode kisah jikadibandingkan dengan metode yang lainnyaadalah bahwa metode kisah selainkemampuannya menyentuh aspek koqnitif,juga afektif, hal tersebut berpotensimembentuk aspek psikomotorik anak. Yaitumengajak anak untuk berperilaku sesuaidengan apa yang dikisahkan, meniru perilakubaik sipelaku yang dikisahkan setelahmemahami dan menghayati isis kisah yangdipaparkan, kemudian dipraktekkan dalamkehidupan sehari-hari.

Metode kisah merupakan salah satumetode pendidikan Islam yang diharapkandapat mempengaruhi anak, terutama dalampembentukan jiwa anak yang bersih darisegala kejahatan dan mampu berperilaku yangbaik, menjalankan perintah Allah. Secarakhusus metode kisah dalam upaya mencapaitujuan pendidikan Islam, bertujuan atauberfungsi :1) Supaya anak tidak menyekutukan Allah.

Penanaman rasa keimanan sejak diniakan menjadikan anak mempunyai ajarantauhid yang menjadi landasan atau pondasibagi kepribadisn mereka. Pendidikan utamadan pertama untuk dilakuakn oleh orang tuadan pendidik adalah pembentukankeyakinan kepada Allah Swt., yangdiharapkan dapat melandasi sikap, tingkahlaku dann kepribadian anak. (Zuhairini,Jakarta, 1997:156)

2) Supaya anak bersyukur kepada AllahTujuan dari ajaran bersyukur adalah

agar anak mengerti siapa yang berjasa padadirinya. Bila anak telah mengenal bahwayang berjasa pada dirinya adalah Allah,

Page 5: MENELAAH KISAH TARBAWI DALAM HADIS TENTANG …

2nd International Seminar on Education 2017Empowering Local Wisdom on Education for Global Issue

Batusangkar, September 05-06-2017

411

maka anak akan bersyukur kepada Allahdengan meng-Esa-kan dan beribadah sesuaiajaran agama Allah.

3) Supaya anak mempunyai keteguhan imanatau kuat imannya.

Pendidikan Islam yang disampaikandengan metode kisah yang ditanamkansejak kescil, maka mendorong anakmempunyai rasa keyakinan yang kuat dankokoh. Dengan landasan pondasi yang kuatdan kokok, anak akan mempunyai rasaoptimis dalam menjalankan kehidupannya,karena jiwanya telah menyatu dengantujuan hidupnya yaitu melakukan sesuatuhanya karena Allah.

4) Supaya anak mempunyai jiwa sosial yangtinggi.

Dengan kisah yang disampaikandengan benar kepada anak, maka anak akanterbias menjalankan adab sosial yang baik,mempunyai dasar-dasar psikis yang muliayang bersumber pada akidah Islamiyyahyang abadi dan perasaan keimanan yangmendalam. Dan di masyarakat nantinyaanak akan dapat bergaul dan beradabdengan baik, memiliki keseimbangan yangmatang, dan bertindakbijaksana.(Muhammad Ali Qutb, Bandung,1993:81)

METODE PENELITIAN

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini bercorak kepustakaan(library research) yakni suatu penelitian yangmembahas buku-buku berkenaan dengankajian yang penulis lakukan.

Adapunpendekatanataumetode yangdipakaiadalah analisis isi dalam bentukmetodetakhrij al-hadis, yaitumetode untukmenunjukkan atau mengemukakan letak asalhadis pada sumber asli, yakni berbagai kitabhadis yang didalamnya dikemukakan hadissecara lengkap dengan sanadnya masing-masing, kemudian untuk kepentinganpenelitian dijelaskan kualitas hadis yangbersangkuan. (M. Suhudi Ismail, 1992:41-42)

Lebih lanjut kegiatan ini dilakukandengan maksud:

1. Untuk mengetahui asal-usul riwayat hadisyang akan diteliti sehingga menjadi jelashadis yang dimaksud berada dalam kitabapa saja dan diriwayatkan melalui berapajalur sanad.

2. Untuk mengetahui seluruh jalur sanad bagihadis yang diteliti sehingga diketahui siapasaja tokoh hadis yang meriwayatkannya.

3. Untuk mengetahui ada atau tidaknyadukungan pada sanad yang diteliti sehinggadapat disimpulkan validitasnya (shahîh,hasan atau dha’îf-nya).(Muh.Zuhri,1997:150)

2. Data

Sumber data utama penelitian ini adalahkitab-kitab sumber primer Hadis yangmu’tamad dan mu’tabarah (standar dandiakui). Misalnya: Kutub al-Tis’ah (Shahîh al-Bukhârî, Shahîh Muslim, Sunan Abî Dâwud,Sunan al-Nasâ`î, Sunan al-Turmudzî, SunanIbn Mâjah, Sunan al-Dârimî, Musnad Ahmadibn Hanbal dan al-Muwaththa` Mâlik ibnÂnas) dan kitab sumber primer hadis lainnya,seperti: Shahîh Ibn Khuzaymah, Shahîh IbnHibbân, al-Mustadrak ‘ala al-Shahîhayn al-Hâkim al-Naysâbûrî, al-Mu’jam al-Thabrânî,Sunan al-Bayhaqî, dan lain-lain.

Adapun sumber data pendukung terdiridari kitab-kitab yang berkaitan erat denganpembahasan, yaitu kamus atau mu’jam hadis,kitab-kitab ilmu hadis, kitab-kitab biografiperiwayat hadis (rijâl al-Hadîts) dan kitab-kitab al-jarh wa al-ta’dîl.

3. Langkah-Langkah Penelitian

Dalam penelitian ini penulismenggunakan metode Takhrij al-Hadis,dengan langkah-langkah:

1. Memilihataumenetapkanmasalah yangakan diteliti, kemudian mencari hadisyang akan diteliti dari berbagai kitabhadis berdasarkan informasi kitabMu’jam al-Mufahrasy li Alfazh al-HadisNabawi.

2. Menelusuri hadis-hadis dalam kitabsumber aslinya, kemudian membuatranji sanad secara keseluruhan. Sertamemperhatikan sanadnya mana sampai

Page 6: MENELAAH KISAH TARBAWI DALAM HADIS TENTANG …

2nd International Seminar on Education 2017Empowering Local Wisdom on Education for Global Issue

Batusangkar, September 05-06-2017

412

kepada rasulullah, mana yang hanyasampai kesahabat saja atau tabi’in saja.

3. Mengemukakan pendapat ulama tentangmasing-masing perawi dengan melihatinformasi dalam kitab Tahzib al-tahzibdan Tahzib al-kamal fi Asma’ al-Rijaldan kitab-kitab lain yangmenerangkan penilaian terhadap perawihadis. Berkaitan dengan hal ini, jugaditetapkan standar untuk penilaianperawi, dan bila dalam penilaianditemukan adanya pertentanganpendapat, maka perlu ditetapkanpendapat mana yang akan dipilih.

4. Menilai kebersambungan sanad, yaitudengan melihat lafazh-lafazh yangdipakai.

5. Setelah dilakukan penilaian terhadapsanad, maka kemudian dilakukanpenilaian terhadap matan hadis. Hal inidilakukan dengan cara :meneliti matandengan melihat kualitas sanad, menelitimatan dengan melihat lafazh yangsemakna dan meneliti kandunganmatannya.

6. Terakhir mengambil kesimpulan daripenelitian tersebut apakah hadis yangditeliti berkualitas shahih, hasan ataudhaif. (M. Syuhudi Ismail, 1992: 51-57)

7. Melengkapipembahasandanuraiandengan ayat yang berkaitanbiladipandangperlu serta melengkapipenjelasan dari ayat dalam kitab tafsir.

8. Menambahkan penjelasan dari buku-buku hadis, dan buku-buku pendidikanguna lebih sempurnanya penjelasanhadis.

4. Tekhnik dan Alat Pengumpul Data

Tekhnik yang digunakan dalampengumpulan data adalah studi dokumentasi(naskah). Naskah yang diteliti adalah kitab-kitab hadis sebagai sumber utama, dan buku-buku lain sebagai sumber pendukung yangberkaitan dengan penelitian yang diteliti.

Alat pengumpul data untuk melacakriwayat-riwayat hadis yang menjadi obyekkajian ke dalam kitab-kitab Hadis yangmu’tamad dan mu’tabarah (standar dandiakui) tersebut, Penulis melakukanpenelusuran Hadis berdasarkan kosa kata

tertentu (takhrîj al-hadîts bi al-lafzh) melaluibuku Mu’jâm al-Mufahras li Alfâzh al-Hadîtsal-Nabâwî susunan A.J. Wensinck, CDProgram Hadis (Barnâmaj al-Hadîts)“Mawsû’at al-Hadîtsal-Syarîf al-Kutub al-Tis’ah Versi 2.00“ dan “al-Maktabah al-Syâmilah Versi 3.28” secara selektif. Disamping itu, dapat pula diupayakanpenelusuran berdasarkan topik masalah(takhrîj al-hadîts bi al-mawdhû’) denganmenggunakan buku Miftâh al-Kunûz al-Sunnah oleh A.J. Wensinck.

5. Analisa Data

Setelah otentitisitas riwayat-riwayathadis yang menjadi obyek kajian dibuktikanlewat penulusuran ke dalam kitab-kitab hadisyang mu’tamad dan mu’tabarah (standar dandiakui) sebagaimana disebutkan terdahulu,selanjutnya akan dianalisa dan diungkapkanvaliditasnya (shahîh, hasan atau dha’îf-nya).Data-data tersebut selanjutnya akan diolahdengan menggunakan metode induktif, yakniproses berpikir yang bertolak dari satu atausejumlah data secara khusus untuk kemudiandiambil kesimpulan dengan cara generalisasiatau analogi mengacu pada kritik sanad danmatan hadis yang telah dirumuskan oleh ulamahadis.

Dalam hal ini, penganalisaan terhadapvaliditas riwayat hadis akan dilakukanmengacu pada tingkatan kriteria berikut: [1]Hadis yang berstatus ashah al-asanid (sanad-sanad yang lebih shahîh), seperti riwayatMâlik yang berasal dari Nâfi’ dari Ibn ‘Umar;[2] Hadis shahîh yang telah disepakati sanad-nya oleh al-Bukhârî dan Muslim (muttafaq‘alayh); [3] Hadis shahîh yang hanyadiriwayatkan oleh al-Bukhârî sendiri,sedangkan Muslim tidak meriwayatkan hadistersebut (infarada bihi al-Bukhârî ); [4] Hadisshahîh yang hanya diriwayatkan oleh Muslimsendiri, sedangkan al-Bukhârî tidakmeriwayatkannya (infarada bihi Muslim); [5]Hadis shahîh yang diriwayatkan menurutsyarat al-Bukhârî dan Muslim, sementarakeduanya tidak meriwayatkan hadis dimaksud(shahîh ‘ala syarth al-Bukhârî wa Muslim); [6]Hadis shahîh yang diriwayatkan menurutsyarat al-Bukhârî , sementara ia sendiri tidakmeriwayatkannya (shahîh ‘ala syarth al-Bukhârî); [7] Hadis shahîh yang diriwayatkan

Page 7: MENELAAH KISAH TARBAWI DALAM HADIS TENTANG …

2nd International Seminar on Education 2017Empowering Local Wisdom on Education for Global Issue

Batusangkar, September 05-06-2017

413

menurut syarat Muslim, sementara ia sendiritidak meriwayatkannya (shahîh ‘ala syarthMuslim) dan [8] Hadis shahîh yangdiriwayatkan tidak sesuai dengan syarat al-Bukhârî maupun Muslim.(Fatchur Rahman,1991:7)

Sementara itu, untuk mengetahuipemahaman yang proporsional terhadap isikandungan hadis digunakan “kriteria penilaiankesahihan matan”. Adapun tanda-tanda yangdapat dijadikan tolok ukur penelitian matan(ma’âyir naqd al-mutûn) yang dikemukakanoleh Shalâh al-Dîn bin Ahmad al-Adlâbî yaitu:[1] Tidak bertentangan dengan petunjuk al-Qur`ân; [2] Tidak bertentangan dengan hadîtsyang kualitasnya lebih tinggi; [3] Tidakbertentangan akal sehat, panca indra, dan faktasejarah, dan [4] Susunan pernyataannyamenunjukkan cirri-ciri sabda kenabian.(Shalahal-Din bin al-Adlabi, 1983:238)

Dalam bertutur kata, Rasulullâhadalah orang yang sangat fasih dalamberbahasa Arab, lagi khas gaya bahasanya.Formasi kata dan kalimatnya sempurna dankehalusan bahasanya teruji oleh kaedah bahasa(qawâ’id al-lughah), serta selektif pemelihankosa-katanya. Oleh sebab itu, mustahil beliauakan menyabdakan pernyataan yang rancususunan bahasanya.(Husein Yusuf, 1996:34)

PEMBAHASAN

Sebagaimana yang telah disinggung diatas, hadis sebagai acuan dan pedoman hidupbagi umat muslim juga membahas hal yangberkenaan dengan pendidikan, salah satu halyang dibahas yang berkenaan denganpendidikan dalam hadis adalah adanya hadis-hadis yang berkenaan dengankisah tarbawitentang semut.Salah satu informasi yangpenulis temukan berkenaan dengan semutyang berasal dari kitab Shahih Bukhari yangterdapat pada kitab jihad bab 153. Adapunredaksi hadisnya sebagai berikut :

1. Lafad / teks hadisعن اللیث حدثنابكیر بن یحیىحدثنابن سعید عن شھاب ابن عن یونس

رضي ھریرة أباأن سلمة وأبيالمسیب رسول قالسمعت عنھ صلى

من نبیانملة قرصت یقول وسلم علیھ

فأحرقت النمل بقریة فأمر الأنبیاء فأوحى أحرقت نملة قرصتك أن إلیھ

ة البخاري)تسبح(رواهالأمم من أم

Kisah tentang Semut atau an-Namlditemukan dibeberapa kitab hadis, sepertiShahîh al-Bukhariy: a. Kitab Jihâd bab153 b. Kitab Budi’a al-Khalq bab 16.Kitab Shahîh Muslim kitab Salâm hadisnomor 149, 150. Kitab Sunan Abu Dâwudkitab Adab bab 164.Kitab Sunan an-Nasâ’i kitab Shayyid hadis nomor 38 dan138.Sunan Ibn Majah kitab Shayyid bab10. Kitab Musnad Ahmad bin Hanbal juz2 hal 218, 313, 403, 449

2. Terjemahan hadis“Telah bercerita kepada kami Yahya binBukair telah bercerita kepada kami A-Laits dari Yunus dari Ibnu Syihab dariSa'id bin Al Musayyab dan Abu Salamahbahwa Abu Hurairah radliallahu 'anhuberkata; Aku mendengar Rasulullahshallallahu 'alaihi wasallam bersabda:"Ada semut yang menggigit seorang Nabidari Nabi-Nabi terdahulu lalu Nabi itumemerintahkan agar membakar sarangsemut-semut itu maka kemudian Allahmewahyukan kepadanya, firman-Nya:"Hanya karena gigitan sesekor semutmakai kamu telah membakar suatu kaumyang bertasbih". (HR. al-Bukhariy, 1987:4/75)

3. Asbab al-wurud hadisSejauh penelusuran penulis, penulis belummenemukan asbâbul wurȗd atau latarbelakang historis tentang hadis ini.

4. Penilain terhadap sanad dan matanhadis

a. Penilaian Sanad HadisSetelah dilakukan penilain terhadap

sanad hadis dengan metode takhrijsanad, maka diketahui bahwa hadis inimemiliki perawi yang sanad-nya antarasatu dengan yang lainnya salingbertemu dan hidup pada satu zamanserta ada komunikasi antara periwayat.Maka dari segi kebersambungansanad,hadisini memenuhi syaratmuttashil.

Page 8: MENELAAH KISAH TARBAWI DALAM HADIS TENTANG …

2nd International Seminar on Education 2017Empowering Local Wisdom on Education for Global Issue

Batusangkar, September 05-06-2017

414

Tabel I. Ittishâl SanadNama Th.Lahir Th. Wafat Guru Murid Lafaz

PeriwayatanKesimp

ulanAl-Bukhariy 194 H 256 H Yahya bin

BukairHaddatsanâ

Yahya binBukair

155 H 231 H al-Laits Al-Bukhariy

Haddatsanâ Ittishâl

Al-laits 94 H 175 H ‘Yunus ‘Yahyabin Bukair

‘an Ittishâl

Yunus - 144 H Az-Zuhriy Al-laits ‘an Ittishâl

Az-Zuhriy 50/51 H 124/124 H Abu Salamahdan Sa’id binal-Musayyab

Yunus ‘an Ittishâl

- Abu Salamah- Sa’id bin al-Musayyab

--

94 H91/92/94,98/105 H

AbuHurairah

AbuHurairah

Az-ZuhriyAz-Zuhriy

Anna Ittishâl

Abu Hurairah - 57 H Rasulullah AbuSalamah,Sa’id binal-Musayyab

Qâlasami’tu

Ittishâl

Banyak komentar ulama dan kritikushadis terhadap masing-masing sanad. Padaumumnya dari sisi kepribadian dan ke-'adâlah-an, masing-masing sanad telahmemenuhi kriteria 'âdil. Demikian jugahalnya penilaian dari sisi kapasitasintelektualnya, masing-masing perawi

memenuhi kriteria dhâbith. Secara garisbesar tidak ditemukan pernyataan ulamayang mencela masing-masing periwayat.

Dengan demikian hadis ini telahmemenuhi syarat terpenuhi perawi dari sisi'âdil dan dhâbith

.Tabel II. Ke- adâlah -an Perawi

Nama Penilaian (ShighatTa'dil)

Kesimpulan

Yahya binBukair

Tsiqah, shadȗq 'adil

Al-laits Tsiqah, tsabat, shâlih 'adilYunus Tsiqah, lâ ba’sa bih,

shadȗq'adil

az-Zuhriy Tsiqah 'adil- Abu Salamah- Sa’id bin al-

Musayyab

- Tsiqah, faqîh, katsîral-hadîts- Tsiqah

'adil

Abu Hurairah Tsiqah ‘adil

Page 9: MENELAAH KISAH TARBAWI DALAM HADIS TENTANG …

2nd International Seminar on Education 2017Empowering Local Wisdom on Education for Global Issue

Batusangkar, September 05-06-2017

415

Tabel III. Ke-dhâbith-an Perawi

Nama Penilaian (Sighat Dhâbith) Kesimpulan

Yahya bin Bukair tsiqah, shadȗq Dhâbith

Al-Laits Tsiqah, tsabat, shâlih Dhâbith

Yunus Tsiqah, lâ ba’sa bih, shadȗq Dhâbith

Az-Zuhriy Tsiqqah Dhâbith- Abu Salamah- Sa’id bin al-Musayyab

-Tsiqah, faqîh, katsîr al-hadîts- Tsiqah

Abu Hurairah Tsiqah Dhâbith

b. Penilaian matan hadisJika hadis tentang semut ini

dicermati, maka terdapat perbedaanredaksi matan atau kalimat yangdigunakan oleh masing-masingperiwayat. Meskipun riwayat al-Bukhariyang dijadikan titik tolak kajian dalampenelitian ini menggunakan kalimat“nazala Nabiyyun min al-anbiyâ’ tahtasyajarah faladaghathu namlah”, tetapidalam hadis yang lain, al-Bukhari jugamemakai kalimat “qarashat namlahnabiyyan min al-anbiyâ’”. Begitu jugahalnya dengan Imam Muslim yang manabeliau juga menggunakan redaksi “nazalaNabiyyun min al-anbiyâ’ tahta syajarahfaladaghathu namlah “ dan dalamriwayatnya yang lain, ia jugamenggunakan redaksi “anna namlahqarashat nabiyyan min al-anbiyâ’.” Halyang sama juga ditemukan dalam jalurriwayat Abu Daud. Dalam riwayat IbnMajah, beliau menggunakan redaksi “innaNabiyyan min al-anbiyâ’ qarashathunamlah”. Begitu juga dengan redaksiImam Ahmad bin Hanbal. Pada dasarnyadua redaksi ini yang dipakai dalam hadis-hadis tentang masalah laranganmembunuh semut ini.

Kendatipun demikian, perbedaanredaksi atau lafazh yang demikianmerupakan sesuatu yang wajar dalamperiwayatan hadis, karena kebanyakanperiwayatan hadis dilakukan secara makna(al-riwâyah bi al-ma’na). Oleh sebab itu,perbedaan lafazh atau redaksi ini menjadi

sesuatu yang tidak dapat dihindari dalamperiwayatan hadis. Oleh sebab itu,perbedaan lafaz dalam hadis tentanglarangan membunuh semut ini tidakmenjadi syudzuz (janggal) dan ‘illah(cacat).

Disamping itu, juga tidakditemukan cacat pada hadis, baik pada diriperawi secara internal maupun eksternalyang menyebabkan sebuah hadis yangmengandung syâdz dan 'illat. Maka hadisriwayat al-Bukhariy tentang kisahlarangan membunuh semut ini terhindardari unsur syâdz dan 'illat.

c. Kesimpulan Penilain terhadapsanad dan matan hadisSetelah menganalis sanad hadis,

penulis memberikan kesimpulan bahwahadis di atas berkualitas shahîhdikarenakan telah memenuhi syarat-syarathadis sahih yaitu: 1. Mempunyai sanadyang bersambung (muttasil). 2. Paraperawinya ‘adil. 3. Paraperawinya dhabith (kuat hafalannya). 4.Tidak mengandung unsur-unsur syadz.5.Tidak mengandung kecacatan (‘illat)yang dapat merusak keabsahan sebuahhadis

Hasil penelusuran hadis di atasterlihat adanya perbedaan redaksi hadisseperti terdapat dalam riwayat al-Bukhariy, Muslim, Abu Daud, Ibn Majahdan Ahmad bin Hanbal. Dalamperiwayatan hadis perbedaan redaksi ataulafazh yang demikian merupakan sesuatuyang wajar, karena banyak periwayatan

Page 10: MENELAAH KISAH TARBAWI DALAM HADIS TENTANG …

2nd International Seminar on Education 2017Empowering Local Wisdom on Education for Global Issue

Batusangkar, September 05-06-2017

416

hadis dilakukan secara makna (al-riwâyahbi al-ma’na). Oleh sebab itu, perbedaanlafazh menjadi sesuatu yang tidak dapatdihindari dalam periwayatan hadis. Olehsebab itu, perbedaan lafaz dalam hadistentang larangan membunuh semut initidak menjadi syudzuz (janggal) dan illah(cacat).

Dengan demikian, dapat dikatakanbahwa hadis-hadis tentang kisah semut inidari segi sanad dan matan dapat dijadikansebagai hujjah (pegangan) bagi ajaranIslam, karena sanadnya bersambung(muttashil) dan matannya tidakmengandung unsur janggal dan cacat.

5. Syarh / penjelasan hadis

Merusak tidak disukai Allah, bahkanmerusak hewan-hewan dan pohon-pohontidak dibolehkan. Oleh karena itu, Allahmelarang berbuat kerusakan di mukabumi. Di antara pengrusakan itu adalahpengrusakan terhadap tanaman danbinatang. Pada hari kiamat seorang hambaakan ditanya tentang burung kecil yangdibunuhnya tanpa alasan yang benar.

Termasuk dalam hal ini adalah apayang disampaikan oleh Rasulullah tentangteguran Allah kepada salah seorang Nabi-Nya. Para Nabi memiliki tempatteristimewa di sisi Allah, tetapi ini tidakmenghalangi untuk meluruskan merekajika tindak tanduk mereka keliru walaupunitu remeh. Sebagaimana tergambar dalamhadis di atas bahwa seorang Nabimembakar desa semut karena seekor semutyang menggigitnya.

Dalam hadis di atas dijelaskanRasulullah menyampaikan kepada kitabahwa salah seorang Nabi Allah singgahdi bawah pohon. Al-karamaniymenyebutkan bahwa Nabi yangdimaksud dalam hadis ini adalah NabiMusa ‘alaih as-salâm. (Badr ad-Din,[t.th]:22/73)

Sepertinya dia (Nabi) berteduh daripanasnya matahari untuk beristirahat darilelahnya perjalanan. Di dekat ia berteduhterdapat sebuah desa semut (qaryah an-naml). An-Nawawiy menyebutkan bahwayang dimaksud dengan qaryah an-naml ini

adalah manzilihinna (rumahmereka/semut) atau matâ’ (tempattinggal). (an-Nawawiy, 1392: 7/412)

Adakemungkinan singgahnya Nabiini dengan teman-temannya di bumi semutini mengganggu mereka. Biasanya semutmelawan orang yang mengganggunya danmerusak ketenangannya. Seekor semutdatang dan menggigit Nabi itu.

Seorang Nabi adalah manusia. Diapun marah seperti mereka. Kadang-kadangia melakukan tindakan spontan yangmembuatnya menyesal setelah melakukanitu dan dia disalahkan karenaperbuatannya itu. Di antaranya adalahtindakan Nabi ini. (‘Umar Sulaiman‘Abdullah al-‘Asyqar, 1997: 166). Diamarah kepada seekor semut bersertateman-temannya dan bertekadmenghukum seluruh semut yang ada diempat itu dengan membakarnya.Iamemerintahkan para pengikutnya agarmenjauhkan barang-barang dari bawahpohon itu. Lalu ia menyulutkan api ditempat semut tersebut, sehingga semut-semut yang sedang berjalan-jalan didesanya (tempat tinggal semut) dan disekelilingnya terbakar dan panasnya apiitu sampai kepada semut-semut yanagberada di lubangnya di dalam tanah.

Keadilan menuntut orang yang tidakbersalah, tidak boleh dihukum karenakesalahan orang lain. Yang menggigitNabi ini hanyalah seekor semut. Jikamemang mesti dihukum, maka semestinyayang dihukum adalah semut tersebut danbukan yang lainnya. (‘Umar Sulaiman‘Abdullah al-‘Asyqar, 1997: 166). Nabikita mengajarkan kepada kita bahwa kitaberhak melawan orang atau hewan yangmenyerang kita walaupun hewan ituadalah hewan jinak. Semut ini menyerangdan menggigit. Jika orang yang digigitnyamenghukumnya, maka dia tidakdisalahkan. Adapun menghukum semuasemut yang ada di desa itu dan membakarmereka dengan api ini bukanlah sebuahkeadilan. (‘Umar Sulaiman ‘Abdullah al-‘Asyqar, 1997: 166).

Semut adalah umat ciptaan Allah.Mereka bertasbih dan mensucikan Allah

Page 11: MENELAAH KISAH TARBAWI DALAM HADIS TENTANG …

2nd International Seminar on Education 2017Empowering Local Wisdom on Education for Global Issue

Batusangkar, September 05-06-2017

417

seperti hewan-hewan. Manusia tidak bolehmenyerangnya, kecuali jika merekamenyakitinya. Oleh karena itu, Allahmenyalahkan Nabi tersebut danmencelanya karena ia menghukummelampui batas. Dia menghukum semutyang tidak bersalah karena kesalahanseekor semut. Dia membunuh sebuah umatyang bertasbih kepada Allah dan Allahtelah berfirman kepadanya denganmenegurnya “mengapa tidak hanya satusemut saja? Hanya karena kamu digigitseekor semut, kamu membinasakah umatyang bertasbih kepada Allah.” (‘UmarSulaiman ‘Abdullah al-‘Asyqar, 1997:166)

Semut memang merupakan makhlukyang paling banyak ditemukan dimana-mana, baik di dalam maupun di luar rumahdan keberadaannya terkadang cukupmengganggu aktivitas yang dilakukankarena sifatnya yang senang terhadapmakanan manis atapun kadangmengerubungi makanan yang tersaji diatas meja. Belum lagi kalau semut tersebutberjenis semut merah yang senangmenggigit kulit manusia dan dampaknyabisa saja gatal-gatal dan bentol, sehinggasebagian besar manusia mencobamembunuhnya dengan berbagai cara.Sehingga hal ini menimbulkan pertanyaanapakah boleh membunuh semut dalamIslam?.

Dalam hadis yang diriwayatkan olehIbn Mas’ud, Rasulullah menyebutkanhewan mana saja yang tidak bolehdibunuh:

حدثنا أحمد بن حنبل حدثنا عبد ھري اق حدثنا معمر عن الز ز الر بن عتبة عن بن عبد عن عبید علیھ ن النبي صلى ابن عباس قالإ

بع من الدواب وسلم نھى عن قتل أر رد(رواه النملة والنحلة والھدھد والص

أبو داود)Artinya:

“Telah menceritakan kepada kamiAhmad bin Hanbal berkata, telah

menceritakan kepada kami Abdurrazaqberkata, telah menceritakan kepada kamiMa'mar dari Az Zuhri dari Ubaidullah binAbdullah bin Utbah dari Ibnu Abbas iaberkata, "Nabi shallallahu 'alaihi wasallammelarang membunuh empat macambinatang; semut, lebah, burung hud-huddan burung shurad (salah satu jenisburung)."(HR. Abu Daud, [t.th]: 4/538)

Abadi menyebutkan haramhukumnya membunuh hewan tersebutkecuali jika membahayakan manusia dantidak ada jalan lain untuk mengusirnyakecuali dengan membunuhnya. (Abu ThibMuhammad Syams ad-Din al-Haq al-‘Azhim Abadi, [t.th]: 14/178). Sehinggaditemui berbagai cara yang dilakukanmanusia untuk membunuhnya, dan bahkanada yang membakarnya dengan apisebagaimana disebutkan dalam hadis diatas.

Abadi menyebutkan dalam hadistersebut terkandung makna bahwa dalamsyari’at Nabi tersebut dibolehkanmembunuh semut dengan membakarnya,karena Allah hanya menegur merekadengan membakar semut yang banyak(desa semut) dan asal dari teguran tersebutbukan karena ia membakarnya. Hal initerlihat dari teks hadis yang berbunyi “ فھلانملة واحدة (kenapa tidak satu semut sajayang menggigit saja yang dibakar?“. (AbuThib Muhammad Syams ad-Din al-Haq al-‘Azhim Abadi, [t.th]: 14/178). Kemudian,an-Nawawiy juga menambahkan bahwadalam syari’at Islam atau dalam ajaranNabi Muhammad Saw. tidak dibolehkanmembunuh hewan dengan api karenamenghukum dengan menggunakan apihanyalah pemilik api, yaitu Allah Swt.(an-Nawawiy, 1392: 7/412). SebagaimanaNabi Saw. bersabda:

حدثنا أبو صالح محبوب بن موسى إسحق الفزاري عن أبي أخبرنا أبو

عن ابن سعد قال إسحق الشیبانيغیر أبي صالح عن الحسن بن سعد عن أبیھ حمن بن عبد عن عبد الر

Page 12: MENELAAH KISAH TARBAWI DALAM HADIS TENTANG …

2nd International Seminar on Education 2017Empowering Local Wisdom on Education for Global Issue

Batusangkar, September 05-06-2017

418

علیھ صلى قالكنا مع رسول في سفر فانطلق لحاجتھ فرأینا وسلم

حمرة معھا فرخان فأخذنا فرخیھا فجاءت الحمرة فجعلت تفرش فجاء علیھ وسلم فقال من النبي صلى

ھا فجع ھذه بولدھا ردوا ولدھا إلی قناھا فقال من ورأى قریة نمل قد حرق ھذه قلنا نحن قال إنھ لا ینبغي حرب بالنار إلا رب النار(رواه أن یعذ

أبو داود)Artinya:

“Telah menceritakan kepada kamiAbu Shalih Mahbub bin Musa, telahmengabarkan kepada kami Abu IshaqAl Fazari, dari Abu Ishaq Asy Syaibani,dari Ibnu Sa'd, telah berkata selainShalih, dari Al Hasan bin Sa'd dariAbdurrahman bin Abdullah dariayahnya, ia berkata; kami pernahbersama Rasulullah shallallahu 'alaihiwasallam dalam suatu perjalanan,kemudian beliau pergi untuk suatukeperluannya, kemudian kami melihatseekor burung bersama kedua anaknya.Lalu kami mengambil kedua anaknya,kemudian burung tersebut datang danmengepak-ngepakkan sayapnya.Kemudian Nabi shallallahu 'alaihiwasallam datang dan berkata: "Siapakahyang menyakiti burung ini denganmengambil anaknya? Kembalikananaknya kepadanya." Dan Rasulullahshallallahu 'alaihi wasallam melihatkelompok semut yang telah kami bakar,kemudian beliau bersabda: "Siapakahyang telah membakar semut ini?" Kamikatakan; kami. Beliau berkata:"Sesungguhnya tidak layak untukmenyiksa dengan api kecuali TuhanPenguasa api." (Abu Daud, [t.th]: 3/8)

Pelarangan ini bukan ditujukan untuksarang semut saja, melainkan juga untuksemua jenis makhluk. Sementara dalamriwayat yang lain, Rasulullah pernahmenyuruh suatu pasukan muslim yang

dipimpin oleh Hamzah untuk membunuhkaum kafirin, namun kemudian beliaumelarangnya untuk membakarnya,sebagaimana disebutkan dalam hadisberikut:

ناد ال حمن الحزامي عن أبي الز رد بن حمزة الأسلمي عن حدثني محم علیھ صلى أبیھ أن رسول ره على سریة قال فخرجت وسلم أم

قوه فیھا وقال إن وجدتم فلانا فأحر بالنار فولیت فناداني فرجعت إلیھ فقال إن وجدتم فلانا فاقتلوه ولا ب بالنار إلا رب تحرقوه فإنھ لا یعذ

النار(رواه أبو داود)Artinya:

“Telah menceritakan kepadakami Sa'id bin Manshur, telahmenceritakan kepada kami Mughirahbin Abdurrahman Al Hizami, dari AbuAz Zinad, telah menceritakan kepadakuMuhammad bin Hamzah Al Aslami,dari ayahnya, bahwa Rasulullahshallallahu wa'alaihi wa sallam telahmenunjuknya sebagai pemimpin sebuahkesatuan militer. Hamzah Al Aslamiberkata; kemudian aku keluar diantarapasukan tersebut. Beliau berkata:"Apabila kalian mendapatkan Fulan,maka bakarlah dia dengan api."Kemudian aku pergi, lalu beliaumemanggilku lalu aku kembali kepadabeliau. Beliau berkata: "Apabila kalianmendapatkan Fulan maka bunuhlah dia,dan jangan kalian bakar! Sesungguhnyatidak ada yang boleh menyiksa denganapi kecuali Tuhan Penguasa api." (AbuDaud, [t.th]: 3/8)

Maka dari sini, dapat disimpulkan bahwaboleh saja membunuh semut atau binatang lainselama mengganggu dan membahayakanmanusia. Adapun untuk tatacaramembunuhnya tidak boleh dibakar ataudisiram dengan air panas, sehingga umatmuslim bisa melakukan dengan cara lain, akantetapi sebisa mungkin usirlah terlebih dahulu,

Page 13: MENELAAH KISAH TARBAWI DALAM HADIS TENTANG …

2nd International Seminar on Education 2017Empowering Local Wisdom on Education for Global Issue

Batusangkar, September 05-06-2017

419

kemudian baru memutuskan untuk membunuhhewan tersebut jika masih terus mengganggu.

Dalam hadis tersebut juga terdapatkandungan bahwa semut yang merupakansalah satu jenis binatang juga bertasbih kepadaAllah Swt. Sebagaimana Allah juga telahmenyatakan bahwa segala sesuatu bertasbih

dan memuji-Nya(QS. Al-Isra:44). Semut juga

merupakan sebuah umat sebagaimana Allahtelah mengkabarkan bahwa makhluk-makhluk,burung-burung, dan hewan-hewan, semuanyaadalah umat seperti kita. Sebagaimana AllahSwt. Berfirman dalam QS al-An’am: 38.

Relevansi hadis dengan ayat al-Qur’anSabda Rasulullah Saw. di atas

mempertegas bahwa kisah tentang semut inijuga diabadikan Allah dalam al-Qur’an,bahkan terdapat satu surat dalam al-Qur’anyang dinamai dengan surat an-Naml (semut).dinamakan dengan surat an-Naml karena ayat18 dan 19 surat ini berisikan tentang kisahseekor pemimpin semut yangmenginstruksikan anak buahnya untuk segeramasuk ke sarang karena Nabi Sulaiman As.dan tentaranya akan melewati tempat itu.

Artinya:“Hingga apabila mereka sampai dilembah semut berkatalah seekor semut:Hai semut-semut, masuklah ke dalamsarang-sarangmu, agar kamu tidakdiinjak oleh Sulaiman dan tentaranya,sedangkan mereka tidak menyadari".Maka Dia tersenyum dengan tertawakarena (mendengar) Perkataan semutitu. dan Dia berdoa: "Ya Tuhankuberilah aku ilham untuk tetapmensyukuri nikmat mu yang telah

Engkau anugerahkan kepadaku dankepada dua orang ibu bapakku danuntuk mengerjakan amal shaleh yangEngkau ridhai; dan masukkanlah akudengan rahmat-Mu ke dalam golonganhamba-hamba-Mu yang shaleh". (QS.An-Naml: 18-19)

Yang dimaksud dengan wâd an-namldi sini adalah sebuah lembah yang banyakdihuni oleh semut yang terletak di daerahsyam. (al-Qurthubiy, [t.th]: 13/169). Asy-Sya’biy menyatakan semut yang dimaksuddalam ayat ini mempunyai dua sayapsehingga ia seperti bagian dari burung. (al-Qurthubiy, [t.th]: 13/169).

Menurut Quraish Shihab ketika NabiSulaiman akan melewati tempat itu, semutmemberikan peringatan kepada teman-temannya agar menjauh dari tempat tersebutsupaya tidak terinjak oleh Nabi Sulaiman,kata semut, pastilah Nabi Sulaiman tidakmenyadari keberadaan mereka di sana.(Quraish Shihab, 2012: 425), padahal NabiSulaiman mendengar perkataan merekatersebut sejauh tiga meter, sehinggamembuatnya tersenyum. (al-Qurthubiy,[t.th]: 13/169).

Menurut Quraish Shihab, ayat di atasmenunjukkan bahwa semut merupakanhewan yang hidup bermasyarakat danberkelompok. Hewan ini mempunyai etoskerja yang tinggi dan sikap kehati-hatiannya yang luar biasa. Keunikan lainyang dimiliki oleh semut adalahmenguburkan anggotanya yang mati. Itumerupakan keistimewaan semut yangterungkap melalui penelitian ilmuwanserta semut juga merupakan hewan yangmemiliki rasa sosial dan solidaritas yangtinggi , mereka tidak egois dan tidakmementingkan diri sendiri. (QuraishShihab, 2012: 423).

Harun Yahya menyebutkan Semutmerupakan salah satu kelompok yangpaling "sosial" dalam genus serangga danhidup sebagai masyarakat yang disebut"koloni", yang "terorganisasi" luar biasabaik. Tatanan organisasi mereka begitumaju sehingga dapat dikatakan dalam segiini mereka memiliki peradaban yang miripdengan peradaban manusia. Semutmerawat bayi-bayi mereka, melindungi

Page 14: MENELAAH KISAH TARBAWI DALAM HADIS TENTANG …

2nd International Seminar on Education 2017Empowering Local Wisdom on Education for Global Issue

Batusangkar, September 05-06-2017

420

koloni, dan bertempur di samping jugamemproduksi dan menyimpan makanan.Bahkan ada koloni yang melakukanpekerjaan yang bersangkutan dengan"pertanian" atau "peternakan". Denganjaringan komunikasi yang sangat kuat,hewan ini begitu unggul sehingga takdapat dibandingkan dengan organismemana pun dalam segi spesialisasi danorganisasi sosial. (Harun Yahya, 2007,[t.hlm])

Di masa kini, para peneliti yangcerdas dan berpendidikan tinggi bekerjasiang-malam dalam berbagai lembagapemikiran untuk merumuskan organisasisosial yang sukses dan menemukan solusiyang langgeng untuk berbagai masalahekonomi dan sosial. Para ideolog jugatelah menghasilkan berbagai model sosialselama berabad-abad. Namun secaraumum, belum terlihat tatanan sosialsosioekonomis yang berhasil dicapaimelalui segala upaya intensif ini. Karenasejak dulu konsep tatanan masyarakatmanusia didasarkan pada persaingan dankepentingan individu, ta-tanan sosial yangsempurna tidak mungkin tercapai.Sementara, semut-semut telah menjalanisistem sosial yang ideal bagi merekaselama jutaan tahun hingga hari ini.(HarunYahya, 2007, [t.hlm])

Ketika melihat semut, di sini kitamengetahui bahwa Allah juga telahmengilhami mereka dengan tatanan sosialdan mereka menurutinya secara mutlak.Inilah sebabnya setiap kelompok semutmelaksanakan tugas yang ditugaskankepadanya secara sempurna dan dengankepasrahan mutlak dan tidak menuntutlebih. Sebagaimana firman-Nya yangberbunyi:

Artinya:“Sesungguhnya aku bertawakkal

kepada Allah Tuhanku dan Tuhanmu.tidak ada suatu binatang melatapunmelainkan Dia-lah yang memegang ubun-

ubunnya. Sesungguhnya Tuhanku di atasjalan yang lurus." (QS. Hud:56)

Artinya:

“Sesungguhnya Allah Dialah Mahapemberi rezki yang mempunyaikekuatan lagi sangat kokoh.” (QS. Adz-Dzariyah:58)

6. Analisa Pendidikan

Kisah yang terdapat dalam hadis diatas ditujukan kepada peserta didik.Rasulullah disini memainkan perannyasebagai seorang pendidik denganmenyampaikan mau’izhah atau ibrahkepada peserta didik melalui kisah. Maka,hal ini bisa diterapkan kepada anaksemenjak mereka berumur 3 sampai 5tahun. Mengajarkan kepada mereka adabterhadap hewan semenjak dini, sehinggamereka akan menyadari bahwa binatangjuga merupakan makhluk yang perludikasihi.

Seorang pendidik bertanggung jawabuntuk memberikan nasehat atau pelajarankepada peserta didik baik melalui kisahatau cerita seperti yang terdapat dalamhadis di atas ataupun melalui teguransecara langsung. Dalam hal ini jugaterdapat dua sekaligus metode yangdipakai oleh seorang pendidik dalam satuwaktu, yaitu menggunakan metode kisahdan nasehat dengan menyampaikanmau’izhah atau nasehat kepada pesertadidik melalui kisah sehingga mereka akanmengambil pelajaran dari kisah yangdisampaikan sebab kisah ini akanmenyentuk aspek afektif mereka.

Metode mau’izhah ini merupakansuatu cara untuk mengingatkan seseorangterhadap sesuatu yang dapat meluluhkanhatinya dan sesuatu itu dapat berupapahala ataupun siksa, sehingga dia akanmenjadi ingat.(Bukhari Umar, 2011: 128)

Abdurrahman an-Nahlawiymenyebutkan bahwa dari sudut psikologidan pendidikan, pemberian nasehat ataumau’izhah ini akan memberikan beberapahal, yaitu:

Page 15: MENELAAH KISAH TARBAWI DALAM HADIS TENTANG …

2nd International Seminar on Education 2017Empowering Local Wisdom on Education for Global Issue

Batusangkar, September 05-06-2017

421

1. Membangkitkan perasaan-perasaan ketuhanan yang telahdikembangkan dalam jiwa setiappeserta didik melalui dialog,pengamalan ibadah, praktek danmetode lainnya.

2. Membangkitkan keteguhan untuksenantiasa berpegang padapemikiran ketuhanan yang sehat.

3. Membangkitkan keteguhan untuksenantiasa berpegang padajama’ah yang beriman.

4. Penyucian dan pembersihan diriyang merupakan salah satu tujuanutama pendidikan Islam.(Abdurrahman an-Nahlawiy,1989: 390-400)

Memberikan mau’izhah atau nasehatmerupakan pekerjaan penting dan seringefektif dalam pendidikan Islam, terlebihlagi jika itu disampaikan melaui kisah ataucerita-cerita. Namun, banyak orang yangtidak menggunakannya bahkan juga orangtua. Seyogianya pendidik banyakmenggunakan ibrah atau nasehat yangmenyentuh, menyejukkan hati danmenggugah emosi peserta didik sepertiyang telah dicontohkan Rasulullah Saw.

Di samping itu, hadis ini jugaditujukan bagi pendidik agar berlaku adilterhadap peserta didik mereka. Hal initerlihat dalam teks hadis:

فأوحى ة أحرقت نملة قرصتك أن إلیھ الأمم من أمتسبح

“kemudianAllah mewahyukankepadanya, firman-Nya: "Hanyakarena gigitan sesekor semut makakamu telah membakar suatu kaumyang bertasbih".

Dalam konteks pendidikan, pesertadidik itu adalah anak oleh pendidiknya.Dengan demikian, pendidik wajib berlakuadil dalam berbagai hal terhadap pesertadidiknya. Sebagaimana MuhammadAthiyah al-Abrasiy menegaskan agarpendidik itu harus memiliki sifat-sifatkeadilan, kesucian dan kesempurnaan. (M.Athiyah Abrasyi, [t.th]: 225)

Keadilan pendidik terhadap pesertadidik mencakup dalam berbagai hal,seperti: memberikan perhatian, kasihsayang, pemenuhan kebutuhan,bimbingan, pengajaran, dan pemberiannilai serta begitu juga dengan pemberianhukuman. Bila sifat ini tidak dimiliki olehseorang pendidik, maka ia tidak akandisenangi oleh peserta didiknya. Bila initerjadi, proses pembelajaran tidak akanmendapatkan hasil yang optimal.

PENUTUP

1. Kesimpulan

Banyak hadis yang mengajarkan suatumateri keislaman kepada umat manusiadengan menggunakan metode tertentu. Bahkanterkadang suatu materi disampaikan Nabi Saw.dengan menggunakan metode yang berbedadalam kondisi yang berbeda, seperti halnyadalam bentuk kisah. Metode kisah merupakansalah satu metode pilihan yang digunakandalam proses pendidikan anak dalam Islamdengan harapan dapat menyampaikan materisesuai dengan kemampuan dan perkembanganjiwa anak, sehingga dapat dicapai suatu tujuanyang dikehendaki dalam pendidikan.

Pentingnya metode kisah ini karenaselain kemampuannya menyentuh aspekkognitif, juga efektif menyentuh aspek afektif.Hal tersebut berpotensi membentuk aspekpsikomotorik peserta didik, yakni mengajakanak untuk berprilaku sesuai dengan apa yangdikisahkan setelah memahami dan menghayatiisi kisah yang dipaparkan, kemudiandipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Semua hadis-hadis tentang kisah initerdapat dalam kitab-kitab hadis yangmu’tamad dan mu’tabarah. Kemudian, setelahditeliti hadis-hadis ini memiliki kualitas yangsahih, sehingga tidak diragukan lagi kebenaranisi yang terdapat dalam kisah tersebut. Dengandemikian, sangat mendukung sekali dijadikansebagai acuan dalam menggunakan metodekisah dalam proses pendidikan terhadappeserta didik dari para guru dan terhadap anakbagi para orang tua.

2. Saran

Page 16: MENELAAH KISAH TARBAWI DALAM HADIS TENTANG …

2nd International Seminar on Education 2017Empowering Local Wisdom on Education for Global Issue

Batusangkar, September 05-06-2017

422

Mengakhiri tulisan ini, penulismenyarankan khususnya bagi peneliti hadisdan ilmu pendidikan Islam, dan masyarakatpada umumnya :1. Selalu meneliti dan mempelajari hadis

serta memberikan pemahaman yang benartentang hadis agar dapat diamalkan denganbaik.

2. Menjadikan hadis sebagai sumberpengetahuan, tidak terkecuali untuksumber pengetahuan, sumber pendidikanIslam diberbagai lembaga pendidikan Islammulai dari lembaga pendidikan terendah(sekolahdasar), sampai kepada PerguruanTinggi.

3. Bagi masyarakat Islam agar bisamenjadikan materi pendidikan yangterdapat dalam penelitian ini sebagai acuandalam mendidik anak dalam rumah tangggadan dalam mendidik peserta didik bagiguru, dosen dan jenis pendidik lainnyadalam sekolah atau perguruan tinggi.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

[1] Abadiy, Abu al-Thib Muhammad Syamsal-Haq al-‘Azhim, ‘Aun al-Ma’bȗdSyarh Sunan Abu Dâwud, t.tp: Maktbahas-Salafiyah, t.th

[2] Abu Al-Husayn Muslim Ibn Al-Hajjaj IbnMuslim Al-Quisyayriy An-Nisbabury,Shahîh Muslim. Beirut: Dâr al-Fikr, t.th

[3] Abu Zahw, Muhammad, al-Hadîs wa al-Muhaddisûn, Cairo: Maktabah al-Taufiqiyyah, t.th

[4] Abuddin Nata, Filsafat pendidikan Islam,Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997

[5]Abrasyi, Muhammad Athiyah, al-Tarbiyahal-Islâmiyah wa Falasifatuha, Mesir:Isa al-Babiy al-Halabiy wa Syurakah,t.th

[6] Ahmad, Muhammad Dan M. Mudzakir,2000. Ulumul Hadis, Bandung : CV.Pustaka Setia, t.th

[7] Ahyadi, Abdul Aziz. 1988. PsikologiAgama, Bandung: Sinar Baru, t.th

[8] Al-Asyqar, ‘Umar Sulaiman ‘Abdullah,Shahîh al-Qashash al-Nabawiy, Beirut:

Dâr al-Nafâis li al-Nasyr wa al-Tauzî’,1997

[9] Al- ‘Asqalaniy, Ibn Hajar, Fath al-BâriySyarh Shahîh al-Bukhâriy, Beirut: Dâral-Ma’rifah, 1379

[10] ------------------, Tahdzîb al-Tahdzîb, t.tp,t.p, t.th

[11] Al-Bukhari, Imam Abu AbdillahMuhammad Ibn Ismail Ibn Ibrahim Ibnal-Mughirah Ibn Barbazah, ShahîhBukhâriy, Cairo: Dâr asy-Syu’ab, 1987

[12] Al-Dimasyqiy, Abu al-Fida’ Isma’il bin‘Umar bin al-Katsir al-Qarsiy, TafsîrIbn Katsîr, t.tp: Dâr Thîbah li al-Nasyrwa al-Tauzî’, 1999

[13] Al-Dzahabiy, Syams al-Din Abu‘Abdullah Ahmad bin Muhammad,Siyar A’lâm al-Nubalâ’, t.tp: Muassasahal-Risâlah, t.th

[15] Al-Dzahabiy, Muhammad bin Ahmad bin‘Utsman, Tadzkirah al-Huffâzh, Beirut:Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyah, 1998

[16] Al-Hadi, Abu Muhammad Abd. al-HadiIbn al-Qadir Ibn Abd., Thuruq TakhrîjHadîts Rasulullah Saw, t.t, t.tp, t.th

[17] Al-Hanafiy, Badr al-Din al-‘Ainiy,‘Umdah al-Qâriy Syarh Shahîh al-Bukhâriy, t.tp, t.p, t.th

[18] Ahmad Tafsir, Ilmu pendidikan dalamPerspektif Islam, Bandung: RemajaRosdakarya, 1992

[19] Al-‘Ibad, ‘Abd al-Muhsin, Syarh SunanAbu Dâwud, t.tp, t.tp, t.th

[20] Al-Khatib, Muhammad ‘Ajjaj, Ushul al-Hadis Ulumuhu wa Musthalahuhu,Beirut: Dâr al-Fikr, 1989

[21] Ali Syawakh Ishaq, MetodologiPendidikan Al-Qur’an dan Sunnah,penterj. Asmu’i Saliha Zakhsyari,Jakarta, Pustaka Al-Kautsar, 1995

[22] Allen, Eillin dan Lynn R. Marotz. 2010.Profil Perkembangan AnakPrakelahiran Hingga Usia 12 Tahun.Jakarta : PT. Indeks, t.th

[23] Al-Mizy, Jamaluddin Abi al-HajjajYusuf, Tahzîb al-Kamâl fi Asmâ’ al-Rijâl, Beirut: Mu’assasah al-Risâlah,1980

Page 17: MENELAAH KISAH TARBAWI DALAM HADIS TENTANG …

2nd International Seminar on Education 2017Empowering Local Wisdom on Education for Global Issue

Batusangkar, September 05-06-2017

423

[24]Al-Mubarakfury, MuhammadAbdurrahman binAbdurrahim, Muqaddimah Tuhfah al-Ahwadzi bi Syarh Jâmi’ al-Tirmidzi,tahqiq: Shidqy Muhammad Jamil al-‘Atthar, Beirut: Darul Fikr, 1995

[25] Al-Munawwir, Kamus al-Munawwir ArabIndonesia Terlengkap, Jakarta: MediaIndonesia, Jakarta 1997

[26 Al-Nasa’i, Ahmad bin Syu’aib Abu ‘Abdar-Tahman, Sunan al-Nasâ’iy, Helba:Maktabah al-Mathbȗ’ah al-Islâmiyah,1986

[27] Al-Nawawi, Abu Zakariya Yahya IbnSyaraf, Syarh Shahîh Muslim, Beirut:Dâr Ihyâ’ at-Turâts al-‘Arabiy, 1392

Al-Qardhawi, Yusuf, Bagaimana MemahamiHadisNabi Saw, alih bahasa Muhammadal-Baqir, judul asli “Kaifa Nata’amaluMa’na al-Sunnah al-Nabawiyah”,Bandung: Mizan, 1993

Al-Qastalaniy, Abu ’Abas ShihabuddinAhmad Ibn Muhammad, Irsyâd al-Syâriy li Syarh Shahhîal-Bukhâriy,Mesir: Dâr al-Fikr, t.th

Al-Qazwainiy, Ibn Majah Abu ‘AbdullahMuhammad bin Yazid, Sunan IbnMajah, t.tp: Maktabah Abiy al-Ma’âthifiy, t.th

Al-Qurthubiy, Abu al-Hasan ‘Ali bin Khalfbin ‘abd al-Malik bin Baththal al-Bakriy, Syarh Shahîh al-Bukhâriy,Riyadh: Maktabah ar-Rusyd, 2003

Al-Qurthubiy, Abu ‘Abdullah Muhammad binAhmad bin Abi Bakar bin Farh al-Anshariy al-Khazrijiy Syams al-Din, al-Jâmi li Ahkâm al-Qur’ân (Tafsîr al-Qurthubiy), Cairo: Dâr al-Kutub al-Mishriyah, t.th

Al-Sa’adiy, ‘Abd ar-Rahman bin Nashar bin‘Abdullah, Tafsîr al-Karîm al-Rahmânfî Tafsîr al-Kalâm al-Manân, t.tp:Muassasah al-Risâlah, 2000

Al-Shalih, Subhi, ‘Ulȗm al-Hadîts waMusthalahuhu, Beirut: Dâr al-‘Ilmi,1980

Al-Shalih, Subhi, Ilmu Hadis, alih bahasa TimPustaka Firdaus, judul asli ‘Ulum al-Hadîts wa Musthalahuhu, Jakarta:Pustaka Firdaus, 1995

Al-Syahrazûrî, Abu ‘Amr ‘Utsmân ibn ‘Abdar-Rahmân (populer dengan Ibn ash-Shalâh, Muqaddimah Ibn ash-Shalâh fi‘Ulûm al-Hadîts, naskah diberi notasioleh Abu ‘Abd ar-Rahmân Shalâh ibnMuhammad ibn ’Uwaydhah, Beirut: Dâral-Kutub al-Islâmiyyah, 1416 H/1995 M

Al-Syaibaniy, Ahmad bin Hanbal Abu‘Abdullah, Musnad Ahmad bin Hanbal,Cairo: Mu’assasah Qurthubah, t.th

Al-Thahan, Mahmud, Ushȗl al-Takhrîj waDirâsah al-Asânid, Riyadh: Ma’tabahal-Ma’arif, 1997

Al-Tirmidziy, Muhammad bin ‘Isa Abu ‘Isa,Sunan al-Tirmidziy, Beirut: Dâr Ihyâ’at-Turâts al-‘Arabiy, t.th

An-Nahlawi, Abdurrahman, Prinsip-Prinsipdan Metode Pendidikan Islam,Bandung: CV. Diponegoro, 1989

As-Sijistaniy, Abu Daud Sulaiman bin al-Asyh’asy, Sunan Abu Dâwud, Beirut:Dâr al-Kitab al-‘Arabiy, t.th

Armai Arief, Pengantar Ilmu dan MetodologiPendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Pers,2002

Baihaqi. Mendidik Anak dalam Kandungan.Jakarta : Darul Ulum Press, 2003

Cooper, Carol Dkk. 2008. EnsiklopediaPerkembangan Anak. DiterjemahkanOleh Nadia Lastiani. Jakarta : Erlangga.

Desmita, 2009. Psikologi PerkembanganPeserta Didik. Bandung : PT. RemajaRosdakarya, t.th

Diane E. Papalia dkk, Human Development,Perkembangan Manusia, Jakarta:Salemba Humanika, 2009

Djamarah, Syaiful Bahri. 2005. Guru DanAnak Didik Dalam Interaksi Edukatif.Jakarta : PT. Rineka Cipta

Fatah Yasin, Dimensi-Dimensi PendidikanIslam, Malang: UIN-Malang Press,2008

Hasan, A. Qadir, Ilmu Musthalah Hadis,Bandung: Diponegoro, 1987

Page 18: MENELAAH KISAH TARBAWI DALAM HADIS TENTANG …

2nd International Seminar on Education 2017Empowering Local Wisdom on Education for Global Issue

Batusangkar, September 05-06-2017

424

Hurlock, B, Elizabeth, PsikologiPerkembangan. Jakarta : Erlangga, 1980

Ibn Thaimiyah, al-Tawassul wa al-Wasilah,diterjemahkan oleh Su’adi Sa’ad denganjudul Tawasul dan Wasilah,Jakarta:Pustaka Panjimas, 1987

Ismail, M. Syuhudi, Kaidah KeshahihanSanad Hadis, Tela’ah Kritis danTinjauan dengan Pendekatan IlmuSejarah, Jakarta: Bulan Bintang, 1995

-----------------, Metodologi Penelitian HadisNabi, Jakarta:Bulan Bintang, 1992

----------------, Pengantar Ilmu Hadis,Bandung: Angkasa, 1987

Itr, Nuruddin, Ulumul Hadis, alih bahasa, Drs.Mujiyo, judul asli “Manhaj al-Naqd fi‘Ulȗm al-Hadîts”, Bandung: RemajaRosdakarya, 1994

Jahja, Yudrik, Psikologi Perkembangan.Jakarta : Kencana Prenada MediaGroup, 2012

Ma’luf, Luis, Munjid fî lughah wa I’lam,Beirut: Dâr al-Masryriq, 1994

Moeslichatoen, Metode Pengajaran di TamanKanak-Kanak, Jakarta: Rineka Cipta,1999

Khon, Abdul Majid, Hadis Tarbawi, Bandung:Kencana, 2012

Muhaimin, Pemikiran Pendidikan IslamKajian Filosofis dan KerangkaOperasionalnya, Bandung: Trigendakarya, 1993

Muhammad Ali Qutbh, Sang Anak dalamNaungan Pendidikan Islam, Bandung:Diponegoro, 1993

Nuruddin. 1997, Ulum Al-Hadis, Bandung :PT. Remaja Rosdakarya

Nur Uhbiyati dan Abu Ahmadi, IlmuPendidikan Islam I (IPI), Bandung: CV.Pustaka Setia, 1997

Prayitno, Irwan, Anakku Penyejuk Hatiku,Bekasi: Tarbiyatuna, 2004

Rahman, Fatchur, Al-Hadis an Nabawi,Yogyakarta: Menara Kudus, t.th

--------, Ikhtisar Musthalah Hadis, Bandung:al-Ma’arif, 1987

Rahmat, Syukur,Konsep Islam TentangPendidikan Pranatal, Jakarta : DiaditMedia, 2006

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta :Kalam Mulia, 2006

Said, Muhammad Malawy, Mendidik GenerasiIslam, Jogjakarta : Izzan Pustaka, 2002

Sama’un Bakry, Menggagas Konsep IlmuPendidikan Islam, Bandung: PustakaBani Quraisy, 2005

Sanjaya, Winna, Strategi PembelajaranBerorientasi Standar ProsesPendidikan, Jakarta: Kencana, 2006

Shihab, M. Quraish, Wawasan Islam,Bandung: Mizan, 1996

--------------------, Tafsir al-Mishbah, Jakarta:Lentera Hati: 2012

Soesilowindradini, Psikologi PerkembanganMasa Remaja. Surabaya : UsahaNasional, t.th

Solahudin, M. Agus., Ulumul Hadis, Bandung: Pustaka Setia 2009

Umar, Bukhari. Ilmu Pendidikan Islam.Batusangkar : STAIN Batusangkar,2000

Wensik, A.J, Fahsink W.Y, Mu’jam al-Mufahrasy li Alfâzh al-Hadîts an-Nabawi, Leiden: Brill, 1965

Yahya, Harun, Seruan Kepada Kebenaran,t.tp, t.p, 2007

Yusuf, Syams dan Nani M. Sugandhi,Perkembangan Peserta Didik. Jakarta:Rajawali Press, 2011

Zakiah Daradjat, Kepribadian Guru, Jakarta:Bulan Bintang, 1982

Zuhairini dkk, Filsafat Pendidikan Islam –cetakan ke dua, Jakarta: Bumi Aksara,1995

Zuhri, Muhammad, Hadis Nabi Tela’ahHistoris dan Metodologis, Yogyakarta:Tiara Wacana, 1997