26
MANAJEMEN DAN REFLEKSI KASUS Oleh: Nama : Aris Sandi NIM : 10711117 Stase : Penyakit Dalam Pembimbing : dr. Endra Dwi Cahyana, Sp.PD

Manajemen Kasus Dr.endra

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kasus

Citation preview

Page 1: Manajemen Kasus Dr.endra

MANAJEMEN DAN REFLEKSI KASUS

Oleh:

Nama : Aris Sandi

NIM : 10711117

Stase : Penyakit Dalam

Pembimbing : dr. Endra Dwi Cahyana, Sp.PD

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

TAHUN 2014

Page 2: Manajemen Kasus Dr.endra
Page 3: Manajemen Kasus Dr.endra

UNIVERSITAS

ISLAM INDONESIA

FAKULTAS

KEDOKTERAN

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT

DALAM

STATUS PASIEN UNTUK UJIAN

Untuk Dokter Muda

Nama Dokter Muda Aris Sandi Tanda Tangan

NIM 10711117

Tanggal Ujian 26 november 2014

Rumah sakit RSUD Soediran Mangun S.

Gelombang Periode

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. R

Usia : 18 tahun

Alamat : Wonogiri

Pekerjaan : Wiraswasta

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

No. RM : 480606

II. ANAMNESIS

Anamnesis dilakukan pada tanggal : 14 November 2014, pukul : 11.00 WIB

Resume anamnesis :

Keluhan Utama

Datang dengan keadaan demam

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang tanggal 14 november pukul 11.00 WIB ke IGD dengan

keluhan demam sudah dirasakan sejak satu minggu yang lalu, demam terutama

saat pada sore hari dan malam hari, kadang pada malam hari terasa menggigil

sedangkan pada pagi harinya demam menghilang, selain itu pasien mengeluhkan

pusing, mual tetapi tidak sampai muntah, badan terasa lemes dan pegel-pegel

Page 4: Manajemen Kasus Dr.endra

diseluruh tubuh, batuk hilang timbul berdahak, tidak ada diare. gejala belum ada

diobati.

Anamnesis Sistem:

Kepala : pusing (+), demam (+), kejang (-)

Thoraks : sesak nafas (-), berdebar (-), nyeri dada (-), batuk (-)

Abdomen : nyeri ulu hati (-), BAK dbn, BAB dbn,

Muskuloskeletal: tangan dan kaki lemas (+), kesemutan (-)

Integumentum: gatal (-)

Riwayat Penyakit Dahulu:

Tidak pernah sakit tipes sebelumnya, tidak ada darah tinggi, tidak sakit

gula darah.

Riwayat Penyakit Keluarga:

Tidak mengetahui ada atau tidaknya sakit darah tinggi dan sakit gula

Kebiasaan dan Lingkungan:

Biasanya makan ditempat kerja beli diluar rumah, makan kurang teratur,

akhir-akhir ini nafsu makan menurun. disekitar rumah tidak ada yang terkena sakit

demam berdarah.

Kesimpulan Anamnesis:

Seorang wanita usia 18 tahun dibawa ke rumah sakit dengan keluhan

utama demam terutama saat sore dan malam hari, terasa pusing, mual, badan

terasa pegel dan nafsu makan menurun.

III. PEMERIKSAAN TANDA VITAL (VITAL SIGN)

Dilakukan pada tanggal : 14 November 2014, pukul : 11.05 WIB

TD : 95/65

Suhu : 37,50C

Nadi : 85 kali permenit, reguler, isi cukup, pulsus paradoksus

Nafas : 20 kali permenit, normopneu, pernapasan torako-abdominal

Page 5: Manajemen Kasus Dr.endra

IV. PEMERIKSAAN FISIK DIAGNOSTIK :

KEADAAN UMUM

Kesadaran : compos mentis, tampak lemes, GCS E4V5M6

Kesan gizi : Cukup

Skema manusia

PEMERIKSAAN KEPALA :

Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), penurunan visus (-) Lidah kotor (+)

PEMERIKSAAN LEHER

JVP 5+2, tidak ada pembesaran limfonodi maupun kelenjar tiroid, tidak ada

deviasi trakea.

PEMERIKSAAN THORAKS

Bentuk dada normo chest

Cor I : ictus cordis (-)

P : thrill (-), punctum maksimum (-)

P : Batas pinggang jantung SIC 3 linea sternal sinistra, batas atas jantung

SIC 3 linea parasternal kiri, apeks SIC 5 midclavicula sinistra, batas

Page 6: Manajemen Kasus Dr.endra

kanan jantung SIC 4 linea sternal kanan.

A : BJ I dan II reguler, bunyi jantung tambahan (-), bising jantung (-)

Pulmo I : dinding dada dan perut tidak sejajar, perut cekung, Retraksi (-),

pengembangan pulmo dextra sinistra

P : Vokal fremitus sinistra sama dengan sinistra

P : Suara sonor di seluruh lapang paru, kanan=kiri

A : suara dasar vesikuler normal seluruh lapang paru (+), suara ronki (-)

IV.E. PEMERIKSAAN ABDOMEN :

Abdomen I : dinding abdomen sejajar dengan dinding dada

A : peristaltik 11 x/ menit

P : timpani seluruh lapang abdomen (+)

P : hepar tidak teraba, nyeri tekan (+)

IV.F. Pemeriksaan ekstremitas :

Edema ekstremitas (-), akral dingin (-), palmar eritema (-)

V. RESUME PEMERIKSAAN FISIK :

Lidah kotor (+) nyeri tekan epigastrium (+).

VI. DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS BANDING

Febris hari ke 7

DD : demam tifoid

demam berdarah

VII. RENCANA

A. TINDAKAN TERAPI :

Asering 20 tpm

injeksi cefotaxime 1 gr/12 jam

injeksi Ranitidine 50 mg/12 jam

Page 7: Manajemen Kasus Dr.endra

injeksi Paracetamol 1 gram/8 jam

B. EDUKASI

Pasien diharapkan makanan yang lembek seperti bubur untuk

mengistirahatkan saluran pencernaan, memakan buah-buahan untuk

melancarkan pencernaan karena kemungkinan demam tifoid maka bisa

terjadi diare atau konstipasi.

C. TINDAKAN DIAGNOSTIK /PEMERIKSAAN PENUNJANG :

Pemeriksaan darah rutin

Pemeriksaan kimia klinik (SGOT, SGPT)

Tes Widal

Page 8: Manajemen Kasus Dr.endra

VIII. CATATAN TINDAKAN DOKTER

Hari Ke/ tanggal

Hari ke-114 November 2014

Hari ke-215 November 2014

Hari ke-417 November2014

Hari ke-518 November 2014

Anamnesis dan pemeriksaan fisik

S : demam (+), menggigil (+), Batuk (+) pusing (+), mual (+), lemes(+), nafsu makan menurun(+) badan pegel-pegel (+), diare (-)O :KU : tampak lemasKesadaran : CMVS : TD : 95/65 N : 85x/menit T : 37,5oC R : 20x/menitKepala : lidah kotor (+)Abd : Hepar tidak teraba (-) nyeri tekan (+)

S : Demam (+) pusing (+), sesak (+), mual (+) Batuk(+), menggigil (+), lemes (+)O :KU : tampak lemasKesadaran : CMVS : TD :104/64 N : 80 T : 36,9oC R : 24x/menitKepala : lidah kotor (+)Abd : nyeri tekan epigastrium (+)

S : demam(-), nyeri kepala (+), sesak(+), mual (+), menggigil (+), deg-degan(+) batuk (+)O :KU : baikKesadaran : CMVS : TD :95/60 N : 80x/menit T : 36,4oC R : 22x/menitKepala : lidah kotor (+)Thorak pulmo : vesikuler (+/+), RBK (+/+)Abd : nyeri tekan epigastrium (-)

S : demam(-), nyeri kepala (+), sesak(+), mual (+), menggigil (+),batuk (+)O :KU : BaikKesadaran : CMVS : TD : 88/60 N : 104x/menit T : 36,5oC R : 22x/menitKepala : lidah kotor (+)Thorak pulmo : vesikuler (+/+). RBK (+/+)Abd : nyeri tekan epigastrium (-)

Pemeriksaan penunjang

Darah RutinWbc : 7,0 (4,1-10.9)Lym : 2,6 (0,6-4,1)Hb : 10.8 (12.0-18.0)Hmt : 33.0 (37.0-51,0)Plt : 372 (140-440)Tes WidalS parathypy B (+) 1/160S parathypy C (+) 1/160

Tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium

Rontgen Thorax PA:Efusi Pleura Sinistra

Tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium

Page 9: Manajemen Kasus Dr.endra

Terapi (dokter)

Asering 20 tpmInj cefotaxime 1 gr/12 jamInj Ranitidine 50 mg/12 jamInj Paracetamol 1 gram/8 jam

Inf. Asering 20 tpmInj paracetamol 1 flacc/8jamInj cloramfenikol 1gr/8jamInj antalgin 1 amp/12jamInj omeprazole 1 vial/24jamInj Ranitidine 1 amp/12jam

Inf. Asering 20 tpmInj paracetamol 1 flacc/8jamInj cloramfenikol 1gr/8jamInj antalgin 1 amp/12jamInj omeprazole 1 vial/24jamInj Ranitidine 1 amp/12jam

Inf. Asering 20 tpmInj paracetamol 1 flacc/8jamInj cloramfenikol 1gr/8jamInj antalgin 1 amp/12jamInj omeprazole 1 vial/24jamInj Ranitidine 1 amp/12jam

Hari Ke/ tanggal

Hari ke 6/ tanggal 19 November 2014 Hari ke 7/ tanggal 20 November 2014

Anamnesis dan pemeriksaan fisik

S : demam(-), nyeri kepala (+), sesak(+), mual (+), menggigil (+),batuk (+)O :KU : BaikVS : TD : 102/64 N : 119x/menit T : 37,2oC R : 24x/menitKepala : lidah kotor (+)Thorak pulmo : vesikuler (+/+). RBK (+/+)Abd : nyeri tekan epigastrium (-)

S : demam(-), nyeri kepala (+), sesak(+), mual (+), menggigil (+),batuk (+)O :KU : BaikVS : TD : 100/60 N : 98x/menit T : 36,6oC R : 20x/menitKepala : lidah kotor (+)Thorak pulmo : vesikuler (+/+). RBK (+/+)Abd : nyeri tekan epigastrium (-)

Pemeriksaan penunjangTerapi (dokter)

Inf. Asering 20 tpmInj paracetamol 1 flacc/8jamInj cloramfenikol 1gr/8jamInj antalgin 1 amp/12jam

Inf. Asering 20 tpmInj paracetamol 1 flacc/8jamInj cloramfenikol 1gr/8jamInj antalgin 1 amp/12jam

Page 10: Manajemen Kasus Dr.endra

Inj omeprazole 1 vial/24jamInj Ranitidine 1 amp/12jam

Tab Rifampisin 1x450mgTab Isoniazid 1x300mgTab Pirazinamid 1x1000mgTab Ethambutol 1x800mgTab B6 10 mg 1x1

Inj omeprazole 1 vial/24jamInj Ranitidine 1 amp/12jam

Tab Rifampisin 1x450mgTab Isoniazid 1x300mgTab Pirazinamid 1x1000mgTab Ethambutol 1x800mgTab B6 10 mg 1x1

Page 11: Manajemen Kasus Dr.endra

PEMBAHASAN

A. DEMAM TIFOID

Demam tifoid didefinisikan sebagai suatu penyakit yang disebabkan oleh

bakteri salmonella thypi dan salmonella parathypi kedalam tubuh melalui

makanan yang terkontaminasi.

Epidemiologi demam tifoid, berdasarkan data yang diteliti oleh Survey

Kesehatan Rumah Tangga Deparemen Kesehatan RI di Indonesia dibeberapa

tempat didapatkan hasil infeksi demam tifoid yang berbeda-beda sesuai dengan

daerahnya, paling banyak terdapat didaerah yang penyediaan air bersih kurang

serta sanitasi lingkungan yang buruk.

Penyebab dari demam tifoid adalah S typhi dan S paratyphy yang masuk

bersama makanan yang terkontaminasi,bakteri masuk kedalam lambung yang

sebagian akan dihancurkan dan sebagian lagi terbebas dari pengahacuran dalam

lambung, sebagian bakteri yang lolos dapat masuk kesaluran cerna yang lebih

dalam yaitu usus dan berkembang biak disana. jika pertahan tubuh pada usus

kurang bagus yaitu IgA maka kuman akan dapat menembus epitel dan selanjutnya

ke lamina propia, dilamina propia kuman berkembangbiak dan difagosit oleh

makrofag, tetapi kuman dapat bertahan hidup didalam makrofag an berkembang

biak disana, selanjutnya bakteri dibawa kedalam plak payer ileum distal dan

kemudian kekelenjer getah bening mesentrika. selanjutnya melewati duktus

torasikus kuman didalam makrofag dapat akses menuju sirkulasi darah

(bakterimia asimtomatik yang pertama) dan menyebar keorgan retikuloendotelial

terutama hati dan limpa. bakteri keluar dari sel-sel fagosit dan berkembang biak di

ruang sinusoid dan selanjutnya masuk kembali keserkulasi darah (bakterimia yang

kedua dan bergejala). di dalam hati kuman masuk ke saluran empedu dan terbawa

sampai kedalam lumen usus yang nantinya dapat keluar bersama feses. makrofag

berusaha memfagosit bakteri, akhirnya makrofag mengeluarkan beberapa

mediator inflamasi sehingga terjadi gejala sistemik seperti demam, malaise,

myalgia, sakit kepala, sakit perut, gsngguan mental, dan koagulasi, dapa juga

terjadi perdarahan saluran cerna karena erosi pembuluh darah sekitar plak payer.

Page 12: Manajemen Kasus Dr.endra

Gejala klinis lain yang biasanya terdapat pada kuman salmonella dapat

ringan hingga berat, pada minggu pertama gejala klinis penyakit ditemukan

demam, nyeri kepala, pusing, anoreksia, nyeri otot, mual, muntah, obstipasi atau

diare, perasaan tidak enak diperut, batuk, dan epitaksis. pada pemeriksaan fisik

biasanya didapatkan demam, sifat demam naik perlahan dari sore hingga malam,

bradikardi relative, lidah yang berslaput sedangkan didepan dan sampingnya

berwarna merah terang, hepatomegaly dan splenomegaly

Pada pasien didapatkan beberapa gejala seperti demam yang terutama saat

sore dan malam hari, menggigil, batuk, pusing , mual, lemes, nafsu makan

menurun, badan pegel-pegel, dari gejala ini mengarahkan kearah demam tifoid

dan untuk pemeriksaan menentukan diagnosis dapat dilakukan pemeriksaan

penunjang seperti pemeriksaan darah rutin, uji widal dan gald feses.

pada pemeriksaan darah rutim dapat didapatkan leukopeni, normal ataupun

leukositosis, dapat juga terjadi anemia ringan dan trombositopenia ringan, enzim

hepar SGPT dan SGOT dapat meningkat tetapi hanya sementara dan tidak

memerlukan penanganan khusus. Uji widal digunakan untuk mendeteksi antibody

terhadap kuman salmonella thipy, pada uji widal terjadi suatu reaksi aglutinasi

antara antigen kuman S. Thypi dengan antibody yang disebut agglutinin. dapat

diketahui agglutinin O(dari tubuh kuman), Aglutinin H(Flagela kuman), dan

Aglutinin Vi(simpai kuman) dari ketiga agglutinin tersebut hanya agglutinin O

dan H yang digunakan untuk diagnosis tifoid, agglutinin mulai terjadi dari minggu

pertama dan mencapai puncak pada minggu ke empat, pada fase akut muncul

agglutinin O kemudian diikuti agglutinin H. Aglutinin O terdeteksi sampai 4-6

bulan, sedangkan agglutinin H lebih lama sekitar 9-12 bulan. oleh karena itu uji

widal tidak bisa menentukan kesembuhan penyakit,saat ini belum ada kesamaan

pendapat mengenai titer agglutinin yang bermakna diagnostic untuk demam tifoid,

sering dipakai berdasarkan kesepakatan saja. Pada pasien didapatkan agglutinin O

yang positif menunjukan pasien sedang terinfeksi ataupun pernah terinfeksi oleh

bakteri demam tifoid. gold standar untuk tifoid adalah gald feses yang nantinya

akan ditemukan bakteri pada feses tetapi pada kasus ini tidak dilakukan

pemeriksaan tersebut.

Page 13: Manajemen Kasus Dr.endra

Penatalaksaan paling utama pada pasien demam tifoid adalah istirahat dan

perwatan bertujuan untuk mencegah komplikasi dan mempercepat penyembuhan,

kedua diet dan terapi penunjang diantaranya makanan yang seperti bubur bertahap

diberikan sampai dengan nasi agar mencegah perdarahan saluran cerna, selain itu

pengobatan symptom sangat berguna untuk kenyamanan pasien seperti

pengobatan demam ketika terjadi demam. Yang ketiga pemberian antibiotic

sangat penting untuk menghilangkan agen infeksi diantaranya antibiotic yang

digunakan adalah: kloramfenikol dengan dosis 4x500 mg/hari dapat diberikan

intravena ataupun oral, tiamfenikol dengan dosis 4x500mg/hari diketahui

memiliki kemampuan yang sama dengan kloramfenikol akan tetapi efek anemia

aplastic lebih rendah, Oba kotrimoksazol juga dapat diberikan dengan dosis 2x2

tablet (1tablet mengandung sulfametoksazol 400mg dan 80mg trimethoprim),

sefalosporin generasi ke3 dapat digunakan dengan seftriaxone dosis yang dipakai

yaitu 3-4gram/hari diberikan hingg 5 hari, golongan fluorokuinolon seperti

siprofloksasin dengan dosis 2x500mg/hari selama 6 hari. salah satu antibiotic ini

dapat digunakan pada pasien tifoid yang tidak memiliki kontraindikasi terhadap

obat tersebut, pada kasus ini pasien diberikan pengobatan kloramfenikol dengan

dosis 3gram/hari.

B. TUBERKULOSIS PARU

adalah suatu penyakit infeksi yang kronik yang disbabkan oleh kuman

tuberculosis yang masuk melalui inhalasi droplet kesaluran cerna ataupun

melewati saluran pencernaan bersama dengan minuman seperti susu yang

tercemar. penyebab infeksi ini merupakan bakteri yang tahan asam yaitu bakteri

tuberculosis, factor resiko untuk penularan yaitu mereka yang tinggal dengan

orang yang terinfeksi, kekurngan gizi dan imunodefisiensi.

Agen infeksi masuk kedalam saluran pernafasan bagian bawah karena

bakteri ini dapat menembus pertahan disaluran nafas atas, system pertahanan

tubuh seperti magrofak hanya dapat mengelilingi bakteri dan selanjutnya sel T

membungkus komplek magrofak dan basil, yang nantinya menimbulkan jaringan

parut akibat reaksi inflamasi yang ditimbulkan magrofak dengan basil,

Page 14: Manajemen Kasus Dr.endra

menimbulkan jaringan parut yang disebut tuberkel yaitu kompleks basil,

magrofak,sel T, dan jaringan parut. tuberkel akhirnya mengalami kalsifikasi yang

disebut kompleks ghon yang selanjutnya memasuki stadium perkijuan atau

perlunakan yang diakibatkan oleh enzim bakteri yang mampu menghidrolisis

protein, akibatnya bakteri memiliki akses ke system trakeobronkus dan dapat

menyebar melalui udara keorang lain. beberapa gejala klinis yang ditimbulkan

oleh agen infeksi yaitu demam hilang timbul lebih dari 2 minggu, berkeringat

malam, batuk kronik lebih dari 2 minggu, penurunan berat badan yang spesifik,

dan nafsu makan menurun. pada pasien tidak didapatkan gejala yang spesifik

sepeti diatas. pemeriksaan fisik biasanya dicurigai adanya infiltrate yang luas pada

bagian apeks paru yang dapat menimbulkan perkusi yang redup dan auskultasi

didapatkan ronki basah kasar.

Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk diagnosis adalah pemeriksaan

sputum dan rontgen thorax, sputum dilakukan sebanyak 3 kali yaitu pagi sewaktu

pagi apabila ditemukan 3 kuman basil pada satu sedian, dengan kata lain

diperlukan 5000 kuman dalam milliliter seputum. pemeriksaan radiologis pada

rontgen thorax didapatkan lesi tuberculosis dibagian apeks, dapat juga lobus

bawah, atau didaerah hilus. pada awalnya lesi seperti bercak-bercak seperti awan

dan batas yang tidak tegas, apabila lesi sudah menjadi jaringan ikat maka

bayangan berupa bulatan dengan batas yang tegas. Pada kavitas bayangan berupa

cincin yang mula-mula berdinding tipis, lama-lama menjadi sklerotik dan terlihat

menebal. pada kalsifikasi bayangan tampak seperti bercak-bercak padat dengan

densitas tinggi. gambaran radiologis lain adalah penebalan pleura, massa cairan

dibawah paru (efusi pleura). diagnosis diegakan menjadi 2 kelompok: pertama

sputum positif, ditemukan basil sekurang-kurangnya pada 2 kali pemeriksaan

sputum atau satu sedian sputum positif disertai kelainan radiologis sesuai

gambaran TB, satu sediaan sputum positif disertai biakan positif. kelompok kedua

yaitu pasien dengan sputum negative: tidak ditemukan basil pada sputum tetapi

gambaran radiologis sesuai dengan TB aktif atau sputum negative tetapi biakan

positif. pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan sputum dan biakan, hanya

Page 15: Manajemen Kasus Dr.endra

dilakukan pemeriksaan rontgen yang menunjukan adanya efusi plura pada satu

paru yang menunjukan adanya kemungkinan infeksi tuberculosis paru.

Terapi yang diberikan berupa sesuai kategori pasien yang pertama kasus

baru atau sputum BTA positif dan kasus kambuh atau kegagalan pengobatan.

kategori pertama pasien diberikan 2RHZE pada fase awal dan 4RH pada fase

lanjutan. pada kategori kedua diberikan 2RHZE/1HRZE dengan fase lanjutan

5HRE.

Nama obat BB<50 kg BB>50 kg Dosis berkala 3 kali seminggu

Isoniazid (H) 300mg 400mg 600mgRifampisin (R) 450mg 600mg 600mgPirazinamid (Z) 1000mg 2000mg 2-3gramStreptomisin (S) 750mg 1000mg 1000mgEtambutol (E) 500mg 1000mg 1-1,5gram

Pada pasien diberikan pengobatan 2RHZE yang merupakan pada pasien

dengan kasus baru.

Page 16: Manajemen Kasus Dr.endra

REFLEKSI KASUS

Identitas pasien

Nama : Ny. R

Usia : 18 tahun

Alamat : Wonogiri

Pekerjaan : Wiraswasta

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

No. RM : 480606

Diagnosis : Demam tifod

Tuberkulosis Paru

A. Resume Kasus Yang Diambil

Pasien datang tanggal 14 november pukul 11.00 WIB ke IGD dengan

keluhan demam sudah dirasakan sejak satu minggu yang lalu, demam terutama

saat pada sore hari dan malam hari, kadang pada malam hari terasa menggigil

sedangkan pada pagi harinya demam menghilang, selain itu pasien mengeluhkan

pusing, mual tetapi tidak sampai muntah, badan terasa lemes dan pegel-pegel

diseluruh tubuh, batuk hilang timbul berdahak, tidak ada diare. gejala belum ada

diobati. pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien tampak lemas,

pemeriksaan kepala lidah tampak kotor dan agak tremor. pada pemeriksaan

penunjang didapatkan adanya agglutinin O positif dan pemeriksaan rongten

thorax adanya efusi pleura.

B. Latar Belakang Pemilihan Kasus

Di Indonesia pada tahun 1990 dan 1994 dilakukan penelitian khususnya

dirumah sakit yang memberikan penjelasan bahwa dari tahu ketahun angka infeksi

demam tifoid sangat meningkat signifikan, erat kaitannya dengan sanitasi

lingkungan dan air besih karena pada tempat-tempat tertentu seperti sanitasi

lingkungan yang buruk dan mempermudah terinfeksi dan menjadi tempat

berkembang bakteri penyebab tifoid. dari saya pribadi saya ingin sekali

Page 17: Manajemen Kasus Dr.endra

mengetahui keadaan pasien tifoid dengan gejala-gejala yang dialami pasien

apakah sesuai dengan teori yang sudah pernah diketahui.

C. Refleksi Kasus ditinjau dari Aspek Keislaman

Allah berfirman dalam surah Adzariyat ayat 56, ”Dan kami tidak

mencptakan jin dan manusia kecuali agar mereka menyembah kepada-Ku.

Berdasarkan ayat ini jelas bahwa tidak ada alasan bagi manusia untuk

meninggalkan ibadahnya selagi masih hidup.

Seorang muslim diwajibkan shalat kecuali pada keadaan tertentu yang

dapat meninggalkan shalat kecuali tiga hal, yaitu tertidur hingga terbangun, orang

gila hingga tersadar, dan belum baligh. Keadaan pasien Ny.R ini tidak memenuhi

kriteria tersebut. Ny.M telah baligh dan dalam keadaan sadar sehingga kewajiban

shalat tidak gugur. Akan tetapi, islam adalah agama Allah yang mempermudah

hambanya melakukan ibadah. Allah SWT tidak menurunkan agama islam untuk

membebankan manusia kecuali sesuai kemampuan individu tersebut (Al-a’raf:

42). Hal ini juga berlaku bagi orang yang sedang sakit.

Hadist lain menyebutkan bahwa,

Page 18: Manajemen Kasus Dr.endra

Ny.R pada kasus ini dapat berdiri dan berjalan sehingga tetap diwajibkan

shlat sebagaimana mestinya.

Penyakit Ny.R yaitu demam tifoid dan tuberculosis paru merupakan suatu

penyakit yang dapat sembuh ketika ditngani dengan benar dan tepat serta

kepatuhan dari pasien walaupun membutuhkan waktu yang lama, pada pasien

tifoid dapat disembuhakn lebih cepat ketika diterapi, berbeda dengan tuberculosis

yang membutuhkan waktu minimal 6 bulan agar dapat sembuh, Ny.R harus

bersabar dan harus lebih mendekatkan diri keapa Allah SWT, salah satunya

dengan shalat dapat menenangkan pasien dan dapat meningkatkan kesabarannya,

sehingga kelapangan hati akan diberikan Allah SWT karena beliau tidak akan

menguji umatnya melebihi kemampuan yang dia miliki. Allah telah bersabda

dalam surah Al-Baqarah ayat 153, “Hai orang-orang yang beriman, mintalah

pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan mengerjakan shalat, sesungguhnya

Allah beserta orang-orang yang sabar

“Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan batas kemampuannya. Baginya ganjaran untuk apa yang diusahakannya, dan ia akan mendapat siksaan untuk apa yang diusahakannya. Dan mereka berkata, Ya Tuhan kami, janganlah Engkau menghukum kami jika kami lupa atau kami berbuat salah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau membebani kami tanggung jawab seperti Engkau telah bebankan atas orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami janganlah Engkau membebani kami apa yang kami tidak kuat menanggungnya; dan ma’afkanlah kami dan ampunilah kami serta kasihanilah kami kerana Engkaulah Pelindung kami, maka tolonglah kami terhadap kaum kafir.” (Al Baqarah : 287)

Dalam Qur’an surat Al Anbiya yang Artinya “Dan (ingatlah kisah) Ayyub, ketika menyeru Tuhannya, ‘(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau Adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang.” (Q.s. Al Anbiyaa’: 83).

Dari ayat al Qur’an diatas dapat diterangkan bahwa Allah itu adalah Tuhan

yang Maha penyayang, ketika Allah menurunkan hambanya suatu cobaaan seperti

penyakit bukan berarti Allah membencinya melainkan Allah mengujinya untuk

lebih berzikir dan mendekatkan diri kepada-Nya.

Setiap permasalahan itu selalu ada hikmahnya. Diharapkan Ny.R mampu

menjadikan sakitnya sebagai ladang amal dan penggugur dosanya.

Page 19: Manajemen Kasus Dr.endra

“Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu penyakit dan sejenisnya, melainkan Allah akan mengugurkan bersamanya dosa-dosanya seperti pohon yang mengugurkan daun-daunnya”.

(HR. Bukhari no. 5660 dan Muslim no. 2571).

Walaupun demikian, Ny.R tetap harus berusaha untuk mengontrol

penyakitnya tidak semata-mata hanya berdoa dan bersabar karena Allah SWT

telah menjanjikan bahwa “Allah tidak menurunkan penyakit melainkan pasti

menurunkan obatnya.” (HR. Bukhari No.5678).

D. Refleksi Kasus ditinjau dari Aspek Sosial-Ekonomi

Pada pasien tifoid dan tuberculosis harus mengeluarkan biaya yang lumayan

besar, apalagi pada tuberculosis paru karena pengobatan ini memerlukan waktu

jangka panjang minimal 6 bulan pengobatan sehingga biaya yang akan

dikeluarkan tidaklah sedikit. hal ini akan sangat berpengaruh terhadap

pengeluaran keluarga pasien. namun dengan adanya BPJS yang diselenggarakan

oleh pemerintah dapat memudahkan dan meringankan biaya dari pasien sehingga

tidak ada alasan bagi pasien yang mampu ataupun tidak mampu dari segi ekonomi

untuk berobat demi kesembuhannya.

Umpan balik dari pembimbing

Wonogiri, ………………...

TTD Dokter Pembimbing TTD Dokter Muda

----------------------------------- ------------------------------