MANAJEMEN ASET KENDARAAN DINAS OPERASIONAL PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG SKRIPSI Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Pada Konsentrsi Manajemen Publik Program Studi Ilmu Administrasi Negara Oleh Frisca Wulandari NIM 6661120044 FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA SERANG, APRIL 2017
Text of MANAJEMEN ASET KENDARAAN DINAS OPERASIONAL …
PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG
Gelar Sarjana Ilmu Sosial Pada Konsentrsi Manajemen Publik
Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Oleh
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
“Dan barang siapa yang berjihad, maka sesuungguhnya jihadnya itu
adalah untuk dirinya sendiri, sesungguhnya Allan Maha Kaya (tidak
memerlukan sesuatu) dari Semesta Alam” (Al-Ankabut:06).
Persembahan :
adik ku, keluarga besarku, dan teman- temanku
yang telah menjadi motivasi dan inspirasi
dan tiada henti memberikan dukungan do'anya buat aku.
“Tanpa keluarga, manusia, sendiri di dunia, gemetar dalam
dingin.”
ABSTRAK
Frisca Wulandari. 6661120044. Manajemen Aset Kendaraan Dinas
Operasional Pemerintah Kabupaten Tangerang. Program Studi Ilmu
Administrasi Negara. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Dosen
Pembimbing I: G.Ismanto, M.M., Dosen Pembimbing II: Maulana Yusuf,
M.Si.
Latar belakang dari penelitian ini adalah adanya masalah, yaitu:
Proses inventarisasi Barang Milik Daerah Pemerintah Kabupaten
Tangerang yang kurang berjalan dengan baik, kurangnya pengawasan
Barang Milik Daerah pada Kendaraan Dinas Operasional Pemerintah
Kabupaten Tangerang dalam pendistribusian Kendaraan Dinas
Oprasional berdasarkan jabatan, masih kurangnya pengamanan Barang
Milik Daerah yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Tangerang pada
Kendaraan Dinas Oprasional, serta kurangnya jumlah Sumber Daya
Manusia Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Pemerintah
Kabupaten dalam mengelola aplikasi SIMDA Barang Milik Daerah
Pemerintah Kabupaten Tangerang. Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan pengelolaan kendaraan dinas operasional di
Pemerintahan Kabupaten Tangerang. Penelitian ini menggunakan teori
Manajemen Aset Daerah yang dikemukakan oleh Doli D. Siregar dan
pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Teknik pengumpulan
data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi,
sementara analisis yang digunakan adalah model Miles &
Huberman. Hasil penelitian menunjukan bahwa manajemen aset
kendaraan dinas operasional Pemerintahan Kabupaten Tangerang kurang
baik, hal ini dapat dilihat dalam proses administrasi pada
kendaraan dinas operasional, serta melengkapi dokumen kepemilikan
dari kendaraan dinas operasional. Saran yang dapat diberikan adalah
melengkapi setiap dokumen yang dimiliki pada kendaraan dinas
operasional, memberikan sanksi tegas untuk para pegawai maupun
pejabat yang menyalahi aturan dalam menggunakan kendaran dinas
operasional, serta merekrut pegawai yang kompeten dalam bidangnya
sehingga lebih memudahkan Pemerintah Kabupaten Tangerang dalam
menyajikan data secara valid.
Kata Kunci : Manajemen, Aset Daerah, Kendaraan Dinas
Operasional
ABSTRACT
Frisca Wulandari. 6661120044. The Asset Management of Operational
Service Transportation of the Tangerang Local Government. The Study
Programme of State Administration Science, The Faculty of Social
and Political Science, Tirtayasa University. 2017. Advisor 1: G.
Ismanto, M. M., advisor 2: Maulana Yusuf, M. Si.
The background of this research is based on following problems such
as the process of goods inventorying of the Tangerang local
government is not going properly, the lack of supervising in local
goods on operational service transportation of the Tangerang local
government since the distribution of operational service
transportation is done according to the job position, the lack of
security in local goods on operational service transportation which
is done by Tangerang local government, and the lack human resource
quantity of Local Government Finance and Asset Agency in organizing
the application of SIMDA local goods of the Tangerang local
government.This research aimed to describe the organization of
operational service transportation of the Tangerang local
government. This research used the theory of the local asset
management which is stated by Doli Siregar and qualitative approach
using descriptive method. The technique of data collecting used are
interviewing, observing, and documentating. Whereas the analysis
used is Miles & Huberman model. The result of the research
shows that local asset management of operational service
transportation of Tangerang local government is not proper. It can
be seen in the process of administration of operational service
transportation and the completeness of ownership document of
operational service transportation. The beneficial suggestions for
the supervisor are completing the document of operational service
transportation, giving distinct sanction to the employee even the
functionary who trespass the regulation in using operational
service transportation, and recruiting the competent employee in
his field so that it can be easier for the Tangerang local
government to provide the valid data.
Keywords: Management, local asset, operational service
transportation.
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan Kepada Allah SWT atas berkat
dan
rahmatnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang
berjudul
“Manajemen Aset Kendaraan Dinas Operasional Pemerintah
Kabuppaten
Tangerang”.
kekurangan dan kelemahannya, yang semata-mata muncul karena
keterbatasan
waktu dan materi. Untuk itu, demi kesempurnaan skripsi ini, dengan
senang hati
penulis mengharapkan masukan, kritik dan saran yang membangun dari
pembaca
guna memberikan input kepada penulis untuk dapat membuat karya
tulis
selanjutnya yang lebih baik.
Skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa adanya
pihak-pihak
yang telah memberikan pengajaran, dukungan serta bantuan baik moril
maupun
materil demi kelancaran skripsi ini. Untuk itu penuis mengucapkan
terimakasih
kepada :
1. Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yakni Bapak Prof. Dr.
Soleh
Hidayat, M.Pd.
2. Dekan FISIP Untirta yakni Bapak Dr. Agus Sjafari, M.Si,
3. Wakil Dekan I FISIP Untirta yakni Ibu Rahmawati, M.Si, yang
juga
selaku Ketua Penguji Sidang Skripsi yang telah memberikan arahan
dan
masukan kepada peneliti.
4. Wakil Dekan II FISIP Untirta yakni Bapak Imam Mukhroman,
M.Si.
ii
5. Wakil Dekan III FISIP Untirta yakni Bapak Kandung Sapto
Nugroho,
M.Si.
6. Ketua Program Studi Ilmu Adiministrasi Negara FISIP Untirta
yakni Ibu
Listyaningsih, M.Si., yang memberikan saya kemudahan dalam
melaksanakan penelitian.
7. Dr. Dirlanudin, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik saya
di
Program Studi Ilmu Adiministrasi Negara FISIP Untirta.
8. Bapak G.Ismanto, M.M., selaku Dosen Pembimbing I Skripsi yang
telah
memberikan segala bimbingan, motivasi, pengarahan, saran dan
dukungannya kepada saya sehingga dapat menyelesaikan proposal
skripsi
ini dengan baik, saya mengucapkan terimakasih banyak kepada
Bapak.
9. Bapak Maulana Yusuf, M.Si., selaku Dosen Pembimbing II Skripsi
yang
telah memberikan segala bimbingan, motivasi, pengarahan, saran
dan
dukungannya kepada saya sehingga dapat menyelesaikan proposal
skripsi
ini dengan baik, saya mengucapkan terimakasih banyak kepada
Bapak.
10. Kepada Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah(BPKAD)
Kabupaten Tangerang yang telah mengizinkan saya untuk
melakukan
penelitiaan skripsi ini, dan memberikan bantuan berupa data-data
yang
saya butuhkan dalam penyusunan proposal skripsi.
11. Kepada Keluargaku, Mama, Papa, Adikku, Sepupu-sepupuku, Paman
dan
Bibi yang senantiasa memberikan dukungan, kasih sayang,
pengertian,
semangat, motivasi dan doa yang tak pernah putus untuk saya
dalam
menyelesaikan studi.
12. Kepada semua sahabat-sahabatku Borjuis, Cmersiel, Ladies,
Kelompok
KKM Desa Kiara dan semua teman-teman kuliah saya ANE Kelas 1b
yang selalu memberikan semangat dan menemani penulis dalam
keadaan
suka maupun duka.
seluruh oihak yang mendukung penulis, mendapatkan rahmat dan
senantiasa beraa
didalam lindungan Allah SWT. Terimakasih atas semua pihak yang
selalu
mendukung dan memberikan dorongan semangat dan doa yang tidak
pernah
putus.
Akhir kata dengan segala harapan dan kerendahan hati penulis
berharap
agar skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat serta memberikan
sumbangsih bagi
semua pihak yang membutuhkan.
1.2 Identifikasi Masalah
...........................................................................................
24
1.3 Batasan Masalah
................................................................................................
24
1.4 Rumusan Masalah
..............................................................................................
24
1.5 Tujuan Penelitian
...............................................................................................
25
DASAR PENELITIAN
3.2 Fokus Penelitian
..................................................................................................
68
3.3 Lokasi Penelitian
.................................................................................................
68
3.4.1 Definisi Konsep
...........................................................................................
69
3.4.2 Definisi Operasional
...................................................................................
69
3.5 Instrumen Penelitian
............................................................................................
70
3.7.1 Teknik Pengumpulan Data
....................................................................
…74
3.7.2. Teknik Analisis Data………………………………………………... …..78
vii
3.8 Jadwal Penelitian
.................................................................................................
82
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1.1 Deskripsi Wilayah Kota Administrasi Jakarta
Utara……………………83
4.1.2 Gambaran Umum Kecamatan Kelapa Gading...…...…………………….84
4.2. Informan Penelitian………………………….…………………………………91
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian…………………………...………………………95
4.5 Interpretasi Hasil Penelitian…………………………………..……………….143
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan…………………………………………………………………….148
5.2 Saran……………………………………………………………………….…..149
Halaman
Tabel 1.1 Data Timbulan Sampah dan Sampah Terangkut Tahun
2015……….…7
Tabel 1.2 Jumlah Kendaraan Angkutan Sampah Tahun
2015................................... ..9
Tabel 1.3 Data Lokasi dan Perkiraan Volume Sampah yang
BelumTerlayani
di Kecamatan Kelapa Gading
....................................................................
10
Tabel 3.1 Daftar
Informan..........................................................................................
73
Tabel 4.2 Capaian SPM Dinas Kebersihan Semester II
Tahun2015………………112
ix
Gambar 1.1 Pihak-pihak pemerintah DKI Jakarta yang bertanggung
jawab dalam
mengelola sampah
...............................................................................
6
Gambar 1.2 Surat dari Kepala Dinas Kebersihan kepada Pengelola
kawasan
mandiri…............................................................................................
13
Gambar 1.3 Surat dari Kepala Dinas Kebersihan kepada Pengelola
kawasan
mandiri…............................................................................................
14
Gambar 1.4 TPS
liar...................................................................................................
15
Gambar 1.5 TPS
liar...................................................................................................
16
Gambar 2.3 Kerangka
berpikir...................................................................................
65
Gambar 3.1 Siklus teknik analisis data menurut Miles dan Huberman
..................... 80
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Kecamatan Kelapa
Gading…................................ .87
Gambar 4.2 Pola Penyelenggaran Pemerintah Kecamatan Kelapa
Gading...…… 90
Gambar 4.3 Berita Acara penyitaan OTT bulan
Agustus..…………….……..…105
Gambar 4.4 Berita Acara penyitaan OTT bulan Oktober
……….……………..106
Gambar 4.5 Laporan hasil persidangan…………………………………………...107
Gambar 4.6 Posko OTT sampah di car free
day...............................................133
x
xi
Lampiran 1 Perda Nomor 3 Tahun 2103 tentang Pengelolaan
Sampah
Lampiran 2 Instruksi Gubernur Nomor 8 Tahun 2016 tentang
Penerapan
Pengelolaan Sampah Kawasan Secara Mandiri
Lampiran 2 Keputusan Kepala Dinas Kebersihan Provinsi DKI Jakarta
Nomor
117 Tahun 2016 tentang Pelaksanaan Pengelolaan Sampah Pada
Kawasan Secara Mandiri
Lampiran 2 Transkip dan Koding Data
Lampiran 2 Member check
Lampiran 2 Dokumentasi Penelitian
1
dan sudah menjadi suatu kebutuhan masyarakat tren glonalisasi.
Otonomi daerah
memiliki suatu keterkaitan yang tinggi dengan peran pemerintah
daerah dalam
pembangunan daerahnya, dan peran pemerintah pusat tidak terlalu
besar. Dalam
pembiayaan pembangunan daerahnya, tentunya pemerintah daerah
dituntut untuk
bekerja keras agar dapat mandiri dalam pembiyaan sebagian besar
anggaran
pembangunan. Oleh karena itu, pemerintah daerah harus dapat
mengoptimalisasikan sumber-sumber penerimaan daerah, termasuk
melakukan
optimalisasi aset daerah dalam pemanfaatan sumber ekonomi daerah
sebagai
pemasukan potensial bagi kas daerah.
Pemerintah daerah dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan
memiliki hubungan dengan pemerintah pusat dan dengan pemerintah
lainnya.
Pemerintah pusat dan pemerintah daerah merupakan suatu kesatuan
yang tidak
dapat dipisahkan dalam upaya penyelenggaraan maupun pelayanan
masyarakat.
Misi utama dari Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintah
daerah dan Undang-Undang Nmor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah bukan
sekedar
keinginan untuk melimpahkan kewenagan dan pembiayaan dari
Pemerintah Pusat
kepada Pemerintah Daerah, tetapi yang lebih penting adalah
keinginan untuk
2
proses penyelenggaraan pemerintah pada umumnya dan proses
pengelolaan
keuangan Pemerintah Daerah pada khususnya.
Pada era otonomi daerah sekarang ini, daerah diberikan kewenangan
yang
lebih besar untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri.
Tujuannya
yaitu untuk dapat lebih mendekatkan pelayanan pemerintah kepada
masyarakat,
memudahkan masyarakat untuk memantau dan mengontrol penggunaan
dana
yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD),
selain itu
menciptakan persaingan yang sehat antar daerah dan mendorong adanya
inovasi.
Jadi, dengan adanya kewenangan tersebut Pemerintah Daerah,
diharapkan
lebihmampu menggali sumber-sumber yang berpotensi.
Kemudian, dalam mengelola aset daerah, Pemerintah Daerah
harus
menggunakan pertimbangan aspek perencanaan kebutuhan dan
penganggaran,
pengadaan, penerimaan, penyimpanan dan penyaluran,
penggunaan,
penatausahaan, pemanfaatan atau penggunaan, pengamanan dan
pemeliharaan,
penilaian, penghapusan, pemindahtanganan, pembinaan, pengawasan
dan
pengendalian, pembiayaan dan tuntutan ganti rugi agar aset daerah
mampu
memberikan kontribusi optimal bagi Pemerintah Daerah yang
bersangkutan.
Aset Daerah sebagaimana tercantum pada Peraturan Pemerintah
Nomor
58 Tahun 2005 sering kali digunakan bergantian dengan istilah lain
yaitu
3
kekayaan daerah atau barang milik daerah. Dengan demikian barang
milik daerah
atau aset daerah atau kekayaan daerah adalah semua barang yang
dibeli atau
diperoleh atas beban APBD atau berasal dari perolehan lainnya yang
sah. Aset
daerah merupakan salah satu sumber pembiayaan daerah dalam
rangka
mendukung pelaksanaan pemerintahan di daerah. Pendapatan Asli
Daerah (PAD)
salah satunya berasal dari hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
tidak
dipisahkan.
pemerintah daerah yang dikerjasamakan dengan pihak ketiga atau
hasil divestasi
penyertaan modal pemerintah daerah. Oleh karena barang milik daerah
atau aset
daerah merupakan salah satu sumber pembiayaan dan Pendapatan Asli
Daerah
(PAD), maka harus dikelola dengan baik agar dapat memberikan
manfaat yang
sebesar-besarnya bagi masyarakat luas.
daya yang mutlak diperlukan dalam penyelenggaraan pemerintahan
daerah,
karena apabila aset dikelola dengan baik maka dapat memberikan
kontribusi bagi
pemerintah daerah sebagai sumber pendapatan sekaligus dapat
menunjang peran
dan fungsi pemerintah daerah sebagai pemberi pelayanan publik
kepada
masyarakat.
24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan adalah sumber
daya
4
ekonomi yang dikuasai atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat
dari peristiwa
masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi serta sosial di masa depan
diharapkan
dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta
dapat diukur
dalam satuan uang, termasuk sumber daya non keuangan yang
diperlukan untuk
penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang
dipelihara
karena alasan sejarah dan budaya.
Permendagri No. 17 Tahun 2007 mengartikan aset daerah adalah
barang
daerah. Barang daerah adalah semua kekayaan daerah yang dimiliki
maupun
dikuasai yang berwujud, baik bergerak maupun tidak bergerak beserta
bagian-
bagiannya ataupun yang merupakan satuan tertentu yang dapat
dinilai, dihitung,
diukur atau ditimbang termasuk hewan dan tumbuh-tumbuhan kecuali
surat dan
surat berharga lainnya..
membiayai pembangunan daerahnya. Pengelolaan aset negara yang
profesional
dan modern dengan mengedepankan good governance di satu sisi
diharapkan akan
mampu meningkatkan kepercayaan pengelolaan keuangan negara
dari
masyarakat.
berwenang dan bertanggung jawab melakukan koordinasi pengelolaan
milik
5
adalah pejabat yang bertanggung jawab mengkoordinir
penyelenggaraan
pengelolaan barang milik daerah yang ada pada satuan kerja
perangkat daerah.
Manfaat pengelolaan Barang Milik Daerah adalah guna
meningkatkan
pengurusan dan akuntabilitas, meningkatkan manajemen layanan,
meningkatkan
manajemen resiko yaitu menganalisis kemungkinan dan konsekuensi
dari
kegagalan aset dan meningkatkan efisiensi keuangan.
Salah satu masalah utama dalam pengelolaan aset daerah (municipal
asset
management) adalah ketidaktertiban administrasi dalam
pengendalian
inventarisasi aset (Wardhana, 2005:7). Karena inventarisasi aset
ini merupakan
hal yang sangat penting di dalam siklus pengelolaan aset. Aset
tetap sebagai
komponen utama dari aset daerah, oleh Pemerintah Daerah selanjutnya
harus
dapat dimanfaatkan sebagai aset yang produktif dan berguna,
sehingga berdampak
positif dalam pembangunan ekonomi daerah dan kesejahteraan
masyarakat.
Pengelolaan aset tidak hanya dibuat begitu saja namun juga
dipertangungjawabkan dengan membuat Laporan Hasil Keuangan
Pemerintah
Daerah (LKPD) yang mana LKPD ini dibuat oleh masing-masing daerah
untuk
dapat diberikan oleh Badan Pemeriksa Keuangan agar dapat
dipertanggungjawabkan. Sejak tahun 2004 BPK melakukan pemberian
penilaian
dari hasil laporan yang dibuat oleh setiap daerah, dan BPK dalam
hal ini menjadi
tim penilai sekailigus tim pemeriksa laporan tersebut. Penilaian
yang diberikan
oleh BPK adalah Opini Badan pemeriksa Keuangan (Opini BPK).
6
keuangan memerlukan perjuangan ekstra. Kelemahan dalam sistem
pengendalian
intern dan keterbatasan sumber daya manusia yang paham
akuntansi
pemerintahan sebagai penyebabnya. Keruwetan semakin menjadi
karena
ditunggangi kepentingan politik legislatif dan eksekutif dalam
penggunaan
anggaran yang cenderung menabrak aturan. Atas semua itu laporan
keuangan
harus tetap disajikan secara akuntabel. Ini bukan hal yang
mudah.
Pengelolaan aset daerah selama ini telah berjalan, namun belum
terlaksana
sebagaimana yang diharapkan untuk mencapai daya guna dan hasil guna
yang
maksimal. Masih banyak permasalahan-permasalahan yang ditemui
di
pemerintahan daerah dengan beragam masalah yang ada. Masalah
dalam
pengelolaan aset juga dirasakan oleh Pemerintahan Kabupaten
Tangerang.
Penilaian Opini BPK yang telah berjalan sejak tahun 2004
dimana
Pemerintah Kabupaten Tangerang juga mendapatkan Opini Penilaian BPK
dalam
hal Laporan Hasil Pekerjaan (LHP), dan pada tahun 2004 hingga tahun
2007
Kabupaten Tangerang mendapatkan opini penilaian Wajar Dengan
Pengecualian
(WDP) dikarenakan banyak kekuaran yang dinilai oleh BPK sekalu
penilai dalam
hal pelaporan yang telah diberikan oleh Kabupaten Tangerang.
Pada awal diadakan Pemeriksaan oleh Badan Pemeriksa Keuangan
Republik Indonesia (BPK-RI) sesuai dengan Undang-Undang Nomor 15
Tahun
2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan
Negara,
kepada Pemerintah Kabupaten Tangerang yaitu, opini Wajar
Dengan
Pengecualian (WDP) berturut-turut dari tahun 2004 sampai tahun
2007. Setelah
7
Pengecualian (WDP) pada tahun 2004 sampai dengan tahun 2007.
Badan
Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Kabupaten Tangerang
berusaha
dan memiliki suatu keinginan kuat untuk meraih opini Wajar Tanpa
Pengecualian
(WTP) yang diwujudkan dalam dukungan komitmen pimpinan yang konkret
dan
konsisten. Dan Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah
(BPKAD)
Kabupaten Tangerang mengadakan tuntutan terciptanya tranparansi
dan
akuntabilitas publik pada era keterbukaan informasi saat ini.
Berdasarkan hasil
wawancara dengan Bapak Hidayat selaku Kepala Bidang Akuntasi
Badan
Pengelola Keuangan dan Aset Daereh (BPKAD) Kabupaten
Tangerang.
(Wawancara dilakukan pada tanggal 20 Febuari 2016, pukul 10.00
WIB).
Strategi yang dibuat dilakukan dengan sebaik mungkin sehingga
pada
tahun 2008 Kabupaten Tangerang berhasil mendapatkan opini penilaian
BPK
dengan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) selama tujuh kali
berturut – turut
hingga tahun 2014.
oleh Badan Pemeriksa Keuangan kepada Pemerintah Kabupaten
Tangerang,
selama tujuh kali berturut-turut, tidak dapat atau belum cukup
untuk membuktikan
bahwa manajemen pengelolaan aset Pemerintah Kabupaten Tangerang
sudah baik,
hal ini dikarenakan BPK hanya memeriksa dari segi Laporan
Keuangannya saja.
Hal ini dapat dilihat dari daftar aset kendaraan oprasional
Pemerintah Kabupaten
Tangerang Tahun 2014.
Tabel 1.1 Daftar Kondisi Kendaraan Oprasional Pemerintah
Kabupaten
Tangerang Tahun 2014 No. Jenis Kendaraan Jumlah Kendaraan 1. Dump
Truck 178 2. Jeep 23 3. Kendaraan Bermotor Beroda Tiga Lain-lain
131 4. Kendaraan Bermotor Angkutan Barang Lain-lain 14 5. Kendaraan
Bermotor Beroda Dua Lain-lainnya 5 6. Kendaraan Bermotor khusus
Lain-lain 9 7. Kendaraan Dinas Bermotor Lain-lain 47 8. Micro Bus
(Penumpang 15-30) 6 9. Mini Bus (Penumpang 14 orang kebawah) 479
10. Mobil Ambulance 80 11. Mobil Jenazah 2 12. Mobil Kendaraan
Bermotor Penumpang Lain-lain 29 13. Mobil Pemadam Kebakaran 19 14.
Mobil Tangki 9 15. Mobil Tinja 3 16. Mobil Unit Kesehatan Hewan 1
17. Mobil Unit Kesehatan Masyarakat 1 18. Mobil Unit Pameran 1 19.
Mobil Unit Penerangan 1 20. Mobil Unit Perpustakaan Keliling 7 21.
Mobil Unit Visual Mini (Muviani) Darat 1 22. Mobil Workshop 2 23.
Pick Up 100 24. Sedan 9 25. Semi Trailer 1 26. Sepeda Motor 1362
27. Staion Wagon 62 28. Trailer 2 29. Truck+Attachment 6 30. Truck
Crane 75 (Sumber: Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
Kabupaten Tangerang)
Berdasarkan hasil observasi awal dan berdasarkan data yang
ditemukan
oleh peneliti pada 17 Maret 2016, di Badan Pengelolaan Keuangan dan
Aset
(BPKAD) Kabupaten Tangerang, maka peneliti menemukan beberapa
masalah
penting untuk mendukung penelitian ini, yaitu:
9
Pertama, Proses inventarisasi Barang Milik Daerah Pemerintah
Kabupaten
Tangerang yang kurang berjalan dengan baik. Hal ini dapat
dibuktikan oleh
adanya pencatatan aset kendaraan Pemerintah Kabupaten Tangerang
yang belum
berjalan dengan baik.
Kecamatan Gunung Kaler Sepeda Motor
Honda Win Baik Tidak Di ketemukan Fisiknya
Kecamatan Gunung Kaler Sepeda Motor Honda Win Baik
Tidak Di ketemukan Fisiknya
Tidak Di ketemukan Fisiknya
Tidak Di ketemukan Fisiknya
Tidak Di ketemukan Fisiknya
Tidak Di ketemukan Fisiknya
Tidak Di ketemukan Fisiknya
Tidak Di ketemukan Fisiknya
Tidak Di ketemukan Fisiknya
Hal ini, dapat dibuktikan di dalam daftar kendaraan
operasional
Pemerintah Kabupaten Tangerang, menyebutkan bahwa masih banyak
kendaraan
operasional yang tidak ada bentuk fisiknya, seperti yang terjadi di
Kecamatan
Gunungkaler, ditemukan Sembilan kendaraan oprasional yang tidak
dapat
ditemukan fisiknya, namun terdapat dalam daftar kendaraan
operasional
Pemerintah Kabupaten Tangerang. Kemudian selain pada
Kecamatan
10
Gunungkaler ditemukan pula kendaraan dinas operasional milik Dinas
Koperasi,
Usaha Mikro, Kecil dan Menegah yang tidak ditemukan fisiknya, namun
tercatat
pada daftar kendaraan dinas operasional Pemerintah Kabupaten
Tangerang,
seperti pada gambar dibawah ini ;
Gambar 1.2
SKPD Jenis Kendaraan Spesifikasi Nomor Polisi
Kondisi Kendaraan
Mini Bus (penumpang 14 orang kebawah)
SUZUKI B 1093 NQN Baik Tidak Di ketemukan Fisiknya
Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menegah
Mini Bus (penumpang 14 orang kebawah)
SUZUKI B 8423 CQ Baik Tidak Di ketemukan Fisiknya
(Sumber : BPKAD Kabupaten Tangerang, Bidang Aset)
Berdasarkan wawancara dengan Bapak Deddy Hidayat selaku Bagian
Inventaris
BPKAD Kabupaten Tangerang dan Berdasarkan Data Kendaraan
Operasional
Pemerintah Kabupaten Tahun 2014. (Wawancara dilakukan pada Tanggal
26
April 2016, di BPKAD Kabupaten Tangerang, pukul 09.00 WIB).
Kedua, Kurangnya pengawasan Barang Milik Daerah pada
Kendaraan
Dinas Operasional Pemerintah Kabupaten Tangerang dalam
pendistribusian
Kendaraan Dinas Oprasional berdasarkan jabatan.
11
No. Jabatan Jenis Jum. Kapasitas Mesin
1. Eselon Ia dan yang setingkat Sedan/SUV 1 2.000 cc/3.500 cc
2. Eselon Ia dan yang setingkat Sedan 1 2.000 cc
3. E.selon IIa dan yang setingkat SUV 1 2.500 cc
4 Eselon IIb dan yang setingkat SUV 1 2.000 cc
5. Eselon III dan yang setingkat,
berkedudukan sebagai Kepala Kantor
/2.500 cc diesel
kab/kota
kab/kota
Sepeda
Motor
(Sumber : Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 76/PMK.06/2015
tentang Standar Barang
dan Standar Kebutuhan Barang Milik Negara Berupa Alat Angkutan
Darat Bermotor Dinas
Operasional Jabatan di Dalam Negeri).
Hal ini dapat terjadi dikarenakan oleh belum optimalnya
pendistribusian
kendaraan dinas operasional dikalangan Pemerintah Kabupaten
Tangerang sesuai
dengan prosedur diatas atau prosedur Kendaraan Oprasional Menurut
PMK
Nomor 76/PMK.06/2015 tentang Standar Barang dan Standar Kebutuhan
Barang
Milik Negara Berupa Alat Angkutan Darat Bermotor Dinas Operasional
Jabatan
di Dalam Negeri. Dimana, didalam peraturan tersebut terdapat
penjelasan tentang
standar barang dan standar kebutuhan Barang Milik Negara berupa
alat angkut
darat bermotor dinas operasional Jabatan dalam Negeri. Hal ini
terjadi pada
12
beberapa SKPD yang telah peneliti temukan pada Pemerintah
Kabupaten
Tangerang yaitu, salah satunya pada Dinas Koperasi dan Usaha Kecil
Menengah
Kabupaten Tangerang, dimana terdapat Kepala Unit Pelayanan Terpadu
(KUPT)
Koperasi dan Usaha Makro, Kecil, dan Menegah Kabupaten
Tangerang
menggunakan jenis mobil MPV dengan kapasitas mesin 2.500 cc,
padahal
seharusnya Kepala Unit Pelayanan Terpadu (KUPT) Koperasi dan Usaha
Makro,
Kecil, dan Menegah Kabupaten Tangerang, menggunakan mobil berjenis
MPV
dengan kapasitas mesin 1.500cc. Berdasarkan wawancara dengan Bapak
Deddy
Hidayat selaku Bagian Inventaris BPKAD Kabupaten Tangerang.
(Wawancara
dilakukan pada Tanggal 26 April 2016, di BPKAD Kabupaten Tangerang,
pukul
09.00 WIB).
Gambar 1.3
SKPD Jenis Kendaraan Spesifikas i
Nomor Polisi Kondisi Keterangan
Dinas Kesehatan Mobil Ambulance Isuzu A 9937 A Baik Tidak ada BPKB
Dinas Kesehatan
Sepeda Motor Yamaha B5652 CQ Baik Tidak ada BPKB
Dinas Kesehatan Sepeda Motor Suzuki
B5873 CQ Baik
Tidak ada BPKB
B6063NIQ Baik
Dimana dalam daftar kendaraan dinas operasional Pemerintah
Kabupaten
Tangerang Tahun 2014, disana masih terdapat kendaraan-kendaraan
operasional
milik SKPD Kabupaten Tangerang yaitu Dinas Kesehatan yang tidak
memiliki
dokumen kepemilikan seperti BPKB kendaraan, seperti satu mobil
ambulan dan
tiga sepeda motor yang tidak memiliki BPKB kendaraan. Berdasarkan
Data
Kendaraan Operasional Pemerintah Kabupaten Tahun 2014. (Data
diperoleh pada
Tanggal 17 Maret 2014, di BPKAD Kabupaten Tangerang, pukul 09.00
WIB).
Keempat, kurangnya jumlah pegawai Badan Pengelola Keuangan dan
Aset
Daerah (BPKAD) Pemerintah Kabupaten dibidang aset dalam mengelola
aplikasi
SIMDA Barang Milik Daerah Pemerintah Kabupaten. Hal ini dapat
dilihat pada
bagian aset Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD)
Pemerintah
Kabupaten, yang hanya memiliki 4 (empat) pegawai untuk mengelola
Barang
Milik Daerah Pemerintah Kabupaten yang terdiri dari 29 kecamatan,
dan 254
Desa. Dimana setiap 1 (satu) orangnya dibebankan kurang lebih 17
SKPD. Hal ini
tentunya memiliki dampak pada pengelolaan maupun pembaharuan data
Barang
Milik Daerah, dan kurangnya pengawasan dan Pengendalian pada
Pemerintah
Kantor Arsip Daerah Sepeda Motor Suzuki
B 6118 CQ Baik Tidak ada BPKB
Kantor Arsip Daerah Sepeda Motor Honda
B 5118 CQ Baik Tidak ada BPKB
Kantor Arsip Daerah Sepeda Motor Suzuki Smash
B 6489 NIQ Baik Tidak ada BPKB
Kantor Arsip Daerah Sepeda Motor Suzuki Smash
B 6411 NIQ Baik Tidak ada BPKB
Kec. Jayanti Sepeda Motor Honda
B 3160 FQ Baik Tidak ada BPKB
14
tanggal 4 Januari 2016 di Badan Pengelolaan BPKAD Kabupaten
Tangerang).
Berdasarkan hal tersebut penulis merasa tertarik untuk
memperoleh
gambaran lebih jauh tentang Manajemen Aset Pemerintah
Kabupaten
Tanngerang. Maka judul yang penulis angkat dalam penelitian ini
adalah:
“Manajemen Aset Kendaraan Dinas Operasional Pemerintah
Kabupaten
Tangerang”.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka untuk memfokuskan arah
dan
proses pembahasan dalam penelitian ini, peneliti
mengidentifikasikan masalah
sebagai berikut ;
Tangerang yang kurang berjalan dengan baik.
b. Kurangnya pengawasan Barang Milik Daerah pada Kendaraan
Dinas
Operasional Pemerintah Kabupaten Tangerang dalam
pendistribusian
Kendaraan Dinas Oprasional berdasarkan jabatan.
c. Masih kurangnya pengamanan Barang Milik Daerah yang
dilakukan
Pemerintah Kabupaten Tangerang pada Kendaraan Dinas
Oprasional.
d. Kurangnya jumlah Sumber Daya Manusia Badan Pengelola Keuangan
dan
Aset Daerah (BPKAD) Pemerintah Kabupaten dalam mengelola
aplikasi
SIMDA Barang Milik Daerah Pemerintah Kabupaten.
1.3.Batasan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka dalam penelitian ini, penulis
membatasi
permasalahan yang akan dibahas berfokus pada Manajemen Aset
Kendaraan
Dinas Oprasional Pemerintah Kabupaten Tangerang Tahun 2014.
1.4.Rumusan Masalah
penelitian dapat dirumuskan adalah :
Tangerang Tahun 2014?
Manajemen Aset di Badan Pengeolaan Keuangan dan Aset Daerah
(BPKAD)
Kabupaten Tangerang.
1.6.Manfaat Penelitian
yang bersangkutan dalam penelitian ini, baik manfaat secara praktis
maupun
secara teoritis.
Manfaat Praktis
Beberapa manfaat secara praktis dari penelitian ini, yaitu sebagai
berikut.
1. Bagi peneliti, yakni untuk mengembangkan kemampuan dan
penguasaan
ilmu pengetahuan yang pernah diperoleh selama perkuliahan
pada
16
Tirtayasa.
2. Bagi pembaca, penelitian ini dapat memberikan informasi secara
tertulis
maupun sebagai referensi atau bahan masukan berkaitan mengenai
Strategi
Manajemen Aset di Badan Pengeolaan Keuangan dan Aset Daerah
(BPKAD) Kabupaten Tangerang.
Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk wawasan dan
pengetahuan,
yang dapat digunakan dalam pengembangan ilmu pengetahuan yang
berkaitan dengan Ilmu Administrasi Negara, khususnya tentang
Strategi
Manajemen Aset di Badan Pengeolaan Keuangan dan Aset Daerah
(BPKAD) Kabupaten Tangerang.
Hasil dari penelitian ini diharapkan semoga dapat dijadikan
refrensi bagi
peneliti lain yang akan melakukan penelitian lebih lanjut dengan
topik
yang sama.
PENELITI
Dunia internasional manajemen aset telah berkembang cukup pesat,
namun di
Indonesia hal ini khusunya dalam konteks pengelolaan aset
pemerintah daerah
sepenuhnya belum dapat dipahami oleh para pengelola daerah.
Manajemen aset
pemerintah daerah dibagi dalam lima tahap kerja yang meliputi;
inventarisasi aset,
legal audit, penilaian aset, optimalisasi pemanfaatan dan
pengembangan SIMA
(Sistem Informasi Manajemen Aset), dimana kelima tahapan tersebut
adalah saling
berhubungan dan terintegrasi satu dengan yang lainnya. (Doli
D.Siregar: 2004)
2.1.1 Pengelolaan Barang Milik Daerah
Pengelolaan Barang Milik Daerah sebagai bagian dari pengelolaan
keuangan
daerah yang dilaksanakan secara terpisah dari pengelolaan barang
milik Negara.
(Peraturan Menteri Dalam Negeri No 17 Tahun 2007 Tentang Pedoman
Teknis
Pengelolaan Barang Milik Daerah, Pasal 2).
1. Definisi
a. Barang milik Negara adalah semua barang yang dibeli atau
diperoleh
atas beban APBN atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.
18
b. Barang milik Daerah adalah semua barang dibeli atau diperoleh
atas
beban APBD atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.
c. Menurut Soleh dan Rochmansjah (2020:174), BMD terdiri dari:
1)
barang yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah yang
penggunaannya/
pemakaiannya berada pada Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD)/Instansi/Lembaga Pemerintah Daerah lainnya sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan;
Daerah lainnya yang status barangnya dipisahkan. Barang milik
daerah yang
dipisahkana adalah barang daerah yang pengelolaannya berada
pada
Perusahaan Daerah atau Badan Usaha Milik Daerah lainnya yang
anggarannya dibebankan pada anggaran Perusahaan Daerah dan Badan
Usaha
Milik Daerah.
1. Barang yang diberi atau diperoleh atas beban APBN/D.
2. Barang yang berasal dari perolehan lainnya yang sah,
yaitu:
a. Barang yang diperoleh dari hibah/ sumbangan yang sejenis;
b. Barang yang diperoleh sebagai pelaksana dari perjanjian/
kontrak;
c. Barang yang diperoleh berdasarkan keputusan pengadilan
yang
telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
19
fungsional, kepastian hokum, transparansi dan keterbukaan,
efisiensi,
akuntabilitas dan kepastian nilai (pasal 3 PP No. 6 Tahun
2006).
Lingkup pengelolaan aset/barang daerah meliputi:
Perencanaan kebutuhan dan penganggaran, pengadaan,
penggunaan,
pemanfaatan, pengamanan dan pemeliharaan, penilaian,
penghapusan,
pemindahtanganan, penatausahaan pembinaan, pengawasan dan
pengendalian. (Peraturan Pemerintah N0.6 Tahun 2006 Tentang
Pengelolaan Barang Milik Negara atau Daerah).
2.1.2 Definisi Manajemen
mengemukakan sebagai berikut:
(Manajemen berhubungan dengan pencapaian sesuatu tujuan yang
dilakukan melalui dan cara dengan orang-orang lain).
Dalam definisi ini manajemen dititikberatkan pada usaha
memanfaatkan orang lain dalam pencapaian tujuan. Untuk mencapai
tujuan
tersebut, maka orang-orang didalam organisasi harus jelas
wewenang,
tanggung jawab, dan tugas pekerjaannya.
20
Lembaga Administrasi Negara Tahun 1978-1979 dalam
Hadayaningrat
(2001:19) memberiksn definisi manajemen sebagai berikut :
“Management is defined as a process dealing with a guided group
activity and based on distinc objectives which have to be achievied
by the involment of human and non-human resources”. (Manajemen
didefinisikan sebagai suatu proses yang berhubungan dengan
bimbingan kegiatan kelompok dan berdasarkan atas tujuan yang jelas
yang harus dicapai dengan menggunakan sumber-sumber tenaga manusia
dan bukan tenaga manusia).
Dalam definisi ini, manajemen dititikberatkan pada bimbingan
kegiatan kelompok. Dalam pencapaian tujuan kelompok ini
penggunaan
sumbe daya manusia adalah sangat penting, sekalipun sumber-sumber
daya
lainnya tidak boleh diabaikan.
memberiksn definisi manajemen sebagai berikut :
“Management is a distinct process consisting of planning,
organizing, actuating, and controlling, utiliiting in each both
science and art, and followed in order to accomplish predetermined
objectives”. (Manajemen adalah suatu proses yang membeda-bedakan
atas: perencanaan, pengorganisasian, penggerakan pelaksanaan dan
pengawasan, dengan memanfaatkan baik ilmu maupun seni, agar dapat
menyelesaikan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya).
21
dari tahap perencanaan, pengorganisasian, penggerakan pelaksanaan
dan
sampai pada pengawasan.
pemanfaatan sumber-sumber daya organisasi secara efektif dan
efisien untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2.1.2.1 Asas Asas Manajemen.
kebenaran umum yang dijadikan pedoman pemikiran dan tindakan.
Asas-
asas muncul dari hasil penelitian dan pengalaman. Asas ini
sifatnya
permanen, umum dan setiap ilmu pengetahuan memiliki asas yang
mencerminkan “intisari” kebenaran-kebenaran dasar ilmu bidang
tersebut.
Asas adalah dasar tetapi bukanlah sesuatu yang absolut atau
mutlak.
Artinya, penerapan asas harus mempertimbangkan
keadaan-keadaaan
khusu dari keadaan yang berubah-ubah.
Asas bukanlah hukum atau dogma, tetapi hanya sebagai hipotesa
yang harus diterapkan secara fleksibel, praktis, relevan dan
konsisten.
Dengan menggunakan asas-asas manajemen, seorang manajer dapat
mengurangi atau menghindari kesalahan-kesalahan dasar dalam
menjalankan pekerjaanya, dan kepercayaan pada diri sendiri pun
akan
22
usaha kegiatan-kegiatannya.
umum manajemen adalah sebagai berikut:
1. Divixion of work (asas pembagian kerja)
Asas ini sangat penting, karena adanya limit faktor, artinya
adanyya
keterbatasan-keterbatasan manusia dalam mengerjakan semua
pekerjaan, yaitu:
pekerjaaan. Tujuannya untuk memperoleh efisiensi organisasi dan
pembagian
kerja yang berdasarkan spesialisasi sangat diperlukan, baik pada
bidang teknis
maupun pada bidang kepemipinan. Asas pembagian kerja ini mutlak
harus
diadakan pada setiap organisasi karena tanpa pembagian kerja
berarti tidak
ada organisasi dan kerjasama diantara anggotanya. Dengan pembagian
keraj
maka daya guna dan hasil guna organisasi dapat ditingkatkan demi
tercapinya
tujuan.
23
pun sebesar X. Wewenang (authority) menimbulkan “hak”,
sedangkan
tanggung jawab menimbulkan “kewajiban”. Hak dan kewajiban
adanya interaksi atau komunikasi antara atasan dan bawhan.
3. Discipline
ditetapkan, dan perintah atasan harus dihormati, dipatuhi,
serta
dilaksanakan sepenuhnya.
orang bawahan. Asas kesatuan perintah ini perlu karena jika
seorang
bawahan diperintahkan oleh beberapa orang atasan maka ia akan
binggung.
satu tujuan, satu perintah, dan satu alasan, supaya terwujud
kesatuan
24
sama. Unity of command berhubungan dengan karyawan, sedangkan
Unity of Direction bersangkutan dengan seluruh perusahaan.
6. Subordination of Individual Interst into Genaral Interst
Setiap orang dalam organisasi harus mengutamakan kepentingan
bersama (organisasi), diatas kepentingan pribadi. Misalnya
pekerjaan
kantor sehari-hari harus diutamakan dari pekerjaan sendiri.
7. Remuneration of Personal
adil, wajar dan seimbang dengan kebutuhan, sehingga
memberikan
kepuasan yang maksimal baik bagi karyawan maupun majikan.
8. Centralization
itu dipusatkan atau dibagi-dibagi tanpa mengabaikan
situasi-situasi
khas, yang akan memberikan hasil keseluruhan yang memuaskan.
Centralization ini sifatnya dalam arti relative, bukan asbolut
(mutlak).
9. Scalar of Chain (Hierarchy)
Saluran perintah atau wewenang yang mengalir dari atas
kebawah
harus merupakan mata rantai vertikal yang jelas, tidak terputus,
dan
dengan jarak terpendek. Maksudnya perintah harus berjenjang
dari
jabatan tertingggi ke jabatan terendah dengan cara berurutan.
10. Order
25
Asas ini dibagi atas material order dan sosial order, artinya
keteraturan
dan ketertiban barang-barang atau alat-alat organisasi
perusahaan
harus ditempatkan pada tempat yang sebenarnya jangan disimpan
dirumah. Sosial order artinya penempatan karyawan harus
sesuai
dengan keahlian atau bidang spesialisanya.
11. Eguity
Pemimpin harus berlaku adil terhadap semua karyawan dalam
memberikan gaji dan jaminan sosial, pekerjaan dan hukuman.
Perlakuan yang adil akan mendorong bawahan mematuhi perintah-
perintah atasan dan gairah kerja. Jika tidak adil bawahan akan
malas
dan cenderung menyepelekan tugas-tugas dan perintah
atasannya.
12. Initiative
kesempatan kepada bawahannya untuk berinisiatif dengan
memberikan kebebasan agar bawahan secara aktif memikirkan dan
menyelesaikan sendiri tugas-tugasnya.
Menurut asas ini, kesatuan kelompok harus dikembangkan dan
dibina
melalui sistem komunikasi yang baik, sehingga terwujudnya
kekeompakan kerja (team work) dan timbul keinginan untuk
mencapai
hasil yang baik. Pemimpin perusahaan harus membina para
26
perusahaan itu.
Menurut asas ini, pemimpin perusahaan harus berusaha agar
mutasi
dan keluar masuknya karyawan tidak terlalu sering karena akan
mengakibatkan ketidakstabilan organisasi, biaya-biaya semakin
besar,
dan perusahaan tidak mendapat karyawan berpengalaman.
Pemimpin
harus berusaha agar setiap karyawan betah bekerja sampai
pensiunnya.
Jika karyawan sering berhenti perlu manajer menyelidiki
penyebabnya. (Fayol dalam Hasibuan, 2009:9)
Kesimpulannya bahwa asas (prinsip) adalah kebenaran umum yang
memberikan dasar pemikiran, keyakinan, dan pedoman pemecahan
problem,
pelaksanaannya fleksibel serta disesuaikan dengan situasi
kebutuhan, dan
keadaaan-kedaaan khusus. Jadi tidak semua asa tersebut dapat
berlaku.
2.1.2.2 Tujuan Manajemen.
tujuan yang ingin dicapai. Tujuan individu adalah untuk dapat
memenuhi
kebutuhan-kebutuhannnya berupa materi dan non materi dari
hasil
kerjanya. Tujuan organisasi adalah mendapatkan laba atau
pelayanan/pengabdian melalui proses manajemen itu.
27
mempunyai perbedaan yang gradual saja. Tujuan maknannya hasil
yang
umum (generalis), sedangkan sasaran berarti hasil khusus
(spesialis).
Tujuan adalah suatu hasil yang ingin dicapai melalui proses
manajemen.
Tujuan adalah hasil yang diinginkan yang melukiskan skop yang
jelas,
serta memberikan arah kepada usaha-usaha seorang manajer
(G.R.Terry
dalam Hasibuan 2009:17). Jadi mencangkup empat pokok yaitu: 1.
Tujuan,
2. Skop, 3. Kepastian, 4. Arah.
Tujuan yang dicapai selalu ditetapkan dalam suatu rencana
(plan),
akrena itu hendaknya tujuan ditetapkan “jelas, realitis, dan
cukup
menantang” untuk diperjuangkan berdasarkan pada potensi yang
dimiliki.
Jika tujuan jelas, realitas dan cukup menantang maka usaha
untuk
mencapinya cukup besar. Sebaliknya, jika ditetapkan terlalu mudah
atau
terlalu muluk maka motivasi untuk mencapainya rendah. Jadi
semangat
keja karyawan akan termotivasi, kalau tujuan ditetapkan jelas,
realitas dan
cukup menantang untuk dicapinya.
beberapa sudut dan dibedakan sebagai berikut:
1. Menurut tipe-tipenya, tujuan dibagi atas :
a. Profit objectives, bertujuan untuk mendapatkan laba bagi
pemiliknya.
28
baik bagi konsumen dengan mempertinggi nilai barang dan jasa
yang ditawarkan kepada konsumen.
diciptakan perusahaan untuk kesejahteraan masyarakat.
d. Personal objectives, bertujuan agar para karyawan secara
individual economic, social psychological mendapat kepuasan
di
bidang pekerjaaannnya dalam perusahaan.
a. Tujuan primer
b. Tujuan sekunder
c. Tujuan individual
d. Tujuan sosial
a. Tujuan jangka panjang
b. Tujuan jangka menengah
c. Tujuan jangka pendek
a. Management objectives, tujuuan dari segi efektif yang
harus
ditimbulkan oleh manajer.
b. Management objectives, tujuan yang harus dicapai daya upaya
atau
kreativitas-kreativitas yang bersifat manajerial.’
memerlukan administrasi.
kebutuhan-kebutuhan dan memerlukan efisiensi untuk
pencapinnya.
jawab moral.
f. Technical objectives, tujuan berupa detail teknis, detail kerja,
dan
detail karya.
kerampungan suatu pekerjaan.
a. Overall enterprise objectives, adalah tujuan semesta
(generalis)
yang harus dicapi oleh badan usaha secara keseluruhan.
b. Divisional objectives, adalah tujuan yang harus dicapai oleh
setiap
divisi.
noleh masing-masing bagian.
setiap seksi.
setiap kelompok urusan.
masing-masing individu.
manajemen dan aktivitas kerja, tujuan beraneka macam, tetapi
harus
ditetapkan secara jelas, realistis, dan cukup menantang berdasarkan
analisis
data, informasi, dan pemilihan dari alternatif-alternatif yang
ada.
2.1.3 Definisi Aset.
Untuk memperjelas pengertian aset, berikut ini dikemukakan
beberapa
definisi mengenai aset atau aktiva yang diperoleh dari berbagai
sumber. Aset berasal
dari kosa kata bahasa Inggris “asset” secara umum atinya adalah
barang (thing) atau
sesuatu barang (anything) yang mempunyai nilai ekonomi, nilai
komersial atau nilai
yang dimiliki oleh instansi, organisasi, badan usaha atau individu
(perorangan).
Pengertian yang umum dari suatu aset adalah bahwa aset merupakan
sesuatu
yang memiliki nilai. Menurut buku Standar Penilai Indonesia (SPI,
2007: 3) dalam
terminologi akuntasi, aset dapat di artikan sebagai sumber daya
yangdimiliki dan/atau
dikuasai oleh suatu badan usaha atau pemerintah secara historisdan
dari mana
manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa masa depan dapat diperoleh,
serta dapat
diukur dalam satuan uang. Jika dipandang dari aspek management
& valuation aset
diartikan sebagai sesuatu yang dimiliki secara sahdan mampu
meningkatkan nilai dan
pengembangan sumber daya.
31
Pengertian yang umum dari suatu aset adalah bahwa aset merupakan
sesuatu
yang memiliki nilai. Menurut buku Standar Penilai Indonesia (SPI,
2007: 3) dalam
terminologi akuntasi, aset dapat di artikan sebagai sumber daya
yangdimiliki dan/atau
dikuasai oleh suatu badan usaha atau pemerintah secara historis dan
dari mana
manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa masa depan dapat diperoleh,
serta dapat
diukur dalam satuan uang. Jika dipandang dari aspek aset diartikan
sebagai sesuatu
yang dimiliki secara sahdan mampu meningkatkan nilai dan
pengembangan sumber
daya.
berdasarkan perspektif pembangunan berkelanjutan, yakni berdasarkan
tiga aspek
pokoknya: sumber daya alam, sumber daya manusia, dan infrastruktur
seperti berikut
ini:
1. Sumber daya alam adalah semua aset alam yang dapat digunakan
dan
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan manusia.
2. Sumber daya manusia adalah semua potensi yang terdapat
pada
manusia seperti akal pikiran, seni, keterampilan, dan sebagainya
yang
dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan bagi dirinya sendiri
maupun orang lain atau masyarakat pada umumnya.
3. Infrastruktur adalah sesuatu buatan manusia yang dapat
digunakan
sebagai sarana untk kehidupan manusia dan sebagai sarana
untuk
dapat memanfaatkan sumber daya alam dan sumber daya mausia
32
dimasa yang akan datang.
Aset negara adalah bagian dari kekayaan negara atau harta kekayaan
negara
(HKN) yang terdiri dari barang bergerak atau barang tidak bergerak
yang dimiliki,
dikuasai oleh instansi PEmerintah, yang sebagian atau seluruhnya
dibeli atas beban
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) serta dari perolehan
yang sah,
tidak termasuk kekayaan negara yang dipisahkan (dikelola BUMN) dan
kekayan
Pemerintah Daerah. (Doli Siregar Manajemen Aset 2004: 179).
Secara singkat dapat disebut “barang milik Negara atau kekayaan
negara”
sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Replubik Indonesia,
No.
KEP.225/MK/V/4/1971470/kmk.01/1994, bahwa yang dimaksud aset negara
adalah
barang miliki/kekayaan negara yang meliputi barang tidak bergerak
(tanah dan atau
bangunan) dan barang bergerak (inventaris):
1. Yang sebagian atau seluruhnya dibeli atas beban APBN serta
dari
perolehan lain yang sah;
departemen, badan-badan yang didirikan pemerintah seperti badan
otorita.
3. Tidak termasuk kekayaan negara yang dipisahkan dan dikelola
BUMN
serta bukan kekayaan Pemerintah Daerah.
33
Hidayat (2012: 4) berpendapat bahwa:
“Aset adalah barang yang dalam pengertian hukum disebut benda,
terdiri dari benda tidak berwujud maupun yang berwujud, yang
tercakup dalam aktiva/aset atau harta aset dari suatu instansi,
organisasi, badan usaha ataupun individu perorangan”.
Niswonger, et al. (1994: 55) mengatakan: “Setiap barang fisis
(berwujud) atau hak (tak berwujud) yang mempunyai nilai uang
adalah
aktiva”.
Statement of Financial Accounting Concepts no. 6, Elements of
Financial
Statements (Brownlee, et al., 2001: 121), dikemukakan bahwa:
“Asset are the economic resourch that a company: 1) has acquired
the right to (as a results of transaction or other event that has
already occurred), and 2) that are likely to contribute ti future
net cash inflows. The common characteristic possessed by all assets
and economic resources is “service potential” or “future economic
benefit”, the capacity to provide services or benefits to entities
that use them. In a business enterprise, that service potential or
future economic benefit eventually results in net cash inflows to
the enterprise.”
Menurut Siregar (2004: 178), pengertian aset secara umum
adalah:
“Barang (thing) atau sesuatu barang (anything) yang memiliki nilai
ekonomi
(economic value) atau nilai tukar (exchange value) yang dimiliki
oleh badan
badan usaha, isntansi atau individu (perorangan)…”
Pengertian menurut Dolli D. Siregar, pengertian Aset adalah :
34
“Barang yang dalam pengertian hukum disebut benda, yang terdiri
dari benda bergerak dan tidak bergerak. Barang yang dimaksud
meliputi barang tidak bergerak (tanah atau bangunan) dan barang
bergerak, baik berwujud (tangiable) maupun yang tidak berwujud
(intangiable), yang tercakup dalam aktiva/ kekayaan atau harta
kekayaan dari suatu perusahaan, badan usaha, institusi atau
individu perorangan. Dan dalam pengertian aset Negara atau HKN juga
terdiri dari barang- barang atau benda yang disebutkan diatas.
Termasuk pula bantuan- bantuan luar negeri yang diperoleh secara
sah.”
Menurut siregar (2004: 178) menyatakan aset adalah barang
yang
dalam pengertian hukum disebut benda, yang terdiri dari benda tidak
bergerak dan
benda bergerak. Barang yang dimaksud meliputi barang tidak bergerak
(tanah dan ba
ngunan) dan barang bergerak baik yang berwujud (tangible) maupun
yang
tidak berwujud (intangible), yang tercakup dalam aktiva/kekayaan
atau harta
kekayaandari suatu perusahaan, badan usaha, institusi atau individu
perorangan.
Sedangkan dalam Kamus Hukum Ekonomi (Elips, 1996):
“Aset dapat berarti kekayaan (harta kekayaan) atau aktiva atau
properti, yang meliputi “semua pos dalam jalur debet suatu neraca
yang terdiri dari harta, biaya yang dibayar terlebih dahulu dan
pendapatan yang harus diterima.”
Aset Negara adalah bagian dari kekayaan Negara atau Harta
Kekayaan
Negara (HKN) yang terdiri dari barang bergerak atau barang yang
tidak bergerak
yang dimiliki, dikuasai oleh instansi Pemerintah, yang sebagian
atau seluruhnya
dibeli atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau
Daerah (APBN/ D)
serta dari perolehan yang sah, tidak termasuk kekayaan Negara yang
dipisahkan
(dikelola BUMN) dan kekayaan pemerntah daerah.
35
Secara singkat dapat disebut “barang milik Negara/kekayaan Negara”
sesuai
dengan Keputusan Menteri Keuangan RI No. KEP.225/ MK/ V / 4 / 1971
pasal 1 dan
Keputusan Menteri Keuangan RI No. 350 / KMK.30 / serta No.
470/KMK.01 / 994.
Bahwa yang dimaksud aset Negara adalah barang milik / kekayaan
Negara yang
meliputi barang tidak bergerak (tanah dan bangunan) dan barang
bergerak
(inventaris) yang meliputi:
a. Sebagian atau seutuhnya dibeli atas beban APBN dari perolehan
lain yang
sah;
b. Dimiliki atau dikuasai oleh instansi pemerintah, lembaga
pemerintah non
departemen, badan-badan yang didirikan pemerintah seperti badan
otoritas,
Badan Pengelola Komplek Kemayoran (BPKK) atau Badan Pengelola
Gelora
Bung Karno (BPGBK) dan
c. Tidak termasuk kekayaan Negara yang dipisahkan dan dikelola BUMN
serta
bukan kekayaan Pemerintah Daerah.
Pengertian Aset Daerah meliputi:
1. Aset Lancar
Aset lancar adalah aset habis pakai atau yang memiliki manfaat
untuk jangka
waktu tidak lebih dari 12 bulan. Aset lancar meliputi; uang kas,
piutang,
persediaan.
36
a. Investasi jangka panjang
sebesar nilai yang bersih yang dapat direalisasikan atau
biaya
pembangunan investasi kepada jenis investasinya.
b. Investasi jangka pendek
3. Aset Tetap
Aset tetap adalah aset berwujud yang memiliki masa manfaat lebih
dari 12
bulan untuk digunakan aktivitas pemerintahan dan /atau pelayanan
publik.
Aset tetap terdiri dari:
dalam aktivitas pemerintahan dan/ atau pelayanan public
misalnya:
tanah yang digunakan untuk bangunan, jalan, irigasi dan
jaringan.
b. Mesin dan Peralatan;
Mesin dan peralatan mencakup peralatan dan mesin dalam
kondisi
siap digunakan yang memiliki masa manfaat lebih dari dua belas
bulan
yang dimiliki atau diperoleh untuk digunakan dalam aktivitas
37
olahraga, alat music, alat angkutan, alat bengkel, alat pertanian,
alat
kantor dan rumah tangga, alat studio, alat kedokteran dan
kesehatan
dan peralatan lainnya.
kondisi siap digunakan yang memiliki masa manfaat lebih dari
dua
belas bulan yang dimiliki atau diperoleh yang digunakan dalam
aktivitas pemerintahan dan /atau pelayanan publik.
d. Jalan, irigasi dan jaringan;
Jalan, irigasi dan jaringan mencakup jalan, rambu-rambu,
instalasi
listrik, instalansi air, irigasi dalam kondisi siap digunakan,
yang
memiliki masa manfaat lebih dari dua belas bulan yang dimiliki
atau
diperoleh untuk digunakan dalam aktivitas pemerintahan dan
/atau
pelayanan publik.
siap digunakan, yang memiliki masa manfaat lebih dari dua
belas
bulan yang dimiliki atau diperoleh untuk digunakan dalam
aktivitas
pemerintahan dan /atau pelayanan publik. Aset tetap lainnya
meliputi:
38
koleksi perpustakaan baik berupa buku atau non buku, barang
bernilai
seni atau budaya, hewan atau tanaman, dan aset tetap
renovasi.
f. Konstruksi dalam pengerjaan
4. Aset Lainnya
kementerian dengan pihak ketiga dan aset lainnya.
Aset tetap diakui pada saat potensi manfaat ekonomi dan sosial masa
depan
diperoleh pemerintah pada saat hak kepemilikan dan penguasaannya
berpindah dan
memiliki nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal.
Suatu aset dapat dikatakan aset tetap apabila memenuhi
kriteria:
a. Memiliki manfaat lebih dari dua belas bulan;
b. Biaya perolehan aset dapat ditukar secara andal dan memenuhi
kriteria
nilai satuan minimum kapitalisasi, yaitu pengeluaran untuk aset
berwujud
sebagaimana tersebut pada paragraf dikapitalisasi seluruhnya,
kecuali
untuk:
1. Pengeluaran untuk peralatan dan mesin yang nilai satuannya
kurang
dari Rp 1.000.000.000,- (satu juta rupiah).
2. Pengeluaran untuk gedung dan bangunan yang nilai satuannya
kurang
dari Rp 20.000.000.000.- (dua puluh juta rupiah).
39
dan pelayanan publik.
Lei, Herder, dan Wijnia (2012) mengemukakan bahwa masalah global
yang
umum dalamcapital-intensive industry adalah overcapacity dan
rendahnya tingkat
pengembalian investasi. Ini berarti diperlukan suatu strategi untuk
meningkatkan
pengembalian investasi untuk mengurangi biaya operasi atau untuk
meningkatkan
perputaran modal fisik. Dari sudut pandang aset fisik, persyaratan
ini berarti
kebutuhan untuk manajemen yang dinamis dan berkesinambungannya
siklus hidup
aset, pengembangan kapasitas yang optimal, keefektivitasan
peralatan secara
keseluruhan lebih tinggi, keandalan yang lebih tinggi dan
fleksibilitas dari aset fisik,
dan biaya pemeliharaan yang lebih rendah dari peralatan produksi.
Untuk mengatasi
tantangan ini metode manajemen aset yang berbeda telah dikembangkan
bertujuan
untuk meningkatkan siklus hidup aset. Disain manajemen aset yang
baik dapat
menyebabkan peningkatan operasi.
aset salah satunya diungkapkan oleh Publicly Available
Specification (PAS) 55-1.
PAS 55-1 (2008) mendefinisikan manajemen aset sebagai kegiatan
sistematis dan
terkoordinasi dan praktek melalui optimasi organisasi dan
berkelanjutan mengelola
aset dan sistem aset, kinerja yang terkait, risiko dan pengeluaran
selama siklus hidup
aset untuk tujuan mencapai rencana strategis organisasi.
40
1. Identifikasi peluang bisnis atau kebutuhan.
2. Kemampuan analisis gap dan analisis kebutuhan aset
3. Analisis Pra-studi kelayakan, fisik dan keuangan - pilihan
opsi
4. Perencanaan Kelayakan, fisik dan keuangan - untuk opsi yang
dipilih
5. Akuisisi, pengembangan dan implementasi
6. Operasi, dukungan logistik dan pemeliharaan
7. Memantau (monitoring) dan review
8. Pembuangan (disposal)
McFarland dalam The National Property Management Association’s
Journal
of Property and Asset Management (2010), berpendapat bahwa
profesional
manajemen (dalam hal ini manajemen aset) harus dapat mengelola
semua aspek dari
siklus hidup aset untuk memastikan perusahaan mereka mencapai hasil
maksimal atas
modal yang diinvestasikan, menerapkan efisien dan efektif proses
yang memberikan
kontrol yang wajar yang mendukung tenaga kerja sementara
menghilangkan proses
non nilai tambah, sumber daya dan biaya.
2.1.4 Manajemen Aset
Mengacu pada perubahan yang terjadi dan bagaimana tantangan serta
respons
Pemerintah Daerah akan perubahan tersebut, tentu diperlukan adanya
upaya nyata
yang sistematis dan menyeluruh dalam pengelolaaan daerah pada masa
mendatang.
41
Saat ini dalam ilmu properti berkembang suatu teori baru yang
dikenal dengan
manajemen aset. Britton, Conellan, Crofts (1989) mengatakan
:“define good asset
management in terms of measuring the value of properties (assets)
in monetary terms
and employing the minimum amount of expenditure on its
management”
Manajemen aset itu sendiri telah berkembang cukup pesat. Bermula
dengan
orientasi yang statis, kemudian berkembang menjadi dinamis,
inisuatif, dan strategis.
Gambar 2.1
manajemen aset dalam perspektif substantsial. Setelah Perang Dunia
II, manajemen
aset memiliki ruang lingkup utama untuk mengontrl biaya pemanfaatan
ataupun
penggunaan aset dalam mendukung operasionalisasi pemerintah daerah.
Selain itu,
Post War-Static Management Dynamic Management Strategic
Management
Kontrol Biaya Kontrol Properti yang
tidak digunakan
Pengelolaan Aset Land Audit Property review Aplikasi IT dalam
pengelolaan Optimalisasi
pemanfaatan aset
42
ada upaya pula untuk melakukan inventarisasi aset Pemda yang tidak
digunakan.
Namun dalam perkembangan kedepan, ruang lingkup manajemen aset
lebih
berkembangdengan memasukkan aspek penilaian aset, akuntabilitas
pengelolaan aset,
lan audit yaitu legal audit atas pemanfaatan tanah, property survey
dalam kaitan
memonitor perkembangan pasa property, aplikasi sistem informasi dan
pengelolaan
aset dan optimalisasi pemanfaatan aset. Perkembangan yamg terbaru,
manajemen aset
bertambah ruang lingkupnya hingga mampu memantau kinerja
operasionalisasi aset
dan juga strategi investasi untuk optimalisasi aset.
Gambar 2.2
Menurut Siregar, di dunia internasional manajemen aset telah
berkembang
cukup pesat, namun di Indonesia hal ini khusunya dalam konteks
pengelolaan aset
INVENARISASI ASET
LEGAL AUDIT
PENILAIAN ASET
OPTIMALISASI PEMANFAATAN
pemerintah daerah sepenuhnya belum dapat dipahami oleh para
pengelola daerah.
Manajemen aset pemerintah daerah dibagi dalam lima tahap kerja yang
meliputi;
inventarisasi aset, legal audit, penilaian aset, optimalisasi
pemanfaatan dan
pengembangan SIMA (Sistem Informasi Manajemen Aset), dimana kelima
tahapan
tersebut adalah saling berhubungan dan terintegrasi satu dengan
yang lainnya. Dari
kelima manajemen aset tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1) Invetarisasi Aset
Inventarisasi aset merupakan kegiatan yang terdiri dari dua aspek,
yaitu
inventarisasi fisik dan yuridis/ legal. Aspek fisik terdiri atas
bentuk, luas,
lokasi, volume/ jumlah, jenis, alamat dan lain-lain. Sedangkan
aspek yuridis
adalah status penguasaan, masalah legal yang dimiliki, batas
akhir
penguasaan. Proses kerja yang dilakukan adalah pendataan,
kodifikasi/
labelling, pengelompokkan dan pembukuan/ administrasi sesuai
dengan
tujuan manajemen aset.
2) Legal Audit
atas permasalahan legal dan strategi untuk memecahkan
berbagai
permasalahan legal yang terkait dengan penguasaan dan pengalihan
aset.
Masalah yang sering dihadapi dalam legal audit, menyangkut
status
44
penguasaan yang lemah, aset dikuasai pihak lain, pemindahan aset
yang tidak
termonitor dan lain-lain.
3) Penilaian Aset
Kesatuan kerja lanjutan dari manajemen aset, yaitu berupa kegiatan
penilaian
aset sebagai upaya penilaian atas aset yang dikuasai pemerintah
daerah dan
biasanya kegiatan ini dilakukan oleh konsultan penilaian
independent. Hasil
dari nilai tersebut akan dimanfaatkan untuk mengetahui nilai
kekayaan
maupun informasi untuk penetapan harga bagi aset yang ingin
dijual.
4) Optimalisasi Aset
Selanjutnya optimalisasi aset merupakan kegiatan untuk
mengoptimalkan
potensi fisik, lokasi, nilai, jumlah/ volume, legal dan ekonomi
yang dimiliki
aset tersebut. Dalam kegiatan ini aset-aset yang dikuasai Pemda
diidentifikasi
dan dikelompokkan atas aset yang memiliki potensi dapat
dikelompokkan
berdasarkan sektor-sektor unggulan yang dapat menjadi tumpuan
dalam
strategi pembangunan ekonomi nasional, baik dalam jangka
pendek,
menengah maupun jangka panjang. Untuk menentukan hal tersebut
harus
terukur dan transparan, sedangkan aset yang tidak dapat
dioptimalkan harus
dicari faktor penyebabnya, apakah faktor permasalahan legal, fisik,
nilai
ekonomi yang rendah ataupun faktor lainnya, sehingga setiap aset
nantinya
memberikan nilai tersendiri. Hasil akhir dari tahapan ini adalah
rekomendasi
yang berupa sasaran, strategi dan program untuk mengoptimalkan aset
yang
dimiliki.
45
Kemudian sebagai kegiatan akhir dari manajemen aset yaitu
pengawasan dan
pengendalian dan hal ini sering menjadi bahan hujatan terhadap
Pemerintah
Daerah (PEMDA) saat ini. Saran yang paling efektif untuk
meningkatkan
kinerja aspek ini adalah pengembangan SIMA. Melalui SIMA,
transparansi
kerja dalam pengelolaan aset sangat terjamin tanpa perlu
adanya
kekhawatiran akan pengawasan dan pengendalian yang lemah. Dalam
SIMA,
keempat aspek diatas diakomodasi dalam system dengan menambah
aspek
pengawasan dan pengendalian. Demkian setiap penangan terhadap suatu
aset
dapat termonitor dengan jelas, mulai dari lingkup penanganan hingga
siapa
yang bertanggungjawab menanganinya. Hal ini akan diharapkan
menimalkan
KKN dalam pelaksanaan pelayanan oleh Pemda.
Menurut Lutchman (2006) “Assets Management is the optimization of
the
lifecycles of an asset to meet performance standards in a safe and
environmentally
sound manner through smart Panning, Investment Financing,
Engineering,
Operations, Maintenance, Refurbishment and Replacement.”
Menurut Terri dalam white papernya yaitu WHY GOOD DATA IS A MUST
:
“Asset Management Oversight is Essential to Effective Governancem”,
“Asset
Management is a set of business practices that join financial,
contractual and
inventory functions to support asset life cycle management and
strategic decision
making for the IT environment.” (Hart-Sears, 2012 : hal.1).
46
organisasi atau Kementerian Negara/Lembaga (K/L).”(Hadinata, 2011:
hal.3).
Pemerintah South Australia (Hidayat, 2012: 6) mendefinisikan
manajemen
aset sebagai berikut:
“Asset management is a process to manage demand and guide
acquisition, use and disposal of assets to make the most of their
service delivery potential, and manage risk and cost over their
entire life. (Manajemen aset merupakan suatu proses untuk mengelola
permintaan dan panduan akuisisi, penggunaan dan pembuangan aset
untuk membuat sebagian besar potensi layanan pengirimannya, dan
megelola risiko dan biaya selama umur hidup aset)”. Britton, et al.
(Siregar, 2004: 517) mengatakan: “Define good asset management in
term of measuring the value of properties (assets) in monetary
terms and employing the minimum amount of expenditure on its
management".
Menurut A. Gima Sugiama mengemukaan bahwa “Manajemen aset
adalah
ilmu dan seni untuk memandu pengelolaan kekayaan yang mencakup
proses
merencanakan kebutuhan aset, mendapatkan, menginventarisasi,
melakukan legal
audit, menilai, mengoperasikan, memelihara, membaharukan atau
menghapuskan
hingga mengalihkan aset secara efektif dan efisien. Adapun Teori
siklus aset yang
dikemukakan oleh A.Gima Sudiama yaitu ;
47
1. Pengadaan Aset : Kegiatan pengadaan (barang dan jasa) adalah
serangkaian
kegiatan untuk memperoleh atau mendapatkan aset/ barang maupun jasa
baik
yang dibiayai oleh sendiri maupun yang dibiayai oleh pihak luar
atau
8. Pengalihan atau Pemusnahan Aset
6. Penghapusan Aset 7. Rejuvinasi
5. Operasi dan Pemeliharaan aset
4. Penilaian aset
3. Legal Audit
2. Inventarisasi Aset
1. Pengadaan Aset
jasa.
2. Inventarisasi Aset : Rangkaian kegiatan mengidentifikasi
kualitas dan
kuantitas aset secara fisik non fisik, dan secara yuridis / legal.
melakukan
kodefikasi dan mendokumentasikannya untuk kepentingan pengelolaan
aset
bersangkutan.
3. Legal Audit Aset : Kegiatan pengauditan tentang status aset,
sistem dan
prosedur penguadaan, sistem dan prosedur pengalihan,
pengidentifikasian
adanya indikasi permasalahan legalitas, pencarian solusi untuk
memecahkan
masalah legalitas yang terjadi atau terkait dengan penguasaan dan
pengalihan
aset.
4. Penilaian Aset : Sebuah proses kerja untuk menentukan nilai aset
yang
dimiliki, sehingga dapat diketahui secara jelas nilai kekayaan yang
dimiliki,
atau yang akan dialihkan maupun yang akan dihapuskan.
5. Operasi dan Pemeliharaan Aset : Kegiatan menggunakan atau
memanfaatkan
aset dalam menjalankan tugas dan pekerjaan untuk mencapai suatu
tujuan.
Sedangkan pemeliharaan aset adalah kegiatan menjaga dan
memperbaiki
seluruh bentuk aset agar dapat dioperasikan dan berfungsi sesuai
dengan
harapan.
6. Penghapusan Aset : Kegiatan untuk menjual, menghibahkan atau
bentuk lain
dalam memindahkan hak kepemilikan atau memusnahkan seluruh/sebuah
unit
atau unsur terkecil dari aset yang dimiliki.
49
7. Rejuvinasi Aset : Upaya peremajaan aset dengan tujuan aset
dapat
didayagunakan kembali sebelum umur ekonomisnya habis. Peremajaan
ini
dapat berupa perbaikan menyeluruh ataupun penggantian suku cadang
dengan
tujuan aset dapat beroperasi seperti pada keadaan semula.
8. Pengalihan Aset : Upaya memindahkan hak dan atau tanggung
jawab,
wewenang, kewajiban penggunaan, pemanfaatan dari sebuah unit kerja
ke unit
yang lainnya di lingkungan sendiri.
Menurut Hastings (2010), manajemen aset adalah serangkaian kegiatan
yang
terkait dengan ;
2. mengidentifikasi kebutuhan dana,
4. menyediakan sistem dukungan logistik dan pemeliharaan untuk
aset,
5. menghapus atau memperbaharui aset sehingga secara efektif dan
efisien dapat
memenuhi tujuan.
Definisi lain Danylo dan Lemer (Hidayat, 2012: 7) manajemen aset
adalah
sebagai berikut:
“Asset management is a methodology to efficiently and equitability
allocate resources amongst valid and competing goals and
objective”. (Manajemen aset adalah metodologi untuk secara efisien
dan adil mengalokasikan sumber daya di antara tujuan dan sasaran
yang valid dan bersaing)'. Selanjutnya menurut Siregar (2004: 517),
manajemen aset itu sendri telah berkembang cukup pesat.
50
Dari beberapa definisi yang ada maka dapat disimpulkan bahwa
manajemen
aset mecakup proses perencanaan dan pengawasan terhadap barang
bergerak maupun
tidak bergerak yang memiliki inilai ekonomi, nilai tukar dan nilai
komersial.
2.1.4.1 Siklus Manajemen Aset
berbasis pada kontinum kematangan reliabilitas operasional
(Operational Reliability
Maturity Continuum). Model empiris ini terbagi dalam 5 tahap utama
yang
merupakan dasar dari kinerja yang dikembangkan, dengan potensi
pertumbuhan
secara berkelanjutan lebih dari 10 tahun dari suatu horison
strategis. Model ini telah
didiskripsikan secara detil pada tahun 1997 sebagaimana
dipublikasikan majalah
Maintenance Technology, dengan judul Developing an Asset Management
Strategy.
Siklus pertama dalah pemeliharan terencana (planned
maintenance),
memeiliki tujuan utama untuk meningkatkan pengendalian kerja dan
meminimalkan
biaya perawatan.
Siklus kedua adalah pemeliharan proaktif (proactive maintenance),
bertujuan
untuk menghilangkan mode kegagalan yang umum atau biasa terjadi dan
pengaruh –
pengaruh antar fasilitas, sehingga biaya perbaikan dan biaya waktu
tunggu akibat
terjadinya kegagalan dapat dikurangi. Akuisi biaya dari pemonitoran
kondisi
peralatan harus dievaluasi dengan seksama untuk mendapatkan
penerapan dan nilai
51
yang terbaik. Keputusan-keputusan ini dibuat antar fungsi, dan
dieksekusi secara
terpusat.
menangani aktivitas operasional dan kepedulian terhadap aset yang
sehat (asset
health care) yang tersisa melalui tahapan-tahapan sebagai
berikut:
1. Operator menyiapkan pelralatan untuk dirawat;
2. Operator dibantu untuk mendefinisikan dan mendiagnosis
permasalahan-permasalahan kronik;
peralatan.
Bagian dari tanggung jawab ini adalah untuk melakukan aktifitas
basic care,
termasuk lubrikasi, penyesuaian, observasi dan mencatat parameter
operasional.
Karena perawatan peralatan telah dapat dikendalikan, dimana
manajemen proses
telah jelas diidentifikasikan, dirancangkan, dijadwalkan,
dipastikan bekerja dengan
semestinya, dan kebanyakan kegagalan umum telah dieliminasi dengan
perawatan
proaktif, sehingga pada tahap ini lebih difokuskan pada pelatihan,
dan pembelajaran
pekerja terhadap peralatan. Teknisi masih tetap melakukan perawatan
dalam jumlah
kecil, namun tugas lebih diarahkan sebagai fasilisator dan pelatih,
dengan spesialisai
terhadap peralatan yang menjadi tanggung jawab mereka. Organisasi
telah berubah
dari manajemen terpusat menjadi terdistribusi.
52
berbasis unit, menghilangkan defektivitas padas sistem secara
khusus, lebih dari pada
mode kegagalan umum. Apabila peralatan memiliki unit cukup banyak,
maka tahap
ini akan membutuhkan kolaborasi berbasis unit lebih lanjut.
Siklus kelima adalah keunggulan operasional (operational
excellence),
menambahkan suatu dimensi yang diarahkan berdasrkan tujuan bisnis
dan
menentukan semua usaha-usaha perawatan dan realiabilitas. Pada
siklus ini kan
dilakukan optimalisasi yang sebenarnya, dan tugas tim berbasis
perpindahan (shif)
akan meningkat, karena memiliki tanggung jawab memonitor dan
merawat kesehatan
aset, selain juga mengoptimalkan produksi dan lapangan.
Pada organisasi privat, implementasi manajemen aset merupakan suatu
proses
yang terdiri dari beberapa elemen, dan model keputusan untuk
menentukan kapan
menggunakan elemen-elemen tersebut.
Dalam organisasi publik, siklus hidup fisik dari suatu aset atau
kelompok aset
memiliki tiga fase yang berbeda, yakni pengadaan (acquisition),
operasi, dan
penghapusan (disposal). Kemudian ditambahkan fase keempat, yaitu
perencanaan,
yang merupakan proses lanjutan dimana output informasi dari setiap
fase digunakan
sebagai input untuk perencanaan. Fakta bahwa aset memilki
siklus-hidup
membedakannya dari input sumber daya lainnya. Secara khusus,
tanggung jawab
untuk keputusan pengadaan (dan biaya) dalam suatu organisasi,
berbeda dengan
53
tanggung jawab untuk operasi dan dan pemeliharaan aset; dan kedua
tanggung jawab
tadi berbeda dengan tanggung jawab untuk penghapusan.
Siklus manajemen aset pada tingkat daerah (Mahmudi, 2010) dalam
Muchtar
2011:23 secara umum meliputi tahap tahap berikut:
Gambar 2.4
Milik Daerah (RKBMD). Selanjutnya dianggarkan dalam dokumen
Rencana Kerja dan Anggaran SKPD. Perencanaan kebituhan aset
daerah harus berpedoman pada standar harga yang ditetapkan
oleh
pemerintah daerah.
2. Pengadaan
efisiensi, dan efektifitas (value for money), transparan dan
terbuka,
bersaing, adil/ tidak diskriminatif dan akuntabel. Pengadaan
barang
1. Perencanaan
2. Pengadaan
pengadaan barang dan jasa instansi pemerintah. pada saat
pembelian
harus ada dokumen transaksi yang jelas mengenai tanggal
tansaksi,
jenis aset dan spesifikasinya, dan nilai transaksi.
3. Penggunaan/ Pemanfaatan
dan tujuan penggunaan aset (status penggunaan aset), unit kerja
mana
yang menggunakan, lokasi, dan informasi terkiait lainnya. Mutasi
dan
disposisi aset tetap harus dicatat. Biaya pemelihaaan dan
depresiasi
jika ada juga harus dicatat dengan tertib. Untuk optimalisasi aset
yang
ada, pemerintah daerah dapat memanfaatkan aset yang berlebih
atau
menganggur.
pengamanan administrasi dan catatan, pengamanan secara hukum,
dan
pengamanan fisik.
dilakukan jika aset tersebut sudah tidak memiliki nilai ekonomis,
rusak
berat, atau hilang. Penghapusan aset daerah dapat dilakukan
dengan
dua cara, yaitu pemusnahan dan pemindahtangan. Pemusnahan
55
rusak, kadaluwarsa, membahayakan kepentingan umum, atau
karena
ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengharuskan
untuk
dimusnahkan.
Dari beberapa siklus tersebut maka dapat disimpulkan bahwa siklus
yang di
gunakan oleh organisasi publik dan swasta berbeda namun setiap
siklus yang ada
memilkiki tanggung jawabnya masing-masing.
Tujuan utama dari manajemen aset adalah membantu suatu
entitas
(organisasi) dalam memenuhi tujuan penyediaan pelayanan secara
efektif dan efisien.
Hal ini mencakup panduan pengadaan, penggunaan, dan penghapusan
aset, dan
pengaturan risiko dan biaya yang terkait selama siklus hidup
aset.
Agar efektif, manajemen aset perlu dipertimbangkan sebagai
aktivitas yang
komperhensif dan multi disiplin yang terkait dengan banyak faktor
antaralain:
1. Siklus hidup aset dan prinsip-prinsip manajemen aset;
2. Kebutuhan dari para pengguna aset;
3. Kebijakan dan peraturan perundangan;
4. Kerangka manajemen dan perencanan organisai;
5. Kelayakan teknis dan kelangsungan komersial;
56
merasionalisasikan operasi untuk memperbaiki pemberian
pertanyaan
atau untuk meningkatkan keefektifan biaya.
Sasaran dari manajemen aset adalah untuk mencapai
kecocokana/kesesuaian
sebaik mungkin antara aset dengan strategi penyediaan pelayanan.
Hal ini
diprediksikan pada saat pemerikasaan/pengujian kritikal dari
alternative-alternatif
penggunaan aset. Harapannya adalah bahwa solusi non-aset akan
memungkinkan
penyediaan pelayanan dengan biaya terendah. Jadi, dengan manajemen
aset akan
dapat diketahui apakah suatu aset itu sesuai dengan strategi
penyediaan pelayanan
ataukah tidak. Solusi non-aset dimaksudkan sebagai alternatif
penggunaan aset tanpa
harus memiliki aset tersebut serta menghindari alternative yang
hanya terfokus pada
pengadaan aset yang tanpa disertai optimalisasi aset-aset yang
telah ada.
Menurut Sugiama (2013), secara umum tujuan manajemen aset adalah
untuk
pengambilan keputusan yang tepat agar aset yang dikelola berfungsi
secara efektif,
efisien dan bernilai tinggi.
1. Meminimisasi biaya selama umur aset bersangkutan (to minimise
the
whole life cost of assets),
2. Dapat menghasilkan laba yang maksimum (profit maximum),
dan
57
optimum (optimizing the utilization of assets).
Prawoto menjelaskan bahwa tujuan manajemen aset adalah untuk
menjaga
agar nilai aset tersebut tetap tinggi dan mempunyai usia hidup yang
panjang dengan
menyediakan biaya operasi yang memadai sehingga mampu
menghasilkan output yang tinggi secara efesien, memberikan kepuasan
kepada
pelanggannya namun dengan tetap mengindahkan peraturan perundangan
dan aspek
keselamatan kerja sehingga tidak mengganggu lingkungan dan
memberikan image yang baik.
Nemmer dalam proyek penelitian berjudul Asset
Management—Texas
Style (2007) berpendapat bahwa tujuan utama dari manajemen aset
adalah untuk
meningkatkan proses pengambilan keputusan dan untuk mengalokasikan
dana aset
sebuah instansi sehingga pengembalian investasi terbaik diperoleh.
Manajemen aset
mencakup semua proses, alat, dan data yang dibutuhkan untuk
mengelola aset secara
efektif untuk mencapai tujuan ini.
Hastings (2010), berpendapat bahwa fungsi manajemen aset diperlukan
untuk
memberikan pengetahuan aset dan kapasitas manajemen terkait dan
kegiatan
pendukung keputusan dalam konteks bisnis yang meliputi aset (dan
kemampuan yang
terkait) perencanaan dan pelaksanaan pembangunan, perencanaan
keberlanjutan dan
pelaksanaan aset dan, logistik dukungan pembangunan dan pengelolaan
fasilitas.
Menurut Hambali (2010), ada lima tujuan dari manajemen aset.
Tujuan-tujuan
dari manajemen aset meliputi ;
2. Inventarisasi kekayaan daerah dan masa pakai aset,
3. Optimasi penggunaan dan pemanfaatan untuk meningkatkan
pendapatan
dimana aset yang berstatus idle capacity dapat dimanfaatkan
sesuai
peruntukkan yang ditetapkan, selain itu optimasi aset dapat
mengidentifikasi dan mengetahui pemanfaatannya untuk apa,
peruntukkan aset kepada siapa dan mampu mendatangkan
pendapatan
bagi pengelola aset
Berdasarkan pendapat di atas, secara umum tujuan dari pengelolaan
aset
adalah membantu suatu entitas dalam memenuhi tujuan penyediaan
pelayanan secara
optimal, efektif dan efisien. Hal ini mencakup perencanaan, panduan
pengadaan,
penggunaan, pemanfaatan, optimasi, penghapusan aset dan pengaturan
risiko serta
biaya yang terkait selama siklus hidup aset. Pengelolaan aset juga
bertujuan untuk
mengetahui kejelasan dari kepemilikan aset sehingga pemilik aset
dapat dengan aman
dan tidak terbentur masalah legalitas dalam mendayagunakan aset
yang dimilikinya.
59
Penelitian Terdahulu 2
Penelitian Sekarang
1 Judul Manajemen Aset Daerah Studi Pada Dinas Pendapatan
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Tana
Toraja
Manajemen Aset Daerah (Analisis Pemeliharaan Fungsi Bangunan di
Lingkungann Pemerintah Kabupaten Badung)
Manajemen Aset Kendaraan Dinas Operasional Pemerintah Kabupaten
Tangerang
2 Tahun 2013 2015 2016 3 Tujuan
Penelitian Mengetahui Pengelolaan Aset Daerah di Kabupaten Tana
Toraja.
Mengetahui pola manajemen pemanfaatan aset daerah peralihan fungsi
bangunan di lingkungan Pemerintah Kabupaten Badung.
Mengetahui bagaimana Manajeman Aset Kendaraan Dinas Operasional
Pemerintah Kabupaten Tangerang
4 Metode/ paradigma
Metode Penelitian Kualitatif
Metode Penelitian Kualitatif
Metode Penelitian Kualitatif
6 Perbedaan Penelitian terdahulu 1 membahas mengenai Manajemen aset
secara keseluruhan(aset tetap dan aset bergerak) di Badan
Pengelolaan Pendapatan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten
Tana Toraja tahun 2013.
Penelitian terdahulu 2 membahas mengenai analisis peralihan fungsi
bangunan di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Badug Kota Denpasar
tahun 2015.
Penelitian sekarang membahasa mengenai manajemen Aset Daerah hanya
pada bagian aset tetap berupa kendaraan dinas operasional di
pemerintahan Kabupaten Tangerang oleh Badan Pengelolaan Keuangan
dan Aset Daerah (BPKAD).
60
hubungan antar-variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah
dideskripsikan.
Dan berdasarkan teori-teori yang telah dideskripsikan, selanjutnya
dianalisis secara
kritis dan sistematis sehingga menghasilkan sintesa tentang
hubungan antar-variabel
yang diteliti. Sementara Uma Sekaran dalam Sugiyono (2008:65)
mengemukakan
bahwa: “Kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang
bagaimana teori
berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasikan
sebagai masalah
yang penting”.
melalui pengamatan dan observasi langsung ke lapangan serta
melakukan wawancara
kepada pihak yang bersangkutan dengan manajemen aset kendaraan
dinas operasional
Pemerintah Kabupaten Tangerang. Peneliti dalam penelitian ini
menggunakan teori
manajemen aset menurut Doli D. Siregar, karena ada kesesuaian
antara masalah yang
terdapat pada identifikasi masalah dengan apa yang dijabarkan dalam
teori tersebut.
Menurut Siregar, di dunia internasional manajemen aset telah
berkembang
cukup pesat, namun di Indonesia hal ini khusunya dalam konteks
pengelolaan aset
pemerintah daerah sepenuhnya belum dapat dipahami oleh para
pengelola daerah.
Adapun dari kelima manajemen aset tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut ;
1. Invetarisasi Aset
Inventarisasi aset merupakan kegiatan yang terdiri dari dua aspek,
yaitu
inventarisasi fisik dan yuridis/ legal. Aspek fisik terdiri atas
bentuk, luas,
61
lokasi, volume/ jumlah, jenis, alamat dan lain-lain. Sedangkan
aspek yuridis
adalah status penguasaan, masalah legal yang dimiliki, batas
akhir
penguasaan. Proses kerja yang dilakukan adalah pendataan,
kodifikasi/
labelling, pengelompokkan dan pembukuan/ administrasi sesuai
dengan
tujuan manajemen aset.
2. Legal Audit
atas permasalahan legal dan strategi untuk memecahkan
berbagai
permasalahan legal yang terkait dengan penguasaan dan pengalihan
aset.
Masalah yang sering dihadapi dalam legal audit, menyangkut
status
penguasaan yang lemah, aset dikuasai pihak lain, pemindahan aset
yang tidak
termonitor dan lain-lain.
3. Penilaian Aset
Kesatuan kerja lanjutan dari manajemen aset, yaitu berupa kegiatan
penilaian
aset sebagai upaya penilaian atas aset yang dikuasai pemerintah
daerah dan
biasanya kegiatan ini dilakukan oleh konsultan penilaian
independent. Hasil
dari nilai tersebut akan dimanfaatkan untuk mengetahui nilai
kekayaan
maupun informasi untuk penetapan harga bagi aset yang ingin
dijual.
62
Selanjutnya optimalisasi aset merupakan kegiatan untuk
mengoptimalkan
potensi fisik, lokasi, nilai, jumlah/ volume, legal dan ekonomi
yang dimiliki
aset tersebut. Dalam kegiatan ini aset-aset yang dikuasai Pemda
diidentifikasi
dan dikelompokkan atas aset yang memiliki potensi dapat
dikelompokkan
berdasarkan sektor-sektor unggulan yang dapat menjadi tumpuan
dalam
strategi pembangunan ekonomi nasional, baik dalam jangka
pendek,
menengah maupun jangka panjang. Untuk menentukan hal tersebut
harus
terukur dan transparan, sedangkan aset yang tidak dapat
dioptimalkan harus
dicari faktor penyebabnya, apakah faktor permasalahan legal, fisik,
nilai
ekonomi yang rendah ataupun faktor lainnya, sehingga setiap aset
nantinya
memberikan nilai tersendiri. Hasil akhir dari tahapan ini adalah
rekomendasi
yang berupa sasaran, strategi dan program untuk mengoptimalkan aset
yang
dimiliki.
Kemudian sebagai kegiatan akhir dari manajemen aset yaitu
pengawasan dan
pengendalian dan hal ini sering menjadi bahan hujatan terhadap
Pemerintah
Daerah (PEMDA) saat ini. Saran yang paling efektif untuk
meningkatkan
kinerja aspek ini adalah pengembangan SIMA. Melalui SIMA,
transparansi
kerja dalam pengelolaan aset sangat terjamin tanpa perlu
adanya
kekhawatiran akan pengawasan dan pengendalian yang lemah. Dalam
SIMA,
keempat aspek diatas diakomodasi dalam system dengan menambah
aspek
63
dapat termonitor dengan jelas, mulai dari lingkup penanganan hingga
siapa
yang bertanggungjawab menanganinya. Hal ini akan diharapkan
menimalkan
KKN dalam pelaksanaan pelayanan oleh Pemda.
Adapun beberapa poin yangmenjadi titik acuan untuk mengetahui
Manajemen Aset Kendaraan Dinas Operasional Pemerintah
Kabupaten
Tangerang tahun 2014 menggunakan alur manajemen aset menurut
Doli
D.Siregar (2004:518-519). Maka alur berpikir dalam penelitian ini
adalah
sebagai berikut :
Alur Manajemen Aset menurut Doli D. Siregar (2004:518-519) yaitu
:
1. Inventarisasi Aset 2. Optimalisasi Aset 3. Legal Audit 4.
Penilaian Aset 5. Pengawasan dan Pengendalian Aset
.MANAJEMEN ASET KENDARAAN DINAS OPERASIONAL PEMERINTAH KABUPATEN
TANGERANG TAHUN 2014
Manajemen aset Kendaraan Dinas Operasional Pemerintah
Kabupaten Tangerang dapat terkelola dengan baik.
Identifikasi Masalah (Peneliti, 2016) :
1. Proses inventarisasi Barang Milik Daerah Pemerintah Kabupaten
Tangerang yang
kurang berjalan dengan baik.
2. Kurangnya pengawasan Barang Milik Daerah pada Kendaraan Dinas
Operasional
Pemerintah Kabupaten Tangerang dalam pendistribusian Kendaraan
Dinas
Oprasional berdasarkan jabatan.
3. Masih kurangnya pengamanan Barang Milik Daerah yang dilakukan
Pemerintah
Kabupaten Tangerang pada Kendaraan Dinas Oprasional.
4. Kurangnya operasi program aplikasi SIMDA Barang Milik Daerah
Pemerintah
Kabupaten